STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran...
Transcript of STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS · Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran...
STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS
BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN
MEMBACA KRITIS PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun oleh :
Rugi Astutik
111224032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS
BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN
MEMBACA KRITIS PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun oleh :
Rugi Astutik
111224032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Qs. Alam Nasryroh:6)
“Buat apa hidup kita jika tidak untuk mempermudah hidup orang lain???
Hidup harus bermanfaat bagi keluarga dan orang lain.”
(Rugi Astutik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Allah SWT yang selalu memberi kesehatan, kemudahan, dan kelancaran dalam
menyelesaikan segala urusanku
Kedua orang tuaku: Tuko Diyatno Suwito dan Panti
Inspirasiku : Budi Susanto, S.Pd.
Kakakku tercinta Karsini, Suparno, Tugirah, Sukim, Tugiran, Tri Mantari, dan
Yusniar Amry Fahmi.
Sahabat-sahabatku seperjuangan dan seluruh teman terbaik PBSI 2011
Skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda terima kasih yang sebesar-besarnya
atas dukungan yang telah diberikan selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis
Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan
Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015.
Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini mengkaji strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis
mahasiswa Semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 berdasarkan
faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis
mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan faktor membaca
dan hasil tes kemampuan membaca kritis, yang berjumlah 33 mahasiswa.
Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah tes kemampuan
membaca kritis dan nontes berupa observasi, angket faktor membaca, dan
wawancara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis
penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan (1) observasi kelas, (2) faktor
membaca, (3) tes kemampuan membaca kritis, (4) wawancara, dan (5) strategi
pembelajaran kemampuan membaca kritis. Faktor membaca dianalisis
berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal kemudian dianalisis berdasarkan
SWOT. Tes kemampuan membaca kritis dianalisis berdasarkan tujuh aspek
membaca kritis, yakni (1) mengenali dan mengingat, (2) memahami isi bacaan,
(3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis, (5) membuat kesimpulan, (6)
menilai, dan (7) memproduksi. Ketujuh aspek tersebut kemudian dikaitkan dengan
analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis dibuat berdasarkan hasil
analisis data observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes
kemampuan membaca kritis dan keterkaitannya dengan analisis SWOT, dan
wawancara.
Hasil penelitian ini diketahui faktor membaca masuk dalam kriteria tinggi.
Hal tersebut dibuktikan dengan peroleh persentase dari hasil klasifikasi tiap
indikator sebesar 69,01%. Tes kemampuan membaca kritis berada pada kategori
kemampuan membaca kritis kurang. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata
mahasiswa adalah 21,94. Berdasarkan data tersebut menguatkan peneliti untuk
membuat Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis yakni (1) mahasiswa
diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya, (2) memberi tugas
membaca, (3) mengembangkan daya pikir mahasiswa, (4) memberi mahasiswa
dua teks dengan satu tema, (5) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (6)
memberi kritikan, dan (7) menyusun kerangka dan memproduksi. Jadi, strategi
pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca
kritis mahasiswa PBSI semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Astutik, Rugi. 2015. Critical Reading Skill Learning Strategy Based on the
Reading Factors and the Result of Critical Reading Skill Test
Semester VI Class A, on Program Study Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia Students, Sanata Dharma University,
Yogyakarta, 2015 Academic Year. Skripsi. Yogyakarta: PBSI,
FKIP, USD.
This research analyzes critical reading skill learning strategy Semester VI
class A of Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, , Sanata
Dharma University, Yogyakarta 2015 academic year, based on the reading factor
and the result of the critical reading skill test. The purpose of this research is to
describe the critical reading skill learning strategy Semester VI class A of
Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, Sanata Dharma
University, Yogyakarta, based on the reading factors and the result of the critical
reading skill test, which consist of 33 students.
The instruments which were used to collect the data were critical reading
skill test and non-test in a form observation, reading factors questionnaires, and
interview. This research used descriptive research. It was used to describe (1)
reading factor, (2) critical reading skill, and (3) critical reading skill learning
strategy, (4) interview and (5) critical reading skill learning strategy. The reading
factors were analyzed based on the internal and external factor. After that, it was
analyzed based on SWOT. Critical reading skill test was analyzed based on seven
aspects of critical reading; they are (1) recognizing and remembering, (2)
comprehending the content of the reading passage, (3) implementing concepts, (4)
analyzing, (5) creating conclusion, (6) assessing, and (7) producing. Those aspects
were related to the SWOT analysis to understand the strength, weakness,
opportunity, and threat. Critical reading skill learning strategy was made
according to the result of observation data analysis, reading factors and SWOT
analysis, the result of critical reading skill test and its relation to SWOT analysis
and interview.
The result of this research showed that the reading factors were high. It
was proven with the percentage of the classification result for each indicator,
which was 69,01%. The critical reading test on the critical reading skill category
was low. It was proven with the students’ average score, which was 21,94. Those
data convinced the researcher to create critical reading skill learning strategy,
which were (1) asking the students to write down unfamiliar words with its
meaning and context, (2) giving them reading task, (3) developing students’
thought, (4) giving them two texts in one theme, (5) writing down list of questions
before reading, (6) giving critic, and (7) creating framework and producing.
Therefore, this learning strategy is expected to be able to increase the critical
reading skill Semester VI class A, of Program Study Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia students, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Strategi
Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan
Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015 dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan,
dukungan, bimbingan, doa, nasihat,dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. P. Kuswandono, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia.
4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar, teliti
dalam membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan memberikan berbagai
masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen prodi PBSI yang memiliki karakteristik masing-masing telah
membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang penulis butuhkan.
7. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat prodi PBSI yang dengan sabar
memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan
berbagai urusan administrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Seluruh mahasiswa semester VI kelas A program studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Bapak Tuko Diyatno Suwito dan Ibu Panti selaku orangtua penulis yang telah
memberi kasih sayang dan doa untuk kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.
10. Kakakku Karsini, Suparno, Tugirah, Sukim, Tugiran, dan Tri Mantari yang
menjadi semangat, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
11. Budi Susanto, S.Pd. selaku guru, orang tua, sekaligus sahabat yang selalu
memberi inspirasi bagi penulis dan memberi motivasi dalam menyelesaikan
skripsi.
12. Yusniar Amry Fahmi, partner yang telah menemani penulis hingga saat ini,
mendukung dan selalu memberi motivasi kepada penulis agar skripsi selesai
tepat waktu.
13. Sahabat seperjuangan Maria Dwi Rianti, Fransiska Ambar Widhiyan Rini, dan
semua teman terbaik PBSI 2011 selalu bersama dalam membantu, memberi
motivasi, dan tawa serta yang selalu berjuang bersama dengan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
14. Reni Suryandari, S.Pd., sahabat penulis yang telah memberi motivasi untuk
menyelesaikan skripsi
15. Theodorus Adhicahya, sahabat penulis yang telah membantu membuat
abstract dan memberi kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.
16. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kehadiran kalian yang telah
memberikan pengalaman luar biasa untuk penulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 14 Juli 2015
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................... ........................................ iii
MOTTO....................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH ......................................................................................................
vii
ABSTRAK.................................................................................................. viii
ABSTRACT................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR................................................................................ x
DAFTAR ISI.............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL...................................................................................... xv
DAFTAR SKEMA.................................................................................... xvii
DAFTAR GRAFIK................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. 7
1.5 Batasan Istilah......................................................................................... 8
1.6 Sistematika Penulisan............................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................ 10
2.1 Penelitian yang Relevan.......................................................... 10
2.2 Kajian Teori............................................................................................ 12
2.2.1 Hakikat Membaca......................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.2 Faktor Membaca.......................................................................... 13
2.2.3 Jenis-jenis Membaca................................................................... 16
2.2.4 Hakikat Membaca Kritis............................................................... 17
2.2.5 Aspek Membaca Kritis................................................................ 20
2.2.6 Hakikat Strategi Pembelajaran..................................................... 28
2.2.7 Jenis-jenis Strategi Pembelajaran................................................. 29
2.2.8 Teori Skala Likert......................................................................... 33
2.2.9 Teori Analisis SWOT.................................................................. 35
2.3 Kerangka Berpikir.................................................................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................. 39
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................... 39
3.2 Subjek Penelitian.................................................................................... 40
3.3 Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 40
3.4 Instrumen Penelitian.............................................................................. 42
3.5 Teknik Analisis Data.............................................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 49
4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian........................................................... 49
4.2 Analisis Data ......................................................................................... 50
4.2.1 Analisis Data Observasi Kelas..................................................... 50
4.2.2 Analisis Faktor Membaca dengan Analisis SWOT.................... 52
4.2.2.1 Analisis Faktor Membaca................................................ 54
4.2.2.1.1 Faktor Internal .................................................. 54
4.2.2.1.2 Faktor Eksternal ............................................... 78
4.2.2.2 Analisis SWOT ............................................................... 88
4.2.3 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dan
Keterkaitannya dengan Analisis SWOT...................................
93
4.2.3.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis........... 94
4.2.3.2 Keterkaitan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis
dengan Analisis SWOT...................................................
105
4.2.4 Analisis Data Wawancara Dosen dan Mahasiswa....................... 119
4.2.4.1 Analisis Data Wawancara Dosen.................................... 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.2.4.2 Analisis Data Wawancara Mahasiswa............................. 122
4.2.5 Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis................. 127
4.3 Pembahasan............................................................................................ 138
BAB V PENUTUP...................................................................................... 146
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 146
5.2 Saran...................................................................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 150
LAMPIRAN............................................................................................... 154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Kritis
Tabel 3.2 Kisi-kisi dalam Angket Faktor Membaca
Tabel 3.3 Kisi-kisis dalam Wawancara
Tabel 3.4 Ketententuan dalam Observasi
Tabel 3.5 Kategori Faktor Membaca
Tabel 3.6 Kriteria Patokan Penilaian Tes Kemampuan Membaca Kritis
Tabel 4.1 Kategori Faktor Membaca
Tabel 4.2 Indikator Motivasi Baca
Tabel 4.3 Indikator Sikap dan Minat Pembaca
Tabel 4.4 Indikator Kebiasaan Membaca
Tabel 4.5 Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan Pembaca
Tabel 4.6 Indikator Pengetahuan yang Dimiliki
Tabel 4.7 Indikator Pengetahuan Tentang Cara Membaca
Tabel 4.8 Indikator Ketertarikan Terhadap Bacaan dan Kebermanfaatan Bagi
Pembaca
Tabel 4.9 Indikator Tingkat Intelegensi
Tabel 4.10 Indikator Penguasaan Bahasa
Tabel 4.11 Indikator Sosial Ekonomi Keluarga dan Tidak Tersedianya Bahan
Bacaan
Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu
Tabel 4.13 Indikator Teks
Tabel 4.14 Indikator Budaya Lisan
Tabel 4.15 Indikator Media Elektronik
Tabel 4.16 Analisis SWOT
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Mengenal dan Mengingat
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memahami Bacaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menerapkan Konsep-Konsep
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menganalisis
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Membuat Kesimpulan
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menilai
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memproduksi
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis
Tabel 4.26 Analisis SWOT dalam Aspek Mengingat dan Mengenali
Tabel 4.27 Analisis SWOT dalam Aspek Memahami Isi Bacaan
Tabel 4.28 Analisis SWOT dalam Aspek Menerapkan Konsep-konsep
Tabel 4.29 Analisis SWOT dalam Aspek Menganalisis
Tabel 4.30 Analisis SWOT dalam Aspek Membuat Kesimpulan
Tabel 4.31 Analisis SWOT dalam Aspek menilai
Tabel 4.32 Analisis SWOT dalam Aspek Memproduksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Tes Membaca Kritis Setiap aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Hadir Mahasiswa USD PBSI
Lampiran 2 Instrument Penelitian
Lampiran 3 Angket Faktor Membaca
Lampiran 4 Hasil Angket Faktor Membaca Mahasiswa
Lampiran 5 Perhitungan Angket Faktor Membaca
Lampiran 6 Perhitungan Skala Likert Angket Faktor Membaca
Lampiran 7 Tes Kemampuan Membaca Kritis
Lampiran 8 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Kritis
Lampiran 9 Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Mahasiswa
Lampiran 10 Perhitungan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis
Lampiran 11 Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal
Lampiran 12 Perhitungan Setiap Aspek Membaca Kritis
Lampiran 13 Transkip Hasil Observasi Transkip
Lampiran 14 Wawancara Dosen
Lampiran 15 Transkrip Wawancara Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bertujuan
untuk memahami ide dan menyerap informasi dalam teks. Saat membaca
seseorang akan mengalami proses berpikir untuk memahami ide dan gagasan
secara luas. Seseorang melalui membaca dapat berkomunikasi dengan teks tanpa
harus berhadapan langsung dengan penulisnya. Proses membaca sangat berkaitan
dengan faktor pengembangan berpikir berdasarkan pengalaman yang dimiliki
sehingga keterampilan membaca harus dimiliki dan dikembangkan oleh
seseorang.
Membaca salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Jika seseorang mampu membaca dengan baik, maka akan mendapatkan informasi
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, pada
kenyataannya keterampilan membaca masyarakat Indonesia masih sangat rendah.
Situasi tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil survei, di antaranya survei
Progress In Internasional Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006
menyebutkan kemampuan membaca siswa kelas IV di Indonesia berada di posisi
41 dari 45 negara (negara bagian) peserta (litbang.kemdikbud.go.id, 08/04/2013).
Survei lain, dari Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) tahun 2009 menyebutkan bahwa kemampuan membaca masyarakat
Indonesia berada pada posisi 57 dari 62 negara anggotanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(perpustakaan.depkeu.go.id, 16/01/2012). Data tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan membaca dari tahun ke tahun tidak mengalami perkembangan yang
signifikan karena posisi Indonesia masih tetap di bawah 56 negara lain.
Kurangnya minat membaca juga mempengaruhi rendahnya kemampuan
membaca masyarakat Indonesia. Data Bank Dunia Nomor 16369-IND dan studi
International Association for the Evaluation of Education Achicievement (IEA),
untuk kawasan Asia Timur, menyebutkan bahwa minta baca bangsa Indonesia
berada diposisi terendah dengan skor 51,7 di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand
(skor 65,1), Singapura (skor 74,0) dan Hongkong (skor 75,5). Data lainnya yang
bersumber dari hasil survei UNESCO (2011) menyebutkan bahwa indeks
membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk
Indonesia, hanya ada satu orang yang memiliki minat baca tinggi
(media.kompasiana.com, 17/052014).
Selain kurangnya minat, membaca juga belum menjadi budaya masyarakat
padahal budaya baca merupakan salah satu kunci untuk memajukan bangsa ini
terutama melalui kemampuan membaca kritis. Menurut hasil penelitian Program
For International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012, Indonesia berada
di peringkat 64 dari 65 negara (m.radarpena.com, 07/12/2014). Hasil penelitian
lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 mempublikasikan membaca bagi
masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan sebagai sumber untuk
mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (91,68%)
dan mendengarkan radio (18,57%) daripada membaca (17,66%). Artinya,
membaca untuk mendapatkan informasi baru dilakukan oleh 17,66% dari total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
penduduk Indonesia (bps.go.id). Persentase membaca masyarakat Indonesia
mengalami penurunan yang cukup tinggi 1,28%, dari 18,94% pada tahun 2009.
Masyarakat lebih suka mendapatkan informasi dari televisi dan radio daripada
membaca. Jika setiap tahun persentase membaca selalu menurun, maka bangsa
Indonesia akan semakin kesulitan untuk mengejar kemajuan bangsa lain.
Hasil penelitian Human Development Index (HDI) tahun 2013 tentang
kemampuan membaca tingkatan melek huruf menyebutkan bahwa Indonesia
peringkat ke-121 dari 186 negara dan 8 negara-teritori. Angka buta aksara terus
menurun dan secara nasional tinggal 4,53 persen atau sekitar 3,6 juta jiwa dengan
kelompok usia 15-59 tahun (care4kidsindonesia.org, 03/04/2014). Data tersebut
dapat diketahui mengapa bangsa Indonesia ini tidak segera berkembang, karena
3,6 juta orang belum bebas dari buta huruf. Meskipun angka buta aksara terus
menurun, namun hal ini masih menjadi masalah besar bagi kita semua dan sebagai
akademis, kita mempunyai peran penting dalam menyelesaikan masalah tersebut
demi Indonesia yang lebih baik.
Beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya minat
baca mempengaruhi kemampuan membaca seseorang, sehingga kemampuan
membaca masyarakat Indonesia selalu berada di posisi paling rendah. Rendahnya
kemampuan membaca dikhawatirkan Indonesia tidak mampu bersaing di dunia
global. Kualitas SDM sangat terkait dengan kemampuan membaca tingkat paling
tinggi yaitu membaca kritis. Kemampuan membaca yang harus segera dibangun
pada saat ini adalah tingkat mahasiswa, karena ternyata mahasiswa diketahui
masih banyak yang belum mampu membaca kritis sedangkan mahasiswa sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan ide dan pendapatnya untuk
membangun bangsa ini.
Kegiatan membaca kritis berhubungan dengan kegiatan berpikir kritis.
Menurut Beck & Dole (dalam Burn, 1984) kemampuan berpikir kritis adalah
kemampuan mengolah bahan bacaan untuk menemukan makna, baik yang tersurat
maupun yang tersirat melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, menilai,
dan menciptakan. Berkaitan dengan paparan tersebut, maka kemampuan membaca
kritis mahasiswa harus ditingkatkan. Di samping itu, kemampuan membaca
tingkat pendidikan dasar dan menengah juga harus terus dikembangkan. Jika
hanya memiliki kemampuan membaca melek huruf tanpa mampu menyerap
informasi, daya saing Indonesia dengan negara lain akan terus rendah dan bangsa
Indonesia tidak mampu keluar dari kebodohan dan kemiskinan.
Mengembangkan kemampuan membaca mahasiswa harus dipilih jenis
bacaan yang menambah ilmu pengetahuan. Pembaca kritis dituntut untuk
mengetahui seluruh isi bacaan. Selain itu, pembaca kritis juga harus menemukan
alasan-alasan mengapa penulis mengatakan hal tersebut dan pembaca harus
mampu memberi tanggapan terhadap isi bacaan baik kekurangan maupun
kelebihan teks. Seseorang yang mampu memberi kritikan terhadap apa yang telah
dibaca, berarti orang tersebut berpikir kritis. Dam dan Volman (2004)
menekankan bahwa berpikir kritis adalah kompetensi wajib bagi mahasiswa. Oleh
karena itu, penelitian ini akan mengambil sampel dari mahasiswa semester VI
kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Univeritas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas A PBSI
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dengan alasan (a) tidak lama lagi
mahasiswa akan lulus dan memasuki dunia kerja serta diharapkan menjadi
pendidik, (b) setiap hari aktivitas mahasiswa mengenai ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan (c) meskipun belum menjadi budaya baca, aktivitas mahasiswa
adalah membaca untuk menyerap dan mengkritisi informasi. Mahasiswa semester
VI kelas A dipilih sebagai subjek penelitian karena masih ada kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan membaca kritis, apabila kemampuan yang dimiliki
saat ini masih rendah.
Berdasarkan masalah-masalah yang sudah dipaparkan, maka perlu adanya
strategi pembelajaran untuk kemampuan membaca kritis. Penelitian ini akan
menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan
menginterpretasi (Narbuko dan Achmadi, 2007:44). Tujuan penelitian deskriptif
adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi, 2008:75).
Strategi pembelajaran yang akan dibuat disesuaikan dengan kondisi
mahasiswa berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca
kritis. Oleh karena itu, peneliti memilih topik dengan judul “Strategi
Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan
Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Univesitas Sanata Dharma,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
tahun ajaran 2015?
2. Bagaimana kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015?
3. Bagaimana strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis bagi mahasiswa
semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
1. Mendeskripsikan faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta tahun ajaran 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Mendeskripsikan kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.
3. Mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis bagi
mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, adapun penjabaran
manfaat penelitian sebagai berikut yakni :
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi dan kemampuan
membaca kristis mahasiswa dalam perkuliahan di kampus dan kemampuan
tersebut dapat diterapkan dalam dunia pendidikan apabila suatu saat mereka
menjadi pendidik.
2. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti lain
untuk dapat mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan kemampuan
membaca kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.5 Batasan Istilah
Adapun batasan istilah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Membaca
Membaca adalah perkembangan keterampilan yang bermula pada kata dan
berlanjut kepada membaca kritis (Harjasujana dan Mulyati, 1997:5-25, dalam
Dalman, 2013:6).
2. Membaca kritis
Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan
menilainya. Pembaca tidak sekedar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-
sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Kita membaca dengan
nuansa dan arti. Membaca secara kritis berarti kita harus mampu membaca secara
analisis dengan melakukan penilaian. Dalam membaca harus ada interaksi penulis
dengan pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk
pengertian baru (Soedarso, 2005:71-72).
3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah kegiatan pengajaran untuk memikirkan dan
mengupayakan terjadinya konsentrasi antara aspek-aspek dan komponen
menggunakan siasat tertentu (Mujiono, 1992, dalam Iskandarwassid, 2011:8).
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian deskripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu (I) pendahuluan, (II)
landasan teori, (III) metodologi penelitian, (IV) hasil penelitian dan pembahasan,
dan (V) penutup. Bab pertama terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab
dua terdiri atas penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori, kerangka berpikir.
Bab III terdiri atas jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. Bab VI terdiri
atas dekripsi pelaksanaan penelitian data, analisis data, dan pembahasan. Bab V
terdiri atas kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti bersumber dari penelitian
terdahulu yang telah dilakukan oleh penelitian lain. Peneliti beracuan pada
penelitian yang berhubungan dengan membaca kritis. Penelitian yang masih
relevan dengan penelitian ini ada dua penelitian. Peneliti menemukan dua topik
penelitian mengenai membaca kritis yang berjudul “Tingkat Kemampuan
Membaca Kritis Siswa SMA N Kelas XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta” oleh Desy
Sagitaria. Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa tingkat
kemampuan membaca kritis siswa SMA N Kelas XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta
masih rendah. Hal itu terjadi karena strategi pembelajaran kurang bervariasi,
kemampuan membaca kritis belum diperhatikan, dan hasil belajar siswa masih
kurang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, setelah peneliti melakukan tes
dua kali dapat diketahui hasil kemampuan membaca kritis siswa meningkat.
Tingkat kemampuan membaca kritis siswa berada di tingkat sedang dan guru
masih harus terus membantu untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis
siswa.
Penelitian kedua yaitu “Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis Dengan
Metode Inquiri Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013” oleh Natalia Staffiany Devyta Sari. Dari penelitian
yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa membaca kritis itu tidak mudah bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
siswa SMA. Ada pun hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan membaca kritis
sebagai berikut: banyak siswa yang tidak berkonsentransi saat membaca, bahan
bacaan yang digunakan dalam membaca kritis terlalu panjang, siswa bermalas-
malasan membaca, dan lebih suka membicarakan hal lain diluar topik
pembelajaran. Oleh karena itu, hasil yang dicapai oleh siswa tidak maksimal.
Namun, berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
metode inquiri dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis para siswa.
Berdasarkan penelitian tersebut, yang pernah dilakukan oleh penelitian lain, maka
peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai strategi pembelajaran kemampuan
membaca kritis pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia semester VI
kelas A Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan alasan lulusan
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia diharapkan akan menjadi pendidik sehingga
kemampuam membaca kritis mahasiswa harus baik.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain memberikan
gambaran, bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini masih relevan
dan masih berguna untuk diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu, peneliti melakukan
penelitian yang berjudul “Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis
Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada
Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Hakikat Membaca
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya
untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti
membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks bacaan. Farr
(1984:5) mengemukakan “reading is the heart of education” yang artinya
membaca merupakan jantung pendidikan. Melalui membaca orang akan
memperoleh pengetahuan dan memiliki wawasan yang luas sehingga pola pikir
manusia akan berkembang.
Pengertian di atas sejalan dengan pendapat Harjasunjana dan Mulyati,
1997:5-25 (dalam Dalman, 2013:6), membaca merupakan perkembangan
keterampilan yang bermulai dari kata dan berlanjut kepada membaca kritis. Mula-
mula orang hanya membaca kata per kata lalu kalimat untuk memahami isi dan
mulai berpikir tentang informasi yang telah dibacanya. Rusyana (1984:190)
mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan memahami pola-pola bahasa dalam
penamilannya secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya.
Klein, dkk. (dalam Rahim, 2005:3) mengemukakan bahwa membaca
mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses, artinya informasi dari
teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang
utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategi, artinya
pembaca yang efektif mengunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan
teks dan konteks dalam rangka mengkontruk makna ketika membaca. Ketiga,
membac interaktif, artinya keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan
menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks dibaca seseorang harus
mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Berdasarkan
uraian tersebut dapat dikatakan membaca merupakan proses memahami kata dan
memadukan arti kata dalam kalimat dalan struktur bacaan, sehingga pembaca
mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum
isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri.
Burn, Rose, dan Ross (dalam Dalman, 2013:7) menyatakan bahwa
membaca suatu proses. Maksudnya kegiatan membaca itu terdiri atas proses
membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah tindakan/kegiatan
membaca, sedangkan produk membaca adalah komunikasi pikiran dan perasaan
penulis pada pembaca. Pendapat lain yang sesuai dengan pengertian di atas yaitu
membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis (Tarigan, dalam Dalman, 2013:7). Berdasarkan pendapat para
ahli di atas dapat disimpulkan membaca adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk memahami pesan atau memperoleh informasi secara
tertulis.
2.2.2 Faktor Membaca
Secara umum, dalam membaca terdapat faktor-faktor yang menunjang
kesuksesan. Faktor membaca menurut Lamb dan Arnol (dalam Rahim, 2007:6)
ada 3 yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Faktor Fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan
jenis kelamin. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbelakangan
neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangan matang secara fisik
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
b. Faktor Intelektual dapat disebut juga istilah intelegensi. Istilah intelegensi
didefinisikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang
esensidal tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara
umum ada hubungan antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan
rata-rata peningkatan remedial membaca. Tingkat intelegensi membaca itu
sendiri pada hakikatnya proses berpikir dan memecahkan masalah. Dua orang
yang berbeda IQnya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan
membacanya.
c. Faktor Lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca seseorang.
Faktor lingkungan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Latar belakang dan pengalaman anak di rumah: lingkungan dapat membentuk
pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah juga
mempengaruhi probadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi
itu pada gilirannya dapat membentuk anak dan dapat juga menghalangi anak
belajar membaca. Seorang anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang
harmonis, rumah yang penuh cinta kasih, tidak akan menemukan kendala yang
berarti dalam membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga
penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
suatu kegiatan yang bermakna, pengalaman masa lalu anak-anak
memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.
2. Faktor sosial ekonomi orang tua dan lingkungan tetangga merupakan faktor
yang membentuk lingkungan rumah anak. Beberapa penelitian memperlihatkan
bahwa status sosial ekonomi anak semakin tinggi kemampuan verbal anak
tersebut. Anak-anak yang yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang
dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak untuk
berbicara mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak tersebut.
3. Faktor psikologis juga mempengaruhi kemampuan membaca anak. Faktor ini
mencakup hal-hal seperti motivasi, minat, kematangan sosio, emosi, dan
penyesuasian diri.
Faktor membaca di atas sejalan dengan pendapat Johnson dan Pearson
(dalam Amna, dkk, 2013:3) yang menyatakan bahwa faktor membaca dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah yang ada dalam diri pembaca. Faktor yang berada di
dalam diri pembaca meliputi motivasi baca, sikap dan minat pembaca, kebiasaan
membaca, kondisi emosi, kondisi kesehatan, pengetahuan/pengalaman yang
dimiliki sebelumnya, pengetahuan tentang cara membaca, ketertarikan,
kebermanfaatan, tingkat intelegensi pembaca, dan penguasaan bahasa.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah yang ada di luar pembaca (eksternal). Faktor di luar
pembaca yaitu latar belakang sosial ekonomi dan tidak tersedianya bahan bacaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
suasana lingkungan dan waktu, teks, pengaruh budaya lisan, dan pengaruh media
elektronik. Berdasarkan kedua pendapat di atas, peneliti menggunakan faktor
membaca menurut Johnson dan Pearson.
2.2.3 Jenis-Jenis Membaca
Terdapat dua jenis membaca yaitu membaca nyaring dan membaca senyap
(dalam hati). Tarigan (1982:23) menyatakan membaca nyaring adalah suatu
aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap atau
memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Saat membaca,
pembaca mengeluarkan suara sehingga orang lain bisa mendengarkannya.
Pendapat lain yang sesuai dengan pengertian di atas yaitu pendapat Dalman
(2013:48), menyebutkan membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan
mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa
dengan suara yang cukup keras.
Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa
gerakan bibir, dan pembaca hanya diam atau membaca di dalam hati. Tarigan
(1994:30) mengemukakan dalam membaca senyap, pembaca hanya menggunakan
ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Definisi tersebut
dapat dikatan bahwa memabaca senyap adalah kegiatan membaca yang dilakukan
dengan tanpa menyarakan isi bacaan yang dibacanya. Membaca senyap atau
dalam hati dibagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi
sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif
ini meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Tarigan
(1994:36) mengemukakan membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti,
dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas
yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif
ini meliputi membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Adapun membaca
telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis,
membaca ide, dan membaca kreatif. Membaca telaah bahasa meliputi membaca
bahasa dan membaca bahasa. Berdasarkan jenis-jenis membaca di atas, dalam
penelitian ini akan lebih mendalam membahas mengenai membaca kritis.
2.2.4 Hakikat Membaca Kritis
Membaca kritis merupakan level tertinggi dari membaca pemahaman.
Tarigan, 2008:91 (dalam Hagaman, J.L. dkk. 2010), kemampuan membaca
pemahaman merupakan dasar bagi membaca kritis. Membaca pemahaman
terdapat tiga level, yaitu (1) pemahaman literal, pembaca memahami ide dan
informasi yang tertera langsung dalam teks, (2) pemahaman interpretatif, pembaca
memahami ide dan informasi yang tidak secara langsung dinyatakan dalam teks,
dan (3) pemahaman kritis, pembaca dituntut untuk menganalisis, mengevaluasi,
memberi tanggapan terhadap informasi dalam teks. Pernyataan tersebut
maksudnya yaitu saat membaca, kita juga harus berpikir kritis tentang pesan
penulis dan memberi apresiasi dengan memberi tanggapan mengenai tulisannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan
menilainya. Pembaca tidak sekadar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-
sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Kita membaca dengan
nuansa dan arti. Membaca kritis berarti kita harus mampu membaca secara
analisis dan dengan menilai. Membaca harus merupakan interaksi antara penulis
dan pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk
pengertian baru (Soedarso, 2005:71-72). Dalam membaca kritis ini pembaca tidak
hanya sekedar memahami isi bacaan, namun pembaca dituntut untuk berpikir,
menilai, dan membuat batasan-batasan. Penilaian terhadap bacaan bisa berupa
kelebihan dan kekurangan sebuah teks. Penilain ini juga sangat bermanfaat untuk
penulis dan pembaca lain.
Pengertian membaca kritis di atas sejalan dengan pendapat Albert (dalam
Tarigan, 2008:92) menyebutkan bahwa membaca kritis adalah sejenis membaca
yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, serta
analistis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Pendapat lain yang sama
menyebutkan membaca kritis merupakan proses membaca yang bertujuan untuk
memberikan penilaian terhadap suatu karya tulis dengan jalan melibatkan diri
sebaik-baiknya ke dalam bacaan itu dan membuat analisis yang diandalkan
Harjasujana, 2005: 11 (dalam Pujiono, 2008:5).
Meskipun pembaca boleh menilai terhadap bacaan tetapi tidak berarti
penilaian itu berisi kekurangan seutuhnya. Pembaca harus membandingkan,
menganalisis, menilai, dan memberi opini dan fakta dari penulis. Pembaca
menghargai pendapat penulis, memberi evaluasi dan menginterpretasi tulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
berdasarkan realitas, dan menolak yang tidak sesuai dengan fakta. Dalam
membaca, pembaca harus mengikuti jalan pikiran penulis dengan (1) cepat, (2)
akurat, dan (3) kritis.
Pujiono (2008), membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah
bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan,
baik makna tersurat maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal,
memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai. Mengolah secara kritis
artinya dalam proses membaca seorang pembaca tidak hanya menangkap makna
yang tersurat (makna baris-baris bacaan, atau istilahnya (reading the lines), tetapi
juga menemukan makna antarbaris (reading between the lines), dan makna di
balik baris (reading beyond the lines).
Membaca kritis tidak hanya memahami arti yang tersurat dalam teks, tetapi
juga untuk membaca hal-hal yang tersirat. Dengan kata lain, membaca pesan yang
tidak secara gamblang ditulis oleh penulis. Maka pembaca juga harus berpikir
kritis tentang pesan penulis, mengapa penulis memberi pesan tersebut dan
bagaimana penulisan menyampaikan pesan melalui teks. Membaca sambil
berpikir kritis dapat mengetahui tujuan penulis menyampaikan pesan dan
pembaca dapat membantu menentukan apakah teks itu baik atau buruk.
Kemampuan membaca kritis diperlukan untuk menentukan nilai bahan bacaan
layak dibaca atau tidak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, membaca kritis adalah
kegiatan membaca yang menuntut pembaca untuk mengetahui seluruh isi bacaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
baik yang tersurat maupun tersirat melalui proses menginterpretasi, menerapkan
konsep-konsep, menganalisis, menyimpulkan, menilai, dan memproduksi.
2.2.5 Aspek Membaca Kritis
Seseorang dikatakan mampu membaca kritis apabila seseorang itu dapat
memberi tanggapan atau mengomentari isi suatu bacaan. Melalui tanggapan
tersebut berarti ia telah berpikir kritis.
Berpikir kritis berasal dari dua kata dasar dalam bahasa Latin yakni
“kriticos” yang berarti penilaian yang cerdas (discerning judgment) dan
“criterion” yang berarti standar (Paul dkk, http://www.criticalthinking.org/
schoolstudy.htm). Kegiatan kritis ditandai dengan menganalisis secara cermat
untuk menilai teks dengan objektif. Emilia (2007) menyebutkan berpikir kritis
berarti berpikir untuk menghasilkan penilaian, pendapat atau evaluasi yang
objektif dengan menggunakan standar evaluasi yang tepat untuk menentukan
kebaikan, manfaat serta nilai sesuatu. Pendapat lain yang sama yaitu berpikir
kritis merupakan kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi,
kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan
orang lain (Johnson, 2006:181, dalam Sari, 2010:10). Kesimpulan dari pengertian
diatas berpikir kritis adalah sutu kegiatan menganalisis, mengevaluasi dan
memberi penilaian secara objektif dengan bukti yang logis. Tujuan berpikir kritis
yaitu untuk memahami lebih mendalam mengenai suatu bacaan baik tersirat
maupun tersurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tarigan (2005:93) mengungkapkan bahwa membaca kritis menuntut
pembaca agar:
a. Memahami maksud penulis
Saat membaca serta memahami maksud penulis, pembaca perlu mencari paragraf
pendahuluan suatu pernyataan mengenai maksud penulis dan uraian penjelasan
terhadap maksud tersebut. Memperhatikan bagaimana cara penulis menentukan
ruang lingkup pembicaraan. memperhatikan dengan saksama bagaimana cara
penulis menentukan organisasi serta penyajian bahan, dan mencari maksud yang
tersirat yang tersembunyi dalam bacaan.
b. Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis
Pembaca harus yakin bahwa membaca untuk memahami informasi sebelum
mengutarakan pendapat. Pemahaman selalu mendahului penilaian. Untuk dapat
menilai, pembaca perlu menganalisis asumsi-asumsi dan praduga-praduga kita
sendiri untuk mengetahui apakah kita sebagai pembaca berpikir secara jelas dan
objektif atau tidak.
c. Memahami organisasi dasar tulisan
Membaca secara keseluruhan dan memahami setiap bagian penyajian, yaitu
pendahuluan, isi, dan kesimpulan.
d. Menilai penyajian pengarang
Selaku pembaca yang kritis, kita harus mampu menilai, mengevaluasi penyajian
bahan penulis. Kita harus dapat menemukan pokok masalah. Adapun segi-segi
yang dinilai yaitu segi informasi, logika, bahasa, kualifikasi, dan sumber
informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
e. Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari
Pembaca yang teliti dan kritis terus menerus akan mengevaluasi ide-ide yang
disajikan pada mereka, terutama sekali untuk melihat apakah ide-ide yang
menarik perhatian, memberi pertimbangan dan penilaian dan mengambil
pendapat-pendapat mengenai hal-hal yang penting.
f. Meningkatkan minat membaca
Untuk meningkatkan minat membaca, perlu sekali kita berusaha menyediakan
waktu untuk membaca dan memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-
norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetik, sastra, dan moral.
g. Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan
Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan yaitu bahan yang bermanfaat yang
memenuhi kebutuhan dan tidak menyia-nyiakan waktu. Adapun prinsip tersebut
yaitu (a) buku-buku yang pantas dibaca. Buku-buku dan majalah-majalah yang
memberi laporan, menafsirkan, mengilhami, atau memperkarya kehidupan
disamping memberi hiburan. Pilihan-pilihan tersebut dapat ditemui dalam karya
tulis. Kalau buku tidak memenuhi salah satu atau lebih dari fungsi-fungsi tersebut,
maka buku tersebut hampir tidak patut mendapat pertimbangan dan waktu yang
serius. (b)Norma-norma kritik. Norma-norma digunakan untuk mengukur
kebaikan-kebaikan suatu buku, film atau acara televsi sebelum dipublikasikan.
Adapaun hal-hal yang dapat dipertimbangan dan dipikirkan dibawah tiga judul,
yaitu norma estetik, sastra, dan moral.
Saat membaca kritis seseorang harus memiliki beberapa keterampilan yaitu
memahami ide pokok baik yang tersurat maupun tersirat, mengetahui tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
penulis, menganalisis fakta dan opini, mengevaluasi tulisan, menyimpulkan dan
menilai.
Pujiono (2008) dalam “Kunci Sukses Membaca Kritis” ada 16 keterampilan
dalam membaca kritis yaitu (1) Keterampilan menemukan informasi faktual
(detail bacaan), (2) Keterampilan menemukan ide pokok yang tersirat, (3)
Keterampilan menemukan unsur urutan, unsur perbandingan, unsur sebab akibat
yang tersirat, (4) Keterampilan menemukan suasana (mood), (5) Keterampilan
membuat simpulan, (6) Keterampilan menemukan tujuan pengarang, (7)
Keterampilan memprediksi (menduga) dampak, (8) Keterampilan membedakan
opini dan fakta, (9) Keterampilan membedakan realitas dan fantasi, (10)
Keterampilan mengikuti petunjuk, (11) Keterampilan menemukan unsur
propaganda, (12) Keterampilan menilai keutuhan gagasan, (13) Keterampilan
menilai kelengkapan antargagasan, (14) Keterampilan menilai kesesuaian dan
keruntutan antargagasan, (15) Keterampilan menilai kesesuai antara judul dan isi
bacaan, dan (16) Keterampilan membuat kerangka bacaan.
Uraian di atas sejalan dengan aspek-aspek yang dikemukakan Nurhadi
(2010:145-181). Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki pembaca kritis
yaitu
a. Kemampuan mengingat dan mengenali
Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam kemampuan mengingat
dan mengenali meliputi: kemampuan mengenali ide pokok paragraf, mengenali
tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya, menyatakan kembali gagasan utaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
bacaan, menyatakan kembali fakta-fakta atau detail bacaan, dan pembanding,
unsur hubungan sebab akibat, karakter tokoh, dan sebagainya.
b. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat
Seorang pembaca kritis harus menyadari bahwa penulis tidak hanya
mengungkapkan gagasan secara tersurat tetapi juga secara tersirat. Untuk
menggali makna tersebut diperlukan kepekaan interpretasi. Pembaca harus
mampu dengan sendirinya menafsirkan ide-ide pokok dan ide-ide pokok
penunjang yang secara eksplisit tidak dinyatakan oleh pengarangnya.
Kemampuan-kemampuan menginterpretasi sebagai berikut: kemampuan
menafsirkan ide pokok paragraf, menafsirkan gagasan utama bacaan, menafsirkan
ide-ide penunjang, membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, memahami secara
kritis hubungan sebab akibat, dan memahami secara kritis unsur-unsur
perbandingan.
c. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan
Seorang pembaca kritis tidak berhenti sampai pada aktivitas menggali
makna tersirat melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis, tetapi juga harus
mampu menerapkan konsep-konsep yang ada dalam situasi baru yang bersifat
problematis. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan sebagai
berikut: kemampuan mengikuti petunjuk dalam bacaan, menerapkan konsep-
konsep atau gagasan-gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang
problematis, menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang
dihadapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
d. Kemampuan menganalisis isi bacaan
Kemampuan menganalisis adalah kemampuan pembaca melihat komponen-
komponen atau unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan dalam
bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, kesimpulan-kesimpulan, pernyataan-
pernyataan dan lain sebagainya.
Kemampuan menganalisis isi bacaan meliputi: kemampuan memberikan
gagasan utama bacaan, memberikan detail-detail atau fakta-fakta penunjang,
mengklasifikasi fakta-fakta. dan membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam
bacaan.
e. Kemampuan membuat sintesis
Kemampuan membuat sintesis adalah kemampuan pembaca melihat
kesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya. Sebuah teks bacaan, apapun
bentuknya, biasanya merupakan sebuah kesatuan gagasan atau pesan.
Kemampuan membuat kesimpulan sebagai berikut: kemampuan membuat
kesimpulan bacaan, mengorganisasi gagasan utama bacaan, menentukan tema
bacaan, menyusun kerangka bacaan, menghubungkan data-data sehingga
diperoleh kesimpulan, dan membuat ringkasan.
f. Kemampuan menilai isi bacaan
Seorang pembaca yang kritis harus mampu mengadakan penilaian-penilaian
terhadap keseluruhan isi bacaan melalui aktivitas-aktivitas mempertimbangkan,
menilai itu sendiri, dan mentukan keputusan-keputusan. Kemampuan menilai isi
bacaan meliputi kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok
paragraf atau bacaan secara keseluruhan, menilai dan menentukan bahwa sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pernyataan adalah fakta atau sekedar opini, menilai dan menentukan bahwa
sebuah bacaan itu diangkat dari realitas ataukah fantasi pengarang, menentukan
tujuan pengarang dalam menulis karangannya, menentukan relevansi anatara
tujuan dengan pengembangan gagasan, menentukan keselerasan antara data yang
diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat, dan menilai keakuratan dalam
penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frase, atau penyusunan kalimatnya.
g. Kemampuan mencipta bacaan (menulis)
Kemampuan mencipta bacaan adalah kemampuan menyerap inti bacaan,
membuat rangkuman atau membuat kerangka bacaan yang disusun sebagai
tanggapan terhadap bacaan atau membuat kerangka bacaan yang betul-betul baru
berdasarkan pengetahuan dari bacaan, dan mengembangkan/ menulis berdasarkan
kerangka bacaan yang telah disusun.
Aspek-aspek yang dijelaskan Nurhadi di atas selaras dengan pemikiran
Bloom mengenai jenjang kognitif. Ada tujuh jenjang kognitif menurut Bloom dan
Anderson (dalam Arifin, 2008:18) yaitu
a. Pengetahuan (Knowledge)
Menarik kembali informasi yang relevan yang tersimpan dalam memori
jangka panjang. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengingat dan
menyatakan kembali. Mengingat adalah ketika memori digunakan untuk
menghasilkan definisi, fakta, atau daftar, atau membacakan atau mengambil
materi. Menyatakan kembali adalah mengungkapkan lagi sesuai apa yang tertulis
dalam suatu teks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Pemahaman (Comprehension)
Mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang
dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang
telah ada dalam pemikiran manusia, baik itu lisan, tulisan, dan dalam bentuk
grafik. Memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan,
memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi,
membandingkan dan menjelaskan.
c. Penerapan (Application)
Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau
mengerjakan tugas. Meliputi dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan
mengimplementasikan.
d. Analisis (Analysis)
Menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan
menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Mencakup
tiga macam proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisasikan, dan
menemukan pesan tersirat (memberikan atribut).
e. Menyimpulkan (Syntesis)
Kemampuan untuk menempatkan bagian-bagian bersama-sama untuk
membentuk satu keseluruhan yang koheren, baru atau unik. Mencakup dua
macam proses kognitif yaitu menyimpulkan dan menyusun kembali
f. Menilai (Evaluasi)
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kategori dan standar yang ada.
Mencakup dua macam proses kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
g. Memproduksi (Creation)
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan atau
menyusun unsur-unsur untuk membentuk sebuah ide baru, atau membuat produk
sendiri. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan,
dan memproduksi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang aspek kemampuan membaca
kritis, maka peneliti memilih teori taksonomi Bloom dan dipadukan dengan teori
Nurhadi mengenai aspek kemampuan membaca kritis guna melakukan penelitian.
Adapun aspek membaca kritis yaitu (1) kemampuan mengenali dan mengingat ,
(2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis isi
bacaan, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi.
2.2.6 Hakikat Strategi Pembelajaran
Wiranataputra, 2010 (dalam Iskandarwassid, 2011:6) menyatakan strategi
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Pengertian di atas sejalan dengan Mujiono, 1992 (dalam Iskandarwassid,
2011:8) yang mengemukakan strategi pembelajaran yaitu kegiatan pengajaran
untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsentrasi antara aspek-aspek
dan komponen menggunakan siasat tertentu. Sistem intruksional merupakan suatu
kegiatan , maka dalam pemikiran dan pengupayaan pengkonsistensian aspek-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat
dilaksanakan.
Kedua pendapat tersebut berbeda dengan yang dikemukakan oleh Zaini dan
Bahri 2003 (dalam Iskandarwassid, 2011:8), strategi pembelajaran mempunyai
pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta didik dalam
mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas, strategi pembelajaran yaitu
kiat-kiat yang digunakan pengajar mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2.7 Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
Subyantoro dkk. 2014 (dalam Iskandarwassid, 2011:11) mengungkapkan
jenis-jenis utama strategi belajar dilihat dari karakteristik belajar setiap individu
yaitu:
a. Strategi Mengulang
Strategi mengulang terdiri atas mengulang sederhana dan mengulang
kompleks. Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekedar membaca
ulang materi tertentu dan hanya untuk menghafal saja. Strategi mengulang
kompleks adalah menggarisbawahi ide-ide kunci, membuat catatan pinggir, dan
menulis kembali inti informasi yang telah diterima merupakan bagian dari
kegiatan mengulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Strategi Elaborasi
Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan
PQ3R. PQ3R singkatan dari preview (membaca selintas dengan cepat), question
(bertanya), dan 4R singkatan dari read (membaca) , reflect (merefleksi), recite
(mennayakan pada diri sendiri), dan review (mengulang secara menyeluruh).
Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi
baru akan menjadi lebih bermakna. Strategi ini membantu pemindahan informasi
baru dari memori jangka pendek ke jangka panjang.
c. Strategi Organisasi
Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah
menjadi bagian yang lebih kecil. Bentuk strategi organisasi ini yaitu outlining,
membuat garis besar yakni menghubungkan berbagai macam topik atau ide
dengan beberapa ide utama. Mapping, lebih dikenal dengan pemetaan konsep.
d. Strategi Metakognitif
Metagonitif berhubungan dengan peserta didik tentang berpikir mereka
sendiri dan kemampuan menggunakan strategi belajar dengan tepat. Metakognisi
memiliki dua komponen, yakni pengetahuan tentang kognisi dan mekanisme
pengendalian atau monitoring kognisi.
Selain strategi di atas terdapat pula strategi membaca menurut Wainwright
(2007: 78-80) yaitu strategi PACER. Langkah-langkah untuk strategi PACER
sebagai berikut:
a. Preview (meninjau), membaca sepintas lalu untuk mengenali struktur bacaan,
pokok-pokok pikiran, relevansi, dsb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
b. Assess (menaksir), tujuan membaca dan materi bacaan.
c. Choose (memilih), teknik yang tepat.
d. Expedite (mempercepat), peringatan untuk meningkatkan kembali kecepatan
membaca setelah tertahan bagian yang sulit.
e. Review (meninjau ulang), membaca sepintas lalu untuk memastikan tidak ada
yang terlewatkan dan/atau untuk memperkuat pokok-pokok pikiran yang harus
diingat.
Selain strategi yang sudah dijelaskan di atas, Ngalimun (2014:61-63) juga
mengungkapkan strategi SQ3R untuk mengembangkan kemampuan membaca
kritis. SQ3R merupakan strategi membaca yang terdiri dari lima langkah yaitu
a. Survey (prabaca), strategi untuk mengenal bahan sebelum membaca secara
lengkap untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum dengan melihat judul,
subjudul, dan sebagainya.
b. Question, mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan
mengubah judul atau subjudul menjadi kalimat tanya. Bisa menggunakan kata
siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
c. Read, membaca keseluruhan bahan bacaan. Baca bagian demi bagian sambil
mencari jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat pada langkah ke-2. Pada
tahap ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokok dan detail penting.
d. Recite, Setelah selesai membaca, berhentilah sejenak. coba jawab pertanyaan
atau sebutkan hal-hal penting bagian tersebut dan bila diperlukan buat catatan.
Bila belum paham, ulangi membaca bagian tersebut sekali lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Strategi KWL singkatan dari What I Know (apa yang ingin saya ketahui),
What Do I Want to Learn (apa yang ingin saya pelajari), dan What I Learned
(apa yang telah saya pelajari). Scarcella (dalam Rahim, 2007:36-47) menyatakan
bahwa K-W-L berguna untuk penjelajahan sebuah topik dan isi bacaan secara
cepat. Keistimewaan K-W-L ialah memungkinkan pembaca menjajaki sebuah
topik melalui multiple perspektif. Strategi ini menekankan pada pentingnya latar
belakang pengetahuan pembaca. Langkah pembalajaran menggunakan KWL
adalah sebagai berikut.
a. Langkah Whot I Know mencakup empat langkah, yaitu:
1) Membimbing mahasiswa menyampaikan ide-ide tentang topik bacaan yang
akan di baca.
2) Mencatat ide-ide mahasiswa tentang topik yang akan dibaca
3) Mengatur diskusi tentang ide-ide yang diajukan mahasiswa, dan
4) Memberikan stimulus atau penyelesaian contoh mengenai kategori ide.
b. Langkah What Do I Want to Learn mencakup dua langkah, yaitu:
1) Membimbing mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
terkait dengan topik bacaan, dan
2) Membimbing mahasiswa untuk membuat skala prioritas tentang pertanyaan-
pertanyaan yang benar-benar mereka inginkan jawabannya.
c. Langkah What I Learned, dosen membimbing mahasiswa menuliskan kembali
apa yang telah dibaca dengan bahasanya sendiri.
Namun, karena penelitian ini adalah mahasiswa yang telah memiliki bekal
kemampuan yang relatif sudah cukup, strategi yang dibutuhkan oleh mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
bukan lagi strategi sejenis PQ4R, PACER, SQ3R, atau KWL. Strategi yang
dibutuhkan oleh mahasiswa adalah (a) mengenali dan mengingat, (b) memahami
isi bacaan, (c) menerapkan konsep-konsep, (d) menganalisis isi bacaan, (e)
membuat kesimpulan, (f) menilai, dan (g) memproduksi. Strategi inilah yang
dipergunakan untuk pembelajaran kemampuan membaca kritis.
2.2.8 Teori Skala Likert
Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang mengenai suatu gejala atau
fenomena (Sumanto, 2014:102). Pendapat tersebut sejalan dengan Riduwan
(2002:12) mengemukakan skala likert digunakan untuk mengikur sikap, pendapat
seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pernyataan skala
likert terdapat dua bentuk pernyataan, yaitu bentuk pernyataan positif yang
berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan bentuk pernyataan negatif yang
berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap.
Dalam menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi subvariabel kemudian
subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.
Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk
membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu
dijawab oleh responden. Di bawah ini akan dijabarkan kategori interpretasi skor
yakni:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca
Rentang Skor Kategori
0% - 20% Sangat Rendah
21% - 40% Rendah
41% - 60% Cukup
61% - 80% Tinggi
81% - 100% Sangat Tinggi
Dalam skala likert, kemungkinan tidak sekedar “setuju” dan “tidak setuju”,
melainkan dibuat lebih banyak kemungkinan jawabannya, yaitu 5 = Sangat Setuju
(SS), 4 = Setuju (S), 3 = Tidak Memiliki Pilihan (TMP), 2 = Tidak Setuju (TS),
dan 1 = Sangat Tidak Setuju(STS). Skala ini pada dasarnya memperoleh dari data
kualitatif yang dikuantitatifkan. Adapun cara mengerjakan skala likert menurut
Suharso (2009:44) adalah:
1. Mengumpulkan sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Responden diwajibkan memilih salah satu dari
sejumlah kategori jawaban yang tersedia. Kemudian masing-masing jawaban
diberi penilaian tertentu (misalnya 1,2,3,4,5).
2. Membuat nilai total untuk setiap responden dengan menjumlah nilai untuk
seluruh jawaban.
3. Menilai kekompakkan antarpernyataan. Caranya dengan membandingkan
jawaban antara dua responden yang mempunyai skor total yang sangat
berbeda, tetapi memberikan jawaban yang sama untuk pernyataan tersebut.
Pernyataan tersebut dinilai tidak baik, sehingga harus dikeluarkan (tidak
digunakan untuk mengukur konsep yang diteliti).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4. Pernyataan yang kompak dijumlahkan untuk membentuk variabel baru dengan
menggunakan teknik summated rating.
2.2.9 Teori Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi (Rangkuti, 2003:18). Asumsi dasar yang melandasinya
adalah bahwa organisasi harus menyelaraskan aktivitas internalnya dengan realita
eksternal agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengertian tersebut sejalan
dengan pendapat Susanto (2014:131) menyatakan analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, and Threats) adalah perangkat analisa yang sangat
populer, terutama untuk kepentingan perumusan strategi.
SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan) dan Weaknesses
(kelemahan) internal dari mahasiswa serta Opportunities (peluang), dan Threats
(ancaman) yang dihadapi mahasiswa. Pearce dan Robinson (2013:156)
mengungkapkan analisis SWOT adalah teknik historis yang terkenal untuk
menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategi. Analisis ini
didasarikan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian”
yang baik antara sumber daya internal mahasiswa (kekuatan dan kelemahan)
dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan
memaksimalkan kekuatan dan peluang mahasiswa serta meminimalkan
kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini
memiliki implementasi yang bagus dan mendalam bagi desain dan strategi yang
berhasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Sagala (2007:140) juga mengemukakan analisis SWOT adalah salah satu
tahap dalam manajemen strategi yang merupakan pendekatan analisis lingkungan.
Penelitian Peluang tidak akan berarti apabila pengajar tidak mampu
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Penelitian analisis SWOT ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor membaca
yang dimiliki mahasiswa.
Kekuatan (Strengths) merupakan keunggulan yang dimiliki oleh mahasiswa
sehingga mampu membaca kritis sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau
kekurangan mahasiswa sehingga menjadi hambatan dalam membaca kritis.
Peluang adalah situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan mahasiswa
sedangkan ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan mahasiswa. Dengan demikian, perencanaan strategi pembelajaran
kemampuan membaca kritis disesuaikan dengan hasil analisis faktor membaca
yang di analisis berdasarkan SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman) dan sudah dikaitkan dengan hasil tes kemampuan membaca kritis.
2.3 Kerangka Berpikir
Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor
membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta tahun ajaran 2015 dibuat dengan dasar kerangka berpikir sebagai
berikut: pertama, peneliti melakukan analisis kebutuhan dan mengumpulkan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mahasiswa dengan melakukan observasi, menyebarkan angket faktor membaca,
menyebarkan tes kemampuan membaca kritis dan wawancara.
Kedua, mencari teori yang mendukung untuk analisis data dan data-data
dianalisis. Faktor membaca dianalisis berdasarkan faktor internal dan faktor
eksternal. Terdapat 101 pernyataan (subindikator) dalam faktor membaca dan
diklasifikasi ke dalam 11 indikator faktor internal dan 3 faktor eksternal. Dalam
subindikator terdapat pernyataan positif dan pernyataan negatif. Hasil perhitungan
skala likert setiap subindikator diklasifikasi sikap positif dan sikap negatif.
Setelah diklasifikasi dianalisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman. Tes kemampuan membaca kritis diberikan untuk
mengukur tingkat kemampuan membaca kritis mahasiswa. Sebelum melakukan
analisis tes dilakukan perhitungan indek tingkat kesulitan butir soal untuk
mengetahui apakah butir soal layak atau tidak layak. Setelah diketahui soal layak
maka dilakukan perhitungan nilai masing-masing mahasiswa dan cari rata-rata
nilai mahasiswa dan dimasukkan ke dalam kategori penilaian. Secara khusus
peneliti juga melakukan analisis setiap aspek kemampuan membaca kritis yaitu
mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menerapkan konsep-konsep,
menganalisis, membuat kesimpulan, menilai, dan memproduksi. Analisis ini
untuk mengatahui aspek apa saja yang sudah mampu mahasiswa capai dan aspek
yang belum mampu mahasiswa capai. Kemudian aspek tersebut dikaitkan dengan
analisis SWOT.
Ketiga, menentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca
berdasarkan hasil observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kemampuan membaca kritis dikaitkan dengan analisis SWOT, dan wawancara.
Strategi pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca
kritis mahasiswa. Secara lebih ringkas strategi pembelajaran kemampuan
membaca kritis dapat dilihat pada skema sebagai berikut.
Skema 3.1 Kerangka Berpikir
Strategi Pembelajaran
Kemampuan Membaca Kritis
Faktor Membaca Tes Kemampuan Membaca Kritis
Analisis SWOT
Strategi Pembelajaran Sesuai Aspek
Kemampuan Membaca Kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Sekaran (2006:158-162)
mengungkapkan penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi
mampu dalam menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi.
Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Suprapto, (2013:13) yang
menyatakan penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap status, sikap,
pendapat kelompok individu, perangkat kondisi dan prosedur, suatu sistem
pemikiran atau peristiwa dalam rangka membuat deskripsi atau gambaran secara
sistematik dan analik yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah
aktual pada masa kini.
Narbuko dan Achmadi (2007:44) mengungkapkan penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan
menginterpretasi. Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan
penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjelaskan karakteristik masalah
yang sesuai dengan kondisi dan situasi subjek penelitian secara aktual. Penelitian
ini melalui proses penyajian data, menganalisis dan menginterpretasi.
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu (Sumadi, 2008:75). Pernyataan tersebut juga di setujui oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Narbuko dan Achmadi (2007:44) yang menyatakan tujuan penelitian deskriptif
untuk pemecahan masalah secara sistematika dan faktual mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi.
Peneliti menggunakan penelitian ini bermaksud untuk mendeskipsikan
strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca
dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta tahun ajaran 2015.
3.2 Subjek Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa Semester VI kelas A Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta tahun ajaran 2015 yang berjumlah 33 mahasiswa. Alamat kampus
tersebut di Mrican Tromolpos 29 Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dilakukan pada
bulan April 2015. Di awal penelitian dilakukan pengumpulan data dengan
menggunakan teknik observasi, angket, wawancara, dan tes kemampuan membaca
kritis.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan
nontes, berikut penjelasnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
a. Tes
Tes adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi kompetensi,
pengetahuan, dan keterampilan tentang peserta didik (Nurgiyantoro, 2010:105).
Tes ini digunakan peneliti untuk menilai kemampuan membaca kritis mahasiswa.
Data yang dikumpulkan adalah hasil kerja mahasiswa di setiap tes. Pengertian
tersebut sejalan dengan pendapat Suharso (2009:104), tes adalah untuk mengukur
ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan dasar atau prestasi seseorang
sebagai subjek dalam penelitian.
b. Nontes
Nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi tentang keadaan mahasiswa. Teknik nontes yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu
1. Angket (Kuesioner)
Angekt dilakukan untuk memperoleh analisis kebutuhan mahasiswa dalam
membaca kritis. Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan
sebelumnya untuk dijawab oleh reponden terpilih, dan merupakan suatu
mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan tepat
apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur variabel penelitian (Suharso,
2009:89).
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk pegangan peneliti ketika mengadakan
pengamatan di kelas untuk mengetahui minat, sikap dan perilaku mahasiswa
dalam hal membaca kritis. Suharso (2009:101) mengungkapkan observasi adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
pengamatan yang dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan. Subjek (sebagai
responden dalam kuesioner atau wawancara) dapat diamati dalam lingkungan
kerja mereka sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan orang seperti studi, gerak-
gerik, kebiasaan dalam bekerja, pernyataan yang dibuat, ekspresi wajah yang
menunjukkan sukacita, arah, emosi lainnya, dan bahasa tubuh pun dapat diamati
(diobservasi). Faktor lingkungan yang lain, seperti: tata tuang, kedekatan
pengaturan kursi, dan sebagainya.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mahasiswa. Hal ini untuk mengetahui
pandangan mereka mengenai kemampuan membaca kritis. Suharso (2009:83)
mengungkapkan wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) kepada reponden guna menggali informasi atau data yang
diinginkan untuk kebutuhan penelitian, khususnya penelitian survei dan
eksplorasi.
3.4 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu tes dan nontes. Instrumen
tes digunakan untuk mengukur kemampuan membaca kritis mahasiswa,
sedangkan instrumen nontes berupa angket, pertanyaan wawancara dan pedoman
observasi untuk mengetahui keaktifasan mahasiswa dalam membaca kritis.
1. Tes
Tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah tek kemampuan membaca
kritis berupa pertanyaan dari bacaan yang telah diberikan kepada mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Adapun kisi-kisi tes kemampuan membaca kritis dan butir soal tes dapat dilihat
pada lampiran 2.
2. Angket (Kuesioner)
Angket merupakan serangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada
peserta didik (dalam penelitian: responden) mengenai masalah-masalah tertentu,
yang bertujuan untuk mendapat tanggapan dari peserta didik (responden) tersebut
(Nurgiyantoro, 2010:91). Angket digunakan untuk mengetahui faktor membaca
mahasiswa. Adapun kisi-kisi daftar angket dapat dilihat dalam lampiran 2.
3. Observasi
Observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan mengamati
objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2010: 93). Observasi digunakan
untuk mengetahui keaktifan mahasiswa dalam perkuliahan dan aktivitas dosen.
Adapun kisi-kisi obervasi kelas dapat dilihat dalam lampiran 2.
4. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi dari responden (peserta didik, orang yang diwawancarai) dengan
melakukan tanya jawab sepihak (Nurgiyantoro, 2010:96). Wawancara digunakan
untuk memperoleh data secara langsung dari mahasiswa semester VI dan dosen
yang berkiatan dengan perkuliahan membaca kritis. Adapun rambu-rambu daftar
pertanyaan wawancara dapat dilihat dalam lampiran 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yaitu menghitung angket
faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis.
a. Angket Faktor Membaca
Peneliti dalam menghitung angket faktor membaca yaitu dengan skala
likert. Menurut Riduwan (2002:15) untuk dapat menginterpretasi hasil nilai faktor
membaca maka perlu mencari total skor angkat faktor membaca dengan rumus:
T = Total jumlah responden yang memilih
Pn = Pilihan angka skor likert
Apabila total skor sudah diketahui kemudian interpretasi skor perhitungan. Untuk
mendapat hasil interpretasi, harus diketahui dulu skor ideal (X) dan skor rendah
(Y). Adapun rumus penilaiannya sebagai berikut:
Agar dapat menginterpretasi hasil nilai faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca mahasiswa diperlukan rumus index % yaitu
Sebelum menginterpretasi kita harus mengetahui interval (jarak) dan interpretasi
persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari interval skor persen (I).
Rumus interval yaitu I = 100/ jumlah skor likert (I = 100/5 =20). Berikut ini
disajikan kategori interpretasi skor berdasarkan interval:
T x Pn
Skor Ideal (X) = skor tertinggi likert x jumlah responden
Skor rendah (Y) = skor terendah liker x jumlah responden
index % = total skor/skor ideal*100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3.5 Kategori Faktor Membaca
Rentang Skor Kategori
81% - 100% Sangat Tinggi
61% - 80% Tinggi
41% - 60% Cukup
21% - 40% Rendah
0% - 20% Rendah Sekali
b. Tes Kemampuan Membaca
Agar dapat mengetahui hasil tes kemampuan membaca kritis, peneliti
melakukan penilaian tes dengan cara jawaban benar akan diberi skor (1) dan salah
diberi skor (0). Jumlah benar dalam satu tes setiap mahasiswa menjadi nilai
keseluruhan. Setelah mengetahui nilai masing-masing mahasiswa lalu mencari
rata-rata nilai mahasiswa dengan rumus (Nurgiyantoro, 2012:219) :
Setelah mengetahui nilai rata-rata mahasiswa, peneliti melakukan perhitungan
indek tingkat kesulitan (ITK) butir soal dengan rumus jawaban benar dibagi
jumlah responden. Adapun rumus ITK (Nurgiyantoro, 2012:196) :
Menurut Oller (dalam Nurgiyantoro, 2012:195) Semua butir soal
dinyatakan layak jika indek tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai
Keterangan: X = rata-rata
Ʃx = jumlah seluruh skor mahasiswa
N = jumlah mahasiwa
ITK= Indeks tingkat kesulitan yang dicari
FK = Jumlah jawaban benar
N = Jumlah responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dengan 0,85. Namun, rentangan interval tersebut masih terlalu luas, indeks 0,15
dan 0,85 masih terlihat ekstrem sulit dan mudah. Maka, ITK yang dapat
ditoleransi adalah berkisar 0,20-0,80. ITK 0,20-40 adalah butir soal yang
berkategori sulit, 0,40-0,60 berkategori sedang, dan 0,61-0,80 berkategori mudah.
Selanjutnya peneliti melakukan penilaian setiap aspek membaca kritis
dengan rumus:
Penentuan kategori dengan perhitungan persentase hasil tes kemampuan
membaca kritis ini menggunakan patokan untuk skala 5 yang diadaptasi dari
kategori penilaian milik Nurgiyantoro (2010:253).
Tabel 3.6 Kategori Patokan Penilaian Tes Kemampuan Membaca Kritis
No. Interval Skala Kategori
1. 85-100 5 A Kemampuan Membaca Kritis Sangat Tinggi
2. 75-84 4 B Kemampuan Membaca Kritis Tingggi
3. 60-74 3 C Kemampuan Membaca Kritis Cukup
4. 40-59 2 D Kemampuan Membaca Kritis Kurang
5. 0-30 1 E Tidak Memiliki Memampuan Membaca Kritis
c. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen
yang digunakan tersebut benar-benar sahih dan handal (valid dan reliable) yaitu
sejauh mana suatu alat ukur mampu memberikan hasil pengukuran yang
konsistesi dalam waktu dan tempat yang berbeda, juga untuk melihat sampai
sejauh mana responden dapat memahami butir-butir pertanyaan. Penelitian ini
menggunakan uji coba terpakai yaitu responden uji coba termasuk anggota
penelitian sesungguhnya. Berdasarkan hasil perhitungan ITK itulah diketahui
butir soal mana saja yang layak (valid dan reliable) dan butir soal mana saja
yang perlu dihapus (tidak digunakan).
jumlah butir soal X jumlah responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
d. Analisis SWOT
Data obervasi kelas, angket faktor membaca, dan wawancara dianalisis
dengan menggunakan teori analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang mempengaruhi kemampuan membaca
kritis mahasiswa kemudian dikaitkan dengan aspek kemampuan membaca kritis.
Pearce dan Robinson (2013:156) mengungkapkan analisis SWOT adalah teknik
historis yang terkenal untuk menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai
situasi strategi. Hasil data observasi kelas dan wawancara diklasifikasi ke analisis
SWOT. Faktor membaca dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Pernyataan yang ada di faktor internal maupun eksternal berupa
pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Melalui pernyataan positif dan pernyataan negatif dapat diketahui sikap
positif dan sikap negatif mahasiswa. Apabila pernyataan subindikator positif maka
rentang skor setuju dan sangat setuju merupakan sikap positif, sebaliknya rentang
skor tidak setuju dan sangat tidak setuju merupakan sikap negatif. Namun, apabila
pernyataan subindikator pernyataan negatif maka rentang skor setuju dan sangat
setuju merupakan sikap negatif dan rentang skor tidak setuju dan sangat tidak
setuju merupakan sikap positif. Rentang skor tidak memiliki pilihan (netral) tidak
masuk dalam sikap positif maupun sikap negatif karena tidak diketahui secara
jelas sikap mahasiswa tersebut.
Sikap positif yang terdapat dalam faktor internal merupakan kekuatan
sedangkan sikap negatif yang terdapat dalam faktor internal merupakan
kelemahan. Sikap positif yang terdapat dalam faktor eksternal merupakan peluang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sedangkan sikap negatif yang terdapat dalam faktor eksternal merupakan
ancaman. Hasil observasi dan wawancara juga diklasifikasi ke analisis SWOT.
Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari observasi,
faktor membaca, dan wawancara kemudian dikaitkan dengan tujuh aspek
membaca kritis untuk menentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca
kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang
terletak di Mrican Tromolpos 29 Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah
mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia (PBSI) angkatan 2012 dengan jumlah mahasiswa 36 yang terdiri atas 25
mahasiswa perempuan dan 11 mahasiswa laki-laki. Namun saat penelitian
berlangsung, tiga mahasiswa tidak hadir. Peneliti memperoleh data dari observasi
kelas, angket faktor membaca, tes kemampuan membaca kritis, wawancara enam
mahasiswa yang memperoleh nilai hasil tes tertinggi, dan wawancara dosen.
Pengambilan data tes membaca kritis dilakukan pada hari kamis, 16 April
2015 pukul 07.00-08.20 WIB di ruang kelas K.22 dan dilanjutkan pengambilan
data pengisian angket faktor membaca dari pukul 08.20-09.00 WIB. Pada hari
Senin, 20 April 2015 pukul 07.00-09.30 WIB peneliti melakukan observasi kelas.
Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dosen pada Rabu, 22 April 2015
pukul 12.00-12.30 WIB di ruang kantor dosen untuk memperoleh informasi
mengenai persiapan pengajaran hingga penilaian. Peneliti tidak hanya wawancara
dengan dosen, tetapi juga melakukan wawancara dengan enam mahasiswa pada
Rabu, 06 Mei 2015 untuk mengkonfirmasi faktor membaca. Enam mahasiswa ini
dipilih berdasarkan hasil tes membaca kritis yang memperoleh nilai tinggi
daripada teman-temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
4.2 Analisis Data
Analisis data ini terdiri atas analisis data observasi kelas, analisis data
angket faktor membaca dengan analisis SWOT, analisis data tes kemampuan
membaca kritis dikaitkan dengan analisis SWOT, dan analisis data wawancara
dosen dan mahasiswa. Adapun rincian analisis data sebagai berikut:
4.2.1 Analisis Data Observasi Kelas
Penelitian ini menggunakan observasi kelas untuk mendapatkan informasi
dengan cara mengamati aktivitas dosen dan mahasiswa. Terdapat 11 aspek dalam
mengamati aktivitas dosen yaitu membuka perkuliahan, apersepsi, tujuan
pembelajaran, materi, mengajukan pertanyaan, memberikan balikan, penguatan
materi, media, metode perkuliahan, memberi tugas, dan memberi kesimpulan
diakhir perkuliahan. Pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa terdapat sembilan
aspek yaitu kesiapan mahasiswa, perhatian, peran aktif mahasiswa, memahami
materi, aktif bertanya, aktif memberi tanggapan, kedisiplinan, membuat
kesimpulan, dan membuat refleksi.
Perkuliahan diawali oleh dosen dengan memberi salam dilanjutkan
melakukan apersepsi dengan tanya jawab mengenai materi minggu lalu dan
memberi pengantar sedikit mengenai materi yang akan dipelajari. Lalu dosen
memberi tahu tujuan pembelajaran dan dilanjutkan dengan presentasi kelompok.
Kelompok pertama mempresentasikan materi mengenai Semiotik dan kelompok
dua mempresntasikan materi Intertekstual. Saat presentasi berlangsung keadaan
sunyi, namun tampak beberapa mahasiswa berbicara dengan teman sebelahnya.
Kedua penyaji tampak tidak semua menguasai materi karena saat menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
materi, penyaji hanya fokus membaca teks yang ada di powerpoint. Setelah
presentasi selesai, dibuka sesi tanya jawab bagi mahasiswa yang tidak jelas
mengenai materi. Beberapa mahasiswa aktif bertanya mengenai semiotik dan
intertekstual. Penyaji mencoba menjelaskan supaya teman-temannya paham. Hal
yang menarik saat sesi tanya jawab yaitu ada mahasiswa yang bertanya tetapi
sebenarnya ia tahu jawabnya. Saat penyaji tidak menjawab sesuai dengan apa
yang dimaksud, mahasiswa menjawab pertanyaannya sendiri dan memberi saran
supaya kelompok dapat menyajikan materi dengan lebih baik lagi.
Setelah dua kelompok selesai presentasi, dosen memberi penguatan dengan
menjawab dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan mahasiswa yang ditujukan
pada kelompok. Saat dosen memberi waktu kepada mahasiswa untuk menanyakan
hal yang kurang dipahami, semua mahasiswa diam saja. Dosen pun memberi
tugas supaya minggu depan setiap mahasiswa membuat satu pertanyaan untuk
melatih mahasiswa aktif bertanya maupun aktif dalam menanggapi pertanyaan.
Selain itu, untuk mengetahui apakah mahasiswa diam itu tanda paham atau tidak
paham.
Saat perkuliahan dosen tidak menyampaikan materi secara langsung karena
dosen menggunakan metode presentasi dan diskusi. Dosen memberi penguatan
materi dengan menggunakan media papan tulis dan spidol sedangkan para
presentasi menggunakan media powerpoint. Dosen juga tidak memberikan
balikan karena tidak ada yang bertanya langsung kepada dosen. Mahasiswa lebih
aktif bertanya kepada kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Sebelum mengakhiri perkuliahan, dosen memberi tugas kepada mahasiswa
untuk membaca minimal tiga buku. Jenis buku yang diminta adalah novel atau
kumpulan puisi atau teks drama. Tugas itu bersifat wajib dan mahasiswa diminta
untuk mencoba mengkritik mengenai suatu karya yang telah mahasiswa baca dan
dikumpulkan pada akhir semester. Pukul 09.20 WIB mahasiswa bersama dosen
melakukan kesimpulan perkuliahan dilanjutkan dosen memberi informasi untuk
belajar materi yang akan dipelajari minggu depan. Setelah itu, dosen menutup
perkuliahan dan mahasiswa tidak melakukan refleksi perkuliahan.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses perkuliahan kondusif,
namun masih banyak mahasiswa yang tidak aktif dalam mengikuti perkuliahan.
Hal itu terbukti saat ditanya oleh dosen dan diminta untuk membuat pertanyaan
para mahasiswa hanya diam saja. Tugas yang diberikan oleh dosen untuk
membuat daftar pertanyaan dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar lagi dalam
memahami materi. Selain itu, tugas membaca minimal tiga buku juga
meningkatkan motivasi dan minat membaca mahasiswa.
4.2.2 Analisis Faktor membaca dengan Analisis SWOT
Data angket ini bertujuan untuk mendapat tanggapan dari responden
mengenai faktor membaca. Angket faktor membaca terdapat 101 butir pernyataan
dan sudah disediakan lima pilihan dengan skala 5. Format yang digunakan dalam
rentangan skor adalah yaitu 5 = Sangat Setuju, 4 = Setuju, 3 = Tidak Memiliki
Pilihan, 2 = Tidak Setuju, dan 1 = Sangat Tidak Setuju. Mahasiswa diminta untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
memberi tanda silang (X) pada kolom yang sudah disediakan dan sesuai dengan
keadaan mahasiswa.
Adapun skala yang digunakan peneliti untuk mengukur persepsi mahasiswa
mengenai faktor membaca adalah skala likert. Agar dapat menginterpretasi hasil
nilai faktor membaca mahasiswa, peneliti perlu mengetahui interval likert. Rumus
interval (I) adalah 100 dibagi jumlah skor (likert) yaitu 5, maka dapat diketahui
intervalnya yaitu 20. Berikut ini disajikan kategori interpretasi skor berdasarkan
interval:
Tabel 4.1 Kategori Faktor Membaca
Rentang Skor Kategori
81% - 100% Sangat Tinggi
61% - 80% Tinggi
41% - 60% Cukup
21% - 40% Rendah
0% - 20% Rendah Sekali
Mahasiswa dikatakan memiliki faktor membaca sangat tinggi apabila skor
mencapai angka 81%-100% dan dikatakan memiliki faktor membaca tinggi
apabila skor mencapai angka 61%-80%. Mahasiswa dikatakan memiliki faktor
membaca cukup apabila skor mencapai angka 41%-60%. Apabila hanya mencapai
skor angka 21%-40% berarti faktor membaca mahasiswa rendah. Dikatakan
mahasiswa memiliki faktor membaca rendah sekali apabila skor hanya mencapai
angka 0%-20%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
4.2.2.1 Analisis Faktor membaca
Johnson dan Pearson (dalam Amna, dkk. 2013:3) menyatakan bahwa
kemampuan membaca mahasiswa dipengaruhi dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Pernyataan yang ada di faktor internal maupun eksternal berupa
pernyataan positif dan pernyataan negatif. Melalui perhitungan pernyataan
tersebut dapat diketahui sikap positif dan sikap negatif mahasiswa. Apabila
pernyataan subindikator positif maka rentang skor setuju dan sangat setuju
merupakan sikap positif, sebaliknya rentang skor tidak setuju dan sangat tidak
setuju merupakan sikap negatif. Namun, apabila pernyataan subindikator
pernyataan negatif maka rentang skor setuju dan sangat setuju merupakan sikap
negatif dan rentang skor tidak setuju dan sangat tidak setuju merupakan sikap
positif. Rentang skor tidak memiliki pilihan (netral) tidak masuk dalam sikap
positif maupun sikap negatif karena tidak diketahui secara jelas sikap mahasiswa
tersebut. Adapun rincian analisis data faktor membaca sebagai berikut:
4.2.2.1.1 Faktor Internal
Faktor Internal dibagi menjadi 9 indikator yang mempengaruhi membaca
yakni: (a) indikator motivasi baca, (b) indikator sikap dan minat pembaca, (c)
indikator kebiasaan membaca, (d) indikator kondisi emosi dan kondisi kesehatan,
(e) indikator pengetahuan/pengalaman yang dimiliki sebelumnya, (f) indikator
pengetahuan tentang cara membaca, (g) indikator ketertarikan dan
kebermanfaatan, (h) indikator tingkat intelegensi pembaca, dan (i) indikator
penguasaan bahasa. Adapun rincian analisis data faktor internal sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
a. Indikator Motivasi Baca
Indikator pertama dalam faktor internal yaitu motivasi baca. Motivasi baca
yang dimaksud adalah dorongan seseorang untuk melakukan suatu tindakan dapat
dilihat melalui subindikator seperti (1) dorongan menyelesaikan tugas tepat
waktu, (2) dorongan menentukan target membaca, (3) dorongan mencapai
prestasi, (4) dorongan membaca yang sangat kuat saat akan UTS dan UAS, (5)
dorongan membaca pada bacaan hiburan, dan (6) dorongan membaca atas dasar
kesadaran sendiri. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel indikator motivasi
baca di bawah ini.
Tabel 4.2 Indikator Motivasi Baca
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Jika diberi tugas membaca oleh dosen,
saya berusaha menyelesaikannya tepat
waktu.
1 3 5 14 10
2
Target membaca yang saya inginkan
tidak pernah saya tentukan ketika
membaca.
0 10 8 11 4
3
Selama perkuliahan, saya ingin
mencapai prestasi setinggi-tingginya
dengan cara rajin membaca.
1 1 8 17 6
4
Jika akan menempuh ujian tengah
semester atau akhir semester, dorongan
membaca saya sangat kuat.
0 1 3 19 10
5
Dalam keseharian, dorongan membaca
saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan
hiburan.
0 4 8 13 8
6
Saya membaca bukan karena dorongan
orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran
sendiri.
1 4 4 18 6
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat enam subindikator.
Penjelasan masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
memperlihatkan kondisi yang bervariasi yaitu “jika diberi tugas membaca oleh
dosen, mahasiswa berusaha menyelesaikannya tepat waktu”. Pilihan sangat setuju
dipilih oleh 10 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 14 mahasiswa sehingga
dipandang sebagai sikap positif, berarti terdapat 24 (72,73%) mahasiswa
menyatakan bersedia menyelesaikan tugas tepat waktu. Berdasarkan kategori yang
ada jumlah tersebut termasuk kategori tinggi. Namun, pilihan tidak setuju dipilih
oleh 3 mahasiswa dan sangat tidak setuju dipilih oleh 1 mahasiswa sehingga
dipandang sebagai sikap negatif, artinya terdapat 4 (12,12%) mahasiswa
menyatakan tidak menyelesaikan tugas dosen secara tepat waktu. Berdasarkan
kritieria yang ada, jumlah tersebut masuk kategori rendah sekali. Selain itu,
terdapat 5 (15,15%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator kedua yaitu “target membaca yang mahasiswa inginkan tidak
pernah mahasiswa tentukan ketika membaca”. Terdapat 4 mahasiswa memilih
pilihan sangat setuju dan 11 mahasiswa memilih pilihan setuju. Data tersebut
berarti sejumlah 15 (45,46%) mahasiswa masuk dalam kategori cukup dan
memiliki sikap negatif karena setiap kali membaca mahasiswa tidak memiliki
target. Namun, 10 mahasiswa mengaku tidak setuju, artinya mahasiswa selalu
memiliki target untuk membaca. Sejumlah 10 (30,3%) mahasiswa tersebut berarti
memiliki sikap positif meskipun masuk dalam kategori rendah. Selain itu, terdapat
8 (24,24%) mahasiswa memiliki sikap yang tidak jelas.
Subindikator ketiga yaitu “selama perkuliahan, mahasiswa ingin mencapai
prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca”. Mahasiswa yang
memiliki sikap positif yaitu pilihan sangat setuju dipilih oleh 6 mahasiswa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
setuju dipilih 17 mahasiswa. Sejumlah 23 (69,70%) mahasiswa menyatakan rajin
belajar karena ingin mencapai prestasi yang tinggi. Jumlah tersebut masuk dalam
kategori tinggi. Namun, sejumlah 2 (6,06%) mahasiswa bersikap negatif karena 1
mahasiswa memilih pilihan tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak
setuju. Kedua mahasiswa tersebut tidak rajin membaca meskipun ingin mencapai
prestasi yang tinggi. Hasil persentase tersebut menunjukkan masuk dalam
kategori rendah sekali. Selain itu, terdapat 8 (24,24%) mahasiswa memiliki sikap
yang belum jelas.
Subindikator keempat yaitu “jika akan menempuh ujian tengah semester
atau akhir semester, dorongan membaca mahasiswa sangat kuat”. Mahasiswa
yang memilih sangat setuju sejumlah 10 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 19
mahasiswa. Berdasarkan data tersebut terdapat 29 (87,87%) mahasiswa mengakui
dorongan membaca mahasiswa meningkat sangat kuat ketika akan ujian. Hal ini
masuk kategori tinggi dan menunjukkan sikap negatif mahasiswa karena saat
tidak ujian dorongan membaca mahasiswa rendah. Adapun sikap positif hanya
dimiliki oleh 1 (3,03%) mahasiswa. Mahasiswa tersebut mengaku tidak setuju
apabila dorongan membacanya tinggi hanya saat akan ujian. Persentase tersebut
masuk dalam kategori rendah sekali dan terdapat 3 (9,09%) mahasiswa tidak jelas
sikapnya.
Subindikator kelima yaitu “dalam keseharian, dorongan membaca
mahasiswa hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan”. Terdapat 8 mahasiswa
memilih pilihan sangat setuju dan 13 mahasiswa memilih pilihan setuju.
Berdasarkan data tersebut 21 (63,64%) mahasiswa memiliki sikap negatif karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mahasiswa hanya membaca bacaan yang bersifat hiburan bukan untuk menambah
ilmu pengetahuan. Sikap negatif tersebut masuk dalam kategori tinggi. Namun,
terdapat 4 mahasiswa memilih pilihan tidak setuju yang artinya mahasiswa
membaca tidak hanya tertuju pada bacaan hiburan tetapi membaca bacaan yang
menambah ilmu pengetahuan. Sejumlah 4 (12,12%) mahasiswa tersebut memiliki
sikap positif, tetapi masuk dalam kategori rendah sekali. Selain itu, 8 (24,24%)
mahasiswa masih belum jelas sikapnya.
Subindikator keenam yaitu “mahasiswa membaca bukan karena dorongan
orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri”. Mahasiswa yang memilih sangat
setuju berjumlah 6 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 18 mahasiswa. Sejumlah 24
(72,73%) mahasiswa bersikap positif dan masuk dalam kategori tinggi karena
mahasiswa membaca atas kesadaran sendiri. Namun, pilihan tidak setuju dipilih
oleh 4 mahasiswa dan sangat tidak setuju dipilih oleh 1 mahasiswa. Hal ini
menunjukkan 5 (15,15%) mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk dalam
kategori rendah sekali karena mahasiswa membaca hanya jika ada dorongan dari
orang lain. Selain itu, terdapat 4 (12,12%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
b. Indikator Sikap dan Minat Baca
Ketika mahasiswa memiliki motivasi baca yang tinggi tentu sikap dan minat
membaca mahasiswa juga akan tinggi. Sikap dan minat baca mahasiswa tercermin
dalam subindikator berikut: (1) sikap respek terhadap orang lain yang memberi
jawaban dengan menyebut sumber bacaan, (2) sikap membawa bahan bacaan
setiap bepergian, (3) minat memiliki buku baru, dan (4) minat untuk membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kembali bacaan yang sudah pernah dibaca. Lebih jelasnya dapat dilihat tabel
indikator sikap dan minat baca di bawah ini.
Tabel 4.3 Indikator Sikap dan Minat Baca
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Saya sangat respek kepada orang lain
yang memberi jawaban atas suatu
pertanyaan dengan menyebut sumber
yang pernah dibacanya.
2 4 2 16 9
2 Saya membawa bahan bacaan kemana
pun pergi. 3 11 13 6 0
3
Jika teman memiliki buku baru, saya
berusaha untuk memilikinya agar dapat
membaca setiap saat.
2 14 13 2 2
4
Saya ingin membaca kembali bacaan
yang pernah saya baca untuk
menyegarkan ingatan.
0 5 12 15 1
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat 4 subindikator. Adapun
penjabaran setiap subindikator sebagai berikut: subindikator pertama yaitu
“mahasiswa sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu
pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya”. Pilihan sangat
setuju dipilih oleh 9 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 16 mahasiswa, artinya
sejumlah 15 (75,76%) mahasiswa memiliki sikap positif karena mahasiswa sangat
respek kepada orang lain yang menjawab pertanyaan dengan merujuk sumber
yang pernah dibacanya. Data tersebut masuk dalam kategori tinggi. Pilihan tidak
setuju dipilih oleh 4 mahasiswa dan sangat tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa
artinya 6 (18,18%) mahasiswa menyatakan bahwa mahasiswa merasa biasa saja
atau tidak respek terhadap orang lain yang menjawab pertanyaan dengan merujuk
sumber yang pernah dibacanya. Data tersebut menunjukkan mahasiswa memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
sikap negatif dan masuk dalam kategori rendah sekali. Terdapat pula 2 (6,06%)
mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator dua yaitu “mahasiswa membawa bahan bacaan kemana pun
pergi”. Terdapat 6 (18,18%) mahasiswa memilih pilihan setuju bahwa setiap
bepergian mahasiswa membawa bahan bacaan. Pernyataan tersebut berarti
mahasiswa memiliki sikap positif namun masuk dalam kategori rendah sekali.
Sejumlah 11 mahasiswa memilih pilihan tidak setuju dan 3 mahasiswa memilih
pilihan sangat tidak setuju. Data tersebut berarti 14 (42,42%) mahasiswa masuk
dalam kategori cukup dan memiliki sikap negatif karena mahasiswa tidak
membawa bahan bacaan kemana pun pergi. Selain itu, terdapat 13 (39,39%)
mahasiswa tidak jelas sikapnya.
Subindikator ketiga yaitu “jika teman memiliki buku baru, mahasiswa
berusaha untuk memilikinya agar dapat membaca setiap saat”. Pilihan sangat
setuju dipilih oleh 2 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 2 mahasiswa, artinya 4
(12,12%) mahasiswa memiliki sikap positif dan masuk dalam kategori rendah
sekali karena jika temnanya memiliki buku baru, mahasiswa memiliki minat dan
berusaha untuk memiliki buku baru tersebut untuk dapat membacanya setiap hari.
Namun, pilihan tidak setuju dipilih oleh 14 mahasiswa dan sangat tidak setuju
dipilih oleh 2 mahasiswa artinya sejumlah 16 (48,48%) mahasiswa memiliki sikap
negatif dan masuk dalam kategori cukup karena mahasiswa tidak memiliki minat
dan tidak berusaha untuk memiliki buku baru. Selain itu, 13 (39,39%) mahasiswa
masih belum jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Subindikator keempat yaitu “mahasiswa ingin membaca kembali bacaan
yang pernah mahasiswa baca untuk menyegarkan ingatan”. Sejumlah 1
mahasiswa memilih pilihan sangat setuju dan 15 mahasiswa memilih pilihan
setuju. Data tersebut menunjukkan mahasiswa memiliki sikap positif karena 16
(48,48%) mahasiswa menyatakan ingin membaca kembali bacaan yang pernah
mahasiswa baca untuk menyegarkan ingatan. Pernyataan tersebut masuk dalam
kategori cukup. Terdapat 5 (15,15%) mahasiswa memilih pilihan tidak setuju.
Kelima mahasiswa tersebut memilik sikap negatif dan masuk dalam kategori
rendah karena mahasiswa menyatakan tidak ingin membaca kembali bacaan yang
pernah mahasiswa baca untuk menyegarkan ingatan. Selain itu, terdapat 12
(36,36%) mahasiswa tidak jelas sikapnya.
c. Indikator Kebiasaan
Kebiasaan membaca juga akan membantu mahasiswa untuk memahami isi
bacaan. Apabila mahasiswa memiliki kebiasaan membaca yang baik tentu
mahasiswa akan lebih mudah memahami isi bacaan. Adapun subindikator
kebiasaan sebagai berikut: (1) kecenderungan membaca setiap hari, (2) kebiasaan
menyusun jadwal membaca, dan (3) kebiasaan meletakkan buku yang mudah
dijangkau. Berikut ini disajikan tabel indikator kebiasaan.
Tabel 4.3 Indikator Kebiasaan
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Saya memiliki kecenderungan untuk
membaca setiap hari. 0 14 8 10 1
2
Saya menyusun jadwal teratur untuk
membaca setiap hari. 3 15 8 5 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3
Buku-buku yang akan saya baca saya
siapkan di tempat yang mudah saya
jangkau.
4 6 4 16 3
Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat tiga subindikator. Berikut
penjelasan masing-masing subindikator. Subindikator pertama yaitu “mahasiswa
memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari”. Pilihan sangat setuju dipilih
oleh 1 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 10 mahasiswa artinya sejumlah 11
(33,33%) mahasiswa memiliki sikap positif, meskipun masuk dalam kategori
rendah karena mahasiswa memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.
Terdapat 14 (42,42%) mahasiswa memilih tidak setuju, artinya mahasiswa
memiliki sikap negatif dan masuk dalam kategori cukup karena mahasiswa tidak
memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari. Selain itu, 8 (24,24%)
mahasiswa belum jelas sikapnya.
` Subindikator kedua yaitu “mahasiswa menyusun jadwal teratur untuk
membaca setiap hari”. Terdapat 2 mahasiswa memilih sangat setuju dan 5
mahasiswa memilih setuju. Data tersebut menunjukkan hanya 7 (21,21%)
mahasiswa yang menyatakan menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.
Mahasiswa tersebut memiliki sikap positif meskipun masuk dalam kategori
rendah. Terdapat 15 mahasiswa memilih tidak setuju dan 3 mahasiswa memilih
sangat tidak setuju dalam pernyataan di atas, artinya 18 (54,55%) mahasiswa
menyatakan tidak pernah menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.
Mahasiswa tersebut memiliki sikap negatif dan masuk dalam kategori cukup.
Terdapat pula 8 (24,24%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Subindikator ketiga yaitu “buku-buku yang akan mahasiswa baca
mahasiswa siapkan di tempat yang mudah mahasiswa jangkau”. Terdapat 3
mahasiswa memilih sangat setuju dan 16 mahasiswa memilih setuju dipanjang
sebagai sikap positif. Berarti 18 (57,58%) mahasiswa menyatakan bahan bacaan
diletakkan yang mudah dijangku. Berdasarkan kategori yang ada jumlah tersebut
masuk dalam kategori cukup. Namun, terdapat 10 (30,30%) mahasiswa
menyatakan tidak menyiapkan buku-buku bacaan yang mudah dijangkau. Hal ini
menunjukkan mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk dalam kategori
rendah. Terdapat pula 4 (12,12%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
d. Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan
Kondisi emosi berkaitan dengan kesehatan mahasiswa. Apabila perasaan
mahasiswa sedang tidak baik pasti akan mempengaruhi kesehatan mahasiswa.
Kondisi emosi dan kondisi kesehatan dapat dilihat dalam subindikator berikut: (1)
perasaan yang enak mempermudah memahami isi bacaan, (2) perasaan yang tidak
enak (galau) mempersulit dalam memahami isi bacaan, (3) kondisi tidak sehat
mempersulit untuk berkonsentrasi dalam membaca, dan (4) tetap membaca
meskipun kondisi kesehatan tidak baik karena menghadapi ujian. Lebih jelasnya
dapat dilihat dalam tabel indikator kondisi emosi dan kondisi kesehatan di bawah
ini.
Tabel 4.5 Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Jika perasaan sedang enak, saya mudah
sekali memahami isi bacaan yang saya
baca.
0 1 1 14 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2
Jika kondisi perasaan sedang galau,
saya sulit sekali memahami isi bacaan
yang saya baca.
2 4 3 15 9
3
Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya
sulit berkonsentrasi dalam membaca. 0 4 2 17 10
4
Kalau menghadapi ujian, meskipun
kondisi kesehatan tidak baik saya tetap
membacanya.
3 3 3 19 5
Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat 4 subindikator. Adapun
penjabaran masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama
yaitu “jika perasaan sedang enak, mahasiswa mudah sekali memahami isi bacaan
yang mahasiswa baca”. Terdapat 17 mahasiswa memilih sangat setuju dan 14
mahasiswa memilih setuju. Data tersebut menunjukkan 31 (93,94%) mahasiswa
memiliki sikap positif dan masuk dalam kategori sangat tinggi karena kondisi
emosi mahasiswa yang baik mempermudah mahasiswa dalam memahami isi
bacaan. Namun masih terdapat 1 (3,03%) mahasiswa menyatakan meskipun
kondisi emosi baik tetap kesulitan dalam memahami isi bacaan. Data tersebut
menunjukkan mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk dalam kategori
rendah sekali. Selain itu, juga terdapat 1 (3,03%) mahasiswa belum jelas
sikapnya.
Subindikator kedua yaitu “jika kondisi perasaan sedang galau, mahasiswa
sulit sekali memahami isi bacaan yang mahasiswa baca”. Terdapat 9 mahasiswa
memilih sangat setuju dan 15 mahasiswa memilih setuju. Berdasarkan data
tersebut diketahui sejumlah 24 (72,73%) mahasiswa memiliki sikap negatif dan
masuk dalam kategori tinggi karena saat kondisi emosi tidak baik (galau)
membuat mahasiswa kesulitan dalam memahami isi bacaan. Namun, terdapat 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
mahasiswa memilih tidak setuju dan 2 mahasiswa memilih sangat setuju, artinya 6
(18,18%) mahasiswa memiliki sikap positif karena meskipun kondisi emosi tidak
baik (galau) mahasiswa tetap mampu memahami isi bacaan, tetapi persentase
tersebut masuk dalam kategori rendah sekali. Terdapat pula 3 (9,09%) mahasiswa
masih belum jelas sikapnya.
Subindikator ketiga yaitu “jika kondisi kesehatan tidak baik, mahasiswa
sulit berkonsentrasi dalam membaca”. Terdapat 10 mahasiswa memilih sangat
setuju dan 17 mahasiswa setuju, artinya terdapat 27 (81,82%) mahasiswa
memiliki sikap negatif dan masuk kategori sangat tinggi karena saat kondisi
kesehatan tidak baik, mahasiswa kesulitan berkonsentrasi dalam membaca.
Namun, terdapat 4 (12,12%) mahasiswa menyatakan meskipun kondisi kesehatan
tidak baik mahasiswa tetap mampu berkonsentrasi dalam membaca. Keempat
mahasiswa tersebut memiliki sikap positif, meskipun masuk dalam kategori
rendah sekali. Selain itu terdapat 2 (6,06%) mahasiswa belum jelas sikapmya.
Subindikator keempat yaitu “kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi
kesehatan tidak baik mahasiswa tetap membacanya”. Pilihan sangat setuju dipilih
oleh 5 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 19 mahasiswa. Berdasarkan data tersebut
berarti 24 (72,73%) mahasiswa memiliki sikap positif karena meskipun kondisi
tidak sehat mahasiswa tetap berusaha membaca untuk menghadapi ujian.
Persentase tersebut masuk dalam kategori tinggi. Namun, 3 mahasiswa memilih
tidak setuju dan 3 mahasiswa memilih sangat tidak setuju dengan pernyataan di
atas sehingga 6 (18,18%) mahasiswa memiliki sikap negatif karena saat akan
mengahadapi ujian dan kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa tidak membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Persentase tersebut masuk dalam kategori rendah sekali dan 3 (9,09%) mahasiswa
belum jelas sikapnya.
e. Indikator Pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
Pengetahuan/pengalaman yang dimiliki sebelumnya akan membantu
mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Adapun pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya dapat dilihat dalam subindikator berikut: (1) pengetahuan sebelumnya
mempermudah dalam memahami isi bacaan, (2) sambil membaca membuat
ringkasan, (3) membuat daftar pertanyaan untuk mempermudah memahami isi
bacaan, (4) mengingat-ingat isi bacaan, (5) merumusakan isi bacaan dengan
bahasa sendiri, (6) membuat skema gagasan setelah membaca, (7) melacak
sumber asli bacaan, dan (8) membaca meningkatkan kemampuan berpikir kritis
saat memberi tanggapan. Lebih jelasnya dapat dilihat tabel indikator pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya di bawah ini:
Tabel 4.6 Indikator Pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Pengetahuan atau pengalaman yang
sudah saya miliki berperan besar untuk
membantu mempermudah pemahaman
isi bacaan yang saya baca.
0 1 2 20 10
2
Sambil membaca, saya membuat
ringkasan isi bacaan. 2 3 13 9 6
3
Untuk memahami isi bacaan, saya
membuat pertanyaan berdasarkan isi
bacaan yang saya baca.
1 12 11 8 1
4
Agar memahami isi bacaan, saya cukup
mengingat-ingat isinya saja. 1 10 6 15 1
5
Agar memahami isi bacaan, saya
merumuskan dengan bahasa saya
sendiri.
0 1 5 19 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
6
Untuk mempermudah memahami isi
bacaan, saya membuat skema gagasan
setiap kali membaca.
1 2 11 16 3
7
Jika ada pendapat ahli yang dikutip
dalam suatu artikel, buku, atau hasil
penelitian, saya ingin melacak sumber
aslinya agar dapat memahami secara
lebih komprehensif.
0 14 10 7 2
8
Melalui membaca, saya mampu berpikir
lebih kritis ketika memberi tanggapan
terhadap pendapat orang lain.
1 2 3 18 9
Adapun penjabaran 8 subindikator di atas yaitu subindikator pertama
“pengetahuan atau pengalaman yang sudah mahasiswa miliki berperan besar
untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang mahasiswa baca”.
Pilihan sangat setuju dipilih oleh 10 mahasiswa dan setuju dipilih oleh 20
mahasiswa. Sejumlah 30 (90,91%) mahasiswa menyatakan pengetahuan yang
sudah mahasiswa miliki berperan besar untuk membantu mempermudah
pemahaman isi bacaan yang mahasiswa baca. Data tersebut menunjukkan
mahasiswa memiliki sikap positif dan masuk dalam kategori sangat tinggi.
Namun, 1 (3,03%) mahasiswa menyatakan tidak setuju, artinya meskipun
memiliki ilmu pengetahuan sebelumnya tetapi tidak membantu mempermudah
dalam memahami isi bacaan. Persentase tersebut masuk kategori rendah sekali
dan terdapat pula 2 (6,06%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator kedua yaitu “sambil membaca, mahasiswa membuat ringkasan
isi bacaan”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 6 mahasiswa dan setuju dipilih oleh
9 mahasiswa, data tersebut berarti sejumlah 15 (45,46%) mahasiswa bersikap
positif karena mahasiswa menyatakan sambil membaca meringkas isi bacaan.
Persentase tersebut masuk kategori cukup. Namun, terdapat 3 mahasiswa memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
tidak setuju dan 2 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 5 (15,15%)
mahasiswa menyatakan saat membaca tidak meringkas isi bacaan sehingga kelima
mahasiswa tersebut dianggap memiliki sikap negatif dan masuk kategori rendah
sekali. Selain itu, terdapat 13 (39,39%) mahasiswa memiliki sikap yang belum
jelas.
Subindikator ketiga yaitu “untuk memahami isi bacaan, mahasiswa
membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang mahasiswa baca”. Hanya 1
mahasiswa yang memilih sangat setuju dan 8 mahasiswa memilih setuju, artinya 9
(27,27%) mahasiswa memiliki sikap positif karena untuk memahami isi bacaan,
mahasiswa membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang mahasiswa baca.
Persentase tesebut masuk dalam kategori rendah. Terdapat 12 mahasiswa memlih
tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 13 (39,39%)
mahasiswa memiliki sikap negatif karena tidak membuat daftar pertanyaan
sebelum membaca. Persentase tersebut masuk kategori rendah juga. Selain itu,
terdapat 11 (33,33%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator keempat yaitu “agar memahami isi bacaan, mahasiswa cukup
mengingat-ingat isinya saja”. Terdapat 1 mahasiswa memilih sangat setuju dan 15
mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 16 (48,49%) mahasiswa masuk
dalam kategori cukup dan memiliki sikap negatif karena untuk memahami isi
bacaan, mahasiswa hanya mengingat-ingat saja. Lain halnya dengan 10
mahasiswa memilih tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak setuju,
artinya 11 (33,33%) mahasiswa masuk kategori rendah namun memiliki sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
positif karena untuk memahami isi bacaan mahasiswa tidak hanya mengingat-
ingat saja. Terdapat pula 6 (18,18%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator kelima yaitu “agar memahami isi bacaan, mahasiswa
merumuskan dengan bahasa mahasiswa sendiri”. Terdapat 8 mahasiswa memilih
sangat setuju dan 19 mahasiswa memilih setuju, artinya 27 (81,82%) mahasiswa
masuk kategori sangat tinggi dan memiliki sikap positif karena mahasiswa
merumuskan dengan bahasa sendiri untuk memperdalam memahami isi bacaan.
Namun, terdapat 1 (3,03%) mahasiswa masuk dalam kategori rendah sekali dan
memiliki sikap negatif karena tidak merumuskan dengan bahasa sendiri untuk
memahami isi bacaan. Selain itu, terdapat 5 (15,15%) mahasiswa belum jelas
sikapnya.
Subindikator keenam yaitu “untuk mempermudah memahami isi bacaan,
mahasiswa membuat skema gagasan setiap kali membaca”. Terdapat 3 mahasiswa
memilih sangat setuju dan 18 mahasiswa memilih setuju, artinya 18 (57,58%)
mahasiswa masuk kategori cukup dan memiliki sikap positif karena setiap
membaca, untuk mempermudah isi bacaan mahasiswa membuat skema gagasan.
Namun, terdapat 2 mahasiswa memilih tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih
sangat tidak setuju, artinya 3 (9,09%) mahasiswa masuk kategori rendah sekali
dan memiliki sikap negatif karena setiap kali membaca mahasiswa tidak membuat
skema gagasan untuk mempermudah isi bacaan. Selain itu, terdapat 11 (33,33%)
mahasiswa belum diketahui secara jelas sikapnya.
Subindikator ketujuh yaitu “jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu
artikel, buku, atau hasil penelitian, mahasiswa ingin melacak sumber aslinya agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dapat memahami secara lebih komprehensif”. Terdapat 2 mahasiswa memilih
sangat setuju dan 7 mahasiswa memilih setuju, artinya 9 (27,27%) mahasiswa
memiliki sikap positif karena mahasiswa ingin melacak sumber aslinya agar dapat
memahami secara lebih komprehensif setiap ada ada pendapat ahli yang dikutip
dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian. Persentase tersebut masuk
kategori rendah. Sejumlah 14 (42,42%) mahasiswa memilih tidak setuju, artinya
mahasiswa tersebut memiliki sikap negatif karena mahasiswa tidak ingin melacak
sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif setiap ada ada
pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian.
Persentase tersebut masuk dalam kategori cukup. Sejumlah 10 (30,30%)
mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator kedelapan yaitu “melalui membaca, mahasiswa mampu
berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain”.
Terdapat 9 mahasiswa memilih sangat setuju dan 18 mahasiswa memilih setuju,
artinya sejumlah 27 (81,81%) mahasiswa masuk kategori sangat tinggi dan
memiliki sikap positif karena mahasiswa menyatakan kemampuan berpikir
mahasiswa lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain
setelah membaca. Namun, terdapat 2 mahasiswa memilih tidak setuju dan 1
mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 3 (9,09%) mahasiswa masuk
kategori rendah sekali dan memiliki sikap negatif karena mahasiswa menyatakan
meskipun membaca kemampuan berpikir kritis mahasiswa tidak meningkat.
Selain itu, terdapat 3 (9,09%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
f. Indikator Pengetahuan Cara Membaca
Mahasiswa yang mempunyai pengetahuan berbagai cara membaca akan
mempermudah mahasiswa untuk memahami isi bacaan dan dapat memberi
kritikan terhadap isi bacaan. Adapun pengetahuan cara membaca dapat dilihat
dalam subinikator yaitu memahami berbagai teknik membaca dapat
mempermudah memahami isi bacaan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
indikator pengetahuan cara membaca di bawah ini:
Tabel 4.7 Indikator Pengetahuan Cara Membaca
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Dengan memahami berbagai teknik
membaca, ternyata sangat membantu
mempermudah memahami isi bacaan.
0 2 3 20 8
Berdasarkan tabel di atas subindikator “dengan memahami berbagai teknik
membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan”.
Terdapat 8 mahasiswa memilih sangat setuju dan 20 mahasiswa setuju, artinya
sejumlah 28 (84,85%) mahasiswa masuk kategori sangat tinggi dan dipandang
memiliki sikap positif karena mahasiswa mengaku dengan memahami berbagai
teknik membaca mempermudah memahami isi bacaan. Namun, terdapat 2
(6,06%) mahasiswa memilih tidak setuju, artinya kedua mahasiswa dipandang
memiliki sikap negatif karena tidak memahami berbagai teknik sehingga kesulitan
memahami isi bacaan. Persentase tersebut menunjukkan mahasiswa masuk dalam
kategori rendah sekali, Selain itu, terdapat 3 (9,09%) mahasiswa belum jelas
sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
g. Indikator Ketertarikan dan Kebermanfaatan
Ketertarikan terhadap bacaan berhubungan dengan kebermanfaatan bagi
mahasiswa. Apabila mahasiswa tertarik pada suatu bacaan pada waktu tertentu
akan bermanfaat untuk mahasiswa. Adapun subindikator sebagai berikut: (1)
ketertarikan membaca dengan jenis bacaan tertentu, (2) ketertarikan membaca
berbagai jenis bacaan, dan (3) memperoleh manfaat dari membaca. Lebih jelasnya
dapat dilihat tabel indikator ketertarikan dan kebermanfaat di bawah ini.
Tabel 4.8 Indikator Ketertarikan dan Kebermanfaatan
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Saya hanya membaca jenis bacaan yang
saya anggap menarik untuk dibaca. 0 2 5 21 5
2
Meskipun tidak berkaitaan dengan
bidang yang saya pelajari, jika bacaan
itu menarik, saya membacanya.
2 2 5 17 7
3
Saya membaca bacaan yang bermanfaat
secara langsung dan mendukung
perkuliahan saya.
2 6 19 6
Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat 3 subindikator. Penjelasan
masing-masing subindikator tersebut sebagai berikut: Subinikator pertama yaitu
“mahasiswa hanya membaca jenis bacaan yang mahasiswa anggap menarik untuk
dibaca”. Terdapat 5 mahasiswa memilih sangat setuju dan 21 mahasiswa memilih
setuju, artinya sejumlah 26 (78,79%) mahasiswa masuk dalam kategori tinggi dan
dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa hanya membaca jenis bacaan
tertentu yang dianggap menarik dan tidak ada usaha untuk membaca berbagai
jenis bacaan untuk menambah wawasan. Namun, terdapat 2 (6,06%) mahasiswa
memilih tidak setuju, artinya mahasiswa tersebut memiliki sikap positif karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
mahasiswa membaca berbagai jenis bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan
meskipun menurut mahasiswa tidak menarik. Persentase tersebut masuk dalam
kategori rendah sekali dan terdapat 5 (15,15%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator kedua yaitu “meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang
mahasiswa pelajari, jika bacaan itu menarik, mahasiswa membacanya”. Terdapat
7 mahasiswa memilih sangat setuju dan 17 mahasiswa memilih setuju, artinya
sejumlah 24 (72,73%) mahasiswa masuk dalam kategori tinggi dan dipandang
sebagai sikap positif karena mahasiswa membaca berbagai jenis bacaan meskipun
tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajari. Namun, terdapat 2 mahasiswa
memilih tidak setuju dan 2 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 4
(12,12%) mahasiswa masuk kategori rendah sekali dan dipandang sebagai sikap
negatif karena mahasiswa tidak ingin membaca jenis bacaan yang tidak berkaitan
dengan bidang yang dipelajari meskipun bacaan itu menarik. Terdapat pula 5
(15,15%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator ketiga yaitu “mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat
secara langsung dan mendukung perkuliahan mahasiswa”. Terdapat 6 mahasiswa
memilih sangat setuju dan 19 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 24
(75,76%) mahasiswa masuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap
positif karena mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan
mendukung perkuliahan. Namun, 2 (6,06%) mahasiswa memilih tidak setuju dan
masuk dalam kategori rendah sekali. Pilihan tersebut dipanadang sebagai sikap
negatif karena mahasiswa tidak membaca bacaan yang bermanfaat secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
langsung dan mendukung perkuliahan. Terdapat pula 6 (18,18%) mahasiswa
belum jelas sikapnya.
h. Indikator Tingkat Intelegensi
Tingkat intelegensi pembaca akan mempengaruhi kemampuan membaca
kritis. Adapun subindikator ini sebagai berikut: (1) tingkat intelegensi tidak begitu
penting jika tekun dan rajin membaca akan mempermudah memahami isi bacaan
dan (2) kebutuhan hidup dapat dipenuhi dengan membaca. Lebih jelasnya dapat
dilihat dalam tabel indikator tingkat intelegensi di bawah ini.
Tabel 4.9 Indikator Tingkat Intelegensi
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Tingkat intelegensi tidak begitu
penting, jika tekun dan rajin membaca
pasti dapat memahami isi bacaan.
1 6 6 16 4
2
Kebutuhan hidup yang berhubungaan
dengan ilmu pengetahuan tidak selalu
dapat dipenuhi hanya melalui membaca.
1 9 6 12 5
Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat subindikator. Penjelasang setiap
subindikator sebagai berikut: subinidikator pertama yaitu “tingkat intelegensi
tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi
bacaan”. Terdapat 4 mahasiswa memilih sangat setuju dan 16 mahasiswa memilih
setuju, artinya sejumlah 20 (60,61%) mahasiswa masuk kategori tinggi dan
dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa tekun dan rajin membaca untuk
mempermudah memahami isi bacaan. Namun, 6 mahasiswa memilih tidak setuju
dan 1 mahasiswa memilih setuju, artinya 7 (21,21%) mahasiswa masuk kategori
rendah dan dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa tidak tekun dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
rajin membaca untuk mempermudah memahami isi bacaan. Terdapat pula 6
(18,18%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator kedua yaitu “kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan
ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca”. Terdapat
5 mahasiswa memilih sangat setuju dan 12 mahasiswa memilih setuju, artinya
sejumlah 17 (51,52%) mahasiswa masuk kategori cukup dan dipandang sebagai
sikap negatif karena mahasiswa menyatakan kebutuhan hidup yang berhubungaan
dengan ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca.
Namun, 9 mahasiswa memilih tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat
setuju, artinya 10 (30,30%) mahasiswa masuk kategori rendah dan dipandang
sebagai sikap positif karena mahasiswa menyadari bahwa membaca dapat
memenuhi kebutuhan hidup. Terdapat 6 (18,18%) mahasiswa masih belum jelas
sikapnya.
i. Indikator Penguasaan Bahasa
Penguasaan bahasa yang dimiliki mahasiswa juga akan mempengaruhi
kemampuan membaca kritis. Misal mahasiswa mampu menguasai bahasa asing
tentu saat membaca dan menemukan kata asing mereka akan tetap mampu
memahami isi bacaan. Adapun subindikatornya sebagai berikut: (1) mahasiswa
kesulitan memahami isi bacaan ketika tidak berhubungan dengan bidangnya, (2)
sulitnya isi bacaan tidak membuat mahasiswa berhenti membaca karena bacaan
berkaitan dengan bidangnya, dan (3) mahasiswa sering kesulitan dalam
memahami isi bacaan meskipun berkaitan dengan bidangnya. Lebih jelasnya
dapat dilihat dalam tabel indikator penguasaan bahasa di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel 4.10 Indikator Penguasaan Bahasa
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S) 5 (SS)
1
Bacaan yang tidak berkaitan dengan
bidang yang saya pelajari, saya sering
mengalami kesulitan untuk memahami
isinya.
1 4 7 19 2
2
Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika
berkaitan dengan bidang ilmu yang saya
pelajari, saya akan berusaha sampai
dapat memahami isi bacaan.
0 1 5 21 6
3
Meskipun berkaitan dengan bidang
ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang
saya mengalami kesulitan untuk
memahami isi bacaan.
0 3 3 23 4
Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat 3 subindikator. Penjelasan
masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama yaitu “bacaan
yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering
mengalami kesulitan untuk memahami isinya”. Terdapat 2 mahasiswa memilih
sangat setuju dan 19 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 21 (63,64%)
mahasiswa masuk kategori tinggi dan memiliki sikap negatif karena mahasiswa
ternyata mengalami kesulitan memahami isi bacaan yang tidak berkaitan dengan
bidang yang dipelajarinya. Namun, terdapat 4 mahasiswa memilih tidak setuju
dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 5 (15,15%) mahasiswa
masuk dalam kategori rendah sekali, tetapi dipandang sebagai sikap positif karena
mahasiswa mengaku tidak mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan
meskipun tiak sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Selain itu, terdapat 7
(21,21%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Subindikator kedua yaitu “sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan
dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai
dapat memahami isi bacaan”. Terdapat 6 mahasiswa memilih sangat setuju dan 21
mahasaiswa memilih setuju, artinya sejumlah 27 (81,82%) mahasiswa masuk
kategori sangat tinggi dan dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa
mengaku berusaha memahami isi bacaan yang berkaitan dengan bidang yang
dipelajari meskipun bacaannya sulit. Namun, terdapat 1 (3,03%) mahasiswa
memilih tidak setuju dan masuk dalam kategori rendah sekali. Mahasiswa tersebut
dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa tidak berusaha memahami isi
bacaan yang sesuai dengan bidang yang dipelajari jika bacaannya sulit. Selain itu,
terdapat 5 (15,15%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator ketiga yaitu “meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang
mahasiswa pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk
memahami isi bacaan”. Terdapat 4 mahasiswa memilih sangat setuju dan 23
mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 27 (81,82%) mahasiswa masuk
kategori sangat tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa
mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan meskipun bacaan sesuai dengan
bidang yang dipelajari. Namun, terdapat 3 (9,09%) mahasiswa memilih tidak
setuju, artinya ketiga mahasiswa tersebut masuk dalam kategori rendah sekali dan
dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa tidak mengalami kesulitan
dalam memahami isi bacaan yang sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.
Terdapat 3 (9,09%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
4.2.2.1.2 Faktor Eksternal
Faktor Eksternal dibagi menjadi 5 indikator yang mempengaruhi membaca
yakni: (a) indikator latar belakang sosial ekonomi dan tidak tersedianya bahan
bacaan, (b) indikator suasana lingkungan dan waktu, (c) indikator teks, (d)
indikator pengaruh budaya lisan, dan (e) indikator pengaruh media elektronik.
Adapun rincian analisis data faktor eksternal sebagai berikut:
a. Indikator Latar Belakang Sosial Ekonomi dan tidak Tersedianya Bahan
Bacaan
Latar belakang social ekonomi keluarga berhubungan dengan tidak
tersedianya bahan bacaan di rumah. Apabila di rumah tidak memiliki bahan
bacaan yang mewadai dan latar belakang sosial ekonomi keluarga rendah tentu
akan mempengaruhi keinginan mahasiswa untuk membaca. Adapun
subindiaktornya sebagai berikut: (1) kesulitan dalam memperoleh bahan bacaan,
(2) penghasilan orang tua terbatas tapi mahasiswa tetap mudah memperoleh bahan
bacaan, dan (3) rasa gelisah mahasiswa saat ingin membaca tidak tersedia bahan
bacaan. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel latar belakang sosial ekonomi
dan tidak tersedianya bahan bacaan di bawah ini.
Tabel 4.11 Indikator Latar Belakang Sosial Ekonomi dan tidak Tersedianya
Bahan Bacaan
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Saya tidak pernah mengalami kesulitan
untuk memperoleh bahan bacaan yang
saya butuhkan.
0 17 5 10 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
2
Karena penghasilan orang tua terbatas,
bacaan yang sebenarnya saya butuhkan
tidak saya peroleh dengan mudah.
6 16 3 6 2
3
Saya merasa gelisah di saat ingin
membaca tetapi tidak tersedia bahan
bacaan
3 10 6 13 1
Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat tiga subindikator. Penjelasan
masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama yaitu
“mahasiswa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan
yang mahasiswa butuhkan”. Terdapat 1 mahasiswa memilih sangat setuju dan 10
mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 11 (33,33%) mahasiswa masuk
dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif karena tidak pernah
mengalami kesulitan dalam memperoleh bacaan yang dibutuhkan. Namun,
terdapat 17 (51,52%) mahasiswa masuk dalam kategori cukup dan dipandang
sebagai sikap negatif karena mahasiswa menagalami kesulitan dalam memperoleh
bahan bacaan yang dibutuhkan. Selain itu, terdapat 5 (15,15%) mahasiswa masih
belum jelas sikapnya.
Subindikator kedua yaitu “karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan
yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak mahasiswa peroleh dengan mudah”.
Terdapat 2 mahasiswa memilih sangat setuju dan 6 mahasiswa memilih setuju,
artinya 8 (24,24%) mahasiswa masuk kategori rendah dan dipandang sebagai
sikap negatif karena penghasilan orang tua terbatas sehingga mahasiswa kesulitan
memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan. Namun, terdapat 16 mahasiswa
memilih tidak setuju dan 6 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya
sejumlah 22 (66,67%) mahasiswa masuk dalam kategori tinggi dan dipandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sebagai sikap postif karena mahasiswa dengan mudah memperoleh bahan bacaan
yang dibutuhkan meskipun penghasilan orang tuanya terbatas. Terdapat pula 3
(9,09%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator ketiga yaitu “mahasiswa merasa gelisah di saat ingin membaca
tetapi tidak tersedia bahan bacaan”. Terdapat 1 mahasiswa memilih sangat setuju
dan 13 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 14 (42,24%) mahasiswa
masuk dalam kategori cukup dan dipadang sebagai sikap positif karena
mahasiswa merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan
bacaan. Namun, terdapat 10 mahasiswa memilih tidak setuju dan 3 mahasiswa
memilih sangat tidak setuju, artinya sejumlah 13 (39,39%) mahasiswa masuk
dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa
tidak merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan.
Terdapat pula 6 (18,18%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
b. Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu
Suasana lingkungan berhubungan dengan waktu. Apabila suasana
lingkungan tidak mendukung untuk melakukan membaca tentu waktu membaca
akan tertunda. Adapun subindikatornya sebagai berikut: (1) lingkungan rumah
yang nyaman untuk membaca, (2) perpustakaan sebagai tempat untuk
menyelesaiakan masalah, dan (3) jadwal membaca yang terganggu apabila ada
tamu. Lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel indikator suasana lingkungan dan
waktu di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Lingkungan rumah tangga saya atau
tempat saya tinggal sangat nyaman
untuk membaca.
3 2 6 19 3
2
Saya ke perpustakaan untuk membaca
jika ada masalah yang perlu
diselesaikan.
1 10 4 11 7
3
Jadwal membaca saya sering terganggu,
jika tiba-tiba ada orang yang datang
bertamu.
0 4 4 22 3
Berdasarkan data di atas diketahui terdapat 3 subindikator. Penjelasan
masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama yaitu
“lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat
nyaman untuk membaca”. Terdapat 7 mahasiswa memilih sangat setuju dan 19
mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 22 (66,67%) mahasiswa masuk
kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif karena lingkkungan rumah
mahasiswa sangat nyaman untuk membaca. Namun, terdapat 2 mahasiswa
memilih tidak setuju dan 3 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 5
(15,15%) mahasiswa menyatakan bahwa lingkungan rumaha mahasiswa tidak
nyaman untuk membaca. Pernyataan tersebut menunjukkan sikap negatif dan
persentasenya masuk dalam kategori rendah sekali. Selain itu, terdapat 6 (18,18%)
mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator kedua yaitu “mahasiswa ke perpustakaan untuk membaca jika
ada masalah yang perlu diselesaikan”. Terdapat 7 mahasiswa memilih sangat
setuju dan 11 mahasiswa setuju, artinya sejumlah 18 (54,54%) mahasiswa masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa
memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat untuk membaca dan mencari solusi
dari masalah yang dihadapinya. Namun, terdapat 10 mahasiswa memilih tidak
setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 11 (33,33%)
mahasiswa dipandang sebagai sikap negatif karena mahasiswa tidak merasa
menyaadari dengan membaca di perpustakaan dapat menemukan solusi dari
masalah yang hadapinya. Persentase tersebut masuk dalam kategori rendah dan
terdapat 4 (12,12%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator ketiga yaitu “jadwal membaca mahasiswa sering terganggu,
jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 3
mahasiswa dan setuju dipilih oleh 22 mahasiswa. Sejumlah 25 (75,76%)
mahasiswa tersebut masuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap
negatif karena jadwal membaca mahasiswa sering terganggu, jika tiba-tiba ada
orang yang datang bertamu. Namun, terdapat 4 (12,12%) mahasiswa masuk dalam
kategori rendah sekali dan dipandang sebagai sikap positif karena jadwal
membaca mahasiswa tidak terganggu meskipun tiba-tiba ada tamu. Terdapat pula
4 (12,12%) mahasiswa sikapnya belum diketahui secara jelas.
c. Indikator Teks
Indikator teks: keadaan bacaan yang panjang, bahasa yang dipakai dalam
teks yang sulit, dan tata tulis teks tidak terstruktur, tingkat keterbacaan teks yang
sulit akan menghambat mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Adapun
subindaikator sebagai berikut: (1) kesulitan saat menemui kata-kata yang tidak
diketahui artinya, (2) kalimat yang terlalu panjang, (3) Tingkat keterbacaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
terlalu sulit, (4) Teks yang terlalu banyak kata-kata asing, dan (4) struktur teks
yang tidak sistematis. Lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel indikator teks di
bawah ini.
Tabel 4.13 Indikator Teks
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Ketika membaca, kesulitan yang saya
hadapi adalah kata-kata yang tidak saya
ketahui artinya.
0 5 0 21 7
2
Kalimat yang terlalu panjang
mempersulit saya untuk memahami isi
bacaan.
1 6 9 13 4
3
Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit
sering menghambat pemahaman isi
bacaan.
0 2 3 23 5
4
Teks yang terlau banyak kata-kata asing
sering mempersulit pemahaman isi
bacaan.
0 4 1 23 5
5
Struktur teks yang tidak sistematis
sering mempersulit pemahaman isi
bacaan.
0 5 0 22 6
Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat 5 subindikator. Penjelasan
masing-masing subindikator sebagai berikut: subindikator pertama yaitu “ketika
membaca, kesulitan yang mahasiswa hadapi adalah kata-kata yang tidak
mahasiswa ketahui artinya”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 7 mahasiswa dan
setuju dipilih oleh 21 mahasiswa, artinya 28 (84,85%) mahasiswa masuk dalam
kategori sangat tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif karena saat membaca
mahasiswa kesulitan jika hadapi kata-kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya.
Namun, terdapat 5 (15,15%) mahasiswa dipadang sebagai sikap positif karena
mahasiswa tidak mengalami kesulitan memahami isi bacaan meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
menemukan kata-kata asing yang mahasiswa tidak tahu artinya. Persentase
tersebut masuk dalam kategori rendah sekali.
Subindikator kedua yaitu “kalimat yang terlalu panjang mempersulit
mahasiswa untuk memahami isi bacaan”. Terdapat 4 mahasiswa memilih sangat
setuju dan 13 mahasiswa memilih setuju, artinya 17 (51,51%) mahasiswa masuk
dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif karena kalimat yang
terlalu panjang membuat mahasiswa kesulitan memahami isi bacaan. Namun, 6
mahasiswa memilih tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih sangat tidak setuju,
artinya 7 (21,21%) mahasiswa memiliki sikap positif karena kalimat yang terlalu
panjang tidak membuat mahasiswa kesulitan dalam memahami isi bacaan.
Berdasarkan kategori, persentase tersebut tergolong rendah. Selain itu, terdapat 9
(27,27%) mahasiswa belum jelas sikapnya.
Subindikator ketiga yaitu “tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering
menghambat pemahaman isi bacaan”. Terdapat 5 mahasiswa memilih sangat
setuju dan 23 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 28 (84,85%)
mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk kategori sangat tinggi karena tingkat
keterbacaan yang terlalu sulit mahasiswa sering mengalami kesulitan memahami
isi bacaan. Namun, 2 (6,06%) mahasiswa memilih tidak setuju artinya masiswa
tidak kesulitan dalam memahami isi bacaan meskipun tingkat keterbacaan terlalu
sulit. Berdasarkan kategori, persentase tersebut tergolong rendah sekali dan
dipandang sebagai sikap positif. Terdapat pula 3 (9,09%) mahasiswa belum jelas
sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Subindikator keempat yaitu “teks yang terlau banyak kata-kata asing sering
mempersulit pemahaman isi bacaan”. Terdapat 5 mahasiswa memilih sangat
setuju dan 23 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 28 (84,85%)
mahasiswa memiliki sikap negatif dan masuk kategori sangat tinggi karena
mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan apabila menemui
banyak kata asing dalam teks. Namun, 4 (12,12%) mahasiswa dipandang sebagai
sikap positif karena mahasiswa mudah memahami isi bacaan meskipun teks
terlalu banyak kata asing. Berdasarkan kategori yang ada, persentase tersebut
tergolong rendah sekali. Selain itu, terdapat 1 (3,03%) mahasiswa yang belum
jelas sikapnya.
Subindikator kelima yaitu “struktur teks yang tidak sistematis sering
mempersulit pemahaman isi bacaan”. Terdapat 6 mahasiswa memilih sangat
setuju dan 22 mahasiswa memilih setuju, artinya sejumlah 28 (84,85%)
mahasiswa masuk dalam kategori sangat tinggi namun dipandang sebagai sikap
negatif karena mahasiswa sering kesulitan dalam memahami isi bacaan saat
bstruktur teks tidak sistematis. Namun, 5 (15,15%) mahasiswa memilih tidak
setuju, artinya kelima mahasiswa tersebut mampu memahami isi bacaan meskipun
struktur teks tidak sistematis. Hal tersebut dipandang sebagai sikap positif
meskipun berdasarkan kategori, persentase tergolong rendah sekali.
d. Indikator Pengaruh Budaya Lisan
Masih kuatnya pengaruh budaya lisan membuat mahasiswa kurang mampu
dalam menyerap informasi melalui membaca. Berikut ini disajikan tabel indikator
pengaruh budaya lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 4.14 Indikator Pengaruh Budaya Lisan
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan
dalam hidup saya, sering mempersulit
pemahaman isi bacaan.
2 9 8 12 2
Berdasarkan subindikator di atas yaitu “masih kuatnya pengaruh bahasa
lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan”.
Terdapat 2 mahasiswa memilih sangat setuju dan 12 mahasiswa setuju, artinya
sejumlah 14 (42,42%) mahasiswa dipandang sebagai sikap negatif karena masih
kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa sehingga mempersulit
mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Berdasarkan kategori yang ada,
persentase tersebut tergolong cukup. Namun, 9 mahasiswa memilih tidak setuju
dan 2 mahasiswa memilih sangat tidak setuju, artinya 11 (33,33%) mahasiswa
dipandang sebagai sikap positif karena mahasiswa tidak kesulitan memahami isi
bacaan meskipun budaya lisan mahasiswa masih kuat. Persentase tersebut masuk
dalam kategori rendah. Selain itu, terdapat 8 (24,24%) mahasiswa tidak jelas
sikapnya.
e. Indikator Pengaruh Media Elektronik
Masih kuatnya pengaruh media elektronik khususnya televisi juga
mempengaruhi mahasiswa dalam menyerap informasi melalui membaca karena
mahasiswa terbiasa menyimak. Berikut ini disajikan tabel pengaruh media
elektronik (khususnya televisi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel 4.15 Indikator Pengaruh Media Elektronik
No Subindikator
Rentangan Skor
1
(TST)
2
(TS)
3
(TMP)
4
(S)
5
(SS)
1
Jika acara televisi menarik, kegiatan
membaca saya tinggalkan terlebih dahulu
untuk menonton acara televisi.
1 6 2 20 4
Berdasarkan subindikator di atas yaitu “jika acara televisi menarik, kegiatan
membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi”.
Terdapat 4 mahasiswa memilih sangat setuju dan 20 mahasiswa memilih setuju,
artinya sejumlah 24 (72,73%) mahasiswa dipandang sebagai sikap sikap negatif
karena mahasiswa lebih mengutamakan menonton televisi daripada membaca.
Berdasarkan kategori yang ada, persentase tersebut tergolong tinggi. Namun,
terdapat 6 mahasiswa memilih pilihan tidak setuju dan 1 mahasiswa memilih
sangat tidak setuju, artinya 7 (21,21%) mahasiswa dipandang sebagai sikap positif
karena mahasiswa lebih mengutamana membaca daripada menonton televisi.
Persentase tersebut masuk dalam kategori rendah. Terdapat pula 2 (6,06%)
mahasiswa belum jelas sikapnya.
Penjelasan dari 14 tabel yang sudah disajikan oleh peneliti, dapat diketahui
faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selanjutnya
peneliti mencari total skor dengan rumus total jumlah responden yang memilih
(T) dikali dengan pilihan angka skor likert (Pn). Total skor yang diperoleh dari
hasil perhitungan faktor membaca adalah 11501. Setelah total skor diketahui
selanjutnya mencari skor ideal dengan rumus jumlah responden dikali lima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Sedangkan skor rendah dengan jumlah responden dikali satu. Jumlah skor ideal
adalah 16665 dan jumlah skor terendah adalah 3333. Agar dapat menginterpretasi
hasil nilai faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa
diperlukan rumus index % yaitu total skor dibagi skor ideal (Y) dikali 100
Adapun hasil perhitungan angket faktor kemampuan membaca yaitu
11501/16665*100 = 69,01%.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas bahwa faktor membaca mahasiswa
semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta masuk dalam kategori Tinggi.
Keseluruhan dari data di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi faktor
yang mempengaruhi kemampuan membaca yang dimiliki oleh mahasiswa
seharusnya kemampuan membaca kritis mahasiswa akan semakin tinggi pula.
4.2.2.2 Analisis SWOT
Penelitian ini juga menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunity, and Threat) untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman. Irham Fahmi, 2013:260 (dalam Nisak) menyatakan bahwa untuk
menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor internal
dan faktor eksternal. Pada faktor internal membaca, subindikator yang termasuk
dalam sikap positif dapat dikatakan sebagai kekuatan sedangkan sikap negatif
dapat dikatakan sebagai kelemahan. Selanjutnya pada faktor eksternal membaca,
subindikator yang termasuk dalam sikap positif dapat dikatakan sebagai peluang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
sebaliknya sikap negatif dapat dikatakan sebagai ancaman. Berikut ini disajikan
tabel analisis SWOT:
Tabel 4.16 Analisis SWOT
No SWOT Subindikator
1 Kekuatan Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha
menyelesaikannya tepat waktu.
2 Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-
tingginya dengan cara rajin membaca.
3 Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh
dari kesadaran sendiri.
4 Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas
suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya.
5 Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk
menyegarkan ingatan.
6 Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang
mudah saya jangkau.
7 Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi
bacaan yang saya baca.
8 Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik
saya tetap membacanya.
9
Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan
besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang
saya baca.
10 Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan.
11 Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya
sendiri.
12 Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema
gagasan setiap kali membaca.
13 Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika
memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain.
14 Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat
membantu mempermudah memahami isi bacaan.
15 Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika
bacaan itu menarik, saya membacanya.
16 Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan
mendukung perkuliahan saya.
17 Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin
membaca pasti dapat memahami isi bacaan.
18
Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu
yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi
bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
1
Kelemahan
Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan
ketika membaca.
2 Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester,
dorongan membaca saya sangat kuat.
3 Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada
bacaan-bacaan hiburan.
4 Saya tidak membawa bahan bacaan kemana pun pergi.
5 Jika teman memiliki buku baru, saya tidak berusaha untuk
memilikinya agar dapat membaca setiap saat.
6 Saya tidak memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.
7 Saya tidak menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.
8 Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi
bacaan yang saya baca.
9 Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam
membaca.
10 Untuk memahami isi bacaan, saya tidak membuat pertanyaan
berdasarkan isi bacaan yang saya baca.
11 Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya
saja.
12
Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau
hasil penelitian, saya tidak ingin melacak sumber aslinya agar dapat
memahami secara lebih komprehensif.
13 Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik
untuk dibaca.
14 Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan
tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca.
15
Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari,
kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi
bacaan.
16 Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari,
saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya.
1
Peluang
Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya
saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah.
2
Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia
bahan bacaan
3
Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat
nyaman untuk membaca.
4 Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu
diselesaikan.
1 Ancaman
Saya pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan
yang saya butuhkan.
2
Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang
yang datang bertamu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
3
Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang
tidak saya ketahui artinya.
4
Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami
isi bacaan.
5
Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat
pemahaman isi bacaan.
6
Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit
pemahaman isi bacaan.
7
Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman
isi bacaan.
8
Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering
mempersulit pemahaman isi bacaan.
9
Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan
terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
Berdasarkan tabel di atas diketahui 18 subindikator kekuatan yaitu
mahasiswa berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu, ingin mencapai prestasi
yang tinggi, kesadaran diri untuk membaca, respek kepada orang yang memberi
jawaban dengan menyebutkan sumber, membaca lagi untuk menyegarkan ingatan,
menyiapkan buku-buku yang mudah dijangkau, mudah memahami isi bacaan saat
kondisi perasaan sedang enak, tetap membaca meskipun sakit, memiliki berbagai
pengalaman dan pengetahuan dari membaca, sambil membaca membuat
ringkasan, setelah membaca merumuskan gagasan dengan bahasa sendiri,
membuat skema gagasan setiap kali membaca, mampu berpikir kritis saat
memberi tanggapan, tekun membaca, dan berusaha memahami isi bacaan
meskipun isi bacaan sangat sulit.
Mahasiswa memiliki 16 subindikator kelemahan yaitu tidak pernah
membuat target saat membaca, dorongan membaca sangat tinggi hanya saat akan
ujian, hanya membaca bacaan yang bersifat hiburan, tidak membawa bahan
bacaan saat bepergian, tidak merasa ingin memiliki buku baru jika teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
memiliki buku baru, tidak memiliki minat untuk membaca setiap hari, tidak
memyusun jadwal teratur untuk membaca, saat galau mahasiswa kesulitan
memahami isi bacaan, saat kondisi kesehatan tidak baik mahasiswa juga kesulitan
memahami isi bacaan, tidak membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, hanya
mengingat-ingat isi bacaan untuk memahami isi bacaan, tidak ada rasa ingin
melacak sumber asli setiap ada pendapat para ahli dalam suatu artikel atau jurnal,
hanya membaca jenis bacaan yang dianggap menarik, mahasiswa tidak menyadari
bahwa memca dapa memenuhi kebutuhan hidup, sering kseulitan dalam
memahami isi bacaan meskipun berkaitan dengan bidang yang dipelajari, dan
kesulitan dalam memahami isi bacaan yang tidak sesuai dengan bidang yang
dipelajari.
Adapun peluang yang dimiliki mahasiswa yaitu meskipun orangtuanya
berpengahasilan terbatas, tetapi mahasiswa mampu memperoleh bacaan dengan
mudah, merasa gelisah jika tidak ada bahan bacaan di rumah, lingkungan tempat
tinggal mahasiswa sangat nyaman untuk membaca, dan pergi ke perpustakaan
untuk menyelesaikan masalah.
Selain terdapat peluang, mahasiswa juga memiliki ancaman yaitu
mahasiswa kesulitan memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan, jadwal
membaca sering terganggu saat ada tamu, kesulitan memahami isi bacaan jika
menemukan kata-kata yang tidak diketahui artinya, kesulitan memahami isi
bacaan karena kalimat terlalu panjang, tingkat keterbacaan yang terlalu sulit,
terlalu banyak kata-kata asing dalam teks dan struktur yang tidak sitematis, masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
kuatnya pengaruh budaya lisan dalam hidup mahasiswa dan kuatnya pengaruh
televisi.
4.2.3 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dan Keterkaitannya
dengan Analisis SWOT
Kemampuan membaca kritis mahasiswa diukur dengan memberikan tes
objektif yang berupa tes pilihan ganda. Tes ini untuk mengukur tingkat
pemahaman isi bacaan dan berpikir kritis mahasiswa. Jumlah soal tes membaca
kritis terdiri atas 40 butir soal. Butir soal dibuat dari potongan artikel dan dibatasi
khusus untuk teks nonfiksi. Dari setiap pertanyaan diharapkan mahasiswa mampu
memilih satu jawaban benar dari lima pilihan yang sudah disediakan.
Agar dapat mengetahui hasil tes kemampuan membaca kritis, peneliti
melakukan penilaian tes dengan cara jawaban benar akan diberi skor (1) dan salah
diberi skor (0). Jumlah benar dalam satu tes setiap mahasiswa menjadi nilai
keseluruhan. Setelah mengetahui nilai masing-masing mahasiswa lalu mencari
rata-rata nilai mahasiswa dengan rumus:
Berdasarkan rumus diatas diketahui rata-rata nilai mahasiswa semester VI
kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia adalah 21,94. Setelah
mengetahui nilai rata-rata mahasiswa, peneliti melakukan perhitungan indek
Keterangan: X = rata-rata
Ʃx = jumlah seluruh skor mahasiswa
N = jumlah mahasiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
tingkat kesulitan (ITK) butir soal dengan rumus jawaban benar dibagi jumlah
responden. Tujuan perhitungan ITK ini yaitu untuk mengetahui layak atau tidak
layak butir soal. Menurut Oller (dalam Nurgiyantoro, 2012:195) Semua butir soal
dinyatakan layak jika indek tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai
dengan 0,85. Namun, rentangan interval tersebut masih terlalu luas, indeks 0,15
dan 0,85 masih terlihat ekstrem sulit dan mudah. Maka, ITK yang dapat
ditoleransi adalah berkisar 0,20-0,80. ITK 0,20-40 adalah butir soal yang
berkategori sulit, 0,40-0,60 berkategori sedang, dan 0,61-0,80 berkategori mudah.
Berikut disajikan hasil perhitungan indek tingkat kesulitan butir soal.
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal
No. Kategori Predikat No Butir Soal
1. Sulit Layak 1, 4, 5, 11, 12, 14, 24, 29, 31, 33, 34, 36, 38, 40.
2. Sedang Layak 15, 27, 28, 32.
3. Mudah Layak 3, 6, 7, 8, 10, 21, 25, 26, 30, 35, 37, 39.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 40 butir soal terdapat 30 butir
soal terdapat 14 butir soal layak berkategori sulit, 4 butir soal berkategori sedang,
dan 12 butir soal berkategori mudah. Tabel di atas tidak dipaparkan butir soal
dengan predikat tidak layak karena penelitian ini menggunakan uji coba terpakai.
Jadi butir soal yang tidak layak tidak dicantumkan dalam tabel di atas.
4.2.3.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis
Setelah diketahui indek tingkat kesulitan butir soal, tes kemampuan
membaca kritis berjumlah 30 soal pertanyaan. Selanjutnya peneliti melakukan
penilaian setiap aspek membaca kritis dengan rumus jumlah butir soal dikali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dengan jumlah responden. Adapun hasil tes membaca kritis setiap aspek dapat
dilihat pada diagram di bawah ini.
Grafik 4.1 Tes Membaca Kritis Setiap Aspek
Grafik batang di atas menjelaskan tentang tujuh aspek yang terdapat dalam
tes kemampuan membaca kritis yaitu kemampuan mengenali dan mengingat,
memahami isi bacaan, menerapkan konsep-konsep, menganalisis, membuat
kesimpulan, menilai, dan memproduksi. Melalui grafik tersebut juga dapat
diketahui jumlah mahasiswa yang dapat menjawab benar dalam setiap aspek.
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai analisis hasil perhitungan
membaca kritis setiap aspek:
a. Kemampuan Mengenal dan Mengingat
Aspek kemampuan mengenal dan mengingat terdapat empat indikator yaitu
kemampuan mengidentifikasi ide pokok/gagasan utaman, kemampuan mengingat,
0
20
40
60
80
100
120
140
160
64
160
93
23 37 49 53
Sko
r
Perhitungan Tes Membaca Kritis Setiap Aspek
Aspek 7
Aspek 6
Aspek 5
Aspek 4
Aspek 3
Aspek 2
Aspek 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kemampuan mengenali fakta-fakta dalam bacaan, dan kemampuan mengenali
opini dalam bacaan. Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan mengenal dan
mengingat dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Mengenal dan Mengingat
Aspek Indikator Jumlah
soal
No.
Soal
Jumlah
jawaban
betul
Jumlah
jawaban
salah
Kemampua
n
mengenali
dan
mengingat
Kemampuan
mengidentifikasi ide
pokok/gagasan utama
1 1 11 22
Kemampuan mengingat 1 6 23 10
Kemampuan mengenali
fakta-fakta dalam bacaan
1 3 22 11
Kemampuan mengenali
opini dalam bacaan
1 4 8 25
Jumlah 4 4 64 68
Berdasarkan indikator no. 1 sejumlah 11 mahasiswa mampu menjawab
benar untuk indikator mengidentifikasi ide pokok/gagasan utama, sedangkan sejumlah
22 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 2 terdapat 23 mahasiswa mampu
menjawab benar untuk indikator mengingat, tetapi 10 mahasiswa menjawab salah.
Indikator no. 3 terdapat 22 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator
mengenali fakta-fakta dalam bacaan, sedangkan 11 mahasiswa menjawab salah. Indikator
yang terakhir yaitu sejumlah 8 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator
mengenali opini dalam bacaan, sedangkan 25 mahasiswa menjawab salah.
Kesimpulan dari penjelasan di atas yaitu mahasiswa kurang mampu dalam
mengenali dan mengingat karena mahasiswa yang mampu menjawab benar hanya
sejumlah 64 (48,48%), sedangkan 68 (51,52%) mahasiswa menjawab salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
b. Kemampuan Memahami Bacaan
Aspek kemampuan memahami bacaan terdapat sembilan indikator yaitu
kemampuan menafsirkan, kemampuan memberikan contoh, kemampuan
mengklasifikasikan, kemampuan meringkas, kemampuan menarik inferensi,
kemampuan membandingkan, kemampuan menjelaskan, kemampuan
memperkirakan, dan kemampuan mengartikan kata asing atau istilah. Adapun hasil
perhitungan aspek kemampuan memahami bacaan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memahami Bacaan
Aspek Indikator Jumlah
soal
No.
Soal
Jumlah
jawaban
betul
Jumlah
jawaban
salah
Kemampuan
memahami
bacaan
Kemampuan menafsirkan 1 8 23 10
Kemampuan memberikan
contoh
1 39 22 11
Kemampuan
mengklasifikasikan
1 10 23 10
Kemampuan meringkas 1 5 9 24
Kemampuan menarik
inferensi
1 7 24 9
Kemampuan
membandingkan
1 11 10 23
Kemampuan menjelaskan 1 12 7 26
Kemampuan
memperkirakan
2 14 13 20
35 22 11
Kemampuan mengartikan
kata asing atau istilah
1 31 7 26
Jumlah 10 10 160 170
Pada indikator no. 1 sejumlah 23 mahasiswa mampu menjawab benar untuk
indikator menafsirkan, sedangkan 10 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 2
terdapat 22 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator memberikan
contoh, tetapi 11 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 3 sejumlah 23
mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator mengklasifikasikan,
sedangkan 10 mahasiswa menjawab salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Indikator no. 4 terdapat 9 mahasiswa mampu menjawab benar untuk
indikator meringkas, sedangkan 24 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 5,
sejumlah 24 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator menarik
inferensi, sedangkan 9 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 6, terdapat 10
mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator membandingkan, sedangkan
23 mahasiswa menjawab salah.
Pada indikator no. 7 terdapat 7 mahasiswa mampu menjawab benar untuk
indikator menjelaskan, sedangkan 26 mahasiswa menjawab. Indikator no. 8
terdapat dua soal, soal pertama terdapat 13 mahasiswa mampu menjawab benar
untuk indikator memperkirakan, sedangkan 20 mahasiswa menjawab salah. Dari
hasil tersebut diketahui kemampuan memperkirakan mahasiswa rendah. Namun,
soal kedua terdapat 22 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator
memperkirakan, sedangkan 11 mahasiswa menjawab salah. Data kedua
menunjukkan bahwa mahasiswa mampu memperkirakan. Indikator no. 9 terdapat
7 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator mengartikan kata asing atau
istilah, tetapi 26 mahasiswa menjawab salah.
Berdasarkan data-data di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kurang
mampu dalam memahami isi bacaan karena hanya 160 (48,48%) mahasiswa yang
mampu menjawab betul, sedangkan sejumlah 170 (51,52%) mahasiswa menjawab
salah.
c. Kemampuan Menerapkan Konsep-Konsep
Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan menerapkan konsep-konsep
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menerapkan Konsep-Konsep
Aspek Indikator Jumlah
soal
No.
Soal
Jumlah
jawaban
betul
Jumlah
jawaban
salah
Kemampuan
menerapkan
konsep-
konsep
Kemampuan menerapkan
konsep-konsep
5 15 19 14
30 24 9
36 13 20
37 24 9
38 13 20
Jumlah 5 5 93 72
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sejumlah 93 mahasiswa
mampu menjawab benar untuk indikator menerapkan konsep-konsep, tetapi 72
mahasiswa menjawab salah. Kesimpulannya adalah mahasiswa mampu
menerapkan konsep-konsep karena 93 (56,36 %) mahasiswa mampu menjawab
benar, sedangkan sejumlah 72 (43,64%) mahasiswa menjawab salah.
d. Kemampuan Menganalisis
Aspek kemampuan menganalisis terdapat dua indikator yaitu kemampuan
membedakan dan kemampuan menemukan pesan tersirat. Adapun hasil perhitungan
aspek kemampuan menganalisis dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menganalisis
Aspek Indikator Jumlah
soal
No.
Soal
Jumlah
jawaban
betul
Jumlah
jawaban
salah
Kemampuan
menganalisis
Kemampuan
membedakan
1 40 8 25
Kemampuan menemukan
pesan tersirat
1 28 15 18
Jumlah 2 2 23 43
Indikator no. 1 terdapat 8 mahasiswa mampu menjawab benar untuk
indikator membedakan, sedangkan 25 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
terdapat 15 mahasiswa mampu menjawab benar untuk indikator menemukan pesan
tersirat, sedangkan 18 mahasiswa menjawab salah. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa kurang mampu dalam menganalisis karena hanya terdapat
23 (34,85%) mahasiswa yang mampu menjawab benar, sedangkan 43 (65,15%)
mahasiswa menjawab salah.
e. Kemampuan Membuat Kesimpulan
Aspek kemampuan membuat kesimpulan terdapat dua indikator yaitu
kemampuan menyimpulkan teks bacaan dan kemampuan menyusun kembali
kerangka bacaan. Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan membuat kesimpulan
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Membuat Kesimpulan
Aspek Indikator Jumlah
soal
No.
Soal
Jumlah
jawaban
betul
Jumlah
jawaban
salah
Kemampuan
membuat
kesimpulan
Kemampuan
menyimpulkan teks
bacaan
1 27 14 19
Kemampuan menyusun
kembali kerangka bacaan
1 25 23 10
Jumlah 2 2 37 29
Indikator no 1 terdapat 14 mahasiswa mampu menjawab benar untuk
indikator menyimpulkan teks bacaan, sedangkan 19 mahasiswa menjawab salah.
Indikator no. 2 sejumlah 23 mahasiswa mampu menjawab dengan benar untuk
indikator menyusun kembali kerangka bacaan, sedangkan 10 mahasiswa
menjawab salah. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa
mampu membuat kesimpulan. Sejumlah 37 (56,06%) mahasiswa mampu
menjawab dengan benar, sedangkan 29 (43,94%) mahasiswa menjawab salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
f. Kemampuan Menilai
Aspek kemampuan menilai terdapat dua indikator yaitu. Adapun hasil
perhitungan aspek kemampuan menilai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menilai
Aspek Indikator Jumlah
soal
No.
Soal
Jumlah
jawaban
betul
Jumlah
jawaban
salah
Kemampuan
menilai
Kemampuan menilai
gagasan utama atau
keseluruhan bacaan
1 21 25 8
Kemampuan mengkritik
suatu bacaan
2 29 10 23
32 14 19
Jumlah 3 3 49 50
Indikator no. 1 terdapat 21 mahasiswa mampu menjawab dengan benar
untuk indikator menilai gagasan utama atau keseluruhan bacaan, sedangkan hanya
8 mahasiswa yang menjawab salah. Indikator no. 2 terdapat dua soal. Soal
pertama, hanya 10 mahasiswa yang mampu menjawab benar untuk indikator
mengkritik suatu bacaan dan 23 mahasiswa menjawab salah. Hasil soal kedua
juga menunjukkan kemampuan mengkritik mahasiswa rendah. Hanya terdapat 14
mahasiswa yang mampu menjawab benar, sedangkan 19 mahasiswa menjawab
salah. Kesimpulan dari data tersebut adalah mahasiswa kurang mampu menilai
karena hanya sejumlah 49 (49,49%) mahasiswa yang mampu menjawab benar,
sedangkan 50 (50,50%) mahasiswa menjawab salah.
g. Kemampuan Memproduksi
Aspek kemampuan memproduksi terdapat dua indikator yaitu kemampuan
merumuskan, kemampuan merencanakan, dan kemampuan memproduksi/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
merangkum. Adapun hasil perhitungan aspek kemampuan memproduksi dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memproduksi
Aspek Indikator Jumlah
soal
No.
Soal
Jumlah
jawaban
betul
Jumlah
jawaban
salah
Kemampuan
memproduksi
Kemampuan merumuskan 1 34 9 24
Kemampuan
merencanakan
1 24 11 22
Kemampuan
memproduksi/
merangkum
2 26 26 7
33 7 26
Jumlah 4 4 53 79
Indikator no. 1 hanya terdapat 9 mahasiswa yang mampu menjawab benar
untuk indikator merumuskan, sedangkan 24 mahasiswa menjawab salah. Indikator
no. 2 terdapat 11 mahasiswa yang mampu menjawab benar untuk indikator
merencanakan, sedangkan 22 mahasiswa menjawab salah. Indikator no. 3,
terdapat dua soal. Soal pertama, sejumlah 26 mahasiswa mampu menjawab benar
untuk indikator memproduksi dan hanya 7 mahasiswa yang menjawab salah.
Namun hasil soal kedua berbanding terbalik, hanya terdapat 7 mahasiswa yang
mampu menjawab benar dan 26 mahasiswa menjawab salah. Kesimpulannya
adalah mahasiswa kurang mampu dalam memproduksi atau merangkum karena
hanya terdapat 53 (40,15%) mahasiswa yang mampu menjawab benar, sedangkan
79 (59,85%) mahasiswa menjawab salah.
Berdasarkan penjelasan mengenai tujuh aspek di atas dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta hanya mampu menerapkan
konsep-konsep dan membuat kesimpulan. Mahasiswa masih banyak yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
mampu dalam aspek mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan,
menganalisis, menilai, dan memproduksi. Kelima aspek tersebut merupakan
kelemaham mahasiswa sehingga dapat dikatakan mahasiswa kurang mampu
dalam membaca kritis. Oleh karena itu pengembangan aspek yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah kelima aspek tersebut sehingga nantinya hasil
penelitian ini memberikan solusi agar mahasiswa mampu membaca kritis.
Setelah menganalisis setiap aspek, peneliti melakukan pehitungan untuk
menentukan batas minimal kelulusan mahasiswa yaitu dengan menghitung
persentase. Mahasiswa dikatakan lulus apabila memperoleh nilai KKM (Kategori
Ketuntasan Minimal). Nilai KKM untuk membaca kritis yaitu C (cukup).
Penentuan kategori dengan perhitungan persentase ini menggunakan patokan
untuk skala 5 yang diadaptasi dari kategori penilaian milik Nurgiyantoro
(2010:253). Adapun hasil perhitungan tes kemampuan membaca kritis dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis
No. Interval Skor F (%) Skala Kategori
1. 85-100 34-40 0 0% 5 A Kemampuan Membaca Kritis
Sangat Tinggi
2. 75-84 30-33 0 0% 4 B Kemampuan Membaca Kritis
Tingggi
3. 60-74 24-29 11 33,33% 3 C Kemampuan Membaca Kritis
Cukup
4. 40-59 16-23 21 63,64% 2 D Kemampuan Membaca Kritis
Kurang
5. 0-30 0-15 1 3,03% 1 E Tidak Memiliki Memampuan
Membaca Kritis
Keterangan f:frekuensi %:persentase.
Tabel 4.25 dapat diketahui nilai tes membaca kritis mahasiswa yang
memiliki kemampuan membaca kritis tinggi adalah mahasiswa yang memperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
skor 30 sampai dengan 40. Dikatakan memiliki kemampuan membaca kritis tinggi
apabila mahasiswa mampu mengenali dan mengingat, memahami bacaan,
menerapkan konsep, menganalisis, membuat kesimpulan, menilai, dan
memproduksi.
Mahasiswa yang memiliki kemampuan membaca kritis rendah yaitu
mahasiswa yang memperoleh skor kurang dari 15 sampai dengan 29. Dikatakan
memiliki kemampuan membaca kritis rendah apabila mahasiswa kurang mampu
mengenali dan mengingat, tidak dapat memahami bacaan, tidak mampu
menerapkan konsep, tidak mampu menganalisis, tidak bisa membuat kesimpulan,
tidak dapat menilai, dan kurang mampu memproduksi.
Terdapat sebelas mahasiswa (33,33%) lulus KKM dengan skor 24-29
dikategori kemampuan membaca kritis cukup. Dikatakan kemampuan membaca
kritis mahasiswa cukup karena mampu mengartikan istilah, mampu mengingat,
menentukan fakta dan opini, kurang memahami isi bacaan, mampu menerapkan
konsep, mampu menganalisis, tidak dapat membuat kesimpulan, dan mampu
memproduksi.
Sejumlah 21 (63,64%) mahasiswa dengan skor 16-23 dikategori
kemampuan membaca kritis kurang. Dikatakan kemampuan membaca kritis
mahasiswa kurang karena kurang mampu dalam mengenali dan mengingat,
kurang memahami isi bacaan, kurang mampu dalam menerapkan konsep, kurang
mampu mengkritik teks, kurang mampu membuat kesimpulan dan kurang mampu
memproduksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Satu (3,03%) mahasiswa dengan skor 0-15 dikategori tidak memiliki
kemampuan membaca kritis. Dikatakan tidak memiliki kemampuan membaca
kritis karena tidak dapat mengenali dan mengingat, tidak mampu memahami isi
bacaan, tidak dapat menerapkan konsep, tidak dapat menganalisis bacaan, tidak
mampu membuat kesimpulan, tidak mampu menilai, dan tidak mampu
memproduksi.
Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 33 mahasiswa
semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tidak ada yang mempunyai kemampuan
membaca kritis sangat tinggi maupun tinggi. Mahasiswa yang lulus KKM
membaca kritis berjumlah 11 mahasiswa. Nilai rata-rata mahasiswa semester VI
kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia adalah 21,94. Hasil
nilai rata-rata tersebut dapat diketahui kemampuan membaca kritis mahasiswa
berada di kategori kurang. Hasil perhitungan tersebut sesuai dengan hasil
analisis data setiap aspek yang sudah dijelaskan di atas yang juga menunjukkan
kemampuan mahasiswa tergolong rendah. Hasil tes kemampuan membaca kritis
ini tidak selaras dengan hasil angket faktor membaca yang berkategori tinggi.
4.2.3.2 Keterkaitan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dengan Analisis
SWOT
Tujuh aspek yang telah dianalisis menunjukkan bahwa mahasiswa hanya
mampu mencapai keberhasilan pada aspek menerapkan konsep-konsep dan
membuat kesimpulan. Hal ini dapat diketahui bahwa mahasiswa tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
mencapai lima aspek membaca kritis yakni aspek mengenali dan mengingat,
memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduksi. Oleh karena itu,
untuk mengetahui alasan mahasiswa dapat berhasil dan tidak berhasil dalam
mencapai aspek membaca kritis dikaitkan dengan analisis SWOT yang berasal
dari data observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis SWOT ini dapat
menunjukkan kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dimiliki
mahasiswa. Adapun penjabarannya sebagai berikut:
a. Keterkaitan Aspek Mengenali dan Mengingat dengan Analisis SWOT
Hasil tes membaca kritis pada aspek mengenali dan mengingat diketahui
sejumlah 48,48% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 51,52%
mahasiswa menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.
Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan
dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan
untuk mengetahui keterkaitan SWOT dengan aspek mengenali dan mengingat.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Tabel 4.26 Analisis SWOT dalam Aspek Mengingat dan Mengenali
No SWOT Subindikator
1
Kekuatan
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha
menyelesaikannya tepat waktu.
2
Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk
menyegarkan ingatan.
3
Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan
besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang
saya baca.
4
Mahasiswa membuat pengingat di note untuk membaca buku
minimal 3 buku dalam 1 minggu
1 Kelemahan
Saya tidak membawa bahan bacaan kemana pun pergi.
2
Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya
saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
1
Peluang
Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat
nyaman untuk membaca.
2
Dosen mengajukan pertanyaan mengenai materi yang sudah
dipelajari
3
Sebelum masuk ke materi perkuliahan, dosen mengingatkan
kembali materi yang dipelajari
4
Sebelum mengakhiri perkuliahan, dosen mengajak mahasiswa
untuk melakukan refleksi mengenai materi yang sudah dipelajari.
1 Ancaman
Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi
bacaan.
2
Teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit
pemahaman isi bacaan.
Tabel di atas diketahui terdapat 4 kekuatan dan 2 kelemahan dalam
indikator mengenali dan mengingat. Adapun kekuatannya yaitu mahasiswa
disiplin dalam menyelesaikan tugas, selalu membaca kembali bacaan yang sudah
dibaca untuk menyegarkan ingatan, dan memiliki berbagai pengetahuan
membantu mempermudah memahami isi bacaan, dan mahasiswa membuat
pengingat di note untuk membaca buku minimal 3 buku dalam 1 minggu.
Kelemahannya yaitu mahasiswa tidak membawa bahan bacaan kemana pun pergi
dan mahasiswa hanya mengingat-ingat isinya saja untuk memahami isi bacaan
Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 4 peluang dan 2
ancaman dalam indikator mengenali dan mengingat. Peluangnya yaitu lingkungan
tempat tinggal mahasiswa sangat nyaman untuk membaca, dosen mengajukan
pertanyaan mengenai materi yang sudah dipelajari, sebelum masuk ke materi
perkuliahan, dosen mengingatkan kembali materi yang dipelajari, dan sebelum
mengakhiri perkuliahan, dosen mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi
mengenai materi yang sudah dipelajari. Ancamannnya yaitu mahasiswa kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
memahami isi bacaan ketika kalimat dalam bacaan terlalu panjang dan teks terlalu
banyak kata-kata asing.
b. Keterkaitan Aspek Memahami Isi Bacaan dengan Analisis SWOT
Hasil tes membaca kritis pada aspek memahami isi bacaan diketahui
sejumlah 48,48% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 51,52%
mahasiswa menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.
Selain itu, data observasi dan wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan dari hasil
observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui keterkaitan SWOT dengan aspek memahami isi bacaan. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
Tabel 4.27 Analisis SWOT dalam Aspek Memahami Isi Bacaan
No SWOT Subindikator
1
Kekuatan
Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan
yang saya baca.
2
Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik
saya tetap membacanya.
3
Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan
besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang
saya baca.
4
Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin
membaca pasti dapat memahami isi bacaan.
5
mahasiswa aktif bertanya kepada teman yang presentasi apabila
belum memahami materi
6
mencari sumber lain yang sesuai dengan tema yang sama untuk
menambah wawasan
7 Setelah membaca, mahasiswa membuat rangkuman
1
Kelemahan
Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi
bacaan yang saya baca.
2
Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam
membaca.
3
Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-
kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan.
1 Peluang
Meskipun penghasilan orang tua terbatas, tetapi bacaan yang saya
butuhkan dapat saya peroleh dengan mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
2 dosen memberi tugas membaca
3 dosen memberi penegasan sebelum mengakhiri perkuliahan
1
Ancaman
Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang
yang datang bertamu.
2
Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat
pemahaman isi bacaan.
3
mahasiswa kesulitan dalam memahami isi bacaan apabila suasana
lingkungan ramai/ tidak konsusif
Tabel di atas diketahui terdapat 7 kekuatan dan 3 kelemahan dalam
indikator memahami isi bacaan. Kekuatannya yaitu jika perasaan sedang enak,
mahasiswa mudah sekali memahami isi bacaan, meskipun kondisi kesehatan
mahasiswa tidak baik, tetapi akan menghadapi ujian mahasiswa tetap membaca,
mahasiswa miliki pengetahuan atau pengalaman banyak sehingga membantu
mempermudah pemahaman isi bacaan, mahasiswa tekun dan rajin membaca,
mahasiswa aktif bertanya kepada teman yang presentasi apabila belum memahami
materi, mencari sumber lain yang sesuai dengan tema yang sama untuk
menambah wawasan, dan setelah membaca, dan mahasiswa membuat rangkuman.
Adapun kelemahannya yaitu jika kondisi perasaan sedang galau, mahasiswa sulit
sekali memahami isi bacaan, mahasiswa sulit berkonsentrasi dalam membaca jika
kondisi kesehatan tidak baik, dan kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan
untuk memahami isi bacaan meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang
mahasiswa pelajari.
Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 3 peluang dan 3
ancaman dalam indikator memahami isi bacaan. Adapun peluangnya yaitu
meskipun penghasilan orang tua terbatas, mahasiswa peroleh bahan bacaan yang
dibutuhkan dengan mudah,, dosen memberi tugas membaca, dan dosen memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
penegasan sebelum mengakhiri perkuliahan. Ancamannya yaitu jadwal membaca
mahasiswa sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu, tingkat
keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan, dan
mahasiswa kesulitan dalam memahami isi bacaan apabila suasana lingkungan
ramai/ tidak konsusif.
c. Keterkaitan Aspek Menerapkan Konsep-konsep dengan Analisis SWOT
Hasil tes membaca kritis pada aspek menerapkan konsep-konsep diketahui
sejumlah 56,36% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 43,64%
mahasiswa menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.
Selain itu, data observasi dan wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan dari hasil
observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui keterkaitan SWOT dengan aspek menerapkan konsep-konsep.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Tabel 4.28 Analisis SWOT dalam Aspek Menerapkan Konsep-konsep
No SWOT Subindikator
1
Kekuatan
Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh
dari kesadaran sendiri.
2
Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat
membantu mempermudah memahami isi bacaan.
3
Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan
mendukung perkuliahan saya.
4
Mahasiswa memberi masukan kepada teman yang presntasi supaya
dapat menyajikan materi lebih baik lagi dan penyaji akan
memperbaikinya.
5
Mahasiswa mencari dan membeli buku literatur yang disarankan
dosen
6 Mahasiswa menulis cerpen
1 Kelemahan
Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester,
dorongan membaca saya sangat kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
2
Jika teman memiliki buku baru, saya tidak berusaha untuk
memilikinya agar dapat membaca setiap saat.
3
Mahasiswa lebih suka menonton film daripada membaca buku
aslinya
1 Peluang
Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu
diselesaikan.
2 Dosen memberi proyek (tugas) secara berkelompok.
1 Ancaman
Saya pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan
yang saya butuhkan.
2
Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan
terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
Tabel di atas diketahui terdapat 6 kekuatan dan 3 kelemahan dalam
indikator menerapkan konsep-konsep. Kekuatannya yaitu mahasiswa membaca
atas dasar kesadaran sendiri, mahasiswa memahami berbagai teknik membaca
sehingga sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan, dan mahasiswa
membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan
mahasiswa, mahasiswa memberi masukan kepada teman yang presntasi supaya
dapat menyajikan materi lebih baik lagi dan penyaji akan memperbaikinya,
mahasiswa mencari dan membeli buku literatur yang disarankan dosen, dan
mahasiswa menulis cerpen. Adapun kelemahannya yaitu dorongan membaca
mahasiswa sangat kuat hanya saat menempuh ujian tengah semester atau akhir
semester, dan jika teman memiliki buku baru, mahasiswa tidak berusaha untuk
memilikinya agar dapat membaca setiap saat dan mahasiswa lebih suka menonton
film daripada membaca buku aslinya.
Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 2 peluang dan 2
ancaman dalam indikator menerapkan konsep-konsep. Adapun peluangnya yaitu
mahasiswa ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu
diselesaikan dan dosen memberi proyek (tugas) secara berkelompok..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Ancamannya yaitu mahasiswa pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh
bahan bacaan yang mahasiswa butuhkan dan mahasiswa lebih mengutamakan
menonton televisi daripada membaca buku.
d. Keterkaitan Aspek Menganalisis dengan Analisis SWOT
Hasil tes membaca kritis pada aspek menganalisis diketahui sejumlah
34,85% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 65,15% mahasiswa
menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT. Selain itu, data
observasi dan wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan dari hasil observasi, faktor
membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan untuk mengetahui keterkaitan
SWOT dengan aspek menganalisis. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Tabel 4.29 Analisis SWOT dalam Aspek Menganalisis
No SWOT Subindikator
1
Kekuatan
Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya
dengan cara rajin membaca.
2
Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang
mudah saya jangkau.
4
Mahasiswa aktif menaggapi penjelasan penyaji apabila belum jelas
dan jawaban tidak memuaskan
5
Mahasiswa ingin meraih prestasi yang setinggi-tingginya dan
melebihi teman-temannya
1
Kelemahan
Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada
bacaan-bacaan hiburan.
2 Saya tidak memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.
3
Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya
sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya.
4
Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk
dibaca.
5
Mahasiswa hanya menyukai jenis bacaan tertentu
(novel/cerpen/komik)
1 Peluang
Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia
bahan bacaan
2 Dosen memberi proyek (tugas) secara berkelompok.
1 Ancaman
Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang
tidak saya ketahui artinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
2
Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi
bacaan.
3
Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat
pemahaman isi bacaan.
Tabel di atas diketahui terdapat 4 kekuatan dan 5 kelemahan dalam
indikator menganalisis. Kekuatannya yaitu mahasiswa ingin mencapai prestasi
yang setinggi-tingginya dan mahasiswa menyiapkan buku-buku yang mudah
dijangkau, mahasiswa aktif menaggapi penjelasan penyaji apabila belum jelas dan
jawaban tidak memuaskan, dan mahasiswa ingin meraih prestasi yang setinggi-
tingginya dan melebihi teman-temannya. Adapun kelemahannnya yaitu dalam
keseharian, dorongan membaca mahasiswa hanya tertuju pada bacaan-bacaan
hiburan, mahasiswa tidak memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari,
bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa
sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya, mahasiswa hanya membaca
jenis bacaan yang mahasiswa anggap menarik untuk dibaca, dan mahasiswa hanya
menyukai jenis bacaan tertentu (novel/cerpen/komik).
Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 2 peluang dan 3
ancaman dalam indikator menganalisis. Adapun peluangnya yaitu mahasiswa
merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan dan
dosen memberi proyek (tugas) secara berkelompok. Adapun ancamannya yaitu
mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami isi bcaan ketika membaca
menghadapi kata-kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya, kalimat dalam
bacaan terlalu panjang, dan tingkat keterbacaan terlalu sulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
e. Keterkaitan Aspek Membuat Kesimpulan dengan Analisis SWOT
Hasil tes membaca kritis pada aspek membuat kesimpulan diketahui
sejumlah 56,06% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 43,94%
mahasiswa menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.
Selain itu, data observasi dan wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan dari hasil
observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui keterkaitan SWOT dengan aspek membuat kesimpulan. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
Tabel 4.30 Analisis SWOT dalam Aspek Membuat Kesimpulan
No SWOT Subindikator
1
Kekuatan
Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas
suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya.
2
Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang
mudah saya jangkau.
3
Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika
bacaan itu menarik, saya membacanya.
4
Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu
yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi
bacaan.
5 Setelah membaca, mahasiswa membuat rangkuman
1 Kelemahan
Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan
ketika membaca.
2
Untuk memahami isi bacaan, saya tidak membuat pertanyaan
berdasarkan isi bacaan yang saya baca.
1
Peluang
Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia
bahan bacaan
2
Dosen mengajak mahasiswa untuk menyimpulkan materi diakhir
perkuliahan
3
Di akhir perkuliahan, dosen meminta mahasiswa untuk membuat
kesimpulan perkuliahan.
1 Ancaman
Saya pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan
yang saya butuhkan.
2
Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman
isi bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Tabel di atas diketahui terdapat 5 kekuatan dan 2 kelemahan dalam
indikator membuat kesimpulan. Kekuatannnya yaitu mahasiswa sangat respek
kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu pertanyaan dengan menyebut
sumber yang pernah dibacanya, mahasiswa siapkan buku-buku di tempat yang
mudah dijangkau, mahasiswa membaca bacaan yang dianggap menarik meskipun
tidak berkaitaan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, sesulit apapun isi dalam
bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa
akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan dan setelah membaca,
mahasiswa membuat rangkuman. Adapun kelemahannya yaitu mahasiswa tidak
menentukan target ketika membaca, dan mahasiswa tidak membuat daftar
pertanyaan untuk memahami isi bacaan.
Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 3 peluang dan 2
ancaman dalam indikator membuat kesimpulan. Adapun peluangnya yaitu
mahasiswa merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan
bacaan, dosen mengajak mahasiswa untuk menyimpulkan materi diakhir
perkuliahan, dan di akhir perkuliahan, dosen meminta mahasiswa untuk membuat
kesimpulan perkuliahan. Adapun ancamannya yaitu mahasiswa mengalami
kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan, dan struktur teks
yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
f. Keterkaitan Aspek Menilai dengan Analisis SWOT
Hasil tes membaca kritis pada aspek menilai diketahui sejumlah 49,49%
mahasiswa dapat menjawab benar 50,50% mahasiswa menjawab salah. Data
tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT. Selain itu, data observasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
di bawah ini merupakan gabungan dari hasil observasi, faktor membaca, dan
wawancara. Analisis ini digunakan untuk mengetahui keterkaitan SWOT dengan
aspek menilai. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Tabel 4.31 Analisis SWOT dalam Aspek menilai
No SWOT Subindikator
1
Kekuatan
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha
menyelesaikannya tepat waktu.
2
Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh
dari kesadaran sendiri.
3
Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi
tanggapan terhadap pendapat orang lain.
4 Mahasiswa memberi tanggapan pada teman yang presentasi
5
Mahasiswa memberi kritikan kepada teman yang presntasi agar
dapat menyajikan materi lebih baik lagi
6
Mahasiswa mencari buku lain untuk menambah pengetahuan yang
sesuai dengan bahan bacaan yang dicari
1
Kelemahan
Saya tidak membawa bahan bacaan kemana pun pergi.
2
Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau
hasil penelitian, saya tidak ingin melacak sumber aslinya agar dapat
memahami secara lebih komprehensif.
1
Peluang
Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu
diselesaikan.
2
Dosen memberi tugas mahasiswa untuk mengkritik suatu sastra
yang telah mereka baca
3
Dalam perkuliahan, dosen membagi mahasiswa menjadi beberapa
kelompok dengan tugas yang berbeda supaya mahasiswa lebih aktif
baik bertanya maupun memberi tanggapan
1 Ancaman
Teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit
pemahaman isi bacaan.
Tabel di atas diketahui terdapat 6 kekuatan dan 2 kelemahan dalam
indikator menilai. Kekuatannya yaitu mahasiswa berusaha menyelesaikannya
tepat waktu jika diberi tugas membaca oleh dosen, mahasiswa membaca karena
dorongan dari kesadaran sendiri, dan melalui membaca, mahasiswa mampu
berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
mahasiswa memberi tanggapan pada teman yang presentasi, mahasiswa memberi
kritikan kepada teman yang presntasi agar dapat menyajikan materi lebih baik
lagi, dan mahasiswa mencari buku lain untuk menambah pengetahuan yang sesuai
dengan bahan bacaan yang dicari. Adapun kelemahannya yaitu mahasiswa tidak
membawa bahan bacaan kemana pun pergi dan jika ada pendapat ahli yang
dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, mahasiswa tidak ingin
melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif.
Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 3 peluang dan 1
ancaman dalam indikator menilai. Adapun peluangnya yaitu mahasiswa ke
perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan, dosen
memberi tugas mahasiswa untuk mengkritik suatu sastra yang telah mereka baca,
dan dalam perkuliahan, dosen membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok
dengan tugas yang berbeda supaya mahasiswa lebih aktif baik bertanya maupun
memberi tanggapan. Adapun ancamannya yaitu teks yang terlalu banyak kata-kata
asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
g. Keterkaitan Aspek Memproduksi dengan Analisis SWOT
Hasil tes membaca kritis pada aspek mengenali dan mengingat diketahui
sejumlah 40,15% mahasiswa dapat menjawab benar sedangkan 59,85%
mahasiswa menjawab salah. Data tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.
Selain itu, data observasi dan wawancara juga dianalisis SWOT. Kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman di bawah ini merupakan gabungan dari hasil
observasi, faktor membaca, dan wawancara. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui keterkaitan SWOT dengan aspek memproduksi. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Tabel 4.32 Analisis SWOT dalam Aspek Memproduksi
No SWOT Subindikator
1
Kekuatan
Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya
sendiri.
2
Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema
gagasan setiap kali membaca.
3 Mahasiswa menulis cerpen
1 Kelemahan
Saya tidak menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.
2
Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan
tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca.
1
Peluang
Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat
nyaman untuk membaca.
2
Meskipun penghasilan orang tua terbatas, tetapi bacaan yang saya
butuhkan dapat saya peroleh dengan mudah.
3
Dosen meminta mahasiswa untuk membuat makalah berdasarkan
hasil membaca
4
Dosen memberi proyek (tugas) kepada mahasiswa secara
berkelompok.
1 Ancaman
Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering
mempersulit pemahaman isi bacaan.
2
Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan
terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
Tabel di atas diketahui terdapat 3 kekuatan dan 2 kelemahan dalam
indikator memproduksi. Kekuatannya yaitu agar memahami isi bacaan,
mahasiswa merumuskan dengan bahasa mahasiswa sendiri, membuat skema
gagasan setiap kali membaca, dan mahasiswa menulis cerpen. Adapun
kelemahannya yaitu mahasiswa tidak menyusun jadwal teratur untuk membaca
setiap hari dan mahasiswa tidak menyadari bahwa kebutuhan hidup yang
berhubungaan dengan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca.
Selain terdapat kekuatan dan kelemahan, terdapat pula 4 peluang dan 2
ancaman dalam indikator memproduksi. Adapun peluangnya yaitu lingkungan
tempat tinggal mahasiswa sangat nyaman untuk membaca dan meskipun
penghasilan orang tua terbatas, tetapi bacaan yang mahasiswa butuhkan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
mahasiswa peroleh dengan mudah, dosen meminta mahasiswa untuk membuat
makalah berdasarkan hasil membaca , dan dosen memberi proyek (tugas) kepada
mahasiswa secara berkelompok. Adapun ancamannya yaitu masih kuatnya
pengaruh bahasa lisan dan pengaruh media eketronik sehingga menghambat
mahasiswa dalam memahami isi bacaan.
4.2.4 Analisis Data Wawancara Dosen dan Mahasiswa
Dalam pengambilan data melalui wawacara, peneliti mewawancarai dua
subjek yaitu dosen dan enam mahasiswa. Ada pun penjabarannya sebagai berikut:
4.2.4.1 Analisis Data Wawancara Dosen
Wawancara dosen ini berfungsi untuk memperoleh informasi mengenai
proses perkuliahan. Wawacara ini dilakukan pada hari Rabu, 22 April 2015 pukul
12.00-12.30 WIB. Peneliti melakukan wawancara dengan dosen Septiana
Krismawati, S.S., M.A. Wawancara ini terdapat tujuh indikator yaitu persiapan
sebelum mengajar, pemilihan materi dan metode, tindakan untuk mahasiswa yang
belum memahami materi, tindakan agar mahasiswa memperhatikan, tindakan bagi
mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas dan mengakhiri perkulihan.
Persiapan yang dilakukan dosen sebelum mengajar yaitu menguasai materi
dan memikirkan materi apa yang dapat dikembangkan. Selain dosen harus
menguasai materi, dosen juga memikirkan tugas apa yang cocok untuk
memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap materi, baik secara individu
maupun kelompok. Setelah itu, dosen mempersiapkan evaluasi yang tepat untuk
materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Pemilihan materi disesuaikan dengan silabus setiap mata kuliah. Dalam
menyampaikan materi dosen memilih untuk menggunakan metode ceramah
sebagai pengantar perkuliahan, memberi penegasan, dan membuat kesimpulan
perkuliahan. Selain metode ceramah, biasanya juga menggunakan metode
presentasi supaya mahasiswa dapat belajar secara mandiri lalu didiskusikan
bersama-sama.
Proses perkuliahan yang diterapkan berbasis Pedagogi Ignasian (PI)
sehingga setiap akhir perkuliah, dosen memberi evaluasi dan refleksi. Dari
refleksi tersebut dapat diketahui apakah mahasiswa sudah memahami materi atau
belum. Manfaat diadakannya refleksi yaitu untuk mengulangi materi yang sudah
dipelajari sehingga mahasiswa yang belum paham diharapkan dapat memahami
materi. Selain itu, untuk memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai materi,
dosen memberi penegasan diakhir perkuliahan.
Dosen menyadari bahwa kefokusan mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan tidak mungkin dari awal perkuliahan hingga akhir. Oleh sebab itu,
untuk mata kuliah dengan 3 JP biasanya dosen memberi waktu 5 menit untuk
istirahat guna meregangkan otot. Dalam waktu lima menit mahasiswa bebas
melakukan aktivitas apa pun namun apabila waktu telah habis maka mahasiswa
harus konsentrasi terhadap materi perkuliahan. Dalam menarik perhatian
mahasiswa terkadang dosen memberi ice breaking. Ice breaking ini selain untuk
menarik perhatian terkadang ada kaitannya dengan materi perkuliahan sehingga
dapat memperdalam pemahaman mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Dalam kaitannya dengan tugas, di setiap awal semester dosen menjelaskan
bobot penilaian dalam keseluruhan proses perkuliahan. Penilaian perkuliahan
mengutamakan proses bukan hasil, sehingga bobot untuk UTS dan UAS lebih
kecil daripada tugas yang lain. Apabila mahasiswa tidak disiplin maka nilai tidak
akan sama dengan nilai mahasiswa yang displin. Dosen akan memberi toleransi
kepada mahasiswa yang mengumpulkan tugas tidak disiplin apabila mahasiswa
tersebut sedang sakit. Alasan lain yang tidak logis tidak dapat ditoleransi dan nilai
yang diperoleh mahasiswa untuk tugas tersebut berarti nol. Nilai tersebut
merupakan konsekuensi mahasiswa yang tidak mengumpulkan tugas dengan
disiplin.
Sebelum mengakhiri perkuliahan, dosen mengajak mahasiswa untuk
menyimpulkan materi perkuliahan yang sudah dipelajari. Selanjutnya, dosen
memberi informasi untuk materi yang akan dipelajari dipertemuan selanjutnya.
Dosen memberi informasi tersebut mengharapkan supaya mahasiswa dapat belajar
sebelum kuliah dan saat datang kuliah tidak dalam keadaan kosong.
Dari kesimpulan di atas, proses perkuliahan dari pihak dosen sudah baik
karena selalu memberi pengantar sebelum kuliah, memberi penegasan, memberi
tugas untuk memperdalam materi, membuat kesimpulan perkuliahan, membuat
refleksi, memberi informasi untuk pertemuan selanjutnya, dan adil dalam
memberi penilaian terhadap kinerja mahasiswa. Dosen juga memotivasi
mahasiswa untuk selalu membaca terlebih dahulu sebelum mengikuti perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
4.2.4.2 Analisis Data Wawancara Mahasiswa
Dalam pengumpulan data, selain wawancara dengan dosen peneliti juga
mewawancarai enam mahasiswa. Wawancara ini berfungsi untuk mengetahui
informasi dan memperoleh konfirmasi berdasarkan angket yang sudah diisi dari
pihak mahasiswa yang kaitannya dengan keseluruhan subjek penelitian ini.
Peneliti melakukan wawancara pada hari Rabu, 06 Mei 2015. Adapun aspek-
aspek wawancara yaitu faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca
dan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca.
Minat baca yang mahasiswa miliki agar dapat mencapai prestasi yaitu
mahasiswa sadar diri akan pentingnya membaca. Membaca merupakan salah satu
cara mahasiswa supaya lebih menguasai materi. Selain itu, aktivitas program studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia selalu berhubungan dengan membaca
sehingga sebagai calon guru bahasa Indonesia harus kuat membaca. Kesadaran
tersebut menimbulkan minat baca supaya saat menjadi guru mampu mentransfer
ilmu kepada peserta didik.
Buku literatur yang diberikan dosen juga memicu timbulnya minat baca
mahasiswa. Setiap awal semester dua mahasiswa menyatakan bahwa mereka pergi
ke toko buku untuk membeli buku liteatur yang disarankan dosen. Apabila buku
literatur tersebut dirasa bermanfaat dan sebagai pedoman seorang guru, mereka
tidak hanya ingin membaca tetapi berusaha untuk membelinya. Satu mahasiswa
menyatakan bahwa dia tidak memiliki minat tertentu. Sedangkan tiga mahasiswa
mengaku minat baca sangat tinggi apabila akan ujian, kuis, dan presentasi.
Adanya tugas merangkum atau membuat sinopsis membuat minat baca mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
meningkat, namun apabila tidak ada tugas minat baca mereka rendah dan
tergantung dengan suasana hati.
Motivasi baca mahasiswa berasal dari diri sendiri dan orang lain. Motivasi
timbul dari diri sendiri karena ingin menguasai materi perkuliahan. Keinginan
untuk menjadi pendidik memotivasi diri untuk terus membaca agar dapat
memperdalam ilmu yang sudah dimiliki. Mahasiswa juga ingin memperoleh
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi sehingga motivasinya untuk belajar
sangat kuat. Buku yang bagus dan bahasa yang sederhana biasanya membuat
mahasiswa tertarik untuk membacanya. Selain itu, satu mahasiswa mengaku
bahwa motivasi yang mendorongnya untuk terus membaca karena ia ingin
menjadi penulis. Kecintaanya dalam menulis membuat dirinya selalu ingin
membaca supaya kosakatanya bertambah, menggali inspirasi, dan mempermudah
dirinya untuk mengungkapkan gagasan melalui tulisannya. Berkat suka membaca,
ia dapat menulis cerpen yang sudah dimuat dalam blog. Hal ini berkaitan dengan
aspek kemampuan memproduksi.
Tiga mahasiswa menyatakan bahwa mereka termotivasi baca karena orang
lain. Adapun motivasi tersebut adalah mahasiswa mempunyai keinginan untuk
lebih pandai daripada teman-temannya. Mahasiswa juga merasa tidak percaya diri
apabila teman-temannya membicarakan peristiwa terbaru sedangkan dirinya
kurang up to date sehingga harus membaca setiap hari. Motivasi baca yang paling
besar yang dimiliki mahasiswa yaitu teringat jerih payah orangtuanya di rumah
sehingga ia harus bersungguh-sungguh dalam kuliah dan meraih IPK tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Kondisi emosi mahasiswa mempengaruhi kemampuan membaca
mahasiswa. Satu mahasiswa mengaku bahwa apabila ia sedang patah hati ia tidak
dapat memahami bacaan. Dua mahasiswa juga menyampaikan bahwa ia suka
membaca apabila suasana hati sedang senang dan senang mencari informasi hal-
hal yang terbaru. Tetapi satu mahasiswa mengaku apabila ia sedang merasa
senang ia tidak suka membaca tetapi apabila tidak ada kerjaan dan bosan ia
menghibur diri dengan membaca.
Ketertarikan terhadap bacaan, lima mahasiswa mengaku lebih tertarik pada
bacaan fiksi dan satu mahasiswa lebih tertarik dengan nonfiksi terkhusus tentang
Psikologi. Satu mahasiswa tertarik pada bacaan fiksi terutama komik karena
ceritanya tentang kehidupan sehari-hari dan bergambar. Dua mahasiswa tertarik
pada fiksi berbentuk cerpen karena dapat dibaca sekali langsung selesai dan
adanya minat menulis cerpen. Tiga mahasiswa tertarik pada novel karena alur
cerita membuat penasaran. Mahasiswa mengaku dengan membaca mereka
memperoleh manfaat seperti tips memanajemen keuangan dari artikel,
meningkatkan prestasi, menambah kosakata, merasa terhibur saat bosan, dan lebih
mudah menulis. Dua mahasiswa mengaku bahwa kondisi kesehatan juga
mempengaruhi kemampuan membaca. Apabila sakit mereka tidak mampu
berkonsentrasi dan memilih untuk tidak membaca. Tetapi apabila keadaan mereka
sehat, mereka lebih cepat menangkap makna dan maksud bacaan.
Salah satu mahasiswa menyatakan bahwa dengan kebiasaan membaca
membuat intelegensi mahasiswa meningkat. Sebelumnya ia sangat kesulitan
dalam memahami bacaan dan harus mengulang-ulang dalam membaca tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
karena sering membaca, saat ini ia merasa sudah mampu membaca sekilas dan
langsung memahami isi bacaan. Gaya bahasa dan tatabahasa yang rumit dipahami
dalam sebuah buku membuat salah satu mahasiswa merasa tertantang untuk
membaca secara berulang-ulang dan mencari tahu arti kata sehingga memperoleh
maksud penulis. Secara tidak langsung dengan mencari arti kosakata yang sulit
membuat intelegensi mahasiswa meningkat. Dari penjelasan di atas dapat
diketahui bahwa hasil wawancara ini juga sesuai dengan hasil perhitungan angket
faktor internal yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca
mahasiswa adalah latar belakang sosial ekonomi keluarga, suasana lingkungan,
ruangan dan cahaya ruangan, suara (suara sekitar), waktu, budaya lisan dan
kuatnya pengaruh media elektronik (khususnya menonton televisi). Satu
mahasiswa mengaku bahwa sejak kecil ia tidak pernah dibelikan buku bacaan
oleh orangtuanya, namun saat kuliah ia mampu membeli buku sendiri dan
memiliki stok buku di kos. Satu mahasiswa juga menyisihkan uang setiap awal
semester untuk membeli minimal satu buku setiap mata kuliah.
Suasana lingkungan yang ramai membuat salah satu mahasiswa tidak
mampu menyerap informasi yang sedang dibacanya, namun satu mahasiswa
mengaku ia lebih mampu berkonsentrasi membaca apabila susana lingkungan
tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Tiga mahasiswa mengaku bahwa cahaya
ruangan harus cukup, karena apabila ruangan tidak ada cahaya tidak bisa
membaca dan malas membuka buku. Empat mahasiswa mengaku bahwa mereka
tidak mampu berkonsentrasi membaca apabila suara disekitar sangat ramai tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
membaca sambil mendengarkan musik dengan headset membuat mereka lebih
nyaman dan mempermudah dalam memahami isi bacaan.
Apabila mahasiswa memiliki waktu luang, mereka isi dengan kegiatan
membaca. Satu mahasiswa membaca buku setiap pagi dan sore, sedangkan satu
mahasiswa membaca setiap hari sebelum tidur. Salah satu mahasiswa mengaku
bahwa ia lebih suka menonton televisi daripada membaca. Apabila ada film
terbaru ia lebih suka melihat secara visual daripada membaca buku novelnya.
Namun ada satu mahasiswa yang sadar bahwa televisi akan membuat dirinya
malas belajar sehingga memilih tidak memiliki televisi di kos.
Meskipun media ektronik berupa televisi mempengaruhi minat membaca,
namun adanya media elektronik berupa handphone membuat minat baca
mahasiswa meningkat. Melalui handphone mahasiswa lebih mudah untuk mencari
informasi, dapat membaca di mana pun dia berada dan kapan saja. Selain kuatnya
media elektonik khususnya televisi yang mempengaruhi kemampuan membaca,
salah satu mahasiswa juga mengaku kuatnya budaya lisan sangat mempengaruhi
kemampuan membaca.
Dua mahasiswa memiliki stok buku bacaan di kamar. Salah satu mahasiswa
membaca buku sebelum tidur dan biasanya saat terbangun ia membaca secara
online. Sedangkan satu mahasiswa mengaku bahwa ia membuat pengingat di note,
laptop, dan buku untuk membaca minimal tiga buku dalam satu minggu. Tiga
mahasiswa mengaku bahwa mereka lebih sering membaca secara online karena
lebih praktis dan simple. Memiliki idola membuat salah satu mahasiswa mengaku
bahwa setiap hari membaca berita tentang idolanya secara online. Sedangkan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
mahasiswa lebih suka membaca novel asli dari daripada membaca sinopsis atau
ringkasan cerita. Berdasarkan data di atas dapa diketahui bahwa media elektronik
berupa handphone mempunyai dampak positif maupun negatif. Berdampak positif
apabila mahasiswa selain memanfaatkan untuk komunikasi juga sebagai alat
untuk menambah ilmu pengetahuan. Berdampak negatif apabila handphone hanya
digunakan untuk membaca gosip selebritis, iklan, dan lain sebagainya. Dari
penjelasan di atas dapat diketahui bahwa hasil wawancara ini juga sesuai dengan
hasil perhitungan angket faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan
membaca mahasiswa.
4.2.5 Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis
Setelah melakukan analisis data observasi kelas, faktor membaca dengan
analsis faktor, hasil tes kemampuan membaca kritis dan keterkaitannya dengan
analisis SWOT, dan wawancara maka dapat ditentukan strategi yang sesuai untuk
kemampuan membaca kritis. Strategi ini dikhususkan bagi mahasiswa yang masih
belum mampu mencapai aspek membaca kritis. Adapun strategi pembelajaran
kemampuan membaca kritis yakni:
a. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Mengenali dan Mengingat
Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang
dikaitkan dengan aspek mengenali dan mengingat diketahui memiliki kekuatan
yakni (1) mahasiswa disiplin dalam menyelesaikan tugas, (2) selalu membaca
kembali bacaan yang sudah dibaca untuk menyegarkan ingatan, (3) memiliki
berbagai pengetahuan membantu mempermudah memahami isi bacaan, dan (4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
mahasiswa membuat pengingat di note untuk membaca buku minimal 3 buku
dalam 1 minggu. Kelemahannya yaitu (1) mahasiswa tidak membawa bahan
bacaan kemana pun pergi, dan (2) mahasiswa hanya mengingat-ingat isinya saja
untuk memahami isi bacaan. Adapun peluangnya yaitu (1) lingkungan tempat
tinggal mahasiswa sangat nyaman untuk membaca, dan (2) dosen mengajukan
pertanyaan mengenai materi yang sudah dipelajari, (3) sebelum masuk ke materi
perkuliahan, dosen mengingatkan kembali materi yang dipelajari, dan (4)
sebelum mengakhiri perkuliahan, dosen mengajak mahasiswa untuk melakukan
refleksi mengenai materi yang sudah dipelajari. Ancamannnya yaitu mahasiswa
kesulitan memahami isi bacaan ketika kalimat dalam bacaan terlalu panjang dan
teks terlalu banyak kata-kata asing.
Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka
apabila peneliti akan mengajarkan aspek mengenali dan mengingat, strategi
pembelajarannnya yaitu (1) mahasiswa diminta untuk menulis kata asing beserta
arti dan konteksnya. Setelah membaca sebaiknya mahasiswa menulis kata-kata
asing yang disertai arti dan konteksnya dalam buku khusus yang setiap hari
dibawa pergi. Peneliti memilih strategi ini dengan alasan mahasiswa selalu ingin
membaca untuk menyegarkan ingatan meskipun mahasiswa tidak membawa
bacaan kemana pun pergi. Fungsi buku khusus tersebut untuk membantu
mempermudah mahasiswa ketika membutuhkan informasi yang sudah pernah
dibacanya sehingga mahasiswa dapat membuka buku khusus itu sewaktu-waktu.
(2) Mahasiswa diminta untuk membuat mind mapping. Setelah membaca
sebaiknya mahasiswa membuat mind mapping dengan menggunakan bolpoin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
warna atau spidol atau stabilo untuk memberi penegasan pada kalimat. Tujuan
dari membuat mind mapping ini supaya mahasiswa lebih mudah memahami isi
bacaan karena kalimat lebih sederhana dan mengingat mahasiswa kesulitan ketika
menghadapi kalimat yang terlalu panjang. Selain itu, adanya warna-warni dalam
membuat mind mapping akan mempermudah mahasiswa untuk mengenali dan
mengingat kata/kalimat. (3) Memberi pertanyaan kepada mahasiswa. Sering
memberi pertanyaan kepada mahasiswa mengenai materi yang sudah dipelajari
mendorong mahasiswa untuk mengingat-ingat materi. Sebaiknya, pertanyaan
ditujukan pada mahasiswa tertentu karena hal tersebut mempermudah mahasiswa
mengingat peristiwa yang secara langsung dialaminya.
b. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Memahami Isi Bacaan
Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang
dikaitkan dengan aspek memahami isi bacaan diketahui memiliki kekuatan yakni
(1) jika perasaan sedang enak, mahasiswa mudah sekali memahami isi bacaan, (2)
meskipun kondisi kesehatan mahasiswa tidak baik, tetapi akan menghadapi ujian
mahasiswa tetap membaca, (3) mahasiswa miliki pengetahuan atau pengalaman
banyak sehingga membantu mempermudah pemahaman isi bacaan, (4) mahasiswa
tekun dan rajin membaca, (5) mahasiswa aktif bertanya kepada teman yang
presentasi apabila belum memahami materi, (6) mencari sumber lain yang sesuai
dengan tema yang sama untuk menambah wawasan, dan (7) Setelah membaca,
mahasiswa membuat rangkuman. Kelemahannya yaitu (1) jika kondisi perasaan
sedang galau, mahasiswa sulit sekali memahami isi bacaan, (2) mahasiswa sulit
berkonsentrasi dalam membaca jika kondisi kesehatan tidak baik, dan (3) kadang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan meskipun
berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari.
Adapun peluangnya yaitu (1) meskipun penghasilan orang tua terbatas,
mahasiswa peroleh bahan bacaan yang dibutuhkan dengan mudah, (2) dosen
memberi tugas membaca, dan (3) dosen memberi penegasan sebelum mengakhiri
perkuliahan. Ancamannya yaitu (1) jadwal membaca mahasiswa sering terganggu,
jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu, (2) tingkat keterbacaan yang terlalu
sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan dan (3) mahasiswa kesulitan
dalam memahami isi bacaan apabila suasana lingkungan ramai/ tidak konsusif.
Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka
apabila peneliti akan mengajarkan aspek memahami isi bacaan, strategi
pembelajarannnya yaitu (1) memberi tugas membaca. Sebaiknya setiap semester
mahasiswa diberi tugas untuk membaca disesuaikan dengan mata kuliah.
Memberi tugas membaca buku wajib yang harus dibaca dan buku bebas. Biarkan
mahasiswa menentukan sendiri bahan bacaan yang ingin mahasiswa baca. (2)
Meningkatkan skemata mahasiswa. Sebaiknya bahan bacaan yang diberikan
sudah dikenal oleh mahasiswa namun tetap terdapat informasi baru. Skemata ini
memadukan pengetahuan mahasiswa yang sebelumnya dengan pengetahuan baru
yang didapat sehingga mahasiswa mudah dalam memahami isi bacaan. (3)
Membangun perspektif mahasiswa. Apabila perspektif mahasiswa positif dan
anggapan baik terhadap bacaan maka mahasiswa akan mudah memahami isi
bacaan. (4) Meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa. Sebaiknya bahan
bacaan yang diberikan selain sudah dikenali yaitu harus memacu mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
untuk ikut serta berpikir mengenai isi bacaan. Apabila mahasiswa membiasakan
diri untuk berpikir mengenai isi bacaan maka mahasiswa tidak akan kesulitan
dalam memahami isi bacaan baik sesuai dengan bidang yang dipelajari maupun
tidak. (5) Meningkatkan aspek afektif. Sebaiknya setelah membaca mahasiswa
menulis kembali apa yang telah dibacanya dengan menggunakan bahasa sendiri
karena menulis dengan bahasa sendiri akan mempermudah mahasiswa dalam
memahami isi bacaan.
c. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Menerapkan Konsep-konsep
Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang
dikaitkan dengan aspek menerapkan konsep-konsep diketahui memiliki kekuatan
yakni (1) mahasiswa membaca atas dasar kesadaran sendiri, (2) mahasiswa
memahami berbagai teknik membaca sehingga sangat membantu mempermudah
memahami isi bacaan, (3) mahasiswa membaca bacaan yang bermanfaat secara
langsung dan mendukung perkuliahan mahasiswa, (4) mahasiswa memberi
masukan kepada teman yang presntasi supaya dapat menyajikan materi lebih baik
lagi dan penyaji akan memperbaikinya, (5) mahasiswa mencari dan membeli buku
literatur yang disarankan dosen, dan (6) mahasiswa menulis cerpen.
Kelemahannya yaitu (1) dorongan membaca mahasiswa sangat kuat hanya saat
menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, (2) jika teman memiliki
buku baru, mahasiswa tidak berusaha untuk memilikinya agar dapat membaca
setiap saat, dan (3) mahasiswa lebih suka menonton film daripada membaca buku
aslinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Adapun peluangnya yaitu (1) mahasiswa ke perpustakaan untuk membaca
jika ada masalah yang perlu diselesaikan (2) dosen memberi proyek (tugas) secara
berkelompok. Ancamannya yaitu (1) mahasiswa pernah mengalami kesulitan
untuk memperoleh bahan bacaan yang mahasiswa butuhkan dan (2) mahasiswa
lebih mengutamakan menonton televisi daripada membaca buku.
Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka
apabila peneliti akan mengajarkan aspek menerapkan konsep-konsep, strategi
pembelajarannnya yaitu (1) mengembangkan daya pikir mahasiswa. Mahasiswa
diberi suatu permasalahan dan diminta untuk mencari solusi atau pemecahan
masalah tersebut. Dengan demikian, mahasiswa akan menggunakan daya pikir
dan penalaran sehingga mampu berpikir kritis. (2) Mengajak mahasiswa untuk
praktik secara langsung. Setelah membaca sebaiknya mahasiswa diajak untuk
melakukan praktik secara langsung karena dengan melakukan praktik secara
langsung akan diketahui mahasiswa tersebut mampu menerapkan konsep-konsep
atau tidak. (3) Meminta mahasiswa untuk mengkonfirmasi tugas. Sebaiknya
setelah mengerjakan tugas, mahasiswa mengkomunikasikan hasil kerja yang telah
mereka kerjakan.
d. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Menganalisis
Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang
dikaitkan dengan aspek menganalisis diketahui memiliki kekuatan yakni (1)
mahasiswa ingin mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, (2) mahasiswa
menyiapkan buku-buku yang mudah dijangkau, (3) mahasiswa aktif menaggapi
penjelasan penyaji apabila belum jelas dan jawaban tidak memuaskan, dan (4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
mahasiswa ingin meraih prestasi yang setinggi-tingginya dan melebihi teman-
temannya. Kelemahannnya yaitu dalam (1) keseharian, dorongan membaca
mahasiswa hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan, (2) mahasiswa tidak
memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari, (3) bacaan yang tidak
berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami
kesulitan untuk memahami isinya, (4) mahasiswa hanya membaca jenis bacaan
yang mahasiswa anggap menarik untuk dibaca. dan (5) mahasiswa hanya
menyukai jenis bacaan tertentu (novel/cerpen/komik).
Adapun peluangnya yaitu (1) mahasiswa merasa gelisah di saat ingin
membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan, dan (2) dosen memberi proyek
(tugas) secara berkelompok. Ancamannya yaitu (1) mahasiswa mengalami
kesulitan dalam memahami isi bcaan ketika membaca menghadapi kata-kata yang
tidak mahasiswa ketahui artinya, dan (2) mahasiswa mengalami kesulitan dalam
memahami isi bcaan ketika membaca menghadapi kalimat dalam bacaan terlalu
panjang, dan (3) mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan
ketika membaca menghadapi tingkat keterbacaan terlalu sulit.
Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, di atas, maka
apabila peneliti akan mengajarkan aspek menganalisis, strategi pembelajarannnya
yaitu memberi mahasiswa dua teks dengan satu tema. Strategi ini dipilih karena
dengan menggunakan dua teks, mahasiswa akan terlatih untuk membedakan teks
satu dengan teks yang lainnya sehingga menemukan ciri khusus baik persamaan
kedua teks maupun perbedaan kedua teks. Mahasiswa juga diharapkan mampu
menemukan pesan tersirat maupun tersurat dalam masing-masing teks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
e. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Membuat Kesimpulan
Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang
dikaitkan dengan aspek membuat kesimpulan diketahui memiliki kekuatan yakni
(1) mahasiswa sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu
pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya, (2) mahasiswa
siapkan buku-buku di tempat yang mudah dijangkau, (3) mahasiswa membaca
bacaan yang dianggap menarik meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang
mahasiswa pelajari, (4) sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan
bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat
memahami isi bacaan dan (5) setelah membaca, mahasiswa membuat rangkuman.
Kelemahannya yaitu (1) mahasiswa tidak menentukan target ketika membaca, dan
(2) mahasiswa tidak membuat daftar pertanyaan untuk memahami isi bacaan.
Adapun peluangnya yaitu (1) mahasiswa merasa gelisah di saat ingin
membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan, (2) dosen mengajak mahasiswa
untuk menyimpulkan materi diakhir perkuliahan, dan (2) di akhir perkuliahan,
dosen meminta mahasiswa untuk membuat kesimpulan perkuliahan. Ancamannya
yaitu (1) mahasiswa mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang
saya butuhkan, dan (2) struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit
pemahaman isi bacaan.
Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka
apabila peneliti akan mengajarkan aspek membuat kesimpulan, strategi
pembelajarannnya yaitu (1) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca.
Sebaiknya sebelum membaca mahasiswa diminta untuk membuat daftar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
pertanyaan yang sesuai dengan bacaan dengan menggunakan kata kunci 5W+1H
(What, Who, Where, When, Why, dan How). Melalui daftar pertanyaan tersebut
selain memahami isi bacaan juga akan mencari kunci jawaban atas pertanyaan
yang telah dibuatnya sehingga mahasiswa akan memperoleh informasi secara
keseluruhan isi bacaan. (2) Membuat kesimpulan atau ringkasan. Setelah
menjawab pertanyaan mahasiswa sebaiknya membuat kesimpulan atau ringkasan
dengan bahasa sendiri mengenai hal-hal penting yang diperoleh dari hasil
membaca. Strategi ini penting dilakukan karena tidak semua penulis
mengungkapkan gagasannya secara tersurat sehingga mahasiswa diharapkan
mampu menemukan gagasan tersebut dan dapat memahami isi bacaan.
f. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Menilai
Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang
dikaitkan dengan aspek menilai diketahui memiliki kekuatan yakni (1) mahasiswa
berusaha menyelesaikannya tepat waktu jika diberi tugas membaca oleh dosen,
(2) mahasiswa membaca karena dorongan dari kesadaran sendiri, (3) melalui
membaca, mahasiswa mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan
terhadap pendapat orang lain, (4) mahasiswa memberi tanggapan pada teman yang
presentasi, (5) mahasiswa memberi kritikan kepada teman yang presntasi agar
dapat menyajikan materi lebih baik lagi, dan (6) mahasiswa mencari buku lain
untuk menambah pengetahuan yang sesuai dengan bahan bacaan yang dicari.
Kelemahannya yaitu (1) mahasiswa tidak membawa bahan bacaan kemana pun
pergi, dan (2) jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
hasil penelitian, mahasiswa tidak ingin melacak sumber aslinya agar dapat
memahami secara lebih komprehensif.
Adapun peluangnya yaitu (1) mahasiswa ke perpustakaan untuk membaca
jika ada masalah yang perlu diselesaikan, (2) dosen memberi tugas mahasiswa
untuk mengkritik suatu sastra yang telah mereka baca, dan (3) dalam perkuliahan,
dosen membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok dengan tugas yang
berbeda supaya mahasiswa lebih aktif baik bertanya maupun memberi tanggapan.
Ancamannya yaitu teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit
pemahaman isi bacaan.
Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka
apabila peneliti akan mengajarkan aspek menilai, strategi pembelajarannnya yaitu
memberi kritikan. Sebaiknya setelah membaca mahasiswa diminta untuk memberi
menilai dan tanggapan (mengkritik) mengenai suatu informasi yang telah dibaca
dengan mengungkapkan pendapatnya yang didukung fakta-fakta dengan
menyebut sumber yang dapat dipercaya. Strategi ini dipilih karena sebagai
mahasiswa sebaiknya tidak langsung percaya hanya dengan membaca satu
referensi saja tetapi mambaca berbagai referensi untuk melacak dan memperoleh
informasi yang komperhensif dan tanggapan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.
g. Strategi Pembelajaran untuk Aspek Memproduksi
Analisis SWOT dari hasil observasi, faktor membaca, dan wawancara yang
dikaitkan dengan aspek memproduksi diketahui memiliki kekuatan yakni (1) agar
memahami isi bacaan, mahasiswa merumuskan dengan bahasa mahasiswa sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
(2) membuat skema gagasan setiap kali membaca, dan (3) mahasiswa menulis
cerpen. Kelemahannya yaitu (1) mahasiswa tidak menyusun jadwal teratur untuk
membaca setiap hari dan (2) mahasiswa tidak menyadari bahwa kebutuhan hidup
yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca.
Adapun peluangnya yaitu (1) lingkungan tempat tinggal mahasiswa sangat
nyaman untuk membaca, (2) meskipun penghasilan orang tua terbatas, tetapi
bacaan yang mahasiswa butuhkan dapat mahasiswa peroleh dengan mudah, (3)
dosen meminta mahasiswa untuk membuat makalah berdasarkan hasil membaca,
dan (2) dosen memberi proyek (tugas) kepada mahasiswa secara berkelompok.
Ancamannya yaitu masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dan pengaruh media
eketronik sehingga menghambat mahasiswa dalam memahami isi bacaan.
Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka
apabila peneliti akan mengajarkan aspek memproduksi, strategi pembelajarannnya
yaitu (1) menyusun kerangka. Kemampuan membaca kritis tidak hanya sampai
pada tahap membaca dan menilai, tetapi mahasiswa juga perlu mengungkapkan
gagasan kritisnya secara tertulis. Sebelum memproduksi sebaiknya mahasiswa
membuat kerangka terlebih dahulu. Alasan perlunya membuat kerangka yaitu
untuk mempermudah mahasiswa dalam mengembangkan tulisan. Selain itu,
tujuan membuat kerangka ini supaya mahasiswa mempunyai patokan dan tidak
melenceng dari kerangka yang sudah dibuat, artinya sebagai rambu-rambu untuk
menulis agar tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. (2) memproduksi. Setelah
mahasiswa membuat kerangka maka saatnya mahasiswa untuk membuat tulisan
atau mengembangkan gagasannya berdasarkan kerangka yang sudah dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Berdasarkan strategi-strategi yang sudah dijelaskan di atas berikut ini
keseluruhan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis: (1) mahasiswa
diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya, (2) memberi tugas
membaca, (3) meningkatkan skemata mahasiswa, (4) mengajak mahasiswa untuk
praktik secara langsung, (5) memberi mahasiswa dua teks berbeda tetapi satu
tema, (6) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (7) membuat kesimpulan
atau ringkasan, (8) mahasiswa memberi kritikan, dan (9) memproduksi.
4.3 Pembahasan
Penelitian berjudul Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis
Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada
Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ini
bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca
kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta berdasarkan faktor membaca
dan hasil tes kemampuan membaca kritis.
Subbab ini akan membahas tiga hal yaitu faktor membaca, hasil tes
kemampuan membaca kritis, dan strategi pembelajaran kemampuan membaca
kritis. Adapun penjelasnya sebagai berikut:
a. Faktor membaca
Melalui angket faktor membaca dapat diketahui faktor membaca apa saja
yang mempengaruhi kemampuan membaca kritis mahasiswa. Faktor membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal dengan jumlah 101 pernyataan dan
diklasifikasi ke dalam 14 indikatoar. Pernyataan yang terdapat dalam angket
faktor membaca yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Berdasarkan angket faktor membaca yang telah diisi oleh 33 mahasiswa,
diketahui bahwa hasil perhitungan angket faktor membaca adalah 69,01% dan
masuk dalam kategori tinggi. Kategori tersebut sesuai dengan analisis indikator
dalam faktor membaca. Mahasiswa memiliki motivasi baca yang tinggi, sejumlah
72,73% mahasiswa mengaku dorongan membaca timbul atas kesadaran sendiri.
Mahasiswa juga memiliki sikap dan minat yang tinggi, sejumlah 75,76%
mahasiswa menyatakan merasa respek kepada orang lain yang memberi jawaban
atas suatu pernyataan dengan menyebut sumber yang pernah dibaca. Kondisi
emosi mahasiswa juga baik, sejumlah 91,94% mahasiswa mengaku saat perasaan
sedang enak, mahasiswa mudah memahami isi bacaan. Mahasiswa memiliki
pengetahuan yang banyak, sejumlah 90,91% mahasiswa menyatakan bahwa
pengetahuan yang sudah mahasiswa miliki berperan besar untuk membantu
mempermudah memahami isi bacaan. Sejumlah 84,85% mahasiswa menyatakan
memiliki berbagai teknik membaca sehingga mudah dalam memahami isi bacaan.
Melalui membaca mahasiswa memperoleh manfaat, sejumlah 75,76%
mahasiswa mengaku membaca bacaan yang bermanfaat baik secara langsung
mendukung perkuliahan maupun tidak. Tingkat intelegensi mahasiswa tidak
tinggi namun sejumlah 60,61% mahasiswa mengaku dengan rajin dan tekun
membaca akan mempermudah mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Sosial
ekonomi mahasiswa tinggi, sejumlah 66,67% mahasiswa mengaku meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
penghasilan orang tua terbatas, tetapi mudah memperoleh bahan bacaan. Suasana
lingkungan mahasiswa mendukung untuk membaca, sejumlah 66,67% mahasiswa
menyatakan lingkungan rumah mahasiswa sangat nyaman untuk membaca.
Penjelasan di atas merupakan indikator yang mencerminkan sikap positif
mahasiswa, tetapi berikut ini juga akan dijelaskan indikator yang mencerminkan
sikap negatif mahasiswa. Mahasiswa belum memiliki kebiasaan membaca,
sejumlah 42,42% mahasiswa tidak memiliki kecenderungan membaca setiap hari.
Kondisi kesehataan juga mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa,
sejumlah 81,82% mahasiswa mengaku jika kondisi kesehataan tidak baik,
mahasiswa kesulitan memahami isi bacaan. Mahasiswa hanya membaca jenis
bacaan tertentu, sejumlah 78,79% mahasiswa menyatakan hanya membaca jenis
bacaan yang mahasiswa anggap menarik untuk dibaca.
Penguasaan bahasa mahasiswa rendah, sejumlah 81,82% mahasiswa
mengaku meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, kadang-kadang
mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Mahasiswa tidak
menyiapkan waktu yang tepat untuk membaca, sejumlah 75,76% mahasiswa
mengaku jadwal membaca sering terganggu apabila ada tamu datang. Mahasiswa
sangat kesulitan menghadapi faktor teks, sejumlah 84,85% mahasiswa mengaku
tidak memapu memahami bacaan ketika menemukan kata-kata yang tidak tahu
artinya, 51,51% mahasiswa mengaku mengalami kesulitan apabila menghadapi
kalimat yang terlalu panjang, 84,85% mahasiswa menyatakan tingkat keterbacaan
yang sulit menghambat pemahaman, 84,85% mahasiswa mengaku kesulitan
memahami bacaan ketika menemukan kata-kata asing yang banyak dalam teks,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
dan 84,85% mahasiswa mengaku struktur teks yang tidak sistematis juga
mengahambat pemahaman mahasiswa.
Pengaruh budaya lisan dan media elektronik mempengaruhi kemampuan
membaca mahasiswa. Sejumlah 42,42% mahasiswa mengaku budaya lisan dalam
hidup mahasiswa masih kuat sehingga kesulitan dalam memahami isi bacaan dan
sejumlah 72,73% mahasiswa mengaku lebih memilih menonton televisi daripada
membaca.
Hasil perhitungan di atas dapat diketahui faktor-faktor membaca yang
mempengaruhi mahasiswa mampu membaca kritis dan faktor-faktor membaca
yang menghambat mahasiswa kurang mampu membaca kritis. Melalui penelitian
ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi sikap positif faktor membaca yang
dimiliki mahasiswa, semakin tinggi pula kemampuan membaca kritisnya.
Sebaliknya, semakin tinggi sikap negatif faktor membaca yang dimiliki
mahasiswa, akan semakin rendah pula kemampuan membaca kritisnya.
Hal ini berkaitan dengan pendapat Gray (dalam Winardi, 2008) yang
menyatakan motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau
eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme
dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Orang yang
mempunyai minat baca kuat akan diwujudkan dalam kesediaan untuk
mendapatkan bahan bacaan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri
(Rahim, 2007:28). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sikap positif dari
indikator motivasi, sikap dan minat, kondisi emosi, pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya, kebermanfaatan, tingkat intelegensi, latar belakang sosial ekonomi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
suasana lingkungan yang dimiliki mahasiswa dan masuk kategori tinggi akan
mempengaruhi mahasiswa mampu membaca kritis sedangkan sikap negatif dari
indikator kebiasaan, kondisi kesehatan, ketertarikan, waktu, teks, pengaruh
budaya lisan, dan pengaruh media elektronik yang dimiliki mahasiswa dan masuk
dalam kategori tinggi akan mempengaruhi mahasiswa kurang mampu membaca
kritis.
b. Tes Kemampuan Membaca Kritis
Tes kemampuan membaca kritis diberikan untuk mengukur tingkat
kemampuan membaca kritis mahasiswa. Tes membaca kritis terdapat 40 soal yang
dibuat berdasarkan tujuh aspek membaca kritis yaitu (1) mengenali dan
mengingat, (2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4)
menganalisis, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi.
Hasil tes perhitungan rata-rata kemampuan membaca kritis mahasiswa
adalah 21,94 dan masuk dalam krieria kurang. Berdasarkan hasil tes tersebut
dapat diketahui bahwa mahasiswa hanya memiliki kemampuan dalam dua aspek
yaitu terdapat 56,36% mahasiswa mampu menerapkan konsep dan 56,06%
mahasiswa mampu membuat kesimpulan sehingga bisa dikatakan bahwa
kemampuan membaca kritis mahasiswa belum sempurna. Mahasiswa kurang
mampu dalam lima aspek yaitu terdapat 51,52% mahasiswa tidak mampu
mengenali dan mengingat, 51,52% mahasiswa tidak mampu memahami isi
bacaan, 65,15% mahasiswa tidak mampu menganalisis, 50,50% mahasiswa tidak
mampu menilai, dan 59,85% mahasiswa tidak mampu memproduksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Hasil tes ini tidak sesuai dengan faktor membaca yang dimiliki mahasiswa.
Apabila faktor membaca menunjukan kategori tinggi seharusnya mahasiswa
memiliki kemampuan membaca kritis tinggi pula tetapi pada kenyataanya
mahasiswa PBSI semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
diketahui kurang memiliki kemampuan membaca kritis. Hal ini dikarenakan
mahasiswa memiliki sikap negatif dalam faktor membaca yang tinggi sehingga
kemampuan membaca kritis mahasiswa kurang.
Hal ini terkaitan dengan pendapat Albert (dalam Tarigan, 2008:92)
menyebutkan bahwa membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan
secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, serta analistis, dan
bukan hanya mencari kesalahan. Setyawan (2008) juga menyatakan bahwa
membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis
untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun
makna tersiratnya melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis,
dan menilai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa semester VI
kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma kemampuan membaca kritis kurang sehingga memerlukan strategi
pembelajaran.
c. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis
Berdasarkan analisis data, terdapat kesenjangan antara faktor membaca yang
masuk dalam kategori tinggi dan hasil tes kemampuan membaca kritis yang
masuk dalam kategori kurang sehingga perlu adanya strategi pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan membaca kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Ketidaksimbangan tersebut yang menjadi dasar peneliti membuat strategi
pembelajaran kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta tahun ajaran 2015. Strategi pembelajaran dibuat berdasarkan analisis
hasil observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes kemampuan
membaca kritis dan dikaitkan dengan analisis SWOT, dan wawancara. Adapun
strategi pembelajaran dikhususkan pada mahasiswa yang kurang mampu
membaca kritis. Setiap aspek kemampuan membaca kritis memiliki strategi
masing-masing. Strategi ini dibuat supaya mahasiswa mampu membaca kritis.
Adapun strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis yaitu (1)
mahasiswa diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya, (2)
memberi tugas membaca, (3) meningkatkan skemata mahasiswa, (4) mengajak
mahasiswa untuk praktik secara langsung, (5) memberi mahasiswa dua teks
berbeda tetapi satu tema, (6) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (7)
membuat kesimpulan atau ringkasan, (8) mahasiswa memberi kritikan, dan (9)
memproduksi.
Hal tersebut berkaitan dengan pendapat Sanjaya, (2008:126) yang
menyatakan strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Uno (2008:3) Strategi pembelajaran
adalah cara-cara yang akan digunakan untuk memilih kegiatan pembelajaran yang
akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan, dan
karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
pembelajaran tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
tahun ajaran 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut. Pertama, faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
tahun ajaran 2015 masuk dalam kategori tinggi. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa faktor kemampuan membaca mahasiswa adalah 69,01%. Faktor membaca
yang menunjukkan kategori tinggi yaitu mahasiswa memiliki motivasi membaca,
sikap dan minat membaca, kondisi emosi yang baik, memiliki banyak
pengetahuan, menguasai berbagai teknik membaca, sosial ekonomi keluarga
mahasiswa mempermudah untuk memperoleh bahan bacaan, dan suasana
lingkungan mahasiswa sangat nyaman untuk melakukan membaca.
Kedua, hasil tes kemampuan membaca kritis membaca mahasiswa semester
VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 masuk dalam kategori kurang. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca kritis
mahasiswa adalah 21,94. Hanya terdapat 11 mahasiswa yang lulus KKM dengan
skor 24-29 dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil tes diketahui hanya terdapat
dua aspek kemampuan membaca kritis yang dimiliki mahasiswa yaitu
kemampuan menerapkan konsep-konsep dan membuat kesimpulan. Terdapat lima
aspek kemampuan membaca mahasiswa yang belum dapat dicapai yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
kemampuan mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menganalisis,
menilai, dan memproduski. Kategori kurang tersebut diketahui karena mahasiswa
belum memiliki kebiasaan membaca, kondisi kesehataan yang tidak baik
mempersulit mahasiswa memahami isi bacaan, mahasiswa hanya membaca jenis
bacaan tertentu, penguasaan bahasa mahasiswa rendah, mahasiswa tidak
menyiapkan waktu yang tepat untuk membaca, mahasiswa sangat kesulitan
menghadapi faktor teks, pengaruh budaya lisan dan media elektronik khususnya
televisi tinggi.
Ketiga, berdasarkan hasil observasi, faktor membaca, hasil tes kemampuan
membaca kritis dan dikaitkan dengan analisis SWOT, dan wawancara dapat
ditentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis. Strategi
pembelajaran ini difokuskan pada lima aspek kemampuan membaca kritis yang
belum mampu dicapai oleh mahasiswa yaitu kemampuan mengenali dan
mengingat, memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduski.
Namun aspek kemampuan menerapkan konsep-konsep dan membuat kesimpulan
yang sudah dapat dicapai oleh mahasiswa tetap dibuat strategi pembelajaran
karena dikhususkan untuk mahasiswa yang belum mampu mencapai kedua aspek
tersebut. Berikut ini strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis:
1) Mahasiswa diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya.
2) Memberi tugas membaca.
3) Meningkatkan skemata mahasiswa.
4) Mengajak mahasiswa untuk praktik secara langsung.
5) Memberi mahasiswa dua teks berbeda tetapi satu tema.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
6) Membuat daftar pertanyaan sebelum membaca.
7) Membuat kesimpulan atau ringkasan.
8) Mahasiswa memberi kritikan.
9) Memproduksi.
Strategi pembelajaran yang sudah dijabarkan di atas diharapkan dapat menjadi
alternatif pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis bagi
mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.
5.2 Saran-saran
Bedasarakan hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan diajukan
beberapa saran bagi dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
(PBSI), mahasiswa dan peneliti lain.
a. Bagi Dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Dosen sebaiknya memperhatikan lagi kemampuan membaca kritis
mahasiswa karena diketahui kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI
Kelas A masih dalam kategori kurang. Hasil tes tersebut sangat memprihatinkan
apalagi sebentar lagi mahasiswa akan lulus dan menjadi seorang guru. Dosen
hendaknya secara berkala memberi tugas kepada mahasiswa, misalnya memberi
tugas membaca dan meringkas satu buku setiap minggu. Adanya tugas membaca
membuat motivasi membaca mahasiswa menjadi tinggi apalagi bila dosen
memberi penghargaan dan kritikan terhadap aktivitas membaca mahasiswa. Tugas
yang diberikan sebaiknya tidak hanya untuk melakukan kegiatan membaca tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
mahasiswa juga diminta untuk melaporkan dalam bentuk artikel, sinopsis,
makalah, dan resensi. Tugas menulis sebagai tanggungjawab hasil membaca dan
mahasiswa akan aktif memproduksi tulisan dan mampu menulis karya dalam
berbagai bentuk.
b. Bagi Mahasiswa
Sebagai mahasiswa sebaiknya sadar bahwa membaca dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehingga melakukan kegiatan membaca tidak hanya saat
memperoleh tugas dari dosen. Sadar bahwa dengan membaca dapat menambah
wawasan luas. Melalui membaca dapat memperoleh berbagai manfaat baik
bermanfaat secara langsung dalam perkuliahan atau pun tidak. Rajin membaca
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan
permasalahan sehingga hasil membaca dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan
bagi orang lain.
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan pada peneliti lain atau
menambah informasi untuk penelitian selanjutnya. Masih banyak hal yang perlu
diteliti terkait strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
DAFTAR PUSTAKA
Adithia. 2014. Pesan Kecil dari Human Development Index Indonesia.
http://www.care4kidsindonesia.org/?p=805. Diakses 24 Januari 2015.
Amna, Putri. dkk. 2013. Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada
Siswa Tunarungu dengan Menggunakan Teknik Skimming.
http://ejournal.upn.ac.id/index.php/jupekhu. Diakses 02 Februari 2015.
Arifin, Syamsul. 2011. Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Surabaya: P3AI.
Arikunto, Suharsimi. 1991. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Burn, Roe, dan Ross. 1984. Teaching Reading in Today’s Elementary School.
New Jersey: Houghton Mifflin Company.
Dalman, H. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dam, Ten, dan Volman, M. 2004. Critical Thingking as a Citizenship
Competence: Teaching Strategies. Learning and Instruction.
Emilia, Emi. 2007. Mengajarkan Berpikir Kritis dalam Menulis. Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra FPBS UPI. Vol.07, No. 3, 107-138.
Farr, R. 1984. Reading: Trends and Challenges. Washington D.C.: National
Education Association.
Harjasujana, A.S. 1988. Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.
Haryadi, J. 2014. Korelasi Minat Baca Masyarakat terhadap Hari Buku Nasional.
http://media.kompasiana.com/buku/2014/05/17/korelasi-minat-baca-
masyarakat-terhadap-hari-buku-nasional-657231.html. Diakses 24 Januari
2015.
Heraldin, Arie. 2014. Budaya Membaca di Indonesia Sangat Rendah.
http://m.radarpena.com/welcome/read/2014/12/07/13741/6/2/Budaya-
Membaca-di-Indonesia-Sangat-Rendah. Diakses 24 Januari 2015.
Hodgson, F.M. 1960. Learning Modern Languages. London: Routledge.
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pirls. Diakses 24
Januari 2015.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=27¬ab
=36 Diakses 24 Januari /201.
http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/DefaultPrg.asp?in=Detailnews&IdNews=4
42. Diakses 24 Januari 2015.
http://www.criticalthinking.org/schoolstudy.html . Diakses 25 Januari 2015.
http://gpmb.pnri.go.id/index.php?module=artikel&id=39. Diakses 24 Februari
2015.
http://kbbi.web.id/budaya. Diakses 24 Februari 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
http://kbbi.web.id/index.php?w=baca. Diakses 24 Februari 2015.
http://media.kompasiana.com/buku/2014/05/17/korelasi-minat-baca-masyarakat-
terhadap-hari-buku-nasional-657231.html. Diakses 17 Mai 2014. Pukul
08:49 WIB.
http://m.radarpena.com/welcome/read/2014/12/07/13741/6/2/Budaya-Membaca-
di-Indonesia-Sangat-Rendah. Diakses 07 Desember 2014. Pukul 10:13
WIB.
Iskandarwassid dan Sunendar, D. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Konjo, Ian. 2011. Jenis-jenis Membaca. http://jaririndu.blogspot.com/2011/08/
jenis-jenis-membaca.html. Diakses 05 Februari 2015.
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Persindo.
Nisak, Zuhrotun. Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi Kompetitif.
http://journal.unisla.ac.id/pdf/12922013/4.pdf . Diakses 24 Februari 2015.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Perkuliahan Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta. BPFE.
___________________. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPE-Yogyakarta.
Nurhadi. 2010. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Pearce II, John A. dan Robinson, R.B. 2013. Manajemen Strategis. Jakarta:
Jagakarsa.
Pujiono, Setyawan. 2008. Metode K-W-L dalam Perkuliahan Membaca Kritis.
Yogyakarta: UNY.
Putra, R. Masri Sareb. 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta: PT.
Indeks.
Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
____________. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka.
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Jawa Barat:
IKAPI.
Rusyana, Y. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV
Diponegoro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Sagala, Syaiful H. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sagitaria, Desy. 2011. Tingkat Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N Kelas
XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Sapir, Edward. 1921. Language: An Introduction to The Study of Speech. London:
Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.
Sari, Natalia Staffiany Devyta. 2010. Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis
dengan Metode Inquiri pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Yogyakarta: PBSI, FKIP,
Universitas Sanata Dharma.
Sekaran, U. 2006. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat.
Setyosari, H. Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Soedarso. 2005. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis: Pendekatan
Filosofi dan Praktis. Jakarta: PT. Indeks.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosda.
Sumadi, Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Jakarta: PT. Buku Seru.
Suprapto. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu
Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS.
Susanto, AB. 2005. Manajemen Strategik Komprehensif untuk Mahasiswa dan
Praktisi. Jakarta: Erlangga.
Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efekstif dan
Efisien. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. 1982. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
IKIP-STIA.
_________. 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
_________. 2005. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
_________. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Wainwright, Gordon. 2007. Speed Reading Better Recalling. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran 2
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Membaca Kritis
No. Aspek Indikator Jumlah
soal
Nomor
Soal
1. Kemampuan
mengenali dan
mengingat
a. Kemampuan mengidentifikasi ide
pokok/gagasan utaman
b. Kemampuan mengingat
c. Kemampuan mengenali fakta-
fakta dalam bacaan
d. Kemampuan mengenali opini
dalam bacaan
1
1
1
1
1
6
3
4
2. Kemampuan
memahami bacaan
a. Kemampuan menafsirkan
b. Kemampuan memberikan contoh
c. Kemampuan mengklasifikasikan
d. Kemampuan meringkas
e. Kemampuan menarik inferensi
f. Kemampuan membandingkan
g. Kemampuan menjelaskan
h. Kemampuan memperkirakan
i. Kemampuan mengartikan kata
asing atau istilah
1
2
1
1
1
1
1
2
2
8
13, 39
10
5
7
11
12
14, 35
2, 31
3. Kemampuan
menerapkan konsep-
konsep
a. Kemampuan menjalankan konsep-
konsep
b. Kemampuan
mengimplementasikan konsep-
konsep
2
3
15, 36
30, 37,
38
4. Kemampuan
menganalisis
a. Kemampuan membedakan
b. Kemampuan mengorganisasikan
c. Kemampuan menemukan pesan
tersirat
2
1
2
16, 40
17
18, 28
5. Kemampuan
membuat kesimpulan
a. Kemampuan menyimpulkan teks
bacaan
b. Kemampuan menyusun kembali
kerangka bacaan
2
2
9, 27
19, 25
6. Kemampuan menilai a. Kemampuan menilai gagasan
utama atau keseluruhan bacaan
b. Kemampuan mengkritik suatu
bacaan
2
3
21, 22
20, 29,
32
7. Kemampuan
memproduksi
a. Kemampuan merumuskan
b. Kemampuan merencanakan
c. Kemampuan memproduksi/
merangkum
2
1
2
23, 34
24
26, 33
Keterangan : 2, 9, 13, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23 = nomor butir soal tidak layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Faktor Membaca
No Butir-butir Data Jumlah No. Indikator
Faktor Internal
1. Motivasi membaca 18 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14, 15, 16, 17, 18
2. Kondisi emosi pembaca 13 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29
3. Sikap dan minat pembaca 19 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45
4. Kebiasaan membaca 3 46, 47, 48
5. Pengetahuan/pengalaman yang
dimiliki sebelumnya
22 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56,
57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,
65, 66, 67,
6. Pengetahuan tentang cara
membaca
1 68
7. Ketertarikan terhadap bacaan 5 69, 70, 71, 72, 73
8. Kebermanfaatan bagi pembaca 2 74, 75
9. Kondisi kesehatan pembaca 2 76, 77
10. Tingkat intelegensi pembaca 4 78, 79, 80, 81
11. Penguasaan bahasa 3 82, 83, 84
Faktor Eksternal
1. Latar belakang sosial ekonomi keluarga 5 85, 86, 87, 88, 89
2. Suasana lingkungan 3 90, 91, 92
3. Waktu 1 93
4. Faktor teks: keadaan bacaan, bahasa yang
dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan
tingkat keterbacaan teks
5 94, 95, 96, 97, 98
5. Masih kuatnya pengaruh budaya lisan 1 99
6. Kuatnya pengaruh media elektronik
(khususnya menonton televisi)
1 100
7. Tidak tersedianya bahan bacaan di rumah 1 101
Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi Kelas (Dosen dan Mahasiswa)
No. BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK KETERANGAN TAMBAHAN
Aktivitas Dosen
1. Dosen membuka
perkuliahan.
2. Dosen melakukan apersepsi.
3. Dosen menyampaikan tujuan
pembelajaran.
4. Dosen menyampaikan
materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
5. Dosen mengajukan
pertanyaan.
6. Dosen memberikan balikan.
7. Dosen memberi penguatan
materi bagi siswa yang
belum paham.
8. Dosen menggunakan media.
9. Dosen menggunakan metode
perkuliahan yang bervariasi.
10. Dosen memberi tugas.
11. Dosem memberi kesimpulan
diakhir perkuliahan.
Aktivitas Mahasiswa
1. Mahasiswa siap mengikuti
kegiatan perkuliahan.
2. Mahasiswa memperhatikan
penjelasan dosen.
3. Mahasiswa berperan aktif
dalam mengikuti kegiatan
perkuliahan.
4. Mahasiswa memahami
materi yang dijelaskan dosen.
5. Mahasiswa aktif bertanya
kepada dosen apabila
mengalami kesulitan atau
kurang paham mengenai
materi.
6. Mahasiswa aktif memberi
tanggapan atas pertanyaan
yang diajukan dosen.
7. Mahasiswa disiplin dalam
mengerjakan tugas yang
diberikan dosen.
8. Mahasiswa dapat membuat
kesimpulan diakhir
perkuliahan.
9. Mahasiswa dapat membuat
refleksi diakhir perkuliahan.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Dosen
No. Butir-Butir Pertanyaan Jumlah
1. Persiapan sebelum mengajar. 1
2. Pemilihan materi dan metode perkuliahan. 1
3. Tindakan untuk mahasiswa yang belum memahami materi. 1
4. Tindakan agar mahasiswa memperhatikan. 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
5. Tindakan bagi mahasiswa yang tidak mengerjakann tugas. 1
6. Mengakhiri perkuliahan. 1
Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Mahasiswa
No Aspek yang Ditanyakan
1 Berkaitan dengan minat baca yang dimiliki agar mencapai prestasi yang baik
2 Berkaitan dengan motivasi yang mendorong dirinya untuk membaca
3 Berkaitan dengan faktor internal dan eksternal dominan yang mempengaruhi
kemampuan membaca pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Lampiran 3
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
Nama Mahasiswa : _________________________________
Semester : _________________________________
Nama PT : _________________________________
Jurusan/ Prodi : _________________________________
Petunjuk:
1. Di bawah ini terdapat angket faktor membaca.
2. Berilah tanda silang (X) pada rentangan sekor 5 = SANGAT SETUJU, 4 =
SETUJU, 3 = TIDAK MEMILIKI PILIHAN, 2 = TIDAK SETUJU, dan 1 =
SANGAT TIDAK SETUJU, sesuai dengan pendapat Anda.
3. Jawaban ditulis di lembar angket, setelah selesai dikumpulkan kembali kepada
petugas!
No Indikator Rentangan Skor
1 2 3 4 5
1 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha
menyelesaikannya tepat waktu.
2 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya selesaikan
setelah tugas-tugas lain saya kerjakan.
3 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya sesegera
mungkin mencari bahan dan segera membacanya.
4 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya mencari
bahan bacaan setelah tugas lain saya selesaikan.
5 Dalam keseharian, saya selalu menentukan target yang
jelas untuk melakukan kegiatan membaca.
6 Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya
tentukan ketika membaca.
7
Dalam setiap perkuliahan, saya membaca literatur dari
berbagai sumber yang menantang untuk menguasai ilmu
melebihi teman-teman Anda.
8
Dalam setiap perkuliahan, saya tidak pernah membaca
literatur dari berbagai sumber dengan tujuan untuk
melebihi kemampuan teman-teman saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
9 Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi
setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca.
10 Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, merasa
dihargaai jika mendapat pujian dari dosen atau teman.
11
Jika berhasil menyelsaikan tugas membaca, saya tidak
pernah mengharapkan pujian dari dosen atau teman
kuliah.
12
Saya sangat mengharapkan bonus nilai dari dosen pada
akhir semester jika tugas membaca (misalnya meringkas
buku), dapat saya selesaikan dengan baik.
13
Saya tidak pernah mengharapkan bonus nilai dari dosen
meskipun saya mampu meringkas isi bacaan yang
ditugaskan karena keberhasilan yang saya capai sudah
merupakan bonus tersendiri bagi saya..
14
Saya mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman
kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang sayaa
kerjakan.
15
Saya tidak pernah mengharapkan ada perhatian dari dosen
atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas
yang sayaa kerjakan.
16 Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir
semester, dorongan membaca saya sangat kuat.
17 Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju
pada bacaan-bacaan hiburan.
18 Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi
tumbuh dari kesadaran sendiri.
19
Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami
isi bacaan yang saya baca.
20
Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali
memahami isi bacaan yang saya baca.
21
Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil
membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di
kelas mendapat kritik dan masukan dari teman.
22
Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil
membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di
kelas mendapat kritik dan masukan dari teman.
23
Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil
membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di
kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen.
24
Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil
membaca yang saya lakukan dan saya dipresentasikan di
kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen.
25
Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara
maksimal tugas yang diberikan kepada saya.
26
Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan kepada saya
tidak dapat saya selesaikan secara masimal.
27
Dalam perkuliahan dengan rajin membaca, saya sangat
puas jika prestasi saya dapat mengungguli teman-teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
28
Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit
sedikitpun untuk mengungguli teman-teman saya.
29
Saya merasa sangat kecewa jika tidak mampu mencapai
prestasi kuliah setinggi-tingginya melalui kegiatan
membaca literatur yang ditunjuk oleh dosen.
30
Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi
jawaban atas suatu pertanyaan dengan menyebut sumber
yang pernah dibacanya.
31 Saya merasa masih ada yang kurang jika belum membaca
sebelum istirahat.
32 Saya membawa bahan bacaan kemana pun pergi.
33 Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa
bahan bacaan.
34 Pada suatu saat, saya bercita-cita memiliki koleksi
perpustakaan pribadi yang lengkap di rumah.
35 Saya memberi informasi kepada teman jika ada bacaan
baru yang menarik untuk dibaca.
36 Jika teman memiliki buku baru, saya meminjam untuk
dibaca.
37 Jika teman memiliki buku baru, saya berusaha untuk
memilikinya agar dapat membaca setiap saat.
38 Jika ada teman yang memiliki buku baru, saya ingin
mengajak untuk mendiskusikan isinya.
39 Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi dari
pada mengikuti pendapat orang lain.
40 Jika ada buku yang baru terbit, saya ingin membelinya.
41
Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan
gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk
artikel, makalah, atau bentuk lain.
42 Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya
baca untuk menyegarkan ingatan.
43 Saya ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang
pernah terjadi melalui membaca.
44 Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika akan ada
ujian.
45 Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak
dapat saya tinggalkan.
46 Saya memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari.
47 Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari.
48
Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat
yang mudah saya jangkau.
49
Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki
berperan besar untuk membantu mempermudah
pemahaman isi bacaan yang saya baca.
50 Saya merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari.
51
Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat
dibaca setiap hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
52 Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui
membaca.
53
Saya merasa bahwa membaca adalah cara terbaik untuk
menambah pengetahuan.
54 Saya merasa perlu mendiskusikan dengan teman
mengenai isi bacaan yang telah saya dibaca.
55 Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan.
56 Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan
berdasarkan isi bacaan yang saya baca.
57
Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat
isinya saja.
58 Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan
bahasa saya sendiri.
59
Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya
membuat skema gagasan setiap kali membaca.
60
Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel,
buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber
aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif.
61
Untuk mendapat informasi baru, saya mencarinya melalui
internet.
62 Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya
menjadi baik.
63
Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika
memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain.
64 Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya
baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain.
65
Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi
dengan orang lain.
66 Saya mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan
yang relevan.
67
Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain
sebelum membaca sendiri sumber aslinya.
68
Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata
sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan.
69
Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap
menarik untuk dibaca.
70
Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang
saya pelajari, saya ingin membacanya.
71
Bacaan yang diberitahukan oleh teman karena menarik
isinya, saya ingin membacanya.
72
Jika tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari,
meskipun bacaan itu menarik, saya tidak membacanya.
73
Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya
pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya.
74
Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung
dan mendukung perkuliahan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
75
Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan
pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki
wawasan dan pengetahuan luas.
76
Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit
berkonsentrasi dalam membaca.
77
Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan
tidak baik saya tetap membacanya.
78
Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan
rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan.
79
Jika ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, saya
mesti mencari jawaban melalui membaca
80
Kebutuhan hidup yang berhubungan dengan kebutuhan
ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca.
81
Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu
pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui
membaca.
82
Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya
pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk
memahami isinya.
83
Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan
bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha
sampai dapat memahami isi bacaan.
84
Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya
pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk
memahami isi bacaan.
85
Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh
bahan bacaan yang saya butuhkan.
86
Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang
sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan
mudah.
87
Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk
membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya.
88
Saya berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik
untuk membeli buku.
89
Saya ke toko buku untuk membeli bacaan jika di rumah
tidak memiliki atau tidak tersedia di perpustakaan pribadi.
90
Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal
sangat nyaman untuk membaca.
91
Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat
kondusif untuk membaca.
92 Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah
yang perlu diselesaikan.
93
Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada
orang yang datang bertamu.
94
Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-
kata yang tidak saya ketahui artinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
95
Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk
memahami isi bacaan.
96
Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat
pemahaman isi bacaan.
97
Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering
mempersulit pemahaman isi bacaan.
98
Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit
pemahaman isi bacaan.
99
Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya,
sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
100
Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya
tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
101
Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak
tersedia bahan bacaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Lampiran 4
Hasil Angket Faktor Membaca Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Lampiran 5
Perhitungan Angket Faktor Membaca
No Indikator Rentangan Skor
Jumlah 1 2 3 4 5
1 Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya
berusaha menyelesaikannya tepat waktu. 1 3 5 14 10
33
2
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya
selesaikan setelah tugas-tugas lain saya
kerjakan.
2 4 11 14 2
33
3
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya
sesegera mungkin mencari bahan dan segera
membacanya.
0 6 7 14 6
33
4
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya
mencari bahan bacaan setelah tugas lain saya
selesaikan.
1 5 13 11 3
33
5
Dalam keseharian, saya selalu menentukan
target yang jelas untuk melakukan kegiatan
membaca.
0 4 15 14 0
33
6 Target membaca yang saya inginkan tidak
pernah saya tentukan ketika membaca. 0 10 8 11 4
33
7
Dalam setiap perkuliahan, saya membaca
literatur dari berbagai sumber yang
menantang untuk menguasai ilmu melebihi
teman-teman Anda.
0 8 16 9 0
33
8
Dalam setiap perkuliahan, saya tidak pernah
membaca literatur dari berbagai sumber
dengan tujuan untuk melebihi kemampuan
teman-teman saya.
5 11 8 8 1
33
9
Selama perkuliahan, saya ingin mencapai
prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin
membaca.
1 1 8 17 6
33
10
Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca,
merasa dihargaai jika mendapat pujian dari
dosen atau teman.
0 4 9 13 7
33
11
Jika berhasil menyelsaikan tugas membaca,
saya tidak pernah mengharapkan pujian dari
dosen atau teman kuliah.
2 7 9 12 3
33
12
Saya sangat mengharapkan bonus nilai dari
dosen pada akhir semester jika tugas
membaca (misalnya meringkas buku), dapat
saya selesaikan dengan baik.
2 5 0 17 9
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
13
Saya tidak pernah mengharapkan bonus nilai
dari dosen meskipun saya mampu meringkas
isi bacaan yang ditugaskan karena
keberhasilan yang saya capai sudah
merupakan bonus tersendiri bagi saya..
4 11 5 8 5
33
14
Saya mengharapkan ada perhatian dari dosen
atau teman kuliah jika saya mampu
menyelesaikan tugas yang sayaa kerjakan.
1 5 14 11 2
33
15
Saya tidak pernah mengharapkan ada
perhatian dari dosen atau teman kuliah jika
saya mampu menyelesaikan tugas yang sayaa
kerjakan.
5 10 11 7 0
33
16
Jika akan menempuh ujian tengah semester
atau akhir semester, dorongan membaca saya
sangat kuat.
0 1 3 19 10
33
17 Dalam keseharian, dorongan membaca saya
hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. 0 4 8 13 8
33
18 Saya membaca bukan karena dorongan orang
lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. 1 4 4 18 6
33
19
Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali
memahami isi bacaan yang saya baca. 0 1 1 14 17
33
20
Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit
sekali memahami isi bacaan yang saya baca. 2 4 3 15 9
33
21
Setelah selesai membaca, saya merasa bangga
jika hasil membaca yang saya lakukan dan
saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik
dan masukan dari teman.
0 3 5 24 1
33
22
Setelah selesai membaca, saya merasa
kecewa jika hasil membaca yang saya
lakukan dan saya dipresentasikan di kelas
mendapat kritik dan masukan dari teman.
3 13 7 10 0
33
23
Setelah selesai membaca, saya merasa bangga
jika hasil membaca yang saya lakukan dan
saya dipresentasikan di kelas mendapat kritik
dan masukan dari dosen.
0 3 10 18 2
33
24
Setelah selesai membaca, saya merasa
kecewa jika hasil membaca yang saya
lakukan dan saya dipresentasikan di kelas
mendapat kritik dan masukan dari dosen.
2 12 11 6 2
33
25
Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan
secara maksimal tugas yang diberikan kepada
saya.
1 4 1 12 15
33
26
Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan
kepada saya tidak dapat saya selesaikan
secara masimal.
3 6 1 14 9
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
27
Dalam perkuliahan dengan rajin membaca,
saya sangat puas jika prestasi saya dapat
mengungguli teman-teman.
2 6 4 13 8
33
28
Selama perkuliahan dengan rajin membaca,
tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli
teman-teman saya.
2 10 10 10 1
33
29
Saya merasa sangat kecewa jika tidak
mampu mencapai prestasi kuliah setinggi-
tingginya melalui kegiatan membaca literatur
yang ditunjuk oleh dosen.
0 3 6 19 5
33
30
Saya sangat respek kepada orang lain yang
memberi jawaban atas suatu pertanyaan
dengan menyebut sumber yang pernah
dibacanya.
2 4 2 16 9
33
31 Saya merasa masih ada yang kurang jika
belum membaca sebelum istirahat. 0 10 14 9 0
33
32 Saya membawa bahan bacaan kemana pun
pergi. 3 11 13 6 0
33
33 Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak
membawa bahan bacaan. 4 15 9 5 0
33
34
Pada suatu saat, saya bercita-cita memiliki
koleksi perpustakaan pribadi yang lengkap di
rumah.
1 2 5 15 10
33
35 Saya memberi informasi kepada teman jika
ada bacaan baru yang menarik untuk dibaca. 0 5 6 15 7
33
36 Jika teman memiliki buku baru, saya
meminjam untuk dibaca. 1 8 13 4 7
33
37
Jika teman memiliki buku baru, saya
berusaha untuk memilikinya agar dapat
membaca setiap saat.
2 14 13 2 2
33
38
Jika ada teman yang memiliki buku baru,
saya ingin mengajak untuk mendiskusikan
isinya.
1 7 12 13 0
33
39
Saya lebih suka membaca sendiri sumber
informasi dari pada mengikuti pendapat
orang lain.
0 5 3 21 4
33
40 Jika ada buku yang baru terbit, saya ingin
membelinya. 1 10 14 5 3
33
41
Setelah membaca, saya berkeinginan
mengungkapkan gagasan hasil membaca
secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah,
atau bentuk lain.
1 8 14 10 0
33
42 Saya ingin membaca kembali bacaan yang
pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan. 0 5 12 15 1
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
43
Saya ingin mengetahui perkembangan
sesuatu yang pernah terjadi melalui
membaca.
0 4 7 19 3
33
44 Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika
akan ada ujian. 4 12 2 14 1
33
45 Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup
saya yang tidak dapat saya tinggalkan. 1 5 16 8 3
33
46
Saya memiliki kecenderungan untuk
membaca setiap hari. 0 14 8 10 1
33
47
Saya menyusun jadwal teratur untuk
membaca setiap hari. 3 15 8 5 2
33
48
Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan
di tempat yang mudah saya jangkau. 4 6 4 16 3
33
49
Pengetahuan atau pengalaman yang sudah
saya miliki berperan besar untuk membantu
mempermudah pemahaman isi bacaan yang
saya baca.
0 1 2 20 10
33
50 Saya merasa ingin membaca bacaan apa pun
setiap hari. 0 6 9 11 7
33
51
Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan
yang dapat dibaca setiap hari. 0 6 9 14 4
33
52 Saya ingin mencari jawaban atas suatu
masalah melalui membaca. 0 6 4 20 3
33
53
Saya merasa bahwa membaca adalah cara
terbaik untuk menambah pengetahuan. 1 5 3 15 9
33
54
Saya merasa perlu mendiskusikan dengan
teman mengenai isi bacaan yang telah saya
dibaca.
0 6 9 15 3
33
55
Sambil membaca, saya membuat ringkasan
isi bacaan. 2 3 13 9 6
33
56
Untuk memahami isi bacaan, saya membuat
pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya
baca.
1 12 11 8 1
33
57
Agar memahami isi bacaan, saya cukup
mengingat-ingat isinya saja. 1 10 6 15 1
33
58 Agar memahami isi bacaan, saya
merumuskan dengan bahasa saya sendiri. 0 1 5 19 8
33
59
Untuk mempermudah memahami isi bacaan,
saya membuat skema gagasan setiap kali
membaca.
1 2 11 16 3
33
60
Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam
suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya
ingin melacak sumber aslinya agar dapat
memahami secara lebih komprehensif.
0 14 10 7 2
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
61
Untuk mendapat informasi baru, saya
mencarinya melalui internet. 0 3 2 16 12
33
62 Dengan rajin membaca, kemampuan
berbicara saya menjadi baik. 1 2 4 17 9
33
63
Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih
kritis ketika memberi tanggapan terhadap
pendapat orang lain.
1 2 3 18 9
33
64
Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang
telah saya baca sebelum membandingkan
dengan bacaan lain.
0 9 11 12 1
33
65
Saya ingin merujuk pada bacaan setiap
berargumentasi dengan orang lain. 0 6 13 12 2
33
66 Saya mengonfirmasi gagasan orang lain
melalui bacaan yang relevan. 0 6 6 21 0
33
67
Saya tidak mudah percaya dengan pendapat
orang lain sebelum membaca sendiri sumber
aslinya.
0 4 12 12 5
33
68
Dengan memahami berbagai teknik
membaca, ternyata sangat membantu
mempermudah memahami isi bacaan.
0 2 3 20 8
33
69
Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya
anggap menarik untuk dibaca. 0 2 5 21 5
33
70
Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang
ilmu yang saya pelajari, saya ingin
membacanya.
1 3 9 16 4
33
71
Bacaan yang diberitahukan oleh teman
karena menarik isinya, saya ingin
membacanya.
1 3 5 17 7
33
72
Jika tidak berkaitan dengan bidang yang saya
pelajari, meskipun bacaan itu menarik, saya
tidak membacanya.
9 16 4 4 0
33
73
Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang
yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik,
saya membacanya.
2 2 5 17 7
33
74
Saya membaca bacaan yang bermanfaat
secara langsung dan mendukung perkuliahan
saya.
2 6 19 6
33
75
Saya menyadari bahwa membaca merupakan
kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa
jika ingin memiliki wawasan dan
pengetahuan luas.
0 1 2 8 22
33
76
Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit
berkonsentrasi dalam membaca. 0 4 2 17 10
33
77
Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi
kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. 3 3 3 19 5
33
78
Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika
tekun dan rajin membaca pasti dapat
memahami isi bacaan.
1 6 6 16 4
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
79
Jika ada permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan, saya mesti mencari jawaban
melalui membaca
1 5 11 12 4
33
80
Kebutuhan hidup yang berhubungan dengan
kebutuhan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi
melalui membaca.
1 5 4 18 5
33
81
Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan
ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi
hanya melalui membaca.
1 9 6 12 5
33
82
Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang
yang saya pelajari, saya sering mengalami
kesulitan untuk memahami isinya.
1 4 7 19 2
33
83
Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika
berkaitan dengan bidang ilmu yang saya
pelajari, saya akan berusaha sampai dapat
memahami isi bacaan.
0 1 5 21 6
33
84
Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang
saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami
kesulitan untuk memahami isi bacaan.
0 3 3 23 4
33
85
Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk
memperoleh bahan bacaan yang saya
butuhkan.
0 17 5 10 1
33
86
Karena penghasilan orang tua terbatas,
bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak
saya peroleh dengan mudah.
6 16 3 6 2
33
87
Meskipun pendapatan orang tua terbatas,
kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi
uang untuk membelinya.
0 3 9 12 9
33
88
Saya berpikir, dari pada untuk membeli
pakaian lebih baik untuk membeli buku. 0 5 18 8 2
33
89
Saya ke toko buku untuk membeli bacaan
jika di rumah tidak memiliki atau tidak
tersedia di perpustakaan pribadi.
2 6 10 11 4
33
90
Lingkungan rumah tangga saya atau tempat
saya tinggal sangat nyaman untuk membaca. 3 2 6 19 3
33
91
Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal
sangat kondusif untuk membaca. 4 3 7 17 2
33
92 Saya ke perpustakaan untuk membaca jika
ada masalah yang perlu diselesaikan. 1 10 4 11 7
33
93
Jadwal membaca saya sering terganggu, jika
tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. 0 4 4 22 3
33
94
Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi
adalah kata-kata yang tidak saya ketahui
artinya.
0 5 0 21 7
33
95
Kalimat yang terlalu panjang mempersulit
saya untuk memahami isi bacaan. 1 6 9 13 4
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
96
Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering
menghambat pemahaman isi bacaan. 0 2 3 23 5
33
97
Teks yang terlau banyak kata-kata asing
sering mempersulit pemahaman isi bacaan. 0 4 1 23 5
33
98
Struktur teks yang tidak sistematis sering
mempersulit pemahaman isi bacaan. 0 5 0 22 6
33
99
Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam
hidup saya, sering mempersulit pemahaman
isi bacaan.
2 9 8 12 2
33
100
Jika acara televisi menarik, kegiatan
membaca saya tinggalkan terlebih dahulu
untuk menonton acara televisi.
1 6 2 20 4
33
101
Saya merasa gelisah di saat ingin membaca
tetapi tidak tersedia bahan bacaan 3 10 6 13 1
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Lampiran 6
Perhitungan Skala Likert Angket Faktor Membaca
Indikator Rentangan Skor
Jumlah Skala Likert
Total
Skor
Ideal
Skor
Rendah 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 1 3 5 14 10 33 1 6 15 56 50 128 165 33
2 2 4 11 14 2 33 2 8 33 56 10 109 165 33
3 0 6 7 14 6 33 0 12 21 56 30 119 165 33
4 1 5 13 11 3 33 1 10 39 44 15 109 165 33
5 0 4 15 14 0 33 0 8 45 56 0 109 165 33
6 0 10 8 11 4 33 0 20 24 44 20 108 165 33
7 0 8 16 9 0 33 0 16 48 36 0 100 165 33
8 5 11 8 8 1 33 5 22 24 32 5 88 165 33
9 1 1 8 17 6 33 1 2 24 68 30 125 165 33
10 0 4 9 13 7 33 0 8 27 52 35 122 165 33
11 2 7 9 12 3 33 2 14 27 48 15 106 165 33
12 2 5 0 17 9 33 2 10 0 68 45 125 165 33
13 4 11 5 8 5 33 4 22 15 32 25 98 165 33
14 1 5 14 11 2 33 1 10 42 44 10 107 165 33
15 5 10 11 7 0 33 5 20 33 28 0 86 165 33
16 0 1 3 19 10 33 0 2 9 76 50 137 165 33
17 0 4 8 13 8 33 0 8 24 52 40 124 165 33
18 1 4 4 18 6 33 1 8 12 72 30 123 165 33
19 0 1 1 14 17 33 0 2 3 56 85 146 165 33
20 2 4 3 15 9 33 2 8 9 60 45 124 165 33
21 0 3 5 24 1 33 0 6 15 96 5 122 165 33
22 3 13 7 10 0 33 3 26 21 40 0 90 165 33
23 0 3 10 18 2 33 0 6 30 72 10 118 165 33
24 2 12 11 6 2 33 2 24 33 24 10 93 165 33
25 1 4 1 12 15 33 1 8 3 48 75 135 165 33
26 3 6 1 14 9 33 3 12 3 56 45 119 165 33
27 2 6 4 13 8 33 2 12 12 52 40 118 165 33
28 2 10 10 10 1 33 2 20 30 40 5 97 165 33
29 0 3 6 19 5 33 0 6 18 76 25 125 165 33
30 2 4 2 16 9 33 2 8 6 64 45 125 165 33
31 0 10 14 9 0 33 0 20 42 36 0 98 165 33
32 3 11 13 6 0 33 3 22 39 24 0 88 165 33
33 4 15 9 5 0 33 4 30 27 20 0 81 165 33
34 1 2 5 15 10 33 1 4 15 60 50 130 165 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
35 0 5 6 15 7 33 0 10 18 60 35 123 165 33
36 1 8 13 4 7 33 1 16 39 16 35 107 165 33
37 2 14 13 2 2 33 2 28 39 8 10 87 165 33
38 1 7 12 13 0 33 1 14 36 52 0 103 165 33
39 0 5 3 21 4 33 0 10 9 84 20 123 165 33
40 1 10 14 5 3 33 1 20 42 20 15 98 165 33
41 1 8 14 10 0 33 1 16 42 40 0 99 165 33
42 0 5 12 15 1 33 0 10 36 60 5 111 165 33
43 0 4 7 19 3 33 0 8 21 76 15 120 165 33
44 4 12 2 14 1 33 4 24 6 56 5 95 165 33
45 1 5 16 8 3 33 1 10 48 32 15 106 165 33
46 0 14 8 10 1 33 0 28 24 40 5 97 165 33
47 3 15 8 5 2 33 3 30 24 20 10 87 165 33
48 4 6 4 16 3 33 4 12 12 64 15 107 165 33
49 0 1 2 20 10 33 0 2 6 80 50 138 165 33
50 0 6 9 11 7 33 0 12 27 44 35 118 165 33
51 0 6 9 14 4 33 0 12 27 56 20 115 165 33
52 0 6 4 20 3 33 0 12 12 80 15 119 165 33
53 1 5 3 15 9 33 1 10 9 60 45 125 165 33
54 0 6 9 15 3 33 0 12 27 60 15 114 165 33
55 2 3 13 9 6 33 2 6 39 36 30 113 165 33
56 1 12 11 8 1 33 1 24 33 32 5 95 165 33
57 1 10 6 15 1 33 1 20 18 60 5 104 165 33
58 0 1 5 19 8 33 0 2 15 76 40 133 165 33
59 1 2 11 16 3 33 1 4 33 64 15 117 165 33
60 0 14 10 7 2 33 0 28 30 28 10 96 165 33
61 0 3 2 16 12 33 0 6 6 64 60 136 165 33
62 1 2 4 17 9 33 1 4 12 68 45 130 165 33
63 1 2 3 18 9 33 1 4 9 72 45 131 165 33
64 0 9 11 12 1 33 0 18 33 48 5 104 165 33
65 0 6 13 12 2 33 0 12 39 48 10 109 165 33
66 0 6 6 21 0 33 0 12 18 84 0 114 165 33
67 0 4 12 12 5 33 0 8 36 48 25 117 165 33
68 0 2 3 20 8 33 0 4 9 80 40 133 165 33
69 0 2 5 21 5 33 0 4 15 84 25 128 165 33
70 1 3 9 16 4 33 1 6 27 64 20 118 165 33
71 1 3 5 17 7 33 1 6 15 68 35 125 165 33
72 9 16 4 4 0 33 9 32 12 16 0 69 165 33
73 2 2 5 17 7 33 2 4 15 68 35 124 165 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
74 2 6 19 6 33 0 4 18 76 30 128 165 33
75 0 1 5 21 6 33 0 2 15 84 30 131 165 33
76 0 1 2 8 22 33 0 2 6 32 110 150 165 33
77 0 4 2 17 10 33 0 8 6 68 50 132 165 33
78 3 3 3 19 5 33 3 6 9 76 25 119 165 33
79 1 6 6 16 4 33 1 12 18 64 20 115 165 33
80 1 5 11 12 4 33 1 10 33 48 20 112 165 33
81 1 5 4 18 5 33 1 10 12 72 25 120 165 33
82 1 9 6 12 5 33 1 18 18 48 25 110 165 33
83 1 4 7 19 2 33 1 8 21 76 10 116 165 33
84 0 3 3 23 4 33 0 6 9 92 20 127 165 33
85 0 17 5 10 1 33 0 34 15 40 5 94 165 33
86 6 16 3 6 2 33 6 32 9 24 10 81 165 33
87 0 3 9 12 9 33 0 6 27 48 45 126 165 33
88 0 5 18 8 2 33 0 10 54 32 10 106 165 33
89 2 6 10 11 4 33 2 12 30 44 20 108 165 33
90 3 2 6 19 3 33 3 4 18 76 15 116 165 33
91 4 3 7 17 2 33 4 6 21 68 10 109 165 33
92 1 10 4 11 7 33 1 20 12 44 35 112 165 33
93 0 4 4 22 3 33 0 8 12 88 15 123 165 33
94 0 5 0 21 7 33 0 10 0 84 35 129 165 33
95 1 6 9 13 4 33 1 12 27 52 20 112 165 33
96 0 2 3 23 5 33 0 4 9 92 25 130 165 33
97 0 4 1 23 5 33 0 8 3 92 25 128 165 33
98 0 5 0 22 6 33 0 10 0 88 30 128 165 33
99 2 9 8 12 2 33 2 18 24 48 10 102 165 33
100 1 6 2 20 4 33 1 12 6 80 20 119 165 33
101 3 10 6 13 1 33 3 20 18 52 5 98 165 33
Jumlah 120 616 712 1412 473 3333 120 1232 2136 5648 2365 11501 16665 3333
Index = = x 100% = 69, 01 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Lampiran 7
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
TES KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS Nama Mahasiswa : _________________________________
Semester : _________________________________
Nama PT : _________________________________
Jurusan/ Prodi : _________________________________
PETUNJUK PENGERJAAN
a. Setiap soal disusun berdasarkan penggalan teks non fiksi
b. Bacalah setiap penggalan dengan saksama agar dapat menjawab pertanyaan sebaik-
baiknya!
c. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E jawaban yang Anda anggap
paling tepat!
Teks untuk soal 1-5
28 daftar makanan anak-anak yang mengandung bahan penyebab kanker : Okky
Jelly Drink, Okky Bolo Drink, Inaco Jelly, Happydent White, Alloy Jelly, Donna Jelly,
Lotte Juicy Fresh, Hore, Jas Jus, Disney SegarSari, Nutrisari Hangat, Segar Dingin,
Frutilo Magic, Fortiplus, Vidoran Freshdrink, Hemaviton Jreng 17, Pop Ice, Ice Milk
Juus, Naturade Gold, MariMas, Finto, Buah Sari, MariTeh Instan, Teh Sisri, Marimas
degan, Kola-Kola, Sparta, Pop Drink. Pemanis yang terdapat dalam makanan tersebut
peracun bagi Anak-anak. Nyaris 1 juta dolar AS uang riset digelontorkan, sementara lebih
dari 1.900 ekor tikus dilibatkan. European Ramazzini Foundation on Oncology and
Enviromental, lembaga riset terkemuka di Italia itu, ingin membuktikan, apakah betul
Aspartam sejenis pemanis buatan itu berbahaya bagi kesehatan.
Ramazzini tidak keliru, bahkan fakta yang mereka kantongi jauh lebih
mengerikan ratusan tikus telah siap menunggu ajal. Aspartam, pemanis nonkalori yang
memiliki tingkat kemanisan 200 kali gula itu, membikin tikus-tikus tadi langsung dihajar
kanker mematikan. Riset yang digelar pertengahan 2005 lalu itu membuat Uni Eropa kian
yakin dengan keputusan mereka melarang penggunaan pemanis buatan pada produk
makanan. Jajanan anak-anak, terutama. Jepang, Malaysia, Brunei, Vietnam, langsung
mengekor langkah Uni Eropa. Mereka haramkan pula Siklamat, jenis pemanis buatan
yang diduga dapat memicu kanker.
1. Ide pokok yang terdapat dalam paragraf I adalah
A. Daftar makanan anak-anak yang mengandung bahan penyebab kanker
B. 28 aneka minuman anak-anak yang menyebabkan kanker
C. Pemanis buatan yang terdapat dalam makanan mengancam keselamatan anak-
anak
D. Aspartam sejenis pemanis buatan berbahaya bagi kesehatan.
E. Jenis makanan yang terdapat racun bagi kesehatan anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
2. Perhatikan kutipan paragraf I “Nyaris 1 juta dolar AS uang riset digelontorkan,
sementara lebih dari 1.900 ekor tikus dilibatkan”. Istilah “Tikus” pada kalimat
tersebut berarti...
A. Binatang
B. Distributor
C. Penjual
D. Anak-anak
E. Koruptor
3. Berdasarkan paragraf 1, di bawah ini yang termasuk kalimat fakta adalah...
A. 28 daftar tersebut besar kemungkinan mengandung bahan penyebab kanker.
B. Salah satu daftar makanan yang mengandung penyebab kanker adalah Pop Ice.
C. Diduga 28 makanan mengandung pemanis yang menyebabkan kanker.
D. Ramazzini ingin membuktikan aspartam sejenis pemanis buatan yang berbahaya.
E. Pemanis yang terdapat dalam makanan bisa meracuni anak-anak.
4. Perhatikan paragraf II, Kalimat opini terdapat di....
A. Kalimat 1
B. Kalimat 2
C. Kalimat 3
D. Kalimat 4
E. Kalimat 5
5. Ringkasan dari bacaan di atas adalah....
A. 28 makanan anak-anak mengandung pemanis buatan.
B. Makanan anak-anak banyak yang mengandung racun.
C. Beberapa negara mengharamkan makanan pemanis buatan.
D. Aspartam, banyak digunakan untuk pemanis makanan anak-anak.
E. Daftar makanan anak-anak yang mengandung penyebab kanker.
6. Di bawah ini ilmuan yang terkenal diseluruh dunia atas kecerdasaanya karena
mengemukakan teori relativitas dan mendapat penghargaan Nobel dalam Fisika pada
tahun 1921 adalah....
A. Aristoteles
B. Mark Zuckerberg
C. Albert Einstein
D. Plato
E. Frederich Durrenmatt
7. Perhatikan tabel berikut!
Jadwal Sholat untuk Surabaya, GMT +7
Maret 2015
Hari Tanggal Waktu Sholat Isya
Jumat 01 Maret 2015 19:01
Sabtu 02 Maret 2015 19:01
Minggu 03 Maret 2015 19:00
Senin 04 Maret 2015 19:00
Selasa 05 Maret 2015 18:59
Rabu 06 Maret 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Kamis 07 Maret 2015
Berdasarkan tabel di atas, sholat Isya hari kamis, 07 Maret 2015 pukul....
A. 18.59
B. 18.58
C. 18.57
D. 18.56
E. 18.55
Teks untuk soal 8-10
8. Di bawah ini diagram pie yang sesuai dengan negara Indonesia berdasarkan tabel
belanja kesehatan per kapita adalah...
A. C.
B. D.
109.08
114.35
125.41 132.0
8
90.56 2008
2009
2010
2011
2012
109.08
114.35
125.41
132.08
150.11
2008
2009
2010
2011
2012
109.08
114.35
125.41
132.08
150.11
0
50
100
150
200
2008 2009 2010 2011 2012
109.08
114.35
127.85
132.08
150.11
0
50
100
150
200
2008 2009 2010 2011 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
E.
9. Kesimpulan yang sesuai dengan tabel di atas adalah...
A. Dari tahun 2008-2012, Pakistan belanja kesehatan paling rendah dari negara lain.
B. 2008-2010, Negara yang paling tinggi belanja kesehatan adalah Amerika Serikat.
C. Belanja kesehatan Bangladesh tahun 2009 lebih tinggi daripada tahun 2010
D. Indonesia berada diurutan ke tujuh dalam belanja kesehatan terbesar dari 10
negara.
E. Belanja kesehatan Nigeria lebih tinggi daripada Cina.
10. Negara Indonesia dalam daftar belanja kesehatan per kapita di 10 negara
berpenduduk terbesar tergolong....
A. Tinggi
B. Menengah ke atas
C. Menengah
D. Menengah ke bawah
E. Rendah
Teks untuk soal 11-15
Di Harvard inilah Mark menemukan ide untuk membuat buku direktori
mahasiswa online karena universitasnya tidak membagikan face book (buku mahasiswa
yang membuat foto dan identitas mahasiswa di universitas itu) pada mahasiswa baru
sebagai ajang pertemanan di antara mereka. Tapi setiap kali Mark menawarkan diri untuk
membuat direktori tersebut, Harvard selalu menolaknya. Meskipun ditolak, ia selalu
mencari cara untuk mewujudkannya. Proyek pertama dia adalah CourseMatch
(www.coursematch.com) yang memungkinkan teman-teman sekelasnya untuk
berkomunikasi satu sama lain di website tersebut. Suatu malam di tahun kedua dirinya
kuliah di Harvard, Zuckerberd menyebut semua data mahasiswa Harvard dan
memasukannya ke dalam website yang dia buat bernama Facemash. Sejumlah foto rekan
mahasiswanya terpampang di situs tersebut. Dalam tempo empat jam sejak dirinya
meluncurkan website tersebut, tercatat 450 orang yang mengunjungi Facemash dan
sebanyak 22.000 foto mereka buka. Kemudian pihak Harvard mengetahuinya dan
sambungan internet pun diputus. Zuckerberg diperkarakan karena dianggap sudah
mencuri data-data.
Alih-alih kapok, dia malah membuat website baru dengan nama Facebook
(www.thefacebook.com). Website ini pertama kali dia luncurkan pada Februari 2004.
Facebook itu sendiri merupakan penyempurnaan dari Facemash. Sasarannya tetap sebagai
tempat pertemuan sesama mahasiswa harvard. Dalam penjelasannya itu website-nya
sekarang disebutkan bahwa Facebook.
11. Kalimat-kalimat yang menyatakan perbandingan dalam paragraf I tersebut adalah...
A. Kalimat 1 dan 2
B. Kalimat 2 dan 3
0%50%
100%
2008
2010
2012
109.08
114.35
125.41
132.08
150.11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
C. Kalimat 3 dan 4
D. Kalimat 4 dan 5
E. Kalimat 5 dan 6
12. Menurut bacaan di atas, pada hakikatnya Facebook adalah....
A. Facebook merupakan penyempurnaan dari Facemash.
B. Tempat pertemuan sesama mahasiswa harvard.
C. Untuk menentukan data teman-teman seuniversitas.
D. Website yang diluncurkan pada Februari 2004.
E. Suatu alat sosial untuk membantu orang banyak berkomunikasi lebih efisien.
13. Di bawah ini situs yang sejenis dengan facebook adalah...
A. Google
B. Yahoo
C. Twitter
D. Opera mini
E. Mozila
14. Berdasarkan bacaan di atas menurut prediksi Anda, pengguna Facebook pada tahun
2018 adalah...
A. Semakin bertambah karena anak-anak sampai orang tua sekarang punya akun
Facebook.
B. Menurun karena beralih dengan aplikasi lain yang semakin canggih.
C. Semakin berkurang karena sekarang orang beralih ke BBM dan whatsapp.
D. Bisa bertambah dan bisa berkurang.
E. Tidak tahu.
15. Di bawah yang sesuai dengan langkah-langkah membuka facebook melalui
komputer adalah....
A. Klik mozila-tulis facebook.com pada web browser-tulis alamat email dan
pasword-enter
B. Double klik mozila-tulis facebook.com pada web browser- tulis alamat email dan
pasword-enter
C. klik ikon facebook.com pada layar komputer- tulis alamat email dan pasword-
enter
D. double klik ikon facebook.com pada layar komputer- tulis alamat email dan
pasword-enter
E. klik ikon facebook.com pada web browser- tulis alamat email dan pasword-enter
Teks untuk soal 16-17
Televisi adalah salah satu alat TIK yang dapat menyampaikan informasi kepada kita
dengan media audio visual. Pada tahun 1938 Presiden Amerika Serikat, Franklin D
Roosevelt, tampil pertama kali di televisi saat memberikan sambutan. RCA lah yang
kemudian membayar lisensi untuk menggunakan paten dari farnsworth. Gambar yang
ditayangkan saat itu belum berwarna atau masih hitam putih dan sistemnya masih
sederhana dan menggunakan CRT. Pada tahun 1939 televisi berwarna mulai ditunjukkan
dalam suatu pameran radio international di Berlin. Pada tahun 1944 john Logie Baird
berhasil membuat penampil televisi elektronik yang berwarna. Sistemnya menggunakan
600 baris. Perlu diketahui, saat ini teknologi yang disebut HDTV atau high definition
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
television menggunakan 720 atau 1080 baris sehingga menghasilkan tampilan gambar
yang lebih halus dan menggunakan LCR atau LCD.
16. Perhatikan teks di atas, perbedaan TV hitam putih dengan berwarna adalah....
A. Sistem TV hitam putih masih sederhana, sedangkan TV berwarna menggunakan
CRT.
B. Sistem TV hitam putih masih sederhana dan menggunakan LCR, sedangkan TV
berwarna menggunakan sistem 600 baris.
C. TV hitam putih hanya ada dua warna, sedangkan TV berwarna menggunakan
1080 baris sehingga dapat menampilkan banyak warna.
D. Bentuk TV hitam putih masih menggunakan LCR, sedangkan TV berwarna
menggunakan LCD.
E. Bentuk TV hitam putih masih menggunakan LCD, sedangkan TV berwarna
menggunakan LCR.
17. Berdasarkan teks di atas, identifikasi unsur-unsur TV berwarna dibawah ini yang
benar adalah
A. Sistem sederhana dan CRT
B. Sistem sederhana dan LCR
C. Sistem 600 baris dan CRT
D. Sistem 600 baris dan kurang halus
E. Sistem 1080 baris, halus dan LCR
Teks untuk soal 18-19
Ibarat mata uang, pengaruh kemajuan teknologi bagi kehidupan memiliki 2 sisi yang
saling bertolak belakang tapi tidak bisa dipisahkan. Di satu sisi, kemajuan teknologi
memberi dampak positif bagi keluarga, mempermudah kehidupan manusia. Namun di
satu sisi, kemajuan teknologi, jika kita tidak bijaksana dan berhati-hati dalam menyikapi,
juga membawa ancaman terutama bagi kehidupan keluarga kita. Di jaman seperti
sekarang dimana gadget canggih menjadi kebutuhan sehari-hari, peran tenaga kerja
manusia diminimalisir sebisa mungkin. Akibatnya interaksi antar manusia semakin
berkurang. Orang sekarang lebih banyak berinteraksi dengan perangkat mesin yang
semakin canggih.
18. Pesan tersirat dari teks di atas adalah...
A. Menyeimbangkan antara kehidupan nyata dengan fana
B. Membangun komunikasi agar teknologi tidak berdampak negatif bagi kita.
C. Memanfaat waktu untuk keluarga agar tidak terkena pengaruh negatif dari
teknologi.
D. Bijaksana dalam memanfaatkan teknologi agar tidak terkena dampak negatif.
E. Memperbanyak interaksi dengan orang secara nyata daripada maya.
19. Masalah yang diungkapkan dalam teks di atas adalah (1) teknologi mempunyai
dampak negatif dan positif, (2) akibatnya, interaksi antar manusia berkurang, (3) kita
harus pandai menyikapi kemajuan teknologi, dan (4) dewasa ini kemajuan teknologi
sangat pesat. Masalah-masalah bila diorganisasikan menjadi sebuah kerangka
karangan dengan urutan sebagai berikut...
A. 1-2-3-4
B. 1-4-3-2
C. 4-1-2-3
D. 4-1-3-2
E. 4-3-1-2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
20. Beberapa hari lalu, media diramaikan oleh berita tentang maskapai penerbangan
Lion Air yang mengalami delay massal. Ini bukan pertama kalinya Lion Air
membuat penumpang kecewa akibat jadwal penerbangan yang tertunda. Entah
kenapa masalah delay jadwal sering terjadi pada Lion Air. Bisa jadi karena sudah
terbiasa bermasalah, sehingga bagi maskapai penerbangan ini, masalah yang tidak
lagi jadi masalah. Kritikan yang tepat untuk masalah di tersebut adalah...
A. Pemerintah harus tegas dalam masalah tersebut
B. Penerbangan Lion Air memang kurang bagus
C. Pelayanan Penerbangan Lion Air harus segera diperbaiki
D. Penerbangan harus diperhatikan demi keselamatan
E. Memberi informasi kejelasan agar penumpang tidak kecewa.
21. Dalam pertemuan dengan Ketua KPK dan Wakapolri, Jokowi mengatakan, "Sebagai
kepala negara saya meminta kepada institusi Polri dan KPK, memastikan bahwa
proses hukum yang ada harus obyektif dan sesuai dengan aturan UU yang ada."
Menurut penilaian Anda, sikap presiden tersebut adalah...
A. Tegas, karena mengajak kedua belah pihak berdamai dan menjalankan tugasnya
masing-masing.
B. Kurang tegas, karena tidak ada sikap dan langkah nyata dari presiden.
C. Tegas karena KPK dan Wakapolri tidak perlu berselisih.
D. Tidak tegas, karena beliau seorang presiden bukan pemimpin partai.
E. Tidak konsisten, karena masalah dengan solusi tidak saling berhubungan.
22. Matematika sering membuat orang sakit kepala karena angka-angka kecil bisa
menghasilkan angka-angka yang lebih besar. Namun hal tersebut terjadi karena
banyak guru yang tidak mengajarkan cara menghitung yang lebih praktis misalnya
7x8. menghitung angka tersebut Anda bisa menggunakan jari tanganmu. 10-7=3, jadi
3 di tangan kirimu adalah angka satuan, 2 jari di tangan kananmu juga angka satuan.
2x3=6. jadi jawabannya untuk angka satuan adalah 6. jari dibawah ditambahkan
(2+3) adalah 5. Jadi angka puluhan adalah 5. jawabanya adalah 56. Perhitungan yang
lebih mudahkan? jadi “Salahkan gurumu jika tidak mengajari cara menghitung ini!”.
Kutipan kalimat “Salahkan gurumu jika tidak mengajari cara menghitung ini!”
tersebut menurut penilaian Anda adalah....
A. Benar, guru suka memberi rumus yang sulit diingat untuk siswa.
B. Setuju, guru sering memberi rumus yang rumit dan memberi tugas yang sulit.
C. Guru tidak sepenuhnya salah karena guru mengajarkan sesuai konsep dan
kurikulum.
D. Tidak pantas menyalahkan guru karena guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.
E. Bukan salah guru, siapa tahu guru juga tidak tahu cara menghitung seperti itu.
Teks untuk soal 23-26
Hari ini kamis 17 Januari 2013, Jakarta terkena banjir besar. Banjir hari ini tidak
hanya menyebabkan banyak rumah dan bangunan terendam, tapi juga kemacetan luar
biasa dan kerusakan kendaraan, ditambah lagi pengungsi yang diperkirakan mencapai
20.000 orang. Diprediksi banjir dan macet ini membuat potensi kerugian 2 milyar rupiah
perjamnya. Penyebab banjir tersebut adalah Resapan air yg minim, pembangunan yang
amat sangat tidak berimbang di Jakarta menghabiskan wilayah ideal untuk ruang hijau
dan resapan air. Penurunan DAS Ciliwung dan beberapa sungai lainnya antara lain Kali
Angke, Pesanggrahan, Cipinang dan Sunter. Pembangunan Rumah pinggir kali yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
menyebabkan kerusakan sungai dan pengurangan DAS. Sampah yang semakin
menumpuk dan belum teratasi, ini juga karena tabiat masyarakat yang sangat minim
kesadarannya. Pembangunan Villa di daerah resapan air di Bogor semakin mengurangi
daya resap tanah di Bogor. Volume air kiriman dari bogor yang belum tertanggulangi,
menambah debit air banjir dll. (sumber : www.kaskus.co.id)
23. Berdasarkan masalah di atas, hipotesis untuk memecahkan masalah di atas adalah....
A. Berdoa dan tawakal karena sudah takdir Tuhan
B. Menyiapkan mental dan tenaga untuk menguras air yang masuk ke dalam rumah
C. Menyiapkan makanan yang banyak dan baju ganti.
D. Pergi mengungsi ke kota lain dan membawa surat-surat penting
E. Tidak membuang sambah sembarangan dan ikut membantu membuat biopori
24. Rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah di atas yang paling tepat adalah...
A. Pelatihan kesiapan penanggulangan bencana pada masyarakat
B. Membuat pola pengaturan lalu lintas alternatif dan pelatihan antisipasi lalu lintas
saat banjir
C. Membuang sampah pada tempatnya
D. Membuat dan memperbarui bendungan agar lebih tahan dan lebih
multifungsional
E. Membuat biopori
25. Dari teks di atas dapat di buat kerangka sebagai berikut (1) Jakarta terkena banjir
besar, (2) Mengalami kerugian 2 milyar rupiah perjam, (3) Dampak banjir membuat
kemacetan lalu lintas, dan (4) salah satu penyebab banjir adalah sampah menumpuk.
Supaya menjadi kerangka karangan yang baik maka dapat disusun dengan urutan
sebagai berikut...
A. 1-2-3-4
B. 1-4-3-2
C. 1-3-2-4
D. 4-1-3-2
E. 4-1-2-3
26. Rangkuman dari teks di atas adalah..
A. Banyak penyebab terjadinya banjir besar di Jakarta.
B. Terjadinya banjir menyebabkan kemacetan lalu lintas.
C. Terjadinya banjir menyebabkan kerugian 2 milyar rupiah perjam.
D. Banjir terjadi karena pembangunan rumah pinggir kali.
E. Air kiriman dari daerah lain menambah debit air banjir.
Teks untuk soal 27-29
Polisi menggerebek rumah jurnalis Tribun Lampung Ridwan Hardiansyah dalam
upaya pengembangan kasus narkoba. Narkoba itu tidak ditemukan, tapi tindakan represif
polisi saat penggeberekan itu membuat Ridwan trauma karena sempat diancam tembak.
Polisi kemudian menyebut nama seseorang dan bertanya ada di mana. Ridwan yang tidak
kenal nama itu kemudian menjawab tidak tahu, dan menyatakan kemungkinan polisi
salah alamat. Polisi kemudian langsung memeriksa rumah, yang tidak diizinkan Ridwan.
Sikap ini justru membuat polisi bertindak kasar. Ridwan didorong ke dinding, diborgol,
dan mulutnya dibekap.
Berikutnya polisi membawa Ridwan ke kamar untuk menyaksikan petugas yang
memeriksa, namun tidak ada barang bukti apapun yang ditemukan. Tes urine yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
dilakukan polisi juga hanya menemukan hasil yang negatif. Setelah usai melakukan
pemeriksaan, polisi yang diduga berasal dari Polresta Bandar Lampung itu kemudian
melepaskan Ridwan. "Setelah itu mereka pergi. Salah satunya menyalami saya, dan
menyatakan mereka hanya menjalankan tugas. Saya memang tidak ada luka, tapi sangat
trauma. Apalagi ada ancaman tembak itu," kata Ridwan.
27. Kesimpulan dari bacaan di atas adalah....
A. Polisi hanya menjalankan tugas untuk menggerebek rumah Ridwan Hardiansyah
B. Ridwan Hardiansyah terbukti tidak memakai narkoba
C. Terjadi kesalahpahaman antara polisi dengan Ridwan Hardiansyah
D. Polisi bertindak kasar terhadap Ridwan Hardiansyah
E. Polisi akan menembak mati jika Ridwan Hardiansyah tidak berkata jujur
28. Pesan tersirat berdasarkan teks di atas adalah...
A. Jabatan tinggi tidak harus melakukan tugas dengan seenaknya sendiri.
B. Jabatan tinggi harus dapat memberi contoh yang baik untuk rakyat
C. Memiliki jabatan tinggi tidak berarti dapat main hakim sendiri.
D. Orang yang dinilai tidak baik belum tentu buruk.
E. Sebelum bertindak harus berpikir terlebih dahulu.
29. Kritikan yang tepat untuk sikap polisi di atas adalah...
A. Sudah selayaknya polisi tegas dalam menjalankan tugas.
B. Sebagai polisi harus lebih tegas lagi supaya pelaku berkata jujur.
C. Perilaku polisi itu perlu dicontoh karena sudah menjalankan tugas dengan baik.
D. Dalam menjalankan tugas sebaiknya tidak kasar dan sopan.
E. Tidak pantas seorang polisi mengancam orang yang belum tentu bersalah
30. Menurut Newton, warna merupakan bagian sinar dalam spektrum yang tergantung
pada gelombang cahayanya. Teori Newton tentang spektrum warna akibat berkas
cahaya matahari yang melalui sebuah prisma. Urutan warna dalam spectrum warna
terdiri dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu kemudian lebih
dikenal sebagai lingkaran warna. Disamping warna-warna murni dikenal juga warna-
warna kutub yang sebenarnya bukan merupakan warna, yaitu putih dan hitam.
Pencampuran warna murni dengan warna putih atau hitam akan menghasilkan skala
warna lain yang disebut warna-warna pastel. Bila warna murni dicampur dengan
warna putih akan menghasilkan warna tint yaitu warna-warna muda. Sedangkan
warna murni dicampur hitam akan menghasilkan warna shade atau warna tua.
(sumber:http://edupaint.com)
Berdasarkan teori di atas, apabila warna biru dicampur dengan kuning menghasilkan
warna....
A. Abu
B. Merah muda
C. Hijau
D. Orange
E. Ungu
31. "Confident terhadap Pak Jokowi ini sudah menurun sehingga orang lebih banyak
memegang dollar AS," kata Tony dalam acara Dialog Teras Kita dengan tema
"Rupiah dan Ketahanan Politik", Jakarta, Sabtu (28/3/2015). Kata yang dicetak
miring berarti....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
A. Yakin
B. Percaya
C. Rakyat
D. Penduduk
E. Masyarakat
Teks untuk soal 32-35
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengeluhkan orang Indonesia yang kerap reaktif
terhadap kebijakan pemerintah, termasuk mengenai kebijakan menaikkan harga bahan
bakar minyak (BBM). "Di Indonesia, apa saja orang protes. Naik sedikit, diprotes," ujar
Kalla di Jakarta, Minggu (29/3/2015).
Kalla mengatakan, kebijakan yang diambil oleh pemerintah, termasuk kenaikan
BBM, untuk memperbaiki infrastruktur di Indonesia. Misalnya untuk memperbaiki
jalanan yang rusak dan memberi pendidikan yang layak untuk anak-anak. Lagipula, kata
Kalla, kendati harga BBM naik, biaya subsidinya tetap. "Apa pun keadaannya, subsidinya
tetap," kata Kalla. (Kompas, 29/03/15)
32. Kritikan yang tepat berdasarkan teks di atas adalah....
A. Sudah selayaknya pemerintah memperbaiki infrastruktur Indonesia.
B. Pemerintah harus segera memberi penjelasan kepada masyarakat mengapa harga
BBM naik.
C. Langkah pemerintah sangat bagus karena kenaikan BBM dialokasikan untuk
memberi pendidikan yang layak.
D. Biaya subsidi sebaiknya diberikan kepada orang yang tepat dan merata sehingga
rakyat tidak merasa keberatan.
E. Pemerintah seharusnya tidak menaikkan harga BBM lagi karena menyengsarakan
rakyat.
33. Rangkuman yang sesuai dengan teks di atas adalah.....
A. Banyak masyarakat protes karena harga BBM naik lagi.
B. Kenaikan harga BBM untuk memperbaiki infrastruktur Indonesia.
C. Kesalahpahaman antara pemerintah dengan rakyat
D. Wakil Presiden memberi menjelasan mengapa harga BBM naik.
E. Pemerintah akan tetap memberi subsidi sehingga rakyat tidak perlu resah dengan
kenaikan harga BBM.
34. Solusi yang sesuai dengan masalah di atas adalah.....
A. Pemerintah sebaiknya mengumumkan ke publik mengenai kenaikan harga BBM
sehingga tidak ada oknum yang memanfaatkan situasi ini.
B. Pemerintah tidak harus menaikkan harga BBM karena membuat hidup rakyat
semakin sulit dan infrastruktur tetap diperbaiki sedikit demi sedikit.
C. Pemerintah segera menurunkan harga BBM, karena memicu melambungnya
harga bahan kebutuhan pokok dan harga lainnya.
D. Pemerintah harus tegas dalam mengambil sikap karena mereka lebih tahu apa
yang dibutuhkan Indonesia daripada rakyat
E. Pemerintah seharusnya memiliki berbagai alternatif untuk memperbaiki
infrastruktur dan tidak harus menaikan harga BBM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
35. Menurut Anda, prediksi jangka pendek yang paling tepat akibat dari kenaikan BBM
adalah...
A. Harga bahan pokok dan tarif angkutan umum naik.
B. Pembangunan jalan di mana-mana.
C. Pendidikan di Indonesia semakin bermutu.
D. Banyak rakyat menderita.
E. Banyak warga Indonesia demo.
36. Di bawah ini yang merupakan kalimat unsur pengisi predikat menyatakan makna
“pemerolehan” adalah....
A. Rumah petani itu dua buah.
B. Toni memiliki radio.
C. Sayur-sayur mengandung banyak vitamin yang berguna.
D. Truk-truk itu mengangkut beras
E. Orang tua itu bekas guru saya.
Teks untuk soal 37-38
Ciri Objek 2 (O2), O2 mempunyai persamaan dengan O1, yaitu selalu terletak di
belakang Predikat. Perbedaannya ialah apabila klausa kalimat itu diubah menjadi klausa
pasif, O1 menduduki fungsi Subjek, sedangkan O2 terletak di belakang Predikat sebagai
Pelengkap.
37. Berdasarkan konsep tersebut, di bawah ini klausa kalimat yang sudah dipasifkan
sesuai dengan ciri O2 adalah...
A. Pak Sastro membelikan anak itu baju baru.
B. Orang itu selalu berbuat kebaikan.
C. Banyak orang asing belajar bahasa Indonesia.
D. Anak itu dibelikan baju baru oleh Pak Sastro.
E. Orang tua itu berjualan bakmi di pasar.
38. Berdasarkan konsep di atas, frase O1 yang sudah menduduki fungsi Subjek adalah....
A. Toko itu menjual obat-obatan
B. Majalah sastra diterbitkan lembaga itu
C. Ibu sedang menulis surat
D. Para Petani sedang mengerjakan sawahnya.
E. Ia sedang makan Kue.
Teks untuk soal 39-40
Vitamin D lebih dikenal sebagai vitamin penguat tulang dan gigi. Padahal, manfaat
vitamin ini sangat beragam, termasuk untuk memperlambat kanker prostat. Sebuah
penelitian kecil menunjukkan bahwa suplemen vitamin D kemungkinan dapat
memperlambat atau mencegah tahap awal perkembangan kanker prostat.
"Vitamin D mengurangi peradangan pada jaringan, karena peradangan atau inflamasi
merupakan pemicu kanker," ujar pemimpin penelitian sekaligus profesor pediatri,
biokimia, dan biologi molekul di Medical University of South Caroline Charleston, Bruce
Hollis.
39. Di bawah ini adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurang vitamin D, kecuali....
A. Kanker prostat
B. Tulang keropos
C. Gigi berlubang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
D. Peradangan
E. Sakit mata
40. Makanan yang mengandung vitamin D adalah...
A. Susu, telur, ikan salmon, jamur, dan kedelai
B. Alpukat, bayam, biji bunga matahari, brokoli, dan pepaya
C. Jeruk, lobak, kacang polong, kubis, dan melon.
D. Wortel, tomat, Apel, pisang, dan sereal.
E. Kecambah, gandum, kacang brazil, kembang kol, dan beras merah
---------------------SELAMAT MENGERJAKAN----------------------
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Lampiran 8
KUNCI JAWABAN TES MEMBACA KRITIS
1. A
2. D
3. B
4. E
5. D
6. C
7. B
8. C
9. B
10. D
11. A
12. E
13. C
14. A
15. B
16. C
17. E
18. D
19. D
20. C
21. A
22. C
23. E
24. D
25. B
26. A
27. B
28. E
29. D
30. C
31. A
32. D
33. B
34. A
35. A
36. B
37. D
38. B
39. E
40. A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Lampiran 9
Hasil Tes Membaca Kritis Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
Lampiran 10
Perhitungan Hasil Tes Membaca Kritis
No. NAMA MAHASISWA Skor Nilai Kategori
1 INSEP PITOMO 25 6,25 Cukup
2 YULIA SIWI PRATIWI 23 5,75 Kurang
3 STEFANUS CANDRA SAPUTRA 20 5 Kurang
4 VITALIS CICIK NOVIKA 23 5,75 Kurang
5 YONATAN 22 5,5 Kurang
6 ALUISIUS TITUS KURNIADI 25 6,25 Cukup
7 IRA WIBOWO 23 5,75 Kurang
8 ANITA KRISNANDARI 22 5,5 Kurang
9 NATALIS HARYO WIDYANTO 21 5,25 Kurang
10 SITI KHOTIJAH 21 5,25 Kurang
11 VIVIYANTI DYAH PANGESTI 24 6 Cukup
12 MARIA RATIH PRAMITA SARI 21 5,25 Kurang
13 EMMANDA SEKAR YUMITA 24 6 Cukup
14 ALFONSUS NOVENDI LAKSANA 22 5,5 Kurang
15 SISILIA YOSSY NOUR INDRASARI 22 5,5 Kurang
16 ELISABET ANI AYU SENJAYA 25 6,25 Cukup
17 RYAN PAMULA SARI 19 4,75 Kurang
18 NOVINDA WAHYUNINGSIH 18 4,5 Kurang
19 SKOLASTIKA CYNTHIA MAHARANI 22 5,5 Kurang
20 CICILIA PRIPITA TYAS WIDIANINGSIH 19 4,75 Kurang
21 RENI DAMAYANTI 25 6,25 Cukup
22 NADYA BELA PRATIWI JATI SUWITO 24 6 Cukup
23 ALFIYATUN NASIROH 28 7 Cukup
24 SETIA RATNA DEWI 29 7,25 Cukup
25 EVA TRI RUSDYANINGTYAS 24 6 Cukup
26 SEBASTIANUS GERARDUS DUMINGGU 22 5,5 Kurang
27 SEBASTIANUS DARWIS PRIMASETIA D 16 4 Kurang
28 DANIA YOSEPHA TAMARA 27 6,75 Cukup
29 SOVIANA ROSARINI 19 4,75 Kurang
30 SURAHMAT W 21 5,25 Kurang
31 L YUDI KRISTIANTO 17 4,25 Kurang
32 RENITA TRI EKMAWATI 11 2,75 Kurang Sekali
33 HENDRICUS AGIL 20 5 Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
Lampiran 11
Indek Tingkat Kesulitan Butir Soal
BS FK ITK Kategori Predikat Aspek
1 11 0,33 Sulit layak 1
2 5 0,15 Sulit tidak layak 2
3 22 0,67 Mudah layak 1
4 8 0,24 Sulit layak 1
5 9 0,27 Sulit layak 2
6 23 0,7 Mudah layak 1
7 24 0,73 Mudah layak 2
8 23 0,7 Mudah layak 2
9 27 0,82 Mudah tidak layak 5
10 23 0,7 Mudah layak 2
11 10 0,3 Sulit layak 2
12 7 0,21 Sulit layak 2
13 31 0,94 Mudah tidak layak 2
14 13 0,39 Sulit layak 2
15 19 0,58 Sedang layak 3
16 28 0,85 Mudah tidak layak 4
17 33 1 Mudah tidak layak 4
18 28 0,85 Mudah tidak layak 4
19 4 0,12 Sulit tidak layak 5
20 27 0,82 Mudah tidak layak 6
21 25 0,76 Mudah layak 6
22 29 0,88 Mudah tidak layak 6
23 33 1 Mudah tidak layak 7
24 11 0,33 Sulit layak 7
25 23 0,7 Mudah layak 5
26 26 0,79 Mudah layak 7
27 14 0,42 Sedang layak 5
28 15 0,45 Sedang layak 4
29 10 0,3 Sulit layak 6
30 24 0,73 Mudah layak 3
31 7 0,21 Sulit layak 2
32 14 0,42 Sedang layak 6
33 7 0,21 Sulit layak 7
34 9 0,27 Sulit layak 7
35 22 0,67 Mudah layak 2
36 13 0,39 Sulit layak 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
37 24 0,73 Mudah layak 3
38 13 0,39 Sulit layak 3
39 22 0,67 Mudah layak 2
40 8 0,24 Sulit layak 4
Keterangan
BS: Butir Soal
FK: Jumlah jawaban benar
ITK: Indek Tingkat Kesulitan yang dicari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
Lampiran 12
Perhitungan Setiap Aspek Membaca Kritis
No. Aspek Jumlah Skor
Maks
Pemerolehan
Skor
Persentase
(%)
Kategori
1. Kemampuan
mengenali dan
mengingat
132 64 48% Tidak
Mampu
2. Kemampuan
memahami
bacaan
330 160 48% Tidak
Mampu
3. Kemampuan
menerapkan
konsep-konsep
165 93 56% Mampu
4. Kemampuan
menganalisis
66 23 35% Tidak
Mampu
5. Kemampuan
membuat
kesimpulan
66 37 56% Mampu
6. Kemampuan
menilai
99 49 49% Tidak
Mampu
7. Kemampuan
memproduksi
132 53 40% Tidak
Mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
Lampiran 13
Transkip Observasi Kelas (Dosen dan Mahasiswa)
No. BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK KETERANGAN TAMBAHAN
Aktivitas Dosen
1. Dosen membuka
perkuliahan. Dosen membuka perkuliahan
dengan memberi salam
2. Dosen melakukan apersepsi. Dosen melakukan apersepsi
dengan mengingatkan materi
minggu lalu dan masuk materi
yang akan dipelajari
3. Dosen menyampaikan tujuan
pembelajaran. Dosen memberi tahu tujuan
pembelajaran hari ini adalah
mampu menguasai materi
tentang semiotik dan
intertekstual.
4. Dosen menyampaikan
materi.
Dosen tidak menyampaikan
materi secara langsung tetapi
hanya menjawab pertanyaan
mahasiswa yang diajukan pada
kelompok presentasi.
5. Dosen mengajukan
pertanyaan. Dosen bertanya untuk menggali
sejauh mana pemahaman
mahasiswa.
6. Dosen memberikan balikan. Dosen tidak memberi balikan
karena mahasiswa tidak ada
yang bertanya kepada dosen.
7. Dosen memberi penguatan
materi bagi siswa yang
belum paham.
Dosen memberi penguatan
setelah penyaji selesai
presentasi.
8. Dosen menggunakan media. Hanya menggunakan media
white board dan spidol.
9. Dosen menggunakan metode
perkuliahan yang bervariasi.
Hanya metode presentasi.
10. Dosen memberi tugas. Memberi tugas setiap
mahasiswa membuat daftar
pertanyaan dan membaca
minimal 3 buku.
11. Dosem memberi kesimpulan
diakhir perkuliahan. Dosen mengajak mahasiswa
untuk membuat kesimpulan.
Aktivitas Mahasiswa
1. Mahasiswa siap mengikuti
kegiatan perkuliahan.
Saat pertama masuk mahasiswa
belum siap mengikuti
perkuliahan karena masih sibuk
bermain hp dan berbicara
dengan temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
2. Mahasiswa memperhatikan
penjelasan dosen. Mahasiswa tenang dan
memperhatikan penjelasan
dosen.
3. Mahasiswa berperan aktif
dalam mengikuti kegiatan
perkuliahan.
Mahasiswa aktif bertanya
kepada penyaji yang presentasi
saat mereka belum jelas
4. Mahasiswa memahami
materi yang dijelaskan dosen. Mahasiswa memahami
penjelasan dosen sehingga saat
dosen memberi waktu untuk
bertanya mereka tidak bertanya.
5. Mahasiswa aktif bertanya
kepada dosen apabila
mengalami kesulitan atau
kurang paham mengenai
materi.
Tidak ada yang bertanya kepada
dosen.
6. Mahasiswa aktif memberi
tanggapan atas pertanyaan
yang diajukan dosen.
Mahasiswa tidak aktif
menanggapi dosen. Berbicara
hanya saat dosen mengajukan
pertanyaan terhadap mahasiswa
tertentu.
7. Mahasiswa disiplin dalam
mengerjakan tugas yang
diberikan dosen.
Mahasisw disiplin mengerjakan
tugas
8. Mahasiswa dapat membuat
kesimpulan diakhir
perkuliahan.
Mahasiswa mampu membuat
kesimpulan.
9. Mahasiswa dapat membuat
refleksi diakhir perkuliahan.
Mahasiswa tidak membuat
refleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
Lampiran 14
Transkip Wawancara Dosen
1. Dalam mempersiapkan materi, dosen memikirkan materi apa saja yang bisa
dikembangkan, sebagai dosen juga harus menguasai materi, memikirkan tugas
apa yang cocok untuk memperdalam materi dan dilaksanakan secara
berkelompok atau individu. Selain itu, dosen juga mempersiapkan evaluasi
yang sesuai dengan materi.
2. Dosen mengajarkan materi sesuai dengan kurikulum. Adapun metode yang
dipilih disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Biasanya dosen
menggunakan metode ceramah sebagai pengantar untuk apersepsi, kemudian
mahasiswa dibagi kelompok dan diberi tugas. Setiap kelompok diberi proyek
(tugas) yang berbeda dan setiap kelompok diminta untuk presentasi. Setelah itu
dosen memberi penegasan supaya mahasiswa lebih paham mengenai materi.
3. Tindakan dosen untuk mahasiswa yang belum memahami materi yaitu
perkuliahan berbasis Pendagogi Ignasian sehingga diakhir perkuliahan dosen
selalu memberi evaluasi dan refleksi. Refleksi dilakukan untuk mengulang lagi
materi yang sudah dipelajari sehingga mahasiswa dapat mengingat dan lebih
memahami materi yang diberikan dan diakhir perkuliahan dosen tetap memberi
penegasan.
4. Tindakan dosen agar mahasiswa memperhatikan yaitu saat jam efektif
perkuliahan sangat panjang (150 menit) maka dosen mengajak mahasiswa
untuk istirahat sejenak. Kadang-kadang dosen juga mengajak mahasiswa untuk
game 5 menit untuk berdiri dan meregangkan otot. Saat jeda tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
mahasiswa boleh melakukan apa saja tetapi apabila waktunya telah habis maka
harus fokus kembali.
5. Tindakan dosen bagi mahasiswa yang tidak mengerjakann tugas yaitu sejak
awal perkuliahan dosen sudah memberi penjelasan kepada mahasiswa bahwa
bobot pada masing-masing tugas berbeda. Tugas diberi bobot lebih besar/tinggi
daripada UTS dan UAS karena dosen lebih mengutamakan proses. Bobot
penilaian tersebut juga sudah disepakati bersama dengan para mahasiswa
sehingga mahasiswa sudah tahu konsekuensinya apabila mahasiswa tidak
menyelesaikan tugas tepat waktu. Apabila mahasiswa tidak disiplin dalam
mengerjakan tugas maka nilai tidak sama dengan mahasiswa yang disiplin dan
apabila tidak mengumpulkan tugas berarti nilai pada tugas tersebut adalah nol.
Dosen hanya memberi dispensasi kepada mahasiswa yang sakit atau alasan lain
yang masuk akal.
6. Dalam mengakhiri perkuliahan dosen mengajak mahasiswa untuk
menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Setelah itu dosen memberi
informasi mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya
dan meminta mahasiswa untuk membaca dan belajar lebih dulu. Harapannya
saat mahasiswa masuk kuliah, mereka tidak dalam keadaan kosong tanpa bekal
ilmu .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
Lampiran 15
Transkip Wawancara Mahasiswa
No. Nama Mahasiswa Aspek Pertanyaan Jawabam
1 Insep Pitomo Minat Baca Sadar sebagai mahasiswa PBSI
sehingga harus kuat membaca
meskipun sampai sekarang belum
kutu buku.
2 Nadya Bela Pratiwi Jati
Suwito
Minat membaca tinggi hanya saat
akan ujian, kuis, mau presentasi
dan ada tuga merangkum.
3 Alfiyatun Nasiroh Minat membaca jika ada tugas
presentasi dan tugas membaca
buku literatur dari dosen.
4 Setia Ratna Dewi Minat membaca novel dan
tentang psikologi. Membaca
sudah menjadi kebiasaan dan
lebih sering membaca secara
online.
5 Eva Tri
Rusdyaningtyas
Membaca refensi yang diberikan
dosen dan pergi ke toko buku
untuk membeli buku yang
menarik dibaca. Membuat
pengingat di note untuk membaca
seminggu minimal 3 buku.
6 Dania Yosepha Tamara Membaca dapat menambah
wawasan dan lebih kompetensi
dalam menguasai materi.
1 Insep Pitomo Motivasi Membaca Ingin memahami materi dan
melebihi teman-teman dan
mempersiapkan diri untuk
menjadi guru.
2 Nadya Bela Pratiwi Jati
Suwito
Ingin meraih IPK tinggi,
membaca untuk menghibur diri,
dan up to date.
3 Alfiyatun Nasiroh Buku yang menarik, bahasa yang
sederhana, dan mencari buku
yang lain yang satu tema.
4 Setia Ratna Dewi Sadar sebagai mahasiswa PBSI
harus banyak membaca sehingga
harus membeli buku dan
dirangkum.
5 Eva Tri
Rusdyaningtyas
Ingat jerih payang orang tua, IPK
teman-teman lain yang tinggi
membuat motivasi baca yang
tinggi dan setiap bosan pergi ke
toko buku untuk membeli buku
baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
6 Dania Yosepha Tamara Ingin menjadi penulis sehingga
harus banyak membaca supaya
menambah wawasan.
1 Insep Pitomo Faktor Internal Motivasi (ingin mengungguli
teman-teman), Kondisi emosi
(kalau sedang patah hati tidak
membaca karena tidak fokus),
ketertarikan (lebih suka cerpen
dan tidak suka komik), kesehatan
(kalau sakit tidak membaca),
tingkat intelegensi (gaya bahasa
yang rumit membuat saya lebih
tertantang dan menambah kosa
kata).
2 Nadya Bela Pratiwi Jati
Suwito
Ketertarikan (membaca sekilas
dari judul apabila tertarik
langsung dibaca dan mencari
sumber lain yang satu tema),
kondisi emosi (kalau perasaan
lagi enak suka membaca dan
memiliki rasa tanggungjwab
terhadap tugas), penguasaan
bahasa (artikel bahasa inggris
sering mempersulit pemahaman
isi bacaan).
3 Alfiyatun Nasiroh Ketertarikan (novel dan cerpen),
kondisi emosi (kalau perasaan
senang tidak membaca tetapi
kalau merasa bosan baru
membaca) kebermanfaatan
(membaca memberi banyak
manfaat, misalnya setelah
membaca saya bisa
memanajemen keuangan).
4 Setia Ratna Dewi Tingkat intelegensi (dengan
sering membaca saya mampu
membaca sekilas padahal
sebelumnya sulit sekali dalam
memahami isi bacaan).
5 Eva Tri
Rusdyaningtyas
Kondisi emosi (jika perasaan lagi
baik, mudah memahami isi
bacaan) motivasi (ingin meraih
prestasi yang tinggi dan melebihi
teman-teman), kondisi kesehatan
(apabila sedang sakit tidak
mampu memahami isi bacaan),
kebermanfaatan (dengan banyak
membaca mendapat banyak
manfaat dalam kehidupan sehari-
hari).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
6 Dania Yosepha Tamara Kondisi kesehatan (saat sehat,
cepat memahami isi bacaan),
ketertarikan (jenis buku fiksi),
kebermanfaatan (meningkatkan
prestasi), penguasaan bahasa
(banyak membaca pasti mudah
memahami isi bacaan).
1 Insep Pitomo Faktor Eksternal Waktu (biasa membaca pada
malam hari, tetapi kalau lagi ada
waktu banyak dan minat
membaca tinggi bisa setengah
hari dan lupa waktu), latar
belakang sosial ekonomi (setiap
semester diberi uang untuk
membeli buku), pengaruh media
elektronik (sadar bahwa TV akan
mengganggu belajar sehingga
tidak membeli TV).
2 Nadya Bela Pratiwi Jati
Suwito
Pengaruh media elektornik
(Tidak suka menonton TV karena
informasi lebih lamban sehingga
lebih memilih membaca dengan
HP), waktu (membaca jika ada
waktu luang saja), ketertarikan
(membaca artikel tentang idola
setiap hari).
3 Alfiyatun Nasiroh Pengaruh kuatnya budaya lisan
(lebih suka mendengarkan orang
berbicara daripada membaca
sendiri), pengaruh media
elektronik (lebih suka nonton
cerita yang difilmkan daripada
membaca langsung dari buku),
tidak tersedianya bacaan (tidak
memiliki stok buku di kos).
4 Setia Ratna Dewi Lingkungan (lingkungan yang
hening mempermudah dalam
memahmi isi bacaan), pengaruh
media elektronik (Tidak suka
menonton TV tetapi lebih suka
menggunakan HP untuk
membaca).
5 Eva Tri
Rusdyaningtyas
Suasana lingkungan (membaca
diluar ruangan).
6 Dania Yosepha Tamara Suasana lingkungan (konsentrasi
tinggi saat lingkungan tidak
terlalu sepi dan tidak terlalu
ramai), waktu ( membaca setiap
pagi dan sore hari).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI