SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED...
Transcript of SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED...
i
SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR BIOLOGI SISWAKELAS X/B SMA NEGERI 2 BOLO
TAHUN AJARAN 2016/2017
OLEH:
NURYAYU NIM : 151.135.124
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2017
ii
SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR BIOLOGI SISWAKELAS X/B SMA NEGERI 2 BOLO
TAHUN AJARAN 2016/2017
OLEH: NURYAYU
NIM : 151.135.124
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2017
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi saudari Nuryayu, Nim: 151.135.124,
mahasiswa jurusan pendidikan IPA Biologi pada fakultas tarbiyah dan keguruan
UIN Mataram, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang
bersangkutan dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XB SMA
Negeri 2 Bolo Tahun Ajaran 2016/2017” memandang bahwa skripsi tersebut
telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diujikan kesidang
munakasyah.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses selanjutnya.
Mataram, 2017
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I
Dr. H. Adi Fadli, M.Ag.
NIP. 197712262005011004
Pembimbing II
Dr. Bahtiar, S.Pd.,M.Pd.Si.
NIP. 197807192005011006
iv
NOTA DINAS
Kepada
Yth. Rektor UIN Mataram
di-
Mataram
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing
dan pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi Nuryayu, Nim.
151.13.5.142 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa SAM Negeri 2 Bolo”.
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam siding munaqusah skripsi
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terimakasih.
Wasalamu’alikum, Wr. Wb
Pembimbing I
Dr. H. Adi Fadli, M.Ag.
NIP. 197712262005011004
Pembimbing II
Dr. Bahtiar, S.Pd.,M.Pd.Si.
NIP. 197807192005011006
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahaiswa yang bertantatangan dibawah ini
Nama : Nuryayu
Nim : 151.135.124
Tempat/Tgl. Lahir : 10 Januari 1993
Jurusan : Pendidikan IPA Biologi
Fakultas : Tarbiyah dab Keguruan UIN Mataram
Alamat : Jempong Baru
Judul : Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X/B SMA
Negeri 2 Bolo Tahun Ajaran 2016/2017
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan dibawah ini,
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri, jika
dikemudian hari terbukti bahwa skipsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau
dibuat oleh orang lain secara keseluruhan maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karnanya batal karna hokum.
Maratam, 15 November 2017
Penulis,
(NURYAYU) NIM : 151.135.124
vi
DEPARTEMEN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Kampus I Jln. Pendidikan No. 35Tlp (037) 621298-625337 (Fax625337)
Mataram
Kampus II Jl. Gadjah Mada No - Tlp 0370620748 (Fax 620748) Jempong
Mataram
Pengesahan
Skripsi oleh: Nuryayu, Nim: 151.135.124 dengan judul: Penerapan Model
Problem (PBL) Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas XB SMA N 2 Bolo Tahun Ajaran 2016/2017, telah dipertahankan di depan
dewan penguji Jurusan Pendidikan IPA Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Mataram pada tanggal, 18 Desember 2017
DEWAN PENGUJI
Dr. H. Adi Fadli, M.Ag. (Ketua Sidang/pemb.1) Dr. Bahtiar, S.Pd.,M.Pd.Si. (Sekertaris Sidang/pemb. II) Dr. Hj. Lubna, M. Pd. (Penguji 1) Alwan Mahsul,M. Pd. (Penguji II)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dr. Hj. Lubna, M.Pd NIP. 196812311993032008
vii
MOTTO
نعي ا لمقين في خنت ا
“Artinya, Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam
surga dan kenikmatan..........”(Qs. At-Tur.17)”1
1 Qs. At-tur [17]: 1113
viii
Persembehan
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Kepada Ayahhanda (Hj. M. Sidik) dan Ibunda tercinta (Mahani), sebagai ungkapan terimakasih atas setiap tetesan keringat, bimbingan dan curahan kasih sayang serta do’anya yang senantiasa menyinasi sanubariku. Semua keluarga dan sahabatku kelas D Almamater ku semoga selalu bias kami banggakan
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’Alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
Rabb yang Maha pengasih tapi tidak pilih kasih, Maha penyayang yang tidak pilih
sayang penggerak yang tidak bergerak, atas segala limpahan rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, Sang Murabbi
segala zaman, dan para sahabatnya, tabi‟in dan tabi‟ut tabi‟in serta orang-orang
yang senantiasa ikhlas berjuang di jalan-Nya.
Segala usaha dan upaya telah dilakukan oleh penulis dalam rangka
menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin. Namun, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Akan tetapi, penulis tak pernah menyerah karena penulis yakin ada Allah SWT
yang senantiasa mengirimkan bantuanNya dan dukungan dari segala pihak. Oleh
karena itu, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
keluarga tercinta terutama orang tuaku tercinta ayahanda H. Sidik dan ibunda
tersayang Mahani. Jerih payah, cucuran keringat, dan doa yang tidak putus-
putusnya buat penulis. Saudara-saudariku Sulaiman (Dae Ema), Supriadin (Dae
Wan) dan Suryati Ekaputri (Kakak), Suci Susanti, Ardian Syah (Dae Adi) Ilham
saudara tersayang dan juga belahan jiwa saya, terimakasih atas segala dukungan,
semangat, dorongan, kepercayaan, pengertian dan segala doanya. Tidak lupa pula
untuk teman seperjuangan ku, sahabat ku Sri Hermayanti, yang tidak ada lelahnya
x
menemani, memberikan suportnya kepada penulis serta temen-teman Yuyun
Mulyati, Astuti, St. Rahma Tia, Syarufidin, Hairul Ansyar dan yang tidak sempat
penulis sebutkan satuper-satu, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-
dalamnya, karena berkat do‟a, dorongan, dari semua pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik. Semoga Allah SWT selalu merahmati kita
semua dan menghimpun kita dalam hidayahNya.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada
1. Bapak Dr. H. AdiFadli, M.Ag, selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Bahtiar., S.Pd, M.Pd.Si, selaku dosen pembimbing II yang selalu
memotifasi, memberikan bimbingan, dan arahan dalam penyusunan skripsiini.
3. Bapak Hadi Kusuma Ningrat, M.Pd selaku dosen wali sekaligus dosen pempbimbing
akademik yang selalu memberikan arahan selama studi.
4. Semua Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan IPA Biologi IAIN Mataram yang
telah memberikan bimbingan selama menjalani perkuliahan.
5. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Biologi IAIN Mataram, Ibu
DwiWahyudiati., M.Pd, dan Bapak Alwan Mahsul., M.Pd.
6. Ibu Hj. Nurul Yakin, selaku Dekan FakultasI lmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Mataram.
7. Bapak Dr.. H. Mutawali., M.Ag, selakuRektor IAIN Mataram.
8. Semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan skripsiini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Kepada semua pihak tersebut, semogaapa yang telah diberikan kepada
xi
Penulis tercatat sebagai amal baik dan mendapatkan ridho serta balasan dariAllh SWT
Amin AllahhummaAaaamiiiiin.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Olehkarena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
dan perbaikkannya, sehingga akhirnya laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Mataram, 18 Juli 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................. iii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ............................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............. v
HALAMAN PENGESAHAN..................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................. vii
HALAMA PERSEMBAHAN ....................................................
viii
KATA PENGANTAR ................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................
xvii
ABSTRAK .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) .......................... 10
xiii
1. Model Pembelajaran ................................................................................. 10
2. Pengertian................................................................................................. 11
3. Karakteristik ............................................................................................. 17
4. Tahapan-tahapan ...................................................................................... 18
5. Kelebihan dan kelemahan......................................................................... 20
B. Hasil Belajar ................................................................................................ 22
1. Belajar ...................................................................................................... 22
2. Pembelajaran ............................................................................................ 25
3. Pengertian Hasil Belajar ........................................................................... 26
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi tinggi rendahnya .............................. 28
5. Komponen-Komponen ............................................................................. 29
6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ...................................... 32
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 33
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 35
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Penelitian .............................................................................. 36
B. Sasaran Penelitian ................................................................................ 36
C. Rencana Tindakan Penelitian ............................................................... 36
D. Instrumen Penelitian ............................................................................. 46
E. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................... 47
F. Tehnik Analisis Data ............................................................................ 48
G. TeknikPengumpulan Data .................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I .............................................................. 50
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ............................................................. 62
3. Peningkatan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II .......................................... 71
B. Pembahasan Hasil Penelitian Tiap Siklus
xiv
1. Peningkatan Aktivitas Siswa dari Siklus I ke siklus II .............................. 75
2. Peningkatan Ketuntasan Belajar Biologi Siswa ......................................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 74 B. Saran .......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Nama Tabel
Halaman
Tabel 3.1 Sintak Problem Based Learning (PBL) .................................... 19
Tabel 3.2 Format Observasi Siswa Siklus I ............................................. 42
Tabel 3.3 Pengembangan Tindakan Siklus II Berdasarkan Hasil
Pengembangan Siklus I ............................................................ 44
Tabel 3.4 Kategori Hasil Belajar Siswa ................................................... 50
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada
Siklus I ....................................................................................... 57
Tabel 3.2 Satistik Skor Hasil Belajar Biologi Siswa pada Siklus I........ 58
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Biologi Siswa pada
Siklus I ....................................................................................... 59
Tabel 3.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar Biologi Siswa pada Siklus I... 59
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada
Siklus II .................................................................................... 66
Tabel 3.6 Satistik Skor Hasil Belajar Biologi Siswa pada Siklus II ...... 67
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Biologi Siswa pada
Siklus II ...................................................................................... 68
Tabel 3.8 Distribusi Ketuntasan Belajar Biologi Siswa pada Siklus II 69
Tabel 3.9 Distribusi Frekwensi dan Peresentase Skor Hasil Belajar
Biologi Siswa pada Siklus I dan Siklus II ............................... 70
Tabel 3.10 Distribusi Ketuntasan Belajar Biologi Siswa pada Siklus I
dan Siklus II .............................................................................. 71
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nama Gambar
Hal.
Gambar 3.1 Model Siklus dalam Penelitian Tindakan
Kelas……………………….. 39
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran.
Lampiran 2 RPP.
Lampiran 3 Contoh Permasalahan yang Diberikan Kepada Siswa.
Lampiran 4 Analisis Nilai pada Siklus I.
Lampiran 5 Analisis Nilai pada Siklus II.
Lampiran 6 Data Dokumentasi Sekolah.
Lampiran 7 Photo Dokumentasi.
xviii
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X/B SMA Negeri 2 Bolo
Tahun Ajaran 2016/2017
Oleh:
NURYAYU NIM : 151.135.124
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 2 Bolo yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Biologi siswa kelas X SMA Negeri 2 Bolo melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA Negeri 2 Bolo dengan jumlah 36 orang siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Penelititan ini dilaksanakan sebanyak dua siklus yang masing-masing siklus dilaksanakan selama empat kali pertemuan. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar berupa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah Biologi dan observasi. Data hasil belajar dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas XB SMA Negeri 2 Bolo pada siklus I sebesar 78,45 dengan standar deviasi 7,92 dan pada siklus II sebesar 80,5 dengan standar deviasi 6,65. Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar75,0% siswa yang tuntas dan pada siklus II sebesar 86,1% siswa yang tuntas. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran, maka ketuntasan belajar, kehadiran, kesiapan, dan keaktifan siswa dapat meningkat.
Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar Biologi Siswa
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang
relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan oleh siawa
Menurut Depdiknas, kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif yang
ditunjukkan siswa baik menyangkut aspek kognitif, skill, maupun
kematangan sikap, kepribadian serta budi pekerti seperti rasa tanggung jawab,
jujur, menghargai pendapat atau karya orang lain.
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat
oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik (dalam
hal menentukan metode mengajar) untuk membantu peserta didik dalam
melaksanakan kegiatan belajar, demi mencapai hasil belajar yang memuaskan
Model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran harus dapat
membuat pelajaran biologi terasa mudah dan menyenangkan yang hendaknya
dikaitkan dengan kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi bermakna
dan tidak terlalu abstrak. Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran,
memberikan kesempatan kepada siswa secara bertahap, mandiri dalam belajar
dan berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar mengajar, mengadakan
evaluasi dan umpan balik serta memberikan penguatan kepada siswa2.
Pendidikan di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pandangan
bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
2Iskandar Syaifuddin, Belajar dan Bembelajaran, (Bandung: Kencana, 2000), h. 1.
2
Pembelajaran di kelas masih berfokus pada guru sebagi sumber utama
pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.
Menurut Mulyasa, muatan dan proses pembelajaran selama ini menjadi
miskin variasi berbasis pada standar Nasional yang kaku, dan
implementasikan di sekolah atas petunjuk-petunjuk yang serba detail.
Disamping itu peserta didik dievaluasi atas dasar akumulasi pengetahuan
yang telah diperolehnya sehingga lulusan hanya mampu menghafal tampa
memahami3.
Pada umumnya guru memberikan materi sesuai dengan bahan pelajaran
yang diperoleh dari buku-buku acuan. Pembelajaran selama ini hanya
berlangsung di dalam kelas, pembelajaran di luar kelas sangat jarang
dilakukan, misalnya di lingkungan sekitar sekolah, perpustakaan atau
loboraturium jarang dilakukan sehingga siswa mengalami bosan, malas
belajar dan hingga akhirnya berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. .
Sebagai seorang pendidik, guru harus berperan aktif serta memiliki
wawasan yang mantap dan bagus dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu
wawasan yang harus dimiliki oleh guru adalah dengan menggunakan model
pembelajaran yang sesuai. Sehubungan dengan hal tersebut guru harus kreatif
professional dan menyenangkan bagi peserta didiknya. Sebagai pendidik,
guru harus bisa memahami setiap individu siswa, dan juga harus memiliki
kepekaan. Karena guru berperan sebagai fasilisator yang menyediakan
3 Suherman Eman, Strategi Pembelajaran Biologi, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 28.
3
suasana belajar yang menyenagkan, yang dengannya kemungkinan berhasil
mengembangkan potensinya menjadi lebih besar4.
Rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA
Biologi disebabkan penggunaan metode yang kurang tepat. Dalam proses
pembelajaran, guru seringkali menyampaikan seluruh materi sehingga siswa
kurang memberi tanggapan, karena mereka hanya bertugas untuk
mendengarkan dan hanya sesekali diberi kesempatan untuk bertanya. Selain
itu, guru merasa materi yang akan diberikan dalam satu tahun pembelajaran
terlalu banyak sehingga guru harus mengejar target dan tergesa-gesa dalam
menyelesaikan materinya. Pengetahuan seseorang dalam bidangnya ternyata
tidak cukup untuk menjadikannaya seorang guru. Pemilihan metode
pembelajaran yang tepat diperlukan karena akan sangat menetukan
kemampuan siswa dalam hasil belajar.
Mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan saat ini perlu
dikembangkan berbagai model pembelajaran. Secara umum, model
pembelajaran adalah sutu acuan atau pedoman interaksi antara guru dan siswa
yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran dan
memuat cara untuk menjadikan seseorang pelajar sehingga mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan5. Model pembelajaran merupakan sterategi
yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar, sikap belajar dikalangan
siswa, mampu berpikir kritis, memiliki ketrampilan sosial dan mencapai hasil
4 Suciati, dkk, Materi pokok Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas terbuka, 2007), h. 33. 5 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan Membantu Mengatasi Kesulitan Guru Memberi Layanan Belajar, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 63.
4
belajar yang optimal. Karena itulah model pembelajaran dari waktu kewaktu
mengalami perubahan.
Berdasarkan observasi awal terhadap paroses pembelajaran Biologi di
kelas XB SMA Negeri 2 Bolo pada tanggal 20 Januari, pembelajaran yang
dilakukan hanya dengan menerapkan metode konvesional yang lebih
didomonasi dengan metode ceramah saja. Sehingga hasil belajar merekapun
menurun. Siswa menjadi malas belajar karena kurang menyadari pentingnya
belajar sebagai bekal masa depan. Minat belajar masih rendah dan
ditunjukkan dengan ketidak tercapainya dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum) yang ditetapkan yakni 75.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil ulangan harian semester
satu untuk mata pelajaran IPA Biologi masih dibawah KKM. Nilai yang
didapatkan dari guru Biologi menujukkan bahwa siswa yang dapat mencapai
KKM hanya 18 orang atau 50% dari 36 orang siswa. Yang mana disebabkan
kurangnya pemahaman materi pelajaran yang diberikan oleh guru kepada
siswa sehingga hasil belajar siswa rendah atau dibawah rata-rata sesuai
dengan informasi dari guru Biologi yang bersangkutan Bapak Abdullah SP.d.
dan Ibu Mas‟ah S. Pd. Untuk mengatasi maslah tersebut akan dilakukan
penelitian sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan. Meningkatkan
hasil belajar siswa, perlu dilakukan situasi pembelajaran yang menyenangkan
dan merangsang keaktifan untuk antusias berperan akatif dan kreatif dalam
proses pembelajaran. Menyikapi masalah tersebut diperlukan model
pembelajaran yang tepat agar pembelajaran Biologi dapat meningkatkan hasil
5
belajar siswa SMA Negeri 2 Bolo. Salah satunya adalah model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).
Model pembelaaran Problem Based Learning (PBL) adalah
pembelajaran inovatif berpusat pada siswa (student centered) membantu
siswa mengembangkan kemampuan kognitif seperti brpikir kratif,
memecahkan masalah dan kemampuan komunikasi6. Proses pembelajaran ini
mendorong siswa lebih aktif karena siswa dihadapkan pada masalah autentik
(nyata) yang kemudian diselesaikan dengan penyelidikan dan diterapkan
dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah siswa belajar dengan
memecahkan masalah dan direfleksikan pada pengalaman mereka7. Guru
adalah fasilitator yang mendukung dan memodelkan proses penalaran,
menfasilitasi kelompok proses dan dinamika hubungan antara individu,
menyelidiki pengetahuan siswa lebih mendalam, dan tidak pernah
menyisipkan jawaban langsung pada pertanyaan8
Masalah nyata ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu
agar siswa dapat mengembangkan konsep pengetahuan dasar, mampu
mencari dan mengolah informasi, mahir dalam memecahkan masalah di mana
solusi permasalahan tidak mutlak hanya memiliki satu jawaban yang benar
sehingga dapat menumbuh kembangkan keterampilan berpikir siswa, dapat
memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
6 Hafizah Awang dan Ishaka Ramly, Crative Thingking Skill Approach Trough Problem
Based Learning: Pedagogi and Practice in the Engineering Classroom, International Journal of Human and social 3:1 (2008), h. 18 7 Candy E. Hmelo dan Silver, Problem Based Learning: What and Hao Do Student Learn?, Educational Psyhology Reviuw, Vol. 16, No. 3 (Januari: 2004), h. 2
8 Woei Hung, dkk, “Problem-Based Learning”, Journal International (2008), h. 18
6
Sehingga dapat menumbuh kembangkan keterampilan berpikir siswa. Dapat
memandikan siswa dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Penulis memilih model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
adalah salah satu alternativ yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran Biologi. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan dengan guru mata pelajaran Biologi Abdullah S. Pd, pada
tangal 20 Januari 2016. Proses belajar mengajar dikelas sepertinya masih jauh
dari kata berhasil dikarenakan banyak siswa yang ngobrol dibelakang,
bermain dan menganggu teman duduknya ketika berlangsungnya proses
belajar mengajar. Penyebabnya adalah siswa sudah merasa bosan, jenuh, dan
mengantuk di kelas. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran bersifat mencatat
dan mendengarkan, selain itu, guru selama ini hanya melakukan penilaian
kognitif saja (pembelajaran bersifat teori) sehingga terlihat membosankan.
Karenanya perlu dilakukan suatu penilitian tindakan kelas agar siswa dapat
memahami pembalajaran dengan baik. Model pembelajaran Broblem Based
Learning (PBL) merupakan pengembangan dari metode ceramah. Model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang memecahkan masalah.
Hal ini dapat membuat siswa selalu aktif karna mereka dituntut untuk
memecahkan maslah yang diberikan oleh guru, sehingga guru hanya menjadi
fasilitator. Model pembelaran ini cocok untuk diterapkan di kelas XB, karena
sesuai dengan karakteristik kelas rendah yaitu masih membutuhkan pengaran
guru dan hasil belajar masih rendah.
7
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas XB SMA Negeri 2 Bolo Tahun Ajaran 2016/2017”.
B. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan diteliti,
sehingga tidak mempersulit dalam pengumpulan data, maka diperlukan suatu
pembatasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa yang menjadi sampel adalah kelas XB SMA Negeri 2 Bolo.
2. Hasil belajar siswa, yakni nilai yang diperoleh dari tes tertulis.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas XB SMA Negeri 2 Bolo Tahun Ajaran 2016/2017?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
“Untuk Meningkatkat Hasil Belajar Siswa Kelas XB SMA Negeri 2 Bolo
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) “
8
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam dunia
pendidikan khususnya bidang pendidikan Biologi. Beberapa manfaat yang
dapat diperoleh ialah sebagai berikut.
1. Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi atau khazanah
ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya yang terkait dengan
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
2. Praktis
a) Bagi siswa
Diharapkan lebih tertarik belajar karena materi pelajaran dikaitkan
dengan keadaan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah melalui interaksi antara siswa.
b) Bagi guru
Adapun bagi tenaga pendidik (guru) mata pelajaran Biologi
hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam mencapai standar
hasil belajar mata pelajaran di sekolah yang ditunjukkan dengan
meningkatkan hasil balajar siswa.
c) Bagi sekolah
Dapat memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan proses
pembelajaran sehingga lebih mewujudkan efektifitas sumber daya dan
efesiensi waktu khususnya mata pelajaran biologi.
9
d) Bagi peneliti
Hasil penelitian ini akan menjadi pelajaran dan pengalaman bagi
peneliti untuk mempersiapkan diri menjadi pendidik yang lebih baik
dan professional.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan prosedur atau cara yang digunakan
oleh guru untuk mengimplementasikan rencana-rencana praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran9. Sedangakan pembelajaran mempunyai arti
proses, cara, atau perbuatan menjadikan orang belajar. Dari dua pengertian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu
pola acuan atau pedoman dari sesuatu yang dilakukan yang di dalamnya
memuat suatu proses atau cara untuk menjadikan orang belajar10.
Model pembelaaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pambelajaran di kelas11.
Menurut Joson yang di kutip oleh Trianto untuk mengetahui kualitas
model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan prosuk.
Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi
belajar yang menyenagkan (joyful learning) serta mendorong peserta didik
untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah
9 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inofatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), h. 12. 10Trianto, Model Pembelajaran Terepadu Konsep, Strategi dan Implementasi Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 55.
11 Agu Suprijono, Cooperatife Learning Teori dan Aplikasi PBL, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), h. 3.
11
pembelajaran mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan peserta
didik sesuai standar kemampuan atau kopetensi yang ditentukan12.
Secara umum, model pembelajaran adalah suatu acuan atau
pedoman interaksi antara guru dan siswa yang menyangkut strategi,
pendekatan, metode, dan tehnik pembelajaran dan memuat cara untuk
menjadikan orang belajar sehingga mencapai tujuan pembelajran yang
diharapkan
2. Model Pembelajaran Problem Beased Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu
model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Seluruh proses belajar
mengajar yang berorientasi pada model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah membantu siswa untuk menjadi mandiri. Siswa
yang mandiri (otonom) yang percaya pada ketrampilan intelektual mereka
sendiri, memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan yang berorientasi
pada inkuiri. Peran utama guru pada model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah membimbing dan memfasilitasi sehingga siswa
dapat belajar berpikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri13.
Ibrahim menyebutkan bahwa Problem Based Learning (PBL)
dilandasi oleh teori pembelaaran kontruktivisme, kelas demokratis dan
pembelajaran penemuan antara lain:
12 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Strategi dan Implementasi dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h.55. 13 Arino Praseptian, Penggunaan Strategi Pembelajaran Berbasis Maslah, (Lampung: Bandar Lampung, 1999), h. 40.
12
a. Konstruktivisme (konsep PBL)
Jean Piaget dan Vygotsky merupakan tokoh dalam
pengembangan konsep konstruktivisme, dan di atas konsep inilah
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diletakkan.
Menurut Piaget, anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus
menerus berusaha memahami dunia di sekitarnya. Rasa ingin tahu itu
memotivasi mereka untuk secara aktif membangun tampilan dalam otak
mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. Pengetahuan yang
telah diperoleh secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat
siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka
membangun dan memodifikasi pengetahuan mereka sendiri. Sementara
itu Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual
siswa.
Menurut Depdiknas, di dalam konstruktivisme ditekankan bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Dalam proses pembelajaran, siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam
proses belajar-mengajar. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
penyedia kondisi supaya proses belajar bisa berlangsung.
13
Beberapa bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi
konstruktivisme antara lain: diskusi yang menyediakan kesempatan agar
semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan, pengujian dan
penelitian sederhana, demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah, dan
kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk
mempertajam gagasannya14.
b. Kelas Demokratis
Dewey menggambarkan suatu pandangan tentang pendidikan,
yang mana sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih
besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah
kehidupan nyata. Dewey mengemukakan bahwa pembelajaran di
sekolah seharusnya lebih memiliki manfaat dari pada abstrak.
Pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki masalah-
masalah intelektual dan sosial.
Sebagai institusi penting, perlu menciptakan kehidupan yang
demokratis melalui proses pembelajaran yang demokratis. Sekolah
dijadikan sebagai kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran
yang demokrasi. Proses pembelajaran yang demokratis dilandasi oleh
nilai-nilai demokrasi yaitu: penghargaan terhadap, menjunjung
keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan
keragaman peserta didik. Dalam prakteknya para pendidik hendaknya
14 Budimansyah, Model Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah, (Bandung: Ganesindo, 2003), h. 25.
14
memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus dihargai
kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembengkan
potensinya. Oleh karna itu dalam proses pembelajaran perlu adanya
suasana terbuka, akrab, dan saling menghargai15.
c. Pembelajaran penemuan
Pembelajaran penemuan adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami stuktur atau
ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam
proses pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang
sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi
Dalam pembelajaran dengan penemuan, guru harus mendorong
siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka
sendiri. Pembelajaran penemuan memacu rasa ingin tahu siswa,
memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka
menemukan jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah
secara mandiri dan ketrampilan berpikir kritis karena mereka harus
selalu menganalisis dan menangani informasi16.
Menurut Dutch, Problem Based Learning(PBL) merupakan metode
instruksional yang menantang siswa agar “belajr untuk belajar,” bekerja
sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.
Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta
15Ibid, h. 23. 16 Hamalik Oemar, Kurukulum dan Pembelajaran, (Bandung: Bumi Aksara, 2007), h. 51.
15
kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), mempersiapkan siswa
untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan
sumber pembelajaran yang sesuai17. Sebagaimana dikemukakan Arends
bahwa Model Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang keterampilan pemecahan
masalah18.
Pandangan tentang Problem Based Learning (PBL) juga
diungkapkan oleh Howard Barrows dan Kelson mengatakan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan
proses pembelajaran yang dalam kurikulumnya dirancang masalah-
masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting,
membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki strategi
belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam karir dan kehidupan sehari-hari. Siswa berperan secara aktif dalam
proses pembelajaran karena siswa dilibatkan langsung dalam
mengidentifikasi masalah. Disini tugas pendidik adalah sebagai fasilitator
yang menyediakan masalah dan mengarahkan peserta didik dalam
17 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta: Prenamedia Group, 2009), h. 21.
18 Rachartd 1, Arendi, Learning to Teach, terj. Helly Prajitmo Soetjipto dan Srimulyantitini Soetjipto, Learning Teach (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 42.
16
mengidentifikasi masalah, mencari dan memecahkan masalah yang
dibutuhkan dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL)
membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, mempelajari
peran-peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar yang mandiri19.
Pembelajaran ini dapat menimbulkan pemikiran-pemikiran kreatif dalam
proses pemecahan masalah yang melibatkan keaktifan siswa sehingga
dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
Dolmans & Schmidt, mengungkapkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) selain memberikan siswa pengetahuan,
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) juga bisa digunakan
untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, kemampuan
berpikir kritis dan kreatif, belajar sepanjang hayat, keterampilan
komunikasi, kerjasama kelompok, adaptasi terhadap perubahan dan
kemampuan evaluasi diri20.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang berorientasi
pada masalah nyata yang melibatkan peran aktif siswa dalam proses
19 Richard I. Arends, Learning to Teach, terj. Helly Prajitmo Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Learning to Teach (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 43.
20G. S. Selcuk, “The Effects of Problem Based Learning on Pre-service Teachers” Achievement, Approaches and Atitudes Towarsds Learning Physics,” hysical Sciences, Internasional ournal of Physical, Vol 5 (6), (Desember, 2010), h 711-723.
17
pemecahan masalah yang menuntut siswa berpikir kreatif dan guru
sebagai fasilitator.
3. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Ada lima karakteristik model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL), antara lain:
a. Pertanyaan atau masalah perangsangan
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
mengorganisasikan pengajaran diseputar pertanyaan dan masalah
yang penting secara sosial dan bermakna secara personal untuk siswa.
Siswa menghadapi situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban
sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk
situasi tersebut.
b. Fokus interdisipliner
Masalah yang akan diselidiki telah dipilih sesuai dengan
kehidupan nyata agar dalam pemecahannya menuntun siswa untuk
menggali berbagai mata pelajaran.
c. Investigasi autentik
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari
penyelesaian terhadap masalah yang nyata. Siswa harus menganalisis
dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
18
melaksanakan eksperimen (bilamana mungkin), membuat inferensi,
dan menarik kesimpulan.
d. Produk artefak dan exhibit
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk
karya nyata dan penyampaian yang menjelaskan atau mempresentasikan
solusi siswa.
e. Kolaborasi
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya.
Bekerjasama memberikan motivasi untuk keterlibatan secara berkelanjutan
dalam tugas-tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk
melakukan penyelidikan dan untuk mengembangkan keterampilan sosial21.
4. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Beasad Learning (PBL) terdiri dari
5 tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa pada
suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa,
adapun ke 5 tahap tersebut yang terdapat di dalam tabel antara lain:
21 Richard I. Arends, Learning to Teach, terj. Helly Prajitmo Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Learning to Teach (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 42-43.
19
Tabel 3.1 Sintaks Problem Beased Learning (PBL)22.
No Tahap Aktifitas guru 1
Orientasi siswa kepada masalah
Mengkomunikasikan tujuan pelajaran secara jelas.
Menyajikan situasi masalah autentik yang berasal dari permasalahan sains, teknologi, lingkungan atau masyarakat dengan prosedur jelas.
2
.Mengorganisasi siswa untuk belajar
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar.
Bersama siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas penyelidikan dan jadwal waktu.
3
Membantu penyelidikan mandiri ataupun kelompok
Mendorong pertukaran ide pemecahan masalah secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide itu.
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai atau melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Membantu siswa menemukan bahan dan mengingatkan akan tugas-tugas yang harus diselesaikan mereka.
4 Menyajikan hasil karya.
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, portofolio, model,dll
Membantu siswa untuk berbagi tugas dengan temannya dalam menyajikan hasil karya.
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemeca- han masalah.
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
22 Isriani Hardidi, Dewi Puspita Sari, Starategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Familia, 2012), h. 18.
20
5. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL)
antara lain:
a. Kelebihan
1. Teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik serta memberikan
kepuasan menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3. Dapat meningkatkan aktifitas peserta didik.
4. Dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertangung jawab dalam pelajaran yang mereka
lakukan.
6. Model pelajaran yang dianggap lebih menyenagkan dan disukai
peserta didik.
7. Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk
mengaplikasikan penggetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
21
9. Dapat mengembangkan peserta didik untuk secara terus-menerus
belajar.
b. Kelemahan
1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membuuhkan
waktu yang cukup untuk persiapan.
3. Pemahaman yang kurang mengapa maslah-maslah dipecahkan
dapat mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk belajar.23
Hal ini menunjukkan bahwa selain keunggulan, model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) juga memiliki beberapa
kelemahan-kelemahan. Meskipun Problem Based Learning (PBL)
memiliki kelemahan, tetapi dalam penerapannya masih lebih
menguntungkan jika ditinjau dari keunggulan model Problem Based
learning (PBL) yang jauh lebih banyak dibandingkan kelemahannya.
Berdasarkan hal tersebut sekiranya dapat menunjukkan bahwa Problem
Based Learning (PBL) sebagai pembelajaran yang menghadirkan masalah
nyata dapat berjalan dengan baik dalam pembelajaran.
23 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran, h. 221.
22
d. Hasil Belajar
1. Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-
perubahan tersebut yang terjadi pada diri seseoarang akan nyata dalam
bentuk tingkah laku.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruha, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya24.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan. Yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah
laku25.
Belajar sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif26. Juga belajar merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
24Saiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2000), h.13. 25Daryanto, Panduan Proses Pembalajaran Kreatif dan Inovatif (Jakarta: CV. Publisher,
2009), h.2. 26Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 68.
23
sebagainya. Belajar adalah suatu proses perubahan tingka laku melalui
interaksi antara individu dan lingkungannya27.
Dalam buku Media Pendidikan mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu
dengan lingkungan dan pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut
bukan karena pengaruh obat-obatan atau zat kimia lainnya dan cenderung
bersifat permanen28.
Belajar yaitu suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang
lahad nanti29. Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif dan psikomotorik30.
Dari beberapa pendapat tentang belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku. Perubahan ini
merupakan hasil dari pengalaman yang sengaja bukan karna faktor
kebetulan atau tiba-tiba terjadi pada suatu individu. Perubahan tersebut
berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan, pemahaman dan
beberapa aspek-aspek lain yang ada pada diri individu.
27Arif S. Sardiman, Media Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 1984), h.20. 28Ibid, h. 2. 29
Zainal Arifin, Psikologi Belajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 10. 30 Syaiful Bahri, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2000), h. 13.
24
Kegiatan/Aktifitas Belajar Siswa
a. Aktifitas mental (Mental Actifities) adalah aktifitas/kegiatan yang
dilakukan siswa berupa menanggapi pertanyaan, mengingat
permasalahan, menganalisis permasalahan, dan memecaahkan
permasalahan yang diberikan oleh guru.
b. Kegiatan (Moror activities) adalah sesuatu hal yang dilakukan oleh
siswa berupa penyelidikan terhadap informasi yang diperoleh dan
mencatat hasil kegiatan sebagai hasil diskusi.
c. Kegiatan visual (Visual activities) adalah aktifitas/kegiatan yang
dilakukan oleh siswa memperhatikan penjelasan guru dan melakukan
penyelidikan.
d. Kegitan lisan (Oral activities) adalah aktifitas/kegiatan yang dilakukan
oleh siswa menyampaikan pendapat yang berkaitan dengan
permasalahan, bertanya pendapat teman yang lain atau bertanya sesuatu
yang belum dipahami dan saling berdiskusi dengan kelompok yang lain
setelah itu siswa merumuskan solusi dari permasalahan yang telah
diselidiki.
e. Menulis kegiatan (Writing activities) dan menyusun laporan hasil
diskusi (Artefak and exhibit) adalah kegiatan yang dilakukan siswa
menyiapkan laporan yang akan disajikan, menulis laporan yang akan
25
disampaikan, membagi tugas dalam menyampaikan laporan dalam
kelompok dan menyampaikan diskusi di depan kelas31.
2. Pembelajaran
Pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh guru sedemikian rupa, sehingga terjadi perubahan pada siswa ke arah
yang lebih baik. Menurut Darsono, pembelajaran merupakan proses yang
direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem dengan menggunakan
metode dan teknik tertentu dalam memacu interaksi siswa dengan
lingkungan belajar yang sudah diatur sehingga memperlihatkan hasil dan
proses yang seimbang32.
Suatu pembelajaran yang efektif ditandai oleh sifatnya yang
menekankan pada pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pembelajaran
bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang
diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan
dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh peserta didik.
3. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar mengandung dua pengertian yang terpisah yaitu
pengertian hasil dan belajar. Dalam kamus bahasa indonesia kata hasil
diartikan sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha. Dengan kata lain
kemampuan maksimal seseorang sebagai akibat dari perlakuan dalam
31Ika Kurniati, Penerapan Model Problem Based Learning Unuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Biologi Siswa Kelas VIIIB MTS Muhammadiyah Syahada, Skripsi (Makasar:2016), h. 24.
32 Dimyanti, Mudijiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 9
26
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan dan diusahakan secara
individu ataupun kelompok33.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar
memiliki arti „berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini
memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu. Disini, usaha untuk mencapi kepandain atau ilmu
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan
ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Sehingga dengan
belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat
melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.
Proses belajar mengajar yang terjadi di kelas tidak lepas dari
kegiatan belajar bagi siswa dan mengajar bagi guru. Peserta didik yang
belajar antara satu sama lain memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar hendaknya dikembangkan
sekaligus memperhatikan tingkah perkembangan intelektual peserta didik.
Hasil belajar adalah penilaian untuk menggambarkan prestasi
yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Belajar merupakan proses dari seseorang, di mana hasil belajar
dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan anak tentang materi yang
akan dipelajari. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat
evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar34.
33
Eko Wiyono, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Indonesia: Palanta, 2007), h. 214. 34
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT . Raja Gofindo Perasada, 2012), h. 141.
27
Belajar dikatakan berhasil apabila: a) daya serap terhadap bahan
pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual
maupun kelompok, b) prilaku yang digariskan dalam tujuan pelajaran telah
dicapai oleh siswa, baik secara individual atau kelompok35.
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan, menjadi
tiga bidang yaitu bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif
(berhubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang psikomotorik
(kemampuan keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri
sendiri, tapi merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan
membentuk hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus
nampak sebagai hasil belajar siswa, dari proses pengajaran. Hasil tersebut
nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam
sebuah pernyataan herbal melalui tujuan pengajaran. Dengan perkataan
lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan
dikuasai siswa yang mencakup ketiga aspek tersebut36.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah ditetapkan di atas,
maka dapat dipahami mengenai makna hasil dan belajar. Apabila kedua
kata tersebut dipadukan, maka dinyatakan bahwa hasil belajar adalah
ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan pengajaran yang telah
dicapai oleh siswa dengan pengalamannya yang telah diberikan atau
disiapkan oleh sekolah melalui proses belajar mengajar.
35
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.120.
36
Nana sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar , (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 49.
28
Setelah terjadi proses belajar mengajar, maka diharapkan terjadi
suatu sikap perubahan tidak langsung inilah yang disebut hasil belajar. Jadi
hasil belajar merupakan muara kegiatan belajar dan merupakan cerminan
dari tingkah penguasaan dan keterampilan pelajar.
Demikian pula jika dikaitkan dengan belajar Biologi maka hasil
belajar Biologi merupakan kemampuan yang dicapai siswa dalam
memahami dan menerapkan konsep-konsep Biologi setelah mengikuti
proses belajar mengajar Biologi. Untuk mengetahui tingkah keberhasilan
siswa dalam belajar Biologi digunakan tes sebagai alat ukurnya.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Hasil Belajar.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil
belajar yaitu:
1. Keadaan fisik dan psikis siswa yang ditunjukan oleh kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosi, kesehatan, motivasi, ketekunan,
ketelitian, keuletan dan minat,
2. Guru yang mengajar dan membimbing siswa,
3. sarana pendidikan yaitu alat-alat belajar, media yang digunakan37.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan perwujudan prilaku belajar yang berbentuk aspek
kognitif, efektif dan psikomotorik. Keberhasilan belajar diperoleh
berdasarkan perubahan tingkah laku pada diri seseorang, dengan demikian
hasil belaja Biologi merupakan suatu indikator untuk mengukur
37
Suharsimi Arikinto & Jafar, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 10.
29
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran Biologi. Hasil belajar
adalah perubahan tingka laku, perubahan yang terjadi dalam proses belajar
mengajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan
sengaja dan disadari. Tingkat pencapaian hasil belajar siswa disebut hasil
belajar. Selanjutnya suatu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya
dalam belajar adalah cita-cita karena cita-cita dapat memobilisasikan
energi psikis untuk belajar.
5. Komponen-Komponen Hasil Belajar
Menurut Bloom hasil belajar peserta didik mencakup tiga ranah
yaitu kognitif, psikomotorik, dan efektif.
a) Ranah Kognitif
Ranah yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan
terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan intelektual.
Ada enam tipe dalam ranah kognitif38.
1) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah dari tujuan ranah
kognitif berupa pengenalan dan meningkatkan kembali terhadap
pengetahuan tentang fakta istilah, dan prinsip-prinsip dalam
bentuk seperti mempelajari.
2) Pemahaman, berupa kemampuan memahami atau mengerti
tentang isi pelajaran tampa perlu menghubungkannya dengan isi
pelajaran lainnya. Dalam pemahaman, peserta didik diminta
38 Dimayanti dan mujiono, belajar dan pembelajaran, h. 30.
30
untuk membuktikan bahwa peserta didik memahami hubungan
yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
3) Penggunaan/penerapan merupakan kemampuan menggunakan
generalisasi hubungan atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam
situasi konkret atau situasi baru dan menerapkan secara benar.
4) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran atau
bagian-bagian yang menjadi unsur pokok. Untuk analisis, peserta
didik diminta untuk menganalisis hubungan atau situasi yang
kompleks atau komponen-komponen dasar.
5) Sintesis, merupakan kemampuan menghubungkan unsur-unsur
pokok kedalam struktur yang baru. Dalam sintesis peserta didik
diminta untuk melakukan generalisasi.
6) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk satu
maksud atau ujuan tertentu.
b) Ranah Afektif
Ranah efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Hasil belajar
afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti
perhatinnya terhadap pelajarannya, disipin, motivasi belajar,
menghargai guru, teman kelas, kebiasaan belajar, dan hubungan
sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah efektif dalam hasil belajar
yaitu:
31
1) Receiving/attending, adalah semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan dari luar yang datang kepada peserta didik dalam
bentuk masalah, situasi, gejala, dll..
2) Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan sesorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus.
4) Organisasi yakni pengembangan dari nilai kedalam suatu sistem
organisasi, termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain.
5) Katakteristik yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiiki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah laku39.
c) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berhubungan dengan ketrampilan motorik,
manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan
koordinasi badan.40. Dalam hasil belajar psikomotorik tampak dalam
bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam
tingkatan ketrampilan yakni:
1) Gerakan reflex
2) Ketrampilan pada gerakan dasar
3) Kempuan perseptual
4) Kemampuan bidang fisik
39
Nana Sudjana, Penelitian Hasil, h.22. 40 Damyanti dan mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, h. 33.
32
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana samapai
pada ketrampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakkan
ekspresif dan interpretatif41.
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penelitian hasil belajar. Akan
tetapi dalam penelitian ini peneliti memfokuskan satu arah, yaitu ranah
kognitif karena berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam
menguasai isi bahan pembelajaran khususnya pelajaran IPA Biologi.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian
hasil belajar. Menurut Dalyono dalam buku psikologi pendidikan, faktor-
faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Internal (yang brasal dari dalam diri)
a) Kesehatan
b) Intelegensi dan bakat
c) Minat dan motivasi
d) Cara belajar42
2. Faktor Eksternal
a) Keluarga
b) Sekolah
c) Masyarakat
41 Nasa Sudjana, Penelitian Hasil, h. 24. 42 Dalyono, Psikologi Pendidikan, h. 55.
33
d) Lingkungan sekitar43.
e. Kerangkan Berpikir
Belajar adalah perubahan yang relative menetap dan tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar
merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini
dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang mungkin individu
memperoleh pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman baru maupun
sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi
menimbulkan perhatian kembali.
Hasil belajar biologi adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran Biologi berupa seperangkat pengetahuan,
sikap, keterampilan dan nilai yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sehari-
hari untuk masa kini maupun masa yang akan datang.
Untuk meningkatkan hasil belajar Biologi siswa sangat ditentukan oleh
kemampuan guru dalam mengelolah proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar, salah
satu kemampuan dalam mengelolah proses pembelajaran adalah dapat
menerapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan pokok materi yang
akan diajarkan, agar supaya hasil belajar siswa meningkat diperlukan suatu
model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar untuk
melibatkan siswa secara aktif, kreatif baik pikiran penglihatan, pendengaran,
dan prilaku.
43Ibid, h. 56.
34
Salah satu Model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam
pembelajaran Biologi adalah model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL). Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model
pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang parisipatif, aktif, kreatif,efektif, dan menyenangkan. Guru
dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa belum
dapat membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi berdasarkan
interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Guru memiliki sifat yang
sangat kompleks artinya pembelajaran menunjukan kenyataan bahwa
berlangsung pada suatu lingkungan pendidikan dan siswa pada dasarnya
memiliki taraf perkembangan yang berbeda-beda, ada yang menguasai materi
dengan keterampilan motorik (kinestetik), ada yang menguasai materi dengan
keterampilan motorik (auditif) dan menguasai materi dengan visual. Dalam
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pendidik dituntuk untuk
dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui
partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang pada akhirnya
membuat siswa dapat menciptakan menemukan hal baru, pendapat, ide atas
hasil penemuan dan usahanya sendiri, bukan dari guru.
Agar siswa termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah
mereka tidak merasa terbebani atau takut. Disamping upaya anak untuk aktif
agar anak mengadakan eksplorasi, kreasi dan pengetahuan dalam
pembelajaran. Pembelajaran ini membuat peserta didik melakukan kegiatan
yang beragam untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan pemahaman
35
dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru
menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan
lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa dapat mengetahui
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dalam proses belajar yang
berlangsung dan membuat siswa aktif sehingga menimbulkan pembelajaran
yang menyenangkan.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitain adalah sebagai suatu jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.44
Sehubungan dengan penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah
sebagai beriut “Dengan diterapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatan hasil belajar siswa kelas XB SMA Negeri
2 Bolo tahun pelajaran 2016/2017”.
44 Sugiyono, Metode Penelitain Kuantitatif dan R&B, (Bandung: Algabeta, 2010), h. 96.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Reserch,) yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan yang
dilakukan dalam disiplin inquiry, atau suatu usaha seseorang untuk
memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlihat dalam sebuah proses
perbaikan dan perubahan.
B. Saran Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X/B SMA Negeri 2 Bolo tahun
ajaran 2016/2017. Adapun target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
hasil belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang meliputi:
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan
melakukan kegiatan untuk mencari pemecahan masalah melalui diskusi,
membuat laporan serta mempersentasikan hasil kegiatan. Hasil belajar siswa
meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diambil dari nilai tes,
kegiatan, dan portofolio.
C Rencana Tindakan Penelitian
Langkah-langkah rencana penelitian Tindakan Kelas
Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah PTK yang diadaptasi
dari Kamber, D dan M, Kelly, yaitu sebagai berikut:
37
1) Pra-refleksi
Pra-refleksi adalah mencari data sebelum dilakukannya
tindakan, PTK adalah sebenarnya mempromosikan perubahan, dan
untuk melaporkan adanya perubahan perlu merekam situasi dan
keadaan sebelum dan sesudah tindakan. Teknik observasi dapat
digunakan sebelum dan sesudah terjadi perubahan untuk mengetahui
pengaruh perubahan tersebut.
2) Perencanaan (Planing)
Hasil yang sangat penting dari tahap perencanaan adalah
rencana rinci mengenai tindakan yang ingin dikerjakan atau perubahan
yang dilakukan. Pada tahap ini dilakukan persiapan pembelajaran
seperti identifikasi awal, membentuk skenario pembelajaran,
menyiapkan alat evaluasi dan sebagainya.
3) Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
dalam skenario pembelajaran atau merupakan realisasi dari tindakan
yang sudah direncanakan sebelumnya. Tindakan berupa proses belajar
mengajar yang melibatkan seluruh komponen pembelajaran dengan
faktor utama guru dan peserta didik.
4) Pengamatan (Observation)/Evaluasi
Pengamatan adalah proses pengambilan data dari pelaksanaan
tindakan atau kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efek
tindakan telah mencapai sasaran. Setiap perilaku peserta didik dan guru
38
yang terjadi dalam proses belajar mengajar yang menuju pada
tercapainya tujuan pembelajaran menjadi fokus pengamatan. Tahap
pengamatan pada peneilitian dilaksanakan berdasarkan lembar
observasi yang terdiri dari lembar observasi guru dan siswa yang talah
disusun untuk melihat aktivitas guru dan siswa serta proses
pembeajaran berlangsung serta kemampuan siswa memecahkan
masalah yang diberikan. Objek observasi adalah seluruh proses
tindakan terkait, pengaruhnya (yang disengaja maupun tidak disengaja),
keadaan dan kendala tindakan yang direncanakan dan pengaruhnya,
serta persoalan yang timbul dalam konteks terkait45. Pada tahap ini juga
diamati perubahan-perubahan yang terjadi pada proses pembelajaran.
5) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang
perubahan dan mempertimbangkan hasil analisis hambatan yang
muncul dan dampak saat kegiatan tindakan. Informasi yang diperoleh
kemudian dievauasi dan dipertimbangan kembali tindakan yang telah
diakukan dan yang telah dicatat pada saat pengamatan untuk
memperbaiki hal-hal yang kurang46. Pada tahap ini dilakun anaisis
terhadap hasil observasi dan hasil tes siswa. Hasil analisis pada tahap
refleksi ini akan digunakan sebagai pertimbangan perbaikan dalam
melaksanakan siklus selanjutnya serta sebagai bahan berbandingan pada
sikllus kedua
45 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta Rjawali Pers, 2011), h. 73
46Sri Sulastri, Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Aplikasi (Yogyakarta , 2012), h. 45.
39
Gambar 3.1. Langkah PTK model John Elliot47.
a. Siklus I dilakukan empat kali pertemuan, tiga kali pertemuan untuk proses belajar
mengajar dan satu kali pertemuan untuk teks siklus I. Lankhah-langkah
pelaksanaan adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang dilakukan merupakan suatu persiapan yang
disusun sebagai suatu tindakan untuk meningkatkan, memperbaiki
ataupun merubah sesuatu sesuai yang diinginkan untuk memecahkan
47Muh. Khalifah Mustam, Dimensi-Dimensi Penelitian tindakan Kelas (Bandung:
Unuversity Perss, 2012), h. 35.
Refleksi (Reflacting)
Tindakkan (Acting)
Siklus I
Pengamatan (Observatio)
Perencanaan (Planing)
Tindakkan (Acting)
Siklus II
Pengamatan (Planing)
Refleksi (Reflacting)
Perencanaan (Planing)
40
masalah yang ada. Perencanaan ini meliputi pendekatan pembelajaran,
model pembelajaran, media/alat, bahan, sumber ajar, materi
pembelajaran, penilaian proses dan hasil belajar. Tahap perencanaan
ini terdiri dari kegiatan sebagai berikut.
(1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL).
(2) Menyiapkan media/alat yang akan digunakan pada kegiatan
pembelajaran.
(3) Membuat lembar kerja, kunci jawaban yang akan digunakan
dalam pembelajaran.
(4) Menyusun lembar observasi untuk melihat kondisi kelas dengan
keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
(5) Menyiapkan instrumen tes sebagai alat evaluasi hasil belajar
pada akhir siklus yang berupa tes tertulis.
2. Tindakan (Acting)
Tindakan yang dilaksanakan merupakan suatu kegiatan untuk
meningkatkan, memperbaiki ataupun merubah sesuatu sesuai dengan
rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tahap tindakan pada
penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan model Problem Based
Learning (PBL) pada materi lingkaran.
Dalam pelaksanaan tindakan pada penelitian ini akan dilaksanakan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat
dengan langkah-langkah model Problem Based Learning(PBL).
41
Pembelajaran dengan model Problem Based learning(PBL) yang akan
dilaksanakan berorientasi pada pemberian masalah nyata berdasarkan
Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD). Pada tahap ini peneliti
juga melakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Pengamatan (Observing)
Pangamatan yang dilakukan berupa kegiatan pengumpulan data
melalui teknik observasi. Pengamatan dimaksudkan untuk melihat
implikasi, perubahan dari tindakan yang diberikan terhadap siswa.
Pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan.
Tahap pengamatan pada penelitian ini dilaksanakan berdasarkan lembar
observasi yang terdiri dari lembar observasi guru dan siswa yang telah
disusun untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung serta kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
memecahkan masalah yang diberikan. Objek observasi adalah seluruh
proses tindakan terkait, pengaruhnya (yang disengaja dan tidak disengaja),
keadaan dan kendala tindakan yang direncanakan dan pengaruhnya, serta
persoalan lain yang timbul dalam konteks terkait48.
4. Refleksi (reflecting)
Refleksi dimaksudkan sebagai kegiatan pengumpulan informasi
untuk mengidentifikasi masalah, hambatan yang muncul dan dampak saat
kegiatan tindakan. Informasi yang diperoleh kemudian dievaluasi dan
dipertimbangkan kembali tindakan yang telah dilakukan dan yang telah
48 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakn Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta. Rajawali Pers, 2011), h. 73.
42
dicatat pada tahap pengamatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap
kurang. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil observasi dan
hasil tes siswa. Hasil analisis pada tahap refleksi ini akan digunakan
sebagai pertimbangan perbaikan dalam melaksanakan siklus selanjutnya
serta sebagai bahan perbandingan pada siklus kedua. Adapun kegiatan
yang akan dilakukan pada tahap ini sebagai berikut.
(1) Mengevaluasi hasil tes siswa.
(2) Menganalisis lembar observasi siswa.
(3) Mengkaji pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan dampak dari
pelaksanaan tindakan.
(4) Menyimpulakan data yang diperoleh dan dijadikan dasar pelaksanaan
pada siklus selanjutnya.
(5) Merencanakan tindak lanjut pada siklus selanjutnya.
Tabel 3.2 Format Observasi Siswa Sklus I
No
Aktivitas Belajar Siswa49
Presentase Frekuensi
Siswa (fi)
% Pertemuan ke
4 1 2 3
1 Siswa yang memperhatikan guru
2 Siswa yang mencatat materi yang
disajikan
3 Siswa menganalisis permasalahan yang
diberikan guru
49Suci Susanti, Penerapan Model Pmblajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar siswa dan Keaktifan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 16 Makasar, Skripsi (Makasar. 2016), h. 23
43
4 Siswa yang aktif berdiskusi
5 Siswa yang aktif dalam kelas
6 Memberikan jawaban dari
pertanyaan guru
7 Siswa yang mengemukakan pikiran
8 Siswa yang menarik kesimpulan
9 Siswa yang mengerjakan LKS
10 Siswa yang melakukan kegiatan
lain dalam proses belajar mengajar
berlangsung.
Persentase nilai rata-rata = �� � ℎ � �� � �� � � � 100%
Taraf Keberhasilan Tindakan 1) 86 % ≤ NR ≤ 100% = Sangat baik 2) 76% ≤ NR ≤ 85 % = Baik 3) 60% ≤ NR ≤ 75% = Cukup 4) 55% ≤ NR ≤ 59 % = Kurang
Tahap ini akan dipergunakan sebagai perbaikan dalam
melaksanakan siklus berikutnya
a. Siklus II
1. Perencanaan Tindakan Siklus II
Pada perencanaan tindakan ini berisi tentang rencana-
rencana tindakan yang akan di lakukan, serta rencana-rencana yang
telah disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. Hal-hal yang
perlu disiapkan meliputi:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai
materi yang akan diajarkan. RPP disusun sesuai dengan
langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL).
b. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa. Untuk mengerjakan LKS
siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok.
44
c. Menyusun lembar observasi untuk melihat kondisi kelas dengan
keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
d. Menyiapkan soal tes akhir siklus II.
a) Pelaksanaan
Pembelajaran tindakan siklus II dilaksanakan sesuai skenario
yang telah direncanakan pada tahap perencanaan, sesuai dengan
langkah-langkah beriku
Table 3.3 pengembangan tindakan siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I
No. Aktivitas guru50 Aktivitas siswa 1 Guru memberikan permasalahan
kepada siswa dalam bentuk lember kerja siswa untuk dicarikan jawabannya
Siswa mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru dan menyiapkan dirinya untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diberikan
2. Guru membimbing siswa yang belum memahami saat mengerjakan lembar kerja siswa dan memberikan petunjuk kepada siswa apabila mendapat kesulitan dalam mengerjakan LKS
Siswa mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang diberikan kepada siawa yang belum dipahami oleh siswa.
3. Guru mengamati siswa bekerja dan sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang.
Siswa melakukan pengamatan, melakukan memberikan komentar dari pertanyaan guru
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan komentar, pendapat dalam mengerjakan hasil pekerjaannya di lingkungan
Siswa siap mengemukakan hasil pikiran di depan kelas.
b) Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
50 Ibid, h. 25
45
dibuat umtuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Yang menjadi sasaran pengamatan aktivitas siswa dalam
penelitian ini adalah aktivitas siswa mendengarkan motivasi dari guru,
siswa siap untuk mengikuti proses pembelajaran, aktivitas siswa dalam
menyelesaikan masalah lembar kerja siswa yang diberikan, keaktifan
dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru, keaktifan
siswa dalam menyelesaikan soal pertanyaan yang diberikan oleh guru,
siswa aktif memperhatikan penjelasan guru yang belum dipahami dari
tugas lembar kerja siswa, keaktifan Siswa memberikan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa mengajukan dan
mengemukakan pikiran dan pendapatnaya, siswa mempresentasikan hasil
diskusinya dan menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan pengumpulan menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya51.
a. Lembar observasi
Lembar observasi yaitu berupa catatan bagaimana aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Misalnya mengerjakkan
lembaran kerja dan menyiapkan dirinya untuk mencari jawaban dari
permasalahan yang diberikan, mengumpulkan data-data yang berkaitan
degan permasalahan yang diberikan oleh guru, melakukan pengamatan
51Sutrisno Hadi, Metodelogi (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, 1984 ), h. 70.
46
dan memberikan komentar dari pertanyaan guru dan mengemukakan hasil
yang diperoleh didepan kelas (diskusi)
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan
untuk menelusuri data historis.
c. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar yaitu alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-
aturan yang telah ditentukan52. Tes akhir adalah tes yang diberikan kepada
siswa dengan tujuan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diadakan
tindakan setiap siklus, tes hasil belajar dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengukur hasil belajar kognitif siswa.
E. Tehnik Pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah:
a. Data yang terkait dengan kondisi siswa diambil dengan menggunakan
lembar observasi.
b. Data mengenai evaluasi belajar siswa diambil dari tes setiap siklus yang
dimana tes setiap siklus ini dibuat oleh penulis dengan berkerja sama
dengan guru Biologi yang mengajar di kelas tersebut. Tes adalah sederetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang
52 Latifah Ulfa, Penerapan Model PBL Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas V
Pada Mata Pelajaran IPA di MI Muhammadiyah 6 Syuhada Kalukung , Skripsi ( Makasar, 2011). h. 17.
47
dimiliki oleh individu atau kelompok53. Pemberian tes dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui meningatnya hasil belajar siswa dari tindakan
yang teah dilakukan terhadap tingat penguasan konsep dalam pemecahan
masalah.
c. Observasi Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati dan mencatat informasi selama proses belajar mengajar.
Teknik observasi menggunakan pedoman yang berisi daftar kegiatan yang
ingin diamati berdasarkan fakta saat pembelajaran berlangsung.
d. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban
responden.54 Teknik wawancara ini digunakan untuk memperoleh
informasi atau keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran
F. Tehnik Analisis Data
1. Analisis Hasil Belajar
Data yang telah dikumpul dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Adapun Analisis kuantitatif
yang digunakan dalam statistik deskriptif yakni untuk mendeskripsikan
53 Tataq Yuli Eko Saswono”Meningkatan Hasil Belajar Melalui Pengajuan Masalah (Problem
Posing”, Official Website Of Tataq Yuli Eko Saswono.http://tatagyes.wordpers.com/2019/11/paper04_memecahakanmasaah2.pdf (20 Desember 2015
54H. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 173.
48
karakteristik dari subjek penelitian. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk
mendeskripsikan secara verbal tentang peningkatan hasil belajar siswa
setelah diadakan tes. Adapun statistik deskriptif yang dimaksud yaitu:
a. Persentase (%) nilai rata-rata
%100N
fP
Di mana : P : Angka persentase
f : Frekuensi yang di cari persentasenya
N : Banyaknya sampel responden55.
Mengkategorikan hasil belajar siswa dengan pedoman dibawah ini:
Tabel 3.4 : Kategori Hasil Belajar Siswa
Tingkat Penguasaan (%)
Kategori Hasil Belajar
0 – 39 Sangat Rendah 40 – 54 Rendah 55 – 74 Sedang 75 – 89 Tinggi 90 -100 Sangat Tinggi56
Sumber: Standar yang ditetapkan oleh Depdiknas Pendidikan Nasional tahun 2003.
2. Indikator keberhasilan (Ketuntasan Hasil Belajar)
Ukuran dari indikator peningkatan hasil belajar biologi siswa
adalah hasil tes siswa sudah menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar.
Menurut ketentuan Depdiknas bahwa siswa dikatakan tuntas belajar jika
55 Anas Sudijono, Pengantas Statistik Pendidikan,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 43. 56 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar ( Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2004), h. 130.
49
memperoleh skor minimal 75 dari skor ideal, dan tuntas secara klasikal
apabila minimal 85% dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 April s/d 07 Juni 20117 di
kelas X SMA Negeri 2 Bolo dengan jumlah total siswa 36 orang yang terdiri
dari 15 siswa laki-laki dan 21 siswi perempuan. Adapun yang diteliti adalah
penerapan model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa
kelas XB tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua
siklus. Setiap siklus pada penelitian ini dilaksanakan sebanyak empat kali
pertemuan. Tiga kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan satu kali
pertemuan untuk tes siklus.
1. Siklus I
Siklus 1 dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan. Tiga kali
pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes
siklus.
a. Perencanaan Siklus I
Perencanaan ini bertujuan untuk memperlancarkan jalannya
pembelajaran agar tidak mengalami hambatan dan kesulitan. Pada tahap
perencanaan yang dilakukan adalah menyusun beberapa pembelajaran
dan instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hal-hal yang
dipersiapkan peneliti dalam pembelajaran siklus 1 ialah:
51
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai
materi yang akan diajarkan yaitu Ekosistem. RPP disusun sesuai
dengan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL).
2) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa. Untuk mengerjakan LKS, siswa
dibentuk dalam kelompok-kelompok.
3) Menyusun lembar observasi untuk melihat kondisi kelas dengan
mengamati hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
4) Menyiapkan soal tes akhir siklus I. Tes akhir siklus I ditujukan
untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam belajar Biologi pada
siklus I serta digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa pada siklus selanjutnya.
b. Pelaksanaan Siklus I
Pada tahap ini peneliti melaksakan tindakan sesuai RPP yang telah
disusun. Kegiatan pada siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan.
Berikut penjabaran dari pelaksanaan siklus I.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari rabu , 27 Januari
2017 dengan alokasi waktu 2x45 menit. Kegiatan diawali dengan
membaca do‟a bersama serta mengucapkan salam yang dijawab
serempak oleh siswa. Selanjutnya mengabsensi siswa. Guru juga
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu Memahami Saling
Keterkaitan Dalam Ekosistem.
52
Kemudian Guru mengawali materi Memahami Saling
Keterkaitan Dalaam Ekosistem dengan menerapkan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), setelah itu menjelaskan
tentang model pembelaaran yang akan dilaksanakan yaitu model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), kemudian
menyampaikan gambaran umum dari materi yang akan dipelajari
menggunakan model tersebut, kemudian guru membagi kelompok,
pembagian kelompok dilakukan dengan teknik berhitung dan
membentuk 6 kelompok dan guru bersama siswa menetapkan
subtopik-subtopik yang spesifik, tugas penyelidikan dan jadwal
waktu.
Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang
materi yang dipelajari pada hari ini. Guru memancing siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada kesimpulan tentang
materi pada hari ini dan menanyakan hal-hal yang belum
dipahamisiswa terkait meetode pembelajaran yang dilaksanakan.
Setelah hal tersebut dilakukan guru mengakhiri pembelajaran dengan
menginformasikan garis besar isi kegiatan pada pertemuan berikutnya dan
mengucapkan salam.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis, 28 Januari
2017 dengan alokasi waktu 2x45 menit. Kegiatan diawali dengan guru
membuka pelajaran dengan salam dan berdoa kemudian dilanjutkan
53
dengan mengabsen siswa lalu mengkondisikan siswa untuk siap
belajar. Selanjutnya guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang
materi yang akan diajarkan.
Pada kegiatan inti guru menyampaikan skenario atau
permasalahan menganai ekosisem dan menyurh siswa bergabung
dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan terdahulu.
