SKRIPSI KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA DI …
Transcript of SKRIPSI KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA DI …
SKRIPSI
KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA
DI SANGGAR CANTIKA LARAS
BANDAR LAMPUNG
OLEH:
NI LUH PUTU EVA SAVITRI
NIM: 2010 01 006
PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI
JURUSAN SENI TARI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
2014
i
SKRIPSI
KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA
DI SANGGAR CANTIKA LARAS
BANDAR LAMPUNG
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Seni (S1)
PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI
JURUSAN SENI TARI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
2014
ii
SKRIPSI
KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA
DI SANGGAR CANTIKA LARAS
BANDAR LAMPUNG
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Seni (S1)
MENYETUJUI :
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Ni Nyoman Manik Suryani, SST., M.Si Dra. Antonia Indrawati, M.Si
NIP. 19590521 198603 2 002 NIP. 19630127 198803 2 001
iii
Skrip karya ini telah digelarkan dan diuji oleh Dewan Penguji, Fakultas
Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar, pada:
Hari/tanggal : Selasa, 13 Mei 2014.
Ketua : I Wayan Suharta, SSKar., M.Si (..............................)
NIP. 19630730 199002 1 001
Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP., M.Hum (..............................)
NIP. 19641231 199002 1 040
Dosen Penguji :
1. Dra. Dyah Kustiyanti, M.Hum (..............................)
NIP. 19581215 198902 2 001
2. Ni Nyoman Manik Suryani, SST., M.Si (..............................)
NIP. 19590521 198603 2 002
3. Dra. Antonia Indrawati, M.Si (..............................)
NIP. 19630127 198803 2 001
Disahkan pada tanggal : Senin, 19 Mei 2014
Mengesahkan : Mengetahui :
Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Seni Tari
Institut Seni Indonesia Denpasar Ketua,
Dekan,
I Wayan Suharta, SSKar., M.Si A.A.A Mayun Artati, SST., M.Sn
NIP. 19630730 199002 1 001 NIP. 19641227 199003 2 001
iv
MOTTO
FOLLOW YOUR HEART
TRUST IN GOD
AND
DO THINGS SLOWLY BUT SURE
SO THE WORLD WILL SEE YOUR HARD WORK
IKUTI KATA HATIMU PERCAYA PADA TUHAN
DAN LAKUKAN SESUATU SECARA PELAN TAPI PASTI MAKA DUNIA AKAN MELIHAT KERJA KERASMU
v
KATA PENGANTAR
OM SWASTIASTU
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah Tugas Akhir karya tulis
(skripsi) yang berjudul Kajian Bentuk dan Fungsi Tari Bedana di Sanggar
Cantika Laras, Bandar Lampung dapat disusun tepat pada waktunya. Skripsi ini
merupakan suatu proses sebagai bagian untuk memperoleh gelar Sarjana Seni
(S1) Jurusan Seni Tari, Bidang Pengkajian, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut
Seni Indonesia Denpasar. Dalam proses penyusunan skripsi tari Bedana ini,
penulis memperoleh banyak bantuan, bimbingan, arahan, saran-saran, serta
dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, tidak lupa
penulis sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
Bapak Dr. I Gede Arya Sugiartha, SSKar., M.Hum., selaku Rektor Institut
Seni Indonesia Denpasar beserta jajarannya. Bapak I Wayan Suharta, SSKar.,
M.Si., selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar
beserta jajarannya. Ibu Anak Agung Ayu Mayun Artati, SST., M.Sn., selaku
Ketua Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia
Denpasar beserta jajarannya. Seluruh pegawai dan staf Tata Usaha, baik yang ada
di Rektorat Institut Seni Indonesia Denpasar, maupun yang ada di Fakultas Seni
Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar dan seluruh Dosen Seni Tari dari
semester 1 sampai dengan semester 8 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
vi
Ibu Ni Wayan Iriani, SST., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang
selalu mengarahkan dan membimbing dari awal perkuliahan hingga akhir. Ibu Ni
Nyoman Manik Suryani, SST., M.Si., selaku Pembimbing Tugas Akhir
(Pembimbing I) yang dengan kesabaran memberikan arahan, masukan, dan
koreksi dalam penyusunan skripsi ini. Ibu Dra. Antonia Indrawati, M.Si., selaku
Pembimbing Tugas Akhir (Pembimbing II) yang penuh dengan ketelitian
meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan demi
kelancaran skripsi tari Bedana ini. Ibu Dr. Ni Made Wiratini, SST., M.A dan Ibu
Dra. Dyah Kustiyanti, M.Hum. yang telah membimbing dan mengarahkan dari
awal proses penyusunan skripsi tari Bedana pada mata kuliah Bimbingan
Penulisan Skripsi I dan II serta mata kuliah Seminar I dan II.
Terimakasih untuk staf Perpustakaan Institut Seni Indonesia Denpasar,
Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung, Perpustakaan Taman Budaya Bandar
Lampung, Perpustakaan Universitas Lampung (Unila), Perpustakaan Pemerintah
Provinsi Dati I Bali, narasumber, dan Dosen Jurusan Seni Tari Institut Seni
Indonesia, yang sudi meminjamkan data penelitian berupa buku penunjang dalam
penyusunan skripsi ini. Terimakasih juga kepada para informan yakni Bapak
Nugraha Amijaya, Dra. Titik Nurhayati, Andesba, S.Si., Santi Tania, S.Pd., Aulia
Nurfebrilianti, Ivana Christiani, dan Shintya Sardi yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan informasi tentang tari Bedana yang ada
di Bandar Lampung.
Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tua penulis, I Wayan Jena
Saputra dan Ni Wayan Sarti, kedua adik penulis, I Made Krishnanda Putra dan I
vii
Nyoman Dharma Jaya Putra karena selalu memberikan dukungan baik moral dan
material dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan, walaupun terpisahkan
oleh jarak. Terimakasih juga kepada orang terpenting dalam hidup penulis
Komang Rikma Bonatama yang telah membantu mencari data,
mendokumentasikan tari Bedana, tempat berbagi keluh dan kesah, memberikan
semangat dan motivasi, serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat
kepada penulis hingga skripsi ini terselesaikan dengan lancar, meskipun
terkadang terdapat hambatan yang tidak terduga.
Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman Jurusan
Seni Tari angkatan 2010, khususnya untuk teman-teman Pengkajian yaitu Iga
Ananta, Dian Arista, Trisna Dewi, dan Bu Nyoman Suartini yang telah bersedia
diajak bertukar pikiran, saling memberikan dukungan, membantu dan bekerja
sama dari awal penjurusan Pengkajian hingga penyusunan Tugas Akhir.
Terimakasih juga kepada sahabat-sahabat penulis, Grace Wiguna, Putu Ari
Darmastuti, Ni Ketut Pitriasih, Imawati, Fitriah Purnama Putri, Ria Nuliyatini,
Noviyanti Anita Wulandari, dan teman-teman satu kos, Garis, Putra, Vika, Degol,
Aya, Bela, Kisna yang memberikan dorongan, masukan, membantu proses
perkuliahan hingga penyusunan Tugas Akhir. Terimakasih karena telah menjadi
sahabat sekaligus keluarga di kala sedih maupun senang. Semoga Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya
bagi semua umat yang berhati mulia.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Demi kemajuan skripsi Tari Bedana di Sanggar Cantika Laras, Bandar Lampung
viii
agar dapat berkembang dan diterima oleh para pembaca, maka dengan
kerendahan hati dan ketidaksempurnaan tulisan ini dibutuhkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, baik para
insan akademis seni maupun masyarakat luas dalam memperkaya
pengetahuannya tentang seni tari, khususnya tari yang berasal dari Lampung.
OM SANTI, SANTI, SANTI OM
Denpasar, Mei 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PENGUJI ...................... iii
MOTTO ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR NOTASI LABAN ............................................................................ xii
DAFTAR FOTO ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
ABSTRAK ....................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 6
BAB II KAJIAN SUMBER DAN LANDASAN TEORI .......................... 7
2.1 Kajian Sumber ......................................................................... 7
2.2 Landasan Teori ........................................................................ 9
2.2.1 Teori Estetika ................................................................. 9
2.2.2 Teori Fungsional ............................................................ 10
x
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 12
3.1 Rancangan Penelitian .............................................................. 12
3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................... 13
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 14
3.4 Instrumen Penelitian ................................................................ 15
3.5 Pengumpulan Data ................................................................... 16
3.5.1 Observasi ....................................................................... 16
3.5.2 Wawancara .................................................................... 17
3.5.3 Dokumentasi .................................................................. 19
3.5.4 Studi Kepustakaan ......................................................... 20
3.6 Analisis Data ............................................................................ 20
3.7 Penyajian Data ......................................................................... 21
BAB IV BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA DI SANGGAR
CANTIKA LARAS BANDAR LAMPUNG ................................ 23
4.1 Bentuk Pertunjukan Tari Bedana ............................................. 28
4.1.1 Struktur Pertujukan ........................................................ 30
4.1.2 Penari ............................................................................. 41
4.1.3 Tata Rias dan Tata Busana ............................................ 42
4.1.4 Musik Iringan ................................................................ 52
4.1.5 Tempat Pementasan ....................................................... 56
4.2 Fungsi Tari Bedana .................................................................. 57
4.2.1 Fungsi Primer Tari Bedana ............................................ 58
4.2.2 Fungsi Sekunder Tari Bedana ....................................... 60
xi
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 63
5.1 Simpulan .................................................................................. 63
5.2 Saran-saran .............................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 70
xii
DAFTAR NOTASI LABAN
Notasi 1. Khesek Gantung ................................................................................ 33
Notasi 2. Khesek Injing ..................................................................................... 33
Notasi 3. Ayun .................................................................................................. 34
Notasi 4. Humbak Moloh .................................................................................. 34
Notasi 5. Jimpang ............................................................................................. 35
Notasi 6. Tahtim ............................................................................................... 35
Notasi 7. Belitut ................................................................................................ 36
Notasi 8. Gelek ................................................................................................. 36
Notasi 9. Gantung ............................................................................................. 37
xiii
DAFTAR FOTO
Foto 1. Tari Bedana Massal .............................................................................. 27
Foto 2. Gerak Sembah Tari Bedana ................................................................. 30
Foto 3. Perbedaan Gerak Penari Putra dan Putri .............................................. 31
Foto 4. Sikap Awal Penari Ketika Memasuki Tempat Pementasan ................. 38
Foto 5. Pola Lantai Tari Bedana ....................................................................... 40
Foto 6. Penari Putra dan Putri ........................................................................... 41
Foto 7. Alat Make Up Penari di Sanggar Cantika Laras .................................. 42
Foto 8. Baju Kurung ......................................................................................... 44
Foto 9. Kain Tapis Lampung ............................................................................ 44
Foto 10. Bebe .................................................................................................... 45
Foto 11. Kalung Papan Jajar ........................................................................... 45
Foto 12. Peneken Rambut ................................................................................. 46
Foto 13. Sanggul Malam .................................................................................. 46
Foto 14. Sual Kira, Kembang Melati, dan Kembang Merah ............................ 47
Foto 15. Subang Giwir ..................................................................................... 48
Foto 16. Gelang Pipih ....................................................................................... 48
Foto 17. Bulu Serattei ....................................................................................... 49
Foto 18. Foto penari putri hadap depan ............................................................ 49
Foto 19. Foto penari putri hadap belakang ....................................................... 49
Foto 20. Kawai Teluk Belangan ....................................................................... 50
Foto 21. Kain Betumpal .................................................................................... 50
Foto 22. Ikat Pujuk ........................................................................................... 51
Foto 23. Kalung Buah Inuh .............................................................................. 51
xiv
Foto 24. Foto penari putra hadap depan ........................................................... 52
Foto 25. Foto penari putra hadap belakang ...................................................... 52
Foto 26. Gambus Lunik .................................................................................... 53
Foto 27. Rebana ................................................................................................ 53
Foto 28. Karenceng .......................................................................................... 54
Foto 29. Accordion ........................................................................................... 54
Foto 30. Foto pemusik hadap depan ................................................................. 56
Foto 31. Foto pemusik hadap belakang ............................................................ 56
Foto 32. Foto Bersama Penari dan Pemilik Sanggar Cantika Laras ................. 77
Foto 33. Foto Bersama Pemusik di SMP Negeri 1 Bandar Lampung .............. 77
Foto 34. Foto Saat Wawancara dengan Bapak Nugraha Amijaya ................... 78
Foto 35. Foto Saat Wawancara dengan Aulia Nurfebrilianti ........................... 78
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Glosarium ..................................................................................... 71
Lampiran 2. Daftar Informan ........................................................................... 73
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan ......................................................................... 75
Lampiran 4. Peta Lampung .............................................................................. 76
Lampiran 5. Denah Lokasi Penelitian .............................................................. 76
Lampiran 6. Foto-foto ...................................................................................... 77
Lampiran 7. Notasi Musik untuk Permainan Rebana ...................................... 79
Lampiran 8. Notasi Musik Accordion Penayuhan ............................................ 80
Lampiran 9. Notasi Musik Accordion Bedana ................................................. 81
Lampiran 10. Notasi Musik Accordion Mata Kipit .......................................... 82
Lampiran 11. Surat Pra Penelitian .................................................................... 83
Lampiran 12. Kartu Bimbingan Tugas Akhir ................................................... 84
xvi
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji bentuk dan fungsi tari Bedana yang berasal dari
Lampung, tepatnya masyarakat Lampung Saibatin yang sebagian besar tinggal di
daerah Pesisir. Tari Bedana adalah sebuah tari hiburan yang ditarikan secara
berpasangan oleh penari putra dan putri. Tari ini mencerminkan tentang tata
kehidupan masyarakat Lampung serta perwujudan simbolis dari adat istiadat dan
agama yang telah menyatu bersama pola hidup masyarakat Lampung. Untuk
menganalisis permasalahan dalam tari Bedana, maka digunakan metode kualitatif
yang berpedoman pada teori Estetika dan Fungsional. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu observasi, wawancara,
dokumentasi, dan studi kepustakaan.
Tari Bedana merupakan wujud refleksi kebudayaan Lampung dan
Melayu. Akulturasi atau perpaduan budaya inilah yang menjadi keunikan dari tari
tersebut. Keunikan dari tari Bedana dapat dilihat dari musik iringan dan tata
busana yang digunakan. Tari ini juga mempunyai ciri khas, yaitu dalam
penyampaian ragam gerak tarinya, tari ini tidak memperkenankan para penari
yang berlawanan jenis (putra dan putri) bersentuhan dengan pasangannya. Ragam
gerak yang dimiliki oleh tari Bedana Lampung ada sembilan macam, yang dapat
dikombinasikan antara ragam gerak yang satu dengan yang lain. Sembilan
macam ragam gerak itu terdiri dari khesek gantung, khesek injing, jimpang, ayun,
tahtim, gelek, humbak moloh, gantung, dan belitut. Pertunjukannya dapat
ditarikan secara massal (banyak orang), tetapi tidak mengurangi keindahan
susunan pola lantai dan komposisinya.
Dilihat dari fungsinya, tari ini mempunyai fungsi primer sebagai tari
hiburan yang digunakan untuk menyambut tamu agung (biasanya orang penting
yang datang ke Lampung), acara hiburan yang ada di pernikahan, acara hiburan
untuk kegiatan pariwisata, dan acara-acara lain yang ada hubungannya dengan
kebudayaan Lampung. Selain sebagai tari hiburan, tari ini juga memiliki
beberapa fungsi lain, yaitu sebagai sarana pendidikan, pengikat dan pembangkit
rasa solidaritas, media komunikasi, sarana terapi, dan perangsang produktivitas.
Masyarakat Lampung memperkenalkan kebudayaan kesenian mereka melalui tari
Bedana dari generasi ke generasi agar tarian ini tidak punah dan terus
dilestarikan.
Kata Kunci: Tari Bedana Lampung, Melayu, Bentuk, dan Fungsi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lampung memiliki kesenian yang sebagian besar mendapat pengaruh dari
budaya Melayu. Hal ini terlihat jelas dengan adanya gerakan tari yang lemah
gemulai dengan identitas budaya Melayu dan iringan tarinya memakai alat musik
yang biasanya digunakan tari-tarian Melayu. Beberapa macam tari yang
merupakan aset budaya Provinsi Lampung, yaitu tari Sembah, tari Melinting, tari
Bedana, tari Bedayo Tulang Bawang, dan tari Cangget. Tarian-tarian tersebut
sering digunakan untuk penyambutan atau penghormatan kepada tamu agung atau
undangan yang datang ke daerah Lampung, upacara adat pernikahan, serta pengisi
acara-acara hiburan lainnya.
Masyarakat Lampung sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu Lampung
Pepadun dan Lampung Saibatin. Lampung Pepadun adalah sebutan bagi orang
Lampung yang berasal dari Sekala Brak di punggung Bukit Barisan (sebelah
Barat Lampung Utara) dan menyebar ke Utara, Timur, dan Tengah provinsi ini.
Adapun Lampung Saibatin adalah sebutan bagi orang Lampung yang berada di
sepanjang pesisir pantai selatan Lampung. Sebagaimana masyarakat lainnya,
mereka juga menumbuhkembangkan kesenian yang tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan semata, tetapi juga sebagai identitas masyarakat pendukungnya.
Tarian yang cukup terkenal yang berasal dari masyarakat Lampung
Saibatin adalah tari Bedana. Tari Bedana merupakan tari hiburan yang ditarikan
2
secara berpasangan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan I Wayan Dibia dalam
bukunya yang berjudul Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali, bahwa
pengertian dari tari hiburan sendiri adalah tarian yang dititikberatkan pada segi
hiburan pada umumnya, berbentuk tari pergaulan dan ditarikan secara
berpasangan (1999:8).
Tari Bedana merupakan wujud refleksi kebudayaan Lampung dan Melayu.
Dalam buku Indonesia Indah Seri Ketujuh: Tari Tradisional Indonesia, penulis
R.M. Soedarsono dkk., dikatakan bahwa secara garis besar tari yang berciri Islam
banyak berkembang di Sumatera serta daerah-daerah pantai Kalimantan yang
dihuni orang Melayu. Tari Melayu pada umumnya lebih mengandalkan permainan
langkah kaki dengan posisi kaki selalu tertutup dan tidak merendah. Kebanyakan
posisi badan selalu bergerak seperti ombak mengalun di pantai dan sikap posisi
lengannya yang tertutup pula (1996:69 dan 285). Pernyataan ini membuktikan
bahwa masyarakat Melayu dipengaruhi oleh unsur agama Islam, sehingga
masyarakat Melayu yang menetap di Lampung membawa pengaruh kebudayaan
Melayu yang berciri Islam ke tanah Lampung. Akulturasi atau perpaduan budaya
antara Lampung dan Melayu ini menjadi keunikan yang dimiliki oleh tari Bedana.
Hal ini dapat dilihat dari penggunaan busana dan alat musik yang digunakan
dalam tari Bedana. Tari Bedana menggunakan busana yang tertutup sesuai dengan
budaya masyarakat Melayu beragama Islam yang tidak boleh memperlihatkan
aurat, tetapi tetap menggunakan riasan kepala dengan budaya masyarakat
Lampung asli. Akulturasi budaya Lampung dan Melayu juga dapat dilihat dari
penggunaan alat musiknya. Alat musik yang digunakan seperti rebana dan
3
accordion merupakan alat musik yang sering digunakan masyarakat Melayu. Hal
ini terkait dengan pernyataan Asnawi Murani dalam buku Kapita Selekta
Manifestasi Budaya Indonesia, bahwa musik Melayu dikenal khususnya di daerah
pesisir pantai Barat Sumatera sebagai salah satu hasil hubungan masyarakat
dengan pedagang-pedagang asing. Lagu yang dipakai biasanya syair dengan
bahasa setempat. Musik ini mempunyai pengaruh yang kuat dari Portugis, Arab,
dan diwarnai pula oleh anasir-anasir India dan Cina (1984:133).
Ciri khas dari tari Bedana sendiri ada tiga macam, yaitu pertama, dalam
penyampaian ragam gerak tarinya, tari ini tidak memperkenankan para penari
yang berlawanan jenis (putra dan putri) bersentuhan dengan pasangannya. Hal itu
merupakan refleksi suatu pergaulan masyarakat dan muda-mudi yang saling
menjaga kehormatan diri untuk tidak bersentuhan dengan orang yang bukan
mukhrim-nya, seperti kebiasaan orang Arab yang telah membawa tarian ini ke
tanah Lampung. Kedua, ragam gerak yang dimiliki oleh tari Bedana Lampung ada
sembilan ragam gerak pokok, yang dapat dikombinasikan antara ragam gerak
yang satu dengan yang lain. Sembilan ragam gerak pokok itu terdiri dari khesek
gantung, khesek injing, ayun, humbak moloh, jimpang, tahtim, belitut, gelek, dan
gantung. Ketiga, terletak pada bentuk pertunjukannya yang dapat ditarikan secara
massal (banyak orang), tetapi tidak mengurangi keindahan susunan pola lantainya.
Tari Bedana merupakan salah satu tarian wajib yang diajarkan di sekolah-
sekolah di Bandar Lampung, mulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 1. Setiap pembelajaran atau
pembekalan materi tari Bedana di sanggar maupun di sekolah-sekolah yang ada di
4
Lampung selalu diawali dengan memberikan kesembilan ragam gerak pokok tari
tersebut. Kini, banyak sanggar yang membuat tari Bedana menjadi tari kreasi
yang dalam bentuk dan struktur pertunjukannya menjadi berbeda antara sanggar
yang satu dengan yang lain.
Salah satu sanggar yang mempunyai pelatihan tari Bedana adalah Sanggar
Cantika Laras yang beralamat di Jalan Cemara 2 nomor 30, Tanjung Senang,
Bandar Lampung. Pemilik sanggar ini bernama Nugraha Amijaya. Selain
membuat tari Bedana Kreasi, sanggar ini juga tetap mempertahankan budaya asli
daerah Lampung dengan mengajarkan tari Bedana yang asli. Tidak hanya itu
keunggulan dari sanggar ini, dalam penyampaian materi, Pak Nugraha terbilang
tegas dan tidak pernah main-main. Anak didiknya harus benar-benar menguasai
sembilan ragam gerak pokok yang ada dalam tari Bedana. Pola lantai dan susunan
tari Bedana yang dilakukan oleh Pak Nugraha juga sangat bervariasi, sehingga
banyak orang yang mempercayakan sanggar Cantika Laras untuk membawakan
tari Bedana secara massal di berbagai macam acara, bahkan sampai di tingkat
Festival Krakatau yang merupakan festival kesenian terbesar di Lampung. Dengan
demikian, tari Bedana asli yang diangkat dalam penelitian ini akan terus ditarikan
dan dilestarikan.
1.2 Perumusan Masalah
Sehubungan dengan judul yang diangkat yaitu “Kajian Bentuk dan Fungsi
Tari Bedana di Sanggar Cantika Laras, Bandar Lampung”, dan dari uraian singkat
latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut.
5
1. Bagaimanakah bentuk dan struktur pertunjukan tari Bedana di Sanggar
Cantika Laras, Bandar Lampung?
2. Apakah fungsi tari Bedana bagi masyarakat Lampung dan sekitarnya ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bentuk dan struktur pertunjukan tari Bedana di
Sanggar Cantika Laras, Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui fungsi tari Bedana bagi masyarakat Lampung dan
sekitarnya.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian tari Bedana diharapkan dapat
memberikan gambaran yang jelas kepada masyarakat, khususnya seniman di
bidang tari, dalam menambah pengetahuannya tentang seni pertunjukan tari dari
daerah Lampung. Seniman juga dapat mengakulturasi kebudayaan yang satu
dengan yang lain, khususnya dalam bentuk tari, sehingga lebih banyak tari kreasi
tercipta dan dapat dinikmati oleh penikmat seni. Diharapkan juga kepada
masyarakat Lampung atau penduduk yang ada di Lampung untuk melestarikan
tari Bedana, agar tidak hilang dan tetap dilestarikan untuk generasi penari dan
seniman selanjutnya.
6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Suatu penelitian memiliki batasan-batasan yang terkait dengan
permasalahan dari penelitian tersebut sehingga tidak akan menyimpang dari
pokok permasalahan yang ada. Dalam ruang lingkup ini dibatasi secara terperinci,
sistematis, konsisten dan sejalan dengan rencana penelitian. Adapun ruang
lingkup dalam penelitian ini terkait pada bentuk dan struktur pertunjukan serta
fungsi dari tari Bedana yang ada di Sanggar Cantika Laras, sehingga tari ini tetap
tumbuh dan dilestarikan oleh masyarakat Lampung dan sekitarnya.
7
BAB II
KAJIAN SUMBER DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Sumber
Sumber-sumber data berupa buku penunjang sebagai pedoman dan acuan
dalam menambah referensi untuk penyelesaian penelitian ini, menjadi salah satu
hal terpenting agar dapat mendukung dan menegaskan segala pernyataan yang
disampaikan. Sumber tersebut hendaknya relevan dengan penelitian yang
dilakukan. Informasi tersebut akan berpengaruh sebagai pedoman, acuan, serta
landasan yang kuat dalam menguraikan berbagai macam permasalahan yang
ditemukan pada penelitian tari Bedana di Sanggar Cantika Laras, Bandar
Lampung. Fungsi dari kajian pustaka sendiri adalah untuk menunjukkan hasil-
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, untuk
memposisikan penelitian yang sedang dilakukan dan untuk menghindari
terjadinya duplikasi atau penjiplakan. Berikut ini merupakan sumber-sumber buku
atau kajian pustaka dalam penelitian tari Bedana di Sanggar Cantika Laras.
Buku Diskripsi Tari Bedana disusun oleh Hafizi Hasan dkk., tahun 1992
dan buku Mengenal Tari Bedana yang disusun oleh Junaidi Firmansyah, Hafizi
Hasan dan M. Kamsadi, tahun 1996, membahas secara global atau garis besar
bagaimana bentuk tari Bedana. Buku ini hanya menuliskan secara singkat dan
tidak diuraikan secara keseluruhan tentang musik pengiring, busana tari serta
make up yang digunakan. Walaupun demikian, buku ini sangat membantu dalam
penelitian terutama dalam menjelaskan istilah-istilah yang sulit dipahami. Terkait
8
dengan itu, dalam penelitian ini akan diuraikan secara keseluruhan bentuk dan
struktur pertunjukan dari tari Bedana.
Buku Tari-tarian Indonesia I oleh Sudarsono, yang dalam penulisannya
tidak disebutkan tahun penerbitannya, membahas tentang pengertian serta aplikasi
tarian secara keseluruhan. Buku ini secara spesifik menjelaskan jenis-jenis tarian
yang ada di Indonesia salah satunya tentang tari Melayu, sehingga buku ini dapat
menjadi salah satu pendukung penting dalam penelitian tari Bedana. Tari Bedana
merupakan salah satu contoh tarian Nusantara yang tentu saja memiliki ciri khas
yang berbeda dari tari daerah lain. Apalagi dengan akulturasi antara budaya
Lampung asli dengan Melayu yang bernafaskan agama Islam membuat hubungan
antara sumber buku ini dengan tari Bedana menjadi sangat terkait antara satu
dengan yang lain.
Buku Indonesia Indah Seri Ketujuh: “Tari Tradisional Indonesia” oleh
R.M. Soedarsono dkk., tahun 1996, membahas tentang pengertian tari, tari dari
masa budaya pra-sejarah, tari dengan ciri-ciri pengaruh budaya Hindu, dan tari
dengan ciri-ciri pengaruh budaya Islam. Isi buku hampir sama dengan buku Tari-
tarian Indonesia I yang membahas tentang tari Nusantara, hanya saja dalam buku
ini lebih menekankan pada perkembangan tarian dari masa ke masa. Tari Bedana
sendiri merupakan sebuah tari dengan refleksi kebudayaan Islam, sehingga buku
ini sangat membantu dalam menyampaikan perkembangan pengaruh budaya
Islam dalam tari ini.
Buku Tari Komunal Buku Pelajaran Kesenian Nusantara untuk Kelas XI
oleh I Wayan Dibia, FX. Widaryanto, dan Endo Suanda pada tahun 2006
9
membahas tentang tari-tarian yang ada di Indonesia, khususnya tentang tari
komunal atau kerakyatan, dan fungsi tari sebagai tari hiburan. Buku ini sangat
berguna, khususnya untuk menjelaskan tari Bedana sebagai sebuah tari kerakyatan
yang mempunyai fungsi sebagai tari hiburan dan ditarikan secara berpasangan
oleh masyarakat adat Saibatin. Selain itu, buku ini berguna sebagai sarana
pendidikan sehingga berkaitan dengan fungsi tari Bedana yang lain, yaitu sebagai
mata pelajaran kesenian untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai
dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 1.
2.2 Landasan Teori
Teori adalah suatu alat yang dipakai untuk menjelaskan masalah yang akan
diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk
menyusun instrumen penelitian (Sugiyono, 2012:213). Untuk menjelaskan
permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, dipergunakan Teori
Estetika (A.A.M. Djelantik) dan Teori Fungsional (R.M. Soedarsono).
2.2.1 Teori Estetika
Dalam buku Estetika: Sebuah Pengantar oleh A.A.M. Djelantik (2004),
diungkapkan bahwa keindahan buatan manusia pada umumnya disebut dengan
kesenian. Estetika merupakan nilai sebuah keindahan, sehingga dapat dikatakan
kesenian adalah salah satu wadah yang mengandung unsur-unsur keindahan. Ada
tiga aspek yang menjadi unsur-unsur estetika, yaitu :
10
1. Wujud atau rupa (appearance) yaitu: unsur yang mendasar yang
terdiri dari bentuk (form) dan susunan atau struktur (structure).
2. Bobot yang terdiri dari tiga aspek, yaitu suasana (mood), gagasan
(idea), dan ibarat atau pesan (message).
3. Penampilan yang terdiri dari tiga unsur, yaitu bakat (talent),
keterampilan (skill), sarana atau media (Djelantik, 2004:9).
Suatu keindahan yang diresap oleh indera penglihatan dan perasaan dapat
ditunjukkan melalui beberapa komponen. Komponen yang menunjukkan
keindahan yaitu kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan
(symmetry), keseimbangan (balance), dan perlawanan (contrast) (Soedarsono,
2007:2). Keindahan dalam penelitian ini adalah hal menarik yang dapat
diperlihatkan oleh tari Bedana kepada masyarakat, sehingga tari ini terus
dilestarikan sampai sekarang. Teori estetika ini digunakan untuk menguraikan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang bentuk tari Bedana melalui konsep
keindahan dari tarian tersebut.
2.2.2 Teori Fungsional
Soedarsono dalam Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa
menyatakan bahwa ada 2 fungsi dari seni pertunjukan, yaitu fungsi primer dan
fungsi sekunder. Fungsi primer dari seni pertunjukan dibagi menjadi tiga, yaitu
sebagai sarana ritual yang penikmatnya adalah kekuatan-kekuatan yang tak kasat
mata, sebagai sarana hiburan pribadi yang penikmatnya adalah pribadi-pribadi
yang melibatkan dirinya dalam pertunjukan dan presentasi estetis pertunjukan
11
yang disajikan kepada penonton. Dalam penelitian ini, fungsi primer tidak hanya
sebagai sarana hiburan saja, tetapi juga sebagai pendidikan dan komukatif. Ini
didukung oleh pendapat The Liang Gie dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Seni Sebuah Pengantar bahwa seni memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi
spiritual (kerohanian), fungsi hiburan (hedonistis), fungsi pendidikan (edukatif)
dan fungsi komunikatif (Gie, 2004:47-49).
Adapun fungsi sekundernya antara lain: 1) sebagai pengikat solidaritas; 2)
sebagai pembangkit rasa solidaritas; 3) sebagai media komunikasi; 4) sebagai
media propaganda keagamaan; 5) sebagai media propaganda politik; 6) sebagai
propaganda program-program pemerintahan; 7) sebagai media meditasi; 8)
sebagai sarana terapi; 9) sebagai perangsang produktivitas dan sebagainya
(Soedarsono, 2001:170-172). Melalui teori fungsional tersebut, pembahasan
tentang fungsi tari Bedana menjadi jelas, sehingga dalam menguraikannya tidak
akan keluar dari jalur teori yang telah digunakan.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2). Tujuan penelitian tersebut yaitu
untuk mengetahui, mengembangkan, dan membuktikan kebenaran dari sebuah
ilmu pengetahuan. Dengan adanya metode penelitian, diharapkan penelitian tari
Bedana di Sanggar Cantika Laras ini dapat berjalan lancar dan data-data yang
dihasilkan lebih akurat dan semaksimal mungkin. Metode-metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.1 Rancangan Penelitian
Suatu penelitian ilmiah selalu dimulai dengan sebuah perencanaan yang
disusun secara sistematis dan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk melakukan
sebuah penelitian. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menguraikan
bentuk dan struktur pertunjukan tari Bedana di Sanggar Cantika Laras dan
menjelaskan fungsi dari tari Bedana itu sendiri. Penelitian kualitatif merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, apa adanya, dan peneliti disebut sebagai instrumen kunci (Sugiyono,
2012:9). Jenis temuan penelitiannya diperoleh melalui prosedur pengumpulan
data dengan pengamatan atau observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dalam penelitian kualitatif ada yang disebut batasan masalah atau
biasanya disebut juga dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih
13
bersifat umum. Hal ini dikarenakan terlalu luasnya masalah sehingga peneliti
membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel (Sugiyono, 2012:207).
Penelitian ini menguraikan dua hal secara rinci. Pertama merumuskan tentang
bentuk dan struktur pertunjukan tari Bedana di Sanggar Cantika Laras. Bentuk
pertunjukan ini terdiri dari struktur pertunjukan, penari, tata rias dan busana,
musik iringan, dan tempat pementasan. Kedua, merumuskan tentang fungsi tari
Bedana bagi masyakat sekitarnya.
Penelitian kualitatif bersifat fleksibel atau luwes, maksudnya memberi
kemungkinan bagi perubahan-perubahan yang ditemukan saat penelitian tentang
sesuatu yang mendasar, menarik, dan unik serta bermakna di lapangan (Bungin,
2003:39). Uraian ini menyimpulkan bahwa seorang peneliti dapat secara bebas
mengungkapkan kejadian yang ditemukan di lapangan apabila terdapat
perubahan-perubahan ketika penelitian tersebut dilaksanakan. Demikian pula,
observasi yang dilakukan akan lebih baik jika tidak hanya dilakukan sekali, tetapi
juga beberapa kali untuk lebih memahami dan mendalami pertunjukan tari Bedana
di Sanggar Cantika Laras pada saat pertunjukan berlangsung.
3.2 Lokasi Penelitian
Tari Bedana merupakan salah satu tari populer di kalangan masyarakat
Lampung, bahkan hampir semua masyarakat Lampung pernah menyaksikan tari
ini, sehingga tidak sulit mencari tempat atau lokasi diadakannya pertunjukan tari
Bedana. Berbagai macam acara di Lampung biasanya mementaskan tarian ini
untuk menghibur para tamu atau pengunjung. Tari Bedana juga menjadi salah satu
14
tarian wajib atau pokok yang diajarkan di beberapa sekolah di Lampung,
khususnya Kota Bandar Lampung, mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Lokasi penelitian tari Bedana berada di Sanggar Cantika Laras yang
beralamat di Jalan Cemara 2 nomor 30 Tanjung Senang Bandar Lampung. Akses
menuju sanggar ini strategis dan mudah dijangkau karena lokasinya yang
berdekatan dengan jalan raya By Pass Soekarno Hatta. Pemilik sanggar ini
bernama Nugraha Amijaya, yaitu guru kesenian yang mengajarkan tari Bedana di
SMP Negeri 1 Bandar Lampung. Dalam penyampaian materi, Pak Nugraha
terbilang tegas dan tidak pernah main-main. Anak didiknya harus benar-benar
menguasai sembilan ragam gerak pokok yang ada dalam tari Bedana, sehingga
materi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
berupa kata-kata, kalimat, ungkapan, dan tindakan. Penelitian ini menguraikan
bentuk dan struktur pertunjukan tari Bedana Sanggar Cantika Laras, dan
menjelaskan fungsi dari tari Bedana itu sendiri.
Sumber data yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari informan dan data dari
hasil observasi langsung di lapangan berbentuk catatan dan rekaman hasil
wawancara, pengamatan langsung baik dari pelaku seni (penari dan penabuh),
budayawan, serta tokoh masyarakat dalam objek penelitian tersebut. Selain itu
15
juga data primer diambil melalui dokumentasi dalam bentuk foto dan rekaman
video dari pertunjukan yang sedang diteliti.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka (library
research) melalui buku-buku penunjang yang relevan dengan penelitian. Buku-
buku tersebut berupa data-data yang terkait dengan tari Bedana dan hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan objek penelitian dan fenomena budaya
masyakat setempat.
3.4 Instrumen Penelitian
Penggunaaan instrumen penelitian merupakan bagian mutlak untuk
digunakan dalam setiap penelitian ilmiah. Instrumen dapat dipilih dan digunakan
sesuai dengan kepentingan peneliti, sehingga dapat menjaga tingkat validitas dan
reliabilitas data yang diperoleh. Instrumen utama dalam penelitian tari Bedana di
Sanggar Cantika Laras adalah peneliti sendiri yang mengumpulkan data dan
mengolah data tersebut secara sistematis. Instrumen ini dilakukan dengan
observasi, wawancara, dan pengambilan dokumentasi untuk mendukung
keabsahan dalam penelitian.
Instrumen penunjang yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain:
peralatan tulis menulis, camera, tape recorder dan video camera. Peralatan tulis
menulis sendiri terdiri dari kertas yang berupa buku catatan kecil dan pena.
Penelitian ini menggunakan camera Canon Power Shot A3300 IS dan Sony DSC-
W570. Tape Recorder menggunakan Handphone Nokia E72 dan Blackberry
16
Curve, sedangkan Video Camera menggunakan Sony Handycam. Penulisan atau
pengetikan penelitian dituangkan melalui Laptop Toshiba Satellite L630.
3.5 Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dalam penelitian merupakan suatu hal yang
penting, maka diperlukan metode-metode yang tepat untuk proses
pengumpulannya. Dalam penelitian ini ditetapkan empat buah teknik
pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi
kepustakaan.
3.5.1 Observasi
Observasi adalah metode atau cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan untuk
melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti
memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti
(Basrowi dan Suwandi, 2008:93-94). Cara ini dilakukan oleh peneliti agar
memperoleh gambaran yang jelas tentang objek penelitian tersebut.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terfokus
yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu
sehingga dapat menemukan fokus (Sugiyono, 2012:231). Penelitian tentang tari
Bedana difokuskan di Sanggar Cantika Laras, Bandar Lampung dengan cara
datang dan langsung mengamati bagaimana objek yang diteliti saat pertunjukan
17
atau pementasan tarian ini berlangsung. Observasi penelitian ini dilakukan
beberapa kali untuk mendapatkan hasil pengamatan yang lebih akurat. Observasi
pertama dilakukan pada bulan April 2013 dengan mendatangi UPTD (Unit
Pelaksana Teknis Daerah) Taman Budaya Lampung dan bertemu langsung
dengan pemilik Sanggar Cantika Laras, melihat lokasi, membaca situasi dan
memastikan kapan pementasan berlangsung. Observasi kedua dilakukan pada
bulan Oktober 2013 di Sanggar Cantika Laras untuk mendokumentasikan tari
Bedana, wawancara dengan pemilik sanggar, penari, dan pemusik. Observasi
ketiga dilakukan selama bulan Februari sampai April 2014. Observasi ini
dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam khususnya ragam gerak
dan musik iringan tari Bedana.
3.5.2 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pernyataan dan
yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu
(Basrowi dan Suwandi, 2008:127). Wawancara diarahkan kepada informan kunci
(key informan) ditambah informan lain yang sudah ditentukan dan memang
memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tari Bedana. Selain itu, untuk
memperkuat dan memperkaya informasi tentang tari Bedana juga dilakukan
wawancara dengan responden, yaitu pakar tari, seniman, penari, dan pemusik.
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini terjadi dalam dua hal yaitu
wawancara secara langsung (face to face) dan tidak langsung (by phone).
18
Wawancara tahap pertama dilakukan pada tanggal 2 April 2013 di SMA YP Unila
saat penulis bertemu dengan guru kesenian yang bernama Santi Tania dan
diarahkan untuk bertemu dengan Pak Nugraha selaku pemilik Sanggar Cantika
Laras. Setelah itu pada tanggal 4 April 2013, dilakukan wawancara dengan dua
orang penting yaitu Titik Nurhayati, budayawan yang bekerja di UPTD Taman
Budaya Lampung, dan Nugraha Amijaya sebagai pemilik Sanggar Cantika Laras.
Kedua wawancara ini membahas tentang asal usul, ragam gerak, dan
perkembangan tari Bedana saat ini.
Wawancara tahap kedua dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2013 di
Sanggar Cantika Laras dengan pemilik sanggar dan penari. Wawancara ini
dilakukan setelah diadakan pengambilan dokumentasi tari Bedana, baik itu berupa
foto dan video. Selanjutnya wawancara dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2013
di SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang kebetulan pada saat itu sedang ada
sebuah latihan untuk pementasan musik pengiring tari Bedana bersama anak-anak
SMP 1, dengan narasumber Aulia Nurfebrilianti, yaitu seniman pemusik yang ada
di Bandar Lampung dan juga seorang guru kesenian di SMP tersebut. Aulia inilah
yang membantu dalam memperlancar penelitian ini. Wawancara tidak hanya
dilakukan sebatas itu saja, terkadang jika ada materi yang kurang jelas atau kurang
lengkap, maka diadakan wawancara tidak langsung melalui handphone dengan
mengirimkan pesan singkat/SMS (Short Message Service), telepon, dan melalui
sosial media berupa layanan Blackberry Messenger (BBM).
19
3.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2012:240). Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengadakan pemeriksaan terhadap data-data atau dokumen penting yang
diperoleh baik dari rekaman berupa kaset, tape recorder, CD, VCD, DVD, dan
foto-foto tentang tari Bedana yang diambil oleh orang lain. Hal ini dilakukan
untuk membandingkan dan menambah bahan materi penelitian yang diambil dari
sisi orang lain.
Dokumentasi yang dipakai dalam penelitian ini berupa video tari Bedana
yang sudah pernah diambil oleh orang lain. Ada dua buah video tari Bedana, yang
pertama video tari Bedana produksi Sanggar Classic Dance asuhan Budi
Hartawanita, dan yang kedua video Ragam Gerak Tari Bedana produksi Taman
Budaya Provinsi Lampung yang dipimpin langsung oleh Drs. Hi. Azwar Rais,
M.M., sebagai Kepala Taman Budaya Lampung. Melalui kedua video ini,
didapatkan sembilan ragam gerak pokok yang sama (antara satu video dengan
video yang lain). Dari kedua video ini juga terlihat kreativitas seniman dalam
mengolah perpaduan ragam gerak tari Bedana antara satu ragam gerak dengan
ragam gerak yang lain. Demikian pula dari segi tata rias dan busana terdapat
banyak persamaan, hanya beberapa saja yang berbeda, yaitu warna busana,
aksesoris yang dipakai, dan penggunaan warna eye shadow yang digunakan.
20
3.5.4 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah proses pemahaman data penelitian melalui
penelusuran kepustakaan yang bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan,
penguasaan materi terkait dengan objek penelitian yang dilakukan. Studi
kepustakaan ini diperlukan untuk memperoleh data sekunder (Muhadjir, 1996:29).
Data yang dikumpulkan berupa sumber tertulis seperti buku-buku yang terkait
dengan penelitian ini dan hasil penelitian terdahulu yang memperkaya informasi
tentang tari Bedana. Buku penunjang yang sangat berperan penting dalam
penelitian ini yaitu Buku Diskripsi Tari Bedana disusun oleh Hafizi Hasan dkk.
tahun 1992 dan buku Mengenal Tari Bedana yang disusun oleh Junaidi
Firmansyah, Hafizi Hasan dan M. Kamsadi tahun 1996. Data dari kedua buku
tersebut menunjang penelitian ini sehingga lebih akurat, valid dan sesuai dengan
objek yang diteliti. Buku-buku tersebut didapatkan di Perpustakaan Daerah
Provinsi Lampung, Perpustakaan Taman Budaya Bandar Lampung, dan
Perpustakaan Universitas Lampung (Unila).
3.6 Analisis Data
Analisis data merupakan usaha atau proses memilih, memilah, membuang,
dan menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok, yaitu tema
dan beberapa data yang dapat menyokong tema tersebut (Basrowi dan Suwandi,
2008:192). Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan
dilakukan secara terus menerus sehingga mengakibatkan variasi data (Sugiyono,
21
2012:243). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif
analisis dengan cara mendeskripsikan apa yang didapat di lapangan saat penelitian
berlangsung, sehingga diperoleh gambaran tentang bentuk dan struktur
pertunjukan, serta fungsi tari Bedana yang ada di Sanggar Cantika Laras. Data
dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi
kepustakaan. Setelah mengumpulkan data, hasil penelitian dipilih dan dipilah
kembali dengan cara melihat hasil dokumentasi saat penelitian berlangsung yang
kemudian dituangkan ke dalam tulisan.
3.7 Penyajian Data
Hasil penelitian tari Bedana di Sanggar Cantika Laras ini disajikan dengan
mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Lembaga Institut Seni Indonesia
Denpasar berupa buku Pedoman Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan tahun
2013.
Berdasarkan format penulisan yang ada, maka skripsi ini disajikan dalam 5
bab, yaitu:
- BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian.
- BAB II Kajian Sumber dan Landasan Teori. Kajian sumber menguraikan
tentang sumber-sumber data tertulis berupa buku-buku dan jurnal ilmiah
tentang tari Bedana, tari Nusantara, tari hiburan dan tari pergaulan, yang
mempunyai relevansi dengan objek penelitian yang sedang diteliti.
22
Landasan Teori berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk mengkaji
dan menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini.
- BAB III Metode Penelitian, berisi metode atau cara-cara yang digunakan
dalam penelitian ini mencakup rancangan penelitian, lokasi penelitian,
jenis dan sumber data, instrumen penelitian, pengumpulan data, serta
analisis data dan penyajian data.
- BAB IV Bentuk dan Fungsi Tari Bedana di Sanggar Cantika Laras
Bandar Lampung, berisi kajian bentuk dan fungsi tari Bedana yang ada di
Sanggar Cantika Laras yang di dalamnya mencakup deskripsi data dan
hasil penelitian.
- BAB V Penutup, berisi kesimpulan dari jawaban rumusan masalah dan
saran-saran.
- Pada akhir tulisan ini dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran
yang terkait dengan penelitian tari Bedana di Sanggar Cantika Laras.
23
BAB IV
BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA
DI SANGGAR CANTIKA LARAS BANDAR LAMPUNG
Lampung adalah provinsi yang berbatasan dengan provinsi Bengkulu dan
Sumatera Selatan. Ibukotanya adalah Bandar Lampung, yang merupakan
gabungan dari kota Tanjung Karang dan Teluk Betung. Masyarakatnya terdiri dari
berbagai macam suku sesuai dengan semboyan Lampung, yaitu “Sang Bumi Ruwa
Jurai” atau Satu Bumi Dua Cabang. Dua cabang ini maksudnya adalah dua
kelompok atau golongan yang ada dalam masyarakatnya, yaitu masyarakat asli
Lampung dan masyarakat pendatang yang menetap di Lampung (sumber:
http://saliwanovanadiputra.blogspot.com/2009/03/sang-bumikhuwjukhai .html.?m
=1, diakses pada 27 November 2013).
Islam adalah agama mayoritas di Provinsi Lampung. Ada sekitar 96% dari
7.691.007 total penduduk yang memeluk agama ini. Agama Islam masuk ke
Lampung sekitar abad ke-15 melalui 3 pintu utama, yaitu dari arah Minangkabau
masuk melalui Lampung Barat, dari arah Komering, pada masa pemerintahan
Adipati Arya Damar (1443), dari arah Banten melalui Labuhan Maringgai di
Keratuan Pugung (1525) oleh Fatahillah atau Sunan Gunung Jati. Dari ketiga
pintu masuk agama Islam itu, yang paling berpengaruh melalui jalur Selatan
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Lampung, diakses pada 2
Desember 2013).
24
Masyarakat Lampung yang beragama Islam sebagian besar merupakan
masyarakat suku Melayu yang berasal dari Kerajaan Melayu yang berada di
kawasan Sungai Batanghari. Dalam perkembangannya, Kerajaan Melayu takluk
dan menjadi bawahan Kerajaan Sriwijaya. Masyarakat ini bermukim di sebagian
besar pesisir Timur Sumatera. Masuknya agama Islam ke Nusantara, diserap baik-
baik oleh masyarakat Melayu. Islamisasi tidak hanya terjadi di kalangan
masyarakat jelata, namun telah menjadi corak pemerintahan kerajaan-kerajaan
Melayu (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Melayu, diakses pada 2
Desember 2013). Informasi tentang masuknya Suku Melayu dan Agama Islam ke
wilayah Lampung membuat akulturasi kebudayaan di daerah ini dipengaruhi oleh
kebudayaan Lampung dan Melayu yang kuat dengan agama Islamnya.
Menurut sejarah, tari Bedana hidup dan berkembang di daerah Lampung
seiring masuknya agama Islam (Firmansyah, Hasan dan Kamsadi, 1996:3). Hal ini
juga dipertegas oleh pernyataan Hafizi Hasan dkk. dalam buku yang berjudul
Diskripsi Tari Bedana yang menyatakan:
Tari Bedana merupakan salah satu dari berbagai macam kesenian yang
melekat pada masyarakat Lampung, ajaran moral, serta berisi nasehat yang
sangat berharga bagi perkembangan masyakarat di masa sekarang maupun
masa yang akan datang. Mengenai asal usul Tari Bedana adalah sebuah
tarian yang dibawa oleh orang Arab pada sekitar tahun 1930 yang
kemudian mengajarkan pada tiga (3) orang yaitu Makruf, Amang Kuta
serta Abdulah yang selanjutnya menyebarluaskan seluruh persada daerah
Lampung (1992:3).
Walaupun begitu, masyarakat Lampung tetap memberikan kesempatan
kepada masyarakat yang beragama lain untuk mempelajari seni budaya setempat
termasuk seni tarinya. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Lampung adalah
masyarakat yang terbuka bagi seluruh masyarakat sekelilingnya. Masyarakat yang
25
tinggal di daerah pesisir biasanya lebih menonjolkan tarian hiburan karena saat
mereka pulang dari berlayar dan membawa banyak tangkapan, mereka akan
mengadakan sebuah pesta dan menari bersama-sama untuk meramaikan acara
tersebut. Sedangkan masyarakat yang tinggal di daerah dataran tinggi biasanya
lebih menonjolkan tarian yang bersifat ritual dan mistis. Hal ini merupakan suatu
cara masyarakatnya untuk berterimakasih kepada alam semesta yang memberikan
mereka kehidupan. Menurut Nugraha Amijaya, saat wawancara di Sanggar
Cantika Laras pada tanggal 20 Oktober 2013, tari Bedana terwujud dari kegiatan
sehari-hari masyarakat Lampung pesisir yang kompak, ramah, selalu bekerja sama
antar masyarakatnya, dan merasa bahwa tanah Lampung adalah tanah mereka. Hal
ini dipertegas oleh Firmansyah, Hasan, dan Kamsadi dalam buku Mengenal Tari
Bedana yang menyatakan bahwa tari Bedana merupakan tari tradisional
kerakyatan daerah Lampung yang mencerminkan tata kehidupan masyarakat
Lampung sebagai perwujudan simbolis adat istiadat, agama, etika yang telah
menyatu, dan kehidupan masyarakat (1996:3).
Akulturasi atau perpaduan budaya antara Lampung dan Melayu dalam tari
Bedana menjadi keunikan yang dimiliki tari ini. Hal ini dapat dilihat dari
pemakaian busana dan alat musik yang digunakan. Tari Bedana menggunakan
busana yang tertutup sesuai dengan budaya masyarakat Melayu beragama Islam
yang tidak boleh memperlihatkan aurat, tetapi tetap menggunakan riasan kepala
dengan budaya masyarakat Lampung asli. Alat musik yang digunakan seperti
rebana dan accordion juga merupakan alat musik yang sering digunakan
masyarakat Melayu. Tidak hanya itu, penari putra dan putri yang tidak boleh
26
saling bersentuhan antara yang satu dengan yang lain merupakan salah satu
kebiasaan masyarakat Melayu yang beragama Islam, sehingga dengan demikian
banyak perpaduan dari budaya Lampung dan Melayu yang dapat dilihat melalui
tari Bedana.
Tari Bedana banyak ditarikan sebagai tari hiburan saat acara pernikahan,
penyambutan tamu agung, dan untuk mengisi acara hiburan lain di tempat umum.
Hampir seluruh masyarakat Lampung mengenal dan mengetahui tari Bedana.
Apalagi dengan semakin banyaknya kreasi-kreasi baru yang berasal dari tari
Bedana yang menjadi inspirasi para koreografer dalam mengolah suatu tarian.
Dalam perkembangannya, tari Bedana yang sudah dikreasikan tidak hanya
ditarikan oleh penari putra dan putri, namun dapat ditarikan oleh penari putri saja
karena saat ini sulit untuk mencari penari putra.
Masyarakat Lampung, khususnya para seniman yang berkecimpung dalam
dunia tari, sangat antusias untuk melestarikan tari Bedana. Hal tersebut ditandai
dengan banyaknya sanggar yang membuat tari Bedana sesuai dengan kreasinya
masing-masing, seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Made Bambang Oka
Sudira dalam buku Ilmu Seni – Teori dan Praktik bahwa seni akan mengalami
perubahan dan perkembangan di setiap suku-suku dikarenakan adanya pengaruh
seni dan budaya luar (2010:134). Dari semula tari Bedana tidak menggunakan
properti, banyak tari Bedana kreasi menggunakan properti seperti kipas, rebana
kecil atau ketipung, dan selendang. Perkembangan yang begitu pesat membuat
persaingan antarsanggar memunculkan inovasi serta kreasi para koreografernya,
sesuai dengan kebutuhan konsumen masyarakat sekitar.
27
Eksistensi tari Bedana dalam dunia berkesenian di Lampung sendiri dapat
dikatakan cukup membuat bangga masyarakat Lampung. Tari Bedana tercatat
dalam Rekor Muri sebagai peserta penari massal terbanyak, yaitu sebanyak 2.000
penari. Rekor ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2013 di Stadion Pahoman,
Bandar Lampung. Para penari adalah pelajar yang berasal dari kota Bandar
Lampung (sumber: koran online Radar Lampung tanggal 21 Juni 2013). Tari
Bedana yang ditampilkan pada kesempatan ini adalah tari Bedana yang sudah
dikreasikan dengan menggunakan properti kipas. Hal ini membuktikan bahwa tari
Bedana menumbuhkan ide-ide kreatif dari para seniman yang ada di Lampung,
untuk terus mengembangkan kreativitasnya dalam berkarya sehingga banyak tari
kreasi yang tercipta.
Foto 1. Tari Bedana Massal (Dokumentasi: Google, 2014)
Salah satu sanggar yang berperan penting dalam pelestarian tari Bedana
adalah Sanggar Cantika Laras yang berada di Jalan Cemara 2 nomor 30, Tanjung
Senang, Bandar Lampung. Pemilik sanggar ini bernama Nugraha Amijaya,
seorang seniman yang bekerja di UPTD Taman Budaya Lampung yang
membidangi seni tari. Sanggar ini berdiri pada tahun 1997 dengan mengambil
penari dari murid SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri 1 Bandar Lampung,
28
saat pemilik sanggar tersebut menjadi pengajar di SMPN 1. Walaupun
perkembangan tari Bedana Kreasi sedang digemari masyarakat, tetapi sanggar ini
tetap melestarikan tari Bedana asli dengan sembilan ragam gerak pokok yang
dituangkan dalam komposisi dengan perpaduan antara pola gerak yang satu
dengan yang lain dan diperindah dengan pola lantai yang menarik sesuai dengan
koreografi atau rasa estetika khas Nugraha Amijaya. Oleh sebab itu, hal-hal yang
diteliti dalam penelitian ini difokuskan pada Sanggar Cantika Laras, Bandar
Lampung.
4.1 Bentuk Pertunjukan Tari Bedana
Dalam mengkaji tari Bedana yang ada di Sanggar Cantika Laras
dibutuhkan beberapa teori. Untuk menguraikan tentang bentuknya, teori yang
pertama terdapat dalam buku Estetika: Sebuah Pengantar oleh A.A.M. Djelantik
(2004), diungkapkan bahwa salah satu aspek yang menjadi unsur estetika adalah
wujud atau rupa, yaitu unsur yang mendasar yang terdiri dari bentuk (form) dan
susunan atau struktur (structure) (2004:9). Wujud yang dimaksud dalam tari
Bedana di Sanggar Cantika Laras adalah wujud nyata yang dapat dilihat dan
ditangkap oleh panca indera manusia, yang terbentuk dalam sebuah sajian seni
pertunjukan.
Dalam sebuah bentuk pertunjukan tentu terdapat elemen-elemen yang
mendasari pertunjukan tersebut. Elemen-elemen yang terdapat dalam uraian
bentuk pertunjukan tari Bedana di Sanggar Cantika Laras terdiri dari struktur
pertunjukan, penari, tata rias dan tata busana, musik iringannya, dan tempat
29
pementasan. Tari Bedana ditarikan pada saat acara hiburan, seperti penyambutan
tamu agung (biasanya orang penting yang datang ke Lampung), acara hiburan di
pernikahan, acara hiburan untuk kegiatan pariwisata, dan acara-acara lain yang
ada hubungannya dengan kebudayaan Lampung. Masyarakat Lampung
memperkenalkan kesenian mereka melalui tari Bedana dari generasi terdahulu ke
generasi berikutnya sehingga tarian ini tidak akan punah. Hal ini dipertegas dalam
buku Mengenal Tari Bedana, bahwa tari Bedana merupakan kesenian rakyat yang
akrab dan bersatu serta mengandung nilai budaya yang dapat dijadikan cara dalam
menginterpretasikan pergaulan, persahabatan, kasih sayang yang tulus, dan dapat
diterima oleh pewaris generasi ke generasi (Firmansyah, Hasan, dan Kamsadi,
1996:4).
Tari Bedana merupakan tari tradisi kerakyatan dimana pengertian tari
kerakyatan adalah tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat dan
memiliki pola gerak sederhana, bersifat kegembiraan, memiliki ungkapan yang
dinamis, bersifat komunal/sosial. Pola garapannya memiliki penyajian yang baku,
tetapi tidak memiliki keterikatan teknis yang kuat (Winarto dan Harini, 2011:33).
Menurut Titik Nurhayati saat wawancara di UPTD Taman Budaya Lampung pada
tanggal 4 April 2013, pada mulanya ragam gerak tari Bedana tidak memiliki nama
yang baku. Ada yang menyebutnya gerak arab 1, gerak dana 1, dan sebutan-
sebutan lain di daerah pesisir. Setelah dilakukan penelitian dan penggalian tari
Bedana oleh Taman Budaya, barulah ditetapkan sembilan ragam gerak tari, yaitu
khesek gantung, khesek injing, ayun, humbak moloh, jimpang, tahtim, belitut,
gelek, dan gantung.
30
4.1.1 Struktur Pertunjukan
Sanggar Cantika Laras adalah salah satu sanggar yang melestarikan tari
Bedana dengan sembilan ragam gerak pokok. Struktur pertunjukannya dibagi
menjadi 8 bagian. Pada bagian pertama ditandai dengan adanya gerakan sembah
yang dilakukan oleh para penari. Gerak sembah ini ditujukan kepada penonton
sebagai penghormatan awal tarian ini dimulai. Tiap pergantian antara bagian satu
ke bagian selanjutnya ditandai dengan pukulan rebana yang lebih kuat dan
memakai ragam gerak tahtim, jimpang atau gelek. Pada bagian pertama dan kedua
biasanya seluruh ragam gerak pokok ditampilkan terlebih dahulu, lalu bagian
ketiga sampai kedelapan merupakan pengulangan dari sembilan ragam gerak
dengan perpaduan ragam gerak satu dengan yang lain yang disusun oleh
koreografer. Pada akhir gerakan di bagian ketujuh juga dilakukan gerakan sembah
yang menandai berakhirnya tari Bedana. Bagian kedelapan penari melakukan
gerak tarian sambil keluar dari tempat pementasan.
Foto 2. Gerak Sembah Tari Bedana (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
31
Tari Bedana termasuk dalam tarian yang mudah ditarikan oleh penari putra
dan putri. Walaupun tari ini ditarikan oleh putra dan putri, tetapi tidak ada
perbedaan ragam gerak antara penari, hanya sikap pokok geraknya yang berbeda.
Sikap pokok gerak untuk penari perempuan lebih gemulai dan sempit (kaki dan
tangannya tertutup), sedangkan untuk penari pria lebih gagah dan lebar (kaki dan
tangannya terbuka). Gerakan dari tari Bedana lebih didominasi oleh gerakan kaki
sehingga gerakan tangannya hanya mengikuti.
Foto 3. Perbedaan Gerak Penari Putra dan Putri (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
Sebagai kelengkapan untuk lebih memperjelas ragam gerak tari Bedana,
maka tulisan ini dilengkapi dengan notasi Laban pada ragam gerak kakinya.
Penotasian hanya dilakukan pada ragam gerak kaki dikarenakan dalam tarian ini
lebih didominasi oleh gerakan kaki, sedangkan untuk anggota tubuh yang lain
hanya mengikuti saja. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Soedarsono
dalam buku Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata bahwa ciri utama tari
Melayu terletak pada langkah kaki (1999:403). Berikut adalah uraian gerak tangan
dan sembilan ragam gerak pokok, serta notasi Laban untuk gerak kaki dalam tari
Bedana.
32
a. Untuk gerak tangan ada dua macam yaitu bekelai dan kimbang. Kedua
gerak ini, posisi tangannya ditekuk kurang lebih 45 derajat di depan dada
dan jari tangan mengepal. Pada gerak tangan bekelai, tangan selalu
mengikuti langkah kaki. Jika kaki kanan maju, tangan kiri ikut maju,
begitupun sebaliknya sehingga gerak tangan selalu dilakukan bersama
dengan gerak kaki. Sedangkan pada gerak tangan kimbang, tangan kanan
dan kiri ditekuk lalu diayunkan sesuai dengan gerakan kaki. Jika kaki
kanan maju, tangan kiri ikut diayunkan ke arah kaki kanan, begitupun
sebaliknya. Tangan dengan ragam kimbang diayunkan seperti ombak
sehingga gerakan tangannya lebih gemulai.
b. Untuk gerak kaki:
b.1. Ragam gerak khesek gantung: Ragam gerak ini dilakukan 8 hitungan
dengan 4 hitungan maju dan 4 hitungan mundur dengan menggunakan
gerak tangan bekelai.
33
1.Langkah kaki kanan maju
2.Langkah kaki kiri maju
3.Tarik kaki kanan ke arah samping kanan (jinjit)
4.Tarik kaki kanan merapat ke samping kiri (angkat)
5.Langkah kaki kanan mundur
6.Langkah kaki kiri mundur
7.Tarik kaki kanan ke arah samping kanan (jinjit)
8.Tarik kaki kanan merapat ke samping kiri (angkat)
b.2.Ragam gerak khesek injing: Ragam gerak ini hampir sama dengan
ragam gerak khesek gantung. Ragam ini menggunakan gerak tangan
bekelai.
1.Langkah kaki kanan maju
2.Langkah kaki kiri maju
3.Kaki kanan tutup merapat ke samping kiri (jinjit)
4.Tarik kaki kanan ke arah samping kanan (jinjit)
5.Langkah kaki kanan mundur
6.Langkah kaki kiri mundur
7.Kaki kanan tutup merapat ke samping kiri (jinjit)
8.Tarik kaki kanan ke arah samping kanan (jinjit)
b.3. Ragam gerak ayun: Ragam gerak ini memiliki ragam gerak yang sama
dengan khesek gantung, hanya pada gerak keempat dan kedelapan
gerakan kaki seolah-olah menendang dengan diayunkan. Ragam ini
menggunakan gerak tangan kimbang.
34
1.Langkah kaki kanan maju
2.Langkah kaki kiri maju
3.Langkah kaki kanan mundur
4.Angkat kaki kiri (ayun) dan tendang ke arah samping kanan
5.Langkah kaki kiri maju
6.Langkah kaki kanan maju
7.Langkah kaki kiri mundur
8.Angkat kaki kanan (ayun) dan tendang ke arah samping kiri
b.4.Ragam gerak humbak moloh: Gerak ini lebih seperti gerakan ombak
yang digerakkan ke kanan dan kiri. Pada gerak keempat dan kedelapan
gerakan kaki seolah-olah menendang dengan diayunkan. Ragam ini
menggunakan gerak tangan bekelai.
1.Kaki kanan melangkah ke samping kanan
2.Kaki kiri melangkah ke samping kanan dengan diombak
3.Kaki kanan melangkah ke samping kanan
4.Angkat kaki kiri (ayun) dan tendang ke arah samping kanan
5.Kaki kiri melangkah ke samping kiri
6.Kaki kanan melangkah ke samping kanan dengan diombak
7.Kaki kiri melangkah ke samping kiri
8.Angkat kaki kanan (ayun) dan tendang ke arah samping kiri
b.5.Ragam gerak jimpang: Ragam ini memakai gerak full 1x8 hitungan,
tetapi pada prinsipnya sama seperti gerak lain yaitu diawali dengan
kaki kanan dan kiri. Ragam ini menggunakan gerak tangan kimbang.
35
1.Langkah kaki kanan maju
2.Langkah kaki kiri maju
3.Kaki kanan mundur
4.Langkah kaki kiri maju
5.Langkah kaki kanan maju
6.Putar kaki kiri ke samping kiri
7.Kaki kanan mengikuti dan balik putar ke arah depan
8.Angkat kaki kiri merapat ke samping kanan (jinjit)
b.6.Ragam gerak tahtim: Ragam gerak ini dilakukan pada awal tarian
dengan melakukan penyembahan kepada tamu atau penonton. Ragam
ini menggunakan gerak tangan kimbang.
1.Langkah kaki kanan maju
2.Langkah kaki kiri maju
3.Langkah kaki kanan maju badan miring, angkat kaki kiri
4.Kaki kiri mundur balik badan ke belakang kiri
5.Langkah kaki kanan mundur
6.Kaki kanan maju badan miring ke depan
7.Kaki kiri dan kanan melompat ke depan
8.Kaki kiri dan kanan melompat ke depan, kaki kanan jinjit dan
melakukan sembah
b.7.Ragam gerak belitut: Pada gerak ini dilakukan putar ke samping kanan
jika diawali dengan langkah kaki kanan, memutar ke samping kiri jika
awalnya menggunakan kaki kiri, dan diakhiri dengan menendang
36
sambil berayun. Ragam ini menggunakan gerak tangan bekelai dan
kimbang.
1.Langkah kaki kanan silang ke samping kiri
2.Kaki kiri melangkah ke samping kiri
3.Langkah kaki kanan silang ke samping kiri
4.Kaki kiri melangkah ke samping kiri
5.Kaki kanan maju
6.Silang kaki kiri ke kanan putar badan
7.Mundur kaki kanan
8.Angkat kaki kiri (ayun) dan tendang ke arah samping kanan
b.8.Ragam gerak gelek: Pada gerak ini diawali dengan menendang sambil
berayun dan diakhiri dengan gerakan yang sama. Ragam ini
menggunakan gerak tangan kimbang.
1.Angkat kaki kanan (ayun) dan tendang ke depan
2.Langkah kaki kanan maju
3.Langkah kaki kiri maju
4.Langkah kaki kanan ke samping kanan
5.Kaki kiri mundur
6.Silang kaki kanan ke arah samping kiri
7.Silang kaki kiri ke arah samping kanan
8.Angkat kaki kanan (ayun) dan tendang ke depan
b.9.Ragam gerak gantung: Pada gerak ini hanya dilakukan di tempat
dengan gerakan menaruh kaki secara naik turun dengan mengayunkan
tangan yang ditekuk. Gerakan ini tidak dapat berdiri sendiri, misalnya
37
khesek gantung 4 hitungan lalu dilanjutkan dengan gantung 4
hitungan. Ragam tangan yang dipakai adalah gerak bekelai.
a. Langkah kaki kiri
1.Angkat kaki kiri ke arah samping kanan
2.Merendah kaki kanan
3.Angkat kaki kiri ke arah samping kanan
4.Merendah kaki kanan
b. Langkah kaki kanan
1.Angkat kaki kanan ke arah samping kiri
2.Merendah kaki kiri
3.Angkat kaki kanan ke arah samping kiri
4.Merendah kaki kiri
Perlu diketahui, dalam pementasannya, tari Bedana mempunyai pola lantai
yang fleksibel, artinya koreografer dapat dengan bebas mengatur pola lantai sesuai
dengan daya kreativitasnya. Berikut ini pola lantai yang digunakan pada saat
latihan pementasan di Sanggar Cantika Laras.
38
Foto 4. Sikap Awal Penari Ketika Memasuki Tempat Pementasan
(Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
Keterangan simbol pola lantai
: Penari Putri
: Penari Putra
: Arah yang akan dituju penari
No. Pola Lantai Keterangan
1.
Penari memasuki tempat
pementasan.
2.
Penari melakukan gerakan
sembah untuk mengawali
tari Bedana. Gerakan yang
dipakai adalah gerak
tahtim.
39
3.
Penari mulai masuk ke
bagian pertama dengan
menarikan gerak khesek
gantung, khesek injing,
ayun, dan jimpang.
4.
Penari memasuki bagian
kedua dan saling
berhadapan dengan arah
gerak serong ke kanan dan
kiri. Gerakan yang
dillakukan adalah ayun
gantung, humbak moloh,
belitut, dan gelek.
5.
Penari memasuki bagian
ketiga dan seterusnya
dengan pengulangan dan
perpaduan ragam gerak
tari Bedana. Pada bagian
ini digunakan level penari,
penari putri duduk (level
rendah) dan penari putra
level biasa.
6.
Penari melakukan gerakan
dengan pola lantai bundar,
bergerak ke samping
kanan dan kiri.
7.
Penari putra bergerak ke
arah lingkaran luar dan
penari putri bergerak ke
arah lingkaran dalam.
40
8.
Penari memasuki bagian
ketujuh dan melakukan
gerakan tahtim.
9.
Penari melakukan gerakan
sembah untuk mengakhiri
tari Bedana.
10.
Penari melakukan gerakan
sambil bergerak keluar
dari panggung.
Foto 5. Pola Lantai Tari Bedana (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
41
4.1.2 Penari
Tari Bedana merupakan sebuah tari pergaulan yang ditarikan secara
berpasangan oleh penari putra dan putri. Tidak ada ketentuan umur dalam
menarikan tari Bedana, hanya saja akan terlihat lebih bagus jika ditarikan oleh
remaja putra dan putri. Walaupun tari ini tergolong dalam sebuah tari rakyat yang
berbentuk hiburan, tetapi para penari tidak bersentuhan antara yang satu dengan
yang lain. Hal ini sesuai dengan adat agama Islam yang ikut dalam membentuk
kebudayaan masyarakatnya, bahwa seorang yang bukan mukhrim-nya dilarang
saling bersentuhan antara yang satu dengan yang lain.
Foto 6. Penari Putra dan Putri (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
Tari Bedana dapat ditarikan secara berkelompok, biasanya terdiri dari
empat sampai delapan orang penari. Tidak hanya itu, tari ini juga dapat ditarikan
secara massal. Untuk sebuah pertunjukan besar, biasanya tari Bedana ditarikan di
sebuah lapangan. Susunan pola lantai dari tari ini akan semakin terlihat
keindahannya ketika ditarikan secara massal. Kreativitas dari seorang koreografer
akan terlihat pada garapan ini apabila perpaduan antara gerak dan musik itu
terlihat harmonis, tertata rapi, dan pola lantainya tersusun dan terpola.
42
4.1.3 Tata Rias dan Tata Busana
Suatu pertunjukan tidak akan bisa lepas dari elmen-elemen yang
mendukungnya. Salah satu elemen tersebut adalah tata rias dan tata busana. Dari
tata rias dan busana ini akan terlihat ciri khas serta identitas budaya masyarakat
pendukung pertunjukan. Tata rias yang dimaksud adalah riasan wajah atau muka
penari saat pertunjukan tersebut berlangsung. Riasan yang digunakan oleh penari
akan membuat wajah penari putri terlihat lebih cantik dan penari putra akan
terlihat lebih ganteng. Riasan juga berfungsi untuk mempertegas bentuk wajah
seseorang. Pertunjukan tari Bedana di Sanggar Cantika Laras juga
mempergunakan rias wajah untuk penarinya. Tidak hanya penari putri saja, penari
putra juga menggunakan tata rias untuk mempertegas bentuk wajah mereka,
hanya saja lebih lembut atau soft. Penari putri mempergunakan riasan untuk
sebuah pementasan tari dengan mempergunakan alas bedak, bedak padat, pensil
alis, eye shadow, blush on, dan lipstick. Untuk penari putra mempergunakan
sedikit alas bedak dan bedak senada warna kulit.
Foto 7. Alat Make Up Penari di Sanggar Cantika Laras (Dokumentasi: Eva
Savitri, 2013)
43
Tata busana adalah salah satu elemen penunjang keindahan sebuah
pertunjukan. Busana tari yang digunakan memperlihatkan identitas dan karakter
dari tari yang dibawakan. Di Lampung sendiri mempunyai ciri khas untuk busana
setiap tarian. Lampung memiliki hiasan kepala yang diberi nama siger. Siger
sebenarnya berukuran sangat besar, tetapi untuk hiasan kepala pada pertunjukan
tari, siger yang digunakan lebih kecil. Tidak hanya siger, kain tapis Lampung
juga merupakan salah satu ciri khas busana Lampung.
Tari Bedana sebenarnya mempunyai tata busana yang sudah dibakukan
untuk setiap pementasannya, hanya saja hal ini disesuaikan dengan warna kostum
yang dipakai. Ciri khas warna busana daerah Lampung sendiri adalah putih,
merah, dan kuning keemasan. Keindahan perpaduan warna dalam penataan
busana menjadi salah satu faktor penting, sehingga pemakaian perlengkapan
busana tari Bedana terkesan memiliki warna yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya tetapi tetap memiliki standar yang sama. Berikut ini adalah
tata busana yang digunakan oleh penari putri dan putra tari Bedana di Sanggar
Cantika Laras, Bandar Lampung.
1. Busana Tari Bedana Putri:
a. Baju kurung
Baju kurung adalah baju khas Lampung, biasanya berbahan dasar
kebaya brokat.
44
Foto 8. Baju Kurung (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
b. Kain tapis Lampung
Kain tapis Lampung adalah kain tenun khas Lampung dengan
menggunakan motif khas Lampung yang ditenun menggunakan
benang emas. Kainnya sendiri biasanya berwarna merah dan hitam
dengan jaitan berwarna emas untuk membentuk pola pada motifnya.
Motif kain masyarakat adat Pepadun biasanya adalah motif hiasan
kepala siger, segitiga, dan gajah. Sedangkan motif kain masyarakat
adat Saibatin biasanya adalah motif perahu, tombak, dan manusia.
Foto 9. Kain Tapis Lampung (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
45
c. Bebe atau penutup dada
Bebe adalah penutup dada melingkar yang menutupi bagian depan
sampai belakang, berwarna kuning dengan mote-mote atau hiasan
berwarna emas.
Foto 10. Bebe (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
d. Kalung papan jajar
Kalung ini berwarna emas dan tersusun oleh 3 siger kecil dengan
mote-mote atau hiasan berwarna merah di tengah.
Foto 11. Kalung Papan Jajar (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
46
e. Peneken rambut
Peneken adalah hiasan yang melingkari kepala dan berfungsi sebagai
pengikat aksesoris lain yang ada di kepala. Peneken berwarna merah
dengan sulaman benang emas motif khas Lampung.
Foto 12. Peneken Rambut (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
f. Sanggul malam
Sanggul berwarna hitam yang dipakai di belakang kepala. Sanggul ini
merupakan salah satu sanggul ciri khas Lampung. Sanggul ini
berbentuk oval, lonjong, dan ramping.
Foto 13. Sanggul Malam (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
g. Sual kira
Sual kira adalah hiasan berbentuk siger Lampung kecil yang
disematkan di atas sanggul malam yang berfungsi untuk menutupi
ikatan peneken rambut.
47
h. Kembang melati
Hiasan ini merupakan duplikat dari kembang melati berwarna putih
yang dipakai di belakang kepala untuk menutupi sanggul malam.
i. Bunga merah
Dua buah bunga merah diletakkan di samping kanan dan kiri atas
sanggul malam.
Foto 14. Sual Kira, Kembang Melati, dan Kembang Merah
(Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
j. Subang giwir
Subang giwir adalah anting-anting panjang dengan rumbai-rumbai
berbentuk ketupat berwarna emas.
Sual Kira
Kembang Merah
Kembang Melati
48
Foto 15. Subang Giwir (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
k. Gelang pipih atau gelang bibit
Gelang ini digunakan di lengan bawah penari putri, berbentuk pipih
berwarna emas.
Foto 16. Gelang Pipih (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
l. Bulu serattei
Bulu serattei adalah ikat pinggang yang dipakai penari. Ada dua
macam bulu serattei, yakni ikat pinggang berwarna emas yang terbuat
dari bahan kuningan dan yang terbuat dari kain bludru berwarna merah
dengan hiasan logam kuningan berbentuk bundar. Penggunaan bulu
serattei ini disesuaikan dengan warna busana yang dipakai.
49
Foto 17. Bulu Serattei (Dokumentasi: Eva Savitri,2013)
Foto 18. Foto penari putri hadap
depan, memperlihatkan tata rias dan
tata busana penari putri dari depan
(Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
Foto 19. Foto penari putri hadap
belakang, memperlihatkan tata
busana penari putri dari belakang,
khususnya pada bagian kepalanya
(Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
50
2. Busana Tari Bedana Putra:
a. Kawai teluk belangan
Kawai teluk belangan adalah seperangkat baju dan celana berwarna
merah dengan hiasan sulaman emas menggunakan motif khas
Lampung pada bagian pinggirnya.
Foto 20. Kawai Teluk Belangan (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
b. Kain betumpal
Kain betumpal hampir sama dengan kain tapis hanya saja lebih ringan
dan lebih tipis, dipakai di pinggang sampai selutut. Kain ini berwarna
merah dan hitam dengan hiasan motif Lampung berwarna emas.
Foto 21. Kain Betumpal (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
51
c. Ikat pujuk
Ikat pujuk adalah ikat kepala yang terbuat dari kain betumpal dan
dipakai dengan sedikit mengerucut di atasnya. Jika tidak ada ikat
pujuk, maka penari dapat memakai peci berwarna hitam sebagai
penggantinya.
Foto 22. Ikat Pujuk (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
d. Kalung buah inuh
Kalung buah inuh adalah kalung panjang dengan hiasan seperti ketupat
berwarna emas yang melingkari dada penari.
Foto 23. Kalung Buah Inuh (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
52
Foto 24. Foto penari putra hadap
depan, memperlihatkan tata rias
dan tata busana penari putra dari
depan (Dokumentasi: Eva Savitri,
2013)
Foto 25. Foto penari putra hadap
belakang, memperlihatkan tata
busana penari putra dari belakang
(Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
4.1.4 Musik Iringan
Sebuah tarian akan lebih lengkap penyajiannya jika menggunakan musik
iringan. Musik iringanpun tidak hanya terbentuk dari permainan alat musik saja,
melainkan dengan media suara dan gerak tubuh manusia, musik tersebut akan
tercipta. Perpaduan antara semua elemen dalam tarian akan lebih hidup dan
harmonis ketika diiringi oleh musik iringan. Berikut akan dijelaskan alat musik
pengiring dalam tari Bedana.
53
a. Gambus lunik
Gambus lunik adalah alat musik berdawai tradisional Lampung yang
dimainkan dengan cara dipetik dan mempunyai senar berjumlah
empat. Gambus ini dinamakan gambus lunik karena sesuai dengan
bentuknya yang kecil atau lunik dalam bahasa Lampung.
Foto 26. Gambus Lunik (Dokumentasi: google, 2013)
b. Rebana
Rebana adalah alat musik yang berasal dari Timur Tengah berbentuk
bundar dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan telapak
tangan.
Foto 27. Rebana (Dokumentasi: google, 2013)
54
c. Karenceng
Karenceng adalah alat musik seperti rebana tetapi memiliki beberapa
kicrikan di sekitar pegangan atau kayu penyangganya.
Foto 28. Karenceng (Dokumentasi: google, 2013)
d. Accordion
Accordion adalah alat musik seperti piano dengan pipa di samping kiri.
Alat musik ini dimainkan dengan cara ditekan pada bagian tutsnya.
Pipa di samping kiri berfungsi untuk memperpanjang dan
memperpendek bunyi yang keluar.
Foto 29. Accordion (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
55
e. Vokal
Vokal yang dimaksud di sini adalah lagu-lagu yang dilantunkan atau
dibawakan oleh penyanyi sebagai pengiring dalam tari Bedana. Lagu
tersebut adalah pantun dengan bahasa Lampung yang alunannya
senada dengan permainan gambus lunik.
Dalam perkembangannya, tari Bedana sudah jarang dipentaskan dengan
diiringi musik seperti yang disebutkan. Hal ini disebabkan sulitnya mencari
pemain alat musik asli Lampung, khususnya untuk permainan gambus lunik.
Menurut Aulia Nurfebrilianti (pengajar musik iringan di SMPN 1) permainan
gambus lunik dapat digantikan dengan permainan accordion. Dengan begitu, tari
Bedana dapat diiringi oleh satu orang pemain accordion, lima orang pemain
rebana, tiga orang pemain karenceng, dan satu orang penyanyi. Seperti latihan
untuk pementasan tari Bedana di Sanggar Cantika Laras pada tanggal 20 Oktober
2013, latihan tersebut tidak menggunakan musik secara langsung melainkan
menggunakan compact disc atau CD, CD Player, dan seperangkat sound system.
Jika pementasan tari Bedana dilakukan secara langsung, busana untuk
pemusiknya menggunakan baju dan celana panjang dengan warna senada, ikat
kepala atau peci teluk belangan, dan sarung betumpal.
56
Foto 30. Foto pemusik hadap depan
(Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)
Foto 31. Foto pemusik hadap
belakang, (Dokumentasi: Eva Savitri,
2013)
4.1.5 Tempat Pementasan
Tempat pementasan adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan
yang disajikan oleh pelaku seni ke hadapan penonton. Sumandiyo Hadi dalam
buku Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok menyatakan bahwa tempat
pementasan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu arena, proscenium, dan
pendhapa. Arena adalah tempat pementasan yang penontonnya melingkar dan
dapat menyaksikan dari segala arah. Proscenium adalah tempat pementasan yang
memisahkan wilayah pelaku seni dan penonton sehingga pelaku seni dapat
57
bergerak secara leluasa serta memiliki panggung yang lebih tinggi daripada
penonton, khususnya penonton bagian depan. Pendhapa adalah tempat
pementasan yang memiliki atap joglo (2003:27-31). Terkait dengan hal itu, tari
Bedana adalah sebuah kesenian rakyat berbentuk tari hiburan yang tempat
pementasannya disesuaikan dengan jumlah penarinya, dapat dipentaskan di mana
saja, serta tidak terikat oleh tempat dan waktu..
Bentuk tempat pementasan tari Bedana biasanya dapat ditonton dari
panggung arena atau dari segala arah. Hal ini dikarenakan arah hadap penari, pola
lantai, dan perpaduan antara ragam gerak yang satu dengan yang lain dapat
berubah sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Apabila tari Bedana ditarikan
oleh satu atau dua pasang penari maka tari ini dapat dipentaskan di atas panggung
proscenium atau tempat pementasan lainnya seperti acara hiburan di pernikahan,
acara untuk kegiatan pariwisata dan acara lainnya.
4.2 Fungsi Tari Bedana
Sebuah seni pertunjukan, khususnya tari, tentu memiliki fungsi yang
terkandung di dalamnya. Soedarsono dalam Metodologi Penelitian Seni
Pertunjukan dan Seni Rupa menyatakan bahwa ada dua fungsi dari seni
pertunjukan, yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder (1999:167-169). Terkait
dengan itu, tari Bedana memiliki fungsi primer dan fungsi sekunder.
58
4.2.1 Fungsi Primer Tari Bedana
Salah satu fungsi primer dari seni pertunjukan menurut Soedarsono yaitu
sebagai sarana hiburan pribadi yang penikmatnya adalah pribadi-pribadi yang
melibatkan dirinya dalam pertunjukan (2001:170-172). Terkait dengan pernyataan
yang dijelaskan oleh Soedarsono, tari Bedana memiliki fungsi primer sebagai
sarana hiburan masyarakatnya, yaitu penyambutan tamu agung atau tamu penting
yang datang ke Lampung, acara hiburan di pernikahan, acara hiburan untuk
kegiatan pariwisata, dan acara hiburan lain yang ada hubungannya dengan
kebudayaan Lampung. Selain berfungsi sebagai tari hiburan, tari Bedana juga
memiliki beberapa fungsi lain, seperti fungsi pendidikan (edukatif), dan fungsi
komunikatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari The Liang Gie dalam bukunya
yang berjudul Filsafat Seni Sebuah Pengantar (Gie, 2004:47-49).
Seni sebagai bagian dari budaya memiliki nilai-nilai budaya seperti nilai
etika dan estetika (Sudira, 2010:135). Fungsi tari Bedana terkait dengan fungsi
pendidikan dapat dilihat dari nilai etika atau moral dan estetikanya. Nilai-nilai
tersebut terekspresi lewat penyampaian geraknya. Penari putra dan putri yang
tidak boleh saling bersentuhan adalah contoh nilai etika yang terdapat dalam tari
Bedana. Sebenarnya bukan hanya agama Islam saja yang mengajarkan hal
tersebut, pada dasarnya semua agama mengajarkan untuk tidak berbuat hal di luar
batas jika muda-mudi tersebut belum terikat pada sebuah hubungan pernikahan.
Hal ini tentu saja merupakan suatu pendidikan yang bernilai untuk menjunjung
tinggi etika pergaulan di masyarakat. Fungsi tari Bedana terkait nilai estetika atau
keindahannya terdapat dalam penyampaian ragam gerak serta musik
59
pengiringnya. Geraknya yang dinamis, musik iringannya yang riang, ditambah
pola lantai yang disusun sedemikan rupa oleh koreografer akan terlihat harmonis
pada saat pementasan berlangsung. Tidak hanya itu, nilai estetika tari Bedana juga
terdapat dalam busana dan alat musik yang dipakai dalam tari ini. Busana dan alat
musik tari ini menggunakan perpaduan yang serasi antara Lampung dan Melayu.
Pakaiannya yang tertutup menunjukan nilai adat istiadat masyarakat beragama
Islam dalam berpakaian, tetapi tetap memakai aksesoris, riasan muka serta hiasan
kepala sehingga keindahan dari unsur busananya tetap terlihat dalam tari ini.
Sedangkan alat musiknya yang berasal dari alat musik Lampung dan Melayu
mempunyai satu alunan nada yang serasi dan harmonis sehingga menambah
keindahan tari Bedana.
Pertunjukan adalah sebuah komunikasi yang terjadi antara pengirim pesan
(pelaku pertunjukan) kepada sebuah tradisi yang dipahami bersama (Murgiyanto,
1996:156). Terkait dengan fungsi komunikatif, tari Bedana merupakan salah satu
tarian wajib yang diajarkan di sekolah-sekolah di Bandar Lampung mulai dari
Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai dengan Sekolah Menengah Atas
(SMA). Tiap pembelajaran atau pembekalan materi tari Bedana di sanggar
maupun di sekolah-sekolah yang ada di Lampung, selalu diawali dengan
memberikan kesembilan ragam gerak pokok tari tersebut. Hubungan antara
koreografer, penari, pemusik, dan pelaku lain yang ada pada saat latihan sampai
pementasan tari Bedana akan menjadi dekat antara yang satu dengan yang lain.
Selain itu, antar sekolah di Lampung juga memiliki pembelajaran kesenian yang
sama, sehingga siswa sekolah yang satu dengan yang lain dapat berkomunikasi,
60
khususnya dalam bidang kesenian. Jika ada perlombaan antar sekolah terkait
dengan tari Bedana, siswa akan saling mengenal dan berbagi informasi bersama.
Pengajaran tari Bedana di sekolah ini secara tidak langsung akan menumbuhkan
rasa kecintaan, solidaritas, dan membangun komunikasi antar siswa terhadap
kebudayaan di wilayah Lampung, sehingga tari ini akan terus dilestarikan oleh
generasi penerusnya.
4.2.2 Fungsi Sekunder Tari Bedana
Fungsi sekunder dari seni pertunjukan menurut Soedarsono yaitu: 1)
sebagai pengikat dan pembangkit rasa solidaritas 2) sebagai media komunikasi; 3)
sebagai sarana terapi; 4) sebagai perangsang produktivitas (Soedarsono,
1999:167-169). Begitu pula dalam tari Bedana juga memiliki fungsi seperti yang
dijelaskan oleh Soedarsono antara lain sebagai berikut.
1. Sebagai pengikat dan pembangkit rasa solidaritas
Dengan adanya tari Bedana, secara tidak langsung akan terjalin sebuah
ikatan perasaan antara masyarakat yang satu dengan yang lain, khususnya
untuk para seniman. Ikatan tersebut terbentuk dari kegiatan seperti latihan
bersama, pementasan bersama dan diskusi bersama yang melibatkan
masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, rasa solidaritas yang dimiliki
masing-masing individu semakin kuat dan rasa tolong menolong tercipta.
2. Sebagai media komunikasi
Fungsi tari Bedana sebagai media komunikasi dapat dilihat dari
penyampaian pesan yang disampaikan melalui tari ini. Nilai-nilai rasa
61
kebersamaan yang terdapat dalam tari ini seperti adanya interaksi sesama
penari, kerukunan, persahabatan, komunikasi antar pendukung dengan
penonton akan tercipta. Tidak hanya itu, melalui tari ini juga tersampaikan
pesan yang terdapat dalam lagu pengiring tari Bedana, berupa pantun
berbahasa Lampung yang berisi tentang pola kehidupan masyarakat
sekitarnya. Tidak hanya itu, ketika mengadakan sebuah pementasan tentu
akan terjalin komunikasi antar masyarakat pendukungnya. Secara tidak
langsung hal tersebut akan membangun komunikasi dari masing-masing
individu untuk saling mengenal satu sama lain.
3. Sebagai sarana terapi
Fungsi tari Bedana sebagai sarana terapi dapat dilihat dari efek yang
ditimbulkan setelah menonton pementasan tari ini. Gerak dan musik tari
Bedana yang dinamis secara tidak langsung membuat penonton merasa
senang ketika menonton tari tersebut, sehingga suasana atau mood
seseorang menjadi berubah. Perasaan seseorang yang tadinya tidak
bersemangat akan menjadi bersemangat ketika menonton sebuah acara
hiburan, apalagi jika hiburan tersebut berupa sebuah tarian yang dinamis.
Tidak hanya dari sisi penonton saja, seorang penari ketika dapat
menarikan tari Bedana dengan baik dan sukses, penari tersebut akan
merasa puas. Dengan begitu, penari akan selalu memberikan penampilan
yang terbaik ketika menarikan tari Bedana sehingga dapat menghibur para
penonton dan menjadi kepuasan untuk dirinya sendiri.
62
4. Sebagai perangsang produktivitas
Ketika seseorang menonton sebuah tarian, secara tidak langsung mereka
akan terbawa suasana yang ada dalam pementasan tersebut. Bagi seniman,
khususnya koreografer, mereka akan mendapatkan rangsangan berupa ide-
ide baru untuk menciptakan sebuah tarian yang lain. Hal ini terbukti
dengan banyaknya tari Bedana kreasi, yang diciptakan oleh masing-
masing sanggar di Bandar Lampung, untuk mengapresiasikan kreativitas
mereka dalam mengolah gerakan tari Bedana yang dinamis, menjadi
sesuatu yang baru sesuai dengan keinginan dan imajinasi mereka.
63
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Tari Bedana adalah tari tradisional Lampung yang mencerminkan tata
kehidupan masyarakat Lampung serta perwujudan simbolis dari adat istiadat dan
agama yang telah menyatu bersama pola hidup masyarakat Lampung. Tari ini
berasal dari Lampung Pesisir dimana masyarakatnya adalah masyarakat dengan
adat Lampung Saibatin. Keunikan yang terdapat dalam tari Bedana yaitu adanya
akulturasi atau perpaduan budaya antara Lampung dan Melayu. Ciri khas dari tari
Bedana sendiri ada tiga macam, yaitu dalam penyampaian ragam gerak tarinya,
tari ini tidak memperkenankan para penari yang berlawanan jenis (putra dan putri)
bersentuhan dengan pasangannya. Ragam gerak yang dimiliki oleh tari Bedana
Lampung ada sembilan ragam gerak, yang dapat dikombinasikan antara ragam
gerak yang satu dengan yang lain. Sembilan macam ragam gerak itu terdiri dari
khesek gantung, khesek injing, jimpang, ayun, tahtim, gelek, humbak moloh,
gantung, dan belitut. Bentuk pertunjukannya juga dapat ditarikan secara massal
(banyak orang), tetapi tidak mengurangi keindahan susunan pola lantai dan
komposisinya.
Struktur pertunjukannya tari Bedana dibagi menjadi 8 bagian, dimana pada
awal dan akhir tari ini dilakukan gerakan sembah untuk mengawali dan
mengakhiri tarian tersebut. Tari Bedana ditarikan oleh penari berpasangan putra
dan putri yang dalam penyampaian kesembilan ragam gerak berbeda pada sikap
64
pokok geraknya. Sikap gerak pokok untuk penari perempuan lebih gemulai dan
sempit (kaki dan tangannya tertutup), sedangkan untuk penari pria lebih gagah
dan lebar (kaki dan tangannya terbuka). Gerakan dari tari Bedana lebih
didominasi oleh gerakan kaki, sehingga gerakan tangannya hanya mengikuti.
Busana dan tata rias pentas digunakan oleh masing-masing penari putra dan putri
sesuai dengan kebutuhannya. Tata rias yang digunakan yaitu tata rias minimalis
untuk rias pentas. Tata busana tari Bedana dibedakan antara penari putra dan
putrinya. Tata busana penari putra terdiri dari kawai teluk belangan, kain
betumpal, ikat pujuk atau peci, dan kalung buah inuh, sedangkan tata busana
penari putri terdiri dari baju kurung, kain tapis Lampung, bebe adalah penutup
dada, kalung papan jajar, peneken rambut, sanggul malam, sual kira, kembang
melati, bunga merah, subang giwir, gelang pipih atau gelang bibit, dan bulu
serattei. Musik iringannya menggunakan gambus lunik, rebana, karenceng,
accordion, dan vokal yang melantunkan pantun-pantun berbahasa Lampung yang
dilagukan. Tempat pementasan tari Bedana disesuaikan dengan jumlah penarinya,
dapat dipentaskan di mana saja, dan tidak terikat oleh tempat dan waktu.
Tari Bedana memiliki fungsi primer sebagai sarana hiburan bagi
masyarakatnya. Tari ini ditarikan pada saat acara hiburan, seperti penyambutan
tamu agung (biasanya orang penting yang datang ke Lampung), acara hiburan
yang ada di pernikahan, acara hiburan untuk kegiatan pariwisata, dan acara-acara
lain yang ada hubungannya dengan kebudayaan Lampung. Selain berfungsi
sebagai tari hiburan, tari Bedana juga memiliki beberapa fungsi lain, seperti
fungsi pendidikan (edukatif), dan fungsi komunikatif. Fungsi tari Bedana terkait
65
dengan fungsi pendidikan dapat dilihat dari nilai etika atau moral dan estetikanya.
Penyampaian ragam gerak penari putra dan putri yang tidak boleh saling
bersentuhan menjadi nilai etika, sedangkan musik iringan yang riang, pola lantai
yang tersusun sedemikan rupa dan terlihat harmonis menjadi nilai estetika tari
Bedana. Sedangkan dalam fungsi komunikatif, tari Bedana merupakan salah satu
tarian wajib yang diajarkan di sekolah-sekolah di Bandar Lampung mulai dari
Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai dengan Sekolah Menengah Atas
(SMA). Pengajaran tari Bedana di sekolah ini secara tidak langsung akan
menumbuhkan rasa kecintaan, solidaritas, dan membangun komunikasi antar
siswa terhadap kebudayaan di wilayah Lampung.
Fungsi sekunder tari Bedana, yaitu sebagai pengikat dan pembangkit rasa
solidaritas antarmasyarakat Lampung, sebagai media komunikasi antara pelaku
seni (penari, pemusik, dan koreografer) dengan penikmat seni (penonton dan
pemerhati seni), sebagai sarana terapi untuk penikmat seni dan si pelaku seni, dan
sebagai perangsang produktivitas bagi para seniman agar tercipta tari-tari kreasi
yang baru. Masyarakat Lampung memperkenalkan kebudayaan mereka melalui
salah satu kesenian, khususnya seni tari, yaitu tari Bedana dari generasi ke
generasi agar tarian ini tidak punah dan terus dilestarikan.
5.2 Saran-saran
Tari Bedana di Sanggar Cantika Laras adalah sebuah tari hiburan yang
dipentaskan pada saat acara hiburan. Hampir di setiap acara hiburan, tari ini selalu
ditampilkan. Untuk itu, perlu usaha dari masyarakat pendukungnya agar tari ini
66
tetap dilestarikan sehingga Lampung tidak kehilangan identitas yang ada,
khususnya seni tarinya. Melalui pengajaran tari Bedana kepada siswa SMP dan
SMA di Bandar Lampung, maka rasa kecintaan yang ditanamkan akan semakin
kuat untuk mempertahankan kesenian yang ada.
Penelitian tari Bedana Lampung ini tentu menambah wawasan para
pembaca dan seniman akademik tentang kesenian yang berada di daerah lain
Indonesia. Diharapkan kepada para seniman untuk mengembangkan ide-ide
barunya agar tercipta sebuah karya tari baru hasil akulturasi budaya, khusunya
untuk budaya Lampung.
67
DAFTAR PUSTAKA
Bandem, I Made. 1996. Etnologi Tari Bali. Yogyakarta: Kanisius.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Dibia, I Wayan. 1999. Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Denpasar:
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Dibia, I Wayan, FX. Widaryanto dan Endo Suanda. 2006. Tari Komunal Buku
Pelajaran Kesenian Nusantara untuk Kelas XI. Jakarta: Lembaga
Pendidikan Seni Nusantara.
Djelantik, A.A.M. 2004. Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
The Liang Gie. 2004. Filsafat Seni Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pusat Belajar
Ilmu Berguna.
Hadi, Sumandiyo Y. 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok.
Yogyakarta: Lembaga Kajian Pendidikan dan Humaniora Indonesia.
. 2007. Sosiologi Tari. Yogyakarta: PUSTAKA.
Hasan, Hafizi, dkk. 1992. Diskripsi Tari Bedana. Bandar Lampung: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Taman
Budaya Provinsi Lampung.
Firmansyah, Junaidi, Hafizi Hasan, dan M. Kamsadi. 1996. Mengenal Tari
Bedana. Bandar Lampung: Gunung Pesagi.
Murani, Asnawi. 1984. Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia. Jakarta:
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Murgiyanto, Sal. 1996. Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Mustika, I Wayan. 2010. Mengenal Tari Bedayo Tulang Bawang Sebagai Sebuah
Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Percetakan UPN.
68
Noeng, Muhadjir. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Rakesarasin.
Soedarsono, R.M. 1996. Indonesia Indah Seri Ketujuh: “Tari Tradisonal
Indonesia”. Jakarta: Yayasan Harapan Kita/BP 3 TMII.
. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata. Yogyakarta:
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia dan Arti Line.
. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa.
Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Soehardjo A.J. 2012. Pendidikan Seni: Dari Konsep Sampai Program Buku Satu.
Malang: Universitas Negeri Malang dan IKAPI.
Sudarsono. t.t. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media
Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sudira, Made Bambang Oka. 2010. Ilmu Seni – Teori dan Praktik. Jakarta: Inti
Prima Promosindo.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta.
Tim Penyusun. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Winarto, Soerjo Wido dan Ninik Harini. 2011. Kemasan Seni Wisata. Malang:
Universitas Negeri Malang.
SUMBER INTERNET
Mediawiki. “Lampung”. Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 21 Mei 2012.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung, diakses pada 23 Desember 2012).
. “Islam di Lampung”. Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 26 Juli 2013.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung, diakses pada 2 Desember 2013).
. “Suku Melayu”. Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 7 September 2013.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung, diakses pada 2 Desember 2013).
69
Raspopo, Rilo. “Tari Bedana”. Scribd, 16 September 2010.
(http://www.scribd.com/doc/47451031/Tari-Bedana, diakses pada 23
Desember 2012).
Saliwa, Novan Adi Putra. “Sang Bumi Khuwa Jukhai”. Saliwa, 14 Maret 2009.
(http://saliwanovanadiputra.blogspot.com/2009/03/sang-bumi-khuw-
jukhai.html.?m=1, diakses pada 27 November 2013)
Seandanan. “Sejarah Perkembangan Hukum Adat Lampung Pesisir”. Cukuh Balak
– Tapis Lampung. (http://www.seandanan.wordpress.com/cukuh-balak-2/,
diakses pada 20 November 2013).
Sri Wahyuni, Endang. “Tari Bedana”. Step to Improve Better: Never Ending
Inspiration, 28 Desember 2011.
(http://endangsriwahyunie.wordpress.com/2011/12/28/tari-bedana/,
diakses pada 23 Desember 2012).
70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
71
Lampiran 1. Glosarium
Akulturasi : percampuran antara satu budaya dengan budaya yang lain
sehingga menghasilkan sebuah budaya yang baru.
Bekelai : gerakan tangan mengayun atau memutar (ukal).
Dawai : tali/senar yang dipakai pada gambus lunik.
Gelek : gerakan molek.
Humbak Moloh : gerakan ombak mengalun.
Injing : gerakan kaki jinjit.
Jimpang : gerakan melangkah/berjalan.
Joglo : gaya bangunan untuk tempat tinggal khas Jawa, atapnya
menyerupai trapesium, di bagian tengah menjulang ke atas
berbentuk limas, dan serambinya tidak bersekat-sekat.
Khesek : gerakan tari (geser).
Kimbang : gerakan ayunan tangan.
Lampung Pepadun : masyarakat Lampung yang dapat menaikkan status adatnya
saat mereka menikah atau menggantikan status ayah
kandungnya. Biasanya masyarakat adat ini tinggal di daerah
pegunungan.
Lampung Saibatin : masyarakat Lampung yang kedudukan adatnya ditentukan
berdasarkan garis keturunan. Biasanya mereka tinggal di
daerah pesisir Lampung.
Mote-mote : hiasan kecil berwarna-warni yang digunakan untuk
memperindah suatu barang dengan cara dijahit atau ditempel.
Mukhrim : hubungan antara putra dan putri yang memiliki hubungan
darah atau yang telah menikah.
Sang Bumi Ruwa
Jurai
: semboyan masyarakat Lampung yang berarti Satu Bumi Dua
Cabang. Cabang disini maksudnya adalah masyarakat asli
Lampung dan masyarakat pendatang yang menetap di
Lampung sampai sekarang.
72
Siger : mahkota khas Lampung yang dipakai di kepala oleh
pengantin putri pada saat upacara pernikahan.
Tahtim : gerak sebagai pembuka/penutup.
73
Lampiran 2. Daftar Informan
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jabatan :
Nugraha Amijaya
48 tahun
Jalan Cemara 2 nomor 30c Tanjung Senang Bandar Lampung
PNS di UPTD Taman Budaya Lampung bagian tari
Pemilik Sanggar Cantika Laras
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jabatan :
Dra. Titik Nurhayati
55 tahun
Jalan Cut Nyak Dien 24 Bandar Lampung
Pejabat fungsional Pamong Budaya bidang tari UPTD Taman
Budaya Lampung
Informan tari Bedana
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jabatan :
Andesba, S.Si
22 tahun
Krui, Lampung Barat
Pemusik Lampung
Penerjemah Bahasa Lampung
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jabatan :
Santi Tania, S.Pd
29 tahun
Jalan Tirtayasa Gang Pubian No. 55 Sukabumi Bandar Lampung
Guru Kesenian di SMA YP Unila Bandar Lampung
Informan tari Bedana
74
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jabatan :
Aulia Nurfebrilianti
21 tahun
Jalan Cuk Nyak Dien nomor 64/88 Bandar Lampung
Pemusik Lampung
Pemain musik
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jabatan :
Ivana Christiani
21 tahun
Jalan Airan Raya Gang Camar Sukarame Bandar Lampung
Mahasiswi Universitas Lampung
Penari
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jabatan :
Shintya Sardi
20 tahun
Jalan Raden Intan Pahoman Bandar Lampung
Mahasiswa Universitas Lampung
Penari
75
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimanakah asal mula tari Bedana?
2. Siapakah pencipta tari Bedana?
3. Berasal darimanakah tari Bedana?
4. Bagaimana perkembangan tari Bedana masa kini?
5. Ada berapa bagian dalam tari Bedana?
6. Apa saja ragam gerak tari Bedana?
7. Bagaimana saja bentuk pola lantai yang digunakan saat tari Bedana ditarikan
secara berpasangan?
8. Apakah ragam gerak tari Bedana sulit untuk dihafalkan?
9. Apakah terdapat perbedaan sikap gerak antara penari putra dan putri?
10. Apa saja alat make up yang digunakan saat pementasan tari Bedana?
11. Apa saja busana yang digunakan oleh penari putri?
12. Apa saja busana yang digunakan oleh penari putra?
13. Apa warna ciri khas tari Bedana Lampung?
14. Bagaimana musik tari Bedana?
15. Apa saja alat musik yang digunakan?
16. Bagaimana perkembangan musik tari Bedana?
17. Lagu apa yang dinyanyikan dalam tari Bedana?
18. Apa arti dari lagu tersebut?
19. Berapa lama durasi tari Bedana?
20. Bagaimana tempat pementasan untuk tari Bedana?
76
Lampiran 4. Peta Lampung
Peta Lampung (Dokumentasi: google, 2013)
Diedit oleh Putu Ari Darmastuti 2014
Lampiran 5. Denah Lokasi Penelitian
Denah Lokasi (Dokumentasi: Darmastuti, 2014)
77
Lampiran 6. Foto-foto
Foto 32. Foto Bersama Penari dan Pemilik Sanggar Cantika Laras
(Dokumentasi: Bonatama, 2013)
Foto 33. Foto Bersama Pemusik di SMP Negeri 1 Bandar Lampung
(Dokumentasi: Bonatama, 2013)
78
Foto 34. Foto Saat Wawancara dengan Bapak Nugraha Amijaya Pemilik Sanggar
Cantika Laras Bandar Lampung (Dokumentasi: Bonatama, 2013)
Foto 35. Foto Saat Wawancara dengan Aulia Nurfebrilianti Pengajar Musik dan
Seniman Musik di Lampung (Dokumentasi: Bonatama, 2013)
79
Lampiran 7. Notasi Musik untuk Permainan Rebana
. . .
t - t d - t d
tang tang dung tang dung
(pukulan untuk ragam gerak biasa atau disebut tandoh)
. . . . .
t d t t d t t d t t
tang dung tang tang dung tang tang dung tang tang
. . .
d t d t t d
dung tang dung tang tang dung
. . . . .
t - t t d t t d t t
tang tang tang dung tang tang dung tang tang
. . .
d t d t t d
dung tang dung tang tang dung
(pukulan untuk pergantian ke bagian selanjutnya atau disebut tahto)
80
Lampiran 8. Notasi Musik Accordion Penayuhan
Lagu penayuhan ini dinyanyikan sebagai lagu pertama pada bagian kedua dalam
tari Bedana.
81
Lampiran 9. Notasi Musik Accordion Bedana
Arti:
Tari Bedana, tari Bedana tari kita dulu 2x
Berjalan gembira, berjalan gembira tangan gemulai 2x
Tari Bedana, tari Bedana lama dijaga 2x
Sambil berpantun, sambil berpantun lagu tayuhan 2x
Lagu Bedana ini dinyanyikan saat reff. atau pada saat pergantian dari bagian
kedua sampai bagian selanjutnya dalam tari Bedana.
82
Lampiran 10. Notasi Musik Accordion Mata Kipit
Arti:
Anak ayam turun 10 kena injak 1 tinggal 9 (2x)
Mari kita bekerja jangan mudah marah, sama-sama menjaga jangan kira-kira (2x)
Ayo semua kawan bersama kalau kerjaan baik kita lestarikan (2x)
Sekarang kita bersama-sama, tarian lama tarian dulu iya sampai sekarang (2x)
Lagu Mata Kipit ini dinyanyikan pada saat akan berakhirnya pementasan tari
Bedana atau pada akhir bagian kedelapan saat penari keluar dari panggung.
83
Lampiran 11. Surat Pra Penelitian
84
Lampiran 12. Kartu Bimbingan Tugas Akhir