Statist i k Dae Rah Aceh 2010

93

description

Statistik Daerah Aceh

Transcript of Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Page 1: Statist i k Dae Rah Aceh 2010
Page 2: Statist i k Dae Rah Aceh 2010
Page 3: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

STATISTIK DAERAH PROVINSI ACEH 2010

Katalog BPS : 1101002.11

Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm

Jumlah Halaman : 86 halaman

Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Gambar Kulit: Bidang Integrasi Pengolahan dan Disemenasi Statistik

Diterbitkan Oleh: Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Dicetak Oleh :

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Page 4: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan

publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 yang merupakan edisi

perdana sudah selesai dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

Provinsi Aceh. Penyusunan publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh

2010 ini merupakan wujud kepedulian BPS dalam menyediakan data

dan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat luas dalam bentuk

analisis terhadap data-data yang disajikan.

Penerbitan publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 dimaksudkan untuk melengkapi

ragam publikasi statistik yang telah rutin diterbitkan yaitu Aceh Dalam Angka 2010 yang juga

baru saja selesai disusun. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih yang menggambarkan

tentang kondisi daerah dalam bentuk uraian deskriptif sederhana.

Harapan kami semoga publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 ini menambah referensi

dan memberikan informasi yang bermanfaat sebagai dasar perencanaan, monitor dan evaluasi

berbagai kegiatan pembangunan di Provinsi Aceh.

Akhirnya kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan publikasi ini kami

ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya, dan semoga Tuhan Yang Maha

Kuasa meridhoi segala usaha kita.

Banda Aceh, Desember 2010 Kepala Badan Pusat Statistik

Provinsi Aceh,

Syech Suhaimi, SE, M.Si

Page 5: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Kata Sambutan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

saya menyambut baik penerbitan publikasi Statistik Daerah yang

dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi dan

kabupaten/kota. Penyusunan publikasi Statistik Daerah ini merupakan

inovasi dan pengembangan kegiatan perstatistikan serta

penyebarluasan informasi sebagai salah satu upaya untuk

mewujudkan visi BPS sebagai “ pelopor data statistik terpercaya untuk

semua “.

Penerbitan publikasi Statistik Daerah dimaksudkan untuk melengkapi ragam publikasi statistik

yang telah tersedia di daerah seperti Daerah Dalam Angka (DDA) yang telah terbit secara rutin

dalam memotret kondisi daerah. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih yang

menggambarkan tentang kondisi daerah dalam bentuk tampilan uraian deskriptif sederhana.

Saya berharap, publikasi Statistik Daerah ini mampu memberikan informasi secara cepat dan

tepat kepada pemerintah daerah dan masyarakat yang dapat digunakan sebagai dasar

perencanaan, monitor dan evaluasi mengenai perkembangan pembangunan di berbagai sektor

serta membantu para pengguna data lainnya dalam memahami kondisi umum daerahnya.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi hingga terbitnya publikasi ini, dan semoga Tuhan Yang Maha

Kuasa senantiasa meridhoi usaha kita.

Jakarta, Desember 2010 Kepala Badan Pusat Statistik,

DR. Rusman Heriawan

Page 6: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

DAFTAR ISI

1. Geografis 1 2. Pemerintahan 3 3. Penduduk 7 4. Ketenagakerjaan 11 5. Pendidikan 15 6. Kesehatan 21 7. Perumahan dan Lingkungan 25 8. Pembangunan Manusia 29 9. Pertanian 35

10. Pertambangan dan Energi 43

11. Industri Pengolahan 45 12. Konstruksi 47 13. Hotel dan Pariwisata 49 14. Transportasi dan Komunikasi 53 15. Perbankan dan Investasi 57 16. Harga-Harga 61 17. Pengeluaran Penduduk 63 18. Perdagangan 65 19. Pendapatan Regional 67 20. Perbandingan Regional 69

Page 7: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

1

1 LETAK GEOGRAFIS DAN IKLIM

Provinsi Aceh berada pada ujung Utara pulau

Sumatera secara geografis terletak pada lokasi 20-6

0

Lintang Utara dan 950-98

0 Bujur Timur. Luas daratan

Aceh sebesar 57.948,94 km2 yang didominasi oleh

wilayah Aceh pada daratan pulau Sumatera dengan

jumlah pulau keseluruhan sebanyak 119 pulau.

Wilayah terluas daratan Aceh merupakan hutan

belantara yaitu seluas 35.239,25 km2 (60,80% dari

total wilayah Aceh). Hutan Aceh merupakan salah

satu hutan terluas di Indonesia yang menjadi paru-

paru dunia.

Batas-batas wilayah Provinsi Aceh, sebelah Utara

dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah

Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah

Barat dengan Samudera Indonesia. Satu-satunya

hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera

Utara.

Statistik Geografis dan Iklim Provinsi Aceh

Uraian Satuan 2009

Luas km2 57.948,94

Jumlah pulau pulau 119 Kecepatan angin m/s 4,8 Suhu udara rata-rata

0C 25,4 - 28,3

Kelembaban rata-rata % 78,7 Hari hujan hari/tahun 158 Curah hujan mm/tahun 1.576,76 Desa di pesisir desa 678 Desa bukan pesisir desa 5.746 ü desa di lembah/DAS desa 427 ü Desa di lereng desa 1.020 ü Desa di dataran desa 4.299

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010 dan Statistik Indonesia 2009

Peta Provinsi Aceh

Tahukah Anda?

***Luas wilayah Provinsi Aceh sebesar

3,03 % dari luas wilayah Indonesia***

Hutan Aceh merupakan salah satu hutan terluas

Seebesar 60,80% dari total wilayah Aceh merupakan hutan belantara yang merupakan

paru-paru dunia. Sedangkan luas perkebunan sudah mencapai 12,81%

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Komposisi Wilayah Aceh

Menurut Jenis Penggunaan

Page 8: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 2

Suhu udara-rata tahun 2009 berkisar antara 25,4 0C

sampai dengan 28,3 0C dengan suhu udara tertinggi

terjadi pada bulan Juni dan Juli. Rata-rata penyinaran

matahari sepanjang tahun 2009 berkisar antara 34,8

sampai dengan 69,0 persen dimana pada bulan

Februari, April dan Juni persentase penyinaran

matahari lebih tinggi daripada bulan lainnya.

Kelembaban rata-rata 78,7 persen. Jumlah curah

hujan sepanjang tahun 2009 sebesar 1.576,76 mm

dengan jumlah hari hujan selama 158 hari. Curah

hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, November

dan Desember 2009.

Tingginya curah hujan di Aceh disebabkan oleh

luasnya wilayah penguapan air yang bersumber pada

lautan dan sungai yang pada umumnya berukuran

lebar dengan aliran yang panjang. Terdapat 73 buah

sungai (krueng) yang lebar dan panjang di Aceh

antara lain Krueng Aceh, Krueng Teunom, Krueng

Lamno dan lainnya.

Provinsi Aceh yang berada di ujung Utara Pulau

Sumatera merupakan wilayah yang rawan gempa

bumi, karena berada pada pertemuan dua lempeng

bumi yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-

Australia. Lempeng ini sewaktu-waktu akan terjadi

pergeseran dan patahan yang akan menimbulkan

gempa tektonik bahkan gelombang tsunami.

Selama tahun 2009 Badan Meteorologi, Klimatologi

dan Geofisika (BMKG) Banda Aceh mencatat telah

terjadi gempa bumi di Aceh sebanyak 1.545 kali

dengan rinciaan sebanyak 1.432 kali pusat gempa di

wilayah Aceh dan 113 kali gempa bumi yang berpusat

di luar wilayah Aceh.

Intensitas gempa di Aceh tahun 2009 mengalami

penurunan dibanding tahun 2008 yang mencapai

jumlah 2.206 kali dengan jumlah gempa yang

berpusat di Aceh sebanyak 2.104 kali dan sebanyak

102 kali gempa dengan pusat di luar wilayah Aceh.

1

Tahukah Anda?

***Wilayah Indonesia dikelilingi oleh

tiga lempeng dunia yaitu Lempeng

Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan

Lempeng Pasifik***

Perkembangan Suhu Rata-rata dan Rata-rata Penyinaran Matahari

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

BMKG Banda Aceh mencatat terjadi gempa bumi sebanyak 1.545 kali ; sebanyak 1.432 kali

pusat gempa di wilayah Aceh dan 113 kali berpusat di luar wilayah Aceh.

Wilayah Aceh sangat rawan gempa bumi

Jembatan diatas Krueng Aceh

LETAK GEOGRAFIS DAN IKLIM

Page 9: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

3

2 PEMERINTAHAN

Sejarah pemerintahan Aceh dimulai sejak berdirinya

kerajaan Peureulak dan Pasai di pesisir Utara ujung

pulau Sumatera. Pada zaman Sultan Ali

Mughayatsyah, pemerintahan kerajaan dipusatkan di

Bandar Aceh (sekarang Banda Aceh) dengan wilayah

pemerintahan meliputi sebagian besar pantai Barat

dan Timur Sumatera.

Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan pada

masa kesultanan Iskandar Muda pada permulaan

abad ke-17 Masehi.

Wilayah Administrasi

Wilayah administrasi kabupaten/kota di Provinsi

Aceh telah mengalami beberapa kali pemekaran. Hal

ini kemungkinan sebagai konsekuensi dari berlakunya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Otonomi Daerah yang mulai efektif diterapkan pada

tahun 2001. Eforia pemekaran wilayah menjadi

sebuah daerah otonomi provinsi atau kabupaten/kota

terjadi di seluruh Indonesia.

Pada tahun 2000 jumlah kabupaten/kota di Provinsi

Aceh masih sebanyak 10 kabupaten/kota. Tahun

2002 terjadi pemekaran wilayah menjadi 20

kabupaten/kota. Setahun kemudian yaitu tahun 2003

kembali terjadi pemekaran menjadi 21

kabupaten/kota, dan pemekaran wilayah terakhir

terjadi pada tahun 2007 menjadi 23 kabupaten/kota.

Jumlah kecamatan sebanyak 276 kecamatan terdiri

dari 6.423 desa (gampong). Di Aceh juga terdapat

wilayah mukim sebanyak 755 mukim yang merupakan

wilayah pemerintahan berada diatas desa.

Lambang Daerah Provinsi Aceh

Dalam waktu 7 tahun wilayah administrasi Aceh bertambah 130 persen

Pada tahun 2000 Provinsi Aceh terdiri dari 10 Kabupaten/Kota dan pada tahun 2007

dimekarkan menjadi 23 Kabupaten/Kota

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Jumlah Desa/Gampong Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2010

Tahukah Anda?

*** Di Aceh “Gampong” adalah sebutan

untuk Desa dan “Geuchik” adalah sebutan

untuk Kepala Desa ***

Page 10: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 4

Kabupaten Aceh Utara merupakan wilayah

administrasi dengan jumlah desa yang paling banyak yaitu sebanyak 852 desa atau 13,26 persen dari jumlah desa di Aceh. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Pidie dengan jumlah desa sebanyak 727 desa (11,38%). Sedangkan wilayah yang mempunyai jumlah desa yang paling sedikit yaitu Kota Sabang 18 desa (0,28%).

Aparatur Pemerintahan

Pada tanggal 11 Desember 2006 telah dilaksanakan

pemilihan kepala daerah secara langsung untuk

memilih pasangan gubernur dan wakil gubernur

Provinsi Aceh. Drh. Irwandi Yusuf, M.Sc dan

Muhammad Nazar, S.Ag sebagai salah satu

pasangan peserta pemilu dari calon independen

meraih suara terbanyak dan terpilih menjadi Gubernur

dan Wakil Gubernur Aceh periode 2007-2012. Pada

tanggal 8 Februari 2007 pasangan ini resmi dilantik

oleh Menteri Dalam Negeri M. Ma’ruf menjadi

Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh yang pertama

dari hasil pemilihan langsung oleh rakyat Aceh.

Pemilihan umum (pemilu) secara langsung pada

tanggal 9 April 2009 yang mengikutsertakan partai

lokal telah menghasilkan komposisi wakil rakyat yang

duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)

berbeda dari hasil pemilu sebelumnya. Partai Aceh

(PA) sebagai partai lokal mendominasi perolehan

kursi wakil rakyat di DPRA periode 2009-2014 yaitu

sebanyak 33 orang (47,83%) dari total 69 orang.

Sisanya berasal dari Partai Demokrat (10 orang)

Partai Golkar (8 orang), PAN (5 orang), PPP (4

orang), PKS (4 orang), PBB, PKB, Partai Patriot,

Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai

Daulat Atjeh masing-masing satu orang.

2

Jumlah Anggota DPRA Menurut Asal

Partai Politik Tahun 2009-2014

Sumber : Sekretariat DPRA

Proses Penghitungan suara di TPS pada PEMILU

Legislatif tanggal 9 April 2009

Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur terplih

pada tanggal 8 Februari 2007

PEMERINTAHAN

Partai Lokal mengalahkan partai Nasional

Hasil pemilu legislatif tanggal 9 April 2009 telah menghantarkan Partai Aceh yang

merupakan partai Lokal sebagai pemenang dengan wakil di DPRA sebanyak 47,83 persen

Tahukah Anda?

***Pemilu Legislatif tahun 2009 diikuti

oleh 38 Partai Nasional dan 6 Partai

Lokal ***

Page 11: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

5

Sumber : Aceh Dalam Angka 2009

Pada tahun 2008 Aceh memiliki Pegawai Negeri Sipil

(PNS) sebanyak 144.950 orang, terjadi penambahan

sebanyak 8.862 orang (naik 6,51%) dibanding kondisi

tahun 2007 yang jumlahnya sebanyak 136.088 orang.

Jumlah PNS perempuan lebih banyak dibandingkan

laki-laki pada tahun 2007 maupun 2008. Penambahan

jumlah PNS perempuan juga lebih tinggi

dibandingkan laki-laki, yaitu PNS perempuan

bertambah 10,21 persen dan laki-laki bertambah 2,60

persen. Akibatnya komposisi PNS laki-laki dan

perempuan pada tahun 2008 menjadi 53,17 persen

perempuan dan 46,83 persen laki-laki.

Untuk jumlah PNS Daerah pada pemerintahan

Provinsi Aceh beserta Satuan Kerja Perangkat

Daerah Aceh (SKPA) dibawahnya pada tahun 2009

terdapat sebanyak 8.651 orang. Sebagian besar

merupakan PNS golongan III (58,09 persen) dan

golongan II (32,85 persen. Sedangkan PNS dengan

golongan IV sebanyak 7,25 persen dan PNS

golongan I paling sedikit yaitu 1,81 persen.

Keuangan Daerah

Untuk pembiayaan pembangunan yang ditetapkan

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh

(APBA), Pemerintah Aceh pada tahun anggaran 2008

memiliki dana sebesar 9,73 triliun rupiah. Anggaran

sebesar itu berasal dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD) sebesar 716,29 milyar rupiah (7,36%),

pendapatan transfer (Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus, Dana Otonomi Khusus, dll) sebesar

6,19 triliun rupiah (63,67%), dan Sisa Lebih

Pembiayaan Anggaran (SILPA) tahun 2007 sebesar

2,82 triliun rupiah (28,97%).

2 Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

2007 66.164 69.924 136.088

2008 67.886 77.064 144.950

% Perubahan 2,60 10,21 6,51

Jumlah PNS di Provinsi Aceh

Tahun 2007-2008

Jumlah PNS Daerah di Pemerintahan

Provinsi Aceh Tahun 2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2009

Sumber Pendapatan dalam

APBA Tahun 2008

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Tahukah Anda?

***Bagian terbesar dari penerimaan transfer 6,19 triliun rupiah adalah komponen Dana Otonomi Khusus sebesar 3,59 triliun rupiah (57,95%)***

PEMERINTAHAN

Jumlah PNS perempuan lebih banyak dari PNS laki-laki

Pada tahun 2008 jumlah PNS yang mengabdi di Provinsi Aceh sebanyak 67.886 orang

laki-laki dan 77.064 orang perempuan

Page 12: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 6

2

Sumber : Aceh Dalam Angka 2009

Alokasi Pembiayaan Pembangunan

APBA Tahun 2008

Walaupun anggaran yang tersedia pada tahun 2008

sebesar 9,73 triliun rupiah, realisasi belanja daerah

pada tahun tersebut hanya sebesar 5,72 triliun rupiah

atau sekitar 58,79 persen. Sehingga pada tahun 2008

terjadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

sebesar 4,01 triliun rupiah yang akan digunakan

sebagai penerimaan pembiayaan pada tahun

anggaran 2009.

Realisasi pembiayaan pembangunan pada tahun

anggaran 2008 sebesar 5,72 triliun rupiah didominasi

oleh belanja modal sebesar 45,66 persen, belanja

barang 26,92 persen dan belanja pegawai 11,21

persen. Sisanya sebesar 16,21 persen merupakan

belanja bantuan sosial, belanja hibah dan transfer ke

kabupaten/kota (bagi hasil pajak dan bagi hasil

pendapatan lainnya).

PAD

Pendapatan Asli Daerah/Pendapatan Asli Aceh

(PAA) merupakan salah satu komponen penerimaan

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh

(APBA). Penerimaan PAA mengalami peningkatan

setiap tahunnya bahkan PAA 2008 mengalami

peningkatan sebesar 50,19 persen dibandingkan

tahun 2007 yaitu dari 476,91 milyar rupiah menjadi

716,29 milyar rupiah.

PAA terdiri dari lima komponen penerimaan yaitu

Pajak Aceh, Retribusi Aceh, Pendapatan Hasil

Pengelolaan Kekayaan Aceh yang dipisahkan dan

Hasil Penyertaan Modal Aceh, Zakat/Infaq, serta Lain-

lain Pendapatan Asli Aceh yang Sah.

Komponen PAA terbesar pada tahun 2008 berasal

dari Pajak Aceh yaitu sebesar 464,32 milyar rupiah

atau sekitar 64,82 persen dari total PAA. Kemudian

dari komponen Lain-lain Pendapatan Asli Aceh yang

Sah sebesar 158,86 milyar rupiah (22,18%).

Sedangkan sisanya terdiri dari tiga komponen

penerimaan masing-masing kurang dari 10 persen.

PEMERINTAHAN

Anggaran pembangunan Aceh tahun 2008 masih tersisa

Pada tahun anggaran 2008 realisasi belanja pembangunan Aceh mencapai 58,79 persen

sehingga masih tersisa dana sebesar 4,01 triliun rupiah.

Komposisi Pendapatan Asli Aceh

Tahun 2008

Sumber : Aceh Dalam Angka 2009

Catatan :

A. Pajak Aceh

B. Retribusi Aceh

C. Pendapatan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Aceh yang dipisahkan dan

Hasil Penyertaan Modal Aceh

D. Zakat/Infaq

E. Lain-lain Pendapatan Asli Aceh yang

Sah

Page 13: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

7

Penduduk

Penduduk merupakan pelaku dalam proses

pembangunan sekaligus sebagai objek yang akan

menikmati hasil pembangunan tersebut. Oleh

karenanya penduduk yang berkualitas merupakan

sumber daya yang tidak ternilai dalam peroses

membangun suatu bangsa. Sedangkan penduduk

yang tidak berkualitas akan menjadi beban dalam

proses pembangunan, karena bisa jadi akan

menimbulkan berbagai permasalahan sosial seperti

pengangguran, kemiskitan dan kriminalitas.

Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan oleh

pemerintah bersama penduduknya untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Peningkatan akses penduduk terhadap pendidikan,

kesehatan, layanan keluarga berencana/berkualitas

(KB), program subsidi terhadap komoditi strategis,

bantuan langsung terhadap penduduk miskin dan

sebagainya merupakan upaya pemerintah dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000

jumlah penduduk di Provinsi Aceh tercatat sebanyak

4,07 juta jiwa. Kemudian setiap tahun mengalami

penambahan jumlah penduduk sehingga pada tahun

2009 diperkirakan jumlah penduduk Aceh sebanyak

4,36 jiwa atau memberikan kontribusi sebesar 1,89

persen terhadap total penduduk Indonesia.

Pada periode 2000-2009 penduduk Aceh rata-rata

mengalami peningkatan sebesar 0,77 persen setiap

tahunnya. Angka ini masih dibawah rata-rata Nasional

sebesar 1,35 persen. Rendahnya laju pertumbuhan

penduduk Aceh periode tersebut disebabkan oleh

penurunan jumlah penduduk secara dramatis pada

akhir 2004 saat gempa bumi dan gelombang tsunami

menerjang wilayah Aceh dan menelan sekitar 200 ribu

korban jiwa manusia. Namun secara kondisi normal,

rata-rata laju pertumbuhan penduduk Aceh juga tidak

terlalu tinggi yaitu sekitar 1,62 persen pertahun.

PENDUDUK

Pertambahan penduduk Aceh masih dibawah rata-rata Nasional

Pada periode 2000-2009 rata-rata penduduk Aceh bertambah 1,17 persen setiap tahun,

lebih rendah dari angka Nasional yang mencapai 1,35 persen per tahun

Catatan:

1 Hasil Sensus Penduduk 2000

2 Hasil Sensus Penduduk Aceh Nias 2005

3 Hasil estimasi penduduk berdasarkan sensus

Penduduk Aceh

Beberapa Indikator Kependudukan

Provinsi Aceh

3

Sumber: Statistik Indonesia 2009

Uraian 20001

20052

20083

20093

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah penduduk (ribu) 4.073,0 4.031,6 4.293,9 4.363,5

Rasio jenis kelamin 101,0 99,0 99,0 99,1

Jumlah rumah tangga 921,9 898,8 957,0 972,5

Rata-rata banyaknya

anggota rumah tangga4,4 4,5 4,5 4,5

Kepadatan penduduk per

km2 72 68 74 75

Persentase terhadap

penduduk Indonesia1,92 1,86 1,88 1,89

1990-

2000

2000-

2005

2000-

2008

2000-

2009

Laju pertumbuhan

penduduk (%)1,46 (0,20) 0,66 0,77

Page 14: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 8

Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan atau

rasio jenis kelamin pada tahun 2009 sebesar 99,1

artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan

hampir seimbang yaitu setiap 1.000 orang perempuan

terdapat 991 orang laki-laki. Secara Nasional juga

menunjukkan jumlah laki-laki dan perempuan yang

hampir sama dengan rasio jenis kelamin sebesar

100,2 atau setiap 1.000 orang perempuan terdapat

1.002 orang laki-laki.

Jumlah rumah tangga tahun 2009 diperkirakan

sebanyak 973 ribu rumah tangga dengan rata-rata

anggota rumah tangga sebesar 4,5 jiwa per rumah

tangga. Jumlah rata-rata anggota rumah tangga di

Aceh sedikit lebih besar dibandingkan dengan rata-

rata Nasional yang besarnya 4,0 jiwa per rumah

tangga. Indikator ini sangat dibutuhkan untuk melihat

beban tanggungan setiap rumah tangga secara sosial

ekonomi.

Tingkat kepadatan penduduk per luas wilayah

administrasi juga menjadi ukuran besarnya tanggung

jawab pemerintah terhadap kondisi sosial ekonomi

penduduknya serta kelestarian dan keseimbangan

lingkungan hidup. Wilayah dengan tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi akan menimbulkan berbagai

permasalahan ekonomi, sosial dan lingkungan.

Pada tahun 2009 tingkat kepadatan penduduk Aceh

sebesar 75 jiwa/km2, masih jauh dibawah rata-rata

Nasional yang mencapai angka 124 jiwa/km2. Namun

kondisi tersebut tidak merata untuk keseluruhan

wilayah kabupaten/kota. Kota Banda Aceh

merupakan wilayah terpadat di Provinsi Aceh dengan

tingkat kepadatan sebesar 3.459 jiwa/km2.

3

Piramida penduduk Aceh tahun 2009

Laki-laki

Perempuan

Tingkat Kepadatan Penduduk Aceh

dan Nasional

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010 dan Statistik

Indonesia 2009

PENDUDUK

Aceh masih mempunyai wilayah yang sangat luas untuk penduduknya

Pada tahun 2009, setiap satu kilometer persegi wilayah Aceh ditempati oleh 77 orang penduduk.

Secara Nasional, setiap satu kilometer persegi wilayah Indonesia dihuni oleh 124 orang penduduk

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Tahukah Anda?

*** Penduduk perempuan berpeluang

lebih lama hidup dibandingkan

penduduk laki-laki***

Sumb Aceh Dal A ka 2010 da Statistik

Page 15: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

9

Struktur penduduk Aceh tahun 2009 dapat dilihat dari

piramida penduduk. Dasar piramida yang lebih sempit

dibanding bagian atasnya bisa memberikan indikasi

tingkat fertilitas/jumlah kelahiran yang semakin

menurun, namun juga bisa memberikan indikasi

masih tingginya angka kematian balita (0-4 tahun).

Untuk itu perlu ukuran statistik lainnya seperti angka

kematian bayi (infant mortality rate).

Sedangkan struktur penduduk kelompok usia tua

memberikan gambaran jumlah perempuan lebih

banyak dari laki-laki. Indikasi ini memberikan

informasi bahwa perempuan mempunyai angka

harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Sedangkan komposisi penduduk menurut usia

produktif dan tidak produktif memberikan gambaran

tentang beban tanggungan. Persentase penduduk

Aceh usia produktif tahun 2009 sebesar 65,21 persen.

Dari data tersebut diperoleh angka beban

ketergantungan penduduk Aceh tahun 2009 sebesar

53,35 persen. Artinya setiap 100 orang penduduk usia

produktif terdapat 53 orang penduduk tidak produktif

yang secara ekonomis ditanggung oleh penduduk

produktif.

Penduduk Kabupaten/Kota

Kabupaten Aceh Utara merupakan wilayah

administrasi dengan jumlah penduduk yang paling

banyak yaitu sebanyak 532.537 jiwa atau 12,20

persen dari jumlah penduduk Aceh tahun 2009.

Kemudian diikuti oleh Kabupaten Pidie dengan jumlah

penduduk sebanyak 386.053 jiwa (8,85%) dan

Kabupaten Bireuen sebanyak 359.032 jiwa (8,23%).

Sedangkan wilayah yang mempunyai penduduk

paling sedikit yaitu Kota Sabang sebanyak 29.184

jiwa (0,67%) dan Kota Subulussalam sebanyak

66.451 jiwa (1,52%).

Jumlah Penduduk Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2009

3 Komposisi Penduduk Aceh Menurut

Kelompok Umur Tahun 2009

Sumber : Susenas 2009

PENDUDUK

Distribusi penduduk antar kabupaten/kota tahun 2009 sangat timpang

Penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara sebesar 533 ribu jiwa dan paling sedikit di Kota

Sabang sebanyak 29 ribu jiwa sehingga rentang distribusi penduduk sebesar 504 ribu jiwa

Sumber : Susenas 2009

Page 16: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 10

Walaupun rata-rata pertumbuhan penduduk Aceh

periode 2008-2009 sebesar 1,62 persen, namun

sangat bervariasi menurut kabupaten/kota. Bahkan

terdapat dua daerah dengan pertumbuhan negatif

atau terjadi penurunan jumlah penduduk yaitu Kota

Banda Aceh sebesar -2,61 persen dan Kota Sabang

sebesar -0,13 persen. Sedangkan pertumbuhan

tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Jaya yaitu sebesar

9,67 persen.

Tingkat kepadatan penduduk Aceh pada tahun 2009

secara rata-rata setiap satu km2 luas wilayah dihuni

oleh 75 orang penduduk. Namun menurut

kabupaten/kota kepadatan penduduk sangat

bervariasi yaitu terendah berada di Kabupaten Gayo

Lues sebesar 13 jiwa/km2, dan terpadat penduduknya

berada di Kota Banda Aceh yaitu sebesar 3.459

jiwa/km2. Jika dikelompokkan, sebanyak 13

kabupaten/kota mempunyai tingkat kepadatan

penduduk kurang dari 100 jiwa/km2, 6 kabupaten/kota

dengan tingkat kepadatan antara 100-200 jiwa/km2,

dan hanya 4 kabupaten/kota dengan tingkat

kepadatan lebih dari 200 jiwa/km2.

Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana (KB) dan penundaan

usia perkawinan pertama pada perempuan

merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi

penurunan tingkat fertilitas, karena berdampak

memperpendek masa reproduksi mereka. Perempuan

yang kawin pada usia sangat muda mempunyai resiko

terhadap keselamatan ibu maupun anak. Dengan

memberi kesempatan kepada perempuan untuk

bersekolah lebih tinggi dapat membantu menunda

usia perkawinan bagi seorang perempuan.

Dari total penduduk perempuan yang pernah

menikah masih terdapat 8,64 persen menikah pada

usia dini yaitu 15 tahun atau kurang. Sedangkan

mayoritas usia perkawinan pertama adalah 19-24

tahun (45,59%).

