Source DC BAB III METODOLOGI...
Transcript of Source DC BAB III METODOLOGI...
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan pemodelan sistem. Yaitu
membuat simulasi rangkaian menggunakan program MATLAB Simulink.
Perancangan simulasi meliputi motor induksi tiga fasa rotor sangkar, multilevel
inverter, 9 Level cascaded h-bridge multilevel inverter, in-phase disposition
PWM (IPD PWM), vector control, berikut adalah blok diagram sistem yang akan
di rancang.
IPD
PWM
9-Level
Cascaded
H-bridge Multilevel
Inverter
Field-Oriented
ControlPI
ControllerIM
Iabc
Actual
Speed
Actual
Speed
Reference
Source
DC
Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem
3.1 Prinsip Kerja Blok Diagram
Sumber tegangan DC digunakan sebagai input sumber 9 level multilevel
inverter. Tegangan DC kemudian dirubah menjadi tegangan AC dengan frekuensi
yang diinginkan untuk menjalankan motor induksi. Kecepatan actual dari motor
induksi diumpan balikkan ke kontrol PID dan akan dibandingkan dengan
kecepatan referensi pada blok vector control. Arus I abc actual juga akan diumpan
balikkan ke blok vector control. Sehingga dari blok vector control akan dihasilkan
arus Iabc referensi. Arus I*abc referensi dari vector control akan masuk ke blok
IPD PWM . di blok ini arus I*abc referensi akan dimodulasikan dengan 8 sinyal
segitiga yang berada pada sudut fasa yang sama dengan frekuensi tinggi. Sehingga
dari blok IPD PWM ini akan dihasilkan sinyal pulsa. Sinyal pulsa ini akan
17
digunakan untuk pengaturan switching IGBT pada 9 level cascaded h-bridge
multilevel inverter.
3.2 Perancangan Pemodelan Simulasi
3.2.1 Pemodelan Motor Induksi Tiga Fasa
Pada penelitian ini jenis motor yang digunakan adalah motor rotor sangkar
tupai atau squirrel cage. Model motor ini telah disediakan dalam
SimPowerSystemTM libraray. Model dan parameter motor squirrel cage
ditunjukkan pada tabel 3.1 dan model motor ditunjukkan pada gambar 3.2
dibawah ini.
Tabel 3.1 Parameter Motor Induksi Tiga Fasa
Nominal Power 20 HP
Line to line voltage 460 V
Kecepatan 1760 RPM
Frequency 60 Hz
Stator resistance 0.2761 Ohm
Stator inductance 0.002191 Henry
Rotor resistance 0.1645 Ohm
Rotor inductance 0.002191 Henry
Mutual inductance 0.07614 Henry
Inertia 0.1 kg/m2
Friction factor 0.01771 N.m.s
Pole pairs 2
Gambar 3.2 Model Motor Induksi Tiga Fasa
(Sumber : MATLAB simulink)
18
Model motor yang digunakan adalah motor induksi tiga fasa squirrel cage
dengan daya motor 20 HP atau setara dengan 14.920 Watt, tegangan line to line
460 Volt, frekuensi 60 Hz, dan kecepatan maksimum motor 1760 RPM, nominal
power =14920 VA, stator resistance =0.02761 Ohm, stator inductance =
0.002191 Henry, rotor resistance = 0.1645 Ohm, rotor inductance =0.002191
Henry, mutual inductance = 0.07614 Henry, Inertia =0.1 kg.m2, friction factor =
0.01771 n.m.s, pole pairs =2. Blok parameter terlihat pada gambar berikut .
Gambar 3.3 Configuration Motor Induksi
(Sumber : MATLAB Simulink)
19
Gambar 3.4 Parameter Motor Induksi Tiga Fasa
(Sumber : MATLAB Simulink)
3.2.2 Pemodelan 9 Level Cascaded H-Bridge Multilevel Inverter
Multilevel inverter mempunyai fungsi yang sama dengan inverter yaitu
mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC. Perbedaan yang mendasar adalah
multilevel inverter mempunyai sumber DC secara terpisah yang kemudian akan
dirubah menjadi tegangan AC. Multilevel inverter melakukan pensaklaran secara
bergantian terhadap komponen switching yaitu Insulated Gate Bipolar Transistor
(IGBT). IGBT yang digunakan memiliki nilai snubber resistance (Rs) = 1e-3 Ohm,
snubber capacitance (Cs) = inf, internal resistance (Ron) = 1e-5 Ohm. Sehingga
sumber DC akan menghasilkan pola sesuai waktu nyala dan waktu mati ketika
komponen switching tersebut di trigger dan terbentuk pola gelombang sinusoidal.
Total nilai sumber DC yang digunakan sebesar 265 Volt sesuai perhitungan (3-
28). Berikut pemodelan 9- Level cascaded h-bridge multilevel inverter.
20
Gambar 3.5 Rangkaian 9 Level Cascaded H-bridge Multilevel Inverter
Gambar 3.6 Insulated Gate Bipolar Transistor (IGBT)
(Sumber : MATLAB Simulink)
21
Gambar 3.7 Parameter Blok Sumber DC
Gambar 3.8 Blok Parameter IGBT Default MATLAB
22
3.2.3 Pemodelan Vector Control
Pada vector control ini terdapat beberapa blok kontrol diantaranya adalah
id* calculation, iq* calculation, teta calculation, flux calculation, ABC to dq
conversion dan dq to ABC conversion. Pemodelan blok vector pada simulink
ditunjukkan pada gambar 3.9.
Gambar 3.9 Blok Vector Control
3.2.3.1 Current Calculation Diagram
Blok ini terdiri dari 2 bagian yaitu : Current Id* calculation dan current Iq*
calculation. Tanda * menunjukkan bahwa arus diharapkan (desire). Current Id*
berfungsi untuk menghasilkan arus Id* yaitu komponen arus d-axis referensi pada
stator, dengan input flux rotor referensi (phir*). Sedangkan current Iq* berfungsi
menghasilkan arus Iq* yaitu komponen arus q-axis sebagai control torque motor,
bergantung pada Phir* dan Te*. Te* diperoleh dari blok speed controller dengan
masukan 𝜔𝑟𝑒𝑓 = 100/200 dan controller PID dengan konstanta Kp=1, Ki=1 dan
Kd=0 nilai Phir* umumnya mendekati satu tergantung pada slip motor induksi,
ditentukan sebesar 0.96. berikut perhitungan untuk mentukan current Iq* serta
dengan tampilan blok diagramnya.
𝐼𝑞 = (2
3) ∗ (
2
𝑃) ∗ (
𝐿𝑟
𝐿𝑚) ∗ (
𝑇𝑒
𝑃ℎ𝑖𝑟) (3-1)
Dengan :
𝐿𝑚 = 76.14 𝑚𝐻
23
𝐿𝑟 = 𝐿𝑙 ′𝑟 + 𝐿𝑚 = 2.191 + 76.14 = 78.331 𝑚𝐻 (3-2)
𝑃 = 𝑛𝑏𝑜𝑓𝑝𝑜𝑙𝑒𝑠 = 4
Maka :
𝐼𝑞 = 0.3429 ∗ (𝑇𝑒
𝑃ℎ𝑖𝑟)
Gambar 3.10 Iq*Calculation Diagram
Sedangkan perhitungan untuk menentukan current Id* dan tampilan blok
diagramnya seperti berikut.
𝐼𝑑∗ =𝑃ℎ𝑖𝑟
𝐿𝑚 (3-3)
Dengan : 𝐿𝑚 = 76.14 𝑚𝐻
Gambar 3.11 Id* Calculation Diagram
3.2.3.2 Teta Calculation
Teta calculation berfungsi menghasilkan nilai teta yaitu menemukan phase
angle dari flux rotor. Dengan input fluks rotor (phir), kecepatan motor aktual
(𝜔𝑚), dan arus Iq dari hasil keluaran ABC to dq conversion. Berikut perhitungan
dan blok diagram teta calculation.
Teta = Electrical angle = integ ( wr + wm) (3-4)
Wr = rotor frequency (rad/s) = 𝐿𝑚 ∗ 𝐼𝑞/(𝑇𝑟 ∗ 𝑃ℎ𝑖𝑟) (3-5)
Wm = rotor mechanical speed (rad/s)
Dengan :
𝐿𝑚 = 76.14 𝑚𝐻
𝐿𝑟 = 𝐿𝑙 ′𝑟 + 𝐿𝑚 = 2.191 + 76.14 = 78.331 𝑚𝐻
𝑅𝑟 = 0.1645 𝑂ℎ𝑚
24
𝑇𝑟 =𝐿𝑟
𝑅𝑟= 0.4762 𝑠
Gambar 3.12 Rangkaian Teta Calculation
3.2.3.3 Flux Calculation
Flux calculation berfungsi untuk menghasilkan flux rotor (phir), dengan
input arus Id dari hasil keluaran ABC to dq conversion. Kemudian hasil dari
bagian ini adalah phir yang terukur dan dipakai untuk menghitung 𝐼𝑞𝑠 setiap saat.
Discrete transfer function merupakan bagian yang paling penting dalam blok ini.
Transfer function yang muncul karena perubahan yang terjadi setiap saat adalah
orde satu dengan periode 0.4762 s (dari perhitungan Lr/Rr) dipakai untuk
mengintegrasikan perkalian Id dan Lm menjadi Phir. Berikut hasil perhitungan
dan blok diagram teta calculation.
Phir=𝐿𝑚∗𝐼𝑑
1+𝑇𝑟.𝑠 (3-6)
Dengan :
Lm = 76.14 mH
Tr = Lr/Rr = 0.4762 s, dengan Rr = 0.1645 Ohm
Lr = LI’r + Lm = 2.191 + 76.14 = 78.331 mH
Gambar 3.13 Rangkaian Flux Calculation
3.2.3.4 Blok Transformasi
Blok ini terdiri dari dua blok utama, yaitu blok ABC to dq dan dq to ABC.
Blok ABC to dq berfungsi merubah arus current Ia,Ib,Ic yang terukur di stator
25
motor induksi, menjadi current Direct-Quadratic. Blok ini membutuhkan
pergeseran sudut antara Direct dan Quadratic Teta calculation dalam fungsi
sinus/cosinus.
Sebaliknya yaitu blok dq to ABC merubah current Direct-Quadratic
references menjadi current references Ia*,Ib*Ic*, yang akan menjadi input pada
blok IPD PWM. Blok dq to ABC juga membbutuhkan pergeseran sudut antara
direct dan quadratic Teta calculation dalam fungsi sinus/cosinus. Berikut diagram
blok ABC to dq dan dq to ABC.
Gambar 3.14 ABC to dq conversion
Gambar 3.15 dq to ABC Conversion
3.2.3.5 PID Control
Kontrol PID digunakan sebagai pengaturan kecepatan motor induksi tiga
fasa. Dari penentuan nilai dari masing-masing kontroler Proporsional, Integral,
Derivative dapat menentukan karakteristik tanggapan wawasan waktu, seperti
lewatan maksimum (𝑀𝑃), waktu naik (𝑡𝑟), waktu puncak (𝑡𝑝), dan waktu
penetapan (𝑡𝑠).Pada penelitian ini ditentukan parameter nilai Kp=1, Ki=1, dan
Kd=0. Kontrol PID menggunakan Discrete PID Controller pada library MATLAB
Simulink.
26
Gambar 3.16 Perancangan Kontrol PID
Gambar 3.17 Parameter Kontrol PID
(Sumber : Matlab Simulink)
3.2.4 Pemodelan In-Phase Dispisition Pulse Widh Modulation (IPD PWM)
Metode sin-triangle PWM adalah metode yang sering digunakan sebagai
suatu metode operasi switching inverter. Dimana sinyal fundamental 60 Hz akan
dibandingkan dengan sinyal pembawa yang berbentuk segitiga dengan frekuensi
tinggi. Sehingga didapatkan bentuk sinyal PWM dengan berbagai variasi lebar.
Pada BAB II sebelumnya telah dijelaskan mengenai rumus untuk
menentukan nilai indeks modulasi (Ma) dan referensi (rf). Dengan persamaan
rumus seperti berikut.
𝑚𝑎 =𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜 𝑉𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜 𝑉𝑡𝑟𝑖 (3-7)
Dengan :
𝑉𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 = 1
𝑉𝑡𝑟𝑖 =1
maka :
𝑚𝑎 = 1
1 (3-8)
27
𝑚𝑎 = 1 (3-9)
Sesuai teori BAB II pada teknik switching dibutuhkan nilai dari frekuensi
sinyal fundamental dan frekuensi sinyal pembawa. Sinyal fundamental
mempunyai nilai frekuensi 60 Hz. Sedangkan nilai frekuensi sinyal pembawa
sesuai dengan rumus :
𝑚𝑓 = 𝑓𝑠
𝑓1 (3-10)
51 = 𝑓𝑠
50 (3-11)
𝑓𝑠 = 60 𝑥 51 (3-12)
𝑓𝑠 = 3060 𝐻𝑧 (3-13)
Nilai dari 𝑚𝑓 merupakan bilangan bulat, sesuai dengan teori yaitu harus
kelipatan 3 untuk inverter tiga fasa. Pemodelan SVPWM untuk 9 Level cascaded
h-bridge multilevel inverter menggunakan teknik pemicuan in-phase disposition
PWM.
Modulasi skema membutuhkan sinyal fundamental 60 Hz dengan sinyal
segitiga sebanyak (m-1). Semua sinyal segitiga berada pada sudut fasa yang sama.
Berikut rumus untuk menentukan jumlah sinyal segitiga untuk multilevel inverter.
𝑆 = 𝑚 − 1 (3-14)
Dengan :
S = Jumlah sinyal segitiga
m= Jumlah level multilevel inverter
Dengan menggunakan persamaan (3-14) maka dapat didapatkan jumlah
sinyal segitiga untuk 9 level cascaded h-bridge multilevel inverter.
𝑆 = 9 − 1 (3-15)
𝑆 = 8 Sinyal segitiga (3-16)
Dengan amplitude setiap sinyal segitiga :
𝐴𝑚 = 2
(𝑚−1) (3-17)
𝐴𝑚 = 2
(9−1) (3-18)
𝐴𝑚 = 0.25 (3-19)
Sehingga amplitude sinyal segitiga-nya adalah sebagai berikut :
28
𝐴𝑚1 = 0.75 − 1 (3-20)
𝐴𝑚2 = 0.5 − 0.75 (3-21)
𝐴𝑚3 = 0.25 − 0.5 (3-22)
𝐴𝑚4 = 0 − 0.25 (3-23)
𝐴𝑚5 = 0 − (−0.25) (3-24)
𝐴𝑚6 = − 0.25 − (−0.5) (3-25)
𝐴𝑚7 = −0.5 − (−0.75) (3-26)
𝐴𝑚8 = −0.75 − (−1) (3-27)
Sehingga pemodelan IPD PWM untuk 9 level cascaded h-bridge multilevel
inverter ditunjukkan pada Gambar 3.18, blok IPD PWM ditunjukkan pada
Gambar 3.19, parameter IPD PWM Gambar 3.20, parameter sinyal segitiga Am1
ditunjukkan Gambar 3.21, parameter sinyal segitiga Am2 Gambar 3.22, parameter
sinyal segitiga Am3 ditunjukkan Gambar 3.23, parameter sinyal segitiga Am4
ditunjukkan Gambar 3.24, parameter sinyal segitiga Am5 ditunjukkan Gambar
3.25, parameter sinyal segitiga Am6 ditunjukkan Gambar 3.26, parameter sinyal
segitiga Am7 ditunjukkan Gambar 3.27, parameter sinyal segitiga Am8 ditunjukkan
Gambar 3.28. dan sinyal fundamental 0 derajat ditunjukkan Gambar 3.29, sinyal
fundamental 120 derajat ditunjukkan Gambar 2.30, sinyal fundamental -120
derajat ditunjukkan Gambar 3.31.
Gambar 3.18 Pemodelan IPD PWM 9 Level Cascaded H-bridge Multilevel
Inverter
29
Gambar 3.19 Blok IPD PWM
Gambar 3.20 Blok Parameter IPD PWM
30
Gambar 3.21 Parameter Sinyal Segitiga Am1
Gambar 3.22 Parameter Sinyal Segitiga Am2
31
Gambar 3.23 Parameter Sinyal Segitiga Am3
Gambar 3.24 Parameter Sinyal Segitiga Am4
32
Gambar 3.25 Parameter Sinyal Segitiga Am5
Gambar 3.26 Parameter Sinyal Segitiga Am6
33
Gambar 3.27 Parameter Sinyal Segitiga Am7
Gambar 3.28 Parameter Sinyal Segitiga Am8
34
Gambar 3.29 Parameter Sinyal Fundamental Sudut 0 Derajat
Gambar 3.30 Parameter Sinyal Fundamental Sudut 120 Derajat
35
Gambar 3.31 Parameter Sinyal Fundamental Sudut -120 Derajat
3.2.5 Perhitungan
Untuk mendapatkan nilai tegangan keluaran inverter, perlu diketahui nilai
sumber direct current yang diperlukan agar tegangan keluaran inverter sesuai
dengan motor induksi yang digunakan. Sesuai dengan parameter motor induksi
tiga fasa pada tabel 3.1, diketahui :
VLL Motor= 460V
Maka untuk tegangan satu fasa motor:
VLN= 460𝑉
√3= 265 V (3-28)
Dengan Vdc = Vout jadi nilai Vdc yang digunakan sama dengan nilai tegangan satu
fasa motor induksi.