STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S...
Click here to load reader
Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S...
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGONDANI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
SRI SUPREHATIN
NIM. P.09104
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGONDANI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
SRI SUPREHATIN
NIM. P.09104
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis ini diajukan oleh:
Nama : Sri Suprehatin
NIM : P.09104
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn.S DENGANPERILAKU KEKERASAN
DI RUANG PRINGGONDANI RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH SURAKARTA”.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di : ..............................
Hari/Tanloggal : ..............................
Pembimbing I : Joko Kismanto, S.Kep., Ns ( )
NIK. 200670020
iiii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan oleh :
Nama : Sri Suprehatin
NIM : P.09104
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn.S DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG PRINGGONDANI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA”.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di : ..............................
Hari/Tanggal : ..............................
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Joko Kismanto, S.Kep., Ns ( )
NIK.200670020
Penguiji II :Diyah Ekarini , S.Kep., Ns ( )
NIK. 2001187085
Penguji III :Setiyawan , S.Kep., Ns ( )
NIK. 201084050
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep, Ns
NIK.201084050
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Suprehatin
NIM : P.09104
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S
DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI
RUANG PRINGGONDANI RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH SURAKARTA”.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan , maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, Juni 2013
Sri Suprehatin
NIM. P 09114
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karunian-Nya, sehingga penulis dapat menyeleseikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Perilaku
Kekerasan Di Ruang Pringgondani Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep, Ns , selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep, Ns , selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Joko Kismanto, S.Kep, Ns , selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Diyah Ekarini, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Mamaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
vi
8. Erwin Ariestiyanto AMK, selaku suami memberi dukungan dan semangat
untuk segera menyeleseikan tugas Karya Tulis Ilmiah.
9. Keisha Azzahra Salsabila, putriku yang selalu menemaniku dalam
penyelesaian tugas Karya Tulis Ilmiah
10. Nenek dan Kakek saya memberi dukungan dan semangat untuk segera
menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah
11. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan bebagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan
ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, Juni 2013
Sri Suprehatin
NIM. P 09114
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................... 4
C. ManfaatPenulisan ................................................................... 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian .............................................................................. 6
B. Daftar Perumusan Masalah ..................................................... 12
C. Perumusan Masalah Keperawatan .......................................... 12
D. Rencana Keperawatan ............................................................ 13
E. Implementasi Keperawatan .................................................... 17
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 18
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ............................................................................ 21
B. Simpulan ................................................................................. 27
C. Saran ....................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Genogram Tn. S ......................................................................... 8
Gambar 2.2 Pohon Masalah .......................................................................... 13
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Log Book Kegiatan Harian
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3 Lembar Pendelegasian Klien
Lampiran 4 Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat jiwa menurut WHO adalah berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (Ade, 2011). Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI, 2008) Sehat jiwa
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai satu kesatuan yang
utuh terdiri dari unsur fisik, mental dan sosial.
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak
normal,baik yang berhubungan dengan fisik maupun dengan mental
(Yosep, 2007). Gangguan jiwa menjadi masalah serius diseluruh dunia.
Organisasi kesehatan Dunia (World Head Organitation) tahun 2007
menyatakan, paling tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu
jiwanya di Indonesia berdasarkan survey kesehatan mental rumah tangga
setiap 1000 anggota rumah tangga terdapat 185 orang mengalami gangguan
terkait masalah kejiwaan (Siti, 2010). Menurut Kepala Dinas Kesehatan di
Jakarta Dien Emawati menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa
ringan hingga triwulan kedua tahun 2011 mencapai 306.621 orang, naik dari
159.029 orang pada tahun 2010. Secara keseluruhan, jumlah penderita
gangguan jiwa di Jakarta mencapai angka 14,1% dari jumlah penduduk.
2
Jumlah itu di atas angka nasional sebesar 11,6% (Kompas.com, 10 Oktober
2011).
Dampak perkembangan jaman dan pembangunan juga menjadi faktor
peningkatan permasalahan kesehatan yang ada, menjadikan banyaknya
masalah kesehatan fisik juga masalah kesehatan mental spiritual, dan pada
akhir-akhir ini penderita gangguan jiwa makin meningkat, kebanyakan
penderita gangguan jiwa terjadi karena perilaku kekerasan baik dalam rumah
tangga ataupun yang lainnya (Casmita, 2008). Salah satu bentuk gangguan
jiwa yang umum adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa
yang berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar
atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta
mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari hari ( Keliat,2011 ). Tanda
dan gejala skizofrenia menurut Keliat (2011) diantaranya gejala positif
(Waham, Halusinasi, Perubahan arus pikir dan Perubahan perilaku)
sedangkan gejala negatifnya (Apatis, Blocking atau pembicaraan terhenti
tiba-tiba, Isolasi Sosial).Perubahan perilaku sendiri itu meliputi amuk, marah
dan menyebabkan perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif
(Iyus,2007). Marah merupakan suatu emosi yang mempunyai ciri-ciri
3
aktifitas sistem saraf simpatik yang tinggi dan adanya perasaan jengkel atau
tidak suka yang amat kuat yang disebabkan adanya kesalahan dan
ditimbulkan sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak
dipenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Arie, 2011).
