SKRIPSI - core.ac.uk · Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa...
Transcript of SKRIPSI - core.ac.uk · Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa...
i
MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2
SD NEGERI SE KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Luciana Puput Indriati
121134003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menjaga dan
melindungiku.
2. Kedua orang tuaku Petrus Sumarjiyono dan Iskaryati yang selalu
menyayangi, mendoakan, dan memotivasi dalam setiap perjalanan
hidupku.
3. Kedua kakakku Anastasia Wahyu Widayati dan Christina Desti
Widyaningrum yang selalu mendoakan dan memotivasiku.
4. Penyemangatku Yoseph Bravian Aderika Sinaba.
5. Keluarga besar dan semua sahabat yang selalu mendukungku.
6. Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan
memperoleh harta yang berharga.
(Amsal, 12:27)
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering ketakutanlah
yang sering membuat kita jadi sulit jadi, jangan mudah menyerah.
(Joko Widodo)
Ketika kegagalan datang menghampirimu yang perlu kamu lakukan
hanya terus mencoba, karena keberhasilan terletak kepada mereka
yang mau berusaha.
(penulis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Januari 2016
Penulis,
Luciana Puput Indriati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Luciana Puput Indriati
Nomor Mahasiswa : 121134003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI
SE KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN
beserta perangkat yang digunakan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 22 Januari 2016
Yang Menyatakan,
Luciana Puput Indriati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2
SD NEGERI SE KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN
Oleh:
Luciana Puput Indriati
121134003
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya miskonsepsi IPA Fisika pada
siswa SD Kelas V khususnya semester 2 di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa
kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Depok dan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari tingkat pendidikan orang tua siswa
kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Depok.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode survei. Data penelitian
dikumpulkan dengan cara tes tertulis, wawancara, dan dokumentasi. Tes tertulis
dilakukan dengan mengerjakan soal tipe pilihan ganda dan esai. Tes tertulis
bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa dalam pelajaran
IPA Fisika. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1301. Sampel penelitian
dihitung dengan menggunakan tabel Krejcie (tingkat kepercayaan 95%, margin of
eror 5%), dan cara pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.
Berdasarkan perhitungan menggunakan tabel Krejcie jumlah sampel yang
digunakan adalah 297 siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan statistik deskriptif. Data hasil tes tertulis tersebut kemudian
dianalisis untuk menemukan dan mendeskripsikan miskonsepsi yang dialami
siswa. Data miskonsepsi dan data tentang tingkat pendidikan yang diperoleh
kemudian dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan miskonsepsi
dilihat dari tingkat pendidikan orang tua. Data tersebut diolah secara kuantitatif
dengan menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi miskonsepsi IPA Fisika pada
siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Depok. Konsep-konsep yang rentan
mengalami miskonsepsi adalah konsep tentang gaya, pesawat sederhana, cermin,
cahaya, pelapukan (proses pembentukan tanah), dan struktur bumi. Jika dilihat
dari tingkat pendidikan orang tua, tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika
pada siswa kelas V SD.
Kata kunci : miskonsepsi, IPA Fisika, tingkat pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
PHYSICS MISCONCEPTION OF THE FIFTH GRADE OF ELEMENTARY
SCHOOL SECOND SEMESTER IN
DEPOK SUBDISTRICT SLEMAN DISTRICT
By:
Luciana Puput Indriati
121134003
The research is grounded by the existance of the physics misconception
on the elementary students of the fifth grade. This research is to describe the
physics misconception of the fifth grade of elementary school of the second
semester in Depok subdistrict and to know whether there is or there is not
difference of physics seen from the education level of parents students of the fifth
grade elementary students of the second semester in Depok subdistrict.
The kind of the research is quantitative using survey method. The data of
the research was collected by using return test, interview, and documentation. The
written test was carried out by doing multiple choise and essays. The written test
is to know the misconception undergone by the students in physics science lesson.
The population in this research is 1301. The sample of the research was counted
using Krejcie’s table (the level of trust 95 % , the margin of error 5%), and the
way the sample collection use simple random sampling. Based on the calculation
of use table krejcie the sample of the used is 297 students. The technique of the
data analys in the research was using descriptive statistic. The data of the result
of the return test then was analys to find and describe the misconception
undergone by the students. Data misconception and data on the level of education
obtained then analyzed to know whether there was misconception different or not
viewed from the education level of parents students. The data was analys
quantitative by using SPSS program.
The result of the research showed that it happened physics science
misconception on the fifth grade of elementary students in the second semester in
Depok subdistrict. The concepts in risk to undergo the misconception is the
concept were about force, simple plane, mirror, radiance, weathering, and earth
structure. If it was viewed the education level of parents students, there is no
difference of physics misconception on the elementary students of the fifth grade.
Keywords: misconception, physics, education level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat, karunia, serta penyertaan-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul
“Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Se-Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman” ini dapat terlaksana dengan lancar. Penyusunan
skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan pihak-pihak lain,
penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A. selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang
selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang selalu
sabar dalam memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Romo Prof. Paul Suparno, SJ., Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si, Ibu Ari
Trisnawati, S.Pd, dan Bapak Agustinus Tarmadi, S.Pd selaku validator yang
telah mengoreksi, mengevaluasi, dan memberikan saran untuk memperbaiki
instrumen penelitian yang telah dibuat.
6. UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Depok atas bantuan dan
kerjasamanya.
7. Pihak Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Depok atas kesediaan dan
kerjasamanya menjadi tempat penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Orang tuaku Petrus Sumarjiyono, Iskaryati, dan kedua kakakku Anastasia
Wahyu Widayati dan Christina Desti Widyaningrum yang selalu memberikan
dukungan baik spiritual maupun materi, dan memotivasi penulis sampai
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Penyemangatku Yoseph Bravian Aderika Sinaba yang selalu setia
memotivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman kelompok payung atas kerjasama dan kebersaman dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman Program Studi PGSD angkatan 2012, yang telah membantu
penulis dalam skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat. Semoga
skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua yang membacanya.
Yogyakarta, 22 Januari 2016
Penulis
Luciana Puput Indriati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS......................................
ABSTRAK .......................................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
B. Identifikasi Masalah .............................................................................
C. Batasan Masalah ...................................................................................
D. Rumusan Masalah ................................................................................
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................
F. Manfaat Penelitian ................................................................................
G. Definisi Operasional .............................................................................
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................
A. Kajian Pustaka ......................................................................................
1. Konsep .............................................................................................
2. Konsepsi ..........................................................................................
3. Miskonsepsi .....................................................................................
4. Hakikat Pembelajaran IPA ..............................................................
5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ..............................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
xiv
xvi
xvii
1
1
6
6
7
7
8
9
11
11
11
12
13
29
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
6. Pembelajaran IPA di SD Kelas V Semester 2 ................................
7. Tingkat Pendidikan Orang Tua ........................................................
B. Hasil Peneltian yang Relevan ...............................................................
C. Kerangka Berpikir ................................................................................
D. Hipotesis Penelitian ..............................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN ..............................................................
A. Jenis Penelitian .....................................................................................
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
C. Populasi dan Sampel .............................................................................
D. Variabel Penelitian ...............................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
F. Instrumen Penelitian .............................................................................
G. Teknik Pengujian Instrumen .................................................................
H. Teknik Analisis Data ............................................................................
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
A. Hasil Penelitian .....................................................................................
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ....................................................
2. Deskripsi Responden Penelitian ......................................................
3. Deskripsi Data Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD se-
Kecamatan Depok ............................................................................
4. . Uji Prasyarat Analisis untuk Melihat Perbedaan Miskonsepsi
Siswa Kelas V SD Dilihat dari Tingkat Pendidikan Orang Tua
Siswa ................................................................................................
5. Uji Hipotesis Penelitian ...................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................
BAB V. PENUTUP .........................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................
C. Saran .....................................................................................................
DAFTAR REFERENSI .................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
CURRICULUM VITAE ..................................................................................
35
55
58
63
65
66
66
67
69
75
76
78
84
95
101
101
101
102
104
124
128
130
134
134
134
135
136
141
202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
3.13
3.14
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
Tabel Penyebab Kesalahan Dari Siswa ................................................
Tabel Penyebab Kesalahan Dari Konteks ............................................
Tabel Penyebab Kesalahan Dari Cara Mengajar ..................................
Populasi Penelitian ...............................................................................
Tabel Krejcie ........................................................................................
Sampel Penelitian .................................................................................
Kisi-kisi Soal .......................................................................................
Data Tingkat Pendidikan Orang Tua ....................................................
Pedoman Wawancara Guru ..................................................................
Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen ............................................
Hasil Validasi Para Ahli .......................................................................
Hasil Validasi Muka .............................................................................
Tabel R Product Moment .....................................................................
Hasil Validasi Soal Pilihan Ganda .......................................................
Hasil Validasi Soal Esai .......................................................................
Realibilitas Soal Pilihan Ganda ............................................................
Realibilitas Soal Esai ............................................................................
Data Mengenai Tingkat Pendidikan Orang Tua ...................................
Data Miskonsepsi Siswa Kompetensi Dasar 5.1 ..................................
Data Miskonsepsi Siswa Kompetensi Dasar 5.2 ..................................
Data Miskonsepsi Siswa Kompetensi Dasar 6.1 ..................................
Data Miskonsepsi Siswa Kompetensi Dasar 6.2 ..................................
Data Miskonsepsi Siswa Kompetensi Dasar 7.1 ..................................
Data Miskonsepsi Siswa Kompetensi Dasar 7.3 ..................................
Data Miskonsepsi Siswa Soal Pilihan Ganda .......................................
Data Miskonsepsi Siswa Tentang Konsep Gaya Magnet .....................
Data Miskonsepsi Siswa Tentang Konsep Cahaya ..............................
23
27
28
69
71
72
79
81
83
87
87
89
91
91
93
95
95
103
105
107
110
112
114
115
116
118
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.11
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
4.21
4.22
Data Miskonsepsi Siswa Tentang Konsep Cermin ..............................
Data Miskonsepsi Siswa Tentang Konsep Pesawat Sederhana
...............................................................................................................
Data Miskonsepsi Siswa Tentang Konsep Pelapukan ..........................
Data Miskonsepsi Siswa Soal Esai .......................................................
Uji Normalitas Tes Pilihan Ganda ........................................................
Uji Normalitas Tes Esai ........................................................................
Hasil Output Uji Homogenitas Tes Pilihan Ganda ...............................
Hasil Output Uji Homogenitas Tes Esai ..............................................
Hasil Uji Kruskal Wallis Soal Pilihan Ganda .......................................
Hasil Uji Kruskal Wallis Soal Esai ......................................................
Miskonsepsi Siswa yang Terjadi pada Soal Tipe Pilihan Ganda .........
Miskonsepsi Siswa yang Terjadi pada Soal Tipe Esai .........................
120
121
122
123
125
126
127
128
129
130
131
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
3.1
3.2
4.1
4.2
Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Pertama ......................................
Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Kedua .........................................
Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Ketiga .........................................
Contoh Penggunaan Katrol Tetap ................................................
Katrol Bebas .................................................................................
Katrol Majemuk ............................................................................
Pemantulan Cahaya .......................................................................
Cermin Datar .................................................................................
Cermin Cembung ..........................................................................
Cermin Cekung ..............................................................................
Literatur Map Penelitian ................................................................
Rumus Product Moment ................................................................
Rumus Cronbach Alpha ................................................................
Histogram Uji Normalitas Soal Pilihan Ganda .............................
Histogram Uji Normalitas Soal Esai .............................................
39
39
40
41
42
43
45
46
47
48
62
90
94
125
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Surat Ijin Penelitian .....................................................................
Soal Sebelum Revisi ...................................................................
Rekap Hasil Validasi ..................................................................
Validitas dan Reliabilitas ............................................................
Soal Setelah Revisi ......................................................................
Hasil Jawaban Siswa ...................................................................
Data Miskonsepsi Siswa .............................................................
Hasil Wawancara Siswa dan Guru ..............................................
Hasil Uji SPSS ............................................................................
Foto Penelitian ............................................................................
140
144
151
163
165
170
176
197
198
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (UU
Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Untuk mewujudkan tujuan pendidikan,
dibutuhkan guru atau pengajar yang berkualitas, sehingga diharapkan
menghasilkan siswa yang berkualitas pula. Salah satu cara mencapai tujuan
tersebut, terutama untuk mengembangkan keterampilan siswa dapat dilatih
melalui mata pelajaran IPA.
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang sudah diajarkan dari
tingkat Sekolah Dasar. James dalam Samatowa (2011: 1) mengatakan bahwa
IPA atau sains adalah suatu deretan konsep serta skema konseptual yang
berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi
dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasi lebih lanjut.
Melalui pelajaran IPA siswa dilatih untuk berpikir tingkat tinggi, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
berbagai metode ilmiah dan sikap ilmiah yang diajarkan, dimana semuanya
itu sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Namun, sangat disayangkan prestasi Indonesia di bidang Sains
cenderung menurun. Hal itu terlihat dari hasil Trends in Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun 2011. Penilaian yang dilakukan
International Association for the Evaluation of Educational Achievement
Study Center Boston College ini diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Dalam
bidang Sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dari 42 negara (sumber: surat
kabar Kompas, tanggal 14 Desember 2012). Hal tersebut menunjukkan
rendahnya prestasi belajar siswa di bidang IPA. Selain itu, dari penelitian
yang dilakukan oleh Wardani (2014), menunjukkan bahwa dari 34 butir soal,
85% butir soal (konsep) dijawab salah dan hanya 15% butir soal (konsep)
dijawab benar. Miskonsepsi adalah salah konsep atau kesalahan anak dalam
mempelajari suatu konsep. Miskonsepsi banyak dialami oleh siswa, mulai
dari siswa Sekolah Dasar (SD) sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi.
Miskonsepsi dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari siswa itu
sendiri, guru, buku teks, konteks, dan cara mengajar. Penyebab dari siswa
dapat disebabkan oleh banyak hal yaitu: prakonsepsi, pemikiran assosiatif,
pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap/salah, intuisi yang salah,
tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, dan minat belajar
siswa (Suparno, 2005:29). Begitu juga untuk penyebab yang lain, dimana
dalam suatu penyebab tersebut masih ada penyebab khusus yang membuat
siswa mengalami miskonsepsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Peneliti memilih meneliti siswa kelas V SD untuk mencari tahu ada
tidaknya miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Siswa kelas V SD dipilih
karena siswa kelas V berada pada tahap operasional konkret yaitu pada umur
7-11 tahun. Menurut Piaget, pada tahap ini anak sudah dapat membentuk
operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki (Yusuf, 2009:
7). Mereka dapat menambah, mengurangi, dan mengubah sehingga
memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.
Miskonsepsi dialami oleh siswa kelas V SD, hal itu dilihat berdasarkan
hasil wawancara dengan dua orang guru SD Negeri di Kecamatan Depok.
Wawancara pertama dilakukan dengan Ibu Kanthy Lestari guru kelas V di SD
Negeri Nanggulan pada tanggal 14 Juli 2015, jam 10.42 WIB. Beliau
mengatakan bahwa siswa masih banyak yang mengalami miskonsepsi/salah
konsep pada beberapa materi. Miskonsepsi yang dialami siswa tersebut
menyebabkan prestasi belajar IPAnya rendah. Dari KKM yang ditentukan
oleh sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu 75, hanya sebesar 61,5 % saja
yang memenuhi KKM atau dari 26 siswa hanya 16 siswa yang memenuhi
KKM. Sementara itu, beliau mengatakan konsep yang rentan mengalami
miskonsepsi adalah konsep tentang cahaya dan cermin.
Pada tanggal 2 Juli 2015 jam 08.55 WIB, peneliti melakukan
wawancara dengan Ibu Resti, guru kelas V di SD Negeri Karangwuni.
Menurut beliau, dari 9 siswa hanya 4 siswa atau hanya 44,4 % yang mencapai
KKM saat ulangan harian IPA untuk materi pesawat sederhana. KKM yang
ditentukan adalah 70.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Berdasarkan wawancara dengan dua orang guru SD Negeri di
Kecamatan Depok, dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa SD kelas V
yang mengalami miskonsepsi. Hal itu terlihat dari rendahnya prestasi belajar
IPA dan penguasaan konsep IPA yang kurang baik. Rata-rata nilai IPA siswa
kelas V dari data yang diperoleh adalah 67.
Terjadinya miskonsepsi juga diperkuat melalui hasil wawancara dengan
beberapa siswa kelas V SD. Mereka mengatakan bahwa mereka masih belum
memahami beberapa materi yang diajarkan. Materi yang paling sulit dan
susah untuk dipahami adalah materi tentang cahaya dan cermin. Sifat-sifat
cahaya, cermin dan penerapannya sering kali membuat siswa bingung dan
susah dipahami, meskipun sudah dijelaskan oleh guru.
Miskonsepsi yang terjadi sebenarnya dapat dideteksi atau diidentifikasi.
Dengan mengetahui miskonsepsi apa saja yang dialami oleh siswa dan
penyebab terjadinya miskonsepsi tersebut, maka dapat dengan lebih mudah
dalam membantu menangani miskonsepsi. Cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi miskonsepsi adalah dengan peta konsep, tes multiple choice
dengan reasoning terbuka, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi
dalam kelas, dan praktikum dengan tanya jawab (Suparno, 2005: 121).
Berdasarkan hal di atas, miskonsepsi merupakan hal yang harus segera
diatasi. Miskonsepsi selain dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar
siswa juga dapat menjadi kesalahan yang fatal, yaitu salah konsep sejak kecil
dan akan berlanjut sampai ia dewasa jika tidak segera diatasi/dibenarkan. Hal
tersebut menjadi hal yang sangat penting bagi guru SD, karena mereka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
mengajarkan konsep dari tingkat pendidikan paling rendah yaitu tingkat SD.
Oleh karena itu, guru sebaiknya harus memahami konsep yang benar,
sehingga ia tidak salah konsep dalam mengajarkan ke siswa dan tidak
menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
Untuk mengatasi miskonsepsi bukan merupakan hal yang mudah.
Sebelumnya harus diketahui penyebab siswa mengalami miskonsepsi.
Dengan demikian, dapat ditemukan cara yang cocok untuk membantu siswa
mengatasi miskonsepsi yang dialaminya.
Miskonsepsi terjadi di semua jenjang pendidikan dan dapat terjadi di
mana-mana (Suparno, 2005: 135). Miskonsepsi yang terjadi dapat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan (Ihsan,
2001: 22). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang
atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
ilmu pengetahuan yang dimilikinya pastinya akan semakin bertambah
(Wulandari, 2014:21). Namun tingginya tingkat pendidikan orang tua siswa,
tidak sepenuhnya menjamin siswa tersebut tidak akan mengalami
miskonsepsi. Miskonsepsi yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar (Suparno, 2005:
29). Bisa saja meskipun tingkat pendidikan orang tua tinggi, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kemampuan dan minat anak dalam belajar kurang, maka hal itu dapat
menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang miskonsepsi IPA
Fisika pada siswa kelas V SD di Kecamatan Depok. Tujuannya adalah untuk
mengetahui ada tidaknya miskonsepsi yang dialami siswa kelas V SD di
Kecamatan Depok dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
miskonsepsi dilihat dari tingkat pendidikan orang tua siswa kelas V SD di
Kecamatan Depok.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
peneliti mengungkapkan beberapa masalah yang mendasari penelitian ini
yaitu:
1. Prestasi belajar IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman yang masih tergolong rendah.
2. Penguasaan konsep IPA yang kurang baik, sehingga masih terjadi
miskonsepsi.
C. Batasan Masalah
Sehubungan dengan keterbatasan waktu, peneliti membatasi lingkup
permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan meneliti
tentang miskonsepsi IPA siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Depok,
khususnya pada KD 5.1 tentang gaya, KD 5.2 tentang pesawat sederhana, KD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
6.1 tentang cahaya, KD 6.2 tentang membuat karya/model dengan
menerapkan sifat-sifat cahaya, KD 7.1 tentang proses pembentukan tanah,
dan KD 7.3 tentang struktur bumi. Adapun SD yang akan diteliti adalah SD
Negeri yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD semester 2 se-
Kecamatan Depok?
2. Apakah ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari tingkat
pendidikan orang tua siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Depok?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
1. Mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD semester 2 se-
Kecamatan Depok.
2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari
tingkat pendidikan orang tua siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan
Depok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menambah pengetahuan
bidang pendidikan dasar terutama tentang miskonsepsi yang dialami
siswa SD kelas V pada mata pelajaran IPA, untuk mengetahui
kompetensi dasar-kompetensi dasar yang rentan mengalami
miskonsepsi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman serta dapat dijadikan acuan agar tidak terjadi
miskonsepsi saat kelak mengajar pada pelajaran IPA.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
tentang miskonsepsi IPA di SD.
c. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
tentang miskonsepsi dan untuk mengetahui kompetensi dasar-
kompetensi dasar yang rentan mengalami miskonsepsi.
d. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
tentang miskonsepsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
G. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan tafsiran istilah yang
dikemukakan, maka perlu adanya definisi operasional. Definisi operasional
berisi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi
operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Konsep adalah hasil atau perolehan yang penting dalam memahami
suatu hal terutama yang bersifat abstrak.
2. Konsepsi adalah kemampuan seseorang dalam memahami suatu konsep
yang diperolehnya.
3. Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang
diakui para ahli dalam bidang itu.
4. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam, perkembangannya tidak hanya
ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi juga oleh adanya metode
ilmiah dan sikap ilmiah.
5. Miskonsepsi IPA Fisika adalah salah konsep yang terjadi pada satu atau
beberapa konsep IPA Fisika yang ada.
6. Siswa kelas V SD adalah anak berusia antara 10-11 tahun yang sedang
mengikuti pendidikan tingkat pertama atau jenjang Sekolah Dasar (SD).
7. Kecamatan Depok adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten
Sleman, Yogyakarta yang terdiri dari 3 desa yaitu Catur Tunggal,
Condong Catur, dan Maguwoharjo. Kecamatan Depok di sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Ngemplak, di sebelah selatan berbatasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dengan kota Yogyakarta, di sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Mlati dan di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Kalasan.
8. Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang yang ditempuh orang tua
dalam mengembangkan potensi diri baik secara intelektual maupun
emosional dan berbagai keterampilan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II pada penelitian ini membahas tentang empat sub bab yaitu kajian
pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
A. Kajian Pustaka
1. Konsep
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu
mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi (Bahri, 2011:
30-31). Sementara itu, menurut Dahar (2011:62) konsep merupakan suatu
abstraksi mental yang mewakili suatu stimulus, yang menjadi dasar bagi
proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan
generalisasi.
Konsep merupakan perolehan makna yang penting dari belajar.
Makna atau arti konsep tersebut diperoleh dari kejadian yang dialaminya
baik kejadian positif maupun negatif. Sekali memperoleh konsep, siswa
akan mampu mengenal hal atau kejadian dan mampu memberikan
penjelasan dari konsep tersebut (Blaseman dan Mappa, 2011: 67).
Suatu konsep akan terbentuk jika dua atau lebih objek dapat
dibedakan berdasarkan ciri-ciri umum, bentuk atau sifat-sifatnya. Konsep
sebagai suatu ide atau gagasan, tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berhubungan satu sama lain. Suatu konsep dikatakan objektif apabila
konsep tersebut dapat dikonfirmasikan dengan kenyataannya, artinya
simbol yang ada dalam konsep tersebut dapat ditelusuri keberadaannya di
alam nyata. Oleh sebab itu, konsep dapat diartikan sebagai hasil pemikiran
manusia tentang alam nyata yang dinyatakan dengan simbol atau bahasa.
Berdasarkan bentuknya konsep dapat dibedakan menjadi 3 jenis
menurut Amien (1987: 18) yaitu konsep klasifikasional, konsep
korelasional, dan konsep teoritik. Konsep klasifikasional adalah suatu
bentuk konsep yang didasarkan atas klasifikasi fakta-fakta dalam bagan
yang terorganisir. Konsep korelasional adalah konsep yang mencakup
kejadian-kejadian khusus yang saling berhubungan, atau observasi-
observasi yang terdiri dari dugaan terutama bentuk formulasi prinsip-
prinsip umum. Sementara itu, konsep teoritik adalah bentuk konsep yang
mempermudah dalam mempelajari fakta-fakta atau kejadian-kejadian
dalam sistem yang terorganisir.
Dari berbagai pengertian tentang konsep di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa konsep adalah hasil atau perolehan yang penting
dalam memahami suatu hal terutama yang bersifat abstrak.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah hasil pemikiran atau pemahaman yang berbeda satu
sama lain tentang suatu konsep. Konsepsi dapat pula diartikan sebagai
tafsiran seseorang atau individu terhadap suatu konsep (Berg, 1991: 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Sementara itu Budi (1992: 114-115) mengatakan bahwa konsepsi
merupakan kemampuan seseorang dalam memahami konsep, baik yang
diperoleh melalui alat indera maupun dari kondisi lingkungan. Misalnya
konsep meja, meja dapat ditafsirkan oleh seorang anak sebagai tempat
meletakkan benda, terbuat dari kayu dan permukaannya berbentuk persegi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
konsepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memahami suatu
konsep yang diperoleh, dimana pemahaman masing-masing orang akan
konsep tersebut berbeda-beda.
3. Miskonsepsi
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan adanya salah konsep atau konsep yang tidak sesuai
dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diakui para ahli dalam
bidang itu. Sementara itu Novak (dalam Suparno, 2005: 4),
mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep
dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima.
Brown (dalam Suparno, 2005: 4) menjelaskan bahwa
miskonsepsi merupakan suatu gagasan yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Hal yang tidak jauh
berbeda juga disampaikan oleh Feldsine (dalam Suparno, 2005: 4),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
menurutnya miskonsepsi adalah suatu kesalahan dan hubungan yang
tidak benar antara konsep-konsep.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep
yang diakui para ahli dalam bidang itu.
b. Cara Mendeteksi Miskonsepsi
Siswa mengalami miskonsepsi dalam kegiatan belajar yang
dialaminya. Tidak mudah mengetahui siapa saja siswa yang
mengalami miskonsepsi. Untuk itu, diperlukan cara-cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi. Dengan demikian, kita
dapat mengetahui lebih dahulu miskonsepsi apa saja yang dipunyai
siswa dan apa penyebabnya, sehingga kita dapat membantu
mengatasinya. Berikut ini adalah beberapa alat deteksi yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya miskonsepsi (Suparno,
2005: 121) yaitu:
1) Peta Konsep
Peta konsep adalah peta yang menggambarkan hubungan
antara konsep-konsep yang ada dalam suatu materi, menekankan
pada gagasan-gagasan pokok yang disusun secara hirarkis. Peta
konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa,
melalui identifikasi atau melihat apakah hubungan antara konsep-
konsep yang telah digambarkan siswa itu benar atau salah. Agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dapat lebih mengetahui tentang miskonsepsi yang dialami siswa,
penggunaan peta konsep ini dapat dipadukan dengan wawancara
klinis.
2) Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka
Tes pilihan ganda adalah suatu alat ukur yang digunakan
yang terdiri atas satu kalimat pernyataan atau kalimat pertanyaan
dan beberapa pilihan jawaban. Amir (dalam Suparno, 2005: 123)
menggunakan tes pilihan ganda dengan pertanyaan terbuka di
mana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai
jawaban seperti itu.
3) Tes Esai Tertulis
Tes esai adalah tes yang berbentuk suatu pertanyaan atau
perintah, biasanya dalam kalimat pendek, yang menuntut siswa
untuk memberikan jawaban yang terurai (Azwar, 1996: 106). Guru
dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep
yang memang hendak diajarkan atau yang sudah diajarkan. Melalui
tes tersebut dapat diketahui miskonsepsi yang dialami siswa dan
dalam bidang apa.
4) Wawancara Diagnosis
Wawancara dilakukan untuk melihat ada tidaknya
miskonsepsi siswa. Guru memilih beberapa konsep yang
diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau konsep-konsep yang telah
diajarkan. Setelah itu guru bertanya mengenai beberapa konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang telah ia pilih, kemudian mengajak siswa untuk
mengekspresikan atau mengungkapkan gagasan-gagasan mereka
mengenai konsep-konsep tersebut. Dari wawancara inilah dapat
diketahui miskonsepsi yang dialami siswa dan bagaimana ia
mendapatkan konsep tersebut.
5) Diskusi dalam Kelas
Diskusi adalah kegiatan mengungkapkan ide, pendapat atau
gagasan yang dimiliki seseorang kepada orang lain. Dalam kelas,
siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang
konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari
diskusi inilah dapat dideteksi apakah gagasan yang mereka
sampaikan itu sudah tepat atau tidak.
6) Praktikum dengan Tanya Jawab
Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru
dengan siswa yang melakukan praktikum dapat digunakan untuk
mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep
pada praktikum itu atau tidak.
c. Penyebab Miskonsepsi
Miskonsepsi yang dialami setiap siswa dalam satu kelas dapat
berbeda dan penyebabnya pun berbeda-beda pula. Miskonsepsi yang
terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu siswa, guru, buku teks,
konteks, dan metode mengajar (Suparno, 2005: 29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1) Siswa
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat disebabkan oleh siswa
itu sendiri. Penyebab miskonsepsi yang berasal dari siswa antara
lain:
a) Prakonsepsi atau konsep awal siswa
Prakonsepsi atau konsep awal adalah pengetahuan siswa
tentang suatu hal sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di
sekolah. Konsep awal biasanya diperoleh dari orang tua,
teman, sekolah awal, dan pengalaman yang diperolehnya dari
lingkungan. Konsep awal yang dimiliki siswa sering kali
mengandung miskonsepsi atau salah konsep. Adanya
miskonsepsi dalam konsep awal ini akan menyebabkan
terjadinya miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran
berikutnya sampai kesalahan tersebut diperbaiki.
b) Pemikiran asosiatif
Asosiasi siswa terhadap istilah-istilah sehari-hari
terkadang juga membuat miskonsepsi. Kata dan istilah yang
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran
diasosiasikan/diartikan lain oleh siswa, karena dalam
kehidupan mereka kata dan istilah itu mempunyai arti yang
lain. Asosiasi sering terjadi karena siswa sudah mempunyai
konsep tertentu dengan arti tertentu sebelum mengikuti
pelajaran di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c) Pemikiran humanistik
Siswa kerap kali memandang semua benda dari
pandangan manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti
tingkah laku manusia yang hidup sehingga tidak cocok.
d) Reasoning yang tidak lengkap/salah
Comins (dalam Suparno, 2005: 38) mengatakan bahwa
miskonsepsi dapat juga disebabkan oleh reasoning atau
penalaran yang tidak lengkap/salah. Reasoning yang tidak
dapat disebabkan oleh kurang tidak lengkapnya informasi dan
data yang didapatkan. Selain itu dapat juga disebabkan karena
logika yang salah dalam mengambil kesimpulan atau dalam
menggeneralisasi. Penyebab lain terjadinya reasoning yang
salah adalah pengamatan yang tidak lengkap dan teliti. Hal
tersebut dapat menyebabkan seseorang salah dalam
menyimpulkan atau menggeneralisasikan dan mengakibatkan
miskonsepsi.
e) Intuisi yang salah
Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang
secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang
sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti.
Pengertian atau pemikiran intuitif itu biasanya berasal dari
pengamatan akan benda atau kejadian yang terus-menerus.
Akhirnya bila seseorang dihadapkan pada persoalan tertentu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
yang muncul dalam benak seseorang adalah pengertian
spontan itu.
f) Tahap perkembangan kognitif siswa
Perkembangan kognitif siswa juga dapat menjadi
penyebab terjadinya miskonsepsi. Perkembangan kognitif
siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat
menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi. Untuk menghindari
hal tersebut sebaiknya konsep-konsep yang ada disajikan
sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa.
g) Kemampuan siswa
Miskonsepsi yang dialami siswa juga dapat disebabkan
oleh kemampuan yang mereka miliki. Siswa yang kurang
berbakat atau kurang mampu dalam mempelajari bidang ilmu
tertentu akan kesulitan menangkap konsep yang benar dalam
proses belajar. Siswa yang IQ-nya rendah juga dapat
menyebabkan terjadinya miskonsepsi karena mereka
mengalami kesulitan dalam mengontruksi pengetahuan yang
didapat.
h) Minat belajar siswa
Minat belajar seseorang juga berpengaruh pada
terjadinya miskonsepsi. Siswa yang berminat dalam pelajaran
fisika cenderung mempunyai miskonsepsi lebih rendah
dibandingkan dengan mereka yang tidak berminat pada fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Siswa yang menyukai fisika akan lebih menaruh perhatian
lebih saat guru menjelaskan, mempunyai minat dalam
membaca buku-buku yang ada dengan lebih teliti dan
mendalam sehingga mereka dapat menangkap konsep dengan
lebih lengkap dan mendalam. Hal yang sebaliknya terjadi pada
siswa yang kurang berminat dalam mempelajari fisika.
2) Guru
Miskonsepsi siswa terjadi bukan hanya disebabkan oleh
siswa itu sendiri, tetapi dapat juga disebabkan oleh guru. Guru
yang tidak menguasai bahan atau memahami konsep dengan baik
akan menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi. Selain itu bisa
juga disebabkan oleh guru bukan lulusan dari bidang ilmu yang
diajarkan, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide,
serta relasi yang kurang baik yang terjadi antara guru dengan
siswa. Sebelum mengajarkan konsep kepada siswa, guru sebaiknya
harus memahami konsep tersebut dengan benar dan menjelaskan
konsepnya dengan benar kepada siswa.
3) Buku teks
Buku teks juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Hal itu
disebabkan oleh penjelasan yang keliru/salah, bahasanya sulit
dipahami, terjadinya salah tulis terutama dalam hal rumus, tingkat
kesulitan penulisan buku yang terlalu tinggi bagi siswa, siswa tidak
tahu membaca buku teks, buku fiksi sains kadang-kadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
konsepnya menyimpang demi menarik pembaca, serta gambar
kartun yang sering memuat miskonsepsi.
4) Konteks
Miskonsepsi juga disebabkan oleh pengalaman siswa. Dari
pengalaman yang dialami siswa, mereka dapat menyimpulkan
hal/konsep tertentu, namun konsep tersebut masih salah/keliru,
sehingga terjadilah miskonsepsi. Selain pengalaman, bahasa sehari
hari yang digunakan oleh siswa juga turut menjadi penyebab
terjadinya miskonsepsi. Misalnya konsep tentang suhu dan panas.
Dalam bahasa sehari-hari siswa tidak pernah membedakan
pengertian antara suhu dan panas, mereka menganggap keduanya
mempunyai arti yang sama. Hal yang menyebabkan terjadinya
miskonsepsi dari segi konteks yang lainnya adalah teman lain dan
keyakinan/ajaran agama. Keduanya berpengaruh pada pemahaman
mereka, dan sering kali menyebabkan miskonsepsi.
5) Metode mengajar
Beberapa metode mengajar yang digunakan guru dapat
memunculkan miskonsepsi siswa. Misalnya metode ceramah,
dimana guru hanya menjelaskan dan siswa hanya mendengarkan,
seringkali meneruskan dan menumpuk miskonsepsi, terlebih pada
siswa yang kemampuan kognitifnya kurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Penggunaan analogi dalam mengajarkan konsep sebenarnya
baik dan membantu memudahkan siswa dalam memahami konsep,
tetapi terkadang juga menimbulkan miskonsepsi yang baru.
Metode praktikum juga dapat menimbulkan miskonsepsi,
karena siswa hanya menangkap sejauh yang didapat/dialami dalam
praktikum. Abstraksi yang lebih luas sering sulit ditangkap karena
data-data yang ditemukan dalam praktikum sangat terbatas.
Metode demonstrasi yang selalu menampilkan yang benar,
karena sudah direkayasa, dapat juga membuat siswa salah
mengerti.
d. Cara Mengatasi Miskonsepsi
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu siswa
mengatasi miskonsepsi dalam bidang fisika. Unsur yang penting
sebelum membantu mengatasi miskonsepsi siswa adalah mengetahui
penyebab miskonsepsi, sehingga dapat digunakan cara yang tepat.
Secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu
mengatasi miskonsepsi adalah (Suparno, 2005: 55):
1) Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa.
2) Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut.
3) Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi.
Miskonsepsi dapat disebabkan oleh hal yang berbeda-beda.
Untuk itu, cara atau metode yang digunakan untuk membantu siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
juga berbeda-beda, tergantung pada penyebab terjadinya miskonsepsi.
Berikut ini adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu siswa
mengatasi miskonsepsi (Suparno, 2005: 56), yaitu:
1) Mengungkap, Mencari Penyebab, dan Bertindak
Secara umum, cara yang tepat untuk membantu siswa
mengatasi miskonsepsi adalah mencari bentuk kesalahan yang
dimiliki siswa itu, mencari penyebabnya, sehingga dapat
menemukan cara yang sesuai. Langkah pertama yang dilakukan
untuk mengatasi miskonsepsi adalah dengan mengetahui kerangka
berpikir siswa. Langkah kedua adalah mencari tahu penyebab dari
miskonsepsi. Dan yang terakhir adalah mencari cara bagaimana
memperbaiki miskonsepsi siswa.
2) Penyebab Kesalahan dari Siswa
Penyebab kesalahan dari siswa dapat disebabkan oleh banyak
hal yaitu prakonsepsi atau konsep awal sampai dengan minat
belajar siswa. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi
miskonsepsi yang disebabkan oleh hal-hal di atas, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini (Suparno, 2005: 57-64).
Tabel 2.1 Penyebab kesalahan dari siswa
Penyebab Cara Mengatasi
Prakonsepsi Dihadapkan pada kenyataan
Pemikiran asosiatif Dihadapkan pada kenyataan dan peristiwa anomali
Pemikiran humanistik Dihadapkan pada kenyataan dan peristiwa anomali
Reasoning tidak lengkap Dilengkapi, dihadapkan pada kenyataan
Intuisi yang salah Dihadapkan pada kenyataan, anomali dan
rasionalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Penyebab Cara Mengatasi
Perkembangan kognitif
siswa
Diajar sesuai dengan level perkembangan; mulai
dengan yang konkret kemudian menuju konsep
abstrak
Kemampuan siswa Dibantu pelan-pelan, melalui proses yang bertahap.
Minat belajar siswa Motivasi, variasi pembelajaran
Sumber: Suparno (2005: 81-82)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa cara
mengatasi miskonsepsi itu berbeda-beda, tergantung dari penyebab
miskonsepsi itu sendiri. Untuk yang disebabkan oleh prakonsepsi,
cara mengatasinya adalah dengan dihadapkan dengan kenyataan.
Siswa yang konsep awalnya tidak tepat perlu dihadapkan pada
pengalaman baru yang berbeda. Dengan melihat dan mengalami
pengalaman yang tidak sesuai dengan prakonsepsi mereka, siswa
akan bingung dan diharapkan akan mengubah konsep awalnya
dengan konsep yang tepat.
Miskonsepsi karena pemikiran asosiatif, pemikiran
humanistik siswa dan intuisi yang salah diatasi dengan cara
dihadapkan pada kenyataan dan peristiwa/pengalaman anomali.
Pengalaman anomali adalah pengalaman nyata yang dihadapkan
pada siswa, yang berbeda dengan konsep yang mereka yakini
benar. Selanjutnya untuk reasoning yang tidak tepat, cara
mengatasinya adalah dengan melengkapi data/informasi yang
diperlukan untuk mengambil kesimpulan serta dihadapkan pada
kenyataan. Jika miskonsepsi disebabkan oleh perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kognitif siswa, maka guru harus mengajarkan materi/konsep sesuai
dengan level perkembangan, yaitu dari hal yang konkret menuju
hal yang bersifat abstrak.
Sementara itu, bagi siswa yang kemampuan dan minat
belajarnya kurang perlu diberi motivasi dan dibantu dengan pelan,
melalui proses yang bertahap. Selain itu, dalam mengajarkan
materi juga perlu dilakukan variasi pembelajaran agar siswa lebih
tertarik dan berminat dalam mengikuti pembelajaran.
3) Penyebab Kesalahan dari Guru
Penyebab miskonsepsi juga dapat berasal dari guru yang
mengajar. Kesalahan atau kekurangan guru dalam mengajar
biasanya ada dua yaitu guru tidak menguasai konsep yang benar
dari bahan fisika dan guru keliru dalam menjelaskan, meskipun
konsep yang diajarkan sudah dikuasainya. Guru yang tidak
menguasai konsep yang benar dapat diatasi dengan cara belajar lagi
dan lebih memahami akan konsep yang benar dari bahan yang akan
diajarkan. Selain itu, akan lebih baik jika guru yang mengajar
adalah guru yang kompeten atau lulusan pendidikan fisika/bidang
yang diajarkan.
Kekeliruan guru dalam menjelaskan konsep juga dapat
menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Guru sebaiknya dapat
menggunakan cara atau metode yang tepat, agar siswa dapat
menangkap/memahami konsep yang diajarkan. Tidak hanya dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
hal yang telah disebutkan tadi, ternyata miskonsepsi juga dapat
disebabkan oleh relasi yang kurang baik antara siswa dengan guru.
Relasi yang kurang baik dengan guru dapat menyebabkan siswa
takut, grogi, dan tidak dapat berkonsentrasi. Akibatnya siswa akan
sulit menangkap konsep yang telah diajarkan. Untuk mengatasi hal
tersebut, guru harus dapat membangun relasi yang baik, dengan
melakukan pendekatan dengan siswa (Suparno, 2005: 65-70).
4) Penyebab Kesalahan dari Buku Teks
Miskonsepsi siswa juga dapat disebabkan oleh buku teks
yang digunakan. Buku teks merupakan salah satu sumber belajar
yang pasti digunakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
kebenaran isi dan konsep yang ada pada buku teks menjadi hal
yang sangat penting. Beberapa bentuk kesalahan yang ada pada
buku teks adalah penjelasan yang keliru, salah tulis, level kesulitan
tulisan yang kadang tidak sesuai dengan perkembangan siswa,
buku fiksi sains keliru konsep, kartun salah konsep, serta
ketidaktahuan siswa dalam menggunakan buku teks. Penyebab-
penyebab di atas dapat diatasi dengan cara dikoreksi dengan teliti,
dibenarkan, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa dan
guru hendaknya melatih siswa tentang cara menggunakan buku
teks (Suparno, 2005: 70-72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
5) Penyebab Kesalahan dari Konteks
Miskonsepsi dapat disebabkan oleh pengalaman siswa yang
keliru, bahasa yang digunakan sehari-hari dan lain-lain. Penyebab
miskonsepsi dan cara mengatasinya secara umum dapat dilihat
pada tabel di bawah ini (Suparno, 2005: 72-74).
Tabel 2.2 Penyebab kesalahan dari konteks
Penyebab Cara Mengatasi
Pengalaman siswa yang keliru Dihadapkan pada pengalaman baru
yang sesuai konsep fisika
Bahasa yang digunakan sehari-hari
yang berbeda
Dijelaskan perbedaannya dengan
contoh
Teman diskusi keliru Mengungkapkan hasil dan dikritisi
guru
Keyakinan agama Dijelaskan perbedaannya
Sumber: Suparno (2005: 82)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk
pengalaman siswa yang keliru, guru dapat mengatasinya dengan
memberikan pengalaman baru yang sesuai dengan konsep fisika,
sehingga konsep awal yang salah dapat diperbaiki dengan
mengetahui konsep yang benar. Bahasa sehari-hari yang berbeda
dapat diatasi dengan mendefinisikan istilah-istilah dan konsep-
konsep dengan jelas dan tidak menggunakan bahasa yang ambigu.
Selain dengan menjelaskan perbedaannya akan lebih baik jika guru
melengkapinya dengan contoh sehingga siswa akan lebih paham.
Teman diskusi yang keliru dapat menyebabkan terjadinya
miskonsepsi. Untuk memperbaiki kesalahan yang berasal dari
teman belajar dapat dilakukan dengan cara berikut ini. Pertama,
setelah berdiskusi dengan teman, konsep yang ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
diungkapkan di depan kelas. Jika sudah diungkapkan, guru
mengkritisi konsep yang tidak benar dengan memberikan alasan
dan contoh nyata untuk dimengerti siswa. Kemudian guru
membetulkan konsep yang keliru. Sementara itu untuk miskonsepsi
yang disebabkan oleh keyakinan agama sebaiknya guru harus dapat
menjelaskan perbedaannya antara ajaran agama dengan konsep
nyata yang ada melalui contoh yang diberikan.
6) Penyebab Kesalahan dari Cara Mengajar
Ada beberapa kesalahan dan kelemahan beberapa metode
pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar. Hal itu
menyebabkan terjadinya miskonsepsi yang dialami siswa.
Penyebab-penyebab terjadinya miskonsepsi dari segi cara mengajar
dan cara mengatasinya (Suparno, 2005: 74–80) adalah sebagai
berikut.
Tabel 2.3 Penyebab kesalahan dari cara mengajar
Penyebab Cara Mengatasi
Guru hanya dengan metode ceramah
dan menulis di papan tulis
Pembelajaran harus dilakukan dengan
lebih bervariasi, siswa dirangsang
untuk berpikir melalui pertanyaan.
Dalam mengajarkan langsung ke
bentuk matematika (rumus)
Dalam menjelaskan hendaknya
dimulai dengan gejala nyata baru
setelah itu diajarkan rumus.
Tidak mengungkapkan miskonsepsi
siswa.
Guru memberi kesempatan siswa
mengungkapkan gagasan
PR tidak dikoreksi Dikoreksi cepat dan ditunjukkan
salahnya.
Model analogi Ditunjukkan kemungkinan salah
konsep
Model praktikum Dingkapkan hasilnya dan dikomentari
Model diskusi Diungkapkan hasilnya dan
dikomentari
Non multiple intelegences Multiple intelegences
Sumber: Suparno (2005: 81-82)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel di atas menunjukkan berbagai penyebab kesalahan dari
cara mengajar dan cara mengatasi penyebab tersebut. Secara umum
setiap metode mengajar mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Dalam mengajar guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan
cara mengajar yang digunakan lebih bervariasi.
4. Hakikat Pembelajaran IPA
a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
1) Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan atau Sains (Trianto, 2012: 136). Sains berasal dari
bahasa latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Sains dapat
dibagi menjadi 2 yaitu social science (ilmu pengetahuan sosial)
dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam
perkembangannya sains hanya diartikan sebagai IPA saja.
IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan,
yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
pada pengamatan dan deduksi (Trianto, 2012: 136).
Kardi dan Nur dalam Trianto (2013: 136) mengatakan
bahwa IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik
makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. IPA merupakan
suatu mata pelajaran yang mempelajari tentang alam semesta,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
benda-benda yang ada di permukaan bumi, baik yang dapat
diamati dengan indera maupun yang tidak dapat diamati dengan
alat indera.
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Wahyana (dalam
Trianto, 2013: 136), menurut beliau IPA merupakan suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat peneliti
simpulkan bahwa IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan yang
tersusun secara sistematis, secara umum penerapannya terbatas
pada gejala-gejala alam, yang lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
jujur, terbuka, dan sebagainya.
2) Hakikat IPA
IPA pada hakikatnya dibangun atas dasar produk ilmiah,
proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang juga
sebagai proses, produk, dan prosedur.
a) IPA sebagai Proses
IPA sebagai proses diartikan sebagai semua kegiatan
ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam
maupun untuk menemukan pengetahuan baru (Trianto, 2012:
137).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
b) IPA sebagai Produk
IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses,
berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar
sekolah ataupun sebagai bahan bacaan untuk penyebaran
pengetahuan (Trianto, 2012: 137).
c) IPA sebagai Prosedur
IPA sebagai prosedur artinya dalam IPA terdapat
langkah-langkah dari suatu rangkaian kegiatan/proses/kerja
yang dapat dijadikan sebagai panduan atau metodologi untuk
mengetahui sesuatu (Trianto, 2012: 137).
d) IPA sebagai Sikap
IPA sebagai sikap yaitu sikap ilmiah harus
dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai
dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam
melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil
penelitiannya (Susanto, 2013:167).
3) Nilai-nilai IPA
IPA tidak hanya sebagai proses, produk dan prosedur, IPA
juga mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi
masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam IPA antara lain
(Trianto, 2012: 139).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
a) Nilai Praktis
Nilai praktis adalah sesuatu yang bermanfaat dan
berharga dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan dari
penemuan-penemuan IPA telah menciptakan sebuah teknologi
baru yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari,
dan dapat membantu mengembangkan penemuan baru.
b) Nilai Intelektual
Nilai intelektual yang dimaksud adalah metode ilmiah
yang digunakan dalam IPA dapat memberikan kepuasan
intelektual. Kepuasan intelektual tesebut dapat terjadi jika
seseorang berhasil memecahkan masalah. Metode ilmiah
dalam IPA dapat digunakan untuk memecahkan masalah
melalui berbagai keterampilan dan sikap ilmiah yang
diajarkan.
c) Nilai Sosial-Budaya-Ekonomi-Politik
IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti
kemajuan IPA dan teknologi suatu bangsa menyebabkan
bangsa tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam
percaturan ekonomi-sosial-politik internasional.
d) Nilai Kependidikan
IPA memiliki nilai pendidikan karena IPA dapat menjadi
alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai yang
diajarkan dalam IPA antara lain: kecakapan bekerja dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
berpikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah;
keterampilan dalam mengadakan pengamatan dan
mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah, serta
memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan
masalah.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
Hakikat pembelajaran IPA merujuk pada hakikat IPA. Nilai-
nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA menurut
Trianto (2012: 141):
1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis
menurut langkah-langkah metode ilmiah.
2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan
masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun
kehidupan.
Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA (Depdiknas; 2003: 2) yaitu:
1) Memberikan kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan YME.
2) Memberikan pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep,
fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan
hubungan antara sains dan teknologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,
memecahkan masalah dan melakukan observasi.
4) Sikap ilmiah antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur,
terbuka, benar, dan dapat bekerja sama.
5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif
dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk
menjelaskan berbagai peristiwa alam.
6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari
keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam
teknologi.
Dari uraian di atas, semakin jelas bahwa hakikat pembelajaran
IPA lebih ditekankan pada keterampilan proses, sehingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan
sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif
terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan
sangat bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari dirinya dan alam
sekitarnya. Beberapa kompetensi yang harus dicapai siswa kelas III-VI
menurut Permendikbud No. 64 Tahun 2013 antara lain: 1) menunjukkan
sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin; 2)
mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, dan bagaimana; 3) melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pengamatan obyek IPA dengan menggunakan panca indera; 4)
menceritakan hasil pengamatan IPA dengan bahasa yang jelas.
Pembelajaran IPA untuk tingkat SD dilakukan melalui pengamatan
langsung, sehingga siswa dapat lebih paham dan akan memperkuat ingatan
siswa. Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan
kehidupan sehari-hari (Samatowa, 2011: 6). Guru memberikan kesempatan
bagi siswa agar mereka dapat mengeluarkan ide/gagasan dan dapat
mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka pahami,
membangun rasa ingin tahu siswa, membangun dan melatih siswa agar
menguasai keterampilan yang diajarkan. Selain itu, guru juga harus
memvariasi pembelajaran dengan menggunakan metode yang cocok dan
menggunakan media yang menarik perhatian siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA di SD harus dapat membuka kesempatan bagi siswa
untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui pembelajaran,
observasi, dan eksperimen yang dilakukan. Hal tersebut dapat membantu
siswa dalam mengembangkan keterampilan siswa terutama keterampilan
proses.
6. Pembelajaran IPA di SD kelas V semester 2
Berikut ini merupakan materi IPA yang dipelajari pada kelas V SD
semester 2:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
a. Konsep Gaya
Azmiyawati (2008:82-93) menyatakan beberapa macam gaya
berdasarkan sumbernya antara lain:
1) Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi adalah kekuatan atau tarikan yang dimiliki
oleh benda yang memiliki massa. Faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya gravitasi yaitu:
a) Gaya gravitasi dapat menimbulkan energi gerak.
b) Kekuatan gaya gravitasi bumi terhadap benda tergantung pada
jarak benda dari pusat. Semakin jauh jarak benda dari bumi,
gaya gravitasi yang memengaruhinya semakin kecil.
c) Benda yang lebih luas permukaannya akan lebih lambat jatuh
ke bawah.
d) Arah gaya gravitasi berlawanan dengan gaya gesek. Gaya
gesek bersifat menahan gerak benda sehingga gerak jatuhnya
benda lebih lambat. Arah gaya gesek berlawanan dengan gaya
yang ditahannya.
2) Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang dihasilkan oleh permukaan
kasar untuk melawan gaya yang menggerakkan suatu benda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesek yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
a) Pada permukaan licin, gaya gesekan yang terjadi juga kecil.
Akibatnya, benda itu semakin mudah bergerak pada
permukaan tersebut.
b) Memperhalus permukaan benda yang bergesekan dapat
memperkecil gaya gesek.
c) Benda yang lebih halus akan menimbulkan gaya gesek yang
lebih kecil.
d) Semakin kecil luas permukaan benda yang bersentuhan, gaya
geseknya semakin kecil.
3) Gaya Magnet
Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan oleh magnet.
Magnet adalah sejenis logam yang dapat menarik atau menempel
pada logam besi atau baja. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
magnet yaitu:
a) Magnet hanya menarik benda-benda tertentu, yaitu benda yang
terbuat dari logam.
b) Apabila magnet didekatkan pada benda yang terbuat dari
logam, akan timbul gaya gerak sehingga benda tersebut tertarik
menuju magnet atau tertolak menjauhi magnet.
c) Apabila antara benda logam dengan magnet terdapat
penghalang, pengaruh gaya magnet dipengaruhi oleh ketebalan
penghalang, jarak antara benda logam dengan magnet, dan
jenis benda penghalang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
b. Konsep Pesawat Sederhana
Pesawat adalah alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan
manusia. Pesawat dapat memperkecil gaya yang dikeluarkan. Pesawat
ada yang rumit dan ada yang sederhana. Pesawat rumit tersusun atas
pesawat-pesawat sederhana. Pesawat sederhana adalah alat-alat bantu
sederhana yang membantu meringankan pekerjaan manusia.
Pada prinsipnya, pesawat sederhana terbagi menjadi empat
macam, yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda berporos.
Fungsi pesawat sederhana adalah untuk mengubah energi, mengubah
arah gaya, memindahkan energi, menghemat energi, menghemat
waktu, serta memudahkan pekerjaan manusia (Hermana, 2009:122-
126).
1) Tuas atau Pengungkit
Tuas disebut juga pengungkit. Pada pengungkit terdapat
kuasa, beban, dan titik tumpu. Kuasa adalah gaya yang bekerja
pada pengungkit. Beban adalah berat benda. Titik tumpu adalah
tempat beban bertumpu.
a) Pengungkit Jenis Pertama
Pengungkit jenis pertama adalah pengungkit dengan jenis
posisi titik tumpu berada di antara beban dan kuasa. Contoh
pengungkit jenis pertama adalah jungkat-jungkit, pompa air
tangan, gunting, linggis pencabut paku, pemotong kuku, dan
tang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Pertama
Sumber: Azmiyawati (2008:99)
Gambar di atas menunjukkan prinsip kerja pengungkit
pertama, dimana posisi titik tumpu berada di antara beban dan
kuasa
b) Pengungkit Jenis Kedua
Pengungkit jenis kedua adalah pengungkit dengan jenis
beban berada di antara titik tumpu dan kuasa. Contoh
pengungkit jenis kedua adalah alat pembuka tutup botol,
gerobak dorong, pemecah biji-bijian, pemotong kertas, dan
pembuka kaleng.
Gambar 2.2 Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Kedua
Sumber: Azmiyawati (2008:99)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar di atas menunjukkan prinsip kerja pengungkit
pertama, dimana posisi beban diantara titik tumpu dan kuasa.
c) Pengungkit Jenis Ketiga
Pengungkit jenis ketiga adalah pengungkit dengan kuasa
berada di antara titik tumpu dan beban. Contoh pengungkit
jenis ketiga antara lain sekop, pinset, sapu, gagang pancing,
pemukul bola, dan stapler.
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Pengungkit Jenis Ketiga
Sumber: Azmiyawati (2008:100)
Gambar 2.3 menunjukkan prinsip kerja pengungkit jenis
ketiga, dimana posisi kuasa terletak di antara titik tumpu dan
beban.
2) Katrol
Katrol adalah roda yang berputar pada porosnya. Pada tepi
roda dikaitkan tali. Katrol digunakan untuk mengangkat atau
menarik benda. Ada tiga macam katrol yang biasa digunakan, yaitu
katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
a) Katrol Tetap
Katrol tetap adalah katrol yang tidak berubah posisinya
ketika digunakan untuk memindahkan benda. Katrol
ditambatkan pada tempat tertentu dan posisi katrol tidak
berubah. Tali atau rantai dililitkan pada lingkaran berlekuk.
Pada ujung tali ditarik kuasa ke bawah. Contoh katrol tetap
adalah kerekan pada sumur timba atau katrol pengangkat
barang.
Gambar 2.4 Contoh penggunaan katrol tetap (a) katrol pada
tiang bendera, (b) katrol pada sumur timba
Sumber: Sulistyanto (2008:117)
Gambar di atas menunjukkan katrol tetap. Gambar (a)
menunjukkan katrol pada tiang bendera dan katrol (b)
menunjukkan katrol pada sumur timba.
b) Katrol Bebas
Katrol bebas adalah katrol yang berubah posisinya ketika
digunakan untuk memindahkan benda. Pada katrol bebas,
a b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
beban digantungkan di tengah-tengah katrol. Salah satu ujung
talinya terikat, sedangkan pada ujung tali lainnya dapat ditarik
ke atas. Katrol jenis ini bisa kita temukan pada alat-alat
pengangkat peti kemas di pelabuhan.
Gambar 2.5 Katrol Bebas
Sumber: Sulistyanto (2008:118)
Gambar di atas menunjukkan katrol bebas, dengan beban
digantungkan di tengah-tengah katrol dan salah satu ujung
talinya terikat.
c) Katrol Majemuk
Katrol majemuk merupakan perpaduan dari katrol tetap dan
katrol bebas. Kedua katrol ini dihubungkan dengan tali. Pada
katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu
ujung tali dikaitkan pada penampang katrol tetap. Jika ujung
tali yang lainnya ditarik maka beban akan terangkat beserta
bergeraknya katrol bebas ke atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 2.6 Katrol Majemuk
Sumber: Sulistyanto (2008:118)
Gambar di atas menunjukkan prinsip kerja katrol majemuk
3) Bidang Miring
Bidang miring digunakan untuk memudahkan memindahkan
benda. Dengan bantuan bidang miring gaya yang dikeluarkan
untuk mendorong benda menjadi lebih kecil daripada diangkat,
walaupun lintasan yang ditempuh menjadi lebih panjang.
Prinsip kerja bidang miring juga dapat ditemukan pada
beberapa perkakas, contohnya kampak, pisau, pahat, obeng,
sekrup, paku ulir, baut, dan mata gergaji.
4) Roda Berporos
Roda berporos adalah roda berbentuk silinder yang
dihubungkan dengan sebuah poros. Roda dan poros berputar
bersama-sama. Contoh penggunaan roda berporos terdapat pada
roda sepeda, roda gerobak, setir mobil, setir kapal, dan gerinda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
c. Konsep Cahaya
Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat
memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya
adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki sifat
merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan
dapat dibiaskan (Azmiyawati 2008:110-116).
1) Cahaya merambat lurus
Jika posisi matahari berada di sebelah timur atau di sebelah
barat, sering tampak seberkas cahaya matahari menerobos celah-
celah dedaunan. Berkas cahaya matahari akan tampak terlihat
merambat lurus. Begitu pula jika melihat permainan sinar laser,
akan tampak sinar lurus.
2) Cahaya dapat menembus benda bening
Benda yang disimpan di dalam kotak kaca dapat dilihat
dengan jelas. Akan tetapi, benda yang disimpan di dalam kotak
kayu atau besi tidak dapat dilihat. Alasannya bahan kaca dapat
dilalui cahaya, sedangkan bahan kayu atau besi tidak dapat dilalui
cahaya. Ini menunjukkan bahwa cahaya dapat menembus benda
bening.
3) Cahaya dapat dipantulkan
Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur
(pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur
terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya tidak beraturan.
Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai
permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang
mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini
sinar pantul memiliki arah yang teratur.
Gambar 2.7 Pemantulan cahaya (a) pemantulan baur (difusi), (b)
pemantulan teratur
Sumber: Azmiyawati (2008:112)
Gambar di atas menunjukkan pemantulan cahaya. Gambar (a)
merupakan pemantulan baur, dan gambar (b) merupakan
pemantulan teratur.
4) Cahaya dapat dibiaskan
Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati
medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Apabila
cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih
rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya
cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya
merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat,
a b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya
merambat dari air ke udara.
d. Konsep Cermin
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin
lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung
dan cermin cekung.
1) Cermin datar
Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya
datar dan tidak melengkung. Cermin datar biasa digunakan untuk
bercermin.
Gambar 2.8 Cermin Datar
Sumber: Azmiyawati (2008:112)
Gambar di atas menunjukkan pemantulan pada cermin
datar. Bayangan pada cermin datar mempunyai sifat-sifat
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
a) Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan ukuran
benda.
b) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke
cermin.
c) Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya
tangan kirimu akan menjadi tangan kanan bayanganmu.
d) Bayangan tegak seperti bendanya.
e) Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan
dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap
oleh layar.
2) Cermin cembung
Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang
pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa
digunakan untuk spion pada kendaraan bermotor.
Gambar 2.9 Cermin Cembung
Sumber: Azmiyawati (2008:113)
Gambar di atas menjukkan pemantulan yang terjadi pada
cermin cembung. Bayangan pada cermin cembung bersifat maya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
tegak, dan lebih kecil (diperkecil) daripada benda yang
sesungguhnya.
3) Cermin cekung
Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya
melengkung ke arah dalam. Cermin cekung biasanya digunakan
sebagai reflektor pada lampu mobil dan lampu senter. Sifat
bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat
bergantung pada letak benda terhadap cermin.
a) Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda
bersifat tegak, lebih besar, dan semu (maya).
b) Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda
bersifat nyata (sejati) dan terbalik.
Gambar 2.10 (a) Cermin cekung, (b) contoh cermin cekung yang
digunakan pada reflektor lampu senter
Sumber: Azmiyawati (2008:114)
Gambar 2.10 tersebut menunjukkan cermin cekung. Gambar
(a) menunjukkan pemantulan pada cermin cekung, dan gambar (b)
menunjukkan penggunaan cermin cekung pada lampu senter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
e. Konsep Pemanfaatan Sifat-sifat Cahaya dalam Karya Sederhana
Sulistyanto (2008:139-141) menyatakan beberapa pemanfaatan
sifat-sifat cahaya yang dapat dibuat suatu karya atau model
menggunakan peralatan yang sederhana antara lain:
1) Periskop
Periskop adalah sejenis teropong yang biasanya terdapat pada
kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Periskop
dapat digunakan untuk melihat benda yang berada di atas batas
pandang.
Alat dan bahan yang digunakan adalah 2 kotak pasta gigi, lem,
selotip, cutter, pensil, penggaris dan 2 cermin datar ukuran 3 cm x
3 cm. Cara membuatnya adalah sebagai berikut
a) Buatlah persegi pada bagian depan atas kotak dengan ukuran 3
cm × 3 cm.
b) Lubangi bagian persegi tersebut dengan menggunakan cutter.
c) Letakkan cermin pada bagian atas tersebut dengan posisi
miring dan bagian depan cermin menghadap ke bawah dan
rekatkan dengan selotip.
d) Buatlah persegi pada bagian bawah belakang kotak dengan
ukuran 3 cm × 3 cm.
e) Lubangi bagian persegi tersebut dengan menggunakan cutter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
f) Letakkan cermin pada bagian bawah tersebut dengan posisi
miring dan bagian depan cermin menghadap ke atas dan
rekatkan dengan selotip.
g) Potong kotak pasta gigi lainnya menjadi tiga bagian yang sama
panjang dengan alas dan tutup yang terbuka.
h) Tutup kedua lubang yang ada pada bagian depan dan belakang
periskop dengan potongan kotak yang telah disiapkan.
Rekatkan dengan menggunakan lem atau selotip.
2) Kaca pembesar sederhana
Kaca pembesar atau lebih dikenal dengan lup merupakan alat
yang digunakan untuk melihat benda-benda atau tulisan yang
berukuran kecil. Alat ini biasanya digunakan oleh tukang arloji/jam
untuk memperbaiki arloji/ jam tersebut.
Alat dan bahan yang diperlukan antara lain bola lampu yang
tidak terpakai, air jernih, obeng, karet balon, tang, dan karet
gelang. Cara membuatnya yang pertama lubangi bagian belakang
bola lampu dengan menggunakan obeng dan tang. Kedua,
bersihkan bagian dalamnya hingga bersih. Yang terakhir,
masukkan air bening ke dalam bola lampu, tutup bagian
belakangnya dengan menggunakan karet bekas balon mainan dan
ikatlah karet tersebut dengan menggunakan karet gelang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
f. Konsep Batuan
Azmiyawati (2008:125-128) menyatakan bahwa berdasarkan
proses terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan
kerak bumi. Tiga jenis batuan tersebut yaitu batuan beku (batuan
magma atau vulkanik), batuan endapan (batuan sedimen), dan batuan
malihan (batuan metamorf).
1) Batuan beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang
membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan
terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi
disebut lava. Yang termasuk dalam batuan beku antara lain batu
oksidan, batu granit, batu basal, batu andesit, dan batu apung.
2) Batuan endapan
Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk dari endapan
hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari batuan
yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan.
Yang termasuk batu endapan adalah batu konglomerat, batu breksi,
batu pasir, batu serpih, dan batu kapur.
3) Batuan malihan
Batuan malihan (metamorf) berasal dari batuan sedimen yang
mengalami perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini
mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari
dalam bumi. Jika mendapat panas terus-menerus, batuan ini akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
berubah menjadi batuan malihan. Yang termasuk batu malihan
yaitu batu genes, batu marmer, dan batu sabak.
g. Konsep Pembentukan Tanah
Tanah terbentuk akibat adanya pelapukan batuan. Ada tiga jenis
pelapukan, yaitu pelapukan mekanik atau pelapukan fisika, pelapukan
kimia, dan pelapukan biologi (Hermana, 2009:163-165).
1) Pelapukan fisika
Pelapukan fisika disebabkan oleh iklim atau cuaca, suhu,
angin, dan air. Perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan
malam menyebabkan batuan mudah melapuk. Udara pada siang
hari sangat panas, pada malam hari sangat dingin. Kejadian
semacam ini biasanya terjadi di daerah gurun pasir.
Pelapukan fisika juga dapat disebabkan oleh angin dan air.
Deburan ombak laut di pantai dapat menghancurkan batuan. Proses
hancurnya batuan di tepi pantai akibat hantaman ombak laut
disebut abrasi. Sedangkan batuan yang melapuk karena terpaan
angin dan gesekan air disebut erosi.
2) Pelapukan kimia
Pelapukan batuan juga dapat terjadi karena proses kimia. Air
dapat melarutkan berbagai zat termasuk batuan. Ada batuan yang
mengandung besi, sehingga batuan tersebut akan cepat berkarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dan mudah melapuk. Unsur besi mudah bereaksi dengan oksigen
dan air.
Air hujan kadang-kadang juga mengandung zat asam. Air
hujan yang bercampur dengan gas-gas sisa buangan industri atau
pabrik dapat mengakibatkan hujam asam. Hujan asam ini
mengakibatkan kerusakan pada batuan.
3) Pelapukan biologi
Pelapukan biologi dapat terjadi karena adanya aktivitas
tumbuhan-tumbuhan, hewan, dan manusia. Biasanya lumut kerak
menempel pada batu-batuan yang basah dan lembab. Lumut kerak
ini akan mengeluarkan zat asam yang sedikit demi sedikit dapat
menghancurkan batuan yang ditempelinya. Akibatnya permukaan
batuan menjadi hancur, kemudian melapuk seperti tanah.
Akar dari suatu tumbuh-tumbuhan, dapat pula
menghancurkan batuan yang kemudian menjadi tanah. Jadi, tanah
adalah hasil campuran pelapukan batuan, pembusukan sisa-sisa
makhluk hidup, udara, dan air.
h. Konsep Struktur Permukaan Bumi
Menurut para ahli geologi, struktur bumi kita dari luar sampai
dalam adalah atmosfer, kerak bumi (lithosfer), selubung (mantel)
bumi, inti bumi luar, dan inti bumi dalam (Hermana, 2009:158-159).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
1) Atmosfer
Permukaan bumi diselimuti oleh lapisan atmosfer. Atmosfer
sebagai pelindung dari pancaran sinar dan panas matahari.
Atmosfer terdiri dari beberapa lapisan, yaitu troposfer, stratosfer,
mesosfer, termosfer, dan eksosfer.
2) Lithosfer
Lithosfer disebut juga kulit bumi atau kerak bumi. Lithosfer
ini kira-kira memiliki ketebalan 8-40 km. Pada ketebalan 16 km
terdiri dari batuan. Pada bagian atas kerak bumi, batuan mengalami
pelapukan dan membentuk tanah.
3) Lapisan selubung (mantel) bumi
Mantel bumi memiliki ketebalan sekitar 2.900 km. Mantel ini
terdiri dari bahan batuan yang padat. Lapisan ini mengandung
bahan mineral dan silikat.
4) Lapisan inti bumi luar
Lapisan ini memanjang setebal 2.250 km. Di inti bumi luar,
terdapat lava pijar yang super panas. Jadi lapisan ini berupa zat
cair, suhunya kurang lebih 2.2000C. Lava ini diyakini terdiri dari
unsur besi dan nikel.
5) Lapisan inti bumi dalam
Inti bumi bagian dalam memiliki ketebalan sampai pusat
bumi setebal 1300 km. Diyakini inti bumi dalam ini berupa bola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
pejal yang terbuat dari bahan yang sangat padat tersusun dari unsur
besi dan nikel.
7. Tingkat Pendidikan Orang tua
Ada beberapa pengertian tingkat yang ada dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Pertama, tingkat adalah susunan yang berlapis-lapis
atau berlenggak-lenggek seperti lenggek rumah, tumpuan pada tangga
(jenjang). Tingkat juga berarti tinggi rendah martabat (kedudukan,
jabatan) derajat, taraf, kelas (Salim, 1991: 107-108). Sementara itu ada
juga yang mengatakan bahwa tingkat dapat diartikan sebagai babak, fase,
stadium, tahap, taraf (Endarmoko, 2009: 672).
Dari beberapa pengertian tentang tingkat dapat disimpulkan bahwa
tingkat merupakan jenjang.
Pengertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah proses pengubahan cara berpikir atau tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perbuatan, dan cara mendidik (Tim
penyusun kamus pusat bahasa, 2005: 263). Sementara itu ada juga yang
mengatakan bahwa pendidikan adalah menunjukkan bimbingan, didikan,
edukasi, kuliah, kursus, pelatihan (Endarmoko, 2009:156). Menurut UU
No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha seseorang atau sekelompok orang yang dengan
sadar dan terencana bertujuan untuk mengembangkan potensi diri baik
secara intelektual maupun emosional, dan berbagai keterampilan lainnya
dengan cara yang mendidik.
Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan (Ihsan, 2001: 22).
Tingkat pendidikan merupakan jenjang yang ditempuh peserta didik
dalam mengembangkan potensi diri baik secara intelektual maupun
emosional dan berbagai keterampilan lainnya. Sehingga, tingkat
pendidikan orang tua adalah jenjang yang ditempuh orang tua dalam
mengembangkan potensi diri baik secara intelektual maupun emosional
dan berbagai keterampilan lainnya. Pendidikan dilihat dari sudut
tingkatannya menurut Hasbullah (1999: 52-53).
a. Pendidikan Pra sekolah
Pendidikan pra sekolah adalah suatu penyelenggaraan yang
diperuntukkan bagi anak-anak sebelum memasuki jenjang
pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
b. Pendidikan Dasar
1) Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI).
2) Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah
(MTs).
c. Pendidikan Menengah
1) Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Kejuruan.
2) Madrasah Aliyah (MA).
d. Pendidikan Tinggi
1) Akademi
2) Institut
3) Sekolah Tinggi
4) Universitas
Keluarga merupakan tempat pertama anak memperoleh pendidikan.
Hal yang diajarkan di lingkungan rumah, akan membentuk kepribadian anak.
Pendidikan di lingkungan keluarga paling banyak diperoleh dari orang tuanya
(Wulandari, 2014:21).
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, ilmu pengetahuan yang
dimilikinya pastinya akan semakin bertambah. Orang tua yang mempunyai
latar belakang pendidikan yang berbeda, pasti cara membimbing anaknya
dalam belajar juga berbeda (Wulandari, 2014:21). Sedikit banyak tingkat
pendidikan orang tua akan berpengaruh pada potensi/kepandaian anaknya
yang terlihat dari prestasi belajarnya.. Namun tingginya tingkat pendidikan
orang tua siswa, tidak sepenuhnya menjamin siswa tersebut tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi terjadi di semua jenjang pendidikan
dan dapat terjadi di mana-mana (Suparno, 2005: 135). Miskonsepsi yang
terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu siswa, guru, buku teks, konteks,
dan metode mengajar (Suparno, 2005: 29). Jadi belum tentu siswa yang
mempunyai orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi, tidak akan
mengalami miskonsepsi, dan sebaliknya. Siswa yang mempunyai orang tua
dengan tingkat pendidikan yang tinggi, bisa saja siswa tersebut mengalami
miskonsepsi.
B. Penelitian yang Relevan
Pujayanto, dkk (2009) meneliti tentang “Profil Miskonsepsi Siswa SD
Pada Konsep Gaya dan Cahaya”. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk
mengetahui ada tidaknya miskonsepsi pada konsep Gaya dan Cahaya yang
dimiliki siswa Kelas V SD di Kecamatan Tasikmalaya Kabupaten
Karanganyar; 2) untuk mengetahui profil pada konsep Gaya dan Cahaya pada
siswa Kelas V SD di Kecamatan Tasikmalaya Kabupaten Karanganyar.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian expost facto.
Data diperoleh melalui tes yang dilakukan pada 50 siswa yang menjadi
sampel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa memiliki
miskonsepsi pada konsep Gaya dan Cahaya dengan tingkat yang berbeda
beda. Adapun profil miskonsepsi yang dimiliki sebagian besar siswa (lebih
dari 30%) adalah sebagai berikut: l). Gaya hanya akan mempercepat gerak
benda, tidak dapat memperlambat gerak; 2). Gaya tidak dapat rnembelokkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
arah gerak benda; 3). Gaya magnet selalu berupa tarikan, sedangkan gaya
gravitasi dapat berupa tarikan maupun dorongan; 4). Berat benda di bumi
sama dengan berat benda di bulan, karena massa benda di bumi sama dengan
di bulan. 5). Setiap dua benda yang bersentuhan mengalami gaya gesekan; 6).
Batang besi hanya dapat dijadikan magnet dengan digosok magnet dan batang
besi tidak dapat dijadikan magnet dengan cara induksi); 7). Pesawat
sederhana dapat memperkecil energi yang digunakan dalam bekerja; 8).
Cahaya tidak dapat dipantulkan oleh setiap permukaan; 9). Di dalam sebuah
medium cahaya dapat dibiaskan; 10). Benda dapat dilihat, jika ada cahaya
dari mata sampai ke benda; 11). Benda dapat dilihat, apabila benda tersebut
sumber cahaya; l2). Cahaya lampu neon dapat diurai menjadi cahaya warna
pelangi, karena cahaya lanpu neon adalah cahaya putih seperti cahaya putih
matahari.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah sama-sama meneliti tentang miskonsepsi IPA pada siswa kelas V SD,
instrumen yang digunakan berupa tes. Perbedaannya terdapat pada metode
penelitian yang digunakan. Jika penelitian ini menggunakan metode expost
facto, penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan metode
kuantitatif survei. Selain itu, konsep yang diteliti juga lebih luas, bukan hanya
tentang Gaya dan Cahaya.
Wardani (2014) meneliti dengan judul Identifikasi Miskonsepsi Siswa
terhadap Konsep-konsep IPA Biologi Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini
adalah utuk mengidentifikasi profil jenis kesalahan konsep pada siswa. Jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan
data menggunakan tes dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kesalahan konsep yang terjadi pada siswa SD kelas V relatif cukup tinggi
bahkan persentase konsep yang teridentifikasi salah konsep sebesar 85%.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah sama-sama
meneliti tentang miskonsepsi yang terjadi di tingkat SD, sama-sama
menggunakan tes sebagai teknik pengumpulan datanya, dan subyek
penelitiannya sama-sama siswa SD kelas V. Perbedaannya terletak pada jenis
penelitian dan obyek penelitiannya. Jika penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dan yang menjadi obyek penelitiannya adalah IPA Biologi,
penelitian yang dilakukan peneliti merupakan jenis penelitian kuantitatif
survei dan yang menjadi obyeknya adalah IPA Fisika.
Suryanto dan Hewidanti (2002) meneliti tentang “Pemahaman Murid
Sekolah Dasar (SD) terhadap Konsep-Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi”. Tujuan penelitian
ini adalah untuk: 1) mengetahui pemahaman murid SD terhadap konsep-
konsep IPA berbasis biologi, 2) mengidentifikasi adanya miskonsepsi, dan 3)
mencari penyebab miskonsepsi berdasarkan pola jawaban yang diberikan.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan tes. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa miskonsepsi masih banyak terjadi pada konsep-konsep
yang teliti.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah sama-sama meneliti tentang miskonsepsi siswa SD dan sama-sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menggunakan tes sebagai teknik pengumpulan datanya. Perbedaannya
terletak pada obyek penelitiannya, jika obyek penelitian ini adalah IPA
Biologi, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti tentang IPA Fisika.
Hafizah, dkk (2014) meneliti tentang Analisis Miskonsepsi Siswa
Melalui Tes Multiple Choice Menggunakan Certainty of Response Index pada
Mata Pelajaran Fisika MAN 1 Bukittinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa melalui tes multiple choice
menggunakan metode CRI pada siswa kelas X MAN 1 Bukittinggi. Penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas X cukup
tinggi.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah sama-sama meneliti tentang miskonsepsi Fisika, sama-sama
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Perbedaannya yang menjadi
subyek penelitiannya adalah siswa SMA, sedangkan penelitian yang
dilakukan peneliti subyek penelitiannya adalah siswa SD kelas V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Penelitian yang relevan yang dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat
pada literatur map pada gambar 2.11 di bawah ini.
Gambar 2.11 Literatur map penelitian
Gambar 2.11 di atas menunjukkan hubungan antara penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti.
PENELITIAN TENTANG MISKONSEPSI
Pujayanto, dkk (2009)
tentang “Profil
Miskonsepsi Siswa SD
Pada Konsep Gaya dan
Cahaya”. Tujuan
penelitian ini adalah 1)
untuk mengetahui ada
tidaknya miskonsepsi
pada konsep Gaya dan
Cahaya yang dimiliki
siswa Kelas V SD di
Kecamatan
Tasikmalaya Kabupaten
Karanganyar; 2) untuk
mengetahui profil pada
konsep Gaya dan
Cahaya pada siswa
Kelas V SD di
Kecamatan
Tasikmalaya Kabupaten
Karanganyar.
Wardani (2014) tentang
Identifikasi
Miskonsepsi Siswa
terhadap Konsep-
Konsep IPA Biologi
Sekolah Dasar. Tujuan
penelitian ini adalah
utuk mengidentifikasi
profil jenis kesalahan
konsep pada siswa.
Suryanto dan Hewidanti
(2002) tentang
“Pemahaman Murid
Sekolah Dasar (SD)
terhadap Konsep-
Konsep Ilmu
Pengetahuan Alam
(IPA) Berbasis Biologi:
Suatu Diagnosis
Adanya Miskonsepsi”.
Tujuan penelitian ini
adalah untuk: 1)
mengetahui pemahaman
murid SD terhadap
konsep-konsep IPA
berbasis biologi, 2)
mengidentifikasi
adanya miskonsepsi,
dan 3) mencari
penyebab miskonsepsi
berdasarkan pola
jawaban yang
diberikan.
Hafizah, dkk (2014)
tentang Analisis
Miskonsepsi Siswa
Melalui Tes Multiple
Choice Menggunakan
Certainty of Response
Index pada Mata
Pelajaran Fisika MAN 1
Bukittinggi. Tujuan
penelitian ini adalah
untuk menganalisis
miskonsepsi yang
terjadi pada siswa
melalui tes multiple
choice menggunakan
metode CRI pada siswa
kelas X MAN 1
Bukittinggi.
Indriati, (2015) tentang “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD
Negeri se-Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Tujuan penelitian ini adalah
untuk 1) mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD semester 2
se-Kecamatan Depok, 2) mengetahui adanya perbedaan miskonsepsi IPA Fisika
dilihat dari tingkat pendidikan orang tua siswa siswa kelas V SD semester 2 se-
Kecamatan Depok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
C. Kerangka Berpikir
IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematik, dan penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam
(Trianto, 2013: 136). IPA mengajarkan berbagai keterampilan dan sikap
ilmiah yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. IPA menjadi mata
pelajaran yang diajarkan sejak tingkat Sekolah Dasar. IPA memuat banyak
konsep dan materi. Untuk tingkat SD sendiri materi yang diajarkan adalah
tentang makhluk hidup dan proses kehidupan, benda dan sifat-sifatnya, energi
dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
Dari sekian banyak materi yang diajarkan ada beberapa siswa yang
salah konsep dalam memahami materi. Kesalahan konsep yang dialami ini
disebut miskonsepsi. Hal yang sama juga dialami beberapa siswa kelas V SD.
Masing-masing siswa mengalami miskonsepsi yang berbeda, dengan tingkat
pemahaman konsep yang berbeda-beda pula. Miskonsepsi yang terjadi bisa
disebabkan oleh beberapa hal.
Miskonsepsi dapat terjadi di mana-mana (Suparno, 2005: 135).
Miskonsepsi dapat terjadi di dalam pendidikan formal maupun di luar
pendidikan formal. Apabila miskonsepsi terjadi saat anak menempuh
pendidikan formal/sekolah, maka miskonsepsi dapat disebabkan guru, metode
mengajar dan buku/ bahan ajar yang digunakan. Sebenarnya tidak hanya
guru, metode mengajar dan bahan ajar yang menyebabkan miskonsepsi, tetapi
juga dapat disebabkan oleh konteks dan siswa itu sendiri, misalnya konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
awal yang dimiliki siswa, tingkat perkembangan siswa, serta minat belajar
siswa (Suparno, 2005: 29).
Miskonsepsi juga terjadi di luar pendidikan formal yaitu di lingkungan
rumah. Siswa biasanya saat ada tugas yang tidak dapat dikerjakan maka akan
bertanya pada orang tua. Dalam hal ini, miskonsepsi yang dialami oleh siswa
bisa disebabkan oleh pengetahuan orang tua. Misalnya jika orang tua tidak
paham akan materi yang ditanyakan anak, bisa saja orang tua membuat anak
tersebut mengalami miskonsepsi, jadi hal yang diajarkan tidak sesuai dengan
konsep yang sebenarnya. Pengetahuan orang tua dipengaruhi oleh tingkat
pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, ilmu
pengetahuan yang dimilikinya pastinya akan semakin bertambah (Wulandari,
2014: 21). Namun tingginya tingkat pendidikan orang tua siswa, tidak
sepenuhnya menjamin siswa tersebut tidak akan mengalami miskonsepsi.
Siswa bisa mengalami miskonsepsi dikarenakan hal lain misalnya
kemampuan dan minat belajar yang kurang (Suparno, 2005: 40-41).
Miskonsepsi yang dialami siswa sebaiknya harus segera
diatasi/dibenarkan karena jika siswa mengalami miskonsepsi secara
berkelanjutan, maka sampai dewasa ia akan mengalami miskonsepsi dan
mungkin akan menurunkan konsep yang salah pada generasi penerusnya.
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengetahui ada tidaknya
miskonsepsi IPA Fisika kelas V SD semester 2 dan profil miskonsepsi IPA
Fisika digunakanlah tes sebagai instrumen penelitian. Tes yang digunakan
berupa pilihan ganda dan esai. Menggunakan tes pilihan ganda karena dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
hasil tes tersebut dapat diketahui jawaban siswa dan dianalisis siswa tersebut
mengalami miskonsepsi pada materi/konsep apa. Sedangkan menggunakan
tes esai karena melalui tes esai dapat dilihat sejauh mana tingkat pemahaman
siswa pada konsep. Dari hasil tes esai, kemudian jawaban siswa dianalisis
untuk menemukan miskonsepsi yang dialami siswa. Untuk memperkuat data
yang sudah diperoleh maka perlu melakukan wawancara dengan beberapa
guru kelas V SD dan beberapa siswa kelas V.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Miskonsepsi IPA Fisika masih terjadi pada siswa kelas V SD semester 2
se-Kecamatan Depok, yakni pada konsep gaya, pesawat sederhana, dan
cahaya.
2. Tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari tingkat pendidikan
orang tua siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Depok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III membahas tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,
populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif survei. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang hasilnya berupa angka-angka dan dianalisis
secara statistik (Sugiyono, 2011: 7). Metode penelitian kuantitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,
2011: 8).
Metode survei adalah metode penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan populasi dalam jumlah yang
besar, namun sampel yang digunakan relatif kecil (Sukmadinata, 2010: 82).
Sementara itu, Suparno (2010: 8) mengungkapkan bahwa penelitian
kuantitatif survei merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari data,
sehingga kemudian bisa dipakai untuk menentukan sifat atau karakteristik
yang khas dari suatu kelompok. Ada juga yang mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok (Effendi, 2012: 3).
Penelitian kuantitatif survei ini akan digunakan untuk: 1. mengetahui
deskripsi miskonsepsi yang terjadi pada siswa SD kelas V, 2. mengetahui
ada atau tidaknya perbedaan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD
semester 2 dilihat dari tingkat pendidikan orang tua siswa.
Penelitian ini dikatakan survei karena penelitian ini mengumpulkan
data dengan jumlah populasi yang besar yaitu sebanyak 1301 siswa, namun
sampel yang digunakan relatif kecil yaitu 297 siswa. Sementara itu,
penelitian ini dikatakan kuantitatif karena hasil penelitian ini berupa angka-
angka dan dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan
Januari 2016. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi penyusunan proposal penelitian, membuat instrumen, validasi,
pengumpulan data serta penyusunan naskah.
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Maret sampai Januari 2016.
Pada bulan Maret, peneliti mulai menyusun proposal penelitian. Awal
bulan April, peneliti mengurus keperluan perijinan untuk penelitian.
Pertengahan bulan April peneliti melakukan penyusunan instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
penelitian. Pada awal bulan Mei peneliti melakukan validasi instrumen
dan melakukan revisi instrumen. Pertengahan bulan Mei instrumen yang
telah direvisi kemudian diujicobakan. Mulai akhir bulan Mei sampai awal
bulan Juni peneliti mendistribusikan instrumen penelitian untuk
pengambilan dan pengumpulan data. Bulan Juli hingga September
digunakan oleh peneliti untuk mengolah data yang telah dikumpulkan.
Bulan Oktober 2015 sampai Desember 2016 digunakan untuk mengolah
laporan, dan bulan Januari 2016 peneliti melaksanakan ujian skripsi dan
melakukan revisi.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Negeri se-
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman yang menggunakan KTSP dengan
melihat miskonsepsi IPA pada kelas V semester 2 KD 5.1, KD 5.2, KD
6.1, KD 6.2, KD 7.1, dan KD 7.3. Pemilihan tempat di SD se-Kecamatan
Depok karena berdasarkan hasil wawancara pra survei yang dilakukan
dengan beberapa guru dan siswa ditemukan permasalahan mengenai
miskonsepsi IPA. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, sebagian
besar siswa masih bingung atau salah konsep mengenai materi pesawat
sederhana cahaya. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan guru
kelas V, miskonsepsi masih sering ditemukan, hal itu dibuktikan dengan
rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2010: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah 34 SD Negeri yang
menggunakan KTSP dari 37 SD Negeri yang ada di Kecamatan Depok.
Hal itu dikarenakan ada 2 SD yang menggunakan Kurikulum 2013 dan
ada 1 SD yang berhalangan atau tidak dapat digunakan sebagai tempat
penelitian. Populasi penelitian untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel
3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Populasi penelitian
No. Nama SD Kelas
Paralel Populasi
1 SD N Timbulharjo A 35
2 SD N Ambarukmo A 23
3 SD N Depok 1 A 31
4 SD N Karangwuni A 9
5 SD N Puren A 34
6 SD N Catur Tunggal 3 A 35
7 SD N Gejayan A 18
8 SD N Catur Tunggal 6 A 27
9 SD N Kledokan A 34
10 SD N Maguwoharjo A 34
B 33
11 SD N Nanggulan A 28
B 27
12 SD N Deresan
A 30
B 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
No. Nama SD Kelas
Paralel Populasi
13 SD N Perumnas CC A 21
B 20
C 20
14 SD N Perumnas 3 A 28
15 SD N Nolobangsan A 16
16 SD N Catur Tunggal 4 A 32
B 31
17 SD N Ringinsari A 28
18 SD N Ngringin A 31
19 SD N Sarikarya A 34
20 SD N Depok 2 A 26
21 SD N Percobaan 2 A 34
B 33
22 SD N Kentungan A 28
B 27
23 SD N Karangasem A 36
24 SD N Gambiranom A 32
B 32
25 SD N Tajem A 29
26 SD N Samirono A 39
27 SD N Adisucipto 2 A 23
28 SD N Bhaktikarya A 29
29 SD N Kalongan A 14
30 SD N Catur Tunggal 1 A 22
31 SD N Mustokorejo A 33
32 SD N Corongan A 24
33 SD Adisucipto 1 A 28
B 27
34 SD Condongcatur A 33
B 32
JUMLAH 51 1301
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa populasi terdiri dari
34 SD Negeri se-Kecamatan Depok, dengan 51 kelas karena beberapa
sekolah terdiri dari kelas paralel. Jumlah populasi seluruhnya ada 1301
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
siswa. Adapun jumlah yang tertera adalah jumlah siswa kelas V untuk
masing-masing SD .
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2010: 118). Sampel dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan tabel Krejcie. Berikut ini adalah tabel Krejcie dan
Morgan (untuk tingkat kepercayaan 95%, margin of error 5%).
Tabel 3.2 Tabel Krejcie (tingkat kepercayaan 95%, margin of error 5%)
N S N S N S
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 377
160 113 800 260 20000 379
170 118 850 265 30000 380
180 123 900 269 40000 381
190 127 950 274 50000 382
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 1000000 384
Keterangan : N = Populasi
S = Sampel
Sumber: Sekaran (2006: 159)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat berapa jumlah sampel yang
diambil sesuai dengan jumlah populasinya. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 1301, maka sampel minimal yang harus dikumpulkan adalah
297 (untuk tingkat kepercayaan 95%, margin of error 5%). Cara
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Simple
random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut
(Sugiyono, 2010: 120). Perhitungan sampel untuk masing-masing SD
adalah sebagai berikut:
Sampel Sekolah = Jumlah siswa kelas V x Jumlah Sampel (297)
Populasi
Hasil perhitungan sampel penelitian untuk masing-masing SD
dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3 Sampel penelitian
No. Nama SD Kelas
Paralel Populasi
Perhitungan
Sampel
Pembulatan
Sampel
1 SD N Timbulharjo A 35
8
2 SD N Ambarukmo A 23
5
3 SD N Depok 1 A 31
7
B 31
7
4 SD N Karangwuni A 9
2
5 SD N Puren A 34
8
6 SD N Catur Tunggal
3
A 35
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
No. Nama SD Kelas
Paralel Populasi
Perhitungan
Sampel
Pembulatan
Sampel
7 SD N Gejayan A 18
4
8 SD N Catur Tunggal
6
A 27
6
9 SD N Kledokan A 34
8
10 SD N Maguwoharjo A 34
8
B 33
8
11 SD N Nanggulan A 28
6
B 27
6
12 SD N Deresan A 30
7
B 30
7
13 SD N Perumnas CC A 21
5
B 20
5
C 20
5
14 SD N Perumnas 3 A 28
6
15 SD N Nolobangsan A 16
4
16 SD N Catur Tunggal
4
A 32
7
B 31
7
17 SD N Ringinsari A 28
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
No. Nama SD Kelas
Paralel
Populasi Perhitungan
Sampel
Pembulatan
Sampel
18 SD N Ngringin A 31
7
19 SD N Sarikarya A 34
8
20 SD N Depok 2 A 26
6
21 SD N Percobaan 2 A 34
8
B 33
8
22 SD N Kentungan A 28
6
B 27
6
23 SD N Karangasem A 36
8
24 SD N Gambiranom A 32
7
B 32
7
25 SD N Tajem A 29
7
26 SD N Samirono A 39
9
27 SD N Adisucipto 2 A 23
5
28 SD N Bhaktikarya A 29
7
29 SD N Kalongan A 14
3
30 SD N Catur Tunggal
1
A 22
5
31 SD N Mustokorejo A 33
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
No. Nama SD Kelas
Paralel
Populasi Perhitungan
Sampel
Pembulatan
Sampel
32 SD N Corongan A 24
5
33 SD Adisucipto 1 A 28
6
B 27
6
34 SD Condongcatur A 33
8
B 32
7
JUMLAH 51 1301 297 297
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa populasi terdiri dari
34 SD Negeri se-Kecamatan Depok, dengan 51 kelas karena beberapa
sekolah terdiri dari kelas paralel. Jumlah populasi seluruhnya ada 1301
siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 297 siswa. Adapun
jumlah yang tertera adalah jumlah siswa kelas V untuk masing-masing
SD .
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010: 60). Sementara itu, Creswell (2009: 76) mengatakan bahwa variabel
merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu atau organisasi yang
dapat diukur atau diobservasi. Variabel penelitian adalah hal yang diukur,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
diobservasi, dan diteliti. Variabel dalam penelitan ini terdiri dari variabel
terikat dan variabel bebas. Variabel terikat (dependent variable) adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2010: 61). Variabel terikat merupakan outcome atau hasil
dari pengaruh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
miskonsepsi. Sementara itu, variabel bebas (independent variable) adalah
variabel yang (mungkin) menyebabkan, memengaruhi, atau berefek pada
outcome. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan orang
tua siswa. Jadi penelitian ini ingin melihat apakah tingkat pendidikan orang
tua mempengaruhi terjadinya miskonsepsi pada siswa kelas V semester 2.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Ghani (2014: 176) dapat dilakukan
melalui beberapa cara yakni wawancara, kuesioner, dan observasi. Teknik
pengumpulan data yang pertama adalah wawancara. Wawancara adalah
metode pengambilan data yang dilakukan dengan cara menanyakan kepada
responden secara langsung dan bertatap muka tentang beberapa hal yang
diperlukan dari suatu fokus penelitian. Wawancara dalam penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh data awal. Dalam proses wawancara dapat
digunakan pedoman umum wawancara yang didalamnya terdapat isu-isu
yang harus diliput, tanpa menentukan urutan pertanyaan. Pedoman
wawancara juga bisa digunakan untuk mengingatkan pewawancara mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
aspek-aspek apa yang harus dibahas, serta menjadi daftar pengecek apakah
aspek-aspek tersebut telah dibahas atau ditanyakan.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang selanjutnya.
Berbeda dengan wawancara, kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan menyebarkan pertanyaan kepada responden untuk dijawab
secara tertulis (Ghani, 2014: 180). Karakteristik pertanyaan kuesioner tidak
boleh menimbulkan multitafsir, bahasa-bahasa yang digunakan juga perlu
disusun secara lugas, tegas, dan terukur.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara melakukan pengamatan dan mencatat hal-hal penting yang terjadi
(Ghani, 2014: 167). Jenis observasi pun bermacam-macam, ada observasi
terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur dan lain-lain. Masing-
masing teknik pengumpulan data mempunyai kelemahan tersendiri.
Sementara itu, menurut Soehartono (1995: 70) mengatakan bahwa
teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
dokumen. Studi dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
ditujukan langsung kepada subyek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat
berbagai macam, antara lain dokumen resmi yang dimiliki pihak yang terkait,
buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat dan lain-lain.
Keuntungan metode studi dokumen Soehartono (1995: 70) antara lain:
1. Merupakan cara tepat untuk subjek penelitian yang sukar atau sulit
dijangkau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
2. Tak reaktif. Data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran
peneliti atau pengumpul data.
3. Cara yang terbaik untuk kasus yang bersifat longitudinal, khususnya yang
menjangkau ke masa lalu.
4. Teknik ini memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar
karena biaya yang diperlukan relatif kecil.
Sementara itu, kelemahan dari metode studi dokumen menurut Soehartono
(1995: 70) adalah:
1. Karena dokumen yang dibuat bukan untuk keperluan penelitian, data yang
tersedia mungkin bias.
2. Catatan tentang orang ternama mungkin disimpan dengan baik, tetapi
catatan tentang orang biasa tidak selalu, bahkan tidak ada (tersedia secara
selektif).
3. Karena dokumen ditulis bukan untuk penelitian, mungkin data yang
tersedia tidak lengkap/tidak tercatat pada dokumen.
4. Format dokumen dapat bermacam-macam sehingga bisa mempersulit
pengumpulan data dan sukar memberikan kode pada data.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes dan non tes.
1. Tes
Instrumen tes digunakan untuk mengetahui miskonsepsi IPA siswa
kelas V SD se-Kecamatan Depok. Instrumen tes terdiri dari beberapa soal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
dan kisi-kisi yang dilampirkan pada tabel. Tes adalah instrumen atau alat
untuk mengumpulkan data tentang kemampuan subyek penelitian dengan
cara pengukuran, misalnya untuk mengukur kemampuan subyek
penelitian dalam menguasai materi pelajaran tertentu, digunakan tes
tertulis tentang materi pelajaran tersebut (Sanjaya, 2013: 251). Tes dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi IPA
pada siswa kelas V semester 2. Tes dilakukan pada bulan Mei 2015 di 34
SD Negeri yang menjadi tempat penelitian. Tes tersebut diberikan kepada
siswa yang telah dipilih secara acak. Sebelum melakukan tes, dibuatlah
instrumen penelitian berupa pilihan ganda dan esai. Untuk lebih jelasnya
kisi-kisi soal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.4 Kisi-kisi soal
No Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator No soal
PG
No
soal
esai
1. 5.
Memahami
hubungan antara
gaya, gerak, dan
energi, serta
fungsinya
5.1
Mendeskripsikan
hubungan antara
gaya, gerak dan
energi melalui
percobaan (gaya
gravitasi, gaya
gesek, gaya
magnet)
5.1.1 Menyebutkan macam-
macam gaya melalui
percobaan
1, 2, 3 2
5.1.2 Mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi
gaya
4, 5, 6
5.2 Menjelaskan
pesawat
sederhana yang
dapat membuat
pekerjaan lebih
mudah dan lebih
cepat
5.2.1 Mengidentifikasi ciri-ciri
pesawat sederhana
7, 8, 9,
10,11, 12
1
5.2.2 Menyebutkan contoh
jenis tuas atau pengungkit
jenis pertama
13, 14, 15 4
5.2.3
Menyebutkan penerapan
pesawat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari
16, 17, 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
No Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator No soal
PG
No
soal
esai
2. 6.
Menerapkan
sifat-sifat cahaya
melalui kegiatan
membuat suatu
karya atau
model
6.1
Mendeskripsikan
sifat-sifat cahaya
6.1.1
Menyebutkan sifat-sifat
cahaya
19, 20, 21,
22, 23
6.1.2
Menjelaskan sifat bayangan
pada cermin
24, 25, 26,
27, 28
6.2
Membuat suatu
karya/model,
misalnya
periskop atau
lensa dari bahan
sederhana dengan
menerapkan sifat-
sifat cahaya
6.2.1
Mengetahui alat dan bahan
yang digunakan untuk
membuat karya/model yang
menerapkan sifat-sifat cahaya
29, 30, 31
3. 7.
Memahami
perubahan yang
terjadi di alam
dan
hubungannya
dengan
penggunaan
sumber
7.1
Mendeskripsikan
proses
pembentukan
tanah karena
pelapukan
7.1.1 Menggolongkan jenis-
jenis batuan
32, 33, 34,
35
6
7.1.2
Menjelaskan proses
pembentukan tanah karena
pelapukan
36, 37, 38 5
7.2
Mengidentifikasi
jenis-jenis tanah
7.2.1
Mengetahui jenis-jenis tanah
39, 40, 41,
42, 43, 44,
45, 46, 47,
48
8-9
7.3
Mendeskripsikan
struktur bumi
7.3.1 Mendeskripsikan
struktur permukaan bumi
49,50 3, 7
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa soal yang mewakili
KD 5.1 adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan nomor 2 untuk esai; KD 5.2
soal nomor 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan untuk esai nomor
1 dan 4. Sementara itu, KD 6.1 diwakili soal nomor 19, 20, 21, 22, 23, 24,
25, 26, 27, 28, KD 6.2 soal yang mewakili adalah nomor 29, 30, 31.
Sedangkan soal yang mewakili KD 7.1 adalah nomor 32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, dan 5, 6 (esai), KD 7.2 soal nomor 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
47, 48, dan 8, 9 (esai), dan untuk KD 7.3 diwakili soal nomor 49, 50 dan 3,
7 (esai).
2. Non tes
Instrumen non tes terdiri dari daftar cek yang merupakan instrumen
untuk teknik studi dokumen dan pedoman wawancara untuk teknik
wawancara. Daftar cek (check list) adalah daftar variabel yang akan
dikumpulkan datanya (Sangadji, 2010: 154). Daftar cek ini digunakan
untuk mengetahui data mengenai tingkat pendidikan orang tua. Daftar cek
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Data tingkat pendidikan orang tua
No. Nama SD Sampel
Penelitian
Tingkat Pendidikan Orang Tua
SD SMP SMA D3 S1 S2 S3
1 SD N Timbulharjo 8
2 SD N Ambarukmo 5
3 SD N Depok 1 14
4 SD N Karangwuni 2
5 SD N Puren 8
6 SD N Catur Tunggal 3 8
7 SD N Gejayan 4
8 SD N Catur Tunggal 6 6
9 SD N Kledokan 8
10 SD N Maguwoharjo 16
11 SD N Nanggulan 12
12 SD N Deresan 14
13 SD N Perumnas CC 15
14 SD N Perumnas 3 6
15 SD N Nolobangsan 4
16 SD N Catur Tunggal 4 14
17 SD N Ringinsari 6
18 SD N Ngringin 7
19 SD N Sarikarya 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
No. Nama SD Sampel
Penelitian
Tingkat Pendidikan Orang Tua
SD SMP SMA D3 S1 S2 S3
20 SD N Depok 2 6
21 SD N Percobaan 2 16
22 SD N Kentungan 12
23 SD N Karang Asem 8
24 SD N Gambiranom 14
25 SD N Tajem 7
26 SD N Samirono 9
27 SD N Adisucipto 2 5
28 SD N Bhaktikarya 7
29 SD N Kalongan 3
30 SD N Catur Tunggal I 5
31 SD N Mustokorejo 8
32 SD N Corongan 5
33 SD N Adisucipto 1 12
34 SD N Condongcatur 15
Jumlah 297
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini ada 297 siswa dari 34 SD Negeri se-
kecamatan Depok yang menggunakan KTSP.
Instrumen non tes berikutnya adalah pedoman wawancara yang
merupakan instrumen dari teknik wawancara. Pedoman wawancara
disusun oleh peneliti supaya pertanyaan yang akan dibuat peneliti dapat
lebih operasional atau spesifik agar dapat mencapat tujuan dari penelitian
tersebut (Herdiansyah, 2013: 80). Pedoman wawancara ini dibuat untuk
lebih memudahkan peneliti dalam mengetahui miskonsepsi pada
pelajaran IPA Fisika yang terjadi pada siswa.
Peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur dengan tujuan
untuk memperoleh jawaban atas dugaan-dugaan sementara yang dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
oleh peneliti. Pedoman wawancara yang digunakan untuk mewawancarai
siswa dan guru terdapat pada tabel 3.6 sebagai berikut.
Tabel 3.6 Pedoman wawancara siswa dan guru
Responden Pertanyaan
Siswa 1. Apakah kamu paham tentang semua materi yang diajarkan di kelas
V semester 2 ini?
2. Materi-materi apa saja yang kurang kamu pahami?
3. Apa yang menyebabkan kamu kurang paham pada materi tersebut?
Guru 1. Apakah guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa kelas V pada
materi IPA fisika di semester II ?
2. Bagaimana hasil pekerjaan siswa kelas V pada materi IPA fisika di
semester II?
3. Bagaimana guru menyikapi hasil pekerjaan siswa kelas V yang
belum menguasi atau belum mencapai nilai sesuai KKM yang
sudah ditentukan untuk mata pelajaran IPA fisika?
4. Apa saja yang dipersiapkan oleh guru agar siswa kelas V mudah
dalam memahami konsep materi IPA fisika di semester II?
5. Bagaimana guru menyusun soal-soal IPA fisika untuk kelas V
semester II?
Tabel 3.6 menunjukkan pedoman wawancara yang terdiri dari 3
pertanyaan yang digunakan untuk mewawancarai siswa dan 5 pertanyaan
yang digunakan untuk mewawancarai guru.
Pertanyaan-pertanyaan yang ada di pedoman wawancara,
kemudian digunakan dalam wawancara dengan siswa dan guru. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa tidak semua materi yang diajarkan oleh
guru dapat dipahami oleh siswa. Hal itu terjadi karena cara mengajar
guru yang kurang tepat, yang hanya menggunakan metode ceramah
sehingga siswa merasa bosan, kurang tertarik, dan enggan untuk belajar.
Ada beberapa materi yang kurang dipahami oleh siswa misalnya materi
tentang cahaya, cermin, dan bumi. Sementara itu, dari hasil wawancara
dengan guru terlihat bahwa dalam mengajar, guru sudah mempersiapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
metode yang kira-kira cocok untuk mengajarkan suatu materi. Guru
dalam membuat soal pun sudah sesuai dengan kriteria pembuatan soal,
dimana ada soal yang mudah, sedang, dan sulit. Setiap melakukan
ulangan, hasil pekerjaan siswa dikoreksi untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa, dan jika ada siswa yang nilainya tidak mencapai
KKM akan dilakukan remedial supaya dapat memperbaiki nilai yang
didapat. Hasil wawancara dapat dilihat lebih jelas pada lampiran.
G. Teknik Pengujian Instrumen
Pengujian instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk 1. untuk
mengetahui deskripsi miskonsepsi, 2. untuk mengetahui perbedaan
miskonsepsi IPA dilihat dari tingkat pendidikan orang tua. Instrumen
penelitian yang akan digunakan harus melalui pengujian validitas dan
reliabilitas. Uji validitas meliputi tiga hal yaitu validasi isi, validasi muka, dan
validasi konstruk. Ketiga validitas ini dan reliabilitas akan dikenakan pada
instrumen tes. Sementara daftar cek tidak melalui uji validasi dan reliabilitas.
1. Validitas
Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti
(Sugiyono, 2010: 363). Sementara itu Siregar (2010: 162) mengatakan
bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas dibagi menjadi 2 yaitu
validitas logis dan validitas empiris (Arikunto, 2005: 64). Validitas logis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
merupakan validitas yang menekankan pada penalaran yang logis.
Validitas empiris dibagi menjadi empat macam, yaitu validitas isi,
validitas konstruk, validitas “ada sekarang”, dan validitas predictive.
Peneliti menggunakan validitas isi dan validitas konstruk dalam penelitian
ini.
a. Validitas Isi
Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen
mengukur isi (konsep) yang harus diukur (Siregar, 2010: 163). Ini
berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkapkan isi suatu konsep
atau variabel yang hendak diukur. Validitas isi juga dapat mengukur
sejauh mana tes dapat mencerminkan ciri indikator yang diukur.
Validitas isi diberikan oleh para ahli yang bidang keahliannya
berhubungan dengan penelitian ini. Instrumen yang divalidasi berupa
tes, yang terdiri dari soal pilihan ganda dan esai. Jumlah ahli yang
dipilih untuk melakukan validasi ada 4 orang, yaitu 2 orang dosen dan
2 orang guru. Keempat validator tersebut adalah Romo PS, Ibu SAS,
Ibu ATr, dan Bapak ATa. Romo PS dipilih sebagai validator karena
beliau adalah ahli dalam bidangnya yaitu sebagai dosen Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma. Selain itu, ahli dalam
bidang miskonsepsi karena beliau juga penulis buku miskonsepsi.
Beliau menilai tepat atau tidaknya soal yang digunakan untuk
mendeteksi adanya miskonsepsi pada siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Ahli yang kedua adalah ibu SAS. Ibu SAS dipilih sebagai
validator karena beliau merupakan salah satu ahli di bidang konten
atau isi (dalam hal ini adalah IPA Fisika). Beliau adalah seorang dosen
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma. Ibu SAS
menilai bagian isi soal, yaitu menilai tepat atau tidaknya soal yang
dibuat dengan kunci jawaban.
Ahli yang ketiga adalah ibu ATr. Beliau dipilih sebagai
validator karena beliau merupakan salah satu guru kelas V di SD
Denggung dan sangat membantu di bidang ketatabahasaan dan
keterbacaan soal. Yang terakhir adalah Bapak ATa, beliau dipilih
sebagai validator karena beliau merupakan salah satu guru di SD dan
sangat membantu di bidang ketatabahasaan dan keterbacaan soal.
Ahli/validator memberikan penilaian instrumen menggunakan
skala Likert. Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek
atau fenomena tertentu (Siregar,2010: 138). Skala Likert memiliki dua
bentuk pernyataan, yaitu : pernyataan positif dan negatif. Pernyataan
positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1 ; sedangkan bentuk pernyataan
negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Penelitian ini menggunakan
bentuk pernyataan positif, skor 5 artinya sangat baik, skor 4 artinya
baik, skor 3 artinya cukup baik, skor 2 artinya kurang baik, dan skor 1
artinya sangat kurang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Pengukuran menggunakan skala Likert, sering mengalami
kecenderungan para ahli memilih kategori skor ragu-ragu. Mengatasi
hal tersebut, maka dalam penelitian ini terdapat penghilangan kategori
skor ragu-ragu agar skor yang didapatkan jelas. Skor yang digunakan
dalam penelitian ini menjadi sebagai berikut : skor 1 tidak sesuai, skor
2 kurang sesuai, skor 3 sesuai, dan skor 4 sangat sesuai.
Lembar penilaian dibuat berdasarkan indikator-indikator dan
hasilnya akan diakumulasi kemudian dikategorikan menggunakan
kriteria yang telah ditentukan. Ketentuan pelaksanaan revisi terhadap
instrumen diatur dalam tabel berikut.
Tabel 3.7 Ketentuan pelaksanaan revisi instrumen
Penilaian Kuantitatif Penilaian Kualitatif
/komentar
Keputusan
≥3 Positif Tidak Revisi
>3 Negatif Revisi pada bagian
tertentu
<3 Positif Revisi
<3 Negatif Revisi
Berikut ini merupakan hasil penilaian dari para ahli. Yang
pertama adalah hasil penilaian dari Romo PS, Ibu SAS Ibu ATr dan
Bapak ATa. Hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3.8 Hasil validasi para ahli
No. Nama
Ahli
Skor
PG
Penilaian Keputusan Skor
Esai
Penilaian Keputusan
1. PS 2,92 Positif Revisi 3,5 Positif Tidak
Revisi
2. SAS 3,68 Positif Tidak
Revisi
4 Positif Tidak
Revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
No. Nama
Ahli
Skor
PG
Penilaian Keputusan Skor
Esai
Penilaian Keputusan
3. Atr 3,76 Positif Tidak
Revisi
3,4 Positif Tidak
Revisi
4. ATa 3,1 Positif Tidak
Revisi
3 Positif Tidak
Revisi
b. Validitas Muka
Validitas muka (face validity) adalah validitas yang
signifikansinya paling rendah karena hanya didasarkan pada penilaian
selintas mengenai isi alat ukur (Margono, 2007: 188). Tujuan validitas
muka adalah untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan sudah
sesuai dengan apa yang ingin diukur. Validitas muka dilakukan untuk
mengetahui bahwa soal tes yang dibuat mudah dipahami oleh siswa.
Validitas dilakukan pada instrumen tes. Instrumen tes berupa 38
soal pilihan ganda dan 9 soal esai, soal tersebut sebelumnya telah
divalidasi oleh para ahli. Validitas muka pada instrumen tes dilakukan
oleh siswa kelas V di SD Negeri Candiroto 1 yang berjumlah 5 orang
siswa. Siswa kelas V SD Negeri Candiroto 1 dipilih karena setara
dengan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas
V dan para siswa juga sudah mempelajari materi mata pelajaran IPA
semester 2 yang sesuai dengan penelitian ini.
Validitas muka dilakukan dengan teknik wawancara.
Wawancara dilakukan saat siswa sedang mengerjakan soal. Setelah
siswa membaca dan mencoba mengerjakan instrumen tes yang telah
dibuat ada beberapa nomor soal dan pernyataan yang membingungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
siswa. Namun untuk keterbacaannya, siswa dapat memahami soal-soal
yang ada. Hasil validitas muka dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3.9 Hasil validasi muka Tipe Soal No Item Masukan dari siswa
Pilihan
Ganda
18 Pilihan ganda susah dipahami
20 Pilihan ganda membingungkan
24 Pilihan ganda membingungkan
34 Kata-kata pada pilihan b dan d susah dipahami
35 Tidak paham arti fisis
Esai 9 Merupakan soal yang paling sulit
Tabel di atas menunjukkan soal-soal yang kurang dipahami dan
membingungkan bagi siswa. Maka untuk lebih mempermudah siswa
dalam mengerjakan, maka soal-soal tersebut direvisi terlebih dahulu
sebelum disebarkan/diujikan.
c. Validitas Konstruk
Validasi konstruk menurut Siregar (2010: 164) adalah kerangka
dari suatu konsep, yang berkaitan dengan kesanggupan alat ukur dalam
mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Untuk menguji
validitas konstruk, dapat digunakan judgment experts dan dilanjutkan
dengan pengujian instrumen. Validitas konstruk minimal dilakukan
pada 30 siswa (Sugiyono, 2011: 125). Validitas konstruk dilakukan
kepada siswa yang pernah mendapatkan materi IPA kelas V SD
semester 2. Validitas diuji dengan menggunakan product moment dari
Pearson. Rumus product moment dapat dilihat pada gambar 3.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
2222 )( YYnXXn
YXXYnrxy
Gambar 3.1. Rumus Product Moment
Keterangan:
rxy= koefisien validitas
X= skor butir soal
Y = skor total
n= jumlah responden
Hasil dari uji validitas ini kemudian direkap menggunakan Ms.
Excel dan perhitungan datanya menggunakan SPSS versi 21. Dari
hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 21, soal yang valid
ditandai dengan adanya tanda bintang satu (*) dan bintang dua (**)
pada nomor soal. Tanda bintang satu berarti adalah bahwa soal
tersebut valid, sedangkan tanda bintang dua berarti soal tersebut
sangat valid. Selain itu, ada pula soal yang tidak terdapat tanda
bintang, artinya soal tersebut tidak valid. Valid atau tidaknya soal
juga dapat dilihat dari nilai r hitungnya. Apabila r hitung > r tabel
maka soal tersebut dianggap valid. Validitas konstruk ini dilakukan
pada 60 siswa. Maka untuk mengetahui harga r tabel dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tabel 3.10 Tabel r Product Moment pada Sign. 0,05 (two tail)
N r N r N r N r
1 0.997 21 0.413 41 0.301 61 0.248
2 0.95 22 0.404 42 0.297 62 0.246
3 0.878 23 0.396 43 0.294 63 0.244
4 0.811 24 0.388 44 0.291 64 0.242
5 0.754 25 0.381 45 0.288 65 0.24
6 0.707 26 0.374 46 0.285 66 0.239
7 0.666 27 0.367 47 0.282 67 0.237
8 0.632 28 0.361 48 0.279 68 0.235
9 0.602 29 0.355 49 0.276 69 0.234
10 0.576 30 0.349 50 0.273 70 0.232
11 0.553 31 0.344 51 0.271 71 0.23
12 0.532 32 0.339 52 0.268 72 0.229
13 0.514 33 0.334 53 0.266 73 0.227
14 0.497 34 0.329 54 0.263 74 0.226
15 0.482 35 0.325 55 0.261 75 0.224
16 0.468 36 0.32 56 0.259 76 0.223
17 0.456 37 0.316 57 0.256 77 0.221
18 0.444 38 0.312 58 0.254 78 0.22
19 0.433 39 0.308 59 0.252 79 0.219
20 0.423 40 0.304 60 0.250 80 0.217
Sumber: Priyatno (2013: 139)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk N = 60,
harga r tabelnya sebesar 0,250. Hasil uji validitas menggunakan SPSS
dapat dilihat pada tabel 3.11.
Tabel 3.11 Hasil validasi soal
No.
Butir
soal
r tabel r hitung Hasil validasi Keterangan No. Soal
setelah
validasi
1. 0,250 a Tidak valid Dibuang
2. 0,250 0,386 Valid Dipakai 1
3. 0,250 0,387 Valid Dipakai 2
4. 0,250 0,273 Valid Dipakai 3
5. 0,250 0,333 Valid Dipakai 4
6. 0,250 0,382 Valid Dipakai
7. 0,250 0,218 Tidak valid Dibuang
8. 0,250 0,508 Valid Dipakai 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
No.
Butir
soal
r tabel r hitung Hasil validasi Keterangan No. Soal
setelah
validasi
9. 0,250 0,560 Valid Dipakai 6
10. 0,250 0,131 Tidak valid Dibuang
11. 0,250 0,232 Tidak valid Dibuang
12. 0,250 0,307 Valid Dibuang
13. 0,250 0,243 Tidak valid Dibuang
14. 0,250 0,257 Valid Dipakai 7
15. 0,250 0,239 Tidak valid Dibuang
16. 0,250 0,467 Valid Dipakai 8
17. 0,250 0,457 Valid Dipakai 9
18. 0,250 0,021 Tidak valid Dibuang
19. 0,250 0,329 Valid Dipakai 10
20. 0,250 0,026 Tidak valid Dibuang
21. 0,250 0,288 Valid Dipakai 11
22. 0,250 0,429 Valid Dipakai 12
23. 0,250 0,212 Tidak valid Dibuang
24. 0,250 0,288 Valid Dipakai 13
25. 0,250 0,152 Tidak valid Dibuang
26. 0,250 0,260 Valid Dipakai 14
27. 0,250 0,403 Valid Dibuang
28. 0,250 0,268 Valid Dipakai 15
29. 0,250 0,341 Valid Dipakai 17
30. 0,250 0,232 Tidak valid Dibuang
31. 0,250 0,246 Tidak valid Direvisi 16
32. 0,250 0,099 Tidak valid Dibuang
33. 0,250 0,003 Tidak valid Dibuang
34. 0,250 0,204 Tidak valid Dibuang
35. 0,250 0,405 Valid Dipakai 18
36. 0,250 0,189 Tidak valid Dibuang
37. 0,250 0,455 Valid Dipakai 19
38. 0,250 0,500 Valid Dipakai 20
Berdasarkan tabel hasil validasi soal di atas, dapat dilihat bahwa
untuk soal tipe pilihan ganda dari 38 soal yang ada, jumlah soal yang valid
ada 22 yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 12, 14, 16, 17, 19, 21, 22, 24, 26, 27,
28, 29, 35, 37 dan 38. Jumlah soal yang valid ternyata belum mewakili
semua indikator yang ada. Maka dari itu ada 1 nomor yang meskipun tidak
valid akan tetap dipakai dan direvisi terlebih dahulu yaitu soal nomor 31.
Dari 22 soal yang valid dan telah direvisi tersebut, diambilah 20 soal yang
dipakai yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 8, 9, 14, 16, 17, 19, 21, 22, 24, 26, 28, 29,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
31, 35, 37 dan 38. Untuk validasi soal esai dapat dilihat hasilnya pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.12 Hasil validasi soal esai
No.
Butir
soal
r tabel r hitung Hasil validasi Keterangan No. Soal
setelah
validasi
1. 0,250 0,623 Valid Dibuang
2. 0,250 0,435 Valid Dipakai 1
3. 0,250 0,540 Valid Dibuang
4. 0,250 0,650 Valid Dipakai 2
5. 0,250 0,363 Valid Dipakai 3
6. 0,250 0,539 Valid Dipakai 4
7. 0,250 0,700 Valid Dibuang 5
8. 0,250 0,754 Valid Dibuang
9. 0,250 0.486 Valid Dibuang
.
Sementara itu, untuk soal tipe esai dapat dilihat bahwa ternyata
semua nomor dinyatakan valid. Dari 9 soal yang ada dipilihlah 5 soal yang
akan dipakai untuk penelitian yaitu nomor 2, 4, 5, 6, dan 7.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Arifin (2012:258) berpendapat bahwa reliabilitas adalah
tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu tes dikatakan
reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada
kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.
Reliabilitas menunjukkan pada ketepatan atau suatu keajegan alat dalam
menilai apa yang diinginkan.
Reliabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan pengujian
internal consistensy. Pengujian semacam ini dilakukan dengan cara
mengujikan instrumen hanya dengan sekali pelaksanaan saja (Sugiyono,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
2011: 131), kemudian dilanjutkan dengan analisis data dengan teknik
Cronbach Alpha. Hasil dari analisis data tersebut dapat digunakan untuk
memprediksi reliabilitas dari instrumen penelitian ini. Dalam gambar 3.2
berikut ini disajikan rumus Cronbach Alpha .
Gambar 3.2 Rumus Cronbach Alpha
Keterangan :
r11 = nilai reliabilitas
∑Si = jumlah varians skor tiap-tiap item
∑St = varians total
k = jumlah item
Metode Cronbach’s Alpha ini sangat cocok digunakan pada skor
berbentuk skala (misal 1-4, 1-5) atau skor rentangan (misal 0-10, 0-30).
Pengambilan keputusan uji reliabilitas adalah sebagai berikut (Priyatno,
2013: 30).
Cronbach’s alpha < 0,6 = reliabilitas buruk
Cronbach’s alpha 0,6-0,79 = reliabilitas diterima
Cronbach’s alpha 0,8 = reliabilitas baik
Hasil uji reliabilitas untuk soal tipe pilihan ganda menggunakan
SPSS versi 21 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Tabel 3.13 Reliabilitas soal pilihan ganda
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,739 22
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0, 739. Nilai Cronbach’s Alpha berada pada rentang 0,6-0,79 yang
artinya reliabilitas diterima, berarti soal-soal tersebut dikatakan reliabel.
Sementara itu, hasil uji reliabilitas soal esai dapat dilihat pada tabel 3.15.
Tabel 3.14 Reliabilitas soal esai
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,741 9
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0, 741. Nilai Cronbach’s Alpha berada pada rentang 0,6-0,79 yang
artinya reliabilitas diterima, berarti soal-soal tersebut dikatakan reliabel.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
analisis deskriptif mean, median, modus, merumuskan null hypothesis,
mengorganisasi data, menentukan taraf signifikansi, menguji normalitas skor
tes, menguji homogenitas skor tes, dan menguji hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
1. Analisis deskripsi
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono, 2010: 208). Fungsi dari statistik deskriptif adalah untuk
mendeskripsikan data sampel tanpa membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum. Data miskonsepsi dilakukan untuk setiap KD.
2. Merumuskan null hypothesis
Menurut Emory (1985) dalam Sugiyono, (2011: 160) the null
hypothesis is used for testing. It is statement that no different exists
between the parameter and statistic being compared. Hipotesis nol
adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan
statistik (data sampel). Hipotesis nol diberi notasi Ho.
Hipotesis statistik penelitian dibuat berdasarkan pada rumusan
masalahnya. Rumusan masalah yang kedua dalam penelitian ini adalah
“apakah ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari tingkat pendidikan
orang tua siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Depok”. Hipotesis
statistik dalam penelitian ini adalah
H0 = tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari tingkat
pendidikan orang tua siswa kelas V SD semester 2 se-
Kecamatan Depok. (µ1- µ2 = 0 atau µ1= µ2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
H1 = Ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari tingkat
pendidikan orang tua siswa kelas V SD semester 2 se
Kecamatan Depok. (µ1- µ2 ≠ 0 atau µ1≠ µ2)
3. Mengorganisasi data
Langkah ketiga dalam analisis data adalah data manajemen. Data
manajemen adalah upaya pengelolaan data mulai dari data tersebut
dikumpulkan hingga siap dianalisis. Data manajemen meliputi empat
langkah, yakni data coding,(untuk jenis kelamin, tingkat pendidikan dll)
data editing, data entry, dan data cleaning.
a. Data coding
Data coding adalah kegiatan pemberian kode atau simbol agar
mempermudah dalam pengolahan data.
b. Data editing
Editing adalah kegiatan memeriksa kelengkapan pengisian dan
ketepatan data sebelum proses pemasukan data. Kegiatan editing
meliputi memeriksa kelengkapan jawaban pertanyaan pada
instrumen tes secara keseluruhan, memeriksa kejelasan tulisan
jawaban, memeriksa kelogisan jawaban.
c. Data entry (pemasukan data)
Data entry adalah tindakan menyalin beberapa bentuk informasi ke
media lain, biasanya melalui masukan ke dalam program komputer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
d. Data cleaning (membersihkan data)
Data cleaning adalah tindakan mendeteksi dan memperbaiki (atau
menghapus) record korup atau tidak akurat dari mengatur catatan,
tabel, atau database.
4. Menentukan taraf signifikansi
Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter
populasi berdasarkan data sampel. Dalam menaksir parameter populasi
tidak jarang terjadi kesalahan. Kesalahan atau kekeliruan ini sering
disebut dengan taraf signifikansi. Taraf signifkansi adalah peluang
kesalahan yang ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk
menolak atau mendukung hipotesis nol.
5. Menguji normalitas skor tes
Uji normalitas skor tes digunakan untuk mengetahui apakah data
tersebar sesuai dengan kurva normal atau tidak. Uji normalitas skor
dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Pengujian
Kolmogorov-Smirnov menggunakan kecocokan kumulatif sampel X
dengan distribusi probabilitas normal (Suseno, 2010: 145). Distribusi
probabilitas pada variabel tertentu dikumulasikan dan dibandingkan
dengan kumulasi sampel. Selisih dari setiap bagian adalah selisih
kumulasi dan selisih yang paling besar dijadikan patokan pada pengujian
hipotesis. Apabila selisih terbesar tidaklah terlalu besar maka H0 dapat
diterima dan jika selisih terbesar terlalu besar maka H0 ditolak. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
menentukan H0 diterima atau ditolak berdasarkan perbandingan tabel
nilai kritis khusus pengujian hipotesis Kolmogorov-Smirnov.
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah
H0 = Sebaran data sesuai dengan kurva normal atau data normal
H1 = Sebaran data tidak sesuai dengan kurva normal atau data
tidak normal
Kriteria normalitas suatu data adalah
1) Jika harga sig (2-tailed) ≥ 0,05; H0 diterima artinya sebaran data tes
tidak sesuai dengan kurva normal atau data tidak normal.
2) Jika harga sig (2-tailed) < 0,05; H0 ditolak atau H1 diterima, artinya
sebaran data tes sesuai dengan kurva normal atau data normal.
6. Menguji homogenitas skor tes
Uji homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji F
(Fisher) atau dengan Lavene’s test. Penentuan homogenitas varians pada
nilai signifikansinya yang dihitung dengan menggunakan Lavene’s test
atau uji F. Jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05 maka varians data
yang dianalisis homogen.
7. Menguji hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini bergantung pada hasil uji
normalitas data. Jika data normal maka menggunakan statistik parametik
(menggunakan uji ANOVA). Sedangkan jika data tidak normal maka
harus menggunakan metode statistik non parametik (K Independent
Samples Test dengan Uji Kruskal Wallis). Taraf signifikansi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
digunakan adalah 0,05 dengan menggunakan pengujian beberapa
kelompok data, dalam hal ini dibagi menjadi 7 kelompok data
berdasarkan tingkat pendidikan orang tua. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS 21.
Hipotesis yang digunakan dalam uji hipotesis adalah
H0 = tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari tingkat
pendidikan orang tua siswa kelas V SD semester 2 se
Kecamatan Depok. (µ1= µ2)
H1 = Ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari tingkat
pendidikan orang tua siswa kelas V SD semester 2 se
Kecamatan Depok (µ1≠ µ2)
Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah
1) Jika harga sig (2-tailed) ≥ 0,05; H0 diterima, artinya tidak ada
perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari tingkat pendidikan orang tua
siswa kelas V SD semester 2 se Kecamatan Depok..
2) Jika harga sig (2-tailed) < 0,05; H0 ditolak atau H1 diterima, ada
perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari tingkat pendidikan orang tua
siswa kelas V SD semester 2 se Kecamatan Depok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD ini dilakukan
di beberapa SD Negeri di Kecamatan Depok. Subyek penelitiannya
adalah siswa kelas V SD se-Kecamatan Depok. Siswa kelas V SD dipilih
karena siswa kelas V berada pada tahap operasional konkret yaitu pada
umur 7-11 tahun. Menurut Piaget, pada tahap ini anak sudah dapat
membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki
(Yusuf, 2009: 7). Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah
sehingga memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara
logis.
Penelitian ini dilakukan di 34 SD Negeri se-Kecamatan Depok
yang menggunakan KTSP. Sekolah-sekolah tersebut dipilih berdasarkan
kesediaan sekolah yang bersangkutan untuk dijadikan tempat penelitian.
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 297 siswa. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes.
Instrumen tes yang digunakan berupa tes pilihan ganda dan esai,
sedangkan instrumen non tes yang digunakan berupa kuesioner. Untuk
mengetahui ada tidaknya miskonsepsi pada siswa maka digunakanlah tes.
Soal-soal tes terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 5 soal esai. Dalam soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
siswa diminta untuk memilih jawaban dari pilihan jawaban yang tersedia
dan melingkari salah satu pernyataan yang ada (yakin benar atau tidak
yakin benar) dari setiap soal. Soal-soal tersebut sudah teruji kualitasnya
karena sebelumnya instrumen yang dibuat sudah divalidasi oleh 4 ahli dan
sudah melalui proses revisi terlebih dahulu, setelah itu baru disebar ke 34
SD Negeri se-Kecamatan Depok yang menggunakan KTSP. Dari hasil
jawaban siswa, dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD semester 2. Selain itu
dengan melihat hasil jawaban siswa dan tingkat pendidikan orang tua
siswa dapat dilihat apakah ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat
dari tingkat pendidikan orang tua siswa kelas V SD semester 2.
2. Deskripsi Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
se-Kecamatan Depok yang berjumlah 297 siswa. Data yang diperoleh
dalam penelitian ini bukan hanya berupa hasil tes atau jawaban siswa,
melainkan juga data mengenai tingkat pendidikan orang tua siswa. Data
ini digunakan untuk mengetahui ada tidak perbedaan miskonsepsi jika
dilihat dari tingkat pendidikan orang tua siswa. Data mengenai tingkat
pendidikan orang tua siswa dapat dilihat lebih jelas dalam tabel di bawah
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Tabel 4.1 Data mengenai tingkat pendidikan orang tua siswa
No. Nama SD Sampel
Penelitian
Tingkat Pendidikan Orang Tua
SD SMP SMA D3 S1 S2 S3
1 SD N Timbulharjo 8 0 1 5 0 2 0 0
2 SD N Ambarukmo 5 1 2 2 0 0 0 0
3 SD N Depok 1 14 0 1 5 0 5 2 1
4 SD N Karangwuni 2 0 1 0 0 1 0 0
5 SD N Puren 8 1 1 5 0 1 0 0
6 SD N Catur Tunggal 3 8 1 2 5 0 0 0 0
7 SD N Gejayan 4 1 0 1 0 1 1 0
8 SD N Catur Tunggal 6 6 0 0 4 0 2 0 0
9 SD N Kledokan 8 3 3 1 1 0 0 0
10 SD N Maguwoharjo 16 0 1 3 2 4 6 0
11 SD N Nanggulan 12 0 1 7 1 2 1 0
12 SD N Deresan 14 2 2 5 1 2 1 1
13 SD N Perumnas CC 15 0 2 4 3 5 1 0
14 SD N Perumnas 3 6 0 2 2 0 1 1 0
15 SD N Nolobangsan 4 1 2 1 0 0 0 0
16 SD N Catur Tunggal 4 14 3 3 5 0 2 1 0
17 SD N Ringinsari 6 1 0 5 0 0 0 0
18 SD N Ngringin 7 2 2 2 0 1 0 0
19 SD N Sarikarya 8 1 0 4 0 2 1 0
20 SD N Depok 2 6 2 2 1 0 1 0 0
21 SD N Percobaan 2 16 0 0 0 0 14 1 1
22 SD N Kentungan 12 1 0 4 3 2 2 0
23 SD N Karang Asem 8 1 1 4 0 1 1 0
24 SD N Gambiranom 14 0 2 6 2 3 1 0
25 SD N Tajem 7 2 2 1 0 2 0 0
26 SD N Samirono 9 0 3 4 0 1 1 0
27 SD N Adisucipto 2 5 0 1 2 2 0 0 0
28 SD N Bhaktikarya 7 1 1 2 1 2 0 0
29 SD N Kalongan 3 0 1 2 0 0 0 0
30 SD N Catur Tunggal I 5 1 0 3 1 0 0 0
31 SD N Mustokorejo 8 2 2 2 0 1 1 0
32 SD N Corongan 5 1 0 2 0 2 0 0
33 SD N Adisucipto 1 12 0 0 4 1 6 1 0
34 SD N Condongcatur 15 1 0 7 1 6 0 0
Jumlah 297 29 41 110 19 72 23 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini ada 297 siswa. Berdasarkan data yang
didapat dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan terakhir orang tua
siswa, untuk lulusan tingkat SD ada 29 orang, SMP ada 41 orang, SMA
sebanyak 110 orang, D1 ada 19 orang, S1 ada 72 orang, S2 ada 23 orang
serta lulusan S3 ada 3 orang.
3. Deskripsi Data Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD se-Kecamatan
Depok
Deskripsi data miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD se-
Kecamatan Depok akan disajikan berdasarkan Kompetensi Dasarnya. Ada
6 KD yang akan dibahas, yaitu KD 5.1 , 5.2, 6.1, 6.2, 7.1, dan 7.3. Siswa
dapat dikatakan mengalami miskonsepsi jika dia menjawab dengan salah
tetapi dia yakin dengan jawabannya tersebut.
a. 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
Untuk mengetahui konsep siswa tentang KD 5.1, siswa diuji
dengan memberikan 4 soal yang mewakili 2 indikator. Jawaban yang
didapatkan untuk jenis soal tertulis pilihan ganda tersaji dalam tabel
4.2.
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tabel 4.2 Data miskonsepsi siswa KD 5.1
N
o
Indikator Nomor
Butir
Soal
Kunci
Jawaban
Jawaban
Siswa
Kemantapan
Jawaban
Jumlah Persen-
tase
Ket.
Yakin
Benar
Tidak
Yakin
Benar
1
.
5.1.1
Menyebut-
kan
macam-
macam
gaya
melalui
percobaan
1 D A 9 4 13 4,38 % 6,7%
miskon-
sepsi
B 1 0 1 0,34 %
C 10 2 12 4,04 %
D 265 6 271 91,24 %
2 C A 31 4 35 11,78 % 18,5%
miskon-
sepsi
B 13 2 15 5,05 %
C 217 18 235 79,13 %
D 11 1 12 4,04 %
2
.
5.1.2
Mengiden-
tifikasi
faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi gaya
3 B A 14 4 18 6,06 % 34,3%
miskon-
sepsi
B 155 22 177 59,60 %
C 28 2 30 10,10 %
D 60 12 72 24,24 %
4 D A 42 13 55 18,52 % 42,2%
miskon-
sepsi
B 26 5 31 10,44 %
C 58 8 66 22,22 %
D 138 7 145 48,82 %
Berdasarkan tabel di atas, indikator 5.1.1 tentang macam-
macam gaya melalui percobaan, untuk nomor soal 1 sebanyak 91,24
% siswa menjawab dengan benar yaitu D (gesek). Pada nomor soal 1
sebanyak 91,24 % siswa mempunyai konsep yang benar, bahwa roda
yang digelindingkan akan berhenti karena adanya pengaruh gaya
gesek, sedangkan 8, 76 % siswa menjawab dengan salah. Dari 8,76 %
siswa tersebut, ada 4,38 % siswa yang menjawab A (pegas), 0,34%
siswa menjawab B (magnet), dan 4,04 % siswa menjawab C
(gravitasi). Dari jumlah siswa yang menjawab salah, ada 20 orang
siswa yang menjawab salah namun mereka yakin dalam jawabannya.
Jadi dapat dikatakan ada 20 orang siswa (6,7%) yang mengalami
miskonsepsi pada konsep gaya gesek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Nomor soal 2 tentang penerapan gaya gravitasi sebanyak 79, 13
% siswa menjawab benar yaitu C (pernyataan nomor 3, yaitu air
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah), sedangkan
20,87 % siswa masih menjawab salah. Dari 20,87 % siswa, 11,78 %
diantaranya menjawab A (jarum kompas dapat menunjukkan arah
utara dan selatan), 5,05 % menjawab B ( Adi mengerem sepedanya
saat melewati turunan), dan 4,04 % siswa menjawab D (orang yang
sedang berenang dapat bergerak maju). Untuk soal nomor 2, ada 55
siswa (18,5%) yang mengalami miskonsepsi pada konsep gaya
gravitasi.
Indikator 5.1.2 tentang faktor yang mempengaruhi gaya terdiri
dari dua soal. Untuk nomor soal 3 tentang yang bukan pengaruh gaya
gravitasi terhadap benda sebanyak 59,60 % siswa menjawab benar
yaitu B (benda cepat mengalami pelapukan), dan 40,40 % menjawab
salah. Dari 40,40 % siswa tersebut, 6,06 % siswa menjawab A (benda
memiliki berat); 10,10 % menjawab C (benda jatuh ke bawah); dan
24,24 % siswa menjawab D (permukaan air selalu datar). Ada 102
orang siswa (34,3%) yang mengalami miskonsepsi dalam
mengerjakan soal nomor 3 yaitu tentang konsep gaya gravitasi.
Nomor soal 4 tentang yang bukan termasuk cara untuk
memperbesar gaya gesek, sebanyak 48,82 % siswa menjawab benar
yaitu D (memperhalus permukaan benda). Sebanyak 51,18 %
menjawab salah, dari data tersebut 18,52 % menjawab A, 10,44 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
menjawab B, dan 22,22 % menjawab C. Siswa yang mengalami
miskonsepsi pada soal nomor 4 sebanyak 126 siswa (42,4%).
b. 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan
lebih mudah dan lebih cepat
Untuk mengetahui konsep siswa tentang KD 5.2, siswa diuji
dengan memberikan 5 soal yang mewakili 3 indikator. Jawaban yang
didapatkan untuk jenis soal tertulis pilihan ganda tersaji dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.3 Data miskonsepsi siswa KD 5.2
No Indikator Nomor
Butir
Soal
Kunci
Jawaban
Jawaban
Siswa
Kemantapan
Jawaban
Jumlah Persen-
tase
Ket.
Yakin
Benar
Tidak
Yakin
Benar
1. 5.2.1
Mengidenti
fikasi ciri-
ciri
pesawat
sederhana
5 B A 47 12 59 19,86 % 27,6%
miskon-
sepsi
B 169 22 191 64,31 %
C 25 12 37 12,46 %
D 10 0 10 3,37 %
6 A A 186 20 206 69,36 % 22,5%
miskon-
sepsi
B 31 11 42 14,14 %
C 29 13 42 14,14 %
D 7 0 7 2,36 %
2. 5.2.2
Menyebut-
kan contoh
jenis tuas
atau
pengungkit
jenis
pertama
7 B A 17 6 23 7,74
26,2%
miskon-
sepsi
B 183 20 203 68,35 %
C 61 10 71 23,91 %
D 0 0 0 0 %
3. 5.2.3
Menyebut-
kan
penerapan
pesawat
sederhana
dalam
kehidupan
sehari-hari
8
A A 264 5 269 90,57 % 8,1%
miskon-
sepsi
B 11 2 13 4,38 %
C 0 0 0 0 %
D 13 2 15 5,05 %
9 C A 11 2 13 4, 38 % 4,4%
miskon-
sepsi
B 1 1 2 0, 67 %
C 276 5 281 94,61%
D 1 0 1 0,04 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Berdasarkan tabel di atas, nomor soal 5 tentang pesawat
sederhana, sebanyak 64,31 % siswa menjawab benar yaitu gunting
merupakan jenis pengungkit yang titik tumpunya terletak di antara
beban dan kuasa (jawaban B). Sedangkan 35,69% lainnya menjawab
salah, dari jumlah tersebut sebanyak 19,86% menjawab A, 12,46%
diantaranya menjawab C, dan sisanya menjawab D. Setelah dihitung,
banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep pesawat
sederhana ada 82 siswa (27,6%).
Pada soal nomor 6 tentang mengidentifikasi posisi titik tumpu,
beban, dan kuasa pada suatu pesawat sederhana 69,36% siswa dapat
menjawab dengan benar bahwa gerobak beroda satu posisi beban
berada di antara titik tumpu dan kuasa (jawaban A). Dari 297 siswa,
sebanyak 91 siswa atau 30,64% siswa menjawab salah, yaitu 14,14%
menjawab B, 14,14% menjawab C dan 2,36% menjawab D. Siswa
yang mengalami miskonsepsi di soal nomor 6 ini sebanyak 67 siswa
(22,5%).
Soal nomor 7 mewakili indikator 5.2.2 tentang menyebutkan
jenis tuas. Dalam soal, terdapat gambar seorang anak mendorong
troli/gerobak beroda satu, 68,35% siswa menjawab benar bahwa
gambar tersebut termasuk tuas golongan kedua (jawaban B).
Sementara itu, 7,74% menjawab A dan 23,91% menjawab C.
Banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep tuas ada
78 siswa (26,2%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Indikator 5.2.3 tentang penerapan pesawat sederhana diwakili
soal nomor 8 dan 9. Soal nomor 8 tentang penggunaan prinsip kerja
pada alat pembuka tutup botol. Sebagian besar siswa yaitu sebanyak
90,57% siswa menjawab dengan benar bahwa alat pembuka tutup
botol menggunakan prinsip kerja pengungkit (jawaban A). Sisanya
yaitu sebanyak 9,43% siswa menjawab B dan D. Ada 24 siswa (8,1%)
yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor 8.
Soal nomor 9, sebanyak 94,61% siswa menjawab benar bahwa
jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok merupakan prinsip
penerapan bidang miring (jawaban C). Siswa yang menjawab A ada
4,38 %, yang menjawab B ada 0,67% serta 0,04% menjawab D.
Terdapat 13 orang siswa (4,4%) yang masih mengalami miskonsepsi
pada soal nomor 9 tentang konsep bidang miring.
c. 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
Untuk mengetahui konsep siswa tentang KD 6.1, siswa diuji
dengan memberikan 5 soal yang mewakili 2 indikator. Jawaban yang
didapatkan untuk jenis soal tertulis pilihan ganda tersaji dalam tabel di
bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Tabel 4.4 Data miskonsepsi siswa KD 6.1
No Indikator Nomor
Butir
Soal
Kunci
Jawaban
Jawaban
Siswa
Kemantapan
Jawaban
Jumlah Persen-
tase
Ket.
Yakin
Benar
Tidak
Yakin
Benar
1. 6.1.1
Menyebut-
kan sifat-
sifat
cahaya
10 B A 72 29 101 34, 01 % 37%
miskon-
sepsi
B 96 46 142 47,81 %
C 19 5 24 8, 08 %
D 19 11 30 10,10 %
11 A A 178 19 197 66, 33 % 26,9%
miskon-
sepsi
B 39 9 48 16,16 %
C 22 8 30 10,10 %
D 19 3 22 7,41 %
2. 6.1.2
Menjelaska
n sifat
bayangan
pada
cermin
12 B A 11 3 14 4, 71 % 14,1%
miskon-
sepsi
B 227 21 248 83,50 %
C 29 4 33 11,11 %
D 2 0 2 0,67 %
13 A A 101 14 115 38,72 % 48,5%
miskon-
sepsi
B 60 17 77 25,93 %
C 16 9 25 8, 42%
D 68 12 80 26,94 %
14 C A 22 16 38 12,80 % 18,2%
miskon-
sepsi
B 22 20 42 14,14
C 159 37 196 65,99 %
D 10 11 21 7,07 %
Berdasarkan tabel di atas, indikator 6.1.1 tentang menyebutkan
sifat-sifat cahaya diwakili oleh soal nomor 10 dan 11. Soal nomor 10
tentang konsep pembiasan cahaya, ternyata dari jawaban siswa masih
banyak yang salah konsep. Hal itu terbukti bahwa hanya 47,81%
siswa saja yang menjawab benar, bahwa cahaya yang merambat dari
udara ke air akan dibiaskan mendekati garis normal (jawaban B).
Sebanyak 34,01% siswa menjawab A, ada 8,08% siswa yang
menjawab C, dan ada 10,10% siswa yang menjawab D. Sebanyak 110
siswa (37%) masih mengalami miskonsepsi pada konsep cahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Ada sebanyak 66,33% siswa yang menjawab benar pada soal
nomor 11, bahwa dispersi cahaya merupakan peristiwa penguraian
cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna (jawaban A). Siswa
yang menjawab B ada 16,16 %, yang menjawab C ada 10,10%, dan
siswa yang menjawab D ada 7,41%. Siswa yang mengalami
miskonsepsi pada nomor 11 ada 80 siswa (26,9).
Soal nomor 12-14 merupakan soal yang mewakili indikator
6.1.2 tentang sifat bayangan pada cermin. Soal nomor 12 tentang
konsep cermin datar. Sebanyak 83,50% siswa dapat menjawab dengan
benar bahwa pada cermin datar jarak benda dengan cermin sama
dengan jarak bayangan dengan cermin (jawaban B). Sementara itu,
16,50% diantaranya ada yang menjawab lebih jauh, dekat dan sangat
dekat dengan jarak bayangan dengan cermin. Siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep cermin datar ada 42 siswa (14,1%).
Konsep sifat bayangan yang dibentuk oleh kaca spion yang ada
di soal nomor 13, ternyata masih banyak siswa menjawab salah. Dari
100%, hanya 38,72% siswa yang menjawab benar yaitu bayangan
yang dibentuk oleh kaca spion bersifat semu, tegak, dan diperkecil
(jawaban A). Sisanya yaitu sebanyak 61,28% siswa menjawab salah.
Dari 61,28% siswa tersebut, 25,93% diantaranya menjawab B, yang
menjawab C ada sekitar 8,42% serta yang menjawab D ada 26,94%
siswa. Banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi tentang konsep
cermin adalah 144 siswa (48,5%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Soal nomor 14 tentang konsep pembiasan cahaya. Sebanyak
65,99% siswa menjawab benar yaitu cahaya yang merambat dari zat
yang rapat ke zat yang kurang rapat akan dibiaskan mendekati garis
normal (jawaban C). Sementara itu, dari siswa yang menjawab salah
ada 12,80% yang menjawab A, 14,14% menjawab B, dan sekitar
7,07% siswa menjawab D. Siswa yang masih mengalami miskonsepsi
pada soal nomor 14 berjumlah 54 siswa (18,2%).
d. 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari
bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya
Untuk mengetahui konsep siswa tentang KD 6.2, siswa diuji
dengan memberikan 2 soal yang mewakili 1 indikator. Jawaban yang
didapatkan untuk jenis soal tertulis pilihan ganda tersaji dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.5 Data miskonsepsi siswa KD 6.2
No Indikator Nomor
Butir
Soal
Kunci
Jawaban
Jawaban
Siswa
Kemantapan
Jawaban
Jumlah Persen-
tase
Ket.
Yakin
Benar
Tidak
Yakin
Benar
1. 6.2.1
Mengeta-
hui alat dan
bahan yang
digunakan
untuk
membuat
karya/mo-
del yang
menerap-
kan sifat-
sifat
cahaya
15 C A 9 4 13 4,38 % 32,3%
miskon-
sepsi
B 27 5 32 10,77 %
C 169 14 183 61,62 %
D 60 9 69 23,23 %
17 A A 182 40 222 74,75 %
18,5%
miskon-
sepsi
B 12 7 19 6,40 %
C 11 3 14 4,71 %
D 32 10 42 14,14 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Berdasarkan tabel di atas, soal nomor 15 tentang bahan utama
untuk membuat periskop. Sebanyak 61,62% mengetahui bahwa bahan
utama untuk membuat model periskop adalah kotak pasta gigi dan
cermin (jawaban C). Ada 4,38% siswa yang menjawab gunting dan
lem (A), selain itu 10,77% siswa menjawab karton dan isolasi, dan
sebanyak 23,23% siswa menjawab D yaitu cermin dan lem. Siswa
yang mengalami miskonsepsi sebanyak 96 siswa (32,3%).
Jika soal nomor 15 membahas tentang bahan utama untuk
membuat periskop, soal nomor 17 membahas tentang bahan utama
membuat kaca pembesar sederhana. Sebanyak 74,75% siswa dapat
menjawab dengan benar bahwa bahan utama membuat kaca pembesar
sederhana adalah bola lampu (jawaban A). Sementara itu, ada 25,25%
siswa menjawab salah. Dari 25,25% tersebut, 6,40% diantaranya
menjawab B, 4,71% menjawab C, dan 14,14% siswa menjawab D.
Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep periskop ada 55
siswa (18,5%).
e. 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
Untuk mengetahui konsep siswa tentang KD 7.1, siswa diuji
dengan memberikan 2 soal yang mewakili 2 indikator. Jawaban yang
didapatkan untuk jenis soal tertulis pilihan ganda tersaji dalam tabel
4.6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Tabel 4.6 Data miskonsepsi siswa KD 7.1
No Indikator Nomor
Butir
Soal
Kunci
Jawaban
Jawaban
Siswa
Kemantapan
Jawaban
Jumlah Persen-
tase
Ket.
Yakin
Benar
Tidak
Yakin
Benar
1. 7.1.1
Menggo-
longkan
jenis-jenis
batuan
16 A A 78 38 116 39,06 %
39,7%
miskon-
sepsi
B 46 23 69 23,23 %
C 36 19 55 18,52 %
D 36 21 57 19,19 %
2. 7.1.2
Menjelas-
kan proses
pembentuk
an tanah
karena
pelapukan
18 A A
175 23 198 66,67 %
20,2%
miskon-
sepsi
B
25 8 33 11,11 %
C
30 19 49 16,50 %
D 5 12 17 5,72 %
Berdasarkan tabel di atas, indikator 7.1.1 diwakili oleh soal
nomor 16. Soal ini membahas tentang konsep batuan granit. Siswa
masih banyak yang salah menjawab saat diminta menyebutkan ciri-
ciri batuan granit. Siswa yang menjawab salah ada 60,94%, yang
menjawab B ada 23,23%, C ada 18,52%, dan D ada 19,19%. Siswa
yang menjawab benar yaitu A ada 39,06%. Siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep batuan granit sebanyak 118 siswa (39,7%).
Soal nomor 18 yang mewakili indikator 7.1.2 membahas tentang
pelapukan fisis. Sebanyak 66,67% siswa menjawab dengan benar
bahwa pelapukan fisis adalah proses pelapukan batuan karena
pengaruh suhu, hujan, dan angin. Sedangkan 11,11% menjawab
terjadi karena peran makhluk hidup, 16,50% siswa menjawab bahwa
pelapukan fisis adalah pelapukan yang menghasilkan perubahan zat
mineral pembentuk batuan dan 5,72% lainnya menjawab proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
pelapukan batuan yang disebabkan oleh hujan deras dan arus air.
Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep pelapukan fisis
sebanyak 60 siswa (20,2%).
f. 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
Untuk mengetahui konsep siswa tentang KD 7.3, siswa diuji
dengan memberikan 2 soal yang mewakili 1 indikator. Jawaban yang
didapatkan untuk jenis soal tertulis pilihan ganda tersaji dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.7 Data miskonsepsi siswa KD 7.3
No Indikator Nomor
Butir
Soal
Kunci
Jawaban
Jawaban
Siswa
Kemantapan
Jawaban
Jumlah Persen-
tase
Ket.
Yakin
Benar
Tidak
Yakin
Benar
1. 7.3.1
Mendeskri
psikan
struktur
permukaan
bumi
19 D A 41 14 55 18,52 % 35,6%
miskon-
sepsi
B 41 7 48 16,16 %
C 24 15 39 13,13 %
D 149 6 155 52,19 %
20 A A 193 30 223 75,08 % 20,5%
miskon-
sepsi
B 47 10 57 19,19 %
C 12 1 13 4, 38 %
D 2 2 4 1,35 %
Berdasarkan tabel di atas, konsep tentang struktur permukaan
bumi ada pada soal nomor 19 dan 20. Dalam soal nomor 19, siswa
diminta menyebutkan urutan lapisan penyusun bumi dari yang paling
dalam. Dari hasil jawaban siswa, sebanyak 52,19% siswa dapat
menjawab dengan benar, dan sisanya yaitu sebanyak 47,81% siswa
salah dalam menjawab. Sebanyak 106 siswa (35,6%) mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
miskonsepsi pada nomor soal 19 tentang konsep lapisan penyusun
bumi.
Pada soal nomor 20 tentang mengidentifikasi struktur
permukaan bumi, sebanyak 75,08% siswa menjawab benar. Sebanyak
24,92% siswa menjawab dengan tidak benar. Dari 24,92% tersebut,
ada 19,19% yang menjawab B, 4,38% menjawab C, dan 1,35%
menjawab D. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
struktur permukaan bumi ada 61 siswa (20,5%).
Dari deskripsi miskonsepsi di atas, miskonsepsi yang terjadi
pada siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.8 Data miskonsepsi siswa soal pilihan ganda
Nomor
soal
Banyaknya siswa
yang mengalami
miskonsepsi
Persentase
(%)
1. 20 6,7
2. 55 18,5
3. 102 34,3
4. 126 42,2
5. 82 27,6
6. 67 22,5
7. 78 26,2
8. 24 8,1
9. 13 4,4
10. 110 37
11. 80 26,9
12. 42 14,1
13. 144 48,5
14. 54 18,2
15. 96 32,3
16. 118 39,7
17. 55 18,5
18. 60 20,2
19. 106 35,6
20. 61 20,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa miskonsepsi
paling banyak terjadi pada soal nomor 13 yang membahas tentang
sifat baayangan pada cermin, yaitu sebanyak 144 siswa. Miskonsepsi
paling banyak kedua terjadi pada soal nomor 4 tentang faktor yang
mempengaruhi gaya, siswa yang mengalami sebanyak 126. Sementara
itu, miskonsepsi yang paling sedikit terjadi pada soal nomor 9 tentang
pesawat sederhana, yaitu hanya 13 siswa saja yang mengalami
miskonsepsi.
Data miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD se-Kecamatan Depok
yang diperoleh berupa soal pilihan ganda dan esai. Jika pada soal pilihan
ganda deskripsi data disajikan berdasarkan Kompetensi Dasarnya, maka
pada soal esai deskripsi data miskonsepsi siswa akan disajikan
berdasarkan konsepnya. Ada 5 konsep yang akan dibahas, yaitu konsep
tentang gaya magnet, cahaya, cermin, pesawat sederhana, dan konsep
tentang pelapukan.
a. Konsep tentang gaya magnet
Konsep tentang gaya magnet diwakili oleh soal nomor 1. Dalam
soal nomor 1 siswa diminta untuk menjelaskan apakah paku kecil yang
dipasang penghalang plastik dapat dipengaruhi magnet atau tidak.
Jawaban yang didapatkan untuk jenis soal tertulis jenis esai tersaji
dalam tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Tabel 4.9 Data miskonsepsi siswa tentang konsep gaya magnet
Nomor
Butir
soal
Kunci Jawaban Jawaban Siswa Jumlah Persentase
(%)
Keterangan
1
Ya, paku kecil
yang dipasang
penghalang
plastik dapat
dipengaruhi
magnet, karena
magnet dapat
menembus
benda tipis,
misalnya
plastik, kertas,
kain, dan kaca
tipis.
Ya, karena gaya magnet
dapat menembus plastik,
kertas, kain, kaca, kecuali
kaca tebal. Magnet dapat
menembus benda tipis.
123 41,41 41,41%
benar
Iya, karena di paku itu
mengandung magnet 40 13,47
58,59%
miskonsepsi
Iya, karena gaya tarik
magnet kuat 21 7,07
Tidak, karena terhalang oleh
plastic 61 20,54
Tidak menjawab 14 4,71
Tidak sesuai konteks 38 12,79
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 41,41% siswa dapat
menjawab dan menjelaskan alasannya dengan benar bahwa paku kecil
yang dipasang penghalang plastik dapat dipengaruhi magnet, karena
magnet dapat menembus benda tipis. Sementara itu, ada 58,59%
siswaa yang mengalami miskonsepsi. Dari jumlah tersebut, sebanyak
20,54% siswa yang menjawab tidak dapat dipengaruhi magnet karena
terhalang plastik.
b. Konsep tentang cahaya
Konsep tentang cahaya diwakili oleh soal nomor 2. Dalam soal
nomor 2 ada sebuah gambar pensil di dalam gelas berisi air, dan di
gambar tersebut pensil tampak seperti patah. Untuk soal nomor 2 ini
siswa diminta untuk menjelaskan mengapa pensil dalam gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
tersebut terlihat patah. Jawaban yang didapatkan untuk jenis soal
tertulis jenis esai tersaji dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.10 Data miskonsepsi siswa tentang konsep cahaya
Nomor
Butir
soal
Kunci
Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah Persentase
(%)
Ket
2 Pensil pada
gambar
tersebut
tampak seperti
patah karena
adanya
pembiasan
cahaya.
Cahaya datang
dari zat yang
lebih rapat
(benda di air)
menuju ke
udara (kurang
rapat),
kemudian
dibiaskan
menjauhi garis
normal.
Pensil tampak
seperti patah karena
adanya pembiasan
cahaya. Cahaya
datang dari zat yang
lebih rapat (benda di
air) menuju ke udara
(kurang rapat),
kemudian dibiaskan
menjauhi garis
normal.
239 80,47 80,47%
benar
Pemantulan cahaya 12 4,04
19,53%
miskonsepsi
Adanya penguraian
cahaya 3 1,01
Karena gelasnya
cembung, jadi pensil
dalam gelas terlihat
patah
2 0,67
Tidak sesuai konteks 41 13,80
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang dapat
menjawab dengan benar ada 80,47% siswa. Sementara itu, ada 19,53%
siswa mengalami miskonsepsi.
c. Konsep tentang cermin
Konsep tentang cermin terdapat soal nomor 3. Dalam soal
nomor 3 siswa diminta untuk menjelaskan apakah bayangan yang
dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik. Jawaban yang didapatkan
untuk jenis soal tertulis jenis esai tersaji dalam tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Tabel 4.11 Data miskonsepsi siswa tentang konsep cermin
Nomor
Butir
soal
Kunci
Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah Persentase
(%)
Ket.
3
Bayangan yang
dibentuk oleh
cermin cekung
tidak selalu
terbalik, karena
sifat bayangan
yang dibentuk
oleh cermin
cekung
bergantung
pada letak
benda di dalam
cermin. Jika
benda terletak
diatara F
(fokus) dan P
(pusat
kelengkungan)
maka
bayangan yang
terbentuk
bersifat nyata,
terbalik.
Sedangkan jika
benda terletak
diantara O
(pusat optis)
dan F (fokus)
maka
bayangan
terletak
dibelakang
cermin,
bersifat tegak
dan diperbesar.
Bayangan yang dibentuk
oleh cermin cekung tidak
selalu terbalik, karena sifat
bayangan yang dibentuk
oleh cermin cekung
bergantung pada letak
benda di dalam cermin.
50 16,84 16,84%
benar
Ya, karena bayangan
dipantulkan/yang
terbentuk terbalik
81 27,27
83,16%
terjadi
miskonsepsi
Karena sifat cermin
cekung maya, tegak dan
diperbesar
71 23,91
Bayangan yang dibentuk
nyata 5 1,68
Tidak menjawab 16 5,39
Iya karena melengkung ke
dalam 24 8,08
Tidak sesuai konteks 50 16,84
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masih banyak
siswa yang belum memahami konsep tentang cermin cekung. Dari
keseluruhan siswa yang menjadi subyek penelitian, hanya 16,84%
siswa saja yang dapat menjawab dengan benar. Sementara itu,
sebanyak 83,16% siswa mengalami miskonsepsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
d. Konsep tentang pesawat sederhana
Soal nomor 4 membahas tentang konsep pesawat sederhana,
khususnya bidang miring. Dari soal tersebut, siswa diminta
menjelaskan mengapa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-
kelok. Jawaban yang didapatkan untuk jenis soal tertulis tipe esai
tersaji dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.12 Data miskonsepsi siswa tentang konsep pesawat sederhana
Nomor
Butir
soal
Kunci Jawaban Jawaban Siswa Jumlah Persentase
(%)
Ket.
4
Jalan di daerah
pegunungan
dibuat berkelok-
kelok karena:
a. Jalan yang
berkelok-
kelok
merupakan
salah satu
penerapan
bidang
miring.
b. Agar orang
dapat mudah
mencapai
tempat
dengan
ketinggian
tertentu,
dengan tenaga
lebih kecil.
c. Dengan
dibuat
berkelok-
kelok,
pengendara
kendaraan
bermotor
lebih mudah
melewati
jalan yang
menanjak dan
tidak
berbahaya.
Jalan di daerah
pegunungan dibuat
berkelok-kelok agar
orang dapat mudah
mencapai tempat
dengan ketinggian
tertentu dengan
tenaga yang lebih
kecil.
55 18,52
88,89%
benar
Agar pengendara
kendaraan bermotor
lebih mudah
melewati jalan yang
menanjak.
136 45,79
Agar kendaraan
tidak tergelincir dan
tidak berbahaya
34 11,45
Jalan yang dibuat
berkelok-kelok
merupakan salah
satu penerapan
bidang miring.
39
13,13
Memperkecil gaya
gesek 11 3,70
11,11%
miskonsepsi
Tidak menjawab 4 1,35
Tidak sesuai
konteks
18 6,06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar
siswa yaitu 88,89% siswa dapat menjawab dengan benar. Dari 88,89%
siswa tersebut, sebanyak 18,52% siswa menjawab agar orang dapat
mudah mencapai tempat dengan ketinggian tertentu dengan tenaga
yang lebih kecil; 45,79% menjawab agar pengendara kendaraan
bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak: 11,45%
menjawab agar kendaraan tidak tergelincir dan tidak berbahaya dan
sebanyak 13,13% siswa menjawab bahwa jalan yang dibuat berkelok-
kelok merupakan salah satu penerapan bidang miring. Sementara itu
sisanya ada 11,11% siswa yang mengalami miskonsepsi
e. Konsep tentang pelapukan.
Konsep tentang pelapukan biologi diwakili oleh soal nomor 5.
Dalam soal tersebut, siswa diminta menjelaskan apa yang dimaksud
dengan pelapukan biologi dan menyebutkan penyebab-penyebabnya.
Jawaban yang didapatkan untuk jenis soal tertulis tipe esai tersaji
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.13 Data miskonsepsi siswa tentang konsep pelapukan
Nomor
Butir
soal
Kunci
Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah Persentase
(%)
Ket
5
Pelapukan
biologi adalah
pelapukan
yang terjadi
karena peran
makhluk
hidup.
Penyebabnya
adalah lumut,
Pelapukan biologi adalah
pelapukan yang terjadi
karena peran makhluk
hidup. Penyebabnya
adalah lumut, litchen, akar
tanaman dan tumbuhan,
humus dari daun.
209 70,37
70,37%
benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
litchen, akar
tanaman dan
tumbuhan,
humus dari
daun.
Pelapukan yang terjadi
karena air 14 4,71
29,63%
miskonsepsi
Pelapukan yang terjadi
karena pengaruh suhu 18 6,06
Pelapukan yang terjadi
karena angina 3 1,01
Pelapukan yang
terjadikarena bahan kimia 8 2,69
Tidak menjawab 10 3,37
Tidak sesuai konteks 35 11,78
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 70,37% siswa dapat
menjawab dengan benar, dan 29,63% mengalami miskonsepsi. Dari
29,63% siswa, sebanyak 26,26% siswa yang menjawab dengan salah,
dan ada 3,37% yang tidak menjawab.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka miskonsepsi yang terjadi
pada siswa di soal tipe esai dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.14 Tabel miskonsepsi pada soal tipe esai
Nomor
soal
Persentase miskonsepsi
(%)
1. 58,59
2. 19,53
3. 83,16
4. 11,11
5. 29,63
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa siswa mengalami
miskonsepsi paling banyak pada soal nomor 3, yaitu sebanyak 83,16%.
Sementara itu, miskonsepsi yang dialami siswa paling sedikit pada soal
nomor 4, yaitu ada 11,11%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
4. Uji Prasyarat Analisis untuk Melihat Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas
V SD Dilihat dari Tingkat Pendidikan Orang Tua Siswa
a. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data, dilakukan
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (SPSS). Uji
Komogorov-Smirnov bertujuan untuk menguji normalitas data dengan
uji hipotesis. Data yang digunakan adalah data miskonsepsi IPA
Fisika siswa kelas V SD se-Kecamatan Depok. Taraf signifikansi
yang digunakan adalah 0,05. Hipotesis yang diuji adalah
H0 = Sebaran data sesuai dengan kurva normal atau data normal
H1 = Sebaran data tidak sesuai dengan kurva normal atau data tidak
normal
Uji normalitas dengan metode One Sample Kolmogorov
Smirnov, kriteria pengujiannya menurut Priyatno (2013: 38) adalah
1) Jika nilai signifikansi (Asym Sig 2 tailed) > 0,05, maka data
berdistribusi normal.
2) Jika nilai signifikansi (Asym Sig 2 tailed) < 0,05, maka data tidak
berdistribusi normal.
Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi
21. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat lebih lanjut pada
tabel 4.15 dan histogram di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Tabel 4.15 Uji normalitas tes pilihan ganda dengan
one sample Kolmogorov-Smirnov test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sekolah Tingkat
Pendidikan
Miskonsepsi
N 297 297 297
Normal Parametersa,b
Mean 17,64 3,48 5,05
Std. Deviation 9,563 1,475 2,949
Most Extreme Differences
Absolute ,090 ,235 ,121
Positive ,090 ,235 ,121
Negative -,062 -,178 -,063
Kolmogorov-Smirnov Z 1,554 4,047 2,079
Asymp. Sig. (2-tailed) ,016 ,000 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Gambar 4.1 Histogram uji normalitas soal pilihan ganda
Berdasarkan tabel dan histogram di atas, dapat dilihat bahwa
nilai asymptotik significant (2 tailed) untuk variabel sekolah sebesar
0,016, variabel tingkat pendidikan sebesar 0 dan variabel miskonsepsi
sebesar 0. Berdasarkan kriteria pengujian yang telah disebutkan, maka
dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada ketiga variabel tersebut
tidak normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Sementara itu, hasil hitungan untuk uji normalitas soal esai
dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.16 Uji normalitas tes esai dengan one
sample Kolmogorov-Smirnov test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
miskonesai sekolah tingpend
N 297 297 297
Normal Parametersa,b
Mean 9,88 17,64 3,48
Std. Deviation 4,492 9,563 1,475
Most Extreme Differences
Absolute ,052 ,090 ,235
Positive ,052 ,090 ,235
Negative -,052 -,062 -,178
Kolmogorov-Smirnov Z ,901 1,554 4,047
Asymp. Sig. (2-tailed) ,392 ,016 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Gambar 4.2 Histogram uji normalitas soal esai
Berdasarkan tabel dan kurva di atas, dapat dilihat bahwa nilai
asymptotik significant (2 tailed) untuk variabel nilai esai sebesar
0,392, variabel nama sekolah sebesar 0,016 dan variabel tingkat
pendidikan sebesar 0. Berdasarkan kriteria pengujian yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel
nilai esai adalah normal, sementara itu untuk kedua variabel lainnya
berdistribusi tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa
varian populasi data adalah sama atau tidak. Jika nilai disignifikansi
lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih
dari kelompok data adalah sama. Uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan uji Levene dengan program SPSS versi 21. Pada uji
Lavene, df1 menunjukkan jumlah kelompok data-1, df2 artinya
jumlah data- jumlah kelompok data, sedangkan sig. menunjukkan
nilai signifikansinya. Hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat
pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 Hasil output uji homogenitas tes pilihan ganda
Test of Homogeneity of Variances Miskonsepsi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,498 6 290 ,179
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat output hasil pengujian
homogenitas. Dari output dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
(Sig) untuk variabel miskonsepi sebesar 0,179. Jadi nilai signifikansi
lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa 7 kelompok data nilai
tes soal miskonsepsi IPA Fisika berdasarkan tingkat pendidikan orang
tua mempunyai varian yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Tes esai juga diuji homogenitasnya, dan hasil yang didapatkan
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.18 Hasil output uji homogenitas tes esai
Test of Homogeneity of Variances miskonesai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,029 6 290 ,406
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat output hasil pengujian
homogenitas. Dari output dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
(Sig) sebesar 0,406. Jadi nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa 7 kelompok data nilai tes soal miskonsepsi IPA
Fisika berdasarkan tingkat pendidikan orang tua mempunyai varian
yang sama.
5. Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode statistik non
parametik karena data tidak berdistribusi normal. Maka dari itu, uji yang
digunakan adalah dengan K Independent Samples Test dengan uji Kruskal
Wallis. Uji K Independent Samples Test dengan uji Kruskal Wallis ini
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara tiga atau
lebih kelompok sampel bebas (Priyatno, 2012:145). Hipotesis yang akan
di uji adalah
H0 : Tidak ada perbedaan miskonsepsi dilihat dari tingkat pendidikan
orang tua siswa kelas V SD se-Kecamatan Depok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
H1 : Ada perbedaan miskonsepsi dilihat dari tingkat pendidikan
orang tua siswa kelas V SD se-Kecamatan Depok
Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah
a) Jika harga sig (2-tailed) ≥ 0,05; H0 diterima, artinya tidak ada
perbedaan miskonsepsi dilihat dari tingkat pendidikan orang tua
siswa kelas V SD se-Kecamatan Depok.
b) Jika harga sig (2-tailed) < 0,05; H0 ditolak atau H1 diterima, artinya
ada perbedaan miskonsepsi dilihat dari tingkat pendidikan orang tua
siswa kelas V SD se-Kecamatan Depok.
Uji hipotesis ini menggunakan SPSS versi 21. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.19 Hasil uji Kruskal Wallis soal pilihan ganda
Test Statisticsa,b
Miskonsepsi
Chi-Square 3,534
df 6
Asymp. Sig. ,739
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
(Asym Sig) sebesar 0,739. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai
signifikansinya > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima,
artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi dilihat dari tingkat pendidikan
orang tua siswa kelas V SD se-Kecamatan Depok. Untuk soal esai dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Tabel 4.20 Hasil uji Kruskal Wallis soal esai
Test Statisticsa,b
miskonesai
Chi-Square 3,303
df 6
Asymp. Sig. ,770
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
(Asym Sig) sebesar 0,770. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai
signifikansinya > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima,
artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi dilihat dari tingkat pendidikan
orang tua siswa kelas V SD se-Kecamatan Depok.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan miskonsepsi IPA
Fisika siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Depok dan 2) mengetahui
adanya perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari tingkat pendidikan
orang tua siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Depok. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis. Dari hasil analisis data
yang telah dilakukan, dari jawaban yang telah dituliskan siswa terlihat bahwa
siswa masih mengalami miskonsepsi pada beberapa indikator atau konsep
yang ditanyakan. Miskonsepsi menurut Suparno (2005: 8) adalah suatu
konsep yang tidak sesuai dengan konseep yang diakui oleh para ahli.
Miskonsepsi terjadi di semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai
dengan perguruan tinggi. Siswa dapat dikatakan mengalami miskonsepsi jika
dia menjawab dengan salah tetapi dia yakin dengan jawabannya tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Rincian siswa yang mengalami miskonsepsi, baik pada soal pilihan ganda
maupun soal esai dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.21 Miskonsepsi siswa yang terjadi pada soal tipe pilihan ganda
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa miskonsepsi paling
banyak terjadi pada soal nomor 13, yaitu sebanyak 144 siswa. Selanjutnya,
miskonsepsi yang juga banyak terjadi pada soal nomor 3, 4, 10, 16, dan 19.
Sementara itu, miskonsepsi yang paling sedikit terjadi pada soal nomor 9,
yaitu hanya 13 siswa saja yang mengalami miskonsepsi. Nomor 3 dan 4 berisi
tentang konsep gaya, nomor 10 tentang konsep cahaya, nomor 16 tentang
proses pembentukan tanah, dan nomor 19 tentang struktur bumi.
Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa masih
mengalami miskonsepsi pada konsep tenntang gaya, cahaya, proses
pembentukan tanah, dan struktur bumi.
Nomor
soal
Banyaknya siswa
yang mengalami
miskonsepsi
Persentase
(%)
1. 20 6,7
2. 55 18,5
3. 102 34,3
4. 126 42,2
5. 82 27,6
6. 67 22,5
7. 78 26,2
8. 24 8,1
9. 13 4,4
10. 110 37
11. 80 26,9
12. 42 14,1
13. 144 48,5
14. 54 18,2
15. 96 32,3
16. 118 39,7
17. 55 18,5
18. 60 20,2
19. 106 35,6
20. 61 20,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Tidak hanya pada tipe pilihan ganda, tetapi siswa juga diminta untuk
menuliskan jawaban beserta alasannya pada soal tipe esai. Hasil rekap
jawaban siswa untuk tipe esai dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.22 Miskonsepsi siswa yang terjadi pada soal tipe esai
Nomor
soal
Persentase siswa yang mengalami
miskonsepsi
(%)
1. 58,59
2. 19,53
3. 83,16
4. 11,11
5. 29,63
Berdasarkan tabel di atas, Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa
siswa mengalami miskonsepsi paling banyak pada soal nomor 3, yaitu
sebanyak 83,16%. Tidak hanya pada soal nomor 3, siswa juga mengalami
miskonsepsi pada soal nomor 1. Sementara itu, miskonsepsi yang dialami
siswa paling sedikit pada soal nomor 4, yaitu ada 11,11%.
Dari data dan penjelasan yang telah dipaparkan di hasil penelitian di
atas dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada konsep
gaya magnet dan cermin. Sementara itu, jika dilihat dari tingkat pendidikan
orang tua siswa, tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari tingkat
pendidikan orang tua siswa kelas V SD semester 2 se Kecamatan Depok.
Tingkat pendidikan seseorang memang mempengaruhi pola pikir seseorang
terhadap pendidikan (Yulianto, 2011: 35) . Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, ilmu pengetahuan yang dimilikinya pastinya akan semakin
bertambah (Wulandari, 2014: 21). Namun tingginya tingkat pendidikan orang
tua siswa, tidak sepenuhnya menjamin siswa tersebut tidak akan mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
miskonsepsi. Miskonsepsi terjadi di semua jenjang pendidikan dan dapat
terjadi di mana-mana (Suparno, 2005: 135). Miskonsepsi yang terjadi
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu siswa, guru, buku teks, konteks, dan
metode mengajar (Suparno, 2005: 29). Dari segi siswa itu sendiri,
miskonsepsi dapat disebabkan oleh prakonsepsi, intuisi yang salah, tahap
perkembangan siswa, kemampuan siswa, dan minat belajar siswa (Suparno,
2005: 34-42). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orang tua
tidak mempengaruhi terjadinya miskonsepsi pada anak. Hal itu bisa
dikarenakan kemampuan dan minat belajarnya yang kurang, atau dapat
disebabkan oleh faktor lain seperti guru, buku teks, cara mengajar, dan lain-
lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terjadi miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD semester 2 se-
Kecamatan Depok, pada konsep gaya, pesawat sederhana, cermin, cahaya,
pelapukan dan struktur bumi.
2. Tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari tingkat
pendidikan orang tua siswa kelas V semester 2, artinya tingkat pendidikan
orang tua tidak mempengaruhi terjadinya miskonsepsi.
B. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan keterbatasan
penelitiannya sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya untuk mengetahui/mendeskripsikan profil
miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan
Depok.
2. Instrumen tes tertulis yang dibuat oleh peneliti tidak disertai alasan siswa
dalam menjawab sehingga data yang diperoleh kurang mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan saran sebagai
berikut:
1. Peneliti selanjutnya akan lebih baik jika tidak hanya mendeskripsikan
profil miskonsepsi yang terjadi, tetapi juga mencari penyebab terjadinya
miskonsepsi.
2. Peneliti selanjutnya dalam membuat instrunen tes tertulis disertai alasan
siswa dalam menjawab supaya memperoleh data untuk mendeteksi
miskonsepsi lebih detail dan lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Daftar Referensi
Amien. (1987). Mengajarkan ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan menggunakan
metode discovery inquiry. Jakarta: Depdikbud.
Arifin, Z. (2012). Evaluasi pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azmiyawati, dkk. (2008). IPA salingtemas untuk kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Azwar, S. (2013). Tes prestasi fungsi pengembangan pengukuran prestasi
belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bahri. (2011). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Berg, E. (1991). Miskonsepsi fisika dan remidiasi. Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana.
Blaseman & Mappa. (2011). Teori belajar orang dewasa. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Budi, K. (1992). Pemahaman konsep dan beberapa salah konsepsi yang terjadi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharna.
Creswell, J. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuanitatif dan mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahar & Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga.
Depdiknas. (2003). Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)
2003: UU RI No 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika
Effendi, S. (2012). Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES.
Endarmoko, E. (2009). Tesaurus bahasa indonesia. . Jakarta: Gramedia
Ghani, A. (2014). Metode penelitian tindakan sekolah. Jakarta: Rajawali Pers.
Hasbullah. (1999). Dasar- dasar ilmu pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, observasi, dan focus group sebagai
instrumen penggalian data kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada.
Hermana, D. (2009). Ayo belajar alam IPA kelas 5 SD. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Ihsan, F. (2001). Dasar-dasar kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Margono, S. (2007). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Priyanto, D. (2013). Mandiri belajar analisis statistik data dengan spss.
Yogyakarta: Mediakon.
Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik
dengan SPSS. Jakarta: Gava Media.
Salim, P. (1991). Kamus bahasa indonesia kontemporer. Jakarta: Modern English
Press.
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Jakarta: Indeks.
Sangadji, dkk. (2010). Metodologi penelitian pendekatan praktis dalam
penelitian. Yogyakarta: Andi.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian pendidikan: jenis metode dan prosedur. Jakarta:
Kencana.
Sekaran, U. (2006). Metodologi penelitian untuk bisnis. Jakarta: Salemba.
Siregar, S. (2010). Statistika deskriptif untuk penelitian. Jakarta: Raja Grafindo.
Soehartono, I. (1995). Metode penelitian sosial: suatu teknik penelitian bidang
kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan rnd. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Sulistyanto, H. dan Wiyono, E. (2008). Ilmu pengetahuan alam 5: untuk SD dan
kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika.
Jakarta: PT Grasindo.
Suparno, P. (2010). Metode penelitian pendidikan fisika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Susetyo, B. (2010). Statistika untuk analisis data penelitian. Bandung: Refika
Aditama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus besar bahasa indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
Trianto. (2012). Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf, S. (2009). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sumber Online
Hafizah, dkk. (2014). Analisis Miskonsepsi Siswa Melalui Tes Multiple Choice
Menggunakan Certainty of Response Index pada Mata Pelajaran Fisika MAN 1
Bukittinggi. Edusainstika Jurnal Pendidikan MIPA Volume 1Nomor 1 Januari
2014. (Diakses pada tanggal 07 Oktober 2015 jam 13.10 WIB).
Pujayanto, dkk. (2009). Profil Miskonsepsi Siswa SD Pada Konsep Gaya dan
Cahaya. Seminar Lokakarya Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 18 Juli
2009. (Diakses pada tanggal 8 April 2015 jam 5.54 WIB).
Suryanto. (2002). Pemahaman Murid Sekolah Dasar (SD) terhadap Konsep-
Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis
Adanya Miskonsepsi. Laporan Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardani, I. (2014). Identifikasi miskonsepsi siswa terhadap konsep-konsep IPA
Biologi Sekolah Dasar. ICETA 5 Global Challenges and Reconstruction for
Future Education. Surabaya 24th May 2014. (Diakses pada tanggal 4 Mei 2015
jam 21.08 WIB).
Wulandari, S. (2014). Hubungan tingkat pendidikan dengan prestasi belajar siswa
kelas V A di SDN Rejodani Madurejo Prambanan Sleman Yogyakarta
semester I tahun pelajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam
Sunan Kalijaga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Yulianto, Y. (2011). Hubungan antara jenjang pendidikan orang tua dan motivasi
belajar dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1
Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Lampiran 2: Soal Sebelum Revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Lampiran 3: Rekap Hasil Validasi
REKAP NILAI INSTRUMEN PILIHAN GANDA
No.
Soal
Validator Rata-
rata Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
1 3 4 3 2 3
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
Bagian indikator disajikan gambar siswa dapat menyebutkan
macam-macam gaya
Validator 4
Pilihan jawaban diganti menjadi induksi, elektro magnet,
dan gosok.
2 3 4 2 2 2.75
Validator 1
Kalimat yang digunakan untuk pertanyaan jelek butuh
subjek, dan mengganti alternatif pegasnya
Validator 2
Percobaan diganti dengan peristiwa
Validator 3
Tolong diperbaiki soalnya, misalnya roda yang
digelindingkan akan berhenti hal ini terjadi karena
Validator 4
Pernyataannya sudah jelas, tidak memerlukan “percobaan”,
karena itu ada dalam kehidupan sehari-hari.
3 2 4 2 4 3
Validator 1
Pernyataan nomor 1 dan 3 jelek, sulit dilihat miskonsepsinya
karena ada yang benar dan ada yang salah.
Validator 2
-
Validator 3
Bagian indikator = disajikan contoh peristiwa siswa dapat
mengelompokan salah satu jenis gaya
Validator 4
-
4 3 4 4 3 3.5
Validator 1
Kalimat soalnya tidak baik
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
5 2 4 4 3 3.25
Validator 1
Pernyataan pada nomor 1 membingungkan karena
mempunyai 2 kemungkinan dapat benar dapat tidak
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
No.
Soal
Validator Rata-
rata Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
6 1 4 1 4 2.5
Validator 1
Pernyataan dapat benar semua pada pilihan, dapaat membuat
siswa pandai bingung.
Validator 2
-
Validator 3
Tolong soal diperbaiki memakai misalnya gerobak yang di
dorong bergerak karena apa….
Validator 4
-
7 1 4 4 3 3
Validator 1
Perlu ada gambar dan membingungkan
Validator 2
-
Validator 3
Bagian indikator = disajikan sifat-sifat roda siswa dapat
mengidentifikasi ciri-ciri pesawat sederhana
Validator 4
-
8 3 4 4 2 3.25
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
9 4 4 4 2 3.5
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
Sebaiknya antara soal dan jawaban tidak mengandung kata
yang sama nomer 8 dan 9. Soal diganti menjadi: Gambar
disamping adalah pengungkit jenis 2 cirinya adalah
10 3 4 4 4 3.75
Validator 1
Soal penting atau tidak diberikan.
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
11 3 4 4 1 3
Validator 1
Gambar tidak jelas
Validator 2
-
Validator 3
Bagian indikator = disajikan gambar skrup siswa dapat
mengidentifikasi ciri-ciri pesawat sederhana
Validator 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
No.
Soal
Validator Rata-
rata Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
Apakah no. 2 tidak memakai prinsip bidang miring? Kasat
mata sudah terlihat jelas. Pilihan jawaban ditambahi,
menjadi:
a. I & IV
b. II & I
c. III & II
d. IV & III
12 3 4 4 4 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
13 4 4 4 4 4
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
14 4 4 4 3 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
15 4 4 4 4 4
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
16 3 4 4 3 3.5
Validator 1
Belum tentu semua anak tahu pemecah kemiri seperti apa
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
17 1 4 4 2 2.75
Validator 1
Salah dalam menulis kunci jawaban
Validator 2
Kunci jawaban diganti C bukan B
Validator 3
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
No.
Soal
Validator Rata-
rata Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
Validator 4
Apa iya jawabannya B?
18 2 4 3 - 2.5
Validator 1
Gambar tidak jelas
Validator 2
-
Validator 3
Bagian indikator disajikan gambar siswa dapat menyebutkan
penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari
Gambar kurang jelas
Validator 4
Pilihan jawaban membingungkan. Pemotong kuku ada 2
prinsip bidang miring & pengungkit.
19 1 - 4 3 3
Validator 1
Membingungkan
Validator 2
Kunci jawaban diganti B bukan A
Validator 3
-
Validator 4
-
20 2 4 4 4 3.5
Validator 1
Kalimat membingungkan siswa, dapat terjadi salah jawab
karena kalimatnya.
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
21 1 - 4 1 0.5
Validator 1
Membingungkan
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
Soal sama dengan no. 19
22 1 - 4 1 0.5
Validator 1
Membingungkan
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
Soal sama dengan no. 19
23 3 4 4 4 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
No.
Soal
Validator Rata-
rata Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
-
24 3 4 4 3 3.5
Validator 1
Kalimat harus diperbaiki
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
25 3 4 4 4 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
26 4 4 4 4 4
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
27 4 4 4 3 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
28 1 - 4 4 3.25
Validator 1
Membingungkan
Validator 2
Kunci jawaban A bukan C
Validator 3
-
Validator 4
-
29 4 4 3 2 3.25
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
Tolong diperjelas untuk kata-kata batas pandang apakah
terlalu kecil atau terlalu jauh
Validator 4
Bahasa kiasan kurang tepat untuk anak. Diganti menjadi:
“untuk melihat benda angkasa ….
30 1 4 4 2 2.75 Validator 1
Tergantung siapa yang mengajarkan, dengan apa mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
No.
Soal
Validator Rata-
rata Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
membuatnya.
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
31 3 4 4 3 3.5
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
32 4 4 4 2 3.5
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
33 3 4 4 4 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
34 4 4 4 3 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
35 4 4 3 4 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
36 4 4 4 3 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
No.
Soal
Validator Rata-
rata Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
Validator 4
-
37 4 4 4 3 3.75
Validator 1
-
Validator 2
Diganti hurufnya
Validator 3
-
Validator 4
-
38 3 4 4 3 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
39 1 4 4 4 3.25
Validator 1
Dalam buku ada 4 jenis penyusun tanah, diperhatikan lagi.
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
40 4 4 4 4 4
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
41 4 4 4 4 4
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
42 4 4 4 3 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
Dapat digunakan sebagai bahan bangunan.
43 3 4 3 4 3.5 Validator 1
-
Validator 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
No.
Soal
Validator Rata-
rata Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
-
Validator 3
Tanah yang memiliki susunan tanah yang sangat rapat
sehingga perbedaan udara dan air pada tanah kurang baik
disebut tanah
Validator 4
-
44 3 4 4 4 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
45 4 4 4 4 4
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
46 3 4 4 3 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
47 3 4 4 3 3.5
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
Item a bisa diganti item jawaban “digunakan untuk membuat
kerajinan gerabah”. Karena sudah digunakan di soal no. 43
48 4 4 4 3 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
Pasir dalam ingatan anak terutama Sleman yang lereng
merapi identic dengan fungsi sebagai bahan bangunan
49 4 4 4 3 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
No.
Soal
Validator Rata-
rata Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
Validator 3
Bagian indikator disajikan gambar lapisan bumi, siswa dapat
mendiskripsikan struktur permukaan bumi
Validator 4
“Gambar di atas menunjukkan lapisan penyusun bumi”
dihapus. Soal diganti menjadi: “Urutan lapisan penyusun
bumi dari yang paling dalam sesuai gambar di atas adalah”.
50 4 4 4 4 3
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
Bagian indikator sidajikan gambar bagan gunung siswa
dapat mendiskripsikan struktur permukaan bumi
Validator 4
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
REKAP NILAI INSTRUMEN ESAI
No.
Soal
Validator Rata-
rata
Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
1 4 4 3 1 3
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
Disediakan gambar siswa dapat menjelaskan perbedaan
golongan pengungkit, Gambar kurang jelas
Validator 4
Soal kurang jelas, diganti sesuai dengan komentar validator
menjadi:
“Gambar disamping adalah contoh pengungkit. Jelaskan
perbedaannya!”
2 3 4 2 2 2.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
Bagian indikator disajikan gambar, siswa dapat…., Gunakan
data valid, ketika pintu kulkas dibuka lebih dari 450 belum
tentu pintu secara otomatis tertutup sendiri(kemungkinan
hanya produk-produk tertentu), Mungkin soal diperbaiki
dengan menggunakan mainan anak-anak beralaskan besi
bisa menempel di pintu kulkas karena……
Validator 4
Perintah soal diganti sesuai dengan komentar validator
menjadi:
“Jelaskan apa yang terjadi!”
3 3 4 4 4 3.75
Validator 1
Kalimat diperbaiki agar tidak membingungkan
Validator 2
-
Validator 3
Disediakan gambar struktur lapisan bumi, siswa dapat
mendiskripsikan struktur bumi
Validator 4
-
4 3 4 4 3 3.5
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
5 4 4 3 2 3.25
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
No.
Soal
Validator Rata-
rata
Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
“sebutkan sifat cermin cekung!”
6 3 4 4 2 3.25
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
7 3 4 4 3 3.5
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
Diberikan contoh penyebabnya, soal direvisi menjadi:
“Apakah yang dimaksud dengan pelapukan biologi?
Sebutkan contoh penyebabnya!”
8 4 4 3 4 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
Bagian indikator = ada datanya/ ciri-ciri batuaan
Validator 4
-
9 4 4 3 4 3.75
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
-
10 4 4 4 - 3
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
Sebaiknya dari pasir saja, missal menjelaskan sifat tanah saja
atau menyebutkan contoh tanaman untuk jenis tanah
tertentu.
11 4 4 4 - 3
Validator 1
-
Validator 2
-
Validator 3
-
Validator 4
Sebaiknya dari pasir saja, missal menjelaskan sifat tanah saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
No.
Soal
Validator Rata-
rata
Komentar, Saran, Perbaikan
1 2 3 4
atau menyebutkan contoh tanaman untuk jenis tanah
tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Lampiran 4: Hasil Validitas dan Reliabilitas Tes
Hasil Validasi Tes Pilihan Ganda No.
Butir
soal
r tabel r hitung Hasil validasi
1. 0,250 a Tidak valid
2. 0,250 0,386** Valid
3. 0,250 0,387** Valid
4. 0,250 0,273* Valid
5. 0,250 0,333** Valid
6. 0,250 0,382** Valid
7. 0,250 0,218 Tidak valid
8. 0,250 0,508** Valid
9. 0,250 0,560** Valid
10. 0,250 0,131 Tidak valid
11. 0,250 0,232 Tidak valid
12. 0,250 0,307* Valid
13. 0,250 0,243 Tidak valid
14. 0,250 0,257* Valid
15. 0,250 0,239 Tidak valid
16. 0,250 0,467** Valid
17. 0,250 0,457** Valid
18. 0,250 0,021 Tidak valid
19. 0,250 0,329* Valid
20. 0,250 0,026 Tidak valid
21. 0,250 0,288* Valid
22. 0,250 0,429** Valid
23. 0,250 0,212 Tidak valid
24. 0,250 0,288* Valid
25. 0,250 0,152 Tidak valid
26. 0,250 0,260* Valid
27. 0,250 0,403** Valid
28. 0,250 0,268* Valid
29. 0,250 0,341** Valid
30. 0,250 0,232 Tidak valid
31. 0,250 0,246 Tidak valid
32. 0,250 0,099 Tidak valid
33. 0,250 0,003 Tidak valid
34. 0,250 0,204 Tidak valid
35. 0,250 0,405** Valid
36. 0,250 0,189 Tidak valid
37. 0,250 0,455** Valid
38. 0,250 0,500** Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Hasil Validasi Tes Esai
No.
Butir
soal
r tabel r hitung Hasil validasi
1. 0,250 0,623** Valid
2. 0,250 0,435** Valid
3. 0,250 0,540** Valid
4. 0,250 0,650** Valid
5. 0,250 0,363** Valid
6. 0,250 0,539** Valid
7. 0,250 0,700** Valid
8. 0,250 0,754** Valid
9. 0,250 0.486** Valid
Hasil Reliabilitas Tes Esai
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,739 22
Hasil Reliabilitas Tes Esai
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,741 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Lampiran 5: Soal Setelah Revisi
Nama :......................................
Kelas :......................................
Sekolah :......................................
No. Absen :……………………….
I. Berilah tanda silang (X) pada huruf
a, b, c, atau d pada jawaban yang
benar.
II. Lingkarilah point yakin atau tidak
yakin di bawah jawaban!
Yakin Benar : (jika kamu
yakin dengan jawaban yang
kamu pilih)
Tidak Yakin Benar : (jika kamu
tidak yakin dengan jawaban
yang kamu pilih)
1. Roda yang digelindingkan akan
berhenti, hal ini terjadi karena ada
pengaruh gaya … .
a. pegas
b. magnet
c. gravitasi
d. gesek
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
2. Perhatikan pernyataan berikut!
1. Jarum kompas dapat
menunjukkan arah utara dan
selatan.
2. Adi mengerem sepedanya saat
melewati turunan.
3. Air mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah.
4. Orang yang sedang berenang
dapat bergerak maju
Penerapan gaya gravitasi
ditunjukkan oleh nomor ... .
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
3. Yang bukan termasuk pengaruh gaya
gravitasi terhadap benda adalah ... .
a. benda memiliki berat
b. benda cepat mengalami pelapukan
c. benda jatuh ke bawah
d. permukaan air selalu datar
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
4. Perhatikan pernyataan di bawah ini!
1. Melapisi permukaan benda dengan
karet
2. Memperluas bidang permukaan
3. Memberi pul atau paku-paku pada
sepatu sepak bola
4. Memperhalus permukaan benda
Yang bukan termasuk cara untuk
memperbesar gaya gesek adalah ... .
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
5. Pengungkit dibedakan menjadi 3 jenis
berdasarkan kedudukan titik tumpu,
beban, dan kuasanya. Gunting termasuk
... .
a. Pengungkit yang bebannya terletak
di antara titik tumpu dan kuasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
b. Pengungkit yang titik tumpunya
terletak di antara beban dan kuasa
c. Pengungkit yang kuasanya terletak
di antara titik tumpu dan beban
d. Pengungkit yang bebannya terletak
di antara kuasa dan titik tumpu
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
6. Perhatikan gambar berikut!
Posisi titik tumpu, beban, dan kuasa
pada alat di atas yaitu ... .
a. beban berada di antara titik tumpu
dan kuasa
b. titik tumpu berada di antara beban
dan kuasa
c. kuasa berada di antara titik tumpu
dan beban
d. titik tumpu, beban, dan kuasa
berada pada satu tempat
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
7. Perhatikan gambar berikut!
Gambar di atas adalah contoh jenis
tuas golongan … .
a. pertama
b. kedua
c. ketiga
d. keempat
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
8. Perhatikan gambar berikut!
Alat pembuka tutup botol seperti
gambar di atas menggunakan prinsip
kerja … .
a. pengungkit
b. katrol
c. gravitasi
d. bidang miring
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
9. Jalan di pegunungan dibuat dengan
lintasan berkelok-kelok, merupakan
jenis penerapan … .
a. roda berporos
b. katrol
c. bidang miring
d. pengungkit
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
10. Apabila cahaya merambat dari udara
ke air, maka cahaya tersebut akan
dibiaskan dengan arah ... .
a. menjauhi garis normal
b. mendekati garis normal
c. sejajar garis normal
d. berlawanan arah dengan garis
normal
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
11. Peristiwa terbentuknya pelangi setelah
hujan menunjukkan adanya dispersi
cahaya. Dispersi cahaya adalah ... .
a. peristiwa penguraian cahaya putih
menjadi berbagai cahaya berwarna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
b. peristiwa terpantulnya cahaya
matahari terhadap bulir-bulir air
hujan
c. peristiwa terbiasnya cahaya putih
oleh air hujan
d. peristiwa terpantulnya cahaya putih
menjadi berbagai cahaya berwarna
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
12. Ketika seseorang sedang bercermin
pada cermin datar, maka jarak benda
dengan cermin …. dengan jarak
bayangan dengan cermin.
a. lebih jauh
b. sama
c. dekat
d. sangat dekat
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
13. Sifat bayangan yang dibentuk oleh
kaca spion pada mobil/motor adalah…
.
a. semu, tegak, dan diperkecil
b. semu, tegak, dan diperbesar
c. nyata dan terbalik
d. nyata, tegak, dan diperkecil
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
14. Jika cahaya merambat dari zat yang
rapat ke zat yang kurang rapat, maka
cahaya akan dibiaskan mendekati … .
a. garis horizontal
b. garis vertikal
c. garis normal
d. garis lurus
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
15. Bahan utama yang digunakan untuk
membuat model periskop adalah … .
a. gunting dan lem
b. karton dan isolasi
c. kotak pasta gigi dan cermin
d. cermin dan lem
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
16. Perhatikan ciri-ciri batuan berikut !
1. Terbentuk dari lava yang membeku
dengan sangat lama
2. Dapat digunakan untuk pelapis
dinding atau ubin
3. Tidak mengandung banyak gas
4. Terbentuk dari endapan air sungai.
Ciri dari batuan granit ditunjukkan
oleh nomor ... .
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2, dan 4
c. 2, 3, dan 4
d. 1, 3, dan 4
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
17. Bahan utama pada pembuatan kaca
pembesar sederhana adalah … .
a. bola lampu
b. kardus
c. karet gelang
d. air
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
18. Pelapukan fisis adalah ... .
a. proses pelapukan batuan karena
pengaruh suhu, hujan, dan angin
b. pelapukan yang terjadi karena
peran makhluk hidup
c. pelapukan yang menghasilkan
perubahan zat mineral pembentuk
batuan
d. proses pelapukan batuan karena
hujan deras dan arus air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
19. Perhatikan gambar berikut!
Gambar di atas menunjukkan lapisan
penyusun bumi. Urutan lapisan
penyusun bumi dari yang paling
dalam adalah ... .
a. inti dalam bumi, kerak bumi,
mantel bumi, inti luar bumi
b. kerak bumi, mantel bumi, inti
dalam bumi, inti luar bumi
c. inti dalam bumi, inti luar bumi,
kerak bumi, mantel bumi
d. inti dalam bumi, inti luar bumi,
mantel bumi, kerak bumi
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
20. Perhatikan gambar berikut!
Magma pada gambar di atas,
ditunjukkan dengan huruf ... .
a. A
b. B
c. C
d. D
Yakin Benar
Tidak Yakin Benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar pada lembar
jawab yang tersedia !
1. Apakah paku kecil yang dipasang penghalang plastik dapat dipengaruhi
magnet? Jelaskan!
2. Perhatikan gambar pensil di dalam gelas berisi air berikut!
Mengapa pensil pada gambar di samping tampak seperti patah?
3. Apakah bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik? Jelaskan
jawabanmu!
4. Mengapa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-kelok?
5. Apakah yang dimaksud dengan pelapukan biologi? Sebutkan penyebabnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Lampiran 6:Hasil Jawaban Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Lampiran 7 : Data Miskonsepsi Siswa
Data Miskonsepsi Siswa Soal Pilihan Ganda
Kode
Nomor butir soal
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
TH 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6
TH 2 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4
TH 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3
TH 4 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
TH 5 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 6
TH 6 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 9
TH 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
TH 8 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
AMB 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
AMB 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 4
AMB 3 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
AMB 4 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 5
AMB 5 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3
DEP I 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 4
DEP I 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 10
DEP I 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2
DEP I 4 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 6
DEP I 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DEP I 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
DEP I 7 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 7
DEP I 8 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 5
DEP I 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
DEP I 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
DEP I 11 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 6
DEP I 12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 4
DEP I 13 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 7
DEP I 14 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4
KW 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 8
KW 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
PUR 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4
PUR 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
PUR 3 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5
PUR 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
PUR 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
PUR 6 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 10
PUR 7 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4
PUR 8 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 9
CT III 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5
CT III 2 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 9
CT III 3 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 10
CT III 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 5
CT III 5 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
CT III 6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3
CT III 7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
CT III 8 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 6
GEJ 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 5
GEJ 2 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4
GEJ 3 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 11
GEJ 4 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 4
CT VI 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3
CT VI 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4
CT VI 3 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 7
CT VI 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4
CT VI 5 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 9
CT VI 6 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 12
KLE 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 6
KLE 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 6
KLE 3 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
KLE 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3
KLE 5 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7
KLE 6 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 9
KLE 7 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 11
KLE 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
MAG 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
MAG 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
MAG 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 5
MAG 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3
MAG 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 9
MAG 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
MAG 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 3
MAG 8 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4
MAG 9 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 6
MAG 10 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4
MAG 11 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
MAG 12 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 6
MAG 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2
MAG 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2
MAG 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 5
MAG 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 5
NANG 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
NANG 2 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 8
NANG 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
NANG 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 6
NANG 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
NANG 6 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 9
NANG 7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4
NANG 8 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4
NANG 9 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5
NANG 10 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
NANG 11 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 6
NANG 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DER 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
DER 2 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 6
DER 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
DER 4 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
DER 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
DER 6 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
DER 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
DER 8 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 8
DER 9 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 12
DER 10 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 10
DER 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DER 12 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 6
DER 13 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7
DER 14 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3
PERCC 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 8
PERCC 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 6
PERCC 3 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 7
PERCC 4 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 8
PERCC 5 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 9
PERCC 6 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 9
PERCC 7 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 13
PERCC 8 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
PERCC 9 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
PERCC 10 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 8
PERCC 11 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 12
PERCC 12 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 10
PERCC 13 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 10
PERCC 14 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
PERCC 15 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 7
PERTI 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
PERTI 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
PERTI 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 3
PERTI 4 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 7
PERTI 5 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 5
PERTI 6 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3
NOLO 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 6
NOLO 2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 5
NOLO 3 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 6
NOLO 4 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 5
CT IV 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3
CT IV 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 6
CT IV 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5
CT IV 4 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 6
CT IV 5 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 6
CT IV 6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
CT IV 7 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4
CT IV 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2
CT IV 9 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 11
CT IV 10 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
CT IV 11 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 7
CT IV 12 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 11
CT IV 13 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 12
CT IV 14 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
RING 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 7
RING 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 6
RING 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 3
RING 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 3
RING 5 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
RING 6 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 7
NGRING 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 6
NGRING 2 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 6
NGRING 3 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 6
NGRING 4 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 7
NGRING 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
NGRING 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 9
NGRING 7 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 6
SAR 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 6
SAR 2 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4
SAR 3 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 7
SAR 4 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 7
SAR 5 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 7
SAR 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2
SAR 7 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 9
SAR 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 4
DEP II 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
DEP II 2 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
DEP II 3 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
DEP II 4 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
DEP II 5 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
DEP II 6 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
PERCO 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3
PERCO 2 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7
PERCO 3 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
PERCO 4 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3
PERCO 5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
PERCO 6 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3
PERCO 7 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 9
PERCO 8 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 5
PERCO 9 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 11
PERCO 10 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 6
PERCO 11 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 8
PERCO 12 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6
PERCO 13 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6
PERCO 14 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3
PERCO 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2
PERCO 16 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
KEN 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
KEN 2 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5
KEN 3 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 10
KEN 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3
KEN 5 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5
KEN 6 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
KEN 7 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
KEN 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5
KEN 9 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 11
KEN 10 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4
KEN 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2
KEN 12 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 8
KRAS 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4
KRAS 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3
KRAS 3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3
KRAS 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
KRAS 5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
KRAS 6 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
KRAS 7 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 7
KRAS 8 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 6
GAM 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3
GAM 2 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7
GAM 3 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 6
GAM 4 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 6
GAM 5 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 8
GAM 6 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 7
GAM 7 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4
GAM 8 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 11
GAM 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
GAM 10 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
GAM 11 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
GAM 12 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
GAM 13 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 6
GAM 14 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 12
TAJ 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 6
TAJ 2 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 6
TAJ 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
TAJ 4 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 5
TAJ 5 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4
TAJ 6 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3
TAJ 7 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 8
SAM 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 4
SAM 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 6
SAM 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 6
SAM 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 3
SAM 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 5
SAM 6 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 12
SAM 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4
SAM 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2
SAM 9 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5
ADI II 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ADI II 2 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
ADI II 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ADI II 4 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12
ADI II 5 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 6
BHAK 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
BHAK 2 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
BHAK 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 5
BHAK 4 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 8
BHAK 5 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 8
BHAK 6 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 10
BHAK 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 4
KAL 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 5
KAL 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4
KAL 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2
CT I 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 4
CT I 2 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 9
CT I 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2
CT I 4 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 7
CT I 5 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 4
MUST 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 12
MUST 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 13
MUST 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3
MUST 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
MUST 5 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 10
MUST 6 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 8
MUST 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
MUST 8 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 8
COR 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 6
COR 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
COR 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
COR 4 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
COR 5 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 7
ADI I 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2
ADI I 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
ADI I 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
ADI I 4 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
ADI I 5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 6
ADI I 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ADI I 7 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 5
ADI I 8 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
ADI I 9 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 8
ADI I 10 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
ADI I 11 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 5
ADI I 12 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 8
CONCAT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2
CONCAT 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
CONCAT 3 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 10
CONCAT 4 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 7
CONCAT 5 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
CONCAT 6 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 8
CONCAT 7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 4
CONCAT 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4
CONCAT 9 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 7
CONCAT 10 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 7
CONCAT 11 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 4
CONCAT 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
CONCAT 13 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
CONCAT 14 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 5
CONCAT 15 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Data Miskonsepsi Siswa Soal Esai
Kode Nomor soal
Jumlah 1 2 3 4 5
TH 1 1 1 3 2 4 11
TH 2 1 1 3 1 2 8
TH 3 2 1 4 1 4 12
TH 4 4 1 4 2 4 15
TH 5 4 1 4 1 3 13
TH 6 2 3 4 4 4 17
TH 7 1 1 4 1 2 9
TH 8 1 1 3 1 3 9
AMB 1 4 0 4 1 2 11
AMB 2 0 0 4 0 4 8
AMB 3 0 0 4 1 4 9
AMB 4 4 0 2 0 4 10
AMB 5 1 0 4 0 4 9
DEP I 1 1 0 0 0 0 1
DEP I 2 0 1 4 0 2 7
DEP I 3 1 0 0 1 0 2
DEP I 4 1 0 4 0 1 6
DEP I 5 0 1 1 0 1 3
DEP I 6 4 1 0 0 1 6
DEP I 7 0 1 4 0 1 6
DEP I 8 4 4 4 0 4 16
DEP I 9 0 0 0 0 1 1
DEP I 10 0 0 4 1 1 6
DEP I 11 4 3 0 0 1 8
DEP I 12 0 0 4 1 4 9
DEP I 13 4 0 1 0 1 6
DEP I 14 1 1 4 0 4 10
KW 1 4 0 0 1 0 5
KW 2 4 0 4 1 0 9
PUR 1 3 1 0 0 4 8
PUR 2 1 0 4 0 0 5
PUR 3 0 0 1 0 2 3
PUR 4 4 3 4 1 1 13
PUR 5 0 0 0 0 1 1
PUR 6 0 4 0 0 0 4
PUR 7 4 1 2 1 0 8
PUR 8 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
CT III 1 4 1 2 1 4 12
CT III 2 4 4 2 0 1 11
CT III 3 4 4 4 3 2 17
CT III 4 0 0 4 0 0 4
CT III 5 4 4 4 1 4 17
CT III 6 4 2 4 1 1 12
CT III 7 1 4 0 0 0 5
CT III 8 4 0 3 1 4 12
GEJ 1 0 4 0 0 1 5
GEJ 2 4 0 4 0 0 8
GEJ 3 4 4 4 1 3 16
GEJ 4 0 0 1 0 1 2
CT VI 1 4 0 4 1 1 10
CT VI 2 2 0 4 4 0 10
CT VI 3 1 0 4 1 1 7
CT VI 4 4 0 3 0 1 8
CT VI 5 3 0 4 4 4 15
CT VI 6 2 0 4 0 4 10
KLE 1 2 4 2 1 4 13
KLE 2 4 0 4 1 2 11
KLE 3 1 0 4 0 1 6
KLE 4 4 4 4 0 1 13
KLE 5 3 3 4 1 3 14
KLE 6 3 0 3 0 4 10
KLE 7 0 4 4 0 1 9
KLE 8 0 0 4 0 0 4
MAG 1 4 1 4 2 2 13
MAG 2 4 1 4 2 1 12
MAG 3 3 1 4 1 3 12
MAG 4 1 1 3 2 3 10
MAG 5 3 1 4 2 3 13
MAG 6 1 1 3 1 1 7
MAG 7 1 1 3 1 1 7
MAG 8 2 4 4 2 2 14
MAG 9 2 1 4 2 3 12
MAG 10 1 1 4 2 4 12
MAG 11 4 1 4 3 3 15
MAG 12 4 2 4 3 3 16
MAG 13 1 1 3 1 3 9
MAG 14 4 3 4 2 3 16
MAG 15 4 1 3 1 2 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
MAG 16 4 1 4 3 4 16
NANG 1 3 1 3 1 3 11
NANG 2 4 1 3 2 1 11
NANG 3 4 1 2 1 3 11
NANG 4 1 1 1 2 3 8
NANG 5 4 1 2 1 3 11
NANG 6 4 1 2 1 1 9
NANG 7 1 1 2 1 4 9
NANG 8 2 3 2 3 2 12
NANG 9 3 3 3 2 3 14
NANG 10 1 1 3 2 2 9
NANG 11 4 1 1 3 4 13
NANG 12 1 1 2 1 2 7
DER 1 3 0 4 0 1 8
DER 2 4 0 4 0 0 8
DER 3 0 0 2 0 1 3
DER 4 4 0 4 0 2 10
DER 5 0 0 4 0 3 7
DER 6 0 0 0 0 1 1
DER 7 0 0 4 0 2 6
DER 8 0 0 4 0 1 5
DER 9 2 4 4 1 1 12
DER 10 0 0 4 1 2 7
DER 11 0 0 4 1 2 7
DER 12 4 0 2 0 1 7
DER 13 4 0 3 0 4 11
DER 14 0 0 2 0 1 3
PERCC 1 4 0 2 0 1 7
PERCC 2 1 0 4 0 4 9
PERCC 3 4 0 4 2 3 13
PERCC 4 4 4 4 1 4 17
PERCC 5 4 4 4 1 4 17
PERCC 6 0 4 2 0 4 10
PERCC 7 4 0 1 0 2 7
PERCC 8 0 0 0 0 4 4
PERCC 9 2 0 4 0 0 6
PERCC 10 0 4 3 1 4 12
PERCC 11 4 4 4 0 2 14
PERCC 12 4 0 4 0 4 12
PERCC 13 4 4 4 0 4 16
PERCC 14 3 4 4 0 4 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
PERCC 15 4 0 4 0 0 8
PERTI 1 1 0 4 0 0 5
PERTI 2 1 0 4 0 0 5
PERTI 3 4 0 4 0 0 8
PERTI 4 3 0 4 4 1 12
PERTI 5 0 0 0 0 1 1
PERTI 6 4 0 4 0 1 9
NOLO 1 4 0 4 0 0 8
NOLO 2 0 2 4 3 0 9
NOLO 3 4 0 3 1 3 11
NOLO 4 3 0 3 0 1 7
CT IV 1 3 1 4 0 0 8
CT IV 2 3 1 4 0 0 8
CT IV 3 4 0 2 0 0 6
CT IV 4 4 4 4 0 3 15
CT IV 5 0 0 4 1 2 7
CT IV 6 3 1 3 0 1 8
CT IV 7 4 1 4 0 4 13
CT IV 8 4 1 4 0 1 10
CT IV 9 4 4 4 0 2 14
CT IV 10 0 4 4 1 4 13
CT IV 11 4 1 4 0 1 10
CT IV 12 3 0 4 0 1 8
CT IV 13 4 4 4 0 3 15
CT IV 14 4 0 4 0 4 12
RING 1 3 0 1 0 0 4
RING 2 4 0 4 0 0 8
RING 3 3 0 0 0 0 3
RING 4 2 0 0 0 0 2
RING 5 3 0 0 0 0 3
RING 6 4 0 4 0 0 8
NGRING 1 4 0 0 0 4 8
NGRING 2 3 3 4 0 1 11
NGRING 3 3 0 2 0 1 6
NGRING 4 4 4 4 0 0 12
NGRING 5 0 0 0 0 0 0
NGRING 6 4 0 4 0 0 8
NGRING 7 0 0 4 0 1 5
SAR 1 4 0 0 0 1 5
SAR 2 4 0 0 0 0 4
SAR 3 2 4 0 1 0 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
SAR 4 1 0 0 0 0 1
SAR 5 2 0 0 1 0 3
SAR 6 2 0 4 0 4 10
SAR 7 1 0 4 0 4 9
SAR 8 4 2 0 1 0 7
DEP II 1 0 0 0 0 0 0
DEP II 2 0 0 0 0 0 0
DEP II 3 0 0 0 0 0 0
DEP II 4 0 0 0 0 0 0
DEP II 5 0 0 0 0 0 0
DEP II 6 0 0 0 0 0 0
PERCO 1 0 2 4 0 1 7
PERCO 2 1 0 1 0 1 3
PERCO 3 1 0 4 0 1 6
PERCO 4 0 0 4 0 1 5
PERCO 5 0 0 4 1 1 6
PERCO 6 0 0 3 0 1 4
PERCO 7 0 0 4 1 0 5
PERCO 8 0 0 4 0 1 5
PERCO 9 0 0 4 1 1 6
PERCO 10 4 0 4 1 1 10
PERCO 11 2 1 4 4 1 12
PERCO 12 4 0 4 1 1 10
PERCO 13 1 0 4 0 1 6
PERCO 14 0 0 4 0 1 5
PERCO 15 0 0 4 0 1 5
PERCO 16 2 0 4 1 0 7
KEN 1 4 1 4 0 1 10
KEN 2 4 2 4 1 1 12
KEN 3 3
4 1 3 11
KEN 4 4 4 4 0 2 14
KEN 5 4 4 0 0 0 8
KEN 6 4 2 4 1 1 12
KEN 7 3 4 0 3 0 10
KEN 8 4 0 4 0 1 9
KEN 9 4 4 4 1 4 17
KEN 10 0 0 0 0 0 0
KEN 11 2 0 4 1 1 8
KEN 12 0 4 4 1 4 13
KRAS 1 4 1 4 0 4 13
KRAS 2 4 0 4 0 1 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
KRAS 3 1 0 0 0 0 1
KRAS 4 2 0 1 1 0 4
KRAS 5 4 0 0 1 0 5
KRAS 6 4 0 4 1 1 10
KRAS 7 4 0 4 0 1 9
KRAS 8 4 4 4 1 0 13
GAM 1 2 1 0 2 0 5
GAM 2 0 0 4 4 1 9
GAM 3 1 0 4 0 0 5
GAM 4 4 1 4 4 1 14
GAM 5 3 0 4 0 0 7
GAM 6 4 0 2 3 1 10
GAM 7 0 0 4 1 1 6
GAM 8 0 1 4 0 0 5
GAM 9 0 0 4 0 0 4
GAM 10 4 1 4 0 1 10
GAM 11 1 1 4 0 0 6
GAM 12 0 0 4 0 4 8
GAM 13 4 4 4 1 4 17
GAM 14 4 0 4 4 4 16
TAJ 1 4 1 4 1 4 14
TAJ 2 4 0 4 0 4 12
TAJ 3 0 0 1 0 4 5
TAJ 4 3 0 4 1 4 12
TAJ 5 0 0 3 0 1 4
TAJ 6 0 0 3 0 3 6
TAJ 7 4 3 4 0 4 15
SAM 1 2 0 4 0 4 10
SAM 2 0 0 4 1 4 9
SAM 3 1 1 4 1 2 9
SAM 4 4 0 4 0 4 12
SAM 5 1 0 4 1 4 10
SAM 6 4 3 4 4 4 19
SAM 7 0 0 4 0 1 5
SAM 8 0 0 4 1 2 7
SAM 9 4 4 4 0 4 16
ADI II 1 0 0 3 0 1 4
ADI II 2 1 0 4 0 1 6
ADI II 3 0 0 0 0 0 0
ADI II 4 4 4 4 1 4 17
ADI II 5 0 0 2 0 0 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
BHAK 1 2 0 4 2 0 8
BHAK 2 0 0 0 1 1 2
BHAK 3 1 0 4 0 4 9
BHAK 4 0 0 2 3 0 5
BHAK 5 0 3 4 0 3 10
BHAK 6 4 1 4 1 1 11
BHAK 7 4 0 1 0 1 6
KAL 1 1 1 2 1 2 7
KAL 2 4 1 2 1 1 9
KAL 3 1 1 2 1 1 6
CT I 1 4 4 4 1 2 15
CT I 2 4 4 4 0 4 16
CT I 3 4 4 4 4 4 20
CT I 4 4 0 4 4 2 14
CT I 5 4 1 4 1 4 14
MUST 1 3 1 4 3 4 15
MUST 2 4 4 4 4 4 20
MUST 3 1 1 3 1 1 7
MUST 4 1 1 4 3 2 11
MUST 5 2 1 3 3 4 13
MUST 6 1 1 3 2 4 11
MUST 7 1 1 4 2 1 9
MUST 8 3 1 4 1 2 11
COR 1 1 0 4 0 1 6
COR 2 1 0 4 0 1 6
COR 3 0 0 4 2 3 9
COR 4 3 1 4 4 2 14
COR 5 0 0 4 4 1 9
ADI I 1 2 2 3 0 3 10
ADI I 2 4 1 4 2 3 14
ADI I 3 1 1 4 1 1 8
ADI I 4 3 1 4 3 3 14
ADI I 5 1 2 3 1 3 10
ADI I 6 4 1 3 3 3 14
ADI I 7 0 1 4 3 0 8
ADI I 8 1 1 4 2 1 9
ADI I 9 3 1 4 3 4 15
ADI I 10 4 1 0 2 4 11
ADI I 11 4 4 4 4 4 20
ADI I 12 2 4 4 3 4 17
CONCAT 1 0 1 4 0 0 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
CONCAT 2 4 4 4 1 1 14
CONCAT 3 3 4 4 1 4 16
CONCAT 4 4 0 4 1 0 9
CONCAT 5 4 0 4 1 0 9
CONCAT 6 4 0 4 1 2 11
CONCAT 7 4 0 4 1 0 9
CONCAT 8 4 0 4 0 0 8
CONCAT 9 4 0 4 1 2 11
CONCAT 10 4 0 4 1 4 13
CONCAT 11 4 0 0 1 1 6
CONCAT 12 4 0 1 1 4 10
CONCAT 13 4 0 4 1 0 9
CONCAT 14 4 4 4 0 4 16
CONCAT 15 4 0 4 1 1 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Lampiran 8: Hasil Wawancara Siswa dan Guru
Hasil wawancara dengan siswa
Pertanyaan Jawaban responden
Apakah kamu paham tentang semua
materi yang diajarkan di kelas V semester
2 ini?
Hanya memahami beberapa materi yang
diajarkan, lainnya tidak paham karena
sulit.
Materi-materi apa saja yang kurang kamu
pahami?
Materi yang kurang dipahami adalah
tentang cahaya, cermin.
Apa yang menyebabkan kamu kurang
paham pada materi tersebut?
Kurang paham pada materi tersebut
karena cara guru mengajarkan hanya
menggunakan metode ceramah.
Hasil wawancara dengan guru
Pertanyaan Jawaban responden
Apakah guru mengoreksi hasil pekerjaan
siswa kelas V pada materi IPA fisika di
semester II ?
Ya, setiap hasil pekerjaan siswa sebisa
mungkin dikoreksi agar dapat mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa pada
materi yang telah diajarkan.
Bagaimana hasil pekerjaan siswa kelas V
pada materi IPA fisika di semester II?
Tidak semua siswa mendapatkan nilai
bagus dalam mengerjakan tugas, ada
sebagian siswa yang mendapat nilai jelek
Bagaimana guru menyikapi hasil
pekerjaan siswa kelas V yang belum
menguasi atau belum mencapai nilai
sesuai KKM yang sudah ditentukan untuk
mata pelajaran IPA fisika?
Jika nilai yang didapat siswa kurang,
maka akan dilakukan program remedial
untuk memperbaiki nilai.
Apa saja yang dipersiapkan oleh guru agar
siswa kelas V mudah dalam memahami
konsep materi IPA fisika di semester II?
Agar siswa lebih mudah memahami
materi, dalam menyampaikan materi guru
tidak hanya menggunkan metode
ceramah. Untuk materi yang
memungkinkan, dapat dilakukan praktik,
agar siswa dapat mempraktikkan sendiri
dan nantinya akan lebih paham.
Bagaimana guru menyusun soal-soal IPA
fisika untuk kelas V semester II?
Dalam menyusun soal-soal untuk ulangan
harian dan lain-lain, menyesuaikan kriteria
pembuatan soal, dimana ada soal kriteria
mudah, sedang dan sulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Lampiran 9: Hasil Uji SPSS
Uji Normalitas Tes Pilihan Ganda
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sekolah Tingkat
Pendidikan
Miskonsepsi
N 297 297 297
Normal Parametersa,b
Mean 17,64 3,48 5,05
Std. Deviation 9,563 1,475 2,949
Most Extreme Differences
Absolute ,090 ,235 ,121
Positive ,090 ,235 ,121
Negative -,062 -,178 -,063
Kolmogorov-Smirnov Z 1,554 4,047 2,079
Asymp. Sig. (2-tailed) ,016 ,000 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Homogenitas Tes Pilihan Ganda
Test of Homogeneity of Variances
Miskonsepsi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,498 6 290 ,179
Uji Hipotesis Tes Pilihan Ganda
Kruskal-Wallis Test
Ranks
TingkatPendidikan N Mean Rank
Miskonsepsi
SD 29 155,45
SMP 41 151,39
SMA 110 151,45
D3 19 163,63
S1 73 146,66
S2 22 119,50
S3 3 144,83
Total 297
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
Test Statisticsa,b
Miskonsepsi
Chi-Square 3,534
df 6
Asymp. Sig. ,739
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
TingkatPendidikan
Uji Normalitas Tes Esai
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
miskonesai sekolah tingpend
N 297 297 297
Normal Parametersa,b
Mean 9,88 17,64 3,48
Std. Deviation 4,492 9,563 1,475
Most Extreme Differences
Absolute ,052 ,090 ,235
Positive ,052 ,090 ,235
Negative -,052 -,062 -,178
Kolmogorov-Smirnov Z ,901 1,554 4,047
Asymp. Sig. (2-tailed) ,392 ,016 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Homogenitas Tes Esai
miskonesai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,029 6 290 ,406
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
Uji Hipotesis Tes Esai
Kruskal-Wallis Test
Ranks
tingpend N Mean Rank
miskonesai
SD 29 134,28
SMP 41 153,23
SMA 110 151,88
D3 19 174,95
S1 73 143,66
S2 22 143,73
S3 3 132,33
Total 297
Test Statisticsa,b
miskonesai
Chi-Square 3,303
df 6
Asymp. Sig. ,770
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
tingpend
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
Lampiran 10: Foto Penelitian
Pengambilan Data di SD N
Puren
Pengambilan Data di SD N Catur
Tunggal IV
Pengambilan Data di SD N Corongan Permintaan Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
CURRICULUM VITAE
Luciana Puput Indriati lahir di Batang, 14
November 1994. Pendidikan awal dimulai di TK Budi
Luhur Kumesu, Batang, Jawa Tengah pada tahun 1999-
2000. Pendidikan dasar diperoleh di SD Kumesu 01,
Batang, Jawa Tengah, pada tahun 2000-2006.
Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri
01 Limpung, Batang, Jawa Tengah, pada tahun 2006-2009. Pendidikan menengah
atas diperoleh di SMA Negeri 01 Subah, Batang, Jawa Tengah pada tahun 2009-
2012.
Pada tahun 2012, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan
Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Selama menempuh
pendidikan di Universitas Sanata Dharma, peneliti sudah mengikuti Kursus Mahir
Dasar, Mengajar Pramuka, Bimbingan Belajar SD Kelas Atas, Bimbingan Belajar
SD Kelas Bawah, Probaling SD 1, Probaling SD 2, dan PPL. Pendidikan di
perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul “MISKONSEPSI
IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE-KECAMATAN
DEPOK KABUPATEN SLEMAN”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI