STUDI KASUS DAMPAK KETERGANTUNGAN NARKOTIKA, … filePersahabatan sejati melipat gandakan kebaikan...
Transcript of STUDI KASUS DAMPAK KETERGANTUNGAN NARKOTIKA, … filePersahabatan sejati melipat gandakan kebaikan...
STUDI KASUS DAMPAK KETERGANTUNGAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN BAHAN ADIKTIF
LAINNYA (NARKOBA) TERHADAP MAKNA HIDUP
Studi Kasus Pada Satu Orang Pecandu NARKOBA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
ANGGRAENI AYU SUSENO
031114007
HALAMAN JU
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
HALAMAN
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
don't worry, about a thing
cause' every little thing, gonna be alright
singin' don't worry, about a thing
cause' every little thing, gonna be alright..
Three Little Birds by Bob Marley
Hati anda belum hidup kalau belum pernah mengalami rasa sakit…rasa sakit karena cinta akan membuka hati, bahkan bila hati itu sekeras batu.
Hazrat Inayat Khan
Untuk seseorang
yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang tulus
v
TENTANG HIDUP
Persahabatan sejati melipat gandakan kebaikan dalam hidup dan memecah-mecah keburukan dalam hidup. Berupayalah memiliki teman, karena hidup tanpa teman ibarat hidup di pulau gersang. Menemukan seorang teman sejati dalam kehidupan ini adalah nasib baik; mempertahankan teman itu adalah berkah.
Baltasar Gracian
Kegembiraan sejati tidak berasal dari kemudahan yang menyertai kekayaan, atau dari pujian-pujian, tetapi dari melakukan sesuatu yang berguna.
W.T. Grenfell
Karya besar dari hal-hal kecil membuat hidup sangat berharga.
Eugenia Price
vi
vii
ABSTRAK
DAMPAK KETERGANTUNGAN NARKOBA TERHADAP
MAKNA HIDUP
Studi Kasus Pada Satu Orang Pecandu NARKOBA
Anggraeni Ayu Suseno, 2009
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang dampak
ketergantungan NARKOBA terhadap makna hidup pecandu narkoba ditengah
masyarakat yang belum dapat menerima keberadaan mereka. Responden
penelitian ini adalah Abi (nama samaran). Abi menjadi seorang pecandu narkoba
sejak tahun 1998 yang disebabkan oleh pergaulan yang salah.
Jenis penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai
adalah observasi tingkah laku nonverbal dan wawancara. Informasi yang
dikumpulkan berasal dari laporan responden, ibu responden, dan istri responden.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ketergantungan responden terhadap
narkoba mengakibatkan responden semakin berupaya untuk menemukan makna
hidupnya. Responden menemukan makna hidupnya melalui tiga hal, yang pertama
adalah dengan fokus pada kuliah dan kegiatannya di komunitas gereja; kedua
dengan merasakan pengalaman dicintai keluarga, serta merasakan diterima dan
diberi dukungan yang besar oleh keluarga,istri dan teman-teman; dan yang ketiga
dengan menentukan sikap yang tepat yang dialami saat sekarang, yaitu keberanian
dalam menghadapi penderitaan dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
viii
ABSTRACT
DRUG ADDICTION EFFECT ON LIFE MEANINGFULLNESS
A Case Study on a Drug addicted Person
By; Anggraeni Ayu Suseno, 2009
The purpose of the research was to get a clear picture of the impact of drug
addiction to the meaningfulness of life of those addicted to drugs whereas the
community could not accept their existence. The respondent of this research was
Abi (not a real name) who had been drug addicted since 1998 due to a bad and
unfavorable social life.
The research was a qualitative one, with the methods applied were
observation, in gathering data of non-verbal attitude, and interview. The
information which was collected came from the respondent’s report, the
respondent’s mother’s report, and his wife’s report.
The result of the research showed that the respondent’s being addicted to
drugs eventually caused him to take big efforts in finding the meaningfulness of
his life. The respondent found out his meaningful life through three things; the
first was being focused on his study at a university, as well as in religious
activities in his religious community; second was his experiences of being loved
by his family, being accepted and supported by the whole family, his wife, and
his friends; and the third was, his being determined to choose an appropriate
choice as he had struggled for then, getting the courage to endure hardships and
getting close to God.
ix
KATA PENGANTAR
Banyak pengalaman baru yang di temukan dala penelitian dan penulisan skripsi, suka duka telah terlewati dan semua ini merupakan anugrah yang indah dari kerahiman ilahi. Anugrah yang selalu penulis syukuri. Anugrah ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa materi, dukungan, masukan, krtikan dan doa. Segala bantuan tersebut membuat penulisan skripsi ini menjadi semakin baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah berkenan mengesahkan skripsi ini.
2. Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. T.A. Prapancha Hary, M.Si., selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan dukungan sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis dan telah memberikan banyak bimbingannya selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
5. Kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, kesabaran dan perhatiannya, membimbing, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku.
6. Kakakku Lorensius Bayu Aji Suseno dan adik kecilku yohan yang sudah memberikan dukungan selama mengerjakan skripsi.
7. Keluarga besar Bpk Sunjoyo, yang telahmemberikan cinta, dukungan, kasih, perhatian sehingga skripsi ini terselesaikan.
8. Abi (nama samaran) yang telah bersedia membantu dalam menmberikan informasi selama penelitian.
9. Keluarga besar ibu Puji yang telah banyak memberi informasi selama penelitian.
10. Keluarga bapak Saruto yang telah memberikan banyak perhatian, kasih dan cintanya.
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI. .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian. ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
E. Definisi Oprasiona .................................................................... l7
BAB II KAJIAN TEOR ................................................................................ I9
A. Teori Makna Hidup .................................................................. 9
1. Makna Hidup ..................................................................... 11
2. Sumber-sumber Makna Hidup ....................................... 12
3. Kebebasan Berkeinginan .................................................. 14
4. Keinginan Akan Makna .................................................... 16
5. Ketidakbermaknaan Hidup .............................................. 18
B. NARKOBA ................................................................................ 19
1. Penjelasan NARKOBA .................................................... 19
2. Pengertian NARKOBA ..................................................... 20
3. Jenis-jenis NARKOBA ...................................................... 20
4. Gejala Dini Penyalahgunaan NARKOBA. .................... 28
5. Bahaya Penyalahgunaan NARKOBA .............................. 28
xii
6. Dampak Penyalahgunaan NARKOBA ............................ 30
7. Penyakit Akibat NARKOBA. ........................................... 32
C. Logoterapi .................................................................................. 33
1. Teori Kepribadian Logoterapi ......................................... 33
2. Asas-asas Logoterapi ......................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 39
A. Rencana Penelitian ................................................................... 39
B. Subjek Penelitian ...................................................................... 39
C. Metode Yang Digunakan .......................................................... 40
D. Dasar Penelitian ........................................................................ 40
E. Langkah-langkah/ Tahap-tahap Penelitian ............................ 40
1. Tahap Pra-Lapangan ........................................................ 40
2. Tahap Kegiatan Lapangan ............................................... 41
3. Tahap Analisis Intensif ..................................................... 41
4. Tahap Penulisan Laporan ................................................. 42
F. Sumber Data/ Responden dan Teknik Penelitiannya ............ 42
G. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 42
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................... 43
I. Teknik Analisis/Pengolahan Data .......................................... 43
BAB IV INFORMASI TENTANG RESPONDEN DAN LAPORAN
HASIL WAWANCARA .................................................................. 45
A. Pengantar ................................................................................... 46
B. Identitas Responden ................................................................. 46
C. Latarbelakang Kehidupan Keluarga ...................................... 47
D. Status Sosial Keluarga Dalam Masyarakat ........................... 48
E. Taraf Pendidikan ..................................................................... 49
F. Lingkungan Fisik, Sosial, Ekonomi, Dab Sosial Kultural..... 49
G. Pertumbuhan Jasmani Dan Kesehatan .................................. 50
H. Perkembangan Kognitif ........................................................... 50
I. Perkembangan Sosial ............................................................... 51
xiii
J. Ciri-ciri Kehidupan .................................................................. 54
K. Penutup ...................................................................................... 54
BAB V RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 55
A. Ringkasan Hasil Penelitian ...................................................... 55
1. Wawancara Mendalam ..................................................... 55
2. Observasi ............................................................................ 56
B. Hasil Penelitian Secara Umum ................................................ 58
C. Pembahasan ............................................................................... 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 64
A. Kesimpulan ................................................................................ 64
B. Saran-saran ............................................................................... 68
1. Saran Untuk Subjek .......................................................... 68
2. Saran Untuk Orang Tua ................................................... 68
3 Saran Bagi Masyarakat ..................................................... 69
4. Saran Bagi Konselor .......................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70
lAMPIRAN ..................................................................................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (NARKOBA) telah
menjadi masalah yang sangat serius dan membutuhkan perhatian yang sangat
besar, karena kenyataannya NARKOBA telah lekat dengan kehidupan
masyarakat. Penyalahgunaan NARKOBA bukan merupakan suatu kejadian
sederhana atau terjadi begitu saja, melainkan merupakan akibat dari berbagai
faktor yang secara kebetulan terjadi sebagai suatu gejala yang sangat merugikan
berbagai pihak. Berbagai faktor yang dimaksud adalah faktor individu dan faktor
lingkungan hidup. Kedua faktor tersebut saling berkaitan erat dan berperan dalam
proses tumbuh kembang individu, sampai individu menemukan bentuk
kehidupannya dan makna dari hidupnya.
Faktor-faktor individu yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah
terjerumus dalam penyalahgunaan NARKOBA adalah faktor gangguan
kepribadian, usia, pandangan atau keyakinan yang keliru dan tingkat religius yang
rendah menurut Yani (dalam Partodiharjo, 2001). Lingkungan hidup juga
berpengaruh besar terhadap terjerumusnya individu kepenyalahgunaan
NARKOBA, terutama faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, keadaan di
sekolah, pengaruh teman dalam pergaulan dan keadaan masyarakat pada
umumnya. Berdasarkan keadaan tersebut meskipun kita tunduk pada kondisi-
kondisi ini, kita tidak dapat bertahan
2
terhadap kekuatan-kekuatan dari luar, tetapi kita bebas mengambil sikap kita
sendiri dalam menangani kekuatan-kekuatan itu (Schultz,1991).
Setelah mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan NARKOBA, maka
tindakan nyata efektif yang dapat dilaksanakan adalah tindakan pencegahan agar
penyalahgunaan NARKOBA tidak terjadi lagi. Hal ini perlu dilakukan agar tidak
semakin banyak individu yang terjerumus kedalam penyalahgunaan NARKOBA.
Selain tindakan pencegahan, tindakan lain yang dapat dilakukan kepada individu
yang telah terjerumus ke dalam penyalahgunaan NARKOBA adalah melalui
tindakan penyembuhan secara menyeluruh, baik secara medis maupun psikologis.
Bagi para penderita yang telah menjadi pemakai NARKOBA, hidup dengan
menyandang status sebagai pemakai NARKOBA adalah suatu penderitaan yang
sangat berat. Keadaan ini ditambah lagi dengan adanya diskriminasi dari kalangan
masyarakat, contoh di tolak, di kucilkan, di anggap remeh dan bahkan di buang
dari kehidupan masyarakat.
Menurut Frankl (Koeswara, 1992), kesakitan atau penderitaan dapat bertindak
sebagai pemeliharaan keterjagaan. Pada taraf biologis, penderitaan berperan
menjaga agar individu tetap sadar. Penderitaan berfungsi memelihara individu
agar tidak terjatuh dalam sikap apatis atau menjalani kematian psikis (psychic
rigor mortis). Individu haruslah menjaga dirinya agar tidak menyerah dan
berpangku tangan terlalu cepat, atau terlalu dini menerima suatu keadaan buruk
sebagai takdir.
Manusia bisa (berpeluang) menemukan makna hidupnya sampai nafasnya
berakhir (Koeswara, 1992). Menurut Frankl (Koeswara, 1992) realisasi nilai-nilai
3
bersikap (untuk memperoleh makna hidup) bisa dan perlu dilakukan tidak hanya
ketika individu menghadapi penderitaan, tetapi juga ketika individu menghadapi
maut yang datang menjemput. Makna hidup memberi maksud bagi keberadaan
seseorang dan memberikan peluang seseorang kepada suatu maksud bagi
keberadaan seseorang dan memberi seseorang kepada suatu tujuan untuk semakin
menjadi manusia sepenuhnya. Yang memberikan arti dalam keberadaan manusia
adalah bagaimana caranya dalam menerima nasib dan keberaniannya dalam
menahan penderitaan (Schultz, 1991).
Makna hidup berarti hal-hal yang memberikan arti khusus bagi seseorang
yang apabila dipenuhi, akan menyebabkan kehidupan dirasakan menjadi berarti
dan berharga, sehingga akan menimbulkan penghayatan bahagia dan dapat
ditemukan dalam setiap kehidupan.
Menurut Frankl (Koeswara, 1992) manusia dapat menemukan makna melalui
realisasi nilai-nilai manusiawi yang mencakup nilai kreatif, nilai logis, nilai
estetis, nilai etis, dan nilai pengalaman. Hal ini berarti manusia dapat menemukan
atau menciptakan kebermaknaan hidup melalui kerja, pemenuhan akan keindahan
dan penemuan kebenaran, penemuan cinta dengan sesama maupun melalui
pengalaman-pengalaman.
Menurut Yalom (Bastaman, 2007) yang mengemukakan bahwa salah satu
sumber kebermaknaan hidup adalah keyakinan bahwa manusia seharusnya
berjuang keras untuk mengaktualisasikan diri secara maksimal dan merealisasikan
potensi-potensi yang mereka miliki.
4
Penderita yang disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba yang sampai saat ini
belum dapat disembuhkan, mungkin tidak lagi melihat adanya makna dalam
hidupnya. Penderitaan seperti ini masih ditambah lagi dengan kondisi-kondisi
masyarakat yang belum dapat menerima keadaan mereka. Akan tetapi terkadang
kehidupan baru dapat mengandung suatu arti ketika manusia dihadapkan pada
situasi yang dipenuhi dengan penderitaan (Schultz, 1991).
Penderita yang disebabkan oleh penyalahgunaan NARKOBA adalah orang-
orang yang keberadaannya belum sepenuhnya diterima masyarakat dengan status
pemakai NARKOBA. Mereka mengalami krisis dengan keadaannya yang
demikian. Mereka membutuhkan orang-orang untuk memberikan dukungan atau
hanya sebagai teman yang mau mendengarkan mereka. Seperti halnya subjek,
subjek merasakan diskriminasi dari masyarakat sehingga subjek selalu merasa
kesepian dan membutuhkan orang lain. Permasalahan ini berkaitan dengan
kebermaknaan hidup, yaitu bagaimana mereka memaknai kehidupan ini dengan
kondisi mereka sebagai pemakai dan belum diterima oleh masyarakat.
Fokus penelitian ini adalah kebermaknaan hidup pemakai NARKOBA dalam
kehidupan mereka dan keadaan masyarakat yang belum dapat menerima
keberadaan mereka. Bagaimana para pemakai NARKOBA memaknai
kehidupannya sebagai pemakai? Studi kasus ini diharapkan untuk dapat lebih
mengetahui kebermaknaan hidup pemakai NARKOBA.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, fokus permasalahan penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana pemakai NARKOBA memaknai hidupnya dalam masyarakat yang
belum dapat menerima keberadaan mereka?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk:
“Mengidentifikasi makna hidup pemakai NARKOBA dalam masyarakat yang
belum dapat menerima mereka”.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat, antara
lain:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan Bimbingan dan
Konseling, khususnya menyangkut kebermaknaan hidup pemakai
NARKOBA.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat menyadarkan pentingnya kebermaknaan hidup
bagi pemakai NARKOBA. Oleh karena itu, penelitian ini diperlukan
6
sebagai masukan agar masyarakat tidak mengucilkan pemakai
NARKOBA dan nantinya dapat mendampingi pemakai NARKOBA.
b. Bagi konselor
1) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan masukan dalam
memahami kondisi psikologis para pemakai NARKOBA
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai terobosan baru dalam
bidang Bimbingan dan Konseling. Sebagai terobosan baru karena
selama ini Bimbingan Dan Konseling hanya berfokus pada
bimbingan di sekolah tetapi sebaiknya juga sebagai bimbingan di
luar sekolah.
c. Bagi penulis
1) Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk mengenal kepribadian
dan memahami kondisi psikologis pemakai NARKOBA.
2) Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai bekal penulis di masa
mendatang dalam hidup bermasyarakat, bila hidup berdampingan
dengan pemakai NARKOBA.
3) Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya keterampilan penulis
dalam memberikan layanan konseling.
d. Bagi Penderita
1) Penelitian ini bermanfaat bagi para pemakai NARKOBA,
khususnya yang belum menemukan makna hidupnya, bahwa
kehidupan kita bermakna sampai saat kematian.
7
2) Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap menerima kenyataan yang
ada dapat membuat kita lebih memaknai hidup.
3) Penelitian ini menunjukkan bahwa kegagalan yang terjadi saat ini
adalah awal dari masa depan.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel-variabel yang terdapat dalam fokus
permasalahan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kebermaknaan hidup adalah suatu hal yang memberikan arti khusus bagi
seseorang dalam setiap proses kehidupannya dan jika terpenuhi akan
memberikan perasan berharga dan berarti.
3. Pemakai adalah orang yang memakai NARKOBA hingga mengalami
ketergantungan.
4. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terkait
oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1991)
5. NARKOBA adalah obat-obatan yang tidak boleh dijual bebas karena
pemberiannya dapat membahayakan bila tidak melalui pertimbangan
medis.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Makna Hidup
Dasar teori yang digunakan adalah teori makna hidup Victor Frankl.
Frankl (Koeswara, 1992) berpendapat bahwa kehidupan ini mempunyai
makna dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Dan
sesungguhnya menurut Frankl (Koeswara, 1987), yang paling dicari dan
diinginkan oleh manusia dalam hidupnya adalah makna, yaitu makna dari
segala hal yang dilaksanakan atau dijalaninya termasuk dan terutama makna
hidupnya sendiri.
Konsep ini menunjukkan bahwa makna hidup dan nilai hidup dan
menarik serta mewarnai manusia untuk memenuhi realita yang dihadapinya.
Konsep ini justru menawarkan ketegangan antara kenyatan diri sekarang
dengan makna-makna yang harus dipenuhi (Koeswara, 1992). Keinginan
akan makna hidup ini juga membawa manusia pada konfrontasi akan makna.
