SOSEK-5

download SOSEK-5

of 7

Transcript of SOSEK-5

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    1/15

    Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    Mei, 2014  

    i

    ISBN: 978-602-7998-43-8 

    PROSIDING

    SEMINAR NASIONAL

    AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGANEKONOMI PERDESAAN I

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS TRUNOJOYO

    MADURA

    2014

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    2/15

     

    Mei, 2014  Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    ii

    AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I

    Penanggung Jawab:

    Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura

    Editor:

    Andrie Kisroh Sunyigono

    Ellys Fauziyah

    Mardiyah Hayati

    PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

    2014

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    3/15

    Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    Mei, 2014  

    iii

    Katalog dalam Terbitan

    Proceeding: Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I

    Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura,

    UTM Press 2014

    viii + 396 hlm.; 17x24 cm

    ISBN 978-602-7998-43-8

     Editor : : Andrie Kisroh Sunyigono

    Ellys Fauziyah

    Mardiyah Hayati

     Layouter   : Taufik R D A Nugroho

    Cover design  : Didik Purwanto

    Penerbit : UTM Press

    * Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

    Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal BangkalanTelp : 031-3013234

    Fax : 031-3011506

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    4/15

     

    Mei, 2014  Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    iv

    KATA PENGANTAR

    KETUA PANITIA

    Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh Bismillahirrohmanirrohim

    Segala puji kami panjatkan ke hadapan Illahi atas terselenggaranya Seminar

     Nasional “Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I” Program Studi

    Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 21 Mei

    2014. Seminar ini merupakan seminar yang diselenggarakan secara mandiri oleh

    Program Studi Agribisnis untuk pertama kalinya dan direncanakan dilakukan secara

    rutin tiap tahun. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah untuk: 1) Memberikan

    rekomendasi kebijakan, langkah dan strategi dalam upaya pengembangan sektor

    agribisnis yang terkait erat dengan wilayah perdesaan, 2) Memberikan wadah untuk

     berbagi pengalaman dan tukar menukar ide bagi semua stakeholder terkait baik

    akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah, 3) Menumbuhkan komitmen bersama dalam

     pengembangan sektor agribisnis yang bertitik tumpu pada wilayah perdesaan dalam

    upaya mencapai visi pembangunan pertanian. Selanjutnya, pada akhir seminar

    diharapkan tergalang sinergi untuk meningkatkan mutu dan dayaguna penelitian dan

    dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam pengambilan

    kebijakan.

    Makalah kunci disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Guru

    Besar Universitas Brawijaya Malang, dan makalah utama oleh Dr.Ir. Agus Wahyudi,

    SE; MM (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu/BPWS), Andrie Kisroh Sunyigono,PhD selaku Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan. Dr . Sitti Aida

    Adha Taridala, SP, M.Si sebagai pemakalah terbaik dari Universitas Halu Uleo.

    Disamping itu terdapat makalah penunjang bersumber dari berbagai instansi/lembaga

     penelitian seperti BPTP antara lain dari Bogor dan Jawa Timur, Loka Penelitian Sapi

    Potong Pasuruan, serta Perguruan Tinggi dari berbagai wilayah seperti Jakarta,

    Gorontalo, Bandung, Tegal, Surabaya, Malang dan Madura. Topik-topik yang disajikan

    sangat bervariasi, secara garis besar terhimpun ke dalam 4 bidang yakni agribisnis,

    sosiologi, nilai tambah dan sosial ekonomi.

    Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi utamanya PTPertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO).

    Akhirnya selamat mengkaji makalah-makalah di prosiding ini.

    Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu

    Bangkalan, Juni 2014.

    Ketua Panitia,

    Ihsannudin, MP. 

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    5/15

    Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    Mei, 2014  

    v

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR KETUA PANITIA ................................................................... iv 

    DAFTAR ISI ................................................................................................................. v 

    AGRIBISNIS 

    MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA .................................. 3 

    P. Julius F. Nagel 

    TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP  ECO-LABEL PADA PRODUK

    PERTANIAN ............................................................................................................... 14 

    Joko Mariyono 

    PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI

    TERHADAP STRATEGI BERSAING DAN KINERJA PERUSAHAAN ................ 21 

    Hary Sastrya Wanto, Ruswiati Suryasaputra 

    PERANAN  BAITUL MAAL WATTAMWIL  UNTUK PENINGKATAN

    SEKTOR PERTANIAN .............................................................................................. 32 

    Renny Oktafia 

    PENINGKATAN MUTU BUAH APEL SEPANJANG RANTAI PASOK

    DARI PASCAPANEN SAMPAI DISPLAY SUPER MARKET ............................... 41 

    I Nyoman Sutapa, Jani Rahardjo, I Gede Agus Widyadana, Elbert Widjaja 

    ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI

    LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG ................... 57 

    Selamet Joko Utomo 

    RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR UTAMA

    KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN ............................................ 68 

    Lilis Suryani, Aminah H.M Ariyani 

    KELAYAKAN EKONOMI USAHA GARAM RAKYAT DENGAN

    TEKNOLOGI MADURESSE BERISOLATOR ......................................................... 83 Makhfud Efendy, Ahmad Heryanto 

    STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PLINTIR PISANG DI

    KECAMATAN ARJASA KEPULAUAN KANGEAN ............................................. 107 

    Mu’awana, Taufik Rizal Dwi Adi Nugroho 

    SOSIOLOGI 

    RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

    PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT) ................................................................. 121 

    Titis Puspita Dewi, Mohammad Asrofin, Erwin Merawati, Ali Imron 

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    6/15

     

    Mei, 2014  Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    vi

    PERLUNYA KECUKUPAN BAHAN PANGAN DALAM PEMENUHAN

    KEBUTUHAN MASYARAKAT SECARA NASIONAL ........................................ 133 

    Isbandi dan S.Rusdiana 

    RELASI SEGI TIGA SISTEM KREDIT DALAM MASYARAKAT

    PERDESAAN STUDI KASUS DI DESA MAJENANG, KECAMATAN

    KEDUNGPRING, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR .......................... 146 

    Indah Rusianti, Faridatus Sholihah, Arini Nila Sari 

    DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN

    DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN

    BOJONEGORO .......................................................................................................... 159 

    Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron 

    PEMANFAATAN PERAN MODAL SOSIAL PADA PEKERJA SEKTORINFORMAL PEREMPUAN (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Perempuan Di

    Kota Malang) .............................................................................................................. 168 

    Ike Kusdyah Rachmawati 

    PROGRAM AKSI MEDIA KOMUNITAS PEDESAAN BAGI WARGA

    KEPULAUAN TIMUR MADURA SEBAGAI SARANA PENINGKATAN

    AKSES, KETERBUKAAN INFORMASI, DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK ..... 181 

    Surokim, Teguh Hidayatul Rachmad 

    MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI

    PROVINSI GORONTALO ........................................................................................ 194 Mohamad Ikbal Bahua 

    NILAI TAMBAH 

    PENERAPAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT   (QFD) UNTUK

    PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN WORTEL ...... 213 

    Yurida Ekawati, Surya Wirawan Widiyanto 

    PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG DI

    KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 224 

    Weda Setyo Wibowo, Banun Diyah Probowati, Umi Purwandari 

    STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI

    PENGUATAN KELEMBAGAAN ............................................................................ 234 

    Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari 

    INOVASI TEKNOLOGI SAPI POTONG BERBASIS MANAJEMEN

    BUDIDAYA DAN REPRODUKSI MENUJU USAHATANI KOMERSIAL .......... 250 

    Jauhari Efendy

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    7/15

    Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    Mei, 2014  

    vii

    POTENSI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PELUANG BISNIS PUPUK

    ORGANIK DAN PAKAN TERNAK ......................................................................... 258 

    Jajuk Herawati, Yhogga Pratama Dhinata, Indarwati 

    UJI KELAYAKAN PENGOLAHAN SERBUK INSTAN BEBERAPA

    VARIETAS JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN NILAI EKONOMI ...... 270 

    Indarwati, Jajuk Herawati, Tatuk Tojibatus, Koesriwulandari 

    POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ................................. 280 

    Yhogga Pratama Dhinata, Jajuk Herawati, Indarwati 

    PEMBUATAN DAGING TIRUAN MURNI ( MEAT ANALOG) SEBAGAI

    UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK .......................................... 290 

    Sri Hastuti 

    STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEBU DI

    MADURA301 

    Miellyza Kusuma Putri, Mokh Rum 

    STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI

    KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 312 

    Iffan Maflahah 

    SOSIAL EKONOMI 

    PEMANFAATAN SUMBERDAYA PEKARANGAN MELALUI PROGRAMKRPL DI PUHJARAK, KEDIRI ................................................................................ 331 

    Kuntoro Boga Andri dan Putu Bagus Daroini 

    PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR

    PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN .......... 343 

    Mustika Tripatmasari, Firman Farid Muhsoni, Eko Murniyanto 

    PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TUNAS

    MAJU DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO .......... 351 

    Eni Istiyanti, Lestari Rahayu, Supriyadi 

    VEGETABLE CONSUMPTION PATTERN IN EAST JAVA AND BALI ............. 367 

    Evy Latifah, Hanik A. Dewi, Putu B. Daroini, Kuntoro B. Andri,Joko

    Mariyono 

    ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM DI

    INDONESIA ............................................................................................................... 381 

    Tutik Setyawati 

    KERAGAAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI

    DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI DI LOKASI

    PENDAMPINGAN SL-PTT KABUPATEN SAMPANG ......................................... 389 Moh. Saeri, Sri Harwanti dan Suyamto 

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    8/15

    Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    Mei, 2014  

    381

    ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM

    DI INDONESIA

    Tutik SetyawatiBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur

    Jln. Raya Karangploso Km 4, PO. Box 188. Malang. 65101

     [email protected]

    ABSTRAK

    Peran produk pertanian dalam perdagangan barang relatif kecil, namun mempunyai

     peran yang dominan. Ekonomi pangan dan pertanian akan mengalami dinamika dan

    tantangan baru yang semakin kompleks, karena sektor pertanian tidak hanya

    menyediakan pangan untuk konsumsi tetapi mendorong keberadaan minyak nabati. Di

     Negara berkembang konsentrasi sektor pertanian masih sekitar penyediaan pangan dan perdagangannya. Komoditas primadonanya diantaranya terigu dan beras. Tujuan

     penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kedudukan beras dan gandum Indonesia

    dalam perdagangan pangan internasional. Kedudukan dua komoditas tersebut dalam

    suatu negara terhadap perdagangan dapat dihitung dari nilai RCA (Revealed

    Comparative Advantage/Nilai Daya Saing) dan Trade Specialization Index/Indeks

    Spesialisasi Perdagangan (ISP). Penelitian menggunakan data sekunder tahun 2001-

    2013. Hasil penelitian menunjukkan Daya saing komoditas beras dan gandum di

    Indonesia rendah, kecuali pada tahun 2005 dan tahun 2007 (beras) dan tahun 2009

    (gandum) dan cenderung menjadi negara importir. Komoditas beras masih memiliki

    keunggulan komparatif pada perdagangan antar daerah dan substitusi impor, sehingga

     pengembangannya diutamakan untuk kedua hal tersebut. Pada komoditas gandum, pengembangan produksi masih dianggap kurang efektif, dan adanya volume impor yang

    terus meningkat, sehingga perlu diupayakan alternatif sumber pertumbuhan produksi

     baru, khususnya melalui pengembangan teknologi biologis (varietas unggul baru).

    Dalam hal perdagangan, perhatian terhadap komoditas tidak hanya pada volume

     produksi, namun perlu pula terobosan untuk meningkatkan daya saing. 

    Kata kunci: Beras, Gandum, Ekspor, Impor, Daya Saing

    DYNAMICS ANALYSIS OF RICE AND WHEAT TRADE IN INDONESIA

    ABSTRACT  

    The role of agricultural products in trade in goods is relatively small, but has adominant role. Food economics and agriculture will experience new dynamics and

    challenges of an increasingly complex, becouse the agricultural sector not only

     providing food for consume but to encourage the presence of vegetable oil. In

    developing countries the agricultural sector concentration is about the provision of food

    and trade. Primadonanya commodities including wheat and rice. The purpose of this

     study to determine how much rice and wheat Indonesian position in the international

     food trade. The position of the two commodities to trade in a country can be calculated

     from the value of the RCA (Revealed Comparative Advantage/Value Competitiveness)

    and Trade Specialization Index (ISP). The study uses secondary data years 2001-2013. The results showed  competitiveness of   rice  and  wheat  in  Indonesia is low , except  in

    2005 and 2007 (rice) and  in 2009 (wheat) and  tend to  be  importers country. Rice still has a  comparative advantage  in  inter-regional trade  and  import substitution , so the

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    9/15

     

    Mei, 2014  Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    382

    development  priority for   both.  In commodities wheat, production development is stillconsidered to be less effective, and the presence of the ever-increasing volume of

    imports, so that should be pursued alternative sources of new production growth,

     particularly through the development of biological technologies (new varieties). In

    terms of trade, commodity attention to not only the volume of production, but it is also

    necessary to increase competitiveness breakthrough.

     Keywords: Rice, Wheat, Exports, Import, Competitiveness 

    PENDAHULUAN

    Di tingkat global, peran produk pertanian dibandingkan dengan total barang

    yang diperdagangkan relatif kecil. Pada tahun 2004 peran produk pertanian hanya

    mencapai 9%, namun di dalam produk pertanian global itu sendiri, pangan mengambil

     peran yang dominan yaitu mencapai sekitar 80%. Hal tersebut tidak hanya menyangkut

    ekspor untuk memperoleh devisa yang sangat diperlukan untuk pembangunan, tetapi

     juga keterlibatan banyak petani sempit atau peternak kecil yang menggantungkan hidupdari sektor ini (Husain Sawit, 2008).

    Ekonomi pangan dan pertanian secara umum akan mengalami dinamika dan

    tantangan baru yang semakin kompleks. Sebagian besar negara yang memiliki

    sumberdaya alam yang agak berlimpah, saat ini sedang mengembangkan bahan bakar

     biologi (biofuel ), yang juga telah mendorong meningkatnya terhadap permintaan

    minyak nabati dunia. Pemanfaatan komoditas pertanian tidak hanya untuk memenuhi

    kebutuhan pangan, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan energi. Akibatnya harga

    komoditas pangan dunia yang dapat digunakan untuk energi akan meningkat tajam,

     bahkan ketika harga pangan lain cenderung menurun (Arifin, 2009).

    Konsentrasi produksi pangan dan perdagangan pangan bukan di negara

     berkembang namun terjadi justru di negara maju. Sawit (2007a), mengungkapkan

     bahwa dalam dua dasawarsa terakhir terungkap bahwa tren produksi pangan semakin

    mengerucut ke sejumlah kecil negara maju, yaitu Amerika Serikat (AS), Uni Eropa

    (UE), Australia, Selandia Baru dan Kanada. AS menghasilkan pangan terutama jagung,

    gandum, minyak kedelai, daging unggas, beras, kedelai, buah dan sayur, daging sapi,

    susu bubuk skim dan keju. UE memproduksi buah, sayur, jagung, gula, gandum, daging

    sapi, daging unggas, susu bubuk skim, mentegadan keju. Sedangkan Selandia Baru

    menghasilkan daging sapi, susu bubuk skim, mentega dan keju. Australia menghasilkan

     jgung, gula, gandum, daging sapi, susu bubuk skim, mentega dan keju dan Kanada

    memproduksi mentega, daging sapi, buah, syur, minyak kedelai, gandum dan jagung.

    Di sisi lain AS dan UE, mensubsidi pertaniannya secara berlebih untuk sejumlah

     produk pangan terutama beras, jagung, kedelai, gula, gandum, daging sapi dan unggas,

    susu dan sejumlah buah-buahan dan sayur dan bantuan pemerintah dapat mencapai 78

    % untuk beras, dan jagung sebesar 24 %, artinya hanya 22% dan 76 % pendapatan

     petani beras dan kedelai yang berasal dari usahataninya (Sawit, 2007b). Implikasi dari

    kebijakan negara produsen pangan tersebut, akan besar pengaruhnya terhadap negara

     berkembang termasuk Indonesia, diantaranya harga pangan dunia menjadi rendah

    sehingga berpengaruh negatif pada petani di negara berkembang. Di sisi lain disaat

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    10/15

    Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    Mei, 2014  

    383

    kebijakan pangan mereka berubah, konsentrasinya diarahkan pada subsidi biofuel, maka

    harga pangan dunia akan mahal (Sawit, 2008).

    Salah satu komoditas pertanian yang menjadi primadona dalam perdagangan

    internasional adalah terigu. Bahan baku utama industri terigu adalah gandum dan diIndonesia merupakan bahan baku impor. Peningkatan permintaan terhadap makanan

    yang berbahan baku terigu seperti mie, roti, gorengan dan sejenisnya akan mendorong

     permintaan terhadap tepung terigu yang selanjutnya akan memacu impor gandum.

    Untuk mendukung kebijaksanaan harga pangan rendah, semula pemerintah

    memberikan subsidi pada tepung terigu. Pemberian subsidi pada tepung terigu akan

    menyebabkan harga pangan yang berbahan baku terigu akan rendah. Pertumbuhan

     penduduk dan perbaikan pendapatan serta cepat saji dan mudah didapatkan akan

    menyebabkan peningkatan permintaan terhadap pangan yang berbahan baku terigu,

    sehingga tidaklah mengherankan apabila impor gandum akan mengalami peningkatan.Di sisi lain tekanan pangan untuk menurunkan konsumsi beras masih belum

    terselesaikan, dan pada kenyataannya konsumsi masyarakat banyak bergeser pada

    makanan jadi yang didalamnya mengandung terigu.

    Dengan demikian dapat dilihat bahwasanya di Indonesia, pangan mengalami

    tekanan dua hal secara simultan. Pertama konsumsi domestik meningkat dengan adanya

     pertumbuhan kelas menengah dan meningkatnya daya beli masyarakat dan kedua, tidak

    ada tambahan kapasitas produksi. Sayangnya tekanan pangan tersebut sulit terselesaikan

    karena adanya faktor kebiasaan konsumsi dan adanya produksi gandum di Indonesia

    sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan adanya ekonomi nasional yang didorong oleh

     permintaan tanpa dibarengi peningkatan kapasitas produksi nasional, sehingga

    implikasinya, keseimbangan eksternal terganggu dan defisit.

    Tulisan ini akan difokuskan pada komoditas beras dan gandum serta turunannya

    dengan dasar pemikiran bahwa beras dapat diproduksi dalam negeri, namun gandum

    kurang diproduksi di dalam negeri dan pada kenyataannya kedua komoditas tersebut

    mendominasi perdagangan produk pertanian di Indonesia. Apabila penanganan pangan

    dilakukan dengan impor pangan maka hal tersebut menggambarkan adanya sifat

     pragmatis pengambil kebijakan, yang memilih jalan pintas impor pangan untuk

    menstabilkan harga dalam negeri demi menekan inflasi, karena impor menjadi cara

     paling gampang untuk mengendalikan stabilitas harga di tingkat konsumen dankentalnya kepentingan pemburu rente mengingat impor pangan menjajikan margin yang

    sangat besar.

