Skripsi PENGARUH TAMBANG GALIAN GOLONGAN C TERHADAP ...
Transcript of Skripsi PENGARUH TAMBANG GALIAN GOLONGAN C TERHADAP ...
Skripsi
PENGARUH TAMBANG GALIAN GOLONGAN C TERHADAP
PENDAPATAN PERKAPITA MASYARAKAT KECAMATAN
CENDANA KABUPATEN ENREKANG
M. RISAL
10571 01830 11
JURUSAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
iii
iv
MOTTO
Kemiskinan bukanlah sebuah penghalang
untuk meraih kesuksesan, namum merupakan
tantangan yang akan membuat kita mampu
berdiri di kaki sendiri
Tidak ada masalah yang terlalu besar
untuk dihadapi
Tak ada langkah yang terlalu panjang
untuk dijalani
Dan tidak ada orang yang terlalu sulit
untuk dihadapi
Ketika kita mampu menyikapi setiap
peristiwa yang terjadi dengan hati yang
jernih dan kepala dingin
Kupersembahkan karya ini untuk ibu ku
Yang telah melahirkan dan membesarkan serta
memberikan kasih sayang yang tulus dan ihklas
By
M. risal
v
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Tambang Galian Golongan C terhadap
Pendapatan Perkapita Masyarakat di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang”, atas nama M. Risal Nim : 105710 01830 11 yang membahas
tentang Pengaruh adanya galian tambang golongan C yang dilakukan oleh
PT. Usaha Pulibu terhadap peningkatan pendapatan perkapita masyarakat
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
Dalam penelitian ini dipergunakan metode penelitian seperti
wawancara, observasi, angket, dokumentasi serta referensi buku yang
relevan dengan permasalahan. Populasi dalam penelitian ini adalah
karyawan PT. Usaha Pulibu . sampel yang digunsakan berjumlah 50 orang.
Data –data yang terkumpul berupa data yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif sehingga diolah menjadi data yang bersifat deskriftif.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dan searah (positif) adanyta galian tambang yang dilakukan
oleh PT. Usaha Pulibu terhadap peningkatan pendapatan perkapita
masyarakat Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekangh dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,002 < 0,005 (jauh lebih kecil dari 0,05) pada PT.
Usaha Pulibu Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang. Adapun dampak
yang ditimbulkan oleh adanya galian tambang terhadap yaitu 1) lingkungan
ekonomi yang meliputi bertambahnya pendapatan pemilik tambang,
pendampatan penambang, pendapatan supir truk pengangkut, pendapatan
pekerja (buruh angkut), dan terbukanya lapangan kerja. 2) terjadinya erosi
tebing yang memicu terjadinya longsor dan kerusakan jalan.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang hanya kepada-Nya aku berlindung dari
dosa-dosa yang pernah kuperbuat dan kepada-Nya pula aku memohon
untuk dijauhkan dari rezeki yang haram. Dialah yang Maha Adil dan tiada
Keadilan kecuali berasal dari-Nya. Segala puji bagi-Nya atas segala
anugerah yang telah dilimpahkan kepada kami dan penulis mendapatkan
petunjuk dan bimbingan untuk mampu merangkai, mengungkapkan ide,
gagasan serta menguak sebagian kecil ilmu Allah yang ada di dunia ini.
Salawat dan salam Insya Allah tetap tercurah bagi pemimpin-
pemimpin besar kita, Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat,
kepada para pengikutnya hingga yang terakhir nanti.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak
antara lain :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Dekan Fakultas Ekonomi Dr. H. Mahmud Nuhung, SE., MA.
3. Dr. H. Mahmud Nuhung, SE., MA. selaku pembimbing I dan Idham
Khalid,SE, MM selaku pembimbing II atas kesediaan beliau
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis.
4. Teristimewa untuk Ayahanda Monggo dam Ibunda Nuha, atas kasih
sayang, perhatian, dan dukungan yang berlimpah yang selalu diberikan.
vii
5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi dalam lingkup Universitas
Muhammadiyah Makassar pada khususnya yang telah mendidik dengan
ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Teman-teman dan sahabat seangkatan yang selalu memberikan
dorongan, dan seluruh keluarga yang telah membantu dengan tulus dan
ikhlas selama menempuh pendidikan.
Semoga segala bantuan yang telah penulis terima bernilai ibadah di
sisi Allah SWT dan akan dibalas dengan balasan yang terbaik nantinya,
Amin. Penulis menyadari bahwa pasti banyak terdapat kekurangan dalam
skripsi ini, walaupun demikian semoga dapat memberi sumbangsih bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dan para pembaca.
Makassar, 2015
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........ Error! Bookmark not
defined.
ABSTRAK .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
A. Landasan Teori .............................................................................. 5
1. Pengertian pendapatan .............................................................. 5
2. Pendapatan Asli Daerah ............................................................ 8
3. Pendapatan Perseorangan (PI) ................................................ 12
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................ 13
5. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ...................... 14
6. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap PAD ........................... 16
7. Pengertian Pertambangan ....................................................... 17
8. Kawasan Pertambangan .......................................................... 23
B. Kerangka Pikir ............................................................................. 28
C. Hipotesis ...................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 31
B. Jenis Dan Sumber Data ............................................................... 31
ix
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 32
D. Populasi Dan Sampel .................................................................. 32
E. Variabel Penelitan ....................................................................... 33
F. Definisi Operasional .................................................................... 33
G. Analisis Data ............................................................................... 34
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................... 35
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 35
B. Gambaran Demografi Penambangan Golongan C ..................... 36
C. Bentuk Aktifitas Ekonomi Penduduk ......................................... 40
D. Bentuk Aktivitas Sosial ............................................................... 41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 43
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 43
B. Pembahasan ................................................................................. 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 62
A. Kesimpulan .................................................................................. 62
B. Saran ............................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Cendana Tahun 2014 (Menurut
Kelompok Umur Tertentu dan Jenis Kelamin) ........................... 36 Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Cendana Tahun 2014 (Menurut
Tingkat Pendidikan) .................................................................... 38
Tabel 3. Penduduk Kecamatan Cendana Tahun 2014 (Menurut Mata
Pencaharian) ................................................................................ 39 Tabel 4. Responden Berdasarkan Tingkat Umur ......................................... 43 Tabel 5. Perolehan Nilai X dan Y ................................................................. 45
Tabel 6.Data Jumlah dan Pendapatan Penduduk Kabupaten Enrekang ...... 52 Tabel 7. Pendapatan Tambang Bahan Galian C berupa Pasir Setiap
Bulannya di Kecamatan Cendana Tahun 2014 ........................... 55 Tabel 8. Pendapatan Tambang Bahan Galian C berupa Kerikil Setiap
Bulannya di Kecamatan Cendana Tahun 2014 ........................... 56 Tabel 9. Pendapatan Tambang Bahan Galian C Setiap Bulannya di
Kecamatan Cendana Tahun 2014 ............................................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya
alamnya, baik sumber daya alam yang dapat diperbaruhi maupun sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaruhi. Salah satu contoh sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaruhi adalah bahan galian atau bahan tambang.
Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki sumber bahan galian atau
bahan tambang. Emas contohnya terdapat di Papua dan Sumatera Utara di
daerah Tapaluni selatan. Minyak bumi dan gas alam yang merupakan bahan
galian golongan A terdapat dipesisir timur Pulau Sumatera. Sedangkan
bahan galian golongan C seperti batu, kerikil dan pasir hampir terdapat
disetiap daerah di Indonesia karena terdapat di sekitar daerah aliran sungai.
Keberadaan sumber daya alam yang memiliki potensi ekonomi
dilakukan pengolahan agar dapat termamfaat secara maksimal dan berguna
dalam meningkatkan taraf hidup masyrakat. Setiap kegiatan pembangunan
di bidang pertambangan pasti menimbulkan dampak negatif maupun
dampak positif. Kegiatan penambangan bahan galian golongan C mulai dari
ekplorasi sampai pada eksploitasi dan pemamfaatannya mempunyai
dampak terhadap masyarakat baik negatif maupun positif. Dampak negatif
yang di timbulkan adalah kerusakan lingkungan sekitar, namun banyak
2
dampak positif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan penambangan bahan
galian golongan C yaitu (1) terserapnyan tenaga kerja sehingga mengurangi
pengangguran, (2) menambah pendapatan masyarakat, (3) menambah
pendapatan asli daerah (PAD) melalui pajak, iuran-iuran dan restribusi
pertambangan, dan (4) memperlancar akses transportasi.
Demikian halnya dengan Kabupaten Enrekang Kecematan Cendana
yakni Desa Cendana terdapat penambangan galian golongan C yang terletan
di sepanjang alur sungai saddang. Sungai saddang merupakan sungai
terpanjang yang ada di Sulawesi Selatan, aliran sungai melewati Kabupaten
Tator, Enrekang, Pinrang dan Polewali (Sulawesi Barat) dengan panjang
sungai sekitar 150 km. Di Kabupaten Enrekang Kecematan Cendana ini
merupakan daerah yang potensial untuk melakukan penambangang ini
karena begitu banyaknya bahan galian golongan C yang terdapat
dipinggiran sungai saddang.
Penambangan galian golongan C ini dilakukan oleh perusahaan PT.
Usaha Pulibu menampung sekitar 20-30 karyawan yang merupakan
masyarakat yang berada di sekitar penambangan galian golongan C
tersebut. Hal ini berdampak baik terhadap pendapatan perkapita masyarakat
di daerah Kecematan Cendana Desa Cendana tersebut.
Besarnya produksi PT. Usaha Pulibu yakni 840 m3 per hari
berdampak positif karena mampu meningkat daerah atau pendapatan
perkapita karyawan PT. Usaha Pulibu. Hal ini dikarenakan pendapatan
3
(upah atau gaji) karyawan tergantung banyak produksi bahan galian
golongan C oleh PT. Usaha Pulibu.
Pesatnya permitaan konsumen terhadap bahan galian golongan C
dikarenakan komoditi dari galian golongan C (pasir, kerikil dan batu) di
mamfaatkan untuk pembuatan jalan, bangunan rumah dan pembanguna
gedung-gedung. Pembangunan terus menerus yang dilakukan pemerintah
daerah mengakibatkan komoditi galian golongan C sangat di
butuhkan.Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh tambang
galian golongan C terhadap pendapatan perkapita masyarakat di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Seberapa besar pengaruh pabrik
tambang galian golongan C terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan
Cendana?’’.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pabrik tambang galian
golongan C terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Cendana.
4
b. Untuk mengetahui dampak yang akan ditimbulkan dari pabrik
tambang galian golongan C terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi
penduduk.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
a. Sebagai masukan bagi pemerintah setempat untuk lebih
memperhatikan wilaya pertambangan di daerahnya.
b. Sebagai masukan bagi pemerintah setempat dalam mengambil
langkah-langkah yang dianggap perlu untuk kelestarian lingkungan
yang berada di daerah pertambangan.
c. Sebagai bahan kajian dan pertimbangan serta peluang bagi para
peneliti untuk menyempurnakan penelitian ini.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari
pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang
masih bingung dalam istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan
dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income.
Menurut standar akuntansi keuangan (2004 :23.1) kata “income diartikan
sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan
(income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain).
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas
perusahaan yabg dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalty, dan sewa. Defenisi
tersebut memberikan pengertian yang berbeda dimana income
memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas, income meliputi
pendapatan yang bersal dari kegiatan operasi normal perusahaan maupun
yang berasal dari luar operasi normal. Sedangkan revenue penghasilan
dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan, dari setiap
transaksi yang terjadi.
Pengertian pendapatan dikemukakan oleh Dyckman ( 2002 :
234) bahwa pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lainnya atas
6
aktiva sebuah estitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari
keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang,
penyedian jasa, dan aktivitas lain yang merupakan opersai utama atau
sentral entitas yang sedang berlangsung.
Pengertian pendapatan didefenisikan oleh Sofyan Syafri
(2002:58) sebagai kenaikan gross didalam asset dan penurunan gross
didalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prisip akutansi yang berasal
dari kegiatan mencari laba.
Defenisi pendapatan menurut Niswonger (1999:45), memberikan
penekan pada konsep pengaruh terhadap ekuitas pemilik, yaitu
pendapatan adalah peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh
prosen penjualan barang dan jasa kepada pembeli.
Adanya penafsiran yang berlainan terhadap pengertian
pendapatan bagi pihak yang berkompeten disebabkan karena latar
belakang disiplin yang berbeda dengan penyusunan konsep pendapatan
bagi pihak tertentu. Konsep pendapatan belum dapat dijelaskan secara
universal oleh pemakai akutansi, karena pemakai informasi laporan
keuangan masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda.
Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dari dua sisi
yaitu:
a. Konsep pendapatan bagi ilmu ekonomi
Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi
7
oleh seseorang dalam seminggu dengan mengharapkan keadaan yang
sama pada akhir periopde seperti keadaan semula. Pengertian tersebut
menitipberatkan pada pola kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi
selama satu periode.
Secara garis besar, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan
awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selam satu
periode, bukan hanya yang di konsumsi.
Defenisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup
kemungkinan perubahan lebih dari total harta kekayaan, badan usaha
awal periode dan menekankan pada jumlah nilai yang statis pada akhir
periode.
b. Konsep pendapatan menurut ilmu akutansi
Defenisi pendapatan antara para akuntan dengan para ahli
ekonomi sangat berbeda, demikian juga para akuntan, yang
mendefenisikan bendapat yang berdeda antara satu dengan yang lainnya.
Akan tetapi defenisi ini menekankan kepada masalah yang berkenan
dengan pendapatan yang dinyatakan dalam satuan uang.
Pandangan akutansi memiliki keanekaragaman dalam
memberikan defenisi pendapat. Ilmu akutansi melihat pendapat sebagai
suatu yang spesifik dalam pengertian yang lebih terarah. Konsep ini
sebagian besar mngikuti prinsip-prinsip pendapatan, prisip biaya, prisip
penandingan, dan pernyataan periode akuntansi.
8
2. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu sumber penerimaan
yang harus selalu terus menerus di pacu pertumbuhannya. Dalam
otonomi daerah ini kemandirian pemerintah daerah sangat dituntut dalam
pembiayaan pembangunan daerah dan pelayaan kepada masyarakat. Oleh
sebab itu pertumbuhan investasi di pemerintah kabupaten dan kota di
Sumatera Utara perlu diprioritaskan karena diharapkan memberikan
dampak positif terhadap peningkatan perekonomian regional.
Menurut Halim (2004: 67), "Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah. Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 dan pasal 6 UU No. 33
Tahun 2004 menjelaskan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.
Menurut Undang-undang No. 33 tahun 2004 pasal 1,
“Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah
yang asli digali di daerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah
9
daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk
memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat.
Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Menurut
Abdul Halim (2007:96) kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan
menjadi empat jenis pendapatan:
a. Pajak Daerah.
Sesuai UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis pendapatan pajak untuk
kabupaten/ kota terdiri dari:
1) Pajak hotel
2) Pajak restoran
3) Pajak hiburan
4) Pajak reklame
5) Pajak penerangan jalan
6) Pajak pengambilan bahan galian golongan C
7) Pajak Parkir
b. Retribusi Daerah.
Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari
retribusi. Terkait dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis Pendapatan
10
retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan yang terdiri
dari 29 objek.
c. Hasil Pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan.
Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek
pendapatan yang mencakup :
1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD.
2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
negara/BUMD.
3) Bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta swasta
atau kelompok usaha masyarakat.
d. Lain-lain PAD yang sah. Pendapatan ini merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari lain-lain milik Pemda. Rekening ini
disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang
disebut di atas. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut:
1) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.
2) Jasa giro.
3) Pendapatan bunga.
4) Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.
11
5) Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan pengadaan barang, dan jasa oleh daerah.
6) Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing.
7) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
8) Pendapatan denda pajak.
9) Pendapatan denda retribusi.
10) Pendapatan eksekusi atas jaminan.
11) Pendapatan dari pengembalian.
12) Fasilitas sosial dan umum.
13) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
14) Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
Secara konseptual, perubahan pendapatan akan berpengaruh
terhadap belanja atau pengeluaran, namun tidak selalu seluruh tambahan
pendapatan tersebut akan dialokasikan dalam belanja. Abdullah & Halim
(2004) menemukan bahwa sumber pendapatan daerah berupa PAD dan
dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja daerah secara
keseluruhan.
Meskipun proporsi PAD maksimal hanya sebesar 10% dari total
pendapatan daerah, kontribusinya terhadap pengalokasian anggaran
cukup besar, terutama bila dikaitkan dengan kepentingan politis
(Abdullah, 2004).
12
3. Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (personal income) adalah jumlah
pendapatan yang diterima setiap orang dalam masyarakat, termasuk
pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun.
Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer
payment).
Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan
merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari
sebagian dari pendapatan pendapatan nasional tahun lalu, contoh
pembayaran pensiunan, tunjangan sosial bagi para penganguran, bekas
pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI
harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap
badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba
yang tetap ditahan didalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu),
dan iuran pension (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan
setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah
tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
Rumusan perhitungannya adalah:
PI = (NNI + transfer payment) – (iuran jaminan social + iuaran
asuransi + laba yang ditahan + pajak perseorangan)
13
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan cerminan dari kemampuan produksi dan
tingkat pendapatan suatu masyarakat. Itu berarti PDRB mempunyai
hubungan erat Pendapatan Asli Daerah. Secara teori apabila terjadi
kenaikan pendapatan individu maka akan mendorong kenaikan konsumsi
dari individu tersebut.
Naiknya konsumsi masyarakat menyebabkan bertambahnya
pembayaran pajak baik dari pajak bumi dan bangunan ataupun pajak-
pajak lainya yang termasuk dalam kompenen pajak yang di tarik yang
dikelolah pemerintah daerah sebagai sala satu sumber penerimaan
Pendapatan Asli Daerah.
Apabila pendapatan dari sektor pajak meningkat, pendapatan
daerah juga akan mengalami kenaikan. Apalagi selama ini pajak
memberikan kontribusi terbesar dalam menunjang peningkatan
pendapatan daerah maupun pendapatan Negara.
Jadi secara signifikan kenaikan PDRB akan menyebabkan
terjadinya kenaikan pendapatan asli daerah. Sehingga dalam menentukan
arah kebijakan pembangunan daerah, pemerintah daerah selalu
memperhitungkan sector-sektor potensial yang mendorong produktivitas
masyarakat dalam meningkatkan pendapatan perkapita penduduk.
Dalam menghitung pendapatan daerah hanya di pakai konsep
domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai
14
sector lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu
wilaya regional (Provensi Atau Kabupaten) di masukkan tanpa
memperhatikan pemilikan atas factor produksi yang ikut berpartisipasi
dalam proses produsi di daerah tersebut. Untuk menghidari penafsiran
yang berdeda tersebut maka perlu diuraikan secara singkat mengenai
pengertian PDRB.
Menurut pendekatan Produksi PDRB adalah jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang di hasilkan oleh 9 sektor produksi dalam jangka
waktu tertentu (satu tahun). Sektor tersebut terdiri atas (1) sektor
pertanian, (2) pertambangan dan pengalian, (3) sektor industri dan
pengolaan (4) sektor listrik, gas dan air bersih(5) sektor bangunan (6)
sektor perdagangan, hotel dan restoran (7) sektor angkutan dan
komunikasi (8) sektor keuangan dan persewaan (9) sektor jasa-jasa.
5. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Pengertian Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian
Golongan C
a. Diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 6 Tahun 1998.
b. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C adalah
pungutan daerah atas pengambilan dan pengolahan bahan galian
golongan C.
c. Bahan galian gol C adalah bahan galian golongan C sebagaimana di
15
maksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1980 tentang
Penggolongan Bahan-Bahan Galian Golongan C yang meliputi:
1) Asbes 2) Batu tulis 3) Batu
setengah
permata
4) Batu kapur
5) Batu apung 6) Batu permata 7) Leusit 8) Feldpar
9) Garam
batu
10) Grafit 11) Granit 12) Gips
13) Kalsit 14) Kaolin 15) Nitrait 16) Bentoit
17) Tanah
serap
18) Opsidien 19) Oker 20) Pasir dan
kerikil
21) Pasir
kuarsa
22) Perlit 23) Propat 24) Talk
25) Magnesit 26) Tanah 27) Tawas 28) Tras
29) Yorasif 30) Zealit 31) Diatome 32) Tanah liat
33) Dolomit 34) Mika 35) Marmer
d. Objek Pajak adalah kegiatan eksploitasi dan pengolahan bahan galian
golongan C.
e. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengeksploitasi
dan atau mengolah bahan galian golongan C.
f. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
eksploitasi dan atau mengolah bahan galian golongan C.
g. Eksploitasi bahan galian golongan C adalah pengambilan bahan galian
gol C dari sumber alam didalam dan atau permukaan bumi untuk di
16
manfaatkan.
h. Dasar Pengenaan dan Tarif pajak · Dasar Pengenaan pajak adalah nilai
jual hasil eksploitasi dan atau pengolahan bahan galian golongan C. ·
Tarif Pajak sebesar 20% (dua puluh persen) atau tonase X nilai
standar.
6. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap PAD
Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi
dan dalam usaha untuk membangun suatu perekonomian. Tingkat
pertumbuhan penduduk yang semakin cepat menyebabkan proporsi
jumlah penduduk yang belum dewasa menjadi bertambah tinggi dan
jumlah anggota keluarga bertambah besar.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, berarti
semakin banyak diperlukan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang dapat meningkatkan jumlah konsumsi, sehingga dapat
menambah pendapatan per kapita daerah tersebut. Secara umum
pendapatan masyarakat sudah mencukupi kebutuhan konsumsinya,
sehingga terdapat kelebihan yang bisa ditabung untuk menjadi sumber
devisa dana investasi.
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja
dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memicu perkembangan
perekonomian. Angkatan kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan
membawa beban tersendiri bagi perekonomian, yakni penciptaan atau
17
perluasan lapangan kerja, jumlah tenaga produktif. Pertumbuhan
penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar.
Populasi yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber
permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian
menggerakkan berbagai kegiatan ekonomi.
7. Pengertian Pertambangan
Pertambangan merupakan suatu aktivitas penggalian,
pembongkaran serta pengangkutan suatu endapan mineral yang
terkandung dalam suatu area berdasarkan beberapa tahapan kegiatan
secara efektif dan ekonomis dengan menggunakan peralatan mekanis
serta beberapa peralatan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.
Definisi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2009 Tentang Pertambangan. Pertambangan adalah sebagian atau
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum,eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang
memiliki sifat fisik dankimia tertentu serta susunan kristal teratur atau
gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau
padu. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang
18
terbentuk secara alamiah darisisa tumbuh-tumbuhan. Pertambangan
Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau
batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon
yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan
batuan aspal. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,
serta pascatambang.
Hakikatnya pembangunan sector pertambangan dan energi
mengupayakan suatu proses pengembangan sumber daya mineral dan
energi yang potensial untuk dimanfaatkan secara hemat dan optimal bagi
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Karakteristik Perusahaan Pertambangan Umum, terdapat empat
kegiatan usaha pokok,meliputi: Eksplorasi (Exploration) usaha dalam
rangka mencari, menemukan, dan mengevaluasiCadangan Terbukti pada
suatu wilayah tambang dalam jangka waktu tertentu seperti yangdiatur
dalam peraturan perundangan yang berlaku.2. Pengembangan dan
Konstruksi (Development and Construction) setiap kegiatan yang
dilakukan dalam rangka mempersiapkanCadangan Terbukti sampai siap
diproduksi secara komersial. Konstruksi adalah pembangunan fasilitas
19
dan prasarana untuk melaksanakan danmendukung kegiatan produksi.
Produksi (Production) semua kegiatan mulai dari pengangkatan bahan
galian dari CadanganTerbukti ke permukaan bumi sampai siap untuk
dipasarkan, dimanfaatkan, atau diolah Iebih lanjut.
Pengolahan dengan adanya kegiatan penambangan pada suatu
daerah tertentu, maka akanmenimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup di sekitar lokasi penambangan, meliputitetapi tidak terbatas pada:
a. Pencemaran lingkungan, yaitu masuknya atau dimasukannya mahluk
hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan dan atau
berubahnya tatananlingkungan oleh kegiatan manusia atau proses
alam, sehingga kualitas lingkungan sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya.
b. Perusakan lingkungan, yaitu adanya tindakan yang menimbulkan
perubahan langsungatau tidak Iangsung terhadap perubahan sifat-sifat
dan atau hayati Iingkungan yangmengakibatkan lingkungan itu kurang
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkesinambungan
Sumber daya mineral merupakan suatu sumber daya yang
bersifat tidak terbaharui (wasting asset or un renewable). Oleh karena itu
penerapannya diharapkan mampu menjaga keseimbangan serta
keselamatan kinerja dan kelestarian lingkungan hidup maupun
masyarakat sekitar.
20
Beberapa faktor yang mempengaruhi usaha pertambangan adalah
sebagai berikut :
a. Perubahanan dalam sistem perpajakan.
b. Kebijakan dalam lingkungan hidup.
c. Keadaan ekonomi memburuk.
d. Keadaan politik yang tidak stabil
Salim (2011) menyatakan bahwa usaha pertambangan terdiri atas
usaha penyelidikan umum, eksplorasi, pengolahan dan penjualan.
a. Penyelidikan umum merupakan usaha untuk menyelidiki secara
geologi umum atau fisika, di daratan perairan dan dari udara, segala
sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk
menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya.
b. Usaha eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan
untuk menetapkan lebih teliti/seksama adanya sifat letakan bahan
galian.
c. Usaha ekploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk
menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.
d. Usaha pengolahan dan pemurnian adalah pengerjaan untuk
mempertinggi mutu bahan galian untuk memanfaatkan unsur-unsur
yang terdapat pada bahan galian.
e. Usaha pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian
dan hasil pengolahan serta pemurnian bahan galian.
21
f. Usaha penjualan adalah segala sesuatu usaha penjualan bahan galian
dan hasil pengolahan bahan galian.
Berdasarkan jenis pengolahannya, kegiatan penambangan terdiri
atas dua macam, yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan
usaha yang ditunjuk secra langsung oleh Negara melalui Kuasa
Pertambangan (KP) maupun Kontrak Karya (KK), dan penambangan
yang dilakukan oleh rakyat secara manual.
Kegiatan penambangan oleh badan usaha biasanya dilakukan
dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih sehingga hasil yang
diharapkan lebih banyak dengan alokasi waktu yang lebih efisien,
sedangkan penambangan rakyat merupakan aktivitas penambangan
dengan menggunakan alat-alat sederhana. Dalam metode tambang
terbuka ini tidak hanya terdapat keuntungan dalam setiap prosesnya
tetapi juga terdapat kerugian dalam metode ini.
Berikut ini beberapa kerugian dari metode penambangan
terbuka:
a. Efesiensi kerja dapat menurun oleh factor cuaca atau suhu yang tinggi.
b. Kedalaman penggalian terbatas karena semakin dalam penggalian
maka akan semakin banyak volume tanah penutup yang tergalih.
c. Timbul masalah dalam penempatan pembuangan tanah penutup yang
cukup banyak.
d. Tingkat pencemaran lingkungan semakin tinggi.
22
e. Para pekerja langsung dipengaruhi oleh keadaan cuaca, dimana hujan
yang lebat atau sushu yang tinggi mengakibatkan efesiensi kerja
menurun, sehingga hasil kerja juga menurun.
Adapun fungsi pertambangan berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral Dan Batubara adalah:
a. Menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha
pertambangansecara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing.
b. Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.
c. Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku
dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri.
d. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar
lebih mampu bersaing di tingkat.
e. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta
menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
rakyat.
f. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara.
Secara diagram alir tahapan kegiatan tambang tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
23
Gambar 2.1. Diagram alir tahapan kegiatan tambang
8. Kawasan Pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan dimaksud untuk
mengarahkan agar kegiatan pertambangan dapat berlangsungsung secara
efisien dan produktif tanpa menimbulkan dampak negative terhadap
lingkungan. Penerapan kriteria kawasan pertambangan secara tepat
diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan pertambangan yang
dapat memberikan mamfaat (Muta’ali 2012). Manfaat tersebut sebagai
berikut :
24
a. Meningkatkan produksi pertambangan yang mendayagunakan
investasi.
b. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sector dan
subsektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.
c. Tidak mengganggu fungsi lindung.
d. Memperhatikan upaya pengolaan kemampuan sumber daya alam.
e. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
f. Meningkatkan pendapatan daerah pertambangan.
g. Menciptakan kesempatan kerja.
h. Meningkatkan ekspor.
i. Meningkatkan kesejahtraan masyarakat.
Fungsi lahan sebagai sumber daya alam memiliki nilai yang
sangat strategis pada kenyataannya memiliki keterbatasan, baik berupa
luasan maupun kemampuannya untuk dapat menghasilkan sumber-
sumber daya yang dibutuhkan selain memberikan manfaat juga dapat
merusak lingkungan. Adapun keterbatasan kemampuan lahan tersebut
menunjukkan bahwa tidak semua lahan dapat mendukung sepenuhnya
kebutuhan organisme yang hidup didalamnya, dan menampung semua
limbah aktifitas organisme (Diklat Teknis Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Daerah, 2007:12).
Masih banyak manusia yang bersikap tidak tahu atau tidak
peduli dan tidak butuh pandangan dan manfaat jangka panjang sumber
25
daya alam, sekaligus tidak peduli dengan tragedi kerusakan lingkungan
yang terjadi. Bagi mereka, kesejahteraan material sesaat menjadi
kepedulian utama dan pada saat yang sama mengabaikan berbagai
tragedi kerusakan lingkungan yang umumnya padahal justru
mendatangkan kerugian bagi mereka juga dan bahkan bagi orang lain
yang tidak tahu menahu (Kartodihardjo,dkk. dalam Dyahwanti,
2007:6).
Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan, yang dimaksud pengrusakan lingkungan
adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung/ tidak langsung
terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan (Yudhistira,dkk., 2011:76).
Salah satu aktivitas manusia yang dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan dan degradasi lingkungan (penurunan kualitas
lingkungan) adalah kegiatan pertambangan. Usaha pertambangan
merupakan usaha melakukan kegiatan eksplorasi, ekploitasi, produksi,
dan penjualan. Menurut Rahmi (As‟ad, 2005:7), penggolongan bahan-
bahan galian adalah sebagai berikut:
a. Golongan A, merupakan bahan galian strategis, yaitu strategis untuk
perekonomian negara serta pertahanan dan keamanan negara.
b. Golongan B, merupakan bahan galian vital, yaitu dapat menjamin
26
hajat hidup orang banyak. Contohnya besi, tembaga, emas, perak dan
lain-lain.
c. Golongan C, bukan merupakan bahan galian strategis ataupun vital,
karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat
internasional. Contohnya marmer, batu kapur, tanah liat, pasir, yang
sepanjang tidak mengandung unsur mineral.
Kegiatan pertambangan pada kasus tambang rakyat, seperti
penggalian tanah untuk membuat batu bata; batako; genteng; dan periuk
tanah atau tembikar serta kegiatan tambang besar, seperti batu bara;
pasir; emas; timah; dan lain-lain, air asam tambang sisa-sisa tambang
dan penataan/pengelolaan lingkungan yang tidak baik, dapat pula
menyebabkan pencemaran. Kegiatan penambangan ini akan mencemari
tanah dalam bentuk perusakan struktur permukaan tanah, bentang tanah
menjadi berlekuk, berlubang, bertebing terjal, dan merusak estetika
pemandangan pada lingkungan.
Selanjutnya struktur permukaan tanah yang berlekuk atau
berlubang tersebut akan mempengaruhi proses hidrologis baik
dimusim penghujan maupun pada musim kemarau. Dimusim hujan
akan timbul genangan air yang tersebar tidak beraturan sesuai sebaran
dan bentuk lubang pada permukaan tanah (Diklat Teknis Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Daerah, 2007:54). Kegiatan pertambangan
mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan, antara lain perubahan
27
bentang alam, perubahan habitat flora dan fauna, perubahan struktur
tanah, perubahan pola aliran air permukaan dan air tanah dan
sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan dampak
dengan intensitas dan sifat yang bervariasi. Selain perubahan pada
lingkungan fisik, pertambangan juga mengakibatkan perubahan
kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Adapun dampak positif dari aspek sosial ekonomi yaitu adanya
peningkatan pendapatan dari buruh tani menjadi tenaga kerja di
penambangan pasir, peningkatan kesejahteraan bagi pemilik tanah,
pengurangan angka pengangguran, peningkatan pemasukan bagi desa,
adanya keuntungan bagi masyarakat umum berupa pembangunan
beberapa fasilitas umum seperti masjid, gapuro, penerangan jalan dan
sebagainya. Sedangkan dampak negatif dari aspek sosial ekonomi yang
dirasakan pada masyarakat penambang yaitu kurangnya keamanan saat
bekerja sehingga sering menyebabkan kecelakaan seperti retak atau
patah tulang maupun luka-luka ringan pada kaki, tangan, mata atau
gangguan pernafasan.
Dampak negatif bagi masyarakat bukan penambang adalah
hilangnya mata pencaharian utama sebagi petani pada masyarakat
yang menjual tanahnya, waktu yang dibutuhkan petani menuju ke lahan
pertanian menjadi lebih lama dan sulit dengan terputusnya jalan dan
penuh dengan lubang-lubang bekas galian.
28
Adapun dampak sosial ekonomi masyarakat dengan adanya
kegiatan penambangan pasir yaitu pengurangan jumlah pengangguran
karena sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja di
penambangan pasir, baik sebagai pengawas, buruh tambang, penjual
makanan dan minuman; adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang
dijual atau disewakan untuk mengambil pasirnya dengan harga tinggi.
Tanah yang semula tidak menghasilkan menjadi bermanfaat karena
dipakai untuk penambangan pasir; banyaknya pendatang yang ikut
menambang sehingga dapat menimbulkan konflik.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
kerusakan lingkungan yang sekarang banyak terjadi merupakan dampak
dari aktivitas manusia yang sudah tidak mempedulikan pelestarian
lingkungan. Apabila aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan
hanya didasarkan atas pemenuhan kebutuhan dan hanya mementingkan
kebutuhannya sendiri tanpa didasari dengan pelestarian lingkungan
maka kerusakan lingkungan akan tetap menjadi masalah dalam
kehidupan manusia. Maka dari itu, perlu adanya tindakan nyata dari
masyarakat untuk mengurangi dan merehabilitasi lahan dan lingkungan
yang rusak.
B. Kerangka Pikir
Mengacu pada Peraturan Pemerintah RI nomor 23 Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Kegiatan usaha Pertambangan Rakyat. Dan
29
KEPMEN ESDM nomor 1453.K/29/MEM/2000, tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan
Umum, bahwa dalam setiap penambangan, hal yang utama dalam
pengelolaan yang perlu dilakukan adalah inventarisasi sumber daya
mineral meliputi: pengumpulan data dan informasi primer dan sekunder.
Dimana Inventarisasi yang dilakukan setidak-tidaknya harus
memberikan data dan informasi tentang keadaan geologi, jenis dan
sumber daya mineral dan energi, lokasi keterdapatannya, kualitas dan
kuantitasnya, serta data dan informasi lainnya yang terkait dan dapat
digunakan sebagai evaluasi untuk mengetahui prospek sumber daya
mineral dan energi di suatu wilayah atau tempat.
Selanjutnya penambangan adalah pertambangan yang dilakukan
oleh masyarakat di tanah milik perorangan dan pengelolaannya
dilakukan ada yang secara sederhana dengan tidak menggunakan alat
berat tetapi menggunakan sekop atau cangkul secara sederhana. Dan
yang menggunakan alat berat. Wilayah Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang memiliki potensi bahan mineral bukan logam dan batuan terdiri
dari jenis : pasir semen, tanah timbun/ tanah serap, selmat dan tanah liat,
memberi peluang kepada masyarakat untuk menambang. Adanya
peluang dikarenakan potensi yang ada dapat menjadi sumber mata
pencaharian sehari-hari. Penambangan bahan galian golongan c tidak
30
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk lebih jelasnya,
penulis akan menggambarkan skema/kerangka pada Gambar 2.2:
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
C. Hipotesis
Adapun hipotesis yang digunakan sebagai jawaban atau dugaan
sementara atas pokok masalah adalah “Diduga tambang golongan C
perpengaruh positif terhadap pendapatan perkapita masyarakat di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang”.
Tambang Galian
Golongan C
(Y)
Pendapatan
Perkapita
(X)
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Pertambangan PT. Usaha
Pulibu Poros Enrekang-Makassar km.9. Penelitian ini dilakukan dalam
waktu kurang lebih satu bulan.
B. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Kuantitatif yaitu data yang dituangkan dalam bentuk angka-
angka dalam tabel maupun kepustakaan. Data tersebut berupa
banyaknya batu yang diangkut dan upah buruh.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk imformasi,
misalnya data sejarah dan perkembangan perusahaan melalui
literature, internet dan jurnal-jurnal yang mendukung penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yang berada di perusahaan PT. Usaha Pulibu serta bebagai
buku, literature-literatur dan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan
penelitian.
32
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, dari perusahaan yang menjadi sampel
penelitian dikumpulkan untuk mendukung analisis yang dilakukan.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu
sebagai berikut:
1. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian dengan
mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.
Tekniknya adalah teknik dokumentasi, yaitu dengan pengumpulan data
dari dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan masalah pokok
materi penelitian.
2. Penelitian kepustakaan (libray Research), yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur
yang berkaitan dengan keberadaan tambang galian terhadap pendapatan
perkapita masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan sebagai sumber acuan
untuk membahas teori yang mendasari pembahasan masalah dan analisis
data dalam penelitian ini, serta menelah penelitian lain.
D. Populasi Dan Sampel
Adapun populasi dan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah:
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan tambang galian gol C
yang berada di daerah Kabupaten Enrekang.
33
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010). Untuk menentukan besarnya sampel apabila subjek
kurang dari 100, dapat diambil antara 20-25% (Arikunto, 2002). Rumus
yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah :
n = 25% x N
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan perusahaan PT.
Usaha Pulibu sebanyak 50 orang.
E. Variabel Penelitan
Variable dalam penelitin ini terdiri dari dua variable, yaitu variable
independen (X) dan variable dependen (Y), dimana dalam penelitian ini
variable independen (X) adalah tambang galian golongan C sedangkan
variable dependen (Y) adalah pendapatan perkapita masyarakat di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
F. Definisi Operasional
Ruang lingkup penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalan
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
34
1. Tambang galian golongan C adalah pertambangan yang bahan
tambangnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur.
2. Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di enrekang
terkhusus Kecamatan Cendana.
G. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengukur pengaruh variabel
independen terhadap dependen, dengan menggunakan analisi Regresi Linier
Sederhana.
Persamaannya adalah sebagai berikut :
Y = a + bx
Ket :
Y : Pendapatan perkapita
X : Tambang galian golongan C
a : Konstanta
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : b1 = 0, maka tambang galian golongan C tidak berpengaruh terhadap
pendapatan perkapita masyarakat.
H0 :b1 ≠ 0, maka tambang galian golongan C berpengaruh terhadap
pendapatan perkapita masyarakat
Hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dilakukan dengan
cara membandingan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat kepercayaan 95%
(α=0,05). Adapun criteria pengujian yaitu: jika thitung < tα(n-k), maka Ho
diterima, dan jika thitung ≥ tα(n-k), maka H1 ditolak.
35
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
PT. Usaha Pulibu di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang,
Merupakan wilayah kabupaten yang berbatasan langsung dengan arah ke
Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.
Tambang Galian golongan C di Kecamatan Cendana adalah sebuah
industri yang berada di Kabupaten Enrekang. Penambangan Galian terletak
1,5 km ke arah Utara Kabupaten Enrekang melalui jalan raya poros.
Selanjutnya dari jalan raya Kecamatan Cendana masuk ke arah Timur
adalah jalan menuju kearah lokasi tambang yang berupa aspal yang masih
kasar kurang lebih 100 m. Di kanan-kirinya adalah pabrik-pabrik genteng
lengkap dengan tobong (tampat pembakaran genteng). Sebelum masuk ke
pinggir kanan jalan raya ada sebuah papan bertuliskan “Tambang PT.
Usaha Pulibu”.
Kondisi jalan dan sarana transportasi menuju Penambangan sudah
cukup baik. Dahulu ada sarana transportasi angkutan umum berupa colt
(angkot) yang melewati area tambang ini. Akan tetapi karena semakin
banyaknya penduduk yang memiliki kendaran pribadi, angkutan pun
sekarang ini sudah tidak beroperasi lagi. Kecamatan Cendana terletak di
dataran dengan diketinggian 22 dpl. Luas wilayah Kecamatan Cendana
36
258.20 ha dengan penggunaan lahan untuk tanah sawah 72.0 ha, dan untuk
lahan kering 186.20 ha.
B. Gambaran Demografi Penambangan Golongan C
1. Berdasarkan Tingkat Usia Tertentu
Menurut data monografi Kecamatan Cendana yang diperoleh
dari kantor Camat Cendana tahun 2013, jumlah penduduk Kecamatan
Cendana adalah 532 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 270 jiwa
dan perempuan sebanyak 262 jiwa.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Cendana Tahun 2014 (Menurut
Kelompok Umur Tertentu dan Jenis Kelamin)
Kelompok
Umur (thn) Laki-laki (Jiwa)
Perempuan
(Jiwa) Jumlah (Jiwa)
0-4 4 2 6
9-May 6 5 11
14-Oct 30 28 58
15-19 44 32 76
20-24 63 35 98
24-29 32 29 61
30-34 8 9 17
35-39 5 6 11
40-44 20 43 63
45-49 15 37 52
50-54 26 19 45
55-59 12 11 23
60-64 4 2 6
>65 1 4 5
Jumlah 270 262 532
Sumber: Data Monografi Kecamatan Cendana, Tahun 2014
37
Berdasarkan data dari tabel di atas, penduduk Kecamatan
Cendana yang termasuk dalam usia produktif ada sekitar 85%,
sedangkan penduduk yang termasuk dalam usia tidak produktif ada
sekitar 15%. Dari penduduk yang tergolong dalam kelompok usia
produktif dan tidak produktif, ada beberapa penduduk yang mata
pencahariannya mengandalkan pada industri rumahan, baik sebagai
pengusaha maupun sebagai buruh.
Berkaitan dengan usia para pengusaha industri rumahan g di
Kecamatan Cendana, ada sekitar 19 pengusaha industri rumahan di
Kecamatan Cendana ini yang berusia sekitar 31-60 tahun dan sekitar 3
pengusaha industri rumahan yang berusia lebih dari 61 tahun.
2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Mengenai tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk
Kecamatan Cendana, menurut data monografi desa yang diperoleh dari
kantor Kepala Camat Kecamatan Cendana bahwa tingkat pendidikan
masyarakat Kecamatan Cendana sangat beravariasi. Ada beberapa
masyarakat yang tidak pernah sekolah, tidak tamat Sekolah Dasar (SD),
tamat SD, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, maupun tamat
Perguruan Tinggi. Komposisi tingkat pendidikan masyarakat di
Kecamatan Cendana untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan pada tabel di
bawah ini:
38
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Cendana Tahun 2014 (Menurut
Tingkat Pendidikan)
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(Jiwa)
1 Usia 3-6 tahun belum masuk TK 72
2 Usia 3-6 tahun sedang TK/ play group 11
3 Usia 7-18 tahun sedang sekolah 272
4 Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 3
5 Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi
tidak tamat
27
6 Tamat SD/sederajat 36
7 Tamat SMP/sederajat 29
8 Tamat SMA/sederajat 78
9 Tamat D-3/sederajat 1
10 Tamat S-1/sederajat 2
11 Tamat SLB C 1
Jumlah 532
Sumber: Data Monografi Kecamatan Cendana, Tahun 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di
Kecamatan Cendana sudah cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya penduduk yang sudah tamat sekolah maupun sedang
menempuh pendidikan sekolah yaitu sekitar 51.1%, sedangkan penduduk
yang tidak pernah sekolah hanya sekitar 0.6%.
Berkaitan dengan tingkat pendidikan para pengusaha industry
rumahan di Kecamatan Cendana, pengusaha industry rumahan yang
39
termasuk lulusan sekolah menengah atas sejumlah 17 orang, kemudian
lulusan SMP sekitar 4 orang dan lulusan SD sejumlah 1 orang.
3. Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Cendana berdasarkan
data monografi tahun 2014 dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Penduduk Kecamatan Cendana Tahun 2014 (Menurut
Mata Pencaharian)
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani 3
2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1
3 Pedagang Keliling 1
4 Pensiunan PNS/TNI/Polri 3
5 Pengusaha Industri 22
6 Buruh Industri 173
Jumlah 203
Sumber: Data Monografi Kecamatan Cendana, Tahun 2014
Data yang disajikan pada tabel menunjukkan bahwa penduduk
di Kecamatan Cendana lebih banyak terlibat dalam kegiatan industri,
baik itu sebagai pemilik ataupun sebagai buruh. Kegiatan industri yang
paling banyak ditekuni oleh penduduk di Kecamatan Cendana adalah
industri rumahan. Hal ini tidak terlepas dari wilayah Kecamatan Cendana
yang merupakan salah satu industri rumahan di Kabupaten Enrekang.
40
C. Bentuk Aktifitas Ekonomi Penduduk
Berdasarkan data monografi dari Kantor Kecamatan Cendana,
masyarakat Penambangan sebagian besar mata pencaharian penduduk
terlibat dalam kegiatan industri rumahan, baik sebagai pemilik industri
maupun buruh industri. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
informan, mata pencaharian di industri sudah sejak lama digeluti
oleh masyarakat Kecamatan Cendana. Selain bekerja pada insdutri
rumaham, masyarakat Kecamatan Cendana juga bekerja mengelola
kebun dan sawah yang dikerjakan sudah melewati rentan waktu yang
cukup lama.
Ada juga yang bekerja sebagau buruh tambang dimana setiap
hari para buruh memulai pekerjaannya pukul 08.00 pagi. Kemudian
setelah bekerja setengah hari, mereka laut (istirahat siang hari) pukul
12.00 siang dan memulai pekerjaannya lagi sekitar pukul 14.00 siang.
Para buruh baru akan selesai bekerja menjelang waktu asar, sekitar pukul
16.30 sore.
Selain terlibat dalam buruh tambang untuk mendapatkan
penghasilan tambahan, ada juga masyarakat yang memiliki pekerjaan
sampingan sebagai petani, pedagang keliling, dan pensiunan PNS. Akan
tetapi jumlah penduduk yang bekerja di luar buruh tambang lebih sedikit
dibandingkan dengan penduduk yang bekerja diluar buruh tambang. Hal
ini tidak terlepas dari bekerja sebagai buruh tambang yang merupakan
41
pekerjaan utama dan sudah sejak lama dijalankan oleh warga masyarakat
Kecamatan Cendana.
D. Bentuk Aktivitas Sosial
Sebagian besar masyarakat Kecamatan Cendana menganut
agama Islam, sedangkan suku bangsa di ini mayoritas adalah adalah
Bugis. Bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat Kecamatan
Cendana adalah Bahasa Bugis. Ada juga sebagian masyarakat yan
menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang
lain, meskipun penggunaan Bahasa Indonesia masih dicampuri dengan
Bahasa Bugis.
Pola pemukiman yang terdapat di Kecamatan Cendana
memiliki jarak yang sedikit berjauhan antara rumah penduduk yang
satu dengan yang lainnya. Selain rumah penduduk, di Kecamatan
Cendana juga banyak terdapat pabrik-pabrik yang dibangun berdekatan
dengan rumah warga.
Kehidupan masyarakat di Kecamatan Cendana sangat dinamis.
Artinya, selain kegiatan utama mereka dalam industry rumahan, mereka
juga memiliki kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat setiap
hari, baik dalam bentuk kelompok-kelompok kecil maupun dalam
kelompok yang lebih besar. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
Kecamatan Cendana tidak hanya berkaitan dengan sesama warga
masyarakatnya, akan tetapi juga menyangkut hubungan antar manusia
42
dengan Tuhan (Allah). Kegiatan yang sering dilaksanakan di
Kecamatan Cendana ini misalnya ada arisan RT dan RW atau sering
disebut dengan arisan PKK. Arisan PKK diadakan oleh ibu-ibu
Kecamatan Cendana satu bulan sekali dan dilaksanakan pada sore hari.
Sedangkan arisan RT dan RW diadakan setiap dua minggu sekali. Di
dalam kegiatan PKK juga terdapat kegiatan tahlilan yang dipimpin oleh
Ibu yang mengampu masjid setempat. Menurut salah seorang penduduk
tujuan dilaksanakan kegiatan PKK dan tahlilan yaitu untuk mempererat
tali persaudaraan antar warga masyarakat. Selain itu juga untuk
mempertebal rasa keimanan masyarakat kepada Tuhan.
Bulan-bulan yang banyak mengandung ritual keIslaman adalah
bulan Maulud dan Rajab. Pada bulan Maulud, masyarakat disibukkan
dengan kegiatan Maulud Nabi Muhammad S.A.W. Sedangkan pada
bulan Rajab, masyarakat memperingati perayaan Isra Miraj Nabi
Muhammad S.A.W. Semua masyarakat di Kecamatan Cendana dari
anak-anak sampai dewasa selalu terlibat dalam kegiatan ini.
43
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang digambarkan dalam penelitian ini
mencakup tingkat umur berdasarkan data yang dihimpun melalui
penelitian diperoleh informasi mengenai tingkat umur dari 50 orang
responden yang terpilih. Data mengenai tingkat umur responden tersebut
dikelompokkan ke dalam empat kelompok umur, yaitu kelompok umur:
(1) 20-26 tahun, (2) umur 27-33 tahun, (3) umur 34-40 tahun, dan (4)
umur lebih besar dari 40 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4. Responden Berdasarkan Tingkat Umur
Tingkat
Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
f % f % f %
20-26 8 16 2 4 10 20
27-33 10 20 12 24 22 44
34-40 5 10 6 12 11 22
>40 6 12 1 2 7 14
Jumlah 29 58 21 42 50 100
Sumber : Data Perusahaan PT. Usaha Pulibu Tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa komposisi umur
yang menjadi responden Perusahaan PT. Usaha Pulibu kebanyakan
adalah pengusaha mikro dengan usia 27-40 tahun sebesar 64,00 persen.
44
Sedangkan yang terkecil adalah pengusaha mikro dengan usia di bawah
40 tahun (16,0 persen) dan antara 20 sampai 26 tahun (20 persen).
Dengan komposisi usia karyawan perusahaan PT. Usaha Pulibu tersebut
yang rata-rata berada dalam tingkat kematangan.
2. Pengaruh Tambang Galian Golongan C pada Pendapatan
Perkapita Masyarakat
Adanya tambang galian golongan C di Kecamatan Cendana yang
dilakukan oleh Perusahaan PT. Usaha Pulibu, dinilai memberikan
pengaruh pada pendapatan perkapita masyarakata Kecamatan Cendana.
Maka penulis menganalisa data- data yang diperoleh dalam penelitian
lapangan. Berikut akan diuraikan hasil analisi sehubungan dengan data
yang diperoleh dan tujuan dari penelitian ini. Dalam hal memecahkan
permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dan
sekaligus untuk memperoleh jawaban berdasarkan hipotesis, maka dari
data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian variabel Keberadaan
Tambang Galian Golongan C (X) dan variabel Pendapatan Perkapita
Masyarakat selanjutnya akan dianalisi.
a. Penyajian dan analisis data
Data yang disajikan adalah data pengaruh Tambang Galian
Golongan C terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang diperoleh melalui instrument angket.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga-harga berikut:
45
Tabel 5. Perolehan Nilai X dan Y
No Nama
Responden
Tambang
Galian (X)
X2 Pendapatan
(Y)
Y2 XY
1 DA 39 1521 44 1936 1716
2 MF 37 1369 42 1764 1554
3 MH 37 1369 40 1600 1480
4 DE 33 1089 39 1521 1287
5 AN 33 1089 38 1444 1254
6 CK 37 1369 43 1849 1591
7 DR 37 1369 41 1681 1517
8 SR 37 1369 41 1681 1517
9 OA 37 1369 41 1681 1517
10 RT 34 1156 39 1521 1326
11 AI 34 1156 39 1521 1326
12 SA 38 1444 41 1681 1558
13 DH 38 1444 42 1764 1596
14 LW 36 1296 40 1600 1440
15 HB 36 1296 42 1764 1512
16 NU 46 2116 49 2401 2254
17 NN 35 1225 38 1444 1330
18 HH 36 1296 42 1764 1512
19 BA 36 1296 41 1681 1476
20 AA 36 1296 38 1444 1368
21 HM 38 1444 42 1764 1596
22 WY 38 1444 40 1600 1520
23 IK 38 1444 41 1681 1558
24 AY 39 1521 42 1764 1638
25 CA 37 1369 41 1681 1517
26 NI 37 1369 41 1681 1517
27 RN 36 1296 41 1681 1476
28 RI 36 1296 40 1600 1440
29 HN 36 1296 40 1600 1440
30 MU 36 1296 40 1600 1440
31 YY 39 1521 44 1936 1716
32 DS 37 1369 42 1764 1554
33 TO 37 1369 40 1600 1480
46
Lanjutan tabel
34 KM 33 1089 39 1521 1287
35 AI 33 1089 38 1444 1254
36 MR 37 1369 43 1849 1591
37 SU 37 1369 41 1681 1517
38 SD 37 1369 41 1681 1517
39 IM 37 1369 41 1681 1517
40 NZ 34 1156 39 1521 1326
41 AW 34 1156 39 1521 1326
42 ML 38 1444 41 1681 1558
43 EY 38 1444 42 1764 1596
44 MMN 36 1296 40 1600 1440
45 DRR 36 1296 42 1764 1512
46 ABB 46 2116 49 2401 2254
47 HDD 35 1225 38 1444 1330
48 MGG 36 1296 42 1764 1512
49 AHH 36 1296 41 1681 1476
50 RR 36 1296 38 1444 1368
Jumlah 1835 67643 2048 84136 75404
Sumber: Hasil Analisis Data Kuesioner
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran, diperoleh harga-
harga berikut:
N = 50 ∑Y = 2048
∑X = 1835 ∑Y2 = 84136
∑X2 = 67643 ∑XY = 75404
47
b. Uji Normalitas data
Berdasarkan tabel kerja uji normalitas data pada lampiran, secara
jelas dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Y .141 49 .002 .955 50 .016
a. Lilliefors Significance Correction
Keluaran pada gambar di atas menunjukkan uji normalitas
data y, yang sudah diuji sebelumnya secara manual dengan uji
Lilliefors dan Kolmogorov-Smirno v. Pengujian dengan SPSS
berdasarkan pada uji Kolmogorov–Smirnov dan Shapiro-Wilk. Hipotesis
yang diuji adalah:
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
Dengan demikian, normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak
signifikan untuk suatu taraf signifikasi dengan memperhatikan
bilangan pada kolom signifikansi (Sig 0,016.) maka dapat disimpulkan
bahwa data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal,
pada taraf signifikansi 0.05 dengan nilai sig 0,016 > α=0,05.
48
c. Uji liniearitas
Uji linieritas dilakukan untuk mencari persamaan garis regresi
variable bebas X yaitu pengaruh tambang galian golongan C terhadap
variabel terikat Y pendapatan perkapita masyarakat Kecamatan Cendana.
Berdasarkan garis regresi yang telah dibuat, selanjutnya diuji keberartian
koefisien garis serta linieritasnya. Uji linieritas antara variabel-variabel
bebas X dengan variabel terikat Y menggunakan SPSS, maka diperoleh:
Pada output tabel diatas menunjukkan bahwa harga F sebesar
1,961 dengan taraf signifikan 0,056. Ini berarti bahwa hasil analisis
menunjukkan bahwa sig. (0,056) > α=0,05, berarti bahwa model regresi
linear.
d. Uji regresi sederhana
Uji regresi sederhana dilakukan untuk mengetahui ada tidakya
pengaruh antara tambang galian golongan C terhadap peningkatan
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Y *
X
Between
Groups
(Combined) 281.069 9 25.552 1.840 .069
Linearity 8.792 1 8.792 .633 .430
Deviation from
Linearity 272.277 8 27.228 1.961 .056
Within Groups 777.563 32 13.885
Total 1058.632 50
49
pendapatan perkapita amasyarakat Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang.
Berdasarkan perhitungan uji regresi sederhana, maka diperoleh
nilai r hitung sebesar 0,091, sedangkan r tabel pada taraf signifikan 5% dan
N=68 sebesar 0,008.
Hal ini berarti nilai r hitung > r tabel, yang berarti terdapat pengaruh
antara tambang galian golongan C terhadap peningkatan pendapatan
perkapita amasyarakat Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
Selanjutnya tingkat pengaruh antara tambang galian golongan C
terhadap peningkatan pendapatan perkapita masyarakat Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang berada pada kategori kuat dengan
koefisien penentu pelaksanaan proyek tambang galian golongan C yang
dilakukan di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang terhadap
peningkatan pendapatan perkapita masyarakat Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang sebesar 80%, berarti peningkatan pendapatan
perkapita masyarakat ditentukan pula oleh faktor lain sebesar 20% yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
e. Uji t
Untuk menganalisis apakah nilai koefisien regresi sederhana
signifikan atau tidak, maka dilakukan uji signifikan statistic dengan
membandingkan t tabel dengan t hitung. Sebelum dilakukan pengujian
hipotesis terlebih dahulu uji normalitas data dan uji regresi sederhana
50
yang terdapat pada lampiran-lampiran. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh informasi variabel berdistribusi normal, adanya sifat
keliniearan dan ketergantungan, serta ada pengaruh antara tambang
galian golongan C terhadap peningkatan pendapatan perkapita
masyarakat Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang, ini berarti
pelaksanaan penggalian tambang golongan C berpengaruh pada
peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.
Pada hasil uji-t pada derajat kebebasan (dk)= n-2: 50-2=48 dan
taraf signifikan 0,05, maka diperoleh t tabel sebesar 67.57, sedangkan hasil
perhitungan uji t diperoleh t hitung sebesar 0.743. Ini berarti t tabel < t hitung
dan sebagai konsekuensinya, ini berarti koefisien korlasi antara
keberadaan tambang galian golongan C yang ditentukan adalah
signifikan.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara tambang galian
golongan C terhadap peningkatan pendapatan perkapita masyarakat
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dapat dihitung melalui
persamaan linear sebagaimana tercantum pada persamaan dibawah ini:
Y = 36.639 + 0,137X
Persamaan linear tersebut menunjukkan bahwa besarnya
pengaruh antara tambang galian golongan C terhadap peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang, apabila X tetap (tidak berubah) maka diperoleh nilai sebesar
51
0,137 atau jika variabel pelaksanaan tambang galian golongan C menjadi
meningkat satu poin, maka nilai variabel peningkatan pendapatan
perkapita masyarakat juga akan meningkat. Hal ini berarti bahwa
semakin lama proyek tambang galian dilakukan maka akan semakin
baikpula tingkat pendapatan perkapita masyarakat.
Dengan adanya hasil analisis menunjukkan harga konstan
besarnya 36.639, harga koefisien X (Tambang galian golongan C)
besarnya 0,137X menunjukkan kesignifikan dengan masing-masing nilai
besarnya sig 0,00<α=0,05 dengan korelasi sebesar 0,137.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengaruh
antara tambang galian golongan C terhadap peningkatan pendapatan
perkapita masyarakat Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat Kecamatan Cendana.
3. Analisis Pendapatan Perkapita Masyarakat Kecamatan Cendana
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata
penduduk di suatu negara, yang diperoleh dari hasil pembagian
pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara
tersebut. Biasanya, pendapatan perkapita sering disebut dengan PDB
(produk domestik bruto) perkapita. Pendapatan perkapita sering
digunakan untuk mengukur kemakmuran sebuah negara. Semakin besar
pendapatan perkapita, negara tersebut akan dinilai semakin makmur.
52
Berikut perhitungan pendapatan perkapita masyarakat
Kecamatan enrekang berdasarkan hasil penelitian:
Jumlah Pendapatan Kecamatan Cendana
Pendapatan per Kapita = -----------------------------------------------------
Jumlah Penduduk Kecamatan Cendana
Tabel 6.Data Jumlah dan Pendapatan Penduduk Kabupaten Enrekang
No. Nama Laki- Perempuan Jumlah Jumlah Pendapatan
Kecamatan Laki Total Pendapatan Perkapita
1 Maiwa 11.655 1.1657 23.312 27.587.000 1183.38
2 Bungin 2.284 2.098 4.382 41.400.000 9447.74
3 Enrekang 14.928 14.929 29.857 31.200.000 1044.981
4 Cendana 4.269 442 8.689 43.200.583 4971.87
5 Baraka 10.495 10.287 20.782 27.679.432 1331.89
6 Buntu Batu 6.097 5.896 11.933 45.680.050 3828.04
7 Anggeraja 11.866 1.185 23.716 33.650.670 1418.90
8 Malua 4.275 4.322 8.597 46.265.925 5381.63
9 Alla 10.107 10.046 20.153 41.490.000 2058.75
10 Curio 7.248 7.094 14.342 40.207.000 2803.49
11 Masalle 6.145 5.953 12.098 49.800.000 4116.38
12 Baroko 51.840 4.965 10.149 57.665.024 5681.84
Kabupaten Enrekang 94.553 93.517 18.807 485.825.684 25832.17
Sumber: Data BPS 2015
Berdasarkan pada uraian pada tabel diatas diperoleh bahwa
jumlah total penduduk Kabupaten Enrekang adalah 18.807 jiwa dengan
total pendapatan sebesar Rp. 485.825.684. berikut perhitungan
pendapatan perkapita masyarakat:
Pendapatan Perkapita Kab Enrekang
Jumlah Pendapatan Kabupaten Enrekang
Pendapatan per Kapita = ------------------------------------------------------
Jumlah Penduduk Kabupaten Enrekang
53
485.825.684
Pendapatan per Kapita = -----------------
18.807
= 25832.174
Pendapatan Perkapita Kec Cendana
Jumlah Pendapatan Kecamatan Cendana
Pendapatan per Kapita = -----------------------------------------------------
Jumlah Penduduk Kecamatan Cendana
43.200.583
Pendapatan per Kapita = -----------------
8.689
= 4971.87
Jadi pendapatan perkapita Kabupaten Enrekang sebesar Rp.
25832.174 dan khusus pada wilayah Kecamatan Cendana yaitu sebesar
Rp. 4971.87.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat
pengaruh usaha tambang galian golongan C yang dilakukan oleh PT.
Usaha Pulibu Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang. Ini berarti
bahwa adanya usaha tambang galian memberikan keuntungan
terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
Berikut beberapa dampak yang diperoleh oleh peneliti
dengan adanya tambang galian di Kecamatan Cendana:
54
1. Dampak Penambangan Bahan Galian Golongan C Terhadap
Lingkungan Ekonomi (Pendapatan)
a. Bertambahnya Pendapatan
Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat di sekitar
lokasi penambangan galian Golongan C, 60% mengatakan bahwa
beberapa lokasi penambangan dibuka setelah mereka tinggal
menetap di daerah tersebut. Penyebab adanya penambangan bahan
galian golongan C di Kecamatan Cendana ini adalah karena faktor
ekonomi.
Mereka mengatakan bahwa untuk bekerja sebagai
pengambil pasir, krikil maupun batu koral, tidak memerlukan
pendidikan yang tinggi, hanya tenaga yang kuat untuk mengangkut
pasir sungai ke darat, dan menyendok pasir ke dalam truk atau pick
up untuk dijual. Karena proses kerja yang tidak sulit, sehingga
banyak yang ingin bekerja sebagai pengambil pasir, krikil maupun
batu koral.
Pengambilan pasir dan krikil menggunakan mesin
sedangkan untuk pengambilan batu koral masih manual dan
didistribusikan dengan menggunakan angkong. Jumlah pemilik
tambang di Kecamatan Cendana berjumlah 8 orang. Adapun Harga
bahan galian untuk jenis pasir yaitu Rp 95.000 per meter kubik,
55
untuk kerikil yaitu Rp 110.000 per meter kubik sedangkan untuk
batu koral Rp.120.000 per meter kubik.
Harga penjualan dibagi antara pemilik tambang,
penambang, pekerja dan supir yang mengantarkan ke pembeli.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pendapatan pemilik tambang
perbulan pada tabel berikut:
Tabel 7. Pendapatan Tambang Bahan Galian C berupa Pasir Setiap
Bulannya di Kecamatan Cendana Tahun 2014
No Lokasi
Hasil
Pasir/Bulan
(m)
Pendapatan
pemilik
pasir/bulan
(Rupiah)
Penghasilan
(Rupiah)
1 Lokasi 1 540 13770000 12570000
2 Lokasi 2 600 21300000 20100000
3 Lokasi 3 540 19170000 17970000
4 Lokasi 4 630 22365000 21165000
5 Lokasi 5 540 16470000 15270000
6 Lokasi 6 570 20235000 19035000
7 Lokasi 7 540 19170000 17970000
Jumlah 3960 132480000 124080000
Sumber : Data Primer Olahan Penulis, 2014
Tabel diatas menunjukkan bahwa penghasilan penambang
pemilik tambang pasir yang diperoleh dari selisih pendapatan.
Penghasilan tambang yang paling tinggi adalah Rp. 21.165.000,00/bulan
56
yang berada di lokasi 4 dan penghasilan yang paling rendah adalah Rp.
12.570.000,00/bulan yang berada di lokasi 1.Rata-rata penghasilan
penambang tambang adalah Rp. 17.725.714,00/bulan.
Selanjutnya, pendapatan pemilik tambang berupa kerikil dapat
dilihat pada tabel 18.
Tabel 8. Pendapatan Tambang Bahan Galian C berupa Kerikil Setiap
Bulannya di Kecamatan Cendana Tahun 2014
No Lokasi
Hasil
Pasir/Bulan
(m)
Pendapatan
pemilik
pasir/bulan
(Rupiah)
Penghasilan
(Rupiah)
1 Lokasi 1 300 14700000 13500000
2 Lokasi 2 300 16200000 15000000
3 Lokasi 3 360 17640000 16440000
4 Lokasi 4 300 14700000 13500000
5 Lokasi 5 300 14700000 13500000
6 Lokasi 6 270 13230000 12030000
7 Lokasi 7 270 13230000 12030000
Jumlah 2100 104400000 96000000
Sumber : Data Primer Olahan Penulis, 2014
Tabel diatas menunjukkan bahwa penghasilan tambang kerikil
yang diperoleh. Penghasilan tambang yang paling tinggi adalah Rp.
16.440.000,00/bulan yang berada di lokasi 3 dan penghasilan yang paling
rendah adalah Rp. 12.030.000,00/bulan yang berada di lokasi 6. Rata-
rata penghasilan tambang kerikil adalah Rp. 13.714.285,00 /bulan.
57
Tabel 9. Pendapatan Tambang Bahan Galian C Setiap Bulannya di
Kecamatan Cendana Tahun 2014
No Lokasi Pendapatan Pasir
dan Kerikil Upah kerja
1 Lokasi 1 26070000 10230000
2 Lokasi 2 35100000 1050000
3 Lokasi 3 34410000 10590000
4 Lokasi 4 34665000 10785000
5 Lokasi 5 28770000 9930000
6 Lokasi 6 31065000 9885000
7 Lokasi 7 30000000 9600000
Jumlah 220080000 62070000
Sumber : Data Primer Olahan Penulis, 2014
Tabel diatas menunjukkan bahwa penghasilan rata-rata
penghasilan tambang galian C jika ditotalkan untuk upah karyawan
sebesar Rp.62.070.000/bln.
b. Pendapatan Penambang
Berdasarkan hasil wawancara keberadaan penambangan bahan
galian golongan C di Kecamatan Cendana khususnya yang dilakukan
oleh PT. Usaha Pulibu dapat meningkatkan pendapatan khususnya para
penambang pasir yang sebelumnya bekerja sebagai petani dan buruh
bangunan.
58
Penghasilan yang didapat penambang perhari adalah berkisar Rp.
50.000 - Rp. 100.000, tergantung dari kondisi pasir yang ada.Pada saat
air pasang maka pasir yang didapat juga lebih sedikit karena
pengambilan yang sulit. Jumlah pendapatan meningkat berkisar 50-100%
dari pendapatan sebelumnya. Perubahan ini seperti yang diungkapkan
oleh seorang karyawan sebagai penambang krikil mengatakan bahwa:
“Sebelum adanya pengambilan pasir ini saya bekerja sebagai buruh
bangunan dengan penghasilan ±Rp 1.000.000 perbulan namun
setela saya bekerja mengambil krikil penghasilan saya ±Rp
2.000.000 perbulan”.
Mereka juga mengatakan pada saat ini untuk mencari pekerjaan
sangat sulit. Apalagi jika tidak didukung oleh pendidikan yang
tinggi.Sementara mereka hanya berpendidikan rendah, ada yang hanya
tamat SD, ada yang hanya tamat SMP, ada yang sampai tamat SMA
namun ada juga yang tidak pernah sekolah.
c. Pendapatan Sopir Truk Pengangkut
Penambangan bahan galian C di sungai bila tidak hanya
berdampak positif bagi pemilik dan penambang. Selain bertambahnya
pendapatan tambang dan penambang juga menyerap tenaga kerja baru
yaitu sopir truk pengangkut pasir maupun kerikil yang membawa atau
mengantarkan bahan galian ke pembeli. Setiap hari sopir mengantarkan
bahan galian sampai ke tujuan dan pendapatan yang diperoleh adalah Rp.
50.000 – Rp. 60.000 perhari.
59
d. Pendapatan Pekerja (buruh angkut)
Pekerja atau buruh angkut adalah orang yang menyendok atau
menaikkan pasir, kerikil maupun koral dengan menggunakan sekop ke
dalam truk pengangkut bahan galian untuk selanjutnya dibawa ke
pembeli. Setelah sampai ke tempat pembeli pekerja kemudian
menurunkan pasir, kerikil maupun koral ke tempat yang sudah ditunjuk
oleh pembeli dengan menggunakan sekop. Pendapatan buruh angkut
untuk pasir perhari adalah Rp. 2.500/m sedangkan kerikil Rp. 3.000/m
dan untuk batu koral Rp. 5.000/m.
e. Terbukanya lapangan kerja baru
Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat sekitar daerah
penambangan dan observasi langsung dilapangan, salah satu manfaat
dibukanya penambangan di Kecamatan Cendana adalah penyerapan
tenaga kerja bagi masyarakat disekitar lokasi penambangan untuk
mendirikan usaha yaitu warung-warung makan di sepanjang lokasi
penambangan, dan lain sebagainya.
2. Dampak Tambang Galian Golongan C Terhadap Lingkungan
Fisik.
a. Erosi tebing sungai yang memicu terjadinya longsor
Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara kepada
masyarakat sekitar bila diperhitungkan tingkat erosi tebing yang paling
tinggi yang berpotensi longsor terjadi di lokasi pertambangan bahan
60
galian golongan C yaitu berada di Kecamatan Cendana salah satunya
dekat jembatan Sungai. Kondisi sungai juga semakin parah akibat
vegetasi penutup tebing telah gundul untuk pendistribusian bahan galian
dari sungai ke darat.
Penambangan mempengaruhi keseimbangan sungai yang
menyebabkan terjadinya angkutan sedimen yang besar. Angkutan
sedimen pada dasar akan menyebabkan penurunan dasar sungai sehingga
berdampak pada stabilitas tebing sungai. Jika stabilitas sungai semakin
lemah, maka dapat mengakibatkan kelongsoran tebing.
b. Kerusakan Jalan
Berdasarkan hasil observasi langsung dilapangan menunjukkan
bahwa, kerusakan infrasturuktur jalan semakin parah diakibatkan
penambangan bahan galian golongan C di Kecamatan Cendana.
Kerusakan ini disebabkan oleh pendistribusian pasir dan krikil
menggunakan truk setiap harinya. Jalan yang sebelumnya rata dan mulus
kini menjadi rusak dan berlubang-lubang, setiap turun hujan, makan
jalan yang berlubang tersebut akan terisi oleh air dan menjadi tergenang
yang akan membahayakan bagi pengguna jalan karena dapat
menimbulkan kecelakaan.
Selain itu salah satu jembatan yang menghubungkan kelurahan
pekan lama sudah mengalami rusak parah, bahkan aktivitas
penambangan sempat terhenti karena lebih dari setengah badan jalan
61
telah longsor. Namun penduduk setempat sudah memperbaiki jembatan
seadanya sehingga sudah bisa dilalui, namun belum sesuai dengan yang
diharapkan.
62
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil olah data SPSS diperoleh bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dan searah (positif) adanyta galian tambang yang
dilakukan oleh PT. Usaha Pulibu terhadap peningkatan pendapatan
perkapita masyarakat Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekangh
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,005 (jauh lebih kecil
dari 0,05) pada PT. Usaha Pulibu Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang.
2. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan perkapita
masyarakat melaju sebesar 36.639 + 0.137X. Artinya jika pendapatan
masyarakat di naikkan 1 Rupiah maka pendapatan masyarakat
perkapita akan meningkat sebesar 0,137 dengan besaran tambang
galian konstan yaitu 36.636.
3. Adapun dampak yang ditimbulkan oleh adanya galian tambang
terhadap yaitu 1) lingkungan ekonomi yang meliputi bertambahnya
pendapatan pemilik tambang, pendampatan penambang, pendapatan
supir truk pengangkut, pendapatan pekerja (buruh angkut), dan
63
terbukanya lapangan kerja. 2) terjadinya erosi tebing yang memicu
terjadinya longsor dan kerusakan jalan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian disarankan sebagai berikut:
1. Pemilik penambang yang belum mengurus Surat Ijin Penambangan
Daerah (SIPD) di Kecamatan Cendana untuk segera mengurusnya,
dengan tujuan agar penambang dan pemilik tambang mengetahui
bagaimana cara-cara dalam penambangan yang baik dan tidak
merusak lingkungan.
2. Sebaiknya kerusakan lingkungan segera diatasi agar tidak berdampak
lebih buruk lagi.
3. Sebaiknya Pemerintah Kabupaten Enrekang dan Kecamatan Cendana
Lebih memperhatikan lagi kondisi dan potensi daerah yang dimiliki
agar dapat memanfaatkannya lebih baik lagi guna kemajuan daerah.
64
DAFTAR PUSTAKA
As‟ad. 2005. Pengelolaan Lingkungan pada Penambangan Rakyat (Studi
Kasus Penambangan Intan Rakyat di Kecamatan Cempaka Kota
Banjarbaru Propinsi Kalimantan Selatan). Tesis. Universitas
Diponegoro.
Agus, Sartono, 2002, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, edisi
keempat, cetakan pertama, penerbit : BPFE, Yogyakarta
Ahmad Erani Yustika, 2002, Pembangunan dan Krisis: Memetakan
Perekonomian Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta
Boediono, 1999, teori pertumbuhan ekonomi, BPFE, Yogyakarta.
Chourmain, I dan Prihatin. 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Deliarnov, 1995, pengantar ekonomi makro, UI Pres
Diklat Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2007
Djajadiningrat, ST, 2007. Pertambangan Lingkungan dan Kesejahteraan
Masyarakat. Makalah Seminar Ilmiah Nasional: Mining,
Environment and People Welfare: Universitas Sam Ratulangi .
Dyahwanti, I N. 2007. Kajian Dampak Lingkungan Kegiatan Penambangan
Pasir pada Daerah Sabuk Hijau Gunung Sumbing di Kabupaten
Temanggung. Tesis. Universitas Diponegoro.
Harahap, S. Syafri. 2001. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antroplogi. Jakarta: Rineka Cipta.
MP. Todaro, 1997, pembangunan ekonomi di dunia ke tiga jilid 1 & 2
Erlangga, Jakarta.
Nopirin, 1995, teori pertumbuhan ekonomi, Edisi Pertama, BPFE,
Yogyakarta
Salim, HS. 2010. Hukum Pertambangan Di Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
65
Setyaningrum, K. 2010. Perilaku Masyarakat Desa di Jawa dalam
Menghadapi Kerusakan Lingkungan (Studi Kasus Di Desa
Klaces Kecamatan Kampung Laut Pulau Nusakambangan).
Skripsi S-1. Universitas Negeri Semarang.
Simanjuntak, J Payaman, 2001, pengantar ekonomi sumber daya manusia,
BPFE UI, Jakarta.
Soemarwoto, Otto. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sugiono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Bandung: CV.Alfabeta
Yudhistira, dkk. 2011. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat
Kegiatan Penambangan Pasir di Desa Keningar Daerah Kawasan
Gunung Merapi. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol. 9, Issue 2; 76-
84. Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana
UNDIP. Semarang.
66
KUESIONER
PENGARUH TAMBANG GALIAN GOLONGAN C TERHADAP
PENDAPATAN PERKAPITA MASYARAKAT KECAMATAN CENDANA
KABUPATEN ENREKANG
1. Identitas Responden
Nama :
Alamat :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan*
Bacalah petunjuk pengisian dan keterangan sebelum anda
menjawab pertanyaan yang diajukan.
2. Petunjuk Pengisian
Isilah jawaban berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara
memberikan tanda checklist pada kolom yang tersedia. Adapun
tanda kolom adalah sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) = 5
Setuju (S) = 4
Biasa Saja (BS) = 3
Tidak Setuju (TS) = 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
67
1. Pengetahuan Mengenai Tambang Galian
NO KETERANGAN STS TS BS S SS
1 Adanya tambang galian disekitar
temapt tinggal memberikan manfaat
kepada masyarakat
2 Jarak tambang dengan tempat tinggal
yang tidak jauh memberikan dampak
positif
3 Hasil tambang galian yang diperoleh
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
keluarga
4 Ada izin dari pemerintah setempat yang
harus dimiliki untuk dapat
memanfaatkan tambang galian tersebut
Pendapatan Masyarakat
1 Hasil tambang galian memberikan
penghasilan tambahan
2 Adanya tambang galian membuka
lapangan kerja bagi pengangguran di
sekitar area tambang
3 Penghasilan yang diperoleh dari
tambang meningkatkan kesejahteraan
keluarga dan masyarakat sekitar
tambang.
68
4 Penghasilan dari tambang lebih besar
dari penghasilan pekerjaan sebelumnya