Ketika manusia berorientasi pada makna hidupnya, dia berusaha mengenali
siapa dirinya dan hal itu membawanya pada konfrontasi akan makna
hidupnya, manusia itu hendaknya harus bagaimana atau semestinya menjadi
apa.
Menurut Frankl (Koeswara,1992), konfrontasi kepada makna
merupakan perwujudan dari kemauan dan kemampuan manusia dalam
memikul beban ketidak berdayaannya dan menerima keterbatasannya yang
9
merupakan prasyarat menjadi pribadi yang sehat. Orang yang tidak mampu
atau tidak berani berkonfrontasi dengan makna hidupnya adalah orang yang
melarikan diri dari keterbatasannya.
Menurut Frank (Bastaman, 2007), keinginan untuk hidup bermakna
memang benar-benar merupakan motivasi utama pada manusia. Hasrat inilah
yang mendorong setiap orang untuk melakukan berbagai kegiatan-kegiatan,
seperti kegiatan bekerja dan berkarya agar hidupnya dirasakan berarti dan
berharga.
Pencarian makna hidup ini menjadi prinsip dari teori Frankl yang
disebut logoterapi. Teori Logoterapi itu sendiri berbicara mengenai makna
dari eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan makna, serta teknik-
teknik untuk penyembuhan dan mengurangi atau meringankan penderitaan
akibat kegagalan dalam menemukan makna hidupnya (Schultz, 1991).
Selain itu logoterapi mengungkapkan bahwa manusia mampu untuk
menemukan dan mengembangkan makna hidupnya sehingga dambaan untuk
hidup secara bermakna dan bahagia benar-benar dapat diraih (Bastaman,
2007)
Konsep mengenai makna hidup adalah hal-hal yang memberikan arti
khusus bagi seseorang, apabila makna hidup itu terpenuhi maka akan
memberikan perasaan berharga dan berarti (Frankl, 1997). Makna itu sendiri
merupakan bagian dari kenyataan yang dapat dijumpai di setiap segi
kehidupan dan bisa berubah-ubah dari satu situasi ke situasi yang lain.
10
Pencarian makna hidup ini menjadi prinsip dasar teori Frankl yang
disebut logotherapy. Kata “logo” yang diambil dari bahasa Yunani
diterjemahkan sebagai “makna” (meaning). Logoterapi ini sendiri berbicara
mengenai makna dari eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan
makna, serta teknik-teknik penyembuhan dan mengurangi atau meringankan
penderitaan akibat kegagalan dalam menemukan makna hidupnya (Schultz,
1991).
Logoterapi memiliki tiga konsep yang menjadi landasan filosofinya
yaitu, kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna dan makna hidup
(Koeswara,1992). Kebebasan berkeinginan menunjuk pada kebebasan
manusia untuk menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi biologis,
psikologis, dan sosiologis. Namun begitu, Frankl mengakui bahwa kebebasan
tetap dalam batas-batas, karena manusia tidak bebas dari kondisi-kodisi itu
sehingga manusia bisa tampil diatas keterbatasan-keterbatasan yang
dimilikinya.
Keinginan akan makna menunjuk bahwa kita memiliki “kehendak
hidup bermakna” yang menjadi motivasi utama kita dalam menjalani
kehidupan. Sedangkan dalam makna hidup menunjukkan bahawa kita bebas
menemukan makna hidup pada apa yang kita kerjakan atau setidak-tidaknya
pada sikap kita dalam menghadapi situasi derita yang tidak dapat diubah
(Bastman, 1998). Walaupun begitu, manusia bebas menentukan sikap
terhadap kondisi-kondisi tertentu tersebut sehingga manusia bisa tampil diatas
keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya dan membawa dimensi baru,
11
suatu dimensi spiritual tempat kebebasan manusia terletak dan dialami
(Koeswara, 1992).
1. Makna Hidup
Makna hidup adalah hal-hal yang di anggap sangat penting dan
berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak
dijadikan tujuan dalam kehidupan (Bastaman, 2007).
Konsep mengenai makna hidup adalah hal-hal yang memberikan
perasaan berharga. Fankl (Koeswara, 1987) mengemukakan bahwa makna
hidup tidak harus selalu merupakan persoalan agama, tetapi juga bisa dan
sering merupakan persoalan sekunder.
Lebih lanjut dijelaskan Frankl (Koeswara, 1987) bahwa manusia
bisa menemukan makna tidak hanya dari agama atau melalui realisasi
nilai-nilai agama, tetapi juga bisa melalui realisasi nilai manusiawi yang
mencakup nilai kreatif, nilai estesis, nilai etis, dan nilai pengalaman
(exsperiential value). Ini berarti bahwa manusia, disamping melalui
kehidupan agama, bisa menemukan atau menciptakan makna hidup
melalui kerja, melalui cinta dengan sesama, melalui pengalaman-
pengalaman. Manusia tetap dapat menemukan makna hidup ketika
mengalami keadaan yang buruk dan tidak menyenangkan. Para pemakai
NARKOBA membutuhkan motivasi yang kuat untuk menjalani hidup
mereka. Mereka mencari makna hidup ditengah penderitaan yang mereka
alami. Tetapi mereka tetap memerlukan orang lain untuk menciptakan
makna yang bisa membuat hidup mereka penuh arti.
12
Makna hidup yang mereka (para pemakai NARKBA) ingin
temukan adalah merupakan keinginan pribadi mereka yang mampu
membantu mereka untuk bertahan hidup dengan kondisinya sebagai
pemakai NARKOBA. Makna hidup adalah kebutuhan yang terus menerus
dicari, untuk memberi maksud tentang keberadaan orang tersebut.
Kehidupan ini menantang kita untuk menemukan makna hidup dan
tanggapan kita terhadap perbuatan-perbuatan kita yang mengungkapkan
dengan jelas arti yang kita peroleh dalam kehidupan kita. Para pemakai
NARKOBA dapat menemukan makna hidup dengan melakukan berbagai
macam aktivitas yang memberikan arti tersendiri bagi mereka, terutama
dalam kenyataan bahwa masyarakat belum dapat menerima keberadaan
mereka sebagai pemakai NARKOBA.
2. Sumber-Sumber Makna Hidup
Frankl (Bastaman, 2007), percaya bahwa kebermaknaan hidup
manusia dapat ditemukan melalui transendensi diri. Menemukan makna
hidup itu tidak mudah, manusia hanya bisa mengarahkan dirinya kepada
makna apabila dia bisa merealisasikan nilai-nilai manusiawinya. Nilai-nilai
yang dapat direalisasikan untuk menuju makna, antara lain sebagai berikut:
a. Nilai-nilai daya cipta
Merupakan apa yang diberikan individu kepada kehidupan. Nilai-
nilai ini diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif.
Realisasi nilai-nilai kreatif dalam wujud konkret aktivitas kerja, yang
merupakan peluang bagi seseorang untuk menemukan dan memenuhi
13
makna dari kegiatannya bekerja, yang terlihat dari sikap kerja, cara
kerja, dan hasil kerjanya. Seseorang yang mencintai pekerjannya, akan
melaksanakannya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh,
sehingga akan menghasilkan karya dengan kualitas yang terbaik, yang
sekaligus memberi makna.
b. Nilai-nilai pengalaman
Nilai yang diterima individu dari kehidupan, misalnya menemukan
kebenaran, keindahan dan cinta akan menimbulkan rasa bahagia,
kepuasan, ketentraman, dan perasaan diri bermakna (Bastman,2007).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Crumbaugh (2007) bahwa nilai
pengalaman diperoleh dari penghayatan tentang dirinya, tentang
dunianya, dan penemuan keduanya akan menghasilkan kebermaknaan
hidup.
c. Nilai-nilai sikap
Seorang individu hidup dalam dunianya yang unik dan kompleks.
Dia tidak akan lepas dari segala pengalaman dan keberadaan hidupnya
serta sikap yang diambil atas keberadannya itulah yang akan
menentukan arah tujuan hidupnya. Seseorang yang mempunyai dan
mengalami pengalaman yang tidak dapat diubah, seperti penyakit,
penderitaan dan kematian akan berusaha untuk mengatasi segala
kepahitan yang dirasakan dengan cara mengambil sikap atas
keadaannya tersebut. Menurut Frankl (Schultz, 1992), kondisi buruk
yang menimbulkan keputus asaan dan tanpa harapan, dapat
14
memberikan kesempatan yang sangat besar bagi individu untuk
menemukan makna hidup.
Manusia bisa berpeluang menemukan makna hidup atau membuat
hidupnya bermakna sampai nafasnya yang terakhir. Menurut Frankl
(Koeswaa, 1992) realisasi nilai-nilai terutama nilai bersikap itu bisa
dan perlu dilakukan tidak hanya pada saat individu menghadapi
penderitaan, tetapi juga saat individu menghadapi maut yang datang
menjemput. Setiap tindakan akan baik dilakukan besok bahkan lusa
atau bahkan tahun-tahun yang akan datang. Akan tetapi, sebaiknya
dihadapan kematian sebagai akhir mutlak bagi masa depan dan
pembatas bagi kemungkinan-kemungkinan kita menanggung
keharusan untuk menggunakan waktu sebaik mungkin dan tanpa
melewatkan satu peluang pun tanpa kita gunakan.
Kebermaknaan hidup atau keberadaan manusia berlandaskan pada
sifat yang tidak dapat diulang. Jadi kebermaknaan hidup adalah hal-
hal yang memberikan arti khusus bagi seseorang yang apabila
terpenuhkan memberikan perasaan berharga dan berarti, dan ini
terrealisasi lewat nilai kreativitas, nilai eksperiensial dan nilai
bersikap.
3. Kebebasan Berkeinginan
Kebebasan yang di maksud di sini adalah suatu kebebasan yang
bertanggung jawab. Maksudnya orang harus menerima tanggung jawab
15
terhadap apa yang telah menjadi pilihannya dalam hidup atas realisasi dari
nilai-nilai pemenuhan makna bagi keberadaan dirinya.
Frankl (Schultz, 1991), sangat menentang pendirian-pendirian yang
memberi ciri pada kondisi manusia sebagai yang ditentukan oleh insting
biologis atau konflik-konflik masa kanak-kanak atau sesuatu kekuatan dari
luar. Meskipun kita tunduk dengan kondisi dari luar yang mempengaruhi
kita, namun kita bebas memilih reaksi terhadap kondisi-kondisi ini. Kita
tidak dapat bertahan dengan keadaan dari luar, kekuatan tersebut dapat
benar-benar mengubah keadaan kita, tetapi kita bebas dan sanggup
mengambil sikap terhadap dunia dan terhadap diri kita sendiri dalam
menangani kekuatan-kekuatan tersebut. Pada saat kita berada dilingkungan
para pemakai NARKOBA dan kita terjerumus didalamnya hanya diri kita
yang sebenarnya mampu mengubah keadaan kita, saat kita sangat
terpengaruh dan tidak dapat lepas dari jeratan NARKOBA kita tidak dapat
berbuat apa-apa dan tidak bisa menolak kenyataan tersebut. Apabila kita
masih bisa bertahan dengan keadaan yang demikian bahwa kita adalah
pemakai, kita masih bebas melakukan aktivitas kita, walauw semua akan
terasa sulit karena kebutuhan kita akan NARKOBA tidak mudah
dihentikan. Tetapi kita tidak boleh menyerah dengan keadaan tersebut.
Kita msih memiliki kebebasan untuk memberikan arti pada kehidupan kita,
meskipun sekarang kita adalah pemakai NARKOBA.
16
4. Keinginan Akan Makna
Frankl (Bastaman, 2007) berpendapat bahwa manusia dalam
berperilaku mengarahkan dirinya sendiri kepada sesuatu yang ingin
dicapai, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang menjadi
penggerak utama kepribadian manusia, jika ditinjau dari aspek spiritual.
Orientasi akan makna ini membawa seseorang pada konfrontasi makna,
tentang bagaimana kehendak manusia sesungguhnya, ketika orientasi akan
makna berubah menjadi konfrontasi dengan makna, maka individu akan
berkembang mencapai kematangan dan kebebasannya berubah menjadi
tanggung jawab. Individu akan peka terhadap keberadaannya dan
bertanggung jawab atas realisasi nilai pemenuh makna yang spesifik akan
kehidupan pribadi, serta keberadaan dirinya (Frankl, 1967).
Konsep keinginan akan makna hidup menjadi utama dalam
kepribadian manusia. Konsep ini menunjukkan bahwa makna hidup dan
nilai-nilai hidup menarik dan mewarnai manusia untuk memenuhi realita
yang dihadapinya. Konsep ini justru menawarkan ketegangan (atara ada
dan makna atau keberadaan dan hakekat) antara kenyataan diri sekarang
dengan makna-makna yang harus dipenuhi. Melalu penciptaan makna bagi
hidup atau keberadaannya, berarti manusia memperkembangkan dan
membahagiakan dirinya.
Keinginan akan makna hidup ini juga membawa manusia pada
konfrontasi akan makna hidupnya, dia berusaha mengenali siapa dirinya,
dan hal itu membawa dirinya pada konfrontasi akan makna hidupnya,
17
manusia itu hendak bagaimana atau semestinya menjadi apa. Menurut
Frankl (Koeswara, 1992), konfrontasi kepada makna merupakan
perwujudan dari kemauan atau kemampuan manusia dalam memikul
beban ketidak berdayaannnya dan menerima keterbatasannya yang
merupaka syarat menjadi pribadi yang sehat. Orang yang tidak mampu
atau tidak berani berkonfrontasi dengan makna hidupnya adalah orang
yang melarikan diri dari keterbatasannya.
Manusia dalam berperilaku mengarahkan dirinya kepada sesuatu
yang ingin dicapai yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang
menjadi penggerak utama kepribadian manusia. Makna sebagai orientasi
suatu tujuan akan menimbulkan pertanyaan tentang keberadaan manusia
itu jika ditinjau dari aspek spiritual. Orientasi akan makna ini membawa
seseorang pada konfrontasi akan makna, tentang bagaimanakah kehendak
manusia itu sesungguhnya? Ketika orientasi akan makna berubah menjadi
konfrontasi dengan makna, maka individu akan berkembang mencapai
kematangan dan kebebasannya berubah menjadi tanggung jawab. Individu
akan peka terhadap keberadaannya dan tanggung jawab atas realitas nilai
pemenuhan makna spesifik akan kehidupan pribadi, serta keberadaan
dirinya,
Seseorang yang hidupnya bermakna akan menjalani segala
aktivitasnya dengan penuh semangat karena individu yang bersangkutan
mempunyai tujuan hidup yang jelas, dan baaimana harus berjalan menuju
kearah yang ingin dicapainya. Walawpun dalam perjalanannya banyak
18
mengalami hambatan, misal suatu penderitaan yang dialaminya. Semakin
seseorang bisa menghayati kehidupannya lebih dalam maka akan lebih
mudah bagi seseorang tersebut untuk memperoleh kebahagiaan serta
menemukan dan merasakan makna.
5. Ketidakbermaknaan Hidup
Ketakbermaknaan adalah suatu perasaan yang disebabkan karena
kegagalan menangkap makna dari satu pengalaman, dengan kata lain
perasaan ketidakadaan makna (Koeswara, 1992). Pengalaman dalam
penderitaan, satu pengalaman yang dipenuhi dengan perasaan
ketidakbermakna. Penderitaan akibat konflik, baik internal maupun
eksternal bisa mengakibatkan seseorang tidak lagi mampu melihat makna,
meskipun makna hidup itu tetap ada. Mereka yang berhasil menghayati
makna hidupnya akan menjalani kehidupannya dengan penuh semangat,
bergairah, bergembira, dan menghayati kebahagiaan jauh dari perasaan
hampa. Namun bagi yang gagal menghayatinya akan merasakan
penderitaan batin yang panjang dan gelap.
Seseorang yang mengalami kegagalan dan belum terpenuhinya
keinginan akan makna cenderung kurang stabil, dan apabila berlangsung
terus menerus tanpa ada penyelesaian akan dapat mengarahkan seseorang
pada sindrom ketidakbermaknaan. Penghayatan hidup tanpa makna,
menurut Frankl (Bastman, 1996), bersumber dari naluri yang hampir tidak
berfungsi lagi serta merupakan kondisi yang menyuburkan penghayatan
hidup tak bermakna. Naluri pada hakekatnya memberikan petunjuk pada
19
manusia tentang apa yang diinginkannya, sedangkan tradisi dan agama
menunjukkan apa yang pantas dilakukan manusia. Dengan memudarnya
insting dan tradisi dalam kehidupan dewasa ini, maka manusia modern
seakan-akan tidak mengetahui lagi apa yang benar-benar mereka inginkan
dan apa yang seharusnya mereka lakukan.
B. NARKOBA
1. Penjelasan NARKOBA
NARKOBA adalah obat-obatan yang tidak boleh dijual bebas
karena pemberiannya dapat membahayakan bila tidak melalui
pertimbangan medis. Masalah penyalahgunaan NARKOBA telah sampai
pada taraf yang memerlukan perhatian yang serius. Ada dua faktor yang
menyebabkan seseorang terlibat penyalah gunaan NARKOBA
(Partodiharjo, 2001). Faktor-faktor yang dimaksud adalah faktor individu
dan faktor lingkungan. Faktor individu disebutkan turut berpengaruh
dalam terlibatnya orang kearah penyalah gunaan NARKOBA, karena
selain mengalami perubahan secara fisik, manusia juga mengalami
perkembangan kejiwaannya. Pada masa perkembangan kejiwaan inilah
kepribadian terbentuk dan terbentuknya kepribadian ini sangat dipengaruhi
oleh dinamika konsep diri ( Partodiharjo, 2001). Selain itu ditambah oleh
Yani (Partodiharjo, 2001), dalam kaitannya dengan penyalahgunaan
NARKOBA, faktor individu lainnya yang menyebabkan seseorang dapat
dengan mudah terjerumus antara lain ; faktor kejiwaan yaitu gangguan
20
cara berpikir, gangguan emosi, gangguan kehendak dan perilaku, faktor
usia, faktor religi.
2. Pengertian NARKOBA
Istilah NARKOBA sesuai dengan Surat Edaran Badan Narkotika
Nasional (BNN) No SE/03/IV/2002 merupakan akronim dari narkotika,
psikotropika dan bahan adiktif lainnya. NARKOBA yaitu zat-zat alami
maupun kimiawi yang jika dimasukkan kedalam tubuh dapat mengubah
pikiran, suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
3. Jenis-jenis NARKOBA
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun nonsintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya
rasa. Narkotika sintetis adalah narotika yang dibuat dari bahan
kimia, NARKOBA ini di gunakan untuk pembiusan. Narkotika
nonsintetis adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat
aktifnya, contohnya : Morfin, kodein, heroin, dan kokain.