    Dari hal diatas, penting kiranya menganalisis dinamika perdagangan beras dan

    gandum, untuk mengetahui seberapa besar kedudukan Indonesia dalam perdagangan

     pangan internasional.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder runtut waktu (time

     series) antara tahun 2001-2011 yang bersumber dari Kementrian Pertanian, BPS dan

    FAO serta studi kepustakaan. Analisis data yang dilakukan adalah:

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    11/15

     

    Mei, 2014  Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    384

    1. RCA (Revealed Comparative Advantage/Nilai Daya Saing)

    Analisis ini untuk mengukur keunggulan komparatif suatu produk dengan

     produk lainnya di pasar ekspor dunia. Indeks RCA menunjukkan pangsa ekspor

    suatu komoditas negara tertentu dibandingkan dengan total pangsa ekspor komoditasyang bersangkutan di dunia. Indeks ini juga menunjukkan posisi pasar ekspor

    komoditas tertentu yang dihasilkan suatu negara di pasar dunia (Tambunan, 2004)

     Nilai indeks

    RCA < 1 : menunjukkan adanya daya saing komoditas yang buruk

    RCA = 1 : menunjukan pembatas antara keunggulan dan tidak keunggulan

    RCA > 1 : menunjukkan daya saing komoditas dari negara yang bersangkutan di

    atas rata-rata

    2. Trade Specialization Index/Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

    Metode ISP digunakan untuk mengukur kelayakan ekspor suatu produk denganmembandingkan antara selisih nilai ekspor dan nilai impor suatu negara dengan

     jumlah nilai ekspor dan impor negara tersebut dengan kata lain ISP merupakan

     perbandingan antara selisih nilai bersih perdagangan dengan nilai total perdagangan

    dari suatu negara dengan rumus matematika seperti di bawah.

    Xpit -  IpitISPpit = --------------------------------

    Xpit + IpitDimana:

    ISP pit = ISP negara i untuk komoditas p pada tahun t

    X pit  = nilai ekspor total komoditas (USD)I pit  = nlai impor komoditas p dari negara i pada tahun t

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis Daya Saing

    1. Revealed Comparative Advantage (RCA)

     Negara tujuan ekspor beras Indonesia antara lain Singapore, Timor Leste dan

    Taiwan, sedangkan negara tujuan ekspor gandum adalah Philipina, Thailand, Turki dan

    Timor leste. Impor beras Indonesia banyak dipasok dari negara Thailand, Vietnam,

    India dan China, sedangkan impor gandum banyak diperoleh dari Australia, Perancis,

    Belgia, India dan US.

    Dengan membandingkan nilai RCA beras dan gandum mulai tahun 2001  –  2011

     pada Tabel 1, terlihat bahwa komoditas beras dan gandum di Indonesia mempunyai

    nilai daya saing yang rendah, kecuali pada tahun 2005 dan tahun 2007 (beras) dan tahun

    2009 (gandum). Hal tersebut dikarenakan produksi padi mencapai 54,151,097.00 ton

     pada tahun 2005 dengan jumlah penduduk 218.868.791 jiwa maka rasio antara jumlah

     produksi padi terhadap jumlah penduduk pada tahun 2005 adalah 247,4

    Kg/Kapita/Tahun atau 0,7 Kg/Kapita/Hari. Kelayakan ekonomi produksi padi memiliki

    tingkat stabilitas yang cukup tinggi. Hal tersebut diperlihatkan oleh pemerintah dengan

    adanya proteksi kepada produsen baik dari sisi harga keluaran maupun masukan, karena pemerintah juga berkepentingan untuk memacu peningkatan produksi padi dalam upaya

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    12/15

    Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    Mei, 2014  

    385

    mendukung swasembada beras. Perhitungan ini menunjukkan bahwa sebenarnya

    ketersediaan beras di Indonesia masih memadai, sehingga dapat melakukan eksport.

    Pada sub sektor tanaman pangan, nilai RCA yang rendah juga dialami pada

    komoditas jagung di Indonesia yang mempunyai rerata RCA sebesar 0,11 pada tahun1988- 2008. Keadaan tersebut dikarenakan produksi jagung yang rendah, penggunaan

     jagung yang meningkat, selain untuk konsumsi juga untuk pakan ternak (Maaruf, 2010).

    Tidak demikian halnya pada sub sektor perkebunan, komoditas minyak nilam

    menunjukkan rerata RCA nya adalah 24,73 pada tahun 1989-2007 atau kisaran RCA

    antara 14,85 - 38,76. Hal tersebut mengindikasikan bahwa minyak nilam Indonesia

    telah mempunyai daya saing yang tinggi di pasar dunia. Namun demikian perlu

    diwaspadai adanya persaingan harga dengan negara pesaing dan perlu peningkatan

    kualitas (Pinjung Nawangsari dan Slamet Hartono, 2010).

    Pada komoditas gandum, terlihat Indeks RCA gandum pada tahun 2009 tinggi, padahal kalau dilihat produksi gandum dalam negeri sangat rendah, hal tersebut banyak

    disebabkan adanya re  – ekspor yang meningkat. Hal demikian perlu dipikirkan adanya

     produksi bahan industri subtitusi gandum dengan menggunakan bahan dasar lokal, atau

    tanaman gandum yang sesuai dengan kondisi iklim tropis. Disamping itu perlu

    dicermati adanya impor gandum yang seharusnya bukan merupakan barang jadi,

    sehingga pemrosesan dapat dilakukan di dalam negeri yang selanjutnya dapat membuka

    lapangan kerja. Indeks RCA beras dan gandum di Indonesia dapat dilihat pada Tabel

    dibawah ini

    Tabel 1. Nilai daya saing Komoditas beras dan Gandum di Indonesia,Tahun 2001-2011

    Tahun Nilai RCA Beras Nilai RCA Gandum

    2001 0.850945783 0.578352913

    2002 0.099264812 0.033545761

    2003 0.188188191 0.056868727

    2004 0.493996275 0.137203092

    2005 1.245323122 0.045658819

    2006 0.031097445 0.203945913

    2007 1.084155704 0.148566974

    2008 0.780949446 0.620925498

    2009 0.212002069 1.554899368

    2010 0.007789963 0.014144481

    2011 0.158603854 0.150070060

    Rerata 0,468392424 0,322198328

    Apabila diperhitungkan dengan melakukan perdagangan re-ekspor maka kerugian

    dari perdagangan tersebut akan bertambah, disalah satu sisi kurang memberdayakan

     petani di Indonesia disisi lain memberikan manfaat lebih bagi petani di luar negeri.

    Disamping itu juga ada kesenjangan harga yang cukup besar antara impor dan ekspor

    dari komoditas yang sama.

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    13/15

     

    Mei, 2014  Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    386

    2. Trade Specialization Index

    Kinerja ekspor juga dapat diukur dengan menggunakan metode Trade

    Specialization Index atau lebih dikenal dengan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP).

    ISP digunakan untuk melihat apakah suatu negara cenderung menjadi negara eksportiratau importir dari suatu produk. Indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan dan

     penawaran sesuai dengan teori perdagangan internasional dengan asumsi ekspor dari

    suatu barang dapat terjadi apabila ada kelebihan atas barang tersebut di pasar domestik,

    sehingga dapat diobservasi kesenjangan permintaan dan penawaran di pasar domestik.

    Darwanto (2004) mengemukakan, bahwa ISP dapat digunakan untuk mengukur

    kelayakan ekspor suatu produk dengan membandingkan ekspor bersih dengan total

     perdagangan. Kelayakan ekspor dapat dilihat dari nilai ISP yang berkisar antara -1 dan 1

    (-1

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    14/15

    Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    Mei, 2014  

    387

    Indonesia masih layak untuk pengembangan padi, artinya produksi padi di Indonesia

    memiliki kesiapan dalam menghadapi era perdagangan bebas ((Adreng Purwoto dan

    Ahmad Suryana, 1997).

    Pada komoditas gandum, penggunaannya terkait erat dengan industri terigu,namun dalam hal produksi dan keterkaitan dengan penyediaan tenaga kerja industri ini

    relatif kurang efektif. Dalam hal penyediaan lapangan kerja industri terigu tidaklah

    memegang peranan yang cukup penting dalam hal lapangan kerja. Selain itu industri

    terigu masih mempunyai peranan yang kecil dalam perekonomian nasional, karena

    industri terigu banyak menggunakan bahan baku impor, sehingga manfaat dari industri

    tersebut banyak dinikmati oleh industri gandum luar negeri (Nizwar Syafaat et al ,

    2000). Adanya pembatasan restriksi impor diharapkan dapat mendorong pengembangan

     penanaman gandum, namun apabila dilihat volume impor yang terus meningkat, perlu

    diupayakan alternatif sumber pertumbuhan produksi baru, khususnya melalui pengembangan teknologi biologis (varietas unggul baru).

    PENUTUP

    Komoditas padi dan gandum merupakan komoditas strategis bagi masyarakat

    Indonesia, namun keberadaannya terus memerlukan pemikiran karena di sektor

     pertanian komoditas ini ikut andil dalam defisit perdagangan internasional. Dari hasil

     perhitungan RCA dan ISP yang rendah, terlihat bahwa komoditas ini kurang

    mempunyai daya saing dan Indonesia merupakan negara importir bagi kedua komoditas

    tersebut. Namun sebenarnya komoditas beras masih memiliki keunggulan komparatif

     pada perdagangan antar daerah dan substitusi impor, sehingga pengembangannyadiutamakan untuk kedua hal tersebut.

    Pada komoditas gandum, pengembangan produksi masih dianggap kurang efektif,

    dan adanya volume impor yang terus meningkat, sehingga perlu diupayakan alternatif

    sumber pertumbuhan produksi baru, khususnya melalui pengembangan teknologi

     biologis (varietas unggul baru).

    Dalam hal perdagangan, perhatian terhadap komoditas tidak hanya pada volume

     produksi, namun perlu pula terobosan untuk meningkatkan daya saing.

    DAFTAR PUSTAKA

    Adreng Purwoto dan Achmad Suryana. 1997. Keunggulan Komparatif dan StrukturProteksi Produk Tanaman Pangan dan Peternakan.  Pangan: Menggandeng

    Perusahaan Pangan dalam Globalisasi. No 32 Vol. VIII-1997.

    Arifin, B. 2009. Tantangan Baru Ekonomi Pangan. Economic Review No. 216.

    Darwanto, D.H. 2004. Agribisnis Internasional. Yogyakarta: MMA Universitas Gadjah

    Mada.

    Husein Sawit, M. 2007a. Liberalisasi Pangan:  Ambisi dan Reaksi dalam Putaran Doha

    WTO, Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

  • 8/19/2019 SOSEK-5

    15/15

     

    Mei, 2014  Seminar Nasional  Agr ibisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1  

    388

    -----------------------. 2007b. “Serbuan Impor Pangan dengan Minim Perlindungan di Era

    Liberalisasi”, makalah disampaikan pada Kopernas XV dan Konggres XIV

    Perhepi. Surakarta, 3-5 Agustus 2007.

    -----------------------. 2008. Perubahan Perdagangan Pangan Global dan Putaran Doha

    WTO: Implikasi Buat Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 6.

     Nomer 3. September 2008.

    Muhammad Imam Ma’ruf. 2010. Analisis Perdagangan Jagung Indonesia. Agro

    Ekonomi Vol. 17 No. 2. Desember 2010. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah

    Mada.

     Nizwar Syafa’at, Friyatno,S. Dan Saktyanu K.D. 2000. Analisis Keterkaitan Industri

    Terigu. Agro ekonomika. No. 1 tahun XXX. April 2000. Perhepi.

    Pinjung Nawang sari dan Slamet Hartono. 2010. Analisis Dinamika Ekspor Minyak Nilam Indonesia Ke Amerika Serikat. Agro Ekonomi Vol. 17 No. 2. Desember

    2010. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.