[SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
-
Upload
bernando-bona-tius-sianipar -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
Transcript of [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
1/104
PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN KERJA STAF PENDIDIK DAN STAF
KEPENDIDIKAN PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA X
Skripsi
Guna Memenuhi Persyaratan
Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
Pangngolyana
2009-070-064
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Agustus 2014
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
2/104
PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN KERJA STAF PENDIDIK DAN STAF
KEPENDIDIKAN PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA X
Oleh
Pangngolyana
2009-070-064
Dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Fakultas PsikologiUniversitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Agustus 2014
Menyetujui,
Pembimbing Skripsi
Hoshael W. Erlan, M.Psi
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Dr. phil Juliana Murniati, M.Si.
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Agustus 2014
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
3/104
ABSTRAK
Pangngolyana, 2009-070-064
Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja Staf Pendidik dan Staf Kependidikan pada
Perguruan Tinggi Swasta X
VII + 79 halaman, 30 tabel
Bibliografi 47 (1961-2013)
Kata Kunci: kepuasan kerja, perguruan tinggi, staf pendidik, staf kependidikan
Meningkatnya persaingan industri pendidikan tinggi menyebabkan masing-
masing perguruan tinggi perlu meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan untuktetap dapat menjalankan roda bisnisnya. Sebagai organisasi yang menjual jasa
pendidikan, sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam menjalankan
bisnis tersebut. Terjadinya isu turnover pada sebuah perguruan tinggi swasta (PTS X)diyakini membawa dampak buruk bagi kelangsungan organisasi tersebut. Dalam
PTS X, ada dua kelompok yang menjalankan seluruh aktivitas akademik maupun
non akademik yaitu staf pendidik dan staf kependidikan. Hasil exit interview
menunjukkan masalah-masalah yang muncul adalah hal-hal yang terdapat dalam
aspek-aspek kepuasan kerja berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Spector(1997). Perbedaan karakteristik pekerjaan staf pendidik dan staf kependidikan dalam
berbagai aspek kepuasan kerja akan menyebabkan munculnya harapan-harapan yang
berbeda pula dalam bekerja. Terpenuhi atau tidaknya harapan-harapan tersebut akan
menentukan bagaimana para karyawan menyikapi pekerjaannya atau yang disebut
sebagai kepuasan kerja. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat apakah terdapat
perbedaan tingkat kepuasan kerja antara staf pendidik dan staf kependidikan yang
bekerja pada PTS X.
Penelitian ini dilakukan dengan menguji perbedaan tingkat kepuasan kerja
antara staf pendidik dan staf kependidikan pada PTS X. Pengukuran tingkat
kepuasan kerja dilakukan dengan memodifikasi alat ukur Job Satisfaction Survey(JSS) milik Spector (1997). Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental
dengan metode kuantitatif. Penelitian dilakukan pada staf pendidik dan staf
kependidikan PTS X (85 staf pendidik dan 85 staf kependidikan) dengan teknik
accidental sampling.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara tingkat kepuasan kerja staf pendidik dan staf kependidikan di PTSX. Dimensi pada konstruk kepuasan kerja yang mendapat skor paling tinggi pada
kelompok staf pendidik dan staf kependidikan adalah dimensi nature of work.
Sedangkan dimensi yang mendapat skor terendah pada kelompok staf pendidik
adalah fringe benefit dan pada kelompok staf kependidikan adalah pay.
Disarankan untuk penelitian lebih lanjut yang mengukur tingkat kepuasan
kerja para karyawan di perguruan tinggi, agar mengkonstruksi alat ukur yang lebih
spesifik dan sesuai dengan konteks perguruan tinggi yang bersangkutan. Konstruk
lain selain kepuasan kerja juga dapat dipertimbangkan untuk turut mengembangkan
penelitian-penelitian di organisasi perguruan tinggi.
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
4/104
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
penyertaan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-
baiknya walaupun dalam jangka waktu yang tidak secepat-cepatnya. Tentunya dalam
segala proses pengerjaan penelitian ini ada banyak sekali pihak-pihak yang serta merta
mendukung, menemani, dan menyemangati peneliti. Oleh karena itu, dalam kesempatan
yang sekali seumur hidup ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Hoshael Waluyo Erlan, M. Psi., selaku dosen pembimbing peneliti yang senantiasa
sabar menghadapi peneliti dan terus percaya bahwa peneliti dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini. Terima kasih atas segala pengertian dan perhatian yang diberikan
saat peneliti menghadapi masa-masa tidak ingin mengerjakan skripsi. Terima kasih
untuk tetap ada, mendukung dan membimbing peneliti sampai penelitian ini selesai.
2. Segenap responden peneliti yaitu para karyawan di PTS X baik yang mengisi
kuisioner fisik maupun mengisi kuisioner online. Terima kasih atas partisipasinya
dan mohon maaf jika ada kesalahan kata maupun tindakan.
3. Drs. FL. Widie Kastyanto, M.M, selaku Kepala Biro Sumber Daya Manusia dari
institusi tempat peneliti melakukan penelitian. Terima kasih atas segala bantuan
dan dukungan yang senantiasa diberikan kepada peneliti saat pengambilan data di
institusi. Terima kasih atas kesediaannya untuk memasukkan kuisioner online saya
ke dalam milis institusi walaupun menuai kontroversi dalam milis.
4. Terima kasih pada para dosen-dosen Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya yang
pernah memberikan saran pada perkembangan skripsi saya, Ignatius Darma Juwono,
M.Psi., Hana R. G. Panggabean, Dr. Phil., Ratri Atmoko Benediktus, S.Psi., M.Si.,
Angela Octavia Suryani, S.Psi., M.Psi., dan Ferdinand Prawiro, M.Psi. Terima
kasih atas semua waktu dan saran yang diberikan pada peneliti.
Pada staf fakultas peneliti dan staf Biro Sumber Daya Manusia PTS X yang telah
berperan dalam proses pembuatan surat ijin untuk penelitian ini, peneliti ucapkan
terima kasih.
5.
Keluarga peneliti, Mama yang mencoba untuk mengerti betapa beratnya proses
pengerjaan karya ilmiah ini dan senantiasa meminta peneliti untuk pulang istirahat
sejenak di rumah kapan pun peneliti merasa tidak sehat secara psikologis. Terima
kasih atas untuk tidak lagi membebani peneliti untuk cepat-cepat lulus dan akhirnya
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
5/104
ii
mulai menerima kenyataan bahwa mungkin tidak semua hal dalam kehidupan
peneliti akan berjalan mulus. Terima kasih untuk dukungan yang luar biasa melalui
telepon, obat-obat penambah daya tahan tubuh, dan doa-doa yang tidak terhitung
kepada peneliti.
Terima kasih pada anggota keluarga lainnya yang tetap setia mendukung peneliti
melalui dukungan-dukungan finansial hingga peneliti menyelesaikan penelitian ini
dan mulai bekerja nanti.
6. Bradley James Notowibowo, seseorang yang menemani peneliti melalui seluruh
suka dan duka saat peneliti mengerjakan skripsi. Dari sekedar menemani peneliti
mengerjakan skripsi di tengah malam, hingga membantu peneliti melakukan
brainstorming walaupun tidak mengerti skripsi psikologi itu seperti apa. Terima
kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiranmu di hari-hari peneliti mengerjakan
skripsi dan pekerjaan lainnya. Terima kasih atas kesabaranmu menghadapi peneliti,
terima kasih atas kepedulianmu, pengertianmu dan perhatian yang luar biasa saat
peneliti mengalami masa-masa depresi. Terima kasih atas dukungan yang tak
kunjung henti membuat peneliti yakin bahwa karya ini akan selesai pada waktunya.
Terima kasih untuk tidak menghakimi peneliti dengan hujatan-hujatan seperti apa
yang orang awam lakukan pada peneliti. Terima kasih sudah dan/atau akan
menemani peneliti sampai pengumpulan, hari H sidang skripsi, dan hingga waktu
yang tidak diketahui.
7. Sahabat peneliti yaitu Annita Charles, terima kasih atas dukungan yang telah
diberikan pada peneliti saat peneliti merasa tidak mampu, tidak bisa mengerjakan
karya tulis ini. Terima kasih atas kesediaanmu menjadi tempat berbagi cerita,
menyemangati peneliti dan membuat peneliti merasa lebih baik setiap berkonsultasi
denganmu.
Terima kasih juga untuk Jessica Farolan, Thea Aninditya, DJ Aroel, Dian Eka Putri,
Pingkan Sekar Ayu, Kezia Lulu Wijaya, Sophia, Syanesti Adishesa, Siswati, Yahya
Satrio, Jayadipta Detya Perkasa, Kak Monic, Kak Stefi dan teman-teman lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan kepada peneliti saat
peneliti down dan mendengarkan semua curhatan peneliti terkait proses pengerjaan
karya tulis ini.
Terima kasih Arnold Lukito atas bantuanmu yang luar biasa pada proses
pengerjaan analisis dengan SPSS.
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
6/104
iii
Terima kasih untuk teman-teman, kakak kelas bahkan adik kelas yang telah dengan
baik hati meminjamkan skripsinya untuk dijadikan inspirasi bagi peneliti. Untuk
Syanesti Adishesa, Michelle Audry, Irvan Septianus, Shabrina Fitriandari, Nuh
Bayu Putra, dan semua pemilik skripsi yang peneliti buka di perpustakaan online.
Terima kasih juga untuk Adam Kurniadi Lukman, Gerard Thema, Harmoko Sofjan,
dan teman-teman lainnya yang pernah membantu peneliti dalam mencari ide
penelitian, membaca, dan memberi masukan terkait skripsi pada peneliti.
Teman-teman lainnya yaitu Tiara, Filda A. Sentosa, Elizabeth Lukas Subianto, dan
Nofita Yuriko yang selalu menyemangati peneliti hingga akhir pengerjaan karya ini.
Dan terima kasih untuk seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi Atma Jaya,
kakak kelas, adik kelas, teman-teman seangkatan 2009 yang mungkin tidak peneliti
sebutkan disini, terima kasih atas dukungan, semangat, dan doa yang diberikan
pada peneliti.
Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu peneliti, mohon maaf jika peneliti tidak dapat menyebutkan satu per satu.
Peneliti juga menyadari masih banyak kelemahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk
menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata, peneliti berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk PTS X.
Jakarta, 19 Juli 2014
Pangngolyana
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
7/104
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................ iv
Daftar Tabel ...................................................................................................... viiBAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
I.A. Latar Belakang ........................................................................................10
I.B. Perumusan Masalah .................................................................................10I.C. Tujuan Penelitian .....................................................................................10
I.D. Manfaat Penelitian ...................................................................................10
I.D.1. Manfaat Teoritis ...............................................................................10
I.D.2. Manfaat Praktis .................................................................................10
I.E. Sistematika Penulisan ..............................................................................11
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................12
II.A. Kepuasan Kerja ......................................................................................12
II.A.1. Definisi Kepuasan Kerja ..................................................................12II.A.2. Teori-teori Kepuasan Kerja ..............................................................14
II.A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja .........................16
II.A.4. Konsekuensi dari Kepuasan Kerja ...................................................26II.A.5. Faktor Lain yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ...........................26
II.B. Perguruan Tinggi. ...................................................................................28II.B.1. PTS X ..............................................................................................28
II.B.2. Staf Pendidik ...................................................................................29
II.B.3. Staf Kependidikan ..........................................................................30
II.C. Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja Staf Pendidik dan
Staf Kependidikan PTS X .......................................................................31II.D. Hipotesis Penelitian ................................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................36
III.A. Jenis Penelitian .....................................................................................36
III.B. Variabel Penelitian ................................................................................36
III.B.1. Identifikasi Variabel penelitian .......................................................36III.B.2. Definisi Variabel Penelitian ............................................................37
III.C. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian .............................................37
III.C.1. Karakteristik Populasi Penelitian ....................................................37
III.C.2. Teknik Pengambilan Sampel ..........................................................37
III.C.3. Jumlah Partisipan ...........................................................................38
III.D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data .............................................38III.D.1. Jenis data yang dikumpulkan ..........................................................38
III.D.2. Alat Ukur .......................................................................................38
III.E Metode Analisis Data .............................................................................40
III.E.1 Validitas Alat Ukur ..........................................................................41III.E.2 Reliabilitas Alat Ukur ......................................................................42
III.F Prosedur Penelitian .................................................................................43III.F.1 Persiapan Penelitian .........................................................................43
III.F.2 Pelaksanaan Penelitian .....................................................................46
III.G. Hasil Uji Validitas Alat Ukur ................................................................47
III.G.1. Hasil Uji Validitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja
untuk Staf Pendidik .........................................................................47III.G.2. Hasil Uji Validitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja
untuk Staf Kependidikan ....................................................................49
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
8/104
v
III.H. Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur ............................................................51
III.H.1. Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja
untuk Staf Pendidik ........................................................................51
III.H.2. Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja
untuk Staf Kependidikan ................................................................51
BAB IV ANALISIS DATA ................................................................................53IV.A. Gambaran Umum Subjek Penelitian .....................................................53
IV.A.1. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin ................53
IV.A.2. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Usia ...............................54IV.A.3. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Pendidikan Akhir ...........55
IV.A.4. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Unit Kerja ......................55
IV.A.5. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Masa Kerja ....................56
IV.A.6. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Jabatan Akademik
dan Jabatan Struktural ....................................................................57
IV.B. Uji Normalitas ......................................................................................58
IV.C. Hasil Penelitian ....................................................................................60
IV.C.1. Analisis Deskriptif Tingkat Kepuasan Kerja Staf Pendidik .............60IV.C.2. Analisis Deskriptif Tingkat Kepuasan Kerja Staf Kependidikan .....61
IV.C.3. Perhitungan Uji Beda ....................................................................62IV.C.4. Pengujian Hipotesis Penelitian .......................................................62
IV.D. Analisis Tambahan ...............................................................................64IV.D.1. Perbedaan Kepuasan Kerja Staf Pendidik dan
Staf Kependidikan per Dimensi ......................................................64
IV.D.2. Perbedaan Kepuasan Kerja Staf Pendidik BerdasarkanJenis Kelamin, Usia, dan Masa Kerja .............................................65
IV.D.3. Perbedaan Kepuasan Kerja Staf Kependidikan Berdasarkan
Jenis Kelamin, Usia, dan Masa Kerja .............................................66
IV.E. Norma ...................................................................................................67
IV.E.1. Norma Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Pendidik....................67IV.E.2. Norma Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Kependidikan ............68
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ............................................70 V.A. Kesimpulan ............................................................................................70
V.B. Diskusi ...................................................................................................70 V.C. Saran ......................................................................................................73
V.C.1. Saran Metodologis ...........................................................................73 V.C.2. Saran Praktis ...................................................................................74
Daftar Pustaka ....................................................................................................76
Lampiran……………………………………………………………………....….80
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
9/104
vi
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
Tabel I.A.1. Data Pegawai Tetap yang Mengundurkan Diri dari PTS X
BAB II LANDASAN TEORI
Tabel II.E.1. Diagram Pemikiran
BAB III METODE PENELITIAN
Tabel III.D.2. Distribusi Item Pada Masing-masing Domain (Item Fixed)
Tabel III.F.1. Distribusi Item Pada Masing-masing Domain (Tahap Uji Coba)
Tabel III.G.1. Hasil Uji Validitas Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Tetap
Tenaga Pendidik
Tabel III.G.2. Hasil Uji Validitas Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Tetap
Tenaga Kependidikan
Tabel III.H.1 Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk
Pendidik.
Tabel III.H.2. Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Alat Ukur Kepuasan Kerja
untuk Kependidikan.
BAB IV ANALISIS DATA
Tabel IV.A.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel IV.A.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Tabel IV.A.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan AkhirTabel IV.A.4 Gambaran Subjek Penelitian Staf Kependidikan Berdasarkan
Unit Kerja
Tabel IV.A.5 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Masa Kerja
Tabel IV.A.6.a. Gambaran Subjek Penelitian (Staf Kependidikan) berdasarkan
Jabatan Struktural
Tabel IV.A.6.b. Gambaran Subjek Penelitian (Staf Pendidik) berdasarkan
Jabatan Struktural dan Jabatan Akademik
Tabel IV.B.1. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Kepuasan Kerja Staf
Pendidik
Tabel IV.B.2. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Kepuasan Kerja Staf
Kependidikan
Tabel IV.C.1. Tabel Analisis Deskriptif Kepuasan Kerja Staf Pendidik
Tabel IV.C.2. Tabel Analisis Deskriptif Kepuasan Kerja Staf Kependidikan
Tabel IV.C.3. Hasil Uji Beda T-Test Independent Sample
Tabel IV.C.4 Nilai Rata-rata Tingkat Kepuasan Kerja antara Staf Pendidik
dan Staf Kependidikan di PTS X.
Tabel IV.D.1. Tabel Analisis Tambahan Perbedaan Kepuasan Kerja Staf
Pendidik dan Staf Kependidikan Berdasarkan Masing-masing
Dimensi
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
10/104
vii
Tabel IV.D.2. Tabel Analisis Tambahan Perbedaan Kepuasan Kerja Staf
Pendidik Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Masa Kerja
Tabel IV.D.3. Tabel Analisis Tambahan Perbedaan Kepuasan Kerja Staf
Kependidikan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Masa
KerjaTabel IV.E.1.a. Norma Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Pendidik
Tabel IV.E.1.b. Standarisasi dan Interpretasi Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk
Staf Pendidik
Tabel IV.E.1.c. Persebaran Data berdasarkan Interpretasi Alat Ukur Kepuasan
Kerja untuk Staf Pendidik
Tabel IV.E.2.a. Norma Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Kependidikan
Tabel IV.E.2.b. Standarisasi dan Interpretasi Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk
Staf Kependidikan
Tabel IV.E.2.c. Persebaran Data berdasarkan Interpretasi Alat Ukur Kepuasan
Kerja untuk Staf Kependidikan
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I (Alat Ukur Psikologi)
I. A. Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Pendidik
I.B. Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Staf Kependidikan
LAMPIRAN II (Pengukuran)
II.A. Hasil Uji Validitas
II.A.1. Hasil Uji Validitas Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Pendidik
II.A.2. Hasil Uji Validitas Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Kependidikan
II.B. Reliabilitas Alat Ukur
II.B.1. Hasil Uji Reliabilitas Kepuasan Kerja untuk Pendidik
II.B.2. Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Kepuasan Kerja untuk Kependidikan
II.C. Uji NormalitasII.C.1. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Kepuasan Kerja Pendidik
II.C.2. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Kepuasan Kerja Kependidikan
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
11/104
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.A. LATAR BELAKANG
Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan tinggi yang
menghasilkan lulusan-lulusan yang ahli dalam berbagai bidang demi menjawab
berbagai kebutuhan masyarakat, bangsa, dan negara. Persaingan di dunia kerja
membutuhkan talenta lulusan berkualitas (Duke, 2002; Harloe & Perry, 2005).
Internasionalisasi pendidikan tinggi menuntut akses inklusif kepada semua
kelompok sosial melampaui batas negara, budaya, usia, jender atau pembatasan
sosial-budaya lainnya, dan berdampak pada persaingan pasar antar perguruan
tinggi (Duke, 2002; Denman, 2005).
Persaingan pasar antar perguruan tinggi semakin ketat, baik antar
perguruan tinggi dalam negeri (Litbang Kompas, 2011) maupun dengan
perguruan tinggi asing (Akuntono, 2011; Abbas, 2011). Berdasarkan data yang
dipaparkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas, pertumbuhan jumlah perguruan tinggi di
Indonesia selama lima tahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sekitar 5%
setiap tahunnya. Untuk dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain, suatu
perguruan tinggi harus berupaya untuk terus meningkatkan mutu dan
pelayanannya terhadap para pembeli jasa yaitu mahasiswa.
Institusi perguruan tinggi merupakan jenis organisasi yang melakukan
penjualan jasa tepatnya jasa pendidikan. Para pelaku organisasi dalam perguruan
tinggi adalah semua tenaga yang bekerja di dalam organisasi yang berhubungan
dengan jasa pelayanan pendidikan pada para pengunjung. Untuk itu, organisasi
perguruan tinggi sangat mengandalkan sumber daya manusia yang bekerja di
dalamnya guna meningkatkan dan mempertahankan mutu dan pelayanan yang
berkualitas.
Menurut Oei (2010), sumber daya manusia (SDM) dalam suatu
perusahaan/organisasi merupakan satu-satunya aset yang bernapas atau hidup di
samping aset-aset lain yang tidak bernapas atau bersifat kebendaan, seperti modal,
bangunan gedung, mesin, peralatan, dan persediaan barang. Banyak organisasi
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
12/104
2
yang sekarang ini menganggap bahwa manusia atau pegawai adalah aset berharga
organisasi. Terutama pada institusi yang menjual jasa sepert i perguruan tinggi.
Organisasi perguruan tinggi melihat pegawai bukanlah sebagai faktor pendukung,
tetapi merupakan faktor penentu keberhasilan institusi. SDM dikatakan dapat
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi (Simamora, 2006). Oleh karena
itu, kini organisasi perguruan tinggi semakin menyadari nilai investasi pegawai
sebagai sumber daya manusia yang perlu diperhatikan. Saat ini, proses untuk
mendapatkan tenaga kerja yang cakap dan memiliki kinerja yang baik semakin
sulit dilakukan, terlebih lagi dalam hal mempertahankan tenaga kerja yang
potensial.
Dalam organisasi perguruan tinggi, divisi yang bertanggung jawab
menangani masalah pegawai adalah bagian SDM (Sumber Daya Manusia). Biro /
manajemen SDM adalah bagian dalam suatu organisasi yang bertugas untuk
mengatur pegawai yang bekerja di dalamnya dengan melakukan investasi untuk
penerimaan, penyeleksian dan mempertahankan sumber daya manusia yang
potensial agar tidak berdampak pada perpindahan pegawai (Anis et al., 2003).
Perpindahan pegawai / turnover (pengunduran diri) menurut Rokhmah dan Riani
(2005) merupakan salah satu pilihan terakhir bagi seorang pegawai apabila dia
mendapati kondisi kerjanya sudah tidak sesuai lagi dengan apa yang
diharapkannya. Pegawai menganggap turnover sebagai salah satu jalan keluar
dengan meninggalkan keadaan yang tidak disukainya dan mencari / mendapatkan
keadaan yang lebih baik. Namun bagi organisasi, turnover menyebabkan kerugian
tersendiri, apalagi jika pegawai yang keluar memiliki keterampilan yang
dibutuhkan organisasi ataupun organisasi sudah melakukan investasi pelatihan
dan edukasi terhadap pegawai tersebut.
Aamodt (2004) mengemukakan dampak lain dari turnover akan terbagi 2
yaitu dampak langsung dan dampak yang tidak langsung. Dampak yang langsung
dari turnover yaitu biaya iklan, biaya agensi pegawai, bonus, biaya perjalanan
penerimaan, gaji dan biaya yang dikeluarkan selama proses aplikasi dan
wawancara kandidat, dan biaya penempatan bagi pegawai baru. Dampak yang
tidak langsung yaitu hilangnya produktifitas berhubungan dengan pindahnya
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
13/104
3
pegawai, tidak ada produktifitas pada masa lowong, dan merendahnya
produktifitas berkaitan dengan pegawai yang baru mendapat pelatihan. Melihat
banyaknya kerugian yang diakibatkan dari terjadinya turnover dalam suatu
organisasi, setiap organisasi tentu berupaya untuk meminimalisir terjadinya
turnover .
PTS (Perguruan Tinggi Swasta) X adalah adalah salah satu organisasi
yang juga terkena dampak dari turnover dan terus berupaya untuk meminimalisir
angka pengunduran diri. PTS X adalah sebuah perguruan tinggi swasta yang
bertempat di Jakarta dengan peringkat lima besar PTS unggulan di lingkup
wilayah Kopertis III. Jumlah mahasiswa di PTS X berdasarkan rekapitulasi
jumlah mahasiswa semester genap periode ajaran 2012/2013 adalah 9.116
mahasiswa. Sedangkan total pegawai tetap adalah 709 orang. Namun jumlah
tersebut merupakan gabungan dari cabang PTS X yang bertempat di dua lokasi
yaitu Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Pada cabang PTS X yang berada di Jakarta
Utara hanya terdapat satu fakultas. Sedangkan fakultas lainnya bertempat di
Jakarta Pusat. Pada penelitian ini, peneliti memutuskan hanya akan membahas
PTS X yang bertempat di Jakarta Pusat. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa
pusat seluruh kegiatan PTS X bertempat di Jakarta Pusat. Sedangkan pada cabang
PTS X di Jakarta Utara, seluruh aktivitas perguruan tinggi cenderung berdiri
sendiri dan tidak terlalu banyak berinteraksi dengan unit lainnya yang berada di
Jakarta Pusat.
Pegawai di PTS X secara struktural terdiri dari dua bagian yaitu staf
pendidik dan staf kependidikan. Staf pendidik dan kependidikan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah para staf pegawai tetap yang bertempat pada
PTS X Jakarta Pusat. Jumlah staf pendidik adalah 280 orang, sedangkan jumlah
staf kependidikan adalah 297 orang ( sumber : Data Karyawan per November
2013, BSDM). Jumlah staf tersebut tidak termasuk petugas keamanan (satpam)
dan petugas kebersihan (ISS), karena PTS X menggunakan jasa outsource dari
perusahaan lain. Lainnya seperti pegawai kantin dan koperasi juga tidak termasuk
dalam struktur organisasi PTS X.
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
14/104
4
Berdasarkan penuturan Kepala Biro SDM PTS X, staf pendidik dan staf
kependidikan memiliki pengertian yang berbeda. Yang dimaksud staf pendidik
adalah seluruh pegawai PTS X yang memiliki kewajiban mengajar yaitu para
dosen tetap maupun dosen honorer. Sedangkan staf kependidikan adalah seluruh
pegawai yang bergerak sebagai tenaga penunjang keseluruhan proses aktivitas
akademik. Semua staf pendukung proses akademik yang tidak memiliki
kewajiban mengajar termasuk kategori staf kependidikan.
Selama ini bagian yang mengurusi hal-hal mengenai masuk keluarnya
pegawai di PTS X adalah BSDM. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala
BSDM PTS X, dua tahun terakhir ini PTS X memang mengalami kenaikan angka
turnover. Kepala BSDM PTS X mengaku, turnover memang menyebabkan
kerugian bagi PTS X. Namun beliau juga menyampaikan, sampai saat ini belum
ada tindak lanjut yang diambil untuk mengatasi masalah turnover ini. Yang
dilakukan oleh pihak BSDM PTS X adalah mencari lagi calon pegawai baru untuk
menggantikan pegawai-pegawai yang keluar.
Berdasarkan wawancara dengan kepala BSDM (Biro Sumber Daya
Manusia) PTS X, PTS X berupaya mempertahankan sumber daya manusia agar
tetap mendedikasikan dirinya bekerja di PTS X dengan memberikan kesempatan
kepada pegawai-pegawainya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dengan ketentuan ikatan dinas. Beberapa pelatihan seperti pelatihan
motivasi serta kepemimpinan juga diberikan dengan tujuan untuk
mengembangkan diri pegawai-pegawainya. Namun dalam kenyataannya, peneliti
masih menemukan fenomena meningkatnya angka turnover yang terjadi dalam
PTS X.
Kepala BSDM menjelaskan bahwa isu turnover yang terjadi berulang kali
akan mengakibatkan terjadinya proses perekrutan pegawai baru yang tidak pernah
selesai. Beberapa kerugian yang terjadi akibat terjadinya turnover adalah kerugian
biaya, waktu, dan hilangnya sumber daya manusia yang memadai. Beliau juga
menjelaskan, sebenarnya kerugian sangat dirasakan ketika investasi yang telah
ditanamkan pada pegawai lama seperti pelatihan dan pembekalan kemudian
hilang bersamaan dengan keluarnya pegawai tersebut. Kepala BSDM menuturkan
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
15/104
5
bahwa perekrutan karyawan baru selama ini tidak terlalu sulit karena selalu
mendapatkan alumni PTS X yang bersedia mengabdi pada kampusnya terdahulu.
Walaupun demikian, proses penerimaan pegawai baru memakan waktu dan biaya
yang cukup besar. Pegawai baru tetap perlu menjalani tiga bulan masa percobaan
dimana pegawai dilihat performa kerjanya dan belum tentu diterima sebagai
pegawai tetap. Jika performa pegawai tersebut dinilai kurang, maka kontrak kerja
pegawai tersebut tidak akan diperpanjang dan BSDM akan merekrut lagi pegawai
baru.
Berulangnya isu turnover tentu akan mengakibatkan turunnya
produktivitas kerja dan bertambahnya biaya pelatihan pegawai baru pada PTS X.
Selain itu, jika turnover terjadi pada pegawai tetap yang telah menerima pelatihan,
pembekalan, bahkan pendidikan, tentu PTS X akan mengalami kerugian atas
semua biaya investasi yang telah ditanamkan pada pegawai tersebut. Jika kondisi
demikian terus berulang, maka PTS X akan kerap mengalami kerugian yang tidak
ternilai. Berdasar pada dampak di atas, maka sebaiknya isu turnover segera dicari
tahu penyebabnya agar dapat diberikan penanganan yang tepat.
Hal-hal yang menyebabkan seorang pegawai memilih untuk berhenti atau
keluar dari suatu organisasi umumnya berhubungan erat dengan bagaimana
pegawai tersebut memberi penilaian atau sikap terhadap pekerjaannya. Jika
seorang pegawai memandang positif pekerjaannya, maka kinerja pegawai tersebut
juga akan maksimal dan keinginan untuk keluar dari organisasi akan lebih kecil.
Namun jika pegawai memandang negatif pekerjaannya, maka kinerja pegawai
tersebut tidak akan maksimal dan keinginan untuk keluar dari organisasi akan
lebih besar. Hal ini didukung oleh Louis dalam Asad (2001) yang mengatakan,
“Betapapun sempurnanya rencana-rencana organisasi, dan pengawasan serta
penelitiannya, bila mereka tidak dapat menjalankan tugasnya dengan memiliki
minat dan gembira maka suatu perusahaan tidak akan mencapai hasil yang
sebenar- benarnya dapat dicapainya.”
Panggabean dan Suryani (2006) mengatakan, sebuah sistem institusi
sebaiknya memastikan kehidupan akademik yang cukup menarik untuk
mempertahankan orang-orang potensial agar dapat mengembangkan akademisi di
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
16/104
6
generasi berikutnya. Oleh karena itu, pendapat para karyawan terhadap
pekerjaannya sangat penting untuk dipertimbangkan oleh organisasi perguruan
tinggi. Dengan kata lain kita dapat menyimpulkan bahwa jika suatu organisasi
ingin mempertahankan sumber daya manusia yang potensial, maka organisasi
perlu memperhatikan kepuasan kerja pegawainya.
Locke (dalam Luthans, 2005) merumuskan kepuasan kerja adalah suatu
respon emosional yang diperoleh seseorang dari pengalamannya selama bekerja.
Namun definisi ini tidak dapat diartikan sebagai suatu konsep tunggal karena
seseorang dapat merasa puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan dapat pula
tidak puas dengan aspek lain dari pekerjaannya. Artinya, kepuasan kerja t idak
dapat hanya dinilai dari besar nominal gajinya atau pun tinggi jabatannya, namun
harus dilihat dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.
Menurut Spector (1997), aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja
pegawai yaitu pay, promotion, supervision, fringe benefit, contingent reward,
operating condition, coworkers, nature of work, dan communication.
Selain aspek-aspek yang disebutkan diatas, kepuasan kerja seorang
pegawai juga sangat dipengaruhi oleh sifat pekerjaannya. Dilihat dari sifat
pekerjaan antara staf pendidik dan staf kependidikan memang memiliki perbedaan.
Staf pendidik berhubungan dengan pengajaran, bimbingan, maupun arahan terkait
materi akademik yang objeknya adalah mahasiswa. Sedangkan staf kependidikan
berhubungan dengan seluruh hal-hal yang sifatnya menunjang kegiatan akademik
maupun non akademik di dalam perguruan tinggi. Perbedaan karakteristik
pekerjaan menyebabkan kompensasi yang diterima kedua jenis staf juga tidak
sama.
Dari hasil wawancara peneliti dengan pihak BSDM, staf pendidik
menerima insentif yang lebih besar daripada staf kependidikan karena adanya
tunjangan kepangkatan bagi profesor, doktoral, dan guru besar. Secara praktis
dapat dikatakan bahwa staf pendidik akan mendapat insentif lebih besar sesuai
dengan nilai investasinya pada pendidikannya sendiri. Jika pendidikan terakhir
seseorang dinilai lebih, maka ia akan dihargai lebih sesuai dengan kemampuannya.
Selain itu, staf pendidik memiliki jam kerja yang lebih fleksibel karena
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
17/104
7
disesuaikan dengan jadwal dan jumlah kelas yang disepakati, sedangkan staf
kependidikan memiliki jam kerja seperti jam kantor pada umumnya. Beban kerja
yang dimiliki oleh kedua kelompok staf tersebut juga berbeda. Staf pendidik lebih
banyak menangani hal-hal yang berhubungan dengan sistem pengajaran yaitu
nilai mahasiswa, soal ujian, koreksi tugas, dan lain sebagainya sedangkan staf
kependidikan lebih banyak menangani masalah administratif di perguruan tinggi.
Karakteristik pekerjaan lainnya yang bebeda adalah terkait deskripsi
pekerjaan dari staf pendidik dan staf kependidikan. Setiap staf pendidik akan
mendapatkan deskripsi pekerjaannya dari aturan yang ditentukan baik oleh pihak
PTS X maupun oleh peraturan dari Dinas Pendidikan Tinggi. Dosen dituntut
untuk melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup Pengajaran,
Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian pada Masyarakat. Ketika seorang
staf pendidik berhasil memenuhi tuntutan tersebut, maka akan mendapatkan upah
lebih sesuai dengan pencapaiannya. Hal ini biasanya dapat dicapai dalam kurun
waktu dua hingga tiga tahun. Berbeda dengan staf kependidikan dimana deskripsi
pekerjaan yang diberikan cenderung masih umum. Pada dasarnya masing-masing
staf kependidikan tidak diberikan target pencapaian secara khusus dari
pimpinannya sehingga pembagian kerja menjadi kurang terarah. Pada staf
kependidikan, kenaikan upah akan terjadi seiring dengan kenaikan golongan.
Namun kenaikan golongan hanya dapat diajukan pada kurun waktu tertentu yaitu
tiga tahun sekali. Dapat disimpulkan, karir seorang staf pendidik lebih ditentukan
oleh seberapa besar upayanya untuk mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
namun tidak cukup berimbang pada staf kependidikan walaupun dalam jangka
waktu yang relatif sama.
Walaupun secara kasat mata, staf pendidik akan dianggap lebih tinggi
(sejahtera) derajatnya daripada staf kependidikan, namun data turnover
menunjukkan inkonsistensi terhadap asumsi peneliti diatas. Berikut tabel jumlah
pegawai tetap yang mengundurkan diri dari PTS X dari tahun 2005 hingga
Desember 2013.
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
18/104
8
Tahun Staf pendidik
(pegawai tetap)
Staf kependidikan
(pegawai tetap)
Total
2005 14 1 15
2006 12 2 14
2007 15 1 16
2008 12 2 14
2009 6 1 7
2010 4 3 7
2011 12 4 16
2012 6 8 14
2013 7 21 28
Jumlah 88 43 131
Tabel I.A.1. Data Pegawai Tetap yang Mengundurkan Diri dari PTS X
Berdasarkan tabel tersebut, pada tahun 2005 hingga tahun 2011 angka
turnover lebih banyak terjadi pada staf pendidik daripada staf kependidikan. Hal
ini merupakan masalah yang sangat memprihatinkan mengingat staf pendidik
adalah ujung tombak dari bisnis perguruan tinggi. Staf pendidik sebagai penjual
jasa pendidikan yang secara langsung berhadapan dengan konsumen yang dalam
hal ini adalah mahasiswa berperan penting dalam kelangsungan bisnis perguruan
tinggi. Tingginya angka turnover staf pendidik tersebut tentu akan membawa
sejumlah kerugian pada PTS X. Hingga pada tahun 2010, jumlah staf pendidik
yang melakukan pengunduran diri telah berkurang namun tiba-tiba melonjak
tinggi yaitu tiga kali lipat pada tahun berikutnya yaitu tahun 2011. Pada dua tahun
berikutnya angka tersebut kemudian berkurang walaupun hanya setengah.
Selain itu, yang tidak kalah penting adalah meningkatnya angka turnover
staf kependidikan yang cukup drastis. Puncak perubahan yang paling signifikan
adalah angka turnover yang terjadi pada staf kependidikan dari tahun 2012 hingga
2013. Data tersebut menunjukkan adanya lonjakan angka keluarnya staf
kependidikan hingga dua kali lipat. Walaupun staf kependidikan memang tidak
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
19/104
9
secara langsung menjual jasa pendidikan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa staf
kependidikan adalah elemen penting yang berfungsi mendukung semua aktivitas
akademik dalam perguruan tinggi. Staf kependidikan akan bertanggung jawab atas
kelancaran semua sistem yang mendukung kegiatan akademik agar dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Peningkatan angka turnover staf kependidikan yang terus
bertambah tentu akan membawa kerugian bagi PTS X.
Selain itu jika dibandingkan dengan staf pendidik, angka turnover staf
kependidikan bahkan berjumlah tiga kali lebih banyak dari pada staf pendidik.
Padahal pada tahun 2012, selisih angka turnover antara staf pendidik dengan staf
kependidikan hanya satu angka. Mengingat pentingnya staf pendidik dan staf
kependidikan sebagai roda penggerak keseluruhan bisnis perguruan tinggi, maka
permasalahan angka turnover ini sebaiknya tidak diremehkan. Hal ini kemudian
melatarbelakangi minat peneliti untuk meneliti lebih lanjut.
McKeachie dalam Bozeman dan Gaughan (2011) mengatakan bahwa para
staf pendidik yang menunaikan kewajibannya sebagai pengajar merasa
motivasinya untuk mengajar merupakan suatu “panggilan” sehingga faktor lain
seperti gaji bukan menjadi fokus utama kepuasan kerjanya. Penelitian serupa juga
diungkapkan oleh Erez dan Isen (2002) yang mengatakan bahwa pada
kenyataannya, jumlah gaji yang dibayarkan tidak lebih penting daripada persepsi
tentang keadilan sistem penggajian dan ekspektasi dari hubungan antara gaji dan
performa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor seperti gaji dan
tunjangan (kompensasi) tidak menjamin kepuasan kerja seorang pegawai karena
gaji hanya merupakan satu dari banyak aspek lain yang mempengaruhi kepuasan
kerja seorang pegawai.
Di samping kemungkinan perbedaan kepuasan kerja berdasarkan sifat
pekerjaan, menurut Korman (dalam Munandar, 1988) karakteristik individu juga
mempengaruhi kepuasan kerja seorang pegawai. Karakteristik individu yang
dimaksud adalah seperti jenis kelamin, usia, masa kerja, dan tingkat pendidikan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Baysal (1981), pegawai wanita yang bekerja
dibawah tekanan, memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan pegawai laki-laki. Saleh dan Otis (dalam Munandar 1988) melakukan
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
20/104
10
penelitian terkait usia dan menyatakan bahwa pegawai yang mulai memasuki
masa persiapan pensiun mengalami penurunan kepuasan kerja. Sedangkan dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Stumpf dan Rabinowitz‟s (1981), semakin
lama masa kerja seorang pegawai, semakin tinggi tingkat kepuasannya. Untuk
tingkat pendidikan, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Korman (dalam Balci,
1985) dikatakan bahwa secara konsisten penelitian menunjukkan adanya korelasi
negatif antara latar belakang pendidikan dengan kepuasan kerja, terutama pada isu
gaji. Maksudnya, pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih
rendah cenderung lebih puas (terutama dalam hal gaji) daripada pegawai dengan
latar belakang pendidikan yang lebih tinggi.
Perbedaan tingkat kepuasan kerja pada pegawai dapat dipengaruhi oleh
berbagai aspek seperti yang telah dijelaskan di atas. Pada PTS X, staf
kependidikan maupun staf pendidik merupakan satu kesatuan yang saling
membutuhkan satu sama lain. Jika sebuah perguruan tinggi memiliki staf pendidik
yang berkualitas, namun tanpa staf kependidikan yang handal, sebuah perguruan
tinggi tentu tidak dapat melakukan aktivitasnya, begitu juga sebaliknya. Artinya,
staf pendidik dan staf kependidikan merupakan dua elemen penting yang
menggerakkan seluruh aktivitas perguruan tinggi. Menurut Kusku (2003), seorang
pegawai akan sukses dalam pekerjaannya hanya jika mereka dapat menciptakan
lingkungan kerja yang produktif dengan bantuan dan dukungan dari pegawai
dengan pekerjaan yang berbeda pada satu organisasi yang sama. Jika
diaplikasikan pada PTS X, dapat dimengerti bahwa staf pendidik dapat bekerja
dengan maksimal jika berhasil menciptakan lingkungan kerja yang produktif
dengan dukungan dan bantuan staf kependidikan, begitu pula dengan staf
kependidikan. Oleh karena itu, untuk menciptakan lingkungan produktif yang
saling mendukung dibutuhkan peran yang optimal dari kedua kelompok staf pada
PTS X. Hal tersebut hanya dapat terwujud apabila kedua kelompok staf memiliki
sikap kerja yang baik terhadap pekerjaannya. Jika sikap kerja dimaknai sebagai
kepuasan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan lingkungan
kerja yang produktif, diperlukan kepuasan kerja antara dua kelompok staf yang
berimbang.
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
21/104
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
22/104
12
mengidentifikasi tingkat kepuasan kerja pada pegawai dalam institusi perguruan
tinggi. Populasi dari penelitian ini adalah 280 staf pendidik dan 297 staf
kependidikan di PTS X yang berstatus pegawai tetap.
I.B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan yang signifikan antara kerja staf
pendidik dan staf kependidikan yang bekerja di PTS X?
I.C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan
tingkat kepuasan kerja antara staf pendidik dan staf kependidikan yang bekerja di
PTS X.
I.D. MANFAAT PENELITIAN
I.D.1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu psikologi khususnya ilmu
Psikologi Industri dan Organisasi.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan teori
mengenai kepuasan kerja, khususnya ada tidaknya perbedaan
tingkat kepuasan kerja staf pendidik dan staf kependidikan yang
bekerja di perguruan tinggi swasta.
I.D.2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak
BSDM PTS X untuk mendapatkan gambaran perbedaan tingkat
kepuasan kerja antara staf pendidik dan staf kependidikan yang
bekerja di dalamnya.
b. Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memberi masukan
mengenai aspek-aspek kepuasan kerja yang berbeda antara staf
pendidik dan staf kependidikan untuk ditinjau kembali sehingga
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
23/104
13
tercipta kepuasan kerja yang berimbang dengan tujuan akhir
yaitu terwujudnya lingkungan kerja yang produktif untuk
performa pegawai yang maksimal.
I.E. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I merupakan bagian pendahuluan yang memberikan gambaran ringkas
dari kondisi-kondisi yang melatarbelakangi timbulnya permasalahan, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritis maupun secara
praktis, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan bagian yang berisikan landasan teori dari penelitian ini.
Landasan teori berisi berbagai telaah teori yang dirangkum peneliti dari berbagai
sumber.
Bab III merupakan bagian yang berisi metode penelitian. Bab ini akan
membahas jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian,
instrumen yang digunakan, teknik pengumpulan data, serta metode analisis data.
Bab IV merupakan bagian yang berisi analisis dan interpretasi data. Bab
ini akan memuat gambaran umum subjek penelitian, gambaran variabel penelitian,
analisa data, dan interpretasi hasil penelitian.
Bab V merupakan bagian yang berisi kesimpulan, diskusi, dan saran. Pada
bab ini akan menguraikan kesimpulan yang ditarik peneliti berdasarkan hasil dari
penelitian ini. Kemudian diskusi mengenai hasil penelitian dan kelemahan
penelitian ini, serta berisi saran baik secara teoritis maupun praktis yang
diharapkan dapat berguna untuk penelitian selanjutnya.
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
24/104
14
BAB II
Landasan Teori
II.A. KEPUASAN KERJA
II.A.1. Definisi Kepuasan Kerja
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan suatu pengertian yang sulit
untuk didefinisikan, tetapi banyak penulis mencoba untuk merumuskan apa yang
dimaksud dengan kepuasan kerja tersebut. Sebelum itu, kita perlu memahami
bahwa kepuasan kerja adalah suatu hal yang bersifat individual sebab setiap
individu akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Dan perbedaan itu sendiri muncul karena
adanya perbedaan sikap dari masing-masing individu terhadap pekerjaannya yang
merefleksikan sikap senang atau tidak senang atas sejumlah harapan maupun
pengalaman terhadap pekerjaan itu (Wexley & Yukl, 1984).
Kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja
dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima. (Robbins, 1996).
Menurut Edwin A. Locke (dalam Luthans, 2005) menyatakan kepuasan
kerja adalah:
A pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job
or job experiences.
Jika diartikan, kepuasan kerja adalah suatu kesenangan atau tampilanemosi positif sebagai hasil dari penilaian individu terhadap pekerjaan atau
pengalaman kerjanya. Dari definsi tersebut terlihat bahwa Locke merumuskan
pengertian kepuasan kerja sebagai suatu respon yang sifatnya emosional yang
diperoleh seseorang dari pengalamannya selama bekerja. Locke juga
menambahkan bahwa terdapat dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu
nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Nilai-nilai pekerjaan
merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan.
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
25/104
15
Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Tokoh lain yaitu Spector (1997), berpendapat bahwa kepuasan kerja
adalah perasaan seseorang akan pekerjaan mereka dan aspek-aspek yang berbeda
dari pekerjaannya. Kepuasan kerja juga dapat diartikan dengan perasaan
menyeluruh mengenai pekerjaan atau mengenai tingkat hubungan berbagai aspek
atau segi dari perilaku dalam pekerjaan.
Smith, Kendall dan Hulin (dalam Laczo & Hanisch, 1999) kepuasan kerja
merupakan konstruk umum yang terdiri dari evaluasi individu dan reaksinya atas
aspek-aspek spesifik dari pekerjaannya.
Selain itu, Davis (dalam Munandar, 1988) berpendapat bahwa :
Job satisfaction is the favorable or unfavorableness with which employees view
their work.
Davis menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah rasa senang atau tidak
senang yang dirasakan pekerja terhadap pekerjaannya. Sedangkan tokoh lain
seperti M.L Blum (dalam Munandar, 1988) mengemukakan :
In short, job satisfaction is a general attitude which is the result of many
specific attitudes in three areas, namely, specific job factors, individual
characteristics, and group relationships outside the job.
Dengan demikian, Blum (1956) menambahkan bahwa di dalam kepuasan
kerja terdapat faktor karakteristik individual dan hubungan sosial individu di luar
pekerjaannya selain faktor pekerjaan itu sendiri, untuk membentuk sikap umum
terhadap pekerjaan.
Dari definisi-definisi mengenai kepuasan kerja yang dikemukakan oleh
para ahli, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kepuasan kerja berkaitan dengan
perasaan seseorang terhadap pekerjaan dan aspek-aspek dalam pekerjaan itu.
Kepuasan kerja adalah bagaimana individu merasakan pekerjaannya yang
dihasilkan dari sikap individu tersebut terhadap aspek-aspek yang terkandung
dalam pekerjaannya. Sikap tersebut juga berkaitan dengan karakteristik individu
dan situasi lingkungan pekerjaannya. Dalam penelitian ini definisi kepuasan kerja
mengacu pada definisi kepuasan kerja oleh Spector (1997).
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
26/104
16
II.A.2 Teori-teori Kepuasan Kerja
Menurut Wexley & Yukl (1984), teori kepuasan kerja terbagi atas tiga
yaitu :
a. Discrepancy Theory (teori kesenjangan)
Menurut Locke (1969) kepuasan atau ketidakpuasan kerja seorang
karyawan terhadap berbagai aspek dari pekerjaan tergantung pada selisih
antara apa yang diperoleh dengan apa yang diharapkan/diinginkan.
Seseorang akan merasa puas jika tidak ada selisih antara apa yang
diinginkan dengan kenyataan yang terjadi. Selain itu, seorang karyawan
juga merasa puas jika apa yang diperoleh lebih besar daripada apa yang
diharapkannya dari pekerjaan tersebut. Walaupun terjadi kesenjangan,
namun kesenjangan tersebut bersifat positif. Sebaliknya, seseorang akan
merasa tidak puas jika apa yang diterimanya lebih rendah daripada apa
yang menjadi harapan/keinginannya. Variasi lain dari model teori
kesenjangan mengenai kepuasan kerja juga dikemukakan oleh Porter
(1961) yang mendefinisikan kepuasan kerja sebagai selisih dari apa yang
seharusnya ( should be) dengan apa yang terjadi pada kenyataan saat ini
(now). Konsep ini sebenarnya hampir sama dengan teori yang
dikemukakan oleh Locke (1969). Namun, Porter (1961) lebih menekankan
pada apa yang seharusnya diterima dibandingkan keinginan/kebutuhan
masing-masing karyawan sebagai faktor penentu kepuasan terhadap
pekerjaannya.
b. Equity Theory
Teori ini dikembangkan oleh Adam (1963). Prinsip dasar dari teori ini
adalah bahwa seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung dari
apakah dia merasakan keadilan atau tidak terhadap suatu situasi. Kepuasan
seseorang bersifat subjektif karena tingkat kepuasan seseorang pada
dasarnya berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. Adapun
komponen-komponen yang penting dalam equity theory adalah :
1. Input
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
27/104
17
Input adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai
“sumbangan” atau ilmu atas pekerjaannya, misalnya
pengalaman, pendidikan, kemampuan, jam kerja, dan
sebagainya.
2. Outcomes
Outcomes adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan
karyawan sebagai hasil dari kerja keras atas pekerjaannya,
misalnya gaji, tunjangan-tunjangan, simbol status, pengakuan
dari orang lain, dan sebagainya.
3. Comparison person
Comparison person adalah kepada siapa seorang karyawan
membandingkan rasio input-outcomes yang dimilikinya.
Menurut teori ini, setiap orang akan membandingkan rasio
input-outcomes dirinya dengan rasio input-outcomes orang lain.
Bila perbandingannya dianggap cukup adil, maka ia akan
merasa puas dan begitu pula sebaliknya. Comparison person
dapat dilakukan terhadap seseorang di organisasi yang sama,
organisasi yang berbeda, atau bahkan pada karyawan di
pekerjaan sebelumnya.
c. Two Factor Theory (teori dua faktor)
Prinsip dari teori ini adalah kepuasan kerja dan ketidakpuasan merupakan
dua konsep yang berbeda (Herzberg, 1966). Berdasarkan hasil penelitian
Herzberg (1966), dia membagi dua situasi yang mempengaruhi sikap
seseorang terhadap pekerjaanya yaitu kelompok satisfiers (motivator) dan
kelompok dissatisfiers (hygiene factors). Hygiene factors merujuk pada
kebutuhan dasar fisiologis yang terdiri dari gaji, supervisi, hubungan
interpersonal, kondisi kerja, rasa aman, dan status. Jika hygiene factors
tidak terpenuhi, seseorang akan merasa tidak puas. Namun, jika hygiene
factors telah terpenuhi, seseorang tidak lagi merasa tidak puas, namun ia
juga belum mencapai kepuasan kerjanya. Menurut teori ini, seseorang
dapat merasa puas hanya jika kebutuhan pada kelompok satisfiers
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
28/104
18
(motivator) telah terpenuhi. Elemen-elemen yang terdapat dalam
kelompok motivator terkait pada kebutuhan diatas kebutuhan dasar
fisiologis dan perkembangan psikologis seperti kemenarikan dari
pekerjaan itu sendiri, tantangan yang dihadapi, perasaan bertanggung
jawab atas pekerjaannya, kesempatan untuk berkarya, pengakuan, dan
pencapaian yang dapat dilakukan.
II.A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Ada beberapa ahli yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja, yaitu :
a. Robbins
Menurut Robbins (1996), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja karyawan, yaitu :
1. Pekerjaan yang secara mental menantang (mentally challenging work )
artinya apakah jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan
memiliki tantangan atau tidak ada tantangannya sama sekali. Pekerjaan
yang dirasa tidak menantang akan menimbulkan perasaan bosan atau
jenuh, sebaliknya jika tantangannya terlalu berat juga akan
menimbulkan dampak yang tidak baik yaitu frustasi dan perasaan
gagal. Oleh karena itu, sebaiknya pekerjaan seorang karyawan
memiliki tantangan namun tidak sampai terlalu berat dengan kata lain
haruslah proporsional.
2. Reward yang sesuai (equitable rewards), yang dimaksud dengan
reward adalah gaji, bonus, tunangan, komisi, dan lain-lain. Yang
dimaksud adil dalam hal ini adalah kesesuaian antara gaji dengan
pekerjaannya (Wexley & Yukl,1984).
3. Kondisi kerja yang mendukung ( supportive working condition). Hal-
hal yang termasuk dalam kondisi kerja misalnya temperatur, cahaya
atau penerangan, meja, kursi, tingkat kebisingan, dan lain-lain.
Walaupun hal ini tidak menjadi prioritas yang diutamakan, namun hal
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
29/104
19
ini cukup menjadi pendukung semangat kerja karyawan saat
beraktivitas di tempat kerja.
4. Rekan kerja yang mendukung ( supportive colleagues). Tidak semua
orang yang bekerja bertujuan untuk mencari uang sebanyak-banyaknya.
Ada orang-orang yang bertahan di suatu tempat kerja karena merasa
nyaman dengan rekan kerja di sekitarnya (need of affiliation).
b. Greenberg & Baron
Greenberg & Baron (1993) membagi faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja ke dalam tiga kelompok yaitu :
1. Faktor organisasi
Yang dimaksud dengan faktor organisasi adalah faktor-faktor yang
berkaitan dengan kebijaksanaan dalam organisasi tersebut. Adapun
faktor yang termasuk dalam faktor organisasi yaitu :
a. Sistem penggajian
Karyawan menginginkan sistem upah yang dipersepsikan
sebagai keadilan. Kepuasan akan diperoleh bila karyawan
menganggap upah yang diterima adil. Apabila gaji yang
diterima tidak sesuai dengan standar tersebut maka
karyawan akan merasakan ketidakpuasan (Berry, 1998).
b. Sistem promosi
Promosi memberikan kesempatan bagi individu untuk
berkembang, memiliki tanggung jawab lebih banyak serta
meningkatkan status sosialnya. Seorang pegawai akan puas
jika ia mempersepsikan organisasi tempat ia bekerja
memberikan sistem promosi yang adil.
c. Supervisi
Persepsi karyawan terhadap kualitas atasannya merupakan
hal yang penting. Karyawan yang mempersepsikan
atasannya sebagai pemimpin yang adil, kompeten, dan
peduli terhadap bawahannya biasanya mempunyai
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
30/104
20
kepuasan kerja yang lebih tinggi (Greenberg & Baron,
1993).
2. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan
Yang termasuk di dalam faktor yang berhubungan dengan pekerjaan
yaitu :
a. Karakteristik pekerjaan
Menurut Hackman dan Oldham (dalam Wexley & Yulk,
1984), semakin banyak variasi kegiatan yang dilakukan
karyawan maka pekerjaan tersebut makin tidak
membosankan. Para karyawan khususnya karyawan yang
memiliki kebutuhan untuk berkembang akan merasa lebih
puas bila memiliki pekerjaan yang kompleks serta
membutuhkan keahlian yang beragam (Berry, 1998).
b. Aspek fisik
Aspek fisik tempat bekerja memainkan peran yang penting
dalam menentukan kepuasan kerja. Kepuasan kerja
meliputi kondisi lingkungan kerja, perlengkapan kerja,
keadaan ruangan, suhu, penerangan, dan pertukaran udara
(As‟ad, 2001).
c. Rekan kerja
Karyawan yang memiliki rekan kerja yang dipercaya dapat
diandalkan, merasa rekan kerjanya sebagai bagian dari tim,
dilaporkan memiliki kepuasan kerja yang tinggi
(Greenberg & Baron, 1993). Karyawan yang memiliki
rekan kerja yang ramah dan mendukung akan
meningkatkan kepuasan kerja seseorang (Robbins, 1996).
3. Faktor karakteristik personal
Karakteristik seseorang juga menentukan apakah ia akan merasa puas
atau tidak terhadap pekerjaannya, seperti usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan masa kerja.
a. Usia
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
31/104
21
b. Jenis kelamin
c. Tingkat pendidikan
d. Masa kerja
c. Luthans
Luthans (2005) mengemukakan enam faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja yaitu :
1. Pekerjaan Itu Sendiri
Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri merupakan sumber utama
kepuasan kerja. Pekerjaan yang memberikan tugas yang menarik,
menantang, dan memberikan kesempatan untuk berkembang
merupakan hal paling penting yang dipertimbangkan karyawan dalam
bekerja. Karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang memberikan
kesempatan untuk menggunakan kemampuan serta menawarkan variasi
pekerjaan. Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu,
tidak peduli seberapa tinggi/rendah jabatan pekerjaan tersebut. Sulit
tidaknya suatu pekerjaan dan perasaan bahwa keahliannya
dibutuhkan/tidak dalam melakukan pekerjaan tersebut dapat
mempengaruhi kepuasan kerja seseorang.
2. Pengawasan
Pengawasan (supervisi) adalah kemampuan seorang atasan untuk
memberikan bantuan secara teknis maupun berupa dukungan baik
dalam hal mengarahkan, memimpin dan mengembangkan karyawan
yang bekerja di bawah divisinya. Saat ini, ada dua dimensi gaya
pengawasan yang mempengaruhi kepuasan kerja. Yang pertama adalah
gaya pengawasan yang berpusat pada karyawan. Gaya pengawasan ini
dilakukan dengan cara meneliti seberapa baik kerja karyawan,
memberikan nasihat dan bantuan pada individu, dan berkomunikasi
dengan rekan kerja baik secara personal maupun dalam konteks
pekerjaan. Dimensi yang lain adalah gaya pengawasan yang sifatnya
partisipatif. Misalnya seorang manager memungkinkan bawahannya
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
32/104
22
pekerjaan mereka. Dalam banyak kasus, cara ini terbukti menghasilkan
kepuasan kerja yang lebih tinggi.
3. Rekan Kerja
Sifat alami dari kelompok atau tim kerja akan mempengaruhi kepuasan
kerja. Pada umumnya, rekan kerja atau anggota tim yang kooperatif
merupakan sumber kepuasan kerja yang paling sederhana pada
karyawan secara individu. Kelompok kerja, terutama tim yang akrab
( solid ) bertindak sebagai sumber dukungan, rasa nyaman, pemberi
nasihat, dan bantuan pada anggota individu. Penelitian yang dilakukan
oleh Luthans (2005) membuktikan bahwa karyawan yang saling
ketergantungan antar satu dengan lainnya dalam suatu kelompok kerja
untuk menyelesaikan pekerjaannya, cenderung memiliki kepuasan kerja
yang lebih tinggi. Kelompok kerja yang baik atau tim yang efektif akan
membuat pekerjaan jadi menyenangkan. Walaupun demikian, faktor ini
bukan faktor utama dalam kepuasan kerja. Namun dalam kondisi
sebaliknya, jika hubungan karyawan dengan rekan kerja tidak baik, hal
ini akan menyebabkan efek negatif pada kepuasan kerja karyawan
tersebut.
4. Kesempatan Promosi
Kesempatan promosi memiliki pengaruh yang sedikit berbeda pada
kepuasan kerja. Hal ini disebabkan promosi memiliki sejumlah bentuk
yang berbeda dan memiliki berbagai jenis penghargaan. Misalnya
karyawan yang dipromosikan atas dasar senioritas (bekerja lebih lama)
sering merasakan kepuasan kerja. Namun rasa puas tersebut tentu tidak
sebanyak karyawan yang dipromosikan atas dasar kinerjanya sendiri.
Pada akhirnya, Luthans (2005) mengungkapkan, lingkungan kerja yang
positif, kesempatan untuk berkembang secara intelektual dan
memperluas keahlian dasar dirasa lebih penting daripada kesempatan
promosi.
5. Gaji
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
33/104
23
Upah atau gaji diyakini merupakan faktor multidimensi dalam kepuasan
kerja. Uang tidak hanya membantu orang memperoleh kebutuhan dasar,
tetapi juga alat untuk memberikan kebutuhan kepuasan pada tingkat
yang lebih tinggi. Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari
bagaimana manajemen menghargai kontribusi mereka terhadap institusi.
6. Kondisi Kerja
Kondisi kerja memiliki pengaruh kecil terhadap kepuasan kerja. Jika
kondisi kerja baik (misalnya bersih, tenang, rapi, nyaman), individu akan
lebih mudah menyelesaikan pekerjaan mereka. Jika kondisi kerja buruk
(misalnya udara panas, udara terlalu dingin, ramai, berisik, kotor,
berantakan) maka individu akan lebih sulit menyelesaikan pekerjaannya.
Dengan kata ain, efek kondisi kerja ini memiliki kesamaan dengan poin
rekan kerja di atas dimana jika segalanya berjalan baik, maka tidak ada
masalah kepuasan kerja. Namun jika segalanya berjalan buruk, maka
masalah ketidakpuasan kerja akan muncul. Rata-rata karyawan tidak
pernah menempatkan kondisi kerja sebagai masalah besar kecuali jika
kondisi kerja benar-benar buruk.
d. Spector
Spector (1997) membagi kepuasan kerja menjadi dua faktor yaitu :
1. Faktor lingkungan (enviromental ) terdiri dari beberapa sub faktor
yaitu :
Karakteristik pekerjaan dan teori karakteristik pekerjaan
Hulin & Blood (dalam Spector, 1997) yakin bahwa pekerjaan
yang sederhana dan memiliki tingkat rutinitas yang tinggi
cenderung menimbulkan kebosanan dan ketidakpuasan.
Menurut Heckman & Oldhan (dalam Spector, 1997),dasar dari
teori karakteristik pekerjaan adalah orang dapat dimotivasi
dengan diberikan jenis pekerjaan yang menyenangkan dan
berarti. Orang yang mengerjakan pekerjaan yang disukai akan
termotivasi untuk bekerja lebih baik.
Faktor Organisasi (Organizational Constrains)
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
34/104
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
35/104
25
aspek dari kepuasan kerja akan tetapi tidak bisa
merepresentasikan kepuasan kerja secara keseluruhan.
Stres Kerja
Dalam bekerja, setiap orang pasti akan menemukan keadaan
yang menyebabkan stres. Dari hasil penelitian yang dilakukan
pada pekerja dewasa di Inggris oleh Warr dan Payne (dalam
Spector, 1997) ditemukan 15% pekerja laki-laki dan 10%
pekerja wanita diindikasikan pernah mengalami kekesalan
akibat dari pekerjaannya. Keadaan yang tidak menyenangkan
ini dapat menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan dalam
bekerja.
Beban kerja (workload)
Beban kerja yang berlebihan dapat menyebabkan seorang
pekerja mengalami ketidakpuasan dalam pekerjaannya. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jex dan Beehr
pada tahun 1991 (dalam Spector, 1997) yang mendapatkan
hasil antara kepuasan kerja dengan beban kerja memiliki
korelasi yang signifikan.
Kontrol
Kontrol adalah kebebasan yang dimiliki oleh seorang pekerja
dalam menentukan dan membuat keputusan dalam
pekerjaannya. Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan
korelasi yang terlalu signifikan antara kontrol dengan kepuasan
kerja, namun kontrol merupakan salah satu variabel penting
dalam menyebabkan terjadinya stres dalam bekerja.
Tuntutan / Kontrol Model
Ketika seseorang memiliki kontrol maka tuntutan atau tekanan
akan cenderung rendah sehingga kepuasan kerja yang dimiliki
menjadi lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika kontrol yang
dimiliki rendah, maka tuntutan atau tekanan akan leih besar
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
36/104
26
yang akan menyebabkan terjadinya stres yang pada akhirnya
akan menurunkan tingkat kepuasan kerja.
Jadwal Kerja
Pada dasarnya jadwal kerja t idak memiliki pengaruh langsung
terhadap tingkat kepuasan kerja, namun jadwal kerja lebih
berpengaruh pada kesehatan secara fisik yang pada akhirnya
akan mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang.
2. Faktor Personal
Karakter pribadi dan kepuasan kerja ( Personality Traits and
Job Satisfaction)
Ada dua karakter pribadi yang memiliki korelasi yang
signifikan dengan tingkat kepuasan kerja yaitu Locus of
Control dan Negative Affectivity (NA). Locus of Control adalah
sebuah variabel kognitif yang merepresentasikan kepercayaan
diri pada kemampuan untuk mengontrol reinforcement positif
dan negatif dalam hidup. Sedangkan NA adalah variabel
kepribadian yang merefleksikan kecenderungan seseorang
untuk mengalami emosi negatif seperti kecemasan atau depresi
dalam menghadapi berbagai situasi. Pada penelitian yang
dilakukan oleh O‟Brien, 1983 (dalam Spector, 1997)
ditemukan bahwa locus of control berhubungan dengan
kepuasan kerja, sikap kepemimpinan, persepsi dan motivasi
atas pekerjaan. Semakin tinggi nilai internal seseorang semakin
tinggi pula tingkat kepuasan kerja yang mungkin dicapai. Sama
halnya dengan Locus of Control, Negative Affectivity juga
memiliki peran dalam menentukan tingkat kepuasan kerja
seseorang. Moyle (1995) membuat hipotesa yang menyatakan
bahwa orang yang memiliki level yang tinggi pada NA akan
memiliki tingkat kepuasan kerja yang buruk begitu juga
sebaliknya.
Kesesuaian Kerja ( Person Job Fit )
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
37/104
27
Person job fit adalah kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan
pribadi seseorang. Jika pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki maka orang tersebut akan memiliki
rentang kesenjangan yang kecil, sehingga besar kemungkinan
orang tersebut akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih
rendah. Hipotesis ini berhasil dibuktikan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Edwards (dalam Spector, 1997) dimana pada
penelitian ini ditemukan kesenjangan memiliki korelasi yang
signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja.
Dari dua faktor utama diatas ( Environmental & Personality), Spector
membuat sebuah alat ukur kepuasan kerja yang diberi nama The Job
Satisfaction Survey (JSS). Adapun alat tes ini dibuat oleh Spector dengan
mengacu pada teori besar Discrepancy Theory yang dipelopori Wexley &
Yukl (1984). Pada alat ukur ini Spector melebur kedua faktor utama ke
dalam sembilan aspek. Berikut ini adalah kesembilan aspek tersebut:
1. Pay : kepuasan akan pembayaran dan kenaikan pembayaran.
2. Promotion : kepuasan terhadap kesempatan mendapatkan
promosi.
3. Supervision : kepuasan terhadap kepemimpinan dari atasan.
4. Fringe benefits : kepuasan terhadap keuntungan dalam
pekerjaan.
5. Contingent reward : kepuasan atas imbalan yang diterima,
didapatkan sesuai dengan prestasi yang dicapai.
6. Operating condition : kepuasan terhadap aturan dan
prosedur.
7. Coworkers : kepuasan terhadap rekan sekerja.
8. Nature of work : kepuasan terhadap jenis pekerjaan yang
dilakukan.
9. Communication : kepuasan terhadap hubungan komunikasi
dengan organisasi.
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
38/104
28
II.A.4 Konsekuensi dari Kepuasan Kerja
Berikut ini adalah hasil atau dampak yang akan diperoleh dari kepuasan kerja
(Luthans, 2005 ; Munandar, 2001):
1. Kepuasan dan produktivitas
Diantara kepuasan kerja dengan produktivitas memiliki korelasi yang
positif, walaupun tingkat kepuasan kerja yang tinggi tidak selalu
menghasilkan produktivitas yang tinggi.
2. Kepuasan dan turnover
Keluar masuknya (turnover ) pegawai memiliki hubungan yang positif
dengan kepuasam kerja. Sebagian besar penyebab keluarnya pegawai
dari sebuah institusi adalah karena adanya ketidakpuasan kerja.
3. Kepuasan dan ketidakhadiran
Kepuasan kerja dengan kepuasan kerja tidak selalu memiliki hubungan
yang timbal balik. Rendahnya tingkat kehadiran tidak selalu
menandakan adanya ketidakpuasan begitu juga sebaliknya, kepuasan
kerja yang tinggi tidak selalu meningkatkan kehadiran.
4. Dampak lain dari kepuasan kerja
Kesehatan fisik dan mental pekerja juga memiliki hubungan tingkat
kepuasan kerja. Dari kajian longitudinal disimpulkan bahwa ukuran-
ukuran dari kepuasan kerja merupakan peramal yang baik bagi rentang
kehidupan.
II.A.5. Faktor Lain yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
a. Jenis Kelamin
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (dalam
As‟ad, 1987) menunjukkan bahwa kepuasan kerja kelompok perempuan
lebih rendah daripada kepuasan kerja laki-laki. Peneliti lain Sauser dan
York (dalam Muchinsky, 1987) serta Forgionne dan Peeters (dalam
Luthans, 1995) menemukan adanya perbedaan kepuasan kerja antara
laki-laki dan perempuan. Pada kelompok perempuan memperlihatkan
adanya ketidakpuasan pada kesempatan promosi dan pekerjaan itu
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
39/104
29
sendiri. Schultz dan Schultz (1986) menyatakan adanya perbedaan
kepuasan kerja tersebut lebih disebabkan karena perlakuan yang
berbeda yang diterima antara laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan,
misalnya gaji dan kesempatan promosi yang diterima perempuan lebih
kecil dibandingkan laki-laki.
b. Usia
Gilmer (dalam As‟ad, 1987) mengatakan bahwa rendahnya kepuasan
kerja terjadi pada usia 20 tahun hingga 20 tahun. Menurut As‟ad (1987),
karyawan yang berusia lebih muda lebih fokus pada teman kerja, jam
kerja, upah, supervisi dan kondisi kerja, tapi tidak menganggap penting
pengembangan diri, faktor lingkungan, dan keamanan kerja. Sedangkan
menurut Saleh dan Otis (dalam Munandar, 1988), pekerja yang masuk
masa persiapan pensiun akan mengalami penurunan kepuasan kerja.
c. Masa Kerja
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Schultz dan Schultz (1986)
menunjukkan adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan masa
kerja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan kerja
seseorang relatif tinggi pada waktu permulaan dan kemudian akan turun
secara berangsur-angsur dalam 5, 8 hingga 10 tahun. Kemudian
kepuasan kerja akan naik kembali setelah 20 tahun bekerja.
d. Tingkat Pendidikan
Glenn dan Weaver (dalam Schultz dan Schultz, 1986) melakukan
penelitian mengenai kaitan antara kepuasan kerja dengan tingkat
pendidikan. Hasilnya, kepuasan kerja ditemukan lebih tinggi pada
pekerja yang berpendidikan rendah dibanding dengan pekerja yang
lulus perguruan tinggi. Penyebabnya disebutkan karena pekerja yang
lulus perguruan tinggi biasanya memiliki harapan yang lebih tinggi
dibandingkan pekerja yang hanya tamatan SMA, SMP atau bahkan SD.
Akibatnya, para lulusan perguruan tinggi merasa pekerjaannya tidak
memenuhi harapan sehingga cenderung kurang puas dengan
pekerjaannya.
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
40/104
30
II.B. PTS X
PTS X merupakan salah satu universitas swasta tertua dan terbesar di
Jakarta yang didirikan oleh sekelompok orang muda Kristiani pada tahun 1960.
Sejak pendiriannya di tahun 1960, posisi PTS X sebagai perguruan tinggi swasta
di Indonesia secara bertahap meningkat terus sehingga saat ini dapat dikatakan
menjadi salah satu universitas papan atas di Jakarta (Panggabean, Murniati, Tulus
& Yuliastini, 2002; M&PR, 2012). Sekarang ini, PTS X telah memiliki delapan
fakultas dan satu Sekolah Pascasarjana dengan rincian sebagai berikut : tujuh
belas program studi Strata 1 (S-1), empat program studi Strata 2 (S-2) dengan 2
Program Profesi, dan satu program studi Strata 3 (S-3). Pada bulan Maret 2013,
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) merilis daftar akreditasi
dan PTS X mendapat akreditasi B (Damanik, 2013).
PTS X memiliki visi untuk menjadi perguruan tinggi terkemuka yang
memiliki keunggulan akademik dan profesional di tingkat nasional serta
internasional yang secara konsisten mewujudkan perpaduan antara iman kristiani,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya Indonesia dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping itu, misi PTS X ada empat yaitu :
menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi untuk pengembangan ilmu,
profesionalisme, dan karakter peserta didik; menyelenggarakan penelitian dasar
dan terapan untuk kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya
(IPTEKS); mendarmabaktikan keahlian dalam bidang IPTEKS untuk kepentingan
masyarakat; dan mengelola pendidikan tinggi secara efektif dan efisien dalam
suasana akademik yang beretika dan bermartabat (sumber: website PTS X).
Menurut data yang diperoleh dari BSDM PTS X, jumlah mahasiswa aktif
yang terdaftar pada PTS X per Mei 2013 adalah 9.767 orang dengan jumlah
mahasiswa baru yang diterima setiap tahun ajaran baru kurang lebih berjumlah
2.500 orang. Sedangkan total jumlah karyawan pada PTS X per Mei 2013 adalah
1.817 orang. Karyawan pada PTS X terdiri atas dua kelompok yaitu:
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
41/104
31
II.B.1. Staf Pendidik
Menurut Kepala Biro Sumber Daya Manusia PTS X, staf pendidik adalah
seluruh karyawan PTS X yang memiliki kewajiban mengajar yaitu para dosen
tetap maupun dosen honorer. Jumlah total staf pendidik pada PTS X per
November 2013 adalah 1.446 orang dengan jumlah karyawan tetap yaitu 390
orang. Staf pendidik secara umum diartikan sebagai karyawan yang bertugas
mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan fungsi utama yang paling
mendominasi yaitu sebagai dosen. Tuntutan pekerjaan sebagai dosen diatur oleh
peraturan dari Dinas Pendidikan Tinggi dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
yaitu :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah kegiatan yang berorientasi pada transfer ilmu
pengetahuan baik bersifat teori mapun praktek di dalam lingkungan
perguruan tinggi. Pendidikan akan melibatkan kurikulum, sarana
prasarana pendidikan, tenaga pengajar (dosen), peserta didik
(mahasiswa), dan tenaga non edukasi.
2. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan
pengetahuan empirik, teori, konsep, metodologi, model, atau informasi
baru yang memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.
3. Pengabdian
Pengabdian pada masyarakat merupakan serangkaian aktivitas dalam
rangka kontribusi perguruan tinggi terhadap masyarakat yang bersifat
konkrit dan langsung dirasakan manfaatnya. Aktivitas ini dapat
dilakukan atas inisiatif individu atau kelompok anggota civitas
akademika perguruan tinggi yang bersangkutan dan bersifat non profit
(tidak mencari keuntungan).
II.B.2. Staf Kependidikan
Staf kependidikan adalah seluruh karyawan yang bergerak sebagai tenaga
penunjang keseluruhan proses aktivitas akademik. Jumlah total staf
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
42/104
32
kependidikan pada PTS X per Mei 2013 adalah 371 orang dengan jumlah
karyawan tetap yaitu 328 orang. Tuntutan pekerjaan pada staf kependidikan
berbeda-beda antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Yang termasuk
staf kependidikan pada PTS X yaitu:
1) Seluruh staf yang bekerja di sekretariat pada delapan fakultas (Fakultas
Ekonomi (FE), Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu
Komunikasi (FIABIKOM), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Hukum (FH), Fakultas
Kedokteran (FK), Fakultas Psikologi (FP), dan Fakultas Teknobiologi
(FTb) dan Sekolah Pascasarjana.
2) Staf delapan lembaga penunjang yaitu Lembaga Penjaminan Mutu
(LPM), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM),
Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat (PKPM), Pusat Kajian Bahasa
dan Budaya (PKBB), Pusat Pengabdian Masyarakat (PPM), Pusat
Pengembangan Etika (PPE), Pusat Penelitian Kesehatan
(PUSLITKES), Pusat Penelitian HIV/AIDS (PPH), Hak Kekayaan
Intelektual PTS X (HKI).
3) Staf biro-biro penunjang aktivitas akademik yaitu Biro Administrasi
Akademik (BAA), Biro Akuntansi dan Keuangan (BAK), Biro
Kemahasiswaan, Alumni, dan Pembimbingan Karir Mahasiswa
(BKAK), dan Biro Pengelola Prasarana dan Sarana (BPPS).
4) Unit lainnya yaitu Pusat Pengajaran Bahasa (PPB), Kantor Urusan
Internasional (KUI), Certified Human Resources Professional (CHRP),
Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Pelayanan IT
( Information Technology) PTS X, Perpustakaan, Marketing, Public
Relations.
II.C. PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN KERJA STAF PENDIDIK
DAN STAF KEPENDIDIKAN PTS X
Seperti yang telah dibahas diatas, kepuasan kerja didefinisikan sebagai
perasaan seseorang terhadap pekerjaannya (As‟ad, 1987). Kepuasan kerja seorang
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
43/104
33
karyawan ditentukan oleh banyak faktor. Menurut teori kepuasan kerja yang
dikemukakan oleh Spector (1997), ada sembilan faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja seorang karyawan. Yang pertama adalah pay (bayaran/gaji).
Walaupun sering digeneralisir sebagai aspek paling penting, namun sebenarnya
gaji hanya merupakan salah satu aspek dari berbagai komponen lainnya yang
menentukan kepuasan kerja seseorang. Pada penelitian yang dilakukan oleh oleh
Erez dan Isen (2002) yang mengatakan bahwa jumlah gaji yang dibayarkan tidak
lebih penting daripada persepsi tentang keadilan sistem penggajian. Penelitian
tersebut menjelaskan bahwa aspek gaji tidak hanya sebatas banyak atau sedikit
namun lebih menitikberatkan pada sistem penggajian yang adil. Pada institusi
universitas, sistem penggajian yang adil dapat membuat karyawan merasa nyaman
dan mencegah adanya perasaan dicurangi atau kurang dihargai oleh institusi
tempat ia bekerja.
Yang kedua adalah promotion (kesempatan promosi). Kesempatan untuk
dipromosikan memiliki pengaruh yang unik pada kepuasan kerja. Pada
kenyataannya, ada dua kondisi yang mungkin menyebabkan seseorang mendapat
kesempatan promosi yaitu karyawan yang dipromosikan atas dasar senioritas
(lamanya bekerja) dan karyawan yang dipromosikan atas dasar kemampuan
kerjanya (performa kerja). Pada institusi universitas, kedua kondisi diatas bisa saja
terjadi. Namun tentunya staf pendidik maupun staf kependidikan akan merasa
lebih puas jika dipromosikan atas dasar kinerjanya sendiri dan bukan karena
faktor senioritas.
Faktor yang ketiga adalah supervision (supervisi/pengawasan).
Kemampuan seorang atasan dalam mendukung kinerja bawahannya dapat
memberi pengaruh pada aspek kepuasan kerja seorang karyawan. Atasan yang
baik akan memberikan bantuan secara teknis maupun berupa dukungan baik
dalam hal mengarahkan, memimpin maupun mengembangkan karyawan yang
bekerja di bawah divisinya. Pada staf pendidik maupun staf kependidikan,
interaksi yang baik antara staf dengan atasan akan memicu karyawan merasa
nyaman dalam bekerja sehingga meningkatkan kepuasan kerja.
-
8/17/2019 [SKRIPSI]-PANGNGOLYANA-2009070064
44/104
34
Faktor keempat adalah fringe benefit (tunjangan tambahan). Aspek ini
mengukur sejauh mana seorang karyawan puas dengan tunjangan tambahan yang
diberikan oleh institusi tempat ia bekerja.Tunjangan tambahan adalah tambahan
pendapatan di luar gaji yang dianggap sebagai suatu bantuan tambahan dari
institusi. Tunjangan tambahan pada sebuah institusi pendidikan seperti universitas
dapat berupa tunjangan kesehatan, tunjangan kepangkatan, tunjangan anak, istri,
pensiun, dan lain sebagainya.Tunjangan tambahan dianggap sebagai fasilitas bagi
para stafnya. Seperti halnya dengan gaji dan kesempatan promosi, seorang
karyawan akan merasa lebih puas jika tunjangan yang diterima adalah sesuatu
yang memang pantas diperoleh dan sesuai dengan jerih payahnya terhadap
institusi (McKenna, 2000). Pada institusi universitas, hal tersebut turut mengambil
peran dalam