STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT · PDF fileasuhan keperawatan nyeri akut pada ny. t...
Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT · PDF fileasuhan keperawatan nyeri akut pada ny. t...
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. T DENGAN
POST OPERASI APENDIKTOMI ATAS INDIKASI
APPENDISITIS DI RUANG ANGGREK
RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH :
RYANDA METASARI WIDYASTUTI
NIM. P.10122
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. T DENGAN
POST OPERASI APENDIKTOMI ATAS INDIKASI
APPENDISITIS DI RUANG ANGGREK
RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
RYANDA METASARI WIDYASTUTI
NIM. P.10123
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. T
DENGAN POST OPERASI APENDEKTOMI ATAS INDIKASI APPENDISITIS
DI RUANG ANGGREK RSUDSUKOHARJO”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat:
1. Bapak Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku Ketua Progam D III Keperawatan dan
sekaligus sebagai dosen penguji II yang telah memberikan saran, kritik, serta
masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis dan demi sempurnanya studi
kasus ini serta yang memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
diSTIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Erlina Widyastuti, S.Kep.,Ns selaku sekretaris Ketua Progam Studi D III
keperawatan dan sekaligus sebagai dosen Pembimbing yang telah memberikan
motivasi dan semangat dalam menyelesaikan Karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Tyas Ardi, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji III yang telah memberikan saran
dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian berlangsung dan demi
sempurnanya penulisan karya tulis ini.
vi
4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
5. Saudara dan kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
6. Buat Ladeptha (ela,devi,metha) yang selalu menjadi insipirasi dan memberikan
semangat dan dukungan untuk meyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermafaat perkembangan Ilmu Keperawatan
dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 6 April 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan .......................................... ......................... 4
C. Manfaat Penulisan......................................... ......................... 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian.............................................. ................................ 7
B. Perumusan Masalah Keperawatan.......................................... 10
C. Perencanaan Keperawatan................ ...................................... 10
D. Implementasi Keperawatan............................ ........................ 11
E. Evaluasi Keperawatan........................... ................................. 14
viii
BABIII PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan................................................ ............................ 16
B. Simpulan.................................................... ............................. 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3 Log Book
Lampiran 4 Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Appendisitis salah satu kasus kegawatdaruratan dibidang abdomen dengan
keluhan utama nyeri perut kanan bawah. Peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Hasil
survai insiden apendiksitis di negara maju lebih tinggi dari pada negara
berkembang, fakta telah membuktikan bahwa Amerika menangani 11
kasus/10.000 kasus apendisitis setiap tahun, diantara 60.000 kasus appendisitis
akut setiap tahunnya terdapat 20.000 kasus sudah menjadi appendisitis perforasi
dan 100 kasus diantaranya meninggal (Mangema, 2009). Pada tahun 2008
menyatakan jumlah pasien yang menderita apendisitis di Indonesia adalah
sekitar 32 persen dari jumlah populasi penduduk Indonesia (Depkes RI, 2009).
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur baik laki-laki dan perempuan.
Dari hasil prevelensi Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun
(Sjamsuhidajat, 2005).
Apendiks sering disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang
dikenal di masyarakat awam adalah sekum. Apendiks merupakan organ
berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan
berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di
bagian distal (Sjamsuhidayat, 2004). Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml
per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya
2
dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, merupakan
salah satu penyebab timbulnya apendisitis (Sander, 2011). Diagnosa apendisitis
telah ditegakkan, maka indikasi tindakan pembedahan dilakukan. Apendiktomi
atau operasi pengangkatan usus buntu merupakan kedaruratan bedah abdomen
yangbiasa dilakukan, pasien dengan pasca operasi appendictomy lebih sering
berbaring di tempat tidur karena pasien takut untuk bergerak, pasien post
appendictomy akan merasakan ketidaknyamanan seperti nyeri.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri alasan utama untuk
seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri sebagai suatu sensori
subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Sudarti, dkk, 2002).
Nyeri biasa terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada
daerah kulit di ujung-ujung syaraf bebas yang disebut nosireseptor. Pada
kehidupan nyeri dapat bersifat lama dan ada yang singkat, berdasarkan lama
waktu terjadinya inilah maka nyeri dibagi menjadi dua,yaitu nyeri kronis dan
nyeri akut. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu mulai terjadinya
nyeri atau masalah nyeri (dapat beberapa detik sampai jam), sampai masalah
nyeri teratasi tetapi tidak lebih dari enam bulan, nyeri akut biasanya berkurang
sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Sedangkan nyeri kronik adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul
akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau digambarkan dalam hal
3
kerusakan sedemikian rupa, nyeri yang jangka waktu terjadinya sudah lebih dari
enam bulan semenjak munculnya nyeri untuk pertama kali (Nanda, 2009-2011).
Berdasarkan revalensi pasien post operasi apendiktomi atas Indikasi
Appendisitis di RSUD Sukoharjo sendiribelum diketahui secara pasti tetapi
berdasarkan hasil pengamatan selama periode pengambilan data di rekam medik
terdapat 156 pasien setiap tahunnya. Sebagian besar pasien dengan tindakan
pembedahan mengakibatkan munculnya masalah keperawatan nyeri, penulis
menjumpai Ny. T dengan post operasi apendiktomi atas indikasi apendisitis akut
dengan keluhan nyeri akut didukung oleh data subyektif “Ny. T mengatakan
nyeri di perut kanan bawah didaerah luka post operasi, dan data obyektif “pasien
tampak meringis kesakitan”.
Nyeri akut merupakan manifestasi yang harus diatasi baik biologis,
psikologis, sosial, kultural, spiritual maupun dampak dari penyakit yang dialami
Ny. T karena nyeri mengganggu hubungan dan kemampuan individu untuk
mempertahankan perawatan dirinya (Nurcahyani, 2009). Nyeri adalah salah satu
gangguan utama yang banyak dikeluhkan pada klien post operasi appendiktomi,
karena nyeri pasca operasi apendiktomi disebabkan oleh ujung-ujung saraf bebas
pada kulit yang berespon pada stimulus yang kuat. Oleh sebab itu nyeri harus
segera ditangani agar kenyamanan pada pasien terpenuhi. Berdasarkan hasil
pengamatan penulis saat melakukan praktek keperawatan di RSUD Sukoharjo
Jika nyeri akut tidak dikontrol dapat menyebabkan proses rehabilitasi pasien
tertunda dan hospitalisasi menjadi lama. Hal ini karena pasien memfokuskan
semua perhatiannya pada nyeri yang dirasakan. Ketika pasien merasakan nyeri,
4
pasien tidak dapat menikmati kehidupannya dengan nyaman (Nurhafizah dan
Erniyati, 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan
pengelolaan studi kasus asuhan keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny. T dengan Post Operasi
Apendiktomi Atas Indikasi Apendisitis Akut di Ruang Anggrek RSUD
Sukoharjo”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri pada Ny. T dengan post operasi apendektomi atas
indikasi appendisitis di ruang Anggrek RSUD Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. T dengan nyeri post
operasi apendektomi atas indikasi appendisitis di ruang Anggrek RSUD
Sukoharjo.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. T dengan
nyeri post operasi apendektomi atas indikasi appendisitis di ruang
Anggrek RSUD Sukoharjo.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. T
dengan nyeri post operasi apendektomi atas indikasi appendisitis di
ruang Anggrek RSUD Sukoharjo.
5
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. T dengan nyeri post
operasi apendektomi atas indikasi appendisitis di ruang Anggrek RSUD
Sukoharjo.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. T dengan nyeri post
operasi apendektomi atas indikasi appendisitis di ruang Anggrek RSUD
Sukoharjo.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. T
dengan nyeri post operasi apendektomi atas indikasi appendisitis di
ruang Anggrek RSUD Sukoharjo.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dalam
bidang keperawatan tetang kebutuhan dasar manusia dengan nyeri akut pada
pasien dengan post appendiktomi atas indikasi appendisitis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur perpustakaan dalam
bidang kebutuhan dasar manusia dengan nyeri akut pada pasien dengan post
appendiktomi atas indikasi appendisitis.
3. Bagi Rumah Sakit RSUD Sukoharjo
Dapat memanfaatkan hasil laporan dalam bidang kebutuhan dasar manusia
dengan nyeri akut pada post operasi appendektomi dan untuk mendukung
evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan
6
berkualitas yang khususnya dalam bidang kebutuhan dasar manusia dengan
nyeri akut post operasi appendektomi atas indikasi appendisitis.
4. Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang manajemen nyeri pada
pasien dengan post appendiktomi atas indikasi appendisitis.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 diruang Anggrek Rumah
Sakit Umum Daerah Sukoharjo dengan sumber informasi pasien, keluarga
pasien dan status pasien.
Berdasarkan pengkajian didapatkan identitas pasien sebagai berikut nama
Ny. T umur 39 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat di Polokarto, Sukoharjo
pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan Sekolah Dasar, masuk tanggal 19 April
2012, dengan diagnosa medis post operasi apendiktomi, penanggung jawab
Tn.Sumur 45 tahun, pendidikan SLTA, alamat Polokarto, Sukoharjo hubungan
dengan pasienadalah sebagai suami.
Hasil pengkajian didapatkan Ny. T mengeluh nyeri pada luka post operasi
apendiktomi diperut kanan bagian bawah. Riwayat penyakit sekarang didapatkan
data bahwa kurang lebih 1 minggu yang lalu pasien mengeluh nyeri pada perut
kanan bagian bawah disertai mual dan muntah. Lama kelamaan nyeri semakin
parah dan tidak bisa tertahan. Pada tanggal 19 April 2013 pasien dilarikan
keRSUD Sukoharjo melalui IGD. Hasil pemeriksaan pada saat di IGD bahwa
klien terkena ependiksitis, saat itulah klien disuruh dokter untuk rawat inap, dan
dilakukan operasi apendiktomi pada tanggal 22 April 2013.
Berdasarkan pengkajian pada riwayat kesehatan dahulu didapatkan data,
bahwa pasien mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat sakit seperti ini
8
sebelumnya,namun klien mengatakan bahwa klien memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan vertigo. Riwayat kesehatan keluarga didapatkan data pasien
mengatakan dari pihak keluarganya ada yang memiliki riwayat penyakit
menurun yaitu hipertensi, pasienpun menurun penyakit tersebut dari ayahnya,
dan untuk penyakit menurun lainnya seperti Diabetes, TB Paru dan asma klien
mengatakan tidak ada. Sedangkan pada riwayat kesehatan lingkungan
didapatkan data pasien mengatakan tinggal didaerah yang bersih, jauh dari
polusi.
Hasil pengkajian pola kesehatan fungsional pada pola kognitif dan
perceptual, sebelum sakit pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan
lancar, mampu berorientasi penuh pada lingkungan, mengidentifikasi keadaan
orang dan situasi dengan kesadaran penuh. Pada luka post operasi terasa nyeri,
nyeri dirasa saat bergerak,kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut
kanan bawah kuadran 4, nyeri sedang dengan skalanyeri 6, nyeri hilang timbul.
Ny. T tampak meringis kesakitan.
Pada pola nutrisi dan metabolisme didapat hasil, sebelum sakit pasien
makan 3 kali sehari, nasi, lauk, sayur, kadang buah. Minum air putih kurang
lebih 8 gelas sehari, selama sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang,
dalam sekali makan habis kurang lebih 3 sendok makan porsi bubur nasi dari
rumah sakit, minum kurang lebih 4 gelas per hari. Pasien mengatakan sebelum
sakit dapat beraktivitas secara mandiri, selama sakit aktivitas pasien seperti
makan, minum berpakaian dan ambulasi memerlukan bantuan orang lain.
Sedangkan untuk toileting, pasien dibantu orang lain dan alat. Pasien
9
mengatakan sebelum sakit dapat tidur dengan nyenyak dan jarang tidur siang.
Selama sakit pasien mengatakan bisa tidur meskipun masih sering terbagun
dikarenakan rasa nyeri yang dirasakan.
Keadaan umum pasien sedang, mengeluh nyeri luka post operasi,
kesadaran composmentis. Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 kali per menit,
pernafasan 22 kali per menit, suhunya 36’5
derajat celcius. Pada pemeriksaan
Fisik paru didapatkan hasil inspeksi pengembangan dada kanan kiri sama, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, palpasi vocal fremitussama antara kanan
dan kiri, perkusi sonor, auskultasi vesikuler disemua lapang paru. Pemeriksaan
fisik jantung dengan cara inspeksi didapatkan data yaitu ictus cordis tidak
tampak, palapsi ictus cordis teraba di ICS V, perkusi pekak, auskultasi bunyi
jantung I dan II murni tidak ada bising.Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
hasil inspeksi bentuk perut datar, terdapat luka post operasi appendictomi dalam
kondisi tertutup kassa, auskultasi bising usus 8 kali per menit, palpasi dan
perkusi tidak terkaji karena pasien baru selesai operasi pada tanggal 22 April
2013.
Pada genetalia tidak ada kelainan, terpasang kateter dengan kondisi bersih.
Pada ekstermitas atas pada tangan kanan dan kiri kekuatan otot penuh, pada
tangan kiritampak terpasang infus RL 20 tetes per menit, capillary refill kurang
dari 3 detik, tidak terdapat oedema, ekstermitas bawah pada kaki kiri dan kaki
kanan tidak terdapat oedema dengan kekuatan otot penuh, akral teraba dingin.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 19 April 2013 didapatkan
hasil yaitu eritrosit 4,39 x 102h/1 nilai normal untuk perempuan 4 -5 10
6h/1,
10
trombosit 306 ribu/uL nilai normal 150-390 ribu/uL, leukosit 6,4 x102h/1 nilai
normal 4,5 – 11,0 x 102h/1, hemoglobin 13,1 g/dl nilai normal untuk perempuan
12 – 16 g/dl, MCV 91,6 FL nilai normal 37,0 – 51,0 FL, MCH 29,7 Pg nilai
normal 20 – 31 Pg, MCHC 32,4 g/dl nilai normal 30 – 35 g/dl. Hasil dari
pemeriksaan USG MC Burney adalah tidak tampak massa hypoechoik, batas dan
bentuk tak jelas, nyeri tekan (+), kesan adanya appendisitis akut.
B. Daftar Perumusan masalah
Berdasarkan hasil pengakjian pada Ny. T ditemukan data fokus yaitu data
subjektifnyapasien mengatakan nyeri perut kanan bawah pada luka post operasi,
nyeri dirasa timbul pada saat bergerak, nyeri seperti ditusuk-tusuk, lokasi nyeri
pada perut kanan bawah kuadran 4, nyeri sedang denganskala nyeri 6, nyeri
hilang timbul sedangkan data objektifnya didapatkan wajah pasien tampak
meringis kesakitan. Berdasarkan data yang didapat masalah yang muncul adalah
nyeri akut dan ditegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan).
C. Rencana keperawatan
Berdasarkan tujuan dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri dapat berkurang. Dengan kriteria hasil pasien mengatakan
nyeri berkurang, skala nyeri 3 (0-10), ekspresi wajah klien tampak rileks.
Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan adalah kaji karakteristik
11
nyeri (PQRST) dan observasi tanda-tanda vital, dengan rasional untuk
membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik,
ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) dengan rasional untuk menurunkan
stimulus interna, berikan mobilisasi dini secara perlahan dengan rasional untuk
mengurangi tegangan pada insisi, kolaborasi dengan dokter untuk memberikan
analgetik sesuai program dengan rasional untuk mengatasi nyeri (NIC dan NOC,
2007).
D. Implementasi
Tindakan yang dilakukan pada tanggal 22 April 2013 pada pukul 09.45
WIB mengkaji keadaan umum pasien, dengan respon subyektif klien
mengatakan merasakan kunang-kunang atau pusing setelah selesai operasi, data
obyektif keadaan umum klien tampak lemas. Pada pukul 09.55 WIB mengkaji
karakteristik nyeri dengan metode (P,Q,R,S,T), dengan respon subyektif
provoked: pasien mengeluh nyeri luka post operasi karena pasien mencoba
untuk bergerak, quality: nyeri seperti tertusuk-tusuk, region: nyeri pada perut
kanan bawah kuadran 4, scale: dengan skala nyeri 6, time: nyeri hilang timbul.
Data obyektif klien tampak meringis kesakitan.
