STUDI DESKRIPTIF SUMUR GALI DITINJAU DARI KONDISI …lib.unnes.ac.id/28026/1/6411411097.pdf · ii...
Transcript of STUDI DESKRIPTIF SUMUR GALI DITINJAU DARI KONDISI …lib.unnes.ac.id/28026/1/6411411097.pdf · ii...
i
STUDI DESKRIPTIF SUMUR GALI DITINJAU DARI
KONDISI FISIK LINGKUNGAN DAN PRAKTIK
MASYARAKAT DI KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
Nurhadini
NIM 6411411097
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Februari 2015
ABSTRAK
Nurhadini
Studi Deskriptif Sumur Gali Ditinjau dari Kondisi Fisik Lingkungan dan
Praktik Masyarakat di Kabupaten Boyolali.
xvii + 86 halaman + 39 tabel + 9 gambar + 16 lampiran
Sumur gali adalah sumber air bersih yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat Kabupaten Boyolali. Hasil survei Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali Tahun 2014, 75 sumur mengandung bakteri. Pencemaran air ini dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan bagi penggunanya.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode survei.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sumur yang kualitas air sumur
galinya tidak memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan survei Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2014. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling .
Hasil penelitian menunjukan kondisi fisik dari 25 sumur responden tidak
memenuhi syarat, sebanyak 23 sumur responden (92%) memiliki jarak antara
sumber pencemar dengan sumur yang tidak memenuhi syarat, sebanyak 20
responden (80%) dengan praktik penggunaan sumur yang tergolong kurang.
Simpulan dalam penelitian ini adalah konstruksi sumur gali dan jarak
sumber pencemar tidak sesuai dengan persyaratan. Saran bagi masyarakat
hendaknya warga masyarakat melakukan upaya untuk mecegah pencemaran air
sumur gali.
Kata Kunci : sumur gali, jarak, praktik
Kepustakaan: 47 (1987-2015)
iii
Department of Public Health Scienses
Faculty of Sport Scienses
Semarang State University
February 2015
ABSTRACT
Nurhadini
Descriptive Study Dug Well Seen from Physical Environment and Public
Practice in Boyolali.
xvii + 86 pages + 39 tables + 9 figures + 16 appendices
Dug well is a source of clean water is the most widely used by people in
Boyolali. Based the survey results by Boyolali Health Office 2014, 75 wells
contained bacteria. Water pollution can cause health problems for users.
The type of this research was descriptive survey. The population in this
study were all the wells that which the water quality did not fulfill the
bacteriological requirements for the dug well based the survey by Boyolali Health
Office 2014. The sampling in this study conducted by random sampling technique.
The results showed the physical condition of the 25 respondents’ wells
did not qualify, as many as 23 wells of respondents (92%) have the distance
between the source of contaminants to wells that were not fulfill, as many as 20
respondents (80%) have the bad practice in using well.
The conclusions of this research was the construction of wells and
distance of pollutant sources didn’t fulfill the requirements. Suggestions for
society citizens was they should make efforts to prevent contamination of water
wells.
Keywords : dug well, distance, practice
Bibliography: 47 (1987-2015)
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS: Al-
Insyirah:6)
Doa orang tua adalah senjata paling ampuh dalam kehidupan.
“Waktu tidak dapat diukur dengan berjalannya tahun, tapi diukur
dengan apa yang kita lakukan, rasakan dan apa yang kita raih”(Jawaharlal
Nehru).
PERSEMBAHAN
Segala puji syukur peneliti panjatkan
kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, peneliti dapat
mempersembahkan skripsi ini kepada:
1. Ibunda (Sutarni) dan Ayahanda (Sri
Hadi) tercinta yang selalu memberikan
doa, semangat, motivasi, dan
dukungannya.
2. Kakakku dan adikku tersayang.
3. Almamater yang saya banggakan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, inayah, dan nikmat-Nya sehingga skripsi berjudul “Studi
Deskriptif Air Sumur Gali Yang Tidak Memenuhi Persyaratan Bakteriologis Di
Kabupaten Boyolali Tahun 2014)” ini dapat terselesaikan. Karya ini merupakan
bentuk pemenuhan persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat di Universitas Negeri Semarang. Atas keberhasilan penyusunan
skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
di bawah ini:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Ibu Prof.
Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes (Epid)
atas persetujuan penelitian yang telah diberikan.
3. Pembimbing skripsi saya Bapak Rudatin Windraswara, S.T, M.Sc atas
arahannya.
4. Penguji I ujian skripsi, Ibu Arum Siwiendrayanti, S.KM, M.Kes atas
arahannya.
5. Penguji II ujian skripsi, Ibu drh. Dyah Mahendrasari Sukendra, M.Sc atas
arahannya.
6. Dosen-dosen dan karyawan di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Keolahragaan atas bimbingan dan bantuannya.
viii
7. Keluarga saya (bunda, ayah, kakak, dan adik) atas dorongan semangatnya.
8. Kepala Kesbangpol Kabupaten Boyolali dan Kepala Desa dan Kelurahan yang
terlibat dalam penelitian ini
9. Responden yang terlibat dalam penelitian, atas bantuan dan partisipasinya
dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Kiranya tiada kesan penulis kecuali ucapan syukur dan harapan agar
skripsi ini bermanfaat. Karena tiada gading yang tak retak, penulis sadar masih
banyak kekurangan di dalam skripsi ini. Semoga amal baik dari semua pihak
mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan guna penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Semarang, Februari 2016
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
ABSTRAK........................................... ......................................................... ii
ABSTRACT.. ................................................................................................. iii
PERNYATAAN ............................................................................................ iv
PENGESAHAN.. .......................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.2.1. Rumusan Masalah Umum... ..................................................... 5
1.2.2. Rumusan Masalah Khusus........................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.3.1. Tujuan Umum. .......................................................................... 6
1.3.2. Tujuan Khusus .......................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
1.4.1. Bagi Pemerintah ....................................................................... 7
x
1.4.2. Bagi masyarakat ....................................................................... 7
1.4.3. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat ................................ 7
1.4.4. Bagi Peneliti ............................................................................. 7
1.5. Keaslian Penelitian ............................................................................ 7
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 10
1.6.1. Ruang Lingkup Keilmuan ........................................................ 10
1.6.2. Ruang Lingkup Sasaran ............................................................ 10
1.6.3. Ruang Lingkup Lokasi ............................................................. 10
1.6.3. Ruang Lingkup Waktu .............................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 11
2.1 Landasan Teori ................................................................................... 11
2.1.1 Sumber-sumber Air ................................................................... 11
2.1.1.1. Air Permukaan .................................................................. 11
2.1.1.2. Air Tanah .......................................................................... 11
2.1.1.3. Mata Air ............................................................................ 12
2.1.1.4. Air Atmosfer ..................................................................... 13
2.1.1.5. Air Laut ............................................................................. 13
2.1.2 Pencemaran Air ......................................................................... 13
2.1.3 Sumber Pencemar Air ................................................................ 14
2.1.3.1 Domestik ............................................................................ 14
2.1.3.2. Nondomestik ..................................................................... 15
2.1.4 Dampak Pencemaran Air ........................................................... 15
2.1.4.1 Air Menjadi Tidak Bermanfaat Lagi .................................. 16
xi
2.1.4.2. Air Menjadi Penyebab Penyakit ....................................... 17
2.1.5 Klasifikasi dan Persyaratan Air ................................................. 18
2.1.6 Sumur Gali ................................................................................. 20
2.1.6.1 Tipe Sumur Gali ................................................................. 21
2.1.6.2 Komponen dan fungsi ........................................................ 21
2.1.6.3 Kriteria Desain ................................................................... 21
2.1.6.4 Operasi dan pemeliharaan Sumur Gali .............................. 25
2.1.7 Bakteri Indikator Polusi ............................................................. 27
2.1.7.1 Eschericia coli .................................................................... 29
2.1.7.2 Streptococcus fekal ............................................................ 30
2.1.7.3 Bakteri Koliform Total ....................................................... 31
2.1.7.4 Clostridium perfingens ....................................................... 32
2.1.8 Faktor Pencemar Sumur Gali .................................................... 33
2.1.8.1 Jenis Tanah ......................................................................... 33
2.1.8.2 Topografi Tanah ................................................................. 34
2.1.8.3 Arah Aliran Ait Tanah ....................................................... 34
2.1.8.4 Musim ................................................................................ 35
2.1.8.5 Jarak Sumur Gali dengan Sumber Pencemar ..................... 35
2.1.8.6 Konstruksi Sumur Gali ....................................................... 36
2.1.8.7 Tindakan atau Praktik ........................................................ 37
2.1.8.8 Jumlah Sumber Pencemar .................................................. 37
2.2 Kerangka Teori..................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 40
xii
3.1 Alur Pikir ............................................................................................ 40
3.2 Variabel Penelitian ................................... .......................................... 40
3.3 Definisi Operasional............................................................................ 41
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 43
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 43
3.6.1 Populasi ................................................................................... 43
3.6.2 Sampel ..................................................................................... 44
3.6 Sumber Data ........................................................................................ 45
3.7.1 Data Primer ............................................................................. 45
3.7.2 Data Sekunder ......................................................................... 46
3.7 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data .......................... 46
3.7.1 Instrumen Penelitian ............................................................... 46
3.7.2 Teknik Pengambilan Data ....................................................... 47
3.8 Prosedur Penelitian.............................................................................. 48
3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 50
4.1 Gambaran Umum ............................................................................... 50
4.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden .......................................... 51
4.1.1.1 Distribusi Jenis Kelamin ................................................... 51
4.1.1.2 Distribusi Usia .................................................................. 51
4.1.1.3 Distribusi Pendidikan ........................................................ 51
4.1.1.4 Distribusi Pekerjaan .......................................................... 52
4.1.2 Deskripsi Karakteristik Sumur Gali ............................................ 52
xiii
4.1.2.1 Distribusi Jenis Sumur Gali .............................................. 52
4.1.2.2 Distribusi Jenis Lokasi Sumur Gali .................................. 53
4.2 Hasil Penelitian .................................................................................. 54
4.2.1 Deskripsi Sumber Pencemar ..................................................... 54
4.2.1.1 Distribusi Jenis Keberadaan Sumber Pencemar ................ 54
4.2.1.2 Distribusi Jumlah Sumber Pencemar ............................... 54
4.2.1.3 Distribusi Macam Sumber Pencemar ................................ 55
4.2.1.4 Distribusi Jarak Sumber Pencemar dengan Sumur Gali ... 57
4.2.2 Deskripsi Sumur Gali ............................................................... 57
4.2.2.1 Distribusi Bibir Sumur Gali ............................................. 57
4.2.2.2 Distribusi Dinding Sumur Gali ......................................... 59
4.2.2.3 Distribusi Lantai Sumur Gali ............................................ 60
4.2.2.4 Distribusi Saluran Buang Air Limbah Sumur Gali .......... 61
4.2.3 Deskripsi Praktik Penggunaan Sumur Gali .............................. 62
4.2.3.1 Distribusi Praktik Penyediaan Tutup ................................ 62
4.2.3.2 Distribusi Praktik Pemenuhan Syarat Kondisi Penutup ... 63
4.2.3.3 Distribusi Praktik Pembangunan Sumur Gali ................... 63
4.2.3.4 Distribusi Praktik MembersihkanSumur Gali ................... 63
4.2.3.5 Distribusi Praktik Penggunaan Ember Timba ................... 64
4.2.3.6 Distribusi Praktik BAB di Jamban ................................... 64
4.2.3.7 Distribusi Praktik Mencuci Tangan .................................. 65
4.2.3.8 Distribusi Praktik Membersihkan Sumber Pencemar ....... 65
4.2.3.9 Distribusi Praktik Menjaga Sumur dari Hewan ................ 66
xiv
4.2.3.10 Distribusi Praktik Penggunaan Sumur Gali ................... 66
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 67
5.1 Pembahasan ........................................................................................ 67
5.1.1 Jarak Sumber Pencemar dengan Sumur Gali ........................... 67
5.1.2 Jumlah Sumber Pencemar ........................................................ 70
5.1.3 Konstruksi Sumur Gali ............................................................. 71
5.1.3.1 Bibir Sumur ....................................................................... 71
5.1.3.2 Dinding Sumur ................................................................. 71
5.1.3.3 Lantai Sumur ..................................................................... 72
5.1.3.4 Saluran Buang Air Limbah Sumur ................................... 73
5.1.4 Praktik Penggunaan Sumur Gali............................................... 74
5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ................................................ 80
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 81
6.1 Simpulan ............................................................................................ 81
6.2 Saran .................................................................................................... 82
6.2.1 Bagi Masyarakat ....................................................................... 82
6.2.2 Bagi Instansi Kesehatan Terkait ............................................... 82
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83
LAMPIRAN .................................................................................................. 87
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................ 8
Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian ..................................................................... 9
Tabel 2.1 Penyakit Menular Melalui Air ...................................................... 18
Tabel 2.2 Komponen dan Fungsi dari Komponen Sumur Gali ..................... 21
Tabel 2.3 Ukuran Dinding Sumur Gali ......................................................... 22
Tabel 2.4 Konstruksi Dinding Sumur Gali ................................................... 23
Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 41
Tabel 3.2 Prosedur Penelitian ....................................................................... 48
Tabel 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden ............................................ 51
Tabel 4.2 Distribusi Usia Responden ............................................................ 51
Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan Responden ................................................. 52
Tabel 4.4 Distribusi Pekerjaan Responden ................................................... 52
Tabel 4.5 Distribusi Jenis Sumur .................................................................. 53
Tabel 4.6 Distribusi Jenis Lokasi Sumur ...................................................... 53
Tabel 4.7 Distribusi Keberadaan Sumber Pencemar .................................... 54
Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Sumber Pencemar ............................................ 55
Tabel 4.9 Distribusi Macam Sumber Pencemar ............................................ 55
Tabel 4.10 Distribusi Jarak Sumber Pencemar dengan Sumur Gali ............. 57
Tabel 4.11 Distribusi Tinggi Bibir Sumur .................................................... 57
Tabel 4.12 Distribusi Kondisi Bibir Sumur .................................................. 58
Tabel 4.13 Distribusi Konstruksi Bibir Sumur ............................................. 58
Tabel 4.14 Distribusi Kondisi Dinding Sumur ............................................. 59
xv
Tabel 4.15 Distribusi Jarak Dinding Sumur .................................................. 59
Tabel 4.16 Distribusi Konstruksi Dinding Sumur......................................... 60
Tabel 4.17 Distribusi Lebar Lantai Sumur .................................................... 60
Tabel 4.18 Distribusi Kondisi Lantai Sumur ................................................ 60
Tabel 4.19 Distribusi Konstruksi Lantai Sumur ........................................... 61
Tabel 4.20 Distribusi Kondisi Saluran Buang Air Limbah Sumur ............... 61
Tabel 4.21 Distribusi Konstruksi Saluran Buang Air Limbah Sumur .......... 62
Tabel 4.22 Distribusi Praktik Penyediaan Penutup Sumur ........................... 62
Tabel 4.23 Distribusi Kondisi Penutup Sumur ............................................. 63
Tabel 4.24 Distribusi Praktik Pembangunan Sumur ..................................... 63
Tabel 4.25 Distribusi Praktik Membersihkan Sumur .................................... 63
Tabel 4.26 Distribusi Praktik Penggunaan Ember Timba ............................. 64
Tabel 4.27 Distribusi Praktik BAB di Jamban .............................................. 64
Tabel 4.28 Distribusi Praktik Mencuci Tangan ............................................ 65
Tabel 4.29 Distribusi Praktik Membersihkan Sumber Pencemar ................. 65
Tabel 4.30 Distribusi Praktik Keberadaan Hewan Berkeliaran .................... 66
Tabel 4.31 Distribusi Praktik Penggunaan Sumur ........................................ 66
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sumur Gali Tipe IA ................................................................... 24
Gambar 2.1 Sumur Gali Tipe IB ................................................................... 25
Gambar 2.3 Sumur Gali Tipe II .................................................................... 25
Gambar 2.4 Escherichia coli ......................................................................... 30
Gambar 2.5 Streptococcus fecal .................................................................... 31
Gambar 2.7 Bakteri Koliform ....................................................................... 32
Gambar 2.8 Colstridium perfingens .............................................................. 33
Gambar 2.9 Kerangka Teori .......................................................................... 39
Gambar 3.1 Alur Pikir ................................................................................... 40
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keputusan Pembimbing Skripsi ...................................... 88
Lampiran 2. Ethical Clearance ..................................................................... 89
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian .................................................................. 90
Lampiran 4. Surat Rekomendasi Penelitian Kesbangpol .............................. 91
Lampiran 5. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ............................... 92
Lampiran 6. Formulir Kesediaan Menjadi Responden ................................. 95
Lampiran 7. Denah Lokasi Penelitian ........................................................... 96
Lampiran 8. Instrumen Penelitian ................................................................. 97
Lampiran 9. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ..................................... 102
Lampiran 10. Rekapitulasi Data Sumur Gali Yang Tidak Memeuhi Syarat. 105
Lampiran 11. Rekapitulasi Data Identitas Responden .................................. 110
Lampiran 12. Rekapitulasi Konstruksi Sumur Gali Responden ................... 113
Lampiran 13. Rekapitulasi Sumber Pencemar di Sekitar Sumur .................. 114
Lampiran 14. Rekapitulasi Praktik Responden ............................................. 116
Lampiran 15. Rekapitulasi Hasil Uji Univariat............................................. 118
Lampiran 16. Foto Dokumentasi Penelitian.................................................. 127
1 i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini.
Kegunaan air secara konvensial yaitu sebagai air minum, air untuk mandi dan
mencuci, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai maupun
dilaut (Wardhana, 2001:73). Masalah saat ini yang berkaitan dengan air yaitu
kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun akibat pencemaran.
Sumber pencemar air berasal dari limbah industri dan domestik, septic
tank, tempat pembuangan sampah, peternakan, saluran resapan/selokan, rumah
sakit dan lain-lain. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan
bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air
(Effendi.2003;11). Pencemaran dari mikrobiologi merupakan penyebab utama
terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi. Penyakit yang disebabkan oleh
pencemaraan air ini disebut water-borne diseases dan sering ditemukan pada
penyakit tifus, kolera, dan disentri (Darmono, 2001:29).
Air yang dikonsumsi oleh masyarakat haruslah bersumber dari mata air
yang baik dan bebas dari pencemaran fisik, kimia, biologi dan radioaktif.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990
Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air, persyaratan mikrobiologik
kadar maksimum total koliform air perpipaan 10/100 ml sementara bagi air bukan
perpipaan 50/100 ml.
2
Air bersih dan sanitasi merupakan sasaran Tujuan Pembangunan Milenium
(MDG) yang ketujuh dan pada tahun 2015 diharapkan sampai dengan setengah
jumlah penduduk yang tanpa akses ke air bersih yang layak minum dan sanitasi
dasar dapat berkurang. Bagi Indonesia, ini berarti Indonesia perlu mencapai angka
peningkatan akses air bersih hingga 68,9 persen dan 62,4 persen untuk sanitasi.
Unicef dan WHO memperkirakan, Indonesia adalah salah satu kelompok dari 10
negara yang hampir dua pertiga dari populasi tidak mempunyai akses ke sumber
air minum. Apalagi hampir satu dari enam anak di Indonesia masih tidak memiliki
akses ke air minum yang aman, kunci tingginya faktor yang berkontribusi pada
diare dan kematian anak terkait. World Bank Water Sanitation Program (WSP)
pada 2013 lalu menyebutkan, Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai
negara dengan sanitasi buruk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Kementerian Pekerjaan Umum 2013, cakupan pelayanan air minum yang aman
baru mencapai 58,05 persen dari target 68,87 persen.
Di Indonesia, setiap tahun lebih dari 3.5 juta anak-anak dibawah umur tiga
tahun diserang berbagai jenis penyakit perut dengan jumlah kematian sekitar
105.000 orang. Jumlah tersebut akan meningkat pada daerah yang memiliki
sanitasi rendah (Suriawiria, 2005:41). Di Kabupaten Boyolali terdapat industri
makanan, minuman, tekstil, dan garment. Senyawa pencemar dalam limbah cair
industri membahayakan lingkungan. Limbah industri pangan tidak berbahaya,
tetapi kandungan bahan organiknya yang tinggi dapat bertindak sebagai sumber
makanan untuk pertumbuhan mikroba (Jenie:1993:15). Di negara berkembang,
3
limbah domestik merupakan 85% dari seluruh pencemaran yang memasuki badan
air, akibatnya berbagai jenis penyakit muncul.
Menurut Suriawiria (2005:41), manusia menghasilkan antara 100-150
gram berat kering feses per hari yang mengandung 2.5 x 100 milyar sampai 3.6 x
100 milyar sel bakteri Coliform. Bakteri ini ada dalam tubuh manusia bagian dan
hewan berdarah panas. Di wilayah Kabupaten Boyolali memiliki banyak ternak
sapi tentunya banyak pula kotoran yang dihasilkan. Apabila limbah kotoran sapi
tidak diberi penanganan yang tepat dapat mencemari lingkungan siktarnya, namun
pada keadaan dan lingkungan tertentu dapat mendatangkan penyakit atau
gangguan dan juga keracunan. Pembuatan jamban, septic tank dan saluran
pembuangan kotoran ternak yang kurang baik/tidak memenuhi kaidah teknis dan
terbuka akan mengakibatkan merembesnya limbah cair dari kotoran menuju
sumber air.
Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2014,
sumber sarana air minum yang digunakan oleh masyarakat yakni 64.544 sarana
sumur gali terlindungi, 1.561 sarana sumur gali pompa, 734 sarana sumur bor
dengan pompa, 1 sarana terminal air, 129 sarana mata air terlindungi, 2.262 sarana
penampungan air hujan, dan 58.613 sarana perpipaan (PDAM, BPSPAM). Sarana
air bersih yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Boyolali
yaitu sarana air sumur gali.
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2014 telah melakukan
pemantauan terhadap kualitas air pada 370 sumur gali di 12 Kecamatan. Hasil uji
parameter bakteriologis, terdapat 75 sumur gali yang tidak memenuhi syarat,
4
terdiri dari 23 sarana kesehatan, 6 rumah makan/catering, 11 industri makanan dan
minuman, 2 industri besar, 1 tempat rekreasi dan 32 pemukiman (UPTD
Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Boyolali, 2014).
Pencemaran air sumur gali tidak hanya berasal dari keberadaan dan jumlah
sumber pencemar tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi fisik sumur gali itu sendiri,
yang meliputi tinggi bibir sumur, dinding sumur, lantai sumur, saluran buangan,
dan jarak sumur dengan sumber pencemar serta praktik penggunaan dan
pemeliharaan sumur gali. Hasil penelitian Darmiati (2015) menyatakan terdapat
hubungan antara jarak kandang, kondisi fisik sumur gali, kondisi fisik SPAL dan
kondisi fisik kandang terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali Sedangkan
hasil penelitian Wahyuningsih (2013) menyatakan bahwa ada hubungan antara
jarak jamban, kondisi SPAL dan sumur gali dengan kualitas bakteriologi (E.Coli).
Hasil observasi awal tanggal 05 Oktober 2015 pada sepuluh sumur yang
terdiri dari satu apotek, satu tempat rekresi, satu masjid, satu industri makanan dan
enam pemukiman sumur terkait kondisi fisik sumur gali, lingkungan sekitar
sumur gali dan praktik penggunaan sumur, didapatkan hasil 100% kondisi tinggi
bibir sumur tidak memenuhi syarat, 100% dinding sumur tidak memenuhi syarat,
60% lantai tidak memenuhi syarat, 50% saluran pembuang air limbah tidak
memenuhi syarat, dan 100% lokasi sumur dibangun < 10m dari sumber pencemar.
Berdasarkan sumber pencemarnya, 60% terdapat 3 sumber pencemar disekitar
sumur gali dan 20% memiliki 4 sumber pencemar yaitu tempat pembuangan
limbah rumah tangga, septic tank, limbah ternak, dan limbah industri. Pada
praktik penggunaan sumur gali, 90% masuk dalam kategori kurang. Terdapat
sumur yang tidak ditutup dengan tutup rapat meskipun menggunakan pompa air,
5
timba air masih diletakkan di lantai, dan terdapat hewan yang berkeliaraan
disekitar sumur.
Dari hasil observasi dan pemeriksaan kualitas air sumur gali oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2014, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Studi Deskriptif Air Sumur Gali Ditinjau dari Kondisi Fisik
Lingkungan dan Praktik Masyarakat di Kabupaten Boyolali”. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari sumur gali, kondisi lingkungan,
dan praktik penggunaan sumur gali yang kualitas airnya tidak memenuhi
persyaratan bakteriologis di Kabupaten Boyolali tahun 2014. Dari karakteristik
yang tidak memenuhi persyaratan dan merupakan indikasi penyebab air sumur
gali tidak memenuhi syarat secara bakteriologis maka dapat diupayakan untuk
dilakukannya perbaikan dari sumur gali, kondisi lingkungan maupun praktik
penggunaan sumur gali sehingga dapat meminimalisir pencemaran dan
meningkatkan kualitas air sumur gali.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Bagaimana gambaran kondisi fisik sumur gali, kondisi lingkungan sekitar
dan tindakan atau praktik penggunaan sumur gali terhadap kualitas bakteriologis
air sumur gali
yang tidak memenuhi persyaratan?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1. Bagaimana gambaran kondisi fisik sumur gali yang kualitas airnya tidak
memenuhi persyaratan bakteriologis di Kabupaten Boyolali tahun 2014?
6
2. Bagaimana gambaran jarak pencemar pada sumur yang kualitas airnya tidak
memenuhi persyaratan bakteriologis di Kabupaten Boyolali tahun 2014?
3. Bagaimana gambaran jumlah sumber pencemar yang kualitas airnya tidak
memenuhi persyaratan bakteriologis di Kabupaten Boyolali tahun 2014?
4. Bagaimana gambaran tindakan atau praktik penggunaan sumur gali yang kuali
tas airnya tidak memenuhi persyaratan bakteriologis di Kabupaten Boyolali
tahun 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran kondisi lingkungan sekitar dan tindakan atau praktik
penggunaan sumur gali terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali yang tidak
memenuhi persyaratan sebagai penelitian lanjutan dari survei Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kondisi fisik sumur gali yang kualitas airnya tidak
memenuhi persyaratan bakteriologis di Kabupaten Boyolali tahun 2014.
2. Mengetahui gambaran jarak pencemar pada sumur gali yang kualitas airnya
tidak memenuhi persyaratan bakteriologis di Kabupaten Boyolali tahun 2014.
3. Mengetahui gambaran jumlah sumber pencemar pada sumur gali yang kualitas
airnya tidak memenuhi persyaratan bakteriologis di Kabupaten Boyolali tahun
2014.
4. Mengetahui gambaran tindakan atau perilaku penggunaan sumur gali yang
kualitas airnya tidak memenuhi persyaratan bakteriologis di Kabupaten
Boyolali tahun 2014.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pemerintah
Sebagai bahan informasi keadaan kesehatan lingkungan khususnya tentang
gambaran kondisi lingkungan sekitar sumur gali dan tindakan atau praktik
penggunaan sumur gali yang kualitas airnya tidak memenuhi persayaratan
bakteriologis di Kabupaten Boyolali tahun 2014.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai informasi mengenai gambaran kondisi lingkungan sekitar sumur
gali dan tindakan atau praktik penggunaan sumur gali yang kualitas airnya tidak
memenuhi persayaratan bakteriologis di Kabupaten Boyolali tahun 2014 sehingga
mampu memperbaiki kualitas air sumur gali dengan mempertimbangkan sanitasi
lingkungan.
1.4.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Menambah kepustakaan penelitian dalam perkembangan Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
1.4.4 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan informasi dalam bidang kesehatan
lingkungan serta membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian ini sudah ada penelitian yang terdahulu, namun terdapat
perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian tersebut, yaitu:
8
Tabel 1.1: Penelitan-penelitian yang relevan dengan penelitan ini:
No. Judul
Penelitian
Nama
Peneliti
Tahun dan
Tempat
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pengaruh
Konstruksi
Sumur
Terhadap
Kandungan
Bakteri
Eschercia
coli Pada
Air Sumur
Gali Di
Desa
Dopalak
Kecamatan
Paleleh
Kabupaten
Buol
Heriyani
Hasnawi
2012
Di Desa
Dopalak
Kecamatan
Paleleh
Kabupaten
Buol
Observasional
dan Uji
Laboratorium
dengan
menggunakan
pendekatan
Cross
Sectional
Study
Variabel
bebas:
konstruksi
fisik sumur
ditinjau dari
aspek
dinding,
bibir, lantai
dan SPAL
serta jarak
dari sumber
pencemar
Variabel
terikat:
jumlah
kandungan
bakteri E.
Coli
Aspek jarak
sumur
dengan
sumber
pencemar
terbukti
memiliki
pengaruh
terhadap
kandungan
bakteri
Eschercia
coli
2. Hubungan
jarak dan
kondisi
fisik
sumber
pencemar
Terhadap
kualitas
bakteriolog
is air
sumur gali
di
Sekitar
kandang
ternak di
Dukuh
Jetis
Jogopaten
Kecamatan
Sleman
Darmiati 2015
Dukuh
Jetis
Jogopaten
Kecamatan
Sleman
metode
penelitian
Observasional
dengan
rancangan
Cross
Sectional
Variabel
bebas: Jarak
kandang,
kondisi fisik
sumur gali,
kondisi fisik
SPAL
dan kondisi
fisik
kandang
Variabel
terikat:
kualitas
bakteriologis
air sumur
gali
Jarak
kandang,
kondisi fisik
sumur gali,
kondisi fiik
SPAL
dan kondisi
fisik
kandang
mempengaru
hi kualitas
bakteriologis
air sumur
gali
3. Gambaran
perilaku
pengguna,
kondisi
fisik serta
uji
Wirawaty
Nggaikut
2012
Desa
Haya-Haya
Kecamatan
Limboto
Barat
Kabupaten
Desain
deskriptif
dengan
melakukan
observasi
Perilaku
pengguna
sumur gali
dan
kondisi fisik
sumur gali
Kondisi fisik
sumur belum
memenuhi
syarat sumur
yang baik
bagi
kesehatan
9
Lanjutan tabel 1.1
Yang membedakan dengan 3 penelitian diatas dengan penelitian ini adalah
Tabel 1.2: Perbedaan Penelitian
No. Perbedaan Nurhadini Heriyani
Hasnawi
Darmiati Wirawaty
Nggaikut
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Judul Studi Deskriptif
Air Sumur Gali
Yang Tidak
Memenuhi
Persyaratan
Bakteriologis
Di Kabupaten
Boyolali Tahun
2014
Pengaruh
Konstruksi
Sumur Terhadap
Kandungan
Bakteri
Eschercia coli
Pada Air Sumur
Gali Di Desa
Dopalak
Kecamatan
Paleleh
Kabupaten Buol
Hubungan
jarak dan
kondisi fisik
sumber
pencemar
terhadap
kualitas
bakteriologis
air sumur gali
di Sekitar
kandang ternak
di Desa Jetis
Jogopaten
Kecamatan
Sleman
Gambaran
perilaku
pengguna,
kondisi fisik
serta uji
bakteriologis
Pada air sumur
gali di Desa
Haya-Haya
Kecamatan
Limboto Barat
Kabupaten
Gorontalo
tahun 2012
2. Waktu dan
tempat
2015
Kabupaten
Boyolali
2012
Desa Dopalak
Kecamatan
Paleleh
Kabupaten Buol
2015
Desa Jetis
Jogopaten
Kecamatan
Sleman
2012
Desa Haya-
Haya
Kecamatan
Limboto Barat
Kabupaten
Gorontalo
3. Variabel
Bebas Kondisi fisik
sumur, jumlah
sumber
pencemar, dan
tindakan/praktik
penggunaan
Konstruksi fisik
sumur ditinjau
dari aspek
dinding, bibir,
lantai dan SPAL
serta jarak dari
Jarak kandang,
kondisi fisik
sumur gali,
kondisi fisik
SPAL
dan kondisi
Perilaku
pengguna
sumur gali dan
kondisi fisik
sumur gali
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
bakteriologis
Pada air
sumur gali
di Desa
Haya-Haya
Kecamatan
Limboto
Barat
Kabupaten
Gorontalo
tahun 2012
Gorontalo
10
Lanjutan tabel 1.2
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
sumur gali sumber pencemar fisik kandang 4. Variable
Terikat
Jumlah
kandungan
bakteri E. Coli
Kualitas
bakteriologis
air sumur gali
5. Rancangan
Penelitian
Desain
deskriptif
dengan
melakukan
observasi
Observasional
dan Uji
Laboratorium
dengan
menggunakan
pendekatan Cross
Sectional Study
Observasional
dengan
rancangan
Cross Sectional
Desain
deskriptif
dengan
melakukan
observasi
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Lingkup Keilmuan
Penelitian ini merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan masyarakat,
khususnya Kesehatan Lingkungan.
1.6.2 Lingkup Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini adalah pemilik sarana air sumur gali yang
kualitas airnya tidak memenuhi syarat secara bakteriologis sebagai penelitian
lanjutan dari survei Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2014.
1.6.3 Lingkup Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Boyolali.
1.6.4 Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015.
11 i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Sumber-sumber Air
Jumlah air di dunia ini relatif tetap dan mengikuti suatu aliran yang
dinamakan siklus hidrologi. Sumber-sumber air yang ada pada bumi, dapat
berasal dari:
2.1.1.1 Air permukaan
Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk air
permukaan. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama pengalirannya.
Pengotoran tersebut misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun,
kotoran industri, dan lain sebagainya (Sutrisno, 2006:14). Dengan adanya
pengotoran ini menyebabkan kualitas air permukaan menjadi berbeda-beda.
Pengotoran ini secara fisik, kimia dan bakteriologi (biologi). Setelah mengalami
pengotoran, pada suatu saat air permukaan akan mengalami pembersihan. Secara
umum air permukaan dibagi menjadi air sungai dan air rawa atau danau (Waluyo,
2009:116).
2.1.1.2 Air Tanah
Air tanah secara umum terbagi menjadi:
2.1.1.2.1 Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan
tanah. Lumpur akan tertahan, demikian juga dengan bakteri, sehingga air tanah
dangkal terlihat jernih tetapi banyak mengandung zat-zat kimia karena melalui
12
lapisan tanah yang memiliki unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing
lapisan tanah. Lapisan tanah berfungsi sebagai saringan (Sutrisno, 2006:17).
Setelah mengalami penyaringan, setelah menemui lapisan kedap air atau rapat air,
maka air tanah akan dapat dimanfaatkan sebgai sumber air bersih. Air dangkal
memiliki kedalaman sampai 15 meter (Waluyo,2009:117).
2.1.1.2.2 Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat pada lapisan rapat air yang petama. Pengambilan
air tanah dalam lebih sulit daripada air tanah dangkal. Suatu lapisan rapat air
biasanya didapatkan pada kedalaman 100-300 meter. Bila tekanan air tanah dalam
besar, maka air dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini dinamakan air
artesis (Waluyo,2009:117). Menurut Fakhrurroja (2010:17), air tanah dalam
adalah air tanah yang terdapat di bawah lapisan tanah/batuan yang tidak tembus
air (impermeable). Untuk memperoleh air tanah jenis ini harus dilakukan dengan
pengeboran. Sumur bor/artesis merupakan salah satu contohnya. Sumur dalam
mempunyai permukaan air yang lebih tinggi dari permukaan air tanah
disekelilingnya. Tingginya permukaan air ini disebabkan oleh adanya tekanan
didalam aquifer (Kusnoputranto,1987:27).
2.1.1.3 Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh
musim dan memiliki kualitas yang sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan
munculnya ke permukaan tanah dibagi menjadi 1) rembesan, dimana air keluar
13
dari lereng-lereng, 2) umbul, dimana air keluar ke permukaan pada suatu dataran
(Waluyo,2009:118).
2.1.1.4 Air Atmosfir/Air Meteriologik/Air Hujan
Air atmosfir dalam keadaan murni, sangat bersih, tetapi sering terjadi
pengotoran karena industri, debu, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk
menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu
menampuung air hujan jangan dimulai saat hujan mulai turun, karena masih
banyak mengandung kotoran (Sutrisno,2006:14). Menurut Waluyo (2009:118), air
hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-
bak reservoir, sehingga hal ini mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga
memiliki sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
2.1.1.5 Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung berbagai garam,
misalnya NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut lebih kurang 3%. Oleh karena
itu air laut tanpa diolah terlebih dahulu tidak memenuhi syarat untuk air minum
(Waluyo,2009:118).
2.1.2 Pencemaran Air
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang
seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan
rumah tangga, limbah dari kegiatan industri, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
14
Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan
dari kemurniannya (Fardiaz,1992:19). Air tercemar apabila air tersebut telah
menyimpang dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung dari
faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. Ukuran air
disebut bersih dan tidak tercemar tidak ditentukan oleh kemurnian air (Wardhana,
2001:73). Menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001, pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
ait tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
2.1.3 Sumber Pencemar Air
Sastrawijaya (2009:123) menyatakan bahwa sumber pencemar dapat
dibedakan menjadi sumber domestik (rumah tangga) yaitu dari perkampungan,
kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit, dan sebagainya, serta sumber
nondomestik, yaitu dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan,
transportasi, dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan bentuk pencemar dapat
dibagi menjadi bentuk cair, bentuk padat, dan bentuk gas serta kebisingan
2.1.3.1 Domestik
Menurut Lud Waluyo (2009:97), sampah domestik merupakan sampah
yang sehari-hari dihasilkakn akibat kegiatan manusia secara langsung. Sumber
pencemar domestik berasal dari rumah tangga, perkampungan, pasar, sekolah,
pemukiman, rumah sakit dan lain sebagainya. Limbah domestik adalah semua
buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci
15
peralatan rumah tangga, apotik, rumah sakit, rumah makan dan sebagainya yang
secara kuantitatif limbah tadi terdiri dari zat organik berupa pada atau cair, bahan
berbahaya, dan beracun (B3), garam terlarut, lemah dan bakteri terutama golongan
fekal coli, jasad pathogen dan parasit (Sastrawijaya,2009:123).
2.1.3.2 Nondomestik
Sampah nondomestik, sampah ini adalah sampah yang dihasilkan dari
kegiatan manusis sehari-hari, tetapi tidak secara langsung. Beberapa contoh dari
sampah nondomestik adalah sampah dari pabrik, sampah industri, sampah
pertanian, sampah peternakan, sampah kehutanan, transportasi, dan sebagainya.
Baik secara langsung maupun tidak langsung kedua pencemar tersebut
mempengaruhi kualitas air (Waluyo, 2009:97-98).
Limbah nondomestik sangat bervariasi, terlebih lagi untuk limbah industri.
Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat
organik, bahan pemberantas hama dan penyakit (pestisida), bahan pupuk yang
mengandung nitrogen, fosfor, sulfur, mineral dan sebagainya
(Sastrawijaya,2009:124). Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri
sangat bervariasi tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan
pada proses industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang
ada (Sugiharto, 1987:13).
2.1.4 Dampak Pencemaran Air
Menurut Wisnu Arya Wardhana (1995:134) air merupakan salah satu
sumber kehidupan bagi manusia. Apabila air telah tercemar maka kehidupan
manusia akan terganggu. Ini merupakan bencana besar. Hampir semua makhluk
16
hidup di muka bumi ini memerlukan air, dari mikroorganisme sampai dengan
mamalia. Tanpa air tiada kehidupan di bumi ini. Air yang telah tercemar dapat
mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia. Kerugian yang disebabkan
oleh pencemaran air dapat berupa:
2.1.4.1 Air Menjadi Tidak Bermanfaat Lagi.
Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran air merupakan
kerugian yang terasa secara langsung oleh manusia. Kerugian langsung ini pada
umumnya disebabkan oleh terjadinya pencemaran oleh berbagai macam
komponen pencemar air. Bentuk kerugian langsung ini antara lain berupa:
2.1.4.1.1 Air Tidak Dapat Digunakan Lagi Untuk Keperluan Rumah Tangga.
Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat digunakan lagi sebagai
penunjang kehidupan manusia, terutama untuk keperluan rumah tangga, akan
menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu lama
untuk memulihkannya. Padahal air yang dibutuhkan untuk keperluan rumah
tangga sangat banyak, untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan lain
sebagainya.
2.1.4.1.2 Air Tidak Dapat Digunakan Untuk Keperluan Industri.
Kalau terjadi pencemaran air yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat
digunakan untuk keperluaun industri berarti usaha untuk meningkatkan kehidupan
manusia tidak akan tercapai. Sebagai contoh, air lingkungan yang berminyak
(karena tercemar minyak) tidak dapat lagi digunakan sebagai solven atau sebagai
air proses dalam industri kimia. Air yang terlalu banyak mengandung ion logam
yang bersifat sadah tidak dapat dipakai lagi sebagai air ketel uap. Pusat Listrik
Tenaga Uap tidak dapat menggunakan air sadah.
17
2.1.4.1.3 Air Tidak Dapat Digunakan Untuk Keperluan Pertanian.
Air tidak dapat digunakan lagi sebagai irigasi untuk pengairan
dipersawahan dan kolam perikanan, karena adanya senyawa-senyawa anorganik
yang mengakibatkan perubahan drastis pada pH air. Air yang bersifat terlalu basa
atau terlalu asam akan mematikan tanaman dan hewan air. Selain dari itu banyak
senyawa anorganik yang bersifat racun yang menybabkan kematian. Air yang
mengandung racun seringkali justru bening, seolah-olah tidak tercemar. Sudah
sering terdengar adanya kematian ikan ataupun udang di kolam perikanan dan
tambak yang disebabkan air lingkungan yang tercemar.
2.1.4.2 Air Menjadi Penyebab Penyakit
Air yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen pencemar
menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Pencemaran
air dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian
dapat terjadi karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah menjadi
penyebab berbagai macam penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran
air ini dapat berupa penyakit menular seperti Hepatitis A, Polliomyelitis, Cholera,
Typhus Abdominalis, Dysentri Amoeba, Ascariasis, Trachoma, dan Scabies.
Selain itu air juga dapat menimbulkan penyakit tidak menular. Penyakit tidak
menular dapat muncul terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh
senyawa anorganik yang dihasilkan oleh industri yang banyak menggunakan
unsur logam. Selain dari senyawa organik pun bisa menyebabkan penyakit yang
tidak menular. Pembuangan limbah industri secara sembarangan ke lingkungan
sangat merugikan manusia karena dapat menimbulkan penyakit atau keracunan
yang mengakibatkan cacat dan kematian.
18
Air lingkungan yang tercemar dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit tidak menular. Meskipun penyakit ini tidak menular namun dapat pula
menjadi wabah yang menelan banyak korban. Zat anorganik dan organik yang
mencemari lingkungan dapat menimbulkna penyakit, mulai dari keracunan yang
ringan sampai keracunan berat yang berakhir dengan kematian.
Tabel 2.1 Penyakit Menular Melalui Air
Jenis Mikroba Penyakit
(1) (2)
Virus:
Rota virus
Virus Hepatitis A
Virus Poliomyelitis
Diare, terutama pada anak-anak
Hepatitis A
Poliomyelitis
Bakteri:
Vibrio cholera
Escherichia coli
Salmonella typhi
Salmonella paratyphi
Shigella dysentriae
Cholera
Diare/disentri
Typhus abdominal
Patrathypus
Disentri
Protozoa:
Entamoeba histolytica
Balantidia coli
Giardia lamblia
Disentri amoeba
Balantidiasis
Giardiasis
Metazoa:
Ascaria lumbricoides
Clonorchis sinensis
Diphyllobothrium latum
Taenia saginata/solium
Schistosoma
Ascaris
Chlonorchiasis
Diphylobothriasis
Taeniasis
Schistosomiasis
(Sumber: Wardhana, 1995:138).
2.1.5 Klasifikasi dan Persyaratan Air
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi
mutu air diteteapkan menjadi empat, yaitu:
19
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertana
man dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya
menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA
Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam lima kategori sebagai berikut:
1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total Coliform kurang dari 50
bakteri.
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51-100 bakteri.
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101-1000 bakteri.
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung Coliform 1001-2400
bakteri.
20
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung Coliform lebih
2400 bakteri (Effendi,2003:14).
Persyaratan kualitas air bersih termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan
Kualitas Air. Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan, fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan fisika yaitu meliputi parameter bau, jumlah zat padat terlarut
(TDS), kekeruhan, rasa, suhu, dan warna sesuai dengan kadar yang
diperbolehkan.
2. Persyaratan kimia yaitu tidak mengandung zat berbahaya yang meliputi
parameter kimia organik dan kimia anorganik sesuai kadar yang telah
ditentukan.
3. Syarat mikrobiologi yaitu air tidak boleh mengandung bakteri melebihi kadar
yang diperbolehkan. Kadar bakteri total koliform (MPN) yang diperbolehkan
pada air bersih bukan air perpipaan yaitu 50/100ml. sedangkan kadar bakteri
total koliform (MPN) yang diperbolehkan pada air bersih perpipaan yaitu
10/100ml.
4. Syarat radioaktif yaitu di dalam air bersih tidak boleh terdapat aktivitas alpha
dan aktivitas beta melebihi kadar yang diperbolehkan.
2.1.6 Sumur Gali
Sumur gali adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah yang
digunakan sebagai sumber air baku untuk air bersih. Sumur gali sangat
dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau kemungkinan airnya berkurang
bahkan kering, untuk itu diperdalam atau digali lagi sampai lapisan yang
21
mengandung air. Sumur gali meskipun sukar dihindari dari pencemaran banyak
diperlukan sebagai sarana air bersih bagi setiap keluarga atau beberapa keluarga di
pedesaan.
2.1.6.1 Tipe Sumur
Menurut Joko (2010:86), terdapat 2 (dua) macam sumur gali yang
dibedakan berdasarkan keadaan tanah, yaitu:
1. Tipe I - bila keadaan tanah tidak menunjukkan gejala mudah retak atau runtuh
2. Tipe II - bila keadaan tanah menunjukkan gejala mudah retak atau runtuh
2.1.6.2 Komponen dan Fungsi
Tabel 2.2 Komponen dan fungsi dari komponen sumur gali
No. Komponen Fungsi
1. Dinding sumur bagian atas Melindungi keselamatan pemakai dan
mencegah pencemaran.
2. Dinding sumur bagian bawah Mencegah pencemaran yang berasal dari
muka tanah juga sebagai penahan dinding
sumur supaya tidak terkikis atau longsor.
3. Lantai sumur Menahan dan mencegah pencemaran air
buangan ke dalam sumur dan sebagai
tempat kerja.
4. Saluran pembuangan Menyalurkan air buangan ke sarana
pengolahan air buangan atau ke badan
penerima dan mencegah terjadinya tempat
perkembangan bibit penyakit.
Sumber: Sumber: Revisi SNI 03-2916-1992, Puslitbang Permukiman,
Departemen Pekerjaan Umum, 2004.
2.1.6.3 Kriteria Desain
1. Bentuk sumur gali sesuai dengan penampang lubangnya yaitu bulat atau
persegi.
2. Konstruksi dinding sumur gali; Tipe IA: Dinding atas dibuat dari pasangan
bata/batako/batu belah yang diplester bagian luar dan dalam setinggi 80 cm
dari permukaan lantai. Dinding bawah dari bahan yang sama sedalam minimal
300 cm dari permukaan lantai. Tipe IB: Dinding atas dibuat dari pasangan
22
bata/batako/batu belah yang diplester bagian luar dan dalam setinggi 80 cm
dari permukaan lantai. Dinding bawah dari bahan beton sedalam minimal 300
cm dari permukaan lantai (Joko,2010:86). Tipe II: Dinding atas dibuat dari
pasangan bata/batako/batu belah yang diplester bagian luar dan dalam setinggi
80 cm dari permukaan lantai. Dinding bawah sampai kedalaman sumur dari
bahan beton, sedalam minimal 300 cm dari permukaan bahan beton harus
kedap air dan sisanya berlubang.
3. Ukuran dinding sumur
Tabel 2.3 Ukuran dinding sumur
No. Tipe Ukuran
penampang
minimal (cm)
Tinggi dinding (cm) Tebal dinding
(cm)
Atas Bawah Atas Bawah
1 IA Diameter
80
Sisi 80 80 >300 ½ bata ½ bata
2 IB Diameter
80
Sisi 80 80 >300 ½ bata 10 cm
3 II Diameter
80
Sisi 80 80 Tergantung
kedalaman
muka air tanah
terendah
½ bata 10 cm
Keterangan: Muka air tanah terendah adalah kondisi muka air tanah yang
paling rendah pada suatu lokasi pada saat tertentu.
Sumber: Revisi SNI 03-2916-1992, Puslitbang Permukiman, Departemen
Pekerjaan Umum, 2004.
4. Lantai sumur gali harus kedap air dan permukaannya tidak licin
5. Ukuran lantai, baik untuk tipe I maupun tipe II, adalah minimum 100 cm dari
dinding sumur atas bagian luar dengan kemiringan lantai (1-5)% ke arah
saluran pembuangan.
6. Saluran pembuangan dibuat kedap air dan licin dengan kemiringan 2% ke arah
sarana pengolahan air buangan atau badan penerima.
23
7. Kekuatan sumur harus memperhatikan kekuatan tanah. Tipe konstruksi yang
dapat digunakan untuk sumur gali.
Menurut Lud waluyo (2009:137) persyaratan kesehatan sarana air bersih
yaitu sumur gali adalah sebagai berikut:
1. Lokasi; Jarak sumur gali minimal 11 m dari sumber pencemar antara lain;
jamban, air kotor, air comberan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak
dan lain-lain. Menurut aturan Depkes (1995), sumur gali harus ditempatkan
jauh dari sumber pencemar. Apabila letak sumber pencemar lebih tinggi dari
sumur dan diperkirakan aliran air tanah mengalir ke sumur, maka jarak
minimal sumur terhadap sumber pencemar adalah 11 meter. Jika letak sumber
pencemar sama atau lebih rendah dari sumur, maka jarak minimal adalah 10
meter dari sumur.
2. Lantai harus kedap air minimal 1m dari tepi atau sumur, tidak mudah bocor,
mudah dibersihkan dan tidak tergenang air (kemiringan minimal 1-5%).
3. Tinggi bibir sumur 80 cm dari lantai dibuat dari bahan yang kuat dan rapat air.
4. Dinding sumur minimal 3 m dari lantai dibuat dari bahan kedap air dan kuat
(tidak mudah rusak atau longsor).
Tabel 2.4 Konstruksi dinding sumur gali
Komponen
bangunan
Bahan
bangunan
Dinding Dasar
sumur
Lantai Saluran
pembua
ngan Tipe IA Tipe IB Tipe II
Ata
s
Bawa
h
Ata
s
Bawa
h
Ata
s
Bawa
h
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pasangan
bata/bat ko/
batu belah
diplester,
adukan 1 PC:
2PS, tebal
plestera 1 cm
√ √ √ √ √ √
24
Lanjutan Tabel 2.4 Konstruksi dinding sumur gali
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pipa beton kedap
air Ø 80 cm
√ √
Pipa beton
berlubang Ø 80
cm
√
Granul material
pack ukuran 3-5
cm setebal 50 cm
dari dasar sumur
√
Beton tumbuk
1PC : 3PS :
5KRL
√
Sumber: Revisi SNI 03-2916-1992, Puslitbang Permukiman, Departemen
Pekerjaan Umum, 2004. 5. Tutup Sumur; jika pengambilan air dengan pompa listrik harus ditutup rapat,
sedangkan jika pengambilan air dengan ember harus ada ember khusus dengan
tali timbanya. Untuk mencegah pencemaran ember dari timba harus selalu
berada sibagian atas atau digantung (tidak boleh diletakkan di lantai).
Gambar 2.1 Sumur Gali Tipe IA
(Sumber: Petunjuk Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum, 2007).
25
Gambar 2.2 Sumur Gali Tipe IB
(Sumber: Petunjuk Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum, 2007).
Gambar 2.3 Sumur Gali Tipe II
(Sumber: Petunjuk Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum, 2007).
2.1.6.4 Operasi dan Pemeliharaan Sumur Gali
Menurut Joko (2010:90), operasi sumur gali meliputi:
1. Sumur harus dilengkapi dengan dinding pengaman pada bibir sumur, sehingga
tidak membahayakan bagi pemakai maupun anak-anak.
26
2. Lakukan pengurasan pada sumur yang baru selesai dibangun sampai air
menjadi bersih dan tidak berbau.
3. Bila pengambilan air menggunakan timba usahakan diopersikan dengan dua
buah ember.
4. Bila pengambilan air menggunakan timba, ukur tali timba agar tidak
menyentuh lantai untuk menjaga kebersihan tali.
5. Bila pengambilan air menggunakan timba, sebaiknya timba tidak diletakkan
pada lantai sumur, untuk mencegah masuknya kotoran pada sumur atau air
yang diambul dari sumur.
6. Dalam keadaan tidak dipakai sebaiknya sumur ditutup sehingga tidak ada
kotoran yang masuk ke dalam sumur.
7. Air bekas dari sumur, sebaiknya dibuatkan saluran pembuangan sehingga
tidak menggenang pada halaman atau tanah sekitar sumur, yang dapat
menyebabkan lingkungan menjadi kotor, baud an berkembang biaknya
nyamuk.
Pemeliharaan sumur gali dapat dilakukan dengan cara:
1). Pemeliharaan Harian dan Mingguan
1. Lantai sumur sebaiknya secara rutin dibersihkan, dengan cara menggosok
lantai sumur sehingga tidak menjadi licin dan kotor dan sekaligus tidak
membahyakan pengambil air, khususnya ibu-ibu dan orang tua.
2. Pantau dinding sumur dan lantai sumur terhadap keretakan untuk
mendapatkan perbaikan.
27
3. Lakukan pelumasan pada roda katrol untuk pengambilan air menggunakan
timba.
4. Bersihkan saluran buangan dari kotoran serta pantau terhadap keretakan
untuk mendapatkan perbaikan.
2). Pemeliharaan Bulanan
1. Bersihkan dinding sumur dilakukan 2-6 bulan sekali.
2. Lakukan pengurasan.
3. Perhatikan gas dalam sumur dengan indikasi menggunakan lampu sentir
atau lilin yang dimasukkan ke dalam sumur.
4. Lakukan pembersihan dengan menggunakan alat bantu pernapasan jika
lampu sentir atau lilin mati.
5. Cek tiang sumur dan cek kerusakan.
3). Pemeliharaan Tahunan
1. Cek katrol terhadap kerusakan.
2. Pantau tali terhadap kerusakan.
3. Pantau ember terhadap kerusakan.
4. Pantau dinding, lantai, saluran buangan terhadap kerusakan.
2.1.7 Bakteri Indikator Polusi
Bakteri sebagai indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang
dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau
kotoran hewan, karena organisme tersebut merupakan organisme komensal yang
terdapat di dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air yang tercemar
oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan
28
minum, mencuci makanan dan memasak karena dianggap mengandung
mikroorganisme pathogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama pathogen
penyebab infeksi saluran pernapasan (Fardiaz, 1992:42).
Meurut Srikandi Fardiaz (1992:43-44), mikroorganisme pathogen
kebanyakan berasal dari kotoran maka untuk mengetahui kemungkinan
kontaminasi air oleh mikroorganisme pathogen, uji bakteri indikator yang berasal
dari kotoran dianggap lebih mudah dan praktis. Mikroorganisme yang diperlukan
sebagai indikator polusi kotoran adalah bakteri yang tergolong dalam bakteri
Escherichia coli, Streptococus fekal, Clostridium perfingen. Bakteri-bakteri
tersebut digunakan sebagai indikator sanitasi air karena:
1. Bakteri-bakteri tersebut dapat digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran
karena terdapat dalam jumlah besar di dalam kotoran manusia dan hewan
dimana bakteri tersebut komensal di dalam saluran pencernaan manusia dan
hewan.
2. Bakteri-bakteri tersebut pada umumnya tidak tumbuh di dalam saluran
pencernaan organisme lainnya kecuali manusia dan hewan berdarah panas.
3. Bakteri-bakteri tersebut harus selalu terdapat di dalam contoh dimana
ditentukan mikroorganisme pathogen enteric.
4. Bakteri indikator harus dapat hidup lebih lama dibandingkan dengan bakteri
pathogen enteric yang berbahaya.
5. Prosedur untuk uji indikator harus sangat spesifik yang berarti tidak
memberikan hasil positif yang salah dan sangat sensitif yang berarti dapat
mendeteksi adanya bakteri indikator dalam jumlah kecil.
6. Prosedur uji bakteri indikator harus relatif mudah dikerjakan.
29
7. Prosedur untuk melakukan uji bakteri indikator harus aman berarti tidak boleh
membahayakan bagi kesehatan yang melakukannya.
8. Jumlah bakteri indikator harus dapat menunjukkan tingkat polusi yang berarti
kira-kira jumlahnya sebanding dengan jumlah mikroorganisme pathogen yang
terdapat di dalam air.
2.1.7.1 Escherichia coli
Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan
hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan oleh karena itu
disebut juga koliform fekal. Bakteri koliform lainnya berasal dari hewan dan
tanaman mati dan disebut koliform nonfekal, misalnya Enterobacter aerogenes,
E.coli adalah grup koliform yang mempunyai sifat dapat menfermentasi lactose
dan memproduksi asam dan gas pada suhu 370
C maupun suhu 44.4+0.50
C dalam
waktu 48 jam. Sifat ini digunakan untuk membedakan E.coli dari Enterobacter,
karena Enterobacter tidak dapat membentuk gas dari lactose pada suhu
44.4+0.50C. E.coli adalah bakteri yang termasuk dalam family
Enterobacteriaceae, bersifat gram negative, berbentuk batang dan tidak
membentuk spora (Fardiaz, 1992: 44).
Dalam sebagian besar lingkungan air, genus yang mendominasi adalah
Escherichia, tetapi beberapa jenis Citobacter, Klebsiella, dan Enterobacter juga
bersifat termotoleran. Escherichia coli dapat dibedakan dari koliform termotoleran
lainnya berdasarkan kemampuan bakteri tersebut untuk memproduksi indole
(senyawa Kristal berbau tidak enak) dari triptofan atau berdasarkan
kemampuannya memproduksi enzim β-glukuronidase. Escherichia coli terdapat
30
dalam jumlah tinggi pada feses manusia dan hewan serta jarang ditemukan dalam
lingkungan yang tidak terkontaminasi feses walaupun terdapat beberapa bukti
yang menunjukkan adanya pertumbuhan pada tanah di wilayah tropis. Spesies
koliform termotoleran lain selain E.coli dapat mencakup berbagai organisme
lingkungan (Palupi,2004:421).
Gambar 2.4 E.coli
(Sumber: Smith-Keary,1988 dalam Kusuma, 2010)
2.1.7.2 Streptococcus fekal
Streptococcus adalah suatu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk
bulat atau kokus atau berbentuk bulat memanjang yang disebut juga kokobasil.
Sel-sel bakteri ini dapat dalam bentuk tunggal atau membentuk rantai panjang.
Streptococcus fekal dapat dibedakan dari Streptococcus lainnya karena bakteri ini
hidup dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas, tahan terhadap bile dan
dapat tumbuh pada suhu 450C. Streptococcus fekal terdiri dari semua naggota
yang termasuk Streptococci Lancefield Grup D. yaitu S.faecalis, S.faecium,
S.durans, S.bovis dan S.eqiunus (Fardiaz,1992:45).
2-6µm
31
Gambar 2.5 Streptococcus fecal
(Sumber: idimages.org)
2.1.7.3 Bakteri Koliform Total
Bakteri koliform total mencakup berbagai jenis basilus Gram-negatif
bukan pembentuk spora yang aerobic dan anaerobik fakultatif yang mampu
berkembang biak pada keberadaan gram empedu dalam konsentrasi relatif tinggi
disertai fermentasi laktosa dan produksi asam atau aldehida dalam waktu 24 jam
pada suhu 35-37°C. Eschericia coli dan koliform termoloteran merupakan
subkelompok kelompok koliform total yang dapat memfermentasi laktosa pada
suhu yang lebih tinggi. Bakteri koliform total (kecuali E.coli) dapat ditemukan,
baik dalam limbah cair maupun air di alam. Sebagaian bakteri tersebut
diekskresikan dalam kotoran manusia dan hewan, tetapi banyak koliform yang
bersifat heterotropik dan mampu berkembang biak dalam lingkungan air dan
tanah. Koliform total juga dapat bertahan dan berkembang dalam system distribusi
air, terutama dengan keberadaan biofilm (Palupi,2004:421).
<2µm
32
Gambar 2.6 Bakteri koliform
Sumber: pathmicro.med.sc.edu
2.1.7.4 Clostridium perfingens
C.perfingens merupakan bakteri yang berifat gram positif berbentuk
batang dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di alam, yaitu di dalam
tanah, debu, dan merupakan bagian dari mikroflora normal didalam saluran usus
manusia dan hewan. Bakteri ini bersifat anaerobik, tetapi masih tahan hidup pada
kondisi aerobik, meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi
anaerobik (Fardiaz,1992:45).
Spesies khas genus ini, C.perfingens, merupakan anggota kelompok flora
usus normal pada 13-35% manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Spesies
lainnya tidak khusus berasal dari feses. Seperti E.coli, C.perfingens tidak
berkembang biak dalam sebagian besar lingkungan air dan merupakan indikator
yang sangat khusus untuk pemcemaran feses. Clostridium perfingens tidak
direkomendasikan untuk pemantauan secara rutin, karena waktu bertahan hidup
sporanya yang lama yang kemungkinan melebihi daya tahan hidup pathogen
enteric, termasuk virus dan protozoa. Spora Clostridium perfingens memiliki
ukuran yang lebih kecil dari ookoista protozoa dan dapat digunakan sebagai
indikator yang berguna untuk keefektifan proses filtrasi. Rendahnya jumlah
33
organisme ini dalam sebagian sumber menunjukkan bahwa penggunaan spora
C.perfingens untuk tujuan tersebut mungkin terbatas pada validasi prosesnya saja,
bukan pada pemantaun yang rutin (Palupi,2004:428).
Gambar 2.7 Clostridium perfingens
(Sumber: Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor)
2.1.8 Faktor Pencemar Air Sumur Gali
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pencemaran air
sumur gali adalah adalah sebagai berikut:
2.1.8.1 Jenis Tanah
Jenis tanah yang berbeda mempunyai daya kandung air dan daya
melewatkan air yang berbeda pula. Daya kandung air atau kemampuan tanah
untuk menyimpan air tersebut disebut porositas yaitu pori-pori tanah dengan
volume total tanah dan biasanya dinyatakan dalam satuan %. Sedangkan
kemampuan tanah untuk melewatkan air disebut permeabilitas yaitu jumlah air
yang dapat dikeluarkan oleh tanah dalam satuan waktu persatuan luas penampang.
Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri
Colliform mengingat air merupakan alat transportasi bakteri di dalam tubuh.
Makin besar permeabilitas tanah maka makin besar pula kemampuan melewatkan
3-4µm
34
air yang berarti jumlah bakteri yang dapat bergerak mngikuti arah aliran air tanah
juga makin besar (Gunanto, 2001:14). Kualitas tanah juga mempengaruhi
pencemaran air, ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat
sumber air. Beberapa sumber pencemar tanah dapat berupa bahan beracun seperti
pestisida, herbisida, logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara
besar-besaran (misal Open dumping) (Mukono,2000:20).
2.1.8.2 Topografi Tanah
Topografi (relief) adalah bentuk permukaan suatu satuan lahan yang
dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitudo)
dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform).
Berdasarkan hasil penelitian uji kualitas air sumur gali yang dilakukan oleh Lilan
S Mantawali (2012) di Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo, terdapat perbedaan jumlah bakteri coliform dan escherichia coli di air
sumur gali pada topografi tanah miring dan tanah datar, yaitu pada topografi tanah
miring lebih banyak jumlah bakterinya dibandingkan dengan topografi tanah
datar.
2.1.8.3 Arah Aliran Air Tanah
Pencemaran bakteri melalui air tanah tidak dapat berlangsung dengan
melawan arus air tanah inipun masih mengalami filtrasi oleh lapisan tanah
sehingga jumlah bakteri akan semakin berkurang. Akan tetapi setiap pengambilan
air tanah dari sumur gali dapat menyebabkan perubahan arah dan kecepatan aliran
air tanah. Sebagai mekanisme keseimbangan tekanan air tanah, bila air sumur
diambil maka akan terjadi aliran air tanah dari segala arak sekitar sumur masuk ke
35
dalam sumur. Aliran ini disebut converging flow atau aliran memusat yang
membentuk silinder, semakin mendekat ke sumur semakin kecil
(Gunanto,2001:15). Bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka
keadaan itu dapat memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena
bahan polutan dalam air akan lebih cepat terdispersi (Mukono,2000:20).
2.1.8.4 Musim
Sumur gali pada umumnya dibuat untuk mencari air tanah bebas sehingga
sangat dipengaruhi oleh musim. Di beberapa tempat musim sangat berpengaruh
pada kualitas air sumur, misalnya pada musim kemarau air menjadi keruh. Air
hujan yang mengalirkan dipermukaan tanah yang mengalir di permukaan tanah
dapat menyebarkan bakteri Colliform yang ada di permukaan tanah. Meresapnya
air hujan kedalam lapisan tanah. Semakin banyak air hujan yang meresap kedalam
lapisan tanah semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran
(Gunanto,2001:16).
2.1.8.5 Jarak Sumur Gali Dengan Sumber Pencemar
Jarak sumur gali minimal lebih dari 10 m dari sumber pencemar antara
lain; jamban, air kotor, air comberan, tempat pembuangan sampah, kandang
ternak dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu
Sri Pujiati dan Dwi Ochta Pebriyanti (2010) bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara jarak sumur gali dengan septic tank terhadap kandungan bakteri coliform di
Kelurahan Citrodiwangsan, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang. Jarak
antara sumur gali dengan septic tank mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas mikrobiologi sampel air sumur gali (0,000 < α=0,05). Dari hasil
36
penelitian yang dilakukan oleh Tattit Khomariyatika dan Eram Tunggul Pawenang
didapatkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kualitas bakteriologis air
sumur gali yaitu letak timba (p=0,014) dan jarak jamban (p=0,005), dan
disimpulkan bahwa jarak jamban merupakan faktor risiko kualitas bakteriologis
air sumur gali.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmiati di sekitar
kandang ternak di Dukuh Jetis Jogopaten Kecamatan Sleman tahun 2015
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jarak kandang, kondisi fisik sumur
gali, kondisi fisik SPAL dan kondisi fisik kandang terhadap kualitas
bakteriologis air sumur gali (p<0.05). Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa
jarak kandang merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kualitas
bakteriologis air sumur gali dengan nilai odds ratio 31.719 dan nilai p=0.017.
2.1.8.6 Konstruksi Sumur Gali
Konstruksi sumur gali sangat berpengaruh terhadap merembesnya bakteri
Colliform ke dalam sumur. Konstruksi sumur meliputi konstruksi dinding sumur,
lantai sumur, bibir sumur, tutup sumur, dan saluran pembuangan. Kondisi fisik
sumber air bersih yang tidak memenuhi standar kesehatan dapat menjadi sumber
pencemar karena air yang sudah tercemar dengan bakteri atau sumber pencemar
yang tercampur dengan bakteri atau sumber pencemar lain dapat merembes
melalui pori-pori dinding, bibir, dan bagian sumber air bersih yang tidak kedap
air. Semakin baik kondisi fisik sumber air bersih maka kandungan bakteriologi air
sumur semakin sedikit, sebaliknya jika semakin buruk kondisi fisik sumber air
bersih maka kandungan bakteriologi air sumur pun semakin banyak (Radjak
dalam Huwaida,2014:95).
37
Menurut Hasnawi (2012) konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat
konstruksi dan jarak sumur dengan sumber pencemar tidak memenuhi syarat
kesehatan akan mengakibatkan terjadinya pencemaran air yang akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah bakteri Escherichia coli pada air sumur gali.
Hasil penelitian oleh Marsono (2009) menunjukkan kondisi fisik sumber air
bersih memiliki pengaruh terhadap jumlah mikroorganisme dalam sumber air
bersih. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Mangarey (2014) bahwa
terdapat hubungan antara konstruksi sumur gali dengan kualitas mikrobiologis air
sumur gali dengan nilai r = 0,513 dan nilai p = 0,003.
2.1.8.7 Tindakan atau Perilaku
Tindakan atau perilaku adalah semua kegitan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmojdo,2007:133). Perilaku meliputi 3 hal, yaitu pengetahuan (knowledge),
sikap (attitude), dan praktik atau tindakan (practice). Hasil penelitian pengaruh
perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan praktek/tindakan oleh Marsono
(2009) menunjukkan bahwa hanya perilaku dalam bentuk tindakan yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali (p value =
0,001). Hal sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tekwa et.al di Negeria yang
menyatakan bahwa variasi kandungan bakteri dalam air sumur disebabkan oleh
aktivitas manusia di daerah tersebut.
2.1.8.8 Jumlah Sumber Pencemar
Semakin banyak sumber pencemar yang berada dalam jarak maksimal 10
meter, semakin besar pengaruhnya terhadap penurunan kualitas bakteriologis air
38
sumur gali. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya bakteri yang mampu
meresap ke dalam sumur (Marsono,2009:47). Air sumur dapat tercemar oleh
sumber pencemar yang terdapat disekitarnya, misalnya septic tank, tempat
pembungan sampah, kandang ternak, saluran pembuangan air limbah, limbah
industri.
39
2.2 KERANGKA TEORI
Gambar 2.8 Kerangka teori
Sumber:(Modifikasi1Marsono:2009,
2Mukono:2000,
3Wardhana:2001,
4Fardiaz:199
2,5Gunanto:2001,
6Mantawali:2012,
7Radjak:2013,
8Notoatmodjo:2007,
9Waluyo:20
09,10
Damiati:2015,11
SNI 03-2916-1992,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan, Permenkes
No.416/MEN.KES/PER/IX/1990).
Sakit Sumber
Penyak
it
Komponen
Lingkungan
Agen
Biologis:
Bakteri4
- Escherichia
coli,
- Coliform
- Streptococus
fekal
- Clostridium
perfingen.
- Topografi tanah6
- Jenis tanah2,5
- Arah aliran air2,5
tanah
- Musim5
- Jarak sumber
pencemar1,10
- Jumlah sumber
pencemar 1
Konstruksi Sumur
Gali1,7,9,11
- Bibir
- Lantai
- Saluran buangan
- Dinding
Sumber Pencemar1,10
- Septic tank
- Tempat
pembuangan
sampah
- Kandang ternak
- Limbah industri
- Saluran
pembuangan air
limbah rumah
tangga
Kualitas
Bakterilogis Air
Perilaku3 Penyakit
Menular
Melalui Air3
- Cholera
- Diare
- Typhus
abdominal
- Patrathypus
- Disentri
81 i
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai studi deskriptif air sumur gali yang
tidak memenuhi persyaratan bakteriologis di Kabupaten Boyolali tahun 2014,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Jarak sumber pencemar dengan sumur responden, sebanyak 23 sumur
responden (92%) memiliki jarak antara sumber pencemar dengan sumur yang
tidak memenuhi syarat, dan sebanyak 2 sumur responden (8%) memiliki jarak
yang memenuhi syarat.
2. Gambaran kondisi fisik dari 25 sumur responden, sebanyak 24 sumur
responden (96%) dengan konstruksi bibir sumur yang tidak memenuhi syarat,
sebanyak 19 sumur responden (76%) dengan konstruksi dinding sumur yang
tidak memenuhi syarat, sebanyak 23 sumur responden (92%) dengan
konstruksi lantai sumur yang tidak memenuhi syarat, sebanyak 16 sumur
responden (64%) dengan konstruksi saluran buang air limbah sumur yang
tidak memenuhi syarat.
3. Gambaran dari jumlah sumber pencemar dari 25 sumur responden, sebanyak 2
sumur responden (8%) tidak terdapat sumber pencemar, sebanyak 2 sumur
responden (8%) terdapat 1 sumber pencemar, sebanyak 8 sumur responden
(32%) terdapat 2 sumber pencemar, sebanyak 8 sumur responden (32%)
terdapat 3 sumber pencemar, dan sebanyak 5 sumur responden (20%) terdapat
>3 sumber pencemar diskeitar sumur.
82
4. Gambaran praktik penggunaan sumur dari 25 responden, sebanyak 20
responden (80%) dengan praktik penggunaan sumur yang tergolong kurang,
dan sebanyak 5 responden (20%) dengan praktik penggunaan sumur yang
tergolong cukup.
6.2 Saran
6.2.1. Bagi Masyarakat
1. Hendaknya warga masyarakat memperbaiki kondisi fisik sumur gali sesuai
dengan persyaratan, meliputi tinggi bibir, dinding, lantai, dan saluran
pembuangan air limbah sumur.
2. Hendaknya warga masyarakat tidak menambah sumber pencemar baru dengan
jarak minimal 10 meter dari sumur gali.
3. Hendaknya warga masyarakat rutin membersihkan sumur gali dan sumber
pencemar agar meminimalisir pencemaran pada air sumur gali.
4. Hendaknya warga masyarakat menjaga area sumur gali dari keberadaan hewan
yang berkeliaraan dan mengandangkannya jauh dari sumur gali.
6.2.2 Bagi Intansi Kesehatan Terkait
Petugas instansi kesehatan terkait dapat melakukan upaya perbaikan
sarana sumur gali dan pencegahan pencemaran air bersih dengan penyuluhan
kepada masyarakat dalam rangka pemenuhan kualitas air sumur gali.
6.2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah perlunya meneliti variabel lain
yang dapat menggambarkan kondisi sumur yang kualitas airnya tidak memenuhi
persyaratan, misalnya umur sumur dan kedalaman sumur.
83 i
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Krisman Rizky, 2014, Studi Kualitas Air Sumur Gali Penduduk Dilihat
dari Fisik, Kimia dan Bakteriologis Serta Gambaran Konstruksi Sumur
Gali Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, Sripsi,
Universitas Negeri Medan.
Budiarto, E, 2002, Biostatika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
EGC, Jakarta.
Chrisbiyanto, Anton , 2014, Pokja AMPL Bersama Membangun Air Minum Dan
Sanitasi Indonesia: Indonesia Butuh Air Bersih, Sindonews, Jakarta. http://www.ampl.or.id/digilib/read/28-indonesia-butuh-air-bersih/49953.
Diakses tanggal 15 Desember 2015.
Dahlan, M S, 2005, Besar Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,
Arkans, Jakarta.
Darmiati, 2015, Hubungan Jarak Dan Kondisi Fisik Sumber Pencemar Terhadap
Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Di Sekitar Kandang Ternak Di
Dukuh Jetis Jogopaten Kecamatan Sleman, Tesis, Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran:Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam, UI-Press, Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. 2014. Laporan Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Kabupaten Boyolali Tahun 2014. Boyolali.
Departemen Pekerjaan Umum, 2007, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Prasarana Air
Minum Sederhana, Cipta karya Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, Modul No.2.2 Petunjuk Praktis Pembangunan
Sumur Gali (SGL) Batu Bata, Direktorat jendral Cipta Karya, Jakarta.
Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Kanisuis, Yogayakarta.
Fardiaz, Srikandi, 1992, Polusi Udara dan Air, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Fakhrurroja, Hanif, 2010, Membuat Sumur Air Di Berbagai lahan, Griya Kreasi,
Jakarta.
Gunanto, 2001, Hubungan Beberapa Faktor Risiko Pencemaran Sumur Gali
dengan Kualitas Air Sumur Gali secara Bakteriologis di Kecamatan
Seyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta, Skripsi, Universitas Diponegoro
84
Hasnawi, Heriyani, 2012, Pengaruh Konstruksi Sumur Terhadap Kandungan
Bakteri Eschercia coli Pada Air Sumur Gali Di Desa Dopalak Kecamatan
Paleleh Kabupaten Buol. Skripsi, Universitas Negeri Gorontalo.
Huwaida, Rizka Najla, 2014, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah
Escherichia coli Air Bersih pada Penderita Diare Di Kelurahan Pakujaya
Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan Tahun 2014, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jenie, Betty S L, 1993, Penanganan Limbah Industri Pangan, Kanisius,
Yogyakarta.
Kusnoputranto, Haryoto, 1987, Kesehatan Lingkungan, Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Joko, Tri, 2010, Unit Air Baku Sistem Penyediaan Air Minum, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Kuntaman, 2007, Streptococcus spp, Departemen Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, Surabaya.
Kusuma, Sri A F, 2010, Eschericia coli, Fakultas Farmasi UNPAD, Januari, hal 1,
Jatinangor.
Khairuniisa, Cut 2012, Pengaruh Jarak dan Konstruksi Sumur Serta Tindakan
Pengguna Air Terhadap Jumlah Coliform Air Sumur Gali Penduduk Di
Sekitar Pasar Hewan Desa Cempeudak Kecamatan Tanah Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012, Tesis, Universitas Sumatera Utara
Medan.
Mangarey, FB, 2014, Hubungan Antara Konstruksi Sumur Gali Dan Jarak
Terhadap Sumber Pencemar Dengan Kualitas Bakteriologis Air Sumur
Gali Di Desa Moyongkota Kecamatan Modayag Barat, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.
Mantawali, Lilan S, 2012, Uji Kualitas Air Sumur Gali Pada Topografi Tanah
Miring dan Tanah Datar di Lihat dari Bakteri Coliform dan Escherichia
coli di Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
Skripsi, Universitas Negeri Gorontalo.
Marsono, 2009, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Bakteriologis
Air Sumur Gali Di Permukiman Studi Di Desa Karanganom, Kecamatan
Klaten Utara, Kabupaten Klaten. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro Semarang.
Marwati, Nie Made, 2008, Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau Dari Kondisi
Lingkungan Fisik dan Perilaku Masyarakat Di Wilayah Puskesmas I
Denpasar Selatan, Ecotrophic, Volume 5, No 1, 2008, hlm 1-7.
85
Mukono, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press,
Surbaya.
Nggaikut, Wirawaty, 2012, Gambaran Perilaku Penggunaan, Kondisi Fisik Serta
Uji Bakteriologis Pada Air Sumur Gali Di Desa Haya-haya Kecamatan
Limboto Barat Kabupaten Gorontalo Tahun 2012. Skripsi, Universitas
Negeri Gorontalo.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta.
, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi),
Rineka Cipta, Jakarta.
Pawenang, ET dan Tattit Khomariyatika, 2011, Kualitas Bakterioligos Air Sumur
Gali, Kemas, Volume 7, No 1, Juli 2011, hlm 63-72.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/Menkes/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan
Kualitas Air.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air
Pujiati, R S dan Dwi Ochta P, 2010, Pengaruh Jarak Sumur Gali Dengan Septic
Tank Terhadap Kandungan Bakteri Coliform pada Air Sumur Gali,
Ikemas, Volume 6, No 1, Maret 2010, hlm 25-33.
Rizza, Rafikhul, 2013, Hubungan Antara Kondisi Fisik Sumur Gali Dengan
Kadar Nitrit Air Sumur Gali Di Sekitar Sungai Tempat Pembuangan
Limbah Cair Batik (Studi Di Kelurahan Podosugih Kecamatan
Pekalongan Barat Kota Pekalongan Tahun 2012), Skripsi, Universitas
negeri Semarang.
Rizza, R. 2013. Hubungan Antara Kondisi Fisik Sumur Gali dengan Kadar Nitrit
Air Sumur Gali di Sekitar Sungai Tempat Pembuangan Limbah Cair Batik.
Unnes Journal of Public Health. Volume 2. No 3. Mei 2013. Hlm 1-10.
Radjak, Nurmala Febriyanti, 2013, Pengaruh Jarak Septic tank dan Kondisi Fisik
Sumur terhadap Keberadaan Bakteri Eschercia coli pada Sumur Gali,
Skripsi, Universitas Negeri Gorontalo.
Rahadian, Dimas A, 2012, Perbedaan Tingkat Pengetahuan IBu dan Tindakan
Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Endemis dan Non
Endemis, Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang.
86
Ramaditta, Fadilah, dkk, Studi Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali pada
Kawasan Permukiman Menggunakan Biosensor TECTATM B16 (Studi
Kasus: Dusun Blimbingsari dan Dusun Wonorejo, Kabupaten Sleman
Yogyakarta), Volume 6, Nomor 1, Januari 2014 Hal. 38-47.
Sastrawijaya, A Tresna, 2009, Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta.
Sastroasmoro, S, 2002, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Sugiharto, 1987, Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, Ui-Press, Jakarta.
Sugiyono, 2010, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Suriawiria, Unus, 2005, Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat,
Alumni, Bandung.
Sutrisno,C Totok, 2006, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.
Unicef Indonesia, 2012, Ringkasan Kajian: Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan,
oleh United For Children, Jakarta.
Wahyuningsih, 2013, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Bakteriologi
Sumur Gali Di Rw I Desa Banjarsari Kecamatan Gombong Kabupaten
Kebumen Tahun 2012. Skripsi, Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Waluyo, Lud, 2009, Mikrobiologi Lingkungan, UMM Press, Malang.
Wardhana, Wisnu A, 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi),:
Andi Offset, Yogyakarta.
WHO, 2004, Pedoman Mutu Air Minum, Terjemahan oleh Palupi Widyastuti,
EGC, Jakarta.