skizofrenia paranoid

42
LAPORAN PSIKIAT I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. SN Jenis Kelamin : perempuan Usia : 44 tahun Alamat : Cilacap Suku Bangsa : Jawa Warga Negara : Indonesia Pendidikan :TAMAT SMP Status Pernikahan : Janda Pekerjaan : TKW Agama : Islam Tanggal Pemeriksaan : 19 November 2014 NRM : 72-88-97 No.Registrasi : 201411000081 1 |Aprilia ramandani jamin

description

status ujian

Transcript of skizofrenia paranoid

LAPORAN PSIKIAT

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SN

Jenis Kelamin : perempuan

Usia : 44 tahun

Alamat : Cilacap

Suku Bangsa : Jawa

Warga Negara : Indonesia

Pendidikan :TAMAT SMP

Status Pernikahan : Janda

Pekerjaan : TKW

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 19 November 2014

NRM : 72-88-97

No.Registrasi : 201411000081

Tanggal masuk : 02 November 2014

Riwayat Perawatan : Bangsal Dahlia

1 |Aprilia ramandani jamin

II. RIWAYAT PSIKIATRI

a. Keluhan Utama

Pasien ketakutan,memiliki sifat curiga kepada semua orang dan mendengar

bisikan.

b. Keluhan Tambahan

Ketika diajak berbicara tidak nyambung

c. Riwayat Gangguan Sekarang

Seorang pasien wanita berusia 44 tahun berasal dari Cilacap dijemput oleh

petugas bangsal dahlia di bandara Soekarno Hatta pada tanggal 02 November

2014. Pasien tidak tahu mengapa pasien dibawa ke RS POLRI karena pasien

merasa dirinya sehat. Menurut petugas, pasien ketika diajak berbicara tidak

nyambung dan memiliki sifat curiga kepada semua orang. Ketika sampai di RS

POLRI pasien merasa ada yang membisiki dan memberi perintah agar pasien kabur

dari RS.

Pasien mengaku kalau ia baru saja pulang dari Taiwan, pasien bekerja di

Taiwan selama 4 bulan 10 hari. Saat bekerja di Taiwan pasien mengaku kalau

majikan pasien tidak menyukai pasien karena pasien beragama muslim dan ketika

pasien diberi makanan,apa yang pasien makan harus dibayar.Sehingga pasien

menjadi takut apabila pasien di beri makanan.Majikan pasien tidak menyukai

pasien dan ingin mengganti pasien dengan orang Thailand.Ketika ada pemulangan

TKW pasien dipulangkan.

d. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki penyakit.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, dan rokok.

2 |Aprilia ramandani jamin

3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

Menurut pasien, pasien pernah mengalami gangguan seperti ini pada tahun

2007.Pasien pernah dirawat di RS Banyumas 15 hari karena mengamuk dan

ketakutan.Pasien juga pernah mengalami gangguan seperti ini pada tahun

2010 dan dirawat di RS POLRI karena pasien ketakutan,tidak mau makan dan

mendengar bisikan .

2007 2010 2014

Tahun2007 Tahun 2010 2 November 2014

-Pasien mengamuk-ngamuk di

rumah

-Ketakutan

-Stressor: Majikan

-Waham (+)

- Ketakutan dan curigaan

- Tidak mau makan kurang lebih

2 minggu

Stressor: Majikan memberi

makanan yang sudah dicampur

dengan kotoran anjing

-Halusinasi : Auditorik (+)

- Ketakutan dan curiga

- Diajak ngomong ga

nyambung

- Bermimpi diberi anak laki-

laki

- Stressor : Majikan suka

memukul dan setiap diberi

buah oleh majikan, pasien

disuruh membayar

- Halusinasi : auditorik (+)

- Waham Bizzare (+)

-Waham kejar ( + )

3 |Aprilia ramandani jamin

E. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir di Cilacap pada bulan semtember tahun 1970. Selama

kehamilan kondisi kesehatan ibu secara fisik baik namun dengan keterbatasan

ekonomi sehingga asupan nutrisi saat kehamilan tidak terjamin sedangkan

kesehatan mental cukup baik. Kehamilan berlangsung selama 9 bulan, jalan

persalinan normal, ditolong oleh dukun di rumah.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (0 - 3 tahun)

Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Selama masa ini, proses

perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan anak sebayanya. Pasien tidak

pernah mendapat sakit berat, demam tinggi, kejang ataupun trauma kepala.

