STUDI BASELINE TERUMBU KARANG -...
Transcript of STUDI BASELINE TERUMBU KARANG -...
STUDI BASELINE TERUMBU KARANG DI LOKASI DPL KABUPATEN BUTON
TAHUN 2008
Koordinator Tim Penelitian
ANNA E.W. MANUPUTTY
Disusun oleh :
Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
PENDAHULUAN
Kabupaten Buton termasuk kedalam wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara. Memiliki 17 kecamatan, tujuh diantaranya termasuk ke dalam lokasi COREMAP, yaitu kecamatan Mawasangka, Kadatuang, Siompu, Wabula, Siontapina, Talaga dan Lasalimu. Secara geografis kabupaten ini terletak pada 4,96o LS - 6,25o LS dan 120o BT – 123,34o BT, dengan luas wilayah daratan 2.488,71 km2 dan wilayah perairan laut 21.054,69 km2 dengan potensi perikanan yang menjanjikan.
Program COREMAP telah terlaksana sampai ke Fase II. Banyak program kegiatan telah dilakukan untuk mengamati perkembangan kondisi karang dan ekosistem terumbu karang, apakah semakin baik atau semakin buruk. Metode-metode pemantauan telah dilakukan dan diuji coba dalam kegiatan studi baseline maupun monitoring terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP. Metode-metode yang dipakai disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Metode tersebut, masing-masing mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Metode “Rapid Reef Resources Inventory” (RRI), dapat dipakai untuk pemantauan suatu area terumbu karang yang luas dalam waktu yang singkat, namun kekurangannya terletak pada daya visualisasi si pengamat. Metode pemantauan dengan “Line Intercept Transect” (LIT) dianggap terlalu ilmiah, dan kurang tepat untuk menjawab perubahan yang terjadi di suatu area terumbu karang yang luas, karena hanya terpatok pada lokasi transek permanen saja. Namun untuk menjawab keanekaragaman karang, metode ini lebih cocok. Untuk keperluan manajemen terumbu karang, dan untuk menjawab naik maupun turunnya persentase tutupan ataupun persentase jumlah individu karang hidup, yang dipantau di suatu lokasi yang luas dalam waktu yang singkat digunakan metode “Point Intercept Transect” (PIT). Metode ini diujicobakan di lokasi-lokasi konservasi yang dipatok oleh masyarakat desa setempat, yaitu di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL). Metode ini lebih sederhana tapi terukur, karena dapat menghasilkan persentase jumlah individu karang hidup dalam waktu yang singkat dan mencakup area yang luas. Diharapkan masyarakat setempat yang diwakili oleh staf CRITC daerah dapat melakukan sendiri monitoring kondisi terumbu karang di masing-masing lokasi DPL, yang sudah diawali dengan studi baseline di lokasi yang sama oleh staf CRITC pusat.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk melakukan studi baseline ekologi di lokasi DPL yang meliputi pengamatan di bidang Sistem Informasi Geografis (SIG), kondisi karang, ikan karang dan
ii
megabentos, membuat plot transek permanen untuk keperluan pemantauan di waktu mendatang.
HASIL
Dari pengamatan yang dilakukan di 27 lokasi transek dari 14 DPL di Kabupaten Buton diperoleh hasil sebagai berikut :
• Lokasi DPL seluruhnya terletak di ujung tubir rataan terumbu karang yang menempel pada pulau. DPL Wabula & Wasampela merupakan DPL terluas, yaitu 458,91 ha. Sedangkan yang relatif kecil adalah DPL Lampanairi, yaitu 4,84 ha.
• Dari hasil pengamatan diperoleh jenis karang batu di 14 lokasi DPL sebanyak 111 jenis yang mewakili 15 suku.
• Jumlah jenis terbanyak ditemukan di DPL Gereak Makmur sebanyak 36 jenis yang mewakili 9 suku dan lokasi yang sedikit jumlah jenis karang batu adalah DPL Kumbewaha, yaitu 12 jenis yang mewakili 7 suku.
• Persentase jumlah individu karang batu tertinggi untuk marga Acropora yaitu 62% dengan jumlah individu sebanyak 31 individu yang ditemukan di stasiun BTNP11 (Desa Gerak Makmur). Karang batu Non - Acropora tertinggi yaitu 56% dengan jumlah individu sebanyak 28 individu yang ditemukan di stasiun BTNP20 (Desa Waonu). Komponen persentase jumlah individu tertinggi lainnya yaitu karang mati beralga (DCA) yaitu 52% dengan jumlah individu sebanyak 26 yang ditemukan di stasiun BTNP4 yang terletak di Desa Sampoabalo.
• Dari 27 transek yang dilakukan di 16 lokasi DPL, dicatat bahwa biota megabentos didominasi oleh karang jamur (CMR) Fungia spp. dan bulu babi (Diadema setosum). Biota CMR tertinggi ditemukan di stasiun BTNP11 yang terletak di Desa Tongali Kecamatan Siompu, sebesar 179 individu/transek, sedangkan di stasiun BTNP25 (Desa Sampoabalo) sama sekali tidak ditemukan. Untuk Diadema setosum, kelimpahan tertinggi dicatat di stasiun BTPN13 (Desa Lampanairi) sebanyak 41 individu/transek) dan di stasiun. BTNP8 (Desa Wakinamboro) sebanyak 27 individu/transek.
• Dari hasil sensus visual di 27 stasiun transek, dicatat total jumlah jenis dan jumlah individu ikan karang 223 jenis / 12023 individu dengan perincian: ikan major 130 jenis / 9405
iii
individu, ikan target 75 jenis / 2178 individu dan ikan indikator 18 jenis / 449 individu.
• Dari 18 jenis ikan indikator yang ditemukan, Chaetodon kleini dicatat memiliki jumlah individu yang tertinggi, yaitu sebanyak 176 individu. Jenis ini ditemukan di 24 stasiun transek dari 27 stasiun transek yang iamati. Kemudian diikuti oleh Heniochus varius (61 individu) yang ditemukan pada 16 stasiun transek.
• Untuk kelompok ikan major yang merupakan kelompok dengan jumlah jenis maupun jumlah individu terbanyak, Odonus niger dari suku Balistidae adalah jenis yang hadir dengan jumlah individu tertinggi, yaitu sebanyak 3628 individu. Jenis ini ditemukan cukup melimpah pada stasiun BTNP27 (Desa Kumbewaha), yaitu sebanyak 800 individu. Tempat kedua diwakili oleh Pomacentrus moluccensis, jenis ini hadir dengan total individu sebanyak 536 individu.
• Dari kelompok ikan target, dicatat ada 3 jenis yang dominan dari suku Caesioniidae, yaitu Pterocaesio teres (235 individu), Caesio pisang dan Pterocaesio tile masing-masing 170 individu. Sebaran ketiga jenis ini tidak merata di semua lokasi transek, namun kelimpahannya di bebarapa lokasi mencapai nilai 100 individu, seperti yang dicatat di stasiun BTNP21, (170 individu) untuk Pterocaesio tile dan stasiun BTNP22 (100 inidividu dan 130 individu) untuk Caesio pisang dan Pterocaesio teres.
SARAN
Perlu adanya keseragaman kriteria dalam penentuan batas suatu DPL, dengan memperhitungkan kondisi geografi, batimetri dan kondisi pantai maupun pesisir lainnya, seperti kondisi pesisir pantai yang landai atau terjal, mengingat ada DPL yang luas dan ada yang sempit. Hal ini disebabkan karena penarikan batas wilayah DPL pada daerah ini dimulai pada ujung tubir hingga ke arah garis pantai sejajar dengan lebar rataan terumbu. Berbeda halnya dengan DPL lainnya yang wilayahnya ditentukan hanya pada wilayah tubir dan sejajar mengikuti bentuk tubir. Keberadaan DPL hendaknya dapat mewakili keseluruhan desa secara merata di Kabupaten Buton.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia berupa wilayah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk objek penelitian ilmiah.
Sebagaimana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini beberapa penelitian telah dilakukan, dengan penyandang dana dari ”World Bank” (WB). Salah satu diantaranya penelitian ekologi terumbu karang untuk mendapatkan data dasar (baseline) di lokasi-lokasi COREMAP. Khususnya di lokasi ”Daerah Perlindungan Laut” (DPL) yang dicanangkan oleh penduduk setempat, dilakukan pengamatan dengan menggunakan metode ”Point Intercept Transect” (PIT), yang lebih sederhana tapi menghasilkan data yang lebih cepat dan terukur.
Kegiatan baseline ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal terumbu karang di lokasi tersebut. Hasil studi baseline akan dipakai sebagai data dasar, berupa data rujukan untuk pengamatan selanjutnya dengan metode yang sama dan di lokasi yang sama.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian lapangan dan analisa data, sehingga buku tentang studi baseline terumbu karang dengan metode ”PIT” dapat tersusun dengan baik. Kami menyadari, buku ini belum sempurna dan banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan, demi kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Desember 2008
Direktur CRITC-COREMAP II - LIPI
Prof.Dr.Ir.Kurnaen Sumadiharga, M.Sc.
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………………................ i
A. PENDAHULUAN ……………………………………............... i
B. HASIL …………………………………………….................... ii
C. SARAN ……………………………………………................... iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………................. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………….................. v
DAFTAR TABEL ……………………………………………..................... vi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………................. x
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………............... 1
I.1. LATAR BELAKANG ………………………............. 1
I.2. TUJUAN ………………….………………………......... 2
I.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN …………......... 2
BAB II. METODE PENELITIAN ………………………………............ 4
II.1. LOKASI PENELITIAN ……………………….......... 4
II.2. WAKTU PENELITIAN ……………………….......... 5
II.3. PELAKSANAAN PENELITIAN …………….......... 5
II.4. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA .............................................
5
II.4.1. SIG (Sistem Informasi Geografis).. 5
II.4.2. Karang ................................ 7
II.4.3. Megabentos .......................... 8
II.4.4. Ikan Karang .......................... 9
BAB III. HASIL PENGAMATAN..... ............................... 11
III.1. Hasil Pengamatan SIG.......................... 11
III.2. Hasil Pengamatan Karang ..................... 14
III.3. Hasil Pengamatan Megabentos..... .......... 37
III.4. Hasil Pengamatan Ikan Karang..... .......... 39
UCAPAN TERIMA KASIH 42
DAFTAR PUSTAKA .................................................... 43
LAMPIRAN ............................................................. 44
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Kumbewaha, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
15
Tabel 2. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Sampoabalo, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
17
Tabel 3. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wasuemba, Kabupaten Buton, 2008 ..............................
19
Tabel 4. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wabula, Kabupaten Buton, 2008 ............................................
20
Tabel 5. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wasampela, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
21
Tabel 6. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Koholimombono, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
23
Tabel 7. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Gerak Makmur, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
24
Tabel 8. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Tira, Kabupaten Buton, 2008 ............................................
26
Tabel 9. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Lampanairi, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
27
Tabel 10. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Kapoa Induk, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
29
vii
Tabel 11. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Waonu, Kabupaten Buton, 2008 ............................................
30
Tabel 12. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Tongali, Kabupaten Buton, 2008 ............................................
32
Tabel 13. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wakinamboro, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
33
Tabel 14. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Kancibungi, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
34
Tabel 15. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wakabungara, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
35
Tabel 16. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Gundugundu, Kabupaten Buton, 2008 ...............................
36
Tabel 17. Frekuensi Relatif kehadiran ikan karang, hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL, Kabupaten Buton, 2008 .......................
42
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta stasiun DPL di bagian barat Kabupaten Buton, 2008..........................................
4
Gambar 2. Peta stasiun DPL di bagian timur Kabupaten Buton, 2008..........................................
4
Gambar 3. Citra landsat komposit 453........................
6
Gambar 4. Peta bentuk dan luas DPL di bagian barat Pulau Buton, Kabupaten Buton, 2008............
11
Gambar 5. Peta bentuk dan luas DPL di bagian barat
Pulau Buton, Kabupaten Buton, 2008............
12
Gambar 6. Persentase jumlah individu karang batu, biota
bentik dan substrat hasil studi baseline dengan metode PIT di lokasi DPL Kecamatan Siontapina, Wabula, dan Sampolawa, Kabupaten Buton, 2008............................
16
Gambar 7. Persentase jumlah individu karang batu, biota bentik dan substrat hasil studi baseline dengan metode PITdi lokasi DPL Kecamatan Mawasangka, Kadatua, Siompu dan Bataoga, Kabupaten Buton, 2008............................
16
Gambar 8. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline dengan metode “Reef Check” di lokasi DPL, bagian timur Kabupaten Buton, 2008...................................................
37
Gambar 9. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline dengan metode “Reef Check” di lokasi DPL, bagian barat Kabupaten Buton, 2008...................................................
38
Gambar 10. Perbandingan kelimpahan antara ikan mayor, ikan target dan ikan indikator hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL, bagian timur Kabupaten Buton, 2008............
40
ix
Gambar 11.
Perbandingan kelimpahan antara ikan mayor, ikan target dan ikan indikator hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL, bagian barat Kabupaten Buton, 2008............
40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Posisi DPL di Kabupaten Buton, 2008 ..............
44
Lampiran 2. Sebaran jenis karang batu di lokasi DPL Kabupaten Buton, 2008 ..............................
45
Lampiran 3. Kelimpahan biota megabentos di lokasi DPL Kabupaten Buton, 2008...............................
57
Lampiran 4. Sebaran jenis ikan karang di lokasi DPL Kabupaten Buton, 2008 ..............................
59
BAB I. PENDAHULUAN Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan
tropis yang memiliki produktivitas yang sangat tinggi. Komponen yang sangat penting dalam menyusun ekosistem ini adalah karang batu. Biota-biota lain seperti ikan, moluska, ekinodermata dan rumput laut memanfaatkan lingkungan terumbu karang sebagai tempat hidup, membesarkan diri, melahirkan keturunan serta mencari makan.
Informasi tentang kondisi ekosistem terumbu karang dengan berbagai komponen bentik yang membentuknya sangat dibutuhkan dalam penilaian status keberadaannya. Secara umum pulau-pulau yang ada di kabupaten Buton mempunyai ekosistem pantai yang didominasi oleh terumbu karang dan ada sebagian pulau memiliki hutan bakau serta ekosistem lamun.
Hasil pengamatan kondisi terumbu karang Indonesia yang dilakukan oleh COREMAP menunjukkan bahwa hanya tinggal 6% karang yang sangat baik dan 32% kurang baik. Informasi ini menjadi bahan pertimbangan pemerintah daerah, pemerintah pusat maupun badan internasional untuk dapat mengurangi tekanan yang terjadi terhadap terumbu karang. Salah satu solusi yang diajukan adalah menciptakan kawasan konservasi laut daerah (KKLD) dengan fokus utamanya adalah daerah perlindungan laut (DPL). Penelitian ini dilakukan untuk melihat kondisi karang yang ada di kawasan perlindungan laut Pulau Buton dan daearah sekitarnya, dengan harapan hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi semua stakeholders (instansi pemerintah, perusahan, LSM, akademisi dan kelompok masyarakat) dalam memanfaatkan kawasan laut sebagai sumber kehidupannya.
I.1. LATAR BELAKANG
Program COREMAP telah terlaksana sampai ke Fase II. Banyak
program kegiatan telah dilakukan untuk mengamati perkembangan kondisi karang dan ekosistem terumbu karang, apakah semakin baik atau semakin buruk.
Metode-metode pemantauan telah dilakukan dan diujicobakan dalam kegiatan studi baseline maupun monitoring terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP. Metode-metode yang dipakai disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Metode-metode tersebut, masing-masing mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Metode “Rapid Reef Resources Inventory” (RRI),
1
dapat dipakai untuk pemantauan suatu area terumbu karang yang luas dalam waktu yang singkat, namun kekurangannya terletak pada daya visualisasi si pengamat. Metode pemantauan dengan “Line Intercept Transect” (LIT) dianggap terlalu ilmiah, dan kurang tepat untuk menjawab perubahan yang terjadi di suatu area terumbu karang yang luas karena hanya terpatok pada lokasi transek permanen saja. Namun untuk menjawab keanekaragaman karang, metode ini lebih cocok. Untuk keperluan manajemen terumbu karang, dan untuk menjawab naik maupun turunnya persentase tutupan ataupun persentase jumlah individu karang hidup, yang dipantau di suatu lokasi yang luas dalam waktu yang singkat digunakan metode “Point Intercept Transect” (PIT). Metode ini diujicobakan di lokasi-lokasi konservasi yang dipatok oleh masyarakat desa setempat, yaitu di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL). Metode ini lebih sederhana tapi terukur, karena dapat menghasilkan persentase jumlah individu karang hidup dalam waktu yang singkat dan mencakup area yang luas. Diharapkan masyarakat setempat yang diwakili oleh staf CRITC daerah dapat melakukan sendiri monitoring kondisi terumbu karang di masing-masing lokasi DPL, yang sudah diawali dengan studi baseline di lokasi yang sama oleh staf CRITC pusat. Dengan demikian informasi akurat tentang perubahan kondisi terumbu karang yang terjadi di lokasi DPL dapat dicatat, untuk kemudian dilakukan langkah pengelolaan selanjutnya.
I.2. TUJUAN PENELITIAN
Melakukan studi baseline ekologi di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL), meliputi:
• Pengamatan di bidang Sistem Informasi Geografis (SIG), kondisi karang, ikan karang dan megabentos.
• Menentukan titik-titik awal untuk keperluan monitoring di waktu mendatang.
I.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup studi baseline ekologi ini meliputi empat tahapan yaitu :
• Tahap persiapan, meliputi kegiatan administrasi, koordinasi dengan tim penelitian baik yang berada di Jakarta maupun di daerah setempat, pengadaan dan mobilitas peralatan penelitian serta perancangan penelitian untuk memperlancar pelaksanaan survey di
2
lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga dilakukan persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian yang akan dilakukan.
• Tahap pengumpulan data, yang dilakukan langsung di lapangan yang meliputi data tentang terumbu karang, bentos dan ikan karang.
• Tahap analisa data, yang meliputi verifikasi data lapangan dan pengolahan data sehingga data lapangan bisa disajikan dengan lebih informatif.
• Tahap pelaporan, yang meliputi pembuatan laporan sementara dan laporan akhir.
3
BAB II. METODE PENELITIAN II.1. LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di lokasi DPL, Kabupaten Buton,
(Gambar 1 dan 2), dan posisi stasiun pengamatan disajikan dalam Lampiran 1.
Gambar 1. Peta stasiun DPL di bagian barat Kabupaten Buton,
2008.
Gambar 2. Peta stasiun DPL di bagian timur Kabupaten Buton,
2008.
4
II.2. WAKTU PENELITIAN
Pengamatan kondisi karang dan biota lainnya di lokasi DPL, Kabupaten Selayar dilakukan pada bulan Oktober 2008. II.3. PELAKSANA PENELITIAN
Penelitian dilakukan oleh Staf CRITC-COREMAP-LIPI Jakarta, dibantu oleh beberapa Staf dan teknisi Puslit Oseanografi LIPI Jakarta dan Bitung, serta personal CRITC daerah setempat. II.4. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA
Metode penarikan sampel diuraikan berdasarkan masing-
masing substansi yang terlibat dalam penelitian ini. Pengambilan baseline data di perairan Kabupaten Buton melibatkan 4 bidang penelitian, yaitu karang, ikan karang, benthos serta Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode pengambilan data dan analisa data yang digunakan oleh masing-masing bidang penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut :
II.4.1. SIG (Sistem Informasi Geografis) Penyiapan Peta Dasar
Peta dasar terumbu karang dibuat dengan memanfaatkan data citra satelit Landsat. Saluran panjang gelombang yang digunakan pada penelitian ini adalah saluran tampak hingga inframerah dekat dan tengah. Pada citra Landsat, saluran tersebut terdapat pada saluran 1, 2, 3, 4, dan 5. Liputan citra yang digunakan adalah liputan 1 ”scene” Landsat dengan ukuran 185 km x 185 km persegi pada liputan ”path”/”row” 112/065, yang merekam bagian selatan Pulau Buton dan bagian selatan Pulau Muna. Ukuran terkecil objek yang diwakili oleh satu piksel pada citra multispektral (saluran 1, 2, 3, 4, 5, dan 7) mewakili area permukaan bumi dengan ukuran 30 m x 30 m persegi.
Citra yang digunakan merupakan citra satelit Landsat ETM+7 level 1G, sehingga citra tersebut sudah mengalami restorasi citra yang mencakup koreksi radiometri dan koreksi geometri. Koreksi radiometri dilakukan untuk mengatasi distorsi citra yang menyebabkan gangguan yang sifatnya spektral, sedangkan koreksi geometri dilakukan untuk gangguan yang sifatnya spasial. Pada citra level 1G, koreksi geometri yang dilakukan adalah koreksi geometri untuk kesalahan atau distorsi yang sifatnya sistematis sehingga sudah diperhitungkan sebelumnya (NASA, 1999).
Identifikasi objek pada terumbu karang dilakukan dengan memanfaatkan kombinasi saluran 1, 2, dan 3 yang merupakan
5
saluran tampak. Saluran tampak digunakan untuk identifikasi objek di terumbu karang, karena pada panjang gelombang ini, sinar sanggup menembus kolom air hingga kedalaman 20 meter (Campbell, 1996). Saluran 4 yang merupakan saluran inframerah dekat, digunakan untuk membatasi wilayah daratan dan perairan serta untuk membedakan objek vegetasi, dalam hal ini mangrove. Pembedaan objek vegetasi mangrove dengan vegetasi lainnya dilakukan dengan memanfaatkan saluran 5. Hal ini disebabkan karena saluran 5 merupakan saluran inframerah tengah yang peka terhadap kelembaban lahan. Mangrove tumbuh pada lahan basah, sehingga dapat dibedakan dengan vegetasi lainnya menggunakan saluran 5 ini. Ciri khas lahan yang ditumbuhi mangrove pada citra komposit saluran 453 adalah berwarna jingga gelap (Gambar 1). Warna jingga mewakili warna vegetasi yang ditonjolkan oleh saluran 4, dan warna gelap menunjukkan pada objek tersebut terletak pada lahan yang basah.
Gambar 3. Citra landsat komposit 453.
Peta sebaran terumbu karang dan mangrove tentatif dibuat terlebih dahulu di laboratorium sebelum dilakukan kerja lapangan. Peta ini digunakan sebagai bahan untuk pemilihan lokasi sampling dan alat bantu navigasi di lapangan. Peta tentatif ini selanjutnya akan dijadikan sebagai peta dasar terumbu karang setelah diuji/dikoreksi dengan keadaan sesungguhnya dilapangan.
6
Pemetaan Daerah Perlindungan Laut (DPL)
anfaatkan informasi koord
alan
ng
kukan di laboratorium dengan
ng dibutuhkan untuk pengamatan karang, biota ent
Pemetaan DPL dilakukan dengan meminat batas DPL yang tersedia di daerah kajian. Informasi
koordinat tersebut bersifat sementara, sehingga informasi lebih lanjut/detil didapatkan melalui keterangan penduduk setempat. DPL yang dibuat oleh penduduk/masyarakat, merupakan DPL yang digunakan untuk perlindungan ekosistem terumbu karang. Penentuan batas DPL berbeda-beda tergantung pada karakteristik terumbu. Pada terumbu karang yang menempel pulau, wilayah DPL berupa bidang luasan dengan bentuk segiempat atau lebih pada tubir terumbu karang, atau dapat juga berupa wilayah yang mencakup keseluruhan rataan terumbu karang mulai dari daerah tubir hingga garis pantai dengan jalan menarik garis batas mulai dari garis pantai tegak lurus kearah tubir terumbu karang. Untuk wilayah DPL yang terletak pada gosong ”patch reef” batas wilayah berupa bentuk bidang segiempat atau lebih yang disesuaikan dengan bentuk gosong. Langkah-langkah pemetaannya adalah sebagai berikut:
1. Penyiapan peta tentatif posisi DPL dilakukan dengan jmemasukkan koordinat DPL sementara berdasarkan informasi awal ke dalam peta dasar terumbu karang yang dikombinasikan dengan data citra satelit. Peta tentatif ini nantinya digunakan sebagai panduan untuk mendatangi lokasi yang diduga sebagai DPL pada saat kerja lapangan.
2. Setelah peta dibawa ke lapangan, melalui informasi yadidapat di lapangan baik melalui informasi penduduk maupun dari dinas terkait, maka ujung-ujung batas DPL dipetakan dengan mencatat koordinatnya menggunakan alat GPS. Pembuatan sket bentuk DPL juga dilakukan agar dapat digunakan sebagai panduan dalam penarikan garis batas pada saat pembuatan peta DPL.
3. Pembuatan peta DPL dilamemanfaatkan perangkat lunak SIG dan pengolah data tabular ”excel”. Data yang diambil dari GPS merupakan data koordinat ujung-ujung batas DPL yang bentuknya berupa data tabular. Data ini diolah didalam perangkat lunak SIG menjadi peta sebaran titik. Kemudian, titik-titik tersebut dihubungkan dengan garis sehingga membentuk sebuah wilayah DPL dan dapat diketahui luasannya.
2. Karang II.4.
Bahan ya
b ik dan substrat (komponen bentik) ialah peralatan selam lengkap (SCUBA), perahu motor ”rubber boat”, alat tulis dalam air
7
(kertas, pensil), papan pengalas, pita berskala (100 m), besi (diameter ± 20 mm) dengan panjang 30 cm yang digunakan sebagai patok, martil (palu) dan tali plastik (nilon) ukuran diameter 6 mm.
Metode yang digunakan adalah metode transek garis, panjan
Jumlah Tiap Komponen x 100 %
.4.3. Megabentos
g transek 25 meter, dibentangkan sejajar garis pantai dimana daratan/pulau berada di sebelah kiri. Pencatatan kehadiran koloni karang dilakukan dengan ”Point Intercept Transect” (PIT). Tiap koloni karang, biota bentos maupun substrat yang dilewati atau berada di bawah garis transek dicatat dengan interval 50 cm. Secara teknis di lapangan, yang dicatat ialah komponen bentik dimulai dari titik 0,50; 1; 1,50; 2; 2,5 dan seterusnya sampai ke titik 25. Total jumlah titik yang dilalui dan dicatat adalah 50 titik. Transek dilakukan di daerah lereng terumbu bagian atas dengan asumsi pertumbuhan karang batu cukup baik di area ini. Data pengamatan selanjutnya disusun dalam bentuk tabel untuk kepentingan analisa lanjutan antara lain untuk melihat persentase jumlah individu jenis karang, biota bentik dan substrat. Disamping itu untuk melengkapi laporan ini dibuat deskripsi lokasi dan gambar bentuk dasar perairan tiap lokasi. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel maupun peta tematik. Untuk analisa data hanya dilakukan secara deskriptif, dengan perhitungan persentase komponen bentik sebagai berikut :
(%) Jumlah Individu = -----------------------------
Total Komponen
II Sampling dilakukan sesudah kegiatan PIT, dengan metode
”Reef Check” pada transek yang sama sepanjang 25 m dan dengan lebar 1 meter ke kanan dan 1 meter ke kiri dari garis transek. Total bidang pengambilan/pencatatan biota makrobentik : (2 X 25) m2 = 50 m2. Biota yang dicatat jumlah individunya sepanjang transek ialah :
Lobster (udang barong) ”Banded coral shrimp” (udang karang kecil yang hidup di
sela cabang karang Acropora spp., Pocillopora spp. atau Serriatopora spp.)
Acanthaster planci (bintang bulu seribu) Diadema setosum (bulu babi hitam) ”Pencil sea urchin” (bulu babi seperti pensil) ”Large Holothurian” (teripang ukuran besar, panjangnya
≥ 20 cm )
8
”Small Holothurian” (teripang ukuran kecil, panjangnya < 20 cm)
”Large Giant Clam” (kima ukuran besar, panjangnya ≥ 20 cm)
”Small Giant Clam” (kima ukuran kecil, panjangnya < 20 cm)
Trochus niloticus (lola) Drupella (sejenis keong, berukuran kecil yang hidup
disela-sela karang) ”Mushroom coral” (karang jamur, Fungia spp.)
I I.4.4. Ikan Karang
Seperti halnya karang, pengamatan ikan dilakukan di sepan
is-jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelom
penting dan biasa
b. jenis ikan karang yang khas
jang garis transek. Metode yang digunakan yaitu metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC), dimana ikan-ikan yang ditemukan pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah kanan garis transek sepanjang 25 m dicatat jenis dan jumlahnya. Sehingga luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (5 x 25 ) = 125 m2. Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al. (1984), Kuiter (1992) dan Lieske dan Myers (1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randall and Heemstra (1991) dan Heemstra dan Randall (1993). Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan karang dalam satuan unit individu/transek. Data kelimpahan tiap jenis ikan karang yang dicatat dimasing-masing stasiun transek, ditampilkan dalam bentuk tabel dan peta tematik.
Jenpok utama (English, et al., 1997), yaitu :
a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarang / daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh famili Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kaka tua) dan Acanthuridae (ikan pakol);
Ikan-ikan indikator, yaitumendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili oleh famili Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);
9
c. Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5–25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh famili Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru).
10
BAB III. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan akan diuraikan berdasarkan masing-masing subst
III.1. Hasil Pengamatan SIG
disajikan dalam bentuk peta yang meng
ansi yang diamati, yaitu SIG, karang, megabentos dan ikan karang. Karena luasnya pulau, untuk menjadikan lebih informatif, peta-peta yang ditampilkan dipilah menjadi beberapa gambar.
Hasil pengamatan SIGgambarkan polygon dan luas daerah DPL (Gambar 4, dan 5).
Untuk ringkasnya bentuk dan luas DPL dibuat dalam dua gambar yaitu yang terletak disebelah barat dan yang terletak disebelah timurPulau Buton.
Gambar 4. Peta bentuk dan luas DPL di bagian barat Pulau
Buton, Kabupaten Buton, 2008.
11
DPL yang terdapat di wilayah COREMAP Kabupaten Buton berjumlah 14, meskipun demikian, hanya 13 DPL yang berhasil di petakan wilayahnya. DPL yang tidak berhasil di petakan adalah DPL Gundu-Gundu. DPL Gundu-Gundu terdapat di bagian selatan pesisir Pulau Muna, tepatnya di sebelah Barat Tanjung Bonomarati. DPL tersebut terletak pada ”fringing reef” yang relatif sempit dengan lebar ± 144 meter. DPL Gundu-Gundu tidak berhasil dipetakan bentuk wilayahnya karena pada saat pengukuran di lapangan kondisi gelombang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengukuran dan pencatatan koordinat batas wilayah DPL. Walaupun demikian, satu PIT berhasil ditentukan dan dilakukan pengukuran pada wilayah DPL tersebut.
Gambar 5. Peta bentuk dan luas DPL di bagian barat Pulau
Buton, Kabupaten Buton, 2008.
Wilayah DPL tersebar pada 4 Pulau, antara lain; 2 DPL di Pulau Muna yaitu DPL Kancibungi dan Wakabanguna dan DPL Gundu-Gundu, 2) 2 DPL di Pulau Kadatuang yaitu DPL Waonu dan DPL Kapoa Induk, 2 DPL di Pulau Siompu yaitu DPL Wakinamboro dan DPL Tongali. DPL tersebut semuanya digolongkan ke lokasi bagian barat Kabupaten Buton (Gambar 4). 8 DPL terletak di pesisir Pulau Buton, di bagian timur wilayah kabupaten, yaitu: DPL Lampanairi, DPL Tira, DPL Gerak Makmur, DPL Wasuwemba, DPL Wabula dan Wasampela, DPL Koholimombono, DPL Sampuabalo, dan DPL Kumbewaha (Gambar 5). Semua DPL terdapat pada rataan terumbu yang menempel pada pulau ”fringing reef”. Bentuk
12
wilayah pada masing-masing DPL tidak teratur karena batas wilayah ditentukan dari tubir hingga ke arah garis pantai, sehingga pada batas wilayah di tubir bentuknya sejajar mengikuti pola bentuk tubir. Luasan wilayah DPL tergantung pada lebar rataan terumbu, jika rataan terumbu lebar maka luasan DPL juga semakin luas begitu juga sebaliknya. Penentuan batas DPL pada Kabupaten Buton ini membutuhkan kecermatan dan kejelian dalam perekaman posisi dengan GPS ”Global Positioning System”. Hal ini disebabkan karena peletakan tanda batas oleh masyarakat dilakukan pada garis pantai, dan hanya sebagian kecil saja yang meletakkan ”buoy” di perairan DPL. Pada kondisi demikian, penarikan batas wilayah DPL dilakukan tegak lurus dari batas di garis pantai kearah tubir terumbu karang.
Hasil pengukuran ditampilkan dalam bentuk peta yang menggambarkan bentuk wilayah DPL yang menginformasikan lokasi dan luasan DPL. Hasil perhitungan luas menunjukkan bahwa DPL terluas terdapat pada wilayah DPL Wabula dan Wasampela dengan luas 458,91 ha (Hal ini disebabkan karena DPL ini memiliki lebar rataan terumbu hingga mencapai ± 1,2 Kilometer dan memanjang sejajar tubir hingga mencapai panjang ± 3,5 Kilometer. Lokasi DPL ini terletak di pesisir Tenggara Pulau Buton, dan berada di sebelah Timur dari daerah Wabula. DPL yang luasannya relatif kecil antara lain DPL Lampanairi dengan luas 4,84 ha, DPL Tira dengan luas 4,86 ha, dan DPL Gerak Makmur dengan luas 5,66 ha. Kecilnya luasan DPL tersebut berhubungan dengan lebar rataan terumbu yang sempit, contohnya pada DPL Tira yang lebar terumbunya tidak lebih dari 100 meter.
DPL terjauh yang dikunjungi, yaitu DPL Sampuablo dan DPL Kumbewaha masing-masing memiliki luas 94,24 ha dan 11,42 ha. Kedua DPL tersebut terletak di pesisir Kecamatan Lasalimu atau berada di bagian pesisir Timur Pulau Buton. Bentuk DPL Sampuabalo memanjang sejajar tubir hingga mencapai jarak ± 2 Kilometer dan dengan lebar terumbu ± 500 meter. Wilayah DPL tersebut mencakup rataan terumbu hingga keberadaan karang hidup di lereng terumbu. Berbeda halnya dengan DPL Kumbewaha yang wilayahnya lebih sempit yaitu seluas 11,42 ha. Bentuk DPL memanjang sejajar lebar terumbu dari garis pantai hingga ujung terumbu (tubir).
Berdasarkan perhitungan luasan DPL melalui analisa SIG (Sistem Informasi Geografi) maka didapatkan jumlah total luasan 13 DPL yang terdapat di Kabupaten Buton yaitu sebesar 1022,77 ha. Jika dibandingkan dengan total luasan terumbu karang di Kabupaten Buton yaitu 22182,1 ha (LIPI, 2006), maka persentase total luas DPL terhadap luasan terumbu karang adalah 4,61%. Berdasarkan data tersebut, maka 95,39% luasan terumbu karang di
13
Kabupaten Buton merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya.
III.2. Hasil Pengamatan Karang
Pengamatan karang di lokasi DPL (Daerah Perlindungan Laut) Kabupaten Buton dilakukan di 14 lokasi. Ukuran luas masing-masing DPL ada yang luas dan sangat luas sehingga dapat dibuat lebih dari satu stasiun transek, ada juga yang ukurannya kecil sehingga hanya dapat dibuat satu stasiun transek. Masing-masing lokasi DPL dibuat 2 transek permanen, namun pada 5 lokasi DPL hanya dilakukan 1 transek permanen, hal ini dikarenakan panjang area DPL tersebut berkisar antara 200 – 1200 meter. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan peta tematik, ditampilkan berdasarkan letaknya diposisi timur atau barat Kabupaten Buton (Gambar 6 dan Gambar 7). Untuk menampilkan peta yang yang lebih jelas dan informatif, hasil maupun peta tematik ditampilkan dalam beberapa gambar. Hasil pengamatan diuraikan selanjutnya.
III.2.1.Hasil pengamatan karang di DPL di bagian timur Kabupaten Buton
DPL Desa Kumbewaha
Daerah Perlindungan Laut (DPL) Desa Kumbewaha terletak di sebelah timur Pulau Buton, dengan luas 11,42 ha. Di lokasi ini hanya dilakukan 2 transek permanen (BTNP 01 dan BTNP 02). Daerah pesisir pantai ditumbuhi oleh mangrove yang cukup padat. Panjang rataan terumbu sekitar 600 m ke arah pantai. Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan karang mati yang ditumbuhi alga. Umumnya karang batu didominasi oleh jenis Porites cylindrica, Porites nigrescens dan karang biru Heliopora sp.(CHL). Sedangkan diluar garis transek disekitar rataan terumbu pertumbuhan karang umumnya didominasi oleh karang batu berbentuk ”massive” dari suku Faviidae seperti Favia matthai, Favites sp. dan Leptoria phrygya. Kemiringan lereng terumbu berkisar antara 40o - 45o. Kondisi perairan pada saat pengamatan tidak berarus dan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 20 m.
Dari hasil transek yang dilakukan, tidak ditemukan jenis-jenis karang dari kelompok Acropora. Sedangkan dari kelompok Non - Acropora, dicatat sebanyak 12 jenis. Jumlah jenis karang batu yang dicatat pada lokasi DPL ini adalah yang terendah dibandingkan lokasi transek lainnya. Umumnya jumlah jenis karang yang ditemukan pada kedua stasiun transek relatif berimbang. Porites cylindrica dan Porites nigrescens (suku Poritidae) adalah jenis yang relatif menonjol jumlah individunya dibandingkan jenis lainnya,
14
dengan persentase jumlah individu 22% (11 individu) dan 12% (6 individu) pada stasiun BTNP1. Dari kelompok komponen lain, kategori patahan karang mati (rubble) cukup dominan di kedua stasiun pengamatan, yaitu sebesar 22% di stasiun BTNP 01 dan 16% di stasiun BTNP 02. Sedangkan spong (SP) adalah yang terendah, dengan nilai persentase jumlah individu hanya sebesar 2% (1 individu). Komposisi jenis dan persentase individu karang batu ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di
lokasi DPL Desa Kumbewaha, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu
Jumlah Individu
% Jumlah Individu
BTNP1 BTNP2 BTNP1 BTNP2 NON - ACROPORA Ctenactis echinata 1 0 2 0 Favia matthaii 0 1 0 2 Favites halicora 1 1 2 2 Heliopora coerulea 3 3 6 6 Lobophyllia corymbosa 1 0 2 0 Lobophyllia hemprichii 1 1 2 2 Millepora exesa 1 0 2 0 Porites cylindrica 11 6 22 12 Porites lobata 1 1 2 2 Porites nigrescens 6 4 12 8 Porites rus 1 0 2 0 Symphyllia recta 0 1 0 2 Total 27 18 54 36 Komponen lain DCA 3 9 6 18 SC 2 7 4 14 SP 1 0 2 0 OT 6 8 12 16 R 11 8 22 16 Total 23 32 46 64 Jumlah total 50 50 100 100
15
Gambar 6. Persentase jumlah individu karang batu, biota bentik
dan substrat hasil studi baseline dengan metode PIT di lokasi DPL Kecamatan Siontapina, Wabula, dan Sampolawa, Kabupaten Buton, 2008.
Gambar 7. Persentase jumlah individu karang batu, biota bentik
dan substrat hasil studi baseline dengan metode PITdi lokasi DPL Kecamatan Mawasangka, Kadatua, Siompu dan Bataoga, Kabupaten Buton, 2008.
16
DPL Desa Sampoabalo
Pengamatan dilakukan di Desa Sampoabalo, Kecamatan Siontapina. Di lokasi DPL ini dilakukan 2 transek (BTNP 03 dan BTNP 04). Panjang rataan terumbu sekitar 800 m ke arah laut. Vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai lainnya. Tutupan karang hidup cukup tinggi di rataan terumbu bagian atas, sedangkan pada lereng terumbu pertumbuhan karang hidup mulai berkurang. Kemiringan lereng terumbu pada lokasi ini cukup terjal, yaitu ± 45o. Substrat dasar perairan tersusun dari pasir dan bongkahan karang mati. Umumnya karang yang ditemukan adalah jenis Porites lobata, Porites cylndrica. Jenis Acropora juga banyak ditemukan terutama Acropora palifera dan Acropora bercabang lainnya. Jenis-jenis karang yang dicatat pada kedua stasiun transek adalah sebanyak 21 jenis, terdiri dari kelompok Acropora 4 jenis, dan Non - Acropora 17 jenis . Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah jenis karang batu yang ditemukan pada stasiun BTNP 03 relatif lebih banyak dibandingkan dengan stasiun BTNP 04, yaitu 14 jenis dengan total persentase jumlah individu 46% (23 individu). Persentase jumlah individu komponen bentik lainnya dicatat sebesar 66% pada stasiun BTNP4 dan didominasi oleh kategori karang mati yang ditumbuhi ”Dead Coral with Algae” (DCA), sebesar 52% (26 individu). Hasil selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di
lokasi DPL Desa Sampoabalo, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP3 BTNP4 BTNP3 BTNP4
ACROPORA Acropora formosa 0 1 0 2 Acropora nobilis 0 8 0 16 Acropora palifera 2 0 4 0 Acropora sp. 0 2 0 4 Total 2 11 4 22 NON - ACROPORA Ctenactis echinata 0 1 0 2 Diploastrea heliopora 0 1 0 2 Favia sp. 1 0 2 0 Favia speciosa 1 0 2 0 Fungia horrida 0 1 0 2 Goniastrea sp. 1 0 2 0 Montipora digitata 1 1 2 2 Montipora informis 1 0 2 0 Montipora undata 1 1 2 2
17
Pectinia lactuca 1 0 2 0 Pocillopora verrucosa 2 0 4 0 Porites cylindrical 4 0 8 0 Porites lobata 6 0 12 0 Porites lutea 2 0 4 0 Porites sp. 1 0 2 0 Millepora sp. 0 1 0 0 Symphyllia radians 1 0 2 0 Total 23 6 46 12 Komponen lain DCA 12 26 24 52 SC 4 5 8 10 SP 1 0 2 0 OT 0 1 0 2 R 1 1 2 2 S 7 0 14 0 Total 25 33 50 66 Jumlah total 50 50 100 100
DPL Desa Wasuwemba
Pengamatan dilakukan pada Desa Wasuwemba, Kecamatan Wabula. Di lokasi ini dilakukan 2 transek (BTNP 05 dan BTNP 06). Pesisir pantai terdiri dari batu dan pasir. Rataan terumbu cukup luas sekitar 1 km ke arah pantai. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 15 m. Substrat terdiri dari karang mati yang diselingi dengan pasir dan pecahan karang. Tutupan karang cukup baik pada lokasi ini, yang terdiri dari bentuk pertumbuhan seperti bongkahan dan bercabang. Pada bagian karang mati terlihat ditumbuhi oleh karang lunak. Umumnya jenis karang yang dominan adalah Porites nigrescens, Porites lutea, Millepora sp. dan Heliopora coerulea.
Dari hasil transek dicatat sebanyak 13 jenis karang batu, terdiri dari 1 jenis kelompok Acropora, yang diwakili oleh Acropora palifera dan 12 jenis dari kelompok Non - Acropora. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa persentase jumlah individu karang batu pada stasiun BTNP5 adalah 64% (32 individu) dan 40% (20 individu) di stasiun BTPN6. Karang batu yang ditemukan umumnya dari jenis Porites cylindrica dan Porites lutea. Sedangkan untuk komponen lainnya, kategori ”soft coral” adalah jenis yang cukup dominan pada kedua stasiun tersebut, masing-masing 16% (8 individu) di stasiun BTNP5 dan 22% (11 Individu) di stasiun BTNP6. Sedangkan ”fleshy seaweed” (FS) memiliki nilai persentase jumlah individu yang terendah, yaitu 2% (1 individu). Jenis ini hanya dicatat pada stasiun BTNP5. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 3.
18
Tabel 3. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wasuemba, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP5 BTNP6 BTNP5 BTNP6 ACROPORA Acropora palifera 0 2 0 4 Total 0 2 0 4 NON - ACROPORA Cyphastrea chalcidicum 0 1 0 2 Heliopora coerulea 1 3 2 6 Hydnophora rigida 0 1 0 2 Leptoria phrygia 0 1 0 2 Millepora exesa 1 0 2 0 Montipora millepora 2 0 4 0 Montipora monasteriata 1 0 2 0 Montipora sp. 0 1 0 2 Porites cylindrica 16 3 32 6 Porites lobata 2 5 4 10 Porites lutea 3 5 6 10 Porites nigrescens 6 0 12 0 Total 32 20 64 40 Komponen lain DCA 2 4 4 8 SC 8 11 16 22 SP 0 1 0 2 OT 5 10 10 20 FS 1 0 2 0 R 1 1 2 2 S 1 1 2 2 Total 18 28 36 56 Jumlah total 50 50 100 100
DPL Desa Wabula
Pengamatan dilakukan di Desa Wabula dan Wasampela, Kecamatan Wabula. DPL di lokasi ini adalah yang terbesar dari semua lokasi DPL yang diamati. Transek dibagi dua yaitu di Desa Wabula (BTNP 07) dan di Desa Wasampela (BTNP 08). Vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai lainnya. Panjang rataan terumbu di lokasi ini kearah tubir sekitar 1 km ke arah laut. Tutupan karang hidup di rataan terumbu bagian atas kurang baik, kemiringan lereng terumbu, sekitar 60o setelah itu terjal 90o. Karang hidup terlihat lebih bervariasi. Lokasi ini sangat baik untuk tempat wisata penyelaman. Karang batu tumbuh
19
mengelompok dengan bentuk pertumbuhan yang bervariasi. Bentuk pertumbuhan bongkahan yang dominan adalah jenis Porites lobata, Lobohyllia sp. dan kelompok Faviidae lainnya. Bentuk pertumbuhan bercabang juga banyak dari jenis Acropora sp. Bentuk pertumbuhan seperti lembaran juga sering ditemukan. Dari hasil PIT, pada 2 stasiun diperoleh jumlah karang batu sebanyak 29 individu. Karang Acropora terdiri dari 4 individu dan Non - Acropora 25 individu. Kategori bentik lainnya sebanyak 21 individu, yang didominasi oleh DCA, 30%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di
lokasi DPL Desa Wabula, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang batu
Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP7 BTNP7
ACROPORA Acropora palifera 2 4 Acropora sp.2 1 2 Acropora sp.1 1 2 Total 4 8 NON - ACROPORA Cyphastrea serailia 1 2 Favia matthaii 1 2 Favia speciosa 1 2 Favia stelligera 1 2 Favites halicora 1 2 Galaxea fascicularis 1 2 Goniopora edwardsi 1 2 Lobophyllia hattaii 1 2 Millepora tenella 2 4 Montipora informis 1 2 Montipora sp. 1 2 Oxypora lacera 2 4 Pachyseris rugosa 1 2 Pectinia lactuca 2 4 Porites cylindrica 2 4 Porites lichen 1 2 Porites lobata 3 6 Porites nigrescens 1 2 Symphyllia radians 1 2 Total 25 50 Komponen lain DCA 15 30 SC 1 2
20
FS 1 2 R 4 8
Total 21 42 Jumlah total 50 100
DPL Desa Wasampela
Pengamatan dilakukan pada Desa Wasampela, Kecamatan Wabula. Pantai berpasir dengan vegetasi tumbuhan pantai dan mangrove. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 12 m. Substrat terdiri dari karang mati yang diselingi dengan pasir dan pecahan karang. Pengamatan dilakukan pada kedalaman 7 m. Tutupan karang cukup baik pada lokasi ini yang terdiri dari bentuk pertumbuhan seperti bongkahan ”massive” dan bercabang. Pada bagian karang mati terlihat ditumbuhi oleh ”soft coral”. Umumnya jenis karang yang dominan adalah Porites lobata, Favia sp., Favites sp. dan Acropora palifera. Lokasi ini juga sangat baik untuk wisata selam ”dive spot”. Pada saat pengamatan, ditemukan beberapa ekor ikan Napoleon dengan panjang sekitar 40 cm. Dari hasil PIT, persentase jumlah individu karang batu adalah 60% yang terdiri dari Acropora 8% dan Non - Acropora sebanyak 52%. Untuk kategori bentik lainnya sebesar 40% yang didominasi oleh ”Dead Coral with Algae” sebesar 28%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalamTabel 5. Tabel 5. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Desa Wasampela, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP8 BTNP8 ACROPORA Acropora palifera 3 6 Acropora sp.1 1 2 Total 4 8 NON - ACROPORA Cyphastrea serailia 2 4 Favia matthaii 2 4 Favia speciosa 1 2 Favites sp. 1 2 Goniopora lobata 1 2 Millepora tenella 3 6 Montipora incrassata 2 4 Montipora informis 1 2 Platygyra lamellina 2 4 Porites cylindrical 4 8 Porites rus 2 4
21
Porites lobata 1 2 Porites nigrescens 2 4 Symphyllia radians 2 4 Total 26 52 Komponen lain DCA 14 28 SC 3 6 SP 2 4 OT 1 2 Total 20 40 Jumlah total 50 100
DPL Desa Koholimombono
Pengamatan dilakukan di Desa Koholimombono, Kecamatan Wabula. Panjang rataan terumbu sekitar 1,5 mil ke arah laut. Di lokasi ini dilakukan du transek (BTNP 09 dan BTNP 10). Vegetasi pantai terdiri dari pohon mangrove dan tumbuhan pantai lainnya. Saat pengamatan kondisi perairan tidak berarus dan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 19 m. Substrat terdiri dari ”turf algae”, pecahan karang dan sedikit pasir. Karang tumbuh berupa spot-spot kecil dengan keragaman yang rendah. Kemiringan lereng terumbu di stasiun pengamatan sekitar 60o. Pertumbuhan karang masih ditemukan hingga kedalaman 20 m. Karang batu yang ditemukan umumnya dari suku Poritidae, seperti Porites lobata, Porites nigrescens dan Porites cylindrica.
Dari hasil PIT pada kedua stasiun transek ditemukan sebanyak 16 jenis karang batu. Jenis karang dari kelompok Acropora hanya diwakili oleh 2 jenis, yaitu Acropora cytherea dan A. Palifera, sedangkan dari kelompok Non - Acropora sebanyak 14 jenis. Pada kedua stasiun tersebut, Porites lobata adalah jenis yang cukup dominan dibandingkan jenis lainnya. Jenis ini dicatat sebesar 12% (6 individu) pada stasiun BTNP9 dan 10% (5 individu) di stasiun BTNP10. Secara umum total persentase jumlah individu karang batu di stasiun BTNP10 relatif lebih tinggi, yaitu 44% (22 individu), dibandingkan stasiun BTNP9 yang hanya sebesar 32% (16 individu) (Tabel 6). Untuk komponen lainnya, karang mati beralga (DCA), pecahan karang ”rubble” dan pasir ”sand” merupakan kategori yang cukup dominan, terutama pada stasiun BTNP9. Sedangkan persentase jumlah individu terendah diwakili oleh alga (FS), yaitu 4% (2 individu). Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 6.
22
Tabel 6. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Koholimombono, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP9 BTNP10 BTNP9 BTNP10 ACROPORA Acropora cytherea 0 1 0 2 Acropora palifera 0 1 0 2 Total 0 2 0 4 NON - ACROPORA Echinopora lamellosa 0 1 0 2 Favia pallida 0 1 0 2 Hydnophora rigida 0 1 0 2 Leptastrea purpurea 0 1 0 2 Favia matthaii 1 0 2 0 Montipora incrassata 1 1 2 2 Montipora informis 2 0 4 0 Oxypora lacera 0 1 0 2 Porites cylindrical 5 2 10 4 Porites lobata 6 5 12 10 Porites lutea 0 4 0 8 Porites nigrescens 0 4 0 8 Porites rus 0 1 0 2 Porites sp. 1 0 2 0 Total 16 22 32 44 Komponen lain DCA 8 3 16 6 Fleshy Seaweed 2 0 4 0 Other Biota 3 5 6 10 Rubble 10 3 20 6 Sand 9 7 18 14 Soft Coral 2 6 4 12 Sponge 0 2 0 4 Total 34 26 68 52 Jumlah total 50 50 100 100
DPL Desa Gerak Makmur
Pengamatan dilakukan pantai Desa Gerak Makmur, Kecamatan Sampolawa. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP 11 dan BTNP 12). Pantai terdiri dari pasir dan berdinding batu (tebing) yang diselingi dengan tumbuhan pantai. Panjang rataan terumbu sekitar 300 m ke arah pantai. Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan karang mati yang ditumbuhi alga. Di
23
daerah tubir dengan kemiringan 45o, pertumbuhan karang batu terlihat beragam. Pada saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 16 m. Umumnya karang batu didominasi oleh jenis Porites lobata, kemudian dari suku Faviidae seperti Platygyra sp., Leptoria sp., Cyphastrea sp., Favia sp. dan Fungia sp. Untuk karang Acropora juga terlihat bervariasi. Tercatat jenis Acropora formosa dengan koloni yang besar dan diselingi dengan jenis lainnya. Pengamatan dengan metode PIT hanya dilakukan pada 2 titik. Dari hasil pengamatan pada garis transek di stasiun BTNP11, persentase jumlah individu karang Acropora sebanyak 50% sedangkan Non-Acropora sebesar 28%. Namun pada stasiun BTNP 12, persentase jumlah individu Acropora hanya 6% dan Non-Acropora sebesar 50%. Tingginya persentase jumlah individu Acropora, menunjukkan bahwa kondisi karang masih cukup baik pada lokasi ini. Karang batu Non-Acropora juga terlihat bervariasi, tercatat ada 25 jenis karang Non-Acropora yang ditemukan dilokasi ini. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Desa Gerak Makmur, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP11 BTNP12 BTNP11 BTNP12 ACROPORA Acropora cerealis 1 0 2 0 Acropora divaricata 1 0 2 0 Acropora formosa 5 0 10 0 Acropora florida 0 2 0 4 Acropora millepora 1 0 2 0 Acropora nobilis 7 0 14 0 Acropora palifera 1 0 2 0 Acropora prostrata 1 0 2 0 Acropora pulchra 3 0 6 0 Acropora sarmentosa 1 0 2 0 Acropora sp. 4 1 8 2 Total 25 3 50 6 NON - ACROPORA 0 0 Cyphatrea chalcidicum 1 1 2 2 Ctenactis echinata 0 1 0 2 Cyphastrea serailia 0 1 0 2 Diploastrea heliopora 0 1 0 2 Echinophora lamellosa 0 1 0 2 Favia favus 0 1 0 2 Favia matthaii 0 1 0 2 Fungia horrida 1 0 2 0
24
Fungia fungites 0 1 0 2 Galaxea fascicularis 0 1 0 2 Herpolitha limax 0 1 0 2 Leptoria Phrygia 0 1 0 2 Millepora exesa 1 0 2 0 Montipora grisea 2 0 4 0 Montipora incrassata 1 0 2 0 Montipora venosa 1 0 2 0 Oxypora lacera 0 2 0 4 Pavona varians 0 1 0 2 Platygyra lamellina 0 1 0 2 Plesiastrea versipora 0 1 0 2 Porites cylindrical 0 1 0 2 Porites lobata 6 6 12 12 Porites nigrescens 0 1 0 2 Stylophora pistillata 0 1 0 2 Seriatopora hystrix 1 0 2 0 Total 14 25 28 50 Komponen lain DCA 7 9 14 18 Rubble 0 7 0 14 Sand 0 4 0 8 Soft Coral 3 1 6 2 Sponge 1 1 2 2 Total 11 22 22 44 Jumlah total 50 50 100 100
DPL Desa Tira
Pengamatan dilakukan pantai Desa Tira, Kecamatan Sampolawa. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP13 dan BTNP14). Pantai berbatu dan berdinding batu (tebing) yang diselingi dengan tumbuhan pantai. Panjang rataan terumbu sekitar 150 m ke arah pantai. Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan karang mati yang ditumbuhi alga. Pada daerah tubir dengan kemiringan 50o, karang batu terlihat beragam. Pada saat pengamatan kondisi perairan agak keruh dengan jarak pandang sekitar 8 m dikarenakan dekat dengan muara sungai. Meskipun demikian karang Acropora mudah ditemukan di kedua lokasi transek. Umumnya karang batu didominasi oleh bentuk pertumbuhan karang seperti bongkahan yang didominasi oleh jenis Porites lutea, Favia sp. dan Favites sp. Sedangkan bentuk pertumbuhan bercabang didominasi oleh jenis Acropora grandis dan Pocillopora verrucosa. Pada bongkahan karang mati, ditumbuhi oleh jenis soft coral, ascidian dan beberapa biota lainnya. Dari hasil pengamatan pada garis transek di stasiun BTNP13, persentase
25
jumlah individu karang Acropora sebanyak 12% sedangkan Non- Acropora sebesar 20%. Pada stasiun BTNP14, persentase jumlah individu Acropora tidak berbeda jauh yaitu 8% dan Non-Acropora sebesar 48%. Komposisi jenis dan persentase individu karang batu dan komponen lain, ditampilkan dalam Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Desa Tira, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP13 BTNP14 BTNP13 BTNP14 ACROPORA Acropora formosa 0 1 0 2 Acropora cerealis 1 0 2 0 Acropora grandis 2 0 4 0 Acropora sp. 1 3 2 6 Acropora valenciennesi 2 0 4 0 Total 6 4 12 8 NON - ACROPORA 0 0 0 0 Astreopora gracilis 0 1 0 2 Favia rotundata 1 0 2 0 Favites halicora 0 1 0 2 Favites sp. 0 1 0 2 Goniastrea edwardsi 0 1 0 2 Goniastrea retiformis 0 1 0 2 Hydnophora exesa 0 1 0 2 Leptastrea pruinosa 1 0 2 0 Leptastrea transversa 1 0 2 0 Lobophyllia hattaii 0 1 0 2 Montipora grisea 1 0 2 0 Montipora informis 0 2 0 4 Montipora spumosa 0 1 0 2 Montipora verrucosa 0 1 0 2 Montipora venosa 1 0 2 0 Pachyseris speciosa 1 0 2 0 Pectinia lactuca 0 1 0 2 Platygyra daedalea 0 1 0 2 Platygyra lamellina 0 1 0 2 Porites cylindrica 0 1 0 2 Porites lichen 0 1 0 2 Porites lobata 3 5 6 10 Porites rus 0 2 0 4 Psammocora contigua 0 1 0 2 Symphyllia agaricia 1 0 2 0 Total 10 24 20 48 Komponen lain
26
DCA 4 11 8 22 Fleshy Seaweed 0 1 0 2 Other Biota 0 1 0 2 Rubble 13 3 26 6 Sand 8 3 16 6 Silt 0 1 0 2 Soft Coral 1 1 2 2 Sponge 8 1 16 2 Total 34 22 68 44 Jumlah total 50 50 100 100
DPL Desa Lampanairi
Pengamatan dilakukan di Desa Lampanairi, Kecamatan Bataoga. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP15 dan BTNP16). Panjang rataan terumbu sekitar 800 m ke arah laut. Vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 14 m. Substrat terdiri dari ”turf algae” dan pecahan karang. Karang tumbuh berupa spot-spot kecil dengan keragaman yang rendah. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m dengan lereng terumbu sekitar 45o. Karang batu yang ditemukan umumnya dari jenis Pocillopora verrucosa, Montipora sp., Cyphastrea sp. dan Porites lutea. Meskipun secara umum kondisi karang kurang baik, namun pertumbuhan baru (regenerasi) mulai terlihat dengan adanya karang-karang anakan. Dari hasil PIT, pada 2 stasiun diperoleh jumlah persentase jumlah individu karang batu cukup rendah yaitu sebanyak 14% di stasiun BTNP15 dan 10% di stasiun BTNP16 Sebaliknya komponen bentik lainnya tercatat sebesar 86% sampai 88% yang mana ”Dead Coral with Algae” terlihat cukup mendominasi. Hasil selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Desa Lampanairi, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP15 BTNP16 BTNP15 BTNP16 ACROPORA Acropora sp. 0 1 0 2 Total 0 1 0 2 NON - ACROPORA Favia sp. 1 0 2 0 Favia matthaii 0 1 0 2 Montipora informis 2 0 4 0 Montipora undata 0 1 0 2
27
Montipora sp. 1 0 2 0 Montipora venosa 1 0 2 0 Porites lobata 1 2 2 4 Porites lutea 1 0 2 0 Porites sp. 1 0 2 Total 7 5 14 10 Komponen lain DCA 21 21 42 42 Fleshy Seaweed 2 0 4 0 Other Biota 1 0 2 0 Rubble 3 4 6 8 Sand 8 10 16 20 Soft Coral 5 7 10 14 Sponge 3 2 6 4 Total 43 44 86 88 Jumlah total 50 50 100 100
III.2.2. Hasil pengamatan karang di DPL di bagian barat
Kabupaten Buton
DPL Desa Kapoa Induk
Pengamatan dilakukan di Desa Kapoa Induk, Kecamatan Kadatua dekat dengan perkampungan. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP 17 dan BTNP 18). Panjang rataan terumbu sekitar 800 m ke arah laut. Pantai berpasir dengan vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Pada lokasi ini telah terpasang pelampung sebagai batas DPL. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 15 m. Substrat terdiri dari ”turf algae” dan pecahan karang. Karang tumbuh berupa spot-spot kecil dengan keragaman yang rendah. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m. Karang batu yang ditemukan umumnya dari jenis Acropora sp., Montipora sp., Porites sp. Jenis ini merupakan karang yang sangat umum ditemukan di seluruh lokasi transek. Pada bagian karang yang mati terlihat ditumbuhi oleh ”tunicate” dan karang lunak. Dari hasil PIT, di 2 stasiun transek, diperoleh jumlah persentase jumlah individu karang batu yaitu sebanyak 78% di stasiun BTNP17 dan 44% di stasiun BTNP18 (Tabel 10). Pada stasiun BTNP17, persentase tutupan Acropora cukup tinggi yaitu sebesar 62% yang didominasi oleh jenis Acropora formosa sedangkan Non-Acropora didominasi oleh jenis Porites cylindrica. Komponen bentik lainnya tercatat sebesar 22% sampai 58% yang mana DCA dan pasir paling mendominasi lokasi transek.
28
Tabel 10. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Kapoa Induk, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP17 BTNP18 BTNP17 BTNP18 ACROPORA Acropora acuminata 0 4 0 8 Acropora formosa 17 1 34 2 Acropora hyacinthus 0 2 0 4 Acropora pulchra 6 1 12 2 Acropora grandis 4 0 8 0 Acropora sp. 1 2 2 4 A. pulchra 3 0 6 0 Total 31 10 62 20 NON - ACROPORA Cyphastrea chalcidicum 0 1 0 2 Montipora grisea 0 1 0 2 Montipora incrassata 0 1 0 2 Montipora monasteriata 0 1 0 2 Montipora turgecens 0 2 0 4 Montipora venosa 0 1 0 2 Porites lobata 0 4 0 8 Porites cylindrica 5 0 10 0 Millepora dichotoma 1 0 2 0 Fungia fungites 1 0 2 0 Sandalolitha robusta 1 0 2 0 Total 8 11 16 22 Komponen lain DC 0 2 0 4 DCA 6 4 12 8 Other Biota 0 1 0 2 Rubble 2 3 4 6 Sand 0 13 0 26 Soft Coral 3 5 6 10 Sponge 0 1 0 2 Total 11 29 22 58 Jumlah total 50 50 100 100
DPL Desa Waonu
Pengamatan dilakukan di Desa Waonu, Kecamatan Kadatua dekat dengan perkampungan. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP19 dan BTNP20). Panjang rataan terumbu sekitar 800 m ke arah laut. Pantai berpasir dengan vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Saat pengamatan kondisi perairan
29
cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 15 m. Substrat terdiri dari ”turf algae” dan bongkahan-bongkahan keras. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m. Karang batu yang ditemukan umumnya dari jenis Acropora sp., Montipora sp., Porites sp. Jenis ini merupakan karang yang sangat umum ditemukan di seluruh lokasi transek yang tumbuh mengelompok dengan koloni yang besar. Pada lokasi ini karang batu yang ditemukan terlihat beragam. Karang dari suku Faviidae banyak ditemukan, yang diselingi dengan karang batu jenis lainnya. Keragaman jenis karang ini diikuti pula dengan biota ekonomis penting lainnya. Selain lobster dan ikan pangan, di daerah ini juga banyak ditemukan beberapa jenis akar bahar. Dari hasil PIT, pada 2 stasiun diperoleh persentase jumlah individu karang batu yaitu sebanyak 52% di stasiun BTNP19 dan 56% di stasiun BTNP20. Pada stasiun BTNP19 dan BTNP20 persentase jumlah individu Acropora adalah 2% dan 12%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Desa Waonu, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP19 BTNP20 BTNP19 BTNP20 ACROPORA Acropora florida 0 1 0 2 Acropora formosa 1 1 2 2 Acropora sp. 0 3 0 6 Acropora yongei 0 1 0 2 Total 1 6 2 12 NON - ACROPORA Acanthastrea sp. 1 0 2 0 Astreopora gracilis 1 0 2 0 Cyphastrea serailia 1 0 2 0 Favia sp. 1 1 2 2 Favites pentagona 2 0 4 0 Favites flexuosa 0 1 0 2 Favites sp. 1 0 2 0 Fungia horrida 0 1 0 2 Fungia repanda 0 1 0 2 Galaxea fascicularis 0 1 0 2 Leptoria phrygia 1 0 2 0 Merulina ampliata 0 1 0 2 Merulina scabricula 0 1 0 2 Millepora sp. 1 1 2 2 Montipora informis 0 1 0 2 Montipora undata 1 1 2 2 Montipora venosa 1 0 2 0
30
Montipora verrucosa 1 0 2 0 Pavona sp. 3 0 6 0 Platygyra lamellina 0 1 0 2 Pocillopora damicornis 1 0 2 0 Pocillopora verrucosa 0 1 0 2 Porites cylindrica 2 9 4 18 Porites lichen 2 0 4 0 Porites lobata 3 2 6 4 porites lutea 0 1 0 2 Porites nigrescens 1 2 2 4 Porites rus 1 0 2 0 Seriatopora hystrix 1 1 2 2 Stylophora pistillata 0 1 0 2 Total 26 28 52 56 Komponen lain DCA 14 11 28 22 Rubble 3 1 6 2 Sand 0 4 0 8 Soft Coral 6 0 12 0 Total 23 16 46 32 Jumlah total 50 50 100 100
DPL Desa Tongali
Pengamatan dilakukan di Desa Tongali, Pulau Siompu. Panjang rataan terumbu sekitar 500 m ke arah laut. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP21 dan BTNP22). Pantai berpasir dengan vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 20 m. Substrat terdiri dari turf alga, pecahan karang dan sedikit pasir. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m. Karang batu yang ditemukan berupa kelompok-kelompok kecil dengan keragaman yang rendah. Karang batu umumnya dari jenis Montipora sp., Porites sp. dan Fungia sp. Pada bagian karang atau bongkahan mati mulai ditumbuhi oleh ”soft coral” dan ”tunicate”. Karang batu yang ditemukan pada lokasi ini tidak begitu banyak, sebaliknya pecahan karang cukup tinggi persentase jumlah individunya. Dari hasil PIT di kedua lokasi transek, diperoleh persentase jumlah individu karang batu sebesar 36% dan 22%. Persentase jumlah individu kategori bentik lainnya cukup tinggi di kedua lokasi yaitu antara 64% sampai 78%, yang didominasi oleh DCA dan pecahan karang mati. Hasil selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 12.
31
Tabel 12. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Tongali, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP21 BTNP22 BTNP21 BTNP22 ACROPORA Acropora formosa 0 7 0 14 Acropora grandis 0 1 0 2 Acropora sp. 0 1 0 2 Total 0 9 0 18 NON - ACROPORA Ctenactis echinata 1 0 2 0 Cyphastrea chalcidicum 1 0 2 0 Echinopora lamellosa 1 0 2 0 Fungia mollucensis 1 0 2 0 Goniopora stokesi 1 0 2 0 Heliofungia actniformis. 1 0 2 0 Hydnophora rigida 1 0 2 0 Leptastrea purpurea 0 1 0 2 Montipora incrassata 1 0 2 0 Montipora informis 1 0 2 0 Montipora monasteriata 1 0 2 0 Plerogyra sinuosa 1 0 2 0 Pocillopora verrucosa 1 1 2 2 Porites lobata 3 0 6 0 Porites lutea 1 0 2 0 Porites nigrescen 1 0 2 0 Stylopora pistillata 1 0 2 0 Total 18 2 36 4 Komponen lain 0 DCA 12 4 24 8 Fleshy Seaweed 0 2 0 4 Other Biota 5 0 10 0 Rubble 8 16 16 32 Sand 2 5 4 10 Soft Coral 2 12 4 24 Sponge 3 0 6 0 Total 32 39 64 78 Jumlah total 50 50 100 100
32
DPL Desa Wakinamboro
Pengamatan dilakukan di Desa Wakinamboro, Kecamatan Siompu. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP23 dan BTNP24). Pantai berpasir putih cukup indah dan daratan berupa tebing berbatu. Panjang rataan terumbu sekitar 200 m ke arah laut. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 14 m. Substrat terdiri dari pasir, ”turf algae” dan pecahan karang. Karang tumbuh berupa spot-spot kecil dengan keragaman yang rendah. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m. Karang batu yang ditemukan umumnya dari suku Faviidae seperti Favia sp., Favites sp., Symphylia sp. Kemudian diselingi dengan Porites lutea, Porites cylindrica. Namun karang Acropora tidak ditemukan di kedua stasiun pengamatan. Dari hasil PIT, pada 2 stasiun diperoleh persentase jumlah individu karang batu yaitu sebanyak 32% di stasiun BTNP21 dan 28% di stasiun BTNP22. Komponen bentik lainnya tercatat sebesar 68% sampai 72% yang mana DCA, pecahan karang dan pasir paling mendominasi dasar perairan Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Desa Wakinamboro, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP23 BTNP24 BTNP23 BTNP24 NON - ACROPORA Cyphastrea chalcidicum 0 1 0 2 Cyphastrea serailia 1 1 2 2 Favia matthaii 0 1 0 2 Favia speciosa 0 1 0 2 Favia stelligera 1 0 2 0 Favites sp. 1 1 2 2 Galaxea fascicularis 1 0 2 0 Hynophora exesa 1 0 2 0 Montastrea sp. 1 0 2 0 Montipora informis 1 1 2 2 Montipora undata 1 0 2 0 Platygyra daedalea 1 0 2 0 Porites cylindrica 2 6 4 12 Porites lobata 2 0 4 0 Porites lutea 1 0 2 0 Porites nigrescens 2 1 4 2 Porites rus 0 1 0 2 Total 16 14 32 28 Komponen lain DCA 15 23 30 46
33
Rubble 9 6 18 12 Sand 5 5 10 10 Soft Coral 3 1 6 2 Sponge 2 1 4 2 Total 34 36 68 72 Jumlah total 50 50 100 100
DPL Desa Kancibungi
Pengamatan dilakukan pada Desa Kancibungi, Kecamatan Mawasangka. Di lokasi ini hanya dilakukan satu transek (BTNP25). Pantai berpasir dengan vegetasi pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Saat pengamatan kondisi jarak pandang sekitar 10 m. Panjang rataan terumbu berkisar 800 m ke arah laut. Substrat terdiri dari patahan karang dan karang mati yang ditumbuhi oleh alga. Pengamatan dilakukan pada kedalaman 5 m Karang tumbuh berupa kelompok kecil dengan koloni yang kecil. Umumnya karang batu yang ditemukan adalah dari jenis Porites cylindrica, Hydnopora rigida dan Porites sp. Meskipun pada garis transek Acropora tidak ditemukan namun masih terlihat di sekitar tubir. Dari hasil PIT, persentase jumlah individu karang batu adalah 38% yang terdiri dari Acropora 0% dan Non-Acropora sebanyak 38%. Untuk kategori bentik lainnya sebesar 62% yang didominasi oleh DCA sebesar 26%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 14. Tabel 14. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Desa Kancibungi, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP25 BTNP25 NON - ACROPORA Echinopora lamellosa 1 2 Favia speciosa 1 2 Fungia fungites 2 4 Leptastrea transversa 1 2 Merulina ampliata 1 2 Merulina scrabicula 2 4 Montipora sp 1 2 Pavona verrucosa 1 2 Porites cylindrica 4 8 Porites lobata 4 8 Porites lutea 1 2 Total 19 38 Komponen lain DCA 13 26
34
Fleshy Seaweed 3 6 Other Biota 1 2 Rubble 6 12 Sand 1 2 Soft Coral 2 4 Sponge 5 10 Total 31 62 Jumlah total 50 100
DPL Desa Wakabangura
Pengamatan dilakukan di Desa Wakabanguna, Kecamatan Mawasangka. Di lokasi ini juga hanya dilakukan satu transek (BTNP26). Pantai berpasir putih dengan vegetasi pohon kelapa. Terumbu merupakan ”patch reef” dengan panjang rataan terumbu berkisar 1000 m. Dasar perairan terdiri dari pecahan karang dan pasir. Pengamatan dilakukan pada kedalaman 6 m dengan kemiringan lereng sekitar 25o. Pada saat pengamatan kondisi perairan cukup tenang dengan jarak pandang sekitar 14 m. Karang tumbuh berupa spot-spot kecil yang didominasi oleh jenis Porites Lobata dan Porites cylindrica. Karang Acropora juga masih ditemukan namun tidak banyak. Rendahnya karang batu pada lokasi ini mungkin disebabkan adanya kompetisi oleh karang lunak. Hamparan karang lunak dari jenis Xenia sp. terlihat di sepanjang garis transek hingga ke bawah atau tempat yang lebih dalam. Dari hasil PIT, diperoleh persentase jumlah individu karang batu yaitu sebanyak 28% yang terdiri dari Acropora sebesar 6% dan Non- Acropora sebesar 22%. Komponen bentik lainnya tercatat sebesar 72% yang mana DCA dan karang lunak dan spong yang lebih dominan. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 15.
Tabel 15. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Desa Wakabungara, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP26 BTNP26 ACROPORA Acropora formosa 1 2 Acropora yongei 2 4 Total 3 6 NON - ACROPORA Echinopora lamellosa 1 2 Fungia horrida 2 4 Galaxea astreata 2 4 Millepora sp. 1 2
35
P. lobata 2 4 Pocillopora damicornis 1 2 Porites sp. 2 4 Total 11 22 Komponen lain DCA 11 22 Rubble 4 8 Sand 4 8 Soft Coral 10 20 Sponge 7 14 Total 36 72 Jumlah total 50 100
DPL Desa Gundugundu
Pengamatan dilakukan pada Desa Gundugundu, Kecamatan Mawasangka. Di lokasi ini juga hanya dilakukan satu transek (BTNP27). Pantai berbatu dengan vegetasi tumbuhan pantai. Panjang rataan terumbu berkisar 500 m kearah laut. Lereng terumbu landai yaitu sekitar substrat terdiri dari pasir, patahan karang dan sebagian karang mati yang ditumbuhi oleh alga. Karang tumbuh berupa kelompok kecil dengan koloni yang kecil. Umumnya karang batu yang ditemukan adalah dari jenis Porites cylindrica, Porites nigrescens dan Porites lutea. Meskipun pada garis transek Acropora tidak ditemukan namun masih terlihat disekitar tubir. Dari hasil PIT, persentase jumlah individu karang batu adalah 38% yang terdiri dari Acropora 0% dan Non-Acropora sebanyak 38%. Untuk kategori bentik lainnya sebesar 62% yang didominasi oleh DCA sebesar 26%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat
di lokasi DPL Desa Gundugundu, Kabupaten Buton, 2008.
Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu
BTNP27 BTNP27 NON - ACROPORA Coeloseris mayeri 1 2 Cyphastrea chalcidicum 2 4 Fungia horrida 1 2 Fungia repanda 1 2 Fungia repanda 1 2 Fungia scutaria 1 2 Galaxea fascicularis 1 2 Hydnophora rigida 1 2 Merulina scrabicula 1 2 Millepora dichotoma 1 2
36
Montipora foliosa 1 2 Montipora sp. 1 2 Porites cylindrica 2 4 Porites nigrecens 3 6 Seriatopora hystrix 1 2 Total 19 38 Komponen lain DCA 3 6 Rubble 9 18 Sand 15 30 Soft Coral 3 6 Sponge 1 2 Total 31 62 Jumlah total 50 100
III.3. Hasil Pengamatan Megabentos
Pengamatan biota megabentos dilakukan di lokasi transek yang sama dengan lokasi pengamatan karang. Panjang transek 25 meter dengan luas bidang pengamatan: 2 x 25 m = 50 m2. Biota bentik yang dicatat ialah beberapa jenis dari kelompok megabentos yang bernilai ekonomis penting ataupun yang bisa dijadikan indikator dalam menilai kondisi kesehatan terumbu karang.
Gambar 8. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline dengan
metode “Reef Check” di lokasi DPL, bagian timur Kabupaten Buton, 2008.
37
Gambar 9. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline
dengan metode “Reef Check” di lokasi DPL, bagian barat Kabupaten Buton, 2008.
Sebaran megabentos di masing-masing stasiun DPL ditampilkan dalam Lampiran 3. Dari hasil ”Reef Check” yang dilakukan di masing-masing lokasi transek dapat dilihat bahwa karang jamur (CMR) dan Diadema setosum, adalah biota megabentos yang dominan ditemukan pada setiap lokasi DPL. Biota CMR tertinggi ditemukan di stasiun BTNP11 yang terletak di Desa Tongali Kecamatan Siompu, sebesar 179 individu/transek, kemudian di stasiun BTNP3 (Desa Gundugundu) sebesar 163 individu/transek. Sedangkan yang terrendah dicatat di stasiun BTNP05 (Desa Kapoa Induk) sebesar 1 individu/transek, selanjutnya di stasiun BTNP12 (Desa Lampanairi) dan stasiun BTNP25 (Desa Sampoabalo) sama sekali tidak ditemukan. Untuk biota Diadema setosum, kelimpahan tertinggi dicatat di stasiun BTPN13 (Desa Lampanairi) sebanyak 41 individu/transek) dan di stasiun BTNP08 (Desa Wakinamboro) sebanyak 27 individu/transek. Hewan pemakan polip karang yaitu Acanthaster planci hanya ditemukan di stasiun BTNP 10 (Desa Tongali), dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu 2 individu/transek. Kondisi ini masih dalam batas normal atau bisa disebut tidak berpengaruh terhadap kerusakan karang. Biota Drupella sp. dicatat hanya ada di 7 stasiun dan yang paling tinggi kelimpahannya terdapat pada stasiun BTNP16 yang terletak di Desa Gerak makmur Kecamatan Sampolawa, sebanyak 17
38
individu/transek. Kelompok gastropoda ini dikenal sebagai pemakan polip karang. Umumnya jenis ini ditemukan melimpah pada karang yang baru mati, terutama karang Acropora yang berbentuk meja.
Untuk kima yang memiliki nilai ekonomis penting dengan ukuran kecil ”small giant clam”, hanya ditemukan pada 3 lokasi transek itupun dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan kima berukuran besar ”large giant clam” hanya ditemukan pada satu lokasi juga dalam jumlah kecil. Teripang dengan ukuran kecil tidak ditemukan di semua lokasi, sedangkan yang berukuran besar ditemukan di 5 stasiun dengan kelimpahan masing-masing 1 individu/transek. Untuk lobster, ditemukan di 3 stasiun dengan jumlah tertinggi berada di stasiun BTNP 06 sebanyak 6 individu/transek. Biota lain dari kelompok moluska yaitu Trochus sp. ditemukan di 5 lokasi dengan kelimpahan yang rendah. Persentase jumlah individu megabentos pada masing-masing lokasi transek disajikan dalam Gambar 8 dan Gambar 9. Kelimpahan biota megabentos juga ditampilkan dalam bentuk tabel dalam Lampiran 3.
III.4. Hasil Pengamatan Ikan Karang
Pengamatan ikan karang dilakukan di lokasi transek yang sama dengan megabentos. Luas bidang pengamatan ikan karang pada masing-masing transek yaitu 2 x 2,5 x 25 m2 = 125 m2. Ikan-ikan yang disensus dikelompokkan kedalam kelompok ikan major, ikan target dan kelompok ikan indikator. Sebaran jenis ikan karang pada setiap stasiun ditampilkan pada Lampiran 4.Hasil pengamatan berupa perbandingan ikan mayor, ikan target dan ikan indikator ditampilkan dalam peta tematik pada Gambar 10 dan Gambar 11.
Dari hasil sensus visual di setiap stasiun DPL, dicatat sebanyak 223 jenis mewakili 12032 individu dengan rincian: ikan major 130 jenis/9405 individu, ikan target 75 jenis/2178 individu dan ikan indikator 18 jenis/449 individu. Dari total individu ikan karang yang dicatat, stasiun BTNP10 yang terletak di Desa Tongali memiliki jumlah individu dan jumlah jenis ikan karang yang tertinggi, yaitu sebanyak 1272 individu dan 50 jenis. Pada stasiun ini kelompok ikan mayor memiliki jumlah individu yang sangat dominan, yaitu sebanyak 1053 individu (24 jenis). Sedangkan kelompok ikan target 159 individu (19 jenis) dan kelompok ikan indikator 60 jenis (7 jenis). Sedangkan yang terendah terdapat di stasiun BTNP01 (Desa Kancabungi), yaitu 174 individu dan 41 jenis. Kelompok ikan mayor juga yang dominan dibandingkan ikan target maupun ikan indikator.
39
Gambar 10. Perbandingan kelimpahan antara ikan mayor, ikan
target dan ikan indikator hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL, bagian timur Kabupaten Buton, 2008.
Gambar 11. Perbandingan kelimpahan antara ikan mayor, ikan
target dan ikan indikator hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL , bagian barat Kabupaten Buton, 2008.
40
Kelompok ikan indikator merupakan kelompok ikan yang berperan sebagai indikator kesehatan suatu terumbu karang. Makin banyak jumlah jenis dan jumlah individu kelompok ikan ini, menunjukkan semakin baik kondisi suatu terumbu karang.
Dari 18 jenis ikan indikator yang ditemukan, Chaetodon kleini dicatat memiliki jumlah individu yang tertinggi, yaitu sebanyak 176 individu. Jenis ini ditemukan hampir disemua stasiun transek yang diamati. Dimana dari 27 stasiun transek, jenis ini ditemukan hadir pada 24 stasiun. Kemudian diikuti oleh Heniochus varius (61 individu) yang ditemukan pada 16 stasiun transek.
Untuk kelompok ikan major yang merupakan kelompok dengan jumlah jenis maupun jumlah individu terbanyak, Odonus niger dari suku Balistidae adalah jenis yang hadir dengan jumlah individu tertinggi, yaitu sebanyak 3628 individu. Jenis ini di temukan cukup melimpah pada stasiun BTNP27 (Desa Kumbewaha), yaitu sebanyak 800 individu. Tempat kedua diwakili oleh Pomacentrus moluccensis, jenis ini hadir dengan total individu sebanyak 536 individu dan Chromis ternatensis (345 individu). Sedangkan Chromis ternatensis (suku Pomacentridae), memiliki sebaran yang cukup merata. Dari 27 stasiun transek yang diamati, jenis ini ditemukan di 22 stasiun transek. Kehadiran ikan target di masing-masing stasiun transek permanen berkisar antara 3 - 19 jenis. Dengan jumlah jenis tertinggi dicatat pada stasiun BTNP10, yaitu sebanyak 19 jenis (159 individu). Sedangkan jumlah jenis terendah terdapat di stasiun BTNP3, BTNP4 dan BTNP18, masing-masing 3 jenis. Secara umum, jumlah individu ikan target didominasi oleh 3 jenis dari suku Caesionidae, yaitu Pterocasio teres (235 individu) diikuti Caesio pisang dan Pterocaesio tile, masing-masing 170 individu. Sebaran ketiga jenis ini tidak merata di semua lokasi transek, namun kelimpahannya di bebarapa lokasi mencapai nilai 100 individu atau lebih, seperti yang dicatat di stasiun BTNP21 (170 individu) untuk Pterocaesio tile dan di stasiun BTNP22 untuk Caesio cuning dan Pterocaesio teres masing-masing 100 individu dan 130 individu. Sedangkan jenis ikan target lainnya memilik sebaran yang tidak merata dengan jumlah individu di masing-masing lokasi transek berkisar antara 1 - 50 individu. Frekwensi relatif kehadiran ikan karang di lokasi transek dapat dilihat dalam Tabel 17.
41
Tabel 17. Frekwensi Relatif kehadiran ikan karang, hasil studi baseline dengan metode “UVC” di lokasi DPL, Kabupaten Buton, 2008.
No. Jenis Frekuensi relatif
Kehadiran (%) Kategori
1 Chaetodon kleini 80.00 Indikator 2 Chromis ternatensis 73.33 Major 3 Thalassoma lunare 70.00 Major 4 Odonus niger 63.33 Major 5 Pomacentrus moluccensis 63.33 Major 6 Zebrasoma scopas 63.33 Major 7 Amblyglyphidodon curacao 60.00 Major 8 Labroides dimidiatus 56.67 Major 9 Chaetodon vagabundus 53.33 Indikator 10 Heniochus varius 53.33 Indikator
Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa hasil pengamatan di dalam laporan ini diuraikan secara deskriptif dan tidak dilakukan analisa secara statistik, sehingga secara detail tidak dapat dibuat suatu kesimpulan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Tim Survei dari CRITC Jakarta, CRITC daerah dan Peneliti dan Teknisi yang terlibat dalam kegiatan lapangan.
42
DAFTAR PUSTAKA Cox, G.W., 1967. Laboratory manual of General Ecology. M.W.C.
Brown Company, Minneapolis, Minnesota. CRITC-COREMAP, 2006. Baseline Studi Ekologi Kabupaten Buton,
Sulawesi Tenggara hal. 56 English, S.; C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Manual for
Tropical Marine Resources. Second edition. Australian Institute of Marine Science. Townsville: 390 p.
Heemstra, P.C and J.E. Randall, 1993. FAO Species Catalogue. Vol.
16. Grouper of the World (Family Serranidae, Sub Family Epinephelidae).
Kuiter, R.H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pacific,
Indonesia and Adjacent Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.
Lieske E. and R. Myers, 1994. Reef Fishes of the World. Periplus
Edition, Singapore. 400p. Long, B.G.; G. Andrew; Y.G. Wang and Suharsono, 2004. Sampling
accuracy of reef resource inventory technique. Coral Reefs: 1-17.
Lembaga Napoleon, 2006. Kondisi Ekosistem Terumbu
Karang Kawasan Sil ika (Siompu, Liwutongkidi dan Kadatua): 40 h.
Matsuda, A.K.; C. Amoka; T. Uyeno and T. Yoshiro, 1984. The Fishes of the Japanese Archipelago. Tokai University Press.
Randall, J.E and P.C. Heemstra, 1991. Indo-Pacific Fishes. Revision of Indo-Pacific Grouper (Perciformes: Serranidae: Epinepheliae), With Description of Five New Species.
43
44
LAMPIRAN Lampiran 1. Posisi DPL di Kabupaten Buton, 2008. Stasiun LONG LAT Nama DPL BTNP01 122.261442 -5.360856 Kancibungi & Wakabanguna BTNP02 122.261684 -5.374179 Kancibungi & Wakabanguna BTNP03 122.325437 -5.397649 Gundu-dundu BTNP04 122.508731 -5.562963 Kapoa Induk BTNP05 122.508232 -5.564448 Kapoa Induk BTNP06 122.487817 -5.569292 Waonu BTNP07 122.485058 -5.567227 Waonu BTNP08 122.504213 -5.628021 Wakinamboro BTNP09 122.506150 -5.626553 Wakinamboro BTNP10 122.530683 -5.628698 Tongali BTNP11 122.534089 -5.628680 Tongali BTNP12 122.629978 -5.691141 Lampanairi BTNP13 122.631417 -5.692283 Lampanairi BTNP14 122.720288 -5.634568 Tira BTNP15 122.719825 -5.637010 Tira BTNP16 122.756427 -5.650403 Gerak Makmur BTNP17 122.756398 -5.651992 Gerak Makmur BTNP18 122.833425 -5.646322 Wasuemba BTNP19 122.842508 -5.636970 Wasuemba BTNP20 122.858717 -5.621438 Wabula & Wasampela BTNP21 122.878001 -5.597430 Wabula & Wasampela BTNP22 122.910696 -5.558268 Koholimombono BTNP23 122.908128 -5.555574 Koholimombono BTNP24 123.086567 -5.417989 Sampoabalo BTNP25 123.100611 -5.413464 Sampoabalo BTNP26 123.197051 -5.336947 Kumbewaha BTNP27 123.197701 -5.335120 Kumbewaha
Lampiran 2. Sebaran jenis karang batu di lokasi DPL, Kabupaten Buton, 2008.
NO. SUKU / JENIS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
I ACROPORIDAE
1 Acropora acuminata - - - - + - - - - - - - -
2 Acropora formosa - + - + + + + - - - + - -
3 Acropora grandis - - - + - - - - - - + - -
4 Acropora hyacinthus - - - - + - - - - - - - -
5 Acropora pulchra - - - + + - - - - - - - -
6 Acropora sarmentosa - - - - - - - - - - - - -
7 Acropora sp. - - - + + - + - - - + - +
8 Acropora yongei - + - - - - + - - - - - -
9 Astreopora gracilis - - - - - + - - - - - - -
10 Montipora foliosa - + - - - - - - - - - - -
11 Montipora grisea - - - - + - - - - - - - -
12 Montipora incrassata - - - - + - - - - + - - -
13 Montipora informis - - - - - - + + + + - + -
14 Montipora monasteriata - - - - + - - - - + - - -
15 Montipora sp. + + - - - - - - - - - + -
16 Montipora turgecens - - - - + - - - - - - - -
46
17 Montipora undata - - - - - + + + - - - - +
18 Montipora venosa - - - - + + - - - - - + -
19 Montipora verrucosa - - - - - + - - - - - - -
II AGARICIIDAE
20 Coeloseris mayeri - - + - - - - - - - - - -
21 Pavona sp. - - - - - + - - - - - - -
22 Pavona verrucosa + - - - - - - - - - - - -
III DENDROPHYLLIIDAE
23 Plerogyra sinuosa - - - - - - - - - + - - -
IV FAVIIDAE
24 Cyphastrea chalcidicum - - + - + - - - + + - - -
25 Cyphastrea serailia - - - - - + - + + - - - -
26 Echinopora lamellosa + + - - - - - - - + - - -
27 Favia matthaii - - - - - - - - + - - - +
28 Favia sp. - - - - - + + - - - - + -
29 Favia speciosa + - - - - - - - + - - - -
30 Favia stelligera - - - - - - - + - - - - -
47
31 Favites flexuosa - - - - - - + - - - - - -
32 Favites pentagona - - - - - + - - - - - - -
33 Favites sp. - - - - - + - + + - - - -
34 Leptastrea pruinosa - - - - - - - - - - + - -
35 Leptastrea transversa + - - - - - - - - - - - -
36 Leptoria phrygia - - - - - + - - - - - - -
37 Montastrea sp. - - - - - - - + - - - - -
38 Platygyra daedalea - - - - - - - + - - - - -
39 Platygyra lamellina - - - - - - + - - - - - -
V FUNGIIDAE
40 Ctenactis echinata - - - - - - - - - + - - -
41 Fungia fungites + - - + - - - - - - - - -
42 Fungia horrida - + + - - - + - - - - - -
43 Fungia mollucensis - - - - - - - - - + - - -
44 Fungia repanda - - + - - - + - - - - - -
45 Fungia scutaria - - + - - - - - - - - - -
46 Heliofungia actniformis - - - - - - - - - + - - -
47 Sandalolitha robusta - - - + - - - - - - - - -
48
VI MERULINIDAE
48 Hydnophora exesa - - - - - - - + - - - - -
49 Hydnophora rigida - - + - - - - - - + - - -
50 Merulina ampliata + - - - - - + - - - - - -
51 Merulina scabricula + - + - - - + - - - - - -
VII MILLEPORIDAE
52 Millepora dichotoma - - + + - - - - - - - - -
53 Millepora sp. - + - - - + + - - - - - -
VIII MUSSIDAE
54 Acanthastrea sp. - - - - - + - - - - - - -
IX OCULINIDAE
55 Galaxea astreata - + - - - - - - - - - - -
56 Galaxea fascicularis - - + - - - + + - - - - -
X POCILLOPORIDAE
57 Pocillopora damicornis - + - - - + - - - - - - -
58 Pocillopora verrucosa - - - - - - + - - + + - -
49
59 Seriatopora hystrix - - + - - + + - - - - - -
60 Stylopora pistillata - - - - - - + - - + - - -
XI PORITIDAE
61 Goniopora stokesi - - - - - - - - - + - - -
62 Porites cylindrica + - + + - + + + + - - - -
63 Porites lichen - - - - - + - - - - - - -
64 Porites lobata + + - - + + + + - + - + +
65 Porites lutea + - - - - - + + - + - + -
66 Porites nigrecens - - + - - + + + + + - - -
67 Porites rus - - - - - + - - + - - - -
68 Porites sp. - + - - - + - - - - - - +
Jumlah Jenis 11 11 12 8 12 21 21 13 9 16 5 6 5
Keterangan : + = ditemukan; - = tidak ditemukan BTPN 1-2 : Kancibungi & Wakabanguna BTPN 8-9 : Wakinamboro
BTPN 3 : Gundu-gundu BTPN 10-11 : Tongali BTPN 4-5 : Kapoa Induk BTPN 12-13 : Lampanairi BTPN 6-7 : Waonu
50
Lanjutan lampiran 2.
NO. SUKU / JENIS 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
I ACROPORIDAE
1 Acropora cerealis + - + - - - - - - - - - - -
2 Acropora cytherea - - - - - - - - - + - - - -
3 Acropora divaricata - - + - - - - - - - - - - -
4 Acropora florida - - - + - - - - - - - - - -
5 Acropora formosa - + + - - - - - - - - + - -
6 Acropora millepora - - + - - - - - - - - - - -
7 Acropora nobilis - - + - - - - - - - - + - -
8 Acropora palifera - - + - - + + + - + + - - -
9 Acropora prostrata - - + - - - - - - - - - - -
10 Acropora pulchra - - + - - - - - - - - - - -
11 Acropora sarmentosa - - + - - - - - - - - - - -
12 Acropora sp. + + + + - - + + - - - + - -
13 Acropora valenciennesi + - - - - - - - - - - - - -
14 Astreopora gracilis - + - - - - - - - - - - - -
15 Montipora digitata - - - - - - - - - - + + - -
16 Montipora grisea + - + - - - - - - - - - - -
51
17 Montipora incrassata - - + - - - - + + + - - - -
18 Montipora informis - + - - - - + + + - + - - -
19 Montipora millepora - - - - + - - - - - - - - -
20 Montipora monasteriata - - - - + - - - - - - - - -
21 Montipora sp. - - - - - + + - - - - - - -
22 Montipora spumosa - + - - - - - - - - - - - -
23 Montipora undata - - - - - - - - - - + + - -
24 Montipora venosa + - + - - - - - - - - - - -
25 Montipora verrucosa - + - - - - - - - - - - - -
II AGARICIIDAE
26 Pachyseris rugosa - - - - - - + - - - - - - -
27 Pachyseris speciosa + - - - - - - - - - - - - -
28 Pavona varians - - - + - - - - - - - - - -
III FAVIIDAE
29 Cyphastrea chalcidicum - - + + - + - - - - - - - -
30 Cyphastrea serailia - - - + - - + + - - - - - -
31 Diploastrea heliopora - - - + - - - - - - - + - -
32 Echinopora lamellosa - - - + - - - - - + - - - -
52
33 Favia favus - - - + - - - - - - - - - -
34 Favia hattaii - - - - - - - + - - - - - -
35 Favia matthaii - - - + - - + + + - - - - +
36 Favia pallida - - - - - - - - - + - - - -
37 Favia rotundata + - - - - - - - - - - - - -
38 Favia sp. - - - - - - - - - - + - - -
39 Favia speciosa - - - - - - - + - - + - - -
40 Favia stelligera - - - - - - + - - - - - - -
41 Favites flexuosa - - - - - - - - - - - - - -
42 Favites halicora - + - - - - + - - - - - + +
43 Favites sp. - + - - - - - + - - - - - -
44 Goniastrea edwardsi - + - - - - + - - - - - - -
45 Goniastrea retiformis - + - - - - - - - - - - - -
46 Goniastrea sp. - - - - - - - - - - + - - -
47 Leptastrea pruinosa + - - - - - - - - - - - - -
48 Leptastrea purpurea - - - - - - - - - + - - - -
49 Leptastrea transversa + - - - - - - - - - - - - -
50 Leptoria phrygia - - - + - + - - - - - - - -
51 Platygyra daedalea - + - - - - - - - - - - - -
52 Platygyra lamellina - + - + - - - + - - - - - -
53
53 Plesiastrea versipora - - - + - - - - - - - - - -
IV FUNGIIDAE
54 Ctenactis echinata - - - + - - - - - - - + + -
55 Fungia fungites - - - + - - - - - - - - - -
56 Fungia horrida - - + - - - - - - - - + - -
57 Herpolitha limax - - - + - - - - - - - - - -
V HELIOPORIDAE
58 Heliopora coerulea - - - - + + - - - - - - + +
VI MERULINIDAE
59 Hydnophora exesa - + - - - - - - - - - - - -
60 Hydnophora rigida - - - - - + - - - + - - - -
VII MILLEPORIDAE
61 Millepora exesa - - + - + - - - - - - - + -
62 Millepora tenella - - - - - - + + - - - - - -
54
VIII MUSSIDAE
63 Lobophyllia corymbosa - - - - - - - - - - - - + -
64 Lobophyllia hattaii - + - - - - + - - - - - - -
65 Lobophyllia hemprichii - - - - - - - - - - - - + +
66 Symphyllia agaricia + - - - - - - - - - - - - -
67 Symphyllia radians - - - - - - + + - - + - - -
68 Symphyllia recta - - - - - - - - - - - - - +
IX OCULINIDAE
69 Galaxea fascicularis - - - + - - + - - - - - - -
X PECTINIDAE
70 Oxypora lacera - - - + - - + - - + - - - -
71 Pectinia lactuca - + - - - - + - - - + - - -
XI POCILLOPORIDAE
72 Pocillopora verrucosa - - - - - - - - - - + - - -
73 Seriatopora hystrix - - + - - - - - - - - - - -
74 Stylopora pistillata - - - + - - - - - - - - - -
55
56
XII PORITIDAE
75 Goniopora lobata - - - - - - - + - - - - - -
76 Porites cylindrica - + - + + + + + + + + - + +
77 Porites lichen - + - - - - + - - - - - - -
78 Porites lobata + + + + + + + + + + + - + +
79 Porites lutea - - - - + + - - - + + - - -
80 Porites nigrecens - - - + + - + + - + - - + +
81 Porites rus - + - - - - - + - + - - + -
82 Porites sp. - - - - - - - - + - + - - -
XIII SIDERASTREIDAE
83 Psammocora contigua - + - - - - - - - - - - - -
XIV TUBIPORIDAE
84 Tubipora sp. - - - - - - - - - - - - + -
Keterangan : + = ditemukan; - = tidak ditemukan BTPN 14-15 : Tira BTPN 22-23 : Koholimombono
BTPN 16-17 : Gerak Makmur BTPN 24-25 : Sampoabalo BTPN 18-19 : Wasuemba BTPN 26-27 : Kumbewaha BTPN 20-21 : Wabula & Wasampela
Lampiran 3. Kelimpahan biota megabentos di lokasi DPL, Kabupaten Buton, 2008.
Megabentos BTNP Tot. % Tot.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Indv. Indv.
Acanthaster planci 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0,21 Coral Mushroom (CMR) 72 107 163 128 1 94 6 2 2 3 179 0 3 760 81,20
Diadema setosum 12 16 2 0 0 0 8 27 20 6 9 15 41 156 16,67
Drupella sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0,21
Large Giant Clam 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0,11
Small Giant Clam 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0,21
Large Holothurian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0,11
Small Holothurian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
Lobsters 0 0 0 1 0 6 0 0 0 0 0 0 0 7 0,75
Pencil Sea Urchin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
Trochus sp. 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 3 0,32
Banded Coral Shrimp 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0,21
Jumlah Individu 84 124 166 129 1 101 15 30 25 12 188 15 46 936 100,00
Jumlah Jenis 2 3 3 2 1 3 3 3 4 4 2 1 3
57
Lanjutan Lampiran 3.
Megabentos Tot. % Tot. 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Indv. Indv.
Acanthaster planci 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 Coral Mushroom (CMR) 2 8 38 17 14 10 35 17 15 41 66 0 72 34 369 80,39
Diadema setosum 3 4 3 15 2 0 0 0 0 0 0 17 0 0 44 9,59
Drupella sp. 0 3 17 0 0 0 0 0 3 0 0 1 7 3 34 7,41
Large Giant Clam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
Small Giant Clam 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 0,87
Large Holothurian 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 4 0,87
Small Holothurian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
Lobsters 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0,22
Pencil Sea Urchin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
Trochus sp. 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 3 0,65
Banded Coral Shrimp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
Jumlah Individu 5 16 59 32 16 11 36 19 20 42 67 18 81 37 459 100,00
Jumlah Jenis 2 4 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 4 2
58
Lampiran 4. Sebaran jenis ikan karang di lokasi DPL, Kabupaten Buton, 2008.
NO. SUKU / JENIS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kategori
I ACANTHURIDAE
1 Acanthurus grammoptilus - - - - - - - - - - + - - Target
2 Acanthurus lineatus - + - - - - + - - - - + + Target
3 Acanthurus olivaceus - - - - - - - - - - + - - Target
4 Acanthurus pyroferus - - - - - - - - - + - - - Target
5 Acanthurus sp. - - - - - - - + + - - - - Target
6 Ctenochaetus sp. - - - - - - + - + - - - - Target
7 Ctenochaetus striatus - - + + + - - - - + + - - Target
8 Naso lituratus - - - - - - - - - + + - - Target
9 Naso sp. - - - - - - - + - - - - - Target
10 Naso thynnoides - - - - - - - - - + + - - Target
11 Zebrasoma scopas + + + + + - + - + + - + + Major
II APOGONTIDAE
12 Apogon aureus - + - - - - - - - - - - - Major
13 Apogon compressus - + - - - - - - - - + - - Major
14 Apogon quinquelineatus - - + - - - - - - - - - - Major
15 Apogon sp. - + - - - - - - - - - - - Major
59
III AULOSTOMIDAE
16 Aulostomus chinensis + - - + - - - - - - + - - Major
IV BALISTIDAE
17 Balistapus undulatus + + - - - + + - + - + + + Major
18 Balistoides conspicillum - - - - - - - - - - - - - Major
19 Balistoides sp. - - - - - - - - - - - + + Major
20 Melichthys vidua + - - - - - - - - - - - - Major
21 Odonus niger - - - - + + + + + + + + + Major
22 Rhinecanthus aculeatus + - - - - - - - - - - - - Major
23 Rhinecanthus verrucosus - - - - - - - - - - - + - Major
24 Suflamen sp. + - - - - - - - - - - - - Major
V BLENIIDAE
25 Cirripectes sp. - - - - - - - + - - - - - Major
VI CAESIONIDAE
26 Caesio pisang - - - - - - - - - - - - + Target
27 Caesio sp. - - - - - - - - - - - - + Target
28 Caesio teres + - - - - - - - - - - - - Target
29 Caesio tile - - - - - - - - + - - - - Target
30 Pterocaesio lunaris - + - - - - - - - - - - - Target
60
31 Pterocaesio marri - - - - - - - - - + - - - Target
32 Pterocaesio pisang - - - - + - - - - - + - - Target
33 Pterocaesio teres - + - - - - - - - - - - + Target
VII CHAETODONTIDAE
34 Chaetodon baronessa - - - - - - - - - - - + + Indicator
35 Chaetodon kleini + + + + + + + + + + + + + Indicator
36 Chaetodon lineolatus - - - - - - - - - - + - - Indicator
37 Chaetodon lunula - - - - - - - - - - - + + Indicator
38 Chaetodon ocellicaudus - - - - - - - - - - + - - Indicator
39 Chaetodon punctatofasciatus - - - - - - - - + - + - - Indicator
40 Chaetodon rafflesii - - - - + - - - - + - - - Indicator
41 Chaetodon sp. - - - - - + - - + - - - - Indicator
42 Chaetodon trifascialis - - - - + - + - - - + - - Indicator
43 Chaetodon trifasciatus - - - + + + + + + - - - - Indicator
44 Chaetodon vagabundus + + + - + + + + + - - + - Indicator
45 Forcipiger flavissimus - - - - - - - + - - - - - Indicator
46 Forcipiger longirostris - - - - - - - - - - + - - Indicator
47 Heniochus varius - + - + - - - - - - + + - Indicator
VIII CIRRHITIDAE
48 Paracirrhites forsteri - - - + - - - - - - - + - Major
61
IX EPHIPPIDAE
49 Platax orbicularis - - - - - - - - - - + - - Target
50 Platax teira - - - - + - - - - - + - - Target
X GOBIIDAE
51 Gobiid + - - - - - - + - - - - - Major
XI HAEMULIDAE
52 Plectorhinchus orientalis - - - - + - - - - - - - - Target
XII HARPODONTIDAE
53 Saurida gracilis + - - - - - + + - - - - + Major
XIII LABRIDAE
54 Bodianus mesothorax + + - - - + + - - - - - + Major
55 Cheilinus chlorurus - - - - - - - - - + + - - Target
56 Cheilinus fasciatus + + - - - - - - + + + + - Target
57 Cheilinus trilobatus - - - - - - + + + - - - - Target
58 Cheilio inermis - - - - - - + - - - - + - Major
59 Choerodon anchorago + + - - - - + - - + + - + Major
60 Cirrhilabrus cyanopleura - - + - - - - - - - - - - Major
61 Coris gaimard - - - - - + - - - - - - - Major
62
62 Diproctacanthus xanthurus - - + - - - - - - - - - - Major
63 Gomphosus varius + - + - - - - - - - - + + Major
64 Halichoeres argus - + - - - + + + - - - - + Major
65 Halichoeres hortulanus - - + + + + + + + - - + - Major
66 Halichoeres leucurus - - - - - - - - - - + - - Major
67 Halichoeres marginatus - - + + + - - - - - + - - Major
68 Halichoeres melanurus - + - - - - - - + - + - - Major
69 Halichoeres prosopeion - - - + - - - - - - - - - Major
70 Halichoeres scapularis - - + - - + - - - - - + - Major
71 Hemigymnus melapterus - - - - - - - - - + + - - Target
72 Hologymnosus doliatus - - - - - - - - - + - - - Major
73 Labroides bicolor - - + - - - - - - - - - - Major
74 Labroides dimidiatus - + + + + - + + + - - + + Major
75 Novaculichthys taeniurus - - + - - - - - - - - - - Major
76 Stethojulis bandanensis - - - - + - - - - - - - - Major
77 Thalassoma hardwickei + - - + - - + - + - - + - Major
78 Thalassoma janseni + + - - - - + - - - - - + Major
79 Thalassoma lunare + + + - + + + + + + + + + Major
XIV LETHRINIDAE
80 Lethrinus harak - - - - - - + - - - - - - Target
81 Monotaxis grandoculis - - - - - + - - - - + - - Target
63
XV LUTJANIDAE
82 Lutjanus biguttatus + - - - - - - - - - - - - Target
83 Lutjanus bohar + - - - - - - - - - - - - Target
84 Lutjanus decussatus + - - - + - + + - - + + - Target
85 Lutjanus fulviflamma - - - - - + + - - - - - - Target
86 Lutjanus fulvus - - + + + - - - - - + - - Target
87 Lutjanus sp. + - - - - - - - - - - - - Target
88 Macolor macularis - - - - + - - - - - - + + Target
XVI MONACANTHIDAE
89 Aluterus sp. - - - - - + - - - - - - - Major
90 Paraluteres prionurus - - - + - - - - - - - - - Major
XVII MULLIDAE
91 Mulloidichthys vanicolensis - - - - - - - - - + - - - Target
92 Parupeneus barberinoides - - - - - - - - - + + - - Target
93 Parupeneus barberinus + + - - + + - + + + - + - Target
94 Parupeneus bifasciatus - - - - + - - - + - - - - Target
95 Parupeneus hexophthalma - - - - + - - - - - - - - Target
96 Parupeneus multifasciatus - - - - - + - + - + + - + Target
97 Parupeneus sp. - - - - - - - - - - - + - Target
98 Upeneus vittatus + - - - - - - - - - - - - Target
64
XVIII NEMIPTERIDAE
99 Pentapodus caninus - + - - - - - - - - - - - Target
XIX PEMPHERIDAE
100 Pempheris sp. - - - - - - - + - - - - - Major
XX POMACANTHIDAE
101 Centropyge bicolor - - - - + + - - + + - + + Major
102 Centropyge sp. - - - - - - - - - - - - - Major
103 Centropyge tibicen + + - - - - - - - + - - + Major
104 Centropyge vroliki + + + - - + - + + + + + - Major
XXI POMACENTRIDAE
105 Abudefduf sexfasciatus - + - + - - - - - + - + - Major
106 Abudefduf sp. - - - - - - - - - - - - - Major
107 Abudefduf vaigiensis - - - + - + - + + - - - - Major
108 Amblyglyphidodon aureus - - - - - - - - - + + - - Major
109 Amblyglyphidodon curacao + + + + + - - - - + - - - Major
110 Amblyglyphidodon leucogaster - - - + + - - - - + + - - Major
111 Amphiprion clarkii + - - - - - + - - + - + - Major
112 Amphiprion frenatus - - - - - - - - - + - - - Major
113 Amphiprion ocellaris + + + + - - + + + - + + + Major
65
114 Chromis iomelas - - - - - - - - - - - - - Major
115 Chromis lineata - - - - - - - - - - - + - Major
116 Chromis retrofasciata - - + - - - - - - - - - - Major
117 Chromis sp. - + - - - + - - - - - - - Major
118 Chromis ternatensis - + + - + + + + + + + + + Major
119 Chromis viridis + + - - - + + - + - - + - Major
120 Chromis weberi - + - - - - - - - - - - - Major
121 Chrysiptera cyanea + + - - - + + + + - - + + Major
122 Chrysiptera hemicyanea - - - - - + - - - - - - - Major
123 Chrysiptera retrofasciata - - - - - - + - - - - - - Major
124 Chrysiptera rex - - - - - - + - - - - - - Major
125 Chrysiptera rollandi - - - - - - - - - - + - - Major
126 Chrysiptera sp. - - - - - + - - - - - - - Major
127 Chrysiptera talboti - - - + - - - - - - - + - Major
128 Dascyllus aruanus - - + - - + - - - + - + + Major
129 Dascyllus reticulatus - - + - + - - + + + + - - Major
130 Dascyllus trimaculatus - - + - + + + - + + - + + Major
131 Dischistodus fasciatus - - - - - - - - - - - - + Major
132 Dischistodus perspicillatus - - - - - - - - - + - - - Major
133 Neoglyphidodon nigroris - - - + - - - - - - - - - Major
134 Neopomacentrus azysron - - + + - - - - - - - - - Major
135 Paraglyphidodon melas - - - + - - - - - - - - - Major
66
136 Plectroglyphidodon lacrymatus - - - - - + + + - - - + + Major
137 Pomacentrus alexanderae - - - - - - - - - - + - - Major
138 Pomacentrus bankanensis + - + + + - + - - + - - - Major
139 Pomacentrus branchialis - - + + + - - - - + + - - Major
140 Pomacentrus lepidogenys - - + - - - - - + - - - - Major
141 Pomacentrus moluccensis - + + + + + - + + + - - - Major
XXII PSEUDOCHROMIDAE
142 Labracinus cyclophthalmus - - - - - - - - - - + - - Major
XXIII SCARIDAE
143 Scarus dimidiatus - + - - - - - - - - - + - Major
144 Scarus ghoban - - + - - - - - - - - + - Major
145 Scarus globiceps - - - - - - - - - + - - - Major
146 Scarus niger + - - - - - - - - - - - - Major
147 Scarus oviceps + - - - - - - - - + - + - Major
148 Scarus prasiognathus - - - - - - - - - + + - - Major
149 Scarus schlegeli + + - - - - - + - - - - + Major
150 Scarus sordidus + + + - + - - + + + + - + Major
151 Scarus sp. - - - - - - + + - - - - - Major
67
XXIV SCOLOPSIDAE
152 Scolopsis bilineatus - - + + + - - - - + + - - Target
153 Scolopsis ciliatus + - - - + - - + + - - - + Target
154 Scolopsis margaritifer + + - - - - + - + - - - - Target
155 Scolopsis trilineatus - + - - + - - - + - - - + Target
XXV SERRANIDAE
156 Anthias hutchi + - - - - + - + - - - + - Major
157 Anthias sp. - - - - - + - - - - - - - Major
158 Cephalopholis boenak - + - - - - + - - - - + - Target
159 Cephalopholis urodeta - - - - - + - - - - - - - Target
160 Epinephelus fasciatus - - - - - + - - - - - - - Target
161 Epinephelus merra - + - - - + + - - - - - + Target
162 Epinephelus sp. - - - - - + + - - - - - + Target
163 Pseudanthias hutchi - - + - + - - - - - + - - Major
XXVI SIGANIDAE
164 Siganus argenteus - - - - + - - - - - - - - Target
165 Siganus corallinus - - - - - - - - - - + - - Target
166 Siganus doliatus - - - - - - + - - - - + + Target
167 Siganus virgatus - + - - - - - - - + + - - Target
168 Siganus vulpinus - - - - - - - - - - - - + Target
68
XXVII SPHYRAENIDAE
169 Sphyraena jelo + - - - - - - - - - - - - Target
XXVIII SYNODONTIDAE
170 Synodus dematogenys - - - + - - - - - - - - - Major
XXIX TETRAODONTIDAE
171 Arothron nigropunctatus - - - - - - - - - - + - - Major
172 Canthigaster sp. + - - - - - - - - - - - - Major
XXX ZANCLIDAE
173 Zanclus cornutus - + - - + + + - - + + - + Major
Jumlah jenis 41 41 33 28 38 37 40 32 35 43 50 43 39
Keterangan : + = ditemukan; - = tidak ditemukan BTPN 1-2 : Kancibungi & Wakabanguna BTPN 8-9 : Wakinamboro
BTPN 3 : Gundu-gundu BTPN 10-11 : Tongali BTPN 4-5 : Kapoa Induk BTPN 12-13 : Lampanairi BTPN 6-7 : Waonu
69
Lanjutan lampiran 4.
NO. SUKU / JENIS 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Kategori
I ACANTHURIDAE
1 Acanthurus grammoptilus - - + - - - - - - - - - + + Target
2 Acanthurus lineatus - - - - - - + - + - + - - - Target
3 Acanthurus nigricans - - - - + + - - - - - - - - Target
4 Acanthurus pyroferus + - + - - - - - - - - - + + Target
5 Acanthurus sp. - - - + - - - - - - - + - - Target
6 Ctenochaetus sp. - - - - - - - - - - - + - - Target
7 Ctenochaetus striatus + - + - + + - - - - - - + + Target
8 Naso lituratus - - - - + - - - - - - - - - Target
9 Naso sp. - - - - - - + - - + + - - - Target
10 Naso thynnoides - - - - + - - - - - - - - - Target
11 Zebrasoma scopas - - + + + + + - - + - + + + Major
II APOGONTIDAE
12 Apogon aureus - - + + - - - - - - - - - - Major
13 Apogon macrodon - - + - - - - - - - - - - - Major
14 Apogon sp. - + - + - - - - - - - - - - Major
III AULOSTOMIDAE
15 Aulostomus chinensis - + + - + - + - + + + - - - Major
70
IV BALISTIDAE
16 Balistapus undulatus - - - + + - + + + - + + - - Major
17 Balistoides conspicillum - - + - - - - + - - - - - - Major
18 Balistoides sp. - - - + - - - - - + - - - - Major
19 Melichthys niger - - - - - + - + - + - - - - Major
20 Melichthys vidua - - - - - + - - - - - - - + Major
21 Odonus niger - - - + + - + + + + + + + + Major
V CAESIONIDAE
22 Caesio cuning + + - - - - - - - - - - - - Target
23 Caesio pisang - - - - + - - + + - - - - + Target
24 Caesio teres - - - - - - - - - - - - + - Target
25 Caesio tile - + - - - - - - - - - - - - Target
26 Pterocaesio marri + - - - - - - - - - - - - - Target
27 Pterocaesio teres - + - - - - - - + + - - - - Target
VI CENTRISCIDAE
28 Aeoliscus strigatus - + + - - - - - - + - + - - Major
VII CHAETODONTIDAE
29 Chaetodon baronessa + + + - + - + + - + - + - - Indicator
30 Chaetodon kleini - - + + + - + + + + + + + + Indicator
31 Chaetodon lineolatus - - - - + - - - - - - - + - Indicator
71
32 Chaetodon lunula + + - - - - - + + + - + - - Indicator
33 Chaetodon martensii + - - - - - - - - - - - - - Indicator
34 Chaetodon meyeri - - - - - - - + - + - - + - Indicator
35 Chaetodon octofasciatus + - - - - - - - - - - - - - Indicator
36 Chaetodon punctatofasciatus - - - - + - - - - - - - - - Indicator
37 Chaetodon rafflesii - - - - - - - - - - - - + + Indicator
38 Chaetodon sp. - - - - - - - - - - - + - - Indicator
39 Chaetodon trifascialis - - - - - - - - - - - - + - Indicator
40 Chaetodon trifasciatus - + + + + - + - + + - + - + Indicator
41 Chaetodon vagabundus - + - + - - - + + - + + + - Indicator
42 Forcipiger flavissimus - - - + - - + + - + + + - - Indicator
43 Forcipiger longirostris - - - - - - - - - - - - + + Indicator
44 Hemitaurichthys polylepis - - - - - - - - - - - - - + Indicator
45 Heniochus varius + + + + - + + + + - + + + + Indicator
VIII EPHIPPIDAE
46 Platax teira - - - - - - - - + - - - - - Target
IX GOBIIDAE
47 Gobiid - - - - - - - - - - - + - - Major
X HAEMULIDAE
48 Plectorhinchus chaetodonoides - + - - - - - - - - - - - - Target
72
49 Plectorhinchus lineatus - - - - - - + + - - + - - - Target
50 Plectorhinchus orientalis - - + - - - - - - - - - - - Target
51 Plectorhinchus unicolor - - - - - - + - - - - - - - Target
XI HARPODONTIDAE
52 Saurida gracilis - + - - - - - - - + - + - - Major
XII HOLOCENTRIDAE
53 Myripristis kuntee - - - - - - - - - + - - - - Major
54 Myripristis rubrum - - - - - - - - - + + - - - Major
55 Neoniphon sammara - - - - - - - - - + - - - - Major
56 Sargocentron sp. - - - - - - - - - - + - - - Target
XIII LABRIDAE
57 Anampses caeruleopunctatus - - - - + - - - - - - - - - Major
58 Anampses meleagrides - - - - + - - - - - - - + - Major
59 Bodianus mesothorax + - - - - - - + + - - - - - Major
60 Cheilinus chlorurus - - - - - - - - - - - - - - Target
61 Cheilinus fasciatus - - - + - - + - + - + - + - Target
62 Cheilinus trilobatus - + - - - - - - + + + + - - Target
63 Cheilinus undulatus - - - - - - - + + - - - - - Target
64 Cheilio inermis - - - - - - - - - - + - - - Major
65 Choerodon anchorago - - + + - - + - - - + - - - Major
73
66 Cirrhilabrus cyanopleura - - - - - - - - - - - - + - Major
67 Cirrhilabrus solorensis - - - - - - - - - - - - - + Major
68 Gomphosus varius - + + - + - - + - + + - - - Major
69 Halichoeres argus - + - - - - + - + + + - - - Major
70 Halichoeres hortulanus - - - + + + - - - - - - + - Major
71 Halichoeres leucurus - - - - - - - - - - - - - - Major
72 Halichoeres marginatus - - - - + + + + + - - + - - Major
73 Halichoeres melanurus - + + - - - + - - - - - - - Major
74 Halichoeres miniatus - - - - - - - - - - + - - - Major
75 Halichoeres scapularis - - - - - - + - + - - - - - Major
76 Hemigymnus fasciatus - - + - - - - - - - - - - - Target
77 Hemigymnus melapterus - - - - - - - - - - - - - + Target
78 Labroides dimidiatus - - + - + + + + + - - + + - Major
79 Labroides sp. - - - - - - + - - - - - - - Major
80 Novaculichthys taeniurus - - - - - - - - - - - - + - Major
81 Thalassoma hardwickei - - - + + + - - + - + + - + Major
82 Thalassoma janseni - - - + - - - - - + - - + - Major
83 Thalassoma lunare + - + + + - - - + + + + - + Major
XIV LETHRINIDAE
84 Lethrinus harak - - + - - - - - - - + - - - Target
85 Monotaxis grandoculis - - - - - - - + - - - - - + Target
86 Monotaxis sp. - - - - - - + - - + - + - - Target
74
XV LUTJANIDAE
87 Lutjanus decussatus + + - + - - + + + - + - - - Target
88 Lutjanus fulviflamma - - - + - - + + + - - + - - Target
89 Lutjanus fulvus - - - - - - - - - - - - + - Target
90 Lutjanus gibbus - - - - - - - - + + - - - - Target
91 Lutjanus sp. - - - + - - - + - - - - - - Target
92 Macolor macularis + - - - + - + + - + - - + + Target
XVI MONACANTHIDAE
93 Paraluteres prionurus - - - - + - - - - - - + - - Major
XVII MULLIDAE
94 Parupeneus barberinus - + + - + - + + - - - + - - Target
95 Parupeneus multifasciatus - - + - - - - - - - + + - - Target
XVIII OSTRACIIDAE
96 Ostracion sp. - - - + - - - - - - - - - - Major
XIX POMACANTHIDAE
97 Centropyge bicolor - + + + - - - - - + + - - - Major
98 Centropyge sp. - + - - - - - - - - - - - - Major
99 Centropyge tibicen - - + + - - - - - - - - - - Major
100 Centropyge vroliki - + + + - - - - + + - + + - Major
75
101 Pygoplites diacanthus - - - + - - + + - + - + - + Major
XX POMACENTRIDAE
102 Abudefduf bengalensis - - - - - - - - - - + - - - Major
103 Abudefduf saxatilis - - - - - - - - - + - - - - Major
104 Abudefduf sexfasciatus - - - - + - - - - - + - - - Major
105 Abudefduf sp. - - - + - - - - - - - - - - Major
106 Abudefduf vaigiensis - + + + - - + - + - + + - + Major
107 Amblyglyphidodon aureus - - + - - - - - - - - - - - Major
108 Amblyglyphidodon curacao + + + - + + + + + + - + + + Major
109 Amblyglyphidodon leucogaster + - - - + + - - - - - - - + Major
110 Amphiprion clarkii - + - + - + - - + + + - - + Major
111 Amphiprion frenatus - - - - - - - - - - - - - - Major
112 Amphiprion melanopus - - - - - + - - - - - - - - Major
113 Amphiprion ocellaris - + + + - - - - + - + - + - Major
114 Chromis iomelas - - - - + + - - - - - - + + Major
115 Chromis retrofasciata + - + - - - - - - - - - - - Major
116 Chromis sp. - - - + - - - - + + + - - - Major
117 Chromis ternatensis + + - + - + + + + + + + - + Major
118 Chromis viridis - - + + - - - - + - - - - - Major
119 Chromis weberi - - - - - + - - - - - - - - Major
120 Chromis xanthura - - - - + - + - + + - - + - Major
121 Chrysiptera cyanea - - - - - - + - - + - + - - Major
76
122 Chrysiptera retrofasciata - - - - + - - - - - - - - - Major
123 Chrysiptera rollandi + - - - - - - - - - - - - - Major
124 Chrysiptera talboti + - + - + + - - - - - - - - Major
125 Dascyllus aruanus - + - - - - + - + + - - - - Major
126 Dascyllus reticulatus + - + - - - - - - - - - - - Major
127 Dascyllus trimaculatus - + + - - + + + - + - + - + Major
128 Neoglyphidodon nigroris - - - - + - - - - - - + + Major
129 Paraglyphidodon melas - + - - + + - - - - - - - + Major
130 Plectroglyphidodon dicki - - - - - - - - - - - - - + Major
131 Plectroglyphidodon lacrymatus - + + + + + + - - - + + + - Major
132 Pomacanthus navarchus - - - - - - + + + + - - - - Major
133 Pomacentrus alexanderae + - + - - - - - - - - - - - Major
134 Pomacentrus bankanensis - - + - - - - + + + - - - - Major
135 Pomacentrus branchialis - - - - + - - - - - - - - - Major
136 Pomacentrus lepidogenys - - - - + + + - - - - + + + Major
137 Pomacentrus moluccensis + - + + + + + - + - + + + + Major
138 Pomacentrus sp. - - - - - - - - + - - + - - Major
139 Stegastes sp. - - - - - - - - + - - - - - Major
XXI PRIACANTHIDAE
140 Priacanthus hamrur - - + - - - - - - - - - - - Major
141 Priacanthus sp. - + - - - - + - - + - - - - Major
77
XXII PSEUDOCHROMIDAE
142 Labracinus cyclophthalmus - - - - - - - - - - - - - + Major
143 Labrichthys unilineatus - - - - + - - - - - - - - + Major
XXIII SCARIDAE
144 Chlorurus bleekeri - - - - - - - - - - - + - - Target
145 Scarus frenatus - - - - - - + - - + - + - - Major
146 Scarus ghoban - - - - + - - - - - - - - - Major
147 Scarus oviceps - - - - - - - + - - - + - - Major
148 Scarus rivulatus - - - - - - - - - - - - + - Major
149 Scarus sordidus - - - - - - + - - + + + - + Major
150 Scarus sp. - - - + - - - - - - - - - - Major
XXIV SCOLOPSIDAE
151 Scolopsis bilineatus - - - - - - - - - - + - + + Target
152 Scolopsis ciliatus - - - - - - - + + - + - - - Target
153 Scolopsis margaritifer - + - + - - + + - + - + - - Target
154 Scolopsis trilineatus - - - - - - + - - - - - - - Target
XXV SERRANIDAE
155 Anthias hutchi - - - + - - - + - + - + - - Major
156 Anthias sp. - - - - - - - + - - - - - - Major
157 Cephalopholis argus - - - - - + - - - - - - - - Target
78
158 Cephalopholis boenak - + - - - - - - + - + - - - Target
159 Cephalopholis urodeta - + - - - - - + - - - - - - Target
160 Epinephelus fasciatus - - - - - - - - - - - - - + Target
161 Epinephelus merra - + - + + - - - - + + - + + Target
162 Epinephelus sp. - - - - - - - - - - - - - - Target
163 Epinephelus urodeta - - - - + - - - - - - - + + Target
164 Pseudanthias hutchi - - + - + + - - - - - - + - Major
XXVI SIGANIDAE
165 Siganus argenteus - - - - - - - + - - - - - - Target
166 Siganus canaliculatus - - - - - - - + - - + - - - Target
167 Siganus doliatus - + - + - - - + - - + - - - Target
168 Siganus fuscesens - - + - - - - - - - - - - - Target
169 Siganus sp. - + - - - - - - - - - - - - Target
170 Siganus virgatus - - - - - - - - - - - - + - Target
171 Siganus vulpinus - - - - - - - - - - - - + + Target
XXVII SYNODONTIDAE
172 Synodon sp. - - - + - - - - - - - - - - Major
XXVIII TETRAODONTIDAE
173 Canthigaster solandri - - - - - - - - - - + - - - Major
174 Tetraodontidae - - - + - - - - - - - - - - Major
79
80
XXIX ZANCLIDAE
175 Zanclus cornutus + + - - - - + + + + + + - + Major
Jumlah jenis 23 39 42 42 43 25 44 40 43 47 43 44 39 41 Keterangan : + = ditemukan; - = tidak ditemukan
BTPN 14-15 : Tira BTPN 22-23 : Koholimombono BTPN 16-17 : Gerak Makmur BTPN 24-25 : Sampoabalo
BTPN 18-19 : Wasuemba BTPN 26-27 : Kumbewaha BTPN 20-21 : Wabula & Wasampela
81