SKRIPSI IDENTIFIKASI JENIS-JENIS RUMPUT LAUT DI PULAU ...
Transcript of SKRIPSI IDENTIFIKASI JENIS-JENIS RUMPUT LAUT DI PULAU ...
i
SKRIPSI
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS RUMPUT LAUT DI PULAU
TANAKEKE
JAKA WARDIMAN DININGRAT
10594086314
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
IDENTIFIASI JENIS – JENIS RUMPUT LAUT DI PULAU TANAKEKE
SKRIPSI
JAKA WARDIMAN DININGRAT
(10594086314)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada
program studi budidaya perairan
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
iii
iv
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Identifikasi Jenis-Jenis Rumput Laut Di Pulau Tanakeke adalah
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri yang belum diajukan oleh
siapapun, bukan pengambil alihan tulisan dalam bentuk apapun keperguruan
tinggi manapun.
Semua sumber data dan informasi yang berasal atau di kutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah di sebut kedalam
teks dan di cantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Juni 2019
Jaka Wardiman Diningrat
vi
ABSTRAK
JAKA WARDIMAN DININGRAT. 1054086314. Identifikasi Jenis-Jenis
rumput laut di Pulau Tanakeke, dibimbing Dr. Ir. Darmawati, M.Si
(pembimbing 1) dan Farhana Wahyu, S.Pi.,M.Si (pembimbing 2).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis rumput laut di
pulau tanakeke.
Sedangkan manfaat dari hasil penelitian ini dijadikan sebagai pedoman
bagi pengembangan atau reverensi mengenai rumput laut.
Penelitian ini dilaksanakan di pulau tanakeke kabupaten takalar provinsi
Sulawesi selatan. Terdapat 9 jenisr umput yang di temukan yaitu Eucheuma
Spinosum, Padina Australis, Ulvasp, Achanthophora Spicifera, Giladiumsp,
Halimedasp, Caulerpa Racemosa, Chaetomorphasp, dan Glacilaria sp.
Parameter kualitas air selama penelitian dalam kondisi yang baik untuk
tumbuhnya rumput lautmaupun alga.
Kata kunci :Identifikasi, rumput laut, pulau tanakeke.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dans yukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini. Adapun judul penelitian ini yakni “Identifikasi Jenis-Jenis Rumput
Laut di Pulau Tanakeke”.
Selanjutnya pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan
rasa hormat, penghargaan dan terimakasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi sehingga proposal
penelitian ini terselesaikan, khususnya kepada :
1. Orang tuaku tercinta, Arifuddin BS dan Warnita, dan saudara-saudaraku
terkasih yang telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Ir. Darmawati., M.Si selaku pembimbing utama yang telah meluangkan
waktunya dalam proses bimbingan dan memberikan arahan pada penyelesaian
proposal, penelitian dan penulisan skripsi.
3. Ibu Farhana Wahyu, S.Pi.,M.Si , selaku pembembing ke 2 yang juga
memberikan curahan waktu dalam proses penyelesaian proposal, penelitian,
dan juga skripsi.
4. Bapak Dr. Abdul Haris Sambu, selaku penguji pertama yang telah memberikan
banyak masukan berupa kritik dan saran dalam penyusunan skripsi.
5. Nur Insana Salam S.Pi., M.Si. selaku penguji ke 2 yang juga turut memberikan
kritik dan saran dalam proses penyelesaian dan penyusunan skripsi ini.
viii
6. Bapak Burhanuddin., S.Pi., MP, selaku dekan fakultas pertanian yang selalu
memberikan motivasi dan nasehat bagi penulis selama kuliah di fakultas
pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Ibu Dr. Ir. Andi Khaeriyah., M.Pd selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan support terhadap mahasiswa dalam proses belajar mengajar
maupun proses penyelesaian skripsi.
8. Bapak dan Ibu dosen beserta staff akademik yang telah memberikan ilmu yang
sangat bermanfaat bagi penulis selama berkuliah di fakultas pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima segala saran
dan kritikan sehingga skripsi .Penulis juga berharap agar karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Makassar, 24 Juni 2019
Jaka Wardiman Diningrat
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ......................................... iv
PERYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ......... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
1. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan ....................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1. Rumput Laut...................................................................................... 3
2.2. Jenis-Jenis Rumput Laut ................................................................... 4
2.2.1. Glacilaria sp ........................................................................ 4
2.2.2. Euecheuma .................................................................................. 5
2.2.3. Caulerparacemosa ....................................................................... 6
2.2.4. Kappaphycusalvarezii .................................................................. 7
2.2.5. Ulva sp ......................................................................................... 8
2.2.6. Padinaautralis ............................................................................. 9
2.2.7. Stypopodiumzonale ..................................................................... 10
2.3. Manfaat Rumput Laut ....................................................................... 11
3. METODE PENELITIAN ........................................................................... 14
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................ 14
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 14
3.3. Prosedur Kerja ................................................................................... 15
3.4. Peubah yang di Amati ....................................................................... 15
3.5. Analisis Data ..................................................................................... 16
x
4. HASL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 17
4.1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 17
4.2. Morfologi dan Klasifikasi jenis-jenis rumput laut yang di temukan
Di pulau tanakeke sebelah timur ........................................................ 18
4.3. Morfologi dan Klasifikasi jenis-jenis rumput laut yang di temukan
Di pulau tanakeke sebelah selatan ..................................................... 27
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 34
5.2. Saran .................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Glacilaria sp .................................................................................................. 5
2. Euecheuma ..................................................................................................... 6
3. Caulerparacemosa ......................................................................................... 7
4. Kappaphycusalvarezii .................................................................................... 8
5. Ulva sp ........................................................................................................... 9
6. Padinaaustralis .............................................................................................. 10
7. Stypopodiumzonale ........................................................................................ 11
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Rumput laut merupakan salah satu biota laut yang beragam spesiesnya di
Indonesia. Kekayaan spesies dari rumput laut ini tidak hanya berperan dalam
menjaga keseimbangan ekosistem namun dapat diambil manfaatnya. Manfaat dari
rumput laut ini sangatlah beragam, diantaranya yaitu, sebagai bahan baku industri
masakan, industri kosmetik, industri konstruksi, farmasi, kesehatan dan
kedokteran. Untuk itu telah banyak masyarakat terutama masyarakat pesisir yang
telah membudidayakan berbagai jenis rumput laut
Kementrian kelautan dan perikanan (KKP) telah menetapkan komuditas
unggulan budidaya yaitu udang, rumput laut, ikan bandeng, ikan patin, dan
kepiting. Rumput laut sebagai salah satu komuditas budidaya laut yang di
unggulkan telah diekspor ke lebih dari 30 negara tujuan di antaranya Tiongkok,
Filipina, Vietnam, Hongkong dan Korea Selatan (Surono et al., 2009).
Rumput laut dibagi dalam empat kelas yaitu : Chlorophyceae (ganggang
hijau), Rhodophyceae (ganggang merah), Cyanophyceae (ganggang biru),
Phaeophyceae (ganggang coklat). Dari keempat kelas tersebut hanya dua kelas
yang banyak digunakan sebagai bahan mentah industri, yaitu :Rhodophyceae
(ganggang biasa) yang antara lain terdiri dari : a. Gracilaria, Gelidium sebagai
penghasil agar-agar b. Chondrus, Eucheuma, Gigartina sebagai penghasil
karaginan. c. Fulcellaria sebagai penghasil fulceran. d. Phaeophyceae (ganggang
coklat) yang antara lain terdiri dari : Ascephyllum, Laminaria, Macrocystis
sebagai penghasil alginat (Ditjenkan Budidaya, 2005).
2
Kabupaten takalar terdapat sebuah pulau yang merupakan salah satu daerah
penghasil rumput laut yaitu Pulau Tanakeke, namun belum diketahui ragam jenis
rumput laut yang terdapat pada Pulau tersebut, maka dari itu penelitian dengan
judul “Identifikasi Jenis Rumput Laut di Pulau Tanakeke”.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mengidentifikasi berbagai
jenis rumput laut yang terdapatdiPulau Tanakeke,Kabupaten Takalar.
Kegunaan penelitian ini sebagai sumber informasi baik dikalangan
akademisi maupun kalangan masyarakat khususnya di lingkup budidaya perairan
yang membahas tentang berbagai jenis rumput laut yang terdapat pada Pulau
Tanakeke,Kabupaten Takalar.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumput Laut
Rumput laut (seaweed) adalah jenis ganggang yang berukuran besar
(macroalgae) yang termasuk tanaman tingkat rendah dan termasuk divisi
thallophyta. Rumput laut memiliki sifat morfologi yang mirip, karena rumput laut
tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun walaupun
sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanyalah thallus. Bentuk
thallus rumput laut bermacam-macam antara lain, bulat seperti tabung, pipih,
gepeng, dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan, 2008).
Rumput laut hidup menempel pada karang mati atau cangkang moluska
walaupun rumput laut juga dapat hidup menempel pada pasir atau lumpur.
Rumput laut hidup di laut dan tambak dengan kedalaman yang masih dapat
dijangkau cahaya matahari untuk proses fotosintesisnya. Dalam dunia
perdagangan rumput laut atau sea weeds sangat populer. Rumput laut dalam dunia
pengetahuan lebih dikenal dengan sebutan algae. Rumput laut merupakan suatu
komoditi laut yang penting bagi manusia, walaupun rumput laut tidak dapat
dikategorikan kebutuhan utama bagi manusia, namun manfaatnya cukup baik
dalam kehidupan sehari-hari (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1999).
Rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil laut yang berpotensi
untuk dikembangkan. Potensi rumput laut cukup besar dan tersebar hampir
diseluruh perairan nusantara. Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari
jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar-agar, karaginan,
porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan
4
fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak
karbohidrat. Rumput laut jenis lain ada juga yang dimanfaatkan yaitu jenis
ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung
pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan
lembaran fotosintesa (filakoid). Ganggang coklat juga mengandung cadangan
makanan berupa laminarin, selulose, dan algin, selain itu ganggang merah dan
coklat banyak mengandung iodium (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1999).
2.2. Jenis-JenisRumputLaut
Rumputlaut di Indonesia sangatlah beragam, untuk wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan rumput laut yang umum dibudidayakan ialah Glacilariasp,
Eucheuma, dan Caulerparacemosa.
