[SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

download [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

of 104

Transcript of [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    1/104

     

    PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN KERJA STAF PENDIDIK DAN STAF

    KEPENDIDIKAN PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA X

    Skripsi

    Guna Memenuhi Persyaratan

    Ujian Sarjana Psikologi

    Oleh:

    Pangngolyana

    2009-070-064

    Fakultas Psikologi

    Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

    Agustus 2014

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    2/104

     

    PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN KERJA STAF PENDIDIK DAN STAF

    KEPENDIDIKAN PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA X

    Oleh

    Pangngolyana

    2009-070-064

    Dipertahankan di hadapan

    Dewan Penguji Fakultas PsikologiUniversitas Katolik Indonesia Atma Jaya

    Ditetapkan di Jakarta

    pada tanggal 7 Agustus 2014

    Menyetujui,

    Pembimbing Skripsi

    Hoshael W. Erlan, M.Psi

    Dekan Fakultas Psikologi

    Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

    Dr. phil Juliana Murniati, M.Si.

    Fakultas Psikologi

    Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

    Agustus 2014

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    3/104

    ABSTRAK

    Pangngolyana, 2009-070-064

    Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja Staf Pendidik dan Staf Kependidikan pada

    Perguruan Tinggi Swasta X

    VII + 79 halaman, 30 tabel

    Bibliografi 47 (1961-2013)

    Kata Kunci: kepuasan kerja, perguruan tinggi, staf pendidik, staf kependidikan

    Meningkatnya persaingan industri pendidikan tinggi menyebabkan masing-

    masing perguruan tinggi perlu meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan untuktetap dapat menjalankan roda bisnisnya. Sebagai organisasi yang menjual jasa

     pendidikan, sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam menjalankan

     bisnis tersebut. Terjadinya isu turnover pada sebuah perguruan tinggi swasta (PTS X)diyakini membawa dampak buruk bagi kelangsungan organisasi tersebut. Dalam

    PTS X, ada dua kelompok yang menjalankan seluruh aktivitas akademik maupun

    non akademik yaitu staf pendidik dan staf kependidikan. Hasil exit interview

    menunjukkan masalah-masalah yang muncul adalah hal-hal yang terdapat dalam

    aspek-aspek kepuasan kerja berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Spector(1997). Perbedaan karakteristik pekerjaan staf pendidik dan staf kependidikan dalam

     berbagai aspek kepuasan kerja akan menyebabkan munculnya harapan-harapan yang

     berbeda pula dalam bekerja. Terpenuhi atau tidaknya harapan-harapan tersebut akan

    menentukan bagaimana para karyawan menyikapi pekerjaannya atau yang disebut

    sebagai kepuasan kerja. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat apakah terdapat

     perbedaan tingkat kepuasan kerja antara staf pendidik dan staf kependidikan yang

     bekerja pada PTS X.

    Penelitian ini dilakukan dengan menguji perbedaan tingkat kepuasan kerja

    antara staf pendidik dan staf kependidikan pada PTS X. Pengukuran tingkat

    kepuasan kerja dilakukan dengan memodifikasi alat ukur Job Satisfaction Survey(JSS) milik Spector (1997). Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental

    dengan metode kuantitatif. Penelitian dilakukan pada staf pendidik dan staf

    kependidikan PTS X (85 staf pendidik dan 85 staf kependidikan) dengan teknik

    accidental sampling. 

    Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

    signifikan antara tingkat kepuasan kerja staf pendidik dan staf kependidikan di PTSX. Dimensi pada konstruk kepuasan kerja yang mendapat skor paling tinggi pada

    kelompok staf pendidik dan staf kependidikan adalah dimensi nature of work. 

    Sedangkan dimensi yang mendapat skor terendah pada kelompok staf pendidik

    adalah fringe benefit dan pada kelompok staf kependidikan adalah pay.

    Disarankan untuk penelitian lebih lanjut yang mengukur tingkat kepuasan

    kerja para karyawan di perguruan tinggi, agar mengkonstruksi alat ukur yang lebih

    spesifik dan sesuai dengan konteks perguruan tinggi yang bersangkutan. Konstruk

    lain selain kepuasan kerja juga dapat dipertimbangkan untuk turut mengembangkan

     penelitian-penelitian di organisasi perguruan tinggi.

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    4/104

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

     penyertaan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-

     baiknya walaupun dalam jangka waktu yang tidak secepat-cepatnya. Tentunya dalam

    segala proses pengerjaan penelitian ini ada banyak sekali pihak-pihak yang serta merta

    mendukung, menemani, dan menyemangati peneliti. Oleh karena itu, dalam kesempatan

    yang sekali seumur hidup ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

    kepada :

    1.  Hoshael Waluyo Erlan, M. Psi., selaku dosen pembimbing peneliti yang senantiasa

    sabar menghadapi peneliti dan terus percaya bahwa peneliti dapat menyelesaikan

    karya ilmiah ini. Terima kasih atas segala pengertian dan perhatian yang diberikan

    saat peneliti menghadapi masa-masa tidak ingin mengerjakan skripsi. Terima kasih

    untuk tetap ada, mendukung dan membimbing peneliti sampai penelitian ini selesai.

    2.  Segenap responden peneliti yaitu para karyawan di PTS X baik yang mengisi

    kuisioner fisik maupun mengisi kuisioner online. Terima kasih atas partisipasinya

    dan mohon maaf jika ada kesalahan kata maupun tindakan.

    3.  Drs. FL. Widie Kastyanto, M.M, selaku Kepala Biro Sumber Daya Manusia dari

    institusi tempat peneliti melakukan penelitian. Terima kasih atas segala bantuan

    dan dukungan yang senantiasa diberikan kepada peneliti saat pengambilan data di

    institusi. Terima kasih atas kesediaannya untuk memasukkan kuisioner online saya

    ke dalam milis institusi walaupun menuai kontroversi dalam milis.

    4.  Terima kasih pada para dosen-dosen Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya yang

     pernah memberikan saran pada perkembangan skripsi saya, Ignatius Darma Juwono,

    M.Psi., Hana R. G. Panggabean, Dr. Phil., Ratri Atmoko Benediktus, S.Psi., M.Si.,

    Angela Octavia Suryani, S.Psi., M.Psi., dan Ferdinand Prawiro, M.Psi. Terima

    kasih atas semua waktu dan saran yang diberikan pada peneliti.

    Pada staf fakultas peneliti dan staf Biro Sumber Daya Manusia PTS X yang telah

     berperan dalam proses pembuatan surat ijin untuk penelitian ini, peneliti ucapkan

    terima kasih.

    5. 

    Keluarga peneliti, Mama yang mencoba untuk mengerti betapa beratnya proses

     pengerjaan karya ilmiah ini dan senantiasa meminta peneliti untuk pulang istirahat

    sejenak di rumah kapan pun peneliti merasa tidak sehat secara psikologis. Terima

    kasih atas untuk tidak lagi membebani peneliti untuk cepat-cepat lulus dan akhirnya

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    5/104

    ii

    mulai menerima kenyataan bahwa mungkin tidak semua hal dalam kehidupan

     peneliti akan berjalan mulus. Terima kasih untuk dukungan yang luar biasa melalui

    telepon, obat-obat penambah daya tahan tubuh, dan doa-doa yang tidak terhitung

    kepada peneliti.

    Terima kasih pada anggota keluarga lainnya yang tetap setia mendukung peneliti

    melalui dukungan-dukungan finansial hingga peneliti menyelesaikan penelitian ini

    dan mulai bekerja nanti.

    6.  Bradley James Notowibowo, seseorang yang menemani peneliti melalui seluruh

    suka dan duka saat peneliti mengerjakan skripsi. Dari sekedar menemani peneliti

    mengerjakan skripsi di tengah malam, hingga membantu peneliti melakukan

    brainstorming walaupun tidak mengerti skripsi psikologi itu seperti apa. Terima

    kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiranmu di hari-hari peneliti mengerjakan

    skripsi dan pekerjaan lainnya. Terima kasih atas kesabaranmu menghadapi peneliti,

    terima kasih atas kepedulianmu, pengertianmu dan perhatian yang luar biasa saat

     peneliti mengalami masa-masa depresi. Terima kasih atas dukungan yang tak

    kunjung henti membuat peneliti yakin bahwa karya ini akan selesai pada waktunya.

    Terima kasih untuk tidak menghakimi peneliti dengan hujatan-hujatan seperti apa

    yang orang awam lakukan pada peneliti. Terima kasih sudah dan/atau akan

    menemani peneliti sampai pengumpulan, hari H sidang skripsi, dan hingga waktu

    yang tidak diketahui.

    7.  Sahabat peneliti yaitu Annita Charles, terima kasih atas dukungan yang telah

    diberikan pada peneliti saat peneliti merasa tidak mampu, tidak bisa mengerjakan

    karya tulis ini. Terima kasih atas kesediaanmu menjadi tempat berbagi cerita,

    menyemangati peneliti dan membuat peneliti merasa lebih baik setiap berkonsultasi

    denganmu.

    Terima kasih juga untuk Jessica Farolan, Thea Aninditya, DJ Aroel, Dian Eka Putri,

    Pingkan Sekar Ayu, Kezia Lulu Wijaya, Sophia, Syanesti Adishesa, Siswati, Yahya

    Satrio, Jayadipta Detya Perkasa, Kak Monic, Kak Stefi dan teman-teman lainnya

    yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan kepada peneliti saat

     peneliti down dan mendengarkan semua curhatan peneliti terkait proses pengerjaan

    karya tulis ini.

    Terima kasih Arnold Lukito atas bantuanmu yang luar biasa pada proses

     pengerjaan analisis dengan SPSS.

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    6/104

    iii

    Terima kasih untuk teman-teman, kakak kelas bahkan adik kelas yang telah dengan

     baik hati meminjamkan skripsinya untuk dijadikan inspirasi bagi peneliti. Untuk

    Syanesti Adishesa, Michelle Audry, Irvan Septianus, Shabrina Fitriandari, Nuh

    Bayu Putra, dan semua pemilik skripsi yang peneliti buka di perpustakaan online.

    Terima kasih juga untuk Adam Kurniadi Lukman, Gerard Thema, Harmoko Sofjan,

    dan teman-teman lainnya yang pernah membantu peneliti dalam mencari ide

     penelitian, membaca, dan memberi masukan terkait skripsi pada peneliti.

    Teman-teman lainnya yaitu Tiara, Filda A. Sentosa, Elizabeth Lukas Subianto, dan

     Nofita Yuriko yang selalu menyemangati peneliti hingga akhir pengerjaan karya ini.

    Dan terima kasih untuk seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi Atma Jaya,

    kakak kelas, adik kelas, teman-teman seangkatan 2009 yang mungkin tidak peneliti

    sebutkan disini, terima kasih atas dukungan, semangat, dan doa yang diberikan

     pada peneliti.

    Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu peneliti, mohon maaf jika peneliti tidak dapat menyebutkan satu per satu.

    Peneliti juga menyadari masih banyak kelemahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini.

    Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk

    menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata, peneliti berharap semoga penelitian ini dapat

     bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk PTS X.

    Jakarta, 19 Juli 2014

    Pangngolyana

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    7/104

    iv

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ..................................................................................................... i

    Daftar Isi ............................................................................................................ iv

    Daftar Tabel ...................................................................................................... viiBAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

    I.A. Latar Belakang ........................................................................................10

    I.B. Perumusan Masalah .................................................................................10I.C. Tujuan Penelitian .....................................................................................10

    I.D. Manfaat Penelitian ...................................................................................10

    I.D.1. Manfaat Teoritis ...............................................................................10

    I.D.2. Manfaat Praktis .................................................................................10

    I.E. Sistematika Penulisan ..............................................................................11

    BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................12

    II.A. Kepuasan Kerja ......................................................................................12

    II.A.1. Definisi Kepuasan Kerja ..................................................................12II.A.2. Teori-teori Kepuasan Kerja ..............................................................14

    II.A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja .........................16

    II.A.4. Konsekuensi dari Kepuasan Kerja ...................................................26II.A.5. Faktor Lain yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ...........................26

    II.B. Perguruan Tinggi. ...................................................................................28II.B.1. PTS X ..............................................................................................28

    II.B.2. Staf Pendidik ...................................................................................29

    II.B.3. Staf Kependidikan ..........................................................................30

    II.C. Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja Staf Pendidik dan

    Staf Kependidikan PTS X .......................................................................31II.D. Hipotesis Penelitian ................................................................................35

    BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................36

    III.A. Jenis Penelitian .....................................................................................36

    III.B. Variabel Penelitian ................................................................................36

    III.B.1. Identifikasi Variabel penelitian .......................................................36III.B.2. Definisi Variabel Penelitian ............................................................37

    III.C. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian .............................................37

    III.C.1. Karakteristik Populasi Penelitian ....................................................37

    III.C.2. Teknik Pengambilan Sampel ..........................................................37

    III.C.3. Jumlah Partisipan ...........................................................................38

    III.D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data .............................................38III.D.1. Jenis data yang dikumpulkan ..........................................................38

    III.D.2. Alat Ukur .......................................................................................38

    III.E Metode Analisis Data .............................................................................40

    III.E.1 Validitas Alat Ukur ..........................................................................41III.E.2 Reliabilitas Alat Ukur ......................................................................42

    III.F Prosedur Penelitian .................................................................................43III.F.1 Persiapan Penelitian .........................................................................43

    III.F.2 Pelaksanaan Penelitian .....................................................................46

    III.G. Hasil Uji Validitas Alat Ukur ................................................................47

    III.G.1. Hasil Uji Validitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja

    untuk Staf Pendidik .........................................................................47III.G.2. Hasil Uji Validitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja

    untuk Staf Kependidikan ....................................................................49

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    8/104

    v

    III.H. Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur ............................................................51

    III.H.1. Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja

    untuk Staf Pendidik ........................................................................51

    III.H.2. Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja

    untuk Staf Kependidikan ................................................................51

    BAB IV ANALISIS DATA ................................................................................53IV.A. Gambaran Umum Subjek Penelitian .....................................................53

    IV.A.1. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin ................53

    IV.A.2. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Usia ...............................54IV.A.3. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Pendidikan Akhir ...........55

    IV.A.4. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Unit Kerja ......................55

    IV.A.5. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Masa Kerja ....................56

    IV.A.6. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Jabatan Akademik

    dan Jabatan Struktural ....................................................................57

    IV.B. Uji Normalitas ......................................................................................58

    IV.C. Hasil Penelitian ....................................................................................60

    IV.C.1. Analisis Deskriptif Tingkat Kepuasan Kerja Staf Pendidik .............60IV.C.2. Analisis Deskriptif Tingkat Kepuasan Kerja Staf Kependidikan .....61

    IV.C.3. Perhitungan Uji Beda ....................................................................62IV.C.4. Pengujian Hipotesis Penelitian .......................................................62

    IV.D. Analisis Tambahan ...............................................................................64IV.D.1. Perbedaan Kepuasan Kerja Staf Pendidik dan

    Staf Kependidikan per Dimensi ......................................................64

    IV.D.2. Perbedaan Kepuasan Kerja Staf Pendidik BerdasarkanJenis Kelamin, Usia, dan Masa Kerja .............................................65

    IV.D.3. Perbedaan Kepuasan Kerja Staf Kependidikan Berdasarkan

    Jenis Kelamin, Usia, dan Masa Kerja .............................................66

    IV.E. Norma ...................................................................................................67

    IV.E.1. Norma Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Pendidik....................67IV.E.2. Norma Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Kependidikan ............68

    BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ............................................70 V.A. Kesimpulan ............................................................................................70 

    V.B. Diskusi ...................................................................................................70 V.C. Saran ......................................................................................................73 

    V.C.1. Saran Metodologis ...........................................................................73 V.C.2. Saran Praktis ...................................................................................74 

    Daftar Pustaka ....................................................................................................76 

    Lampiran……………………………………………………………………....….80 

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    9/104

    vi

    DAFTAR TABEL

    BAB I PENDAHULUAN

    Tabel I.A.1. Data Pegawai Tetap yang Mengundurkan Diri dari PTS X

    BAB II LANDASAN TEORI

    Tabel II.E.1. Diagram Pemikiran

    BAB III METODE PENELITIAN

    Tabel III.D.2. Distribusi Item Pada Masing-masing Domain (Item Fixed)

    Tabel III.F.1. Distribusi Item Pada Masing-masing Domain (Tahap Uji Coba)

    Tabel III.G.1. Hasil Uji Validitas Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Tetap

    Tenaga Pendidik

    Tabel III.G.2. Hasil Uji Validitas Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Tetap

    Tenaga Kependidikan

    Tabel III.H.1 Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk

     Pendidik.

    Tabel III.H.2. Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja

    untuk Kependidikan.

    BAB IV ANALISIS DATA

    Tabel IV.A.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

    Tabel IV.A.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

    Tabel IV.A.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan AkhirTabel IV.A.4 Gambaran Subjek Penelitian Staf Kependidikan Berdasarkan

    Unit Kerja 

    Tabel IV.A.5 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Masa Kerja 

    Tabel IV.A.6.a. Gambaran Subjek Penelitian (Staf Kependidikan) berdasarkan

     Jabatan Struktural

    Tabel IV.A.6.b. Gambaran Subjek Penelitian (Staf Pendidik) berdasarkan

     Jabatan Struktural dan Jabatan Akademik

    Tabel IV.B.1. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Kepuasan Kerja Staf

     Pendidik

    Tabel IV.B.2. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Kepuasan Kerja Staf

     Kependidikan 

    Tabel IV.C.1. Tabel Analisis Deskriptif Kepuasan Kerja Staf Pendidik

    Tabel IV.C.2. Tabel Analisis Deskriptif Kepuasan Kerja Staf Kependidikan

    Tabel IV.C.3. Hasil Uji Beda T-Test Independent Sample

    Tabel IV.C.4 Nilai Rata-rata Tingkat Kepuasan Kerja antara Staf Pendidik

    dan Staf Kependidikan di PTS X.

    Tabel IV.D.1. Tabel Analisis Tambahan Perbedaan Kepuasan Kerja Staf

     Pendidik dan Staf Kependidikan Berdasarkan Masing-masing

     Dimensi

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    10/104

    vii

    Tabel IV.D.2. Tabel Analisis Tambahan Perbedaan Kepuasan Kerja Staf

     Pendidik Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Masa Kerja

    Tabel IV.D.3. Tabel Analisis Tambahan Perbedaan Kepuasan Kerja Staf

     Kependidikan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Masa

     KerjaTabel IV.E.1.a. Norma Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Pendidik

    Tabel IV.E.1.b. Standarisasi dan Interpretasi Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk

    Staf Pendidik

    Tabel IV.E.1.c. Persebaran Data berdasarkan Interpretasi Alat Ukur Kepuasan

     Kerja untuk Staf Pendidik

    Tabel IV.E.2.a. Norma Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Kependidikan

    Tabel IV.E.2.b. Standarisasi dan Interpretasi Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk

    Staf Kependidikan

    Tabel IV.E.2.c. Persebaran Data berdasarkan Interpretasi Alat Ukur Kepuasan

     Kerja untuk Staf Kependidikan

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN I (Alat Ukur Psikologi)

    I. A. Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Pendidik

    I.B. Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Kependidikan

    LAMPIRAN II (Pengukuran)

    II.A. Hasil Uji Validitas

    II.A.1. Hasil Uji Validitas Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Pendidik

    II.A.2. Hasil Uji Validitas Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Kependidikan

    II.B. Reliabilitas Alat Ukur

    II.B.1. Hasil Uji Reliabilitas Kepuasan Kerja untuk Pendidik

    II.B.2. Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Kependidikan 

    II.C. Uji NormalitasII.C.1. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Kepuasan Kerja Pendidik

    II.C.2. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Kepuasan Kerja Kependidikan

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    11/104

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.A. LATAR BELAKANG

    Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan tinggi yang

    menghasilkan lulusan-lulusan yang ahli dalam berbagai bidang demi menjawab

     berbagai kebutuhan masyarakat, bangsa, dan negara. Persaingan di dunia kerja

    membutuhkan talenta lulusan berkualitas (Duke, 2002; Harloe & Perry, 2005).

    Internasionalisasi pendidikan tinggi menuntut akses inklusif kepada semua

    kelompok sosial melampaui batas negara, budaya, usia, jender atau pembatasan

    sosial-budaya lainnya, dan berdampak pada persaingan pasar antar perguruan

    tinggi (Duke, 2002; Denman, 2005).

    Persaingan pasar antar perguruan tinggi semakin ketat, baik antar

     perguruan tinggi dalam negeri (Litbang Kompas, 2011) maupun dengan

     perguruan tinggi asing (Akuntono, 2011; Abbas, 2011). Berdasarkan data yang

    dipaparkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas, pertumbuhan jumlah perguruan tinggi di

    Indonesia selama lima tahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sekitar 5%

    setiap tahunnya. Untuk dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain, suatu

     perguruan tinggi harus berupaya untuk terus meningkatkan mutu dan

     pelayanannya terhadap para pembeli jasa yaitu mahasiswa.

    Institusi perguruan tinggi merupakan jenis organisasi yang melakukan

     penjualan jasa tepatnya jasa pendidikan. Para pelaku organisasi dalam perguruan

    tinggi adalah semua tenaga yang bekerja di dalam organisasi yang berhubungan

    dengan jasa pelayanan pendidikan pada para pengunjung. Untuk itu, organisasi

     perguruan tinggi sangat mengandalkan sumber daya manusia yang bekerja di

    dalamnya guna meningkatkan dan mempertahankan mutu dan pelayanan yang

     berkualitas.

    Menurut Oei (2010), sumber daya manusia (SDM) dalam suatu

     perusahaan/organisasi merupakan satu-satunya aset yang bernapas atau hidup di

    samping aset-aset lain yang tidak bernapas atau bersifat kebendaan, seperti modal,

     bangunan gedung, mesin, peralatan, dan persediaan barang. Banyak organisasi

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    12/104

    2

    yang sekarang ini menganggap bahwa manusia atau pegawai adalah aset berharga

    organisasi. Terutama pada institusi yang menjual jasa sepert i perguruan tinggi.

    Organisasi perguruan tinggi melihat pegawai bukanlah sebagai faktor pendukung,

    tetapi merupakan faktor penentu keberhasilan institusi. SDM dikatakan dapat

    mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi (Simamora, 2006). Oleh karena

    itu, kini organisasi perguruan tinggi semakin menyadari nilai investasi pegawai

    sebagai sumber daya manusia yang perlu diperhatikan. Saat ini, proses untuk

    mendapatkan tenaga kerja yang cakap dan memiliki kinerja yang baik semakin

    sulit dilakukan, terlebih lagi dalam hal mempertahankan tenaga kerja yang

     potensial.

    Dalam organisasi perguruan tinggi, divisi yang bertanggung jawab

    menangani masalah pegawai adalah bagian SDM (Sumber Daya Manusia). Biro /

    manajemen SDM adalah bagian dalam suatu organisasi yang bertugas untuk

    mengatur pegawai yang bekerja di dalamnya dengan melakukan investasi untuk

     penerimaan, penyeleksian dan mempertahankan sumber daya manusia yang

     potensial agar tidak berdampak pada perpindahan pegawai (Anis et al., 2003).

    Perpindahan pegawai / turnover (pengunduran diri) menurut Rokhmah dan Riani

    (2005) merupakan salah satu pilihan terakhir bagi seorang pegawai apabila dia

    mendapati kondisi kerjanya sudah tidak sesuai lagi dengan apa yang

    diharapkannya. Pegawai menganggap turnover  sebagai salah satu jalan keluar

    dengan meninggalkan keadaan yang tidak disukainya dan mencari / mendapatkan

    keadaan yang lebih baik. Namun bagi organisasi, turnover  menyebabkan kerugian

    tersendiri, apalagi jika pegawai yang keluar memiliki keterampilan yang

    dibutuhkan organisasi ataupun organisasi sudah melakukan investasi pelatihan

    dan edukasi terhadap pegawai tersebut.

    Aamodt (2004) mengemukakan dampak lain dari turnover akan terbagi 2

    yaitu dampak langsung dan dampak yang tidak langsung. Dampak yang langsung

    dari turnover yaitu biaya iklan, biaya agensi pegawai, bonus, biaya perjalanan

     penerimaan, gaji dan biaya yang dikeluarkan selama proses aplikasi dan

    wawancara kandidat, dan biaya penempatan bagi pegawai baru. Dampak yang

    tidak langsung yaitu hilangnya produktifitas berhubungan dengan pindahnya

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    13/104

    3

     pegawai, tidak ada produktifitas pada masa lowong, dan merendahnya

     produktifitas berkaitan dengan pegawai yang baru mendapat pelatihan. Melihat

     banyaknya kerugian yang diakibatkan dari terjadinya turnover  dalam suatu

    organisasi, setiap organisasi tentu berupaya untuk meminimalisir terjadinya

    turnover .

    PTS (Perguruan Tinggi Swasta) X adalah adalah salah satu organisasi

    yang juga terkena dampak dari turnover dan terus berupaya untuk meminimalisir

    angka pengunduran diri. PTS X adalah sebuah perguruan tinggi swasta yang

     bertempat di Jakarta dengan peringkat lima besar PTS unggulan di lingkup

    wilayah Kopertis III. Jumlah mahasiswa di PTS X berdasarkan rekapitulasi

     jumlah mahasiswa semester genap periode ajaran 2012/2013 adalah 9.116

    mahasiswa. Sedangkan total pegawai tetap adalah 709 orang. Namun jumlah

    tersebut merupakan gabungan dari cabang PTS X yang bertempat di dua lokasi

    yaitu Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Pada cabang PTS X yang berada di Jakarta

    Utara hanya terdapat satu fakultas. Sedangkan fakultas lainnya bertempat di

    Jakarta Pusat. Pada penelitian ini, peneliti memutuskan hanya akan membahas

    PTS X yang bertempat di Jakarta Pusat. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa

     pusat seluruh kegiatan PTS X bertempat di Jakarta Pusat. Sedangkan pada cabang

    PTS X di Jakarta Utara, seluruh aktivitas perguruan tinggi cenderung berdiri

    sendiri dan tidak terlalu banyak berinteraksi dengan unit lainnya yang berada di

    Jakarta Pusat.

    Pegawai di PTS X secara struktural terdiri dari dua bagian yaitu staf

     pendidik dan staf kependidikan. Staf pendidik dan kependidikan yang akan

    dibahas dalam penelitian ini adalah para staf pegawai tetap yang bertempat pada

    PTS X Jakarta Pusat. Jumlah staf pendidik adalah 280 orang, sedangkan jumlah

    staf kependidikan adalah 297 orang ( sumber : Data Karyawan per November

    2013, BSDM). Jumlah staf tersebut tidak termasuk petugas keamanan (satpam)

    dan petugas kebersihan (ISS), karena PTS X menggunakan jasa outsource dari

     perusahaan lain. Lainnya seperti pegawai kantin dan koperasi juga tidak termasuk

    dalam struktur organisasi PTS X.

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    14/104

    4

    Berdasarkan penuturan Kepala Biro SDM PTS X, staf pendidik dan staf

    kependidikan memiliki pengertian yang berbeda. Yang dimaksud staf pendidik

    adalah seluruh pegawai PTS X yang memiliki kewajiban mengajar yaitu para

    dosen tetap maupun dosen honorer. Sedangkan staf kependidikan adalah seluruh

     pegawai yang bergerak sebagai tenaga penunjang keseluruhan proses aktivitas

    akademik. Semua staf pendukung proses akademik yang tidak memiliki

    kewajiban mengajar termasuk kategori staf kependidikan. 

    Selama ini bagian yang mengurusi hal-hal mengenai masuk keluarnya

     pegawai di PTS X adalah BSDM. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala

    BSDM PTS X, dua tahun terakhir ini PTS X memang mengalami kenaikan angka

    turnover. Kepala BSDM PTS X mengaku, turnover memang menyebabkan

    kerugian bagi PTS X. Namun beliau juga menyampaikan, sampai saat ini belum

    ada tindak lanjut yang diambil untuk mengatasi masalah turnover ini. Yang

    dilakukan oleh pihak BSDM PTS X adalah mencari lagi calon pegawai baru untuk

    menggantikan pegawai-pegawai yang keluar.

    Berdasarkan wawancara dengan kepala BSDM (Biro Sumber Daya

    Manusia) PTS X, PTS X berupaya mempertahankan sumber daya manusia agar

    tetap mendedikasikan dirinya bekerja di PTS X dengan memberikan kesempatan

    kepada pegawai-pegawainya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

    tinggi dengan ketentuan ikatan dinas. Beberapa pelatihan seperti pelatihan

    motivasi serta kepemimpinan juga diberikan dengan tujuan untuk

    mengembangkan diri pegawai-pegawainya. Namun dalam kenyataannya, peneliti

    masih menemukan fenomena meningkatnya angka turnover  yang terjadi dalam

    PTS X.

    Kepala BSDM menjelaskan bahwa isu turnover  yang terjadi berulang kali

    akan mengakibatkan terjadinya proses perekrutan pegawai baru yang tidak pernah

    selesai. Beberapa kerugian yang terjadi akibat terjadinya turnover  adalah kerugian

     biaya, waktu, dan hilangnya sumber daya manusia yang memadai. Beliau juga

    menjelaskan, sebenarnya kerugian sangat dirasakan ketika investasi yang telah

    ditanamkan pada pegawai lama seperti pelatihan dan pembekalan kemudian

    hilang bersamaan dengan keluarnya pegawai tersebut. Kepala BSDM menuturkan

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    15/104

    5

     bahwa perekrutan karyawan baru selama ini tidak terlalu sulit karena selalu

    mendapatkan alumni PTS X yang bersedia mengabdi pada kampusnya terdahulu.

    Walaupun demikian, proses penerimaan pegawai baru memakan waktu dan biaya

    yang cukup besar. Pegawai baru tetap perlu menjalani tiga bulan masa percobaan

    dimana pegawai dilihat performa kerjanya dan belum tentu diterima sebagai

     pegawai tetap. Jika performa pegawai tersebut dinilai kurang, maka kontrak kerja

     pegawai tersebut tidak akan diperpanjang dan BSDM akan merekrut lagi pegawai

     baru.

    Berulangnya isu turnover  tentu akan mengakibatkan turunnya

     produktivitas kerja dan bertambahnya biaya pelatihan pegawai baru pada PTS X.

    Selain itu, jika turnover terjadi pada pegawai tetap yang telah menerima pelatihan,

     pembekalan, bahkan pendidikan, tentu PTS X akan mengalami kerugian atas

    semua biaya investasi yang telah ditanamkan pada pegawai tersebut. Jika kondisi

    demikian terus berulang, maka PTS X akan kerap mengalami kerugian yang tidak

    ternilai. Berdasar pada dampak di atas, maka sebaiknya isu turnover  segera dicari

    tahu penyebabnya agar dapat diberikan penanganan yang tepat.

    Hal-hal yang menyebabkan seorang pegawai memilih untuk berhenti atau

    keluar dari suatu organisasi umumnya berhubungan erat dengan bagaimana

     pegawai tersebut memberi penilaian atau sikap terhadap pekerjaannya. Jika

    seorang pegawai memandang positif pekerjaannya, maka kinerja pegawai tersebut

     juga akan maksimal dan keinginan untuk keluar dari organisasi akan lebih kecil.

     Namun jika pegawai memandang negatif pekerjaannya, maka kinerja pegawai

    tersebut tidak akan maksimal dan keinginan untuk keluar dari organisasi akan

    lebih besar. Hal ini didukung oleh Louis dalam Asad (2001) yang mengatakan,

    “Betapapun sempurnanya rencana-rencana organisasi, dan pengawasan serta

     penelitiannya, bila mereka tidak dapat menjalankan tugasnya dengan memiliki

    minat dan gembira maka suatu perusahaan tidak akan mencapai hasil yang

    sebenar- benarnya dapat dicapainya.”

    Panggabean dan Suryani (2006) mengatakan, sebuah sistem institusi

    sebaiknya memastikan kehidupan akademik yang cukup menarik untuk

    mempertahankan orang-orang potensial agar dapat mengembangkan akademisi di

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    16/104

    6

    generasi berikutnya. Oleh karena itu, pendapat para karyawan terhadap

     pekerjaannya sangat penting untuk dipertimbangkan oleh organisasi perguruan

    tinggi. Dengan kata lain kita dapat menyimpulkan bahwa jika suatu organisasi

    ingin mempertahankan sumber daya manusia yang potensial, maka organisasi

     perlu memperhatikan kepuasan kerja pegawainya.

    Locke (dalam Luthans, 2005) merumuskan kepuasan kerja adalah suatu

    respon emosional yang diperoleh seseorang dari pengalamannya selama bekerja.

     Namun definisi ini tidak dapat diartikan sebagai suatu konsep tunggal karena

    seseorang dapat merasa puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan dapat pula

    tidak puas dengan aspek lain dari pekerjaannya. Artinya, kepuasan kerja t idak

    dapat hanya dinilai dari besar nominal gajinya atau pun tinggi jabatannya, namun

    harus dilihat dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.

    Menurut Spector (1997), aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja

     pegawai yaitu pay, promotion, supervision, fringe benefit, contingent reward,

    operating condition, coworkers, nature of work, dan communication.

    Selain aspek-aspek yang disebutkan diatas, kepuasan kerja seorang

     pegawai juga sangat dipengaruhi oleh sifat pekerjaannya. Dilihat dari sifat

     pekerjaan antara staf pendidik dan staf kependidikan memang memiliki perbedaan.

    Staf pendidik berhubungan dengan pengajaran, bimbingan, maupun arahan terkait

    materi akademik yang objeknya adalah mahasiswa. Sedangkan staf kependidikan

     berhubungan dengan seluruh hal-hal yang sifatnya menunjang kegiatan akademik

    maupun non akademik di dalam perguruan tinggi. Perbedaan karakteristik

     pekerjaan menyebabkan kompensasi yang diterima kedua jenis staf juga tidak

    sama.

    Dari hasil wawancara peneliti dengan pihak BSDM, staf pendidik

    menerima insentif yang lebih besar daripada staf kependidikan karena adanya

    tunjangan kepangkatan bagi profesor, doktoral, dan guru besar. Secara praktis

    dapat dikatakan bahwa staf pendidik akan mendapat insentif lebih besar sesuai

    dengan nilai investasinya pada pendidikannya sendiri. Jika pendidikan terakhir

    seseorang dinilai lebih, maka ia akan dihargai lebih sesuai dengan kemampuannya.

    Selain itu, staf pendidik memiliki jam kerja yang lebih fleksibel karena

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    17/104

    7

    disesuaikan dengan jadwal dan jumlah kelas yang disepakati, sedangkan staf

    kependidikan memiliki jam kerja seperti jam kantor pada umumnya. Beban kerja

    yang dimiliki oleh kedua kelompok staf tersebut juga berbeda. Staf pendidik lebih

     banyak menangani hal-hal yang berhubungan dengan sistem pengajaran yaitu

    nilai mahasiswa, soal ujian, koreksi tugas, dan lain sebagainya sedangkan staf

    kependidikan lebih banyak menangani masalah administratif di perguruan tinggi.

    Karakteristik pekerjaan lainnya yang bebeda adalah terkait deskripsi

     pekerjaan dari staf pendidik dan staf kependidikan. Setiap staf pendidik akan

    mendapatkan deskripsi pekerjaannya dari aturan yang ditentukan baik oleh pihak

    PTS X maupun oleh peraturan dari Dinas Pendidikan Tinggi. Dosen dituntut

    untuk melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup Pengajaran,

    Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian pada Masyarakat. Ketika seorang

    staf pendidik berhasil memenuhi tuntutan tersebut, maka akan mendapatkan upah

    lebih sesuai dengan pencapaiannya. Hal ini biasanya dapat dicapai dalam kurun

    waktu dua hingga tiga tahun. Berbeda dengan staf kependidikan dimana deskripsi

     pekerjaan yang diberikan cenderung masih umum. Pada dasarnya masing-masing

    staf kependidikan tidak diberikan target pencapaian secara khusus dari

     pimpinannya sehingga pembagian kerja menjadi kurang terarah. Pada staf

    kependidikan, kenaikan upah akan terjadi seiring dengan kenaikan golongan.

     Namun kenaikan golongan hanya dapat diajukan pada kurun waktu tertentu yaitu

    tiga tahun sekali. Dapat disimpulkan, karir seorang staf pendidik lebih ditentukan

    oleh seberapa besar upayanya untuk mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi,

    namun tidak cukup berimbang pada staf kependidikan walaupun dalam jangka

    waktu yang relatif sama.

    Walaupun secara kasat mata, staf pendidik akan dianggap lebih tinggi

    (sejahtera) derajatnya daripada staf kependidikan, namun data turnover

    menunjukkan inkonsistensi terhadap asumsi peneliti diatas. Berikut tabel jumlah

     pegawai tetap yang mengundurkan diri dari PTS X dari tahun 2005 hingga

    Desember 2013.

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    18/104

    8

    Tahun Staf pendidik

    (pegawai tetap)

    Staf kependidikan

    (pegawai tetap)

    Total

    2005 14 1 15

    2006 12 2 14

    2007 15 1 16

    2008 12 2 14

    2009 6 1 7

    2010 4 3 7

    2011 12 4 16

    2012 6 8 14

    2013 7 21 28

    Jumlah 88 43 131

    Tabel I.A.1. Data  Pegawai Tetap yang Mengundurkan Diri dari PTS X  

    Berdasarkan tabel tersebut, pada tahun 2005 hingga tahun 2011 angka

    turnover  lebih banyak terjadi pada staf pendidik daripada staf kependidikan. Hal

    ini merupakan masalah yang sangat memprihatinkan mengingat staf pendidik

    adalah ujung tombak dari bisnis perguruan tinggi. Staf pendidik sebagai penjual

     jasa pendidikan yang secara langsung berhadapan dengan konsumen yang dalam

    hal ini adalah mahasiswa berperan penting dalam kelangsungan bisnis perguruan

    tinggi. Tingginya angka turnover  staf pendidik tersebut tentu akan membawa

    sejumlah kerugian pada PTS X. Hingga pada tahun 2010, jumlah staf pendidik

    yang melakukan pengunduran diri telah berkurang namun tiba-tiba melonjak

    tinggi yaitu tiga kali lipat pada tahun berikutnya yaitu tahun 2011. Pada dua tahun

     berikutnya angka tersebut kemudian berkurang walaupun hanya setengah.

    Selain itu, yang tidak kalah penting adalah meningkatnya angka turnover  

    staf kependidikan yang cukup drastis. Puncak perubahan yang paling signifikan

    adalah angka turnover yang terjadi pada staf kependidikan dari tahun 2012 hingga

    2013. Data tersebut menunjukkan adanya lonjakan angka keluarnya staf

    kependidikan hingga dua kali lipat. Walaupun staf kependidikan memang tidak

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    19/104

    9

    secara langsung menjual jasa pendidikan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa staf

    kependidikan adalah elemen penting yang berfungsi mendukung semua aktivitas

    akademik dalam perguruan tinggi. Staf kependidikan akan bertanggung jawab atas

    kelancaran semua sistem yang mendukung kegiatan akademik agar dapat berjalan

    sebagaimana mestinya. Peningkatan angka turnover staf kependidikan yang terus

     bertambah tentu akan membawa kerugian bagi PTS X.

    Selain itu jika dibandingkan dengan staf pendidik, angka turnover staf

    kependidikan bahkan berjumlah tiga kali lebih banyak dari pada staf pendidik.

    Padahal pada tahun 2012, selisih angka turnover antara staf pendidik dengan staf

    kependidikan hanya satu angka. Mengingat pentingnya staf pendidik dan staf

    kependidikan sebagai roda penggerak keseluruhan bisnis perguruan tinggi, maka

     permasalahan angka turnover ini sebaiknya tidak diremehkan. Hal ini kemudian

    melatarbelakangi minat peneliti untuk meneliti lebih lanjut.

    McKeachie dalam Bozeman dan Gaughan (2011) mengatakan bahwa para

    staf pendidik yang menunaikan kewajibannya sebagai pengajar merasa

    motivasinya untuk mengajar merupakan suatu “panggilan” sehingga faktor lain

    seperti gaji bukan menjadi fokus utama kepuasan kerjanya. Penelitian serupa juga

    diungkapkan oleh Erez dan Isen (2002) yang mengatakan bahwa pada

    kenyataannya, jumlah gaji yang dibayarkan tidak lebih penting daripada persepsi

    tentang keadilan sistem penggajian dan ekspektasi dari hubungan antara gaji dan

     performa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor seperti gaji dan

    tunjangan (kompensasi) tidak menjamin kepuasan kerja seorang pegawai karena

    gaji hanya merupakan satu dari banyak aspek lain yang mempengaruhi kepuasan

    kerja seorang pegawai.

    Di samping kemungkinan perbedaan kepuasan kerja berdasarkan sifat

     pekerjaan, menurut Korman (dalam Munandar, 1988) karakteristik individu juga

    mempengaruhi kepuasan kerja seorang pegawai. Karakteristik individu yang

    dimaksud adalah seperti jenis kelamin, usia, masa kerja, dan tingkat pendidikan.

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Baysal (1981), pegawai wanita yang bekerja

    dibawah tekanan, memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi jika dibandingkan

    dengan pegawai laki-laki. Saleh dan Otis (dalam Munandar 1988) melakukan

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    20/104

    10

     penelitian terkait usia dan menyatakan bahwa pegawai yang mulai memasuki

    masa persiapan pensiun mengalami penurunan kepuasan kerja. Sedangkan dari

    hasil penelitian yang dilakukan oleh Stumpf dan Rabinowitz‟s (1981), semakin

    lama masa kerja seorang pegawai, semakin tinggi tingkat kepuasannya. Untuk

    tingkat pendidikan, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Korman (dalam Balci,

    1985) dikatakan bahwa secara konsisten penelitian menunjukkan adanya korelasi

    negatif antara latar belakang pendidikan dengan kepuasan kerja, terutama pada isu

    gaji. Maksudnya, pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih

    rendah cenderung lebih puas (terutama dalam hal gaji) daripada pegawai dengan

    latar belakang pendidikan yang lebih tinggi.

    Perbedaan tingkat kepuasan kerja pada pegawai dapat dipengaruhi oleh

     berbagai aspek seperti yang telah dijelaskan di atas. Pada PTS X, staf

    kependidikan maupun staf pendidik merupakan satu kesatuan yang saling

    membutuhkan satu sama lain. Jika sebuah perguruan tinggi memiliki staf pendidik

    yang berkualitas, namun tanpa staf kependidikan yang handal, sebuah perguruan

    tinggi tentu tidak dapat melakukan aktivitasnya, begitu juga sebaliknya. Artinya,

    staf pendidik dan staf kependidikan merupakan dua elemen penting yang

    menggerakkan seluruh aktivitas perguruan tinggi. Menurut Kusku (2003), seorang

     pegawai akan sukses dalam pekerjaannya hanya jika mereka dapat menciptakan

    lingkungan kerja yang produktif dengan bantuan dan dukungan dari pegawai

    dengan pekerjaan yang berbeda pada satu organisasi yang sama. Jika

    diaplikasikan pada PTS X, dapat dimengerti bahwa staf pendidik dapat bekerja

    dengan maksimal jika berhasil menciptakan lingkungan kerja yang produktif

    dengan dukungan dan bantuan staf kependidikan, begitu pula dengan staf

    kependidikan. Oleh karena itu, untuk menciptakan lingkungan produktif yang

    saling mendukung dibutuhkan peran yang optimal dari kedua kelompok staf pada

    PTS X. Hal tersebut hanya dapat terwujud apabila kedua kelompok staf memiliki

    sikap kerja yang baik terhadap pekerjaannya. Jika sikap kerja dimaknai sebagai

    kepuasan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan lingkungan

    kerja yang produktif, diperlukan kepuasan kerja antara dua kelompok staf yang

     berimbang. 

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    21/104

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    22/104

    12

    mengidentifikasi tingkat kepuasan kerja pada pegawai dalam institusi perguruan

    tinggi. Populasi dari penelitian ini adalah 280 staf pendidik dan 297 staf

    kependidikan di PTS X yang berstatus pegawai tetap.

    I.B. RUMUSAN PERMASALAHAN 

    Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan yang signifikan antara kerja staf

     pendidik dan staf kependidikan yang bekerja di PTS X?

    I.C. TUJUAN PENELITIAN 

    Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan

    tingkat kepuasan kerja antara staf pendidik dan staf kependidikan yang bekerja di

    PTS X. 

    I.D. MANFAAT PENELITIAN 

    I.D.1. Manfaat Teoritis

    a.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

     pengetahuan pada umumnya dan ilmu psikologi khususnya ilmu

    Psikologi Industri dan Organisasi.

     b.  Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan teori

    mengenai kepuasan kerja, khususnya ada tidaknya perbedaan

    tingkat kepuasan kerja staf pendidik dan staf kependidikan yang

     bekerja di perguruan tinggi swasta.

    I.D.2. Manfaat Praktis 

    a.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak

    BSDM PTS X untuk mendapatkan gambaran perbedaan tingkat

    kepuasan kerja antara staf pendidik dan staf kependidikan yang

     bekerja di dalamnya.

     b.  Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memberi masukan

    mengenai aspek-aspek kepuasan kerja yang berbeda antara staf

     pendidik dan staf kependidikan untuk ditinjau kembali sehingga

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    23/104

    13

    tercipta kepuasan kerja yang berimbang dengan tujuan akhir

    yaitu terwujudnya lingkungan kerja yang produktif untuk

     performa pegawai yang maksimal.

    I.E. SISTEMATIKA PENULISAN

    Bab I merupakan bagian pendahuluan yang memberikan gambaran ringkas

    dari kondisi-kondisi yang melatarbelakangi timbulnya permasalahan, perumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritis maupun secara

     praktis, dan sistematika penulisan.

    Bab II merupakan bagian yang berisikan landasan teori dari penelitian ini.

    Landasan teori berisi berbagai telaah teori yang dirangkum peneliti dari berbagai

    sumber.

    Bab III merupakan bagian yang berisi metode penelitian. Bab ini akan

    membahas jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian,

    instrumen yang digunakan, teknik pengumpulan data, serta metode analisis data.

    Bab IV merupakan bagian yang berisi analisis dan interpretasi data. Bab

    ini akan memuat gambaran umum subjek penelitian, gambaran variabel penelitian,

    analisa data, dan interpretasi hasil penelitian.

    Bab V merupakan bagian yang berisi kesimpulan, diskusi, dan saran. Pada

     bab ini akan menguraikan kesimpulan yang ditarik peneliti berdasarkan hasil dari

     penelitian ini. Kemudian diskusi mengenai hasil penelitian dan kelemahan

     penelitian ini, serta berisi saran baik secara teoritis maupun praktis yang

    diharapkan dapat berguna untuk penelitian selanjutnya.

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    24/104

    14

    BAB II

    Landasan Teori

    II.A. KEPUASAN KERJA

    II.A.1. Definisi Kepuasan Kerja

    Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan suatu pengertian yang sulit

    untuk didefinisikan, tetapi banyak penulis mencoba untuk merumuskan apa yang

    dimaksud dengan kepuasan kerja tersebut. Sebelum itu, kita perlu memahami

     bahwa kepuasan kerja adalah suatu hal yang bersifat individual sebab setiap

    individu akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, sesuai dengan

    sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Dan perbedaan itu sendiri muncul karena

    adanya perbedaan sikap dari masing-masing individu terhadap pekerjaannya yang

    merefleksikan sikap senang atau tidak senang atas sejumlah harapan maupun

     pengalaman terhadap pekerjaan itu (Wexley & Yukl, 1984).

    Kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum seorang individu terhadap

     pekerjaannya, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja

    dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima. (Robbins, 1996).

    Menurut Edwin A. Locke (dalam Luthans, 2005) menyatakan kepuasan

    kerja adalah:

     A pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job

    or job experiences.

    Jika diartikan, kepuasan kerja adalah suatu kesenangan atau tampilanemosi positif sebagai hasil dari penilaian individu terhadap pekerjaan atau

     pengalaman kerjanya. Dari definsi tersebut terlihat bahwa Locke merumuskan

     pengertian kepuasan kerja sebagai suatu respon yang sifatnya emosional yang

    diperoleh seseorang dari pengalamannya selama bekerja. Locke juga

    menambahkan bahwa terdapat dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu

    nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Nilai-nilai pekerjaan

    merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan.

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    25/104

    15

    Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu

     pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.

    Tokoh lain yaitu Spector (1997), berpendapat bahwa kepuasan kerja

    adalah perasaan seseorang akan pekerjaan mereka dan aspek-aspek yang berbeda

    dari pekerjaannya. Kepuasan kerja juga dapat diartikan dengan perasaan

    menyeluruh mengenai pekerjaan atau mengenai tingkat hubungan berbagai aspek

    atau segi dari perilaku dalam pekerjaan.

    Smith, Kendall dan Hulin (dalam Laczo & Hanisch, 1999) kepuasan kerja

    merupakan konstruk umum yang terdiri dari evaluasi individu dan reaksinya atas

    aspek-aspek spesifik dari pekerjaannya.

    Selain itu, Davis (dalam Munandar, 1988) berpendapat bahwa :

     Job satisfaction is the favorable or unfavorableness with which employees view

    their work.

    Davis menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah rasa senang atau tidak

    senang yang dirasakan pekerja terhadap pekerjaannya. Sedangkan tokoh lain

    seperti M.L Blum (dalam Munandar, 1988) mengemukakan :

     In short, job satisfaction is a general attitude which is the result of many

     specific attitudes in three areas, namely, specific job factors, individual

    characteristics, and group relationships outside the job.

    Dengan demikian, Blum (1956) menambahkan bahwa di dalam kepuasan

    kerja terdapat faktor karakteristik individual dan hubungan sosial individu di luar

     pekerjaannya selain faktor pekerjaan itu sendiri, untuk membentuk sikap umum

    terhadap pekerjaan.

    Dari definisi-definisi mengenai kepuasan kerja yang dikemukakan oleh

     para ahli, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kepuasan kerja berkaitan dengan

     perasaan seseorang terhadap pekerjaan dan aspek-aspek dalam pekerjaan itu.

    Kepuasan kerja adalah bagaimana individu merasakan pekerjaannya yang

    dihasilkan dari sikap individu tersebut terhadap aspek-aspek yang terkandung

    dalam pekerjaannya. Sikap tersebut juga berkaitan dengan karakteristik individu

    dan situasi lingkungan pekerjaannya. Dalam penelitian ini definisi kepuasan kerja

    mengacu pada definisi kepuasan kerja oleh Spector (1997).

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    26/104

    16

    II.A.2 Teori-teori Kepuasan Kerja

    Menurut Wexley & Yukl (1984), teori kepuasan kerja terbagi atas tiga

    yaitu :

    a.   Discrepancy Theory (teori kesenjangan)

    Menurut Locke (1969) kepuasan atau ketidakpuasan kerja seorang

    karyawan terhadap berbagai aspek dari pekerjaan tergantung pada selisih

    antara apa yang diperoleh dengan apa yang diharapkan/diinginkan.

    Seseorang akan merasa puas jika tidak ada selisih antara apa yang

    diinginkan dengan kenyataan yang terjadi. Selain itu, seorang karyawan

     juga merasa puas jika apa yang diperoleh lebih besar daripada apa yang

    diharapkannya dari pekerjaan tersebut. Walaupun terjadi kesenjangan,

    namun kesenjangan tersebut bersifat positif. Sebaliknya, seseorang akan

    merasa tidak puas jika apa yang diterimanya lebih rendah daripada apa

    yang menjadi harapan/keinginannya. Variasi lain dari model teori

    kesenjangan mengenai kepuasan kerja juga dikemukakan oleh Porter

    (1961) yang mendefinisikan kepuasan kerja sebagai selisih dari apa yang

    seharusnya ( should be) dengan apa yang terjadi pada kenyataan saat ini

    (now). Konsep ini sebenarnya hampir sama dengan teori yang

    dikemukakan oleh Locke (1969). Namun, Porter (1961) lebih menekankan

     pada apa yang seharusnya diterima dibandingkan keinginan/kebutuhan

    masing-masing karyawan sebagai faktor penentu kepuasan terhadap

     pekerjaannya.

     b.   Equity Theory 

    Teori ini dikembangkan oleh Adam (1963). Prinsip dasar dari teori ini

    adalah bahwa seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung dari

    apakah dia merasakan keadilan atau tidak terhadap suatu situasi. Kepuasan

    seseorang bersifat subjektif karena tingkat kepuasan seseorang pada

    dasarnya berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. Adapun

    komponen-komponen yang penting dalam equity theory adalah :

    1.   Input  

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    27/104

    17

     Input adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai

    “sumbangan” atau ilmu atas pekerjaannya, misalnya

     pengalaman, pendidikan, kemampuan, jam kerja, dan

    sebagainya.

    2.  Outcomes 

    Outcomes adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan

    karyawan sebagai hasil dari kerja keras atas pekerjaannya,

    misalnya gaji, tunjangan-tunjangan, simbol status, pengakuan

    dari orang lain, dan sebagainya.

    3.  Comparison person 

    Comparison person adalah kepada siapa seorang karyawan

    membandingkan rasio input-outcomes yang dimilikinya.

    Menurut teori ini, setiap orang akan membandingkan rasio

    input-outcomes dirinya dengan rasio input-outcomes orang lain.

    Bila perbandingannya dianggap cukup adil, maka ia akan

    merasa puas dan begitu pula sebaliknya. Comparison person

    dapat dilakukan terhadap seseorang di organisasi yang sama,

    organisasi yang berbeda, atau bahkan pada karyawan di

     pekerjaan sebelumnya.

    c.  Two Factor Theory (teori dua faktor)

    Prinsip dari teori ini adalah kepuasan kerja dan ketidakpuasan merupakan

    dua konsep yang berbeda (Herzberg, 1966). Berdasarkan hasil penelitian

    Herzberg (1966), dia membagi dua situasi yang mempengaruhi sikap

    seseorang terhadap pekerjaanya yaitu kelompok satisfiers (motivator) dan

    kelompok dissatisfiers (hygiene factors). Hygiene factors merujuk pada

    kebutuhan dasar fisiologis yang terdiri dari gaji, supervisi, hubungan

    interpersonal, kondisi kerja, rasa aman, dan status. Jika hygiene factors 

    tidak terpenuhi, seseorang akan merasa tidak puas. Namun, jika hygiene 

     factors telah terpenuhi, seseorang tidak lagi merasa tidak puas, namun ia

     juga belum mencapai kepuasan kerjanya. Menurut teori ini, seseorang

    dapat merasa puas hanya jika kebutuhan pada kelompok satisfiers 

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    28/104

    18

    (motivator) telah terpenuhi. Elemen-elemen yang terdapat dalam

    kelompok motivator terkait pada kebutuhan diatas kebutuhan dasar

    fisiologis dan perkembangan psikologis seperti kemenarikan dari

     pekerjaan itu sendiri, tantangan yang dihadapi, perasaan bertanggung

     jawab atas pekerjaannya, kesempatan untuk berkarya, pengakuan, dan

     pencapaian yang dapat dilakukan.

    II.A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

    Ada beberapa ahli yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

    kepuasan kerja, yaitu :

    a.  Robbins

    Menurut Robbins (1996), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi

    kepuasan kerja karyawan, yaitu :

    1.  Pekerjaan yang secara mental menantang (mentally challenging work )

    artinya apakah jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan

    memiliki tantangan atau tidak ada tantangannya sama sekali. Pekerjaan

    yang dirasa tidak menantang akan menimbulkan perasaan bosan atau

     jenuh, sebaliknya jika tantangannya terlalu berat juga akan

    menimbulkan dampak yang tidak baik yaitu frustasi dan perasaan

    gagal. Oleh karena itu, sebaiknya pekerjaan seorang karyawan

    memiliki tantangan namun tidak sampai terlalu berat dengan kata lain

    haruslah proporsional.

    2.  Reward yang sesuai (equitable rewards), yang dimaksud dengan

    reward adalah gaji, bonus, tunangan, komisi, dan lain-lain. Yang

    dimaksud adil dalam hal ini adalah kesesuaian antara gaji dengan

     pekerjaannya (Wexley & Yukl,1984).

    3.  Kondisi kerja yang mendukung ( supportive working condition). Hal-

    hal yang termasuk dalam kondisi kerja misalnya temperatur, cahaya

    atau penerangan, meja, kursi, tingkat kebisingan, dan lain-lain.

    Walaupun hal ini tidak menjadi prioritas yang diutamakan, namun hal

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    29/104

    19

    ini cukup menjadi pendukung semangat kerja karyawan saat

     beraktivitas di tempat kerja.

    4.  Rekan kerja yang mendukung ( supportive colleagues). Tidak semua

    orang yang bekerja bertujuan untuk mencari uang sebanyak-banyaknya.

    Ada orang-orang yang bertahan di suatu tempat kerja karena merasa

    nyaman dengan rekan kerja di sekitarnya (need of affiliation).

     b.  Greenberg & Baron

    Greenberg & Baron (1993) membagi faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi kepuasan kerja ke dalam tiga kelompok yaitu :

    1.  Faktor organisasi

    Yang dimaksud dengan faktor organisasi adalah faktor-faktor yang

     berkaitan dengan kebijaksanaan dalam organisasi tersebut. Adapun

    faktor yang termasuk dalam faktor organisasi yaitu :

    a.  Sistem penggajian

    Karyawan menginginkan sistem upah yang dipersepsikan

    sebagai keadilan. Kepuasan akan diperoleh bila karyawan

    menganggap upah yang diterima adil. Apabila gaji yang

    diterima tidak sesuai dengan standar tersebut maka

    karyawan akan merasakan ketidakpuasan (Berry, 1998).

     b.  Sistem promosi

    Promosi memberikan kesempatan bagi individu untuk

     berkembang, memiliki tanggung jawab lebih banyak serta

    meningkatkan status sosialnya. Seorang pegawai akan puas

     jika ia mempersepsikan organisasi tempat ia bekerja

    memberikan sistem promosi yang adil.

    c.  Supervisi

    Persepsi karyawan terhadap kualitas atasannya merupakan

    hal yang penting. Karyawan yang mempersepsikan

    atasannya sebagai pemimpin yang adil, kompeten, dan

     peduli terhadap bawahannya biasanya mempunyai

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    30/104

    20

    kepuasan kerja yang lebih tinggi (Greenberg & Baron,

    1993).

    2.  Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan

    Yang termasuk di dalam faktor yang berhubungan dengan pekerjaan

    yaitu :

    a.  Karakteristik pekerjaan

    Menurut Hackman dan Oldham (dalam Wexley & Yulk,

    1984), semakin banyak variasi kegiatan yang dilakukan

    karyawan maka pekerjaan tersebut makin tidak

    membosankan. Para karyawan khususnya karyawan yang

    memiliki kebutuhan untuk berkembang akan merasa lebih

     puas bila memiliki pekerjaan yang kompleks serta

    membutuhkan keahlian yang beragam (Berry, 1998).

     b. Aspek fisik

    Aspek fisik tempat bekerja memainkan peran yang penting

    dalam menentukan kepuasan kerja. Kepuasan kerja

    meliputi kondisi lingkungan kerja, perlengkapan kerja,

    keadaan ruangan, suhu, penerangan, dan pertukaran udara

    (As‟ad, 2001).

    c.  Rekan kerja

    Karyawan yang memiliki rekan kerja yang dipercaya dapat

    diandalkan, merasa rekan kerjanya sebagai bagian dari tim,

    dilaporkan memiliki kepuasan kerja yang tinggi

    (Greenberg & Baron, 1993). Karyawan yang memiliki

    rekan kerja yang ramah dan mendukung akan

    meningkatkan kepuasan kerja seseorang (Robbins, 1996).

    3.  Faktor karakteristik personal

    Karakteristik seseorang juga menentukan apakah ia akan merasa puas

    atau tidak terhadap pekerjaannya, seperti usia, jenis kelamin, tingkat

     pendidikan dan masa kerja.

    a.  Usia

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    31/104

    21

     b.  Jenis kelamin

    c.  Tingkat pendidikan

    d.  Masa kerja

    c.  Luthans

    Luthans (2005) mengemukakan enam faktor yang dapat mempengaruhi

    kepuasan kerja yaitu :

    1.  Pekerjaan Itu Sendiri

    Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri merupakan sumber utama

    kepuasan kerja. Pekerjaan yang memberikan tugas yang menarik,

    menantang, dan memberikan kesempatan untuk berkembang

    merupakan hal paling penting yang dipertimbangkan karyawan dalam

     bekerja. Karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang memberikan

    kesempatan untuk menggunakan kemampuan serta menawarkan variasi

     pekerjaan. Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu,

    tidak peduli seberapa tinggi/rendah jabatan pekerjaan tersebut. Sulit

    tidaknya suatu pekerjaan dan perasaan bahwa keahliannya

    dibutuhkan/tidak dalam melakukan pekerjaan tersebut dapat

    mempengaruhi kepuasan kerja seseorang.

    2.  Pengawasan

    Pengawasan (supervisi) adalah kemampuan seorang atasan untuk

    memberikan bantuan secara teknis maupun berupa dukungan baik

    dalam hal mengarahkan, memimpin dan mengembangkan karyawan

    yang bekerja di bawah divisinya. Saat ini, ada dua dimensi gaya

     pengawasan yang mempengaruhi kepuasan kerja. Yang pertama adalah

    gaya pengawasan yang berpusat pada karyawan. Gaya pengawasan ini

    dilakukan dengan cara meneliti seberapa baik kerja karyawan,

    memberikan nasihat dan bantuan pada individu, dan berkomunikasi

    dengan rekan kerja baik secara personal maupun dalam konteks

     pekerjaan. Dimensi yang lain adalah gaya pengawasan yang sifatnya

     partisipatif. Misalnya seorang manager  memungkinkan bawahannya

    untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    32/104

    22

     pekerjaan mereka. Dalam banyak kasus, cara ini terbukti menghasilkan

    kepuasan kerja yang lebih tinggi.

    3.  Rekan Kerja

    Sifat alami dari kelompok atau tim kerja akan mempengaruhi kepuasan

    kerja. Pada umumnya, rekan kerja atau anggota tim yang kooperatif

    merupakan sumber kepuasan kerja yang paling sederhana pada

    karyawan secara individu. Kelompok kerja, terutama tim yang akrab

    ( solid ) bertindak sebagai sumber dukungan, rasa nyaman, pemberi

    nasihat, dan bantuan pada anggota individu. Penelitian yang dilakukan

    oleh Luthans (2005) membuktikan bahwa karyawan yang saling

    ketergantungan antar satu dengan lainnya dalam suatu kelompok kerja

    untuk menyelesaikan pekerjaannya, cenderung memiliki kepuasan kerja

    yang lebih tinggi. Kelompok kerja yang baik atau tim yang efektif akan

    membuat pekerjaan jadi menyenangkan. Walaupun demikian, faktor ini

     bukan faktor utama dalam kepuasan kerja. Namun dalam kondisi

    sebaliknya, jika hubungan karyawan dengan rekan kerja tidak baik, hal

    ini akan menyebabkan efek negatif pada kepuasan kerja karyawan

    tersebut.

    4. Kesempatan Promosi

    Kesempatan promosi memiliki pengaruh yang sedikit berbeda pada

    kepuasan kerja. Hal ini disebabkan promosi memiliki sejumlah bentuk

    yang berbeda dan memiliki berbagai jenis penghargaan. Misalnya

    karyawan yang dipromosikan atas dasar senioritas (bekerja lebih lama)

    sering merasakan kepuasan kerja. Namun rasa puas tersebut tentu tidak

    sebanyak karyawan yang dipromosikan atas dasar kinerjanya sendiri.

    Pada akhirnya, Luthans (2005) mengungkapkan, lingkungan kerja yang

     positif, kesempatan untuk berkembang secara intelektual dan

    memperluas keahlian dasar dirasa lebih penting daripada kesempatan

     promosi.

    5. Gaji

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    33/104

    23

    Upah atau gaji diyakini merupakan faktor multidimensi dalam kepuasan

    kerja. Uang tidak hanya membantu orang memperoleh kebutuhan dasar,

    tetapi juga alat untuk memberikan kebutuhan kepuasan pada tingkat

    yang lebih tinggi. Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari

     bagaimana manajemen menghargai kontribusi mereka terhadap institusi.

    6. Kondisi Kerja

    Kondisi kerja memiliki pengaruh kecil terhadap kepuasan kerja. Jika

    kondisi kerja baik (misalnya bersih, tenang, rapi, nyaman), individu akan

    lebih mudah menyelesaikan pekerjaan mereka. Jika kondisi kerja buruk

    (misalnya udara panas, udara terlalu dingin, ramai, berisik, kotor,

     berantakan) maka individu akan lebih sulit menyelesaikan pekerjaannya.

    Dengan kata ain, efek kondisi kerja ini memiliki kesamaan dengan poin

    rekan kerja di atas dimana jika segalanya berjalan baik, maka tidak ada

    masalah kepuasan kerja. Namun jika segalanya berjalan buruk, maka

    masalah ketidakpuasan kerja akan muncul. Rata-rata karyawan tidak

     pernah menempatkan kondisi kerja sebagai masalah besar kecuali jika

    kondisi kerja benar-benar buruk.

    d. Spector

    Spector (1997) membagi kepuasan kerja menjadi dua faktor yaitu :

    1.  Faktor lingkungan (enviromental ) terdiri dari beberapa sub faktor

    yaitu :

      Karakteristik pekerjaan dan teori karakteristik pekerjaan

    Hulin & Blood (dalam Spector, 1997) yakin bahwa pekerjaan

    yang sederhana dan memiliki tingkat rutinitas yang tinggi

    cenderung menimbulkan kebosanan dan ketidakpuasan.

    Menurut Heckman & Oldhan (dalam Spector, 1997),dasar dari

    teori karakteristik pekerjaan adalah orang dapat dimotivasi

    dengan diberikan jenis pekerjaan yang menyenangkan dan

     berarti. Orang yang mengerjakan pekerjaan yang disukai akan

    termotivasi untuk bekerja lebih baik.

      Faktor Organisasi (Organizational Constrains)

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    34/104

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    35/104

    25

    aspek dari kepuasan kerja akan tetapi tidak bisa

    merepresentasikan kepuasan kerja secara keseluruhan.

      Stres Kerja

    Dalam bekerja, setiap orang pasti akan menemukan keadaan

    yang menyebabkan stres. Dari hasil penelitian yang dilakukan

     pada pekerja dewasa di Inggris oleh Warr dan Payne (dalam

    Spector, 1997) ditemukan 15% pekerja laki-laki dan 10%

     pekerja wanita diindikasikan pernah mengalami kekesalan

    akibat dari pekerjaannya. Keadaan yang tidak menyenangkan

    ini dapat menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan dalam

     bekerja.

      Beban kerja (workload) 

    Beban kerja yang berlebihan dapat menyebabkan seorang

     pekerja mengalami ketidakpuasan dalam pekerjaannya. Hal ini

    didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jex dan Beehr

     pada tahun 1991 (dalam Spector, 1997) yang mendapatkan

    hasil antara kepuasan kerja dengan beban kerja memiliki

    korelasi yang signifikan.

      Kontrol

    Kontrol adalah kebebasan yang dimiliki oleh seorang pekerja

    dalam menentukan dan membuat keputusan dalam

     pekerjaannya. Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan

    korelasi yang terlalu signifikan antara kontrol dengan kepuasan

    kerja, namun kontrol merupakan salah satu variabel penting

    dalam menyebabkan terjadinya stres dalam bekerja.

      Tuntutan / Kontrol Model

    Ketika seseorang memiliki kontrol maka tuntutan atau tekanan

    akan cenderung rendah sehingga kepuasan kerja yang dimiliki

    menjadi lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika kontrol yang

    dimiliki rendah, maka tuntutan atau tekanan akan leih besar

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    36/104

    26

    yang akan menyebabkan terjadinya stres yang pada akhirnya

    akan menurunkan tingkat kepuasan kerja.

      Jadwal Kerja

    Pada dasarnya jadwal kerja t idak memiliki pengaruh langsung

    terhadap tingkat kepuasan kerja, namun jadwal kerja lebih

     berpengaruh pada kesehatan secara fisik yang pada akhirnya

    akan mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang.

    2.  Faktor Personal

      Karakter pribadi dan kepuasan kerja ( Personality Traits and

     Job Satisfaction)

    Ada dua karakter pribadi yang memiliki korelasi yang

    signifikan dengan tingkat kepuasan kerja yaitu Locus of

    Control dan Negative Affectivity (NA). Locus of Control adalah

    sebuah variabel kognitif yang merepresentasikan kepercayaan

    diri pada kemampuan untuk mengontrol reinforcement positif

    dan negatif dalam hidup. Sedangkan NA adalah variabel

    kepribadian yang merefleksikan kecenderungan seseorang

    untuk mengalami emosi negatif seperti kecemasan atau depresi

    dalam menghadapi berbagai situasi. Pada penelitian yang

    dilakukan oleh O‟Brien, 1983 (dalam Spector, 1997)

    ditemukan bahwa locus of control berhubungan dengan

    kepuasan kerja, sikap kepemimpinan, persepsi dan motivasi

    atas pekerjaan. Semakin tinggi nilai internal seseorang semakin

    tinggi pula tingkat kepuasan kerja yang mungkin dicapai. Sama

    halnya dengan Locus of Control, Negative Affectivity juga

    memiliki peran dalam menentukan tingkat kepuasan kerja

    seseorang. Moyle (1995) membuat hipotesa yang menyatakan

     bahwa orang yang memiliki level yang tinggi pada NA akan

    memiliki tingkat kepuasan kerja yang buruk begitu juga

    sebaliknya.

      Kesesuaian Kerja ( Person Job Fit )

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    37/104

    27

     Person job fit adalah kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan

     pribadi seseorang. Jika pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan

    kemampuan yang dimiliki maka orang tersebut akan memiliki

    rentang kesenjangan yang kecil, sehingga besar kemungkinan

    orang tersebut akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih

    rendah. Hipotesis ini berhasil dibuktikan dalam penelitian yang

    dilakukan oleh Edwards (dalam Spector, 1997) dimana pada

     penelitian ini ditemukan kesenjangan memiliki korelasi yang

    signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja.

    Dari dua faktor utama diatas ( Environmental & Personality), Spector

    membuat sebuah alat ukur kepuasan kerja yang diberi nama The Job

    Satisfaction Survey (JSS). Adapun alat tes ini dibuat oleh Spector dengan

    mengacu pada teori besar Discrepancy Theory yang dipelopori Wexley &

    Yukl (1984). Pada alat ukur ini Spector melebur kedua faktor utama ke

    dalam sembilan aspek. Berikut ini adalah kesembilan aspek tersebut:

    1.   Pay : kepuasan akan pembayaran dan kenaikan pembayaran.

    2.   Promotion : kepuasan terhadap kesempatan mendapatkan

     promosi.

    3.  Supervision : kepuasan terhadap kepemimpinan dari atasan.

    4.   Fringe benefits : kepuasan terhadap keuntungan dalam

     pekerjaan.

    5.  Contingent reward  : kepuasan atas imbalan yang diterima,

    didapatkan sesuai dengan prestasi yang dicapai.

    6.  Operating condition : kepuasan terhadap aturan dan

     prosedur.

    7.  Coworkers : kepuasan terhadap rekan sekerja.

    8.   Nature of work : kepuasan terhadap jenis pekerjaan yang

    dilakukan.

    9.  Communication : kepuasan terhadap hubungan komunikasi

    dengan organisasi.

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    38/104

    28

    II.A.4 Konsekuensi dari Kepuasan Kerja

    Berikut ini adalah hasil atau dampak yang akan diperoleh dari kepuasan kerja

    (Luthans, 2005 ; Munandar, 2001):

    1. Kepuasan dan produktivitas

    Diantara kepuasan kerja dengan produktivitas memiliki korelasi yang

     positif, walaupun tingkat kepuasan kerja yang tinggi tidak selalu

    menghasilkan produktivitas yang tinggi.

    2. Kepuasan dan turnover  

    Keluar masuknya (turnover ) pegawai memiliki hubungan yang positif

    dengan kepuasam kerja. Sebagian besar penyebab keluarnya pegawai

    dari sebuah institusi adalah karena adanya ketidakpuasan kerja.

    3. Kepuasan dan ketidakhadiran

    Kepuasan kerja dengan kepuasan kerja tidak selalu memiliki hubungan

    yang timbal balik. Rendahnya tingkat kehadiran tidak selalu

    menandakan adanya ketidakpuasan begitu juga sebaliknya, kepuasan

    kerja yang tinggi tidak selalu meningkatkan kehadiran.

    4. Dampak lain dari kepuasan kerja

    Kesehatan fisik dan mental pekerja juga memiliki hubungan tingkat

    kepuasan kerja. Dari kajian longitudinal disimpulkan bahwa ukuran-

    ukuran dari kepuasan kerja merupakan peramal yang baik bagi rentang

    kehidupan.

    II.A.5. Faktor Lain yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

    a. Jenis Kelamin

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (dalam

    As‟ad, 1987) menunjukkan bahwa kepuasan kerja kelompok perempuan

    lebih rendah daripada kepuasan kerja laki-laki. Peneliti lain Sauser dan

    York (dalam Muchinsky, 1987) serta Forgionne dan Peeters (dalam

    Luthans, 1995) menemukan adanya perbedaan kepuasan kerja antara

    laki-laki dan perempuan. Pada kelompok perempuan memperlihatkan

    adanya ketidakpuasan pada kesempatan promosi dan pekerjaan itu

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    39/104

    29

    sendiri. Schultz dan Schultz (1986) menyatakan adanya perbedaan

    kepuasan kerja tersebut lebih disebabkan karena perlakuan yang

     berbeda yang diterima antara laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan,

    misalnya gaji dan kesempatan promosi yang diterima perempuan lebih

    kecil dibandingkan laki-laki.

     b. Usia

    Gilmer (dalam As‟ad, 1987) mengatakan bahwa rendahnya kepuasan

    kerja terjadi pada usia 20 tahun hingga 20 tahun. Menurut As‟ad (1987),

    karyawan yang berusia lebih muda lebih fokus pada teman kerja, jam

    kerja, upah, supervisi dan kondisi kerja, tapi tidak menganggap penting

     pengembangan diri, faktor lingkungan, dan keamanan kerja. Sedangkan

    menurut Saleh dan Otis (dalam Munandar, 1988), pekerja yang masuk

    masa persiapan pensiun akan mengalami penurunan kepuasan kerja.

    c. Masa Kerja

    Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Schultz dan Schultz (1986)

    menunjukkan adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan masa

    kerja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan kerja

    seseorang relatif tinggi pada waktu permulaan dan kemudian akan turun

    secara berangsur-angsur dalam 5, 8 hingga 10 tahun. Kemudian

    kepuasan kerja akan naik kembali setelah 20 tahun bekerja.

    d. Tingkat Pendidikan

    Glenn dan Weaver (dalam Schultz dan Schultz, 1986) melakukan

     penelitian mengenai kaitan antara kepuasan kerja dengan tingkat

     pendidikan. Hasilnya, kepuasan kerja ditemukan lebih tinggi pada

     pekerja yang berpendidikan rendah dibanding dengan pekerja yang

    lulus perguruan tinggi. Penyebabnya disebutkan karena pekerja yang

    lulus perguruan tinggi biasanya memiliki harapan yang lebih tinggi

    dibandingkan pekerja yang hanya tamatan SMA, SMP atau bahkan SD.

    Akibatnya, para lulusan perguruan tinggi merasa pekerjaannya tidak

    memenuhi harapan sehingga cenderung kurang puas dengan

     pekerjaannya.

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    40/104

    30

    II.B. PTS X

    PTS X merupakan salah satu universitas swasta tertua dan terbesar di

    Jakarta yang didirikan oleh sekelompok orang muda Kristiani pada tahun 1960.

    Sejak pendiriannya di tahun 1960, posisi PTS X sebagai perguruan tinggi swasta

    di Indonesia secara bertahap meningkat terus sehingga saat ini dapat dikatakan

    menjadi salah satu universitas papan atas di Jakarta (Panggabean, Murniati, Tulus

    & Yuliastini, 2002; M&PR, 2012). Sekarang ini, PTS X telah memiliki delapan

    fakultas dan satu Sekolah Pascasarjana dengan rincian sebagai berikut : tujuh

     belas program studi Strata 1 (S-1), empat program studi Strata 2 (S-2) dengan 2

    Program Profesi, dan satu program studi Strata 3 (S-3). Pada bulan Maret 2013,

    Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) merilis daftar akreditasi

    dan PTS X mendapat akreditasi B (Damanik, 2013).

    PTS X memiliki visi untuk menjadi perguruan tinggi terkemuka yang

    memiliki keunggulan akademik dan profesional di tingkat nasional serta

    internasional yang secara konsisten mewujudkan perpaduan antara iman kristiani,

    ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya Indonesia dalam upaya

    mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping itu, misi PTS X ada empat yaitu :

    menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi untuk pengembangan ilmu,

     profesionalisme, dan karakter peserta didik; menyelenggarakan penelitian dasar

    dan terapan untuk kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya

    (IPTEKS); mendarmabaktikan keahlian dalam bidang IPTEKS untuk kepentingan

    masyarakat; dan mengelola pendidikan tinggi secara efektif dan efisien dalam

    suasana akademik yang beretika dan bermartabat (sumber: website PTS X).

    Menurut data yang diperoleh dari BSDM PTS X, jumlah mahasiswa aktif

    yang terdaftar pada PTS X per Mei 2013 adalah 9.767 orang dengan jumlah

    mahasiswa baru yang diterima setiap tahun ajaran baru kurang lebih berjumlah

    2.500 orang. Sedangkan total jumlah karyawan pada PTS X per Mei 2013 adalah

    1.817 orang. Karyawan pada PTS X terdiri atas dua kelompok yaitu:

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    41/104

    31

    II.B.1. Staf Pendidik

    Menurut Kepala Biro Sumber Daya Manusia PTS X, staf pendidik adalah

    seluruh karyawan PTS X yang memiliki kewajiban mengajar yaitu para dosen

    tetap maupun dosen honorer. Jumlah total staf pendidik pada PTS X per

     November 2013 adalah 1.446 orang dengan jumlah karyawan tetap yaitu 390

    orang. Staf pendidik secara umum diartikan sebagai karyawan yang bertugas

    mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan fungsi utama yang paling

    mendominasi yaitu sebagai dosen. Tuntutan pekerjaan sebagai dosen diatur oleh

     peraturan dari Dinas Pendidikan Tinggi dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

    yaitu :

    1.  Pendidikan

    Pendidikan adalah kegiatan yang berorientasi pada transfer ilmu

     pengetahuan baik bersifat teori mapun praktek di dalam lingkungan

     perguruan tinggi. Pendidikan akan melibatkan kurikulum, sarana

     prasarana pendidikan, tenaga pengajar (dosen), peserta didik

    (mahasiswa), dan tenaga non edukasi. 

    2.  Penelitian dan Pengembangan

    Penelitian merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan

     pengetahuan empirik, teori, konsep, metodologi, model, atau informasi

     baru yang memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian. 

    3.  Pengabdian

    Pengabdian pada masyarakat merupakan serangkaian aktivitas dalam

    rangka kontribusi perguruan tinggi terhadap masyarakat yang bersifat

    konkrit dan langsung dirasakan manfaatnya. Aktivitas ini dapat

    dilakukan atas inisiatif individu atau kelompok anggota civitas

    akademika perguruan tinggi yang bersangkutan dan bersifat non profit

    (tidak mencari keuntungan).

    II.B.2. Staf Kependidikan

    Staf kependidikan adalah seluruh karyawan yang bergerak sebagai tenaga

     penunjang keseluruhan proses aktivitas akademik. Jumlah total staf

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    42/104

    32

    kependidikan pada PTS X per Mei 2013 adalah 371 orang dengan jumlah

    karyawan tetap yaitu 328 orang. Tuntutan pekerjaan pada staf kependidikan

     berbeda-beda antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Yang termasuk

    staf kependidikan pada PTS X yaitu:

    1)  Seluruh staf yang bekerja di sekretariat pada delapan fakultas (Fakultas

    Ekonomi (FE), Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu

    Komunikasi (FIABIKOM), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    (FKIP), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Hukum (FH), Fakultas

    Kedokteran (FK), Fakultas Psikologi (FP), dan Fakultas Teknobiologi

    (FTb) dan Sekolah Pascasarjana.

    2)  Staf delapan lembaga penunjang yaitu Lembaga Penjaminan Mutu

    (LPM), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM),

    Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat (PKPM), Pusat Kajian Bahasa

    dan Budaya (PKBB), Pusat Pengabdian Masyarakat (PPM), Pusat

    Pengembangan Etika (PPE), Pusat Penelitian Kesehatan

    (PUSLITKES), Pusat Penelitian HIV/AIDS (PPH), Hak Kekayaan

    Intelektual PTS X (HKI).

    3)  Staf biro-biro penunjang aktivitas akademik yaitu Biro Administrasi

    Akademik (BAA), Biro Akuntansi dan Keuangan (BAK), Biro

    Kemahasiswaan, Alumni, dan Pembimbingan Karir Mahasiswa

    (BKAK), dan Biro Pengelola Prasarana dan Sarana (BPPS).

    4)  Unit lainnya yaitu Pusat Pengajaran Bahasa (PPB), Kantor Urusan

    Internasional (KUI), Certified Human Resources Professional (CHRP),

    Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Pelayanan IT

    ( Information Technology) PTS X, Perpustakaan, Marketing, Public

     Relations.

    II.C. PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN KERJA STAF PENDIDIK

    DAN STAF KEPENDIDIKAN PTS X

    Seperti yang telah dibahas diatas, kepuasan kerja didefinisikan sebagai

     perasaan seseorang terhadap pekerjaannya (As‟ad, 1987). Kepuasan kerja seorang

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    43/104

    33

    karyawan ditentukan oleh banyak faktor. Menurut teori kepuasan kerja yang

    dikemukakan oleh Spector (1997), ada sembilan faktor yang mempengaruhi

    kepuasan kerja seorang karyawan. Yang pertama adalah pay (bayaran/gaji).

    Walaupun sering digeneralisir sebagai aspek paling penting, namun sebenarnya

    gaji hanya merupakan salah satu aspek dari berbagai komponen lainnya yang

    menentukan kepuasan kerja seseorang. Pada penelitian yang dilakukan oleh oleh

    Erez dan Isen (2002) yang mengatakan bahwa jumlah gaji yang dibayarkan tidak

    lebih penting daripada persepsi tentang keadilan sistem penggajian. Penelitian

    tersebut menjelaskan bahwa aspek gaji tidak hanya sebatas banyak atau sedikit

    namun lebih menitikberatkan pada sistem penggajian yang adil. Pada institusi

    universitas, sistem penggajian yang adil dapat membuat karyawan merasa nyaman

    dan mencegah adanya perasaan dicurangi atau kurang dihargai oleh institusi

    tempat ia bekerja.

    Yang kedua adalah promotion (kesempatan promosi). Kesempatan untuk

    dipromosikan memiliki pengaruh yang unik pada kepuasan kerja. Pada

    kenyataannya, ada dua kondisi yang mungkin menyebabkan seseorang mendapat

    kesempatan promosi yaitu karyawan yang dipromosikan atas dasar senioritas

    (lamanya bekerja) dan karyawan yang dipromosikan atas dasar kemampuan

    kerjanya (performa kerja). Pada institusi universitas, kedua kondisi diatas bisa saja

    terjadi. Namun tentunya staf pendidik maupun staf kependidikan akan merasa

    lebih puas jika dipromosikan atas dasar kinerjanya sendiri dan bukan karena

    faktor senioritas.

    Faktor yang ketiga adalah supervision (supervisi/pengawasan).

    Kemampuan seorang atasan dalam mendukung kinerja bawahannya dapat

    memberi pengaruh pada aspek kepuasan kerja seorang karyawan. Atasan yang

     baik akan memberikan bantuan secara teknis maupun berupa dukungan baik

    dalam hal mengarahkan, memimpin maupun mengembangkan karyawan yang

     bekerja di bawah divisinya. Pada staf pendidik maupun staf kependidikan,

    interaksi yang baik antara staf dengan atasan akan memicu karyawan merasa

    nyaman dalam bekerja sehingga meningkatkan kepuasan kerja.

  • 8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064

    44/104

    34

    Faktor keempat adalah fringe benefit (tunjangan tambahan). Aspek ini

    mengukur sejauh mana seorang karyawan puas dengan tunjangan tambahan yang

    diberikan oleh institusi tempat ia bekerja.Tunjangan tambahan adalah tambahan

     pendapatan di luar gaji yang dianggap sebagai suatu bantuan tambahan dari

    institusi. Tunjangan tambahan pada sebuah institusi pendidikan seperti universitas

    dapat berupa tunjangan kesehatan, tunjangan kepangkatan, tunjangan anak, istri,

     pensiun, dan lain sebagainya.Tunjangan tambahan dianggap sebagai fasilitas bagi

     para stafnya. Seperti halnya dengan gaji dan kesempatan promosi, seorang

    karyawan akan merasa lebih puas jika tunjangan yang diterima adalah sesuatu

    yang memang pantas diperoleh dan sesuai dengan jerih payahnya terhadap

    institusi (McKenna, 2000). Pada institusi universitas, hal tersebut turut mengambil

     peran dalam