Pasien tidak pernah mengalami kesulitan dalam pemberian makanan. Tidak

ada kelainan perilaku yang menonjol.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3 – 11 tahun)

Masa ini dilalui dengan baik, tumbuh kembang baik dan normal

seperti anak seusianya. Pasien tergolong anak yang baik, mudah bergaul,

sering mendengar kata orang tua. Pasien memiliki banyak teman di sekolah

maupun dirumah.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja

Pasien merupakan orang yang ramah, pasien bergaul dengan teman-temannya

dan pasien tidak pernah bertengkar.

5. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat Pendidikan

Pasien bersekolah tamat 3 SMP.Pasien tidak mau lagi bersekolah,

karena pasien ingin bekerja. Pasien merasa,pasien bukan murid yang

berprestasi.

4 |Aprilia ramandani jamin

b. Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja menjadi TKW sejak berusia 21 tahun (tahun 1991),

namun 4 tahun belakangan ini,pasien sering mendapat majikan yang tidak

baik.

Pada tahun 2010 pasien bekerja di Hongkong sebagai pembatu

rummah tangga selama 23 hari, pasien tidak betah karena pasien diberi

makanan yang sudah tercampur oleh kotoran anjing dan tidak boleh

menyalakan lampu dikamar.Pasien meminta pulang dan ketika sampai di

bandara soekarno hatta pasien kebingungan,ketakutan dan tidak bisa

mgomong.Oleh petugas BNP2TKI pasien dibawa ke RS.POLRI lalu dirawat

di bangsal dahlia selama 1,5 bulan lalu pasien dipulangkan kekampung

halaman.

Pada tahun 2014 pasien bekerja di Taiwan pembantu rumah tangga

selama 4 bulan 10 hari,pasien mendapatkan kekerasan (dipukul oleh majikan)

dan majikan ingin mengganti pasien dengan orang Thailand karena pasien

muslim.

c. Riwayat Pernikahan

Pasien menikah pada tahun 1998 dan memiliki 1 Orang anak

perempan. Namun 5 tahun menjalani rumah tangga, pasien bercerai

dengan suami pasien,menurut pasien suami pasien suka memukul dan

suka memarahi pasien.Pasien berpacaran 7 tahun dengan mantan

suami.Menikah dengan mantan suami sama-sama suka..

d. Riwayat Kehidupan Beragama

Pasien beragama Islam. Pasien menyatakan rajin dalam beribadah yaitu

sholat dan juga mengaji.

e. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.

5 |Aprilia ramandani jamin

f. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien mengaku berasal dari keluarga menengah ke bawah

6. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak keempat dari Sepuluh bersaudara. Bapak

kandung pasien bernama Alm. M. Satibi, ibu kandung bernama Alm. Siti

Halimah.Anak pertama pasien bernama Siti Murhayatun (55 tahun),anak

kedua bernama Mutasir (51 tahun), anak ketiga bernama Mahmudah (48

tahun),anak keempat(pasien 44 tahun), anak kelima bernama M. Basir (42

tahun), anak keenam bernama St Ngafiah (38 tahun), anak ketujuh bernama

Muhafitun (35 tahun), anak kedelapan bernama Nurfadilah (32 tahun), anak

kesembilan bernama Nurul ( 29 tahun) dan yang kesepuluh bernama Junaidi

(27 tahun) Pasien hidup rukun bersama saudara kandung pasien. Pasien tidak

pernah bertengkar dengan keluarga pasien.Pasien memiliki anak perempuan

berusia 14 tahun.

Genogram

Keterangan :

: Pasien

7. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien mengsku bahwa dirinya adalah pribadi yang periang,ramah

sama teman, suka membantu teman yang kesusahan.

