STUDI DESKRIPTIF KECEMASAN SISWA SMP DALAM …1].pdf · kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi...
Transcript of STUDI DESKRIPTIF KECEMASAN SISWA SMP DALAM …1].pdf · kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi...
STUDI DESKRIPTIF KECEMASAN SISWA SMP DALAM
MENGHADAPI MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh
Veronica Puspitaningrum Suparjo
NIM : 029114060
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
AKU BELAJAR
Aku belajar bahwa tidak selamanya hidup itu indah
Kadang Tuhan mengijinkanku melalui derita
Tetapi aku tahu bahwa ia tidak pernah meninggalkanku
Sebab itu aku menikmati hidup ini dengan bersyukur
Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan menjadi kenyataan
Kadang Tuhan membelokkan rencanaku
Tetapi aku tahu bahwa itu lebih baik daripada yang aku rencanakan
Sebab itu aku belajar menerima semua itu dengan suka cita
Aku belajar cobaan itu pasti datang dalam hidupku
Aku tidak mungkin berkata: tidak Tuhan
Karena aku tahu bahwa semua itu tidak melampaui kekuatanku
Sebab itu aku belajar menghadapinya dengan sabar
Aku belajar bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali dan ditangisi
Karena rencana-NYA indah bagiku
Karena itu aku belajar bersyukur dan bersuka cita dalam segala hal
Karena dengan bersyukur dan bersuka cita semua itu menyehatkan jiwaku
dan hidupku
Inilah yang kudapatkan dari setiap perkataan Bapa di surga
Jeffrey S. Tjandra
Kan kuserahkan semua pergumulanku pada-Mu Yesus
Karna kutahu pasti semuanya kan jadi indah pada waktunya
Karya tulis ini kupersembahkan untuk:
Bapa Di Surga, Bunda Maria, dan Santo Yusuf
Bapak Ibuku tercinta, yang selalu mencintai dan mendukungku
Kakak-kakakku tersayang, yang selalu menyayangi dan
mendukungku
Seseorang yang kukasihi, yang selalu mengasihi dan mendukungku
Sahabat-sahabatku terkasih, yang selalu setia menemaniku dalam
suka dan duka
Orang-orang yang hadir dalam hidupku yang menyayangiku dengan
tulus
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Veronica Puspitaningrum Suparjo
STUDI DESKRIPTIF KECEMASAN SISWA SMP DALAM
MENGHADAPI MATA PELAJARAN MATEMATIKA
ABSTRAK
Veronica Puspitaningrum Suparjo
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
2007
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan gambaran tingkat
kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kuantitatif yaitu penelitian yang
memberikan gambaran berdasarkan analisis skor jawaban subjek pada skala
sebagaimana adanya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penyebaran skala, yaitu skala kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika. Data yang diperoleh dari skala kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran matematika kemudian diolah dengan menggunakan
komputer program SPSS for windows 13.0.
Populasi dalam penelitian ini meliputi siswa kelas 8 SMP Negeri 2
Wedi dari 5 (lima) kelas yang berjumlah total 160 subjek penelitian dengan
rincian 80 orang untuk uji coba dan 80 orang untuk penelitian. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang dialami siswa SMP
dalam menghadapi mata pelajaran matematika cenderung rendah.
DESCRIPTIVE STUDY ON THE ANXIETY OF THE STUDENTS
OF THE STATE JUNIOR HIGH SCHOOL IN UNDERTAKING
MATHEMATIC LESSONS
ABSTRACT
Veronica Puspitaningrum Suparjo
Psychology Faculty
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2007
The purpose of this research is to give descriptions of the anxiety level
experienced by the students of the State Junior High School in undertaking
mathematic lessons. This research is the descriptive-quantitative, that is a research
that provides a general description derived from an analysis of subject answer
scores at the prevailing questionaire. The data gathering method used in this
research of the anxiety questionaire is the questionaire measuring anxiety levels of
the students in undertaking mathematic lessons. The data derived from the anxiety
questionaire were then processed using a computer program called SPSS for
windows 13.0.
The population in this research consists of 5 (five) 8
th
year classrooms
of the State Junior High School II of Wedi, with the total number of respondents
amounting 160, divided into 80 try-out respondents and 80 research respondents.
The result of this research indicates that the anxiety levels experienced by the
students of the State Junior High School in undertaking mathematic lessons have
tended to be low.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
limpahan berkat, rahmat, dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Kecemasan Siswa SMP dalam
Menghadapi Mata Pelajaran Matematika.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moral, material maupun spiritual. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin
dan dukungan untuk melakukan penelitian.
2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si., selaku Kepala Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah berkenan
membantu dan memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Titik Kristiani, S.Psi., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi., selaku dosen Pembimbing Akademik
pengganti sekaligus pembimbing skripsi yang telah banyak membantu,
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan,
memberikan masukan, saran, dan dukungan selama proses penulisan skripsi
ini.
5. Dosen penguji skripsi: Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. & Ibu MM.
Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si., yang telah memberikan kritik, saran, serta
masukan dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini menjadi lebih
sempurna.
6. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang
telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Mbak Nanik, mas Gandung, mas Doni, mas Muji, dan pak Gik yang telah
memberikan pelayanan yang baik kepada penulis selama ini.
8. Bapak Drs. Tri Wibowo, selaku Kepala SMP Negeri 2 Wedi yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Wedi .
9. Ibu Atik, selaku guru BK yang telah membantu peneliti selama pelaksanaan
try out penelitian dan penelitian di SMP Negeri 2 Wedi.
10. Kedua orang tuaku yang selalu menyayangiku, Bapak Agustinus Supardjo dan
Ibu Agnes Martini, maturnuwun sanget untuk cinta, doa, dukungan, perhatian,
nasehat, dan kasih sayang, yang tak pernah habis untukku.
11. Kakakku tersayang, Monica Puspaningsih (mbak Monic) dan mas Nata,
trimakasih banyak untuk cinta, kasih sayang, perhatian, doa, dan dukungannya
untuk dek Pit. Thangkyu ya . . .
12. Seorang yang kukasihi, Helarius Wisnugroho (mas Wisnu “Becak”), nggak
ada kata yang lain yang bisa adek ucapkan selain trimakasih banyak untuk
cinta, kasih sayang, doa, perhatian, pengertian, dan suport yang selalu ada
untukku. Trimakasih kau buat hidupku menjadi lebih bermakna dan berwarna.
Semoga semua akan menjadi indah pada waktunya.
13. Mas-masku, mas Aji dan mas Gatot yang selalu menyayangiku, mendukungku
dan tidak pernah lelah membantuku dan menyemangatiku. Trimakasih banyak
atas doa, bantuan-bantuan dan suportnya selama ini sehingga skripsi ini bisa
selesai.
14. Sahabat-sahabatku, Asih, mas Nano, Aning, dan Wiwin. Trimakasih banyak
untuk persahabatan dan persaudaraan kita selama ini. Trimakasih atas bantuan,
doa, saran, masukan, dan dukungan untukku. Trimakasih kalian tetap
menemaniku, mensuportku dan memberikan keceriaan di saat-saat letihku.
Teman-temanku, Wiwib & Rusman. Trimakasih ya untuk semua . . .
15. Almarhum budhe Marni, trimakasih untuk doa dan pengertian untukku ketika
masih sugeng. Pakdhe sulis, trimakasih untuk perhatian dan doanya. Pakdhe
dan budhe semuanya, maturnuwun untuk doa dan pangestu-nya untukku.
16. Bulik Tantik dan Om Tomo, trimakasih untuk doa dan kasih sayangnya. Buat
dek Erwin, dek Nita dan dek Wahyu, trimakasih ya untuk doa dan suportnya...
17. Om Tarno dan bulik Sri, trimakasih untuk doa dan kasih sayang untukku. Buat
adek-adekku tersayang Dewo-Dewi, kalian sumber penghiburanku di saat-saat
aku letih...Trimakasih ya buat semuanya . . .
18. Keluarga mbak Indras, mas Pal, si kecil Kueta dan baby Keke, trimakasih
untuk perhatian dan suportnya untukku.
19. Sepupu-sepupuku, mbak Dian, dek Fandi, dek Elsa, Nina, Nono, Joko, Catur,
Tri (kapan nyusul, he...), dan Alek. Trimakasih untuk doa dan dukungannya
untukku.
20. Keluarga mbak Rini, mas Agus dan si kecil Pandu. Trimakasih untuk doa dan
dukungannya untukku.
21. Anak-anak kos Sekar Ayu, Gilang, Titis, Tami, Evi, Siska, Rika, Ririn, Lia
“Liul”, dek Embik, Tyas, Ika, Putri, Mia, Lia, Watik, Meta, dan Endar.
Trimakasih atas doa dan dukungan untukku. Trimakasih atas hari-hari indah
selama aku kos di Sekar Ayu. Trimakasih aku masih boleh singgah di Sekar
Ayu, meskipun aku udah nggak kos lagi.
22. Anak-anak Psikologi 2002, Ria & mbak Diah (tanpa kalian...nggak tahu deh
apa jadinya...he..., thengkyu banget ya kalian membantuku mengambil
keputusan penting dalam hidupku), Obed (teman seperjuanganku dulu,
he...thengkyu ya buat semua...), Lita & Mita (Akhirnya Pak Adi
memperjuangkan kita kan...makasih banget ya buat semua...), Prima (makasih
banget aku boleh ngeprint tempatmu waktu itu), Sari, Bona, Roni, Dhesta,
Weda, Thea, Ian, Wiwi, Tisa, Tina, Winda, Siska, Ina, mas Adi, Dedy, Tanti,
Nopek, Ajeng, Nining, Yanti, Barjo, Wawan, Arba, Ntrik, Rio, Lisna, Irna,
Vincent, Suko, Vista, Trisa, Neri, Sutri, Iput, Dewi, Hera, Astria, Nanut, Lia,
dan semua yang mengenal aku. Trimakasih untuk kebersamaan kita selama
ini. Trimakasih untuk semua doa dan dukungan, saran, dan masukan untukku.
Buat teman-temanku yang belum lulus, tetap bersabar, tetap berjuang, tetap
semangat dan Never give up!Cayoo...!!
23. Teman-teman Psikologi angkatan 2001 dan 2003, mbak Rosita, mbak Ita,
mbak Deasy, Adi, Pati, Kris, mbak Ajeng, mas Budi (Mbut), mas Aris, Didi,
Rachel, dan Dani, trimakasih udah mau berbagi pengalaman, trimakasih untuk
masukan dan dukungannya selama ini.
24. Teman-teman SMP-ku, Nita dan Vinda, akhirnya aku menyusul kalian.
Trimakasih untuk doa dan dukungannya untukku.
25. Teman-temanku Mudika Gereja Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi,
Teguh, Arif ”Galempong”, Andi “Todung”, Rio, Komar, Heru “Emprit”,
Indah, Buyut, Santo “Jenggot”, dan semuanya yang mengenal aku, trimakasih
untuk doa, perhatian, kasih sayang, dan dukungan untukku selama aku di
Mudika.
26. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………..……………………………..…iii
MOTTO…………………………………………………………………………..iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………..........v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................vi
ABSTRAK……...……………………………..............……………………........vii
ABSTRACT..........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
DAFTAR ISI…...…………………………………………………………..........xiv
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………….....................1
B. Rumusan Masalah……………………………..…………………....7
C. Tujuan Penelitian…………………………...…................................7
D. Manfaat Penelitian……………………………...…..........................7
BAB II. DASAR TEORI
A. Kecemasan
1. Pengertian kecemasan…………………………………............10
2. Aspek kecemasan…………………………………….……......11
3. Faktor-faktor penyebab kecemasan……………….……...........16
4. Macam-macam kecemasan…………………………................17
5. Fungsi kecemasan……………………………………………..21
B. Siswa SMP
1. Pengertian siswa SMP sebagai remaja awal…………..............22
2. Ciri-ciri siswa SMP sebagai remaja awal…………...................24
3. Karakteristik perkembangan siswa SMP sebagai
remaja awal…………………………………………................30
C. Pelajaran Matematika SMP……………………………………......36
D. Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika……...............................................................37
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………………….....................42
B. Variabel Penelitian……………………………………...................42
C. Definisi Operasional…………………………….............................43
D. Subjek Penelitian……………………………………......................43
E. Metode Pengumpulan Data…………………………......................44
F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur
1. Validitas……………...……………………………………......47
2. Seleksi Item………………………………………………........48
2. Reliabilitas……...……………………………………...............50
G. Analisis Data…………………………………………....................51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
1. Orientasi kancah.........................................................................53
2. Persiapan penelitian...................................................................53
3. Uji coba penelitian.....................................................................54
B. Pelaksanaan Penelitian.....................................................................55
C. Hasil penelitian
1. Deskripsi rata-rata kecemasan siswa SMP dalam
menghadapi mata pelajaran matematika....................................56
2. Kategorisasi tingkat kecemasan siswa SMP dalam
menghadapi mata pelajaran matematika....................................57
3. Hasil analisis tambahan
a. Deskripsi rata-rata nilai rapor siswa SMP pada
mata pelajaran matematika semester lalu..............................58
b. Kategori rata-rata nilai rapor mata pelajaran matematika
pada siswa SMP semester lalu..............................................59
4. Pembahasan................................................................................60
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................63
B. Saran.................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................66
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Skala Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika
Tabel 2 Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika setelah Uji Coba
Tabel 3 Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika setelah Uji Coba yang Sudah Diperbaiki
Tabel 4 Descriptive Statistic
Tabel 5 Norma Kategorisasi
Tabel 6 Norma Kategorisasi Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika
Tabel 7 Kategori Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika
Tabel 8 Descriptive Statistic
Tabel 9 Kategori Rata-rata Nilai Rapor Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa
SMP Semester Lalu
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skala Uji Coba Penelitian
2. Data Uji Coba Penelitian
3. Skala Penelitian
4. Data Penelitian
5. Out Put
6. Surat Ijin Penelitian
7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam
dan untuk hidup manusia. Banyak hal-hal di sekitar manusia yang selalu
berhubungan dengan matematika. Sebagai contoh: menghitung volume benda,
menghitung luas bangun ruang, menghitung panjang, menghitung lebar, dan
masih banyak lagi (Setyono, 2006).
Kurun waktu belakangan ini, peran matematika dalam kehidupan
manusia sudah tidak dapat diragukan lagi. Banyak sekali cabang ilmu
pengetahuan yang didasari oleh matematika. Tanpa bantuan matematika
tampaknya tidak mungkin dicapai kemajuan yang begitu pesat dalam bidang
ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer, dan berbagai bidang yang lain.
Dari sini tampak bahwa matematika sangat berperan bagi kehidupan manusia
dan setiap orang yang mempunyai pengetahuan matematika akan
mendapatkan keuntungan dari padanya (Sujono dalam Wijayanti, 2000).
Konsep dasar matematika yang benar, yang diajarkan kepada
seorang anak, haruslah benar dan kuat, karena ilmu ini demikian penting.
Paling tidak, hitungan dasar yang melibatkan penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian harus dikuasai dengan sempurna (Setyono, 2006).
Oleh karena itu, diharapkan seseorang, khususnya siswa dapat meningkatkan
prestasi belajar matematikanya pada pendidikan formal mengingat pentingnya
ilmu tersebut.
Pada kenyataannya, banyak orang mengeluh ketika mempelajari
matematika di bangku sekolah formal. Matematika merupakan sesuatu yang
membuat muka pucat, sakit perut, atau badan gemetar dan berkeringat dingin.
Matematika dianggap sebagai sesuatu yang begitu menakutkan (Setyono,
2006).
Sampai saat ini masih saja terdengar tentang sukarnya siswa
menguasai materi matematika. Keluhan ini tidak hanya di jenjang pendidikan
dasar sampai pendidikan menengah, tetapi juga pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Salah satu indikator sukarnya siswa menguasai materi
matematika, dapat dilihat dari rendahnya prestasi matematika yang diperoleh
(Santoso, 1995). Sebagai contoh, hal tersebut dapat dilihat dari hasil Ujian
Akhir Nasional (UAN) tahun 2003/2004 pada SMP Negeri Menteng Jakarta,
di mana dari total siswa kelas 3 sebanyak 280 pelajar, 19 di antaranya tidak
lulus karena nilai UAN-nya di bawah 4,01. Sebanyak 14 orang tidak lulus
dalam mata pelajaran Matematika, 2 orang dalam mata pelajaran Bahasa
Inggris, dan 2 orang dalam pelajaran Bahasa Indonesia (www. Kompas. co. id,
2004).
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak siswa yang
kurang berminat terhadap matematika. Matematika merupakan pelajaran yang
menakutkan. Jam-jam pelajaran matematika dirasakan sebagai neraka bagi
sebagian besar siswa. Dalam mengikuti pelajaran matematika mereka merasa
gelisah, was-was, cemas, yang pada gilirannya nanti perasaan-perasaan
tersebut dapat mempengaruhi dan menyebabkan rendahnya prestasi belajar
matematika (Santoso, 1995).
Hal serupa juga disampaikan oleh Sujono (dalam Wijayanti, 2000),
bahwa ternyata sampai sekarang masih banyak siswa yang beranggapan
bahwa matematika merupakan pelajaran yang sukar, untuk mempelajarinya
diperlukan kemauan, kemampuan, dan kecerdasan tertentu. Oleh karena itu,
banyak siswa yang takut terhadap matematika dan sejauh mungkin akan
berusaha menghindari bilangan dan operasi-operasi bilangan. Menurut
Buchory (dalam Kompas, 2007), pendidikan matematika sampai sekarang
masih dianggap momok alias menakutkan.
Mengapa pada tingkat SMP dan SMU matematika dan ilmu eksata
lainnya menjadi momok yang menakutkan? Selama ini ada beberapa anggapan
yang dipegang turun-temurun dan masih tetap dianggap sebagai satu-satunya
cara mengajar. Inilah beberapa anggapan tersebut: pertama, siswa dianggap
sebagai penerima pasif informasi dan guru dianggap sebagai sumber
pengetahuan. Kedua, para murid dianggap sebagai kertas kosong yang siap
untuk ditulisi. Mereka datang, duduk manis, dan hanya mendengarkan guru
menyampaikan informasi. Pada anggapan pertama dan kedua, jika informasi
yang masuk tidak sesuai dengan “operating system” yang dimiliki seorang
siswa, informasi tersebut akan ditolak. Jika dipaksakan, kemungkinan akan
menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan pada siswa tersebut dan
menimbulkan perasaan tertekan. Kondisi inilah yang disebut sebagai
kecemasan.
Ketiga, Matematika merupakan suatu pelajaran yang dipelajari
dengan “hapalan”. Anggapan tersebut terjadi karena beratnya beban
kurikulum yang ada di Indonesia. Guru cenderung mengejar target kurikulum
yang dibebankan. Akibatnya patokan yang digunakan bukan penguasaan
murid atas suatu materi tetapi berpatokan pada selesai atau tidaknya suatu
materi diajarkan. Hal tersebut membuat siswa menjadi merasa terbebani untuk
menguasai materi yang diajarkan guru, sehingga memungkinkan timbulnya
kecemasan dalam diri siswa.
Keempat, siswa yang berbuat kesalahan cenderung akan dihukum.
Hukuman/ancaman tersebut juga digunakan untuk menghilangkan perilaku
yang tidak diinginkan. Adanya hukuman yang diberikan kepada para siswa
akan menimbulkan suatu trauma yang mendalam. Dalam jangka pendek
efeknya tidak terasa, tetapi dalam jangka panjang, hal itu menimbulkan
kerusakan pada “operating system” yang sulit dideteksi. Guru yang
memberikan hukuman pada siswa yang salah dalam mengerjakan soal akan
menghambat pembelajaran matematika. Hal ini membuat para siswa
kemungkinan akan merasa cemas dalam menghadapi mata pelajaran
matematika.
Kelima, nilai bagus diidentikkan dengan “pintar” dan nilai jelek
diidentikkan dengan “bodoh”. Nilai merupakan suatu umpan balik bagi guru
maupun orang tua untuk mencari tahu bagian mana dari suatu materi yang
belum dikuasai oleh siswa, bukan untuk mendeskripsikan seorang siswa pintar
atau bodoh. Anggapan guru yang demikian, membuat siswa kemungkinan
merasa cemas jika mendapatkan nilai jelek karena siswa akan dianggap bodoh.
Keenam, cara pemecahan soal harus sesuai dengan cara yang
diajarkan oleh guru, jika tidak siswa dianggap tidak menurut dan jawabannya
disalahkan walaupun jawabannya benar (Setyono, 2006). Anggapan tersebut
membuat siswa merasa tidak bisa mengembangkan kreativitasnya, karena cara
pemecahan soal harus sesuai dengan cara yang diajarkan oleh “guru”, jika
tidak, siswa dianggap tidak menurut dan jawabannya disalahkan walaupun
jawabannya benar. Kondisi ini memungkinkan siswa merasa tertekan,
sehingga menimbulkan kecemasan dalam dirinya.
Hal-hal di atas merupakan cara penyampaian pelajaran matematika
yang memungkinkan timbulnya kecemasan pada siswa dalam menghadapi
mata pelajaran matematika. Kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan
aprehensi atau keadaan khawatir pada seseorang yang mengeluhkan bahwa
sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, Rathus, & Greene, 2005).
Selain itu, kecemasan didefinisikan sebagai manifestasi dari berbagai proses
emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami
tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik) (Daradjat, 1985).
Siswa yang mengalami kecemasan terhadap matematika akan menunjukkan
berbagai tanggapan emosional bila mereka dihadapkan kepada masalah-
masalah yang berkaitan dengan bilangan. Tanggapan emosional ini meliputi
aspek fisik, mental, dan perilaku. Menurut Nevid, dkk (2005), Daradjat (1985)
serta Supratiknya (1995), aspek fisik, indikatornya: sulit bernafas, jantung
berdebar keras, dan pusing; gangguan pencernaan, gangguan tidur, gangguan
makan dan ekspresi wajah. Aspek mental, indikatornya: afektif dan kognitif.
Aspek perilaku, indikatornya: menghindar, melekat dan dependen, terguncang
serta melakukan gerakan-gerakan neurotik.
Penelitian ini penting untuk dilakukan, karena kecemasan siswa
dalam menghadapi mata pelajaran matematika mempengaruhi prestasi belajar
matematika. Hal ini diungkapkan oleh Santoso (1995), bahwa ada korelasi
negatif yang signifikan antara tingkat kecemasan dan prestasi belajar
matematika. Ini berarti semakin tinggi tingkat kecemasan siswa, semakin
rendah prestasi belajar matematikanya, begitu pula sebaliknya.
Dewasa ini, pembelajaran matematika di beberapa sekolah telah
menggunakan pendekatan siswa aktif. Selain itu, menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL), dengan
ciri bahwa pembahasan setiap konsep atau prinsip matematika sebisa mungkin
dikaitkan dengan atau diberi pengantar hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan nyata sehari-hari (kontekstual). Pembahasan materi juga disertai
gambar ilustrasi atau foto terpilih dan juga contoh-contoh yang aktual
(Tazudin, dkk, 2005). Pada kenyataannya, prestasi matematika sampai
sekarang masih rendah. Sebagai contoh, dari hasil uji coba Ujian Nasional
(UN) di Kudus pada 43 buah SMP, hanya 4 buah SMP yang dinyatakan lolos
dan memenuhi standar kelulusan yaitu 4,25; sedangkan 39 SMP lainnya
dinyatakan gagal. Hal tersebut dikarenakan rendahnya nilai pada 6 mata
pelajaran yang diujikan terutama matematika (www. Kompas. co. id, 2005).
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah
siswa masih cemas kendati telah ada cara penyampaian pelajaran yang
menarik termasuk dalam mata pelajaran matematika. Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat kecemasan
pada siswa, khususnya siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran
matematika.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini: Bagaimana gambaran
tingkat kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran
matematika?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tingkat
kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tingkat
kecemasan pada siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika,
sehingga guru dapat memberikan feed back untuk meningkatkan
kualitas pengelolaan kelas dalam mendayagunakan potensi kelas
berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap
personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah
sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara
efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan
dengan kurikulum dan perkembangan siswa.
b. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tingkat
kecemasan pada siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika,
sehingga pihak sekolah dapat melakukan usaha-usaha untuk
mengurangi tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi mata
pelajaran matematika, misalnya menambah kegiatan-kegiatan yang
dapat meningkatkan bakat dan ketrampilan siswa dengan harapan agar
prestasi belajar matematika meningkat.
2. Manfaat teoritis
a. Bagi perkembangan Psikologi Pendidikan, hasil penelitian ini dapat
menjadi salah satu acuan atau referensi dalam mengembangkan studi
lebih lanjut mengenai tingkat kecemasan pada siswa SMP dalam
menghadapi mata pelajaran matematika.
b. Bagi perkembangan Psikologi Perkembangan, hasil penelitian ini dapat
menjadi salah satu acuan atau referensi dalam mengembangkan studi
lebih lanjut mengenai remaja, khususnya mengenai tingkat kecemasan
dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
c. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi salah satu bahan referensi atau sumber informasi dalam
mengembangkan penelitian selanjutnya terutama tentang kecemasan
yang dialami siswa SMP, khususnya dalam menghadapi mata pelajaran
matematika.
BAB II
DASAR TEORI
A. Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah keadaan emosi yang tidak
menyenangkan yang meliputi: interpretasi subjektif dan rangsangan
fisiologis. Reaksi badan secara fisiologis, dapat dicontohkan: bernafas
lebih cepat, muka menjadi merah, jantung berdebar-debar, dan berkeringat
(Ollendick dalam Clerq, 1994).
Anxietas/kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan khawatir
pada seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera
terjadi (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Banyak hal yang harus
dicemaskan, misalnya: kesehatan, relasi sosial, ujian, dan kondisi
lingkungan. Hal-hal tersebut merupakan beberapa hal yang dapat menjadi
sumber kecemasan. Sedikit cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut
merupakan hal yang normal, bahkan adaptif. Kecemasan merupakan
respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi
abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau
bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya, yaitu: bila bukan
merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Dalam bentuk yang
ekstrim, kecemasan dapat mengganggu fungsi sehari-hari.
Menurut Daradjat (1985), kecemasan adalah manifestasi dari
berbagai proses emosi yang bercampur baur. Proses emosi ini terjadi
ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan
pertentangan batin (konflik).
Menurut Hall & Lindzey; Wiley & Sons (dalam Supratiknya,
1993), kecemasan adalah suatu keadaan tegangan yang merupakan suatu
dorongan, seperti lapar dan seks. Keadaan tegangan ini tidak timbul dari
kondisi-kondisi jaringan di dalam tubuh, tetapi ditimbulkan oleh sebab-
sebab dari luar.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan
yang merupakan respon terhadap suatu ancaman dan menimbulkan
perasaan tertekan dan tegang.
2. Aspek kecemasan
Supratiknya (1995), mengungkapkan beberapa hal yang
merupakan simptom-simptom (gejala-gejala) kecemasan. Simptom-
simptom tersebut terdiri atas:
a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was, dan keresahan yang
bersifat tak menentu (diffuse uneasiness).
b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, sering merasa
tidak mampu, minder, depresi, dan serba sedih.
c. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan serta serba takut salah.
d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang-
lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang
secara tiba-tiba atau yang tak diharapkan, dan selalu melakukan
gerakan-gerakan neurotik tertentu, seperti: mematah-matahkan buku
jari, mendehem, dan sebagainya.
e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan
sekitar bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering
buang air kecil, dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan
mimpi buruk.
f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah.
g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.
h. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa
sebab yang jelas.
i. Sering mengalami “anxiety attacks” atau tiba-tiba cemas tanpa ada
pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa: berdebar-debar,
sulit bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-
kencing, atau sakit perut.
Kecemasan terdiri dari begitu banyak ciri fisik, kognisi, dan
perilaku (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Ciri-ciri tersebut terdiri atas:
a. Fisik, meliputi: kegelisahan, kegugupan; tangan atau anggota tubuh
yang bergetar atau gemetar; sensasi dari pita ketat yang mengikat di
sekitar dahi; kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada; banyak
berkeringat; telapak tangan yang berkeringat; pening atau pingsan;
mulut atau kerongkongan terasa kering; sulit berbicara; sulit bernafas;
bernafas pendek; jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang;
suara yang bergetar; jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin;
pusing; merasa lemas atau mati rasa; sulit menelan; kerongkongan
terasa tersekat; leher atau punggung terasa kaku; sensasi seperti
tercekik atau tertahan; tangan yang dingin dan lembab; terdapat
gangguan sakit perut atau mual; panas dingin; sering buang air kecil;
wajah terasa memerah; diare; dan merasa sensitif atau “mudah marah”.
b. Behavioral (perilaku), meliputi: perilaku menghindar; perilaku melekat
dan dependen; dan perilaku terguncang.
c. Kognitif, meliputi: khawatir tentang sesuatu; perasaan terganggu atau
ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan;
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa
ada penjelasan yang jelas; terpaku pada sensasi ketubuhan; sangat
waspada terhadap sensasi ketubuhan; merasa terancam oleh orang atau
peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian;
ketakutan akan kehilangan kontrol; ketakutan akan ketidakmampuan
untuk mengatasi masalah; berpikir bahwa dunia mengalami
keruntuhan; berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan;
berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa
diatasi; khawatir terhadap hal-hal yang sepele; berpikir tentang hal
mengganggu yang sama secara berulang-ulang; berpikir bahwa harus
bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan; pikiran
terasa bercampur aduk atau kebingungan; tidak mampu menghilangkan
pikiran-pikiran terganggu; berpikir akan segera mati, meskipun dokter
tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis; khawatir akan
ditinggal sendirian; sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
Daradjat (1985), mengemukakan beberapa gejala kecemasan.
Gejala-gejala kecemasan tersebut terdiri atas:
a. Gejala fisik, antara lain: ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan
tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak
nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, dan nafas sesak.
b. Gejala mental, antara lain: sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya
atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau
rendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak tenteram, dan ingin lari
dari kenyataan hidup.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
ada 3 (tiga) macam aspek kecemasan, antara lain: fisik, mental, dan
perilaku.
a. Fisik. Indikator aspek fisik, antara lain:
1) Sulit bernafas, jantung yang berdebar keras, jari-jari atau anggota
tubuh yang menjadi dingin, dan pusing.
2) Gangguan pencernaan: pencernaan tidak teratur, terdapat gangguan
sakit perut atau mual, sering buang air kecil, diare.
3) Gangguan tidur: tidur tidak nyenyak, menderita gangguan tidur
berupa insomnia dan mimpi buruk.
4) Gangguan makan: nafsu makan hilang.
5) Ekspresi wajah: kegelisahan, kegugupan, wajah terasa memerah.
b. Mental. Indikator aspek mental, antara lain:
1) Afektif: senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was (khawatir),
keresahan yang bersifat tak menentu (diffuse uneasiness), terlalu
peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, minder, serba sedih,
ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, ketakutan
akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah, ingin lari dari kenyataan hidup, dan serba takut
salah.
2) Kognitif: sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan,
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi
tanpa ada penjelasan yang jelas, berpikir bahwa semuanya tidak
lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat
membingungkan tanpa bisa diatasi, berpikir tentang hal
mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa
harus bisa kabur dari keramaian kalau tidak pasti akan pingsan,
tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu.
c. Perilaku. Indikator aspek perilaku, antara lain:
1) Menghindar, misalnya: meninggalkan kelas.
2) Melekat dan dependen, misalnya: mencontek.
3) Terguncang, misalnya: sangat terkejut dan tercengang
4) Melakukan gerakan-gerakan neurotik, misalnya: mematah-
matahkan buku jari dan mendehem.
3. Faktor-faktor penyebab kecemasan
Ada beberapa penyebab timbulnya kecemasan. Menurut
Daradjat (1985) sebab-sebab timbulnya kecemasan, antara lain: akibat
tidak terpenuhinya keinginan-keinginan seksual, yaitu karena merasa diri
(fisik) kurang, karena pengaruh pendidikan waktu masih kecil, atau sering
terjadi frustasi karena tidak tercapainya sesuatu yang diingini baik material
maupun sosial. Mungkin pula akibat dari rasa tidak berdaya, tidak ada rasa
kekeluargaan, dan sebagainya.
Menurut Kresch & Qrutch (dalam Hartanti & Dwijanti, 1997),
timbulnya kecemasan disebabkan karena kurangnya pengalaman dalam
menghadapi berbagai kemungkinan yang membuat individu kurang siap
menghadapi situasi baru. Sumber-sumber kecemasan terdiri dari dua
faktor, yaitu:
a. Faktor internal
Kecemasan berasal dari dalam individu, misalnya: perasaan
tidak mampu, tidak percaya diri, perasaan bersalah, dan rendah diri.
Faktor internal ini pada umumnya sangat dipengaruhi oleh pikiran-
pikiran negatif dan tidak rasional.
b. Faktor eksternal
Kecemasan berasal dari luar individu, dapat berupa:
penolakan sosial, kritikan dari orang lain, beban tugas atau kerja yang
berlebihan, maupun hal-hal lain yang dianggap mengancam.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan dapat
ditimbulkan oleh dua faktor. Faktor-faktor tersebut, antara lain: internal
dan eksternal.
4. Macam-macam kecemasan
Freud membedakan tiga macam kecemasan, yaitu: kecemasan
realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral (Hall & Lindzey;
Wiley & Sons dalam Supratiknya, 1993).
a. Kecemasan realitas, yaitu: rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di
dunia luar; kedua tipe kecemasan lain berasal dari kecemasan realitas
ini. Kecemasan pada mata pelajaran matematika dapat dimasukkan
pada macam kecemasan ini, karena siswa SMP dihadapkan pada suatu
kenyataan (realita) yang dapat menimbulkan perasaan tertekan dan
tegang, yaitu dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
b. Kecemasan neurotik, yaitu: rasa takut jangan-jangan insting-insting
akan lepas dari kendali dan menyebabkan sang pribadi berbuat sesuatu
yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah
ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri melainkan ketakutan
terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.
c. Kecemasan moral, yaitu: rasa takut terhadap suara hati. Orang-orang
yang superegonya berkembang dengan baik cenderung merasa
bersalah jika mereka melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan norma moral di mana mereka
dibesarkan. Mereka disebut mendengarkan bisikan suara hati.
Kecemasan moral juga mempunyai dasar dalam realitas di mana di
masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman karena
melanggar norma moral dan bisa dihukum lagi.
Menurut Daradjat (1985), ada bermacam-macam kecemasan,
antara lain:
a. Kecemasan yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya
yang mengancam dirinya. Cemas tersebut lebih dekat dengan rasa
takut, karena sumbernya jelas terlihat dalam pikiran. Contoh: saat akan
menyeberang jalan, terlihat mobil berlari kencang seakan-akan hendak
menabraknya.
b. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk,
antara lain:
1) Kecemasan yang umum. Pada kecemasan ini, orang merasa cemas
yang kurang jelas, tidak tentu, dan tidak ada hubungannya dengan
apa-apa serta mempengaruhi keseluruhan diri pribadi.
2) Kecemasan dalam bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal
tertentu, contoh: takut melihat darah, serangga, binatang-binatang
kecil, tempat yang tinggi, dan orang ramai.
3) Kecemasan dalam bentuk ancaman, yaitu: kecemasan yang
menyertai gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa. Orang merasa
cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan, sehingga ia merasa terancam oleh sesuatu itu.
Kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dapat
digolongkan pada macam kecemasan ini, karena dalam hal ini mata
pelajaran matematika dianggap sebagai ancaman. Siswa merasa
cemas karena mereka menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan dalam menghadapi mata pelajaran matematika,
sehingga mereka merasa terancam oleh mata pelajaran matematika.
c. Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan
hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan jiwa,
yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
Berdasarkan kondisi kecemasan, kecemasan digambarkan
sebagai state anxiety atau trait anxiety (Cattell, Scheier & Spielberger
dalam Clerq, 1994). State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang
timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State
anxiety beragam dalam hal intensitas dan waktu (contoh: mengikuti ujian,
terbang, kencan pertama, dan lain-lain). Keadaan ini ditentukan oleh
perasaan ketegangan yang subjektif.
Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang
cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan
suatu keadaan sebagai ancaman yang disebut dengan “anxiety proneness”
(kecenderungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk
merasakan berbagai macam keadaan sebagai keadaan yang
membahayakan atau mengancam dan cenderung untuk menanggapi
dengan reaksi kecemasan. Trait anxiety dilihat sebagai bentuk kecemasan
kronis (Spielberger dalam Clerq, 1994). Sebagai contoh: seorang anak
dengan sifat kecemasan yang kuat akan bereaksi lebih sering dan dengan
intensitas yang lebih tinggi terhadap berbagai situasi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran matematika dapat digolongkan dalam
kecemasan realitas, kecemasan dalam bentuk ancaman, dan state anxiety.
Kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika digolongkan
sebagai kecemasan realitas, karena siswa dihadapkan pada suatu realitas,
yaitu dalam menghadapi mata pelajaran matematika, di mana realitas ini
dapat menimbulkan perasaan tertekan dan tegang. Kecemasan pada mata
pelajaran matematika juga termasuk kecemasan yang berbentuk ancaman,
karena siswa menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan
dalam menghadapi mata pelajaran matematika dan hal tersebut membuat
mereka terancam. Kecemasan yang dialami seorang siswa dalam
menghadapi mata pelajaran matematika dapat digolongkan ke dalam state
anxiety, karena reaksi emosi tersebut hanya bersifat sementara dan timbul
pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Ancaman
yang dimaksud di sini yaitu dalam menghadapi mata pelajaran
matematika.
5. Fungsi kecemasan
Fungsi kecemasan yaitu memperingatkan sang pribadi akan
adanya bahaya yang merupakan isyarat bagi ego bahwa kalau tidak
dilakukan tindakan-tindakan tepat, maka bahaya itu akan meningkat
sampai ego dikalahkan. Menurut Hall & Lindzey; Wiley & Sons (dalam
Supratiknya, 1993) kecemasan akan memotivasikan sang pribadi untuk
melakukan sesuatu. Sang pribadi bisa lari dari daerah yang mengancam,
menghalangi impuls yang membahayakan atau menuruti suara hati.
Kecemasan juga merupakan pendorong, seperti halnya lapar
dan seks. Apabila kecemasan timbul, hal ini akan mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu supaya tegangan dapat direduksikan atau
dihilangkan (Soeryobroto, 1982).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi kecemasan
yaitu memperingatkan seseorang akan adanya bahaya yang merupakan
isyarat bagi ego, di mana jika tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat,
maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Selain itu,
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu supaya tegangan dapat
direduksikan atau dihilangkan.
B. Siswa SMP
1. Pengertian siswa SMP sebagai remaja awal
Siswa SMP pada umumnya berusia 12 sampai 15 tahun. Usia
ini dapat digolongkan dalam masa remaja, khususnya remaja awal
(Monks, 2004). Istilah remaja (adolescence) sendiri berasal dari kata Latin
adolescere (kata bendanya adolescentia, artinya: remaja) yang berarti
“tumbuh’ atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1991). Istilah
adolescence, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh
Piaget (dalam Hurlock, 1991), bahwa secara psikologis, masa remaja
merupakan usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,
di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih
tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai
banyak aspek afektif yang kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Perubahan intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode
perkembangan ini.
Santrock (2003) mengartikan remaja (adolescence) sebagai
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Perubahan
biologis, kognitif, dan sosial emosional yang terjadi berkisar dari
perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak sampai pada
kemandirian.
Calon (dalam Monks, dkk, 2004) juga mengungkapkan bahwa
masa remaja menunjukkan sifat-sifat masa transisi atau peralihan dengan
jelas, karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak
lagi memiliki status kanak-kanak. Remaja berada dalam status interim
sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan
sebagian lagi diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya
memberikan prestise tertentu padanya. Status interim berhubungan dengan
masa peralihan yang timbul sesudah pemasakan seksual (pubertas). Masa
peralihan tersebut diperlukan untuk mempelajari bahwa remaja mampu
memikul tanggung jawabnya nanti dalam masa dewasa. Makin maju
masyarakatnya makin sukar tugas remaja untuk mempelajari tanggung
jawab ini. Suatu pendidikan yang emansipatoris akan berusaha untuk
melepaskan remaja dari status interim-nya supaya ia dapat menjadi dewasa
yang bertanggung jawab.
Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun,
dengan pembagian sebagai berikut: usia 12 sampai 15 tahun merupakan
masa remaja awal, usia 15 sampai 18 tahun merupakan masa remaja
pertengahan, dan usia 18 sampai 21 tahun merupakan masa remaja akhir
(Monks, 2004). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa SMP
dapat digolongkan dalam kategori remaja awal, di mana usianya berkisar
antara 12 sampai 15 tahun. Masa ini merupakan masa perkembangan
transisi atau peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
2. Ciri-ciri siswa SMP sebagai remaja awal
Siswa SMP yang termasuk masa remaja awal ini mempunyai
ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan
sesudahnya (Hurlock, 1991). Ciri-ciri yang khas pada masa ini akan
mendasari timbulnya kecemasan pada diri remaja, dalam penelitian ini
khususnya kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
Ciri-ciri tersebut akan diterangkan secara singkat di bawah ini:
a. Masa remaja sebagai periode peralihan
Pada masa ini, apa yang telah terjadi sebelumnya akan
meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan
datang. Osterrieth (dalam Hurlock, 1991) menjelaskan bahwa struktur
psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak. Selain itu,
perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja
mempengaruhi tingkat perilaku individu.
Menurut Santrock (2003), masa remaja adalah masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
Perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional yang terjadi
berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak
sampai pada kemandirian.
Hal serupa diungkapkan oleh Calon (dalam Monks, dkk,
2004) bahwa masa remaja menunjukkan sifat-sifat masa peralihan
dengan jelas, karena remaja belum memperoleh status orang dewasa
tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak. Remaja berada dalam
status interim sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh
orang tua dan sebagian lagi diperoleh melalui usaha sendiri yang
selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Hal ini membuat
status remaja tidak jelas, sehingga terdapat keraguan akan peran yang
harus dilakukan (Hurlock, 1991).
Masa peralihan tersebut diperlukan untuk mempelajari
bahwa remaja mampu memikul tanggung jawabnya nanti dalam masa
dewasa. Makin maju masyarakatnya makin sukar tugas remaja untuk
mempelajari tanggung jawab ini. Suatu pendidikan yang emansipatoris
akan berusaha untuk melepaskan remaja dari status interim-nya supaya
ia dapat menjadi dewasa yang bertanggung jawab. Di sini, seorang
remaja dituntut harus “meninggalkan segala sesuatu yang bersifat
kekanak-kanakan” dan mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk
menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
Pada periode peralihan ini, dimungkinkan siswa SMP
sebagai remaja awal mengalami kecemasan, dalam penelitian ini
khususnya kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
Kecemasan-kecemasan yang mungkin timbul dapat disebabkan oleh:
pertama, karena pengalaman masa lalu remaja mempengaruhi apa
yang terjadi saat ini dan yang akan datang. Kedua, makin sukarnya
tugas remaja untuk mempelajari tanggung jawab dalam masa dewasa.
b. Masa remaja sebagai periode perubahan
Adanya perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan
oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru bagi remaja. Bagi
remaja awal, masalah baru yang timbul lebih banyak dan lebih sulit
diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja
akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri mampu
menyelesaikannya sendiri.
Selain itu, sebagian besar remaja bersikap ambivalen
terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut
kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan
akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi
tanggung jawab tersebut (Hurlock, 1991).
Pada periode ini, dimungkinkan siswa SMP mengalami
kecemasan. Hal ini dilatarbelakangi oleh timbulnya masalah baru, di
mana masalah yang timbul ini lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan
dibandingkan masalah yang sebelumnya pernah dialami. Selain itu,
sikap yang ambivalen yaitu keinginan untuk mendapatkan kebebasan
dan adanya ketakutan untuk bertanggung jawab akan akibatnya serta
meragukan kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab
tersebut.
c. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan adanya
kesulitan tersebut. Pertama, kebanyakan remaja tidak berpengalaman
dalam mengatasi masalah karena masalah mereka sebagian
diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru sepanjang masa kanak-
kanak. Kedua, karena para remaja merasa diri mereka mandiri,
sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak
bantuan orang tua dan guru-guru (Hurlock, 1991).
Alasan-alasan tersebut memungkinkan siswa SMP
mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan karena mereka merasa
mandiri, ingin menyelesaikan masalahnya sendiri dan menolak
bantuan orang lain terutama orang tua dan guru-guru mereka, padahal
sebenarnya sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengalaman
dalam mengatasi masalah karena sepanjang masa kanak-kanak orang
tua dan guru-guru selalu terlibat dalam mengatasi masalah mereka.
d. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Majeres (dalam Hurlock, 1991), mengungkapkan bahwa
banyak anggapan populer tentang remaja yang sebagian besar bersifat
negatif. Stereotip budaya menganggap bahwa remaja merupakan anak-
anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung merusak, dan
berperilaku merusak. Anggapan ini menyebabkan orang dewasa yang
harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku
remaja yang normal.
Stereotip populer ini mempengaruhi konsep diri dan sikap
remaja terhadap dirinya sendiri. Menurut Anthony (dalam Hurlock,
1991), penerimaan stereotip ini dan meyakini bahwa orang dewasa
mempunyai pandangan yang buruk tentang mereka membuat peralihan
ke masa dewasa menjadi sulit.
Stereotip populer terhadap diri remaja yang bersifat negatif
ini mempengaruhi konsep diri remaja menjadi negatif pula, misalnya
mereka menjadi memiliki citra diri seperti anggapan orang-orang
dewasa terhadap mereka. Hal ini dimungkinkan menimbulkan
kecemasan dalam diri remaja.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
remaja, khususnya remaja awal memiliki potensi untuk mengalami
kecemasan. Hal ini terlihat dari beberapa ciri yang khas pada masa remaja,
antara lain: pertama, masa remaja sebagai periode peralihan. Pada masa
ini, pengalaman masa lalu remaja mempengaruhi apa yang terjadi saat ini
dan yang akan datang. Selain itu, makin sukarnya tugas remaja untuk
mempelajari tanggung jawab dalam masa dewasa.
Kedua, masa remaja sebagai periode perubahan. Pada masa ini
remaja menghadapi masalah baru yang lebih banyak dan lebih sulit
diselesaikan dibandingkan masalah yang sebelumnya pernah dialami.
Selain itu, remaja memiliki sikap yang ambivalen di mana di satu sisi
remaja ingin mendapatkan kebebasan, sedangkan di sisi lain ada ketakutan
untuk bertanggung jawab akan akibatnya. Mereka juga meragukan
kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut.
Ketiga, masa remaja sebagai usia bermasalah. Pada masa ini
mereka merasa mandiri, ingin menyelesaikan masalahnya sendiri dan
menolak bantuan orang lain terutama orang tua dan guru-guru mereka,
padahal sebenarnya sebagian besar dari mereka tidak memiliki
pengalaman dalam mengatasi masalah karena sepanjang masa kanak-
kanak orang tua dan guru-guru selalu terlibat dalam mengatasi masalah
mereka. Keempat, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Pada masa ini konsep diri remaja menjadi negatif, mereka merasa diri
mereka tidak rapi, tidak bisa dipercaya, cenderung merusak, dan
berperilaku merusak.
3. Karakteristik perkembangan siswa SMP sebagai remaja awal
Siswa SMP sebagai remaja awal memiliki beberapa
karakteristik perkembangan (Santrock, 2003). Karakteristik-karakteristik
tersebut dapat melatarbelakangi seorang siswa SMP mengalami
kecemasan, dalam penelitian ini khususnya kecemasan dalam menghadapi
mata pelajaran matematika. Karakteristik-karakteristik tersebut, antara
lain:
a. Perkembangan kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003), remaja berada
pada tahap pemikiran operasional formal. Menurut Piaget, tahap
operasional formal (formal operational stage) merupakan tahap
keempat dan terakhir dari tahap perkembangan kognitif, yang muncul
sekitar usia 11 sampai 15 tahun. Secara lebih nyata, pemikiran
operasional formal bersifat lebih abstrak daripada pemikiran
operasional konkret. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata
dan konkret sebagai landasan berpikirnya. Mereka mampu
membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata berupa
kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan mencoba
mengolahnya dengan pemikiran logis (Santrock, 2003).
Remaja yang normal seharusnya mampu membayangkan
situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan
hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan mengolahnya dengan
pemikiran logis pada tahap ini. Bagi remaja yang belum mampu, dapat
menimbulkan kecemasan dalam dirinya.
b. Perkembangan sosial emosional
1) Konflik orang tua-remaja
Masa awal remaja merupakan waktu di mana konflik
orang tua-remaja meningkat lebih dari konflik orang tua-anak
(Montemayor & Steinberg dalam Santrock, 2003). Peningkatan ini
bisa terjadi karena beberapa faktor yang melibatkan pendewasaan
remaja dan pendewasaan orang tua, meliputi: perubahan biologis
pubertas, perubahan kognitif termasuk peningkatan idealisme dan
penalaran logis, perubahan sosial yang berpusat pada kebebasan
dan jati diri, harapan yang tak tercapai, dan perubahan fisik,
kognitif, dan sosial orang tua sehubungan dengan usia paruh baya
(Laursen & Ferreira dalam Santrock, 2003). Adanya konflik antara
orang tua-remaja ini memungkinkan timbulnya kecemasan, baik
bagi orang tua maupun remaja.
2) Otonomi dan keterikatan
Pada awal masa remaja, sebagian besar individu tidak
mempunyai pengetahuan untuk membuat keputusan yang tepat
atau dewasa pada semua sisi kehidupan. Hal ini bisa menimbulkan
kecemasan bagi remaja. Bersamaan dengan mendesaknya remaja
untuk mendapatkan otonomi, orang dewasa yang bijaksana
melepaskan kendali di bidang mana remaja dapat membuat
keputusan yang pantas dan terus mendampingi remaja pada bidang
di mana pengetahuan remaja lebih terbatas. Secara bertahap,
remaja akan memperoleh kemampuan untuk membuat keputusan
yang dewasa sendiri.
Di sisi lain, keterikatan yang aman pada masa bayi
merupakan pokok bagi perkembangan kecakapan sosial (Bowlby &
Ainsworth dalam Santrock, 2003). Keterikatan yang aman
diteorikan sebagai landasan penting bagi perkembangan psikologis
berikutnya pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa sedangkan
keterikatan tak aman diteorikan berkaitan dengan kesulitan
berhubungan dan masalah-masalah perkembangan selanjutnya.
Keterikatan pada orang tua selama masa remaja dapat
memiliki fungsi adaptif untuk menyediakan dasar rasa aman di
mana remaja dapat mengeksplorasi dan menguasai lingkungan baru
serta dunia sosial yang semakin luas dalam kondisi psikologi yang
sehat secara psikologis (Allen & Bell dalam Santrock, 2003).
Keterikatan yang aman dengan orang tua dapat membantu remaja
dari kecemasan dan kemungkinkan perasaan tertekan atau
ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-
kanak menuju dewasa. Keterikatan yang tidak aman dengan orang
tua akan menimbulkan kecemasan dan perasaan tertekan pada diri
remaja.
3) Teman sebaya
a) Fungsi kelompok teman sebaya
Teman sebaya adalah individu yang tingkat,
kematangan, dan umurnya kurang lebih sama. Teman sebaya
menyediakan sarana untuk perbandingan secara sosial dan
sumber informasi tentang dunia di luar keluarga. Hubungan
teman sebaya diperlukan untuk perkembangan sosial yang
normal pada masa remaja. Ketidakmampuan remaja untuk
“masuk” ke dalam suatu lingkungan sosial pada masa kanak-
kanak atau masa remaja dihubungkan dengan berbagai masalah
dan gangguan (Santrock, 2003). Salah satunya menimbulkan
kecemasan pada remaja.
b) Popularitas, pengabaian, dan penolakan teman sebaya
Kemampuan mendengar, komunikasi yang efektif,
menjadi diri sendiri, bahagia, menunjukkan antusias dan
perhatian kepada orang lain, serta memiliki rasa percaya diri
tapi tidak menjadi sombong, merupakan kriteria dari
popularitas di antara teman sebaya. Remaja yang diabaikan
mendapatkan perhatian yang sedikit dari teman sebaya mereka,
sementara mereka yang ditolak tidak begitu disukai oleh teman
sebaya mereka. Pada remaja yang ditolak akan berisiko
terhadap masalah perkembangan mereka (Santrock, 2003). Hal
ini dapat menimbulkan kecemasan pada remaja.
4) Kelompok remaja
Kelompok berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
pribadi remaja, memberi penghargaan kepada mereka, memberikan
informasi, menaikkan harga diri mereka dan memberikan identitas
kepada mereka. Ada hal yang dipandang berperan penting dalam
usaha remaja untuk mempertahankan harga diri dan perkembangan
identitasnya, yaitu klik (Coleman & Erikson dalam Santrock,
2003). Klik merupakan kelompok dengan jumlah yang lebih kecil,
yang melibatkan keakraban yang lebih besar di antara anggota dan
lebih kohesif daripada kerumunan, tetapi klik memiliki ukuran
yang lebih besar dan tingkat keakraban yang lebih rendah daripada
persahabatan.
Remaja yang tidak memiliki kelompok tidak memiliki
media untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka, untuk memberi
penghargaan kepada mereka, untuk memberikan informasi,
menaikkan harga diri mereka dan memberikan identitas kepada
mereka. Hal ini memungkinkan timbulnya kecemasan pada diri
remaja.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang remaja
pada dasarnya memiliki karakteristik-karakteristik perkembangan tertentu,
di mana ada beberapa karakteristik yang dapat memungkinkan seorang
remaja mengalami kecemasan. Karakteristik-karakteristik tersebut, antara
lain: pertama, perkembangan kognitif, di mana remaja mampu
membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata berupa
kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan mengolahnya
dengan pemikiran logis pada tahap ini. Bagi remaja yang belum mampu,
dapat menimbulkan kecemasan di dalam dirinya.
Kedua, perkembangan sosial emosional, di mana pada tahap ini
ada beberapa hal yang penting yang dapat menimbulkan kecemasan pada
remaja, antara lain: terjadi konflik antara orang tua-remaja, sebagian besar
remaja tidak mempunyai pengetahuan untuk membuat keputusan yang
tepat pada semua sisi kehidupan, dan adanya keterikatan yang tidak aman
dengan orang tua. Selain itu, ketidakmampuan remaja untuk “masuk” ke
dalam suatu lingkungan sosial pada masa kanak-kanak atau masa remaja
dapat menimbulkan masalah dan gangguan, misalnya kecemasan. Remaja
sering menganggap popularitas, pengabaian, dan penolakan teman sebaya
merupakan hal yang penting, di mana penolakan akan berisiko terhadap
masalah perkembangan mereka yaitu menimbulkan kecemasan pada
remaja. Selain itu, remaja yang tidak memiliki kelompok tidak memiliki
media untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka, untuk memberi
penghargaan kepada mereka, memberikan informasi, menaikkan harga diri
mereka dan memberikan identitas kepada mereka. Hal ini memungkinkan
timbulnya kecemasan pada diri remaja.
C. Pelajaran Matematika SMP
Matematika adalah ilmu yang memiliki hitungan dasar
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian (Setyono, 2005). Pada
dasarnya materi-materi mata pelajaran matematika tingkat SMP menuntut
siswa agar mampu membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-
mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak. Selain itu,
diharapkan mereka dapat mengolahnya dengan pemikiran logis untuk dapat
mempelajarinya. Menurut Piaget, kemampuan-kemampuan tersebut berada
pada tahap pemikiran operasional formal (Santrock, 2003). Pada tingkat SMP
ini mereka diharapkan mampu menyusun rencana pemecahan masalah dan
secara sistematis menguji cara-cara yang dipikirkannya. Selain itu, siswa SMP
diharapkan dapat mengembangkan hipotesis atau memperkirakan cara
pemecahan masalah, seperti halnya suatu persamaan aljabar.
Berbeda pada tingkat SD, seorang anak berada pada tahap
pemikiran operasional konkret, di mana diharapkan siswa mampu untuk
melakukan operasi kognitif. Penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif
selama nalar dapat diterapkan pada suatu kejadian khusus atau konkret. Selain
itu, pada tahap ini diharapkan siswa mampu mengenali bahwa panjang,
jumlah, masa, kuantitas, luas, berat, dan isi suatu objek dan substansi tidak
berubah meski ada perubahan pada penampilannya. Pada usia SD juga
menuntut penalaran pemilahan kelas, yaitu menuntut anak agar secara
sistematis mengelompokkan objek-objek ke dalam serangkaian kelas dan sub
kelas.
D. Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika
Sebagai remaja awal, siswa SMP memiliki beberapa ciri dan
karakteristik tertentu yang membedakannya dengan periode-periode
perkembangan sebelum dan sesudahnya (Hurlock, 1991). Usia mereka
biasanya berkisar antara 12 sampai 15 tahun. Ciri-ciri dan karakteristik yang
khas ini akan mendasari timbulnya kecemasan dalam diri remaja. Berikut ini
akan disebutkan berbagai dinamika kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika pada siswa SMP.
Pertama, masa remaja sebagai periode peralihan. Pada masa ini,
apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang
terjadi sekarang dan yang akan datang. Demikian halnya jika seseorang
mempelajari mata pelajaran matematika. Peletakan dasar matematika ketika
anak berumur 5-8 tahun sangatlah penting. Seorang anak dengan pengetahuan
dasar yang kuat akan dengan mudah memahami instruksi matematika pada
level-level berikutnya. Pembelajaran matematika pada anak-anak, terutama
pada anak usia dini, sangat berpengaruh terhadap keseluruhan proses
mempelajari matematika di tahun-tahun berikutnya. Jika konsep dasar yang
diletakkan kurang kuat atau anak mendapatkan kesan buruk pada perkenalan
pertamanya dengan matematika, maka tahap berikutnya akan menjadi masa-
masa sulit dan penuh perjuangan (Setyono, 2006).
Hal tersebut dapat dicontohkan pada pengalaman seorang anak saat
duduk di bangku SD sewaktu pelajaran Matematika. Anak itu pernah
dipermalukan di depan kelas oleh gurunya karena tidak bisa mengerjakan soal
hitungan di papan tulis. Dia dihukum di depan teman-teman sekelasnya dan
gurunya mengatakan agar teman-temannya jangan meniru kebodohan
temannya tersebut, kemudian dia diminta berdiri dengan satu kaki sambil
kedua tangannya memegang telinga secara bersilangan.
Sejak peristiwa itu, matematika menjadi sesuatu yang menakutkan
bagi anak tersebut. Hari-hari berikutnya menjadi hari-hari yang penuh tekanan
mental. Setiap mata pelajaran matematika dimulai, doanya hanya satu yaitu
agar pelajaran tersebut cepat selesai dan gurunya cepat keluar dari kelas.
Trauma itu menutup dirinya untuk mempelajari matematika. Hal ini akan
menimbulkan kecemasan dalam diri anak tersebut dalam menghadapi mata
pelajaran matematika. Dapat disimpulkan bahwa adanya pengalaman buruk
dengan matematika di masa lalu akan menimbulkan kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran matematika pada saat siswa berada pada tingkat
SMP. Hal ini dikarenakan siswa SMP termasuk dalam kategori remaja awal,
di mana pada masa ini terdapat ciri yang khas yaitu sebagai masa peralihan, di
mana apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa
yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
Kedua, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Pada masa ini ada stereotip populer yang diberikan orang dewasa kepada
remaja, di mana remaja dianggap memiliki konsep diri yang negatif.
Penerimaan remaja akan stereotip populer ini membuat remaja merasa bahwa
dirinya juga memiliki konsep diri yang negatif. Mereka merasa bahwa
matematika merupakan pelajaran yang sukar, untuk mempelajarinya
diperlukan kemauan, kemampuan, dan kecerdasan tertentu. Adanya konsep
diri negatif pada remaja dan anggapan negatif pada matematika tersebut akan
menimbulkan ketakutan terhadap matematika. Matematika dianggap sebagai
mata pelajaran yang menakutkan. Jam-jam pelajaran matematika dirasakan
sebagai neraka bagi sebagian besar siswa (Santoso, 1995). Parluki (dalam
Kedaulatan Rakyat, 2007), menyebutkan bahwa siswa SD atau SMP terkadang
takut jika menghadapi matematika. Mereka mengaku bingung saat
menghadapi angka-angka. Siswa yang takut terhadap matematika akan
berusaha menghindari bilangan dan operasi-operasi bilangan (Sujono dalam
Wijayanti, 2000). Hal inilah yang menimbulkan adanya julukan “momok”
terhadap matematika. Menurut Buchory (dalam Kompas, 2007), matematika
sampai sekarang masih dianggap momok alias menakutkan.
Ketiga, pada dasarnya remaja berada pada tahap pemikiran
operasional formal dalam perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget tahap
operasional formal (formal operational stage) merupakan tahap keempat dan
terakhir dari tahap perkembangan kognitif, yang muncul sekitar usia 11
sampai 15 tahun. Secara lebih nyata, pemikiran operasional formal bersifat
lebih abstrak daripada pemikiran operasional konkret. Remaja tidak lagi
terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan berpikirnya.
Mereka mampu membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata
berupa kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan mencoba
mengolahnya dengan pemikiran logis (Santrock, 2003).
Tuntutan kemampuan-kemampuan tersebut terdapat dalam mata
pelajaran matematika. Siswa SMP yang normal seharusnya mampu
membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata berupa
kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan mengolahnya dengan
pemikiran logis pada tahap ini. Bagi siswa SMP yang belum mampu, dapat
menimbulkan kecemasan dalam dirinya, khususnya kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran matematika.
Keempat, pada perkembangan sosial emosional, remaja dapat
memenuhi kebutuhan pribadi mereka melalui kelompok remaja. Kelompok
remaja akan memberikan penghargaan kepada mereka, memberikan informasi
kepada mereka, menaikkan harga diri mereka dan memberikan identitas
kepada mereka. Ada beberapa cara mengajar yang dapat menimbulkan
kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
Sebagai contoh: pertama, siswa dianggap sebagai penerima pasif informasi
dan guru dianggap sebagai sumber pengetahuan. Kedua, para murid dianggap
sebagai kertas kosong yang siap untuk ditulisi. Mereka datang, duduk manis,
dan hanya mendengarkan guru menyampaikan informasi. Pada anggapan-
anggapan tersebut, jika informasi yang masuk tidak sesuai dengan “operating
system” yang dimiliki seorang siswa, informasi tersebut akan ditolak. Jika
dipaksakan, kemungkinan akan menimbulkan kondisi yang tidak
menyenangkan pada siswa tersebut dan menimbulkan perasaan tertekan,
sehingga menimbulkan kecemasan.
Adanya beberapa pengerjaan tugas matematika di kelas yang
diselesaikan dengan cara berkelompok dapat memenuhi kebutuhan masing-
masing anggotanya, misalnya: mereka dapat bekerja sama dalam pengerjaan
tugas. Selain itu, mereka dapat saling memberikan informasi dan saling
membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok. Hal ini dapat mengurangi
timbulnya kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
Uraian di atas merupakan dinamika dari berbagai kecemasan yang
dialami siswa SMP. Kecemasan yang dimaksud ialah kecemasan dalam
menghadapi mata pelajaran matematika.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap satu objek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya dengan melakukan
analisis data dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Sugiyono,
2000). Berdasarkan teori tersebut, maka penelitian ini menggunakan data
kuantitatif, yaitu data yang diperoleh melalui analisis skor jawaban subjek
pada skala sebagaimana adanya.
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan
kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika dan
membuat kesimpulan berdasarkan skor setiap item pada skala kecemasan
dalam menghadapi mata pelajaran matematika yang disusun peneliti.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, artinya memberikan
gambaran tentang kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika
berdasarkan analisis skor jawaban subjek pada skala sebagaimana adanya.
B. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (1998), variabel penelitian adalah objek
penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian
ini, objek penelitiannya yaitu kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata
pelajaran matematika.
C. Definisi Operasional
Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan
yang merupakan respon terhadap suatu ancaman dan menimbulkan perasaan
tertekan dan tegang. Pada penelitian ini kecemasan yang diteliti adalah
kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
Kecemasan ini akan diungkap dengan menggunakan skala kecemasan yang
disusun sendiri oleh peneliti. Adapun aspek yang diukur meliputi: fisik,
mental, dan perilaku. Skor tinggi menunjukkan kecemasan yang dialami
dalam menghadapi mata pelajaran matematika tinggi, sedangkan skor rendah
menunjukkan kecemasan yang dialami dalam menghadapi mata pelajaran
matematika rendah.
D. Subjek Penelitian
Subjek yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah siswa kelas 8
SMP Negeri 2 Wedi tahun ajaran 2007/2008 dengan jumlah subjek 160 siswa.
Alasan peneliti memilih subjek siswa kelas 8 SMP dengan pertimbangan
bahwa mereka termasuk dalam kategori remaja awal di mana remaja berada
pada tahap pemikiran operasional formal. Pada tahap tersebut terdapat
tuntutan kemampuan untuk membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang
semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan
mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis untuk dapat mempelajarinya.
Selain itu, siswa kelas 8 SMP sudah mampu beradaptasi dengan situasi di
sekolah sedangkan siswa kelas 7 SMP masih berada pada awal adaptasi dan
siswa kelas 9 SMP sudah harus memfokuskan diri pada UAS.
Metode pengambilan sampel dengan sistem random sampling,
yaitu pemilihan sampel di mana seluruh anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih. Masing-masing anggota pada populasi
tersebut memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
ialah penyebaran skala, yaitu: skala kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika. Skala kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran
matematika ini terdiri 120 item, yang terdiri dari 60 item favorable dan 60
item unfavorable. Skala ini disusun berdasarkan aspek dalam kecemasan,
meliputi:
1. Fisik. Indikator aspek fisik, antara lain:
a. Sulit bernafas, jantung yang berdebar keras, jari-jari atau anggota
tubuh yang menjadi dingin, dan pusing.
b. Gangguan pencernaan
c. Gangguan tidur
d. Gangguan makan
e. Ekspresi wajah
2. Mental. Indikator aspek mental, antara lain:
a. Afektif
b. Kognitif
3. Perilaku. Indikator aspek perilaku, antara lain:
a. Menghindar
b. Melekat dan dependen
c. Terguncang
d. Melakukan gerakan-gerakan neurotik
Skala ini menggunakan metode Likert dengan 4 (empat) kategori
pilihan jawaban yang tersedia pada setiap item, yaitu: Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan
jawaban ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:
1. Item-item favorable
a. Sangat Setuju (SS) dengan skor 4
b. Setuju (S) dengan skor 3
c. Tidak Setuju (TS) dengan skor 2
d. Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1
2. Item-item unfavorable
a. Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 4
b. Tidak Setuju (TS) dengan skor 3
c. Setuju (S) dengan skor 2
d. Sangat Setuju (SS) dengan skor 1
Menurut Hadi (2000), modifikasi skala Likert yang terdiri dari 4
(empat) kategori jawaban, dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan
yang dikandung oleh skala lima tingkat, karena kategori netral mempunyai arti
ganda, atau bisa diartikan belum dapat memutuskan. Tersedianya jawaban di
tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central
tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan
arah jawabannya. Selain itu, maksud kategori jawaban SS – S – TS – STS
ialah untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau
tidak setuju. Blue print Skala Kecemasan siswa SMP dalam menghadapi Mata
Pelajaran Matematika dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Blue Print Skala Kecemasan Siswa SMP Dalam Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika
Item Total Aspek
F UF
1. Fisik
%
a) Jantung yang berdebar
keras, Sulit bernafas,
Pusing, Jari-jari atau
anggota tubuh yang
menjadi dingin.
4
(1, 13, 16, 22)
4
(12, 23, 24, 17)
b) Gangguan pencernaan 4
(2, 14, 18, 25)
4
(15, 26, 30, 35)
c) Gangguan tidur 4
(3, 19, 27, 31)
4
(36, 29, 43, 46)
d) Gangguan makan
4
(4, 28, 37, 45)
4
(20, 51, 54, 63)
e) Ekspresi wajah 4
(5, 21, 32, 47)
4
(34, 55, 38, 64)
40 33,3
2. Mental
a) Afektif
10
(6, 33, 39, 40, 41, 48,
49, 56, 65, 66,)
10
(58, 71, 89, 95, 106,
110, 113, 116, 118,
120)
b) Kognitif
10
(7, 42, 44, 53, 57, 59,
60, 67, 72, 105)
10
(50, 70, 88, 94, 96, 98,
104, 107, 111, 114)
40 33,3
3. Perilaku
a) Menghindar
5
(8, 52, 61, 62, 68)
5
(75, 76, 87, 93, 97)
b) Melekat dan dependen
5
(9, 69, 73, 74, 77)
5
(81, 86, 92, 99, 103)
c) Terguncang 5
(10, 78, 79, 80, 85)
5
(82, 91, 100, 102, 108)
d) Melakukan gerakan-
gerakan neurotik
5
(11, 83, 84, 101, 112)
5
(90, 109, 115, 117,
119)
40 33,3
Total
60 60 120 100
F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes atau instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila alat tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut (Azwar, 2003).
Validitas yang digunakan oleh peneliti ialah validitas isi yang
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional atau lewat professional judgment. Validasi ini
untuk mencari sejauh mana item-item tes mewakili komponen-komponen
dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek
representasi) dan sejauh mana item-item tes mencerminkan ciri perilaku
yang hendak diukur (aspek relevansi) (Azwar, 2005). Item yang disusun
ini akan dinilai oleh seorang yang kompeten atau ahli, dalam hal ini yaitu
dosen pembimbing.
2. Seleksi item
Item-item tersebut kemudian diujicoba untuk mengetahui item-
item yang gugur dan tidak layak digunakan dalam alat ukur penelitian.
Item-item yang dinyatakan gugur adalah item-item yang korelasi totalnya
rendah (r
ix
< 0,30). Pada skala kecemasan siswa SMP dalam menghadapi
mata pelajaran matematika dari 120 item yang diujicobakan terdapat 98
item yang valid dan 22 item yang gugur. Nilai korelasi item total berkisar
antara 0,303 sampai 0,691. Item-item yang gugur, yaitu: 3, 4, 9, 14, 20, 30,
31, 37, 46, 51, 53, 75, 76, 87, 90, 94, 97, 99, 101, 109, 117, dan 119. Item-
item yang valid sebanyak 98 item dalam penelitian ini hanya akan
digunakan sebanyak 87 item. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan
agar jumlah total item pada tiap-tiap aspek dapat terwakili secara
seimbang.
Item-item tersebut kemudian disusun ulang secara acak
sehingga distribusi item pada skala yang digunakan dalam pengambilan
data sesungguhnya menjadi seperti pada tabel 2 dan 3.
Tabel 2
Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran
Matematika Setelah Uji Coba
Item
F UF
Aspek
Sahih Gugur Sahih Gugur
Item
Sahih
Item
Gugur
1. Fisik
a) Jantung yang berdebar
keras, Sulit bernafas, Pusing,
Jari-jari atau anggota tubuh
yang menjadi dingin.
1, 13, 16, 22
-
12, 23, 24, 17
-
b) Gangguan pencernaan 2, 18, 25 14 15, 26, 35 30
c) Gangguan tidur 19, 27 3, 31 36, 29, 43 46
d) Gangguan makan 28, 45 4, 37 54, 63 20, 51
e) Ekspresi wajah 5, 21, 32, 47
-
34, 55, 38, 64
-
31 9
2. Mental
a) Afektif
6, 33, 39, 40, 41,
48, 49, 56, 65, 66
-
58, 71, 89, 95,
106, 110, 113,
116, 118, 120
-
b) Kognitif
7, 42, 44, 57, 59,
60, 67, 72, 105
53
50, 70, 88, 96, 98,
104, 107, 111, 114
94
38 2
3. Perilaku
a) Menghindar 8, 52, 61, 62, 68
-
93 75, 76, 87, 97
b) Melekat dan dependen 69, 73, 74, 77 9 81, 86, 92, 103 99
c) Terguncang
10, 78, 79, 80, 85
-
82, 91, 100, 102,
108
-
d) Melakukan gerakan-
gerakan neurotik
11, 83, 84, 112 101 115 90, 109, 117, 119
29 11
Total
98 22
Tabel 3
Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika Setelah Uji Coba yang Sudah Diperbaiki
Item Total Aspek
F UF
1. Fisik
%
a) Jantung yang berdebar keras,
Sulit bernafas, Pusing, Jari-jari
atau anggota tubuh yang
menjadi dingin.
4
1, 9, 11, 16
3
8, 17, 12
b) Gangguan pencernaan 3
2, 13, 18
3
10, 19, 25
c) Gangguan tidur
2
14, 20
2
26, 32
29
33,3
d) Gangguan makan
2
21, 34
2
38, 46
e) Ekspresi wajah 4
3, 15, 22, 35
4
24, 39, 27, 47
2. Mental
a) Afektif
8
4, 23, 28, 29, 30, 36, 40, 48
7
42, 53, 68, 72, 80, 85, 87
b) Kognitif
7
31, 33, 41, 43, 49, 54, 79
7
52, 67, 73, 74, 78, 81, 83
29 33,3
3. Perilaku
a) Menghindar
5
5, 37, 44, 45, 50
1
71
b) Melekat dan dependen
4
51, 55, 56, 57
4
61, 66, 70, 77
c) Terguncang
5
6, 58, 59, 60, 65
5
62, 69, 75, 76, 82
d) Melakukan gerakan-
gerakan neurotik
4
7, 63, 64, 84
1
86
29 33,3
Total
48 39 87 100
3. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable).
Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain, seperti: keterpercayaan,
keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Ide pokok
yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2003).
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r
xx’
) yang
angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi
koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati
angka 0 berarti reliabilitasnya semakin rendah. Dalam pengukuran
psikologi, koefisien reliabilitas yang mencapai angka r
xx
’= 1,00 tidak
pernah dapat dijumpai.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan koefisien
reliabilitas alpha, dari program SPSS 13. 0 for windows, di mana data
untuk menghitung reliabilitas ini diperoleh lewat penyajian satu bentuk
skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden
(single-trial administration). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
problem yang mungkin timbul pada pendekatan reliabilitas tes ulang
(Azwar, 1999). Koefisien reliabilitas yang diperoleh pada skala ini adalah
0,958. Nilai koefisien tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas ini tinggi
artinya skala tersebut memenuhi persyaratan alat ukur yang akan
digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya. Hasil perhitungan
validitas dan reliabilitas di atas menunjukkan bahwa skala tersebut telah
memenuhi persyaratan sebagai alat ukur yang digunakan dalam penelitian
sesungguhnya.
G. Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini ialah statistik deskriptif
karena data berupa angka-angka. Statistik deskriptif berusaha menjelaskan
atau menggambarkan berbagai karakteristik data seperti mean, modus,
median, variasi kelompok melalui rentang data dan Standar Deviasi (Sugiono,
2000). Hasil penelitian ditentukan dengan membandingkan antara Mean
Teoritik dan Mean Empirik. Selain itu juga ditentukan oleh kategori
kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Metode analisis
data ini digunakan untuk menganalisis tingkat kecemasan pada siswa SMP
dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Pengolahan data menggunakan
program SPSS 13.0 for windows.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
1. Orientasi kancah
Penelitian tentang kecemasan siswa SMP dalam menghadapi
mata pelajaran matematika ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Wedi,
Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Jumlah responden yang digunakan
sebanyak 160 orang dengan rincian 80 orang untuk uji coba dan 80 orang
untuk penelitian. Pengambilan subjek uji coba ini dari kelas yang berbeda
yaitu kelas 8 D, 8 E dan 8 A dengan latar belakang ekonomi, keluarga dan
lingkungan yang berbeda pula.
2. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian yang dilakukan peneliti untuk
pengambilan data adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan skala untuk mengukur kecemasan pada siswa SMP
dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
b. Menentukan kelompok subjek uji coba yang memiliki karakteristik
yang sama dengan subjek penelitian yang sesungguhnya.
c. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian.
d. Menganalisis data uji coba instrumen penelitian untuk menentukan
kesahihan item sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya skala
tersebut digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.
3. Uji coba penelitian
Pelaksanaan uji coba penelitian pada hari Sabtu, tanggal 5 Mei
2007 di SMP Negeri 2 Wedi dengan mengambil subjek dari 3 kelas, yaitu
kelas 8 D, 8 E dan A sebagai tambahan. Hal ini untuk menggenapi jumlah
subjek agar berjumlah 80 orang anak. Jumlah subjek tersebut secara rinci
sebagai berikut: kelas 8 D sebanyak 38 orang anak, 8 E sebanyak 36 orang
anak dan ditambah 8 A sebanyak 6 orang anak dan secara keseluruhan
terdiri dari 33 orang laki-laki dan 47 orang perempuan.
Penyebaran skala ini dilakukan pada jam pelajaran yang
berbeda, karena diambil dari kelas yang berbeda pula. Skala yang
disebarkan adalah skala uji coba kecemasan siswa SMP dalam
menghadapi mata pelajaran matematika. Skala ini meliputi 120 item yang
terdiri dari 60 item favorable dan 60 item unfavorable.
Pada tahap uji coba ini peneliti menyebarkan skala kecemasan
sebanyak 80 buah, di mana skala yang dibuat dalam bentuk buku yang
terdiri dari petunjuk pengisian dan skala kecemasan. 80 buah buku tersebut
seluruhnya kembali kepada peneliti dan memenuhi syarat untuk dianalisis.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 Mei 2007 di
SMP Negeri 2 Wedi dengan mengambil subjek dari 3 kelas, yaitu kelas 8 C, 8
B dan 8 A sebagai tambahan. Hal ini untuk menggenapi jumlah subjek agar
berjumlah 80 orang anak. Jumlah subjek tersebut secara rinci sebagai berikut:
kelas 8 C sebanyak 38 orang anak, 8 B sebanyak 35 orang anak dan ditambah
8 A sebanyak 7 orang anak dan secara keseluruhan terdiri dari 39 orang laki-
laki dan 41 orang perempuan.
Penyebaran skala ini dilakukan pada jam pelajaran yang berbeda,
karena diambil dari kelas yang berbeda pula. Skala yang disebarkan adalah
skala kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
Skala ini meliputi 87 item yang terdiri dari 48 item favorable dan 39 item
unfavorable.
Pada penelitian ini peneliti menyebarkan skala kecemasan
sebanyak 80 buah, di mana skala yang dibuat dalam bentuk buku yang terdiri
dari petunjuk pengisian dan skala kecemasan. 80 buah buku tersebut
seluruhnya kembali kepada peneliti dan memenuhi syarat untuk dianalisis.
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi rata-rata kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
Gambaran data hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Descriptive Statistic
N Min Max Mean
Standard
Deviasi
Empirik 80 104 244 176,09 25,602
Teoritik 80 87 348 217,5 43,5
Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat diketahui data empirik
sebagai berikut: Skor minimum sebesar 104; Skor maksimum sebesar 244;
Mean empirik sebesar 176,09 dan Standard Deviasi sebesar 25,602.
Data teoritik menunjukkan Skor minimum sebesar 87; Skor
maksimum sebesar 348; Mean teoritik sebesar 217,5 dan Standard Deviasi
sebesar 43,5.
Dari data-data di atas menunjukkan bahwa Mean empirik <
Mean teoritik (176,09 < 217,5). Hal ini menunjukkan bahwa kecemasan
siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika cenderung
rendah.
2. Kategorisasi tingkat kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata
pelajaran matematika
Untuk memperjelas kelompok mana saja yang berada dalam
kontinum tinggi, sedang maupun rendah, maka penulis melakukan
kategorisasi dengan kategorisasi yang diadaptasi dari Azwar (1999)
sebagai berikut:
Tabel 5
Norma Kategorisasi
Kategori Keterangan
X < (µ - 1,0 )
(µ - 1,0 ) X < (µ + 1,0 )
(µ + 1,0 ) X
Rendah
Sedang
Tinggi
Penentuan kategori tingkat kecemasan siswa SMP dalam
menghadapi mata pelajaran matematika dilakukan dengan kategorisasi
jenjang berdasarkan standar deviasi dan mean teoritik (Azwar, 2001).
Kategori tingkat kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran
matematika adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Norma Kategorisasi Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi
Mata Pelajaran Matematika
Kategori Keterangan
X < 174
174 X < 261
261 X
Rendah
Sedang
Tinggi
Dari norma tersebut maka dapat dilihat kategori kecemasan
siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika sebagai berikut:
Tabel 7
Kategori Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata
Pelajaran Matematika
Kecemasan
N %
Tinggi 0 0
Sedang 45 56,25
Rendah 35 43,75
Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 80 subjek yang ada,
tidak ada satupun subjek yang tergolong dalam kecemasan yang tinggi
(0%), 45 orang mengalami kecemasan dengan kategori sedang (56,25%)
dan 35 orang mengalami kecemasan dengan kategori rendah (43,75%).
Berdasarkan data tersebut tampak bahwa subjek penelitian terbanyak
mengalami kecemasan dalam kategori sedang. Artinya, subjek dalam
penelitian ini tidak begitu mengalami kecemasan dalam menghadapi mata
pelajaran matematika.
3. Hasil analisis tambahan
a. Deskripsi rata-rata nilai raport siswa SMP pada mata pelajaran
matematika semester lalu
Tabel 8
Descriptive Statistic
N Min Max Mean Standard Deviasi
Empirik 80 60 78 63,07 3,833
Teoritik 80 1 100 50,5 16,5
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat diketahui data empirik
sebagai berikut: Skor minimum sebesar 60; Skor maksimum sebesar
78; Mean empirik sebesar 63,07 dan Standard Deviasi sebesar 3,833.
Data teoritik menunjukkan Skor minimum sebesar 1; skor maksimum
sebesar 100; Mean teoritik sebesar 50,5 dan Standard Deviasi sebesar
16,5.
Dari data-data di atas menunjukkan bahwa Mean empirik >
Mean teoritik (63,07 > 50,5). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
nilai rapor siswa SMP pada mata pelajaran matematika semester lalu
cenderung tinggi.
b. Kategori rata-rata nilai rapor mata pelajaran matematika pada
siswa SMP semester lalu
Tabel 9
Kategori Rata-rata Nilai Rapor Mata Pelajaran Matematika Pada
Siswa SMP Semester Lalu
Rata-rata Nilai Rapor
N %
Tinggi 10 12.50
Sedang 70 87.5
Rendah 0 0
Dari tabel di atas, tampak bahwa sebagian besar subjek
penelitian memiliki kategori rata-rata nilai rapor mata pelajaran
matematika sedang. Dapat dikatakan bahwa prestasi belajar
matematika pada siswa SMP tergolong cukup baik.
4. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data, diperoleh bahwa nilai
mean empirik lebih kecil daripada mean teoritik (176,09 < 217,5). Hal ini
menunjukkan bahwa siswa SMP memiliki tingkat kecemasan yang
cenderung rendah dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
Tingkat kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata
pelajaran matematika yang cenderung rendah tersebut dimungkinkan
karena beberapa hal. Pertama, ada beberapa perubahan proses belajar
mengajar matematika yang selama ini dipakai. Tahun-tahun belakangan
ini, sudah ada sebagian guru yang mulai mengganti pendekatannya
terhadap anak didik mereka. Dewasa ini pembelajaran matematika telah
menggunakan pendekatan siswa aktif. Hal ini dapat dilihat di SMP Negeri
2 Wedi. Selain itu, pendekatan yang digunakan ialah pendekatan
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL),
dengan ciri bahwa pembahasan setiap konsep atau prinsip matematika
sebisa mungkin dikaitkan dengan atau diberi pengantar hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari (kontekstual). Pembahasan
materi juga disertai gambar ilustrasi atau foto terpilih dan juga contoh-
contoh yang aktual. Fakta ini dapat dilihat dari buku-buku matematika
yang dipakai oleh guru sebagai panduan untuk mengajar. Adanya
pembelajaran yang demikian, mengajari anak didik (siswa) untuk menjadi
aktif dan tidak hanya menghapalkan rumus-rumus yang sudah ada.
Penyajian buku-buku matematika yang dibuat sedemikian
menarik, dengan menggunakan ilustrasi gambar yang tidak hanya kaku
menuliskan rumus matematika merupakan daya tarik tersendiri bagi para
siswa. Hal ini membuat metode pengajaran matematika menjadi lebih
menarik. Secara otomatis, kecemasan siswa dalam menghadapi mata
pelajaran matematika cenderung berkurang.
Di samping itu, sekarang telah banyak didirikan kursus
matematika di lembaga-lembaga pendidikan atau les-les privat pada guru
matematika. Hal tersebut dapat membuat siswa yang mengikuti kursus
atau les matematika menjadi lebih tenang dalam menghadapi mata
pelajaran matematika.
Data rapor membuktikan bahwa kecemasan dapat
mempengaruhi prestasi belajar matematika. Hal ini terlihat dari adanya
kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika yang cenderung
rendah, di mana mean empirik kurang dari mean teoritik (176,09 < 217,5).
Kecemasan yang cenderung rendah ini menjadikan prestasi belajar
matematika siswa SMP cenderung tinggi. Hal ini terlihat pada
perbandingan mean empirik dan mean teoritik nilai rapor pada siswa SMP,
di mana mean empirik lebih besar daripada mean teoritik (63,07 > 50,5).
Jika melihat pada tabel 7, terlihat bahwa 45 orang memiliki
kecemasan dengan kategori sedang (56,25%). Berdasarkan data tersebut,
tampak bahwa subjek penelitian terbanyak mengalami kecemasan dengan
kategori sedang.
Subjek yang mengalami kecemasan yang tergolong sedang
diartikan masih ada sedikit kecemasan. Hal ini bisa jadi karena mereka
masih terbawa pengalaman masa lalu mereka yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan matematika. Selain itu, bisa juga karena mereka masih
terbawa akan cara mengajar guru matematika yang lama, misalnya: adanya
hukuman jika mereka tidak mengerjakan tugas, jawaban soal harus sama
dengan yang diajarkan guru, dan sebagainya. Masih adanya sedikit rasa
cemas ini memungkinkan siswa memperoleh prestasi yang tidak maksimal
dalam mata pelajaran matematika. Hal ini dibuktikan masih ada 87,5 %
subjek yang rata-rata nilai rapornya tergolong sedang (tabel 9).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data diperoleh bahwa nilai
mean empirik lebih kecil daripada nilai mean teoritik (176,09 < 217,5). Hal ini
berarti tingkat kecemasan pada siswa kelas 8 SMP dalam menghadapi mata
pelajaran matematika cenderung rendah.
B. Saran
1. Bagi subjek penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada siswa SMP
dalam menghadapi mata pelajaran matematika cenderung rendah,
meskipun demikian kecemasan itu tetap ada dalam diri para siswa. Subjek
sebaiknya membangun cara pandang yang positif terhadap cara mengajar
guru matematika sehingga kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran
matematika dapat dikurangi dan prestasi belajar matematika meningkat.
2. Bagi guru dan orang tua
a. Bagi Guru
Guru sebaiknya meningkatkan cara mengajar dengan pendekatan siswa
aktif dan pendekatan pembelajaran kontekstual yang dibuat menarik
agar kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dapat
dikurangi sehingga prestasi belajar matematika pada siswa dapat
meningkat.
b. Orang tua
Orang tua sebaiknya menanamkan cara pandang positif terhadap
matematika dengan melakukan aktivitas yang menarik untuk
menciptakan citra yang positif tentang guru matematika dan pelajaran
matematika, sehingga hal ini dapat mengurangi kecemasan para siswa
dalam menghadapi mata pelajaran matematika dan prestasi belajar
matematika dapat meningkat.
3. Bagi lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan sebaiknya meningkatkan sistem pembelajaran
dengan pendekatan siswa aktif dan pendekatan pembelajaran kontekstual
(CTL), karena hal tersebut dapat mengurangi kecemasan pada siswa dalam
menghadapi mata pelajaran matematika sehingga prestasi belajar
matematika meningkat.
4. Bagi peneliti lain
a. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika,
bisa menambah metode pengumpulan data, misalnya dengan
wawancara dan observasi terhadap subjek penelitian sehingga makin
mendukung metode pengumpulan data yang digunakan peneliti
sebelumnya.
b. Penelitian ini memiliki keterbatasan yang terletak pada alat ukur
penelitian, di mana terjadi overlap (tumpang tindih). Melihat adanya
keterbatasan ini, diharapkan pada peneliti selanjutnya agar lebih
memperhatikan secara teliti pada penulisan item dalam pembuatan alat
ukur penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: PPLPPTK.
Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. 2003. Reliabilitas & Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar. 2005. Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Clerq. 1994. Tingkah Laku Abnormal dari Sudut Pandang Perkembangan.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Daradjat. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Hadari, N. 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung
Agung.
Hartanti & Dwijayanti, J. E. 1970. Hubungan Antara Konsep Diri dan Kecemasan
Menghadapi Masa Depan dengan Penyesuaian Sosial Anak-Anak
Madura. Anima. Vol. XII Nomor 46.
Hurlock. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mahmud. 1989. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Monks, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nevid, Rathus, & Greene. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
Santoso. 1995. Pengaruh Pengajaran Berbantuan Komputer Terhadap Tingkat
Kecemasan dan Prestasi Belajar Matematika. Widya Dharma. Tahun
VI, Nomor 1, 1-13.
Santrock. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setyono. 2006. Mathemagics. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Supratiknya. 1993. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.
Supratiknya. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius.
Tampomas, dkk. 2005. Matematika. Jakarta: Yudhistira.
Tazudin, dkk. 2005. Matematika Kontekstual. Jakarta: Literatur Media Sukses.
Triton, P. B. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta:
CV. ANDI OFFSET.
Wijayanti. 2000. Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika
dan Hubungannya Dengan Prestasi Belajar Matematika dan Tingkat
Keadaan Ekonomi Orang Tua, serta Perbedaan Tingkat Kecemasan
Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika Antara Siswa Putra dan
Putri, Di Kalangan Para Siswa Kelas I SMUN I Jatinom Klaten Tahun
Ajaran 1998/1999. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
www. Kompas. co. id, 2004
www. Kompas. co. id, 2005
LAMPIRAN
SKALA
PENELITIAN
Kuesioner
Nama : ………………………………….
Usia : ………………………………….
Jenis Kelamin : L / P *
Petunjuk Pengisian :
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang mengambarkan kondisi
Anda dalam menghadapi mata pelajaran Matematika. Bayangkanlah bahwa
Anda menghadapi situasi tersebut. Bacalah setiap pernyataan di bawah ini
dengan seksama kemudian berikanlah jawaban Anda pada lembar jawaban yang
tersedia dengan cara menyilang (X). Semua jawaban yang Anda berikan adalah
benar, tidak ada jawaban yang dianggap salah atau memalukan apabila sesuai
dengan keadaan Anda.
Keterangan:
- SS : Apabila Anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut.
- S : Apabila Anda setuju dengan pernyataan tersebut.
- TS : Apabila Anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
- STS : Apabila Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
- * : Coret yang tidak perlu.
Contoh Pengerjaan:
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa resah ketika hari ini ada
pelajaran matematika.
X
2. Saya selalu pergi ke toilet saat akan
mengikuti pelajaran matematika.
X
No. Pernyataan SS S TS STS
1.
Jantung saya berdebar keras ketika
akan mengikuti pelajaran matematika.
2.
Perut saya menjadi mual ketika hari
ini ada pelajaran matematika.
3.
Saya tidak dapat tidur dengan nyenyak
ketika besok pagi ada pelajaran
matematika.
4.
Saya menjadi tidak berselera makan
karena teringat besok harus
berhadapan dengan materi
matematika.
5.
Saya sering gugup saat bel tanda
pergantian pelajaran berbunyi, tanda
pelajaran matematika akan segera
dimulai.
6.
Saya merasa was-was ketika sebentar
lagi harus berhadapan dengan materi
matematika.
7.
Saya menjadi sulit berkonsentrasi
ketika sebentar lagi pelajaran akan
berganti matematika.
8.
Saya selalu pergi ke toilet saat akan
mengikuti pelajaran matematika.
9.
Saya akan melihat pekerjaan teman
saya saat guru matematika
memberikan soal untuk dikerjakan
pada saat pelajaran matematika.
10.
Saya akan sangat terkejut jika tiba-tiba
guru matematika memanggil nama
saya untuk maju ke depan
mengerjakan soal hitungan.
11.
Saya sering mematah-matahkan buku
jari karena suasana kelas menjadi
tegang pada saat pelajaran matematika
akan dimulai.
12.
Jantung saya berdetak normal saat
akan mengikuti pelajaran matematika.
13. Saya menjadi sulit bernafas ketika
sebentar lagi pelajaran matematika
dimulai.
14. Saya menjadi sering buang air kecil
ketika guru matematika mulai
menyampaikan materi.
15. Saya merasa perut saya normal-
normal saja ketika akan mengikuti
pelajaran matematika.
16. Kepala saya mendadak pusing ketika
guru matematika memasuki kelas
untuk memulai pelajaran matematika.
17. Suhu pada jari-jari tangan saya terasa
normal ketika pelajaran matematika
akan segera dimulai.
18. Saya terkena diare ketika teringat
sukarnya materi-materi matematika
yang akan disampaikan besok pagi.
19. Saya sempat mengalami insomnia
(tidak dapat tidur) ketika saya melihat
ada pelajaran matematika di jadwal
saya besok.
20. Selera makan saya biasa-biasa saja
saat ingat sukarnya mempelajari
matematika.
21. Wajah saya terasa memerah saat guru
matematika memasuki ruangan kelas
untuk menyampaikan materi.
22. Jari-jari tangan saya menjadi dingin
ketika pelajaran matematika akan
segera dimulai.
23. Saya merasa dapat bernafas lega
ketika akan mengikuti pelajaran
matematika.
24. Saya tidak merasa pusing ketika guru
matematika memasuki kelas untuk
memulai pelajaran matematika.
25. Perut saya terasa mulas saat teringat
pelajaran matematika yang sukar.
26. Saya jarang ingin buang air kecil
ketika guru matematika mulai
menyampaikan materi.
27. Saya sering mengalami mimpi buruk
yang berkaitan dengan materi
matematika.
28. Nafsu makan saya menjadi berkurang
ketika besok pagi ada pelajaran
matematika.
29. Saya tidak mengalami gangguan tidur,
seperti insomnia (tidak dapat tidur)
ketika saya melihat ada pelajaran
matematika di jadwal saya besok
siang.
30. Buang air besar saya lancar walaupun
besok pagi ada pelajaran matematika.
31. Saya merasa sulit memejamkan mata
saat memikirkan pelajaran
matematika.
32. Saya sering gelisah saat jam pelajaran
matematika akan dimulai.
33. Saya merasa tegang ketika sebentar
lagi harus berhadapan dengan guru
matematika pada jam pelajaran
matematika.
34. Saya menampakkan ekspresi wajah
tenang saat bel tanda pergantian
pelajaran berbunyi, tanda pelajaran
matematika akan segera dimulai.
35. Saya tidak merasa mual walaupun
teringat pelajaran matematika yang
sukar.
36. Saya dapat tidur dengan nyenyak
meskipun besok pagi ada pelajaran
matematika.
37. Saya merasa perut saya menjadi
kenyang jika ingat tegangnya suasana
kelas saat pelajaran matematika.
38. Saya merasa tetap terlihat tenang saat
jam pelajaran matematika akan segera
dimulai.
39. Saya menjadi minder saat akan
menghadapi pelajaran matematika
karena matematika bagi saya sulit.
40. Saya merasa sedih ketika akan
mengikuti pelajaran matematika
karena saya merasa tidak mampu
mengerjakan soal-soal hitungan.
41. Saya merasa resah ketika hari ini ada
pelajaran matematika.
42. Saya menjadi sulit mengambil
keputusan ketika pelajaran
matematika beberapa menit lagi akan
segera dimulai.
43. Saya tidak mengalami mimpi buruk
yang berkaitan dengan materi
matematika.
44. Pikiran saya menjadi tidak menentu
jika pada saat pelajaran matematika
saya dipanggil maju ke depan untuk
mengerjakan soal mengenai
faktorisasi suku aljabar.
45. Tiba-tiba nafsu makan saya menjadi
hilang ketika besok pagi harus
berhadapan dengan bilangan-bilangan
matematika yang membingungkan.
46. Saya tetap dapat tidur kendati sambil
memikirkan pelajaran matematika.
47. Saya tidak bisa menyembunyikan
kegugupan saya ketika sebentar lagi
harus berhadapan dengan pelajaran
matematika.
48. Saya menjadi sensitif saat teman-
teman sedang mendiskusikan PR
matematika yang akan dibahas pada
jam pelajaran matematika nanti siang.
49. Saya merasa takut jika nanti nama
saya dipanggil guru untuk maju ke
depan mengerjakan soal matematika
pada jam pelajaran matematika.
50. Saya tetap dapat berkonsentrasi saat
sebentar lagi pelajaran akan berganti
matematika.
51. Nafsu makan saya tetap biasa saja
walaupun besok pagi ada pelajaran
matematika.
52. Saya sering meninggalkan kelas
ketika sebentar lagi jam pelajaran
matematika dimulai.
53. Saya berpikir bahwa teman-teman
akan menganggap saya bodoh jika di
depan kelas saya tidak bisa
mengerjakan soal matematika.
54. Saya merasa perut saya tetap normal
meskipun teringat suasana kelas yang
tegang pada saat pelajaran
matematika.
55. Saya merasa tidak ada perubahan pada
wajah saya saat guru matematika
memasuki ruangan kelas untuk
menyampaikan materi.
56. Saya merasa takut tidak bisa
menyelesaikan soal matematika yang
diberikan oleh guru pada saat
pelajaran matematika nanti.
57. Saya berpikir bahwa saya tidak bisa
mengendalikan diri lagi pada saat
pelajaran matematika akan dimulai.
58. Saya merasa tenang ketika sebentar
lagi harus berhadapan dengan materi
matematika.
59. Pikiran saya menjadi kacau ketika bel
tanda pergantian pelajaran berbunyi,
pertanda pelajaran matematika akan
segera dimulai.
60. Saya sering teringat akan masa lalu
saya ketika pernah dihukum guru
matematika untuk berdiri di depan
kelas karena tidak mengerjakan PR,
sehingga saya menjadi sering
terganggu saat akan mengikuti
pelajaran matematika.
61. Saya sering melarikan diri daripada
harus bertemu dengan guru
matematika pada saat jam pelajaran
matematika.
62. Saya sering ingin meninggalkan kelas
saat sebentar lagi guru matematika
tiba di kelas untuk menyampaikan
materi.
63. Nafsu makan saya tidak berubah
ketika besok pagi harus berhadapan
dengan bilangan-bilangan matematika
yang membingungkan.
64. Saya merasa wajah saya nampak
rileks walaupun sebentar lagi harus
berhadapan dengan pelajaran
matematika.
65. Saya merasa takut akan kehilangan
kontrol saat mengikuti pelajaran
matematika nanti.
66. Saya merasa takut salah kalau nanti
pada jam pelajaran matematika
disuruh guru untuk mengerjakan soal
di depan kelas.
67. Saya sering berpikir untuk segera
kabur dari kelas saat pelajaran
matematika akan dimulai.
68. Jika dimungkinkan, saya memilih
membolos daripada harus
mengerjakan soal-soal matematika
yang memusingkan pada saat jam
pelajaran matematika.
69. Saya akan menggantungkan diri pada
teman saya yang pintar matematika
pada saat jam pelajaran matematika.
70. Saya bisa mengambil keputusan
ketika pelajaran matematika beberapa
menit lagi akan segera dimulai.
71. Saya merasa rileks walaupun sebentar
lagi harus berhadapan dengan guru
matematika.
72. Saya tidak mampu menghilangkan
pikiran buruk bahwa mengerjakan
soal matematika itu sangat sulit pada
saat pelajaran matematika akan
dimulai.
73. Saya akan lebih mempercayai
kebenaran pekerjaan matematika
teman saya daripada pekerjaan saya
sendiri, sehingga saya mencontoh
pekerjaannya pada saat pelajaran
matematika.
74. Saya akan berusaha mencontek
pekerjaan teman saya pada saat guru
matematika memberikan soal latihan.
75. Saya jarang ke toilet saat akan
mengikuti pelajaran matematika.
76. Meninggalkan kelas ketika sebentar
lagi jam pelajaran matematika dimulai
bukanlah pilihan yang bijaksana.
77. Saya tidak bisa mengerjakan soal
matematika seorang diri.
78. Saya akan tercengang jika tiba-tiba bel
pergantian jam pelajaran berbunyi,
tanda pelajaran matematika akan
segera dimulai.
79. Saya akan diam terpaku jika tiba-tiba
guru matematika muncul di depan
pintu dan siap untuk memulai
pelajaran.
80. Saya akan kebingungan jika tiba-tiba
suasana kelas menjadi hening karena
sebentar lagi pelajaran matematika
akan dimulai.
81. Saya akan lebih yakin mengerjakan
soal matematika sendiri daripada
melihat pekerjaan teman saya pada
saat pelajaran matematika.
82. Saya akan tetap tenang jika guru
matematika memanggil nama saya
untuk maju ke depan mengerjakan
soal.
83. Saya sering mendehem ketika guru
matematika mulai memasuki kelas.
84. Saya sering memainkan pena saat
guru matematika mulai menjelaskan
mengenai materi matematika.
85. Saya seperti akan pingsan jika tiba-
tiba guru matematika menyuruh saya
maju ke depan untuk mengerjakan
soal.
86. Bagi saya, menggantungkan diri pada
teman yang pintar matematika pada
saat jam pelajaran matematika akan
merugikan saya sendiri.
87. Melarikan diri daripada harus bertemu
dengan guru matematika pada saat
jam pelajaran matematika bukanlah
kebiasaan saya.
88. Pikiran saya tetap tenang jika nanti
pada saat pelajaran matematika saya
dipanggil maju ke depan untuk
mengerjakan soal mengenai
faktorisasi suku aljabar.
89. Saya tetap percaya diri saat akan
menghadapi pelajaran matematika
walaupun pelajaran tersebut bagi saya
sulit.
90. Saya tidak biasa mematah-matahkan
buku jari jika suasana kelas menjadi
tegang pada saat jam pelajaran
matematika akan dimulai.
91. Saya bersikap biasa saja ketika tiba-
tiba bel pergantian jam pelajaran
berbunyi, tanda pelajaran matematika
akan segera dimulai.
92. Saya akan lebih mempercayai
kebenaran PR matematika saya sendiri
daripada pekerjaan teman saya
sehingga saya tidak mencontoh
pekerjaannya.
93. Saya sudah siap di kelas saat sebentar
lagi guru matematika tiba di kelas
untuk menyampaikan materi.
94. Saya berpikir bahwa saya akan
mendapatkan pengalaman yang
menarik jika di depan kelas saya tidak
bisa mengerjakan soal matematika.
95. Saya merasa senang ketika akan
mengikuti pelajaran matematika
karena saya merasa mampu
mengerjakan soal-soal hitungan.
96. Saya berpikir bahwa saya bisa
mengendalikan diri pada saat
pelajaran matematika akan dimulai.
97. Membolos saat jam pelajaran
matematika bagi saya tidak ada
gunanya.
98. Saya tetap dapat memusatkan
perhatian ketika bel tanda pergantian
pelajaran berbunyi, pertanda pelajaran
matematika akan segera dimulai.
99. Mencontek pekerjaan teman saya pada
saat guru matematika memberikan
soal latihan bagi saya akan merugikan
diri saya sendiri.
100. Saya akan tersenyum jika tiba-tiba
guru matematika muncul di depan
pintu dan siap untuk memulai
pelajaran.
101. Saya akan sering mematah-matahkan
leher selama pelajaran matematika
berlangsung.
102. Saya tetap dapat berkonsentrasi
walaupun tiba-tiba suasana kelas
menjadi hening karena sebentar lagi
pelajaran matematika akan dimulai.
103. Saya bisa mengerjakan soal
matematika sendiri.
104. Saya sering teringat akan masa lalu
saya yang menyenangkan tentang
matematika, sehingga sampai saat ini
saya merasa senang ketika akan
mengikuti pelajaran matematika.
105. Saya sering berpikir untuk bisa
menghindari pelajaran matematika.
106. Hati saya merasa nyaman walaupun
hari ini ada pelajaran matematika.
107. Saya sering berpikir untuk tetap
mengikuti pelajaran matematika pada
saat pelajaran matematika akan
dimulai.
108. Saya akan tetap tenang walaupun tiba-
tiba guru matematika memberikan
soal untuk dikerjakan pada saat
pelajaran matematika.
109. Saya tidak terbiasa mendehem ketika
guru matematika mulai memasuki
ruangan kelas.
110. Saya merasa tenang-tenang saja pada
saat teman-teman saya sedang
mendiskusikan PR matematika yang
akan dibahas pada jam pelajaran
matematika nanti siang.
111. Saya mampu menghilangkan pikiran
buruk bahwa mengerjakan soal
matematika itu sangat sulit pada saat
pelajaran matematika akan dimulai.
112. Saya akan sering menggerak-gerakkan
kaki saya ketika jam pelajaran
matematika dimulai.
113. Saya merasa siap jika nanti nama saya
dipanggil guru untuk maju ke depan
mengerjakan soal matematika pada
jam pelajaran matematika.
114. Saya sering berpikir untuk tetap
berada di kelas untuk mengikuti
pelajaran matematika.
115. Saya tidak terbiasa memainkan pena
pada saat guru matematika mulai
menjelaskan mengenai materi
matematika.
116. Saya merasa akan mampu
menyelesaikan soal matematika yang
diberikan oleh guru pada saat jam
pelajaran matematika nanti, sehingga
saya tidak perlu merasa takut.
117. Saya tidak terbiasa mematah-
matahkan leher selama pelajaran
matematika berlangsung.
118. Saya merasa tetap dapat mengontrol
diri walaupun sebentar lagi ada
pelajaran matematika.
119. Saya tidak terbiasa menggerak-
gerakkan kaki saya pada saat pelajaran
matematika dimulai.
120. Saya merasa akan mampu
mengerjakan soal matematika di
depan kelas pada jam pelajaran
matematika.
DATA HASIL TRY OUT
No. Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 S1 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2
2 S2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 2 2 2
3 S3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 4 3 3 2 2 3 2
4 S4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 2
5 S5 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2
6 S6 4 2 2 2 3 3 2 3 3 4 2 1 2 2 1 3
7 S7 3 2 2 2 2 2 2 1 2 4 3 2 2 2 2 2
8 S8 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2
9 S9 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 1
10 S10 3 2 2 2 1 2 2 2 2 4 1 2 1 2 2 2
11 S11 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2
12 S12 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 1 2 2 2 2 2
13 S13 2 2 2 1 2 3 2 1 3 4 3 2 1 1 2 1
14 S14 2 2 2 1 2 2 2 1 3 3 2 2 1 1 2 2
15 S15 3 2 2 2 3 3 3 2 3 4 2 3 2 2 3 2
16 S16 3 2 2 1 3 3 3 2 2 4 2 3 2 2 3 2
17 S17 4 2 2 1 2 3 3 2 3 4 2 4 2 1 1 2
18 S18 4 2 2 1 3 3 3 1 3 3 1 4 2 1 1 2
19 S19 4 2 2 1 3 3 4 2 3 3 3 1 2 2 2 2
20 S20 3 2 1 2 3 2 1 1 2 3 2 2 1 2 1 2
21 S21 3 2 1 1 3 3 3 1 2 4 3 3 2 1 2 2
22 S22 2 1 2 2 1 2 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2
23 S23 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
24 S24 2 1 2 2 3 3 2 2 3 3 1 2 1 2 3 3
25 S25 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 1 1 1 1 2 1
26 S26 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 1 2 2 1
27 S27 2 1 2 1 2 2 2 1 3 3 1 2 1 1 2 2
28 S28 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1
29 S29 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1
30 S30 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2
31 S31 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 4 3 2 2 3 2
32 S32 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2
33 S33 3 2 2 1 4 4 1 2 4 4 3 3 1 2 2 2
34 S34 4 3 2 1 3 4 1 2 4 4 4 3 1 2 2 3
35 S35 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
36 S36 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2
37 S37 3 1 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 1 2 1 3
38 S38 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2
39 S39 3 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 1 2 2
40 S40 4 3 2 1 3 2 3 2 3 4 2 3 1 2 2 2
41 S41 3 1 3 3 3 3 1 1 3 2 1 2 2 1 2 3
42 S42 3 1 3 2 4 4 2 1 3 4 2 1 2 1 2 3
43 S43 2 2 1 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 1 2
44 S44 2 1 3 2 3 3 2 1 2 3 1 3 1 1 2 1
45 S45 3 1 1 1 2 2 2 2 3 4 3 3 2 2 2 2
46 S46 3 2 1 1 3 2 3 1 3 3 2 3 2 1 2 2
47 S47 2 1 2 1 3 2 2 1 3 4 2 2 2 1 1 2
48 S48 3 2 2 2 3 3 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2
49 S49 2 1 1 1 2 2 1 1 2 3 2 2 1 1 1 2
50 S50 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 1 3 2 1 2 2
51 S51 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1
52 S52 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2
53 S53 2 4 1 1 2 3 1 4 3 1 1 1 3 2 1 2
54 S54 3 2 1 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2
55 S55 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4
56 S56 4 2 2 1 3 3 2 1 3 3 2 2 2 1 2 2
57 S57 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2
58 S58 3 2 2 2 4 2 3 2 3 4 2 2 2 2 1 2
59 S59 3 1 1 1 2 3 1 2 4 4 1 3 1 1 1 2
60 S60 3 1 1 1 2 2 1 2 4 4 1 3 1 2 1 2
61 S61 3 2 2 1 2 2 1 1 1 3 2 3 1 1 2 2
62 S62 3 1 1 1 1 2 1 2 3 4 2 1 2 1 1 2
63 S63 3 2 1 1 3 2 2 1 2 3 2 4 1 1 2 3
64 S64 3 2 2 2 3 2 2 2 3 4 1 1 1 2 2 3
65 S65 2 2 1 1 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3
66 S66 4 2 2 3 1 2 4 4 2 2 4 1 1 1 1 2
67 S67 3 1 2 2 2 3 2 1 1 4 2 3 2 3 1 2
68 S68 3 2 2 2 2 3 2 2 3 4 3 2 2 2 2 3
69 S69 2 2 2 2 3 3 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2
70 S70 3 3 3 2 3 3 2 1 4 4 1 3 2 1 2 2
71 S71 3 2 2 2 1 4 2 1 4 4 1 1 1 1 1 1
72 S72 3 3 3 2 3 3 2 1 3 4 1 2 1 1 3 3
73 S73 3 2 2 2 3 3 2 1 4 4 2 2 1 1 2 3
74 S74 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1
75 S75 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 2
76 S76 3 2 1 2 3 2 2 1 2 3 3 2 1 1 1 1
77 S77 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 2 2
78 S78 3 2 2 1 3 3 2 1 2 4 2 3 1 1 2 1
79 S79 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 1
80 S80 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 4 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 3
2 3 3 1 2 2 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2
3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 4 3 2 2 1 2 2 1 1 2 4 4 1
2 1 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3
2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 4 1 2 2 2 2
2 1 1 3 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 3 3 2 2
2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 2 3 2
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2
2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 3 3
2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2
2 1 1 2 2 2 4 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2
3 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3
3 1 1 2 2 1 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 3 3
1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 4 3 2
1 1 1 2 4 4 2 1 2 4 2 2 2 2 3 3 2 3
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2
2 1 1 1 2 3 3 2 1 2 4 1 2 1 3 3 2 4
2 1 2 1 2 2 2 3 2 1 3 2 3 1 2 3 3 2
2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 1 2 4 2 1 1 2 2 2 1 1 3 2 2 1 2 3
3 1 1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1
1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1
2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2
3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2
2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 2 2 3 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2
3 2 3 1 3 3 4 3 3 2 1 1 4 1 2 4 4 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3
2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 4 3 2
3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2
3 1 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2
2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 1 2 3 3 4 3
3 1 4 3 3 4 4 4 1 3 2 2 2 1 1 3 3 3
4 1 2 3 3 3 4 4 2 3 1 3 2 1 1 4 4 3
2 1 1 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1
3 1 1 3 1 3 3 2 2 1 3 1 1 1 2 2 1 2
3 1 1 1 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 3
3 1 1 2 2 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 3 3 2
2 1 1 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2
2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 4 2
2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2
2 1 2 3 2 1 2 4 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2
2 1 1 2 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
2 1 1 2 1 2 2 4 2 2 2 1 3 2 1 2 2 1
2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 2 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
3 3 4 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 2 1 1
2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 4 2 4 2 1 3 3 2
2 1 1 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 1 3 2 2 3
2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 1 2 3
2 1 1 2 1 1 3 1 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2
2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1
2 1 1 1 2 3 3 1 2 2 1 2 1 2 2 3 3 2
3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2
2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2
3 2 3 1 3 2 4 3 3 2 2 3 3 3 1 2 3 3
2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 3 1 2 2 2 2
3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3
3 1 2 4 2 2 3 2 2 4 2 2 3 2 3 3 3 3
2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2
2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 1 2 3 4 2
2 1 1 1 2 3 2 3 2 2 2 1 3 1 2 1 4 2
2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3
2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2
2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 1 1 3 3 3
2 1 2 2 1 1 3 1 2 2 1 1 2 2 2 3 3 2
2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 2
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
1 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2 1 3 2 4 3 2 1
2 1 2 2 4 2 2 3 2 3 2 3 2 1 3 1 1 2
2 1 2 2 2 4 2 3 3 2 2 2 4 2 4 2 1 2
2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2
1 1 4 1 2 2 4 2 1 4 2 3 4 4 4 1 1 2
2 2 3 3 3 3 2 2 2 4 2 2 2 3 4 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2
2 2 2 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 3 2 1 1
3 2 1 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1
2 2 2 2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 3 2 1 1
1 1 2 2 1 1 2 2 1 3 1 2 2 2 3 2 1 1
2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 4 2 2 2
2 1 2 3 1 2 3 1 1 3 2 2 2 3 4 2 2 2
2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2
2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 3 2 3 3 1 1 2
2 2 4 2 3 2 3 3 3 4 2 2 1 3 2 1 1 1
2 1 2 2 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 1
2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
2 1 1 1 3 2 3 3 2 4 3 3 1 2 2 2 2 2
2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1
1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 3 2 2 2 1
1 1 3 2 4 3 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 1
1 1 4 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 3 1 1 2 1
1 1 3 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 3 1 1 2 1
2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 2 2 1 3 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 1 2 4 3 2 1 2
2 1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 1 2 1 2 3 1 2 4 2 3 3 2 2 1 1
3 2 2 4 2 2 3 2 3 4 2 2 3 3 4 3 2 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2
2 4 3 3 4 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2
2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 2 3
2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2 2
2 1 3 2 3 3 3 2 2 4 1 3 4 2 4 3 1 2
2 2 1 2 3 4 3 2 3 4 2 3 2 2 2 3 3 1
2 2 1 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 1 2 1
2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2
1 1 1 2 3 3 2 2 2 4 1 2 4 2 4 2 1 1
2 2 2 3 3 2 3 2 2 4 2 2 3 3 4 3 2 2
2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2 2 3 3 1 2
2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1
3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2
1 1 3 2 1 3 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2
3 3 4 2 2 3 2 3 1 2 3 3 2 3 3 3 3 2
1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2
2 3 2 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2
2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 2 2 2
1 1 4 2 2 2 2 2 2 2 1 4 2 1 2 1 2 2
1 2 3 2 3 3 2 3 1 3 1 3 2 3 3 2 2 2
2 1 1 2 2 3 2 1 1 4 2 3 2 2 3 2 2 1
2 2 1 2 2 3 2 1 1 4 2 3 2 2 3 2 2 1
1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1
1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 3 2 3 2 2 2
1 2 3 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 1
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3
3 3 1 1 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 1 3 4 3
2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 3 2 3 2 1 3
2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 4 2 2 2
2 2 2 3 2 3 3 2 2 4 2 2 3 2 3 2 2 2
2 2 4 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2
1 2 3 2 3 2 4 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1
2 1 2 3 3 3 4 2 1 3 3 2 3 2 4 2 1 1
2 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 2 4 1 1 2
1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 4 1 1
1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1
1 1 4 1 2 2 1 2 1 3 2 1 2 1 3 1 1 2
2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 1 1
2 2 4 2 3 2 3 2 1 3 2 1 3 2 3 2 2 1
3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2 1 2
2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
4 1 2 3 3 3 2 4 1 1 3 2 4 4 3 2 3 3
3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 4 2 3 3 2 1
2 1 1 2 2 1 2 4 2 4 1 2 4 1 1 2 2 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1
4 1 3 4 4 1 2 2 4 2 1 1 2 4 4 2 4 3
4 3 2 4 2 2 2 3 1 2 2 2 3 4 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2
3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 4 3 1 1 2
2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2
2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 1 1 2 3
4 2 3 3 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2
4 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2
3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2
4 2 2 4 1 3 2 1 3 3 2 2 4 3 3 2 3 2
3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2
3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2
4 1 1 3 1 3 4 3 1 1 1 3 3 4 1 1 2 2
2 2 3 3 1 3 3 4 1 1 1 3 3 4 1 1 2 3
2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 3
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2
2 3 2 1 1 3 3 2 1 2 2 4 3 2 2 2 2 2
1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 3 2 3 1 1 3 2
2 2 1 4 1 2 1 2 1 1 3 3 1 3 1 1 3 2
1 2 3 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 2 1 1 1 2
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2
3 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2
4 1 2 4 2 3 2 2 1 2 2 1 3 3 2 1 1 2
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2
3 2 2 2 2 2 1 4 1 3 2 1 2 2 3 3 2 2
3 2 3 4 2 4 3 3 2 4 2 3 3 4 4 3 3 3
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2
3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 2 4 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2
3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2
3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 2 2 3 4 4 3 2 2
4 3 4 4 1 3 2 4 2 1 2 2 3 4 1 1 2 2
4 2 3 4 3 3 3 3 1 2 1 3 3 4 2 3 2 3
2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1
1 2 3 4 3 3 3 4 1 1 3 1 3 4 1 1 1 2
4 2 3 4 2 3 2 4 1 2 2 3 4 4 2 2 2 3
3 2 2 3 2 2 2 3 1 1 2 3 3 4 1 1 3 3
3 2 3 3 3 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 1 3 3
3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3
2 1 2 3 1 2 2 2 1 1 1 2 3 3 1 1 2 2
2 1 3 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 1 1 2 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2
2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
3 2 2 2 3 4 2 1 2 3 4 2 2 1 3 1 2 3
2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3
4 2 3 4 3 3 3 2 4 4 3 1 2 2 3 2 4 3
2 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2
1 3 2 4 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 1 1 2
2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
3 2 2 4 1 2 2 1 1 2 2 1 2 3 1 2 3 2
3 2 2 4 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 1 2 3 2
2 2 2 2 2 2 1 3 1 1 2 1 3 2 1 1 2 3
1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 3 1 1 2 2
2 2 2 3 1 2 1 3 1 1 2 1 2 2 1 1 2 3
3 2 2 3 2 2 2 4 2 1 1 2 4 3 3 1 2 2
4 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2
2 3 2 1 2 4 2 3 2 1 2 3 2 3 2 2 1 2
3 1 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 3 3 1 1 1 2
2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 4 3 2 2 2
2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2
2 2 3 3 2 3 2 1 1 1 3 2 2 3 3 2 3 3
2 2 2 3 2 2 2 3 1 1 2 2 2 3 2 1 2 2
4 2 2 4 2 3 2 1 1 1 2 2 3 4 1 1 1 2
3 2 1 3 2 3 3 3 1 1 2 2 3 3 1 1 3 2
4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 1 2
2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 3
4 2 2 3 2 2 2 3 1 2 2 3 3 3 3 4 1 2
4 1 2 3 2 3 3 2 1 2 2 3 3 3 3 1 2 2
1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88
3 3 4 3 1 1 4 3 3 2 4 1 3 3 4 1 1 3
2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 4 4 2 2 1 1 1 4
1 3 2 2 4 1 4 4 1 1 1 4 4 4 4 1 1 4
2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2
2 3 1 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3
3 4 4 2 3 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1
2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 1 3
2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 3
2 2 1 2 1 1 3 3 3 4 1 4 2 1 3 1 1 2
2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 1 2 2 3
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3
2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3
3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3
2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 1 2 3
2 2 2 3 2 1 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 4 2
2 2 2 3 2 1 3 3 4 3 2 2 3 3 2 2 3 2
2 3 2 2 2 1 3 3 4 3 1 3 2 3 3 1 2 3
2 1 1 4 4 3 4 3 2 2 3 1 3 4 3 4 3 2
3 4 2 1 1 1 2 3 4 3 2 4 2 3 4 2 1 4
2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3
2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2
2 2 3 1 2 4 2 1 1 2 2 3 2 3 1 2 4 2
2 2 3 1 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 4 2
2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3
1 3 3 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1
1 2 2 1 1 4 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 4 1
2 1 1 1 2 4 2 3 1 2 2 2 1 1 1 3 4 2
2 2 1 1 2 1 3 2 4 4 1 3 3 4 2 1 1 3
2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 2
1 2 1 1 1 3 2 2 3 2 1 1 3 2 1 2 4 1
3 2 2 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4
2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2
3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3
2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3
2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3
2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3
2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3
2 3 1 1 3 2 4 3 3 1 3 4 2 1 4 1 4 4
4 4 3 2 4 2 4 3 3 2 3 4 3 1 4 1 3 4
2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2
3 3 2 1 4 4 2 2 2 3 2 3 1 2 3 1 4 3
3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 4 1 3 3 2 2 4
2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 1 1 1 1 3
2 3 2 2 4 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3
3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3
2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2
2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2
2 3 3 1 2 2 3 1 2 3 3 2 2 3 2 3 3 4
2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3
2 2 4 3 3 1 2 3 2 4 2 3 2 2 3 4 1 2
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2
2 2 1 1 1 2 3 2 3 2 2 2 3 2 1 1 1 2
2 3 2 2 1 3 3 3 3 3 1 3 2 2 3 1 3 2
2 2 2 3 2 1 3 2 1 3 3 3 2 1 2 1 1 3
2 2 1 3 1 1 3 2 1 3 4 3 1 3 2 1 1 3
2 3 2 2 4 2 3 2 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2
2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 1 3 2
2 3 2 2 4 3 3 1 3 2 2 3 3 1 2 1 1 2
2 3 1 1 1 2 3 3 3 3 1 1 3 2 3 1 2 2
3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 1 3 2 3 1 2 2
3 2 3 1 2 3 3 3 4 1 2 3 1 3 3 1 4 2
2 2 3 1 3 1 2 2 1 2 2 3 3 3 2 1 4 2
2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3
2 2 2 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2
2 3 1 1 2 1 3 3 3 2 2 4 3 3 4 1 1 3
2 4 2 1 2 4 3 3 3 3 1 3 4 4 1 1 2 3
1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 3 1 1 1 1 3 2 2 3 1 3 3 2 2 1 1 3
2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 3
2 2 3 2 1 1 3 2 2 2 2 3 2 2 3 1 1 3
3 3 2 2 1 1 2 3 3 2 2 3 2 2 1 2 1 3
1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2
89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106
3 4 2 4 2 3 1 3 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3
2 2 2 2 2 4 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 1 3
1 1 4 1 2 4 2 1 3 1 1 3 4 1 1 1 4 1
2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3
2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3
1 3 1 1 3 3 1 1 1 1 1 3 2 1 1 3 4 3
3 2 3 3 2 4 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2
2 2 2 3 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2
1 2 1 1 2 4 3 2 1 1 2 3 1 1 3 3 1 3
2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3
2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 2 2 2 4 2 2 2 3 3 4 2 2 3 3 1 2
2 2 2 1 2 4 2 2 1 3 2 4 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
1 2 3 3 2 3 2 3 1 2 2 3 1 3 2 3 3 2
2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2
1 1 2 1 2 1 3 3 2 2 1 3 2 2 3 3 3 4
1 2 2 2 2 3 2 1 1 1 3 3 3 2 3 3 3 2
3 3 3 3 3 2 3 2 1 3 2 4 1 3 2 3 3 3
2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 3 1 2 3 3 1 2
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 3 2 2
2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 1 2 2 4 1 2
2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2 3 1 2
2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2
2 1 2 2 2 3 2 1 1 2 4 2 1 2 2 2 1 2
1 1 1 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1
2 3 2 1 1 3 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1
2 3 1 1 1 3 1 2 1 4 4 2 1 2 1 1 1 1
1 3 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 3 3 2 1 2 2
2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2
1 3 2 1 1 2 1 2 4 1 3 2 1 2 2 4 2 1
4 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3
2 3 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3
2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3
2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3
2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3
1 1 4 2 2 4 2 3 1 2 1 1 1 1 2 3 1 2
3 1 4 2 4 4 4 3 1 2 1 4 2 3 4 2 3 4
1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
2 2 3 2 3 3 2 2 4 2 3 3 2 2 2 1 1 2
3 3 3 3 2 4 4 2 1 3 2 3 1 3 3 3 2 3
3 4 2 3 2 1 3 3 1 2 1 3 1 2 3 3 1 2
3 1 2 2 2 2 3 2 4 2 3 2 2 2 3 3 2 2
3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3
1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 3 3 2 1
2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 1 2
2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2
2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 1 2
2 2 3 3 2 4 2 3 4 2 4 2 2 2 4 3 3 3
2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2
3 2 3 1 2 1 3 1 1 2 3 2 2 3 2 3 3 3
2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2
2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 2
1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 3 2 1 3 2 1 2
2 2 2 3 2 2 3 2 1 2 1 2 1 2 2 3 3 2
2 2 2 3 2 2 3 2 1 2 1 3 1 3 2 3 2 2
2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 1 2
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2
3 3 2 1 2 4 3 2 2 2 1 3 3 2 3 3 1 3
2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 3 2 3 2 1 1
2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 3 2 3 2 1 1
2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 1 1
2 3 2 2 2 3 2 2 4 2 4 2 1 2 3 2 1 2
2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2
2 2 2 3 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 1 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2
2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2
1 4 1 1 2 4 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2
2 3 3 2 2 3 3 2 1 2 2 3 2 2 3 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 3 3
3 3 3 3 2 4 3 3 1 3 1 3 3 3 2 2 3 2
2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2
107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 Total
2 2 3 2 2 3 4 2 3 3 2 2 3 2 294
2 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 269
1 1 1 1 2 2 1 1 1 3 3 2 3 1 261
2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 267
3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 291
1 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 259
2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 286
2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 248
2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 260
2 1 2 2 3 1 3 2 1 2 1 1 1 2 236
2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 281
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 256
2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 249
2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 229
2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 303
1 3 2 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 3 278
2 3 1 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 3 272
3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 284
3 3 2 3 2 4 4 2 4 3 2 4 3 4 280
3 1 2 3 2 1 2 4 4 3 1 2 4 3 271
3 3 1 3 3 4 4 2 3 3 2 3 4 4 294
2 2 2 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2 3 237
2 2 2 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2 3 251
2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 2 256
2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 236
2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 3 2 229
2 2 1 2 2 1 2 2 4 2 2 2 2 2 232
1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 4 2 4 2 192
2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 4 2 4 1 186
1 3 2 4 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 219
1 2 3 3 2 3 3 1 3 2 3 2 3 2 266
2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 229
1 3 2 1 1 2 2 1 3 3 3 3 4 4 242
3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 356
2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 254
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 290
2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 272
2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 305
2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 284
3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 305
1 4 4 3 1 3 3 4 2 2 2 2 4 2 287
4 4 2 3 4 2 2 3 4 4 2 4 1 4 332
2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 232
2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 266
2 3 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 301
2 3 2 2 2 2 4 1 2 3 2 2 2 4 261
2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 267
2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 308
2 1 1 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 204
2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 2 3 3 239
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 226
2 2 1 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 235
3 4 2 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 305
2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 264
3 2 3 3 3 3 2 3 2 1 4 2 2 1 304
2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 247
2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 233
2 2 1 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 262
1 2 1 1 2 2 3 1 2 3 2 2 2 3 236
1 2 1 1 2 3 3 2 3 3 1 2 3 3 246
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 226
2 2 2 4 2 3 2 1 1 2 2 2 3 2 227
2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 4 2 3 3 250
1 2 1 2 3 2 3 1 2 3 2 1 2 1 251
1 2 1 2 3 2 3 3 2 2 3 3 4 2 271
3 2 3 2 2 4 1 1 2 2 4 2 3 3 278
2 2 3 2 3 3 2 1 3 2 2 3 3 2 251
2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 296
2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 274
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 282
2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 253
1 2 3 2 2 3 4 1 3 3 1 2 3 2 263
2 2 3 2 2 3 2 1 4 2 2 2 4 2 267
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 146
1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 145
1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 1 1 206
2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 267
3 3 1 3 2 3 3 2 1 3 1 2 4 3 260
2 2 1 3 2 2 4 1 1 3 1 2 1 3 266
1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 230
ANALISIS UJI VALIDITAS
DAN RELIABILITAS
SKALA
PENELITIAN
Kuesioner
Nama : ………………………………….
Usia : ………………………………….
Jenis Kelamin : L / P *
Petunjuk Pengisian :
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang mengambarkan kondisi
Anda dalam menghadapi mata pelajaran Matematika. Bayangkanlah bahwa
Anda menghadapi situasi tersebut. Bacalah setiap pernyataan di bawah ini
dengan seksama kemudian berikanlah jawaban Anda pada lembar jawaban yang
tersedia dengan cara menyilang (X). Semua jawaban yang Anda berikan adalah
benar, tidak ada jawaban yang dianggap salah atau memalukan apabila sesuai
dengan keadaan Anda.
Keterangan:
- SS : Apabila Anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut.
- S : Apabila Anda setuju dengan pernyataan tersebut.
- TS : Apabila Anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
- STS : Apabila Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
- * : Coret yang tidak perlu.
Contoh Pengerjaan:
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa resah ketika hari ini ada
pelajaran matematika.
X
2. Saya selalu pergi ke toilet saat akan
mengikuti pelajaran matematika.
X
No. Pernyataan SS S TS STS
1.
Jantung saya berdebar keras ketika
akan mengikuti pelajaran matematika.
2.
Perut saya menjadi mual ketika hari
ini ada pelajaran matematika.
3.
Saya sering gugup saat bel tanda
pergantian pelajaran berbunyi, tanda
pelajaran matematika akan segera
dimulai.
4.
Saya merasa was-was ketika sebentar
lagi harus berhadapan dengan materi
matematika.
5.
Saya selalu pergi ke toilet saat akan
mengikuti pelajaran matematika.
6.
Saya akan sangat terkejut jika tiba-tiba
guru matematika memanggil nama
saya untuk maju ke depan
mengerjakan soal hitungan.
7.
Saya sering mematah-matahkan buku
jari karena suasana kelas menjadi
tegang pada saat pelajaran matematika
akan dimulai.
8.
Jantung saya berdetak normal saat
akan mengikuti pelajaran matematika.
9. Saya menjadi sulit bernafas ketika
sebentar lagi pelajaran matematika
dimulai.
10. Saya merasa perut saya normal-
normal saja ketika akan mengikuti
pelajaran matematika.
11. Kepala saya mendadak pusing ketika
guru matematika memasuki kelas
untuk memulai pelajaran matematika.
12. Suhu pada jari-jari tangan saya terasa
normal ketika pelajaran matematika
akan segera dimulai.
13. Saya terkena diare ketika teringat
sukarnya materi-materi matematika
yang akan disampaikan besok pagi.
14. Saya sempat mengalami insomnia
(tidak dapat tidur) ketika saya melihat
ada pelajaran matematika di jadwal
saya besok.
15. Wajah saya terasa memerah saat guru
matematika memasuki ruangan kelas
untuk menyampaikan materi.
16. Jari-jari tangan saya menjadi dingin
ketika pelajaran matematika akan
segera dimulai.
17. Saya merasa dapat bernafas lega
ketika akan mengikuti pelajaran
matematika.
18. Perut saya terasa mulas saat teringat
pelajaran matematika yang sukar.
19. Saya jarang ingin buang air kecil
ketika guru matematika mulai
menyampaikan materi.
20. Saya sering mengalami mimpi buruk
yang berkaitan dengan materi
matematika.
21. Nafsu makan saya menjadi berkurang
ketika besok pagi ada pelajaran
matematika.
22. Saya sering gelisah saat jam pelajaran
matematika akan dimulai.
23. Saya merasa tegang ketika sebentar
lagi harus berhadapan dengan guru
matematika pada jam pelajaran
matematika.
24. Saya menampakkan ekspresi wajah
tenang saat bel tanda pergantian
pelajaran berbunyi, tanda pelajaran
matematika akan segera dimulai.
25. Saya tidak merasa mual walaupun
teringat pelajaran matematika yang
sukar.
26. Saya dapat tidur dengan nyenyak
meskipun besok pagi ada pelajaran
matematika.
27. Saya merasa tetap terlihat tenang saat
jam pelajaran matematika akan segera
dimulai.
28. Saya menjadi minder saat akan
menghadapi pelajaran matematika
karena matematika bagi saya sulit.
29. Saya merasa sedih ketika akan
mengikuti pelajaran matematika
karena saya merasa tidak mampu
mengerjakan soal-soal hitungan.
30. Saya merasa resah ketika hari ini ada
pelajaran matematika.
31. Saya menjadi sulit mengambil
keputusan ketika pelajaran
matematika beberapa menit lagi akan
segera dimulai.
32. Saya tidak mengalami mimpi buruk
yang berkaitan dengan materi
matematika.
33. Pikiran saya menjadi tidak menentu
jika pada saat pelajaran matematika
saya dipanggil maju ke depan untuk
mengerjakan soal mengenai
faktorisasi suku aljabar.
34. Tiba-tiba nafsu makan saya menjadi
hilang ketika besok pagi harus
berhadapan dengan bilangan-bilangan
matematika yang membingungkan.
35. Saya tidak bisa menyembunyikan
kegugupan saya ketika sebentar lagi
harus berhadapan dengan pelajaran
matematika.
36. Saya merasa takut jika nanti nama
saya dipanggil guru untuk maju ke
depan mengerjakan soal matematika
pada jam pelajaran matematika.
37. Saya sering meninggalkan kelas
ketika sebentar lagi jam pelajaran
matematika dimulai.
38. Saya merasa perut saya tetap normal
meskipun teringat suasana kelas yang
tegang pada saat pelajaran
matematika.
39. Saya merasa tidak ada perubahan pada
wajah saya saat guru matematika
memasuki ruangan kelas untuk
menyampaikan materi.
40. Saya merasa takut tidak bisa
menyelesaikan soal matematika yang
diberikan oleh guru pada saat
pelajaran matematika nanti.
41. Saya berpikir bahwa saya tidak bisa
mengendalikan diri lagi pada saat
pelajaran matematika akan dimulai.
42. Saya merasa tenang ketika sebentar
lagi harus berhadapan dengan materi
matematika.
43. Saya sering teringat akan masa lalu
saya ketika pernah dihukum guru
matematika untuk berdiri di depan
kelas karena tidak mengerjakan PR,
sehingga saya menjadi sering
terganggu saat akan mengikuti
pelajaran matematika.
44. Saya sering melarikan diri daripada
harus bertemu dengan guru
matematika pada saat jam pelajaran
matematika.
45. Saya sering ingin meninggalkan kelas
saat sebentar lagi guru matematika
tiba di kelas untuk menyampaikan
materi.
46. Nafsu makan saya tidak berubah
ketika besok pagi harus berhadapan
dengan bilangan-bilangan matematika
yang membingungkan.
47. Saya merasa wajah saya nampak
rileks walaupun sebentar lagi harus
berhadapan dengan pelajaran
matematika.
48. Saya merasa takut salah kalau nanti
pada jam pelajaran matematika
disuruh guru untuk mengerjakan soal
di depan kelas.
49. Saya sering berpikir untuk segera
kabur dari kelas saat pelajaran
matematika akan dimulai.
50. Jika dimungkinkan, saya memilih
membolos daripada harus
mengerjakan soal-soal matematika
yang memusingkan pada saat jam
pelajaran matematika.
51. Saya akan menggantungkan diri pada
teman saya yang pintar matematika
pada saat jam pelajaran matematika.
52. Saya bisa mengambil keputusan
ketika pelajaran matematika beberapa
menit lagi akan segera dimulai.
53. Saya merasa rileks walaupun sebentar
lagi harus berhadapan dengan guru
matematika.
54. Saya tidak mampu menghilangkan
pikiran buruk bahwa mengerjakan soal
matematika itu sangat sulit pada saat
pelajaran matematika akan dimulai.
55. Saya akan lebih mempercayai
kebenaran pekerjaan matematika
teman saya daripada pekerjaan saya
sendiri, sehingga saya mencontoh
pekerjaannya pada saat pelajaran
matematika.
56. Saya akan berusaha mencontek
pekerjaan teman saya pada saat guru
matematika memberikan soal latihan.
57. Saya tidak bisa mengerjakan soal
matematika seorang diri.
58. Saya akan tercengang jika tiba-tiba bel
pergantian jam pelajaran berbunyi,
tanda pelajaran matematika akan
segera dimulai.
59. Saya akan diam terpaku jika tiba-tiba
guru matematika muncul di depan
pintu dan siap untuk memulai
pelajaran.
60. Saya akan kebingungan jika tiba-tiba
suasana kelas menjadi hening karena
sebentar lagi pelajaran matematika
akan dimulai.
61. Saya akan lebih yakin mengerjakan
soal matematika sendiri daripada
melihat pekerjaan teman saya pada
saat pelajaran matematika.
62. Saya akan tetap tenang jika guru
matematika memanggil nama saya
untuk maju ke depan mengerjakan
soal.
63. Saya sering mendehem ketika guru
matematika mulai memasuki kelas.
64. Saya sering memainkan pena saat
guru matematika mulai menjelaskan
mengenai materi matematika.
65. Saya seperti akan pingsan jika tiba-
tiba guru matematika menyuruh saya
maju ke depan untuk mengerjakan
soal.
66. Bagi saya, menggantungkan diri pada
teman yang pintar matematika pada
saat jam pelajaran matematika akan
merugikan saya sendiri.
67. Pikiran saya tetap tenang jika nanti
pada saat pelajaran matematika saya
dipanggil maju ke depan untuk
mengerjakan soal mengenai
faktorisasi suku aljabar.
68. Saya tetap percaya diri saat akan
menghadapi pelajaran matematika
walaupun pelajaran tersebut bagi saya
sulit.
69. Saya bersikap biasa saja ketika tiba-
tiba bel pergantian jam pelajaran
berbunyi, tanda pelajaran matematika
akan segera dimulai.
70. Saya akan lebih mempercayai
kebenaran PR matematika saya sendiri
daripada pekerjaan teman saya
sehingga saya tidak mencontoh
pekerjaannya.
71. Saya sudah siap di kelas saat sebentar
lagi guru matematika tiba di kelas
untuk menyampaikan materi.
72. Saya merasa senang ketika akan
mengikuti pelajaran matematika
karena saya merasa mampu
mengerjakan soal-soal hitungan.
73. Saya berpikir bahwa saya bisa
mengendalikan diri pada saat
pelajaran matematika akan dimulai.
74. Saya tetap dapat memusatkan
perhatian ketika bel tanda pergantian
pelajaran berbunyi, pertanda pelajaran
matematika akan segera dimulai.
75. Saya akan tersenyum jika tiba-tiba
guru matematika muncul di depan
pintu dan siap untuk memulai
pelajaran.
76. Saya tetap dapat berkonsentrasi
walaupun tiba-tiba suasana kelas
menjadi hening karena sebentar lagi
pelajaran matematika akan dimulai.
77. Saya bisa mengerjakan soal
matematika sendiri.
78. Saya sering teringat akan masa lalu
saya yang menyenangkan tentang
matematika, sehingga sampai saat ini
saya merasa senang ketika akan
mengikuti pelajaran matematika.
79. Saya sering berpikir untuk bisa
menghindari pelajaran matematika.
80. Hati saya merasa nyaman walaupun
hari ini ada pelajaran matematika.
81.
Saya sering berpikir untuk tetap
mengikuti pelajaran matematika pada
saat pelajaran matematika akan
dimulai.
82. Saya akan tetap tenang walaupun tiba-
tiba guru matematika memberikan
soal untuk dikerjakan pada saat
pelajaran matematika.
83. Saya mampu menghilangkan pikiran
buruk bahwa mengerjakan soal
matematika itu sangat sulit pada saat
pelajaran matematika akan dimulai.
84. Saya akan sering menggerak-gerakkan
kaki saya ketika jam pelajaran
matematika dimulai.
85. Saya merasa siap jika nanti nama saya
dipanggil guru untuk maju ke depan
mengerjakan soal matematika pada
jam pelajaran matematika.
86. Saya tidak terbiasa memainkan pena
pada saat guru matematika mulai
menjelaskan mengenai materi
matematika.
87. Saya merasa akan mampu
menyelesaikan soal matematika yang
diberikan oleh guru pada saat jam
pelajaran matematika nanti, sehingga
saya tidak perlu merasa takut.
DATA HASIL PENELITIAN
No. Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 S1 2 2 2 3 2 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 3
2 S2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
3 S3 3 2 3 3 1 4 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3
4 S4 1 1 2 2 2 1 2 3 2 4 2 4 2 1 2 2
5 S5 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3
6 S6 3 1 2 2 1 3 3 3 2 4 2 2 2 4 2 3
7 S7 3 2 3 4 2 4 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3
8 S8 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9 S9 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
10 S10 3 2 2 2 1 3 3 1 2 3 2 2 2 2 2 3
11 S11 2 1 2 3 2 3 1 1 2 1 1 3 2 1 2 2
12 S12 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2
13 S13 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
14 S14 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
15 S15 2 2 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
16 S16 3 2 2 2 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1
17 S17 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2
18 S18 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2
19 S19 2 2 1 1 2 3 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2
20 S20 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1
21 S21 2 1 2 1 1 3 3 2 1 1 2 2 1 2 2 2
22 S22 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1
23 S23 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2
24 S24 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 S25 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2
26 S26 2 1 2 3 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2
27 S27 2 2 1 3 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1
28 S28 2 1 2 2 1 3 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2
29 S29 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1
30 S30 2 1 1 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2
31 S31 2 2 2 3 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1
32 S32 2 1 2 2 1 3 2 1 1 2 1 3 2 2 1 2
33 S33 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2
34 S34 2 1 1 2 1 3 2 2 1 3 1 1 2 1 1 2
35 S35 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1
36 S36 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2
37 S37 2 2 3 3 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3
38 S38 2 2 3 3 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2
39 S39 2 1 2 3 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1
40 S40 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1
41 S41 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
42 S42 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
43 S43 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2
44 S44 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2
45 S45 2 2 2 2 1 3 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2
46 S46 2 2 2 3 3 4 4 2 2 2 2 3 2 1 2 4
47 S47 2 2 3 3 1 4 2 2 2 1 1 3 1 2 2 3
48 S48 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3
49 S49 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
50 S50 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
51 S51 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
52 S52 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2
53 S53 2 2 3 3 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3
54 S54 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2
55 S55 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
56 S56 3 2 2 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 3
57 S57 3 1 2 2 2 4 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2
58 S58 2 2 3 3 1 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2
59 S59 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 4 1 1 2 2
60 S60 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2
61 S61 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2
62 S62 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2
63 S63 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 2 3 2 2 1 2
64 S64 4 2 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2
65 S65 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
66 S66 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2
67 S67 2 2 3 3 2 4 3 1 2 1 2 2 1 2 2 3
68 S68 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3
69 S69 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
70 S70 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 3
71 S71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
72 S72 2 1 2 2 1 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
73 S73 2 1 2 3 1 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3
74 S74 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1
75 S75 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 4 1 1 4 1 2
76 S76 3 2 2 3 2 4 4 2 2 2 3 2 1 1 2 2
77 S77 3 2 3 4 1 4 1 2 2 1 3 2 1 3 2 3
78 S78 4 3 3 4 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2
79 S79 4 3 3 4 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2
80 S80 2 2 2 1 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
3 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 3 1 2 2 2 4 1
4 2 3 2 2 2 2 4 2 1 2 4 2 2 3 3 2 2
3 2 2 1 2 3 3 3 2 2 2 4 2 3 3 2 3 1
3 1 3 1 2 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 1 3 2
3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2
2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2
2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 4 1
2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3
1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1
2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 3 4 3 3 3 3 1 3 3 3 4 2 2 4 2
2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1
2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2
1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 3 3 2 1 2
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
2 1 1 1 2 3 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 1 4 3 2
1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2
1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2
1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2
3 1 4 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 3 2
1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2
2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2
2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1
2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2
1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 1 1 2 3 3 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2
2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2
1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1
1 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2
2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 4 3 3 2 3 2
3 2 2 1 2 3 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 3 4
2 2 3 2 2 3 3 3 1 2 3 3 4 3 3 2 3 2
1 2 2 2 2 2 1 4 3 2 2 2 2 1 2 2 3 4
2 1 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1
2 2 4 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 3 2
2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 3 2
3 1 2 1 1 2 3 2 1 1 2 4 3 2 2 2 4 2
3 2 2 1 2 3 2 3 2 2 2 3 4 2 2 2 3 2
3 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 3 1
3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2
2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1
2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 3 2 1 2 3 2
2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3
2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2
1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2
2 2 3 1 1 2 3 2 4 3 2 1 2 2 2 4 3 2
2 3 3 1 1 3 2 1 1 1 2 2 2 3 2 4 4 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2
1 2 1 2 2 2 3 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2
2 2 1 2 1 3 3 2 4 2 2 2 2 3 1 1 3 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2
2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 2 1 2 3 2 4 1 2 2 3 4 2 3 1 4 2
3 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2
1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1
3 1 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 1 1 1 1 3 2
3 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 2 4 3 2 2 4 2
2 3 2 2 4 3 3 1 2 3 3 4 4 2 3 2 4 1
3 3 2 2 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2
3 3 2 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 1
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
3 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2
2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 1 1 2 2
3 3 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2
2 2 2 3 2 3 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1
2 3 1 2 3 3 2 3 3 2 2 1 3 3 2 1 3 2
3 3 1 2 2 3 2 3 3 1 2 2 3 3 2 1 2 2
2 3 3 3 2 3 2 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 3
2 3 3 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 1 1 3 2
2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
2 3 1 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 1 1 3 3
2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 2 2 2 3 2 1 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
1 2 1 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2
2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2
2 4 1 2 1 3 3 3 2 1 1 2 1 3 1 1 2 2
2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2
2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2
1 2 1 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 1 1 2 2
2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 1 3 1 1 2 2
2 3 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2
1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2
1 1 1 1 1 4 1 1 1 4 1 3 1 3 1 1 2 2
2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 2 2 3 1 1 2 2
1 2 2 3 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2
2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1
2 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 1 2 2
2 3 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2
2 2 2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 2 1
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3
2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2
2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2
2 3 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2
3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 2 3 2 4 2 2 2 2
2 3 2 3 2 4 3 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2
3 1 3 3 2 2 1 3 1 3 2 2 2 1 1 1 2 2
2 3 1 2 2 3 2 4 2 1 1 2 1 3 1 1 1 2
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2
2 3 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 2
2 3 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 3 1 1 2 2
2 4 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2
3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
2 3 1 3 1 3 1 2 1 1 2 2 2 4 1 1 2 2
2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2
2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2
2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2
3 4 2 2 2 4 3 2 4 2 2 2 2 4 2 2 3 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
3 2 3 2 2 4 2 1 1 1 2 2 2 4 2 2 2 2
3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2
2 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2
1 4 2 2 2 4 2 1 3 1 1 2 2 3 2 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3
2 2 1 1 2 2 2 2 2 4 1 1 2 2 1 1 1 2
2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2
2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 3
4 4 2 4 2 3 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 3 1
2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2
2 2 2 1 1 3 3 1 2 2 2 1 1 3 2 2 2 1
3 3 2 2 1 4 2 2 2 1 2 2 2 4 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2
3 3 1 1 2 4 2 2 3 1 2 2 2 4 2 1 3 2
2 2 1 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2
1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2
2 3 1 3 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 4 2 2 2 4 2 3 4 1 2 1 2 4 1 1 2 2
3 4 1 2 2 4 2 3 4 1 1 2 2 4 1 1 2 2
3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2
4 4 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 4 2 4 3 3
2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 2
2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2
1 1 1 2 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2 4 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3
3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 1
3 3 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3
2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2
2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3
2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2
1 2 2 1 2 3 3 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2
2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2
1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 3 1 1 2 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 1 4 2 2 3 2 2 2 2 4 1 3 2 1 2
1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2
2 3 1 1 3 2 2 3 2 2 2 1 2 4 3 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 3 1 2 1 2 1
2 3 1 2 3 2 1 2 3 3 2 1 1 2 3 3 2 2
1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1
1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
2 1 2 1 2 2 1 1 1 3 2 1 1 2 3 2 2 1
2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1
2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 2 1 3 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2
2 3 2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 1 3 1
1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 4 1 2 2 2 1
2 2 2 1 3 2 2 2 1 1 2 3 2 1 2 2 2 1
1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1
1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1
2 4 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2
2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2
2 4 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3
2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 1 1 3 3 4 3 4 2
2 3 2 1 3 2 1 2 2 3 1 2 2 4 3 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3
2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 3 2 4 2 2 2 2
2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2
2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2
2 3 2 2 3 2 3 3 1 2 3 3 3 1 2 1 1 2
2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3
2 2 1 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 3 3 2 2 2
2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2
2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 3 1 1 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2
2 2 2 2 3 2 3 2 4 4 2 3 4 3 4 2 2 3
3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3
2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 1 2 1
2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2
1 2 2 1 1 2 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1
2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 1 2
2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 3 1 4 1 1 2 1
1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 4 1 1 2 1
2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2
2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 1 3 1 4 2 2 2 2
2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2
1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1
2 2 2 2 3 1 1 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2
4 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2
2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2
2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1
2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3
2 2 1 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 1 3 2 2 1
2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3
1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1
1 3 2 1 3 1 1 2 2 3 2 3 1 1 2 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 2 2 3 1 2 2 1 2
2 3 2 3 3 2 2 4 3 3 2 3 4 1 2 2 1 2
3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3
3 3 4 2 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 2 3
3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 Total
2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 188
2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 192
2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 161
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 1 3 2 196
3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 3 3 3 3 210
1 1 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 210
3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 209
2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 193
2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 192
3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 194
1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 4 2 4 1 1 3 2 171
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 172
1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 104
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 151
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 166
3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 2 1 2 2 3 4 2 195
2 2 1 2 2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 143
2 1 1 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 140
3 3 2 2 3 2 3 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 166
2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 3 2 4 176
2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 160
2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 177
2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 142
2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 123
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 167
2 3 2 2 3 2 2 3 1 2 1 2 2 2 3 2 2 156
1 3 3 2 2 2 3 3 1 2 1 1 3 2 3 4 2 150
1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 4 2 143
2 2 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 163
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 164
2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 159
2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 162
2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 165
1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 132
1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 141
2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 204
3 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 207
2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 215
4 2 3 4 2 2 2 2 1 4 3 2 4 1 4 4 4 191
3 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 170
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 176
2 4 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 3 3 3 2 3 199
2 2 3 3 2 2 3 4 1 2 2 2 2 3 2 3 2 168
3 3 2 2 2 3 4 1 1 3 3 3 2 2 3 2 1 188
3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 189
2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 3 4 211
2 1 2 3 2 1 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 197
2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 183
2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 197
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 184
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 182
2 2 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 173
2 3 3 2 4 2 3 3 2 2 2 2 3 3 4 2 3 224
2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 192
2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 1 3 3 2 3 184
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 191
2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 150
2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 3 3 3 1 175
2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 184
1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 155
1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 147
1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 135
2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 185
1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 171
2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 199
1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 139
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 184
3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 191
2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 3 3 184
2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 155
2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 3 2 177
2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 3 3 3 2 182
2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 3 2 2 3 175
2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 129
1 2 3 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 1 3 3 2 156
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 4 2 3 196
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 205
2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 226
2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 244
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 185
TABEL FREKUENSI DAN
HISTOGRAM HASIL
PENELITIAN
DATA SEKUNDER NILAI
RAPOR
No Prestasi Belajar
1 60
2 60
3 60
4 60
5 61
6 64
7 64
8 64
9 61
10 60
11 61
12 60
13 69
14 65
15 65
16 60
17 64
18 70
19 60
20 62
21 62
22 61
23 62
24 76
25 60
26 63
27 62
28 60
29 67
30 60
31 63
32 60
33 64
34 66
35 63
36 60
37 60
38 60
39 60
40 60
41 61
42 64
43 61
44 60
45 64
46 62
47 61
48 67
49 64
50 64
51 68
52 61
53 60
54 63
55 72
56 62
57 64
58 63
59 65
60 60
61 60
62 78
63 65
64 61
65 65
66 61
67 60
68 61
69 74
70 69
71 71
72 60
73 60
74 68
75 60
76 62
77 60
78 62
79 61
80 60
TABEL FREKUENSI DAN
HISTOGRAM NILAI RAPOR