SKRIPSI TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) …Meningkatkan pengelolaan potensi desa sesuai...
Transcript of SKRIPSI TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) …Meningkatkan pengelolaan potensi desa sesuai...
8
SKRIPSI
TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)
DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DESA
DI DESA BUNGIN KECAMATAN BUNGIN
KABUPATEN ENREKANG
Disusun dan Diajukan Oleh :
RAHMAT. B
Nomor Stambuk : 105640 2162 15
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)
DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DESA
DI DESA BUNGIN KECAMATAN BUNGIN
KABUPATEN ENREKANG
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjan Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan oleh :
Rahmat. B
Nomor Stambuk : 105640 2162 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ABSTRAK
Rahmat B. 2020. Tata Kelola Bada Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam
Peningkatan Pendapatan Asli Desa Di Desa Bungin Kecamatan Bungin
Kabupaten Enrekang. (Dibimbing Oleh Amir Muhiddin dan Ahmad Taufik).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan tata kelola badan
usaha milik desa dalam menunjang pendapatan asli Desa di Desa Bungin
Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor
Desa Bungin. Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode
penelitian kualitatif dan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus
yang Teknik pengumpulan datanya berupa observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang. Pengabsahan data
menggunanakan triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tata kelola BUMDes Bungin
menerapakan prinsip tata kelola seperti transparansi dengan keterbukaan informasi
kepada masyarakat, akuntabilitas dengan melakukan laporan pertanggungjawaban,
fairness dengan pengambilan keputusan secara mufakat, serta responsibilitas
dengan menaati peraturan yang berlaku dan tidak merusak lingkungan.
Kata kunci: Tata Kelola, BUMDes, Ekonomi Desa.
ABSTRACT
Rahmat B. 2020. Governance Of Village-Owned Enterprises (BUMDes) In
Increasing Village Original Incom In Bungin Village Bungin District Enrekang
Regency. (Guided by Amir Muhiddin and Ahmad Taufik)
This study aims to determine the condition and governance of village-owned
enterprises in supporting village original income in Bungin village, Bungin District,
Enrekang Regency. The location of this research was conducted at the Bungin village
office. This type of research used is using qualitative research methods and descriptive
research type with a case study approach in which data collection techniques are
obsrvation, interviews and dokumentation. As for the number of informants in this study
amounted to 7 people. Data validation using triangulation.
The result of this study indicate that the governance of BUMDes Bungin applies
governance principles such as transparancy with information disclosure to the publik,
accountability by doing vertical accountability reports, fairness with consensus decision
making, as well as responsibility by complying with applicable regulations and not
damaging the environment.
Keywords: Governance, BUMDes, Village Economy
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat
beserta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang
menjadi sosok teladan sepanjang zaman dan telah mengantarkan ummat manusia
keluar dari zaman kegelapan kepada zaman yang terang seperti saat ini.
Adapun skripsi yang berjudul “Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Desa di Desa Bungin
Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang” ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan jenjang strata satu (S-1) pada program studi
Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulisan karya ilmiah ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Amir Muhiddin, M.Si dan Bapak Ahmad Taufik, S.IP.,M.AP
selaku dosen pembimbing utama yang penuh kesabaran memberikan petunjuk
dan pengarahan sehingga skripsi ini bisa selesai.
2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Dr. Hj. Ihyam Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik.
4. Ibunda Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan.
5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosila Dan Ilmu Politik Jurusan
Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan bekal pengetahuan dan kemudahan
serta bantuannya kepada penulis.
6. Ayah dan Ibuku, rengkuhan jiwa dan hatimu adalah semangat dalam
perjalananku yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, nasehat dan
doa restunya kepadaku.
7. Saudara-saudaraku Rasmin, Ramli, Rudini dan Muh. Irwansyah terima kasih
atas dukungan dan semangat yang telah diberikan. Semangat untuk mengejar
mimpi kedepannya sehingga kita mampu membanggakan orang tua dan semoga
Allah SWT mengabulkan keinginan dan doa yang dipanjatkan kepa-Nya.
8. Teman-teman seperjuanganku yang selalu memberi support.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Harapan penulis semoga dengan tersusunnya skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua khususnya bagi mereka yang penggiat ilmu dimanapun
berada. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami menyerahkan segala bentuk
kebenaran dan kesempurnaan.
Fastabiqul Khairat
Nun Walqolami Wamayasturun
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Makassar, 10 September 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul........................................................................................................... i
Pengesahan Pembimbing .............................................................................. ii
Penerimaan Tim ............................................................................................ iii
Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................................ iv
Abstrak .......................................................................................................... v
Kata Pengantar .............................................................................................. vii
Daftar Isi........................................................................................................ x
Daftar Tabel .................................................................................................. xiii
Daftar Gambar ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
A. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 8
B. Konsep Tata Kelola (Governance) .................................................. 11
1. Definisi Tata Kelola (Governance) .................................................. 11
2. Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik ................................... 12
C. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ............................................. 14
1. Defenisi BUMDes ........................................................................... 14
2. Dasar Hukum Pendirian BUMDes.................................................. 16
3. Tujuan Pembentukan BUMDes ...................................................... 17
4. Pembentukan BUMDes dalam Perspektif
Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 18
5. Prinsip-Prinsip Pengelolaan BUMDes ............................................ 22
D. Sumber Pendapatan Desa ................................................................. 24
E. Kemandirian Masyarakat Desa ........................................................ 26
F. Kontibusi Keberadaan Badan Usaha Milik Desa
Sebagai Pengutan Ekononomi desa ................................................. 27
G. Kerangka Pikir ................................................................................. 28
H. Fokus Penelitian ............................................................................... 30
I. Deskripsi Fokus Penelitian .............................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 31
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................... 31
B. Jenis dan Tipe Penelitian ................................................................ 31
C. Sumber Data.................................................................................... 32
D. Informan Penelitian ......................................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 33
F. Teknik Analisis Data....................................................................... 34
G. Teknik Keabsahan Data .................................................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 36
A. Deskripsi Objek Penelitian .............................................................. 36
1. Gambaran Umum Kabupaten Enrekang .......................................... 36
2. Gambaran Umum Desa Bungin ...................................................... 42
3. Gambaran Umum BUMDes Bungin ............................................... 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 55
1. Tata Kelola BUMDes Bungin ......................................................... 55
a. Transparansi (Transparancy) .................................................... 55
b. Akuntabilitas (Accountability) ................................................. 58
c. Keadilan (Fairness) .................................................................. 61
d. Responsibilitas (Responsibility) ............................................... 62
2. Kontribusi BUMDes Bungin.......................................................... 64
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 69
A. Kesimpulan ...................................................................................... 69
B. Saran ................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 8
4.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk
Menurut Tingkat Kecamatan di Kabupatn Enrekang ............................... 41
4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Bungin ........................................... 43
4.3 Mata Pencaharian Penduduk Desa Bungin .............................................. 44
4.4 Jumlah Penduduk Sesuai Dusun/Lingkungan Desa Bungin .................... 45
4.5 Program Kerja BUMDes Bungin ............................................................. 57
4.6 Laporan Keuangan Unit Usaha Bengkel BUMDes Bungin ..................... 57
4.7 Laporan Keuangan Unit Usaha Penggemukan
Sapi BUMDes Bungin.............................................................................. 58
4.8 Kontribusi BUMDes Terhadap PADes .................................................... 66
4.9 Kontribusi BUMDes Terhadap Pendapatan Masyarakat ......................... 67
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pikir ......................................................................................... 29
4.1 Peta Kabupaten Enrekang ........................................................................ 41
4.2 Struktur Organisasi Pengurus Pemerintah Desa Bungin .......................... 52
4.3 Struktur Organisasi Pengurus BUMDes Bungin...................................... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membangun Indonesia dari Desa adalah salah satu fokus pemerintah
saat ini, hal ini dengan adanya undang-undang desa yang memberikan
keleluasaan pemerintah desa mengelola pemerintahannya sendiri. Dalam hal
ini tercetus badan yang disebut sebagai BUMDes atau sebagai Badan Usaha
Milik Desa, salah satu tujuannya adalah mengentaskan kemiskinan dan
pemberdayaan potensi desa.
Di dalam peraturan Menteri Desa NO.4/2015 pasal 2 dijelaskan
mengenai pendirian BUMDes dimaksudkan sebagai upaya menampung
seluruh kegiatan dibidang ekonomi dan/atau kerjasama antar desa. Seperti
tertuang didalam pasal-pasal selanjutnya, dirumuskan dengan jelas tujuan
mendasar dari terbentuknya BUMDes ini adalah untuk meningkatkan
perekonomian desa, mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat bagi
masyarakat, meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi
ekonomi desa, dan seterusnya.
(Furqan 2018) menjelaskan bahwa untuk mencapai kesejahteraan
merata dan nasional, pemerintah bertekad meningkatkan pembangunan
ekonomi nasional. Sehingga pemerintah menjadikan desa sebagai pelaksana
pembangunan ekonomi karena bersentuhan seacara langsung dengan
masyarakat. Oleh karena itu oemerintah menginginkan perekonomian yang ada
menjadi maju melalui Badan Usaha Millik Desa (BUMDes) yang
mensejahterakan masyarakatnya.
(Khosyi 2018) menjelaskan bahwa lembaga ekonomi ini diharapkan
mampu untuk meningkatkan pendapatan desa. Pembangunan desa dapat
ditingkatkan dengan mengembangkan potensi perekonomian desa serta
menjadi wadah bagi masyarakat untuk pembangunan diri dan lingkungan.
(Ariyanto 2019) dalam pengelolaan BUMDesa yang baik, pengelolaan
modal atau aset harus bisa dijadikan acuan guna mendapatkan keuntungan atau
benefit. Dari kruntungan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan
meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa secara umum.
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa atau BUMDesa tentu memiliki tujuan,
salah satu tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatnya perekonomian desa. Pengelolaan BUMDesa yang tepat akan
memberi banyak keuntungan dari tercapainya tujuan berdirinya BUMDesa,
keuntungan yang akan didapatkan adalah meningkatnya pendapatan desa.
Bupati Enrekang dalam hal ini H. Muslimin Bando mengadakan
program pelatihan Aplikasi Sistem Informasi Akutansi Badan Usaha Milik
Desa (BUMDesa) bagi pengurus BUMDesa se-Kabupaten Enrekang. Dalam
sambutannya, mengatakan pelatihan tersebut dilaksanakan bekerjasama
dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan
Sulawesi-selatan. Dari pelatihan itu diharapkan BUMDesa di Kabupaten
Enrekang bisa berkembang menjadi lebih besar dan bermanfaat bagi Desa.
Kemudian jika BUMDesa dapat berkembamg dan menghasilkan
pendapatan untuk desa, maka desa dapat untuk mandiri ke depannya. Sehingga
BUMDesa tidak tergantung lagi dengan Anggaran Dana Desa (ADD) dari
Pusat ataupun Daerah. Jika BUMDesa dapat berkembang dan jadi lading PAD
tentu akan menunjang peningkatan perekonomian di desa. Dalam
mengembangkan BUMDesa dibutuhkan kreatifitas dan inovasi agar
BUMDesa dapat bergerak dan menghasilkan produk yang berkualitas dan
dapat dipasarkan di pusat-pusat pembelajaan modern.
(Ariyanto 2019) Pengelolaan BUMDesa yang tepat akan memberikan
keberlangsungan perekonomian desa yang lebih stabil dan berkelanjutan, hal
ini akan memudahkan desa dalam meningkatkan terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan mendasar dan kebutuhan umum masyarakat desa. Kebutuhan yang
dimaksud misalnya tersedianya fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh
masyarakat sesuai dengan karakteristik, potensi dan kebutuhan masyarakat
desa. Ketersediaan fasilitas umum, sarana dan prasarana tentu dapat
memberikan kesejahteraan desa, misalnya pembangunan jalan, sarana ibadah,
sarana pelatihan, tempat olahraga, dan lain sebagainya. Fasilitas umum, sarana
dan prasarana dapat diwujudkan ketika desa memiliki pendanaan yang cukup,
salah satunya bisa didapat dari keuntungan usaha BUMDesa. BUMDesa begitu
penting bagi desa dan masyarakat, perannya akan begitu membantu dan
memberikan manfaat. Ketika desa memiliki BUMDesa banyak hal yang bisa
dibangun guna meningkatkan perekonomian desa. Keberadaan usaha-usaha
dalam wadah BUMDesa akan menyerap tenaga kerja, terserapnya tenaga kerja
akan memberikan pendapatan yang meningkat di masyarakat. Hal tersebut
dapat menandai kemajuan desa di berbagai sektor dari potensi yang ada di desa.
