SKI
-
Upload
rezki-hedianti -
Category
Documents
-
view
51 -
download
0
Transcript of SKI
DAULAH BANI ABBASIYAH 1 DAN 2
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Kebudayaan Islam
Dosen Pengampu : Herawati
Disusun oleh :
1. Yuliani Afitasari (106800)2. Erwin Fertina (106800 )3. Anis Arzia Muntiani (10680048)4. Tusfiyatul Aimmah (106800 )5. Haibatun Nisa’ (106800 )6. Agus Suroto (10680034)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2010
0
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: �اسدين ,العّب al-Abbāsidīn) adalah
kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini
berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan
dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya
dari Bani Umayyah dan menundukan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah ini
didirikan oleh Abdullah As Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Dia dilahirkan
di Humaimah pada tanggal 3 Rabiul Awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung
dari tahun 750 – 1258 M.
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan di seluruh negeri. Pemberontakan yang paling dasyat
dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara pasukan Abdul Abbas
melawan pasukan Marwan bin Muhammad (Dinasti Umayyah). Yang akhirnya di menangkan oleh
pasukan Abdul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah
dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.
Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti akan tetapi
lebih dari itu adalah pergantian struktur sosial dan ideologi. Sehingga dapat dikatakan kebangkitan
Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi. Sebelum Bani Abbasiyah berdiri, terdapat tiga
tempat yang menjadi pusat kegiatan kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain
mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan
keluarga besar paman Nabi SAW yaitu Abbas bin Abdul Muthalib.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang menjadi latar belakang berdirinya kekuasaan Bani Abbasiyah?
b. Siapa saja Khalifah yang pernah memimpin Daulah Bani Abbasiyah?
c. Bagaimanakah sistem pemerintahan, politik dan negara pada masa Bani Abbasiyah 1dan 2?
d. Bagaimanakah masa kejayaan Bani Abbasiyah dan peradaban serta perkembangan bagi
Islam?
1
PEMBAHASAN
1. AWAL BERDIRINYA BANI ABBASIYAH
Pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Bani Umayyah yang
telah runtuh di Damaskus. Di namakan Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Daulah ini
adalah keturunan dari Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu paman Rasulullah SAW yang termuda. Bani
Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul
Aziz (717-720 M) berkuasa. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah
Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk
menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua
fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Propaganda dikirim ke
seluruh pelosok negara dan mendapat pengikut yang banyak terutama dari golongan-golongan yang
merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah
Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya
inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan
rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam
gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian
cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas
singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum
Syiah dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian
memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang
waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu
sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada
bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan
maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan,
dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah
penggantinya Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad.
Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih
2
dari lima abad lamanya mulai dari tahun 132-656 H atau 750-1528 M. Imperium ini dikenal dengan
nama Daulah Abbasiyah. Di antara tokoh pendiri Daulah Bani Abbasiyah ialah :
1.Muhammad bin Ali
2. Ibrahim bin Muhammad bin Ali
3. Abu Abbas As Shaffah
4. Abu Ja’far Al Mansur
5. Abu Muslim Al Khurasani
2. KHALIFAH – KHALIFAH YANG MEMBAWA BANI ABBASIYAH PADA PUNCAK
KEEMASAN
a. Abu Abbas As Shaffah, pendiri dinasti ini, sangat singkat, yaitu tahun 750 – 754 M.
b. Abu Ja’far Al Manshur (754 - 775 M)
c. Muhammad bin Abi Ja’far Al Manshur Al Mahdi (775 – 785 M)
d. Musa bin Muhammad Al Hadi (775 – 786 M)
e. Harun bin Muhammad Ar Rasyid (786 – 809 M)
f. Al Ma’mun, putra Harun Ar Rasyid (813 – 833 M)
g. Al Mu’tashim (833 – 842 M)
h. Al Wasiq (842 – 847 M)
i. Al Mutawakkil (847 – 861 M)
3. SISTEM PEMERINTAHAN DAN POLITIK ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH 1
DAN 2
Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah,
dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
al-AbbasRahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang
waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M).Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas
menjadi lima periode:
1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia
pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
3
3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk
dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari
bangsa Mongol.
Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik. Menurut
pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada pemerintahan adalah berasal
dari Allah, bukan dari rakyat sebagaimana di aplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman
Khulafaurrasyidin.Pada zaman Abbasiyah ini pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yang dijalankan oleh
Daulah Abbasiyah I antara lain :
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari
keturunan persia dan kaum mawalli.
b. Kota Baghdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik,
ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan
penganut agama lain.
c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang penting dan mulia, serta menjadi sesuatu
yang harus dikembangkan.
d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya.
e. Para menteri keturunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam
pemerintah.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara
politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama
sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun
setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik,
meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
4
Selanjutnya periode dua, tiga dan empat kekuasaan Politik Abbasiyah mulai mengalami
penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian
(kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat , kecuali pengakuan
politik saja . Panglima di daerah sudah berkuasa di daerahnya ,dan mereka telah mendirikan atau
membentuk pemerintahan sendiri misalnya saja munculnya Daulah-Daulah kecil, contoh; daulah
Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol, Daulah Fatimiyah .
Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang dilakukan oleh para
Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan dari kemungkinan
adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu : pertama, tindakan keras terhadap Bani
Umayah dan kedua pengutamaan orang-orang turunan persi.
Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu
oleh seorang wazir (perdana mentri) atau yang jabatanya disebut dengan wizaraat .
Sedangkan wizaraat itu dibagi lagi menjadi 2 yaitu:
1) Wizaraat Tanfiz (sistem pemerintahan presidentil ) yaitu wazir hanya sebagai
pembantu Khalifah dan bekerja atas nama Khalifah.
2) Wizaaratut Tafwidl (parlemen kabimet) yaitu wazir yang berkuasa penuh untuk
memimpin pemerintahan, Sedangkan Khalifah sebagai lambang saja .
Pada kasus lainnya fungsi Khalifah sebagai pengukuh Dinasti-Dinasti lokal sebagai gubernurnya
Khalifah.
Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan
sebuah dewan yang bernama diwanul kitaabah (sekretariat negara) yang dipimpin oleh seorang
raisul kuttab (sekretaris negara). Dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu
beberapa raisul diwan (menteri departemen-departemen). Tata usaha negara bersifat sentralistik
yang dinamakan an-nidhamul idary al-markazy.
Selain itu, dalam zaman daulah Abbassiyah juga didirikan angkatan perang, amirul
umara, baitul maal, organisasi kehakiman. Selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya.
4. PERADABAN DAN KEBUDAYAAN PADA MASA BANI ABBASIYAH 1 DAN 2
Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan
Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas
sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang
5
pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu,
lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal
dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu
agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar
daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-
masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya
berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa
pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil
ulama ahli ke sana.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan
berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah
universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan
berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai
bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal,
yaitu:
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani
Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara
efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat
di bidang pemerintahan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan
ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika
dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam
banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-
Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-
karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-
6
Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang
filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah
adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di
bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dari gerakan ini muncullah
tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain ;
a. Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina, al-Ghazali,
Ibnu Rusyid.
b. Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan , Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra ,Ar-Razi.
c. Bidang Matematika: Umar al-Farukhan , al-Khawarizmi.
d. Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil
menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara
lain :
1. Ilmu Umum
a.Ilmu Filsafat
1) Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
2) Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
3) Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
4) Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5) Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa,
Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
6) Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al
Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dll
7) Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful
Afillah dll.
b. Bidang Kedokteran
1) Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2) Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai
penterjemah bahasa asing.
3) Thabib bin Qurra (836-901 M)
7
4) Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan
campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c. Bidang Matematika
1) Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
2) Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
d. Bidang Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal
dalam perbintangan ini seperti :
1) Al Farazi : pencipta Astro lobe
2) Al Gattani/Al Betagnius
3) Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
4) Al Farghoni atau Al Fragenius
e. Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik,
seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
2. Ilmu Naqli
a. Ilmu Tafsir
Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy
(wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin
Ishak dan lain-lain
b. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H),
Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At
Tarmidzi, dan lain-lain
c. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakan
ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf,
Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali
d. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H).
Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H). Karangannya :
Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.
e. Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih
mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan
8
faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah (Hasjmy, 1995:276-278).
3. Perkembangan Sastra dan Bidang Kesenian Lain
Dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan kontroversial di negeri Arab, muncul beberapa
tulisan orisinal paling awal tentang sastra Arab. Penulis karya sastra Arab adalah orang yang berasal
dari berbagai etnis, serta merta diterapkan disiplin ilmu seperti filologi, linguistik, leksikografi, dan
tata bahasa sekalipun telah melahirkan beberapa sarjana keturunan non-Arab. Al-Jawhari, yang
kamusnya disusun secara alfabetis dari huruf terakhir tiap kata.
