STUDI KARAKTERISTIK HIDRO-OCEANOGRAFI PADA …
Transcript of STUDI KARAKTERISTIK HIDRO-OCEANOGRAFI PADA …
STUDI KARAKTERISTIK HIDRO-OCEANOGRAFI
PADA PERAIRAN PANTAI TANAH MAETA
KABUPATEN BUTON
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh GelarSarjana Teknik pada Program Studi Sipil Pengairan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas TeknikUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
A N D R I I N D R A105 81 01324 10 105 81 01300 10
PROGRAM STUDI SIPIL PENGAIRANJURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
STUDI KARAKTERISTIK HIDRO-OCEANOGRAFI
PADA PERAIRAN PANTAI TANAH MAETA
KABUPATEN BUTON
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh GelarSarjana Teknik pada Program Studi sipil Pengairan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas TeknikUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
A N D R I I N D R A105 81 01324 10 105 81 01300 10
PROGRAM STUDI SIPIL PENGAIRANJURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
STUDI KARAKTERISTIK HIDRO-OCEANOGRAFI
PADA PERAIRAN PANTAI TANAH MAETA
KABUPATEN BUTON
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh GelarSarjana Teknik pada Program Studi sipil Pengairan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas TeknikUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
A N D R I I N D R A105 81 01324 10 105 81 01300 10
PROGRAM STUDI SIPIL PENGAIRANJURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
STUDI KARAKTERISTIK HIDRO-OCEANOGRAFI
PADA PERAIRAN PANTAI TANAH MAETA
KABUPATEN BUTON
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh GelarSarjana Teknik pada Program Studi sipil Pengairan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas TeknikUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
A N D R I I N D R A105 81 01324 10 105 81 01300 10
PROGRAM STUDI SIPIL PENGAIRANJURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
iiiiii
iii`
iii`
iii`
iv
ABSTRAK
ANDRI (105810132410) dan INDRA (105810130010). Studi KarakteristikHidro- Oceanografi Pada Perairan Pantai Tanah Maeta Kabupaten Buton.Dibawah Bimbingan RISWAL K., ST., MT. dan NENNY T. KARIM, ST., MT.
Perairan pantai tanah maeta merupakan bagian dari wilayah perairanIndonesia yang berada di Propinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten ButonKecamatan Pasar Wajo yang berbatasan langsung dengan Laut Flores dibagian Selatannya. Dalam hal ini tentunya dapat menyebabkan besarnyagelombang laut yang datang yang dapat menyebabkan terjadinya pengikisanpada garis pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisiHidro-oceanografi perairan pantai Tanah Maeta Kabupaten Buton. Dalampenelitian ini digunakan data angin selama 10 tahun yang diambil dari BMKGBetoambari Kota Bau-bau yang akan digunakan untuk peramalan gelombangdan data pasang surut dari hasil pengamatan di lokasi studi. Dari hasil analisisdiperoleh tipe pasang surut yaitu pasang surut campuran condong ke harianganda (mixed tide prevailing semi diurnal) dan tinggi gelombang yaitu 3,49 mdengan periode 9,05 detik.
Kata kunci : Hidro-oceanografi, angin, pasang surut dan gelombang
v
ABSTRACT
Andri (105810132410) and INDRA (105 810 130 010). Hydro-Oceanographic Characteristics Study On Water Beaches Tanah Maeta Buton.Under Guidance RISWAL K., ST., MT. and Nenny T. KARIM, ST., MT.
Tanah Maeta coastal waters are part of the territorial waters ofIndonesia located in District Wajo Market Buton in Southeast Sulawesiprovince directly adjacent to Flores sea in Southern parts. In this case ofcourse, can cause large ocean waves come up that can cause erosion on theshoreline. This study aimed to describe the condition of coastal waters Hydro-oceanography Land Maeta Buton. This study used the wind data for 10 yearswere taken from BMKG Betoambari Bau-bau be used for forecasting wavesand tide data from observations in the study area. The results of analysis types,namely tidal ebb-leaning daily mix doubles (mixed tide prevailing semi-diurnal) and wave height is 3.49 meters with a period of 9.05 seconds.
Keywords: Hydro-oceanography, wind, tidal and wave
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Ujian Akhir ini
dengan baik.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi dalam rangka menyelesaikan Program Studi pada Jurusan Sipil dan
Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun
judul tugas akhir kami adalah : “STUDI KARAKTERISTIK HIDRO
OCEANOGRAFI PADA PERAIRAN PANTAI TANAMAETA
KABUPATEN BUTON”
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mendapatkan banyak
masukan yang berguna dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu dengan segala ketulusan serta keikhlasan hati,
kami mengucapkan terima kasih dengan penghargaan setinggi tingginya
kepada :
1. Bapak Hamzah Al Imran, ST., MT. sebagai dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Muh. Syafaat S. Kuba, ST. sebagai Ketua Jurusan Sipil Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
3. Bapak Riswal K, ST., MT. selaku pembimbing I dan ibu Ir. Nenny T.
Karim, ST., MT. selaku pembimbing II, yang telah meluangkan banyak
waktu, memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga terwujudnya
tugas akhir ini.
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai pada fakultas Teknik atas segala
waktunya telah mendidik dan melayani kami selama mengikuti proses
belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa memberikan limpahan kasih
sayang, doa, serta pengorbanan kepada penulis.
6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknik, terkhusus Saudaraku Angkatan
2010 dengan rasa persaudaraan yang tinggi banyak membantu dan
memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Pada akhir penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa tugas
akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis meminta saran dan kritik
yang bersifat membangun sehingga laporan tugas akhir ini dapat menjadi lebih
baik dan menambah pengetahuan kami dalam menulis laporan selanjutnya.
Semoga laporan tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan
untuk pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Makassar, Mei 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................3
E. Batasan Masalah..................................................................................4
F. Sistematika Penulisan .........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Oseanografi...........................................................................6
B. Survei Hidro Oseanografi ...................................................................7
C. Survei Bathimetri ................................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 27
B. Peralatan Survei ..................................................................................27
C. Metode Penelitian................................................................................28
ix
D. Analisis Data .......................................................................................29
E. Bathimetri............................................................................................ 31
F. Bagan Alur Penelitian .........................................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data........................................................................................... 33
B. Perhitungan Fetch......................................................................................38
C. Perhitungan Tinggi dan Periode Gelombang Berdasarkan
fetch dan UA..........................................................................................................................................41
D. Perhitungan Gelombang Pecah ................................................................................................48
E. Perkiraan Tinggi Gelombang dengan Periode Ulang................................ 51
F. Pasang Surut.............................................................................................. 57
G. Bathimetri..................................................................................................62
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN.........................................................................................65
B. SARAN .....................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Contoh Mawar Angin
2. Hubungan antara kecepatan angin di laut (Uw) dan di darat (UL)
3. Definisi dan karakteristik gelombang di daerah pantai (Teknik
Pantai, 1999)
4. Diagram alir proses peramalan gelombang berdasarkan data angin
5. Grafik peramalan gelombang
6. Tipe pasang surut
7. Bagan alur penelitian
8. Mawar angin di perairan tanah maeta dari tahun 2003-2012
9. Hasil plot mawar angin
10. Penentuan arah fetch pada lokasi studi
11. Penentuan nilai RL
12. Grafik peramalan gelombang
13. Hasil perhitungan tunggang pasang surut
14. Grafik pasang surut pantai tanah maeta
15. Peta Bathimetri dilokasi studi
16. Profil melintang
17. Profil memanjang
9
10
13
15
17
25
32
36
37
38
42
44
61
61
63
64
64
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
18. Konstituent pasang surut
19. Tabel rekapitulasi data angin selama 10 tahun dalam satuan
knot
20. Persentasi kejadian angin berdasarkan arah datanya dilokasi
studi
21. Ferhitungan Fetch efektif arah timur
22. Ferhitungan Fetch efektif arah selatan
23. Ferhitungan Fetch efektif arah tenggara
24. Hasil peramalan gelombang selama 10 tahun
25. Jumlah data arah gelombang berdasarkan tinggi gelombang
26. Perhitungan tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang
27. Gelombang dengan periode ulang terentu
28. Konstanta pasang surut di perairan tanah maeta
23
34
35
39
40
41
45
48
52
57
57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karakteristik suatu perairan dapat diartikan sebagai perubahan
dinamika yang terjadi karena faktor lingkungan. Pengamatan tentang
karakteristik suatu perairan perlu dikaji dengan melihat perubahan-perubahan
dinamika perairan yaitu gambaran beberapa parameter oseanografi seperti
pasang surut, gelombang, dan kedalaman. Fenomena ini memberikan ciri khas
tersendiri pada suatu wilayah perairan laut.
Pariwono (1999), mengemukakan bahwa salah satu aspek lingkungan
yang penting untuk diketahui dan dipahami agar pengelolaan sumber daya
dapat dilaksanakan dengan tepat yaitu dinamika dari perairan. Hal ini
disebabkan karena perairan berupa fluida yang tidak mengenal batas
administrasi atau ekologi. Apabila perairan di suatu lokasi terganggu maka
dampaknya akan tersebar ke lingkungan di sekitarnya.
Kabupaten Buton merupakan wilayah kepulauan dengan luas lautan
yang lebih besar dari luas daratannya, dimana dari luas wilayah 21.535,26 km2
terdiri dari lautan seluas 18.825 km2 (87.42%) sedangkan luas daratannya
2.710,26 km2 (12,58%). Di Kabupaten Buton terdapat beberapa pantai yang
sangat dinamis salah satunya adalah Pantai Tanah Maeta.
2
Pantai Tanah Maeta adalah salah satu pantai yang terletak di Sulawesi
Tenggara tepatnya di Kabupaten Buton Kecamatan Pasar Wajo Desa Tanah
Maeta. Perairan pantai tanah maeta merupakan bagian dari wilayah perairan
Indonesia yang berada di Propinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton,
dimana pantainya sangat dinamis, terbuka dari beberapa arah mata angin tanpa
ada penghalang seperti pulau atau tanjung yang mengakibatkan gelombang
dari beberapa arah tidak mengalami reduksi untuk masuk ke pantai.
Disepanjang Pantai Tanah Maeta belum terdapat bangunan pengaman
pantai sebagaimana yang diharapkan, padahal kondisi pantai tersebut banyak
mengalami abrasi. Sehingga menimbulkan permasalahan pada pantai tersebut,
permasalahan yang yang timbul yaitu, masalah abrasi pantai dan sedimentasi.
Atas penjelasan di atas penulis ingin melakukan penelitian atas pantai
tersebut dengan judul “Studi Karakteristik Hidro Oceanografi pada
perairan Pantai Tanah Maeta Kab. Buton”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas maka studi
karakteristik hidro-oceanografi pantai tanah maeta dapat dibuat rumusan
masalah yaitu :
1. Bagaimana karakteristik gelombang pantai Tanah Maeta Kab. Buton
2. Bagaimana karakteristik pasang surut pantai Tanah Maeta Kab. Buton
3
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah sebagaimana
yang
diuraikan di atas, maka penulis merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakteristik gelombang pantai Tanah Maeta Kab.
Buton.
2. Untuk mengetahui karakteristik Pasang surut pantai Tanah Maeta Kab.
Buton
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian tugas akhir ini antara
lain :
1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi peneliti tentang pengaruh Hidro Oceanografi terhadap Perairan Pantai
Tanah Maeta
2) Sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan bangunan pantai, pada
Perairan Pantai Tanah Maeta
3) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam rangka
pengembangan dan pembangunan wilayah pada Perairan Pantai Tanah
Maeta
4
E. Batasan Masalah
Pada penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah, masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada perairan pantai Tanah Maeta untuk
menganalisis data perameter hidro oceanografi seperti : Karakteristik
Pasang surut dan gelombang,
2. Data periode gelombang (T) yang digunakan adalah data yang diambil
dari data angin (arah dan kecepatan) selama 10 Tahun yang bersumber dari
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Betoambari Kota
Bau-bau.
3. Pembahasan mengenai pasang surut yang dihitung berdasarkan data pasang
surut 15 hari lokasi tinjauan yaitu pantai Tanah Maeta.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan proposal ini terdiri dari lima bab, dimana masing-masing bab
membahas masalah tersendiri, selanjutnya sistematika laporan ini sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan mencakup pembahasan latar belakang, rumusan
masalah, batasan masalah tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan
sistimatika penulisan.
5
Bab II Menguraikan tinjauan mengenai permasalahan yang akan menjadi
bahan penelitian dalam penulisan tugas akhir pada suatu wilayah
tertentu. Dimana dalam hal ini mencakup teori-teori beserta formula
yang berkaitan langsung dengan penelitianyang akan dilakukan.
Bab III Metodologi penelitian mencakup lokasi penelitian, jenis penelitian
dan sumber data, metode analisa data, bagan alir penelitian.
Bab IV Hasil dan pembahasan
A. Deskripsi Data
B. Perhitungan Fetch
C. Perhitungan Tinggi dan Periode Gelombang Berdasarkan fetch dan UA
D. Perkiraan Tinggi Gelombang dengan Periode Ulang
E. Pasang Surut
F. Bathimetri
Bab V Kesimpulan dan Saran
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Oceanografi
Oceanografi berasal dari kata ocean yang berarti laut dan graphy yang
berarti gambaran, deskripsi. Sehingga oseanografi mempunyai arti gambaran
tentang lautan. Oseanografi itu sendiri bukan ilmu murni tetapi didukung oleh
berbagai macam cabang ilmu seperti kimia oseanografi, fisika oseanografi,
biologi oseanografi serta geologi oseanografi (Hutabarat dan Evans, 1984).
Bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai
studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala
fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui
bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang
disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian
yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet
Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer (Nontji, 1987).
Hutabarat dan Evans (1985), pada bagian lain menjelaskan bahwa
oseanografi adalah studi ilmiah mengenai bumi yang ditutupi oleh air dan
lingkunganya. Sasarannya adalah memperluas pengertian manusia mengenai
semua aspek kelautan, karakteristik flora dan fauna dalam alam laut, interaksi
udara diatasnya serta bentuk dan struktur air laut itu sendiri.
7
B. Survey Hidro - Oceanografi
1. Angin
Menurut Bambang Triatmodjo (1999), Angin yang berhembus di
atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin
menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga permukaan air
yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak gelombang kecil di
atas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak tersebut menjadi
semakin besar, dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan terbentuk
gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar
gelombang yang terbentuk.
a) Distribusi kecepatan angin
Distribusi kecepatan angin di atas permukaan laut terbagi dalam
tiga daerah sesuai dengan elevasi di atas permukaan. Di daerah geostropik
yang berada di atas 1000 m kecepatan angin adalah konstan. Di bawah elevasi
tersebut terdapat dua daerah yaitu daerah Ekman yang berada pada elevasi 100
sampai 1000 m dan daerah di mana tegangan konstan yang berada pada
elevasi 10 sampai 100 m. Di kedua daerah tersebut kecepatan dan arah
angin berubah sesuai dengan elevasi, karena adanya gesekan dengan
permukaan laut dan perbedaan temperatur antara air dan udara.
Untuk memprediksi gelombang didasarkan pada kecepatan angin yang
di ukur pada elevasi y = 10 m. Apabila angin tidak diukur pada elevasi 10 m,
8
maka kecepatan angin harus dikonversikan pada elevasi tersebut. Untuk y
lebih kecil dari 20 dapat menggunakan persaman berikut :
U (10) = U(y) ( )1/7 (Sumber, Bambang Triatmodjo 1999) (1)
Keterangan :
U : kecepatan angin (knot)
y : elevasi terhadap permukaan air (m)
b) Data angin
Data angin yang digunakan untuk peramalan gelombang adalah
data di permukaan laut pada lokasi pembangkitan. Data tersebut dapat
diperoleh dari pengukuran langsung di atas permukaan laut
(menggunakan kapal yang sedang berlayar) atau pengukuran di darat (di
lapangan terbang) di dekat lokasi peramalan yang kemudian dikonversi
menjadi data angin laut. Kecepatan angin diukur dengan anemometer,
dan biasanya dinyatakan dalam knot. Satu knot adalah panjang satu
menit garis bujur melalui khatulistiwa yang ditempuh dalam satu jam,
atau 1 knot = 1,852 km/jam = 0,5 m/d. Data angin dicatat tiap jam
dan biasanya disajikan dalam bentuk tabel. Dengan pencatatan angin jam
– jaman tersebut dapat diketahui angin dengan kecepatan tertentu dan
durasinya, kecepatan angin maksimum, arah angin dan dapat pula
dihitung kecepatan angin rerata harian.
9
Data angin yang diperlukan merupakan hasil pengamatan beberapa
tahun yang disajikan dalam bentuk tabel dengan jumlah data yang sangat
besar. Kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk diagram yang disebut
dengan mawar angin. Gambar 1. adalah contoh mawar angin yang dibuat
berdasarkan pengolahan data angin yang tercatat oleh Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG) yang terdapat di sekitar daerah pantai yang
direncanakan.
Gambar 1. Contoh Mawar Angin
c) Konversi Kecepatan Angin
Sudah dijelaskan di depan bahwa data angin dapat diperoleh dari
pencatatan di permukaan laut dengan menggunkan kapal yang sedang
berlayar atau pengukuran di darat. Pengukuran data angin di permukaan laut
adalah yang paling sesuai untuk peramalan gelombang. Data angin dari
pengukuran dengan kapal perlu dikoreksi dengan menggunakan persamaan
berikut :
U = 2,16 x Us ( Bambang Triatmodjo, 1999) (2)
10
Keterangan :
U : kecepatan angin terkoreksi (knot)
Us : kecepatan angin yang diukur oleh kapal (knot)
Biasanya pengkuran angin dilakukan di daratan, padahal dalam rumus –
rumus pembangkitan gelombang data angin yang digunakan adalah yang
ada di atas permukaan air laut. Oleh karena itu diperlukan transformasi
dari data angin di atas daratan yang terdekat dengan lokasi studi. Hubungan
antara angin di atas laut dan angin di atas daratan terdekat diberikan oleh RL =
UW/UL seperti dalam Gambar 2 Gambar tersebut merupakan hasil penelitian
yang dilakukan di Great Lake, Amerika Serikat.
Gambar 2. Hubungan antara kecepatan angin di laut (Uw) dan di darat (UL)
(Bambang Triatmodjo,1999)
11
Dengan memasukkan nilai kecepatan angin terkoreksi (U) pada
gambar 2, maka akan didapat RL. Kecepatan angin harus dikonversikan
menjadi faktor tegangan angin (UA). faktor tegangan angin berdasarkan
kecepatan angin di laut (UW), yang telah dikoreksi terhadap data
kecepatan angin di darat (UL). Rumus faktor tegangan angin berdasarkan
kecepatan angin di laut adalah sebagai berikut :
Uw = RL x U (Bambang Triatmodjo, 1999) (3)
Rumus faktor tegangan angin adalah sebagai berikut :
UA = 0,71 x UW1,23 (Bambang Triatmodjo, 1999) (4)
Keterangan :
UW : kecepatan angin di laut (knot)
Ua : kecepatan angin terkoreksi (knot)
UA : faktor tegangan angin
2. Fetch
Fetch adalah jarak seret gelombang. Di dalam tinjauan
pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang
mengelilingi laut. Di daerah pembentukkan gelombang, gelombang tidak
hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga
dalam berbagai sudut terhadap arah angin. Fetch rerata efektif diberikan oleh
persamaan berikut :
12
Feff =∑∑ ( Bambang Triatmodjo, 1999 ) (5)
Keterangan :
Feff : fetch rerata efektif
Χi : panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang
keujung akhir fetch
α : deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan
pertambahan 6° sampai sudut sebesar 42° pada kedua sisi dari arah
angin.
3. Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik turunnya air laut disepanjang
permukaan air. Gelombang terjadi kerena adanya angin yang bertiup di atas
permukaan perairan yang menimbulkan gaya tekan ke bawah, gaya ini akan
mendorong permukaan air menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tempat
di sekitarnya yang mengakibatkan ketidak seimbangan sehingga terjadi
dorongan massa air yang lebih tinggi untuk mengisi tempat yang lebih rendah.
Gelombang dapat juga menimbulkan energi untuk membentuk pantai,
menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang
pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai.
Proses tersebut akan berlangsung terus menerus sesuai dengan energi
kecepatan angin yang menekannya.
13
Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak
(layout) pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai dan
sebagainya. Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai
mengalami perubahan bentuk karena pengaruh perubahan kedalaman laut.
Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya panjang
gelombang dan bertambahnya tinggi gelombang.
Pada saat kemiringan gelombang (perbandingan antara tinggi dan
panjang gelombang) mencapai 15 batas maksimum, gelombang akan pecah.
Gelombang yang telah pecah tersebut merambat terus ke arah pantai sampai
akhirnya gelombang bergerak naik dan turun pada permukaan pantai (uprush
dan downrush). Definisi yang berkaitan dengan karakteristik gelombang di
daerah sekitar pantai disajikan dalam gambar 3.
Gambar 3. Definisi dan karakteristik gelombang di daerah pantai
(Bambang Triatmodjo, 1999)
13
Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak
(layout) pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai dan
sebagainya. Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai
mengalami perubahan bentuk karena pengaruh perubahan kedalaman laut.
Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya panjang
gelombang dan bertambahnya tinggi gelombang.
Pada saat kemiringan gelombang (perbandingan antara tinggi dan
panjang gelombang) mencapai 15 batas maksimum, gelombang akan pecah.
Gelombang yang telah pecah tersebut merambat terus ke arah pantai sampai
akhirnya gelombang bergerak naik dan turun pada permukaan pantai (uprush
dan downrush). Definisi yang berkaitan dengan karakteristik gelombang di
daerah sekitar pantai disajikan dalam gambar 3.
Gambar 3. Definisi dan karakteristik gelombang di daerah pantai
(Bambang Triatmodjo, 1999)
13
Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak
(layout) pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai dan
sebagainya. Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai
mengalami perubahan bentuk karena pengaruh perubahan kedalaman laut.
Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya panjang
gelombang dan bertambahnya tinggi gelombang.
Pada saat kemiringan gelombang (perbandingan antara tinggi dan
panjang gelombang) mencapai 15 batas maksimum, gelombang akan pecah.
Gelombang yang telah pecah tersebut merambat terus ke arah pantai sampai
akhirnya gelombang bergerak naik dan turun pada permukaan pantai (uprush
dan downrush). Definisi yang berkaitan dengan karakteristik gelombang di
daerah sekitar pantai disajikan dalam gambar 3.
Gambar 3. Definisi dan karakteristik gelombang di daerah pantai
(Bambang Triatmodjo, 1999)
14
Daerah dari garis gelombang pecah ke arah laut disebut dengan
offshore. Sedang daerah yang terbentang ke arah pantai dari garis gelombang
pecah dibedakan menjadi tiga daerah yaitu breaker zone, surf zone dan swash
zone. Daerah gelombang pecah (breaker zone) adalah daerah dimana
gelombang yang datang dari laut (lepas pantai) mencapai ketidak stabilan dan
pecah. Surf zone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari
gelombang pecah dan batas naik turunnya gelombang di pantai. Sedangkan
swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya
gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai.
Ditinjau dari profil pantai, daerah ke arah pantai dari garis gelombang
pecah dibagi menjadi tiga daerah yaitu inshore, foreshore dan backshore.
Perbatasan antara inshore dan foreshore adalah batas antara air laut pada saat
muka air rendah dan permukaan pantai. Proses gelombang pecah di daerah
inshore sering menyebabkan terbentuknya longshore bar, yaitu gumuk pasir
yang memanjang dan kira-kira sejajar dengan garis pantai. Foreshore adalah
daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat muka air rendah sampai
batas atas dari uprush pada saat air pasang tinggi. Profil pantai di daerah ini
mempunyai kemiringan yang lebih curam daripada profil di daerah inshore
dan backshore. Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan
garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan
dengan muka air tinggi.
15
a) Prediksi Gelombang
Peramalan gelombang berdasarkan data angin sebagai pembangkit
utama gelombang dan daerah pembentukan gelombang (fetch). Dari data
angin dan fetch gelombang akan didapatkan jenis, tinggi dan periode
gelombang yang ada di daerah pantai. Dengan menggunakan rumus - rumus
seperti berikut :
Gambar 4. Diagram alir proses prediksi grlombang berdasarkan data angin (SPM, Volume I)
Keterangan :
Hs : Tinggi gelombang signifikan (m)
Tp : Periode puncank gelombang
F : Panjang feth efektif
UA : Wind stress factor / faktor tegangan angin
16
Hmo : Wave Height ( tinggi gelombang signifikan ) adalah tinggi rerata
dari 33% nilai tertinggi gelombang yang terjadi.
Tmo : Wave Period ( Periode Gelombang)
g : Gravitasi (9,81 m/det2)
t : Waktu (detik)
Hasil peramalan gelombang berupa tinggi dan periode gelombang
signifikan untuk masing-masing arah angin yang menyebabkan terbentuknya
gelombang. Data-data yang dibutuhkan untuk meramal gelombang terdiri dari:
1) Panjang fetch efektif .
2) Data kecepatan angin yang telah dikonversi menjadi Wind Stress Factor
(UA).
Untuk mendapatkan gelombang rencana, dilakukan peramalan
gelombang berdasarkan data angin jangka panjang. Metode yang diterapkan
mengikuti metode yang ada di Shore Protection Manual dari US Army Corps
of Engineer edisi 1984.
17
Gambar 5. Grafik peramalan gelombang (Bambang triatmodjo 1999)
18
b) Gelombang laut dalam ekivalen
Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan konsep
gelombang laut dalam ekivalen, yaitu tinggi gelombang di laut dalam apabila
gelombang tidak mengalami refraksi. Pemakaian gelombang ini bertujuan
untuk menetapkan tinggi gelombang yang mengalami refraksi, diftraksi dan
transformasi lainnya, sehingga perkiraan transformasi dan deformasi
gelombang dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tinggi gelombang laut
dalam ekivalen diberikan oleh bentuk :
H’0 = K’ Kr H0 (Bambamg Triatmodjo, 1999) (6)
Keterangan :
H’0 : tinggi gelombang laut dalam ekivalen
H0’ : tinggi gelombang lau dalam
K’0 : koefisien difraksi
Kr’ : koefisien refraksi
c) Gelombang Pecah
Dari rumus transformasi gelombang H = Kr Ks Ho pada kedalaman
kecil (d ≈ 0) akan diperoleh tinggi gelombang yang sangat tinggi. Hal ini tidak
mungkin terjadi karena kenyataannya di tepi pantai dengan kedalaman d
≈ 0, tinggi gelombang H ≈ 0. Fenomena ini disebabkan karena gelombang
yang bergerak ke pantai, pada kedalaman tertentu akan mengalami proses
19
pecah gelombang (breaking wave). Kedalaman dimana gelombang pecah
terjadi diberi notasi db dan tinggi gelombang pecah diberi notasi Hb.
′₀ = , ( ′₀/ ₀) / (Bambamg Triatmodjo, 1999) (7)
Kedalaman air dimana gelombang pecah diberikan oleh rumus berikut :
′₀ = ( / ²) (Bambamg Triatmodjo, 1999) (8)
Dimana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m dan
diberikan oleh persamaan berikut :
a = 43,75(1 – e -19m) (Bambamg Triatmodjo, 1999) (9)
b =,( , ) (Bambamg Triatmodjo, 1999) (10)
Keterangan :
Hb : tinggi gelombang pecah
Ho : tinggi gelombang laut dalam ekivalen
Lo : panjang gelombang di dalam laut
m : kemiringan dasar laut
g : percepan gravitasi (9,81 m/det2)
T : periode gelombang
Dengan mengambil berbagai harga db maka dapat menentukan harga Hb
dengan cara coba-coba. Harga db dan Hb digambarkan dalam grafik.
Perpotongan antara grafik H = Ks Kr Ho dan grafik Hb merupakan lokasi
gelombang pecah.
b
b
20
d) Perkiraan tinggi gelombang dengan periode ulang
Untuk menetapkan gelombang dengan periode tertentu dibutuhkan data
gelombang dalam jangka waktu pengukuran cukup lama (beberapa tahun).
Data tersebut bisa berupa data pengukuran gelombang atau data gelombang
hasil prediksi (peramalan) berdasarkan data angin.
Untuk mendapatkan sifat-sifat statistik gelombang, dilakukan
pencatatan gelombang dalam periode tertentu, yang biasanya selama 15
sampai 20 menit, sehingga didapat suatu jumlah tertentu gelombang. Dalam
periode tersebut biasanya dianggap bisa mewakili kondisi gelombang dalam
periode beberapa jam, dan dalam periode tersebut dianggap kondisi
gelombang adalah stasioner (tetap) dan sifatnta tidak berubah.
Perhitungan tinggi gelombang signfikan untuk berbagai periode ulang
dari fungsi distribusi probabilitas dengan rumus sebagai berikut :
Hsr = Â yr + (Bambamg Triatmodjo, 1999) (11)
Dimana yr diberikan oleh bentuk berikut :
Untuk distribusi Fisher-Tippett tipe I :
yr = - ln {- ln ( 1- )} (Bambamg Triatmodjo, 1999) (12)
untuk distribusi Weibull :
yr = - ln {- ln ( LTr )}1/k (Bambamg Triatmodjo, 1999) (13)
20
d) Perkiraan tinggi gelombang dengan periode ulang
Untuk menetapkan gelombang dengan periode tertentu dibutuhkan data
gelombang dalam jangka waktu pengukuran cukup lama (beberapa tahun).
Data tersebut bisa berupa data pengukuran gelombang atau data gelombang
hasil prediksi (peramalan) berdasarkan data angin.
Untuk mendapatkan sifat-sifat statistik gelombang, dilakukan
pencatatan gelombang dalam periode tertentu, yang biasanya selama 15
sampai 20 menit, sehingga didapat suatu jumlah tertentu gelombang. Dalam
periode tersebut biasanya dianggap bisa mewakili kondisi gelombang dalam
periode beberapa jam, dan dalam periode tersebut dianggap kondisi
gelombang adalah stasioner (tetap) dan sifatnta tidak berubah.
Perhitungan tinggi gelombang signfikan untuk berbagai periode ulang
dari fungsi distribusi probabilitas dengan rumus sebagai berikut :
Hsr = Â yr + (Bambamg Triatmodjo, 1999) (11)
Dimana yr diberikan oleh bentuk berikut :
Untuk distribusi Fisher-Tippett tipe I :
yr = - ln {- ln ( 1- )} (Bambamg Triatmodjo, 1999) (12)
untuk distribusi Weibull :
yr = - ln {- ln ( LTr )}1/k (Bambamg Triatmodjo, 1999) (13)
20
d) Perkiraan tinggi gelombang dengan periode ulang
Untuk menetapkan gelombang dengan periode tertentu dibutuhkan data
gelombang dalam jangka waktu pengukuran cukup lama (beberapa tahun).
Data tersebut bisa berupa data pengukuran gelombang atau data gelombang
hasil prediksi (peramalan) berdasarkan data angin.
Untuk mendapatkan sifat-sifat statistik gelombang, dilakukan
pencatatan gelombang dalam periode tertentu, yang biasanya selama 15
sampai 20 menit, sehingga didapat suatu jumlah tertentu gelombang. Dalam
periode tersebut biasanya dianggap bisa mewakili kondisi gelombang dalam
periode beberapa jam, dan dalam periode tersebut dianggap kondisi
gelombang adalah stasioner (tetap) dan sifatnta tidak berubah.
Perhitungan tinggi gelombang signfikan untuk berbagai periode ulang
dari fungsi distribusi probabilitas dengan rumus sebagai berikut :
Hsr = Â yr + (Bambamg Triatmodjo, 1999) (11)
Dimana yr diberikan oleh bentuk berikut :
Untuk distribusi Fisher-Tippett tipe I :
yr = - ln {- ln ( 1- )} (Bambamg Triatmodjo, 1999) (12)
untuk distribusi Weibull :
yr = - ln {- ln ( LTr )}1/k (Bambamg Triatmodjo, 1999) (13)
21
Keterangan :
Â, B : Perkiraan parameter dari skala dan local yang diperoleh dari analisis
regresi linear
Hsr : tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang Tr
Tr : periode ulang (tahun)
K : pangjang data (tahun)
L : rerata jumlah kejadian pertahun = (NT= Jumlah kejadian
gelombang g selama pencatatan)
4. Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai
naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Lebih jauh
Dronkers (1964) menjelaskan pasang surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan
oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
NT
K
ˆ
22
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik
gravitasi bulan dua kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat dari pada
jarak matahari ke bumi.
Pasang surut dan gelombang badai adalah periodik dengan periode
berbeda, mulai dari beberapa menit (tsunami), setengah hari atau satu hari
(pasang surut), dan beberapa hari (gelombang badai). Sedangkan kenaikan air
laut karena perubahan suhu global selalu bertambah dengan pertambahan
waktu. Apabila fluktuasi muka air tersebut terjadi secara bersamaan dengan
gelombang angin yang mempunai periode yang lebih kecil (beberapa detik),
maka muka air terhadap fluktuasi muka air laut karena gelombang angin.
Perhitungan konstanta pasang surut dilakukan dengan menggunakan
metode Least Square. Hasil pencatatan diambil dengan interval 1 jam sebagai
input untuk least square dan kostanta pasang surut. Dengan konstanta pasang
surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang
surut dengan rumus :
F = (Bambamg Triatmodjo, 1999) (14)
Keteragan :
F = Angka pasang surut
AK1 = Amplitudo dari constituent pasut K1
A01 = Amplitudo dari constituent pasut 01
23
AM2 = Amplitudo dari constituent pasut M2
AS2 = Amplitudo dari constituent S2
Klasifikasi pasang surut dilakukan sebagai berikut :
1) Pasang ganda jika F < 0.25
2) Pasang campuran ( ganda dominat ) jika 0.25 < F < 1.50
3) Pasang campuran ( tunggal dominat ) jika 1.50 < F < 3.00
4) Pasang tunggal jika F > 3.00
Berikut ini adalah tabel constituent pasang surut utama :
Tabel 1. Konstituent pasang surut
Simbol Penyebab Frekwensi ( deg/jam) Periode (jam)
Ganda :
M2
S2
Bulan
Matahari
28.98410
30.00000
12.42
12.00
Tunggal :
K1
01
Deklinasi
Matahari/Bulan
Deklinasi
Bulan
15.04107
13.94303
23.93
25.82
Sumber : Nur Yuwono (1992)
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Menurut Bambang
Triatmodjo (1999), pasang surut yang terjadi di berbagai daerah dibedakan
menjadi empat tipe yaitu :
1) Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Pasang surut tipe ini adalah dalam satu hari terjadi dua kali air pasang
dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut
24
terjadi secara berurutan dan teratur (gambar 6.A). Periode pasang surut
rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat
Malaka sampai laut Andaman.
2) Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Pasang surut tipe ini apabila dalam satu hari terjadi satu kali air pasang
dan satu kali air surut (gambar 6.D.) dengan periode pasang surut 24 jam
50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat Karima.
3) Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing
diurnal)
Pasang surut tipe ini apabila dalam satu hari terjadi dua kali air pasang
dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda (gambar 6.B).
pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia Timur.
4) Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal)
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air
surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda (gambar
6.C). pasang surut jenis ini terdapat di selat Kalimantan dan pantai utara
Jawa Barat.
25
Gambar 6. Tipe pasang surut (Bambang Triatmodjo,1999)
C. Survei Bathimetri
Survei bathimetri merupakan survei pemeruman yaitu suatu proses
pengukuran kedalaman yang ditujukan untuk memperoleh gambaran (model)
bentuk permukaan (konfigurasi) dasar perairan (seabed surface). Bentuk
permukaan yang dimaksud hanya sebatas pada konfigurasinya saja, tidak
sampai pada kandungan materialnya ataupun biota yang tumbuh di atasnya,
semata-mata bentuk (Poerbandono,1999).
Menurut IHO survei bathimetri merupakan measured or charted depth
of water or the measurement of such depth (IHO,1970). Pada survei bathimetri
pengukuran kedalaman dilakukan secara simultan dengan pengukuran posisi
B. Campuran, condong ke Harian Ganda
A. Harian Ganda
C. Campuran, Condong ke Harian Tunggal
D. Harian Tunggal
25
Gambar 6. Tipe pasang surut (Bambang Triatmodjo,1999)
C. Survei Bathimetri
Survei bathimetri merupakan survei pemeruman yaitu suatu proses
pengukuran kedalaman yang ditujukan untuk memperoleh gambaran (model)
bentuk permukaan (konfigurasi) dasar perairan (seabed surface). Bentuk
permukaan yang dimaksud hanya sebatas pada konfigurasinya saja, tidak
sampai pada kandungan materialnya ataupun biota yang tumbuh di atasnya,
semata-mata bentuk (Poerbandono,1999).
Menurut IHO survei bathimetri merupakan measured or charted depth
of water or the measurement of such depth (IHO,1970). Pada survei bathimetri
pengukuran kedalaman dilakukan secara simultan dengan pengukuran posisi
B. Campuran, condong ke Harian Ganda
A. Harian Ganda
C. Campuran, Condong ke Harian Tunggal
D. Harian Tunggal
25
Gambar 6. Tipe pasang surut (Bambang Triatmodjo,1999)
C. Survei Bathimetri
Survei bathimetri merupakan survei pemeruman yaitu suatu proses
pengukuran kedalaman yang ditujukan untuk memperoleh gambaran (model)
bentuk permukaan (konfigurasi) dasar perairan (seabed surface). Bentuk
permukaan yang dimaksud hanya sebatas pada konfigurasinya saja, tidak
sampai pada kandungan materialnya ataupun biota yang tumbuh di atasnya,
semata-mata bentuk (Poerbandono,1999).
Menurut IHO survei bathimetri merupakan measured or charted depth
of water or the measurement of such depth (IHO,1970). Pada survei bathimetri
pengukuran kedalaman dilakukan secara simultan dengan pengukuran posisi
B. Campuran, condong ke Harian Ganda
A. Harian Ganda
C. Campuran, Condong ke Harian Tunggal
D. Harian Tunggal
26
horizontalnya, dimana kedalaman sendiri dilakukan dengan alat ukur
kedalaman yang menggunkan gelombang akustik, sedangkan alat untuk posisi
horizontalnya menggunakan prinsip penentuan posisi dengan GPS.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Februari 2015
dengan lokasi penelitian dilakukan di perairan pantai tanah maeta Kec. Pasar
wajo, Kab. Buton.
B. Peralatan Survei
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
a) Laptop, untuk proses pengolahan data
b) Printer, untuk mencetak hasil pengolahan data
c) Rambu ukur (peilschaal), untuk melihat elevasi muka air yang diukur
dari suatu datum tertentu
d) Theodolite, untuk menetukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan
sudut tegak
e) GPSMap 585C sounder, untuk mengukur kedalaman air dan bentuk
dasar air, dapat mengukur kedalaman maksimal sampai 500 m.
28
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah melalui kajian
literatur, survei data primer dan survei data sekunder.
Dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) tahapan yaitu :
1) Persiapan untuk survei data primer
Persiapan survei data primer yang dimaksud adalah menyiapkan segala
sesuatu untuk penelitian yang akan dilakukan dilokasi penelitian serta alat-alat
yg diperlukan seperti yang telah diuraikan di atas dalam peralatan survei.
2) Pengambilan data
Adapun data yang dikumpulkan terdiri dari :
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai
sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku laporan, jurnal, dan lain-lain.
Data sekunder yang digunakan antara lain:
a) Peta lokasi penelitian, yaitu untuk mengetahui lokasi penelitian.
b) Data kecepatan angin dari BMKG terdekat
c) Peta situasi, yaitu untuk mengetahui kondisi Pantai Tanah Maeta.
29
D. Analisa Data
a) Angin
Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pengukuran arah dan
kecepatan angin kemudian diolah untuk memperoleh pola wind rose di
wilayah studi. Pola wind rose yang diperoleh akan digunakan untuk
memperkirakan arah dan kecepatan angin dominan.
Data angin dikelompokkan dalam tabel dari setiap arah pada setiap bulan,
dan menentukan persentase arah dan kecepatan angin selama periode
pengamatan. Untuk perhitungan panjang fetch efektif digunakan persamaan
(Latief, 1996) := ∑∑Keterangan :
Feff : fetch rerata efektif.
Xi : panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke
ujung akhir fetch.
α : deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan
pertambahan 6o sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi dari arah
angin.
30
b) Peramalan gelombang
Salah satu metode peramalan gelombang adalah metode yang
dikenalkan oleh Sverdrup dan Munk (1947) dan dilanjutkan oleh
Bretschneider (1958), metode tersebut di kenal dengan SMB (Sverdrup
Munk Breschneider) (CERC 1984), yang dibangun berdasarkan
pertumbuhan energi gelombang. Kecepatan angin yang digunakan adalah
kecepatan angin maksimum yang dapat membangkitkan gelombang yakni
kecepatan ≥10 knot dari arah timur, tenggara, dan selatan, sedangkan arah
lain tidak dihitung
c) Pasang surut
Pasang surut dapat didata, diolah datanya, bahkan dapat diprediksi dan
disajikan sebagai informasi pasut. Informasi dan analisa data pasut berupa
komponen-komponen pasang surut digunakan berbagai terapan. Informasi
yang dihasilkan dari komponen pasut M2, S2, K1 dan O1 adalah tipe-tipe
pasut seperti diurnal, semidiurnal dan campuran antara keduanya.
Informasi komponen pasut juga digunakan untuk menentukan kapan
dan berapa kali air pasang dan air surut dalam sehari pada suatu tempat dan
menghitung datum pasut seperti MSL (Mean Sea Level), LLWR (Lowest
Low Water Level), HHWL (Highest High Water Level), HAT (Highest
Astronomical Tide), LAT (Lowest Astronomical Tide) dan parameter-
parameter lainnya.
31
E. Bathimetri
Survei batimetri dimaksudkan untuk mengetahui kondisi rupa bumi
dasar perairan. Kawasan yang disurvei batimetri meliputi wilayah perairan
dari garis pantai ke arah laut sejauh lebih dari 800 m. Survei dilakukan dengan
alat echosounder yang dilengkapi dengan GPS, sehingga survei dapat
dilakukan dengan mudah walau lokasi yang disurvei meliputi cukup jauh dari
garis pantai.
32
F. Bagan alur penelitian
Gambar 7. Bagan Alur Penelitian
Start
Studi Literatur
Persiapan Survei
Selesai
Pengumpulan Data
Analisis Data
Data Primer :1. Pasang Surut2. Batimetri
Data Sekunder :- Angin (Arah
danKecepatan)
MulaiStart
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Data Angin
Angin merupakan salah satu pembangkit utama dari gelombang.
Angin yang bertiup di atas perairan laut dalam membangkitkan gelombang
dilaut dalam yang kemudian merambat kearah pantai dan pecah seiring dengan
perubahan kedalaman menuju daratan. Dengan demikian data angin
merupakan salah satu parameter utama penentuan gelombang rencana. Data
angin yang dibutuhkan umumnya adalah kecepatan hembus angin dan arah
angin. Kecepatan angin umumnya dicatat setiap jam berikut arahnya di stasiun
pengukuram Badan Meterologi dan Geofisika (BMKG). Untuk kepentingan
perencanaan, umumnya data yang digunakan adalah data pengukuran dari
stasiun meterologi terdekat dengan lokasi rencana. Untuk pengolahan
gelombang rencana dilokasi ini kami gunakan data angin yang bersumber dari
BMKG Betoambari Kota Bau-bau. Data angin ini tercatat setiap harinya dan
34
dirata-ratakan setiap bulannya selama 10 tahun dari tahun 2003 sampai tahun
2012. Tabel dibawah menunjukkan rekapan data angin selama 10 tahun.
Tabel 2. Rekapitulasi data angin selama 10 tahun dalam satuan Knot.
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2003 16 20 13 12 14 12 16 16 15 12 15 13
2004 17 18 16 10 11 14 18 15 16 13 13 15
2005 12 19 13 12 15 20 15 16 15 15 16 14
2006 13 18 12 12 15 14 15 16 16 15 17 13
2007 12 15 11 16 15 15 12 14 16 17 15 20
2008 12 16 15 13 11 14 18 18 16 18 14 15
2009 15 12 18 17 13 15 16 16 15 14 16 14
2010 15 12 18 17 13 15 16 16 15 14 16 14
2011 17 13 15 10 17 9 15 14 14 12 10 13
2012 27 17 10 12 11 17 14 18 14 13 10
Sumber : BMKG Betoambari kota bau-bau
Sumber : BMKG Betoambari kota bau-bau
Dari data angin hasil pengukuran, selanjutnya dilakukan analisis
untuk mendapatkan beberapa parameter penting, yakni arah angin yang
dominan, kecepatan angin pada berbagai arah dan kecepatan angin rata-rata
sebagai fungsi dari arah hembusan angin. Dari hasil analisis data angin,
diperoleh persentasi kejadian angin berdasarkan arah seperti pada tabel 3.
35
Tabel 3. Persentasi kejadian angin berdasarkan arah datangnya dilokasi studi
Arah JumlahData
PersentaseKejadian (%)Notasi (derajat)
Utara (U)Timur Laut (TL)Timur (T)Tenggara (TG)Selatan (S)Barat Daya (BD)Barat (B)Barat Laut (BL)
04590
135180225270315
07
41168
19293
05.69
33.3313.01
6.515.4523.582.44
Jumlah 123 100Sumber : Analisa Perhitungan
Tabel 3 memperlihatkan bahwa persentasi kejadian angin yang paling
besar atau sering terjadi adalah angin yang berhembus dari arah timur
(33.33%), disusul masing-masing dari barat (23.58%), barat daya (15.45%),
tenggara (13.01%), selatan (6.5%), timur laut (5.69%), barat laut (2.44%), dan
utara (0%).
Sekalipun persentase angin dari arah barat dan barat daya cukup
besar, tetapi tidak berpotensi menimbulkan gelombang. Berdasarkan arah
fetch gelombang arah mata angin yang membangkitkan gelombang ada tiga
yaitu timur, tenggara dan selatan. Selain penyajian data angin dalam bentuk
tabulasi, juga disajikan dalam bentuk mawar angin seperti pada gambar 8.
36
Gambar 8. Mawar Angin di perairan Tanah Maeta dari tahun 2003 sampai 2012
Dari data di atas, angin dominan dari arah Timur (10 % dengan
kecepatan lebih atau 22 knot, 1 % dengan kecepatan 17 – 21 knot, 5 %
dengan kecepatan 7 – 11 knot, 9 % dengan kecepatan 4 – 7 knot), arah
Tenggara (8 % dengan kecepatan lebih atau 22 knot, 1 % dengan kecepatan 17
– 21 knot, 5 % dengan kecepatan 7 – 11 knot, 5 % dengan kecepatan 4 – 7
knot), arah Barat (6 % dengan kecepatan lebih atau 22 knot, 2 % dengan
kecepatan 17 – 21 knot, 6 % dengan kecepatan 7 – 11 knot, 2 % dengan
kecepatan 4 – 7 knot).
37
Gambar 9. Mawar Angin di lokasi studi
2. Data Pasang Surut
Analisis pasang surut dilakukan untuk mendapatkan komponen-
komponen penyusun pasang surut yang kemudian digunakan untuk meramal
muka air pasang surut, yang kemudian digukan untuk menentukan elevasi-
elevasi penting (acuan) untuk pengukuran ketinggian (elevasi) di darat
maupun kedalaman perairan. Analisa data Pasang surut dapat dilakukan dengan
Menggunakan metode Admiralty
Didalam menentukan tipe pasang surut dengan menggunakan
metode admiralty, terlebih dahulu ditentukan parameter – parameter pasang
surut antara lain S0,M2,S2,N2,K2,K1,O1,P1,M4,MS4. dengan Menggunakan
38
parameter - parameter hasil Perhitungan maka dapat ditentukan nilai F
(Forsmal) dimana nilai F inilah yang akan dipakai untuk menentukan tipe
pasang surut yang terjadi.
B. Perhitungan Fetch
Berdasarkan kondisi geografis lokasi studi, arah angin yang berpotensi
membangkitkan gelombang dilokasi studi adalah angin yang bertiup dari arah
timur, tenggara dan selatan. Oleh sebab itu, dalam penentuan fetch efektif,
hanya ketiga arah tersebut yang diperhitungkan. Adapun penentuan fetch pada
lokasi studi, disajikan pada gambar 10.
Gambar 10. Penentuan Arah Fetch pada lokasi studi (Hasil Hitungan)
39
Tabel perhitungan fetch untuk masing-masing arah peramalan
gelombang laut dalam adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Perhitungan Fetch Efektif Arah Timur
Arah α (⁰) cos α Xi (km) Xi cos α
Timur Laut (T)
Timur (T)
Tenggara (TG)
24 0.914 200 182.70918 0.951 200 190.21112 0.978 114 111.5096 0.995 200 198.9040 1.000 200 200.000-6 0.995 200 198.904-12 0.978 200 195.630-18 0.951 200 190.211-24 0.914 200 182.709-30 0.866 200 173.205-36 0.809 200 161.803-45 0.707 200 141.421
Total 11.057 2127.218
Sumber : Hasil Perhitungan
F = ∑∑ = 2127.21811.057 = 192,392Pada tabel 4 arah timur di jelaskan bahwa untuk deviasi (α) pada salah
satu sisi dari arah Timur Laut hanya dibatasi hingga sudut 24° (sudut
istimewa/Timur Laut) karena pada sudut 30° sampai dengan sudut 42° sudah
merupakan daratan sehingga tidak berpengaruh terhadap pembangkitan
gelombang.
40
Tabel 5. Perhitungan Fetch Efektif Arah Selatan
Arah α (⁰) cos α Xi (km) Xi cos α
Tenggara (TG)
Selatan (S)
Barat Daya (BD)
-42 0.743 200 148.629
-36 0.809 200 161.803
-30 0.866 200 173.205
-24 0.914 200 182.709
-18 0.951 200 190.211
-12 0.978 200 195.630
-6 0.995 200 198.904
0 1.000 200 200.000
-6 0.995 200 198.904
-12 0.978 200 195.630
Total 9.228 1845.6256
Sumber : Hasil Perhitungan
F = ∑∑ = 1845,6269.228 = 200Pada tabel 6 arah Selatan di jelaskan bahwa untuk deviasi (α) pada
salah satu sisi dari arah selatan hanya dibatasi hingga sudut 12° karena pada
sudut 24° sampai dengan sudut 42° sudah merupakan daratan sehingga tidak
berpengaruh terhadap pembangkitan gelombang.
41
Tabel 6. Perhitungan Fetch Efektif Arah Tenggara
Arah α (⁰) cos α Xi (km) Xi cos α
Tenggara (T)
Tenggara
Selatan (S)
-42 0.743 200 148.6290-36 0.809 200 161.8034-30 0.866 200 173.2051-24 0.914 200 182.7091-18 0.951 200 190.2113-12 0.978 200 195.6295-6 0.995 200 198.90440 1.000 200 200.0000-6 0.995 200 198.9044
-12 0.978 200 195.6295-18 0.951 200 190.2113-24 0.914 200 182.7091-30 0.866 200 173.2051-36 0.809 200 161.8034-42 0.743 200 148.6290
Total 13.511 2702.1835
Sumber : Hasil Perhitungan
F = ∑∑ = 2702.18313.511 = 200C. Perhitungan tinggi dan periode gelombang berdasarkan fetch dan UA
Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah sangat kompleks dan
sulit untuk digambarkan secara matematis karena ketidak-linieran,tiga dimensi
dan mempunyai bentuk yang random. Beberapa teori yang ada hanya
menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan
pendekatan gelombang alam. Disini, dalam perhitungan gelombangnya
42
digunakan teori gelombang yang paling sederhana yaitu teori gelombang linier
atau amplitudo kecil, yang pertama kali dikemukakan oleh Airy pada tahun
1845, dan selanjutnya disebut dengan teori gelombang Airy.
Bangkitan gelombang yang ditimbulkan angin sebagai berikut:
1) Berdasarkan kecepatan maksimum yang terjadi tiap bulan dicari nilai RL
dengan menggunakan grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan
di darat didapat nilai RL= 1.28 (kolom 5 tabel 7).
Gambar 11. Penentuan nilai RL
2) t1 = ₁₀ = , = 223,41 (kolom 4 tabel 7)
3) U3600 =₁₀
=., = 5,62 (kolom 6 tabel 7)
4) Us = U3600 x RT
= 5,62 x 1,10 = 6,18
43
5) Hitung UW dengan rumus:
UW = UL × RL (Bambang Triatmodjo. 1996 hal.99)
= 7.20 × 1,28
= 9,24 m/ det (kolom 9 tabel 7)
6) Hitung UA dengan rumus:
UA = 0,71 × UW¹’²³
= 0,71 × 9,22 ¹’²³
=12,47 m/ det (kolom 10 tabel 7)
7) Berdasarkan nilai UA dan besarnya fetch, tinggi dan periode gelombang
dapat dicari dengan menggunakan grafik peramalan gelombang ( lihat
gambar 11 ).
44
Gambar 12. Grafik peramalan gelombang (Teknik Pantai, Triatmodjo 1999)
UA = 12,47m/s
H= 2,85m T = 8,46 dtk
45
Tabel 7. Hasil Peramalan Gelombang selama 10 Tahun
KecepatanArah
U10 t1 RLU3600 RT
US Uw UA Fetch H T(knot) (m/dtk) (dtk) (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (m) (m) (dtk)
14 SE 7.20 223.41 1.28 5.62 1.10 6.18 9.22 12.47 200000 2.85 8.4612 S 6.17 260.64 1.35 4.57 1.10 5.03 8.33 10.99 183894 2.41 7.8916 E 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 10.09 13.90 148817 2.74 7.9516 E 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 10.09 13.90 148817 2.74 7.9515 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 9.69 13.22 148817 2.61 7.8212 E 6.17 260.64 1.35 4.57 1.10 5.03 8.33 10.99 148817 2.17 7.3511 S 5.66 284.33 1.38 4.09 1.10 4.50 7.82 10.17 183894 2.23 7.6814 E 7.20 223.41 1.28 5.62 1.10 6.18 9.24 12.47 148817 2.46 7.6618 E 9.26 173.76 1.18 7.88 1.10 8.66 10.89 15.27 148817 3.01 8.2015 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 9.69 13.22 148817 2.61 7.8216 E 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 10.09 13.90 148817 2.74 7.9513 S 6.69 240.59 1.32 5.07 1.10 5.58 8.81 11.78 183894 2.58 8.0712 S 6.17 260.64 1.35 4.57 1.10 5.03 8.33 10.99 183894 2.41 7.8912 E 6.17 260.64 1.35 4.57 1.10 5.03 8.33 10.99 148817 2.17 7.3515 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 9.69 13.22 148817 2.61 7.8220 E 10.29 156.38 1.13 9.07 1.10 9.97 11.68 16.64 148817 3.28 8.4415 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 9.69 13.22 148817 2.61 7.8216 E 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 10.09 13.90 148817 2.74 7.9515 S 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 9.69 13.22 183894 2.90 8.3915 S 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 9.69 13.22 183894 2.90 8.3918 SE 9.26 173.76 1.18 7.88 1.10 8.66 10.89 15.27 200000 3.49 9.0512 SE 6.17 260.64 1.35 4.57 1.10 5.03 8.33 10.99 200000 2.51 8.11
46
Tabel 7. Lanjutan15 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 9.69 13.22 148817 2.61 7.8214 E 7.20 223.41 1.28 5.62 1.10 6.18 9.24 12.47 148817 2.46 7.6615 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 9.69 13.22 148817 2.61 7.8216 E 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 10.09 13.90 148817 2.74 7.95
16 E 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 10.09 13.90 148817 2.74 7.9515 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 9.69 13.22 148817 2.61 7.8215 SE 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 8.91 11.94 200000 2.73 8.3412 SE 6.17 260.64 1.35 4.57 1.10 5.03 7.14 9.09 200000 2.08 7.6114 E 7.20 223.41 1.28 5.62 1.10 6.18 8.34 11.00 148817 2.17 7.3518 E 9.26 173.76 1.18 7.88 1.10 8.66 10.40 14.43 148817 2.84 8.0518 E 9.26 173.76 1.18 7.88 1.10 8.66 10.40 14.43 148817 2.84 8.0516 E 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 9.47 12.87 148817 2.54 7.7518 E 9.26 173.76 1.18 7.88 1.10 8.66 10.40 14.43 148817 2.84 8.0514 S 7.20 223.41 1.28 5.62 1.10 6.18 8.34 11.00 183894 2.41 7.8913 SE 6.69 240.59 1.32 5.07 1.10 5.58 7.72 10.00 200000 2.28 7.8615 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 8.91 11.94 148817 2.35 7.5516 E 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 9.47 12.87 148817 2.54 7.75
16 SE 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 9.47 12.87 200000 2.94 8.5515 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 8.91 11.94 148817 2.35 7.5514 SE 7.20 223.41 1.28 5.62 1.10 6.18 8.34 11.00 200000 2.51 8.1116 SE 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 9.47 12.87 200000 2.94 8.5513 SE 6.69 240.59 1.32 5.07 1.10 5.58 7.72 10.00 200000 2.28 7.8615 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 8.91 11.94 148817 2.35 7.5516 E 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 9.47 12.87 148817 2.54 7.7516 SE 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 9.47 12.87 200000 2.94 8.55
47
Tabel 7. Lanjutan15 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 8.91 11.94 148817 2.35 7.5514 SE 7.20 223.41 1.28 5.62 1.10 6.18 8.34 11.00 200000 2.51 8.1116 SE 8.23 195.48 1.23 6.72 1.10 7.39 9.47 12.87 200000 2.94 8.5510 SE 5.14 312.77 1.42 3.62 1.10 3.98 6.26 7.73 200000 1.77 7.2117 E 8.75 183.98 1.20 7.29 1.10 8.02 9.82 13.46 148817 2.65 7.869 SE 4.63 347.52 1.47 3.15 1.10 3.47 5.65 6.82 200000 1.15 5.6615 E 7.72 208.51 1.26 6.15 1.10 6.76 8.91 11.94 148817 2.35 7.5514 E 7.20 223.41 1.28 5.62 1.10 6.18 8.34 11.00 148817 2.17 7.3512 E 6.17 260.64 1.35 4.57 1.10 5.03 7.14 9.09 148817 1.79 6.9012 E 6.17 260.64 1.35 4.57 1.10 5.03 7.14 9.09 148817 1.79 6.9011 E 5.66 284.33 1.38 4.09 1.10 4.50 6.61 8.26 148817 1.63 6.6817 E 8.75 183.98 1.20 7.29 1.10 8.02 9.82 13.46 148817 2.65 7.8614 E 7.20 223.41 1.28 5.62 1.10 6.18 8.34 11.00 148817 2.17 7.3518 E 9.26 173.76 1.18 7.88 1.10 8.66 10.40 14.43 148817 2.84 8.0514 E 6.85 235.02 1.32 5.19 1.10 5.71 7.90 10.29 148817 2.03 7.1913 SE 6.69 240.59 1.32 5.07 1.10 5.58 8.81 11.78 200000 2.69 8.30
48
Tabel 8. Jumlah data arah gelombang berdasarkan tinngi gelombang
Ketinggian(m)
Arah penjalaran gelombang Jumlahkejadian
U TL T TG S BD B BL0 – 1 0 0 0 0 0 0 0 0 01 – 2 0 0 1 1 0 0 0 0 22 – 3 0 0 38 14 7 0 0 0 593 – 4 0 0 1 1 0 0 0 0 24 – 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 40 16 7 0 0 0 63
Dari tabel 8 jumlah data di atas dapat kita cari prosentase arah
gelombang dominan dengan cara sebagai berikut :
Pada data gelombang dengan tinggi 1-2 meter dan arah angin Timur terdapat
1 buah data, sehingga jika dihitung berdasarkan jumlah data prosentasenya
sebesar : 163 x 100 = 1,59 %Perhitungan tersebut merupakan salah satu contoh perhitungan dari arah
Timur.
D. Perhitungan Gelombang Pecah
1) Panjang gelombang laut dalam
Dik :
H signifikan : 2,52 m
T : 7,82 dtk
49
d : 22 m
L0 = 1,56 x T2
= 1,56 x 61,3089
= 95,6419 m = = 0,2300 m
Dari tabel L-1 (Bambang Triatmodjo) diperoleh :
= 0,2300 Ks = 0,926
2) Menentukan koefisien refraksi
Kr = α 0 = arah datang gelombang (diambil 450 denganasumsi gelombang dating dari arahTenggara)Dimana dari lampiran tabel L-1 (Bambang Triatmodjo) diperoleh :
= 0,25061
Maka : L = = 87,7858
C = =
= 11,2115 m/dtk
C0 = =
= 12,2148 m/dtk
Sin α = Sin α₀ = Sin 45
2295,6419dL0dL0
cos 0cos
dL 220,25061LT 87,78587,83L₀T 95,64197,83
CC₀ 95,64197,83
50
= 0,6490
α = 40,4662
maka :
Kr =
Kr = 0,965
3) Menentukan tinggi gelombang akibat koefisien refraksi dan koefisien
shoaling
H (Kr,Ks) = H0 x Kr x Ks
= 2,52 x 0,965 x 0,926
H (Kr,Ks) = 2.2507 m
4) Menentukan tinggi gelombang pecah
Tinggi gelombang pecah di tentukan dengan grafik
= = 0,00453 H’0 = Kr x H0
H0 = =
Maka : Hb = 1,2 x 2,7214 = 2,8215 m
Hb = 3,2657 H’0 = 0,965 x 2,8215H’0= 2,7214 m
5) Menentukan kedalaman gelombang pecah
Kedalaman gelombang pecah ditentukan dengan grafik
= = 0,00544
= 1,1
0,7070,760
H′₀gT² 2,72149,8 x 7,83² HKs x Kr 2,520,926 x 0,965H′₀gT² = 1,2
HbgT² 3,26579,8 x 7,83²dbHb
51
Maka :
db = 1,1 x 3,2657
db = 3,5955 m
Jadi tinggi gelombang pecah yaitu 3,2657 m dan gelombang pecah akan
terjadi pada kedalaman 3,5955 m.
E. Perkiraan tinggi gelombang dengan periode ulang
Ada dua metode yang bisa digunakan dalam menentukan suatu tinggi
tinggi gelombang yang representatif dengan kala ulang tertentu. Metode yang
dimaksud adalah distribusi Fisher-Tippet Tipe I dan distribusi Weibull. Dalam
studi ini digunakan metode Weibull.
Langkah-langkah dalam perhitungan perkiraan tinggi gelombang
adalah sebagai berikut :
1) Menentukan probabilitas bahwa H(m) tidak dilampaui
P(Hs ≤ Hsm = 1-,, (Bambang triatmodjo, 1999)
P(Hs ≤ Hsm) = 1-, , = 0,995 (tabel 9, kolom 3)
2) Menentukan distribusi Fisher-Tippett type I.
ym = - ln {-ln P(Hs ≤ Hsm)} (Bambang Triatmodjo, 1999)
ym = - ln {- ln 0,995} = 5,358 (tabel 9, kolom 4)
3) Menentukan nilai-nilai untuk analisis regresi linier.
Hsm x ym = 3,49 x 5,358 = 18,689 (tabel 9, kolom 5)
52
ym2 = 5,358 2 = 28.704 (tabel 9, kolom 6)
(Hsm – Hr)2 = (3,49 – 1,355) 2 = 4,553 (tabel 9, kolom 7)
4) Ĥsm = Â ym + B̂ = (0,865 x 5,358) + 0,859 = 5,49 (tabel 9, kolom 8)
5) Hsm - Ĥsm = 3,49 – 5,49 = - 2,09 (tabel 9, kolom 9)
Tabel 9. Perhitungan Tinggi Gelombang Signifikan Dengan Periode Ulang
No. urutm
Hsm (m) P ym Hsm.ym ym2 (Hsm - Hr
) 2 ĤsmHsm-
Ĥsm
1 3.49 0.995 5.358 18.689 28.704 4.553 5.49 -2.00
2 3.28 0.987 4.329 14.198 18.739 3.706 4.60 -1.323 3.01 0.979 3.829 11.523 14.663 2.738 4.17 -1.164 2.94 0.970 3.495 10.279 12.217 2.516 3.88 -0.945 2.94 0.962 3.243 9.538 10.519 2.516 3.66 -0.726 2.94 0.953 3.041 8.942 9.246 2.516 3.49 -0.557 2.94 0.945 2.871 8.443 8.242 2.516 3.34 -0.408 2.90 0.937 2.725 7.894 7.424 2.379 3.22 -0.329 2.90 0.928 2.596 7.521 6.739 2.379 3.10 -0.21
10 2.85 0.920 2.481 7.070 6.155 2.235 3.00 -0.1611 2.84 0.911 2.377 6.760 5.650 2.218 2.91 -0.0712 2.84 0.903 2.282 6.490 5.207 2.218 2.83 0.0113 2.84 0.895 2.194 6.241 4.815 2.218 2.76 0.0914 2.84 0.886 2.113 6.010 4.466 2.218 2.69 0.1615 2.74 0.878 2.037 5.581 4.151 1.918 2.62 0.1216 2.74 0.869 1.966 5.387 3.866 1.918 2.56 0.1817 2.74 0.861 1.899 5.203 3.607 1.918 2.50 0.2418 2.74 0.853 1.836 5.029 3.370 1.918 2.45 0.2919 2.74 0.844 1.776 4.864 3.153 1.918 2.39 0.3420 2.74 0.836 1.718 4.707 2.953 1.918 2.35 0.3921 2.73 0.827 1.664 4.538 2.767 1.886 2.30 0.4322 2.72 0.819 1.611 4.380 2.596 1.860 2.25 0.4723 2.69 0.811 1.561 4.200 2.436 1.785 2.21 0.4824 2.65 0.802 1.512 4.011 2.287 1.683 2.17 0.4825 2.65 0.794 1.466 3.887 2.149 1.683 2.13 0.5326 2.61 0.785 1.421 3.703 2.019 1.567 2.09 0.52
27 2.61 0.777 1.377 3.589 1.897 1.567 2.05 0.56
28 2.61 0.769 1.335 3.479 1.782 1.567 2.01 0.59
53
Tabel 9. lanjutan
29 2.61 0.760 1.294 3.373 1.675 1.567 1.98 0.6330 2.61 0.752 1.254 3.269 1.574 1.567 1.94 0.6631 2.61 0.743 1.216 3.169 1.478 1.567 1.91 0.7032 2.61 0.735 1.178 3.071 1.388 1.567 1.88 0.7333 2.58 0.727 1.142 2.945 1.303 1.502 1.85 0.7334 2.54 0.718 1.106 2.805 1.223 1.397 1.82 0.7235 2.54 0.710 1.071 2.717 1.147 1.397 1.79 0.7536 2.54 0.701 1.037 2.630 1.075 1.397 1.76 0.7837 2.51 0.693 1.003 2.523 1.007 1.344 1.73 0.7938 2.51 0.685 0.971 2.441 0.942 1.344 1.70 0.8239 2.51 0.676 0.939 2.358 0.881 1.338 1.67 0.8440 2.46 0.668 0.907 2.230 0.823 1.218 1.64 0.8141 2.46 0.660 0.876 2.154 0.768 1.218 1.62 0.8442 2.41 0.651 0.846 2.040 0.716 1.115 1.59 0.8243 2.41 0.643 0.816 1.966 0.666 1.110 1.57 0.8444 2.41 0.634 0.787 1.895 0.619 1.110 1.54 0.8745 2.35 0.626 0.758 1.784 0.575 0.997 1.51 0.8446 2.35 0.618 0.730 1.717 0.533 0.997 1.49 0.8647 2.35 0.609 0.702 1.651 0.492 0.997 1.47 0.8948 2.35 0.601 0.674 1.586 0.454 0.997 1.44 0.9149 2.35 0.592 0.647 1.522 0.418 0.997 1.42 0.9350 2.28 0.584 0.620 1.416 0.384 0.865 1.40 0.8951 2.28 0.576 0.593 1.356 0.352 0.865 1.37 0.9152 2.23 0.567 0.567 1.264 0.322 0.763 1.35 0.8853 2.17 0.559 0.541 1.174 0.293 0.663 1.33 0.8454 2.17 0.550 0.516 1.118 0.266 0.663 1.30 0.8655 2.17 0.542 0.490 1.063 0.240 0.663 1.28 0.8956 2.17 0.534 0.465 1.007 0.216 0.659 1.26 0.9157 2.17 0.525 0.440 0.953 0.194 0.659 1.24 0.9358 2.08 0.517 0.415 0.863 0.173 0.523 1.22 0.8659 2.03 0.508 0.391 0.793 0.153 0.454 1.20 0.8360 1.79 0.500 0.367 0.657 0.134 0.192 1.18 0.6261 1.79 0.492 0.342 0.614 0.117 0.192 1.16 0.6462 1.77 0.483 0.318 0.562 0.101 0.169 1.13 0.6363 1.63 0.475 0.295 0.480 0.087 0.075 1.11 0.5164 1.15 0.466 0.271 0.313 0.073 0.040 1.09 0.0665 0.00 0.458 0.247 0.000 0.061 1.835 1.07 -1.0766 0.00 0.450 0.224 0.000 0.050 1.835 1.05 -1.0567 0.00 0.441 0.201 0.000 0.040 1.835 1.03 -1.0368 0.00 0.433 0.177 0.000 0.031 1.835 1.01 -1.01
54
Tabel 9. lanjutan69 0.00 0.424 0.154 0.000 0.024 1.835 0.99 -0.9970 0.00 0.416 0.131 0.000 0.017 1.835 0.97 -0.9771 0.00 0.408 0.108 0.000 0.012 1.835 0.95 -0.9572 0.00 0.399 0.085 0.000 0.007 1.835 0.93 -0.9373 0.00 0.391 0.063 0.000 0.004 1.835 0.91 -0.9174 0.00 0.382 0.040 0.000 0.002 1.835 0.89 -0.8975 0.00 0.374 0.017 0.000 0.000 1.835 0.87 -0.8776 0.00 0.366 -0.006 0.000 0.000 1.835 0.85 -0.8577 0.00 0.357 -0.029 0.000 0.001 1.835 0.83 -0.8378 0.00 0.349 -0.052 0.000 0.003 1.835 0.81 -0.8179 0.00 0.340 -0.075 0.000 0.006 1.835 0.79 -0.7980 0.00 0.332 -0.097 0.000 0.009 1.835 0.77 -0.7781 0.00 0.324 -0.120 0.000 0.014 1.835 0.75 -0.7582 0.00 0.315 -0.143 0.000 0.021 1.835 0.73 -0.7383 0.00 0.307 -0.167 0.000 0.028 1.835 0.71 -0.7184 0.00 0.299 -0.190 0.000 0.036 1.835 0.69 -0.6985 0.00 0.290 -0.213 0.000 0.045 1.835 0.67 -0.6786 0.00 0.282 -0.236 0.000 0.056 1.835 0.65 -0.6587 0.00 0.273 -0.260 0.000 0.068 1.835 0.63 -0.6388 0.00 0.265 -0.284 0.000 0.081 1.835 0.61 -0.6189 0.00 0.257 -0.308 0.000 0.095 1.835 0.59 -0.5990 0.00 0.248 -0.332 0.000 0.110 1.835 0.57 -0.5791 0.00 0.240 -0.356 0.000 0.127 1.835 0.55 -0.5592 0.00 0.231 -0.381 0.000 0.145 1.835 0.53 -0.5393 0.00 0.223 -0.406 0.000 0.165 1.835 0.51 -0.5194 0.00 0.215 -0.431 0.000 0.186 1.835 0.49 -0.4995 0.00 0.206 -0.457 0.000 0.209 1.835 0.46 -0.4696 0.00 0.198 -0.483 0.000 0.233 1.835 0.44 -0.4497 0.00 0.189 -0.509 0.000 0.259 1.835 0.42 -0.4298 0.00 0.181 -0.536 0.000 0.287 1.835 0.40 -0.4099 0.00 0.173 -0.563 0.000 0.318 1.835 0.37 -0.37
100 0.00 0.164 -0.591 0.000 0.350 1.835 0.35 -0.35101 0.00 0.156 -0.620 0.000 0.385 1.835 0.32 -0.32102 0.00 0.147 -0.649 0.000 0.422 1.835 0.30 -0.30103 0.00 0.139 -0.680 0.000 0.462 1.835 0.27 -0.27104 0.00 0.131 -0.711 0.000 0.505 1.835 0.24 -0.24105 0.00 0.122 -0.743 0.000 0.552 1.835 0.22 -0.22106 0.00 0.114 -0.776 0.000 0.602 1.835 0.19 -0.19107 0.00 0.105 -0.811 0.000 0.657 1.835 0.16 -0.16108 0.00 0.097 -0.847 0.000 0.717 1.835 0.13 -0.13
55
Tabel 9. lanjutan109 0.00 0.089 -0.885 0.000 0.783 1.835 0.09 -0.09110 0.00 0.080 -0.925 0.000 0.856 1.835 0.06 -0.06111 0.00 0.072 -0.968 0.000 0.937 1.835 0.02 -0.02112 0.00 0.063 -1.014 0.000 1.029 1.835 -0.02 0.02113 0.00 0.055 -1.064 0.000 1.133 1.835 -0.06 0.06114 0.00 0.047 -1.120 0.000 1.254 1.835 -0.11 0.11115 0.00 0.038 -1.183 0.000 1.399 1.835 -0.16 0.16116 0.00 0.030 -1.256 0.000 1.577 1.835 -0.23 0.23117 0.00 0.021 -1.346 0.000 1.810 1.835 -0.30 0.30118 0.00 0.013 -1.467 0.000 2.152 1.835 -0.41 0.41119 0.00 0.005 -1.679 0.000 2.819 1.835 -0.59 0.59
Jumlah 161.194 59.500
68.179
255.633
227.836
197.137
Rata-rata 1.355 0.500 0.573 2.148 1.915 1.657
Dari tabel di atas didapatkan beberapa parameter, seperti :
N (jumlah tinggi gelombang) = 119
NT (jumlah kejadian gelombang selama selama pencatatan) = 119
V (jumlah rata-rata tinggi gelombang dan kejadian gelombang) = 1
K (panjang data) = 10
L (rerata jumlah kejadian per tahun) = 12
Hsm (Tinggi gelombang urutan ke m) = 1.355
Ym = 0,573
Dari beberapa nilai diatas selanjutnya dihitung nilai  dan B̂
berdasarkan data Hsm dan ym.
Hsm = Â ym + B̂
Â∑ ∑ ∑∑ ² (∑ )²
56
Â=, , ,, , ²
 = 0,865
B̂ = Hsm - Â ym
B̂ = 1,355 – 0,865 x 0,573
B̂ = 0,859
Persamaan regresi yang diperoleh :
Hsm = 0,865 ym + 0,859
Dari tabel "koefisien untuk menghitung deviasi standar" ( buku Teknik
Pantai, Bambang Triatmodjo, hal.143 ), didapatkan nilai-nilai sebagai berikut :
α1 = 0,64 α2 = 9,0
k = 0,93 c = 0
ɛ = 1,33
sehingga :
α = α1e
α = 0,64e
= 0,652
= ( 197,137)1/2
= 1,293
α2 N-1,3 + k √-ln v
9x123 -1,3 + 0.93 √-ln 1
1
1i
22
11
N
smsm HHN
57
Selanjutnya perhitungan tinggi gelombang signifikan dengan beberapa periode
ulang dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Gelombang dengan periode ulang tertentu
Periodeulang
(tahun)
yr
(tahun)Hsr (m) snr sr
Hs - 1,28sr
(m)Hs + 1,28sr
(m)
2 3.148 3.582 0.250 0.324 3.168 3.9965 4.078 4.386 0.315 0.408 3.864 4.908
10 4.775 4.989 0.365 0.472 4.385 5.59325 5.694 5.784 0.431 0.557 5.070 6.49750 6.388 6.384 0.481 0.622 5.587 7.181
Sumber : Analisa Perhitungan
Untuk Gelombang perencanaan di ambil priode t = 5 tahun
F. Pasang Surut
Metode yang digunakan untuk perhitungan konstanta pasang surut
adalah dengan analisa harmonik menggunakan menggunakan Metode
Admiralty, Data pasang surut tersebut diolah untuk memperoleh konstanta
pasang surut daerah penelitian.
Tabel 11. Konstanta Pasang Surut di perairan Tanah Maeta
A(cm)
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
135 54 16 11 28 22 1 2 4 9go 0 302 32 140 356 240 1 194 32 356
Sumber : hasil analisis
58
1. Datum Referensi:
a) MSL
MSL = AS0 = 135 cm
b) Zo
Diketahui :
S0 = 135 AK1 = 28
AM2 = 54 AO1 = 22
AS2 = 16
Berdasarkan definisi Australia yaitu Indian Spiring Low Water, maka :
Zo = S0 - [ AM2 + AS2 + AK1 ] + AO1
= 135 - [ 54 + 16 + 28 ] + 22
= 15 cm dari MSL terpakai
Ketinggian muka surutan dari Nol Palem = MSL - Zo
= 135 – 15
= 120 cm
ATT = So + [ AM2 + AS2 + AK1 + AO1 ]
= 135 + [ 54 + 16 + 28 + 22 ]
= 255 cm dari MSL terpakai
2. Tipe Pasang Surut
Tipe pasang surut dan tunggang air pasang surut yang ada pada pantai
Tanah Maeta adalah sebagai berikut :
59
= ( ) ( )( ) ( ) =
= 0,8
Berdasarkan nilai forsmal,( 0,25<F≤1,5 ) maka keriteria pasang surut
adalah : Pasut tipe campuran condong harian ganda (Mixed Tide Prevaling
Semidiurnal )
3. Tunggang Air Pasang Surut
Untuk :
Pasut tipe campuran condong harian ganda (Mixed Tide Prevailing
Semidiurnal)
Diketahui :
MSL = 135 AS2 = 16
AK1 = 28 AM2 = 54
AO1 = 22
LAT = MSL - AK1 - AO1 - AS2 - AM2
= 135 - 28 - 22 - 16 - 54
= 15 cm
HAT = LAT + 2 [Ak1 + AO1 + As2 + AM2]
= 15 + 2 (28 + 22 + 16 + 54)
= 255 cm
60
MHHWS = LAT + 2 [AS2 + AM2] + Ak1 + AO1
= 15 + 2 [ 16 + 54 ] + 28 + 22
= 205 cm
MHHWN = LAT + 2 [AM2) + AK1 + AO1
= 15 + 2 [54 ] + 28 + 22
= 173 cm
MSL = 135 cm
MLLWN = LAT + 2 [AS2 ] + AK1 + AO1
= 15 + 2 [16] + 28 + 22
= 97 cm
MLLWS = LAT + Ak1 + Ao1
= 15 + 28 + 22
= 65 cm
Dari hasil hitungan di atas didapat elevasi pasang surut sebagai
berikut :
HAT = HAT – MSL
= 255 – 135 = 120 cm
MHHWS = MHHWS – MSL
= 205 – 135 = 70 cm
MHHWN = MHHWN – MSL
= 173 – 135 = 38 cm
MSL = MSL – MSL
61
= 135 – 135 = 0 cm
MLLWN = MLWN – MSL
= 97 – 135 = -38 cm
MLLWS = MLLWS – MSL
= 65 – 135 = -70 cm
LAT = LAT – MSL
= 15 – 135 = 120 cm
Gambar 13. Hasil perhitungan tunggang pasang surut
Gambar 14. Grafik pasang surut pantai Tanah Maeta
62
G. Bathimetri
Survei batimetri adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui nilai
kedalaman dari dasar laut. Lokasi survey batimetri sama dengan lokasi
pengukuran topografi, pengukuran bathimetri dilakukan 800 m kearah laut
dari garis pantai. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan didapatkan
gambaran topografi dasar laut yang dapat dilihat pada gambar 15. Berdasarkan
gambar 15 maka dapat dibuat profil melintang dan profil memanjang yang
dapat dilihat pada gambar 16 dan 17.
63
Gambar 15. Peta Bathymetri
64
`
Gambar 16. Profil Melintang
Gambar 17. Profil Memanjang
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data angin tahun 2003 – 2012 untuk peramalan gelombang
( Hidro Oceanografi) maka dapat disimpulkan :
1) Tinggi gelombang yang tertinggi di perairan pantai Tanah Maeta adalah
3,49 m dengan durasi 9,05 detik dengan kecepatan angin 9,26 m/det ke
arah Tenggara, sedangkan gelombang yang terendah adalah 1,15 m
dengan durasi 5,66 detik dengan kecepatan angin 4,63 m/det ke arah
Tenggara. Tinggi gelombang pecah yaitu 3,27 m dan gelombang pecah
akan terjadi pada kedalaman 3,59 m.
2) Pasang surut yang terjadi di perairan pantai Tanah Maeta adalah tipe
pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing
semi-diurnal) dengan angka forsmal (F) 0,8.
B. Saran
1) Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang hasil studi kondisi
pantai Tanah Maeta untuk dapat dilakukan penyesuaian- penyesuaian
dalam mengelola pesisir pantai dengan kondisi hidro oceanografi yang ada.
66
2) Pengambilan data pasang surut diharapkan di atas 15 hari. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat.
3) Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui jumlah angkutan
sedimen pertahun yang terjadi akibat pengaruh hidro oceanografi pada
perairan pantai Tanah Maeta.
DAFTAR PUSTAKA
Garde, R. J.,Ranga Raju, K. G. 1977. Mechanics of Sediment Transportationand Alluvial Stream Problems,Willey Eastern Limited, New Delhi.273-275
Hidayat Nur. 2005. Jurnal Kajian Hidro-Oseanografi Untuk Deteksi Proses-ProsesFisik Di Pantai. Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Palu
K. Riswal, 2013. Jurnal Simulasai Pemodelan Perubahan Garis Pantai UntukPemilihan Alternatif Bangunan Pelindung Pantai (Kasus Pantai MagesuKab. Takalar). Fakultas Teknik Unhas. Makassar
Lolong Maxi, Masinambow Jendry, 2011. Jurnal Penentuan Karakteristik danKinerja Hidro Oceanografi Pantai (Study Kasus Pantai Inobonto)
Mulyanto,H. (2010). Prinsip Rekayasa Pengendalian Muara dan Pantai, GrahaIlmu, Yogyakarta.
Nawisworo, Sarlina Eva Yunik, 2006. Perencanaan Sistem Perlindungan PantaiKampung Cina Tua Provinsi Irian Jaya Tengah. Fakultas Teknik UniversitasDiponegoro Semarang
P Mareta Candrawati, P Setia Wahyu, Kurniani Dwi, P Nugroho Priyo. 2011.Perencanaan Bangunan Pelindung Pantai Tambakharjo. Jurusan TeknikSipil Universitas Diponegoro. Semarang
Surbakti Heron, 2012 Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara SungaiMusi Sumatera Selatan. Program Studi Ilmu Kelautan UniversitasSriwijaya. Sumatera Selatan
Triatmodjo Bambang, 2011. Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta
Triatmodjo Bambang, Prof. Dr. Ir.CES, DEA. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta
Triatmodjo, Bambang, Hidrologi Terapan. Beta Offset : Yogyakarta, 2008.Yuwono Nur. 1992. Dasar –Dasar Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta:Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik UniversitasGadjah Mada.
LAMPIRAN
DATA ARAH DAN
KECEPATAN ANGIN
Tahun 2003 Tahun 2004
Kecepatanrata-rata(knot)
ArahTerbanyak
KecepatanMaksimum
(knot)
Arah saatkecepatanmaksimum
Kecepatanrata-rata(knot)
ArahTerbanyak
KecepatanMaksimum
(knot)
Arah saatkecepatanmaksimum
Januari 3 270 16 240 Januari 3 230 17 250Februari 4 270 20 220 Februari 4 250 18 270Maret 3 100 13 240 Maret 3 250 16 240April 3 170 12 60 April 3 250 10 250Mei 3 90 14 120 Mei 2 110 11 200Juni 2 110 12 200 Juni 3 110 14 80Juli 3 90 16 90 Juli 4 100 18 80
Agustus 4 115 16 110 Agustus 4 110 15 80September 3 100 15 80 September 4 70 16 110Oktober 3 120 12 100 Oktober 3 70 13 190
November 3 200 15 320 November 3 250 13 250Desember 3 260 13 260 Desember 4 270 15 250
Jumlah 37 - 174 - Jumlah 40 - 176 -Rata-rata 3.0833333 - 14.5 - Rata-rata 3.3333333 - 14.667 -
Tahun 2005 Tahun 2006BULAN Angin
Kecepatanrata-rata(knot)
ArahTerbanyak
KecepatanMaksimum
(knot)
Arah saatkecepatanmaksimum
Kecepatanrata-rata(knot)
ArahTerbanyak
KecepatanMaksimum
(knot)
Arah saatkecepatanmaksimum
Januari 4 180 12 180 Januari 4 70 13 220Februari 5 270 19 260 Februari 4 70 18 140Maret 3 250 13 220 Maret 3 90 12 240April 3 90 12 90 April 2 70 12 120Mei 3 70 15 110 Mei 3 90 15 110Juni 3 90 20 100 Juni 3 110 14 100Juli 4 70 15 70 Juli 5 90 15 100
Agustus 5 110 16 110 Agustus 5 110 16 110September 4 70 15 200 September 5 110 16 210Oktober 4 110 15 200 Oktober 4 100 15 60
November 3 180 16 230 November 4 70 17 210Desember 4 250 14 240 Desember 3 240 13 220
Jumlah 45 - 182 - Jumlah 45 - 176 -Rata-rata 3.75 - 15.167 - Rata-rata 3.75 - 14.667 -
DATA ARAH DAN KECEPATAN ANGINSTASIUN METEOROLOGI BETOAMBARI BAU-BAU
BULAN
Angin
BULAN
Angin
BULAN
Angin
Tahun 2007 Tahun 2008
Kecepatanrata-rata(knot)
ArahTerbanyak
KecepatanMaksimum
(knot)
Arah saatkecepatanmaksimum
Kecepatanrata-rata(knot)
ArahTerbanyak
KecepatanMaksimum
(knot)
Arah saatkecepatanmaksimum
Januari 3 240 12 210 Januari 3 90 12 230Februari 4 250 15 220 Februari 4 250 16 230Maret 3 240 11 250 Maret 4 250 15 220April 3 70 16 100 April 3 90 13 250Mei 3 90 15 110 Mei 3 90 11 220Juni 3 110 15 130 Juni 3 110 14 110Juli 3 110 12 120 Juli 4 70 18 100
Agustus 4 110 14 60 Agustus 4 80 18 110September 4 80 16 60 September 4 70 16 100Oktober 4 260 17 50 Oktober 4 200 18 100
November 3 200 15 190 November 4 200 14 190Desember 4 270 20 270 Desember 3 270 15 280
Jumlah 41 - 178 - Jumlah 43 - 180 -Rata-rata 3.4167 - 14.833 - Rata-rata 3.583 - 15 -
Tahun 2009 Tahun 2010
Kecepatanrata-rata(knot)
ArahTerbanyak
KecepatanMaksimum
(knot)
Arah saatkecepatanmaksimum
Kecepatanrata-rata(knot)
ArahTerbanyak
KecepatanMaksimum
(knot)
Arah saatkecepatanmaksimum
Januari 4 270 15 260 Januari 4 270 15 260Februari 3 200 12 270 Februari 3 200 12 270Maret 4 250 18 270 Maret 4 250 18 270April 3 90 17 30 April 3 90 17 30Mei 3 70 13 130 Mei 3 70 13 130Juni 3 110 15 100 Juni 3 110 15 100Juli 5 70 16 70 Juli 5 70 16 70
Agustus 5 70 16 120 Agustus 5 70 16 120September 4 90 15 80 September 4 90 15 80Oktober 4 110 14 120 Oktober 4 110 14 120
November 4 80 16 120 November 4 80 16 120Desember 3 90 14 320 Desember 3 90 14 320
Jumlah 45 - 181 - Jumlah 45 - 181 -Rata-rata 3.75 - 15.083 - Rata-rata 3.75 - 15.083 -
BULAN
Angin
BULAN
Angin
Angin
BULAN
Angin
BULAN
Tahun 2011 Tahun 2012
Kecepatanrata-rata(knot)
ArahTerbanyak
KecepatanMaksimum
(knot)
Arah saatkecepatanmaksimum
Kecepatanrata-rata(knot)
ArahTerbanyak
KecepatanMaksimum
(knot)
Arah saatkecepatanmaksimum
Januari 4 270 17 280 Januari 4 260 27 260Februari 3 250 13 270 Februari 4 270 17 290Maret 3 90 15 270 Maret 3 90 10 270April 2 90 10 140 April 2 90 12 110Mei 3 90 17 90 Mei 3 90 11 90Juni 2 90 9 120 Juni 3 110 17 100Juli 4 110 15 80 Juli 3 110 14 110
Agustus 4 110 14 90 Agustus 4 110 18 90September 4 110 14 220 September 4 90 14 100Oktober 4 90 12 90 Oktober 4 80 13 120
November 3 270 10 270 November 3 270 10 280Desember 3 250 13 290 Desember
Jumlah 39 - 159 - Jumlah 37 - 163 -Rata-rata 3.25 - 13.25 - Rata-rata 3.364 - 14.818 -
BULAN
Angin
BULAN
Angin
PERHITUNGAN KONSTANTA
PASANG SURUT
: Tanah MaetaPosisi Stasiun
Susunan hasil pengamatan data-pasang surut menurut Skema 1 Bujur
Bacaan00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 rata2/hari
1 22 Januari 2015 119 142 159 173 186 206 199 185 159 119 84 61 53 53 65 85 115 147 168 178 191 175 158 140 3320 138
2 23 Januari 2015 131 133 141 147 158 175 187 185 182 164 135 108 80 66 70 73 96 117 145 171 185 175 169 156 3349 139.5417
3 24 Januari 2015 131 115 122 121 123 134 148 165 172 165 158 135 110 91 81 77 82 98 124 148 169 182 184 181 3216 134
4 25 Januari 2015 169 131 134 108 105 107 119 138 156 173 174 167 148 126 98 88 86 91 108 131 141 181 191 191 3261 135.875
5 26 Januari 2015 178 154 128 99 78 74 74 98 127 153 174 181 172 156 134 112 92 92 104 124 149 174 190 201 3218 134.0833
6 27 Januari 2015 201 175 149 109 76 62 60 72 98 127 158 179 187 178 156 134 115 100 98 112 134 167 191 205 3243 135.125
7 28 Januari 2015 209 189 158 128 92 59 45 49 67 104 134 161 182 189 177 158 137 117 106 110 127 156 185 201 3240 135
8 29 Januari 2015 209 203 181 127 107 70 41 35 43 70 105 146 173 192 186 173 152 135 115 112 119 149 173 193 3209 133.7083
9 30 Januari 2015 211 214 197 169 125 96 50 29 29 49 79 115 149 172 189 185 171 149 124 115 128 132 161 184 3222 134.25
10 31 Januari 2015 203 213 201 170 157 123 62 32 21 32 56 96 125 167 186 188 181 164 148 129 120 123 147 171 3215 133.9583
11 1 Februari 2015 183 197 208 184 162 121 89 48 23 25 44 73 109 141 174 186 181 176 159 134 124 119 135 159 3154 131.4167
12 2 Februari 2015 191 199 211 193 181 150 111 65 35 30 38 56 91 124 153 177 184 182 170 149 133 125 130 149 3227 134.4583
13 3 Februari 2015 168 177 193 199 189 161 128 89 56 37 37 47 75 98 135 166 173 179 174 163 148 131 132 150 3205 133.5417
14 4 Februari 2015 157 173 187 189 188 179 147 119 84 57 46 51 65 88 112 141 167 175 177 174 159 143 135 139 3252 135.5
15 5 Februari 2015 149 163 173 183 189 177 162 140 112 83 66 58 63 77 100 126 155 168 175 179 170 153 141 139 3301 137.5417
Keterangan : Air Tertinggi : 214 HWL/HWS 79
Air Terendah : 21 MSL 0
MSL : 135 LWL/LWS -114
: 119° 22' 12.80" BT
Bacaan Skala pada jamJumlahBacaan
No. Tanggal
Lokasi
Lintang : 50 12' 12.80" LS
Penyusunan hasil penghitungan harga X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 dari Skema 2
X0
Tgl Bln Thn + - + - + - + - + - + -
22 1 15 3320 1325 1995 1528 1792 1328 1992 1503 1817 1093 1126 1671 1649
23 1 15 3349 1463 1886 1503 1846 1528 1821 1387 1962 1099 1137 1676 1673
24 1 15 3216 1482 1734 1527 1689 1655 1561 1285 1931 1061 1089 1576 1640
25 1 15 3261 1564 1697 1580 1681 1883 1378 1391 1870 1100 1079 1599 1662
26 1 15 3218 1565 1653 1700 1518 1995 1223 1469 1749 1076 1076 1598 1620
27 1 15 3243 1564 1679 1777 1466 2073 1170 1642 1601 1092 1074 1620 1623
28 1 15 3240 1520 1720 1845 1395 2045 1195 1795 1445 1080 1075 1608 1632
29 1 15 3209 1451 1758 1872 1337 1980 1229 1908 1301 1082 1048 1609 1600
30 1 15 3222 1366 1856 1859 1363 1852 1370 2027 1195 1078 1078 1607 1615
31 1 15 3215 1310 1905 1849 1366 1720 1495 2078 1137 1092 1041 1607 1608
1 2 15 3154 1269 1885 1797 1357 1567 1587 2022 1132 1069 1043 1589 1565
2 2 15 3227 1246 1981 1767 1460 1497 1730 2036 1191 1100 1057 1632 1595
3 2 15 3205 1220 1985 1724 1481 1380 1825 1913 1292 1082 1065 1604 1601
4 2 15 3252 1252 2000 1675 1577 1353 1899 1821 1431 1090 1072 1642 1610
5 2 15 3301 1310 1991 1646 1655 1365 1936 1723 1578 1091 1100 1663 1638
X4 Y4Waktu X1 Y1 X2 Y2
Penyusunan hasil perhitungan harga X dan Y indeks ke satu dari Skema 3
X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4
Tgl Bln Thn +800 +700 +800 +700 +200 +300
22 1 15 3320 130 436 136 386 167 322
23 1 15 3349 377 357 507 125 162 303
24 1 15 3216 548 538 894 54 172 236
25 1 15 3261 667 599 1305 221 221 237
26 1 15 3218 712 882 1572 420 200 278
27 1 15 3243 685 1011 1703 741 218 297
28 1 15 3240 600 1150 1650 1050 205 276
29 1 15 3209 493 1235 1551 1307 234 309
30 1 15 3222 310 1196 1282 1532 200 292
31 1 15 3215 205 1183 1025 1641 251 299
1 2 15 3154 184 1140 780 1590 226 324
2 2 15 3227 65 1007 567 1545 243 337
3 2 15 3205 35 943 355 1321 217 303
4 2 15 3252 52 798 254 1090 218 332
5 2 15 3301 119 691 229 845 191 325
48632 5182 13166 13810 13868 3125 4470
WaktuX0
Jumlah
Penyusunan hasil perhitungan harga X dan Y indeks kedua dari Skema 4.
X Y00 + 48632 48632
+ 5182 13166 0 2666- 12000 10500 -6818 0+ 3189 7797 1996 3128- 1993 5369 0 0+ 800 700+ 3589 4537 2738 0- 851 6267 0 -1730+ 2293 5775 3404 1884- 2889 7391 0 0+ 4000 3500+ 2870 6074 1051 217- 1819 5857 0 0+ 13810 13868 1810 3368- 12000 10500 0 0+ 9563 8281 6116 3394- 4247 5587 0 0+ 800 700+ 7631 2611 3368 0- 4263 8719 0 -6108+ 7211 6271 4612 2174- 6599 7597 0 0+ 4000 3500+ 7068 5688 1877 0- 5191 6873 0 -1185+ 1534 2075 143 0- 1591 2395 0 -20+ 200 300+ 1178 1627 0 0- 1355 1887 -177 -260+ 1377 2159 0 148- 1748 2311 -171 0+ 200 300+ 1301 1823 69 132- 1232 1691 0 0
1b
13
Besarnya hargaIndeks Tanda YX
10
12
1c
20
44
4d
23
2c
42
4b
22
2b
Penyusunan hasil perhitungan besaran X dan Y dari konstanta-konstanta pasut untuk15 piantan yang diperoleh dari Skema 5 dan 6.
Lokasi : : Tanah MaetaLintang :: 50 12' 12.80" LS Waktu menengah : 29 Januari 2015Bujur :: 119° 22' 12.80" BT Waktu standar
2 3 4 5 6 7 8 9X00 = 48632 48632 0 0 0 0 0 0 0X10 = -6818 -68.18 68.18 -68.18 -204.54 -6818 477.26 -68.18 0X12 - Y1b = 3726 -74.52 335.34 -37.26 -335.34 -335.34 3726 -74.52 74.52X13 - Y1c = 3187 127.48 -223.09 31.87 414.31 637.4 -1880.33 95.61 0X20 = 1810 -18.1 -271.5 1810 524.9 18.1 0 36.2 0X22 - Y2b = 12224 122.24 12224 -1711.36 -7456.64 -244.48 -366.72 366.72 -122.24X23 - Y2c = 5797 -115.94 -3768.05 1449.25 5797 173.91 0 -289.85 -57.97X42 - Y4b = 403 0 4.03 0 4.03 0 0 40.3 403X44 - Y4d = -303 0 3.03 -3.03 -6.06 0 0 -306.03 15.15
2 3 4 5 6 7 8 9Y10 = 2666 0 0.00 -26.66 53.32 2692.66 -213.28 26.66 26.66Y12 + X1b = 5866 0 293.30 58.66 -293.3 -703.92 6159.3 -175.98 58.66Y13 + X1c = 2935 0 -58.70 -58.7 264.15 704.4 -1907.75 117.4 58.7Y20 = 3368 0 -538.88 3368 1010.4 -33.68 67.36 -101.04 -33.68Y22 + X2b = 6762 0 7032.48 -1014.3 -4327.68 135.24 -676.2 270.48 -135.24Y23 + X2c = 4051 0 -2835.70 1053.26 4172.53 -121.53 364.59 -283.57 -121.53Y42 + X4b = -197 0 -3.94 0 0 0 0 -21.67 -197Y44 + X4d = 217 0 -6.51 2.17 10.85 0 0 217 -13.02
Skema 5 48604.98 8371.94 1471.29 -1262.34 -6568.41 1956.21 -199.75 312.46Skema 6 0 3882.05 3382.43 890.27 2673.17 3794.02 49.28 -356.45
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
1
1
: GMT + 8 jam
o
o
Susunan hasil perhitungan Skema 7 besaran-besaran V, VI, PR, P, f, V', V", V''', u, p, r, ω
(1 + W), g, A dan go dari konstanta-konstanta pasut.
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
V: PR Cos r 48604.98 8371.94 1471.29 -1262.34 -6568.41 1956.21 -199.75 312.46V: PR Sin r 0 3882.05 3382.43 890.27 2673.17 3794.02 49.28 -356.45PR 48604.98 9228.201 3688.57 1544.695 7091.53 4268.647 205.739 474.013Tabel 3B:P 360 175 214 166 217 177 273 280Tabel 5 : f 0.977 1 0.977 1.074 1.119 0.955 0.977 1.186Tabel 6 : V' 272.9 239.9 9.6 263.3Tabel 7 : V" 0 0 0 0Tabel 8 : V''' 29.2 139.0 27.933 121.3V 302.1 0 378.9 37.5 384.6 604.13 302.1Tabel 9 : u 1.70 0 1.70 6.500 -7.500 3.40 1.70Tabel 3B : p 333 345 327 173 160 307 318Tabel 4 : r 24.9 66.5 144.8 157.9 62.7 166.1 311.2ω -19.3044 7.609524 -19.188 -19.30441+W 1 1.08132 0.8645 1.08 1 1 1.08132g 661.6 392.2 860.0 355.7 599.8 1080.7 913.7Kelipatan dari 360 360 360 720 0 360 1080 720A cm 135 54 16 11 28 22 1 2 4 9go 302 32 140 356 240 1 194 32 356
PETA LOKASI PENELITIAN
PETA LOKASI PENELITIANPANTAI TANAMAETA KAB. BUTON
LokasiPenelitian
PETA LOKASI PENELITIANPANTAI TANAMAETA KAB. BUTON
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI
Gps map 585c Sounder
Garmin Gps Map 585c dan Antena receiver
DOKUMENTASI
Pengamatan Pasut
Pengamatan Bathimetri