Rumah Sakit Jiwa Surakarta adalah rumah sakit milik pemerintah
yang diklasifikasikan sebagai kelas A dan sebagai pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat yang berhubungan
dengan perencanaan dari suatu rumah sakit bagi rumah sakit jiwa, dengan
berbagai tingkat keparahannya. Hasil survei di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta, gangguan halusinasi yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta kurang lebih 42% jika dibandingkan gangguan jiwa lainnya,
diantaranya perilaku kekerasan 34%, harga diri rendah 14,5%, defisit
perawatan diri 5,6% dan menarik diri 3,9% (Catatan Medical Record RSJD
Surakarta, 2007). Berdasarkan laporan periode bulan April 2013 klien yang
dirawat di ruang Pringgondani RSJD Surakarta di dapatkan dari 31 klien yang
mengalami gangguan jiwa terdapat 15 klien yang mengalami gangguan resiko
perilaku kekerasan, rata – rata berumur antara 20 tahun sampai 50 tahun,
yang mengalami halusinasi terdapat 10 klien, harga diri rendah terdapat 2
klien, defisit perawatan diri terdapat 1 klien, menarik diri terdapat 2 klien dan
waham terdapat 1 klien.
Tn. S adalah klien yang mengalami gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan, didapatkan data subyektif klien mengatakan kesal pada
keluargannya yang tidak bersedia membelikan sepeda motor kesukaannya
4
dan klien mengamuk lalu membakar sepeda motor miliknya. Data obyektif
klien tampak kesal, wajah tegang, suara keras dengan nada tinggi. Akibat dari
perilaku kekerasan dapat menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan kasus asuhan keperawatan yang ditunjukan dalam penulisan
karya tulis ilmiah dengan judul “Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn.S
Dengan Perilaku Kekerasan Di Ruang Pringgondani Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan
Terdiri atas 2 (dua) hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Melaporkan kasus asuhan keperawatan pada Tn.S dengan
perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan perilaku
kekerasan.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S
dengan perilaku kekerasan.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn.S
dengan perilaku kekerasan.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan perilaku
kekerasan.
5
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dengan perilaku
kekerasan.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi yang terjadi pada Tn.S dengan
perilaku kekerasan.
C. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman
nyata penulis dalam memberikan asuhan keperawatan dengan perilaku
kekerasan.
2. Bagi profesi
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku
kekerasan, sehingga klien mendapatkan penanganan yang cepat, tepat
dan optimal.
3. Bagi institusi
a. RSJD Surakarta
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk
membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
6
b. Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan khususnya pada klien dengan
perilaku kekerasan dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
Bab II ini merupakan ringkasan Asuhan Keperawatan Jiwa dengan
pengelolaan studi kasus pada klien Tn.S dengan Perilaku Kekerasan di ruang
Pringgondani RSJD Surakarta pada tanggal 25 April – 27 April 2013. Asuhan
keperawatan ini dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Identitas
Hasil pengkajian tanggal 25 April 2013 pukul: 10.00 WIB pada kasus
ini diperoleh dengan cara auto anamnesa, mengadakan pengkajian langsung,
pemeriksaan fisik dan menelaah catatan perawat, dari data pengkajian
tersebut didapatkan hasil identitas klien bernama Tn.S, umur 26 tahun, masuk
tanggal 27 Maret 2013 agama Islam, pekerjaaan swasta, alamat Tasikmadu,
Karanganyar yang dirawat di ruang Pringgondani RSJD Surakarta sudah 1
bulan sejak Tn. S diagnosa Perilaku Kekerasan. Penanggung jawab klien
adalah Tn.A, pekerjaan wiraswasta, hubungan dengan klien adalah kakak
kandung.
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Ketika dilakukan pengkajian keluhan yang dirasakan klien saat
dikaji adalah klien mengatakan jengkel kepada keluarganya. Riwayat
alasan masuk ± 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit Jiwa, klien
8
mengamuk dan membakar sepeda motornya, kemudian klien dibawa
kerumah Sakit Jiwa Surakarta Riwayat kesehatan keluarga, klien
mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa.
2. Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumya dan riwayat
keluarga klien tidak ada yang mempunyai gangguan jiwa. Klien
mengatakan sudah pernah dirawat di rumah Sakit Jiwa selama 10x dan
pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena tidak bersedia minum
obat dan jarang kontrol. Klien mengatakan terakhir masuk kerumah Sakit
Jiwa pada tanggal 16 Maret 2013.
3. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan mengamuk di rumah lalu membakar sepeda
motornya karena merasa kesal dengan keluarganya yang tidak bersedia
membelikan motor kesukaanya.
4. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda- tanda vital, tekanan
darah: 120/80 mmHg, nadi: 86 x/menit, suhu: 36 C, respirasi: 20
x/menit, tinggi badan: 163 cm, berat badan: 55 kg. Keadaan umum : baik,
kepala: rambut bersih,bentuk mesoshepal, bersih. Mata : pupil isokor,
konjungtiva tidak anemis, simetris kanan dan kiri, penglihatan baik.
Hidung : bersih, simetris kanan dan kiri, tidak ada polib, penciuman baik.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Dada : simetris kanan dan
9
kiri, tidak ada otot bantu nafas. Ekstremitas : lengkap, bisa digerakkan
dengan normal, kuku bersih dan pendek.
5. Psikososial
a) Genogram
Keterangan :
Gambar 2.1 Genogram
Pengkajian psikososial didapatkan bahwa klien adalah anak
kesebelas dari sebelas bersaudara, klien tinggal serumah dengan
bapak dan ibunya, dalam anggota keluarga tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa.
: Laki - Laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Tinggal serumah
: Garis Keturunan
: Laki - Laki
: Perempuan
: Klien
10
b) Konsep diri
Pengkajian konsep diri, pada gambaran dirinya klien
mengatakan suka pada bagian tubuhnya dan menerimanya. Identitas
klien mengatakan seorang laki-laki berumur 26 tahun dan belum
menikah. Peran klien di rumah adalah sebagai anak. Ideal diri klien
mengatakan klien mengatakan ingin cepat pulang bertemu
keluarganya dan segera bekerja kembali. Harga diri klien
mengatakan malu bila bertemu dengan tetangganya karena dirinya
suka mengamuk di rumah.
c) Hubungan Sosial
Klien mengatakan orang yang paling berharga adalah kakak
kandungnya dan meskipun dia sering diamuk tapi klien mengatakan
dia sangat menyayangi keluarganya. Hubungan dalam bermasyarakat
klien mengatakan jarang bergaul dengan tetanggganya, klien tampak
diam saja ketika tidak ada yang mengajaknya berbicara. Hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain klien mengatakan tidak
menemukan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
d) Spiritual
Kepercayaan klien mengatakan beragama islam dan rajin
beribadah. Kegiatan ibadah klien mengatakan sholat 5 waktu dan
tidak lupa berdo’a setelah sholat. Klien mengatakan ingin segera
sembuh dan cepat pulang.
11
6. Status Mental
Penampilan klien terlihat rapi dengan rambut tertata rapi, cara
berpakaian juga baik tidak acak-acakan. Pembicaraan saat dikaji klien
berbicara dengan jelas, keras dan nada suara tinggi. Aktifitas motorik
klien terlihat tegang. Alam perasaan klien mengatakan senang saat dikaji
dan klien merasa sedih selama di Rumah Sakit Jiwa karena ingin pulang.
Afek klien saat dikaji afeknya datar. Interaksi klien saat di wawancarai
kooperatif dan mau menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Isi pikir
klien saat dikaji klien tidak mengalami gangguan, tidak ada waham, klien
mengatakan ingin segera pulang dan bertemu keluarga di rumah. Proses
pikir klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Memori klien dapat
mengingat kejadian jangka panjang dan jangka pendek, klien mampu
mengingat kapan saat dia dibawa di rumah sakit dengan diantar
kakaknya. Klien dapat berkonsentrasi saat diajak berbicara, Tingkat
kesadaran klien sadar penuh, tidak ada disorientasi waktu dan tempat.
Persepsi klien tidak mengalami gangguan halusinasi. Daya tilik diri klien
mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang.
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
Pada pengkajian kebutuhan klien pulang didapatkan data bahwa
klien mengatakan makan 3x sehari dengan menu yang disediakan dari
rumah sakit yaitu nasi, sayur, lauk-pauk serta buah. Klien juga
mengatakan selalu habis makannya lalu tidak lupa mencuci piringmya
sendiri. BAB klien mengatakan, BAB sehari 1x yaitu saat pagi hari dan
12
untuk BAK klien mengatakan bisa 6-7x sehari. Kebutuhan mandi klien
juga tercukupi, klien mengatakan mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore.
Klien juga mengatakan selalu keramas dan menggosok giginya saat
mandi, kemudian klien mengatakan setelah mandi tidak lupa ganti baju
yang bersih dan menyisir rambutnya agar kelihatan rapi.Istirahat dan
tidur, klien mengatakan tidur malam pukul 22.00 sampai pukul 05.00
pagi dan klien mengatakan jarang tidur siang. Penggunaan obat,klien
mengatakan ketika dirumah sakit mau minum obat secara teratur agar
cepat sembuh dan segera pulang. Rencana aktivitas dirumah dan diluar
rumah,klien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit ,dirumah akan
membantu orang tuanya membuat batu bata dan aktivitas diluar rumah
klien mengatakan ingin kembali bekerja.
