SKRIPSI - repository.usd.ac.id · mg, CTM 4 mg, Papaverin 40 mg; dan Untuk hari 8 10 : Haloperidol...
Transcript of SKRIPSI - repository.usd.ac.id · mg, CTM 4 mg, Papaverin 40 mg; dan Untuk hari 8 10 : Haloperidol...
PEMILIHAN, EFEK SAMPING, DAN GAMBARAN EFEK KOMBINASI PSIKOTROPIKA DALAM USAHA DETOKSIFIKASI
KETERGANTUNGAN NAPZA DI PANTI REHABILITASI PURI NURANI PERIODE SEPTEMBER – DESEMBER 2003
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan Oleh: MARTINUS HADIBOWO
NIM : 998114216 NIRM : 990051122004120187
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi
Berjudul
PEMILIHAN, EFEK SAMPING, DAN GAMBARAN EFEK KOMBINASI PSIKOTROPIKA DALAM USAHA DETOKSIFIKASI
KETERGANTUNGAN NAPZA DI PANTI REHABILITASI PURI NURANI PERIODE SEPTEMBER – DESEMBER 2003
Oleh:
MARTINUS HADIBOWO NIM: 998114216
NIRM: 990051122004120187
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Pada Tanggal : 26 Desember 2007
Mengetahui
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Dekan
Rita Suhadi, M.Si., Apt
Dosen Pembimbing: Dra. A. M. Wara Kusharwanti, Apt. Panitia Penguji: 1. Aris Widayati M,Si., Apt .........................
2. Dra. A. M. Wara Kusharwanti, Apt. ........................
3. Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt .........................
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AAdd MMaaiioorreemm
DDeeii GGlloorriiaamm
Skripsi ini tersembahkan kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa sebagai bentuk pelayanan nyata.
2. Orangtua sebagai ungkapan rasa hormat terima kasih, dan bakti yang tak terhingga.
3. kepada Almamaterku, Rekan-rekan pemakai, dunia Farmasi.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, September 2007
Penulis,
Martinus Hadibowo
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Dalam beberapa tahun terakhir ini, penyalahgunaan napza menjadi
masalah yang sangat besar. Fenomena napza bagaikan gunung es. Tidak disangkal bahwa peredaran napza tersebut sangat meresahkan masyarakat karena banyak dampak negatif yang ditimbulkan.
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif kwalitatif. Langkah penelitian yang dilakukan meliputi tahap perencanaan, tahap pengambilan data, dan tahap pengolahan data. Instrumen yang digunakan adalah tabel isian pemakaian obat-obatan yang digunakan dalam satu hari selama periode September sampai dengan Desember 2003, hasil wawancara dengan dokter dan standart pengobatan panti rehabilitasi Puri Nurani Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 orang pasien ketergantungan napza yang dirawat di panti rehabilitasi Puri Nurani selama periode September-Desember 2003 adalah pasien berjenis kelamin laki-laki lebih besar yaitu 90% dan perempuan sebesar 10%. Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu 1 pasien mendapatkan kombinasi obat siang terdiri dari Triheksifenidil 2 mg dan Haloperidol 5 mg (kombinasi A); 2 pasien mendapatkan kombinasi obat siang yang terdiri dari Haloperidol 5 mg, Trihexypenidil 2 mg, dan Klorpromazin 100 mg (kombinasi B); serta 7 pasien mendapatkan kombinasi obat siang terdiri dari Untuk hari 1 – 7: Codein 60 mg, Haloperidol 2,5 mg, THP 2 mg, Tramadol 50 mg, CTM 4 mg, Papaverin 40 mg; dan Untuk hari 8 – 10 : Haloperidol 2,5 mg dan THP 2 mg (kombinasi C). Semua pasien mendapatkan kombinasi yang sama untuk obat malam, yaitu klorpromazine 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg dan diazepam 5 mg. Kombinasi C merupakan kombinasi yang paling mendekati standar kombinasi yang ada di Puri Nurani, tetapi semua kombinasi obat tidak dapat dikatakan tidak rasional karena kombinasi obat diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Efek samping kombinasi obat terbagi dalam dua kategori yaitu efek samping yang membantu terapi detoksifikasi (misalnya mengantuk dan lemas), dan efek samping yang mengganggu terapi detoksifikasi (misalnya parkinson dan lidah kaku). Dari kombinasi obat yang diberikan pada pasien, untuk obat siang yang paling baik memberikan gambaran efeknya adalah kombinasi B dengan waktu onset sebesar 1,67 jam dan waktu durasi 5,34 jam, serta dapat mencegah timbulnya gejala tambahan yang mungkin timbul. Kombinasi obat malam memberikan waktu onset sebesar 0,94 jam dan waktu durasi sebesar 5,24 jam.
Kata kunci : Napza, detoksifikasi, kerasionalan, efek samping, gambaran efek
kombinasi obat, kombinasi obat.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
In the last few years the, abuse of napza become very big problem. Phenomenon napza as ices mount. Is not denied that circulation of napza hardly fret public by many the generated negativities impacts.
Research taken is type of research of non-experimental with qualitative descriptive research device. Step of research which done cover planning stage, phase of intake of data, and phase is data-processing. Instrument which applied is tables of stuffing of usage of drugs which applied in one day during periods Septembers up to Decembers 2003, interview result with doctor and standard medication of Puri Nurani rehabilitation center Jakarta.
Research result indicate that out of 10 patient people of dependence of napza which taken care of in Puri Nurani rehabilitation center during period September-Desember 2003 is bigger men gender patient that is 90% and woman equal to 10%. From observation which got by done is result that is 1 patient get drugs combination noon consisting of Triheksifenidil 2 mg and Haloperidol 5 mg (combination A); 2 patient get noon drug combination consisting of Haloperidol 5 mg, Trihexypenidil 2 mg, and Klorpromazin 100 mg (combination B); and also 7 patient get noon drug combination consist of day 1st - 7 th: Codein 60 mg, Haloperidol 2,5 mg, THP 2 mg, Tramadol 50 mg, CTM 4 mg, Papaverin 40 mg; and for day 8th - 10 th : Haloperidol 2,5 mg and THP 2 mg (combination C). All patients get same drugs combination for night’s medication that is klorpromazine 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg and 5 mg diazepam. Combination C is nearest combination of the combination standard in Puri, Nurani, but all drugs combinations cannot irrational told by drugs combinations are given as according to requirement and condition of patients. Drug combination side effects divided in two category that is side effects assisting detoxification therapy (for example is sleepy and weakened), and side effects bothering detoxification therapy (for example Parkinson and stiff tongue).
From passed by drug combination is patient, for best noon drug give image of the effect is combination B with onset time equal to 1,67 hour and duration time of 5,34 hour, and also can prevent incidence of addition symptom which possibly arising. Night drug combination give onset time equal to 0,94 hour and duration time equal to 5,24 hour. Keyword : Napza, detoxification, rational, side effects, image of effect drug
combination, drugs combination.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul
PEMILIHAN, EFEK SAMPING, DAN GAMBARAN EFEK KOMBINASI
PSIKOTROPIKA DALAM USAHA DETOKSIFIKASI
KETERGANTUNGAN NAPZA DI PANTI REHABILITASI PURI NURANI
PERIODE SEPTEMBER – DESEMBER 2003 dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan
untuk menambah wawasan di dunia farmasi. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. A. M. Wara Kusharwanti, Apt, selaku dosen pembimbing dan
penguji yang telah dengan sabar membantu dan membimbing dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Edi Joko Santoso, S.Si., Apt, yang juga telah membimbing dan
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Orang tua saya yang telah memberikan dorongan dan bantuan secara moril
maupun materiil dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Wakil Direktur I Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Herdjan, yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Bapak Dr. Antonius S. SpKj, yang telah memberikan keterangan-
keterangan yang diperlukan penulis dalam penelitian ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Bapak Dr. R. Surya Widya, SpKj, selaku penanggung jawab ruang panti
rehabilitasi Puri Nurani yang telah memberi ijin dan mendampingi dalam
melakukan penelitian ini.
7. Seluruh perawat yang bertugas di ruang panti rehabilitasi Puri Nurani,
yang telah membantu dalam melakukan penelitian ini.
8. Para pasien atau klien yang dirawat di panti rehabilitasi Puri Nurani atas
kerja sama dan penerimaannya dalam penelitian ini.
9. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
10. Ibu Aris Widayati M,Si., Apt, selaku Dosen Penguji
11. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt, selaku Dosen Penguji
12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang selalu
mendorong semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tak ada gading yang tak retak demikian pula dengan apa yang tertuang
dalam skripsi ini yang masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu berbagai
saran dan kritik yang membangun saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pembaca
dan bagi dunia farmasi pada khususnya.
Yogayakarta, September 2007
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xiv
xv
xvi
1
1
5
5
6
6
8
8
8
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
INTISARI ...................................................................................................
ABSTRACT.................................................................................................
PRAKATA..................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................
1. Rumusan Permasalahan ............................................................
2. Keaslian Penelitian......................................................................
3. Manfaat Penelitian ......................................................................
B. Tujuan Penelitian...............................................................................
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .......................................................
A. Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif ........................................
1. Definisi Narkotika dan Penggolongannya ...........................
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Definisi Psikotropika dan Penggolongannya....................... 9
12
12
14
14
16
19
19
20
21
23
24
24
25
26
27
29
31
31
34
34
3. Zat Adiktif ...........................................................................
B. Penyalahgunaan Napza....................................................................
1. Ciri-Ciri Penyalahguna Napza.............................................
2. Tingkatan Ketergatungan Napza .........................................
3. Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan dan
Ketergantungan Napza.........................................................
C. Zat yang Biasa Disalahgunakan, Gejala, Resiko,
dan Cara Pemakaian .........................................................................
1. Narkotika .............................................................................
a. Golongan Opiat.....................................................
b. Ganja.....................................................................
c. Kokain...................................................................
2. Psikotropika .........................................................................
a. Stimulansia ...........................................................
b. Amfetamin ............................................................
c. Methamphetamine ................................................
d. Sedativa Hipnotika................................................
3. Zat Adiktif ...........................................................................
D. Penatalaksanaan Ketergantungan Napza .........................................
1. Konsep Dasar Penatalaksanaan...........................................
2. Penatalaksanaan Untuk Ketergantungan Napza .................
a. Terapi Detoksifikasi ............................................
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Terapi Medik Psikiatrik (Psikofarmaka) .............. 37
47
47
47
47
47
48
49
50
53
54
54
54
57
57
58
58
58
58
59
59
c. Terapi Medik Psikiatrik (Psikoterapi) ..................
d. Terapi Medik – Somatik .......................................
e. Terapi Psikosal......................................................
f. Terapi Religius......................................................
g. Rehabilitasi ...........................................................
3. Prinsip Pengobatan Ketergantungan Napza
yang efektif .........................................................................
E. Kerasionalan Penggunaan Obat .......................................................
F. Standart Pengobatan atau Rehabilitasi Detoksifikasi
Panti Rehabilitasi Puri Nurani .........................................................
G. Keterangan Empiris .........................................................................
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................
B. Definisi Operasional ........................................................................
C. Instrumentasi Penelitian...................................................................
D. Lokasi Penelitian..............................................................................
E. Jalannya Penelitian...........................................................................
1. Tahap Persiapan...................................................................
2. Tahap Pengambilan Data .....................................................
3. Proses Pengolahan Data.......................................................
F. Kelemahan Penelitian ......................................................................
G. Subyek Penelitian.............................................................................
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H. Tata Cara Analisis Hasil .................................................................. 59
60
60
61
67
71
80
80
81
84
87
139
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
A. Gambaran Umum Pasien Rawat Inap (Detoksifikasi)
Panti Rehabilitasi Puri Nurani Selama Bulan
September – Desember 2003...........................................................
B. Kerasionalan Penggunaan Kombinasi Obat Yang Diberikan
Kepada Pasien Selama Menjalani Terapi Detoksifikasi
Di Panti Rehabilitasi Puri Nurani ....................................................
C. Efek Samping Yang Terjadi Dari Penggunaan
Kombinasi Obat Yang Digunakan Pasien Dalam Menjalani
Terapi Detoksifikasi ........................................................................
D. Efektivitas Penggunaan Kombinasi Obat
Yang Diberikan Pada Pasien Selama Terapi Detoksifikasi
Di Panti Rehabilitasi Puri Nurani ....................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
Lampiran ....................................................................................................
Biografi Penulis ..........................................................................................
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Standart Kombinasi Obat yang Dipakai Pada Siang Hari DI Panti
Rehabilitasi Puri Nurani ............................................................
Tabel 2. Standart Kombinasi Obat yang Dipakai Pada Siang Malam
di Panti Rehabilitasi Puri Nurani ...............................................
Tabel 3. Data Gambaran Umum Pasien Rawat Inap Panti Rehabilitasi Puri
Nurani September-Desember 2003 ...........................................
Tabel 4. Gambaran efek obat dan gejala tambahan yang terjadi pada
penggunaan masing-masing kombinasi obat.............................
Tabel 5. Gambaran waktu efek obat malam yang diberikan selama
terapi detoksifikasi ....................................................................
51
52
61
73
73
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema terjadinya penyalahgunaan
19
dan ketergantungan napza ......................................................
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
87
88
89
90
91
135
Lampiran 1. Surat ijin penelitian Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta .............................
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Rumah Sakit Dr. Soeharto Herdjan
Jakarta .................................................................................
Lampiran 3. STANDART DETOKSIFIKASI NAPZA
“PURI NURANI” .............................................................
Lampiran 4. Tabel Isian Penggunaan Obat Sehari-hari
Pasien Rawat Inap di Panti Rehabilitasi Puri Nurani..........
Lampiran 5. Data Pola Penggunaan Obat Dalam Terapi Detoksifikasi
Gejala Putus Obat (Withdrawal Syndrome)
Pada Pasien Rawat Inap Penyalahgunaan
Dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika,
Dan Zat Adiktif Di Panti Rehabilitasi Puri Nurani
Periode September-Desember 2003....................................
Lampiran 6. Hasil Wawancara Dengan Dokter
Yang Bertanggungjawab Terhadap Klien atau Pasien
Rehabilitasi ketergantungan Napza di Puri Nurani.............
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini, penyalahgunaan napza (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif) menjadi masalah yang sangat besar bagi dunia
internasional dan terutama bagi bangsa Indonesia yang disebut termasuk dalam
segitiga emas dalam peredaran napza. Tidak disangkal bahwa peredaran napza
tersebut sangat meresahkan masyarakat karena banyak dampak negatif yang
ditimbulkan. Jika pada dekade lalu peredaran napza hanya terfokus pada kaum
muda dan usia-usia produktif, belakangan ini napza mulai menyusup kedalam
kalangan yang lebih luas mulai dari kalangan elit, selebritis, kalangan menengah,
dan kalangan bawah, mulai dari usia anak-anak sampai dengan lansia.
Fenomena napza bagaikan gunung es (ice berg), artinya yang nampak di
permukaan lebih kecil daripada yang tidak kelihatan (di bawah permukaan laut).
Pemerintah menyebutkan angka resmi penyalahgunaan napza 0,065% dari dua
ratus juta jiwa atau sama dengan seratus tiga puluh jiwa. Penelitian yang
dilakukan oleh Hawari dan kawan-kawan pada tahun 1998 menyebutkan bahwa
angka sebenarnya adalah sepuluh kali lipat dari angka resmi (dark number=10),
atau dengan kata lain bila ditemukan satu orang penyalahguna atau
ketergantungan napza artinya ada sepuluh orang lainnya yang tidak terdaftar
resmi.(Hawari, 2001)
Diasumsikan bahwa bila data pemerintah itu benar, maka paling sedikit
jumlah penyalahguna atau ketergantungan napza di Indonesia berjumlah satu
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
koma tiga juta jiwa. Bila diasumsikan setiap penyalahguna atau ketergantungan
napza mengeluarkan uang paling sedikit seratus ribu rupiah dalam sehari untuk
mengkonsumsi napza, maka biaya yang dikeluarkan minimal seratus tiga puluh
milyar per hari (Hawari, 2001).
Penelitian yang diakukan oleh Hawari dan kawan-kawan tahun 1998, dari
pasien penyalahguna atau ketergantungan napza jenis opiat (heroin) ditemukan
angka kematian (mortality rate) mencapai angka 12,16%. Mereka yang
mengalami komplikasi medik berupa kelainan paru-paru sebesar 53,73%,
gangguan fungsi hati 55,10% dan hepatitis C sebesar 56,53%, sedangkan yang
terinfeksi HIV sebesar 33,33% (Hawari,2001).
Studi kepustakaan menunjukkan angka kekambuhan cukup tinggi yaitu
43,9%. Metode terapi dan rehabilitasi yang ditentukan oleh Hawari dapat
menekan angka kekambuhan hingga 12,21% dan apabila yang bersangkutan taat
beribadah maka angka kekambuhan dapat diperkecil lagi yaitu 6,83% (Hawari,
2001).
Dari mereka yang mengalami kekambuhan ternyata ada tiga faktor utama
sebagai penyebab yaitu faktor teman 58,3%, faktor sugesti (craving) 23,21%, dan
faktor frustrasi atau stress 18,43% (Hawari, 2001).
Penyalahgunaan dan ketergantungan napza merupakan penyakit endemik
dalam masyarakat modern, penyakit kronik yang berulang kali kambuh dan
merupakan gangguan mental adiktif (Hawari, 2001).
Sebelum tahun 1990 jarang sekali terdengar pusat rehabilitasi napza di
Indonesia, tetapi sejak tahun 1997, pusat rehabilitasi napza di Indonesia mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menjamur. Pada bulan Desember tahun 2000, di Jakarta dan sekitarnya sudah
terdaftar sekitar seratus pusat penanggulangan napza. Dengan motivasi, dasar
pemikiran, metode, sasaran dan program-programnya yang sangat bervariasi
(Somar, 2001).
Pada awal tahun 2001, pemerintah Indonesia bertekad mengurangi
penyalahgunaan napza secara lebih konfrontatif dan terbuka, dan telah dibentuk
suatu badan nasional yang berkoordinasi dengan menteri negara masalah
kemasyarakatan, yang disebut BKNN (Badan Koordinasi Narkotika Nasional).
Sejalan dengan upaya pemerintah mengatasi penyalahgunaan napza yang semakin
meningkat, Departemen Kesehatan mengeluarkan kebijakan agar setiap rumah
sakit tipe A dan B menyediakan unit pelayanan rehabilitasi napza (Anonim,
2001).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Rumah Sakit Jiwa Soeharto
Herdjan yang bertindak sebagai rumah sakit jiwa pusat nasional menyediakan unit
pelayanan kesehatan untuk pasien penyalahgunaan napza di bagian Puri Nurani,
baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Puri Nurani
merupakan panti rehabilitasi napza yang terdapat di rumah sakit jiwa Soeharto
Herdjan Jakarta (Anonim, 2000).
Dalam programnya pusat-pusat rehabilitasi menggunakan berbagai
macam metode pendekatan pula, salah satunya adalah terapi detoksifikasi dengan
menggunakan obat. Dalam pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan napza tersebut
selalu menyertakan para ahli dalam bidangnya masing-masing seperti dokter,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
psikiater, psikolog, sosiolog, rohaniwan, tokoh agama, dan ahli dalam bidang
terapi serta pekerja sosial.
Terapi (pengobatan) terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan napza
terdiri atas dua tahapan yaitu detoksifikasi dan pasca-detoksifikasi (pemantapan)
(Hawari,2001). Terdapat berbagai macam cara detoksifikasi yang dapat dipilih
sesuai dengan kondisi pasien dan keluarganya, yaitu :
a.) detoksifikasi tanpa anestesi
1.) detoksifikasi dengan pemutusan segera (abrupt withdrawal
atau cold turkey)
2.) detoksifikasi simptomatik
3.) detoksifikasi subtitusi
b.) detoksifikasi dengan anestesi
Detoksifikasi Opiat Cepat dengan Anestesi (D.O.C.A)
Peranan seorang apoteker jarang sekali tampak dalam pelayanan
rehabilitasi tersebut, sementara obat-obatan yang dipakai dalam rehabilitasi napza
menggunakan obat-obat keras yang termasuk dalam golongan psikotropika.
Penggunaan psikotropika sebagai sarana pengobatan dalam rehabilitasi
selayaknya diawasi oleh seorang ahli dalam bidang obat-obatan yaitu apoteker,
mengingat efek yang tidak diharapkan sangat berbahaya, maka seorang apoteker
sebaiknya memberikan pertimbangan atau usulan kepada dokter dalam memilih
psikotropika yang akan dipakai dengan dosis yang sesuai.
Hal ini sering disebabkan oleh karena seorang apoteker jarang sekali
peduli dengan masalah penyalahgunaan napza yang merupakan masalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sangat terkait dengan bidang ilmu yang dimiliki oleh seorang apoteker, sementara
fungsinya sebagai pusat informasi penggunaan obat sering kali dirangkap oleh
seorang dokter.
1. Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana pemilihan kombinasi obat yang diberikan kepada pasien dalam
menjalani terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani ?
2. Bagaimana efek samping yang terjadi dalam terapi detoksifikasi yang
diberikan dengan menggunakan psikotropika ?
3. Bagaimana gambaran efek penggunaan psikotropika yang dipakai dalam
terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani ?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh yang diketahui peneliti, penelitian yang mempelajari tentang
pemilihan psikotropika dalam rangka rehabilitasi ketergantungan napza di panti
rehabilitasi Puri Nurani belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang
pernah dilakukan tentang penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif dengan judul “Profil Penyalahgunaan Psikotropika di
Kalangan Mahasiswa Angkatan tahun 1996-2000 Kampus III Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta” (Astinigsingsih, 2001) dan “Pola Pengobatan Terapi Putus
Obat (Withdrawal Syndrome) Pada Pasien Rawat Inap Penyalahgunaan dan
Ketergantungan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif di RS DR. Sardjito
Yogyakarta” (Budiarti, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya adalah
penggambaran dan pola pengobatan yang dilakukan dalam rehabilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
ketergantungan napza. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yang lebih menekankan pada analisis kerasionalan penggunaan kombinasi
obat, keefektifan kombinasi obat, dan efek samping obat yang digunakan dalam
terapi detoksifikasi pasien ketergantungan napza.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk mengembangkan konsep
pelayanan farmasi klinik khususnya dalam mengevaluasi pemberian obat
pada pasien di panti rehabilitasi.
b. Manfaat praktis :
1) Memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan rejimen terapetik
pada pasien ketergantungan napza di panti rehabilitasi Puri Nurani.
2) Informasi yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayanan dalam rangka rehabilitasi ketergantungan napza, terutama
dalam kerasionalan penggunaan psikotropika yang digunakan.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai
kerasionalan pemakaian psikotropika dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan rehabilitasi pasien ketergantungan napza.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pemilihan kombinasi obat yang diberikan pada pasien
detoksifikasi ketergantungan napza.
b. Mengetahui efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan
psikotropika tersebut.
c. Mengetahui gambaran efek kombinasi obat agar didapatkan efek yang
diinginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif
1. Definisi Narkotika Dan Penggolongannya
Narkotika adalah obat atau zat aktif yang bekerja menekan susunan saraf
pusat, efek terutama yang ditimbulkan narkotika adalah penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, dan mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri serta memberikan efek ketergantungan atau adiksi. Digunakan sebagai
analgesik, antitusif, antispasmodik, dan premedikasi anestesi dalam praktek
kedokteran (Maslim, 2001).
Menurut undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang narkotika, yang
dinamakan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menurunkan,
menghilangkan, dan mengurangi rasa nyeri, serta dapat dapat menimbulkan
ketergantungan. Yang tergolong narkotika misalnya : opioid, kokain, ganja,
morphin, codein, petidin, papaverin .
Narkotika terbagi atas tiga golongan,yaitu:
a. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya digunakan untuk ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan untuk tujuan pengobatan karena mempunyai
potensi yang sangat kuat menimbulkan ketergantungan. Contoh : heroin,
ganja, dan kokain.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
b. Narkotika golongan II : Narkotika yang digunakan sebagai pilihan terakhir
untuk pengobatan dan dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi yang kuat menimbulkan sindroma ketergantungan obat.
Contoh : morphin, metadon dan opium.
c. Narkotika golongan III : Narkotika yang banyak digunakan dalam pengobatan
dan tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menimkan
sindrom ketergantungan obat. Contoh : codein (Asikin, 2002).
2. Definisi Psikotropika dan Penggolongannya
Psikotropika adalah zat atau obat yang kerjanya mempengaruhi fungsi
otak, fungsi psikiatrik, kelakuan atau pengalaman. Psikotropika bekerja secara
selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental dan perilaku (mind and behaviour altering drug), digunakan
dalam terapi psikiatrik (Maslim, 2001).
Sebenarnya psikotropika baru dikenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu
farmakologi yaitu psikofarmaka yang khusus mempelajari psikotropika.
Psikotropika mulai berkembang pesat setelah ditemukannya Alkaloid Raulwolfia
dan Chlorpromazine yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik
(Santoso, 1995).
Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropika dibagi menjadi empat
golongan, yaitu antipsikosis, anti ansietas, antidepresan, dan psikotogenik.
Neuroleptik berguna untuk terapi psikosis akut maupun kronik. Antipsikosis ini
bekerja mengatasi agresivitas, hiperreaktivitas, dan labilitas emosional pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pasien psikosis. Contoh psikotropika adalah klorpromazin, mepazin,
asetofenazin, klorprotiksen, haloperidol (Santoso, 1995).
Antiansietas terutama berguna untuk pengobatan simptomatik penyakit
psikoneurisis dan berguna sebagai obat tambahan pada terapi penyakit yang
didasari ansietas atau perasaan cemas dan ketegangan mental. Contoh psikotropik
golongan ini adalah klordiazepoksid, diazepam, klorazepat, lorazepam,
halozepam (Santoso, 1995).
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk terapi mengatasi tekanan
mental (depresi mental). Obat ini terbukti dapat menghilangkan atau mengurangi
depresi yang timbul pada beberapa jenis skizofrenia. Perbaikan depresi ditandai
dengan perbaikan alam kesadaran, bertambahnya aktivitas fisik, dan
kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang baik dan berkurangnya
pikiran morbid. Contoh psikotropik jenis ini adalah imipramine, amoxapine,
meclobemide, citalopram, trazodone (Santoso dan wiria, 1998).
Psikotogenik ialah obat yang menimbulkan kelainan tingkah laku, disertai
halusinasi, ilusi, gangguan cara berfikir dan perubahan alam perasaan, jadi dapat
menimbulkan psikosis. Psikosis toksik memang dapat timbul setelah pemberian
berbagai jenis obat, tetapi obat baru digolongkan psikotogenik jika dapat
menimbulkan keadaan psikotik tanpa delirium dan disorientasi. Contoh
psikotropika jenis ini adalah meskalin dietilamid asam lisergad (Santoso, 1995).
Menurut undang-undang psikotropika no.5 tahun 1997, psikotropika
diklasifikasikan menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
a. Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan untuk terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
menimbulkan sindroma ketergantungan.
Contoh : 3,4 methylenedioxy methamphenthamine (mdma), dietilamid asam
lisergad (lsd).
b. Psikotopika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : amphetamine, fenisiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfemidad
(ritalin).
c. Psikotropika golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : fenobarbital, dan flunitrazepam
d. Psikotropika golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : diazepam, klobazepam, bromazepam, klonazepam, klordiazepoksid,
nitrazepam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah zat atau bahan yang dapat menimbulkan gejala
ketagihan atau adiksi (addiction) dan ketergantungan atau dependensi
(dependention). Zat adiktif terbagi atas beberapa jenis dan pembagiannya
berdasarkan cara pemakaian bahan tersebut seperti diminum (alkohol), dihirup
(solvent), dimakan (magic mushrooms) (Sudirman, 2000).
B. Penyalahgunaan Napza
Penyalahgunaan napza menurut organisasi kesehatan dunia adalah
pemakaian napza yang berlebihan, secara terus-menerus atau berkala di luar
maksud medis atau pengobatan. Menurut Depkes RI, penyalahgunaan napza
adalah pemakaian zat terus-menerus atau berkali-kali secara berlebihan dan tidak
menurut petunjuk dokter. Penyalahgunaan napza dapat menimbulkan gangguan
tertentu pada seseorang baik fisik maupun psikologik yang diikuti bahaya yang
tidak diinginkan (Hawari, 2000).
Manifestasi penyalahgunaan obat dapat diketahui dari hal-hal sebagai
berikut yaitu, terdapat tanda-tanda pemakai obat (penyalahgunaan obat),
terjadinya keadaan putus obat (withdrawal syndrome atau sindroma abstinentia),
terjadinya kelebihan dosis akut, adanya komplikasi medik (penyulit kedokteran),
dan komplikasi lainnya (sosial dan legal) (Asikin,2002).
Asas manfaat dan resiko penggunaan psikotropika adalah, penggunaan
psikoropika yang rasional akan mengakibatkan meredanya sasaran gejala dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
memberikan peluang untuk integrasi biologis dan sosial terapi psikososial
akhirnya pemulihan dari keadaan sakit (Asikin,2002 ).
Penggunaan psikotropika yang tidak rasional akan mengakibatkan
ketergantungan obat dan disintegrasi biologis psikologis dan sosial terjadi
disabilitas akhirnya cacat yang makin lama makin berat (Maslim, 2000).
Ketagihan napza adalah keadaan dimana seseorang secara psikologis
merasa ingin untuk menggunakan atau memakai kembali napza (Rahardja, 2002).
Ketergantungan napza adalah keadaan ketergantungan fisik maupun
psikologik, yang ditandai oleh adanya toleransi dan gejala-gejala putus obat
(Rahardja, 2002).
Tidak semua zat atau obat dapat menimbulkan ketagihan dan
ketergantungan pada pemakainya. Zat atau bahan yang dapat menimbulkan
ketagihan atau ketergantungan mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut :
a. keinginan yang tak tertahankan (unpowering desire) terhadap zat yang
dimaksud, dan jika perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya.
b. kecenderungan untuk menambah takarannya (dosis) sesuai dengan toleransi
tubuh.
c. ketergantungan psikik (psychological dependence), apabila pemakaian zat
dihentikan akan timbul kecemasan, kegelisahan, depresi, dan lain-lain gejala
psikik.
d. ketergantungan fisik (physical dependence), apabila pemakaian zat ini
dihetikan, akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus obat
(withdrawal syndrome) (Hawari, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
1. Ciri-ciri penyalahguna napza
Ciri-ciri remaja atau anak yang mempunyai kemungkinan besar mengalami
gangguan atau ketergantungan terhadap napza, adalah sebagai berikut:
a. sifat mudah kecewa dan kecenderungan menjadi agresif dan destruktif.
b. perasaan rendah diri (low self-esteem).
c. tidak bisa menunggu atau bersabar yang berlebihan.
d. suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung resiko
berbahaya berlebihan.
e. cepat bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak sanggup
berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
f. hambatan atau penyimpangan psikoseksual dengan akibat kegagalan.
g. keterbelakangan mental.
h. cenderung mengalami gangguan kejiwaan, seperti kecemasan, obsesi,
apatis, menarik diri dalam pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi
stress atau sebaliknya hiperaktif.
i. kurangnya motivasi untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan atau
pekerjaan atau bidang lapangan lainnya (Alatas, 2001).
2. Tingkatan ketergantungaan napza
Secara umum ketergantungaan terhadap napza dapat dibagi menjadi tiga
golongan besar, yaitu sebagai berikut :
a. Ketergantungan primer,
ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang
pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Ketergantungan simptomatis,
Ketergantungan simptomatis adalah penyalahgunaan napza sebagai salah satu
gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya umumnya terjadi pada orang
dengan kepribadian psikopatik (anti-sosial), kriminal, dan pemakaian napza
untuk kesenangan semata.
c. Ketergantungan reaktif,
Ketergantungan reaktif adalah terutama terdapat pada remaja karena dorongan
ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan teman kelompok sebaya (peer
group pressure) (Hawari,1999).
Dilihat dari kebutuhan pemakaiannya, penyalahgunaan napza dapat
digolongkan menjadi:
a. pemakaian coba-coba (experimental use) yang bertujuan hanya ingin
mencoba memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti
menggunakan dan sebagian lain meneruskan pemakaian.
b. pemakaian sosial (social use) yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang
(saat rekreasi atau santai). Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,
sebagian lagi meningkat ke tahap selanjutnya.
c. pemakaian situasional (situational use), pemakaian pada saat mengalami
keadaan tertentu (ketegangan, kesedihan, kekecewaan) dengan maksud
menghilangkan perasaan tersebut.
d. Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai salah satu pola penggunaan
yang bersifat patologik atau klinis (menyimpang), minimal satu bulan
lamanya, dan telah terjadi gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
e. ketergantungan (dependence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat,
bila pemakaian zat dihentikan atau dikurangi atau tidak ditambah dosisnya
(Asikin, 2002).
3. Mekanisme terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza
Mekanisme terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza dapat
diterangkan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan organobiologik,
psikodinamik, dan psikososial (Hawari, 2000).
a. Pendekatan organobiologik
Dari sudut pandang organobiologik (susunan saraf pusat) mekanisme
terjadinya adiksi (ketagihan) hingga depedensi (ketergantungan) napza dikenal
dengan dua istilah, yaitu gangguan mental organik akibat napza atau sindrom otak
organik akibat napza, dan gangguan penggunaan napza termasuk didalamnya
pengertian penyalahgunaan napza atau ketergantngan napza, yang lebih banyak
menyoroti berbagai kelainan perilaku (behavior disorder) yang berkaitan dengan
penggunaan napza yang mempengaruhi susunan saraf pusat (Hawari, 2000).
Teori yang mengemukakan tentang proses terjadinya adiksi (ketagihan)
dan depedensi (ketergantungan) pada penyalahgunaan napza, antara lain sebagai
berikut :
1) Conditioning theory berpendapat bahwa seseorang akan menjadi
ketergantungan terhadap napza apabila ia terus menerus diberi napza tersebut.
Hal ini sesuai dengan teori adaptasi seluler (neuro-adaptation), tubuh
beradaptasi dengan menambah jumlah reseptor dan sel-sel saraf bekerja keras.
Jika napza dihentikan, sel-sel yang masih bekerja keras tadi mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
keausan, yang dari luar nampak sebagai gejala-gejala putus napza. Gejala ini
memaksa orang untuk mengulangi pemakaian napza tersebut, demikianlah
seterusnya (Hawari, 1999).
2) Kebanyakan napza berinteraksi dengan cara yang khas pada tempat sasaran
dalam suatu sistem biologik di otak. Tempat itu dalam farmakologi disebut
sebagai reseptor. Interaksi napza dengan reseptor biasanya bukan merupakan
ikatan kovalen kimiawi, melainkan suatu interaksi yang lebih lemah (Hawari,
1999).
3) Gen berperan dalam ketergantungan terhadap alkohol, tetapi untuk jenis-jenis
lainnya faktor gen sebagai etiologis masih lemah. Dalam hubungan dengan
hal ini , secara umum contoh orang tua (parenteral example) lebih penting
dari pada gen (sifat turunan) orang tua (parental genes) (Hawari, 1999).
b. Psikodinamik
Hasil penelitian Hawari pada tahun 1998 tentang penyalahgunaan napza
menyatakan bahwa seseorang akan terlibat penyalahgunaan napza dan dapat
sampai pada ketergantungan napza, apabila pada itu sudah ada faktor predisposisi,
yaitu faktor yang membuat seseorang cenderung menyalahgunakan napza(Hawari,
2000 ).
Adanya faktor predisposisi ini belum cukup sehingga diperlukan faktor
lain yang berperan serta dalam penyaahgunaan dan ketergantungan napza, yang
disebut dengan faktor kontribusi (Hawari, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Bila faktor predisposisi dan faktor kontribusi ini sudah ada, maka
diperlukan lagi faktor yang mendorong terjadinya penyalahgunaan dan
ketergantungan napza, yaitu faktor pencetus (Hawari, 2001 ).
Dalam penelitian lebih lanjut disebutkan bahwa yang termasuk faktor
predisposisi adalah gangguan kejiwaan yaitu gangguan kepribaian (anti-sosial),
kecemasan, dan depresi. Sedangkan yang termasuk faktor kontribusi adalah
kondisi keluarga yang terdiri dari tiga komponen yaitu keutuhan keluarga,
kesibukan orangtua, hubungan interpersonal antar keluarga. Yang termasuk faktor
pencetus adalah pengaruh teman sebaya dan napza itu sendiri (Hawari, 2001).
Proses terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza adalah hasil
dari interaksi antara faktor predisposisi, faktor kontribusi dan faktor pencetus
yang dapat dilihat dalam bagan berikut (Hawari, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
gambar 1. Skema terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza (Hawari, 2001)
C. Zat Yang Biasa Disalahgunakan, Gejala, Resiko, Dan Cara Pemakaian 1. Narkotika
Penyalahgunaan obat yang termasuk narkotika biasanya dilakukan oleh
pengguna (user) yang telah lama melakukan penyalahgunaan obat. Gejala
kelebihan dosis obat yang termasuk dalam golongan narkotika secara umum di
tunjukkan dengan tiga gejala klasik, yaitu terjadinya pinpoin (pupil mata
mengecil), pernapasan satu-satu dan koma. Sedangkan gejala-gejala kondisi putus
Faktor predisposisi
1. gangguan kepribadian (antisosial)
2. kecemasan 3. depresi.
Faktor kontribusi 4. kondisi keluarga 4.1 keutuhan keluarga 4.2 kesibukan orang tua 4.3 hubungan interpersonal
Faktor pencetus Teman kelompok (+NAPZA)
Penyalahgunaan NAPZA Penyalahgunaan NAPZA Ketergantungan NAPZA
Ketergantungan NAPZA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
obat ditandai dengan timbulnya agitasi, nyeri otot dan tulang, insomnia, dan nyeri
kepala. Bila pemakaiannya sangat banyak atau dalam dosis sangat tinggi maka
akan terjadi konvulsi (kejang) dan koma. Keluar airmata (lacrimasi), keluar air
dari hidung (rhinorhea), berkeringat banyak, cold turkay, pupil yang berdilatasi,
tekanan darah yang meninggi, nadi bertambah cepat, hiperpirexia (suhu tubuh
yang sangat tinggi), gelisah, cemas, tremor, dan kadang-kadang psikosis toksik
juga sering kali terjadi (Wresniwiro, 2000).
a. Golongan Opiat.
Sumber utama narkotik alami, berasal dari tumbuh-tumbuhan tahunan,
berupa tumbuhan jenis terna di antaranya yang paling ternama adalah Asian
poppy. Opioid adalah segolongan zat baik yang alamiah, semi sintetik, maupun
sintetik yang kasiatnya dalam bidang kedokteran adalah sebagai analgetika
(Yanny,2001). Ada juga yang menyatakan, opioid atau opiat merupakan hasil
eksudat dan resin tanaman papaver putih (white poppy). Efek klinis lainnya adalah
dapat menurunkan susunan saraf pusat, menurunkan sensasi nyeri, menunkan
emosi, nyeri penurunan respirasi, sedasi, menimbulkan rasa lemah, miosis, mual
atau muntah, konstipasi, pucat, euforia,pusing, drowsiness. Biasanya obat-obatan
ini secara umum digunakan dengan cara dihisap, injeksi, peroral. (Suwarso,
2002).
Opium adalah getah berwarna putih susu yang keluar dari kotak biji
tanaman Papaver somniferum (candu) yang belum masak. Dulu opium banyak
digunakan untuk menghentikan diare, namun sekarang lebih banyak diolah untuk
menghasilkan morfin dan kodein murni yang digunakan dalam bidang kedokteran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Opioid semisintetik adalah opioid yang diperoleh dari opioid alamiah
dengan perubahan sedikit kimiawi. Salah satu opioid semi sintetik yang paling
dikenal adalah heroin. Heroin atau diamorphine adalah candu yang berasal dari
opium poppy (Papaver somniferum). Candu merupakan zat kebal tubuh yang
efektif dengan pengaruh penenang diri (sedatif), dengan menekan sistem saraf
termasuk berpengaruh dalam memperlambat pernafasan dan memperlambat detak
jantung, juga dapat memperbesar pembuluh darah tertentu, menciptakan perasaan
hangat dan mengurangi diare. Ciri khusus pada pengguna candu adalah
tertariknya atau terbatasnya bola mata (miosis). Beberapa zat turunan yang
tergolong dalam kelompok ini adalah dilaudid, perkodan, etorfin (Yanny,2001).
Opioid sintetik bekerja dengan mekanisme kerja yang sama dengan
morfin, meski begitu opioid sintetis tidak memiliki hubungan secara struktural
dengan morfin. Zat-zat yang tergolong dalam kelompok opioid sintetik adalah
meperidin (Demerol, Petidin), propoksifen (Darvon) (Yanny, 2001).
b. Ganja (Cannabis).
Nama yang sering digunakan adalah : grass, cimeng, ganja, dan gelek.
Penggunaan napza jenis ini dengan dihisap, dengan cara dipadatkan lalu digulung
menyerupai rokok atau bisa juga dengan menggunakan pipa rokok (Sudirman,
2000).
Ada beberapa jenis tanaman ini yang mempunyai efek sama tergantung
pada iklim, keadaan tanah tempat cannabis itu ditanam dan kapan cannabis itu
dipetik. Ganja dapat tumbuh hampir di semua tempat di seluruh penjuru dunia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ada beberapa negara yang tidak melarang adanya pertumbuhan tanaman sejenis
ini (Sudirman, 2000).
Efek dari ganja tergolong sangat cepat, efek yang ditimbulkan oleh ganja
adalah : cenderung merasa lebih santai, euforia atau rasa gembira yang berlebihan
(mudah tertawa), perasaan waktu berlalu lambat, sering berfantasi, aktif
berkomunikasi, mempunyai selera makan yang tinggi, lebih sensitif pada suatu hal
yang sedang mereka hadapi, denyut nadi bertambah cepat, suhu badan naik,
kering pada mulut dan tenggorokan (Sudirman, 2000)
Ciri-ciri yang mencolok pada orang yang keracunan ganja terdapat pada
mata yang memerah dan bola mata yang turun. Pada pemakaian yang berlebihan
cenderung akan membuat mereka merasa lemas, paranoia, perasaan gelisah yang
berlebihan, rasa cemas, curiga yang tidak wajar, mengalami gangguan persepsi
serta halusinasi dan konsentrasi terganggu. Tidak jarang juga dijumpai adanya
flash back pada pemakai dengan intensitas pemakaian tinggi. Tetapi tidak jarang
pada pemakaian cukupan atau banyak sudah mengalami gangguan persepsi serta
gangguan mental lainnya (Sudirman, 2000).
Bahaya yang ditimbulkan pada pemakaian napza jenis ini adalah : sesak
nafas, bronkhitis dan kanker paru-paru. Efek samping ini timbul karena kadar tar
yang sangat tinggi melebihi kadar tar yang ada pada tembakau. Tidak dapat
disangkal bahwa hampir setiap orang yang terlibat napza jenis yang lebih berat,
seperti heroin hingga pada taraf ketergantungan berawal dari penggunaan ganja
(Sudirman, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
c. Kokain
Nama populer dari kokain adalah putih, koka, coke, charlie, srepet, salju.
Bentuk dari jenis ini berupa bubuk putih. Cara pemakaiannya adalah dengan
membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas
permukaan kaca atau benda-benda yang memiliki permukaan yang rata, kemudian
dihirup dengan menggunakan alat penyedot, seperti sedotan atau dengan cara
dibakar dengan tembakau, yang sering disebut dengan cocopuff. Ada juga yang
melalui suatu proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya, yang populer
disebut dengan freebasing (Sudirman, 2000).
Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada
sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek rasa dari pemakaian kokain ini
mambuat si pemakai merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah rasa
percaya diri juga dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah (Sudirman, 2000).
Bagi yang menggunakan jenis ini secara terus menerus dan sudah
mencapai taraf kecanduan, si pemakai akan susah mengontrol banyaknya dosis
yang mereka konsumsi dan pada saat mereka berhenti memakai secara sengaja
atau tidak sengaja ia akan menjadi lemas, tidak bergairah, lupa ingatan dan
turunnya berat badan secara drastis. Juga menyebabkan si pemakai merasa
gelisah, ketakutan berlebihan (paranoia), rasa cemas yang berlebihan dan susah
tidur. Biasanya si pemakai jenis ini akan sulit untuk dapat menolong dirinya
sendiri, karena penggunaan kokain akan menimbulkan rasa percaya diri yang
berlebihan (Sudirman,2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Cara kerja kokain yaitu dengan mempengaruhi susunan saraf pusat,
menimbulkan gangguan pada otak, timbul pengaruh pada kesadaran, akan timbul
waspada berlebihan, perubahan elektrisitas atau listrik di otak. Timbul semacam
reaksi pada hormon yang akan mengakibatkan ada kelainan pada manusia,
kemudian menimbulkan euforia (Sudirman, 2000).
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
a. Stimulansia
Dalam dosis rendah stimulantia menimbulkan peninggian kewaspadaan
(increased alertness), perasaan segar-nyaman (well being), dan penekanan nafsu
makan (anorexic). Toleransi terhadap efek-efeknya yang timbul cepat
menyebabkan ketergantungan efeknya juga timbul dengan cepat, dan tidak jarang
menimbulkan episode psikotik sesudah pemakaian dosis tinggi yang lama. Dalam
bidang kedokteran digunakan dalam pengobatan narkolepsi, obesitas (karena efek
penekanan nafsu makan), dan pengobatan keadaan depresi (Sudirman, 2000).
Gejala kelebihan dosis ditunjukkan dengan adanya perasaan panik,
delirium, agitasi, euforia, dan sibuk seperti ingin perang. Bila belum ada toleransi
dapat terjadi pula hyperpyrexia, arrhytmia, hipertensi, dan pelebaran pupil. Pada
klien-klien dengan riwayat pemakaian yang lama dan dosis tinggi, tidak jarang
terjadi halusinasi dan kecurigaan (paranoid idenation). Pemakaian secara
intravena dapat disertai dengan kerusakan arteriole ginjal. Kelebihan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
biasanya dapat menimbulkan kejang-kejang, kolaps sirkulatoir, perdarahan otak
dan koma, juga dapat berakibat kematian.
Gejala putus obat ditunjukkan dengan terjadinya keadaan depresi yang
berat sesudah toksik akut, berkurangnya nafsu makan, combativeness,
kecenderungan suicidal dan tidur untuk waktu yang lama (Wresniwiro, 2000).
b. Amfetamin
Nama lain dari zat adiktif ini adalah : speed, uppers, whizz, billy dan
sulphate. Jenis ini merangsang rasa gelisah dan membuat si pemakai susah tidur,
bernafas cepat seperti habis lari dan jantung berdebar-debar. Juga membuat si
pemakai merasa sangat energik terkadang membuat rasa kelelahan yang
berlebihan dan menimbulkan rasa percaya diri. Pemakaian dalam dosis kecil jenis
ini dapat mempengaruhi suasana hati secara drastis, apatis, temperamental,
mengakibatkan iritasi pada kulit dan tidak dapat beristirahat dengan tenang,
karena jenis ini memberikan energi ekstra yang sesaat tetapi pada hari berikutnya
setelah efek rasanya hilang si pemakai akan mengalami gangguan daya ingat
untuk sementara waktu (Sudirman, 2000).
Ciri-ciri orang yang keracunan zat ini, seperti: rasa gembira, rasa harga
diri meningkat, banyak bicara, waspada berlebihan, denyut jantung cepat, pupil
mata melebar, tekanan darah naik, berkeringat atau rasa dingin, mual hingga
muntah, emosi yang tidak stabil, gangguan daya nilai realita (Sudirman,2000)
Pemakaian terus-menerus dalam jangka yang panjang akan menyebabkan
si pemakai insomnia, timbul rasa ketakutan yang berlebihan dan gangguan ringan
pada kejiwaan. Fisik si pemakai akan berangsur-angsur memburuk karena kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tidur dan kurang makan, pemakaian yang sangat berat akan menimbulkan depresi.
Ada yang berbentuk bubuk berwarna putih dan keabu-abuan, digunakan dengan
cara dihirup atau disuntikkan. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan
air. Penggunaan dengan cara menyuntik jika jarum suntiknya digunakan secara
bersama-sama akan mengakibatkan tertularnya virus HIV, Hepatitis A, B, C dan
infeksi lainnya. Efek yang timbul karena zat ini menyerang saraf pusat dan juga
dapat menyerang jantung, mengakibatkan rasa berdebar dan nyeri di dada juga
pada pernafasan akan menimbulkangangguan pada pencernaan, seperti kram perut
dan rasa mual (Sudirman, 2000).
Pada fase pemutusan obat si pemakai akan mengalami suatu kondisi yang
sangat mengganggu karena keinginan yang kuat akan pemakaian obat tersebut.
Pada saat ini perlu ada dukungan yang kuat atau treatment dalam bentuk
psikoterapi (terapi kejiwaan), diperlukan suatu bimbingan yang cukup panjang
agar si pemakai tidak memakai kembali (Sudirman, 2000).
c. Metamfetamine
Metamphetamine atau lebih dikenal dengan nama shabu-shabu menyerang
saraf dan menimbulkan efek rasa gelisah, sulit tidur pernafasan pendek, jantung
berdebar, si pemakai akan merasa enerjik dan kehilangan nafsu makan (Sudirman,
2000).
Efek farmakodinamik metamfetamin serupa dengan amfetamin, bedenya
pada perbandingan antara efek sentral dan efek perifer (Setiawati,1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
d. Sedativa Hipnotika
Di dunia kedokteran terdapat jenis obat yang berkhasiat sebagi obat tidur
(sedativa/hipnotika) yang mengandung zat aktif nitrazepam atau barbiturat atau
senyawa lain yang khasiatnya sama. Golongan ini tidak termasuk narkotika
melainkan termasuk psikotropika golongan IV (Hawari, 2001).
Golongan sedativa/hipnotika ini sangat membantu bagi pengobatan
mereka (klien) yang menderita stress dengan gejala-gejala kecemasan dan
gangguan tidur (insomnia). Penggunaan obat jenis ini harus di bawah pengawasan
dokter dan hanya dibeli dengan resep dokter di apotik (golongan daftar G)
(Hawari, 2001).
Penggunaan sedativa/hipnotika izin yang seharusnya sebagai pengobatan
(medicine) bila disalahgunakan dapat juga menimbulkan adiksi (ketagihan) dan
dependensi (ketergantungan), apalagi bila dosisnya melampaui batas (overdosis)
(Hawari, 2001).
Penyalahgunaan napza jenis ini dapat menimbulkan gangguan mental bagi
pemakainya dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1) Gejala Psikologik:
Emosi labil, hilangnya hambatan dorongan atau impulse seksual dan
agresif. Yang bersangkutan kehilangan pengendalian diri sehinggan sering terlibat
tindak kekerasan dan hubungan seks bebas sampai pada pemerkosaan. mudah
tersinggung dan marah, banyak bicara (melantur).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2) Gejala Neurologik (saraf) :
Pembicaraan cadel (slurred speech), gangguan koordinasi, cara jalan yang
tidak mantap, dan gangguan perhatian dan daya ingat.
3) Efek perilaku maladaptif
Perilaku maladaptif adalah perilaku tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya gangguan daya nilai realitas, perkelahian,
halangan/hendaya (impairment) dalam fungsi sosial atau pekerjaannya dan gagal
bertanggungjawab (Hawari, 2001).
Bagi mereka yang sudah ketagihan napza jenis ini, bila pemakaiannya
dihentikan akan timbul gejala-gejala putus sedativa/hipnotika yaitu berupa gejala-
gejala ketagihan dan ketergantungan sebagai berikut : mual dan muntah, kelelahan
umum atau keletihan, hiperaktivitas saraf otonom, misalnya berdebar-debar,
tekanan darah naik dan berkeringat, kecemasan (rasa takut dan gelisah), gangguan
alam perasaan (afektif/mood) atau iritabilitas, misalnya murung, sedih atau mudah
tersinggung dan marah, hipotensi ortostatik (tekanan darah rendah bila yang
bersangkutan berdiri), dan tremor kasar (gemetar) pada tangan, lidah dan kelopak
mata (Hawari, 2001)
Sindrom putus sedativa/hipnotika merupakan gejala yang tidak
mengenakkan baik secara psikis maupun fisik, untuk mengatasinya yang
bersangkutan harus menelan tablet sedativa/hipnotika dengan dosis semakin
bertambah dan semakin sering (Hawari, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. Zat Adiktif
Solvents atau yang sering disebut dengan uap gas biasa digunakan dengan
cara dihirup, merupakan jenis zat adiktif yang dapat diperoleh di mana saja. Dan
biasanya yang memakai zat ini adalah orang yang hanya mau mencoba dari
kalangan bawah dan sering ditemukan pada usia di bawah umur (Sudirman,
2000).
Inhalant atau solvents merupakan peralatan rumah tangga atau hasil
produksi industri, jika dihirup melalui melalui hidung atau dihisap melalui mulut,
dapat dengan cepat mengakibatkan keracunan zat (mabuk) (Anonim, 1999).
Penggunaan solvents dalam jangka waktu yang panjang dapat
mengakibatkan kerusakan organ secara permanen (seperti kerusakan hati, sumsum
tulang, jantung). Ketergantungan solvents yang cukup berat pada masa kehamilan
dapat berakibat serius terhadap janin dan hampir sama dengan sindrom keracunan
alkohol (seperti kerusakan otak, kerusakan wajah, dan pertumbuhan terhambat).
Resiko untuk cidera maupun kematian cukup besar dapat terjadi pada orang
menyalahgunakan solvents. Jika anak-anak atau remaja yang kurang
berpengalaman mengalami keracunan solvents akan melakukan tindakan yang
berbahaya maupun tindakan yang gegabah. Kematian juga dapat terjadi sebagai
akibat serangan jantung, kejang dan muntah-muntah karena sakit kepala yang
hebat (Anonim a, 1999).
Ciri-ciri orang yang keracunan karena pemakaian solvents antara lain :
rasa gembira, agresivitas, emosi yang tidak stabil, sehingga mudah berkelahi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
gangguan daya ingat, halusinasi ringan, bicara cadel, kekurangan zat asam
sehingga kulit membiru, pusing (Sudirman, 2000).
Contoh dari solvents antara lain : amyl nitrite atau butyl nitrite (pada
pembersih head video), benzene (pada bensin), butane atau propane (pada isi
korek gas dan hair spray atau cat pilox), freon (pada lemari es), methylene
chloride (pada penghapus cat), nitrous oxyde, toluene (pada penghapus cat,
bensin, tipe-ex), trichlorethylene (Leshner, 2000).
Walaupun solvents dapat ditemukan di tempat umum dan dijual bebas
tetapi akan sangat berbahaya jika disalahgunakan, reaksi jenis ini sangat cepat dan
hilangnya reaksi juga sangat cepat. Solvents dapat menyebabkan si pemakai
pusing, kepala berputar-putar, halusinasi ringan, penglihatan berputar-putar, mual,
muntah dan pada akhir dari semua efek tersebut, si pemakai dapat merasakan
pusing yang berkepanjangan dan dapat mengganggu fungsi jantung (Sudirman,
2000).
Solvents bekerja dengan mempengaruhi susunan saraf pusat atau otak.
Pertama ia akan mempengaruhi pada bagian luar otak dan kemudian
mempengaruhi pada bagian batang otak. Cara kerja yang persis dalam hal
biokimia belum diketahui dengan jelas tetapi perlu diketahui bahwa efeknya
hampir sama dengan anastesi gas (sejenis gas yang digunakan untuk anastesi),
karena dia mempunyai sifat menekan otak. Kemungkinan efek keracunan pada
otak adalah terjadinya hipoksia (kurang oksigen di dalam otak) yang dapat
menimbulkan kematian mendadak karena dosis yang tidak jelas dan perbedaan
daya tahan. Kematian pada pengguna zat ini bisa secara perlahan-lahan, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ketidakteraturan kerja jantung dan tertekannya sistem pernafasan (Sudirman,
2000).
Tidak ada gejala-gejala yang khas pada penggunaan solvents, kita bisa
mengetahui dari riwayat pemakaian zat ini dan adanya bau yang spesifik dari
pernafasan. Pengguna mengeluh adanya perasaan berdebar-debar, pusing, ada
gangguan pada pernafasan, mata merah, bau dari pernafasan, kerusakan pada
saraf, dan jika diperiksa fungsi liver akan ada gangguan (Sudirman, 2000).
D. Penatalaksanaan Ketergantungan Napza
1. Konsep dasar penatalaksanaan
Dalam bidang kedokteran, penatalaksanaan bermakna terapi dan
tindakan – tindakan yang terkait dengannya. Umumnya tujuan terapi
ketergantungan napza adalah sebagai berikut :
a. Abstinensia
Abstinensia atau penghentian total pengguna napza. Tujuan terapi ini
tergolong sangat ideal, namun sebagian besar pasien tidak mampu atau tidak
bermotivasi untuk mencapai sasaran ini, terutama pasien-pasien pengguna awal.
b. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps
Tujuan utamanya adalah mencegah relaps, bila pasien pernah
menggunakan satu kali saja setelah abstinensia, maka ia disebut “slip”. Bila ia
menyadari kesalahannya, dan ia telah dibekali keterampilan untuk mencegah
pengulangan penggunaan kembali, pasien akan mencoba bertahan untuk selalu
abstinen. Program pelatihan keterampilan mencegah relaps (relaps prevention
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
program), terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy), opiate antagonist
maintenance therapy dengan naltrexone merupakan beberapa alternatif untuk
mencapai tujuan ini.
c. Memperbaiki fungsi psikologi, dan fungsi sosial
Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi
rumatan metadon, syringe exchange program merupakan pilihan untuk mencapai
tujuan terapi jenis ini. Terapi medik ketergantungan napza meruoakan kombinasi
psikofarmakoterapi dan terapi perilaku. Meskipun telah dipahami bahwa banyak
faktor yang terlibat dalam terapi ketergantungan napza, namun upaya
penyembuhan ketergantungan napza dalam konteks medik tetap selalu
diupayakan (Husin, 2002).
Seperti diketahui, terapi medik ketergantungan napza terdiri atas dua fase
sebagai berikut :
1) Detoksifikasi
Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi ketergantungan
opioida dan merupakan intervensi medik jangka singkat. Bila terapi detoksifikasi
diselenggarakan secara tunggal, misalnya hanya berobat jalan saja, maka
kemungkinan relaps lebih besar dari 90 %.
Tujuan terapi detoksifikasi opioida adalah :
a) Untuk mengurangi, meringankan, atau untuk meredakan keparahan
gejala-gejala putus zat.
b) Untuk mengurangi keinginan, tuntutan dan kebutuhan pasien untuk
menggunakan zat tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
c) Mempersiapkan proses lanjutan yang dikaitkan dengan modalitas
terapi rumatan.
Berdasarkan lamanya proses berlangsung, terapi detoksifikasi
dibagi atas :
a) Detoksifikasi jangka panjang (3 – 4 minggu) seperti dengan
menggunakan metadon.
b) Detoksifikasi jangka sedang (3 – 5 hari) : naltrexone, midazolam,
klonidin.
c) Detosifikasi cepat (6 jam sampai 2 hari) : rapid detox
Variasi dan pilihan terapi detoksifikasi napza cukup banyak. Di Indonesia,
sebagian dokter/psikiater masih menggunakan terapi detoksifikasi konservatif
seperti penggunaan obat simptomatik (analgetika, anti insomnia, dan lainnya),
bahkan beberapa psikiater masih menggunakan berbagai bentuk neuroleptika
dosis tinggi, yang di negara maju sudah ditinggalkan (Husin, 2002).
2) Rumatan (perawatan).
Terapi rumatan ketergantungan opioida bertujuan antara lain untuk :
a) Mencegah atau mengurangi terjadinya craving terhadap opioida
b) Mencegah relaps (menggunakan zat adiktif kembali).
c) Memperbaiki fungsi fisiologi organ yang telah rusak akibat
penggunaan opioida.
d) Rekonstruksi kepribadian
Tujuan farmakoterapi rumatan pasca detoksifikasi adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
a) Menambah holding power untuk pasien yang berobat jalan sehingga
menekan biaya pengobatan.
b) Menciptakan suatu window of opportunity sehingga pasien dapat
menerima intervensi psikosal selama terapi rumatan dan mengurangi
resiko.
c) Mempersiapkan kehidupan yang produktif selama menggunakan terapi
rumatan.
Kedua bentuk fase terapi ini merupakan suatu proses berkesinambungan,
runtut, dan tidak dapat berdiri sendiri (Husin, 2002).
2. Penatalaksanaan untuk ketergantungan napza
Terapi atau pengobatan terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan
napza haruslah rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi medik,
psikiatrik, sosial, dan agama. Terapi terdiri dari dua tahapan, yaitu detoksifikasi
dan pasca detoksifikasi (pemantapan) yang mencakup komponen-komponen
sebagai berikut :
a. Terapi Detoksifikasi
Terapi detoksifikasi adalah bentuk terapi untuk menghilangkan racun
(toksin) napza dari dalam tubuh klien penyalahguna dan ketergantungan napza.
Metode detoksifikasi ini tidak hanya berlaku untuk napza jenis opiat (heroin) saja
melainkan berlaku juga untuk napza jenis lainnya seperti ganja, kokain, alkohol,
amphetamine, dan zat adiktif lainnya (Hawari, 2001).
Dalam terapi detoksifikasi ini digunakan jenis obat-obatan golongan
major transquilizer yang ditujukan terhadap gangguan sistem neuro-transmitter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
susunan saraf pusat (otak). Pemikiran rasional penggunaan obat golongan major
transquilizer ini adalah bahwa gangguan mental dan perilaku yang dikategorikan
dalam gangguan mental organik yang ditandai dengan gejala-gejala gangguan
jiwa (psikosis organik). Kategori psikosis ini dapat dilihat dengan adanya
gangguan pada daya nilai realitas (reality testing ability/RTA) yang buruk serta
pemahaman diri (insight) yang buruk pula pada klien penyalahguna atau
ketergantungan napza (Hawari, 2001).
Metode detoksifikasi yang digunakan oleh Hawari pada pasien
ketergantungan di panti rehabilitasinya adalah menggunakan sistem blok total
(abstinentia totalis), artinya klien penyalahguna atau ketergantungan napza tidak
boleh lagi menggunakan napza atau turunannya (derivates), dan juga tidak
menggunakan obat-obatan sebagai pengganti atau substitusi (substitution)
(Hawari, 2001).
Terapi detoksifikasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai
dengan kondisi pasien dan keluarganya, yaitu :
1) Detoksifikasi tanpa anestesi
a. Detoksifikasi dengan pemutusan segera
Merupakan cara yang paling klasik, program ini dapat dilakukan di rumah
atau di rumah sakit. Caranya yaitu pasien dihentikan secara total dari opioid
(putaw) dan membiarkan pasien mengalami gejala-gejala putus zat (tanpa
diberikan obat penawar atau obat pengganti). Gejala putus zat ini akan muncul
pada hari kedua atau ketiga. Bila perlu pasien diisolasi ketat dari lingkungannya
selama 7 – 10 hari, yaitu saat proses detoksifikasi telah dilalui (Asikin, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
b. Detoksifikasi simptomatik
Jenis detoksifikasi ini juga dapat dilakukan di rumah atau di rumah sakit.
Caranya sama dengan detoksifikasi pemutusan segera, perbedaannya pada
pemberian obat untuk mengatasi gejala putus zat saja (Asikin, 2002).
Gejala-gejala yang diduga akan muncul diberikan penawarnya :
1. rasa nyeri : diatasi dengan berbagai analgetik seperti parasetamol,
asam mefenamat, tramadol, injeksi toradol. Dosis yang diberikan
kadang lebih tinggi dari dosis penghilang nyeri pada umumnya.
2. Insomnia : dapat diberikan golongan benzodiazepin (hipnotik-sedativ)
seperti estazolam, triazolam, nitrazepam, atau injeksi midazolam.
3. Depresi : diberikan anti depresan
4. Ansietas : dapat diberikan derivat benzodiazepin (clobazam) dan non
benzodiazepin (buspiron).
5. Diare : terutama diare berat (lebih dari lima kali sehari) atau yang
disertai dengan kesulitan makan atau minum, dapat diberikan
loperamid
6. Mual atau muntah : dapat digunakan motor regulator (sulpirid) dengan
dosis 20 – 50 mg diberikan tiga kali sehari.
Proses detoksifkasi dilakukan selama 7 – 10 hari, pasien perlu didampingi
dalam melakukan proses detoksifkasi ini ( Asikin, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
c. terapi subtisusi
berbagai subtitusi yang dapat dipilih :
1. metadon
2. klonidin
3. buprenorfin
4. pentazocin
5. kodein
2) Detoksifikasi cepat dengan anestesi (Asikin, 2002).
b. Terapi Medik-Psikiatrik (Psikofarmaka)
Gangguan mental dan perilaku ini masih berlanjut meskipun napza sudah
hilang dari tubuh setelah menjalani terapi detoksifikasi. Proses mental adiktif
masih berjalan, artinya rasa ingin (craving) masih belum hilang sehingga
kekambuhan dapat terulang kembali (Hawari, 2001).
Untuk mengatasi gangguan di atas, maka digunakan obat-obat yang
berkhasiat mengatasi gangguan dan memulihkan fungsi neuro-transmiter pada
susunan saraf pusat (otak), dengan psikofarmaka. Dengan terapi psikofarmaka
gangguan mental dan perilaku dapat diatasi (Hawari, 2001).
Obat-obat yang digunakan dalam terapi psikofarmaka adalah sebagai
berikut:
1) Obat Antipsikosis
Obat antipsikosis mempunyai sinonim, antara lain neuroleptik, major
tranquilizer, ataractics. Obat yang paling sering digunakan dalam golongan obat
antipsikosis ini adalah Chlorpromazine (CPZ) (Maslim, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut antipsikosis berdasarkan efek
terapi yang ditimbulkan adalah antipsikosis konvensional atau tradisional atau
tipikal (Typical Anti Psychotics) dan antipsikosis generasi baru atau yang biasa
disebut antipsikosis atipikal (Atypical Anti Psychotics) (Maslim, 2001).
a. Antipsikosis Tipikal
Terutama efektif mengatasi simptom positif, pada umumnya dibagi lagi
dalam sejumlah kelompok berikut:
1. derivat fenotiazine: klorpromazine, levomepromazine, dan
triflupromazine (siquil)-thioridazine dan periciazine-perfenazine
dan flufenazine-perazine (taxilan), trifluoperazine, proklorperazine
(stemetil), dan thietilperazine (Torecan)
2. derivat thioxanthin: klorprotixen (Truxal) dan zuklopentixol
(cisordinol)
3. derivat butirofenon: haloperidol, bromperidol, pipamperon, dan
droperidol
4. derivat butilpiperidin: pimozida, fluspirilen, dan penfluridol
b. Antipsikosis Atipikal
Obat-obatan atipikal ini sulpirida, klozapin, risperidon, olanzapin, dan
quentizapin (seroquil) bekerja efektif melawan simptom-simptom negatif, yang
praktis kebal terhadap obat-obat klasik. Lagi pula efek sampingnya lebih ringan,
khususnya gangguan ekstrapiramidal dan dyskinesia tarda (Rahardja, 2002).
Mekanisme kerja obat antipsikosis tipikal adalah mem-blokade dopamine
pada reseptor pasca-sinaptikneuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist). Sedangkan obat antipsikosis
yang baru (atipikal) selain berafinitas terhadap “Dopamine D2 receptors”, juga
terhadap “serotonin 5 HT2 receptors” (serotonin-dopamine antagonists) (Maslim,
2001).
Profil efek samping obat antipsikosis yang sering terjadi adalah :
(1). Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa ngantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif
menurun).
(2). Gangguan otonomik (hipotensi, mulut kering, kesulitan miksi dan
defaksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung).
(3). Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom
parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas).
(4). Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik
(jaundice), hematologik (agranulocytosis), biasanya untuk
pemakaian jangka panjang.
Efek samping ini ada yang cepat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat,
dan ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan
penderitaan pasien.
Efek samping yang irreversible adalah tardive dyskinesia (gerakan
berulang involunter pada : lidah, wajah, mulut/rahang dan anggota gerak, dimana
pada waktu tidur gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
jangka panjang (terapi pemeliharaan) dan pada usia lanjut. Efek samping ini tidak
berkaitan dengan dosis antipsikosis (non-dose related) (Maslim, 2001).
Pada dasarnya semua obat antipsikosis mempunyai efek promer (efek
klinis) yang sama pada dosis ekivalen, peranan utamanya pada efek sekunder
(efek samping : sedasi, otonomik, ekstrapiramidal).
Obat-obat antipsikosis yang biasa digunakan dalam detoksifikasi
ketergantungan napza adalah:
(a) Klorpromazine (CPZ)
Klorpromazine dapat menimbulkan efek sedasi dengan disertai sikap acuh
terhadap rangsangan dari lingkungan. Pada pemakaian dalam jangka waktu yang
lama dapat menimbulkan toleransi terhadap efek sedasi, tergantung dari status
emosional pasien (Ganiswarna, 1995)
(b) Haloperidol (HLP)
Haloperidol adalah golongan butirofenon yang paling umum digunakan.
Berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang karena hal
tertentu tidak dapat diberi fenotiazine (Ganiswarna, 1995). Struktur haloperidol
berbeda dengan fenotiazine, tetapi memperlihatkan banyak sifat fenotiazine. Pada
orang biasa efek haloperidol mirip dengan CPZ. Haloperidol menenangkan dan
menyebabkan tidur pada orang yang mengalami ekstasi. Efek sedatif haloperidol
kurang kuat dibandingkan dengan CPZ (Santoso, 1995).
2) Obat Anti-Depresan
Obat anti depresan adalah obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa
“mood” dengan meringankan atau mengilangkan gejala keadaan murung. Dahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
obat anti depresan disebut dengan thymoleptika (Yun. Thymos = suasana jiwa;
analepsis = stimulasi) (Tjay, 2002).
Teori monoamin menyatakan bahwa depresi diakibatkan karena
terganggunya keseimbangan antara neuro-transmiter di dalam otak. Khususnya
terutama karena kekurangan serotonin (dan atau noradrenalin) di saraf-saraf otak
(Tjay, 2002).
Obat-obat anti depresan dibagi menjadi empat kelompok, yakni :
a) Anti depresan klasik
Obat-obat ini menghambat reabsorbsi serotonin dan ujung nor
adrenalin dari sela sinapsis di ujung-ujung saraf. Anti depresan klasik
ini dibagi lagi menjadi 2, yaitu:
1. zat-zat trisiklik: amitriptilin, doksepin, dan dosulepin, imipramin,
desipramin, klomipramin. Obat-obat ini mempunyai struktrur
dasar cincin tiga.
2. zat-zat tetrasiklis: maprotilin, mianserin (dan mirtazapin), dengan
struktur tetrasiklis.
b) Obat-obat generasi kedua
Dengan struktur kimia lain, yang menimbulkan lebih sedikit efek
samping khususnya berkurangnya efek pada jantung dan
antikolinergis, maka lebih aman pada overdosis dan pada lansia. Obat-
obat generasi kedua ini juga dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1. SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor): fluvoxamine,
fluoxetin, paroxetin, sertralin, dan citalopram. Trazodon juga
mengahambat serotonin, tetapi juga bekerja sebagai anti serotonin.
2. NaSA (Noradrenalin and Serotonin Antidepresant): mirtazapin,
dan venlafxin. Obat-obat ini tidak berkhasiat selektif, menghambat
re-uptake dari baik serotonin maupun noradrenalin. Terdapat
beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada obat-
obat SSRI (Tjay, 2002).
c) MAO-blockers
Fenelzin dan tranylcypromin (parnate). Obat ini menghambat enzim
mono-amino-oksidase (MAO). MAO terdapat dalam dua bentuk: MAO-A
dan MAO-B. Kedua obat di atas menghambat kedua bentuk enzim mono-
amin-oksidase secara irreversibel. Sedangkan obat baru moclobemida
mengahambat terutama MAO-A secara reversible tetapi pada overdosis,
selektivitasnya hilang (Tjay, 2002).
d) Lain-lain
Contoh obat pada golongan lainnya seperti: tryptofan, okstriptan dan
piridoksin (Tjay, 2002).
Mekanisme kerjanya dengan jalan menghambat re-uptake serotonin dan
noradrenalin di ujung-ujung saraf otak dan dengan demikian memperpanjang
waktu tersedianya neurotransmiter tersebut (Rahardja, 2002).
Secara umum dikatakan mekanisme kerja dari MAO blocker adalah
dengan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
1. menghambat “re-uptake aminergik neurotransmiter”
2. menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine Oxidase”
sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada
sinaps neuron di susunan saraf pusat (Maslim, 2002).
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat anti depresan
berupa:
1. sedasi (rasa kantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif menurun, dll)
2. efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, pengelihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardia, dll)
3. efek anti adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)
4. efek neurotaksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia)
Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari pasien),
biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan yang sama.
Pada keadaan overdosis dapat timbul “atropine toxic syndrome”dengan
gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hipereksia, konvulsi, toxic
konvusional state (confusion, dellirium, disorientation) (Maslim, 2001).
Pada dasarnya semua obat antipsikosis mempunyai efek primer yang sama
pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping)
(Maslim, 2001).
3) Obat Antianxietas
Antianxietas adalah obat yang digunakan untuk pengobatan simptomatik
penyakit psikoneurisis dan sebagai obat tambahan terapi somatik yang didasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
ansietas (perasaan cemas) dan ketegangan mental. Penggunaan antianxietas dosis
tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan ketergantungan psikis
dan fisik (Ganiswarna, 1998).
Obat antianxietas digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
a) Golongan benzodiazepin
Benzodiazepin adalah kelompok obat yang paling banyak dideskripsikan
sebagai transquilizer dan antianksiolitik, dengan efek yaitu menghalau kecemasan,
frustasi, ketegangan dan stress yang banyak terdapat dalam masyarakat maju
(Rahardja, 2002)
Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai anti anxietas adalah:
klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam,
alprazolam, dan halozepam (Ganiswarna, 1995).
Diazepam digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa
cemas, dan keadaan psikosomatik yang berhubungan dengan rasa cemas. Pada
dosis layak diazepam menimbulkan depresi pada susunan saraf pusat berupa rasa
kantuk (Santoso, 1995)
b) Golongan non-benzodiazepin
Golongan non-benzodiazepin adalah obat-obat anti anxietas yang tidak
termasuk dalam golongan benzodiazepin, seperti:
(1). Buspiron
Buspiron merupakan contoh dari golongan azaspirodekandion yang
potensial berguna dalam pengobatan anxietas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
(2). Meprobamat
Menurut Mutschler (1999), meprobamat adalah muskel relaksan.
Pemberian biasanya secara oral dan diabsorbsi secara cepat dan
sempurna.
(3). Valepotriat
Valepotriat mempunyai kemampuan menghilangkan rasa takut dan
ketegangan, namun tidak memperkuat kerja sedatif maupun alkohol.
Valepotriat mempunyai indikasi pada sindrom ketakutan, disregulasi
vegetatif, kelemahan untuk berkontak, gangguan sikap, dan penyesuaian
diri pada usia lanjut (Mutschler, 1999).
Efek samping yang terjadi pada pemakaian anti anxietas adalah seperti:
a. Sedasi (rasa kantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif lemah)
b. Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dan lain-lain)
c. Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala
putus obat (rebound phenomena): pasien menjadi iritabel,
bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin,
konvulsi, dll (Maslim, 2001).
4) Obat Anti parkinson
Obat-obat parkinson pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yakni :
a) antikolinergika : triheksipenidil, biperiden, orfenadrin, prosiklidin, dan
deksetimida (Tremblex). Obat-obat pengganti sintetis ini dari alkaloida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
belladona terutama efektif terhadap semua bentuk Parkinsonisme
dengan gejala tremor, kekakuan ringan, dan salivasi, tetapi untuk
hipokinesia kurang ampuh. Obat ini bekerja langsung di susunan saraf
pusat. Untuk bentuk penyakit yang lebih serius, perlu dikombinasikan
dengan levodopa.
b) dopaminergika : levodopa, amantadin, bromokriptin, lisurida,
pergolida, dan selegelin. Obat-obat golongan ini meningkatkan kadar
DA di otak dan dengan demikian maka berdaya meringakan
hipokinesia dan kekakuan, tetapi jarang sekali mengurangi tremor.
Dopaminergik digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasi
dengan antikolinergik (Rahardja, 2002).
Efek samping yang dapat terjadi dalam penggunaan anti Parkinson
tergantung dari golongannya, yaitu:
a) antikolinergik
Efek sampingnya terutama diakibatkan oleh blokade kolinergik dan
berupa efek primer umum seperti mulut kering, retensi urin, takikardi, mual,
muntah, dan sembelit. Begitu pula efek sentral seperti kekacauan, agitasi,
halusinasi, gangguan daya ingat, dan konsentrasi, terlebih-lebih pada manula
(Rahardja, 2002).
b) dopaminergik
Dapat menimbulkan kesulitan tidur akibat eksitasi, efek kejiwaan
dapat terjadi juga seperti rasa takut, depresi, dan gejala psikose pada overdose
(Tjay, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
c. Terapi Medik-Psikiatrik (Psikoterapi)
Pada pasien penyalahguna atau ketergantungan napza selain terapi dengan
obat (psikofarmaka) juga diberikan terapi kejiwaan (psikologik) yang dinamakan
psikoterapi.
d. Terapi Medik-Somatik
Yang dimaksud dengan terapi medik somatik adalah penggunaan obat-
obatan yang berkhasiat terhadap kelainan-kelainan fisik baik sebagai akibat
dilepaskannya napza dari tubuh yaitu gejala putus obat (withdrawal syndrom)
maupun koplikasi medik berupa kelainan tubuh akibat penggunaan dan
ketergantungan napza (Hawari, 2001).
e. Terapi Psikososial
Yang dimaksud dengan terapi psikososial adalah upaya untuk memulihkan
kembali kemampuan adaptasi penyalahguna atau ketergantungan napza ke dalam
lingkungannya sehari-hari. Dengan terapi psikososial ini diharapkan perilaku
antisosial tersebut dapat berubah menjadi perilaku yang secara sosial dapat
diterima (adaptive behavior) (Hawari, 2001).
f. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap para pasien penyalahguna atau
ketergantungan napza ternyata memegang peranan penting, baik dari segi
pencegahan (prevensi), terapi maupun rehabilitasi (Hawari, 2001).
g. Rehabilitasi
Setelah pasien penyalahguna atau ketergantungan napza menjalani
program terapi (detoksifikasi) dan komplikasi medik selama satu minggu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dilanjutkan dengan program pemantapan selama dua minggu, maka yang
bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari,
2001).
Yang dimaksud dengan rehabilitasi adalah upaya untuk memulihkan dan
mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna atau ketergantungan napza
kembali sehat dalam arti sehat fisik, psikologik, sosial, spiritual (keimanan).
Dengan kondisi sehat tersebut secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik
di rumah, di lingkungan, di kampus, di tempat kerja dan di lingkungan sosialnya
(Hawari, 2001).
3. Prinsip pengobatan ketergantungan napza yang efektif
a. Tidak ada satupun jenis pengobatan yang tepat sama untuk masing-masing
pasien.
b. Dibutuhkan perawatan yang cepat tersedia.
c. Perawatan yang efektif perlu disertai dengan pemenuhan berbagai macam
kebutuhan pasien, tidak hanya dengan obat-obatan.
d. Rencana pelayanan dan perawatan kepada masing-masing pasien harus
diperhatikan terus menerus dan dilakukan perubahan jika diperlukan,
untuk meyakinkan bahwa rencana yang dibuat memenuhi kebutuhan
pasien yang berubah-ubah.
e. Pengobatan memadai yang dilakukan dalam waktu yang singkat,
mengingat keefektifan pengobatan yang diperlukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
f. Penyuluhan (perorang atau pergrup) dan terapi kepribadian yang lain
merupakan komponen penting dari pengobatan yang efektif pada
ketergantungan.
g. Detoksifikasi hanya merupakan tahap awal dari pengobatan terhadap
ketergantungan napza.
h. Kemungkinan pemakaian kembali perlu diperhatikan secara terus
menerus.
i. Penyembuhan dari ketergantungan napza merupakan proses yang panjang
dan berulang-ulang yang membutuhkan beberapa episode perawatan
(Leshner, 1999).
E. Kerasionalan Penggunaan Obat
Dalam proses pengobatan terkandung aspek keputusan ilmiah yang
didasari oleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melakukan
proses pengobatan. Tujuan pengobatan adalah untuk memberikan manfaat
maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien.
Agar tercapai tujuan pengobatan yang efektif, aman, dan ekonomis, maka
pemberian obat harus mengikuti prinsip-prinsip farmakoterapi sebagai berikut :
1. indikasi tepat
2. penilaian kondisi pasien tepat
3. pemilihan obat tepat, yakni obat yang efektif, aman, ekonomis dan yang
sesuai dengan kondisi pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
4. dosis dan cara pemberian yang tepat
5. informasi untuk pasien yang tepat
6. evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara tepat (Sujudi, 2000).
F. Standart Pengobatan Atau Rehabilitasi Detoksifikasi Panti Rehabilitasi Puri Nurani
Pada prosedur penerimaan dan perawatan untuk pasien penyalaguna dan
ketergantungan napza, setiap pasien akan melewati beberapa test untuk
mengetahui ada atau tidaknya napza di dalam tubuh dan jenis napza yang
digunakan selain keterangan yang diberikan pasien pada saat wawancara dengan
dokter yang menerima.
Jika hasil test urin menunjukan bahwa terdapat napza di dalam tubuh
pasien maka pasien akan menjalani program detoksifikasi dan rehabilitasi
penyalahgunaan dan ketergantungan napza di Puri Nurani.
Jika hasil test urin menyatakan negatif atau tidak ditemukan adanya napza
di dalam tubuh pasien serta gejala psikosis yang terjadi lebih menonjol maka
pasien akan dirawat di unit kejiwaan rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Herdjan
Jakarta.
Selain pemeriksaan urin yang dilakukan untuk mengetahui napza didalam
tubuh dilakukan juga pemeriksaan lain yang akan menunjukkan ada atau tidaknya
penyakit lain sebagai akibat dari penyalahgunaan napza tersebut.
Untuk pasien yang datang dalam keadaan overdosis maka pasien akan
diberikan rujukan ke rumah sakit umum, untuk mengurangi atau mengatasi
keadaan overdosisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Program terapi dan rehabilitasi yang dilakukan di Puri Nurani mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan dan untuk hasilnya bergantung pada keadaan
pasiennya sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Dalam menjalankan proses pengobatan atau detoksifikasi, panti-panti
rehabilitasi memiliki standart pengobatannya masing-masing dan belum ada
standartt terapi yang pasti dari badan kesehatan dunia dalam detoksifikasi ini.
Masing-masing panti rehabilitasi memilih standart terapinya sendiri dengan
pertimbangan-partimbangan tertentu.
Puri Nurani memiliki sandart terapi yang digunakan dalam proses
detoksifikasi yang dilakukan selama pasien menjalani terapi di Puri Nurani.
Tabel 1. Standart kombinasi obat yang dipakai pada siang hari di panti rehabilitasi Puri Nurani
Hari
Nama obat
I
II
III
IV
V
VI
VII-X
Codein (20 mg) Haloperidol (5 mg) Trihexyphenidil (2 mg) Tramadol/Antalgin Papaverin (40 mg) CTM (4 mg) Klorpromazine (100 mg) Diazepam (5 mg)
9 tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
7 ½ tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
6 tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
4 ½ tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
3 tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
1 ½ tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
-
1 ½ tab x 4 hari = 6 tab
- - - -
Terus s/d hari X
Terus s/d hari X
Nb : 1. Hari I s/d hari VI masing-masing dibuat 3 x II kapsul (besar) 2. Hari VII s/d hari X, 1 x gerus/giling dibuat 3 x 1 kapsul besar 3. untuk obat malam
Hari I s/d X, 1 x 1 kapsul dengan warna berbeda 4. Hari I s/d VI dibungkus masing-masing etiket diberi tanda/nomor hari I s/d VI demikian
hari VII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Untuk obat yang diberikan pada malam hari juga mempunyai standart
sendiri yaitu :
Tabel 2. Standart kombinasi obat yang dipakai pada malam hari di panti rehabilitasi Puri Nurani
Klorpromazine Hcl tab 100 mg Diazepam tab 5 mg Semua obat digerus kemudian dijadikan satu kapsul
Obat-obatan yang dipakai dalam standart pengobatan (detosksifikasi) pada
panti rehabilitasi biasanya melibatkan obat-obatan jenis analgesik, obat-obatan
golongan psikotropika, dan obat-obat tambahan. Puri Nurani dalam standart
terapinya dalam proses rahabilitasi pasien menggunakan jenis-jenis obat tersebut,
yakni:
a. obat golongan analgesik
yaitu: Tramadol, Antalgin
b. obat golongan psikotropika
yaitu: Haloperidol, Trihexyphenidil, Chlorpromazine, Diazepam
c. obat-obat tambahan
yaitu: obat antihistamin misalnya: Chlorpeniramine meleat (sebagai
antialergi), obat diare misalnya: new diatab, dan obat-obat subtitusi
misalnya : codein
Untuk obat-obatan standart yang dipakai dalam rehabilitasi pasien di Puri
Nurani, yang dilakukan adalah untuk obat siang hari yaitu dengan menggerus
semua obat dijadikan satu kemudian dibuat menjadi dua kapsul besar yang akan
diminum oleh pasien, untuk obat malam juga diberikan dengan mencampur obat
kemudian dimasukan dalam satu kapsul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Standart pengobatan yang diberikan di Puri Nurani tidak didasarkan atas
berat ringannya gejala putus obat yang terjadi, lamanya menggunakan zat, dan
jenis napza yang digunakan. Pertimbangan dari pemilihan kombinasi obat lebih
berdasarkan pada kondisi pasien dan kuat atau tidaknya pasien terhadap gejala
putus obat yang terjadi.
G. Keterangan Empiris
Penelitian yang dilakukan di Panti Rehabilitasi Napza Puri Nurani untuk
menganalisa kombinasi obat yang dipakai, dalam rangka untuk mengetahui
gambaran efek kombinasi obat dan efek samping serta pemilihan kombinasi obat
tersebut dalam menunjang keberhasilan terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan penelitian
Penelitian tentang pemilihan psikotropika dalam usaha rehabilitasi
ketergantungan napza, efktivitas dan efek samping di panti rehabilitasi Puri
Nurani merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif kualitatif, dan pengambilan data secara prospektif dengan
teknik pengambilan sampel secara accidental.
Data yang diperoleh dibandingkan dengan standart pengobatan yang ada
di Puri Nurani dan literatur yang digunakan.
B. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini yang menjadi definisi operasional yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Penyalahgunaan napza adalah penggunaan napza yang berlebihan, secara
terus-menerus atau berkala di luar maksud medis atau pengobatan.
2. Ketergantungan napza adalah penyalahgunaan napza yang disertai dengan
adanya toleransi dan gejala putus obat (withdrawal syndrome).
3. Panti rehabilitasi napza Puri Nurani adalah tempat untuk menampung dan
merehabilitasi para pasien ketergantungan napza yang dilengkapi dengan
fasilitas yang mendukung seperti klinik konseling, pelayanan gawat
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
darurat, tempat intensif untuk rawat inap. Panti rehabilitasi Puri Nurani
merupakan salah satu bagian dari RS Jiwa DR Soehato Herdjan Jakarta.
4. Psikotropika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf
pusat dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku,
digunakan untuk terapi psikiatrik.
5. Penggunaan dan pemilihan psikotropika yang tepat adalah penggunaan
psikotropika yang sesuai dengan indikasi, tepat penderita, tepat pemilihan
psikotropika, tepat dosis regimen dan kewaspadaan terhadap efek samping
yang ditimbulkan dari pemakaian psikotropika tersebut.
6. Gambaran efek kombinasi obat adalah gambaran penggunaan obat yang
digunakan dalam dosis optimal dan akan memberikan gambaran efek yang
diharapkan dalam waktu yang diinginkan.
7. Efek samping obat adalah efek yang tidak diharapkan yang ditimbulkan
oleh obat yang digunakan dalam dosis terapi.
8. Lama perawatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh pasien yang diterapi
putus obat (withdrawal syndrome) sampai pasien tersebut dinyatakan
sembuh, misalnya 10 hari, 1 bulan, 1 tahun.
9. Kombinasi Obat adalah campuran dua obat atau lebih yang digunakan
dalam proses detoksifikasi. Kombinasi yang digunakan ada dua yaitu
kombinasi obat siang dan kombinasi obat malam :
a. kombinasi obat siang
kombinasi obat yang digunakan pada siang hari, terdiri dari :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
1. kombinasi a
1) Triheksifenidil 2 mg
2) Haloperidol 5 mg
2. kombinasi b
1) Haloperidol 5 mg
2) Triheksifenidil 2 mg
3) Klorpromazin 100 mg
3. kombinasi c
a) Untuk hari 1 – 7
2) Codein 60 mg
3) Haloperidol 2,5 mg
4) THP 2 mg
5) Tramadol 50 mg
6) CTM 4 mg
7) Papaverin 40 mg
a) Untuk hari 8 – 10
1) Haloperidol 2,5 mg
2) THP 2 mg
b. kombinasi obat malam
1) Klorpromazin 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg
2) Diazepam 5 mg
10. Nomor regestrasi pasien adalah nomor urut pasein sesuai dengan nomor
penfdaftaran pasien ketika masuk dalam panti untuk menjalani terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
C. Instrumentasi penelitian
Penelitian ini menggunakan alat-alat seperti tabel isian pemakaian obat-
obatan yang digunakan dalam satu hari selama periode September sampai dengan
Desember 2003, panduan wawancara dengan dokter yang menjadi penanggung
jawab di panti rehabilitasi Puri Nurani Jakarta dan standart pengobatan yang
dimiliki oleh panti rehabilitasi Puri Nurani Jakarta, untuk mendapatkan gambaran
yang utuh tentang terapi yang dilakukan kepada pasien penyalahgunaan atau
ketergantungan napza oleh panti rehabilitasi Puri Nurani Jakarta.
D. Lokasi penelitian
Penelitian tentang pemilihan psikotropika dalam usaha rehabilitasi
ketergantungan napza, efektifitas dan efek samping di panti rehabilitasi puri
nurani dilakukan di panti rehabilitasi Puri Nurani rumah sakit jiwa Dr.Soeharto
Herdjan yang beralamat di daerah Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
E. Jalannya penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan
Proses persiapan meliputi analisis situasi dan penentuan masalah. Pada
tahap analisis situasi dimulai dengan mencari informasi tentang penyalahgunaan
dan ketergantungan napza di panti rehabilitasi Puri Nurani. Didapat data tentang
pasien rawat inap penyalahgunaan dan ketergantungan napza di panti rehabilitasi
Puri Nurani Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2. Tahap pengambilan data
Proses pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan rangasangan
uantuk mengetahui adanya respon positif atau respon negatif pasien sebagai
batasan dari awalan dan akhiran waktu onset dan durasi kombinasi obat yang
diberikan, kemudian dilakukan pencatatan data pada tabel isian penggunaan obat-
obatan dalam terapi penyalahgunaan dan ketergantungan napza dalam satu hari.
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan panduan wawancara yang telah
dibuat sebelumnya dan dilakukan terhadap seorang dokter spesialis kejiwaan yang
biasanya menangani kasus penyalahgunaan dan ketergantungan napza.
3. Proses pengolahan data
Data yang ada disusun menjadi bentuk tabel, kemudian dianalisis untuk
mengetahui tingkat efektivitas penggunaan obat yang diberikan sehari-hari kepada
pasien penyalahguna dan ketergantungan napza dan memperhatikan jika terjadi
efek samping pada penggunaan obat yang diberikan serta penanggulangannya.
F. Kelemahan Penelitian
Kelemahan yang terjadi dalam penelitian ini, dikarenakan penelitian
menggunakan pengambilan data secara obervasi langsung pada respon positif
(adanya gerakan yang dilakukan dengan sadar atau menjawab pertanyaan yang
diberikan) atau respon negatif (tidak adanya gerakan yang dilakukan dengan sadar
atau menjawab pertanyaan yang diberikan) pasien terhadap rangsangan yang
diberikan untuk menentukan awal dan akhiran dari waktu onset dan durasi, maka
pengamat kesulitan dalam pengambilan data yang benar-benar akurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
G. Subyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan subyek penelitian yaitu pasien rawat inap
yang menjalani terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani.
H. Tata Cara Analisis Hasil
Data laporan penggunaan kombinasi obat yang digunakan sehari-hari oleh
pasien dianalisa kerasionalan kombinasi obat yang digunakan sehari-hari dengan
membandingkan kombinasi obat yang dipakai dengan standar obat yang ada di
panti rehabilitasi Puri Nurani serta literatur yang digunakan. Menganalisa efek
samping kombinasi obat dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan
literatur yang digunakan, dan menganalisa keefektifan kombinasi obat yang
dipakai dalam terapi detoksifikasi dengan metode deskriptif, untuk mendapatkan
gambaran tentang kerasionalan kombinasi obat yang digunakan dan efek
sampingnya, serta efektivitas kombinasi obat yang digunakan di panti rehabilitasi
Puri Nurani, kemudian data dibahas dalam uraian dan narasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
Penelitian tentang penggunaan psikotropika dalam usaha rehabilitasi
ketergantungan napza, efektivitas kombinasi obat dan efek samping di panti
rehabilitasi Puri Nurani didapatkan hasil yang terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian
pertama merupakan gambaran umum pasien yang dirawat (melakukan
detoksifikasi) di panti rehabilitasi Puri Nurani, bagian kedua berisi tentang tingkat
kerasionalan kombinasi obat yang dipakai dalam proses detoksifikasi pasien,
bagian ketiga mengenai efek samping yang ditimbulkan oleh kombinasi obat yang
dipakai dalam proses detoksifikasi pasien, dan yang terakhir adalah keefektifan
kombinasi obat yang diberikan kepada pasien ketergantungan napza.
A. Gambaran Umum Pasien Rawat Inap (Detoksifikasi) Panti Rehabilitasi Puri Nurani Selama Bulan September – Desember 2003
Gambaran umum tentang pasien yang dirawat di panti rehabilitasi Puri
Nurani merupakan karakteristik pasien yang dibuat meliputi jenis kelamin, dan
gambaran ketergantugan pada zat aditif jenis tertentu baik pemakian satu jenis
napza maupun pemakaian yang lebih dari satu zat, dan lama pemakaian zat yang
dikonsumsi pasien.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di panti rehabilitasi Puri Nurani,
didapat hasil 90% pasien berjenis kelamin laki-laki. Dilihat dari macam zat yang
disalahgunakan oleh pasien yang menjalani rawat inap di panti rehabilitasi Puri
Nurani, maka dapat dilihat bahwa zat yang paling banyak digunakan adalah putaw
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(heroin). Untuk lebih jelas tentang gambaran umum pasien yang menjalani rawat
inap di panti rehabilitasi Puri Nurani dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 3. Data gambaran umum pasien rawat inap panti rehabilitasi Puri Nurani September-Desember 2003
No. Reg. Pasien Jenis
kelamin
Ketergantungan zat Lama Pemakaian
500279 P Ganja ± 2 tahun
500280 L Putaw (herion) ± 4 tahun
500281 L Putaw, ganja, obat-
obatan
± 8 tahun
500282 L Putaw ± 5 tahun
500283 L Putaw dan obat-obatan ± 3 tahun
500284 L Putaw ± 5 tahun
500285 L Putaw ± 7 tahun
500286 L Putaw ± 5 tahun
500287 L Putaw ± 4 tahun
500288 L Putaw ± 5 tahun
B. Pemilihan kombinasi obat yang diberikan kepada pasien selama menjalani terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani
Terapi detoksifikasi yang dilakukan di panti rehabilitasi Puri Nurani
merupakan terapi detoksifikasi gabungan antara detoksifikasi simptomatik dan
detoksifkasi subtitusi. Hal ini ditunjukkan dengan digunakannya standar
pengobatan yang menggunakan kombinasi obat. Obat-obat simptomatik diberikan
untuk mengatasi gejala putus zat yang terjadi, yaitu : Triheksifenidil digunakan
untuk mengatasi Parkinson yang terjadi akibat putus zat, tramadol digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
untuk mengatasi rasa nyeri yang terjadi, diazepam digunakan untuk mengatasi
gelisah yang terjadi. Sedangkan obat yang digunakan sebagai obat subtitusi
adalah kodein.
1. Kesesuaian pemilihan kombinasi obat yang diberikan kepada pasien dibandingkan dengan standar yang ada di Puri Nurani
Sebagian besar panti rehabilitasi ketergantungan napza yang ada di
Indonesia memiliki standar terapi detoksifikasi sendiri-sendiri, termasuk Puri
Nurani. Dalam kenyataannya sehari-hari kombinasi yang digunakan ada beberapa
kombinasi obat yang digunakan mempunyai perbedaan dengan kombinasi obat
yang ada dalam standar pengobatannya, perbedaan ini dapat berupa perbedaan
formulasi kombinasi obat atau dosis yang digunakan.
Kombinasi obat siang yang diberikan terdapat tiga kombinasi obat yang
berbeda, yaitu :
a.) Kombinasi A
Kombinasi obat yang digunakan sebagai Kombinasi A adalah :
1) Triheksifenidil 2 mg
2) Haloperidol 5 mg
Kombinasi A yang digunakan terdiri dari golongan obat anti Parkinson
yaitu triheksifenidil dan golongan obat anti psikosis yaitu haloperidol.
Jika dibandingkan dengan standar pengobatan yang dimiliki Puri Nurani
kombinasi obat ini kurang lengkap, karena hanya terdiri dari dua golongan obat
saja sedangkan menurut standar pengobatan yang ada kombinasi obat terdiri dari
delapan jenis obat yaitu kodein, haloperidol, triheksifenidil, tramadol/antalgin,
papaverin, ctm, klorpromazin, diazepam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Jika dilihat dari dosis obat yang diberikan dengan dosis menurut standar
pengobatan yang ada kombinasi obat ini sudah tepat dan tidak melebihi dosis
maksimalnya, jadi Kombinasi A yang digunakan sudah tepat.
Jika dilihat dari kombinasi obat standar yang ada di Puri Nurani maka
kombinasi obat A ini kurang lengkap dan tidak sesuai dengan standart pengobatan
yang ada di Puri Nurani.
b.) Kombinasi B
Kombinasi obat yang digunakan sebagai Kombinasi B adalah :
1) Haloperidol 5 mg
2) Triheksifenidil 2 mg
3) Klorpromazin 100 mg
Kombinasi B yang digunakan hanya terdiri dari golongan obat anti
Parkinson yaitu triheksifenidil dan klorpromazin, serta golongan obat anti psikosis
yaitu haloperidol.
Jika dibandingkan dengan standar pengobatan yang ada kombinasi obat
ini kurang lengkap, karena hanya terdiri dari dua golongan obat saja sedangkan
menurut standar pengobatan yang ada kombinasi obat terdiri dari delapan jenis
obat yaitu kodein, haloperidol, triheksifenidil, tramadol/antalgin, papaverin, ctm,
klorpromazin, diazepam.
Dilihat dari dosis obat yang diberikan dengan dosis menurut standar
pengobatan yang ada kombinasi obat ini sudah tepat karena dosis obat yang
diberikan masih dalam dosis terapi dan tidak melebihi dosis maksimalnya, maka
Kombinasi B yang digunakan sudah tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Jika dilihat dari kombinasi obat standar yang ada di Puri Nurani, maka
hal ini menunjukan bahwa Kombinasi B tidak sesuai dengan standart yang ada di
Puri Nurani.
c.) Kombinasi C
Kombinasi obat yang digunakan sebagai Kombinasi C adalah :
(a.) Untuk hari 1 – 7
Codein 60 mg
Haloperidol 2,5 mg
THP 2 mg
Tramadol 50 mg
CTM 4 mg
Papaverin 40 mg
(b.) Untuk hari 8 – 10
Haloperidol 2,5 mg
THP 2 mg
Jika Kombinasi C yang diberikan kepada pasien dibandingkan dengan
kombinasi obat standar yang ada baik dilihat dari jenis obat yang digunakan masih
kurang. Dosis yang dipilih pada Kombinasi C sudah sesuai dengan standar
kombinasi obat yang ada. Artinya Kombinasi C juga tidak sesuai dibandingkan
dengan standar pengobatan yang ada.
d.) kombinasi obat malam
Untuk kombinasi obat malam yang diberikan terdiri dari :
1) Klorpromazin 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2) Diazepam 5 mg
Kombinasi obat malam yang digunakan dilihat dari obat yang digunakan
dengan standar yang ada sudah sesuai, tetapi dilihat dari penggunaan dosisnya
menurut standar yang ada kombinasi obat malam ini tidak sesuai dengan
pemilihan dosis yang ada pada standart pengobatan di Puri Nurani. Pemilihan
dosis kombinasi obat malam ini diberikan melihat dari kondisi pasien dan
kebutuhan pasien terhadap obat sehingga pasien dapat beristirahat dengan
optimal.
Dilihat dari kombinasi obat standar yang digunakan baik kombinasi obat
siang maupun kombinasi obat malam yang diberikan pada pasien dalam terapi
detoksifikasi yang dilakukan di Puri Nurani tidak sesuai dengan standart yang ada
di Puri Nurani. Hal ini dikarenakan kombinasi obat yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan pasien dalam mengurangi atau menghilangkan gejala putus obat yang
terjadi.
2. Kesesuaian pemilihan kombinasi obat yang digunakan pasien dengan panduan
yang dipakai.
a. Kombinasi obat untuk terapi detoksifikasi menurut Hawari.
Kombinasi obat yang digunakan dalam terapi detoksifikasi menurut
Hawari menggunakan obat-obat golongan major tranquilizer, golongan analgetik
non opiat, dan anti depresi. Sedangkan untuk obat golongan minor tranquilizer
tidak digunakan, serta tidak menggunakan obat-obatan pengganti atau subtitusi,
Standar kombinasi obat yang ada di Puri Nurani terdiri dari golongan obat
subtitusi (kodein), golongan obat anti psikosis (haloperidol, klorpromazin), anti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Parkinson (triheksifenidil), anti histamin (ctm), minor tranquilizer (diazepam) dan
analgetik opioid (tramadol). Jika dibandingkan antara kombinasi obat standar
yang ada dengan kombinasi obat menurut Hawari, kombinasi obat ini tidak sesuai
karena memakai obat subtitusi dan minor tranquilizer.
b. Kombinasi obat untuk terapi detoksifikasi menurut Konsensus FKUI tentang opiat, masalah medis dan penatalakasanaannya.
Menurut konsensus FKUI kombinasi yang digunakan sebagai standar
pengobatan yang dipakai di Puri Nurani dianggap sesuai karena pemilihan
kombinasinya sesuai dan pemilihan dosis yang masih termasuk dalam jendela
terapetik masing-masing obat. Secara umum dapat dianggap bahwa kombinsi obat
standar yang di panti rehabilitasi Puri Nurani masih rasional dan dapat digunakan
sebagai acuan pengobatan dalam terapi detoksifikasi di Puri Nurani.
C. Efek samping yang terjadi dari penggunaan kombinasi obat yang digunakan pasien dalam menjalani terapi detoksifikasi
Penggunaan obat-obatan sebagai salah satu alat yang digunakan untuk
melakukan terapi detoksifikasi diberikan dalam kombinasi obat yang terdiri dari
berbagai macam jenis dan golongan obat, maka efek samping yang terjadi dan
yang dapat teramati adalah efek samping yang ditimbulkan dari kombinasi obat.
Efek samping yang biasa terjadi dari penggunaan kombinasi obat tersebut ada dua
macam, dilihat dari tujuan terapi. Efek samping yang pertama adalah efek
samping yang membantu terapi atau yang sengaja dibiarkan terjadi, karena efek
samping yang terjadi sesuai dengan tujuan terapi yaitu badan lemas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
mengantuk. Menurut Hawari terapi detoksifikasi yang dilakukan sengaja
diberikan kombinasi obat agar pasien menjadi banyak tidur tetapi tidak
memberikan bius kepada pasien.
Efek samping yang kedua adalah efek samping yang muncul dari
penggunaan kombinasi obat yang tidak diharapkan atau efek samping yang dapat
mengganggu jalannya terapi detoksifikasi ini. Efek samping yang merugikan ini
misalnya Parkinson, tekanan darah menurun, bicara cadel/lidah kaku, dan kaku
kuduk. Jika efek samping ini terjadi dan mengganggu proses terapi yang
dilakukan dan mengganggu istirahat pasien maka perlu diberikan obat tambahan
yang dapat meringankan atau menghilangkan efek samping obat tersebut. Efek
samping yang terjadi akibat penggunaan kombinasi obat sebagian besar
merupakan efek samping yang membantu proses terapi detoksifikasi ini. Efek
samping ini berupa badan pasien terasa lemas dan mengantuk sehingga istirahat
(tidur) pasien lebih optimal. Sedangkan efek samping yang merugikan sangat
jarang terjadi rata-rata 1 kali terjadi selama proses detoksifikasi dilaksanakan.
Dilihat dari waktu pemberian kombinasi obat, efek samping yang terjadi
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. kombinasi obat siang
Kombinasi obat siang yang diberikan kepada pasien detoksifikasi di Puri
Nurani selama bulan September – Desember 2003, dibagi dalam tiga kombinasi
obat, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
a.) Kombinasi A
Kombinasi A terdiri dari Triheksifenidil 2 mg dan Haloperidol 5 mg.
Kombinasi ini diberikan pada pasien no reg 500279. Dari penggunaan kombinasi
ini, pasien tidak mengalami atau merasakan adanya efek samping obat. Hal ini
terus berlangsung sampai dengan hari kelima penggunaan kombinasi obat ini.
Pada hari keenam proses detoksifikasi yang dilakukan Kombinasi A memberikan
efek samping terhadap pasien yang berupa badan lemas dan mengantuk, karena
efek samping ini tidak mengganggu pasien dan bahkan membantu pasien menjadi
lebih tenang maka tidak perlu diberikan obat untuk mengatasi efek samping dari
kombinasi ini.
b.) Kombinasi B
Kombinasi B diberikan pada pasien no reg 500280 dan pasien no reg
500287. Untuk pasien dua kombinasi obat ini memberikan profil efek samping
yaitu Parkinson, otot lemas, mengantuk, tensi darah menurun. Karena efek
samping yang terjadi merupakan efek samping yang mengganggu maka diberikan
obat tambahan untuk mengatasi efek samping tersebut. Efek samping ini terjadi
pada hari pertama pemakaian kombinasi obat ini. Efek samping yang terjadi pada
hari berikutnya adalah badan terasa lemas dan mengantuk hal ini terjadi sampai
pasien diberikan rujukan ke rumah sakit jiwa. Efek samping yang terjadi setelah
hari kedua sampai dengan hari ketujuh tidak merugikan atau bahkan membantu
proses detoksifikasi, maka tidak perlu diberikan obat tambahan untuk mengatasi
efek samping yang terjadi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Kombinasi B yang dipakai untuk pasien no reg 500287 memberikan profil
efek samping yaitu Parkinson, otot lemas, mengantuk, dan tensi darah turun. Efek
samping ini terjadi mulai hari pertama penggunaan kombinasi ini sampai dengan
hari keenam. Efek samping yang terjadi ini merupakan efek samping yang dapat
mengganggu proses detoksifikasi, maka perlu diberikan obat lain yang dapat
meringankan atau menghilangkan efek samping yang terjadi dari penggunaan
kombinasi obat ini misalnya diazepam, lodomer dan klorpromazine .
c.) Kombinasi C
Kombinasi C diberikan pada pasien no reg 500281 – 500286, dan pasien
no reg 500278. Kombinasi C ini berisi obat sebagai berikut, untuk hari pertama
sampai dengan hari ketujuh kodein 60 mg, haloperidol 2,5 mg, THP 2 mg,
tramadol 50 mg, CTM 4 mg, papaverin 40 mg. Untuk hari 8 – 10 berisi obat
sebagai berikut haloperidol 2,5 mg dan THP 2 mg.
Untuk pasien no reg 500282, pemakaian Kombinasi C ini memberikan
gambaran efek samping yaitu Parkinson, kaku kuduk, bicara cadel dan badan
lemas. Efek samping ini terjadi pada saat hari pertama pemakaian kombinasi obat
ini, kemudian untuk hari kedua sampai dengan hari ketujuh efek samping yang
timbul adalah badan terasa lemas. Efek samping yang terjadi tidak mengganggu
proses detoksifikasi, tetapi untuk hari pertama pemakaian kombinasi obat ini
menimbulkan efek samping yang mengganggu proses detoksifikasi dan perlu
diberikan obat tambahan yang berupa THP 2 mg dan diazepam 5 mg, untuk
mengurangi atau menghilangkan efek samping yang mengganggu proses
detoksifikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Untuk kombinasi obat dari hari kedelapan sampai dengan hari kesepuluh
tidak memberikan gambaran efek samping yang terjadi.
Penggunaan Kombinasi C untuk pasien no reg 500281, pasien no reg
500283 sampai dengan pasien no reg 500286 memberikan gambaran efek
samping yaitu, badan terasa lemas. Efek samping ini terjadi dari hari pertama
pemakaian kombinasi obat sampai dengan hari ketujuh pemakaian kombinasi
obat. Efek samping yang terjadi ini tidak mengganggu proses detoksifikasi maka
tidak perlu diberikan obat tambahan untuk mengatasinya. Sedangkan kombinasi
yang diberikan dari hari kedelapan sampai dengan hari kesepuluh tidak
memberikan gambaran efek samping, atau tidak terjadi efek samping pada
penggunaan kombinasi ini.
Penggunaan Kombinasi C untuk pasien no reg 500288 memberikan
gambaran efek samping yaitu Parkinson dan bicara cadel. Gambaran efek
samping ini terjadi pada hari pertama pemakaian kombinasi obat ini. Efek
samping yang terjadi ini merupakan efek samping yang merugikan dan perlu
dihilangkan atau dikurangi dengan memberikan obat lain misalnya klorpromazine.
Hari kedua pemakaian kombinasi obat ini juga memberikan efek samping
yang sama yaitu lidah kaku dan Parkinson. Pasien merasa istirahatnya terganggu
dengan efek samping dari penggunaan kombinasi obat ini, maka diberikan obat
lain yang dapat meringankan efek samping tersebut yaitu THP 2 mg.
Pemakaian Kombinasi C pada pasien no reg 500288 dari hari keempat
sampai dengan hari ketujuh adalah mengantuk dan badan lemas. Efek samping ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
tidak mengganggu pasien menjalani terapi bahkan membantu pasien dapat
beristirahat dengan optimal, maka tidak perlu diberikan obat tambahan.
2. Kombinasi obat malam
Untuk kombinasi obat malam pasien diberikan kombinasi yang terdiri dari
klorpromazine dan diazepam dengan dosis yang berbeda. Kombinasi obat ini
memberikan gambaran efek samping yang sama terhadap semua pasien yaitu rasa
lemas dan mengantuk. Efek samping ini tidak mengganggu pasien dan membantu
sehingga pasien dapat tidur secara optimal, dan tidak perlu diberikan obat
tambahan lainnya jika tidak ada keluhan lain yang disebabkan oleh gejala putus
obat.
D. Gambaran efek penggunaan kombinasi obat yang diberikan pada pasien selama terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani
Tujuan utama terapi detoksifikasi adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala putus obat yang terjadi dan mencegah terjadinya kembali
gejala putus obat, maka pemberian kombinasi obat yang dipakai tidak hanya yang
cepat mengatasi gejala putus obat tetapi juga yang dapat mencegah terjadinya
kembali gejala putus obat. Jadi kombinasi obat yang diberikan dinilai dengan
kecepatan reaksi obat mengatasi gejala dan jumlah terjadinya gejala putus obat
yang terjadi selama pasien melakukan terapi detoksifikasi.
Puri Nurani memiliki dua kombinasi yang diberikan berdasarkan waktu
pemberiannya yaitu kombinasi obat siang dan kombinasi obat malam. Kombinasi
obat siang juga dibagi menjadi 3 kombinasi. Hal ini terjadi karena pemilihan
kombinasi obat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
a. Kombinasi obat siang
Kombinasi obat siang yang diberikan pada pasien selama periode
September-Desember 2003 ada tiga kombinasi berbeda yaitu Kombinasi A,
Kombinasi B dan Kombinasi C.
Tabel 4. Gambaran efek obat dan gejala tambahan yang terjadi pada penggunaan masing-masing kombinasi obat
No. Reg Pasien
Kombinasi obat yang digunakan
Rata-rata waktu onset
(jam)
Rata-rata waktu durasi
(jam)
Gejala tambahan yang terjadi
500279 Kombinasi A 1,34 4,167 - 500280 Kombinasi B 1,86 3,86 - 500281 Kombinasi C 1,80 3,90 1 kali 500282 Kombinasi C 2,00 4,10 6 kali 500283 Kombinasi C 1,71 4,60 2 kali 500284 Kombinasi C 1,67 4,10 3 kali 500285 Kombinasi C 1,89 3,70 1 kali 500286 Kombinasi C 1,90 4,10 1 kali 500287 Kombinasi B 1,67 5,34 - 500288 Kombinasi C 1,30 4,30 2 kali
1.) Kombinasi A
Kombinasi A terdiri dari :
a.) Triheksifenidil 2 mg
b.) Serenace 5 mg
Dari kombinasi A obat siang yang diberikan didapatkan hasil yaitu, rata-
rata waktu onset yaitu sebesar 1, 34 jam dan rata-rata waktu durasi kombinasi obat
yaitu 4,167 jam. Dari hasil ini dilihat bahwa Kombinasi A cukup cepat
memberikan efek obat untuk mengatasi gejala yang terjadi dan memiliki waktu
durasi yang cukup lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Dilihat dari jumlah terjadinya kembali gejala putus obat, Kombinasi A
memberikan gambaran bahwa tidak terjadi gejala tambahan sehingga tidak perlu
perlu diberikan obat tambahan.
2.) Kombinasi B
Untuk kombinasi B terdiri dari :
a.) Haloperidol 5 mg
b.) Trihexypenidil 2 mg
c.) Chlorpromazin 100 mg
Kombinasi B obat siang diberikan pada pasien no 500280 dan pasien no
500287. untuk pasien 500280 kombinasi ini memberikan gambaran waktu rata-
rata onset yaitu 1,86 jam dan rata-rata durasi 3,86 jam.
Pemberian Kombinasi B terhadap pasien 500287 memberikan gambaran
rata-rata waktu onset sebesar 1, 67 jam dan rata-rata waktu durasi yaitu 5,34 jam.
Kombinasi ini juga mencegah terjadinya kembali gejala putus obat yang dialami
oleh kedua pasien.
3.) Kombinasi C
Kombinasi C terdiri dari :
(a.) Untuk hari 1 – 7
Codein 60 mg, Haloperidol 2,5, mg, THP 2 mg, Tramadol 50 mg,
CTM 4 mg, Papaverin 40 mg
(b.) Untuk hari 8 – 10
Haloperidol 2,5 mg dan THP 2 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Untuk pasien 500281 kombinasi ini memberikan gambaran rata-rata
waktu onset 1,80 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 3,90 jam. Untuk pasien
500282 kombinasi ini memberikan gambaran waktu onset 2,00 jam dan rata-rata
waktu durasi sebesar 4,10 jam. Untuk pasien 500283 memberikan gambaran rata-
rata waktu onset sebesar 1,71 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 4,60 jam.
Untuk pasien 500284 kombinasi ini memberikan gambaran rata-rata waktu onset
sebesar 1,67 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 4,10 jam. Untuk pasien
500285 kombinasi ini memberikan rata-rata waktu onset 1,89 jam dan rata-rata
waktu durasi sebesar 3,70 jam. Untuk pasien 500286 kombinasi ini memberikan
gambaran rata-rata waktu onset sebesar 1,90 jam dan rata-rata waktu durasi
sebesar 4,10 jam. Dan untuk pasien 500288 kombinasi ini memberikan gambaran
rata-rata waktu onset sebesar 1,30 jam dan rata-rata waktu durasi sebesar 4,3 jam.
Dilihat dari besarnya rata-rata waktu onset dan waktu durasi memberikan
gambaran bahwa Kombinasi C ini memberikan efek terapi yang cepat dan waktu
durasi yang cukup lama.
Jika dilihat dari terjadinya kembali gejala putus obat yang dialami oleh
pasien, kombinasi obat ini memberikan gambaran sebagai berikut :
Untuk pasien 3 kombinasi ini dapat mencegah terjadinya gejala putus obat
tambahan pada pasien, ditunjukkan dengan setelah diberikan kombinasi obat ini
pasien hanya mengalami gejala putus obat tambahan pada hari kedua dari
keseluruhan terapi detoksifikasi. Untuk pasien 500282 kombinasi ini kurang dapat
mencegah terjadinya kembali gejala putus obat pada pasien, hal ini ditunjukkan
dengan terjadinya gejala putus obat tambahan dari hari pertama sampai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
hari keenam selama menjalani terapi dengan menggunakan kombinasi ini. Untuk
pasien 500283 kombinasi ini dapat mengurangi terjadinya gejala putus obat
tambahan, hal ini ditunjukkan dengan pasien hanya mengalami gejala putus obat
tambahan pada hari kedua dan ketiga selama menjalani terapi dengan
menggunakan kombinasi obat ini. Untuk pasien 500284 kombinasi ini dapat
mengurangi terjadinya gejala putus obat tambahan, hal ini ditunjukkan dengan
pasien hanya mengalami gejala putus obat tambahan tiga kali selama menjalani
terapi dengan menggunakan kombinasi obat ini. Untuk pasien 500285 kombinasi
ini dapat mengurangi atau mencegah terjadinya kembali gejala putus obat yang
diderita pasien, hal ini ditunjukkan dengan pasien hanya mengalami satu kali
gejala putus obat tambahan selama menjalani terapi dengan menggunakan
kombinasi obat ini. Gejala putus obat tambahan yang dialami oleh pasien 500285
dapat diatasi oleh pasien tanpa diberikan obat tambahan.
Untuk pasien 500286 Kombinasi C yang diberikan dapat mencegah
terjadinya kembali gejala putus obat yang diderita pasien, ditunjukkan dengan
selama pasien menjalani terapi pasien hanya mengalami sekali gejala tambahan
yaitu pada hari kedua. Untuk pasien 500288 Kombinasi C ini juga dapat
mencegah terjadinya gejala putus obat tambahan yang diderita pasien, ini
ditunjukkan dengan gejala tambahan yang dialami oleh pasien 500288 hanya
terjadi tiga kali selama menjalani terapi detoksifikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
b. Kombinasi obat malam
Kombinasi obat malam memberikan gambaran efek kombinasi obat yang
diinginkan yaitu berupa waktu onset yang cepat dan durasi yang lama sehingga
pasien dapat tidur dengan optimal. Kombinasi obat malam yang diberikan terdiri
dari :
1) klorpromazine 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg
2) diazepam 5 mg
Untuk kombinasi obat malam yang diberikan pada semua pasien sama
hanya untuk klorpromazine yang digunakan dosisnya berbeda-beda.
Tabel 5. Gambaran waktu efek obat malam yang diberikan selama terapi detoksifikasi.
No. Reg Pasien
Rata-rata waktu onset
(jam)
Rata-rata waktu durasi
(jam)
500279 1,20 4,80 500280 1,00 6,00 500281 1,00 5,20 500282 0,85 4,80 500283 0,90 5,40 500284 0,70 5,28 500285 0,40 5,67 500286 1,00 6,22 500287 1,60 3,83 500288 1,70 5,22
Rata-rata 0,94 5,24
Dilihat dari rata-rata waktu onset yang diberikan oleh obat malam kepada
pasien, kombinasi ini cukup efektif. Kombinasi ini dikatakan cukup memberikan
gambaran efek yang baik karena kombinasi obat malam ini dapat memberikan
waktu onset yang cukup singkat yaitu 0,94 jam, sehingga pasien dapat lebih cepat
merasa mengantuk dan beristirahat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kombinasi obat malam yang
diberikan kepada pasien cukup baik memberikan gambaran efek yang diinginkan,
hal ini ditunjukkan dengan rata-rata waktu tiap pasien mengalami durasi efek dari
kombinasi ini adalah sebesar 5,24 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di panti rehabilitasi Puri Nurani
RSJ Dr. Soeharto Herdjan Jakarta selama periode September-Desember 2003,
maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Penggunaan kombinasi obat yang diberikan kepada pasien belum sesuai
dilihat dari standar pengobatan yang dimiliki Puri Nurani, tetapi tidak dapat
dikatakan bahwa kombinasi obat yang digunakan tidak rasional sebab
pemilihan kombinasi obat yang digunakan berdasarkan kebutuhan pasien dan
kondisi pasien sendiri, dan tidak ada pengobatan yang tepat sama untuk pasien
ketergantungan napza.
2. Efek samping yang terjadi dalam penggunaan obat pada terapi detoksifikasi
dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a) efek samping yang membantu terapi detoksifikasi misalnya badan
lemas dan mengantuk.
b) efek samping yang merugikan atau mengganggu terapi
detoksifikasi misalnya Parkinson, lidah kelu, kaku kuduk, dan
tekanan darah menurun.
Dari hasil pengamatan efek samping yang banyak terjadi adalah efek samping
yang membantu proses terapi, dan efek samping yang mengganggu sedikit
terjadi rata-rata satu kali terjadi selama proses detoksifikasi dilaksanakan serta
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
upaya untuk menghilangkan efek samping yang mengganggu tersebut adalah
dengan diberikan obat tambahan.
3. Gambaran efek kombinasi obat yang dipakai dalam penggunaan obat pada
terapi detoksifikasi dibedakan menurut kombinasi yang digunakan, yaitu
sebagai berikut:
a) Gambaran efek kombinasi obat yang dipakai sebagai obat siang
Kombinasi obat siang yang diberikan terdiri dari tiga kombinasi
yang berbeda dan dari hasil pengamatan maka Kombinasi B
adalah kombinasi obat yang paling baik memberikan gambaran
efek yang diinginkan dilihat dari waktu onset sebesar 1,67 jam dan
durasi sebesar 5,34 jam, serta kombinasi obat tersebut lebih baik
mencegah terjadinya gejala tambahan yang dialami oleh pasien.
b) Gambaran efek kombinasi obat yang dipakai sebagai obat malam,
menunjukan bahwa pemilihan kombinasi ini cukup baik
memberikan efek yang diinginkan untuk pasien. Dilihat dari rata-
rata waktu onset yang cepat yaitu sebesar 0,94 jam dan rata-rata
waktu durasi yang cukup lama yaitu sebesar 5,24 jam, sehingga
istirahat pasien lebih optimal.
B. SARAN
Saran yang dapat diasampaikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
1. Perlu diadakan penelitian tentang interaksi yang ditimbulkan oleh
penggunaan obat-obat yang termasuk dalam kelas terapi obat
susunan saraf pusat yang digunakan sebagai detoksifikasi dalam
terapi putus obat (Withdrawal syndrome) pada penyalahgunaan dan
ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai kerasionalan dan efektifitas
kombinasi obat yang diberikan dalam terapi detoksifikasi
ketergantungan napza, menggunakan parameter pengamatan yang
lebih akurat misalnya menggunakan pengujian sampel darah.
3. Apoteker perlu dilibatkan lebih jauh lagi dalam proses terapi
detoksifikasi karena penggunaan obat yang digunakan pasien
merupakan obat keras dan perlu pengamatan dari tenaga ahli dalam
bidang obat-obatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, H., dan Mandiyono, B., 2001, Penanggulangan Korban Napza
Meningkatkan Peran Keluarga Dan Lingkungan, 20, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Anonim, 1999, Volatile Solvents Abuse : A Global Overview Substance Abuse,
Departement Geneve, WHO, Switzerland. Anonim, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Koping Individu Tindak
Efektif: Tidak Mampu Mengatasi Keinginan Menggunakan Zat Adiktif (Putaw) Di RG. Puri Nurani, Ruang Puri Nurani, Jakarta.
Anonim, 2001, Manajemen Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Penyalahgunaan Napza, 2, Seminar Keperawatan RSUPN-Dr. Cipto Mengunkusumo, Jakarta.
Alatas, H., dan Mandiyono, B., 2001, Penanggulangan Korban Narkoba
Meningkatkan Peran Keluarga dan Lingkungan, 20, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Asikin, N., Setiadji, 2002, Konsensus FKUI Tentang Opiat, Masalah Medis Dan
Penatalaksanaannya, Edisi II, 1-7, Balai Penerbit, FKUI, Jakarta. Astiningsih, 2001, Profil Penyalahgunaan Psikotropika di Kalangan Mahasiswa
Angkatan Tahun 1996-2000 Kampus Iii Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Farmasi Unuversitas sanata Dharma, Yogyakarta
Budiarti, W., 2003, Pola Pengobatan Terapi Putus Obat (Withdrawal Syndrome)
Pada Pasien Rawat Inap Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba, dan Zat Adiktif di RS DR. Sardjito Yogyakarta, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Ganiswarna, S. G., 1995, Farmakologi Dan Terapi, Edisi IV dengan perbaikan,
148-162, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta. Hawari, D., 1999, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Edisi
Revisi, 136, 137, 139, 140, 142, 164, PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta.
Hawari, D., 2000, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir
(Sistem Terpadu) Pasien NAZA, Edisi V, 37-54, UI Press, Jakarta.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Hawari, D., 2001, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, Dan Zat Adiktif), 1-150, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Hawari, D., 2002, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA, Edisi IV, 17-29,
104-139, 201, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Husin, B., 2002, Penatalaksanaan Mutakhir dan Komprehensif Ketergantungan
Napza, Cermin Dunia Kesehatan, No. 136, Jakarta, hal 45-50. Leshner, I., Ph.D, 1999, Principles of Drugs Addiction Treatment: a Research
Based Guide, NIDA, NIDA Web Sites, Http//: www. NIDA. Com. Leshner, I., Ph.D, 2000, Research Report Series Inhalant Abuse, 4-7, NIDA,
NIDA Web Sites, Http//: www. NIDA. Com Maslim, R., 2001, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication), Edisi III, 3-7, 57, Jakarta. Mutschler, E., 1999, Dinamika Obat, Edisi V, 152-157, Penerbit ITB, Bandung. Notoatmodjo, S., 1993, Metodologi Penelitian Kesehatan, 141, PT Rineke Cipta,
Jakarta. Santoso, S., dan Wiria, S.S., 1995, Psikotropik, Farmakologi Dasar dan Terapi,
Edisi IV, 148-157, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Setiawati, A., 1995, Farmakologi Dan Terapi, Edisi IV dengan perbaikan, Bagian
Andrenegik, 67, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Somar, L., 2001, Rehabilitasi Pecandu Narkoba, PT. Grasindo, Jakarta Sudirman., 2000, Panduan Orang Tua Dalam Menangani masalah Napza
Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif Lainnya, 24-58, PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.
Sujudi, A., Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Derektorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan 2000, Segung Seto, Jakarta, hal 5-6.
Suwarso., 2002, Manajemen Laboratoris Penyalahgunaan Obat dan
Komplikasinya, Cermin Dunia Kedokteran No. 135 tahun 2002, 5-7, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tjay, T, H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaannya dan Efek Sampingnya, Edisi V, 293-434, PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.
Wresniwiro, M., 2000, Masalah Narkotika dan Obat Berbahaya Ciptakan
Lingkungan Bersih Napza, 44-50, Yayasan Mitra Bintibmas, Jakarta. Yanny, D., 2001, Narkoba Pencegahan dan Penanganannya, 6-27, 34-44, PT
Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 1. Surat ijin penelitian Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 2. Surat ijin penelitian Rumah Sakit Dr. Soeharto Herdjan
Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 3. Standart Detoksifikasi Narkoba “PURI NURANI”
Hari
Nama obat
I
II
III
IV
V
VI
VII-X
Codein (20 mg) Haloperidol (5 mg) Trihexyphenidil (2 mg) Tramadol/Antalgin Papaverin (40 mg) CTM (4 mg) Chlorpromazine (100 mg) Diazepam (5 mg)
9 tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
7 ½ tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
6 tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
4 ½ tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
3 tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
1 ½ tab
1 ½ tab
3 tab
3 tab
3 tab
3 tab
1 ½ tab
1 tab
-
1 ½ tab x 4 hari = 6 tab
- - - -
Terus s/d hari X
Terus s/d hari X
Klorpromazine Hcl tab 100 mg Diazepam tab 5 mg Semua obat digerus kemudian dijadikan satu kapsul
Nb : 1. Hari I s/d hari VI masing-masing dibuat 3 x II kapsul (besar) 2. Hari VII s/d hari X, 1 x gerus/giling dibuat 3 x 1 kapsul besar 3. untuk obat malam
Hari I s/d X, 1 x 1 kapsul dengan warna berbeda 4. Hari I s/d VI dibungkus masing-masing etiket diberi tanda/nomor hari I s/d
VI demikian hari VII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 4. Tabel isian penggunaan obat sehari-hari pasien rawat inap di panti rehabilitasi
Puri Nurani
No. reg. Pasien :
Gejala yang
tampak Nama obat yang
dipakai Tujuan
pemberian obat Dosis yang diberikan
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Efek samping Keterangan
Ketergantungan terhadap : Hari ke :
onset durasi
Kombinasi obat siang Kombinasi obat malam Keluhan tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 5. Tabel Dara Harian Penggunaan Obat Pasien Panti Rehabilitasi Puri Nurani Pasien 1. No Reg 500279
Ketergantungan terhadap ganja Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Gelisah Nyeri seluruh badan Pusing Tidak dapat tidur
Trihexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Menghilangkan gejala
3 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Obat malam :
Chlorpromazine 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan Dapat tidur secara optimal
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke :1
Keluhan Jam 00.00 : Gelisah Agresif Bicara kacau Tidak dapat tidur
Serenace inj 1 amp Diazepam inj 1 amp
Agar klien tenang, emosi stabil, dapat tidur
1 x 5 mg/ml 1 x 10 mg/ml
30 menit
2 jam Mengantuk, badan lemas
Emosi stabil, Klien tidur selama ± 5 – 6 jam
Gelisah Sakit seluruh badan Nafsu makan menurun
Trihexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 2
Obat malam :
Chlorpromazine 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
2 jam
5 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Gelisah Bicara kacau
Triexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Meringkan atau menghilangkan gejala
3 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 3
Obat malam :
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan Dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Gelisah Mondar-mandir Bicara sendiri
Triexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 4
Malam hari :
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Komunikasi tidak terarah Tingkah laku ganjil
Triexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Menghilangkan gejala
3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 5
Obat malam:
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan Dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Semua obat digerus menjadi 1 kapsul
Hari ke : 6 Mondar-mandir Gelisah berkurang Minta-minta pulang
Triexylpenidil 2 mg Serenace 5 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul Pulang jam 11.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Pasien 2. No Reg 500280
Ketergantungan terhadap putaw (opiat)
Waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlorpromazin 100 mg Diazepam 5 mg Lodomer 5 mg
Menghilangkan/ menekan gejala yang terjadi Membantu obat-obatan peroral
3 x 1 tablet 3 x 1 tablet 3 x 1 tablet diberikan bila perlu/bila obat-obatan peroral kurang membantu masing-masing diberikan 1 amp
1 jam
1 jam
3 jam
6 jam
Perkinson Otot lemas Mengantuk Tensi darah menurun
Hari ke:1
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan Dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
3 jam
Badan lemas Mengantuk
Hari ke : 2 Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Hari ke : 3
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Hari ke : 4
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Hari ke : 5
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Hari ke : 6
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Emosi labil Melawan Banyak melamun Dengar suara-suara (halusinasi) Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Haloperidol 5 mg Trihexypenidil 2 mg Chlor promazin 100 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi Manidurkan
3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul 3 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Hari ke 7
Pasien diberi rujukan ke panti rehabilitasi Chusnul Chitunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Pasien 3. No Reg 500281 Ketergantungan terhadap putaw
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 70 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
3 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 1
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Cenderung ingin pulang
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur, serta menghilangkan cemas
1 x 100 mg 1 x 5 mg
1 jam
5 jam
Mengantuk dan lemas
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 60 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 2
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
3 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Keluhan tambahan : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 100 mg 1 x 5 mg
15 menit
6 jam
Sakaw Badan sakit Mual Meriang Mata berair Gelisah Emosi labil
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 3
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 200 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 4 Sakaw ringan
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 5
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 6
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 7
Malam hari :
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 8
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 9
Malam hari : Klien tenang
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 10
Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Pasien 4. No Reg 500282 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping Keterangan
Pusing Mual Muntah Keringat dingin Nyeri tulang Nyeri menyeluruh Suhu menigkat ( sub fibis ) Mencret
Tramadol tab. 50 mg Codein tab. 70 mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol tab. 2,5 mg THP 2mg
Menghilangkan seluruh gejala yang terjadi Menenangkan dan bisa tidur
3 x 2 capsul
1 ¾ jam
4 Jam
Perkinson Kaku kuduk Bicara cadel Badan lemas
Seluruh obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Tidur terganggu Gelisah Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam tab. 5 mg
Menghilangkan nyeri Menghilangkan gejala perkinson Agar pasien dapat tidur
1 x 1 kapsul
¾ jam
3 jam
Obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 1
Keluhan tambahan : Nyeri hebat Perkinson Susah tidur
Tramadol tab. 50 mg THP tab. 2 mg Diazepam tab 5 mg
1 x 50 mg 1 x 2 mg 1 x 5 mg
2 jam 2 jam 2 jam
4 jam 4 jam 4 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 60 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 2
Keluhan tambahan : Nyeri hebat
Tramadol tab. 50 mg Menghilangkan nyeri 1 x 50 mg 15 menit
1 jam
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 3
Keluhan tambahan : Panas dingin Parkinson
Parasetamol 500 mg THP 2 mg
Menghilangkan panas dingin dan parkinson yang terjadi
1 x 500 mg 1 x 2 mg
30 menit
1 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Panas dingin
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
½ jam
7 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 4
Keluhan tambahan : Parkinson
Delladryl injeksi
Menghilangkan parkinson yang terjadi
1 x 1 ½ cc 15 menit
1 jam
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang hilang timbul
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 5
Keluhan tambahan : Mencret Diare
New diatabs
Menghentikan diare 1 x 2 tablet 30 menit
1 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
3 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 6
Keluhan tambahan : Gelisah
CPZ 100 mg
Menenangkan 1 x 100 mg
1 jam 6 jam
Gelisah Emosi labil
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 7
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 8
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 9
Malam hari : Klien tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 10
Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Pasien 5. No Reg 500283 Ketergantungan terhadap putaw dan obat-obatan
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 70 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 1
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Cenderung ingin pulang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur, serta menghilangkan cemas
1 x 100 mg 1 x 5 mg
1 jam
5 jam
Mengantuk dan lemas
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 60 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 2
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
½ jam
5 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Keluhan tambahan : Nyeri hebat
Tramadol 50 mg Menghilangkan nyeri yang terjadi
1 x 50 mg 15 menit
1 jam
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 3
Keluhan tambahan : Panas dingin Parkinson
Parasetamol 500 mg THP 2 mg
Menghilangkan panas dingin yang terjadi Menghilangkan parkinson
1 x 500 mg 1 x 2 mg
30 menit
1 jam
Hari ke : 4 Panas dingin
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang hilang timbul
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 5
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 6
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Gelisah Emosi labil
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 7
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
2 jam
5 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 8
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 9
Malam hari : Klien tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan
efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 10
Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Pasien 6. No Reg 500284 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 70 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
3 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil, marah-marah
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur, serta menghilangkan cemas
1 x 50 mg 1 x 5 mg
1 jam
1 ½ jam
Mengantuk dan lemas
Kombinasi obat kurang menolong
Hari ke : 1
Keluhan tambahan : Jantung berdebar Sakaw Susah tidur
Dellamidon 2 cc inj Lodomer 1 amp i.m Diazepam 1 amp i.m
Menghilangkan sakaw dan dapat tidur optimal
1 x 2 cc 1 x 5 ml 1 x 5 ml
40 menit 15 menit 15 menit
3 jam 3 jam 3 jam
Membantu kombinasi obat malam pasien , tenang
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 60 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 2
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Keluhan tambahan : Lidah kaku Perkinson
THP 2 mg Menghilankan gejala perkinson
1 x 2 mg 15 menit 1 jam Gejala perkinson hilang
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 ¾ jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 3
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Panas dingin
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 4
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang hilang timbul
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 5
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 6
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 7 Gelisah Emosi labil
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 8
Keluhan tambahan : Tidak dapat tidur
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul 15 menit 3 jam
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
5 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 9
Malam hari : Klien tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
5 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 10
Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Pasien 7. No Reg 500285 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Keringat dingin Pusing Tidak dapat tidur
Codein 70 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
2 jam
Badan terasa lemas Malas beraktivitas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil, marah-marah
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur, serta menghilangkan cemas
1 x 50 mg 1 x 5 mg
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Hari ke : 1
Keluhan tambahan : Sakaw
Dapat diatasi tanpa menggunakan obat
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 ½ jam
3 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 2
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 3
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Panas dingin Mual Keringat dingin
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 4
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 5 Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Mual Muntah Pusing
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 6
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Pusing Gelisah
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 7
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 8
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 9
Malam hari : Klien tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 10 Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Pasien 8. No Reg 500286 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 70 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 1
Malam hari : Gelisah Sulit tidur
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur, serta menghilangkan cemas
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 60 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 2
Keluhan tambahan : Tidak bisa tidur
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
1 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin Pusing Mual Muntah
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 3
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 200 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Panas dingin Mual Pusing Muntah
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 4
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Mual Pusing
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 5
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 6
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Gelisah Emosi labil
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 7
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 8
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
7 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 9
Malam hari : Klien tenang
CPZ 125 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
30 menit
7 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 10
Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Pasien 9. No Reg 500287 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
2 jam
4 jam
Perkinson Melemaskan otot Mengantuk Tensi darah turun
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Hari ke : 1
Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Agar pasien tidur optimal
1 x 1 kapsul
1 jam
3 jam
Mengantuk Tensi turun
Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
2 jam
4 jam
Perkinson Melemaskan otot Mengantuk Tensi darah turun
Hari ke : 2
Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Agar pasien tidur optimal
1 x 1 kapsul
1 jam
3 jam
Mengantuk Tensi turun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
1 jam
6 jam
Perkinson Melemaskan otot Mengantuk Tensi darah turun
Hari ke : 3
Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Agar pasien tidur optimal
1 x 1 kapsul
2 jam
5 jam
Mengantuk Tensi turun
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
1 jam
6 jam
Perkinson Melemaskan otot Mengantuk Tensi darah turun
Hari ke : 4
Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Agar pasien tidur optimal
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Mengantuk Tensi turun
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
2 jam
6 jam
Perkinson Melemaskan otot Mengantuk Tensi darah turun
Hari ke : 5
Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Agar pasien tidur optimal
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Mengantuk Tensi turun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
2 jam
6 jam
Perkinson Melemaskan otot Mengantuk Tensi darah turun
Hari ke : 6
Malam hari : Tidak bisa tidur Bicara sendiri
CPZ 100 mg Diazepam 5 mg
Agar pasien tidur optimal
1 x 1 kapsul
2 jam
4 jam
Mengantuk Tensi turun
Emosi labil Melawan Banyak melamun Halusinasi ( pendengaran )
Haloperidol tab. 5 mg THP tab. 2 mg CPZ tab. 100 mg
Menenangkan dan menghilangkan gejala Menidurkan
3 x 1 tab 3 x 1 tab 3 x 1 tab
2 jam 6 jam Perkinson Melemaskan otot Mengantuk
Hari ke : 7
Pasien diberi rujukan ke Rehabilitasi Chusnul Chitunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Pasien 10. No Reg 500288 Ketergantungan terhadap putaw (heroin)
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Rahang kaku Jantung berdebar-debar Badan pegal linu Tidak bisa tidur Tensi darah 110/70 mmHg
Codein 60 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg Tramadol 50 mg CTM 4 mg Papaverin 40 mg
Menhilangkan gejala
3 x 2 kapsul
2 jam
3 jam
Perkinson Bicara cadel
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Tidak bisa tidur Gelisah
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan Dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
3 jam
Badan lemas Mengantuk
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 1
Gejala tambahan : 1. Jantung berdebar Badan sakit menyeluruh 2. sakaw tidak bisa tidur tensi darah 110/70 mmHg febris
Dellamidon 2 cc/ inj Lodomer 5cc/ im Dellamidon 1 cc/ im Diazepam 5 cc/ iv
Menghilangkan rasa sakit Melemaskan otot Menghilangkan sakaw Pasien dapat tidur optimal
1 x 2 cc/ inj 1 x 5 cc/ im 1 x 1 cc/ im 1 x 5 cc/ iv
1 menit
1 menit
90
menit
3 jam
Mengantuk Tenang Mengantuk Lemas
Obat yang diberikan kurang membantu secara optimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Hilang timbul
Codein 50 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari :
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 2
Keluhan tambahan : Lidah kaku Perkinson ( terasa pendek )
THP 2 mg
Melemaskan otot ( menghilangkan Perkinson )
1 x 2 mg
15 menit
1 jam
Badan lemas
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Hilang timbul
Codein 40 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
2 jam
4 jam
Badan terasa lemas Malas beraktivitas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 3
Malam hari :
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Sakaw ringan
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Nafsu makan meningkat
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 4
Malam hari :
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang hilang timbul
Codein 30 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 5
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang Panas dingin
Codein 20 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
4 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
1 jam
4 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Hari ke : 6
Keluhan tambahan : Gelisah
CPZ 50 mg
Menghilangkan gelisah yang terjadi
1 x 50 mg
1 jam
6 jam
Gelisah Emosi labil
Codein 10 mg Tramadol 50mg Papaverin 40 mg CTM 4 mg Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
3 x 2 kapsul
1 jam
5 jam
Badan terasa lemas
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 7
Malam hari : Gelisah Sulit tidur Emosi labil
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan efek
Gejala yang tampak Nama obat yang dipakai Tujuan pemberian obat
Dosis yang diberikan
onset durasi
Efek samping
Keterangan
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menghilangkan gejala yang terjadi
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Semua obat digerus dijadikan 1 kapsul
Hari ke : 8
Malam hari : Klien bisa tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 9
Malam hari : Klien tenang
CPZ 50 mg Diazepam 5 mg
Menenangkan dan dapat tidur
1 x 1 kapsul
15 menit
6 jam
Mengantuk dan lemas
Semua obat dilebur menjadi 1 kapsul
Klien bisa tenang
Haloperidol 2,5 mg THP 2 mg
Menekan agar gejala tidak muncul kembali
1 x 1 kapsul
1 jam
5 jam
Semua obat digerus dijadikan 2 kapsul
Hari ke : 10
Terapi detoksifikasi selesai klien dapat pulang ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Lampiran 6. Hasil Wawancara Dengan Dokter Yang Bertanggungjawab
Terhadap Klien Atau Pasien Rehabilitasi Ketergantungan Napza Di Puri
Nurani
Pada prinsipnya rehabilitasi terhadap ketergantungan narkoba adalah
dengan mengurangi atau menghilangkan gejala putus obat yang terjadi, karena
pada dasarnya gejala putus obat yang terjadi hampir sama pada semua zat aditif.
Pengobatan biasanya dilakuka sesuai dengan keluhan yang dialami oleh klien atau
pasien, misalnya:
o Rasa nyeri diberikan analgesik
o Mual diberikan spasmolitik
o Kurang tidur diberikan hipnotikum
o Halusinasi diberikan anti psikotik
1) Adakah standart pengobatan di Puri Nurani ?
Standart pengobatan, semua panti rehabilitasi ketergantungan
narkoba mempunyai, hanya yang namanya standart pangobatan
merupakan acuan dari pengobatan rata-rata untuk semua pasien.
Untuk terapi dan rehabilitasi individu klien atau pasien dilakukan
bergantung pada kondisi si pasien atau klien.
2) Bagaimankah standart pengobatan yang dimiliki oleh Panti Rehabilitasi Puri
Nurani ?
Seperti yang tertera pada halaman berikut
3) Apakah ada perbedaan standart detoksifikasi klien menurut jenis narkoba
yang dikonsumsinya selama ini ?
Tidak ada karena pada prinsipnya gejala putus obat yang timbul pada
berbagai jenis narkoba sama saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
4) Bagaimanakah jika terjadi pasien yang menggunakan lebih dari satu jenis
narkoba, apakah mempunyai standart detoksifikasinya sendiri ?
Tidak ada karena pada prinsipnya gejala yang timbul pada yang
memakai satu jenis narkoba dengan yang kombinasi sama saja
5) Apakah ada hubungan antara lama waktu pemakaian narkoba dengan
standart pengobatan yang dipakai ? ( mis, pengguna narkoba dihitung secara
harian, bulanan, atau tahunan )
Tidak ada, sebab untuk narkoba lama atau sebentarnya pemakaian
menyebabkan ketagihan dan ketergantungan yang sama
6) Apakah ada hubungan antara dosis pemakaian narkoba yang gunakan dengan
pemilihan standart detoksifikasi yang akan digunakan dalam terapi ? ( mis,
dosis kecil, sedang, besar )
Tidak ada, untuk narkoba sedikit saja tetap berbahaya bagi tubuh kita
7) Dalam gejala putus obat yang terjadi terdapat nyeri atau sakit, apakah ada
skala atau tingkatan untuk rasa sakit yang diderita oleh klien atau pasien ?
Tidak ada
8) Jika ada bagaimanakah tingkatan untuk rasa sakit yang diderita oleh klien
atau pasien tersebut ?
Yang ada hanya rasa sakit yang masih bisa ditahan dan yang sudah
tidak dapat ditahan lagi oleh klien
9) Apakah skala atau tingkatan untuk rasa sakit juga menjadi dasar dari
pemilihan obat yang digunakan dalam standart pengobatan ?
Tidak, hanya jika klien mengeluhkan rasa sakit yang sudah tidak
dapat ditahan lagi maka diberikan obat ekstra yang dapat meringankan
atau menghilangkan rasa sakit yang diderita oleh klien
10) Berapa lama waktu yang diperlukan oleh pasien dalam menjalani
detoksifikasi ?
Tidak ada patokan waktu dalam menjalani detoksifikasi bergantung
pada jenis narkoba yang dikonsumsi klien. Biasanya untuk klien yang
tergantung pada putaw waktu detoks yang diperlukan kira-kira 10 hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
sampai 1 bulan, sedangkan untuk ketergantungan terhadap ganja
biasanya lebih lama kira-kira sampai 2 bulan.
11) Apakah ada waktu maksimal dalam menjalani detoksifikasi di Puri Nurani ?
Ada, 10 hari
12) Target apa yang ingin dicapai oleh Puri Nurani dan klien selama masa
detoksifikasi di panti rehabilitasi ?
Klien bisa sembuh dari ketergantungannya pada narkoba
13) Apakah dalam waktu maksimal yang dijalani oleh klien tersebut target yang
ingin dicapai dapat dicapai ?
Biasanya iya, hanya ada beberapa kasus khusus yang terjadi tapi
tidak banyak
14) Jika target yang ingin dicapai selama terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi
belum dicapai, bagaimana cara mengatasinya ?
Memberi rujukan ke RS Jiwa atau ke panti rehabilitasi yang dikelola
oleh Prof.Dr.Dadang Hawari
15) Selama ini bagaimanakah tingkat keberhasilan terapi yang diterapkan oleh
Puri Nurani terhadap kondisi pasien ?
Seratus persen berhasil jika tanpa adanya gangguan dari luar
16) Apakah pernah terjadi kegagalan dalam terapi yang dilakukan oleh Puri
Nurani ?
Pasti ada
17) Apakah yang biasanya menjadi faktor terjadinya kegagalan dalam terapi ?
Kepatuhan klien
Keinginan klien untuk mengkonsumsi kembali narkoba
Lingkungan yang kurang mendukung
Mental klien yang kurang percaya diri dalam menghadapi masalah
hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
18) Bagaimanakah cara menanggulangi faktor yang menjadi penyebab kegagalan
dalam terapi ?
Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka dilakukan secara
medis misalnya diberikan obat lain yang dapat menghambat kerja obat
tersebut
Jika kesalahan dari luar misalnya lingkungan rumah klien yang
memungkinkan klien mendapatkan kembali narkoba maka dilakukan
detoksifikasi kembali
19) Apakah ada terapi lain yang dapat dilakukan untuk menunjang terapi yang
dilakukan, misalnya dengan terapi tanpa menggunakan obat ?
Ada, misalnya penyaluran hobi olah raga atau yoga bisa juga
dilakukan pengjaraan religiun agar klien dapat mengatasi
permasalahan hidupnya dengan bijaksana dan tidak mudah terjerumus
lagi ke narkoba
20) Apakah terapi tanpa menggunakan obat juga diterapkan dalam terapi yang
dilakukan oleh Puri Nurani ?
Ada, tetapi hanya sebagian kecil misalnya penyedian alat olahraga
yaitu meja ping-pong, karaoke dan games playstation tujuannya
memberikan rasa rileks pada klien agar klien bisa tenang dan dapat
bekerja sama dengan baik. Dilihat dari tujuannya Puri nurani
melakukan detoks dengan sudut pandang medis jadi yang lebih
ditekankan pada aspek mediknya yaitu pada obat-obatan
21) Sejauh mana terapi tersebut dapat mendukung keberhasilan terapi yang
diterapkan oleh Puri Nurani ?
Cukup membantu sehingga klien dapat merasa tenang dan mau
bekerja sama dengan baik dan klien tidak merasa seperti orang yang
sedang sakit sehingga proses detoks dapat berjalan optimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
BIOGRAFI PENULIS
Penulis Skripsi yang berjudul “Pemilihan,
Efek Samping, Dan Gambaran Efek
Kombinasi Psikotropika Dalam Usaha
Detoksifikasi Ketergantungan Napza Di
Panti Rehabilitasi Puri Nurani Periode
September – Desember 2003” bernama
Martinus Hadibowo, Lahir di Jakarta 15
Maret 1981 dari pasangan bapak Al.
Sukiman dan Ibu Al. Sartika.
Pendidikan yang ditempuh, yaitu taman kanak-kanak Bunda Hati Kudus Jakarta.
Penulis melanjutkan di Sekolah Dasar Bunda Hati Kudus Jakarta hingga tahun
1993, lalu melanjutkan ke SMP St. Kristoforus Jakarta hingga tahun 1996. Tahun
1999 lulus SMA St. Kristoforus Jakarta, penulis melanjutkan pendidikan di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sampai sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI