Spiro Metri

11
A.Spirometri Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri. Bentuk spirometri dasar yang khas dilukiskan pada Gambar 11. Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di atas bak air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam drum terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan sebuah pipa yang menghubungkan mulut dan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke dalam ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang berputar (Gambar 100 dan 11). 6 Pemeriksaan Spirometri

description

jnjh

Transcript of Spiro Metri

Page 1: Spiro Metri

A. Spirometri

Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume udara

yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri. Bentuk spirometri

dasar yang khas dilukiskan pada Gambar 11. Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang

dibalikkan di atas bak air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam drum

terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan sebuah pipa yang

menghubungkan mulut dan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke dalam ruang

ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang

berputar (Gambar 100 dan 11). 6

Pemeriksaan Spirometri

Gambar 10

Tabel 5 Indikasi Spirometri 2

Diagnostik

Untuk mengevaluasi gejala, tanda atau tes laboratorium abnormal

Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru

Untuk layar berisiko individu memiliki penyakit paru

Page 2: Spiro Metri

Untuk menilai risiko pra-operasi

Untuk menilai prognosis

Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat program

Monitoring

Untuk menilai intervensi terapeutik

Untuk menggambarkan perjalanan penyakit yang mempengaruhi fungsi paru-paru

Untuk memantau orang terkena agen merugikan

Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui

Penurunan nilai evaluasi

Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi

Untuk menilai risiko sebagai bagian dari evaluasi asuransi

Untuk menilai orang karena alasan hukum

Kesehatan masyarakat

Survei epidemiologi

Penurunan persamaan referensi

Penelitian klinis (PFT2)

Caranya :

1. Pointer vitalometer disesuaikan dengan tanda nol

2. Aktivitas gagang vitalometer itu terhubung ke mulut pasien

3. Pasien diminta untuk mengeluarkan napas biasanya ke spirometer setelah inspirasi

normal melalui hidung untuk merekam volume tidal

4. Pointer disesuaikan kembali lagi ke nol.

5. The subjek diminta untuk mengeluarkan napas paksa ke spirometer pada akhir

berakhirnya normal setelah inspirasi biasa melalui hidung dan mencatat volume

cadangan ekspirasi

6. Pointer telah disesuaikan kembali lagi ke nol.

Page 3: Spiro Metri

7. Pasien diminta untuk membuat inspirasi dalam melalui hidung dengan mulut di mulut,

sekarang lubang hidung ditutup dengan tangannya sendiri dan diminta untuk

mengeluarkan napas secara paksa untuk maksimum melalui mulut ke spirometer.

Kapasitas vital direkam.

8. Prosedur di atas diulang tiga kali dengan jarak 2 menit interval di antara dan nilai

tertinggi dilaporkan.7

Spirometri

Gambar 11

B. Volume Ekspirasi Pertama satu detik pertama

FEV1 (Forced Expiratory Volume in one second) atau VEP1 adalah volume maksimal udara

dari ekspirasi paksa pada satu detik pertama, inspirasi penuh. VEP1 menurun pada keadaan

dimana nilai VEP1 berada di bawah normal (=/> 70%). Bila nilai VEP1 < 70% terjadi pada

penyakit paru obstruktif, yaitu bronkitis kronis, emfisema dan asma bronkial.

FVC (Force Vital Capacity) adalah volume maksimal udara dihembuskan dengan maksimal

upaya paksa dari inspirasi maksimal. 2

% FEV1 dapat dicari menggunakan rumus :

Penyakit paru obstruktif

Bronkitis kronis merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus

yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestrasi sebagai batuk kronik dan pembentukan

Page 4: Spiro Metri

sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun

berturut-turut.

Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh

pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak normal, serta destruksi dinding

alveolar.

Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang

trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan dan keadaan ini bermanifestasi sebagai

penyempitan jalan napas secara periodic dan reversible akibat bronkospasme. Gejalanya

antara lain mengi (wheezing), batuk produktif sering pada malam hari, napas atau dada

seperti tertekan. 8-9

Data-data yang mempengaruhi Volume Ekspirasi Paksa 1 detik pertama

Usia (tahun)Makin dewasa seseorang makin besar volume respirasinya

Tinggi badan (cm)Makin tinggi badan seseorang membuat rongga thorax akan menjadi

bertambah besar yang berpengaruh terhadap volume respirasi

Berat badan (kg)

Pada orang obesitas volume respirasi akan semakin kecil

Jenis kelamin

Pada pria volume respirasi lebih besar dari wanita karena perbedaan rongga thorax dan

kontraksi otot pada saat inspirasi lebih kuat

C. Kapasitas Vital

Kapasitas vital (VC =Vital Capacity) adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan

seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian

mengeluarkan sebanyak-banyaknya 6

Kapasitas Vital (KV) paru-paru menurun pada keadaan dimana nilai KV berada dibawah

normal (=/> 80%). Bila nilai KV < 80% terjadi pada penyakit paru restriktif, yaitu TBC paru,

skoliosis, pleuritis, tumor paru, dan lumpuhnya otot-otot pernapasan.

% VC dapat dicari menggunakan rumus :

Page 5: Spiro Metri

%VC= VCVCP

×100 %

Penyakit paru restriktif

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang menyerang

jaringan paru atau atau parenkim paru oleh basil mycobakterium tuberkulosis, dapat

mengenai hampir semua organ tubuh (meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe,

dll) dengan lokasi terbanyak di paru, yang biasanya merupakan lokasi primer. 10

Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise,

gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada dan batuk darah.

Skoliosis adalah kondisi abnormal lekukan tulang belakang. Tidak menimbulkan rasa nyeri,

tetapi bisa mengganggu rasa percaya diri anak.

Pleuritis adalah peradangan dari lapisan sekeliling paru-paru (pleura). Ada dua pleura: satu

yang melindungi paru (visceral pleura) dan yang lain melindungi dinding bagian dalam dari

dada (parietal pleura). Dua lapisan-lapisan ini dilumasi oleh cairan pleural. Pleuritis

seringkali dihubungkan dengan akumulasi dari cairan ekstra dalam ruang antara dua lapisan

dari pleura. Cairan ini dirujuk sebagai efusi pleura. Serat-serat nyeri dari paru berlokasi pada

pleura. Ketika jaringan ini meradang, itu berakibat pada nyeri yang tajam pada dada yang

memburuk dengan napas, atau pleuritis. Gejala-gejala lain dari pleuritis dapat termasuk

batuk, kepekaan dada, dan sesak napas.11

Tumor paru diakibatkan oleh sel yang membelah dan tumbuh tak terkendali pada organ

paru, dan biasanya tumor ini berkembang disaluran nafas namun, bisa pula menyebar

keseluruh tubuh jika sudah menjadi kanker paru stadium yang lebih berbahaya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kapasitas Vital

Kapasitas paru akan yang meningkat bergantung kepada bentuk anatomi pasien, posisi

selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernafasan, pengembangan rangka dada

dan paru, dan kebiasaan berolah raga.

Pada pasien yang mempunyai postur tubuh besar, kapasitas vital paru akan meningkat bila

pasien tersebut mempunyai bentuk paru yang normal. Kebiasaaan olah raga juga

meningkatkan kapasitas paru dikarenakan saat berolah raga, nafas akan menjadi teratur dan

juga membiasakan paru-paru untuk mengembang maksimal.

Page 6: Spiro Metri

Sedangkan faktor-faktor yang menurunkan kapasitas paru ialah kebiasaan merokok, riwayat

pekerjaan, dan pada penderita penyakit paru restriktif (tidak bisa mengembang dengan baik)

seperti TBC paru, skoliosis, pleuritis, tumor paru, dan otot-otot pernafasan yang lumpuh.

Pasien yang bekerja di daerah yang tingkat polusinya tinggi mempunyai resiko menurunkan

kaapsitas vital parunya. Hal ini disebabkan karena beban polutan akan terhirup, sehingga jika

terlalu sering menghirup polusi, suplai oksigen bagi tubuhnya akan berkurang dan

mengganggu proses bernafas.

Pasien dengan TBC paru mengalami gangguan pada jaringan paru, yaitu alveol. Skoliosis

adalah penyakit paru-paru yang disebabkan karena rusaknya vertebra thoracalis. Pleuritis

merupakan radang pada rongga pleura. Pada pleuritis, pasien akan merasa nyeri dibagian

paru-parunya. Otot-otot pernafasan yang lumpuh dapat dijumpai pada pernderita stroke.

Kesimpulan

1. Spirometri adalah metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan

mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru menggunakan alat yang bernama

spirometer dan hasil pengukurannya disebut spirogram.

2. Volume udara pernafasan terdiri dari Volume Tidal (VT), Volume Cadangan Inspirasi

(VCI), Volume Cadangan Ekspirasi(VCE),Volume Residu (VR).

3. Kapasitas paru terdiri Kapasitas Inspirasi (KI), Kapasitas Residu Fungsional (KRF),

Kapasitas Vital (KV), dan Kapasitas Paru-Paru Total (KPT).

4. Nilai KV < 80% terjadi pada penyakit paru restriktif yang terdiri dari TBC paru, skoliosis,

pleuritis, tumor paru, dan lumpuhnya otot-otot pernapasan

Page 7: Spiro Metri

5. Nilai VEP1 < 70% terjadi pada penyakit paru obstruktif, yaitu bronkitis kronis, emfisema dan

asma bronkial.

DAFTAR PUSTAKA

1. Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5th ed. Philadelphia ; F. A.

Davis ; 2007

2. Ward JP, Clark RW, Linden RW. At a Glance Fisiologi. Jakarta : Erlangga : 2009

3. Miller MR. Standaritation of Spirometry. Available :

http://www.thoracic.org/statements/resources/pfet/PFT2.pdf Accessed Jun 2010

4. Mader, Sylvia S. Understanding Human Anatomy and Physiology. 5th ed. Albany: Tim

McGraw-Hill ; 2004

Page 8: Spiro Metri

5. Shier, David. Butler, Jackie. Lewis, Ricki. Hole’s Human Anatomy and Physiology. 9th

ed. Albany: Tim McGraw-Hill ; 2004

6. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. In: Irawati, editor. Jakarta:

EGC; 2007.

7. Scribd staff.[updated Jun 2010]Available :

http://www.scribd.com/doc/16869197/VitaLoMeTry , Accessed Jun 2010

8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed. In :

Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani D. Jakarta : EGC ; 2005

9. Manjoer A, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

; 2009

10. Soewondo ES. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009

11. Pleuritis. [updated Jun 2010] Available :

http://www.totalkesehatananda.com/pleurisy1.html , Accessed Jun 2010