Evaluasi kecernaan beberapa bahan pakan pada ternak peranakan ongole dan peranakan frisien holstein
SKRIPSI SUPLEMENTASI KROM JAMUR TERHADAP KECERNAAN PAKAN … · pakan 67,09%.Parameter kualitas air...
Transcript of SKRIPSI SUPLEMENTASI KROM JAMUR TERHADAP KECERNAAN PAKAN … · pakan 67,09%.Parameter kualitas air...
SKRIPSI
SUPLEMENTASI KROM JAMUR TERHADAP KECERNAAN PAKAN
IKAN GABUS (Channa striata) LOKAL
MUHAMMAD HARIS
(10594087714)
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ii
SUPLEMENTASI KROM JAMUR TERHADAP KECERNAAN PAKAN
IKAN GABUS (Channa striata) LOKAL
SKRIPSI
MUHAMMAD HARIS
(10594087714)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi
Budidaya Perairan
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
iii
iv
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Suplementasi Krom Jamur Terhadap Kecernaan Pakan Ikan Gabus
(Channa striata) Lokal, adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri
yang belum diajukan oleh siapapun, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebut ke dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Oktober 2018
Muhammad Haris
vi
ABSTRAK
MUHAMMAD HARIS.10594087714.Suplementasi Krom Jamur
Terhadap Kecernaan Pakan Ikan nGabus (Channa striata) Lokal. Andi
Khaeriyah,(Pembimbing 1) dan Asni Anwar(Pembimbing 2).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar krom jamur yang optimal
dalam pakan untuk menghasilkan kecernaan ikan gabus. Sedangkan manfaat dari
penelitian adalah untuk memberikan informasi formula pakan yang
disuplementasi dengan krom organik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan
sintasan terhadap ikan gabus.
Penelitianini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus bertempat di Balai
Benih Ikan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.Penelitian ini
menggunakanRancanganAcakLengkap (RAL) yang terdiridari 3 perlakuandan 3
ulangansehinggaberjumlah 12 unit percobaan dengan perlakuan A= 1 ppmkrom/1
kg pakan, perlakuan B= 3 ppmkrom/1 kg pakan, dan perlakuan C=5ppmkrom/1
kg pakan, serta perlakuan D= Kontrol.Hasil penelitian menunjukkan kecernaan
serat pakan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan Cr 5 ppm dengan 60.3
gram/individu, diikuti perlakuan Cr 3 ppm dengan 45.01 gram/individu,
selanjutnya perlakuan Cr 1 ppm dengan 31.65 gram/individu. Semakin tinggi
dosis krommium, maka semakin tinggi pula tingkat kecernaan pakan yang di
hasilkan. Kecernaan serat pakan yang di sebabkan dosis yang lebih tinggi terlihat
pada perlakuan C, dengan kecernaan serat pakan 60,3%.Kecernaan protein pakan
terbaik juga diperoleh dari pemberian dosis chromium tertinggi yakni pada
perlakuan C dengan dosis 5 ppm yang menghasilkan prsentase kecernaan protein
pakan 67,09%.Parameter kualitas air selama penelitian yaitu 29-30ºC, nilai yang
masih berada pada kisaran yang dibutuhkan oleh benih ikan gabus.
Kata kunci: Krom jamur, kecernaan, Ikan Gabus (Channa striata) Lokal.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya, tidak lupa pula penulis mengirimkan Shalawat atas junjungan
Nabiullah Muhammad SAW atas contoh dan ketauladanannya sehingga menjadi
semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Suplementasi Krom Jamur Terhadap Kecernaan PakanIkan nGabus
(Channa striata) Lokal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini
terdapat banyak kekurangan dan kendala.Namun berkat kesabaran, petunjuk,
saran dan motivasi dari berbagai pihak, akhirnya skripsi penelitian ini dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas dukungan takhenti-hentinya berupa
material maupun spiritual sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini
sebagai persaratan untuk menyelesaikan pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr.Ir Andi Khaeriyah, M.Pd., selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan curahan waktu, bimbingan, dan arahan pada penyelesaian
penulisan proposal, penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Asni Anwar S.Pi.,M.S, selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan curahan waktu, bimbingan, dan arahan pada penyelesaian
penulisan proposal, penelitian dan penulisan skripsi ini.
viii
4. Bapak Dr. H.Burhanuddin, S.Pi., M.P, selaku penguji pertama yang telah
banyak memberikan masukan berupa kritik dan saran dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak Dr. Abdul haris sambuS.Pi., M.Si, selaku penguji kedua yang telah
banyak memberikan masukan berupa kritik dan saran dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak Dr.Burhanuddin.,S.Pi., MP, selaku Dekan Fakultas Pertanian yang
selalu memberikan motivasi dan nasehat bagi penulis selama kuliah di
Fakultas Pertanian.
7. Ibu Dr. Ir Andi Khaeriyah., M.Pd selaku ketua program studi budidaya
perairan yang selalu memberikan motivasi dan nasehat bagi penulis selama
kuliah di Fakultas Pertanian.
8. Bapak dan Ibu dosen beserta staf akademik yang telah memberikan ilmu
yang sangat bermanfaat bagi penulis selama kuliah di Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
9. Seluruh pegawai dan staf Balai Benih Ikan Bantimurung yang telah
memberikan kesempatan berupa izin lokasi, bantuan teknis dan nonteknis
selama penelitian.
10. Teman-teman program studi budidaya perairan khususnya angkatan 2014
yang telah memberikan bantuan selama melaksanakan aktifitas kampus
sampai ketahap penulisan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa karya ilmiah ini masih
banyakkekurangan, maka kritikan dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
ix
membangun sangat penulis harapkan.Penulis juga berharap agar karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
Muhammad Haris
x
DAFTAR ISI
Sampul i
Halaman Sampul ii
Halaman Pengesahan iii
Halaman Pengesahan Komisi Penguji iv
Pernyataan Mengenai Skripsi dan Sumber Informasi v
Abstrak vi
Kata Pengantar vii
Daftar Isi x
Daftar Tabel xiii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
I. Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Penelitian 2
1.3. Manfaat Penelitian 3
II. Tinjauan Pustaka 4
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gabus (Channa sriata) 4
2.2. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gabus 5
2.2.1.Protein 5
2.2.2. Karbohidrat 7
2.2.3. Glikogen 10
2.2.4. Kromium 11
2.2.5. Kualitas Air 14
III. Metode Penelitian 17
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 17
3.2. Wadah Penelitian 17
3.3. Ikan Uji 18
3.4. Pakan Uji 18
3.5. Prosedur Penelitian 18
3.5.1. Pembuatan Pakan Uji 18
xi
3.5.2. Persiapan Wadah Pemeliharaan 18
3.6. Tahap Penelitian 18
3.6.1. Pemberian Pakan 18
3.4.2. Pengukuran Kualitas Air 18
3.7. Perlakuan dan Rancangan Percobaan 19
3.8. Peubah yang Diamati 19
3.8.1. Kecernaan Pakan 19
3.8.2. pertumbuhan dan sintasan 19
3.8.3. Kualitas Air 19
3.9. Analisis Data 19
IV. Hasil dan Pembahasan 23
4.1. Kecernaan Serat Pakan 23
4.2. Kecernaan Protein Pakan 25
4.3. Kualitas Air 26
V. Penutup 27
5.1. Kesimpulan 27
5.2. Saran 27
Daftar Pustaka 29
Riwayat hidup 32
Lampiran 34
xii
DAFTAR TABEL
1. Gambar Kecernaan Serat Ikan Gabus setelah Perlakuan 22
2. Kisaran Kualitas Air Benih Ikan Gabus selama Penelitian 26
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Ikan Gabus (Channa sriata) 5
2. Aquarium sebagai wadah pemeliharaan untuk pengamatan kecernaan
ikan gabus(Channa striata) 17
3. Gambar Kecernaan Pakan Ikan Gabus 24
4. Gambar Kecernaan Protein Ikan Gabus 25
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kecernaan Serat Pakan 34
2. Kecernaan Protein Pakan 36
3. Gambar 38
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu ikan air tawar yang
bernilai ekonomi tinggi karena mengandung albumin (khaeriyah 2018), namun
yang menjadi kendala dalam budidaya adalah kebutuhan ikan gabus sebagai ikan
karnivora yang membutuhkan pakan/protein tinggi berkisar 45-60% (yulisman
2012) sementara harga pakan pada proses budidaya menghabiskan biaya sebesar
60-75% (khaeriyah 2014) olehnya itu salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk meminimalisir harga pakan adalah dengan menekan protein pakan ikan
gabus memiliki kemampuan cerna karbohidrat yang rendah untuk itu rekayasa
teknologi pakan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan suplementasi
krom organic yang diinkorporasi melalui jamur (rhyzopus orizea) dengan krom
organic diharapkan dapat meningkatkan proses metabolisme karbohidrat
sementara rhyzopus berfungsi sebagai mikroba yang dapat membantu dalam
proses kecernaan pakan ikan gabus penelitian terkait dengan penggunaan krom
telah banyak dilakukan antara lain (subandiono 2014) pada ikan lele (astuti 2004),
akbar (2012) namun belum dilakukan penelitian tentang suplemen krom jamur
pada pakan terhadap kecernaan ikan gabus.
Menurut Yulisman et al. (2012) pertumbuhan ikan gabus lebih baik pada
pakan buatan yang mengandung protein 40%, namun secara umum nilai
pertumbuhannya masih tergolong rendah, diduga disebabkan daya cerna protein
belum optimal. Daya cerna protein sangat ditentukan oleh jenis bahan baku pakan,
aktivitas enzim dan bakteri dalam saluran pencernaan ikan (Haryono, 2006).
2
Kualitas pakan sangat ditentukan oleh kandungan nutrisi bahan baku, oleh karena
itu penyediaan pakan berkualitas tinggi perlu dilakukan dengan
mempertimbangkan daya cerna sehingga nutrisi tersebut dapat dimanfaatkan
dengan baik.
Kromium termasuk salah satu mineral yang berperan mengendalikan
metabolisme insulin dalam tubuh, sehingga dianggap sebagai faktor pengendali
kadar gula darah ( glucose tolerance factor / GTF ). Dengan kecukupan kromium
dalam tubuh akan lebih efisien memanfaatkan insulin dan keseimbangan kadar
gula darah dapat terjaga.Sejauh ini aplikasi suplementasi mikro mineral krom
lebih banyak dilakukan pada ikan-ikan herbivore dan sebahagian besar masih
menggunakan kromanan organic, sementara aplikasi pada ikan-ikan karnivora
dengan menggunakan suplementasi krom dalam bentuk organic masih sangat
terbatas, bahkan terkhusus pada ikan gabus belum dilakukan, sehingga perlu
adanya kajian yang mendalam mengenai hal tersebut. Pemberian suplemen krom
organic pada ikan gabus penting dilakukan agar aliran influx glukosa darah ke
dalam sel menjadi lebih baik.
Berdasarkan informasi tersebut di atas, pemberian suplementasi kromiumragi dan
kromium jamur dengan konsentrasi tertentu diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan dan sintasan ikan gabus (Channa striata).
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar krom jamur yang optimal dalam
pakan terhadaptingkat kecernaan ikan gabus.
3
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah untuk memberikan informasi formula pakan yang
disuplementasi dengan krom organik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan
sintasan terhadap ikan gabus.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gabus (Channa striata)
Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan karnivora air tawar yang menghuni
kawasan Asia Tenggara, namun belum banyak diketahui tentang sejarah dan sifat
biologisnya. Ikan jenis ini dikenal sebagai ikan konsumsi dan banyak ditemui di
pasaran. Dalam ukuran kecil (anakan) ikan gabus terlihat eksotis sehingga banyak
dimanfaatkan sebagai ikan hias dalam akuarium. Di Indonesia, ikan ini dikenal
dengan banyak nama daerah yaitu aruan, haruan (Malaysia, Banjarmasin,
Banjarnegara), kocolan (Betawi), bogo (Sidoarjo), bayong, licingan (Banyumas),
kutuk (Jawa). Dalam bahasa Inggris antaralain common snakehead, snakehead
murrel, chevron snakehead, dan stripped snakehead. Weber & Beaufort (1922)
menyebutkan beberapa nama daerah Channa striata antara lain gabus (Malaysia,
Jawa), rajong (Sunda), deluk, kuto (Jawa, Madura), bado (Gaju), bace (Aceh),
sepunkat (Palembang), dan haruan (Banjarmasin).
Ikan gabus dalam taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa striata
5
Morfologi Tubuh ikan gabus umumnya berwarna coklat sampai hitam
pada bagian atas dan coklat muda sampai keputih- putihan pada bagian perut.
Kepala agak pipih dan bentuknya seperti ular dengan sisik-sisik besar di atas
kepala, oleh sebab itu, dijuluki sebagai ―snake head‖ . Sisi atas tubuh ikan gabus
dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi
bawah tubuh berwarna putih mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret tebal
(striata, bercoret-coret) dan agak kabur, warna tersebut seringkali menyerupai
lingkungan sekitarnya. Mulut ikan gabus besar, dengan gigi-gigi yang tajam. Sirip
punggung memanjang dengan sirip ekor membulat di bagian ujungnya.
Gambar 1. Ikan Gabus (Channa striata)
2.2. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gabus
2.2.1. Protein
Protein adalah salah satu nutrientyang sangat diperlukan oleh ikan. Protein
dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian
6
jaringan tubuh yang rusak dan penambahan protein tubuh dalam proses
pertumbuhan. Protein berfungsi sebagai zat pembangun yang membentuk
jaringan baru untuk pertumbuhan, pengganti jaringan yang rusak, reproduksi,
sebagai zat pengatur dalam pembentukan enzim dan hormone serta penjaga dan
pengatur berbagai karbon di dalamnya yang dapat difungsikan sebagai sumber
energy pada saat kebutuhan energy tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak
(Subandiyono, 2009).
Kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain :
jenis ikan, umur ikan atau ukuran ikan, kualitas protein, kecernaan pakan dan
kondisi lingkungan (Watanabe, 1988), selanjutnya menyatakan bahwa untuk ikan,
kadar protein optimal dalam pakan sangat penting sebab jika protein terlalu
rendah akan mengakibatkan pertumbuhan rendah dan daya tahan terhadap
penyakit menurun.
Penggunaan protein oleh ikan berbeda untuk setiap jenis ikan, kualitas
protein dalam pakan secara langsung dipengaruhi oleh pola asam amino esensial.
Asam amino yang terserap dalam usus akan digunakan untuk: 1) Mengganti
dan memelihara jaringan protein dan senyawa nitrogen; 2) Petumbuhan
(Peningkatan protein tubuh); 3) Sebagai sumber energy. Peranan paling penting
adalah untuk memelihara jaringan tubuh dan untuk pertumbuhan sedangkan
sebagai sumber energy dapat diganti oleh karbohidrat dan lemak (Furuichi, 1988).
Asam amino yang digunakan sebagai sumber energy akan dideaminasi dan
dilepaskan sebagai ammonia yang akan dikeluarkan melalui insang. Pakan yang
mempunyai kualitas protein yang baik akan menghasilkan eskresi nitrogen yang
7
lebih sedikit dari pada pakan yang mempunyai kualitas protein yang buruk
(Furuichi 1988). Asam amino dibutuhkan secara terus menerus oleh ikan untuk
membentuk jaringan baru (pertumbuhan dan reproduksi) atau untuk mengganti
protein yang hilang (pemeliharaan). Ketidak cukupan protein dalam pakan akan
menurunkan pertumbuhan atau hilangnya bobot badan karena diambilnya protein
dari jaringan yang kurang penting untuk memelihara jaringan lebih penting.
Disisi lain jika protein terlalu banyak disuplai dari pakan, maka hanya sebahagian
kecil yang akan digunakan untuk membuat protein baru dan sisanya akan
dikonversi menjadi energy (Halver dan Hardy, 2002).
2.2.2. Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat organik yang mengandung unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen dalam perbandingan yang berbeda-beda (Church dan Pond,
1988).Secara Kimia karbohidrat merupakan derivat dari aldehid dan keton.
Karbohidat merupakan nama kelompok senyawa organik yang mempunyai
struktur molekul berbeda-beda meskipun masih terdapat persamaan dari sudut
fungsinya (Kathleen et al. 2002). Selanjutnya dinyatakan bahwa Karbohidrat
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) monosakarida, 2)
disakarida, dan 3) polisakarida. Monosakarida merupakan gula sederhana, seperti
glukosa, fruktosa dan galaktosa.Disakarida terdapat dalam laktosa, maltosa dan
sukrosa.Contoh penting dari polisakarida adalah dekstrin, pati, selulosa dan
glikogen. Fungsi utama dari karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi
tubuh, selain itu karbohidrat juga mempunyai fungsi lain, yaitu karbohidrat
8
diperlukan bagi kelangsungan proses metabolisme lemak. Juga karbohidrat
mengadakan suatu aksi penghematan terhadap protein
Karbohidrat yang masuk ke tubuh berasal dari makanan.Sel-sel di dalam
tubuh tentunya tidak dapat langsung menyerap karbohidrat, tetapi karbohidrat
tersebut harus dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana lagi yaitu
monosakarida, terutama dalam bentuk glukosa.Karena glukosa merupakan
monosakarida yang paling utama yang dapat diserap oleh tubuh untuk
menghasilkan energi. Karbohidrat akan dipecah menjadi monosakarida melalui
proses digesti di saluran pencernaan. Setelah berubah menjadi glukosa, baru akan
terjadi metabolisme glukosa di tingkat sel (respirasi sel).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa ikan bawal air tawar mampu
memanfaatkan karbohidrat pakan lebih efisien pada kadar kromium organik 3,0
mg/L Cr+3 sehingga meningkatkan retensi protein dan efisiensi pakan, di dalam
sistem pencernaan dan juga usus halus, semua jenis karbohidrat yang dikonsumsi
terkonversi menjadi glukosa untuk kemudian diabsorpsi oleh aliran darah dan
ditempatkan ke berbagai organ dan jaringan tubuh. Molekul glukosa hasil
konversi berbagai macam jenis karbohidrat inilah yang kemudian akan berfungsi
sebagai dasar bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Melalui berbagai tahapan
dalam proses metabolisme, sel-sel yang terdapat di dalam tubuh dapat
mengoksidasi glukosa menjadi CO2& H2O dimana proses ini juga akan disertai
dengan produksi energi. Proses metabolisme glukosa yang terjadi didalam tubuh
ini akan memberikan kontribusi hampir lebih dari 50% bagi ketersediaan
energyTerdapat masing-masing 4 enzim kunci yang terlibat baik pada degradasi
9
glikogen menjadi glukosa bebas (glikogenolisis) maupun pada glukoneogenesis.
Enzim kunci pada glikogenolisis adalah: (a) phosphorilase,(b) ‗debranching
enzyme‘, 1,6 glucosidase, (c) phosphoglucomutase, dan (d) glucose-6-
phosphatase; sedangkan pada glukoneogenesis melibatkan enzim-enzim: (a)
pyruvate carboxylase, (b) PEP-carboxykinase, (c) fructose diphosphatase, dan (d)
glucose-6-phosphatase. Karbohidrat dalam makanan makhluk hidup terutama
digunakan sebagai sumber energi.Demikian pula pada ikan, karbohidrat
digunakan sebagai sumber energi, meskipun penggunaannya lebih rendah
dibandingkan hewan teristerial (Fitrani, 2011). Selain itu, karbohidrat juga
berfungsi sebagai sumber ribose untuk sintesis DNA dan RNA, serta dapat diubah
menjadi asam amino essensial (Murray et al. 2002) Pengaruh karbohidrat pada
pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kadar karbohidrat dalam
pakan, tingkat kecernaan karbohidrat, jumlah pakan yang masuk, kondisi
lingkungan, dan spesies ikan (Mokoginta 1999).
Penggunaan karbohidrat dalam pakan adalah penting dikarenakan
beberapa hal: (a) sebagai sumber energi yang jauh lebih murah bila dibandingkan
dengan protein, maka karbohidrat dapat menekan biaya produksi yang pada
akhirnya dapat menurunkan total harga pakan , (b) pada tingkat tertentu,
karbohidrat mampu men-substitusi energi yang berasal dari protein pakan
(‗sparing‘ protein pakan) dan karena itu efisiensi pemanfaatan protein pakan
untuk pertumbuhan dapat ditingkatkan, (c) sebagai binder, karbohidrat (terutama
yang berasal dari bahan pakan tertentu) mampu meningkatkan kualitas fisik pakan
dan menurunkan prosentase ‗debu pakan‘ (Hastings dan Higgs, 1980), (d) sebagai
10
komponen tanpa nitrogen, maka penggunaan karbohidrat dalam jumlah tertentu
dalam pakan dapat menurunkan sejumlah limbah ber-nitrogen sehingga
meminimalkan dampak negatif dari pakan terhadap lingkungan (Kaushik dan
Cowey, 1991).
2.2.3. Glikogen
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam
tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi.Glikogen terbentuk dari
molekul glukosa yang saling mengikat dan membentuk molekul yang lebih
kompleks. Simpanan glikogen memiliki fungsi sebagai sumber energi tidak hanya
bagi kerja otot namun juga merupakan sumber energi bagi sistem pusat syaraf dan
otak (Setiono, 2010).
Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua kompartemen utama
yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada jaringan otot,
glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 1% dari total massa otot sedangkan
di dalam hati glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 8-10% dari total massa
hati. Walaupun memiliki persentase yang lebih kecil namun secara total jaringan
otot memiliki jumlah glikogen 2 kali lebih besar dibandingkan dengan glikogen
hati (Setiono, 2010).
Pada jaringan otot, glukosa yang tersimpan dalam bentuk glikogen dapat
digunakan secara langsung oleh otot tersebut untuk menghasilkan energi.Begitu
juga dengan hati yang dapat mengeluarkan glukosa apabila dibutuhkan untuk
memproduksi energi di dalam tubuh. Selain itu glikogen hati juga mempunyai
11
peranan yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh yaitu berfungsi untuk
menjaga level glukosa darah (Setiono, 2010).
2.2.4. Kromium
Kromium, yaitu dalam bentuk trivalensi (Cr+3 ), diketahui sebagai
komponenmineral esensial penting dari GTF ( glucose tolerance factor ), yaitu
suatu komponenhati yang larut dalam air, plasma darah, ragi brewer (‘brewer‘
yeast‘) dan beberapaekstrak biologis serta sel (Linder, 1992). GTF merupakan
kompleks Cr +3 dengan 2 bagian asam nikotinat dan 3 asam amino, terutama
glisin, glutamat, sistein atau sistin (Hepher, 1988; Linder, 1992).
Kromium merupakan salah satu unsur mineral mikro, seperti diketahui bahwa,
mineral berperanan penting pada organisme hidup.Mineral memberikan kekuatan
sebagai unsur pokok dari gigi, dan tulang dan dalam bentuk ion, dapat menjaga
keseimbangan asam dan basa, dan juga hubungan osmosis dengan lingkungan
perairan. Selain itu, mineral diperlukan sebagai fungsi pengatur dalam sistem
syaraf dan dalam berbagai fungsi metabolism (Pavlata, 2007).
Di daerah tropis seperti di Indonesia, makanan ikan merupakan faktor
yang lebih penting, dari pada suhu perairan.Kromium mempunyai potensi yang
penting terutama dalam metabolisme karbohidrat.Disamping itu, diduga pula
bahwa kromium, mempunyai potensi dalam metabolisme lipid, protein dan asam
nukleat. Karena itu, kromium diduga mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan
karbohidrat dan lipid sebagai sumber energi, serta protein untuk pertumbuhan; dan
dengan cara demikian, mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan
(Subandiono, 2004)
12
a. Efek Kromium terhadap Ikan.
Penelitian mengenai peran Kromium untuk ikan mulai dirintis sejak tahun
90-an terutama menggunakan Kromium dalam bentuk anorganik, seperti CrCl3,
CrCl3.6H2) ataupun Cr2O3 (Cromic Oxide. Salah satu hal yang penting dari efek
kromium, adalah untuk meningkatkan potensi kinerja insulin dengan peningkatan
situs reseptor insulin melalui kromodulin, yakni faktor toleransi glukosa, yang
mengikat kromium agar berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, dan
lipid.(Watanabe et al, 1997). Selanjutnya Subandiyono, et al., 2003, menyatakan
bahwa kromium-ragi pada kadar 1,3 ppm Cr+3
pada pakan mengandung
karbohidrat rendah merupakan kadar optimum dan mampu meningkatkan efisiensi
pemanfaatan karbohidrat pakan untuk deposisi tubuh dan pertumbuhan ikan
gurami secara maksimum, yaitu sebesar 256,3%. Peningkatan suplemen kromium
– ragi hingga kadar 1,5 ppm Cr+3
pada pakan mengandung karbohidrat tinggi
diperlukan agar dihasilkan pertumbuhan maksimum sebesar 270, 9 % ;
Sedangkan pemeliharaan ikan nila dengan penambahan pakan berkromium 4,5
ppm, menghasilkan nilai tertinggi ditinjau, dari rasio konversi pakan (FCR),
efisiensi pakan dan deposisi protein (Setyo, 2006).
Kinerja kromium yang mampu melipat gandakan daya kerja insulin, untuk
dapat bekerja secara normal, melalui sistim kerja Glukose Tolerance Factor
(GTF), salah satu unsur kromium organik yang telah dikenal, adalah kromium
trivalensi (Cr+3
), yang mampu memperkuat rangsangan fungsi insulin dalam
pemakaian glukosa; selanjutnya Tyler, (1979) mengatakan, bahwa binatang yang
diberikan pakan berkromium dengan kadar yang sangat rendah, akan berakibat
13
terjadinya gangguan terhadap kerja GTF (Glukose Tolerance Factor ), sehingga
berakibat kerja insulin melemah, dan dapat diperbaiki dengan memberikan
penambahan kromium kedalam ransum makanan, dan kinerja kromium terhadap
aktifitas Insulin dapat normal kembali, serta meningkat, terutama dalam proses
metabolisme yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kromium Trivalen (Cr+3
) merupakan bagian yang krusial dalam GTF, agar
mampu memfungsikan kinerja GTF secara optimal, dalam meningkatkan
bioaktifitas insulin .Insulin adalah hormon anabolik yang memiliki pengaruh
besar, terhadap metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Insulin memudahkan
pemakaian glukosa oleh sel, dan mencegah pemecahan glikogen (glikogenolisis)
yang disimpan didalam hati dan otot secara berlebihan, sedangkan glukagon
merupakan hormone katabolik bereaksi terutama pada hati, untuk menggiatkan
proses glikogenolisis, sehingga menaikan kadar gula darah. (Fujaya, 2004).
GTF meningkatkan kesanggupan kinerja suatu jaringan yang sensitif
terhadap insulin, semakin cepat transport glukose kedalam sel, maka semakin
cepat pemenuhan kebutuhan energi sel oleh glukosa dan dengan cara demikian
semakin banyak glukosa (dan tentunya karbohidrat) yang digunakan sebagai
sumber energi. (Subandiyono et al, 2001). Selanjutnya (Hepher, 1988; Linder,
1992). Melaporkan bahwa pengaruh GTF terhadap insulin, adalah yang berkaitan
dengan kapasitas pengambilan glukose oleh sistim pengangkutan glukosa,
sehingga pengaruh insulin dengan keberadaan GTF, adalah 2 kali atau lebih besar
daya kerjanya bila dibandingkan dengan kinerja insulin tanpa adanya GTF
.
14
2.2.5. Kualitas Air
a. Kualitas Air
Kualitas air media pemeliharaan sangat berperan dalam menunjang
keberhasilan pemeliharaan benih benih ikan gabus windu. Kualitas air yang
berperan terhadap pertumbuhan dan sintasan pada benih benih ikan gabus
meliputi :Salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut, dan amoniak.
b. Suhu
Suhu air mempunyai peranan paling besar dalam perkembangan dan
pertumbuhan benih ikan gabus.Kecepatan metabolisme benih ikan gabus
meningkat cepat sejalan dengan meningkatnya suhu lingkungan.Secara umum
suhu optimal bagi benih ikan gabus adalah 25-30oC.Suhu diatas 30
oCmasih
dianggap baik bagi budidaya benih ikan gabus.Benih ikan gabus akan kurang aktif
apabila suhu air turun dibawah 18oC dan pada suhu 15
oCatau lebih rendah akan
menyebabkan benih ikan gabus stress bahkan mati (Wardoyo, 1997).Bahwa
penggunaan pakan kustar telur dengan kadar protein berbeda pada pemelihaaan
benih benih ikan gabus diperoleh kisaran suhu 29-31˚C, kisaran ini masih layak
untuk tumbuh dan hidup.Sumeru dan Anna(1992), bahwa suhu air untuk media
benih ikan gabusyang optimal berkisar antara 25-32˚C. Bahwa suhu optimal pada
pemeliharaan larva benih ikan gabus berkisar antara 29-310C.Lebih lanjut
menyatakan bahwa suhu yang optimal bagi benih benih ikan gabus di bak
pendederan berkisar antara 280C-32
0C.
15
c. Oksigen Terlarut (DO)
Konsentrasi oksigen terlarut yang rendah adalah faktor yang paling lazim
menyebabkan mortalitas dan kelambatan pertumbuhan benih ikan
gabus.Kelarutan oksigen dalam air dipengruhi oleh suhu . Kelarutan oksigen akan
menurun jika suhu meningkat atautekanan udara menurun. Konsentrasi oksigen
terlarut minimum untuk menunjang pertumbuhan optimal benih ikan gabus adalah
4 ppm.Menurut Arsanah (2009), bahwa kisaran oksigen terlarut 4-7 ppm masih
layak untuk pemeliharaan larva benih ikan gabus l. Menurut Wardoyo (1997),
untuk pemeliharaan larva benih ikan gabus, oksigen terlarut yang optimal
berkisar antara 4-6 ppm. Lebih lanjut Sukriani (2008), dari hasil pengukuran
kualitas air (DO)diperoleh kisaran 4,5-4,8. Kisaran ini masih layak untuk
kehidupan benih benih ikan gabus
d. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan indikator keasaman dan kebasaan air. pH perlu
dipertimbangkan karena mempengaruhi metabolisme dan proses fisiologis benih
ikan gabus. Kisaran pH yang optimal untuk pertumbuhan benih ikan gabus
adalah 6,5-8,5.Menurut Anna (1992), bahwa untuk pertumbuhan benih ikan gabus
memerlukan kisaran pH 7,4-8,5 dan akan mematikan bila pH mencapai angka
terendah enam dan tertinggi sembilan. Bila pH air terlalu rendah atau sering
rendah pada malam hari, maka lapisan kapur dikulit benih ikan gabus akan
berkurang karena terserap secara internal.Menurut(Suherman, dkk 2002), bahwa
angka pH pada petak pendederan pemeliharaan benih benih ikan gabusrata-rata
8,4. Nilai tersebut layak untuk kehidupan benih ikan gabus. Lebih lanjut bahwa
16
pH air untuk pemeliharaan larva benih ikan gabus yang optimal berkisar antara
7,6-8,6. Kisaran ini baik untuk pertumbuhan dan sintasan larva benih ikan
gabus.,menjelaskan bahwa pH air media pemeliharaan yang optimal berkisar
antara 7,6-8,6, pH air ini dapat menunjang pertumbuhan dan kelagsungan hidup
benih benih ikan gabus.
e. Amoniak
Amoniak merupakan hasil ekskresi atau pengeluaran kotoran benih ikan
gabus yang berbentuk gas.Selain itu, amoniak bisa berasal dari pakan yang tidak
termakan sehingga larut dalam air.Amoniakakan mengalami proses nitrifikasi dan
denitrifikasi sesuai dengan siklus nitrogen dalam air sehingga menjadi nitrit (NO2)
dan Nitrat (NO3). Proses ini dapat berjalan lancar bila tersedia bakteri nitrifikasi
dan denitrifikasi dalam jumlah cukup, yaitu nitrobacter dan nitrosomonas
mengubah nitrit menjadi nitrat. Oleh karena itu amoniak dan nitrit merupakan
senyawa lain yang tidak berbahaya yaitu nitrat. Kadar amoniak bagi benih ikan
gabus adalah 0,15 ppm dan bagi ikan gabus dewasa 0,1 ppm masih layak untuk
pertumbuhan dan sintasan. Menurut Sukriani (2008), bahwa kangdungan amoniak
untuk pemeliharaan benih benih ikan gabus berkisar antara 0,045-0,049 ppm.Nilai
ini sangat layak untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
17
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktudan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustustahun 2018
bertempat di Balai Benih Ikan Bantimurung, Kabupaten Maros.
3.2. Wadah Penelitian
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aquarium sebanyak 12 buah
berukuran 50 x 50 x 100 cm, di tempatkan dalam laboratorium dan melakukan
pemberian no di setiap aquarium secara acak dengan kepadatan tebar di tiap aquarium
20 ekor.
Gambar 2.wadah penelitian
18
3.3. Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan gabus.
berukuran 1-3 cm dengan berat ± 0,1-0,3 gram/ekor, dengan padat 20
ekor/aquarium.
3.4. Pakan Uji
Pakan yang digunakan berbentuk pellet yang disuplementasi dengan krom
jamur dan Ikan diberi pakan secara at satiation sebanyak 3 kali sehari yaitu pada jam
7.00, 13.30dan 19.00 WITA.
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1. Pembuatan Pakan Uji
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan pellet yang telah
disuplementasi dengan krom organikkonsentrasi perlakuan yang diharapkan dapat
mempengaruhi efisiensi pakan dan pertumbuhan kecernaan ikan gabus lokal.
3.5.2. Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa Aquarium berukuran 50 x 50 x
100 cm sebanyak 20 buah.Sebelum digunakan, terlebih dahulu dibersihkan dan di
keringkan, setelah itu aquarium disusun berdasarkan penanda yang telah di
berikan sesuai perlakuan.Pemeliharaan di lakukan selama 60 hari.
19
3.6. Tahap Penelitian
3.6.1. Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan secara at satiation sebanyak 3 kali sehari yaitu pada jam
7.00, 13.30 dan 19.00 WITA.
3.6.2. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap minggu selama pemeliharaan.
3.7. Perlakuandan Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiridari 4
perlakuandan 3 ulangan sehingga berjumlah 12 unit percobaan :
Perlakuan A = 1 ppmkrom/1 kg pakan
Perlakuan B = 3 ppmkrom/1 kg pakan
Perlakuan C = 5ppmkrom/1 kg pakan
Perlakuan D = Kontrol
3.8. Peubah yang Diamati
Peubahyang diamati dalam penelitian ini adalah :
3.8.1. Kecernaan Pakan
Pengukuran kecernaan ikan dilakukan setelah proses penyesuaian ikan
terhadap pakan ikan uji selama 60 hari. Kemudian diberikan pakan dengan
penambahan Cr2O3 untuk menganalisis kecernaannya. Pengumpulan feses
dilakukan dengan cara pengambilan feses menggunakan selang sipon dan saringan
yang halus untuk menampung feses selama 10 hari. Kemudian feses yang telah
diambil dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam botol sampel lalu di simpan
20
didalam freezer agar feses tidak mengalami pembusukan hingga feses mencapai
±7 gram.Kemudian dilanjutkan dengan pengujian kandungan Cr2O3 dalam feses
menggunakan spektofometer pada panjang 350 nm
Nilai kecernaan total dihitung berdasarkan persamaan Takeuchi (1988)
Kecernaan total = 100 - 100 x a
a‘
Keterangan:
a = % Cr2O3 dalam pakan
a‘ = Cr2O3 dalam feses
Kecernaan nutrien (protein dan lemak).
Berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988)
KN = 100 – 100 x a‘ x b
a x b
Keterangan :
KN = Kecernaan nutrient
a = % Cr2O3 dalam pakan
a‘ = % Cr2O3 dalam feses
b = % protein dalam pakan
% lemak dalam pakan
b‘ = % protein dalam feses
% lemak dalam feses
3.8.2. Pertumbuhan dan sintasan
21
Berdasarkan hasil pengukuran bahwa pertumbuhan ikan gabus berbanding
lurus Perhitungan pertumbuhan mutlak berpedoman pada rumus Effendi (2002)
sebagai berikut :
W=Wt – Wo
Keterangan :
W = Pertumbuhan Mutlak (gram)
Wt = Berat akhir (gram)
Wo= Berat awal (gram)
a. Perhitungan Tingkat Kelangsungan Hidup
Untuk perhitungan tingkat kelangsung hidup ikan gabus atau dikenal
dengan survival rate (SR) digunakan persamaan yang dikemukakan oleh
Zannoveld et al. (1991) yaitu :
SR = Nt / No x 100
Dimana:
SR = Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
22
3.8.3. Kualitas Air
Kualitas air meliputisalinitas, suhu, pH, oksigen terlarut, dan amoniak.
Pengukuran kualitas air juga dilakukan setiap minggu bersamaan dengan bobot
hewan uji.
3.9. Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter pengamatan,
maka data penelitian dengan ragam (ANOVA).Apabila perlakuan berpengaruh
terhadap peubahan yang diukur, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil
(BNT) dengan selang kepercayaan 95% (Steel danTorrie 2001).
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kecernaan Serat Pakan
Kecernaan serat pakan ikan gabus dapat dilihat pada Tabel 1.
Perlakuan
Ulangan (gram/individu)
Rata-Rata 1 2 3
A 32.03 32.91 30.03 31.65
B 44.62 46.19 44.32 45.02
C 61.44 60.54 58.92 60.30
D 24.17 26.1 24.08 24.78
Tabel 1.kecernaan serat pakan ikan gabus setelah perlakuan
Hasil penelitian yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan kecernaan
serat pakan tertinggi terdapat pada perlakuan Cr 5 ppm dengan 60.3
gram/individu, diikuti perlakuan Cr 3 ppm dengan 45.01 gram/individu,
selanjutnya perlakuan Cr 1 ppm dengan 31.65 gram/individu. Sedangkan
pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan Cr 0 ppm dengan 24.78
gram/individu.Berdasarkan hasil analisis sidikragam (ANOVA) terhadap
penambahan krom pada pakan berpengaruh nyata (P<0,005) terhadap
pertumbuhan ikan gabus (Lampiran 1).
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A berbeda nyata
dengan perlakuan B perlakuan Dberbeda nyata dengan perlakuan A dan B akan
tetapi berbeda nyata pula perlakuan C. Kemudian perlakuan B berbeda nyata
dengan perlakuan A perlakuan C perlakuan D. kemudian Perlakuan C Berbeda
nyata dengan perlakuan A,D dan berbeda nyata pula dengan perlakuan B.
Sedangakan perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan A dan perlakuan B
Kemudian berbeda nyata dengan perlakuan C.
24
Gambar 3.kecernaan pakan Ikan Gabus
Berdasarkan gambar 3 terlihat bahwa semakin tinggi dosis krommium,
maka semakin tinggi pula tingkat kecernaan pakan yang dihasilkan. Kecernaan
serat pakan yang disebabkan dosis yang lebih tinggi terlihat pada perlakuan C,
dengan kecernaan serat pakan 60,3% bahwa dosis 1 ppm dan 3 ppm tidak
memberikan kercenaan yang optimal pada ikan gabus oleh karna dosis tersebut
juga mengandung jamur yang lebih rendah atau sedikit sedangkan dosis 5 ppm
mengandung lebih banyak jamur Rhyzopus orisaeyang lebih banyak dan sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan oleh ikan gabus dalam meningkatkan kecernaan
pakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang di laporkan khaeriyah (2018)
bahwa suplementasi krom jamur pada pakan ikan berpengaruh nyata terhadap
kecernaan protein dan kecernaan serat pakan ikan gabus demikian pula hasil
penelitian yang diperoleh subantiono (2014) yang menyatakan bahwa krom ragi 4
sampai 5 ppm memberikan kecernaan dan pertumbuhan yang optimal pada ikan
lele
31.65 ±
45.01 ±
60.3 ±
24.78 ±
perlakuan A perlakuan B perlakuan C perlakuan D
kece
rnaa
n p
akan
(%
)
konsentrasi Krom
25
4.2. Kecernaan Protein pakan
Dapat dilihat padaGambar 4.
Gambar. 4 kecernaan protein pakan ikan gabus
Berdasarkan penelitian ini di peroleh hasil kecernaan protein ikan
gabus berbanding lurus dengan kecernaan serat pakan, kecernaan protein pakan
terbaik juga diperoleh dari pemberian dosis kromium tertinggi yakni pada
perlakuan C dengan dosis 5 ppm yang menghasilkan presentase kecernaan protein
pakan 67,09%. Rata-rata kecernaan protein pakan ikan gabus dengan perlakuan
yang berbeda. Sehingga dapat dilihat bahwa kercernaan protein yang pada setiap
perlakuan sangat berbeda nyata karna dosis atau kromium yang diberikan setiap
perlakuan berbeda-berbeda
16.72 ±
65.08 ± 67.09 ±
51.46 ±
perlakuan A perlakuan B perlakuan C perlakuan Dkece
rnaa
n p
rote
inn
(%
)
konsentrasi Krom
26
4.3. Kualitas Air
Kisaran parameter kualitas air selama penelitian disajikan padaTabel 2.
Tabel 2.Kisaran Kualitas Air Benih Ikan Gabus Selama Penelitian
NoParameter Kisaran yang Kisaran yang diperbolehkan
Diperoleh
1 Suhu (ºC) 28-30 ºC 29-31ºC ( Makrozi, 2011)
2 pH 6,7-7,6 6,5-8,5 (Muflikhah et al. 2008)
3 DO (ppm) 6-7,3 >2 ppm (Mardoni, 2005)
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa penelitian diperoleh kisaran
suhu yaitu 29-30ºC, nilai yang masih berada pada kisaran yang dibutuhkan oleh
benih ikan gabus.MenurutMakrozi (2011), bahwasuhu optimal pada pemeliharaan
benih ikan gabus berkisar antara 29-310C, kisaran tersebut diperkuat oleh
pendapat Muslim (2007) dalam Almanar (2011) yang menerangkan bahwa suhu
yang dapat menunjang pertumbuhan ikan gabus berkisar antara 25,5-32,7ºC.
pH atau derajat keasaman yang diperoleh selama penelitian yaitu pada kisaran
6,7-7,6. Nilai tersebut menurut Muflikhahet al (2008) berada pada kisaran yang
layak untuk benih ikan gabus. Muflikhahet al (2008) menyatakan bahwa pH yang
dapat ditolerir ikan gabus yaitu 4-9.Selanjutnya menurut Sumeru dan Anne
(1992), menyatakan untuk pertumbuhan benih ikan gabus memerlukan kisaran pH
7,4-8,5 dan akan mematikan bila pH mencapai angka terendah 6 dan angka
tertinggi 9.
Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen terlarut yang di peroleh selama
penelitian yaitu 6-7,3 ppm. Menurut Mardoni (2005) menyatakan bahwa kisaran
27
oksigen terlarut untuk mencapai pertumbuhan dan sintasan yang optimal terhadap
ikan gabus harus lebih besar dari 2 ppm.
28
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian suplementasi kromium pada pakan terhadap
Kecernaan ikan gabus maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dosis yang optimal
untuk suplementasi kromium organic terhadap pakan yaitu 5 ppm.
5.2. Saran
Untuk menghasilkan pertumbuhan dan sintasan yang baik untuk
pemeliharaan ikan gabus disarankan melakukan penelitian lanjutan guna
memperoleh batasan optimum terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan
sintasan ikan gabus lokal (Channa striata).
29
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R., Subandiyono, E. Arini. 2013. Pengaruh Penggunaan Papain Terhadap
Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology,
2(1): 136-143.
Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-dasar Biokimiawi. Jakarta : Universitas Indonesia.
390-394
Augusta, T. S. 2011. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Cincangan Bekicot
Dengan Presentase Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Gabus
(Channa striata). Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan
Universitas Kristen Palangka Raya. Media Sains, 3(1): 48-52.
Church, D.C and W.G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition on Feeding
ThirdEdition. John Wiley & Sons, New York. 13,5,117.
Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Cetakan 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Furuichi, M. 1988. Dietary Activity of Carbohydrates. In Fish nutrition and
mariculture. Wantanabe. Departement of aquatic Biosciences Tokyo
University of Fishes, Pp. 1-77hal. Tokyo.
Halver, J. E., dan R. W. Hardy. 2002. Fish Nutriton Third Edition. Elsevier
Science. United State of America.
Hasan, O.D.S. 2000.Pengaruh pemberian enzim papain dalam pakan buatan
terhadap pemanfaatan protein dan pertumbuhan benih ikan gurame
(Osphronemus gouramy).Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Haryono, 2006. Morphological study for identification improvement of tambra
fish (Tor spp.: Cyprinidae) from indonesia. Biodiversitas, 1(7): 59-62
Hastings, W.H. & D. Higgs. 1980. Feed milling processes. In: ADCP. Fish Feed
Technology, UNDP, FAO-UN, pp.: 293-314.
Hepher b, 1990. Nutrition of Pund Fishes. Cambridge University Press.
Cambridge New york 388 pp
Hirch, Kathleen M, et. Al. 1999. Factor Influency Plate Waste by Hospitalized
Patient, JADA.
30
Kaushik, S.J. & C.B. Cowey. 1991. Dietary factors affecting nitrogen excretion by
fish. In: Cowey, C.B. and Cho, C.Y. (Eds.). Nutritional Strategies
&Aquaculture Waste.Fish Nutr. Res. Lab., Dept. of Nutr. Sci., Univ. of
Guelph, Guelph, Ontario, pp.: 3-19.
Mokoginta, I., T. Takeuchi, M.A.Suprayudi, Y. Wiramiharja & M. Setiawati.
1999. Pengaruh sumber karbohidrat yang berbeda terhadap kecernaan
pakan, efisiensi pakan dan pertumbuhan benih ikan gurame (Osphronemus
gouramyLac). Journal Ilmu-ilmuPerairan dan Perikanan Indonesia VI(2):
13 -19.
Muchlisin, Z.A., A.A. Arisa, A.A. Muhammadar, N. Fadli, I.I. Arisa, M.N. Siti-
Azizah. 2016a. Growth performance and feed utilization of keureling (Tor
tambra) fingerlings fed a formulated diet with different doses of vitamin E
(alpha-tocopherol). Archives of Polish Fisheries, 23: 47-52.
Muslim, 2012.Perikanan rawa lebak lebung Sumatera Selatan. Penerbit Unsri
Press, Palembang
Setiono.2007.BerpikirKritis.[online].Tersedia:
http://agustinussetiono.wordpress.com/2007/09/25/berpikir-kritis/ . [13 Juli
2010.
Setyo, B. P. 2006. Efek Konsentrasi Kromium (Cr3+) dan Salinitas Berbeda
Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan untuk Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). [Tesis]. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro. Semarang.
Subandyono.2009. Nutrisi Ikan-Protein dan Lemak. Universitas Dipenogoro,
Semarang.
Suherman Henhen, 2002. Studi Kualitas Air pada Petaka PendederanBenih Udang
Windu (penaeus monOdon fab.)Di Kabupaten Indramayu.Universitas
Padjadjaran.
Suwirya, K., N.A. Giri, dan M. Marzuqi. 2002. Pengaruh n-3 HUFA terhadap
pertumbuhan dan efisiensi pakan yuwana ikan kerapu bebek (Cromileptes
altivelis). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 5:38-46.
Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Evaluasi Pertanian dan
Perikanan. Training Analisa Dampak Lingkungan PPLH-UND-PSL. IPB.
Bogor. PPLH-UND-PSL.IPB
Weber, M. & Beaufort, L.F.D. 1922. The Fishes of the Indo-Australian
Archipelago. Vol IV. p 312—330.
31
Yulisman, M. Fitriani, D. Jubaedah. 2012. Peningkatan Pertumbuhan dan Efiesien
Pakan Ikan Gabus (Channa striata) Melalui Optimasi Kandungan Protein
dalam Pakan. Berkala Perikanan Terubuk, 40(2): 47-55.
32
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di desa Naru kecamatan Sape kabupaten Bima
provinsi NTB pada tanggal 14 april 1996 dari ayah Ruslin
H.Arasyid dan Siti Marwah penulis merupakan anak ke dua dari
tiga bersaudara pendidika formal yang dilalui penulis adalah mulai dari SDN
impres naru satu lulus pada tahun 2008 kemudian dilanjutkan di MTSn 1 sape dan
lulus pada tahun 2011 di tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan SMKN
1 WOJA KABUPATEN DOMPU dan lulus tahun 2014. Pada tahun yang sama,
penulis lulus seleksi masuk program studi budidaya perairan fakultas pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar selama mengikuti perkuliahan, penulis
pernah magang di bekker UD. HALIM ASRIBAHARI, KABUPATEN BARRU.
Penulis juga pernah mengikuti kulia kerja profesi (KKN) di kabupaten takalar.
Serta penulis pernah mengikuti darul arqam dasar (DAD) ikatan mahasiswa
muhammadiyah Makassar (IMM) fakultas pertanian, universitas muhammadiyah
Makassar. Selain itu penulis juga aktif dalam bidang organisasi kampus. Menjadi
pengurus unit kegiatan mahasiswa yaitu UKM KSR PMI Unit 114 unismuh
Makassar menjabat sebagai kepala markas pada priode 2016-2017 dan penulis
aktis dibidang eksternal kampus yaitu pengurus forum komunikasi mahasiswa
33
sape Makassar (FOKMAS) deengan tahun yang sama juga. Tugas akhir dalam
pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul ―suplemen
krom jamur terhadap kecernaan ikan gabus lokal di kabupaten maros‖.
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kecernaan serat pakan
ANOVA
Serat Kasar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1922.217 3 640.739 390.097 .000
Within Groups 11.498 7 1.643
Total 1933.715 10
Multiple Comparisons
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Serat Kasar
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Tukey HSD perlakuan A Perlakuan B -13.38667* 1.04643 .000 -16.8505 -9.9228
perlakuan C -28.64333* 1.04643 .000 -32.1072 -25.1795
perlakuan D 6.52167* 1.16994 .004 2.6490 10.3944
Perlakuan B perlakuan A 13.38667* 1.04643 .000 9.9228 16.8505
perlakuan C -15.25667* 1.04643 .000 -18.7205 -11.7928
perlakuan D 19.90833* 1.16994 .000 16.0356 23.7810
perlakuan C perlakuan A 28.64333* 1.04643 .000 25.1795 32.1072
Perlakuan B 15.25667* 1.04643 .000 11.7928 18.7205
perlakuan D 35.16500* 1.16994 .000 31.2923 39.0377
perlakuan D perlakuan A -6.52167* 1.16994 .004 -10.3944 -2.6490
Perlakuan B -19.90833* 1.16994 .000 -23.7810 -16.0356
perlakuan C -35.16500* 1.16994 .000 -39.0377 -31.2923
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
35
Serat Kasar
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Duncana perlakuan D 2 25.1350
perlakuan A 3 31.6567
Perlakuan B 3 45.0433
perlakuan C 3 60.3000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.667.
36
Lampiran 2. Kecernaan protein pakan
ANOVA
kecernaan protein
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4860.112 3 1620.037 123.302 .000
Within Groups 105.111 8 13.139
Total 4965.222 11
Multiple Comparisons
Dependent Variable:kecernaan protein
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Tukey HSD perlakuan A Perlakuan B -46.07333* 2.95960 .000 -55.5510 -36.5957
perlakuan C -51.60667* 2.95960 .000 -61.0843 -42.1290
perlakuan D -28.16333* 2.95960 .000 -37.6410 -18.6857
Perlakuan B perlakuan A 46.07333* 2.95960 .000 36.5957 55.5510
perlakuan C -5.53333 2.95960 .312 -15.0110 3.9443
perlakuan D 17.91000* 2.95960 .001 8.4323 27.3877
perlakuan C perlakuan A 51.60667* 2.95960 .000 42.1290 61.0843
Perlakuan B 5.53333 2.95960 .312 -3.9443 15.0110
perlakuan D 23.44333* 2.95960 .000 13.9657 32.9210
perlakuan D perlakuan A 28.16333* 2.95960 .000 18.6857 37.6410
Perlakuan B -17.91000* 2.95960 .001 -27.3877 -8.4323
perlakuan C -23.44333* 2.95960 .000 -32.9210 -13.9657
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
37
kecernaan protein
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tukey HSDa perlakuan A 3 16.0467
perlakuan D 3 44.2100
Perlakuan B 3 62.1200
perlakuan C 3 67.6533
Sig. 1.000 1.000 .312
Duncana perlakuan A 3 16.0467
perlakuan D 3 44.2100
Perlakuan B 3 62.1200
perlakuan C 3 67.6533
Sig. 1.000 1.000 .098
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
38
GAMBAR
Persiapan wadah aquarium
Pengisian Air Dalam Aquarium
39
Persiapan benih ikan dan penimbangan berat ikan
Penebaran benih ikan dalam wadah
40
Pemberian pakan
Pembersihan pakan dan pengambilan sepses ikan
41
Pengukuran ph air
Pengamatan pertumbuhan ikan pada wadah
42
Pengamatan pertumbuhan
Alat pengukur kertas ph air
43
Alat pengukur suhu air
Alat pengukur ph air digital