2.2.1. Glacilariasp
Gambar1.Glacilariasp
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Familia : Glacilariaceae
Genus : Glacilaria
5
Rumput laut marga Glacilaria memiliki cirri umum, yaitu bentuk thallus
yang memipih atau silindiris, tipe percabangan yang tidak teratur membentuk
rumpun dan pada pangkal percabangan thallus menyempit.Glacilaria sp. Adalah
rumput laut yang termasuk dalam golongan alga merah. Alga laut diklasifikasikan
menjadi macroalga dan microalga. Macroalga secara umum di golongkan menjadi
tiga, yaitu alga merah (Rhodophyceae), alga hijau (Chlorophyceae), dan alga
coklat (phaeophceae) yang umumnya di sebut sebagai rumput laut Glacilaria sp.
Termasuk dengan golongan alga merah dengan ciri fisik berikut: mempunyai
thallus silindiris, permukaan halus, atau berbintil – bintil, dan mempunyai warna
hijau atau hijau kuning. Menurut Angga diredjaet al. (2006).
2.2.2. Euecheuma
Gambar 2.Euecheuma
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinalas
Familia : Solierisceae
Filum : Euecheuma
Genus : E. spinoseumdanE cottonii
6
Eucheumacottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah
(Rhadophyceae) dan berubah nama menjadi Kappaphycusalvarazii karena
keragian yang di hasilkan termasuk fraksi kappa-keragian. Maka jenis ini secara
taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii.Nama daerah ‘cottonii’ umumnya lebih
di kenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun
internasioanl.Klasifikasi Eucheumacottonii menurut Doty (1985).
2.2.3. Caulerparacemosa
Gambar 3.Caulerparacemosa
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Bryopsidales
Famili : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caulerparacemosa
7
Caulerpa sp. adalah golongan alga hijau, thallus (cabang) berbentuk
lembaran, batangan dan bulatan, berstruktur lembut sampai keras dan siphonous.
Rumpun terbentuk dari berbagai ragam percabangan, mulai dari sederhana sampai
yang kompleks seperti yang terlihat pada tumbuhan tingkat tinggi, ada yang
tampak seperti akar, batang dan daun (Guiry, 2007).
Caulerpa merupakan salah satu jenis algalaut dari family Caulerpaceae dan
termasuk dari spesies Chlorophyceae (alga hijau) (atmadjaet al., 1996).Jenis
C.Racemosa pertamakali ditemukan pada tahun 1926 di sepanjang pantai tunusia
perairan mediterania (Ranielloet al., 2004).
2.2.4. Kappaphycusalvarezii
Gambar 4.Kappaphycusalvarezii
Kingdom : Plantae
Phylum : Rhodophyta
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Gigartinales
Family : Areschougigiaceae
Genus : Kappaphycus
Species : Kappaphycusalvarezii
8
Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu jenis rumput laut
merah(Rhodophyceae).Menurut Doty (1985) dalam neish (2003), Eucheuma
cottonii berubah menjadi Kappaphycus alvarezii karna keragian yang dihasilkan
termasuk fraksi kappa-karagian.Maka jenis ini secara taksonomi di sebut
Kappaphycus alvarezii.Nama daerah cottonii umumnya lebih di kenal dan biasa di
pakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional.
2.2.5. Ulva sp.
Gambar 5.Ulva sp.
Kingdom : plantae
Devisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Ulvales
Family : Ulvaceae
Genus : Ulva
Spesies : Ulvasp
Alga ini berwarna hijau, Thallus seperti lembaran tebal tersusun oleh
deretan sel-sel berdinding tipis dengan panjang 1-2 cm, tumbuh melekat pada batu
karang.Thallus berwarna hijau seperti lembaran jalinan pita lebar.Tumbuh
9
membentuk koloni yang tebal, alat pelekatnya sulit untuk di amati, koloni
biasanya melekat pada sesuatu yang padat. Alga ini tumbuh melimpah pada zona
pasang surut bagian atas. Membentuk koloni yang tebal sehingga pantai tampak
hijau.(Hayati, 2009; IPTEK, 2011).
2.2.6. Padinaaustralis
Gambar 6.Padinaaustralis
Kingdom : plantae
Devisi : phaecophyta
Kelas : Phaecophyceae
Ordo : Dictyotales
Family : Dictyoceae
Genus : padina
Spesies : Padinaaustralis
Alga ini berwarna coklat kekuningan.Thallus berbentuk seperti kipas
dengan permukaan yang halus,licin dangan ketebalan dengan panjangnya antara
4-5 cm. Alga ini tumbuh menempel pada batu karang.(Juneidi, 2004).Thallus
berbentuk seperti kipas dan segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-
10
garis berambut radial dan perkapuran di bagian permukaan daun.Warna coklat
kekuningan atau bahkan memutih karna terdapat perkapuran. Alat pelekatnya
(holdfast) berbentuk cengkram kecil berserabut.Bagian atas lobus agak melebar
dengan pingiran rata.Tumbuh menempel pada batu di daerah rataan
terumbukarang (Juneidi, 2004; Pramesti, 2009).
2.2.7. Stypopodiumzonale
Gambar 7.Stypopodiumzonale
Kingdom : plantae
Devisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Family : Dictyotaceae
Genus : Stypopodium
Spesies : Stypopodiumzonale
Alga ini berwarna coklat kekuninagn, Thallus bercabang bentuk kipas
bergaris-garis menyerupai kulitular,
11
Permukaan atas kasar sedangkan bagian bawah licin, panjangnya sampai 12
cm. Alga ini tumbuh menempel pada bebatuan.
Alga ini tingginya sekitar 3,6 – 4,5 cm, berwarna warni dalam air, berwarna
coklat kehitaman, rhizoid berbentuk kipas tipis, panjang lembaran sampai 15 cm,
dengan marjin yang tidak teratur, thalli berbentuk segmen dengan luas 1-5 cm.
thalluspada interval yang tidak teratur panjang sekitar 3-15 mm. sporangia tidak
teratur (Taylor, 1979).
2.3. Manfaat Rumput Laut
Ganggang merah memiliki kandungan agar-agar, karaginan, porpiran
maupun furcelaran. Jenis ganggang cokelat yang berpotensi untuk dimanfaatkan,
seperti Sargassum dan Turbinaria. Ganggang cokelat memiliki kandungan
pigmenklorofil a dan c, beta karotin, violasantin, fukosantin, pirenoid dan filakoid
(lembaran fotosintesis), cadangan makanan berupa laminarin, dinding sel yang
terdapat selulose dan algin. Ganggang merah dan ganggang cokelat termasuk jenis
bahan makanan sebagai penghasil yodium (Tim Penebar Swadaya, 1999).
Jenis jenis pemanfaatan dari rumput laut menurut Kordi, (2011) adalah
sebagai berikut :
1. Rumput laut sebagai bahan pangan
Rumput laut sebagai bahan pangan biasa dikonsumsi secara langsung seperti
dimasak sebagai sayuran untuk lauk.
2. Rumput laut dalam bidang farmasi
12
Rumput laut digunakan sebagai obat luar yaitu antiseptik dan pemeliharaan
tubuh. Rumput laut juga dimanfaatkan dalam bidang farmasi sebagai pembungkus
kapsul biotik, vitamin dan lain-lain.
3. Rumput laut dalam kosmetik
Produk kosmetik tidak hanya untuk mempercantik diri namun untuk
kesehatan. Olahan rumput laut dalam pada bidang industri kosmetik dipergunakan
dalam produksi salep, krem, losion, lipstik dan sabun.
4. Rumput laut dalam industri
Dalam industri makanan, olahan rumput laut dipergunakan sebagai bahan
pembuatan roti, sup, eskrim, serbat, keju, puding, selai dan lain-lain. Penggunaan
olahan rumput laut juga dipergunakan dalam industri tekstil, industri kulit dan
sebagainya, seperti pelat film, semir sepatu, kertas, serta bantalan pengalengan
ikan dan daging.
Rumput laut juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan, misalnya
saja dapat dijadikan bahan dasar pembuatan mie. Bahan dasar dalam pembuatan
mie yang biasa digunakan seperti gandum yang masih diekspor dari luar negeri
dan harga yang masih sangat mahal. Pembuatan mie juga masih menggunakan
bahan bahan yang berbahaya seperti boraks untuk pengenyal yang sangat
berbahaya untuk kesehatan.
Konsumsi produk-produk olahan dari rumput laut yang sangat populer di
masyarakat umumnya dalam bentuk puding, kue, serta sebagai bahan aditif
makanan. Belakangan ini produk diversifikasi rumput laut sudah mulai dijumpai
13
dalam jumlah yang terbatas seperti dalam bentuk dodol/manisan, selai, kripik,
kue, minuman, dan teh rumput laut. Saat ini kendala dalam konsumsi rumput laut
terutama dalam bentuk rumput laut segar maupun olahan sederhana seperti
kripik/krupuk dan kue, adalah aroma khas rumput laut yang dianggap
kurangmenarik. Untuk dapat mengatasi kendala ini, beberapa produk yang telah
populer dan disukai masyarakat bisa menjadi alternatif untuk difortifikasi dengan
rumput laut, seperti mie dan kerupuk. Mengingat sangat pentingnya konsumsi
serat pangan bagi kesehatan, maka diperlukan usaha-usaha dalam mendukung
peningkatan konsumsi maupun produk dari rumput laut tersebut pada masyarakat.
Perlunya peningkatan lokasi dan perbaikan teknik budidaya diperlukan untuk
dapat meningkatkan produksi rumput laut.
Dukungan dalam bidang industri pascapanen berperan penting dalam
mendukung penyediaan dan peningkatan produk rumput laut yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau. Pengembangan produk diversifikasi rumput laut
turut berperan dalam menyediakan jenis produk pilihan yang sesuai dengan yang
diinginkan konsumen, termasuk dalam pengembangan produk pangan fungsional
(Dwiyitno, 2011).
14
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktudan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 di pulau Tanakeke,
Desa Maccinibaji, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, Provinsi
Sulawesi Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah,
1. Pengambilan sampel macro alga dari terumbukarang :
- kantong sample
- eskristal
- alattulis
- kertas label
- underwater camera
- coolbox
- alcohol.
2. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk analisis parameter
fisikadankimia :
- spektrofotometer (Untuk mengukur nitrat dan fosfat)
- seschi disk (Untuk mengukur intensitas cahaya)
- kertaslakmus (Untuk mengukur pH)
- salinometer (Untuk mengukur salinitas air).
15
3.3. ProsedurKerja
Pengambilan data macro alga di lapangan menggunakan teknik Purposive
Random Sampling sampling dengan cara mengambil semua jenis macro alga yang
ditemukan di tiap lokasi dan stasiun penelitian dari daerah interdal sampai
subtidal dengan beberapa daerah sebagai berikut :
- Stasiun I : Perairan sebelah selatan pulau tanakeke
- Status II : Perairan sebelah timur pulau tanakeke
Pengambilan sampel tersebut dilakukan pada saat air surut.Pelaksaan
sampling di lakukan satu jam sebelum waktu surut. Hal ini akan memberikan
waktu yang cukup untuk mengambil sampel macro alga dan mengamati habitat
alaminya. Sampel macro alga sedapat mungkin diambil utuh dengan hold
fastnya.(Serdiati dan samliok, 2011).
3.4. Peubah yang di amati
1. Identifiksasi Species Macro Alga
Macro alga yang ditemukan diidentifikasi secara morfologi didasarkan
pada petunjuk Dhagalkar dan kevlekar (2004).
2. Parameter kualitas air
Kualitasair yang diamati adalah nitrat dan fosfat, intensitas cahaya,
kecepatan arus, kedalaman, suhu, pH dan salinitas.
16
3.5. Analisis Data
Data jenis-jenis makro alga hasil identifikasi dianalisis secara deskriptif
dengan membandingkan antara jenis-jenis makro alga yang ditemukan di Perairan
pulau Tanakeke dengan jenis makro alga yang bernilai ekonomis dari literature.
Data parameter kualitas air juga dianalisis secara deskriptif.
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian identifikasi jenis-jenis rumput laut ini di laksanakan di
sebelah timur dan selatan pulau tanakeke, dengan titik koordinat :
Timur = Latitude : -5,5289
S 5°31’44,022”
Longtitude : 119,30595
E 119°18’21,420”
Selatan = Latitude : -5,53333
S 5°31’59,988”
Longtitude : 119,28386
E 119°17,89”
18
4.2. Morfologi dan Klasifikasi jenis-jenis rumput laut yang di temukan di
pulau tanakeke sebelah timur
1. Eucheuma Spinosum
Eucheuma spinosum adalah salah satu jenis rumput laut dari kelas
Rhodophyceae (ganggang merah). Klasifikasi Eucheuma spinosum menurut
Anggadiredja dkk., (2010)
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma spinosum
Eucheuma spinosum dikenal dengan nama ilmiah Eucheuma muricatum dan
Eucheuma denticulatum merupakan penghasil utama biota karaginan. Ciri fisik
Eucheuma spinosum mempunyai bentuk thallus bulat tegak, dengan ukuran
panjang 5-30 cm, transparan, warna coklat kekuningan sampai merah kekuningan.
Permukaan thallus tertutup oleh tonjolan yang berbentuk seperti duri-duri runcing
19
yang tidak beraturan, duri tersebut ada yang memanjang seolah berbentuk seperti
cabang. Tanaman tegak karena percabangannya yang rimbun dapat membentuk
rumpun. Percabangan thallus tumbuh pada bagian yang tua ataupun muda tidak
beraturan (Atmadja dkk., 1996).
2. Padinaaustralis
Padina sp merupakan rumput laut yang berasal dari kelas Phaeophyta
(rumput laut coklat) yang terdapat secara melimpah selama bermusim-musim.
Menurut Cribb (1996).
Kingdom : Chromista
Sub-kingdom : Chromobiota
Filum : Heterokontophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Famili : Dictyotaceae
Genus : Padina
Padina sp memiliki habitatnya di sekitar genangan air di atas batu karang
pantai. Morfologinya berbentuk seperti kipas dengan diameter 3- 4 cm yang
tumbuh dalam lingkaran konsentris. Warnanya coklat kekuningkuningan atau
kadang kadang memutih karena terdapat perkapuran, Cribb (1996).
20
3. Ulva sp
Ulva sp. merupakan salah satu jenis suku Ulvaceae (devsi Chlorophyta).
Secara sistematika, Ulva sp. dapat diklasifikasikan sebagai berkut (Guiry &
Guiry,2015):
Kerajaan : Plantae
Devisi : Chlorophyta
Kelas : Ulvophyceae
Ordo : Ulvales
Suku : Ulvaceae
Marga : Ulva
Jenis : Ulva sp.
Secara umum, Ulva memiliki ciri-ciri sebaga berikut : thalus menyerupai
lembaran (berupa lembaran lebar maupun kecil), thalus yang berupa lembaran
kecil membentuk rumpun menyerupai jarring dengan berekspansi radial, tepi
lembaran berombak, warna hijau cerah sampai tua, thalus berwarna gelap pada
bagian tertentu (terutama dekat bagian pangkal karena ada sedikit
penebalan).Morfologi Uva berbeda-beda tergantung jensnya.Uumnya perbedaan
tersebut terdapat pada lembaran thalusnya. Lembaran tersebut antara lain lebar
21
membentuk lembaran besar, kecil membentuk jarring (net) maupun kecil
membentuk rambut-rambut (Kadi, 1996).
4. Acanthophora Spicifera
Alga ini mempunyai warna yang bervariasi dengan paparan sinar
matahari, dari kuning di perairan dangkal terkena cahaya terang, menjadi
hijau, merah atau coklat tua di daerah dengan radiasi yang lebih
rendah.Thalus cabang berduri, cabang utama pendek.Acanthophora secara
luas didistribusikan ke seluruh daerah tropis maupun subtropics d zona
pasang surut dan subtidal (Manoa,2001).
Kingdom : Plantae
Devisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Ceramiales
Family : Rhodomelaceae
Genus : Acanthophora
Spesies : Acanthophora spicifera
Berdasarkan dari hasil penelitian di dapatkan ciri-ciri sebagai
berikut: Alga alga ini berwarna merah kekuningan, thalus bercabang
banyak selang seling berbentuk silendrik agak kaku dengan bntil-bintil
22
yang mencuat ke samping dengan permukaan yang kasar dan panjang
antara 5-6 cm. tumbuh melekat pada batu karang dan pecahan karang.
5. Giladium sp
Gilidium termasuk salah satu anggota ordo Gelidiales, Devisi
Rhodophyta (algae merah) Dalam taksonomi, klasifikasi Geladium menurut
DAWES (1981) adalah sebagai berikut:
Devisi : Rhodophyta
Kelas : Floridophyceae
Ordo : Gelidiales
Suku : Gelidiaceae
Marga : Gelidium
Gelidium hidup di daerah interdal dan subtidal, melekat pada substrat padat
seperti kayu, batu, karang mati.Panjang thalus bervariasi antara 1mm – 30
cm.thalus tumbuh membentuk rumpun dengan tipe percabangan dichotomous atau
menyirip dengan batang utama yang tegak, bentuk thalus pipih dan bersifat
cartilaginous.Thalus berwarna coklat, hijau-coklat atau pirang.Organ reproduksi
berukuran microscopis (KADI & ATMADJA, 1988).
23
6. Halimeda sp
tanaman ini umumnya tumbuh di wilayah bebatuan atau karang
mati sebagai substract atau media tanamnya.
Kingdom : Plantae
Devisi : Cholophyta
Class : Bryopsidophycea
Ordo : Bryopsidales
Family : Halimedacea
Genus : Halimeda
Species : Halimeda macroloba decaisne
Halimeda macroloba decaisne memilki panjang 17 cm. Susunan
ruas pangkal yang berfungsi sebagai batang sebagai ruas pangkal lebar 20
mm dan panjang 15 mm. memilki thallus bersegmen tebal, berbentuk
seperti kipas. Warna thallus hjau keputihan jika thallus kering.Halimeda
sp tumbuh pada substract karang.Holdfast yang berbentuk ubi (Atmadja
1996).
24
7. Caulerpa racemosa
Klasifikasi dari anggur laut caulerpa racemosa menurut Dawson
(1946).
Kingdom : Plantae
Devisi : Chlorophyta
Kelas : Chloropyceae
Ordo : Caulerpales
Family : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caulerpa racemosa
Raniello dkk.(2004) menyatakan bahwa jenis Caulerpa racemosa
pertama kali ditemukan pada tahun 1926 di sepanjang pantai Tunisia
perairan mediterania. Rumput laut jenis caulerpa racemosa memilki
thallus berwarna hijau seperti tanaman rumput terdiri dari banyak cabang
tegak yang tinggnya sekitar 2,5-6,0 cm. Batang berukuran antara 16-22
cm. terdapat bulatan-bulatan seperti anggur pada puncak cabang sekitar
2,5-10,0 cm.Caulerpa racemosa tumbuh secara bergerombol atau
berumpun,oleh karna itu sering di sebut sebagai tanaman anggur laut.
25
8. Chaetomorpha sp
Menurut Hayati (2009), thallus menyerupai benang yang
kusutdan kasar saling berlekatan ddengan warna hijau tua dan hijau
muda, tidak bercabang. Tumbuh melekat di batu karang dan pecahan
karang mati adalah cirri khas dari Chaetomorpha sp.
Kingdom : Plantae
Devisi : Chlorophyta
Kelas : Clorophyceae
Ordo : Ulotrichales
Family : Ulotruceae
Genus : Chaetomorpha
Spesies : Chaetomorpha sp.
9. Glacilaria sp.
Glacilaria sp. Jenis rumput laut ini sudah tidak asing lagi di
telinga masyarakat khususnya di bidang budidaya kelautan dan
perikanan maupun petani rumput laut, hal ini dikarenakan rumput laut
26
jenis Glacilaria sp mudah untuk di budidayakan oleh para petani rumput
laut.
Kingdom : Plantae
Devisi : Rhodophyceae
Phylum : Rhodopyta
Class : Rhodopiceae
Ordo : Gracillariaceales
Family : Gracillariaea
Genus : Gracillaria
Spesies : Geacillaria sp
Ciri umum Gracillaria sp adalah mempunyai bentuk thallus
yang silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang
sederhana sampai yang paling rumit dan rimbun, di atas
percabangannya umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman)
agak mengecil, permukaannya halus atau agak berbintil-bintil,
diameter thallus nerkisar antara 0,5-2mm. panjang dapat mencapai
30 cm atau lebih dan glacilaria sp tumbuh di rataan terumbu karang
dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas ideal berkisar
antara 20-28 per mil (Birsyam,1992).
27
4.3. Morfologi dan Klasifikasi jenis-jenis rumput laut yang di temukan di
pulau tanakeke sebelah Selatan
1. 1. Halimeda sp
tanaman ini umumnya tumbuh di wilayah bebatuan atau karang
mati sebagai substract atau media tanamnya.
Kingdom : Plantae
Devisi : Cholophyta
Class : Bryopsidophycea
Ordo : Bryopsidales
Family : Halimedacea
Genus : Halimeda
Species : Halimeda macroloba decaisne
Halimeda macroloba decaisne memilki panjang 17 cm. Susunan
ruas pangkal yang berfungsi sebagai batang sebagai ruas pangkal lebar 20
mm dan panjang 15 mm. memilki thallus bersegmen tebal, berbentuk
seperti kipas. Warna thallus hjau keputihan jika thallus kering.Halimeda
sp tumbuh pada substract karang.Holdfast yang berbentuk ubi (Atmadja
1996).
28
2. Acanthophora Spicifera
Alga ini mempunyai warna yang bervariasi dengan paparan sinar
matahari, dari kuning di perairan dangkal terkena cahaya terang, menjadi
hijau, merah atau coklat tua di daerah dengan radiasi yang lebih
rendah.Thalus cabang berduri, cabang utama pendek. Acanthophora secara
luas didistribusikan ke seluruh daerah tropis maupun subtropics d zona
pasang surut dan subtidal (Manoa,2001).
Kingdom : Plantae
Devisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Ceramiales
Family : Rhodomelaceae
Genus : Acanthophora
Spesies : Acanthophora spicifera
Berdasarkan dari hasil penelitian di dapatkan cirri-ciri sebagai
berikut: Alga alga ini berwarna merah kekuningan, thalus bercabang
banyak selang seling berbentuk silendrik agak kaku dengan bntil-bintil
yang mencuat ke samping dengan permukaan yang kasar dan panjang
antara 5-6 cm. tumbuh melekat pada batu karang dan pecahan karang.
29
3. Chaetomorpha sp
Menurut Hayati (2009), thallus menyerupai benang yang kusut
dan kasar saling berlekatan dengan warna hijau tua dan hijau muda,
tidak bercabang. Tumbuh melekat di batu karang dan pecahan karang
mati adalah cirri khas dari Chaetomorpha sp.
Kingdom : Plantae
Devisi : Chlorophyta
Kelas : Clorophyceae
Ordo : Ulotrichales
Family : Ulotruceae
Genus : Chaetomorpha
Spesies : Chaetomorpha sp.
4.4Parameter Kualitas air
Tabel 1. Parameter kualitas air
Parameter lokasi ket.
Suhu Timur 28°C
Selatan 30°C
pH Timur 7,0
Selatan 8,4
30
Salinitas Timur 32 ppt
Selatan 30 ppt
Nitrat Timur 0,4 mg/L
Selatan 0,3 mg/L
Fosfat Timur 0,0025 mg/L
Selatan 0,0021 mg/L
Intensitas Cahaya Timur 100%
Selatan 100%
Kedalaman Timur 50cm
Selatan 50cm
*sumber : data penelitian di lapangan & literature
Pada penelitian ini juga melakukan pengukuran kualtas air, dengan
data hasil pengukuran di sajikan sebagai berikut
4.4.1 Suhu
Salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan
rumput laut adalah suhu. Suhu yang terdapat pada penelitian plot wilayah
Timur adalah 28°C sedangkan suhu pada plot wilayah Selatan adalah
30°C. Menurut Kordi (2010), bahwa suhu air yang cocok untuk rumput
laut adalah 20-30°C. selanjutnya Aslan (1998), bahwa suhu yang optimal
untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 25-30°C. meskipun demikian,
suhu pada penelitian ini mencapai 30°C tetapi masih dapat di tolerir dan
masih menunjang pertumbuhan rumput laut.
31
4.4.2 PH
Derajat keasaman (pH) merupakan faktor lingkugan kimia air laut
yang turut menentukan baik buruknya pertumbuhan rumput laut.Kondisi
pH pada masing-masing plot berbeda sesuai lokasinya, untuk plot wilayah
Timur 7,0 sedangkan di plot wilayah selatan 8,4. Sulistio W.S (1996),
mengemukakan bahwa nilai pH yang baik bagi pertumbuhan rumput laut
berkisar 6-9.
4.4.3 Salinitas
Kadar salinitas yang terdapat pada plot penelitain wilayah perairan
timur pulau tanakeke adalah sebanyak 32 ppt sedangkan pada plot
wilayah selatan sebanyak 30ppt. Selanjutnya Afrianto dan Liviawaty
(1989), bahwa kesuburan rumput laut juga di pengaruhi salinitas, kisaran
salinitas yang layak untuk pertumbuhan rumput laut adalah 33-35 ppt
dengan optimal 33 ppt.
4.4.4 Nitrats
Bentuk lain dari Nitrogen yang di ukur dalam penelitian ini adalah
nitrat (NO3). Nitrat pada wilayah timur 0,4 dan kandungan nitrat pada
wilayah selatan adalah 0,3 mg/L. kebutuhan akan unsur hara oleh rumput
laut dapat di penuhi dengan mengambil nitrogen dalam bentuk nitrat
(NO3) hal ini senada dengan peryataan Smayda (1983). Andalaris (1991)
juga berpendapat bahwa alga bentik termasuk rumput laut dan
fitoplankton umumnya mempunyai preferensi untuk mengambil nitrogen
secara bertahap, yaitu ammonium, Nitrit dan Nitrat. Ion_ion yang masuk
32
ke sel akan segera di konversi dalam bentuk lain seperti NO3 di reduksi
menadi NH4 yang di manfaatkan untuk sintesis asam amino dan protein
dengan bantuan enzim nitrat reduktase (Lakitan, 1993).
4.4.5 Fosfat
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat di manfaatkan oleh
rumput laut. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur
utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsure ini tdk
terdapat di atmosfer.
Kadar fosfat pada plot wilayah timur adalah 0,0025 sedangkan
kadar fosfat pada plot wilayah selatan adalah 0,0021 mg/L. berkurangnya
kandungan fosfat di perairan di duga karna telah di manfaatkan oleh
rumput laut sebagai unsure hara esensial yang berperan pada proses
fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwijdjoseputro (1994),
menyatakan bahwa fosfat merupakan unsur hara yang di perlukan oleh
semua jenis tumbuhan karena merupakan unsur macro yang sangat
berperan dalam proses fotosintesis dan proses metabolism seperti
pembentukan ATP (Adenosin Trifosfat), dan Boyd (1982), tumbuhan
perairan dapat menyerap fosfat dengan sangat cepat dalam perairan sangat
menurun.
4.4.6 Intensitas cahaya
Pada penelitian ini di dapatkan nilai kecerahan sebesar 100%.
Menurut departemen kelautan (2007) bahwa kecerahan yang sesuai untuk
33
pertumbuhan rumput laut yaitu 0,6 - 0,8 m. sedangkan data yang didapat
dari hasil penelitian berdasarkan pengukuran kedalaman lokasi
pemasangan plot adalah 50cm ika laut dalam keadaan surut dan intensitas
cahaya yang menembus perairan tersebut sebanyak 100%.Menurut
Munoz et al (2004), tingkat intensitas cahaya yang tinggi sangat
berpengaruhterhadap proses fotointesis pada rumput laut.
4.4.7 Kecepatan arus
Pada penelitian kali ini kecepatan arus yang di peroleh adalah :
0,7 m/s pada wilayah timur dan 0,4 m/s pada wilayah selatan.
4.4.8 Kedalaman
Kedalaman wilayah tempat pemasangan plot penelitan di sebalah
timur dan selatan iyalah 50cm. kecerahan yang ideal adalah 1 meter, air
keruh ( biasanya mengandung lumpur) dapat menghalangi tembusnya
cahaya matahari di dalam air sehingga proses fotosintesis terganggu,
sedangkan kedalaman yang baik untuk pertumbuhan rumput laut adalah
0,3-0,6 m (Ditjenkanbud, 2008).
34
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di pulau tanakeke kabupaten
takalar terdapat 9 jenis rumput yang di temukan yaitu EucheumaSpinosum,
Padina Australis, Ulva sp, Achanthophora Spicifera, Giladium sp, Halimeda sp,
Caulerpa Racemosa, Chaetomorpha sp, danGlacilaria sp.
5.2 Saran
Setelah peneltian ini, maka dapat di sarankan bahwa hal yang perlu di
perhatikan adalah faktor lingkungannya, jika lingkungan sekitar tempat akan
tumbuhnya rumput laut terkontaminasi oleh sampah maka akan mengubah tingkat
kualitas air dan dapat menjadi masalah terhadap pertumbuhan rumput laut
maupun alga. Pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar lingkungan sekitar
tidak terkontaminasi oleh sampah yang dapat merubah kualitas air dan tidak
merusak aneka ragam hayati yang hidup atau tumbuh di perairan tersebut.
35
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J. T., Ahmad Zatnika, Heri Purwanto dan Sri Istini. 2006. Rumput
Laut. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Anggadiredja, J. T., Ahmad Zatnika, Heri Purwanto dan Sri Istini. 2006. Rumput
Laut. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Aslan, M.L. 2008. Rumput Laut. Cetakan VII. KANISIUS. Yogyakarta. 97 Hal
Atmadja, W.S., Kadi, A., Sulistijo & Rachmaniar. 1996. Pengenalan jenis-jenis
rumput laut Indonesia. PUSLITBANG Oseanologi. LIPI, Jakarta. Hlm.56-
152.
Dirjenkan Budidaya. 2004. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut (Euchema
sp). Direktorat Pembudidayaan : Departemen Kelautan dan Perikanan.
Doty M.S. 1985. Eucheuma Farming for Carrageenan-sea grant advisory report.
New Jersey : Prentice-Hall.
Guiry, M.D. 2007. Seasonal Growth and Phenotypic Variation in Poryphyra
Linearis (Rhodophyta) populations on The West Coast of Ireland. Journal of
Phycology 43 : 90-100
Neish, Iain C. (2003). The ABC of Eucheuma seaplant production. www.
Surialink.com.
Raniello R, Lorenti M, Brunet C, Buia MC (2004) Photosynthetic plasticity of an
invasive variety of Caulerpa racemosa in a coastal Mediterranean area: light
harvesting capacity and seasonal acclimation. Mar Ecol Prog Ser 271:113–
120. doi:10.3354/meps271113
Surono A, Danakusumah E, Sulistijo, Zatnika A, Effendi I, Basmal J, Runtuboy
N, Paryanti TS, Ahda A. 2009. Profil Rumput Laut Indonesia. Direktorat
Produksi: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Tim Penulis PS., 1999. Karet Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan
Pengolahan. Penebar Swadaya, Jakarta.
36
LAMPIRAN
ALAT DAN BAHAN
PATOK PLOT SNORKLE
SECIDISK
37
PH PH METER ANONEMETER
STEROFOAMBOX
38
KEGIATAN PENGAMBILAN DATA