8. Mekanisme koping
Klien mengalami mekanisme koping maladaptif yaitu klien
mengatakan jengkel kepada keluarganya dan membakar sepeda
motornya. Klien mengatakan mengerti alasan kenapa dia dibawa ke
rumah sakit jiwa karena dia sering mengamuk di rumah dan klien
mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
Penggunaan obat, klien mengatakan ketika di rumah sakit mau
untuk minum obat secara teratur agar cepat sembuh dan pulang. Setelah
pulang dari rumah sakit klien mengatakan ingin membantu orangtuanya
membuat batu bata dan kegiatan di luar rumah klien mengatakan akan
kembali bekerja.
13
9. Aspek Medis.
Diagnosa Medis: F.20.8. Terapi obat Risperidol 2x2 mg,
Clorpromazin 2x100mg, Triheksaperidol 2x2 mg. Klien dilakukan
pemeriksaan laboratorium tgl 29 Maret 2013 dengan hasil yaitu GDS 85
mg/dL (normal < 130 mg/dL), SGOT 28 u/L (normal < 37 u/L), SGPT
19 u/L (normal < 42 u/L).
C. Daftar Perumusan Masalah
Berdasarkan data di atas dapat ditegakkan diagnosa keperawatan
yaitu perilaku kekerasan, diagnosa keperawatan tersebut didukung dengan
data subyektif klien mengatakan kesal dengan keluarganya karena tidak mau
membelikan sepeda motor kesukaanya, klien mengatakan mengamuk dan
membakar sepeda motornya. Data obyektif: klien tampak kesal, wajah
tegang, suara keras dengan nada tinggi.
Diagnosa keperawatan ditegakkan maka dapat disimpulkan bahwa
pohon masalahnya adalah sebagai berikut:
Pohon Masalah
Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan (Akibat)
Perilaku Kekerasan ( Core Problem)
Mekanisme koping tidak efektif (Etiologi)
Gambar 2.2 Pohon masalah
14
D. Rencana Keperawatan
Didapatkan dari hasil pengkajian rencana keperawatan pada Tujuan
umum: Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
Tujuan khusus yaitu merupakan respon yang diharapkan dari hasil
tindakan keperawatan. Tujuan khusus 1 : Klien dapat membina hubungan
saling percaya. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan selama 30 menit klien
tampak : Menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat, wajah cerah
(tersenyum), mau berkenalan, bersedia menceritakan perasaannya. Intervensi
yang akan dilakukan bina hubungan saling percaya dengan, memberi salam
setiap berinteraksi, perkenalkan nama perawat dan tujuan perawat
berinteraksi, tanyakan dan panggil nama kesukaan klien, tunjukan sikap
empati jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan perasaan
klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas,
dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien.
Tujuan khusus 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan yang dilakukannya. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan selama
30 menit klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya, menceritakan penyebab perasaan kesal (jengkel), baik dari diri
sendiri maupun lingkungannya. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien
mengungkapkan perasaan marahnya, motivasi klien untuk menceritakan
penyebab rasa kesal (jengkel), dengarkan tanpa mencela atau memberi
penilaian setiap ungkapan perasaan klien.
15
Tujuan Khusus 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perlikau
kekerasaan. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan selama 30 menit klien
menceritakan tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata
merah, tangan mengepal, ekspresi wajah tegang, tanda emosional, perasaan
marah jengkel marah bicara kasar, tanda sosial bermusuhan yang dialami saat
terjadi perilaku kekerasan. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien
mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya, motivasi
klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi, motivasi
klien menceritkan kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan, motivasi
klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku
kekerasan.
Tujuan khusus 4 : Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan
yang pernah dilakukanya. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan selama 30
menit klien menjelaskan, jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah
dilakukanya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang
dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi yang akan dilakukan,
diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini,
motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan yang selama ini
pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah
tindakan kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindakan
kekerasan yang dilakukanya masalah yang dialami teratasi.
Tujuan khusus 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan selama 30 menit klien
16
menjelaskan akibat tindakan kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka,
dijauhi teman), orang lain (keluarga luka, tersinggung, ketakutan), lingkungan
(barang atau benda rusak). Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan
klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada, diri sendiri, orang
lain, keluarga, lingkungan
Tujuan khusus 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan. Kriteria evaluasi 2x pertemuan selama 30 menit
klien, menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah, Intervensi diskusikan
dengan klien apakah klien mau mempelajari cara mengungkapkan marah
yang sehat, jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah,
jelaskan cara sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik : nafas dalam
pukul bantal dan olahraga, verbal mengungkapkan bahwa dirinya sedang
kesal pada orang lain, sosial : latihan asertif dengan orang lain.
Tujuan khusus 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol
perilaku kekerasan. Kriteria evaluasi setelah 2x pertemuan selama 30 menit
klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan, fisik : tarik nafas
dalam, memukul bantal, verbal : mengungkapkan perasaan kesal pada orang
lain tanpa menyakiti, spiritual zikir doa. Intervensi diskusikan cara mungkin
di pilih untuk mengungkapkan kemarahannya, latih klien memperagakan cara
yang dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan klien menirukan
peragaan yang sudah dilakukan, anjurkan klien menggunakan cara yang
sudah dilatih saat jengkel muncul.
17
Tujuan khusus 8 : Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk
mengontrol perilaku kekerasan. Kriteria evaluasi setelah 3x pertemuan selama
30 menit keluarga : menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku
kekerasan, mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Intervensi
diskusikan pentingnya paran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk
mengatasi perilaku kekerasaan, jelaskan pengertian penyebeb, akibat, dan
cara merawat klien perilaku kekerasan, peragakan klien menangani parilaku
kekerasan, beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang, beri pujian
kepada keluarga setelah peragakan, tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatih.
Tujuan khusus 9 : Klien menggunakan obat sesuai program yang telah
di tetapkan . Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan selama 30 menit klien
menjelaskan : manfaat minum obat, keinginan tidak minum obat, nama obat,
bentuk dan warna obat, dosis yang diberikan kepadanya, waktu penakaran,
cara penakaran, efek yang dirasakan, setelah 1x pertemuan selama 30 menit
klien mengungkapkan obat sesuai program. Intervensi jelaskan manfaat
menggunaan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat,
jelaskan kepada klien : jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang
tepat untuk klien, waktu pemakaian, efek yang dirasakan klien, anjurkan klien
:minta dan menggunakan obat tepat waktu, lapor ke perawat atau dokter jika
mengalami efek yang tidak biasa, beri pujian terhadap kedisiplinan klien
menggunakan obat.
18
E. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan hari Kamis tanggal 25 April
2013 adalah Strategi Pelaksanaan I : bina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang muncul pada klien,
mengidentifikasi tanda dan gejala yang muncul pada saat marah,
mengidentifikasi akibat yang ditimbulkan pada saat marah. Menyebutkan cara
mengontrol perilaku kekerasan, membantu klien mempraktekkan latihan cara
mengontrol perilaku kekerasan nafas dalam. Respon klien yaitu klien meu
membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien mengatakan jengkel
kepada keluarganya, klien mengatakan bila merah maka klien mengamuk,
klien tampak bersedia diajarkan tehnik mengontrol marah dengan tarik nafas
dalam.
Tindakan keperawatan yang dilakukan hari Jum’at tanggal 26 April
2013 adalah Strategi Pelaksanaan II dan Strategi Pelaksanaan III yaitu
membantu klien dalam memilih dan mempraktikkan cara mengontrol perilaku
kekerasan yaitu dengan pukul bantal berbicara yang baik. Respon klien yaitu
klien mengatakan bersedia diajarkan tehnik mengontrol marah dengan tehnik
pukul bantal dan berbicra yang baik.
Tindakan keperawatan yang dilakukan hari Sabtu tanggal 27 april 2013
adalah Strategi Pelaksanaan IV yaitu membantu klien dalam memilih dan
mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan yaitu beribadah dan
menganjurkan klien untuk memasukkan cara yang dipilih ke jadwal harian
klien untuk dilatih setiap hari. Respon klien yaitu klien mengatakan bersedia
19
diajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara beribadah, klien
bersedia memasukkan tehnik mengontrol marah dengan tarik nafas dalam ,
pukul bantal, berbicara yang baik dan beribadah ke dalam jadwal harian
untuk dilatih setiap hari.
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan implementasi selama 3 x 15 menit
didapatkan evaluasi hari Kamis 25 April 2013 pada pukul 10.00 WIB untuk
diagnosa yang pertama Strategi Pelaksanaan I diperoleh data subyektif: klien
mau berjabat tangan dan mau untuk memperkenalkan dirinya, klien
mengatakan kesal kepada keluarganya, klien mengatakan mengamuk saat
kesal karena tidak dibelikan sepeda motor kesukaanya dan membakar sepeda
motor miliknya. Data obyektif: klien tampak mau berjabat tangan dan
membina hubungan saling percaya pada perawat, klien tampak mau
menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, klien menjawab
semua pertanyaan, ada kontak mata, klien mau menyebutkan perilaku
kekerasan yang dilakukan, klien mau memperhatikan mengontrol marah
dengan tarik nafas dalam dan memasukkan ke dalam jadwal harian untuk
dilatih setiap hari. Assessement: Klien mampu mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan yang muncul pada klien, mengidentifikasi tanda dan
gejala yang muncul pada saat marah, mengidentifikasi akibat yang
ditimbulkan pada saat marah dan mendemonstrasikan cara mengontrol marah
dengan cara pertama yaitu tarik nafas dalam. Planning, bagi klien anjurkan
20
klien untuk melakukan cara mengontrol marah dengan cara pertama yaitu
tarik nafas dalam, dan memasukkan kedalam jadwal harian, bagi perawat
evaluasi cara mengontrol marah yang pertama yaitu tarik nafas dalm, Lanjut
cara mengontrol marah yang kedua dan ketiga yaitu pukul bantal dan
berbicara baik dengan orang lain.
Hari Jum’at, 26 April 2013 pukul 10.00 WIB untuk Strategi
Pelaksanaan II dan Strategi Pelaksanaan III diperoleh data subyektif: klien
mengatakan sudah mencoba cara mengontrol marah dengan cara pertama
yaitu tarik nafas dalam. Data subyektif: klien mengatakan mau berlatih cara
mengontrol marah dengan cara yang kedua dan ketiga yaitu dengan pukul
bantal dan berbicara yang baik dengan orang lain. Klien mengatakan mau
memasukan latihan mengontrol marah dengan pukul bantal dan berbicara
yang baik ke jadwal harian. Data obyektif: klien tampak kooperatif ,
wajahnya tegang, suara keras dan nadanya tinggi, klien tampak
mempratekkan cara mengontrol marah dengan cara kedua yaitu pukul bantal
dan berbicara yang baik. Assessment: klien mampu mempraktekkan cara
mengontrol marah yang kedua dan ketiga yaitu pukul bantal dan berbicara
baik dengan orang lain. Planning, bagi klien anjurkan klien untuk memasukan
cara mengontrol marah dengan tarik nafas dalam dan pukul bantal dan
berbicara yang baik dengan memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian,
bagi perawat evaluasi dan optimalkan cara mengontrol marah satu yaitu tarik
nafas dalam dan cara kedua dan ketiga yaitu pukul bantal dan berbicara yang
baik dengan orang lain, lanjutkan cara keempat.
21
Hari ketiga Sabtu, 27 April 2013 pada pukul 10.00 WIB untuk Strategi
Pelaksanaan IV diperoleh data subyektif: klien mengatakan sudah bisa cara
mengontrol marah dengan beribadah, klien mengatakan sudah memasukan
dalam jadwal kegiatan harian. Data obyektif: klien kooperatif dan wajah
tegang, klien sudah mempraktikan cara mengontrol marah dengan cara
keempat yaitu dengan cara beribadah, klien tampak memasukan cara tersebut
kedalam jadwal kegiatan harian. Assessment: klien bisa mengontrol marah
dengan cara keempat yaitu dengan beribadah. Planning, bagi klien anjurkan
klien memasukan jadwal kegiatan harian, bagi perawat evaluasi dan
optimalkan cara mengontrol marah yang pertama yaitu tarik nafas dalam,cara
mengontrol marah kedua yaitu pukul bantal lanjutkan,cara mengontrol marah
yang ketiga yaitu berbicara yang baik dan cara mengontrol marah yang
keempat yaitu beribadah, Lanjut cara yang kelima yaitu cara minum obat.
22
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Bab III ini penulis akan menguraikan kesenjangan antara konsep teoti
dengan resume keperawatan yang merupakan kasus nyata dengan masalah
gangguan “perilaku kekerasan pada Tn.S di Ruang Pringgondani Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2013 “ pada tanggal 25-27 April 2013
dari tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif
(Iyus,2007).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien (Kusumawati dan Hartono,
2010). Pengkajian pada klien, penulis menggunakan teori proses
perawatan jiwa yaitu pengkajian identitas klien, identitas penanggung
jawab, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaaan fisik, psikososial,
23
status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah
psikososial dan lingkungan, data penunjang dan terapi (Arif, 2004).
Dalam tehnik pengkajian penulis menggunakan teori manifestasi klinis
perilaki kekerasan yaitu wajah tegang, terjadi peningkatan volume suara,
pandangan tajam (Ade, 2011).
Teknik pengkajian yang dilakukan penulis adalah dengan cara
wawancara dengan klien (autoanamnesis). Dalam tehnik pengkajian
penulis tidak menggunakan teori pengkajian secara (alloanamnesis)
dikarenakan penulis tidak mengetahui orang terdekat klien dan penulis
tidak mencantumkan nama dokter yang menangani klien.
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.S secara garis besar
ditentukan dari data subyektif dan obyektif yaitu Tn. S mengatakan kesal
dengan keluarganya karena tidak bersedia membelikan sepeda motor
kesukaannya. Tn. S mengatakan jika dirinya marah maka dia mengamuk
di rumah, klien tampak kesal. Terdapat manifestasi klinis yang muncul
pada klien yaitu wajah tegang, suara keras dengan nada tinggi. Tanda
gejala yang muncul pada Tn.S sesuai dengan teori yang di cantumkan
oleh penulis yaitu terjadi peningkatan volume suara, wajah tegang .
Berdasarkan pengkajian diatas maka dapat disimpulkan apabila
mengalami gangguan jiwa maka akan timbul perilaku kekerasan yang
akan membuat seseorang tersebut dapat bertindak sesuka hatinya tanpa
memikirkan resiko yang akan terjadi.
24
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah merupakan suatu pernyataan
masalah keperawatan klien yang mencakup baik respon sehat adaptif atau
maladaptif serta stresor yang menunjang (Kusumawati dan Hartono,
2010).
Menurut Arif (2004), pohon masalah pada resiko perilaku
kekerasan (core problem) dapat mengakibatkan seseorang beresiko
melakukan tindakan mencederai diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa penyebab yaitu gangguan konsep
diri: harga diri rendah, gangguan pemeliharaan kesehatan,
ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.
Data yang diperoleh dari Tn.S yaitu perilaku kekerasan yang
disebabkan oleh mekanisme koping maladaptif yang didukung oleh data
subyektif klien mengatakan kesal dengan keluarganya karena tidak
bersedia membelikan sepeda motor kesukaannya dan membakar sepa
motor miliknya, data obyektif: klien tampak kesal, wajah tegangdan
suara keras. Kemudian dapat beresiko menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan yang didukung data subyektif klien mengatakan kesal
kepada keluarganya yang tidak bersedia membelikan sepeda motor
kesukaanya, kemudian klien mengamuk dan membakar sepeda motornya,
data obyektif klien tampak kesal saat bercerita, wajah merah, nada tinggi.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pohon masalah yang terjadi pada
Tn.S sama dengan teori yang dituliskan yaitu penyebab dari perilaku
25
kekerasan (core problem) adalah mekanisme koping tidak efektif
sehingga dapat beresiko perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan, dan menyebabkan resiko perilaku kekerasan pada Tn.S dapat
muncul ketika dirinya sedang marah.
3. Perencanaan Keperawatan
perencanaan keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang
diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2006).
Rencana tindakan yang dilakukan penulis adalah bina hubungan
saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan,
mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis
perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan,
mengidentifikasi cara yang dilakukan klien ketika perilaku kekerasan
muncul, ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, ajarkan kepada
keluarga cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, anjurkan pada
klien menggunakan obat yang benar. Kriteria hasil yang diharapkan
adalah klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, klien
dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan, klien dapat
mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukanya, klien
dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien dapat
26
mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan,
klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien
mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan,
klien menggunakan obat sesuai program yang telah di tetapkan.
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan
melakukan tindakan – tindakan perawatan dalam mengatasi masalah
klien, tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang
telah direncanakan pada tahap pra interaksi dan melanjutkan tahap
orientasi (Potter dan Perry, 2006). implementasi pada Tn. S dilakukan
selama tiga hari pada tanggal 25 – 27 April 2013 di bangsal
pringgondani, Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Implementasi yang dilakukan
penulis untuk mengatasi resiko perilaku kekerasan pada Tn.S yaitu
membina hubungan saling percaya dan melakukan pengkajian mulai dari
identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik,
status mental, masalah psikososial dan lingkungan, mekanisme koping
dan tingkat pengetahuan klien. Melakukan proses keperawatan dari TUK
1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap klien tentang penyebab
terjadinya marah, mengidentifikasi tanda-tanda saat marah,
mengidentifikasi akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara
mengontrol marah yang benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara
yang dipilih klien. Dalam teori implementasi penulis tidak bisa
27
melakukan proses keperawatan TUK 8 dikarenakan penulis tidak
bertemu keluarga klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditentukan (Kusumawati dan Hartono, 2010).
Hasil evaluasi pada tanggal 25 April 2013 sampai 27 April 2013
yang didapat dari Tn.S adalah data subyektif: klien mengatakan
mengamuk karena tidak dibelikan sepeda motor kesukaanya dan
membakar sepeda motor miliknya. Data obyektif klien tampak mau
berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada perawat,
klien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya
muncul, klien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, klien mau
menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, klien mengatakan mau
untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara tarik nafas dalam,
pukul bantal, berbicara baik dengan orang lain dan beribadah dan klien
tampak mau mempraktekannya. Assesement : klien mampu
mempraktekkan cara mengontrol marah dengan tarik nafas dalam, pukul
28
bantal, berbicara baik dengan orang lain dan beribadah. Planning, bagi
klien anjurkan klien untuk melakukan cara mengontrol marah dengan
cara tarik nafas dalam, pukul bantal, berbicara baik dengan orang lain
dan beribadah dan memasukkan kedalam jadwal harian, bagi perawat
evaluasi cara mengontrol marah dengan tarik nafas dalam, pukul bantal,
berbicara baik dengan orang lain dan beribadah. Rencana selanjutnya
penulis menyerahkan tindak lanjut kepada perawat jaga yang berada di
rumah sakit agar melanjutkan SP V yaitu minum obat dan membuat
jadwal kegiatan.
B. Simpulan
Kesimpulan penulis didapatkan setelah melakukan asuhan keperawata pada
Tn.S dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Dalam pengkajian pada Tn.S pengumpulan data penulis menggunakan
metode wawancara (autoanamnesis) dan mengobservasi klien yaitu dari
segi penampilan, pembicaran, perilaku klien, kemudian ditambah dengan
menelaah catatan medik dan catatan keperawatan. Dalam pengkajian ini
penulis mengkaji data dari tanggal klien masuk RSJD, identitas klien,
penanggung jawab alasan masuk, faktor predisposisi, faktor prestisipitasi,
pemeriksaan fisik keluhan fisik, psikososial, (genogram dan analisa
genogram) konsep diri, hubungan sosial, spiritual status mental,
kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan, pengetahuan klien, aspek penunjang.
29
2. Dalam diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi care
problem dari perilaku kekerasan adalah perilaku kekerasan, yang menjadi
akibat adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan,
dan penyebab dari perilaku kekerasan adalah gangguan konsep diri:
harga diri rendah. Data yang diperoleh dari Tn. S sesuai dengan teori
yang ada diatas yaitu yang menjadi care problem adalah perilaku
kekerasan yang didukung dengan data subyektif: klien mengatakan kesal
dengan keluarganya karena tidak dibelikan sepeda motor kesukaanya,
klien mengatakan jika dirinya marah maka mengamuk di rumah dan data
obyektif: klien tampak kesal, wajah merah, suara dengan nada tinggi.
3. Intervensi yang dilakukan pada Tn.S yaitu, tujuan umum: klien dapat
mengontrol marah agar tidak ada perilaku kekerasan yang muncul.
Tujuan khususnya yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya,
klien dapat menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, klien dapat
mengidentifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan, klien dapat
menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, klien
dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan, klien dapat
mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien bersedia
minum obat sesuai program yang dianjurkan, klien memasukkan cara
mengontrol perilaku kekerasan ke dalam jadwal harian.
4. Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi perilaku
kekerasan pada Tn.S yaitu membina hubungan saling percaya dan
melakukan pengkajian mulai dari identitas klien, alasan masuk, faktor
30
predisposisi, pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan
lingkungan, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan klien.
Melakukan proses keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu
mengidentifikasi terhadap klien tentang penyebab terjadinya marah,
mengidentifikasi tanda-tanda saat marah, mengidentifikasi akibat dari
marah yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah yang benar
yaitu tarik nafas dalam, teknik pukul bantal, berbicara yang baik dengan
orang lain dan beribadah sebagai cara yang dipilih klien.
5. Evaluasi yang didapat dari Tn.S adalah klien bisa membina hubungan
saling percaya kepada perawat, bersedia menyebutkan penyebab perilaku
kekerasan, dapat mengidentifikasi tentang penyebab terjadinya marah,
megidentifikasi tanda-tanda saat marah, mengidentifikasi akibat marah
dan dapat mempraktekkan cara mengontrol marah yang diajarkan yaitu
tarik nafas dalam, pukul bantal, berbicara baik dengan orang lain dan
beribadah.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang
diharapkan bermanfaat, sebagai berikut:
1. Rumah sakit hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang
dibutuhkan oleh klien untuk penyembuhan klien.
31
2. Institusi pandidikan diharapkan memberikan bimbingan klinik kepada
mahasiswa secar opimal sehingga mahasiswa mendapakan gambaran
dengan baik dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa.
3. Keluarga hendaknya menjenguk klien dan memberikan dukungan kepada
klien untuk penyembuhan klien.
4. Perawat diharapkan menyebutkan komunikasi terapeutik secara kualitas
maupun kuantitas, sehingga membantu mempercepat penyembuhan pada
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Setiadi. 2006. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Klien. Penerbit :
refika Aditama ; Bandung
Arumwardhani A . 2011 . Psikologi Kedokteran . Penerbit : Perpustakaan
Nasional : Yogyakarta
Catatan Medical Record, 2002. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Casmita.T. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan.
www. jurnal. perilaku – kekerasan. com diakses tanggal 10 April 2012.
Damaiyanti M. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Prakik Keperawatan.
Penerbit: Trans Info Media. Jakarta.
Herman Ade . 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawaan Jiwa. Penerbit : Nuha
Medika ; Yogyakarta
Kelliat Budi A. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC. Jakarta.
Kusumawati F. 2010. Buku Ajar keperawatan Jiwa. Penerbit Salemba Medika:.
Jakarta.
Kompas. com. 2010. Departemen Kesehatan RI, Rencana Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. www. kompas. com. diakses tanggal
15 April 2012.
Nanda. 2005. Definisi Dan Klasifikasi. Penerbit Buku: Prima Medika. Jakarta.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 1, edisi 4.
EGC: Jakarta.
Siti A. 2010. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan. www.
jurnal. perilaku – kekerasan. com. diakses tanggal 10 April 2012.
Stuart W. 2007. Buku Saku Keperawaan Jiwa, Edisi 5. Penerbit Buku Kedokeran :
EGC. Jakarta
Widodo Arif. 2004. Buku Ajar Keperawatan II (Aplikasi Asuhan Keperawatan
Mental Psikiatri).
Yosep Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku: Pt Refika Aditama.
Bandung.