soxhletasi

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori II.1.1 Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (Dirjen POM, 1979). Simplisia terbagi atas 3, yaitu (Gunawan, 2004) : 1. Simplisia Nabati Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya, berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan, diisolasi dari tanamannya. 2.Simplisia Hewani

Transcript of soxhletasi

Page 1: soxhletasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

II.1.1 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain

berupa bahan yang telah dikeringkan (Dirjen POM, 1979).

Simplisia terbagi atas 3, yaitu (Gunawan, 2004) :

1. Simplisia Nabati

Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat

tanaman, atau gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel

yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu

sengaja dikeluarkan dari selnya, berupa zat-zat atau bahan-bahan

nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan, diisolasi dari

tanamannya.

2. Simplisia Hewani

Simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh

hewan dan belum berupa bahan kimia mumi (minyak ikan / Oleum

iecoris asselli, dan madu / Mel depuratum).

3. Simplisia Mineral

Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau

telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia

murni (serbuk seng dan serbuk tembaga).

Page 2: soxhletasi

Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap

dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun

parameter standar mutu simplisia yaitu sebagai berikut (Gunawan, 2004) :

1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai

tiga parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran

jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan

biologis),  serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan

transportasi).

2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai

obat tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk

kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-

manfaat).

3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang

bertanggung jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai

spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa

kandungan.

Untuk mengetahui kebenaran dan  mutu obat tradisional termasuk

simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan

kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik,

pengujian makroskopik, pengujian dan pengujian mikroskopik.

1. Uji Organoleptik, meliputi pemeriksaan warna, baud an rasa dari

bahan.

Page 3: soxhletasi

2. Uji Makroskopik, meliputi pemeriksaan cirri-ciri bentuk luar yang

spesifik dari bahan (morfologi) maupun ciri-ciri spesifik dari bentuk

anatominya.

3. Uji fisika dan kimiawi, meliputi tetapan fisika (indeks bias, titik lebur,

dan kelarutan) serta reaksi-reaksi identifikasi kimiawi seperti reaksi

warna dan pengendapan.

4. Uji biologi, meliputi penetapan angka kuman, pencemaran, dan

percobaan terhadapa binatang (Gunawan, 2004).

II.2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.

Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan

ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain.

Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Dirjen

POM, 2000).

Proses ekstraksi untuk skala laboratorium biasanya menggunakan

alat ekstraktor soxhlet. Dalam prosesnya, padatan halus sampel

ditempatkan dalam selonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian

rupa. Pelarut dipanaskandalam labu alas sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor menjadi molekul-molekul cairan pelarut

yang jatuh ke dalam selonsong dan melarutkanzat aktif dalam sampel. Jika

pelarut telah mencapai permukaan sifon, seluruhc airan akan turun kembali

ke labu alas bulat melalui pipa kapiler sehingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi

Page 4: soxhletasi

sempurna ditandai bila cairan dalam selonsong tidak lagi berwarna, atau

sirkulasi telah mencapai lebih dari 20 kali (Bresnick, 2003).

Pemabagian metode ekstraksi menurut Dirjen POM (2000) yaitu :

A. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding

sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang

akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif

di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses

terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, tahap

perkolasi sebenarnya terusmenerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:

Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang

terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga

meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran

tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler

tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan

batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Page 5: soxhletasi

B. Cara Panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang

selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus

sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu

baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah

pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Penetapan kadar

lemak dengan metode soxhlet ini dilakukan dengan cara mengeluarkan

lemak dari bahan dengan pelarut anhydrous. Pelarut anhydrous

merupakan pelarut yang benar-benar bebas air. Hal tersebut bertujuan

supaya bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung

sebagai lemak serta keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut

yang biasa digunakan adalah pelarut hexana (Darmasih 1997).

Ekstraksi soxhlet memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.

Keuntungan dari metode ekstraksi soxhlet ini antara lain yaitu dapat

digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan

terhadap pemanasansecara langsung. Selain itu, pelarut dapat

didapatkan kembali setelah proses ekstraksi selesai dilakukan. Hasil

Page 6: soxhletasi

ekstraksi menggunakan soxhlet juga memiliki tingkat kemurnian yang

tinggi, sebab susunan alat membuat proses berjalan efektif. Sedangkan

kerugian dari metode ini yaitu penggunaannya hanya terbatas pada

ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak

dapatdigunakan utnuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya

campuran pelarut heksan dan diklorometana, atau pelarut yang

diasamkan atau dibasakan, karenakomposisinya saat berupa uap akan

berbeda dengan komposisi saat berupa pelarut cair dalam wadah

(Purnomo, 1987).

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara

umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

Page 7: soxhletasi

4. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan

nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90oC selama 15 menit.

5. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur

sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100oC.

II.3 Uraian Tanaman

1. Bandotan

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Alpinia

Species : Alpinia galanga

(www.Plantamor.com)

Bandotan (Alpinia galanga)

Page 8: soxhletasi

a. Sinonim

Languas galanga (L.) Stuntz, Alpinia pyramidata Bl, Alpinia galanga

(L.) Swartz, Alpinia officinarum Hance, Languas galanga (L.) Merr,

Languas vulgare Koenig, Maranta galanga L., Amomum galanga

(L.) Lour, Amomum medium Lour (Heyne,1987).

b. Nama Daerah

Minang langkueh, Gayo lengkueus, Aceh lengkueueh, Batak

halawas, Jawa laos, laja (Sunda), langkuas (Banjar), dan Bugis aliku

(Heyne,1987).

c. Nama Simplisia

Alpinia galanga Herba (Herba lengkuas), Languatis Rhizoma

(Rimpang lengkuas) (Heyne,1987).

d. Deskripsi tumbuhan

Merupakan terna berumur panjang, tinggi sekitar 1 sampai 2

meter, bahkan dapat mencapai 3,5 meter. Biasanya tumbuh dalam

rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah

daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak

keputih- putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal

batang tua (Heyne,1987).

Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun

berseling. Daun di sebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil dari

pada yang di tengah. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing,

pangkal tumpul, dengan tepi daun rata. Pertulangan daun menyirip.

Panjang daun sekitar 20 - 60 cm, dan lebarnya 4 - 1 5 cm. Pelepah

Page 9: soxhletasi

daun lebih kurang 15 - 30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun

ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau

(Heyne,1987).

Bunga lengkuas merupakan bunga majemuk berbentuk

lonceng, berbau harum, berwarna putih kehijauan atau putih

kekuningan, terdapat dalam tandan bergagang panjang dan ramping,

yang terletak tegak di ujung batang. Ukuran perbungaan lebih

kurang 10-30 cm x 5-7 cm. Jumlah bunga di bagian bawah tandan

lebih banyak dari pada di bagian atas, sehingga tandan tampak

berbentuk piramida memanjang. Panjang bibir bunga 2,5 cm,

berwarna putih dengan garis miring warna merah muda pada tiap

sisi. Mahkota bunga yang masih kuncup, pada bagian ujungnya

berwarna putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau. Bunga agak

berbau harum (Heyne,1987).

Buahnya buah buni, berbentuk bulat, keras. Sewaktu masih

muda berwarna hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam

kecoklatan, berdiameter lebih kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya

berwarna merah. Bijinya kecil-kecil, berbentuk lonjong, berwarna

hitam (Heyne,1987).

Rimpang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris,

diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar

berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat,

mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras

mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging

Page 10: soxhletasi

rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila dikeringkan,

rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi

keras dan liat. Untuk mendapatkan rimpang yang masih berserat

halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih kurang

3 bulan. Rasanya tajam pedas, menggigit, dan berbau harum karena

kandungan minyak atsirinya (Heyne,1987)

e. Tempat tumbuh

Lengkuas ditemukan menyebar di seluruh dunia. Untuk tempat

tumbuhnya, lengkuas menyukai tanah gembur, sinar matahari

banyak, serta sedikit lembap, tapi tidak tergenang air. Kondisi tanah

yang disukai berupa tanah liat berpasir, banyak mengandung humus

serta beraerasi dan drainase baik. Umumnya tanaman ini tumbuh di

dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl (Heyne,1987).

f. Kandungan Kimia

Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 % minyak

atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-

sinamat 48 %, sineol 20 %-30 %, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen,

δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu rimpang juga

mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning

yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen

hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain

(Heyne,1987).

Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang

lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim

Page 11: soxhletasi

xanthin oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor, yaitu trans-p-

kumari diasetat, transkoniferil diasetat, asetoksi chavikol asetat,

asetoksi eugenol setat, dan 4-hidroksi benzaidehida. Juga

mengandung suatu senyawa diarilheptanoid yang di- namakan 1-(4-

hidroksifenil)-7-fenilheptan-3,5-diol (Heyne,1987).

Buah lengkuas mengandung asetoksichavikol asetat dan

asetoksieugenol asetat yang bersifat anti radang dan antitumor. Juga

mengandung kariofilen oksida, kario- filenol, kuersetin-3-metil eter,

isoramnetin, kaemferida, galangin, galangin-3-metil eter,

ramnositrin, dan 7-hidroksi-3,5-dimetoksiflavon (Heyne,1987).

Biji lengkuas mengandung senyawa-senyawa diterpen yang

bersifat sitotoksik dan antifungal, yaitu galanal A, galanal B,

galanolakton, 12-labdiena-15,16-dial, dan 17- epoksilabd-12-ena-

15,16-dial (Heyne,1987).

II.4 Uraian Bahan

1. Aquades /air suling (FI III, 96)

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur : H-O-H

Kelarutan : Larut dalam etanol dan gliser

Kegunaan : Sebagai pelarut

Page 12: soxhletasi

2. Methanol (FI III, 706)

Nama resmi : Methanol p.

Nama lain : Hidroksimetana, Metil alcohol

RM/BM : CH3OH/32,04 g/mol

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan

jernih tidak berwarna.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pelarut