skrining pasien
-
Upload
mirna-awalianti -
Category
Documents
-
view
5.097 -
download
5
Transcript of skrining pasien
SEMINAR EMERGENCY
SKRINING PASIEN UNIT EMERGENCY
RSUD NGUDI WALUYO
Disusun Oleh :Kelompok 5 Program A
JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit
merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para
profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah
menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan
yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian
merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan
mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah
sakit. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan
pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien
kepada pasien, dan transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke
palayanan lain.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya
lewat skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergency dilaksanakan
melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil
dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa
keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil
skrining dan evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat
dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan
rujukan kepelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai sesuai
kebutuhan pasien.
2
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan instalasi gawat darurat meliputi:
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tidak memerlukan tindakan darurat
Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah
Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe
A,B,C,D dan E (Azwar,1996):
1. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan umum dan 2 (dua)
pelayanan medik spesialis dasar.
2. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik 4 (empat)
spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan penunjang medik.
3. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat)
spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis
lainnya dan 2 (dua) subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan
apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.
4. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat)
spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis
lainnya dan 13 (tiga belas) subspesialis serta dapat menjadi RS pendidikan
apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.
Skrining
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah
sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan
3
kondisinya lewat skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergency
dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium
klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa
keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada
hasil skrining dan evaluasi.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis Penyakit
Dalam, Obstetri dan ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak. Pelayanan Spesialis
Penunjang adalah pelayanan medik Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi,
Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik. Pelayanan Medik Spesialis lain
adalah pelayanan medik spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit dan
Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf,
Ortopedi. Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang
berkembang dari setiap cabang medik spesialis. Pelayanan Medik Sub Spesialis
dasar adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik
spesialis 4 dasar. Dan Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan
subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya.
C. Batasan Operasional
1. Instalasi gawat darurat
Adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompkan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/pemnyakit serta kecepatan penanganan/ pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penetuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul
4. Survey primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi ang mengancam jiwa
5. Survey Sekunder
4
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan –perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan
fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawt atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya.
7. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang dating tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal
9. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus peptikum, tbc kulit
10. Kecelakaan ( Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang dating secara
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulakan cedera fisik, mental, dan
social.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:
1) Tempat kejadian
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan dilingkungan rumah tangga
Kecelakaan dilingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat-tempat umum lein seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, diarea olah raga dan lain-lain
2) Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3) Waktu kejadian
a) Waktu perjalanan (travelling/ transport time)
5
b) Waktu bekerja, sekolah, waktu bermain dan lain-lain
11. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu system atau organ dibawah ini, yaitu:
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan system / organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma/ cedera
2. Infeksi
3. Keracunan
4. Degeneresasi (failure)
5. Asfiksia
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of
water and electrolit)
7. Dan lain-lain
Kegagalan system susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat, sedangkan
kegagalan system organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang
lama.
Dengan demikian keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
6
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
7
BAB II
DEFINISI
Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan
pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat
memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan
mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar.
IGD adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua pengalaman
pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi pengaruh yang besar bagi
masyarakat tentang bagaimana gambaran Rumah Sakit itu sebenarnya. Fungsinya adalah
untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang
bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga
menyediakan sarana penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana,
hal ini merupakan bagian dari perannya di dalam membantu keadaan bencana yang terjadi
di tiap daerah.
Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi penderita gawat
darurat oleh karena itu fasilitas rumah sakit, khususnya instalasi gawat darurat harus
dilengkapi sedemikian rupa sehingga dapat menanggulang gawat darurat. Pelayanan
keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu
dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk Bio-Psiko-Sosio-Spiritual yang
komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai masalah aktual atau
potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di
perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Skrining (screening) merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk
memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak
terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 ). Menurut
Rochjati P (2008), skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil
untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan
sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar – benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan.
8
Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual
atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
1. Tujuan Skrining
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan.
Test skrining dapat dilakukan
a) Pertanyaan/ Quesioner
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan laboratorium
d) X-ray
e) Diagnostik imaqina
9
BAB III
Langkah- Langkah Skrining unit emergency
Penderita non trauma atau trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan
yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat
penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini
dikenal dengan Initial assessment ( penilaian awal ).
Penilaian awal meliputi:
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan
9. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek
sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.
I. PERSIAPAN
A. Fase Pra-Rumah Sakit
1. Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
2. Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita
mulai diangkut dari tempat kejadian.
3. Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti
waktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat
penderita.
B. Fase Rumah Sakit
1. Perencanaan sebelum penderita tiba
2.Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat
yang mudah dijangkau
3. Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan pada
tempat yang mudah dijangkau
10
4. Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan.
5. Pemakaian alat-alat proteksi diri
II. TRIASE
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia. Dua jenis triase :
A. Multiple Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan rumah
sakit. Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan
mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.
B. Mass Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan rumah sakit.
Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan
waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan mendapatkan
prioritas penanganan lebih dahulu.
Pemberian label kondisi pasien pada musibah massal :
A. Label hijau
Penderita tidak luka . Ditempatkan di ruang tunggu untuk dipulangkan.
B. Label kuning
Penderita hanya luka ringan. Ditempatkan di kamar bedah minor UGD.
C. Label merah
Penderita dengan cedera berat. Ditempatkan di ruang resusitasi UGD dan
disiapkan dipindahkan ke kamar operasi mayor UGD apabila sewaktu-waktu
akan dilakukan operasi
D. Label biru
Penderita dalam keadaan berat terancam jiwanya. Ditempatkan di ruang
resusitasi UGD disiapkan untuk masuk intensive care unit atau masuk kamar
operasi.
E. Label hitam
Penderita sudah meninggal. Ditempatkan di kamar jenazah.
11
Gambar 1
Alur Skema Triase
12
Ukur Tanda Vital dan Tingkat Kesadaran
GCS<14 atau Tek. Darah Sistolik<90 atau RR<10 atau >29 atau RTS<11 atau PTS<9
YA. Panggil tim trauma TIDAK. Nilai anatomi cedera
Flail chest Paralisis ekstremitas Fraktur 1/lebih fraktur tulang Fraktur pelvis Panjang Kombinasi trauma-luka bakar Amputasi proks. Wrist/ankle Luka bakar luas Cedera Tembus kepala, leher, toraks abdomen, proksimal lutut/siku Fr. Tengkorak, terbuka dan impresi
YA. Panggil tim trauma TIDAK. Nilai mekanismecedera dan bukti benturan keras
Terlempar dari mobil Waktu ekstrikasi >20 menit Meninggal di mobil yang sama Jatuh > 6 m Pejalan kaki terlempar/terlindas Mobil terbalik Mobil kecepatan tinggi Pejalan kaki X Mobil kecepatan
Kecepatan >64 km/jam > 8 km/jam Mobil penyok >50 cm KLL motor kecepatan > 32 km/jam Instruksi dalam kabin > 30 cm atau moto-pengendara terpisah
YA. Panggil tim trauma ataurujuk ke pusat trauma
TIDAK
Umur < 5 atau > 55 tahun Penyakit jantung-paru Hamil IDDM, Sirosis Imunosupresi morbid obesity, koagulopati
YA. Panggil tim traumarujuk ke pusat trauma
TIDAK, Re evaluasi bersama control medik
LANGKAH 1
LANGKAH 2
LANGKAH 3
LANGKAH 4
III. PRIMARY SURVEY
A. Airway dengan kontrol servikal
1. Penilaian
a. Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
2. Pengelolaan airway
a. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat
yang rigid
c. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
- Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )
3. Fiksasi leher
4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas klavikula.
5. Evaluasi
Tabel 1- Indikasi Airway Definitif
Kebutuhan untuk perlindungan
airway
Kebutuhan untuk ventilasi
Tidak sadar Apnea
• Paralisis neuromuskuler
• Tidak sadar
Fraktur maksilofasial Usaha nafas yang tidak adekuat
• Takipnea
• Hipoksia
• Hiperkarbia
• Sianosis
Bahaya aspirasi
• Perdarahan
• Muntah - muntah
Cedera kepala tertutup berat yang
membutuhkan hiperventilasi singkat,
bila terjadi penurunan keadaan neurologis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera laring, trakea
• Stridor
13
Gambar 2
Algoritme Airway
Keperluan Segera Airway Definitif
Kecurigaan cedera servikal
Oksigenasi/Ventilasi
Apneic Bernafas
Intubasi orotrakeal Intubasi Nasotrakeal
dengan imobilisasi atau orotrakeal
servikal segaris dengan imobilisasi
servikal segaris*
Cedera
maksilofasial berat
Tidak dapat intubasi Tidak dapat intubasi Tidak dapat intubasi
Tambahan farmakologik
Intubasi orotrakeal
Tidak dapat intubasi
14
Airway Surgical
* Kerjakan sesuai pertimbangan klinis dan tingkat ketrampilan/pengalaman
B. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
1. Penilaian
a. Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol
servikal in-line immobilisasi
b. Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
c. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak,
pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
d. Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e. Auskultasi thoraks bilateral
2. Pengelolaan
a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12
liter/menit)
b. Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c. Menghilangkan tension pneumothorax
d. Menutup open pneumothorax
e. Memasang pulse oxymeter
3. Evaluasi
C. Circulation dengan kontrol perdarahan
1. Penilaian
a. Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b. Mengetahui sumber perdarahan internal
c. Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.
Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi masif segera.
d. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
e. Periksa tekanan darah
2. Pengelolaan
a. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah.
15
c. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel
darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada
wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas
Darah (BGA).
d. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-
pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
f. Cegah hipotermia
3. Evaluasi
D. Disability
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-
tanda lateralisasi
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.
E. Exposure/Environment
1. Buka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang
cukup hangat.
IV. RESUSITASI
A. Re-evaluasi ABCDE
B. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan
20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat ( lihat tabel 2 )
C. Evaluasi resusitasi cairan
1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat gambar 3,
tabel 3 dan tabel 4 )
2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta
awasi tanda-tanda syok
D. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.
1. Respon cepat
- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance
- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian
darah
- Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
16
- Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin
masih diperlukan
2. Respon Sementara
- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian
darah
- Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif
- Konsultasikan pada ahli bedah ( lihat tabel 5 ).
3. Tanpa respon
- Konsultasikan pada ahli bedah
- Perlu tindakan operatif sangat segera
- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade
jantung atau kontusio miokard
- Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya ( lihat tabel 6 )
Gambar 3
a. Rapid response
b. Transient response
c. No response
17
Tabel 2- Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah,
Berdasarkan Presentasi Penderita Semula
KELAS I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan Darah (mL) Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000
Kehilangan Darah (%
volume darah)
Sampai 15% 15%-30% 30%-40% >40%
Denyut Nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan Darah Normal Normal Menurun Menurun
Tekanan nadi
(mm Hg)
Normal atau
Naik
Menurun Menurun Menurun
Frekuensi Pernafasan 14-20 20-30 30-40 >35
Produksi Urin
(mL/jam)
>30 20-30 5-15 Tidak berarti
CNS/ Status
Mental
Sedikit cemas Agak cemas Cemas,
bingung
Bingung,lesu
(lethargic)
Penggantian Cairan
(Hukum 3:1)
Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan
darah
Kristaloid dan
darah
Table 3-Penilaian Awal dan Pengelolaan Syok
KONDISI PENILAIAN
(Pemeriksaan Fisik)
PENGELOLAAN
Tension
Pneumothorax
• Deviasi Tracheal
• Distensi vena leher
• Hipersonor
• Bising nafas (-)
• Needle decompression
• Tube thoracostomy
Massive hemothorax • ± Deviasi Tracheal
• Vena leher kolaps
• Perkusi : dullness
• Bising nafas (-)
• Venous access
• Perbaikan Volume
• Konsultasi bedah
• Tube thoracostomy
Cardiac tamponade • Distensi vena leher
• Bunyi jantung jauh
Pericardiocentesis
• Venous access
18
• Ultrasound • Perbaikan Volume
• Pericardiotomy
• Thoracotomy
Perdarahan Intraabdominal • Distensi abdomen
• Uterine lift, bila hamil
• DPL/ultrasonography
• Pemeriksaan Vaginal
• Venous access
• Perbaikan Volume
• Konsultasi bedah
• Jauhkan uterus dari vena
cava
Perdarahan Luar • Kenali sumber perdarahan Kontrol Perdarahan
• Direct pressure
• Bidai / Splints
• Luka Kulit kepala yang
berdarah : Jahit
Tabel 4-Penilaian Awal dan Pengelolaan Syok
KONDISI IMAGE FINDINGS SIGNIFICANCE INTERVENSI
Fraktur
Pelvis
Pelvic x-ray
• Fraktur Ramus
Pubic
• Kehilangan darah kurang
dibanding jenis lain
• Mekanisme
Kompresi Lateral
• Perbaikan Volume
• Mungkin Transfuse
• Hindari manipulasi
berlebih
• Open book • Pelvic volume ↑ • Perbaikan Volume
• Mungkin Transfusi
• Pelvic volume
• Rotasi Internal Panggul
• PASG
• Vertical shear • Sumber perdarahan
banyak
• External fixator
• Angiography
• Traksi Skeletal
• Konsultasi Ortopedi
Cedera
Organ Dalam
CT scan
• Perdarahan
intraabdomimal
• Potensial kehilangan
darah
• Hanya dilakukan bila
• Perbaikan Volume
• Mungkin Transfusi
• Konsultasi Bedah
19
hemodinamik stabil
20
Tabel 5-Transient Responder
ETIOLOGI PEM.FISIK PEM.DIAGNOSTIK
TAMBAHAN
INTERVENSI
Dugaan Jumlah
perdarahan kurang
atau
Perdarahan Berlanjut
• Distensi Abdomen
• Fraktur Pelvis
• Fraktur Pelvis
• Perdarahan Luar
• DPL atau
ultrasonografi
• Konsultasi Bedah
• Perbaikan Volume
• Mungkin Transfusi
• Pasang bidai
Nonhemorrhagic
• Cardiac
tamponade
• Distensi vena leher
• Bunyi jantung jauh
• Ultrasound
•Bising nafas normal
• Pericardiocentesis • Reevaluasi toraks
• Dekompresi jarum
Tube thoracostomy
• Recurrent/
persistent tension
pneumothorax
• Deviasi Tracheal
•Distensi versa leher
• Hipersonor
• Bising nafas (-)
Tabel 6-Non responder
ETIOLOGI PEM.FISIK PEM.DIAGNOST
IK
TAMBAHAN
INTERVENSI
Massive blood loss
(Class III atau IV)
• Intraabdominal
bleeding
• Distensi
Abdomen
• DPL/USG • Intervensi segera
(ahli bedah)
•Perbaikan Volume
• Resusitasi Operatif
Nonhemorrhagic
• Tension
pneumothorax
• Distensi Vena
Leher
• Trachea tergeser
• Suara nafas
menghilang
• Hipersonor
• Chest Decompresion
(Needle
thoracocentesis
diteruskan
dengan tube
thoracostomy)
• Mungkin diperlukan
penggunaan
monitoring
21
invasive
Nonhemorrhagic
•Cardiac
tamponade
• Distensi vena
leher
• Bunyi jantung
jauh
• Ultrasound
•Bising nafas
normal
•Pericardiocentesis • Nilai ulang ABCDE
• Nilai ulang jantung
• Pericardiocentesis
• Cedera tumpul
jantung
• Nadi # teratur
• Perfusi jelek
• EKG : kelainan
iskemik
• Transesophageal
echocardiography
• Ultrasonography
(pericardial)
• Persiapan OK
• Invasive monitoring
• Inotropic support
• Pertimbangkan
operasi
V. TAMBAHAN PADA PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASI
A. Pasang EKG
1. Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus
dicurigai adanya hipoksia dan hipoperfusi
2. Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia
B. Pasang kateter uretra
1. Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasi
pemasangan kateter urine
2. Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena striktur uretra atau
BPH, jangan dilakukan manipulasi atau instrumentasi, segera
konsultasikan pada bagian bedah
3. Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine rutine
4. Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi ginjal
dan hemodinamik penderita
5. Output urine normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1
ml/kgBB/jam pada anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam pada bayi
C. Pasang kateter lambung
1. Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma maksilofacial
yang merupakan kontraindikasi pemasangan nasogastric tube, gunakan
22
orogastric tube.
2. Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung, karena
bahaya aspirasi bila pasien muntah.
D. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium
Monitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas, tekanan darah,
Analisis Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan output urine dan pemeriksaan
laboratorium darah.
E. Pemeriksaan foto rotgen dan atau FAST
1. Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan servikal lateral, menggunakan
mesin x-ray portabel dan atau FAST bila terdapat kecurigaan trauma
abdomen.
2. Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan jangan sampai menghambat proses
resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat secondary
survey.
3. Pada wanita hamil, foto rotgen yang mutlak diperlukan, tetap harus dilakukan.
VI. SECONDARY SURVEY
A. Anamnesis (khusus pasien trauma)
Anamnesis yang harus diingat :
S : Syndrome
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
B. Pemeriksaan Fisik ( lihat tabel 7 )
Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey
Hal yang
dinilai
Identifikasi/
TentukanPenilaian Penemuan Klinis
Konfirmasi
dengan
Tingkat
Kesadaran
• Beratnya
trauma
kapitis
• Skor GCS • 8, cedera kepala berat
• 9 -12, cedera kepala sedang
• 13-15, cedera kepala ringan
• CT Scan
• Ulangi tanpa
relaksasi Otot
Pupil • Jenis cedera • Ukuran • "mass effect" • CT Scan
23
kepala
• Luka pada
mata
• Bentuk
• Reaksi
• Diffuse axional injury
• Perlukaan mata
Kepala • Luka pada
kulit kepala
• Fraktur
tulang
tengkorak
• Inspeksi
adanya
luka dan
fraktur
• Palpasi
adanya
fraktur
• Luka kulit kepala
• Fraktur impresi
• Fraktur basis
• CT Scan
Maksilofas
ial
• Luka
jaringan
lunak
• Fraktur
• Kerusakan
syaraf
• Luka dalam
mulut/gigi
• Inspeksi :
deformitas
• Maloklusi
• Palpasi :
krepitus
• Fraktur tulang wajah
• Cedera jaringan lunak
• Foto tulang
wajah
• CT Scan tulang
wajah
Leher • Cedera pada
faring
• Fraktur
servikal
• Kerusakan
vaskular
• Cedera
esofagus
• Gangguan
neurologis
• Inspeksi
• Palpasi
• Auskultasi
• Deformitas faring
• Emfisema subkutan
• Hematoma
• Murmur
• Tembusnya platisma
• Nyeri, nyeri tekan C spine
• Foto servikal
• Angiografi/
Doppler
• Esofagoskopi
• Laringoskopi
Toraks • Perlukaan
dinding
toraks
• Emfisema
subkutan
• Pneumo/
• Inspeksi
• Palpasi
• Auskultasi
• Jejas, deformitas, gerakan
• Paradoksal
• Nyeri tekan dada, krepitus
• Bising nafas berkurang
• Bunyi jantung jauh
• Foto toraks
• CT Scan
• Angiografi
• Bronchoskopi
• Tube torakostomi
• Perikardio
24
hematotorak
• Cedera
bronchus
• Kontusio
paru
• Kerusakan
aorta
torakalis
• Krepitasi mediastinum
• Nyeri punggung hebat
sintesis
• USG Trans-
Esofagus
Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey ( lanjutan )
Hal yang
Dinilai
Identifikasi/
tentukanPenilaian Penemuan klinis
Konfirmasi
dengan
Abdomen/
pinggang
• Perlukaan dd.
Abdomen
• Cedera intra-
peritoneal
• Cedera
retroperitoneal
• Inspeksi
• Palpasi
• Auskultasi
• Tentukan arah
penetrasi
• Nyeri, nyeri tekan
abd.
• Iritasi peritoneal
• Cedera organ
viseral
• Cedera
retroperitoneal
• DPL
• FAST
• CT Scan
• Laparotomi
• Foto dengan
kontras
• Angiografi
Pelvis • Cedera Genito-
urinarius
• Fraktur pelvis
• Palpasi simfisis
pubis untuk
pelebaran
• Nyeri tekan
tulang elvis
• Tentukan
instabilitas
pelvis (hanya
satu kali)
• Inspeksi
perineum
• Pem.
Rektum/vagina
• Cedera Genito-
rinarius (hematuria)
• Fraktur pelvis
• Perlukaan
perineum, rektum,
vagina
• Foto pelvis
• Urogram
• Uretrogram
• Sistogram
• IVP
• CT Scan dengan
kontras
Medula • Trauma kapitis
• Trauma medulla
• Pemeriksaan • "mass effect" • Foto polos
25
spinalis spinalis
• Trauma syaraf
perifer
motorik
• Pemeriksaan
sensorik
unilateral
• Tetraparesis
Paraparesis
• Cedera radiks syaraf
• MRI
Kolumna
vertebralis
• Fraktur
• lnstabilitas
kolumna
Vertebralis
• Kerusakan
syaraf
• Respon verbal
terhadap nyeri,
tanda lateralisasi
• Nyeri tekan
• Deformitas
• Fraktur atau
dislokasi
• Foto polos
• CT Scan
Ekstremitas • Cedera jaringan
lunak
• Fraktur
• Kerusakan sendi
• Defisit neuro-
vascular
• Inspeksi
• Palpasi
• Jejas,
pembengkakan,
pucat
• Mal-alignment
• Nyeri, nyeri tekan,
Krepitasi
• Pulsasi hilang/
berkurang
• Kompartemen
• Defisit neurologis
• Foto ronsen
• Doppler
• Pengukuran
tekanan
kompartemen
• Angiografi
VII. TAMBAHAN PADA SECONDARY SURVEY
A. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan
teliti dan pastikan hemodinamik stabil
B. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan
tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain
C. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :
1. CT scan kepala, abdomen
2. USG abdomen, transoesofagus
3. Foto ekstremitas
4. Foto vertebra tambahan
5. Urografi dengan kontras
VIII. RE-EVALUASI PENDERITA
26
A. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan setiap
perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.
B. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin
C. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan
IX. TRANSFER KE PUSAT RUJUKAN YANG LEBIH BAIK
A. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena
keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih
memungkinkan untuk dirujuk.
B. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan penderita selama
perjalanan serta komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju.
27
BAB IV
DOKUMENTASI
Tabel 1 Contoh Formulir Rujukan
(Data yang dianjurkan untuk dibawa)
A. Data penderita
Nama
Alamat
Kota
Umur Sex Beratbadan
Nama keluarga terdekat
Alamat
Kota
No. telpon
B. Waktu
Tanggal :
Tanggal cedera
Waktu masuk UGD
Waktu masuk kamar operasi
Waktu saat dirujuk
C. Riwayat SAMPLE :
D. Keadaan saat datang
Nadi
Tekanan darah
Laju Pernafasan
Suhu
F. Pemeriksaan diagnostik
Data lab.: terlampir
Foto ronsen : terlampir
EKG: terlampir
Contoh darah, cairan LCS
terlampir
G. Terapi yang diberikan
Medikasi yang telah diberikan,
jumlah, waktu
Cairan yang diberikan: jenis,
jumlah
Lain-lain
H. Keadaan penderita saat dirujuk
I. Pengelolaan selama transport
J. Data rumah sakit yang merujuk
Nama dokter
Rumah Sakit
No. Telpon
K. Data rumah sakit penerima rujukan
Nama dokter
Rumah Sakit
No. Telpon
4.1 KLASIFIKASI PENETAPAN KELAS RUMAH SAKIT
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggrakan pelayanan
28
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah
Sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan (PERMENKES BAB1
PASAL1).
Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan
medic umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap,
operasi/bedah, pelayanan medic, spesialis dasar, penunjang medic, farmasi, gizi,
sterilisasi, rekam medic, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah
sakit, serta pengolahan limbah (PERMENKES REPUBLIK INDONESIA no
340/MENKES/PER/III/2010 BABII PENETAPAN KELAS pasal 3).
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan pelayanan, Sumber Daya
Manusia, peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan manajemen.
1. RUMAH SAKIT UMUM KELAS A
Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima)
spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lainnya dan 13 (tiga belas)
pelayanan medis subspesialis. Criteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit
Umum Kelas A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan
Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar,
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain,
Pelayanan Medis Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis,
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan
Pelayanan Penunjang Non Klinik.
Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Ggi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana.
Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat
darurat 24 jam dan 7 hari semingga dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan
stabilisasi sesuai dengan standar.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.
29
Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdiri dari Pelayanan
Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembulu Darah,
Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah
Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.
Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut,
Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi
dan Penyakit Mulut.
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelyanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung
Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin,
Jiwa, Paru, Orthopedi dan Gigi Mulut.
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen,
Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah,
Gudang, Ambulance, Komunikasi, Peulasaran Jenazah, Pemadam
Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada masing-masing minimal 6
orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap. Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-
masing minimal 3 orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap. Pada Pelayanan Spesialis Lain harus ada masing-
masing minimal 3 orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap. Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut
harus ada masing-masing minimal 1 orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga
tetap. Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2
orang dokter subspesialis dengan masing-masing 1 orang dokter subspesialis
sebagai tenaga tetap. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah
1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah
Sakit.
Sarana dan prasarana harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
Menteri. Peralatan radilogi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar
30
sesuai dengn ketentuan peraturan perundang-undangan. Jumlah tempat ridur
minimal 40 (empat ratus) buah.
Administrasi dan manajemen terdiri daris truktur organisasi dan tatalaksana
yang terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsure
pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis,
satuan oemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.
Tatalaksana yang dimaksud meliputi tatalaksaa organisasi standar pelayanan,
standar operasional prosedur (SPO), system Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
2. RUMAH SAKIT UMUM KELAS B
Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4
(empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik
Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar. Kriteria,
fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,
Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut,
Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan,
Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga
Berencana.
Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat
darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan
kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat,
melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13
(tiga belas) pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan,
31
Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran
Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan
Kedokteran Forensik.
Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut,
Konservasi/Endodonsi, dan Periodonti.
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar
yang meliputi : Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan
Ginekologi.
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen,
Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah,
Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam
Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter
umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang
dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing minimal
2 (dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal
1 (satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai
tenaga tetap.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
32
Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jumlah tempat tidur minimal
200 (dua ratus) buah. Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur
organisasi dan tata laksana. Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah
Sakit, unsur pelayanan medis, unsure keperawatan, unsur penunjang medis,
komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan
keuangan. Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO),
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan
Medical Staff by laws.
3. RUMAH SAKIT UMUM KELAS C
Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan
4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga
Berencana.
Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat
darurat 24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan
kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat,
melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
33
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen,
Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah,
Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran,
Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter
umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2
(dua) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
Pada setiap Pelayanan Spesialis Penunjang Medik masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.
Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri
atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis,
unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tata laksana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan,
standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff by laws.
4. RUMAH SAKIT UMUM KELAS D
34
Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga
Berencana.
Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat
darurat 24 (duan puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan
kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat,
melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4
(empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen,
Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah,
Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran,
Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum
dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan
1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.
35
Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri
atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis,
unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tatakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan,
standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 340 340/MENKES/PER/III/2010 pada tanggal :
11 Maret 2010 ditetapkan Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum
KRITERIAKELAS
A
KELAS
B
KELAS
C
KELAS
DKETERANGAN
I. PELAYANAN
A. Pelayanan Medik Umum
1. Pelayanan Medik Dasar + + + +
2. Pelayanan medic gigi mulut + + + +
3. Pelayanan KIA/KB + + + +
B. Pelayanan Gawat Darurat
1. 24 jam & 7 hari seminggu + + + +
C. Pelayanan Medik Dasar
1. Penyakit Dalam + + + +/- Untuk kelas D
minimal ada 2
dari 4 Pelayanan
Medik Spesialis
Dasar
2. Kesehatan Anak + + + +/-
3. Bedah + + + +/-
4. Obstetric & Ginekologi + + + +/-
D. Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik
1. Radiologi + + + +
2. Patologi Klinik + + + +
36
3. Anestesiologi + + + -
4. Rehabilitasi Medik + + - -
5. Patologi Anatomi + - - -
E. Pelayanan Medik Spesialis Lain
1. Mata + +/- - - Untuk kelas B
minimal 8 dari 13
Pelayanan Medik
Spesialis
2. Telinga Hidung
Tenggorokan
+ +/- - -
3. Syaraf + +/- - -
4. Jantung dan Pembuluh
Darah
+ +/- - -
5. Kulit dan Kelamin + +/- - -
6. Kedokteran Jiwa + +/- - -
7. Paru + +/- - -
8. Orthopedic + +/- - -
9. Urologi + +/- - -
10. Bedah syaraf + +/- - -
11. Bedah plastic + +/- - -
12. Kedokteran forensic + +/- - -
F. Pelayanan Medik Spesialis Gigi
Mulut
1. Bedah Mulut + + +/- - Untuk kelas C
minimal ada 1
dari 7 Pelayanan
Medik Spesialis
Gigi Mulut
2. Konservasi/endodonsi + + +/- -
3. Orthodonti + + +/- -
4. Periodonti + - +/- -
5. Prosthodonti + - +/- -
6. Pedodonsi + - +/- -
7. Penyakit Mulut + - +/- -
G. Pelayanan Medik Subspesialis
1. Bedah + +/- - Untuk kelas B
minimal ada 2
dari 4 Pelayanan
Subspesialis
Dasar
2. Penyakit Dalam + +/- -
3. Kesehatan Anak + +/- -
4. Obstetric dan Ginekologi + +/- -
5. Mata + - -
37
6. Telinga Hidung
Tenggorokan
+ - -
7. Syaraf + - -
8. Jantung dan Pembuluh
Darah
+ - -
9. Kulit dan Kelamin + - -
10. Jiwa + - -
11. Paru + - -
12. Orthopedic + - -
13. Gigi Mulut + - -
H. Pelayanan keperawatan dan
kebidanan
1. Asuhan keperawatan + + + +
2. Asuhan kebidanan + + + +
I. Pelayanan penunjang klinik
1. Perawatan intensif + + + - Kelas D cukup
HCU
2. Pelayanan darah + + + +
3. Gizi + + + +
4. Farmasi + + + +
5. Sterilisasi instrument + + + +
6. Rekam medic + + + +
J. Pelayanan penunjang non klinik
1. Laundry/linen + + + +
2. Jasa boga/dapur + + + +
3. Teknik dan pemeliharaan
fasilitas
+ + + +
4. Pengelolaan limbah + + + +
5. Gudang + + + +
6. Ambulance + + + +
7. Komunikasi + + + +
8. Kamar jenazah + + + +
9. Pemadam kebakaran + + + +
38
10. Pengelolaan gas medic + + + +
11. Penampungan air bersih + + + +
II. SUMBER DAYA MANUSIA
A. Pelayanan medic dasar, masing-masing minimal:
18 dokter umum & 4
dokter gigi
+ - - - Tenaga tetap
12 dokter umum & 3
dokter gigi
- + - - Tenaga tetap
9 dokter umum & 2 dokter
gigi
- - + - Tenaga tetap
4 dokter umum & 1 dokter
gigi
- - - + Tenaga tetap
B. 4 pelayanan medic spesialis dasar, masing-masing minimal:
6 dokter spesialis + - - -
Min. 8 tenaga
tetap dari24
tenaga
3 dokter spesialis - + - -
Min. 4 tenaga
tetap dari24
tenaga
2 dokter spesialis - - + -
Min. 4 tenaga
tetap dari24
tenaga
1 dokter spesialis (2 dari 4
spesialis dasar)- - - +
Min. 2 tenaga
tetap dari24
tenaga
C. 12 pelayanan medic spesialis lain, masing-masing minimal:
3 dokter spesialis + - - -
Min 12 tenaga
tetap dari 36
tenaga
1 dokter spesialis (8 dari 12
spesialis dasar)- + - -
Min 8 tenaga
tetap dari 12
tenaga
D. 13 pelayanan medic sub spesialis, masing- masing minimal:
39
2 dokter spesialis + - - -
Min 13 tenaga
tetap dari 26
tenaga
1 dokters spesialis (2 dari 4
sub spesialis dasar)- + - -
Min 2 tenaga
tetap dari 4 tenaga
E. Pelayanan medic spesialis penunjang, masing-masing minimal:
3 dokter spesialis (dari 5
yan spes)+
Min 5 tenaga
tetap dari 15
tenaga
2 dokter spesialis (dari 4
yan spes)+
Min 4 tenaga
tetap dari 8 tenaga
1 dokter spesialis (dari 2
yan spes)+
Min 2 tenaga
tetap
F. 7 pelayanan medic spesialis gigi mulut, masing-masing:
1 dokter gigi spesialis +Min 7 tenaga
tetap
1 dokter gigi spesialis (3
dari 7 pelayanan spes)+
Min 3 tenaga
tetap
1 dokter gigi spesialis (1
dari 7 pelayanan spes)+
Min 1 tenaga
tetap
G. Sumber Daya Manusia RS
1. Keperawatan (perawat &
bidan)1:1 1:1 2:3 2:3
2. Kefarmasian + + + +
3. Gizi + + + +
4. Keterapian fisik + + + +
5. Keteknisan medis + + + +
6. Petugas rekam medis + + + +
7. Petugas IPSRS + + + +
8. Petugas pengelola limbah + + + +
9. Petugas kamar jenazah + + + +
40
III. PERALATAN
1. Peralatan medis di Instalasi
Gawat Darurat+ + + +
2. Peralatan medis di Instalasi
Rawat Jalan+ + + +
3. Peralatan medis di Instalasi
Rawat Inap+ + + +
4. Peralatan medis di Instalasi
Rawat Intensif+ + + -
Kelas D cukup
HCU
5. Peralatan medis di Instalasi
Tindakan Operasi+ + + +
6. Peralatan medis di Instalasi
Persalinan+ + + +
7. Peralatan medis di Instalasi
Radiologi+ + + +
8. Peralatan medis di Instalasi
Anestesi+ + + -
9. Peralatan medis
Laboratorium klinik+ + + -
10. Peralatan medis Farmasi + + + +
11. Peralatan medis di Instalasi
Pelayanan Darah+ + + -
12. Peralatan medis
Rehabilitasi medic+ + + +
13. Peralatan medis di Instalasi
Gizi+ + + +
14. Peralatan medis Kamar
Jenazah+ + + +
IV. SARANA & PRASARANA
1. Bangunan/Ruang Gawat
Darurat
+ + + +
41
2. Bangunan/Ruang Rawat
Jalan
+ + + +
3. Bangunan/Ruang Rawat
Inap
+ + + +
4. Bangunan/Ruang Bedah + + + +
5. Bangunan/Ruang Rawat
Intensif
+ + + -
6. Bangunan/Ruang Isolasi + + + -
7. Bangunan/Ruang Radiologi + + + +
8. Bangunan/Ruang
Laboratorium klinik
+ + + +
9. Bangunan/Ruang Farmasi + + + +
10. Bangunan/Ruang Gizi + + + +
11. Bangunan/Ruang
Rehabilitasi Medik
+ + + +
12. Bangunan/Ruang
Pemeliharaan Sarana
Prasarana
+ + + +
13. Bangunan/Ruang
Pengelolaan Limbah
+ + + +
14. Ruang Sterilisasi + + + +
15. Bangunan/Ruang Laundry+ + + + Kelas A&B harus
CSSD
16. Bangunan/Ruang
Pemulasaran Jenazah
+ + + +
17. Bangunan/Ruang
Administrasi
+ + + +
18. Bangunan/Ruang Gudang + + + +
19. Bangunan/Ruang Sanitasi + + + +
20. Bangunan/Ruang Dinas
Asrama
+ + + +
21. Ambulan + + + +
22. Ruang komite medis + + + +
42
23. Ruang PKMRS + + + +
24. Ruang Perpustakaan+ +/- - - Khusus RS
Pendidikan
25. Ruang jaga Ko Ass+ +/- - - Khusus RS
Pendidikan
26. Ruang pertemuan + + + +
27. Bangunan/ruang diklat + +/- - -
28. Ruang diskusi + +/- - -
29. Skill lab dan Audio visual+ - - - Khusus RS
Pendidikan
30. System Informasi RS + + + +
31. System dokumnetasi medis
pendidikan
+ - - -
32. Listrik + + + +
33. Air + + + +
34. Gas medis + + + +
35. Limbah cair + + + +
36. Limbah padat + + + -
37. Penanganan kebakaran + + + +
38. Perangkat komunikasi + + + +
39. Tempat tidur ≥ 400 ≥ 200 ≥ 100 ≥ 50
V. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
1. Status badan hukum + + + +
2. Struktur organisasi + + + +
3. Tatalaksana/tata
kerja/uraian tugas
+ + + +
4. Peraturan Internal Rumah
Sakit (HBL & MSBL)
+ + + +
5. Komite Medik + + + +
6. Komite Etik & Hukum + + + +
7. Status Pemeriksa Internal + + + +
8. Surat izin praktek dokter + + + +
43
9. Perjanjian kerjasama
Rumah Sakit & Dokter
+ + + +
10. Akreditasi RS + + + -
44