6 |Aprilia ramandani jamin

8. Impian, Fantasi, dan Cita-cita Pasien

Pasien mengaku ingin menjadi pekerja sukses, berkah, banyak rezeki

dan ingin menyekolahkan anak hingga menjadi dokter.Pasien ingin

membangun rumah tangga lagi.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Seorang wanita 44 tahun, penampilan fisik sesuai dengan usianya,

bentuk tubuh kurus tinggi, rambut ikal pendek dan berwarna hitam, kulit

kecoklatan. Kebersihan dan perawatan diri pasien baik.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Sebelum wawancara pasien tampak tenang, ketika wawancara pasien

kooperatif dan fokus sehingga dapat menjawab pertanyaan. Pasien tidak

terlihat mengalami peningkatan psikomotor

3. Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien bersikap Kooperatif dan tenang

B. Mood dan Afek

1. Mood : Hipertim

2. Afek : Serasi

3. Empati : Dapat diraba rasakan oleh pemeriksa

C. Pembicaraan

Respon menjawab bagus, bisa bercerita, volume suara cukup.

D. Gangguan Persepsi

7 |Aprilia ramandani jamin

Halusinasi : Halusinasi auditorik (pasien mendengar suara

bisikan yang tidak diketahui asalnya dan

memerintahkan pasien agar keluar dari bangsal

Dahlia)

Ilusi : Tidak ada

Depersonalisasi : Tidak ada

Derealisasi : Tidak ada

E. Pikiran

1. Proses Pikir/Bentuk Pikir

Produktivitas : Baik, pasien menjawab secara spontan bila

diajukan pertanyaan

Kontinuitas pikiran : tidak terganggu

Hendaya berbahasa : Tidak ada

Tidak ditemukan gangguan proses pikir

2. Isi Pikir

Preokupasi : Majikan

Waham :

Waham bizarre (Pasien pernah bermimpi di beri bayi oleh PT dan

pasien meyakini mimpi itu adalah sebuah rezeki)

Waham kejar (Pasien merasa takut dan memiliki sifat curiga

kepada semua orang.

Obsesi kompulsi : tidak ada

Fobia : tidak ada

Ide bunuh diri : tidak ada

F. Kesadaran dan Kognisi

8 |Aprilia ramandani jamin

1. Taraf Kesadaran dan Kesigapan

Pasien dalam keadaan kompos mentis

2. Orientasi

Waktu:baik (pasien dapat menyebutkan hari, tanggal, bulan)

Tempat: baik (pasien mengetahui tempat pasien berada saat

wawancara dan letak rumah pasien)

Orang: baik (pasien dapat menyebutkan nama orang-orang di sekitar

pasien

3. Daya Ingat

Jangka panjang : baik.(Pasien ingat masa kecilnya).

Jangka sedang : baik. (pasien masih ingat hal-hal yang

membawa pasien datang ke rumah sakit dan

orang-orang yang mengantar pasien ke rumah

sakit)

Jangka pendek : baik (pasien ingat akan menu makan paginya)

Segera : baik (pasien dapat mengulang kata-kata

pemeriksa)

4. Konsentrasi dan Perhatian

Kooperatif dan ide-ide cukup

5. Kemampuan Membaca dan Menulis

Baik. Pasien dapat membaca dan menulis sesuai permintaan.

6. Kemampuan Visuospasial

Baik. Pasien dapat berjalan dengan baik tanpa menabrak benda-benda

yang ada disekelilingnya.

7. Pikiran Abstrak

Baik,pasien dapat mendefinisikan istilah “berakit – rakit kehulu,berenang

- renang ketepian”.

9 |Aprilia ramandani jamin

8. Kemampuan Menolong Diri Sendiri

Baik (pasien dapat makan, minum, mandi, dan mencuci baju sendiri).

G. Pengendalian Impuls

Kemampuan mengendalikan impuls cukup baik (Pasien tidak marah bila pada

saat sesi wawancara ada pasien lain yang bertanya kepada pewawancara).

H. Daya Nilai dan Tilikan

1. Daya Nilai Sosial: baik (pasien mudah bergaul, tetapi pasien memiliki

sifat periang).

2. Uji Daya Nilai: baik (pasien tidak membuang sampah pada tempatnya)

3. Penilaian Realita: baik (pasien menyadari kenyataan yang sesungguhnya

pada diri dan lingkungannya, tidak ada waham maupun halusinasi lagi)

4. Tilikan: pasien tergolong pada tilikan derajat Ipasien menyangkal

dirinya sakit.

I. Taraf Dapat Dipercaya

Pemeriksa memperoleh kesan secara keseluruhan jawaban pasien dapat

dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Kompos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 86x / menit

Suhu : 36.5°C

Pernafasan : 18 x/menit

Mata : Mata kanan dan mata kiri normal

Hidung : Tidak ada keluhan

Mulut : Dalam batas normal

Bentuk badan : Normal

10 |Aprilia ramandani jamin

Sistem kardiovaskular: bunyi janyung I-II reguler; gallop (-); murmur (-)

Sistem respiratori : gerak dada selama napas normal dan

simetris;vesikuler +/+, Ronchi -/-, wheezing -/-

Sistem gastrointestinal : supel; bising usus (+) normal; nyeri tekan (-);

timpani

Sistem muskuloskeletal: dalam batas normal

Sistem urogenital : tidak diperiksa

Sistem dermatologi : dalam batas normal

Kelainan khusus lainnya: tidak ditemukan kelainan

B. Status Neurologik

Saraf kranialis : dalam batas normal

Mata : dapat mengikuti gerakan tangan pemeriksa

Pupil : pupil bulat isokor 3mm / 3mm; refleks cahaya langsung +/+, tidak

langsung +/+

Pemeriksaan oftalmoskopik : tidak dilakukan

Motorik : 5555 5555

5555 5555

Sensorik : Dalam batas normal

Refleks fisiologis : Dalam batas normal

Refleks patologik : -

Sistem vegetatif : BAB/BAK normal

C. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak dilakukan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

11 |Aprilia ramandani jamin

Seorang pasien berusia 44 tahun dijemput petugas Bangsal Dahlia RS POLRI

pada tanggal 02 November 2014 karena ketika diajak berbicara tidak

nyambung,curiga pada semua orang dan ketakutan.

Pasien menikah tahun 1998 dan bercerai tahun 2003

Pasien merupakan seorang TKW di Taiwan selama 4 bulan 10 hari sebagai

pembantu rumah tangga.

Pasien bekerja sebagai TKW atas kemauan sendiri guna membantu

perekonomian keluarganya.

Pasien mengaku sering mendapat kekerasan oleh majikan, disuruh bayar jika

mendapatkan buah,bisikan yang tidak dia ketahui asalnya dan pasien pernah

bermimpi diberi anak.

Pasien dipulangkan oleh majikannya karena pasien muslim.

Tilikan pasien derajat 1,dimana pasien menyangkal apabila dirinya sakit dan

taraf dapat dipercaya.

Sering dimarahi dan disuruh bayar jika diberi buah oleh majikan, menjadi

stressor dari gangguan pada pasien tersebut.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan pada pasien ini

ditemukan adanya pola perilaku ,pikiran dan perasaan yang secara klinis bermakna

dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya ( disability) dalam fungsi

pekerjaan dan social.Oleh karena itu,dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami

gangguan jiwa sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.

Diagnosis Aksis I

Pada pasien ini tidak ditemukannya riwayat medis,trauma kepala,serta

penggunaan zat psikoaktif sebelumnya.Pada pemeriksaan fisik dan fungsi

intelektual juga tidak didapatkan kelainan sehingga diagnosis gangguan

12 |Aprilia ramandani jamin

mental organic maupun gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif

dapat disingkirkan.

Berdasarkan hierarki diagnosis gangguan jiwa pada PPDGJ III,maka pada

ikhtisar penemuan bermakna pasien termasuk Skizofrenia paranoid

(F.20.0) .Dari gambaran klinis dan status mental didapatkan:

a.Psikiatri : terganggu

b.Mood : Hipertim

c.Afek : serasi

d.Empati : dapat diraba rasa

e.Gangguan persepsi : halusinasi auditorik +

f.Gangguan pikiran : waham bizzare dan waham kejar ( + )

g.Tilikan : derajat 1

Aksis II digunakan untuk menuliskan gangguan kepribadian dan retardasi

mental. Pada pasien ini ditemukan kecenderungan kepribadian

paranoid.

Aksis III digunakan untuk menuliskan tiap gangguan fisik atau kondisi medik

umum disamping gangguan mental. Pada pasien ini belum

didapatkan diagnosis.

Aksis IV digunakan untuk memberi kode pada masalah psikologis dan

lingkungan yang secara bermakna berperan pada perkembangan

atau eksaserbasi gangguan sekarang. Pada pasien ini stressor

diperkirakan berhubungan dengan masalah sosio ekonomi dan

“Primary support group”.

Aksis V GAF 70-61; beberapa gejala ringan menetap, disabilitas ringan dalam

fungsi secara umum masih baik.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

13 |Aprilia ramandani jamin

Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Aksis II : keperibadian paranoid

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Majikan suka memarahi dan disuruh membayar jika mendapatkan

buah

Aksis V : GAF 70-61; beberapa gejala ringan menetap, disabilitas ringan dalam

fungsi secara umum masih baik.

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

XI. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka

Inj zyprexa kalau perlu

Seroquel 1 x 300 mg

X.TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

Pada pasien ini didiagnosis sebagai F.20.0 Skizofrenia paranoid.Hal ini dikarenakan

pada pasien ditemukan adanya karakteristik menurut PPDGJ-I meliputi:

Pedoman diagnostic Pada pasien

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis

skizofrenia

terpenuhi (waktu

lebih dari 1

bulan)

Halusinasi dan atau waham harus menonjol

a. suara-suara halusinasi yang mengancam

pasien atau memberi perintah, atau halusinasi

terpenuhi

14 |Aprilia ramandani jamin

auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

pluit, mendengung, atau bunyi tawa

b. halusinasi pembauan atau pengecapan

rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain

perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin

ada tetapi jarang

c. waham hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan, dipengaruhi, atau passivity, dan

keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,

adalah yang paling khas

tidak terpenuhi

tidak terpenuhi

Gangguan Afektif, dorongan kehendak dan

pembicaraan, serta gejala katatonik secara

relatif tidak menonjol

Tidak terpenuhi

Kata skizofrenia pertama kali diidentifikasi pada 1908 oleh ahli psikiatri

Swiss, Eugen Bleuer, untuk mendeskripsikan sekumpulan gangguan mental yang

dikarakteristikkan sebagai pikiran (phrenia) yang pecah (schizo).

Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan

mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh

kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia merupakan

diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang ditandai oleh

kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi persepsi dapat

mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan

sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi

paranoid atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir dengan disfungsi sosial atau

pekerjaan yang signifikan. Timbulnya gejala biasanya terjadi pada dewasa muda,

dengan sekitar 0,4-0,6% dari populasi yang terkena. Diagnosa didasarkan pada yang

15 |Aprilia ramandani jamin

dilaporkan sendiri pasien pengalaman dan perilaku yang diamati. Tidak ada tes

laboratorium untuk skizofrenia saat ini ada.

Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses

psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting; beberapa obat rekreasi

dan resep tampak menyebabkan atau memperburuk gejala. Penelitian psikiatri saat ini

difokuskan pada peran neurobiologi, tapi tidak ada penyebab organik tunggal telah

ditemukan. Sebagai hasil dari kombinasi banyak kemungkinan gejala, ada perdebatan

tentang apakah diagnosis merupakan suatu kelainan tunggal atau sejumlah sindrom

diskrit. Untuk alasan ini, Eugen Bleuler disebut penyakit schizophrenias (jamak)

ketika ia menciptakan nama itu. Meskipun etimologinya, skizofrenia adalah tidak

sama dengan gangguan identitas disosiatif, sebelumnya dikenal sebagai gangguan

kepribadian ganda atau kepribadian ganda.

Peningkatan dopamin aktivitas di jalur mesolimbic otak secara konsisten

ditemukan pada individu skizofrenia. Andalan pengobatan obat antipsikotik, obat

jenis ini terutama bekerja dengan menekan aktivitas dopamin. Dosis antipsikotik yang

umumnya lebih rendah daripada di dekade awal penggunaan mereka. Psikoterapi, dan

rehabilitasi kejuruan dan sosial juga penting. Dalam kasus yang lebih serius - di mana

ada resiko untuk diri dan orang lain - rawat inap paksa mungkin diperlukan,

walaupun tetap rumah sakit kurang sering dan untuk waktu yang lebih pendek

daripada mereka di masa sebelumnya.

PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III) menempatkan skizofrenia pada kode F20.

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis

atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai

dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,

serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran

16 |Aprilia ramandani jamin

yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap

terpelihara. Walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Kriteria Diagnostik Skizofrenia

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan

biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau

kurang jelas):

a. - “thought echo”= isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isnya sama

namun kualitasnya berbeda

- “thought insertion or withdrawl” yaitu isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar dirinya

- “thought broadcasting” yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya.

b. - “delusion of control” yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu

kekuatan tertentu dari luar

- “ delusion of influence yaitu waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekutan tertentudari luar atau

- “ delusion of passivity” yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang “dirinya” secara jelas merujuk

ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau pengindraan khusus)

- “delusional perception” yaitu pengalaman indrawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat)

c. Halusinasi Pendengaran

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

pasien atau;

17 |Aprilia ramandani jamin

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai

suara yang berbicara) atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d. Waham-waham menetap jenis lainnya menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau

politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya

mampu

mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (over-value ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap

hari selama berminggu atau berbulan-bulan terus menerus

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme.

c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme

dan stupor

d. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan mennurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak disebabkan

depresi atau neuroleptika

18 |Aprilia ramandani jamin

3 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama

kurun waktu selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku

untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)

4 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek

Perilaku pribadi (personal behaviour)

Bermanifestasi sebagai hilangnya minat,

Hidup tak bertujuan tidak berbuat sesuatu,

Sikap larut dan dalam diri sendiri (self-absorbed attitude),

Penarikan diri secara sosial.

Skizofrenia Paranoid 

Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia Sebagai tambahan : Halusinasi dan

atau waham harus menonjol : 

(a)Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau

halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau

bunyi tawa. 

(b)Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain

perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol. 

(c)Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion

of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of

passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling

khas. 

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik

secara relatif tidak nyata / menonjol. Pasien skizofrenik paranoid biasanya

berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika

mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir

usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapat

19 |Aprilia ramandani jamin

membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung

lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid

menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional,

dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik. 

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak

ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik

paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam

situasi sosial. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis

mereka dan tetap intak. 

PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

TERAPI BIOLOGI

Penggunaan Obat Antipsikosis

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.

Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang

terjadi pada Skizofrenia.

Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan

obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.

Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-

obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat

antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik typikal, antipsikotik atypical dan

Clozaril (Clozapine).

a. Antipsikotik Tipikal

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik tipikal.

Walaupun sangat efektif, antipsikotik tipikal sering menimbulkan efek samping yang

serius. Contoh obat antipsikotik tipikal antara lain :

1. Haldol (haloperidol)

20 |Aprilia ramandani jamin

2. Stelazine ( trifluoperazine)

3. Mellaril (thioridazine)

4. Thorazine ( chlorpromazine)

5. Navane (thiothixene)

6. Trilafon (perphenazine)

7. Prolixin (fluphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik tipikal,

banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaanantipsikotik atipikal.

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotik tipikal).

Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan)

yang pesat menggunakan antipsikotik tipikal tanpa efek samping yang

berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan

pemakaian antipskotik tipikal.

Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler.

Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama

(long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot

formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan

terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan.

Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada antipsikotik

atipikal.

b.Antipsikotik Atipikal

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya

berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan

antipsikotik tipikal.

Beberapa contoh antipsikotik atipikal yang tersedia, antara lain :

Risperdal (risperidone)

21 |Aprilia ramandani jamin

Seroquel (quetiapine)

Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani

pasien-pasien dengan Skizofrenia.

Clozaril

Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik

atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien

yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional.

Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi

sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril

dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk

melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus

memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli

merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat

antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

No Nama Generik Sediaan Dosis

1. Klorpromazin Tablet 25 dan 100 mg

Injeksi 25 mg/ml 150 – 600 mg/hari

2. Haloperidol Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg

Injeksi 5 mg/ml 5 – 15 mg/hari

3. Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 – 24 mg/hari

4. Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 – 15 mg/hari

5. Flufenazin dekanoat Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu

6. Levomeprazin Tablet 25 mg

Injeksi 25 mg/ml 25 – 50 mg/hari

7. Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 mg 10 – 15 mg/hari

8. Tioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150 – 600 mg/hari

22 |Aprilia ramandani jamin

9. Sulpirid Tablet 200 mg

Injeksi 50 mg/ml 300 – 600 mg/hari 1 -

4 mg/hari

10. Pimozid Tablet 1 dan 4 mg 1 – 4 mg/hari

11. Risperidon Tablet 1, 2, 3 mg 2 – 6 mg/hari

Cara penggunaan

• Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klnis) yang

sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.

• Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan

dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.

• Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang

sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat

psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya

dimana profil efek samping belum tentu sama.

• Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat

antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek

sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

• Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

a. Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

b. Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

c. Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

d. Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu

kualitas hidup pasien.

• Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai

dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) →dievaluasi setiap 2 minggu dan

bila perlu dinaikkan →dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)

→ diturunkan setiap 2 minggu → dosis maintanance →dipertahankan 6 bulan sampai

23 |Aprilia ramandani jamin

2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu) → tapering off (dosis diturunkan tiap

2-4 minggu) → stop

• Untuk pasien dengan serangan sndroma psikosis multi episode terapi pemeliharaan

dapat diberikan paling sedikit selama 5 tahun.

• Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah

dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

• Pada umumnya pemberian oabt psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan

sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis

reaktif singkat penuruna obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun

waktu 2 minggu – 2 bulan.

• Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun

diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil

sekali.

• Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu:

gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini

akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg

IM dan tablet trihexypenidil 3×2 mg/hari)

• Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak

mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.

Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan

menjadi 1 cc setap bulan. Pemberian anti psikosis long acting hanya untuk terapi

stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizopfrenia.

• Penggunaan CPZ injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu

peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya

dengan injeksi nor adrenalin (effortil IM)

Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan tablet

trihexyphenidyl 3-4×2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari

24 |Aprilia ramandani jamin

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita

Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal

dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.Biasanya obat

antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum

diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para

ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih

lama pada Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting

untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang

penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh

obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis

menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain

yang efek sampingnya lebih rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat

mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2-

4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.

Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai

anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan

obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik tipikal dapat diganti dengan

antipsikotik atipikal atau antipsikotik atipikal diganti dengan antipsikotik

atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila

terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun

setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti

minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli

merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat

25 |Aprilia ramandani jamin

obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya.

Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh

total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu

diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering

kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat

penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin

masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek

samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan

kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan

akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah

tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat

antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk

mencegah atau mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi

pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace.

Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan

dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan

antipsikotik tipikal mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti

antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual,

sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan

tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif

terendah atau mengganti dengan antipsikotik atipikal yang efek sampingnya lebih

sedikit.

Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang

26 |Aprilia ramandani jamin

memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik

atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome,

dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat

menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini

membutuhkan penanganan yang segera

Pembahasan pasien

Pasien wanita berusia 44 tahun dijemput petugas Bangsal Dahlia RS POLRI

pada tanggal 02 November 2014 karena ketika diajak berbicara tidak

nyambung,curiga pada semua orang dan ketakutan di bandara Soekarno Hatta.Pasien

mengaku dipulangkan oleh majikan karena majikan tidak suka dengan pasien.Pasien

bekerja di Taiwan selama 4 bulan 10 hari.Selama bekerja pasien sering mendapat

perlakuan kasar dari majikan dan ketika diberi buah, pasien disuruh membayarPasien

suka mendengar bisikan.

27 |Aprilia ramandani jamin

DAFTAR PUSTAKA

https://shafamedica.wordpress.com/2011/12/17/penatalaksanaan-skizofrenia/

Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilak Psikiatri

Klinis, Edisi ketujuh, Jilid satu. Binarupa Aksara, Jakarta 2010.

Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Editor Dr, Rusdi

Maslim. Jakarta 2013.

Maslim R, Panduan Praktis Penggunaan Klini, Obat Psikotropik. Edisi 3. Jakarta: 2007

28 |Aprilia ramandani jamin