SKRIPSI PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN OUTPUT...
-
Upload
truongthuy -
Category
Documents
-
view
270 -
download
9
Transcript of SKRIPSI PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN OUTPUT...
SKRIPSI
PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN OUTPUT INDUSTRI MARITIM TERHADAP
PENDAPATAN NASIONAL INDUSTRI MARITIM INDONESIA TAHUN 2009 – 2016
DISUSUN OLEH :
MELLA MULIASARI 1113084000028
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439/2018
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mella Muliasari
Nomor Induk Mahasiswa : 1113084000028
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siaap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Maret 2018
(Mella Muliasari)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Mella Muliasari
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 03 September 1995
3. Alamat : Gg Ikhlas Rt 005 Rw 08 No 125,
Kebagusan Kecil, Pasar Minggu Jakarta
Selatan, DKI Jakarta
3. Telepon : 081316190422
4. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. 2001-2007 : SDN Lenteng Agung 10 Pagi Jakarta
2. 2007-2010 : SMPN 175 Jakarta
3. 2010-2013 : SMKN 62 Jakarta
4. 2013-2018 : Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Organisasi Intra Sekolah Santri SMKN 62 Jakarta Periode 2010-2013
2. Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan (HMJ EP)
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2013-2014
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi “ Mengenal Lebih Dekat
Dengan Jurusan Sendiri”. HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah “Mewujudkan Regenerasi Mahasiswa
Ekonomi yang Berprestasi dalam Bidang Akademik”. HMJ Ekonomi
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
3. Seminar penaggulangan HIV/AIDS “Lets Avoid HIV/AIDS with Legal
Relationship”. BEM FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
THE EFFECT OF PRODUCTION COST, AND OUTPUT OF MARITIME INDUSTRY ON
NATIONAL INCOME OF INDONESIAN MARITIME INDUSTRY (PERIOD 2009-2016)
ABSTRACT
This research aims to analyze the effect of production cost, and output of
maritime industry on national income (GDP) of Indonesian maritime industry.
The population of data used in this research is the Maritime Industry in Indonesia
2009-2016. The analytical method used is multiple regression analysis and path
analysis method with EViews 9 and SPSS 20. The result of this research shows
that of production cost,and output of maritime industry have significant effect to
national income (GDP) of Indonesian maritime industry, whereas production cost
have a non-direct significant effect on the economic national income of
Indonesian maritime industry
Keyword: Production Cost, Output, , Maritime Industry , National Income of
Indonesian Maritime Industry.
PENGARUH BIAYA PRODUKSI, DAN OUTPUT INDUSTRI MARITIM
TERHADAP PERTUMBUHAN EKNOMI INDUSTRI MARTIM
INDONESIA (Tahun 2009-2016)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh biaya produksi, dan
output industri martim terhadap pendapatan nasional (PDB) industri maritim
Indonesia. Populasi pada penelitian ini yaitu industri maritim Indonesia tahun
2009-2016. . Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi
berganda dan analisis path dengan program EViews 9 dan SPSS 20. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi , output dan ekspor industri
maritim berpengaruh terhadap pendapatan nasional (PDB) industri maritim
Indonesia, namun biaya produksi memiliki pengaruh signifikan tidak langsung
terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi industri maritime Indonesia
Kata Kunci: Biaya Produksi, Output, Industri Maritim, Pendapatan Nasional
Industri Maritim Indonesia
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan Karunia-Nya
dengan segala pengetahuan dan kekuasaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH BIAYA PRODUKSI, DAN
OUTPUT INDUSTRI MARITIM TERHADAP PENDAPATAN
NASIONAL INDUSTRI MARTIM INDONESIA (Tahun 2009-2016)” dengan
baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih atas
bantuan, saran, bimbingan, dukungan, semangat dan doa baik langsung maupun
tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Abdul Sakur dan Ibu Nanah Kustinah tercinta
yang selalu mendukung, menasehati dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Muhammad Iqbal Syaid dan Bunga Kirana Ramadhani selaku adik penulis
yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
3. Yayah Rokayah dan Misti Selaku Ua penulis yang selalu memotivasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Ibu Najwa Khairina, SE.,MA selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Bapak Dr. Lukman selaku dosen pembimbing Skripsi yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan dengan baik
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menuntut
ilmu serta memberikan motivasi yang tidak ada henti kepada penulis.
9. Deya Ranita ,Anjeng Lestari, Rizky Oktaviani, Paracytha Gumilang, Retno
Dea, Devina, Yunita Damayanti, Indah Pertiwi dan Yunita, selaku sahabat
ciwi-ciwi penulis yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Minati Eka Wardani dan Cahayani Sinarta Sukma selaku sahabat penulis sejak
SMK yang selalu menemani, menyemangati penulis dalam menyelesaikan
skripsiini
xi
11. Uwil, Bundo , Kikil dan Ojek selaku sahabat babu yang selalu berisik dengan
obrolan liar tidak pentingNya yang menghibur penulis saat lelah dalam
menyelesaikan skripsi ini, ayo kita cari jodoh yang dewasa dan mapan.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekuarangan.
Untuk itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikannya sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih
lanjut. Amin.
Jakarta, 22 Maret 2018
Mella Muliasari
xii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi……………………………………………………… … i
Lembar Pengujian Kompre………………………………………………………….. Ii
Lembar Pengujian Skripsi…………………………………………………………… iii
Lembar Pernyataan Keaslian....................................................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup................................................................................................... v
Abstract……………………………………………………………………………….. vii
Abstrak........................................................................................................................... viii
Kata Pengantar……………………………………………………………………….. Ix
Daftar Isi……………………………………………..................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang……… ……………………………………………….................... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………… 10
C. Tujuan Masalah…………………………………………………………………… 12
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………........ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………..... 14
A. Kajian Teoritis……………………………………………………………………. 14
B. Sektor Kelautan………………………………………………………………......... 17
1. Industri Maritim…………………………………………………………............. 19
2. Biaya Produksi…………………………………………………………………… 22
3. Penjualan……………………………………………………………………….... 26
4. Output…………………………………………………………………………..... 27
xiii
C. Penelitian Terdahulu……………………………………………………………… 29
D. Kerangka Berpikir…………………………………………………………….......... 41
E. Hipotesis…………………………………………………………………………...... 46
BAB III METODELOGI PENELITIAN……………………………………………... 48
A. Metode Penelitian………………………………………………………………….... 48
B. Sumber dan Jenis Data………………………………………………………………. 48
C. Metode Pengumpulan Data………………………………………………………….. 49
D. Operasional Variabel Penelitian…………………………………………………… . 49
E. Metode Analisis Data……………………………………………………………….. 51
1. Uji Asumsi Klasik………………………………………………………………… 51
2. Uji Kesesuaian Model……………………………………………………………. . 56
3. Uji Hipotesis…………………………………………………………………....... .. 57
4. Analisis Path………………………………………………………………………. 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………………………………………… .. 62
A. Perkembangan Industri Maritim Indonesia………………………………………… 62
1. Kelautan dan Industri Maritim……………………………………………………. 62
2. Biaya Produksi……………………………………………………………………. 66
3. Penjualan………………………………………………………………………….. 68
4. Output……………………………………………………………………………... 70
B. Hasil Penelitian……………………………………………………………………….. 71
1. Hasil Uji Asumsi Klasik…………………………………………………………… 71
2. Hasil Uji Kelayakan Model………………………………………………………... 81
3. Hasil Uji Hipotesis………………………………………………………………..... 84
xiv
4. Interprestasi Analisis Path………………………………………………………….. 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………... 99
A. Kesimpulam…..……………………………………………………….................... 99
B. Saran………………………………………………………………………………... 99
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….......... 102
LAMPIRAN……………………………………………………………………………. 108
xv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Daftar Industri Maritim Berdasarkan IBS Kemenprin……………… 4
1.2 Perkembangan Biaya Produksi dan Output…………………………. 7
1.3 Perkembangan Penjualan Industri Maritim…………………………. 9
2.1 Penelitian Terdahulu………………………………………………… 33
3.1 Penjelasan Variabel………………………………………………….. 51
4.1 PDB Industri Maritim Tahun 2009-2016……………………………. 64
4.2 Biaya Produksi Industri Maritim Tahun 2009-2016………………… . 66
4.3 Penjualan Industri Maritim Tahun 2009-2016……………………....... 68
4.4 Output Industri Maritim Tahun 2009-2016…………………………… 70
4.5 Hasil Uji Multikoliniearitas Model Persamaan I……………………... 73
4.6 Hasil Uji Heterokedasitas Model Persamaan I………………………... 77
4.7 Hasil Uji Heterokedasitas Model Persamaan II………………………. 77
4.8 Hasil Uji Heterokedasitas Model Persamaan III……………………… 78
4.9 Hasil Uji Autokorelasi Model Persamaan I…………………………… 79
4.10 Hasil Uji Autokorelasi Model Persamaan II…………………………... 80
4.11 Hasil Uji Autokorelasi Model Persamaan III…………………………. 80
4.12 Hasil Uji Koefissien Determinasi Model Persamaan I………………… 82
4.13 Hasil Uji Koefissien Determinasi Model Persamaan II………………... 83
4.14 Hasil Uji Koefissien Determinasi Model Persamaan III………………. 84
4.15 Hasil Uji F Model Persamaan I………………………………………... 85
xvi
4.16 Hasil Uji t Model Persamaan I………………………………………… 87
4.17 Hasil Uji t Model Persamaan II………………………………............... 89
4.18 Hasil Uji t Model Persaamaan III……………………………………… 90
4.19 Hasik Analisi Pengaruh Langgsung dan Tidak Langsung……………… 92
xvii
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Skema Sistem Produksi……………………………………............ 28
2.2 Kerangka Pemikiran……………………………………………...... 45
3.1 Kerangka Struktural Analisi Pat…………………………………….. 61
4.1 PDB Industri Maritim Tahun2009-2016……………………………. 65
4.2 Biaya Produksi Industri Maritim Tahun2009-2016………………… 66
4.3 Penjualan Industri Maritim Tahun2009-2016……………………… 68
4.4 Output Industri Maritim Tahun2009-2016…………………………. 70
4.5 Hasil Uji Normalitas Model Persamaan I…………………………... 72
4.6 Hasil Uji Normalitas Model Persamaan I…………………………... 73
4.7 Hasil Uji Normalitas Model Persamaan I……………………........... 74
4.8 Kerangka Jalur………………………………………………………. 92
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1. Data Varibabel Per Triwulan…………………………………….. 108
2. Data Logaritma Variabel…………………………………………. 111
3. Uji Normalitas……………………………………………………. 112
4. Uji Multokolinearitas…………………………………………….. 113
5. Uji Heterokedasitas………………………………………………. 114
6. Uji Autokorelasi………………………………………………….. 114
7. Uji Koefisien Determinasi……………………………………....... 115
8. Uji F………………………………………………………………. 116
9. Uji t……………………………………………………………...... 116
10. Kerangka Struktural……………………………………………… 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu tujuan yang harus dicapai oleh sebuah
negara dalam upaya peningkatan pembangunan negara, selain itu keberadaan
pertumbuhan ekonomi juga dapat menjadi pola ukur kemajuan suatu negara dengan
negara lainnya. Dengan begitu tujuan adanya pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat negara tersebut khususnya dibidang ekonomi.
Bentuk perkembangan perekonomian dalam jangka panjang yang terjadi pada
suatu negara dapat dilihat dari perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling
mendasar. Perubahan ini dapat diketahui dari salah satu indikator perubahan yang
terjadi, yakni perubahan dari aktifitas ekonomi tradisional menuju industrialisasi,
dimana yang dimaksudkan tradisional disini adalah sektor pertanian tradisional yang
merupakan sektor utama dalam aktifitas perekonomian yang kemudian bergerak
menuju sektor industri yang selanjutnya akan mendominasi kegiatan ekonomi
menggantikan sektor pertanian.
Upaya peningkatan perekonomian dapat dilakukan dengan berbagai cara salah
satunya adalah industrialisasi. Sebagai salah satu upaya peningkatan pembangunan
ekonomi dalam jangka panjang, oleh karena itu pembangunan industri dirancang untuk
mampu mencapai struktur ekonomi yang lebih kuat dan seimbang yaitu dengan struktur
ekonomi dengan mengandalkan industri yang maju.
2
Perubahan struktur ekonomi dari ekonomi tradisional menuju ke sektor industri
yang akan mendominasi, merupakan dampak dari terjadinya mekanisme industrialisasi
dalam suatu wilayah ekonomi. Selanjutnya sektor industri akan mendominasi
perekonomian sehingga sektor pertanian akan tergeser atau sektor industri akan berada
satu tingkat di atas sektor jasa. Kedua sektor ini secara bertahap akan menggeser
keberadaan sektor pertanian (Todaro, dalam Febriyanto 2014: 1)
Industrialisasi dianggap sebagai “obat dan strategi” bagi banyak negara untuk
memperbaiki perekonomian mereka. Sebagai “obat” industri dianggap mampu
mengatasi permasalahan keterbelakangan, kemiskinan, ketimpangan dan
pengangguran, sedangkan sebagai “strategi” industrialisasi diartikan sebagai suatu
proses yang harus dilakukan melalui sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan
berurutan dalam proses perubahan struktur ekonomi di banyak negara.
Sektor industri saat ini merupakan leading sector dalam kegiatan
perekonomian. Leading sector berarti, pertumbuhan sektor industri akan mampu
mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor yang lainnya.
Pertumbuhan industri yang meningkat pesat akan merangsang pertumbuhan sektor
lainnya sebagai penunjang kegiatan bagi industri. Begitu pula dengan sektor jasa,
sektor ini akan berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, contohnya dengan
berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga pemasaran/periklanan, dan lain-lain.
Selanjutnya perkembang ekonomi di atas akan diikuti meluasnya peluang kerja
yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya
beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan masyarakat dapat
3
menunjukkan seberapa sehatnya pertumbuhan ekonomi tersebut. (Sukirno dalam
Febriyanto, 2014:2). Hal di atas merupakan tujuann pengaruh linier sektor industri
terhadap perekonomian suatu wilayah.
Saat ini industrialisasi tidak hanya berlaku di dalam negeri namun juga di luar
negeri, industri memungkinkan suatu negara mampu melakukan ekspor ke negara lain.
Selain itu globalisasi membuat perekonomian semakin kompleks, liberalisasi
perdagangan semakin memudahkan pelaku ekonomi untuk menjalankan bisnisnya di
dalam maupun di luar negeri sehingga persaingan antar bangsa pun semakin sengit.
Era perekonomian terbuka seperti ini memungkinkan pemanfaatan segala
potensi ekonomi semaksimal mungkin agar dapat menghasilkan barang dan jasa yang
benilai saing tinggi baik dari sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam yang
melimpah sehingga banyak potensi ekonomi yang terus dapat dikembangkan salah
satunya adalah potensi ekonomi sektor kelautan. Definisi ekonomi kelautan atau
ekonomi maritim adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah pesisir, lautan,
dan di darat (lahan atas) yang mengunakan sumber daya alam dan jasa kelautan atau
maritim untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan (Dahuri, 2004 : 7).
Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki wilayah
perairan 75% dari jumlah total wilayah negara, Indonesia memiliki potensi
pembangunan (ekonomi) kelautan yang besar dan beragam. Bidang Kelautan yang
dimiliki Indonesia terdiri dari berbagai sektor yang dapat dikembangkan untuk
4
memajukan dan memakmurkan bangsa Indonesia, salah satunya adalah Industri
Maritim.
Industri maritim memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi sektor
ekonomi unggulan Indonesia, hal ini dapat tercermin dari melimpahnya sumber daya
kelautan Indonesia yang kaya dan bernilai tinggi apabila diolah industrialisasi,
sehingga dapat menghasilkan barang benilai tinggi. Industri maritim terdiri dari
berbagai jenis industri namun secara garis besar dalam indikator industri besar sedang,
industri maritim dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1
Daftar Industri Maritim berdasarkan IBS Kemenprin
No Industri Maritim Sub – Sektor Industri Maritim
1. Industri Perikanan a. Industri penggaraman / pengasinan ikan
b. Industri pengasapan / pemanggangan
ikan
c. Industri pembekuan ikan
d. Industri pemindangan ikan
e. Industri pengolahan dan pengawetan ikan
f. Industri pengolahan dan pengawetan
biota air
g. Industri penggaraman / pengasinan biota
air
h. Industri pembekuan biota air lainnya
i. Industri pemindangan biota air lainnya
j. Industri pengolahan dan pemindangan
biota air
2. Industri Minyak dan gas a. Industri pemurnian dan pengolahan gas
alam
b. Industri pembuatan minyak pelumas
3. Industri Galangan kapal a. Industri kapal dan perahu
5
b. Industri peralatan, perlengkapan dan
bagian kapal
Sumber : Kementrian Industri
Berdasarkan jurnal penelitian yang dikeluarkan oleh Dewan Kelautan ( Dewan
Kelautan 2012 : 11) , Industri maritim merupakan penyumbang terbesar pendapatan
sectormaritim Indonesia .Indikator pendapatan industri maritim dapat dilakukan
dengan melihat beberapa faktor yang mempengaruhinya, contohnya adalah biaya
produksi, output dan kedua faktor ini saling terintegrasi dalam pembentukan
pendapatan industri maritim. Tingginya rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan
akan berdampak pada tingkat penjualan yang akan dilakukan. Secara kuantitas , suatu
perusahaan akan membatasi penjualan dengan melakukan perhitungan penyesuaian
pada biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, ketika penjualan
secara kuantitas berkurang tentunya juga akan berdampak pada laba yang diperoleh
(Saday dalam Ramadhan 2015: 2).
Perolehan laba merupakan salah satu tujuan utama pendirian sebuah perusahaan
atau industry. Apabila laba gagal didapatkan maka perusahaan tidak dapat memenuhi
tujuan lainnya, misalnya pertumbuhan yang terjadi terus menerus atau perkembangan
perusahaan (going concern) serta tanggung jawab social (corporate social
responbility). Dengan laba perusahaan mampu tumbuh dan berkembang, selain itu
perusahaaan juga dapat menggunakan kemampuannya yang lebih besar, memberikan
tingkat kepuasan terbaik pada konsumen, dan pada akhirnya perusahaan dapat
6
memperkuat kondisi perekonomian secara nasional (Swastha, dalam Ramadhan, 2015
: 2).
Selain biaya produksi, salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan
industri adalah output. Output adalah nilai total produksi yang dapat dihasilkan oleh
suatu perusahaan. Cara menghitung output adalah dengan menjumlahkan nilai dari
berbagai produk, dimana nilai produk dihasikan dari harga produk perunit dikali
jumlah produk. Output saling berkaitan dengan biaya produksi, dimana tinggi
rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan dapat berdampak pada jumlah produksi
dan pada akhirnya mempengaruhi output. Semakin banyak output yang dihasilkan,
maka semakin besar peluang untuk meningkatkan penjualan dan memperoleh laba
sehingga pendapatan nasional (PDB) akan mengalami peningkatan.
Dalam era globalisasi ini perdagangan internasional merupakan kegiatatan
penting untuk meningkatkan ekonomi negara. Dalam mewujudkan cita –cita Indonesia
sebagai Negara Berporos Maritim maka kegiatan ekonomi industri martim merupakan
salah satu tolak ukur kesuksesan . Kegiatan industri dalam perekonomian adalah
dengan meningkatkan daya guna atau nilai barang yang akan dijual baik di dalam
maupun di luar negeri sehingga dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi, hal ini
sesuai dengan pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Pudji Astuti yang
menyarakan untuk mengelola sumber daya laut kedalam industrialisasi terlebih dahulu
dibandingkan dengan melakukan ekspor barang mentah (non-olah) (Kompas, 2016 : 3)
7
Tabel 1.2
Perkembangan Biaya Produksi, dan Output Industri Maritim dan PDB
Industri Maritim 2009-2016 (dalam Juta Rupiah)
Tahun Biaya
Produksi
Output PDB Industri
Maritim
2009 12.646.302 18.357.539 74.335.173
2010 14.087.089 21.574.842 199.382.122
2011 21.733.599 23.338.751 227.587.238
2012 23.675.247 24.154.090 255.949.387
2013 27.363.585 26.780.871 291.656.000
2014 28.830.180 38.360.775 396.267.581
2015 25.207.535 36.463.473 342.659.507
2016 30.277.518 47.845.956 449.875.655 Sumber : Kementrian Perindustrian.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah biaya
produksi, output dan ekspor di bidang industri maritim. Pada tabel diatas, biaya
produksi menunjukan angka peningkatan yang dinamis, peningkatan biaya produksi
tidak hanya akan menurunkan jumlah produksi namun juga dapat meningkatkan
jumlah produksi, seperti tahun 2014 peningkatan biaya produksi disebabkan oleh
naiknya jumlah permintaan pengolahan ikan sehingga produsen meningkatkan jumlah
output mereka yang berdampak pada naiknya biaya bahan baku sebagai salah satu
bagian dari pembentuk biaya produksi, namun pada tahun 2015 peningkatan biaya
produksi menurunkan jumlah output. Hal ini disebabkan oleh naiknya biaya tenaga
kerja dan biaya bahan baku khususnya mesin-mesin canggih yang harus diimpor dari
luar negeri.
Output mengalami peningkatan drastis pada tahun 2014 dan mengalami
penurunan di 2015, peningkatan drastis output industri maritim pada 2014 terjadi
8
karena adanya peningkatan jumlah produksi yang dihasilkan oleh industri perikanan
secara signifikan, sedangkan penurunan output di tahun 2015 disebabkan oleh
tingginya biaya produksi minyak dan gas sehingga industri migas pada tahun 2015
memproduksi barang lebih sedikit. Selain itu kenaikan biaya produksi minyak dan gas
menyebabkan kenaikan bahan bakar minyak untuk semua industri sehingga perusahaan
menekan jumlah output mereka di tahun 2015.
Berdasarkan data diatas pendapatan nasional (PDB) industri maritim
mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2009 sampai 2014, dan mengalami
penurunan di tahun 2015. Pendapatan nasional yang paling tinggi terjadi di tahun 2016
dimana industri maritim mampu menghasilkan Rp. 449.875.655 (dalam juta rupiah),
sedangkan pendapatan nasional yang paling rendah terjadi di tahun 2009 yang hanya
mampu menghasilkan Rp 74.335.173 (dalam juta rupiah). Pada tahun 2015 pendapatan
nasional (PDB) industri maritim mengalami penurunan sehingga hanya mampu
menghasilkan Rp 342.659.507 (dalam juta rupiah). Penurunan ini terjadi karena
beberapa faktor, yakni turunnya jumlah produksi yang dihasilkan oleh Industri minyak
dan sebagai akibat dari naiknya biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
–perusahaan di tahun 2015.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Saday (Dalam Ramadhan 2015:2)
mengenai biaya produksi dapat mempengaruhi penjualan, dimana perusahaan akan
membatasi penjulan nya dengan melakukan perhitungan penyesuaian dengan biaya
produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan atau industri tersebut ,oleh karena itu biaya
9
produksi memerlukan variabel mediasi dalam mempengaruhi pendapatan, yakni
penjualan. Berikut ini data penjualan agregat yang dilakukan oleh Industri maritim
tahun 2009-2016:
Tabel 1.3
Perkembangan Penjualan Industri Maritim Tahun 2009-2016 (dalam Juta
Rupiah)
Tahun Penjualan
2009 36.275.475
2010 23.265.488
2011 35.461.054
2012 44.431.708
2013 59.058.383
2014 116.479.336
2015 114.180.842
2016 124.743.498 Sumber : Kemenprin
Pada dasarnya semua negara ingin selalu meningkatkan perekonomiannya,
karena dengan meningkatnya perekonomian suatu negara maka dapat dikatakan bahwa
negara tersebut semakin tinggi kesejahterannya. Dalam era modern seperti ini cara
yang paling optimal untuk meningkatkan perekonomian suatu negara adalah dengan
melakukan industrialisasi.
Suatu negara mengalami industrialisasi ketika negara tersebut telah mencapai
tahapan dimana industri berperan sebagai leading sector . Industrialisasi adalah proses
transformasi struktural dalam suatu negara dimana terjadi peningkatan dari sektor
industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan kesempatan kerja (Chenery,
10
dalam Ramadhan 2015:5). Berdasarkan pengalaman di hampir semua negara, dapat
dikatakan bahwa indutrialisasi sangat diperlukan eksistensinya untuk menjaga
kelangsungan peningkatan pembangunan ekonomi jangka panjang dengan laju
pendapatan nasional yang tinggi dan berkelanjutan, sehingga dapat menghasilkan
pendapatan per kapita pertahun yang mumpuni di masa yang akan datang.
Mengingat luas wilayah Indonesia yang didominasi oleh perairan, bukan tidak
mungkin Indonesia dapat menjadi Negara Poros Maritim Dunia. Banyak sekali prospek
dan potensi laut Indonesia yang dapat dikelola dengan cara industrialisasi. Oleh karena
itu jika pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai negara berporos maritim, maka
pembangunan industri maritim sangat diperlukan sehingga dapat memanfaatkan laut
sebagai penghasil pendapatan nasional secara optimal. Pendapatan nasional ekonomi
kelautan melalui industri maritim dapat dilihat melalui beberapa faktor penentu, antara
lain biaya produksi, dan output. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis
memberikan judul pada penelitian skripsi ini dengan judul :
“Pengaruh Biaya Produksi, Dan Output, Industri Maritim Terhadap
Pendapatan Nasional Industri Maritim Indonesia (Tahun 2009-2016)”
B. Rumusan Masalah
Untuk mengembangkan indsutri ekonomi martim yang dapat menyumbangkan
manfaat besar bagi Indonesia, perlu diketahui faktor mana sajakah yang mempunyai
andil besar terhadap pendapatan nasional industri maritim Indonesia. Dalam
pengklafisikasian yang dikeluarkan oleh Kementrian Perindustrian tentang Industri
11
Besar Sedang, dan berdasarkan pengklasifikasian Industri Maritim menurut Dahuri
(2004 : 12) maka Industri Maritim dapat dibagi menjadi tiga besar yakni Industri
perikanan dan pengolahan biota air, Industri Minyak dan gas dan Industri Galangan
Kapal. Dari ketiga kategori Industri ini dapat dibagi lagi menjadi lebih rinci
berdasarkan kategori Industri Besar Sedang yang dapat dilihat dalam tabel 1.1 diatas.
Berdasarkan kategori Industri Besar Sedang, maka Industri Maritim yang terdapat
dalam kategori industri besar sedang termasuk kategori industry manufaktur, yakni
industri yang menghasilkan suatu barang dengan melakukan proses produksi di
dalamnya, sehingga untuk mengetahui seberapa besar industry-industri ini dalam
mempengaruhi pendapatan nasional (PDB) Industri Maritim maka diperlukan
beberaapa indikator, yakni biaya produksi dan output.
Dalam pengaruhnya terhadap pendapatan nasional, biaya produksi memerlukan
mediasi atau intervening variable sebelum akhirnya dapat mempengaruhi pendapatan,
intervening variable yang dimaksud adalah penjualan, dimana biaya produksi akan
mempengaruhi penjualan terlebih dahulu sebelum mempengaruhi pendapatan nasional.
Sedangkan output diduga dapat mempengaruhi pendapatan secara langsung tanpa
memerlukan bantuan mediasi atau intervening variabel. Berdasarkan uraian di atas
maka penulis merumuskan rumusan masalah seperti berikut:
1. Bagaimana pengaruh langsung biaya produksi industri maritim terhadap
Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia.
12
2. Bagaimana besar pengaruh tidak langsung biaya produksi industri maritim
terhadap Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia.
3. Bagaimana pengaruh biaya produksi industri maritim terhadap variabel
intervening penjualan Industri Maritim Indonesia.
4. Bagaimana pengaruh output industri maritim terhadap Pendapatan Nasional
(PDB) Industri Maritim Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel biaya
produksi, output dan ekspor industri maritim dalam mempengaruhi pembentukan PDB
Industri Maritim Indonesia. Dari variabel yang dipilih akan terlihat variabel mana yang
memiliki pengaruh dominan dan yang mana yang tidak. Ada pun tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mendapatkan pengaruh langsung biaya produksi yang dikeluarkan oleh
industri maritim terhadap Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim
Indonesia.
2. Untuk mendapatkan pengaruh tidak langsung biaya produksi yang dikeluarkan
oleh industri maritim terhadap Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim
Indonesia.
3. Untuk mendapatkan pengaruh biaya produksi yang dikeluarkan oleh industri
maritim terhadap terhadap variabel intervening penjualan Industri Maritim
Indonesia.
13
4. Untuk menganalisis pengaruh output yang dihasilkan industri maritim terhadap
Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik adalah penelitian yang mampu memberikan manfaat untuk
orang banyak yang nantinya dapat dijadikan rujukan atau pun dilakukan penelitian
lanjut mengenai topik yang dibahas pada penelitian ini. Adapun manfaat dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Bagi penulis ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
tentang potensi Industri Maritim dan faktor pembentuk pendapatan nasional
Industri Maritim yang dapat dioptimalkan lagi penggunaanya demi
memberikan manfaat bagi pembangunan dan pertumbuhan Indonesia
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi mengenai
potensi Industri Maritim bagi penulis maupun bagi peneliti selanjutnya
yang tertarik untuk meneliti tentang potensi ekonomi industri maritim
Indonesia, khusunya industri maritim juga dapat dijadikan bahan referensi
tambahan
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur pemerintah dalam
mengembangkan instrumen kebijakan ekonomi kelautan, khususnya
14
industri maritim. Instrumen kebijakan dibidang maritim yang dikelola
dengan baik tentu saja dapat mengembalikan kejayaan maritim Indonesia
sehingga bidang industri maritim dapat menjadi sektor yang dapat
dihandalkan pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Nasional (PDB)
dalam negeri tentu saja akan meningkatkan kesejahteraan Indonesia.
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk ikut andil memelihara dan
potensi maritim Indonesia sebaik mungkin.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan memaparkan hal yang melatar belakangi penelitian ini.
Cakupan penjelasan teori yang terdapat dalam bab ini meliputi teori pendapatan
nasional (PDB) dan pembahasan biaya produksi dengan variabel interveningnya
yakni penjulan , dan output Industri Maritim dalam mempengaruhi jumlah
pendapatan nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia. Selain itu pada bab ini,
penulis juga memaparkan beberapa penelitian terdahulu mengenai biaya produksi,
penjualan dan output industri maritim yang mempengaruhi pendapatan nasional
(PDB) industri maritim yang sudah dilakukan sebelumnya. Pada bagian akhir bab
ini, penulis menjelaskan pembentukan model yang akan digunakan dalam
penelitian ini.
A. KAJIAN TEORITIS
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Untuk mengetahui apakah perekonomian dalam suatu negara berlangsung
dengan baik atau buruk dapat dikelathui dengan melihat suatu indikator yang
dapat digunakan untuk menilai dan mengukur apakah perekonomian tersebut
berlangsung dengan baik atau buruk. Indikator tersebut harus dapat digunakan
untuk mengetahui berapa besar total pendapatan yang diperoleh semua orang
dalam perekonomian. Indikator yang sesuai dengan kriteria pengukuran tersebut
adalah Produk Domestik Bruto (PDB).
Produk Domestik Bruto atau pendapatan nasional adalah nilai barang
akhir yang dihasilkan atau diproduksi suatu negara dalam suatu tahun tertentu
16
(Sukirno, 2000:28). Produk Domestik Bruto adalah ukuran statistika utama dalam
perekonomian yang dijadikan patokan karena dianggap sebagai ukuran tunggal
terbaik mengenai penggambaran kesejahteraan masyarakat. Hal ini diprakarsai
oleh pengukuran PDB yang mengukur dua hal pada saat bersamaan yakni : total
pendapatan dan pengeluaran.dm Menurut mankiw (2012 : 16) alasan mengapa
PDB dapat diajadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui berapa besar total
pendapatan dan pengeluaran suatu perekonomian secara keseluruhan karena
dalam menghitung pembentukan PDB, perhitunggannya yang dilakukan antara
pendapatan pasti sama dengan pengeluaran.
Sebagai alat pengukur ekonomi PDB memiliki empat komponen yaitu
konsumsi rumah tangga, investasi, konsumsi pemerintah dan nett eskpor.
Berdasarkan komponen-komponen tersebut, maka perhitungan PDB dapat
dilakukan dengan rumus dibawah ini :
PDB = C + I + G + (X-M)
Keterangan :
C : Konsumsi rumah tangga
I : Investasi
G : Konsumsi pemerintah
X : Ekspor
M : Impor
Menurut Mankiw (2006 : 15) dalam menunjukan data pendapatan nasional
dari sisi PDB yang dihitung dengan cara produksi neto atau nilai tambah ,
dikategorikan menjadi dua, yaitu :
17
a. PDB Riil / Konstan
PDB Riil adalah PDB yag menunjukan apa yang akan terjadi terhadap
pengeluaran pada output jika jumlah berubah tetapi harga tidak
mengalami perubahan.
b. PDB Nominal
PDB Nominal adalah nilai barang dan jasa yang diukur dengan harga
berlaku pada periode tersebut.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perhitungan PDB nominal
menggunakan harga yang tengah berlaku sebagai landasan perhitungannya,
umumnya pdb nominal digunakan untuk melihat pergeseran yang terjadi dalam
sektor perekonomian, sedangkan PDB Riil dalam perhitunggannya
menggunakkan harga konstan pada tahun dasar yang sudah ditentukan, PDB riil
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun suatu
wilayah.
B. SEKTOR KELAUTAN DALAM PEREKONOMIAN.
Secara bahasa kata “kelautan” berasal dari kata laut yang mendapatkan
imbuhan “ke” dan “an” sehingga menjadi kelautan yang memiliki arti tersendiri.
Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia dalam jurnal Rikmat Ismatullah, kelautan secara umum diartikan
sebagai “hal-hal yang berkaitan dengan laut”. Sedangkan laut sendiri adalah
kumpulan air asin (dalam jumlah banyak dan luas) yang mengenangi dan
membagi daratan atas benua atau dapat dikatan juga sebagai bagian dari bumi
yang tertutup oleh air.
18
Saat ini ekonomi kelautan masih relatif baru dalam ranah ekonomi,
sehingga bisa dilihat dari tebatasnya definisi dan pembahasan yang ada mengenai
bidang ini. Secara etimologi pengertian dari ekonomi kelautan memiliki makna
yang luas seperti yang didefinisikan oleh beberapa ahli berikut ini (Ismatullah,
2011 : 96) :
1. Sulistyo mendefinisikan ekonomi kelautan adalah pemanfaatan suatu
kawasan perairan yang ditetapkan sebagai kawasan pertumbuhan
perekonomian berdasarkan karakter yang dimiliki setiap kelompok
perairan tersebut.
2. Adisasmita mengatakan bahwa ekonomi kelautan atau ekonomi
archipelago mempelajari masalah keterkaitan dan ketergantungan
ekonomi antar wilayah daratan dan antar wilayah perairan dalam suatu
kawasan kepulauan.
3. Prof.Dr. Rokhmin Dahuri berpendapat bahwa ekonomi kelautan
menata dan mengembangkan perekonomian berbasis kelautan, yang
merupakan cikal-bakal bagi pertumbuhan dan pengembangan sektor-
sektor terkait kelautan lainnya.
Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
wilayah perairan 75% dari jumlah total wilayah negara, Indonesia memiliki
potensi pembangunan (ekonomi) kelautan yang besar dan beragam. Potensi
kelautan ini dibagi menjadi empat tipe, yakni potensi kelautan yang dapat
diperbaharui (renewable), potensi kelautan yang tidak dapat diperbaharui (non-
19
renewable), potensi kelautan dibidang jasa dan potensi energi kelautan (Dahuri,
2004 :5)
Dalam jurnal yang dikeluarkan oleh Dewan Kelautan (2012:6),
menyatakan bahwa daa sebuah laporan dari lembaga studi ternama asal Jerman
yakni Mc Kinsley Global Institute, menyatakan dalam laporannya “The
Archipelago Economy : Unleashing Indonesia’s Potential” bahwa bidang kelautan
dan perikanan khususnya industri maritim adalah salah satu faktor yang akan
membuat Indonesia menjadi negara berekonomi maju pada tahun 2030, dimana
pada tahun tersebut diprediksikan perekonomian Indonesia akan mendatkan posisi
yang kuat dalam perkonomia dunia, mengalahkan ekonomi Jerman dan Inggris.
Berpacu dari pernyataan tersebut dan melihat dari banyaknya potensi sub sektor
kelautan yang masih dapat dikembangkan. Maka diperlukan perhatian khusus dari
pemerintah dalam mengupayakan ekonomi kelautan berbasis industri menjadi
poros ekonomi Indonesia benar benar tercapai.
1. Industri Maritim
Dalam rangka pemanfaatan sumber daya untuk menjadikan kekuatan
ekonomi Indonesia berkembang, maka diperlukan kegiatan industrialisasi sebagai
langkah peningkatan nilai barang untuk menghasilkan keuntungan yang lebih
besar. Secara gasir besar pengertian industri dibagi menjadi dua, yakni secara
umum dan secara teori ekonomi. Pengertian Industri secara umum adalah
perusahaan-perusahaan yang mengoperasikan kegiatan ekonomi golongan sektor
sekunder. Dalam teori ekonomi industri adalah kumpulan perusahaan yang
20
memproduksi barang yang sama atau identik yang terdapat dalam suatu pasar
yang sama (Sukirno, 2010 : 6).
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian,
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), secara luas industri
yaitu “industri adalah industri yang mencakup semua usaha dan kegiatan di
bidang eknomi bersifat produktif”.
Melalui beberapa definisi industri diatas maka dapat disimpulkan bahwa
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah hasil-hasil sumberdaya untuk
menghasilkan barang atau jasa dengan nilai jual yang lebih tinggi, yang dilakukan
oleh bebrerapa atau kumpulan perusahaan-perusahaan. Industri adalah salah satu
bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejateraan penduduk,
dan sumber daya manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam secara optimal
dan efisien.
Industri di Indonesia dapat dikelompokan kedalam beberapa macam
kelompok, salah satunya adalah industri yang dikelompokan berdasarkan tenaga
kerja , yang dibedakan menjadi 4 golongan, seperti berikut :
a. Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih
b. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang,
c. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang,
21
d. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4
orang
Melalui beberapa pengertian industri diatas maka dapat digaris besarkan
bahwa industri maritim adalah kegiatan ekonomi yang mengolah hasil-hasil
sumberdaya kelautan, baik berbentuk sumber daya alam maupun sumber daya
manusia untuk menghasilkan barang atau jasa dengan nilai jual yang lebih tinggi,
yang dilakukan di laut, wilayah pesisir maupun darat.
Industri maritim terdiri dari berbagai jenis industri baik secara makro
maupun mikro antara lain lain industri perikanan, industri gas dan minyak bumi,
dan industri galangan kapal.
Sektor industri perikanan yang dilakukan dapat berupa industri makro
maupun mikro, namun industri yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan
industri besar dan sedang sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Kementrian
Perindustrian. Sedangkan dari industri galangan kapal umumnya hanya dilakukan
secara makro, industri ini meliputi pembuatan dan reparasi kapal, serta
penyediaan bangunan laut, begitu juga industri minyak dan gas yang merupakan
industri maritim terbesar dari sektor keluatan dan bersifat makro yang
memerlukan banyak modal dan tenaga kerja. Industri ini meliputi pengilangan
dan pengolahan minyak dan gas.
Industri sangat diperlukan oleh sebuah negara, karena industrialisasi kerat
kaitannya dengan kesejahteraan ekonomi negara tersebut. Suatu negara dikatakan
tengah mengalami industrialisai saat negara tersebut telah mencapai tahapan
dimana sektor industri sebagai leading sektor. Industrialisasi adalah proses
22
transformasi struktural dalam suatu negara dimana terjadi peningkatan dari sektor
industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan kesempatan kerja (Butar-
Butar, 2012 : 4).
Berdasarkan pengalaman di hampir smua negara, dapat dikatakan bahwa
indutrialisasi sangat diperlukan eksistensinya kelangsungan untuk menjaga
keberlangsungan pembangunan ekonomi jangka panjang dan berkelanjutan. Oleh
karena itu jika pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai negara berporos
maritim maka pembangunan Industri Maritim sangat diperlukan. (Kemenprin,
2012:2). Untuk mengetahui pengaruh Industri maritim terhadap pendapatan
nasional (PDB) Industri maritim maka penelitian ini menggunakan faktor biaya
produksi, output dan ekspor sebagai tolak ukur .
2. Biaya Produksi
Dibandingkan dengan perusahaan jasa dan dagang, perusahaan manufaktur
mempunyai kegiatan yang lebih kompleks. Hal ini disebabkan karena perusahaan
manufakturmelakukan proses produksi untuk mengubah bahan baku menjadi
produk siap jual, sedangkan perusahaan dagang hanya menjual barang yang siap
ijual tanpa melakukan proses produksi terlebih dahulu. (Haryono dalam Putra
2014 : 14 ).
Menurut Sunarto biaya adalah faktor yang mempunyai kepastian yang
tinggi dalam menentukan penjualan (Sunarto dalam Putra, 2014 : 16 ). Sebab itu
untuk menjalani kegiatan proses produksi guna mengubah bahan baku menjadi
bahan jadi diperlukan biaya-biaya yang harus dikeluarkan demi menghasilkan
23
barang jadi, untuk menutupi biaya yang harus dikeluarkan maka perusahaan harus
menyesuaikan harga jual produk dan tingkat penjualan yang akan dilakukan.
Mulyadi (Dalam Marwasputra, 2010: 13) biaya produksi adalah biaya
yang terjadi dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk
dijual, baik yang dikeluarkan langsung maupun tidak langsung dalam proses
produksi. Biaya produksi menurut Daniel ( Dalam Marwasputra, 2010 : 14 )
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para pengusaha atau pemilik faktor
produksi dalam proses produksi, baik yang dikeluarkan secara tunai maupun
tidak tunai. Secara garis besar, biaya produksi adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan guna membiayai proses produksi dalam mengolah
bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi produk jadi yang siap untuk
digunakan oleh konsumen .
Penelitian ini menggolongkan biaya yang digunakan dalam kegiatan
produksi berdasarkan fungsi pokoknya. Karena dari keseluruhan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur, biaya produksi cenderung menjadi
pengeluaran yang paling besar jumlahnya. Biaya produksi yang digolongkan
berdasarkan fungsinya dibagi menjadi tiga yakni :
1. Biaya Bahan Baku
Pengertian bahan baku menurut Nafarin (2004:82), bahan baku
merupakan bahan langsung, yaitu bahan yang membentuk suatu kesatuan
yang tidak terpisahkan dari produk jadi. Bahan baku biasanya mudah
ditelusuri dalam suatu produk dan harganya relatif lebih tinggi
dibandingkan dengn biaya bahan penolong atau pembantu. Sedangkan
24
bahan pembantu itu sendiri merupakan bahan pelengkap yang
melekatsuatu produk, yang tidak dapat dipisahkan dalam proses produksi.
Bahan pembantu biasanya tidak mudah ditelusuri dalam suatu produk dan
harganya relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan baku.
Menurut Ahyari (Dalam Marwasputra, 2010 : 15 ) bahan baku
sebagai bahan antara dalam kegiatan produksi perlu mempertimbangkan
hal-hal yang menyangkut :
a. Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu periode
b. Kelayakan harga barang
c. Kontinuitas persediaan barang
d. Kualitas bahan baku
e. Biaya pengangkutan
2. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah pengeluaran yang dikeluarkan
perusahaan untuk membayar (upah atau gaji) tenaga manusia yang
bekerja mengolah produk dalam perusahaa tersebut (Nafarin, dalam
Marwasputra 2010 : 21). Sedangkan menurut Syahyunan (Dalam
Marwasputra 2010 : 22). Biaya tenaga kerja adalah bentuk dari semua
balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan.
Dlam proses produksi dikenal istilah dengan biaya tenaga dkerja
langsung dimana biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan sebagai balas
jasa dari perusahaan kepada karyawannya, yang manfaatnya dapat
diikenali dalam produk yang sudah dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
25
Pengertian-pengertian biaya tenaga kerja diatas dapat disimpulkan
bahwa biaya tenaga kerja adalah pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan sebagai bentuk dari penggunaan tenaga kerja dalam
kegiatan mengolah produk.
Menurut Soekartawi (Dalam Marwasputra 2010 :22 ) tenaga kerja
adalah faktor penting yang perlu diperhitungkan andilnya dalam proses
produksi , tidak hanya dilihat dari kentersediannya namun juga dilihat
kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhatikan.
3. Biaya bahan penolong
Biaya bahan penolong biasanya digunakan sebagai bahan
pembantu dalam proses produksi produk, yang biasa disebut dengan
supplies pabrik, yaitu bahan yang diperlukan dalam pembuatan suatu
produk yang bersangkutan (Achmad dalam Marwasputra 2010 : 25 ).
Biaya bahan penolong adalah bahan yang bersifat pembantu didalam
proses produksi untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi,
nilainya relatif kecil jika dibanding biaya produksi.
Bahan penolong adalah bahan yang diolah menjadi barang jadi
namun pemakaiannya atau manfaatnya tidak dapat dikenali secara mudah
pada produk jadi. Biaya bahan penolong dihitung dari dharga perolehan ari
bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi, seperti
penggunaan bahan bakar, penggunaan pewarna dll. (Syuhnan dalam
Marwasputra, 2010 : 26)
26
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa biaya bahan
penolong adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang digunakan
sebagai bahan pembantu dalam proses produksi, yang nilainya relatif kecil
dibandingkan biaya produksinya.
Kebijakan yang diambil suatu perusahaan atau industri dalam menetapkan
besarnya harga jual dan tingkat penjualan tidak bisa dikatakan baik apanila hanya
ditujukan untuk menutupi semua biaya yang dikeluarkan tanpa adanya perolehan
laba yang diharapkan, meskipun dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
3. Penjualan
Penjualan merupakan sumber utama pendapatan yang diharapkan oleh
sebuah perusahaan atau industri, pendapatan yang didapat dari penjualan akan
digunakan untuk membiayai semua kegiatan perusahaan dan untuk
mengembangkan usahanya.
Menurut Sutamto (Dalam Marwasputra, 2010 : 30) penjualan merupakan
usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menyalurkan barang yang telah ia
produksi untuk mendapatkan uang sebagai imbalannya. Sedangkan menurut
Winardi (Dalam Marwasputra, 2010 : 30) penjualan adalah proses dimana
penjual memastikan dan memuaskan kebutuhan maupun keinginan dari pembeli
yang berkelanjutan dan saling menguntungkan.
Menurut Swastha (Dalam Marwasputra, 2010 :32) terdapat beberapa
tujuan perusahaan dalam melakukan penjualannya, yakni :
a. Mencapai kuantitas penjualan tertentu
b. Memperoleh laba yang diharapkan
27
c. Menunjang pertumbuhan perusahaan
4. Output / Total Produksi
Teori produksi adalah ilmu yang mempelajari berbagai macam input pada
tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan output tertentu (Butar-Butar,
2012:13). Teori produksi dipelajari untuk menentukan tingkat produksi yang
optimal dengan sumber daya yang ada.
Menurut Aziz N. (Dalam Butar-Butar 2012:13), teori produksi dibedakan
menjadi duayaitu jangka pendek dan jangka panjang. Teori produksi jangka
pendek perhitungan faktor produksi yang menggunakan input yang bersifat
variabel dan yang bersifat tetap. Kedua, teori produksi jangka panjang adalah
perhutungan faktor produksi yang menggunakan input variabel dan tidak terdapat
input tetap.
Berdasarkan pemaparan ilmu ekonomi, terdapat tiga masalah pokok dalam
teori produksi yakni mencari jawaban atas pertanyaan 1). Apa (what) yang akan
diproduksi dan berapa jumlahnya. 2).Bagaimana (how) cara
menghasilkan/memproduksi barang dan atau jasa tersebut. 3).Untuk siapa (for
whom) barang dan atau jasa tersebut dihasilkan/diproduksi.
Cara perusahaan menghasilkan produk yang diinginkan tergambar dalam
suatu proses produksi. Setiap proses produksi memiliki elemen utama sistem
produksi yaitu input, proses dan output. Input merupakan sumber daya yang
digunakan dalam proses produksi, proses merupakan cara yang digunakan untuk
menghasilkan produk dan output merupakan produk yang ingin dihasilkan.
produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang dan jasa yang disebut input
28
diubah menjadi barang-barang dan jasa lain yang mengubah Input ke dalam
Proses yang kemudian mengasilkan output. Sedangkan output adalah keluaran
yang dihasilkan dari proses produksi yang dihasilkan. Keterkaitan antara elemen
sistem produksi (Soeratno, dalam Butar Butar 2012 : 15 ) digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1
Skema Sistem produksi
Sumber : (Sugiarto dalam Butar Butar 2012: 15)
Dalam teori ekonomi kegiatan produksi dinyatakan kedalam sebuah
fungsi produksi, yang menggambarkan seberapa banyak maksimum output yang
dapat dihasilkan dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan bantuan
teknologi tertentu. Setiap produsen dalam teori produksi dianggap mempunyai
suatu fungsi produksi, yaitu :
Q = f (X1, X2,X3,.... Xn)
Q = Tingkat Produksi (Output)
X1 X2 X 3..... Xn = Berbagai input yang digunakan
Fungsi produksi menunjukan kombinasi antara penggunaan input dan
teknologi yang digunakan dalam suatu perusahaan. Fungsi produksi
menggambarkan kombinasi antara input yang dipakai dalam proses produksi dan
output yang dihasilkan dalam jumlah yang sama digambarkan oleh kurva
isokuan.
Input Produksi Output
29
C. PENELITIAN TERDAHULU
Terdapat sejumlah penelitian telah dilakukan oleh beberapa pihak terkait
tema peranan sektor industri terhadap perekonomian, dengan beberapa analsis
data dan variabel yang berbeda. Kontribusi penelitian tersebut menunjukan
peranan berbagai sektor Industri terhadap ekonomi baik secara nasional maupun
regional. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang digunakan penulis
sebagai acuan dalam membuat penelitian ini.
1. Yusnanto (2010) melakukan penelitian yang dituangkan dalam sebuah
skripsi penelitian berjudul Analisis Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi
Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten Sukoharjo. Dalam penelitian ini
variabel yang digunakan adalah Inflasi , Jumlah Unit Usaha, dan investasi
sebagai variabel independen, PDRB dan penyerapan tenaga kerja sebagi
variabel dependen. Penelitian menggunakan metode Regresi Linier
Berganda (OLS) Time Series tahun 1994-2008. Hasil penelitian hipotesis I
berdasarkan data yang ada maka diperoleh koefisien-koefisien regresi
sebagi berikut : investasi sebesar 0,00000118, inflasi sebesar 0,006355,
jumlah unit usaha sebesar 0,0000309 Secara parsial dan simultan variabel
inflasi, investasi dan jumlah unit usaha berpengaruh secara signifikan
terhadap PDRB. Hasil penelitian hipotesis II menunjukan bahwa DRB
berpengaruh signifikan terhadap penyerepan tenaga kerja .
2. Dewan Kelautan (2012) Indonesia mengeluarkan penelitian dengan judul
Analisis Input- Output Bidang Kelautan terhadap Pembangunan Nasional
.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pembangunan
30
Nasional sebagai variabel dependen dan varaivel independennya adalah
Sektor Perikanan, Sektor Industri Maritim, Sektor Angkutan Laut , Sektor
Jasa, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Bangunan Kelautan,
dan Sektor Pariwisata Bahari.Metode penelitian yang digunakan adalah
Analisis deskriptif, Analisis Input Output dan Regresi Berganda Linear.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah Bidang kelautan
menyumbang 11,67% terhadap pendapatan nasional dengan sektor
industri maritim dan sektor bangunan kelautan sebagai penyumbang
terbesar.Sub sektor kunci di bidang kelautan adalah sektor udang dan
penunjang kelautan. Sektor yang memiliki nilai pengganda tertinggi adalah
sektor industri pengolahan ikan, sektor hiburan dan rekreasi laut, dan
sektor ikan kering dan ikan asinn.
3. Tahun 2012 Tumpal Butar-Butar membuat sebuah penelitian berjudul
Pengaruh Sektor Industri Pengolahan Terhadap Pembangugunan
Ekonomi Regional (Studi Kasus Sumut). Metode yng digunakan dalam
penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda (OLS) Time Series dari
tahun 2001-2010. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah PDRB
Sumut sebagai variabel dependen, sedangakan variabel independen yang
diteliti adalah eskpor industri, total output, dan jumlah tenaga kerja. Hasil
penelitian menunjukan Ekspor, Total Output dan Tenaga Kerja
Pengolahan dalam Industri berpengaruh signifikan baik secara parsial
maupun simultan terhadap PDRB Sumut Industri Pengolahan memberikan
peranan penting dalam pembentukan PDRB Sumut, hal ini dapat dilihat
31
dari peningkata total output dan ekspor industri pegolahan. Namun
menurut saat terjadi krisis ekonomi yang terjadi di tahun 2007
4. Nugro Hartono (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Biaya
Produksi Terhadap Pendapatan Usaha Pekebunan Kelapa Sawit Di Desa
Bukit Raya Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara,
melakukan penelitian untuk melihat pengaruh biaya produksi dalam
mempengaruhi pendapan kelapa sawit. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, dimana hasil yang
diperoleh menunjukan bahwa biaya produksi berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan baik secara simultan maupun parsial.
5. Jurnal penelitian berjudul Pengaruh Biaya Produksi dan Harga Jual
Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Petani di
Kud Lingkung AUR II Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat ,
yang dilakukan oleh Syanti, Yulihardi dkk menunjukan adanya pengaruh
Biaya Poduksi dan Harga Jual TBS terhadap Pendapatan petani secara
simultan dan parsial dengan metode Regresi Linier Berganda.
6. Dara Fesmi Asbiantari (2016) dalam thesisnya yang berjudul Pengaruh
Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, menganalisis
hubungan ekspor dari beberapa sektoral terhadap pertumbuhan eknomi
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ekspor
sebagai pendekatan kebijakan outward looking terhadap pertumbuhan
ekonomi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekspor,
impor barang modal, pengeluaran pemerintah, dan pembentukan modal
32
tetap bruto (PMTB). Metode analisis yang digunakan adalah Regresi
Linear Berganda dengan metode Cochrane-Orcutt. Penelitian ini
menggunakan data sekunder timeseries triwulanan sejak tahun 2000
triwulan 1 sampai dengan tahun 2016 triwulan Model yang digunakan
untuk melihat bagaimana pengaruh ekspor secara sektoral terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil penelitian pada penelitian ini yaitu
ekspor di sektor industri memiliki hasil yang signifikan baik dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya dan impor barang modal
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ekspor di sektor industri sebaiknya dikembangkan
agar dapat mendorong kebijakan outward looking yang efektif untuk
diterapkan di Indonesia.
7. Tota Jaunita (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Data
Panel Pengaruh UMR, Total Output , Jumlah Unit Usaha dan Investasi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Besar dan
Sedang Di Jaten Tahun 2011-2013, meneliti hubungan antara UMR, Total
Output, Investasi dan Jumlah Unit Usaha. Hasil penelitian menunjukan
bahwa model terbaik untuk meneliti pengaruh variabel x terhadap variabel
y dalam penelitian ini adalah Fixed Model Effect.Uji t menunjukan bahwa
UMR dan Investasi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
penyerapan tenaga kerja dengan estimasi melebihi 0,05 Melalui uji f, dapat
33
dilihat bahwa UMR, investasi , Jumlah unit usaha dan tota; otput
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap penyerapan tenaga kerja.
8. Lestariadi Mawasputra (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Biaya Produksi dan Biaya Penjualan Terhadap Hasil Penjualan Keramik
di Kecamatan Purworejo , Kabupaten Banjarnega”, Meneliti hubungan
antara variable x yakni biaya produksi dan biaya penjualan terhadap
pembentukan variable y yakni pendapatan hasil usaha keramik . Dalam
penelitiannya menunjukan adanya hubungan signifikan positif antara biaya
produksi dan pendapatan, dengan nilai koefisien sebesar 0.000 dimana
nilai 0.000 lebih besar dibandingkan dengan nilai standar 0.05 yang berarti
H1 diterima. Hasil selanjutnya adalah melihat pengaruh biaya penjualan
terhadap pendapatan, dalam penelitian ini, ditemukan bahwabiaya
penjulan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dengan hasil 0.001,
dimana nilai 0.001 lebih kecil dibandingkan 0.05 yang berarti H1 diterima.
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa biaya produksi dan biaya
penjualan
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Metode Variabel Hasil
1. Yusnanto
(2010)
Analisis Faktor
–Faktor Yang
Mempengaruhi
Sektor Industri
Pengolahan Di
Regresi
Linier
Berganda
(OLS)
Y = PDRB
dan
penyerapan
Tenaga Kerja
Investasi , Inflasi dan
Jumlah Unit Usaha
mempengaruhi
pembentukan PDRB
industri pengolahan
34
Kabupaten
Sukoharjo
X = Investasi
, Inflasi dan
Jumlah Unit
Usaha
Kabupaten Sukaharjo
seara parsial dan
simultan. Begitu pula
dengan PDRB yang
mempengaruhi
penyerapan tenaga
kerja dengan
koefisien regresi
untuk PDRB sebesar
0,466815
2. Dewan
Kelautan
Indonesia
(2012)
Analisis Input-
Output Bidang
Kelautan
terhadap
Pembangunan
Nasional
(Jurnal)
Analisis
Deskriptif
I-O
Regresi
Linier
Berganda
Y =
Pembangunan
Nasional
X = Sektor
Perikanan,
Sektor
Industri
Maritim,
Sektor
Angkutan
Laut , Sektor
Jasa, Sektor
Bidang kelautan
menyumbang 11,67%
terhadap pendapatan
nasional dengan
sektor industri
maritim dan sektor
bangunan kelautan
sebagai penyumbang
terbesar.
Sub sektor kunci di
bidang kelautan
adalah sektor udang
35
Pertambangan
dan
Penggalian,
Sektor
Bangunan
Kelautan, dan
Sektor
Pariwisata
Bahari
dan penunjang
kelautan
Sektor yang memiliki
nilai pengganda
tertinggi adalah
sektor industri
pengolahan ikan ,
sektor hiburan dan
rekreasi laut, dan
sektor ikan kering
dan ikan asin
3. Tumpal
Butar Butar
(2012)
Pengaruh Sektor
Industri
Pengolahan
Terhadap
Pembangugunan
Ekonomi
Regional (Studi
Kasus Sumut
(Penelitian)
Regresi
Berganda
Linier
(OLS)
Y = PDRB
Sumut
X = Ekspor,
Total Output,
Tenaga Kerja
Ekspor , Total Output
dan Tenaga Kerja
Pengolahan dalam
Industri berpengaruh
signifikan baik secara
parsial maupun
simultan terhadap
PDRB Sumut
Industri Pengololahan
memberikan peranan
36
penting dalam
pembentukan PDRB
Sumut, hal ini dapat
dilihat dari
peningkata total
output dan ekspor
industri pegolahan.
Namun menurun saat
terjadi krisis ekonomi
yang terjadi di tahun
2007.
1.
Nugra
Hartono
(Jurnal)
Pengaruh Biaya
Produksi
Terhadap
Pendapatan
Usaha
Pekebunan
Kelapa Sawit Di
Desa Bukit
Raya
Kecamatan
Sepaku
Kabupaten
Metode
Linier
Berganda
Y =
Pendapatan
X = Biaya
pupuk, Biaya
tenaga kerja,
Biaya
penyusutan
alat
Biaya produksi dalam
penelitian ini dibagi
tiga menjadi biaya
tenaga kerja, biaya
pupuk dan biaya
penyusutan alat,
diman ketiga biaya
ini dijadikan variabel
x atau variabel bebas
Hasil uji
menggunakan regresi
linier berganda
37
Penajam Paser
Utara
menghasilkan bahwa
ketiga variabel bebas
berpengatuh parsial
dan simultan terhadap
pendapatan (variabel
terikat)
5. Syanti,
Yulihardi
dkk
Pengaruh Biaya
Produksi dan
Harga Jual
Tandan Buah
Segar (TBS)
Kelapa Sawit
Terhadap
Pendapatan
Petani di Kud
Lingkung AUR
II Kecamatan
Pasaman
Kabupaten
Pasaman Barat
Regresi
Linier
Berganda
Variabel Y =
Pendapatan
Variabel X =
Harga Jual ,
Biaya
Produksi
Dalam penelitian ini
variabel x1(Harga
Jual) dan x2 (Biaya
Produksi) sama
berpengaruh terhadap
variabel y
(Pendapatan) baik
secara parsial maupun
simultan
6. Dara Fesmi
Asbiantari
Pengaruh
Ekspor
Terhadap
Regresi
Linier
Berganda
Y =
Pertumbuhan
Ekonomi
Penelitian ini
menunjukkan bahwa
strategi outward
38
(2016) Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia
(Thesis)
(Cochrane
–Orcutt)
(PDB)
X = Ekpor
industri,
impor barang
modal ,
pengeluaran
pemerintah,
pembentukan
modal tetap
bruto
looking yang
menggunakan
pendekatan ekspor
agregat kurang
efektif, hanya ekspor
di sektor industri
yang efektif sebagai
pendekatan strategi
kebijakan outward
looking untuk
mendorong
pertumbuhan
ekonomi.
Impor barang modal
dan pertumbuhan
ekonomi pada
triwulan sebelumnya
juga efektif untuk
mendorong
pertumbuhan
ekonomi.
39
7. Tota Jaunita
(2016)
Analisis Data
Panel Pengaruh
UMR, Nilai
Output , Jumlah
Unit Usaha dan
Investasi
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Pada Sektor
Industri Besar
dan Sedang Di
Jaten Tahun
2011-2013
(Skripsi)
Regresi
Linier
Berganda
Data
Panel
Y =
Penyerapan
Tenaga Kerja
X = UMR,
Total Output,
Jumlah Unit
Usaha dan
Investasi
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
model terbaik untuk
meneliti pengaruh
variabel x terhadap
variabel y dalam
penelitian ini adalah
Fixed Model Effect.
Uji t menunjukan
bahwa UMR dan
Investasi tidak
berpengaruh
signifikan secara
parsial terhadap
penyerapan tenaga
kerja dengan estimasi
melebihi 0,05
Melalui uji f, dapat
dilihat bahwa UMR,
investasi , Jumlah
unit usaha dan tota;
40
otput berpengaruh
signifikan secara
simultan terhadap
penyerapan tenaga
kerja.
8. Lestariadi
Mawasputra
(2010)
Pengaruh Biaya
Produksi dan
Biaya Penjualan
Terhadap Hasil
Penjualan
Keramik Di
Klampok
Purworejo
Kabupaen
Banjarnegara
(Skripsi)
Regresi
Linier
Berganda
(OLS)
Y =
Pendapatan
X = Biaya
Produksi dan
Biaya
Penjualan
Biaya produksi
berpengaruh secara
signifikan terhadap
pendapatan pengrajin
keramik.
Biaya
penjualanberpengaruh
secara signifikan
terhadap pendapatan
pengrajin keramik.
Biaya produksi dan
41
D. Kerangka Berpikir
Dalam rumusan masalah yang sudah dijabarkan sebelumnya, penelitian ini
akan meneliti pengaruh biaya produksi, output dan ekspor yang dihasilkan oleh
industri maritim terhadap pendapatan nasional industri maritim Indonesia dengan
indikator PDB Industri Maritim Indonesia, mulai tahun 2009-2016. Berdasarkan
beberapa penelitian terdahulu, penulis mencoba menerangkan keterkaitan antar
variabel independen terhadap variable dependen, sebagai berikut ;
1. Keterkaitan Biaya Produksi dengan Pendapatan Nasional Industi
Maritim
Menurut Mulyadi (Dalam Marwasputra, 2010: 13) biaya produksi adalah
biaya yang terjadi dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap
untuk dijual, baik yang dikeluarkan langsung maupun tidak langsung dalam
biaya
penjualanberpengaruh
secaras ignifikan
terhadap pendapatan
pengrajin keramik di
Kecamatan
Purworejo Klampok
Kabupaten
Banjarnegara.
42
proses produksi. Contohnya dari biaya produksi antara lain biaya depresiasi mesin
dan equipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan
yang digunakan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik langsung maupun tidak
langsung berhubungan dengan proses produksi.
Biaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual ,
hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sunarto (Dalam Putra 2014 :
16) bahwa biaya produksi merupakan salah satu faktor yang mempuyai pengaruh
terhadap penentuan penjualan dengan kepastian yang signifikan.
Seperti yang dikatakan oleh Sunarto (Dalam Putra 2014 : 16) biaya
produksi menentukan penjualan, dimana selanjutnya penjualan akan
mempengaruhi pendapatan sebuah perusahaan maupun industri. Perubahan pada
faktor pembentuk penjualan akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang akan
diterima, yang dimana selanjutnya pendapatan industri yang dihasilkan akan
membentuk pendapatan nasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Marwasputra (2010) menunjukan bahwa
biaya produksi baik secara parsial ataupun simultan terbukti berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan atau laba. Berdasarkan uraian diatas dapat
dihasilkan fungsi statistik.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh biaya produksi dalam
pembentukan nilai Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim maka diperlukan
variabel interventing yakni penjualan agregat yang dilakukan oleh semua industri
maritim yang termasuk di dalam tabel 1.1 diatas.
43
2. Keterkaitan Output dengan Pendapatan Nasional Industri Maritim
Output adalah hasil pengubahan input setelah melalui proses produksi
menjadi suatu barang yang baru dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi
dibandingkan nilai input sebelumnya. Output yang dapat dihasilkan tergantung
oleh seberapa banyak input yang digunakan dalam proses produksi.
Kegiatan produksi dalam ekonomi biasa dinyatakan oleh fungsi produksi
(Sugiarto, Dalam Butar-Butar 2012:15). Dalam dunia industri faktor penjualan
dipengaruhi oleh harga jual satuan dan kuantitas atau volume penjualan.Volume
penjulan dapat ditentukan oleh total output yang dihasilkan oleh suatu industri.
Kenaikan atau penurunan volume output berpengaruh terhadap pendapatan.
Menurut Jhingan (Dalam Dara 2016 : 11) dengan tingkat output yang lebih tinggi
maka pendapatan nasional akan naik, siklus lingkaran setan kemiskinan dapat
dipatahkan serta pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Tumpal Butar-Butar (2012) menunjukan
bahwa output yang dihasilkan oleh industri manufaktur di Sumatera Utara secara
signifikan memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan PDRB Sumatera
Utara. Berdasarkan uraian diatas dapat dihasilkan fungsi statistik
Secara garis besar Industri Maritim terdiri dari tiga jenis industri , yakni
Industri perikanan dan Pengolahan Biota Air, Industri Galangan Kapal, dan
Industri Minyak dan Gas . Ketiga Industri ini dikategorikan menjadi jenis Industri
bedar sedang oleh Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. Untuk melihat
pengaruh industri maritim terhadap ekonomi kelautan, terdapat beberapa faktor
44
yang mempengaruhi pendapatan industri maritim yakni biaya produksi, output
dan ekspor.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data jangka waktu delapan
tahun terhitung tahun 2009 - 2016, menggunakan metode Analisia Regresi
Berganda sebagai metodelogi penelitian . Penggunaan metode Analasis Regresi
Berganda bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh biaya produksi, total
output dan ekspor industri maritime baik secara parsial maupun simultan terhadap
Pendapatan Nasional Industri Maritim Indonesia.
Kerangka berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antara variabel
satu dengan variabel lainnya yang didukung oleh teori dan penelitian terdahulu.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu , jika dihipotesakan bahwa Biaya
Produksi, Output dan, Ekspor Industri Maritim berpengaruh terhadap Pendapatan
Nasional Industri Maritim di Indonesia maka penulis mencoba mengajukan
kerangka pemikiran sebagai berikut :
45
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Biaya Produksi, Output, Dan Ekspor Industri Maritim Terhadap Pendapatan Nasional
Industri Maritim Indonesia (Tahun 2009-2016)
Latar Belakang
1. Industri merupakan indikator perekonomian
2. Industri merupakan Leading Sector perekonomian
3. Wilayah Indonesia terdiri atas 75% laut
4. Industri Maritim merupakan penyumbang PDB
kelautan terbesar
5. Industri maritim adalah upaya untuk mewujudkan
mimpi Indonesia menjadi Negara Berporos Maritim
Industri Maritim:
1. Industri Perikanan dan Biota Air
2. Industri Minyak dan Gas
3. Industri Galangan Kapal
Teori :
1. 1.Teori Biaya Produksi oleh
Sunarto
2. 2.Teori Output oleh Jhingan
Penelitian Terdahulu :
1. Yusnanto
2. Dewan Kelautan
3. Tumpal Butar- Butar
4. Nugra Hartono
5. Syanti, dkk
6. Dara Fesmi Asbiantari
7. Tota Jaunita
8. Lestariadi Mawasputra Biaya Produksi
Output
Regresi Linier Berganda
Pendapatan Ekonomi Industri Maritim
Indonesia (PDB)
Penjualan
Analisis Path
46
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang dikemukakan
dalam perumusan masaah yang akan diujikan kebenarannya. Berdasarkan
perumusan masalah yang ada maka dan penjabaran diatas sesuai dengan teori dan
penelitian terdahulu maka penulis merumuskan hipotesis berikut ini :
1. Biaya produksi berpengaruh langsung signifikan terhadap Pendapatan
Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia
H0 : Biaya produksi tidak berpengaruh langsung signifikan terhadap
Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia
H1: Biaya produksi berpengaruh langsung signifikan terhadap Pendapatan
Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia
2. Biaya produksi berpengaruh tidak langsung langsung signifikan terhadap
Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia
H0 : Biaya produksi tidak berpengaruh tidak langsung signifikan terhadap
Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia
H1: Biaya produksi berpengaruh tidak langsung signifikan terhadap
Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia
3. Biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap variable intervening
(Penjualan)
H0 : Biaya produksi tidak berpengaruh signifikan terhadap variable
intervening (Penjualan) Industri Maritim Indonesia
47
H1: Biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap variable intervening
(Penjualan) Industri Maritim Indonesia
4. Output berpengaruh signifikansi terhadap Pendapatan Nasional (PDB)
Industri Maritim Indonesia.
H0: Output tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Nasional
(PDB) Industri Maritim Indonesia.
H1: Output berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Nasional (PDB)
Industri Maritim Indonesia.
P42 48
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan judul yang sudah dipaparkan, maka penelitian ini akan
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yang
berlandaskan filsafat positivisme yang bertujuan untuk meneliti populasi atau sampel
tertentu, dimana pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. (Sugiyono, 2007 : 28)
Ruang lingkup penelitian meliputi Biaya Produksi ,Output industri maritime,
penjualan (intervening) dan Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Maritim
Indonesia dari tahun 2009-2016. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis
data sekunder, yaitu data yang didapat dan sudah diolah terlebih dahulu oleh pihak
kedua (data eksternal) yang diolah menggunakan model data kurun waktu (time
series) dan analisis path.
B. Jenis dan Sumber Data
B.1 Jenis Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
Sekunder adalah data yang tidak langsung peneliti dapatkan dari lapangan, misalnya
penelitian harus melalui perantara orang lain atau lembaga lain, atau dengan mencari
dokumen yang dipublikasikan pihak lain. Data didapatkan melalui penggunaan studi
P42 49
literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan catatan-catatan yang berhubungan
dengan penelitian, selain itu peneliti menggunakan data yang diperoleh dari
internet.(Sugiyono dalam Yunita 2017 : 44)
B.2 Sumber Data
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan
atas Biaya Produksi Industri Maritim, Penjualan Industri Maritim dan Output Industri
Maritim. Data penelitian dalam literature ini bersumber dari Pusat Data dan Informasi
Kementrian Perindustrian dan Kementrian Kelautan dan Perikanan
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam kepentingan penelitian ini
menggunakan data sekunder yang diperoleh penulis dari lembaga yang terkait dengan
judul penelitian ini, seperti lembaga kementrian, sehingga metode pengumpulan data
yang dilakukan adalah metode dokumentasi. Dokumen adalah catatan peristiwa lalu
,yang dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang,
dokumen yang berbentuk tulisan (Sugiyono, Dalam Irfan 2017 : 43)
D. Operasional Variabel Penelitan
Data yang diteliti dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua variabel,
yaitu variabel dependen dan variable independen. Variabel dependen adalah variable
terikat yang dipengaruhi oleh variabel independen (bebas). Variabel independen
adalah variabel bebas yang mempengaruhi atau penyebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). (Sugiyono, 2007 : 30)
P42 50
Variabel dependen yang digunakan dalam digunakan dalam penelitian ini
adalah pendapatan nasional dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Maritim
sebagai indikatornya. Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Maritim adalah jumlah
total produksi barang maupun jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam
sektor industry maritim pada waktu tertentu.
Variabel Dependen : Y = PDB Ekonomi Industri Maritim
Variabel bebas yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah biaya
produksi industri maritim, output industri maritim dan penjualan industri maritim
sebagai intervening variable dari biaya produksi. Berikut penjelasan mengenai
variabel independen yang digunakan.
1. Biaya Produksi Industri Maritim (X1)
Biaya produksi industri maritim yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah jumlah total pengeluaran yang ditanggung oleh industri maritim dalam
memproses input menjadi output melalui proses produksi. Dalam jangka waktu 8
tahun, terhitung mulai tahun 2009-2016 , yang dinyatakan dalam juta rupiah.
2. Output Industri Maritim (X2)
Output industri maritim yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
jumlah keseluruhan output yang dihasilkan oleh industri maritim yang ada di
Indonesia. Dalam jangka waktu 8 tahun, terhitung mulai tahun 2009-2016 ,
yang dinyatakan dalam juta rupiah.
3. Penjualan Industri Maritim (Z/ Intervening)
P42 51
Penjualan industri maritim yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
total penjualan yang dilakukan industri maritim sebagai upaya untuk
memperoleh keuntungan dari output yang diproduski. Dalam jangka waktu 8
tahun, terhitung mulai tahun 2009-2016 , yang dinyatakan dalam juta rupiah.
Tabel 3.1 Penjelasan Variabel
Variabel Simbol Sumber
Data
Data
Tahunan
Satuan
Skala
PDB
Industri
Maritim
Y KKP dan
Kemenprin
2009-2016 Juta
Rupiah
Rasio
Biaya
Produksi
Industri
Maritim
X1 Kementrian
Perindustrian
2009-2016 Juta
Rupiah
Rasio
Output
Industri
Maritim
X2 Kementrian
Perindustrian
2009-2016 Juta
Rupiah
Rasio
Penjualan
Industri
Maritim
Z
(Intervening)
Kementrian
Perikanan
dan
Kelautan
2009-2016 Jutaan
Rupiah
Rasio
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam menganalisis hubungan
antar variabel independen terhadap variabel dependen berupa pendekatan teori
ekonomi, teori statistika, dan teori ekonometrika. Model alat analisis yang dinakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Ordinary Least Square
(OLS) atau Metode Kuadrat Terkecil Serdehana. Metode ini dikemukakan oleh Carl
P42 52
Fredrich Gauss, dan merupakan metode analisis regresi yang paling kuat dan popular.
Inti dari metode OLS adalah mengestimasikan garis regresi dengan cara
meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis regresi
tersebut (Winarno dalam Yunita, 2017 : 66). Analisis dalam penelitian ini dilakukan
dengan bantuan program stasititk Eviews 9.0 dan SPSS 20 dengan tujuan untuk
melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya, dan
variabel independennya terhadap variabel intervening.
Berdasarkan kerangka pemikiran disimpulkan Biaya Produksi , Output dan
Ekspor sebagai variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen
yakni Produk Domestik Bruto (PDB) Kelautan. Mengikuti pada persamaan2.3
dihalaman 61 maka bila digambarkan dalam sebuah fungsi akan menghasilkan fungsi
sebagai berikut :
Persamaan 3.1
PDB = f (X1,X2 X3,)
Dimana :
Y : PDB Industri Maritim
X1 : Biaya Produksi Industri Maritim
X2 : Output Industri Maritim
X3 : Ekspor Industri Maritim
Secara pandangan ekonomi, penjelasan fungsi matematis diatas adalah
perubahan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Maritim akan dipengaruhi
P42 53
oleh Biaya Produksi, Output dan Ekspor. Dengan spesifikasi model ekonometrika
(Winarno, 2007 dalam Yunita 2017 :66)
Persamaan 3.2
PDB = β0 + β1 X1+β2 X2 + et..............
Dimana :
PDB : Produk Domestik Bruto Industri Maritim
β0 : Intercept
β1 β2 β3 : Koefisien regresi (Konstanta)
X1 : Biaya Produksi Industri Maritim
X2 : Output Industri Maritim
e : Koefisien Penganggu / random eror
Untuk menyatakan data sudah valid maka perlu memenuhi beberapa kriteria
antara lain asumsi-asumsi regresi linier berganda, dalam penelitian ini penulis
melakukan beberapa pengujian untuk lebih menguatkan assumsi-asumsi yang
disampaikan melalui beberapa pengujian analisis statistik yaitu dengan menggunakan
: uji t, uji F, Adjusted R-Square, serta uji asumsi klasik berupa : Uji Normalitas, Uji
Heterokedasitas, Uji Multikolineraritas dan Uji Autokeralasi.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian untuk melihat apakah (data) residual
yang dibentuk oleh model regresi linier yang terdistribusi normal atau tidak.
P42 54
Pengujian untuk melihat uji normalitas sudah terdistribusi normal atau tidak
dapat menggunakan metode Jarque-Bera (Mansuri, 2016 : 33).
Keputusan untuk menentukan apakah residual data terdistribusi
normal atau tidak dapat dilakukan secara sederhana dengan melihat nilai
Probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung dengan tingkat alpha 0,05 (5%). Apabila
Prob. JB hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa residual terdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilainya lebih
kecil maka tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa residual terdistribusi
normal. (Mansuri, 2016 : 33)
b. Uji Multikoliearitas
Multikoleniaritas adalah kondisi dimana terdapat hubungan linear
antar variabel independen yang diuji. Karena melibatkan beberapa variabel
independen dalam suatu penelitian, maka multikolienaritas tidak akan terjadi
pada metode persamaan regresi sederhana yang hanya mempunyai satu
variabel dependen dan satu variabel independen (Winarno, 2007 dalam Yunita
2016: 67) .
Tujuan dilakukannya pengujian multikolinearitas adalah untuk
memastikan ada atau tidaknya korelasi yang tinggi yang terjadi diantara
variabel-variabel bebas dalam metode regresi linear berganda. Jika terjadi
korelasi yang bernilai tinggi melebihi dengan ketentuan batas diantara
variabel bebas yang diteliti, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara
variabel bebas terhadap variabel terikatnya akan terganggu.
P42 55
Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan metode Varriance
Inflation Factor (VIF). Untuk mengetahui gejala multikolienaritas adalah
dengan melihat nilai Variance Infitation Factor (VIF), dimana menurut Hair
et al (Dalam Mansuri, 2016:31) variabel dikatakan mempunyai masalah
multikolienaritas apabila nilai VIF > dari 10.
c. Uji Heterokedasitas
Heterokedastisitas terjadi karena varian yang ditimbulkan oleh
variabel pengganggu tidak konstan untuk semua variabel penjelas. Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apabila kesalahan pengganggu
mempunyai nilai varian yang sama atau tidak. (Noor dalam Yunita 2017 : 67)
Cara untuk menentukan uji ini adalah dengan melakukan
Heteroskedacity Test. Model yang baik dalam uji ini adalah yang
homoskedastisitas., dimana homokedasitas adalah varian dari residual antar
pengamatan.
Keputusan untuk menentukan terdapat atau tidaknya masalah
heteroskedastisitas yang terjadi pada regresi linier, dapat dilakukan dengan
melihat Nilai Prob Chi-Square yang dihasilkan. Apabila nilai Prob. Chi-
Square lebih besar dari tingkat alpha 0.05 (Prob Chi-Square > 0.05) ini berarti
tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi linier berganda,
sedangkan apabila nilai Prob. Chi-Square lebih kecil dari dari tingkat alpha
0.05 (Prob Chi-Square < 0.05) maka terdapat maslah heteroskedastisitas pada
model regresi linier berganda. (Mansuri, 2016 : 41).
P42 56
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan korelasi residual antar residual
observasi yang diuji. Autokorelasi sering ditemukan pada data diurutkan
berdasarkan waktu, karena data saat ini dipengaruhi oleh data pada masa-masa
sebelumnya. Namun, autokorelasi juga dapat ditemukan pada data yang
diurutkan berdasarkan objek (cross section) (Mansuri 2016 : 33).
Uji autokolerasi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi antara kesalahan yang muncul pada data yang diurutkan berdasarkan
waktu, Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.
Pengujian dilakukan dengan metode Bruesch-Godfrey Test, dengan
kriteria pengujian sebagai berikut dapat kita lihat dari probabilitasnya .
Apabila nilai Prob. Chi-Square lebih besar dibandingkan dengan tingkat alpha
sebesar 0.05 (Prob Chi-Square > 0.05), berarti data yang diuji tidak terjadi
autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob. Chi_Square lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat alpha 0.05 (Prob Chi-Square < 0.05) dapat
dikatakan data yang dujikan mengalami masalah autokorelasi . (Mansuri,
2016: 33)
2. Uji Kesesuaian Model (Goodness Of Fit)
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi dalam regresi linear berganda
dilakukan guna mengetahui jumlah presentase sumbangan pengaruh variabel
variable bebas (X1,X2,....Xn) secara serentak terhadap variabel terikat (Y).
P42 57
Penggunaan model ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar kemampuan
model dalam memberikan informasi mengenai variabel terikat. Nilai yang
ditampilkan oleh uji ini berkisar 0-1, dimana nilai pengujian yang mendekati 1
menandakan bahwa variabel bebas hampir memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk meramalkan variabel terikat.
Untuk menghitug koefisien determinasi ini dapat melalui persentase
(%) dengan rumus sebagai berikut:
Kd = R2
x 100%
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
R2
= Korelasi
Menurut mansuri (2016) menganalisis koefisien determinasi dapat
dilakukan dengan melihat kriteria dibawah ini
Jika Kd mendekati nol (0), berarti pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen lemah.
Jika Kd mendekati satu (1), berarti pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen kuat.
3. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dituukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat, baik secara simultan maupun parsial.
Uji hipotesis ini dibagi menjadi dua macam yakni Uji F dan Uji t.
P42 58
a . Uji F (Uji Siginifikansi Simultan)
Uji F (uji simultan) adalah langkah pertama untuk mengestimasikan
apakah model regresi yang digunakan layak atau tidak untuk digunakan.
Maksud dari layak disini adalah apakah model yang diestimasi dapat
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat secara keseluruhan atau simultan. (Mansuri, 2016 : 48)
Pengujian dilakukan dengan membandinkan nilai Signifikansi F
dengan tingkat alpha 0.005. Apabila nilai Signifikansi F lebih kecil dari
tingkat alpha sebesar 0.05 (Sig < 0.05) maka model regresi yang diestimasi
dapat digunakan sebagai prediktor variabel terikat, atau variabel bebas secara
bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel terikat. Sebaliknya apabila
nilai Signifikansi F lebih besar dari tingkat alpha sebesar 0.05 (Sig > 0.05)
maka model regresi yang diestimasi tidak dapat dijadikan predictor variable
terikat, atau secara bersama-sama (simultan) variabel bebas tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat.
Adapun hipotesis sebagai berikut :
H0 : β ≠0
Artinya :
H0 = terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
H1 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari
variabel independen terhadap variabel dependen.
P42 59
Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
Signifikansi F lebih kecil dari tingkat alpha sebesar 0.05 ( Sig F < 0.05),
seperti dibawah ini:
1). Sig F < 0.05 maka seluruh variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, atau H0 diterima dan
H1 ditolak.
2). Sig F > 0.05 maka seluruh variabel independen secara bersama-sama
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, atau atau H1
diterima dan H0 ditolak.
b. Uji t (Uji Sigifikansi Parameter Individiual)
Langkah kedua untuk menentukan koefisien regresi yang paling bsar
adalah dengan melakukan pengujian secara parsial menggunkan uji t. Uji t
dalam regresi linier berganda ditujukan untuk mengetahui apakah indikator
yang diprediksi dalam pengestimasian model regresi linier berganda
merupakan indikator yang tepat atau tidak. Maksud dari tepat adalah indikator
yang digunakan harus bisa menggambarkan variabel bebas dalam
mempengaruhi variabel terikatnya.
Uji t difokuskan untuk melihat indicator slope atau koefisien regresi
saja. Sehungga uji t yang dimaksud adalah uji koefisien regresi. Untuk
membuktikan hipotesis masing-masing koefisien regresinya di uji dengan uji
t. Hasil uji t dinyatakan valid apabila perolehan Signifikansi t lebih kecil dari
P42 60
tingkat alpha (Sig t < 0,05). Untuk pengaruh dominan ditentukan oleh p yang
terkecil atau R2 parsial yang terbesar. (Mansuri, 2016 : 42)
Rumusan Hipotesis :
H0 : artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
H1 : artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen..
4. Analisis Jalur (Analisis Path)
Analisis path adalah sebuah metode statistika yang digunakan untuk melihat
pengaruh langsung maupung tidak langsung dari variabel yang diuji karena adanya
pengaruh terhadap variabel-variabel tersebut. Analisis path termasuk kedalam
repluasan dari metode regresi linier berganda, karena dalam prateknya untuk
menemukan hubungan sebab-akibat antar variavel yang digunakan menggunakan
analisis regresi. Dimanan dalam menunjukan hubungan antar model yang
digunakan dapat ditunjukan dengan anak panah yang berdasarkan teori ataupun
penelitian terdahulu yang sudah ada .
Menurut Kerlinger (Dalam Yunita 2017 : 69) menyatakan bahwa analisis path
adalah model terapan dari analisis multiregresi., analisis ini menggunakan
penggambaran melalui diagram jalur yang kompleks. Analisis path dapat
menghitung seberapa besar pengaruh dari variable bebas terhadap variable terikat
secara langsung maupun tidak langsung. Besarnya pengaruh yang dihasilkan oleh
variael-variabel tersebut dapat dilihat dari koefsien path yaitu β.
P42 61
Dengan begitu formulasi analisis path merupakan sebuah estimasi koefisien
dari persamaan skturktur linier yang didalamnya menunjukan hubungan sebab
akibat. Persamaan dasar analisis path dapat dilihat dengan rumus dibawah ini :
Persamaan diatas dapat digunakan untuk membuat persamaan sktruktural dari
beberapa subtruktural yang pada umumnya mempunyai hubungan keterkaitan
daan ketegantungan dari kompleksitas model yang digunankan. Dalam penelitian
persamaan struktural yang digunakan adalah :
1. Z4 = p43 Z3 + p42 Z2 + ε4 .....................................................…………………..(1)
2. Z3 = p31 Z1 + ε3…………………………….....……………………………….(2)
3. Z1 = p43 Z3 + ε1………………………………….…………………………….(3)
Keterangan :
Z1 = Biaya Produksi Industri Maritim
Z2 = Output Industri Maritim
Z3 = Penjualan Industri Maritim
Z4 = PDB Industri Maritim
Sedangkan kerangka struktural yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Gambar 3.1
Kerangka Struktural Analisis Path
P43
P31 P43
Biaya
Produksi
(Z1)
PDB Ind
Maritim
(Z4)
Penjualan
(Z3)
Output
(Z5)
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Perkembangan Industri Maritim di Indonesia Tahun 2009-2016
1. Kelautan Indonesia dan Industri Maritim
Secara geografis Indonesia yang terletak diposisi yang menguntungkan, berada
diantara dua benua dan dua samudera membuat perairan Indoneisa menjadi wilayah
perairan dengan daya dukung produktivitas alam (Naturral Carrrying Capacity) yang
tinggi. Selain itu, sebagai salah satu negara yang mempunyai iklik tropis , Indonesia
mempunyai tingkat perubahan suhu lingkungan yang relatif rendah yang
memungkinkan berbagai hayati laut untuk berkembang, alasan inilah yang membuat
Indonesia dipandang dunia sebagai daerah “megabiodiversity”. Selain sebagai negara
maritim terbesar Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.504
pulau dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada yaitu
sepanjang 99.903 km2. Posisi strategis Indonesia dan luas laut Indonesia membuat
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang melimpah jumlahnya. Sutardjo
(Dalam Antara 2013 :1) menyatakan bahwa Laut Indonesia merupakan salah satu
wilayah marine megadiversity terbesar di dunia yang memiliki 8.500 spesies ikan,
555 species rumput laut dan 950 spesies biota terumbu karang.
Dengan posisi geografis yang strategis seperti penjelasan diatas maka dapat
dikatakanIndonesia merupakan wilayah yang mempunyai potensi besar baik itu
potensi ekonomi maupun potensi geo-politik. Lalu lintas perdangangan barang dan
jasa dunia, yang diangkut menggunakan kapal sebesar 40% diantaranya melewati
63
perairan Indonesia. Dengan luas wilayah kelautan dan wilayah pesisir (coastal zone)
seluas 75% dari luas wilayah total dengan segala kandungan sumberdaya alam yang
terdapat di dalamnya, maka dapat disimpulkan bahwa sektor kelautan merupakan
sektor strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Sekitar 70%
produksi minyak dan gas nasional berasal dari wilayah pesisir dan lautan (offshore).
Sumberdaya hidrokarbon yang dimilika Indonesia khususnya minyak dan gas yang
tersedia di 60 titik cekungan masih sangat besar sedangkan yang sudah dieksploitasi
relative sedikit atau hanya beberapa. Minyak masih tersedia 86,9 miliar barel,
sedangkan yang baru dicadangkan untuk dieksploitasi hanya sekita 9,1 miliar barel,
sedangkan yang sudah diproduksi baru mencapai 0,387 miliar barel. Gas yang
tersedia sebesar 384,7 Trillion Standard Cubic Feet (TSCF), dan yang dicadangkan
sebesar 185,8 TSCF, sedangkan yang sudah diproduksi hanya sebesar 2,95 TSCF.
Dilihat dari potensi kelautan Indonesia seperti yang dijabarkan diatas, dapat
dilihat bahwa bidang kelautan yang dimiliki Indonesia terdiri atas berbagai sektor
yang masih memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat
digunakan untuk memajukan dan memakmurkan bangsa Indonesia, salah satunya
adalah Industri Maritim. Industri Maritim memiliki potensi yang luar biasa untuk
menjadi sektor ekonomi unggulan Indonesia, hal ini dapat tercermin dari
melimpahnya sumber daya kelautan Indonesia yang kaya dan bernilai tinggi apabila
diolah industrialisasi, sehigga dapat menghasilkan barang benilai tinggi. Industri
Maritim terdiri dari berbagai jenis industri namun secara garis besar dibagi menjadi
64
tiga bagian , yaitu : 1. Industri pengolahan ikan dan biota air lainnya, 2. Industri
pengolahan minyak dan gas, 3. Industri galangan kapal.
Menurut Kementrian Perindustrian, laju pertumbuhan industri maritim mulai
mengalami kemajuan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, pada tahun 2012
Industri Maritim mampu tumbuh sebesar 6,3% , dan naik menjadi 6,4% di tahun
2013. Para panelis menyatakan bahwa industri maritim akan terus tumbuh mengingat
iklim perekonomian dunia sekarang mulai stabil. Berikut fluktuasi industri maritim
dilihat dari jumlah PDB Industri Maritim per tahun (2009-2016).
1. Produk Domestik Bruto Industri Maritim
Tabel 4.1
PDB Industri Maritim Per Tahun 2009-2016
(Dalam Juta Rupiah)
Sumber : Kemenprin dan KKP
Gambar 4.1
PDB Industri Maritim Per Tahun 2009-2016
(Dalam Juta Rupiah)
Tahun PDBIDM
2009 74.169.316
2010 199.382.122
2011 227.587.122
2012 255.949.387
2013 291.656.000
2014 342.659.507
2015 396.267.581
2016 449.875.655
65
Sumber : Kemenprin dan KKP
Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan nasional (PDB)
industri maritim cederung meningkat sejak tahun 2009 sampai 2016. Peningkatan
pendapatan nasional (PDB) yang tinggi terjadi di tahun 2014, dimana di tahun itu
industri maritim mampu menghasilkan Rp 396.267.581 (dalam juta rupiah) bila
dihitung secara keseluruhan. Sedangkan pada tahun 2015 dapat dilihat pendapatan
nasional (PDB) industri maritim mengalami penurunan sehinga hanya mampu
menghasilkan Rp 342.659.507 (dalam juta rupiah) dalam setahun, hal ini merupakan
imbas dari kenaikan biaya produksi industri manufaktur pada tahun 2015.
Namun selanjutnya pada tahun 2016 pendapatan nasional (PDB) industri
maritim kembali stabil dan cenderung naik, hal ini dapat dilihat dalam kenaikan
diagram diatas yang menunjukan bahwa kenaikan terjadi secara continue di setiap
triwulannya, sehingga industri maritim mampu mencapai total PDB sebesar Rp
446.525.140 (dalam juta rupiah) sepanjang tahun 2016.
0
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
74,169,316
199,382,122 227,587,122 255,949,387 291,656,000
342,659,507 396,267,581
449,875,655
(Dal
am J
uta
Ru
pia
h)
PDB Industri Maritim
66
2. Biaya Produksi Industri Maritim
Tabel 4.2
Biaya Produksi Industri Maritim Per Tahun 2009-2016
(Dalam Juta Rupiah)
Sumber: : Kemenprin dan KKP
Gambar 4.2
Biaya Produksi Industri Maritim Per Tahun 2009-2016
(Dalam Juta Rupiah)
Sumber : Kemenprin dan KKP
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
12,646,302 14,087,089
21,733,599 23,675,247
27,363,585 28,830,180
25,207,535
30,277,518
Dal
am J
uta
Ru
pp
iah
Biaya Produksi Industri Maritim
Tahun Biaya
Produksi
2009 12.646.302
2010 14.087.089
2011 21.733.599
2012 23.675.247
2013 27.363.585
2014 28.830.180
2015 25.207.535
2016 30.277.518
67
Biaya produksi industri maritim Indonesia tahun selama delapan tahun
terakhir mengalami fluktuasi yang siginfikan. Secara keseluruhan pada tahun 2013
dan 2016 terjadi kenaikan biaya produksi tertinggi, dimana tahun 2012 biaya
produksi yang dihasilkan adalah Rp 23.635.247 (dalam juta rupiah) menjadi Rp
27.363.585 (dalam juta rupiah) di tahun 2013. Kenaikan biaya produksi di tahun 2013
diikuti dengan kenaikan jumlah produksi sehingga berdampak positif terhadap
pendapatan.
Sedangkan di tahun 2015 biaya produksi mengalami penurunan, dimana di
tahun sebelumnya yakni tahun 2014, biaya produksi menghasilkan Rp 28.380.180
(dalam juta rupiah) dan di tahun 2015 biaya produksi menghasilkan Rp 25.207.535
(dalam juta rupiah). Namun penurunan biaya produksi tidak diikuti oleh penambahan
hasil produksi sehingga hasil produksi mengalami penurunan di tahun 2015, hal ini
berdampak negatif terhadap pendapatan industri maritim. Terlihat pada gambar 4.2
fluktuasi biaya produksi tahun 2009-2013 cenderung lebih fluktuaktif dibandingkan
dengan pergerakan biaya produksi tahun selanjutnya yakni 2014-2016 yang lebih
statis.
68
3. Penjualan Industri Maritim
Tabel 4.3
Penjualan Industri Maritim Per Tahun 2009-2016
(Dalam Juta Rupiah)
Tahun Penjualan
2009 23.265.488
2010 35.461.054
2011 36.275.475
2012 44.431.708
2013 59.058.383
2014 116.479.336
2015 114.180.842
2016 124.743.493 Sumber : Kemenprin dan KKP
Gambar 4.3
Penjualan Industri Maritim Per Tahun 2009-2016
(Dalam Juta Rupiah)
Sumber : Kemenprin dan KKP
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
23,265,488
35,461,054 36,275,475 44,431,708
59,058,383
116,479,336 114,180,842 124,743,498
Penjualan Industri Maritim
69
Penjualan industri maritim Indonesia selama delapan tahun terakhir mengalami
fluktuasi yang signifikan. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan output tertinggi secara
keseluruhan, dimana tahun 2012 output yang dihasilkan adalah Rp 44.431.708 (dalam
juta rupiah) menjadi Rp 53.058.383 (dalam juta rupiah) per tahun 2013. Kenaikan
output secara keseluruhuan di tahun 2013 merupakan efek positif dari peningkatan
biaya produksi yang diikuti kenaikan tingkat permintaan sehingga membawa efek
poistif pula terhadap penjualan industri maritim.
Sedangkan di tahun 2015 penjualan mengalami penurunan, dimana di tahun
sebelumnya yakni tahun 2014, penjualan yang dihasilkan secara keseluruhan
mencapai Rp 116.479.336 (dalam juta rupiah) dan di tahun 2015 penjualan
keseluruhan hanya menghasilkan Rp 114.180.842 (dalam juta rupiah). Penurunan
penjualan di tahun tahun 2015 terjadi karena penambahan biaya produksi tanpa
peningkatan jumlah produksi sehingga penjualan mengalami penurunan di tahun
2015, hal ini berdampak negatif terhadap penjualan industri maritim. Selanjutnya
ditahun 2016 penjualan industri maritim cenderung stagnan. Berdasarkan gambar
4.3 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan terhadap kenaikan penjualan dari tahun
2014 sampai 2016, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya meskipun di tahun
2015 penjualan keseluruhan mengalami penurunan.
70
4. Output Industri Maritim
Tabel 4.4
Output Industri Maritim Per Tahun 2009-2016
(Dalam Juta Rupiah)
Sumber : Kemenprin dan KKP
Gambar 4.4
Output Industri Maritim Per Tahun 2009-2016
(Dalam Juta Rupiah)
Tahun Output
2009 18.357.539
2010 21.574.842
2011 23.338.751
2012 24.154.090
2013 25.780.871
2014 38.360.775
2015 36.463.473
2016 47.845.956
71
Sumber : Kemenprin dan KKP
Output industri maritim Indonesia delapan tahun terakhir mengalami fluktuasi
yang signifikan. Pada tahun 2014 terjadi kenaikan output tertinggi secara
keseluruhan, dimana tahun 2013 output yang dihasilkan adalah Rp 25.780.871 (dalam
juta rupiah) menjadi Rp 38.360.755 (dalam juta rupiah) per tahun 2014 . Kenaikan
output secara keseluruhuan di tahun 2014 merupakan efek positif dari peningkatan
produksi yang diikuti kenaikan output sehingga membawa efek poistif pula terhadap
pendapatan industri maritim.
Sedangkan di tahun 2015 output mengalami penurunan, dimana di tahun
sebelumnya yakni tahun 2014, output yang dihasilkan secara keseluruhan mencapai
Rp 38.360.755 (dalam juta rupiah) dan di tahun 2015 output keseluruhan hanya
menghasilkan Rp 36.463.473 (dalam juta rupiah). Penurunan output di tahun tahun
2015 terjadi karena kenaikan faktor produksi tanpa peningkatan jumlah produksi
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
40,000,000
45,000,000
50,000,000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
18,357,539 21,574,842
23,338,751 24,154,090 26,780,871
38,360,775 36,463,473
47,845,956 (D
alam
Ju
ta R
up
iah
Output Industri Maritim
72
sehingga ouput mengalami penurunan di tahun 2015, hal ini berdampak negatif
terhadap pendapatan industri maritim. Selanjutnya ditahun 2016 output industri
maritim cenderung stagnan.
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian untuk melihat apakah (data) residual
yang dibentuk oleh model regresi linier yang terdistribusi normal atau tidak.
Pengujian untuk melihat uji normalitas sudah terdistribusi normal atau tidak
dapat menggunakan metode Jarque-Bera (Mansuri, 2016 : 37).
Keputusan untuk menentukan apakah residual data terdistribusi
normal atau tidak dapat dilakukan secara sederhana dengan melihat nilai
Probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung dengan tingkat alpha 0,05 (5%). Apabila
Prob. JB hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa residual terdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilainya lebih
kecil maka tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa residual terdistribusi
normal. (Mansuri, 2016 : 37).
73
1) Model Persamaan I
Gambar 4.5
Uji Normalitas Model Persamaan I
Sumber : Data sekunder diolah
Model yang digunakan dalam persamaan satu adalah :
1. Z4 = p43 Z3 + p42 Z2 + ε4 .....................................................…………..(1)
Berdasarkan hasil uji normalitas yang terlihat pada gambar 4.5, terlihat
nilai Probability yang dihasilkan bernilai 0.135585 dimana 0.135585 lebih
besar dibandingkan tingkat alpha 0.05 (0.135585> 0.05). Sehingga dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti memiliki distribusi
normal yang memenuhi asumsi uji normalitas.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-60000 -40000 -20000 0 20000 40000
Series: ResidualsSample 2009Q1 2016Q4Observations 32
Mean -6.40e-10Median 3385.633Maximum 35993.64Minimum -67156.69Std. Dev. 29058.71Skewness -0.863821Kurtosis 2.888278
Jarque-Bera 3.996309Probability 0.135585
74
2) Model Persamaan II
Gambar 4.6
Uji Normalitas Model Persamaan II
Sumber : Data sekunder diolah
Model yang digunakan dalam persamaan dua adalah :
2. Z3 = p31 Z1 + ε3…………….....………….……………………………….(2)
Berdasarkan hasil uji normalitas yang terlihat pada gambar 4.6, terlihat
nilai Probability yang dihasilkan bernilai 0.292098 dimana 0.292098 lebih
besar dibandingkan tingkat alpha 0.05 (0.292098 > 0.05). Sehingga dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti memiliki distribusi
normal yang memenuhi asumsi uji normalitas.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-30000 -20000 -10000 0 10000 20000 30000 40000
Series: ResidualsSample 2009Q1 2016Q4Observations 32
Mean -7.69e-11Median 6541.878Maximum 35117.94Minimum -30100.57Std. Dev. 19748.07Skewness -0.088159Kurtosis 1.652814
Jarque-Bera 2.461331Probability 0.292098
75
3). Model Persamaan III
Gambar 4.7
Hasil Uji Normalitas Model Persamaan III
Sumber : Data sekunder diolah
Model yang digunakan dalam persamaan tiga adalah :
3. Z1 = p43 Z3 + ε1………………………………….……………….…….(3)
Berdasarkan hasil uji normalitas yang terlihat pada gambar 4.6, terlihat
nilai Probability yang dihasilkan bernilai 0.316249, dimana 0.316249 lebih
besar dibandingkan tingkat alpha 0.05 (0.316249 > 0.05). Sehingga dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti memiliki distribusi
normal yang memenuhi asumsi uji normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Multikoleniaritas adalah kondisi dimana terdapat hubungan linear
antar variabel independen yang diuji. Karena melibatkan beberapa variabel
independen dalam suatu penelitian, maka multikolienaritas tidak akan terjadi
pada metode persamaan regresi sederhana yang hanya mempunyai satu
0
1
2
3
4
5
6
7
-30000 -20000 -10000 0 10000 20000 30000
Series: ResidualsSample 2009Q1 2016Q4Observations 32
Mean -6.87e-11Median -4711.673Maximum 30829.13Minimum -30476.79Std. Dev. 19612.24Skewness 0.095109Kurtosis 1.699748
Jarque-Bera 2.302452Probability 0.316249
76
variabel dependen dan satu variabel independen (Winarno dalamYunita 2016
:67) .
Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan metode Varriance
Inflation Factor (VIF). Untuk mengetahui gejala multikolienaritas adalah
dengan melihat nilai Variance Infitation Factor (VIF), dimana menurut Hair
et al (Dalam Mansuri, 2016:31) variabel dikatakan mempunyai masalah
multikolienaritas apabila nilai VIF > dari 10.
1. Model Persamaan I
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas Model Persamaan I
Variable Centered VIF
C NA
Output 5.179525
Penjualan 5.106554
Model yang digunakan dalam persamaan satu adalah :
1. Z4 = p43 Z3 + p42 Z2 + ε4 .....................................................…………..(1)
Berdasarkan hasil pengujian dalam table 4.5, dapat dilihat nilai
Centered VIF yang dihasilkan baik Output maupun Penjualan adalah
5.179525 dan 5.106554, sehingga dapat disimpulkan bahwa model
77
persamaan I terbebas dari masalah multikolinearitas karena nilai Centered VIF
yang dihasilkan kurang dari 10.
Untuk model persamaan I dan II tidak dapat dilakukan uji
multikolinearitas karena hanya menggunakan satu variabel bebas dan stu
variable terikat.
c. Uji Heterokedasitas
Heterokedastisitas terjadi karena varian yang ditimbulkan oleh
variabel pengganggu tidak konstan untuk semua variabel penjelas. Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apabila kesalahan pengganggu
mempunyai nilai varian yang sama atau tidak. (Noor dalam Yunita 2017:67).
Keputusan untuk menentukan terdapat atau tidaknya masalah
heteroskedastisitas yang terjadi pada regresi linier, dapat dilakukan dengan
melihat Nilai Prob Chi-Square yang dihasilkan. Apabila nilai Prob. Chi-
Square lebih besar dari tingkat alpha 0.05 (Prob Chi-Square > 0.05) ini berarti
tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi linier berganda,
sedangkan apabila nilai Prob. Chi-Square lebih kecil dari dari tingkat alpha
0.05 (Prob Chi-Square < 0.05) maka terdapat maslah heteroskedastisitas pada
model regresi linier berganda. (Mansuri, 2016 : 41).
78
1). Model Persamaan I
Tabel 4.6
Hasil Uji Heterokedasitas Model Persamaan I
F-statistic 1.846022 Prob.
F(3,92)
0.1759
Obs*R-
squared
3.613889 Prob.
Chi-
Square(2)
0.1642
Scaled
explained
SS
2.802250 Prob.
Chi-
Square(2)
0.2463
Sumber : Data sekunder yang diolah
Model yang digunakan dalam persamaan satu adalah :
1. Z4 = p43 Z3 + p42 Z2 + ε4 .....................................................…………..(1)
Berdasarkan tabel 4.6, Uji heterokedasitas yang dilakukan
menggunakan uji Breush Pagan Godfrey menunjukan nilai Prob Chi-Square
sebesar 0.1642 dimana nilai ini lebiih besar dari tingkat alpha 0.05, sehingga
data yang diujikan terbebas dari masalah heterokedasitas.
2). Model Persamaan II
Tabel 4.7
Hasil Uji Heterokeadasitas Model Persamaan II
F-statistic 5.720967 Prob.
F(3,92)
0.4204
Obs*R-
squared
11.00307 Prob. Chi-
Square(2)
0.4096
79
Scaled
explained
SS
3.156573 Prob. Chi-
Square(2)
0.3756
Sumber : Data sekunder yang diolah
Model yang digunakan dalam persamaan dua adalah :
2. Z3 = p31 Z1 + ε3…………….....………….……………………………….(2)
Berdasarkan tabel 4.7, Uji heterokedasitas yang dilakukan
menggunakan uji Breush Pagan Godfrey menunjukan nilai Prob Chi-Square
sebesar 0.4096 dimana nilai ini lebiih besar dari tingkat alpha 0.05, sehingga
data yang diujikan terbebas dari masalah heterokedasitas.
3). Model Persamaan III
Tabel 4.8
Hasil Uji Heterokeadasitas Model Persamaan II
F-statistic 6. 179712 Prob.
F(3,92)
0.3590
Obs*R-
squared
11.21165 Prob. Chi-
Square(2)
0.3129
Scaled
explained
SS
3.447653 Prob. Chi-
Square(2)
0.3063
Sumber : Data sekunder yang diolah
Model yang digunakan dalam persamaan tiga adalah :
3. Z1 = p43 Z3 + ε1………………………………….……………….…….(3)
80
Berdasarkan tabel 4.8, Uji heterokedasitas yang dilakukan
menggunakan uji Breush Pagan Godfrey menunjukan nilai Prob Chi-Square
sebesar 0.3129 dimana nilai ini lebiih besar dari tingkat alpha 0.05, sehingga
data yang diujikan terbebas dari masalah heterokedasitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan korelasi residual antar residual
observasi yang diuji. Autokorelasi sering ditemukan pada data diurutkan
berdasarkan waktu, karena data saat ini dipengaruhi oleh data pada masa-masa
sebelumnya. Namun, autokorelasi juga dapat ditemukan pada data yang
diurutkan berdasarkan objek (cross section)..
Pengujian dilakukan dengan metode Bruesch-Godfrey Test, dengan
kriteria pengujian sebagai berikut dapat kita lihat dari probabilitasnya .
Apabila nilai Prob. Chi-Square lebih besar dibandingkan dengan tingkat alpha
sebesar 0.05 (Prob Chi-Square > 0.05), berarti data yang diuji tidak terjadi
autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob. Chi_Square lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat alpha 0.05 (Prob Chi-Square < 0.05) dapat
dikatakan data yang dujikan mengalami masalah autokorelasi . (Mansuri,
2016: 33)
81
1). Model Persamaan I
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi Model Persamaan I
S
u
m
b
er : Data sekunder diolah
Model yang digunakan dalam persamaan satu adalah :
1. Z4 = p43 Z3 + p42 Z2 + ε4 .....................................................…………..(1)
Berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan dalam tabel 4.9
menunjukan bahwa nilai Prob-Chi Square lebih besar dari tingkat kesalahan
alpha 0.05 yakni (0.3298 > 0.05). Sehingga dapat dismpulkan data yang
diujikan terbebas dari masalah autokolerasi.
2). Model Persamaan II
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi Model Persamaan II
S
u
m
b
er : Data sekunder diolah
F-statistic 3.566808 Prob. F(2,90) 0.4107
Obs*R-squared 2.321381 Prob.Chi-
Square(2)
0.3298
F-statistic 1.796321 Prob. F(2,90) 0.3221
Obs*R-squared 2.971191 Prob.Chi-
Square(2)
0.2979
82
Berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan dalam tabel 4.10
menunjukan bahwa nilai Prob-Chi Square lebih besar dari tingkat kesalahan
alpha 0.05 yakni (0.2979 > 0.05). Sehingga dapat dismpulkan data yang
diujikan terbebas dari masalah autokolerasi.
3). Model Persamaan III
Tabel 4.11
Hasil Uji Autokorelasi Model Persamaan III
S
u
m
b
er : Data sekunder diolah
Model yang digunakan dalam persamaan tiga adalah :
3. Z1 = p43 Z3 + ε1………………………………….……………….…….(3)
Berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan dalam tabel 4.11
menunjukan bahwa nilai Prob-Chi Square lebih besar dari tingkat kesalahan
alpha 0.05 yakni (0.2854 > 0.05). Sehingga dapat dismpulkan data yang
diujikan terbebas dari masalah autokolerasi.
F-statistic 2.270185 Prob. F(2,90) 0.3973
Obs*R-squared 3.014122 Prob.Chi-
Square(2)
0.2854
83
2. Hasil Uji Kelayakan Model
a. Uji Koefisien Determinasi (R-Squared)
Pengujian koefisien determinasi dalam regresi linear berganda
dilakukan guna mengetahui jumlah presentase sumbangan pengaruh variabel
variable bebas (X1,X2,....Xn) secara serentak terhadap variabel terikat (Y).
Penggunaan model ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar kemampuan
model dalam memberikan informasi mengenai variabel terikat. Nilai yang
ditampilkan oleh uji ini berkisar 0-1, dimana nilai pengujian yang mendekati 1
menandakan bahwa variabel bebas hampir memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk meramalkan variabel terikat.
1). Model Persamaan I
Model yang digunakan dalam persamaan satu adalah :
1. Z4 = p43 Z3 + p42 Z2 + ε4 .....................................................…………..(1)
Dimana :
Z4 : PDB Industri Maritim
p43 Z3 : Penjualan Industri Maritim
p42 Z2 : Output Industri Maritim
Tabel 4.12
84
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Persamaan I
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,884a ,781 P766 ,029287766
a. Predictors: (Constant), output, penjualan
Sumber : Data sekunder diolah
Berdasarkan nilai R-Squared yang ditampilkan di tabel 4.12, maka
output dan penjualan dapat mempengaruhi pembentukan PDB Industri
maritime sebesar 78.1% , dimana sisa presentase dalam pembentukan PDB
Industri Maritim sebesar 21.9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diteliti disini.
2). Model Persamaan II
Model yang digunakan dalam persamaan dua adalah :
2. Z3 = p31 Z1 + ε3…………….....………….……………………………….(2)
Dimana :
Z3 : Penjualan Industri Maritim
p31 Z1 : Biaya Produksi Industri Maritim
85
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Persamaan II
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,898a ,807 ,800 ,015441148
a. Predictors: (Constant), bproduksi
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan nilai R-Squared yang ditampilkan di tabel 4.13, maka
baiaya produksi dapat mempengaruhi pembentukan penjulan Industri
maritime sebesar 80.7% , dimana sisa presentase dalam pembentukan
penjualan Industri Maritim sebesar 19.3 % dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak diteliti disini.
3). Model Persamaan III
Model yang digunakan dalam persamaan tiga adalah :
3. Z1 = p43 Z3 + ε1………………………………….……………….…….(3)
Dimana :
Z1 : Biaya Produksi Industri Maritim
p43 Z3 : Penjualan Industri Maritim
86
Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Persamaan III
Sumber : Data sekunder diolah
Berdasarkan nilai R-Squared yang ditampilkan di tabel 4.13, maka
penjualan dapat mempengaruhi biaya produksi industri maritim sebesar
67.4%, dimana sisa presentase dalam pembentukan biaya produksi industri
maritim sebesar 32.6 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti disini.
3. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat, baik secara simultan maupun parsial. Uji hipotesis ini
dibagi menjadi dua macam yakni Uji F dan Uji t.
a. Uji F
Uji F (uji simultan) adalah langkah pertama untuk mengestimasikan
apakah model regresi yang digunakan layak atau tidak untuk digunakan.
Maksud dari layak disini adalah apakah model yang diestimasi dapat
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat secara keseluruhan atau simultan. (Mansuri, 2016 : 48)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,821a ,674 ,663 ,019936433
a. Predictors: (Constant), penjualan
87
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Signifikansi F
dengan tingkat alpha 0.005. Apabila nilai Signifikansi F lebih kecil dari
tingkat alpha sebesar 0.05 (Sig < 0.05) maka model regresi yang diestimasi
dapat digunakan sebagai prediktor variabel terikat, atau variabel bebas secara
bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel terikat.
1). Model Persamaan I
Model yang digunakan dalam persamaan satu adalah :
1. Z4 = p43 Z3 + p42 Z2 + ε4 .....................................................…………..(1)
Dimana :
Z4 : PDB Industri Maritim
p43 Z3 : Penjualan Industri Maritim
p42 Z2 : Output Industri Maritim
Tabel 4.15
Hasil Uji F Model Persamaan I
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression ,089 2 ,044 51,709 ,000b
Residual ,025 29 ,001
Total ,114 31
a. Dependent Variable: pdbim
b. Predictors: (Constant), output, penjualan
Sumber : Data sekunder diolah
88
Berdasarkan pengujian Uji F terhadap model persamaan I, dapat
dilihat bahwa nilai sig yang diperoleh sebesar 0.00 yang berarti nilai sig yang
dihasilkan lebih kecil dari tingkat alpha 0.05 (0.00 < 0.05). Hal ini
menunjukan bahwa variabel yang digunakan dalam model persamaan I yakni
output dan penjualan, berpengaruh secara simultan terhadap PDB Industri
Maritim.
Dalam penelitian ini, model persamaan II dan III tidak memerlukan
pengujian Uji F. Hal ini dikarenakan dalam persamaan model II dan III,
variabel bebas yang digunakan hanya berjumlah satu variabel.
b. Uji t
Uji t dalam regresi linier berganda ditujukan untuk mengetahui apakah
indikator yang diprediksi dalam pengestimasian model regresi linier berganda
merupakan indikator yang tepat atau tidak. Maksud dari tepat adalah indikator
yang digunakan harus bisa menggambarkan variabel bebas dalam
mempengaruhi variabel terikatnya.
Hasil uji t dinyatakan valid apabila perolehan Signifikansi t lebih kecil
dari tingkat alpha (Sig t < 0,05). Untuk pengaruh dominan ditentukan oleh p
yang terkecil atau R2 parsial yang terbesar. (Mansuri, 2016 : 42).
89
1). Model Persamaan I
Model yang digunakan dalam persamaan satu adalah :
1. Z4 = p43 Z3 + p42 Z2 + ε4 .....................................................…………..(1)
Dimana :
Z4 : PDB Industri Maritim
p43 Z3 : Penjualan Industri Maritim
p42 Z2 : Output Industri Maritim
Tabel 4.16
Hasil Uji t Model Persamaan I
S
u
m
b
e
r
:
Data sekunder diolah
Hasil uji hipotesis 1 : Pengaruh Penjualan Industri Maritim terhadap
Pendapatan Nasional Industri Maritim Indonesia (PDB)
Pada tabel 4.14 menunjukan bahwa hasil uji t penjualan industri
maritim memiliki nilai sig sebesar 0.008, dimana nilai sig statistik lebih kecil
dibandingkan tingkat alpha sebesar 0.05 (0.008< 0.05). Hal ini berarti H0
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,908 ,296 3,069 ,005
Penjualan ,763 ,266 ,436 2,863 ,008
Output ,865 ,268 ,490 3,224 ,003
90
ditolak dan H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa penjualan industri
maritim berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pendapatan nasional
(PDB) industri maritim .
Sedangkan nilai koefisiennya adalah sebesar 0.763, berarti apabila
penjualan meningkat 1 satuan maka pendapatan nasional (PDB) industri
maritim akan meningkat sebesar 0.763 satuan dengan asumsi Ceteris Paribus.
Hasil uji hipotesis 2 : Pengaruh Output Industri Maritim terhadap
Pendapatan Nasional Industri Maritim Indonesia (PDB)
Pada tabel 4.16 menunjukan bahwa hasil uji t output industri maritim
memiliki nilai sig sebesar 0.003, dimana nilai sig statistik lebih kecil
dibandingkan tingkat alpha sebesar 0.05 (0.003 < 0.05). Hal ini berarti H0
ditolak dan H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa output industri
maritim berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pendapatan nasional
(PDB) industri maritim .
Sedangkan nilai koefisiennya adalah sebesar 0.865, berarti apabila
output meningkat 1 satuan maka pendapatan nasional (PDB) industri maritim
akan meningkat sebesar 0.865 satuan dengan asumsi Ceteris Paribus.
91
2). Model Persamaan II
Model yang digunakan dalam persamaan dua adalah :
2. Z3 = p31 Z1 + ε3…………….....………….……………………………….(2)
Dimana :
Z3 : Penjualan Industri Maritim
p31 Z1 : Biaya Produksi Industri Maritim
Tabel 4.17
H
a
s
i
l
U
j
i
t Model Persamaan II
Sumber : Data sekunder diolah
Hasil uji hipotesis 1 : Pengaruh Biaya Produksi Industri Maritim
terhadap Penjualan Nasional Industri Maritim Indonesia (PDB)
Pada tabel 4.17 menunjukan bahwa hasil uji t biaya produksi industry
maritim memiliki nilai sig sebesar 0.000, dimana nilai sig statistik lebih kecil
dibandingkan tingkat alpha sebesar 0.05 (0.000 < 0.05). Hal ini berarti H0
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,971 ,080 12,181 ,000
bproduksi ,459 ,041 ,898 11,198 ,000
92
ditolak dan H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa biaya produksi
industri maritim berpengaruh signifikan secara parsial terhadap penjualan
industri maritim .
Sedangkan nilai koefisiennya adalah sebesar 0.459, berarti apabila
biaya produksi meningkat 1 satuan maka penjualan industri maritim akan
meningkat sebesar 0.459 satuan dengan asumsi Ceteris Paribus.
3) Model Persamaan III
Model yang digunakan dalam persamaan tiga adalah :
3. Z1 = p43 Z3 + ε1………………………………….……………….…….(3)
Tabel 4.17
Hasil Uji t Model Persamaan III
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,317 ,193 1,645 ,110
penjualan ,815 ,104 ,821 7,870 ,000
Sumber : Data sekunder diolah
Hasil uji hipotesis : Pengaruh Penjualan Industri Maritim terhadap
Biaya Produksi Nasional Industri Maritim Indonesia (PDB)
93
Pada tabel 4.18 menunjukan bahwa hasil uji t penjualan industri
maritim memiliki nilai sig sebesar 0.000, dimana nilai sig statistik lebih kecil
dibandingkan tingkat alpha sebesar 0.05 (0.000 < 0.05). Hal ini berarti H0
ditolak dan H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa penjualan industri
maritim berpengaruh signifikan secara parsial terhadap biaya produksi industri
maritim
Sedangkan nilai koefisiennya adalah sebesar 0.815, berarti apabila
penjualan meningkat 1 satuan maka biaya produksi industri maritim akan
meningkat sebesar 0.815 satuan dengan asumsi Ceteris Paribus.
4. Interprestasi Analisis Path
Dalam kegunaannya analisis path digunakan untuk melihat seberapa besar
pengaruh langsung dan tidak langsung suatu variabel ke variabel lainnya.
Pengambilan keputusan dalam analisis path dilihat dari membandingkan hasil ikatan
langsung dengan hasil ikatan tidak langsung. Apabila hasil ikatan langsung lebih
besar dibandingkan hasil ikatan tidak langsung, maka pengaruh yang berperan
dominan dalam penelitian adalah pengaruh langsung, namun apabila terjadi
sebaliknya yakni hasil ikatan tidak langsung lebih besar dibandingkan hasil ikatan
langsung, maka pengaruh yang berperan dominan dalam penelitian ini adalah
pengaruh tidak langsung.
Dari pengujian diatas dapat menghasilkan analisi path seperti berikut :
94
a) Pengaruh Langsung
Pengaruh langsung biaya produksi terhadap PDB (Z1 ke Z4 ) = 0.821
Pengaruh langsung (Z2 ke Z4 ) = 0.490
b) Pengaruh tidak langsung
Pengaruh biaya produksi menggunakan Jalur 1 (melalui harga penjualan)= (P31 )*( P43
) = (0.898)*( 0.436)= 1.334
Tabel 4. 19
Hasil Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Variabel
Ekosogen
Direct Path/
Jalur
Indirect Total Kriteria Kesimpulan
Biaya
Produksi
0.821
I
0.436
1.334
Direct
Effect>Indirect
Effect
Penjualan
merupakan
variabel
intervening
Output
0.490
II
0
0.490
Direct
Effect>Indirect
Effect
Output bukan
merupakan
variabel
intervening
95
Gambar 4.8
Kerangka Jalur
Sumber : Data sekunder diolah
Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah biaya produksi
memerlukan variabel intervening untuk mempengaruhi pembentukan PDB, variabel
intervening yang digunakan yakni penjulan. Hal ini dikarenakan pengaruh langsung
biaya produksi terhadap PDB lebih kecil dari pada pengaruh tidak langsung,
yaitu0.821 < 1.334 hal ini sesuai dengan teori Sunarto (Dalam Putra 2014:16) yang
menyatakan bahwa biaya produksi menetukan penjualan, dimana selanjutnya
penjualan akan mempengaruhi pendapatan sebuah perusahaan maupun industri.
Sedangkan pengaruh output terhadap PDB berpengaruh secara langsung
positif signifikan sebesar 0.490. Sehingga dalam hal mempengaruhi pembentukan
PDB Industri maritim, variabel output tidak memerlukan variabel intervening. Hal ini
sesuai dengan teori Jhingan yang menyatakan bahwa dengan tingkat output yang
lebih tinggi maka pendapatan nasional akan naik dan lingkaran setan kemiskinan
96
dapat dipatahkan serta pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan
(Dara, 2016).
C. Analisis Ekonomi
1. Biaya Produksi Industri Maritim Terhadap Penjualan dan Pendapatan
Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia
Pada uji analisis path yang sudah dilakukan dan digambarkan dalam kerangka
path gambar 4.8, biaya produksi menunjukan hubungan signifikan tidak langsung
dengan pendapatan nasional. Dalam hubungannya, biaya produksi memerlukan
variabel intervening yaitu penjualan sebagai penghubung terhadap PDB Industri
Maritim. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sunarto (Dalam Putra
2014:16) bahwa biaya produksi menentukan penjualan, dimana selanjutnya penjualan
akan mempengaruhi pendapatan sebuah perusahaan maupun industri.
Dalam Industri Maritim ada tiga jenis biaya produksi yang paling
mempengaruhi pendapatan yakni, biaya tenaga kerja, biaya bahan bakar dan biaya
bahan baku. Kenaikan ketiga biaya tersebut akan mempengaruhi biaya produksi
secara keseluruhan. Dalam sebuah industri biaya produksi harus diperhitungkan
dengan sangat baik karena akan mempengaruhi pendapatan dan pertumbuhan industri
tersebut. Kenaikan biaya industri yang diikuti oleh kenaikan penjualan tentu akan
menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
97
industri, namun apabila kenaikan biaya industri yang tidak diikuti oleh kenaikan
penjualan hasil produksi akan berdampak negatif bagi industri tersebut.
Kestabilan biaya produksi dalam sebuah industri sangat diperlukan, seperti
yang terjadi tahun 2015, dimana terjadi kenaikan biaya produksi yang harus
dikeluarkan oleh industri maritim dikarenakan tingginya biaya bahan bakar dan biaya
tenaga kerja, namun kenaikan ini tidak diikuti oleh kenaikan penjualan. Sehingga
kenaikan biaya produksi ini menyebabkan beban yang harus dikeluarkan industri
maritim naik sebesar 4% . Kenaikan biaya produksi yang tinggi,mengakibat produk
dalam negeri mengalami inflasi dan menurunkan tingkat kompetitif yang ada bila
dibandingkan dengan barang impor. Selanjutnya akan ada banyak pihak yang berpikir
untuk melakukan impor dibandingkan mendirikan pabrik atau industri. Apabila hal
ini hal ini terus terjadi, maka biaya yang tidak kompetitif mengakibatkan
kebangkrutan industri atau perelokasian Industri. Hal ini akan tersebut terjadi hingga
terjadi penurunan pendapatan dan pertumbuhan industri (Kementrin, 2017 : 1).
Penelitian terdahulu yang menguatkan argumen hasil penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan Marwasputra (2010) yang menunjukan bahwa biaya
produksi mempengaruhi penjualan secara signifikan, dan penelitian yang dilakukan
oleh Nugra Hartono (2013) yang menyatakan bahwa biaya produksi berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan.
98
Penelitian ini menggunakan periode waktu yang terbaru yakni mulai dari
tahun 2009-2016. Oleh karena itu gambaran peristiwa yang dikaji dalam penelitian
ini dapat dijadikan acuan bagi pelaku industri maritim dan pemerintah. Hasil
penelitian yang menunjukan bahwa biaya produksi secara signifikan tidak langsung
berpengaruh terhadap pendapatan nasional (PDB) industri maritim Indonesia. Hal ini
menunjukan bahwa pentingnya kestabilan biaya produksi dalam industri maritim
untuk meningkatkan pendapatan nasional (PDB) industri maritim. Fenomena
peningkatan biaya produksi yang diikuti oleh penurunan PDB Industri Maritim di
tahun dapat dijadikan acuan dan pembelajaran untuk para pelaku industri maritim
maupun pemerintah untuk mengatur kestabilan biaya produksi di tahun yang akan
datang.
2. Output Industri Maritim Terhadap Pendapatan Nasional (PDB) Industri
Maritim Indonesia
Pada uji analisis path yang sudah dilakukan dan digambarkan dalam kerangka
path gambar 4.8, Output berpengaruh signifikan secara langsung terhadap PDB
Industri Maritim sehingga dalam mempengaruhi PDB, variabel output tidak
memerlukan intervening variabel.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Jhingan yang menyatakan bahwa
dengan tingkat output yang lebih tinggi maka pendapatan nasional akan naik dan
99
lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan serta pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi dapat ditingkatkan (Dara, 2016 : 11)
Dalam beberapa tahun belakangan ini Industri martim mampu menunjukan
peningkatan output yang cukup baik, peningkatan ini masih di dominasi oleh sub
sektor Industri Perikanan dan Pengolahan Biota air. Peningkatan volume output pada
sub sektor Industri Perikanan tidak luput dari kebijakan - kebijakan yang dikeluarkan
oleh Kementrian kelautan dan Perikanan Indonesia, antara lain instruksi
penenggelaman kapal pencuri ikan dan peminimalisir ekspor ikan mentah non olah.
Disaat output sektor perikanan semakin menunjukan peningkatan, output sektor
minyak dan gas mengalami kenaikan dan penurunan yang dinamis.
Kementrian Industri menyatakan, bahwa terdapat beberapa permasalahan
yang dihadapi industri maritim sektor migas ini, contohnya tingginya angka impor
bahan baku, rendahnya struktur penunjang industri migas sehingga daya saing produk
rendah. Kemudian, ketersediaan energi masih yang kurang dan mahalnya harga gas
heat treatment. Begitu pula dengan sub sektor industri maritim lainnya yakni industri
galangan kapal mengalami peningkatan walaupun belum optimal. Kapal merupakan
komponen penting dalam kegiatan maritim, sehingga demi mewujudkan negara
berporos maritim, Indonesia harus memperkuat industri galangan kapalnya.
Lambatnya laju peningkatan output industri galangan kapal di Indonesia di sebabkan
oleh beberapa faktor yakni ketidaktersediaan bahan baku sehingga sebagian besar
100
bahan baku harus diimpor dari luar negeri, selain itu masih rendahnya investasi
dibidang industri galangan kapal sehingga industri ini belum mampu tumbuh secara
optimal. Namun beberapa tahun terkahir Kemenprin menyatakan bahwa investasi
dibidang galangan kapal meningkat menjadi 6,4 % sehingga industri galangan kapal
diprediksikan dapat tumbuh kembang di tahun tahun mendatang.
Namun secara keseluruhan pada tahun 2009-2016 industri maritim mengalami
kenaikan output yang cukup baik, walaupun pada tahun 2015 mengalami penurunan
yang diakibatkan melonjaknya biaya produksi. Kenaikan output dapat membawa
pengaruh positif terhadap pendapatan nasional (PDB) industri tersebut seperti yang
sudah ditunjukan oleh hasil regresi dalam tabel 4.10 diatas. Penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Tumpal Butar-Butar (2012) yang menunjukan
bahwa output yang dihasilkan oleh industri manufaktur di Sumatera Utara secara
signifikan memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan PDRB Sumatera
Utara.
Penelitian ini menggunakan periode waktu yang terbaru yakni mulai dari
tahun 2009-2016. Oleh karena itu gambaran peristiwa yang dikaji dalam penelitian
ini dapat dijadikan acuan bagi pelaku industri maritim dan pemerintah. Hasil
penelitian yang menunjukan bahwa output secara signifikan berpengaruh terhadap
pendapatan nasional (PDB) industri maritim Indonesia, menunjukan bahwa kenaikan
output dalam industri maritim berbanding selaras dengan pendapatan nasional (PDB)
101
industri maritim. Fenomena peningkatan dan penurunan output industri maritim
selama tahun 2009-2016 yang sudah dijabarkan diatas, dapat dijadikan acuan dan
pembelajaran untuk para pelaku industri maritim maupun pemerintah untuk mengatur
kestabilan iklim industry di tahun yang akan datang. Khususnya untuk menentukan
kebijakan yang akan diambil dan teknologi yang akan digunakan demi meningkatkan
output industri maritim di tahun-tahun selanjutnya.
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh biaya produksi dan
output terhadap pendapatan nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kurun waktu yang digunakan adalah dalam delapan
tahun, yakni tahun 2009 – 2016. Berdasarkan data yang sudah diujikan maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Biaya produksi dalam industri maritim berpengaruh signifikan positif tidak
langsung terhadap pendapatan nasional (PDB) industri maritim Indonesia.
2. Penjualan merupakan variabel intervening yang diperlukan biaya produksi
dalam mempengaruhi pendapatan nasional (PDB). Biaya produksi berpengaruh
signifikan secara langsung terhadap penjualan. Begitu juga penjualan
berpengaruh signifikan positif terhadap pendapatan nasional (PDB) industri
maritim Indonesia
3. Output dalam industri maritim berpengaruh positif dan siginifikan secara
langsung terhadap pendapatan nasional (PDB) industri maritim Indonesia B<
B. Saran
Dari kesimpulan diatas ada beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan
masukan dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan upaya
meningkatkan pendapatan nasional (PDB) industri maritim Indonesia
100
1. Bagi Pemerintah
Untuk meningkatkan pendapatan nasional (PDB) industri maritim,
khususnya dari sudut biaya produksi dan output , maka pemerintah disarankan
untuk melakukan upaya antara lain:
a. Untuk meningkatkan pendapatan nasional (PDB) industri maritim, sebaiknya
pemerintah menciptakan suatu kebijakan yang mampu menjaga biaya produksi
untuk sektor industri agar lebih stabil. Disarankan pemerintah mampu menjaga
ketersediaan bahan baku serta kestabilan harga bahan baku dan bahan bakar
yang diperlukan industri maritim, dengan begitu industri dalam negeri tidak
harus melakukan impor secara berlebihan guna memproduksi barang mereka.
Begitu pula dengan biaya tenaga kerja, peran pemerintah diperlukan untuk
membuat kebijakan upah tenaga kerja sehingga diharapkan tenaga kerja tidak
memberatkan kedua pihak, baik itu industri dan tenaga kerjanya itu sendiri.
b. Untuk meningkatkan pendapatan nasional (PDB) maritim maka dinamika
kenaikan output harus diperhatikan salah satunya dengan penggunaan metode
produksi atau kebijakan pemerintah yang terbaru. Disarankan pemerintah
melakukan sosialisai modernisasi kemajuan teknologi masa kini kepada pelaku
industri maritim, penggunaan teknologi canggih dapat membantu kenaikan
output secara signifikan. Begitu pula dengan kebijakan pemerintah, dengan
kebijakan pemerintah yang tepat maka dapat meningkatkan ouput industri
contohnya penangkapan kapal pencuri ikan yang mampu meningkatkan output
101
industri perikanan, serta kebijakan pemerintah untuk meningkatkan investasi di
bidang industri galangan kapal untuk menstimulasi kenaikan output industri ini.
c. Untuk meningkatkan pendapatan nasional (PDB) industri maritim perlu
adanya meningkatkan penjualan produksi indusri maritim. Tidak hanya
penjualan di dalam negeri tetapi juga penjualan di luar negeri, untuk itu
pemerintah juga disarankan memberikan kemudahan bagi pelaku ekspor
industri maritim agar bisa melakukan penjualan dengan lebih mudah, seperti
kemudahan dalam mengurus izin, pengaturan pelabuhan dan dwelling kapal
yang lebih baik dan lainnya.
2. Bagi Civitas Akademika
Untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai industri maritim,
diharapkan menambah cakupan industri maritim lainnya tidak hanya industri
maritim yang tergolong dalam industri besar dan sedang tetapi juga industri kecil
dan menengah. Selain itu diharapkan dapat menggunakan lebih banyak lagi
variabel independen selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
102
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Fauzi, “Ekonomi Perikanan”. Jakarta : Pustaka Utama, 2010
Antoko, Rudi Antonius.’ Analisis Strategi dan Kebijakan Sektor Kelautan dan
Perikanan di Provinsi Lampung’ . Lampung : Universitas Lampung, 2015.
Asbiantari, Dara Resmi. “Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia”. Bogor : Institut Pertanian Bogor, 2016.
Butar- Butar, Tumpal. “Pengaruh Sektor Industri Pengolahan Terhadap
Pembangunan Ekonomi Regional (Studi Kasus Sumatera Utara)” . Medan :
Universitas HKBP Nommensen, 2012.
Dahuri . “Ekonomi Kelautan” diakses melalui www.dahuri.wordpress.com tanggal 14
Agustus 2017.
Dahuri “Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan”. Bogor : IPB.
2004.
Damayanti, Yunita. “Pengaruh Kontribusi Anggota, Total Produksi Ikan Tangkap,
DanUnit Usaha Terhadap Pendapatan Sisa Hasil Usaha Koperasi Peikanan
Laut (Studi Kasus Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra Karangsong
Kabupaten Indramayu Tahun 2012-2016)”. Jakarta : Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta.2017
103
DPP INSA. “Dinamika dan Tantangan Pelayaran Nasional” l. Tanggerang :
Indonesian National Shipowners’ Asociation, 2017.
Dewan Kelautan Indonesia. “Analisis Input-Output Bidang Kelautan Terhadap
Pembangunan Nasional”. Jakarta : Kementrian Kelautan Indonesia, 2012.
Febriyanto. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tambah Industri
Besar Sedang Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010”. Surakarta :
Universitas Myhammadiyah Surakarta. 2014.
Hartono, Nugra ”Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Pendapatan Usaha Pekebunan
Kelapa Sawit Di Desa Bukit Raya Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam
Paser Utara”. Samarinda : Universitas Mulwarwan . 2013
Huda, Hakim Miftakhul ; Purnamadewi, Yeti Lis ; Firdaus, Muhammad..
“Industrialisasi Perikanan Dalam Pengembangan Wilayah di Jawa Timur”.
Jawa Tengah : Universitas Dipenogoro, 2015.
Ilmu Ekonomi “Pertumbuhan Ekonomi” diakses melalui www.ilmu-ekonomi-id.com
tanggal 18 Agustus 2017.
Ismatullah Rikmat. Paradigma ekonomi Kelautan Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Sukabumi : STAI Kharisma Sukabumi, 2011.
J, Supranto. “Statistika Teori dan Aplikasi Edisi Keenam”. Jakarta : Penerbit
Erlangga, 2000.
104
Jaunita, Tota . “Analisis Data Panel Pengaruh UMR, Nilai Output, Jumlah Unit
Usaha dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor
Industri Besar dan Sedang Di Jawa Tengah Tahun 2011-2013”. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.
Kementrian Perindustrian “BBM Dorong Biaya Produksi Naik”. Diakses melalui
www.kemenperin.go.id/ tanggal 12 Januari 2018
Kusumastanto Tridoyo. Analisis Ekonomi Kelautan Dan Arah Kebijakan
Pengembangan Jasa Kelautan. Bogor: PKSPL-IPB.
Luhur, Estu Sri; Muhartono; Suryawati, Siti Hajar. “Analisis Finansial
Pengembangan Energi Laut di Indonesia”. Jakarta : Balai Besar Penelitian
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 2013.
Mankiw, N. Gregory. “Teori Makroekonomi edisi kelima”. Jakarta: Erlangga, 2006.
Mankiw, Gregory. “Pengantar Ekonomi Makro Edisi Asia”. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat, 2012.
Manik, Tumpal; Sari, Inge lengga. “Analisis Pengaruh Industri Maritim Melalui
Transportasi Perhubungan Laut, Pariwisata Bahari,Perikanan Tangkap
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dan Pertumbuhan Aset”. Kepulauan
Riau : Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2014.
105
Mansuri. “Modul Pratikum Eviews Analisis Regresi Linier Berganda Menggunkan
Eviews”. Jakarta : Universitas Borobudur, 2016.
Mariza, Nazla ; Wicaksono,Bambang ; Octavia, Joanna. “Kebijakan Percepatan
Pembangun Industri Perikanan Nasional”. Jakarta : Transformasi, 2016.
Marwasputra, Lestriadi. “Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Penjulan Terhadap
Hasil Penjualan Pengrajin Keramik Di Kecamatan Purworejo Klampok
Kabupaten Banjarnegara”. Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2010.
Nusantara Maritim News . “Dorong Permodalan Industri Sektor Maritim” diakses
melalui www.maritim.go.id tanggal 14 Januari 2018
Power Point Presentasi Kementrian Perikanan dan Kelautan : “Mengembalikan
Kejayaan Era Maritim Untuk Kesejhteraan Rakyat”. Jakarta : KKP, 2014.
Power point presentasi Kementrian Kelautan dan Perikanan dalam Rapat dan
Nasional Kamar Dagang dan Industri (RAPIMNAS), 2014.
Pusat Sumber Daya Geologi. “Executive Summary Pemutakhiran Data dan Neraca
Sumber Daya Mineral Status 2015”. Jakarta : Kementrian ESDM Indonesia,
2015.
Ramadhan, Fadhillah Zainnah. “Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Operasional
Terhadap Laba Bersih”. Bandung : Universitas Komputer Indonesia, 2015.
106
Satuan Kerja Dewan Kelautan Indonesia. “Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan
Model Ekonomi Biru”. Jakarta : Kematrian Kemaritiman, 2012.
Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari Klasik
Hingga Keynesian Baru” . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Sukoyono Suseno. ”Membangun Laut Membangun Manusia” .Bogor : IPB Press,
2016.
Suropati Untung. “Pengembangan Industri Maritim Dalam Rangka Menunjang
Sishaneg Di Laut” . Bandung : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut,
2012.
Sugiyono. “Statistika Untuk Penelitian” . Jawa Barat : CV ALFABETA , 2007.
Syanti. “Pengaruh Biaya Produksi dan Harga Jual Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa
Sawit Terhadap Pendapatan Petani di Kud Lingkung AUR II Kecamatan
Pasaman Kabupaten Pasaman Barat”. Sumatera Barat : STKIP PGRI
SumBar
Tripurwanta, Irfan. “Pengaruh Investasi, Inflasi , Jumlah Tenaga Kerja, Nilai
Ekspor, dan Jumlah Penggna Internet Terhadap Pendapatan Subsektor
Industri Kreatif Aplikasi dan Game Developer Indonesia” . Jakarta : UIN
Syarif Hiadayatullah Jakarta, 2017.
107
Tridoyo Kusumastanto. “Analisis Ekonomi Kelautan Dan Arah Kebijakan
Pengembangan Jasa Kelautan. Bogor” : Pusat kajian Sumberdaya Pesisir
dan Lautan Institut pertanian Bogor (PKPSPL-IPB).
Triyono. “Penilaian Ekonomi Dan Daya Dukung Wisata Bahari di Pulau Pari
Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta”. Bogor : Institut Pertanian Bogor,
2013.
Yunita. “Pengaruh Aglomerasi Industri Manufaktur Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Wilayah Peri-Urban Di Jawa Barat”. Jakarta : Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2017
Yusnanto. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sektor Industri Pengolahan
Di Kabupaten Sukoharjo” . Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010.
Zulkarnain ; Purwanti, Pudji ; Indrayani, Erlinda. “Analisis Pengaruh Nilai Produksi
Perikanan Budidaya Terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Perikanan Di
Indonesia” . 2013.
108
Lampiran – Lampiran
109
Lampiran 1 : Data Triwulan Biaya Produksi, Penjualan ,Output dan PDB Industri Maritim
Tahun 2009-2016 (Dalam Juta Rupiah)
Triwulan B.produksi Penjualan Output PDB Ind
Maritim
2009Q1 Rp 3.365.877 Rp 5.051.466 Rp 4.208.280 Rp 5.781.814
2009Q2 Rp 3.650.333 Rp 5.632.179 Rp 4.477.489 Rp 14.001.581
2009Q3 Rp 3.061.153 Rp 5.606.728 Rp .723.989 Rp 24.616.701
2009Q4 Rp 3.066.238 Rp 6.975.114 Rp 4.947.780 Rp 27.923.104
2010Q1 Rp 3.144.287 Rp 7.847.902 Rp 5.148.862 Rp 41.920.791
2010Q2 Rp 3.331.301 Rp 8.559.736 Rp 5.327.234 Rp 48.209.760
2010Q3 Rp 3.615.279 Rp 9.221.180 Rp 5.482.897 Rp 52.990.014
2010Q4 Rp 3.996.222 Rp 9.832.235 Rp 5.615.850 Rp 56.261.557
2011Q1 Rp 4.939.386 Rp 7.666.984 Rp 5.706.375 Rp 54.246.444
2011Q2 Rp 5.328.154 Rp 9.672.349 Rp 5.801.798 Rp 56.011.724
2011Q3 Rp 5.627.784 Rp 9.071.552 Rp 5.882.399 Rp 57.779.445
2011Q4 Rp 5.838.275 Rp 9.864.591 Rp 5.948.179 Rp 59.549.625
2012Q1 Rp 5.668.552 Rp 10.045.990 Rp 5.891.325 Rp 61.041.500
2012Q2 Rp 5.817.197 Rp 10.695.031 Rp 5.970.587 Rp 62.928.899
2012Q3 Rp 5.993.134 Rp 11.432.448 Rp 6.078.154 Rp 64.931.041
2012Q4 Rp 6.196.363 Rp 12.258.239 Rp 6.214.024 Rp 67.047.947
2013Q1 Rp 6.581.901 Rp 11.721.693 Rp 6.099.226 Rp 68.968.968
2013Q2 Rp 6.777.708 Rp 13.304.521 Rp 6.403.292 Rp 71.439.646
2013Q3 Rp 6.938.799 Rp 15.556.010 Rp 6.847.251 Rp 74.149.337
2013Q4 Rp 7.065.176 Rp 18.476.159 Rp 7.431.102 Rp 77.098.049
110
2014Q1 Rp 7.268.850 Rp 26.069.411 Rp 9.031.031 Rp 94.041.137
2014Q2 Rp 7.280.993 Rp 28.725.104 Rp 9.544.194 Rp 97.391.641
2014Q3 Rp 7.213.616 Rp 30.447.681 Rp 9.846.775 Rp 100.742.146
2014Q4 Rp 7.066.720 Rp 31.237.141 Rp 9.938.775 Rp 104.092.657
2015Q1 Rp 6.301.951 Rp 28.258.306 Rp 8.774.999 Rp 80.781.555
2015Q2 Rp 6.211.358 Rp 28.315.605 Rp 8.863.914 Rp 84.009.971
2015Q3 Rp 6.256.587 Rp 28.573.860 Rp 9.160.326 Rp 87.279.082
2015Q4 Rp 6.437.639 Rp 29.033.071 Rp 9.664.234 Rp 90.588.899
2016Q1 Rp 6.754.513 Rp 29.693.237 Rp 10.375.640 Rp 107.443.155
2016Q2 Rp 7.207.209 Rp 30.554.358 Rp 11.294.541 Rp 110.793.660
2016Q3 Rp 7.795.728 Rp 31.616.435 Rp 12.420.940 Rp 110.793.660
2016Q4 Rp 8.520.069 Rp 32.879.468 Rp 13.754.835 Rp 117.494.665
Sumber : Kemenprin dan KKP
111
Lampiran 2 : Data Triwulan Biaya Produksi, Penjualan ,Output dan PDB Industri Maritim
Tahun 2009-2016 (Dalam Logaritma)
Triwulan B.produksi penjualan Output PDB Ind
Maritim
2009Q1 6,527098241 6,703417434 6,624104628 6,762064116
2009Q2 6,562332485 6,750676449 6,651034528 7,146177077
2009Q3 6,485885037 6,748709488 6,674308878 7,391229851
2009Q4 6,486605862 6,864355131 6,694410381 7,445963694
2010Q1 6,497532218 6,894753571 6,711711252 7,622429469
2010Q2 6,522613875 6,932464037 6,726501774 7,683134969
2010Q3 6,558141819 6,779647865 6,739010087 7,724194034
2010Q4 6,601649606 6,992565225 6,749415499 7,750211747
2011Q1 6,693672966 6,884624557 6,756360308 7,734371274
2011Q2 6,726576769 6,985531958 6,763562604 7,748257894
2011Q3 6,750337432 6,957681594 6,769554479 7,761773366
2011Q4 6,766284548 6,994079083 6,774384029 7,774879031
2012Q1 6,753472135 7,001992742 6,770212982 7,785625197
2012Q2 6,764713771 7,029182048 6,776017031 7,798850133
2012Q3 6,777653988 7,058139235 6,783771699 7,812452366
2012Q4 6,792136852 7,088428085 6,793372926 7,826385484
2013Q1 6,818351346 7,068990343 6,785274726 7,838653728
2013Q2 6,831082854 7,123999243 6,806403307 7,853939294
2013Q3 6,841284307 7,191898214 6,835516248 7,870107272
2013Q4 6,849122985 7,266611691 6,871053223 7,887043388
2014Q1 6,861465707 7,416131219 6,955737333 7,973317871
112
2014Q2 6,862190614 7,345826161 6,979739258 7,988521684
2014Q3 6,858154302 7,483554221 6,993294014 8,003211198
2014Q4 6,849217884 7,494671278 6,997332859 8,017420094
2015Q1 6,799475022 7,451146124 6,943247076 7,907312209
2015Q2 6,793186561 7,452025845 6,947625534 7,924330835
2015Q3 6,796337488 7,455968913 6,961191093 7,940910317
2015Q4 6,808726619 7,462892976 6,985167437 7,957074981
2016Q1 6,829594042 7,472657545 7,016014895 8,031178753
2016Q2 6,857767116 7,485073163 7,052868586 8,044514909
2016Q3 6,891856678 7,499912898 7,094154464 8,044514909
2016Q4 6,930443112 7,516924782 7,138455385 8,070018147
Sumber : Data diolah
Lampiran 3 : Uji Normalitas
a) Model Persamaan I
Sumber : Data sekunder diolah
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-60000 -40000 -20000 0 20000 40000
Series: ResidualsSample 2009Q1 2016Q4Observations 32
Mean -6.40e-10Median 3385.633Maximum 35993.64Minimum -67156.69Std. Dev. 29058.71Skewness -0.863821Kurtosis 2.888278
Jarque-Bera 3.996309Probability 0.135585
113
b) Model Persamaan II
Sumber : Data sekunder diolah
c) Model Persamaan III
Sumber : Data sekunder diolah
Lampiran 4: Uji Multikolinearitas
a) Model Persamaan I
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 1.43E+11 5067.943 NA
OUTPUT 0.033014 4414.989 5.179525
PENJUALAN 0.126193 15525.29 5.106554
Sumber : Data sekunder diolah
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-30000 -20000 -10000 0 10000 20000 30000 40000
Series: ResidualsSample 2009Q1 2016Q4Observations 32
Mean -7.69e-11Median 6541.878Maximum 35117.94Minimum -30100.57Std. Dev. 19748.07Skewness -0.088159Kurtosis 1.652814
Jarque-Bera 2.461331Probability 0.292098
0
1
2
3
4
5
6
7
-30000 -20000 -10000 0 10000 20000 30000
Series: ResidualsSample 2009Q1 2016Q4Observations 32
Mean -6.87e-11Median -4711.673Maximum 30829.13Minimum -30476.79Std. Dev. 19612.24Skewness 0.095109Kurtosis 1.699748
Jarque-Bera 2.302452Probability 0.316249
114
Lampiran 5 : Uji Heterokedasitas
a) Model Persamaan I
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 1.846022 Prob. F(2,29) 0.1759
Obs*R-squared 3.613889 Prob. Chi-Square(2) 0.1642
Scaled explained SS 2.802250 Prob. Chi-Square(2) 0.2463 Sumber : Data sekunder diolah
b) Model Persamaan II
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 5.720967 Prob. F(1,30) 0.4204
Obs*R-squared 11.00307 Prob. Chi-Square(1) 0.4096
Scaled explained SS 3.156573 Prob. Chi-Square(1) 0.3756 Sumber : Data sekunder diolah
c) Model Persamaan III
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 6.179712 Prob. F(1,30) 0.3590
Obs*R-squared 11.21165 Prob. Chi-Square(1) 0.3129
Scaled explained SS 3.447653 Prob. Chi-Square(1) 0.3063 Sumber : Data sekunder diolah
Lampiran 6 : Uji Autokorelasi
a) Model Persamaan I
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 3.566808 Prob. F(2,27) 0.4107
Obs*R-squared 2.321381 Prob. Chi-Square(2) 0.3298 Sumber : Data sekunder diolah
b) Model Persamaan II
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.796321 Prob. F(2,28) 0.3221
Obs*R-squared 2.971191 Prob. Chi-Square(2) 0.2979 Sumber : Data sekunder diolah
115
c) Model Persamaan III
Sumber : Data sekunder diolah
Lampiran 7 : Uji Koefisien Determinasi
a) Model Persamaan I
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,884a ,781 ,766 ,029287766
a. Predictors: (Constant), output, penjualan
Sumber : Data sekunder diolah
b) Model Persamaan II
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,898a ,807 ,800 ,015441148
a. Predictors: (Constant), bproduksi
Sumber : Data sekunder diolah
c) Model Persamaan III
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,898a ,807 ,800 ,015441148
a. Predictors: (Constant), bproduksi
Sumber : Data sekunder diolah
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.270185 Prob. F(2,28) 0.3973
Obs*R-squared 3.014122 Prob. Chi-Square(2) 0.2854
116
Lampiran 8 : Uji F
a) Model Persamaan I
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,089 2 ,044 51,709 ,000b
Residual ,025 29 ,001
Total ,114 31
a. Dependent Variable: pdbim
b. Predictors: (Constant), output, penjualan
Sumber : Data sekunder diolah
Lampiran 9 : Hasil Uji t
a) Model Persamaan I
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,908 ,296 3,069 ,005
penjualan ,763 ,266 ,436 2,863 ,008
output ,865 ,268 ,490 3,224 ,003
a. Dependent Variable: pdbim
b) Model Persamaan II
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,971 ,080 12,181 ,000
bproduksi ,459 ,041 ,898 11,198 ,000
a. Dependent Variable: penjualan
117
c) Model Persamaan III
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,317 ,193 1,645 ,110
penjualan ,815 ,104 ,821 7,870 ,000
a. Dependent Variable: bproduksi
Lampiran 10 : Kerangka Path
1
PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN OUTPUT INDUSTRI MARITIM TERHADAP
PENDAPATAN NASIONAL INDUSTRI MARITIM INDONESIA TAHUN 2009-2016
Oleh :
Mella Muliasari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
Pembimbing Dr. Lukman
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh biaya produksi, dan
output industri martim terhadap pendapatan nasional (PDB) industri maritim
Indonesia. Populasi pada penelitian ini yaitu industri maritim Indonesia tahun
2009-2016. . Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi
berganda dan analisis path dengan program EViews 9 dan SPSS 20. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi , output dan ekspor industri
maritim berpengaruh terhadap pendapatan nasional (PDB) industri maritim
Indonesia, namun biaya produksi memiliki pengaruh signifikan tidak langsung
terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi industri maritime Indonesia
Kata Kunci: Biaya Produksi, Output, Industri Maritim, Pendapatan Nasional
Industri Maritim Indonesia
Abstract
This research aims to analyze the effect of production cost, and output of
maritime industry on national income (GDP) of Indonesian maritime industry.
The population of data used in this research is the Maritime Industry in Indonesia
2009-2016. The analytical method used is multiple regression analysis and path
analysis method with EViews 9 and SPSS 20. The result of this research shows
2
that of production cost,and output of maritime industry have significant effect to
national income (GDP) of Indonesian maritime industry, whereas production cost
have a non-direct significant effect on the economic national income of
Indonesian maritime industry
Keyword: Production Cost, Output, , Maritime Industry , National Income of
Indonesian Maritime Industry.
PENDAHULUAN
Bentuk perkembangan perekonomian dalam jangka panjang yang terjadi pada suatu
negara dapat dilihat dari perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar. Perubahan
ini dapat diketahui dari salah satu indikator perubahan yang terjadi, yakni perubahan dari
aktifitas ekonomi tradisional menuju industrialisasi, dimana yang dimaksudkan tradisional disini
adalah sektor pertanian tradisional yang merupakan sektor utama dalam aktifitas perekonomian
yang kemudian bergerak menuju sektor industri yang selanjutnya akan mendominasi kegiatan
ekonomi menggantikan sektor pertanian.
Upaya peningkatan perekonomian dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
adalah industrialisasi. Sebagai salah satu upaya peningkatan pembangunan ekonomi dalam
jangka panjang, oleh karena itu pembangunan industri dirancang untuk mampu mencapai
struktur ekonomi yang lebih kuat dan seimbang yaitu dengan struktur ekonomi dengan
mengandalkan industri yang maju.
Perubahan struktur ekonomi dari ekonomi tradisional menuju ke sektor industri yang
akan mendominasi, merupakan dampak dari terjadinya mekanisme industrialisasi dalam suatu
wilayah ekonomi. Selanjutnya sektor industri akan mendominasi perekonomian sehingga sektor
pertanian akan tergeser atau sektor industri akan berada satu tingkat di atas sektor jasa. Kedua
3
sektor ini secara bertahap akan menggeser keberadaan sektor pertanian (Todaro, dalam
Febriyanto 2014: 1)
Industrialisasi dianggap sebagai “obat dan strategi” bagi banyak negara untuk memperbaiki
perekonomian mereka. Sebagai “obat” industri dianggap mampu mengatasi permasalahan
keterbelakangan, kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran, sedangkan sebagai “strategi”
industrialisasi diartikan sebagai suatu proses yang harus dilakukan melalui sejumlah tahapan
yang saling berkaitan dan berurutan dalam proses perubahan struktur ekonomi di banyak negara.
Era perekonomian terbuka seperti ini memungkinkan pemanfaatan segala potensi
ekonomi semaksimal mungkin agar dapat menghasilkan barang dan jasa yang benilai saing
tinggi baik dari sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.
Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki wilayah perairan
75% dari jumlah total wilayah negara, Indonesia memiliki potensi pembangunan (ekonomi)
kelautan yang besar dan beragam. Bidang Kelautan yang dimiliki Indonesia terdiri dari berbagai
sektor yang dapat dikembangkan untuk memajukan dan memakmurkan bangsa Indonesia, salah
satunya adalah Industri Maritim.
Industri maritim memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi sektor ekonomi
unggulan Indonesia, hal ini dapat tercermin dari melimpahnya sumber daya kelautan Indonesia
yang kaya dan bernilai tinggi apabila diolah industrialisasi, sehingga dapat menghasilkan barang
benilai tinggi. Industri maritim terdiri dari berbagai jenis industri namun secara garis besar dalam
indikator industri besar sedang, industri maritim dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut
4
Tabel 1.1
Daftar Industri Maritim berdasarkan IBS Kemenprin
No Industri Maritim Sub – Sektor Industri Maritim
1. Industri Perikanan a. Industri penggaraman / pengasinan ikan
b. Industri pengasapan / pemanggangan ikan
c. Industri pembekuan ikan
d. Industri pemindangan ikan
e. Industri pengolahan dan pengawetan ikan
f. Industri pengolahan dan pengawetan biota air
g. Industri penggaraman / pengasinan biota air
h. Industri pembekuan biota air lainnya
i. Industri pemindangan biota air lainnya
j. Industri pengolahan dan pemindangan biota
air
2. Industri Minyak dan gas a. Industri pemurnian dan pengolahan gas alam
b. Industri pembuatan minyak pelumas
3. Industri Galangan kapal a. Industri kapal dan perahu
b. Industri peralatan, perlengkapan dan bagian
kapal
Sumber : Kementrian Industri
5
Berdasarkan jurnal penelitian yang dikeluarkan oleh Dewan Kelautan ( Dewan Kelautan
2012 : 11) , Industri maritim merupakan penyumbang terbesar pendapatan sectormaritim
Indonesia .Indikator pendapatan industri maritim dapat dilakukan dengan melihat beberapa
faktor yang mempengaruhinya, contohnya adalah biaya produksi, output dan kedua faktor ini
saling terintegrasi dalam pembentukan pendapatan industri maritim. Tingginya rendahnya biaya
produksi yang dikeluarkan akan berdampak pada tingkat penjualan yang akan dilakukan. Secara
kuantitas , suatu perusahaan akan membatasi penjualan dengan melakukan perhitungan
penyesuaian pada biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, ketika
penjualan secara kuantitas berkurang tentunya juga akan berdampak pada laba yang diperoleh
(Saday dalam Ramadhan 2015: 2).
Selain biaya produksi, salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan industri adalah
output. Output adalah nilai total produksi yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan. Cara
menghitung output adalah dengan menjumlahkan nilai dari berbagai produk, dimana nilai produk
dihasikan dari harga produk perunit dikali jumlah produk. Output saling berkaitan dengan biaya
produksi, dimana tinggi rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan dapat berdampak pada
jumlah produksi dan pada akhirnya mempengaruhi output. Semakin banyak output yang
dihasilkan, maka semakin besar peluang untuk meningkatkan penjualan dan memperoleh laba
sehingga pendapatan nasional (PDB) akan mengalami peningkatan.
Mengingat luas wilayah Indonesia yang didominasi oleh perairan, bukan tidak mungkin
Indonesia dapat menjadi Negara Poros Maritim Dunia. Banyak sekali prospek dan potensi laut
Indonesia yang dapat dikelola dengan cara industrialisasi. Oleh karena itu jika pemerintah ingin
menjadikan Indonesia sebagai negara berporos maritim, maka pembangunan industri maritim
sangat diperlukan sehingga dapat memanfaatkan laut sebagai penghasil pendapatan nasional
6
secara optimal. Pendapatan nasional ekonomi kelautan melalui industri maritim dapat dilihat
melalui beberapa faktor penentu, antara lain biaya produksi, dan output. Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka penulis memberikan judul pada penelitian skripsi ini dengan judul :
“Pengaruh Biaya Produksi, Dan Output, Industri Maritim Terhadap Pendapatan
Nasional Industri Maritim Indonesia (Tahun 2009-2016)”
Dalam pengaruhnya terhadap pendapatan nasional, biaya produksi memerlukan mediasi atau
intervening variable sebelum akhirnya dapat mempengaruhi pendapatan, intervening variable
yang dimaksud adalah penjualan, dimana biaya produksi akan mempengaruhi penjualan terlebih
dahulu sebelum mempengaruhi pendapatan nasional. Sedangkan output diduga dapat
mempengaruhi pendapatan secara langsung tanpa memerlukan bantuan mediasi atau intervening
variabel. Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan rumusan masalah seperti berikut:
1. Bagaimana pengaruh langsung biaya produksi industri maritim terhadap Pendapatan
Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia.
2. Bagaimana besar pengaruh tidak langsung biaya produksi industri maritim terhadap
Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia.
3. Bagaimana pengaruh biaya produksi industri maritim terhadap variabel intervening
penjualan Industri Maritim Indonesia.
4. Bagaimana pengaruh output industri maritim terhadap Pendapatan Nasional (PDB)
Industri Maritim Indonesia.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel biaya produksi,
output dan ekspor industri maritim dalam mempengaruhi pembentukan PDB Industri Maritim
Indonesia. Dari variabel yang dipilih akan terlihat variabel mana yang memiliki pengaruh
dominan dan yang mana yang tidak. Ada pun tujuan penelitian ini adalah :
7
1. Untuk mendapatkan pengaruh langsung biaya produksi yang dikeluarkan oleh industri
maritim terhadap Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia.
2. Untuk mendapatkan pengaruh tidak langsung biaya produksi yang dikeluarkan oleh
industri maritim terhadap Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia.
3. Untuk mendapatkan pengaruh biaya produksi yang dikeluarkan oleh industri maritim
terhadap terhadap variabel intervening penjualan Industri Maritim Indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh output yang dihasilkan Industri maritim terhadap
Pendapatan Nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia.
METODELOGI PENELITIAN
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian meliputi Biaya Produksi ,Output industri maritime, penjualan
(intervening) dan Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Maritim Indonesia dari tahun 2009-
2016. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data sekunder, yaitu data yang
didapat dan sudah diolah terlebih dahulu oleh pihak kedua (data eksternal) yang diolah
menggunakan model data kurun waktu (time series) dan analisis path.
2. Operasional Variabel
Variabel dependen yang digunakan dalam digunakan dalam penelitian ini adalah
pendapatan nasional dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Maritim sebagai
indikatornya. Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Maritim adalah jumlah total produksi
barang maupun jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam sektor industry maritim pada
waktu tertentu.
Variabel Dependen : Y = PDB Ekonomi Industri Maritim
8
Variabel bebas yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah biaya produksi
industri maritim, output industri maritim dan penjualan industri maritim sebagai intervening
variable dari biaya produksi. Berikut penjelasan mengenai variabel independen yang digunakan.
PROSEDUR
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur/ path.
Analisis path adalah pebujian untuk mengetahui pengaruh langsung (direct) maupun (indirect)
dari variabel-variavel yang diujikan yang diakibatkan karena adanya perlakuan terhadap
variabel-variabel tersebut.
Variabel yang diduga mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap PDB Industri
Maritim adalah Biaya Produksi, melalui Pejualan. Model dasar yang digunakan dalam penelitian
ini, sebagai berikut :
1. Z4 = p43 Z3 + p42 Z2 + ε4 .....................................................…………………..(1)
2. Z3 = p31 Z1 + ε3……………………………..………………….....…………………………….(2)
3. Z1 = p43 Z3 + ε1………………………………….…………………………………….………….(3)
Keterangan :
Z1 = Biaya Produksi Industri Maritim
Z2 = Output Industri Maritim
Z3 = Penjualan Industri Maritim
Z4 = PDB Industri Maritim
9
Untuk menganalisis metode path di dalam penelitian ini, penulis dibantu dengan software
statisti yakni SPSS 20 dan Eviews 9.0. Sebelum melakukan analisi path, data terlebih dahulu
dilakukan pengujian regresi linier berganda dengan model time series, dengan begitu dalam
penelitian ini juga dilakukan uji-uji asumsi klasik untu memenuhi syarat regresi linier berganda.
Setelah itu kemudian dilakukan analisis path dengan cara menggunakan metode regresi yang
berfungsi untuk mengetahui nilai path atau jalur pada setiap model jalur yang telah dibuat.
Sedangkan kerangka awal model analisis path yang dibuat adalah
P31 P43
P42
HASIL DAN PEMBAHASAN
Interprestasi analisis jalur dapat dilihat menggunakan uji t yang telah dilakukan dnegan
melihat nilai coefficient beta dari variabel-variabel yang diuji, berikut ini merupakan hasil uji t
yang sudah dilakukan. Hasil uji t dinyatakan valid apabila perolehan Signifikansi t lebih kecil
dari tingkat alpha (Sig t < 0,05). Untuk pengaruh dominan ditentukan oleh p yang terkecil atau
R2 parsial yang terbesar. (Mansuri, 2016 : 42).
1). Model Persamaan I
Hasil Uji Hipotesis 1 : Pengaruh Penjualan Industri Maritim terhadap Pendapatan
Nasional Industri Maritim Indonesia (PDB)
Biaya
Produksi
(Z1)
PDB Ind
Maritim
(Z4)
Penjuala
n (Z3)
Output
(Z5)
10
Pada permodelan I menunjukan bahwa hasil uji t penjualan industri maritim memiliki
nilai sig sebesar 0.008, dimana nilai sig statistik lebih kecil dibandingkan tingkat alpha sebesar
0.05 (0.008< 0.05). Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa
penjualan industri maritim berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pendapatan nasional
(PDB) industri maritim .
Sedangkan nilai koefisiennya adalah sebesar 0.763, berarti apabila penjualan meningkat 1
satuan maka pendapatan nasional (PDB) industri maritim akan meningkat sebesar 0.763 satuan
dengan asumsi Ceteris Paribus.
Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Output Industri Maritim terhadap Pendapatan Nasional
Industri Maritim Indonesia (PDB)
Pada permodelan I menunjukan bahwa hasil uji t output industri maritim memiliki nilai
sig sebesar 0.003, dimana nilai sig statistik lebih kecil dibandingkan tingkat alpha sebesar 0.05
(0.003 < 0.05). Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa output
industri maritim berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pendapatan nasional (PDB)
industri maritim .
Sedangkan nilai koefisiennya adalah sebesar 0.865, berarti apabila output meningkat 1
satuan maka pendapatan nasional (PDB) industri maritim akan meningkat sebesar 0.865 satuan
dengan asumsi Ceteris Paribus.
2). Model Persamaan II
Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Biaya Produksi Industri Maritim terhadap Penjualan
Nasional Industri Maritim Indonesia (PDB)
11
Pada permodelan II menunjukan bahwa hasil uji t biaya produksi industry maritim memiliki nilai
sig sebesar 0.000, dimana nilai sig statistik lebih kecil dibandingkan tingkat alpha sebesar 0.05
(0.000 < 0.05). Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa biaya
produksi industri maritim berpengaruh signifikan secara parsial terhadap penjualan industri
maritim .
Sedangkan nilai koefisiennya adalah sebesar 0.459, berarti apabila biaya produksi
meningkat 1 satuan maka penjualan industri maritim akan meningkat sebesar 0.459 satuan
dengan asumsi Ceteris Paribus.
3) Model Persamaan III
Hasil uji hipotesis : Pengaruh Penjualan Industri Maritim terhadap Biaya Produksi
Nasional Industri Maritim Indonesia (PDB)
Pada permodelan III menunjukan bahwa hasil uji t penjualan industri maritim memiliki nilai sig
sebesar 0.000, dimana nilai sig statistik lebih kecil dibandingkan tingkat alpha sebesar 0.05
(0.000 < 0.05). Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa
penjualan industri maritim berpengaruh signifikan secara parsial terhadap biaya produksi industri
maritim
Sedangkan nilai koefisiennya adalah sebesar 0.815, berarti apabila penjualan meningkat 1
satuan maka biaya produksi industri maritim akan meningkat sebesar 0.815 satuan dengan
asumsi Ceteris Paribus.
12
Interprestasi Analisis Path
Dalam kegunaannya analisis path digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh
langsung dan tidak langsung suatu variabel ke variabel lainnya. Pengambilan keputusan dalam
analisis path dilihat dari membandingkan hasil ikatan langsung dengan hasil ikatan tidak
langsung. Apabila hasil ikatan langsung lebih besar dibandingkan hasil ikatan tidak langsung,
maka pengaruh yang berperan dominan dalam penelitian adalah pengaruh langsung, namun
apabila terjadi sebaliknya yakni hasil ikatan tidak langsung lebih besar dibandingkan hasil ikatan
langsung, maka pengaruh yang berperan dominan dalam penelitian ini adalah pengaruh tidak
langsung.
Dari pengujian diatas dapat menghasilkan analisi path seperti berikut :
a) Pengaruh Langsung
Pengaruh langsung biaya produksi terhadap PDB (Z1 ke Z4 ) = 0.821
Pengaruh langsung (Z2 ke Z4 ) = 0.490
b) Pengaruh tidak langsung
Pengaruh biaya produksi menggunakan Jalur 1 (melalui harga penjualan)= (P31 )*( P43 ) =
(0.898)*( 0.436)= 1.334
13
Kerangka Jalur
Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah biaya produksi memerlukan
variabel intervening untuk mempengaruhi pembentukan PDB, variabel intervening yang
digunakan yakni penjulan. Hal ini dikarenakan pengaruh langsung biaya produksi terhadap PDB
lebih kecil dari pada pengaruh tidak langsung, yaitu0.821 < 1.334 hal ini sesuai dengan teori
Sunarto (Dalam Putra 2014:16) yang menyatakan bahwa biaya produksi menetukan penjualan,
dimana selanjutnya penjualan akan mempengaruhi pendapatan sebuah perusahaan maupun
industri.
Sedangkan pengaruh output terhadap PDB berpengaruh secara langsung positif signifikan
sebesar 0.490. Sehingga dalam hal mempengaruhi pembentukan PDB Industri maritim, variabel
output tidak memerlukan variabel intervening. Hal ini sesuai dengan teori Jhingan yang
menyatakan bahwa dengan tingkat output yang lebih tinggi maka pendapatan nasional akan naik
dan lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan serta pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
dapat ditingkatkan (Dara, 2016 :11)
14
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh biaya produksi dan output terhadap
pendapatan nasional (PDB) Industri Maritim Indonesia baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kurun waktu yang digunakan adalah dalam delapan tahun, yakni tahun 2009 – 2016.
Berdasarkan data yang sudah diujikan maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Biaya produksi dalam industri maritim berpengaruh signifikan positif tidak langsung
terhadap pendapatan nasional (PDB) industri maritim Indonesia.
2. Penjualan merupakan variabel intervening yang diperlukan biaya produksi dalam
mempengaruhi pendapatan nasional (PDB). Biaya produksi berpengaruh signifikan secara
langsung terhadap penjualan. Begitu juga penjualan berpengaruh signifikan positif
terhadap pendapatan nasional (PDB) industri maritim Indonesia
Output dalam industri maritim berpengaruh positif dan siginifikan secara langsung terhadap
pendapatan nasional (PDB) industri maritim Indonesia B
15
DAFTAR PUSTAKA
Asbiantari, Dara Resmi. “Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Bogor
: Institut Pertanian Bogor, 2016.
Butar- Butar, Tumpal. “Pengaruh Sektor Industri Pengolahan Terhadap Pembangunan Ekonomi
Regional (Studi Kasus Sumatera Utara)” . Medan : Universitas HKBP Nommensen,
2012.
Dahuri “Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan”. Bogor : IPB. 2004.
Hartono, Nugra ”Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Pendapatan Usaha Pekebunan Kelapa
Sawit Di Desa Bukit Raya Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara”.
Samarinda : Universitas Mulwarwan . 2013
Huda, Hakim Miftakhul ; Purnamadewi, Yeti Lis ; Firdaus, Muhammad.. “Industrialisasi
Perikanan Dalam Pengembangan Wilayah di Jawa Timur”. Jawa Tengah : Universitas
Dipenogoro, 2015.
Ismatullah Rikmat. Paradigma ekonomi Kelautan Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Sukabumi :
STAI Kharisma Sukabumi, 2011.
J, Supranto. “Statistika Teori dan Aplikasi Edisi Keenam”. Jakarta : Penerbit Erlangga, 2000.
Jaunita, Tota . “Analisis Data Panel Pengaruh UMR, Nilai Output, Jumlah Unit Usaha dan
Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Besar dan Sedang
Di Jawa Tengah Tahun 2011-2013”. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2016.
16
Kementrian Perindustrian “BBM Dorong Biaya Produksi Naik”. Diakses melalui
www.kemenperin.go.id/ tanggal 12 Januari 2018
Kusumastanto Tridoyo. Analisis Ekonomi Kelautan Dan Arah Kebijakan Pengembangan Jasa
Kelautan. Bogor: PKSPL-IPB.
Luhur, Estu Sri; Muhartono; Suryawati, Siti Hajar. “Analisis Finansial Pengembangan Energi
Laut di Indonesia”. Jakarta : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan, 2013.
Mankiw, Gregory. “Pengantar Ekonomi Makro Edisi Asia”. Jakarta : Penerbit Salemba Empat,
2012.
Manik, Tumpal; Sari, Inge lengga. “Analisis Pengaruh Industri Maritim Melalui Transportasi
Perhubungan Laut, Pariwisata Bahari,Perikanan Tangkap Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Dan Pertumbuhan Aset”. Kepulauan Riau : Universitas Maritim Raja Ali Haji,
2014.
Mansuri. “Modul Pratikum Eviews Analisis Regresi Linier Berganda Menggunkan Eviews”.
Jakarta : Universitas Borobudur, 2016.
Marwasputra, Lestriadi. “Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Penjulan Terhadap Hasil
Penjualan Pengrajin Keramik Di Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten
Banjarnegara”. Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2010.
Ramadhan, Fadhillah Zainnah. “Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Operasional Terhadap
Laba Bersih”. Bandung : Universitas Komputer Indonesia, 2015