Sastra Arab dalam pengertian yang sempit, yakni adab, mulai dikembangkan oleh Al-Jahiz.
Salah satu ciri khas penulisan prosa pada masa itu adalah kecenderungan respon atas pengaruh
Persia, untuk menggunakan ungkapan-unkapan hiperbolik dan bersayap. Masa ini juga menyaksikan
munculnya bentuk baru sastra, yaitu maqamah. Badi al-Zaman al-Hamadzani dikenal sebagai
pencipta maqamah, sejenis anekdot dramatis yang substansinya berusaha dikesampingkan oleh
penulis untuk mengedepankan kemampuan puitis, pemahaman dan kefasihan bahasanya. Sebagai
contoh, kisah-kisah bebahasa Spanyol dan Italia yang bernuansa realis atau kepahlawanan
memperlihatkan kedekatan yang jelas dengan mahqamah Arab.
Tidak lama sebelum pertengahan abad ke-10, draf pertama dari sebuah karya yang kemudian
dikenal dengan Alf Laylah wa Laylah (Seribu Satu Malam) disusun di Irak. Ini adalah karya Persia
klasik, berisi beberapa kisah dari India. Karakteristiknya yang beragam telah mengilhami lahirnya
ungkapan konyol para kritikus sastra modern yang memandang kisah “Seribu Satu Malam” sebagai
kisah-kisah Persia yang dituturkan dengan cara Buddha oleh ratu Esther kepada Haroun Alraschid di
Kairo selama abad ke-14 Masehi. Kisah ini menjadi begitu populer di kalangan masyarakat Barat,
karena telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa di belahan bumi Eropa serta pencetakan
berulang-ulang. Selain prosa-prosa tersebut, juga terdapat beberapa puisi klasik, contohnya Abu
Nawas yang mampu menyusun lagu terbaik tentang cinta dan arak.
Dengan kata lain dan mengambil secarik garis merah pada masa Dinasti Abbasiyah, dan penulisan
sastra pada masa-masa lainnya, pada dasarnya bersifat subjektif dan teritorial, sarat dengan warna
lokal, namun tidak mampu menembus batasan tempat dan waktu sehingga tidak memperoleh tempat
di tengah-tengah generasi penyair dari setiap zaman dan tempat.
4. Dalam bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam masa
inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, aitu tafsir bir ra’i
9
dan tafsir bil ma’tsur .
Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan
hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang
namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya
Zaid bin Ali (w.122 H/740 M)yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakimagung yang pertama
adalah Abu Hanifah (w.150/767).meskidiangap sebagai pendiri madzhab hanafi,karya-karyanya
sendiri tidakada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh alAkbar (terutama berisi
artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya
terselamatkankarena ditulis oleh para muridnya.
10
KESIMPULAN
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan
al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas.
Pada periode pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa keemasannya.Secara politis,
khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus.
Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun
setelah periode ini berakhir pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik
meskipun filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih
memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke
Bagdad.
Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa
Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat
sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Dia menciptakan
tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, dia juga menbentuk
protokol Negara, sekertaris, dan kepolisian Negara disamping membenahi angkatan bersenjata.
Jawatan pos yang sudah ada ditingkatkan peranannya dari mengatar surat sampai menghimpun
seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.
Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa
Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam
bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun
lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya
perpustakaan dan akademi.
Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd.
Al-Farabi menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap
11
filsafat Aristoteles. Ibnu Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat diantaranya adalah As-
Syifa'.
DAFTAR PUSTAKA
1. So’yub, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiyah 1. Jakarta : Bulan Bintang, 1977
2. So’yub, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiyah 2. Jakarta : Bulan Bintang, 1977
3. Yatim, Badri Dr, M.A. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta :
Raja GrafindoPersada.
4. http://afirmanto.blogspot.com/2010/04/peradaban-islam-pada-masa-daulah-bani.html
5. http://supriyadie.multiply.com/journal/item/45
6. http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/islam-pada-masa-daulah-bani- abbasiyah/
7. http://dikot.blogspot.com/2009/11/daulah-bani-abbasiyah.html s1as1asw11 8. http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah
12