SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP …repository.unair.ac.id/85196/4/full...
Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP …repository.unair.ac.id/85196/4/full...
SKRIPSI
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN
PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM
OBAT DI PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING
PENELITIAN CROSS-SECTIONAL
Oleh:
Alif Arditia Yuda
NIM. 131411131074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
i
SKRIPSI
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN
PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM
OBAT DI PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING
PENELITIAN CROSS-SECTIONAL
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR
Oleh:
Alif Arditia Yuda
NIM. 131411131074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah
dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan
di Perguruan Tinggi manapun
Surabaya, 8 Agustus 2018
Yang Menyatakan
Alif Arditia Yuda
131411131074
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
iii
HALAMAN PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Alif Arditia Yuda
NIM : 131411131074
Program studi : Pendidikan Ners
Fakultas : Keperawatan
Jenis karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyutujui untuk memberikan kepada
Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: ”Hubungan Karakteristik, Pengetahuan,
Sikap, dan Tindakan Penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum
Obat Tuberkulosis di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya” beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini
Universitas Airlangga berhak menyimpan, alih media/format, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikaasi tugas akhir saya, selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surabaya, 8 Agustus 2018
Yang Menyatakan
Alif Arditia Yuda
131411131074
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
iv
SKRIPSI
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN
PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM
OBAT DI PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING
Oleh
Alif Arditia Yuda
NIM. 131411131074
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI
Tanggal, 8 Agustus 2018
Oleh
Pembimbing Ketua
Dr. Makhfudli., S.Kep. Ns, M.Ked. Trop.
NIP. 197902122014091003
Pembimbing
Dr. Andri Setiya W., S.Kep., Ns., M.Kep.
NIP. 198206192015041001
Mengetahui
a.n Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Wakil Dekan I
Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes
NIP. 196808291989031002
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
v
Lembar Penetapan Panitia Penguji Skripsi
SKRIPSI
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN
PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM
OBAT DI PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING
Oleh:
Alif Arditia Yuda
NIM. 131411131074
Telah diuji
Pada tanggal, 10 Agustus 2018
PANITIA PENGUJI
Ketua : Dr. Abu Bakar, S.Kep., Ns., M.Kep., SP.Kep.M.B. ( )
NIP. 198004272009121002
Anggota :
1. Dr. Makhfudli, S.Kep. Ns, M.Ked. Trop. ( )
NIP. 197902122014091003
2. Dr. Andri Setiya W., S.Kep., Ns., M.Kep. ( )
NIP. 198206192015041001
Mengetahui
a.n Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Wakil Dekan I
Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes
NIP. 196808291989031002
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
vi
MOTTO :
Janganlah terlalu berlebihan dengan sebuah kemenangan, karena dibalik sebuah
kemenanganmu ada kesedihan orang lain.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta pertolongan-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Karakteristik, Pegetahuan, Sikap,
dan Tindakan Penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum Obat di
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan
Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Dalam menyelesaikan skripsi ini
tidak lepas dari kesulitan dan hambatan, namun berkat dukungan dan bantuan berbagai
pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
pembelajaran kepada penulis sehingga dapat mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Studi Pendidikan Ners.
2. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan motivasi
kepada penulis sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
3. Dr. Makhfudli, S.Kep., Ns., M.Ked.Trop., selaku dosen pembimbing 1 yang penuh
kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Dr Andri Setiya Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing 2 yang
selalu sabar dalam memberikan motivasi, arahan, dan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Setho Hadisuyatmana, S.Kep., Ns., M.NS (CommHlth&PC), selaku dosen
penguji proposal penelitian dan Dr. Abu Bakar, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB.,
selaku dosen penguji proposal dan hasil yang telah memberikan bimbingan dan
saran dalam pengerjaan skripsi.
6. Para dosen, staf dan karyawan di lingkungan Fakultas Keperawatan yang telah
banyak membantu penulis selama menempuh studi S1, khususnya Pak Yanto, Pak
Agus Black, Pak Hendi, Mas Kipli, Bu Anik, dan kawan-kawannya yang selalu
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
viii
membantu peneliti saat mencari dosen.
7. Kepala Bakesbangpol Kota Surabaya, Kepala Dinkes Kota Surabaya, Kepala
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk mengadakan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tanah
Kalikedinding Surabaya.
8. Ibu Pepy selaku pemegang program TB di Puskesmas yang dengan sabar membantu
dalam pengumpulan data calon responden dan proses penelitian serta memberikan
bimbingan strategi pengumpulan data yang efektif.
9. Para Responden penelitian yang kooperatif dalam mengisi kuesioner.
10. Orang Tua yang selalu mendukung saya dalam kehidupan sehari – hari baik fisik
maupun batin dan Adik saya yang selalu menggoda saya setiap hari.
11. Kepada sahabat saya, Haris, Rafi, Gilang, Tauvan, Pram, Syarif, Putro dan seluruh
personel PPT. Dan teman dekat saya yang insyaaAllah akan menjadi teman hidup
saya saudari Vony.
12. Keluarga besar mbah Mashoeri dan keluarga besar mbah Marino. Yang selalu
mendukung dan memberikan semangat.
13. Adik – adik dan teman – teman di SKINERS FKp Unair. Yang selalu mendukung
dengan doa maupun bantuan lansung saat dimintai pertolongan.
14. Serta seluruh elemen yang membantu saya, tetapi tidak saya sebutkan diatas.
Surabaya, 8 Agustus 2018
Penulis
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
ix
ABSTRACT
RELATIONSHIP CHARACTERISTICS, KNOWLEDGE, ATTITUDES AND
ACTIONS OF PULMONARY TUBERCULOSIS SUFFERERS WITH
MEDICATION COMPLIANCE IN THE CLINICS OF TANAH
KALIKEDINDING
The Research Of Cross – Sectional
Alif Arditia Yuda
Introduction: Pulmonary Tuberculosis is a chronic disease and require healing time
with regular and a long time. Regular treatment with a long time can lead to boredom
that will make sufferers seek treatment The purpose of this research is to know the
relationship characteristics, knowledge, attitudes, and actions of pulmonary
Tuberculosis sufferers with medication compliance in the Clinics of Tanah
Kalikedinding of Surabaya. Methods: this study used a cross – sectional. Where there
were 32 respondents in this research. The independent variables are the characteristics
(age, gender, educational level and employment status as well as the dependent variable
i.e. tuberculosis medication compliance. Data analysis was done using the Chi-Square
test with a significance level of < 0.05. Results: the results of Chi-Square test shows
that age and education have a meaningful relationship with the result p = 0.006 and p =
0,015. For the gender and employment status does not have a meaningful relationship
with the result p = 0,419 and p = 0,212. As well as for other independent variables such
as knowledge, attitudes and actions also have a meaningful relationship with the value
of the Chi-square variable to the 0.000 to knowledge, 0,073 to attitudes, and 0,006 for
action variable. Discussion: The concluded that there is a relationship between age and
education level of compliance with medication. As well as the existence of a relationship
between knowledge, attitudes, and behaviors with medication compliance. Further
research is expected to add a number of respondents as well as the broader region in
order to obtain results that are more diverse and to get more accurate results.
Keywords: characteristics, knowledge, attitude, behavior, medication Compliance for
Pulmonary Tuberculosis.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
x
ABSTRAK
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN
PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM
OBAT DI PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING
Penelitian Cross – Sectional
Alif Arditia Yuda
Pendahuluan: Tuberkulosis paru adalah penyakit kronis dan membutuhkan waktu
penyembuhan dengan teratur serta waktu yang lama. Pengobatan yang teratur dengan
waktu yang lama dapat mengakibatkan kebosanan yang akan membuat penderita putus
berobat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik,
pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan
minum obat di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya. Metode: Penelitian ini
menggunakan cross – sectional. Dimana ada 32 responden dalam penelitian ini.
Variabel independen adalah karakteristik(usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
status pekerjaan serta variabel dependen yaitu kepatuhan minum obat tuberkulosis..
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat
signifikansi <0,05. Hasil: Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa usia dan
pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan hasil p=0,006 dan p=0,015.
Untuk jenis kelamin dan status pekerjaan tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan hasil p=0,419 dan p=0,212. Serta untuk variabel independen lainya seperti
pengetahuan, sikap dan tindakan juga memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai
Chi-Square 0,000 untuk variabel pengetahuan, 0,073 untuk variabel sikap, dan 0,006
untuk variabel tindakan. Diskusi: Disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia dan
tingkat pendidikan dengan kepatuhan minum obat. Serta adanya hubungan yang
bermakan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan kepatuhan minum obat.
Penelitian lebih lanjut diharapkan menambahkan jumlah responden serta daerah yang
lebih luas guna mendapatkan hasil yang lebih beragam dan untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat.
Kata kunci: Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Kepatuhan Minum Obat
Tuberkulosis Paru.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul dan Persyaratan Gelar ..................................................................... i
Surat Pernyataan...................................................................................................... ii
Halaman Pernyataan............................................................................................... iii
Lembar Persetujuan ................................................................................................ iv
Lembar Persetujuan Panitia Penguji ....................................................................... v
Motto ...................................................................................................................... vi
Ucapan Terima Kasih ............................................................................................ vii
Abstract .................................................................................................................. ix
Abstrak .................................................................................................................... x
Daftar Isi................................................................................................................. xi
Daftar Tabel ......................................................................................................... xiv
Daftar Gambar ....................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ................................................................................................... xvi
Daftar Singkatan.................................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan umum ........................................................................... 5
1.3.2 Tujuan khusus ........................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 6
1.4.1 Manfaat teoritis ......................................................................... 6
1.4.2 Manfaat praktis ......................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
2.1 Konsep Tuberkulosis ............................................................................ 8
2.1.1 Pengertian Tuberkulosis ........................................................... 8
2.1.2 Penyebab Tuberkulosis ............................................................. 9
2.1.3 Tanda dan gejala Tuberkulosis ................................................. 9
2.1.4 Klasifikasi Tuberkulosis ......................................................... 10
2.1.5 Cara penularan Tuberkulosis .................................................. 11
2.1.6 Resiko penularan Tuberkulosis .............................................. 12
2.1.7 Diagnosis Klien Tuberkulosis pada Klien Dewasa ................ 12
2.1.8 Pengobatan Klien Tuberkulosis .............................................. 13
2.1.9 Mekanisme resistensi OAT .................................................... 20
2.2 Konsep Karakteristik .......................................................................... 22
2.2.1. Jenis kelamin .......................................................................... 22
2.2.2. Usia ......................................................................................... 22
2.2.3. Tingkat pendidikan ................................................................. 23
2.2.4. Pekerjaan ................................................................................ 24
2.3 Konsep Perilaku ................................................................................. 25
2.3.1 Pengetahuan (Knowledge) ...................................................... 25
2.3.2 Sikap (Attitude) ....................................................................... 28
2.3.3 Tindakan atau praktik (Practice) ............................................ 30
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
xii
2.3 Konsep Kepatuhan ............................................................................. 32
2.3.1 Definisi ................................................................................... 32
2.3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan ..................... 33
2.3.3 Pentingnya kepatuhan ............................................................. 34
2.3.4 Variabel dalam kepatuhan ...................................................... 34
2.4 Teori Perilaku Lawrence Green ......................................................... 35
2.5 Keaslian Penelitian ............................................................................. 36
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .............................. 41
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ........................................................ 41
3.2 Hipotesis ............................................................................................. 42
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 44
4.1 Rancangan Penelitian yang Digunakan .............................................. 44
4.2 Populasi, Sampel, dan Sampling ........................................................ 44
4.2.1 Populasi .................................................................................. 44
4.2.2 Sampel .................................................................................... 45
4.2.3 Sampling ................................................................................. 46
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ..................... 46
4.3.1 Variabel yang diteliti .............................................................. 46
4.3.2 Definisi operasional ................................................................ 47
4.4 Instrumen Penelitian ........................................................................... 51
4.5 Uji Validitas dan Uji Reabilitas ......................................................... 51
4.5.1 Uji validitas ............................................................................ 51
4.5.2 Uji reliabilitas ......................................................................... 53
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 54
4.5.1 Lokasi ..................................................................................... 54
4.5.2 Waktu penelitian ..................................................................... 54
4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ................................. 54
4.8 Cara Analisis Data .............................................................................. 57
4.9 Kerangka Operasional ........................................................................ 58
4.10 Masalah etik ....................................................................................... 59
4.11 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 60
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 61
5.1. Hasil Penelitian .................................................................................. 61
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian ......................................... 61
5.1.2 Data demografi responden ...................................................... 62
5.1.3 Data khusus ............................................................................ 63
5.2. Pembahasan ........................................................................................ 69
5.2.1 Hubungan karakteristik penderita Tuberkulosis Paru dengan
kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru ............................. 69
5.2.2 Hubungan tingkat pengetahuan penderita Tuberkulosis Paru
dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru ................. 71
5.2.3 Hubungan sikap penderita Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan
minum obat Tuberkulosis Paru ............................................... 73
5.2.4 Hubungan tindakan penderita Tuberkulosis Paru dengan
kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru ............................. 74
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
xiii
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 76
6.1. Simpulan............................................................................................. 76
6.2. Saran ................................................................................................... 76
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 76
Lampiran .............................................................................................................. 81
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jenis, sifat, dan efek samping OAT ................................................... 14
Tabel 2.2 Pengelompokan OAT ......................................................................... 14
Tabel 2.3 Jenis dan dosis OAT .......................................................................... 15
Tabel 2.4 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1 ................................................. 16
Tabel 2.5 Dosis Paduan OAT Kombipak untuk kategori 1 ............................... 16
Tabel 2.6 Dosis paduan OAT KDT Kategori 2.................................................. 16
Tabel 2.7 Dosis Paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2 .............................. 17
Tabel 2.8 Dosis KDT untuk Sisipan .................................................................. 18
Tabel 2.9 Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan ................................................ 18
Tabel 2.10 Tabel keaslian penelitian .................................................................... 37
Tabel 4.1 Definisi Operasional Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan
Kepatuhan Minum Obat ..................................................................... 47
Tabel 5.1 Persebaran Usia Responden ............................................................... 62
Tabel 5.2 Persebaran Jenis Kelamin Responden ................................................ 62
Tabel 5.3 Persebaran Tingkat Pendidikan Responden ....................................... 63
Tabel 5.4 Persebaran Status Pekerjaan Responden ............................................ 63
Tabel 5.5 Persebaran kepatuhan minum obat menurut tingkat usia responden dan
hasil uji chi-square hubungan usia dengan kepatuhan minum obat
tuberkulosis. ....................................................................................... 63
Tabel 5.6 Persebaran kepatuhan minum obat menurut jenis kelamin responden
dan hasil uji chi-square hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan
minum obat tuberkulosis. ................................................................... 64
Tabel 5.7 Persebaran kepatuhan minum obat menurut tingkat pendidikan
responden dan hasil uji chi-square hubungan tingkat pendidikan dengan
kepatuhan minum obat tuberkulosis ................................................... 65
Tabel 5.8 Persebaran kepatuhan minum obat menurut status pekerjaan responden
dan hasil uji chi-square hubungan status pekerjaan dengan kepatuhan
minum obat tuberkulosis .................................................................... 66
Tabel 5.9 Persebaran kepatuhan minum obat menurut tingkat pengetahuan
responden dan hasil uji chi-square hubungan tingkat pengetahuan
dengan kepatuhan minum obat tuberkulosis ...................................... 67
Tabel 5.10 Persebaran kepatuhan minum obat menurut sikap responden dan hasil
uji chi-square hubungan sikap dengan kepatuhan minum obat
tuberkulosis ........................................................................................ 67
Tabel 5.11 Persebaran kepatuhan minum obat menurut tindakan responden dan
hasil uji chi-square hubungan tindkaan dengan kepatuhan minum obat
tuberkulosis ........................................................................................ 68
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori perilaku oleh Lawrence Green ............................................. 36
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Karakteristik, Pengetahuan,
Sikap dan Tindakan dengan Kepatuhan Minum Obat. .................. 41
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Tentang Hubungan
Karakteristik, Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Dengan
Kepatuhan Minum Obat ................................................................ 58
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjelasan Penelitian Bagi Responden .............................................. 81
Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden ...................................................... 84
Lampiran 3 Lembar Informed Consent ................................................................. 85
Lampiran 4 Lembar Pengisian Kuesioner Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan .... 86
Lampiran 5 Lembar Pengisian Kuesioner MMAS – 8 ......................................... 90
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................... 91
Lampiran 7 Hasil Uji Statistik Variabel ................................................................ 97
Lampiran 8 Pengesahan Etik ............................................................................... 104
Lampiran 9 Perijinan Pengambilan Data Awal ................................................... 105
Lampiran 10 Perijinan Penelitian ........................................................................ 108
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
xvii
DAFTAR SINGKATAN
µ : Mikro
ART : Asisten Rumah Tangga
BKPM : Balai Kesehatan Paru Masyarakat
BTA : Basil Tahan Asam
CDR : Case Detection Rate
Dinkes : Dinas Kesehatan
E : Etambutol
EDR : Extensive Drug Resistant
gr : Gram
H : Isonazid
H1 : Hipotesis sementara
HIV : Human Immunodeficiency Virus
KDT : Kombinasi Dosis Tetap
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
MDR : Multi Drug Resistant
mg : Miligram
mm : Milimeter
MR : Mono Resistant
OAT : Obat Anti Tuberkulosis
PBC : Perceived Behavior Control
PMO : Pengawas Menelan Obat
PR : Poli Resistant
R : Rifampisin
RI : Republik Indonesia
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RR : Rifampicin
S : Streptomisin
SPS : Sewaktu – Pagi – Sewaktu
SR : Succes Rate
TB : Tuberkulosis
WHO : World Health Organization
Z : Pirazinamid
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis adalah satu dari banyak penyakit yang menular dan
mematikan serta masih menjadi perhatian masyarakat global (WHO, 2014).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi disebabkan oleh bakteri Mycobaterium
tuberculosis berbentuk batang (Bacillus) ditularkan melalui perantara ludah / dahak
mengandung basil tuberkulosis yang menyebar di udara ketika penderita
tuberkulosis paru batuk (Makhfudli, 2016).
Penyakit tuberkulosis paru yang diderita oleh individu akan memberi
dampak yang sangat besar bagi kehidupanya baik secara fisik, mental maupun
kehidupan sosial. Secara fisik penyakit tuberkulosis paru jika tidak diobati dengan
benar akan menimbulkan berbagai komplikasi bagi organ lain , seperti penyebaran
infeksi ke organ lain, kekurangan nutrisi, batuk darah yang berat, resistensi terhadap
banyak obat dan komplikasi lainya. Tuberkulosis paru merupakan salah satu
penyakit yang membutuhkan waktu pengobatan yang panjang dan memerlukan
banyak obat-obatan yang dikonsumsi (Smeltzer & Bare, 2001).
Tuberkulosis (TB) menjadi masalah utama kesehatan global dengan
perkiraan 10,4 juta kasus TB baru di seluruh dunia. Sebagian besar penderita TB
tinggal di negara berpenghasilan rendah (Qadeer et al., 2017). Tuberkulosis
menduduki peringkat 9 kematian di dunia dan menempati peringkat tertinggi
penyebab kematian dengan agen infeksi tunggal diatas HIV. Pada tahun 2016, di
perkirakan 1,3 juta penderita TB dengan HIV negatif meninggal dunia (turun dari
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
2
1,7 juta pada tahun 2000). Kasus terbanyak tuberkulosis berada di Asia Tenggara
dengan presentase 45% , disusul dengan Afrika 25%, Pasifik Barat 17%, Timur
tengah 7%, Eropa 3% dan Negara-negara Amerika 3%. Sedangkan untuk peringkat
5 negara tertinggi penderita TB (56% kasus TB Dunia) adalah India, Indonesia,
China, Filipina, dan Pakistan (WHO, 2017).
Tahun 2016 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 351.893 kasus.
Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2015 yang sebesar 330.729 kasus. Jumlah
kasus tertinggi dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk terbesar
yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di ketiga
provinsi tersebut sebesar 44% dari jumlah kasus baru tuberkulosis di Indonesia.
Proporsi kasus tuberkulosis menurut kelompok umur pada tahun 2016 ditemukan
kasus terbanyak pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 18,07%, diikuti oleh
kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25%, dan pada kelompok umur 35-44 tahun
sebesar 16,81% (Kemenkes RI, 2017).
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 menempati urutan kedua di Indonesia
dalam penemuan TB BTA (+) kasus baru. Angka penemuan baru BTA (+) sebanyak
23.183 penderita atau case destection rate (CDR) sebesar 56%. Target CDR yang
ditetapkan adalah minimal 70%. Pada tahun 2016, kasus TB yang telah diobati
47.478 kasus dari perkiraan sebesar 123.414 kasus. CDR TB di Jawa Timur sebesar
39% dengan hal tersebut Provinsi jawa timur telah mencapai target minimal yang
diterapkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sebesar 38%. Angka
keberhasilan pengobatan penderita TB BTA (+) kasus baru di Jawa Timur sebesar
91% (Dinkes Jawa Timur, 2017).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
3
Kasus baru penyakit TB Paru kasus baru di Kota Surabaya pada tahun 2015
sebanyak 2.330 orang. Ada penurunan jumlah kasus dibanding tahun 2014. Angka
kesembuhan TB Paru BTA (+) sebesar 70,43%, dengan angka keberhasilan
pengobatan sebesar 79,21%. Untuk puskesmas Tanah Kali Kedinding memiliki
angka keberhasilan di angka 68,33% dengan jumlah orang yang diobati 60 orang.
(Dinkes Surabaya, 2016)
Menurut data diatas di pada usia dewasa awal mendominasi besarnya
penderita TB paru di Jawa Timur. Hal ini disebabkan oleh salah satu penyebab
penularan TB paru pada masyarakat yaitu pola hidup masyarakat yang cenderung
melakukan kegiatan tanpa memeperhatikan kesehatanya. Di Jawa Timur angka
penemuan kasus baru dalam TB paru masih cukup tinggi dengan peringkat ke 2
nasional. Meskipun begitu angka kesembuhan penderita TB paru dengan BTA (+)
telah melewati batasan minimal keberhasilan pengobatan di Indonesia. Hal tersebut
selaras dengan Kota Surabaya dengan jumlah penderita TB BTA (+) memiliki
angka kesembuhan pengobatan yang telah melampaui presentase kesembuhan
nasional. Menurut sebuah studi lain yang dilakukan oleh Sukoco (2011), dilakukan
analisa penelitian bivariat antara kepatuhan berobat penderita TB dengan beberapa
karakteristik, menunjukkan bahwa pada variable sosial ekonomi, kelompok sosial
ekonomi rendah mempunyai risiko 1,33 tidak patuh berobat dibanding dengan
kelompok sosial ekonomi tinggi.
Menurut RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010 didapatkan
sebanyak 19,3% penderita TB Paru yang tidak patuh dalam minum obat. Hasil dari
penelitian diatas selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhewi, Armiyati &
Supriyono (2011) yang menuliskan bahwa penderita TB Paru yang mengalami
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
4
kegagalan dalam pengobatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun faktor yang
paling dominan adalah ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan.
Sejak tahun 1995, Indikator keberhasilan dari program TB adalah Case
Detection Rate (CDR) dan Success Rate (SR). CDR di Jawa Timur dari tahun 2004-
2012 selalu mengalami peningkatan meskipun belum mencapai target yang
ditentukan, yaitu 70%. Sedangkan SR di Jawa Timur dari tahun 2004 - 2011
mengalami peningkatan dan sudah mencapai target yang ditentukan, yaitu 90%.
Provinsi Jawa Timur, Surabaya memiliki kasus TB terbanyak di antara kota-kota
yang lain yaitu 4.212 kasus. Kasus TB BTA positif baru di Kota Surabaya
diperkirakan mencapai 2.107 penderita. Pada tahun 2013 penyakit tuberkulosis di
Surabaya termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak dan menduduki di urutan ke
sembilan (Ruditya, 2015).
Faktor – faktor yang memengaruhi perilaku seseorang saat pengobatan TB
yaitu faktor predisposing, faktor enabling, dan faktor reinforcing. Teori tersebut
merupakan teori perubahan perilaku yang dikemukakan oleh Lawrence Green
(Nursalam, 2015). Predisposing factors atau faktor predisposisi terdiri dari
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakianan dan nilai – nilai. Enabling factors
atau faktor pendukung terdiri dari hal – hal yang terwujud dalam lingkungan fisik,
antara lain sarana maupun prasarana kesehatan yang meliputi puskesmas, obat, alat,
perundangan-undangan, dan keterampilan terkait kesehatan. Sedangkan reinforcing
factors atau faktor pendorong seperti petugas kesehatan, keluarga , maupun
pengambil keputusan (Nursalam, 2015). Untuk meningkatkan ketaatan dalam
berobat , respon penderita terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah hal yang
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
5
penting (Sunaryo, 2004). Keberhasilan dalam pengobatan TB adalah hasil dari
ketaatan penderita TB dalam pengonsumsian obatnya.
Menurut Notoatmodjo (2010), domain perilaku ada 3, yaitu pengetahuan;
sikap; dan tindakan. Oleh karena itu menurut peneliti untuk menumbuhkan perilaku
yang patuh dalam berobat dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Berdasarkan data
tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap,
dan tindakan penderita TB paru terhadap kepatuhan minum Obat Anti
Tuberkulosis(OAT) di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Kota Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara karakteristik penderita TB Paru dengan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ?
2. Bagaimana hubungan antara pengetahuan penderita TB Paru dengan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT
3. Bagaimana hubungan antara sikap penderita dengan kepatuhan minum Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) ?
4. Bagaimana hubungan antara tindakan penderita TB Paru dengan kepatuhan
minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap, dan tindakan
penderita TB Paru dengan kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
6
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan hubungan antara karakteristik penderita TB Paru dengan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
2. Menjelaskan hubungan antara pengetahuan penderita TB Paru dengan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
3. Menjelaskan hubungan antara sikap penderita TB Paru dengan kepatuhan
minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
4. Menjelaskan hubungan antara tindakan penderita TB Paru dengan kepatuhan
minum Obat Anti Tuberkulosa (OAT).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif untuk
mengembangkan konsep ilmu keperawatan komunitas dalam penyusunan asuhan
keperawatan. Ditujukan pada kelompok khusus dengan gangguan kesehatan
khususnya pada penyakit kronis menular yang salah satunya yaitu penderita TB
Paru.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi Peneliti
Pengembangan keilmuan keperawatan yang berkaitan maupun bersinggungan
dengan penyakit TB paru, karakteristik TB Paru dan hubungan pengetahuan, sikap,
dan tindakan dengan kepatuhan pengobatan. Sebagai wujud aplikasi, penerapan
ilmu yang diperoleh sewaktu perkuliahan secara nyata dan memahami profesi ners
dalam kenyataan.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
7
2. Bagi Masyarakat
Memberi masukan berupa Health Education kepada penderita dan masyarakat
tentang penyakit TB Paru sehingga mampu menjalani pengobatan secara maksimal.
3. Bagi Puskesmas
Mengetahui pengaruh karakteristik, pengetahuan dan sikap penderita dan
keluarga terhadap kepatuhan pengobatan TB Paru. Hal tersebut guna menunjang
proses ketepatan dalam pengobatan TB Paru. Sebagai tempat penelitian Puskesmas
akan mendapat data melalui hasil penelitian yang saya buat.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tuberkulosis
2.1.1 Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular di udara dan paling banyak menyerang
paru – paru .Organisme penyebabnya adalah basil tahan asam Mycobacterium
tuberculosis (Dalvin and Smith, 2017).
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang merupakan bakteri tahan asam (BTA) dan juga
merupakan penyakit menular (Kemenkes RI, 2014).
Tuberkulosis juga merupakan penyakit infeksius yang menyerang parenkim
paru. Tuberkulosis juga ditularkan ke bagian tubuh yang lain, termasuk meningens,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis,
adalah batang aerobic tahan asam tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet (Smeltzer & Bare, 2001).
Penyakit tersebut menyebabkan masalah kesehatan pada jutaan orang di
setiap tahun dan menempati urutan kedua penyakit infeksi yang menyebabkan
kematian setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV) (WHO, 2017).
Penyakit tersebut ialah penyakit kronik yang bisa memengaruhi kualitas
hidup penderita. Pasien yang hidup dengan tuberkulosis (TB) mengalami gangguan
yang signifikan dari kehidupan sosial mereka dan terkena stigma dan diskriminasi
(Abioye, Omotayo and Alakija, 2011). Tuberkulosis paru menimbulkan
permasalahan yang serius, pada konsep kualitas hidup yang terdiri dari aspek
kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
9
2.1.2 Penyebab Tuberkulosis
Mycobacterium tuberculosis adalah penyebab utama tuberkulosis.
Mycobacterium tuberculosis berupa kuman batang, tahan terhadap asam, dan
bersifat aerob. Basil tuberkel berukuran 0,3 x 2 mm sampai 4 mm, lebih kecil dari
ukuran eritrosit atau sel darah merah. Basil tuberkulosis bisa terus hidup berbulan
– bulan pada suhu kamar dan di dalam ruangan yang lembab (Price and Wilson,
2006). Seseorang bisa terinfeksi bakteri melalui berbicara, tertawa, batuk, maupun
bersin yang mengandung droplet besar (lebih besar dari 100 µ) dan droplet kecil
( 1 sampai 5 µ). Droplet yang besar menetap sementara droplet yang kecil tertahan
di udara dan dihirup oleh individu yang rentan (Smeltzer & Bare, 2001).
2.1.3 Tanda dan gejala Tuberkulosis
Tanda dan gejala pada tahapan awal tuberkulosis yaitu infeksi primer.
Tuberkulosis bisa bersifat asimtomatik dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Suhu badan meningkat;
2. Nyeri pada persendian;
3. Malaise;
4. Penurunan nafsu makan, mual, muntah, dan terlihat kelelahan;
Infeksi primer terjadi lebih kurang selama 12 minggu, setelah itu tubuh akan
mengeluarkan kekebalan spesifik terhadap basil tuberkulosis, selanjutnya kelenjar
limfe mengalami pembesaran sebagai penyebab penyebaran limfogen. Setelah itu
tubuh akan mengalami tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Batuk disertai peningkatan frekuensi napas;
2. Terjadinya ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit;
3. Bunyi napas ronki kasar dan hilang;
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
10
4. Demam persisten;
5. Terdapat suara pekak saat perkusi.
2.1.4 Klasifikasi Tuberkulosis
Klasifikasi tuberkulosis (Kemenkes RI, 2014), dibedakan menjadi :
1. Lokasi anatomi dari penyakit.
1) Tuberkulosis paru;
Tuberkulosis yang terjadi pada jaringan paru – paru. Tuberkulosis paru
sendiri terjadi karena adanya lesi pada jaringan paru. Efusi pleura tanpa
terdapat gambaran radiologis yang terjadi pada organ paru atau limfadenitis
tuberkuosis di rongga dada (hilus dan mediastinum), dinyatakan sebagai
tuberkulosis ekstra paru.
2) Tuberkulosis ekstra paru;
Tuberkulosis yang terjadi di luar jaringan paru – paru, seperti : pleura,
kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, selaput otak, sendi, maupun tulang.
Penegakan diagnosis sendiri juga harus ditemukanya bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
2. Riwayat pengobatan sebelumnya
1) Klien baru TB
Klien tuberkulosis yang belum pernah menggunakan atau mejalani
pengobatan tuberkulosis, atau klien yang menggunakan obat anti tuberkulosis
(OAT) kurang dari 28 hari.
2) Klien yang pernah diobati TB
Klien tuberkulosis yang pernah menggunakan OAT lebih dari 28 hari.
3) Klien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
11
3. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
1) Mono Resistant (MR);
Resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.
2) Poli Resistant (PR);
Resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Ionazid (H)
dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
3) Multi Drug Resistant (MDR);
Resisten terhadap Ionazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
4) Extensive Drug Resistant (EDR);
Tuberkulosis MDR, yang sekaligus resisten terhadap salah satu OAT
golongan flourokuinolon dan minimal salah satu OAT lini kedua jenis
suntikan( kanamisin, kapreomisin, amikasin)
5) Rifampicin Resistan (RR)
Resisten terhadap rifampisin dengan atau tanpa resisten terhadap OAT yang
lain
4. Status HIV
1) Klien TB dengan HIV positif
2) Klien TB dengan HIV negatif
3) Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui (Kemenkes RI, 2014).
2.1.5 Cara penularan Tuberkulosis
Selain melalui tranmisi udara, Mycobacterium tuberculosis juga dapat
menular jika terjadi kontak langsung dengan luka penderita tuberkulosis paru.
Percikan dahak pada klien dangan BTA positif yang mengandung Mycobacterium
tuberculosis merupakan sumber penularan dari tuberkulosis. (Kemenkes RI, 2014)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
12
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh bantuan udara. Individu
terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa, maupun bernyanyi yang
meleaskan droplet nuclei ke udara dan dihirup oleh individu yang rentan (Smeltzer
& Bare, 2001).
2.1.6 Resiko penularan Tuberkulosis
Menurut Smeltzer & Bare (2001), individu yang berisiko tinggi tertular
tuberkulosis adalah :
1. Individu yang dekat maupun kontak langsung dengan klien tuberkulosis paru
yang aktif;
2. Individu immunosupresif;
3. Pengguna alkohol maupun pengguna obat HIV;
4. Individu dengan perawatan kesehatan yang mencukupi saat usia 15 – 44
tahun;
5. Individu dengan gangguan medis lainya;
6. Imigran dari negara angka terjadinya tuberkulosis yang tinggi;
7. Individu yang beraktivitasdan bermukim di institusi;
8. Invidu yang hidup di lingkungan kumuh;
9. Petugas kesehatan.(Kemenkes RI, 2014)
2.1.7 Diagnosis Klien Tuberkulosis pada Klien Dewasa
1. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan bakteriologis menggunakan
pemeriksaan mikroskopis langsung.
2. Apabila pemeriksaan bakteriologis negatif, maka diagnosis ditegakkan
dengan pemeriksaan klinis dan foto toraks.
3. Pada sarana yang terbatas, klien didiagnosis secara klinis setelah pemberian
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
13
terapi antibiotika spectrum luas yang tidak memberikan perbaikan klinis.
4. Tidak dibenarkan penegakan diagnosis hanya dengan pemeriksaan serologis,
uji tuberkulin, ataupun foto toraks saja.
5. Pemeriksaan dahak secara miksoskopis langung dengan uji SPS (Sewaktu –
Pagi – Sewaktu), dan klien ditetapkan sebagai Klien tuberkulosis jika salah
satu uji dahak SPS hasilnya BTA Positif (Kemenkes RI, 2014).
2.1.8 Pengobatan Klien Tuberkulosis
Tujuan utama pengobatan tuberkulosis adalah memperbaiki produktivitas,
mencegah kematian oleh tuberkulosis, mencegah kekambuhan, menurunkan
penularan, dan mencegah resistensi obat tuberkulosis. Hal yang digunakan sebagai
prinsip pengobatan tuberkulosis adalah pemberian OAT yang mengandung 4
macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi, diberikan dalam dosis yang
tepat, ditelan atau dikonsumsi secara teratur, dan diawasi oleh Pengawas Menelan
Obat (PMO) hingga selesai pengobatan (Kemenkes RI, 2014).
1. Tahapan pengobatan TB
Pengobatan TB akan selalu meliputi pengobatan tahap awal dan pengobatan
tahap lanjutan. Pada tahap awal pengonsumsian obat dilakukan setiap hari.
Hal tersebut digunakan untuk menurunkan jumlah bakteri yang berada di
dalam tubuh klien dan mengurangi pengaruh dari sedikit bakteri yang
dimungkinkan resisten sejak klien belum mengonsumsi OAT. Tahap awal
ini dilakukan selama 2 bulan dan dengan pengonsumsian OAT secara
teratur dan tanpa penyulit, setelah 2 minggu pengobatan daya penularan
sudah sangat menurun. Untuk tahap lanjutan sendiri merupakan tahap yang
penting untuk menurunkan dan membunuh sisa bakteri yang ada di dalam
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
14
tubuh klien, sehingga klien dapat sembuh dan tercegah dari kekambuhan
(Kemenkes RI, 2014).
2. Obat Anti Tuberkulosis
Tabel 2. 1 Jenis, sifat, dan efek samping OAT
Jenis Sifat Efek Samping
Isonazid (H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik,
gangguan fungsi hepar, kejang
Rifampisin (R) Bakterisidal Flu Syndrome, gangguan
gastrointestinal, urine berwarna merah,
gangguan fungsi hepar, trombositopeni,
demam, skin rash, sesak napas, anemia
hemolitik
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan
fungsi hepar, gout artitis
Streptomisin (S) Bakterisidal Nyeri di tempat suntikan, gangguan
keseimbangan dan pendengaran, syok
anafilaktik, anemia, agranulositosis,
trombositopeni
Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan pengelihatan, buta warna,
neuritis perifer
Tabel 2. 2 Pengelompokan OAT
Golongan dan jenis Obat
Golongan-1 Obat Lini
pertama
1. Isoniazid (H)
2. Ethambutol (E)
3. Pyrazinamide (Z)
4. Rifampisin (R)
5. Streptomycin (S)
Golongan-2 atau Obat suntik/
suntikan lini ke 2
1. Kanamycin (Km) 2. Amikacin (Am)
3. Capreomycin (Cm)
Golongan-3 atau Golongan
Floroquinolone
1. Ofloxacin (Ofx)
2. Leofloxacin (Lfx)
3. Moxifloxacin (Mfx)
Golongan-4 atau Obat
Bakteriostatik Lini Kedua
1. Ethionamide (Eto)
2. Prothionamide (Pto)
3. Cycloserine (Cs)
4. Para amino salisilat
(PAS)
5. Terizidone (Trd)
Golongan-5 atau Obat yang
belum terbukti efisiensinya
tidak direkomendasikan WHO
1. Clofazimine (Cfz)
2. Linezolid (Lzd)
3. Amoxilin-Clavulanate
(Amx-Clv)
4. Thioacetazone (Thz)
5. Clarithromycin (Clr)
6. Imipenem (Ipm)
3. Dosis pengobatan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
15
Tabel 2. 3 Jenis dan dosis OAT
Jenis OAT Dosis
Harian 3x/minggu
Kisaran dosis
(mg/kgBB)
Maksimum
(mg)
Kisaran dosis
(mg/kgBB)
Maksimum
(mg)
Isoniazid
(H)
4 – 6 300 8 – 12 900
Rifampisin
(R)
8 – 12 600 8 – 12 600
Pirazinamid
(Z)
20 – 30 - 30 – 40 -
Streptomisin
(S)
15 – 20 - 25 – 35 -
Etambutol
(E)
12 – 18 - 12 – 18 1000
4. Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia yang disusun oleh Program
Nasional Pengendalian Tuberkulosis (Kemenkes RI, 2014):
1) Kategori 1 : 2(HRZE)/ 4(HR)3
2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/ (HRZE)/ 5(HR)3E3
3) Kategori 3 : 2(HRZ)/ 4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR
4) Obat yang digunakan dalam tatalaksana klien TB resisten obat di Indonesia
terdiri dari OAT lini ke 2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin,
Etionamide, Sikloserin, Moksioflosasin, dan PAS, serta OAT lini-1 yaitu
Pirazinamid dan Etambutol.
5. Paduan OAT Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) dan OAT Kombipak
1) Kategori 1 : 2( HRZE)/4(HR)3
Panduan OAT ini diberikan untuk klien baru :
(1) Klien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
(2) Klien TB paru terdiagnosis klinis
(3) Klien TB ekstra paru
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
16
Tabel 2. 4 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1
Berat Badan Tahap intensif
Tiap hari selama 56 hari
RHZE(150/75/400/275)
Tahap lanjutan
3 kali seminggu selama 16
minggu RH(150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 2KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 2KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 2KDT 5 tablet 2KDT
Tabel 2. 5 Dosis Paduan OAT Kombipak untuk kategori 1
Tahap
Pengobatan
Lama
Pengobatan
Dosis per hari / kali
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tablet
Isoniasid
@ 300
mg
Kaplet
Rifampisin
@ 450 mg
Tablet
Pirazinamid
@ 500 mg
Tablet
Etambutol
@ 250
mg
Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/2(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk klien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan berulang) :
(1) Klien kambuh;
(2) Klien gagal pengobatan dengan paduan OAT kategori 1;
(3) Klien yang diobati kembali setelah putus berobat (last to follow up)
Tabel 2. 6 Dosis paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan Tahap intensif
Tiap hari selama 56 hari
RHZE(150/75/400/275)
Tahap lanjutan
3 kali seminggu
selama 16 minggu
RH(150/150)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30 – 37 kg 2 tab 4KDT + 500 mg
Streptomisin inj
2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2 tab
Etambutol
38 – 54 kg 3 tab 4KDT + 750 mg
Streptomisin inj
3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab
Etambutol
55 – 70 kg 4 tab 4KDT + 1000 mg
Streptomisin inj
4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab
Etambutol
≥ 71 kg 5 tab 4KDT + 1000 mg
Streptomisin inj
5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab
Etambutol
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
17
Tabel 2. 7 Dosis Paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2
Tahap
Pengobatan
Lama
Pengobatan
Tablet
Isoniazid
@300mg
Kaplet
Rifampisin
@450 mg
Tablet
Pirazinamid
@500mg
Etambutol Streptomisin
Inj.
Jumlah
hari /
menelan
obat
Tablet
@250mg
Tablet
@400mg
Tahap
Intensif (dosis
harian)
2 Bulan 1 1 3 3 - 0,75gr 56
1 Bulan 1 1 3 3 - - 28
Tahap
lanjutan
(dosis 3 x
seminggu)
4 Bulan 2 1 1 2 60
Catatan:
(1) Klien berusia 60 tahun keatas, dosis maksimal streptomisin adalah 500 mg
tanpa memperhatikan berat badan.
(2) Perempuan hamil harus melihat prinsip pengobatan TB dalam keadaan
khusus. Prinsip pengobatan TB paru pada kondisi kehamilan tidak berbeda
dengan pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT
aman untuk kehamilan, kecuali golongan Aminoglikosida seperti
streptomisin atau kanamisin karena dapat menimbulkan ototoksik pada bayi
(permanent ototoxic) dan dapat menembus barier plasenta. Keadaan ini dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang
menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil
bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya supaya proses
kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari
kemungkinan tertular TB. Pemberian Piridoksin 50 mg/hari dianjurkan pada
ibu hamil yang mendapatkan pengobatan TB, sedangkan pemberian vitamin
K 10 mg/hari juga dianjurkan apabila Rifampisin digunakan pada trimester 3
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
18
kehamilan menjelang partus.
(3) Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).
3) OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
(1) Jenis dan dosis OAT;
(2) Prinsip pengobatan TB paru;
(3) Kombinasi OAT di Indonesia; dan
(4) Hasil pengobatan dan tindak lanjut.
Tabel 2. 8 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari RHZE
(150/75/400/275) 30-37kg 2 Tablet 4KDT 38-54kg 3 Tablet 4KDT 55-70kg 4 Tablet 4KDT > 71kg 5 Tablet 4KDT
Tabel 2. 9 Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan
Tahap
Pengobatan
Lamanya
pengobatan
Tablet
Isoniazid
@300mg
Tablet
Rifampisin
@450mg
Tablet
Pirazinamid
@500mg
Tablet
Etambutol
@250mg
Jumlah
hari / kali
menelan
obat
Tahap Intensif
(dosis harian) 1 Bulan 1 1 3 3 28
Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (kanamisin)
dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada klien baru tanpa indikasi
yang jelas karena obat tersebut berpotensi jauh lebih rendah daripada OAT lini
pertama. Hal itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lini
kedua (Kemenkes RI, 2014).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
19
6. Efek samping OAT
Sebagian besar klien TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Beberapa dari mereka juga dapat mengalami efek samping, oleh karena
itu sangat penting dilakukan pemantauan selama pengobatan.
Pemantauan efek samping obat dilakukan dengan cara:
1) Menjelaskan kepada klien mengenai tanda dan gejala efek samping.
2) Menanyakan adanya gejala efek samping pada waktu penderita mengambil
obat.
Efek samping pada OAT dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Efek samping ringan
Efek samping ini hanya menyebabkan sedikit perasaan tidak enak. Gejala ini
dapat ditanggulangi dengan obat simptomatik atau obat sederhana, terkadang
menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan sehingga pemberian OAT dapat
diteruskan.
2) Efek samping berat
Efek samping yang dapat menjadikan sakit serius. Pemberian OAT harus
dihentikan dan penderita harus segera dirujuk ke UPK spesialisasi pada kasus ini
(Kemenkes RI, 2011)
7. Pengawas Menelan Obat
1) Definisi PMO
Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung. Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang
yang dikenal dan dipercaya baik oleh klien maupun petugas kesehatan yang akan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
20
ikut mengawasi klien minum seluruh obatnya. Hal tersebut dapat di pastikan bahwa
klien benar dalam minum obat dan diharapkan sembuh pada akhir masa
pengobatan.
PMO adalah seseorang yang telah dilatih singkat tentang cara pengawasan langsung
menelan obat jangka pendek setiap hari (Kemenkes, 2011). Tujuan dari PMO ini
adalah menjamin keteraturan pengobatan agar tidak terjadi kasus drop out.
2) Persyaratan PMO
Persyaratan dan orang yang bisa menjadi PMO adalah:
(1) Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun penderita TB. Sebaiknya dipilih dari anggota keluarga maupun
tenaga kesehatan yang terlatih seperti perawat.
(2) Bersedia membantu penderita dalam masa pengobatan dengan sukarela.
(3) Bersedia mengikuti pelatihan dan penyuluhan bersama-sama dengan
penderita (Kemenkes RI, 2011).
2.1.9 Mekanisme resistensi OAT
Menurut Kemenkes (2013) dalam Manurung (2018) , ada beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya resistensi terhadap OAT, antara lain :
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
21
1. Pemberi jasa/ petugas kesehatan, yaitu didiagnosis tidak tepat; pengobatan
tidak menggunakan panduan yang tepat; dosis, jenis, obat, dan jangka waktu
pengobatan tidak adekuat.
2. Pasien, yaitu karena tidak mematuhi anjuran dokter/petugas kesehatan; tidak
teratur minum OAT; menghentikan pengobatan sebelum gangguan obat;
gangguan penyerapan obat.
3. Program pengendalian TB, yaitu persediaan OAT yang kurang; kualitas OAT
yang disediakan rendah.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
22
2.2 Konsep Karakteristik
2.2.1. Jenis kelamin
Insiden terjadinya penyakit TB Paru tidak sama antara pria dan wanita,
faktor resiko terjadinya TB Paru lebih besar terjadi pada wanita daripada pria pada
kelompk umur 15 – 44 tahun, dan lebih tinggi pada pria daripada wanita pada
kelompok umur lebih dari 44 tahun. Faktor genetik dan maturasi dianggap ikut andil
terhadap terjadinya penyakit TB Paru. Menurut WHO kematian ibu karena TB Paru
lebih besar daripada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (Depkes,
2008).
Menurut Hiswani (2009) dalam Makhfudli (2010) mengatakan pada
kelamin laki – laki cenderung lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan.
Disebutkan juga menurut WHO, ada sekitar 1 juta perempuan meninggal dalam
setahun akibat TB Paru. Kebiasaan merokok tembakau dan minum alkohol yang
menyebabkan menurunya sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terserang
agent penyebab TB Paru merupakan faktor utama penyebab TB Paru pada jenis
kelamin laki – laki.
2.2.2. Usia
Periode perkembangan usia manusia meurut Hurlock (2002) yaitu :
1. Usia 15 – 45 tahun atau periode dewasa awal adalah masa pencarian
kemantapan dan merupakan masa yang penuh dengan masalah dan
ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, masa
ketergantungan, perubahan nilai – nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pola
hidup yang baru.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
23
2. Usia 46 – 65 tahun atau periode dewasa madya merupakan masa transisi,
dimana masa penerimaan dan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan
fisologis. Dan juga merupakan waktu pria dan wanita meninggalkan ciri – ciri
jasmani.
Perubahan daya tahan tubuh merupakan salah satu alasan dari hubungan
keadaan dan usia, hal ini juga selaras dengan penyakit TB Paru. Pada negara maju,
TB Paru menginfeksi penderita pada saat usia penderita masih muda, karena adanya
penurunan daya tahan tubuh pada usia lanjut, penyakit yang lama bisa timbul
kembali (Makhfudli, 2010).
Menurut Depkes (2008) kelompok usia yang paling produktif (15-50 tahun)
merupakan penyumbang 75% penyakit TB. Seorang penderita TB dewasa akan
kehilangan waktu kerjanya 4 sampai 4 bulan.
2.2.3. Tingkat pendidikan
Menurut Bambang (1990) yang dikutip oleh Makhfudli (2010) dalam
pengobatan dan perkembangan penyakit TB Paru merupakan salah satu variabel
yang juga perlu mendapat perhatian. Tingkat pendidikan merupakan salah satu hal
yang berkaitan dengan kelas sosial dalam masyarakat. Penyakit TB Paru yang
diderita oleh masyarakat Indonesia dengan sebagian besar berlatar belakang
pendidikan menengah dan tingkat pendidikan dasar.
Menurut Notoatmodjo dalam Makhfudli (2010) bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan sesorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai – nilai yang baru
diperkenalkan.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
24
2.2.4. Pekerjaan
Sebuah penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan
banyak dikerjakan di Indonesia. Penyakit infeksi menular dimana TB Paru berada
didalamnya saling berketerkaitan dengan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian
Retno G & Nani (2002) yang dikutip dalam Makhfudli (2010) hasil studi kasus
pengobatan TB Paru di 10 Puskesmas di DKI Jakarta tahun 1996 – 1999
menyatakan bahwa 41,7% penderita TB Paru tidak bekerja; 35% buruh, pedagang
kecil, dan sopir angkot; 15% pelajar; dan 6,7% wiraswasta pada 60 responden TB
Paru kasus baru. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa sebagian
besar penderit TB Paru berasal dari status sosial rendah.
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui
beberapa jalan yakni:
1. Adanya faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda fisik yang menimbulkan
kecelakaan.
2. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres.
3. Ada tidaknya gerak badan saat bekerja.
4. Karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif kecil dan sempit, maka
dapat terjadi proses penularan penyakit antara anggota keluarga terutama
pada penyakit infeksi antara lain TB Paru dan infeksi saluran pernapasan.
5. Penyakit cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerja di
tambang. (Makhfudli, 2010)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
25
2.3 Konsep Perilaku
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dalam perkembangannya,
teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengujuran hasil pendidikan kesehatan yakni:
2.3.1 Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur
bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan - pertanyaan.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
26
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpresentasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen- komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen- komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
27
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma
yang berlaku di masyarakat.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau
kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
1) Penyebab penyakit
2) Gejala atau tanda-tanda penyakit
3) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
4) Bagaimana cara penularannya
5) Bagaimana cara pencegahannya
2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi:
1) Jenis makanan yang bergizi
2) Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya
3) Pentingnya olahraga bagi kesehatan
4) Penyakit atau TB Paru
5) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi kesehatan
3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan:
1) Manfaat air bersih
2) Cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang
sehat, dan sampah
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
28
3) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
4) Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).
2.3.2 Sikap (Attitude)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik - tidak baik, dan sebagainya).
Sikap merupakan kumpulan gejala atau sindroma dalam merespons stimulus atau
objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala
kejiwaan yang lain. Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.
Sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
1. Kepercayaan atau keyakinan ide dan konsep terhadap objek.
Bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek. Sikap orang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit TB Paru
misalnya, bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap
penyakit Tuberkulosis Paru.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.
Bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut
terhadap objek. Seperti contoh butir a tersebut, berarti bagaimana orang
menilai terhadap penyakit TB Paru, apakah penyakit yang biasa saja atau
penyakit yang membahayakan.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
29
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku
terbuka (tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap penyakit TB
Paru di atas, adalah yang dilakukan seseorang bila menderita penyakit TB
Paru.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
1. Menerima (receiving)
Seseorang diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek).
2. Menanggapi (responding)
3. Menghargai (valuing)
Subjek atau Seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau
stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak
atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
4. Bertanggungjawab (responsible)
Bertanggungjawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang
telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus berani
mengambil resiko kalau ada orang lain yang mencemoohkannya atau adanya
resiko lain (Notoatmodjo, 2010).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
30
Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan,
antara lain:
1. Sikap terhadap sakit dan penyakit
1) Bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda
penyakit,
2) Penyebab penyakit
3) Cara penularan penyakit
4) Cara pencegahan penyakit
2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara memelihara dan cara
berperilaku hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian
terhadap makanan, minuman, olahraga, rekreasi (istirahat) atau istirahat
cukup bagi kesehatannya.
3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya
terhadap kesehatan. Misalnya: pendapat atau penilaian terhadap air bersih,
pembuangan limbah, polusi.
2.3.3 Tindakan atau praktik (Practice)
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak. Sikap belum tentu terwujud
dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu adanya
fasilitas atau sarana dan prasarana. Misalnya : Penderita Tuberkulosis harus rajin
minum obat supaya berhasil sembuh dan diperlukan petugas PMO selain di
Puskesmas juga di rumah. Terwujudnya sikap merupakan sebuah tindakan
(Notoatmodjo, 2007).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
31
1. Tingkat – tingkat tindakan
1) Respon terpimpin (guided response)
Seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan
menggunakan panduan.
2) Mekanisme (mechanism)
Seseorang telah melakukan sesuatu hal secara otomatis maka disebut
praktik.
3) Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu tindakan praktik yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
2. Pengukuran tindakan.
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara,
secara langsung maupun secara tidak langsung, pengukuran perilaku yang paling
baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi) yaitu
mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya. Metode
tidak langsung adalah dengan menggunakan mengingat kembali (recall). Metode
ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah
dilakukan berhubungan dengan objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Pengkategorian tindakan dapat dilakukan dengan membaginya dalam tiga kategori
yaitu praktik yang kurang, sedang dan baik.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
32
2.3 Konsep Kepatuhan
2.3.1 Definisi
Menurut Sarfino (1990) yang dikutip oleh Suparyanto (2010) dalam Dewi
(2011) mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh doktemya atau
yang lain. Kepatuhan adalah perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan
terapi. Menurut Decision theory 1985, penderita adalah pengambil keputusan dan
kepatuhan sebagai hasil pengambilan keputusan.
Sackett et. al (1979) dalam Niven (2002) menyebutkan bahwa kepatuhan
klien merupakan perilaku yang sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
profesional kesehatan. Menurut Brunner dan Suddarth (2002) kepatuhan
didefinisikan sebagai upaya aktif, kolaboratif, dan sukarela antara klien dengan
penyedia kesehatan. Ketidakpatuhan merupakan kegagalan klien untuk memenuhi
kriteria resep klinis seperti yang dimaksudkan oleh praktisi kesehatan. Hal tersebut
disebabkan oleh kurang pengetahuan atau ketidakstabilan emosional (Kurniawan,
2016).
Menurut Ali 1999, patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah
atau aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.
Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah
ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa
yang dianjurkan oleh petugas (Dewi, 2011).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
33
2.3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Sedangakan, Menurut teori Feuerstein (1986) dalam Niven (2002) terdapat
5 faktor yang mendukung kepatuhan klien antara lain:
1. Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan. Hal ini karena pendidikan
tersebut merupakan kegiatan penggunaan referensi berupa buku dan kaset
oleh klien secara mandiri.
2. Akomodasi Usaha yang harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian
klien agar dapat mempengaruhi kepatuhan, sehingga klien harus bisa
merasakan bahwa dirinya aktif dalam pengobatan. Klien yang mengalami
ansietas harus diturunkan dengan beberapa teknik yang efektif sehingga
mereka akan termotivasi untuk mengikuti anjuran pengobatan.
3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial Dukungan sosial berasal dari
keluarga dan teman-teman atau kelompok pendukung yang dapat dibentuk
untuk membantu kepatuhan terhadap program pengobatan penyakit.
4. Perubahan model terapi Program pengobatan dapat dibuat sesederhana
mungkin, dan klien dapat terlibat aktif dalam pembuatannya.
5. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien Hal terpenting
dalam memberikan feedback pada klien setelah memperoleh informasi
tentang diagnosis suatu penyakit adalah penjelasan tentang diagnosanya saat
ini, penyebabnya dan tindakan yang bisa dilakukan dengan kondisi tersebut
(Kurniawan, 2016).
Meningkatkan kepatuhan juga pernah diteliti oleh Sukartini (2015) , perawat
menurut teori sistem interaksi King merupakan hal yang meningkatkan kepatuhan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
34
dengan interaksi terus menerus antara pasien dan penderita melalui sistem personal,
sistem interpersonal, dan sistem sosial penderita.
2.3.3 Pentingnya kepatuhan
Kepatuhan dalam menjalankan pengobatan merupakan salah satu faktor
penentu utama dalam keberhasilan sebuah terapi. Setiap saat pasien bisa menjadi
tidak patuh berobat selama masa terapi , justru kecenderungan tidak patuh pada
awal pengobatan menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan. Rerata penderita
menjai tidak patuh karena efek samping obat dan rasa tidak percaya diri pasien
karena mereka menderita penyakit tersebut (Afandi, 2017).
Pengobatan TB Paru memerlukan jangka waktu yang lama dan rutin yaitu
6 – 8 bulan. Oleh karena itu, apabila penderita mengonsumsi atau melakukan
tindakan pengobatan tidak teratur, justru akan mengakibatkan kekebalan ganda
kuman TB Paru terhadap OAT, dan akhirnya penderita harus melakukan tindakan
pengobatan yang relatif lebih lama (Dhewi, Armiyati dan Supriyono, 2011).
2.3.4 Variabel dalam kepatuhan
Taylor (1991) dalam Niven (2002), menyebutkan terdapat beberapa variabel
yang berhubungan dengan kepatuhan antara lain:
1. Ciri-ciri kesehatan dan pengobatan
Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis karena tidak ada
akibat bentuk yang langsung dirasakan dalam pengobatan kompleks dan efek
sampingnya. Tingkat kepatuhan rata-rata minum obat untuk penyembuhan penyakit
akut dengan pengobatan jangka pendek adalah 78%, sedangkan sekitar 54% dengan
penyakit kronis dengan pengobatan jangka panjang.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
35
2. Ciri-ciri individu
Variabel demografi digunakan untuk meramal kepatuhan individu, seperti
seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mematuhi aturan dokter.
3. Komunikasi antara klien dengan petugas kesehatan
Beragam aspek komunikasi akan mempengaruhi tingkat kepatuhan, seperti
informasi pengawasan dari PMO yang cukup serta dukungan yang cukup.
4. Variabel sosial
Secara umum seseorang yang merasa menerima perhatian dan pertolongan
yang mereka butuhkan dari orang lain cenderung lebih mudah mengikuti nasehat
medis daripada pada individu yang kurang mendapatkan dukungan sosial. Keluarga
memiliki peranan penting dalam pengobatan medis, sehingga memudahkan atau
bahkan menghambat perilaku kepatuhan. Beeker (1987) menyarankan bahwa
interaksi keluarga harus diintegrasikan pada proses pengobatan dini.
5. Persepsi dan harapan klien
Variabel ini menerangkan bahwa kepatuhan sebagai fungsi dari keyakinan
tentang kesehatan, ancaman yang dirasakan, persepsi kekebalan, pertimbangan
mengenai hambatan (waktu dan atau biaya) dan keuntungan mengenai efektivitas
pengobatan (Kurniawan, 2016).
2.4 Teori Perilaku Lawrence Green
Perilaku penderita TB Paru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut teori
yang dikemukakan oleh Lawrence Green perilaku seseorang bisa dipengaruhi
ataupun bisa terbentuk dari 3 faktor, antara lain yaitu predisposing factors, enabling
factors, dan reinforcing factors. Predisposing factors atau faktor predisposisi terdiri
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
36
dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakianan dan nilai – nilai (lihat di gambar
2.1). Enabling factors atau faktor pendukung terdiri dari hal – hal yang terwujud
dalam lingkungan fisik, antara lain sarana maupun prasarana kesehatan yang
meliputi puskesmas, obat, alat, perundangan-undangan, dan keterampilan terkait
kesehatan. Sedangkan reinforcing factors atau faktor pendorong seperti petugas
kesehatan, keluarga , maupun pengambil keputusan. (Nursalam, 2015)
Gambar 2.1 Teori perilaku oleh Lawrence Green
2.5 Keaslian Penelitian
Untuk keaslian penelitian peneliti mencari literatur menggunakan e-
repository Universitas Airlangga, Google Schoolar, DOAJ & Scopus. Di dalam
pencarian tersebut peneliti memasukkan kata kunci seperti : Tuberkulosis,
Tuberculosis, Kepatuhan minum obat penderita Tuberkulosis Paru, Kepatuhan
Faktor Predisposisi (Predisposing
Factors):
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Keyakianan
5. Nilai – nilai
Faktor Pendukung (enabling factors):
Ketersediaan sarana dan prasarana :
1. Puskesmas
2. Obat
3. Alat
Faktor Pendorong (reinforcing
factors):
Sikap dan perilaku petugas kesehatan
terhadap penderita TB
Perilaku Kepatuhan
(Penderita Tuberkulosis Paru)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
37
minum obat serta hubungan sikap dan pengetahuan dengan penderita Tuberkulosis
Paru.
Beberapa literatur yang saya ambil memiliki dikotomi yang berbeda, ada
yang menyatakan ada hubungan antara sikap dan pengetahuan penderita TB Paru
dengan kepatuhan minum obat, dan ada yang menyatakan tidak ada hubungan
dalam penelitian yang sama. Untuk yang menyatakan ada hubungan, adanya
hubungan dipengaruhi oleh jumlah responden serta populasi penderita Tuberkulosis
Paru yang banyak. Untuk yang menyatakan tidak ada hubungan, tidak adanya
hubungan dikarenakan peneliti tersebut memilih tempat dengan populasi penderita
Tuberkulosis Paru yang sedikit.
Tabel 2. 10 Tabel keaslian penelitian
No Judul Artikel;
Penulis; Tahun
Metode ( Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisis)
Hasil Penelitian
1 J: Faktor yang
berhubungan
dengan kepatuhan
berobat pada pasien
TB Paru dengan
pendekatan theory
of planned
behaviour.
P: Nur Afandi
T: 2017
D: Cross-Sectional
S: 38 Responden
V: Sikap, norma subjektif,
perceived behavioral
control, niat, dan kepatuhan
berobat
I: Kuesioner
A: Uji Korelasi Spearman
Sikap, norma subjektif, dan
PBC berhubungan dalam
pembentukan intensi, serta
intensi berhubungan dengan
kepatuhan berobat.
2 J: Hubungan
Pengetahuan dan
Sikap Penderita TB
Paru Dengan
Kepatuhan Minum
Obat Anti
Tuberkulosis di
Puskesmas Lidah
Kulon Surabaya
2011
P: Pira Mitha
Sandra Dewi
T: 2011
D: Cross-Sectional
S: 43 Responden
V: Pengetahuan, sikap, dan
kepatuhan berobat
I: Kuesioner
A: Uji Korelasi Spearman
Tidak ada hubungan
pengetahuan dan sikap
dengan tingkat kepatuhan
penderita minum Obat Anti
Tuberkulosis (OAT). Hal ini
disebabkan karena banyak
faktor yang berhubungan
kepatuhan minum Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) yang
tidak diteliti.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
38
No Judul Artikel;
Penulis; Tahun
Metode ( Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisis)
Hasil Penelitian
3 J: Hubungan Antara
Dukungan Keluarga
dengan Tingkat
Kepatuhan Klien
Tuberkulosis Paru
dalam Menjalani
Pengobatan Di
Puskesmas Pegirian
Surabaya 2016
P: Muhammad
Naim Kurniawan
T: 2016
D: Deskriptif Korelasional
S: 36 Responden
V: Dukungan keluarga dan
kepatuhan berobat
I: Kuesioner
A: Analisis Chi Square
Adanya hubungan yang
bermakna antara dukungan
keluarga dengan tingkat
kepatuhan klien TB paru
dalam menjalani pengobatan
di Puskesmas Pegirian
Surabaya.
4 J: Hubungan Antara
Karakteristik
Penderita Tb
Dengan Kepatuhan
Memeriksakan
Dahak Selama
Pengobatan
P: Dea Nurma
Ruditya
T: 2015
D: Cross-Sectional
S: 38 Responden
V: Karakteristik (umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan,
status pekerjaan, dan tingkat
pendapatan) dan kepatuhan
memeriksakan dahak
I: Kuesioner
A: Analisis Chi Square
Tidak terdapat hubungan
antara karakteristik (umur,
jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status pekerjaan,
dan tingkat pendapatan)
penderita TB paru dengan
kepatuhan memeriksakan
dahak selama pengobatan di
wilayah kerja Puskesmas
Tanah Kalikedinding
Surabaya.
5 J: Hubungan antara
perilaku pencegahan
dan kepatuhan
berobat penderita
TB di indonesia
P: Noor Edi Widya
Sukoco
T: 2011
D: Cross-Sectional
S: 1231 Responden
V: Kepatuhan
Tingkat pendidikan,
pekerjaan, sikap, jenis
kelamin, klasifikasi daerah
perdesaan/ perkotaan, umur,
kuintil, perilaku pencegahan
TB oleh ART, keberadaan
fasilitas pelayanan
kesehatan, dan Jenis
pelayanan yang berkaitan
dengan TB
I: Kuesioner
A: : Analisis Chi Square
Perilaku menjemur kasur yang
salah mempunyai risiko tidak
patuh berobat sebesar 1,64
dibanding dengan responden
yang berperilaku benar.
6 J: Pengembangan
Model Peningkatan
Kepatuhan Berbasis
Teori Sistem
Interaksi King Dan
D: Quasy eksperimen
dengan kelompok kontrol
S: 50 Responden
V: Model peningkatan
kepatuhan berbasis teori
Model peningkatan kepatuhan
berbasis teori sistem interaksi
King terbukti efektif
meningkatkan kepatuhan
pasien TB paru
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
39
No Judul Artikel;
Penulis; Tahun
Metode ( Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisis)
Hasil Penelitian
Pengaruhnya
Terhadap
Kepatuhan Pasien
Tuberkulosis Paru
P: Tintin Sukartini
T: 2015
sistem interaksi King,
pengetahuan, self efficacy,
motivasi, pencegahan
penularan, kepatuhan nutrisi
dan kepatuhan pengobatan,
usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status
perkawinan dan pekerjaan.
I: Wawancara , peneliti,
catatan lapangan, dan tape
recorder
A: : Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan
hanya dilakukan untk
menemukan tema yang
digunakan sebagai dasar
untuk membangun model
7 J: Hubungan Antara
Pengetahuan, Sikap
Pasien Dan
Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan
Minum Obat Pada
Pasien TB Paru Di
BKPM Pati
P: Gendis Indra
Dewi, Yunie
Armiyati, Mamat
Supriyono
T: 2011
D: Cross-Sectional
S: 40 Responden
V: kepatuhan minum obat,
pengetahuan, sikap pasien
dan dukungan keluarga
I: Kuesioner
A: : Analisis Chi Square
1. Ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan
dengan kepatuhan minum
obat TB Paru di BKPM Pati
(p = 0,000).
2. Ada hubungan yang
signifikan antara sikap
dengan kepatuhan minum
obat TB Paru di BKPM Pati
(p = 0,001).
3. Ada hubungan yang
signifikan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan
minum obat TB Paru di
BKPM Pati (p = 0,000).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
41
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan :
Diukur Tidak Diukur
Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan dengan Kepatuhan Minum Obat oleh Lawrence Green.
Karakteristik penderita
Tuberkulosis Paru :
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Tingkat pendidikan
4. Pekerjaan
Faktor Predisposisi
(Predisposing Factors):
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Keyakianan
5. Nilai – nilai
Faktor Pendukung
(enabling factors):
Ketersediaan sarana
dan prasarana :
1. Puskesmas
2. Obat
3. Alat
Faktor Pendorong
(reinforcing factors):
Sikap, perilaku, dan
tindakan petugas
kesehatan terhadap
penderita TB
Domain Perilaku:
Pengertahuan (+), sikap(+),
dan tindakan (+)
Kepatuhan
(Penderita Tuberkulosis Paru)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
42
Perilaku penderita TB Paru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut teori
yang dikemukakan oleh Lawrence Green perilaku seseorang bisa dipengaruhi
ataupun bisa terbentuk dari 3 faktor, antara lain yaitu predisposing factors, enabling
factors, dan reinforcing factors. Predisposing factors atau faktor predisposisi terdiri
dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakianan dan nilai – nilai. Enabling
factors atau faktor pendukung terdiri dari hal – hal yang terwujud dalam lingkungan
fisik, antara lain sarana maupun prasarana kesehatan yang meliputi puskesmas,
obat, alat, perundangan-undangan, dan keterampilan terkait kesehatan. Sedangkan
reinforcing factors atau faktor pendorong seperti petugas kesehatan, keluarga ,
maupun pengambil keputusan (Nursalam, 2015). Faktor- faktor tesebut kemudian
ditambah dengan domain – domain perilaku yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
(2010) bahwa domain perilaku berisi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Faktor yang
dikemukakan oleh Lawrence Green di kombinasi dengan domain perilaku yang
positif akan berhubungan dengan kepatuhan minum obat yang dilakukan oleh
penderita. Selain itu, karakteristik penderita juga memiliki hubungan dengan proses
kepatuhan penderita. Masing – masing karakteristik memiliki kaitan tersendiri
dengan kepatuhan penderita patuh minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
3.2 Hipotesis
1. H1: Ada hubungan antara karakteristik penderita TB Paru dengan kepatuhan
minum OAT.
2. H1: Ada hubungan antara pengetahuan TB Paru dengan kepatuhan minum
OAT.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
43
3. H1: Ada hubungan antara sikap penderita TB Paru dengan kepatuhan minum
OAT.
4. H1: Ada hubungan antara tindakan penderita TB Paru dengan kepatuhan
minum OAT.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
44
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Penelitian yang Digunakan
Penelitian yang digunakan adalah penelitian cross-sectional. Penelitian ini
adalan jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat bertemu dengan penderita.
Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel
dependen) dihubungan dengan penyebab (variabel dependen). (Nursalam, 2015)
Selain penelitian cross-sectional peneliti juga mendefinisikan jenis
penelitian ini adalah penelitian analisis observasional. Menurut Nazir (2005) dalam
Dewi (2011) penelitian analitik adalah penelitian yang menguji hipotesis dan
mengadakan interpretasi lebih mendalam tentang hubungan – hubungan.
Sedangkan disebut observasional karena dalam penelitian ini hanya dilakukan
pengukuran – pengukuran tanpa memberikan perlakuan maupun intervensi.
4.2 Populasi, Sampel, dan Sampling
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan (Nursalam, 2015). Populasi dari penelitian ini adalah pasien TB
paru di wilayah Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya selama bulan Desember
2017 sampai bulan Juni 2018. Populasi penderita TB di Puskesmas Tanah
Kalikedinding 2016 sejumlah 50 orang.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
45
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling. Ada dua syarat yang
harus dipenuhi saat menetapkan sampel, yaitu mewakili dan sampel harus cukup
banyak. Penentuan sampel ini menggunakan kriteria baik inklusi maupun eksklusi
yang bertujuan membantu mengurangi bias hasil penelitian, khusus jika terdapat
variabel kontrol yang memiliki pengaruh terhadap variabel yang diteliti (Nursalam,
2015)
1. Kriteria inklusi
1) Semua pasien TB paru yang sedang mengalami pengobatan di wilayah kerja
Puskesmas Tanah Kalikedinding, Surabaya.
2) Usia TB Dewasa (18 – 65 tahun)
2. Kriteria eksklusi
1) Pasien TB Paru pindah rumah/pengobatan dari puskesmas.
2) Pasien TB Paru putus obat.
3) Pasien TB Paru dengan penyerta HIV dan/atau Diabetes Melitus.
4) Pasien dengan kondisi khusus seperti kehamilan dan menyusui.
Besar sampel yang digunakan dan dihitung menggunkan rumus Slovin dalam
Nursalam (2015), sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 responden.
Ditambah 10% untuk antisipasi penderita drop out / mengundurkan diri
menjadi responden.
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁 (𝑑)2
𝑛 =38
1 + 38(0,05)2
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
46
𝑛 =38
1,095
𝑛 = 34,7
𝑛 = 35 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat kesalahan d = 0,05
4.2.3 Sampling
Teknik pengambilan sampel atau sampling adalah proses menyeleksi porsi
dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan teknik non-probability sampling tipe purposive sampling. Purposive
sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di
antara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2015).
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.3.1 Variabel yang diteliti
1. Variabel bebas (independen) pada penelitian ini adalah karakterisitik
penderita TB Paru ( jenis kelamin, usia , tingkat pendidikan, dan pekerjaan ),
pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita penyakit TB Paru
2. Variabel tergantung (dependen) pada penelitian ini adalah kepatuhan minum
Obat Anti Tuberkulosis(OAT)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
47
4.3.2 Definisi operasional
Tabel 4. 1 Definisi Operasional Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Kepatuhan
Minum Obat
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala Skor
Independen
Jenis kelamin
Sifat atau
karakteristik yang
membedakan
penderita antara
Laki-laki dan
perempuan.
Wawancara kepada
:
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Kusioner Nominal 1. Laki-laki : 1
2. Perempuan :
0
Independen
Usia
Lamanya
kehidupan
penderita,
dihiitung dari
tahun kelahiran
sampai tahun
dilakukan
penelitian.
Golongan usia
menurut Depkes,
dibuat 2 kategori:
1. 18-45 tahun
2. 45-65 tahun
Kuesioner Nominal 1. 18-45
tahun : 1
2. 45-65
tahun : 0
Independen
Tingkat
Pendidikan
Jenjang sekolah
formal yang
pernah dilalui
penderita dan
dibuktikan dengan
ijazah yang
diterima.
1. Pendidikan
formal <9 tahun
2. Pendidikan
formal >9 tahun
Kuesioner Nominal 1. Pendidikan
formal <9
tahun : 1
2. Pendidikan
formal >9
tahun : 0
Independen
Pekerjaan
Aktivitas yang
dilakukan oleh
penderita TB Paru
setiap harinya
tidak hanya
sebagai mata
pencaharian.
1. Bekerja
2. Tidak bekerja
Kuesioner Nominal 1. Bekerja : 1
2. Tidak
bekerja : 0
Independen
Pengetahuan
Hal – hal yang
diketahui klien
sehubungan
dengan kepatuhan
minum obat
tuberkulosis paru
Dilakukan
wawancara
terhadap penderita
Tuberkulosis Paru
dan/atau Pengawas
Minum Obat
(PMO) mengenai
pengetahuan
penderita tentang
kepatuhan minum
obat Tuberkulosis
Paru.
Skala
Likert
Ordinal Adapun skor
tertinggi yang
dapat dicapai
responden
adalah
berjumlah 40.
Cara
menentukan
kategori tingkat
pengetahuan
responden
mengacu pada
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
48
persentase
berikut :
1.Pengetahuan
baik, apabila
skor jawaban
>75% nilai
keseluruhan
>30
2.Pengetahuan
cukup,
apabila skor
jawaban 40-
75% nilai
keseluruhan
(16-30)
3.Pengetahuan
kurang,
apabila skor
jawaban
<40% nilai
kesuluruhan
<16
Independen
Sikap
Reaksi/respon
tertutup berupa
sikap dari dalam
diri penderita
Tuberkulosis Paru
terhadap
kepatuhan minum
obat Tuberkulosis
Paru dan
merupakan tanda
kesiapan untuk
bertindak
Dilakukan
wawancara
terhadap penderita
dan/atau Pengawas
Minum Obat
(PMO)
Tuberkulosis Paru
mengenai sikap
penderita tentang
kepatuhan minum
obat Tuberkulosis
Paru
Kuesioner Ordinal Skor untuk
jawaban :
Benar : 1
Salah : 0
Kategori Sikap
:
1. Kurang : <
55%
2. Baik : >
56%
Independen
Tindakan
(praktik)
Suatu reaksi /
respon yang
dilakukan oleh
penderita
Tuberkulosis Paru
terhadap
kepatuhan minum
obat Tuberkulosis
Paru
Dilakukan
wawancara
terhadap penderita
dan/atau Pengawas
Minum Obat
(PMO)
Kuesioner Ordinal Adapun skor
tertinggi yang
dapat dicapai
responden
adalah
berjumlah 9.
Cara
menentukan
kategori tingkat
tindakan
responden
mengacu pada
persentase
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
49
berikut :
1.Tindakan
baik, apabila
skor jawaban
>75% nilai
keseluruhan
jawaban >7
2.Tindakan
cukup,
apabila skor
jawaban 45-
75% nilai
keseluruhan
4-7
3.Tindakan
kurang,
apabila skor
jawaban <
45% nilai
keseluruhan
<4
Dependen
Kepatuhan
Tindakan
penderita terkait
ketaatan dalam
proses:
Pengambilan obat
rutin dan
konsumsi obat
rutin.
Dengan wawancara
lisan terhadap
keluarga penderita
TB Paru / Pengawas
Minum Obat
(PMO) TB Paru dan
observasi status
penderita TB Paru
secara langsung
tentang
pengambilan obat.
Kuesioner
MMAS-8
Ordinal Kategorik
Kuesioner
(Nominal)
MMAS-8 ini
terdiri dari 8
item
pertanyaan,
dengan nilai
tertinggi 8, dan
nilai terendah
0. Tipe
pertanyaan
dikotomi yaitu
menggunakan
2 opsi jawaban
untuk
pertanyaan
favourable
(ya:1) dan
(tidak:0).
Sebaliknya jika
pertanyaan
unfavourable
(ya:0) dan
(tidak:1).
Untuk
menjelaskan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
50
secara
deskriptif
maka data
dikategorikan
sebagai
berikut:
a. 6-8 : patuh
b. <6: tidak
patuh
Setelah itu,
dikategorikan
lagi menjadi
patuh: 1 dan
tidak patuh: 0
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
51
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data yang dibutuhkan agar hasilnya lebih cermat, lengkap, dan
sistematis sehingga mempermudah peneliti dalam mengolahnya (Arikunto, 2006).
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner skor MMAS-8. Dimana
kuesioner tersebut digunakan untuk mendapatkan data tentang kepatuhan berobat.
Kuesioner tersebut telah diuji validitas oleh Kurniawan (2016). Untuk instrumen
kuesioner yang lain menggunakan kuesioner karakteristik telah diuji validitas oleh
Makhfudli (2010) dalam tesis yang beliau gunakan. Sedangkan untuk kuesioner
pengetahuan, sikap dan tindakan menggunkan kuesioner yang saya buat sendiri
sehingga masih membutuhkan uji validitas dan reabilitas lagi.
4.5 Uji Validitas dan Uji Reabilitas
4.5.1 Uji validitas
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut
benar-benar valid dalam melakukan pengukuran apa yang diukur. Prinsip validitas
adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen
dalam mengmpulkan data (Nursalam, 2014). Uji validitas berguna untuk
mengetahui apakah ada pertanyaan dalam kuesioner yang harus di buang atau di
ganti karena dianggap tidak relevan. Uji validitas menggunakan SPSS dengan besar
r tabel ditentukan dari jumlah responden dengan tingkst signifikansi 5% (0,05).
Uji ini dilakukan pada saat pra penelitian terhadap kuesioner yang telah
dibuat oleh peneliti dengan aplikasi SPSS 23. Uji validitas dilakukan pada tanggal
10 – 12 Juli 2018 kepada 10 orang penderita Tuberkulosis Paru yang tidak termasuk
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
52
sampel penelitian. Uji validitas dilakukan di wilayah Puskesmas Gading dengan
karakteristik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Jumlah
responden sebanyak 10 responden yaitu nilai r tabel 0,632. Item instrumen dianggap
valid jika r hitung > r tabel (0,632).
1) Uji validitas kuesioner pengetahuan
Tabel 4. 2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan
Item r
Hitung
r Tabel Keterangan
1. 0,718 0,632 Valid
2. 0,856 0,632 Valid
3. 0,868 0,632 Valid
4. 0,790 0,632 Valid
5. 0,821 0,632 Valid
6. 0,856 0,632 Valid
7. 0,857 0,632 Valid
8. 0,911 0,632 Valid
2) Uji validitas kuesioner sikap
Tabel 4. 3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap
Item r
Hitung
r Tabel Keterangan
1. 0,758 0,632 Valid
2. 0,758 0,632 Valid
3. 0,926 0,632 Valid
4. 0,717 0,632 Valid
5. 0,758 0,632 Valid
6. 0,926 0,632 Valid
7. 0,758 0,632 Valid
8. 0,758 0,632 Valid
3) Uji validitas kuesioner tindakan
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Tindakan
Item r
Hitung
r Tabel Keterangan
1. a 0,632 Valid
2. 0,978 0,632 Valid
3. 0,859 0,632 Valid
4. 0,760 0,632 Valid
5. a 0,632 Valid
6. 0,760 0,632 Valid
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
53
Item r
Hitung
r Tabel Keterangan
7. 0,656 0,632 Valid
8. 0,702 0,632 Valid
4.5.2 Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau
kenyataan diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam,
2014). Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Saryono, 2008). Alat pengukur
dianggap reliable jika digunakan dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang
sama dan hasilnya relatif konsisten. Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan
metode alpha Cronbach’s 0 sampai 1, jika skala ini dikelompokkan ke dalam lima
kelas dengan rank yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat
diinterpretasikan sebagai berikut (Hidayat, 2010) :
1) Nilai Cronbach’s alpha 0,00 s.d 0,20 berarti kurang reliabel
2) Nilai Cronbach’s alpha 0,21 s.d 0,40 berarti agak reliabel
3) Nilai Cronbach’s alpha 0,41 s.d 0,60 berarti cukup reliabel
4) Nilai Cronbach’s alpha 0,61 s.d 0,80 berarti reliabel
5) Nilai Cronbach’s alpha 0,81 s.d 1,0 berarti sangat reliabel
Uji reliabilitas pada kuesioner ini dilakukan setelah melakukan uji validitas. Uji
realibilitas untuk instrumen dilakukan dengan aplikasi SPSS 23. Hasil uji
realibilitas pada kuesioner pengetahuan dengan 8 butir soal didapatkan nilai alpha
Cronbach’s 0,936 yang berarti sangat reliabel. Uji realibilitas terhadap 8 butir soal
kuisioner sikap didapatkan hasil alpha Cronbach’s 0,178 yang berarti kurang
reliabel. Uji realibilitas terhadap 8 butir soal kuisioner tindakan didapatkan hasil
alpha Cronbach’s 0,837 yang berarti sangat reliabel.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
54
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.6.1 Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya.
4.6.2 Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut :
1) Pembuatan proposal dilakukan pada bulan April 2018 sampai Mei 2018.
2) Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2018
3) Analisis data dan pembahasan dilakukan pada bulan Juli sampai
Agustus 2018
4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subyek dan proses
pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian
dan teknik instrumen yang diinginkan (Burns dan Grooe, 1999 dalam Nursalam
2015). Prosedur dan pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
1) Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada pembimbing
skripsi dan Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga untuk
persetujuan skripsi.
2) Setelah mendapatkan izin dari pembimbing dan Dekan, peneliti
mengajukan permohohan izin pengambilan data awal ke bagian Akademik
Fakultas Keperawatan, Bakesbang, Pol dan Linmas, Dinas Kesehatan Kota
Surabaya serta Puskesmas Tanah Kali Kedinding Kota Surabaya.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
55
3) Selanjutnya, peneliti melakukan studi pendahuluan berupa wawancara
terstruktur dengan pemegang program TB serta pasien TB paru yang
terdaftar di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya untuk mendata
populasi penelitian TB paru disana .
4) Setelah diketahui populasi, peneliti selanjutnya meminta bantuan kepada
pemegang program TB di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya
berupa data pasien yang akan menjadi calon responden penelitian. Setelah
itu, peneliti mendata ulang pasien berdasarkan perhitungan sampel dan
disesuaikan dengan kriteria inklusi penelitian yang telah ditentukan untuk
dijadikan sebagai calon responden penelitian.
5) Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan ujian proposal
dan uji etik. Penelitian ini sebelumnya sudah melewati tahap uji etik
sehingga sudah dinyatakan layak etik dan penelitian.
6) Selanjutnya peneliti mempersiapkan instrumen penelitian berupa
kuesioner yang terdiri dari kuesioner demografi, dan kuesioner tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan(praktik) dari MMAS-8 .
7) Sebelum melakukan penelitian, peneliti juga telah melakukan permohonan
izin penelitian ke bagian Akademik Fakultas Keperawatan, Bakesbang,
Pol dan Linmas, serta Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk mendapatkan
surat tembusan yang ditujukan kepada Kepala Puskesmas Tanah
Kalikedinding Surabaya.
8) Peneliti selanjutnya berkolaborasi dengan pemegang program TB paru di
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya untuk mendapatkan data pasien
TB paru.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
56
9) Setelah mendapatkan data pasien TB paru, peneliti kemudian melakukan
skrining terhadap pasien TB paru sehingga didapatkan responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Skrining tersebut dilakukan di
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya pada saat jadwal kontrAol
pasien TB paru.
10) Setelah didapatkan responden yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi, selanjutnya peneliti melakukan kontrak dan penjelasan tentang
penelitian.
11) Selanjutnya peneliti akan melakukan pengisian kuesioner di Puskesmas
dan jika tidak memungkinan di Puskesmas maka akan dilakukan secara
door to door.
2. Tahap pelaksanaan
1) Selanjutnya peneliti akan melakukan pengisian kuesioner di Puskesmas
dan jika tidak memungkinan di Puskesmas maka akan dilakukan secara
door to door.
2) Memberikan informed consent sebagai persetujuan menjadi responden
penelitian, menjelaskan manfaat dan tujuan dari penelitian ini.
3) Calon responden diberikan hak kebebasan untuk ikut berpartisipasi atau
menolak dalam penelitian.
4) Setelah dilakukan pengisian kuesioner, maka peneliti akan memberikan
pemberian berupa souvenir sebagai tanda terima kasih dan apresiasi dari
peneliti.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
57
5) Setelah dilakukan pengumpulan data dari data kuesioner dalam batas
waktu yang telah ditentukan, peneliti akan melakukan analisis data dan
menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
4.8 Cara Analisis Data
Tipe analisis statistik data :
1. Analisis Univariat
Untuk menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui
karakteristik dan variabel yang akan diteliti dari subyek penelitian. Katakteristik
penderita Tuberkulosis Paru meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan
pekerjaan akan didiskripsikan dalam bentuk frekuensi distribusi dan persentase.
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara 4 variabel
independent dan dependent dianalisis satu persatu. Untuk penelitian ini akan
menggunalan analisis chi square dan analisis korelasi spearman.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
58
4.9 Kerangka Operasional
Gambar 4. 1 Kerangka Operasional Penelitian Tentang Hubungan Karakteristik,
Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Dengan Kepatuhan Minum Obat
Populasi Target
Seluruh klien TB Paru yang aktif menjalani pengobatan di
puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya November 2017-
April 2018 (40 Orang)
Sampling :
Non-probability sampling
Sampel :
Klien yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi
Pengumpulan Data:
Kuesioner
Variabel Independen:
Karakteristik penderita TB Paru,
pengetahuan, sikap, dan tindakan
Variabel Dependen:
Kepatuhan minum obat
Analisa Data :
Menggunakan uji Chi Square dengan derajat kemaknaan
α=0,05
Laporan Hasil Penelitian
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
59
4.10 Masalah etik
Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai subyek
tidak boleh bertentangan dengan etika. Oleh karena itu, setiap penelitian yang
menggunakan subyek manusia harus mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik
Medis/Keperawatan setempat (Nursalam et al., 2016). Penelitian ini telah di uji etik
di komite etik Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dengan nomer etik
1045-KEPK. Etika penelitian yang harus peneliti junjung tinggi kepada responden
adalah sebagai berikut:
1. Lembar persetujuan (Informed concent)
Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan lembar persetujuan
kepada psien TB paru yang masuk ke dalam kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek
yang bersedia menjadi responden akan dipersilahkan untuk menandatangani lembar
persetujuan. Sebaliknya jika subyek menolak, maka peneliti tidak akan memaksa
dan tetap menghormati hak subyek.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Peneliti menjaga kerahasian identitas responden dan tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang
diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah diperoleh dari responden akan dijamin
dengan tidak memberitahukan hasil kuesioner pada responden yang lain dan
petugas kesehatan setempat. Hanya pada kelompok tertentu saja informasi tersebut
akan peneliti sajikan, terutama pada pelaporan hasil riset.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
60
4. Kebermanfaatan (Beneficence) dan Tidak merugikan atau mencederai subjek
(Non maleficence)
Prinsip ini mengutamakan manfaat dan tidak merugikan responden.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan intervensi untuk memberikan manfaat
kepada responden. Intervensi yang diterapkan tidak menyebabkan cedera fisik
maupun psikis.
5. Keadilan (Justice)
Semua responden berhak mendapatkan intervensi yang adil baik sebelum,
selama, dan setelah berpartisipasi dalam penelitian, tanpa adanya diskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden. Semua
responden tetap mendapatkan intervensi sesuai dengan standar Puskesmas.
4.11 Keterbatasan Penelitian
Dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian ini, ada beberapa
keterbatasan yang diperkirakan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
1. Peneliti kesulitan bertemu dengan responden, hal tersebut dikarenkan
responden enggan bertemu dan enggan berkomunikasi dengan peneliti.
Sehingga peneliti harus menyebutkan dari puskesmas terlebih dahulu baru
diperkenankan masuk rumah..
2. Stigma masyarakat yang negatif terhadap petugas puskesmas yang
mengunjungi rumah juga membuat peneliti harus lebih berhati – hati dalam
berkunjung.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
61
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tanah Kalikedinding
Surabaya yang terletak di Jl. Kedung Cowek 226, Kecamatan Kenjeran Surabaya
dan berdiri sejak tahun 1972. Kelurahan Tanah Kali Kedinding, Kecamatan
Kenjeran merupakan kelurahan yang terletak di sisi timur bagian utara Surabaya.
Lokasi daerah ini dekat dengan pesisir pantai Nambangan. Kelurahan ini
merupakan salah satu akses menuju jembatan Suramadu. Luas wilayah kelurahan
Tanah Kalikedinding 240.30 km2 terdiri dari 12 RW dan 114 RT. Kelurahan Tanah
Kalikedinding terletak di daerah yang strategis sehingga dapat dengan mudah
dijangkau melalui jalur darat, dan laut. Kelurahan Tanah Kalikedinding dibatasi
oleh wilayah sebagai berikut, sebelah utara; Kec. Bulak dan Kel. Tambak Wedi,
sebelah timur: Kec. Bulak, sebelah selatan: Kec. Bulak, Kel. Gading, dan Kel.
Kapas Madya Baru, sebelah barat: Kel. Sidotopo Wetan dan Kec. Gading serta Kec.
Bulak. Puskesmas Tanah Kalikedinding ini termasuk dalam tipe puskesmas
perkotaan (perawatan).
Program pelayanan kesehatan untuk pasien TB paru diberikan petugas
kesehatan di balai pengobatan yang berkolaborasi dengan pelayanan laboratorium
untuk pemeriksaan dahak dan darah. Pelayanan kesehatan untuk pasien TB paru
diberikan sesuai dengan alur pelayanan dan standar pengobatan TB paru yang
dilakukan pihak Puskesmas Tanah Kalikedinding, yaitu dokter merekomendasikan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
62
pemeriksaan dahak kepada pasien yang mengalami gejala infeksi TB paru seperti
batuk berdarah, sesak nafas, dan demam. Selanjutnya tenaga kesehatan
memberikan medikasi sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak pasien. Poli TB di
Puskesmas Tanah Kalikedinding buka setiap hari pada jam kerja Puskesmas yaitu
Senin sampai dengan Sabtu. Selain itu ada kegiatan kunjungan rumah yang
dilakukan oleh petugas kesehatan dan kader pada pasien TB apabila mengalami
putus obat selama program pengobatan.
5.1.2 Data demografi responden
Tabel dibawah ini akan menjabarkan karakteristik responden
Tabel 5. 1 Persebaran Usia Responden
Usia Frekuensi Presentase
45 - 65 tahun 12 37,50%
18 - 44 tahun 20 62,50%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel diatas persebaran usia responden 37,5% berada pada usia
45 – 65 tahun dan 62,5% berada pada usia 18 – 45 tahun.
Tabel 5. 2 Persebaran Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Perempuan 14 43,80%
Laki - laki 18 56,20%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel diatas persebaran jenis kelamin responden 43,8%
berjenis kelamin perempuan dan 56,3% berjenis kelamin laki – laki.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
63
Tabel 5. 3 Persebaran Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan Frekuensi Presentase
Pendidikan formal >9
tahun
28 87,50%
Pendidikan formal <9
tahun
4 12,50%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel diatas persebaran tingkat pendidikan responden 87,5%
telah menjalani pendidikan > 9 tahun dan 12,5% berpendidikan dibawah 9 tahun
Tabel 5. 4 Persebaran Status Pekerjaan Responden
Status Pekerjaan Frekuensi Presentase
Tidak Bekerja 10 31,30%
Bekerja 22 68,70%
Total 32 100%
Berdasarkan tabel diatas persebaran usia responden 37,5% berada pada usia
45 – 65 tahun dan 62,5% berada pada usia 18 – 45 tahun.
5.1.3 Data khusus
Subbab ini menyajikan tabel distribusi frekuensi mengenai pengetahuan ,
sikap, tindakan, tingkat kepatuhan minum obat, dan pola hubungan dari
pengetahuan, sikap, tindakan dengan tingkat kepatuhan minum obat.
1. Korelasi chi-square usia dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru
Tabel 5.5 Persebaran kepatuhan minum obat menurut tingkat usia responden dan hasil
uji chi-square hubungan usia dengan kepatuhan minum obat tuberkulosis.
Usia Kepatuhan Total
Tidak Patuh Patuh Frekuensi Presentasi
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
45 - 65 tahun 9 28,13% 3 9,38% 12 37,50%
18 - 45 tahun 5 15,63% 15 46,88% 20 62,50%
Total 14 43,76% 18 56% 32 100% p=0,006 OR: 9,000 CI :1,724 - 46,994
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
64
Berdasarkan tabel 5.9 diatas kita bisa melihat persebaran kepatuhan minum
obat Tuberkulosis Paru berdasarkan tingkat usia dan mengetahui hubungan tingkat
usia dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tanah
Kalikedinding. Hasil dari uji chi-square tersebut adalah adanya hubungan antara
kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan. Kepatuhan yang
ditunjukkan dengan angka 0,006 pada nilai pearson chi-square dan asymptotic
significance(2-sided). Nilai tersebut kurang dari 0,05 yang merupakan nilai
signifikan maksimum dalam menentukan hubungan.
2. Korelasi chi-square jenis kelamin dengan kepatuhan minum obat
Tuberkulosis Paru
Tabel 5. 6 Persebaran kepatuhan minum obat menurut jenis kelamin responden dan hasil
uji chi-square hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan minum obat
tuberkulosis.
Berdasarkan tabel 5.10 diatas kita bisa melihat persebaran kepatuhan minum
obat Tuberkulosis Paru berdasarkan jenis kelamin dan mengetahui hubungan jenis
kelamin dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tanah
Kalikedinding. Hasil dari uji chi-square tersebut adalah tidak ada hubungan antara
kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan. Kepatuhan yang
ditunjukkan dengan angka 0,419 pada nilai pearson chi-square dan asymptotic
significance(2-sided). Nilai tersebut lebih dari 0,05 yang merupakan nilai signifikan
maksimum dalam menentukan hubungan.
Jenis Kelamin Kepatuhan Total
Tidak Patuh Patuh Frekuensi Presentasi
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Perempuan 5 15,63% 9 28,13% 14 43,75%
Laki - laki 9 28,13% 9 28,13% 18 56,25%
Total 14 43,76% 18 56,25% 32 100%
p=0,419 OR: 0,556 CI :0,133 - 2,325
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
65
3. Korelasi chi-square tingkat pendidikan dengan kepatuhan minum obat
Tuberkulosis Paru
Tabel 5.7 Persebaran kepatuhan minum obat menurut tingkat pendidikan responden dan hasil
uji chi-square hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan minum obat
tuberkulosis
Berdasarkan tabel 5.11 dan diatas kita bisa melihat persebaran kepatuhan
minum obat Tuberkulosis Paru berdasarkan tingkat pendidikan dan mengetahui
hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru di
Puskesmas Tanah Kalikedinding. Hasil dari uji chi-square tersebut adalah ada
hubungan antara kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan.
Kepatuhan yang ditunjukkan dengan angka 0,028 pada nilai pearson chi-square dan
fisher exact tes). Nilai tersebut kurang dari 0,05 yang merupakan nilai signifikan
maksimum dalam menentukan hubungan.
Tingkat
Pendidikan
Kepatuhan Total
Tidak Patuh Patuh Frekuensi Presentasi
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Pendidikan
formal >9
tahun
10 31,25% 18 56,25% 28 87,5%
Pendidikan
formal <9
tahun
4 12,5% 0 0% 4 12,5%
Total 14 43,75% 18 56,25% 32 100%
p=0,028 OR: - CI :0,217 – 0,587
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
66
4. Korelasi chi-square status pekerjaan dengan kepatuhan minum obat
Tuberkulosis Paru
Tabel 5.8 Persebaran kepatuhan minum obat menurut status pekerjaan responden dan
hasil uji chi-square hubungan status pekerjaan dengan kepatuhan minum obat
tuberkulosis
Berdasarkan tabel 5.12 diatas kita bisa melihat persebaran kepatuhan minum
obat Tuberkulosis Paru berdasarkan status pekerjaan dan mengetahui hubungan
status pekerjaan dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Tanah Kalikedinding. Hasil dari uji chi-square tersebut adalah tidak ada hubungan
antara kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan. Kepatuhan
yang ditunjukkan dengan angka 0,212 pada nilai pearson chi-square dan asymptotic
significance(2-sided). Nilai tersebut lebih dari 0,05 yang merupakan nilai signifikan
maksimum dalam menentukan hubungan.
Status
Pekerjaan
Kepatuhan Total
Tidak Patuh Patuh Frekuensi Presentasi
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Tidak
Bekerja
6 18,75% 4 12,5% 10 31,25%
Bekerja 8 25% 14 43,75% 22 68,75%
Total 14 43,76% 18 56,25% 32 100%
p=0,212 OR: 2,625 CI : 0,566 – 12,179
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
67
5. Hasil Uji Chi-Square tingkat pengetahuan penderita Tuberkulosis Paru
dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru
Tabel 5.9 Persebaran kepatuhan minum obat menurut tingkat pengetahuan responden dan
hasil uji chi-square hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat
tuberkulosis
Pengetahuan Kepatuhan Total
Tidak Patuh Patuh Frekuensi Presentasi
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Cukup 13 40,63% 1 3,13% 14 43,75%
Baik 1 3,13% 17 53,13% 18 56,25%
Total 14 43,76% 18 56,25% 32 100%
p=0,000 OR: 221,000 CI :12,602 - 3875,741
Hasil uji Chi-Square pada tabel 5.13 diatas menunjukkan bahwa ada
hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan penderita Tuberkulosis Paru
dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru. Hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai p=0,000 yang berarti hubungan dari tingkat pengetahuan
memiliki nilai yang signifikan.
6. Hasil Uji Chi-Square mengenai sikap penderita Tuberkulosis Paru dengan
kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru
Tabel 5. 10 Persebaran kepatuhan minum obat menurut sikap responden dan hasil uji chi-
square hubungan sikap dengan kepatuhan minum obat tuberkulosis
Sikap Kepatuhan Total
Tidak Patuh Patuh Frekuensi Presentasi
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Cukup 9 28,13% 3 9,38% 12 37,51%
Baik 5 15,63% 15 46,88% 20 62,51%
Total 14 43,76% 18 56,25% 32 100%
p=0,073 OR: - CI :-
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
68
Hasil uji Chi-Square pada tabel 5.14 diatas menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara sikap penderita Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan minum obat
Tuberkulosis Paru. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p=0,073 yang berarti.
Kepatuhan yang ditunjukkan dengan angka p=0,073 pada nilai pearson chi-square
dan fisher exact test. Nilai tersebut melebihi 0,05 yang merupakan nilai signifikan
maksimum dalam menentukan hubungan dalam fisher exact test.
7. Hasil uji Chi-Square tindakan penderita Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan
minum obat Tuberkulosis Paru.
Tabel 5. 11 Persebaran kepatuhan minum obat menurut tindakan responden dan hasil uji chi-
square hubungan tindakan dengan kepatuhan minum obat tuberkulosis
Tindakan Kepatuhan Total
Tidak Patuh Patuh Frekuensi Presentasi
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Cukup 3 9,38% 0 0,00% 3 9,38%
Baik 11 15,63% 18 56,25% 18 71,88%
Total 14 43,76% 18 56,25% 32 100%
p=0,006 OR: 9,000 CI :1,724 - 46,994
Hasil uji chi-square pada tabel 5.15 diatas menunjukkan bahwa ada hubungan
antara tindakan penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan minum obat
Tuberkulosis Paru. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p=0,006 , nilai tersebut
lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
69
5.2. Pembahasan
5.2.1 Hubungan karakteristik penderita Tuberkulosis Paru dengan
kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru
Data diatas menunjukkan bahwa hubungan tingkat usia responden penderita
tuberkulosis paru dengan kepatuan minum obat. Ditingkat usia 18 – 45 tahun 9 kali
lebih patuh dibanding dengan usia 45 – 65 tahun. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Makhfudli (2010) yang mengatakan bahwa
perubahan daya tahan tubuh merupakan salah satu alasan dari hubungan keadaan
dan usia, hal ini juga selaras dengan penyakit TB Paru. Pada negara maju, TB Paru
menginfeksi penderita pada saat usia penderita masih muda, karena adanya
penurunan daya tahan tubuh pada usia lanjut, penyakit yang lama bisa timbul
kembali. Selain sumber tersebut, penelitian lain yang dilakukan oleh Zubaidah dan
Setyaningrum (2015) menyatakan bahwa adanya hubungan signifikan antara usia
penderita Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan minum obat. Dimana hasil uji
statistik yang dilakukan p=0,000 , tetapi untuk nilai odd ratio pada penelitian
tersebut penderita usia muda 0,822 kali daripada penderita usia tua.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
70
Data untuk hubungan tingkat pendidikan diatas memiliki nilai CI interval
dibawah 1 dimana hasil tersebut memiliki hubungan yang bermakna sebagai hal
yang mempengaruhi sebagai pendorong, bukan sebagai hal yang berisiko dalam
kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru. Selaras dengan hal tersebut , penelitian
lain yang dilakukan oleh Zubaidah dan Setyaningrum (2015) menyatakan bahwa
adanya hubungan yang ditunjukkan dengan nilai p=0,000 dan odd ratio orang
dengan pendidikan tinggi 1,185 kali lebih patuh dari pada orang dengan pendidikan
rendah. Selain itu menurut menurut Notoatmodjo dalam Makhfudli (2010) bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai –
nilai yang baru diperkenalkan. Oleh karena itu tempat pemberi pelayanan kesehatan
harus menambah lagi promosi kesehatan untuk pengobatan Tuberkulosis paru
tersebut.
Hubungan pada jenis kelamin dan status pekerjaan tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan tingkat kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru. Hal
tersebut muncul dikarenakan perbedaan setiap individu dengan jenis kelamin
maupun status pekerjaan tidak terlalu mempengaruhi keputusan responden untuk
patuh dalam meminum obat Tuberkulosis Paru.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
71
Tidak adanya hubungan pada jenis kelamin dalam penelitian ini yang didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2015) bahwa tidak adanya
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kepatuhan minum obat yang
ditunjukkan dengan nilai p=0,592. Tidak adanya hubungan pada status pekerjaan
dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru didukung oleh penelitian yang
dilakukan juga oleh Wulandari (2015) bahwa tidak adanya hubungan yang
bermakna antara pendapatan dibawah UMR(tidak bekerja) dengan kepatuhan
minum obat yang ditunjukkan dengan nilai p=0,392.
Tingkat pendidikan maupun faktor usia memengaruhi kepatuhan. Untuk
tingkat pendidikan semakin terdidik responden semakin mengerti dengan manfaat
akan kepatuhan dalam pengobatan. Untuk faktor usia, usia 17-45 tahun dipengaruhi
oleh motivasi untuk sembuh yang masih tinggi. Pada usia 46-65 tahun, penderita
cenderung pasrah dengan keadaan yang responden derita. Jenis kelamin dan status
pekerjaan tidak memengaruhi dikarenakan banyak faktor lain yang lebih penting
dalam hubungan karakteristik dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru.
5.2.2 Hubungan tingkat pengetahuan penderita Tuberkulosis Paru dengan
kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru
Hasil uji chi-square pada hubungan tingkat pengetahuan penderita
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan penderita
Tuberkulosis Paru dengan perilaku kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru.
Pengetahuan merupakan faktor terpenting dalam kepatuhan minum obat Hal
tersebut sesuai dengan hasil odd ratio yang menunjukkan bahwa orang dengan
pengetahuan yang baik 221,000 lebih patuh dibanding dengan orang yang memiliki
pengetahuan cukup.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
72
Hasil tersebut selaras dengan teori Lawrence Green yang ada di dalam buku
Nursalam (2015) yang memasukkan pengetahuan menjadi salah satu faktor
predisposisi untuk mencapai suatu perilaku patuh dalam pengobatan. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Kumalasari (2009) menyatakan bahwa adanya hubungan
antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru (OAT) yang
ditunjukan dengan nilai uji statistika dengan hasil p=0,024.
Selain itu , hasil diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gendis
Indra Dewi, Yunie Armiyati, Mamat Supriyono pada tahun 2011. Dimana
penelitian tersebut berjudul Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Pasien Dan
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru Di
BKPM Pati dengan hasil yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan kepatuhan minum obat TB Paru di BKPM Pati (p = 0,000).
Pengetahuan memengaruhi kepatuhan minum obat selaras dengan dimana
semakin orang terdidik dan berpengetahuan akan penyakitnya dan cara
menyembuhkanya sehingga pasien semakin patuh dan yakin pengobatanya akan
berhasil.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
73
5.2.3 Hubungan sikap penderita Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan
minum obat Tuberkulosis Paru
Hasil uji chi-square pada hubungan sikap penderita menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara sikap penderita Tuberkulosis Paru dengan
perilaku kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru. Hal tersebut sesuai dengan
hasil fisher exact test. Hasil tersebut tidak selaras dengan teori Lawrence Green
yang ada di dalam buku Nursalam (2015) yang memasukkan sikap menjadi salah
satu faktor predisposisi untuk mencapai suatu perilaku patuh dalam pengobatan.
Selain itu , hasil diatas juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Gendis Indra Dewi, Yunie Armiyati, Mamat Supriyono pada tahun 2011.
Dimana penelitian tersebut berjudul Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Pasien
Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru Di
BKPM Pati dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan
kepatuhan minum obat TB Paru di BKPM Pati (p = 0,001).
Faktor sikap selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan minum obat.
Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil p=0,203, yang baerarti dtidak ada hubungan
dengan nilai signifikansi p<0,05.
Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan
tersebut terjadi melalui proses internalisasi, dimana perilaku yang baru itu dianggap
bernilai positif bagi diri individu dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari
hidupnya. Proses internalisasi ini dapat dicapai jika petugas atau tokoh merupakan
seseorang yang dapat dipercaya (kredibilitasnya tinggi) yang dapat membuat
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
74
individu memahami makna dan penggunaan perilaku tersebut serta membuat
mereka mengerti akan pentingnya perilaku tersebut bagi kehidupan mereka sendiri.
Pada penelitian ini peneliti melihat bahwa sikap yang baik dan cukup sama
– sama memengaruhi kepatuhan namun sikap saja tidak cukup dalam memengaruhi
hasil dari kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tanah
Kalikedinding Surabaya.
5.2.4 Hubungan tindakan penderita Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan
minum obat Tuberkulosis Paru
Hasil uji Chi-square pada variabel tindakan diatas menunjukkan bahwa ada
hubungan antara tindakan penderita Tuberkulosis Paru dengan perilaku kepatuhan
minum obat Tuberkulosis Paru. Tindakan berperan penting kepatuhan minum obat
Tuberkulosis Paru. Hal tersebut diperkuat dengan hasil uji dengan odd ratio 9,000
nilai terseut berarti orang dengan tindakan yang baik 9 kali lebih patuh dari pada
orang dengan tindakan yang cukup.
Sesuai teori Bloom dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan domain
perilaku ada 3, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Oleh karena itu sesuai
dengan penelitian yang saya lakukan, tindakan memiliki pengaruh yang sama
dengan sikap dan pengetahun dalam membentuk perilaku seseorang. Dimana
perilaku yang saya teliti merupakan perilaku kepatuhan dalam minum obat
Tuberkulosis Paru dengan responden penderita Tuberkulosis Paru dengan kriteria
yang sudah dijelaskan diatas. Pada penelitian ini peneliti mengalami kesulitan
dalam mencari literatur lebih mengenai tindakan penderita Tuberkulosis Paru dalam
kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
75
Untuk tindakan ini sendiri peneliti selain mencari data dengan kuesioner
yang ada, peneliti juga melihat form TB.02 dimana riwayat pengobatan yang
dilakukan oleh penderita dapat dilihat. Penderita juga sering lupa akan waktu
minum obatnya, sehingga angka ketidakpatuhan minum obat dalam penelitian ini
masih di angka lebih dari 40% dari total responden.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
76
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
berjudul “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita
Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas Tanah
Kalikedinding” yang telah dilaksanakan pada 25 Juni sampai 28 Juli 2018.
6.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum Obat Di
Puskesmas Tanah Kalikedinding” dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara karakteristik pada faktor usia menjadi faktor resiko
dan tingkat pendidikan menjadi faktor pendorong penderita TB Paru dengan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
2. Tidak Ada hubungan antara karakteristik pada jenis kelamin dan status
pekerjaan menjadi faktor pendorong penderita TB Paru dengan kepatuhan
minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
3. Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan penderita TB Paru dengan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
4. Tidak ada hubungan antara sikap penderita TB Paru dengan kepatuhan
minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
5. Adanya hubungan antara tindakan penderita TB Paru dengan kepatuhan
minum Obat Anti Tuberkulosa (OAT).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
77
6.2. Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah wilayah dan responden
penelitian guna hasil yang lebih beragam.
2. Pada saat meneliti perilaku penderita Tuberkulosis Paru, peneliti diharapkan
lebih menjaga privasi dari penderita Tuberkulosis Paru tersebut.
3. Perlu dilakukan kerjasama antar sektor guna memonitoring dan megawasi
perilaku kepatuhan dalam minum obat Tuberkulosis Paru
4. Penderita paru yang sembuh bisa mebuat peer grup dengan penderita paru
yang masih menjalani proses pengobatan di Puskesmas Tanah
Kalikedinding.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abioye, I., Omotayo, M. and Alakija, W. (2011) ‘Socio-demographic determinants
of stigma among patients with pulmonary tuberculosis in Lagos, Nigeria’,
African Health Sciences, 11(3), pp. 100–104. doi: 10.4314/ahs.v11i3.70078.
Afandi, N. (2017) Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pada
pasien TB Paru dengan pendekatan theory of planned behaviour. Universitas
Airlangga.
Arikunto (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dalvin, L. A. and Smith, W. M. (2017) ‘Intraocular manifestations of
mycobacterium tuberculosis: A review of the literature’, Journal of Clinical
Tuberculosis and Other Mycobacterial Diseases. Elsevier Ltd, 7, pp. 13–21.
doi: 10.1016/j.jctube.2017.01.003.
Depkes (2008) Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
Gedurnas TB.
Dewi, P. M. S. (2011) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita TB Paru
Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Lidah
Kulon Surabaya. Universitas Airlangga.
Dhewi, G. I., Armiyati, Y. and Supriyono, M. (2011) ‘Hubungan Antara
Pengetahuan, Sikap Pasien Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien TB Paru Di BKPM Pati’.
Dinkes Jawa Timur (2017) Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Dinkes Provinsi Jawa
Timur.
Dinkes Surabaya (2016) Profil Kesehatan Tahun 2015. Surabaya: Dinkes Kota
Surabaya.
Hidayat, A. A. A. (2010) Metode Penelitian Kesehatan" Paradigma Kuantitatif.
Surabaya: Kelapa Pariwara.
Hurlock, B. (2002) Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kemenkes RI (2011) Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Pedoman
Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Edited by A. Surya, C. Basri, and S.
Kamso. Jakarta. Available at:
http://www.dokternida.rekansejawat.com/dokumen/DEPKES-Pedoman-
Nasional-Penanggulangan-TBC-2011-Dokternida.com.pdf.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
79
Kemenkes RI (2014) Buku Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Edited
by T. Novita D. and V. Siagian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Available at: http://www.tbindonesia.or.id/opendir/Buku/bpn_p-
tb_2014.pdf.
Kemenkes RI (2017) Profil Kesehatan Indonesia. Edited by R. Kurniawan et al.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. doi: 10.1111/evo.12990.
Kumalasari, D. N. (2009) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN
TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT
ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
IMOGIRI 1. STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA.
Kurniawan, M. N. (2016) Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Kepatuhan Klien Tuberkulosis Paru dalam Menjalani Pengobatan Di
Puskesmas Pegirian Surabaya. Universitas Airlangga.
Makhfudli (2010) Faktor Yang Mempengaruhi Konversi BTA Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Dengan Strategi DOTS Kategori 1 Di Puskesmas Pegirian
Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Universitas Airlangga.
Makhfudli (2016) Pengaruh Modifikasi Model Asuhan Keperawatan Adaptasi Roy
Terhadap Self Efficacy, Respons Penerimaan, dan Respons Biologis pada
Pasien Tuberkulosis Paru. Universitas Airlangga.
Manurung, D. T. (2018) Analisis Perubahan Kadar IFN-γ dan TNF-α Sebagai
Penanda Inflamasi dan Respons Terapi Obat Anti Tuberkulosis Pasien TB
Paru MDR. Universitas Airlangga.
Notoatmodjo, S. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 1st edn. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya (Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam (2014) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 3rd edn. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam (2015) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 4th edn. Edited by P.
Puji Lestari. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam et al. (2016) Pedoman Penyusunan Proposal dan Skripsi. Surabaya:
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Price, S. A. and Wilson, L. M. (2006) Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Vol.2.
6th edn. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Qadeer, E. et al. (2017) ‘Differential spontaneous folding of mycolic acids from
Mycobacterium tuberculosis’, Journal of Biological Chemistry, 1(1), pp.
795–801. doi: 10.1016/j.chemphyslip.2013.12.004.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
80
Ruditya, D. N. (2015) ‘Hubungan Antara Karakteristik Penderita Tb Dengan
Kepatuhan Memeriksakan Dahak Selama Pengobatan’, Jurnal berkala
epidemologi, 3, pp. 122–133.
Saryono (2008) Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra cendekia
Press.
Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth. 8th edn. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sukartini, T. (2015) Pengembangan Model Peningkatan Kepatuhan Berbasis Teori
Sistem Interaksi King Dan Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Pasien
Tuberkulosis Paru. Universitas Indonesia.
Sukoco, N. E. W. (2011) ‘Hubungan antara perilaku pencegahan dan kepatuhan
berobat penderita tb di indonesia’, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,
14(1), pp. 68–74.
Sunaryo (2004) Psikologi Untuk Keperawatan. 1st edn. Edited by M. Ester. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
WHO (2014) World Health Statistics. Geneva, Switzerland: WHO Press.
WHO (2017) Global Tuberculosis Report 2017, Who. Geneva, Switzerland: WHO
Press. doi: WHO/HTM/TB/2017.23.
Wulandari, D. H. (2015) ‘Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan Untuk Minum Obat di
RS Rumah Sehat Terpadu Tahun 2015’, Jurnal Administrasi Rumah Sakit, 2,
pp. 17–28.
Zubaidah, T. and Setyaningrum, R. (2015) ‘Karakteristik Penderita TB Paru
Pengguna Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Di Indonesia’, Jurnal Publikasi
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2, pp. 51–56. doi: 10.1037/cou0000103.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
81
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
BAGI RESPONDEN (WAWANCARA KUESIONER)
Judul Penelitian : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas Tanah
Kalikedinding.
Tujuan
Tujuan umum
Menganalisis hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap, dan tindakan
penderita TB Paru dengan kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya.
Tujuan khusus
1. Menganalisis hubungan antara karakteristik penderita Tuberkulosis Paru
dengan kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
2. Menganalisis hubungan antara pengetahuan penderita Tuberkulosis Paru
dengan kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
3. Menganalisis hubungan antara sikap penderita Tuberkulosis Paru dengan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
4. Menganalisis hubungan antara tindakan penderita Tuberkulosis Paru dengan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosa (OAT).
Perlakuan yang diterapkan pada subyek
Penelitian ini merupakan penelitian analisis observasional dengan
pendekatan cross-sectional, sehingga tidak ada perlakuan apapun untuk subyek.
Subyek hanya terlibat sebagai peserta yang akan menjawab beberapa pertanyaan
perihal dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan dalam pengobatan.
Manfaat
Subyek (responden) yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh
pengetahuan tentang informasi apa saja yang ada dan berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan pengobatan klien Tuberkulosis paru yaitu salah satunya dukungan
keluarga yang memungkinkan dapat meningkatkan tingkat kepatuhan pengobatan.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
82
Bahaya potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan subyek
dalam penelitian ini, oleh karena dalam penelitian ini tidak dilakukan intervensi
apapun melainkan hanya wawancara biasa menjawab pertanyaan dari kuesioner.
Hak untuk undur diri
Keikutsertaan subyek dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden
berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang
merugikan responden.
Adanya insentif untuk subyek
Oleh karena keikutsertaan subyek (responden) sangat membantu dalam
penelitian ini, maka ada insentif berupa souvenir yaitu handuk.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
83
Prosedur Penelitian
Penyusunan proposal penelitian
Memasukkan data dan analisis menggunakan chi square
Membuat daftar calon
responden
Pembuatan kerangka sampling dan pemilihan
responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Pelaporan hasil penelitian
Penyusunan Kuesioner Pengajuan Etik Perijinan
Mengagendakan pertemuan
dengan responden
Pengisian formulir identitas dan
wawancara responen dengan kuesioner
Pengisian kuesioner pengetahuan, sikap, tindakan dan
kepatuhan pengobatan. Lalu cross check dengan form TB-
02
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
84
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Alif Arditia Yuda
NIM : 131411131074
Adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang akan melakukan penelitian tentang
“Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita
Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas Tanah
Kalikedinding”.
Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka dengan ini saya
mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara menjadi responden. Semua informasi dan
identitas responden akan dirahasiakan dan hanya untuk kepentingan penelitian.
Saya mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab pertanyaan pada
kuesioner dengan sejujurnya. Apabila dalam penelitian ini Bapak/Ibu/Saudara
merasa tidak nyaman dengan kegiatan yang akan dilakukan, maka
Bapak/Ibu/Saudara dapat mengundurkan diri.
Hormat Saya
(Alif Arditia Yuda)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
85
Lampiran 3 Informed Consent
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum Obat di
Puskesmas Tanah Kalikedinding”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena
itu saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.
Surabaya, Juni 2018 Peneliti, Responden,
(Alif Arditia Yuda) ( ............................................... )
Saksi,
(
*) Coret salah satu
)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
86
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN
TINDAKAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN
KEPATUHAN MINUM OBAT DI PUSKESMAS TANAH
KALIKEDINDING
No. Responden :
Tanggal pengisian :
Petunjuk pengisian jawaban
Pilihlah jawaban yang menurut Anda sesuai dengan memberikan tanda cek atau
centang (V) pada salah satu jawaban yang telah disediakan.
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama responden :
2. Alamat responden :
3. Jenis kelamin :
1) Laki-laki
2) Perempuan
4. Umur responden :
1) 15 – 45 tahun
2) 46 – 65 tahun
5. Pendidikan terakhir :
1) Tidak sekolah & Sekolah Dasar
2) Sekolah Menengah Pertama & Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan
1) Bekerja (Swasta. Petani/Nelayan, Pedagang)
2) Tidak Bekerja
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
87
B. Pengetahuan Penderita Tentang Kepatuan Minum Obat Tuberkulosis
Paru
Pilihlah jawaban yang sesuai menurut anda benar dengan memberikan tanda
centang (V) pada kolom sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju !
Petunjuk :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Jawaban
SS S N TS STS
1 Penderita Tuberkulosis Paru mengambil obat
harus tepat waktu
2 Penderita Tuberkulosis Paru harus meminum
obat dengan tepat dosisnya
3 Penderita Tuberkulosis Paru diperkenankan
minum obat tidak tepat waktu
4 Penderita Tuberkulosis Paru diperkenankan
berhenti minum obat ketika rasa sakit hilang
5 Jika minum obat tidak tepat waktu pengobatan
dapat dilanjutkan langsung tanpa menggulang
dari awal
6 Agar orang lain tidak tertular penyakit
Tuberkulosis Paru, penderita Tuberkulosis Paru
sebaiknya berbicara tidak terlalu dekat
7 Pembuangan dahak sebaiknya dalam pot khusus
dan diberi cairan lisol
8 Penyakit Tuberkulosis Paru dapat disembuhkan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
88
C. Sikap Penderita Tentang Kepatuan Minum Obat Tuberkulosis Paru
Pilihlah jawaban yang sesuai menurut anda benar dengan memberikan tanda
silang (X) pada huruf abjad yang ada !
No Pernyataan Kode
1 Pengambilan Obat Tuberkulosis Paru harus tepat waktu :
a. Benar
b. Salah
a
2 Minum Obat Tuberkulosis Paru dapat ditunda :
a. Benar
b. Salah
b
3 Penyakit Tuberkulosis Paru dapat disembuhkan dengan
pengobatan yang tepat :
a. Benar
b. Salah
a
4 Setelah rasa sakit hilang diperbolehkan berhenti minum obat
tuberkulosis :
a. Benar
b. Salah
b
5 Tidak diperbolehkan saat mengambil obat diwakilkan dengan
orang lain :
a. Benar
b. Salah
b
6 Meludah disembarangan tempat tidak ada hubunganya dengan
Tuberkulosis paru :
a. Benar
b. Salah
b
7 Lama pengobatan Tuberkulosis paru selama lima bulan :
a. Benar
b. Salah
b
8 Penyakit Tuberkulosis Paru akan lebih parah dan lebih sulit
diobati jika penderita tidak teratur minum obat :
a. Benar
b. Salah
a
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
89
D. Tindakan Penderita Tentang Tuberkulosis Paru
Petunjuk : Pernyataan-pernyataan berikut ini berhubungan dengan tindakan
penderita TB Paru. Jawablah dengan memberi tanda (X) pada pilihan yang sesuai
dengan pernyataan yang benar-benar anda alami.
Keterangan pilihan jawaban : Ya dan Tidak
1. Apakah saudara minum obat dengan tepat waktu ?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
2. Jika anda tidak bisa mengambil obat, apakah pengambilan obat bisa
diwakilkan ?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
3. Apakah anda dalam keseharian menggunkan alat penutup mulut ?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
4. Apakah saudara membuang dahak di wadah khusus?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
5. Apakah anda pernah putus berobat ?
a. Ya (0)
b. Tidak (1)
6. Apa anda melakukan pengambilan obat secara rutin ?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
7. Apakah anda merasa bosan dengan waktu pengobatan yang lama?
a. Ya (0)
b. Tidak (1)
8. Apakah anda mengingat semua obat yang anda minum beserta cara
minumnya ?
b. Ya (1)
b. Tidak (0)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
90
Lampiran 5 Tingkat Kepatuhan Pengobatan
TINGKAT KEPATUHAN PENGOBATAN
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda cek atau centang (V) pada kolom jawaban yang tersedia
Kuesioner MMAS-8 Score
No MMAS-8 Ya Tidak Skor
1 Apakah Anda kadang-kadang lupa untuk
meminum obat Anda?
2 Orang-orang terkadang melewatkan meminum
obat untuk alasan lain selain lupa. Selama dua
minggu terakhir, pernahkah Anda tidak
meminum obat ?
3 Apakah Anda pernah mengurangi atau berhenti
minum obat tanpa memberi tahu dokter karena
Anda merasa lebih buruk ketika meminumnya?
4 Ketika Anda bepergian atau meninggalkan
rumah, apakah Anda kadang-kadang lupa untuk
membawa obat- obatan Anda?
5 Ketika Anda merasakan gejala sakit Anda
terkontrol, apakah Anda kadang-kadang ingin
berhenti minum obat?
6 Apakah Anda meminum semua obat Anda
kemarin?
7 Sebagian orang merasa bosan untuk kontrol ke
puskesmas secara rutin. Apakah Anda pernah
merasa terganggu tentang hal tersebut?
8 Apakah Anda mengalami kesulitan mengingat
untuk meminum dan mengingat semua obat
Anda?
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
91
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan
Correlations
Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Total
Item_1 Pearson Correlation 1 ,820** ,625 ,229 ,872** ,820** ,349 ,430 ,718*
Sig. (2-tailed) ,004 ,053 ,525 ,001 ,004 ,323 ,215 ,019
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_2 Pearson Correlation ,820** 1 ,672* ,437 ,873** 1,000** ,515 ,646* ,856**
Sig. (2-tailed) ,004 ,033 ,206 ,001 ,000 ,127 ,044 ,002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_3 Pearson Correlation ,625 ,672* 1 ,732* ,620 ,672* ,783** ,832** ,888**
Sig. (2-tailed) ,053 ,033 ,016 ,056 ,033 ,007 ,003 ,001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_4 Pearson Correlation ,229 ,437 ,732* 1 ,424 ,437 ,917** ,896** ,799**
Sig. (2-tailed) ,525 ,206 ,016 ,222 ,206 ,000 ,000 ,006
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_5 Pearson Correlation ,872** ,873** ,620 ,424 1 ,873** ,499 ,569 ,821**
Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,056 ,222 ,001 ,142 ,086 ,004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_6 Pearson Correlation ,820** 1,000** ,672* ,437 ,873** 1 ,515 ,646* ,856**
Sig. (2-tailed) ,004 ,000 ,033 ,206 ,001 ,127 ,044 ,002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_7 Pearson Correlation ,349 ,515 ,783** ,917** ,499 ,515 1 ,923** ,857**
Sig. (2-tailed) ,323 ,127 ,007 ,000 ,142 ,127 ,000 ,002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_8 Pearson Correlation ,430 ,646* ,832** ,896** ,569 ,646* ,923** 1 ,911**
Sig. (2-tailed) ,215 ,044 ,003 ,000 ,086 ,044 ,000 ,000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
92
Total Pearson Correlation ,718* ,856** ,888** ,799** ,821** ,856** ,857** ,911** 1
Sig. (2-tailed) ,019 ,002 ,001 ,006 ,004 ,002 ,002 ,000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 10 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,936 8
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item_1 25,10 31,211 ,657 ,935
Item_2 25,10 28,767 ,813 ,925
Item_3 25,40 28,267 ,853 ,922
Item_4 25,30 27,344 ,718 ,933
Item_5 25,30 28,900 ,766 ,928
Item_6 25,10 28,767 ,813 ,925
Item_7 25,30 25,789 ,789 ,929
Item_8 25,00 27,333 ,879 ,919
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
93
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap
Correlations
Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Total
Item_1 Pearson Correlation 1 ,375 ,667* ,218 -,375 ,667* ,375 -,375 ,758*
Sig. (2-tailed) ,286 ,035 ,545 ,286 ,035 ,286 ,286 ,011
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_2 Pearson Correlation ,375 1 ,667* ,764* -1,000** ,667* 1,000** -1,000** ,758*
Sig. (2-tailed) ,286 ,035 ,010 ,000 ,035 ,000 ,000 ,011
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_3 Pearson Correlation ,667* ,667* 1 ,509 -,667* 1,000** ,667* -,667* ,926**
Sig. (2-tailed) ,035 ,035 ,133 ,035 ,000 ,035 ,035 ,000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_4 Pearson Correlation ,218 ,764* ,509 1 -,764* ,509 ,764* -,764* ,717*
Sig. (2-tailed) ,545 ,010 ,133 ,010 ,133 ,010 ,010 ,020
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_5 Pearson Correlation -,375 -1,000** -,667* -,764* 1 -,667* -1,000** 1,000** -,758*
Sig. (2-tailed) ,286 ,000 ,035 ,010 ,035 ,000 ,000 ,011
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_6 Pearson Correlation ,667* ,667* 1,000** ,509 -,667* 1 ,667* -,667* ,926**
Sig. (2-tailed) ,035 ,035 ,000 ,133 ,035 ,035 ,035 ,000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_7 Pearson Correlation ,375 1,000** ,667* ,764* -1,000** ,667* 1 -1,000** ,758*
Sig. (2-tailed) ,286 ,000 ,035 ,010 ,000 ,035 ,000 ,011
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_8 Pearson Correlation -,375 -1,000** -,667* -,764* 1,000** -,667* -1,000** 1 -,758*
Sig. (2-tailed) ,286 ,000 ,035 ,010 ,000 ,035 ,000 ,011
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Total Pearson Correlation ,758* ,758* ,926** ,717* -,758* ,926** ,758* -,758* 1
Sig. (2-tailed) ,011 ,011 ,000 ,020 ,011 ,000 ,011 ,011
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
94
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 10 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,178 8
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item_1 4,50 ,944 ,542 -,247a
Item_2 4,50 ,944 ,542 -,247a
Item_3 4,40 ,933 ,873 -,361a
Item_4 4,60 ,933 ,429 -,194a
Item_5 5,10 2,544 -,859 ,642
Item_6 4,40 ,933 ,873 -,361a
Item_7 4,50 ,944 ,542 -,247a
Item_8 5,10 2,544 -,859 ,642
a. The value is negative due to a negative average covariance among
items. This violates reliability model assumptions. You may want to
check item codings.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
95
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Tindakan
Correlations
Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Total
Item_1 Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a
Sig. (2-tailed) . . . . . . . .
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_2 Pearson Correlation .a 1 ,816** ,802** .a ,802** ,612 ,583 ,978**
Sig. (2-tailed) . ,004 ,005 . ,005 ,060 ,077 ,000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_3 Pearson Correlation .a ,816** 1 ,655* .a ,655* ,500 ,408 ,859**
Sig. (2-tailed) . ,004 ,040 . ,040 ,141 ,242 ,001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_4 Pearson Correlation .a ,802** ,655* 1 .a ,524 ,218 ,356 ,760*
Sig. (2-tailed) . ,005 ,040 . ,120 ,545 ,312 ,011
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_5 Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a
Sig. (2-tailed) . . . . . . . .
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_6 Pearson Correlation .a ,802** ,655* ,524 .a 1 ,218 ,356 ,760*
Sig. (2-tailed) . ,005 ,040 ,120 . ,545 ,312 ,011
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_7 Pearson Correlation .a ,612 ,500 ,218 .a ,218 1 ,612 ,656*
Sig. (2-tailed) . ,060 ,141 ,545 . ,545 ,060 ,040
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_8 Pearson Correlation .a ,583 ,408 ,356 .a ,356 ,612 1 ,702*
Sig. (2-tailed) . ,077 ,242 ,312 . ,312 ,060 ,024
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Total Pearson Correlation .a ,978** ,859** ,760* .a ,760* ,656* ,702* 1
Sig. (2-tailed) . ,000 ,001 ,011 . ,011 ,040 ,024
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
96
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 10 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,837 8
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item_1 4,90 5,433 ,000 ,854
Item_2 5,30 3,344 ,965 ,752
Item_3 5,40 3,600 ,778 ,785
Item_4 5,20 3,956 ,648 ,806
Item_5 4,90 5,433 ,000 ,854
Item_6 5,20 3,956 ,648 ,806
Item_7 5,10 4,322 ,532 ,822
Item_8 5,30 4,011 ,559 ,821
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
97
Lampiran 7 Hasil Uji Statistik Variabel
Hubungan Usia dengan Kepatuhan Minum Obat TB
Crosstab
Kepatuhan
Total
Tidak
Patuh Patuh
Usia 45 - 65
Tahun
Count 9 3 12
% within
Usia 75,0% 25,0% 100,0%
18 - 45
Tahun
Count 5 15 20
% within
Usia 25,0% 75,0% 100,0%
Total Count 14 18 32
% within
Usia 43,8% 56,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 7,619a 1 ,006
Continuity Correctionb 5,723 1 ,017
Likelihood Ratio 7,871 1 ,005
Fisher's Exact Test ,010 ,008
Linear-by-Linear
Association 7,381 1 ,007
N of Valid Cases 32
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Usia
(45 - 65 Tahun / 18 - 45
Tahun)
9,000 1,724 46,994
For cohort Kepatuhan
= Tidak Patuh 3,000 1,313 6,855
For cohort Kepatuhan
= Patuh ,333 ,121 ,917
N of Valid Cases 32
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
98
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Minum Obat TB
Crosstab
Kepatuhan
Total
Tidak
Patuh Patuh
Jenis Kelamin Perempuan Count 5 9 14
% within Jenis
Kelamin 35,7% 64,3% 100,0%
Laki - laki Count 9 9 18
% within Jenis
Kelamin 50,0% 50,0% 100,0%
Total Count 14 18 32
% within Jenis
Kelamin 43,8% 56,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square ,653a 1 ,419
Continuity Correctionb ,202 1 ,653
Likelihood Ratio ,658 1 ,417
Fisher's Exact Test ,490 ,328
Linear-by-Linear
Association ,633 1 ,426
N of Valid Cases 32
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,13.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Jenis
Kelamin (Perempuan /
Laki - laki)
,556 ,133 2,325
For cohort Kepatuhan
= Tidak Patuh ,714 ,308 1,656
For cohort Kepatuhan
= Patuh 1,286 ,702 2,354
N of Valid Cases 32
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
99
Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Minum Obat TB
Crosstab
Kepatuhan
Total
Tidak
Patuh Patuh
Pendidikan Pendidikan Formal > 9
Tahun
Count 10 18 28
% within
Pendidikan 35,7% 64,3% 100,0%
Pendidikan Formal < 9
Tahun
Count 4 0 4
% within
Pendidikan 100,0% 0,0% 100,0%
Total Count 14 18 32
% within
Pendidikan 43,8% 56,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 5,878a 1 ,015
Continuity Correctionb 3,556 1 ,059
Likelihood Ratio 7,362 1 ,007
Fisher's Exact Test ,028 ,028
Linear-by-Linear
Association 5,694 1 ,017
N of Valid Cases 32
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,75.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
For cohort Kepatuhan
= Tidak Patuh ,357 ,217 ,587
N of Valid Cases 32
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
100
Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Minum Obat TB
Crosstab
Kepatuhan
Total
Tidak
Patuh Patuh
Pekerjaan Tidak
Bekerja
Count 6 4 10
% within
Pekerjaan 60,0% 40,0% 100,0%
Bekerja Count 8 14 22
% within
Pekerjaan 36,4% 63,6% 100,0%
Total Count 14 18 32
% within
Pekerjaan 43,8% 56,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1,561a 1 ,212
Continuity Correctionb ,748 1 ,387
Likelihood Ratio 1,559 1 ,212
Fisher's Exact Test ,267 ,194
Linear-by-Linear
Association 1,512 1 ,219
N of Valid Cases 32
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Pekerjaan (Tidak
Bekerja / Bekerja)
2,625 ,566 12,179
For cohort Kepatuhan
= Tidak Patuh 1,650 ,780 3,491
For cohort Kepatuhan
= Patuh ,629 ,276 1,430
N of Valid Cases 32
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
101
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat TB
Crosstab
Kepatuhan
Total
Tidak
Patuh Patuh
Pengetahuan Pengetahuan
Cukup
Count 13 1 14
% within
Pengetahuan 92,9% 7,1% 100,0%
Pengetahuan Baik Count 1 17 18
% within
Pengetahuan 5,6% 94,4% 100,0%
Total Count 14 18 32
% within
Pengetahuan 43,8% 56,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 24,389a 1 ,000
Continuity Correctionb 20,971 1 ,000
Likelihood Ratio 28,931 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 23,627 1 ,000
N of Valid Cases 32
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,13.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Pengetahuan
(Pengetahuan Cukup /
Pengetahuan Baik)
221,000 12,602 3875,741
For cohort Kepatuhan
= Tidak Patuh 16,714 2,474 112,904
For cohort Kepatuhan
= Patuh ,076 ,011 ,502
N of Valid Cases 32
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
102
Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Minum Obat TB
Crosstab
Kepatuhan
Total
Tidak
Patuh Patuh
Sikap Sikap
Kurang
Count 3 0 3
% within
Sikap 100,0% 0,0% 100,0%
Sikap Baik Count 11 18 29
% within
Sikap 37,9% 62,1% 100,0%
Total Count 14 18 32
% within
Sikap 43,8% 56,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 4,256a 1 ,039
Continuity Correctionb 2,108 1 ,147
Likelihood Ratio 5,364 1 ,021
Fisher's Exact Test ,073 ,073
Linear-by-Linear
Association 4,123 1 ,042
N of Valid Cases 32
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,31.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
For cohort Kepatuhan
= Tidak Patuh 2,636 1,655 4,200
N of Valid Cases 32
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
103
Hubungan Tindakan dengan Kepatuhan Minum Obat TB
Crosstab
Kepatuhan
Total
Tidak
Patuh Patuh
Tindakan Tindakan
Cukup
Count 9 3 12
% within
Tindakan 75,0% 25,0% 100,0%
Tindakan Baik Count 5 15 20
% within
Tindakan 25,0% 75,0% 100,0%
Total Count 14 18 32
% within
Tindakan 43,8% 56,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 7,619a 1 ,006
Continuity Correctionb 5,723 1 ,017
Likelihood Ratio 7,871 1 ,005
Fisher's Exact Test ,010 ,008
Linear-by-Linear
Association 7,381 1 ,007
N of Valid Cases 32
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Tindakan (Tindakan
Cukup / Tindakan
Baik)
9,000 1,724 46,994
For cohort Kepatuhan
= Tidak Patuh 3,000 1,313 6,855
For cohort Kepatuhan
= Patuh ,333 ,121 ,917
N of Valid Cases 32
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
104
104
Lampiran 8 Pengesahan Etik
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
105
105
Lampiran 9 Perijinan Pengambilan Data Awal
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
106
106
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
107
107
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
108
108
Lampiran 10 Perijinan Penelitian
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
109
109
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.
110
110
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK, .... ALIF ARDITIA Y.