skizoprenia heberfrenik
-
Upload
ananda-anidya-effendy -
Category
Documents
-
view
37 -
download
4
description
Transcript of skizoprenia heberfrenik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan
diseluruh dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan
bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin besar pula
stressor psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit
karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan
jiwa skizofrenia.
Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguanklinis,
banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula EmilKreaplin
(181926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu
istilah yang menekankan proses kognitif yang berbeda danonset pada masa
awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh EugenBleuler (1857-
1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahanantara pikiran, emosi dan
perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini.Bleuler mengindentifikasi
simptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi,
Afek, Autisme dan Ambivalensi.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1%
penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika.
Skizofrenia lebih sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak
populasi urban dan pada kelompok sosial ekonomi rendah.
Walaupuninsidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia
sering kaliditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidakmampuan
untuk merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang
bertahap.Kedatangan di ruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan
oleh halusinasi yang menimbulkan ketegangan yang mungkin dapat
mengancam jiwa baik dirinya maupun orang lain, perilaku kacau, inkoherensi,
agitasi dan penelantaran. Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan
dikalangan sosialekonomi rendah. Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor
genetik didugamerupakan salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia.
1
Diperkirakan 75% penderita skizofrenia terjadi pada usia 16-25 tahun. Usia
remajadan dewasa muda memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini
penuhstressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya
karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.Salah satu pembagian
skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Skizofreniahebefrenik disebut juga disorganized
type atau “kacau balau” yang ditandaidengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan
tertawa kekanak-kanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai
sendiri, menujukkan gerakan-gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan
untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial.
Gangguan jiwa skizofrenia gangguan jiwa yang berat dan gawat yangdapat dialami
manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis danlebih gawat ketika muncul
pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan
sosial-budaya. Skizofrenia padalansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok
lanjut usia (lansia).
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini diantaranya adalah untuk memberikan
gambaran ringkas mengenai Skizofrenia Hebefrenik terutama dalam hal gejala klinis,
diagnosis serta penanganan yang tepat pada pasien dan keluarga pasien.
1.3 Manfaat Penulisan
Refrat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta pembaca
mengenai Skizofrenia Hebefrenik. Selain itu, makalah ini juga akan dijadikan untuk
melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik di bagianPsikiatri FKU Malahayati.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.Pengertian
Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan
kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuanuntuk berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari (Atkinsondkk, 1992),penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran danpersepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau
tumpul (blunted). Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan
mengganggu disepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari
tekanan modern sekalipun. Umumnya gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda,
dan memuncak padausia antara 25-35 tahun.
Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau datang secara tiba-tiba
pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami stress (Atkinson dkk,
1992). Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa pendapat
yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara lain: “Skizofrenia Hebefrenik
adalah suatu bentuk skizofrenia yang ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif,
afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tertawa aneh, meringis dan menarik diri
secara ekstrim”.
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofreniadengan perubahan afektif
yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat
mengambang serta terputus-putus(fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab
dan tidak dapatdiramalkan, serta umumnya maneurisme.
Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau“kacau balau” yang
ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, yang
terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-
gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri
secaraekstrim dari hubungan sosial.
3
adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan prilaku yang tidak bertanggung
jawab dan tak dapat diramalkan, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku
menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri, dan ungkapan kata
yang diulang–ulang, proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
serta adanya penurunan perawatan diri padaindividu.
2. 2. Etiologi
Etiologi Skizofreni Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia
lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:
a.Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :
1. Faktor genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui kromosom -
kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang keberapa menjadi faktor penentu
gangguan inisampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
skizofrenia ada dikromosom no 6 dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15
dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia
sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigot
peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orangtuanya mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orangtuanya skizofreia maka peluangnya menjadi
35%.
2. Faktor neurologis
Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien skizofrenia tidak
pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi
penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmiter yang
ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotonine, dan glutamat.
3. Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan
neurotransmiter dopamine yang berlebihan.
4
4. Metabolisme
Skizofrenia disebbkan oleh gangguan metabolisme karena penderita dengan
skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat. Ujung ekstremitas agak sianotik, nafsu
makan berkurang danberat badan menurun.
5. Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi factor predisposisi skizofrenia antara
lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi, dingin dan
tidak berperasaan, Sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
1. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.
3. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan,lingkungan, sikap dan perilaku.
2. 3. Tanda dan Gejala
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase
aktif dan fase residual.
a. Fase Prodromal
Biasanya timbul gejala-gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu,
bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala
tersebut meliputi : menurunnya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan
waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan- perubahan ini mengganggu
individu serta membuat resah keluarga dan teman, merekaakan mengatakan “orang
ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk
prognosisnya.
b. Fase Aktif
Gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik,
inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu
datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut
5
dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atauterus bertahan. Fase
aktif akan diikuti oleh fase residual.
c. Fase Residual
Dimana gejala-gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala
positif/psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala-gejala yang terjadi pada
ketiga fase di atas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa
gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa,kewaspadaan dan eksekutif
(atensi, konsentrasi, hubungan sosial).Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat
melihat tanda dan gejala yang khas,antara lain :
a. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa
maksudnya.
b. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atauketolol-
tololan.
c. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa
puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
d. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik, tidak terorganisasi sebagai
suatu kesatuan.
e. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi
sebagai satu kesatuan.
f. Gangguan proses berfikir
g. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-
gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan
cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial.
Gejala-gejala pencetus respon biologis :
Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, kelelahan, infeksi, obat-obatan
sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkaulayanan kesehatan.
Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah
tangga,kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola
aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi
sosial,kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan,
kurangnya alat transportasi dan ketidak mampuan mendapatkan pekerjaan.
Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan
kendali diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan
6
gejala tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi
usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku
agresif, perilaku kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan ketidak
adekuatan penanganan gejala. Beberapa tanda dan gejala yang paling
sering ditemukan pada pasien-pasien Skizofrenia Hebefrenik adalah:
1. Waham: yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan
latar belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun
dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat ditangguhkan.
2. Halusinasi: gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia
dapat melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada
sumbernya. Halusinasi yang sering terdapat pada pasien adalah
halusinasiauditorik (pendengaran). Terkadang juga terdapat
halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan.
3. Siar pikiran: yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan
melalui alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat
dibaca oleh orang lain. Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa
dirinya dapat berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun
radio. Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh
pikiran atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain
2. 4. Jenis-Jenis Skizofrenia
Krapelin membagian skizofrenia menjadi beberapa jenis. Pembagiannya adalah
sebagai berikut:
1. Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam
jalannya penyakitnya. Skizofrenia hebefrenik dan katatonik sering lama-kelamaan
menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplex, atau gejala-gejala hebefrenik dan
katatonik bercampuran. Tidak demikian halnya dengan skizofrenia paranoid yang
jalannya agak konstan. Gejala-gejala yang mencolok adalah waham primer, disertai
dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Baru dengan pemeriksaan yang
teliti ternyata ada juga gangguan proses berfikir, gangguan afek, emosi dan
kemauan.
7
Jenis skizofenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun.Permulaannya
mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit
sering dapat digolongkan skizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri,
agak congkak dan kurang percaya pada orang lain.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauan dan adanyaderpesonalisasi atau double personality
Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-
kanakkan sering terdapatpada skizofrenia hebefrenik. Waham dan halusinasi
banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonik
Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta
sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik
atau Stupor katatonik penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali terhadap
lingkungannya. Emosinya sangat dangkal. Gejala yang penting adalah gejala
psikomotor seperti:
1. mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup
2. muka tanpa mimik, seperti topeng
3. stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yanglama, beberapa
hari, bahkan kadang-kadang sampai beberapa bulan
4. Bila diganti posisinya penderita menentang, negativism
5. Makan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul didalam mulut dan
meleleh keluar, air seni dan feses ditahan
6. Terdapat grimas dan katalepsi
Secara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita keluar dari keadaan stupor ini
dan gaduh gelisah katatonik. Terdapat hiperaktivitas motorik, tetapi tidak
disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan
luar
Penderita terus berbicara dan bergerak saja. Ia menunjukkan stereotipi,
manerisme, grimas dan neologisme. Ia tidak dapat tidur, tidak makan dan
minum sehingga mungkin terjadi
8
dehidrasi atau kolaps dan kadang-kadang kematian (karenakehabisan tenaga
dan terlebih bila terdapat juga penyakit badaniah: jantung, paru dan
sebagainya).
4. Skizofrenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utamapada jenis
simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses
berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat.
Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita
mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari
pegaulan.Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan
akhirnya menjadi penganggur.
5. Skizofrenia Residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya
satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kearah negative
yang lebih menonjol. Gejalanegatif terdiri dari kelambatan psikomotor, penurunan
aktivitas, penumpulan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan,
ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.
2.5. Psikofisiologi
a. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.
1. Tahap Comforting timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan
berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi
sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
2. Tahap Condeming timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi
selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang
lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik
diri (withdrawl).
3. Tahap Controling timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang
timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien
susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa
sangat kesepian atau sedih.
9
4. Tahap Conquering klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam
apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul
perilaku suicide.
b. Waham
Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yang umumnya
menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham kejaran,
hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal, merasa dirinya bau
dan homoseks. Tidak dijumpai gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara
intermitten. Onset biasanyapada usia pertengahan, tetapi kadang-kadang yang berkaitan
dengan bentuk tubuh yang salah dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya
sering dihubungkan dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada
kelompok minoritas. Terlepas dari perbuatan dan sikap berhubungan dengan wahamnya,
afek dan pembicaraan dan perilakuorang tersebut adalah normal. Waham ini minimal telah
menetap selama 3 bulan.
2.6. Diagnosis
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Diagnosis hebefrenia untuk
pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai
15-25 tahun). Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk
diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama
2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini
memang benar bertahan. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat
diramalkan, serta mannerism, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary) dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien dangkal (shallow)
dan tidak wajar (inappropriate),sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas
diri (self-satisfied),senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati
(loftymanner),tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda
gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases). Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling)
serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol
10
(fleeting and fragmentary delusion sand hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan
yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku
penderita memperlihatkan cirri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa
maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-
buat terhadapagama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersulit orang
memahami jalan pikiran pasien. Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia
tipe terdisorganisasi.
2.7. Pengobatan
Dalam pengobatan dengan obat psikofarmaka, yang penting diketahui adalah
bahwa cara pengobatan tersebut terutama mensupresi gejala-gejala yang manifest yang
disebut positive symptom dari skizofrenia.
Beberapa gejala yang dapat disupresi oleh obat adalah :
a. Kecenderungan untuk berkelahi (combativeness)
b. Aktivitas berlebihan (hyperactivity)
c. Ketegangan yang meninggi (tension)
d. Sikap permusuhan (hostility)
e. Halusinassif
f. Negativismag.
g. Gangguan tidur (Insomnia)
h. Manerisme
Dipihak lain ada sejumlah kondisi pada penderita skizofrenia yang sangat sulit diperbaiki
oleh obat :
a. Kurang pengertian diri
b. Kurang penilaian/pertimbangan wajar
c. Gangguan orientasid.
d. Gangguan daya ingat.
e. Gangguan perencanaan yang realisstik
f. Gangguan afek
g. Dorongan untuk mengulang tanpa sebab/alas anh.
h. Melukai diri
11
Dengan melihat kondisi dan gejala yang ada pada pasien kita dapat memberikan
obat anti-psikotik dengan rasional.
Pada dasarnya pengobatan dengan anti-psikotik terdapat beberapa prinsip :
a. Initial terapi (Terapi permulaan)Pemberian dosis yang cukup tinggi (loading dose)
yang dapat ditolerir oleh pasien. Biasanya pemberian dengan dosis yang tinggi,
dilakukan dirumah sakit.
b. Kontrol terapi (Terapi pengawasan) Setelah fase initial, dimana gejala-gejala yang
overt (terbuka) sepertihipeaktivitas, kecenderungan berkelahi, Insomnia dapat
diatasi maka pemberian obat diturunkan perlahan-lahan sampai dosis yang dapat
menekan gejala-gejala dengan side efek yang paling minimal.
c. Terapi pemeliharaan Setelah kedua fase tersebut dilalui biasanya tidak lebih lama
dari 8 minggu, pasien dapat memberikan dosis pemeliharaan yang biasanya cukup
rendah, tetapi bermanfaat untuk mencegah kambuhnya gejala-gejala akut. Pada
fase ini sebaiknya dilakukan juga “drug holiday” misalnya 1-2 hari tanpa obat
dalam sebulan. 1-2 minggu dalam 6 bulan dan 1-2 bulan dalam setahun. Drug
holiday ini berguna untuk mencegah terjadinya efek samping seperti tardive
dyskinesia.
Obat-obat yang dapat mensupresi gejala skizofrenia adalah antipsikosis :
a. Antipsikosis tipikal golongan fenotiazin seperti klorpromazin, flufenazin,
perfenazin, tioridazin, trifluperazin.
b. Antipsikosis tipikal golongan lain seperti klorprotiksen, droperidol,haloperidol,
loksapin, molindon, tioktiksen.
c. Antipsikosis atipikal seperti klozapin, olanzapin, rrisperidon, quetiapin,sulpirid,
ziprasidon, aripripazol, zotepin, amilsuprid.
2. 8. Prognosis
Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,
prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat
kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal
(sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan
12
perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai
dengan kekambuhan periodik dan ketidak mampuan berfungsi dengan efektif kecuali
untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia :
a. Keluarga
Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan
membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang
normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.
b. Inteligensi
Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan
lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.
c. Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien
(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi
mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan
efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di
beri obat Risperidone sertaClozapine.
d. Reaksi
Pengobatan Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap
obat lebih bagus perkembangan kesembuhan dari pada orang yang tidak bereaksi
terhadap pemberian obat.
e. Stressor Psikososial
Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunyai
dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau
dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu
dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka prognosisnya adalah negatif
atau akan bertambah parah.
f. Kekambuhan
penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.
g. Gangguan Kepribadian
Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit
disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yangsangat besar
terhadap kesembuhan.
h. Onset
13
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yanglambat dan
akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosisyang lebih baik.
i. Perjalanan penyakit
Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih
baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif danfase residual.
j. Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah
yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.
14
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa
pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia,
antaralain :“Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai
dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah
dungu,tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim”.
Skizofreniahebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif
yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi
yangbersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yangtidak
bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta umumnya maneurisme.
Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau“kacau balau” yang
ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dantertawa kekanak-kanakan,
yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan
gerakan-gerakan aneh, mengucapberulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik
diri secara ekstrim dari hubungan sosial. Skizofrenia hebefrenik adalah suatu
bentuk skizofreniadengan perubahan prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak
dapatdiramalkan, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan
prilakumenunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri,dan
ungkapan kata yang di ulang–ulang, proses pikir mengalami disorganisasidan
pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diripada individu.
Dari ketiga pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkanbahwa Skizofrenia
hebefrenik atau Skizofrenia disorganized adalah suatu gangguan yang yang
ditandai dengan regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, serta menarik diri
secara ekstrim dari hubungan sosial. Gangguan jiwa skizofrenia merupakan
gangguan jiwa yang berat dan gawat yangdapat dialami manusia sejak muda dan
dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia
(lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-
budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok
lanjut usia (lansia).
15
DAFTAR PUSTAKA
1. www.Scribd. com/mobile/doc/77516087/device_featureS. Diunduh
padatanggal 3 Juli 2012.
2. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri,
ed7, vol 1, Binarupa aksara, 1997.
3. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh dari
http/www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.
4. Departemen Kesehatan R.I. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik DepartemenKesehatan RI : Jakarta
5. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkasan dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
UnikaAtmajaya, Jakarta, 2001.
6. www.psikomedia.com/article/psikologi-klinis/1006/skizofrenia
7. Maramis. Ilmu Kedokteran Jiwa. Pusat Penerbitan dan Percetakan
AirlanggaUniversitas. Surabaya. 2009.
8. Prof. Dr. R. Kusumanto. Obat-Obat Yang Dipakai Dibidang Kesehatan
Jiwa Edisi II Yayasan Dharma Graha. Jakarta. 1984.9.
9. Setiabudy, rianto. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5 Gaya Baru. Jakarta
2007.
16
SKIZOFRENIA HEBEFRENIK
DISUSUN OLEH:
ASRI MAINI PUTRI
7109080012
PEMBIMBING:
dr.evalina sp.kj
KKS ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSJ PROV. SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UISU AL-MANAR
2013
DAFTAR ISI
17
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
BAB III PENUTUP..................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
18
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penyusun haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
penulis kenikmatan berupa iman dan islam disetiap nafas dalam menuntut ilmu ini. Tak
luput rasa syukur penulis kepada Allah SWT karena dengan izin-Nya penulis mampu
menyelesaikan makalah ini dengan judul “SKIZOFRENIA HEBEFRENIK”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir dalam mengikuti KKS
(Kepaniteraan Klinik Senior) SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA di RSJ PROV Sumatera
Utara.Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: dr.evalina
sp.kj
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Medan, November 2013
Penulis
19