21
1) Ganja
Dikenal dengan nama : Cannabis, Mariyuana, hasish, gelek,
Budha stick, Cimeng.
Bentuk: berupa tanaman yang dikeringkan. Daun ganja
bentuknya memanjang miringnya bergerigi, ujungnya
lancip, urat daun memanjang ditengah pangkal hingga
ujung bila diraba bagian muka halus dan bagian belakang
agak kasar.
Warna: Ganja hijau tua segar dan berubah coklat bila
sudah lama dan dibiarkan karena kena udara dan panas.
Penggunaan: dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau
dapat juga dihisap dengan menggunakan pipa rokok.
Efek :
- Denyut jantung semakin cepat, temparatur badan
menurun, mata merah.
- Napsu makan bertambah.
- Santai, tenang dan melayang-melayang.
- Daya tahan menghadapi problema jadi lemah.
- Malas, apatis
- Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar
maupun bekerja.
- Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual
maupun moral terganggu.
22
Efek paling buruk dari pemakaian ganja secara kronis dapat
menyebabka kanker paru-paru karena pengaruh kadar tar
pada kadar tar tembakau.
2) Cocain
Berasal dari tanaman coca.
Bentuk: berupa bubuk, daun coca, buah coca, cocain
kristal.
Warna :
- Cairan berwarna putih/tidak berwarna.
- Kristal berwarna putih.
- Tablet berwarna putih.
- Bubuk/serbuk seperti tepung.
Penggunaan: dengan cara menghirup melalui hidung
dengan menggunakan alat penyedot (sedotan) atau dapat
juga dibakar bersama-sama dengan tembakau (rokok),
ditelan bersama minuman, atau disuntik pada pembuluh
darah.
Efek :
- Tidak bergairah bekerja.
- Tidak bisa tidur.
- Halusinasi.
- Tidak nafsu makan.
- Berbuat dan berfikir tanpa tujuan.
23
- Merasa gelisah.
3) Morfin dan Heroin :
Nama lain : putaw, smack, junk, horse, bedak putih.
Morfin dan heroin berasal dari getah opium yang membeku
sendiri dari tanaman Papaver Somniferum. Dengan melalui
proses pengolahan dapat menghasilkan morfin. Kemudian
dengan proses tertentu dapat menghasilkan heroin yang
mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.
Bentuk: berupa serbuk.
Warna: putih, abu-abu, kecoklatan hingga coklat tua.
Penggunaan: dengan cara menghirup asapnya setelah
bubuk heroin dibakar diatas kertas timah pembungkus
rokok atau dengan menyuntikkannya langsung ke pembuluh
darah setelah heroin dilarutkan dalam air.
Efek :
- Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan
“dungu” jalan mengambang.
- Rasa sakit seluruh badan.
- Badan gemetar, jantung berdebar-debar.
- Susah tidur dan nafsu makan berkurang.
- Matanya berair dan hidungnya selalu ingusan.
Problem pada kesehatan : bengkak pada daerah
menyuntik, tetanus, HIV/AIDS, hepatitis B dan C,
24
problem jantung, dada dan paru-paru, serta sulit
buang air besar. Pada wanita mengganggu sirkulasi
menstruasi.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, yang
memiliki pengaruh pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika
adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan jiwa.
Contohnya:
1) Golongan Psikostimulansi:
Yaitu jenis zat yang menimbulkan rangsangan.
Jenis obat yang termasuk golongan ini:
a) Amfetamine (lebih populer dikalangan
masyarakat sebagai shabu dan ekstasy)
b) Desamfetamine
2) Golongan Psikodepresan:
Yaitu golongan obat tidur, penenang dan obat anti
cemas. Merupakan jenis obat yang mempunyai
khasiat pengobatan yang jelas.
Jenis obat yang termasuk golongan ini:
a) Amobarbital
b) Pheno karkital
c) Penti karkital
25
3) Golongan Sedativa:
Yaitu jenis obat-obatan yang mempunyai khasiat
pengobatan yang jelas dan digunakan sangat luas
dalam terapi.
Jenis obat yang masuk golongan ini: Diazepam,
klobazam, klordiazepoxide, nitrazezam.
c. Bahan adiktif lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan
psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya:
1) Inhalen
Yakni zat yang terdapat pada lem dan thiner.
Penggunaan: dengan cara dihirup yang dapat
mengakibatkan kematian mendadak, seperti tercekik.
Efek:
- Hilang ingatan.
- Tidak dapat berfikir.
- Mudah berdarah dan memar.
- Kerusakan sistem syaraf utama.
- Kerusakan hati dan ginjal.
- Sakit maag.
- Sakit pada waktu buang air kecil.
- Kejang-kejang otot dan batuk-batuk.
26
2) Alkohol
Alkohol yaitu minuman yang mengandung ethanol
yang di proses dari bahan hasil pertanian yang mengandung
karbohidrat dengan cara fermentasi, baik melalu perlakuan
sebelumnya, menambah bahan lain, mencampur konsentrat
dengan ethanol, ataupun dengan proses pengenceran
minuman yang mengandung ethanol.
Efek:
- Menyebabkan depresi pada sistem syaraf pusat
- Jika penggunaan dicampur dengan obat lain
sipemakai akan pingsan atau kejang-kejang tidak
sadar diri
- Menimbulkan habitulasi, toleransi dan ketagihan
- Mengakibatkan mundurnya kepribadian
- Peradangan dilambung (gastritis)
- Melemahkan jantung dan hati menjadi keras
3) Tembakau / rokok
Zat yang berhubungan luas dengan penggunaan
tembakau biasanya dalam bentuk rokok. Pengaruh
penggunaannya hanya dapat dilihat apabila digunakan
dalam jumlah yang menimbulkan ketergantungan pada
umumnya.
27
Efek:
- Menyumbat saluran-saluran darah baik dari maupun
menuju jantung sehingga memperlambat aliran
darah.
- Menimbulkan penyakit kanker.
- Serangan jantung.
- Impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.
4) Obat penenang
Macam –macam obat penenanga antara lain Obat tidur, Pil
koplo, Nipam, Valium, Lexotan
Bentuk: Tablet, kapsul, serbuk
Cara penggunaan: Ditelan secara langsung
Efek:
- Bicara menjadi pelo/tidak jelas, memperlambat
respons fisik, mental, dan emosi. Dalam dosis tinggi
akan membuat pengguna tidur.
- Penggunaan campuran dengan alkohol dapat
berakibat kematian.
5) Zat yang mudah menguap
Macam-macam zat yang mudah menguap antara
lain; lem aica aibon, thiner, bensin, spritus.
Efek:
- Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat
28
- Menimbulkan perasaan senang, puyeng, penurunan
kesadaran, gangguan penglihatan dan pelo
- Problem kesehatan terutama merusak otak, lever,
ginjal, dan paru-paru
- Kematian timbul akibat berhentinya pernafasan dan
gangguan pada jantung.
4. Gejala Dini Penyalahgunaan NARKOBA
1. Prestasi di sekolahnya secara tiba-tiba menurun.
2. Pola tidurnya berubag : pagi susah bangun, malam suka bergadang.
3. Selera makan berkurang.
4. Banyak mengurung di kamar.
5. Bersikap lebih kasar dengan anggota keluarga lainnya dinandingkan
sebelumnya.
5. Bahaya Penyalahgunaan NARKOBA
a. Terhadap Kondisi Fisik
1) Akibat Zat itu sendiri.
Termasuk di sini gaangguan mental organik akibat Zat,
misalnya intoksikasi yaitu suatu perubahan mental yang terjadi
karena dosis berlebih yang memang diharapkan oleh pemakainya.
Sebaliknya jika pemakaiannya terputus akan terjadi kondisi putus
zat.
29
Berbagai zat yang akan menimbulkan konplikasi sendiri-
sendiri:
a) Opioida: acapkali menimbulkan gangguan menstruasi,
impotensi dan konstipasi kronik.
b) Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga
mudah terserang infeksi. Ganja juga memperburuk aliran
darah koroner.
c) Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi
sekat hidung, jangka panjang terjadi anemia dan turunnya
berat badan.
d) Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi, misalnya:
gangguan lambung, kanker usus, gangguan hati,gangguan
pada otot jantung dan saraf, gangguan metabolisme, cacat
janin dan gangguan seksual.
e) Halusinogen: dapat menimbulkan pendarahan otak.
f) Inhalansia: menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal, hati,
jantung dan otak.
2) Akibat bahan pelarut/campuran
Bahaya yang mungkin timbul: infeksi, emboli.
3) Akibat cara pakai atau alat tidak steril.
Akibat yang terjadi infeksi, terjangkitnya AIDS atau hepatitis.
4) Akibat pertolongan yang keliru.
Misalnya dalam keadaan tidak sadar diberi minum.
30
b. Terhadap Kehidupan Mental Emosional
Intoksikasi alkohol menimbulkan perubahan pada kehidupan
mental emosional yang bermanifestasi pada gangguan perilaku yang
tidak wajar. Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan
sindrom amotivasional. Jika dihentikan penggunaan pada golongan
amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri.
c. Terhadap Kondisi Sosial
Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan
menggangu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau
sekolah. Pada umumnya prestasi akan menurun, yang berakibat makin
kuatnya dorongan untuk menyalahgunakan obat.
Dalam posisi demikian hubungan anggota keluarga dan kawan
dekat pada umumnya terganggu. Pemakaian yang lama akan
menimbulkan toleransi, kebutuhan akan zat bertambah. Akibat
selanjutnya akan memungkinkan terjadinya tindak kriminal. Semua
pelanggaran, baik norma sosial maupun hukumnya terjadi karena
kebutuhan akan zat yang mendesak dan pada keadaan intoksikasi yang
bersangkutan bersifat agresif dan impulsif.
6. Dampak Penyalahgunaan NARKOBA
a. Dampak terhadap fisik
Pemakaian NARKOBA dapat mengalami kerusakan organ
tubuh dan menjadi sakit sebagai akibat langsung adanya NARKOBA
dalam darah, misalnya kerusakan paru-paru, ginjal, hati, otak, jantung,
usus, dan sebagainya.
31
b. Dampak terhadap mental dan moral
Pemakaian NARKOBA menyebabkan kerusakan pada sel-sel
otak, syaraf, pembuluh darah, darah, tulang dan seluruh jaringan pada
tubuh manusia. Kerusakan jaringan tersebut yang kemudian
menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel-sel tubuh dan gangguan
pada fungsi organ, seperti otak, jantung, paru-paru hati, ginjal, usus
dan lain-lain. Semua penderitaan yang dialami akibat penggunaan
NARKOBA dapat menyebabkan perubahan sikap dan perilaku. Akibat
dari penggunaan NARKOBA pemakai NARKOBA menjadi orang
yang egois, selalu curiga dengan orang lain, jahat dan tidak perduli
dengan orang lain. Banyak pemakai NARKOBA yang mental dan
moralnya rusak, banyak yang terjebak pelacuran dan pembunuh.
Ditinjau dari segi fisik, kondisi para pemakai semakin lemah sehingga
menjadi orang yang malas dan hanya memikirkan diri sendiri.
c. Dampak terhadap keluarga dan masyarakat
Masalah yang mula-mula akan muncul adalah masalah
psikologis yaitu, gangguan keharmonisan runah tangga, keluarga besar
dan masyarakat. Setelah masalah psikologis kemudian masalah
ekonomi dan masalah kekerasan dan kriminalitas. Dilihat dari masalah
ekonomi banyak uang yang terbuang hanya untuk membeli
NARKOBA dan uang akan terbuang banyak ketika berobat dalam
jangka waktu yang lama.
32
7. Penyakit Akibat NARKOBA
a. Penyakit langsung karena NARKOBA
Penyakit ini adalah penyakit sebagai akibat kerusakan
organ tubuh karena sel-selnya dirusak oleh NARKOBA.
1) Kerusakan pada otak
Kerusakan pada otak mengganggu fungsi otak. Bentuknya
tergantung dari sel dan bagian otak yang rusak. Gangguan pada
kerusakan otak tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi
otak, dapat berupa stroke atau cacat mental maupun moral.
2) Kerusakan pada hati
Akibatnya dapat menurunnya daya tahan tubuh karena
gangguan netralisasi racun dan gangguan fungsi kekebalan.
3) Kerusakan pada ginjal
NARKOBA dapat merusak fungsi ginjal sebagai penyaring
zat-zat yang tidak berguna dalam darah untuk dibuang melalui
air seni. Penderita tak jarang meninggal karena infeksi ginjal
atau gagal ginjal.
4) Kerusakan pada jantung
NARKOBA dapat merusak sel-sel pada jantung atau pembuluh
darah jantung. Dampak yang sring terjadi adalah serangan
jantung koroner. Penyempitan pembuluh darah jantung dapat
menyebabkan rusaknya otot jantung karena kekurangan darah.
33
5) Kerusakan pada limpa, sumsum tulang, paru-paru, dan lain-
lain.
b. Penyakit infeksi karena cara pemakaian NARKOBA
1) HIV / AIDS menular dikalangan pemakai NARKOBA melalui
pemakaian jarum suntik bersama-sama, hubungan seks,
berciuman, dll.
2) Hepatitis atau radang hati.
3) Sifilis disebabkan oleh kuman bernama triponema podium.
Sifilis sering menular karena hubungan pribadi satu pemakai
jarum suntik dengan pemakai yang lain.
C. Logoterapi
1. Teori kepribadian logoterapi
Pada umumnya sebuah teori kepribadian mencakup pokok-pokok
bahasan mengenai landasan teoretis dan orientasinya, yaitu apakah
pendekatan dinamik dengan orientasi masalalu, teori behavioral yang
mementingkan masa kini atau wawancara eksistensial yang menganggap
cita masa depan sangat berperan dalam perkembangan kepribadian, yaitu
bawaan (geneti), kondisi psikis, dan situasi sosial budaya yang selalu
saling berkaitan dan mempengaruhi.
Landasan teori kepribadian logoterapi bercorak eksistensi
humanistik. Artinya logoterapi mengakui manusia sebagai makhluk yang
memiliki kebebasan berkehendak, sadar diri, dan mampu menentukan apa
yang terbaik bagi dirinya sesuai dengan julukan kehormatan bagi manusia
34
sebagai The self determining being. Selain itu manussia memiliki kualitas-
kualitas insani (human qualitities), yakni berbagai potensi, kemampuan,
bakat, dan sifat yang tidak terdapat pada makhluk-makhluk lain, seperti
kesadaran diri, transendensi diri, memahami dan mengembangkan diri,
kebebasan memilih, kemampuan menilai diri sendiri dan orang lain,
spiritualitas dan religiusitas, humor dan tertawa, etika dan estetika, nilai
dan makna dan sebagainya. Secara potensial terpatri dalam dirinya sejak
awal kehidupan sebagai potensi dan kualitas-kualitas yang khas manusia.
Logoterapi, sesuai dengan makna logos yang berarti spirituality
(kerohanian) dan meaning (makna), mengakui adanya dimensi kerohanian
di samping dimensi ragawi dan kejiwaan serta meyakini bahwa kehendak
untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama
setiap manusia. Dalam hal ini makna hidup (the meaning of life) adalah
tema sentral logoterapi dan hidup yang bermakna (the meaningful of life)
adalah motivai, tujuan dan dambaan yang harus diraih oleh setiap orang.
Dengan demikian, terdapat satu faktor tunggal sebagai inti seluruh teori
kepribadian model logoterapi yaitu makna hidup.
Struktur teori kepribadian logoterapi terdiri dari unsur-unsur
internal, eksternal dan transendental yang saling berkaitan dan pengaruh
memengaruhi. Unsur internal adalah seluruh potensi (antara lain bakat dan
kemampuan), sarana (raga,jiwa,rohani), dan daya-daya pribadi (antara lain
daya pikir, insting, emosi). Kualitas-kualitas insani (human qualities), dan
kehendak untuk hidup bermakna (the will of meaning) serta kemampuan
35
untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya (the self determining being)
yang ada pada diri manisia.
Unsur eksternal yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian
adalah kondisi lingkungan alam sekitar dan situasi masyarakat serta
norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di tempat
seseorang menjalani kehidupan sehari-hari. Unsur transendental adalah
kemampuan manusia untuk mengatasi kondisi kehidupan saat ini dan
menentukan apa yang diidam-idamkan dengan memanfaatkan daya-daya
imajinasi, will power, kemampuan merencanakan dan menetapkan tujuan,
serta mengambil sikap baru atas kondisi saat ini.
Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika
kepribadiannya dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut: setiap
orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam
pandangan logoterapi kebahagiaan itu ternyata tidak terjadi begitu saja,
tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi
keinginanya untuk hidup bermakna (the will meaning). Mereka yang
berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna
(meaningfull life), dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah
kebahagian (happines). Dilain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi
motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta
merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat
dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut larut
tidak teratasi dapat menjadikan gangguan neurosis (noogenic neurosis),
36
dan mengembangkan karakter-karakter totaliter (totalitarianism).
Konformis (conformism).
Dalam tulisan ini konseling dengan pendekatan lgoterapi
digambarkan sebagai penerapan asas-asas logoterapi dalam memberikan
bantuan psikologis kepada seseorang untuk menemukan serta memenuhi
makna serta tujuan hidupnya dengan jalan lebih menyadari sumber-sumber
makna hidup, mengaktualisasi potensi diri, meningkatkan keakraban
hubungan antarbribadi, berfikir dan bertindak positif, menunjukkan
prestasi dan kualitas kerja optimal, mendalami nilai-nilai kehidupan,
mengambil sikap tepat atas musibah yang dialami, serta memantapkan
ibadah pada Tuhan.
Gambaran diatas menunjukkan bahwa konseling logoterapi
merupakan konseling individual untuk masalah ketidak jelasan makna dan
kejelasan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya
gairah hidup. Jadi bukan untuk problema eksistensial dan patologis berat
yang memerlukan bantuan psikoterapi. Selain itu, karakteristik konseling
logoterapi adalah jangka pendek (short termed), berorientasi masa depan
(future oriented), dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented).
Dalam konseling ini, khsusnya dalam proses penemuan makna hidup
konselor bertindak sebagai rekan yang berperan serta (the paricipating
partner) yang sedikit demi sedikit menarik keterlibatannya bila konseli
telah mulai menyadari dan menemukan makna hidupnya. Untuk itu relasi
konselor dengan konseli harus mengembangkan encaounter, yaitu
37
hubungan antarpribadi yang ditandai oleh keakraban dan keterbukaan,
serta sikap dan kesediaan untuk saling menghargai, memahami, dan
menerima sepenuhnya satu sama lain.
2. Asas-asas Logoterapi
Logoterapi mengemukakan asas-asas yang telah teruji
kebenarannya. Ada tiga asas utama logoterapi, yakni :
Pertama, hidup itu tetap meiliki makna (arti) dalam setiap situasi,
bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu
yang dirasakan penting, berharga dan didambakan serta memberikan nilai
khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Setiap manusia
selalu mendambakan hidupnya bermakna dan selalu berusaha mencari dan
menemukanya. Makna hidup apabila berhasil ditemukan dan dipenuhi
akan menyebabkan kehidupan ini berarti.
Kedua, setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tak
terbatas untuk menemukan sendiri makna hidupnya. Makna hidup dan
sumber-sumbernya dapat ditemukan dalam kehidan itu sendiri, khususnya
pada pekerjaan dan karya bakti yang dilakukan serta dalam keyakinan
terhadap harapan dan kebenaran seerta penghayatan atas keindahan, dan
cintakasih.
Ketiga, setiap manusia memeliki kemapuan untuk mengambil sikap
terhadap penderitaan dan peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi
yang menimpa diri sendiri dan ligkungan sekitar, setelah upaya
mengatasinya telah dilakukan secara optimal tetap tak berhasil.
38
Maksudnya, jika kita tidak mungkin mengubah suatu keadaan, sebaiknya
kita mengubah sikap atas keadaan itu agar kita tidak terhanyut secar
negatif oleh keadaan itu.
Asas-asas ini pada hakekatnya merupakan inti dari setiap
perjuangan hidup, yakni mengusahakan agar kehidupan senantiasa lebih
berarti bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan agama.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rencana Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai
dampak ketergantungan NARKOBA terhadap makna hidup seseorang. Untuk
itu dipilih penelitian deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitiam
studi kasus merupakan penelitian kualitatif. Penelitian studi kasus ini
dianggap sangat efektif untuk meneliti suatu gejala atau prilaku manusia.
Menurut Patton (Asmadi,2007), pendekatan kualitatif berusaha mencapai
kedalaman dari suatu bentuk gejala atau perilaku yang timbul.
Penelitian kualitatif menekankan pada suatu yang alamiah. Dalam
penelitian ini, data yang dihasilkan bersifat deskriptif, seperti wawancara,
catatan lapangan, foto, rekaman video, dan lain sebagainya. Menurut Azwar
(2007), data yang bersifat deskriptif berusaha menyajikan data secara
sistematik sehingga lebih mudah untuk dipahami dan kesimpulan yang
diberikan selalu jelas dasar faktualnya. Menurut Jonathan (2006), desain
penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi
lapangan.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam hal ini disebut responden adalah pemakai
NARKOBA. Responden berjumlah satu orang. Pengambilan subjek
ditentukan yaitu usia antara 20 tahun-25 tahun.
39
40
C. Metode Yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan tujuan
meningkatkan pemahaman dan pengertian tentang kebermaknaan hidup
pecandu NARKOBA. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan
wawancara secara mendalam.
Selain itu, juga digunakan observasi terhadap perilaku non verbal
yang menjadi salah satu alat untuk memperkaya data yang dibutuhkan.
Dengan begitu, dapat dihasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari responden dan perilaku yang diamati secara menyeluruh.
D. Dasar Penelitian
Sasaran penelitian yang diteliti adalah pemakai NARKOBA.
E. Langkah-Langkah/Tahap-Tahap Penelitian
Langkah-langkah atau tahap-tahap penelitian kualitatif yang peneliti
lakukan terdiri atas empat tahap, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap kegiatan
lapangan, tahap analisis intensif, dan tahap penulisan laporan.
1. Tahap Pra-Lapangan
Dalam tahap ini ada enam kegiatan yang harus dilakukan peneliti, yaitu:
a. Menyusun rancangan penelitian, yang telah disusun pada saat peneliti
menyusun proposal penelitian.
b. Memilih lapangan penelitian, yang dimulai setelah disetujuinya
proposal penelitian.
41
c. Mengurus perijinan (dalam hal ini meminta kesediaan subjek untuk
dijadikan subjek penelitian dan nantinya hasil ini akan dijadikan
sebagai bahan penulisan skripsi). Hal ini dilakukan pada tanggal 14
November 2007.
d. Memilih dan memanfaatkan informan (dapat dilakukan dengan
mewawancarai orang tua subjek atau orang-orang yang kenal dekat
dengan subjek).
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian (mempersiapkan alat seperti
buku catatan untuk memcatat hal-hal yang sekiranya tidak dapat rekam
oleh alat perekam, misalnya bahasa non verbal responden). Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah jalannya wawancara.
f. Dan yang tidak kalah pentingnya yaitu etika penelitian antara peneliti
dengan responden (misalnya jika responden tidak ingin disebut
namanya, maka digunakan nama samaran).
2. Tahap Kegiatan Lapangan
Tahap ini akan dilakukan peneliti pada saat penelitian dilakukan.
Namun terlebih dahulu peneliti perlu memahami latar penelitian dan
persiapan.
3. Tahap Analisis Intensif
Tahap ini akan dimulai setelah data terkumpul. Tahap ini akan ada
kegiatan membaca, menelaah dan mempelajari data yang terkumpul.
Tahap analisis intensif ini dapat dilihat dalam pokok bahasan teknik
analisis data.
42
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini dilakukan setelah semua data tersusun dan diolah dengan
baik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan yang tepat apakah data tadi
dianalisis dapat menjawab permasalahan.
F. Sumber Data/Responden dan Teknik Penelitiannya
Karena penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif,
maka sumber data yang dipakai peneliti adalah kata-kata dan tindakan.
Pencatatan sumber data melalui wawancara dan pengamatan juga berperan
serta. Yang diamati oleh peneliti adalah bahasa non verbal dari subjek yang
tampak pada saat wawancara berlangsung.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah wawancara.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara dengan petunjuk umum
wawancara, artinya pewawancara diharuskan membuat kerangka dan garis
besar pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara lampiran.
Sedangkan bentuk wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah
wawancara terbuka. Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka
dengan wawancara terbuka responden tahu bahwa dia sedang di wawancarai
dan mengerti pula wawancara tersebut.
43
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar penelitian ini menjadi penelitian alamiah, maka data yang
diperoleh perlu diperiksa keabsahannya (Sumaryanto, 2003). Dalam
penelitian ini digunakan kriteria derajat kepercayaan yang mana menuntut
suatu penelitian kualitatif agar dapat dipercaya oleh orang-orang yang
menyediakan informasi yang dikumpulkan selama penelitian berlangsung.
Teknik yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memastikan derajat
kepercayaan dari data kualitatif yang diperoleh yaitu triangulasi sumber.
Triangulasi berarti verifikasi penemuan melalui informasi dari berbagai
sumber, menggunakan multi-metode dalam pengumpulan data, dan sering
juga oleh beberapa peneliti (Sumaryanto, 2003). Sedangkan triangulasi
sumber berarti data yang terkumpul dicocokkan kepada sumber data atau
responden.
I. Teknik Analisis/Pengolahan Data
Teknik analisis yang dipakai pada penelitian ini adalah teknik analisis
data kualitatif. Menurut Yonathan ( Sarwono,2006). prinsip pokok analisis
kualitatif adalah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul
menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.
Menurut Miles dan Huberman (Sumaryanto, 2003) analisis data
kualitatif dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
a. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan tertulis dilapangan.
44
b. Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan
memberi kemungkinan adana penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
c. Menarik kesimpulan/verifikasi.
45
BAB IV
INFORMASI TENTANG RESPONDEN DAN
LAPORAN HASIL WAWANCARA
Dalam bab ini disajikan informasi mengenai responden yang diperoleh dengan
menggunakan teknik wawancara dan observasi tingkah laku non verbal. Laporan
ini akan disajikan dalam bentuk catatan lapangan berdasarkan wawancara seperti
yang terdapat pada lampiran
Responden bernama Abi (nama samaran)
Wawancara I
Tanggal : 18 November 2007
Lokasi : Rumah Responden
Status : Penyembuhan
Wawancara II
Tanggal : 25 November 2007
Lokasi : Rumah Responden
Status : Penyembuhan
Wawancara III
Tanggal : 09 Desember 2007
Lokasi : Rumah Responden
Status : Penyembuhan
46
A. Pengantar
Subjek adalah seorang pemakai NARKOBA yang sekarang sedang
berjuang untuk sembuh. Saat ini subjek sedang menyelesaikan kuliahnya di
salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.
Sebagai pembuka, peneliti menjelaskan kepada subjek tujuan
wawancara ini, yaitu peneliti ingin mengetahui pengalaman hidup subjek
sebagai pemakai NARKOBA di dalam masyarakat yang belum sepenuhnya
menerima keberadaannya sebagai pemakai NARKOBA dan apakah subjek
menemukan makna hidup dengan keadaan masyarakat yang demikian.
B. Identitas Responden
Nama : Abi
Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta, 03 Mei 1982
Jenis kelamin : Laki-laki
Tinggi badan : 180cm
Berat badan : 78 kg
Alamat : Yogyakarta
Pendidikan : Perguruan Tinggi (sedang mengerjakan skripsi)
Agama : Kristen protestan
Suku bangsa : Jawa
Penampilan : Selalu mengenakan pakaian serba hitam, santai dan
dingin
Nama ayah : (Alm) Ag
47
Pendidikan : Militer
Nama ibu : Puji
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
C. Latar Belakang Kehidupan Keluarga
Subjek adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Saat ini subjek sudah
memiliki seorang istri yang bekerja di satu perusahaan swasta di Jakarta
sebagai sekertaris. subjek juga memiliki kakak perempuan bernama YI
dengan usia 28 tahun yang bekerja sebagai karyawati di salah satu perusahaan
swasta di Jakarta dengan pendidikan S1 dan hingga saat ini belum menikah.
Subjek dibesarkan dalam keluarga tentara dengan pengasuhan yang
keras seperti militer. Dengan mimik muka yang sangat marah subjek
menceritakan masa lalunya, bahwa kesalahan sekecil apapun yang dilakukan
subjek akan mendapat hukuman fisik dari ayah dan ibu, bahkan tidak
terkecuali kakak perempuannya, semua akan mendapat hukuman yang sama.
Di lihat dari keadaan ekonomi keluarganya berkecukupan, apapun yang
subjek butuhkan dapat dipenuhi, kecuali perhatian dan kasih sayang dari
orang tua. Hubungan subjek dengan orang tua dan saudara tidak dekat, karena
dia lebih nyaman menghabiskan waktu dengan teman-teman.
Ayah dan ibu subjek terlalu sibuk dengan kegiatannya karena berada
di rumah pada sore hari setelah pulang dan kakaknya kuliah terkadang sampai
sore, sedangkan subjek sendiri bersekolah masuk siang dan pulang sore.
48
Subjek tidak pernah berbincang-bincang dengan orang tua dan kakaknya,
tetapi dia lebih senang keluar dengan teman-teman sampai pagi hari. Menurut
subjek keadaan rumah subjek sebenarnya nyaman (sambil menujuk tempat-
tempat di rumahnya) tetapi sikap orang-orang yang kasar dan tidak mau
memperhatikannya yang membuatnya tidak betah di rumah. Dengan nada
yang tinggi subjek mengatakan bahwa perasaan subjek terhadap keluarga
adalah jengkel, kecewa, dan marah karena tidak memperhatikannya bahkan
orangtuanya tidak pernah menanyakan keadaannya di sekolah atau di rumah.
Saat ini ayahnya sudah meninggal dunia (tak lama setelah subjek
masuk perguruan tinggi) dan semua sangat mengubah keadaan keluarganya,
sambil melihat foto keluarganya terlihat sekali penyesalan yang sangat
mendalam. Subjek menjadi sadar sebagai anak laki-laki satu-satunya subjek
memiliki tanggung jawab yang besar pada keluarga, subjek terlihat sangat
sedih sekali pada saat ingat bahwa ayahnya berpesan bahwa subjek harus
menjaga ibu dan kakanya dan harus benar-benar sembuh dari
ketergantungannya terhadap NARKOBA.
D. Status Sosial Keluarga Dalam Masyarakat
Mata pencaharian masyarakat di sekitar tempat tinggal subjek sangat
bervariasi. Corak hubungan yang sangat individualis sangat tampak dalam
lingkungan tempat tinggalnya. Namun keluarga subjek dengan tetangga
memiliki hubungan yang baik, karena mereka menghormati keluarganya dan
49
sebaliknya. Keluarga subjek termasuk dalam tingkatan sosial ekonomi
menengah keatas.
E. Taraf Pendidikan
Pandangan keluarga subjek terhadap pendidikan sangat baik dan
sangat disiplin. Orang tua subjek memiliki sikap positif dan mendukung
sepenuhnya terhadap pendidikan anak-anaknya. Semua Kakak subjek kuliah
pada salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, dan subjek pula
melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi (hingga saat ini),subjek
mengatakan bahwa dengan memiliki pendidikan tinggi taraf hidup akan lebih
baik.
F. Lingkungan Fisik, Sosial, Ekonomi Dan Sosial Kultural
Daerah tempat tinggal subjek termasuk dalam provensi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta dikenal dengan kota pelajar maka dari itu
banyaknya pendatang yang menuntut ilmu di Yogyakarta. Beragamnya
masyarakat yang tinggal di Yogyakarta memberikan wajah baru bagi kota ini,
budaya asli sedikit demi sedikit luntur dengan budaya baru baik yang berasal
dari daerah-daerah luar Yogyakarta maupun dari luar negeri.
Penduduk berasal dari berbagai daerah sehingga beragam budaya
hidup berdampingan. Di daerah ini terdapat tiga lapisan sosial ekonomi
masyarakat dari kelas bawah, menengah dan kelas atas.
50
G. Pertumbuhan Jasmani Dan Kesehatan
Menurut ibu subjek, subjek terlahir sehat, sejak bayi subjek jarang
sakit tetapi mulai pada waktu Abi kelas 5 SD dia terkena flek paru-paru, dan
proses penyembuhannya cukup lama hingga akhirnya subjek sembuh dari flek
paru-paru. Subjek mengatakan bahwa pada masa SMP dan SMA dia menjadi
anak yang sehat dan aktif. Bahkan banyak kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan olahraga dan fisik (bela diri) pernah dia ikuti. Tetapi
semua berubah pada saat subjek mengenal NARKOBA dari teman-temannya.
H. Perkembangan Kognitif
Subjek menghabiskan pendidikan Taman Kanak-kanak di Yogyakarta
pada tahun 1987-1988 Pada tahun 1988-1994 melanjutkan pendidikan di
Sekolah Dasar di Yogyakarta. Tahun 1994-1997 subjek menjalani masa-masa
SMP. Menurut cerita subjek sejak SD sering mengikuti lomba menggambar
walaupun tidak pernah menang tetapi hingga sekarang menggambar menjadi
salah satu kegemarannya. Pada saat SMP subjek sangat menggemari olah
raga dan di sekolah dia selalu mengikuti ekstra olah raga yang diadakan di
sekolahnya seperti mengikuti ekstra olah raga voli dan basket. Selain itu
subjek dan teman-temannya juga sering mengikuti lomba antar sekolah untuk
cabang olah raga voli dan basket.
Untuk lomba voli antar SMP, subjek dan teman-temannya sempat
meraih juara 2 antar SMP se-kabupaten Sleman, sedangkan kelompok
basketnya kalah di semifinal, tetapi hal tersebut tidak membuatnya patah
51
arang dan tetap menggemari olahraga hingga dia SMK. Pada saat dia SMK
“X” tahun 1997 subjek mengikuti kegiatan karate Shiroite aliran fighter, dia
hanya satu tahun mengikuti kegiatan ini. Sehingga akhirnya subjek dan
teman-teman SMK bergabung membentuk tim sepakbola.
Kegemarannya tak hanya dalam bidang olahraga saja tetapi subjek
juga menggemari musik keras seperti underground dan musik-musik metal
lainnya. Dengan penuh semangat subjek menceritakan kegiatannya di
komunitasnya yang baru, yaitu subjek terjun dalam dunia musik, subjek
memiliki band yang beraliran Thrashmetal yang bernama stiqma dan masih
tetap eksist hingga saat ini. Subjek juga aktif dalam kegiatan kerohanian
bersama teman-temannya di komunitas undergod socierty , subjek juga aktif
dalam kegiatan muda-mudi gereja di gereja St. Alfonsus, Nandan.
I. Perkembangan Sosial
Menurut cerita subjek sejak kecil dia tidak pernah dimanja oleh orang
tua. Orang tuanya hanya akan membelikan yang berkaitan dengan hal-hal
sekolah dan kebutuhan yang lain sulit untuk di dapat. Pada awal masa remaja
subjek semakin banyak memiliki teman, baik dilingkungan sekolah maupun
di luar lingkungan sekolah. Pada masa SD dan SMP dia menunjukkan
keaktifan yang sangat baik. Subjek termasuk remaja yang sangat cuek dan
keras karena seja kecil dia dididik dengan penuh kekerasan, tetapi dia sangat
senang menolong orang lain jika diminta bantuan.
52
Dilingkungan tempat tinggal subjek bercerita bahwa dia tidak
memiliki teman, bahkan dengan anak-anak di lingkungan rumah hanya
sebatas mengetahui nama saja. Teman-teman subjek sebagian besar berasal
dari luar lingkungan tempat tinggalnya. Menurut subjek dari teman-teman di
luar lingkungan ini subjek menjadi anak yang bebas dan mengenal obat-
obatan terlarang. Subjek pernah mencoba segala macam jenis dan bentuk
NARKOBA. Subjek mengkomsumsi NARKOBA sampai subjek melanjutkan
studinya di Perguruan Tinggi. Sambil tersenyum subjek menceritakan bahwa
masa-masa subjek memakai NARKOBA adalah saat-saat yang paling
menyenangkan, subjek pernah merasakan duel, tawuran, merokok bersama
dengan-teman, membolos sekolah, naksir cewek, menggoda cewek, dan
minum vodka di kelas (sambil menggeleng-gelengkan kepala dan
mengepalkan tangannya). Kebiasaan buruk itu subjek lakukan selama
bertahun-tahun. Subjek merasa hidupnya tidak menentu setelah
mengkonsumsi NARKOBA dia sadar dia menjadi orang yang sangat
tergantung dengan obat-obatan tersebut. Jika obat-obatan tersebut habis
apapun akan subjek lakukan untuk mendapatkan barang-barang tersebut.
Subjek menjadi jarang pulang ke rumah karena melihat orang tuanya yang
sangat keras dengannya dan dia semakin terjebak dalam pergaulan yang
salah.
Saat subjek sadar bahwa dia benar-benar tidak dapat lepas dari obat-
obatan itu dia menjadi sangat depresi dan shock. Subjek tidak tahu apa yang
akan dia lakukan lagi dan bagaimana dia menjelaskan semua pada orang
53
tuanya. Kurang lebih satu setengah tahun subjek menstigmasi dirinya yang
mulai tersiksa. Pada saat berada dalam keadaan belum dapat menerima diri,
subjek membutuhkan orang lain untuk berbagi. Setelah timbul kesadaran
dalam dirinya bahwa dia sangat membutuhkan orang lain maka subjek
memutuskan untuk menceritakan hal tersebut pada orang tuanya. Tanpa
subjek sadari keluarganya mau menerima keadaannya, bahkan penuh dengan
perhatian dan kasih sayang orang tua serta saudaranya mendampingi dalam
masa-masa sulit.
Subjek tidak di bawa ke panti rehabilitasi, karena orangtua subjek
yakin dengan bersama-sama keluarga serta mendapatkan perhatian, kasih
sayang (yang selama ini tidak pernah didapat) dan bimbingan agama dengan
lebih mendekatkan diri pada Tuhan subjek akan sembuh akan sembuh.
Proses yang dilalui Subjek untuk benar-benar lepas dari obat-obatan
tersebut memakan waktu yang sangat lama. Subjek merasa sangat kesakitan
jika tubuhnya sangat membutuhkan obat-obatan tersebut (sakau). Subjek
harus menahan rasa sakitnya dan tak jarang dia menyayat-nyayat tangannya
untuk dapat menghisap darahnya yang masih mengandung NARKOBA.
Setelah Orangtua tahu keadaan subjek, mereka tidak lagi menerapkan
didikan keras, tetapi tetap didikan yang disiplin berlaku hanya tidak memakai
kekerasan seperti dulu. Menurut subjek sekarang yang menjadi fokus utama
adalah kuliah dan keluarganya, itu karena sekarang subjek elah menikah.
Menurut subjek istrinya adalah anugerah yang paling indah dari
Tuhan, karena selalu mendukungnya untuk benar-benar terlepas dari
54
NARKOBA.Subjek mengatakan bahwa dia sangat bersyukur memiliki teman
yang selalu mendukungnya. Bahkan orangtuanya selalu menasihatinya
supaya dia menjadi orang yang jujur, penuh kasih sayang kepada keluarga,
baik, tidak macam-macam (tidak berbuat sesuatu yang merugikan orang lain),
dan tetap beriman kepada Tuhan.
J. Ciri-Ciri Kepribadian
Subjek orangnya keras, frontal, berprinsip (tidak peduli dengan
gagasan orang lain), suka tantangan, nekat, cuek, ringan tangan untuk mukul
orang. Di sisi lain subjek suka menolong teman yang membutuhkan
bantuannya, dia sayang sekali dengan keluarganya.
K. Penutup
Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas sharing yang diberikan
oleh subjek. Hingga sekarang penulis sering bertemu dan menjadi sahabat.
Pengalaman hidup sebagai pemakai NARKOBA memberikan pelajaran hidup
yang sangat mendalam bagi dirinya, ada banyak perubahan yang terjadi pada
diri subjek yang lebih positif semenjak subjek berusaha untuk sembuh.
Dengan dukungan dari keluarga, istri, dan teman-temannya serta pengalaman
dicintai oleh keluarga membuatnya terdorong untuk membahagiakan orang
tua dan semakin mendekatkan pada Tuhan. Subjek merasakan bahwa
keberadaannya sebagai pemakai (yang sedang berjuang untuk sembuh)
55
memberikan arti bagi orang lain di sekitarnya. Sehingga subjek menemukan
makna bagi hidupnya yang selama ini subjek cari.
56
BAB V
RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan ringkasan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian yang diperoleh dengan teknik wawancara mendalam dan observasi
seperti yang disajikan dalam bab IV.
A. Ringkasan Hasil Penelitian
Ringkasan hasil penelitian merupakan pemaparan secara singkat
informasi yang relevan, yang telah diperoleh dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam dan observasi informasi tersebut yaitu :
1. Wawancara mendalam
Proses pelaksanaan wawancara mendalam dilaksanakan setelah
peneliti melakukan perjanjian dan perkenalan sebelumnya dengan calon
subjek. Pertama-tama peneliti membuat janji untuk bertemu dengan
subjek, tujuannya agar tidak terjadi kecanggungan antara subjek dengan
peneliti sehingga dapat memperlancar proses wawancara yang akan
dilakukan. Pada umumnya peneliti tidak mengalami hambatan yang berarti
dalam melakukan waawancara.
Pelaksanaan wawancara disesuaikan dengan kesempatan yang
diberikan oleh subjek. Wawancara dilakukan di rumah subjek, karena
subjek merasa lebih leluasa dalam memberikan informasi. Ibu dan istri
subjek juga smpat bercerita, sehingga menambah informasi bagi peneliti.
56
57
Pelaksanaan wawancara dilakukan tiga kali dan dalam selang waktu yang
tidak terlalu lama.
Lamanya proses wawancara dan sharing pengalaman berlangsung
dalam rentan waktu seratus sampai seratus dua puluh menit. Hal ini terjadi
sebab subjek sangat antusias dalam menjawab pertanyaan dan berceita
tentang pengalaman hidupnya. Subjek dapat menjawab sema pertanyaan
peneliti dengan cepat da tepat. Dalam hal ini peneliti berusaha menggali
lebih dalam pertanyaan tentang subjek.
Subjek menjalani wawancara sebanyak tiga kali hal ini di sesuaikan
dengan proses pelaksanaan wawancara, kelengkapan data dan kepuasan
peneliti terhadap jawaban subjek. Seluruh kegiatan wawancara ini ditulis
dalam catatan yang telah penulis siapkan sebelumnya.
2. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan bersama ketika peneliti
melakukan pendekatan pertama kalinya dengan subjek hingga akhir
wawancara. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki gambaran tentang
kehidupan subjek berkaitan dengan permasalahan peneliti yang akan di
bahas. Pertama kalinya peneliti di ajak berkeliling rumah melihat tempat-
tempat yang sering digunakan subjek menggunakan NARKOBA.
Selama wawancara berlangsung banyk kejadian yang membuat
peneliti tahu bagaimana pergaulan orang-orang yang menggunakan
NARKOBA, subjek menceritakan saat-saat mengalami ketagihan obat-
58
obatan dan perjuangannya untuk bertahan melawan rasa sakit yang
dirasakannya. Untuk mendapatkan obat-obatan tersebut subjek harus
menjual barang-barangnya dan sering mengalami kesulitan dalam
mendapatkan obat-obatan tersebut. Bahkan subjek sudah pernah mencoba
mencoba-coba segala jenis NARKOBA. Subjek berusaha untuk terbuka
dengan keluarga dengan segala resiko yang akan diterimanya. Sambil
menunjukan kamar yang di gunakan oleh orangtua subjek untuk menyekap
subjek saat mengalami ketagihan subjek bercerita bahwa perasaannya pada
saat itu sangat parah, terkapar tak berdaya dan orangtuanya hanya bisa
melihatnya dari luar kamar, bersama-sama berdoa setiap hari sampai
subjek merasakan kenyamanan dalam keluarga.
Subjek sempat mengajak peneliti datang ke komunitas
pelayanannya yang selama ini menjadi tempat berbagi bagi sesema
pemakai NARKOBA, dalam komunitas ini sering dikalukan doa bersama,
sharing pengalaman, pemberian informasi tentang NARKOBA, dampak-
dampak buruknya dan cara-cara pengobatannya. Dalam komunitas ini
banyak sekali pemuda-pemudayan masih dalam masa penyembuhan.
Sikap terbuka yang subjek lakukan sangat memudahkan peneliti
dalam melakukan wawancara. Kondisi ini yang membuat penulis untuk
meyakinkan subjek mengenai segala kerahasiaan yang ada, membuat
subjek percaya bahwa hasil penelitian ini akan di juga di ketahui oleh
sbjek. Sehingga apabila dalam penelitian ini terdapat hal yang merugikan
59
subjek dapat di disesuaikan datanya. Dari upaya inilah peneliti
mendapatkan subjek.
B. Hasil penelitian secara umum
Gambaran Singkat Tentang Subjek
Subjek adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Kakak bernama YI;
usia 28 tahun; jenis kelamin perempuan; bekerja sebagai karyawati di salah
satu perusahaan swasta di Jakarta. Subjek di besarkan dalam keluarga tentara
dengan pengasuhan yang keras. Hubungannya dengan orang tua dan
saudaranya tidak dekat, karena dia lebih nyaman menghabiskan waktu
dengan teman-teman.
Status ekonomi keluarga tergolong menengah ke atas dan sangat
berkecukupan, apapun yang dia butuhkan dapat terpenuhi, kecuali perhatian
dan kasih sayang dari orangtua. Perasaannya terhadap keluarga jengkel,
kecewa, marah karena tidak memperhatikannya. Keluarga subjek memiliki
sikap positif dan mendukung sepenuhnya terhadap pendidikan anak-
anaknnya. Semua anak melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi dan
adanya pandangan dengan memiliki pendidikan tinggi taraf hidup akan lebih
baik.
Sampai sekarang, selain menggemari olahraga subjek juga aktif dalam
kegiatan band yang beraliran keras (underground). Menginjak masa remaja
awal subjek semakin banyak memiliki teman, baik dilingkungan sekolah
maupun di luar lingkungan sekolah. Di lingungan tempat tinggalnya subjek
60
tidak memiliki teman, dengan anak-anak di lingkungan subjek hanya sebatas
mengetahui nama saja. Teman-temannya sebagian besar berasal dari luar
lingkungan tempat tinggalnya. Dari teman-teman di luar lingkungannya ini
subjek menjadi anak yang bebas dan mengenal obat-obatan terlarang.
Kebiasaan buruk itu dia lakukan bertahun-tahun. Subjek sadar bahwa
hidupnya tidak menentu setelah mengkonsumsi narkoba subjek sadar telah
menjadi orang yang sangat tergantung dengan obat-obatan tersebut. Jika obat-
obatan tersebut habis apapun akan subjek lakukan untuk mendapatkan
barang-barang tersebut.
Saat subjek sadar bahwa dia benar-benar tidak dapat lepas dari obat-
obatan itu dia sangat depresi dan shock, dia tidak tahu apa yang akan dia
lakukan lagi dan bagaimana dia menjelaskan semua pada orang tuanya.
Kurang lebih satu setengah tahun subjek menstigmasi dirinya yang mulai
tersiksa. Setelah timbul kesadaran dalam dirinya bahwa dia sangat
membutuhkan orang lain maka subjek memutuskan untuk menceritakan hal
tersebut pada orang tuanya. Dan tanpa dia sadari keluarga mau menerima
keadaannya dan penuh dengan perhatian dan kasih sayang orang tua dan
saudaranya mendampinginya dalam masa-masa sulitnya. Subjek di rawat oleh
keluarga dan tidak di bawa ke panti rehabilitasi karena orangtua subjek yakin
bahwa dengan bersama-sama dengan keluarga dengan mendapatkan
perhatian, kasih sayang dan bimbingan Agama dengan lebih mendekatkan
diri pada Tuhan maka subjek akan sembuh. Subjek semakin ingin sembuh
setelah sadar bahwa dia adalah hrapan satu-satunya keluarga setelah ayahnya
61
meninggal, dan sekarang subjek selalu mendapat dukungan dari istri dan
teman komunitasnya dalam gereja dan pelayanan.
C. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini di pusatkan pada hal pokok seperti
yang di uraikan dalam tujuan penelitian, yaitu: “Mengidentifikasi makna
hidup pemakai NARKOBA dalam masyarakat yang belum dapat menerima
mereka”.
Setiap orang senantiasa mengiginkan dirinya menjadi orang yang
berharga dan berguna bagi keluarga, lingkungannya dan masyarakat, serta
bagi dirinya sendiri (Bastaman, 1996: 25). Makna hidup dapat ditemukan
dalam kehidupan itu sendiri, betapapun buruknya kehidupan tersebut. Makna
hidup tidak saja dapat ditemukan dalam keadaan-keadaan yang
menyenangkan, tetapi juga dapat ditemukan dalam penderitaan sekalipun,
selama kita mampu melihat hikmahnya (Bastaman, 1996: 47).
Frankl (Bastaman, 1997) dalam kehidupan ini terdapat tiga bidang
kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan
seseorang menemukan makna hidup didalamnya apabila nilai-nilai itu
diterapkan dan dipenuhi. Ketiga nilai (values) ini adalah creative values,
experiental values, dan attitudinal values.
Creative values (nilai-nilai kreatif): kegiatan berkarya, bekerja,
mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan
penuh tanggung jawab. Menekuni suatu pekerjaan dan meningkatkan
62
keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha mengerjakannya dengan
sebaik-baiknya merupakan salah satu contoh dari kegiatan berkarya. Melalui
karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan
secara bermakna.
Dalam diri sujek tampak bahwa aktivitas yang di lakukannya dalam
kegiatan bersama teman-temannya, dengan membentuk band yang beraliran
keras. Walauwpun demikian yang di sampaikan melalui lagu-lagu yang
mereka ciptakan merupakan ungkapan Syukur dan terimakasih dengan apa
yang telah Tuhan berikan dalam proses penyembuhan. Subjek juga mengikuti
kegiatan-kegiatan rohani di gereja, bahkan subjek dan teman-temannya rutin
melakukan siaran tentang NARKOBA di salah satu radio lokal di
Yogyakarta.
Experiental values (nilai-nilai penghayatan): yaitu keyakinan dan
penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan
keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat
menjadikan seseorang berarti hidupnya. Tidak sedikit orang-orang yang
merasa menemukan arti hidup dari agama yang diyakininya, atau ada orang-
orang yang menghabiskan sebagian besar usianya untuk menenkuni suatu
cabang seni tertentu. Cinta kasih dapat menjadikan seseorang menghayati
perasaan berarti dalam hidupnya. Dengan mencintai dan merasa dicintai,
seseorang akan merasakan hidupnya penuh dengan pengalaman hidup yang
membahagiakan.
63
Dalam diri subjek sangat tampak bahwa keberadaan dirinya sekarang
ini bermakna dalam keluarga. Subjek merasa bahagia karena merasakan cinta
kasih lewat perhatian yang diberikan oleh ibu, kakak, dan istrinya. Subjekpun
merasakan kasih sayang dan dukungan yang diberikan oleh almarhum
ayahnya sebelum meninggal yang terus mendorongnya untuk lepas dari
NARKOBA. subjek tumbuh dalam keluarga yang keras dan kurang perhatian.
Sekarang ini setalah keluarga mengetahui bahwa subjek adalah pecandu
narkoba, keluarganya justru mau menerima dan sangat berperan dalam
proses penyembuhannya sehingga subjek merasa bahwa hubungannya dalam
keluarga menjadi erat dan perhatian yang besar dari keluarga. Adanya
komunkasi timbal balik antra orangtua dengan subjek membuat subjek
merasakan bahwa kasih sayang orangtuanya sangat besar, terutama ayahnya
Attitudinal values (nilai-nilai bersikap), yaitu menerima dengan
penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk pemderitaan yang
tidak mungkin dielakan lagi, seperti sakit yang tak dapat disembuhkan,
kematian, dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar
dilakukan secara maksimal. Perlu dijelaskan disini dalam hal ini yang diubah
bukan keadaanya, melainkan sikap (attitude) yang diambil dalam menghadapi
keadaan yang tak mungkin diubah/dihindari, sikap yang tepatlah yang masih
dapat dikembangkan. Sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah hal-hal
tragis yang tak mungkin dielakkan lagi dapat mengubah pandangan kita dari
yang semula diwarnai penderitaan semata-mata menjadi pandangan yang
mampu melihat makna dan hikmah dari penderitaan itu.
64
Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan nilai-nilai sikap adalah
situasu-situasi dimana kita tidak mampu mengubahnya atau menghindarinya.
Apabila kita berhadapan dengan situasi tersebut, satu-satunya cara yang
rasional untuk memebrikan repon adalah menerimanya. Dalam diri subjek
sangat tampak bagaimana subjek mereliasasikan nilai sikap terhadap
kecanduan yang dideritanya. Setelah melewati masa penolakan melalui
menstigmasi diri, subjek berhasil menemukan sikap yang tepat terhadap
keadaan dirinya sebagai pemakai NARKOBA. Subjek sadar dengan
penderitaan yang dialami dalam dirinya sangat mempengaruhi masa
depannya sehingga subjek memiliki keinginan yang sangat kuat untuk lepas
dari belenggu NARKOBA. Dalam diri subjek yang tampak dalam realisasi
nilai sikap yaitu melalui pemikiran bahwa dia harus melakukan sesuatu
terhadap hidupnya sekarang ini dengan keaktifannya dalam kegiatan gereja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek berupaya membuat
hidupnya berguna, bagi diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut tentu di
dukung dngan kegiatan hidup yang di isi dengan kegiatan positif, sehingga
membantu subjek mulai merasakan memiliki makna hidup dalam situasi
masyarakat yang belum dapat menerimanya sepenuhnya. Makna hidup
ditemukan dengan merealisasikan nilai kreatif, ekperiensial, dan bersikap.
Subjek dapat menemukan makna hidup lewat tindakan merealisasikan nilai
kreatif, ekperiensial, dan bersikap dalam penderitaannya di tengah
masyarakat yang belum menerima keadaanya. Subjek telah menerima
keberadaannya sebagai pemakai NARKOBA dan telah dapat menyesuaikan
65
diri dengan keadaan tersebut. Sikap menerima dan menyesuaikan diri tersebut
yang membantu subjek dalam menemukan makna hidup di tengah
penderitaan yang dialaminya. Dengan melihat keadaan subjek tersebut,
peneliti tidak perlu lagi melakukan konseling. Penelitian ini hanya sebatas
wawancara informasi untuk mendapatkan data kebermaknaan hidup pemakai
NARKOBA di tengah masyarakat yang tidak dapat menerimanya.
66
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran-saran yang disajikan dalam bab ini berdasarkan
hasil penelitian dan pengaaman yang diperoleh peneliti selama penelitian. Saran-
saran yang disajikan dalam bab ini ditujukan kepada beberapa pihak yang
dianggap perlu dan sesuai dengan hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah dicantumkan pada bab
V, ditarik kesimpulan bahwa subjek dapat menemukan makna hidup dengan
merealisasikan Creative values (nilai-nilai Kreatif), Experiential values (nilai-
nilai penghayatan), Attitudinal values (nilai-nilai bersikap).
1. Creative values (nilai-nilai Kreatif) yang ditemukan dalam diri subjek
adalah lewat kegiatannya berkarya di bidang musik, yaitu melalui band
yang dibentuk bersama teman-temannya. Subjek berusaha untuk
menyampaikan kedekatannya pada Tuhan, karena dengan bantuan tangan
Tuhan dia berkeinginan kuat untuk lepas dari pengaruh NARKOBA.
Subjek juga melakukan sosialisasi mengenai bahaya dan dampak buruk
narkoba dengan melakukan siaran di salah satu radio lokal di Yogyakarta.
Kegiatan berkarya ini yang dilakukan dengan sesama dan untuk sesama,
termasuk untuk pecandu NARKOBA lainnya memberi makna bagi
kehidupan sujek saat ini
66
67
2. Experiential values (nilai-nilai penghayatan) yang ditemukan dalam diri
subjek adalah dukungan yang dirasakan dari keluarga, istri, dan teman-
temannya, dalam keadaan dirinya yang sedang berjuang untuk dapat lepas
dari belenggu NARKOBA dan dapat diterima lagi di dalam masyarakat.
Penerimaan, dukungan dan perhatian keluarga membuat subjek dapat
menerima keadaanya. Dengan adanya kasih dari keluarganya, subjek
merasa diterima dan menimbulkan rasa bahagia dan berharga dalam diri
subjek.
3. Attitudinal values (nilai-nilai bersikap) yang merupakan nilai tertinggi.
Kondisi sebagai pemakai NARKOBA merupakan suatu kondisi yang tidak
dapat diubah dan dingkari oleh subjek. Sikap yang tampak dari subjek
pada awal menyadari bahwa dirinya tidak bisa terlepas dari NARKOBA
adalah sangat menolak dan tersiksa dengan keadaannya, tetapi setelah
memperoleh kesadaran bahwa sikapnya selama ini salah.
Subjek mengembangkan sikap yang membuat beban penderitaannya
(sebagai pemakai NARKOBA) berkurang, yaitu dengan menerima
keadaanya tersebut dan berusaha untuk terbuka terhadap keluarga yang
senantiasa mau membantu dalam proses penyembuhaannya. Bahkan
penderitaan tersebut membuat cara pandang dan sikap subjek terhadap
lingkungan hidup dan keluarga berubah. Sikap individualis yang subjek
miliki berubah menjadi sangat terbuka dan mau menerima pendapat orang
lain. Sikap benci terhadap keluarga yang subjek rasakan karena perlakuan
kasar dan ketidakpedulian keluarganya berubah menjadi rasa sayang,
68
karena ternyata dengan keadaannya sebagai pencandu NARKOBA,
pandangan keluarga tentang subjek berubah menjadi lebih perhatian,
mengasihi, dan membimbing subjek untuk dekat dengan Tuhan.
B. Saran-Saran
1. Saran Untuk Subjek
a. Subjek lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
b. Meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan mau belajar lebih
terbuka terhadap keluarga dan teman.
c. Menjadikan pengalaman hidupnya sebagai gambaran bagi orang lain
sehingga dengan demikian subjek dapat merangkul orang-orang yang
masih memakai NARKOBA untuk berhenti.
2. Saran Untuk Orang Tua
a. Menerima dan mendukung anaknya untuk sembuh dari ketergantungan
NARKOBA.
b. Meningkatkan komunikasi yang dalam dengan anaknya (bagi pemakai
NARKOBA), dengan demikian orang tua akan dapat memahami
keadaan psikologis dan permasalahan yang terjadi pada anak
c. Orang tua menunjukkan perhatian dan keharmonisan dalam keluarga,
sehingga anak akan merasa nyaman dan tidak merasa takut dalam
mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya.
69
d. Orang tua hendaknya memberikan kebebasan kepada anak untuk
mengembangkan kreativitasnya ke arah yang positif agar anak tidak
terjerumus kembali ke dalam hal-hal yang negatif
e. Memberi pendidikan agama pada anak sejak dini agar anak tidak
mudah terjerumus dalam pergaulan bebas seperti memakai
NARKOBA dan sex bebas.
f. Mengenali perubahan yang terjadi pada anak, sehingga bila diketahui
memiliki perilaku yang menyimpang, dapat segera diambil tindakan.
3. Bagi Masyarakat
a. Hendaknya memberikan dukungan kepada pemakai NARKOBA yang
ada di lingkungan tempat tinggalnya agar mau berubah dan
meninggalkan kebiasaan mengkonsumsi NARKOBA.
b. Menghilangkan sikap mengucilkan dan mau menerima keberadaan
mereka secara apa adanya dan mau membimbing mereka ke jalan yang
benar.
4. Bagi Konselor
Sebagai konselor hendaknya memberikan bimbingan dan
pendampingan kepada para pecandu sehingga mereka tidak mengalami
keterpurukan dan dapat menemukan arti dari hidupnya sebagai pemakai
NARKOBA serta membantu mereka dalam melepaskan diri dari
NARKOBA.
70
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, A. 2007. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. MA. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Narkotika Nasional. 2007. Mengenal Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.
Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi: Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Grant,M. Ray Hodgson. 1995. Penanganan Ketagihan Obat dan Alkohol dalam Masyarakat: Pedoman bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Primer Disertai Panduan untuk Para Pelatihnya. Bandung: Penerbit ITB.
Karsono, E. 2004. Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. Bandung: Yrama Widya.
Koeswara, E. 1992. Logoterapi: Psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Mappiare, Andi A.T. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Partodiharjo, S. 2008. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sumaryanto, F.T. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Buku Paparan Kuliah Penelitian BK II (in edita) Prodi Bimbingan dan Konseling USD.
Winkel, W.S., Hastuti, S.M.M. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Media Abadi.
70
71
Rencana Pelaksanaan Penelitian
Pertemuan Kegiatan Tujuan/ Target yang ingin
dicapai
I Perkenalan
10 November 2007
Perkenalan dan
pengembangan hubungan
antar pribadi dengan calon
responden sehingga akan
mempermudah proses
wawancara nantinya.
II Perjanjian
14 November 2007
Mendapat ijin/kesediaan
calon responden untuk
diwawancarai untuk
penelitian yang akan penulis
lakukan.
IIII
Mengatur jadwal
wawancara
16 November 2007
Mendapat waktu yang sesuai
untuk wawancara.
IV
Wawancara
Informasi(menyesuaikan
dengan responden)
18 November 2007
Mengetahui identitas
responden, mengetahui latar
belakang keluarga kehidupan
social dengan masyarakat,
riwayat pendidikan, riwayat
kesehatan, perkembangan
kognitif
V
Wawancara Informasi
(menyesuaikan dengan
responden)
25 November 2007
Mengetahui perkembangan
sosial, cirri-ciri pribadi dan
makna hidup sebagai pecandu
narkoba dalam masyarakat.
72
VI
Wawancara Informasi
(menyesuaikan dengan
responden)
9 Desember 2007
VII
Konseling(jika
diperlukan dan
menyesuaikan dengan
responden)
Membantu responden dengan
wawancara konseling
(pendekatan RET/ IA,
menyesuaikan dengan
masalah yang dihadapi
responden).
VIII Trianulasi sumber Memperoleh kepastian data
yang telah diperoleh penulis.
73
Pedoman Pertanyaan Wawancara
No. Tema/kategori Diskripsi Responden
1. Identitas
responden
Identitas diri subjek 1. Nama
2. Tempat, tanggal, lahir
3. Agama
4. Usia
5. Jenis kelamin
6. Pendidikan
7. Penampilan
8. Suku bangsa
9. Ciri-ciri fisik (tinggi dan berat
badan)
10. Nama Ayah kandung
11. Pendidikan
12. Pekerjaan
13. Nama Ibu kandung
14. Pendidikan
15. Pekerjaan
2. Latar belakang
kehidupan
responden
Susunan anggota
keluarga dan infomasi
tentang keluarga
1. Ceritakan bagaimana latar
belakang keluargamu
2. Ceritakan bagaimana
saudaramu
3. Status sosial
dalam
masyarakat
Status sosial
masyarakat dan
keluarga
1. Ceritakan bagaimana
lingkungan tempat tinggalmu
2. Ceritakan masyarakat ditempat
tinggalmu
4. Taraf
Pendidikan
Pandangan orang tua
tentang pendidikan
Ceritakan bagaimana pandangan
orang tuamu tentang pendidikan
5. Lingkungan
fisik, sosil
ekonomi dan
social kultur
Keadaan masyarakat 1. Ceritakan bagaimana hubungan
masyarakat disekitarmu
2. Ceritakan bagaimana hubungan
keluargamu dengan masyarakat
74
6. Pertumbuhan
jasmani dan
kesehatan
Keadaan subjek sejak
kecil hingga dewasa
1. Ceritakan bagaimana
pertumbuhan jasmani dan
kesehatanmu pada waktu kecil
2. Ceritakan bagaimana
pertumbuhan kesehatanmu saat
ini
7. Perkembangan
kognitif
Prestasi subyek sejak
kecil hingga SMA
1. Ceritakan bagaimana prestasi
ketika sekolah dari TK hingga
SMA
2. Ceritakan tentang hobi dan
bakat yang kamu miliki.
8. Perkembangan
sosial
Keadaan subyek ketika
kecil hingga dewasa
1. Ceritakan bagaimana
hubunganmu dengan teman-
teman.
2. Ceritakan bagaimana sikap
teman-temanmu
3. Ceritakan tentang lingkungan
pergaulanmu
9. Ciri-ciri
kepribadian
Gambaran diri subyek
mengenai dirinya
Ceritakan seperti apa dirimu
10. Makna hidup Makna hidup sebagai
peandu narkoba
1. Apakah saat ini kamu memiliki
tujuan hidup?
2. Apakah kamu menemukan
makna hidup sebagai pecandu
narkoba yang belum dapat
diterima keberadaannya dalam
keluarga.
75
Pedoman Wawancara Responden
I. Identitas subjek
a. Perkenalan
b. Apakah anda bersedia menjadi subjek dalam penelitian saya?
c. Apakah identitas harus dirahasiakan?
d. Data diri, tempat dan tanggal lahir.
e. Tinggi badan dan berat badan.
f. Agama
g. Pendidikan terakhir
h. Menanyakan identitas orang tua
i. Pekerjaan orang tua
j. Status dalam keluarga (berapa bersodara?)
II. Kehidupan masyarakat lingkungan tempat tinggal
a. Bagaimana status sisial ekonomi masyarakat?
b. Bagaimana hubungan keluarga anda dalam masyarakat di lingkungan
tempat tinggal?
c. Bagaimana hubungan keluarga mas?
III. Pemakaian Narkoba
a. Apakah orang tua anda tahu anda memakai narkoba?
b. Bagaimana anda menyampaikan pada orang tua anda bahwa anda
menggunakan narkoba?
76
c. Bagaimana tanggapan orang tua anda setelah tahu anda menjadi pemakai
narkoba?
d. Sejak kapan anda mengenal narkoba?
IV. Tentang kesehatan
a. Bagaimana kesehatan anda dulu sebelum menggunakan narkoba?
b. Bisakah anda menceritakan bagaimana kehidupan anda setelah anda
menjadi pemakai narkoba?
c. Apakah pernah di rawat di panti rehabilitasi?
d. Apakah sempat terpikir bahwa anda akan sembuh?
e. Kegiatan apa yang mas lakukan selama dalam masa penyembuhan?
f. Berapa lama anda melewati masa-masa penyembuhan?
g. Apa yang anda lakukan untuk mengisi waktu luang?
h. Kegiatan yang anda ikuti?
V. Penemuan Makna Hidup
a. Apa yang anda lakukan untuk keluarga?
b. Apa yang sudah keluarga upayakan untuk kesmbuhan anda?
c. Apa tujuan hidup anda?
d. Bagaimana perasaan anda pada masa-masa penymbuhan seperti sekarang
ini?
e. Apakah saat ini anda menemukan arti atau makna hidup anda?
f. Apakah menemukan makana dari segala kejadian yang terjadi dalam hidup
anda?
g. Menurut anda apa hidup bermakna itu?
77
h. Apa peran Tuhan dalam hidup anda?
i. Apa rencna anda untuk diri anda?
j. Apa rncana anda untuk keluarga anda.
Catatan ;
Pertanyaan dikembangkan sesuai dengan tema
78
Wawancara Konseling
Nama responden : Abi
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Wawancara I
Tanggal : 18 November 2007
Lokasi : Rumah Responden
Status : Pecandu narkoba (masa penyembuhan)
Waktu : 13.30-15.30
Penulis (P) : Selamat siang mas abi, bagaimana kabar mas dan keluarga?
Responden (R) : Puji Tuhan semua dalam keadaaan sehat, oh…..ya bagaimana
tadi tidak kesasar to saat mencari rumah saya?
P : Ya sedikit kesasar tapi tadi saya sempat bertanya pada orang di
dekat gang.
R : Oh..begitu. maaf ya saya sambil mendengarkan music
Underground kesukaan saya, biar agak santai.
P : Ya mas tidak apa-apa, nampaknya mas sangat menyukai music
keras ini.
R : Betul sekali, yah beginilah saya. Metal mania, hehehe….
79
P : Baik mas, seperti yang telah saya ungkapkan kemarin saat saya
telepon bahwa saya meminta kesediaan mas untuk menjadi
subyek penelitian untuk skripsi saya yang berjudul “Dampak
Tetergantungan NARKOBA Terhadap Makna Hidup”
R : Ya…(mengangguk-angguk). Boleh-boleh..
P : Sebelum saya lanjutkan wawancara ini, saya ingin bertanya
apakah ada yang harus saya rahasiakan atau di samarkan
seperti nama atau hal lain. Bagaimana mas?
R : Yah….pada dasarnya saya tidak masalah jika nama atau
identitas saya tidak di samarkan, justru saya merasa senang
menjadi subjek dalam penelitian ini. Yah…setidaknya saya
bisa leluasa menceritakan pengalaman-pengalaman hidup saya,
tetapi jika mbak ingin menyamarkan identitas saya juga tidak
apa-apa, santai saja. (sambil tersenyum)
P : Baiklah mas dan sebelumnya saya mengucapkan terimakasih
karena telah memberi kesempatan ini.
R : Ok……….sama-sama
P : Baiklah sebagai permulaan saya ingin menanyakan tentang diri
mas. Kapan dan dimana mas lahir.
R : Saya lahir di Yogyakarta, 03 Mei 1982. Jangan kaget mbak
walau sudah tua tapi masih berjiwa muda.
P : Ya…ya…tapi mas belum terlalu tua kok mas. Berapa tinggi
dan berat badan mas saat ini?
80
R : Kira-kira sih tingginya 180cm dan berat nya78 kg, hafal saya
karena setiap minggu saya timbang badan dan setiap saya
menimbang pasti bertambah. Lihat perutku ini....buncit. sampai
istri saya nyuruh saya diet segala. Hahaha...
P : Waw, tinggi sekali mas abi jauh sekali dengan saya ya mas
(sambil tertawa), lalu apa keyakinan atau religi mas abi?
R : Saya Kristen Protestan
P : Jadi religi mas abi Kristen Protestan? Sama dengan ibu saya
dulu tetapi sekarang katolik. Lalu
R : Terakhir SMK, tetapi sekarang saya sedang melanjutkan
pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta ini.
Yah mencari ilmu setinggi-tingginya.
P : Ya..ya saya setuju dengan mas abi, bahwa kita harus mencari
ilmu setinggi-tingginya. Baik mas, sekarang saya akan sedikit
bertanya tentang orang tua mas abi, siapa nama ayah dan ibu
mas abi?
R : almarhum bapakku namanya Ag, kalo ibuku namanya Puji
P : Pendidikan terakhir orang tua mas?
R : setahuku almarhum bapakku tuh lulusan SMA PL Jogja. Dia
juga pernah menempuh pendidikan militer di Kodam
Diponegoro. Aku pernah lihat ijazahnya waktu lulus
pendidikan militer. Cuma gak jadi tentara. Hahaha... kalo ibu
kayanya SR, sekolah rakyat. Kalo sekarang namanya SD.
81
P : Kalau pekerjaan kedua orang tua mas?
R : almarhum bapakku kerja sebagai PNS di Jogja dengan jabatan
sebagai Kabag Telkom. Kalo ibu, buka warung makan didepan
rumah, ma menerima pesenan masakan untuk acara
syukuranatau hajatan. Hehehe....lumayan bisa ngicip-spuasnya
P : Apakah mas memiliki sodara kandung?
R : ya. Aku punya seorang kakak perempuan
P : Apa pendidikan terakhir mbaknya mas abi?
R : dia lulusan S1 pendidikan bahasa ingris
P : Lalu berapa usianya sekarang?
R : sekarang sekitar 30 tahun lah...ya..sekitar itu...
P : Apakah sudah bekerja mas dan di mana?
R : kakakku kerja di Jakarta. Di salah satu perusahaan swasta,
sebagai karyawan inti disitu. Termasuk orang pentingnya
perusahaan.
P : Apakah bisa mas menceritakan temtang kehidupan masyarakat
di lingkungan tempat tinggal mas.
R : kalo soal pekerjaan yang mereka lakukan sih bermacam-
macam. Penduduk asli di sini masih ada yang jadi petani. Ada
juga yang pegawai kantoran. Kebanyakan pedagang. Mbak
kalo kerumah tadi kan lewat penjual-penjual mie ayam, bakso,
warung makan, dan warung sembako. Iya kan? Jadi emang
sebagian besar warga sini pedagang. Ada juga yang dagang di
82
pasar. Deket dari rumah pasarnya. Sekitar 700 meter. Cuma
bukanya pagi, kalo siang sepi...hehehe....
P : Bagaimana dengan status social ekonominya?
R : status sosial ekonomi di kampungku ini sebagian besar
menengah. Yah...kecukupan lah. Yang kelihatannya gak punya
apa-apa, itu justru punya sawah yang luas-luas. Yang aku tahu
langsung, mereka berubah ekonominya belum lama. Sekitar
tahun 2005-an, waktu gencar-gencarnya pembangunan
perumahan, real estate, apa lagi rumahku deket dengan hotel
bintang 5. hotel hyatt regency. Jadi waktu itu banyak
pengembang yang cari lokasi tanah untuk perumahan di
kampungku ini mbak. Maka, yang punya sawah atau tanah
langsung ramai-ramai menawarkan penjualan tanah kepada
para pengembang itu. Dalam hitungan bulan, status ekonomi
mereka berubah drastis. Rumah yang dulunya...sori ya....reot-
reot gitu langsung direnovasi jadi gedong. Motor langsung beli
baru n banyak. Wah...pokoknya gila-gilaan. Aku aja sampai
geleng-geleng kepala. Yang patut disayangkan, anak-anak
mereka gak ada satupun yang sekolah sampai tinggi. Mereka
bener-bener memperlihatkan segi materi yang “wah”.
Hehehe.... lalu beberapa ada yang pergi meninggalkan
kampung, ada yang buka warung. Hampir separuh penduduk di
kampungku ini sebetulnya pendatang, termasuk keluargaku.
83
Dulu, waktu pertama kali pindah kemari, penduduk asli hanya
petani dengan tingkat status ekonomi yang rendah. Beda
banget. Sekarang sangat maju..itu di karenakan juga karena
pendatang yang tinggal disini emang dari status ekonomi yang
menengah ke atas
P : Bagaimana status social keluarga mas di masyarakat dan
bagaimana hubungan keluarga mas dengan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal mas?
R : status sosial keluargaku termasuk terhormat. Gak tahu juga
kok bisa begitu....tetangga-tetanggaku pada hormat ma orang
tuaku. Padahal ortuku tuh tidak menjabat apa-apa loh
dikampung sini. Bahkan dulu almarhum bapakku dipanggil
“romo” ma tetangga-tetanggaku. Hahaha.....bener-bener aneh n
lucu lah kalo ingat hal itu. Kok bisa ya? Ternyata mereka
tahunya bapakku itu masih kerabat keraton. Padahal gak ada
hubungannya sama sekali ma keraton. Hahaha....setelah aku
tanya ke ibuku, dulu almarhum bapak sering ikut acara yang
diadakan keraton. Jadi bapakku pake baju khas Jawa. Lengkap
dengan keris di punggung n blangkon di kepala. Wah, bener-
bener priyayi. Hahaha.....padahal almarhum bapak kerja PNS
P : Lalu bagiaman hubungan dalam keluarga mas? Tolong
diceritakan
84
R : hubungan dengan keluargaku ya...kalo dengan orang tua terus
terang aku dari kecil gak deket banget. Aku deket tuh malah
ma kakakku. Ya gimana mau deket, kalo dikit-dikit aja
langsung dihajar kalo aku buat kesalahan. Jadi aku ma ortu tuh
kalo lagi butuh...itu bisa deket. Masalahe aku tuh kecilnya
susah diatur n sampai sekarang pun masih
ketanem....hehehe....almarhum bapak itu kalo ngantor pagi-
pagi jam enam udah berangkat, ibu pagi jam empatan udah
bangun untuk menyiapkan masakan yang mau dijual...jam
setengah enam warung uda buka. Yang namanya masakan,
pagi-pagi gitu juga udah banyak pembeli untuk sarapan
keluarganya....oseng-oseng daun pepaya yang paling cepat
habis. Aku n kakakku begitu sarapan pagi, langsung berangkat
sekolah diantar om-ku. Om-ku itu emang punya tugas untuk
antar jemput aku n kakakku ke sekolah. Karena aku n kakakku
sekolah SD itu ditempat yang sama. Baru...waktu aku kelas 2
SD, om-ku udah jarang antar jemput, karena dia punya
kesibukan sendiri. Jadi kakakku naek sepeda dari kelas 3 SD,
aku naek angkot terus tar jalan kaki sampai sekolah. Karena
gak ada angkot yang sampai di depan sekolah. Hehehe.... kalo
pulang dari sekolah gitu, aku biasanya maen-maen dulu.
Nha...dari sinilah sebenarnya malapetakan itu
berawal...hehehe....aku pernah maen n gak pulang ke rumah.
85
Aku nginep tempat temenku. Waktu itu aku kelas 3 SD.
Karena terlalu asik bermain, aku lupa waktu, juga lupa kalo
rumah temenku ini jauh banget dari rumahku jaraknya. Harus
naek angkot kan....karena kemaleman, angkot udah gak ada,
dulu angkot maksimal Cuma sampai jam 6 sore. Itu pun kalo
masih ada....aku sambung lagi ya....karena udah kemaleman,
aku disuruh nginep ma ortunya temenku. Ya udah, aku patuh
aja. Paginya aku berangkat sekolah dari tempat temenku,
mandi di rumah dia, makan di rumah dia, kita berangkat
bareng...pulang sekolah, begitu aku sampai rumah langsung
ditarik ma ibuku ke dalam rumah. Langsung aku dihajar pake
tongkat sapu. Tahu sendiri, aku masih kecil gitu dipegang ibu
gak bisa nglepasin diri. Cengkraman ibuku kuat
banget....lenganku aja sampai memerah....punggungku juga
sampai mengeluarkan darah karena sabetan-sabetan tongkat
sapunya.....gila...hufh.....begitu selesai menghajar aku, ibuku
langsung nyuruh aku masuk kamar. Tau gak yang aku lihat
begitu aku buka baju sekolahku?...bajuku ada noda
darahnya....perih banget....aku langsung tidur tengkurap.
Celana sekolahku masih aku pakai. Aku Cuma meringis-ringis
sambil gigit bantal saking perihnya....begitu kakakku sampai
rumah, dia yang mengobati punggungku dengan obat merah.
Ibuku masih ngomong gak jelas sambil marah-marah. Sorenya,
86
giliran almarhum bapakku yang kasih hukuman. Kali ini,
pahaku yang kena sabetan bambu....almarhum bapak selalu
menyiapkan bambu yang sudah dipotong kaya kayu di rumah.
Waktu dihajar bapak, aku nangis, karena waktu mau
menangkis pake tangan, tanganku yang kena sabetan
bambunya, wah....jadi runyam waktu itu.....aku cuma bisa
ndeprok di pojok kamar. Orang tuaku memukul kepalaku bisa
dihitung dengan jari. Jarang mereka memukul kepalaku....masa
aku SD n SMP itu aku udah banyak mengalami pukulan dari
ortuku. Di STM aku baru berani membalas orang tuaku dengan
pukulan juga. Ibuku pernah aku sabet pake gagang sapu, kalo
almarhum bapakku pernah aku pukul. Aku berani karena aku
udah tinggi n tubuhku juga berisi. Oya, dalam hal gizi ortuku
tidak pernah pelit loh. Aku n kakakku selalu terpenuhi
gizinya....cuma perhatian n sayang mereka aja yang kurang
bagi kami.....aku sambung lagi yang tadi....setelah tubuhku
berisi aku mulai menentang mereka, jarang pulang ke rumah.
Itu aku lakukan sejak kelas 1 STM, aku belum mengenal
narkoba waktu itu. Cuma aku uda ikut nakal bareng temen-
temenku satu kelas. Hehehe....namanya juga STM, gak ada
ceweknya. Aku ambil teknik mesin soalnya. Kalo yang elektro,
ada ceweknya, cuma 4 orang. Salah satu cewek itu adalah
mantanku. Hehehe....kelas 1 STM cawu 3, aku kenal drugs dari
87
temenku. Dia nawarin aku. Waktu itu pil nipam ma LC.
Temenku bilang untuk nambah kekuatan. Ternyata itu malah
bikin aku kaco hidupku. Itu baru permulaan aja mbak....karena
aku gak bisa menghentikan ketergantungan ma pil ini, lama-
lama aku udah gak terasa lagi kalo cuma nelan pil ini. Gak
ngefek sama sekali. Aku lalu minta yang lebih high lagi.
Temenku punya banyak stoknya. Dia bilang, “rajanya
kenikmatan”. Satu tik waktu itu harganya dua puluh lima ribu
rupiah. Aku kalo beli biasanya 3-4 tik. Biasa untuk stok.
Hehehe....satu tik itu artinya satu pil extasi. Kalo 1 keplek itu
artinya satu paket, isinya sekitar 6-8 pil. Harganya lebih
murah, cuma seratus lima puluh ribu. Aku gak pernah beli
yang paketan gitu. Duitnya gak ada soalnya. Hahaha.... itu aku
pake sampai kelas 3 STM, cawu 1....
P : Apakah saat itu apakah orang tua anda tahu anda memakai
narkoba?
R : gak lah! Gila apa!....bisa mati aku kalo ortuku tahu...aku lama
sembunyiin dari ortuku kalo aku make drugs mbak....setahun
lebih aku merahasiakan perbuatanku dari ortu...
P : Bagaimana mas menyampaikan pada orang tua mas bahwa
mas menggunakan obat-obatan terlarang?
R : itu emang jadi hari sialku, ternyata di sisi lain berkat luar biasa
bagiku. Dulu waktu aku udah kelas 3 cawu 1, aku pernah tepar
88
di kamar. Aku koleps. Aku kecanduan n sialnya, aku lupa beli
stok....aku ngurung di kamar itu seminggu. Keluar kalo cuma
makan, minum. Aku mandi itu berapa kali ya? Aku lupa.
Pokoknya selama seminggu itu aku mandi empat kali atau
enam kali. Itu aja kalo gak ada ortu dirumah. Wah, parah
banget pokoknya. Karena aku gak bisa keluar rumah, aku
nyilet-nyilet tanganku sendiri. Tangan kiri yang silet sampai
keluar darah, aku minum darahku sendiri......hufh.....selama
seminggu aku berkali-kali nyilet tanganku n minum darahku
sendiri. Kalo mandi tangan kiri aku angkat ke atas.....ortu
akhirnya mulai curiga, kok sakit gak sembuh-sembuh pikir
mereka? Bapakku langsung buka paksa pintu kamarku sampai
grendelnya lepas. Aku berusaha untuk menyembunyikan luka
sayatan di tangan kiriku, aku pake jaket. Aku alasannya lagi
sakit demam. Mereka percaya ma aku. Hehehe.... aku langsung
disuruh periksa ke dokter. Wah....gawat neh kalo
ketahuan....aku sempat panik....deg-degan juga....akhirnya hari
esoknya aku ke sekolah, tapi gak masuk. Aku nunggu temenku
di warung tempat biasa aku n temen-temen nongkrong habis
pulang sekolah. Aku ketemu ma Ron, dia gak pake drugs, dari
dia permulaan perjuanganku untuk sembuh....begitu dia lihat
aku di warung, dia langsung datengi aku. Aku jujur cerita ma
dia, dia langsung kaget kalo ternyata aku udah termasuk
89
kondisi parah. Dia bilang aku udah ngalami yang namanya
sakaw. Dalam keadaan aku yang bingung, dia menawarkan
bantuan untuk bantu aku supaya aku bisa pulih. Tanpa pikir
panjang aku langsung menyanggupi tawarannya. Ternyata
temenku yang jadi bandar narkoba udah gak pernah masuk
sekolah lagi. Aku tahu dari ceritanya Ron. Gila! Makanya
susah banget dicari. Sejak aku dibantu Ron, aku jarang sekali
pulang kerumah. Aku lebih sering menginap ditempatnya Ron.
Setelah lumayan lama aku tinggal ditempat Ron, belajar
bareng untuk memperbaiki nilaiku yang bener-bener hancur,
aku bisa memperbaikinya secara bertahap. Yang buat aku
kaget saat Ron omong ke aku supaya aku pulang dan omong
keadaan yang sebenarnya ma ortuku. Aku langsung kaget
banget. Kebayang kan ortuku kalo tahu aku kaya
gini....pikiran-pikiran aku bakal kena hukuman yang paling
berat langsung ada di kepalaku. Lama aku berpikir....akhirnya
aku setuju dengan usulnya Ron, supaya aku omong ke ortuku
dengan segala resikonya. Aku harus berani bertanggung jawab.
Ron mendukungku bila nanti dibutuhkan untuk membantuku
menghadapi ortuku. Besoknya aku pulang, sampai dirumah
aku mengatur yang harus aku katakan ke keluargaku.
Malemnya, aku langsung minta ortuku n kakakku untuk
kumpul sebentar karena aku mau omong sebentar. Gak tahu
90
kenapa, ibuku langsung nyletuk, “kamu pake narkoba ya?”,
aku langsung kaget, aku berusaha tetap tenang. Aku jawab aja,
“iya, aku make..”. ibuku langsung omong dengan nada marah,
tapi gak setinggi biasanya nadanya. Bapak cuma duduk dikursi
sambil menghela nafas....kakakku merangkul aku n duduk
disebelahku. Aku langsung mengutarakan penyesalanku n
ingin berhenti, gak make drugs lagi. Malam itu aku bener2
berusaha meyakinkan keluargaku bahwa aku bener2 mau
berhenti. Aku ceritakan semua, uang yang aku pake untuk beli
drugs dari uang SPP yang gak aku bayar, dari jual onderdil
motorku yang aku preteli, dari spion, footstep, sampai
helm...aku juga ungkapkan kenapa aku pake drugs....dari
semua yang aku ungkapkan...aku cuma butuh keluargaku, aku
butuh perhatian mereka, aku sangat butuh kasih
mereka....bukan hukuman-hukuman yang kaya gitu...hufh.....
P : lalu bagaimana tanggapan mereka setelah mereka tahu mas
menjadi pengguna narkoba?
R : keluargaku mendengarkan n mereka akhirnya mau menerima n
mengerti. Bapak yang langsung menawarkan aku supaya aku
direhab....malam itu aku bener-bener plong bisa ungkapkan
semua ke mereka....malam itu adalah malam yang mengubah
hari-hari keluargaku berikutnya.....terutama untuk
91
pemulihanku dari ketergantungan drugs....keluargaku sungguh
luar biasa...
P : Mas kan pemakai, bagaimana mas mengenal obat-obatan
tersebut?
R : ya dari temenku yang bandar itu mbak....kalo mendengar
tentang narkoba sih dari temen2ku band, komunitas....mereka
sering cerita tentang drugs. Ada yang bilang, ketika make
rasanya enak banget....masalah lewat. Hahaha.... ternyata
omong kosong! Setelah sadar, masalah itu tetep ada, gak ilang.
Hahaha....
P : Oh, ya apa boleh saya mendengar cerita mas tentang masa-
masa mas SD, SMP, SMK?
R : di TK, aku sebenarnya males2an kalo masuk, pengennya maen
terus. Ternyata di TK emang gudang permainan edukatif, yang
pasti ada acara makan2nya...makanya lama-kelamaan aku
senang masuk TK. Habis TK aku masuk SD, di SD aku
ketemu dengan teman2ku di TK dulu, aku gak tambah
semangat belajar, malah semangat bermain sampai nilai2ku
kelas 1, 2, n 3 bener2 jelek. Kelas 1 aja pernah hampir gak naik
kelas karena merahnya 2. Untungnya dulu batas nilai merah 3
nilai, jadi aku tetep naik kelas. Kelas 2, aku masih suka
bermain-main dengan teman2 sekolah maupun lingkungan
tempat tinggalku. Kelas 2 aku juga ada nilai merah 1, pelajaran
92
matematika. Rapor SD masih aku simpan, lucu juga kalo liat2
lagi. Dari TK aku uda diajar disiplin ma ortuku lho. Makanya
aku kecilnya bandel n cengeng, karena mendapat banyak
hukuman dari ortuku. Kelas 3, bapakku pernah dipanggil ma
guru wali kelasku tentang belajarku yang
hancur2an...hehehe....yang paling hancur waktu itu pelajaran
matematika...aku bego banget kalo hitung-menghitung. Dari
sinilah malapetaka bagiku dimulai, setiap hari aku terus
mendapat kedisiplinan dari kedua ortuku, kalo pulang sekolah
langsung pulang, bobo, sorenya siap2 belajar ma bapakku.
Mulai saat itu bapak selalu pulang agak sore, karena malamnya
mengajari aku supaya pintar di semua pelajaran. Yang paling
digembleng tentu saja pelajaran matematika, ternyata usaha
bapak berhasil meskipun aku sering mengalami hukuman. Dari
kelas 3 cawu II, aku menjadi rajanya matematika di kelas. Aku
selalu mendapatkan nilai tertinggi dalam pelajaran matematika.
Guruku aja sampai heran, nama guruku itu ibu Trismiyati. Aku
gak akan lupa beliau. Karena beliau bener2 berjasa bagiku.
Padahal waktu aku masih bego, mau ijin ke wc aja gak boleh.
Setelah jadi raja di kelas dalam hampir semua mata pelajaran,
beliau menjadi percaya akan kemampuanku....hal tersebut terus
berlangsung sampai aku kelas 6. aku berani bolos saat aku
masih kelas 6, itu karena aku terlambat n gak boleh masuk
93
kelas sampai pelajaran berikutnya...karena aku ini emang
bandel, aku keluar sekolah n jalan2 terus main ding-dong.
Lupa kalo ternyata aku gak masuk sekolah seharian....guruku
kelas 6 waktu itu terkenal killer...galak banget....suka menyiksa
anak kecil....bayangin aja, guru yang segede gajah melawan
kami yang masih ingusan....kami tidak berdaya.....cara
memberi hukumannya hampir serupa dengan ortuku, namun
tetep masih keras ortuku. Aku paling sering kena hukuman
push-up, karena aku kadang lupa membawa buku paket hari
itu, ato kalo gak salah menjawab pertanyaan yang diajukan
guruku. Di SD aku senang mengikuti lomba2 menggambar,
dari berbagai lomba yang aku ikuti, belum pernah aku menang
sekalipun...namun aku sangat senang bisa melampiaskan
coretan2ku di lomba2 itu. SMP aku mulai berani merokok di
sekolah. Sering dipanggil guru BP karena kedapatan lagi
merokok di samping wc. Hehehe....semenjak ortuku mendapat
peringatan dari guru BP, aku jarang merokok di lingkungan
sekolah, tapi aku merokok di luar lingkungan sekolah.
Hehehe....kelas 1 SMP aku mendapat juara 3 saat kenaikan
kelas. Kelas 2 aku ranking 5. karena aku gak terima tahtaku
direbut, kelas 2 cawu III, aku berusaha mengejar n mendapat
ranking 2. kelas 3 aku langsung memaksimalkan belajarku n
selalu merebut ranking 1 dari cawu I – III. Namun nilai
94
ebtanasku kalah dari sainganku. Karena aku terlalu sombong,
maka aku menganggap remeh soal2 ebtanas, akhirnya nilaiku
kalah dari saingan yang sebetulnya cewek yang aku taksir.
Hehehe....malu banget rasanya....di STM waktu aku kelas 1
cawu I – III aku mendapat ranking n selalu masuk 5 besar.
Mulai kelas 2 nilai2ku mulai turun, bahkan pada cawu II kelas
2, aku pernah gak dapet ranking sama sekali. Aku sempat
kaget...ada apa denganku?...kok bisa begini?...apa yang
terjadi?...semenjak aku memakai narkoba, aku tidak lagi bisa
mengingat dengan baik. Syarafku udah kena...ingatanku tidak
lagi sekuat n setajam sebelum aku pakai narkoba....n itu aku
alami sampe sekarang....aku udah kaya orang pikun....makanya
waktu kelas 3 aku mulai mengurangi mengkonsumsi drugs,
meskipun sulitnya minta ampun.....berkat dorongan temanku
aku bisa...
P : Lalu prestasi apa yang pernah mas dapatkan selama
SD,SMP,SMK?
R : di SD aku gak pernah menjuarai apapun meskipun sering ikut
lomba menggambar. Di SMP aku ikut ekstrakurikuler voli.
Kami pernah maen di kejuaraan se-kabupaten Sleman n kami
juara 2. itu aku kelas 2 SMP. itu masa2 yang indah banget.
Aku n teman2 sangat kompak, yang lain dukung kita lewat
teriakan2 di samping lapangan. Sungguh asik...di STM aku
95
juga maen sepakbola ma teman2ku di STM, bahkan pernah
membuat pertandingan antar kelas. Para senior juga kita
tantang, namun kami tetep asik. Gak ada permusuhan. Kami
maen pake taruhan. Masing2 orang patungan 500 perak. Hasil
patungan itu menjadi taruhan kami setiap pertandingan.
Prestasi yang paling berkesan ketika menang n makan mie
ayam rame2. menyenangkan.... hehehe..... kayanya cuma itu
mbak yang aku bisa ingat....
P : Bagaimana dengan kesehatan mas, apakah pernah menderita
penyakit yang parah dan bagaimana keadaan mas sekarang?
R : dulu waktu SD, aku pernah kena flek paru2. itu kelas 5 SD.
Aku gak masuk sekolah itu sekitar 3 minggu. Bapak yang antar
aku cek up. Pernah juga jantungku kumat, aku pingsan bentar
terus bangun lagi kaya gak kejadian apa2. hahaha..... kejadian
serangan jantung ini sebenarnya sering aku alami, bahkan
sampai sekarang. Gejalanya nyeri di jantung, kalo udah gitu,
mau tarik nafas sakit, buang nafas juga sakit....wah, keringat
dingin langsung keluar banyak.... paling parah aku alami
malam2 jantungku rasanya mau pecah.....udah lah, aku gak
bisa cerita untuk yang ini....bener2 mujizat Tuhan, aku masih
bisa bernafas sampai sekarang....
P : Bisakah mas menceritakan bagaimana kehidupan mas setelah
mas menjadi sangat tergantung atau menjadi pecandu narkoba?
96
R : kaco mbak hidupku. Mau belajar aja gak bisa. Boro2 belajar,
jalan normal aja kadang gak bisa, sempoyongan. Sakit banget
kepalaku, otakku kaya ditusuk2 paku banyak banget. Kepalaku
aja dipukul uda gak terasa pukulannya....pernah aku benturkan
kepalaku ke tembok saking gak kuat nahan sakit otakku
ini....akhirnya aku dibawa ke kamar mandi dan kepalaku
diguyur air ma temenku Ron. Kalo uda diguyur gitu rasa
sakitnya sedikit berkurang.....ini yang disebut sakaw. Kalo uda
butuh banget n gak ada barang, ya tanganku ini yang aku silet2
terus aku minum darahnya....aku minum darahku sendiri kalo
lagi koleps gitu...yang pasti ketika aku memakai drugs terus,
sekolahku aku sering bolos, karena tadi itu.....aku lagi koleps
mbak. Hubungan dengan ortuku otomatis jadi terputus
kan...karena aku juga jarang dirumah, n lebih sering nginep
ditempat temen2ku. Hasil belajarku juga jadi
amburadul....nilai2ku di kelas 2 STM bener2 mengenaskan.
Ada pelajaran yang nilainya kosong. Mati2an aku mengulangi
pelajaran itu....yang lebih menyakitkan, pelajaran itu adalah
pelajaran favoritku sebenarnya, sejak aku SMP. Belum pernah
aku mendapat nilai hancur di pelajaran ini....pelajaran fisika
kimia. Sebelum aku make drugs, nilai FisKim-ku tertinggi di
kelas (sambil memperlihatkan nilai rapornya di STM).....lihat
ketika aku kelas 2....gila kan turunnya....drastis
97
banget....guruku FisKim aja sampai gak percaya loh mbak
nilaiku bisa hancur kaya gitu.....dan yang hancur gak hanya
pelajaran itu aja, tapi hampir semuanya turun.....aku bener2
frustasi waktu itu.....yang pasti aku mengandalkan X (extacy)
dalam hidupku. Tanpa itu aku bisa tamat.....hufh.....itu yang
ada dalam pikiranku.....aku gak pernah mencuri untuk bisa
membeli X, aku hanya sering menipu ortuku dengan cara
apapun untuk dapat uang dan beli barang itu.....kaya aku jual
bagian2 motorku itu. Kalo ortu tanya, misalnya aja spionnya
kok gak ada gitu, aku jawab aja jatuh dijalan waktu nyenggol
truk. Bener2 kurang ajar banget aku waktu
itu.....parah....parah....(geleng2 kepala sambil
tersenyum)....sampe motorku itu pernah mau aku gadaikan
cuma untuk “kebutuhanku” itu....hehe....untung masih bisa
mikir aku ini....akhirnya gak jadi aku gadaikan....
P : Apakah mas pernah di bawa ke panti rehabilitasi ?
R : gak...gak pernah. Aku yang gak mau mbak. Kalo ortu waktu
tahu aku make drugs, mereka pernah ngusulin aku ke panti
rehab, tapi aku menolak. Aku gak mau ke sana. Wah, jangan
sampai lah....
P : Lalu bagaimana tanggapan orang tua, istri mas, kakak, dan
teman-teman mas?
98
R : yaaa...mereka pikir aku gak bisa sembuh, mereka tetep ingin
aku di panti rehab. Aku tetep gak mau....
P : Apakah mas sempat berfikir bahwa mas akan bisa terlepas dari
ketergantungan yang ma salami?
R : aku gak sempat berpikir kesitu mbak. Aku tuh malah mikirnya,
aku terus membutuhkan “barang” ini untuk bertahan hidup.
Setelah keluarga ternyata tahu n tidak meninggalkan aku,
justru mendukung n membantu aku memulihkan keadaanku
supaya gak tergantung lagi ma drugs....baru aku memiliki
harapan baru bahwa aku bisa lepas dari drugs, dengan
dukungan dari keluargaku semua, aku optimis bisa
sembuh.....dan aku terus berusaha, berjuang supaya hidupku
mengalami pemulihan dengan dibantu keluargaku...
P : Apa yang mas lakukan pada saat mas berada pada masa-masa
penyembuhan yang mungkinterasa sangat sulit bagi mas.
R : berdoa. Hanya itu....dengan doa aku mulai memfokuskan
diriku untuk merubah hidupku jadi lebih baik. Yang pasti tidak
nge-drugs lagi, menolak setiap ajakan dari diri sendiri apalagi
dari orla untuk make lagi.....meskipun kadang aku juga merasa
membutuhkan “barang” itu lagi kalo pas kumat.....namun,
keluargaku langsung cepet2 menolongku. Perhatian mereka,
kasih sayang mereka.....bener2 membuatku bisa fight melawan
drugs. Masa penyembuhan itu bagiku bener2 perjuangan
99
gila2an mbak. Aku aja sampe heran sendiri.....aku kok bisa ya
melewati hal kaya gitu...hehe....
P : Baik mas, sepertinya kita harus sudahi dulu karena sudah larut
dan saya minta waktu lagi untuk melanjutkan wawancara ini,
dengan jadwal yang telah kita susu kemarin.
R : ya….ya. baiklah
P : Terimakasih mas, saya pamit dan nanti saya hubungi mas lagi.
100
Wawancara Konseling
Nama responden : Abi
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Wawancara II
Tanggal : 25 November 2007
Lokasi : Rumah Responden
Status : Pecandu narkoba (masa penyembuhan)
Waktu : 17.30-19.30
P : Selamat sore mas, bagaimana kabarnya?
R : alo mbak. Met sore juga. Kabar baik hari neh hari ini...hehehe....mari
masuk (sambil mempersilakan duduk)
P : Bagaimana mas apakah wawancara kita kemarin bisa dilanjutkan?
R : oh..bisa mbak. Silakan aja dimulai....
P : Kemarin sampai pada “apa yang dilakukan mas pada saat awal mas
melakukan penyembuhan atau terapi”.
R : o iya...kemaren sampai itu....terus mbak mau lanjut pertanyaan apa lagi?
P : Berapa lama mas melewati masa-masa sulit itu? Lalau Setelah mas
sudah merasa lebih baik apa yang mas lakukan untuk mengisi waktu
luang?
101
R : hmm.....itu dari tahun 2001 awal lah ya....kira2 bulan februari atau
maret kalo gak salah....jadi berapa tahun kalau dihitung hingga saat ini
ya? (sambil menghitung dengan jari).... 6 tahun...ya, sekitar 6 tahun-an
lah mbak aku berjuang untuk stop narkoba....kalo untuk mengisi waktu
luang, aku olahraga, renang, lari pagi, angkat2 beban sesekali....biar
tubuhku jadi fit. Kuliah pastinya....kalo senggang gitu, aku membuat
design grafis di komputer. Buat kartu nama ma poster. Itu pesenan
temen2. daripada ngluyur gak jelas, mending buat sesuatu yang
menghasilkan mbak. Meskipun hasilnya dikit, tapi puas kalo ngeliat
pemesan itu senang...hehehe....
P : Kegiatan apa saja yang mas ikuti?
R : kegiatan lain, aku nge-band dengan temen2ku. Mereka gak ngedrugs,
cuma minumnya yang kenceng....haha....aku salut ma temen2ku ini,
mereka anti narkoba. Kami buat lagu2 aliran underground, udah
rekaman 4 lagu. Ini mau menyiapkan materi untuk nglengkapi
rekamannya sampai 7 lagu.
P : Apakah sampai sekarang mas masih aktif mengikuti kegiatan tersebut?
R : masih mbak. Aku kaya punya sodara seperjuangan untuk anti narkoba.
Hahaha.... kayanya aku akan tetep menggeluti bidang seni. Seni gambar
n seni musik ini, khususnya musik underground. Hehehe...
P : Lalu apa yang ingin mas lakukan untuk keluarga mas?
R : yang pasti aku ingin membahagiakan keluargaku...ya cuma itu....
P : Apa yang akan mas lakukan saat mas ketagihan ?
102
R : berjuang untuk menolaknya mbak....apapun resikonya....aku harus
berjuang.....aku udah gak mau lagi nelan “pil setan” itu lagi. Sampai
akhir hidupku....aku harus bisa untuk keluargaku
P : Apa yang sudah keluarga usahakan untuk kesembuhan mas?
R : doa. Kemudian yang pasti biaya...hahaha....informasi tentang cara
memulihkan orang yang ingin sembuh dari narkoba, keluargaku
konsultasi dengan salah satu dokter dari rumah sakit yang tetanggaku
sendiri. Perhatian n kasih sayang mereka untuk terus memberikan
dukungan kepada aku....hufh....ini yang udah lama ingin aku rasakan.....
P : Lalu setelah apa yang sudah terjadi pada mas, apakah saat ini mas
memiliki tujuan hidup?
R : ya pasti....aku ingin bisa bekerja dan membina keluargaku baik2,
menjaga mereka dari bahaya narkoba....aku ingin keluargaku bahagia
dengan hasil perjuangan yang mereka lakukan dan perjuanganku untuk
pemulihan dari drugs yang aku alami setelah sekian lama....kemudian
dari usahaku yang aku rintis sendiri ini....aku ingin keluargaku bahagia
mbak....aku gak ingin mengecewakan keluargaku.....
P : Baiklah mas untuk pertemuan kali ini kita sudahi dulu, sudah malam.
Untuk pertemuan minggu depan saya akan melanjutkan lagi apa yang
sudah kita bicarakan hari ini mas.
103
Wawancara Konseling
Nama responden : Abi
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Wawancara III
Tanggal : 09 Desember 2007
Lokasi : Rumah Responden
Status : Pecandu narkoba (masa penyembuhan)
Waktu : 13.00-15.30
P : Selamat siang mas………
R : siang mbak....mari masuk dulu.....silakan duduk dulu mbak...
P : Oh, ya mas bagaimana keadaan istri mas?
R : baek2 aja mbak. Tuh istriku lagi di belakang, tadi lagi bantu istriku
masak. Hehehe....
P : Bagaimana perasaan mas ketika mas dalam penyembuhan ini dan
mungkin hamper sembuh ini selalu di damping oleh istri?
R : seneng mbak. Gimana ya....ada semangat n harapan untuk bener2 bisa
sembuh dari ketergantungan narkoba ini. Dukungan yang gak ada
henti2nya selalu diberikan istriku. Kata2 semangat bahwa “aku bisa”
selalu aja diungkapkan ke aku....istriku bener2 luar biasa mbak....
104
P : Lalu apa hidup mas saat ini memiliki arti atau makna?
R : ya. Tentu saja mbak. Maknanya itu bisa untuk dijadikan cermin diri...
P : Apakah mas menemukan makna dari segala yang telah terjadi pada
mas?
R : ya. Bahwa tidak ada kata terlambat untuk memperbaharui hidup yang
udah.....katakanlah rusak.....separah2nya kerusakan itu kalo ada
kemauan, usaha, ditambah lagi dengan dukungan dari orang2 yang kita
sayangi....kerusakan itu masih bisa dipulihkan. Yang penting jangan
menyerah, terus berjuang untuk kehidupan yang lebih baik. Belajar dari
pengalaman itu merupakan guru yang baik. Dan itu memang benar
mbak. Saya udah mengalami sendiri. Aku yakin, di luar sana ada
banyak orang yang bisa jadi mengalami yang lebih parah dari aku, dan
mereka bisa dipulihkan kembali.
P : Menurut mas apa itu hidup bermakna?
R : hidup bermakna ya.....kalo menurutku sih, kita bisa menghargai apapun
yang kita miliki, perjuangan yang kita lakukan dan dilewati,
menghargai hasil perjuangan itu, dan bisa membuat orang2 disekitar
kita bahagia dengan apa yang sudah kita lakukan. Kalo pendapatku
seperti itu mbak.....gak tahu kalo orang lain...hehe...
P : Dan mas sudah mulai merasakan bahwa Tuhan maha baik bukan?
R : ya. He is The Best for me
P : Lalu apa rencana mas kedepannya?
105
R : yang pasti aku slesein kuliah. Kerja biar bisa nabung untuk keluarga.
Tetep berkarya bareng temen2ku di band. Pelayanan ma temen2. Gitu
aja sih mbak. Hehe....
P : Apakah masih ingin meneruskan perjuangan dengan band dan kegiatan-
kegiatan kerohanian ?
R : kalo itu tetep mbak. Aku akan terus berkarya disitu. Hehe....yang
penting selalu positif. Gitu mbak...
P : Apa rencana mas untuk keluarga mas?
R : gak neko2 mbak. Membina keluarga yang takut akan Tuhan, harmonis,
dan bahagia. Itu aja
P : Baiklah mas, saya mengucapkan banyak terimakasih atas kerja sama
mas selama ini. Dan saya juga ucapkan banyak-banyak terimakasih
untuk keluarga ibu dan istri yang sudah bersedia membantu
memberikan informasi dan dukungan pada saya.
106
Bagan Informasi Narkoba
107
108
109
Pedoman wawancara responden
VI. Identitas subjek
a. Perkenalan
b. Apakah anda bersedia menjadi subjek dalam penelitian saya?
c. Apakah identitas harus dirahasiakan?
d. Data diri, tempat dan tanggal lahir.
e. Tinggi badan dan berat badan.
f. Agama
g. Pendidikan terakhir
h. Menanyakan identitas orang tua
i. Pekerjaan orang tua
j. Status dalam keluarga (berapa bersodara?)
VII. Kehidupan masyarakat lingkungan tempat tinggal
a. Bagaimana status sisial ekonomi masyarakat?
b. Bagaimana hubungan keluarga anda dalam masyarakat di lingkungan
tempat tinggal?
c. Bagaimana hubungan keluarga mas?
VIII. Pemakaian Narkoba
a. Apakah orang tua anda tahu anda memakai narkoba?
b. Bagaimana anda menyampaikan pada orang tua anda bahwa anda
menggunakan narkoba?
110
c. Bagaimana tanggapan orang tua anda setelah tahu anda menjadi pemakai
narkoba?
d. Sejak kapan anda mengenal narkoba?
IX. Tentang kesehatan
a. Bagaimana kesehatan anda dulu sebelum menggunakan narkoba?
b. Bisakah anda menceritakan bagaimana kehidupan anda setelah anda
menjadi pemakai narkoba?
c. Apakah pernah di rawat di panti rehabilitasi?
d. Apakah sempat terpikir bahwa anda akan sembuh?
e. Kegiatan apa yang mas lakukan selama dalam masa penyembuhan?
f. Berapa lama anda melewati masa-masa penyembuhan?
g. Apa yang anda lakukan untuk mengisi waktu luang?
h. Kegiatan yang anda ikuti?
X. Penemuan Makna Hidup
a. Apa yang anda lakukan untuk keluarga?
b. Apa yang sudah keluarga upayakan untuk kesmbuhan anda?
c. Apa tujuan hidup anda?
d. Bagaimana perasaan anda pada masa-masa penymbuhan seperti sekarang
ini?
e. Apakah saat ini anda menemukan arti atau makna hidup anda?
f. Apakah menemukan makana dari segala kejadian yang terjadi dalam hidup
anda?
g. Menurut anda apa hidup bermakna itu?
111
h. Apa peran Tuhan dalam hidup anda?
i. Apa rencna anda untuk diri anda?
j. Apa rncana anda untuk keluarga anda.
Catatan ;
Pertanyaan dikembangkan sesuai dengan tema