sosiologi yes.docx

13
Pengendalian Sosial Pengertian Pengendalian Sosial Pada dasarnya pengendalian sosial adalah upaya yang dilakukan oleh warga masyarakat untuk mencegah dan mengatasi berbagai macam bentuk perilaku menyimpang. Norma meletakkan pedoman dasar bagaimana manusia memainkan perannya dan bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya. Akan tetapi sering terjadi norma- norma itu tidak diindahkan. Terjadi berbagai penyimpangan sosial. Akibatnya, timbul kekacauan dalam masyarakat . Upaya pengendalian sosial ini dapat dilakukan sewaktu-waktu oleh petugas penegak norma seperti polisi, hakim, jaksa, dan KPK, dapat juga dilakukan warga masyarakat biasa. Macam-macam pengendalian sosial adalah sebagai berikut: Merujuk pada definisi di atas , kita dapat mengidentifikasikan ciri-ciri yang terdapat dalam pengendalian sosial sebagai berikut: a. Suatu cara atau metode tertentu terhadap masyarakat.

Transcript of sosiologi yes.docx

Pengendalian SosialPengertian Pengendalian SosialPada dasarnya pengendalian sosial adalah upaya yang dilakukan oleh warga masyarakat untuk mencegah dan mengatasi berbagai macam bentuk perilaku menyimpang. Norma meletakkan pedoman dasar bagaimana manusia memainkan perannya dan bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya. Akan tetapi sering terjadi norma-norma itu tidak diindahkan. Terjadi berbagai penyimpangan sosial. Akibatnya, timbul kekacauan dalam masyarakat. Upaya pengendalian sosial ini dapat dilakukan sewaktu-waktu oleh petugas penegak norma seperti polisi, hakim, jaksa, dan KPK, dapat juga dilakukan warga masyarakat biasa. Macam-macam pengendalian sosial adalah sebagai berikut:Merujuk pada definisi di atas , kita dapat mengidentifikasikan ciri-ciri yang terdapat dalam pengendalian sosial sebagai berikut:a.Suatu cara atau metode tertentu terhadap masyarakat.b.Bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan yang terus terjadi di dalam suatu masyarakat.c.Dapat dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya atau oleh suatu kelompok terhadap individu.d.Dilakukan secara timbal balik meskipun terkadang tidak disadari oleh kedua belah pihak.

Tujuan Pengendalian Sosial Berger (1978). Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang.Roucek (1965). Mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana individu dianjurkan, dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikann diri pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok.Mereka dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik dan menikmati haknya. Ketenangan dan keamanan pun dapat dirasakan. Roucek mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah sualu istilah yang mengacu pada proses di mana individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok.1. Agar masyarakat mau mematuhi norma-norma social yang berlaku, baik dengan kesadaran sendiri maupun karena paksaan 2. Agar dapat mewujudkan keserasian dan ketentraman dalam masyarakat 3. Bagi orang yang melakukan penyimpangan diusahakan agar kembali mematuhi norma-norma yang berlakuSifat Pengendalian sosial

Berdasarkan sifatnya, pengendalian sosial dapat dikelompokkan dalampengendalian sosial yang bersifat preventifdanpengendalian sosial yang bersifat represif.

1. Pengendalian sosial yang bersifat preventifadalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. Tujuannya adalah untuk mencegah agar pelanggaran tidak terjadi.Pengendalian sosial yang bersifat preventifantara lain dapat dilakukan melalui proses sosialisasi. Dalam sosialisasi, nasihat, anjuran, larangan atau perintah dapat disampaikan sehingga terbentuklah kebiasaan yang disenangi untuk menjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya, nasihat guru terhadap siswanya. Dalam nasihatnya itu, guru meminta siswa untuk selalu belajar dan membuat pekerjaan rumah, jika nasihat itu didengar dan dilaksanakan oleh siswa tersebut, siswa tersebut akan dapat menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru itu. Perannya sebagai seorang pelajar juga dapat dilakukannya dengan baik. Pak Rahman mengingatkan murid-muridnya untuk selalu berbuat sopan santun serta baik kepada semua orang agar tidak terjadi tindakan anarkis. Dalam contoh tersebut dijelaskan bahwa Pak Rahman perlu mengingatkan kepada muridnya selalu berbuat baik. Karena, jika tidak mungkin murid tersebut sudah melakukan tindakan anarkis.

2. Pengendalian sosial yang bersifat represifadalah pengendalian sosial yang ditujukan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran itu terjadi. Pengendalian ini dilakukan setelah orang melakukan suatu tindakan penyimpangan sosial.Pengendalian sosial yang bersifat represifbiasanya diikuti dengan penjatuhan sanksi bagi pelaku penyimpangan sosial. Misalnya, seorang pelajar yang melanggar peraturan sekolah- Pelajar tersebut dikenai sanksi. Tujuannya agar ketertiban sekolah kembali terjaga. Seorang siswa ketahuan memakai narkoba saat dijalanan tak lama kemudian datanglah polisi dan kemudian ditangkapnya untuk meminta penjelasan lebih lanjut di kantor polisi. Pada contoh tersebut, seorang polisi menangkap seorang murid yang telah melanggar aturan seperti memakai narkoba. Maka pantaslah bahwa siswa tersebut di tangkap oleh polisi karena telah melanggar aturan.3. Kompulsi. Pengendalian sosial yang dilakukan dengan menciptakan suatu situasi yang dapat mengubah sikap atau perilaku yang negatif. Contohnya, seorang siswa yang enggan memakai dasi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sekolah. Agar siswa patuh untuk memakai dasi waktu sekolah. Setiap ada siswa yang tidak memakai dasi ditegur dan dijelaskan sebab mereka harus memakai dasi.Kuratif, adalah pengendalian sosial yang dilakukan pada saat terjadi penyimpangan sosial. Contoh, seorang guru menegur dan menasihati siswanya karena ketahuan menyontek pada saat ulangan.

Berdasarkan prosesnya Berdasarkan prosesnya dibagi menjadi dua yaitu Persuasif dan Koersif.

Persuasif,merupakan bentuk pengendalian sosial yang bersifat untuk membujuk atau mengarahkan masyarakat agar taat dan patuh terhadap nilai dan norma yang telah ditetapkan. Atau dalam arti lain, menggunakan pendekatan atau sosialisasi. Misalkan, setiap tiga bulan sekali di sekolah-sekolah SMA khususnya, sering diadakan penyuluhan tentang bahaya dari narkoba serta penyebab-penyabab memakai narkoba. Pada contoh tersebut penyuluhan merupakan cara yang tepat untuk melakukan bujukan atau arahan kepada siswa supaya para siswa dapat menghindar jauh-jauh dari bahaya narkoba.

Koersif,merupakan bentuk pengendalian sosial yang bersifat kekerasan. Atau dalam arti lain, pengendalian sosial ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara kekerasan atau tindakan anarkis. Misalkan, Karena naiknya harga listrik yang begitu drastis, para warga setempat protes di depan kantor PLN yang terdapat di masing-masing wilayah, karena tidak dapat diselesaikan dengan baik, akhirnya warga tersebut melempari kantor PLN tersebut dengan benda-benda keras serta memecahkan kaca kantor PLN tersebut menggunakan batu sebanyak mungkin kadang ada yang amat keras untuk membakar gedung PLN tersebut. Pada contoh tersebut, bahwa warga yang melakukan tindakan anarkis disebutlah koersif. Karena, para warga tidak setuju bahwa harga listrik dinaikkan begitu drastis sehingga ada sebagian warga yang tidak sanggup untuk membayarnya maka aksi ricuh seperti itu pun terjadi.

Bentuk-Bentuk Pengendalian Sosial

a.PendidikanPendidikan juga berperan sebagai alat pengendalian sosial karena pendidikan dapat membina dan mengarahkan warga masyarakat terutama anak sekolah kepada pembentukan sikap dan tindakan para siswa yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negaranya. Dengan pendidikan, seseorang diberikan pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin mampu memahami perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma sosial. Pengaruh pendidikan yang ditanamkan oleh orang tua sangat besar terhadap pembentukan kepribadian anak.

b.Pendidikan AgamaPendidikan Agama dapat berperan sebagai alat pengendalian sosial, karena Agama dapat memengaruhi sikap dan perilaku para pemeluknya dalam pergaulan hidup masyarakat. Agama dibangun dari sebuah kepercayaan yang dipegang teguh oleh pemeluknya. Dalam agama diajarkan nilai kebenaran dan norma yang menjadi pedoman untuk hidup di dunia dan akhirat. Ajaran agama berisi perintah dan larangan yang harus ditaati oleh manusia. Agama merupakan cara pengendalian sosial yang sangat efektif pada masyarakat selama masyarakat masih memegang teguh kesakralan dari agama yang dianut.

c.Gosip atau desas-desusGosip atau desas-desus adalah bentuk pengendalian sosial atau kritik sosial yang dilontarkan secara tertutup oleh masyarakat terhadap warga masyarakat yang menyimpang perilakunya. Desas desus dapat mencegah suatu penyimpangan yang akan dilakukan oleh individu. Dengan adanya desas desus biasanya individu mengurungkan niatnya untuk berbuat menyimpang.

d.TeguranTeguran adalah kritik sosial yang dilontarkan secara terbuka oleh masyarakat terhadap warga masyarakat yang berperilaku menyimpang. Teguran sebagai alat pengendalian sosial akan mudah dilakukan pada pengendalian secara individual. Orang yang ditegur biasanya akan merasa malu dan tidak akan mengulang perbuatannya.

e.Kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat supernaturalDiantara masyarakat primitif, baik orang purba maupun orang modern keduanya menggunakan sarana biasa maupun sarana supernatural (yang bersifat melebihi kodrat) dalam kendali sosialnya.

f.HukumanHukum menjadi suatu alat pengendali yang efektif apabila masyarakat sudah mempunyai kesadaran hukum yang tinggi. Dalam masyarakat modern, hukum menjadi suatu alat pengendalian paling tinggi. Dengan adanya sanksi hukuman yang keras, tentunya akan membuat jera bagi para pelanggar, sehingga tidak berani mengulanginya lagi.

Lembaga Pengendalian Sosial

Perilaku menyimpang yang terjadi di sekitar kita dapat dilakukan pencegahan secara dini melalui aktivitas pengendalian sosial preventif. Perilaku menyimpang yang sudah diperbuat oleh individu dalam masyarakat dapat diatasi dengan pengendalian sosial represif. Pengendalian sosial merupakan upaya warga masyarakat untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku serta upaya mengembalikan dari berbagai bentuk penyimpangan perilaku yang salah menjadi perilaku-perilaku yang benar yang sesuai dengan nilai dan norma. Pengendalian sosial memerlukan perangkat-perangkat seperti norma sosial, lembaga-lembaga sosial yang bertugas menegakkan norma serta personal-personal yang melaksanakan penegakan hukum di dalam lembaga sosial tersebut. Lembaga-lembaga sosial dalam pengendalian sosial akan disajikan melalui uraian berikut :

1.Macam Lembaga Pengendalian SosialJenis-jenis lembaga pengendalian sosial ada 5 macam yang sangat mendasar yaitu sebagai berikut:

a.Lembaga KepolisianPolisi merupakan aparat keamanan dan ketertiban masyarakat yang ada dalam hal ini bertugas pelindung terhadap ketertiban masyarakat.

b.Lembaga KejaksaanLembaga kejaksaan pada hakikatnya merupakan lembaga formal yang bertugas sebagai penuntut umum yaitu pihak yang melakukan peuntutan terhadap mereka-mereka yang melakukan pelanggaran hukum berdasarkan tertib hukum yang berlaku.

c.Lembaga PengadilanLembaga Pengadilan pada hakikatnya juga merupakan lembaga pengadilan sosial formal yang bertugas untuk memeriksa kembali hasil penyidikan dan BAP dari kepolisian serta menindaklanjuti tuntutan dari kejaksaan terhadap kasus pelanggaran itu sendiri.

d.Lembaga KPKKPK merupakan lembaga yang dibentuk untuk memberantas para korupsi di tanah air.

e.Lembaga AdatPenyimpangan perilaku diselesaikan berdasarkan aturan hukum adat yang berlaku di bawah penyelanggaran tokoh-tokoh adat setempat.

f.Tokoh-Tokoh MasyarakatTokoh-tokoh masyarakat ini merupakan panutan sekaligus pengendali yang dipatuhi oleh warga masyarakat yang lain. Usaha warga masyarakat untuk memberikan opini dan penekanan terhadap pihak-pihak yang dianggap melanggar ketentuan perundang yang berlaku baik yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung disebutkontrol sosial.

Akibat-akibat tidak berfungsinya lembaga-lembaga pengendalian sosial

Akibat langsung dari tidak berfungsinya lembaga-lembaga pengendalian sosial antara lain:

1.Tidak adanya kepastian hukumSituasi dalam masyarakat saat-saat runtuhnya kekuasaan suatu rezim seringkali berakibat tidak adanya kepastian hukum. Misalnya pada saat berakhirnya masa pemerintahan Orde Lama, berakhirnya masa pemerintahan Orde Baru dan lain-lain.

2.Semua kepentingan masyarakat sulit untuk dipenuhiPada saat kondisi masyarakat bersifat darurat di mana tidak lagi ada aparat pengendalian sosial yang dapat menjalankan fungsinya maka berlakulah hokum rimba yang di tandai dengan munculnya perampokan dan penjarahan.

3.Sering terjadi konflikTerutama konflik-konflik kepentingan yang berlatar belakang pada hakikat hidup manusia, perbedaan ideologi, budaya, dan sebagainya.

4.Munculnya komersialisasi Jabatan dan kekuasaandimana aparat-aparat Negara sebagai penjualnya dan rakyat sebagai pembelinya.

5.Komersialisasi hukum dan keadilandimana aparat-aparat penegak hokum sebagai penjualnya dan rakyat sebagai pembelinya.

6.Munculnya sindikat-sindikat kejahatanyang mempunyai kepentingan khusus.

7.Munculnya macam macam konflikyang mengarah pada disintegrasi bangsa karena Negara tidak lagi dipercayai oleh warga masyarakat sebagai pengayom dan pengatur pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.seperti konflik antar ras maupun antar suku.

Dilihat dari asalnya dibedakan menjadi :

1)Pengendalian sosial internal, yaitu pengendalian yang berasal dari pemerintah kepada kelompok masyarakat tertentu yang dianggap menyimpang.

2)Pengendalian eksternal, yaitu pengendalian sosial yang berasal dari rakyat kepada penguasa karena dirasa adanya penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa. Misalnya, usulan melalui DPR, pemogokan, demonstrasi.

b.Dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi :

1)Pengendalian sosial primer, yaitu pengendalian yang dilakukan oleh kelompok primer berupa kelompok yang kecil, akrab, dan bersifat informal, seperti keluarga, klien, kelompok bermain.

2)Pengendalian sosial sekunder, yaitu pengendalian sosial yang dilakukan kelompok sekunder berupa kelompok yang lebih besar, tidak bersifat pribadi (impersonal) dan mempunyai tujuan yang khusus, misalnya serikat buruh, asosiasi pedagang.

Terapi Alternatif dari Berbagai macam Penyimpangan Sosial

Untuk mengatasi berbagai hal tersebut dapat dilakukan terapi sosial sebagai berikut :1.Memperbaiki perangkat-perangkat hukum seperti Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, dan lain-lain.2.Melakukan revitalisasi aparat penegak hokum mulai dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.3.Melakukan usaha-usaha pembudayaan tertib sosial yang di dalamnya terdapat kepatuhan terhadap norma kesusilaan, kesopanan adat, norma agama dan norma hukum.