Skripsi (Bab I - Bab 5)
-
Upload
tausi-titu -
Category
Documents
-
view
106 -
download
3
Transcript of Skripsi (Bab I - Bab 5)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi satu sama lain dan
saling bertukar pesan. Inilah yang disebut komunikasi. Pesan atau informasi
disampaikan melalui komunikasi, baik langsung maupun tidak langsung. Tetapi
untuk melakukan komunikasi memerlukan perantara atau media. Di era keterbukaan
informasi saat ini, telah banyak bermunculan saluran komunikasi. Salah satunya
adalah media yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak terdiri dari surat
kabar, majalah, dan tabloid. Sedangkan media elektronik terdiri dari televisi, radio,
dan internet.
Di tengah peradaban ini modern yang dipenuhi dengan informasi baru
atau media baru dan semakin canggihnya alat-alat komunikasi, tak secelah pun
informasi terabaikan. Media merupakan sumber informasi yang sangat cepat
penyebarannya. Dengan media itu kita dapat mengetahui banyak hal yang sedang
terjadi dan yang menjadi topik pembicaraan yang baik di dalam negeri maupun luar
negeri. Media merupakan jembatan masuknya kebudayaan dan informasi, kemasan
berita yang menarik dalam media dapat membuat khalayak tertarik untuk melihat
atau membaca informasi tersebut. Bagaimana sebuah media mengonstruksi realitas
sehingga menjadi kemasan menarik.
1
1
“Media massa merupakan (sebagai alat utama dalam komunikasi massa) mampu membentuk masa depan umat manusia. Ini berarti, media massa telah mempengaruhi atau bahkan membentuk perilaku manusia itu sendiri. Salah satu alasan media massa tidak bisa dipungkiri adalah bahwa media massa saat ini kian tumbuh pesat pertumbuhannya tersebut merupakan dampak sejarah panjang proses komunikasi umat manusia.”1
Maka, proses panjang komunikasi itulah yang kemudian secara langsung
akan mempengaruhi bentuk komunikasi yang saat ini masyarakat nikmati.
“Media massa berperan sebagai penengah dan penghubung dalam pengertian bahwa: media massa seringkali berada di antara kita (sebagai penerima) dengan bagian pengalaman lain yang berada di luar persepsi dan kontak langsung kita; media massa dapat saja berada di antara kita dengan institusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita – hukum, industri, pemerintah, dan lain-lainnya; media massa dapat menyediakan saluran penghubung bagi pelbagai institusi yang berbeda; media juga menyalurkan pihak lain untuk menghubungi kita, dan menyalurkan kita untuk menghubungi pihak lain; media massa seringkali menyediakan bahan bagi kita untuk membentuk persepsi kita terhadap kelompok dan organisasi lain, serta peristiwa tertentu. Melalui pengalaman langsung kita hanya mampu memperoleh sedikit pengetahuan. Bahkan pengetahuan kita tentang masyarakat sendiri pun kebanyakan bersumber dari media.”2
Media massa sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat
dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis
Althusser, seperti yang dikutip oleh Alex Sobur, menyatakan bahwa
“media dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa.”3
1 Nurudin, Komunikasi Massa, Cespur, Jakarta, 2004, hal 362 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1987, hal 523 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 29-30
2
Seperti kita ketahui, beberapa media massa memiliki ideologi yang
berbeda-beda.
“Adapula yang menganggap informasi hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan ideologis. Informasi disampaikan untuk mempengaruhi dan membujuk pembaca agar berbuat serta bersikap sesuai dengan tujuan ideologis yang hendak dicapai. Bagi media massa yang menempatkan tujuan ideologis sebagai hal terpenting, oplah jual yang tinggi bukan prioritas utama”.4
“Peristiwa politik selalu menarik media massa sebagai bahan liputan. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan. Pertama, dewasa ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa. Malahan para aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktivitas politiknya memperoleh liputan dari media. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka, seumpamanya rapat partai atau pertemuan seorang tokoh politik dengan para pendukungnya.”5
Para aktor politik seperti MPR, DPR, DPA, Presiden, MK, MA, dan KY
mempunyai kode etik untuk mengatur moral masing-masing aktor politik yang
berada di lembaga. Dalam praktiknya sering kali tidak sesuai dengan kode etik yang
mengatur mereka untuk beretika atau bermoral dengan baik khususnya pada saat
persidangan apapun yang mereka selenggarakan. Seperti sidang paripurna kasus
Century yang mereka (DPR) selenggarakan beberapa waktu lalu dan persidangan
tersebut menimbulkan keributan tanpa memikirkan etika mereka sebagai anggota
Dewan.
Pemberitaan kericuhan pada rapat sidang paripurna century anggota
dewan DPR cukup mendapat porsi yang besar dan menyeluruh, karena itu setiap
pemberitaannya, media harus memperhatikan dampak yang bisa timbul dari
4 Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Cerita untuk Media Massa, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hal 19.5 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Granit, Jakarta, 2004, hal 1.
3
pemberitaan kericuhan tersebut. Pengaruh media sangat kuat dalam pembentukan
opini dan pemicu reaksi dalam masyarakat.
Rapat Paripurna DPR dengan agenda mendengarkan laporan Panitia Khusus (Pansus) Angket Kasus Bank Century kemarin berlangsung ricuh.Puluhan anggota DPR merangsek ke meja pimpinan DPR dan nyaris terjadi baku hantam. Kericuhan dipicu ketidakpuasan sebagian anggota DPR atas sikap Ketua DPR Marzuki Alie yang dianggap menutup sidang secara sepihak.Kericuhan ini bermula dari perbedaan pendapat di antara anggota DPR tentang kapan hasil pansus diputuskan. Ada yang menginginkan keputusan diambil kemarin, sebagian memilih hari ini sesuai keputusan rapat Badan Musyawarah (Bamus) DPR. Perbedaan ini tidak diselesaikan dan pimpinan sidang yaitu Marzuki Alie langsung menutup sidang.6
Di dalam kericuhan rapat paripurna century terdapat pelanggaran kode etik
yang dilakukan oleh anggota dewan DPR. Seperti terjadi pelemparan botol air
mineral yang dilakukan oleh anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Markus Nari ke
arah Ketua DPR Marzukie Alie yang menutup rapat paripurna secara sepihak di
Gedung Parlemen, Jakarta, 2 Maret 2010 pada Surat Kabar Media Indonesia.
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua media yaitu Surat Kabar
Media Indonesia dan Rakyat Merdeka. Alasan pemilihan kedua media tersebut
adalah penulis memilih Surat kabar Media Indonesia dikarenakan Media Indonesia
merupakan koran nasional yang beritanya faktual, lugas, dan ringkas, sehingga
masyarakat mampu memahami berita tanpa ada berita bersambung di korannya.
Selain itu juga Media Indonesia dikenal sebagai surat kabar yang memiliki nilai
tinggi (news value) dan juga bermakna bagi publik (public meaning). Arti dari
bermakna bagi publik disini dalam konteks Media Indonesia bisa menjadikan publik
mengerti berita, memberikan penjelasan, dan memberikan kematangan moral.
6 www.tempointeraktif.com
4
Penulis juga memilih Rakyat Merdeka dikarenakan dalam memberitakan
sesuatu lebih berani, menggunakan bahasa sehari-hari, dan termasuk surat kabar
yang nasionalis.
Secara spesifik, penulis akan meneliti dan melihat pengonstruksian berita
dan menggambarkan berita dibaliknya dengan menggunakan analisis Teun A. Van
Dijk.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
memadu peneliti untuk mengungkapkan atau memotret situasi sosial yang akan
diteliti secara menyeluruh, luas dan dalam.7
Dalam melakukan penelitian diperlukan adanya suatu perumusan masalah
agar penulis dapat tepat sasaran dalam memperoleh hasil yang maksimal.
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka menggambarkan
wacana pemberitaan kericuhan pada saat sidang paripurna kasus Bank Century
yang dipimpin oleh Marzuki Ali?
2. Bagaimana media mengonstruksi wacana pemberitaan kericuhan pada saat
sidang paripurna kasus Bank Century yang dipimpin oleh Marzuki Ali?
1.3 Tujuan Penelitian
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2007, hal 35
5
a. Melakukan analisis wacana terhadap pemberitaan Kericuhan Sidang
Paripurna Century dalam surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka
serta dapat mengetahui dengan jelas hal-hal yang ditonjolkan atau menjadi
fokus berita dalam surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka.
b. Mengetahui surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka
memproduksi pesan dan teks atas pemberitaan mengenai terjadinya
kericuhan sidang paripurna Century.
c. Mengetahui penggambaran kericuhan sidang paripurna Century dalam
pemberitaan di surat kabar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis dan memberikan
konstribusi pada pengaplikasian dan pengembangan teori jurnalistik,
terutama penelitian dengan menggunakan analisis wacana dalam
memahami makna bahasa, struktur pesan dalam komunikasi, dan upaya
media dalam mendefinisikan realitas sosial ke dalam teks berita. Selain
itu juga diharapkan dapat menjadi sumber kajian untuk studi lanjutan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan isi pemberitaan media.
1.4.2 Manfaat Praktis
6
Hasil penelitian ini dapat memberi pemahaman terhadap
masyarakat bahwa pekerjaan media adalah mengonstruksi realitas, serta
diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi Surat Kabar Media
Indonesia dan Rakyat Merdeka dalam mengontruksi sebuah pesan dengan
idealisme tertentu, sehingga dapat menghasilkan dampak yang diinginkan
khalayak dan juga memperkaya penelitian mengenai ilmu jurnalistik.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dan bahan dasar bagi
penelitian selanjutnya dengan menggunakan analisis wacana pada
pemberitaan surat kabar.
BAB II
7
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Konstruksi Realitas Sosial
Pada prinsipnya, pembaca harus memiliki kemampuan yang memadai
untuk menyaring dan memiliki sebuah berita agar pembaca menemukan kebenaran.
Oleh karena itu, salah satu cara untuk membantu pembaca menyikapi pers adalah
konteks pemberitaan. Lewat konteks pemberitaan, pembaca bisa memahami masalah
yang ada dan pemecahan masalah yang ditampilkan tidak berlaku untuk konteks lain.
Kemudian melalui konteks pemberitaan pula pembaca menyadari bahwa wartawan
terkadang menghidangkan “madu” dalam menu beritanya, kadang pula dalam berita
yang lain menuangkan “racun”. Melalui konteks pemberitaan ini pembaca mengerti
bahwa berita yang buruk bisa dibungkus dengan bahasa yang manis sehingga tampak
samar-samar dan menyenangkan singkat kata, konteks pemberitaan menjadi alat
yang sangat penting.8
Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas. Isi
media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realitas yang
dipilihnya, di antaranya realitas politik. Misalnya saja, sebuah liputan mengenai
kegiatan orang yang berkumpul di sebuah lapangan terbuka untuk mendengarkan
pidato-pidato politik pada musim pemilu adalah hasil konstruksi realitas mengenai
peristiwa yang lazim disebut kampanye pemilu itu.9
Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah
menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah
8 Alex Sobur, Loc. Cit, hal. 88.9 Ibid, hal. 88
8
8
dikonstruksikan (constructed reality). Pembuatan berita di media pada dasarnya tak
lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah “cerita” (Tuchman,
1980).10
Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa
sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat
merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan
diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai
peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang
dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya.11
Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia
merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat
konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita,
ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Selanjutnya, penggunaan bahasa (simbol)
tertentu menentukan format narasi (dan makna) tertentu. Sedangkan jika dicermati
secara teliti, seluruh isi media entah media cetak ataupun media eletronik
menggunakan bahasa, baik bahasa verbal (kata-kata tertulis atau lisan) maupun
bahasa non-verbal (gambar, foto, gerak-gerik, grafik, angka, dan tabel).
Lebih jauh dari itu, terutama dalam media massa, keberadaan bahasa ini
tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa
menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas-realitas media yang
akan muncul di benak khalayak. Terdapat berbagai cara media massa mempengaruhi
bahasa dan makna ini: mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya;
10 Ibid, hal. 8811 Ibid, hal. 88
9
memperluas makna dari istilah-istilah yang ada; mengganti makna lama sebuah
istilah dengan makna baru menetapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu
sistem bahasa.
Oleh karena persoalan makna itulah, maka penggunaan bahasa
berpengaruh terhadap konstruksi realitas, terlebih atas hasilnya (baca, makna atau
citra). Sebabnya ialah, karena bahasa mengandung makna. Padahal, manakala kita
bercerita kepada orang lain, sesungguhnya esensi yang ingin kita sampaikan adalah
makna. Padahal, setiap kata, angka, dan simbol lain dalam bahasa yang kita pakai
untuk menyampaikan pesan pada orang lain tentulah mengandung makna. Begitu
juga, rakitan antara satu kata (angka) dengan kata (angka) lain menghasilkan suatu
makna. Penampilan secara keseluruhan sebuah wacana bahkan bisa menimbulkan
makna tertentu.12
Istilah konstruksi realitas diperkenalkan oleh Peter L. Beger dan Thomas
Luckman melalui bukunya “The social Construction of Reality: A Treatise in The
sociological of knowladge”. Berger dan Luckman memulai penjelasan realiti sosial
dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Mereka
mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat didalam realitas-realitas, yang
diakui memiliki keberadaan yang tidak tergantung pada kehendak kita sendiri.
Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu
nyata dan memiliki karakteristik secara spesifik. Menurut mereka, realitas sosial
dikonstruksikan melalui proses eksternalisasi, objektivitas dan internalisasi.
12 Ibnu Hamad, Op.Cit, hal. 12-13
10
Konstruksi realitas dalam pandangan mereka, tidak berlangsung dalam ruang hampa,
namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.13
Dalam pandangan paradigma definisi sosial, realitas adalah hasil ciptaan
manusia kreatif melalui konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya.14
“Berger dan Luckman mengatakan bahwa realitas sosial terdiri dari tiga macam; yaitu realitas subyektif, realitas obyektif dan realitas simbolik. Realitas obyektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif yang berada di luar individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolik merupakan ekspresi simbolik dari realitas obyektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerepan kembali realitas obyektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi (Subiakto, 1997:93)”.15
Sehingga dapat dilihat dari ketiga realitas yang dijabarkan oleh Berger
dan Luckman menyatakan bahwa saling berkaitan satu sama lain.
2.2 Representasi dalam Pemberitaan
Arti dari representasi ialah:
a. “Perbuatan mewakili;
b. Keadaan diwakili;
c. Apa yang mewakili; perwakilan”16
Istilah representasi itu sendiri menunjuk pada bagaimana seseorang, satu
kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.
Representasi ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok, atau
13 Alex Sobur, Loc Cit, hal 9114 Bungin Burhan, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi ke Arah Ragam Varian Kontemporer, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal 415 Ibid, hal 516 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2007, hal 1167
11
gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu
pada apakah seseorang atau kelompok itu diberitakan apa adanya, atau diburukkan.
Penggambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan
cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu. Di sini hanya citra yang
buruk saja yang ditampilkan sementara citra atau sisi yang baik luput dari
pemberitaan. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata,
kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan
tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak.17
2.3. Analisis Wacana
Istilah wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin
ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi yang besar dari berbagai
definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan studi
mengenai bahasa / pemakaian bahasa. Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis
wacana? Di sini ada beberapa perbedaan pandangan. Mohammad A. S. Hikam dalam
suatu tulisannya telah membahas dengan baik perbedaan paradigma analisis wacana
dalam melihat bahasa ini yang akan diringkas sebagai berikut.18
Paling tidak ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana.
Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivisme-empiris. Oleh penganut ini,
bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya.
Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan
melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh ia dinyatakan
17 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, Jakarta, LKIS, hal 11318 Ibid, hal 3-4
12
dengan pemakaian pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki
hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah
pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana,
konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-
makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah
apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan
semantik. Oleh karena itu, tata bahasa, kebenaran sintaksis adalah bidang utama dari
aliran positivisme-empiris tentang wacana. Analisis wacana dimaksudkan untuk
menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacana diukur
dengan pertimbangan kebenaran / ketidakbenaran (menurut sintaksis dan semantik).19
Pandangan kedua, disebut sebagai konstruktivisme. Pandangan ini banyak
dipengaruhi oleh pemikiran fenomenalogi. Aliran ini menolak pandangan
empirisme / positivisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam
pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk
memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai
penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor
sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Setiap
pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan
pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena itu,
analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-
maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi
dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan itu dilakukan
19 Eriyanto, Opcit, hal 4
13
di antaranya dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan
penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara.20
Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Analisis wacana
dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses
produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral
yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat
berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.
Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar dari si
pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang
berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun
strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk
membongkar kuasa yang ada dalam proses bahasa: batasan-batasan apa yang
diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang
dibicarakan. Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat
dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai
tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Karena memakai paradigma
kritis, analisis wacana kategori yang ketiga itu juga disebut sebagai analisis wacana
kritis (Critical Discourse Analysis / CDA). Ini untuk membedakan dengan analisis
wacana dalam kategori yang pertama atau kedua (Discourse Analysis).21
2.4. Analisis Wacana Menurut Teun A. Van Dijk
20 Eriyanto, Opcit, hal 5-621 Ibid, hal 6-7
14
Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi
sosial”. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Menurut Van Dijk, penelitian atas
wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks
hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati.22
Berbagai masalah yang kompleks dan rumit coba digambarkan oleh Van
Dijk. Van Dijk tidak mengeksekusi modelnya semata-mata dengan menganalisis teks
saja. Van Dijk juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok
kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan
kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.
“Pendekatan wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai 3 (tiga) dimensi atau bangunan, antara lain adalah : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.”23
Analisis Van Dijk di sini menghubungkan analisis tekstual yang
memusatkan perhatian melulu pada teks ke arah analisis yang komprehensif
bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu
wartawan maupun dari masyarakat. Model dari analisis Van Dijk ini dapat
digambarkan sebagai berikut:24
Skema 125
22 Eriyanto, Opcit, hal. 22123 Ibid, hal. 22424 Ibid, hal. 224-22525 Eriyanto, Opcit, hal 225
15
Kognisi Sosial
Teks
Model Van Dijk
Konteks
Pada skema model Van Dijk dapat dilihat terdiri dari tiga elemen dimana
inti dari model Van Dijk ini adalah menggabungkan ketiganya ke dalam satu analisis.
2.4.1 Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur / tingkatan
yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga
tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global / umum dari suatu
teks yag dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam
suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan
dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita
secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari
bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase,
dan gambar.26
2.4.2 Kognisi Sosial
26 Ibid, hal. 226
16
Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan
sejumlah makna, pendapat, dan ideologi.27 Analisis wacana tidak hanya membatasi
perhatiannya pada struktur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi.
Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema.
Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Skema dikonseptualisasikan sebagai
struktur mental di mana tercakup di dalamnya bagaimana kita memandang manusia,
peranan sosial, dan peristiwa. Skema menunjukkan bahwa kita menggunakan
struktur mental untuk menyeleksi dan memproses informasi yang datang dari
lingkungan. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan sosialisasi. Sebagai
sebuah struktur mental, skema menolong kita menjelaskan realitas dunia kompleks.
Kognisi sosial didasarkan pada anggapan umum yang tertanam yang
akan digunakan untuk memandang peristiwa. Analisis kognisi menyediakan
gambaran yang kompleks tidak hanya pada teks tetapi juga representasi dan strategi
yang digunakan dalam memproduksi suatu teks. Kognisi sosial menjelaskan
bagaimana wartawan merepresentasikan kepercayaan atau prasangka dan
pengetahuan sebagai strategi pembentukan teks peristiwa yang spesifik yang
tercermin lewat berita. Pendekatan Van Dijk disebut sebagai kognisi sosial karena
meskipun keyakinan, prasangka itu bersifat personal dalam diri wartawan tetapi ia
diterima sebagai bagian dari anggota kelompok (socially shared). Semua persepsi
dan tindakan, dan pada akhirnya produksi dan interpretasi wacana didasarkan pada
representasi mental dari setiap peristiwa.28
27 Eriyanto, Opcit, hal. 26028 Eriyanto, Opcit, hal. 261
17
2.4.3 Analisis Sosial
Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur teks. Van Dijk
memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat,
proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks.
“Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting:1. Praktik Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggotanya) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya berdasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh Van Dijk dalam bentuk persuasif (tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan).
2. Akses Mempengaruhi WacanaAnalisis wacana Van Dijk, memberi perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses diantara masing-masing kelompok dalam masyarakat.”29
Hal penting dari analisis ini adalah untuk menunjukan bagaimana makna
yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi melalui praktik diskursus atau
legitimasi.
2.5 Kode Etik DPR
Pada awalnya etika merupakan salah satu cabang filsafat yang terkenal,
beriringan dengan logika. Dalam perkembangannya kemudian, etika juga sudah
29 Ibid, hal. 272
18
banyak ditinjau dari berbagai sudut pandang pendekatan dan disiplin ilmu. Walaupun
berbagai analisis, telaah dan pembahasan itu memang sudah mampu menghasilkan
pengertian-pengertian umum yang sama terhadap makna etika, tetapi sampai
sekarang, sebenarnya, masih tetap belum ada satu defenisi etika yang dianggap
“sempurna.” Istilah etika dalam profesi biasanya hampir selalu digandeng dengan
istilah atau kata “kode” sehingga menjadi “kode etik” sebagai satu kesatuan istilah.
Ditinjau dari pendekatan bahasa, ada perbedaan mendasar antara etika dan
etiket. Etiket berasal dari kata bahasa Inggris etiquette yang berarti sopan santun atau
juga selembar kertas yang ditempatkan di botol atau benda. Sedangkan kata “etika”
berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak atau moral. Dalam bahasa
Latin ada pula kata “mos” (tunggal) atau “mores” (jamak) yang artinya kebiasaan
yang baik. Dari pengertian itu kemudian dewasa ini etika secara sederhana diartikan
sebagai prinsip-prinsip atau tatanan berperilaku yang baik dari suatu kelompok
masyarakat tertentu yang bersumber dari keahlian, moral atau hati nurani kelompok
masyarakat itu.
Adapun kata “kode” berasal dari bahasa Inggris “code”. Pengertian
dasarnya adalah himpunan ketentuan atau peraturan atau petunjuk yang sistematis.
Dari gabungan pengertian kedua kata itu, akhirnya Kode Etik dapat diartikan sebagai
himpunan atau kumpulan etika. Maka Kode Etik Jurnalistik bermakna himpunan
etika di bidang Jurnalistik.30
Untuk melaksanakan tugas konstitusionalnya, Anggota DPR RI bersepakat
untuk menyusun suatu Kode Etik DPR RI, yang bersifat mengikat serta wajib
30 Wina Armada Sukardi, Keutamaan di Balik Kontroversi Undang-undang Pers, Dewan Pers, Jakarta, 2007, hal 135.
19
dipatuhi oleh setiap Anggota DPR RI dalam menjalankan tugasnya selama di dalam
ataupun di luar gedung demi menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas
DPR RI. Kode Etik ini merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan
peraturan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau
tidak patut dilakukan oleh Anggota DPR RI.31
Bab XIX32
Kode Etik
Pasal 286
1. DPR menyusun kode etik yang berisi norma yang wajib dipatuhi oleh setiap
anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan,
citra, dan kredibilitas DPR.
2. Ketentuan mengenai kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan DPR tentang Kode Etik.
2.6. Sidang Paripurna DPR
Sidang Paripurna DPR adalah forum tertinggi di DPR. Hakekatnya adalah
musyawarah-mufakat. Azasnya demokrasi. Semangatnya demi kesatuan dan
persatuan bangsa. Karenanya, Paripurna yang pertama saat anggota dewan baru
masuk, agendanya adalah membuat agenda. Istilahnya: tata tertib. Karena berasal
31 http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/kode-etik32 http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/tata-tertib/bab-24
20
dari proses konstituante yang sama, maka setiap anggota DPR adalah keterwakilan
konstituen partai politik.
Rapat Paripurna dan jenis rapat-rapat lainnya yang sering dilaksanakan
anggota MPR/DPR telah diatur dalam beberapa pasal pada beberapa pasal Peraturan
Tata Tertib DPR yaitu:
Pasal 22133
1. Rapat paripurna adalah rapat anggota yang dipimpin oleh pimpinan
DPR dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan tugas dan
wewenang DPR,kecuali rapat paripurna pengucapan sumpah/janji
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).
2. Selama penyelenggaraan rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak boleh ada rapat lain.
3. Dalam setiap pembukaan rapat paripurna DPR RI, lagu kebangsaan
Indonesia Raya wajib diperdengarkan dan/atau dinyanyikan.
Sidang dilakukan untuk banyak kepentingan dan wujud. Sidang dengan
pemerintah, sidang membahas dan menetapkan undang-undang dan dengar pendapat.
Ada sidang komisi dan sidang paripurna. Dari namanya, sidang paripurna adalah
sidang yang melampaui tingkat sempurna.34
Rapat paripurna merupakan forum tertinggi yang bisa mengubah kebijakan
apa pun, termasuk hasil rapat Badan Musyawarah DPR yang dijadikan pedoman
Marzuki menutup rapat paripurna. Dalam pasal 221 Peraturan Tata Tertib DPR yang 33 http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/tata-tertib/34 http://indonesiafile.com/content/view/208/46/
21
berbunyi “Rapat paripurna adalah yang tertinggi, semua bisa diubah dalam rapat
paripurna.”35
2.7. Terjadinya awal kasus Century
Kejanggalan yang melatarbelakangi penyelamatan (bailout) Bank Century
menyadarkan kita bahwa ada yang tidak beres dengan mekanisme kerja Bank
Indonesia (BI). Dari kasus Century itu, kita mendapatkan kejelasan, pengawasan
bank oleh BI ternyata tidak profesional. Apa jadinya industri perbankan nasional
kalau treatment terhadap Bank Century diberikan ke semua bank di dalam negeri?
Bank Century sudah bobrok dari sononya, begitu pandangan para auditor
BPK. Bank hasil merger ini menyimpan surat berharga dalam valuta asing milik
warga negara Pakistan. Tapi uang itu tidak pernah masuk. Bank Century juga
berulang kali melanggar batas maksimal pemberian kredit, dan selalu gagal
memenuhi rasio kecukupan modal. Orang nomor satu di bank ini pun bermasalah
karena tidak lulus uji kelayakan dan kepatutan untuk mengelola bank.
Kebobrokan manajemen Bank Century juga tergambar dari kasus yang
ditangani Kejaksaan Agung (Kejagung) soal dugaan korupsi Rp 11,6 triliun di Bank
Century yang menetapkan dua bekas pemegang saham Bank Century, Hesham Al
Warraq dan Rafat Ali, sebagai tersangka. Dua warga negara asing itu diduga
melarikan dana belasan triliun ke luar negeri.
Alih-alih dipertahankan, melikuidasi bank ini memang lebih bisa diterima
akal sehat. Justru menjadi aneh jika bailout sampai dilakukan dalam empat tahap
sejak November 2008. Penggunaan hak angket DPR untuk mempertanyakan proses
35 Kompas, Rabu, 03 Maret 2010
22
bailout itu dirasa sebagai keharusan mengingat uang negara yang dipakai untuk
menyelamatkan bank bobrok ini mencapai Rp 6,7 triliun. Jumlah ini melampaui
modal pemerintah di LPS (4 triliun). Pun, tak sebanding dengan alokasi anggaran
stimulus fiskal 2009 untuk sektor infrastruktur (sekitar Rp 12 triliun).36
“Perhatian saya kepada kasus Bank Century sejak awal memang sudah besar. Koran-koran, di sekitar Agustus 2009, memberitakan dana talangan (bailout) yang mencapai Rp 6,7 triliun. Rasa hati saya mengatakan, ada yang tidak beres dalam proses tersebut. Terlalu banyak uang yang terbuang dan saya agak sensitif jika mendengar kata “bailout”. Pengalaman bangsa ini dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yang merupakan bailout di masa krisis, memang amat kelam. Kita kehilangan uang ratusan triliun rupiah untuk menolong sektor perbankan dan mengorbankan banyak urusan”.Hingga kemudian saya bertemu Natsir Mansyur, salah seorang anggota Fraksi Partai Golkar di Komisi XI DPR periode 2004-2009. “Lu harus angkat kasus ini,” ujar Natsir sambil membawakan setumpuk dokumen soal bailout tersebut. Saya belum bisa menyahut, perhatian tercurah pada dokumen.37
Natsir lalu memberondong saya dengan keterangan soal dugaan
ketidakberesan dalam proses bailout. Dari sana, sedikit rasa penasaran tertutup dan
penasaran lebih besar muncul. Selarik pertanyaan menyergap dalam kepala.
“Bagaimana kasus ini awalnya bisa mencuat?”.38
Ah, lidah memang tak bertulang. Natsir lalu berkisah, seorang pejabat Departemen Keuangan tiba-tiba kelepasan omong. “Pejabat itu bilang, salah satu persoalan yang sedang ditangani Departemen Keuangan adalah kasus Bank Century, yang sudah menghabiskan dana bailout Rp 6,7 triliun,” kata Natsir.39
36 Bambang Soesatyo, Skandal Gila Bank Century, PT. Ufuk Publishing House, Jakarta, 2010, hal xii-xv37 Ibid, hal 3
38 OpCit, hal 339 Ibid, hal 4
23
Kenyataan soal bailout itu diungkapkan sang pejabat dalam rapat
membahas RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK), antara Departemen
Keuangan (sekarang namanya Kementerian Keuangan) dan Komisi XI DPR-RI, di
Hotel Sheraton Bandara, Tangerang, 1 Agustus 2009. Sontak para anggota dewan
yang hadir disana kaget.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. PARADIGMA PENELITIAN
24
Pada umumnya penelitian adalah wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model-model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma, menurut Bogdan dan Biklen (1982: 32), adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.40
Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu
distruktur (bagian atau hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi
(perilaku yang didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu).41
Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan-
pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang
seharusnya ditafsirkan. “Ciri khas utama dari suatu paradigma itu adalah penjabaran
berbagai variabel yang lain. Untuk menentukan hubungan antara variabel yang lain,
maka harus ada konsep yang mendasar.42
Dalam menemukan hakikat realitas atau ilmu pengetahuan yang
dikembangkan oleh para ilmuwan. Paradigma tersebut adalah (1) Positivisme, (2)
Postpostivisme (yang kemudian dikenal sebagai Classical Paradigm atau
Conventionalism Paradigm), (3) Critical Theory (Realism) dan (4) Constructivism.43
Paradigma penelitian yang digunakan oleh penulis adalah paradigma
penelitian konstruktivis. Paradigma konstruktivis mempunyai sejumlah asumsi
mengenai bagaimana penelitian harus djalankan dan bagaimana teks berita
seharusnya dianalisis. Dilihat dari aksioma keilmuan yang dikembangkan (baik
40 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 1441 Ibid, hal. 4942 Ardy Karsadi, Metode Penelitian “Sosial dan Bisnis”, Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta, hal. 2143 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001, hal. 38
25
23
ontologi, epistemologi, maupun metodologi). Paradigma ini secara frontal bertolak
belakang dengan paradigma positivisme. 44 Dalam arti paradigma konstruktivis itu
bagaimana suatu teks berita dianalisis dan dibangun oleh wartawan sehingga publik
memahami isi teks berita tersebut.
Bila dihubungkan dengan fokus permasalahan dalam penelitian ini,
paradigma konstruktivis menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut
dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk dan dalam studi komunikasi
paradigma konstruktivis ini sering disebut paradigma produksi.
Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai
alat untuk memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek sebagai
penyamai kenyataan. Konstruktivisme justru menganggap subjek memiliki
kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam
setiap wacana. Oleh karena itu, setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan
penciptaan makna.45
3.2. JENIS PENELITIAN
“Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh)”.46 Jadi, dalam hal ini tidak
44 Agus Salim, Ibid, hal 8945 Eriyanto, Loc Cit, hal 546 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal 3
26
boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari satu kesatuan.
Menurut Bogdan dan Biklen, serta Linchon dan Guba, Lexy J. Moleong
mengatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari
penelitian lainnya, diantaranya adalah:
1. Latar Alamiah: penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keseluruhan.
2. Manusia sebagai alat (instrument): peneliti merupakan alat pengumpul utama. Hanya manusia sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusia yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.
3. Metode Kualitatif: digunakan berdasar beberapa pertimbang. Pertama, metode ini lebih mudah bila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; ketiga, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
4. Deskriptif: data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data yang menjawab pertanyaan “mengapa”, “alasan apa”, dan “bagaimana terjadinya”.
5. Adanya kriterian khusus untuk keabsahan data: penelitian kualitatif tidak menggunakan validitas, reliabilitas, dan objektivitas seperti yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.
6. Desain yang bersifat sementara: penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan.47
Dalam memahami realitas, pendekatan kualitatif sangat cocok untuk
menganalisa wacana yang terdapat dalam suatu pemberitaan. Karena pendekatan
kualitatif lebih menekankan pada proses bagaimana berita tersebut diproduksi dan
dapat menjawab pertanyaan mengapa, alasan apa, dan bagaimana proses terjadinya
berita hingga sampai pada khalayak.
47 Lexy J. Moleong, Op.Cit, hal 4-8
27
3.3. SIFAT PENELITIAN
Menurut Jalaludin Rakhmat, ciri penelitian deskriptif ialah titik berat pada
observasi dan suasana alamiah (naturalistic setting). Peneliti bertindak sebagai
pengamat. Ia hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya
dalam buku observasi.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk: (1) mengumpulkan informasi aktual
secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau
memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan
atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana
dan keputusan pada waktu yang akan datang.48
Menurut Moh. Nasir, tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sestematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.49
3.4. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian analisis wacana ini
adalah bagaimana surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka
menggambarkan pemberitaan kericuhan pada saat sidang paripurna kasus Bank
Century dan bagaimana media mengonstruksi pemberitaan kericuhan pada saat
48 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal 2549 Moh. Nasir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal 63
28
sidang paripurna kasus Bank Century ke I (2 Maret 2010) yang disajikan dengan
menggunakan analisis wacana Teun Van Dijk.
Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak
disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi besar dari
berbagai definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan
studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa.50
Analisis menurut Eriyanto adalah salah satu alternatif dari analisis isi ayng
lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui
analisis wacana, kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga
bagaimana pesan itu disampaikan lewat kata, frasa, kalimat, metafora macam apa
suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasan
tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu
teks.51 Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk
membongkar isi teks berita dan pesan itu disampaikan ke publik.
Skema 2
Kerangka Van Dijk52
STRUKTUR METODE
Teks
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan
Critical Linguistic
50 Eriyanto, Loc.Cit, hal 3-451 Eriyanto, Ibid, hal xv52 Eriyanto, Ibid, hal 275
29
seseorang atau peristiwa tertentu.Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu.
Kognisi Sosial
Menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang ditulis.
Wawancara Mendalam
Analisis Sosial
Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan.
Studi Pustaka,Penelusuransejarah
3.4.1 Teks
Van Dijk melihat teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya dalam tiga tingkatan.
Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global / umum dari suatu teks yang
dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.
Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan
kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara
utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian
kecil dari teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.53
Skema 3
Elemen Wacana Van Dijk54
STRUKTURWACANA
HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur Makro Tematik Topik
53 Eriyanto, Op.Cit, hal 22654 Eriyanto, Ibid, hal 228-229
30
Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita.
Superstruktur Skematik
Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh.
Skema
Struktur Mikro Semantik
Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan member detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.
Latar, Detil,Maksud, Pra-
anggapan, Nominalisasi
Struktur Mikro Sintaksis
Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih.
Bentuk Kalimat,Koherensi,Kata Ganti
Struktur Mikro Stilistik
Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita.
Leksikon
Struktur Mikro Retoris
Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan.
Grafis, Metafora,Ekspresi
3.4.1.1 Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks.
Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang
utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin
diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik
menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari
isi suatu berita. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai tema
atau topik.55
3.4.1.2 Skematik
55 Eriyanto, Op.Cit, hal 229
31
Menurut Van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi
wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin
disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan
tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang
didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai
strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Upaya
penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian
akhir agar terkesan kurang menonjol.56
3.4.1.3 Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi
semantik (arti) ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika
menulis berita biasanya mengemukan latar belakang atas
peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah
mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi
alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh
karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena
dapat membongkar apa maksud yang disampaikan oleh
wartawan.57
3.4.1.4. Detil
Elemen detail merupakan strategi bagaimana wartawan
mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap
atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala
56 Eriyanto, Ibid, hal 23457 Eriyanto, OpCit, hal 235
32
tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detail bagian
mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan
detail yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana
yang dikembangkan oleh media.58
3.4.1.5 Maksud
Dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan bagaimana
secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik
bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan
secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.59
3.4.1.6 Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat
dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang
berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren.
Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana
seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk
menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Koherensi merupakan
elemen yang menggambarkan bagaimana peristiwa dihubungkan
atau dipandang saling terpisah oleh wartawan.60
3.4.1.7 Koherensi Kondisional
Koherensi kondisional di antaranya ditandai dengan pemakaian
anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada dua kalimat, di mana
kalimat ke dua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi
58 Eriyanto, Ibid, hal 23859 Eriyanto, Ibid, hal 24160 Eriyanto, OpCit, hal 242-243
33
pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi)
seperti “yang”, atau “di mana”. Koherensi ini dalam banyak hal
sering kali menggambarkan kepada kita bagaimana sikap
wartawan atas peristiwa, kelompok, atau seseorang yang ditulis.
Bagaimana sikap tersebut dilekatkan dan tanpa disadari
menggiring pembaca pada pemahaman atau pemaknaan
tertentu.61
3.4.1.8 Koherensi Pembeda
Kalau koherensi kondisional berhubungan dengan pertanyaan
bagaimana dua peristiwa dihubungkan / dijelaskan, maka
koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana
dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah
peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan
berseberangan (contrast) dengan menggunakan koherensi ini.62
3.4.1.9 Pengingkaran
Elemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana
yang menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan
apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Dalam arti umum,
pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui
sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi
61 Eriyanto, Ibid, hal 244-24562 Eriyanto, OpCit, hal 247
34
atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut. Dengan
kata lain, pengingkaran merupakan bentuk strategi wacana di
mana wartawan tidak secara tegas dan eksplisit menyampaikan
pendapat dan gagasannya kepada khalayak.63
3.4.1.10 Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat ini menentukan apakah subjek diekspresikan
secara eksplisit atau implisit dalam teks. Kalimat aktif umumnya
digunakan agar seseorang menjadi subjek dari tanggapannya,
sebaliknya kalimat pasif menempatkan seseorang sebagai
objek.64
3.4.1.11 Kata Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi
bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata
ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk
menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam
mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata
ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap
tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata.
Akan tetapi, ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap
tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu
komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak
dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang
63 Ibid, hal 24964 Ibid, hal 252
35
menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara
keseluruhan.65
3.4.1.12 Leksikon
Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang
melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang
tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang
merujuk pada fakta. Kata “meninggal”, misalnya, mempunyai
kata lain: mati, tewas, gugur, meninggal, terbunuh,
menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Diantara
beberapa kata itu seseorang dapat memilih diantara pilihan yang
tersedia. Dengan demikian pilihan kata yang dipakai tidak
semata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis
menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta /
realitas.66
3.4.1.13 Praanggapan
Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan
pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.
Kalau latar berarti upaya mendukung pendapat dengan jalan
memberi latar belakang, maka praanggapan adalah upaya
mendukung pendapat dengan memberikan premis yang
65 Eriyanto, OpCit, hal 253-25466 Eriyanto, OpCit, hal 255
36
dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan
yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.67
3.4.1.14 Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh
seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita,
grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain
dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,
pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih
besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster,
grafik, gambar, atau tabel utuk mendukung arti penting suatu
pesan.68
3.4.1.15 Metafora
Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya
menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan,
ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau
bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora
tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna
suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara
strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas
pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Wartawan
menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari,
67 Ibid, hal 25668 Ibid, hal 257
37
peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan
mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang
semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.69
3.4.2 Kognisi Sosial
Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan
sejumlah makna, pendapat, dan ideologi.
Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita
membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif
didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu
diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari
pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi
kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.70
Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema.
Van Dijk menyebut skema ini dengan mode. Ada beberapa macam skema/model
yang digunakan oleh Van Dijk sebagai berikut :
Skema 471
SKEMA KOGNISI SOSIAL
Skema Person (Person Schemas). Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.Skema Diri (Self Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dipandang oleh seseorang.Skema Peran (Role Chemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana
69 Eriyanto, OpCit, hal 25970 Ibid, hal 26071 Eriyanto, Op.Cit, hal 262-263
38
seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Pandangan mengenai peran yang harus dijalankan seseorang dalam masyarakat sedikit banyak akan berpengaruh juga dalam pemberitaan.Skema Peristiwa (Event Schemas). Skema ini barang kali yang paling banyak dipakai, karena hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan paling banyak dipakai oleh wartawan.
3.4.3 Analisis Sosial
Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat,
sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti
bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.
Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang
dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi.
Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin
yang penting: kekuasaan (power), dan akses (acces).72
Praktik KekuasaanVan Dijk mendefinisikan kekuasaan sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan.
Akses mempengaruhi wacanaAnalisis wacana Van Dijk, memberi perhatian besar pada akses, bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempunyai akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak
72 Ibid, hal 271
39
lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.73
3.5 UNIT ANALISIS
Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah teks yang ada pada
naskah berita-berita mengenai pelanggaran kode etik kasus Bank Century pada Surat
Kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka tanggal 3 Maret 2010. Berita yang
dianalisis adalah berita yang dianggap penting .
Untuk menganalisis bagaimana suatu berita di konstruksikan dan di
interpretasikan oleh khalayak dan apa yang dapat diambil dari berita tersebut, maka
peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap masyarakat, baik terhadap
wartawan maupun pengamat politik serta peneliti melihat pengaruh ideologi media
terhadap pemberitaan kericuhan sidang paripurna kasus Bank Century yang ke I (2
Maret 2010).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 DESKRIPSI SURAT KABAR
4.1.1. Surat Kabar Media Indonesia
Media Indonesia pertama kali didirikan pada tanggal 19
January 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media
73 Eriyanto, Ibid, hal 272-274
40
Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas.
Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media
Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah
Yayasan Warta Indonesia.
Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8
halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan
penerbitan terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin
Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena
perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak
semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai
badan usaha.
Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku
Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan
dengan Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan
kerjasama ini, dua kekuatan bersatu : kekuatan pengalaman
bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun
tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru di bawah
PT. Citra Media Nusa Purnama.
Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku
Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan
dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara itu, markas usaha dan
redaksi dipindahkan ke Jl. Gondandia Lama No. 46 Jakarta.
41
39
Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media
Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl.
Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung
baru ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha,
Percetakan, Pusat Dokumentasi Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan
Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan.
Sejarah panjang serta motto “Pembawa Suara Rakyat“ yang
dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-
sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun.
Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di
bawah payung PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan
tentang apa yang menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional.
Terjun pertama kali dalam industri pers tahun 1986 dengan
menerbitkan harian Prioritas. Namun Prioritas memang kurang
bernasib baik, karena belum cukup lama menjadi koran alternatif
bangsa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen Penerangan. Antara
Prioritas dengan Media Indonesia memang ada “benang merah”, yaitu
dalam karakter kebangsaannya.
Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia,
tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud
kegigihan ini ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan harian
Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk
42
mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu
kebebasan pers di tanah air.
Tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan
tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang
pernah memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat
sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh
dipercayai untuk memimpin harian Media Indonesia sebagai
Pemimpin Redaksi.
Saat ini Djafar H. Assegaff dipercaya sebagai Corporate
Advisor. Para pimpinan Media Indonesia saat ini adalah : Direktur
Utama dijabat oleh Rahni Lowhur Schad, Direktur Pemberitaan
dijabat oleh Saur Hutabarat dan Bidang Usaha dipimpin oleh
Alexander Stefanus selaku Direktur Pengembangan Bisnis.
Waktu berganti, warna berubah, tetapi visi untuk membangun sebuah
harian independen serta menatap hari esok yang lebih baik, tetap tidak
berubah.
Visi
“Menjadi Surat Kabar Independen yang Inovatif, Lugas, Terpercaya,
dan Paling Berpengaruh.”
Uraian Visi
Pengertian Visi adalah:
43
Independen, yaitu menjaga sikap non partisipan; di mana
karyawan tidak menjadi pengurus partai politik; menolak segala
bentuk pemberian yang dapat mempengaruhi objektifitas; dan
mempunyai keberanian bersikap beda.
Inovatif, yaitu terus menerus menyempurnakan dan
mengembangkan kemampuan tekhnologi dan Sumber Daya
Manusia; serta secara terus menerus mengembangkan rubric;
halaman dan penyempurnaan perwajahan.
Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dna langsung.
Terpercaya, yaitu selalu melakukan chek dan recheck; meliput
berita dari dua pihak dan seimbang; serta selalu melakukan
investigasi dan pendalaman.
Paling berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan;
memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan; mampu membangun kemampuan
antisipatif; mampu membangun network narasumber; dan
memiliki pemasaran/distribusi yang andal.
Misi
Menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional
serta berpengaruh bagi pengambilan keputusan.
Mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar.
44
Membangun sumber daya manusia dan manajemen yang
profesional dan unggul, mampu mengembangkan perusahaan
penerbitan yang sehat dan menguntungkan.74
4.1.2 Rakyat Merdeka
PT Wahana Ekonomi Semesta (WES) merupakan
perusahaan yang menerbitkan surat kabar Rakyat Merdeka,
perusahaan ini beralamat di Gedung Graha Pena, lantai 8 dan 9. Jl.
Raya Kebayoran Lama No. 12, Jakarta Selatan 12210. PT Wahana
Ekonomi Semesta didirikan berdasarkan Akta Notaris H Asmawel
Amin, SH berkedudukan di Jakarta, dengan akta nomor 149
tanggal 30 Desember 1997 dan telah mendapat pengesahan
Departemen Kehakiman dan HAM RI Nomor C-13117 HT 01.01
tahun 2001. Rakyat Merdeka telah mendapat izin dari Menteri
Penerangan berdasarkan SK Menpen Merdeka RI No. 326 / SK /
Menpen / SIUPP / 1998, dengan perubahan pada tanggal 6 April
1999, Surat Menpen / Dirjen PPG No. 88 / Ditjen PPG 1999,
tepatnya hari Kamis, 22 April 1999, yang berisi untuk pertama
kalinya penerbitan dan peredaran koran Rakyat Merdeka dengan 12
halaman, dengan judul berita utama (Headline) di halaman 1 yakni:
“Mega Dikawal Ketat Ketat Kol Marinir.”
Surat kabar harian Rakyat Merdeka, bukan surat kabar
harian Merdeka. Masing-masing berdiri sendiri dan tidak ada
74 SDM Media Indonesia
45
kaitannya – begitu pula dalam hal manajemen. Kalaupun ada
anggapan seperti itu, semua adalah hanya karena tulisan nama
koran tersebut yang secara kebetulan sama berwarna merah. Hal ini
karena jiwa dan semangat BM Diah (pendiri surat kabar harian
Merdeka) tetap dibawa oleh wartawan Rakyat Merdeka yang
merupakan eks Merdeka. Surat Kabar harian Merdeka masuk
dalam Jawa Pos Group.
Logo Rakyat Merdeka di halaman 1 dan 12 mengalami
beberapa kali perubahan. Yakni, huruf ‘Rakyat’-nya ketika pertama
kali terbit adalah miring. Kemudian, esok harinya disejajarkan.
Selanjutnya mulai tanggal 29 April 1999, tulisan logonya menjadi
Rakyat MERDEKA. Kata “MERDEKA” sengaja dibuat dengan
huruf kapital agar kelihatan lebih gagah, lebih berani.
Akan tetapi, perubahan logo itu masih dianggap
kurang sempurna. Akhirnya diputuskan untuk membuka sayembara
logo Rakyat Merdeka yang diikuti oleh seluruh pembaca. Pada
tanggal 1 Juli 1999, tim juri mengumumkan pemenang sayembara
logo sekaligus mulai dipakainya logo Rakyat Merdeka hasil kreasi
Gito JK dari Jakarta. Setelah logo, menyusul kemudian slogan
Rakyat Merdeka yang disayembarakan. Dengan demikian, slogan
awal terbit: “Reformasi Total Untuk Rakyat” berubah menjadi
“Apinya Demokrasi Indonesia” makna slogannya dijelaskan:
“Raykat Merdeka ialah pemegang kedaulatan tinggi, dan Rakyat
46
Merdeka ialah cermin tertinggi semangat kedaulatan itu”. Harian
ini terus mencari inovasi dan memaasuki usia ketiga, jajaran
redaksi memperkenalkan logo baru: RAKYAT MERDEKA hasil
karya bagian artistik dengan slogan The Politics News Leader yang
mengandung makna bahwa Rakyat Merdeka ingin menjadi surat
kabar terdepan dalam isu-isu politik dan lebih dikenal sebagai surat
kabar politik (tanpa meninggalkan berita hiburannya). Rakyat
Merdeka selalu tampil dengan berita-beritanya yang keras,
sehingga tak salah jika kemudian Rakyat Merdeka menempatkan
dirinya sebagai surat kabar oposisi. Oposisi di sini adalah surat
kabar yang siap mengkritik siapa pun yang berkuasa jika
kebijakan-kebijakannya merugikan rakyat banyak. Harian ini tetap
konsisten sebagai surat kabar oposisi. Peredarannya sementara ini
lebih terfokus pada wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi
(Jabodetabek), Bandung dan Lampung. Kalaupun ada yang beredar
di luar wilayah itu dalam jumlah masih terbatas.
Memasuki usia ke-enam, tanggal 22 April 2005 harian
Rakyat Merdeka tetap konsisten sebagai surat kabar oposisi dengan
visi dan misi: “Tegaknya demokrasi, Supremasi hukum dan HAM
serta kedaulatan rakyat”.
4.2 HASIL PENELITIAN
47
4.2.1 Hasil Penelitian Teks Berita Surat Kabar Media Indonesia
1) Analisis Teks Surat Kabar Media Indonesia Tanggal 3 Maret 2010
Tabel 5
Analisis Teks Berita Surat Kabar Media Indonesia
Judul Berita: Rapat DPR Memalukan
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur Makro
(Tematik)
Ketua DPR Marzuki Alie
kembali dituding otoriter.
Keputusannya menutup Rapat
Paripurna DPR yang
membahas kesimpulan akhir
Pansus Hak Angket Kasus
Bank Century secara sepihak.
Topik: Ketua DPR Marzuki
Alie kembali dituding otoriter.
Superstruktur
(Skematik)
Sub Kategori Situasi:
Kategori situasi disini
menggambarkan bahwa situasi
yang terjadi di dalam gedung
DPR sangat ricuh pada saat
Marzuki Alie tetap
mengetukkan palu untuk
mengakhiri rapat paripurna.
Bahkan terjadi pelemparan
Sub Kategori Situasi:
Marzuki tetap mengetukkan
palu untuk mengakhiri rapat
paripurna. Anggota DPR F-PG
Markus Nari langsung
menghampiri Marzuki dan
melemparkan botol air mineral
di meja pimpinan.
48
botol air mineral oleh salah
satu anggota dewan kepada
Marzuki Alie.
Susunan Pendapat:
1. Marzuki yang tidak
menghargai pendapat tiap-
tiap anggotanya dianggap
mirip seorang diktator.
2. Seharusnya Marzuki tidak
memutuskan sidang secara
sepihak.
3. Pramono memprediksi
sikap sebagian anggota
dewan dalam rapat
paripurna hari ini akan
mengeras setelah peristiwa
kemarin.
4. Akbar Faizal mengatakan
bahwa Marzuki telah
bersikap otoriter sehingga
mencederai konstitusi.
5. Marzuki Alie mengatakan
bahwa agenda-agenda rapat
Skema Pendapat: Pendapat
Narasumber
1. Cara mengelola sidang
paripurna mirip seorang
diktator, tanpa menghargai
pendapat tiap-tiap anggota.
2. Pramono mengatakan
seharusnya Marzuki tidak
memutuskan sidang secara
sepihak.
3. Ia bahkan memprediksi
sikap sebagian fraksi dan
anggota dewan dalam rapat
paripurna hari ini justru
akan mengeras setelah
peristiwa kemarin. Lobi-
lobi tertutup justru tidak
akan mempan.
4. Memalukan. Ia telah
bersikap otoriter sehingga
mencederai konstitusi.
5. Itu sudah selesai sesuai
agenda. Interupsi-interupsi
49
paripurna sudah selesai dan
interupsi-interupsi itu di
luar konteks.
itu di luar konteks.
Struktur Mikro
(Semantik)
Marzuki mengetuk palu
sebagai tanda penutupan rapat
paripurna di tengah hujan
interupsi anggota dewan yang
meminta agar rapat paripurna
dipersingkat, dari dua hari
menurut agenda Bamus
menjadi satu hari saja. Hanya
anggota DPR dari Fraksi Partai
Demokrat dan PKB yang
meminta rapat paripurna tetap
digelar dua hari.
Latar: Keputusannya menutup
Rapat Paripurna DPR yang
membahas kesimpulan akhir
Pansus Hak Angket Kasus
Bank Century secara sepihak
memicu kericuhan.
Ini adalah kali kedua Marzuki
Alie dikritik telah bertindak
otoriter. Sebelumnya, pada 28
Oktober 2009, politikus Partai
Demokrat tersebut dituding
otoriter karena melarang
Komisi IX DPR memanggil
Menkes Endang Rahayu
Sedyaningsih untuk didengar
penjelasannya pada rapat
kerja.
Detail: Cara mengelola
sidang paripurna mirip seorang
dictator, tanpa menghargai
50
pendapat tiap-tiap anggota.
Maksud: Pramono Anung
bahkan menyebut Marzuki
memihak. Marzuki hanya
mengakomodasi aspirasi
Fraksi Demokrat yang ingin
keputusan dan voting
dilakukan pada rapat paripurna
besok (hari ini).
Praanggapan: Anggota DPR
dari Fraksi Hanura Akbar
Faizal menyebut Marzuki telah
mencederai konstitusi.
Memalukan. Ia telah bersikap
otoriter sehingga mencederai
konstitusi.
Nominalisasi: Marzuki
mengetuk palu sebagai tanda
penutupan rapat paripurna di
tengah hujan interupsi anggota
dewan yang meminta agar
rapat paripurna dipersingkat.
Sktruktur Mikro Marzuki Alie mengetukkan Bentuk Kalimat: Pramono
51
(Sintaksis) palu sebagai tanda akhir rapat
paripurna dan Ia hanya
menyediakan sesuatu untuk
pemenuhan kebutuhan aspirasi
Fraksi Demokrat yang ingin
keputusan.
mengatakan seharusnya
Marzuki tidak memutuskan
sidang secara sepihak.
Kepemimpinan DPR,
tukasnya, bersifat kolektif
kolegial.
Koherensi: Opsi kedua (opsi
C) menyebutkan bailout
Century melanggar hukum dan
merugikan negara dan
meminta sejumlah nama,
termasuk mantan Gubernur BI
Boediono dan mantan KSSK
Sri Mulyani, bertanggung
jawab.
Kata Ganti:
1. Ia bahkan memprediksi
sikap sebagian fraksi dan
anggota dewan dalam rapat
paripurna hari ini justru
akan mengeras setelah
peristiwa kemarin.
2. Ia telah bersikap otoriter
52
sehingga mencederai
konstitusi.
Struktur Mikro
(Stilistik)
Adanya kalimat melemparkan
botol air mineral di meja
pimpinan mengindikasikan
bahwa anggota DPR Fraksi
Partai Golkar Markus Nari
mengekspresikan kekesalan
kepada Ketua DPR Marzuki
Alie karena menutup sidang
secara sepihak tanpa
memperdulikan pendapat para
anggota dewan.
Kata mengeras dan tidak akan
mempan disini
mengindikasikan bahwa situasi
rapat paripurna akan
mempertahankan pendapatnya
masing-masing dan sikap
anggota dewan menjadi sulit
dikendalikan.
Kata memalukan dan
mencederai konstitusi
Leksikon:
1. Anggota DPR F-PG
Markus Nari langsung
menghampiri Marzuki dan
melemparkan botol air
mineral di meja pimpinan.
2. Ia memprediksikan sikap
sebagian fraksi dan anggota
dewan dalam rapat
paripurna hari ini justru
akan mengeras setelah
peristiwa kemarin. Lobi-
lobi tertutup justru tidak
akan mempan.
3. Memalukan. Ia telah
bersikap otoriter sehingga
mencederai konstitusi.
53
mengindikasikan bahwa sikap
Marzuki yang otoriter
dianggap membuat malu
anggota dewan dan melukai
norma sistem politik dan
hukum.
Sktruktur Mikro
(Retoris)
Gambar:
Pada gambar tersebut terlihat
bahwa Markus Nari bersiap
melemparkan botol air mineral
ke arah Marzuki Ali yang
menutup rapat paripurna secara
sepihak. Tindakan Markus Nari
terhadap Marzuki
Grafis:
1. Gambar: Lempar Ketua
DPR: Anggota DPR dari
Fraksi Partai Golkar
Markus Nari bersiap
melemparkan botol air
mineral ke arah Ketua DPR
Marzuki Alie (kedua dari
kiri) yang menutup rapat
paripurna secara sepihak di
Gedung Parlemen, Jakarta,
kemarin.
2. Opsi pertama (opsi A)
menyebutkan keputusan
bailout Bank Century
sudah tepat.
Metafora: Marzuki mengetuk
54
palu sebagai tanda penutupan
rapat paripurna di tengah
hujan interupsi anggota dewan
yang meminta agar rapat
paripurna dipersingkat.
Hasil Penelitian Teks Berita Rakyat Merdeka
4.2.2 Analisis Teks Rakyat Merdeka Tanggal 3 Maret 2010
Tabel 6
Analisis Teks Berita Rakyat Merdeka
Judul Berita: Marzuki Memimpin Sidang Kekacauan
Saat Paripurna Kasus Century
55
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur Makro
(Tematik)
Marzuki memimpin sidang
kekacauan saat paripurna kasus
Century.
Topik: Wakil Ketua! Ambil
alih saja sidangnya! Ambil alih
sidangnya! Teriakan itu
bergema berulang-ulang di
ruang persidangan paripurna
DPR, kemarin, sesaat setelah
Marzuki Ali menutup sidang.
Superstruktur
(Skematik)
Sub Kategori Situasi:
Situasi yang digambarkan oleh
wartawan Rakyat Medeka
mengenai situasi rapat
paripurna di dalam gedung
DPR adalah drama kericuhan
yang ditampilkan oleh para
anggota dewan setelah
mendengar keputusan Marzuki
Alie yang dianggap otoriter
dalam memimpin sidang. Di
dalam maupun di luar gedung
terjadi kericuhan. Situasi
memanas karena tindakan
Sub Kategori Situasi:
Marzuki lalu berdiri dari
mejanya. Tiba-tiba ada
anggota Dewan mendatangi,
lalu menunjuk-nunjuk
hidungnya. Air mukanya
marah. Dia menggebrak meja,
dan melempar botol air
mineral. Marzuki juga terlihat
emosi dan balik menunjuk-
nunjuk. Melihat gelagat
kurang bagus, pasukan
pengamanan langsung
bergerak. Mereka
56
anggota dewan yang begitu
marah dengan keputusan
Marzuki.
Susunan Pendapat:
1. Anggota dewan
mengatakan bahwa Ketua
DPR tidak demokratis
dalam memimpin sidang.
2. Sebagian anggota dewan
mengatakan bahwa sikap
Marzuki termasuk
kejahatan konstitusi.
3. Marzuki mengatakan bahwa
protes-protes yang datang
dari anggota dewan tidak
ada substansialnya karena
keputusan (mengenai
Century) akan dilakukan
besok (hari ini).
4. Marzuki mengatakan bahwa
kalau ada keputusan di luar
jadwal rapat bisa dikatakan
otoriter. Tetapi
menghalangi. Tangan Marzuki
yang menunjuk-nunjuk ditepis
oleh Pramono Anung. Wakil
Ketua DPR dari PDIP itu,
berada di samping kiri
Marzuki. Itulah drama yang
membuat suasana dalam
gedung DPR makin panas.
Skema Pendapat: Pendapat
Narasumber
1. Pimpinan tidak demokratis.
2. Ini kejahatan konstitusi.
3. Protes itu kan tidak ada
yang substansial. Hanya
soal waktu saja yang
dibahas. Itu pun sudah jelas
jadwalnya, keputusan
(mengenai Century) akan
dilakukan besok (hari ini).
4. Kalau ada keputusan di luar
itu, ya otoriter. Tapi, kan
tidak ada.
5. Mereka sudah berupaya
57
kenyataannya tidak ada.
5. Marzuki tidak menyambut
baik, saran dari tiga Wakil
Ketua DPR agar
menyelenggarakan rapat
intern pimpinan DPR.
6. Priyo Wakil Ketua DPR
mengatakan bahwa
menyesalkan sikap Ketua
DPR cenderung kecewa
atas langkah yang kami
ambil.
7. Sikap Ketua DPR yang
begitu, ditenggarai bisa
membuat sikap fraksi malah
makin keras dan galak.
8. Anis Matta menilai Marzuki
tidak mempunyai
kelapangan dada untuk
berbeda pendapat dan tidak
menghargai kerja pansus
yang telah membuat citra
Dewan terangkat.
bicara dengan Marzuki agar
ada rapat intern pimpinan
DPR. Tapi bukannya
disambut baik, melainkan
malah tidak diacuhkan.
6. Agak disesalkan, saat
berpapasan, Ketua DPR
malah cenderung kecewa
atas langkah yang kami
ambil.
7. Dengan tindakan itu, sikap
fraksi-fraksi akan makin
mengeras, makin kompak
dan tambah galak.
8. Dia tidak punya kelapangan
dada untuk berbeda
pendapat. Sepertinya dia
mau menang sendiri.
9. Sebelum kejadian itu, saya
sudah berupaya
mengingatkan Pak Marzuki
agar sidang diskors dan
dilakukan lobi tapi tidak
58
9. Priyo sudah mengingatkan
Ketua DPR agar sidang
diskors dan dilakukan lobi.
dianggap dan dia langsung
main ketok palu.
Struktur Mikro
(Semantik)
Sikapnya yang otoriter pada
saat rapat paripurna
menimbulkan kericuhan di
gedung DPR dan anggota
Dewan banyak beranggapan
mengenai sikap Marzuki.
Marzuki dinilai tak bisa
mengendalikan Dewan dan
Marzuki juga dinilai tidak
menghargai kerja pansus yang
telah membuat citra Dewan
terangkat. Ketua DPR malah
menodai lembaganya sendiri.
Latar: Sedetik setelahnya,
puluhan anggota Dewan yang
tak puas merangsek maju ke
meja pimpinan. Bergerombol
dan berteriak-teriak. Mereka
marah, karena interupsinya tak
diakomodir. Apalagi, mikrofon
di setiap meja mati.
Detail: Anggota Fraksi Golkar
Nudirman Munir terlihat
paling semangat menuju meja
pimpinan, dan diikuti yang
lainnya. Tetapi, langkah dia
dihadang anggota Fraksi lain.
Akibatnya, terjadi dorong-
dorongan di depan dan
disamping meja pimpinan.
Maksud: Penampilan Marzuki
di paripurna wajarlah menuai
kemarahan. Hujan interupsi
59
yang dilontarkan anggota,
hanya beberapa saja yang
digubris. Sebagian besar tidak.
Praanggapan: Padahal,
banyak juga usulan yang
cukup krusial. Semisal, agar
keputusan diambil saat itu
juga, tak perlu menunggu
besok. Atau ada juga yang
meminta agar tak perlu lagi
ada pandangan akhir fraksi.
Nominalisasi: Penampilan
Marzuki di paripurna wajarlah
menuai kemarahan.
Sktruktur Mikro
(Sintaksis)
Kericuhan di paripurna adalah
tanggung jawab Ketua DPR
Marzuki, dikarenakan Marzuki
sudah membuat suasana ricuh
dengan keputusan rapat secara
sepihak. Menurut Marwan
Jafar, keputusan Ketua DPR
dasarnya adalah ketetapan
Bamus.
Bentuk Kalimat: Ketua
Fraksi PKB Marwan Jafar
mengatakan, keputusan Ketua
DPR dasarnya adalah
ketetapan Bamus. Sehingga
tak bisa dipersalahkan.
Koherensi: Kata dia,
kericuhan di paripurna adalah
tanggung jawab Marzuki,
60
karena pimpinan DPR yang
lain tidak dilibatkan.
Kata Ganti:
1. Anggota Fraksi Golkar
Nudirman Munir terlihat
paling semangat menuju
meja pimpinan, dan diikuti
yang lainnya. Tetapi,
langkah dia dihadang
anggota Fraksi lain.
2. Dia lalu masuk kerumunan,
dan duduk di meja
pimpinan. Namun, baru
saja mau membacakan
pasal mengenai tatib
persidangan, tiba-tiba
seseorang mendorongnya.
Dan, dengan paksa, dia
juga dibawa ke luar ruang
paripurna.
Struktur Mikro
(Stilistik)
Kemarahan anggota Dewan di
paripurna dikarenakan Marzuki
menutup sidang paripurna
Leksikon:
1. Penampilan Marzuki di
paripurna wajarlah menuai
61
secara sepihak dan Marzuki
hanya menerima beberapa
interupsi saja.
Kata menuai marah
mengindikasikan bahwa
kemarahan anggota Dewan
muncul dikarenakan sikap
otoriter yang ditampilkan oleh
Marzuki.
Kata pimpinan tidak
demokratis mengindikasikan
bahwa Marzuki sebagai
pimpinan DPR yang tidak
demokratis atau bijaksana
dalam mengambil keputusan
rapat sidang paripurna kasus
Century.
Kata kejahatan konstitusi
mengindikasikan bahwa
anggota Dewan merasa
Marzuki telah berperilaku
melanggar aturan
ketatanegaraan atau undang-
kemarahan. Hujan interupsi
yang dilontarkan anggota,
hanya beberapa saja yang
digubris. Sebagian besar
tidak.
2. “Pimpinan tidak
demokratis!” kata anggota
Dewan di tengah floor.
3. Ada juga teriakan: “Ini
kejahatan konstitusi!”
teriak Akbar Faisal, kader
Hanura.
4. Dengan tindakan itu, sikap
fraksi-fraksi akan makin
mengeras, makin kompak
dan tambah galak.
62
undang dasar suatu negara.
Kata makin mengeras disini
menjelaskan bahwa tindakan
anggota Dewan semakin
menunjukkan kerasnya sifat-
sifat fraksi yang melihat
tindakan Marzuki yang
otoriter.
Struktur Mikro
(Retoris)
Kericuhan rapat paripurna
tidak hanya terjadi di dalam
ruang sidang tetapi terjadi di
luar gedung DPR juga. Banyak
anggota Dewan yang
menyerang Marzuki dan maju
ke depan meja pimpinan.
Marzuki pada saat itu juga
tampak panik dan ada salah
satu anggota Dewan yang
melempar botol air mineral ke
ketua DPR.
Grafis:
1. Gambar: Panas di luar,
panas di dalam:
Demonstran kocar-kacir
saat ditembak oleh gas air
mata di depan Gedung
DPR, kemarin. Sedangkan
di gedung DPR, Marzuki
Ali tampak panik.
Tangannya menunjuk-
nunjuk anggota Dewan
yang marah kepadanya.
Metafora: Hujan interupsi
yang dilontarkan anggota,
hanya beberapa saja yang
63
digubris.
4.2.3 Hasil Penelitian Kognisi Sosial
SKEMA Media Indonesia Rakyat Merdeka
Skema Person
(Person Schemas)
Pandangan Yohanes –
Askadiv Content
Enrichment Media
Indonesia, pelanggaran
tata tertib sidang yang
berpengaruh terhadap
berita yang akan ditulis.
Pemberitaan sidang
paripurna mengenai
Marzuki Alie bukan
menyudutkan Marzuki
tetapi sidang itu tidak
teratur. Sidang DPR itu
sidang ada aturannya,
berarti DPR melanggar
tata tertib yang mereka
buat.
Menurut Buya A. A
Arubone – Redaktur
Executive, sidang
paripurna tersebut diduga
ada pelanggaran etika
sidang. Seperti Markus
Nari melempar botol air
mineral pada saat Marzuki
tiba-tiba mengetukkan
palu persidangan.
Skema Diri
(Self Schemas)
Anggota dewan
digambarkan telah
Menurut pandangan
redaktur Rakyat Merdeka,
64
melanggar tata tertib
sidang yang mereka buat
sendiri. Selain itu,
jalannya sidang paripurna
kasus Bank Century telah
memberikan citra buruk
bagi DPR.
Marzuki tidak layak
menjadi ketua DPR
dikarenakan Marzuki
dalam memimpin seperti
ketua DPR sekelas DPRD.
Skema Peran
(Role Schemas)
Sebagai Surat Kabar
Umum Media Indonesia
memberitakan
pelanggaran etika anggota
dewan pada saat sidang
paripurna kasus Bank
Century. Seharusnya
anggota dewan lebih
memahami tata tertib
sidang yang telah
ditetapkan. Namun pada
kenyataannya terjadi
pelanggaran tata tertib
yang mereka buat sendiri.
Rakyat Merdeka sebagai
Surat Kabar yang ke
rakyat-rakyatan dan juga
kritis terhadap koruptor.
Menurutnya yang meliput
jalannya sidang paripurna,
sidang paripurna kasus
Bank Century diduga
terjadi pelanggaran etika.
Seperti yang dilakukan
oleh Markus Nari anggota
dewan Fraksi Golkar.
Skema Peristiwa
(Event Schemas)
Pelanggaran etika sidang
paripurna kasus Bank
Pelanggaran kode etik
sidang paripurna kasus
65
Century dilihat oleh Surat
Kabar Media Indonesia
sebagai pelanggaran tata
tertib yang telah DPR
buat. Dengan melihat
pelanggaran etika tersebut
berarti anggota dewan
telah bertindak yang tidak
semestinya dengan
mempertontonkan drama
kericuhan di dalam
gedung DPR. Kejadian
tersebut dipicu karena
Ketua DPR Marzuki Alie
yang dianggap otoriter
oleh anggota dewan pada
saat memimpin sidang
paripurna kasus Bank
Century.
Bank Century dilihat oleh
Rakyat Merdeka sebagai
pelanggaran etika yang
nyata dilakukan oleh
anggota dewan pada saat
Marzuki Alie
mengetukkan palu
sidangnya. Pelanggaran
etika itu seperti anggota
dewan dari Fraksi Partai
Golkar yang bernama
Markus Nari. Tindakan
Markus Nari yang
dianggap melanggar tata
tertib sidang. Dikarenakan
Markus melemparkan
botol air mineral ke arah
Ketua DPR Marzuki Alie.
“Dalam pandangan Van Dijk, produksi berita sebagian besar dan
terutama terjadi pada proses mental dalam kognisi seorang wartawan.”75
Disini peran wartawan sangat penting dalam terciptanya suatu teks berita
75 Eriyanto, Loc.Cit, hal. 266
66
tertentu. Dan untuk membongkar bagaimana makna tersebut tersembunyi
dari teks, maka dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan
strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.
Dalam penelitian ini kognisi sosial juga dapat diartikan
bagaimana Surat Kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka mengemas
suatu peristiwa menjadi berita yang sangat menarik perhatian publik
sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk berita dapat tersampaikan
dengan baik kepada pembaca. Redaksi memilih kata-kata atau kalimat
tertentu untuk mempertegas pilihan, sikap, membentuk kesadaran politik,
dan sebagainya.
Pembuatan berita mengenai sidang paripurna kasus Bank Century
tanggal 3 Maret 2010 pada Surat Kabar Media Indonesia dan Rakyat
Merdeka memiliki pesan penting untuk disampaikan kepada publik bahwa
peristiwa kericuhan pada saat sidang paripurna kasus Bank Century tanggal
3 Maret 2010 yang dianggap selesai oleh Ketua DPR yaitu Marzuki Alie
menuai kontroversi di kalangan anggota dewan maupun masyarakat.
Peristiwa tersebut menimbulkan kericuhan baik di dalam ruangan DPR
maupun di luar gedung DPR.
Didalam ruangan bukan hanya terjadi kericuhan tetapi diduga
adanya pelanggaran etika yang dilakukan oleh anggota dewan kepada
Ketua DPR. Hal ini dipertegas dari hasil wawancara dengan Redaktur
Executive Rakyat Merdeka yang bernama Buya A. A Arubone.
67
Selain itu Ia juga menjelaskan bahwa Rakyat Merdeka dikenal
sebagai media umum yang gaya bahasanya mengarah ke rakyat-rakyatan.
Rakyat Merdeka berpedoman dalam menulis berita adalah harus pro rakyat
dan koruptor tidak dibela. Kemudian Rakyat Merdeka juga harus kritis dan
tidak memuji partai politik. Jika mengkritik pun dengan cara yang halus dan
bahasanya tidak terlalu fulgar.
Berbicara mengenai pelanggaran etika sidang paripurna kasus
Bank Century, penulis juga mewawancarai Yohanes Widada sebagai
Askadiv Content Enrichment Media Indonesia. Yohanes berpendapat
bahwa DPR itu setiap sidang ada aturannya atau tata tertib sidang, dengan
melihat kericuhan yang terjadi di ruang sidang paripurna kasus Bank
Century berarti DPR telah melanggar tata tertib yang mereka buat sendiri.
Media Indonesia pasti mengkritisi pelanggaran etika yang terjadi di ruang
DPR tersebut.
Yohanes berpandangan juga mengenai pemberitaan sidang
paripurna kasus Bank Century bahwa Media Indonesia menyampaikan
informasi dan pesannya harus jelas. Century itu tentang apa dan uang
negara dipakai untuk apa. Dalam konteks Century informasi yang kita dapat
adalah uang yang dipakai tidak untuk menalangi dana Century atau dana
tersebut tidak diberikan kepada nasabah Bank Century. Dana nasabah
Century yang tidak sampai ke nasabah mencapai 6,7 triliun. Kepentingan
media menyampaikan kemana dana Century itu dipakai.
68
Kemudian didalam media ingin ada kejelasan dana tersebut
dialirkan kemana dan publik juga mengetahui dana tersebut mengalir
kemana. Media Indonesia ingin dana itu dipakai untuk mengganti dana
nasabah. Tetapi dana itu tidak dialirkan ke nasabah sebenarnya. Oleh
karena itu, dana nasabah Century harus ada kejelasan dan uang negara itu
seharusnya untuk kepentingan publik.
Secara umum citra Ketua DPR Marzuki Alie terkait dengan sikap
arogannya ia pada saat memimpin sidang paripurna kasus Bank Century
menurut Rakyat Merdeka, Marzuki Alie tidak layak menjadi ketua DPR
karena Marzuki dianggap seperti ketua DPR sekelas DPRD. Seharusnya
Marzuki sebagai ketua DPR dan pimpinan sidang mampu mengatur
jalannya sidang. Adapun prinsip Rakyat Merdeka dalam menyajikan berita
kepada publik adalah harus pro rakyat, kritis, dan tidak memuji partai
politik. Kalaupun mengkritik partai politik dengan cara yang halus dan
bahasanya tidak terlalu fulgar.
Surat Kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka adalah sama-
sama koran nasional tetapi gaya bahasa dari ke dua media tersebut berbeda.
Media Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dalam arti beritanya faktual, lugas, dan ringkas. Konstruksi beritanya
dikemas secara simple dan sederhana. Dalam setiap pemberitaannya Media
Indonesia harus memenuhi kaedah-kaedah bahasa Indonesia. Pada dasarnya
jika Media Indonesia menggunakan bahasa asing, kami selalu menulis
pengertiannya atau penjelasannya disamping kata asing tersebut. Media
69
Indonesia juga dalam penggunaan bahasa setiap harinya selalu ada
evaluasinya. Setiap cetak ada evaluasi bahasa, kecuali hari sabtu dan hari
minggu. Alasan diadakannya evaluasi bahasa karena ada aturan-aturan
ketatabahasaannya yang harus dilakukan oleh Media Indonesia.
Sedangkan gaya bahasa Rakyat Merdeka adalah kritis ke rakyat-
rakyatan. Dalam arti Rakyat Merdeka menyajikan berita kepada publiknya
harus kritis dan sesuai dengan karakter masyarakatnya. Gaya bahasa Rakyat
Merdeka memang berbeda dari yang lain. Tetapi Rakyat Merdeka tetap
mendukung rakyat dengan penuh dan koruptor tidak kami bela apalagi
partai politik kami tidak akan dipuji.
4.2.4 Hasil Penelitian Konteks Sosial
Dalam kerangka model Teun A. Van Dijk, kita perlu
mengetahui bagaimana wacana Pelanggaran Kode Etik anggota
dewan pada saat sidang paripurna Century DPR diproduksi
masyarakat. Dimana kita harus melihat bagaimana praktek diskursus
dan legitimasi. Dua poin penting yang ditunjuk Van Dijk adalah
power (kekuasaan) dan access (akses). Kekuasaan ini umumnya
didasarkan pada kepemilikan atau sumber-sumber yang bernilai,
seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain dimaknai sebagai
dominasi, kita juga dapat menganalisis bagaimana proses produksi
itu secara umum dipakai untuk membentuk kesadaran dan
konsensus.76
76 Eriyanto, Loc Cit, hal 272
70
Pelanggaran kode etik sidang merupakan kasus kericuhan
sidang paripurna Century yang banyak menyita perhatian masyarakat
karena kasus ini melibatkan orang-orang memiliki dedikasi tinggi
yang mewakili rakyat. Marzuki Alie yang merupakan ketua DPR
membuat keputusan sepihak sehingga memicu kericuhan di dalam
ruang sidang. Dimana Marzuki Alie mengetukkan palu untuk
mengakhiri rapat paripurna pertama tanggal 2 Maret 2010. Lalu
Anggota DPR F-PG Markus Nari langsung menghampiri Marzuki
dan melemparkan botol air mineral ke meja pimpinan. Tindakan
Marzuki Alie tersebut dikritik karena bertindak secara otoriter
sebagai pimpinan sidang.
Motif Marzuki Ali mengetuk palu dilatarbelakangi sebagai
tanda penutupan rapat paripurna di tengah hujan interupsi anggota
dewan yang meminta agar rapat dipersingkat terkait pemberitaan
yang ditulis Akhmad Mustain pada Surat Kabar Media Indonesia.
Secara terbuka pemberitaan yang ditulis oleh Akhmad Mustain sikap
otoriter yang dilakukan Ketua DPR dalam rapat paripurna.
Sedangkan pemberitaan yang ditulis Buya pada Surat Kabar Rakyat
Merdeka adalah Marzuki memimpin sidang kekacauan saat
paripurna Kasus Century. Dalam pemberitaannya tindakan Marzuki
Alie juga menuai reaksi dari pimpinan DPR lainnya.
Kericuhan terjadi berawal ketika Ketua DPR Marzuki Alie
menutup Rapat Paripurna DPR dengan mengetukan palu. Dimana
71
pada saat itu tengah terjadi hujan interupsi agar rapat paripurna
dipersingkat, dari dua hari menurut agenda Bamus menjadi satu hari
saja. 77 Mengetahui tindakan Marzuki Ali yang tiba-tiba mengetukan
palu tersebut tanpa bertanya kepada wakil pimpinan yang berada di
samping kiri kanan, Markus Nari pun dari Fraksi Partai Golkar
menuai aksi dan reaksi yang cukup keras dengan melemparkan botol
air mineral ke arah meja pimpinan atau di hadapan pimpinan sidang
yaitu Marzuki Ali.
Tindakan Marzuki Ali bisa saja dibawa ke badan kehormatan
karna Ia menutup sidang secara sepihak dan perilaku itu bisa
mengganggu asas kedaulatan anggota DPR.78 Fahri Hamzah sebagai
komisi III anggota DPR dari fraksi PKS yang pada saat itu menjadi
panita khusus (pansus) mengatakan Di dalam DPR mempunyai
namanya kode etik dan badan kehormatan. Badan kehormatan itu
isinya semua partai. Badan kehormatan yang menentukan apakah
pelanggaran anggota berdasarkan pengaduan masyarakat atau
pengaduan dari anggota lainnya sudah bisa dikategorikan sebagai
pelanggaran etik atau tidak, kalau dia pelanggaran etik seberapa
besar pelanggarannya itu apakah pelanggarannya itu menyebabkan
diusulkannya dia dikeluarkan atau hanya dibatasi haknya misalnya
tidak boleh menjadi pimpinan dan seterusnya tergantung pada
musyawarah badan kehormatan.
77 Surat Kabar Media Indonesia, tanggal 3 Maret 2010, hal. 178 Surat Kabar Media Indonesia, tanggal 3 Maret 2010, hal. 1
72
Fahri hamzah menambahkan bahwa kasus Markus Nari itu
menjadi susah karna ada aksi, ada reaksi. Di satu sisi tindakan
pimpinan yang tidak mau mendengar suara daripada sidang lalu
mengambil dan mengetuk palu sendiri, palu memang Cuma dia yang
pegang palu menyebabkan bahwa yang dibawah ini merasa bahwa
pimpinan sidang otoriter dan memaksakan kehendaknya. Nah inilah
yang mendatangkan reaksi dari floor, reaksinya kan lebih keras juga
karna memakai kekerasan lagi. Jadi nanti kalau misalkan masing-
masing ditimbang dan dibawa ke badan kehormatan, maka Markus
akan bilang “saya nggak mungkin keras begitu, kalau pimpinan juga
tidak ngotot dan tidak memaksakan diri. Jadi dia maksa, saya maksa.
Dia pakai fisik karna dia pakai palu, saya juga pakai fisik, saya
memakai botol air”. Jadi fisik dilawan fisik. Karna itu nanti siapa
yang dianggap tidak etis. Yaitulah yang akan disidangkan di Badan
Kehormatan itu.
Selain itu juga pak Eep Saefulloh Fattah sebagai Chief
Executive Officer melihat mengenai pelanggaran etika yang
dilakukan oleh Markus Nari itu adalah suatu kejelasan bahwa orang
yang melempar botol air minuman ke arah meja pimpinan sidang,
orang berteriak ketika seharusnya bukan dia yang berbicara, orang
membuat kegaduhan justru ketika orang yang harus didengar
argumennya orang melakukan tindakan sangat fisik ketika
seharusnya Ia secara terhormat hanya berdebat mempertandingkan
73
argumen, itu semua pelanggaran etika. Persoalannya kemudian
adalah dilembaga-lembaga resmi, etika itu dibakukan dengan kode
etik jurnalistik, setiap jurnalistik harus baca kode etik jurnalistik,
karna itu etika yang sudah dibakukan. Nah di DPR ada tata tertib
yang mengatur larangan tidak boleh ini, tidak boleh itu. Ada kode
etiknya juga bahkan ada badan kehormatan yang dibentuk untuk
menjaga etika.
Jalannya persidangan itu seperti diambil alih oleh ketua rapat
dalam hal ini pak Marzuki Ali. Lalu Marzuki mengambil keputusan-
keputusan yang seharusnya secara etnis dia harus bertanya kanan
atau kiri karena disampingnya terdapat wakil pimpinan lainnya yang
bisa ditanya mengenai keputusan-keputusan yang masih
kontroversial. Pada saat itu Marzuki Ali tidak bertanya kepada wakil
ketuapun tidak. Oleh karena itu, dia disebut otoriter.
Keotoriterianisme dalam memimpin rapat termasuk pelanggaran
etik.
Pelanggaran etika persidangan tersebut dikarenakan karena
orang-orang yang ada di DPR tidak menaati benar-benar apa yang
telah dituliskan dan dimusyawarahkan oleh mereka. Tata tertib
sidang seharusnya dilakukan oleh seluruh anggota DPR maupun
ketua pimpinan. Tata tertib sidang atau aturan sidang bisa dilihat
sebagaimana dilampirkan.
74
Dilihat dari tata tertib atau aturan sidang yang ada di dalam
DPR dengan kenyataannya pada saat sidang paripurna tidak ada
suatu aplikasi yang nyata dari anggota DPRnya maupun ketua
pimpinannya. Dalam hal ini ketua pimpinan maupun Markus Nari
sebagai anggota DPR dikatakan melanggar etika atau tata tertib
aturan sidang. Dikarenakan pertama Marzuki Ali sebagai pimpinan
sidang dalam mengambil keputusan-keputusannya tidak patut.
Seharusnya pimpinan sidang bertanya dahulu kepada peserta rapat
atau wakil pimpinan lainnya seperti yang tertera pada tata tertib
aturan sidang. Kemudian dalam hal ini juga Markus Nari juga
bertindak yang tidak layak dan tidak sesuai dengan tata tertib aturan
sidang. Kalau dilihat lebih jauh dalam hal ini Marzuki Ali maupun
Markus Nari sama-sama bersalah. Kritik untuk Marzuki Ali terus
berdatangan termasuk dari anggota DPR Fraksi Hanura Akbar Faisal
menyebut Marzuki telah mencederai konstitusi dan memalukan, ia
telah bersikap otoriter sehingga mencederai konstitusi.
Sidang paripurna kasus Bank Century cukup menyita
perhatian publik. Kasus Bank Century ini menurut Fahri Hamzah,
kalau uang itu jelas transfer-nya kan bisa ditelusuri. Ia mengalir ke
mana saja, seperti dalam kasus bank bali. Kenapa tidak? Kemudian
dia juga berkata “saya katakan, bahwa uang 6,7 T itu real. itu uang
kita, transfer dari BI dan LPS. Lalu mengalir sebagai FPJP dan PMS.
kan jelas”. Fahri Hamzah pun mengkritik pemerintah dengan kata-
75
katanya “saya merasakan telah hilang itikad baik dari pemerintah
untuk menyelesaikan kasus ini. Tidak baik terus bersandiwara di
depan rakyat”.
Lalu tanggapan dari Eep Saefulloh Fattah mengenai kasus
bank Century adalah proses politik sudah berjalan, vonis politik
sudah diberikan dengan menganggap bahwa kebijakan yang dibuat
dan sejumlah orang mesti bertanggung jawab, itu proses politik.
Samapai sekarang yang tidak berjalan adalah proses hukum Century
dan disini misalnya KPK disini dikarenakan proses hukum
memerlukan pembuktian lebih rumit dan juga mendalam serta rinci
dibandingkan proses politik, kalau proses politik penentunya adalah
kekuatan. Anda boleh benar tapi ketika kemudian sebagian orang
dianggap menurut Anda salah maka bisa terjadi salah. Anda boleh
jadi membuat kebijakan tepat tetapi ketika koalisi partai yang
mengatakan itu salah jauh lebih kuat maka Anda akan dianggap
membuat kebijakan yang salah, itu proses politik. Nah kalau proses
hukum, bekerja dengan cara yang berbeda yang semestinya. Proses
hukum jauh lebih independen tetapi tidak ditentukan oleh kekuatan
tapi dia ditentukan oleh kekuatan bukti maka keadilan itu harus
dibuat. Nah dari sisi ini menurut saya, kasus Bank Century adalah
kasus yang menggantung sampai sekarang karna proses politik yang
berbasis kekuatan hukum yang berjalan tetapi proses hukumnya
tidak dilanjutkan. Karna sebab itu, ini akan menjadi semacam api
dalam sekam seperti bom waktu yang tidak dikelola dengan baik
76
bisa akan muncul kembali suatu saat dalam masa pemerintahan SBY
sekarang yaa.
Kericuhan pada saat sidang di dalam maupun di luar ruang
sidang sudah menjadi bahan pembicaraan publik yang menyaksikan
di media cetak ataupun media elektronik. Media kini dianggap
kekuatan demokrasi, artinya media mempunyai kekuatan masyarakat
yang dapat mengakses berita-berita yang disampaikan oleh media.
Demokrasi menyebabkan power media itu sangat besar dan termasuk
mempengaruhi kebijakan publik, termasuk anggota dewan, termasuk
eksekutif, legislatif, dan juga yudikatif. Karna itu, semakin hari
media itu semakin penting.
Eep Saefulloh Fattah berpendapat bahwa Kasus Bank
Century adalah kasus yang pertama kali dibahas di pansus DPR dan
semua persidangan pansus dibikin terbuka. Karna itu, inilah pertama
kali sebuah kasus skandal itu melibatkan peranan media yang luar
biasa besar dan peranan media itu terlihat dari antara lain bukan
hanya televisi seperti juga oleh jenis media (media cetak, media
online, social media, seperti facebook, twitter, dan semua jaringan
sosial media atau new media).
Jadi kalau ditanya soal keterlibatan media, saya kira
keterlibatan media dalam merekonstruksi realitas dalam kasus Bank
Century sangat besar dan ini akibatnya bisa berlapis-lapis buat
mereka yang terlibat termasuk buat mereka yang memproses, DPR
misalnya. Mungkin orang DPR merasa ketika ada kasus langsung
Bank Century, mereka merasa mempunyai panggung dan bisa
77
mencari popularitas dimuka dan memunculkan wajahnya masing-
masing, berlomba-lomba bersuara sekeras-kerasnya. Karna itu
mendapatkan sorotan media atau sorotan kamera dan dengan itu
mereka menganggap keuntungan berada dipihak mereka tapi
kenyataannya kan tidak begitu. Banyak orang yang semakin hari
semakin merasa bahwa sudah begitu membosankan, sebuah drama
yang menarik pertunjukan yang menurut banyak orang menyebalkan
dan mereka mencuri media akhirnya mereka bukannya partisipasi
malahan antipasti. Ini makin menegaskan bahwa peran media luar
biasa.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis terhadap kericuhan dan pelanggaran etika yang
dilakukan oleh anggota dewan pada saat sidang paripurna kasus Bank Century
tanggal 3 Maret 2010 dengan menggunakan metode analisis wacana model Van Dijk
78
yang terkenal dengan kognisi sosial. Dimana model Van Dijk ini terdiri dari tiga
elemen yang dianalisis yaitu ananlisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Oleh karena itu, dengan adanya kesimpulan ini peneliti dapat menjawab
pertanyaan sebagai berikut
1. Bagaimana surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka
menggambarkan pemberitaan kericuhan pada saat sidang paripurna kasus
Bank Century yang dipimpin oleh Marzuki Ali?
2. Bagaimana media mengonstruksikan pemberitaan kericuhan pada saat
sidang paripurna kasus Bank Century yang dipimpin oleh Marzuki Ali?
Dan berikut kesimpulannya:
1. Surat Kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka menggambarkan
pemberitaan kericuhan ini dengan memojokan atau menyalahkan
pimpinan sidang yang mengambil keputusan secara sepihak.
2. Pada dasarnya jika dilihat dari segi Analisis Teks pada Media Indonesia
dan Rakyat Merdeka tanggal 3 Maret 2010, Struktur Makro (tematik)
dijelaskan bahwa Marzuki Alie sebagai Ketua DPR kembali dituding
otoriter oleh anggota dewan dalam memimpin sidang paripurna yang
menimbulkan kericuhan antara anggota dewan dengan Ketua DPR.
Superstruktur (skematik) dijelaskan mengenai alur peristiwa yang
disajikan dalam rangkaian berita utuh baik situasi maupun komentar
narasumber. Struktur Mikro (Semantik), Marzuki Alie dinilai oleh
anggota dewan tidak bisa mengendalikan dewan dan Marzuki juga tidak
79
77
77
seharusnya bersikap otoriter karena dengan sikapnya itu dianggap
menodai lembaganya sendiri.
Dilihat dari aspek kognisi sosial dapat terlihat jelas bagaimana
teks diproduksi. Dapat dideskripsikan pula bagaimana redaksi Media
Indonesia dan Rakyat Merdeka dalam memilih berita yang menarik
kepada khalayak, alur proses produksi, sudut pandang wartawan dalam
menulis berita dan wacana ada yang dikedepankan surat kabar Media
Indonesia dan Rakyat Merdeka dari adanya kericuhan sidang yang
diselenggerakan oleh DPR untuk membahas kasus Bank Century. Media
Indonesia dan Rakyat Merdeka berusaha menjaga objektivitas
pemberitaan, Media Indonesia dan Rakyat Merdeka juga memiliki
subjektivitas sendiri harus sesuai dengan kebijakan yang mereka pakai.
Kemudian juga pada level konteks yang dapat dijelaskan
bahwa wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan
reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan. Penelitian ini
menganalisis pelanggaran kode etik anggota dewan pada saat sidang
paripurna Century yang secara terang-terangan membahas tindakan-
tindakan anggota dewan maupun pimpinan sidang yang tidak sesuai
dengan aturan sidang yang sudah mereka buat bersama-sama anggota
dewan lainnya.
Dari pandangan Fahri Hamzah sebagai komisi III anggota
DPR fraksi PKS dan Eep Saefulloh Fattah sebagai Chief Executive
Officer, mereka menyoroti kasus pelanggaran etik yang dilihat dengan
80
masing-masing pandangan mereka. Mereka berpendapat bahwa yang
dilakukan oleh Marzuki Ali maupun Markus Nari merupakan
pelanggaran etik. Eep Saefulloh fattah mengatakan sangat tidak bijak dan
sangat tidak tepat pimpinan sidang itu bertindak seperti itu untuk
membahas persoalan yang sangat penting dan bukan hanya penting tetapi
juga publik menyaksikan persidangan itu dikarnakan proses persidangan
Bank Century dan pada waktu itu di DPR dibikin terbuka, pansusnya saja
disiapkan terus menerus kan. Jadi dari sisi itu tidak bijak dan tidak tepat
soal salah dan benar ukurannya relatif.
5.2 SARAN
Berdasarkan penemuan peneliti dari hasil analisis wacana mengenai
pelanggaran kode etik anggota dewan pada sidang paripurna DPR di Surat Kabar
Media Indonesia dan Rakyat Merdeka tanggal 3 Maret 2010, peneliti memiliki saran
sebagai berikut:
1. Diharapkan Media Indonesia dan Rakyat Merdeka tetap
mempertahankan objektifitas media agar tidak memihak kepada salah
satu partai yang memiliki modal untuk membangun suatu media.
2. Media Indonesia dan Rakyat Merdeka juga harus memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat agar masyarakat
dapat menilai peristiwa yang dibangun oleh media.
81
3. Kepada calon peneliti agar meneliti lebih mendalam mengenai
pelanggaran kode etik sidang yang terkait dengan kericuhan yang
terjadi sesaat setelah sidang ditutup oleh pimpinan sidang.
82