Dalam buku panduan BUMDesa Departemen Pendidikan Nasional
Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan. BUMDesa pada dasarnya
merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga
sosial (social institution) dan komersial (commercial institution). BUMDes
sebagai lembaga sosial harus berpihak kepada kepentingan masyarakat
melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan. Hal ini sesuai dengan
tujuan pendirian sebuah BUMDesa pada umumnya, yaitu: (1) Meningkatkan
perekonomian desa, (2) Meningkatkan Pendapatan Asli Desa, (3)
Meningkatkan pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dan (4) Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi desa. BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat desa.
Dalam pengelolaan BUMDes dengan maksimal dan tepat sasaran
diperlukan idealisme kuat dari para pengurus BUMDesa nantinya bahwa
pengelolaan BUMDesa harus dijalankan dengan prinsip kooperatif,
partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable, dengan
mekanisme keanggotaan dasar dan self help yang dijalankan secara
professional dan mandiri. Sejalan dengan hal tersebut, untuk membangun
BUMDesa diperlukan informasi data yang akurat dan tepat tentang
karekteristik lokas desa, termasuk ciri sosial budaya masyarakatnya dan
peluang pasar dari produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat
setempat.
(Dewi 2014) Tujuan BUMDesa yaitu mengoptimalkan pengelolaan
aset-aset desa yang ada, memajukan perekonomian desa, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa. Sifat usaha BUMDesa adalah bereriontasi pada
keuntungan. Sifat pengelolaan usahanya adalah keterbukaan, kejujuran,
partisipatif dan berkeadilan. Dan fungsi BUMDesa adalah sebagai motor
penggerak perekonomian desa, sebagai lembaga usaha yang menghasilkan
Pendapatan Asli Desa (PADes), serta sebagai sarana untuk mendorong
percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
Desa yang memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) salah satunya
adalah Desa Bungin yang terletak di Kecamatan Bungin, Kabupaten Enrekang.
BUMDes ini memiliki beberapa unit usaha, antara lain: Perbengkelan Motor
dan Penggemukan Sapi. Dengan adanya potensi usaha tersebut, BUMDes
Bungin membuat alternatif terciptanya lapangan kerja baru untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat dam ekonomi desa guna memakmurkan
atau mensejahterakan masyarakat Desa Bungin.
Keberadaan Badan Usaha Milik Desa di Desa Bungin diharapkan dapat
mendukung munculnya kembali demokrasi sosial di desa melalui peningkatan
kapasitas masyarakat desa tentang pengelolaan BUMDesa secara
berkelanjutan, dan partisipasi masyarakat desa terhadap BUMDesa juga tidak
lagi berkurrang. Disisi lain, pemerintah desa juga mampu berpola kreatif dan
inovatif dalam mendominasi kegiatan ekonomi desa melalui kepemilikan
BUMDesa sehingga dapat membangun perekonomian daerah yang dibutuhkan
untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru, menghasilkan barang dan jasa
substitusi daerah, meningkatkan perdagangan antar-pemerintah daerah dan
memberikan layanan yang optimal bagi konsumen, BUMDesa dapat berdiri
dengan tujuan sebagai agen pembangnan daerah dan dan menjadi pendorong
terciptanya sektor korporasi di pedesaan tetapi dengan biaya produksi dan
pengelolaan tidak terlalu tinggi.
Penelitian ini dilakukan karena pengelolaan BUMDes Bungin dirasa
masih kurang dimanfaatkan dengan baik, karena terdapat sebagian masyarakat
yang tidak ikut berpartisipasi dalam memajukan, mengelola, dan
mengembangkan BUMDes yang nantinya akan dapat menghambat
perekonomian sebuah desa. Sedangkan BUMDes harus dikelola dengan
semangat kekeluargaan dan kegotong royongan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin dijawab peniliti ini adalah:
1. Bagaimana tata kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Bungin?
2. Bagaimana kontribusi BUMDesa di Desa Bungin?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Tata kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) di Desa Bungin.
2. Kontribusi BUMDesa dalam Peningkatan Pendapatan Asli Desa di Desa
Bungin.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah manfaat praktis dan
teoritis:
1. Manfaa tpraktis
a. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tata kelola
Anggaran Dana Desa dalam Badan Usaha Milik Desa, sehingga dapat
menumbuhkan partisipasi masyarakat
b. Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan sebagai refensi dan bahan evaluasi guna meningkatkan
kinerja BUMDesa.
2. Manfaat teoritis
a. Bagi pengembangan teori, penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan dibidang Pemerintahan yang berhungan dengan badan usaha milik
desa
b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti agar terdapat wacana yang diharapkan
berubah menjadi suatu tindakan nyata untuk mensejahterakan masyarakat.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkenaan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Penulis/Tahun
Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
1 Latifvah
Permata
Zandri,
Nurullatu Dika
Novia Putri,
Rizqi Anfanni
Fahmi (2018)
Strategi
Pengembangan Badan
Usaha Milik Desa
(BUMDes) Dharma
Utama
Kualitatif Hasil penelitian
yang didapatkan
yaitu BUMDes
Dharma Utama
mengalami
beberapa
permasalahan
yaitu dari segi
marketing,
tingkat
kesadaran
masyarakat,
akses modal dan
juga sumber
daya manusia
yang mengelola
BUMDes.
36
2 Edy Yusuf
Agunggunanto
, Fitrie Arianti,
Edi Wibowo
Kushartono,
Darwanto
(2016)
Pengembangan Desa
Mandiri Melalui
Pengelolaan Badan
Usaha Milik Desan
(BUMDes)
Kualitatif Hasil penelitian
ini
menunjukkan
kondisi
BUMDes di
Kabupaten
Jepara sudah
berjalan sesuai
dengan tujuan
pembentukan
BUMDes dan
mampu
membantu
peningkatan
perekonomian
desa.
3 Agus Surono
(2017)
Peranan Hukum
Dalam Pengelolaan
Sumber Daya Alam
Skala Desa Oleh
Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes)
Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan
Masyarakat Desa
Kualitatif Hasil penelitian
menunjukkan
adanya
pengaturan
dalam berbagai
peraturan
perundang-
undangan
terkait denagan
pengelolaan
sumber daya
alam skala desa
oleh BUMDes
dan konsep
pengelolaan
sumber daya
alam skala desa
telah sejalan dan
sesuai dengan
sila kelima
pancasila yaitu
“keadilan sosial
bagi seluruh
rakyat
Indonesia”.
4 Zulkarnain
Ridlwan
(2014)
Urgensi Badan Usaha
Milik Desa
(BUMDes) Dalam
Pembangunan
Perekonomian Desa
Kualitatif Hasil penelitian
ini dapat
disimpulkan
bahwa
BUMDes
merupakan
suatu lembaga
perekonomian
desa yang
memiliki
peranan penting
dalam
mewujudkan
kesejateraan
masyarakat,
desa, dan
pemerintah
desa.
5 Yayu Putri
Senjani (2019)
Peran Sistem
Manajemen Pada
BUMDes Dalam
Peningkatan
Pendapatan Asli Desa
Kualitatif Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
pengelolaan
BUMDes masih
sederhana
namun telah
memiliki
rencana untuk
perbaikan
manajemen ke
depan.
B. Konsep Tata Kelola (Governance)
1. Defenisi Tata Kelola (Governance)
Governance merupakan serangkaian pembuatan keputusan dalam suatu
organisasi yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi. Menurut
Riantono (2014: 317) governance merupakan seluruh serangkain proses,
kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan,
pengelolaan, serta pengontrolan dari suatu organisasi. Mustopadidjadja (2003)
mengungkapkan konsep governance sebagai: (1) kepemerintahan, (2)
pengelolaan, (3) penyelenggaraan pemerintah, (4) penyelenggaraan Negara, dan
(5) administrasi Negara.
Menurut Widyananda (2008) governance dimaksudkan sebagai suatu
kemampuan manajerial untuk mengelola sumber daya dan urusan suatu Negara
dengan cara-cara terbuka dengan prinsip tata kelola sebagai berikut:
1. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya,
serta hasil-hasil yang dicapai.
2. Akuntabilitas adalah menjamin tersedianya mekanisme, peran
tanggungjawab jajaran manajemen yang profesional atas suatu keputusan
dan kebijakan yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional.
3. Fairness adalah keadilan menjamin bahwa setiap keputusan yang telah
diambil adalah demi kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan.
4. Responsibilitas yaitu mencakup adanya deskripsi yang jelas tentang peranan
dari semua pihak dalam mencapai tujuan bersama, termasuk memastikan
dipatuhinya peraturan serta nilai-nilai sosial.
Menurut Sumarto (2009:3) governance yang baik hanya dapat tercipta
apabila dua kekuatan saling mendukung. Kedua kekuatan ini meliputi: warga
yang bertanggungjawab, aktif, dan meliliki kesadaran, bersama pemerintah yang
terbuka, tanggap, mau mendengar, dan mau melibatkan (inklusif). Governance
dipahami sebagai sebuah proses bukan institusi atau organisasi. Proses yang
terjadi dalam governance melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa governance merupakan tata kelola atau proses pengelolaan sumber daya
dalam suatu organisasi untuk menciptakan suatu keadaan organisasi yang lebih
efektif dan efisien.
2. Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa adalah desa dan
desa adat atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wiliyah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hakl asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan Republik
Indonesia.
Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dengan demikian desa adalah unit terkecil dalam tatanan
pemerintahan suatu Negara, mana mungkin bisa dikatakan bahwa dalam suatu
Negara sangat sejahtera jika desanya belum sejahtera, kesejahteraan masyarakat
desa adalah tolak ukur rill untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu Negara.
Peranan pemerintah desa dalam melakasanakan Good Governance
adalah pelaksanaan dari tugas fungsi, kewengan, hak dan kewajiban yang
dimiliki pemerintah desa dalam hal perencanaan, pelaksanaan pembangunan di
desa, khususnya yang berkaitan dengan tata kelola pemerintahan desa.
Menurut Achmad (2015) ada lima prinsip dasar yang terkandung dalam
good corporate governance atau tata kelola yang baik, adalah:
a. Transparansi yaitu keterbukaan informasi baik dalam proses pengambilan
keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi.
b. Auntabilitas adalah bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaklasanaan misi organisasi dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.
c. Responsibilitas yaitu kesesuaian, atau kepatuhan didalam pengelolaan
lembaga terhadap prinsip korporasi yang sehat.
d. Independensi yaitu suatu keadaan dimana lembaga dikelola secara
profesionalitas tanpa bentutan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
e. Kesetaraan dan kewajaran adalah sebagai perlakukan yang adil dan setara
didalam memenuhi hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
1. Definisi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Dalam buku panduan BUMDes yang dikeluarkan Departemen
Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007:4).
BUMDesa merupakan badan usaha milik desa yang didirikan atas dasar
kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarkat.
Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDesa dibangun atas
prakarsa dan partisipatif masyarakat. BUMDesa juaga merupakan perwujudan
partisipatif masyarakat desa secara keseluruhan, sehingga tidak menciptakan
model usaha yang di hegemoni oleh kelompok tertentu ditingkat desa. Artinya,
tata aturan ini terwujud dalam mekanisme kelembagaan yang solid. Penguatan
kapasitas kelembagaan akan terarah pada adanya tata aturan yang mengikat
seluruh anggota (one for all).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
menyatakan bahwa Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian modolnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan uasaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
desa.
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa berdirinya Badan Usaha
Milik Desa ini karena sudah diamanatkan bahwa dalam meningkatkan
pendapatan pendapatan masyarakat dan desa, pemerintah desa dapat mendirikan
Badan Usaha Milik Desa. Pilar lembaga BUMDesa ini merupakan institusi
social ekonomi desa yang betul-betul mampu sebagai lembaga komersial yang
mampu berkompetisi ke luar desa. BUMDesa sebagai institute ekonomi rakyat
lembaga komersial, pertama-tama berpihak kepada pemenuhan kebutuhan
(produktif maupun konsumtif) masyarakat adalah melalui pelayanan distribusi
penyediaan barang dan jasa. Hal ini diwujudkan dalam pengadaan kebutuhan
masyarakat yang tidak memberatkan (seperti: harga lebih murah dan mudah
mendapatkannya) dan menguntungkan. Dalam hal ini, BUMDesa sebagai
institusi komersial, tetap memperhatikan efisiensi serta efektifitas dalam
kegiatan sector rill dan lembaga keuangan (berlaku sebagai Lembaga Keuangan
Mikro (LKM), Ramadana (2013).
Dalam buku panduan BUMDesa Departemen Pendidikan Nasional
Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007:6). BUMDesa merupakan
wahana untuk menjalankan usaha di desa. Apa yang dimaksud dengan “usaha
desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan ekonomi desa seperti antara
lain:
a. Usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan usaha
sejenis lainnya.
b. Penyaluran Sembilan bahan pokok ekonomi desa .
c. Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan agrobisnis.
d. Industri dan kerajinan rakyat.
2. Dasar Hukum Pendirian BUMDes
Dasar Hukum Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam
penderiannya BUMDes memiliki dasar hukum, adapun landasan pelaksaan dan
dan penderian BUMDes yaitu sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Dearah.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan
Usaha Milik Desa
d. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Bab X pasal 87-90
e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 132
sampai pasal 142
f. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan
Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Lokal Berkelas Desa
g. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Dearah Tertinggal, dan Tranmigrasi
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
h. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian Pengurusan dan Pengelolaan dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
3. Tujuan Pembentukan BUMDes
Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tiertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Perubahan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDesa) didiriakan dengan tujuan:
a. Meningkatkan perekonomian desa.
b. Mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa.
c. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa.
d. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga.
e. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga.
f. Membuka lapangan kerja.
g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa.
h. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa.
Menurut buku panduan Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian
Dinamika Sistem Pembangunan dalam Panduan Pendirian dan Pengelolaan
BUMDesa (2007: 5), terdapat 4 tujuan utama pendirian BUMDesa yaitu:
a. Meningkatkan perekonomian desa.
b. Meningkatkan pendapatan asli desa.
c. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
d. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan.
4. Pembentukan BUMDes dalam Perspektif Pemberdayaan Masyarakat
Desa
Pada dasarnya pembardayaan merupakan suatu pendekatan yang
dilakukan dalam sebuah proses pembangunan yang manekankan pada
pemberian kekuatan, kemampuan dan kewenangan kepada masyarakat untuk
ikut dalam proses pembangunan tersebut. Setidaknya ada dua sasaran dari
pemberdayaan yang dapai dicapai yaitu (1) Terlepasnya masyarakat dari
belenggu kemiskinan ketergantungan dan keterbelakangan, (2) semakin kuatnya
posisi mereka baik dalam stuktur sosial, ekonomi dan kekuasaan (Chabib
Sholeh 2014:105).
Ketidak percayaan merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia, pemerintah tidak percaya kepada kemampuan rakyatnya
sehingga terjadi monopoli kekuasaan. Untuk itu membangun kembali
kepercayaan antara masyarakat dan pemerintah sangatlah penting untuk
dilakukan dalam upaya untuk mempercepat pembangunan. Melihat hal ini
Pemerintah sadar bahwa pendekatan paling rasional untuk dipergunakan adalah
pembangunan partisipatif dan bukan pembangunan yang mengedepankan
pendekatan mobilisasi (Chabib Sholeh 2014:16).
Pembangunan yang mengedepankan partisipasi berarti pembangunan
yang memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikut merencanakan,
melaksanakan, mengawasi dan mempertanggung-jawabkan. Dalam hal ini
msyarakat tidak dipandang sebagai objek, melainkan mereka dipandang sebagai
subjek pembangunan. Melalui pendekatan pembangunan partisipatif ini
akuntabilitas, responsbilitas dan transparansi akan lebih mudah untuk
diwujudkan.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) merupakan salah satu program
pemerintah yang berazaskan pemberdayaan dan desentralisasi. Dengan program
BUMDesa ini pemerintah memiliki semangat untuk kembali meembangum
kembali keparcayaan dengan masyarakat untuk saling bekerja sama untuk
mewujudkan masyarakat desa yang mandiri secara ekonomi.
Selama ini masyarakat hanya menjadi objek pada pembangunan, hal ini
akan berpengaruh pada mental dan prilaku mereka yang cenderung bergantung
pada pemerintah. Oleh karena itu pembinaan masyarakat desa sebelum pengikut
sertaan mereka dalam pembentukan BUMDesa diperlukan agar tujuan dari
program tersebut.
Berkenaan dengan hal tersebut Chabib Sholeh (2014:96-97)
mengemukakan kegiatan pokok dalam proses pemberdayaan diantaranya yaitu:
a. Tahap Penyadaran
Pada tahap ini dilakukan serangkaian kegiatan untuk menyadarkan
masyarakat tentang keberdayaannya, baik sebagai individu dan anggota
masyarakat maupun sebagai bagian dari lingkungan fisik dan social ekonomi,
budaya dan politik. Proses penyadaran dapat dilakukan melalui kegiatan
pendidikan, pelatihan maupun penyuluhan.
b. Tahap Penunjukan Adanya Masalah
Orang yang tidak sadar, atau tidak mengerti ia tidak akan tahu apa yang
terjadi disekelilingnya. Ia tidak memahami apa yang sebenarnya mereka hadapi
dan juga tidak memahami bagaimana memecahkan masalah tersebut. Tahap
penunjukan adanya masalah pada dasarnya merupakan suatu tahapan untuk
memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa didepanya telah terjadi gap
antara kondisi yang diharapkan dengan kondisi yang ada sekarang. Dalam
tahapan ini mereka diberikan pemahaman tentang berbagai faktor yang menjadi
penyebab taerjadinya masalah baik berkenaan dengan kondisi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, kelembagaan dan aksesbilitas.
Termasuk juga proses mengidentifikasi atas kekuatan dan kelemahan dan
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang akan dihadapi masyarakat.
c. Tahap Menbantu Pemecahan Masalah
Pada dasarnya pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh pemberdaya agar mereka yang menjadi sasaran pemberdayaan
dapat memecahkan masalah mereka sendiri. Pemberdaya hanya membantu
masyarakat dalam menganalisa kemampuan dan kelemahan mereka,
menganalisa peluang dan tantangan/resiko yang dihadapi agar masyarakat
mampu merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah serta mampu
memilih alternatif yang tepat untuk memecahkan masalah.
d. Tahap Menunjukkana Akan Pentingnya Perubahan
Tahap menunjukan pentingnya perubahan mengisyaratkan bahwa
perubahan mesti dilakukan secara terencana yakni berkenaan dengan apa yang
mesti dirubah, kapan perubahan itu harus dilakukan, alasan megapa harus
dirubah, bagaimana perubahan itu dilakukan, serta kondisi seperti apa yang
diinginkan dengan adanya perubahan tersebut.
e. Tahap Penguatan Kapasitas
Penguatan kapasitas dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan
dan kepercayaan yang lebih luas kepada kelompok sasaran yang diberdayakan
untuk menyampaikan gagasan atau ide kreatif yang mereka pilih baik berkaitan
dengan aksesbilitas informasi dan permodalan. Keterlibatan yang lbih luas
dalam melaksanakan partisipasi utuk memenuhi kebutuhan dalam keseluruhan
proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi serta pertanggung-
jawaban dalam proses penguatan kapasitas lokal.
Sayuti (2011:719) berpendapat bahwa masyarakat desa perlu
diintervensi melalui pembelajaran pemberdayaan. Model pembelajaran untuk
pemberdayaan masyarakat itu komponen-kompoen diantaranya yaitu:
a. Penyadaran, penyadaran yang dimaksud disini merupakan kegiatan
pemberian informasi dasar mengenai deskripsi BUMDesa beserta visi dan misi
pembentukan BUMDesa. Dengan memahami hal tersebut diharapkan dapat
menumbuhkan motivasi dalam diri masyarakaat akan pentinnya pembentukan
desa dalam upaya meningkatkan pendapatan asli desa.
b. Perencanaan, merupakan bentuk persiapan masyarakat untuk pendirian
BUMDesa seperti nama dan wilayah kerja, penemtuan bidang usaha yang akan
digeluti, sampai pemilihan kepengurusan BUMDesa.
c. Pengorganisasian bertujuan untuk memastikan BUMDesa berjalan
denganbaik sesuai dengan visi misi yang telah disepakati
d. Penilaian ini dilakukan untuk bahan evaluasi bagi BUMDesa agar menjadi
lebih baik kedepannya.
5. Prinsip-Prinsip Pengelolaan BUMDes
Dalam buku panduan BUMDes yang di keluarkan Departemen
Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007:13).
Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan
agar difahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa,
anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat. Terdapat 6 (enam)
prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:
a. Kooperatif, Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan
kelangsungan hidup usahanya
b. Partisipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi
(seperti sumbangsi pemikiran atau ide) yang dapat mendorong kemajuan
usaha BUMDes.
c. Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDesa harus
diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.
d. Transparan. Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat
umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan
mudah dan terbuka.
e. Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis maupun administratif.
f. Sustainabel. Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan
oleh masyarakat dalam wadah BUMDes.
(Chabib Sholeh 2014: 83-84) Selain azas pemberdayaan dan
desentralisasi, pembentukan dan pengelolaan BUMDesa harus dilalukan
berdasarkan:
a. Azas Kesukarelaan , maksudnya keterlibatan seseorang dalam kegiatan
pemberdayaan melalui kegiatan BUMDesa harus dilakukan tanpa adanya
paksaan, tetapi atas dasar keinginannya sendiri yang didorong oleh
kebutuhan untuk memperbaiki dan memecahkan masalah kehidupan yang
dirasakannya.
b. Azas Kesetaraan, maksudnya semua pihak pemangku kekuasaan yang
berkecimpung di BUMDesa memiliki kedudukan dan posisi yang setara,
tidak ada yan ditiggikan dan tidak ada yang direndahkan.
c. Azas musyawarah, maksudnya semua pihak diberikan hak untuk
mengemukakan gagasan atau pendapatnya dan saling menghargai perbedaa
pendapat. Dalam pengambilan keputusan harus dilakukan musyawarah
untuk mencapai mufakat.
d. Azas keterbukaan, dalam hal ini semua yang dilakukan dalam kegiatan
BUMDesa dilakukan secara terbuka, sehingga tidak menimbulkan
kecurigaan, dan memupuk rasa saling percaya, sikap jujur dan saling peduli
satu samalain.
D. Sumber Pendapatan Desa
Sumber pendapatan desa diatur pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa, pasal 72 ayat 1 melalui ketentuan ini desa berhak untuk
mendapatkan 10% dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi
Khusus, di samping sumber-sumber pendapatan lain.
1. Pasal 71 ayat 2 Pendapatan Desa bersumber dari:
a. Pendapatan asli desa terdiri dari atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa. Pendapatan
yang dimaksud disini adalah pendapatan yang berasal dari kewenangan desa
berdasarkan hak asal usul dan kewengan skala lokal desa.
b. Alokasi anggaran pendapatan dan belanja Negara sebagaimana anggaran
yag diperuntukkan bagi desa dan desa adat yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota yang digunakan untuk
membiayai penyelenggara pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan.
c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kubupaten/kota.
d. Bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provensi
dan belanja daerah kabupten/kota.
e. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga.
f. Lain-lain pendapata desa yang sah. Pendapatan yang dimaksud disini adalah
pendapatan yang merupakan sebagai hasil kerjasama dengan pihak ketiga
dan bantuan perusahaan yang beralokasi di desa.
2. Alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b bersumber
dari belanja pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis desa
secara merata dan berkeadilan.
3. Bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota
seabagiamana dimaksud pada ayat 1 huruf c paling sedikit 10% dari pajak
dan retribusi daerah.
4. Alokasi dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d paling sedikit
10% dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran
pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus.
5. Dalam rangka pengelolaan keuangan desa, kepala desa melimpahkan
sebagian kewenangan kepada perangkat desa yang ditunjuk.
6. Bagi kabupaten/kota yang tidak memberikan alokasi dana desa sebagaimana
dimaksud pada ayat 4 pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau
pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi dana
alokasi khusus yang seharusnya disalurkan ke desa.
E. Kemandirian Masyarakat Desa
Dalam Borni Kurniawan (2014 : 17), terdapat beberapa pengertian dan
ciri kemandirian masyarakat diantaranya yaitu:
1. Masyarakat Desa mandiri adalah yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri
dan tidak semata tergantung dengan bantuan dari pemerintah. Kalau ada
bantuan dari pemerintah, sifatnya hanya stimulant atau perangsang.
2. Masyarakat Desa mandiri adalah masyarakat yang memiliki kerjasama yang
baik, tidak tergantung dengan bantuan pemerintah, memiliki kemampuan
keahlian, ketrampilan, sumber pendapatan cukup stabil, semangat kerja
yang tinggi, memanfaatkan potensi alam untuk lebih bermanfaat dengan
menggunakan teknologi tepat guna, mampu menyusun dan melaksanakan
pembangunan desanya.
3. Masyarakat Desa mandiri adalah desa mampu mengatur dan membangun
desanya dengan memaksimalkan potensi yang ada di desa dan kemampuan
masyarakatnya dan tidak tergantung pada bantuan pihak luar.
Kemandirian masyarakat dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk
diantaranya yaitu:
1. Kemandirian material/ ekonomi, hal ini menyangkut kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka.
2. Kemandirian intelektual, hal ini berkaitan dengan kemampuan masyarakat
untuk memecahkan masalah yan sdang mereka hadapi.
3. Kemandirian berorganisasi, yakni kemampuan otonom masyarakat untuk
membina diri mereka sendiri dalam bentuk pengelolaan tindakan kolektif
yang membawa pada perubahan kehidupaan mereka.
F. Kontribusi Keberadaan Badan Usaha Milik Desa Sebagai Penguatan
Ekonomi Desa.
Dalam konteks kontribusi Badan Usaha Milik Desa, seharusnya
diletakkan dan diposisikan bahwa Badan Usaha Milik Desa ini adalah unit
ekonommi multi sektor yan dikelola oleh pemerintah desa dan masyarakat untuk
memakmurkan sebesar-besarnya kepentingan masyarakat desa. Sekaligus
memberikan kontribusi posotif bagi Pendapatan Asli Daerah (Ramadana 2013).
Menurut Ramadana (2013) ada 3 unsur penguatan kontribusi ekonomi
desa terhadap keberadaan BUMDesa sebagai berikut:
1. Sumber-sumber dana untuk Peningkatan Pendapatan Desa
Kontribusi ini akan berkaitan dengan apa yang akan diberikan oleh
BUMDesa untuk masyarakat Desa. Hal ini dapat berupa pelayanan. Rendahnya
produktivitas pelayanan Desa utamanya di BUMDesa selama ini lebih
desebabkan oleh lemahnya sumber daya manusia di bidang manajemen dan lain-
lain. Sehingga dalam kontribusi ini desa juga harus memandang dari segi
kerjasama dalam mengembangkannya. Dengan demikian sumber dana untuk
peningkatan pendapatan desa dapat direalisasikan.
2. Pemenuhan kebutuhan masyarakat
Dalam rangka pendapatan masyarakat dan pendapatan asli desa maka
BUMDesa ini mempunyai beberapa kontribusi untuk memenhi kebutuhan
masyarakat, salah satunya dalam kebutuhan pokok di desa. Mengingat
BUMDesa ini adalah suatu lembaga ekonomi modal usaha.
3. Pembangunan Desa secara mandiri
Kontribusi BUMDes ini ialah sebagai salah satu pembangunan desa
mandiri yang dapat berjalan dengan percaya diri bahwa desa memang sudah
berhasil mengatur rumah tangganya sendiri dan menciptakan desa yang mandiri
yang tidak hanya bergantung kepada Anggaran Dana Desa (ADD) yang telah
dibeikan oleh pemerintah kabupaten/kota.
G. Kerangka Pikir
Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Badan
Usaha Milik Desa. BUMDes didirikan atas dasar kebutuhan dan potensi desa
sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana tujuan
BUMDesa adalah untuk meningkatkan perekonomian desa, mengoptimalkan
aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa kemudian meningkatkan
usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa. Dengan adanya
program BUMDes ini pemerintah dapat membangun kepercayaan dengan
masyarakat untuk saling bekerja sama dalam mewujudkan masyarakat desa yang
mandiri secara ekonomi.
Sebagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam mengelola
BUMDesa agar BUMDesa dapat terkelola dengan baik dalam menerapkan
prinsip-prinsip tata kelola seperti transparan, akuntabel, equitable dan responsif.
Dengan penrapan tata kelola yang baik, maka BUMDesa ini dapat
memberikan kelangsungan perekonomian Desa yang lebih stabil dan
berkelanjutan. Hal ini tentu dapat menunjang Pendapatan Asli Desa tersebut.
Selain keuntungan secara langsung dalam bentuk pendapatan Desa.
BUMDesa juga memberikan keuntungan bagi masyarakat Desa pada umunya,
yaitu terbentuknya masyarakat Desa untuk mengangkat potensi Desa,
menciptakan lapangan kerja, dan menjadi lebih produktif. Hal ini tentu saja akan
berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.
Gambar 1. Bagan kerangka piker
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
H. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif menurut Burhan Bungin
(2005:47) adalah fokus penelitian atau pokok asal yang hendak diteliti,
mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat
penelitian dan hal yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas.
Fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu:
1. Transparansi BUMDes Bungin
BUMDes
Bungin
Tata Kelola (Governance)
Menurut Widyananda (2008):
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Fairness
4. Responsibilitas
Kontribusi BUMDes Bungin:
1. Paningkatan PADes
2. Peningkatan Pendapatan
Masyarakat
3. Pemberdayaan
masyarakat
Pendapatan Asli Desa
2. Akuntabilitas BUMDes Bungin
3. Fairness BUMDes Bungin
4. Responsibilitas BUMDes Bungin
I. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Transparansi yang dimaksud adalah tranparansi BUMDes Bungin terhadap
ketersediaan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat, yakni informasi
tentang kebijakan, laporan keuangan, serta hasil-hasil yang dicapai.
2. Akuntabilitas yang dimaksud yaitu bagaimana akuntabilitas BUMDes
Bungin mengenai mekanisme dan pertanggungjawaban terhadap aktivitas
operasional.
3. Fairness dimaksud disini yaitu bagaimana BUMDes dalam pengambilan
keputusan.
4. Responsibilitas yang dimaksud yaitu bagaimana BUMDes Bungin dalam
menjalankan peranan dari semua pihak dan memastikan dipatuhinya
peraturan serta nilai-nilai sosial.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian.
1. Watu Penelitian
Penelitian ini dilaksankan berlangsung selama dua bulan terhitung
setelah seminar proposal.
2. Lokasi Penelitian
Di Desa Bungin Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang. Dengan
tujuan ingin mengetahui tata Kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam
Peningkatan Pendapatan Asli Desa di Desa Bungin.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif
artinya data yang dikumpulkan tidak berupa angka melainkan data yang berasal
dari hasil wawancara lapangan, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya,
sehingga menjadi tujuan penelitian ini ialah menggambarkan realita empiric
dibalik fenomena secara mendalam, terperinci, dan tuntas datanya.
Penelitian kualitatif ini adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alami dimana peneliti adlaah sebagai instrument
kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi atau gabungan,
analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih kepada
menekankan makna dari pada generalisasi.
2. Tipe Penelitian.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yaitu bentuk
penelitian yang meniliti fenomena khusus yang hadir dalam sebuah konteks
yang terbatas. Dengan maksud peneliti mendapat dan mengumpulkan data
yang mendalam lansung dari lokasi penelitian dan memberi gambaran secara
jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti.
Oleh Karena itu peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif yang
dimaksud untuk memberi gambaran secara jelas mengenai kondisi masalah
yang diteliti tentang peran kepala desa melibatkan suku to balo dalam kegiatan
pembangunan.
C. Sumber Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari narasumber secara
langsung baik melalui wawancara, Kuisioner, ataupun dengan melakukan
pengamatan langsung kelapangan. Sumber data primer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Informasi dari Pemerintah Desa
b. Informasi dari anggota pengurus Badan Usaha Milik Desa
c. Informasi dari masyarakat
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan pengumpulan data yang memperoleh sumber
data yang diperoleh secara tidak langsung memberikan data, misalnya melalui
orang lain atau dokumen. Dalam penelitian ini sumber data sekunder yang
dipakai adalah sumber data tertulis seperti buku, artikel ilmiah, dan dokumen-
dokumen dari pihak terkait mengenai pengelolaan BUMDes.
D. Informan Penelitian
1. Warga Desa Bungin yang memiliki informasi mengenai BUMDes di Desa
Bungin.
2. Pengurus BUMDes Bungin.
3. Pemerintah Desa Bungin yang banyak memiliki informasi mengenai
BUMDes di Desa Bungin.
4. Teknik Pengumplan Data
Untuk mengumpulkan da ta dan informasi pada penelitian ini,
digunakan beberapa teknik, antara lain:
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang peneliti lakukan
melalui pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dilakukan
observasi guna mendapatkan data terkait keadaan yang sebenarnya dilapangan,
menjawab pertanyaan-pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan
melakukan evaluasi. Sehingga, observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi
sosial ekonomi, kebudayaan, keadaan masyarakat serta kondisi Badan Usaha
Milik Desa di Desa Bungin.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh penjelasan untuk
mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab dengan
bertatap muka maupun dengan tidak bertatap muka (melalui media
telekomunikasi) antara orang yang mewawancara dengan orang yang
diwawancarai. Wawancara merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi
secara mendalam tantang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian.
Dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam peneliti bisa
mendapatkan gambaran yang lebih jelas guna mempermudah dan menganalisis
data selanjutnya. Wawancara ini dilakukan dengan pedoman wawancara yang
telah dibuat peneliti. Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti dapat terarah, dan juga mendalam.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang
tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Bisa dalam bentuk surat,
catatan harian, arsip foto, hasil rapat, jurnal kegiatan dan sebagainya. Teknik ini
dilakukan dengan mencari informasi dalam bentuk visual atau foto yang
berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini mengumpulkan arsip milik
pemerintah Desa Bungin yang berhubungan dengan Tata Kelola BUMDesa
Bungin.
5. Teknik Analisis Data
jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif.
Teknik analisi data yang digunakan adalah secara deskriptif, yaitu
mengumpulkan, menyusun dan menjelaskan data yang sudah diperoleh secara
menyeluruh dari lapangan, baik data yang diperoleh tersebut berasal dari hasil
wawancara, dokumentasi, maupun bahan lainya secara sistematis.
Peneliti mengumpulkan data terlebih dahulu, kemudian menganalisis
mengenai kegiatan maupun situasi secara deskripsi dan mendetail. Kemudian
diperkuat dengan metode wawancara yang kemudian akan menghasilkan data
yang akurat berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari pengulola BUMDes
Bungin. Dengan begitu peneliti akan menghasilkan jawaban mengenai
pengelolaan BUMDes dalam peningkatan pendapatan asli desa da penarikan
kesimpulan sehingga memudahkan diri sendiri atau orag lain dalam
memahaminya.
6. Teknik Keabsahan Data.
Keabsahan data merupakan standar validasi dari data yang diperoleh.
Validasi atau keabsahan data adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti, dan
temuan data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan dengan yang terjadi pada objek penelitian. Validasi data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi
sumber adalah membandingkan kembali tingkat kesahihan data dan informasi
dari berbagai sumber yang berbeda.
Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan hasil wawancara dari berbagai informan yaitu Pemerintah
Desa Bungin, masyarakat Desa Bungin, dan pengelola BUMDes Bungin.
Selain itu, data hasil wawancara dikonfirmasi dengan dokumentasi yang
diperoleh dan observasi yang dilakukan selama proses penelitian berlangsung.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Enrekang
a. Kondisi Geoografis
Kabupaten Enrekang secara geografis terletak antara 3̊ 14’36’’-
3̊50’00”Lintang Selatan dan antara 199̊ 40’53” - 120̊ 6’33” Bujur Timur. Letak
geografis Kabupaten Enrekang berada dijantung jasirah Sulawesi Selatan yang
dalam peta batas wilayah memang bentuknya seperti jantung. Batas wilayah
Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Kabupaten Tanah Toraja
2) Sebelah Timur : Kabupaten Luwu
3) Seblelah Selatan : Kabupaten Sidrap
4) Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang
b. Kondisi Topografi
Topografi Wilayah Kabupaten Enrekang pada umumnya mempunyai
wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan
sungai dengan ketinggian 47 - 3.293 m dari permukaan laut serta tidak
mempunyai wilayah pantai. Secara umum keadaan Topografi Wilayah wilayah
didominasi oleh bukit-bukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96% dari luas
wilayah Kabupaten Enrekang sedangkan yang datar hanya 15,04%. Musim yang
terjadi di Kabupaten Enrekang ini hampir sama dengan musim yang ada
64
di daerah lain yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu musim hujan dan
musim kemarau dimana musim hujan terjadi pada bulan November - Juli
sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Agustus - Oktober.
Selama setengah dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan wilayah
administrasi pemerintahan baik pada tingkat kecamatan maupun level
desa/kelurahan.Pada Tahun 1995 di Kabupaten Enrekang hanya terdapat 54
desa/kelurahan yang tersebar pada 5 kecamatan.Dengan adanya perubahan
situasi dan kondisi wilayah, maka pemekaran desa/kelurahan sudah menjadi
keharusan. Maka pada tahun 1997, jumlah desa/kelurahan yang ada di
Kabupaten Enrekang telah bertambah dari 78 desa/kelurahan kondisi tahun
1996, menjadi 108 desa/kelurahan. Demikian halnya pada tingkat kecamatan,
yang semula hanya 5 kecamatan menjadi 9 kecamatan.
Pada pertengahan tahun 2003 terjadi pemekaran sehingga bertambah
lagi sebanyak 3 desa menjadi 111 desa/kelurahan.Kemudian pada akhir tahun
2006 terjadi pemekaran desa dan kecamatan menjadi 11 kecamatan dan 112
desa/kelurahan.Terakhir pada tahun 2008 mekar kembali menjadi 12 kecamatan
dan 129 desa/kelurahan. Dari 12 Kecamatan tersebut, kecamatan terluas adalah
Kecamatan Maiwa yaitu 392,87 km2 atau 22 persen dari luas Kabupaten
Enrekang , sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah
Kecamatan Alla yaitu 34,66 km2 atau 1,94 persen dari luas Kabupaten
Enrekang.
Pegunungan Latimojong yang memanjang dari arah utara ke Selatan
rata-rata ketinggian sekitar 3000 meter di atas permukaan laut, memagari
65
kabupaten enrekang di sebelah timur sedang di sebelah barat membentang
sungai Saddang yang berada dalam wilayah Kabupaten Pinrang dengan aliran
pengairan sampai Kabupaten Sidrap.
Ditinjau dari kerangka pengembangan wilayah maupun secara
geografis Kabupaten Enrekang juga dapat dibagi kedalam dua kawasan yaitu
Kawasan Barat Enrekang (KBE) dan Kawasan Timur Enrekang (KTE). KBE
meliputi Kecamatan Alla, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Enrekang dan
Kecamatan Cendana, sedangkan KTE meliputi Kecamatan Curio, Kecamatan
Malua, Kecamatan Baraka, Kecamatan Bungin dan Kecamatan Maiwa. Luas
KBE kurang lebih 659,03 Km 2 atau 36,90% dari Luas Kabupaten Enrekang
sedangkan luas KTE kurang lebih 1.126,98 Km2 atau 63,10% dari, Luas wilayah
Kabupaten Enrekang.
Dilihat dari aktifitas perekonomian, tampak ada perbedaan signifikan
antara kedua wilayah tersebut.Pada umumnya aktifitas perdagangan dan industri
berada pada wilayah KBE.Selain itu industri jasa seperti transportasi,
telekomunikasi, hotel, restoran, perbankan, perdagangan industri pengotahan
hash pertanian berpotensi dikembangkan di wilayah tersebut. Sedangkan KTE
yang selama ini dianggap relatif tertinggal bila dilihat dari ketersedian sarana
dan prasarana sosial ekonomi, sangat memadai dari segi potensi SDA, sehingga
amat potensial untuk pengembangan pertanian dalam arti yang luas yaitu
pertanian tanaman pangan/ hortikultura, perkebunan dan pengembangan hutan
rakyat.
66
Pemekaran dari lima kecamatan menjadi sembilan kecamatan di
Kabupaten Enrekang menyebabkan akses penduduk terhadap pelayanan
pemerintahan lebih mudah dicapai. Kondisi ini dipermudah oleh semakin
dekatnya pusat pemerintahan kecamatan dari desa-desa bawahannya. Selain itu
jumlah penduduk beserta aktifitasnya yang akan ditangani .setiap wilayah
kecamatan semakin berkurang. Pemekaran ini diharapkan dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan roda pemerintahan sehingga akan
memberikan efek positif terhadap akselerasi pembangunan di setiap wilayah.
Kawasan Timur Enrekang yang memiliki wilayah yang luas dengan
berbagai potensinya memberi peluang untuk pengembangan pertanian tanaman
pangan dan hortikultura serta tanaman perkebunan dan kehutanan.Adanya
keterbatasan akses KTE terhadap Kawasan Barat Enrekang mengindikasikan
perlunya kebijakan atau langkah langkah strategis yang memungkinkan kedua
wilayah tersebut dapat bersinergi untuk menuju pencapaian visi dan misi daerah.
c. Kondisi Wilayah Kabupaten Enrekang
Kabupaten Enrekang berada di jantung Jasirah Sulawesi Selatan yang
dalam peta batas wilayah memang bentuknya seperti jantung. Pegunungan
Latimojong yang memanjang daru Utara ke Selatan rata-rata ketinggian ± 3.000
meter diatas permukaan laut, memagari Kabupaten Enrekang disebelah timur
sedang disebelah barat membentang Sunagai Saddang dari utara ke selatan yang
pengendalian airnya menentukan pengairan saddang yang berada dalam wilayah
Kabupaten Pinrang dengan aliran pengairan sampai ke Kabupaten Sidenreng
Rappang.Kabupaten Enrekang terletak antara 3º 14’36” LS dan 119º40’53” BT.
67
Jarak dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar) ke kota Enrekang
dengan jalan darat sepanjang 235 Km. Batas-batas daerah Kabupaten Enrekang
: Sebelah Utara Kabupaten Tana Toraja, Sebelah Selatan Kabupaten Sidenreng
Rappang, Sebelah Barat Kabupaten Pinrang, dan Sebelah Timur Kabupaten
Luwu dan Sidenreng Rappang. Kabupaten Enrekang berada di daerah
pegunungan, terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung
menyambung, mengambil dari ± 85% dari seluruh luas Kabupaten Enrekang
yang luasnya ± 1.786,01 Km atau 2,92 dari seluruh luas seluruh propinsi
Sulawesi Selatan, secara administratif terbagi menjadi 9 kecamatan dan 111
Desa.
Iklim di Kabupaten Enrekang hampir sama dengan daerah lainnya di
propinsi Sulawesi Selatan yaitu terbagi 2 musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Musin hujan terjadi/ berlangsung pada bulan November-Juli,
sedangkan pada musim kemarau berlangsung pada bulan Agustus-Oktober.
Jumlah hari hujan (HH) pada tahun 2001 139 dan curah hujan 3.970 mm, tahun
2002 jumlah HH 137 hari dan CH 1410 mm, tahun 2003 jumlah HH 82 CH 1925
mm.
68
Peta Kabupaten Enrekang
Gambar 4:1 Peta Kabupaten Enrekang
Sumber : Buku Profil Kabupaten
d. Kondisi Penduduk Kabupatrn Enrekang
Jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang untuk tahun 2008 adalah
sebanyak 188.070 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan. Dengan kepadatan
penduduk mencapai 105 jiwa/km².
Tabel 4.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan Di Kabupaten Enrekang Tahun 2018
No.
Nama
Kecamatan
Laki-
Laki
Perempuan Jumlah
Total
Kepadatan
Penduduk
1. Maiwa 11.655 11.657 23.312 59,3
2. Bungin 2.284 2.098 4.382 18,5
69
3. Enrekang 14.928 14.929 29.857 102,5
4. Cendana 4.269 4.420 8.689 95,5
5. Baraka 10.495 10.287 20.782 130,6
6. Buntu Batu 6.097 5.896 11.933 94,7
7. Anggeraja 11.866 11.850 23.716 189,2
8. Malua 4.275 4.322 8.597 213,0
9. Alla 10.107 10.046 20.153 581,4
10. Curio 7.248 7.094 14.342 80,3
11. Masalle 6.145 5.953 12.098 177,0
12. Baroko 5.184p 4.965 10.149 247,1
Kabupaten
Enrekang
94.553 93.517 188.070 105.3
Sumber : Kabupaten Enrekang Dalam Angka 2018 BPS Enrekang
Berdasarkan tabel Kecamatan Enrekang memiliki jumlah penduduk
yang paling banyak jika di bandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu
sebesar 29.857 jiwa. Hal ini dimungkinkan karena kecamatan ini berada di ibu
kota Kabupaten dengan penduduk yang heterogen. Adapun kecamatan dengan
penduduk yang paling sedikit yaitu kecamatan Bungin dengan jumlah
penduduk sebesar 4.382 jiwa dan merupakan kecamatan yang baru dimekarkan
70
2. Gambaran Umum Desa Bungin
a. Kondisi Geografis Desa Bungin
Desa Bungin terletak 65 KM dari Ibukota Kabupaten Enrekang, dengan
luas wilayah 85 Km2, dengan batas-batas sebagai berikut :
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ledan kec. Buntu Batu
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tallang Rilau
c) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sawitto
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baruka
b. Kondisi Demografi Desa Bungin
1. Iklim
Keadaan iklim di Desa Bungin terdiri dari : Musim Hujan, kemarau dan musim
pancaroba. Dimana musim hujan biasanya terjadi antara Bulan Januari s/d
April, musim kemarau antara bulan Juni s/d November, sedangkan musin
pancaroba antara bulan Mei s/d Juni.
2. Tingkat Pendidikan.
Pendidikan merupakan unsur yang penting bagi sumberdaya manusia yang
berkualitas. Kemajuan dibidang pendidikan dalam jangka waktu tertentu akan
dapat meningkatkan mutu tenaga kerja dan penyediaan kesempatan kerja yang
sesuai dengan kualitas atau tingkat pendidikannya. Komposisi penduduk di
suatu wilayah dapat memberikan gambaran umum mengenai tingkat
pendidikan masyarakat serta dapat menggambarkan tingkat kemajuan di
wilayah tersebut.
Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat dari tabel berikut:
71
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Tahun 2018
TDK TAMAT SD SD SMP SLTA SARJANA
08 jiwa 85 jiwa 225 jiwa 228 jiwa 40 jiwa
Sumber : Buku Profil Desa Bungin
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase terbesar penduduk di
Desa Bungin adalah lulusan SLTA yaitu berjumlah 228 jiwa, sedangkan
lulusan dengan jumlah terkecil adalah tidak tamat SD yaitu berjumlah 08 jiwa.
1. Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan aktivitas ekonomi manusia untuk
mempertahankan hidupnya dan memperoleh taraf hidup yang lebih layak dan
sesuai dengan keadaan penduduk dan geografis daerahnya. Komposisi
penduduk menurut mata pencaharian merupakan salah satu indikator yang
dapat menggambarkan perekonomian suatu daerah. Melalui data komposisi
penduduk menurut mata pencaharian kita dapat mengetahui jenis pekerjaan
apa saja yang dilakukan oleh masyarakat pada suatu daerah. Penduduk di Desa
Bungin mata pencahariannya adalah petani, pedagang, Pegawai Negeri Sipil
(PNS), buruh.
Tabel 4.3 Mata Pencaharian Tahun 2018
PETANI/ TAMBAK PEDAGANG PNS BURUH
200 org 15 org 45 org 10 org
Sumber : Buku Profil Desa Bungin
72
Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas pencaharian penduduk
Desa Bungin adalah petani sendiri yaitu 200 orang dan jumlah terkecil adalah
penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh yaitu sebanyak 10 orang.
2. Pola Penggunaan Tanah.
Pola penggunaan tanah umumnya digunakan sebagai lahan persawahan,
perkebunan (sayuran, jagung, dll.) dengan panen musiman. Catatan silahkan
dikembangkan.
c. Kondisi Pemerintahan Desa Bungin
1. Pembagian Wilayah Desa.
(Jumlah Penduduk/KK, Jiwa, RTM = 200 , RTSM = 20, Non RTM 30 )
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Sesuai dengan Dusun/Lingkungan Tahun 2018
NO NAMA DUSUN
JUMLAH JIWA KEPALA
KELUARGA L P TOTAL
1 Panatakan 126 136 258 48
2 Ponjing 134 148 282 62
3 Banua 159 153 312 62
4 Batu Ciak 125 118 243 56
5 Serang 169 204 373 86
6 Palembongan 167 145 312 70
73
JUMLAH 880 900 1780 389
Sumber : Buku Profil Desa Bungin
Dilihat dari jumlah penduduk dari tabel diatas bahwa penduduk terbanyak pada
masyarakat Desa Bungin terdapat pada Dusun Serang yaitu 373 orang dan
jumlah penduduk terkecil pada masyarakat Desa Bungin terdapat pada Dusun
Batu Ciak yaitu 243 orang.
d. Potensi Desa Bungin
Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dan potensi Desa
Bungin yang dapat dijadikan landasan dalam perumusan strategi untuk
mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan
datang adalah :
1. Sumberdaya Manusia
Semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan terbukti bahwa sudah banyak pemuda dan warga yang melanjutkan
pendidikan sampai Perguruan Tinggi bahkan sudah ada beberapa diantaranya
yang menyandang gelar sarjana dari berbagai jurusan.
Ekonomi (biaya) menjadi alasan utama penyebab tingginya angka putus
sekolah di kalangan anak usia sekolah khusus jenjang Perguruan Tinggi. Hal
ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Desa Bungin dalam meraih
visi cerdas.
2. Demografi
Jumlah penduduk 1780 jiwa termasuk jumlah yang besar bagi ukuran
suatu desa. Penduduk yang jumlahnya besar akan menjadi satu
kekuatan/potensi pembangunan bilamana memiliki kompetensi sumberdaya
74
manusia. Komposisi perbandingan jumlah laki-laki dengan perempuan adalah
hampir seimbang ( 880 persen 900 ).
Pertumbuhan penduduk yang tidak stabil setiap tahun, di satu sisi
menjadi beban pembangunan karena ruang gerak untuk produktivitas
masyarakat makin rendah, apalagi jika tidak diikuti peningkatan pendidikan
yang dapat menciptakan lapangan kerja. Memang tidak selamanya
pertambahan penduduk membawa dampak negatif, malahan menjadi positif
jika dapat diberdayakan secara baik untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Kondisi ketenagakerjaan yang harus mendapatkan perhatian dan
penanganan secara komprehensif adalah terjadinya peningkatan angka usia
kerja setiap tahunnya.
Pertumbuhan angkatan kerja yang memasuki dunia kerja di mana dari
angkatan kerja yang mencari kerja tersebut tidak dapat terserap pada lapangan
kerja yang tersedia khususnya dalam konteks hubungan kerja (bekerja di sektor
pemerintah atau di sektor swasta/perusahaan), karena memang daya serap dari
sektor-sektor tersebut sangat terbatas, sehingga sebagai “katup pengaman”
harus dapat dikembangkan sebagai potensi atau peluang bekerja terbuka luas
melalui kerja mandiri/wirausaha (sektor ekonomi non formal).
3. Pertanian dan Peternakan
Lahan pertanian berupa lahan sawah yang subur seluas sekitar 80 ha
yang terbentang luas tersebar di setiap dusun. Hal ini berpotensi untuk dapat
75
meningkatkan jumlah produksi pertanian dengan cara intensifikasi budidaya
dengan sentuhan teknologi yang tepat.
Jenis ternak yang berpotensi dikembangkan adalah unggas (bebek dan
ayam) dan ternak besar (sapi, kerbau, kuda, dan kambing) ini contoh.
Sedangkan lahan tambak yang cukup luas di setiap sudut dusun di Desa
Bungin, silahkan dikembangkan
4. Sarana dan Prasarana
Terdapat sarana dan prasarana jalan berupa jalan raya (jalan beton)
yaitu Poros yang menghubungkan desa Bungin dan desa Gaya Baru dan.kantor
camat Bungin.
Sarana dan prasarana sosial yang ada yaitu ; Sarana pendidikan berupa
Sekolah 4 Unit, dan sarana kesehatan berupa Pustu permanen 1 unit dan
Posyandu 3 unit, serta Masjid 6 buah.
e. Visi dan Misi Desa Bungin
1. Visi
Visi Pembangunan Desa Bungin merupakan gambaran kesuksesan yang ingin
dicapai dalam jangka waktu 6 (Enam) tahun ke depan yang disusun dengan
memperhatikan Visi RPJPD Kabupaten Enrekang, substansi RPJMD
Kabupaten Enrekang, dinamika lingkungan strategis, aspirasi masyarakat dan
pemerintah Desa Bungin, serta visi dan misi Kepala Desa terpilih. Untuk itu
Visi Pembangunan Desa Bungin untuk 6 tahun pertama RPJMDes 2018-2023
adalah :
76
“MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA BUNGIN YANG MAKIN
SEJAHTERA, AMAN ADIL DAN BERIMAN, DENGAN OPTIMALISASI
SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS DAN SUMBER
DAYA ALAM ”
2. Misi
a. Peningkatan Pelayanan Kualitas Masyarakat
Pelayanan diarahkan untuk memenuhi hak dasar masyarakat yang meliputi: (1)
ketersediaan pangan; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) kesempatan kerja dan
lapangan usaha; (5) sarana dan prasarana; (6) rasa aman dan tenteram; (7)
partisipasi dalam kehidupan sosial-politik.
b. Mendorong kegiatan Gotong Royong di setiap Dusun.
c. Mewujudkan tersedianya sarana dan prasarana public yang memadai.
d. Mengembangkan kwalitas sumber daya manusia.
e. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan,
f. Penguatan ekonomi berbasis masyarakat.
Membangun struktur ekonomi yang kompetitif dan berbasis masyarakat
melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan
yang menjamin terciptanya peningkatan pendapatan masyarakat terkait dengan
sektor pertanian, peternakan, dan kewirausahaan yang mengandalkan
sumberdaya lokal. Membangun kelembagaan ekonomi masyarakat yang
kreatif dan adaptif.
g. Menciptakan ketertiban dan keamanan masyarakat .
77
Terciptanya sinergi pencapaian tujuan pemerintah, swasta, dan masyarakat
melalui pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan. Mengembangkan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh, yang didukung oleh adanya
partisipasi optimal dari seluruh lapisan masyarakat.
f. Arah Kebijakan Pembangunan Desa Bungin
Sebagaimana arah kebijakan Pemerintah daerah kabupaten Enrekang
bahwa arsitektur perencanaan pembangunan daerah dipisahkan menjadi dua:
1. Perencanaan strategik yaitu perencanaan pembangunan desa yang
menekankan pada pencapaian visi-misi pembangunan desa.
2. Perencanaan operasional yaitu perencanaan yang menekankan pada
pencapaian kinerja layanan setiap urusan.
Segala sesuatu yang secara langsung dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan
dan sasaran RPJMDes maka dianggap strategis, ini dijalankan melalui program
pembangunan desa dan program prioritas berdasarkan penyelenggaraan urusan
pemerintahan. Perencanaan strategik ini didukung oleh keberhasilan kinerja
dari implementasi perencanaan operasional dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan melalui program prioritas masing-masing urusan. Dalam
perumusan strategi pembangunan desa ada empat perspektif yang digunakan
dalam mengarahkan keselarasan dengan pilihan program pembangunan desa
yakni: (1) perspektif masyarakat/layanan; (2) perspektif proses internal; (3)
perspektif kelembagaan; ((4) perspektif keuangan.
Sehubungan dengan arah kebijakan pemerintah desa tersebut maka
kebijakan umum pembangunan Desa Bungin merupakan hasil rumusan dari 4
78
(empat) masukan utama. Pertama, kondisi wilayah yang difokuskan kepada
potensi dan peluang pengembangan yang dimiliki serta kelemahan atau faktor-
faktor yang mungkin menghambat proses pembangunan di masa depan. Kedua,
environmental input, yaitu berupa peluang sekaligus ancaman yang potensial
dihadapi dalam proses pembangunan yang tercipta akibat dinamika lingkungan
strategis. Ketiga, instrumental input, yaitu berupa peraturan perundangan yang
berlaku yang menjadi bingkai hukum yang harus ditaati dalam proses
pembangunan Desa Bungin Keempat, dinamika internal berupa perkembangan
aspirasi tatanan internal Desa Bungin.
Mengingat bahwa kebijakan ini merupakan penjabaran dari strategi
pembangunan jangka menengah maka kebijakan dimaksud merupakan
perwujudan dari upaya-upaya pemenuhan hak dasar masyarakat, penguatan
ekonomi, penciptaan iklim kondusif, dan pemberdayaan kelembagaan.
79
g. Struktur Organisasi Pengurus Pemerintahan Desa
SKEMA : SOPD DESA BUNGIN KECAMATAN BUNGIN
KABUPATEN ENREKANG
KADUS PANATAKAN
ADNAN
KADUS PONJING
ABD. LATIF
KADUS BANUA
RUSDAN
KADUS BATU CIAK
DANDELI
KADUS SERANG
ISMAIL
KADUS PALEMBONGAN
NURDIN
KEPALA DESA
DULYAMIN
BENDAHARA
IRWANTO, S.Pd
KAUR PERENCANAAN
ANDI SANDAR MAS
SEKRETARIS DESA
TASMIN
KAUR PEMERINTAHAN
RUSLI KISA
KAUR KESRA
BASRI
KASI PELAYANAN
JASMI
80
Gambar 4;2 struktur organisasi pengurus pemrintah desa.
Sumber : Buku Profil Desa
3. Gambaran Umum BUMDes Bungin
a. Identitas Badan Usaha Milik Desa Bungin
Nama Perusahaan : BUMDes Bungin
Peraturan Desa : Peraturan Desa Bungin No. 01 Tahun 2016
Tahun Berdiri : 12 Januari 2016
Status Kantor : Satu atap dengan kantor Desa Bungin
Alamat : Jl. Pendidikan Nomor 10 Panatakan
Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang
b. Bentuk Lembaga Desa Bungin
BUMDes Bungin merupakan usaha desa yang berupa Badan Usaha Milik Desa
dengan perhatian khusus untuk meningkatkan kemampuan keuangan
pemerintahan desa dan pendapatan masyarakat.
a. Kedudukan Dan Wilayah Kerja BUMDes Bungin
1. BUMDes Bungin berkedudukan di Desa Bungin Kecamatan Bungin
Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan Negara Kesatuan Republik
lndonesia.
2. BUMDes Bungin memiliki wilayah kerja mencakup Desa Bungin
Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan Negara
Republik lndonesia.
b. Visi dan Misi BUMDes Bungin
81
1. Visi BUMDes Bungin adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa Bungin.
2. Misi BUMDes Bungin adalah untuk memudahkan perputaran barang dan
jasa yang dibutuhkan masyarakat, memberantas paktek ijon dan rentenir
dan memudahkan masyarakat Desa Bungin dalam mendapatkan modal
usaha dalam skala kecil dan berimbang sesuai dengan keberadaan modal
yang dikelola BUMDes.
c. Maksud dan Tujuan BUMDes Bungin
1. Maksud pendirian BUMDes Bungin adalah untuk menjadi penyedia barang
dan jasa bagi masyarakat berupa pelayanan ekonomi guna meningkatkan
kuwalitas ekonomi masyarakat.