Selanjutnya guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai atau melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah. Kemudian guru membagikan LKS
soal-soal permasalahan tentang ekosistem sebanyak 12 soal. Siswa
mengerjakan secara kelompok dalam waktu 30 menit untuk
mengerjakan LKS. Selama proses pengerjaan LKS guru mendampingi
siswa untuk memberikan masukan apabila diperlukan oleh siswa. Dalam
proses pengerjaan, ada beberapa siswa yang bertanya tentang soal yang ada
di dalam LKS. Setelah 30 menit lebih guru menghentikan jalannya diskusi.
Kemudian guru meminta LKS yang telah dikerjakan siswa untuk
dipresentasekan depan kelas. Guru memberi waktu 5 menit kepada setiap
kelompok kemudian diminta mempresentasikan hasil diskusinya dan tanya
jawab dari kelompok lain.
Tahap penutup dengan durasi 5 menit, guru memberikan
kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya. Guru bersama-sama
dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada
hari ini. Guru memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang
54
mengarah pada kesimpulan tentang materi pada hari ini. Guru
mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari rabu , 3 febuari 2017
dengan alokasi waktu 2x45 menit. Kegiatan diawali seperti biasa dengan guru
membuka pelajaran dengan salam dan berdoa kemudian dilanjutkan dengan
mengabsen siswa lalu mengkondisikan siswa untuk siap belajar. Selanjutnya
guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan
yaitu tentang menentukan ekosistem dan saling berhubungan antara
komponen dan tak lupa menginformasikan tujuan pembelajaran yaitu
siswa dapat menjelaskan hubungan antara komponen ekosisrem, siswa
dapat menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan
jarring-jaring kehidupan berdasar hasil pengamatan suatu ekosistem
dan siswa dapat mengetahui peranan ekosistem bagi kehidupan.
Guru mengawali materi pengertian ekosistem, komponen-
komponen ekosisten yang meliputi: Komponen biotik dan komponen
abiotik, kemudian satuan-satuan mahlukluk hidup penyusun ekosistem
dan satuan-satuan mahluk hidup yang meliputi: Individu, Populasi,
Komunitas dan Biosfer dan ketergantungan antara komponen ekosistem
yang meliputi: Antara komponen biotic, Antara komponen biotik dan
abiotik dan Ketergantungan antara Produsen, Konsumen, dan Pengurai
Peranan ekosistem bagi kehidupan dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang pada awalnya
disertai dengan pemberian permasalahan-permasalahan kontekstual
55
yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Guru membagi siswa
menjadi 6 kelompok dan membagikan lembar kerja siswa pada masing-
masing kelompok untuk didiskusikan. Siswa mulai berdiskusi,
mengumpulkan sumber pemecahan masalah dan mengumpulkan
informasi selengkap-lengkapnya. Setiap siswa dalam kelompok
berpartisipasi dalam kegiatan diskusi kelompok yang hasilnya akan
dipresentasikan di depan kelas. Guru membimbing siswa dalam
menyajikan hasil kerja di depan kelas. Pada saat presentasi kelompok,
diberikan waktu yang digunakan untuk tanya jawab antara kelompok
presentator dengan siswa kelompok lainnya. Pada sesi tanya jawab
inilah siswa akan berpendapat, berargumen, bertanya dan menjawab
pertanyaan yang akan menambah partisipasi dan keaktifan berdiskusi
siswa. Kemudian guru membantu siswa mengkaji ulang hasil
pemecahan masalah.
Tahap penutup dengan durasi 5 menit, Guru meminta kepada
siswa untuk mengumpulkan semua lembar soal yang sudah dikerjakan.
Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi
yang dipelajari pada hari ini. Guru memancing siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada kesimpulan tentang materi
pada hari ini dan tidak lupa pula guru memberi tahu siswa bahwa pada
pertemuan selanjutnya akan dilaksanaka ujian. Guru mengakhiri
pembelajaran dengan berdoa dan memberikan motivasi kepada siswa.
56
4) Pertemuan Keempat
Pertemuan keempat pada hari kamis , 4 Febuari 2017. Pertama
yang akan dilaksanakan adalah tahap pendahuluan. Kegiatan diawali
dengan mengucapkan salam yang dijawab serempak oleh siswa.
Selanjutnya mengabsensi siswa kemudian mengajukan pertanyaan
tentang kesiapan siswa tes hari ini.
Pada pertemuan kali ini, guru melakukan tes untuk megetahui
hasil pembelajaran yang telah dilakukan pada 3 pertemuan
sebelumnya. Tes dilaksanakan selama 60 menit dengan memberikan 5
butir soal tentang pemecahan masalah. Siswa melakukan persiapan
evaluasi dengan berdo‟a. Lalu guru memberikan instruksi agar semua
buku dimasukkan ke dalam tas.. Dilanjutkan peserta didik
mengerjakan soal evaluasi dengan tenang dan sungguh-sungguh. Guru
berkeliling mengawasi peserta didik mengerjakan soal.
Setelah siswa selesai mengerjakan soal, siswa diminta untuk
mengumpulkan lembar jawaban dan guru mengakhiri pertemuan
dengan salam.
57
c. Hasil Observasi Aktifitas Siswa dan Pengelolah Pembelajaran serta
Evaluasi Hasil Belajar Siswa
1) Hasil Observasi
a) Hasil Observasi Aktivitas Siswa siklus I
Untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran
pada siklus I, pada tabel 3.5 menjelaskan frekuensi dan persentase
aktivitas belajar siswa.
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I
No
Aktivitas Belajar Siswa
Presentase Frekuensi Siswa (fi)
%
Pertemuan ke 4 1 2 3
1 Siswa yang memperhatikan guru 18 17 20 50,92% 2 Siswa yang mencatat materi yang
disajikan 20 18 24 57,40%
3 Siswa menganalisis permasalahan yang diberikan guru
6
7
8
19, 44%
4 Siswa yang aktif berdiskusi 10 12 15 34,25% 5 Siswa yang aktif dalam kelas 16 19 23 53,70% 6 Siswa yang memberikan jawaban
dari pertanyaan guru 4 7 11 20,37%
7 Siswa yang mengemukakan pikiran
2 4 11 15,74%
8 Siswa yang menarik kesimpulan 3 4 7 12,96%
9 Siswa yang mengerjakan LKS 28 32 34 87,03
10 Siswa yang melakukan kegiatan lain dalam proses belajar mengajar berlangsung.
7
5
3
13,88%
Berdasarkan table 3.1 dapat diketahui aktivitas siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung adapun presentase frekuensi siswa yang
paling tinggi diatas 50% dari keaktifan siswa belajar yaitu 53,70% siswa
58
yang aktif di kelas; 57,40% siswa yang mencatat materi yang disajikan;
50,92% siswa yang memperhatikan peneliti.
2). Hasil Evaluasi Belajar Siswa
a). Deskriptif Hasil Belajar Biologi Siswa
Data mengenai hasil belajar Biologi siswa setelah penerapan
tindakan pada siklus I diperoleh melalui pemberian tes akhir siklus.
Adapun deskriptif secara kuantitatif skor hasil belajar Biologi siswa pada
siklus I dapat dilihat dari tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.2 Statistik Skor Hasil Belajar Biologi pada Siklus
Statistik Nilai Statistik Subyek 36 Skor ideal 100 Rata-rata 78,45 Median (me) 79 Modus 80 Skor Tinggi 95 Sekor terendah 54 Rentang Skor 35 Variansi 62,73 Standar Devisi 7,92
Berdasarkan tabel 3.2 diatas menunjukan bahwa nilai siswa yang
berpusat pada 78,45; dengan standar deviasi 7,92; data yang sering muncul
dari tes hasil belajar dilihat dari frekuensi yang paling tinggi yaitu 80;
median 79, ini berarti 50% siswa mendapat nilai diatas 80 dan 50% siswa
mendapat nilai dibawah 80 diperoleh pula nilai tengah kuadrat simpangan
dari nilai tengah atau rata-rata kuadrat (varians) yaitu 62,73. Apabila skor
belajar Biologi siswa dikelompokan ke dalam lima kategori berdasarkan
59
pengkategorian, maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan
pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 distribusi frekuensi skor hasil belajar Biologi siswa pada siklus I
Skor Kategori Frekuensi Presentase
90 – 100 Sangat Tinggi 3 8,3%
75 – 89 Tinggi 24 66,7%
55 – 74 Sedang 7 19,4%
40 – 54 Rendah 2 5,5%
0 – 39 Sangat rendah 0 0%
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa terdapat dari 36 siswa kelas XB
SMA Negeri 2 Bolo yang diajar melalui model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) terdapat 3 orang atau 8,3% yang memiliki tingkat
hasil belajar yang dikategorikan sangat tinggi; 24 orang atau 66,7% pada
kategori tinggi; 7 orang atau 19,4% pada kategori sedang; 2 orang atau
5,5% pada kategori rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata
hasil belajar siswa yang diajar melalui model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) berada pada kategori sedang. Skor belajar Biologi
siswa dikelompokan kedalam kriterian ketuntasan belajar pada siklus I
dapat dilihat dari tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Deskripsi ketuntasan belajar Biologi siswa pada siklus I
Skor Kategori Frekuensi Presentase
0 – 74 Tidak tuntas 9 25,0 %
75 – 100 Tuntas 27 75,0%
60
Distribusi ketuntasan belajara Biolgi siswa pada siklus I
menunjukan bahwa dari 36 siswa kelas XB SMA Negeri 2 Bolo,
ketuntasan hasil belajar Biologi siswa setelah menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu ketuntasan hasil
belajar siswa yang masuk dikategorikan tuntas 27 orang siswa dengan
presentase 75%, artinya pada siklus I ketuntasan belajar siswa cukup
tercapai, karena secara klasikal presentase jumlah siswa yang masuk
dalam kategori tuntas mencapai 85%.
a. Refleksi terhadap Pelaksanaan dalam pembelajaran Biologi pada siklus I
Pada siklus I ini pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pemecahan masalah belum terlaksana dengan baik. Tujuan dari
penerapan pembelajaran dengan model Problem Based Learning untuk
meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan hasil tes belum sesuai
dengan harapan peneliti. Persentase ketuntasan yang diperoleh belum
mencapai target yang ditetapkan peneliti yaitu 85% .
Berdasarkan observasi diketahui bahwa pelaksanaan
pembelajaran belum berjalan sesuai rencana tindakan. Pada siklus ini
ditemukan kendala-kendala sebagai berikut:
(1) Suara guru kurang keras.
(2) Sebagian siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran.
(3) Siswa masih kurang berani dalam memberikan pendapat ketika
siswa dari kelompok lain mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas.
61
(4) Perhatian guru kepada kelompok peserta didik dalam pembelajaran
kurang merata. Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik
yang kurang aktif perlu ditingkatkan.
(5) Ada beberapa siswa yang kurang bekerja sama dengan sesama
anggota kelompok masing-masing
Dari hasil refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Prolem Based
Learning (PBL) belum mencapai target yang telah ditetapkan. Agar dapat
mencapai target maka untuk itu perlu adanya perbaikan ulang mengenai
perencanaan yang nantinya akan digunakan dalam pembelajaran pada siklus
II. Hal-hal yang perlu diperbaiki berdasarkan kendala-kendala yang ditemukan
antara lain:
(1) Guru harus lebih komunikatif dalam mengajar.
(2) Guru akan lebih banyak berkeliling memantau kinerja siswa dalam proses
pembelajaran.
(3) Guru akan membantu peserta didik untuk menumbuhkan percaya dirinya
dengan memberikan motivasi untuk lebih aktif.
2. Deskripsi Pembelajaran pada siklus II
Siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Tiga kali
pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes
siklus.
62
a. Perencanaan Siklus II
Pada perencanaan ini berisi tentang rencana-rencana yang akan di
lakukan, serta rencana-rencana yang telah disesuaikan dengan hasil
refleksi pada siklus I. Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi:
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai
materi yang akan diajarkan. RPP disusun sesuai dengan langkah-
langkah pelaksanaan model pembelajaran Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
b) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa. Untuk mengerjakan LKS siswa
dibentuk dalam kelompok-kelompok.
c) Menyusun lembar observasi untuk melihat kondisi kelas dengan
mengamati keterampilan siswa selama proses pembelajaran.
d) Menyiapkan soal tes akhir siklus II.
b. Pelaksanaan
1. Pertemuan ke lima
Proses pembelajaran pada pertemuan ke lima dilaksanakan
pada tanggal 10 Maret 2017, sebelum memulai pembelajaran guru
mempersiapkan dan mengecek siswa untuk memulai pembelajaran
dengan memberikan motivasi terlebih dahulu kepada siswa dan
menjelaskan pengertian ekosistem, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa dapat menjelaskan
pengertian ekosistem.
63
Pada pertemuan ini guru menceritakan kepada siswa
pentingnya belajar ekosistem serta memahami materi, guru
menjelaskan materi dan siswa menyimak dan menyalin materi
yang dijelaskan oleh guru dengan baik. Setelah guru menjelaskan
materi kepada siswa, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai materi yang sudah dijelaskan. pemateri
memberikan latihan kepada siswa yang telah disiapkan untuk
siswa dan guru memberikan bimbingan. Sementara siswa
mengerjakan latihan lembar kerja siswa guru mengajukan
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir dan
mancari informasi yang dibutuhkan untuk menemukan jawaban
dari permasalahan yang diberikan. Setelah siswa mengerjakan
latihannya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menuliskan hasil kerjanya didepan kelas, setelah itu guru
memberikan kesempatan untuk mengumpulkan tugas siswa yang
telah dikerjakan dimeja guru.
Pada pertemuan tersebut hasil pengamatan guru diantaranya
semua siswa sudah aktif melaksanakan tugas secara keseluruhan,
namun belum sempurna. Rangkuman yang dibuat sudah
menyeluruh dan lebih sistematik. Pertanyaan yang dimunculkan
sudah lebih banyak dan bervariasi. Sebagian besar siswa sudah
aktif mengerjakan soal-soal yang diberikan meskipun belum
seluruhnya benar. Dalam partisipasi mengawali pembelajaran,
64
semua siswa aktif dan tertib mengikuti pembelajaran. Pada
saatpeneliti melakukan Tanya jawab dengan pemanfaatan situasi
sebagian besar siswa aktif dan terampil menyampaikan pendapat
dan memecahkan masalah dalam partisipasi pada proses belajar,
siswa yang belum aktif sudah menunjukan adanya peningkatan.
Dalam mempersentasikan hasil pekerjaannya sudah merata
meskipun belum seluruhnya, dan dalam menutup semua siswa
rangkuman menyeluruh dan sistematik.
2. Pertemuan ke enam
Pembelajaran pada pertemuan ke enam siklus II pada
tanggal 11 Maret 2017, guru bertugas sebagai observer rmemasuki
ruangan kelas, setelah memberi salam guru menyiapkan siswa dan
berdoa terlebih dahulu sebelum proses belajar mengajar
berlangsung, setelah itu guru melakukan observasi dan mengabsen
kehadiran siswa.
Guru bertanya kepada siswa mengenai materi yang sudah
dijelaskan sebelumya pada pertemuan pertama, setelah meriview
pelajaran sebelumnya guru melanjutkan pembelajaran dengan
membahas kelanjutan materi yaitu menentukan ekosistem dan
saling hubungan antara komponen.
Proses pembelajaran pada pertemuan tersebut yaitu siswa
mulai memperhatikan pembelajaran hal ini dilihat dari keaktifan
siswa dalam menerima tugas semua siswa sudah aktif
65
melaksanakan tugas secara keseluruhan, namun belum sempurna.
Rangkuman yang dibuat sudah menyeluruh dan lebih
sistematik.Pertanyaan yang dimunculkan sudah lebih banyak dan
bervariasi.Sebagian besar siswa sudah aktif mengerjakan soal-soal
meskipun belum seluruhnya benar. Dalam partisipasi mengawali
pembelajaran, semua siswa aktif dan tertib mengikuti
pembelajaran. Pada saat guru melakukan tanya jawab dengan
pemanfaatan benda-benda sekitar, sebagian besar siswa aktif dan
terampil menyampaikan pendapat dan memecahkan masalah.
Dalam partisipasi pada proses pembelajaran/diskusi, masing-
masing siswa tampak aktif bekerja, siswa yang belum aktif sudah
menunjukkan adanya peningkatan. Dalam mempresentasikan hasil
pekerjaannya sudah merata meskipun belum seluruhnya. Dalam
menutup pembelajaran, semua siswa menulis rangkuman
menyeluruh dan sistematik. Seluruh siswa membuat pajangan
mandiri. Dalam menerima tugas berikutnya, hampir seluruh siswa
bersemangat dan perhatian.
3. Pertemuan ke tujuh
Pertemuan ke tujuh yaitu pada tanggal 17 Maret 2017, pada
pertemuan ini,guru sebagai observer mengadakan evaluasi dengan
menggunakan instrument penelitian yang sudah disiapkan (terlampir).
Waktu yang ditentukan dalam pertemuan ini adalah 2 x 45 menit atau
dua jam pelajaran.
66
c. Hasil observasi aktivitas siswa dan pengelolah pembelajaran serta evaluasi
hasil belajar siswa
1) Hasil Observasi
a) Hasil observasi aktivitas siswa
Untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada
siklus II, pada tabel 3.5 menjelaskan frekuensi dan presentase aktivitas
belajar siswa.
Tabel 3.5 Distribusi frekuensi hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II
No
Aktivitas Belajar Siswa
Presentase Frekuensi Siswa (fi)
%
Pertemuan ke
V VI VII
1 Siswa yang memperhatikan guru 28 31 S I K L U S II
81,94% 2 Siswa yang mencatat materi yang
disajikan guru 28 33 84,72%
3 Siswa yang mengajukan pertanyaan terkait materi
30 32 86,11%
4 Siswa yang aktif mengerjakan contoh soal yang diberikan
30 33 58,33%
5 Siswa yang aktif dalam kelas 30 33 58.33% 6 Yang menjawab pertanyaan dari guru 26 27 73,61% 7 Siswa yang mengemukakan pikiran 12 14 36,11%
8 Siswa yang mengerjakan LKS 34 35 95,83% 9 Siswa yang melakukan kegiatan lain
dalam proses belajar mengajar berlangsung.
3 2 6,94%
Tabel 3.5 tentang distribusi frekuensi hasil observasi aktivitas siswa
pada siklus II dapat diketahui bahwa persentase siswa yang paling tinggi
67
aktivitas siswa yaitu 86,11% Siswa yang mengajukan pertanyaan terkait
materi; 84,72% Siswa yang mencatat materi yang disajikan guru; 81,94%
Siswa yang memperhatikan guru; 58,33% siswa yang mengajukan pertanyaan
dan siswa yang aktif dalam kelas; 73,61% siswa yang menjawab Pertanyaan
dari guru; 36,11% Siswa yang mengemukakan pikiran; 43,05% siswa yang
aktif menarik kesimpulan; dan 6,94% Siswa yang melakukan kegiatan lain
dalam proses belajar mengajar berlangsung. Ini berarti aktivitas belajar siswa
pada siklus II lebih meningkat dari siklus I dan keseluruhan siswa di kelas X
SMA Negeri 2 Bolo aktif dalam proses belajar mengajar.
2) Hasil evaluasi belajar siswa
a). Deskripsi hasil belajar biologi siswa
Data mengenai hasil belajar Biologi siswa setelah penerapan
tindakan pada siklus II diperoleh melalui pemberian tes akhir siklus.
Adapun deskriptif secara kuantitatif skor hasil belajar Biologi siswa pada
siklus II dapat dilihat dari tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.6 Statistik Skor Hasil Belajar Biologi Siswa pada Sklus II Statistik Nilai Statistik
Subyek 36 Skor ideal 100 Rata-rata 80,5 Median (me) 80 Modus 80 Skor Tinggi 100 Sekor terendah 70 Rentang Skor 30 Variansi 44,26 Standar Devisi 6,65
68
Statistik yang ditunjukan pada tabel 3.6 diatas membahas tentang
statistik deskriptif, yang berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui
bahwa dari 36 jumlah siswa kelas XB SMA Negeri 2 Bolo setelah
diterapkan Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), nilai
siswa rata-rata 80,5; dengan standar deviasi 6,65; data yang sering muncul
dari tes hasil belajar dilihat dari frekuensi yang paling tinggi yaitu 80, ini
berarti 50% siswa mendapat nilai diatas 80 dan 50% siswa mendapat nilai
dibawah 80, diperoleh nilai tengah kuadrat simpangan dari nilai tengah
atau rata-rata kuadrat (variance) yaitu 44,26.
Apabila skor belajar Biologi siswa dikelompokan kedalam lima
kategori berdasarkan pengkategorian SMA Negeri 2 Bolo, maka diperoleh
distribusi frekuensi skor seperti yang ditunjukan pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Distribusi frekuensi skor hasil belajar Biologi siswa pada siklus II.
Skor Kategori Frekuensi Presentase
90 – 100 Sangat Tinggi 5 13,9%
75 – 89 Tinggi 26 72,2%
55 – 74 Sedang 5 13,9%
40 – 54 Rendah 0 0%
0 – 39 Sangat rendah 0 0%
Tabel 3.7 menunjukkan bahwa dari 36 siswa kelas XB SMA
Negeri 2 Bolo yang diajar melalui model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terdapat 5 orang atau 13,9% yang memiliki tingkat hasil
belajar yang dikategorikan sangat tinggi; 26 orang atau 72,2% pada
kategori tinggi; 5 orang atau 13,9% pada kategori sedang dan 0% siswa
69
pada kategori rendah dan sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajar melalui model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berada pada kategori tinggi.
Skor belajar Biologi siswa dikelompokan kedalam kriterian
ketuntasan belajar pada siklus II dapat dilihat dari tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Deskripsi ketuntasan belajar Biologi siswa pada siklus II
Skor Kategori Frekuensi Presentase
0 – 74 Tidak tuntas 5 13,9 %
75 – 100 Tuntas 31 86,1%
Tabel 3.8 Distribusi ketuntasan belajara Biologi siswa pada siklus
II menunjukan bahwa dari 36 siswa kelas X SMA Negeri 2 Bolo,
ketuntasan hasil belajar Biologi siswa setelah menerapkan model Problem
Based Learning (PBL) yaitu ketuntasan hasil belajar siswa yang masuk
dikategorikan tidak tuntas 5 orang siswa dengan presentase 13,9%, dan
yang masuk dalam kategori tuntas adalah 31 orang siswa dengan
presentase 86,1% , artinya pada siklus II ketuntasan belajar siswa sudah
tercapai karena secara klasikal presentase jumlah siswa yang masuk dalam
kategori tuntas sudah mencapai 85%.
a. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes hasil siklus I, hasil
belajar siswa sudah meningkat begitu pula dengan aktivitas belajar
siswa sudah meningkat. Adapun refleksi dari proses pembelajaran pada
70
siklus I yang dijadikan perbaikan pada proses pembelajaran
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1) Peneliti menghimbau kepada siswa untuk mempelajari materi dari
buku lain yang berkaitan materi yang akan diajarkan.
2) Peneliti memberikan penguatan positip kepada siswa, sehingga
siswa memiliki semangat mengerjakan tugas berikutnya.
3) Peneliti mengkondisikan suasana belajar sehingga siswa tidak
takut bertanya, mengungkapkan pendapat, dan menyampaikan
kesulitannya.
4) Peneliti memberikan bimbingan dalam diskusi kelas sehingga
siswa terlibat aktif dalam proses belajar.
5) Peningkatan Hasil Belajar dari siklus I ke siklus II antara lain:
Selanjutnya pada tabel 3.15 akan menggambarkan perbandingan
belajar Biologi setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dalam proses pembelajaran siklus I dan siklus II.
Tabel 3.9 Distribusi frekuensi dan presentase skor hasil belajar Biologi siswa pada siklus I dan siklus II
No Skor Kategori Frekuensi Presentase
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
1 90 – 100 Sangat tinggi 3 5 8,3% 13,9%
2 75 – 89 Tinggi 24 26 66,7% 72,2%
3 55 – 74 Sedang 7 5 19,4% 13,9%
4 40 – 54 Rendah 2 0 5,5% 0%
5 0 – 39 Sangat rendah 0 0 0% 0%
71
Berdasarkan table 3.9 diatas ketuntasan belajar Biologi siswa
berdasarkan skor hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.10 Distribusi ketuntasan Belajar Biologi Siswa pada siklus I dan siklus II
Skor Kategori Frekuensi Presentese
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
0-74 Tidak tuntas 9 5 25,0% 13,8%
75-100 Tuntas 27 31 75,0% 86,1%
Tabel 3.10 diatas menunjukan bahwa dari 36 jumlah siswa kelas X
SMA Negeri 2 Bolo, setelah diterapkan Model Problem Based Learning
(PBL) pada siklus 1, ketuntasan hasil belajar siswa yang masuk dalam
kategori belum tuntas yaitu 9 orang siswa atau 25,0% dan yang masuk
dalam kategori tuntas 27 orang siswa atau 75,0%, artinya pada siklus I
ketuntasan belajar siswa belum tercapai karna secara klasikal jumlah
ketuntasan siswa belum mencapai minimal 85%. Pada siklus II ketuntasan
belajar siswa yang masuk dalam kategori belum tuntas hanya ada 5 orang
dengan presentase 13,9%, ketuntasan belajar siswa yang masuk dalam
kategori tuntas 31 0rang siswa dengan presentase 86,1%, artinya pada
siklus II terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa, karena secara
klasikal siswa telah mencapai 86,1% dengan rata-rata 80,5.
B. Pembahasan
Dalam penelitian ini model pembelajaran yang di gunakan adalah
Problem Based Learning yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
72
siswa dalam belajar Biologi. Tujuan penggunaan model Problem Based
Learning (PBL) adalah untuk meningkatkan hasil belajar Biologi siswa
kelas XB SMA Negeri 2 Bolo pada materi ekosistem. Kelebihan model
pembelajaran PBL yaitu siswa memperoleh pengalaman praktis, kegiatan
belajar lebih menarik sehingga tidak membosankan bahan pengajaran lebih
dihayati dan dipahami oleh para siswa, siswa dapat belajar dari berbagai
sumber, interaksi sosial antar peserta lebih berkembang, siswa belajar
melakukan analisis dan sintesis secara simultan serta membiasakan siswa
berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah57.
Pada pembelajaran konvensional, sistem pembelajaran cenderung
berpusat pada guru (teacher centered). Guru lebih mendominasi kegiatan
pembelajaran sehingga hanya guru yang aktif sedangkan siswa hanya pasif
menerima materi. Pada kegiatan pembelajaran seperti itu, akan muncul
masalah-masalah dalam proses pembelajaran. Seperti, kurangnya
partisipasi siswa, kurangnya minat belajar dan mengerjakan tugas, malu
bertanya maupun mengungkapkan pendapat, kurang memahami materi
yang diberikan guru, bersifat individu satu sama lain, siswa menjadi bosan
dan menganggap pelajaran biologi tidak bermanfaat dan sulit. Sikap siswa
yang memandang palajaran biologi membosankan, tidak bermanfaat dan
sulit bisa jadi karena mereka tidak mengetahui manfaat materi yang
57 Nana Sudjana, CBSA Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar
(Bandung: Sinar Baru, 1996), h. 93.
73
dipelajarinya atau mereka tidak dapat melihat keterkaitan materi yang
dipelajarinya dengan kondisi nyata yang dihadapinya.58
Dari permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kualitas
pembelajaran harus ditingkatkan. Perlu dilakukan upaya untuk menciptakan
proses pembelajaran yang inovatif dan menuntut siswa berpikir kreatif
sehingga proses pembelajaran lebih optimal dan hasil belajar siswa
meningkat. Model pembelajaran yang cocok berdasarkan permasalahan
tersebut yaitu Problem Based Learning (PBL).
Problem based learning adalah pembelajaran inovatif yang berpusat
pada siswa (student centered). Problem Based Learning membantu siswa
mengembangkan kemampuan kognitif seperti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, memecahkan masalah dan kemampuan komunikasi.59 Proses
pembelajaran ini mendorong siswa lebih aktif karena siswa dihadapkan
pada masalah autentik (nyata) yang kemudian diselesaikan dengan
penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah. Siswa belajar dengan memecahkan masalah dan direfleksikan
pada pengalaman mereka.60 Guru adalah fasilitator yang mendukung dan
memodelkan proses penalaran, memfasilitasi kelompok proses dan
dinamika hubungan antar individu, menyelidiki pengetahuan siswa lebih
58Sahetta Saragih, “Penerapan Problem-Based Learning Dengan Pendekatan Kontekstual
Pada Pembelajaran Matematika”, Jurnal Forum kependidikan, Vol. 27, No. 1 (2007): h. 3.
59 Halizah Awang dan Ishak Ramly, “Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom”, International Journal of Human and Social Sciences 3:1 (2008): h.18.
60 Cindy E. Hmelo dan Silver, “Problem-Based Learning: What and How Do Student Learn?”, Educational Psychology Review, Vol.16, No.3 (2004): h. 2.
74
mendalam, dan tidak pernah menyisipkan atau memberikan jawaban
langsung pada pertanyaan.61
Penelitian dimulai dengan observasi awal dan diketahui bahwa
hasil belajar siswa di kelas tersebut masih rendah sehingga dilakukan
pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Kemudian disusun perencanaan
pembelajaran melalui siklus-siklus penelitian. Pelaksanaan penelitian tersiri
dari 2 siklus melalui tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang meliputi
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi.
1. Peningkatan aktivitas siswa kelas X SMA Negeri 2 Bolo dari siklus I ke
siklus II.
Hasil analisis secara kualitatif aktivitas siswa kelas X SMA Negeri
2 Bolo dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Jika
dibandingkan, hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II
presentase rata-rata jumlah siswa yang memperhatikan guru dari 50,92%
menjadi 81,94%. Presentase siswa yang mencatat materi yang diberikan
dari 57,40% menjadi 84,72%. Siswa yang aktif mengerjakan contoh soal
yang diberikan dari 19,44% menjadi 86,11%, Siswa yang aktif dalam
kelas dari 53,70% menjadi 58,33%, Memberikan jawaban dari pertanyaan
peneliti dari 20,37% menjadi 73,61%, siswa yang mengemukakan pikiran
dari 15,74% menjadi 36,11% , aktif mengerjakan LKS 87,03% menjadi
95,83%, aktif menarik kesimpulan dari 12,96% menjadi 43,05%, dan
61 Woei Hung, dkk, “Problem-Based Learning”, Journal International (2008).
75
presentase yang melakukan kegiatan lain dalam proses belajar mengajar
berlangsung yaitu 13,88% menjadi 6,94%.
Peningkatan mutu proses dan hasil belajar Biologi siswa kelas X
SMA Negeri 2 Bolo secara kualitatif menunjukan bahwa proses
pembelajaran dengan diterapkan model Problem Based Learning (PBL)
sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
2. Peningkatan Ketuntasan Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 2
Bolo .
Berdasarkan analisis deskriptif hasil belajar biologi siswa kelas X
SMA Negeri 2 Bolo, diperoleh ketuntasan hasil belajar biologi pada siklus
I setelah menerapkan model Problem Based Learning (PBL) . Ketuntasan
belajar yang diperoleh siswa yaitu untuk kategori jumlah siswa yang tidak
tuntas pada siklus I ada 9 orang siswa dengan presentase 25,0%,
sedangkan jumlah siswa yang tuntas pada hasil siklus I ada 27 orang siswa
dengan presentase 75,0%.
Ketidak tuntasan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa
aktivitas siswa yang tidak mendukung dalam proses pembelajaran,
diantaranya adalah dalam menerima tugas, semua siswa belum aktif
melaksanakan tugas secara keseluruhan, Siswa belum lebih aktif dan benar
dalam mengerjakan soal. Dalam partisipasi mengawali pembelajaran,
semua siswa belum aktif mengikuti pembelajaran dengan tertib. Pada saat
guru melakukan tanya jawab dengan pemanfaatan benda-benda sekitar,
siswa belum terampil dalam mengungkapkan pendapat dan menyelesaikan
76
masalah. Dalam partisipasi pada proses pembelajara, dalam
mempresentasikan hasil pekerjaannya masih malu untuk mengajukan
pendapatnya. Dalam menutup pembelajaran, sebagian besar siswa sudah
menulis rangkuman lebih menyeluruh dan sistematik.Sebagian besar siswa
membuat pajangan dengan lebih mandiri dan menarik, namun beberapa
siswa tidak memanfaatkan waktu dengan baik.Hal ini juga mempengaruhi
hasil belajar siswa yang hanya mencapai rata-rata 78,45 dengan standar
deviasi 7,92.
Secara kuantitatif terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar
matematika siswa kelas X SMA Negeri 2 Bolo setelah penerapan Model
Problem Based Larning (PBL), hasil analisis kuantitatif pada penelitian ini
menunjukan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar yang signifikan
dari siklus I ke siklus II pada proses pembelajaran yang diterapkan Model
pemblajaran Problem Based Learning (PBL). Pada siklus II ketuntasan
belajar yang dicapai oleh siswa sebanyak 5 orang yang masuk dalam
kategori tidak tuntas dengan presentase 13,9%, sedangkan jumlah siswa
yang masuk dalam kategori tuntas adalah 31 orang atau dengan presentase
adalah 86,1%. Untuk kategori tuntas antara siklus I dan II mengalami
peningkatan yaitu sebesar 11,1%.
Peningkatan ketuntasan belajar siswa dipengaruhi oleh keaktifan
siswa selama proses pembelajaran pada siklus II. Hasil belajar yang diraih
oleh siswa pada siklus II dengan nilai rata-rata mencapai 80,5% nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 70 nilai tengah (median) adalah 80 dan
77
nilai sering muncul (modus) adalah 80 dengan standar deviasi 6,65 dan
varians 44,26.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
` Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dalam proses belajar biologi
siswa kelas X SMA Negeri 2 Bolo, dapat disimpulkan bahwa :
Pembelajaran melalui model Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran, hal ini
dintunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke
siklus II dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Bolo pada meteri
ekosistem dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar Biologi siswa
adalah 78,45, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar biologi
siswa adalah 80,5. selain itu jika dilihat dari presentasi ketuntasan secara
individu hanya mencapai 80,5 sedangkan pada siklus II mengalami
peningkatan yaitu 86,1%yang tuntas.
79
B. Saran
Peneliti menyampaikan beberapa saran kepada guru, siswa, dan
pihak sekolah sebagai berikut.
1. Kepada guru biologi tingkat SMA Negeri 2 Bolo, diharapkan
menerapkan pembelajaran dengan model Problem Based Learning
(PBL) dalam mengajari peserta didik.
2. Siswa diharapkan selalu aktif bertanya, menyampaikan permasalahan
yang berkaitan dengan materi pembelajaran sehingga guru dapat
memberikan solusi yang tepat dalam rangka mengatasi kesulitan
belajarnya.
3. Sekolah hendaknya memberikan kesempatan dan fasilitas kepada guru
untuk mengadakan penelitian. Dengan demikian guru akan termotivasi
untuk melakukan penelitian, sehingga dapat menemukan model
pembelajaran yang tepat untuk siswa dan sesuai dengan kurikulum.
80
DAFTAR PUSTAKA
Arikinto, dkk. Evaluasi Perogram Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi
Praktisi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007
Arifin Zamal, Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2009
Arif Muhammad, Dasar- Dasar Statistik Pendidikan. 2004
Anna Poedjiandi, Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual
Bermakna Niai. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
Aqib, Zainal. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual(
Inovatif). Bandung: Yrama Widya, 2013.
Bahri Siful, Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2000.
Bahri Syafu, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Binadja A, Hakekat dan Tujuan Pendidikkan SETS. Semarang: Rineka Cipta,
1999.
Budimansyah, Model Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah, Bandung:
Ganesindo, 2003.
Candy E. Hmelo dan Silver, . Problem Based Learning: What and Hao Do Student
Learn, Educationa, journal of. Psyhology Reviuw, Vol. 16, No. 3 Januari:
2004
Cholid. M. Drs, Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Daryanto. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta : AV
Publisher, 2009
81
Dimiyanti, dkk,Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
G. S. Selcuk, “The Effects of Problem Based Learning on Pre-service Teachers”
Achievement, Approaches and Atitudes Towarsds Learning Physics,”
hysical Sciences, Internasional ournal of Physical, Vol 5 (6), Desember,
2010.
Hardini Isriani, Dewi Puspitasari, Strategi pembelajaran Terpadu. Yogyakarta:
Familia, 2012
Hadi Sutriano, Metodelogi Research. Yogyakarta: Fakultas Universitas Gajah
Mada, 1984
Hafizah Awang, dkk. Crative Thingking Skill Approach Trough Problem Based
Learning: Pedagogi and Practice in the Engineering Classroom,
International Journal of Human and social 3:1 .2008
Kamandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Perss, 2011.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru Jakarta Rjawali Pers, 2011.
Ika Kurniati, Penerapan Model Problem Based Learning Unuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Biologi Siswa Kelas VIIIB MTS
Muhammadiyah Syahada, Skripsi Makasar:2016.
Mahmud. H, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011.
Mustan Muh Khalifah, Dimensi-Dimensi Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta,
2001.
82
Oemar Hamaliki, Kurukulum dan Pembelajaran, Bandung: Bumi Aksara, 2007.
Praseptian Ariona, Strategi Pembelajaran Berbasisi Masalah. Lampung: Bandar
Lampung.
Rachartd 1, Arendi, Learning to Teach, terj. Helly Prajitmo Soetjipto dan
Srimulyantitini Soetjipto, Learning Teach, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.
Rochamawati, Penerapan Model Pembelajaran Biologi Berwawasan SETS.
Bandung: Sarana Karya, 2000.
Sahetta Saragih, “Penerapan Problem-Based Learning Dengan Pendekatan
Kontekstual Pada Pembelajaran Matematika”, Jurnal Forum kependidikan, Vol.
27, No. 1. 2007
Suciati, dkk, Materi pokok Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas
terbuka, 2007
S. Sadirman Arif, Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 1984
Sagal Syaiful , Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan Membantu
Mengatasi Kesulitan Guru Memberi Layanan Belajar, Bandung: Alfabeta,
2010
Suherman, Erman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, 2003.
Sudjono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004.
83
Sudjana Nana, CBSA Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar Baru, 1996.
Sugiyono, Metode Penelitain Kuantitatif dan R&B, Bandung: Algabeta, 2010.
Syaifudin Iskandar. Dr, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Kencana, 2000
Syaiful. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2000
Syah Muhibin, Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2012
Sudjana Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2000.
Syah Budiman, Model Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah.
Bandung:Ganesindo, 2003
Sulastri Sri, Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Aplikasi. Surabaya, 20012
Sudijino Anas, Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004
Susanti Suci, Penerapan Model Pembelajaran PBL Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 16 Makasar, Sripsi:
Makasar, 2016
Sholahuddin, A.. Pemberdayaan Mata Pelajaran IPA dalam Upaya
Menumbuhkembangkan Sikap Positif terhadap Lingkungan. Jakarta: http:
//www.tutor.com. My/tutor/content.asp.28 Desember 2004.
Sudjana Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Barub
Algesindo, 2004.
84
Suprijono Agu, Cooperatife Learning Teori dan Aplikasi PBL, Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2012.
Taufiq. M, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Jakarta:
Prenamedia Group,
Tiro Arif Muhammad, Dasar-Dasar Statistika. Bandung:Andira Publisher, 2000.
Tataq Yuli Eko Saswono”Meningkatan Hasil Belajar Melalui Pengajuan Masalah
(Problem Posing”, Official Website Of Tataq Yuli Eko
Saswono.http://tatagyes.wordpers.com/2019/11/paper04_memecahakanma
saah2.pdf (20 Desember 2015
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inofatif Progresif, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2005
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Strategi dan Implementasi dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.
Trianto, Model Pembelajaran Terepadu Konsep, Strategi dan Implementasi
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2010.
Ulfa Latifa, Penerapan Model PBL Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas V Pada Pelajaran IPA Di MI Muhammadiah 6 Syuhadah Kalukung,
Skripsi: Makasar, 2016.
Wiyono Eko, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Indonesia: Palanta, 2007), h.
214.
Woei Hung, dkk, “Problem-Based Learning”, Journal International. 2008
85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
86
Analisis Nilai Pada Siklus I
Mata Pelajaran : Biologi
Tahun Pelajran : 2016/2017
Standar Kopetensi :
Klas : X/B
No
Nama Sisw
Skor yang
dicapai
Jumlah
Skor
%
Kercap
aian
Ketuntasa
Ket
Sislis 1 Ya Tidak
1. Ahmad Mulyadi 80 80 80% Ya Tuntas
2. Adi Muhammad 80 80 80% Ya Tunta
3. Andrio Irawan 85 85 85% Ya Tuntas
4. Sausan 70 70 70% Tidak Tidak
5. WindaNurul 90 90 90% Ya Tuntas
6. Budiarti 75 75 75% Ya Tuntas
7. Dayu Selfina 80 80 80% Ya Tuntas
8. Devi Sulistriana 85 85 85% Ya Tuntas
9. Delvi Stalnim 90 90 90% Ya Tuntas
10. Dian Pertiwi 90 90 90% Ya Tuntas
11. Edi Kurniwan 80 80 80% Ya Tuntas
12. Haryadi 80 80 80% Ya Tuntas
13. Sukardin 100 100 100% Ya Tuntas
14. Laila Nila Sari 80 80 80% Ya Tuntas
15. M. Fikri Hidyat 85 85 85% Ya Tuntas
16. Sutarman Susant 70 70 70% Tidak Tidk
17. M. Ardiasah 80 80 80% Ya Tuntas
18. Mira Wati 85 75 75% Ya Tuntas
19. Mila Susmita 55 55 55% Tidak Tidak
20. M. Khirul 74 74 74% Tidak Tidak
87
21. Nurjanah 89 89 89% Ya Tuntas
22. Rita Putriana 75 75 75% Ya Tuntas
23. Sint Dewi 55 55 55% Tidak Tidak
24. Sri LidiaWati 80 80 80% Ya Tunta
25. Sri Rahma Wti 80 80 80% Ya Tunta
26. Tika Ulianasari 75 75 75% Ya Tuntas
27. Yudi Supian 55 55 55% Tidak Tidak
28. Yulia Apriani 75 75 75% Ya Tuntas
29. Yunita Faryanti 75 75 75% Ya Tuntas
30. Novita Sari 70 70 70% Tidak Tidak
31. Ogi Irawan 80 80 80% Tidak Tidak
32. Aan Saputra 80 80 80% Ya Tuntas
33. Hirul Ansar 80 80 80% Ya Tuntas
34. Nasaruddin 80 80 80% Ya Tuntas
35. Jama‟al Anggra 80 80 80% Ya Tunts
36. Ramli 40 40 40% Tidak Tidak
Analisis Nilai Pada Siklus II
Mata Pelajaran : Biologi
88
Tahun Pelajran : 2016/2017
Standar Kopetensi :
Klas : X/B
No
Nama Sisw
Skor yang
dicapai
Jumlah
Skor
%
Kercap
aian
Ketuntasa
Ket
Sislis 1 Ya Tidak
1. Ahmad Mulyadi 80 80 80% Ya Tuntas
2. Adi Muhammad 80 80 80% Ya Tunta
3. Andrio Irawan 85 85 85% Ya Tuntas
4. Sausan 75 75 75% Ya Tuntas
5. WindaNurul 90 90 90% Ya Tuntas
6. Budiarti 75 75 75% Ya Tuntas
7. Dayu Selfina 80 80 80% Ya Tuntas
8. Devi Sulistriana 85 85 85% Ya Tuntas
9. Delvi Stalnim 90 90 90% Ya Tuntas
10. Dian Pertiwi 90 90 90% Ya Tuntas
11. Edi Kurniwan 80 80 80% Ya Tuntas
12. Haryadi 80 80 80% Ya Tuntas
13. Sukardin 100 100 100% Ya Tuntas
14. Laila Nila Sari 80 80 80% Ya Tuntas
15. M. Fikri Hidyat 85 85 85% Ya Tuntas
16. Sutarman Susant 75 75 75% Ya Tuntas
17. M. Ardiasah 80 80 80% Ya Tuntas
18. Mira Wati 85 75 75% Ya Tuntas
19. Mila Susmita 60 60 60% Tidak
20. M. Khirul 75 75 75% Ya Tuntas
21. Nurjanah 89 89 89% Ya Tuntas
22. Rita Putriana 75 75 75% Ya Tuntas
23. Sint Dewi 60 60 60% Tidak Tidak
89
24. Sri LidiaWati 80 80 80% Ya Tunta
25. Sri Rahma Wti 80 80 80% Ya Tunta
26. Tika Ulianasari 75 75 75% Ya Tuntas
27. Yudi Supian 74 74 74% Tidak Tidak
28. Yulia Apriani 75 75 75% Ya Tuntas
29. Yunita Faryanti 75 75 75% Ya Tuntas
30. Novita Sari 75 75 75% Ya Tuntas
31. Ogi Irawan 80 80 80% Ya Tuntas
32. Aan Saputra 80 80 80% Ya Tuntas
33. Hirul Ansar 80 80 80% Ya Tuntas
34. Nasaruddin 80 80 80% Ya Tuntas
35. Jama‟al Anggra 80 80 80% Ya Tunts
36. Ramli 45 45 45% Tidak Tidak
90
Data Dokumemntasi SMA Negeri 2 Bolo
No
Data Dokumen Keterangan
Sudah Belum
1 Profil SMA Negeri 2 Bolo
2 Struktur organisasi SMA Negeri 2 Bolo
3 Data guru dan staf SMA Negeri 2 Bolo
4 Data siswa SMA Negeri 2 Bolo
5 Denah ruang SMA Negeri 2 Bolo
6 Foto proses pembelajaran
91
PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 2 BOLO Alamat : Jalan Lintas Sumbawa Sondosia Kec. Bolo Kab. Bima
PROFIL SEKOLAH 1. Identitas Sekolah :
a. Nama Sekolah : SMA NEGERI 2 BOLO b. Alamat Sekolah :
Provinsi : Nusa Tenggara Barat Kabupaten : Bima Kecamatan : Bolo Desa : Sondosia Jalan : Jln. Lintas Sumbawa Kode Pos : 84161 Telepon /Fax : - e-Mail : [email protected]
c. Keadaan Tanah Luas Bangunan : 0,80 Ha Pagar : 300 m Halaman Tanah Kosong : 20 are
d. Rekening Bank : Nomor Rekening : 0296697692 (Giro) Nama Bank : PT. Bank BNI Cabang Bima Alamat : Kota Bima Telp. : - Nama Pemegang Rekening : SMAN 2 Bolo / SURATMAN, SH /
SYARIFUDDIN, S.Pd Jabatan : Kepala Sekolah / Bendahara
2. Identitas Kepala Sekolah :
a. Nama Lengkap : Suratman, SH b. Pendidikan Terakhir : Sarjana Hukum, S1 ( Akta IV) c. Jurusan : Hukum Tata Negara
92
3. Tamatan (Dalam 3 Tahun Terakhir)
Tahun
Ajaran
Tamatan (%) Rata-rata Nem Siswa Yang Lanjut ke
Perguruan Tinggi
Jumlah Target Hasil Target Jumlah Target
2008/2009 - - -
2009/2010 - - -
2010/2011 - - -
2011/2012
2012/2013
2013/2014
4. Prestasi yang pernah dicapai oleh Sekolah (Akademik dan Non Akademik) a. Juara 2 Bola Volly Putra tingkat kecamatan tahun 2010 b. Juara 1 dan 2 Lomba mengarang cerpen Tk. Kabupaten Bimatahun 2012 c. Juara 2 Gerak jalan Santai tingkat Kecamatan Bolo dalam rangka Hari
ulang tahun Hari Ibu d. Juara 2 Lomba Ceramah Agama Tingkat Kab. Bima Tahun 2014 e. Juara 1 lomba Da‟I Tk. Kabupaten Bima Th. 2013 f. Juara Harapan III Mpama kadee Tk. Kab. Bima tahun 2012 g.Juara 1 lomba Da‟I tingkat Kabupaten Bima Th 2014 h.Juara 4 lomba Cerdas cermat 4 Pilar kehidupan berbangsa tahun 2014
5.Kondisi siswa 3 tahun terakhir
Tahun
Pelajaran
Jumlah Siswa Jumlah Rombongan belajar
Jumlah Kelas
X
Kelas
XI
Kelas
XII Jumlah Kelas X Kelas XI
Kelas
XII
2008/200
9
93 - - 93 3 - - 3
2009/201
0
90 108 - 198 3 3 - 6
2010/201
1
93 108 96 296 3 3 3 9
2011/201
2
134 95 105 334 3 4 3 11
2012/201
3
100 112 120 332 3 3 4 11
2013/201
4
109 112 115 336 3 3 4 10
2014/201
5
92 110 102 304 3 3 3 9
6.Kondisi Guru Ijazah Terakhir GT Guru Bantu Guru Honda GTT Jumlah
93
S1 23 - 3 46 72
D3 - - -
Jumlah 23 - 3 46 72
7.Kondisi Orang Tua
Pekerjaan Jumlah (%)
Pegawai Negeri Sipil 5
Anggota TNI / Polri 2
Pegawai Swasta 2
Petani 82
Wiraswasta 1
Nelayan 5
Lain-lain 1
Penghasilan Perbulan Jumlah ( % )
Rp. 200.000 3
Rp. 201.000 – Rp. 400.000 21
Rp. 401.000 – Rp. 600.000 60
Rp. 601.000 – Rp. 1.000.000 7
Diatas Rp. 1.000.000 9
Tingkat pendidikan Jumlah ( % )
SD/lebih rendah 25
SLTP 34
SLTA 35
Perguruan tinggi 6
8. Anggaran Sekolah Sesuai RAPBS
Tahun Ajaran Pemerintah
(BOMM)
Orang Tua /
Masyarakat Jumlah
2008/2009 - Rp. 53.537.000 Rp. 53.537.000
2009/2010 Rp. 8. 640.000 Rp. 146.016.000 Rp. 146.016.000
2010/2011 Rp. 28.710.000 Rp. 192.310.000 Rp. 192.310.000
2011/2012 Rp. 16.000.000 Rp. 250.000.000 Rp. 266.000.000
2012/2013 Rp. 19.970.000 Rp. 244.000.000 Rp. 439.470.000
2013/2014 Rp. 332.000.000 Rp. 116.800.000 Rp.448.800.000
2014/2015 Rp. Rp. Rp.
94
9.Kondisi Ruang Kelas Belajar Gedung Sekolah Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai.
No Jenis Ruangan Jumlah Luas
(M2)
Kondisi Ket.
Baik Rusak
1 Kelas / Teori 9 900 5 4 Kurang 3
2 Lab. IPA
a. Lab. Fisika Belum ada
b. Lab. Biologi 1 150 v
c. Lab. Kimia Belum ada
d. Lab. Computer Belum ada
e. Lab. Bahasa Belum ada
3 Perpustakaan 1 120 v
4 BK Belum ada
5 Ruang guru/TU 2 110
6 Ruang Pimpinan 1 24
7 WC 8 49 5 3
8 Ruang OSIS Belum ada
9 Ruang Ketrampilan Belum ada
10 Lap. Upacara/tempat olah raga 400
11 Ruang UKS Belum ada
12 Ibadah 1
13 Halaman Kosong 6.198
10. Tenaga Administrasi di SMA Negeri 2 Bolo sampai tahun pelajaran
2014/2015 berjumlah 10 orang sebagai berikut : Ijazah Terakhir Pegawai Tetap Pegawai Honda PTT Jumla
h
S1 1 1 4 6
D2/D1/SMA 1 - 3 4
Jumlah 2 1 7 10
11. Potensi di lingkungan sekolah yang diharapkan mendukun program sekolah :
1. Jumlah SLTP/MTs pendukung yang cukup banyak 2. Kepercayaan masyarakat Kecamatan Bolo yang cukup tinggi 3. Potensi ekonomi masyarakat yang menjanjikan 4. Kesadaran siswa dan orang tua akan pentingnya pendidikan yang sangat
besar
95
5. Hubungan sekolah, pemerintah dan masyarakat yang sangat serasi. 6. Letak sekolah yang sangat strategis di jantung kota sila Kecamatan Bolo.
Bolo, Febuari 2017
Kepala Sekolah,
SURATMAN, SH Nip. 19690412 1994011001
96
RANCANGAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Negeri 2 Bolo
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : X/2
Alokasi waktu : 2 X 45 (menit)
A. Stantar Kopetensi : 7. Memahami saling keterkaitan dalm ekosistem
B. Kopetensi Dasar : 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara
komponen
C. Indikator : 1. Menjelaskan pengertian ekosistem
2. Menjelaskan komponen ekosistem
3. Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
dan menyatakan matahari merupakan sumber
energi.
4. Menjelaskan hubungan antara komponen ekosistem
5. Menggambarkan dalam bentuk digram rantai makanan
dan jaringan-jarinagan kehidupan berdasar hasil
pengamatan suatu ekosistem.
6. Menjelaskan peranan ekosistem bagi kehidupan
D. Tujuan
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian ekosisrem.
2. Siswa dapat menjelaskan komponen ekosistem.
3. Siswa dapat mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem dan
menyatakan matahari merupakan sumber energy utama.
97
4. Siwa dapat menjelaskan hubungan antara komponen ekosistem.
5. Siswa dapat menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan
jarring-jaring kehidupan berdasar hasil pengamatan ekosistem.
6. Siswa dapat mengetahui peranan ekosistem bagi kehidupan.
E Materi Pembelajaran
Materi yang akan dipelajari dalam Ekosistem meliputi:
1. Pengertian ekosistem
2. Komponen-komponen ekosiste yang meliputi:
Komponen biotik
Komponen abiotik
3. Satuan-satuan mahlukluk hidup penyusun ekosistem.
Di dalam sebuah ekosistem juga tedapat satuan-satuan mahluk hidup yang
meliputi:
Individu
Populasi
Komunitas
Biosfer
4. Ketergantungan antara komponen ekosistem yang meliputi:
Antara komponen biotik
Antara komponen biotic dan abiotik
Ketergantungan antara Produsen, Konsumen, dan Pengurai
5. Peranan ekosistem bagi kehidupan.
98
Karakter siswa yang diharapkan: - Disiplin (Discipline)
- Rasa hormat dan perhatian (respect)
- Tekun (diligensi)
- Tanggub jawab (responsibility)
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran: Problem Based Learning (PBL)
Langkah-langkah Pembelaaran
Pertemuan pertemuan
(Perkenalan)
1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
a. Membuka pembelajaran dengan salam dan do‟a
b. Mengecek kehadiran siswa
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Guru memperkenelkan diri dan menanyakan hal-hal yang ingin
diketahui siswa tentang biodata guru.
b. Guru menyebutkan satu-persatu nama siswa berdasarkan urutan daftar
hadir untuk memperkenalkan diri.
c. Guru menjelaskan tentang model pembelaaran yang akan dilaksanakan
yaitu model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
d. Guru menyampaikan gambaran umum dari materi yang akan dipelajari
menggunakan model tersebut.
99
e. Guru membagi kelompok, pembagian kelompok dilakukan dengan
teknik berhitung dan membentuk 6 kelompok.
f. Guru bersama siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik,
tugas penyelidikan dan jadwal waktu.
Setelah itu, guru meminta siswa untuk mengobservasi suatu
fenomena yang terjadi di lingkungan. Siswa diminta untuk mencatat
masalah-masalah yang muncul.
Guru merangsang peserta didik untuk berpikir kritis untuk
memecahkan masalah yang ada di lingkungan.
Setelah itu guru mengarahkan peserta didik untuk bertanya dan
mendengarkan pendapat dari kelompok lain.
3. Kegiatan Penutup (5 menit)
a. Menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa terkait metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Guru menutup pembelajaran.
c. Mengucap salam.
G. Media Pembelajaran
Alat : Papan tulis, spidol, penghapus
Bahan : Lembar kerja siswa
100
H. . Sumber Pembelajaran
Setya Budi, P, dan Nursaedah. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam SMA Kelas X.
Bogor: Arya Duta.
Yusa. 2003. Biologi Kelas X Semester 2. Bandung: Grafindo.
Buku Sekolah Elektronik (BSE)
I. Penilaiian
a. Teknik tes : Tes tulis
b. Bentuk instrument : Tes pilihan ganda
c. Contoh Instrumen : Terlampir pada alat evaluasi
101
RANCANGAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Negeri 2 Bolo
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : X/2
Alokasi waktu : 2 X 45 (Pertemuan kedua)
D. Stantar Kopetensi :7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem
E. Kopetensi Dasar : 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara
komponen
F. Indikator : 1. Menjelaskan pengertian ekosistem
2. Menjelaskan komponen ekosistem
3.Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
dan menyatakan matahari merupakan sumber energy
utama.
D. Tujuan
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian ekosisrem.
2. Siswa dapat menjelaskan komponen ekosistem.
3. Siswa dapat mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem dan
menyatakan matahari merupakan sumber energi utama.
E Materi Pembelajaran
Materi yang akan dipelajari dalam Ekosistem meliputi:
1. Pengertian ekosistem
2. Komponen-komponen ekosistem yang meliputi:
102
Komponen biotik
Komponen abiotik
3. Satuan-satuan mahlukluk hidup penyusun ekosistem.
Di dalam sebuah ekosistem juga tedapat satuan-satuan mahluk hidup yang
meliputi:
Individu
Populasi
Komunitas
Biosfer
4. Ketergantungan antara komponen ekosistem yang meliputi:
Antara komponen biotik
Antara komponen biotic dan abiotik
Ketergantungan antara Produsen, Konsumen, dan Pengurai
5. Peranan ekosistem bagi kehidupan.
Karakter siswa yang diharapkan: - Disiplin (Discipline)
- Rasa hormat dan perhatian (respect)
- Tekun (diligensi)
- Tanggub jawab (responsibility)
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran: Problem Based Learning (PBL)
103
Langkah-langkah Pembelaaran
Pertemuan kedua
1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
a. Membuka pembelajaran dengan salam dan do‟a
b. Mengecek kehadiran siswa
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Guru menyampaikan skenario atau permasalahan menganai ekosisem
dan menyurh siswa bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan
pada pertemuan terdahulu..
Siswa bergabung dengan kelompok yang sudah di tentukan.
Siswa melakukan berbagai kegiatan dan semua kelompok
mengungkapkan pendapat, ide dan tanggapan terhadap permasalahan
sehingga dimungkinkan berbagai macam alternative pendapat
b. Selanjutnya guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai atau melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
Siswa mencari berbagai sumber yang dapat memecahkan masalah
yang telal diberikan. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk
buku yang di perpustakaan dan dapat pula di sekitar halaman
sekolah.
104
c. Guru membagikan LKS soal-soal permasalahan tentang ekosistem
sebanyak 12 soal. Siswa mengerjakan secara kelompok dalam waktu
20 menit.
3. Kegiatan Penutup (15 menit)
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran..
b. Menginformasikan untuk pertemuan berikutnya.
c. Mengakhiri pembelajaran dengan salam dan do‟a..
G. Media Pembelajaran
Alat : Papan tulis, spidol, penghapus
Bahan : Lembar kerja siswa
H. . Sumber Pembelajaran
Setya Budi, P, dan Nursaedah. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam SMA Kelas X.
Bogor: Arya Duta.
Yusa. 2003. Biologi Kelas X Semester 2. Bandung: Grafindo.
Buku Sekolah Elektronik (BSE)
d. Penilian
d. Teknik tes : Tes tulis
e. Bentuk instrument : Tes pilihan ganda
f. Contoh Instrumen : Terlampir pada alat evaluasi
105
RANCANGAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Negeri 2 Bolo
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : X/2
Alokasi waktu : 2 X 45 (Pertemuan ketiga)
G. Stantar Kopetensi :7. Memahami saling ketergantungan dalm ekosistem
H. Kopetensi Dasar : 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara
komponen
I. Indikator : 1. Menjelaskan hubungan antara komponen ekosistem.
2. Menggambaerkan dalam bentuk diagram rantai
makanan dan jarring-jaring kehidupan berdasar hasil
pengamatan suatu ekosistem.
3. Menjelaskan peranan ekosistem bagi kehidupan.
D. Tujuan
1. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara komponen ekosisrem.
2. Siswa dapat menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan
dan jarring-jaring kehidupan berdasar hasil pengamatan suatu
ekosistem.
3. Siswa dapat mengetahui peranan ekosistem bagi kehidupan.
E Materi Pembelajaran
Materi yang akan dipelajari dalam Ekosistem meliputi:
106
1. Pengertian ekosistem
2. Komponen-komponen ekosiste yang meliputi:
Komponen biotik
Komponen abiotik
3. Satuan-satuan mahlukluk hidup penyusun ekosistem.
Di dalam sebuah ekosistem juga tedapat satuan-satuan mahluk hidup yang
meliputi:
Individu
Populasi
Komunitas
Biosfer
4. Ketergantungan antara komponen ekosistem yang meliputi:
Antara komponen biotik
Antara komponen biotik dan abiotik
Ketergantungan antara Produsen, Konsumen, dan Pengurai
5. Peranan ekosistem bagi kehidupan.
Karakter siswa yang diharapkan: - Disiplin (Discipline)
- Rasa hormat dan perhatian (respect)
- Tekun (diligensi)
- Tanggub jawab (responsibility)
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran: Problem Based Learning (PBL)
107
Langkah-langkah Pembelaaran
Pertemuan ketiga
1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
a. Membuka pembelajaran dengan salam dan do‟a
b. Mengecek kehadiran siswa
d. Memberikan motifasi kepada siswa.
e. Memberikan pertanyaan terkait minggu lalu sebelum memulai proses
pembelajaran
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Guru meminta siswa duduk berdasarkan kelompok yang sudah
dibagikan pada pertemuan terdahulu.
b. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan
c. Guru membantu siswa untuk membagi tugas degan temannya dalam
menyajikan hasil karya
d. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikkan dan proses-proses yang mereka gunakan.
e. Guru memberikan poin pada setiap jawaban.
f. Guru memberi penguatan dengan menjelaskan istilah
3. Kegiatan Penutup (15 menit)
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
b. Kemudian melakukan kuis berupa pertanyaan yang harus dijawab
secara kelaompok.
108
c. Menginformasikan untuk pertemuan berikutnya dan diadakan ulangan
harian, siswa diminta mempersiapkan diri.
d. Mengakhiri pembelajaran dengan salam dan do‟a..
G. Media Pembelajaran
Alat : Papan tulis, spidol, penghapus
Bahan : Lembar kerja siswa
H. . Sumber Pembelajaran
Setya Budi, P, dan Nursaedah. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam SMA Kelas X.
Bogor: Arya Duta.
Yusa. 2003. Biologi Kelas X Semester 2. Bandung: Grafindo.
Buku Sekolah Elektronik (BSE)
e. Penilaiian
g. Teknik tes : Tes tulis
h. Bentuk instrument : Tes pilihan ganda
i. Contoh Instrumen : Terlampir pada alat evaluasi
109
SILABUS PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 2 Bolo
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/ Semester ; X/2
Standar Kopetensi : Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem
Kopetensi Dasar
Materi pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kopetensi
Penilaian Alokasi waktu
Sumber belajar
Teknik
Bentuk instrumen
Contoh Instrumem
7.1 Menentukan ekosistem dan saling berhubungan antara komponen
Ekosistem
Melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitar sebagai satuan ekosistem Menggali informasi dari nara sumber/melihat tayangan video tentang komponen suatu satuan ekosistem yang spesifik (ekosistem sawah, ekosistem danau. Membuat beberapa model diagram rantai makanan dan jarring-jaring makanan.
Menjelaskan pengertian ekosistem. Menjelaskan komponen ekosistem. Mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem dan menyatakan matahari merupakan sumbereneri utama. Menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan jarring-jaring kehidupan berdasar hasil pengamatan suatu ekosistem Menjelaskan peranan ekosistem bagi kehidupan.
Tes tertulis
Tes pilihan ganda
Kumpulan berbagai eksistem di permukaan bumi disebut... A Biosfer B Komunitas C Populasi D Ekologi
40x40‟
Setya Budi, P. Dan Nursaedah, 2007, Ilmu Pengetahuan Alam SMA Kelas X. Bogor: Arya Duta Yusa. 2003, Biologi Kelas X Semarang 2. Bandung: Grafindo. Buku Sekolah Elektronik (BSE), lLingkungan.
Karakter siswa yang diharapkan: Didiplin (Discipline) Rasa hormat dan perhatian (respect) Tekun (diligence) Tanggung jawab (responsibility) Keaktifan
110
FOTO KEGIATAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA
111
112
113
114
115
116
117