STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI...
Transcript of STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI...
STRATEGI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DALAM
KERANGKA TEORI SELF-REGULATED LEARNING
(PENELITIAN DI SMP TARA SALVIA TANGERANG)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NAZIHAH
NIM : 11150110000001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019
ABSTRAK
Nazihah (NIM: 11150110000001). Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah dalam Kerangka Teori Self-Regulated Learning (Penelitian
di SMP Tara Salvia Tangerang).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembelajaran PAI di
sekolah dalam upaya membentuk self-regulated learning pada diri peserta didik.
B.J Zimmerman mengatakan bahwa karakteristik seorang peserta didik yang
memraktikkan Self-regulated learning (SRL) adalah ia aktif dalam belajar, baik
dalam hal metakognitif, motivasi maupun tingkah lakunya, dalam arti lain SRL
membantu mengarahkan peserta didik pada kemandirian belajar. Sekolah Tara
Salvia telah konsisten mengupayakan proses pembelajaran yang melahirkan
peserta didik yang memiliki kemandirian belajar khususnya pembelajaran PAI.
Dengan demikian, peneliti secara kualitatif deskriptif akan mengupas bagaimana
proses pembelajaran PAI yang dilakukan di sekolah tersebut sehingga peserta
didiknya memiliki kemandirian belajar. Peneliti berupaya menganalisis langkah-
langkah pembelajaran yang dilakukan guna membentuk SRL pada diri peserta
didik.
Kata Kunci : Strategi Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, self-regulated
learning, B.J Zimmerman.
ABSTRACT
Nazihah (NIM: 11150110000001). Islamic Education Learning Strategy at
School on Theoretical Framework Self-Regulated Learning (Research at Tara
Salvia Junior High School Tangerang).
This research was carried out to discover an Islamic Education learning
strategy at school to create a student with self-regulated learning (SRL). B.J
Zimmerman explained that the self-regulated learner is characterized bye active
student in learning, whether in his metacognition, motivation, or his behavior,
which means SRL involves in creating student who learns independently. Tara
Salvia Junior High School consistently strives a learning process which make a
student learns independently, especially in Islamic Education. Therefore,
researcher used descriptive-qualitative method to discover how the learning
strategy in Islamic Education learning at that school. Researcher tried to analyze
learning steps at class used by the teacher for creating student’s SRL.
Keywords : Learning strategy, Islamic Education, self-regulated learning, B.J
Zimmerman.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
memberikan ridho dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan
penelitian dan menyelesaikan skripsi sebagai salah satu tugas akhir dalam
menempuh Sarjana Strata 1 (S1) di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Skripsi ini ditulis dengan judul “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah dalam Kerangka Teori Self-Regulated Learning (Penelitian di
Sekolah Tara Salvia Menjangan, Tangerang Selatan)”.
Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah penyusun lakukan di
Sekolah Tara Salvia Menjangan.Penyusunan skripsi ini sebagai tanda bahwa
penelitian telah selesai dilaksanakan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang
membantu dan mendukung selama proses penulisan. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terimkasih sebanyak-sebanyaknya kepada semua pihak yang
berperan, antara lain:
1. Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Prof. Dr. Ahmad Thib Raya,
M.A., sebagai Dekan FITK selama saya kuliah tujuh semester;
2. Drs. Abdul Haris, M.Ag.,sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam (PAI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada masa akhir penyusunan
skripsi ini, dan Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., sebagai Ketua Program
Studi Pendidikan Agama Islam selama saya kuliah tujuh semester;
3. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., sebagai Sekretaris Prodi PAI, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., M.A., sebagai
Sekretaris Prodi PAI selama saya kuliah tujuh semester;
4. Yudhi Munadi, M.Ag., sebagai Dosen Penasihat Akademik sekaligus
Dosen Pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan banyak
waktunya untuk membimbing, memberikan ilmu, serta member nasihat
dan arahan;
ii
5. Kedua orang tua saya, Bapak Atep Abdul Aziz dan Ibu Euis Salsiah,
sebagai pendidikan pertama yang selalu mengorbankan waktu dan
tenaganya, untuk mendidik dan membesarkan putrinya;
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang
telah memberikan banyak ilmu dan berbagi pengalamannya kepada
penyusun;
7. Bapak Encep Nazhori sebagai Koordinator Guru di Tara Salvia yang sejak
awal penelitian sangat bersedia membantu saya.
8. Ibu Olis Meilawati sebagai Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Tara
Salvia yang telah banyak membantu proses penelitian.
9. Keluarga besar Sekolah Tara Salvia Menjangan yang telah membantu
dalam penelitian ini serta penyelesaian skripsi;
10. Teman-teman seperjuangan khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam,
sahabat Thoriq Majid yang ikhlas meminjamkan laptopnya, Fitria
Damayanti yang menemani proses penelitian, Sahlatul Ula yang
meminjamkan kamera untuk dokumentasi, dan teman-teman lainnya yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu;
11. Teman-teman di organisasi-organisasi seperti Pojok Seni Tarbiyah
khususnya angkatan 2015;
12. Serta kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat penyusun sebutkan satu
persatu yang turut membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penyusun menyadari sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, jika
terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam kegiatan penelitian maupun
penyusunan skripsi ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.Semoga kita semua selalu
diberkahi.Amin.
Ciputat, 21Juni 2019
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR .................................................................................. i
2. DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
3. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 7
C. Batasan Masalah .................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 8
F. Penelitian Relevan .................................................................................. 8
4. BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR .............. 13
A. Deskripsi Teori ....................................................................................... 13
1. Strategi Pembelajaran ..................................................................... 13
2. Pendidikan Agama Islam ................................................................ 21
3. Teori Self-Regulated Learning ........................................................ 25
B. Kerangka Berpikir ................................................................................. 34
5. BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 36
B. Latar Penelitian ...................................................................................... 36
C. Desain Penelitian .................................................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 38
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ................................ 45
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 46
6. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 50
A. Profil Sekolah Tara Salvia Menjangan ................................................. 50
B. Pelaksanaan Pembelajaran PAI di Tara Salvia ................................... 56
C. Implementasi Strategi Pembelajaran PAI di Sekolah Tara Salvia
Guna Membentuk Self-Regulated Learning pada Peserta Didik ........ 64
7. BAB V PENUTUP ........................................................................................ 72
A. Simpulan .................................................................................................. 72
iv
B. Saran ........................................................................................................ 72
8. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 74
9. LAMPIRAN .................................................................................................. 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tidak dapat terlepas dari perkembangan zaman.Semakin
berkembangnya zaman, maka memperbaiki dan mengembangkan pendidikan
yang adamenjadi suatu kewajiban. Sejalan dengan perkembangan zaman yang
sudah sampai pada abad 21, kemudian terjadinya revolusi industri 4.0 pada
sejarah manusia, telah menimbulkan berbagai macam dialog dan diskusi pada
berbagai aspek, termasuk salah satunya adalah pendidikan. Kemajuan teknologi
memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang. Teknologi serta
sebuah pendekatan dengan menggabungkan tiga dunia berbeda, yaitu dunia fisik,
digital, dan biologi secara fundamental tentu akan mengubah pola hidup dan
interaksi manusia. Revolusi tersebut telah terjadi pada revolusi industri 4.0,
sehingga mengubah cara manusia beraktifitas baik dalam skala, ruang lingkup,
maupun kompleksitas, serta pengalaman hidup sebelumnya.1 Revolusi industri
4.0 tersebut syarat dengan teknologi yang super cepat akan menimbulkan
perubahan yang cukup signifikan, salah satunya pada sistem pendidikan di
Indonesia. Salah satu dampak dari perubahan tersebut adalah guru dituntut untuk
menghasilkan peserta didik yang mampu menjawab tantangan revolusi industri
4.0.2 Akibat dari revolusi industri 4.0 ini maka sedikitnya guru harus memiliki
lima kompetensi, yang salah satunya adalah counselor competence, yaitu
kompetensi guru untuk memahami masalah peserta didik di masa yang akan
datang, bukan hanya masalah materi ajar, tetapi masalah perkembangan
psikologis peserta didik akibat perkembangan zaman. Selain itu, dalam
pembelajaran abad 21, pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan
belajar mengajar sesuai dengan tuntutan abad 21, sehingga seluruh
1 Muhammad Yahya, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan
Kejuruan Indonesia, Naskah Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Profesor Tetap dalam Bidang
Ilmu Pendidikan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar, h.6, diakses pada
tanggal 31 Januari 2019, pukul 15.43 WIB. 2 Dinar Wahyuni, Peningkatan Kompetensi Guru Menuju Era Revolusi Industri 4.0, Jurnal
Info Singkat, No. 2, Vol. X, Desember 2018, h.15, diakses pada tanggal 31 Januari 2019, pukul
15.45 WIB.
2
tantangan dan peluang harus dapat dihadapi oleh pendidik dan peserta didik agar
tetap bertahan dalam arus perkembangan.3Dalam konteks ini, pembelajaran
bukan lagi menjadikan guru sebagai subjek utama, tetapi peserta didik ikut
menjadi subjek utama dan menjadikan dirinya sebagai manusia pembelajar
mandiri.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi persaingan global sebagai
akibat dari revolusi industri 4.0 ini yaitu membentuk bangsa yang mandiri dan
sumber daya manusia yang unggul dengan konsep dan aplikasinya yang
matang.4Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang terdapat pada Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yaitu
“Pendidikan naisonal berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.5Tujuan
pendidikan nasional telah mencita-citakan bangsa yang sejahtera, yaitu bangsa
dengan sumber daya manusia berkualitas, masyarakat yang mandiri, berkemauan,
dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.6Selain itu, manusia
ciptaan Tuhan yang berkualitas tersebut memiliki tugas penting di bumi,
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 30 - 31, yang berbunyi:
3Noval Abdillah, Peran Pendidik Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Melalui Pembelajaran
Abad 21, diakses pada tanggal 31 Januari 2019, pukul 22.15 WIB. 4 Pri Ariadi Cahya Dinata, dkk, Self-Regulated Learning sebagai Strategi Membangun
Kemandirian Peserta Didik dalam Menjawab Tantangan Abad 21, dalam Korespondensi Seminar
Nasional Pendidikan Sains, Surakarta 22 Oktober 2016, h.140, diakses pada tanggal 17 Februari
2019, pukul 6.37 WIB. 5Undang-undang Republik Indonesia Nomor.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 6 Pri Ariadi Cahya Dinata, dkk, loc.cit.
3
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal
Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!".(QS. Al-Baqarah [1]: 30 - 31)7
Manusia dijadikan khalifah di muka bumi antara lain untuk memakmurkan
bumi, sehingga manusia memiliki tugas mengeksplorasi alam dan melakukan
konservasi alam. Dalam tafsir Al-Munir dijelaskan bahwa khalifah bertugas
untuk mendirikan hukum di antara manusia dan menghasilkan generasi yang
memakmurkan bumi.8Dalam menjalankan tugasnya di bumi ini, manusia telah
dianugerahi kemampuan yang luar biasa, yaitu telah Allah jelaskan pada ayat
selanjutnya, QS.Al-Baqarah ayat 31-33.Dalam ayat tersebut jelas bahwa pada
penciptaannya, manusia telah Allah berikan potensi akal yang luar biasa. Maka,
salah satu tugas khalifah adalah mengoptimalkan potensi akal yang telah Allah
anugerahkan kepadanya untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi
lingkungannya.9Untuk melaksanakan tugas khalifah tersebut, manusia harus
selalu memiliki keinginan untuk menambah pengetahuannya, dan semangat
memperluas wawasannya. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran Pendidikan
Agama untuk sekolah yang telah dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 bahwa Pendidikan Agama dilaksanakan
bertujuan untuk menyelaraskan pengetahuannya dan kemampuan teknologi
7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Syamil Qur’an), h.6.
8 Wahbah Zuhaili, At-Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa asy-Syari’ah wa al-Manhaj, (Daar
Al-Fikr: Damaskus, 1418 H), Juz.1, h. 125. 9 Yesi Lisnawati, dkk, Konsep Khalifah dalam Al-Qur’an dan Implikasinya terhadap
Tujuan Pendidikan Islam, Jurnal Tarbawy, No.1, Vol. 2, 2015, h.54.
4
dengan pengetahuan agama yang dimilikinya. Selain itu, pendidikan agama juga
memiliki peran membentuk mental peserta didik yang disiplin, bekerja keras,
bertanggung jawab, dan mandiri.10
Tujuan pendidikan ini akan tercapai dalam
bentuk perubahan tingkah laku peserta didik melalui proses pembelajaran.
Sehingga, proses pembelajaran menjadi unsur yang paling penting dalam
mencapai tujuan pendidikan.11
Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru
akan berpengaruh kepada tingkah laku peserta didiknya. Penting untuk
diperhatikan bahwa pembelajaran yang berkualitas merupakan harapan yang
diinginkan.
Namun, dewasa ini kualitas proses pembelajaran masih menjadi bagian
dari masalah di sekolah termasuk kualitas pembelajaran PAI. Salah satu faktor
proses pembelajaran PAI kurang berkualitas dan bermakna yaitu strategi
pembelajaran yang digunakan selama ini masih klasik dan tradisional, sehingga
tidak mampu mencapai tujuan pendidikan agama yang telah dirumuskan yang
salah satunya mencetak manusia mandiri.12
Akhir-akhir ini banyak guru yang
mengeluh terhadap kurangnya motivasi peserta didik dalam melaksanakan
pembelajaran, akhirnya guru menyalahkan peserta didik yang kurang
bersemangat dan tidak berkeinginan untuk maju.Hal ini disebabkan oleh
penggunaan strategi pembelajaran yang kurang tepat, akibatnya semakin hari
pembelajaran semakin dirasa membosankan.13
Peserta didik tidak memiliki
kemandirian untuk belajar sendiri. Manusia yang mandiri dan berkemampuan
dapat dibentuk melalui sektor pendidikan dengan cara membentuk peserta didik
yang memiliki kemandirian belajar, dan salah satu cara untuk meningkatkan
kemandirian belajar adalah dengan melakukan strategi pembentukanself-
10
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, h. 5. 11
Amam Rofiq, Peningkatan KualitasProses dan Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Melalui Pembelajaran Berbasis Multi Media di SMP Negeri 1 Banjarnegara, dalam Jurnal
Kependidikan Al-Qalam, Vol. VI, 2012, h. 84. 12
Sulaiman, Stratgei Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Progresif di Sekolah,
Universitas Negeri Islam Ar-Raniry Banda Aceh, 2016, h. 143. 13
Penelitian yang ditulis oleh Abd. Rouf dengan judul Potret Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Umum dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam, No.1, Vol.3, 2015, h.195, menerangkan
bahwa pendekatan metodologi guru masih terpaku pada orientasi tradisional sehingga tidak
mampu menarik minat murid pada pembelajaran agama, online, diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/309015394_POTRET_PENDIDIKAN_AGAMA_ISLA
M_DI_SEKOLAH_UMUM pada tanggal 6 Maret 2019, pukul 18.33 WIB.
5
regulated learning dalam proses pembelajaran,14
PAI khususnya. Dalam
pandangan kontruktivisme, pembelajaran adalah kegiatan di mana peserta didik
dapat membangun sendiri pengetahuannya. Keterlibatan aktif individu sebagai
peserta didik serta refleksi dari pengalamannya dapat menghasilkan proses aktif
yang disebut pembelajaran. Sehingga dalam hal ini peserta didik diharuskan
memiliki karakter atau mental mandiri, dapat belajar secara mandiri.Kemandirian
dalam belajar (self-regulated learning) menjadi suatu hal yang harus diupayakan
di dalam kelas.15
Oleh sebab itu, guru Pendidikan Agama Islam memiliki tugas dan
tanggung jawab yang sangat besar dalam menanamkan karakter manusia
pembelajar mandiri pada diri peserta didik.Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah melalui penggunaan dan pemilihan startegi pembelajaran yang
tepat.Srategi pembelajaran tersebut harus dapat membantu peserta didik agar
menjadi manusia pembelajar mandiri atau dalam istilah lain karakter Self-
Regulated Learning (SRL).Zimmerman mengatakan bahwa karakteristik seorang
peserta didik yang memraktikkan self-regulated learning adalah ia aktif dalam
belajar, baik dalam hal metakognitif, motivasi maupun tingkah lakunya. Secara
teoritis kita dapat melihat bahwa tujuan utama dari penerapan strategi self-
regulated learning dalam proses belajar adalah agar peserta didik mampu
mencapai prestasi maksimal dengan memanfaatkan potensinya sendiri secara
utuh. Akan tetapi, berbeda halnya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam,
tujuan pembelajaran peserta didik dalam mencapai prestasi maksimal dengan
memanfaatkan potensinya sendiri secara utuh bukan menjadi tujuan utama, tetapi
tujuan utama adalah membentuk karakter peserta didik dengan strategi Self-
regulated learning menjadi manusia yang mengenali potensi diri sehingga
mencetak manusia pembelajar mandiri untuk menjalankan tugasnya sebagai
khalifah di bumi. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan
ketiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, secara utuh/holistik,
14
Pri Ariadi Cahya Dinata, dkk, Self-Regulated Learning sebagai Strategi Membangun
Kemandirian Peserta Didik dalam Menjawab Tantangan Abad 21, dalam Korespondensi Seminar
Nasional Pendidikan Sains, Surakarta 22 Oktober 2016, h.140. 15
Setyati Puji Wulandari, Menciptakan Kemandirian Belajar Peserta didik Melalui
Pembelajaran Berbasis Discovery Learning dengan Assesment for Learning, Pasca Sarjana Prodi
Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Negeri Semarang, 2015.
6
artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah
lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas
pribadi yang baik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan.16
Self-regulated
learning berperan penting dalam pembelajaran karena membantu mengarahkan
peserta didik pada kemandirian belajar.
Berdasarkan observasi pendahuluan di Sekolah Tara Salvia Menjangan,
penulis menemukan suatu ketertarikan yang mendalam tentang strategi
pembelajaran PAI di sekolah tersebut.Di Tara Salvia pembelajaran PAI didukung
dengan mata pelajaran Iqra.Dalam hal ini, Sekolah Tara Salvia telah konsisten
menerapkan strategi pembelajaran yang dapat memunculkan SRL peserta
didiknya pada setiap mata pelajaran khususnya PAI, sesuai dengan landasan
filosofis pembelajaran sekolah ini yaitu bahwa peserta didik akan mengalami 4
aspek perkembangan yang harus diperhatikan, yaitu fisik, emosi, sosial, dan
intelektual, dan setiap peserta didik harus memiliki keseimbangan perkembangan
dalam kehidupannya sebagai manusia pembelajar,17
dengan strategi pembelajaran
yang tidak hanya mendukung pengembangan keterampilan dan pengetahuan
penting, tetapi juga kecakapan peserta didik sebagai pelaksana, artinya peserta
didik harus menjadi pembelajar yang mandiri.Ada beberapa alasan yang
mendasari penulis tertarik untuk meneliti tentang Self-Regulated Learning dalam
PembelajaranPendidikan Agama Islam di Sekolah Tara Salvia, antara lain:
Pendidikan Agama merupakan sub sistem dari pendidikan nasional, dan
merupakan dasar atau basis dari berbagai jenis pendidikan sehingga keberhasilan
pendidikan agama merupakan salah satu keberhasilan pendidikan nasional, dan
berdasarkan fakta yang penulis temukan di lapangan, bahwa Sekolah Tara Salvia
memberikan program pengajaran yang menekankan kepada proses.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
“Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah dalam
Kerangka Teori Self-Regulated Learning (Penelitian di Sekolah Tara Salvia
Menjangan)”.
16
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. 17
Filosofi Pendidikan, http://tarasalviaedu.or.id/visi-misi-dan-filosofis diakses pada tanggal
27 Maret 2019, pukul 15.38 WIB.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Fenomena Revolusi industri 4.0 menimbulkan perubahan yang cukup
signifikan, salah satunya pada sistem pendidikan di Indonesia.
2. Tujuan pendidikan bukan hanya terfokus pada hasil pembelajaran, tetapi
juga tingkah laku peserta didik.
3. Adanya tuntutan pelaksanaan pendidikan yang berkualitas guna
membentuk pembelajar mandiri sebagai salah satu tujuan pendidikan
nasional dan pendidikan agama.
4. Strategi pembelajaran PAI yang digunakan masih bersifat klasik dan
tradisional.
5. Pembelajaran berdasarkan teori Self-regulated learning dianggap dapat
menjadi alternatif untuk membentuk kemandirian belajar peserta didik.18
C. Batasan Masalah
Beberapa masalah di atas yang telah teridentifikasi oleh peneliti tentu tidak
akan semuanya diteliti, karena penelitian ini hanya dibatasi oleh beberapa
variabel guna mendapatkan hasil penelitian yang terperinci dan tidak terlalu luas
cakupannya, batasan tersebut antara lain:
1. Penelitian dilakukan di kelas 8 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tara
Salvia Menjangan.
2. Penelitian dilakukanpadaproses pembelajaran PAI dalam kerangka self-
regulated learning (SRL).
3. Teori self-regulated learning yang menjadi landasan pada penelitian yang
dilakukan adalah SRL Zimmerman.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah“Bagaimana strategi pembelajaran Pendidikan
18
Pri Ariadi Cahya Dinata, dkk, Self Regulated Learning sebagai Strategi Membangun
Kemandirian Peserta Didik dalam Menjawab Tantangan Abad 21, dalam Korespondensi Seminar
Nasional Pendidikan Sains, Surakarta 22 Oktober 2016, h.140.
8
Agama Islam di kelas 8 SMP Tara Salvia Menjangan untuk membentukself-
regulated learning pada diri peserta didik?”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui strategi guru
PAI di kelas 8 SMP Tara Salvia Menjangan dalam membentuk self-regulated
learning pada peserta didik.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat dari penelitian ini
adalah:
a. Secara Teoritis
Sebagai tambahan wawasan dan bekal menjadi pendidik yang
profesional.
b. Secara Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran, baik oleh peneliti maupun oleh pihak lain, dan dapat
dikembangkan lagi.
F. Penelitian Relevan
Peneliti tertarik untuk mencari strategi pembelajaran pendidikan agama
Islam berdasarkan teori Self-regulated learning karena terdapat beberapa
penelitian yang dilakukan sebelumnya terkait dengan hal demikian, di antaranya:
1. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Makki pada tahun 2010 yang berjudul
“Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar
Peserta didik SMP Bina Amal”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengetahui adakah hubungan SRL dengan prestasI belajar peserta didik.
Melalui penelitian ini dapat diketahui apakah kelompok jenis kelamin
memengaruhi perbedaan SRL, serta apakah tingkatan kelas memberikan
pengaruh bagi SRL. Penelitian ini menggunakan metode korelatif
korelasional. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa terdapat hubungan
9
yang signifikan antara SRL dan prestasi belajar.19
Hal penting yang dapat
peneliti pelajari dari penelitian ini adalah bahwa SRL dapat meningkatkan
prestasi belajar peserta didik karena mereka memiliki kemandirian dalam
belajar, sehingga mereka mengerti bagaimana belajar yang cocok untuk
mereka, serta dapat menghadapi kesulitan-kesulitan dalam proses
pembelajaran. Sehingga, mereka dapat meraih prestasi belajar. Mengacu
pada hasil analisa data dalam sebuah penelitian meta-analisis, telah
menunjukan hipotesis bahwa terdapat korelasi positif antara self-regulated
learning dengan prestasi belejar dapat diterima.20
2. Erni Nurjanah seorang Magister Pendidikan Matematika Universitas
Pasundan Bandung pada Tahun 2016 menulis jurnal yang berjudul
“Efektivitas Metode Problem Posing terhadap Self-Regulated Learning
dan Pemahaman Konsep Matematika Peserta didik SMK” dengan tujuan
untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan metode
problem posing dengan materi relasi dan fungsi efektif. Variabel penelitian
ini adalah aktivitas metode problem posing, pemahaman konsep dan Self-
regulated learning. Hasil penelitian aktivitas belajar dengan metode
problem posing menunjukkan kriteria baik. Pemahaman konsep
matematika peserta didik yang menggunakan metode problem posing lebih
baik daripada metode ekspositori. Self-Regulated Learning peserta didik
yang menggunakan metode problem posing lebih baik dari metode
ekspositori. Begitu pula dengan uji regresi menunjukan adanya pengaruh
positif antara metode problem posing terhadap pemahaman konsep begitu
pula ada pengaruh positif antara SLR dengan pemahaman konsep.
Berdasarkan hasil analisis disimpulkan pembelajaran matematika dengan
metode problem posing terhadap self-regulated learning dan pemahaman
19
Ahmad Makki, “Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar
Peserta didik SMP Bina Amal”, Skripsi pada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta, 2010. 20
Eva Latipah, “Strategi Self-Regulated Learning dan Prestasi Belajar : Kajian Meta
Analisis”, Jurnal Psikologi dalam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Yogyakarta, Vol.37, No.1, 2010, h.122.
10
konsep merupakan pembelajaran yang efektif.21
Dengan SRL mereka dapat
mengatur waktu dan tujuan sesuai dengan gaya belajarnya masing-
masing,22
sehingga mereka tahu bagaimana menghadapi kesulitan dalam
pelajaran matematika. Penelitian ini membuktikan bahwa peserta didik
yang memiliki SRL tentu akan dapat menghadapi masalah, khususnya
masalah dalam belajar, hal ini sesuai dengan tantangan pembelajaran abad
21, bahwa peserta didik dituntuk untuk dapat menemukan problem solving
sendiri.
3. Jurnal Psikologi dengan judul artikel “Strategi Self-Regulated Learning
dan Prestasi Belajar : Kajian Meta Analisis” yang ditulis oleh Eva Latipah
dengan menggunakan metode kuantitatif meneliti tentang kajian meta
analisis dari percobaan dan kajian literatur bahwa strategi pembelajaran
SRL telah diuiji pengaruhnya kepada penghargaan akademik. Hasil dari
kajian meta analisis tersebut membuktikan bahwa startegi pembelajaran
SRL sangat berkorelasi dengan pencapaian prestasi akademik. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa strategi pembelajaran SRL memiliki
pengaruh terhadap pencapaian prestasi akademik peserta didik.23
Pembelajaran dengan strategi SRL menjadikan peserta didik sebagai
pelaku pembelajaran di samping guru, sehingga mereka terbiasa untuk
belajar dan belajar mengajar dirinya sendiri dan lingkungannya. Prestasi
akademik yang diraih merupakan tujuan yang telah peserta didik buat
sendiri atas kesadaran diri.
4. Sebuah Tesis yang ditulis oleh Seniye Vural berjudul “A Mixed Methods
Intervention Study on The Relationship Between Self-Regulatory Training
and University Students’ Strategy Use and Academic Achievement”
menggunakan mixed-methode menginvestigasi penerapan strategi
21
Erni Nurjanah, “Efektivitas Metode Problem Posing terhadap Self-Regulated Learning
dan Pemahaman Konsep Matematika Peserta didik SMK”, Fakultas Pendidikan Universitas
Pasundan Bandung, 2016. 22
Seniye Vural, “A Mixed Methods Intervention Study on The Relationship Between Self-
Regulatory Training and University Students’ Strategy Use and Academic Achievement”, Tesis
dalam Fakultas Sastra Erciyes University, Kayseri, Turkey, 2013, h.117. 23
Eva Latipah, “Strategi Self-Regulated Learning dan Prestasi Belajar: Kajian Meta
Analisis”, Jurnal Psikologi dalam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Yogyakarta, Vol.37, No.1, 2010, h.110.
11
pembelajaran SRL pada mahasiswa, dan terdapat perbedaan antara
mahasiswa yang menerapkan strategi pembelajaran SRL dengan yang
tidak menerapkan. Kemudian SRL memiliki hubungan dengan
kepeduliaan mahasiswa. Hasil akhir penelitian menunjukan bahwa
mahasiswa melaporkan kebanyakan mereka menggunakan strategi
manajemen lingkungan dan strategi pembelajaran metakognitif. Dengan
strategi SRL nilai ujian para mahasiswa meningkat.24
SRL memiliki 3
aspek penting yaitu meta kognitif, motivasi, dan tingkah laku. Sehingga
peserta didik yang memiliki SRL tidak hanya peduli dengan dirinya
sendiri, tetapi dengan lingkungannya sebagai salah satu unsur
pembelajarannya. Hal ini akan meningkatkan kepedulian sosial mereka,
dan tingkat komunikasi yang menjadi tuntutan pembelajaran abad 21, yaitu
communicative.
5. Hasil Seminar Nasional Pendidikan Sains dengan tema “Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian dan
Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21” yang diadakan di
Surakarta, 22 Oktober 2016 telah dipublikasikan dalam bentuk
korespondensi dengan judul “Self-Regulated Learning sebagai Strategi
Membangun Kemandirian Peserta Didik dalam Menjawab Tantangan
Abad 21” yang ditulis oleh Pri Ariadi Cahya Dinata dkk, dalam kajian
tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa membangun kemandirian
bangsa dalam menjawab tantangan abad 21 melalui self-regulated learning
memberikan dampak positif salah satunya terbangunnya kemandirian
belajar peserta didik karena membantu mengarahkan peserta didik pada
kemandirian belajar, yakni mengatur jadwal belajar, menetapkan target
belajar, dan mencari informasi yang dibutuhkan secara mandiri yang
mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya sumber daya manusia
yang produktif dan mampu bersaing dengan negara lain.25
24
Seniye Vural, op.cit.,. 25
Pri Ariadi Cahya Dinata, dkk, Self Regulated Learning sebagai Strategi Membangun
Kemandirian Peserta Didik dalam Menjawab Tantangan Abad 21, dalam Korespondensi Seminar
Nasional Pendidikan Sains Surakarta 22 Oktober 2016, h.140.
12
6. Ernesto Panadero dalam penelitiannya menganalisis sekurang-kurangnya
ada enam model strategi self-regulated learning yang dikembangkan oleh
para ahli, yaitu Zimmerman, Boekarts, Winne dan Hadwin, Pintrich,
Efklides dan Hadwin, Jarvela dan Miller.26
Beberapa penelitian terdahulu yang telah penulis paparkan tentu
memberikan sumbangan pemikiran untuk penulisan skripsi ini.Beberapa
penelitian tersebut telah menguji teori self-regulated learning dalam
hubungannya dengan prestasi belajar, motivasi, kemampuan memecahkan
masalah, dan sejenisnya. Sedangkan keunikan atau kebaruan pada penelitian ini
adalah penemuan fase-fase pada pelaksanaan strategi pembelajaran PAI di sekolah
dalam kerangka teori self-regulated learning, bukan hanya menguji teori tersebut.
Dapat penulis katakan bahwa fase-fase ini menjadi model pembentukan SRL yang
ketujuh setelah keenam model yang dipaparkan oleh peneliti Ernesto Panadero.
26
Ernesto Panadero, A Review of Self-Regulated Learning: Six Models and Four Direction
for Research,Jurnal Frontiers in Psychology, Vol.8, 2017, h. 422.
13
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teori
1. Strategi Pembelajaran
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang relatif menetap
yang diperoleh dari pengalaman dan latihan.Belajar adalah aktivitas yang
dapat menimbulkan kecakapan baru pada diri individu.Dengan demikian,
belajar menimbulkan perubahan-perubahan yang mengarah kepada hal
yang lebih baik atau sebaliknya, baik itu direncanakan atau tidak.27
Menurut Hintzman dalam buku Psikologi Pendidikan karya
Muhibbin Syah, belajar adalah suatu perubahan dalam diri organism
(manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organism tersebut.Jadi, menurut Hintzman
perubahan yang disebabkan oleh pengalaman tersebut baru dapat
dikatakan belajar apabila mempengaruhi organism.Sedangkan menurut
Wittig, belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam
keseluruhan tingkah laku suatau organism sebagai hasil pengalaman.28
Sedangkan pembelajaran sebagaimana dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) merupakan proses atau cara menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar.29
Secara sederhana, pembelajaran adalah sebuah
usaha untuk memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar
mau belajar dengan kehendaknya sendiri.Pembelajaran adalah
upayamengatur lingkungan agar tercipta kondisi belajar bagi peserta
didik.30
27
Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 94. 28
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h.88-
89. 29
KBBI V, Aplikasi Luring Resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 30
Muhammad Idris Usman, Model Mengajar dalam Pembelajaran: Alam Sekitar, Sekolah,
Kerja, Individual, dan Klasikal, Lentera Pendidikan, vol.15, no.2, 2012, h. 255.
14
Dengan pembelajaran, maka akan tercipta keadaan masyarakat
belajar.31
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pembelajaran
merupakan upaya mengatur suatu lingkungan agar peserta didik dapat
belajar dengan kehendaknya sendiri sehingga membentuk manusia
pembelajar mandiri.
Menurut Michael J.Lawson dalam Muhibbin Syah, startegi adalah
prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan
upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.32
Sedangkan menurut
Abuddin Nata strategi berarti hasil dari proses pemikiran dan perenungan
yang mendalam dengan dasar teori-teori dan pengelaman tertentu berupa
langkah-langkah yang terencana serta mendalam dan bermakna luas.33
Pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai, strategi menjadi
sebuah langkah penting untuk mencapai tujuan tersebut, maka muncul lah
strategi pembelajaran.Menurut Junaedi dkk, startegi pembelajaran adalah
rencana tindakan atau rangkaian kegiatan yang meliputi metode dan
pemanfaat berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.34
Sama
halnya dengan yang dikatakan Gropper dalam buku karya Jamaludin dkk,
menjelaskan bahwa startegi pembelajaran adalah rencana untuk
pencapaian tujuan pembelajaran yang terdiri atas metode dan teknik, tetapi
strategi lebih luas dari metode dan teknik pembelajaran.35
Sedangkan
menurut Wina Sanjaya startegi pembelajaran adalah perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan.Lanjutnya, strategi merupakan rencana yang tidak terlepas dari
upaya pengimplementasian rencana tersebut yang dinamakan
metode.Artinya, metode digunakan untuk merealisasikan strategi
31
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2014), Cet.III, h. 205. 32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h.
210-211. 33
Abuddin Nata, op.cit.,h. 206. 34
Junaedi, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h.8. 35
Jamaludin, dkk, Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), h. 105.
15
pembelajaran.Dengan demikian, dalam satu strategi pembelajaran dapat
kita temukan berbagai macam metode.36
Berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah langkah-langkah kegiatan yang terencana dan dan
tersusun sehingga memiliki makna yang luas dan dibuat untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran dengan terdiri dari berbagai aspek pembelajaran
seperti penggunaan metode, teknik, dan pemilihan media pembelajaran,
atau aspek pembelajaran yang lainnya.
Kemudian, untuk merealisasikan rencana tersebut dan mencapai
tujuan secara optimal, maka digunakan beberapa metode
pembelajaran.Metode digunakan untuk merealisasikan startegi
pembelajaran yang telah ditetapkan.37
Sedangkan istilah metode tidak
terlepas dari istilah teknik dan taktik mengajar.Keduanya merupakan
penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan
orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang
harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien.
Hal ini berarti bahwa ketika seseorang hendak menerapkan suatu metode
sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Sedangkan taktik adalah
gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
Misalnya ada dua orang yang sama-sama menggunakan metode ceramah
dalam situasi yang sama maka mereka akan melakukannya secara
berbeda.38
Jadi, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik serta model
pembelajaran adalah berbeda tetapi semuanya merupakan satu kesatuan.
Jika pendekatan merupakan cara memandang pembelajaran, baik dari
sudut pandang peserta didik (student centred) atau dari sudut pandang
pendidik (teacher centred), maka strategi adalah cara untuk
mengkonsepkan pembelajaran, pembelajaran yang hendak dilakukan akan
36
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), h.186-187. 37
Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013), Cet.II, h. 205. 38
Junaedi, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 11-12.
16
memiliki konsep seperti apa dari mulai penentuan tujuan pembelajaran
sampai menentukan evaluasi pembelajaran yang hendak dicapai oleh
digunakannya metode pembelajaran dengan sesuai keadaan peserta didik
sehingga teknik yang digunakan oleh berbeda, dan setiap pendidik
memiliki gaya atau taktik tersendiri, semuanya dibungkus dalam bingkai
yang bernama model pembelajaran.
Dengan demikian, dalam mengimplementasikan strategi
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal maka
diperlukan beberapa metode, dan dalam menerapkan metode tersebut guru
harus memilih teknik dan taktik yang tepat.Mencapai tujuan secara optimal
dapat ditempuh dengan melibatkan semua daya atau kekuatan dalam
pembelajaran.Semua hal tersebut perlu direncanakan dan dilaksanakan
guna mencapai tujuan pembelajaran.
b. Klasifikasi Strategi Pembelajaran
secara umum strategi pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi
5, antara lain:
1) Strategi pembelajaran langsung
Merupakan strategi yang banyak diarahkan oleh guru.Strategi ini
efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan
secara bertahap.Strategi ini mudah untuk direncanakan dan digunakan
namun lemah dalam mengembangkan kemampuankemampuan, proses-
proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan
interpersonal serta belajar kelompok.Pembelajaran langsung ini
biasanya bersifat deduktif.Dengan demikian, dalam strategi ini guru
menjadi pusat perhatian selama pembelajaran.
2) Strategi pembelajaran tidak langsung
Strategi pembelajaran ini sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan penemuan.Berlawanan dengan
strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tidak langsung pada
umumnya berpusat pada peserta didik.Jika dalam pembelajaran
langsung guru berperan sebagai penceramah maka dalam pembelajaran
tidak langsung guru berperan sebagai fasilitator. Guru
17
mengelolalingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta
didik untuk terlibat. Strategi ini memiliki kelebihan-kelebihan yaitu
mendorong kerertarikan dan keingintahuan peserta didik, menciptakan
alternatif dan menyelesaikan masalah, mendorong kreativitas dan
pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain,
pemahaman yang lebih baik, dan mengekspresikan
pemahaman.Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah
memerlukan waktu yang panjang dan outcome sulit diprediksi.Strategi
ini tidak cocok jika peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.
3) Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara
peserta didik.Hal tersebut memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan
pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun alternatif
berfikir dan merasakan.Kelebihan strategi ini adalah peserta didik
dapat belajar dari teman dan gurunya untuk membangun keterampilan
sosial dan dapat mengorganisasikan pemikiran dan membangun
argumen yang rasional.Sedangakan kekurangan strategi ini sangat
bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan
mengembangkan dinamika kelompokkelompok peserta didik.
4) Strategi pembelajaran pengalaman (experiental)
Disebut juga pembelajaran empirik yang merupakan pembelajaran
berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan
berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi
perencanaan menuju penerapan kepada konteks yang lain adalah faktor
kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif. Kelebihan dari strategi
ini adalah meningkatkan partisipasi peserta didik, meningkatkan sifat
kritis peserta didik, dan meningkatkan analisis peserta didik sehingga
dapat dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangannya adalah penekanannya hanya pada proses
bukan pada hasil, keamanan peserta didik, biaya mahal, dan
memerlukan waktu yang lama.
18
5) Strategi pembelajaran mandiri
Merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun
inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.Fokus strategi ini
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan
bantuan guru.Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau
sebagai bagian dari kelompok kecil.Kelebihan dari strategi ini adalah
membentuk peserta didik yang mandiri dan
bertanggungjawab.Sedangkan kekurangannya adalah peserta didik
yaitu pada peserta didik sekolah dasar dimana mereka belum dewasa
sehingga sulit menggunakan pembelajaran mandiri.39
c. Komponen Strategi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan instruksional yang terdiri
dari berbagai macam komponen. Sehingga dalam mengimplementasikan
srategi pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang terlibat, dan
berpengaruh satu sama lain. Komponen-komponen tersebut saling
berkaitan:
1) Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran dan merupakan faktor yang
terpenting. Ditangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan
pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi oleh
komponen lain. Sebaliknya, guru dapat memanipulasi kompenen
lainnya.
2) Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar
dalam rangka mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata
sehingga tercapailah tujuan belajar.Sedangkan menurut ilmu
heutagogi, peserta didik justru adalah agen utama dalam pembelajaran,
karena ia yang menentukan sendiri proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan.40
Atau singkatnya, menjadi pembelajar mandiri.
3) Tujuan
39
Junaedi, ibid.,h.12-13. 40
Hirayanto, Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi serta Implikasinya dalam Pemberdayaan
Masyarakat, Dinamika Pendidikan, Vol.12, No.1, Mei 2017, h.66.
19
Tujuan merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan untuk
menentukan strategi, materi, media, dan evaluasi pembelajaran.Dalam
pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen utama yang
harus ditentukan oleh guru.
4) Bahan pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran.Bahan pelajaran berupa materi yang tersusun sistematis
dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan
ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat.
5) Kegiatan pembelajaran
Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal maka dalam
menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan proses pembelajaran.
6) Metode
Merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Mengimplementasikan sebuah strategi sudah barang tentu akan
menggunakan berbagai macam metode yang tepat.
7) Alat
Alat dalam pembelajaran merupakan sesuatu yang digunakan dalam
rangka mencapai tujuan. Alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk
mencapai tujuan yang dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan
alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, larangan,
perintah, dan lain-lain.Sedangkan nonverbal dapat berupa globe, peta,
papan tulis, slide show dan lain-lain.
8) Sumber pelajaran
Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai
tempat atau rujukan untuk menentukan bahan pembelajaran. Sumber
belajar dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaan,
misalnya manusia, buku, media massa, museum, dan lain-lain.
9) Evaluasi
Merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai atau belum.Selain itu berfungsi untuk
20
menentukan perbaikan terhadap strategi pembelajaran yang telah
ditetapkan.
10) Situasi atau lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya
iklim, madrasah, dan letak madrasah), dan hubungan antar insan
(misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain). Contoh
dari situasi ini misalnya menurut isi materi seharusnya pembelajaran
menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, diubah dengan
menggunakan metode lain misalnya kliping karena kondisi masyarakat
sedang tidak memungkinkan.41
d. Prinsip Strategi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses yang memiliki tujuan, sehingga
dalam prosesnya harus berdasarkan prinsip-prinsip, guna tercapainya
tujuan secara optimal. Begitu pun dengan penggunaan strategi
pembelajaran, karena hal itu sangat penting dalam pembelajaran, maka
pemilihan serta penggunaan strategi pembelajaran memiliki prinsip umum
yang harus diterapkan, di antaranya:
1) Berorientasi pada tujuan
tujuan merupakan komponen utama dalam suatu sistem pembelajaran.
Segala aktivitas guru dan peserta didik haruslah diupayakan untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebab mengajar adalah proses
yang bertujuan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi
pembelajaran yang dilakukan dapat ditentukan dari keberhasilan
peserta didik mencapai tujuan. Selain itu, tujuan pembelajaran dapat
menentukan suatu strategi yang akan digunakan oleh guru. Misalnya
ketika hendak menginginkan peserta didik terampil mempraktikan
shalat jenazah maka tidak mungkin menggunakan jenis strategi
pembelajaran langsung. Demikian pula jika menginginkan peserta
didik dapat menyebutkan syarat sah shalat, tidak akan efektif jika
menggunakan strategi pembelajaran berbasis projek.
2) Aktivitas
41
Junaedi, dkk, ibid.,h.14-15.
21
Belajar bukan sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.Belajar
adalah berbuat.Maka strategi pembelajaran harus dapat mendorong
aktivitas peserta didik.Aktivitas yang dimaksud meliputi aktivitas yang
bersifat fisik, psikis dan mental.
3) Individualitas
Mengajar merupakan usaha mengembangkan peserta didik.Walaupun
guru mengajar pada sekolompok peserta didik, namun pada dasarnya
yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik.
Guru harus dapat memahami karakter masing-masing peserta didiknya.
Dengan demikian yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi
pembelajaran adalah bagaimana setiap peserta didik dapat mencapai
tujuan pembelajaran.
4) Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh
pribadi peserta didik yakni mengembangkan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor.Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus
dapat mengembangkan seluruh aspek tersebut secara terintegrasi.42
2. Pendidikan Agama Islam (PAI)
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang
ditujukan untuk dapat menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan
antara Iman, Islam, dan Ihsan.43
Dalam kurikulum baru 2013 yang
dikeluarkan oleh Kemendikbud, Pendidikan Agam Islam di sekolah dasar
dan sekolah menengah digabung dengan Pendidikan Budi Pekerti, sehingga
namanya menjadi Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam
diajarkan selama 4 jam pelajaran per minggu di jenjang sekolah dasar dan 3
jam pelajaran per minggu di jenjang sekolah menengah.
Menurut Zuhairini, pendidikan agama dapat diartikan sebagai usaha-
usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya
42
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2010), h.131-133. 43
Fahrudin dkk, Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
dalam Menanamkan Akhlakul Karimah, Edu Riligia, Vol.1 No.4, 2017, h.523.
22
mereka hidup sesuai dengana ajaran Islam. Menurut Ahmad Tafsir
pendidikan agama adalah pendidikan keberimanan, yaitu usaha-usaha
menanam keimanan di hati anak didik.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat lah disimpulkan bahwa
pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang universal.Yakni
menyangkut kehidupan dunia dan kehidupan akhirat supaya mereka hidup
dengan ajaran Islam.
Pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha atau proses yang
dilakukan untuk menanamkan, membina keimanan pada diri anak didik agar
menjadi anak yang memiliki kepribadian muslim yang taat beribadah
kepada Allah SWT, serta dapat mengamalkan seluruh ajaran agamanya
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah menjelaskan bahwa Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti termasuk mata pelajaran kelompok A yang memiliki tujuan
mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar dan penguatan
kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.44
Berdasarkan isi undang-undang tersebut, maka tujuan pendidikan
agama untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi yang memiliki
integritas iman, ilmu pengetahuan, dan teknologi.Pendidikan Agama Islam
memiliki tujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan peserta didik tentang Agama Islam, sehingga menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.Selain itu,
Pendidikan Agama Islam juga untuk membentuk manusia yang berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.45
Berkenaan dengan tujuan tersebut maka tujuan Pendidikan
44
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, No.58 Tahun 2014, h.3. 45
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. IV, h.78.
23
Agama Islam haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai ajaran Islam
dan tidak boleh bertentangan dengan etika sosial.46
Berdasarkan tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang
hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, yaitu (1) dimensi keimanan peseta didik terhadap ajaran
Agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta
keilmuan peserta didik terhadap ajaran Agama Islam; (3) dimensi
penghayatan atau pengalaman batin yang dialami peserta didik dalam
menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengamalannya, dalam arti
bagaimana ajaran Islam yang telah ada pada diri peserta didik itu mampu
menumbuhkan motivasi dalam dirinya sehingga ia secara sadar tergerak
untuk mengamalkan dan menaati ajaran agama Islam dan nilai-nilainya
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.47
Adapun menurut Maksudin dalam bukunya menjelaskan tujuan
Pendidikan Agama Islam di SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK/MAK:
1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, santun, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh),
menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta
mengembangkan budaya Islami dalam komunitas sekolah.48
Kemudian ruang lingkup pendidikan agama Islam dapat dibagi menjadi
aspek-aspek berikut:
46
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 136. 47
Muhaimin, op.cit., h.78. 48
Maksudin, Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam Pendekatan Dialektik,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), Cet.I, h. 57.
24
1) Al-Qur’an
2) Aqidah
3) Akhlak
4) Fiqih
5) Tarikh Islam49
Pendidikan Agama Islam di sekolah umum berbeda dengan yang
dilakukan di madrasah/diniyah diselenggarakan oleh masyarakat untuk
menghasilkan ilmu agama.Sedangkan pendidikan agama di sekolah umum
berfungsi untuk memberi semangat peserta didiknya dalam memahami dan
mengamalkan ilmu agama.50
c. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Menurut Su’dadah dalam artikel yang ditulisnya fungsi pendidikan
agama islam adalah:
1) Mengembangkan pengetahuan teoritis, praktis, dan fungsional bagi
peserta didik,
2) Menumbuhkembangkan kreativitas, potensi-potensi atau fitrah peserta
didik,
3) Meningkatkan kualitas akhlak dan kepribadian, atau
menumbuhkembangkan nilai-nilai insane dan nilai ilahi,
4) Menyiapkan tenaga kerja yang produktif,
5) Membangun peradaban yang berkualitas (sesuai dengan nilai-nilai Islam)
di masa depan,
6) Mewariskan nilai-nilai Ilahi dan nilai-nilai insane kepada peserta didik.51
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia
Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan BAB II
tentang Pendidikan Agama Pasal 2 Ayat 1 menyatakan bahwa:
“Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
49
Maksudin, ibid.,h. 57. 50
Aan Andrianih, Penyelenggaraan Pendidikan Keagmaan dalam Peraturan Perundang-
undangan, dari www.gresnews.com/berita/opini/114361-penyelenggaraan-pendidikan-keagamaan-
dalm-peraturan-perundang-undangan/ , diakses pada Senin, 4 Maret 2019, pukul 16.44 WIB. 51
Su’dadah, Kedudukan dan Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Jurnal
Kependidikan, Vol.II, No.2, November 2014, h.149.
25
mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter
dan antarumat beragama.”52
Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam berfungsi sejalan dengan
tujuan Pendidikan Nasional.
3. Teori Self-Regulated Learning
a. Pengertian Self-Regulated Learning
Regulasi diri bukan merupakan kemampuan mental atau sebuah
kemampuan akademik, tetapi regulasi diri adalah proses mengarahkan diri
oleh pembelajar dalam mengubah kemampuan mental mereka menjadi
kemampuan akademis.53
Pembelajaran regulasi diri atau Self-Regulated
Learningadalah proses pembelajaran yang dapat memunculkan dan
memonitor pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan
dengan diri sendiri. Tujuan ini bisa berarti tujuan akademik atau tujuan
sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman
sebaya).54
Teori ini dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai metakognitif
peserta didik.Self-regulated learning sudah muncul sejak lama setelah
Perang Dunia II tetapi mulai dikenal ketika seorang pakar pendidikan
bernama Zimmerman mengembangkan konsep ini dalam dunia pendidikan
dengan melakukan berbagai penelitian.Teori ini merupakan
pengembangan dari teori kognitif sosial oleh Albert Bandura, teori tersebut
menyatakan bahwa manusia merupakan hasil struktur kausal yang
interdependen dari aspek pribadi (person), perilaku (behavior) dan
lingkungan (environment).55
Ketiga aspek ini merupakan faktor yang
paling menentukan dalam self-regulated learning. Ketiga aspek ini saling
berhubungan membentuk sebab akibat atau kausal, seorang pribadi akan
berusaha untuk meregulasi diri sendiri, kemudian akan menghasilkan
52
PP Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Keagamaan, h. 3. 53
Zimmerman, Becoming a Self-Regulated Learner: An Overview, Theory Into Practice,
Vo.14, 2002, h.65. 54
Fadilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Tangerang: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2010), Cet.I, h. 108. 55
Albert Bandura, Self Efficacy: The Exercise of Control, (New York, Freeman, 1997), h.6.
26
kinerja atau pun perilaku yang mempengaruhi dan berdampak pada
perubahan lingkungan, pun sebaliknya bahwa lingkungan juga memberi
dampak.56
Seiring dengan perkembangan zaman, para pendidik mulai
memerhatikan self-regulated learning. Hal yang demikian disebabkan oleh
banyaknya permasalahan mulai dari yang sederhana sampai yang
kompleks dalam dunia pendidikan, seperti kegagalan peserta didik dalam
meraih prestasi atau peserta didik yang frustasi dalam menjalankan tugas
sekolahnya, sehingga menuntut pembelajaran baru yang harus diprakarsai
sendiri dan diarahkan sendiri.57
Self-regulated learning merupakan proses
proaktif yang digunakan peserta didik untuk memperoleh keterampilan
akademis seperti menetapkan tujuan, strategi memilah dan menggerakan,
dan efektivitas self-monitoring seseorang, bukan sebagai proses reaktif
yang terjadi pada peserta didik karena kekuatan bukan dari dirinya.58
Peserta didik yang memiliki kemampuan self-regulated learning
disebut self-regulated learner mempunyai strategi pengorganisasian
informasi yang baik dalam menerima materi pembelajaran. Mereka
biasanya memiliki catatan yang rapi dan lengkap sehingga materi menjadi
mudah untuk dipelajari.Self-regulated learner cenderung mengontrol
perilaku belajarnya sendiri, seperti mengatur waktu dan lingkungan
belajarnya sendiri, serta memiliki pengelolaan emosi yang baik seperti
membangkitkan usaha ketika menghadapi kegagalan.59
Self-regulated learning menekankan pada tanggungjawab personal
serta mengontrol pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh.Regulasi
diri dalam belajar juga membawa peserta didik dapat menguasai dalam hal
belajarnya.Perspektif self-regulated learning dalam pembelajaran tidak
hanya istimewa tetapi juga berimplikasi pada bagaimana seharusnya guru
56
Albert Bandura, ibid.,.h. 6. 57
M. Martinez‐Pons, A Social Cognitive View’ Of Parental Influence On Student Academic
Self Regulation. Theory Into Practice, Vol.41, 126‐131, 2010, h.128. 58
Zimmerman, Investigating Self-Regulation and Motivation: Historical
Background,Methodological Developments, and Future Prospects, American Educational
Research Journal, Vol.45, 166-183, 2008,h.166. 59
Bekti D Ruliyanti dan Hermien L, Hubungan Antara Self-Efficacy dan Self-regulated
learning dengan Prestasi Akademik Matematika Peserta didik SMAN 2 Bangkalan, Character,
Vol.3 No. 2, 2014, h.5.
27
berinteraksi dengan peserta didik, serta bagaimana seharusnya sekolah
diatur.
b. Aspek-Aspek pada Self-Regulated Learning
Menurut Zimmerman Self-regulated learningterdiri atas pengaturan
dari tiga aspek umum pembelajaran akademis, yaitu metakognisi,
motivasi, dan perilaku.60
Selanjutnya Wolters menjelaskan penerapan
ketiga aspek tersebut sebagai berikut:
1) Pengontrolan metakognisi dilakukan dengan aktivitas yang meliputi
berbagai macam aktivitas kognisi dan metakognitif peserta didik,
mereka diharuskan terlibat untuk mendapatkan dan mengubah kondisi
kognisinya. Strategi yang dapat digunakan di antaranya pengulangan,
elaborasi, dan organisasi untuk proses belajarnya. Dengan kata lain,
hal tersebut berarti adanya kepedulian, pengetahuan, dan kontrol
terhadap kondisi kognisinya melalui tiga tahap, yaitu : perencanaan,
mengawasi, dan mengatur aktivitas kognitifnya. Melalui metakognisi,
peserta didik menentukan tujuan, merencanakan, mengatur,
memperbaiki diri, mengawasi diri, dan mengevaluasi diri terhadap
hasil tugas pembelajaran yang bermacam-macam, dan mereka sadar
terhadap kelebihan dan kelemahan dalam belajar, serta mengetahui
cara bagaimana melaksanakan tugas pembelajaran, penggunaan
strategi untuk menyelesaikannya agar dapat memaksimalkan proses
belajar dan hasilnya.61
2) Pengaturan motivasi dilakukan dengan melibatkan aktivitas yang
penuh tujuan dalam memulai, mengatur, mengerjakan,
mempersiapkan, dan menyelesaikan tugas atau aktivitas untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Regulasi motivasi diri adalah
semua pemikiran, tindakan, atau perilaku dimana peserta didik
berusaha mempengaruhi pilihan, usaha, dan ketekunan tugas
60
Sutikno, Kontribusi Self-Regulated Learning dalam Pembelajaran, Jurnal Dewantara,
Vol.2, No.2, September 2016, h.192. 61
Zimmerman, Becoming a Self-Regulated Learner: Which are the key sub-
processes?,Contempporary Educational Psychology, Vol.11, 307-313, 1986, h.308.
28
akademisnya. Seorang peserta didik yang memiliki SRL akan
mengganggap dirinya berkompeten, percaya pada kemampuannya,
mandiri, dan memunculkan motivasi diri.62
Peserta didik dengan SRL
memberikan banyak ketertarikan terhadap tugas belajarnya, dan
menampilkan usaha yang baik serta ketekunan selama belajar.63
3) Pengaturan regulasi perilaku diri yaitu usaha individu peserta didik
untuk mengontrol sendiri perilaku yang nampak. Jika mereka
menemukan hambatan dalam belajar, maka mereka mencari sendiri
jalan keluarnya, atau bahkan meminta nasihat dari lingkungan
sekitarnya. Artinya mereka memiliki kesadaran fungsional dari
hubungan antara pola pemikiran dan aksinya.64
Dalam hasil penelitiannya Pintrich menjelaskan tiga aspek self-
regulated learning yang mampu meningkatkan kinerja peserta didik di dalam
kelas. Pertama, peserta didik mampu menerapkan strategi metakognitif dalam
pelaksanaan tugasnya, seperti merencanakan, memonitor, dan memodifikasi
kognisinya.Kedua, kemampuan peserta didik dalam berupaya menyelesaikan
tugasnya dengan terkontrol, seperti menangkal hambatan berupa gangguan
lingkungan. Ketiga, peserta didik mampu mempertahankan kognisinya agar
tetap fokus untuk menyusun strategi kognitif yang ia gunakan dalam proses
pembelajaran, mengingat dan memahami materi.65
c. Peran Self-Regulated Learning
Self-regulated learningmerupakan dasar dalam proses sosialisasi serta
melibatkan perkembangan fisik, kognitif, dan emosi. Peserta didik dengan Self-
regulated learningyang tinggi akan memiliki kontrol yang baik dalam proses
mencapai tujuan pembelajarannya.66
Self-regulated learning berperan penting
62
Zimmerman, ibid.,h.308. 63
Zimmerman, Becoming a Self-Regulated Learner: An Overview, Theory Into Practice,
Vo.14, 2002, h.68. 64
Seniye Vural, “A Mixed Methods Intervention Study on The Relationship Between Self-
Regulatory Training and University Students’ Strategy Use and Academic Achievement”, Tesis
dalam Fakultas Sastra Erciyes University, Kayseri, Turkey, 2013, h.16. 65
Pintrich dan De Groot, Motivational and Self-Regulated Learning Components of
Classroom Academic Performance, dalam Journal of Educational Psychology, Vol.82, No.1, 33-
40, 1990, h.34. 66
Sutikno, Kontribusi Self-Regulated Learning dalam Pembelajaran, Jurnal Dewantara,
Vol.2, No.2, September 2016, h. 192.
29
dalam pembelajaran karena membantu mengarahkan peserta didik pada
kemandirian belajar, seperti mengatur jadwal belajar, menetapkan tujuan
belajar, dan mencari infromasi yang dibutuhkan secara mandiri.Peserta didik
dengan self-regulated learning mampu mengatur waktu belajar mereka sendiri,
mencari informasi tentang pengetahuan dan materi pembelajaran dari berbagai
sumber, seperti memanfaatkan teknologi, kemudian ketika mereka menemukan
kesulitan dalam belajar mereka akan mencari bantuan baik itu kepada gurunya,
temannya, bahkan mengikuti les.67
Para pembelajar memonitor tingkah laku mereka untuk mengatur tujuan
dan selalu melakukan refleksi diri dalam meningkatkan keefektifannya.Hal ini
dapat meningkatkan kepuasan mereka dan motivasi untuk terus menerus
memperbaiki metode belajarnya. Karena motivasi mereka yang unggul dan
metode belajar yang adaptiv, peserta didik yang memiliki regulasi diri tidak
hanya sukses secara akademis tapi optimis dalam memandang masa depan
mereka.68
d. Karakteristik Peserta Belajar Self-Regulated Learning69
1) Menetapkan tujuan-tujuan untuk memperluas pengetahuan mereka dan
terus menerus menahan motivasi mereka.
2) Mereka mengetahui emosinya serta strategi untuk mengetahui emosi
tersebut.
3) Mereka terkadang mengawasi perkembangannya dalam mencapai suatu
tujuan.
4) Memperbaiki atau merevisi strategi belajar yang mereka lakukan
berdasarkan kemajuan dan perubahan yang terjadi dalam diri mereka.
5) Mengevaluasi dan menyesuaikan dengan rintangan yang muncul ketika
mereka belajar untuk mencapai tujuan, serta mencegah rintangan tersebut
datang kembali.
67
Zimmerman, Investigating Self-Regulation and Motivation: Historical Background,
Methodological Developments, and Future Prospects, American Educational Research Journal,
Vol.45 166-183, 2008,h.168. 68
Zimmerman, Becoming a Self-Regulated Learner: An Overview, Theory Into Practice,
Vo.14, 2002, h.66. 69
Fadilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Tangerang: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2010), Cet.I, h.108.
30
Ketika seorang peserta didik memiliki Self-regulated learningmaka dia
akan selalu menjaga motivasinya dalam belajar, karena memiliki tujuan yang
jelas dan terarah serta selalu dia awasi perkembangannya, dia dapat melawan
segala sesuatu yang dapat menahannya mencapai tujuan yang telah dibuat.
Sehingga peserta didik tersebut mengetahui strategi belajar yang tepat untuk
dirinya.Peserta didik yang memiliki self-regulated learning adalah peserta
didik yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakan
peserta aktif dalam proses belajar. Mereka bebas dari ketergantungan terhadap
guru, ia terus belajar secara mandiri sepanjang hidupnya.70
Peserta didik dapat
menentukan sendiri proses pembelajaran yang akan dia lakukan, sehingga
mereka merupakan agen utama dalam pembelajaran tersebut sebagai akibat
dari pengalaman belajar mereka sendiri. Dengan kata lain peserta didik
memiliki self-determined learning atau disebut dengan istilah heutagogi.71
e. Strategi Self-Regulated Learning
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ernesto Panadero, sekurang-
kurangnya ada enam model strategi self-regulated learning yang
dikembangkan oleh para ahli, yaitu Zimmerman, Boekarts, Winne dan
Hadwin, Pintrich, Efklides dan Hadwin, Jarvela dan Miller.72
Enam model itu
penulis rangkum menjadi penjelasan di bawah ini:
1) SRL model Zimmerman, yang merupakan penulis SRL pertama kali
dan memiliki tiga model SRL, adapun yang paling terkenal adalah
sebagai berikut :forethought (membuat perencanaan, termasuk
menentukan tujuan), performance (mengimplementasikan
perencanaan), dan self-reflection (proses evaluasi atau pun refleksi).
Ketiganya merupakan siklus.
2) SRL model Boekarts dinamakan Dual Processing Model, model ini
menyatakan bahwa jika peserta didik berpikir bahwa tugas belajarnya
akan mengancam kesejahteraannya, maka akan muncul emosi dan
70
Eva Latipah, “Strategi Self-Regulated Learning dan Prestasi Belajar : Kajian Meta
Analisis”, Jurnal Psikologi dalam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Yogyakarta, Vol.37, No.1, 2010, h.110. 71
Hirayanto, Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi serta Implikasinya dalam Pemberdayaan
Masyarakat, Dinamika Pendidikan, Vol.12, No.1, Mei 2017, h.66. 72
Ernesto Panadero, A Review of Self-Regulated Learning: Six Models and Four Direction
for Research,Jurnal Frontiers in Psychology, Vol.8, 2017, h. 422.
31
keadaan kognitif yang negatif, maka strateginya harus mengarahkan
pada perlindungan ego mereka dari bahaya kemudian dapat berpikir
bahwa tugasnya akan mendukungnya. Kemudian apabila seorang
peserta didik berpikir tugas belajarnya sesuai dengan kebutuhan dan
tujuannya, mereka akan tertarik untuk meningkatkan kompetensinya
dan muncul lah emosi dan keadaan kognitif yang positif, sehingga dapat
melangkah menuju zona seorang ahli. Dalam model ini emosi menjadi
faktor utama.
3) SRL model Winne dan Hadwin terdiri dari empat fase yaitu :task
definition (pemahaman tugas), goal setting and planning (penentuan
tujuan dan perencanaan), enacting study tactics and strategies
(menerapkan strategi dan taktik belajar), dan metacognitively adapting
studying (beradaptasi terhadap belajar secara metakognitif).
4) SRL model Pintrich dikembangkan dengan 4 fase yaitu :forethought,
planning, and activation (penentuan tujuan, perencanaan, dan
pelaksanaan), monitoring, control, reaction dan reflection.
5) SRL model Efklides dikenal dengan model yang paling kuat dalam
aspek matekognisi tahapannya antara lain : task representation
(penggambaran tugas), cognitive processing (proses kognitif), dan
performance (pelaksanaan tugas)
6) SRL model Hadwin, Jarvela, dan Miller dielaborasikan dalam
pembelajaran kolaboratif.
Dari penjabaran di atas, penulis hanya mengambil SRL model pertama
yaitu milik Zimmerman dengan gabungan 4 model yang ia miliki. Menurut
Zimmerman, strategi pembelajaran Self-regulated learning adalah tindakan
atau proses yang diarahkan untuk memperoleh informasi atau keterampilan
yang meliputi perwakilan, tujuan, dan alat pembantu persepsi oleh peserta
didik. Strategi pembelajaran tersebut memiliki langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Mengevaluasi diri (Self-evaluation) adalah inisiatif peserta didik dalam
mengevaluasi diri, mengevaluasi kualitas diri dalam mengerjakan
tugasnya dan proses pembelajaran.
32
2) Menentukan tujuan dan merencanakan (goal setting and palnning),
peserta didik menentukan tujuan yang akan dicapai dengan jelas dan
terarah, kemudian membuat perencanaan tentang langkah-langkah
untuk mencapai tujuan tersebut agar efektif dan optimal. Termasuk di
dalamnya adalah memperhitungkan waktu.
3) Pencarian informasi (seeking information), peserta didik berusaha
mencari informasi dari sumber-sumber yang bervariasi untuk
menyelesaikan tugasnya.
4) Mengatur lingkungan (environmental structuring), inisiatif peserta
didik dalam mengatur lingkungan mereka sehingga dapat mendukung
dan membantu mereka dalam proses belajar lebih baik.
5) Konsekuensi diri (self-consequeting), peserta didik sudah mengetahui
penghargaan dan hukuman yang akan mereka dapat ketika berhasil atau
gagal dalam mecapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam arti lain
menyelesaikan tugas atau melakukan ujian.
f. Faktor-Faktor Self-Regulated Learning
Perkembangan Self-regulated learningdipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya adalah modeling danSelf-efficacy. Model adalah sumber
penting untuk menyampaikan keterampilan regulasi diri. Keterampilan
regulasi diri yang dapat dicontohkan oleh model di antaranya perencanaan dan
pengelolaan waktu secara efektif, penggunaan strategi yang tepat,
memerhatikan dan berkonsentrasi, mengorganisasi waktu dan informasi,
menciptakan lingkungan belajar yang produktif, dan menggunakan sumber
belajar yang bervariasi. Jika beberapa hal tersebut dilakukan oleh guru, maka
bisa jadi peserta didik akan mengamati dan terbiasa mengikutinya. Proses
pengamatan itu menimbulkan Self-efficacy terhadap kondisi akademik dan
memotivasi dirinya untuk melakukan aktivitas tersebut. Kemudian Self-
efficacy dapat memengaruhi peserta didik untuk memilih tugas, usaha,
motivasi, dan prestasi dirinya.73
g. Fase-Fase Self-Regulated Learning
73
Ormrod, Educational Psychology : Developing Learners, (United State: Pearson, 2014),
h. 296.
33
Menurut ZimmermanSelf-regulated learningmemiliki beberapa proses,
yaitu74
:
1) Forethought Phase, yang terdiri dari task analysis (goal setting, strategic
planning), dan self-motivation beliefs (self-efficacy, outcome
expectations, intrinsic value, learning goal orientation).
2) Performance Phase yang terdiri dari self-controls (imagery, self-
instruction, attention focusing, task strategies), dan self-observation
(self-recording, self-experimentation).
3) Self-reflection Phase yang terdiri dari self-judgement (self-evaluation,
Causal attribution), dan self-reflection (self satisfaction,
adaptive/dipensive).
Selanjutnya peneliti paparkan:
a) Menentukan tujuan (goal setting). Peserta didik yang memiliki Self-
regulated learningakan mengetahui materi yang mereka ingin kuasai,
materi yang mereka ingin selesaikan, ketika proses pembelajaran.
Mereka mengetahui tujuan dari proses pembelajaran yang mereka
lakukan.
b) Perencanaan (planning). Setelah mereka mengetahui sendiri tujuan dari
proses pembelajaran yang mereka lakukan, kemudian mereka dapat
merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut. Misalnya berapa lama mereka membutuhkan waktu
untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga mereka dapat memanfaatkan
waktu, atau mereka mengetahui sumber belajar yang tepat yang akan
menunjang pemahaman mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c) Pengontrolan perhatian (attention control). Karena tujuan mereka jelas
dan terarah, kemudian terencana, maka mereka akan berupaya untuk
mengontrol perhatiannya agar selalu terfokus pada permasalahan pokok,
yaitu tujuan yang hendak dicapai. Peserta didik dengan Self-regulated
learningtidak akan membiarkan perhatiannya teralih kepada
74
Zimmerman, Becoming a Self-Regulated Learner, Theory into Practice, Vol.41, No.2,
2002, h. 67.
34
permasalahan yang lain, mereka akan menjaga perhatiannya agar selalu
belajar untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.
d) Mengaplikasikan strategi pembelajaran (application of learning
strategies). Peserta didik dengan Self-regulated learningyang mengetahui
tujuan belajar serta mengetahui kesulitan dan kemampuan dirinya
sehingga mereka mengetahui strategi pembelajaran yang tepat serta
mengaplikasikannya dalam proses belajar. Kemudian mereka memilih
dan menggunakan strategi yang bermacam-macam agar tujuannya
tercapai secara optimal.
e) Strategi-strategi memotivasi diri sendiri (Self-motivational strategies).
Karena mereka mengetahui kesulitan serta kemampuannya dalam belajar,
untuk menghindarkan dari rintangan yang akan datang ketika belajar
untuk mencapai tujuan, maka mereka akan melakukan strategi yang
dapat memotivasinya dalam melakukan aktivitas, agar tidak
membosankan. Sehingga kinerja mereka selalu berusaha ditingkatkan.
f) Permintaan bantuan dari luar apabila dibutuhkan. Mereka mengetahu saat
mereka membutuhkan bantuan dari luar dan saat mereka dapat
melakukannya sendiri untuk mengoptimalkan penyelesaian masalah
(kesulitan belajar) yang dihadapi.
g) Pengawasan diri (Self-monitoring). Secara terus menerus mengawasi
perkembangannya agar sesuai dengan rencana yang telah disusun
sehingga tujuannya dapat dicapai. Jika mereka memerlukan untuk
mengubah strategi atau bahkan memodifikasi tujuan yang telah
ditentukan maka mereka akan melakukannya agar lebih baik.
h) Mengevaluasi diri (Self-evaluating). Setelah tujuan belajarnya telah
dicapai, maka mereka akan mengevaluasi dirinya, akan menentukan hal-
hal yang selanjutnya perlu diperbaiki dari proses belajarnya agar
selanjutnya lebih optimal.
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran untuk meningkatkan
pemahaman, pengamalan, dan pengalaman peserta didik terhadap agama Islam
guna mengintegrasikan iman, ilmu pengetahuan, dan takwa sehingga menjadi
35
insan mandiri yang dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
Dengan demikian, PAI memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
karakter peserta didik, serta menjadi salah satu upaya untuk menuju tujuan
Pendidikan Nasional. Proses pembelajaran PAI harus lah mengarahkan kepada
tujuan mulia dari PAI itu, maka salah satu proses yang akan ditempuh adalah
melalui pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran.
Guru harus dapat memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang
tepat serta beresensi dapat mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang
dapat mengatur dirinya sendiri menjadi manusia pembelajar, mengawasi
kemampuan diri, serta mengevaluasi setiap proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Karena, tujuan Pendidikan Nasional bukan ditujukan untuk peserta
didik secara berkelompok, tetapi tujuan tersebut merupakan tujuan yang harus
dicapai oleh setiap individu peserta didik.Maka, strategi pembelajaran yang dapat
menumbuhkan karakter peserta didik menjadi manusia pembelajar melalui
karakter pengaturan belajar diri harus lah dilaksanakan.
Jika strategi pembelajaran yang dapat mengarahkan peserta didik memiliki
regulasi diri dalam belajar sudah dilaksanakan, maka harus diimplementasikan
secara konsisten pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu, diduga terdapat
sebuah strategi pembelajaran yang dapat dirancang guna menanamkanSelf-
Regulated-Learning (SRL) pada peserta didiknya untuk diimplementasikan pada
pembelajaran PAI.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tara Salvia yang berlokasi di Jl.
Menjangan No.9, Sawah Lama, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten.Waktu
penelitian ini adalah dari tanggal 12 Februari – 10 Mei 2019.
B. Latar Penelitian
Sekolah Tara Salvia adalah sekolah Indonesia yang menerima peserta
didik dengan latar belakang yang berbeda.Beroperasi sejak tahun ajaran
2006/2007.Sesuai dengan visi dan misinya, Sekolah Tara Salvia selalu berusaha
memberikan pelayanan akademiknya semaksimal mungkin.Keterlibatan orang
tua dalam pendidikan putra putrinya diharapkan dapat membantu sekolah dalam
mewujudkan komunitas belajar.
Sekolah Tara Salvia berpijak kepada kurikulum nasional yang dipadukan
dengan beberapa kurikulum internasional yang relevan untuk pengembangan
kemampuan peserta didiknya. Kurikulum tersebut memberi kesempatan lebih
luas kepada peserta didik untuk belajar seutuhnya dengan cara mengaplikasikan
teori atau konsep yang telah mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari
melalui berbagai kegiatan eksplorasi. Dengan demikian mereka diharapkan dapat
mengembangkan potensi diri secara maksimal serta menemukan jati diri sendiri
di tengah peradaban era globalisasi dan peran dirinya yang merupakan bagian
dari kehidupan masyarakat.
Metode pendidikan Tara Salvia mengacu kepada persiapan perkembangan
intelektual, budaya, serta spiritual setiap anak didik seutuhnya. Peserta didik
diarahkan untuk dapat mengatur waktu dan mengenali gaya belajarnya masing-
masing melalui arahan guru, dengan tetap mengacu pada standar prestasi sekolah
sebagai sekolah internasional.
Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Tara Salvia. Pada tingkat
sekolahmenengah pertama dalam pendidikannya memiliki berbagai tujuan yang
hendak dicapai salah satunya adalah memberikan program pengajaran yang
menekankan
37
pada proses sehingga peserta didik dapat memiliki sikap belajar yang baik. Visi
utama dari sekolah ini adalah menciptakan komunitas belajar, sehingga staf
pengajar dilatih untuk dapat mengarahkan peserta didikanya menjadi pembelajar
mandiri yang aktif, serta memperhatikan perkembangannya baik dari segi fisik,
emosi, sosialisasi, dan intelektual. Mereka harus menjadi pribadi yang unik,
mengetahui kemampuannya sendiri, dan mendapatkan pengetahuan global
melalui lingkungannya.Para peserta didik di Tara Slavia diharapkan menjadi
pribadi yang kreatif, kritis, memiliki nilai-nilai sesuai budaya, memiliki sikap
belajar yang baik, mampu beradaptasi, kolaboratif, dan menjadi komunikator
yang baik.75
C. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
yaitu menafsirkan fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya proses, perilaku, persepsi, dan aktivitas secara holistik dengan cara
deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan jalan melibatkan berbagai cara yang ada.76
Sehingga dari
pengertian tersebut, fenomena yang diamati dihasilkan dari fenomena yang
terjadi pada latar penelitian, dan peneliti ingin mengetahui suatu langkah-
langkah.Prosedur penelitian yang dilakukan menghasilkan suatu temuan yang
diperoleh dari pengumpulan data melalui berbagai instrumen yang
digunakan.Metode kualitatif berfungsi untuk mengungkapkan serta memahami
sesuatu dibalik fenomena yang belum diketahui.77
Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif karena ingin
memperoleh data yang bersifat apa adanya dalam melakukan strategi
pembelajaran PAI agar hasilnya lebih bermakna. Peneltian ini mengeksplor
fenomena proses pembelajaran PAI dalam kerangka teori self-regulated learning
yang dilaksanakan di Sekolah Tara Salvia. Penelitian yang dilakukan bersifat
induktif.
75
Buku Sekilas Tentang SMP Tara Salvia, h.2. 76
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), Cet.XXIX, h.6. 77
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, terj. Muhammad
Shodiq dan Imam Muttaqien, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015), Cet. IV, h.5.
38
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam
penelitian, karena data merupakan hal yang akan merumuskan hasil penelitian.
Peneliti langsung ke lapangan dalam melakukan penelitian ini. Untuk
mendapatkan data yang akurat atau sesuai yang diperlukan oleh peneliti serta data
yang relevan, maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, di
antaranya adalah melakukan observasi (pengamatan), interview (wawancara),
dokumentasi, dan triangulasi data.
Data yang akan dikumpulkan oleh peneliti, didapatkan melalui beberapa
teknik, di antaranya:
1. Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi atau pengamatan
merupakan salah satu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.78
Observasi akan membantu peneliti dalam mengetahui atau menyelidiki
tingkah laku objek penelitian.79
Peneliti akan melakukan observasi langsung ke lokasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, peneliti akan
mengamati keadaan lingkungan sekitar lokasi penelitian, akan tetapi fokus
kepada strategi pembelajaran. Objek yang akan diteliti antara lain tujuan
pembelajaran, guru, peserta didik, materi pelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, teknik pembelajaran, dan penilaian pembelajaran atau
program evaluasi. Kemudian dari dimensi teori self-regulated learning
tingkah laku peserta didik akan diobservasi, baik dari aspek upaya guru
menanamkan karakter self-regulated learningatau upaya peserta didik
membiasakan dirinya agar memiliki self-regulated learning.Peneliti sebagai
penonton terhadap fenomena yang menjadi topik penelitian.
Tabel 3.1: Kisi-Kisi Instrumen Observasi
78
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h.220. 79
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 384.
39
Variabel Dimensi Indikator
Strategi
Pembelajaran
1. Tujuan
Pembelajaran
2. Metode Mengajar
3. Teknik Mengajar
4. Media
Pembelajaran
5. Sumber
Pembelajaran
6. Program Evaluasi
1.1 Tujuan pembelajaran yang
direncanakan oleh guru.
1.2 Tujuan pembelajaran yang
direncanakan peserta didik
1.3 Perangkat pembelajaran guru
dan peserta didik
2.1 Implementasi perencanaan
pembelajaran oleh guru dalam
proses KBM.
2.2 Pembelajaran metakognisi
yang dilakukan
3.1 Impelementasi dari metode
secara spesifik
3.2 Penggunaan teknik mengajar
yang berbeda-beda
4.1 Implementasi dari penyesuaian
dengan materi ajar dan
karakteristik peserta didik
4.2 Berbagai pilihan media dalam
mengajar
5.1 Pemilihan sumber
pembelajaran oleh guru
5.2 Pemilihan sumber
pembelajaran oleh peserta didik
5.3 Cara yang dilakukan peserta
didik ketika menghadapi kesulitan
belajar
6.1 Evaluasi yang digunakan oleh
guru dalam KBM
6.2 Cara guru mengetahui
perubahan atau kemajuan peserta
40
didik dalam belajar
6.3 Cara peserta didik melakukan
evaluasi terhadap diri sendiri
Self-Regulated
Learning (SRL)
1. Upaya guru
menerapkan
karakter SRL pada
peserta didik
2. Upaya peserta
didik menjadi
pembelajar mandiri
1.1 Strategi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik
1.2 Melakukan self assessment
pada peserta didik
1.3 Melibatkan peserta didik
dalam seluruh aspek pembelajaran
1.4 Guru menerapkan heutagogi
pada proses pembelajaran
1.5 Guru mengarahkan peserta
didik menjadi pembelajar mandiri
1.6 Cara yang digunakan guru
dalam membiasakan kemandirian
belajar pada peserta didik
2.1 Menetapkan tujuan
pembelajaran
2.2 Mengetahui gaya belajar
sendiri
2.3 Melakukan pengontrolan diri
2.4 Melakukan strategi yang telah
direncanakan
2.5 Mempertahankan motivasi dan
perhatian
2.6 Mencari solusi menghadapi
kesulitan belajar
2.7 Melakukan evaluasi atau
review proses pencapaian tujuan
2. Interview (Wawancara)
41
Wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara
pewawancara dengan sumber informasi atau biasa disebut narasumber melalui
komunikasi langsung. Pengertian lain mengatakan bahwa wawancara
merupakan percakapan tatap muka antara pewawancara dengan narasumber
yang akan membahasa tentang objek yang diteliti dan telah dirancang
sebelumnya. Informasi yang didapatkan berasal dari jawaban pertanyaan yang
diajukan oleh pewawancara.Sehingga, pertanyaan wawancara harus sesuai
dengan keperluan penelitian.Maka, dalam penelitian ini digunakan metode
wawancara tersetruktur, yaitu pewawancara menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan yang diajukan.
Wawancara ini akan dilakukan kepada tim Sekolah Tara Salvia, dan
Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Tara Salvia. Masalah yang akan
ditanyakan mengenai strategi pembelajaran pendidikan agama Islam, dan
upaya guru serta pihak sekolah dalam menjadikan peserta didik menjadi
pribadi yang memiliki pengaturan diri dalam belajar, sesuai dengan visiyang
sekolah tersebut miliki.
Tabel 3.2: Kisi-Kisi Wawancara Direktur Tara Salvia, tim, dan Guru
Dimensi Aspek Indikator Sumber
Strategi
Pembelajaran
Rasional, teoritis,
dan logis
a. Latar belakang
berdirinya Tara
Salvia
Tim Tara Salvia
b. Landasan teori
yang dipakai
Landasan
pemikiran yang
kuat tentang apa
dan bagaimana
peserta didik
belajar
a. Tujuan yang
hendak dicapai
oleh sekolah
b. Strategi
peningkatan
metakognisi
peserta didik
c. Cara yang
digunakan
42
dalam belajar
peserta didik
Tingkah laku
mengajar yang
dibutuhkan agar
strategi tersebut
berhasil
a. Komunikasi guru
terhadap peserta
didik
(kompetensi
guru, strategi
meningkatkan
kredibillitas
guru, pelatihan
guru, dan
perannya)
Tim Tara Salvia
Lingkungan
belajar yang
diperlukan, agar
strategi tersebut
berhasil.
a. Lingkungan ideal
yang diciptakan
dan dibutuhkan Kepala Sekolah
b. Pengaruh
lingkungan
terhadap
keberhasilan
strategi
Langkah-langkah
atau sintak matik
dalam
impelementasi
strategi
a. Apersepsi Guru PAI
b. Materi/Isi
c. Evaluasi
d. Merangsang
peserta didik
untuk belajar
43
mandiri
Guru PAI
Tujuan dalam
sasaran
a. Menentukan
tujuan
pembelajaran
sesuai dengan
materi
Tujuan di luar
sasaran
b. Dampak
pengiring/manfa
at yang didapat
dari
pembelajaran
Self-Regulated
Learning (SRL)
Prinsip belajar
SRL
a. Forethought
b. Performance
c. Self-reflection
Pendekatan
a. Self-efficacy
b. Self-motivation
c. Self-
monitoring
d. Self -
evaluation
e. Metacognition
f. Self-
determined
learning
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini adalah
sumber yang cukup bermanfaat, merupakan sumber yang stabil dan akurat
44
sebagai gambaran situasi atau kondisi yang sebenarnya, serta dapat dianalisis
secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.80
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.Dokumen
berbentuk sebuah karya monumental yang dibuat oleh seseorang.Dokumen
memiliki berbagai macam bentuk, seperti bentuk tulisan misalnya biografi,
autobiografi, kebijakan, dll, selain itu ada yang berbentuk gambar, misalnya
foto, sketsa, dll.81
Berkaitan dengan pembelajaran di Tara Salvia, maka dokumen yang
diperlukan oleh peneliti antara lain foto atau video kegiatan pembelajaran dan
aktivitas peserta didik, dokumen kurikulum, dokumen pembelajaran, serta
dokumen yang lainnya yang dapat mendukung dalam proses pengumpulan
data.
4. Triangulasi Data
Hasil analisis data disandingkan dan dihubungkan untuk membangun
satu model yang utuh disebut proses triangulasi data. Model yang
dikembangkan dengan triangulasi yang bersifat saling melengkapi.
Triangulasi merupakan suatu mekanisme untuk melakukan cek dan
ricek.82
Triangulasi data dapat dilakukan dengan waktu, tempat, dan data yang
lainnya. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi data akan
menguatkan data yang telah didapatkan.
Teknik ini dapat dilakukan melalui observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan studi dokumentasi.83
Sehingga, dalam penelitian ini peneliti
melakukan triangulasi dengan mewawancarai direktur Tara Salvia, beberapa
peserta didik SMP Tara Salvia, dan melakukan studi dokumentasi.
80
Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019), h.
67. 81
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alfabet, 2014), h.82. 82
Nusa Putra dan Hendarman, Metode Riset Campur Sari: Konsep, Strategi, dan Aplikasi,
(Jakarta : PT Indeks, 2013), h.91-92. 83
Sugiyono, op.,cit, h. 327.
45
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Data yang dihasilkan perlu diperiksa keabsahan atau validnya suatu
data.Sehingga diperlukan melakukan uji kredibilitas. Keakuratan, keabsahan, dan
kebenaran data yang terkumpul dan dianalisis sejak awal penelitian akan
menentukan kebenaran dan ketepatan hasil penelitian sesuai dengan masalah
fokus penelitian.84
Maka peneliti akan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Memperpanjang Waktu Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini merupakan instrument penelitian.
Kesahihan dan keabsahan data sangat ditentukan oleh komitmen,
keikutsertaan, dan keterlibatan peneliti secara intens dalam proses
penelitian.85
Ketika data yang dikumpulkan belum meyakinkan, maka peneliti
harus memperpanjang waktu penelitian, tetapi melanjutkan data yang telah
berhasil dikumpulkan.
2. Meningkatkan Ketekunan Penelitian
Ketekunan peneliti sangat berpengaruh pada proses penelitian, peneliti
harus menggunakan teknik yang sesuai dalam pengumpulan data, dengan arti
peneliti harus mengetahui kapan ia harus menggunakan teknik pengumpulan
data yang lain agar mendapatkan data yang lebih akurat, dan komprehensif.
Situasi sosial di lapangan terkadang berubah-ubah, seharusnya peneliti tidak
terpaku pada situasi tersebut, tetapi harus melanjutkan penelitian dengan
menyesuaikan situasi tersebut.
Selain itu, peneliti harus senantiasa menjaga subjektivitasnya guna
menghasilkan penelitian yang objektif.
3. Melakukan Triangulasi Data Sesuai Aturan
Triangulasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data
untuk mendapatkan temuan dan interpretasi data yang lebih akurat dan
kredibel.86
Peneliti akan melakukan triangulasi sumber untuk memastikan
kebenaran data, fungsinya untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
84
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 394-395. 85
A. Muri Yusuf, ibid.,h.394. 86
A. Muri Yusuf, ibid.,h.395.
46
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.87
Triangulasi sumber digunakan peneliti untuk mengecek data yang bersumber
dari direktur, tim sekolah, guru-guru, dan peserta didik. Kemudian, peneliti
juga menggunakan triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Triangulasi teknik dilakukan setelah melakukan teknik
wawancara kemudian hasilnya akan dicek dengan melakukan teknik observasi
dan dokumentasi.
F. Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman menegaskan bahwa data penelitian kualitatif
sebaiknya harus dianalisis terlebih dahulu sebelum digunakan, data tersebut
diperoleh dari teknik pengumpulan data yang berbeda-beda, dan akan terlihat
lebih banyak kata-kata dibandingkan dengan angka.88
Analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan ketika memasuki lapangan, selama di lapangan,
dan setelah selesai di lapangan.Misal, pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Jika ternayata hasil
wawancara belum dirasa memuaskan, maka peneliti akan melakukan tahap
selanjutnya sampai data yang diperoleh dianggap terpercaya. Selain itu, dalam
menganalisis data kualitatif, peneliti melakukannya secara interaktif dan terus
menerus sampai tuntas, sehingga menghasilkan data jenuh. Langkah-langkah
analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Periode pengumpulan
Reduksi data
Antisipasi Selama Berlangsung Setelah
Display data
Selama Berlangsung Setelah
Kesimpulan/verifikasi
Selama Berlangsung Setelah
87
Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2012),
Cet.II, h.190. 88
A. Muri Yusuf, op.cit.,h.407.
ANALISIS
47
Gambar 3.1 : Komponen dalam analisis data (flow model)
Berdasarkan gambar tersebut, setelah peneliti melakukan pengumpulan
data, maka peneliti berantisipasi sebelum melakukan reduksi data. Semua
langkah analisis data tesebut saling berhubungan satu sama lain, tidak dapat
dipisahkan, dan harus dilakukan secara urut. agar menghasilkan data yang
terpercaya maka peneliti harus menganalisis dengan langkah-lamgkah tersebut.
Adapun model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar
berikut:
Gambar 3.2: Komponen dalam analisis data (interactive model)
Pola umum teknik analisis data adalah sebagai berikut:89
1. Reduksi Data
Reduksi data menunjuk kepada proses pemilihan, pemokusan,
penyederhanaan, pemisahan, dan pentransformasian data mentah yang terlihat
dalam catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan selama penelitian
berlangsung, bahkan sebelum penelitian.90
Dengan reduksi data peneliti tidak
perlu menkuantifikasi data. Data kualitatif dapat direduksi dan dibentuk
dengan berbagai cara, misalnya melalui pemilihan, pengelompokan,
penyimpulan, dll.91
89
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, An Expanded Sourcebook: Qualitative
Data Analysi, (London: Sage Publications, 1994), Cet.II, h.10. 90
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2010), h. 129. 91
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, op.cit.,h.11.
Data
Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusions :
drawing/verifying
48
2. Data Display
Display yang dimaksud adalah kumpulan informasi yang telah tersusun
sehingga dibolehkan untuk ditarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.92
Melalui data display, peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan apa yang
harus dilakukan, apakah menganalisis lebih jauh atau melakukan tindakan
yang lain berdasarkan pemahaman yang telah didapatkan.93
Data yang
diperoleh dapat peneliti sajikan dalam bentuk grafik, tabel, suatu hubungan,
dan yang lainnya.
3. Verifikasi
Setelah data yang telah direduksi dikumpulkan kemudia ditarik
kesimpulan, maka langkah selanjutnya adalah diverifikasi atau kesimpulan
akhir. Ketiga proses ini saling berhubungan dan membentuk siklus dalam
penelitian. Sehingga kesimpulan memerlukan orang lain, tidak hanya
dilakukan oleh satu pihak. Penarikan kesimpulan yang diperoleh merupakan
kesimpulan sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti
pendukung yang kuat pada pengumpulan data tahap berikutnya. Namun,
apabila data yang diperoleh di awal sudah valid serta konsisten dan dibuktikan
dengan bukti pendukung yang kuat saat peneliti kembali ke lapangan, maka
kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan kredibel.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan penelliti dengan menggunakan
analisis kualitatif model interaktif adalah sebagai berikut:
1. Melakukan wawancara dengan Tim Sekolah, guru PAI, dan guru mata
pelajaran lain berkaitan dengan strategi pembelajaran yang digunakan
sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat;
2. Melakukan wawancara dengan peserta didik berkaitan dengan perilaku
peserta didik saat melaksanakan pembelajaran PAI dan perilaku sehari-hari
tentang pembelajaran;
3. Mengobservasi perilaku peserta didik dalam kegiatan pembelajaran PAI;
4. Mengobservasi kegiatan yang dilakukan oleh guru PAI dalam proses
pembelajaran;
92
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 408. 93
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, loc.cit.
49
5. Membaca dan menjabarkan pernyataan dari semua narasumber, mencari
makna yang cocok, dengan mencatat hal-hal penting yang berkaitan
dengan strategi pembelajaran PAI dan self-regulated learning;
6. Mengkategorikan catatan-catatan yang diambil dari sumber data lalu
mengklarifikasikannya ke dalam kategori yang sama;
7. Mengelompokan kategori yang telah disusun dan dihubungkan dengan
kategori lainnya sehingga hasilnya akan diperoleh susunan yang sistematis
dan berhubungan satu sama lain;
8. Menelaah relevansi data dengan cara mengkaji susunan pembicaraan yang
sistematik dan relevansinya serta tujuan penelitian;
9. Melengkapi data dengan cara mengkaji isi data baik berupa hasil observasi
dan hasil wawancara serta hasil dokumentasi di lapangan;
10. Menjadikan jawaban atau hasil kajian data kemudian dijadikan jawaban
setelah dianalisis;
11. Setelah menjabarkan jawaban dengan terperinci, maka kemudian peneliti
menyusun laporan.
72
BAB V
PENUTUP
Sebagai penutup dalam penelitian ini, penulis menyajikan kesimpulan
berdasarkan analisis hasil penelitian dan memberikan saran untuk perbaikan ke
depannya.
A. Simpulan
Strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Tara Salvia untuk
membentuk self-regulated learning pada diri peserta didik melalui tahapan-
tahapan berikut:
1. Guru melakukan pengondisian kelas (Conditioning)
2. Guru memancing konsentrasi dan perhatian peserta didik (Hooking)
3. Guru melaksanakan proses inti pembelajaran (Applying)
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan refleksi diri (Reflecting)
5. Guru menyimpulkan seluruh proses pembelajaran (Terminating)
Tahapan-tahapan tersebut sebagai model strategi SRL kemudian peneliti
singkat menjadi CHART (Conditioning, Hooking, Applying, Reflecting, dan
Terminating). Sebelumnya telah peneliti paparkan keenam model strategi SRL
menurut penelitian yang dilakukan oleh Ernesto Panadero, sekurang-kurangnya
ada enam model strategi self-regulated learning yang dikembangkan oleh para
ahli, yaitu Zimmerman, Boekarts, Winne dan Hadwin, Pintrich, Efklides dan
Hadwin, Jarvela dan Miller.
B. Saran
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sedikit sumbangan
berupa pemikiran yang digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan karakter anak bangsa, khususnya dalam pembentukan regulasi
diri melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun saran yang dapat
penulis sumbangkan untuk meningkatkan upaya pembentukan self-regulated
learning pada diri peserta didik melalui pembelajaran PAI antara lain:
1. Untuk sekolah-sekolah, agar selalu melakukan inovasi dalam proses
pembelajaran. Karena sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah memiliki
peran yang besar dalam membantu menciptakan generasi bangsa yang
menyadari belajar sepanjang hayat. Generasi yang memiliki regulasi diri
73
sehingga secara metakognisi, motivasi, dan tingkah lakunya baik dapat
menjadi bibit unggul dalam menyejahterakan bangsa. Sekolah harus
berupaya menjadi lembaga tempat penghayatan nilai-nilai pendidikan
karakter dan membentuk peserta didik yang memiliki regulasi diri.
2. Sebagai seorang guru harus melakukan proses pembelajaran bukan hanya
transfer of knowledge tetapi harus mendidik dan transfer of value. Guru
harus mengarahkan dan berupaya menanamkan keterampilan belajar kepada
peserta didik. Guru bukan hanya mengajarkan apa ini tetapi mengajarkan
bagaimana mendapatkan ini, learning to learn dan knowing to know.
3. Sebagai orang tua harus menyadari bahwa sekolah pertama bagi anak adalah
keluarga. Sehingga orang tua harus selalu mendidik dan mengawasi
perkembangan anaknya secara fisik, emosi, mental, dan spiritual. Orang tua
berperan penting dalam membantu anaknya memiliki regulasi diri, karena
orang tua adalah percontohan yang nyata bagi anaknya.
4. Sebagai siswa dan mahasiswa harus selalu belajar, belajar selesai dengan
diri sendiri, karena ketika sudah mengenal diri sendiri, sudah selesai dengan
diri sendiri, maka tidak akan kesulitan dalam mengatur hal yang ada di luar
diri kita. Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia dapat mengenal
Tuhannya. Mencari tahu bagaimana belajar yang baik, bagaimana
kemampuan diri, dan apa yang harus diperbaiki dari diri sendiri akan
melahirkan manusia yang selalu berkembang ke arah kebaikan. Seseorang
yang memiliki self-regulated learning akan mudah dalam mendapatkan
prestasi dan penghargaan, serta yang lebih penting lagi akan menjadi pribadi
yang konsisten dan cerdas.
74
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Noval.Peran Pendidik Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Melalui
Pembelajaran Abad 21. Jurnal.2018.
Andrianih, Aan.Penyelenggaraan Pendidikan Keagmaan dalam Peraturan
Perundang-undangan.Berita.www.gresnews.com/berita/opini/114361-
penyelenggaraan-pendidikan-keagamaan-dalm-peraturan-perundang-
undangan/ , 4 Maret 2019.
Arifin, Zainal. Menjadi Guru Profesional (Isu dan Tantangan Masa Depan),
Edutech.1. 2014.
Bandura, Albert.Self Efficacy: The Exercise of Control.New York, Freeman. 1997.
Butler, Deborah L. & Sylvie C. Cartier.Multiple Complementary Methods for
Understanding Self-Regulated Learning as Situated in
Context.ResearchGate:
https://www.researchgate.net/publication/272787463.25 February 2015.
Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Terjemahannya.Bandung: Syamil Qur’an.
Dinata, Pri Ariadi Cahya dkk.Self Regulated Learning sebagai Strategi
Membangun Kemandirian Peserta Didik dalam Menjawab Tantangan
Abad 21.Korespondensi Seminar Nasional Pendidikan Sains.22
Oktober.Surakarta . 2016.
Emzir.Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data.Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2010.
Filosofi Pendidikan.http://tarasalviaedu.or.id/visi-misi-dan-filosofis, 27 Maret
2019.
Hirayanto. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi serta Implikasinya dalam
Pemberdayaan Masyarakat. Dinamika Pendidikan. 12, 2017.
75
Hirayanto. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi serta Implikasinya dalam
Pemberdayaan Masyarakat. Dinamika Pendidikan. 12, 2017.
Jamaludin, dkk.Pembelajaran Perspektif Islam.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2015.
Junaedi.Strategi Pembelajaran.Surabaya: LAPIS-PGMI. 2008.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No.58 Tahun 2014.
Latipah, Eva.Strategi Self-Regulated Learning dan Prestasi Belajar : Kajian Meta
Analisis.Jurnal Psikologi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.37, 2010.
Lisnawati Yesi, dkk.Konsep Khalifah dalam Al-Qur’an dan Implikasinya terhadap
Tujuan Pendidikan Islam. Jurnal Tarbawy.2, 2015.
Majid ,Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2006.
Makki, Ahmad.Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar
Peserta didik SMP Bina Amal.Skripsi pada Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.2010.
Maksudin.Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam Pendekatan
Dialektik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet.I, 2015.
Meilawati, Olis. Wawancara.Menjangan, 7 Mei 2019.
Meilawati, Olis. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PAI Tara Salvia.Tidak
dipublikasikan. 2019.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.Salinan Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. 2016.
76
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman.An Expanded Sourcebook:
Qualitative Data Analysi. London: Sage Publications. Cet.II, 1994.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.Cet.XXIX, 2009.
Muhaimin, dkk.Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2012.
Mukti, Ali Ghufron.Meniliki Revolusi Industri 4.0 dalam Aspek Pendidikan,
Review Seminar.22 Oktober, 2018.
Nata, Abuddin.Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.Jakarta:
Prenadamedia Group.Cet.III, 2014.
Nazori, Encep.Wawancara.Menjangan, 2 Mei 2019.
Nurjanah, Erni.Efektivitas Metode Problem Posing terhadap Self-Regulated
Learning dan Pemahaman Konsep Matematika Peserta didik SMK.Skripsi
Fakultas Pendidikan Universitas Pasundan Bandung, 2016.
Ormrod.Educational Psychology: Developing Learners. United State : Pearson.
2014.
Panadero, Ernesto. A Review of Self-Regulated Learning: Six Models and Four
Direction for Research.Jurnal Frontiers in Psychology.8, 2017.
Pintrich dan De Groot.Motivational and Self-Regulated Learning Components of
Classroom Academic Performance.Journal of Educational Psychology.82,
1990.
Pons, M. Martinez. A Social Cognitive View’ Of Parental Influence On Student
Academic Self Regulation. Theory Into Practice. 41, 2010.
77
PP Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Keagamaan.
Putra, Nusa dan Hendarman. Metode Riset Campur Sari: Konsep, Strategi, dan
Aplikasi.Jakarta: PT Indeks. 2013.
Putra, Nusa.Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi.Jakarta: PT. Indeks.Cet.II.
2012.
Rofiq,Amam. Peningkatan KualitasProses dan Hasil Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Melalui Pembelajaran Berbasis Multi Media di SMP Negeri
1 Banjarnegara.JurnalKependidikan Al-Qalam.6, 2012.
Rouf, Abd. Potret Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum.Jurnal Pendidikan
Agama Islam.3,
2015,https://www.researchgate.net/publication/309015394_POTRET_PE
NDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_DI_SEKOLAH_UMUM6 Maret 2019.
Ruliyanti, Bekti D dan Hermien L, Hubungan Antara Self-Efficacy dan Self-
regulated learning dengan Prestasi Akademik Matematika Peserta didik
SMAN 2 Bangkalan.Character.3, 2014.
Sanjaya, Wina.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2010.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin.Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, terj.
Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cet. IV, 2015.
Su’dadah. Kedudukan dan Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Jurnal
Kependidikan.2, 2014.
Sugiyono.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabet. 2014.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2010.
78
Sulaiman.Stratgei Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Progresif di Sekolah.
Artikel.Universitas Negeri Islam Ar-Raniry Banda Aceh. 2016.
Suralaga, Fadhilah dan Solicha.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010.
Sutikno.Kontribusi Self-Regulated Learning dalam Pembelajaran. Jurnal
Dewantara.2, 2016.
Syah, Muhibbin.Psikologi Pendidikan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013.
Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.Jakarta: FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2019.
Tim Tara Salvia,Sekilas Tentang SMP Tara Salvia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Usman, Muhammad Idris. Model Mengajar dalam Pembelajaran: Alam Sekitar,
Sekolah, Kerja, Individual, dan Klasikal. Lentera Pendidikan.15, 2012.
Vural, Seniye. A Mixed Methods Intervention Study on The Relationship
Between Self-Regulatory Training and University Students’ Strategy Use
and Academic Achievement. Tesis Fakultas Sastra Universitas Erciyes,
Kayseri, Turkey. 2013.
Wahyuni, Dinar.Peningkatan Kompetensi Guru Menuju Era Revolusi Industri
4.0.Jurnal Info Singkat.10, 2018.
Wulandari, Setyati Puji. Menciptakan Kemandirian Belajar Peserta didik Melalui
Pembelajaran Berbasis Discovery Learning dengan Assesment for
Learning. Jurnal Pasca Sarjana Prodi Pendidikan Matematika, FKIP,
Universitas Negeri Semarang. 2015.
79
Yahya, Muhammad.Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan
Pendidikan Kejuruan Indonesia.Naskah Pidato Pengukuhan Penerimaan
Jabatan Profesor Tetap dalam Bidang Ilmu Pendidikan Kejuruan Fakultas
Teknik,14 Maret.Universitas Negeri Makassar. 2018.
Yaumi, Muhammad.Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran.Jakarta: Prenadamedia
Group.Cet.II, 2013.
Yayasan.www.tarasalviaedu.or.id. 5 Mei 2019.
Yusuf, A. Muri.Metode Penelitian. Jakarta: Prenadamedia Group. 2015.
Zimmerman. Becoming a Self-Regulated Learner: An Overview, Theory Into
Practice.14. 2002.
Zimmerman. Becoming a Self-Regulated Learner: Which are the key sub-
processes?.Contempporary Educational Psychology.11, 1986.
Zimmerman. Investigating Self-Regulation and Motivation: Historical
Background,Methodological Developments, and Future
Prospects.American Educational Research Journal.45, 2008.
Zuhaili, Wahbah. At-Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa asy-Syari’ah wa al-
Manhaj.Daar Al-Fikr : Damaskus, Juz 1,1418 H.
80
LAMPIRAN
81
Proses Hooking
Proses diskusi
82
Proses Pelaksanaan
Proses reflecting
83
Kegiatan Tadarus dan Solat Berjama’ah
Siswa mengisi agenda Bersama Guru PAI
84
Wawancara dengan Koordinator Senior