2. Tujuan pendirian BUMDes Bungin adalah meningkatkan kemampuan
keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha
ekonomi masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa
melalui Badan Usaha Milik Desa
82
d. Struktur Organisasi Pengurus BUMDes Bungin
Gambar 4:3 struktur organisasi pengurus BUMDes Bungin
Sumber : Buku Profil BUMDes Bungin
B. Pembahasan Hasil Penelitian.
1. Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bungin
a. Transparansi (Transparancy)
Tansparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
PENASEHAT
KEPALA DESA
KETUA
DAHLAN
KEPALA UNIT USAHA
MUSA SALEH S.HI
SEKRETARIS
HASLINDA BENDAHARA
JULANA, SE
PENGAWAS
MUH. ALWI, S.Pd
83
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.
Berikut hasil wawancara dengan ketua BUMDes Bungin bahwa:
“Sesuai dengan tujuan dan visi misi BUMDes Bungin maka kebijakannya
lebih kepada penekanan regulasi ekonomi masyarakat jadi masyarakatnya
yang utama untuk kita kembangkan untuk diberdayakan agar menjadi
masyarakat mandiri. Untuk pembuatan program kerja kami melakukan
pratinjau sebelumnnya karena kita pahami di Desa Bungin ini minim
untuk bidang perbengkelan dan masyarakatnya mayoritas bertani maka
kami inisiatifkan untuk mengangkat program kerja perbengkelan dan
penggemukan sapi, jadi masyarakat disini mudah terfasilitasi untuk
perbengkelan tidak mesti untuk keluar desa untuk servis kendaraan.
Dalam menjalankan unit-unit usaha BUMDes. Kami melakukan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai program kerja yang akan
dijalankan tersebut setelah itu kami lakukan pendataan bagi masyarakat
khusus masyarakat kurang mampu untuk kami berdayakan dalam unit
usaha penggemukan sapi. Kami informasikan sebelumnya pada
masyarakat bahwa untuk unit usaha penggemukan sapi yang kami
prioritaskan adalah masyarakat yang kurang mampu dan bagi masyarakat
yang berpotensi dibidang perbengkelan kami buka peluang jasa kerja bagi
masyarakat yang pengalaman dibidang itu.” (Wawancara DL, 24 Juli
2020)
Dari hasil wawancara tersebut bahwa pihak BUMDes Bungin melakukan
sosialisasi kepada masyarakat dalam mengelola bidang usahanya. Dan informasi
yang terbuka kepada masyarakat tentang BUMDes Bungin.
Menurut Wibowo (2010) tranparansi yang diterapkan BUMDes Bungin
dengan keterbukaan informasi yang dapat diakses oleh masyakat informasi
meliputi kebijakan, struktural organisasi, unit usaha adalah komitmen untuk
memastikan ketersediaan dan keterbukaan informasi penting bagi pihak-pihak
yang berkepentingan mengenai keadaan keuangan, pengelolaan, dan
kepemilikan perseroan secara akurat, jelas, dan tepat.
84
Berikut hasil wawancara dengan masyarakat Desa Bungin menyatakan bahwa:
“Keterbukaan BUMDes Bungin mengenai dengan aktivitas BUMDes itu
sudah bagus. Informasi dapat kami akses baik itu kebijakanya juga pada
laporan keuangannya.” (Wawancara AB, 24 Juli 2020)
Dari hasil wawancara tersebut bahwa BUMDes Bungin menerapkan prinsip
transparansi dengan keterbukaan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat.
Tabel 4.5 Program kerja BUMDes Bungin
No Unit Usaha
Tujuan
1 Bengkel Memudahkan masayarakat Desa Bungin dalam
servis kendaraan
2 Penggemukan Sapi Memberdayaakan masyarakat Desa dalam unit
usaha
Tabel 4.6 Buku Besar Pembantu Biaya Operasianal BUMDes Bungin Unit
Usaha Bengkel Tahun 2019
No Uraian Pengeluaran (RP) Saldo (RP)
1 Saldo Awal
37.000.000
2 Beli ATK
300.000
3 Lemari Kaca 1.500.000
85
4 Perlengkapan Bengkel
8.000.000
5 Pengadaan Meteran Listrik KWH
2300 A
4.200.000
6 Tarapo Las
2.500.000
7 Sparpart dan Ontherdil Motor
15.000.000
8 Etalase 20X50 cm
2.000.000
9 Sparpart dan Ontherdil Mobil
1.500.000
10 Sparpart Alat Pertukangan
500.000
11 Sewa Mobil dan Bahan Bakar
1.500.000
JUMLAH BULAN INI
37.000.000
Tabel 4.7 Buku Besar Pembantu Biaya Operasional BUMDes Bungin Unit
Usaha Penggemukan Sapi Tahun 2019
No Uraian Pengeluaran (RP) Saldo (RP)
1 Saldo Awal 90.000.000
2 Sapi Penggemukan 8 ekor 70.000.000
86
SISA SALDO 20.000.000
Transparansi (keterbukaan informasi) dalam BUMDes artinya
informasi perkembangan BUMDes dapat diakses oleh masyarakat. Dan yang
terpenting keterbukaan informasi tersebut didasarkan pada semangat peleyanan
publik bahwa informasi merupakan hak publik. Selain itu tranparansi dalam
pengeloaan BUMDes erat kaitannya dengan pengungkapan laporan keuangan
BUMDes itu sendiri.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah menjamin tersedianya mekanisme, peran
tanggungjawab jajaran manajemen yang profesional atas suatu keputusan dan
kebijakan yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional.
Berikut hasil wawancara dengan kepala unit usaha BUMDes Bungin
menyatakan bahwa:
“Setiap usaha-usaha yang dijalankan oleh BUMDes kami data sebagai
bentuk pertanggungjawaban seperti bidang usaha perbengkelan bagi
pelanggan yang datang kami data terkait dengan rincian perbaikan
sampai pada total jumlah barang dan harga perbaikan begitupun dengan
bidang usaha penggemukan sapi bagi masyarakat yang dapat untuk itu,
kami catat namanya dan harga sapi sebelum penggemukan dan disini
juga kami melakukan pengawasan terhadap unit usaha-usaha BUMDes
Bungin yang dijalankan untuk meninjau perkambang usaha-usaha
tersebut. Dan setiap unit usaha ada pembukuan untuk keuangan
tersendiri.” (Wawancara ML, 28 Juli 2020 )
Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa pengelola BUMDes
Bungin dalam melaksanakan unit usahanya melakukan system pendataan. Dan
melakukan pengawasan untuk perkembangan usahanya.
87
Prasetio (2017) bahwa akuntabilats merupakan pertanggungjawaban
manajemen atau penerima amanah kepada pemberi amanah atas pengelolaan
sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya baik secara vertikal
maupun secara horizontal.
Berikut hasil wawancara dengan Sekertaris Desa Bungin menyatakan bahwa:
”Mengenai dengan pertanggungjawaban BUMDes Bungin sudah
dilakukan seperti laporan keuangan yang telah sampai ke pemerintah
Desa.” (Wawancara TM, 24 Oktober 2020 )
Dari hasil wawancara diatas bahwa BUMDes Bungin menerapkan prinsip
akuntabilitas dengan melukakan loparan pertanggungjawaban mengenai
keuangan.
Pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas merupakan suatu istilah
yang pada awalnya diterapkan untuk mengukur apakah dana publik telah
digunakan secara tepat untuk tujuan dimana dana publik tadi ditetapkan dan
tidak digunakan secara ilegal. Dalam perkembangannya akuntabilitas juga
digunakan untuk mencari dana dan menemukan apakah ada penyimpangan staf
atau tidak. Akuntabilatas menunjukkan pada institusi tentang “cheks and
balance” dalam system adminitrasi.
Akuntabilitas mencerminkan bahwa segala bentuk
pertanggungjawaban yang diusung suatu lembaga benar-benar berdasarkan
kenyataan rill yang terjadi dan tidak ditutup-tutupi apalagi manipulasi. Hal ini
berarti bahwa akuntabilitas harus dilakukan secara transparansi. Transparansi
keuangan lembaga publik perlu dilakukan karena:
88
Pertama, untuk meningkatkan kepercayaan (trust). Pemerintah yang
terbuka meyampaikan informasi keuangan kepada publik lebih dipercaya
disbanding pemerintah yang relative tertutup. Pemerintah yang tertutup dengan
informasi keuangan dapat dinilai warga memiliki setumpuk rahasia
penyelewengan keuangan. Pemerintah menutup informasi keungan dapat
diduga kurang berkompeten dalam mengelola dan melaporkan keuangan .
Kedua, untuk meningkatkan pengawasan masyarakat (controlling).
Untuk mengektifkan pelaksanaan pembangunan warga perlu disertaka dalam
pengawasan, dan pengawasan masyarakat ini akan efektif bila warga
masyarakat mendapat informasi tentang pembiayaan program /kegiatan. Warga
masyarakat dapat menilai dan memberikan masukan untuk berbagai
kekurangan atau kelalaian pelaksanaan program/kegiatan apabila pemerintah
transparan dalam menyampaikan informasi.
Ketiga, bahwa warga berhak untuk mendapatkan informasi dan
mengetahui kebijakan, program, dan kegiatan pemerintah yang secara langsung
atau tidak langsung berdampak pada kehidupan warga dan masyarakat.
Keuangan yang dialokasi pemerintah juga harus diinformasikan secara terbuka
(transparan) agar warga dapat menilai kecukupan atau kekurangan untuk
membiayai kebijakan, program, dan kegiatan.
c. Keadilan (Fairness)
Keadilan menjamin bahwa setiap keputusan yang telah diambil adalah
demi kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan.
Berikut hasil wawancara dengan Ketua BUMDes Bungin menyatakan bahwa:
89
“Setiap agenda yang kami jalankan baik itu program kerja, kebijakan
dan lain sebagainya, ataupun ketika ada masalah mengenai tentang
BUMDes selalu kami musyawarakan untuk dalam pengambilan
keputusan sebagai keputusan bersama.” (Wawancara DL, 30 Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas bahwa pihak pengelola BUMDes Bungin dalam
mengambil keputusan secara mufakat.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006)
kegiatan harus dilaksanakan berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham
dan pemangku kepentingan lainnya. Perusahaan harus memberikan
kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan
menyampaikan pendapatan bagi kepentingan perusahaan.
Berikut hasil wawancara dengan Kepala Desa Bungin menyatakan bahwa:
“Dalam pengambilan keputusan selalu kami dilibatkan. Di undang
dalam musyawara BUMDes untuk memusyawarakan hal-hal yang
berkaitan dengan pengembangan BUMDes Bungin” (Wawancara DM,
25 Oktober 2020)
Dari hasil wawancara bahwa BUMDes Bungin menerapkan prinsip fairness
dengan melibatkan desa dalam pengambilan keputusan.
Perusahaan memberikan kesempatan dan kebebasan kepada seluruh
bagian dalam perusahaan untuk memberikan saran dan masukan. Hak untuk
memberikan masukan bagi perusahaan tidak hanya dimilki oleh pemegang
saham saja, namun karyawan juga memiliki hak untuk menyampaikan saran
bagi perusahaan. Karyawan dapat menyampaikan pendapat melalui rapat,
ataupun dapat langsung disampaikan kepada atasan. Saran dan pendapatan dari
karyawan akan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan perusahaan
90
selanjutnya, karena karyawan juga menjadi pihak yang ikut merasakan dampak
dari setiap keputusan yang diambil perusahaan.
d. Responsibilitas (Responcibility)
Renponsibilitas yaitu mencakup adanya deskripsi yang jelas tentang
peranan dari semua pihak dalam mencapai tujuan bersama, termasuk
memastikan dipatuhinya peraturan serta nilai-nilai social.
Berikut hasil wawancara dengan Ketua BUMDes Bungin menyatakan bahwa:
“Kami berperan sesuai dengan bidang kami. Disetiap bidang punya
tugas tersendiri dari bidang masing-masing, akan tetapi itu bukan berarti
tidak ada kerjama dalam pengelolaan BUMDes. Tetap saling kerja sama
dalam pengelolaan. Namun menyangkut dengan tugas dari bidang
tersebut tetap kembali sesuai dengan fungsi bidangnya seperti
bendahara tugasnya masalah keuangan. Dan setiap yang kami lakukan
tidak keluar dari koridor aturan yang berlaku. Kemudian masalah
kerusakan dari aktivitas yang kami jalankan tidak ada yang beresiko
untuk kerusakan lingkungan apalagi merigikan masyarakat.”
(Wawancara DL, 25 Oktober 2020)
Dari hasil wawancara tersebut bahwa pengelolaan BUMDes Bungin sesuai
dengan peran dan tugas dari bidang masing-masing dan melakukan kerjama
dalam pengelolaan BUMDes Bungin dan mematuhi aturan yang berlaku.
Kemudian singkron apa yang dibahasakan dengan Kepada Desa Bungin.
Berikut hasil wawancara dengan Kepala Desa Bungin meyatakan bahwa:
“Dalam menjalankan BUMDes semua punya tugas dalam pengolaan
tersebut mereka berperan sesuai dengan bidang masing-masing ada
ketua umum, sekertaris, bendahara dan bidang unit usaha kemudian ada
tim pengawas untuk dalam pengawasan terhadap program-program
yang dijalankan. Jadi mereka tidak semena-mena dalam bertindak
karena semua aktivitas BUMDes dalam pengawasan jika ada yang tidak
sesuai dengan peraturan yang ada maka semua itu dapat di
pertanggungjawabkan.” (Wawancara DM, 03 Agustus 2020)
91
Dari hasil wawancara diatas bahwa pengeloala BUMDes Bungin berperan
dengan bidangnya masing-masing dan kegiatan yang dilakukan selalu dalam
pengawasan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006)
responbilitas perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat dipelihara kesinambungan usaha dalam jangka Panjang. Organ
perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.
Berikut hasil wawancara dengan masyarakat Desa Bungin meyatakan bahwa:
“Terkait dengan aktivitas BUMDes Bungin yang dijalankan tidak ada
yang beresiko langsung terhadap lingkungan. Dari program kerja yang
dijalankan itu tidak ada efek untuk pencemaran atau kerusakan
lingkungan dan juga tidak merugikan masyarakat.” (Wawancara BR, 25
Oktober 2020)
Dari hasil wawancara tersebut bahwa BUMDes Bungin menerapkan prinsip
responsibilitas dengan tidak melakukan kerusakan lingkungan dan tidak
merugikan masyarakat.
Perusahaan turut melaksanakan tanggungjawab sosial dengan peduli
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan sekitar dengan membuat
perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. Kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan sekitar tersebut akan menjalin kedekatan hubungan antara
perusahaan dengan pihak luar yaitu masyarakat, karena keberlangsungan
masyarakat juga tidak lepas dari dukungan masyarakat sekitar, sehingga
92
perusahaan harus menjalin kebersamaan dengan masyarakat dan terus
memperhatikan kelestarian lingkungan. Dengan dilakukannya prinsip
responsibilitas, maka perusahaan dapat mempertanggungjawabkan setiap
keputusan yang diambil secara hukum dan moral, serta dapat memelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang.
2. Kontribusi BUMDes Bungin
Dalam konteks kontribusi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),
seharusnya diletakkan dan diposisikan bahwa badab usaha milik desa ini
adalah unit multi sektor yang dikelola oleh pemerintah desadan masyarakat
untuk memakmurkan sebesar-besarnya kepentingan masyarakat desa.
Sekaligus memberikan kontribusi positif bagi pendapatan asli desa.
Berikut hasil wawancara dengan salah satu masyarakat Desa Bungin yang
beroperasi di bidang penggemukan sapi menyatakan bahwa:
“Alhamdulillah dengan adanya BUMDes ini masyarakat sangat
terbantu dalam pendapatan ekonomi. Dengan adanya pembagian sapi
untuk digemukkan itu sangat menunjung pendapatan ekonomi
masyarakat.” (Wawancara NT, 04 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa kehadiran BUMDes
Bungin dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa dengan usaha-saha
yang dijalankan BUMDes Bungin.
Pembangunan ekonomi lebih menitik beratkan kepada masyarakat
miskin dan masyarakta kurang mampu yang mata pencahariannya sebagai
petani dan usaha kecil. Maka dari itu pemerintah daerah melalui Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) berupaya membantu masyarakat miskin atau
93
masyarakat kurang mampu, bukan saja dengan memberikan pinjaman tetapi
juga memberikan pendidikan, bimbingan, dan konsultasi yang berkaitan
dengan usaha atau pekerjaan mereka sehari-hari.
Berikut hasil wawancara dengan masyarakat Desa Bungin menyatakan bahwa:
“Kontribusi BUMDes terhadap masyarakat sudah bagus tapi perlu lagi
untuk dikembangkan agar lebih maksimal. Perlu adanya terobosan
untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dan desa selain dari
program-program sebelumya.” (Wawancara SM, 04 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kontribusi BUMDes Bungin
terhadap masyarakat sangat membantu disamping itu perlu adanya
perkembangan yang yang dilakukan oleh BUMDes Bungin untuk lebih maju
dalam penguatan ekonomi masyarakat dan desa.
Dalam tingkat kemanfaatan BUMDes juga dapat dikatan berhasil
ketika telah banyak memberikan manfaat kepada banyak pihak seperti
BUMDes Bungin ini yang mampu memenuhi kebutuhan usaha bagi
masyarakat, serta memberikan lapang pekerjaan terhadap masyarakat desa
yang pada awalnya masyarakat desa Bungin yang banyak tidak mempunyai
pekerjaan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat melalui unit usaha
penggemukan sapi.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk kontribusi BUMDes Bungin adalah
sebagai berikut:
a. Kontribusi BUMDes Bungin terhadap Pendapatan Asli Desa
(PADes)
94
Tabel 4.8 Tabel Kontribusi BUMDes Terhadap PADes.
No Tahun Dana BUMDes
(Rp)
Kas Desa
(Rp)
Persentase
1 2018 11,000,000 1,093,554,000 1.01%
2 2019 15,000,000 1,010,976,000 1.48%
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah kontribusi
BUMDes Bungin Terhadap PADes pada tahun 2018 sebayak 1.01% dan pada
tahun 2019 sebayak 1.48%, maka jumlah keseluruhan kontribusi BUMDes
terhadap PADes sebanyak 2.49% pada tahun 2018-2019.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa BUMDes Bungin
berkontribusi terhadap peningkatan pandapatan asli desa (PADes) dilihat dari
unit-unit usaha yang dijalankan BUMDes Bungin.
b. Kontribusi BUMDes Bungin Terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan
asli desa (PADes), maka BUMDes berkontribusi secara sosial untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan lapangan pekerjaan. Tujuannya adalah
mengurangi jumlah pengangguran yang ada di desa dan menjaga silaturahmi
masyarakat. Tidak hanya itu, BUMDes juga akan memberikan warisan kepada
generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan desa.
95
Tabel 4.9 Kontribusi BUMDes Terhadap Pendapatan Masyarakat
No Nama Pendapatan/Bulan
1 Aris
Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000
Per Bulan 2 Alim
3 Camang
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kontribusi BUMDes Bungin
terhadap pendapatan masyarakat tergantung dari hasil pendapatan dalam
perbulannya terhitung dari 1,5 juta-2 juta yang didapatkan masyarakat. Jika
pendapatan BUMDes banyak dalam satu bulan maka gaji/pendapatan
karyawan juga meningkatan sampai 2 jutaan, ketika pendapatan BUMDes
menurun dalam satu bulan maka gaji/pendapatan karyawan juga menurun bisa
sampai 1,5 juta yang didapatkan karyawan tersebut.
c. Kontribusi BUMDes Bungin dalam pemberdayaan masyarakat.
Pada dasarnya pembardayaan merupakan suatu pendekatan yang
dilakukan dalam sebuah proses pembangunan yang manekankan pada
pemberian kekuatan, kemampuan dan kewenangan kepada masyarakat untuk
ikut dalam proses pembangunan tersebut. Setidaknya ada dua sasaran dari
pemberdayaan yang dapai dicapai yaitu (1) Terlepasnya masyarakat dari
belenggu kemiskinan ketergantungan dan keterbelakangan, (2) semakin
kuatnya posisi mereka baik dalam stuktur sosial, ekonomi dan kekuasaan.
96
Berikut hasil wawancara salah satu masyarakat desa Bungin menyatakan
bahwa:
“Dengan berdirinya BUMDes Bungin kami tidak susah lagi untuk
membuka usaha untuk meningkatkan pendapatan kami. Dikarenakan
modal yang tidak memadai makanya kami kadang pusing untuk
melakukan sesuatu untuk dikelola dan dapat menunjang pendapatan
kami. Dengan adanya program unit usaha BUMDes Bungin seperti
penggemukan sapi untuk itu kami sangat terbantu.” (Wawancara IS, 07
Agustus 2020)
Dari hasil wawancara bahwa BUMDes Bungin membantu masyarakat dalam
dalam membuka peluang usaha untuk dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui uint-unit usaha yang dijalankan.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. Transparansi
Informasi yang tersedia meliputi visi dan misi BUMDes Bungin, program
kerja serta susunan kepengurusan. Informasi tersebut dapat diakses oleh
masyarakat dengan tanya bertanya secara langsung. Informasi yang belum
tersedia adalah informasi mengenai data keuangan.
2. Akuntabilitas
Terdapat tugas dan tanggungjawab dari masing-masing jajaran, namun tidak
semua tugas dan tanggungjawab dirinci secara tertulis. Adapun tugas dan
tanggungjawab yang dirinci meliputi tugas dan tanggungjawab komisaris,
direksi dan manajer unit usaha.
3. Fairness
Pengelola BUMDes Bungin melibatkan pihak terkait bahkan kepada
pemilik modal yang dalam hal ini desa dalam proses pengambilan
keputusan.
4. Responsibilitas
BUMDes Bungin dilaksanakan dengan mematuhi peraturan yang berlaku
seperti Peraturan Desa Bungin Nomor 01 Tahun 2016 Tentang
98
pembentukan Badan Usaha Milik Desa Bungin (BUMDes Bungin), serta
senantiasa memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan.\
B. Saran
1. BUMDes Bungin Sebaiknya meningkatkan Jkegiatan sosialisasi kepada
masyarakat Desa Bungin supaya mereka ikut serta dalam mengembangkan
perekonomian desa. Dan menambah sumber daya manusia dalam
menjalankan program kegiatan yang telah dibuat.
2. Diharapkan BUMDes Bungin dapat menggali potensi-potensi yang ada di
Desa Bungin tersebut dengan sumber daya alamnya yang kaya dengan
penambahan program kerja BUMDes baik itu berupa wisata, dan potensi-
potensi lainya di bidang pertanian dalam kemajuan desa dan masyarakat
desa.
3. BUMDes Bungin diharapkan untuk mengadakan kantor tersendiri supaya
untuk lebih leluasa dalam mengembangkan usaha-usaha BUMDes tanpa
adanya intervensi dari pihak kantor Desa.
99
DOKUMENTASI
❖ Kantor Desa Bungin
❖ Unit Usaha BUMDes Bungin
Bengkel BUMDes Bungin Penggemukan Sapi
❖ Wawancara
Wawancara Kades Bungin Wawancara Ketua BUMDes Bungin
100
Wawancara Kepala Unit Usaha Wawacara Masyarakat Desa Bungin
BUMDes Bungin
Wawancara Masyarakat Desa Bungin Wawancara Masyarakat Desa yang
Beroperasi Di Unit Usaha Penggemukan
Sapi
Wawancara Karyawan Bengkel BUMDs Bungin
101
102
103
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rahmat B. lahir di Palembongan pada
tanggal 24 April 1996 yang merupakan anak ke empat dari
lima bersaudara, putra dari pasangan Bapak Burahima dan Ibu
Sina. Jenjang pendidikan yang penulis tempuh dimulai dari
SDN 189 Palembongan Kecamatan Bungin tahun 2003-2009,
dilanjutkan dengan sekolah menengah pertama di SMPN 3 Maiwa pada tahun2009-
2012, kemudian penulis melanjutkan tingkat sekolah menengah atas di SMAN 8
Enrekang dan lulus tahun 2015.
Penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah
Makassar terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik tahun 2015. Penulis melaksanakan kegiatan kuliah kerja
profesi (KKP) di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa