SKRIPSI Jangan Widya STIE
Transcript of SKRIPSI Jangan Widya STIE
PENGARUH LIKUIDITAS PROFITABILITAS DAN
LEVERAGE
TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2012-2016
SKRIPSI
Di tulis Oleh
Nama : Bunga Pertiwi
Nomor mahasiswa : 163215834
Jurusan : Akuntansi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA
2017
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan ini disebutkan dalam Referensi. Apabila
kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar saya sanggup menerima
hukuman / sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.
Yogyakarta, 5 Maret 2018
Penulis
Bunga Pertiwi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016. Untuk Likuiditas diukur dengan Current Ratio, Profitabilitas diukur dengan Return On Asset, dan untuk Leverage diukur menggunakan Debt Equity Ratio.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. Sedangkan sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling sehingga diperoleh 50 perusahaan sampel. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dengan tingkat signifikansi 5%, maka hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Likuiditas tidak berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan nilai signifikansinya 0.489 > 0.05 . (2) Profitabilitas berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan nilai signifikansinya 0.000 < 0.05 . (3) Leverage tidak berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan nilai signifikansinya 0.204 > 0.05.
Kata Kunci : Financial Distress, Likuiditas, Profitabilitas, Leverage
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan
karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas
dan Leverage Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016 “ ini dapat diselesaikan.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata-1 di bidang akuntansi.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penyelesaian skripsi ini berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapak Drs. Muhammad Subkhan, MM Ketua STIE Widya Wiwaha
2. Bapak Zulkifli,SE,MM Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk membantu, membimbing, mengarahkan dalam penelitian ini
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Seluruh dosen dan staf STIE Widya Wiwaha program studi Akuntansi atas
ilmu dan bantuan yang telah diberikan
4. Suami saya tercinta, Fendy Ruscandra Buana yang telah memberikan
dukungan baik baik doa, motivasi dan kasih sayang yang tak terhingga.
5. Kedua orang tua Bapak Bomin dan Ibu Suratmi yang senantiasa selalu
memberikan dukungan baik moril dan materil dan selalu mendukung saya.
6. Kedua orang tua mertua saya Bapak Rusdarmawan dan Ibu Prastiwi
Priyantiningsih yang juga mendukung saya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7. Adik adikku Krista Afriliani Ratna Timur dan Alfiah Yulia Yasmin yang
selalu memberikan doa dan kasih sayangnya.
8. Adik adikku Elisa dan Priska Rosalina yang juga selalu memberikan doa
dan kasih sayangnya.
9. Sahabatku Rukmana Purwaningsih yang selalu setia mendampingi dari
kuliah sampai akhir kuliah ini yang selalu memberikan supportnya dan
kerjasamanya.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis terus menunggu saran dan kritik yang
membangun dan positif dari para pembaca dan pengguna skripsi ini. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.
Amin
Yogyakarta, 5 Maret 2018
Penulis
Bunga Pertiwi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………................. . i
HALAMAN SAMPUL DEPAN
SKRIPSI………………………………………….. ii
HALAMAN JUDUL SKRIPSI………………………………………......................
iii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME………………................. iv
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI…………………………………………….. v
HALAMAN PENGESAHAN
UJIAN………………………………….................... vi
ABSTRAK………………………………………………………………………….
.. vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………..…………. x
DAFTAR TABEL………………………………………………………..…………. xii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………. …………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……..……………………………………………………….. 5
1.3 Batasan Masalah…….. ………………………………………………………… 5
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………………… 6
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………………………… 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………………….. 8
2.1 Landasan
Teori……..…………………………………………………………… 8
2.1.1 Financial Distress………………………………………………………… 8
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2.1.2 Laporan Keuangan……………………………………………………….. 16
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan………………………………………………… 19
2.1.4 Likuiditas…………………………………………………………………. 20
2.1.5 Profitabilitas……………………………………………………………… 20
2.1.6 Leverage………………………………………………………………….. 21
2.2 Penelitian
Terdahulu………...………………………………………………….. 22
2.3 Kerangka Pemikiran……….……………………………………………………
24
2.4 Hipotesis
Penelitian……….…………………………………………………….. 25
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………. 30
3.1 Lokasi
Penelitian………………………………………………………………… 30
3.2 Variabel Penelitian………..……………………………………………………. 30
3.2.1 Variabel Dependen………………………………………………………… 30
3.2.2 Variabel Independen………. ……………………………………………… 31
3.2.3 Metode dan Tekhnik Pengumpulan Data…………….…………………… 32
3.2.4 Tekhnik Analisis Data……………………………………………………… 33
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………………………………………. 38
4.1 Deskripsi Penelitian……………………………………………………………. 38
4.2 Analisis Data…………………………………………………………………… 38
4.2.1 Uji Kelayakan Model Regresi…………………………………………….. 38
4.2.2 Uji Keseluruhan Model (Overal Model Fit)………………………………. 39
4.2.3 Uji Analisis Regresi Logistik……………………………………………… 42
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………………. 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………… 47
5.1 Kesimpulan…...………………………………………………………………….. 47
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5.2 Saran….…………………………………………………………………………… 48
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 49
LAMPIRAN…………………………………………………………………………. 51
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Sampel
Penelitian…………………………………………………………. 38
Tabel 4.2.1 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
……………………………………. 38
Tabel 4.2.2.a Hasil Uji Chi Square
(X2)……………………………………………… 39
Tabel 4.2.2.b Hasil Koefisien
Determinasi…………………………………………… 40
Tabel 4.2.2.c. Hasil Tabel Klasifikasi 2x2
…………………………………………… 41
Tabel 4.2.3. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis
………………………………… 42
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka
Pemikiran…………………………………………………….. 25
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi sampai saat ini mengalami peningkatan yang
sangat pesat. Peningkatan ini disebabkan karena makin meluasnya globalisasi
diseluruh dunia. Hal ini akan berpengaruh pada tingkat pesaingan antar
perusahaan. Persaingan bisnis yang ketat menuntut perusahaan untuk terus
mengembangkan inovasi produk dan kinerja karyawan dan melakukan
perluasan usaha agar terus dapat bertahan dan bersaing. Persaingan antar
perusahaan yang semakin ketat menyebabkan biaya yang akan dikeluarkan
oleh perusahaan semakin tinggi. Hal ini akan mempengaruhi pada kinerja
perusahaan. Apabila suatu perusahaan tidak mampu untuk bersaing maka
perusahan akan mengalami kerugian yang pada akhirnya bisa membuat suatu
perusahaan mengalami kerugian, yang pada akhirnya perusahaan akan
mengalami Financial Distress. Masalah keuangan yang dihadapi suatu
perusahaan apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan terjadinya
kebangkrutan. Kebangkrutan perusahaan akan mengakibatkan berbagai
kerugian baik bagi pemegang saham, karyawan, dan perkekonomian social.
Financial Distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan
menghadapi masalah kesulitan keuangan.
Menurut Platt dan Platt (2002), menyatakan Financial Distress adalah
tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang
terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
Menurut Brigham dan Daves (2003), kesulitan keuangan terjadi atas
serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang kurang tepat dan
kelemahan-kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyumbang
secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta kurangnya
upaya pengawasan kondisi keuangan perusahaan sehingga dalam
penggunaannya kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Menurut Rayenda (2007) dalam Andre (2013), Financial Distress
terjadi karena perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan
kinerja keuangan sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kerugian
operasional dan kerugian bersih untuk tahun yang berjalan. Financial
Distress dapat dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai
indikasi Financial Distress yang paling ringan, sampai kepernyatan
kebangkrutan yang merupakan Financial Distress dapat digunakan untuk
melakukan tindakan-tindakan dalam mengantisipasi kondisi yang mengarah
pada kebangkrutan sedini mungkin pada perusahaan (Triwahyuningtias,
2012). Untuk mendeteksi kesulitan keuangan, Financial Distress dapat dilihat
dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis laporan
keuangan. Model yang sering digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh oleh hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Secara
umum rasio-rasio seperti likuiditas, profitabilitas, leverage dan cakupan arus
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
kas berlaku sebagai indikator yang paling signifikan dalam memprediksi
kesulitan keuangan maupun kebangkrutan.
Rasio profitabilitas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi
Financial Distress.
Menurut Syafri (2008) rasio profitabilitas merupakan rasio yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat
efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan , jumlah cabang dan
sebagainya. Rasio ini dicerminkan dalam Return on Asset (ROA). Rasio yang
tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset. Selain itu rasio likuiditas juga
dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya Financial Distress. Rasio
likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo, apabila
perusahaan mampu mendanai dan melunasi kewajiban jangka pendeknya
dengan baik maka potensi perusahaan mengalami Financial Distress akan
semakin kecil (Luciana Spica almilia dan Kristijadi, 2003). Rasio likuiditas
yang dipakai adalah current ratio. Current ratio merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Selain rasio likuiditas,
rasio leverage juga dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi
terjadinya Financial Distress.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
Menurut Keown (2008:83) rasio leverage/utang menunjukkan seberapa
banyak hutang yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Rasio
leverage yang biasa digunakan adalah rasio utang (debt ratio) yaitu total utang
dibagi dengan total aktiva. Informasi rasio utang ini juga penting karena
melalui rasio utang, kreditur dapat mengukur seberapa tinggi risiko utang
yang diberikan kepada suatu perusahaan.
Penelitian ini dilakukan karena hasil penelitian terdahulu memberikan
hasil yang tidak konsisten dalam memprediksi Financial Distress, penelitian
Luciana dan Kristiadji (2013), Novita (2014) menyimpulkan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.
Sedangkan penelitian Imam dan Reva (2012) menyimpulkan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.
Penelitian Imam dan Reva (2012) menyimpulkan bahwa likuiditas
tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Dis tress. Sedangkan
menurut Luciana dan Kristiadji (2003), Novita (2014) menyimpulkan bahwa
likuiditas berpengaruh terhadap Financial Distress.
Penelitian Imam dan Reva (2012) menyimpulkan bahwa leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress. Sedangkan penelitian
menurut Almilia (2006), Luciana dan Kristiadji (2003), Novita (2014)
menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh terhadap Financial Distress.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka judul penelitian ini adalah
Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Financial
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang
masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2012-2016?
b. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2012-2016?
c. Apakah leverage berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2012-2016?
1.3 Batasan Masalah
Pada dasarnya agar permasalahan yang telah dirumuskan tidak
menyimpang terlalu jauh, maka kondisi Financial Dis tress perusahaan
hanya diukur dengan EPS (Earning Per Share) perusahaan. Penelitian ini
hanya meneliti rasio keuangan yang diambil meliputi Current Ratio, ROA
dan Debt Ratio.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas , tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap terjadinya kondisi
Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2012-2016
2. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap terjadinya kondisi
Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2012-2016
3. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap terjadinya kondisi
Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2012-2016
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak lain antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan pemahaman tentang
kondisi Financial Distress perusahaan sehingga manajemen perusahaan
dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan Financial Distress
dan untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat terhindar dari
resiko Financial Distress.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta dapat digunakan acuan dalam penelitian sejenis, dan dapat dijadikan
bahan kajian teoritis dan referensi.
3. Bagi Investor
Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi
perusahaan dan digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum
pengambilan keputusan investasi .
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Financial Distress
a. Pengertian Financial Distress
Financial Distress merupakan kondisi dimana perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Kebangkrutan
adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana
untuk menjalankan usahanya.
Menurut Lesmana (2003) kebangkrutan adalah ketidakpastian
mengenai kemampuan atas suatu perusahaan untuk melanjutkan
kegiatan operasinya jika kondisi keuangan yang dimiliki mengalami
penurunan. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan
timbul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual
aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva
tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya.
Menurut Platt dalam Luciana (2006) mendefinisikan Financial
Distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi
sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Luciana (2006)
mengumpamakan kondisi Financial Distress sebagai suatu kondisi dari
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
perusahaan yang mengalami laba bersih negatif selama beberapa tahun.
Sedangkan menurut Luciana (2004) kondisi Financial Distress sebagai
suatu kondisi dimana perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih
dan nilai buku ekuitas negatif berturut-turut serta perusahaan tersebut
telah mengalami merger.
Financial Distress adalah istilah yang digunakan dalam kamus
Corporate Finance untuk mengindikasikan suatu kondisi ketika janji-
janji kepada kreditur dilanggar atau ditepati tetapi dengan kesulitan.
Financial Distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model ini perlu untuk
dikembangkan, karena dengan mengetahui Financial Distress
perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan
untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah ke kebangkrutan.
Menurut Rayenda (2007), Financial Distress terjadi karena
perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan kinerja
keuangan perusahaannya yang bermula dari kegagalan dalam
mempromosikan produk yang dibuatnya yang menyebabkan turunnya
penjualan sehingga dengan pendapatan yang menurun dari sedikitnya
penjualan memungkinkan perusahaan mengalami kerugian operasional
dan kerugian bersih untuk tahun yang berjalan dari kerugian yang
terjadi akan mengakibatkan defisiensi modal dikarenakan penurunan
nilai saldo laba yang terpakai untuk melakukan pembayaran dividen,
sehingga total ekuitas secara keseluruhan pun akan mengalami
defisiensi. Jika hal ini terus terjadi, maka tidak mustahil bahwa suatu
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
saat total kewajiban perusahaan akan melebihi total aktiva yang
dimilikinya. Kondisi seperti yang telah disebutkan di atas
mengasosiasikan suatu perusahaan sedang mengalami kesulitan
keuangan (Financial Distress) yang pada akhirnya jika perusahaan
tidak mampu keluar dari kondisi tersebut di atas, maka perusahaan
tersebut akan mengalami kepailitan. Untuk mendeteksi kesulitan
keuangan perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan. Secara
umum rasio-rasio seperti profitabilitas, likuiditas, leverage dan cakupan
arus kas berlaku sebagai indikator yang paling signifikan dalam
memprediksi kesulitan keuangan maupun kebangkrutan.
b. Faktor Penyebab Financial Distress
Financial Distress timbul karena adanya pengaruh dari dalam
perusahaan itu sendiri (internal) maupun dari luar perusahaan
(eksternal).
Menurut Damodaran (2001) menyatakan, faktor penyebab
Financial Distress dari dalam perusahaan bersifat mikro, faktor-
faktor dari dalam perusahaan tersebut adalah:
1. Kesulitan Arus Kas
Terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari
hasil kegiatan operasi tidak cukup untuk menutupi beban-beban
usaha yang timbul atas aktivitas operasi perusahaan. Selain itu
kesulitan arus kas juga bisa disebabkan adanya kesalahan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
manajemen ketika mengelola aliran kas perusahaan dalam
melakukan pembayaran aktivitas perusahaan dimana dapat
memperburuk kondisi keuangan perusahaan.
2. Besarnya Jumlah hutang
Kebijakan pengambilan hutang perusahaan untuk
menutupi biaya yang timbul akibat operasi perusahaan akan
menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan
hutang di masa mendatang. Ketika tagihan jatuh tempo, sedangkan
perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk melunasi tagihan-
tagihan tersebut,maka kemungkinan yang dilakukan kreditur adalah
melakukan penyitaan hartaperusahaan untuk menutupi kekurangan
pembayaran tagihan tersebut.
3. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa
tahun
Dalam hal ini merupakan kerugian operasional perusahaan
yang dapat menimbulkan arus kas negatif dalam perusahaan. Hal
ini dapat terjadi karena beban operasional lebih besar dari
pendapatan yang diterima perusahaan. Meskipun suatu perusahaan
dapat mengatasi tiga masalah di atas, belum tentu perusahaan
tersebut dapat terhindar dari Financial Distress, itu karena masih
terdapat faktor eksternal perusahaan yang dapat menyebabkan
Financial Distress.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
Menurut Damodaran (2001), faktor eksternal perusahaan
lebih bersifat makro, dimana cakupannya lebih luas. Faktor
eksternal dapat berupa kebijakan pemerintah yang dapat menambah
beban usaha yang ditanggung perusahaan, misalnya tarif pajak yang
meningkat dapat menambah beban perusahaan. Selain itu masih ada
kebijakan suku bunga pinjaman yang meningkat, dimana bisa
menyebabkan peningkatan beban bunga yang ditanggung
perusahaan.
c. Dampak Financial Distress
Salah satu dampak Financial Distress adalah dapat membawa
perusahaan mengalami kesulitan dalam membayarkan kewajiban yang
ditanggung. Menurut Anggarini (2010), perusahaan yang mengalami
Financial Distress (kesulitan keuangan) akan menghadapi kondisi :
1. Tidak mampu memenuhi jadwal atau kegagalan pembayaran
kembali hutang yang sudah jatuh tempo kepada kreditor.
2. Perusahaan dalam kondisi tidak solvable (insolvency).
Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Gitman (2002),
menurutnya ada tiga hal yang paling terlihat ketika perusahaan
mengalami Financial Distress, yaitu :
1. Business Failure (kegagalan bisnis), dapat diartikan sebagai :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
a. Keadaan dimana realized rate of retrun dari modal yang
diinvestasikan secara signifikan terus menerus lebih kecil
dari rate of retrun pada investasi sejenis.
b. Suatu keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat
menutupi biaya perusahaan.
c. Perusahaan diklasifikasikan kepada failure, perusahaan
mengalami kerugian operasional selama beberapa tahun
atau memiliki retrun yang lebih kecil dari pada biaya modal
(cost of capital) atau negative retrun.
2. Insolvency (tidak solvable), dapat diartikan sebagai:
a. Technical insolvency timbul apabila perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran hutangnya pada saat
jatuh tempo.
b. Accounting insolvency, perusahaan memiliki negative
networth, secara akuntansi memiliki kinerja buruk
(insolvent), hal ini terjadi apabila nilai buku dari kewajiban
perusahaan melebihi nilai buku dari total harta perusahaan
tersebut.
3. Bankruptcy, yaitu kesulitan keuangan yang mengakibatkan
perusahaan memiliki negative stockholders equity atau nilai
pasiva perusahaan lebih besar dari nilai wajar harta perusahaan.
Dari tiga macam kategori Financial Distress di atas, penelitian
ini menggunakan poin pertama untuk mengkategorikan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
perusahaan yang dianggap mengalami Financial Distress, yaitu
ketika perusahaan mengalami kegagalan bisnis yang terlihat
dari pendapatan perusahaan yang tidak dapat menutupi biaya
perusahaan yang timbul. Berarti jika terjadi hal demikian,
perusahaan sedang mengalami kerugian, yang berimbas pada
kewajiban perusahaan untuk menutupi kekurangan biaya yang
terjadi dengan sumber-sumber pendanaan yang lain.
d. Manfaat Financial Distress
Prediksi Financial Distress perusahaan ini menjadi perhatian
banyak pihak (Almilia, 2003). Pihak-pihak yang menggunakan model
tersebut meliputi :
1. Pemberi Pinjaman
Penelitian berkaitan dengan prediksi Financial Distress
menpunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam
memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan
menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah
diberikan.
2. Investor
Model prediksi Financial Distress dapat membantu investor
ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam
melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
3. Pembuat Peraturan
Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi
kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu.
Hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk
mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai
stabilitas perusahaan.
4. Pemerintah
Prediksi Financial Distress juga penting bagi pemerintah dan
antitrust regulation.
5. Auditor
Model prediksi Financial Distress dapat menjadi alat yang
berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu
perusahaan.
6. Manajemen
Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka
perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan
pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugan penjualan atau kerugian
paksa akibat ketetapan pengadilan), sehingga dengan adanya model
prediksi Financial Distress diharapkan perusahaan dapat menghindari
kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya langsung
dan tidak langsung dari kebangkrutan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
2.1.2 Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan dan Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat menggambarkan kondisi keuangan dan
hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Laporan keuangan dapat menjadi bahan untuk sarana informasi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Laporan
keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber
informasi mengenaiposisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung
pengambilan keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi
lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus
dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomis (Kamaludin dan Pribadi, 2011).
Menurut Kasmir (2008), kinerja perusahaan dapat diukur dengan
mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dapat
memprediksi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Hasil
analisis laporan keuangan akan memberikan informasi tentang kekuatan
dan kelemahan suatu perusahaan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan
yang dimiliki maka akan tergambar kinerja suatu perusahaan. Jika
perusahaan dapat mengetahui kelemahan perusahaan, manajemen dapat
melakukan tindakan untuk memperbaiki sistem keuangan perusahaan.
Hasil analisis laporan keuangan dapat dilihat dalam rasiorasio keuangan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang dihasilkan dari analisis laporan
keuangan inilah yang merupakan indikator yang digunakan untuk
memprediksi terjadinya Financial Distress.
Menurut Najmudin (2011), tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna bagi sejumlah pemakai
untuk pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggung
jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan oleh pemilik
perusahaan kepadanya.
Tujuan Laporan Keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan
(IAI, 2002) antara lain :
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Menggambarkan secara umum pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu
c. Menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
b. Komponen Laporan Keuangan
Laporan Keuangan yang terlengkap terdiri atas komponen berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan atau Neraca
Neraca merupakan laporan posisi keuangan yang
menggambarkan asset, kewajiban, dan modal suatu perusahaan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
dalam suatu tanggal tertentu. Melalui laporan ini pengguna laporan
dapat mengetahui informasi mengenai sifat dan jumlah investasi
dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada kreditur, dan
ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih. Menurut Sugiri
(2008:23) neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis
menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan operasi perusahaan
selama periode akuntansi yang menyajikan seluruh hasil dan biaya
untuk mendapatkan hasil, laba atau rugi perusahaan. Laporan laba
rugi membantu pemakai laporan keuangan mengevaluasi
kemampuan perusahaan dalam beroperasi, memprediksikan operasi
perusahaan dimasa yang akan datang.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan modal atau laba ditahan menyajikan peningkatan
dan penurunan aktiva bersih perusahaan atau kekayaan perusahaan
selama periode yang bersangkutan termasuk keputusan atas
kebijakan direksi terhadap para pemilik modal. Menurut Sugiri
(2008:40) laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang
secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan
ekuitas perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan
pemilik pada satu periode tertentu.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi yang relevan
mengenai penerimaan kas dan pengunaan kas suatu perusahaan
selama periode akuntansi. Ikthisar laporan ini terdiri dari laporan
arus kas dari aktivitas operasi, laporan arus kas dari aktivitas
investasi, dan laporan arus kas dari aktivitas pendanaan (keuangan).
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan Atas Laporan Keuangan atau CALK merupakan
informasi rinci tentang detil yang ada dalam laporan keuangan
perusahaan. Dengan kata lain CALK merupakan penjelas pada
laporan keuangan yang tidak bisa diungkapkan secara rinci asal
muasal angka yang ada dalam laporan keuangan tersebut.
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan
Menurut Etty dalam Orina (2013:6) pada dasarnya analisis rasio
keuangan adalah: analisis untuk menganalisa hubungan data keuangan
dan untuk mengetahui hubungan pos-pos dalam neraca atau laporan laba
rugi untuk mengetahui baik atau buruknya posisi keuangan dan prestasi
perusahaan. Rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi kesulitan
keuangan bisnis untuk periode satu sampai lima tahun sebelum bisnis
tersebut benar-benar bangkrut.
Menurut Nasser dan Aryati dalam Indri (2012:3). Rasio
keuangan bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan bisnis untuk
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
periode satu sampai lima tahun sebelum bisnis tersebut benar-benar
bangkrut. Berdasarkan definisi diatas, analisis rasio keuangan merupakan
suatu alat untuk menganalisis laporan keuangan sebagai hasil dari kinerja
suatu perusahaan.
2.1.4 Likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mendanani operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka
pendek perusahaan (Triwahyuningtyas,2012) Dalam penelitian ini,
rasio yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah current
ratio/current asset to current liabilities (Almia dan Kritijadi, 2003
dalam Hanifah dan Purwanto, 2013), yang merupakan kemampuan
perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
menggunakanaktiva lancarnya. Current ratio dihitung dengan cara:
Current Ratio
2.1.5 Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan
antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut.
Menurut Wahyu (2009), profitabilitas menunjukkan
efisiensi dan efektivitas penggunaan aset perusahaan karena rasio
ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan penggunaan aset. Dengan adanya efektivitas dari
penggunaan aset perusahaan maka akan mengurangi biaya yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
dikeluarkan oleh perusahaan, maka perusahaan akan memperoleh
penghematan dan akan memiliki kecukupan dana untuk
menjalankan usahanya. Dengan adanya kecukupan dana tersebut
maka kemungkinan perusahaan mengalami Financial Distress
akan menjadi lebih kecil.
Menurut Hanafi (2000) dalam Wongsudono (2013) Return
On Asset digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan
menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki
perusahaan. ROA positif menunjukkan keselurahan aktiva yang
dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba
bagi perusahaan sedangkan ROA yang negatif menunjukkan aktiva
yang digunakan untuk perusahaan tidak mampu memberikan
keuntungan bagi perusahaan. ROA dapat dihitung dengan rumus
berikut:
ROALABA BERSIH
TOTAL AKTIVA
2.1.6 Leverage
Leverage digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban kewajibannya baik itu
jangka pendek maupun jangka panjang jika pada suatu saat
perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini menunjukkan seberapa
banyak aset perusahaan yang didanai dari hutang. Dengan
tingginya hutang yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
dipaksa untuk menghasilkan pendapatan yang lebih agar bisa
membayar hutang dan bunganya. Oleh karena itu, diperkirakan ada
hubungan positif antara rasio leverage dengan Financial Distress
(Hidayat, 2013). Dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk
mengukur leverage adalah total debt to equity ratio
Rumus DER
2.2 Penelitian Terdahulu
Gobenvy,2014 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Profitabilitas, Financial Leverage dan Ukuran perusahaan terhadap Financial
Distress”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh
profitabilitas, financial leverage, dan ukuran perusahaan terhadap Financial
Distress yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2009-2011.
Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, sebanyak
90 perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas
yang diukur dengan ROA, financial leverage yang diukur dengan debt ratio,
dan ukuran perusahaan hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan
financial leverage berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.
Sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
Financial Distress.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
Imam Mas’ud dkk 2012, melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Rasio Keuangan untuk memprediksi kondisi Financial Distress
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia “.
Tujuan penelitian ini antara lain untuk menganalisis pengaruh
likuiditas terhadap kondisi Financial Distress perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI, untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap kondisi
Financial Distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI , untuk
menganalisis pengaruh financial leverage terhadap kondisi Financial Distress
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan untuk menganalisis
pengaruh arus kas operasi terhadap kondisi Financial Distress perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Populasi penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-
2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
metode purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 62 perusahaan
dengan jumlah observasi 310. Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas
tidak berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress. Profitabilitas
berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress. Financial leverage tidak
berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress. Arus kas dari aktivitas
operasi berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
Penelitian Andre (2013) menguji pengaruh profitabilitas, likuiditas,
dan leverage dalam memprediksi Financial Distress. Sampel penelitian yang
digunakan adalah perusahaan anek industri yang terdaftar di BEI pada tahun
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
2006-2010. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 46 perusahaan.
Variabel independen yang digunakana adalah profitabilitas, likuiditas, dan
leverage. Kriteria Financial Distress didasarkan pada laba operasi negatif
selama 2 tahun berturut-turut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
profitabilitas dan leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Financial Distress, sedangkan likuiditas memiliki pengaruh yang siginifikan
dalam memprediksi Financial Distress.
2.3 Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan mempunyai potensi mengalami masalah kesulitan
keuangan apabila manajemen perusahan tidak dapat melakukan pengelolaan
dengan baik. Hal ini berarti sistem tatakelola perusahaan menjadi bagian yang
penting untuk diperhatikan perusahaan. Baik tidaknya sistem tata kelola
perusahaan tidak terlepas dari struktur pengelolanya itu sendiri. Struktur
pengelolaan yang baik tentunya membuat manajemen lebih mudah dan lebih
terarah dalam menjalankan tugasnya.
Banyak para peneliti menggunakan rasio keuangan untuk meneliti
Financial Distress, namun diantaranya masih terdapat perbedaan-perbedaan
dalam hasil rasio yang mempengaruhi Financial Distress. Penelitian ini
menggunakan rasio keuangan likuiditas, profitabilitas, dan leverage yang
masing - masing diukur dengan menggunakan current ratio, return on asset,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
dan debt ratio. Berdasarkan telaah pustaka, diatas maka dapat disajikan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis Penelitian
a. Hubungan Antara Likuiditas dengan Financial Distress
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan mendanai operasional perusahaan dalam memenuhi kewajiban
(utang) jangka pendek (Sawir, 2005:56). Likuiditas perusahaan diasumsikan
dalam penelitian ini mampu menjadi alat prediksi kondisi Financial Distress
suatu perusahaan dan diukur dengan current ratio, yaitu aktiva lancar dibagi
hutang lancar (CA/CL). Current ratio mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.
Financial Distress Profitabilitas (X2)
Leverage (X3)
Likuiditas (X1)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
Semakin besar rasio likuiditas maka semakin kecil kemungkinan perusahaan
mengalami Financial Distress.
Luciana dan Kristijadi (2003) menganalisis rasio keuangan untuk
memprediksi Financial Distress. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
likuiditas yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar (CA/CL). Semakin
besar rasio ini maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami
Financial Distress. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan manfaat
laporan keuangan dalam memprediksi kinerja perusahaan seperti Financial
Distress. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa likuiditas
mampu memprediksi Financial Distress perusahaan. Berdasarkan analisis dan
temuan penelitian terdahulu maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai
berikut:
H1: Likuiditas berpengaruh terhadap Financial Distress
b. Hubungan Antara Profitabilitas dengan Financial Distress
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Mas’ud (2012) menyatakan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh positif
terhadap kondisi Financial Distress perusahaan. Pada penelitian Andre (2013)
profitabilitas mempunyai pengaruh yang sidnifikan terhadap Financial
Distress.
Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan
dan keputusan, dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari setiap rupiah
penjualan yang dihasilkan. Profitabilitas adalah tingkat keberhasilan atau
kegagalan perusahaan selama jangka waktu tertentu (Atmini, 2005).
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti memiliki laba yang
besar. Ini berarti perusahaan tersebut semakin kecil kemungkinan untuk
mengalami Financial Distress.
Penelitian yang dilakukan Arini (2010) profitabilitas berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kondisi Financial Distress perusahaan artinya
semakin besar profitabilitas suatu perusahaan semakin mengurangi kondisi
Financial Distress perusahaan tersebut dan rasio yang paling dominan dalam
memprediksi kondisi Financial Distress adalah rasio profitabilitas
Dari penelitian tersebut, maka hipotesis kedua yang diajukan adalah
sebagai berikut :
H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress
perusahaan.
c. Hubungan Antara Leverage dengan Financial Distress
Leverage ratio merupakan rasio untuk mengukur perbandingan dana
yang disediakan pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kerditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini menunjukan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman. Analisis terhadap rasio ini
diperlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
jangka pendek dan hutang jangka panjang apabila suatu saat perusahaan
dilikuidasi atau dibubarkan.
Penelitian Andre (2013) menyatakan leverage ratio juga berpengaruh
positif terhadap kondisi Financial Distress perusahaan. Sedangkan penelitian
Fitri (2015) menyatakan bahwa leverage ratio berpengaruh negatif terhadap
kondisi Financial Distress perusahaan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian
tersebut, menghasilkan perbedaan dari hasil penelitian Andre (2013) dengan
hasil penelitian Fitri (2015).
Penelitian Luciana dan Kristijadi (2003) yang bertujuan untuk
membuktikan manfaat laporan keuangan dalam memprediksi kinerja
perusahaan seperti Financial Distress, penelitian ini membuat 12 persamaan
regresi untuk menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk
memprediksi Financial Distress. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
rasio-rasio keuangan disebutkan bahwa rasio financial leverage yaitu variabel
total hutang dibagi dengan total modal (DER) dapat digunakan untuk
memprediksikan Financial Distress suatu perusahaan. Karena semakin besar
rasio financial leverage akan semakin besar kemungkinan perusahaan
mengalami Financial Distress. Koefisien dalam variabel ini bertanda positif,
artinya variabel DER memiliki pengaruh positif terhadap Financial Distress
suatu perusahaan. Dari penelitian tersebut, maka hipotesis ketiga yang
diajukan adalah sebagai berikut :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
H3: Leverage berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress
perusahaan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan
mengakses situs resmi www.idx.co.id .
3.2. Variabel penelitian
3.2.1.Variabel Dependen
a. Financial Distress
Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel dimana
faktor keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Financial Distress. Dalam
penelitian ini penentuan Financial Distress perusahaan dikatakan
mengalami Financial Distress jika selama dua tahun berturut-turut
mengalami laba bersih operasi (net operating income), sedangkan
perusahaan yang tidak mengalami laba operasi negatif selama dua
tahun berturut-turut tidak dikategorikan mengalami Financial
Distress. Variabel ini menggunakan variabel dummy dengan ukuran
binomial yaitu nilai satu (1) apabila perusahaan memiliki earning per
share (EPS) negatif dan nol (0) apabila perusahaan memiliki earning
per share (EPS) positif. Perusahaan yang memiliki earning per share
negatif dianggap sebagai perusahaan yang mengalami Financial
Distress (Agusti,2013).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
3.2.2.Variabel Independen
a. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain
adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
atau utang segera harus dibayar dengan harta lancarnya.
Likuiditas diukur dengan Rasio Lancar (Current
Ratio) .Rumus Current Ratio
b. Profitabilitas
Profitabilitas adalah suatu ukuran dalam prosentase yang
digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu
menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.
Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba
sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per
saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma
ukuran bagi kesehatan perusahaan. Profitabilitas dalam
penelitian ini menggunakan ROA .
Rumus ROA
c. Leverage
Leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana
perusahaan dibelanjai dengan hutang. Semakin besar tingkat
leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah hutang yang
digunakan, dan semakin besar resiko bisnis yang dihadapi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
terutama apabila kondisi perekonomian memburuk. Leverage
dalam penelitian ini menggunakan (Debt to equity ratio)
Rumus DER
3.2.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
a. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian. Sampel
merupakan sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang
sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili populasinya.
Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu
pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu (ghozali
2011) . Kriteria yang digunakan:
1. Perusahaan yang melaporkan terus menerus laporan
keuangan dari tahun 2012-2016
2. Perusahaan yang secara lengkap menyampaikan data selama
periode pengamatan tahun 2012-2016 berkaitan dengan
variable likuiditas, profitabilitas dan leverage
3. Perusahaan yang mengalami EPS (Earning Per Share)
negative dan perusahaan pasangan yang mengalami EPS
positif.
Berdasarkan pada kriteria pemilihan sampel maka perusahaan
yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini
berjumlah 50 perusahaan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
b. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2012-
2016 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh melalui
www.idx.co.id
c. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
metode dokumentasi yaitu dari data-data yang dipublikasikan oleh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui
situs www.idx.co.id
3.2.4.Teknik Analisis Data
a. Uji Hipotesis
Pengujian dalam penelitian ini dengan menggunakan regresi logistik
(Logistic Regression ). Regresi Logistik adalah regresi yang digunakan
untuk untuk mengetahui prediksi rasio keuangan dan yang paling dominan
dalan menentukan apakah suatu perusahaan akan mengalami Financial
Distress atau tidak. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Ln a0 b1LIQUID b2PROF b3LEV εi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
Keterangan :
Ln : Log dari perbandingan antara peluangFinancial Distress
dan peluang non Financial Distress
a : Konstanta
b1 : Koefisien Regresi dari Likuiditas
b2 : Koefisien Regresi dari Probabilitas
b3 : Koefisien Regresi dari Leverage
1. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)
Langkah pertama dalam menganalisis data dan menggunakan regresi
logistic menurut Ghozali (2012) adalah dengan menilai overall fit model
terhadap data. Namun pada regresi logistic beberapa tes statistik untuk
menilai model fit adalah sebagai berikut:
a) Hosmer and Lameshow
Hosmer and Lameshow’s Goodness of fit test menguji hipotesis
nol apakah data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada
perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Hipotesis untuk menilaimodel fit adalah:
Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
35
Kriteria pengambilan keputusan yang untuk menguji hipotesis ini
adalah (Ghozali, 2012):
1) Jika nilai signifikasi Hosmer and Lameshow’s Goodness of fit test
≥ 0.05 maka H0 diterima yang berarti model mampu memprediksi
nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima
karena cocok dengan data observasinya.
2) Jika nilai signifikasi Hosmer and Lameshow’s Goodness of fit test
< 0.05 maka H0 ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan
antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit
model tidak baik karena model dengan nilai observasinya sehingga
goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat dipakai
untuk memprediksi.
b) Nilai -2Log Likehood (-2 Log L)
Penilaian model fit berdasarkan nilai -2LogL dapat dilihat dengan
membandingkan antara nilai -2LogL pada awal (block number =0)
dengan nilai -2LogL pada akhir (block number =1) . Nilai -2LogL
pada awal (block number =0) merupakan model yang hanya
memasukkan konstanta, sedangkan nilai -2LogL pada akhir (block
number =1) merupakan model yang memasukkan konstanta dan
variable independen (Ghozali,2012)
Apabila nilai -2LogL pada akhir (block number =1) lebih kecil
dari nilai -2LogL pada awal (block number =0), maka menunjukkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
36
model regresi yang baik. Dengan demikian adanya penurunan Log
Likehood berarti bahwa model regresi semakin baik.
c) Koefisien Cox and Snell R Square dan Negelkerke RSquare
Cox and Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba untuk
meniru R Square pada multiple regression yang didasarkan pada
tekhnik estimasi Likehood dengan nilai maksimum kurang dari 1
(satu), sehingga sulit diinterpretasikan. Negelkerke RSquare
merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell R Squre untuk
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu).
Hal ini dilakukan dengan cara membagi Cox and Snell R Square
dengan nilai maksimumnya. Nilai Negelkerke R Square pada regresi
logistic dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada multiple
regression , dimana variable independen sebesar nilai pada Negelkerke
R Square (Ghozali,2012)
b. Ketepatan Prediksi Model Regresi Logistik
Ghozali,2012 menjelaskan bahwa classification table 2x2
digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan
salah (incorrect). Kolom pada table klasifikasi merupakan dua nilai
prediksi dari variable dependen, yaitu Financial Distress dan non
Financial Distress. Baris pada table klarifikasi menunjukkan nilai
observasi sesungguhnya dari variable dependen. Pada model sempurna
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
37
maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan ketepatan
peramalan (100%)
c. Pengujian Signifikansi dari Koefisien Regresi
Menurut Ghozali,2012 bahwa pada regresi logistic digunakan uji
wald untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variable
independen yang masuk dalam model. Oleh karena itu, apabila uji wald
terlihat angka signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi
adalah signifikan terhadap tingkat kepercayaan 5%. Uji wald digunakan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
kemungkinan perusahaan berada pada kondisi Financial Distress.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
38
Tabel 4.2.1 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Step Chi-square df Sig.
1 18.829 8 .016Sumber : Data sekunder diolah 2017
Hosmer and Lemeshow Test
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Penelitian
Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini yang diambil
dari situs www.idx.co.id. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2012-2016. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling yaitu memilih sampel dengan kriteria yang sudah disebutkan.
Pengambilan sampel penelitian ini digambarkan dalam table dibawah ini:
4.2. Analisis Data
4.2.1. Uji kelayakan model regresi
Hosmer and Lameshow (modul SPSS versi 24) digunakan untuk
menilai kelayakan model regresi logistic yang akan digunakan untuk
analisis selanjutnya. Pengujian kelayakan model regresi ditunjukkan pada
tabel 2 di bawah ini:
Tabel 4.1. Sampel Penelitian
Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 2012-2016 141 Tidak tersedia laporan tahunan lengkap dari 2012-2016 91 Tersedia laporan keuangan lengkap dari tahun 2012-2016 (sampel penelitian) 50 Sumber : Data sekunder diolah, 2017
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
39
Berdasarkan Hosmer and Lameshow Test pada tabel 2 diperoleh
nilai Chi Square sebesar 18.829 dengan nilai sig sebesar 0,016. Hasil
tersebut terlihat bahwa Sig lebih besar dari nilai alpha (0,05) , yang
berarti model adalah fit dan model dinyatakan layak dan boleh
diinterpretasikan atau tidak ada perbedaan antara data estimasi model
regresi logistic dengan data observasinya.
Estimasi Chi Square ditujukan untuk mengetahui pengaruh dari
profitabilitas, likuiditas, dan leverage dalam memprediksi Financial
Distress.
4.2.2. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
a. Chi Square (X2)
Model Chi Square dilakukan untuk mengetahui apakah variable
bebas yang ditambahkan ke dalam model dapat secara signifikan
memperbaiki model yang digunakan dalam statistik -2LogL.
Tabel 4.2.2.a Hasil Uji Chi Square (X2) -2 Log Likehood Pada Blok Pertama dan Blok Kedua
Iteration -2 Log likelihood Iteration -2 Log likelihood
Step 0 1 273.861 Step 1 1 205.170 2 273.213 2 153.886
3 273.213 3 126.291
4 273.213 4 116.540
5 114.914
6 114.848
7 114.848
8 114.848 Sumber : Data Sekunder diolah 2017
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
40
Pada Block 0 yaitu model pertama hanya dengan konstanta
tanpa adanya variable bebas diperoleh nilai -2Log Likehood sebesar
273.213. Sedangkan pada Block 1 yaitu model kedua yang sudah
melibatkan variable bebas diperoleh nilai -2 Log Likehood sebesar
114.848 . Berdasarkan tabel 3 terlihat ada penurunan antara Block 0
sebesar 273.213 dan Block 1 turun menjadi 114.848 yang
menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan dalam penelitian.
b. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Koefisien Determinasi digunakan untuk menginformasikan baik
tidaknya model regresi yang terestimasi, atau dengan kata lain angka
tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang
terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai Koefisien Determinasi
ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variable terikat Y yang
dapat diterangkan oleh variable bebas X.
Tabel 4.2.2.b Hasil Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 114.848a 0.469 .706
Sumber: Data Sekunder diolah 2017
Koefisien determinasi dalam regresi logistic dapat dilihat pada nilai
Naglekerke R Square. Tabel 4 menunjukkan nilai sebesar 0,706 yang
mempunyai arti bahwa 70,6 persen variable terikat dapat dijelaskan
oleh variable bebas dan sisanya 29,4 persen dipengaruhi oleh
variable lain diluar model.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
41
c. Tabel Klasifikasi 2x2
Tabel Klasifikasi 2x2 digunakan untuk menghitung estimasi
yang benar (correct) dan yang salah (incorrect). Tabel ini juga
menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi dalam
memprediksi kondisi Financial Distress perusahaan manufaktur.
Tabel 4.2.2.c. Hasil Tabel Klasifikasi 2x2 Classification Tablea
Observed Predicted
FIN DES Percentage Correct 0 1
Step 1 FIN DES
0 189 2 99 1 14 45 76.3
Overall Percentage 93.6 Sumber : Data Sekunder diolah 2017
Berdasarkan tabel 4.2.2.c dapat dilihat bahwa menurut
prediksi perusahaan yang mengalami Financial Distress adalah 59
perusahaan, sedangkan observasi sesungguhnya bahwa perusahaan
yang mengalami kondisi Financial Distress sebanyak 45 perusahaan,
Maka ketepatan model ini 45/59 atau 76,3% dan menurut perusahaan
yang tidak mengalami Financial Distress adalah sebesar 191
sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan perusahaan yang
tidak mengalami Financial Distress adalah 189 perusahaan, maka
ketepatan model ini 189/191 atau 99% .
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
42
4.2.3. Uji analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistic digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen yaitu likuiditas, profitabilitas, dan leverage. Hasil
pengujian ini menggunakan program SPSS versi 24.
Tabel 4.2.3. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis Uji Wald
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a LIKUIDITAS .000 .000 .479 1 .489 1.000
PROFITABILITAS -.756 .120 39.733 1 .000 .469
LEVERAGE .116 .091 1.614 1 .204 1.123
Constant -1.123 .294 14.56 1 .000 .325 Sumber : Data Sekunder diolah 2017
Analisis ini dilakukan terhadap hasil perhitungan dan pengujian
data sekunder atas laporan keuangan dari 50 sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-
2016. Pengujian ini dilakukan dengan metode regresi logistic untuk
menguji ada atau tidaknya pengaruh variable independen (current asset,
ROA, dan DER) terhadap variable dependen (Financial Distress).
Berdasarkan tabel 6 diperoleh persamaan regresi logistic sebagai berikut :
Y = -1,123 + 0.000 X1 + (-0.756) X2 + 0.116 X3
Angka yang dihasilkan dari pengujian tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Konstanta
Dari uji regresi logistic terlihat bahwa konstanta sebesar -
1,123 menunjukkan bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabel
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
43
bebas yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage maka probabilitas
Financial Distress akan menurun -1,123.
2. Likuiditas X1
Dari hasil uji regresi logistic, likuiditas memiliki
signifikansi sebesar 0.489 > 0,05 artinya likuiditas tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kondisi
Financial Distress perusahaan manufaktur. Dilihat dari nilai
oddratio variabel likuiditas sebesar 1,000 kali lebih tinggi
mengalami Financial Distress.
3. Profitabilitas X2
Dari hasil uji regresi logistic, profitabilitas memiliki
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya profitabilitas
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi Financial
Distress perusahaan manufaktur. Dilihat dari nilai odd ratio
variabel profitabilitas sebesar 0.469 menunjukkan bahwa
profitabilitas mempunyai resiko 0.469 kali lebih rendah mengalami
Financial Distress.
4. Leverage X3
Dari hasil uji regresi logistic, leverage memiliki signifikansi
sebesar 0.204 > 0.05 yang artinya leverage tidak mempunyai
pengaruh yang signifikasn terhadap kondisi Financial Distress
perusahaan manufaktur. Dilihat dari nilai odd ratio variabel
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
44
leverage sebesar 1,123 menunjukkan bahwa leverage mempunyai
resiko 1,123 kali lebih tinggi mengalami Financial Distress.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
a. Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Distress
Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 4.2.3 adalah likuiditas
tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress dengan tingkat
signifikan sebesar 0.489 > 0,05. Hasil ini berarti H0 diterima dan H1
ditolak, yang berarti likuiditas tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam memprediksi Financial Distress
Likuiditas dinilai dari kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang lancer dengan aktiva lancar yang dimiliki. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap prediksi Financial Distress. Perusahaan sampel mampu
mendanai kegiatan operasional perusahaan dengan memenuhi kewajiban
lancar dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Oleh karena itu perusahaan
mengelola hutang lancar dengan aktiva yang dimilikinya dengan baik
sehingga tidak terjadi Financial Distress.
b. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Distress
Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 4.2.3 adalah
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh dan signifikan terhadap
prediksi kondisi Financial Distress dengan signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
Hal ini berarti H2 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
45
terhadap kondisi Financial Distress pada perusahaan manufaktur diterima.
Ini menunjukkan bahwa penurunan profitabilitas menunjukkan kondisi
Financial Distress. Sebaliknya semakin tinggi profitabilitas maka semakin
kecil perusahaan mengalami Financial Distress. Hal itu dikarenakan
kemampuan memperoleh laba perusahaan yang semakin tinggi akan
mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan yang baik sehingga akan
terhindar dari kondisi Financial Distress. Akan tetapi bagi perusahaan
yang memiliki profitabilitas rendah tidak mempunyai kekuatan ekonomi
yang baik akan mendorong Financial Distress. Berarti profitabilitas dapat
memprediksi kondisi Financial Distress perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mas’ud (2012), Andre
(2013) dan Gobenvy (2014) yang menemukan bahwa profitabilitas
berpengaruh negative terhadap kondisi Financial Distress perusahaan.
c. Pengaruh Leverage Terhadap Financial Distress
Hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 4.2.3 adalah
menunjukkan bahwa Leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap
kondisi Financial Distress pada perusahaan karena memiliki signifikansi
sebesar 0.204 > 0.05 . hal ini menunjukkan bahwa H3 yang menyatakan
Leverage berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress ditolak.
Debt Equity Ratio merupakan perbandingan antara total utang
dibagi dengan modal perusahaan. Debt Equity ratio menunjukkan
seberapa besar modal perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Perusahaan
dalam memperoleh sumber dana akan memilih sumber dana yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
46
resikonya kecil dan akan meningkatkan pengelolaan perusahaan sehingga
memperoleh keuntungan yang tinggi.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Luciana dan
Kristiadji (2003) yang membuktikan bahwa hutang (leverage) berpengaruh
terhadap kondisi Financial Distress perusahaan. Debt Equity ratio tidak
dapat digunakan untuk memprediksikan Financial Distress suatu
perusahan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh likuiditas, profitabilitas dan leverage dalam memprediksi
Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2016. Berdasarkan hasil dan
pembahasan maka dapat disimpulkan:
a. Likuiditas tidak berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2012-2016 karena memiliki signifikansi 0.489 yang lebih
besar dari alpha 0,05. Dengan demikian hasil dari penelitian ini (H0)
ditolak.
b. Profitabilitas berpengaruh dalam dalam memprediksi Financial
Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2016 karena memiliki signifikan
0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05. Dengan demikian hasil dari
penelitian ini (H0) diterima.
c. Leverage tidak berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2012-2016 karena memiliki signifikansi 0.204 yang lebih
besar dari alpha 0,05. Dengan demikian hasil dari penelitian bahwa
(H0) ditolak.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
48
5.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini,
maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :
a. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan ukuran lain
untuk memproksikan kondisi Financial Distress perusahaan atau
menggunakan lebih dari satu proksi dalam menentukan Financial
Distress seperti menggunakan nilai buku ekuitas negatif, dan arus
kas negatif.
b. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menambahkan perusahaan
non manufaktur untuk dijadikan sampel penelitian agar dapat
memberikan perbandingan yang lebih baik pada jenis sektor lain.
c. Untuk pihak manajemen agar dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan tindakan-tindakan perbaikan jika telah ada indikasi
bahwa perusahaan mengalami Financial Distress.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
49
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica (2006) Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public dengan menggunakan Analisis Multinominal Logit Jurnal Ekonomi dan Bisnis , Vol XII no 1
Almilia L.S. dan Kristijadi. (2003) Analisis Laporan keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. JAAI, Volume 7, No. 2
Andre, Orina. (2013) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dalam memprediksi Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Sarjana (tidak dipublikasikan) Padang : Universitas Negeri Padang
Anisa, Fitri Nur (2015), Pengaruh Likuiditas,Profitabilitas, Leverage Terhadap Financial distress PerusahaanManufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013 ,Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Akuntansi, Universitas PGRI Yogyakarta
Hapsari, Evany Indri (2012) Kekuatan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di BEI Jurnal Dinamika Manajemen Vol 3(2) : 101-109
Mas’ud, I dan Reva Maymi Srengga. (2012) Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Jember. Vol. 10 No. 2.
Putri, N. Kt. A dan Merkusiwati N. Kt L. A (2014) Pengaruh Mekanisme corporate Governance, Likuiditas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Pada Financial Distress E journal Akuntansi Universitas Udayana Vol 7 (1) 93-106
Ghozali, Imam. (2011) Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
50
Gobenvy, Orchid (2014) Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011.
Sugiri, Slamet (2013) Akuntansi Pengantar 2 Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Triwahyuningtyas, Melinda (2012) Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Terjadinya Kondisi Financial Distress Skripsi Sarjana (tidak dipublikasikan) Semarang : Universitas Diponegoro Semarang
Wahyuningsih, Nur dan Suryanawa, I Ketut (2012) Analisis Pengaruh Opini Going Audit Going Concern dan Penggantian Manajemen Pada Auditor Switching Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 7, No 1
www.idx.co.id
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at