STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan...
Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan...
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN
NYERI PADA NY.S DENGAN POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI PRESENTASI BOKONG DI RUANG
CATLEYA RS PANTI WALUYO
SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
SRI SULARSIH
P. 09047
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012�
i�
�
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN
NYERI PADA NY.S DENGAN POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI PRESENTASI BOKONG DI RUANG
CATLEYA RS PANTI WALUYO
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
SRI SULARSIH
P. 09047
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii�
�
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : SRI SULARSIH
NIM : P.09047
Program Studi : D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
RASA NYAMAN NYERI PADA NY. S
DENGAN POST SECTIO CAESAREA ATAS
INDIKASI PRESENTASI BOKONG DI RS
PANTI WALUYO SURAKARTA.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012
Yang Membuat Pernyataan
SRI SULARSIH
NIM P. 09047
iii�
�
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : SRI SULARSIH
NIM : P.09047
Program studi : D III KEPERAWATAN
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
RASA NYAMAN NYERI PADA NY. S
DENGAN POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI PRESENTASI BOKONG
DIRUANG CATLEYA RS PANTI WALUYO
SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah.
Prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / tanggal : ...........................
Pembimbing I : Tyas Ardi Suminarsis S.Kep., Ns (.......................................)
NIK 201185077
iv�
�
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : SRI SULARSIH
NIM : P. 09047
Program Studi : D III KEPERAWATAN
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
RASA NYAMAN NYERI PADA NY. S
DENGAN POST SECTIO CAESAREA ATAS
INDIKASI PRESENTASI BOKONG DIRUANG
CATLEYA RS PANTI WALUYO SURAKARTA
Telah diujikan dan dipertahankan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / tanggal : 8 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
1. Tyas Ardi Suminarsis S. Kep., Ns, (........................)
NIK 201185077
2. Diyah Ekarini S. Kep., Ns, (........................)
NIK 20017900
3. Amalia Senja, S. Kep., Ns, (........................)
NIK 201189090
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S. Kep. Ns
NIK. 201084050
v�
�
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA
NYAMAN NYERI PADA NY. S DENGAN POST SECTIO CAESAREA ATAS
INDIKASI PRESENTASI BOKONG DI RUANG CATLEYA RS PANTI
WALUYO SURAKARTA.”
Dalam penyusunan karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinggi kepada
yang terhormat.
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns , selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi
D III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Tyas Ardi Suminarsis, S. Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
�
vi�
�
4. Diah Ekarini S. Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini.
5. Amalia Senja, S. Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebut
satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
vii�
�
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .......................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................ 4
C. Manfaat Penulisan ........................................... 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien................................................. 6
B. Pengkajian. .................................................... 7
C. Perumusan Masalah Keperawatan ................... 10
D. Perencanaan keperawatan .............................. 11
E. Implementasi keperawatan .............................. 11
F. Evaluasi Keperawatan ..................................... 12
viii�
�
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan .................................................... 14
B. Simpulan ......................................................... 25
Daftar Pustaka
Lampiran
ix�
�
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. .. Gambar 2.1 Genogram .................................................. 7
x�
�
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
2. Lampiran 2 Loog Book
3. Lampiran 3 Pendelegasian
4. Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
5. Lampiran 5 Lembar Konsul
6. Lampiran 6 Askep
xi�
�
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : SRI SULARSIH
Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 01 Januari 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Ngadirejo 03/07, Watubonang, Tawangsari Sukoharjo
Riwayat Pendidikan : BA Aisyiyah Ngadirejo Lulus 1997
MIM Ngadirejo Lulus 2003
SMP Negeri 3 Tawangsari Sukoharjo Lulus 2006
SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo Lulus 2009
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
Riwayat Pekerjaan : -
Riwayat Organisasi : OSIS
PRAMUKA
xii�
�
�
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Presentasi bokong adalah suatu keadaan yang terjadi dimana bokong
atau tunkai janin sebagai bagian yang terendah di dalam panggul ibu. Insiden
dari presentasi bokong adalah 3% dari semua persalinan (Fadlun, 2011: 122).
Angka kejadian sectio caesarea di Dunia pada tahun 2010 sebesar 24
– 30% (Roeshadi, 2010). Di Indonesia angka kejadian sectio casarea untuk
rumah sakit pendidikan atau rujukan sebesar 20% dan rumah sakit swasta
15%. Hal ini tentu disebabkan oleh berbagai hal, baik itu sectio caesarea atas
indikasi medis maupun indikasi non medis. Jumlah ibu yang melahirkan
dengan indikasi sectio caesarea adalah sebanyak 388 orang. (Mutiara, 2004).
Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia terjadi peningkatan dari tahun
ketahun pada tahun 2000 sebesar 47,22% dan tahun 2006 sebesar 53,68 %
(Grance, 2007). Di daerah kota Surakarta 40% dari 502 ibu melahirkan
dengan sectio caesarea dengan indikasi presentasi bokong, berdasarkan data
Rekam Medik RS Panti Waluyo dari 100 ibu yang melahirkan dengan sectio
caesarea 45% melakukan sectio caesarea atas indikasi presentasi bokong.
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Hanifa, 2005: 865). Sectio
2 �
�
�
caesarea adalah pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus (Oxorn, 2010 : 634).
Sectio Caesarea (SC) akhir-akhir ini telah menjadi trend karena
dianggap lebih praktis dan tidak menyakitkan sehingga tidak heran jika telah
menjadi tindakan bedah kebidanan kedua tersering yang digunakan di
Indonesia maupun di luar negeri. Dengan adanya operasi sectio caesarea
bukan hanya ibu yang akan menjadi aman tetapi juga jumlah bayi yang
cedera akibat partus lama dan pembedahan traumatik vagina menjadi
berkurang. Karena itu, insidensi sectio caesarea dari tahun ke tahun terus
meningkat disertai dengan penurunan absolut mortalitas perinatal. Di negara
maju sekarang ini, Indonesia kejadian operasi section caesarea sudah
semakin banyak bahkan bukan di anggap tabu lagi (Yuliawati, 2007: 1).
Adapun indikasi yang dilakukan section caesarea pada ibu adalah
disproporsi cepalo pelvic, plasenta previa, tumor jalan lahir, letak lintang,
hidrocepalus, kehamilan gamely, mal presentasi, letak lintang dan presentasi
bokong. Presentasi bokong merupakan salah satu indikasi dilakukan sectio
caesarea karena apabila dipaksakan pervagina dapat beresiko, sehingga dapat
menyebabkan kematian ibu bahkan janin dikandungannya. Namun demikian
operasi sectio caesarea bukan tanpa adanya resiko, komplikasinya pun juga
ada antara lain perdarahan, infeksi (sepsis), dan cidera sekeliling struktur
(Yuliawati, 2007: 2).
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan
hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi
3 �
�
�
perasaan tersebut, secara umum nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan
tidak nyaman, baik ringan maupun berat (iqbal, 2008: 204). Menurut
NANDA, 2011 : 146, nyeri akut adalah pengalaman emosional dan sensori
yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual
atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan (Association for the study
of pain). Diagnosa Keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
fisik menjadi prioritas karena menurut pasien masalah ini merupakan masalah
yang paling mengganggu. Berdasarkan pengkajian didapat skala nyeri 7,
pasien post sectio caesarea hari pertama. Bila nyeri tidak diatasi maka akan
menyebabkan gangguan mobilitas fisik, sehingga tidak dapat merawat dirinya
sendiri dalam memenuhi activities of daily living .
Terdapat kesenjangan antara lahan dengan teori dalam memberikan
tindakan untuk mengurangi nyeri antara lain mengkaji karakteristik nyeri,
mengkaji faktor yang mengurangi nyeri dan memperberat nyeri,
mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan posisi yang nyaman,
mengajarkan teknik noninvasif (teknik relaksasi dan distraksi), kolaborasi
pemberian obat analgesik (Aziz, 2009: 220). Sedangkan dilahan hanya
beberapa saja yang dilakukan yakni memberikan posisi nyaman dan
pemberian obat analgesik. Berdasarkan data–data di atas, penulis tertarik
untuk melakukan studi kasus mengenai Asuhan Keperawatan nyeri pada Ny.
S dengan sectio caesarea atas indikasi presentasi bokong di Ruang Catleya
RS Panti Waluyo Surakarta.
4 �
�
�
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri pada Ny. S post sectio caesarea dengan indikasi
presentasi bokong di Ruang Catleya RS Panti Waluyo.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan nyeri
post sectio caesarea dengan indikasi presentasi bokong.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan nyeri post sectio caesarea dengan indikasi presentasi
bokong.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan nyeri post sectio caesarea dengan indikasi presentasi
bokong.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan nyeri
post sectio caesarea dengan indikasi presentasi bokong.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan nyeri post
sectio caesarea dengan indikasi presentasi bokong.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada pasien
dengan post sectio caesarea dengan indikasi presentasi
bokong.
5 �
�
�
C. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan
pengalaman khususnya di bidang maternitas pada pasien post sectio
caesarea dengan indikasi presentasi bokong.
2. Instansi
a) Pendidikan
Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar mengajarkan
khususnya mengenai asuhan keperawatan post sectio caesarea
dengan indikasi presentasi bokong.
b) Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
Pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada pasien
post sectio caesarea dengan indikasi presentasi bokong.
3. Profesi keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan informasi dibidang perawatan maternitas tentang asuhan
keperawatan pasien post sectio caesarea dengan indikasi presentasi
bokong.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Dalam bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan
yang dilakukan pada pasien post sectio caesarea dengan indikasi presentasi
bokong. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, evaluasi. Dari pengkajian pada tanggal 05 April
2012 pada jam 08:00 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan cara auto
anamnesa dan allo anamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi
langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat.
Dari pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien bahwa klien bernama
Ny.S, umur 29 tahun, berkerja di salon, beralamat di Colomadu Karanganyar
dan beragama Islam, pendidikan terakhir SLTA. Ny. S datang sendiri ke
rumah sakit pada tanggal 04 April 2012 dengan diantar suaminya, setelah
diperiksa oleh dokter Ny. S didiagnosa oleh dokter dengan indikasi presentasi
bokong maka dianjurkan untuk melakukan sectio caesarea. Penanggung
jawab Ny. S adalah Tn. E, umur 38 tahun, berkerja sebagai wiraswasta,
berstatus sebagai suami klien.
7 �
�
�
B. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Klien dan Genogram.
Ketika dilakukan pengkajian, keluhan utama yang dirasakan
klien adalah klien mengatakan nyeri post sectio caesarea. Adapun
riwayat penyakit sekarang klien datang ke rumah sakit Panti Waluyo
dengan keluhan perut terasa kencang-kencang setelah diperiksa oleh
dokter terjadi indikasi presentasi bokong kemudian dilakukan sectio
caesrea, setelah sectio caesarea klien mengatakan nyeri bekas operasi,
nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 7, nyeri pada perut
bagian bawah (bawah umbilikus), nyeri dirasakan saat bergerak
Riwayat kesehatan dahulu klien pernah dirawat di RS pada
tahun 2007 dengan sectio caesarea. Riwayat kesehatan keluarga klien
mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi dan
diabetes melitus.
Klien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, menikah
dengan suaminya yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara,
kemudian mempunyai anak pertama perempuan dan anak keduanya
laki-laki.
8 �
�
�
Gambar 2.1
Genogram
Keterangan
: Perempuan
: Laki-laki
: Menikah
: Pasien
------- : Tinggal satu rumah
2. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
Pada Pengkajian Istirahat Tidur didapatkan data, klien
mengatakan tidak ada masalah dengan pola istirahat tidur nyenyak ± 8
jam. Pola Kognitif dan Perceptual, selama hamil dan setelah melahirkan
klien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan dan
pendengaran. Klien mengatakan nyeri pada bekas operasi sangat
mengganggu, nyeri seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 7 dan
nyeri pada perut bagian bawah nyeri dirasakan saat bergerak, wajah
klien tampak meringis kesakitan.
Pada Pengkajian Aktivitas dan Latihan didapatkan data klien,
mampu berjalan dengan dibantu suami, berpakaian, makan, minum juga
dibantu suami tingkat activities of daily living klien 1, klien BAK
dengan dipasang kateter tingkat activities of daily living 2, BAB juga
�����
9 �
�
�
dibantu suami dan alat tingkat activities of daily living klien 3, karena
klien merasakan nyeri.
3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penilaian
Dalam pengkajian khususnya pemeriksaan fisik didapatkan data
bahwa klien dengan keadaan Compos Mentis atau sadar penuh, didapat
pula pengukuran tekanan darah yaitu 120/90 mmHg, nadi 84 x/menit ,
suhu 36,5°C dan pernafasan 20 x/menit. Pemeriksaan Mata konjugtiva
tidak anemis, simetris. Hidung bersih tidak ada sekret tidak ada polip.
Mulut, gigi bersih tidak ada bau mulut, telinga, tidak ada serumen.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pada pemeriksaan dada (paru-paru) datar simetris, palpasi vokal
fremitus kanan-kiri sama, perkusi sonor, Auskultasi vesikuler. Pada
pemeriksaan Jantung inspeksi didapat hasil ictus cordis tidak tampak,
palpasi ictus cordis teraba paling kuat di SIC V, perkusi pekak,
auskultasi BJ I = BJ II murni tidak ada suara tambahan. Payudara
simetris, puting susu menonjol, air susu sudah keluar, areola tampak
kehitaman. Pada pengkajian Abdomen dengan cara inspeksi bentuk
buncit, terdapat luka post secsio caesarea ± 12 cm tertutup kassa,
memanjang (horizontal). Auskultasi peristaltik usus 4x/menit. Genetalia
lochea rubra warna merah muda, terdapat perdarahan ± 150 cc.
4. Pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan laboratoriun
Pada tanggal 05 April 2012 didapatakan hasil pemeriksaan
laboratorium hemoglobin 10,4 g/dl, Hematokrit 29,5 %, leukosit 8,200
10 �
�
�
/mm3, trombosit 248, 000 u/l, eritrosit 3,66 juta/mm3, GDS 98 mg/dl,
HbSAg negatif, golongan darah A.
5. Therapy Obat
Klien mendapatkan terapi obat diantaranya broadsed 5ml/12 jam
untuk profilaksis bedah. Ketorolac 2ml/ 8 jam sebagai analgesik untuk
mengurangi nyeri. Alinamin F 10cc/ 12 jam untuk pencegahan dan
pengobatan defisiensi vitamin B1. Inbion 1x1 untuk penanganan
anemia defisiensi Fe. Enwoma 2x1, asam mevenamat 3x1 untuk
mengurangi nyeri setelah operasi.
C. DAFTAR PERUMUSAN MASALAH
Pada tanggal 05 April 2012 diperoleh data pasien mengatakan
nyeri luka post sectio caesarea, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut
bagian bahwa (bawah umbilikus) dengan skala nyeri 7 dan terasa saat
bergerak. Klien tampak meringis kesakitan, Tekanan darah 120/90 mmHg,
nadi 84 x/menit, pernafasan 20x/menit dan suhu 36 °C.
Dari hasil pengkajian dan observasi di atas penulis melakukan analisa
data kemudian memutuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan
prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi dan
evaluasi tindakan. Prioritas diagnosa keperawatan adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan.
11 �
�
�
D. PERENCANAAN
Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik dapat berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil
skala nyeri 2-3, klien rileks dan dapat beristirahat tanpa gangguan nyeri.
Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu kaji tanda-
tanda vital dan karakteristik nyeri PQRST, berikan posisi nyaman dan
lingkungan yang tenang, ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi, kolaborasi
dengan dokter tentang pemberian obat analgesik.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari kamis tanggal 05
April 2012, jam 09.00 mengkaji karakteristik nyeri klien mengatakan nyeri
pada luka post sectio caesarea, nyeri seperti ditusuk-tusuk pada perut bagian
bawah (bawah umbilikus) dengan skala nyeri 7 dan nyeri terasa saat bergerak.
Pada jam 09:15 tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengajarkan
tehnik relaksasi nafas dalam. Mengkaji tanda-tanda vital pasien dilakukan
pada jam 09: 30 didapat hasil tekanan darah klien 120/90 mmHg, nadi 84
x/menit, suhu 36 °C, pernafasan 20 x/menit. Memberikan posisi yang nyaman
dan lingkungan yang tenang bagi klien, klien nyaman dengan posisi semi
fowler, kolaborasi pemberian terapi obat analgesik (ketorolac) klien
mengatakan masih teras nyeri.
Pada tanggal 06 April 2012 pada jam 08:00 tindakan keperawatan
yang dilakukan adalah mengkaji karakteristik nyeri klien, klien mengatakan
12 �
�
�
nyeri karena luka post sectio caesarea, nyeri seperti ditusuk-tusuk, pada
bagian perut bawah (bawah umbilikus), dengan skala nyeri 5, nyeri terasa saat
bergerak. Memberikan posisi yang nyaman klien mengatakan merasa nyaman
dengan posisi semi fowler. Mengkaji tanda-tanda vital pasien pada jam 09:00
dengan hasil tekanan darah klien 140/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 37°C,
pernafasan 20x/menit, kemudian mengajarkan tehnik nafas dalam klien
mengatakan memahami tehnik relaksasi yang diajarkan dan klien tampak
rilek. Tindakan keperawatan selanjunya jam 12:00 kolaborasi pemberian obat
klien (asam mevenamat, ketorolac), klien mengatakan nyeri berkurang
dengan skala nyeri 5.
Tindakan keperawatan pada tanggal 7 april 2012 jam 08:00 mengkaji
karakteristik nyeri pasien nyeri klien berkurang dengan skala nyeri 3, klien
tampak rileks, pemeriksaan berikutnya jam 12:00 mengkaji tanda-tanda vital
klien dengan hasil tekanan darah klien 120/80 mmHg, suhu 36,7°C, nadi 82
x/menit, pernafasan 20 x/menit, dan kolaborasi pemberian terapi obat klien
(asam mevenamat, ketorolac), klien mengatakan nyeri berkurang dengan
skala nyeri 3, wajah klien tampak rilek.
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi yang dilakukan
pada hari kamis 05 april 2012 jam 14:00 dengan menggunakan metode SOAP
yang hasilnya adalah klien mengatakan nyeri luka post sectio caesarea,
seperti ditusuk-tusuk di perut bawah (bawah umbilikus) dengan skala nyeri 7
dan nyeri dirasakan saat bergerak, klien tampak belum rileks, tekanan darah
13 �
�
�
klien 120/90 mmHg, suhu 36,5°C. Masalah nyeri belum teratasi, maka
intervensi dilanjutkan kaji karakteristik nyeri, observasi tanda tanda vital,
ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, berikan posisi yang nyaman, kolaborasi
pemberian terapi obat analgesik.
Pada hari Jumat 06 April 2012 klien mengatakan nyeri luka post sectio
caesarea seperti ditusuk-tusuk pada perut bagian bawah (bawah umbilikus)
dengan skala nyeri 5 dan terasa saat bergerak, klien terlihat agak rileks, luka
post sectio caesarea di perut bagian bawah / bawah umbilikus tekanan darah
140/90 mmHg, suhu 37°C, pernafasan 20x/menit, nadi 84x/menit. Masalah
nyeri belum teratasi, intervensi dilanjutkan kaji karakteristik nyeri klien,
observasi tanda-tanda vital, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, berikan posi
yang nyaman, kolaborasi pemberian terapi obat analgesik.
Pada hari sabtu tanggal 07 April 2012 klien mengatakan nyeri sudah
berkurang dengan skala nyeri 3, klien tampak rileks, klien dapat beristirahan
tanpa gangguan nyeri, tekanan darah klien 120/80 mmHg, nadi 82 x/menit,
suhu 36°C, pernafasan 20 x/menit. Masalah nyeri teratasi, klien dapat
beristirahat tanpa gangguan nyeri, intervensi dipertahankan kaji karakteristik
nyeri klien, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, memberikan posisi yang
nyaman, kolaborasi pemberian terapi obat analgesik.
14
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis membahas proses keperawatan pada Asuhan
Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 05 sampai 07 April 2012 di ruang
catleya rumah sakit Panti Waluyo. Prinsip dari pembahasan ini dengan
memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri dari tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama proses keperawatan melalui
kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari pasien
guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2009 : 85).
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan melahirkan anak lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn, 2010 : 634). Sectio
caesarea adalah persalinan dengan laparatomi dan histerotomi
(Manuaba, 2003 : 163). Bedah caesar adalah prosedur pembedahan yang
digunakan untuk melahirkan bayi melalui sayatan yang dibuat pada perut
atau rahim (Simkin, 2008 : 277). Sectio caesarea adalah pembedahan
untuk melahirkan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus
(Wiknjosatro, 2005 : 863).
15 �
�
�
Indikasi secsio caesarea antara lain disproporsi janin-panggul,
gawat janin, plasenta previa, pernah sectio caesarea, kelainan letak janin,
incoordinate utierine action, pre-eklampsia dan hipertensi (Wiknjosatro,
2005 : 863). Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah. Penunjuknya
adalah sacrum. Sacrum kanan depan (RSA = right sacrum anterior)
adalah presentasi bokong dengan sacrum janin ada di kuadran kanan
depan panggul ibu, dan diameter bitrochanterica janin berada pada
diameter obliqua dextra panggul ibu (Oxorn, 2010 : 195).
Faktor-faktor etiologi presentasi bokong meliputi prematuritas, air
ketuban yang berlebihan, kehamilan ganda, plasenta previa, panggul
sempit, fibromyoma, hydrocephalus, dan janin besar. Setiap keadaan
yang mempengaruhi masuknya kepala janin ke dalam panggul
mempunyai peranan dalam etiologi presentasi bokong. Banyak yang
tidak diketahui sebabnya, dan setelah mengesampingkan kemungkinan-
kemungkinan lain maka sebab malposisi tersebut baru dinyatakan hanya
karena kebetulan saja. Sebaliknya, ada presentasi bokong yang
membakat (Oxorn, 2010 : 195).
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif
dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan tersebut, secara umum nyeri dapat didefinisikan
sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Iqbal, 2008:
204).
16 �
�
�
Menurut NANDA, 2011 : 146, nyeri akut adalah pengalaman
emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari
kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya
kerusakan (Association for the study of pain). Diagnosa Keperawatan
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik menjadi prioritas
karena menurut pasien masalah ini merupakan masalah yang paling
mengganggu. Berdasarkan pengkajian didapat skala nyeri 7, pasien post
sectio caesarea hari pertama. Bila nyeri tidak diatasi maka akan
menyebabkan gangguan mobilitas fisik, sehingga tidak dapat merawat
dirinya sendiri dalam memenuhi activities of daily living.
(NIC NOC, 2007 : 338) melaporkan batasan karakteristik nyeri
secara verbal atau non verbal, posisi untuk mengurangi nyeri, gerakan
untuk melindungi, tingkah laku berhati-hati, gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai), fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berfikir, penurunan
interaksi dengan orang dan lingkungan), tingkah laku distraksi (jalan-
jalan, menemui orang lain, aktivitas berulang), respon otonom
(diaporesis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi, dilatasi
pupil), perubahan otonom dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke
kaku), tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang, mengeluh), perubahan dalam nafsu makan. Dalam
mendokumentasikan analisa data, pada diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik : pembedahan yaitu yang menyatakan bahwa
17 �
�
�
ada luka post section caesarea hari pertama. Data yang menurut teori ada
dalam kasus nyata adalah pasien tampak meringis kesakitan (Potter dan
Perry, 2006 : 1509.
Dari hasil pengkajian aktivitas dan latihan yang telah dilakukan
pada Ny.S didapat data klien mampu berjalan dengan dibantu suami,
berpakaian, makan, minum, toileting juga dibantu suami, dengan
mengacu pada teori Gordon antara lain : Pada pola aktivitas dan latihan
setelah melahirkan semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga karena
menurut penulis semakin banyak aktivitas atau gerakan yang dilakukan
oleh klien akan semakin memperparah nyeri itu sendiri, dapat dibuktikan
dalam teori menurut (Potter dan Perry, 2006 : 1526), semakin banyak
aktivitas fisik yang dibutuhkan dalam beraktivitas maka semakin besar
juga resiko ketidaknyamanan akibat nyeri yang dirasakan.
Klien mengatakan nyeri pada luka post sectio caesarea, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, pada perut bagian bawah ( bawah umbilikus),
dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat bergerak. Pasien tampak
meringis kesakitan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 84x/menit, suhu
36°C, pernafasan 20x/menit.
Menurut penulis data diatas mengacu pada teori menurut
(NANDA, 2011 : 410), melaporkan batasan karakteristik nyeri secara
verbal atau non verbal, Indikasi nyeri yang dapat diamati, posisi untuk
mengurangi nyeri, gerakan untuk melindungi, tingkah laku berhati-hati.
Dalam mendokumentasikan analisa data, pada diagnosa nyeri akut
18 �
�
�
berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan yaitu yang
menyatakan bahwa ada luka post sectio caesarea hari pertama. Data yang
menurut teori ada dalam kasus nyata adalah pasien tampak meringis
kesakitan. Menurut Potter dan Perry (2006 : 1509), ekspresi wajah yang
mengindikasikan nyeri meliputi menggeretakkan gigi, memegang bagian
tubuh yang terasa nyeri, postur tubuh membengkok dan ekspresi wajah
menyeringai. Menurut penulis antara klien satu dengan klien yang
lainnya berbeda dalam mempersepsikan nyeri, dapat dibuktikan dalam
teori menurut Potter dan Perry (2006 : 1508).
Kehamilan yang disertai dengan kelainan salah satunya presentasi
bokong (presbo) yang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bawah cavum
uteri. Dengan demikian dalam pengkajian riwayat kesehatan sekarang
Ny. S mengatakan merasakan nyeri pada bagian perut bekas sayatan
operasi sectio caesarea. Dimana sayatan dilakukan melalui dinding perut
(kulit, lemak dan jaringan ikat) dan lainnya melalui rahim (Simkin dkk,
2008 : 277 ). Disini penulis akan membahas bagaimana tubuh dapat
berespon terhadap nyeri ketika mendapat sebuah rangsangan. Impuls
saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar di sepanjang serabut
saraf perifer aferen. Dua tipe serabut saraf perifer mengonduksi stimulus
nyeri : serabut A-delta yang bermielinasi dan cepat, Serabut C yang tidak
bermielinasi dan berukuran sangat kecil serta lambat. Serabut A
mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas yang melokalisasi
19 �
�
�
sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut tersebut
menghantarkan komponen suatu cidera akut dengan segera (Potter &
Perry, 2006 : 1504) . Di dalam kasus Ny.S, setelah dilakukan insisi
pembedahan klien mula-mula akan merasakan suatu nyeri yang
terlokalisasi dan tajam, yang merupakan hasil transmisi serabut A. Dalam
beberapa detik, nyeri menjadi lebih difusi dan menyebar sampai seluruh
bagian perut terasa sakit karena persyarafan serabut C. Serabut C tetap
terpapar pada bahan-bahan kimia, yang dilepaskan ketika sel mengalami
kerusakan. Karena itulah klien mengeluh nyeri pada perutnya setelah
menjalani operasi caesar (insisi pembedahan).
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa
keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk
menjadi tanggung jawab perawat. Formulasi diagnosa keperawatan
adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses
pemecahan masalah karena melalui identitas masalah dapat digambarkan
berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan.
Disamping itu, dengan menentukan atau mencari penyebab masalah
keperawatan, dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala atau
penyebabnya. Tanda dan gejala tersebut dapat digunakan untuk
memperjelas kata yang ada (Hidayat, 2009 : 92).
20 �
�
�
Sedangkan menurut klien masalah ini merupakan masalah yang
paling mengganggu dan menurut Potter dan Perry (2006 : 1510), nyeri
akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien sehingga harus
menjadi prioritas perawatan. Masalah ini muncul karena pasien post
sectio caesarea hari pertama, dari proses pembedahan mengakibatkan
terputusnya kontinuitas. Ketika ujung saraf khusus (nosiseptor)
terstimulasi dan mentransmisikan informasi disepanjang lintasan saraf
yang bertindak sebagai peringatan bahwa jaringan rusak sehingga timbul
rasa nyeri (Billington, 2010 : 299).
Diagnosa Keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik menjadi prioritas karena menurut pasien masalah ini
merupakan masalah yang paling mengganggu. Berdasarkan pengkajian
didapat skala nyeri 7, pasien post sectio caesarea hari pertama. Bila nyeri
tidak diatasi maka akan menyebabkan gangguan mobilitas fisik, sehingga
tidak dapat merawat dirinya sendiri dalam memenuhi activities of daily
living.
3. Intervensi
Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan meenggunakan
kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Specifik (jelas),
Measureable (dapat diukur), Achievable, Reasonable, dan Timing.
Intervensi adalah salah satu kategori perilaku keperawatan. Pada langkah
ini perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan bagi
21 �
�
�
klien dan merencanakan intervensi keperawatan (Potter dan Perry, 2009 :
432).
Penulis memberikan intervensi keperawatan pada pasien dalam
diagnosa Gangguan Rasa Nyaman Nyeri yang berhubungan dengan agen
cedera fisik (insisi pembedahan) yaitu pertama pantau tingkat skala nyeri
dengan standart PQRST, P : mengacu pada penyebab nyeri, Q :
menjelaskan lokasi nyeri, R : mengacu pada daerah nyeri, S :
menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat intensitas
skala nyeri, skala nyeri 0 = tidak ada nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 =
nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat, 10= nyeri paling hebat, T : menjelaskan
waktu terjadinya nyeri (Brunner and Suddarth, 2002 : 218).
Dalam intervensi berikan posisi nyaman, disesuaikan dengan posisi
yang dianggap paling nyaman menurut klien. Dapat dibuktikan menurut
Potter dan Perry (2005:1502), konsep kenyamanan memiliki
subyektivitas yang sama dengan nyeri yang dirasakan, dan kenyamanan
dengan cara yang konsisten sesuai dengan pengalaman subjektif klien.
Menurut Potter dan perry (2005:1528-1530), teknik relaksasi
memberikan individu dalam mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri, saat klien mencapai
relaksasi penuh maka persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas terhadap
pengalaman nyeri menjadi minimal. Latihan relaksasi progresif meliputi
kombinasi latihan pernafasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi
serta relaksasi kelompok otot. Klien mulai latihan bernafas dengan
22 �
�
�
perlahan dan menggunakan diagfragma, sehingga memungkinkan
abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Saat klien
melakukan pola pernafasan teratur, perawat mengarahkan klien untuk
melokalisasi setiap daerah yang mengalami ketegangan otot, berfikir
bagaimana rasanya, menegangkan otot sepenuhnya, dan kemudian
merelaksasikan otot-otot tersebut. Kegiatan ini menciptakan sensasi
melepaskan ketidaknyamanan dan stress. Secara bertahap, klien dapat
merelaksasi otot tanpa harus terlebih dahulu menegangkan otot-otot
tersebut. Saat klien mencapai relaksasi penuh, maka persepsi nyeri
berkurang dan rasa cemas yang menyebabkan tekanan darah meningkat
terhadap pengalaman nyeri menjadi minimal. Sehingga pada intervensi
penulis mencantumkan tindakan teknik relaksasi pada klien.
Teknik relaksasi nafas dalam menganjurkan pasien untuk menarik
nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya
secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut dan
punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentasi
hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks (Uliyah, 2006 : 231).
Menurut Potter dan Perry (2005 : 1526-1535), analgesik
merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri, analgesik
narkotik umumnya diresepkan untuk nyeri yang sedang sampai berat
seperti nyeri pascaoperasi, apabila diberikan secara oral atau injeksi,
dapat bekerja pada pusat otak yang lebih tinggi dan medula spinalis
melalui ikatan dengan reseptor opiat untuk memodifikasi persepsi nyeri
23 �
�
�
dan reaksi terhadap nyeri. nyeri yang berhubungan dengan nyeri insisi
akut berespon terhadap analgesik dan analgesik dapat menghilangkan
nyeri dengan cepat serta menurunkan kesempatan nyeri mengalami
perburukan. Sehingga pada intervensi penulis mencantumkan tindakan
laksanakan advice dokter dalam pemberian analgesik.
4. Implementasi
Merupakan proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan.
Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya
bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, tehnik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
pasien tingkat perkembangan pasien. Dalam tahap pelaksanaan terdapat
dua tindakan yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Hidayat,
2009 : 111).
Penulis melakukan semua yang ditulis pada rencana keperawatan,
kecuali pada rencana asuhan keperawatan hari ketiga penulis tidak dapat
melakukan tindakan keperawatan relaksasi nafas dalam karena pada hari
ketiga klien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala nyeri 3 dan
klien sudah tampak rilek, maka menurut penulis tindakan keperawatan
tehnik relaksasi nafas dalam tidak perlu dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menentukan seberapa baik respon pasien atau keluarga
24 �
�
�
pasien. Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Tahap ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi
atau kesejahteraan klien (Potter dan Perry, 2009 : 480).
Pada hari pertama pengkajian kriteria hasil belum tercapai dengan
skala nyeri 7 dan klien tempak meringis kesakitan, karena pada sifat
nyeri dan respon terhadap nyeri berbeda-beda setiap orang. Dalam kasus
ini post sectio caesarea hari pertama jadi nyeri yang dirasakan berat.
Dilahan penatalaksanaan nyeri salah satunya dengan pemberian
analgesik, sedangkan analgesik hanya bereaksi beberapa jam jadi setelah
analgesik tidak bereaksi lagi nyeri akan muncul kembali.
Setelah hari ketiga diperoleh hasil klien mengatakan nyeri sudah
berkurang, dengan skala nyeri 3, klien terlihat rileks, masalah teratasi,
planning pertahankan posisi yang nyaman dan kolaborasi pemberian
terapy obat analgesik. Dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
Ny. S kooperatif, keluarga memberikan support.
25 �
�
�
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Ny. S,
maka penulis menyimpulkan berdasarkan studi kasus sebagai berikut :
a. Pengkajian pada klien nyeri dengan sectio caesarea adalah nyeri
karena luka post sectio caesarea, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
terasa pada perut bagian bawah (bawah umbilikus), dengan skala nyeri
7, dan terasa saat bergerak.
b. Perumusan masalah diagnosa keperawatan pada klien sectio caesarea
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik: pembedahan.
c. Perencanaan asuhan keperawatan nyeri pada klien dengan sectio
caesarea indikasi presentasi bokong antara lain: kaji karakteristik
nyeri, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, memberikan posisi yang
nyaman, kolaborasi pemberian terapy obat analgesik.
d. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien nyeri sesuai
dengan perencanaan tindakan Asuhan Keperawatan yang bertujuan
sesuai dengan kriteria hasil.
e. Evaluasi keperawatan menunjukan penurunan skala nyeri sesuai
dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
26 �
�
�
2. Saran
a. Rumah sakit
Diharapkan dapat meningkatkan mutu kualitas pelayanan
kesehatan khususnya pada ibu post partum sectio caesarea dengan
indikasi presentasi bokong.
b. Bagi Pendidikan
Dapat memberikan waktu pengelolaan pasien lebih banyak karena
dengan waktu 3 hari tidak dapat melakukan pengelolaan secara
maksimal.
c. Bagi profesi
Perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan dengan cara
mengadakan diskusi ilmiah, khususnya membahas tentang asuhan
keperawatan nyeri dengan post sectio caesarea atas indikasi presentasi
bokong.
27 �
�
