STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS PUSAT FRONT...
Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS PUSAT FRONT...
-
STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI
PENGURUS PUSAT FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
DALAM MEMBENTUK MILITANSI KADER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Yuli Patilata
NIM 109051000130
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/ 2013 M
-
STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI
PENGURUS PUSAT FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
DALAM MEMBENTUK MILITANSI KADER
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Satjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
Yuli Patilata
NIM 109051000130
Pembimbing -
Dr. Sihabudin Noor, M. Ag
NIP. 19550101 198302 1001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAB DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF BIDAYATULLAB
JAKARTA
1434 HI 2013 M
-
PENGESAHANPANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front
Pembela Islam (FPI) dalam Membentuk Militansi Kader, telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas TImu Dakwah dan TImu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri (DIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 27 Mei 2013. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh ge1ar Sarjana Komunikasi
Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 27 Mei 2013
Sidang Munaqasyah
erangkap Anggota . Sekretaris Merangkap Anggota
NIP. 19700903 199603 1001,
Anggota
Penguji 2
NIP. 19700903 199603 1001
Pembimbing
Dr. Sihabudin Noor, M. Ag
NIP. 19550101 198302 1001
-
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memeperoleh gelar strata 1 (S1) Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini, telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kemudian hari saya terbukti dalam penulitas skripsi bukan hasil saya sendiri
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat), maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Mei 2013
Yuli Patilata
-
ABSTRAK
Yuli Patilata
Strategi Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam (FPI)
dalam Membentuk Militansi Kader
Strategi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen
sehingga mencapai suatu tujuan. Atas dasar itu maka strategi komunikasi
organisasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap
orang yang terlibat dalam dunia organisasi. Di satu sisi, komunikasi efektiflah
yang dapat menjamin terbentuknya kader yang militan dan tercapai tujuan-tujuan
organisasi dan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Di sisi lain, pada
dasarnya pengurus pusat FPI yang akan menentukan keberhasilan organisasi,
bukan hanya komunikasi saja, melainkan butuh strategi yang matang di dalamnya
untuk membentuk itu.
Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaannya adalah bagaimana
strategi komunikasi organisasi pengurus pusat FPI dalam membentuk
militansikader? Bagaimana bentuk komunikasi organisasi pengurus pusat FPI
dalam membentuk militansi kader?
Strategi komunikasi organisasi pengurus pusat FPI adalah dengan adanya
tahapan pendekatan. Pertama, pendekatan rasional dengan diadakannya majelis
akbar rutin setiap Rabu malam dan pendidikan serta pelatihan untuk kader FPI.
Kedua, pendekatan perilaku dengan mempertimbangkan kapabilitas kader sesuai
dengan keilmuannya dan kemudian diaplikasikan melalui program kerja FPI.
Ketiga, pendekatan pengalaman yang mempunyai keterikatan antara kader
dengan FPI. Untuk membentuk militansi kader, kader harus siap dengan segala
resiko, yaitu dengan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Komunikasi organisasi pengurus pusat FPI terletak pada musyawarah.
Musyawarah sangat dijunjung tinggi oleh FPI untuk strategi dalam membuat
kebijakan. Alur kordinasi internal dimulai dari yang berotoritas tinggi kepada
yang otoritas rendah. Semua masalah dibicarakan dengan metode musyawarah.
Kemudian alur kordinasi eksternal FPI kepada khalayak yaitu, saling melibatkan
khalayak dengan FPI dan sebaliknya. Dengan tujuan, FPI dapat melangsungkan
kinerja dakwahnya ke masyarakat. Sedangkan masyarakat dapat merasakan betul
kinerja yang dilakukan FPI.
Kata kunci: FPI, Komunikasi, Organisasi, Kader, Strategi, dan Militansi.
-
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kepada Allah SWT yang tiada henti atas segala rahmat dan
ridha-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi
Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam (FPI) dalam
Membentuk Militansi Kader. Shalawat serta salam selalu penulis haturkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi kebaikan kepada kita dan
semoga kelak kita mendapat syafaatnya di akhir zaman.
Tiada kata yang dapat mewakili luapan hati, baik suka maupun duka
dalam menyelesaikan skripsi ini. Berkat doa dan dukungan dari keluarga, teman-
teman, maupun semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini. Skripsi
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 dapat
diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya penulis turut mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, beserta Wakil Dekan Bidang Akademik Drs. Wahidin
Saputra, M.A., Wakil Dekan Bidang Administrasi Drs. Mahmud Jalal,
M.A., dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Drs. Study Rizal LK,
M.A.
2. Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Kommunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Umi
Musyarrofah, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selalu siap
membantu dalam hal akademik dan segala bimbingannya.
-
iii
3. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, dan bimbingannya kepada
penulis selama masa kuliah.
4. Dr. Sihabudin Noor, M.A., selaku dosen pembimbing penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
yang telah memberikan pelayanan yang baik untuk menunjang penulisan
skripsi ini sampai akhir.
6. Pengurus pusat Front Pembela Islam. Terutama KH. Ahmad Shabri Lubis
selaku Sekretaris Jendral DPP FPI yang meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran beliau sehingga dalam perjalanan mengerjakan skripsi dapat
terlaksana dengan lancar.
7. Keluarga tercinta penulis, mamah Kadirah yang selalu mendukung penulis
dalam hal moril dan materil dan bapak Sukirman yang mengajarkan akan
pentingnya kejujuran dalam berilmu dan berprestasi. Keempat adik
penulis, Loto, Lono, Dwi, dan Alun yang selalu memotivasi penulis agar
penulis mampu menjadi tauladan yang baik untuk mereka.
8. Para sahabat penulis yang mengisi hari-hari selama proses pendidikan
dalam suka maupun duka, yaitu Julyta Puspa, Kartini, Ririn, Dina, Rina,
Karina, dan Istiana. Terimakasih atas bantuan dukungan doa dan semangat
dari kalian.
9. Seluruh teman-teman kelas KPI-D tahun 2009, berkat kalian penulis
belajar dalam segala hal. Selama empat tahun kalian selalu kompak dan
selalu bersemangat saling membantu satu sama lain.
10. Organisasi beserta teman-teman yang mendukung penulis, sehingga
penulis belajar banyak tentang kepemimpinan, bertanggungjawab,
bekerjasama, persahabatan, jaringan, dan menghadapi masalah, di
antaranya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia UIN, Lembaga
Dakwah Kampus, Dewan Perwakilan Mahasiswa UIN 2010, Forum Pena
-
iv
Bergoyang, dan Radio Nurani Islam FM Tangerang, dan Center for
Information Development Studies (CIDES).
11. Seluruh elemen kampus UIN Jakarta dan sekitanya yang terlibat langsung
dan tidak langsung kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis
dan orang lain. Meskipun masih ada kekurangan, semoga selanjutnya menjadi
pembelajaran agar penulis selalu belajar dan tidak pernah puas akan ilmu.
Sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikannya ke jenjang yang lebih
tinggi lagi.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 10 Mei 2013
Yuli Patilata
-
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah..............................................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..............................................................5
1. Tujuan Penelitian.............................................................................5
2. Manfaat Penelitian...........................................................................5
D. Tinjauan Pustaka....................................................................................6
E. Metodologi Penelitian............................................................................8
1. Pendekatan Penelitian......................................................................8
2. Tahapan Penelitian...........................................................................8
a. Prosedur Penelitian....................................................................8
b. Pengolahan Data......................................................................10
F. Kerangka Konsep................................................................................11
G. Sistematika Penulisan..........................................................................13
BAB II KERANGKA TEORI
A. Pengertian Strategi Komunikasi...........................................................15
1. Pengertian Strategi.........................................................................15
2. Pengertian Komunikasi..................................................................16
3. Strategi Komunikasi.......................................................................17
4. Pengertian Komunikasi Organisasi................................................19
5. Strategi dalam Komunikasi Organisasi..........................................24
B. Bentuk-bentuk Komunikasi Organisasi...............................................27
1. Komunikasi Internal......................................................................27
2. Komunikasi Eksternal....................................................................31
C. Pengertian Militansi Kader..................................................................31
-
vi
1. Pengertian Militansi.......................................................................31
2. Pengertian Kader............................................................................33
BAB III PROFIL FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
A. Latar Belakang Front Pembela Islam (FPI).........................................35
1. Sejarah...........................................................................................35
2. Visi dan Misi.................................................................................36
3. Struktur Organisasi........................................................................37
4. Mars FPI........................................................................................38
5. Munajat FPI...................................................................................38
6. Hyme FPI......................................................................................39
B. Perspektif Organisasi FPI.....................................................................40
C. Landasan Penegakan Amar Ma´ruf Nahi Munkar................................43
D. Seputar Kegiatan FPI dalam Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
dalam Media.........................................................................................44
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam
(FPI) dalam Membentuk Militansi Kader...........................................47
1. The Rational Approach (Pendekatan Rasional).............................47
2. The Behavioural Approch (Pendekatan Perilaku)..........................49
3. The Experiental Approach ( Pendekatan Pengalaman)..................53
B. Bentuk Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam
(FPI) dalam Membentuk Militansi Kader............................................54
1. Komunikasi Internal.......................................................................54
2. Komunikasi Eksternal....................................................................59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................63
B. Saran......................................................................................................64
-
vii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................65
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................68
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Strategi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication
planning) dan manajemen (management communication) untuk mencapai suatu
tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti bahwa
pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, tergantung kepada situasi
dan kondisi.1
Setiap kegiatan manusia, baik itu aktifitas sehari-hari, organisasi, lembaga
dan sebagainya tidak akan terlepas dari komunikasi sehingga dapat dipastikan
dimana manusia hidup baik sebagai individu maupun anggota masyarakat selalu
berkomunikasi, mengapa demikian? Karena komunikasi merupakan kebutuhan
hidup manusia. Tidak mungkin seseorang dapat menjalani hidupnya tanpa
berkomunikasi dan komunikasi itu sendiri merupakan unsur penting yang
membentuk dan memungkinkan berlangsungnya suatu masyarakat.2
Front Pembela Islam (FPI) merupakan organisasi yang membantu para
penegak hukum dan masyarakat secara aktif dan pro-aktif melalui informasi,
dukungan langsung, tekanan-tekanan (pressure) politis dan tuntutan melalui jalur
1 Onong Uchyana, Ilmu Komuniksai Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 1990), h. 32. 2 Zulkarnain Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka,
1993), cet ke-1, h.2.
-
2
hukum, dengan agenda agar hukum di negeri ini dijalankan dengan lebih baik. 3
Tentunya membutuhkan komunikasi untuk hal demikian dalam merealisasikan
kegiatannya. Kepopuleran FPI yang kerap kali diisukan sebagai organisasi yang
anarkis. Namun, kader FPI masih terlihat banyak dan solid. Bahkan jaringannya
pun luas. Di setiap wilayah, daerah dan cabang.
Komunikasi sangat berperan dalam suatu kegiatan organisasi. Karena
organisasi itu sendiri merupakan sekumpulan orang-orang yang selalu
membutuhkan komunikasi dengan sesama anggota organisasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Apabila ditinjau dari segi proses pencapaian tujuan, akan
terlihat dengan jelas bahwa komunikasi yang efektif menunjukkan pengaruh yang
sangat besar dan bahkan bersifat menentukan.4
Oleh karena itu, organisasi FPI dalam mewujudkan nilai-nilai syariah di
Indonesia, diterapkannya syariat Islam di Indonesia, baik secara substansial
maupun formalistis, merupakan visi yang ingin dicapai FPI. Dari berbagai
alternatif cara untuk mewujudkan visi tersebut, maka strategi yang dipilih FPI
adalah melalui penegakan amar ma´ruf nahi munkar, yaitu upaya-upaya sistematis
untuk mengajak umat Islam agar menjalankan perintah agamanya secara
komprehensif, dan mencegah umat Islam agar tidak terjerumus pada kegiatan-
kegiatan yang merusak moral dan akidah Islamnya. Solusi ini dipilih karena (saat
FPI didirikan tahun 1998) belum ada ormas Islam yang berkecimpung dibidang
amar ma´ruf nahi munkar secara konkret dan tegas. Upaya mengisi kekosongan
3 http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1. Dikutip pada 23 Februari 2013,
08.00 WIB. 4 Sondang P. Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Adiministrasi, (Jakarta :
Gunung Agung, 1985), cet 3, h. 109
http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1
-
3
wilayah perjuangan ini merupakan upaya terorganisir dan sistematis untuk
memenuhi kewajiban kolektif umat Islam dalam memberantas kejahatan
(kemungkaran).5
Atas dasar itu maka strategi komunikasi organisasi perlu mendapat
perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlibat dalam
dunia organisasi. Sebab, komunikasi efektiflah yang dapat menjamin tercapi
tujuan-tujuan organisasi dan kemampuan berkomunikasi secara efektif pada
dasarnya akan menentukan keberhasilan seseorang, dimanapun ia berada, bukan
hanya dalam dunia organisasi saja. Tujuan utama dalam dunia organisasi adalah
memperbaiki organisasi. Memerbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai
“memerbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan manajemen”. 6
Dengan kata lain,
orang memelajari strategi komunikasi untuk menjadi yang lebih baik. Dengan kata
lain, penulis memandang sangat penting untuk mengkaji komunikasi organisasi
sebagai landasan kuat bagi pengembangan sumberdaya manusia melalui
penkaderan dalam menjalankan roda organisasi.
Komunikasi organisasi menurut ahli komunikasi Redding dan Sanbora
seperti dikutip Ari Muhammad mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.7
Sedangkan Zelko dan Dance seperi dikutip Arni Muhamad mengatakan bahwa
5 http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1. Dikutip pada 23 Februari 2013,
08.00 WIB. 6 Yudi Latief, Intelegensua Muslim dan Kuasa Generologi Muslim Indonesia Abad Ke
20,(Mizan Bandung, 2005), h. 305-315 7 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), Cet 8, h. 65
http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1
-
4
komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang paling tergantung yang mencakup
komunikasi internal dan komunikasi eksternal.8
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan
anggota ataupun kader dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada
dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas
ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri
kader/ anggota terhadap organisasi.9
Hal ini pun berkaitan langsung dalam proses komunikasi yang diterapkan
antar pengurus FPI untuk menjalankan tujuannya. Adanya militansi dibutuhkan
anggota dalam hubungan yang intesif dan masif sehingga antar anggota pun dapat
dengan suka hati menjalankan instruksi atau realisasi kerja. Bentuk komunikasi
pun yang diatur oleh setiap masing-masing organisasi berbeda-beda.
Mengulas latar belakang FPI dibentuk dengan landasan, pedoman sesuai
dengan Islam (amar ma’ruf nahi munkar), dan luar biasanya menggerakkan kader
yang siap dengan instruksi pimpinan, peneliti merasa tertarik membuat suatu
penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian bidang sosial dengan
perspektif dari komunikasi organisasi. Oleh karena itu, peneliti menuangkan tema
penelitian ini ke dalam sebuah skripsi yang diberi judul “Strategi Komunikasi
8 Arni Muhammd, h. 66
9 A Mulyana. Komunikasi Dalam Organisasi (KDO).Jakarta (. 2008)
-
5
Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam (FPI) dalam Membentuk
Militansi Kader”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membatasi penelitian ini
yaitu hanya pada pendekatan strategi komunikasi organisasi pada pengurus
pusat Front Pembela Islam (FPI) dalam membentuk militansi kader periode
2008-2013.
2. Perumusan Masalah
Adapun latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas perumusan
masalahnya dalam penelitian ini adalah,
a. Bagaimana strategi komunikasi organisasi yang diterapkan pada
pengurus pusat Front Pembela Islam (FPI) dalam membentuk
militansi kader?
b. Bagaimana bentuk komunikasi organisasi yang diterapkan pada
pengurus pusat FPI dalam membentuk militansi Kader?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan permusan masalah di atas, maka tujuan penelitian,
yaitu untuk mengetahui strategi komunikasi organisasi dan bentuk
komunikasi organisasi yang diterapkan pada pengurus pusat Front Pembela
Islam (FPI) dalam membentuk militansi kader
-
6
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara akademis maupun praktis.
a. Manfaat Akademis
Keberadaan organisasi FPI mampu menjadikan tauladan yang baik
untuk masyarakat Indonesia. Dari perspektif komunikasi, manfaat
penelitian ini yaitu dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi organisasi
yang kondusif. Sedangkan dari perpektif Dakwah, kita akan mengetahui
dan memperkaya kajian ilmu dakwah melalui aktifitas dakwah pada
pengurus pusat FPI.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah wawasan
khususnya bagi kalangan teoritis, prakis, dan aktivis organisasi. Selain itu
diharapkan pula menjadi sumber rujukan dan inspirasi bagi organisasi
masyarakat agar mampu fastabiqul khairot. Peneliti mengharapkan
perhatian yang lebih dari masyarakat dan merupab persepsi mereka
terhadap tindakan negatif oleh FPI. Sehingga manfaat luas yakni
menciptakan iklim organisasi dan kinerja positif yang merata.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakuakan penelitian ini, penulis melakukan observasi terhadap
hasil penelitian lain yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang akan
penulis lakukan. Hal ini penulis temukan perbedaannya dari Siti Durriatul
-
7
Munawaroh10
adalah ia meneliti sosialisasi dalam pembinaan mubaligh.
Perberdaan yang diteliti yaitu strategi mensosialisasikannya kepada mubaligh.
Dini Noviyanti11
adalah ia hanya meneliti bagian bidang data saja dan pola
komunikasinya, bukan organisasi secara menyeluruh. Sedangkan persamaannya
adalah meneliti komunikasi organisasi.
Selain itu penulis juga menemukan skripsi lain yang mempunyai
kemiripan, yaitu skripsi yang dibuat oleh Purnomo12
, persamaan skripsi tersebut
diantaranya ia hanya meneliti kinerja dari organisasi tersebut. Pada skripsi ini ia
menuliskan peran pengurus, dan anggota organisasi. Sedangkan perbedaan dengan
penelitian ini adalah sudut pandang iklim komunikasi organisasi oleh pengurus
pusat Fron Pembela Islam (FPI).
Oleh karena itu pentingnya mengetahui strategi komunikasi organisasi
yang dilakukan FPI dalam membentuk militansi kader dan belum adanya yang
menganalisis strategi komunikasi organisasi FPI ini maka penulis sangat tertarik
untuk meneliti judul tersebut karena organisasi ini merupakan organisasi Islam.
Dalam organisasi ini pasti ada cara yang di bentuk untuk berkomunikasi dengan
anggotanya yang terkenal militan tadi. Maka peneliti mengambil judul tentang:
“Strategi Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam (FPI)
dalam Membentuk Militansi Kader”.
10
Siti Durriatul Munawaroh, “ Strategi Komunikasi KORPS Mubaligh Dewan Masjid
Indonesia Cabang Ciracas Dalam Mensosialisasikan Pembinaan Mubaligh”, (Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi , Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, 2012). 11
Dini Novianti, “Pola Komunikasi di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II
Kampung Utan Tangerang”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi , Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, 2009) 12
Purnomo, “Komunikasi Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang Dalam
Pembinaan akhlak Anggota”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, 2011)
-
8
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti
berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan
dan kemudian dilakukan analisa untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan
penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian
yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara.
Analisis Isi Kualitatif (Quality Content Analysis (QCA)), mencoba untuk
menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi
untuk menganalisa secara sitematis sejumlah materi tekstual tapi dengan
elaborasi langkah-langkah analisa kualitatif. (Mayring, 2000: 6)
2. Tahapan Penelitian
a. Prosedur Penelitian
Adapun tahapan-tahapannya adalah, sebagai berikut:
1) Kategoris
Kategoris adalah instrumen utama dalam penelitian strategi
komunikasi organisasi. Disini peneliti mengkategorisasikan strategi
komunikasi, dan pembentukan militansi kader dari komunikasi
organisasi pengurus pusat Front Pembela Islam (FPI).
2) Observasi
-
9
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Peneliti mengawasi dengan cermat
perkembangan yang berkaitan dalam penelitian ini, peneliti
mengadakan pengamatan terhadap bentuk, iklim komunikasi organisasi,
dan pembentukan militansi kader yang terjalin pada organisasi tersebut.
Observasi yaitu alat pengumpul data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang
diselidiki.8 Dalam observasi ini, penulis mengikuti kegiatan rapat
pengurus pusat FPI secara langsung dan kunjungan kepada kantor pusat
FPI. Kemudian penulis mencatat secara sistematis mengenai proses
komunikasi berlangsng.
3) Wawancara
Wawancara (interview), yaitu peneliti melakukan tanya jawab
secara langsung dengan orang-orang yang terlibat adalah KH. Shabri
selaku sekretaris jendral di pengurus pusat FPI. Dengan tujuan untuk
mendapatkan keterangan secara jelas tentang bentuk, iklim komunikasi,
dan kinerja pengurus pusat FPI dalam menciptakan komunikasi
organisasi yang efektif. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan
adalah yakni campuran antara wawancara struktur dan tidak berstruktur.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kapada narasumber
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada
masalah yang diangkat.
8 Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,2004), Cet. Ke-4, h.70
-
10
4) Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan dan pengambilan data
berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, arsip atau dokumen-
dokumen milik pengurus pusat FPI. Dokumentasi ini juga berupa data-
data yang berkaitan dengan kegiatan organisasi FPI.
b. Pengolahan Data
1) Analisis Data
Data yang telah masuk, selanjutnya dianalisa oleh peneliti.
Dalam hal ini peneliti menganalisa dengan menggunakan analisa
deskriptif yakni peneliti berusaha menggambarkan objek penelitian apa
adaya sesuai dengan kenyataan.
2) Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah
pengurus pusat Front Pembela Islam (FPI) peride 2008-2013. Objek
penelitian adalah pendekatan strategi komunikasi dan bentuk
komunikasi organisasi dalam membentuk militansi kader.
3) Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi dan waktu penelitian yang peneliti lakukan pada
bulan Desember-Januari 2012 yang bertempat di kantor Dewan
Pengurus Pusat Fron Pembela Islam Jakarta Pusat.
4) Pedoman Penulisan
-
11
Teknik penulisan dengan berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan CeQDA
(Center for quality Development and Assurance), tahun 2007,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Kerangka Konsep
Strategi Komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen komunikasi (management
communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara
taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
seaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi.13
Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar
pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk
mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau saling berubah-ubah.14
a. The Rational Approach (Pendekatan Rasional)
b. The Behavioural Approch (Pendekatan Perilaku)
c. Behavior The Experiental Approach ( Pendekatan Pengalaman)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata 'Militan' ini memiliki arti
"bersemangat" atau "bergairah". Istilah ini sebenarnya dapat bermakna baik. John
M. Echols dan Hassan Shadily menerjemahkan kata 'militant' dengan 'agresif'.
Kamus American Heritage Dictionary mengartikan 'militant' dengan 'fighting or
13
Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.5. 14
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi. (Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2005), cet7. H.
67.
-
12
warring' dan 'aggressive'. Jika kata ini digabung dengan akhiran "i" dalam bahasa
Indonesia, menjadi 'militansi', dan dalam beberapa hal kata ini menjadi
berkonotasi baik. Misalnya, seorang pejuang yang memiliki 'militansi' yang tinggi.
Kader dalam kamus ilmiah populer adalah orang yang dididik untuk
menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai atau organisasi: tunas muda.15
Dalam
kamus induk istilah ilmiah Seri Intelektual disebut bahwa kader adalah generasi
penerus atau pewaris di masa depan (dalam organisasi, pemerintahan atau partai
politik).16
Komunikasi informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti
komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip.17
1. Komunikasi Internal
Atas penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang
terjadi di dalam suatu ruang lingkup organisasi yang berstruktur.
a. Komunikasi Vertikal
Komunikasi Vertikal terdiri dari downward communication
(komunikasi ke bawah) dan upward communication (komunikasi ke
atas).
b. Komunikasi Horizontal
Komunikasi Horizontal adalah komunikasi yang mengalir melintas
berbagai fungsi dalam organisasi.18
15
Pius A. Partanto, M.Dahlan A-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994).
H. 293-294. 16
M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah; Seri
Intelektual, (Surabaya: Target Press, 2003), h. 349. 17
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), h. 75
-
13
c. Komunikasi Diagonal
Komunikasi Diagonal adalah komunikasi saling melintasi fungsi
dan tingkat dalam organisasi. Dimensi komunikasi internal dapat
diklarifikasikan menjadi dua jenis, yakni:
1) Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal yaitu pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara
dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.19
2) Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi Kelompok Kecil ialah proses komunikasi yang
berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana
anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.20
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pemimpin organisasi
dengan khalayak di luar organisasi.
a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
G. Sistematika Penulisan
18
FX Suwarto, Prilaku Keorganisasian (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya,
1999), h. 83 19
Armi Muhammad, h. 159 20
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.., h.
33
-
14
BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, batasan, dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, dan metodologi penelitian.
BAB II Landasan Teori, meliputi strategi komunikasi dalam membentuk
mitansi kader, bentuk komunikasi organisasi.
BAB III Profil Pengurus Pusat Front Pembela Islam, meliputi: sejarah,
struktur organisasi FPI, visi misi, program kerja, dan gambaran
umum kegiatan serta acara.
BAB IV Temuan dan analisis, memaparkan hasil analisis penulis atas data-
data di lapangan. Berisi strategi komunikasi organisasi dalam
membentuk militansi kader pada pengurus pusat FPI.
BAB V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
-
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi
Strategi pada mulanya digunakan dalam istilah dunia militer. Strategi
berasal dari Bahasa Yunani yaitu „stratogos’ yang berarti „pasukan‟ dan „ageni‟
yang berarti „memimpin‟, yaitu istilah untuk memenangkan peperangan. Jadi
strategi adalah memimpin pasukan, ilmu tentang perang. Dalam konteks awalnya
strategi adalah „generalship‟ atau suatu yang dilakukan oleh para jendral dalam
membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan peperangan.1
Strategi adalah cara-cara di mana suatu perusahaan atau kegiatan akan
berjalan ke arah tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu. Strategi pada
hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk
mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukka bagaimana taktik operasionalnya.2
Menurut William F. Glueck bahwa strategi adalah rencana yang
dipersatukan, komprehensif, terintegrasi yang menghubungkan keunggulan
strategi perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan yang
1 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep
Pengantar, (Jakarta: Prehalindo, 2002), cet. Ke-1, h. 8. 2 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 32.
-
16
dirancang untuk meyakikan bahwa sasaran dasar perusahaan akan dicapai dengan
pelaksanaan tepat oleh organisasi itu.3
2. Pengertian Komunikasi
Setiap kegiatan manusia, baik itu aktifitas sehari-hari, organisasi, lembaga
dan sebagainya tidak akan terlepas dari komunikasi sehingga dapat dipastikan
dimana manusia hidup baik sebagai individu maupun anggota masyarakat selalu
berkomunikasi, mengapa demikian? Karena komunikasi merupakan kebutuhan
hidup manusia. Tidak mungkin seseorang dapat menjalani hidupnya tanpa
berkomunikasi dan komunikasi itu sendiri merupakan unsur penting yang
membentuk dan memungkinkan berlangsungnya suatu masyarakat.4
Menurut Onong Uchayana Efendy, pengertian komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahukan atau merubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung
secara lisan maupun melalui media.5
Komunikasi menurut istilah yaitu proses kegiatan manusia yang
diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-
bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimenegerti oleh orang
lain.6
3 William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta:
Erlangga, 1987), edisi ke-2, h. 24. 4 Zulkarnain Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka,
1993), cet ke-1, h.2. 5 Onong Uchayana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,
2000), Cet 4 h. 4 6 YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta : Grasindo, 1998), h.69
-
17
3. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi Komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen komunikasi (management
communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara
taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
seaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi.7
Pendekatan strategi memiliki beberapa ciri yaitu:
a. Memusatkan perhatian pada kekuatan. Kekuatan adalah bagaikan
fokus pokok pendekatan strategi.
b. Memusatkan kepada analisis dinamika, anailisi gerak, analisis aksi.
c. Strategi memusatkan pada perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai
serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Strategi memerhatikan faktor-faktor waktu (sejarah: masa lampau.
Masa kini, dan trauma masa depan) dan faktor lingkunagn.
e. Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari
peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian
mengadakan analisis kemungkinan-kemungkinan serta
7 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.5.
-
18
memerhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat
diambil dalam rangka menuju kepada tujuan.8
Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organisasi harus
konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada tingkat-tingkat
yang berbeda kurang dipahami. Oleh karena itu, peran spesialis public relations
adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara menyeluruh, yang
oleh politisi Inggris Peter Mandelson disebut sebagai „on message‟. Penerapan
menyeluruh ini tidak berarti umum atau sama, meskipun persepsi dari frase
tersebut secara terus-menerus dibuat oleh jurnalis dan politiknya agar frase on
message memang berarti umum atau sama.9
Dalam sebuah strategi, diperlukan adanya beberapa tahapan dalam
menjalankan sebuah strategi, di antaranya yaitu:
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan
strategi yang dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenai dan ancaman eksternal, menetapkan
kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas,
menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
Dalam perumusan stratego juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan,
8 Ali Martopolo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Eisiter For Strategic End International
Study, 1978), h. 8. 9 Henry Mintzberg, The Rise and Fall of Strategis Planning (Free Press, 1994), h. 108.
-
19
memperluas, mengindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses
kegiatan.
b. Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka
langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang dtetapkan tersebut.
Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat
membutuhkan komitmen dan kerjasama dari unit, tingkat dan anggota
organisasi. Dalam pelaksaan strategi, maka proses formulasi dan analisis
strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.
Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dari pengorganisasian
sumber daya yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi dan
mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan
dan organisasi.
c. Evaluasi strategi
Tahap yang terakhir dari menyusun strategi adalah evaluasi
strategi. Evaluasi strategi sangat diperlukan karena keberhasilan yang
dicapai dapat diukur kembali menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi
menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh
suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran
yang dinyatakan telah dicapai. 10
4. Pengertian Komunikasi Oganisasi
Komunikasi organisasi merupakan serangkaian dari dua kata, yaitu
komunikasi dan organisasi. Secara etimologi, kata komunikasi berasal dari bahasa
10
Fred . David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prehalindo, 2002), h.3.
-
20
Inggris, yaitu communication dan dalam bahasa latin, communicare yang berarti
”partisipasi atau memberitahukan”.11
Menurut Goldhaber (1986) komunikasi organisasi adalah “organizational
communications is the process of creating and excanging message within a
network of independent relationship to cope with environmental uncertainty”
(komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling tukar menukar
pesan dalam satu jaringan hubugan saling bergantung satu sama lain untuk
mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.12
Sedangkan pengertian organisasi adalah kelompok kerjasama antara
orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.13
Organisasi menurut
Evveret Rogers adalah suatu sistem individu yang stabil yang bekerja bersama-
sama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu struktur hirarki dan pembagian
kerja.14
Pengertian komunikasi organisasi menurut ahli komunikasi Redding dan
Sanbora seperti dikutip Arni Muhammad mengatakan bahwa komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam oraganisasi yang
kompleks.15
Sedangkan Zelko dan Dance seperi dikutip Arni Muhamad
mengatakan bahwa komunikasi orgaisasi adalah suatu sistem yang paling
tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.16
11
Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1947),
h. 67 12
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) cet. Ke-7,
h.67. 13
Onong Uchjana Efendy, Op.Cit, h.803 14
Mifta Thoha, Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke 13,
h. 162 15
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), Cet 8, h. 65 16
Arni Muhammad, h. 66
-
21
Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli komunikasi mengenai
pengertian dari komunikasi organisasi ini tetapi ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan yakni :
a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang
kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal
maupun eksternal
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan
media.
c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungannya, dan keterampilan/skillnya.
Dalam setiap organisasi memiliki beberapa fungsi diantaranya, yakni :17
a. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi
Setiap organisasi memiliki kebutuhan pokok masing-masing
dalam rangka kelangsungan hidup organisasinya. Terkadang beberapa
organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja
yang rajin dan terampil, gedung yang bersih dan lengkap peralatanya.
Semua ini merupakan tanggung jawab anggotalah yang membantu
organisasi dalam menentukan barang-barang yang diperlukan.
b. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab
Organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis
tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hisup sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar
17
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 32-35
-
22
masyarakat di antara organisasi itu berada. Standar ini memberikan
organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para
anggota, baik itu ada hbungannya dengan produk yang mereka buat
maupun tidak. Yang harus ditaati juga tanggung jawab yang diberikan
oleh pemerintah yaitu berupa undang-undang.
c. Memproduksi barang atau orang
Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau
orang sesuai dengan jenis oraganisasinya. Semua organisasi
mempunyai produknya masing-masing. Efektifitas proses produksi
banyak tergantung kepada ketepatan informasi.
Orang-orang dalam organisasi harus mendapatkan dan
mengirimkan informasi kepada bagian-bagian yang memerlukannya
sehingga aktivitas organisasi berjalan dengan lancar. Penyampaian
dan pemeliharaan informasi memerlukan proses komunikasi. Oleh
karena itu, informasi juga tergantung kepada keterampilan
berkomunikasi.
d. Mempengaruhi atau dipengaruhi orang
Sebenarnya suatu organisasi digerakkan oleh orang yang
membimbing, mengelola, mengarahkan, dan menyebabkan
pertumbuhan organisasi. Orang-orang yang memberikan ide-ide baru
dan arah yang baru.
Orang sebagai anggota organisasi meupun sebagai pemakai jasa
organisasi, dipengaruhi oleh organisasi. Sebaliknya organisasi juga dipengaruhi
-
23
oleh orang. Suksesnya suatu organisasi tergantung kepada kemampuan kualitas
anggotanya dalam melakukan aktifitas organisasi.
Agar suatu organisasi dapat terus berkembang organisasi hendaknya
memilih anggota organisasi yang diperlukannya yang mempunyai kemampuan
yang baik dalam bidangnya dan juga memberikan kesempatan kepada seluruh
anggota untuk mengembangkan diri mereka masing-masing.18
Komunikasi sangat berperan dalam suatu kegiatan organisasi. Karena
organisasi itu sendiri merupakan sekumpulan orang-orang yang selalu
membutuhkan komunikasi dengan sesama anggota organisasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Apabila ditinjau dari segi proses pencapaian tujuan, akan
terlihat dengan jelas bahwa komunikasi yang efektif menunjukkan pengaruh yang
sangat besar dan bahkan bersifat menentukan.19
Untuk membedakan komunikasi organisasi dengan komunikasi yang ada
di luar komunikasi adalah struktur hirarki yang merupakan karakteristik dari
setiap organisasi. Kalau dalam organisasi dikenal dengan adanya susunan
organisasi formal dan informal, maka komunikasinya pun dikenal dengan
komunikasi formal dan informal. Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur
hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun
komunikasi informal, arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak
masing-masing pribadi yang ada dalam organsasi tersebut.20
18
Arni Muhammad, Komunikasi organisasi, h. 32-35 19
Sondang P. Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Adiministrasi, (Jakarta :
Gunung Agung, 1985), cet 3, h. 109 20
Mifta Thoha, h. 163
-
24
5. Strategi dalam Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar
pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk
mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau saling berubah-ubah.21
a. The Rational Approach (Pendekatan Rasional)
Pendekatan rasional didasarkan pada asumsi bahwa apa yang kita
yakini menentukan bagaimana kita jalani. Beliefs (percaya) adalah pernyataan
yang kita buat untuk kita sendiri seperti yang kita percayai atau menerimanya
sebagai suatu kebenaran tentang suatu kebenaran suatu strategi yang
menentukan situsi yang kita pilih dan gunakan dalam performance tugas dan
transaksi dengan yang lainnya. Hal itu jika kita percaya bahwa anda dapat
mengawasi orang lain dan memiliki kepercayaan tentang siapa anda sebagai
orang yang mengawasi. Anda akan menjalankannya sebagai supervisor yang
efektif.
b. The Behavioural Approch (Pendekatan Perilaku)
Pendekatan perilaku berasal dari asumsi bahwa perubahan dalam
human being (kemanusiaan) dapat dihasilkan secara lebih efisien oleh
penajaman pada pengamatan perilaku daripada cara-cara berpikir. Dalam
kenyataannya, sikap dan proses berpikir (internal) adalah dimengeri oleh
pengamatan dan pengukuran perilaku yang negatif. Hal ini tidak
menyebutkan bahwa perilaku tidak dipengaruhi oleh proses dan pemikiran
internal. Secara sederhana dimaksudkan bahwa observable behavior
21
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi. (Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2005), cet7. H.
67.
-
25
(pengamatan perilaku) adalah fokus terhadap perhatian. Filosofi perilaku juga
mengasumsikan bahwa perubahan yang sesuai pada pemikiran dan sikap.
Tiga strategi umum yang menggambarkan aplikasi perilaku dalam
pelatihan dan pengembangan.22
1) Structuring Contingencies adalah konsekuensi yang secara positif
memeperkuat perilaku yang diinginkan atau perilaku hukuman yang
tidak diinginkan.
2) Simulations adalah terminologi simulasi mengacu berbagai bentuk
pengalaman. Perilaku yang mana seseorang berpartisipasi memiliki
karakteristik atau mirip dengan apa yang terjadi dalam pekerjaannya
sehari-hari.
3) Behavior Modelling adalah untuk pengembangan sumber daya
manusia. Strategi ini mengasumsikan bahwa keahlian khusus dapat
dipelajari dengan berlatih, setiap aktifitas sebagai pengelolaan,
kepemimpinan dan pemecahan masalah yang melibatkan perilaku
nyata yang dapat dibuat model, diamati, dilatih, diperkuat dan
dipadukan kedalam keseluruhan perilaku yang dilakukan seorang
manajer.
c. The Experiental Approach ( Pendekatan Pengalaman)
Manfaat utama penggunaan pendekataan belajar berdasarkan
pengalaman ini adalah,
1) Belajar lebih efektif suatu bertindak aktif daripada pasif.
22
Yenny Ratna Suminar, dkk, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Universitas Tebuka,
2007). Cet. Ke-6. H. 9.3-9.9.
-
26
2) Belajar yang memusat kepada masalah akan lebih tahan lama
dibanding belajar hanya berdasarkan teori saja.
3) Komunikasi dua arah membuat belajar lebih baik dibanding
komunikasi satu arah.
4) Peserta lebih banyak belajar ketika mereka saling kontrol dan proses
belajar yang bertanggungjawab.
5) Belajar lebih efektif suatu pemikiran dan tindakan dipadukan.
d. Strategi Manajemen
Strategi manajemen juga mengandung konotasi “strategi”. Kata strategi
sendiri mempunyai pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti
kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut hal yang
berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi
menghadapi tekanan yang muncul dari dalam maupun dari luar.
Pearce dan Robinson, seperti dikutip Kasali (1994), mengembangkan
langkah-langkah strategi manajemen sebagai berikut:
1) Penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, baik dari segi
semangat kompetitif ataupun secara utuh.
2) Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang
melahirkan pilihan-pilihan).
3) Mengkaji dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap
periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan
kontrol dan sebagai masukan bagi pengambil keputusan di masa
depan.
-
27
B. Bentuk-Bentuk Komunikasi Organisasi
Komunikasi dalam organisasi tidak terlepas dari bentuk komunikasi internal
dan komunikasi eksternal. Betapa pentingnya komunikasi internal dalam
membina manusia dalam suatu organisasi, dimana masing-masing individu
anggota organisasi memiliki berbagai kepentingan, namun menjadi suatu kesatuan
dengan adanya kepentingan bersama.
Deddy Mulyana, menawarkan lingkup kajian berkomunikasi organisasi
sebagai berikut: komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat
formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar
dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali melibatkan
juga komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi, dan ada kalanya juga
komunikasi public. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur
organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi
horizontal. Sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada struktur
organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip.23
1. Komunikasi Internal
Komunikasi Internal adalah pertukaran gagasan diantara para
administrator dan karyawan mereka dalam suatu perusahaan atau jawatan
tersebut, lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi), dan pertukaran
gagasan secara horizontal dan vertical di dalam suatu perusahaan atau
jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).
23
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), h. 75
-
28
Atas penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang
terjadi di dalam suatu ruang lingkup organisasi yang berstruktur.
a. Komunikasi Vertikal
Komunikasi Vertikal terdiri dari downward communication
(komunikasi ke bawah) dan upward communication (komunikasi ke
atas).
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka
yang berotoritas lebih rendah. Komunikasi ke bawah digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas daan
pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan,
tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, dan kebijaksanaan umum.
Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan
kepada bawahan: 1. Informasi mengenai bagaimana melakukan
pekerjaan, 2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan
pekerjaan, 3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik
organisasi, 4. Informasi mengenai kerja pegawai, dan 5. Informasi untuk
mengembangkan rasa memiliki tugas.
Komunikasi ke atas adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat
yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).
Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang
menduduki posisi puncak, mungkin berkomuniasi ke bawahan dapat
mempunyai alasan yang baik atau otoritasnya lebih tinggi. Suatu
-
29
permohonan atas komentar yang diarah kepada individu yang otoritasnya
lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas, merupakan esensi komunikasi ke
atas.24
b. Komunikasi Horizontal
Komunikasi Horizontal adalah komunikasi yang mengalir melintas
berbagai fungsi dalam organisasi.25
Bentuk komunikasi ini diperlukan
untuk mengkoordinasi berbagai fungsi organisasi. Komunikasi horizontal
terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan-rekan sejawat dalam
unit pekerjaan yang sama. Unti kerja meliputi individu-individu yang
ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan
mmpunyai atasan yang sama.
c. Komunikasi Diagonal
Komunikasi Diagonal adalah komunikasi saling melintasi fungsi
dan tingkat dalam organisasi. Hal ini penting dalam situasi dimana
anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah,
ataupun horizontal.
Dimensi komunikasi internal dapat diklarifikasikan menjadi dua
jenis, yakni:
1) Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal yaitu pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara
24
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) 25
FX Suwarto, Perilaku Keorganisasian (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya,
1999), h. 83
-
30
dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Redding
mengembangkan klarifikasi kommunikasi interpersonal menjadi reaksi
intim, percakapan sosial, introgasi atau pemeriksaan dan wawancara.26
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menagkap
reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal.27
2) Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi Kelompok Kecil ialah proses komunikasi yang
berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana
anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.28
Menurut Shaw (1976) ada enam cara untuk mengidentifikasi suatu
kelompok. Berdasarkan hal itu kita bisa mengatakan bahwa komunikasi
kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat
mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama
lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu
sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari komponen
ini hilang individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok
kecil.29
2. Komunikasi Eksternal
26
Armi Muhammad, Komunikasi Organisasi¸h. 159 27
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, h. 81 28
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007..,
h. 33 29
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 182
-
31
Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pemimpin organisasi
dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri dari dua
jalur secara timbale balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada
khalayak dan dari khalayak dengan organisasi.
1) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat
informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa
ada keterlibatan, setidaktidaknya ada hubungan batin. Kegiatan ini sangat
penting dalam usaha memecahkan masalah jika terjadi tanpa diduga.
2) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
Komunikasi dari khalayak dari oraganisasi merupakan umpan balik
sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.
Jika informasi yang disebarkan kepada khalayak itu menimbulkan eek
yang sifatnya kontroversial (menyebabkan adanya pro dan kontra
dikalangan khalayak), maka disebut opini publik. Opini publik sering kali
merugikan organisasi, karena harus diusahakan agar segera dapat diatasi,
dalam arti kata tidak menimbulkan permasalahan.
C. Pengertian Militansi Kader
1. Pengertian Militansi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata 'Militan' ini memiliki arti
bersemangat tinggi atau penuh gairah. Sedangkan militansi sendiri bermakna
-
32
ketangguhan dalam berjuang dan dapat mengatasi kesulitan dalam berperang.30
Istilah ini sebenarnya dapat bermakna baik. John M. Echols dan Hassan Shadily
menerjemahkan kata militant dengan agresif. Kamus American Heritage
Dictionary mengartikan 'militant' dengan 'fighting or warring' dan 'aggressive'.
Jika kata ini digabung dengan akhiran "i" dalam bahasa Indonesia, menjadi
'militansi', dan dalam beberapa hal kata ini menjadi berkonotasi baik. Misalnya,
seorang pejuang yang memiliki 'militansi' yang tinggi.31
Dalam Miriam Webster Dictionary tertulis, bahwa istilah ini termasuk kata
sifat dan kosakata ini dimasukkan ke dalam kamus pertama kali pada abad ke-15.
Dalam kamus ini, militan didefinisikan sebagai, "engaged in warfare or combat"
(disibukkan dalam peperangan atau pertempuran). Dalam kamus ini juga
disebutkan militan adalah menunjukkan sikap yang agresif dan sangat aktif. Kata
militan merujuk kepada orang atau kelompok orang-orang yang ikut serta dalam
suatu pertempuran fisik/verbal yang agresif, biasanya dikarenakan suatu
penyebab. Jurnalis seringkali mempergunakan kata militant sebagai istilah netral
untuk prajurit yang tidak termasuk di dalam suatu organisasi militer. Secara
khusus, seorang yang militan turut serta dalam tindak kekerasan sebagai bagian
dari alasan memperjuangkan suatu tujuan politis. Istilah "negara militan" dalam
bahasa sehari-hari merujuk kepada suatu negara yang memiliki sikap agresif
30
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka), h. 583. 31
John M. Echols dan Hasan Shadily. Kamus Bahasa Inggris- Indonesia (Jakarta: PT
Gramedia, 2006), h. 580.
http://id.wikipedia.org/wiki/Militer
-
33
dalam mendukung sebuah ideologi atau perkara. Dalam bahasa Perancis, istilah
"militan" memiliki makna yang lebih lunak yang berarti "aktivis".32
Hal serupa dijelaskan pula dalam Cambrige International Dictionary,
istilah militan sebagai kata sifat didefinisikan sebagai, "active, determined and
often willing to use force" (aktif, tekun, dan acapkali sudi untuk menggunakan
kekuatannya).33
2. Pengertian Kader
Kader dalam kamus ilmiah populer adalah orang yang dididik untuk
menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai atau organisasi: tunas muda.34
Dalam
kamus induk istilah ilmiah Seri Intelektual disebut bahwa kader adalah generasi
penerus atau pewaris di masa depan (dalam organisasi, pemerintahan atau partai
politik).35
Dalam kata lain kader adalah orang yang akan diharapkan akan memegang
pekerjaan penting dalam organisasi. Dalam perjuangan agama Islam diperlukan
kader inti, kader inti adalah kader yang setia pada cita-citanya dan tidak mau
tergoda dunia apapun.36
32
http://id.wikipedia.org/wiki/Militan. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 21.00 WIB. 33
http://id.wikipedia.org/wiki/Militan. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 21.00 WIB. 34
Pius A. Partanto, M.Dahlan A-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994).
H. 293-294. 35
M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah; Seri
Intelektual, (Surabaya: Target Press, 2003), h. 349. 36
M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah; Seri
Intelektual, h. 33.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Aktivishttp://id.wikipedia.org/wiki/Militanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Militan
-
34
Kader pada mulanya adalah suatu istilah militer atau perjuangan yang
berasal dari kata carde yang definisinya adalah pembinaan yang tetap sebuah
pasukan inti (yang terpercaya) yang sewaktu-waktu diperlukan.37
37
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), h. 54-56.
-
35
BAB III
PROFIL FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
A. Latar belakang FPI
1. Sejarah Didirikannya Front Pembela Islam (FPI)
FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (atau 24 Rabiuts Tsani 1419 H)
di halaman Pondok Pesantren Al Um, Kampung Utan, Ciputat, di Selatan Jakarta
oleh sejumlah Habaib, Ulama, Mubaligh dan Aktivis Muslim dan disaksikan
ratusan santri yang berasal dari daerah Jabotabek. Pendirian organisasi ini hanya
empat bulan setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya, karena pada saat
pemerintahan orde baru, presiden tidak mentoleransi tindakan ekstrimis dalam
bentuk apapun. FPI pun berdiri dengan tujuan untuk menegakkan hukum Islam di
negara sekuler.
Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama antara
ulama dan umat dalam menegakkan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di setiap
aspek kehidupan.
Latar belakang pendirian FPI sebagaimana diklaim oleh organisasi
tersebut antara lain:Adanya penderitaan panjang ummat Islam di Indonesia karena
lemahnya kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.
http://id.wikipedia.org/wiki/17_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1998http://id.wikipedia.org/wiki/Pesantrenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ciputathttp://id.wikipedia.org/wiki/Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jabotabekhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
-
36
a. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di
seluruh sektor kehidupan.
b. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan
martabat Islam serta ummat Islam.
Pada tahun 2002 pada tablig akbar ulang tahun FPI yang juga dihadiri oleh
mantan Menteri Agama dan Said Agil Husin Al Munawar. FPI menuntut agar
syariat Islam dimasukkan pada pasal 29 UUD 45 yang berbunyi, "Negara
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" dengan menambahkan "kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" seperti yang tertera pada
butir pertama dari Piagam Jakarta yang dirumuskan pada tanggal 22 Juni 1945 ke
dalam amandemen UUD 1945 yang sedang di bahas di MPR sambil membawa
spanduk bertuliskan "Syariat Islam atau Disintegrasi Bangsa".
Namun Anggota Dewan Penasihat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI)
Dr. J. Soedjati Djiwandono berpendapat bahwa dimasukkannya tujuh kata Piagam
Jakarta ke dalam UUD 1945 yang diamandemen, justru dikhawatirkan akan
memecah belah kesatuan bangsa dan negara, mengingat karekteristik bangsa yang
majemuk.1
2. Visi & Misi
Sesuai dengan latar belakang pendiriannya, maka FPI mempunyai sudut
pandang yang menjadi kerangka berfikir organisasi (visi), bahwa penegakan amar
1 Latar Belakang FPI, http://id.wikipedia.org/wiki/Front_Pembela_Islam. Dikutip pada 3
Maret 2013, pukul 20.00 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/2002http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Menteri_Agamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Said_Agil_Husin_Al_Munawarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=AIPI&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Front_Pembela_Islam
-
37
ma´ruf nahi munkar adalah satu-satunya solusi untuk menjauh-kan kezholiman
dan kemunkaran. Tanpa penegakan amar ma´ruf nahi munkar, mustahil
kezholiman dan kemunkaran akan sirna dari kehidupan umat manusia di dunia.
FPI bermaksud menegakkan amar ma´ruf nahi munkar secara káffah di
segenap sektor kehidupan, dengan tujuan menciptakan umat sholihat yang hidup
dalam baldah thoyyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhoan Allah ´Azza
wa Jalla. Insya Allah. Inilah misi FPI.
Jadi, Visi Misi FPI adalah penegakan amar ma´ruf nahi munkar untuk
penerapan Syari´at Islam secara káffah.2
3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi FPI sebagai berikut:
a. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) di tingkat Pusat.
b. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di tingkat Provinsi.
c. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di tingkat kabupaten dan
Kotamadya.
d. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di tingkat Kecamatan
e. Pos Komando (Posko) di tingkat Kelurahan.
f. Dewan Perwakilan Front (DPF) di luar negeri.
FPI berkedudukan dan berkantor pusat di Ibukota Jakarta Indonesia dengan
wilayah-wilayah dan cabang di provinsi, kabupaten/ kotamadya, dan kecamatan
diseluruh Indonesia, serta perwakilan di seluruh dunia. Sedangkan struktur
2 Visi Misi, http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 20.00
WIB
http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2
-
38
kepemimpinan FPI tersusun dalam dua komponen pimpinan: Majelis Syura dan
Majelis Tanfidzi.3
4. Mars FPI4
Mari Kita Jihad
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 2 X
Allah Tuhan kami, Dia tujuan kami
Muhammad Sang Rasulullah, Dia Teladan kami
Al-Qur´an pedoman kami
Jihad jalan juang kami
Mati Syahid harapan kami
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 2 X
Ayo kita jihad Ayo kita jihad
Membela Islam dan muslimin
Hidup mulia atau mati syahid 4 X
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 2 X
5. Munajat FPI5
Pelindung kami Pelindung kami Wahai Tuhan Pelindung kami
Di pintu ( rahmat ) Mu kami berdiri
Wahai Pelindung kami, jika Engkau tidak memaafkan kami
Niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi
Pelindung kami Wahai Tuhan pemilik langit
Siapakah yang lebih kasih daripada-Mu terhadap tangisanku
Wahai kiblat / tujuan segala do´a
Wahai Pelindung kami janganlah Engkau pupus harapan kami
Betapa pedang para pengganggu
Dan muslihat para pendengki
Telah mengoyak pertahanan kaum mu´minin
Tolonglah kami dan menangkan para mujahidin
3 Habib Mundzir. Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Jakarta: 2008), h. 194.
4 Mars FPI, http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 20.00
WIB 5 Munajat FPI, http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul
20.00 WIB
http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2
-
39
Wahai Pejuang Front Pembela ( Islam )
Sang Pembuka tabir kedok ( musuh )
Tebaslah leher ular-ular berbisa
Hentikanlah gerakan kaum kafirin
Wahai Pejuang Front Engkau adalah pahlawan
Di ( pundak ) mu digantungkan berbagai harapan
Denganmu akan menjadi baik generasi
Pujilah Tuhan semesta alam
6. Hymne FPI6
Kami Pejuang Front
Laa ilaaha illallah 3 X
Muhammadur Rasulullah
Kami pejuang FPI
Yang ma´ruf kami jalani
Yang munkar kami perangi
Mencari Ridho´ Illahi
Laa ilaaha illallah 3 X
Muhammadur Rasulullah
Allah Dia Tuhan kami
Dan Islam agama kami
Muhammad Nabi kami
Muslimin saudara kami
Laa ilaaha illallah 3 X
Muhammadur Rasulullah
6 http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 20.00 WIB
http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2
-
40
B. Perspektif Organisasi FPI
Posisi FPI menjadi semacam Pressure Group di Indonesia, untuk
mendorong berbagai unsur pengelola negara agar berperan aktif dalam
memperbaiki dan mencegah kerusakan moral dan akidah umat Islam, serta
berinisiatif membangun suatu tatanan sosial, politik & hukum yang sejalan
dengan nilai-nilai syariat Islam.
Posisi dan potensi Islam perlu dilihat dalam perspektif yang benar dan adil.
Memahami ajaran Islam dalam perspektif yang benar adalah prasyarat untuk
memahami motif aksi dan reaksi umat Islam terhadap berbagai persoalan sosial
dan politik. Islam bukanlah agama yang mengajarkan nilai-nilai permusuhan dan
kebencian apalagi anarkisme dan terorisme. Sebaliknya Islam mengajarkan nilai-
nilai akhlak yang universal, nilai-nilai baku moral yang kompatibel diaplikasikan
bagi seluruh umat manusia. Dalam kitab suci umat Islam, Al-Quran, dinyatakan
bahwa keberadaan Islam di muka bumi ini merupakan rahmat (kebaikan) yang
bisa dinikmati semua makhluk yang ada di alam semesta ini (rahmatan lil alamin).
Nilai-nilai ajaran Islam juga mencakup wilayah kebaikan yang sangat luas, mulai
dari petunjuk cara bersosialisasi yang lebih baik, nilai-nilai akhlak yang
memuliakan esensi hidup manusia, sistim politik dan hukum yang adil, pola
perdagangan yang adil hingga konsep pengelolaan energi dan lingkungan hidup
yang berkesinambungan.
Kehadiran gerakan Islam terjadi karena adanya ketidakadilan yang dialami
umat Islam dan adanya gerakan-gerakan lokal dan global yang mengancam nilai-
-
41
nilai akidah (keimanan) umat Islam. Upaya pembelaan umat Islam secara
terorganisasi merupakan hal mendesak yang dilakukan karena globalisasi yang
ada saat ini sudah menjelma menjadi penjajahan gaya baru, melalui upaya-upaya
pemaksaan sistim politik, budaya dan sosial ke bangsa Indonesia yang mayoritas
beragama Islam. Upaya-upaya pengrusakan dari dalam umat Islam sendiri perlu
dihadapi dengan tegas, misalnya upaya pembiasan makna pluralitas atau upaya
liberalisasi ajaran Islam.
Islam sangat menghargai adanya pluralitas dalam hubungan sosial antar
berbagai bangsa termasuk hubungan sosial antar umat beragama, namun menolak
tegas pluralitas agama yaitu upaya-upaya mencari kesamaan prinsip diantara
berbagai agama yang ada. Toleransi antar umat beragama hendaknya difokuskan
pada upaya-upaya mencari pola untuk saling menghormati atas perbedaan yang
ada tanpa rasa permusuhan, dan ini jelas terkandung dalam kitab suci umat Islam,
Al-Qur´an, dalam surat Al-Kafirun: 6,
﴾ َلُكْم ِديُنُكْم َوِلَى ِديِه ٦:﴿الكبفرون
Artinya: untukmu agamamu, dan untukku agamaku.
Posisi tawar umat Islam Indonesia harus diperhitungkan, dan ini harus
diwujudkan dalam bentuk perhatian yang lebih besar terhadap hak kolektif umat
Islam.
Di Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas muslim, maka sudah
sewajarnya posisi tawar umat Islam lebih besar. Posisi tawar yang besar ini
diterjemahkan dalam bentuk hak kolektif umat Islam yang lebih signifikan, antara
javascript:play(7)javascript:play(7)javascript:play(7)
-
42
lain hak umat Islam untuk memiliki lingkungan sosial yang bersih dari berbagai
´penyakit masyarakat´, seperti bersih dari pornografi, bersih dari perjudian, bersih
dari narkoba dan lain-lain. Adalah wajar pula sebagai mayoritas bila umat Islam
mewujudkan hak kolektifnya dengan menuntut pemerintah setempat untuk
mengadopsi sebagian dari nilai-nilai ajaran Islam (Syariat), tentunya nilai-nilai
moral yang bersifat universal dan tidak bertentangan dengan keyakinan umat
beragama lainnya.
Merupakan pressure group (kelompok penekan) bagi para pengelola
negara agar berinisiatif menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial dan
bernegara. Harus dipahami bahwa sistem hukum dan politik di Indonesia yang
cenderung sekuler secara nyata telah membuat sebagian dari nilai-nilai ajaran
Islam tidak terakomodasi dalam perangkat hukum negara. Bahwa seorang pencuri
harus dihukum memang telah sejalan dengan sebagian nilai-nilai ajaran Islam,
tapi bahwa pelacuran harus dilarang dapat terhadang oleh pasal-pasal hukum yang
multi-persepsi. Dalam ruang yang kurang tersentuh pasal-pasal hukum inilah FPI
melakukan berbagai pendekatan solusi agar nilai-nilai ajaran Islam dapat
diterapkan secara lebih komprehensif.
Penyakit masyarakat yang bersifat struktural, misalnya industri pornografi
atau perjudian, harus dihadapi secara tegas baik dengan pendekatan hukum
maupun tekanan-tekanan politis. Pembiaran terhadap kejahatan sosial semacam
ini berpotensi membuahkan berbagai bentuk penyakit masyarakat yang pada
akhirnya akan merusak berbagai sendi nilai-nilai moral dan bahkan akidah umat
-
43
Islam. Segala bentuk kejahatan sosial yang bersifat struktural adalah ruang gerak
yang menjadi prioritas FPI untuk dihadapi secara struktural pula.
Posisi FPI lebih bersifat sebagai anggota masyarakat yang membantu para
penegak hukum secara aktif dan pro-aktif melalui informasi, dukungan langsung,
tekanan-tekanan (pressure) politis dan tuntutan melalui jalur hukum, dengan
agenda agar hukum di negeri ini dijalankan dengan lebih baik.
Semakin baik kualitas hukum dan komitmen penegakan hukum dilakukan
di Indonesia, maka semakin berkurang beban FPI dalam memperjuangkan visi-
misinya, dan semakin kurang pula keterlibatan FPI dalam mengawasi berbagai
pelanggaran hukum.7
C. Landasan Penegakan Amar Ma´ruf Nahi Munkar
Diterapkannya syariat Islam di Indonesia, baik secara substansial maupun
formalistis, merupakan visi yang ingin dicapai FPI. Dari berbagai alternatif cara
untuk mewujudkan visi tersebut, maka strategi yang dipilih FPI adalah melalui
penegakan amar ma´ruf nahi munkar, yaitu upaya-upaya sistematis untuk
mengajak umat Islam agar menjalankan perintah agamanya secara komprehensif,
dan mencegah umat Islam agar tidak terjerumus pada kegiatan-kegiatan yang
merusak moral dan akidah Islamnya. Pendekatan solusi ini dipilih karena (saat
FPI didirikan tahun 1998) belum ada ormas Islam yang berkecimpung dibidang
amar ma´ruf nahi munkar secara konkrit dan tegas. Upaya mengisi kekosongan
wilayah perjuangan ini merupakan upaya terorganisir dan sistematis untuk
7 Perspektif FPI, http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1. Dikutip pada 23
Februari 2013, pukul 08.00 WIB.
http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1
-
44
memenuhi kewajiban kolektif umat Islam dalam memberantas kejahatan
(kemungkaran). Hal ini berpedoman pada firman Allah Subhanahu Wa Ta´ala
dalam kitab suci Al-Qur´an, surat Ali Imran (3):104 :
َوْلَتُكه مِّنُكْم ُأَمٌة َيْذُعىَن ِإَلى اْلَخْيِر َوَيْأُمُروَن ِببْلَمْعُروِف َوَيْنَهْىَن َعِه اْلُمنَكر َوُأو۟لِٰٓئَك ُهُم اْلُمْفِلُحىَن
Artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Untuk menjaga kemurnian perjuangan FPI, maka FPI tidak terlibat dalam
politik praktis atau berpihak secara politik terhadap kekuasaan yang ada di
Indonesia. FPI juga tidak berafiliasi atau bekerjasama secara struktural dengan
organisasi manapun baik lokal maupun internasional. Motif untuk
memperjuangkan syariat Islam adalah langkah yang sah, sedangkan aksi-aksi
untuk memperjuangkannya diupayakan untuk tetap tunduk pada hukum yang
berlaku di Indonesia.8
D. Seputar Kegiatan FPI dalam Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
dalam Media
1. FPI Geruduk Kontes Waria di Jakarta Selatan9
Senin, 03 Desember 2012, 22:46 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Front Pembela Islam
(FPI) membubarkan kegiatan kontes wanita pria (Waria) di daerah Nyi
8 Landasan, http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1. Dikutip pada 23
Februari 2013, pukul 08.00 WIB. 9http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/12/03/megp5s-fpi-
geruduk-kontes-waria-di-jakarta-selatan. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 21.00 WIB.
http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/12/03/megp5s-fpi-geruduk-kontes-waria-di-jakarta-selatanhttp://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/12/03/megp5s-fpi-geruduk-kontes-waria-di-jakarta-selatan
-
45
Ageng Tirtayasa, Kuningan, Jakarta Selatan, karena tidak mengantongi
izin penyelenggaraan.
"Kita datangi lokasi kegiatannya, ternyata tidak ada izin dan
dibubarkan," kata Ketua DPP FPI DKI Jakarta, Habib Salim Alatas di
Jakarta, Senin.
Alatas mengatakan, anggota dan simpatisan FPI bersama petugas
kepolisian setempat mendatangi lokasi penyelenggaraan, guna memeriksa
izin kegiatan.
Namun, pihak penyelenggara tidak dapat menunjukkan izin
kegiatan dari kepolisian dan pemerintah kota setempat, bahkan pengelola
gedung juga tidak mengetahui kegiatan kontes waria.
Alatas menyebutkan pihaknya bersama petugas kepolisian sempat
berkomunikasi dengan perwakilan penyelenggara yang menyampaikan
kegiatan kumpul untuk acara makan.
Namun, pihak FPI maupun petugas kepolisian menerima informasi
adanya kegiatan pemilihan "Miss Waria" 2012, sehingga terjadi
pembubaran.
Sementara itu, Kepala Bagian Operasi Polres Metro Jakarta
Selatan, Ajun Komisaris Besar Polisi Yossi Prihambodo menyatakan
kegiatan kontes waria tidak mengantongi izin.
"Pemda tidak merekomendasikan dan acaranya juga tidak jadi
digelar," ujar Yossi.
2. FPI Tuntut Janji Walikota Depok atas Pembongkaran Kafe Remang di Pondok
Rangon10
Lama tidak ada tanggapan atas desakan penutupan lokalisasi di
Pondok Rangon, belasan laskar Front Pembela Islam (FPI), Rabu siang
(17/4/2013) mendatangi ruang kerja Walikota Depok. Secara tegas, FPI
meminta kejelasan soal pembongkaran terhadap kafe dan warung remang-
remang yang setahun lalu dijanjikan Walikota Depok.
Sebelumnya Nurmahmudi memang berjanji akan merespon
tuntutan Umat Islam. Namun hingga saat ini, FPI menilai tidak ada
tindakan serius dari Nurmahmudi untuk memberangus kemaksiatan di
komplek pelacuran Harjamukti, Pondok Rangon.
10
http://www.eramuslim.com/berita/nasional/fpi-tuntut-janji-walikota-depok-atas-
pembongkaran-kafe-remang-di-pondok-rangon.htm#.UZJELsqrV0M. Dikutip pada 3 Maret 2013,
pukul 21.05 WIB
http://www.eramuslim.com/berita/nasional/fpi-tuntut-janji-walikota-depok-atas-pembongkaran-kafe-remang-di-pondok-rangon.htm#.UZJELsqrV0Mhttp://www.eramuslim.com/berita/nasional/fpi-tuntut-janji-walikota-depok-atas-pembongkaran-kafe-remang-di-pondok-rangon.htm#.UZJELsqrV0M
-
46
Namun mengetahui kedatangan pimpinan FPI Depok, staf Walikota
Depok langsung mengunci ruangan tersebut dari dalam. Ketiadaan
Nurmahmudi di kantor itu membuat beberapa anggota FPI kesal. Jika
pemerintah kota Depok tidak segera membongkar bangunan kafe dan
warung remang – remang di Kelurahan Harjamukti, Tapos, Depok, Jawa
Barat, FPI akan membongkar paksa lokasi yang dijadikan tempat maksiat
itu.
“Kami memberi bata