Step 1: ตั้งคา่พ้นืทใี่นการพมิพ์และตัด¸‚ั้นตอนการ... · Step 1: ตั้งคา่พ้นืทใี่นการพมิพ์และตัด
Step 1 6
-
Upload
bobby-setiawan -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
description
Transcript of Step 1 6
![Page 1: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/1.jpg)
SKENARIO
Upaya Promosi Kesehatan
Sudah lebih dari enam bulan Haniya bertugas sebagai dokter kepala puskesmas di
desa Pertiwi kecamatan Cuku Balak kabupaten Tanggamus. Ia prihatin, selama
bekerja di sana,tidak lebih dari sepuluh orang ibu hamil yang datang
memeriksakan kandungannya untuk ante natal care, itu pun tidak rutin. Sebagai
dokter yang berkompetensi budaya, dr. Haniya berfikir apakah aspek anthropologi
medis berpengaruh besar pada perilaku ibu hamil di daerah ini. Untuk itu ia
melakukan penelitian kecil berdasarkan konsep Precede – Procede dari Lawrence
Green, untuk mengidentifikasi faktor penyebab masyarakat berperilaku demikian.
Dr. Haniya menyadari, bahwa tidak mudah merubah perilaku seseorang, apalagi
bila individu tersebut belum merasa membutuhkan terhadap kesehatan, seperti
yang dijelaskan dalam teori fungsi menurut Katz. Belum banyak aspek budaya
dan kebiasaan masyarakat setempat yang diketahui dr. Haniya, dr. Haniya merasa
perlu merancang upaya promosi kesehatan untuk mengatasi masalah ini, jangan
sampai metode komunikasi kesehatan yang dipilihnya tidak tepat yang berakibat
pada tidak tercapainya tujuan promosi kesehatan. Selain itu, ia juga menganggap
sangat penting melakukan advokasi dan kemitraan dengan pihak-pihak terkait
agar upaya promosi kesehatan dapat berhasil.
1
![Page 2: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/2.jpg)
STEP 1
1. Advokasi
Upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh
karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau
pengambil kebijakan ( policy makers ) atau pembuat keputusan (decision
makers ) baik di institusi pemerintah maupun swasta.
2. Kemitraan
Suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
3. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang memungkinkan
individu untuk meningkatkan kontrol dan mengembangkan kesehatan
mereka.
Promosi kesehatan (Pender, 1996) adalah pemberian motivasi untuk
meningkatkan kesehatan individu dan mewujudkan potensi kesehatan
individu.
4. Antropologi medis
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-
aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang
cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia,
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia. (LO)
2
![Page 3: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/3.jpg)
STEP 2
1. Upaya mengubah perilaku kesadaran kesehatan
2. Sasaran dan strategi untuk mencapai promosi kesehatan
Teori fungsi Katz
3. Metode komunikasi kesehatan
4. Konsep precede – procede
5. Sasaran dan kegiatan advokasi
6. Macam-macam perilaku kesehatan
7. Peranan anthropologi medis dalam kesehatan
3
![Page 4: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/4.jpg)
STEP 3 dan 4
Upaya mengubah perilaku kesadaran masyarakat
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan
kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan
lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi
juga overt behaviour.
Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang
sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit
dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa
dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau
melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan –
peraturan / undang – undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini
menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung
lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai
contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan
membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba /
penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.
2. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan
, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan
kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang
berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini
akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih
langgeng.
4
![Page 5: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/5.jpg)
3. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian
informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif.
Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga
ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya.
Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun
pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih
mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat yang sangat heterogen, baik dilihat
dari kelompok umur, latar belakang etnis dan sosio-budaya, latar belakang
ekonomi, latar belakang pendidikan, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan promosi
kesehatan, biasanya sasaran promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi 3,
yakni sasaran primer, sekunder dan tertier.
a. Sasaran primer
Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang akan diubah perilakunya.
Masyarakat umum,yang mempunyai latar belakang yang heterogen seperti
disebutkan di atas, merupakan sasaran primer dalam
pelaksanaan promosi kesehatan. Akan tetapi dalam praktik promosi
kesehatan, sasaran primer ini dikelompokkan menjadi kelompok kepala
keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, ibu anak balita, anak sekolah, remaja,
pekerja di tempat kerja, masyarakat di tempat-tempat umum, dan sebagainya.
b. Sasaran sekunder
Tokoh masyarakat setempat (formal, maupun informal) dapat digunakan
sebagai jembatan untuk mengefektifkan pelaksanaan promosi kesehatan
5
![Page 6: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/6.jpg)
terhadap masyarakat (sasaran primer). Tokoh masyarakat merupakan tokoh
panutan bagi masyarakatnya. Perilakunya selalu menjadi acuan bagi
masyarakat di sekitarnya. Oleh sebab itu, tokoh masyarakat dapat dijadikan
sasaran sekunder dengan cara memberikan kemampuan untuk menyampaikan
pesan-pesan bagi masyarakat, di samping mereka sendiri dapat menjadi
contoh perilaku sehat bagi masyarakat di sekelilingnya.
c. Sasaran tertier
Seperti telah disebutkan di atas bahwa masyarakat memerlukan faktor
pemungkin (enabling) untuk berperilaku sehat, yakni sarana dan prasarana
untuk terwujudnya perilaku tersebut. Namun, untuk pengadaan sarana dan
prasarana untuk berperilaku sehat ini seringkali masyarakat sendiri tidak
mampu. Untuk itu perlu dukungan dari penentu atau pembuat keputusan di
tingkat lokal, utamanya, misalnya lurah, camat, bupati atau pejabat
pemerintah setempat. Misalnya di daerah yang sangat kekurangan air bersih,
padahal masyarakatnya tidak mampu mengadakan sarana air bersih tersebut.
Oleh sebab itu kegiatan promosi kesehatan dapat menjadikan para pejabat
setempat ini sebagai sasaran tertier. Caranya misalnya, bupati atau camat
dapat menganggarkan melalui APBD untuk pembangunan sarana air bersih
tersebut.
Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini
terdirida ri 3 hal, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
Tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang di inginkan. Dalam
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para
pembuatkeputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai
tingkat sehingga para pejabat tersebutmau mendukung program kesehatan
6
![Page 7: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/7.jpg)
yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut
dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-
undang peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan
sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara
formal maupuninformal. Secara formal misalnya, penyajian atau
presentasi dan seminartentangissu atau usulan program yangingin
dimintakan dukungan dari para pejabat yangterkait. Kegiatan advokasi secara
informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program
yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik dalam bentuk
kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitaslain.
Dari uraian dapat di simpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para
pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor,
yangterkait dengan masalah kesehatan (sasarantertier).
2. Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh
masyarakat formalmaupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar
para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program)
kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada
dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar
masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program-
program tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapatdikatakan
sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan.Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan
pelatihan paratoma, seminar, lokakarya, bimbingan kepadatoma, dan
sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina
suasana adalah paratokoh masyarakat di berbagai tingkat. (sasaran sekunder)
3. PemberdayaanMasyarakat (Empowerment)
7
![Page 8: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/8.jpg)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada
Masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan
ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk
misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan
pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatnya
kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam
pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana sehat,
terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-
kegiatan semacamini di masyrakat sering disebut gerakan masyarakat untuk
kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran
pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.
Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada padatahun 1986
menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa tersebut
dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:
a. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Hea lt h Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu
atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan
publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan
perkataanlain, agar kebijakan- kebijakan dalam bentuk peraturan,
perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau
berorientasi kepada kesahatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang-
undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan
pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan kata lain, setiap
kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan
8
![Page 9: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/9.jpg)
dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat). surat keputusan dan
sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan
publik.Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya
analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah
sakit, dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang dikeluarkan
oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan
(kesehatan masyarakat).
b. Lingkungan yang mendukung (Suppor ti ve Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,termasuk
pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas
yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-
kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang
mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum lainnya:
tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang air
besar/kecil,tersedianya air bersih,tersedianya ruangan bagi perokok dan non-
perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola tempat-
tempat umum, pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall
dan sebagainya, harus menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung
perilaku sehat bagi pengunjungnya.
c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Hea lt h Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam
pelayanan kesehatanitu ada 3 provider´ dan3 consumer´. Penyelenggara
(penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan
masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan.
Pemahaman semacaminiharus diubah, harus diorientasikan lagi, bahwa
masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan
kesehatan,tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam batas-batas
tertentu. Realisasida rireontitas pelayanan kesehatan ini, adalah para
penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus
melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga
9
![Page 10: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/10.jpg)
dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan,
tetapi juga sekaligus sebagaipenyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam
meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan
sangat penting.
d. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yangterdiri dari individu,
keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan
masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu-individu, keluarga-
keluarga dan kelompok-kelompok tersebut terwujud. Oleh sebabitu,
strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill)
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting.
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan merekaini adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara
kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke
fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan sebagainya.
Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individu daripada
massa.
e. Gerakan masyarakat (Commun it y Ac ti on)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam
visi promosikesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ad
gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karena itu,
promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan
di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan
masyarakat di bidang kesehatan, niscayaterwujud perilaku yang kondusif
untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka.
10
![Page 11: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/11.jpg)
Jenis Metode Promosi Kesehatan
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik
Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka
dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan
diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka
dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara
(media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui
pertunjukan film, dsb
Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan PERORANGAN
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan
rumah, hubungan telepon, dan lain-lain
b. Pendekatan KELOMPOK
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok
sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini
antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan
lain-lain
c. Pendekatan MASAL
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus
kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam
11
![Page 12: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/12.jpg)
golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran
tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll
Berdasarkan Indera Penerima
a. Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN.
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, sepert :
Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding,
Pemutaran Film
b. Metode PENDENGARAN.
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
c. Metode “KOMBINASI”.
Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba
dan dicoba)
Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh dengan
masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat biasa mereka
berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut anjang sono, anjang karya, dsb.
Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :
- Ada maksud dan tujuan tertentu
- Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu
- Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat waktu
- Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil
- Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila metode-
metode lainnya tidak mungkin
Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :
- Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian
12
![Page 13: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/13.jpg)
- Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan
memotong pembicaraannya
- Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya
- Bicara dalam gaya yang menarik sasaran
- Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan
suasana menyenangkan
- Harus sungguh-sungguh dalam pernyataan
- Jangan memperpanjang mempersilat lidah
- Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang baik
- Harus jujur dalam mengajar maupun belajar
- Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan
- Catat tanggal kunjungan, tujuan, hasil dan janji
- Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada keluarga
sasaran. Ini akan menjalin persahabatan
Kelebihan metode ini adalah :
- Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan
- Membina persahabatan
- Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya diterima
- Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik
- Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi
kurang
- Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya
- Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi
Keterbatasannya adalah :
- Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas
- Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh
adalah terbatas sekali
- Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan
menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya
13
![Page 14: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/14.jpg)
Pertemuan Umum
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran
dimana di sampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk
dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.
Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik, seperti :
- Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait
- Konsultasi dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara
sementara
- Jaminan kedatangan para nara sumber lainnya (bila diperlukan)
- Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.
Hal-hal perlu diperhatikan :
- Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan
penerangan dan udara yang segar
- Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakat
- Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan
- Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan
- Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan memberikan
kesempatan untuk berdiskusi. Hindari pertengkaran pendapat
- Anjuran mempergunakan alat-alat peraga
- Usaha-usaha menarik perhatian, menggugah hai dan mendorong kegiatan
- Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir
- Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat
- Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada)
- Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang
didiskusikan
Kelebihan metode ini adalah :
- Banyak orang yang dicapai
- Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya
- Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan
- Segala macam topik/judul dapat diajukan
14
![Page 15: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/15.jpg)
- Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya
Kekurangan / keterbatasannya :
- Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup
- Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali
- Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah
campuran
- Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat
mengurangi jumlah kehadiran
Pertemuan Diskusi ( Kelompok Diskusi Terfokus )
Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit
pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari
peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi
yang lebih rinci dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai perubahan
perilaku kesehatan. Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung dari
petugas penyuluh untuk :
- Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta
- Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
- Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan
pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja
- Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-
saran yang diajukan
- Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada
kesimpulan yang tepat.
Demonstrasi cara atau percontohan
Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok
bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini lebih
menekankan pada bagaimana cara melakukannya suatu perilaku kesehatan.
Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan atau pengujian, tetapi sebuah usaha
pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan orang-orang bahwa sesuatu
15
![Page 16: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/16.jpg)
perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis
sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu ketrampilan
yang baru.
Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang diperlukan,
seperti :
- Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa peralatan dan
bahan yang diperlukan
- Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat
melihatnya dan ikut dalam diskusi
- Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan
keinginan peserta untuk bertanya-tanya
- Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan
perilaku yang baru
- Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan
demostrasi itu
Anjuran :
- Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat
- Demonstrasi dilakukan tepat masanya
- Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak
perhatian dan peserta
- Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang
- Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut
- Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat
Kelebihan / keuntungan metode ini :
- Cara mengajar ketramilan yang efekif
- Merangsasang kegiatan
- Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri
Kekurangan / keterbatasannya :
16
![Page 17: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/17.jpg)
- Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan
- Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk
PRECEDE/ PROCEED MODEL
Adopsi dari sebuah tindakan pencegahan baru atau penghentian dari sebuah
perilaku berbahaya memerlukan tindakan yang sengaja tenang dan berhati-hati.
Precaution Adoption Model lebih suka mempergunakan tipe ini untuk bertindak
dibandingkan perkembangan yang berangsur-angsur dari pola kebiasaan perilaku,
contohnya latihan (exercise) dan diet. Ianya juga menggunakan penjelasan
mengapa dan bagaimana seseorang membuat perubahan sengaja tenang dan
berhati-hati (deliberate) di dalam pola kebiasaan mereka.
Tujuan dari model ini adalah untuk menjelaskan bagaimana seseorang dapat
memutuskan untuk mengambil tindakan, dan bagaimana seseorang
menterjemahkan keputusan menjadi tindakan. Meskipun beberapa aspek dari teori
ini didiskusikan pada tahun 1988 (Weinstein, 1988), formulasi saat ini di
publikasikan pada tahun 1992 (Weinstein dan Sandman, 1992). Dalam model ini
dikenal ada 7 tingkatan sepanjang jalur mulai dari kekurangan kesadaran sampai
dengan tindakan. Dalam beberapa poin inisial, orang tidak sadar dengan persoalan
kesehatan (tingkatan 1). Ketika mereka pertama kali mempelajari tentang isu-isu
itu, mereka tidak menyadari secara jangka panjang, tetapi tidak terikat dengan isu-
isu tersebuts (tingkatan 2). Orang yang meraih ketegasan akan membuat tingkatan
(tingkatan 3) menjadi perjanjian melalui persoalan dan mempertimbangkan
tanggapan mereka. Ketegasan ini membuat proses dapat menghasilkan 1 dari 2
hasil. Jika suatu keputusan tidak mengakibatkan tindakan, maka adopsi tindakan
pencegahan mengakhiri proses (tingkatan 4), tingkatan selanjutnya untuk memulai
perilaku (tingkatan 6). Pada tingkatan 7, jika relevant, ini merupakan indikaasi
bahwa perilaku dapat dipelihara dalam waktu yang lebih (tingkatan 7).
17
![Page 18: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/18.jpg)
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Teori Fungsi: Katz
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu, stimulus atau
obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
Prinsip teori fungsi:
1. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
2. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam menghadapi lingkungan
3. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons
terhadap gejala sosial)
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi (marah,
senang).
18
![Page 19: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/19.jpg)
Advokasi
Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan berpuluh-puluh tahun dalam
kesehatan dan kedokteran. Manifestasi awal advokasi digambarkan sebagai
langkah yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi untuk
mewakili konsumen kesehatan dan pelayanan publik yang kurang beruntung.
Beberapa rumah sakit misalnya, mempunyai advokat bagi pasien, yang
merupakan cikal bakal pembela hak pasien pada dewasa ini. Sejak 1983, istilah
advokasi menjadi salah satu istilah dalam kesehatan masyarakat, dan merupakan
salah satu kunci dari Ottawa.
Menurut Johns Hopkins (1990) Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi
kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah
advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program
kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu
strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan. WHO merumuskan bahwa
dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif menggunakan
3 strategi pokok,yaitu :
1. Advocacy,
2. Social support,
3. Empowerment.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para
pemimpin atau pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat
keputusan(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta.
Advokasi adalah suatu alat untuk melaksanakan suatu tindakan (aksi), merupakan
ikhtiar politis yang memerlukan perencanaan yang cermat untuk dapat mencapai
tujuan yang diinginkan. Diperlukan langkah-langkah sistematis dengan
melibatkan “masyarakat” yang akan diwakili. Masyarakat di sini bisa bervariasi
19
![Page 20: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/20.jpg)
tergantung siapa yang melakukan advokasi. Masyarakat atau suatu komunitas
tertentu suatu saat bisa berperan sebagai advokat, tetapi di lain waktu bisa juga
berperan sebagai saluran advokasi itu sendiri, dan pada saat lain bisa berperan
sebagai kelompok yang diwakili oleh seseorang dalam melakukan suatu advokasi.
Dalam contoh kasus flu burung, seorang petugas peternakan yang menyadari
penyakit akibat kerja yang dapat diperolehnya, bisa berperan sebagai advokat
dengan mewakili teman-temannya sesama pekerja di peternakan.
Di lain pihak dia juga dapat berperan sebagai kelompok yang diwakili, bila
seorang pemerhati Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berperan
sebagai advokat memperjuangkan nasib pekerja peternakan tersebut. Dalam
melakukan advokasi, pemerhati K3 tersebut dapat menggunakan pekerja
peternakan sebagai saluran advokasinya atau mungkin dengan menggunakan
media lain.
Perlu diingat bahwa advokasi merupakan suatu strategi, bukan merupakan tujuan.
Setiap advokasi yang dilakukan harus selalu dipertimbangkan dengan cermat
tujuannya serta kemudian dievaluasi seberapa jauh sumbangannya terhadap
masyarakat.
Setiap langkah advokasi harus direncanakan secara rinci dan cermat, sampai
akhirnya dicapai tujuan yang diinginkan. Dalam merencanakan program advokasi,
pengalaman yang telah dilakukan oleh kelompok lain dalam bidang yang sama
atau yang mirip akan sangat berharga. Penelaahan mendalam terhadap berbagai
pengalaman yang lalu merupakan keharusan dalam menyusun strategi advokasi.
Contoh tujuan kesehatan masyarakat yang dapat diatasi dengan advokasi antara
lain:
• Mengubah “political will” untuk kepentingan kesehatan masyarakat
• Mengubah “social climate” untuk mendukung kesehatan masyarakat
• Menerbitkan atau memperbaharui undang-undang atau peraturan
• Pelaksanaan undang-undang yang seolah-olah tertidur
20
![Page 21: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/21.jpg)
• Mengubah alokasi sumberdaya serta pendanaan
• Mengubah pelaksanaan serta prioritas suatu institusi
• Meningkatkan pengawasan pelayanan bagi publik
• Mempercepat modifikasi produk.
Tujuan advokasi melalui media bisa mencakup beberapa hal antara lain:
1. Mengemas sebaik-baiknya definisi isu kesehatan yang sedang ditangani,
sebagai contoh: mempromosikan bahwa rokok merupakan suatu bahan
yang bisa menimbulkan adiksi, bukan merupakan suatu pilihan.
2. Mengemas kembali definisi lainnya tentang isu kesehatan tersebut yang
kiranya akan merupakan penghambat program kita
3. Mengenalkan dan menekankan informasi terbaru tentang isu kesehatan
tersebut
4. Mengurangi atau menekan jumlah liputan media dari oposisi kita
5. Meningkatkan kredibilitas advokat
6. Menurunkan kredibilitas oposisi kita (misalnya dengan mengingatkan
masyarakat terhadap motif komersial dibalik riset yang dibiayai oleh
industri rokok).
Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam-
macam, yaitu :
1. Lobi politik ( political lobying )
2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan
Tujuan advokasi secara umum
1. Memberikan penyaluhan kepada masyarakat
2. Memberikan penyaluhan kepada intansi – intansi terkait
3. Memberitahukan akan pentingnya menjaga lingkungan di sekitar
4. Mempromosikan adanay penyakit yang berbahaya di sekitar kita
5. Menginformasikan adanya penyakit baru yang berbahya
21
![Page 22: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/22.jpg)
6. Menginformasikan gejala – gejala di akan adanya penyakit yang
berbhaya.
7. Menginformasikan penaggulanagnnya
8. Menginformasikan suatu ilmu kesehatn yang belum di ketahui
masyarakat.
Sasaran advokasi seperti yang kita ketahui adalah sebagian besar yaitu masyarakat
sendiri yang kurang tetntang pengetahuan kesehatannya. Selain masyarakat,
terkadang juga adalah konsumen, sebagai contoh : konsumen rokok, kita
memberikan penyaluhan tentang bahaya dan akibat merokok dan kita dapat
memberitahukan tentang zat – zat penyusun rokok sebenarnya merupakan zat
yang berbahaya dan sifatnya keras sehingga dapa menimbulkan kerusakan pada
tubuh kita sendiri. Disamping kita memberikan penyaluhan tentang akibatnya,
kiita juga dapat meluruskan pandangan mereka yang menganggap rokok itu
merupakan alat untuk mengusir masalah mereka.
Selain masyrakat secara umum, secara khusus kita dapat melakukan advokasi
terhadap intansi – intansi yang terkait, misalnya pabrik atau perusahannya
langsung yang memproduksi hal – hal yang berbahaya yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan di mansyarakat. Selain produksinya yang berbahaya, kita juga
dapat melakukan advokasi pada perusahaan itu terkait tentang limbah industri
yang berbahaya yang dapat menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat
sekitarnya.
Kita juga dapat melakukan advokasi kepada pemerintah jika menyangkut
keberadaan undang – undang yang berhubungan dengan lingkungan.
Semua ide dapat dikomunikasikan melalui berbagai cara misalnya dengan menulis
surat, menelepon, berkunjung, buletin, demonstrasi, laporan di media baik media
cetak atau elektronik dan sebagainya.6 Badan legislatif/legislator dapat
merupakan saluran apabila tujuan akhir yang diinginkan adalah perbaikan situasi
yang memerlukan adanya pemberlakuan undang-undang. Jadi selain dapat
22
![Page 23: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/23.jpg)
berfungsi sebagai sasaran, ia juga dapat berperan sebagai saluran advokasi.
Saluran apa yang akan dipakai tentunya bergantung pada lingkup masalah, siapa
yang melakukan advokasi, siapa yang diwakili serta siapa yang akan menjadi
sasaran advokasi tersebut. Semakin kuat posisi oposisi, tentu dibutuhkan saluran
yang bervariasi, yang tentunya membutuhkan dana yang cukup besar.
Dibandingkan dengan saluran advokasi lainnya, media merupakan saluran yang
sangat efektif dalam advokasi karena media menjangkau lebih banyak sasaran
advokasi, dan juga orang-orang atau instansi yang bisa menjadi saluran, bahkan
masyarakat yang diwakili. Ada beberapa bentuk pemanfaatan media untuk
advokasi, antara lain media advisory, press release, surat kepada editor, the op-ed,
editorial dan memberikan wawancara.
Media advisory digunakan untuk mengingatkan atau memberikan informasi
kepada media tentang kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kita. Media advisory
harus ringkas, sederhana, mencakup beberapa hal antara lain: Apa, siapa, kapan,
di mana, dan sponsor bila ada. Selain itu yang paling penting harus berisi
informasi mengapa kegiatan tersebut sangat penting dan perlu diliput oleh media.
Press release berguna untuk menjelaskan suatu kegiatan/isu secara detail.
The op-ed merupakan tulisan tentang isu tersebut yang dibuat oleh seseorang,
siapa pun, tentunya yang mempunyai kompetensi untuk menulis isu tersebut. Di
media nasional biasanya ditulis oleh seseorang yang cukup terkenal di bidang
tersebut.
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting,sehingga komunikasi dalam
rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi efektif.Kiat-
kiatnya antara lain sebagai berikut :
1. Jelas ( clear )
2. Benar ( correct )
3. Konkret ( concrete )
23
![Page 24: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/24.jpg)
4. Lengkap ( complete )
5. Ringkas ( concise )
6. Meyakinkan ( Convince )
7. Konstekstual ( contexual )
8. Berani ( courage )
9. Hati –hati ( coutious )
10. Sopan ( courteous )
Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi
mencakup kegiatan persuasif ,memberikan semangat dan bahkan sampai
memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi.
Konsep Perilaku
Sebelum kita membicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu akan
dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari pandangan biologis
adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.
Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri.
Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas,
mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan
kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga
merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat
dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut,
baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum
dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari
perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.
24
![Page 25: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/25.jpg)
Hereditas atau faktor keturunan adalah adalah konsepsi dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan
lingkungan adalah suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan
perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam
rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).
Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan
hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons.
Ia membedakan adanya 2 respons, yakni :
a. Respondent Respons atau Reflexive Respons
Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli karena
menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya makanan lezat
menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata
tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang
demikian itu mendahului respons yang ditimbulkan.
Respondent respons (respondent behaviour) ini mencakup juga emosi
respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul karena hal
yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya
menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat
karena marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat
menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat
karena senang dan sebagainya.
b. Operant Respons atau Instrumental Respons
Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang
tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer
25
![Page 26: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/26.jpg)
karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah
dilakukan oleh organisme.
Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat
suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah
melakukan suatu perbuatan kemudian memperoleh hadiah maka ia akan
menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan
tersebut. Dengan kata lain responnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (responden respons
atau respondent behaviour) sangat terbatas keberadaannya pada manusia.
Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons,
kemungkinan untuk memodifikasinya adalah sangat kecil.
Sebaliknya operant respons atau instrumental behaviour merupakan bagian
terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat
besar bahkan dapat dikatakan tidak terbatas. Fokus teori Skinner ini adalah
pada respons atau jenis perilaku yang kedua ini.
Prosedur Pembentukan Perilaku
Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant
respons. Untuk itu untuk membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu
diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner
adalah sebagai berikut :
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer
berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku yang dimaksud.
26
![Page 27: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/27.jpg)
c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang
telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya
diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan)
tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk
kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi hadiah (komponen
pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang sampai
komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga,
keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.
Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan
menggosok gigi sebelum tidur. Untuk berperilaku seperti ini maka anak tersebut
harus :
a. Pergi ke kamar mandi sebelum tidur.
b. Mengambil sikat dan odol.
c. Mengambil air dan berkumur.
d. Melaksanakan gosok gigi.
e. Menyimpan sikat gigi dan odol.
f. Pergi ke kamar tidur.
Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi masing-masing
komponen perilaku tersebut (komponen a-e) maka akan dapat dilakukan
pembentukan kebiasaan tersebut. Contoh tersebut di atas adalah suatu
penyederhanaan prosedur pembentukan perilaku melalui operant conditioning.
Didalam kenyataannya prosedur ini banyak dan bervariasi sekali dan lebih
kompleks dari contoh tersebut diatas. Teori Skinner ini sangat besar pengaruhnya
terutama di Amerika Serikat. Konsep-konsep behaviour control, behaviour
theraphy dan behaviour modification yang dewasa ini berkembang adalah
bersumber pada teori ini.
Bentuk Perilaku
27
![Page 28: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/28.jpg)
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini
berbentuk 2 macam, yakni :
a. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan
atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu
dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa
anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain seorang yang
menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia
sendiri tidak ikut keluarga berencana.
Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya
imunisasi dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang
positif untuk mendukung keluarga berencana meskipun mereka sendiri
belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab
itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behaviour).
b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke
puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus
kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB.
Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata
maka disebut overt behaviour.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah
merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang
masih bersifat terselubung dan disebut covert behaviour. Sedangkan
tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus
(practice) adalah merupakan overt behaviour.
Perilaku Kesehatan
28
![Page 29: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/29.jpg)
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan.
Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau
perangsangan.
Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan
sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan disini terdiri 4 unsur pokok, yakni sakit & penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia
berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit
atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan)
yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit tersebut.
Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan
tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :
- Perilaku sehubungan dengan peningkatan ddan pemeliharaan kesehatan
(health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi,
olah raga, dan sebagainya.
- Perilaku pencegahan penyakit (health preevention behaviour) adalah
respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai
kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan
sebagainya. Termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada
orang lain.
- Perilaku sehubungan dengan pencarian penngobatan (health seeking
behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan,
misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari
pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri,
29
![Page 30: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/30.jpg)
dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan
tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).
- Perilaku sehubungan dengan pemulihan kessehatan (health rehabilitation
behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha
pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya
melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka
pemulihan kesehatannya).
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap
sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun
tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara
pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang terwujud dalam
pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.
c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi
pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-
unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan
sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour) adalah
respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.
Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.
Perilaku ini antara lain mencakup :
- Perilaku sehubungan dengan air bersih, ttermasuk didalamnya
komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan
kesehatan.
- Perilaku sehubungan dengan pembuangan aiir kotor, yang menyangkut
segi-segi higiene, pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.
- Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah
cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah
yang sehat serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
30
![Page 31: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/31.jpg)
- Perilaku sehubungan dengan rumah yang seehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
- Perilaku sehubungan dengan pembersihan ssarang-sarang nyamuk
(vektor) dan sebagainya.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi
apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang
disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan akan menghasilkan
reaksi atau perilaku tertentu.
Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak
sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan
tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-
tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah
sebagian dari perilaku manusia.
Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-
faktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses
belajar, lingkungan, dan sebagainya.
Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia karena
merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi
perbuatan atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan saraf pusat
dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron.
Neuron memindahkan energi-energi didalam impuls-impuls saraf. Impuls-impuls
saraf indera pendengaran, penglihatan, pembauan, pengecapan dan perabaan
disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls saraf ke
susunan saraf pusat.
31
![Page 32: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/32.jpg)
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui
persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera.
Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang
sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam
rangka mencapai suatu tujuan, juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku.
Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi
emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya
merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan
semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum
perkembangan.
Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari
praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan
perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan
berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2, yakni faktor intern
dan ekstern.
Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan
sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan
faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti
iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang tidak
sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses
psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan
responsi menurut cara tertentu terhadap suatu objek.
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan (health related behavior) sebagai berikut :
32
![Page 33: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/33.jpg)
a. Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit,
kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.
b. Perilaku sakit (illness behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal
keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini kemampuan atau
pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta
usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan
yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan / kesakitannya sendiri,
juga berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada anak-anak yang belum
mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.
Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan sosial yang
saling mempengaruhi didalam suatu diagram.
Keterangan :
a. Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya
dengan lingkungan.
b. Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan.
c. Lingkungan terbatas; tradisi, adat-istiadat dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan.
d. Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undang-
undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.
Setiap individu sejak lahir terkait didalam suatu kelompok, terutama kelompok
keluarga. Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka kemungkinan
untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh
33
![Page 34: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/34.jpg)
karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan atau norma-norma
sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota kelompok berlangsung
didalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut
terhadap masalah-masalah kesehatan.
Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung
dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi
kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi.
Memang kenyataannya demikian, tiap individu mempunyai cara yang berbeda
dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang berbeda
meskipun gangguan kesehatannya sama.
Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau
mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam
ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasikan
dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan
berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami
dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya.
Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam
4 bagian, yakni :
a. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan
atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau
orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan.
Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga)
dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.
b. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut.
Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik
bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan
gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-
ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.
34
![Page 35: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/35.jpg)
c. Penerapan pengatahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang
dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur didalam suatu
kelompok tertentu maka setiap orang didalam kelompok tersebut dapat
menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang
mungkin terjadi.
Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan
kesehatan itu, baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara
penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam
gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan
pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.
d. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan
kecemasan atau gangguan tersebut. Didalam hal ini baik orang awam maupun
tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu
untuk mengaatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata
kesehatan baik tradisional maupun modern.
Antropologi kesehatan
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek
yang menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah: 1) penyakit yang berhubungan
dengan kepercayaan (misfortunes), 2) dibeberapa masyarakat misfortunes
disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun supernatural atau penyihir, 2)
kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda disetiap kelompok
masyarakat, 3) healers mempunyai peranan sebagai penyembuh, dan 4) adapun
perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual,
terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.
35
![Page 36: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/36.jpg)
Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir abad 20,
pada tahun 1924 W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa kepercayaan
medis dan prakteknya tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi
sosial yang lain. Ia menyatakan “praktek medis primitif mengikuti dari dan
membuat pengertian dalam syarat-syarat yang mendasari kepercayaan medis. Ia
juga menyatakan keberadaan 3 padangan dunia yang berbeda (gaib, religi, dan
naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem kepercayaan, dan tiap-tiap
pandangan memilki model perilaku medis yang sesuai.
Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi teoritisnya
diungkapkan dalam bentuk lima generalisasi yaitu 1) studi signifikan dalam
antropologi medis bukanlah sifat tunggal melainkan konfigurasi budaya secara
keseluruhan dai masyarakat dan temapt dimana pola medis berada dalam totalitas
tersebut, 2) ada begitu banyak pengobatan primitif, 3) bagian dari pola medis,
seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara fungsional saling berkaitan, 4)
pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan kepercayaan dan definisi
budaya, dan 5) manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya
merupakan pengobatan gaib.
Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog—
perilaku sehat (health behavior ), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan
antara illness dan disease, model penjelasan penyakit explanatory model ),
peran dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-
pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para
dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap
kebenaran absolut dalam proses penyembuhan.
Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan interpretasi
berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara
tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan
penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional antropolog dalam program-program
36
![Page 37: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/37.jpg)
yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih
besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta
melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik.
Tugas utama ahli dari Antropologi Kesehatan adalah bagaimana individu di
masyarakat mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe
pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan
keadaaan sosial di komunitas tempat tinggal. Antropologi Kesehatan dianggap
sebagai ‘antropologi dari obat” (segi teori) dan ‘Antropologi dalam pengobatan’
(segi praktis atau terapan).
Definisi Antropologi Kesehatan Menurut Ahli
Beberapa ahli telah memberikan definisi tentang Antropologi Kesehatan. Di
bawah ini dijelaskan dari masing-masing definisi Antropologi Kesehatan tersebut.
Pemaparannya diurutkan menurut tahun definisi tersebut dikeluarkan.
Hasan dan Prasad (1959)
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang
mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya)
dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah
kedokteran medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial
kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan manusia.
Weaver, (1968)
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang
menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.
Hochstrasser dan Tapp (1970)
Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-
karyanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan.
37
![Page 38: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/38.jpg)
Fabrga (1972)
Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan berbagai faktor yaitu
mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi
cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau
berespons terhadap sakit dan penyakit, dan juga mempelajari masalah-masalah
sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku.
Lieban (1977)
Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis yang
dipengaruhi oleh sosial dan kultural, dan fenomena sosial dan kultural diterangi
oleh aspek-aspek medis.
Faktor-faktor sosial dan kultural membantu menentukan etiologi penyakit
dan penyebaran melalui pengaruh mereka dalam hubungan antara populasi
manusia dan lingkungan alamnya, atau melalui pengaruh langsung pada kesehatan
populasi.
Dalam pemahaman Lieban, kesehatan dan penyakit adalah pengukuran
efektivitas dengan dimana kelompok manusia menggabungkan sumber daya
kultural dan biologikal, menyesuaikan dengan lingkungan mereka. Lieban
menyebutkan bahwa pada hakekatnya ada empat macam area utama dalam
atropologi kesehatan yaitu ekologi dan epidemi, ethnomedicine, aspek medis dari
sistem sosial, dan perubahan medis dan kultural.
Landy (1977)
Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan
penyakit dan keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis
dan obat-obatan) dibuat oleh kelompok manusia untuk berhubungan dengan
bahaya penyakit pada manusia sekarang ini.
Landy juga menyatakan bahwa terdapat tiga generalisasi yang pada
umumnya disetujui oleh ahli antropologi, yaitu: 1) penyakit dalam beberapa
bentuk merupakan kenyataan universal dari kehidupan menusia. Ini terjadi dalam
keseluruhan waktu, tempat dan masyarkaat, 2) kelompok manusia
38
![Page 39: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/39.jpg)
mengembangkan metode dan peran-peran yang teralokasi, sama dengan sumber
daya dan struktur mereka untuk meniru dengan atau merespon penyakit, 3)
kelompok manusia mengembangkan beberapa set kepercayaan, pengertian dan
persepsi yang konsisten dengan matriks budaya mereka, untuk menentukan atau
menyadari penyakit. Menurut Landy, Masyarakat yang berbeda, dengan budaya
yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda pula terhadap kesehatan dan
penyakit, dan juga berbeda ketika memperlakukan si pasien.
Foster dan Anderson (1978)
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-
aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-
cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.
Dalam definisi yang dibuat Foster/Anderson dengan tegas disebutkan bahwa
antropologi kesehatan studi objeknya yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit
pada manusia.
Menurut Foster/Anderson, Antropologi kesehatan mengkaji masalah-
masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi
dan kutub sosial budaya. Pokok-pokok perhatian kutup biologi yang dimaksud
Foster/Anderson adalah 1) Pertumbuhan dan perkembangan manusia, 2) Peranan
penyakit dalam evolusi manusia, dan 3) Paleopatologi (studi mengenai penyakit-
penyakit purba). Sedangkan pokok perhatian pada kutup sosial-budaya meliputi 1)
Sistem medis tradisional (etnomedisin), 2) Masalah petugas-petugas kesehatan
dan persiapan profesional mereka, 3) Tingkah laku sakit, 4) Hubungan antara
dokter pasien, dan 5) Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan
barat kepada masyarakat tradisional.
Foster dan Anderson (1978), menyatakan bahwa antropologi kesehatan
kontemporer dapat ditemukan pada empat sumber daya yang berbeda yaitu
Antropologi Fisik, Ethnomedicine, Studi Personalitas dan Kultural, dan Kesehatan
Publik Internasional.
Foster dan Anderson (1987), mengatakan bahwa lingkungan bio-cultural
yang paling baik dipelajari adalah dari sudut pandang ekologi. Sejak Perang
39
![Page 40: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/40.jpg)
Dunia II, ahli antropologi banyak yang berpindah ke studi lintas budaya sistim
medis, bioekologi dan faktor-faktor sosio-budaya yang mempengaruhi timbulnya
kesehatan dan penyakit.
Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah
epidemiologi, dimana tingkahlaku individu dan kelompok menentukan derajat
kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang
berbeda-beda. Misalnya pada masyarakat yang tinggal di daerah beriklim tropis,
penyakit malaria bisa berkembang dan menyerang mereka sedangkan pada
daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit ini, atau di daerah di atas 1700
meter permukaan laut penyakit malaria tidak ditemukan.
Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda
dengan bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria,
demam berdarah, TBC, dll. pada umumnya terdapat pada negara-negara
berkembang,
Kelompok manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan manusia harus
belajar mengeksploitasi sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhannya. Interaksi ini dapat berupa sosial psikologis dan budaya yang sering
memainkan peranannya dalam mencetuskan penyakit. Penyakit adalah bagian dari
lingkungan hidup manusia contohnya adalah penyakit Kuru (lihat
Foster/Anderson, hal 27-29).
McElroy dan Townsend (1985)
Antropologi Kesehatan adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor
sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif
tentang pemahaman dan merawat penyakit.
McElroy dan Townsend yang mengambil pandangan sejarah juga
menekankan pentingnya adaptasi dan perubahan sosial dengan menyatakan bahwa
sejumlah besar ahli antropologi kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit yang berkaitan dengan adaptasi kelompok manusia sepanjang jarak
geografis dan jangka waktu luas dari masa prasejarah ke masa depan.
Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis yang
relevan dengan Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik, Arkeologi Pra-
40
![Page 41: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/41.jpg)
Historis, Antropologi Kultural, Antropologi Ekologikal, Teori Evolusioner, dan
Linguistik Antropologi.
PERANAN ANTROPOLOGI KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN
MASYARAKAT
Dalam bagian ini saya akan menguraikan peranan Antropologi Kesehatan dalam
menjalankan program-program pembangunan yang direncanakan untuk
memberikan perawatan kesehatan yang lebih baik pada masyarakat. Ini berarti
merupakan penerapan masalah pengetahuan Antropologi Kesehatan dan
konsekuensinya. Fokus yang dibicarakan dalam bagian ini adalah mengenai
antropologi tentang kesehatan atau antropologi dalam kesehatan. Ini berarti
membahas kesehatan dari perspektif antropologi “sebagai ahli antropologi” dan
membahas ahli antropologi sebagai pekerja kesehatan. Untuk menjadi seorang
ahli antropologi kesehatan, seseorang memerlukan dasar latihan antropologi yang
baik, pengalaman penelitian, naluri terhadap masalah, simpati terhadap orang lain
dan tentu saja dapat memasuki dunia kesehatan dan masyarakat kesehatan yang
bersedia menerima kehadiran para ahli antropologi itu.
Ahli antropologi mempunyai banyak ladang di dalam lembaga kesehatan atau
“masyarakat kesehatan” sebagai tempat kajiannya seperti rumah sakitjiwa,
rumahsakit umum, dokter praktek, para pasien, sekolah-sekolahkedokteran,
klinik-klinik, puskesmas dan “masyarakat kesehatan” lainnya.
Metode-metode penelitian yang sama seperti yang dipergunakan ahli antropologi
pada umumnya dalam penelitian tradisional dapat diterapkan kepada lingkungan-
lingkungan itu (“masyarakat kesehatan”). Pranatapranata kesehatan dalam arti
yang luas adalah sejumlah lapangan penelitian yang sangat produktif bagi para
ahli antropologi. Namun tidaklah cukup jika hanya pranata kesehatan saja yang
41
![Page 42: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/42.jpg)
dipelajari. Para ahli antropologi harus dapat memasuki pranata itu. Meneliti
pranata kesehatan dalam masyarakat tradisional tidak memerlukan para tenaga
kesehatan, tetapi meneliti “masyarakat kesehatan” tidak cukup seorang ahli
antropologi, tetapi ia harus diterima dalam pranata masyarkat kesehatan dan
membutuhkan bantuan tenaga profesional kesehatan yang lain.
Kegunaan Antropologi Kesehatan
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya.
Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan
bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya,
dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan
serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke
generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual
yang dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam
berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi,
bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll).
Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan
masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat tersebut.
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada
ilmu kesehatan lain sebagai berikut:
(1) Memberikan suatu cara untuk memandang masysrakat secara keseluruhan
termasuk individunya.
(2) Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk
menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.
(3) Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
iterpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.
42
![Page 43: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/43.jpg)
Dalam sosiologi kesehatan dikenal beberapa istilah yang menunjukkan
sumbangan atau peran sosiologi pada bidang kesehatan, yaitu:
(1) Sociology in Medicine, adalah sosiolog yang bekerjasama secara langsung
dengan dokter dan staf kesehatan lainnya di dalam mempelajari faktor
sosial yang relevan dengan terjadinya gangguan kesehatan ataupun
sosiolog berusaha berhubungan langsung dengan perawatan pasien atau
untuk memecahkan problem kesehatan masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa fenomena sosial dapat menjadi faktor penentu
atau mempengaruhi orang-orang untuk menangani penyakit atau
mempengaruhi kesehatan mereka ataupun tingkahlaku lain setelah sakit
dan penyakit terjadi;
(2) Sociology of Medicine, berhubungan dengan organisasi, nilai, kepercayaan
terhadap praktek kedokteran sebagai bentuk dari perilaku manusia yang
berada dalam lingkup pelayanan kesehatan, misalnya bentuk pelayanan
kesehatan, sumberdaya manusia untuk membangun kesehatan, pelatihan
petugas kesehatan;
(3) Sociology for medicine berhubungan dengan srategi metodoli yang
dikembangkan sosiologi untuk kepentingan bidang pelayanan kesehatan.
Misalnya teknik skala pengukuran Thurstone, Likert, Guttman yang
membantu mengenali atau mengukur skla sikap.
(4) Sociology from medicine menganalisa lingkungan kedokteran dari
perspektif sosial. Misalnya bagaimana pola pendidikan, perilaku, gaya
hidup para dokter, atau ‘sosialisasi’mahasiswa kedokteran selama
mengikuti pendidikan kedokteran.
(5) Sociology at medicine merupakan bagian yang lebih banyak mengamati
orientasi politik dan ideology yang berhubungan dengan kesehatan.
Misalnya, bagaimana suatu struktur pengobatan ‘Western’ akan
mempengaruhi perubahan pola pengobatan sekaligus merubah pola
interaksi masyarakat;
43
![Page 44: Step 1 6](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022062719/55cf9d09550346d033abfae4/html5/thumbnails/44.jpg)
(6) Sociology around medicine menunjukkan bagaimana sosiologi menjadi
bagian atau berinteraksi dengan ilmu lain seperti antropologi, ekonomi,
etnologi, etik, filosofi, hukum mapun bahasa.
STEP 5
1. Antropologi medis
2. Perubahan perilaku
3. Teori perilaku
STEP 6
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
44