SKRIPSI GAMBARAN PENGETAHUAN, PEKERJAAN, DAN …
Transcript of SKRIPSI GAMBARAN PENGETAHUAN, PEKERJAAN, DAN …
1
SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN, PEKERJAAN, DAN DUKUNGAN
KELUARGA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA
BAYI UMUR 6-11 BULAN DI PUSKESMAS ANTANG
PERUMNAS KOTA MAKASSAR
OLEH:
AYU ANGRAYNI SANDA
K211 09 267
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
2
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat
Prodi Ilmu Gizi Skripsi, Mei 2013
AYU ANGRAYNI SANDA ”Gambaran Pengetahuan, Pekerjaan, Dan Dukungan Keluarga Terhadap Rendahnya Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Umur 6-11 bulan Di Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar”.
(xiv + 98 Halaman + 11 Tabel + 2 Gambar + 7 Lampiran) Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa tambahan cairan atau makanan lain. Pemberian ASI di Indonesia baru mencapai 15,3% dan pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat dari 10,3% menjadi 32,5%. Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Antang Perumnas yaitu 33,3%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, pekerjaan, dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Antang Perumnas. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling dengan jumlah sampel 83 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan crosstab. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 54,2% dan ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 45,8%. Ibu dengan pengetahuan baik yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 38,9%, ibu dengan pengetahuan sedang yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 54,9%, dan ibu dengan pengetahuan kurang yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 21,4%. Ibu tidak bekerja yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 45,9% dan ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 44,4%. Ibu yang mendapat dukungan dari keluarga yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 49,3% dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif karena tidak didukung keluarga sebanyak 80,0%.
Disarankan kepada keluarga sebagai individu terdekat utamanya suami mampu memahami mengenai ASI eksklusif agar tercipta suasana kondusif demi kestabilan emosional ibu dalam menyusui.
Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang edukasi ASI Eksklusif dan Manajemn Laktasi kepada ibu menyusui pada suatu komunitas.
Daftar Pustaka : 49 (1992-2012) Kata Kunci : ASI Eksklusif, Pengetahuan, Pekerjaan, Dukungan Keluarga
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kualitas hidup manusia. Salah
satu yang memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas manusia
adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan makanan yang paling
sempurna dan tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (RSCM & PERSAGI, 1997).
Kebutuhan bayi akan zat gizi jika dibandingkan dengan orang dewasa dapat
dikatakan sangat kecil. Namun jika diukur berdasarkan persentase berat badan,
kebutuhan bayi akan zat gizi melampaui kebutuhan orang dewasa, hampir dua kali
lipat. Makanan pertama dan utama bayi adalah ASI. ASI cocok sekali untuk
memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal, yakni karbohidrat yang berupa
laktosa, asam lemak tak jenuh ganda, protein laktalbumin yang mudah dicerna,
kandungan vitamin dan mineralnya banyak, dan mengandung zat anti infeksi
(Arisman, 2004).
Praktik pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan di
berbagai lapisan masyarakat di seluruh dunia, karena banyak manfaat yang
diperoleh dari ASI dan praktik menyusui. Pada kondisi yang kurang
menguntungkan seperti di Negara - negara berkembang, di mana masyarakat
mempunyai keterbatasan ekonomi dan higiene, menyusui atau pemberian ASI
merupakan cara pemberian makanan yang sangat tepat dan kesempatan terbaik
4
bagi kelangsungan hidup bayi, serta dapat mempertemukan kebutuhan ibu dan
anak (Eregie, 1997).
Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif sampai bayi umur 6 bulan
sangat menguntungkan karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit
penyebab kematian bayi. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif
juga menguntungkan ibu, yaitu mengurangi perdarahan pasca persalinan,
mengurangi kehilangan darah pada saat haid, mempercepat pencapaian berat
badan sebelum hamil, mengurangi risiko kanker payudara dan kanker rahim.
Meskipun menyusui dan ASI sangat bermanfaat, diperkirakan 85% ibu-ibu di
dunia tidak memberikan ASI secara optimal. Hal ini tampak bahwa pemberian
ASI eksklusif seperti yang direkomendasikan oleh WHO (2002) masih jarang
dipraktikan oleh ibu-ibu di berbagai negara, karena berbagai faktor, seperti sosial,
budaya, ekonomi, dan politik (Widodo, 2011).
Menurut WHO (2006), defenisi ASI Eksklusif adalah bahwa bayi hanya
menerima ASI dari ibu atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu
tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi
vitamin, suplemen mineral atau obat (Widodo, 2011).
Sedangkan menurut Depkes (2003), pemberian ASI secara eksklusif adalah
pemberian ASI saja kepada bayi tanpa diberi makanan dan minuman lain sejak
dari lahir sampai umur 6 bulan, kecuali pemberian obat dan vitamin.
Rendahnya pemberian ASI dapat menjadi ancaman bagi Tumbuh Kembang
Anak (TKA). Padahal, kandungan ASI kaya akan karetonoid dan selenium,
sehingga ASI berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah
5
berbagai penyakit. Setiap tetes ASI juga mengandung mineral dan enzim untuk
pencegahan penyakit dan antibodi yang lebih efektif dibandingkan dengan
kandungan yang terdapat dalam susu formula, sehingga jika anak mendapatkan
ASI bisa dihindarkan dari kematian yang seharusnya tidak perlu (Dwiharso,
2010).
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Definisi WHO menyebutkan bahwa ASI
ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat
apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai
usia 6 bulan (Aprilia, 2009).
Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasi
untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001,
setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi
dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6
bulan menjadi 6 bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan
panambahan makanan pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan memadai
(Aprilia, 2009).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan penurunan persentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang
dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan
terendah di Maluku (13%) dan di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian besar
proses menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun
6
masih ada 11,1 % yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2010). Jumlah bayi
yang diberi ASI eksklusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 57,48% dan tahun
2007 57,05% (Dinas Kesehatan Provinsi Sul-sel, 2009).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 di Indonesia
pemberian ASI baru mencapai 15,3% dan pemberian susu formula meningkat tiga
kali lipat dari 10,3% menjadi 32,5%. Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu Anak Kementerian Kesehatan, Budiharja, menyatakan bahwa angka ini cukup
memprihatinkan. Ia menilai rendahnya kesadaran masyarakat dalam mendorong
peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah, termasuk di dalamnya
kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat, akan pentingnya ASI
(Dwiharso, 2010).
Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI ekslusif
di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi
56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007)
menjadi 24,3% (2008) (Kemenkes RI, 2010). Data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi
ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun
2003 dan 2007 (Fikawati and Syafiq, 2010).
Pemerintah telah menetapkan target cakupan pemberian ASI Eksklusif pada
tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80% sehingga berbagai kebijakan dibuat
pemerintah untuk mencapai kesehatan yang optimal yaitu Keputusan Menteri
Kesehatan (Kemenkes) Nomor 237 tahun 1997 tentang pemasaran Pengganti Air
7
Susu Ibu dan Kepmenkes No. 450/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara
ekslusif pada bayi di Indonesia (Depkes, 2007).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 dan 2002
menunjukkan pemberian ASI kepada bayi satu jam setelah kelahiran menurun dari
8% menjadi 3,7%. Pemberian ASI esklusif selama enam bulan menurun dari 42,
% menjadi 39,7 %, sedangkan penggunaan susu formula meningkat 3 kali lipat
dari 10,8% menjadi 32,5%. Di Indonesia hanya 14% ibu menyusui ASI esklusif
selama 5 bulan.dan rata-rata kurang dari 2 bulan (Widjaja, 2004).
Praktik pemberian ASI di perdesaan relatif lebih tinggi dari pada di
perkotaan. Bayi dan anak baduta yang pernah diberi ASI di perdesaan 91,8 persen,
sedangkan di perkotaan 88,8 persen. Praktik pemberian ASI menurut status
ekonomi rumah tangga terdapat kecenderungan semakin tinggi status ekonomi
rumah tangga semakin rendah praktik pemberian ASI pada bayi dan baduta. Pada
kelompok status ekonomi terendah praktik pemberian ASI mencapai 92,3 persen,
sedangkan pada kelompok status ekonomi tertinggi hanya 85,7% (Riskesdas,
2007).
Pemberian ASI esklusif pada bayi sampai usia sebulan setelah kelahirannya
hanya 25-80%, pemberian ASI esklusif pada daerah kumu perkotaan (Jakarta,
Makassar, Surabaya dan Semarang) hanya sampai 40% (Arfana, 2006).
Di Sulawesi Selatan pada tahun 2006 presentase yang pernah diberi ASI
menurut lamanya disusui yakni sebanyak 0 bulan (1,35%), 1-5 bulan (8,42%), 6-
11 bulan (14,26), 12-17 bulan (32-24%), 18-25 bulan (17,52%) serta lebih dari 24
bulan anak disusui (26,20%) (BPS, 2006).
8
Adapun cakupan ASI Eksklusif Provinsi Sul-Sel dalam Profil Kesehatan
Sulawesi Selatan tahun 2009, pada tahun 2007 sebesar 57,05%, tahun 2008
meningkat menjadi 77,18% namun tahun 2009 mengalami penurunan menjadi
59,80% (Misriani, 2012).
Data dari DINKES Makassar, cakupan pemberian ASI eksklusif yang
tergolong rendah yaitu puskesmas Kapassa (46,4%), Pertiwi (45,7%), Barabaraya
(42,7%), Bira (37,6%), dan terakhir Antang Perumnas (33,3%).
Beberapa studi dan pengamatan menunjukkan bahwa selama dasawarsa
terakhir ini terdapat penurunan pemberian ASI eksklusif terutama di daerah
perkotaan. Ketidakberhasilan ibu memberikan ASI atau menghentikan proses
menyusui lebih dini disebabkan karena kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu
tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui. Akibat faktor tersebut dapat
mempengaruhi status gizi balita (Mochtadi, 1996).
Hasil penelitian Depkes menunjukkan ibu yang menyusui akan memberikan
ASI eksklusif pada anaknya sesuai dengan pengetahuan yang di dapat. Semakin
tinggi pendidikan dan pengetahuan ibu maka kemungkinan ASI eksklusif akan
diberikan kepada bayinya sampai berumur 4 bulan akan dilaksanakan, begitu juga
sebaliknya jika pengetahuan ibu tentang ASI rendah maka pemberian ASI
eksklusif pada bayinya tidak dilaksanakan (Suhendar, 2002).
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian adalah Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu,
9
Pekerjaan Ibu dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Antang Perumnas, Kota Makassar?
I.3 Tujuan Penelitian
I.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengetahuan Ibu,
pekerjaan ibu dan dukungan keluarga mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Antang Perumnas, Kota Makassar.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Antang Perumnas Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar.
3. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar.
4. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga kepada ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Antang Perumnas Kota
Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
a) Manfaat Institusi
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi instansi terkait, khususnya
Puskesmas Antang Perumnas dalam rangka meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 bulan.
10
b) Manfaat Praktis
Sebagai bahan informasi dan menjadi bahan masukan bagi penelitian
selanjutnya serta merupakan pengalaman yang berharga bagi penulis untuk
menambah wawasan dan pengetahuan penulis.
c) Manfaat bagi masyarakat
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat setempat bahwa
betapa pentingnya pemberian ASI Eksklusif bagi bayi yang masih berumur 0-6
bulan agar dapat terhindar dari berbagai masalah kesehatan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Pemberian ASI Eksklusif
Estimasi cakupan pemberian ASI eksklusif di populasi sangat tergantung
pada metode yang digunakan dalam pengumpulan data. Selain itu batasan umur
atau kategori umur bayi juga sangat penting dalam mengukur cakupan pemberian
ASI eksklusif di populasi. WHO merekomendasikan penggunaan indicator
pemberian ASI eksklusif di bawah enam bulan yang didefinisikan sebagai
proporsi bayi 0-5 bulan yang hanya diberi ASI saja dan datanya dikumpulkan
dengan metode recall 24 jam (Widodo, 2011).
WHO juga merekomendasikan untuk mengkategorikan ke dalam kelompok
umur 0-1 bulan, 2-3 bulan, dan 4-5 bulan. Pengelompokan umur hanya dapat
merepresentasikan cakupan pemberian ASI eksklusif pada kelompok umur
tersebut, dan tidak dapat merepresentasikan proporsi bayi yang diberi ASI
eksklusif sampai umur di bawah 6 bulan (5,99 bulan) (Widodo, 2011).
Sumber data cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia antara lain dari
SDKI, laporan program dan Riskesdas 2010. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data cakupan pemberian ASI eksklusif SDKI 2002 dan 2007 adalah
metode recall 24 jam dengan batasan umur 0-5 bulan.
Riskesdas 2010 juga mengumpulkan data cakupan pemberian ASI eksklusif
menggunakan kombinasi metode recall 24 jam dengan metode recall sejak lahir
dengan batasan umur bayi 0-5 bulan. Pada Riskesdas 2010 data cakupan
12
menyusui eksklusif diperoleh dari komposit empat pertanyaan berikut (Badan
Penelitian dan Pengembangan, 2010) :
1. Apakah dalam 24 jam terakhir bayi hanya disusui/diberi ASI saja?
2. Apakah sebelum ASI keluar bayi diberi minuman (cairan) atau makanan
selain ASI?
3. Sejak kapan (pada umur berapa hari/bulan) bayi mulai diberi minuman
atau makanan pendamping ASI?
4. Minuman atau makanan apa saja yang diberikan kepada bayi sebelum ASI
keluar?
B. Tinjauan Umum ASI Eksklusif
1. Pengertian
Definisi WHO menyebutkan bahwa ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberi
ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau
obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan. ASI merupakan makanan
pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung
berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
bayi (Aprilia, 2009).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari
waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah
stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit ibu (Soetjiningsih, 1997).
13
2. Komposisi ASI
Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa periode
tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi (Aprilia, 2009):
a. Kolostrum
Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan minggu pertama
setelah bayi lahir. Ia merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari
ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Kandungan proteinnya 3 kali
lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan seringkali berwarna
kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel hidup yang menyerupai sel
darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan
pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru
lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml per feeding per hari selama 3 hari
pertama, tergantung dari paritas ibu.
b. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI Mature
(Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah melahirkan). Kadar protein makin
merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya juga
akan makin meningkat.
c. ASI mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14 dan
seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI
cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk
bayi sampai umur enam bulan, tidak menggumpal jika dipanaskan.
14
3. Kandungan Nutrisi Dalam ASI
a. Protein dalam ASI
Kandungan protein ASI (0,9 mg/100 ml) memang lebih rendah
dibandingkan dengan kadar protein susu formula (1,6 mg/100 ml). Namun,
kualitas protein ASI sangat tinggi dan mengandung asam-asam amino esensial
yang dibutuhkan oleh pencernaan bayi (Widjaja, 2004).
Keistimewaan protein pada ASI di antaranya adalah rasio protein whey :
kasein = 60 : 40, dibandingkan dengan Air Susu Sapi (ASS) yang rasionya 20 :
80. Hal ini menguntungkan bagi bayi karena pengendapan dari protein whey lebih
halus daripada kasein sehingga protein whey lebih mudah dicerna. Selain itu ASI
mengandung alfalaktalbumin, sedangkan ASS mengandung juga
betalaktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi.
Kadar tirosin dan fenilalanin pada ASI rendah, suatu hal yang sangat
menguntungkan untuk bayi terutama prematur karena pada bayi prematur kadar
tirosin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan otak
(Soetjiningsih, 1997).
b. Karbohidrat dalam ASI
ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan
ASS (6,5-7 gram%). Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa,
disakarida spesifik yang disintesis di dalam sel-sel alveoli payudara ibu. Laktosa
adalah komponen ASI terbanyak kedua setelah air. Sekitar 90% dari total
karbohidrat ASI adalah laktosa, sedangkan 10% sisanya adalah berbagai macam
15
monosakarida dan oligosakarida, termasuk glukosa, galaktosa, fruktosa, dan
glukosamin (Kretchmer and Zimmermann, 1997).
Kegunaan laktosa bagi bayi di antaranya adalah meningkatkan penyerapan
kalsium, yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang. Laktosa juga dapat
meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu Lactobacillus bifidus
(Roesli, 2001).
Selain laktosa yang merupakan 90% dari total karbohidrat ASI, juga terdapat
glukosa, galaktosa dan glukosamin. Galaktosa ini penting untuk pertumbuhan
otak dan medula spinalis, oleh karena pembentukan mielin di medula spinalis dan
sintesis galaktosida di otak membutuhkan galaktosa. Glukosamin merupakan
bifidus faktor, di samping laktosa, jadi ini memacu pertumbuhan Lactobacillus
bifidus yang sangat menguntungkan bayi (Soetjiningsih, 1997).
c. Lemak dalam ASI
Kadar lemak dalam ASI dan ASS relative sama, merupakan sumber kalori
yang utama bagi bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan
K) dan sumber asam lemak yang esensial. Keistimewaan lemak dalam ASI jika
dibandingkan dengan ASS adalah bentuk emulsi lebih sempurna. Hal ini
disebabkan karena ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigliserida
menjadi digliserida dan kemudian menjadi monogliserida sebelum pencernaan di
usus terjadi. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali dalam ASS
(Soetjiningsih, 1997).
16
d. Mineral dalam ASI
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah
tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi
adalah konstan, tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung dari
diit dan stadium laktasi. Fe dan Ca adalah mineral dalam ASI yang paling stabil,
tidak dipengaruhi oleh diit ibu (Soetjiningsih, 1997).
Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium
dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Yang terbanyak adalah kalium,
sedangkan kadar Cu, Fe dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah
relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam
ASI cukup (Soetjiningsih, 1997).
e. Air dalam ASI
ASI terdiri dari 88% air. Kandungan air dalam ASI yang diminum bayi
selama pemberian ASI Eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai
dengan kesehatan bayi. Bahkan bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI
pertama (kolostrum), tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan
dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih
tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau keempat (LINKAGES, 2002).
f. Vitamin dalam ASI
Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin A, D dan C cukup,
sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik adalah
kurang (Soetjiningsih, 1997).
17
g. Energi dari ASI
Kandungan energi ASI relatif rendah, hanya 67 kalori/100 ml ASI. Sembilan
puluh persen berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari
protein (Soetjiningsih, 1997).
4. Volume Asi
Selama beberapa bulan terakhir masa kehamilan sering terdapat produksi
kolostrum susu ibu. Setelah lahir, pada waktu bayi mulai mengisap maka suplai
air susu meningkat dengan cepat. Pada keadaan normal, sekitar 100 ml tersedia
pada hari ke-2 dan meningkat menjadi 500 ml pada minggu ke-2. Produksi ASI
yang paling efektif biasanya dicapai pada 10-14 hari setelah melahirkan. Selama
beberapa bulan selanjutnya, bayi yang sehat mengkonsumsi sekitar 700-800 ml
per 24 jam. Namun demikian konsumsi bayi bervariasi antara yang satu dengan
yang lainnya, ada yang mengkonsumsi 600 ml atau kurang dan ada pula yang
lebih bahkan sampai 1 liter selama 24 jam meskipun keduanya memiliki laju
pertumbuhan yang sama (Suhardjo, 1992).
5. Manfaat Asi
a. Manfaat ASI bagi bayi
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat
dirasakan yaitu ASI sebagai nutrisi, ASI meningkatkan daya tahan tubuh,
menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, meningkatkan
kecerdasan, menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang, sebagai makanan
tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia selama
enam bulan, mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak
18
sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai, mengurangi resiko terkena
penyakit kencing manis, kanker pada anak dan mengurangi kemungkinan
menderita penyakit jantung, serta menunjang perkembangan motorik (Roesli,
2000).
b. Manfaat ASI bagi ibu
1. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan
Menyusui bayi segera setelah melahirkan sangat bermanfaat bagi si Ibu hal
ini dapat mengurangi terjadinya pendarahan setelah melahirkan (post partum).
Pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk
kontraksi/penutupan pembuluh darah sehingga pendarahan akan lebih cepat
berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan
(Purwanti, 2004).
2. Menjarangkan kehamilan
Menyusui secara eksklusif merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah
dan cukup berhasil, metode alat kontrasepsi alamiah ini dikenal dengan istilah
Metode Amenorea Laktasi (MAL) yaitu tidak haid, menyusui secara eksklusif,
umur bayi kurang dari 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ibu
memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan
pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12
bulan (Purwanti, 2004).
3. Mencegah kanker
Ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif, umumnya kemungkinan
menderita kanker payudara dan indung telur berkurang. Beberapa penelitian
19
menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker
payudara. Kejadian kanker payudara akan berkurang sampai 25%, jika semua
wanita melanjutkan menyusui bayinya sampai berumur 2 tahun atau lebih.
Penelitian lain menemukan bahwa menyusui akan melindungi ibu dari kanker
indung telur hingga 20-25% (Purwanti, 2004).
4. Mengurangi anemia
Ibu ketika menyusui terasa perut ibu mulas yang menandakan kandungan
mengalami kontraksi dan dengan demikian terjadi pengecilan kandungan lebih
cepat dibandingkan jika tidak menyusui (Roesli, 2008).
5. Mempercepat kembali ke berat semula
Selama ibu hamil menimbulkan lemak di bawah kulit. Lemak ini akan
terpakai untuk membentuk ASI sehingga bila ibu tidak menyusui, lemak tersebut
akan tertimbun dalam tubuh (Roesli, 2008).
c. Manfaat ASI bagi keluarga
Adapun manfaat ASI bagi keluarga yaitu tidak perlu uang untuk membeli
susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan, bayi
sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan
kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, penjarangan kelahiran
karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, menghemat waktu keluarga bila bayi
lebih sehat, pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi
keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia, 2009).
20
6. Faktor penyebab berkurangnya ASI
a. Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan
inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot
sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat
menyusui .
b. Faktor Psikologi Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang
tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya produksi ASI
akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui
sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga
dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
c. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit,
prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan ASI-
nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang.
d. Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang
mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok
atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI
(Depkes, 2005).
21
7. Perilaku pemberian ASI
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005) ada tiga faktor
yang mempengaruhi perilaku individu, yaitu:
1. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup
pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial dan unsur lain yang
terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.
2. Faktor pendukung (Enabling factor) antara lain umur, status sosial
ekonomi, pendidikan, promosi susu formula dan sumber daya manusia.
3. Faktor pendorong (Reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat
perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami,
orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
a. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan didefinisikan secara sederhana sebagai informasi yang
disimpan dalam ingatan. Pengetahuan termasuk didalamnya pengetahuan gizi,
dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal
diperoleh dari sekolah dengan kurikulum dan jenjang yang telah ditetapkan,
sedangkan pendidikan informal dapat diperoleh dari seluruh aspek kehidupan
(Purwanti, 2004).
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra, yakni indra penglihatan, pendengaran,
22
penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Misriani, 2012).
Menurut Soekanto (2002) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan yaitu :
a) Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula
ilmu atau pengetahuan seseorang.
b) Tingkat pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan agar
terjadi perubahan perilaku bertambah yang meningkat. Semakin tinggi
tingkat pendidikan, maka akan mengakibatkan kesadaran dasar akan
pentingnya ilmu pengetahuan.
c) Informasi, seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas, melalui media
elektronik maupun media massa.
d) Budaya, tingkah laku manusia atau sekolompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
e) Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.
f) Sosial Ekonomi, tingkat kemampuan seseorang yang memenuhi keutuhan
hidup semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan mendapat tingkat
pengetahuan dengan semakin luasnya cara informasi.
Pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara
pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa
23
lalunya. Dalam hal ini perlu motivasi dalam dirinya secara sukarela dan penuh
rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan
memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan memberikan sikap
positif terhadap masalah menyusui (Misriani, 2012).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu berhubungan
nyata dengan cara pemberian ASI. Semakin baik tingkat pengetahuan gizi ibu
maka pemberian ASI semakin sering (Zai, 2003). Semakin tinggi tingkat
pengetahuan ibu tentang ASI maka ibu akan mengetahui cara dan posisi menyusui
yang benar serta cara meningkatkan produksi ASI (Adwinanti, 2004).
Brown et al. (2003) menyatakan kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI
menjadi salah satu penghambat keberlangsungan pemberian ASI. Pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi. Foo et al.
(2005) menyatakan menjelang akhir kehamilan, ibu membutuhkan berbagai
informasi penting yang umumnya disediakan oleh pelayanan dan tenaga
kesehatan. Selain itu, informasi yang berasal dari suami, keluarga, teman, jaringan
sosial dan berbagai media berpengaruh terhadap pengetahuan ibu.
Arifin (2002) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rendahnya
pendidikan dan kurangnya informasi menjadi faktor yang berpengaruh tehadap
kegagalan pemberian ASI eksklusif.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan–tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003).
24
Pengkategorian pengetahuan dibagi menjadi 3 yaitu (Nursalam, 2003) :
1) Pengetahuan Baik : 76 – 100%
2) Pengetahuan Cukup : 56 – 75%
3) Pengetahuan Kurang : < 55%
b. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kegiatan
sehari-hari yang berpengaruh terhadap orang lain yang bersifat menghasilkan
uang sehingga pendapatan keluarga dapat memadai. Pekerjaan yang diberikan
merupakan kepuasan pada seseorang, sedangkan pada ibu bekerja memiliki kaitan
erat dalam pemberian ASI. Oleh karena itu bekerja akan berpengaruh terhadap
ASI yang diberikan pada bayinya (Dwiharso, 2010).
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang
yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan
pengalaman. Pekerjaan sangat berpengaruh bagi ibu untuk memberikan ASI
secara eksklusif pada bayinya. Ibu yang mempunyai pekerjaan diluar atau wanita
karir enggan memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya, mereka lebih
memilih susu formula yang dipandang lebih cocok untuk bayinya (Roesli, 2001).
Pengaruh pekerjaan terhadap pemberian ASI umumnya masih negatif
karena berbagai penyebab yang belum dapat diatasi yaitu lamanya berpisah dari
bayi dan belum adanya kebijakan yang benar-benar dapat mendukung pemberian
ASI. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lamanya pemberian ASI
disebutkan antara lain sector kerja ibu, jumlah jam kerja, lokasi tempat kerja dan
lamanya cuti pasca melahirkan.
25
Salah satu factor yang menghambat pelaksanaan menyusui secara eksklusif
di Indonesia adalah belum terlaksananya hak-hak pekerja wanita, cuti melahirkan
yang diberikan bagi pekerja wanita belum memadai. Lama cuti hamil dan
melahirkan di setiap Negara berbeda-beda, bahkan dalam satu Negara pun
terdapat perbedaan lamanya cuti antara pegawai negeri dan swasta. Bagi ibu yang
bekerja kemungkinan untuk menyusui secara eksklusif sampai dengan 6 bulan
masih sukar (Suradi, 1994).
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif
selama bayi berusia 6 bulan meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan
pengetahuan yang besar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan
lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara
eksklusif. Bagi ibu bekerja tidak dapat membawa bayinya ke tempat kerja,
pemberian ASI perah akan tetap memungkinkan bayi memperoleh ASI eksklusif
selama 6 bulan tanpa harus mendapat cuti tambahan (Roesli, 2000).
Keinginan untuk memberi ASI selama periode menyusui secara psikologis
tergantung pada kepribadian, kondisi lingkungan social, situasi hidup nyata,
keluarga, adat istiadat, pengetahuan, pengalaman yang diperoleh, pekerjaan
promosi susu formula, peranan petugas dan pelayanan kesehatan. Pada ibu-ibu
yang bekerja dengan mendapat cuti melahirkan, tersedianya waktu menyusui,
adanya tempat penyimpanan ASI, serta adanya tempat penitipan bayi akan lebih
meningkatkan keinginan ibu untuk menyusui secara eksklusif. Keberhasilan
pemberian ASI terutama ASI eksklusif pada wanita bekerja tampaknya masih
menghadapi beberapa kendala. Banyaknya wanita yang memasuki dunia kerja
26
akan sangat berpengaruh terhadap menurunnya pemberian ASI khususnya ASI
eksklusif (Arfana, 2006).
Ibu-ibu yang bekerja atau kesibukan social lainnya, meningkatnya
partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala
bidang kerja dan kebutuhan masyarakat menurunkan kesediaan menyusui dan
lamanya menyusui (Depkes RI, 2005).
c. Faktor Fisik Ibu
Kondisi ibu yang sakit dapat menyebabkan ibu tidak menyusui bayinya.
Sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui dan
jauh lebih berbahaya apabila mulai memberikan bayinya makanan buatan
daripada membiarkan bayi yang menyusui pada ibunya yang sakit (Roesli, 2000).
d. Dukungan Keluarga
Dukungan adalah sesuatu dukungan atau untuk memberi semangat kepada
seseorang. Dukungan sangat berpengaruh terhadap psikologi seseorang, sehingga
hal ini juga berpengaruh terhadap praktik pemberian ASI eksklusif oleh ibu.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami,
orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu
perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif.
Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah suami. Masih banyak suami yang
berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya.
Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let
27
down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu
(Roesli, 2008).
House dalam Depkes (2002) membedakan empat jenis atau dimensi
dukungan social menjadi dukungan emosional mencakup ungkapan empati,
kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan ini dapat
memberikan perasaan aman dan nyaman, perasaan dimiliki dan dicintai, dalam
situasi stress; dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat atau
penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan
gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang
lain, misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah
harga diri ). Dukungan ini memberikan perasaan berharga , menganggap dirinya
mempunyai kemampuan yang berbeda dengan orang lain sehingga menimbulkan
rasa percaya diri; dukungan instrumental mencakup bantuan langsung misalnya
orang memberi pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan atau menolong
dengan memberi pekerjaan kepada orang yang tidak punya pekerjaan; dukungan
informasional mencakup pemberian nasihat, saran , pengetahuan dan informasi
serta petunjuk.
Dukungan dari suami bisa meningkatkan jumlah produksi hormon oksitosin,
yakni hormon yang berperan penting meningkatkan jumlah ASI dan mengurangi
stres pada ibu menyusui. Kebanyakan ibu menyusui sering merasa khawatir
jumlah ASI-nya tak cukup untuk si bayi, sehingga menyebabkan ibu merasa stres
yang mempengaruhi jumlah ASI. Saat ini peran suami dibutuhkan. Seorang suami
harus membuat ibu merasa nyaman, dan harus meyakinkan ibu bahwa ASI nya
28
bisa lancar. Ayah terlibat dalam menyusui. Dari semua dukungan bagi ibu
menyusui, dukungan sang ayah adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu.
Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ayah
cukup memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang praktis.
Untuk membesarkan seorang bayi, masih banyak yang dibutuhkan selain
menyusui, seperti menyendawakan bayi, menggendong, menenangkan bayi yang
gelisah, mengganti popok, memandikan bayi, membawa bayi jalan-jalan,
memberikan ASI perah, dan memijat bayi (Roesli, 2008).
Menurut Caplan (1976) dalam Friedman (1998), menerangkan bahwa
keluarga memiliki fungsi supportif termasuk :
a. Dukungan informasional (keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor
dan disseminator informasi tentang dunia).
b. Dukungan penilaian (keluarga bertindak sebagai sebuah penilaian
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan
sebagai sumber (validator identitas anggota keluarga)).
c. Dukungan instrumental (keluarga merupakan sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit).
d. Dukungan emosional (keluarga sebagai tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi).
Pada penelitian yang dilakukan di Malaysia diperoleh fakta bahwa
pemberian ASI eksklusif oleh ibu empat kali lebih banyak jika suami memberikan
29
dukungan kepada istrinya dibandingkan dengan istri yang tidak mendapat
dukungan dari suami (OR = 4,20; 95% Cl: 1,12-15,75) (Tan, 2011).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hikmawati (2008) di Kabupaten
Bayumas, dukungan suami justru tidak berhubungan dengan kegagalan praktik
ASI eksklusif (OR = 1,00; P = 1,00 ; Cl 95% 0,31-3,25) (Misriani, 2012).
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Green L dalam Notoatmodjo, 2005
Faktor Predisposisi: - Pengetahuan - Sikap - Pendidikan - Pekerjaan - Keadaan emosi ibu -Keadaan gizi ibu
Faktor Pendukung: - Pendapatan keluarga - Tersedianya fasilitas
kesehatan - Tersedianya waktu - Promosi susu formula
Faktor Pendorong: - Dukungan tenaga kesehatan - Dukungan suami dan keluarga - Dukungan masyarakat
Pemberian ASI Eksklusif
30
E. Kerangka Teori
Keterangan :
= Variabel Independent
= Variabel Dependent
= Variabel yang Diteliti
= Variabel yang Tidak Diteliti
Gambar 2.2 Skema kerangka pikir
Sumber: Green L dalam Notoatmodjo, 2005
F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa
diberi makanan dan minuman lain sejak lahir sampai umur 6 bulan, kecuali obat
dan vitamin (Departemen Kesehatan RI, 2003).
Pengetahuan Ibu
Sikap Ibu
Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ibu
Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan Keluarga
Pemberian ASI Eksklusif
31
Kriteria objektif :
Ya : Bila ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sejak lahir sampai 6
bulan
Tidak: Bila ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sejak lahir
sampai 6 bulan
2. Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu adalah hal-hal yang diketahui atau tidak diketahui ibu yang
ditentukan berdasarkan kemampuan menjawab dengan benar pertanyaan tentang
ASI eksklusif yang meliputi pengertian, manfaat, kandungan ASI, kolostrum, dan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Kriteria objektif :
Jumlah pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu sebanyak 20 nomor
dengan 2 pilihan jawaban, yaitu “benar” dan “salah”. Skor 1 untuk jawaban
“benar” dan skor 0 untuk jawaban “salah”. Dengan demikian, skor tertinggi
adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Kategori tingkat pengetahuan ibu
ditentukan berdasarkan kriteria Khomsan (2000).
Baik : Jika skor > 80% menjawab benar
Sedang : Jika skor = 60-80% menjawab benar
Kurang : Jika skor < 60% menjawab benar
3. Pekerjaan ibu
Pekerjaan ibu adalah pekerjaan yang dilakukan oleh ibu dan mendapat
imbalan untuk menambah penghasilan keluarga.
32
Kriteria objektif :
Bekerja : apabila ibu bekerja diluar rumah dan mendapat imbalan.
Tidak bekerja : apabila ibu tidak memiliki pekerjaan, atau sebagai ibu rumah
tangga.
4. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah perilaku keluarga yang terbentuk dalam
pemberian nasihat kepada si ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya yang
meliputi aspek emosi, informasi, penilaian dan instrument. Dukungan yang
dimaksud berasal dari suami, orang tua dan semua orang yang berada satu rumah
dengan ibu menyusui.
Kriteria objektif :
Tinggi : Bila skor jawaban ≥ median yaitu ≥ 9,5
Rendah : Bila skor jawaban < median yaitu < 9,5
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah survey analitik yaitu penelitian
yang mencoba mengapa dan bagaimana fenomena itu terjadi. Penelitian ini
menggunakan desain “cross sectional”, dimana peneliti melakukan pengumpulan
data hanya satu kali dan pada jangka waktu tertentu.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Antang Perumnas, Kota Makassar.
Penelitian ini dilakukan kurang lebih 1 bulan yang dimulai pada Bulan Maret
2013.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi umur
6-11 bulan yaitu sebanyak 87 orang di Puskesmas Antang Perumnas, Kota
Makassar.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik Total Sampling
yaitu mengambil seluruh populasi yang ada. Tetapi yang didapatkan sebanyak 83
responden dikarenakan ada 4 responden yang dinyatakan drop out yang
disebabkan karena 1 orang ibu pindah alamat dan 3 orang lainnya tidak bersedia
menjadi responden.
34
D. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah
kuesioner , pulpen dan kamera.
E. Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer di peroleh melalui kuesioner yang diberikan kepada ibu yang
mempunyai bayi umur 6-11 bulan dan memenuhi kriteria penelitian berdasarkan
kuesioner yang telah disediakan. Data tersebut berisi tentang pengetahuan ibu,
pekerjaan ibu, dan dukungan keluarga terhadap ibu menyusui.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait berhubungan dengan penelitian
ini yaitu Puskesmas Antang Perumnas, Kota Makassar.
F. Pengolahan dan Penyajian Data
Data diolah dengan menggunakan computer program SPSS 16. Data yang
sudah diolah selanjutnya disusun dan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan
narasi.
G. Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang
dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan persentase setiap
variabel penelitian.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Puskesmas Antang Perumnas berdiri pada tahun 1992 dan merupakan salah
satu dari 3 puskesmas yang ada di Kecamatan Manggala dengan wilayah meliputi
Kelurahan Manggala. Luas wilayah Puskesmas Antang Perumnas sekitar 521 Ha
yang pembagian wilayahnya terdiri dari 11 RW, 55 ORT dan memiliki Puskesmas
Pembantu (Pustu). Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas
adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Biringkanaya
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Persiapan Bangkala dan
Kelurahan Tamangapa
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Antang.
b. Keadaan Demografis
Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kelurahan Manggala sebanyak ± 19.771
jiwa, dengan 5.455 KK, dengan 9.838 laki-laki dan 9.933 perempuan.
c. Tingkat pendidikan dan mata pencaharian
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas
bervariasi mulai dari Perguruan Tinggi, SLTA, SLTP, Tamat SD, Tidak Tamat
36
SD, hingga tidak sekolah. Adapun mata pencaharian penduduk sebagian besar
berturut-turut adalah pegawai negeri sipil (PNS), pegawai swasta, wiraswasta,
TNI, petani, dan buruh.
2. Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan dengan responden sebanyak 87 orang ibu yang
memiliki bayi 6-11 bulan. Namun pada saat penelitian, responden yang
didapatkan hanya 83 orang. Ada 4 responden yang dinyatakan drop out yang
disebabkan karena 1 orang ibu sudah pindah alamat dan 3 orang lainnya tidak
bersedia menjadi responden. Dari penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar No Karakteristik Responden Jumlah (n) Persen (%) 1 Kelompok Umur (Tahun) < 20 tahun 11 13,3 20-30 tahun 51 61,4 >30 tahun 21 25,3
2 Pekerjaan PNS 1 1,2 Honorer 1 1,2 Swasta 6 7,2 Wiraswasta 1 1,2 Tidak bekerja/ibu rumah tangga 74 89,2
3 Pendidikan SD 6 7,2 SMP 10 12,0 SMA 53 63,9 Akademi/sederajat 4 4,8 Universitas/sederajat 10 12,0
Sumber : data primer, 2013
Umur responden bervariasi mulai dari 15 tahun sampai 50 tahun.
Pengelompokan umur dibagi dalam 3 kelas berdasarkan reproduksi sehat yaitu
<20 tahun, 20-30 tahun dan >30 tahun. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden
37
dengan kelompok umur terbanyak adalah kelompok umur 20-30 tahun sebanyak
51 orang (61,4%) dan yang termasuk kelompok umur terendah adalah kelompok
umur < 20 tahun sebanyak 11 orang (13,3%).
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa pekerjaan responden yang paling banyak
adalah sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 74 orang (89,2%). Sisanya, sebanyak
9 orang (10,8%) masing-masing bekerja sebagai PNS, Honorer, swasta, dan
wiraswasta.
Tingkat pendidikan responden juga bervariasi dari tingkat SD sampai
tingkat universitas. Yang terbanyak yaitu responden berpendidikan hingga tingkat
SMA sebanyak 53 orang (63,9%).
3. Pemberian ASI Eksklusif
Distribusi responden menurut pemberian ASI dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pemberian ASI Di Wilayah Kerja
Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar Pemberian ASI Jumlah (n) Persen (%)
Ya 71 85,5 Tidak 12 14,5
Jumlah 83 100,0 Sumber : data primer, 2013
Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 83 responden ada sebanyak 71
responden (85,5%) yang memberikan ASI kepada bayinya dan 12 responden
(14,5%) yang tidak memberikan ASI kepada bayinya. Dari 71 responden yang
memberikan ASI ada yang memberikan ASI eksklusif (0-6 bulan) dan ada yang
tidak. Berikut ini merupakan tabel distribusi responden menurut pemberian ASI
eksklusif.
38
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah
Kerja Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar Pemberian ASI Eksklusif Jumlah (n) Persen (%)
Tidak memberikan ASI eksklusif 45 54,2 Memberikan ASI eksklusif 38 45,8
Jumlah 83 100,0 Sumber : data primer, 2013
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 83 responden yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Antang Perumnas yang memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya sebanyak 38 responden (45,8%). Sedangkan yang tidak memberikan ASI
eksklusif sebanyak 45 responden (54,2%).
4. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan
persentase setiap variabel penelitian. Dalam penelitian ini ada 3 variabel yang
diteliti yaitu pekerjaan ibu, pengetahuan ibu dan dukungan keluarga terhadap ibu
menyusui.
a) Status Pekerjaan
Dari beberapa jenis pekerjaan yang telah ditetapkan seperti PNS, swasta,
wiraswasta, dan ibu rumah tangga, responden dibagi berdasarkan status pekerjaan
yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan di Wilayah Kerja
Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar Pekerjaan Jumlah (n) Persen (%)
Bekerja 9 10,8 Tidak bekerja 74 89,2
Jumlah 83 100 Sumber : data primer, 2013
39
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja lebih banyak
dengan jumlah 74 orang (89,2%) sedangkan yang bekerja hanya 9 orang (10,8%).
b) Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu dapat diukur dengan memberi pertanyaan-pertanyaan
sebanyak 20 pertanyaan yang kemudian diberikan skor pada jawaban benar diberi
skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Setelah diberi skor, responden
dikelompokkan menjadi 3 yaitu responden dengan pengetahuan baik (>80%),
pengetahuan sedang (60-80%) dan pengetahuan rendah (<60%). Distribusi
jawaban responden terhadap pertanyaan dalam variabel pengetahuan ibu dapat
dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Tentang ASI Eksklusif
Di Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar No Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Benar Salah Total
n % n % n % Tentang ASI Eksklusif 1. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan.
82
98.8
1
1.2
83
100
2. Bayi dapat diberi ASI saja cukup sampai usia 4 bulan (tanpa makanan/ minuman tambahan lain).
21
25.3
62
74.7
83
100
3. ASI diberikan pada bayi segera setelah bayi lahir.
82 98.8 1 1.2 83 100
4. ASI lebih baik dari susu sapi karena mengandung zat kekebalan yang melindungi bayi dari penyakit infeksi.
79 95.2 4 4.8 83 100
Manfaat ASI 5. ASI dapat melindungi terhadap penyakit
seperti ISPA & Diare 65 78.3 18 21.7 83 100
6. Memberikan ASI pada bayi dapat membuat ibu menjadi gemuk dan membuat ibu repot karena tidak bisa pergi meninggalkan anak.
16 19.3 67 80.7 83 100
7. Manfaat ASI bagi ibu adalah menurunkan resiko kanker rahim dan kanker payudara.
48 57.8 35 42.2 83 100
40
No Pengetahuan Tentang ASI eksklusif Benar Salah Total n % n % n %
8. Salah satu manfaat ASI eksklusif bagi keluarga adalah penghematan untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.
82 98.8 1 1.2 83 100
Kandungan ASI 9. ASI mengandung zat antibody (kekebalan
untuk tubuh bayi) 83 100 0 0 83 100
10. ASI mempunyai kandungan gizi yang lebih baik dibanding susu formula
79 95.2 4 4.8 83 100
11. ASI sebagai nutrisi lengkap mengandung lemak, karbohidrat, protein, vitamin, garam dan mineral.
64 77.1 19 22.9 83 100
12. Kandungan yang terdapat dalam ASI belum lengkap jika tidak diselingi dengan pemberian makanan/ minuman lain seperti susu formula dan buah – buahan.
30 36.1 53 63.9 83 100
Tentang Kolostrum 13. Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-
hari pertama kelahiran, yakni sekitar 3 sampai 4 hari.
65 78.3 18 21.7 83 100
14. Warna cairan kolostrum adalah berwarna kekuningan dan agak kental.
70 84.3 13 15.7 83 100
15. ASI pertama (yang berwarna kekuningan) tidak baik bagi bayi.
10 12.0 73 88.0 83 100
16. Manfaat kolostrum dapat membantu pengeluaran kotoran bayi.
30 36.1 53 63.9 83 100
Inisiasi Menyusui Dini 17. Inisiasi Menyusui Dini adalah bayi diberikan
ASI dalam waktu 30 menit setelah melahirkan.
68 81.9 15 18.1 83 100
18. Pelaksanaan Inisiasi menyusui Dini adalah meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya, kontak kulit bayi kekulit ibunya paling sedikit 1 jam, mengetahui tanda – tanda bayi yang siap menyusui serta bayi menemukan putting susunya tanpa dibantu sampai selesai menyusu.
75 90.4 8 9.6 83 100
19. Kontak dini adalah membantu ibu menjalin kasih sayang dengan bayinya.
80 96.4 3 3.6 83 100
20 Selama IMD ibu dan bayi tidak boleh ditemani oleh keluarga.
26 31.3 57 68.7 83 100
Sumber : data primer, 2013
41
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada kelompok tentang ASI eksklusif
sedikit ibu (25,3%) yang mengetahui bayi dapat diberi ASI saja cukup sampai
usia 4 bulan (tanpa makanan/minuman tambahan lain). Pada kelompok manfaat
ASI, sedikit ibu (19,3%) yang beranggapan bahwa memberikan ASI pada bayi
dapat membuat ibu menjadi gemuk dan membuat ibu repot karena tidak bisa pergi
meninggalkan anak. Pada kelompok kandungan ASI, sedikit ibu (36,1%) yang
mengetahui kandungan yang terdapat dalam ASI belum lengkap jika tidak
diselingi dengan makanan/minuman lain. Pada kelompok kolostrum hanya sedikit
ibu (12,0%) yang mengetahui bahwa ASI pertama (yang berwarna kekuningan)
tidak baik bagi bayi. Dari hasil jawaban atas pertanyaan tersebut didapatkan hasil
bahwa sebanyak 18 responden (21,7%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 51
responden (61,4%) dan sedikit ibu (16,9%) yang memiliki pengetahuan kurang.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Tentang ASI
Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas Antang Kota Makassar Tingkat pengetahuan ibu Jumlah
n % Baik 18 21,7
Sedang 51 61,4 Kurang 14 16,9 Jumlah 83 100,0
Sumber : data primer, 2013
c) Dukungan Keluarga
Untuk mengukur dukungan keluarga kepada ibu menyusui, penelitian ini
menggunakan 19 pertanyaan yang dinilai untuk mengelompokkan dukungan
keluarga menjadi 2 yaitu yang mendukung dan tidak mendukung. Jawaban
responden didistribusikan sebagai berikut :
42
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendapat Dukungan Dari
Keluarga Di Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar
No Dukungan Keluarga Ya Tidak Total n % n % N %
1. Apakah ada pihak keluarga yang mendukung ibu untuk memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lain selama 6 bulan pada bayi.
73 88.0 10 12.0 83 100
Dukungan Informasi 2. Apakah keluarga memberi tahu pada ibu bahwa
bayi usia 0-6 bulan hanya diberikan ASI saja tanpa boleh makanan lain seperti pisang, susu botol, atau nasi lembek?
75 90.4 8 9.6 83 100
3. Apakah keluarga juga mencari informasi dari luar (seperti buku, majalah dan lain-lain) tentang pemberian ASI eksklusif kepada bayi?
53 63.9 30 36.1 83 100
4. Apakah keluarga ikut mendampingi ibu konsultasi ke petugas kesehatan untuk memperoleh informasi tentang ASI eksklusif?
61 73.5 22 26.5 83 100
Dukungan Penilaian 5. Apakah keluarga mengingatkan ibu untuk
memberikan ASI sampai usia bayi 6 bulan tanpa makanan lainnya?
75 90.4 8 9.6 83 100
6. Apakah keluarga menanyakan kepada ibu masalah apa yang dihadapi selama masa menyusui?
34 41.0 49 59.0 83 100
7. Apakah keluarga menemani ibu menyusui bayi pada waktu luang?
34 41.0 49 59.0 83 100
8. Apakah keluarga membimbing ibu tentang cara memerah ASI dan cara menyimpan ASI perah?
12 14.5 71 85.5 83 100
9. Apakah keluarga menyarankan ibu agar menyusui lebih sering, dan membiarkan bayinya tidur bersamanya untuk disusui.
67 80.7 16 19.3 83 100
Dukungan Instrumental 10. Apakah keluarga menyediakan makanan bergizi
bagi ibu selama memberi ASI? 80 96.4 3 3.6 83 100
11. Apakah keluarga membantu ibu dalam merawat bayi selama masa menyusui (0-6 bulan)?
81 97.6 2 2.4 83 100
12. Apakah keluarga membantu ibu melakukan tugas-tugas rumah tangga (memasak, mencuci pakaian) selama masa menyusui?
83 100 0 0 83 100
13. Apakah keluarga berperan serta membantu ibu membawa bayinya untuk memeriksakan kesehatan si bayi ke puskesmas, klinik atau sarana kesehatan lain selama menyusui?
62 74.7 21 25.3 83 100
14. Apakah keluarga membantu ibu bila memerlukan sesuatu (mengambilkan popok bayi, mengambilkan minum Ibu) pada saat ibu menyusui bayi?
80 96.4 3 3.6 83 100
43
No Dukungan Keluarga Ya Tidak Total n % n % N %
Dukungan Emosional 15. Apakah keluarga mendengarkan keluhan-keluhan
yang ibu sampaikan selama memberi ASI eksklusif?
48 57.8 35 42.2 83 100
16. Apakah keluarga memasang musik/TV di rumah agar suasana nyaman ketika ibu menyusui bayinya?
24 28.9 59 71.1 83 100
17. Apakah keluarga meyakinkan ibu bahwa ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan?
61 73.5 22 26.5 83 100
18. Apakah keluarga menyarankan pada ibu agar tidak takut menyusui bayi karena perubahan fisik/tubuhnya?
41 49.4 42 50.6 83 100
Sumber : data primer, 2013
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa peran keluarga pada kelompok dukungan
informasi paling banyak (90,4%) adalah keluarga memberi tahu ibu bahwa bayi
usia 0-6 bulan hanya diberikan ASI saja. Pada kelompok dukungan penilaian,
paling sedikit (14,5%) adalah keluarga membimbing ibu tentang cara memerah
ASI dan cara menyimpan ASI perah. Pada kelompok dukungan instrumental,
paling banyak (100%) adalah keluarga membantu melakukan tugas rumah tangga
(memasak, mencuci pakaian) selama masa menyusui. Pada kelompok dukungan
emosional, paling sedikit (28,9%) adalah keluarga memasang musik/TV di rumah
agar suasana nyaman ketika ibu menyusui bayinya. Dari hasil jawaban dari
pertanyaan tersebut, dapat diketahui dukungan keluarga terhadap ibu yang
menyusui. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8:
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Di Wilayah Kerja
Puskesmas Antang Perumnas Antang Kota Makassar Dukungan keluarga Jumlah (n) Persen (%)
Mendukung 73 88.0 Tidak mendukung 10 12.0
Jumlah 83 100.0 Sumber : data primer, 2013
44
Sebanyak 73 ibu (88,0%) didukung keluarga dan 10 ibu (12,0%) tidak
didukung keluarga. Dukungan keluarga dapat berasal dari mana saja. Dari suami,
orangtua, mertua atau saudara. Pada penelitian ini yang paling banyak
mendukung adalah suami sebanyak 59 orang (71,1%) dan yang paling sedkit
mendukung adalah dari saudara sebanyak 2 orang (2,4%). Hal ini dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Dari Pihak Keluarga Di Wilayah
Kerja Puskesmas Antang Perumnas Antang Kota Makassar Dukungan keluarga Jumlah (n) Persen (%)
Tidak mendukung 10 12,0 Suami 59 71,1
Orang tua 6 7,2 Mertua 3 3,6 Saudara 2 2,4
Keluarga lain yang tinggal serumah
3 3,6
Jumlah 83 100.0 Sumber : data primer, 2013
d) Status Pekerjaan dengan Pemberian ASI eksklusif
Status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar
Pekerjaan Pemberian ASI Eksklusif Total Tidak memberikan
ASI eksklusif ASI eksklusif
n % N % n % Tidak bekerja 40 54,1 34 45,9 74 89,2 Bekerja 5 55,6 4 44,4 9 10,8 Jumlah 45 54,2 38 45,8 83 100 Sumber : data primer, 2013
45
Ada tidaknya pekerjaan responden dapat mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif kepada bayinya. Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 9 orang yang
bekerja hanya ada 4 orang (44,4%) yang memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya dan ada 5 orang (55,6%) ibu bekerja yang tidak memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya. Sedangkan ibu yang tidak bekerja yang memberikan
ASI eksklusif sebanyak 34 orang (45,9%).
e) Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif
Berikut ini adalah tabel pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif.
Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar Tingkat
pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Total
Tidak memberikan ASI eksklusif
ASI eksklusif
n % n % n % Baik 11 61,1 7 38,9 18 21,7 Sedang 23 45,1 28 54,9 51 61,5 Kurang 11 78,6 3 21,4 14 16,8 Jumlah 45 54,2 38 45,8 83 100 Sumber : data primer, 2013
Dari Tabel 4.10 dapat menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
pengetahuan baik dan memberikan ASI eksklusif hanya 7 orang (38,9%).
Sedangkan responden yang berpengetahuan sedang dan memberikan ASI
eksklusif sebanyak 28 orang (54,9%). Dan responden yang berpengetahuan
kurang dan memberikan ASI eksklusif hanya 3 orang (21,4%).
46
f) Dukungan keluarga dengan Pemberian ASI eksklusif
Dukungan keluarga yang baik dapat memberikan ibu rasa nyaman untuk
menyusui. Hal ini berdampak pada volume ASI yang dikeluarkan oleh ibu.
Berikut ini adalah tabel dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif.
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar Dukungan Keluarga
Pemberian ASI Eksklusif Total Tidak memberikan
ASI eksklusif ASI eksklusif
n % n % n % Tidak mendukung 8 80,0 2 20,0 10 12,0 Mendukung 37 50,7 36 49,3 73 88,0 Jumlah 45 54,2 38 45,8 83 100 Sumber : data primer, 2013
Dari Tabel 4.11 menunjukkan bahwa ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif karena tidak didukung keluarga sebanyak 8 orang (80,0%) dan ibu yang
mendapat dukungan dari keluarga dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 36
orang (49,3%).
B. PEMBAHASAN
Air Susu Ibu (ASI) pada masa bayi merupakan makanan yang terbaik dan
terpenting untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pemberian ASI
eksklusif akan membantu pertumbuhan bayi yang adekuat dalam empat bulan
pertama kehidupannya. (Thaib, Firdaus, Fauzah dan Manoeroeng, 1996).
Pemberian ASI eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian
bayi dan sekaligus dapat meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya
kualitas sumberdaya manusia yang memadai (Depkes, 1997).
47
Pemberian ASI eksklusif biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Misalnya sikap ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan, dukungan dari ibu itu sendiri,
kesehatan fisik ibu, dan lain-lain. Pada penelitian ini akan dibahas beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Pekerjaan ibu
Partisipasi angkatan kerja wanita dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Salah satu hal yang menyebabkan hal tersebut adalah faktor ekonomi yang
mendesak wanita turut serta dalam pencarian nafkah keluarga. Ibu yang bekerja
memiliki waktu yang terbatas untuk menyusui bayinya, selain itu tenaga yang
terkuras selama bekerja biasanya menjadikan ibu terlalu letih untuk menyusui
bayinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ibu yang memiliki pekerjaan
tetap sebanyak 9 orang (10,8%) dan yang tidak bekerja sebanyak 74 orang
(89,2%). Dari hasil tabulasi silang (crosstab) menunjukkan bahwa dari 9 orang
ibu yang bekerja sebanyak 4 orang (44,4%) yang memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dan dari 74 responden yang tidak bekerja sebanyak 34 orang
(45,9%) yang memberikan ASI eksklusif. Ini berarti bahwa masih banyak ibu
yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, baik ibu yang bekerja
ataupun yang tidak bekerja.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, ibu yang bekerja memiliki masalah
pada payudara misalnya puting susu kecil, ASI tidak keluar, dan ada yang
penyakit jantung sehingga tidak menyusui bayinya sampai usia 6 bulan secara
eksklusif. Sedangkan untuk ibu yang tidak bekerja, pemberian ASI eksklusif yang
48
tidak lancar diakibatkan kurangnya produksi air susu, keadaan ibu yang sedang
hamil lagi, payudara ibu sakit, atau bahkan ASI tidak keluar sehingga selain
menggunakan ASI mereka juga menambahkan susu formula sebagai asupan
tambahan. Selain itu, ibu yang bekerja tidak memberikan ASI kepada bayinya
disebabkan karena kurangnya waktu ibu dirumah bersama bayinya. Waktu ibu
dihabiskan diluar rumah untuk bekerja. Sedangkan untuk ibu yang tidak bekerja
mempunyai lebih banyak waktu dirumah sehingga memiliki kesempatan yang
lebih banyak untuk dapat menyusui setiap kali sang bayi meminta.
Hasil penelitian tentang status pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Salmiah (2003) di
Puskemas Sudiang Makassar yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian oleh Salmiah
mengemukakan bahwa hal tersebut terjadi dikarenakan adanya cuti melahirkan
panjang, jarak rumah dan tempat kerja yang relative dekat sehingga
memungkinkan ibu untuk pulang memberikan ASI kepada bayinya, dan ibu yang
memeras ASI untuk ditinggalkan kepada bayinya sebelum berangkat kerja.
2. Pengetahuan ibu
Pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara
pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa
lalunya. Dalam hal ini perlu motivasi dalam dirinya secara sukarela dan penuh
rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan
memberikan pengetahuan, pandangan, dan nilai yang akan memberikan sikap
positif terhadap masalah menyusui (Adwinanti, 2004).
49
Pengetahuan ibu yang tinggi tentang ASI eksklusif akan mendukung
pelaksanaan pemberian ASI eksklusif oleh ibu. Menurut Soekanto (2002) ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, tingkat
pendidikan, informasi, budaya, pengalaman dan sosial ekonomi.
a. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung
sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin
bertambah pula ilmu atau pengetahuan seseorang.
b. Tingkat pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
agar terjadi perubahan perilaku bertambah yang meningkat.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan mengakibatkan
kesadaran dasar akan pentingnya ilmu pengetahuan.
c. Informasi, seseorang yang mempunyai sumber informasi yang
lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas,
melalui media elektronik maupun media massa.
d. Budaya, tingkah laku manusia atau sekolompok manusia dalam
memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
e. Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan
menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.
f. Sosial Ekonomi, tingkat kemampuan seseorang yang memenuhi
keutuhan hidup semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan
medapat tingkat pengetahuan dengan semakin luasnya cara
informasi.
50
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 18 orang (21,7%), yang berpengetahuan sedang
sebanyak 51 orang (61,4%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang
(16,9%). Dari hasil tabulasi silang (crosstab) menunjukkan bahwa dari 18
responden yang berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (38,9%) yang memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya. Dari 51 responden yang berpengetahuan sedang
sebanyak 28 orang (54,9%) yang memberikan ASI eksklusif dan dari 14
responden yang berpengetahuan kurang hanya 3 orang (21,4%) yang memberikan
ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang baik tidak
menjamin pemberian ASI yang baik pula kepada bayinya.
Menurut Notoatmojo (1996), bahwa pengetahuan merupakan unsur yang
sangat penting bagi terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak. Dengan semakin tingginya
tingkat pengetahuan ibu maka tentunya ibu akan mempunyai perilaku yang baik
pula dalam pemberian ASI kepada anaknya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, ibu yang berpengetahuan baik dan
sedang memiliki masalah pada pengeluaran ASI yang sangat kurang sehingga
tidak menyusui bayinya sampai usia 6 bulan secara eksklusif.
Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Gita Aprilia (2009) di Desa
Harjobinangun Purworejo Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo. Pengujian
hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis Chi Square yang
menunjukkan adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
dengan pemberian ASI Eksklusif dengan X2hitung= 9,908 (p=0,007). Dalam
51
penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tentang
ASI eksklusif baik sebagian besar memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.
Sedangkan responden dengan pengetahuan tentang ASI eksklusif kurang sebagian
besar tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini disebabkan karena faktor
ekonomi yang kurang sehingga mereka hanya memberikan ASI saja pada bayinya.
3. Dukungan Keluarga
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi suksesnya pemberian ASI
eksklusif adalah adanya dukungan keluarga. Keluarga adalah orang terdekat dari
ibu yang dapat berhubungan langsung secara emosional. Adanya dukungan dari
keluarga dapat berupa motivasi bagi ibu untuk terus menyusui seperti membantu
pekerjaan rumah selagi ibu menyusui, menjaga kakak sang bayi, membantu
menyediakan makanan yang bergizi bagi ibu, dapat mempengaruhi psikologis ibu
sehingga produksi ASI lebih lancar.
Adapun dukungan keluarga yang diperoleh ibu saat memberikan ASI
eksklusif seperti keluarga menganjurkan ibu untuk menyusui dibanding
memberikan susu formula, membantu mengurusi rumah selama ibu menyusui,
membantu menjaga kakak si bayi saat ibu sedang menyusui, dan tidak pernah
disarankan dalam memberi makanan tambahan pada usia bayi 6 bulan pertama.
Dukungan keluarga yang rendah akan mengurangi motivasi ibu untuk
memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 36 orang (49,3%) yang
memberikan ASI eksklusif didukung oleh keluarganya, sedangkan sebanyak 8
orang (80%) yang tidak memberikan ASI eksklusif karena tidak didukung oleh
52
keluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa persentase ibu yang mendapat
dukungan keluarga dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya lebih besar
jika dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapat dukungan dari keluarganya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa dukungan keluarga
banyak didapatkan dari dukungan suami sebanyak 71,1%. Sedangkan dukungan
yang berasal dari orangtua sebanyak 7,2%. Dan dukungan dari mertua sebanyak
3,6%. Dukungan yang paling sedikit berasal dari saudara sebanyak 2,4%. Hal ini
mungkin disebabkan karena yang paling dekat dengan ibu adalah suaminya
sendiri. Orangtua juga ataupun mertua juga dekat dengan ibu namun hanya sedikit
dari mereka yang mendukung ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Hal ini
mungkin disebabkan karena ibu tidak tinggal serumah dengan orangtua/mertua.
Pada beberapa pertanyaan yang diberikan pada ibu, yang paling banyak
dilakukan keluarga untuk membantu ibu saat dalam masa menyusui adalah
keluarga membantu ibu melakukan tugas-tugas rumah tangga seperti memasak
atau mencuci pakaian. Namun yang sedikit dilakukan keluarga adalah memasang
music atau TV dirumah agar tercipta suasana nyaman ketika ibu menyusui
bayinya. Hal ini bisa disebabkan karena keadaan sosial ekonomi keluarga yang
kurang mampu menyediakan TV. Ibu yang tidak mendapat dukungan dari
keluarga mempunyai beberapa alasan misalnya karena payudara sakit, ibu sedang
dalam keadaan hamil lagi, ASI tidak keluar, dan bayinya sudah 6 bulan jadi tidak
perlu didukung lagi dalam memberikan ASI.
Hasil penelitian tentang dukungan keluarga terhadap pemberian ASI
eksklusif ini terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Patiung (2007) di
53
Kabupaten Tana Toraja yang menyatakan ada hubungan antara dukungan suami
dengan pemberian ASI eksklusif. Dalam penelitiannya Patiung menjelaskan
bahwa hal yang paling banyak dilakukan sebagai bentuk dukungan yaitu
membantu pekerjaan ibu sehari-hari.
Dari penelitian Eki Ekiawati (2002) di Kelurahan Kedung Waringin,
Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor menunjukkan bahwa dari hasil tabulasi
silang menunjukkan kecenderungan ibu dengan dukungan keluarga baik,
persentase perilaku pemberian ASI baik lebih kecil dibandingkan dengan ibu
dengan dukungan keluarga sedang yang mempunyai perilaku pemberian ASI baik.
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara
dukungan keluarga dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI (p<0,05). Dengan
dukungan keluarga baik dari suami maupun orang tua dapat tercipta suatu suasana
yang nyaman bagi ibu dan bayinya, sehingga proses menyusui dapat berjalan
dengan baik.
C. KETERBATASAN PENELITIAN
Kendala yang ditemukan di dalam penelitian ini turut berperan dalam
memperoleh informasi yang lengkap. Kendala yang dimaksud merupakan
keterbatasan dalam penelitian dimana pencatatan alamat di buku register bayi tiap
posyandu tidak lengkap, sehingga pencarian alamat sepenuhnya mengandalkan
informasi dari kader dan masyarakat sekitar. Hanya dengan memanfaatkan waktu
luang kader, sehingga waktu yang diperlukan untuk meneliti lebih lama.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan, pekerjaan dan
dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Antang Perumnas Kota Makassar, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sebanyak
54,2% dan ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
sebanyak 45,8%.
2. Ibu dengan pengetahuan baik yang memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya sebanyak 38,9%, ibu dengan pengetahuan sedang
yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 54,9%, dan ibu dengan
pengetahuan kurang yang memberikan ASI eksklusif sebanyak
21,4%.
3. Ibu tidak bekerja yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 45,9%
dan ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 44,4%.
4. Ibu yang mendapat dukungan dari keluarga dan memberikan ASI
eksklusif sebanyak 49,3% dan ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif karena tidak didukung keluarga sebanyak 80,0%.
55
B. Saran
1. Perlunya peran aktif keluarga sebagai individu terdekat utamanya suami
dalam mendukung ibu menyusui. Pemahaman pada anggota keluarga
lainnya mengenai ASI eksklusif juga dibutuhkan agar mereka mengerti
sehingga dapat menciptakan suasana kondusif demi kestabilan emosional
ibu dalam menyusui.
2. Bagi puskesmas agar meningkatkan penyampaian informasi tentang ASI
eksklusif kepada masyarakat bukan hanya kepada ibu tetapi juga kepada
suami agar mampu meningkatkan pengetahuan.
3. Bagi bidang pendidikan agar pada penelitian selanjutnya perlu
dipertimbangkan untuk memberikan intervensi berupa penyuluhan atau
pembagian buku/bacaan tentang ASI eksklusif.
56
DAFTAR PUSTAKA
Adwinanti, V. 2004. Hubungan Praktek Pemberian Asi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Asi, Kekhawatiran Ibu, Dukungan Keluarga Dan Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan. S1 Undergraduate, Institut Pertanian Bogor.
Aprilia, Y. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi
Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten. S2 Postgraduate, Universitas Diponegoro.
Aprilia, Gita. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif
Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Harjobinangun Purworejo. Arfana. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif
Pada Bayi Di Kelurahan Wameo Kec. Betoambari Kota Bau-Bau S1 Undergraduate, Universitas Hasanuddin.
Arifin. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian Asi
Eksklusif. S1 Undergraduate, Ipb. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Jakarta, Buku
Kedokteran Egc. Badan Pusat Statistik, Bkkbn, Departemen Kesehatan. Survei Demografi Dan
Kesehatan Indonesia 2006-2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik ; 2007. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan, R.I. Jakarta, 2010. Boyle Ma. 2003. Community Nutrition In Action 3rd Ed. Usa: Wadsworth,
Thomson Learning Inc. Brown Je Et Al. 2005. Nutrition Through The Life Cycle. Balmont, Usa: Thomson
Wadsworth. Departemen Kesehatan Republic Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2010. Jakarta : Depkes Ri; 2010. Departemen Kesehatan RI. 2005. Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan
Dan Petugas Kesehatan Di Puskesmas, Dit. Gizi Masyarakat-Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI. 2003. Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu (Asi). Jakarta :
Dirjen Binakesmas Direktorat Gizi Masyarakat.
57
Depkes RI. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Asi Eksklusif Direktorat Jenderal Binkesmas Dan Direktorat Jenderal Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Dinas kesehatan Provinsi Sul-Sel, 2009. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan 2010. Dwiharso, C. N. 2010. Tingkat Pemberian Asi Eksklusif Di Indonesia Masih
Rendah. Ekiawati, Eki. 2002. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pemberian ASI Pada Ibu Tidak Bekerja. Jurusan Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. IPB.
Eregie, C. O. 1997. Observations On Certain Factors Associated With Exclusive
Breastfeeding. International Child Health: A Digest Of Current Information. An International Pediatrics Association Publication In Collaboration With Unicef And Who, Viii, 49-54.
Fikawati, S. & Syafiq, A. 2010. Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu
Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Makara, Kesehatan. 14, 17-24.
Friedman, M. M. 1998. Family Nursing : Theory And Practice, Jakarta, Egc. Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Diktat yang tidak
Dipublikasikan, Jurusan Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. IPB.
Kretchmer, N. & Zimmermann, M. 1997. Developmental Nutrition, Allyn And
Bacon. London, P, 170-298. Linkages, 2002, Pemberian Asi Eksklusif Atau Asi Saja: Satu-Satunya Sumber
Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini, Diakses Pada Tanggal 16 Agustus 2006, Dari Www.Linkagesproject.Org.
Misriani. 2012. Faktor Resiko Kegagalan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Yang
Tidak Bekerja Di Puskesmas Baraka Kab.Enrekang Tahun 2011. S1 Undergraduate, Universitas Hasanuddin.
Mochtadi, D. 1996. Gizi Untuk Bayi, Asi, Susu Formula, Dan Makanan
Tambahan, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan. Notoatmodjo, S. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
58
Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta. Nursalam 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika. Purwanti, H. 2004. Konsep Penerapan Asi Eksklusif, Jakarta, Egc. Patiung, Niaty. 2007. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi Di Puskesmas Sa’dan Malimbong Kecamatan Sa’dan Balusu Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007. Skripsi FKM Unhas.
Riskesdas. 2007. Laporan Nasional 2007.
Riskesdas. 2010. Laporan Nasional 2010.
Roesli, U. 2000. Mengenal Asi Eksklusif, Trubus. Roesli, U. 2001. Bayi Sehat Berkat Asi Eksklusif, Makanan Pendamping Tepat
Dan Imunisasi Lengkap, Jakarta, Pt. Gramedia Pustaka Utama. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Esklusif, Jakarta, Pustaka Bunda. Rscm & Persagi, 1997. Penuntut Diet. Pt. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Pranadji Dk. 1988. Pendidikan Gizi (Proses Belajar Mengajar) [Diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, Ipb.
Salmiah, Sitti. 2003. Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pada Bayi (0-4 bulan) Di Puskesmas Sudiang Tahun 2003. Makassar : Fakultas Kedokteran Unhas.
Soetjiningsih 1997. Asi Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran Egc.
Suhendar, K. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Eksklusif
Dan Status Gizi Bayi Usia 4-6 Bulan S1 Undergraduate, Ipb. Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak. Kerja Sama Kanisius
Dan Pau, Ipb. Jakarta. Soekanto, S. 2002. Sosiologi suatu pengantar Cetakan V. Jakarta :PT Raya
Grafindo Persada. Suradi, R. 1994. Cuti Menyusui 4 Bulan, Suatu Analisis Pembenaran.
59
Tan, K. 2011. Factors Associated With Exclusive Breastfeeding Among Infants Under Six Months Of Age In Peninsular Malaysia. Inter Breastfeeding J 6, 2.
Thaib, T.M., Firdaus, Fausah & Manoeroeng, S.M. 1996. Pola Pemberian ASI
Pada Bayi Umur 0-12 bulan dan Beberapa Aspek Sosial Keluarga Pengunjung Poliklinik Anak Rumah Sakit Umum Tapaktuan. Majalah Kedokteran Indonesia, 46, (12) 666-672.
Widodo Y. 2011. Cakupan Pemberian Asi Eksklusif: Akurasi Dan Interpretasi
Data Survei Dan Laporan Program. Widjaja, M. C. 2004. Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak Dan Kesehatan
Balita, Jakarta, Kawan Pustaka. WHO. 2002. Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva. Zai, H. E. 2003. Pola Pemberian Asi Dan Mp-Asi Serta Status Gizi Anak Baduta
Di Desa Maliwa'a Dan Desa Bobozioli Loloana'a Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias Propinsi Sumatera Utara S1 Undergraduate, Ipb.
60
LAMPIRAN 1 IDENTITAS IBU
Keterangan_umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid < 20 tahun 11 13.3 13.3 13.3
20-30 tahun 51 61.4 61.4 74.7
>30 tahun 21 25.3 25.3 100.0
Total 83 100.0 100.0
Jumlah Anggota Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3 47 56.6 56.6 56.6
4 26 31.3 31.3 88.0 5 8 9.6 9.6 97.6 6 2 2.4 2.4 100.0 Total 83 100.0 100.0
Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tamat SD/sederajat 6 7.2 7.2 7.2
tamat SMP/sederajat 10 12.0 12.0 19.3
tamat SMA/sederajat 53 63.9 63.9 83.1
Akademi/sederajat 4 4.8 4.8 88.0
Universitas 10 12.0 12.0 100.0
Total 83 100.0 100.0
61
Pekerjaan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PNS 1 1.2 1.2 1.2
Honorer 1 1.2 1.2 2.4
Swasta 6 7.2 7.2 9.6
Wiraswasta 1 1.2 1.2 10.8
tidak bekerja/ibu rumah tangga
74 89.2 89.2 100.0
Total 83 100.0 100.0
Ket_pemberian_ASI_eksklusif
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak diberikan ASI eksklusif 45 54.2 54.2 54.2
ASI eksklusif 38 45.8 45.8 100.0
Total 83 100.0 100.0
62
LAMPIRAN 2 JAWABAN RESPONDEN TENTANG PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF
Apakah ibu menyusui/memberikan ASI kepada bayinya sejak dari lahir?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 12 14.5 14.5 14.5 ya 71 85.5 85.5 100.0 Total 83 100.0 100.0
Sejak usia berapa ibu memberikan ASI pada bayi?Sebutkan...bulan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak diberi 12 14.5 14.5 14.5
0 bulan 70 84.3 84.3 98.8 3 bulan 1 1.2 1.2 100.0 Total 83 100.0 100.0
Sampai usia berapa bayi ibu di berikan ASI saja? Sebutkan……. bulan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak diberi 12 14.5 14.5 14.5
1 bulan 1 1.2 1.2 15.7 2 bulan 1 1.2 1.2 16.9 3 bulan 8 9.6 9.6 26.5 4 bulan 10 12.0 12.0 38.6 5 bulan 13 15.7 15.7 54.2 6 bulan 32 38.6 38.6 92.8 7 bulan 5 6.0 6.0 98.8 8 bulan 1 1.2 1.2 100.0 Total 83 100.0 100.0
63
Selain ASI, pada usia berapa ibu memberikan makanan tambahan?Sebutkan….bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak diberi 12 14.5 14.5 14.5 0 bulan 8 9.6 9.6 24.1 2 bulan 1 1.2 1.2 25.3 3 bulan 2 2.4 2.4 27.7 4 bulan 11 13.3 13.3 41.0 5 bulan 7 8.4 8.4 49.4 6 bulan 24 28.9 28.9 78.3 7 bulan 15 18.1 18.1 96.4 8 bulan 1 1.2 1.2 97.6 9 bulan 2 2.4 2.4 100.0 Total 83 100.0 100.0
Jenis bahan makanan apa saja yang diberikan selain ASI?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 0 11 13.3 13.3 13.3
susu formula 19 22.9 22.9 36.1 bubur susu 3 3.6 3.6 39.8 nasi tim 4 4.8 4.8 44.6 lain-lain 16 19.3 19.3 63.9 susu formula & bubur susu 10 12.0 12.0 75.9
susu formula & nasi tim 2 2.4 2.4 78.3 susu formula & lain-lain 15 18.1 18.1 96.4 bubur susu & lain-lain 1 1.2 1.2 97.6 nasi tim & lain-lain 2 2.4 2.4 100.0 Total 83 100.0 100.0
64
Apa alasan ibu sehingga tidak memberikan ASI (kecuali sirop obat) kepada bayi? Jelaskan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak diisi 61 73.5 73.5 73.5 asi sedikit/kurang 11 13.3 13.3 86.7 hamil lagi 2 2.4 2.4 89.2 payudara sakit 1 1.2 1.2 90.4 asi tidak keluar 3 3.6 3.6 94.0 sibuk 1 1.2 1.2 95.2 hamil lagi & payudara sakit 2 2.4 2.4 97.6
sakit jantung 1 1.2 1.2 98.8 agar bayi dapat merasakan makanan lain 1 1.2 1.2 100.0
Total 83 100.0 100.0
Apa alasan ibu sehingga memberikan makanan/minuman kepada bayi sebelum ASI
keluar?Jelaskan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak diisi 64 77.1 77.1 77.1
asi sedikit/kurang 9 10.8 10.8 88.0 hamil lagi 2 2.4 2.4 90.4 payudara sakit 1 1.2 1.2 91.6 asi tidak keluar 5 6.0 6.0 97.6 sibuk 1 1.2 1.2 98.8 agar bayi bisa merasakan makanan lain 1 1.2 1.2 100.0
Total 83 100.0 100.0
65
LAMPIRAN 3 PENGETAHUAN, PEKERJAAN DAN DUKUNGAN KELUARGA
Total_skor Jawaban Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 7 1 1.2 1.2 1.2
8 1 1.2 1.2 2.4
9 4 4.8 4.8 7.2
10 1 1.2 1.2 8.4 11 7 8.4 8.4 16.9
12 3 3.6 3.6 20.5
13 11 13.3 13.3 33.7
14 18 21.7 21.7 55.4 15 19 22.9 22.9 78.3
16 10 12.0 12.0 90.4
17 5 6.0 6.0 96.4
18 1 1.2 1.2 97.6 19 2 2.4 2.4 100.0
Total 83 100.0 100.0
Persentase_Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 35 1 1.2 1.2 1.2
40 1 1.2 1.2 2.4
45 4 4.8 4.8 7.2
50 1 1.2 1.2 8.4
55 7 8.4 8.4 16.9
60 3 3.6 3.6 20.5
65 11 13.3 13.3 33.7
70 18 21.7 21.7 55.4
75 19 22.9 22.9 78.3
80 10 12.0 12.0 90.4
85 5 6.0 6.0 96.4
90 1 1.2 1.2 97.6
95 2 2.4 2.4 100.0
Total 83 100.0 100.0
66
Keterangan_pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 18 21.7 21.7 21.7
Sedang 51 61.4 61.4 83.1
Kurang 14 16.9 16.9 100.0
Total 83 100.0 100.0
Total_dukungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 5 1 1.2 1.2 1.2
7 2 2.4 2.4 3.6 8 3 3.6 3.6 7.2 9 4 4.8 4.8 12.0 10 9 10.8 10.8 22.9 11 7 8.4 8.4 31.3 12 7 8.4 8.4 39.8 13 7 8.4 8.4 48.2 14 8 9.6 9.6 57.8 15 5 6.0 6.0 63.9 16 12 14.5 14.5 78.3 17 9 10.8 10.8 89.2 18 7 8.4 8.4 97.6 19 2 2.4 2.4 100.0 Total 83 100.0 100.0
Ket_dukungan_keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak mendukung 10 12.0 12.0 12.0
mendukung 73 88.0 88.0 100.0 Total 83 100.0 100.0
67
Pihak keluarga yang mendukung ibu untuk memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lain selama 6 bulan pada bayi adalah sebutkan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak mendukung 10 12.0 12.0 12.0 suami 59 71.1 71.1 83.1 orang tua 6 7.2 7.2 90.4 Mertua 3 3.6 3.6 94.0 saudara 2 2.4 2.4 96.4 keluarga yang tinggal serumah 3 3.6 3.6 100.0
Total 83 100.0 100.0
Apa alasan pihak keluarga sehingga tidak mendukung ibu untuk tidak memberikan ASI saja selama 6 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak diisi 78 94.0 94.0 94.0 payudara sakit 1 1.2 1.2 95.2 ibu hamil lagi 2 2.4 2.4 97.6 asi tidak keluar 1 1.2 1.2 98.8 bayi sudah 6 bulan 1 1.2 1.2 100.0 Total 83 100.0 100.0
Ket_pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak bekerja 74 89.2 89.2 89.2
bekerja 9 10.8 10.8 100.0 Total 83 100.0 100.0
68
LAMPIRAN 4
CROSSTAB PENGETAHUAN, PEKERJAAN DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Ket_pekerjaan * Ket_pemberian_ASI_eksklusif Crosstabulation Ket_pemberian_ASI_eksklusif
Total Tidak ASI
eksklusif ASI eksklusif Ket_pekerjaan tidak bekerja Count 40 34 74
% within Ket_pekerjaan 54.1% 45.9% 100.0%
bekerja Count 5 4 9 % within Ket_pekerjaan 55.6% 44.4% 100.0%
Total Count 45 38 83 % within Ket_pekerjaan 54.2% 45.8% 100.0%
Keterangan_pengetahuan * Ket_pemberian_ASI_eksklusif Crosstabulation Ket_pemberian_ASI_eksklusif
Total Tidak ASI
eksklusif ASI eksklusif Ket_pengetahuan Baik Count 11 7 18
% within Keterangan_pengetahuan 61.1% 38.9% 100.0%
Sedang Count 23 28 51 % within Keterangan_pengetahuan 45.1% 54.9% 100.0%
Kurang Count 11 3 14 % within Keterangan_pengetahuan 78.6% 21.4% 100.0%
Total Count 45 38 83 % within Keterangan_pengetahuan 54.2% 45.8% 100.0%
69
Ket_dukungan_keluarga * Ket_pemberian_ASI_eksklusif Crosstabulation Ket_pemberian_ASI
_eksklusif
Total Tidak ASI
eksklusif ASI
eksklusif Ket_dukungan_keluarga
tidak mendukung
Count 8 2 10 % within Ket_dukungan_keluarga
80.0% 20.0% 100.0%
mendukung Count 37 36 73 % within Ket_dukungan_keluarga
50.7% 49.3% 100.0%
Total Count 45 38 83 % within Ket_dukungan_keluarga
54.2% 45.8% 100.0%