Pada pukul 10.30 WIB mengevaluasi klien untuk dapat mobilisasi dini
secara perlahan dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia untuk dilatih
mobilisasi dini secara perlahan, data obyektif klien mencoba melakukan
mobilisasi (semi fowler). Pada pukul 10.35 WIB mengajarkan klien untuk teknik
relaksasi nafas dalam, dengan respon subyektif klien bersedia untuk dilatih
12
teknik relaksasi, data obyektif tampak melakukan teknik relaksasi secara
kooperatif.
Tindakan yang dilakukan pada tanggal 23 April 2013 pada pukul 08.00
WIB adalah mengobservasi nyeri klien, dengan respon subyektif didapatkan
provoked nyeri karena luka post operasi apendictomi nyeri dirasa pada saat
bergerak, quality nyeri clekit-clekit, region nyeri terasa pada perut kanan bawah
kuadran 4, scale dengan skala nyeri 5, time: nyeri hilang timbul. Data obyektif
klien tampak tenang. Pada pukul 08.15 WIB mengevaluasi klien untuk dapat
mobilisasi dini secara perlahan dengan respon subyektif klien mengatakan
nyaman dengan mobilisasi yang diberikan, data obyektif klien tampak kooperatif
pada saat dilatih mobilisasi dengan mencoba untuk sim kanan dan kiri.
Pada pukul 08.55 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dengan
respon subyektif klien mengatakan sudah dapat melakukan tenik nafas dalam
secara mandiri, data obyektif klien tampak melakukan teknik relaksasi nafas
dalam secara perlahan. Pada pukul 10.00 WIB menganjurkan posisi yang
nyaman untuk tidur, dengan data subyektif klien mencoba untuk tidur dengan
posisi supinasi, data obyektif klien tampak mencoba untuk tidur. Pada pukul
10.10 WIB memberikan terapi obat ketorolac 30 mg, ranitidine 2 mg sesuai
advice dokter, dengan data subyektif klien mengatakan untuk bersedia untuk
diberikan terapi obat, data obyektif tampak obat ketorolac 30 mg dan ranitidine2
mg masuk melalui intra selang. Pada pukul 10.30 WIB dilakukan perawatan
luka, dengan data subyektif didapatkan klien bersedia untuk dilakukan
13
perawatan luka, data obyektif luka tampak belum kering, panjang luka kurang
lebih 5 cm dengan tertutup kassa.
Tindakan yang dilakukan pada tanggal 24 april 2013 pada pukul 07.30
WIB mengobservasi keadaan umum klien, dengan data subyektif klien
mengatakan keadaannya sudah lumayan nyaman meskipun terkadang nyeri
masih dirasakan, data obyektif keadaan umum klien tampak tenang dan rileks.
Pada pukul 07.55 mengobservasi tanda – tanda vital, dengan data subyektik
klien mengatakan bersedia untuk diperiksa, data obyektif didapatkan tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 74 kali per menit, respirasi 22 kali per menit, suhu 36
derajat celcius.
Pada pukul 08.00 WIB mengobservasi karakteristik nyeri, dengan respon
subyektif didapatkan provoked: nyeri pada luka post operasi apendictomi nyeri
dirasa pada saat bergerak, quality: nyeri clekit-clekit, region: nyeri terasa pada
perut kanan bawah kuadran 4, scale: dengan skala nyeri 4, time: nyeri hilang
timbul. Data obyektif klien tampak rileks. Pada pukul 09.45 WIB mengobservasi
pola tidur, dengan respon subyektif klien mengatakan tidur sudah bisa sedikit
nyenyak, data obyektif klien tampak rileks. Pada pukul 09.55 WIB mengevaluasi
klien untuk dapat mobilisasi dini secara perlahan, dengan respon subyektif klien
mengatakan sudah dapat untuk mobilisasi secara perlahan, data obyektif klien
tampak mampu untuk mobilisasi dini.
14
E. Evaluasi
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 22 april
2013 dengan metode SOAP yang hasilnya adalah dari data subyektif:klien
masih merasakan nyeri pada luka post operasi apendiktomi, dengan hasil dari
provoked: nyeri terasa pada saat klien mencoba untuk bergerak, quality: nyeri
tertusuk-tusuk, region: pada perut kanan bawah kuadran 4, scale: dengan skala
nyeri 6, time: nyeri hilang timbul, data obyektif pasien tampak meringis
kesakitan. Analisis: Masalah nyeri akut belum teratasi, Planning: intervensi
dilanjutkan antara lain mengobservasi karakteristik nyeri dengan metode
(P,Q,R,S,T), mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, mengevaluasi klien
untuk mobilisasi dini, kolaborasi dalam pemberian obat analgesik sesuai advice
dokter.
Pada tanggal 23 April 2013 dengan hasil evaluasi adalah data subyektif
klien mengatakan luka post operasi masih terasa nyeri dengan provoked: nyeri
dirasa timbul saat klien bergerak, quality: nyeri clekit-clekit, region: pada perut
kanan bawah kuadran 4, scale: dengan skala nyeri 5, time: nyeri hilang timbul.
Data obyektif klien tampak tenang meskipun masih meringis sakit menahan
nyeri. Analisis: masalah nyeri akut belum teratasi. Planning: lanjutkan intervensi
antara lain observasi karakteristik nyeri, ajarkan teknik relaksasi, mengevaluasi
klien untuk dapat mobilisasi dini, kolaborasi dalam pemberian obat analgesik.
Evaluasi hari terakhir pada tanggal 24 April 2013 didapatkan hasil data
subyektif pada provoked: nyeri dirasa timbul pada saat klien bergerak, quality:
nyeri clekit-clekit, region: nyeri pada perut kanan bawah kuadran 4, scale:
15
dengan skala nyeri 4, time: nyeri hilang timbul. Data obyektif klien tampak
rileks dan tenang. Analisis: masalah nyeri akut belum teratasi. Planning:
pertahankan intervensi antara lain menganjurkan klien untuk melakukan teknik
relaksasi secara mandiri dengan teknik nafas dalam, anjurkan klien untuk latihan
melakukan mobilisasi dini secara perlahan, menganjurkan klien untuk
melanjutkan minum obat sesuai advice dokter ketika dirumah.
16
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Nyeri Akut
Pada Ny. T Dengan Post Operasi Apendiktomi Di RSUD Sukoharjo. Disamping
itu penulis akan membahas tentang factor pendukung dan kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang meliputi
pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
dapat mengidentifikasi atau mengenali masalah-masalah yang dialami klien,
kebutuhan kesehatan dan perawatan klien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Hutahaean, 2010).
Pengkajian yang dilakukan pada pasien post operasi apendiktomi
adalah pengkajian yang teratur tentang nyeri dan ketidaknyamanan.
Pengkajian ini didapatkan dari pasien, keluarga, atau orang yang terkait,
anggota tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lainnya (Prasetyo, 2010).
Menurut Sander (2011). Manifestasi klinis apendiksitis akut adalah
didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda
setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal.
17
Gejalanya nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral
didaerah epigastrium di sekitar umbilicus, keluhan ini sering disertai mual
dan kadang muntah, nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney.
Rasa sakit tersebut bisa terjadi dari persarafan parasimpatis berasal
dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior dan
apendikularis. Pada kasus Ny. T mengatakan nyeri perut bagian kanan
bawah dirasa sejak kurang lebih satu minggu yang lalu sebelum dirawat di
rumah sakit, pada saat melakukan pengkajian, penulis tidak mengkaji
apakah Ny. T sebelum pembedahan apendektomi mengeluh demam, mual,
muntah, maupun hilangnya nafsu makan. Ini merupakan kekurangan penulis
saat melakukan pengkajian. Kunci diagnosis biasanya terletak pada
anamnesis yang khas seperti diatas tersebut, tetapi pada kasus Ny. T dengan
hasil gambaran ultrasonografi bisa meningkatkan akurasi diagnosis
(Sjamsuhidajat, 2005). Pemeriksaan USG pada Ny. T yang dilakukan pada
tanggal 21 April 2013 jam 08.45 WIB dengan hasil tidak tampak massa
hypoechoik, batas dan bentuk tak jelas, nyeri tekan (+), kesan adanya
appendisitis akut.
Apendiksitis akut yang terdapat pada abdomen, pengobatannya
hampir selalu meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosa
ditegakkan) untuk mengangkat apendiks yang mengalami radang atau
infeksi. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah
18
apendictomi laparaskopi (pembedahan terbuka) atau pembedahan
apendiktomi dengan insisi gridiron/rocky davis (Sander, 2011).
Berdasarkan tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan
penunjangdengan gambaran apendisitis untuk segera dilakukan operasi. Ny.
T dilakukan pembedahan atau operasi pada tanggal 22 April 2013 jam 08.00
WIB selesai pukul 09.45 WIB.
Apendiktomi merupakan pembedahan atau operasi klasik
pengangkatan apendiks. Sebelumnya pasien diberi antibiotik kombinasi
yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang,
yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan apendiktomi (Sjamsuhidajat,
2004). Tindakan apendiktomi merupakan peristiwa kompleks sebagai ancaman
potensial atau aktual kepada integritas seseorang baik biopsikososial spritual
yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Rasa nyeri tersebut biasanya
timbul setelah operasi. Nyeri merupakan sensasi subjektif, rasa yang tidak
nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Pada pengkajian Ny. T didapatkan nyeri secara teori termasuk dalam kategori
nyeri akut. Hal ini disebabkan oleh karena nyeri akut terjadi setelah
terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan
yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat) dan
berlangsung pada waktu yang singkat (Prasetyo, 2010).
Pengkajian karakteristik nyeri dilakukan dengan metode P,Q,R,S,T
dimana P (Provocate) merupakan faktor pencetus dan kualitas, pada kasus
Ny. T nyeri dirasa pada saat bergerak, pada tindakan pembedahan abdomen
19
atau apendiktomi merupakan penyebab terjadinya nyeri karena adanya
trauma atau insisi pembedahan, karena saat bergerak bisa memicu atau
faktor terjadinya nyeri.
Quality merupakan sesuatu yang obyektif yang diungkapkan oleh
klien, sering kali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat:
tajam, tumpul, tertindih, perih dan lain-lain. Ny. T mengatakan kualitas
nyeri seperti tertusuk-tusuk.Hal ini dikarenakan karena adanya insisi. Lokasi
(region) untuk mengkaji lokasi nyeri dengan meminta klien untuk
menunjukan bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
Ny. T mengatakan nyeri yang dirasa pada luka post operasi yang terletak
diperut kanan bawah kuadran 4. Pada bembedahan abdomen, nyeri
dirasakan pada letak anatomi yang mengalami tindakan pembedahan.
keparahan atau severe (S) tingkat keparahan pasien tentang nyeri yang
dirasakan, Ny. T mengatakan skala nyeri 6, nyeri akan terasa sedang setelah
pembedahan dan akan berkurang dalam beberapa waktu yang didukung
dengan pemberian analgesik. Pengukuran skala nyeri terdiri dari Verbal
Description Scale (VSD), Numerical RatingScale (NRS), dan Visual Analog
Scale (VAS). Pada kasus Ny. T penulis mengkategorikan skala nyeri
kedalam data subyektif karena penulis menggunakan skala nyeri numerik (0
sampai 10) angka 0 menggambarkan tidak adanya nyeri, 1-3
menggambarkan nyeri ringan, 4 - 6 menggambarkan nyeri sedang, 7 - 9
menggambarkan nyeri berat yang masih bisa terkontrol dan 10
20
menggambarkan nyeri yang sangat berat serta tidak bisa dikontrol dimana
hasil dari skala numerik merupakan apa yang diungkapkan oleh pasien.
Time adalah durasi untuk menetukan awitan, dan rangkaian nyeri yang
dirasakan klien. Ny. T mengatakan nyeri yang dirasa hilang timbul. Pada
post-apendiktomi nyeri akan terasa terus-menerus setelah efek anestesi
menghilang kemudian akan berkurang secara periodik (Potter& Perry,
2005). Pengkajian nyeri tersebut dengan metode PQRST dan menggunakan
metode skala nyeri numerik telah sesuai dengan pengkajian penulis terhadap
Ny. T yang dilakukan pada tanggal 22-24 April 2013 di ruang Anggrek
RSUD Sukoharjo.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan
dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
(Hutahaean, 2010).
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik (pembedahan apendiktomi). Pada kasus Ny. T
ditemukan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
(pembedahan apendiktomi). Hal ini sesuai teori dengan refrensi yang
menyatakan bahwa nyeri akut post operasi apendiktomi adalah suatu reaksi
yang kompleks pada jaringan yang terluka pada proses pembedahan yang
dapat menstimulasi hypersensitivitas pada system syaraf pusat, nyeri ini
21
hanya dapat dirasakan setelah adanya prosedur operasi. Lokasi pembedahan
mempunyai efek yang sangat penting yang hanya dapat dirasakan oleh
pasien yang mengalami nyeri post operasi apendiktomi (Anonim, 2012).
Nyeri akut pada kasus Ny. T diprioritaskan penulis hal ini disebabkan
oleh karena jika nyeri akut tidak dikontrol dapat menyebabkan proses
rehabilitasi dan hospitalisasi menjadi lama. Hal ini karena pasien
memfokuskan semua perhatiannya pada nyeri yang dirasakan. Ketika pasien
merasakan nyeri, pasien tidak dapat menikmati kehidupannya dengan
nyaman (Potter, 2005). Hal ini didukung dengan hasil pengkajian pada
tanggal 22 April 2013 pukul 09.45 WIB didapatkan hasil data subyektif
“Ny. T mengeluh nyeri perut post operasi, nyeri dirasa timbul saat bergerak,
nyeri terasa ditusuk-tusuk, skala nyeri 6 (0-10), nyeri hilang timbul”, dan
data obyektif “Ny. T tampak merintih kesakitan, ada luka post operasi
diperut kanan bawah, tertutup kassa.
Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis adalah
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, yang telah disesuaikan
dengan diagnosa keperawatan NANDA (2011). Hal ini didasarkan dari hasil
pengkajian data subyektif “Ny. T mengeluh nyeri perut luka post operasi,
nyeri dirasa timbul saat bergerak, kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala
nyeri 6 (0-10), nyeri hilang timbul”, dan data obyektif “Ny. T tampak
merintih kesakitan, ada luka post operasi diperut kanan bawah, tertutup
kassa. Diagnosa nyeri akut berhubungan agen cidera fisik dengan alasan
nyeri akut berkaitan dengan trauma yang diakibatkan oleh prosedur
22
pembedahan. Karena ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan,
sayatan, maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai
macam substansi intraseluler dilepaskan keluar ekstraseluler maka akan
mengiritasi nosiseptor (Prasetyo, 2007).
3. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari tahap proses
keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan criteria hasil,
penetapan rencana tindakan yang akan diberikan kepada klien
(Hutahaean, 2010).
Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan
kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (Jelas),
Measureable (dapat di ukur), Acepptance dimana harus dapat dicapai,
Reasonable dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, dan T (time) mempunyai batasan waktu yang jelas.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. T dengan
tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam karena penulis melaksanakan praktek selama 3 hari dan
sudah termasuk pengkajian dan memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien. Namun, menurut teori yang ada masalah nyeri tidak dapat diatasi
dalam waktu singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena nyeri post
operasi dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi persepsi pasien
tentang perkembangan dan kesembuhannya. Selama 3x24 jam diharapkan
nyeri teratasi dengan kriteria hasil yaitu pasien mengatakan nyeri berkurang
23
atau hilang dengan skala nyeri 3 (0-10) karena menurut keparahan nyeri
skala tersebut adalah landasan nyeri yang paling ringan jadi harapannya
penulis dapat memberikan asuhan keperawatan dengan hasil tersebut, pasien
tampak rileks tidak merintih kesakitan.
Rencana keperawatan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan NIC
(Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome
Clasification) pada Ny. T antara lain yaitu, kaji tanda-tanda vital untuk
mendeteksi adanya perubahan system tubuh (Hidayat, 2004), dan kaji ulang
intensitas nyeri yang bertujuan indikator tunggal yang paling dapat
dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan apapun yang
berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengkajian ini membantu untuk
mengatasi nyeri (Potter, 2005). Mengajarkan latihan mobilasasi dini (supine,
semi-fowler, sim) dengan rasional agar pasien rileks dan membantu
mengurangi rasa nyeri serta dapat mempercepat pemulihan pasca operasi.
Posisi tersebut (supine, semi-fowler, sim) dipilih karena merupakan faktor
yang utama dalam mempercepat pemulihan bagi pasien pembedahan untuk
mempercepat pemulihan usus dan mempercepat menyembuhan luka pasien
serta mencegah terjadinya kekakuan pada otot-otot diseluruh tubuh
(Yulistyawati, dkk, 2012).
Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam), relaksasi adalah suatu
tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress,
sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Saat pasien
melakukan relaksasi pernafasan dalam dengan diafragma dengan teratur,
24
perawat melokalisasi daerah yang mengalami ketegangan otot,
merasakannya, menegangkan otot tersebut, kemudian mengendorkan
dengan sepenuhnya dengan merelaksasikan otot (Prasetyo, 2010).
Kolaborasi advice dokter dalam pemberian obat dengan rasional untuk
mencapai kesembuhan sesuai advice dokter. Terapi obat yang diberikan
adalah Ketorolac yang merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini
merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas
antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi (ISO, 2010).
Pada kasus Ny. T, penulis melakukan rencana tindakan keperawatan
selama 3x24 jam karena penulis melaksanakan praktek selama 3 hari dan
sudah termasuk pengkajian dan memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien. Namun, menurut teori yang ada masalah nyeri tidak dapat diatasi
dalam waktu singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena nyeri post
operasi dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi persepsi pasien
tentang perkembangan dan kesembuhannya. Lebih tinggi nyeri yang
dirasakan pasien, maka makin rendah harapan sembuh menurut pasien
berdasarkan sifat subyektif nyeri, sulit mendapatkan hubungan langsung
antara intensitas nyeri dengan tingkat komplikasi post operasi secara fisik
dan psikologis (Anonim, 2012).
4. Implementasi
Pada tahap tindakan keperawatan ini, tugas perawat adalah membantu
pasien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai
setelah rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan yang
25
telah diindentifikasikan dalam rencana asuhan keperawatan
(Hutahean, 2010).
Implementasi pada Ny. T, dapat dilakukan penulis sesuai rencana
tindakan keperawatan yang ada. Saat melakukan tindakan keperawatan,
penulis tidak mengalami kesulitan karena pasien kooperatif. Ada beberapa
tindakan keperawatan yang dilakukan penulis diluar intervensi yaitu
melakukan perawatan luka. Melihat kebutuhan perawatan luka dilakukan
penulis karena perawatan luka diberikan untuk mencegah timbulnya infeksi
serta mempercepat proses penyembuhan dan juga diberikan untuk
keefektifan analgesik dan untuk menangani gejala-gejala lain yang dapat
menunjang pada pengalaman nyeri (Jitowiyono, 2010).
5. Evaluasi
Tahap evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses
keperwatan dan merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diangnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan dicapai (Hutahaean, 2010).
Evaluasi pada Ny. T dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada
tanggal 22 April 2013 adalah klien masih merasakan nyeri pada luka post
operasi apendiktomi dengan provoked: nyeri dirasa pada saat klien bergerak,
quality: nyeri tertusuk-tusuk, region: pada perut kanan bawah kuadran 4,
scale: dengan skala nyeri 6, time: nyeri hilang timbul, pasien tampak
meringis kesakitan. Masalah nyeri akut belum teratasi karena nyerinya
26
belum berkurang. Intervensi dilanjutkan, kaji karakteristik nyeri (PQRST),
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, ajarkan mobilisasi dini secara perlahan
dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik. Pengelolaan
hari pertama, penulis belum mampu mengatasi masalah keperawatan nyeri
akut karena masa penyembuhan pasien masih memerlukan waktu dan
keterbatasan waktu penulis sehingga tidak dapat mengobservasi pasien
selama 24 jam sehingga rencana tindakan keperawatan dilanjutkan pada hari
kedua kelolaan.
Pada tanggal 23 April 2013 adalah provoked: pasien masih merasakan
nyeri pada saat mencoba untuk bergerak, quality: nyeri clekit-clekit, region:
pada perut kanan bawah kuadran 4, scale: dengan skala nyeri 5, time: nyeri
hilang timbul, pasien tampak tenang meskipun masih terlihat meringis
kesakitan. Masalah nyeri akut belum teratasi karena nyeri yang dirasakan
pasien belum berkurang. Intervensi dilanjutkan, kaji karakteristik nyeri
(PQRST), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, ajarkan mobilisasi dini
secara perlahan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik.
Pengelolaan hari ke dua penulis belum mampu mengatasi masalah
keperawatan nyeri akut karena masa penyembuhan pasien masih
memerlukan waktu.
Pada tanggal 24 April 2013 adalah pasien masih merasakan nyeri pada
saat klien mencoba bergerak, quality: nyeri clekit-clekit, region: pada perut
kanan bawah kuadran 4, scale: dengan skala nyeri 4, time: nyeri hilang
timbul. Pasien tampak rileks dan tenang dengan TD: 130/80 mmHg,
27
pernafasan: 22 kali per menit, nadi: 74 kali per menit, suhu: 36 derajat
celcius. Masalah nyeri akut belum teratasi karena nyeri belum berkurang.
Intervensi dilanjutkan, kaji karkteristik nyeri (PQRST), ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, memberikan mobilisasi dini dan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat analgesik.
Penulis belum mampu mengatasi masalah nyeri akut secara sempurna
atau dengan skala 3 pada batasan waktu 3X24 jam. Penulis telah berusaha
semaksimal mungkin dalam memberikan asuhan keperawatan kepada Ny. T
dan walaupun pada akhirnya masalah nyeri akut belum teratasi. Namun Ny.
T mampu menerima tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis dan
mau mengaplikasikan kedalam keseharian guna untuk mencegah nyeri
timbul kembali, dan melanjutkan rencana tindakan keperawatan post-operasi
apendiktomi melalui pendelegasian asuhan keperawatan.
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
a. Pengkajian masalah nyeri akut pada Ny. T telah dilakukan secara
komprehensif dan diperoleh hasil dari data subyektif yaitu provoked:
nyeri dirasa saat klien bergerak, quality: nyeri seperti tertusuk-tusuk,
region: nyeri pada perut kanan bawah kuadran 4, scale: dengan skala
nyeri 6, time: nyeri hilang timbul. Data obyektif klien tampak meringis
kesakitan menahan nyeri yang dirasakan.
28
b. Diagnosa yang muncul pada Ny. T adalah nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik (post apendiktomi).
c. Rencana Asuhan Keperawatan yang disusun penulis terhadap Ny. T
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri berkurang. Dengan criteria hasil klien mengatakan nyeri
berkurang, tidak merintih kesakitan, skalanyeri 3. Intervensinya
mengkaji karakteristik nyeri (PQRST) dan observasi tanda-tanda vital,
terutama tekanan darah, nadi dan respirasi, karena merupakan indicator
penting terhadap adanya peningkatan intensitas nyeri. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat
menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu dengan
merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah kedaerah yang
mengalami spasme dan iskemic (Potter&Perry, 2006). Memberikan
mobilisasi dini (sim, supinasi, semi fowler) mobilisasi dapat dipercaya
sebagai faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan, mencegah
terjadinya komplikasi pasca bedah dan mencegah terjadinya trombosis
vena, dengan memberikan tindakan keperawatan berupa latihan miring
kanan miring kiri sejak 6-10 jam setelah pasien sadar, lalu latihan
menggerakkan ekstremitas atas dan bawah, latihan duduk selama 5
menit, dan merubah posisi tidur terlentang menjadi setengah
duduk/semifowler (Yulistyawati, 2012). Ketorolak merupakan suatu
29
analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-inflamasi
nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-
inflamasi (ISO, 2010).
d. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari
rencana keperawatan yang telah disusun.
e. Evaluasi yang dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan secara
komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan Keperawatan, serta telah
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan hasil evaluasi
keadaan pasien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik pada Ny.T belum teratasi dan
intervensi dipertahankan, dengan anjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi nafas dalam secara mandiri, pertahankan untuk berlatih
mobilisasi dini secara perlahan, dan anjurkan klien untuk melanjutkan
terapi obat yang telah diberikan oleh dokter sesuai progam.
f. Hasil analisa nyeri pada Ny. T yaitu nyeri akut yang dialami Ny. T
merupakan nyeri akut dengan skala nyeri 4. Dengan kesimpulan
masalah nyeri akut yang dialami Ny. T belum teratasi. Dikarenakan
penulis belum mampu mengatasi masalah keperawatan nyeri akut
karena masa penyembuhan pasien masih memerlukan waktu dan
keterbatasan waktu penulis sehinggatidak dapat mengobservasi pasien
selama 24 jam dan bahwa untuk mengatasi masalah nyeri tidak dapat
diatasi dalam waktu yang singkat, serta individu bereaksi terhadap nyeri
30
dengan cara berbeda-beda dan bergantung pada sikap motivasi, dan
nilai yang diyakini.
2. Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Sukoharjo dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan
kerjasama yang baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Khususnya perawat, diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
agar lebih maksimal. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan
secara profesional dan komprehensif.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan
profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil dan
bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba medika
Astuti, Widi R. 2009. Tindakan Apendiktomi dengan Metode Konvensial dan
Laparoscopi. http://www.google.com/search?output:search&sclient:psy
ab&q=apendiktomi&btng:#q=jurnal+appendisitis+pdf&hl=en&ei. Diakses
pada tanggal 24 April 2013.
Herdman, T. Heather. (2010), Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. alih bahasa, Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar. EGC,
Jakarta.
Hutahaean, serri. 2010. Konsep Dokumentasi Proses Keperawatan, Jakarta: CV
Trans Info Media
ISO.2010. ISO Indonesia. Jakarta: PT. ISFI
Jitowiyono, Sugeng, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi dengan
pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta : Nuha Medika
Muhlisin, Abi M. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik,
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Potter&Perry, 2006. Buku Ajar Funda Mental Kperawatan: Konsep Proses dan
Praktik, Edisi 4 Vol 2. Jakarta: Buku Kedokteran
Prasetyo, Sigit N, 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Rismalia, Riska. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Pasien Pasca
Operasi Appendictomy Tentang Mobilisasi Dini.
http://www.google.com/#q=mobilisasidini+apendisitis+pdf&oq=apediktomi+
apen+pdf&gs_l=serp.1.0.0i7i30j0i8i13i30. Diakses pada tanggal 30 April
2013
Sander, Aleq M. 2011. Tanda dan Gejala Apendisitis.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301031/bab2.pdf.
diakses pada tanggal 24 April 2013
Sjamsuhidayat, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedokteran
Sulistiyawati, Hasneli, Y dan Novayelinda, R. (2012). Efektifitas Mobilasasi Dini
Terhadap Penyembuhan Luka Post Oprasi Apendisitis.
http://Respository.unri.ac.id/bitstream/12345678/1895/1/MANUSKRIP3.
df. Diakses pada tanggal 30 April 2013.