Kabupaten/ Kota

Pertumbuhan Penduduk 2008-2009

(%)

Kepadatan penduduk (jiwa/km2)

(1) (2) (3)

Simeulue 0,68 40 Aceh Singkil 2,23 39 Aceh Selatan 2,48 56 Aceh Tenggara 0,87 42 Aceh Timur 2,35 56 Aceh Tengah 3,71 44 Aceh Barat 3,33 54 Aceh Besar 0,86 105 Pi d i e 1,49 135 Bireuen 0,41 189 Aceh Utara 2,86 165 Aceh Barat Daya 1,39 53 Gayo Lues 0,50 13 Aceh Tamiang 0,76 125 Nagan Raya 0,87 32 Aceh Jaya 9,67 22 Bener Meriah 1,70 79 Pidie Jaya 3,39 236 Banda Aceh -2,61 3.459 Sabang -0,13 191 Langsa 0,11 535 Lhokseumawe 0,30 879 Subulussalam 3,42 66

Aceh 1,62 75

3 Laju Pertumbuhan Penduduk

dan Kepadatan Tahun 2009

Persentase perempuan pernah kawin

menurut umur perkawinan pertama, 2009

Sumber : Inkesmas 2010

PENDUDUK

Perempuan Aceh yang menikah pada usia dini masih cukup tinggi

Pada tahun 2009, sebanyak 8,64 persen dari total penduduk perempuan yang pernah kawin

melangsungkan perkawinan pertama pada usia 10-15 tahun

Page 17: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

11

Angkatan Kerja

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya

sumber daya manusia. Tenaga kerja manusia sebagai

salah satu faktor produksi sangat menentukan dalam

perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang banyak

namun tidak berkualitas justru akan memberikan

tingkat produktivitas yang rendah yang pada akhirnya

memperlambat pertumbuhan perekonomian.

Berdasarkan konsep ketenagakerjaan yang

digunakan di Indonesia, penduduk memasuki usia

kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun atau

lebih. Kelompok ini dibagi menjadi dua yaitu angkatan

kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang

sudah bekerja atau mencari pekerjaan. Sedangkan

bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja

yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga

atau lainnya (sakit, cacat, dan orang yang tidak

memungkinkan untuk bekerja).

Pada tahun 2009 di Aceh terdapat sebanyak 1,89 juta

angkatan kerja atau tingkat partisipasi angkatan kerja

(TPAK) sebesar 62,50 persen dari total penduduk

usia 15 tahun keatas. Jumlah ini mengalami

penambahan sekitar 104 ribu orang (5,83%)

dibanding tahun 2008 dimana jumlah angkatan

kerjanya mencapai 1,79 juta orang.

Dari 1,89 juta angkatan kerja terdapat 1,73 juta orang

penduduk bekerja (91,29%) dan sisanya 165 ribu

orang (8,71%) masih menjadi pengangguran (tingkat

pengangguran terbuka/TPT). Secara persentase

terjadi penurunan jumlah pengangguran tahun 2009

dibanding tahun 2008 dimana jumlah

penganggurannya mencapai 9,56 persen. Secara

nominal jumlah pengangguran tahun 2009 juga

mengalami penurunan sebanyak 6 ribu orang (3,53%)

dari 171 ribu orang menjadi 165 ribu orang.

4 KETENAGAKERJAAN

Pengangguran di Aceh berkurang

Pada tahun 2009 jumlah pengangguran sebanyak 165 ribu orang, sedangkan tahun 2008

sebanyak 171 ribu orang, terjadi pengurangan sebanyak 6 ribu orang

Angkatan kerja laki-laki

Beberapa Indikator Ketenakakerjaan

Provinsi Aceh Tahun 2008-2009

Angkatan kerja laki-laki

Pelatihan terhadap angkatan kerja perempuan

Uraian 2008 2009

1. Angkatan Kerja (000) 1.793 1.898

- Bekerja 1.622 1.733

- Pengangguran 171 165

2. Bukan Angkatan Kerja (000) 1.180 1.139

3. TPAK (%) 60,32 62,50

4. TPT (%) 9,56 8,71

Sumber: Inkesmas 2010

Page 18: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 12

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut jenis

kelamin lebih tinggi perempuan dibandingkan laki-laki.

TPT perempuan tahun 2009 sebesar 10,74 persen,

mengalami penurunan dibanding tahun 2008 yang

besarnya 13,97 persen. Sedangkan TPT laki-laki

tahun 2009 sebesar 7,52 persen, justru mengalami

peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang

mencapai 7,11 persen.

Berdasarkan perbandingan jenis kelamin, dari 1,73

juta penduduk Aceh yang bekerja tahun 2009,

sebanyak 63,85 persen adalah laki-laki dan sisanya

36,15 adalah perempuan. Data ini memberikan

gambaran ternyata cukup banyak perempuan yang

bekerja di Aceh, ikut mencari nafkah bagi

keluarganya.

Sedangkan dari 165 ribu orang pengangguran,

sebanyak 54,22 persen laki-laki dan 45,78 persen

perempuan. Ternyata jumlah penganggur laki-laki

dan perempuan hampir sama. Hal ini membutuhkan

perhatian serius pemerintah dalam penyediaan

lapangan kerja, sehingga tidak hanya penganggur

laki-laki saja yang terserap dipasar kerja, melainkan

perempuan juga.

Persentase penduduk yang bekerja menurut

kelompok umur lima tahunan pada umumnya hampir

merata untuk setiap kelompok, kecuali pada kelompok

umut 15-19 tahun yaitu sebanyak 4,27 persen dari

1,73 juta penduduk yang bekerja.

Sedangkan struktur umur pengangguran lebih banyak

pada kelompok umur dibawah 30 tahun, yaitu umur

15-19 tahun sebanyak 21,83 persen, umur 20-24

tahun sebanyak 39,34 persen dan umur 25-29 tahun

sebanyak 18,55 persen. Tingginya persentase

pengangguran pada kelompok umur tersebut

disebabkan karena mereka baru menamatkan jenjang

pendidikan dan masih dalam tahap mencari

pekerjaan. Namun tidak tertutup kemungkinan

pengangguran tersebut disebabkan oleh tingkat

pendidikan dan keahlian yang kurang memadai.

4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tahun 2008-2009

Persentase angkatan kerja, bekerja

dan pengangguran tahun 2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Persentase Penduduk Bekerja dan

Penganggur Tahun 2009

KETENAGAKERJAAN

Lebih sepertiga penduduk yang bekerja adalah perempuan

Pada tahun 2009 jumlah penduduk bekerja sebanyak 1,73 juta orang, yang terdiri dari 63,85 persen

laki-laki dan 36,15 persen perempuan

Kelompok Umur Bekerja Penganggur

15-19 4,27 21,83

20-24 12,26 39,34

25-29 14,37 18,55

30-34 13,97 8,63

35-39 13,57 5,20

40-44 11,06 2,82

45-49 9,42 2,05

50-54 7,74 0,92

55+ 13,35 0,67

Jumlah 100,00 100,00

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Page 19: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

13

Pada umumnya penduduk yang bekerja pernah

bersekolah, namun masih mempunyai tingkat

pendidikan yang rendah. Jumlah penduduk yang

bekerja dengan tingkat pendidikan tidak pernah

bersekolah hanya sebesar 3,25 persen. Sedangkan

penduduk bekerja dengan tingkat pendidikan tidak

tamat Sekolah Dasar sebanyak 13,89 persen.

Kemudian persentase penduduk bekerja dengan

tingkat pendidikan SD/sederajat sampai

SMU/sederajat hampir sama yaitu berkisar antara 21-

27 persen. Sementara pekerja dengan pendidikan

yang tinggi jumlahnya masih rendah yaitu sekitar 10

persen. Data tersebut memberikan informasi bahwa

tingkat pendidikan pekerja di Aceh masih rendah.

Sedangkan penduduk yang mengganggur hampir 90

persen mempunyai pendidikan SMU/sederajat atau

lebih rendah. Penanggur dengan ijazah

SMU/sederajat sendiri mencapai 51,19 persen. Hanya

10,29 persen pengangguran dengan tingkat

pendidikan diploma atau sarjana.

Jumlah Jam Kerja

Jumlah jam kerja dalam seminggu menentukan status

pekerja apakah termasuk dalam pekerja dengan

jumlah jam kerja normal atau masih dibawah normal.

Jam kerja normal menurut konsep BPS adalah jika

bekerja selam 35 jam atau lebih dalam seminggu. Jika

bekerja dibawah jam kerja normal lebih sering disebut

dengan setengah pengangguran. Disamping itu

jumlah jam kerja dibawah jam kerja normal juga bisa

memberikan indikasi tingkat produktivitas pekerja

yang rendah.

Pada tahun 2009 persentase penduduk yang bekerja

dengan jumlah jam kerja normal sebanyak 54,62

persen dari 1,73 juta penduduk Aceh yang bekerja.

Sisanya bekerja dengan jumlah jam kerja dibawah 35

jam dalam satu minggu yaitu antara 15-34 jam

sebanyak 36,27 persen, selama 1-14 jam sebanyak

7,35 persen dan sementara tidak bekerja (0 jam)

sebanyak 1,76 persen.

4 Persentase Penduduk Bekerja dan

Pengangguran Menurut Tingkat

Pendididkan Tahun 2009

Persentase Penduduk Bekerja Menurut

Jumlah Jam Kerja dalam Seminggu

Tahun 2009

Sumber : Inkesmas 2010

Sumber : Inkesmas 2010

Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka

peningkatan produktivitas petani

KETENAGAKERJAAN

Masih banyak penduduk yang bekerja dibawah jam kerja normal

Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang bekerja dengan jumlah jam kerja 35 jam atau lebih

dalam seminggu mencapai 54,62 persen, sisanya masih dibawah 35 jam dalam seminggu

Tingkat Pendidikan Bekerja Penganggur

1. Tidak sekolah 3,25 0,32

2. Tidak tamat SD 13,89 4,87

3. SD/sederajat 24,28 13,50

4. SMP/sederajat 21,67 19,83

5. SMU/sederajat 26,49 51,19

6. Diploma/sarjana 10,42 10,29

Jumlah 100,00 100,00

Page 20: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 14

Lapangan Usaha

Pertanian secara umum merupakan lapangan usaha

yang paling banyak ditekuni masyarakat Aceh. Pada

tahun 2008 dan 2009 hampir separuh dari jumlah

penduduk yang bekerja menggantungkan nafkahnya

pada lapangan pertanian yaitu pertanian tanaman

pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan

perikanan. Persentase yang bekerja di pertanian pada

tahun 2009 juga meningkat dibandingkan tahun 2008

yaitu dari 48,47 persen menjadi 48,89 persen.

Informasi ini memberikan gambaran bahwa sektor

pertanian masih menjadi andalan masyarakat Aceh

sehingga pemerintah juga harus memberikan

perioritas pada sektor pertanian dalam menyusun

perencanaan pembangunan.

Jasa kemasyarakaatan, sosial dan perorangan

merupakan lapangan usaha kedua terbanyak

menjadi pilihan penduduk dalam bekerja. Sebanyak

19,13 persen penduduk bekerja pada sektor ini pada

tahun 2009. Jumlah ini mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun 2008 yang tercatat

sebanyak 17,43 persen.

Kemudian sektor perdagangan, rumah makan dan

jasa akomodasi sebanyak 15,26 persen, sedikit

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 15,59

persen. Jumlah penduduk yang bekerja pada

lapangan usaha lainnya pada tahun 2009 masih

dibawah 10 persen.

Status Pekerjaan

Sebagian besar status pekerjaan penduduk Aceh

yang bekerja pada tahun 2009 adalah sebagai

“buruh/karyawan/pegawai”, yaitu mencapai 31,44

persen. Kemudian yang berstatus “bekerja sendiri”

sebanyak 20,54 persen, “berusaha dibantu buruh

tidak tetap/tidak dibayar” sebesar 19,14 persen, dan

“pekerja keluarga/tidak dibayar” sebesar 19,14

persen. Sedangkan status pekerjaan lainnya masih

dibawah 5 persen.

4 Persentase Penduduk yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha

Sumber : Inkesmas 2010

Persentase Penduduk yang Bekerja

Menurut Status Pekerjaan Tahun 2009

Sumber : Susenas 2009

KETENAGAKERJAAN

Sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja

Jumlah pekerja di sektor pertanian tahun 2009 mencapai 48,89 persen, sedikit meningkat dibanding

tahun 2008 yang mencapai 48,47 persen

Uraian 2008 2009

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,

Perburuan dan Perikanan 48,47 48,89

Pertambangan dan Penggalian0,53 0,62

Industri5,35 4,66

Listrik, Gas, dan Air0,17 0,23

Konstruksi6,40 6,09

Perdagangan,Rumah Makan dan Jasa

Akomodasi 15,59 15,26

Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi 5,48 4,50

Lembaga Keuangan, Real Estate,

Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,58 0,62

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan 17,43 19,13

Jumlah 100,00 100,00

Page 21: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

15

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan

peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam

membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat

pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci

dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi

pembangunan pendidikan secara formal maupun non-

formal.

Dunia pendidikan di Provinsi Aceh masih

menghadapi banyak masalah, salah satunya adalah

keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan

yang kurang memadai dan tenaga pengajar yang

kurang berkualitas. Untuk itu berbagai cara telah

dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan

mengembangkan kurikulum, sehingga diharapkan

dapat menciptakan lulusan yang lebih berkualitas

yang dapat meningkatkan mutu sumber daya

manusia.

Jumlah Sekolah

Pada tahun ajaran 2009/2010 di Provinsi Aceh

terdapat sekolah umum menurut tingkatan dengan

rincian SD negeri sebanyak 3.140 sekolah ditambah

136 SD swasta, SLTP negeri sebanyak 692 sekolah

ditambah 135 SLTP swasta, SMU negeri sebanyak

273 sekolah ditambah 93 SMU swasta, dan SMK

negeri sebanyak 78 sekolah serta SMK swasta

sebanyak 34 sekolah. Keseluruhan sekolah tersebar

di 23 kabupaten/kota se Provinsi Aceh.

Sedangkan untuk sekolah agama pada tahun ajaran

2009/2010 terdapat Madrasah Ibtida’iyah (MI) Negeri

sebanyak 433 sekolah dan 137 MI Swasta. Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Negeri sebanyak 109 sekolah dan

234 MTs Swasta. Madrasah Aliyah (MA) Negeri

sebanyak 68 sekolah dan 128 MA Swasta. Untuk

sekolah agama pada tingkatan MTs dan MA jumlah

sekolah berstatus swasta lebih banyak daripada

sekolah berstatus negeri.

5 PENDIDIKAN

Dunia pendidikan di Aceh masih menghadapi banyak masalah

Keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai dan tenaga pengajar yang

kurang berkualitas merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan di Aceh

Salah satu bangunan sekolah di Aceh Salah satu bangunan sekolah di Aceh

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Keadaan Sekolah Umum di Aceh

Tahun 2009/2008

Keadaan Sekolah Agama di Aceh

Tahun 2009/2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Skolah Kelas Guru Murid

SD Negeri 3.140 20.826 42.979 500.787

SD Swasta 136 741 1.258 15.690

SMP Negeri 692 6.816 16.922 184.151

SMP Swasta 135 589 1.751 15.926

SMU Negeri 273 4.050 11.956 124.743

SMU Swasta 93 579 3.259 16.336

SMK Negeri 78 1.718 2.996 25.779

SMK Swasta 34 347 821 5.156

Jenjang Sekolah

Jumlah

Skolah Kelas Guru Murid

MI Negeri 433 3.701 6.093 104.115

MI Swasta 137 727 5.187 13.761

MTs Negeri 109 1.299 2.529 44.831

MTs Swasta 234 910 5.187 29.406

MA Negeri 68 771 1.541 28.210

MA Swasta 128 500 2.731 14.705

Jenjang Sekolah

Jumlah

Page 22: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

16

Rasio Murid-Guru

Rasio murid guru merupakan salah satu indikator

terukur untuk mengetahui rata-rata beban tanggung

jawab satu orang guru terhadap anak didiknya. Rasio

murid guru adalah perbandingan jumlah guru

terhadap jumlah murid. Semakin besar nilai rasio,

semakin berat beban tanggung jawab guru dalam

proses belajar mengajar.

Rasio murid terhadap guru pada sekolah umum

jenjang pendidikan SD Negeri sebesar 12 dan SD

Swasta sebesar 13, SMP Negeri sebesar 11 dan SMP

Swasta sebesar 9, SMU Negeri sebesar 10 dan SMU

Swasta sebesar 5, SMK Negeri sebesar 9 dan SMK

Swasta sebesar 6. Sedangka rasio murid terhadap

guru pada sekolah agama pada umumnya lebih besar

pada sekolah/madrasah negeri dibandingkan sekolah

swasta.

Rasio Murid-Rombel, Guru-Rombel

Rasio murid terhadap rombongan belajar (rombel)

menunjukkan rata-rata jumlah murid untuk setiap

rombel (kelas). Semakil besar angkanya maka

semakin berat beban kelas, proses belajar mengajar

tidak efektif karena terlalu banyak murid dalam satu

kelas, yang bisa jadi ruangan kelas juga tidak

memadai. Sedangkan rasio guru terhadap rombel

menjadi ukuran ketersediaan guru untuk setiap

rombel.

Pada sekolah umum rasio murid-rombel tertinggi

pada SMU Negeri yaitu sebesar 31, dan pada sekolah

agama rasio diatas 30 terdapat pada MTs Negeri,

MTs Swasta dan MA Negeri.

Sedangkan untuk rasio Guru-Rombel pada umumnya

setiap rombel terdapat 2 sampai 3 orang guru, kecuali

pada SMU Swasta sebesar 6, dan pada sekolah

agama swasta. Artinya pada sekolah swasta pada

umumnya ketersediaan jumlah guru untuk setiap

rombel lebih banyak dibandingkan pada sekolah

negeri.

5 Rasio Murid-Guru, Murid-Rombel dan

Guru-Rombel pada Sekolah Umum

Tahun 2009/2010

Rombel = Rombongan Belajar (Kelas) Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Rasio Murid-Guru, Murid-Rombel dan

Guru-Rombel pada Sekolah Agama

Tahun 2009/2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber Foto: Aceh Desain

PENDIDIKAN

Rata-rata jumlah murid dalam satu rombongan belajar masih tinggi

Jumlah murid dalam satu rombongan belajar (kelas) pada jenjang SMU negeri mencapai 31 orang,

pada MA negeri sebanyak 37 orang dan MTs negeri sebanyak 35 orang

Page 23: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

17

Angka Melek Huruf

Angka melek huruf (AMH) sering digunakan sebagai

indikator keberhasilan pembangunan dibidang

pendidikan, karena dapat merefleksikan out come

pelaksanaan pendidikan dasar di suatu daerah.

Disamping itu, AMH dapat dijadikan alat ukur

keberhasilah program-program pengentasan buta

huruf, kemampuan penduduk menyerap informasi dari

berbagai media, dan kemampuan untuk

berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Angka melek

huruf dihitung berdasarkan persentase penduduk usia

15 tahun keatas yang mampu membaca dan menulis

huruf latin atau huruf lainnya.

Capaian AMH Provinsi Aceh dua tahun terakhir sudah

cukup baik yaitu 96,20 persen pada tahun 2008,

kemudian naik menjadi 96,39 persen pada tahun

2009. Angka ini merefleksikan jumlah penduduk usia

15 tahun atau lebih yang bisa membaca dan menulis

serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam

kehidupan sehari-hari.

Angka Melek Huruf (AMH) kabupaten/kota pada

tahun 2009 sudah menunjukkan kondisi yang lebih

baik walaupun masih ada beberapa kabupaten/kota

dengan AMH yang masih rendah. Masih terdapat 8

kabupaten/kota dengan AMH dibawah rata-rata

provinsi dan selebihnya sudah berada diatas rata-rata

provinsi.

Kabupaten dengan AMH tertinggi adalah Kota

Lhokseumawe yaitu sebesar 99,22 persen,

sedangkan terendah adalah Kabupaten Gayo Lues

sebesar 86,97 persen.

Selama tahun 2008-2009 AMH Provinsi Aceh lebih

tinggi dibandingkan rata-rata Nasional. Pada tahun

2008 AMH Nasional sebesar 92,19 persen, kemudian

naik menjadi 92,58 pada tahun 2009. Sedangkan

AMH Aceh pada tahun 2008 sebesar 96,20 persen

dan naik menjadi 96,39 persen pada tahun 2009.

5 Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota

Tahun 2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Angka Melek Huruf Aceh dan Nasional

Tahun 2008-2009

PENDIDIKAN

Angka melek huruf di Aceh lebih baik dibandingkan rata-rata Nasional

Jumlah murid dalam satu rombongan belajar (kelas) pada jenjang SMU negeri mencapai 31 orang,

pada MA negeri sebanyak 37 orang dan MTs negeri sebanyak 35 orang

Page 24: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

18

5

Rata-rata Lama Sekolah Provinsi

Aceh dan Nasional Tahun 2008-2009

Rata-rata Lama Sekolah

Kabupaten/Kota Tahun 2009

Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah (Mean Years of

Schooling/MYS) dapat dijadikan indikator rata-rata

tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk.

Semakin tinggi angka rata-rata sekolah, semakin

tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan. Target

yang ditetapkan oleh UNDP untuk rata-rata lama

sekolah sebesar 15 tahun, atau setara dengan tingkat

pendidikan Diploma III atau Akademi di Indonesia.

Jika dirinci, sembilan tahun untuk pendidikan dasar,

tiga tahun tingkat pendidikan menengah, dan selama

tiga tahun pada tingkat Akademi/D3.

Rata-rata lama sekolah di kabupaten/kota pada tahun

2009 tertinggi berada di Kota Banda Aceh yaitu

sebesar 11,91 tahun. Artinya rata-rata penduduk Kota

Banda Aceh umur 15 tahun sudah menamatkan

pendidikan di SMP (selama 9 tahun) dan menduduki

jenjang pendidikan SMU/sederajat selama 2,91 tahun.

Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata

secara Provinsi Aceh yang mencapai 8,63 tahun.

Sedangkan daerah dengan rata-rata lama sekolah

terendah terdapat di Kabupaten Nagan Raya yaitu

sebesar 7,34 tahun, atau baru menamatkan

SD/sederajat (selama 6 tahun) dan menduduki

jenjang pendidikan SMP/sederajat selama 1,34 tahun.

Masih terdapat 10 kabupaten/kota dengan rata-rata

lama sekolah dibawah angka rata-rata provinsi.

Perkembangan rata-rata lama sekolah di Provinsi

Aceh periode 2008-2009 sudah cukup baik dibanding

capaian secara Nasional. Rata-rata lama sekolah

Provinsi Aceh tahun 2008 sebesar 8,50 tahun, dan

naik menjadi 8,63 tahun pada tahun 2009. Sedangkan

capaian Nasional pada tahun 2008 sebesar 7,52

tahun, kemudian meningkat menjadi 7,72 pada tahun

2009. Namun jika dibandingkan dengan target UNDP

yaitu selama 15 tahun, capaian rata-rata lama sekolah

di Provinsi Aceh maupun Nasional masih jauh

tertinggal.

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

PENDIDIKAN

Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Banda Aceh tertinggi di Aceh

Tahun 2009 penduduk Kota Banda Aceh usia 15 tahun atau lebih rata-rata sudah menamatkan

pendidikan pada jenjang SMP/sederajat, dengan angka rata-rata lama sekolah 11,91 tahun

Page 25: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

19

Angka Partisipasi Sekolah

Untuk melihat seberapa banyak penduduk usia

sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas

pendidikan yang ada dapat dilihat dari persentase

penduduk yang masih bersekolah pada usia tertentu

yang lebih dikenal dengan angka partisipasi sekolah

(APS). Meningkatnya APS berarti menunjukkan

adanya keberhasilan di bidang pendidikan terutama

yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan

pelayanan pendidikan.

APS anak-anak kelompok umur 7-12 tahun di

Provinsi Aceh pada tahun 2009 telah mencapai 99,07

persen, mengalami sedikit peningkatan dibandingkan

dengan tahun 2008 sebesar 99,06 persen. APS pada

kelompok umur ini tidak jauh berbeda antara laki-laki

dan perempuan.

Pada kelompok umur 13-15 tahun APS mencapai

94,14 persen pada tahun 2008 dan naik menjadi

94,31 persen pada tahun 2009. APS perempuan

sedikit lebih tingggi dibandingkan laki-laki.

Sedangkan pada kelompok umur 16-18 tahun yang

merupakan kelompok umur sekolah pada jenjang

pendidikan SMU/sederajat, APS Provinsi Aceh pada

tahun 2008 sudah mencapai 72,32 persen dan

meningkat menjadi 72,72 persen pada tahun 2009.

APS menurut kabupaten/kota tahun 2009 pada

kelompok umur 7-12 tahun sudah cukup baik dengan

interval antara 97,96 persen (Kota Subulussalam)

sampai 100 persen. Sedangkan pada kelompok umur

13-15 tahun nilai APS berada pada interval 88,86

persen (Kabupaten Nagan Raya) sampai 100 persen.

Untuk kelompok umur 16-18 tahun capaian APS di

beberapa kabupaten/kota masih rendah antara lain di

Aceh Timur sebesar 59,34 persen, Kabupaten Aceh

Jaya, Nagan Raya, Aceh Tengah dan Aceh Singkil

yang masih dibawah 70 persen. Sedangkan daerah

lainnya sudah mencapai angka diatas 70 persen.

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Tahun 2008-2009

5

Angka Partisipasi Sekolah Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2009

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

PENDIDIKAN

APS Kota Banda Aceh dan Pidie Jaya tertinggi tahun 2009

Di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Pidie Jaya APS kelompok umur 7-12 tahun sudah mencapai

100 persen. Sedangkan untuk usia 13-15 tahun sebesar 100 persen di Kota Banda Aceh

2008 2009

7-12 Laki-laki 99,08 98,83

Perempuan 99,05 99,35

Laki-laki + Perempuan 99,06 99,07

13-15 Laki-laki 93,70 93,15

Perempuan 94,57 95,57

Laki-laki + Perempuan 94,12 94,31

16-18 Laki-laki 71,50 70,49

Perempuan 73,13 74,92

Laki-laki + Perempuan 72,32 72,72

Kelompok usia dan

jenis kelamin

7-12 13-15 16-18

1. Simeulue 99,64 96,60 85,65

2. Aceh Singkil 99,35 91,33 69,72

3. Aceh Selatan 99,34 96,68 76,00

4. Aceh Tenggara 99,63 96,81 75,22

5. Aceh Timur 98,03 89,89 59,34

6. Aceh Tengah 99,01 93,82 67,09

7. Aceh Barat 98,68 95,70 80,33

8. Aceh Besar 98,82 95,09 77,45

9. Pi d i e 98,66 93,98 73,28

10. Bireuen 98,97 92,71 75,41

11. Aceh Utara 99,18 93,72 72,90

12. Aceh Barat Daya 99,68 89,80 73,37

13. Gayo Lues 99,26 96,14 78,00

14. Aceh Tamiang 99,73 96,48 70,22

15. Nagan Raya 98,85 88,86 65,78

16. Aceh Jaya 99,58 95,55 61,93

17. Bener Meriah 99,00 93,69 76,57

18. Pidie Jaya 100,00 97,63 70,59

19. Banda Aceh 100,00 100,00 72,38

20. Sabang 99,75 98,87 74,45

21. Langsa 99,13 97,98 76,73

22. Lhokseumawe 98,83 96,82 79,72

23. Subulussalam 97,96 91,50 76,64

99,07 94,31 72,72

Kabupaten/Kota Kelompok Umur Sekolah

ACEH

Page 26: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

20

Angka Partisipasi Murni

Angka partisipasi murni (APM) mengukur proporsi

anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam

tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD (usia 7-12

tahun), SLTP (usia 13-15 tahun) dan SLTA (usia 16-

18 tahun). Pada saat ini pemerintah telah

melaksanakan program wajib belajar sembilan tahun,

maka sasaran dari program tersebut adalah anak-

anak usia 7-12 tahun (SD) dan 13-15 tahun (SLTP).

APM SD selama tahun 2008-2009 mengalami sedikit

peningkatan, yaitu dari sebesar 96,16 persen menjadi

sebesar 96,95 persen. Begitupun APM tingkat SLTP

meningkat cukup besar yaitu dari sebesar 76,67

persen menjadi sebesar 77,40 persen. Demikian juga

dengan APM tingkat SLTA sedikit naik dari sebesar

62,05 persen menjadi sebesar 62,10 persen.

Untuk jenjang pendidikan SD dan SMU, ternyata

capaian APM perempuan lebih besar dibandingkan

laki-laki. Hal ini memberikan informasi bahwa proporsi

perempuan yang bersekolah pada jenjang pendidikan

tersebut lebih banyak dibandingkan laki-laki.

APM menurut kabupaten/kota tahun 2009 pada

kelompok umur 7-12 tahun berada pada rentang

91,04 persen (di Kabupten Aceh Selatan) hingga

98,90 persen (di Kabupaten Goyo Lues). Sedangkan

untuk kelompok umur 13-15 tahun terendah berada di

Kota Sabang (54,62 persen) dan tertinggi di

Kabupaten Pidie (85,70 persen). Untuk kelompok

umur 16-18 tahun APM tertinggi dicapai oleh

Simeulue sebesar 74,00 persen dan terendah di

Kabupaten Aceh Timur sebesar 49,15 persen.

Beberapa daerah yang mempunyai APS yang tinggi

sedangkan APM rendah, memberikan gambaran

bahwa di daerah tersebut banyak siswa yang

bersekolah tidak tepat pada jenjang sekolah yang

seharusnya. Ini disebabkan oleh usia masuk sekolah

yang tidak sesuai dengan ketentuan, atau banyaknya

siswa yang mengulang (tidak naik kelas).

Angka Partisipasi Murni

Tahun 2008-2009

5

Angka Partisipasi Murni Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2009

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

PENDIDIKAN

Di Aceh APM masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan APS

Siswa yang terlalu cepat masuk SD/sederajat, atau banyaknya siswa yang mengulang

(tidak naik kelas) akan mengakibatkan capaian APM jauh lebih rendah dari APS.

2008 2009

7-12 Laki-laki 95,90 96,95

Perempuan 96,44 96,96

Laki-laki + Perempuan 96,16 96,95

13-15 Laki-laki 75,87 77,53

Perempuan 77,55 77,25

Laki-laki + Perempuan 76,67 77,40

16-18 Laki-laki 60,67 61,09

Perempuan 63,39 63,08

Laki-laki + Perempuan 62,05 62,10

Kelompok usia dan

jenis kelamin

7-12 13-15 16-18

1. Simeulue 94,82 77,60 74,00

2. Aceh Singkil 94,58 81,33 56,74

3. Aceh Selatan 91,04 83,58 51,83

4. Aceh Tenggara 98,16 84,92 70,51

5. Aceh Timur 97,56 80,43 49,15

6. Aceh Tengah 97,48 73,15 53,14

7. Aceh Barat 93,83 79,36 65,52

8. Aceh Besar 98,82 81,17 63,99

9. Pi d i e 97,32 85,70 64,34

10. Bireuen 97,25 75,15 65,57

11. Aceh Utara 97,55 71,46 65,42

12. Aceh Barat Daya 96,55 65,50 65,54

13. Gayo Lues 98,90 81,28 69,21

14. Aceh Tamiang 98,25 76,83 60,64

15. Nagan Raya 95,59 70,90 56,82

16. Aceh Jaya 97,60 73,55 54,87

17. Bener Meriah 97,29 79,73 64,89

18. Pidie Jaya 98,43 70,63 60,88

19. Banda Aceh 96,26 73,92 64,11

20. Sabang 96,66 54,62 73,84

21. Langsa 97,09 68,43 69,16

22. Lhokseumawe 97,62 85,46 67,79

23. Subulussalam 97,38 70,42 54,52

96,95 77,40 62,10

Kabupaten/Kota Kelompok Umur Sekolah

ACEH

Page 27: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

21

Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator

dari tingkat kesejahteraan penduduk. Penduduk yang

mempunyai proporsi terbanyak dengan keluhan

penyakit mengindikasikan tingkat kesejahteraan yang

lebih rendah. Upaya untuk meningkatkan derajat

kesehatan penduduk terus dilakukan seperti

penyediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit

dan puskesmas, penyediaan tenaga kesehatan yang

cukup, dan kampanye budaya hidup sehat. Beberapa

indikator statistik yang dapat menggambarkan tingkat

kesehatan penduduk antara lain angka harapan

hidup, tingkat kesakitan, angka kematian bayi, angka

kematian ibu, balita kurang gizi, dan sebagainya.

Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup (life expectancy) merupakan

salah satu indikator untuk mengevaluasi kinerja

pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat

kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup

yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan

program pembangunan kesehatan, dan program

sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,

kecukupan gizi dan kalori termasuk program

pengentasan kemiskinan.

Angka harapan hidup (AHH) Provinsi Aceh periode

2008-2009 mengalami sedikit peningkatan. Pada

tahun 2008 AHH Provinsi Aceh mencapai 68,50

tahun, kemudian meningkat menjadi 68,60 tahun

pada tahun 2009. AHH Provinsi Aceh tahun 2009

sebesar 68,60 tahun dapat didefinisikan sebagai rata-

rata lama hidup yang akan dijalani oleh seseorang

yang lahir pada tahun 2009, dalam suatu situasi

morbilitas yang berlaku di lingkungan Provinsi Aceh.

AHH Provinsi Aceh tahun 2008-2009 lebih rendah

dibandingkan angka Nasional. Pada tahun 2008 AHH

Nasional mencapai 69,00 tahun, kemudian

mengalami peningkatan menjadi 69,21 tahun pada

tahun 2009.

6KESEHATAN

Angka Harapan Hidup di Aceh masih dibawah angka Nasional

Pada tahun 2009 AHH Nasional sudah mencapai 69 tahun sementara Aceh 68,50 tahun,

dan tahun 2009 Nasional sudah mencapai 69,21 persen, Aceh sebesar 68,60 tahun

Angka Harapan Hidup Aceh dan

Nasional Tahun 2008-2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah

kemungkinan lamanya seseorang

menjalani hidup sejak dia lahir sampai

meninggal. AHH Aceh tahun 2009 sebesar

68,60 tahun artinya peluang seorang bayi

yang lahir di Aceh pada tahun 2009 akan

menjalani hidup selama 68,60 tahun,

dalam situasi morbilitas yang berlaku di

Wilayah Provinsi Aceh.

Sumber Foto : Serambinews.com

Sumber Foto : Serambinews.com

Page 28: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

22

Berdasarkan AHH kabupaten/kota tahun 2009,

terdapat 14 kabupaten/kota yang mempunyai AHH

diatas rata-rata provinsi (diatas 68,60) dan 9

kabupaten/kota dengan AHH dibawahnya.

Kabupaten/kota yang mempunyai AHH dibawah rata-

rata angka provinsi pada umumnya kabupaten/kota

yang berada di pesisir pantai Barat-Selatan Aceh

yaitu Kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh

Selatan, Aceh Barat Daya, Aceh Jaya dan Kota

Subulussalam. Untuk wilayah tengah Aceh terdapat

Kabupaten Gayo Lues dan Bener Meriah. Sedangkan

di pantai Utara-Timur Aceh terdapat Kabupaten Aceh

Tamiang. Sedangkan yang terendah adalah

Kabupaten Simeulue dengan AHH sebesar 62,91

tahun.

Kabupaten/kota dengan AHH tertinggi pada

umumnya berada pada wilayah Utara-Timur Aceh

yaitu tertinggi adalah Kabupaten Bireuen sebesar

72,32 tahun, kemudian Kota Sabang, Kabupaten

Aceh Besar, Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, Pidie

Jaya, Kota Banda Aceh, Lhokseumawe dan Langsa,

serta Kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya di

wilaya Barat-Selatan Aceh dan Kabupaten Aceh

Tengah dan Tenggara di wilayah Tengah Aceh.

Fasilitas Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan berupa rumah sakit di

Provinsi Aceh pada tahun 2009 sebanyak 47 unit

yang tersebar di 19 kabupaten/kota. Jumlah rumah

sakit terbanyak terdapat di ibu kota provinsi yaitu

Banda Aceh sebanyak 11 buah. Masih ada

kabupaten/kota yang belum mempunyai rumah sakit

pada tahun 2009 yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Bener

Meriah dan Pidie Jaya. Tiga kabupaten ini merupakan

daerah pemekaran, sehingga berbagai fasilitas

kesehatan masih mengandalkan kabupaten induknya.

Dengan jumlah fasilitas rumah sakit di Aceh

sebanyak 47 buah dan penduduk Aceh tahun 2009

sebanyak 4,3 juta jiwa maka rasio ketersedian rumah

sakit per jumlah penduduk sekitar 1 : 92 ribu jiwa.

6

Catatan : termasuk dokter di Puskesmas Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Jumlah RS dan Dokter Tahun 2009

Angka Harapan Hidup Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

KESEHATAN

Masih ada kabupaten yang belum punya rumah sakit

Pada tahun 2009 masih terdapat tiga kabaten yang belum mempunyai fasilitas kesehatan

berupa rumah sakit, yaitu Kabupaten Bener Meriah, Aceh Jaya dan Pidie Jaya

Umum Spesialis GigiSimeulue 1 12 - 1 Aceh Singkil 1 13 - - Aceh Selatan 1 27 10 4 Aceh Tenggara 1 21 1 1 Aceh Timur 2 37 4 18 Aceh Tengah 2 25 - 7 Aceh Barat 1 26 8 4 Aceh Besar 1 67 - 21 Pi d i e 2 36 - 4 Bireuen 3 24 2 4 Aceh Utara 1 54 - 5 Aceh Barat Daya 1 28 4 1 Gayo Lues 1 10 - 1 Aceh Tamiang 2 35 - 9 Nagan Raya 1 23 - 3 Aceh Jaya - 9 - - Bener Meriah - 19 - 2 Pidie Jaya - 10 - 3 Banda Aceh 11 105 97 18 Sabang 2 24 - 6 Langsa 5 20 - 7 Lhokseumawe 8 24 - 10

Jumlah 47 649 126 129

Jumlah DokterRSKabupaten/ Kota

Page 29: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

23

Sementara itu jumlah tenaga kesehatan berupa

dokter umum dan dokter spesialis sebanyak 775

orang diperoleh rasio tenaga kesehatan dokter per

jumlah penduduk Aceh tahun 2009 sebesar 1: 5.600

jiwa. Dokter umum dan dokter spesialis ini termasuk

yang bertugas di rumah sakit dan puskesmas yang

ada di kabupaten/kota. Namun tidak semua

kabupaten/kota memiliki dokter spesialis bahkan 15

kabupaten/kota belum mempunyai dokter spesialis.

Sedangkan ketersedian dokter gigi di Aceh pada

tahun 2009 tercatat sebanyak 129 orang.

Angka Kesakitan dan Rata-rata

Lama Sakit

Angka kesakitan adalah persentase penduduk yang

mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu

aktivitas sehari-hari selama sebulan sebelum

pencacahan. Angka ini memberikan indikasi tentang

kondisi kesehatan penduduk di suatu wilayah.

Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan

merasa terganggu aktivitasnya pada tahun 2009

mengalami penurunan dibandingkan keadaan tahun

2008, yaitu dari 36,80 persen menjadi 35,28 persen.

Bahkan jauh menurun jika dibandingkan dengan

tahun 2007 yang mencapai 40,81 persen. Namun

angka ini masih berada diatas angka rata-rata

Nasional yaitu pada tahun 2007 sebesar 30,90 persen

dan tahun 2008 sebesar 33,24 persen.

Jika dilihat menurut kabupaten/kota tahun 2009

ternyata terdapat 10 kabupaten/kota dengan tingkat

kesakitan yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata

provinsi. Angka kesakitan tertinggi terdapat di

Kabuptaen Aceh Timur yang mecapai 47,34 persen.

Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Jaya juga dua

daerah dengan angka kesakitan diatas 40 persen.

Sementara itu persentase penduduk yang paling

sedikit mempunyai keluhan kesehatan pada tahun

2009 berada di Kabupaten Aceh Tenggara yaitu

sebanyak 18,76 persen.

6

Angka Kesakitan (%) Tahun 2009

Angka Kesakitan (%) Tahun 2007-2008

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

KESEHATAN

Angka kesakitan di Aceh masih tinggi

Pada tahun 2009 di Kabupaten Aceh Timur 47,34 persen pendduknya mempunyai keluhan sakit,

termasuk Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Jaya dengan angka kesakitan diatas 40 persen

Page 30: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

24

Indikator berikutnya ialah rata-rata lama sakit, yaitu

rata-rata lamanya keluhan sakit dirasakan yang

menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.

Rata-rata lama sakit tahun 2009 di Aceh sebesar 3,10

hari. Angka ini mengalami penurunan jika

dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 5,39 hari.

Berdasarkan kabupaten/kota pada tahun 2009,

jumlah hari sakit terlama berada di Kabupaten Aceh

Selatan yaitu rata-rata selama 5,41 hari, sedangkan

paling pendek berada di Kota Sabang yaitu rata-rata

selama 2,26 hari.

Penolong Kelahiran Bayi

Selama periode 2008-2009, persentase persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan

dan tenaga medis lain) meningkat yaitu dari 83,08

persen menjadi 85,85 persen. Paling banyak

persalinan bayi ditolong oleh bidan yaitu sebesar

73,09 persen pada tahun 2008 meningkat menjadi

76,49 persen pada tahun 2009.

Disisi lain penolong persalinan oleh bukan tenaga

kesehatan masih cukup tinggi walaupun sudah

mengalami penurunan. Tenaga persalinan bukan

medis umumnya adalah dukun tradisional yaitu

mencapai 16,03 persen pada tahun 2008 dan 13,31

persen pada tahun 2009.

Namun jika dilihat menurut kabupaten/kota tahun

2009, persentase tertinggi kelahiran yang dibantu

dukun tradisional terjadi di Kabupaten Aceh Barat,

yaitu sebesar 43,56 persen, kemudian diikuti oleh

Kabupaten Singkil sebesar 35,71 persen. Sedangkan

persentase terendah penolong kelahiran oleh dukun

tradisional terdapat di Kota Banda Aceh, Langsa dan

Lhokseumawe.

6 Rata-rata Lama Sakit (Hari)

Tahun 2009

Persentase Penolong Kelahiran Bayi

Tahun 2008-2009

KESEHATAN

Dukun tradisional di Aceh masih berperan dalam proses kelahiran

13,31 persen dari total kelahiran di Aceh tahun 2009 dibantu oleh dukun tradisional dalam

proses kelahiran, sedangkan setahun sebelumnya mencapai 16,03 persen

Tahukah Anda?

***Kabupaten Aceh Barat juga dikenal

dengan nama Bumi Teuku Umar***

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010

Penolong Kelahiran Bayi 2008 2009

Tenaga Kesehatan 83,08 85,85

Dokter 9,38 8,78

Bidan 73,09 76,49

Tenaga Paramedis Lain 0,61 0,58

Bukan Tenaga Kesehatan 16,92 14,15

Dukun Tradisional 16,03 13,31

Famili/Lainnya 0,89 0,84

Page 31: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

25

Manusia dan alam lingkungannya baik lingkungan

fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan. Lingkungan fisik bisa berupa alam

sekitar yang alamiah dan yang buatan manusia.

Untuk mempertahankan diri dari keganasan alam,

maka manusia berusaha membuat tempat

perlindungan, yang pada akhimya disebut rumah atau

tempat tinggal. Manusia sebagai makhluk sosial

selalu ingin hidup bersama dengan orang lain dan

berinteraksi antara satu dengan lainnya, sehingga

satu persatu bangunan rumah tempat tinggal

bermunculan sampai terbentuk suatu pemukiman

rumah penduduk.

Dalam sepanjang kehidupannya, manusia selalu

membutuhkan rumah yang merupakan salah satu

kebutuhan pokok hidupnya selain sandang dan

pangan. Dengan kata lain, rumah merupakan

kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk dapat

terus bertahan hidup. Apabila rumah sebagai salah

satu kebutuhan pokok tersebut tidak dapat tersedia

maka manusia akan sulit untuk hidup secara layak.

Manusia membutuhkan rumah disamping sebagai

tempat untuk berteduh atau berlindung, dari hujan

dan panas, rumah juga diperlukan untuk memberi

rasa aman penghuninya dari gangguan yang tidak

diinginkan. Rumah menjadi tempat berkumpul bagi

para penghuni rumah yang biasanya merupakan satu

ikatan keluarga. Rumah dapat dijadikan sebagai salah

satu indikator bagi kesejahteraan pemiliknya.

Semakin baik fasilitas yang dimiliki, dapat

diasumsikan semakin sejahtera rumah tangga yang

menempati rumah tersebut. Berbagai fasilitas yang

dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut

antara lain dapat dilihat dari jenis atap, jenis dinding,

jenis dan luas lantai rumah, sumber air minum,

fasilitas tempat buang air besar rumah tangga dan

juga tempat penampungan kotoran akhir.

umah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bagi kesejahteraan pemiliknya

7 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

Rumah dan Lingkungan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bagi kesejahteraan pemiliknya

Rumah shelter merupakan rumah bantuan untuk

rakyat Aceh pasca tsunami

Rumah adat Aceh masih digunakan oleh

penduduk aceh terutama di daerah

perkampungan

Page 32: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 26

Status kepemilikan rumah

Status kepemilikan rumah tempat tinggal bisa

dijadikan indikator tingkat kesejahteraan penghuni

rumahnya. Penduduk yang menempati rumah sendiri

berarti sudah mempunyai aset atau kekayaan,

walaupun tingkat kekayaan yang dimiliki sangat

tergantung pada jenis, luas dan fasilitas rumah yang

dimiliki tersebut.

Pada tahun 2009 persentase penduduk Aceh yang

menempati rumah dengan status milik sendiri

sebanyak 77,27 persen. Angka ini mengalami sedikit

penurunan dibanding tahun 2008 sebesar 77,95

persen. Hal ini bisa disebabkan oleh peningkatan

jumlah rumah tangga pada tahun 2009 tidak serta

merta mereka juga mempunyai rumah sendiri.

Sedangkan persentase kepemilikan rumah

kontrak/sewa tahun 2009 sebanyak 6,60 persen, milik

orang tua/keluarga 10,45 persen dan lainnya seperti

rumah dinas, rumah bebas sewa dan lain-lain

sebanyak 5,68 persen (Tabel 7.1)

Kualitas perumahan

Salah satu ukuran kesehatan perumahan diantaranya

adalah luas lantai rumah. Luas lantai rumah selain

digunakan sebagai indikator untuk menilai

kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung

juga dikaitkan dengan sistem kesehatan lingkungan

keluarga atau tempat tinggal (perumahan). Luas lantai

erat kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau

rata-rata luas ruang untuk tiap anggota keluarga.

Persentase rumah penduduk Aceh dengan luas lantai

rata-rata perkapita kurang dari 10 m2 masih terdapat

sebanyak 30,14 persen pada tahun 2009. Angka ini

sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun

2008 yang mencapai angka 34,29 persen.

7

Persentase perumahan menurut kualitas

tahun 2008-2009

Persentase kepemilikan rumah

tahun 2008-2009

2008 2009

(2) (3)

77,95 77,27

6,82 6,60

9,03 10,45

6,20 5,68

Status

kepemilikan rumah

(1)

Milik sendiri

Kontrak/sewa

Milik orang tua/keluarga

Lainnya

2008 2009

(2) (3)

34,29 30,14

23,33 28,80

56,05 56,62

65,72 66,01 Jenis Kloset Leher Angsa

Luas Lantai Perkapita < 10 m2

Air Minum Ledeng/ Kemasan

Jamban Sendiri

Indikator

kualita perumahan

(1)

PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

Tahun 2009 sebagian besar status kepemilikan rumah adalah milik sendiri

Sebanyak 77 persen lebih rumah tempat tinggal penduduk Aceh sudah berstatus milik sendiri,

sisanya berstatus kontrak/sewa, milik orang tua dan lainnya

Sumber: Google Search

Page 33: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

27

Jika dilihat menurut kabupaten/kota tahun 2009, di

Kabupaten Aceh Timur sebanyak 48,70 persen rumah

tempat tinggal penduduknya mempunyai luas kurang

dari 10 m2 perkapita. Artinya hampir separo rumah di

Aceh Timur mempunyai ukuran luas yang relatif

sempit jika luas rumah yang ditempati dibagi dengan

jumlah anggota rumah tangga yang mendiaminya.

Sedangkan persentase terkecil terdapat di Sabang

yaitu hanya 19,59 persen rumah dengan rata-rata

luas lantai dibagi dengan jumlah penghuninya kurang

dari 10 m2.

Sumber air minum rumah tangga juga sangat

menentukan status kesejahteraan dan tingkat

kesehatan penghuni rumahnya. Kualitas air minum

yang tidak terjamin akan memberikan dampak buruk

terhadap kesehatan. Air minum yang layak untuk

dikonsumsi berasal dari sumber yang sudah terjamin

kebersihannya. Sumber air minum yang berasal dari

ledeng atau isi ulang atau air minum dalam kemasan

dianggap lebih sehat dikonsumsi dibanding sumber

air minun lainnya seperti air sumur, air sungai, air

hujan dan sejenisnya.

Pada tahun 2009 sebanyak 28,80 persen rumah

tangga di Aceh sudah menkonsumsi air minum yang

berasal dari ledeng/isi ulang/air kemasan. Namun

kondisi ini sedikit menurun dibandingkan tahun

sebelumnya yang mencapai angka 30,14 persen.

Jika dilihat menurut kabupaten/kota, persentase

tertinggi jumlah rumah tangga yang menggunakan

sumber air minum ini terdapat di Kota Banda Aceh

yaitu mencapai angka 92,91 persen. Hal ini dapat

dimaklumi disamping distribusi air ledeng (PDAM)

sudah menjangkau hampir seluruh rumah tangga di

Kota Banda Aceh, juga air isi ulang sangat mudah

diperoleh di kota ini dengan harga yang cukup murah.

Sedangkan Kabupaten Nagan Raya dan Aceh

Selatan merupakan dua daerah dengan persentase

yang sangat sedikit rumah tangga pengguna air

ledeng/isi ulang/kemasan yaitu kurang dari 10 persen.

7 Persentase rumah menurut luas lantai

dan sumber air minum

tahun 2009

Sumber : BPS, Inkesmas 2010

(1) (2) (3)

Simeulue 35,91 16,15

Aceh Singkil 31,38 16,19

Aceh Selatan 25,29 7,79

Aceh Tenggara 36,68 18,14

Aceh Timur 48,70 15,28

Aceh Tengah 23,59 36,46

Aceh Barat 20,61 28,30

Aceh Besar 27,50 41,47

Pi d i e 24,30 17,89

Bireuen 31,39 26,67

Aceh Utara 36,11 20,51

Aceh Barat Daya 30,32 15,42

Gayo Lues 39,74 17,11

Aceh Tamiang 29,02 35,15

Nagan Raya 27,79 6,99

Aceh Jaya 29,52 22,91

Bener Meriah 26,82 23,99

Pidie Jaya 20,68 14,39

Banda Aceh 24,00 92,91

Sabang 19,59 86,10

Langsa 25,57 52,75

Lhokseumawe 29,09 71,35

Subulussalam 39,39 13,66

Aceh 30,14 28,80

Kabupaten/ Kota

% rumah dengan luas

lantai perkapita

< 10m2

% rumah dengan air

minum ledeng/ isi ulang/ kemasan

PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

Kualitas perumahan dari sisi luas bangunan rumah di Aceh Timur belum memadai

Sebesar 48,70 persen dari total rumah tempat tinggal di Aceh Timur berukuran sempit yaitu

dengan luas kurang dari 10 m2 per setiap orang pernghuninya

Sumber: Google Search

Page 34: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 28

7 Persentase rumah menurut kepemilikan

jamban dan jenis kloset

tahun 2009

Persentase rumah dengan fasilitas jamban milik

sendiri secara rata-rata sebanyak 56,62 persen.

Sisanya masih menggunakan jamban secara

bersama, jamban umum, atau tidak mempunyai

jamban sama sekali. Rumah tangga yang tidak

mempunyai jamban biasanya berada di daerah aliran

sungai sehingga untuk keperluan buang air besar

tidak ada tempat khusus, melainkan di tempat

sepanjang aliran sungai tersebut.

Berdasarkan wilayah kabupaten/kota, persentase

rumah tangga yang paling sedikit mempunyai jamban

sendiri adalah Kabupaten Pidie yaitu hanya 24,70

persen rumah tangga yang memiliki jamban sendiri.

Sedangkan persentase terbesar adalah di Kabupaten

Aceh Tamiang yaitu sebanyak 88,35 persen.

Jenis kloset yang digunakan oleh rumah tangga yang

memiliki jamban sendiri terbagi atas beberapa jenis

yaitu kloset leher angsa, plengsengan, cemplung atau

cubluk. Jenis kloset yang memenuhi standar

kesehatan adalah jenis kloset leher angsa karena

mempunyai bagian (leher) untuk menampung

genangan air sehingga tidak menimbulkan aroma

yang tidak sedap terhadap lingkungan perumahan.

Pada tahun 2009 secara rata-rata sebanyak 66,01

persen rumah tangga yang mempunyai jamban

sendiri sudah menggunakan jenis kloset leher angsa.

Berdasarkan kabupaten/kota persentase tertinggi

terdapat di Kota Banda Aceh yaitu 98,75 persen.

Kemudian Kota Sabang sebanyak 94,50 persen dan

Kabupaten Aceh Besar sebanyak 94,46 persen.

Sedangkan persentase terendah terdapat di

Kabupaten Aceh Timur sebanyak 28,97 persen dan

Kabupaten Gayo Lues sebanyak 33,87 persen.

Artinya di dua kabupaten ini walaupun rumah tangga

menggunakan jamban sendiri/hanya untuk anggota

rumah tangga sendiri tetapi jenis kloset yang

digunakan masih belum sesuai dengan syarat

kesehatan rumah tangga dan lingkungan.

(1) (2) (3)

Simeulue 54,59 79,80

Aceh Singkil 55,46 47,69

Aceh Selatan 44,87 66,28

Aceh Tenggara 27,24 56,42

Aceh Timur 64,91 28,97

Aceh Tengah 60,56 62,77

Aceh Barat 57,33 73,88

Aceh Besar 64,24 94,46

Pi d i e 24,70 72,86

Bireuen 68,00 57,02

Aceh Utara 58,15 56,29

Aceh Barat Daya 30,36 66,35

Gayo Lues 26,06 33,87

Aceh Tamiang 88,35 66,04

Nagan Raya 43,15 63,00

Aceh Jaya 61,80 83,07

Bener Meriah 64,33 46,16

Pidie Jaya 31,00 76,81

Banda Aceh 85,00 98,75

Sabang 77,78 94,50

Langsa 81,53 79,68

Lhokseumawe 75,61 69,26

Subulussalam 71,75 49,40

Aceh 56,62 66,01

Kabupaten/Kota% rumah

dengan jamban milik sendiri

% rumah dengan jamban

kloset leher angsa

PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

Rumah tempat tinggal di Kabupaten Pidie banyak yang tidak memiliki jamban sendiri

Hanya 24,70 persen rumah tangga di Pidie yang mempunyai jamban sendiri, dan sisanya adalah rumah

tangga dengan jamban bersama, umum dan sebagian tidak punya jamban

Sumber: Google Search

Page 35: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

29

Indeks Pembangunan Manusia

Secara khusus, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

mengukur capaian pembangunan manusia berbasis

sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM

dihitung berdasarkan data yang dapat

menggambarkan keempat komponen yaitu angka

harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan;

angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah

mengukur capaian pembangunan di bidang

pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat

terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari

rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai

pendekatan pendapatan yang mewakili capaian

pembangunan untuk hidup layak.

Periode tahun 2007-2009 perkembangan IPM

Provinsi Aceh menunjukkan peningkatan setiap

tahunnya. Pada tahun 2007 IPM Provinsi Aceh

sebesar 70,35 dan meningkat menjadi 70,76 pada

tahun 2008. Tahun 2009 meningkat lagi menjadi

71,31. Jika dibandingkan dengan capaian IPM secara

Nasional, IPM Provinsi Aceh pada tahun 2007 dan

2008 berada diatas angka IPM Nasional. Namun

pada tahun 2009, IPM Aceh berada dibawah angka

Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun

2009 rata-rata perubahan capaian pembangunan

manusia secara Nasional lebih cepat dibandingkan

dengan yang terjadi di Aceh.

Perubahan nilai IPM dari tahun ke tahun pada

dasarnya merupakan pengurangan jarak IPM

terhadap nilai idealnya yaitu 100. Besarnya

perubahan tersebut digambarkan oleh angka reduksi

shortfall. Angka ini juga menjelaskan seberapa besar

atau seberapa cepat terjadi perubahan pembangunan

yang terjadi selama satu tahun di suatu wilayah

terutama pada dimensi penghitungan IPM yaitu

bidang kesehatan, pendidikan dan standar hidup

layak, yang berdampak pada capaian peningkatan

kualitas hidup. Semakin besar nilai reduksi shortfall

semakin besar terjadinya peningkatan angka IPM.

8 PEMBANGUNAN MANUSIA

Perubahan pencapaian pembangunan manusia di Aceh melambat

Pada tahun 2007 dan 2008 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Aceh masih diatas rata-rata nasional,

namun pada tahun 2009 IPM Aceh lebih rendah dibanding rata-rata nasional

Perkembangan IPM Aceh dan Nasional Tahun 2007-2009

SMA.N.1. Pante Raja Aceh Selatan, sarana

peningkatan kualitas SDM dibidang pendidikan

Sumber : BPS, 2010

Tahukah Anda?

***Peringkat IPM Aceh pada

tahun 2009 adalah posisi ke-

17 dari 33 provinsi. Peringkat

ini sudah dicapai mulai dari

dua tahun sebelumnya yaitu

tahun 2007 dan 2008***

Page 36: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

30

Reduksi shortfall IPM Aceh pada tahun 2008

(perubahan IPM dari 2007 ke 2008) mencapai angka

1,39, dan pada tahun 2009 naik menjadi 1,90. Ini

memberikan informasi bahwa peningkatan kualitas

hidup penduduk selama dua tahun terakhir terus

meningkat dan semakin membaik. Peningkatan

tersebut lebih cepat terjadi pada periode tahun 2008

ke tahun 2009 dibandingkan pada periode tahun

2007 ke tahun 2008.

Namun jika dibandingkan dengan capaian

pembangunan manusia secara nasional, perubahan

capaian IPM rata-rata secara Nasional lebih cepat

dibandingkan dengan yang terjadi di Provinsi Aceh.

Hal ini terlihat dari angka reduksi shortfall Nasional

lebih tinggi dibandingkan dengan angka Provinsi

Aceh. Reduksi Shortfall Nasional pada tahun 2007-

2008 mencapai 1,98 dan pada tahun 2008-2009

sebesar 2,06.

IPM Kabupaten/Kota

IPM kabupaten/kota periode tahun 2008-2009

semuanya memperlihatkan suatu peningkatan.

Perbedaan kecepatan peningkatan IPM antara satu

kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya

menyebabkan pergeseran urutan posisi IPM

kabupaten/kota.

Urutan lima kabupaten/kota dengan IPM tertinggi

tahun 2009 adalah Kota Banda Aceh pada posisi

pertama yang diikuti oleh Kota Lhokseumawe, Kota

Sabang, Kabupupaten Aceh Tengah dan Kota

Langsa. Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2008

berada pada urutan ke lima, tahun 2009 naik ke posisi

empat menggantikan Kabupaten Aceh Besar yang

tidak masuk lima besar lagi pada tahun 2009. Pada

tahun 2009 Kabupaten Aceh Besar turun ke peringkat

enam. Sedangkan Kota Langsa pada tahun 2008

berada pada peringkat enam, naik menjadi peringkat

lima pada tahun 2009.

8 Perkembangan Reduksi Shortfall IPM

Aceh dan Nasional

Potret kehidupan anak-anak di salah satu

kampung nelayan di Aceh

Kabupaten/Kota IPM Kabupaten/Kota IPM

Kota Banda Aceh 76,74 Gayo Lues 67,17

Kota Lhokseumawe 75,00 Aceh Singkil 68,12

Kota Sabang 75,00 Subulussalam 68,42

Aceh Besar 72,84 Nagan Raya 68,47

Aceh Tengah 72,81 Simeulue 68,60

Kota Banda Aceh 77,00 Gayo Lues 67,59

Kota Lhokseumawe 75,54 Aceh Singkil 68,29

Kota Sabang 75,49 Nagan Raya 68,74

Aceh Tengah 73,22 Subulussalam 68,85

Kota Langsa 73,20 Simeulue 68,92

TahunUrutan IPM Tertinggi Urutan IPM Terendah

2008

2009

IPM Kabupaten/Kota Tertinggi dan Terendah Tahun 2008-2009

Sumber : BPS, 2010

Sumber : BPS, 2010

PEMBANGUNAN MANUSIA

Tiga wilayah dengan IPM tertinggi tidak berubah pada tahun 2008-2009

Pada tahun 2008 dan 2009 rangking teratas IPM di Aceh tidak berubah yaitu tertinggi diperoleh

oleh Kota Banda Aceh, kemudian Kota Lhokseumawe dan Kota Sabang

Page 37: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

31

Untuk lima urutan terendah IPM tahun 2009 adalah

Kabupaten Gayo Lues pada urutan terakhir yaitu

urutan ke 23 dari 23 kabupaten/kota. Kemudian diikuti

oleh Kabupaten Aceh Singkil, Nagan Raya,

Subulussalam dan Simeulue. Untuk lima

kabupaten/kota dengan IPM terendah ini terjadi

pergeseran posisi jika dibandingkan dengan IPM

tahun 2008, yaitu Kabupaten Nagan Raya pada tahun

2008 pada urutan ke 20, turun menjadi urutan ke 21

pada tahun 2009. Sedangkan Kota Subulussalam

yang semula urutan ke 21 meningkat menjadi urutan

ke 20 pada tahun 2009.

Variasi pencapaian IPM antar kabupaten/kota

memberikan gambaran adanya ketidakmerataan

perkembangan di berbagai sektor pembangunan.

Ketidakmerataan ini dapat dilihat dengan

menggunakan indikator IPM karena indikator yang

terangkum dalam IPM merupakan indikator penting

dan mendasar dibidang kesehatan, pendidikan, dan

standar hidup layak.

Pada tahun 2009 IPM tertinggi sebesar 77,00 yaitu di

Kota Banda Aceh, sedangkan terendah di Kabupaten

Gayo Lues sebesar 67,59. Dengan IPM Provinsi Aceh

tahun 2009 sebesar 71,31, maka terdapat 10

kabupaten/kota dengan IPM diatas angka provinsi

dan 13 kabupaten/kota dengan IPM berada

dibawahnya.

Keseluruhan kabupaten/kota yang berada di wilayah

pantai Barat-Selatan Aceh yaitu Kabupaten Aceh

Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya,

Aceh Selatan, Aceh Singkil, Simeulue, dan Kota

Subulussalam mempunyai IPM dibawah angka IPM

Provinsi Aceh. Untuk wilayah pantai Utara-Timur Aceh

terdapat Kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Timur

dengan IPM berada dibawah angka provinsi.

Sedangkan wilayah Tengah Aceh terdapat Kabupaten

Gayo Lues, Bener Meriah dan Aceh Tenggara

dengan IPM berada dibawah angka provinsi.

8 IPM Kabupaten/Kota Tahun 2009

Tahukah Anda?

*** IPM tertinggi di wilayah

pantai Barat-Selatan Aceh

yaitu Kabupaten Aceh Barat

hampir sama dengan IPM

terendah di wilayah pantai

Utara-Timur Aceh yaitu

Kabupaten Aceh Timur***

Sumber : BPS, 2010

PEMBANGUNAN MANUSIA

IPM Aceh pada tahun 2009 terendah 67,59 dan tertinggi 77,00

Pada tahun 2009 Kabupaten Gayo Lues mempunyai IPM terendah di Aceh yaitu sebesar 67,59 dan

Kota Banda Aceh mempunyai IPM tertinggi yaitu sebesar 77,00

Page 38: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

32

Penduduk Miskin

Dalam analisis kemiskinan dikenal beberapa indikator

penting yang dapat digunakan untuk mengukur

fenomena kemiskinan. Indikator yang paling sering

digunakan adalah head-count ratio (P0). Ukuran ini

memberikan gambaran tentang proporsi (persentase)

penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Garis kemiskinan merupakan suatu batasan minimal

jumlah rupiah per jiwa yang dikeluarkan rumah tangga

selama sebulan untuk kebutuhan dasar minimum

anggota rumah tangga, baik untuk makanan maupun

untuk non makanan (pengeluaran untuk pakaian,

pendidikan, kesehatan, dan perumahan).

Penghitungan didasarkan pada hasil Survei Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas) setiap tahunnya.

Garis kemiskinan tahun 2009 Provinsi Aceh untuk

daerah perkotaan sebesar 292.428 rupiah, meningkat

sebesar 9,87 persen dari tahun 2008 yang besarnya

266.168 rupiah. Sedangkan garis kemiskinan daerah

perdesaan juga mengalami peningkatan sebesar 8,86

persen yaitu dari 229.237 rupiah pada tahun 2008

menjadi 249.546 rupiah pada tahun 2009. Secara

rata-rata garis kemiskinan di Provinsi Aceh tahun

2009 sebesar 261.898 rupiah atau meningkat sebesar

9,18 persen dibanding tahun 2008 yang besarnya

239.873 rupiah. Garis kemiskinan Provinsi Aceh jauh

lebih tinggi bila dibandingkan dengan garis

kemiskinan rata-rata secara nasional.

Periode tahun 2007-2009 tingkat kemiskinan di

Provinsi Aceh terus mengalami penurunan. Pada

tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat sebesar

26,65 persen, kemudian turun menjadi 23,53 persen

pada tahun 2008 dan turun lagi menjadi 21,80 persen

pada tahun 2009. Persentase penduduk miskin di

Aceh jauh berada di atas persentase penduduk

miskin secara nasional. Pada tahun 2007 penduduk

miskin di Indonesia sebesar 20,37 persen, kemudian

turun menjadi 18,93 persen pada tahun 2008 dan

turun lagi menjadi 17,35 persen pada tahun 2009.

8

Persentase Penduduk Miskin Aceh

dan Nasional Tahun 2007-2009

2007 2008 2009

ACEH

Kota 246.375 266.168 292.428

Desa 206.724 229.237 249.546

Kota+Desa 218.143 239.873 261.898

NASIONAL

Kota 187.942 204.896 222.123

Desa 146.837 161.831 179.835

Kota+Desa 166.697 182.636 200.262

Garis Kemiskinan (rupiah)Daerah

Garis Kemiskinan Aceh dan Nasional

Tahun 2007-2009

2007 2008 2009

ACEH

Kota 18,68 16,67 15,44

Desa 29,87 26,30 24,37

Kota+Desa 26,65 23,53 21,80

NASIONAL

Kota 12,65 11,65 10,72

Desa 20,37 18,93 17,35

Kota+Desa 16,58 15,45 14,15

DaerahJumlah Penduduk Miskin (%)

Perkembangan Penduduk Miskin

Aceh dan Nasional

Sumber : BPS, 2010

Sumber : BPS, 2010

Sumber : BPS, 2010

PEMBANGUNAN MANUSIA

Kemiskinan di Aceh masih tinggi dan berada diatas rata-rata nasional

Pada periode tahun 2007-2009 persentase penduduk miskin di Aceh lebih tinggi dibandingkan

persentase penduduk miskin di Indonesia

Page 39: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

33

Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk

miskin masih banyak terkonsentrasi di daerah

perdesaan daripada di daerah perkotaan, meskipun

tingkat penurunan persentase penduduk miskin di

daerah perdesaan lebih besar dari pada daerah

perkotaan. Pada tahun 2007, terdapat sebesar 29,87

persen penduduk miskin yang tinggal di daerah

perdesaan kemudian turun menjadi 26,30 persen

pada tahun 2008, dan turun lagi menjadi 24,37 persen

pada tahun 2009.

Sedangkan persentase penduduk miskin di perkotaan

tahun 2007 sebesar 18,68 persen, kemudian turun

menjadi 16,67 persen pada tahun 2008, dan turun lagi

menjadi 15,44 persen pada tahun 2009. Secara

nasional persentase penduduk miskin di daerah

perdesaan juga lebih tinggi dibanding di daerah

perkotaan selama periode 2007-2009.

Jika dilihat menurut kabupaten/kota tahun 2009,

terdapat 11 kabupaten/kota dengan persentase

penduduk miskin berada diatas persentase penduduk

miskin Provinsi Aceh. Persentase penduduk miskin

tertinggi terdapat di Kabupaten Pidie Jaya yaitu

sebesar 27,97 persen. Kemudian diikuti oleh

Kabupaten Aceh Barat, Kota Subulussalam,

Kabupaten Bener Meriah, Nagan Raya, Pidie, Aceh

Utara, Simeulue, Goyo Lues, Kota Sabang dan

Kabupaten Aceh Jaya.

Sementara itu terdapat 12 kabupaten/kota dengan

persentase penduduk miskin dibawah angka

persentase penduduk miskin Provinsi Aceh. Daerah

tersebut adalah Kabupaten Bireuen, Aceh Tengah,

Aceh Barat Daya, Aceh Timur, Aceh Singkil, Aceh

Besar, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Aceh Tenggara,

Kota Langsa, Kota Lhokseumawe dan Kota Banda

Aceh. Sedangkan daerah dengan persentase

penduduk miskin terendah adalah Kota Banda Aceh

yaitu sebesar 8,64 persen, dan merupakan satu-

satunya kabupaten/kota dengan tingkat penduduk

miskin berada dibawah angka 10 persen.

8 Persentase Penduduk Miskin

Kabupaten/Kota Tahun 2009

PEMBANGUNAN MANUSIA

Berdasarkan indikator kemiskinan, ketimpangan pembanguan antar wilayah masih tinggi

Pada tahun 2009 persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 27,97 persen yaitu di Kabupaten

Pidie Jaya dan terendah sebesar 8,64 persen di Kota Banda Aceh

Pendataan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan

Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

Pendataan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Page 40: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

34

Gini Rasio

Gini rasio adalah salah satu ukuran ketimpangan

pendapatan penduduk secara menyeluruh. Gini rasio

didasarkan pada kurva Lorenz yaitu kurva 2 dimensi

antara distribusi penduduk (persentase kumulatif

penduduk) dan distribusi pengeluaran perkapita

(persentase kumulatif pengeluaran perkapita). BPS

menghitung gini rasio berdasarkan data survei sosial

ekonomi nasional (Susenas) khususya dari modul

konsumsi yang dilakukan setiap tiga tahun sekali.

Pada tahun 2009 angka gini rasio Aceh sebesar 0,29,

sedikit meningkat dibandingkan tahun 2008 yang

besarnya 0,27. Hal ini meggambarkan bawah tingkat

ketimpangan pendapatan penduduk Aceh tahun 2009

lebih besar dari pada tahun 2008.

Angka gini rasio Nasional juga menunjukkan

peningkatan yaitu dari 0,35 pada tahun 2008 menjadi

0,37 pada tahun 2009. Jika dibandingkan dengan

angka gini rasio Nasional, gini rasio Aceh masih jauh

lebih rendah. Artinya secara rata-rata ketimpangan

pendapatan penduduk di Aceh lebih rendah

dibandingkan ketimpangan pendapatan penduduk

secara rata-rata di Indonesia.

8 PEMBANGUNAN MANUSIA

Ketimpangan distribusi pendapatan di Aceh relatif lebih rendah dibanding Nasional

Pada tahun 2009 gini rasio di Aceh sebesar 0,29, lebih rendah dibandingkan capaian Nasional

yaitu sebesar 0,35

Gini Rasio Aceh dan Nasional

Tahun 2008-2009

Sumber : www.bps.go.id

Potret kemiskinan akibat disparitas pendapatan Sumber Foto : Geoggle image

Tahukah Anda?

*** Angka Gini Rasio

Kabupaten/Kota se Indonesia

belum bisa dihitung BPS

disebabkan jumlah sampel

Susenas yang belum

mencukupi ***

Page 41: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

35

9 PERTANIAN

Usaha sektor pertanian masih medapat perhatian

utama oleh pemerintah dalam mewujudkan

peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini sangat

relevan karena sebagian besar rakyat Indonesia

masih berusaha di sektor pertanian (tanaman pangan,

perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan).

Demikian juga di Propinsi Aceh, sektor pertanian

masih memberikan sumbangan terbesar pada PDRB

Aceh. Kontribusi sektor pertanian pada pembentukan

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

2009 mencapai 33,69 persen tanpa migas, dan sekitar

27,40 persen dengan migas. Sedangkan penduduk

yang bekerja di sektor pertanian mencapai 860,5 ribu

jiwa atau sekitar 50,87 persen dari seluruh penduduk

Aceh yang bekerja.

Lahan pertanian yang tersedia di Aceh masih cukup

luas untuk budidaya tanaman pertanian. Tahun 2009

terdapat 310.880 hektar sawah, 494.573 hektar

tegal/kebun, 270.893 hektar ladang dan 817.357

hektar perkebunan. Lahan pertanian yang sementara

belum diusahakanpun cukup luas.

Membangun sektor pertanian berarti meningkatkan

ketahanan pangan, meningkatkan daya serap tenaga

kerja sektor pertanian, yang berarti menekan

pengangguran, dan yang paling utama adalah

meningkatkan kesejahteraan petani.

Pemerintah telah dan sedang mencanangkan upaya

peningkatan produksi komoditi pertanian guna

memenuhi kebutuhan pangan nasional. Untuk

maksud tersebut, diperlukan dukungan sarana dan

prasarana produksi yang memadai dari hulu sampai

ke hilir, termasuk dukungan kebijakan Pemerintah

terhadap rumah tangga usaha tani.

Beberapa program pemerintah terkait dengan usaha

peningkatan produksi tanaman pangan khususnya

padi telah membuahkan hasil. Hal ini terbukti dengan

meningkatnya produksi padi di Aceh dari tahun ke

tahun.

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Aceh

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Aceh tahun 2009 mencapai 33,69 persen dan

terdapat 50,87 persen penduduk yang bekerja di sektor pertanian

Komposisi Wilayah Aceh Menurut Jenis

Penggunaan Tahun 2009 (hektar)

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Hamparan tanaman padi sawah yang luas di

Provinsi Aceh

Page 42: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 36

Padi

Dalam empat tahun terakhir (2006-2009), luas panen,

produktivitas dan produksi padi di Aceh berfluktuasi.

Pada tahun 2006 produksi padi sawah dan ladang

sebanyak 1,35 juta ton gabah kering giling (GKG),

selanjutnya pada tahun 2007 produksi padi melonjak

menjadi 1,53 juta ton GKG (naik 12,58 %).

Sedangkan pada tahun 2008 produksi padi

mengalami penurunan menjadi 1,40 juta ton GKG

(8,87 persen). Penurunan produksi pada tahun 2008

disebabkan luas panen merosot tajam dari 360,72

ribu hektar tahun 2007 menjadi 329,11 ribu hektar

pada tahun 2008.

Pada tahun 2009 produksi padi kembali meningkat

mencapai 1,57 juta ton GKG. Peningkatan produksi

padi pada tahun 2009 disebabkan oleh peningkatan

luas panen dari 329,11 hektar tahun 2008 menjadi

359,38 hektar pada tahun 2009 atau naik 9,19 persen

dan juga produktivitas mengalami peningkatan dari

42,61 kwintal per hektar di tahun 2008 menjadi 43,32

kwintal per hektar tahun 2009.

Peningkatan produksi tidak terlepas dari

meningkatnya produktivitas setiap tahunnya dalam

periode 2006-2008 yaitu pada tahun 2006 sebesar

42,11 kwintal per hektar, tahun 2007 produktivitas

42,35 kwintal per hektar, tahun 2008 sebesar 42,61

kwintal per hektar. Sedangkan pada tahun 2009

kembali mengalami peningkatan menjadi 43,32

kwintal per hektar.

Meningkatnya produktivitas tanaman padi setiap

tahunnya tidak terlepas dari berhasilnya berbagai

progam peningkatan produktivitas yang dilakukan

instansi terkait seperti program Peningkatan Produksi

Beras Nasional (P2BN) dengan menggantikan benih

lokal menjadi benih hibrida atau unggul dan

kecukupan pupuk di seluruh daerah sentra produksi

padi serta didukung dengan beberapa irigasi yang

sudah diperbaiki akibat rusak pada saat musibah

gemba dan gelombang tsunami.

9 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2006-2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Dengan tersedianya benih unggul dan adanya pupuk di setiap daerah serta didukung oleh

kecukupan air sehingga produksi padi pada tahun 2009 mencapai 1,57 juta ton

Produksi padi Aceh mengalami peningkatan

Padi Sawah di Provinsi Aceh

PERTANIAN

Perkembangan Produktivitas Padi (Kwintal/Hektar)

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Page 43: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

37

Produksi Beras

Seiring dengan pertumbuhan penduduk di Provinsi

Aceh yang terus meningkat tentu memerlukan

ketersedian pangan yang cukup terutama beras.

Pada tahun 2009 jumlah penduduk Aceh telah

mencapai 4.363,5 (ribu) jiwa. Dengan asumsi

konsumsi beras pertahun/kapita sebanyak 139 kg,

maka diperlukan beras untuk tahun 2009 sebanyak

606,53 ton dan dari hasil angka tetap tahun 2009

produksi padi di Provinsi Aceh sebanyak 1,57 juta ton

GKG atau setara beras 889,82 ribu ton, berarti

Provinis Aceh untuk tahun 2009 surplus beras

sebanyak 283,29 ribu ton.

Selama ini kebutuhan beras masyarakat Aceh

semuanya terpenuhi dari produksi sendiri, namun

demikian ada beberapa kabupaten/kota perlu

mengimpor beras dari kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Aceh. Kota Banda Aceh pada tahun 2009

dengan jumlah penduduk sekitar 224,21 ribu jiwa

membutuhkan beras per tahun sebanyak 31,16 ribu

ton sementara beras produksi sendiri hanya mencapai

237 ton sehingga Kota Banda Aceh menduduki

peringkat pertama yang harus mengimpor beras untuk

kebutuhan konsumsi yaitu sebanyak 30,93 ribu ton.

Disusul Kota Lhokseumawe 18,98 ribu ton, Kota

Langsa 18,01 ribu ton dan Kabupaten Singkil 11,64

ribu ton.

Untuk daerah dataran tinggi yang ada di Provinsi

Aceh yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Bener

Meriah kedua kabupaten ini lebih terfokus pada

tanaman hortikultura sehingga untuk kebutuhan beras

perlu mengimpor dari daerah lain masing-masing

sebesar 7,90 ribu ton dan 9,84 ribu ton. sedangkan

kabupaten lumbung beras dan harus mengekspor

karena surplus adalah Kabupaten Aceh Utara

diperingkat pertama sebanyak 59,16 ribu ton,

kemudian Kabupaten Aceh Timur sebanyak 48,19

ribu ton, Pidie sebanyak 46,12 ribu ton dan Aceh

Besar sebanyak 44,16 ribu ton

Tahukah Anda?

***Tahun 2009 Aceh surplus beras,

namun juga impor beras***

9 Perbandingan Data Produksi dan

Kebutuhan Beras Tahun 2009

PERTANIAN

Produksi beras Aceh melebihi kebutuhan konsumsi masyarakatnya

Pada tahun 2009 produksi beras mencapai 889,82 ribu ton, sedangkan kebutuhan konsumsi

sekitar 606,53 ribu ton, sehingga kelebihan beras sebanyak 283,29 ribu ton

Page 44: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 38

Lahan Sawah

Lahan sawah yang sudah mempunyai irigasi di Aceh

pada tahun 2009 seluas 194,62 ribu hektar (62,60%

dari 310,88 hektar yaitu luas sawah yang ditanami).

Sebagian besar luas lahan sawah irigasi merupakan

irigasi ½ teknis yaitu sebesar 50 persen. Sedangkan

irigasi teknis masih sebesar 5 persen. Lainnya adalah

irigasi sederhana 23 persen dan irigasi desa/non PU

22 persen.

Luas lahan sawah secara keseluruhan baik yang

beririgasi maupun tidak seluas 398,97 ribu hektar

dengan rinciannya adalah yang bisa ditanami padi

tiga kali dalam setahun seluas 1,22 ribu hektar, dua

kali dalam setahun seluas 170,93 ribu hektar dan satu

kali dalam setahun 138,72 ribu hektar, 34,62 ribu

hektar tidak ditanami padi dan sisanya seluas 53,47

ribu hektar sementara tidak diusahakan. Untuk

Provinsi Aceh luas lahan sawah didominasi oleh

lahan sawah tadah hujan yaitu sekitar 50,34 persen.

Lahan sawah yang ditanami padi pada tahun 2009

seluas 310,88 ribu hektar, yang terbesar berada di

wilayah pantai Timur yaitu Aceh Utara 47,82 ribu

hektar, Pidie 37,37 ribu hektar, Aceh Timur 35,59 ribu

hektar dan Aceh Besar 28,26 ribu hektar. Sedangkan

di wilayah pantai Barat-Selatan Aceh terdapat

Kabupaten Nagan Raya 18,59 ribu hektar, Aceh Barat

15,46 ribu hektar, Aceh Jaya 13,15 ribu hektar dan

Aceh Selatan 12,10 ribu hektar. Luas lahan sawah

terkecil berada diwilayah Kota Sabang dan Banda

Aceh masing-masing 10 hektar dan 48 hektar.

Persentase Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Irigasi Tahun 2009

Lahan Sawah Menurut Frekuensi Penanaman Tahun 2009

9 Hampir 50 persen luas sawah yang ada di Aceh berada di empat kabupaten di wilayah Utara-Timur

Aceh yaitu Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie dan Aceh Besar

Wilayah Utara-Timur Aceh sentra produksi tanaman padi

PERTANIAN

Distribusi Luas Lahan Sawah Tahun 2009

Tahukah Anda?

***50% lebih lahan sawah di Aceh masih

mengandalkan air hujan (tadah hujan) ***

Page 45: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

39

Penguasaan Lahan Pertanian

Jumlah rumahtangga usaha tanaman padi yang

menguasai lahan pertanian adalah sebanyak 430,73

ribu rumahtangga. Sebahagian besar yaitu 50,92

persen atau 219,66 ribu rumah tangga menguasai

lahan untuk menanam padi dibawah setengah hektar

(gurem). Hal ini menunjukan bahwa untuk

mensejahterakan petani padi masih jauh dari harapan

karena petani menanam padi hanya untuk memenuhi

konsumsinya sendiri dengan menghasilkan padi

sekitar 2,2 ton untuk lahan setengah hektar.

Rumahtangga yang penguasaan lahan 0,5 – 1 hektar

sebanyak 100,74 ribu rumahtangga atau 23,39

persen dan sisanya 110,66 ribu rumahtangga (25,69

persen) menguasai lahan pertanian diatas satu

hektar.

Jagung

Tanaman jagung merupakan tanaman pengganti

beras diantara beberapa tanaman pangan lainnya,

Provinsi Aceh dari tahun 2006 sampai dengan tahun

2009 produksi jagung mengalami perubahan yang

berfluktuatif, ditahun 2007 produksi jagung mencapai

125,16 ribu ton naik sekitar 29,24 persen jika

dibandingkan dengan tahun 2006 yang hanya

berproduksi 96,84 ribu ton pipilan kering.

Karena cuaca yang tidak menentu (ektrim) pada

tahun 2008 menyebabkan pada tahun tersebut

mengalami penurunan produksi sebesar 9,80 persen

atau sekitar 12,26 ribu ton jika dibandingkan dengan

tahun 2007. Pada tahun 2009 kembali terjadi

kenaikan produksi sebesar 22,02 persen.

Daerah sentra produksi jagung pipilan kering adalah

Kabupaten Aceh Tenggara hampir mencapai 70

persen dari total produksi yang ada di Provinsi Aceh,

sisanya berada di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh

Tamiang.

Produksi

(ton)

Pertum-

buhan (%)

Produksi

(ton)

Pertum-

buhan (%)

2006 96.838 25.495

2007 125.155 29,24 19.025 (25,38)

2008 112.894 (9,80) 43.885 130,67

2009 137.753 22,02 63.538 44,78

Jagung Kedelai

Tahun

Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani Padi yang Menguasai Lahan Pertanian

Tahun 2009

Sumber : Pendataan Lengkap Usaha Tani (PLUT)

Tahun 2009

Produksi Jagung dan Kedelai

Tahun 2009

9

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

PERTANIAN

Sebgaian besar petani padi di Aceh adalah petani gurem

Jumlah petani gurem yaitu yang mengusahakan lahan seluas setengah hektar atau kurang

tahun 2009 mencapai 50,92 persen dari seluruh petani padi di Aceh

Page 46: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 40

Kedelai

Produksi Kacang kedelai ditahun 2009 mencapai

63,54 ribu ton biji kering, mengalami peningkatan

44,78 persen atau sekitar 19,65 ribu ton bila

dibandingkan dengan tahun 2008, Kabupaten

penghasil kedelai terbesar adalah di Kabupaten

Bireuen disusul Kabupaten Pidie Jaya. Produksi

kacang kedelai di Provinsi Aceh secara Nasional

berada di posisi ke empat (6,52 persen) setelah

Provinsi Jawa Timur (36,86 persen), Jawa Tengah

(17,97 persen) dan Nusa Tenggara Barat (9,84

persen).

Produktivitas kacang kedelai di Provinsi Aceh

mencapai 14,09 kuintal per hektar, masih di atas rata-

rata produktivitas Nasional yang hanya 13,48 kuintal

per hektar, hal ini menunjukan bahwa provinsi Aceh

sebagai salah satu wilayah yang sangat sesuai untuk

dikembangkan tanaman kedelai.

Kopi

Produksi kopi tahun 2009 mencapai 48,65 ribu ton

yang tersebar di beberapa kabupaten/kota. Daerah

penghasil kopi terbanyak di Provinsi Aceh adalah di

dua kabupaten potensi yaitu Kabupaten Aceh Tengah

dan Bener Meriah, lebih dari setengahnya atau 58,26

persen (28,34 ribu ton) diproduksi oleh Kabupaten

Aceh Tengah, 13,25 ribu ton (27,23 persen)

dihasilkan dari Kabupaten Bener Meriah sedangkan

Kabupaten Pidie hanya menghasilkan 1,99 ribu ton

(4,08 persen), sisanya 10,42 persen menyebar di

kabupaten/kota lainnya.

Tanaman kopi di Provinsi Aceh hampir seluruhnya

menanam jenis tanaman kopi Arabica dengan

produksi 48,65 ribu ton atau sekitar 97,72 persen dari

total produksi, kopi robusta produksinya hanya 2,28

persen atau sekitar 1,14 ribu ton. Namun yang lebih

specific adalah seluruh tanaman kopi merupakan

tanaman perkebunan rakyat.

