Skor Mallampati Atau Klasifikasi Mallampati Adalah Sistem Skor Medis Yang Digunakan Di Bidang...

7
1.Skor mallampati atau klasifikasi mallampati adalah sistem skor medis yang digunakan di bidang anestesiologi untuk menentukan level kesulitan dan bisa menimbulkan resiko pada intubasi pasien yang sedang menjalani proses pembedahan. Hasil menentukan tingkat yg dibedakan dari I sampai IV. Kelas I mengindikasikan seorang pasien yg seharusnya lebih mudah diintubasi. Tingkat tertinggi, kelas IV ditujukan ditujukan kepada pasien dengan resiko tinggi, komplikasi.Klasifikasi Mallampati ditentukan oleh pengamatan visual dari rongga mulut Tes untuk membentuk skor Mallampati dilakukan dengan pasien dalam posisi duduk tegak, dengan kepala terangkat dalam posisi netral. Pasien memegang mulutnya terbuka lebar dan meluaskan lidah, teknisi memeriksa visibilitas dari struktur faring. Skor Kelas I Mallampati diberikan jika palatum molle, amandel anterior dan posterior pila , dan seluruh uvula - potongan jaringan lunak yang menggantung dari atap mulut dekat bagian belakang lidah - yang mudah terlihat. Skor KelasII diberikan jika palatum molle, amandel, dan sebagian besar uvula dapat dilihat. Dalam kasus di mana hanya palatum molle dan uvula dasar terlihat, pasien diberikan rating Kelas III. Skor Kelas IV Mallampati \diperuntukkan bagi mereka kasus di mana palatum molle tidak terlihat sama sekali. Pasien yang memiliki hasil kelas III atau Kelas IV cenderung sulit untuk intubasi, dan persiapan lainnya harus dibuat untuk manajemen jalan nafas alternatif, seperti penggunaan masker respirator. Grade 1 : Tampak pilar faring, palatum molle dan uuvula Grade 2 : Tampak hanya palatum molle dan uvula Grade 3 : Tampakhanya palatum molle Grade 4 : Palatummolle tidak tampak Grade 3 dan 4 diperkirakan akan menyulitkan intubasi trakea

Transcript of Skor Mallampati Atau Klasifikasi Mallampati Adalah Sistem Skor Medis Yang Digunakan Di Bidang...

Page 1: Skor Mallampati Atau Klasifikasi Mallampati Adalah Sistem Skor Medis Yang Digunakan Di Bidang Anestesiologi Untuk Menentukan Level Kesulitan Dan Bisa Menimbulkan Re

1.Skor mallampati atau klasifikasi mallampati adalah sistem skor medis yang digunakan di bidang anestesiologi untuk menentukan level kesulitan dan bisa menimbulkan resiko pada intubasi pasien yang sedang menjalani proses pembedahan. Hasil menentukan tingkat yg dibedakan dari I sampai IV. Kelas I mengindikasikan seorang pasien yg seharusnya lebih mudah diintubasi. Tingkat tertinggi, kelas IV ditujukan ditujukan kepada pasien dengan resiko tinggi, komplikasi.Klasifikasi Mallampati ditentukanoleh pengamatan visual dari ronggamulut Tes untuk membentuk skor Mallampati dilakukan dengan pasien dalam posisi duduk tegak, dengan kepala terangkat dalam posisi netral. Pasien memegang mulutnya terbuka lebar dan meluaskan lidah,teknisi memeriksa visibilitas dari struktur faring.Skor Kelas I Mallampati diberikan jika palatum molle, amandel anterior dan posterior pila , dan seluruh uvula - potongan jaringanlunak yang menggantung dari atapmulut dekat bagian belakang lidah- yang mudah terlihat. Skor KelasII diberikan jika palatum molle, amandel, dan sebagian besar uvula dapat dilihat. Dalam kasus di mana hanya palatum molle dan uvula dasar terlihat, pasien diberikan rating Kelas III.Skor Kelas IV Mallampati\diperuntukkan bagi mereka kasus di mana palatum molle tidak terlihat sama sekali. Pasien yang memiliki hasil kelas III atau Kelas IV cenderung sulit untuk intubasi, dan persiapan lainnya harus dibuat untuk manajemen jalan nafas alternatif, sepertipenggunaan masker respirator.

Grade 1 : Tampak pilar faring, palatum molle dan uuvula Grade 2 : Tampak hanya palatum molle dan uvula Grade 3 : Tampakhanya palatum molle Grade 4 : Palatummolle tidak tampak Grade 3 dan 4 diperkirakan akan menyulitkan intubasi trakea

2. SKOR APACHE Beratnya penyakit ditentukan berdasarkan sistem skoring APACHE III yaitu skor berkisar 0 – 299, dengan tingginya skor mengindikasikan lebih beratnya penyakit dan meningkatkan resiko kematian pada saat masuk ICU. Validasi skor yang menyatakan beratnya penyakit seperti, usia pasien, kondisi komorbid penyakit dan parameter-parameter fisiologik seperti, tanda-tanda vital,nilai-nilai kimiawi serologi, nilai gas darah arterial dan Glasgow Coma Score. Sistem skoring APACHE III menggabungkan dan menilai beberapa variabel, yaitu beberapa diantaranya seperti : a. variasi variabel fisilologik (sepertimean arterial pressure, temperatur, tekanan parsial arterioksigen, alveolar arterial O2difference, frekuensi nadi dan pernapasan) b. nilai laboratorium (beberapa seperti hemoglobin, kreatinin, hitung sel darah putih) c. usia d. variabel penyakit kronik e. status neurologik /Glasgow Coma Scale (GCS)

Page 2: Skor Mallampati Atau Klasifikasi Mallampati Adalah Sistem Skor Medis Yang Digunakan Di Bidang Anestesiologi Untuk Menentukan Level Kesulitan Dan Bisa Menimbulkan Re

Tabel 2. Sistem skoring APACHE III. Skor fisiologik akut untuk nilai tanda tanda vital dan abnormalitas laboratorium.

Tabel 3. Sistem skoring APACHE III. Skor fisiologik akut untuk nilai abnormalitas neurologik.Mata buka spontan oleh rangsang verbal / rasa nyeri

Page 3: Skor Mallampati Atau Klasifikasi Mallampati Adalah Sistem Skor Medis Yang Digunakan Di Bidang Anestesiologi Untuk Menentukan Level Kesulitan Dan Bisa Menimbulkan Re

\

Page 4: Skor Mallampati Atau Klasifikasi Mallampati Adalah Sistem Skor Medis Yang Digunakan Di Bidang Anestesiologi Untuk Menentukan Level Kesulitan Dan Bisa Menimbulkan Re

3. GCSGlasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang menilai tiga fungsi , yaitu mata (E=eyes), verbal (V), dan gerak motorik (M). Ketiga fungsi masing-masing dinilai dan pada akhirnya dijumlahkan dan hasilnya merupakan derajat kesadaran. Semakin tinggi nilai menunjukkan semakin baik nilai kesadaran. Nilai terendah adalah 3 (koma dalam atau meninggal), dan yang tertinggi adalah nilai 15 (kesadaran penuh).

Respon Mata (Eyes)

1. Tidak dapat membuka mata2. Mata membuka dengan rangsang nyeri. Biasanya rangsang nyeri pada dasar kuku-kuku jari; atau tekanan pada supraorbita, atau tulang dada, atau tulang iga3. Mata membuka dengan rangsang suara. (jangan keliru dengan pasien yang baru terbangun dari tidur, pasien seperti demikian mendapat nilai 4 bukan 3)4. Mata membuka spontan

Respon Verbal (V)

1. Tidak ada respon suara2. Suara-suara tak berarti (mengerang/mengeluh dan tidak berbentuk kata-kata)3. Kata-kata tidak berhubungan (Berkata-kata acak atau berseru-seru, namun tidak sesuai percakapan4. Bingung atau disorientasi (pasien merespon pertanyaan tapi terdapat kebingungan dan disorientasi)5. Orientasi baik (pasien merespon dengan baik dan benar terhadap pernyataan, seperti nama, umur, posisi sekarang dimana dan mengapa, bulan, tahun, dsb)

Respon Motorik (M)

1. Tidak ada respon gerakan2. Ekstensi terhadap rangsang nyeri (abduksi jari tangan, bahu rotasi interna, pronasi lengan bawah,ekstensi pergelangan tangan)3. Fleksi abnormal terhadap rangsang nyeri (adduksi jari-jari tangan, bahu rotasi interna, pronasi lengan bawah, flexi pergelangan tangan)

Page 5: Skor Mallampati Atau Klasifikasi Mallampati Adalah Sistem Skor Medis Yang Digunakan Di Bidang Anestesiologi Untuk Menentukan Level Kesulitan Dan Bisa Menimbulkan Re

4. Flexi/penarikan terhadap rangsang nyeri (fleksi siku, supinasi lengan bawah, fleksi pergelangan tangan saat ditekan daerah supraorbita; menarik bagian tubuh saat dasar kuku ditekan)5. Dapat melokalisasi nyeri (gerakan terarah dan bertujuan ke arah rangsang nyeri; misal tangan menyilang dan mengarah ke atas klavikula saat area supraorbita ditekan6. Dapat bergerak mengikuti perintah (melakukan gerakan sederhana seperti yang diminta)

Interpretasi

GCS dapat diklasifikasikan :a. Skor 14-15 : compos mentisb. Skor 12-13 : apatisc. Skor 11-12 : somnolentd. Skor 8-10 : stupore. Skor < 5 : koma Derajat Kesadaran- Sadar : dapat berorientasi dan komunikasi- Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlelap lagi. Gelisah atau tenang.- Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.- Semi Koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh menghindari tusukan).- Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.

Kualitas Kesadaran1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).