Studi Islam Kelompok 9 Thaharah
-
Upload
febrilianti-kusuma-wardhani -
Category
Documents
-
view
253 -
download
3
description
Transcript of Studi Islam Kelompok 9 Thaharah
MAKALAH STUDI ISLAM
“Thaharah dan Kesehatan Jasmani Rohani”
Disusun oleh :
KELOMPOK 9
Febrilianti Kusuma Wardhani (11141040000001)
Eno Permatasari (11141040000030)
Yoyoh Rokayah (11141040000034)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MEI/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Studi Islam mengenai
“Thaharah dan Kesehatan Jasmani Rohani”.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas kelompok dan
memahami mengenai hubungan antara thaharah (bersuci) dengan kesehatan
jasmani dan rohani manusia.
Penulis mengucapkan terimakasih kepasa pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu setiap pihak diharapkan memberikian masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Ciputat, 13 Mei 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................1
Daftar Isi.............................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
1.1 latar belakang.....................................................................................................3
1.2 tujuan.................................................................................................................3
1.3 rumusan masalah...............................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
2.1 Pengertian Thaharah..........................................................................................4
2.2Jenis- jenis thaharah dan cara berthaharah..............................................................8
2.2.1 Istinja’ dan Istijmar............................................................................................8
2.2.2 Wudhu...............................................................................................................9
2.2.3 Tayamum........................................................................................................13
2.2.4 Mandi..............................................................................................................17
BAB III..............................................................................................................................23
PENUTUP.........................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................23
3.2 Saran......................................................................................................................23
Daftar Pustaka..................................................................................................................24
2
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebersihan adalah sebagian dari iman, kalimat tersebut merupakan ungkapan
yang sudah sangat dikenal oleh khalayak umum. Apalagi sebagai seorang muslim
kita harus tahu pengertian thaharah, jenis dan macamnya serta cara
melakukannya. Makna thaharah menurut bahasa adalah bersuci dan
membersihkansedangkan menurut syara sebagaimana dikatakan oleh al-jurnani
(1998: 142), thaharah berarti membersihkan anggota badan tertentu dengan cara
tertentu pula. Sering pula dikatkan bahwa thaharah adalah membersihkan diri dari
najis dan hadast dengan alat-alat yang dtentukan oleh syariat islam.Thaharah atau
bersuci merupakan tahap awal dalam proses beribadah kepada Allah SWT ,
dengan sempurnanya thaharah kita maka insya Allah ibadah kita pun akan lancar,
oleh karena itu wawasan tentang thaharah beserta tata caranya perlu dibahas untuk
menyempurnakan ibadah kita.
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan thaharah.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis thaharah.
3. Untuk mengetahui dan mempraktikan thaharah.
4. Untuk mengetahui hubungan thaharah dengan kesehatan jasmani dan
rohani manusia.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Thaharah.
2. Jenis-jenis thaharah dan cara berthaharah
3. Hubungan thaharah dengan kesehatan jasmani dan rohani
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1PENGERTIAN THAHARAH
Secara etimologi kata thaharah adalah masdar atau kata benda yang
terambil dari kata kerja ( يطهر- yang berarti bersuci. Sedangkan menurut (طهر
syara sebagaimana dikatakan oleh al-jurnani (1998: 142), thaharah berarti
membersihkan anggota badan tertentu dengan cara tertentu pula. Sering pula
dikatkan bahwa thaharah adalah membersihkan diri dari najis dan hadast
dengan alat-alat yang dtentukan oleh syariat islam. Perlu diketahui bahwa
najis berbeda dengan hadast. Najis adalah materi dari satu kotoran sedngkan
hadast adlah kondisi dimana seseorang dianggap tidak suci karena telah
mengeluarkan kotoran. Contoh; kalau seseorang telah buang air maka ia
berhadast. Setelah najisnya diberssihkan, dia masih tetap berhadast jika ia
belum berwudhu. 1
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih al‐Utsaimin rahimahullah, makna
thaharah adalah bersuci dan membersihkan. Dalam terminologi Islam,
thaharah ada dua macam: thaharah maknawi dan thaharahhissy. Adapun
thaharah maknawi: yaitu mensucikan hati dari syirik dan bid'ah dalam
beribadah kepada Allah Subhanahuwata’alla, dan dari sifat dendam,hasad,
marah, benci dan yang menyerupai hal itu, dalam bergaul dengan hamba-
hamba Allah Subhanahuwata’alla dimana mereka tidak pantas mendapat
perlakuan seperti itu.
Adapun thaharah hissy: yaitu mensucikan badan, dan ia ada dua bagian:
1) menghilangkan sifat yang menghalangi shalat dan semisalnya dari sesuatu
yang disyaratkan baginya bersuci
1Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 44-45
4
2) menghilangkan kotoran.
Pertama kita akan membahas pertanyaan pertama tentang thaharah maknawi:
yaitu mensucikan hati dari syirik dan bid'ah pada sesuatu yangterkait
hubungan dengan hak-hak Allah Subhanahuwata’alla. Inilah bersuciyang
paling agung. Dan hal tersebut diatas lah yang menjadi dasar semuaibadah.
Ibadah apapun tidak sah dari seseorang yang hatinya berlumuransyirik, dan
bid'ah apapun yang dilakukan hamba untuk mendekatkan dirikepada -Nya
hukumnya tidak sah, yaitu yang tidak disyari'atkan oleh Allah
Subhanahuwata’alla. Firman Allah Subhanahuwata’alla
( ) : هللاوبرسوله با كفروا انهم اال نفقتهم منهم ومامنعهمانتقبل تعال قالاللهDan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-
nafkahnya melainkan karenakafir kepada Allah dan Rasul-Nya (QS. at-
Taubah:54)
Dan Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wassalam bersabda:
المشركوننجس : انما الذينءمنوا ياايها تعال قالاللهHai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu
najis,... (QS. at-Taubah:28).2
Atas dasar inilah, maka orang yang menyekutukan Allah Subhanahuwata’alla
secara nyata (syirik akbar), tidak diterima ibadahnya, sekalipun ia shalat,
berzakat dan haji. Maka barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah
Subhanahuwata’alla atau menyembah selain –Nya, maka sesungguhnya
ibadahnya tidak diterima. Sekalipun ia beribadah kepadanya dengan ikhlas
hanya karena Allah Subhanahuwata’alla semata, selama ia menyekutukan -
Nya dalam bentuk syirik akbar dari sisi yang lain. Karena inilah Allah
Subhanahuwata’alla menggambarkan orang-orang musyrik bahwa mereka
adalah najis. Firman Allah Subhanahuwata’alla:
فهورد : نا امر ليسعليه عمال عمل من قالرسولهللا"Barangsiapa yang melakukan amal ibadah yang tidak ada perintah kami
2HR. Muslim no. 1718
5
atasnya maka ia ditolak
Dan Nabi Muhammad Salallahu’alaihi awassalm menafikan najis dari orang
yang beriman, seperti dalam hadits:
الينجس : إنالمؤمن هللاقالرسول"Sesungguhnya orang yang beriman tidak najis."3
Inilah yang semestinya menjadi perhatian besar bagi orang yang beriman
untukmembersihkan hati darinya. Demikian pula ia membersihkan hatinya
dari sifat iri, dengki, marah dan benci bagi orang-orang yang beriman, karena
semua ini adalah sifat yang tercela, bukan akhlak orang yang beriman.
Seorang mukmin adalah saudara mukmin yang lain, tidak membencinya, tidak
menyakitinya, tidak dengki kepadanya, akan tetapi ia mengharapkan kebaikan
untuk saudaranya sebagaimana ia mengharapkan kebaikan untuk dirinya
sendiri. Sehingga Rasulullah Salallahu’alaihi awassalm menafikan iman dari
orang yang tidak menyukai untuk saudara sesuatu yang dia sukai untuk
dirinya. Disebutkan dalam hadits:
لنفسه : يحبألخيهمايحب حتي اليؤمناحدكم قالرسولهللاRasulullah Salallahu’alaihi awassalm bersabda: "Tidak beriman (yang
sempurna seseorang darimu sehingga ia menyukai untuk saudaranya sesuatu
yang dia sukai untuk dirinya."4
Adapun menghilangkan sifat: yaitu mengangkat hadats kecil dan besar
dengan cara membasuh empat anggota tubuh dalam hadats kecil, dan
membasuh semua anggota tubuh dalam hadats besar. Bisa dengan air bagi
yang mampu dan bisa juga dengan tayammum bagi orang yang tidak mampu
memakai air. Dalam hal ini Allah Subhanahuwata’alla menurunkan firman-
Nya
وايديكم : : وجوهكم فاغسلو ياصلوة الي قمتم الذينءمنوااذا ياايها تعال قالهللا
طهرواوانكنتم فا جنبا وانكنتم الكعبين الي وارجلكم بروسكم وامسحوا المرافق اليماافتيمموا تجدوا نساافلم او اولمستم الغاإط من منكم احد سفراجاء اوعلي مرضي
3HR. Al-Bukhari no. 283 dan Muslim no. 371.
4HR. al-Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45.
6
حرج من عليكم ليجعل يريدهللا ما منه بوجوهكموايديكم فامسحوا صعيداطيبا
لعلكمتسكرون﴿ عليكم نعمته وليطم كم ٦ولكنيريدليظهر ﴾Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dantanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jikakamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik(bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu, Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Diahendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.(QS. al-
Maidah:6)
Adapun jenis yang kedua: yaitu thaharah dari najis, yaitu setiap benda
yang diwajibkan kepada hamba agar menjauhkan diri darinya dan bersuci
darinya, seperti kencing, kotoran dan semisal keduanya yang dijelaskan oleh
syari'at tentang najisnya. Karena inilah para ahli fikih berkata: thaharah bisa
jadi dari hadats dan bisa jadi dari najis. Dan menunjukkan bagi jenis ini,
maksud saya thaharah dari kotoran, hadits yang diriwayatkan oleh ahlus
sunan, bahwa Rasulullah Salallahu’alaihi awassalm shalat bersama para
sahabatnya pada suatu hari. Lalu beliau melepaskan sendalnya maka para
sahabat melepaskan sendal mereka. Maka tatkala Nabi Muhammad
Salallahu’alaihi awassalm berpaling (setelah salam), beliau bertanya kepada
mereka: "Kenapa mereka melepas sendal mereka? Mereka menjawab: 'Kami
melihat engkau melepaskan sendal maka kami melepaskan sendal kami. beliau
bersabda:
ى : ان فيهما ان فاخبرن انجبريلاتان قالرسولهللاRasulullah Salallahu’alaihi awassalm bersabda: "Sesungguhnya Jibril ‘alaihisallam datang kepadaku seraya mengabarkan bahwa pada kedua ada adza.Maksudnya ada kotoran.5 Inilah pembicaraan tentang pengertian thaharah. Syaikh Muhammad al-Utsaimin, Fiqhul Ibadah, hal 112-114.
5HR. Abu Daud no. 650
7
2.2JENIS- JENIS THAHARAH DAN CARA BERTHAHARAH
2.2.1 ISTINJA’ DAN ISTIJMAR
Istinja adalah membersihkan qubul dan dubur (alat pelepasan depan dan
belakang) dari kotoran atau najis yang keluar darinya, dengan menggunakan
air sebagai alat pembersih. Dan bila alat pembersihnya berupa batu disebut
istijmar6.
Alat yang digunakan untuk istinja’ adalah air, sedangkan istijmar
menggunakan batu, benda-benda lain yang memiliki daya serap seperti
kertas-kertas (tissue), tembikar, dsb.Benda-benda cair selain air, seperti
minyak, dan benda-benda yang tidak memiliki daya serap seperti kaca atau
plastik, serta benda benda yang dihargai seperti makanan, atau yang dapat
diolah menjadi makanan, seperti sayur-sayuran, tidak boleh digunakan untuk
istinja’.7
Syarat-syarat istinja’ dengan batu adadelapan, yaitu :
1. Hendaknya dengan tiga batu
2. Masing-masing dari ketiga batu tersebut sudah bisa membersihkan tempat
yang najis ( dubur ataupun qubul).
3. Najis belum kering
4. Najis belum pindah dari tempat keluarnya.
5. Tidak di campuri dengan yang lain
6. Tidak melampaui hasyafah dan sofhah
7. Najis tidak terkena air
8. Harus dengan batu-batu yang suci
Syarat istinja’ dengan batu dan yang sejenisnya hendaklah di lakukan sebelum
kotoran kering dan kotoran itu tidak mengenai tempat lain selain
tempatkeluarnya. Jika kotoran itu sudah kering atau mengenai tempat selain
6Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 45-467Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 17
8
tempat keluar nya, maka tidak sah lagi istinja’ dengan batu tapi wajib dengan
air.8
2.2.2 WUDHU
WUDHU' secara bahasa, bila dibaca dhammah artinya melakukan wudhu'. Dibaca fathah (WADHU'): air wudhu. Secara syari'at ialah menggunakan air yang suci (memenuhi syarat) untuk membersihkan anggota-anggota tubuh tertentu yang sudah diterangkan berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadist.9
Fardunya Wudhu
1. Niat
Hendaklah berniat(menyengaja) menghilangkan hadas atau
menyengaja berwudhu. Sabda rasullullah saw. (artinya) : “sesungguhnya
segala amal itu hendaklah dengan niat”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Yang dimaksud dengan niat menurut syara’ yaitu kehendak yang disengaja
melakukan pekerjaan atau amal karena tunduk kepada hukum Allah swt.10
2. Membasuh wajah
Wajib membasuh wajah berdasarkan Surat Al-Ma’idah ayat 6.Batas
muka yang wajib dibasuh ialah dari tempat tumbuhnya rambut kepala
sebelah atas sampai kedua dagu sebelah bawah; kesampingnya dari telinga
ke telinga; seluruh bagian wajah tersebut wajib dibasuh, baik kulit maupun
rambut, tidak boleh tertinggal sedikitpun, bahkan wajib dilebihkan sedikit
agar kita yakin bahwa semuanya telah tebasuh.
Menurut Kaidah ahli fiqh : “sesuatu yang hanya dengan dia dapat di
sempurnakan yang wajib, maka hukumnya wajib”. Hanya ada
pengecualian untuk rambut jenggot dan rambut pipi(brewok yang tebal),
8Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 18-19
9Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra)hal 19
10Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 19-20
9
boleh hanya membasuh bagian luarnya saja walaupun air tidak mengenai
kulit.11
3. Membasuh kedua tangan beserta kedua siku
Maksudnya, siku wajib dibasuh. Keterangannya ju ga pada surat al-
maidah ayat 6. Wajib juga membersihkan kotoran kuku yang menghalangi
air.12
4. Mengusap sedikit (rambut atau kulit) kepala
Walaupun hanya sebagian kecil, sebaiknya tidak kurang dari sekedar
bagian ubun-ubun, baik yang disapu itu kulit kepala ataupun rambut.13
5. Membasuh kedu kaki beserta kedua mata kaki
Maksudnya, dua mata kaki wajib juga dibasuh.Keterangannya juga
ayat yang tersebut diatas. Wajib juga membasuh seluruh kulit kuku,
bahkan juga yang di balik kuku yang panjang. Jika ada kotoran harus di
bersihkan, karena menghalangi air.14
6. Tertib ( berurutan ).
Sunah-sunah wudhu
1. Bersiwak
2. Membaca basmalah ketika hendak wudhu
3. Membasuh kedua telapak tangan
4. Menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya kembali
5. Mengulangi 3 kali
6. Mengusap semua rambut kepala
7. Mengusap kedua telinga
8. Menyela-nyelai jari kaki dan tangan dengan air
9. Brurutan secara langsung
10. Mendahulukan yang kanan dari yang kiri
11. Melebih-lebihkan basuhan di anggota wudhu
11Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 2012Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 2113Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 21-2214Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 22
10
12. Membaca do’a sesudah wudhu15
Makruh-makruh wudhu
1. Menggunakan air yang tidak mengalir(menggenang), kecuali bila banyak
2. Kurang lebih dari tiga kali dalam melakukan rukun dan sunah
3. Meninggalkan salah satu sunah-sunah wudhu
4. Berlebih-lebihan dalam menggunakan air16
Air
1. Air sedikit adalah air yang belum mencapai 2 kulah.
2. Air banyak ialah air yang sudah mencapai 2 kulah, yaitu yang telah
mencapai kurang lebih 245 liter atau mencapai kurang lebih 217 liter
menurut al-habib Zain bin Smith. Dalam ukuran wadah kira-kira wadah itu
berukuran (62,4 cm x 62,4 cm) atau mlebihinya.
Air sedikit jika kejatuhan najis tidak di hukumi air muta najis kecuali bila
berubah salah satu dari rasa warna atau baunya.
Macam-macam air dan pembagiannya, yaitu :
1. Air yang suci dan menyucikan
Air yang demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk
menyucikan (membersihkan) benda yang lain. Yaitu air yang jatuh dari
langit atau bersumber. Dari bumi dan masih tetap ( belum berubah )
keadaannya, seperti air hujan, air laut, air es yang sudah hancur
kembali, air embun, dan air yang keluar dari mata air.
Firman Allah SWT, artinya :
“Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menucikan
kamu dengan hujan itu”. (Al-Anfal : 11)
Perubahan air yang tidak menghilangkan keadaan air atau sifatnya,
yaitu “suci-menyucikan”, adalah sebagai berikut :
15Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 22-2316Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 22-23
11
a. Berubah karena tempatnya, seperti air yang tergenang atau mengalir di
batu belerang
b. Berubah karena lama tersimpan, seperti air kolam.
c. Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti berubah
disebabkan ikan atau kambing.
d. Berubah karena tanah yang suci, begitu juga segala perubahan yag
sukar dihindari, misalnya berubah karena daun-dedaunan yang jatuh
dari pohon-pohon yang berdekatan dengan sumur atau tempat-tempat
air itu.17
2. Air suci, tetapi tidak menyucikan
Hukum asal suci, tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan
sesuatu, yang termasukdalam bagian ini ada tiga macam air, yaitu :
a. Air yang telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur
dengan suatu benda suci, selain dari perubahan yang disebut diatas,
seperti air kopi, teh dan sebagainya.
b. Air sedikit kurang dari dua kulah, yang sudah dipakai untuk
menghilangkan hadas atau menghilangkan najis, sementara air itu
tidak berubah sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya.
c. Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar
dari tekukan pohon kayu(air nira), air kelapa, air dari perasan buah
dan sebagainya.
3. Air yang terkena najis
Hukum aslinya suci tetapi menjadi najis.
Air yang termasuk bagian ini ada 2 macam,yaitu
a. Air yang sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak
boleh dipakai lagi, baik airnya sedikit maupun banyak, sebab
hukumnya najis.
b. Air yang terkena najis tetapi tidak berubah sifatnya. Air ini kalau
sedikit( berarti kurang dari dua kulaha), maka tidak boleh dipakai
17Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal24
12
lagi, bahkan hukumnya sama dengan najis dan kalau air itu banyak,
berari dua kulah atau lebih, hukumnya tetap suci dan menyucikan.
4. Air yang makruh
Airnya sah dan boleh untuk bersuci akan tetapi hukumnya makruh.
Air tersebut ialah yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain
emas atau perak.Air ini makruh di pakai untuk badan, tetapi tidak
makruh untuk pakaian, air ini makruh kecuali air yang terjemur di
tanah, seperti air sawah, air kolam, dan tempat-tempat yang bukan
bejana yang bisa berkarat.18
2.2.3 TAYAMUM
a. Pengertian Tayamum
Secara etimologis tayamum berarti menyengaja. Dalam
terminologi fiqih tayamum diartikan dengan menyampaikan tanah ke
muka dan dua tangan sebagai ganti dari pada wudhu dan mandi dengan
syarat-syarat tertentu19. Tayamum adalah mrnyapukan debu tanah
yang suci ke muka dan dua tapak tangan sampai siku menurut cara
tertentu. Tayamum merupakan salah satu bentuk rukshah (keringanan)
sebagai pengganti wudhu dan mandi, karena tidak ada air, atau karena
bagian tubuh yang hendak dibersihkabn dengan wudhu atau mandi
tidak boleh terkena air (misalnya karena sakit). Ibadah tayamum sama
dengan ibadah wudhu atau mandi, dan tidak mengurangi nilai ibadah
wudhu atau mandi.20
b. Dasar Hukum
Hukum tayamum wajib, sebagaimana hukum wudhu dan mandi
sebagai syarat sah apabila seseorang hendak melaksanakan ibadah
(misalnya shalat), sebagai mana firman Allah dalam Q.S An Nisa
4:43.
18Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 25-2719Ritonga, A. Rahman dan Zainuddin. 1997. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
20 Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 46
13
ى ك�ار� �نت�م س��� أ ة� و� ال� وا الص��� ب��� ر� ن�وا ال� ت�ق ا ال�ذ!ين� آ�م� �ي$ه� ي�ا أب!يل% اب!ر!ي س��� ا إ!ال� ع��� ن�ب��, ون� و�ال� ج� ول��� ا ت�ق� ت�ى ت�عل�م�وا م��� ح�اء� و ج�
ر% أ� ف� و ع�ل�ى س�ى أ� ض� إ!ن ك�نت�م م�ر ل�وا و� ت�ى ت�غت�س! ح�
د�وا ل�م ت�ج��! اء� ف� ت�م� الن=س��� م�س و ال�نك�م م!ن� الغ�ائ!ط! أ� د@ م! أ�ح�
ك�م وه! وا ب!و�ج��� ح� امس��� ا ف� ع!يد,ا ط�ي=ب��, وا ص��� ت�ي�م�م��� اء, ف� م���ا ) ور, وGا غ�ف� �يد!يك�م إ!ن� الل�ه� ك�ان� ع�ف� أ (43و�
Artinya “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air, atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci) : sapulah
mukamu dan tanganmu” (Q.S An Nisa 4:43).
c. Sebab-Sebab yang Memperbolehkan Tayamum
- Dalam keadaan tidak ada air.
Termasuk kategori tidak ada air yaitu kalau ada air, tetapi sangat
sedikit dan tidak cukup untuk berwudhu atau mandi. Atau ada air tetapi
harganya sangat mahal melibihi harga yang wajar, sehingga sulit
membelinya, atau ada air tetapi letaknya sangat jauh sehingga sulit
menjangkaunya21.
- Tidak ada kemampuan untuk memakai air.
Misalnya orang yang dipenjara dan tidak boleh keluaruntuk
berwudhu, atau yang diikat dan dilarang membuka ikatannya untuk
berwudhu atau mandi karena khawatir jiwanya terancam.22
- Dalam keadaan sakit atau luka.
Orang sakit khawatir kalau terkena air untuk berwudhu atau mandi
sakitnya makin parah atau khawatir muncul penyakit baru, dapat
melakukan tayamum.23
- Membutuhkan air.
Seorang yang memiliki air dalam jumlah cukup untuk berwudhu atau
mandi, tetapi dia sangat membutuhkannya untuk keperluan lain yang
akan menyelamatkan jiwanya dan kemudharatan, dia boleh bertayamum
21Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal4722Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal4723Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 48
14
meskipun memiliki air yang cukup. Misalnya air diperlukan untuk
memasak, untuk menghilangkan najis, untuk minum binatang
peliharaan, dan sebagainya.24
- Takut kehilangan harta apabila mencari air.
Orang yang yakin apabila untuk wudhu dicari, pasti akan didapat
dengan mencari, tetapi ia khawatir akan kehilangan harta apabila upaya
pencarian dilakukan, dapat melakukan tayamum.25
- Keadaan sangat dingin.
Apabila seseorang khawatir akan berbahaya apabila menggunakan air
untuk berwudhu karena udara sangat dingin, dan tidak ada alat untuk
memanaskan, dibolehkan tayamum. Hal ini hanya berlaku bagi orang
yang junub, sedangkan bagi orang yang berhadas kecil tidak dapat
tayamum dengan alasan lain.26
- Tidak ada alat untuk mengambil air.
Misal ada air didalam sumur, tetapi timbanya tidak ada, maka boleh
tayamum.27
- Takut habis waktu salat, jika ia untuk berwudhu.
Bagi musyafir, dia dapat bertayamum apabila dengan mencari air
untuk berwudhu dia akan kehabisan waktu melaksanakan shalat. Bagi
musyafir, alasan kehabisan waktu tidak dapat menjadi alasan untuk
bertayamum, sebab tayamum dilakukan bersamaan dengan air.28
d. Rukun tayamum
Semua ulama (jumhur ulama) menyepakati rukun tayamum ada
(lima) yaitu:
(1) Niat, saat menyapu muka.
(2) Menyapu muka dan dua tangan.
(3) Menertibkan rukun tayamum.
24Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 4825Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 4926Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 4927Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 4928Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 49
15
(4) Berturut-turut (mengurutkan), yaitu menyapu anggota-anggota badan
yang ditayamumi secara berkesinambungan (berurutan) tanpa disela
dengan suatu waktu atau perbuatan lain yang memberi kesan
terputusnya tayamum.
(5) Sha’id (tanah) yang suci. Termasuk dalam pengertian tanah adalah
pasir, batu, kerikil, kapur. Boleh juga semua barang tambang selain
emas, perak permata atau mutiara, selama belum dipindahkan dari
tempatnya. Juga salju yang membeku baikn yang ada dilaut maupun
bumi dapat dipergunakan untuk tayamum.29
e. Syarat-syarat tayamum
(1) Sudah masuk waktu shalat.
Tayamum diwajibkan kalau sudah masuk waktu shalat. Sebelum
masuk waktu shalat, maka belum diwajibkan melakukan
tayamum.
(2) Sudah diusahakan mencari air, tetapi air tidak didapat,
sementara telah masuk waktu shalat.
(3) Dengan tanah yang suci dan berdebu.
(4) Menghilangkan najis.
Sebelum melakukan tayamum seseorang yang hendak tayamum
hendaknya ia bersih dari najis.30
f. Sunah tayamum
(1) Membaca basmallah, sama dengan sunat wudhu, karena
tayamum adalah pengganti wudhu.
(2) Menghembuskan atau meniup debu yang ada di dua telaan
tangan, agar tanah yang di telapak tangan itu menjadi tipis.
(3) Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum
sebagaimana sesudah selesai wudhu’.31
29Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 50-5130Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 51-5231Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 52
16
2.2.4 MANDI
Pengertian mandi
Mandi dalam bahasa arab adalah al ghuslu yang berarti mandi, dan juga
berarti air yang dipergunakan untuk mandi. Mandi secara bahasa adalah suatu
perbuatan yang dilakukan manusia dengan cara mengalirkan air kebadannya.
Secara istilah mandi adalah menggunakan (mengalirkan) air yang suci ke
seluruh badan dengan cara yang ditentukan syara’32.
Hukum mandi
Hukum mandi ada yang wajib dan ada yang sunah, dan ada yang makruh.
Mandi wajib karena seseorang melakukan perbuatan tertentu, seperti jima’
(bersetubuh), keluar mani, keluar air haid atau nifas, dan karena meninggal.
Mandi sunah, seperti mandi hendak shalat Jumat, mandi hari Raya Idul Fitri dan
Idul Adha, ketika hendak ihram, mandi setelah memandikan mayat, mandi karena
akan melaksanakan shalat istisqa dan sebagainya. Mandi makruh mislanya mandi
sambil berbicara, mandi dengan air terlalu banyak terlalu berlebihan, mandi
dengan minta tolong orang lain tanpa uzur, memukulkan air ke muka dan
sebagainya33.
Dalil yang berkaitan dengan mandi
1. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidah 5:6
طهروا فا جنبا كنتم وان
Artinya: “dan jika kamu junub maka bersucilah” (Al Maidah 5:6).
2. Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah 2:222
"ط"ه!ر %ذ"ات "ف"إ ن "ط ه(ر !ىي ت !ح" (وه(ن ب "ق ر" ت اء"ف%يال م"ح%يض%و"ال" 2س" (واالن "ز%ل "ذ6ىف"اع ت %ال م"ح%يض%ق(ل ه(و"أ "ع"ن "ك (ون ل" أ "س و"ي
" "ط"ه2ر%ين"ن >ال م(ت ب (ح% "و"ي %ين !و!اب >الت ب (ح% !ه"ي !الل %ن !ه(إ (م(الل ك م"ر"" (أ ي ث !م%ن ح" (وه(ن ف"أ ت
Artinya: “mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah haidh itu adalah
suatu kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu”. (Al Baqarah 2:222).
32Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal5433 Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 55
17
Sebab-sebab mandi wajib
Sebab mandi wajib ada enam, tiga diantaranya biasa terjadi pada laki-laki
dan wanita, tiga lainya terjadi khusus pada wanita.
1. Jima’ (bersetubuh), baik keluar mani atau tidak.
Jima’ juga disebut bertemu dua khitan. Apabila dua orang laki-laki wanita
bersetubuh, maka mereka keduanya wajib mandi, Rasullah menyatakan. Artinya:
“Apabila bertemu dua penyunatan (dua khitan) maka sesungguhnya telah
diwajibkan mandi, meskipun tidak keluar mani” (HR. Muslim).34
2. Keluar mani (sperma)
Baik keluarnya sebab bermimpi, atau sebab lainnya, dengan sengaja atau
tidak sengaja. Keluar mani bisa melalui hubungan seksual maupun sebab lain,
misal muncul syahwat karena laki-laki memandang wanita, menghayal
melakukan persetubuhan, bercumbu, atau karena penyakit, atau penganiayaan.
Jika yang keluar bukan mani, misalnya mazi, wadi, atau air kencing, maka
tidak wajib mandi, cukup wudhu saja.35
3. Mati
Orang islam yang meninggal, wajib dimandikian sebelum dikafani,
dishalatkan, dan dimakamkan. Hukum memandikan orang islam yang
meninggal bagi muslim lain adalah fardhu kifayah, artinya setiap muslim
mempunyai kewajiban setiap muslim mempunyai kewajiban untuk
memandikannya, tetapi apabila salah seorang atau beberapa orang telah
memandikan orang yang meninggal tersebut, maka kewajiban bagi muslim
yang lain sudah terpenuhi, berarti kewajiban bagi yang belum memandikan
jenazah menjadi gugur, dan dia tidak mempunyai kewajiban lagi untuk
memandikan jenazah tersebut36.
4. Darah haid atau nifas
Haidh adalah darah yang keluar dari rahim wanita dalam kondisi sehat,
tidak karena melahirkan, dan tidak pula karena sakit. Nifas adalah darah yang
34Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 5635Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 5636Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal57
18
keluar mengiringi kelahiran anak. Wanita yang keluar darah haidh atau nafas
diwajibkan mandi setelah berhenti darah tersebut37.
5. Karena melahirkan, baik anak yang dilahirkan itu cukup umur atau tidak
seperti seperti keguguran. Dalilnya seperti dalil wajib mandi bagi yang keluar
darah haidh atau nifas diatas.38
6. Orang yang baru masuk Islam. Ahli fiqh mahzab Maliki dan Hambali
mewajibkan mandi bagi setiap orang kafir bila masuk Islam, baik dalam
keadaan junub atau tidak, karena Rasululullah SAW menyuruh memandika
Qais bin Ashim yang baru menyatakan keislamannya, seperti hadis dibawah
ini. Artinya: “dari Qais bahwa dia masuk Islam, lalu Rasulullah SAW
menyuruhnya mandi dengan air dan bidara.” (HR. Al Khamsah kecuali Ibnu
Majah).39
Fardu Mandi
1. Niat, yaitu niat fardu mandi, menghilangkan janabah atau hadas besar.
2. Mengalirkan air keseluruh badan dan rambut.
3. Berkumur-kumur dan memasukan air ke hidung.
4. Menghilangkan najis dan segala yang menghalangi sampainya air ke
seluruh bagian badan yang dimandikan.40
Sunah Mandi
1. Membaca basmalah sebelum niat.
2. Membasuh dua tangan, faraj (qubul dan dubur), menghilangkan najis yang
melekat di badan.
3. Berwudhu’ seperti wudhu untuk shalat. Termasuk dalam wudhu’
berkumur-kumur dan memasukan air ke hidung.
4. Mengambil air dengan telapak tangan lalu menyiramkannya ke tempat-
tempat yang sulit dicapai air, seperti telinga, liputan-liputan perut, dan bagian-
bagian dalam pusar.
37Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 5738Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 5739Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 5840Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 58
19
5. Menuangkan air ke atas kepala lau disuapkan dengan tangan, kemudian
menyiramkannya tiga kali ke seluruh badan.
6. Mengusap atau menggosok rambut-rambut yang tumbuh di badan serta
menghilangkan kotoran-kotoran yang ada dibawahnya.
7. Mendahulukan membasuh bagian tubuh yang kanan, baru yang kiri
berturut-turut sesuai dengan urutan fardhu dan sunah mandi.41
Mandi Sunah
Sebelum melakukan ibadah tertentu disunatkan mandi hukum mandi jenis
ini adalah sunah atau disunahkan, artinya kalau dikerjakan mendapat pahala, kalau
tidak di kerjakan dia tidak berdosa.42
Mandi yang disunatkan untuk mengerjakan ibadah tertentu adalah:
(1) Mandi untuk shalat Jumat
(2) Mandi untuk shalat hari raya (Idul Fitri atau Idul Adha)
(3) Mandi untuk ihram dan umrah, wukuf di ‘Arafah, bermalam di muzdalifah
dan thawaf. Hal ini disebabkan Rasulullah saw. melakukan mandi terlebih dahulu
sebelum melaksanakan ihram (HR Turmuzi) dan mandi untuk wukuf berdasarkan
hadist Ibnu Majah diatas.
(4) Mandi untuk shalat gerhana matahari (kusuf) dan gerhana bulan (kusuf)
dan shalat istisqa karena ketiga ibadah itu merupakan ibadah yang mengumpulkan
banyak orang seperti dalam shalat Jumat dan shalat hari raya.
(5) Mandi bagi orang yang sudah selesai memandikan mayat.
(6) Mandi bagi wanita yang selesai istihadhah (haidh).
(7) Mandi apablia sembuh dari gila, pinsan atau mabuk.
(8) Mandi setelah berbekam, mandi pada malam bara’ah (nisfu sya’ban,
separuh bulan sya’ban). Juga disunatkan mandi apabila bertaubat dari dosa.
(9) Mandi bagi orang yang baru masuk Islam.
(10) Mandi ketika akan memasuki kota mekkah.43
41Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 5942Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal6043Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 60
20
HUBUNGAN THAHARAH DENGAN KESEHATAN JASMANI ROHANI
Islam secara detail membahas thaharah dengan mendetail mulai dari
masalah pribadi sampai masalah sosial karena ajaran-ajaran yang ada dalam
praktek peribadahan islam merupakan arahan dan bimbingan bagi setiap muslim
untuk berperilaku hidup sehat, baik untuk dirinya sendiri maupun sekitarnya.
Namun meskipun begitu belum tentu setiap muslim mampu berperilaku hidup
sehat. Muslim yang belum hidup sehat yaitu muslim yang tidak tahu dampak baik
dan buruknya dalam menjaga kesehatan.
Paradigma kesehatan bisa digunakan dalam memberikan informasi-
informasi keislaman. Sehingga tidak ada kesenjangan antara kemuliaan ajaran
dengan perilaku kehidupan sehari-hari dari sudut kesehatan.44dalam upaya
amialiah peribadahan tersebut dilihat dari segi manfaatnya dari sudut kesehatan.
Prinsip dasarnya adalah Allah SWT tidak menciptakan sesuatu kecuali memiliki
manfaat QS. Al- Imran 3:191 .
ض% ر " أل م"Dو"Dت% و" !EEلس ق% EEون" ف%ى خ"ل ر( !EEف"ك" "ت %ه%م و"ي (وب ن ا و"ع"ل"ىD ج( ا و"ق(ع(و D" !ه" ق%ي لل ون" (ر( "ذ ك !ذ%ين" ي ٱل ٱ �� د �� د ٱ ٱ"ا ع"ذ"اب" "ك" ف"ق%ن ن D"ب ح ا س( "Dط% "ق ت" ه"Dذ"ا ب ل "ا م"ا خ" !ن ب ��ر" %د !ار ٱلن
Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka. (QS 3:191)
MENURUT al-quran penyakit ada dua macam yaitu penyakit hati
( mental) dan penyakit jasmani. Masalah kesehatan dalam islam menyangkut
kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Salah satu cara menjaga kesehatan
jasmani dan rohani kita dalah senantiasa beribadah kepada Allah SWT dan
langkah pertama dlam beribadah yaitu ber thaharah, sehingga dapat dikaitkan saat
44 M. Tata taufik. 2013, pendekatan agama dalam pendidikan kesehatan.hal 4
21
kita ber thaharah maka secara otomatis keshatan jasmani dan rohani kita juga kan
terjaga.contohnya Setiap musim harus membersihkan pakaian- lahir dan batin-
dalam rangka menjaga kesehatan jasmani rohani yang semuanya berpangkal pada
memelihara kebersihan.45
45Hamad Hasan Raqith, Hidup Sehat Cara Islam; Seluk Beluk Kesehatan danPenjagaannya , hlm. 20
22
BAB IIIPENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengertian Thaharah adalah tindakan membersihkan
ataumenyucikan diri dari hadast dan najis. Thaharah atau
Bersuci beberapamacam-macamnya adalah wudlu, mandi, dan
tayamum.Wudlu merupakan sebuah rangkaian ibadah bersuci
untuk menghilangkan hadas kecil. Wudlu merupakan syarat
sah sholat, yangartinya seseorang dinilai tidak sah shalatnya
jika dia melakukan tanpa berwudlu.Yang didalamnya ada
ketentuan atau syarat-syarat serta rukundan hal-hal yang
merusak wudlu.Mandi adalah aktivitas mengalirkan air pada
seluruh tubuh dengan niat tertentu.Sedangkan tayamum
adalah mengusapkan tanah ke muka dan kedua tangan
sampai siku dengan beberapa syarat. Tayamum
adalah pengganti wudlu atau mandi, sebagai
rukhsah(keringanan) untuk orangyang tidak dapat memakai
air karena beberapa halangan (uzur), yaitu Uzur karena sakit,
karena dalam perjalanan dan karena tidak ada air.
3.2 SARAN 1. Dalam kehidupan sehari-hari tentu umat muslim tidak
terlepas dari thaharah atau bersuci yang didalamnya terdapat
macam-macamnya seperti wudlu, mandi dan tayamum, untuk
itu aplikasikan ilmu sesuai dengan Syariat Islam, dan tentunya
menyempurnakan ibadah kita terhadap Allah SWT.
2. Dalam kehidupan tidaklah semuanya sefaham, dalam ilmu
fiqh punmengenal beberapa mazhab yang terkenal seperti
Mazhab Hanafi,
23
Mazhab Maliki, Mazhab Syafi‟I dan Mazhab Hanbali. Hal
inimenyebabkan beberapa perbedaan didalam mazhabnya
termasuk perbedaan dalam fiqh ibadah, namun semua itu
kembali pada dirisetiap individu umat muslim mana yang
dipilihnya, karena setiapmazhab sama-sama bersumber pada
Al-Qur‟an dan Hadist, dandibantu pula dengan Ijma‟ dan
Qiyas.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranulkariim
Z, Zurinal ,Aminuddin.2008.Fiqih Ibadah.Jakarta: Lembaga Penelitian UIN SH.
Ritonga, A. Rahman dan Zainuddin. 1997. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media
Pratama.
Yahya abdul wahid.2003.matan safinatu an najah.semarang :PT karya toha putra
Hamad Hasan Raqith, Hidup Sehat Cara Islam; Seluk Beluk Kesehatan danPenjagaannya
M. Tata taufik. 2013. pendekatan agama dalam pendidikan kesehatan.
24