Produksi Kopi Tahun 2009

Produksi Kedelai Beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2009

9 Lebih dari 85 persen produksi kopi Aceh berasal dari Kabupaten Aceh Tengah (58,26%)dan

Kabupaten Bener Meriah (27,23%)

Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah adalah sentra prduksi kopi

PERTANIAN

Page 47: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

41

Sapi Potong

Hasil pendataan lengkap usaha tani (PLUT) tahun

2009 menunjukkan bahwa populasi ternak sapi

potong di Provinsi Aceh yang ada di rumahtangga

sebanyak 378,11 ribu ekor yang tersebar di seluruh

kabupaten/kota. Namun populasi ternak sapi potong

terbanyak berada di wilayah pantai Utara-Timur Aceh

Kabupaten potensi populasi sapi potong terdapat di

Aceh Utara dengan jumlah populasi sebanyak 63,93

ribu ekor dengan konstribusi sekitar 16,91 persen dari

total populasi sapi di Provinsi Aceh. Kemudian

Kabupaten Pidie 54,04 ribu ekor (14,29 persen), Aceh

Besar 52,42 ribu ekor (13,86 persen), Aceh Timur

48,79 ribu ekor (12,90 persen), Bireuen dan Aceh

Tamiang masing-masing 12,67 persen dan 11,26

persen.

Kerbau

Wilayah Utara-Timur Aceh sebahagian besar petani

memelihara ternak sapi, sebaliknya untuk wilayah

Barat-Selatan dan Tengah Aceh (Simeulu, Aceh

Barat, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya,

Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues) lebih

menyukai ternak kerbau.

Di Kabupaten Simeulu terdapat 24,30 ribu ekor

kerbau dan hanya 1,74 ribu ekor populasi ternak sapi

potong. Sementara Aceh Barat populasi ternak

kerbau mencapai 19,90 ribu ekor dan sapi hanya 3,07

ribu ekor. Demikain juga dengan Aceh Selatan, Aceh

Barat Daya, Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo

Lues dimana populasi ternak kerbau jauh lebih

banyak dibandingkan dengan populasi ternak sapi.

Jenis ternak lainnya yang banyak dibudidayakan

masyarakat Aceh adalah ternak kambing, ayam buras

dan itik.

9 PERTANIAN

Wilayah Utara-Timur Aceh potensi ternak sapi

Total populasi ternak sapi di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie, Bireuen, Aceh Tamian

dan Aceh Aceh Besar mencapai 81,91 persen dari total populasi sapi di Aceh tahun 2009

Populasi Ternak Sapi Potong dan Kerbau Hasil PLUT tahun 2009

Ternak Sapi Potong

Page 48: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 42

Perikanan

Provinsi Aceh mempunyai potensi yang sangat besar

untuk perikanan laut mengingat wilayah Aceh yang

berada di ujung Utara Pulau Sumatera berbatasan

dengan dua lautan yang sangat luas yaitu Samudera

Indonesia di Pantai Barat-Selatan dan Laut Selat

Malaka di Pantai Utara-Timur Aceh. Jumlah daerah

yang mempunyai garis pantai sebanyak 18

kabupaten/kota dari 23 kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Aceh.

Produksi perikanan laut tahun 2009 mencapai 40,40

ribu ton, mengalami peningkatan sebesar 8,56 persen

dibandingkan tahun 2008 yang produksinya sebesar

129,33 ribu ton. Produksi tahun 2009 juga merupakan

produksi tertinggi yang dicapai oleh Aceh dalam kurun

waktu 2006-2009. Daerah penghasil perikanan laut

terbanyak tahun 2009 adalah Kabupaten Aceh Timur.

Disamping perikanan laut, budidaya perikanan darat

juga sangat prospek di Aceh. Pada tahun 2009

produksi perikanan darat mencapai 38,08 ribu ton,

mengalami peningkatan sebesar 9,55 persen

dibandingkan produksi tahun 2008 yang besarnya

mencapai 34,76 ribu ton.

Budidaya perikanan darat pada umumnya dilakukan

di tambak dan kolam, disamping juga ada yang

memeliharanya di sawah, keramba dan jaring apung.

Produksi perikanan darat tahun 2009 berasal dari

budidaya tambak sebesar 67,48 persen, kolam 25,84

persen dan sisanya budidaya perikanan di sawah,

keramba dan jaring apung.

Budidaya perikanan darat di tambak banyak

ditemukan di Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara,

Bireuen, Pidie, Kota Langsa dan Lhokseumawe.

Sedangkan budidaya perikanan darat di sawah

banyak dijumpai di Kabupaten Aceh Tenggara dan

Bireuen.

9 PERTANIAN

Aceh sangata berpotensi untuk pengembangan perikanan laut

Produksi perikanan laut Aceh tahun 2009 mencapai 140,40 ribu ton, meningkat 8,56 persen

dari tahun sebelumnya.

Perkembangan Produksi Perikanan Laut Aceh

Perkembangan Produksi Perikanan Darat Aceh

Produksi Perikanan Darat Menurut Tempat Budidaya Tahun 2009

Sumber: Aceh Dalam Angka 2010

Sumber: Aceh Dalam Angka 2010

Sumber: Aceh Dalam Angka 2010

Page 49: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

43

Listrik

Listrik merupakan sumber energi yang dibutuhkan

oleh rumah tangga, industri, perkantoran dan sarana

umum seperti penerangan jalan raya. PT.PLN

(Persero) Wilayah Aceh sebagai penyedia energi

listrik di Aceh pada tahun 2009 mempunyai cabang di

enam wilayah. Keenam wilayah membawahi

sebanyak 39 ranting/subranting yang mengelola

pendistribusian energi listrik di 23 kabupaten/kota se

Provinsi Aceh.

Berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Wilayah

Aceh tahun 2009, jumlah desa yang sudah mendapat

distribusi aliran listik PLN di Aceh sebanyak 6.305

desa atau sekitar 98 persen dari total 6.423 desa di

Aceh. Jumlah desa yang sudah mendapatkan aliran

listrik tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 3,5

persen dibanding tahun 2008 yang baru mencapai

6.092 desa.

Pada tahun 2009 jumlah mesin pembangkit listrik

yang dioperasikan sebanyak 255 unit. Kapasitas

terpasang sebesar 160.731 KW. Dibanding tahun

2008 jumlah mesin pembangkit mengalami

peningkatan sebesar 25 persen dan kapasitas

terpasang mengalami peningkatan sebesar 16,38

persen.

Perkembangan energi yang terjual pada periode

2005-2009 terus mengalami peningkatan yaitu dari

sebesar 701.485 ribu KWh pada tahun 2005 menjadi

1.276.452 ribu KWh pada tahun 2009 atau rata-rata

mengalami peningkatan sekitar 20,5 persen setiap

tahunnya. Sedangkan jumlah pelanggan juga

mengalami peningkatan dalam periode tersebut.

Jumlah pelanggan pada tahun 2005 sebanyak

147.193 pelanggan meningkat menjadi 288.325

pelanggan tahun 2009 atau rata-rata mengalami

penambahan sebesar 10 persen setiap tahunnya.

10 PERTAMBANGAN DAN ENERGI

Petumbuhan energi listrik terjual lebih besar dari pertumbuhan jumlah pelanggan

Pada periode 2005-2009 energi listrik terjual rata-rata meningkat 20,5 persen pertahun,

sedangkan jumlah pelanggan rata-rata meningkat 10 persen per tahun

Komposisi jumlah pelanggan PLN

tahun 2009

Jumlah mesin pembangkit dan daya

terpasang pada PT. PLN (Persero)

Wilayah Aceh tahun 2008-2009

Perkembangan jumlah energi yang

dibangkitkan dan jumlah pelanggan

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

CabangJumlah Mesin

Pembangkit

Daya Terpasang

(KW)

1. Banda Aceh 42 22.639

2. Sigli 11 14.274

3. Meulaboh 70 48.614

4. Subulussalam 57 31.083

5. Lhokseumawe 41 29.339

6. Langsa 34 14.782

Jumlah 255 160.731

Tahun 2008 204 138.112

% pertumbuhan 2008-2009

25,00 16,38

Page 50: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

44

Sebagian besar konsumen/pelanggan PT. PLN

(Persero) Wilayah Aceh adalah rumah tangga yaitu

mencapai 90,91 persen dari total pelanggan tahun

2009. Sisanya adalah pelanggan industri, publik dan

bisnis.

Pelanggan PLN berupa perusahaan industri,

walaupun hanya sebanyak 0,09 persen dari total

pelanggan PLN, namun jumlah konsumsi energi listrik

untuk industri mencapai 17,07 persen dari total energi

listrik yang terjual tahun 2009. Untuk keperluan

sarana publik menghabiskan energi listrik sebesar

3,22 persen, untuk bisnis sebesar 15,21 persen dan

untuk rumah tangga sebesar 64,49 persen.

Air Bersih

Air bersih untuk konsumsi penduduk Aceh dikelola

oleh perusahaan daerah air minum (PDAM). Namun

belum semua kabupaten/kota mempunyai PDAM.

Pada tahun 2008 masih terdapat enam

kabupaten/kota dari 23 kabupaten/kota yang ada di

Aceh belum mempunyai PDAM.

Berdasarkan data tahun 2008, total air bersih yang

terjual di semua PDAM yang ada di Aceh sebesar

18,99 juta m3. Jumlah ini dijual kepada lima kelompok

konsumen yaitu kelompok non niaga sebanyak 15,21

juta m3 atau sebanyak 80,11 persen dari total air

terjual, kemudian kelompok niaga sebanyak 2,00 juta

m3 (10,54%), kelompok khusus sebanyak 1,16 juta m

3

(6,11%), kelompok sosial sebanyak 0,59 juta m3

(3,10%), dan yang paling sedikit adalah kelompok

industri sebanyak 0,03 juta m3 (0,14%).

Sedangkan jumlah pelanggan PDAM seluruh aceh

tercatat sebanyak 128.596 pelanggan dengan

pelanggan terbesar adalah kelompok non niaga yaitu

87,05 persen dari total pelanggan, kelompok niaga

sebesar 10,54 persen dan kelompok lainnya masing-

masing masih dibawah 10 persen.

10 Distribusi energi listrik terjual menurut

jenis pelanggan tahun 2009

Distribusi air minum terjual menurut

jenis pelanggan tahun 2008

Komposisi jumlah pelanggan PDAM

tahun 2008

PERTAMBANGAN DAN ENERGI

Pelanggan terbesar PDAM adalah kelompok non niaga

Pelanggan PDAM tahun 2008 kelompok non niaga sebanyak 87,05 persen dari total pelanggan,

sedangkan air yang dikonsumsi kelompok ini sebanyak 80,11 persen dari total air terjual

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Page 51: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

45

Industri pengolahan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :

industri besar dan industri sedang. Pengelompokan

ini didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang

terlibat didalamnya, tanpa memperhatikan

penggunaan mesin produksi ataupun modal yang

dimiliki. Industri besar adalah perusahan industri yang

mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.

Sedangkan industri sedang adalah perusahaan

industri yang mempunyai tenaga kerja 20-99 orang.

Pengumpulan data perusahaan industri besar/

sedang dilakukan setiap tahun dengan cara sensus

lengkap. Pelaksanaan survei industri besar/sedang

berdasarkan direktori hasil pemutakhiran yang

dilakukan BPS setiap tahun.

Bila dibandingkan dengan tahun 2008, jumlah

perusahaan dan penyerapan tenaga kerja industri

besar/sedang pada tahun 2009 mengalami

penurunan atau terjadi pertumbuhan negatif. Jumlah

perusahaan tahun 2008 sebanyak 92 perusahaan

turun menjadi 75 perusahaan pada tahun 2009 atau

terjadi penurunan sebesar 18,48 persen.

Penurunan jumlah perusahaan juga diikuti oleh

penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja yaitu

berkurang sebanyak 14,98 persen. Pada tahun 2008

jumlah tenaga kerja sebanyak 9.546 orang menjadi

8.116 orang pada tahun 2009.

Sebagian besar industri besar/sedang berlokasi di

Kabupaten Aceh Tamiang yaitu sebanyak 11

perusahaan, Aceh Utara dan Aceh Besar masing-

masing sebanyak 10 perusahaan dan Kabuptaen

Simeulue sebanyak 8 perusahaan. Kemudian

Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Banda Aceh

masing-masing 5 perusahaan.

Pada tahun 2009 masih terdapat sebanyak 7

kabupaten/kota yang tidak mempunyai industri

pengolahan yang dapat diklasifikasikan sebagai

industi besar/sedang.

11 INDUSTRI PENGOLAHAN

Perusahaan industri besar/sedang tidak merata di seluruh kabupaten/kota

Jumlah perusahaan industri besar/sedang tahun 2009 mencapai 75 perusahaan yang berlokasi di

15 kabupaten/kota, sedangkan 7 kabupaten/kota lainnya tidak mempunyai industri besar sendag

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja

Industri Besar/Sedang Tahun 2009

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja

Industri Besar/Sedang di Aceh

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Simeulue 8 176

Aceh Singkil 5 942

Aceh Selatan 3 96

Aceh Tenggara - -

Aceh Timur 2 232

Aceh Tengah - -

Aceh Barat 1 609

Aceh Besar 10 240

Pi d i e 3 114

Bireuen 4 170

Aceh Utara 10 1.735

Aceh Barat Daya - -

Gayo Lues - -

Aceh Tamiang 11 1.641

Nagan Raya 4 1.265

Aceh Jaya - -

Bener Meriah 1 406

Pidie Jaya - -

Banda Aceh 5 175

Sabang 2 62

Langsa 4 145

Lhokseumawe 2 108 Subulussalam - -

Aceh 75 8.116

Kabupaten/KotaJumlah

Perusahaan

Jumlah Tenaga Kerja

Page 52: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

46

Industri besar/sedang di Kabupaten Aceh Utara

menyerap tenaga kerja sebanyak 1.735 orang

(21,38%), Sedangkan di Aceh Tamiang sebanyak

1.641 orang (20,22%). Di Kabupaten Nagan Raya

walaupun jumlah industri besar/sedangnya hanya

sebanyak 4 perusahaan, tapi mampu menyerap

tenaga kerja sebanyak 1.265 orang (15,59%).

Sedangkan di Kabupaten Aceh Barat, jumlah industri

besar/sedang yang terdapat di daerah ini hanya

sebanyak satu unit perusahaan, namun mempunyai

tenaga kerja mecapai 609 orang (7,50%). Sebaliknya

di Kabupaten Aceh Besar terdapat 10 unit

perusahaan industri besar/sedang, namun

keseluruhan industri ini hanya menyerap tenaga kerja

sebanyak 240 orang, atau rata-rata sebanyak 24

orang tenaga kerja per unit perusahaan.

Berdasarkan jenis/kelompok perusahaan, dari

sebanyak 8.116 orang tenaga kerja industri

besar/sedang, sebagian besar yaitu 63,23 persen

bekerja pada kelompok industri makanan, minuman

dan tembakau. Kelompok ini pada umumnya

merupakan industri pengolahan buah sawit menjadi

minyak sawit atau crude palm oil (CPO).

Kelompok industri kertas, percetakan dan penerbitan

menyerap tenaga kerja sebesar 16,35 persen.

Sedangkan sisanya sebanyak 20,42 persen

merupakan tenaga kerja industri besar/sedang

kelompok industri lainnya seperti industri pakaian jadi,

barang-barang dari kayu/rotan dan sebagainya.

Untuk keseluruhan jenis industri, jumlah penduduk

Aceh yang bekerja pada sektor industri tercatat

sebanyak 86.762 orang tahun 2008 dan turun

sebesar 6,90 persen menjadi 80.772 orang pada

tahun 2009. Jika nilai tambah yang dihasilkan sektor

industri yang dihitung pada PDRB Aceh tahun 2009

dibagi dengan jumlah penduduk yang bekerja pada

sektor industri, diperoleh produktivitas tenaga kerja

sebesar 98,13 juta rupiah/tenaga kerja/pertahun.

11 INDUSTRI PENGOLAHAN

Produktivitas tenaga kerja sektor industri meningkat

Pada tahun 2009 produktivitas tenaga kerja sektor industri mencapai 98,13 juta

rupiah/orang/tahun, naik dibandingkan tahun 2008 yang besarnya 94,39 juta rupiah/orang/tahun

Distribusi Tenaga Kerja Industri

Besar/Sedang menurut Lokasi

Tahun 2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Distribusi Tenaga Kerja Industri

Besar/Sedang di Aceh Tahun 2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Uraian 2009

Total Nilai Tambah pada

PDRB

(Juta rupiah)

8.189.799 7.926.275

Jumlah Tenaga Kerja

(orang)86.762 80.772

Produktivitas Tenga

Kerja (Juta

rupiah/orang/tahun

94,39 98,13

2008

Sumber : BPS Provinsi Aceh

Beberapa Indikator Sektor Industri

di Aceh

Page 53: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

47

Pelaporan Ketenagakerjaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981

tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan, setiap

perusahaan wajib melaporkan jumlah orang atau

tenaga kerja yang diperkerjakan oleh perusahaaan.

Perusahaan-perusahaan tersebut dapat

dikelompokkan dalam sembilan lapangan usaha

sesuai dengan jumlah lapangan usaha yang ada

dalam penghitungan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB).

Berdasarkan undang-undang Wajib Lapor

Ketenagakerjaan tersebut, jumlah perusahaan yang

terdaftar pada tahun 2009 sebanyak 5.368

perusahaan yang dikelompokkan dalam sembilan

lapangan usaha. Jumlah perusahaan pada lapangan

usaha konstruksi yang terdaftar termasuk jumlah

kedua terbesar yaitu mencapai 29,32 persen atau

sebanyak 1.574 perusahaan. Sedangkan

perusahaan yang paling banyak terdaftar adalah

perusahaan-perusahaan yang bergerak pada

lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran

yaitu sebanyak 51,08 persen atau 2.742 perusahaan.

Demikian juga untuk jumlah tenaga kerja, dari

sembilan lapangan usaha yang dilaporkan ternyata

jumlah tenaga kerja pada lapangan usaha konstruksi

yang didaftarkan mencapai 18,72 persen atau

sebanyak 13.257 orang tenaga kerja dari total tenaga

kerja yang terdaftar sebanyak 70.806 orang. Jumlah

tenaga kerja yang dilaporkan pada lapangan usaha

konstruksi juga menempati posisi kedua terbanyak.

Jumlah tenaga kerja yang terbanyak dilaporkan

adalah tenaga kerja perusahaan-perusahaan yang

bergerak pada lapangan usaha pertanian yaitu

mencapai 25,70 persen atau sebanyak 18.194 orang.

Jumlah tenaga kerja tersebut berasal dari 59 buah

berusahaan (1,10% dari jumlah perusahaan yang

dilaporkan).

12 KONSTRUKSI

Pelaporan perusahaan dan tenaga kerja tahun 2009 cukup baik

Jumlah perusahaan yang dilaporkan pada tahun 2009 mencapai 5.368 perusahaan dengan

jumlah tenaga kerja yang dipekerjaan perusahaan tesebut sebanyak 70.805 orang

Komposisi Perusahaan yang Terdaftar

Menurut Lapangan Usaha

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Komposisi tenaga kerja yang terdaftar

menurut lapangan usaha

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Tahukah Anda?

***Perusahaan-perusahaan pada

lapangan usaha pertanian rata-rata

mempunyai 308 orang tenaga kerja

per perusahaan, sedangkan paling

sedikit adalah perusahaan pada

lapangan usaha perdangangan

yaitu rata-rata 5 orang per

perusahaan ***

Page 54: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

48

Jumlah perusahaan yang terdaftar untuk lapangan

usaha konstruksi menunjukkan tren meningkat pada

periode 2006 sampai 2009. Pada tahun 2006 tercatat

jumlah perusahaan konstruksi sebanyak 1.326

perusahaan dan tahun 2009 sudah mencapai 1.574

perusahaan atau terjadi penambahan sebanyak 248

perusahaan dalam kurun waktu empat tahun.

Jika dilihat perkembangan jumlah perusahaan

konstruksi setiap tahunnya, pada tahun 2007 terjadi

peningkatan jumlah perusahaan sebesar 6,26 persen

yaitu dari 1.326 buah tahun 2006 menjadi 1.409 buah.

Tahun 2008 juga bertambah lagi sebesar 19,16

persen menjadi 1.679 perusahaan. Sedangkan tahun

2009 terjadi penurunan jumlah perusahaan konstruksi

menjadi 1.574 buah atau berkurang 6,25 persen.

Penurunan jumlah perusahaan konstruksi ini erat

kaitannya dengan mulai berkurangnya aktivitas

rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca tsunami

pada tahun 2009.

Jumlah tenaga kerja yang terdaftar untuk lapangan

usaha konstruksi juga menunjukkan tren meningkat

pada periode 2006 sampai 2009. Pada tahun 2006

tercatat jumlah tenaga kerja perusahaan konstruksi

sebanyak 9.519 orang dan tahun 2009 sudah

mencapai 13.257 orang atau terjadi penambahan

sebanyak 3.738 orang dalam kurun waktu empat

tahun.

Perkembangan jumlah tenaga kerja perusahaan

konstruksi setiap tahunnya, pertumbuhan tenaga

kerja tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu

meningkat sebesar 22,22 persen dibanding tahun

2006. Kemudian bertambah lagi sebesar 13,13

persen pada tahun 2008. Hal ini dapat dimaklumi

karena banyaknya aktivitas pembangunan pasca

tsunami di Aceh pada periode 2007-2008. Sedangkan

pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja pada

perusahaan konstruksi hanya mengalami sedikit

penambahan yaitu bertambah sebesar 0,72 persen

dibandingkan tahun 2008.

12 Perkembangan Jumlah Perusahaan

Konstruksi di Aceh

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

KONSTRUKSI

Jumlah perusahaan konstruksi semakin meningkat

Berdasarkan UU wajib lapor ketenagakerjaan, pada periode 2006-2009 jumlah perusahaan

maupun tenaga kerja perusahaan konstruksi mempunyai trend peningkatan

Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja

pada Perusahaan Konstruksi di Aceh

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Tahukah Anda?

***Rata-rata jumlah tenaga kerja

setiap perusahaan konstruksi di

Aceh hanya sebanyak 7 sampai 8

orang***

Page 55: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

49

Hotel

Keberadaan sarana akomodasi berupa hotel, wisma,

losmen, dan jenis penginapan lainnya di suatu daerah

sangat dibutuhkan dalam mendukung mobiltas

penduduk ke daerah tersebut dalam rangka tugas dan

kepentingan lainnya. Suatu daerah yang mengklaim

wilayahnya sebagai tujuan wisata tidak akan berhasil

jika tidak didukung oleh fasilitas akomodasi yang

memadai.

Hingga tahun 2008, sebanyak 23 kabupaten/kota

yang ada di Aceh, masih terdapat tiga kabupaten

yang tidak mempunyai fasilitas akomodasi yaitu

Kabupaten Aceh Utara, Bener Meriah dan Pidie Jaya.

Kemungkinan tidak tersedianya akomodasi di daerah

tersebut disebabkan karena sudah tersedianya

fasilitas akomodasi di kabupaten/kota terdekat.

Seperti Kabupaten Aceh Utara, akomodasi yang

digunakan oleh tamu atau wisatawan yang

berkunjung ke daerah ini adalah akomodasi yang ada

di Kota Lhokseumawe.

Sedangkan Kabupaten Bener Meriah yang

merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah

dan Kabupaten Pidie Jaya yang mekar dari

Kabupaten Pidie, kedua daerah ini masih

mengandalkan keberadaan akomodasi di ibukota

kabupaten induknya yaitu di Takengon dan Sigli.

Pada tahun 2009 jumlah hotel berbintang di Aceh

terdapat di Kota Banda Aceh sebanyak 10 buah dan

masing-masing satu hotel di Takengon Kabupaten

Aceh Tengah, di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, di

Kabupaten Aceh Besar, Kota Lhokseumawe dan Kota

Subulussalam.

Sedangkan hotel kelas melati atau akomodasi lainnya

seperti wisma, losmen, dan penginapan tersedia

dalam jumlah yang bervariasi di setiap

kabupaten/kota. Jumlah akomodasi lainnya ini di

Aceh pada tahun 2009 sebanyak 190 buah.

Kabupaten/Kota Jumlah Hotel

Berbintang

Jumlah Hotel

Melati dan Akomodasi

Lainnya

Simeulue - 20

Aceh Singkil - 10

Aceh Selatan - 14

Aceh Tenggara - 14

Aceh Timur - 2

Aceh Tengah 1 14

Aceh Barat 1 9

Aceh Besar 1 3

Pidie - 7

Bireuen - 6

Aceh Utara - -

Aceh Barat Daya - 3

Gayo Lues - 6

Aceh Tamiang - 2

Nagan Raya - 1

Aceh Jaya - 6

Bener Meriah - -

Pidie Jaya - -

Banda Aceh 10 26

Sabang - 15

Langsa - 15

Lhokseumawe 1 14

Subulussalam 1 3

ACEH 15 190

13 HOTEL DAN PARIWISATA

Hotel berbintang belum banyak di Aceh

Sebanyak 10 hotel berbintang berada di Kota Banda Aceh,masing-masing satu di

Aceh Besar, Takengon, Meulaboh, Lhokseumawe dan Subulussalam

Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya

Di Aceh Tahun 2009

Tahukah Anda?

*** Sebelum tsunami hanya ada satu

hotel berbintang di Banda Aceh,

kemudian terjadi penambahan

sembilan hotel berbintang pasca

tsunami ***

Page 56: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

50

Selama periode 2007-2009 tingkat penghunian kamar

hotel berbintang dan hotel melati di Aceh masih

rendah yaitu belum mencapai 50 persen setiap

tahunnya. Artinya secara rata-rata setiap hari masih

ada separo dari kamar hotel yang tersedia dalam

keadaan kosong. Dan pada umumnya tingkat

penghunian kamar hotel kelas hotel berbintang lebih

tinggi dibandingkan kelas hotel melati.

Pada tahun 2007 tingkat penghunian kamar hotel

berbintang mencapai 48,95 persen, kemudian naik

menjadi 49,19 persen pada tahun 2008, dan turun

kembali pada tahun 2009 menjadi 46,97 persen.

Sedangkan tingkat penghunian kamar hotel melati

terus mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu

tahun 2007 sebesar 42,82 persen, tahun 2008

sebesar 40,85 persen dan tahun 2009 menjadi 35,34

persen.

Secara keseluruhan jumlah tamu yang menginap di

hotel berbintang di Aceh mempunyai tren meningkat

setiap tahunnya. Peningkatan terlihat jelas pada tamu

Nusantara, yaitu pada tahun 2007 tercatat sebanyak

39.215 orang naik menjadi 98.714 orang pada tahun

2008 atau mengalami penambahan sebanyak 151,72

persen. Tahun 2009 meningkat lagi menjadi 123.423

orang atau bertambah 25,03 persen.

Sedangkan tamu dari Mancanegara yang menginap

di hotel berbintang tercatat sebanyak 3.952 orang

tahun 2007, kemudian meningkat 77,20 persen

menjadi 7.003 orang tahun 2008. Pada tahun 2009

jumlah tamu Mancanegara mengalami sedikit

penurunan dibanding tahun 2008 yaitu menjadi 5.900

orang atau berkurang 15,75 persen.

Untuk jumlah tamu yang menginap pada hotel kelas

melati atau akomodasi lainnya seperti losmen,

penginapan dan wisma datanya belum tersedia.

13 Hotel kelas Melati di Aceh memprihatinkan

Jumlah Tamu Mancanegara dan

Nusantara yang Menginap

di Hotel Berbintang

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Tingkat penghunian kamar hotel kelas melati dari tahun 2007 sampai

2009 terus mengalami penurunan dari 42,82 persen menjadi 35,34

persen

Tingkat Penghunian Kamar Hotel

Di Aceh Tahun 2007-2009

HOTEL DAN PARIWISATA

Tahukah Anda?

*** Jumlah tamu mancanegara yang

datang ke Aceh tahun 2009

sebanyak 18.589 orang dan yang

menginap di hotel berbintang

sebanyak 5.900 orang (31,74%)***

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Page 57: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

51

Pariwisata

Jumlah tamu atau turis yang datang ke Aceh periode

tahun 2007-2009 mengalami peningkatan setiap

tahunnya baik tamu nusantara maupun tamu

mancanegara. Pada tahun 2009 jumlah tamu

mancanegara yang datang ke Aceh sebanyak 18.589

mengalami peningkatan sebesar 7,56 persen

dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 17.282

orang.

Untuk tamu nusantara yang berkunjung ke Aceh

tahun 2009 tercatat sebanyak 712.630 orang atau

mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen

dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 710.081

orang. Tamu yang berkunjung ke Aceh tentu bukan

keseluruhannya bertujuan untuk wisata, namun juga

terkait berbagai aktivitas seperti kegiatan seminar,

perdagangan, kunjungan kerja dan sebagainya.

Jika dilihat data kunjungan menurut kabupaten/kota

tahun 2009, seluruh kabupaten/kota dikunjungi oleh

tamu nusantara maupun tamu mancanegara dengan

jumlah yang sangat bervariasi.

Kota Banda Aceh paling banyak dikunjungi oleh tamu

nusantara yaitu mencapai 153.217 orang atau sekitar

21,50 persen dari total kunjungan tamu nusantara ke

Aceh. Sedangkan tamu mancanegara yang

berkunjung ke Banda Aceh mencapai 5.283 orang

atau sekitar 28,42 persen dari total kunjungan tamu

mancanegara ke Aceh.

Kabupaten Aceh Besar merupakan daerah yang

paling banyak dikunjungi oleh tamu mancanegara

pada tahun 2009 yaitu mencapai 7.253 orang atau

39,02 persen dari total tamu mancanegara yang

berkunjung ke Aceh. Sedangkan Kota Sabang yang

yang mempunyai objek wisata taman laut dikunjungi

oleh 1.759 orang (9,46%) tamu mancanegara dan

88.083 orang (12,36%) tamu nusantara.

Kabupaten/Kota Tamu

Mancanegara

Tamu Nusan-

tara

Simeulue 290 8.186

Aceh Singkil 216 14.312

Aceh Selatan 36 9.455

Aceh Tenggara 382 3.932

Aceh Timur 102 3.364

Aceh Tengah 203 79.461

Aceh Barat 156 42.880

Aceh Besar 7.253 55.402

Pidie 386 88.843

Bireuen 190 5.878

Aceh Utara 169 7.597

Aceh Barat Daya 54 11.348

Gayo Lues 70 3.085

Aceh Tamiang 67 6.141

Nagan Raya 63 11.973

Aceh Jaya 526 5.261

Bener Meriah 63 1.871

Pidie Jaya 108 39.230

Banda Aceh 5.283 153.217

Sabang 1.759 88.083

Langsa 157 25.997

Lhokseumawe 888 40.511

Subulussalam 168 6.603

ACEH 18.589 712.630

13

Jumlah Tamu Mancanegara dan

Nusantara yang Berkunjung ke Aceh

Tahun 2009

Jumlah Tamu Mancanegara dan

Nusantara yang Berkunjung ke Aceh

Tahun 2007-2009

HOTEL DAN PARIWISATA

Banda Aceh dan Aceh Besar tebanyak dikunjungi wisatawan

Pada tahun 2009 sebanyak 7.253 tamu mancanegara datang ke Aceh Besar dan

153.217 orang tamu nusantara yang datang ke Banda Aceh

Page 58: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

52

Tempat Wisata

Tempat-tempat wisata di Aceh yang sudah terkenal

luas di dalam maupun luar negeri antara lain taman

wisata dan taman laut pulau Weh Sabang. Luas

tempat wisata taman wisata Sabang sebesar 1.300

hektar, sedangkan luas taman laut sebesar 2.600

hektar. Kedua objek wisata Kota Sabang ini paling

sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara

maupun nusantara. Di Pulau Weh Sabang juga

terdapat monumen/tugu Kilometer Nol yang

menandakan titik nol wilayah Indonesia di Bagian

Barat.

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang

meliputi empat wilayah kabupaten yaitu Kabupaten

Gayo Lues, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Aceh

Tenggara, juga terkenal hingga mancanegara dengan

fungsinya sebagai paru-paru dunia. Luas area wisata

TNGL mencapai 623.987 hektar.

Objek wisata alam lainnya yang tersebar di beberapa

kabupaten/kota antara lain Taman Buru Lingge Issac

di Aceh Tenggara, Cagar Alam Serba Jadi di Aceh

Timur, Suaka Marga Satwa Rawa Singkil dan Taman

Wisata Laut di Aceh Singkil, Cagar Alam Jantho di

Aceh Besar, Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan

di Aceh Besar dan Pidie, dan banyak lagi objek wisata

lainnya yang tersebar di kabupaten/kota di Aceh.

Pasca bencana gempa bumi dan gelombang tsunami

yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 juga

meninggalkan situs-situs yang sampai saat ini

menjadi tujuan wisata kota bagi tamu yang datang ke

Kota Banda Aceh, disamping tempat wisata yang

sudah lama ada. Tempat wisata Kota Banda Aceh

antara lain Kapal PLTD Apung yang dibawa

gelombang tsunami ke daratan sejauh lebih kurang

empat kilometer, Museum Tsunami, Kerkhof,

Gunongan, Taman Putro Phang, Museum Aceh dan

Makam Syiah Kuala.

13

PLTD Apung menjadi salah satu objek wisata

yang banyak dikunjungi

Gayo Lues, Aceh Selatan,

Taman wisata pulau Weh

Hutan dengan fungsi khusus

Taman wisata laut kepulauan

Suaka Margasatwa Rawa

Objek Wisata yang Terkenal di Aceh

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

No. Nama Objek Wisata LokasiLuas Area

(Ha)

1 Taman Nasional Gunung Lauser

Gayo Lues, Aceh

Selatan, Aceh

Barat Daya dan

Aceh Tenggara

623.987

2 Taman Buru Lingge Isac Aceh Tengah 80.000

3 Cagar Alam Serbajadi Aceh Timur 300

4 Taman Wisata Pulau Weh Sabang Sabang 1.300

5 Taman Laut Pulau Weh Sabang Sabang 2.600

6 Cagar Alam Jantho Aceh Besar 16.640

7Hutan dengan fungsi khusus untuk

latihan gajah (PLG)Aceh Utara 112

8 Taman Wisata Laut Kepulauan Banyak Aceh Singkil 227.500

9 Suaka Margasatwa Rawa Singkil Aceh Singkil 102.500

10 Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan Aceh Besar/Pidie 6.220

Situs tsunami menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi

Kapal Apung PLTD yang dibawa gelombang tsunami sejauh lebih kurang empat kilometer

ke daratan menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan

HOTEL DAN PARIWISATA

Page 59: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

53

Panjang Jalan

Jalan sebagai sarana transportasi darat memegang

peranan penting dalam kemajuan suatu daerah.

Daerah yang sulit diakses cederung lebih tertinggal

dibandingkan daerah lainnya yang mudah diakses

melalui perjalanan darat. Terlebih lagi jika suatu

daerah sangat tergantung dengan daerah lainnya

dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya seperti

sembako, maka jalan akan menjadi urat nadi

kehidupan oleh masyarakat di daerah tersebut.

Jalan menurut statusnya terbagi tiga yaitu jalan

negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota. Pada

tahun 2008 total panjang jalan ketiga jenis tersebut di

Aceh sepanjang 17.046,19 kilometer dengan rincian

masing-masing adalah; jalan negara sepanjang

1.782,78 kilometer (10,46%), jalan provinsi sepanjang

1.681,82 kilometer (9,87%) dan jalan kabupaten/kota

sepanjang 13.581,59 kilometer (79,67%).

Pembangunan jalan baru maupun perbaikan jalan

lama terus dilakukan oleh pemerintah Aceh, terutama

pasca bencana tsunami tahun 2004 yang banyak

merusak prasarana jalan darat. Namun belum

keseluruhan jalan mempunyai kondisi yang baik.

Pada tahun 2008 jalan negara yang sepanjang

1.782,78 kilometer sebagian besar dalam kondisi

yang baik yaitu sebesar 65,18 persen (1.163,26 km).

Sedangkan kondisi sedang sebesar 17,15 persen

(306,01 km) dan kondisi rusak berat sebesar 17,68

persen (315,51 km).

Sedangkan jalan provinsi sepanjang 1.681,82

kilometer, sebesar 26,31 persen aatau sepanjang

442,47 km berkondisi baik. Sedangkan kondisi

sedang dan rusak berat hampir sama yaitu 36,93

persen (621,08 km) berkondisi sedang dan 36,76

persen (618,27 km) berkondisi rusak berat.

14 TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI

Sebagian besar jalan negara berkondisi baik

65,18 persen dari total panjang jalan negara di Aceh mempunyai kondisi baik,

sedangkan sisanya dalam kondisi sedang dan rusak

Persentase Panjang Jalan Negara

Menurut Kondisi Tahun 2008

Persentase Panjang Jalan Provinsi

Menurut Kondisi Tahun 2008

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Persentase Panjang Jalan Menurut

Status Tahun 2008

Page 60: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 54

Sementara itu proporsi terbesar jalan di Aceh

merupakan jalan kabupaten/kota yaitu sepanjang

13.581,59 kilometer. Berbeda dengan jalan negara

yang lebih banyak berkondisi baik, jalan kabupaten/

kota hanya sebesar 17,73 persen (2.408,60 km)

dengan kondisi baik. Sedangkan kondisi sedang

sebesar 51,86 persen (7.043,28 km) dan kondisi

rusak berat sebesar 30,41 persen (4.129,71 km).

Jika dilihat lokasi jalan kabupaten/kota di masing-

masing daerah, Kabupaten Nagan Raya dan Aceh

Jaya mempunyai persentase panjang jalan rusak

terbesar di Aceh yaitu mencapai 92,74 persen di

Nagan Raya dan 92,56 persen di Aceh Jaya.

Kemudian Kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh

Barat, dan Gayo Lues sebesar 50 sampai 60 persen

dari panjang jalan kabupaten di masing-masing

daerah berkondisi rusak. Sedangkan kabupaten/kota

lainnya masih dibawah 50 persen jalan

kabupaten/kota dengan kondisi rusak (Lampiran

Tabel 14.1).

Jenis permukaan jalan kabupaten/kota sebagian

besar masih berupa kerikil dan tanah yaitu 4.758,20

kilometer (35,03%) permukaan kerikil dan 3.234,53

kilometer (23,82%) masih berupa jalan tanah.

Sedangkan jalan dengan permukaan aspal sepanjang

5.588,86 kilometer (41,15%).

Jembatan sebagai penghubung ruas jalan yang

melalui sungai (“krueng” dalam bahasa Aceh) pada

tahun 2008 berjumlah 794 unit, dengan total panjang

jembatan 20.393 meter. Sebagian besar jembatan

yang ada dalam kondisi baik yaitu sebanyak 659 unit

(83%).

14 Jalan kabupaten/kota masih dalam kondisi memprihatinkan

Persentase Panjang Jalan Kabupaten/

Kota Menurut Kondisi Tahun 2008

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Persentase Panjang Jalan Kabupaten/

Kota Menurut Kondisi Tahun 2008

Pembangunan jalan baru lintas Banda Aceh - Calang

Tahukah Anda?

***Panjang rata-rata jembatan di

Aceh adalah 25,68 meter per unit***

Sebesar 30,41 persen dari total panjang jalan kabupaten/kota atau sepanjang empat ribu

kilometer lebih masih dalam kondisi rusak berat.

TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Page 61: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

55

Angkutan Udara

Bandar udara (bandara) Sultan Iskandar Muda (SIM)

yang sudah mempunyai status sebagai bandara

internasional dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan jumlah frekuensi penerbangan baik

datang maupun berangkat. Hal ini terlihat pada

periode 2006-2009 dimana frekuensi penerbangan

datang dan berangkat terus meningkat setiap

tahunnya.

Frekuensi kedatangan dan keberangkatan pesawat

hampir sama setiap tahunnya. Pada tahun 2007

frekuensi keberangkatan dan kedatangan pesawat

meningkat sekitar 5 persen dari tahun 2006. Demikian

juga pada tahun 2008 meningkat sekitar 10 persen.

Sedangkan pada tahun 2009 tercatat sebanyak 3.088

kali keberangkatan pesawat dan 3.091 kali

kedatangan pesawat. Jumlah ini mengalami

peningkatan sebesar 11 persen dibanding tahun

sebelumnya.

Demikian juga dengan jumlah penumpang yang

datang dan berangkat mempunyai proporsi yang

sama setiap tahun. Pada tahun 2009 sebanyak

289.351 orang penumpang datang dan 294.980 orang

berangkat, meningkat sebesar 2,4 persen dibanding

tahun sebelumnya. Jumlah penumpang yang datang

dan berangkat juga mengalami peningkatan pada

tahun-tahun sebelumnya.

Perusahaan penerbangan yang beroperasi di

bandara ini antara lain Garuda Indonesia, Lion Air,

Sriwijaya, Air Asia, Firefly, MAF, NBA dan SMAC,

disamping juga terdapat penerbangan khusus seperti

dari TNI dan Polri.

14 Perkembangan Frekuensi Penerbangan

dan Jumlah Penumpang pada Bandara

Sultan Iskanda Muda

Bandara Sultan Iskandar Muda

Frekuensi penerbangan di Bandara SIM meningkat setiap tahun

Periode 2006-2009 frekuensi penerbangan datang dan berangkat serta jumlah

penumpang datang dan berangkat mengalami peningkatan setiap tahun

TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI

Bandara Sultan Iskandar Muda

Datang Berangkat Datang Berangkat

2006 2.391 2.390 234.927 241.460

2007 2.516 2.521 253.937 259.531

2008 2.773 2.775 282.512 287.872

2009 3.091 3.088 289.351 294.980

TahunPesawat Penumpang (orang)

Frekuensi Pesawat Berangkat pada

Bandara Sultan Iskanda Muda

Tahukah Anda?

***Aceh mulai memberangkatkan

jamaah haji melalui Bandara SIM

mulai tahun 2000 ***

Page 62: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 56

Angkutan Penyeberangan

Pelabuhan penyeberangan antar pulau di Aceh

antara lain pelabuhan Labuhan Haji dan Singkil untuk

penyeberangan menuju pelabuhan Sinabang di Pulau

Simeulue dan pelabuhan Uleelhe untuk

penyeberangan ke pelabuhan Balohan di pulau Weh

(Sabang).

Pada tahun 2009 frekuensi kapal fery yang datang

dan berangkat di pelabuhan Balohan Sabang

mengalami penurunan sekitar 48 persen dibanding

tahun 2008. Namun jumlah penumpang yang datang

dan berangkat justeru mengalami peningkatan.

Sebaliknya di pelabuhan Sinabang pada tahun 2009

frekuensi kapal fery yang datang dan berangkat

mengalami peningkatan sebesar 75 persen. Jumlah

penumpang yang datang juga meningkat dari 35.371

orang tahun 2008 menjadi 37.053 orang. Sedangkan

jumlah penumpang yang berangkat dari pelabuhan

Sinabang justeru mengalami penurunan yaitu tahun

2008 sebanyak 38.328 orang turun menjadi 31.077

orang pada tahun 2009.

Rumahtangga Akses TIK

Jumlah rumahtangga yang mengakses teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) pada tahun 2009

mengalami peningkatan dibanding tahun 2008.

Peningkatan terjadi pada penggunaan telepon seluler,

penggunaan komputer, dan penggunaan internet.

Sedangkan penggunaan telepon jaringan mengalami

penurunan persentase.

Secara persentase jumlah rumahtangga yang

memiliki/menguasai telepon seluler pada tahun 2009

secara rata-rata mencapai 60,09 persen. Bahkan di

daerah perkotaan mencapai 81,53 persen.

Sedangkan di daerah perdesaan sebesar 51,88

persen.

14 Perkembangan Frekuensi Penyeberangan

Kapal Fery di Pelabuhan Balohan dan

Sinabang

2008 2009 2008 2009 2008 2009

Telepon 13,5 11,27 1,77 1,96 5,15 4,54

Telepon Selular 74,09 81,53 40,45 51,88 50,14 60,09

Komputer 17,78 20,06 3,24 3,88 7,42 8,36

Penggunaan Internet 13,7 19,24 4,31 3,24 7,01 7,68

Jenis Alat yang

Dimiliki/Kuasai

Kota Desa Kota+Desa

Kapal Ferry di Pelabuhan Sinabang

Datang Berangkat Datang Berangkat

2008 1.006 1.006 122.417 113.557

2009 519 517 148.011 136.607

2008 138 139 35.371 38.328

2009 241 244 37.053 31.077

Penumpang (orang)Tahun

Sinabang

Balohan

Frekuensi Kapal

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Persentasi Rumahtangga yang Memiliki/

Menguasai Berbagai Media Informasi dan

Komunikasi Tahun 2009

Sumber: Inkesmas Aceh 2010

Tahun 2009 aktivitas pelabuhan Balohan menurun drastis

Frekuensi kapal yang datang dan berangkat di pelabuhan Balohan Sabang tahun 2009

menurun hingga 48 persen dibanding tahun 2008

TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI

Page 63: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

57

Bank Konvensional

Bank konvensional yang beroperasi di Aceh terdiri

dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Kedua jenis bank konvensional berstatus bank

pemerintah dan bank swasta nasional.

Jumlah bank umum pemerintah yang beroperasi di

Aceh sampai dengan April 2010 sebanyak lima bank

yaitu empat bank pemerintah pusat yaitu Bank

Mandiri, BNI, BRI dan BTN, serta satu bank

pemerintah daerah yaitu Bank BPD Aceh dan

merupakan satu-satunya bank umum pemerintah

yang mempunyai Kantor Pusat di Aceh.

Bank BRI merupakan bank pemerintah yang

mempunyai kantor pelayanan terbanyak di Aceh yaitu

sebanyak 155 kantor dan satu-satunya bank yang

mempunyai Kantor Unit yaitu mencapai 126 kantor

unit. Kemudian Bank BPD Aceh terdapat 88 kantor,

Bank Mandiri 14 kantor, BNI 12 kantor dan BTN dua

kantor.

Disamping bank pemerintah, juga terdapat bank

swasta nasional yang beroperasi di Aceh yaitu BCA,

Bukopin, Danamon, BII, Bank Panin, Bank Permata,

BTPN dan Bank Sinarmas. Jumlah keseluruhan

kantor pelayanan bank swasta nasional kondisi April

2010 sebanyak 43 kantor, terbanyak adalah Bank

Danamon sebanyak 15 kantor dan Bank BTPN

sebanyak 14 kantor.

Sementara itu terdapat satu buah Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) yang dikelola oleh pemerintah daerah

yaitu BPR Mustaqim dan mempunyai kantor cabang

sebanyak 12 kantor.

Sedangkan BPR yang dikelola oleh swasta nasional

yang beroperasi di Aceh terdapat empat BPR dengan

kantor pusat di Aceh yaitu BPR Koperasi Ingin Jaya,

BPR Darul Imarah, BPR Sabee Meusampe dan BPR

Global Berlian Aceh.

15 PERBANKAN DAN INVESTASI

Bank BRI mempunyai kantor pelayanan terbanyak

Kantor pelayanan perbankan jenis bank umum pemerintah yang beroperasi di Aceh mulai

Kantor Pusat sampai Kantor Unit berjumlah 271 buah, dengan 155 buah milik BRI

Jumlah Bank Umum Pemerintah yang

Beroperasi di Aceh Kondisi April 2010

Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan Daerah

Catatan : KP = Kantor Pusat KW = Kantor Wilayah KC = Kantor Cabang KCP = Kantor Cabang Pembantu KK = Kantor Kas KU = Kantor Unit

Jumlah Bank Umum Swasta Nasional

yang Beroperasi di Aceh Kondisi April

2010

Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan Daerah

Bank Pemerintah KP KW KC KCP KK KU Jumlah

1. Bank Mandiri - - 3 7 4 - 14

2. Bank BNI - - 6 6 - - 12

3. Bank BRI - 1 10 10 8 126 155

4. Bank BTN - - 1 1 - - 2

5. Bank BPD Aceh 1 - 19 68 - - 88

Jumlah 1 1 39 92 12 126 271

Bank Swasta

NasionalKP KW KC KCP KK KU Jumlah

1. Bank BCA - - 2 2 - - 4

2. Bank Bukopin - - 1 1 2 - 4

3. Bank Danamon - - 2 10 - 3 15

4. Bank BII - - 1 1 - - 2

5. Bank Panin - - 2 - - - 2

6. Bank Permata - - 1 - - - 1

7. Bank BTPN - - 2 9 3 - 14

8. Bank Sinarmas - - 1 - - - 1

Jumlah - - 12 23 5 3 43

Page 64: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

58

Bank Syariah

Kegiatan perbankan yang menjalankan usaha

berdasarkan prinsip syariah di Aceh ada yang berupa

bank umum dan ada yang berupa unit usaha dari

bank umum. Kondisi April 2010 terdapat sebanyak

empat bank umum syariah dan enam bank umum

yang mempunyai unit usaha syariah. Sedangkan

berupa BPR terdapat sebanyak delapan BPR

Syariah.

BPR Syariah yang terdapat di Aceh dan juga

mempunyai kantor pusat di Aceh adalah BPR Syariah

Baiturrahman, Hareukat, Hikmah Wakilah, Teungku

Chiek Dipante, Rahman Hijrah Agung, Renggali,

Adeco dan Kota Juang.

Dana Perbankan

Simpanan masyarakat pada perbankan dapat berupa

uang rupiah maupun valuta asing (valas).

Perkembangan simpanan masyarakat berupa uang

rupiah pada bank umum pemerintah umumnya

mengalami peningkatan.

Simpanan berupa Giro mengalami peningkatan dari

sisi jumlah rekening selama periode 2006-2009 yaitu

rata-rata meningkat 16,27 persen setiap tahun. Pada

tahun 2006 terdapat 44,2 ribu rekening giro,

kemudian naik setip tahun hingga mencapai 69,4 ribu

rekening tahun 2009.

Namun dari sisi nilai nominal rupiah yang disimpan

justeru mengalami penurunan. Pada tahun 2006

simpanan masyarakat dalam bentuk giro tercatat

sebesar 7,47 triliun rupiah. Kemudian turun menjadi

5,86 triliun rupiah pada tahun 2007, dan meningkat

lagi menjadi 6,20 triliun rupiah pada tahun 2008. Pada

tahun 2009 simpanan masyarakat dalam bentuk giro

ini turun drastis menjadi 4,26 triliun rupiah, atau

selama periode 2006-2009 rata-rata nilai simpanan

giro berkurang 17,08 persen setiap tahunnya.

15 Tabungan masyarakat meningkat tajam

Jumlah Bank Syariah yang Beroperasi

di Aceh Kondisi April 2010

Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan

Periode 2006-2009 simpanan masyarakat jenis tabungan terus meningkat

baik jumlah rekening maupun jumlah dana rupiah yang disimpan

Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan

Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah pada

Bank Umum Pemerintah

PERBANKAN DAN INVESTASI

Bank Syariah KP KW KC KCP KK KU Jumlah

A. Bank Umum - - 8 6 3 - 17

1. Bank BRI - - 1 - - - 1

2. Bank BSM - - 3 3 3 - 9

3. Bank Muamalat - - 2 - - - 2

4. Bank Syariah

Mega Indonesia

B. Unit Usaha Syariah - - 7 9 - - 16

1. Bank BPD Aceh - - 2 9 - - 11

2. Bank BNI - - 1 - - - 1

3. Bank Danamon - - 1 - - - 1

4. Bank Permata - - 1 - - - 1

5. Bank BII - - 1 - - - 1

6. CIMB Niaga - - 1 - - - 1

C. BPR Syariah 8 - - - 3 - 11

Jumlah 8 - 15 15 6 - 44

5 - - 2 3 - -

Jenis Simpanan 2006 2007 2008 2009

Rata-rata

pertum-

buhan per

tahun

Giro (000 rekening)

44,2 53,8 59,8 69,4 16,27%

Tabungan (000 rekening)

1.310,1 1.374,1 1.408,6 1.434,1 3,06%

Simpanan Berjangka (000 bilyet)

8,3 7,8 7,4 7,7 -2,58%

Jumlah dana

(triliun rupiah)16,27 14,24 15,94 15,08 -2,51%

Giro 7,47 5,86 6,20 4,26 -17,08%

Tabungan 4,62 5,39 5,90 6,72 13,28%

Simpanan Berjangka 4,18 2,99 3,84 4,11 -0,63%

Page 65: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

59

Sedangkan simpanan jenis tabungan mengalami

peningkatan yang cukup tinggi dari sisi nilai nominal

yaitu sebesar 4,62 triliun rupiah pada tahun 2006

menjadi 6,72 triliun rupiah pada tahun 2009, atau

rata-rata meningkat 13,28 persen setiap tahunnya.

Dari sisi jumlah rekening tabungan juga meningkat

dari 1,31 juta rekening tahun 2006 menjadi 1,43 juta

rekening tahun 2009, atau rata-rata meningkat 3,06

persen setiap tahunnya.

Untuk jenis simpanan berjangka pada periode tahun

2006-2009 mengalami fluktuasi dari sisi jumlah bilyet

maupun jumlah rupiah yang disimpan. Namun jika

dibandingkan posisi awal pada tahun 2006 dan posisi

akhir tahun 2009 nilai simpanan berjangka maupun

jumlah bilyet mengalami penurunan.

Besarnya dana simpanan masyarakat dalam bentuk

rupiah pada bank umum swasta nasional secara

keseluruhan juga mengalami peningkatan pada

periode 2006-2009. Pada tahun 2006 posisi simpanan

masyarakat berjumlah 1,69 triliun rupiah dan pada

tahun 2009 berjumlah 2,15 triliun rupiah, atau

mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,46

persen pertahun.

Jenis simpanan yang mengalami peningkatan dari sisi

dana yang disimpan adalah jenis tabungan dan

simpanan berjangka. Tabungan mengalami

peningkatan rata-rata sebesar 11,22 persen pertahun

dalam periode 2006-2009. Sedangkan simpanan

berjangka mengalami peningkatan rata-rata sebesar

11,93 persen per tahun pada periode yang sama.

Sementara itu jenis giro mengalami penurunan rata-

rata sebesar 5,56 persen pertahun.

Dari sisi jumlah rekening atau bilyet peride 2006-

2009 terus mengalami peningkatan. Peningkatan

terbesar terjadi pada rekening tabungan yaitu dari

104,3 ribu rekening pada tahun 2006 menjadi 173,1

ribu jumlah rekening pada tahun 2009, atau rata-rata

bertambah 18,41 persen setiap tahunnya.

15 Perkembangan Simpanan Masyarakat

pada Bank Umum Pemerintah

Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan

Jumlah simpanan masyarakat pada bank umum swasta nasional terus meningkat

Jumlah simpanan masyarakat pada bank swasta nasional tahun 2006 sebesar 1,69 triliun rupiah

dan menjadi 2,15 triliun rupiah pada tahun 2009, meningkat sebesar 8,46 persen per tahun

PERBANKAN DAN INVESTASI

Jenis Simpanan 2006 2007 2008 2009

Rata-rata

pertum-

buhan per

tahun

Giro (000 rekening)

4,2 4,8 5,3 5,4 8,36%

Tabungan (000 rekening)

104,3 129,4 132,5 173,1 18,41%

Simpanan Berjangka (000 bilyet)

3,2 3,1 3,3 3,4 1,92%

Jumlah dana

(triliun rupiah)1,69 1,91 2,10 2,15 8,46%

Giro 0,34 0,30 0,32 0,28 -5,66%

Tabungan 0,89 1,09 1,13 1,23 11,22%

Simpanan Berjangka 0,46 0,52 0,65 0,64 11,93%

Tahukah Anda?

***Total Simpanan masyarakat

Aceh pada bank pemerintah dan

bank swasta nasional tahun 2009

mencapai 17,23 triliun rupiah***

Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah

pada Bank Umum Swasta Nasional

Page 66: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

60

Koperasi

Lembaga keuangan non bank berupa koperasi di

Aceh cukup berkembang dengan baik. Pada tahun

2008 terdapat 6.570 unit koperasi simpan pinjam di

Aceh dengan jumlah anggota sebanyak 494.564

orang dan total simpanan sebesar 283,02 milyar

rupiah.

Sedangkan pada tahun 2009 jumlah koperasi

bertambah 0,33 persen menjadi 6.592 unit, dan

jumlah anggota juga bertambah 2,19 persen menjadi

505.412 orang, serta jumlah simpanan anggota juga

mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar

27,62 persen, menjadi 361,18 milyar rupiah.

Investasi

Usaha untuk mempercepat realisasi pembangunan

suatu daerah membutuhkan investasi, baik dari dalam

maupun luar negeri, sehingga tujuan pembangunan

untuk kesejahteraan masyarakatnya dapat segera

dicapai. Namun terkadang dalam merealisasikan

suatu investasi yang sudah direncanakan menemui

hambatan dan kendala sehingga investasi tidak dapat

diwujudkan.

Pada tahun 2009 rencana investasi yang sudah

disetujui oleh pemerintah berupa Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) mencapai 42,4 milyar rupiah

dan berupa Penanaman Modal Asing (PMA)

mencapai 77,85 juta US$. Namun kedua jenis

investasi tersebut tidak terealisasi sebagaimana

direncakan.

Kondisi tahun 2008 sedikit lebih baik dimana rencana

investasi berupa PMDN sebesar 26 milyar rupiah

dapat direalisasikan seluruhnya (100%). Sedangkan

investasi berupa PMA sebesar 1.477,3 juta US $ yang

sudah disetujui ternyata juga tidak dapat

direalisasikan.

15 Tahun 2009 investasi melalui PMDN dan PMA 0%

Pada tahun 2009 sebesar 42,4 milyar rupiah PMDN dan 77,85 juta US$ PMA

yang sudah disetujui pemerintah tidak dapat direalisasikan

PERBANKAN DAN INVESTASI

Perse-

tujuan

Reali-

sasi

Perse-

tujuan

Reali-

sasi

1. PMDN (juta rupiah) 26.000 100% 42.400 0%

2. PMA (ribu US $) 1.477.300 0% 77.850 0%

2008 2009

Jenis Investasi

Persetujuan dan Realisasi Investasi

Tahun 2008-2009

Uraian Satuan 2008 2009Perubahan

(%)

Jumlah Koperasi Primer Unit 6.570 6.592 0,33

Jumlah Anggota Orang 494.564 505.412 2,19

Jumlah Simpanan Juta rupiah 283.019 361.178 27,62

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam

di Aceh Tahun 2008-2009

Tahukah Anda?

***Total rencana investasi PMA

tahun 2008 dan 2009 sebesar

1.555,15 juta US$ adalah sekitar

14,77 triliun rupiah jika nilai kurs

rupiah Rp.9.500,-***

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Page 67: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

61

Indek Harga Konsumen

Selama tahun 2009 indek harga konsumen (IHK) di

Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe

mempunyai kecenderungan meningkat, walaupun jika

dilihat IHK setiap bulannya berfluktuasi. Hal ini

memberikan informasi bahwa secara umum harga

barang-barang yang dikonsumsi masyarakat terus

mengalami peningkatan.

Laju inflasi selama perode 2007-2009 yang bernilai

positif menunjukkan besarnya peningkatan harga-

harga secara umum pada tahun yang bersangkutan.

Di kota Banda Aceh tahun 2007 terjadi peningkatan

harga secara umum sebesar 11 persen, kemudian

meningkat lagi sebesar 10,27 persen tahun 2008, dan

sedikit mengalami peningkatan sebesar 3,50 persen

pada tahun 2009. Artinya secara umum harga

pembelian barang-barang konsumsi masyarakat di

akhir tahun 2009 sudah mengalami peningkatan

harga sekitar 24,77 persen bila dibandingkan harga

pada awal tahun 2007.

Demikian juga di Kota Lhokseumawe dan secara

rata-rata nasional, perkembangan harga kebutuhan

masyarakat terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya, walaupun dengan tingkat perubahan yang

berbeda-beda.

Harga beras, minyak goreng dan

gula pasir

Beras, minyak goreng dan gula pasir merupakan tiga

komoditas strategis kebutuhan hidup penduduk setiap

harinya. Gejolak harga pada ketiga jenis komoditas

sering menimbulkan dampak terhadap persoalan

ekonomi maupun persoalan sosial bahkan politik

bangsa Indonesia. Karena itu ketersedian dan

kestabilan harga komoditas strategis di pasaran terus

diupayakan oleh pemerintah.

16 HARGA-HARGA

Harga komoditas ditingkat konsumen terus meningkat

Perubahan harga berbagai komoditi kebutuhan masyarakat yang digambarkan oleh

IHK selama tahun 2009 mempunyai tren meningkat

Perkembangan IHK Umum

Tahun 2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Tahun Banda AcehLhok-

seumaweNasional

2007 11,00 4,18 6,59

2008 10,27 13,78 11,06

2009 3,50 3,96 2,78

Laju Inflasi Tahun 2008-2009

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Page 68: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

62

Periode 2007-2009 rata-rata harga minyak goreng

mengalami fluktuasi. Minyak goreng bimoli tahun

2007 rata-rata seharga 10.591 rupiah per liter,

kemudian naik menjadi 13.991 rupiah per liter tahun

2008, dan sedikit menurun tahun 2009 menjadi

13.625 rupiah per liter. Demikian juga dengan harga

minyak goreng malinda juga mengalami fluktuasi,

namun harga lebih murah dibandingkan minyak

goreng bimoli. Minyak goreng malinda merupakan

minyak goreng curah dan dijual dengan satuan

kilogram.

Sedangkan harga gula pasir putih peride 2007-2009

terus mengalami peningkatan. Selama tahun 2007

harga gula pasir rata-rata 7.104 rupiah per kilogram,

tahun 2008 seharga 7.220 rupiah per kilogram, dan

tahun 2009 meningkat tajam menjadi 9.900 rupiah per

kilogram.

Nilai Tukar Petani

Nilai tukar petani (NTP) merupakan salah satu

indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli

petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya

tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan

barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk

biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif

semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli

petani.

NTP rata-rata Aceh pada tahun 2008 dan 2009 masih

dibawah angka seratus walaupun pada tahun 2009

mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 98,64 tahun

2008 menjadi 99,76 atau naik 1,14 persen.

Jika dilihat menurut sub sektor, hanya ada satu sub

sektor yang mempunyai NTP diatas angka seratus

yaitu sub sektor perkebunan rakyat. Pada tahun 2008

NTP sub sektor ini sebesar 103,5 dan tahun 2009

turun menjadi 101,05. Hal ini memberikan informasi

bahwa hanya petani sub sektor perkebunan yang

memiliki kelebihan nilai tukar hasil produksi mereka

dengan barang dan jasa yang dibutuhkan.

16 Harga gula pasir terus meningkat

Rata-rata Harga Minyak Goreng dan Gula

Pasir di Kota Banda Aceh

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Harga gula pasir selama tiga tahun terus mengalami peningkatan yaitu dari

7.104 rupiah/kg tahun 2007 menjadi 9.900 rupiah/kg tahun 2009

Komoditi 2007 2008 2009

Minyak Goreng

Bimoli (Rp/ltr)10.591 13.991 13.625

Minyak Goreng

Malinda (Rp/kg)8.280 10.460 8.877

Gula Pasir Putih

(Rp/kg)7.104 7.220 9.900

Sub Kelompok 2008 2009

1. Tanaman Pangan 95,36 98,98

2. Hortikultura 99,65 99,2

3. Perkebunan Rakyat 103,5 101,05

4. Peternakan 98,13 98,55

5. Perikanan 99,36 98,98

Gabungan 98,64 99,76

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinis Aceh

Tahun 2008-2009

HARGA-HARGA

Page 69: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

63

Rata-rata Pengeluaran

Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk

Aceh periode 2007-2009 terus mengalami

peningkatan setiap tahunnya yaitu sebesar 336.900

rupiah pada tahun 2007 menjadi 427.488 rupiah pada

tahun 2009. Namun rata-rata pengeluaran penduduk

Aceh masih dibawah rata-rata pengeluaran penduduk

secara Nasional yaitu mencapai 353.421 rupiah pada

tahun 2007 menjadi 430.065 rupiah pada tahun 2009.

Pengeluaran penduduk sebesar itu digunakan

sebagai biaya hidup yaitu untuk pembelian kebutuhan

akan makanan (bahan makanan atau makanan jadi)

dan non makanan (biaya rumah tangga, pendidikan,

kesehatan dan lainnya). Pada tahun 2007 biaya yang

digunakan penduduk Aceh untuk konsumsi makanan

sebesar 204.200 rupiah perkapita perbulan.

Kemudian terus mengalami peningkatan sampai

sebesar 266.962 rupiah pada tahun 2009.

Sementara itu rata-rata pengeluaran untuk makanan

secara Nasional pada tahun 2007 jauh lebih rendah

dibanding di Aceh yaitu sebesar 174.028 rupiah.

Kemudian mengalami peningkatan setiap tahun

sehingga mencapai 217.720 rupiah pada tahun 2009,

namun nilai ini juga masih dibawah nilai pengeluaran

untuk makanan penduduk Aceh. Hal ini memberikan

gambaran bahwa biaya hidup di Aceh terutama untuk

memenuhi kebutuhan makanan lebih mahal

dibandingkan biaya hidup secara rata-rata Nasional.

Jika dilihat proporsi pengeluaran makanan dan non

makanan, maka penduduk Aceh menggunakan

sebagian besar pengeluarannya untuk konsumsi

makanan, yaitu mencapai 60 persen lebih selama

periode 2007-2009. Sedangkan secara rata-rata

Nasional pada periode yang sama pengeluaran untuk

makanan hanya sekitar 50 persen. Namun proporsi

pengeluaran untuk makanan baik secara Nasional

maupun di Aceh menunjukkan tren meningkat setiap

tahunnya.

17 PENGELUARAN PENDUDUK

Sebagian besar pendapatan penduduk dikeluarkan untuk makan

Persentase pengeluaran penduduk untuk makanan mencapai 60 persen lebih dari

total konsumsi setiap bulan pada periode 2007-2009

Sumber : BPS RI 2010

Rata-rata Pengeluaran Per Kapita

Per Bulan

Rata-rata Pengeluaran Untuk Makanan

Per Kapita Per Bulan

Sumber : BPS RI 2010

Persentase Pengeluaran Untuk Makanan

Sumber : BPS RI 2010

Page 70: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 64

Konsumsi Protein dan Kalori

Pada tahun 2010 konsumsi protein penduduk Aceh

per kapita per hari rata-rata sebesar 57,45 gram.

Sedangkan secara Nasional berada dibawah Aceh

yaitu mencapai 55,01 gram. Jika dilihat tempat tinggal

penduduk yaitu desa dan kota, secara rata-rata di

Aceh tidak terjadi perbedaan jumlah protein yang

dikonsumsi oleh penduduk desa dengan penduduk

kota, yaitu daerah perkotaan sebesar 57,52 gram dan

daerah perdesaan sebesar 57,41 gram.

Namun kondisi ini jauh berbeda untuk rata-rata

secara Nasional, yaitu jumlah protein yang

dikonsumsi oleh penduduk kota jauh lebih besar

dibandingkan penduduk desa. Rata-rata konsumsi

protein penduduk perkotaan secara Nasional sebesar

56,14 gram dan di perdesaan lebih rendah yaitu

sebesar 53,97 gram.

Untuk konsumsi kalori perkapita perhari penduduk

Aceh juga berada diatas angka Nasional. Rata-rata

penduduk Aceh mengkonsumsi 2.075,79 kkal

perkapita perhari, sedangkan secara Nasional

sebesar 1.925,61 kkal.

Konsumsi kalori penduduk di perdesaan ternyata

lebih tinggi dibandingkan penduduk perkotaan. Hal ini

terjadi baik di Aceh maupun secara rata-rata

Nasional. Di daerah perkotaan di Aceh konsumsi

kalori sebesar 1.993,32 kkal perkapita perhari.

Sedangkan penduduk perdesaan lebih banyak lagi

yaitu sebesar 2.109,16.

Begitu juga secara Nasional konsumsi kalori

penduduk perkotaan sebesar 1.882,29 kkal perkapita

perhari dan di perdesaan sebesar 1.966,09 kkal

perkapita perhari. Fenomena ini sangat menarik

karena ternyata penduduk perdesaan lebih

mencukupi kebutuhannya akan kalori dibandingkan

penduduk perkotaan.

17 Penduduk Aceh lebih baik dibandingkan rata-rata Nasional dalam pemenuhan gizi

Rata-rata Konsumsi Kalori (kkal)

Per Hari Per Kapita

Sumber : Aceh Dalam Angka 2010

Tahukah Anda?

***Kebutuhan energi/kalori

minimal penduduk yang

disyaratkan dalam penghitungan

garis kemiskinan makanan

adalah sebesar 2.100 kkal

perkapita perhari. Secara rata-

rata hanya dipenuhi oleh

penduduk Aceh yang berada di

pedesaan***

Konsumsi protein dan konsumsi kalori perkapita perhari penduduk Aceh lebih tinggi

dibandingkan rata-rata secara Nasional

Rata-rata Konsumsi Protein (gram)

Per Hari Per Kapita

PENGELUARAN PENDUDUK

Page 71: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

65

Ekspor

Nilai ekspor Provinsi Aceh pada tahun 2009

mengalami penurunan sebesar 49,00 persen

dibandingkan dengan nilai ekspor tahun sebelumnya.

Nilai ekspor tahun 2009 mencapai US$ 1.139,45 juta,

sedangkan tahun 2008 mencapai US$ 2.234,13 juta.

Penurunan nilai ekspor pada tahun 2009 juga diikuti

oleh penurunan jumlah volume (berat) barang-barang

yang diekspor. Volume barang-barang yang diekspor

pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar

18,98 persen. Pada tahun 2008 volume ekspor Aceh

mencapai 3.386,38 ribu ton, kemudian turun menjadi

2.743,58 ribu ton pada tahun 2009.

Ekspor Provinsi Aceh menurut negara tujuan pada

tahun 2009 dilakukan ke 14 negara dengan yang

didominasi oleh negara Korea Selatan sebesar 61,32

persen dari total nilai ekspor Aceh. Kemudian diikuti

oleh negara Jepang sebesar 27,71 persen, India 2,68

persen, Singapore 2,09 persen, dan sisanya sebesar

6,20 persen ke beberapa negara lainnya antara lain

Malaysia, Philipina, Myanmar, Thailand, dan

Hongkong.

Pada tahun 2009 kegiatan ekspor dilakukan melalui

sembilan pelabuhan muat. Tiga pelabuhan yang

melakukan aktivitas muat komoditi ekspor terbanyak

adalah pelabuhan Blang Lancang di Aceh Utara yang

merupakan pelabuhan ekspor komoditi minyak dan

gas (LNG). Nilai ekspor melalui pelabuhan Blang

Lancang sebesar 90,83 persen dari total nilai ekspor

Aceh tahun 2009. Kemudian pelabuhan

Lhokseumawe untuk pengiriman komoditi hasil

industri fertilizer/ammonia, sebesar 7,83 persen dan

pelabuhan Kuala Langsa sebesar 1,32 persen yang

merupakan ekspor komoditi hasil pertanian dan

industri (non migas). Negara tujuan dari ekspor non

migas Aceh antara lain Negara Australia, India dan

Columbia.

18 PERDAGANGAN

Ekspor Aceh tahun 2009 menurun

Nilai ekpor Aceh pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 49 persen dan

berat komoditi ekspor juga mengalami penurunan sebesar 18,98 persen

Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial

Berat dan Nilai Ekspor Aceh

Tahun 2008-2009

Persentase Nilai Ekspor Aceh Menurut

Pelabuhan Muat Tahun 2009

Indikator 2008 2009 Perubahan

Berat bersih (000 ton) 3.386,38 2.743,58 -18,98%

Nilai FoB (juta US$) 2.234,13 1.139,45 -49,00%

Persentase Nilai Ekspor Aceh Menurut

Negara Tujuan Tahun 2009

Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial

Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial

Page 72: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 66

Impor

Nilai impor Provinsi Aceh pada tahun 2009 mencapai

US$ 117,04 juta. Nilai ini mengalami penurunan

hingga 69,54 persen dibandingkan nilai impor tahun

2008. Nilai impor tahun 2008 mencapai US$ 384,24

juta, sedangkan tahun 2009 turun menjadi US$

117,04 juta.

Penurunan nilai impor Aceh ternyata tidak diikuti oleh

penurunan volume impornya. Melainkan volume impor

tahun 2009 mengalami peningkatan dari tahun 2008

sebesar 162,87 persen yaitu dari 201,81 ribu ton

tahun 2008 menjadi 530,48 ribu ton tahun 2009.

Pada tahun 2009 Aceh melakukan impor barang dari

15 negara. Impor dari negara Singapura merupakan

yang tertinggi, yakni dengan nilai US$ 72,34 juta atau

mencapai 61,81 persen dari total impor Aceh.

Selanjutnya disusul oleh negara Malaysia dengan

nilai US$ 27,84 juta (23,79 persen), dan Pakistan

senilai US$ 6,65 juta (5,68 persen). Kemudian dari

China dan Jepang masing-masing sebesar 2,31

persen, dan selebihnya sebesar 4,11 persen dari total

nilai impor Aceh berasal dari 10 negara lainnya.

Total nilai impor Aceh tahun 2009 sebesar US$

117,04 juta dilakukan melalui 10 pelabuhan bongkar

yang ada di Provinsi Aceh. Pelabuhan Blang Lancang

memiliki kontribusi terbesar yaitu mencapai US$

57,23 juta atau 48,90 persen dari total impor.

Kemudian diikuti oleh pelabuhan Lhokseumawe

sebesar 23,49 persen atau senilai US $ 27,49 juta.

Aktivitas bongkar komoditi impor di pelabuhan

Lhoknga menduduki posisi ketiga terbesar dari sisi

nilai barang yang diimpor yaitu senilai 13,70 persen

dari total nilai impor Aceh namun terbesar dari sisi

volume yang diimpor, yaitu sekitar 296 ribu ton.

18 Impor Aceh pada tahun 2009 mengalami penurunan

Berat dan Nilai Impor Aceh

Tahun 2008-2009

Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial

Nilai impor Aceh pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 69,54 persen namun

berat komoditi impor mengalami peningkatan sebesar 162,87 persen

Persentase Nilai Impor Aceh Menurut

Negara Asal Tahun 2009

PERDAGANGAN

Indikator 2008 2009 Perubahan

Berat bersih (000 ton) 201,81 530,48 162,87%

Nilai CIF (juta US$) 384,24 117,04 -69,54%

Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial

Persentase Nilai Impor Aceh Menurut

Pelabuhan Bongkar Tahun 2009

Page 73: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

67

Pendapatan Regional

Pendapatan domestik regional Bruto (PDRB)

merupakan salah satu indikator untuk menilai

kemajuan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Dari

PDRB dapat diperoleh informasi tentang kemampuan

keuangan daerah, potensi daerah dan tingkat

kesejahteraan masyarakat yang diperoleh dari PDRB

perkapita.

Perkembangan PDRB Aceh periode 2007-2009 jika

memperhitungkan komponen minyak dan gas (migas)

yang dihasilkan di wilayah Aceh, dari tahun-ketahun

terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan

penurunan produksi migas dari lahan yang sudah

diekploitasi dalam waktu puluhan tahun. Oleh karena

itu pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas

mengalami pertumbuhan yang negatif.

Pada tahun 2007 komposisi PDRB Aceh terdiri dari

30,07 persen dari komponen migas dan 69,93 persen

dari komponen non migas. Kemudian tahun 2008

kontribusi migas turun menjadi 26,30 persen dan

kontribusi non migas 73,70 persen. Pada tahun 2009

kontribusi migas terhadap PDRB sudah dibawah 20

persen yaitu sebesar 18,67 persen, dan kontribusi

non migas sebesar 81,33 persen. Diperkirakan

kontribusi migas akan terus menurun terhadap PDRB

Aceh, kecuali jika ditemukan dan diekploitasi sumber-

sumber migas di lokasi lainnya di Aceh.

Seiring dengan penurunan komponen migas,

komponen non migas terus mengalami peningkatan

setiap tahunnya terhadap PDRB Aceh. Pertumbuhan

ekonomi Aceh tanpa migas tahun 2007 tercatat

sebesar 7,23 persen. Kemudian tahun 2008

perekonomian Aceh meningkat tipis yaitu sebesar

1,88 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Aceh

tahun 2009 kembali meningkat yaitu tumbuh sebesar

3,92 persen.

19 PENDAPATAN REGIONAL

Kontribusi minyak dan gas terus mengalami penurunan

Kontribusi minyak dan gas terhadap pembentukan PDRB Aceh tahun 2007 masih sebesar

30,07 persen, kemudian terus menurun sehingga tinggal 18,67 persen pada tahun 2009

Komposisi PDRB Aceh Menurut

Migas dan Non Migas

Sumber : PDRB Aceh 2006-2009

Beberapa Indikator Ekonomi

Aceh Tahun 2007-2009

Sumber : PDRB Aceh 2006-2009

Indikator 2007 2008 2009

Dengan Minyak dan Gas

PDRB ADHB (triliun rupiah) 71,09 73,53 70,76

PDRB ADHK (milyar rupiah) 35,98 34,09 32,18

PDRB ADHB/Kapita (juta rupiah) 16,83 17,12 16,22

PDRB ADHK/Kapita (juta rupiah) 8,52 7,94 7,38

Pertumbuhan ekonomi (%) (2,36) (5,27) (5,58)

Tanpa Minyak dan Gas

PDRB ADHB (triliun rupiah) 49,72 54,19 57,55

PDRB ADHK (milyar rupiah) 26,02 26,51 27,55

PDRB ADHB/Kapita (juta rupiah) 11,77 12,62 13,19

PDRB ADHK/Kapita (juta rupiah) 6,16 6,17 6,31

Pertumbuhan ekonomi (%) 7,23 1,88 3,92

Page 74: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 68

Pendapatan Perkapita

PDRB perkapita dapat dijadikan ukuran produktivitas

masyarakat secara makro. Semakin besar PDRB

perkapita semakin produktif masyarakat di daerah

tersebut yang seharusnya juga semakin sejahtera.

PDRB perkapita Aceh atas dasar harga berlaku

(ADHB) dengan migas tahun 2009 mencapai 16,22

juta rupiah, mengalami penurunan sebesar 5,31

persen dibanding tahun 2008. Sedangkan tanpa

migas mencapai 13,19 juta rupiah, mengalami

peningkatan sebesar 4,50 persen dari tahun 2008.

Penurunan PDRB perkapita dengan migas

disebabkan karena di satu sisi terjadi penurunan nilai

PDRB dan di sisi lain jumlah penduduk sebagai faktor

pembagi terus bertambah setiap tahunnya. Pada

tahun 2009 terjadi pertumbuhan jumlah penduduk

sekitar 1,62 persen dibandingkan jumlah penduduk

pada tahun 2008.

Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian Aceh dengan

mengikutsertakan komponen migas dalam PDRB

pada tahun 2009 masih didominasi oleh sektor

pertanian. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar

27,40 terhadap total PDRB Aceh.

Selain sektor pertanian, terdapat enam sektor lainnya

yang cukup berperan terhadap pembentukan PDRB

Aceh dengan migas yaitu sektor perdagangan, hotel

dan restoran yang meberikan kontribusi sebesar

14,73 persen, sektor jasa-jasa (11,80%), sektor

pertambangan dan penggalian (11,59%), sektor

industri pengolahan (11,20%), sektor pengangkutan

dan komunikasi (10,67%) dan sektor konstuksi

(9,67%). Dua sektor lainnya yaitu sektor listrik dan air

bersih serta sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan memberikan kontribusi masih dibawah

tiga persen.

19 Sektor pertanian masih menjadi andalan perekonomian Aceh

Peranan Sektor Terhadap PDRB Dengan

Migas Tahun 2009

Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Aceh pada tahun 2009 sebesar 27,40

persen dan merupakan kontribusi terbesar dari sembilan sektor PDRB

Keterangan :

A. Pertanian

B. Pertambangan & Penggalian

C. Industri Pengolahan

D. Listrik dan Air Bersih

E. Konstruksi

F. Perdagangan, Hotel & Restoran

G. Pengangkutan & Komunikasi

H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

I. Jasa-jasa

PENDAPATAN REGIONAL

PDRB Perkapita Aceh Dengan Migas dan

Tanpa Migas

Page 75: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

69

Penduduk

Persentase penduduk Provinsi Aceh terhadap total

penduduk Indonesia pada tahun 2009 sebesar 1,89

persen. Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2000

mencapai 1,92 persen. Kemudian pada tahun 2005

turun menjadi 1,86 persen akibat berkurangnya

jumlah penduduk Aceh pada saat musibah tsunami

pada tanggal 26 Desember 2004 yang banyak

menelan korban jiwa.

Di pulau Sumatera kontribusi terbesar terhadap

penduduk Indonesia dicapai oleh Provinsi Sumatera

Utara yaitu sebesar 5,73 persen pada tahun 2009.

Kemudian diikuti oleh Provinsi Lampung sebesar 3,24

persen dan Provinsi Sumatera Selatan sebesar 3,12

persen. Kontribusi terkecil diberikan oleh Provinsi

Kepulauan Riau yaitu hanya 0,65 persen dari total

penduduk Indonesia tahun 2009.

Secara keseluruhan penduduk provinsi se Sumatera

memberikan kontribusi sebesar 21,44 persen

terhadap total penduduk Indonesia tahun 2009.

Angka ini mengalami peningkatan setiap tahunnya

mulai dari tahun 2000 yang tercatat sebesar 20,71

persen.

Pertumbuhan penduduk Aceh pada periode tahun

2000-2009 rata-rata sebesar 0,77 persen per tahun.

Angka ini lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan

penduduk secara Nasional tahun 2000-2009 yaitu

sebesar 1,35 persen per tahun. Provinsi lain di

Sumatera dengan angka pertumbuhan penduduk

lebih rendah dari angka Nasional adalah Provinsi

Lampung sebesar 1,20 persen per tahun. Sedangkan

delapan provinsi lainnya berada diatas angka

pertumbuhan penduduk Nasional.

Di pulau Sumatera pertumbuhan penduduk tertinggi

terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 4,27

persen per tahun, kemudian Provinsi Riau sebesar

3,46 persen pertahun.

20 PERBANDINGAN REGIONAL

Penduduk Kepulauan Riau semakin padat

Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di pulau Sumatera terjadi di Provinsi Kepulauan

Riau yaitu rata-rata bertambah 4,27 persen setiap tahun pada periode 2000-2009

Persentase Jumlah Penduduk Provinsi

se Sumatera Terhadap Total Penduduk

Indonesia

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Catatan :

1 Hasil Sensus Penduduk 2000

2 Hasil Sensus Penduduk Aceh Nias 2005

3 Hasil estimasi penduduk berdasarkan sensus

Laju Pertumbuhan Penduduk

Menurut Provinsi se Sumatera

Provinsi 20001

20052

20083

20093

1. Aceh 1,92 1,86 1,88 1,89

2. Sumatera Utara 5,68 5,65 5,71 5,73

3. Sumatera Barat 2,07 2,08 2,08 2,09

4. Riau 2,41 2,20 2,27 2,29

5. Kepulauan Riau … 0,58 0,64 0,65

6. Jambi 1,17 1,21 1,22 1,22

7. Sumatera Selatan 3,03 3,10 3,12 3,12

8. Kep. Bangka Belitung 0,44 0,49 0,49 0,49

9. Bengkulu 0,71 0,71 0,72 0,72

10. Lampung 3,28 3,22 3,23 3,24

PULAU SUMATERA 20,71 21,10 21,36 21,44

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Provinsi1990-

2000

2000-

2005

2000-

2008

2000-

2009

1. Aceh 1,46 (0,20) 0,66 0,77

2. Sumatera Utara 1,32 1,30 1,43 1,45

3. Sumatera Barat 0,63 1,46 1,44 1,43

4. Riau 4,35 4,14 3,47 3,46

5. Kepulauan Riau … 5,05 4,79 4,27

6. Jambi 1,84 1,94 1,85 1,83

7. Sumatera Selatan 1,28 1,88 1,73 1,69

8. Kep. Bangka Belitung 0,97 3,61 2,80 2,64

9. Bengkulu 2,20 1,48 1,52 1,52

10. Lampung 1,17 1,04 1,18 1,20

INDONESIA 1,45 1,40 1,36 1,35

Page 76: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

70

Tingkat kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk

dibagi luas wilayah di Aceh sebesar 75 jiwa per km2.

Angka ini terus meningkat dari 72 jiwa per km2 pada

tahun 2000. Provinsi terpadat penduduknya di

Sumatera tertinggi dicapai oleh Provinsi Lampung

yaitu sebesar 199 jiwa per km2. Kemudian diikuti oleh

Provinsi Kepulauan Riau sebesar 187 jiwa per km2

dan Provinsi Sumatera Utara sebesar 182 jiwa per

km2. Ketiga provinsi ini mempunyai tingkat kepadatan

penduduk diatas rata-rata Nasional sebesar 124 jiwa

per km2.

Sedangkan kepadatan penduduk terendah dan

dibawah angka Provinsi Aceh adalah Provinsi Riau

sebesar 60 jiwa per km2, Provinsi Jambi sebesar 62

jiwa per km2, dan Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung sebesar 69 jiwa per km2.

PDRB

PDRB perkapita tanpa migas provinsi se Sumatera

tertinggi berada di Provinsi Kepulauan Riau yaitu

sebesar 24,30 juta pada tahun 2008. Bahkan PDRB

perkapita provinsi ini juga tertinggi selama periode

2005-2008. Nilai yang dicapai juga jauh lebih tinggi

dibandingkan PDRB perkapita provinsi lainnya di

Sumatera.

Provinsi Aceh berada pada posisi ke empat terendah

dari sepuluh provinsi di Sumatera yaitu sebesar 6,17

juta rupiah pada tahun 2008. PDRB perkapita

terendah berada di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar

4,48 juta rupiah pada tahun 2008.

Jika dibandingkan dengan PDRB perkapita Nasional

pada tahun 2008 sebesar 8,49 juta rupiah, ternyata

hanya terdapat dua provinsi dengan PDRB perkapita

diatas angka Nasional yaitu Provinsi Kepulauan Riau

dan Kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan delapan

provinsi lainnya mempunyai PDRB perkapita dibawah

rata-rata Nasional.

20 Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau secara rata-rata sangat sejahtera

Kepadatan Penduduk per Km2

Menurut Provinsi se Sumatera

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Pada tahun 2009 PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau mencapai 24,30 juta rupiah pertahun,

berada jauh diatas rata-rata Nasional dan angka provinsi lainnya di Sumatera

Sumber : Statistik Indonesia 2009

PDRB Perkapita Tanpa Migas

Atas Dasar Harga Konstan 2000

Provinsi 2005 2006 2007 2008

1. Aceh 5,52 5,84 6,16 6,17

2. Sumatera Utara 7,03 7,34 7,72 8,08

3. Sumatera Barat 6,38 6,68 7,01 7,35

4. Riau 6,93 7,35 7,77 8,21

5. Kepulauan Riau 22,33 22,94 23,65 24,30

6. Jambi 4,17 4,44 4,66 4,92

7. Sumatera Selatan 5,33 5,63 6,00 6,29

8. Kep. Bangka Belitung 8,80 8,05 8,36 8,66

9. Bengkulu 3,98 4,15 4,34 4,48

10. Lampung 4,07 4,22 4,42 4,59

INDONESIA 7,30 7,65 8,07 8,49

PERBANDINGAN REGIONAL

Tahukah Anda?

***Jika PDRB perkapita 24 juta rupiah pertahun dibagi 12 bulan dan dikali 4 orang rata-rata per rumahtangga hasilnya adalah 8 juta perbulan per rumahtangga***

Provinsi 2000 2005 2008 2009

1. Aceh 72 68 74 75

2. Sumatera Utara 161 171 180 182

3. Sumatera Barat 101 108 113 114

4. Riau 56 55 59 60

5. Kepulauan Riau … 158 180 187

6. Jambi 53 58 61 62

7. Sumatera Selatan 103 113 118 120

8. Kep. Bangka Belitung 55 65 68 69

9. Bengkulu 74 79 83 84

10. Lampung 178 188 196 199

INDONESIA 110 118 123 124

Page 77: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

71

Laju pertumbuhan ekonomi provinsi se Sumatera

periode 2005-2008 seluruhnya mengalami

pertumbuhan positif dengan besaran nilai yang cukup

bervariasi. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan

ekonomi terendah sebesar 1,88 persen di Provinsi

Aceh dan tertinggi sebesar 8,06 persen di Provinsi

Riau.

Pada tahun 2008 terdapat tiga provinsi dengan laju

pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata Nasional yang

besarnya 6,52 persen, yaitu Provinsi Riau, Kepulauan

Riau dan Jambi. Sedangkan tujuh provinsi lainnya

mempunyai laju pertumbuhan dibawa rata-rata

Nasional.

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

salah satu indikator keberhasilan pembangunan

manusia khususnya dibidang kesehatan, pendidikan

dan kehidupan yang layak. Ketiga bidang tersebut

dianggap sebagai permasalahan yang mendasar

yang dapat merefleksikan keberhasilan pembangunan

manusia secara menyeluruh.

Indikator yang digunakan merupakan indikator

komposit yang terdiri dari “angka harapan hidup”

mewakili pembangunan bidang kesehatan, “angka

melek huruf dan rata-rata lama bersekolah” mewakili

bidang pendidikan serta “kemampuan daya beli” yang

merefleksikan tingkat kehidupan yang layak.

Pada tahun 2009 IPM provinsi se Sumatera tertinggi

diraih oleh Provinsi Riau yaitus sebesar 75,60. Angka

ini jauh lebih tinggi dibandingkan capaian IPM

Nasional tahun 2009 sebesar 71,76. Jika

dibandingkan dengan IPM Nasional tersebut, terdapat

delapan provinsi dengan IPM berada diatas angka

Nasional dan dua provinsi berada dibawahnya.

Provinsi Aceh dan Lampung termasuk provinsi

dengan IPM berada dibawah angka IPM Nasional

tahun 2009 dan juga pada tahun 2008.

20 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut

Provinsi se Sumatera

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Indek Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi se Sumatera

Provinsi 2005 2006 2007 2008

1. Aceh 1,22 7,70 7,23 1,88

2. Sumatera Utara 5,52 6,26 6,89 6,40

3. Sumatera Barat 5,73 6,14 6,34 6,36

4. Riau 8,54 8,66 8,25 8,06

5. Kepulauan Riau 7,08 7,23 7,55 7,22

6. Jambi 6,25 8,35 6,59 7,36

7. Sumatera Selatan 6,91 7,31 8,04 6,34

8. Kep. Bangka Belitung 4,60 4,80 5,37 5,03

9. Bengkulu 5,82 5,95 6,03 4,93

10. Lampung 4,61 5,31 6,14 5,33

INDONESIA 6,57 6,11 6,87 6,52

PERBANDINGAN REGIONAL

Penduduk Kepulauan Riau semakin padat

Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di pulau Sumatera terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu

rata-rata bertambah 4,27 persen setiap tahun pada periode 2000-2009

Tahukah Anda?

***IPM Aceh pada tahun 2009 berada

pada peringkat ke 17 tertinggi dari 33

provinsi di Indonesia***

Sumber : Statistik Indonesia 2009

Page 78: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 72

Kemiskinan

Perkembangan jumlah penduduk miskin provinsi se

Sumatera selama periode 2007-2009 mengalami

penurunan setiap tahunnya. Persentase penduduk

miskin terbanyak pada tahun 2009 berada di Provinsi

Aceh yaitu sebesar 21,80 persen. Bahkan pada tahun

2007 dan 2008 persentase penduduk miskin di

Provinsi Aceh tetap yang tertinggi di Pulau Sumatera.

Pada tahun 2007 dan 2008 tersebut hanya ada tiga

provinsi dengan tingkat kemiskinan diatas 20 persen

yaitu Provinsi Aceh, Bengkulu dan Lampung.

Tingkat penurunan persentase penduduk miskin dari

tahun 2007 ke tahun 2009 masing-masing provinsi se

Sumatera cukup bervariasi. Penurunan tertinggi

terjadi di Provinsi Aceh sebesar 4,85 persen poin

yaitu dari 26,65 persen pada tahun 2007 menjadi

21,80 persen pada tahun 2008. Kemudian Provinsi

Bengkulu sebesar 3,54 persen poin yaitu dari 22,13

persen pada tahun 2007 menjadi 18,59 persen pada

tahun 2009. Sedangkan provinsi lainnya terjadi

penurunan dibawah tiga persen poin. Secara

Nasional penurunan persentase penduduk miskin dari

tahun 2007 ke 2009 terjadi sebesar 2,43 persen poin.

Jika dibandingkan dengan persentase penduduk

miskin secara Nasional pada tahun 2009 yang

mencapai 14,15 persen, terdapat empat provinsi di

Sumatera dengan tingkat kemiskinan berada di atas

angka Nasional yaitu Provinsi Aceh, Lampung,

Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sedangkan enam

provinsi lainnya berada dibawah angka kemiskinan

Nasional, dengan tingkat kemiskinan terendah di

Pulau Sumatera adalah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung yaitu sebesar 7,46 persen.

20 2007 2008 2009

1. Aceh 26,65 23,53 21,80

2. Sumatera Utara 13,90 12,55 11,51

3. Sumatera Barat 11,90 10,67 9,54

4. Riau 11,20 10,63 9,48

5. Kepulauan Riau 10,30 9,18 8,27

6. Jambi 10,27 9,32 8,77

7. Sumatera Selatan 19,15 17,73 16,28

8. Kep. Bangka Belitung 9,54 8,58 7,46

9. Bengkulu 22,13 20,64 18,59

10. Lampung 22,19 20,98 20,22

16,58 15,42 14,15

ProvinsiPenduduk Miskin (%)

INDONESIA

Perkembangan Jumlah Penduduk

Miskin Provinsi se Sumatera

Persentase Penduduk Miskin Provinsi

se Sumatera Tahun 2009

***Persentase penduduk miskin adalah

proporsi penduduk yang hidup dibawah

garis kemiskinan***

Tahukah Anda?

***Persentase penduduk miskin di Aceh

tahun 2009 tertinggi di Pulau Sumatera

dan urutan ke 7 tertinggi dari 33 provinsi

di Indonesia***

Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau secara rata-rata sangat sejahtera

Pada tahun 2009 PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau mencapai 24,30 juta rupiah pertahun,

berada jauh diatas rata-rata Nasional dan angka provinsi lainnya di Sumatera

PERBANDINGAN REGIONAL

Page 79: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010

73

Gini Rasio

Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran

yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat

ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Angka

koefisien gini rasio akan bernilai dari 0 (nol) sampai

dengan 1 (satu). Nilai 0 menggambarkan pemerataan

yang sempurna, dan nilai 1 menggambarkan ketidak-

merataan (ketimpangan) yang sempurna.

Perkembangan angka gini rasio tahun 2007-2009

provinsi se Sumtera sangat bervariasi. Beberapa

provinsi mengalami penurunan angka gini rasio setiap

tahunnya seperti Provinsi Jambi dan Bengkulu. Hal ini

menggambarkan tingkat ketimpangan distribusi

pendapatan semakin mengecil setiap tahunnya.

Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera

Selatan mengalami peningkatan angka gini rasio

pada tahun 2009 yang berarti distribusi pendapatan

semakin memburuk dan semakin timpang dibanding

tahun sebelumnya. Sedangkan beberapa provinsi

lainnya mengalami penurunan angka gini rasio pada

tahun 2008 namun kembali terjadi peningkatan pada

tahun 2009, seperti Provinsi Sumatera Barat, Riau,

dan Sumatera Selatan.

Secara umum angka gini rasio provinsi se Sumatera

lebih baik dibandingkan rata-rata Nasional. Pada

tahun 2009 angka gini rasio seluruh provinsi di

Sumatera berada dibawah rata-rata Nasional yang

besarnya 0,37. Angka gini rasio provinsi se Sumatera

tahun 2009 berada dalam rentang 0,27 yaitu Provinsi

Jambi, sampai 0,35 yaitu Provinsi Lampung.

20 PERBANDINGAN REGIONAL

Penduduk Kepulauan Riau semakin padat

Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di pulau Sumatera terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu

rata-rata bertambah 4,27 persen setiap tahun pada periode 2000-2009

2007 2008 2009

1. Aceh 0,27 0,27 0,29

2. Sumatera Utara 0,31 0,31 0,32

3. Sumatera Barat 0,31 0,29 0,30

4. Riau 0,32 0,31 0,33

5. Kepulauan Riau 0,30 0,30 0,29

6. Jambi 0,31 0,28 0,27

7. Sumatera Selatan 0,32 0,30 0,31

8. Kep. Bangka Belitung 0,26 0,26 0,29

9. Bengkulu 0,34 0,33 0,30

10. Lampung 0,39 0,35 0,35

0,36 0,35 0,37 INDONESIA

ProvinsiGini Rasio

Angka Gini Rasio Provinsi

se Sumatera Tahun 2009

Angka Gini Rasio Provinsi

se Sumatera Tahun 2007-2009

Tahukah Anda?

***Gini rasio Provinsi Aceh tahun 2009

sebesar 0,29 berada pada posisi kedua

terkecil setelah Provinsi Jambi sebesar

0,27***

Nilai gini ratio (G), jika: s G < 0,3 :ketimpangan rendah s 0,3 ≤ G ≤ 0,5 :ketimpangan sedang s G > 0,5 :ketimpangan tinggi

Page 80: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 74

Ketenagakerjaan

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) seluruh provinsi

se Sumatera pada tahun 2009 lebih rendah

dibandingkan kondisi tahun 2007. Namun ada

beberapa provinsi yang mengalami penurunan yang

tajam pada tahun 2008 namun kembali meningkat

pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 Provinsi Aceh mempunyai TPT

tertinggi se Sumatera yaitu sebesar 8,71 persen. TPT

Provinsi Aceh juga berada diatas rata-rata Nasional

yang besarnya 7,87 persen. Bahkan pada tahun 2007

dan 2008 TPT Provinsi Aceh juga masih berada

diatas rata-rata Nasional.

Tiga provinsi yang mempunyai TPT terendah pada

tahun 2009 adalah Provinsi Bengkulu yaitu sebesar

5,09 persen, Provinsi Jambi sebesar 5,54 persen dan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 6,14

persen. Sedangkan TPT tertinggi setelah Aceh adalah

Provinsi Riau sebesar 8,56 persen, Sumatera Utara

sebesa 8,45 persen dan Kepulauan Riau sebesar

8,11 persen.

Pada tahun 2009 terdapat lima provinsi di Sumatera

dengan TPT diatas rata-rata Nasional yaitu Provinsi

Aceh, Riau, Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan

Sumatera Barat. Sedangkan provinsi dengan TPT

dibawah angka Nasional adalah Provinsi Bengkulu,

Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung dan

Sumatera Selatan.

20 Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau secara rata-rata sangat sejahtera

Pada tahun 2009 PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau mencapai 24,30 juta rupiah pertahun,

berada jauh diatas rata-rata Nasional dan angka provinsi lainnya di Sumatera

PERBANDINGAN REGIONAL

2007 2008 2009

1. Aceh 9,84 9,56 8,71

2. Sumatera Utara 10,10 9,10 8,45

3. Sumatera Barat 10,31 8,04 7,97

4. Riau 9,79 8,20 8,56

5. Kepulauan Riau 9,01 8,01 8,11

6. Jambi 6,22 5,14 5,54

7. Sumatera Selatan 9,34 8,08 7,61

8. Kep. Bangka Belitung 6,49 5,99 6,14

9. Bengkulu 4,68 4,90 5,09

10. Lampung 7,58 7,14 6,62

9,11 8,39 7,87

Provinsi

Tingkat Pengangguran Terbuka

(%)

INDONESIA

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Provinsi se Sumatera Tahun 2009

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Provinsi se Sumatera

Tahukah Anda?

***TPT Provinsi Aceh tahun 2009

sebesar 8,71 persen berada pada

rangking 7 terbesar dari 33 provinsi di

Indonesia***

Pengangguran Terbuka adalah penduduk usia 15 tahun keatas dan tidak bekerja: s Yang mencari pekerjaan s Yang sedang mempersiapkan usaha s Yang tidak mencari pekerjaan karena

merasa tidak mungkin dapat pekerjaan

s Mereka yang baru diterima bekerja namun belum mulai bekerja

Page 81: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 75

LAMPIRAN TABEL

Page 82: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 76

Tabel 1.1 Kondisi Klimatologi Provinsi Aceh Tahun 2009

Bulan

Suhu Udara

Rata-Rata (0C)

Rata-rata Penyinaran

Matahari (%)

Rata-rata Kelembaban Udara (%)

Jumlah Hari

Hujan

Curah Hujan (mm)

Tekanan Udara (atm)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Januari 25,4 34,8 84 21 276,5 1.010,9

Februari 26,1 64,4 81 7 113,0 1.009,8

Maret 26,3 48,1 84 15 114,6 1.009,7

April 27,5 66,5 80 11 7,3 1.009,1

Mei 27,5 61,0 78 15 178,1 1.008,2

Juni 28,2 69,0 69 1 21,9 1.009,1

Juli 28,3 61,5 69 9 6,2 1.009,1

Agustus 27,2 39,2 76 18 118,3 1.009,4

September 27,3 49,6 74 12 126,8 1.009,8

Oktober 26,8 48,6 78 8 43,5 1.010,1

November 26,2 30,9 85 22 316,5 1.009,6

Desember 26,4 40,9 86 19 254,0 1.010,3

Rata-rata 26,9 51,2 79 13,2 131,4 1.008,8

Page 83: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 77

Tabel 1.2 Jumlah Gempa Bumi di Provinsi Aceh Tahun 2009

Bulan

Frekuensi Gempa yang Tercatat

Pusat di Provinsi Aceh

Pusat di Luar Provinsi Aceh

Jumlah

(1) (2) (3) (4)

Januari 164 16 180

Februari 110 2 112

Maret 149 3 152

April 128 6 134

Mei 97 0 97

Juni 102 5 107

Juli 133 13 146

Agustus 134 13 147

September 102 15 117

Oktober 101 15 116

November 106 14 120

Desember 106 11 117

Jumlah 1.432 113 1.545

Page 84: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 78

Tabel 2.1

Wilayah Administrasi Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota Ibukota Jumlah

Kecamatan Jumlah Mukim

Jumlah Gampong/

Desa

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Simeulue

Sinabang 8 29 137

2. Aceh Singkil

Singkil 10 16 116

3 . Aceh Selatan Tapaktuan 16 43 248

4. Aceh Tenggara Kutacane 16 51 385

5. Aceh Timur Idi 24 46 511

6. Aceh Tengah Takengon 14 18 268

7. Aceh Barat Meulaboh 12 33 321

8. Aceh Besar Kota Jantho 23 68 604

9. Pi d i e Sigli 23 94 727

10. Bireuen

Bireuen 17 75 609

11. Aceh Utara Lhoksukon 27 67 852

12. Aceh Barat Daya Blangpidie 9 20 132

13. Gayo Lues Blangkejeren 11 25 136

14. Aceh Tamiang Karang Baru 12 27 213

15. Nagan Raya Suka Makmue 8 29 222

16. Aceh Jaya Calang 6 21 172

17. Bener Meriah Sp. Tiga Redelong 7 12 232

18. Pidie Jaya Meureudu 8 34 222

19. Banda Aceh Banda Aceh 9 17 90

20. Sabang Sabang 2 7 18

21. Langsa Langsa 5 6 66

22. Lhokseumawe Lhokseumawe 4 9 68

23. Subulussalam Subulussalam 5 8 74

Jumlah 276 755 6.423

Page 85: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 79

Tabel 3.1

Wilayah Administrasi Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota Luas Wilayah

Km2

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk per Km

2

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Simeulue

1.678,00 19.934 82.344 49

2. Aceh Singkil

2.597,00 23.672 102.505 39

3 . Aceh Selatan 3.851,69 52.497 215.315 56

4. Aceh Tenggara 4.231,41 43.742 177.024 42

5. Aceh Timur 6.040,60 76.561 340.728 56

6. Aceh Tengah 4.315,14 48.196 189.298 44

7. Aceh Barat 2.927,95 40.179 158.499 54

8. Aceh Besar 2.969,00 80.673 312.762 105

9. Pi d i e 2.856,52 106.882 386.053 135

10. Bireuen

1.946,96 80.084 359.032 184

11. Aceh Utara 3.288,83 133.775 532.537 162

12. Aceh Barat Daya 2.334,01 29.095 124.813 53

13. Gayo Lues 5.719,57 18.393 75.165 13

14. Aceh Tamiang 1.939,72 56.115 241.734 125

15. Nagan Raya 3.331,24 34.328 125.425 38

16. Aceh Jaya 3.817,00 23.811 82.904 22

17. Bener Meriah 1.457,34 30.137 114.464 79

18. Pidie Jaya 438,12 38.649 135.345 309

19. Banda Aceh 61,36 54.020 212.241 3.459

20. Sabang 238,00 7.669 29.184 123

21. Langsa 262,41 33.023 140.415 535

22. Lhokseumawe 256,07 37.350 159.239 622

23. Subulussalam 1.391,00 13.927 66.451 48

Jumlah 57.948,94 1.082.712 4.363.477 75

Page 86: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 80

Tabel 5.1

Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota Angka Melek Huruf

(%) Rata-Rata Lama Sekolah

(Tahun)

(1) (2) (3)

1. Simeulue

98,58 8,30

2. Aceh Singkil

96,22 7,74

3 . Aceh Selatan 96,47 8,28

4. Aceh Tenggara 97,10 9,34

5. Aceh Timur 97,51 8,49

6. Aceh Tengah 98,13 9,44

7. Aceh Barat 94,08 8,23

8. Aceh Besar 96,95 9,51

9. Pi d i e 95,56 8,65

10. Bireuen

98,37 9,23

11. Aceh Utara 96,42 9,12

12. Aceh Barat Daya 96,25 7,63

13. Gayo Lues 86,97 8,71

14. Aceh Tamiang 98,25 8,77

15. Nagan Raya 89,78 7,34

16. Aceh Jaya 93,78 8,71

17. Bener Meriah 97,45 8,53

18. Pidie Jaya 94,23 8,38

19. Banda Aceh 99,10 11,91

20. Sabang 98,81 10,36

21. Langsa 99,10 10,04

22. Lhokseumawe 99,22 9,91

23. Subulussalam 96,53 7,58

Rata-Rata 96,39 8,63

Page 87: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 81

Tabel 6.1

Angka Harapan Hidup, Angka Kesakitan dan Rata-Rata Lama Sakit Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup (Tahun)

Angka Kesakitan (%)

Rata-Rata Lama Sakit (Hari)

(1) (2) (3) (4)

1. Simeulue

62,91 22,40 3,57

2. Aceh Singkil

64,69 35,52 3,41

3 . Aceh Selatan 66,82 34,73 5,41

4. Aceh Tenggara 69,19 18,76 3,98

5. Aceh Timur 69,63 47,34 2,64

6. Aceh Tengah 69,53 39,44 4,14

7. Aceh Barat 69,87 26,96 4,32

8. Aceh Besar 70,64 39,70 2,50

9. Pi d i e 69,32 34,83 2,76

10. Bireuen

72,32 34,01 2,76

11. Aceh Utara 69,63 39,24 2,78

12. Aceh Barat Daya 66,74 29,00 3,70

13. Gayo Lues 66,96 32,11 3,50

14. Aceh Tamiang 68,27 35,02 2,77

15. Nagan Raya 69,53 34,60 2,81

16. Aceh Jaya 67,97 42,02 2,99

17. Bener Meriah 67,52 42,36 3,61

18. Pidie Jaya 69,13 39,39 3,01

19. Banda Aceh 70,56 20,34 3,42

20. Sabang 70,69 20,57 2,26

21. Langsa 70,36 36,19 2,44

22. Lhokseumawe 70,41 38,15 2,39

23. Subulussalam 65,71 33,68 3,25

Jumlah 68,60 35,28 3,10

Page 88: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 82

Tabel 8.1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Penduduk Miskin di Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota IPM Penduduk Miskin

(%)

(1) (2) (3)

1. Simeulue

68,92 24,72

2. Aceh Singkil

68,29 21,06

3 . Aceh Selatan 69,64 17,50

4. Aceh Tenggara 71,23 16,77

5. Aceh Timur 70,19 21,33

6. Aceh Tengah 73,22 21,43

7. Aceh Barat 70,32 27,09

8. Aceh Besar 73,10 20,09

9. Pi d i e 71,60 25,87

10. Bireuen

72,86 21,65

11. Aceh Utara 71,90 25,29

12. Aceh Barat Daya 69,81 21,33

13. Gayo Lues 67,59 24,22

14. Aceh Tamiang 70,50 19,96

15. Nagan Raya 68,74 26,22

16. Aceh Jaya 69,39 21,86

17. Bener Meriah 70,38 26,58

18. Pidie Jaya 71,71 27,97

19. Banda Aceh 77,00 8,64

20. Sabang 75,49 23,89

21. Langsa 73,20 16,20

22. Lhokseumawe 75,54 15,08

23. Subulussalam 68,85 26,80

Rata-Rata 71,31 21,80

Page 89: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 83

Tabel 9.1

Populasi Ternak Sapi Potong dan Kerbau di Provinsi Aceh Tahun 2009

Kabupaten/Kota Sapi Potong

(ekor) Kerbau (ekor)

(1) (2) (3)

1. Simeulue

1.739 24.298

2. Aceh Singkil

2.180 538

3 . Aceh Selatan 1.439 6.075

4. Aceh Tenggara 3.430 1.200

5. Aceh Timur 48.791 11.092

6. Aceh Tengah 3.293 12.052

7. Aceh Barat 3.070 19.901

8. Aceh Besar 52.418 13.396

9. Pi d i e 54.039 12.753

10. Bireuen

47.922 2.444

11. Aceh Utara 63.926 5.853

12. Aceh Barat Daya 457 3.435

13. Gayo Lues 3.293 8.783

14. Aceh Tamiang 42.593 638

15. Nagan Raya 5.573 7.376

16. Aceh Jaya 9.046 2.491

17. Bener Meriah 211 1.274

18. Pidie Jaya 16.299 2.671

19. Banda Aceh 2.392 132

20. Sabang 2.332 128

21. Langsa 4.736 315

22. Lhokseumawe 8.144 166

23. Subulussalam 783 32

Rata-Rata 378.106 137.043

Page 90: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 84

Tabel 14.1

Panjang Jalan Kabupaten/Kota Menurut Kondisi Jalan Tahun 2008

km % km % km % km %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Simeulue 17,50 4,58 136,41 35,70 228,24 59,73 382,15 100,00

Aceh Singkil 30,00 7,49 151,60 37,87 218,70 54,63 400,30 100,00

Aceh Selatan 148,00 16,02 560,05 60,63 215,65 23,35 923,70 100,00

Aceh Tenggara 140,55 19,76 352,30 49,54 218,30 30,70 711,15 100,00

Aceh Timur 24,10 3,41 599,01 84,80 83,30 11,79 706,41 100,00

Aceh Tengah 247,78 31,99 141,83 18,31 384,86 49,69 774,47 100,00

Aceh Barat 66,55 10,08 229,60 34,76 364,30 55,16 660,45 100,00

Aceh Besar 205,90 15,56 973,10 73,52 144,50 10,92 1.323,50 100,00

Pi d i e 444,52 42,85 248,45 23,95 344,32 33,19 1.037,29 100,00

Bireuen 64,80 8,23 491,65 62,42 231,20 29,35 787,65 100,00

Aceh Utara 366,92 16,01 1.440,66 62,84 484,95 21,15 2.292,53 100,00

Aceh Barat Daya 113,45 21,87 178,31 34,38 226,94 43,75 518,70 100,00

Gayo Lues 64,00 12,20 193,95 36,96 266,75 50,84 524,70 100,00

Aceh Tamiang 147,85 19,25 608,99 79,27 11,40 1,48 768,24 100,00

Nagan Raya - - 8,00 7,26 102,20 92,74 110,20 100,00

Aceh Jaya - - 26,80 7,44 333,20 92,56 360,00 100,00

Bener Meriah 174,35 49,07 61,11 17,20 119,87 33,73 355,33 100,00

Pidie Jaya*) - - - - - - - -

Banda Aceh 30,73 9,27 244,70 73,84 55,94 16,88 331,37 100,00

Sabang 25,45 18,66 101,52 74,43 9,43 6,91 136,40 100,00

Langsa 29,97 11,84 140,52 55,51 82,66 32,65 253,15 100,00

Lhokseumawe 66,18 29,56 155,20 69,32 2,50 1,12 223,88 100,00

Subulussalam*) - - - - - - - -

Jumlah 2.408,60 17,73 7.043,76 51,86 4.129,21 30,40 13.581,57 100,00

Rusak Jumlah

Catatan : *) Data masih tergabung dengan induk; Pidie Jaya dengan Pidie, Subulussalam dengan Aceh Singkil

Kabupaten/ KotaBaik Sedang

Page 91: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 85

Tabel 16.1

Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Strategis di Provinsi Aceh

2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009

Januari 9.000 13.900 14.250 7.600 10.350 8.354 7.420 7.000 7.675

Februari 9.500 13.791 14.000 7.000 11.250 8.688 7.175 7.166 8.833

Maret 9.500 14.312 13.750 7.000 13.375 8.750 7.100 7.187 8.959

April 9.617 13.500 13.500 7.600 11.700 9.375 7.275 7.600 9.459

Mei 9.853 13.500 13.500 8.173 11.833 10.188 7.227 7.312 10.000

Juni 10.917 13.687 13.500 9.092 12.000 10.063 7.050 7.500 9.938

Juli 11.300 13.750 13.500 8.740 11.800 8.625 7.000 7.000 9.563

Agustus 11.000 13.750 13.500 8.575 10.500 8.500 7.050 7.000 10.000

September 11.000 14.200 13.500 8.500 9.400 8.500 6.950 7.146 11.500

Oktober 11.400 14.500 13.500 8.580 8.062 8.563 7.000 7.083 11.000

November 12.000 14.500 13.500 9.375 7.250 8.313 7.000 7.083 10.750

Desember 12.000 14.500 13.500 9.125 8.000 8.604 7.000 7.567 11.125

Rata-rata 10.591 13.991 13.625 8.280 10.460 8.877 7.104 7.220 9.900

Minyak Goreng Bimoli (Rp/liter) Minyak Goreng Malinda (Rp/kg) Gula Pasir Putih (Rp/kg)

Bulan

Page 92: Statist i k Dae Rah Aceh 2010

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 86

Tabel 19.1

Struktur Ekonomi Provinsi Aceh Tahun 2007-2009

Sektor Ekonomi 2007 (%)

2008 (%)

2009 (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian 25,51 26,19 27,40

2. a. Pertambangan & Penggalian b. Pertambangan & Penggalian tanpa migas

22,48

1,07

18,88

1,07

11,59

1,06

3. a. Industri Pengolahan b. Industri Pengolahan tanpa minyak dan gas

11,16

2,51

11,14

2,65

11,20

3,06

4. Listrik & Air Bersih 0,24 0,27 0,41

5. Konstruksi 7,62 8,52 9,67

6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 12,98 13,95 14,73

7. Pengangkutan & Komunikasi 8,08 8,89 10,67

8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 1,90 2,03 2,53

9. Jasa-jasa 10,02 10,14 11,80

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 100,00 100,00

4 Kontribusi Minyak dan Gas 30,07 26,30 18,67

4 Kontribusi Bukan Minyak dan Gas 69,93 73,70 81,33

Page 93: Statist i k Dae Rah Aceh 2010