SKETSA KEHIDUPAN SOEKIRMAN, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT by dr. Rudi Pekerti, MPH
description
Transcript of SKETSA KEHIDUPAN SOEKIRMAN, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT by dr. Rudi Pekerti, MPH
SKETSA KEHIDUPAN SOEKIRMAN
MELEBUR KASIH,
MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Penulis:
Rudi Pekerti
Hellen Keller International
September 2006
ii
Sketsa Kehidupan Soekirman
MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
“Helen Keller International”
Jakarta, September 2006
Penulis:
Rudi Pekerti
Penyunting isi:
Sandjaja, Idrus Jus’at, Moesijanti Soekatri
Desain dan Produksi:
Citra Indonesia
Fotografer: Fendi Siregar
Dokumentasi Foto: Pribadi Soekirman
Cetakan Pertama, September 2006
Sketsa Kehidupan Soekirman
MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
130 hlm; 13 x 19,6 cm
buku ini
dipersembahkan kepada
siapa saja
yang merasa terpanggil
dan bertanggung jawab
untuk mensejahterakan rakyat
melalui upaya
perbaikan gizi dan
kesehatan masyarakat
iii
Doa
Dari Baureno, aku menjejak.semua kasih tertumpah,
meminum tanah rencong aku mengabdi,untuk Mu, junjunganku.
Yo, Cah Alit, doaku menyapapesona kelu matamu,mengapa nyanyian gelakmu tiada.
Kau bebaskan semesta nuraniku dalam diam, berbagi cakap manusiawi
saling mengubah ketidak - tahuan
Peluh ini hanya ucapan kasihMubiar tak lekang usia,mengubah kemiskinan
menaburkan hati, rasa, nilai, asriuntuksemua
yang tercinta,menjangkau matahari,
membeningkan siswa, nusantara, sesama
rudi pekerti, 16 September 2006
iv
Suluk Terima Kasih
Terima kasih atas kehendakNya, Buku Sketsa Kehidupan
Soekirman “Melebur Kasih, Menggizikan Masyarakat“ terbit
sudah, walau dikejar keterbatasan sumber daya dan batas waktu,
upacara syukur dan peluncuran buku bersama CD-Rom, kompi-
lasi persembahan karya ilmiah, kami pada 16 September 2006.
Mohon maaf pada semua pihak bila ada ketidaksempurnaan, pasti
bukan kesengajaan walaupun, upaya sepenuhnya telah dilakukan.Buku ini merupakan wujud kerja sama untaian cinta dari
para sahabat, wartawan, penulis, yang peran sertanya tak ternilai,secara kualitatif, saya sangat berterima kasih atas sumbangsihPadmono (pribadi); Ninuk Mardiana Pambudy (Kompas); IkeuT. Jamilah, Evy Damayanti, Amini A.H.Nasution, Hidayat Syarifdan kawan-kawan di Departemen Gizi Masyarakat IPB;Atmarita, Minarto dan kawan-kawan di Direktorat GiziMasyarakat, Departemen Kesehatan; Arum Atmawikarta, NinaSardjunani, Freddy Tulung, Pungkas B. Ali, dan kawan-kawandi Bappenas; Martini dan Soegiono (mantan staf Bappenas);Ning Pribadi dan kawan-kawan Kelompok Ahli KetahananPangan Departemen Pertanian; Idrus Jus’at, Sanjaya, EdithSumedi, Santi dan kawan-kawan Persatuan Ahli Gizi Indonesia(Persagi) dan Akademi Gizi Jakarta; Razak Thaha dan kawan-kawan di Universitas Hasanuddin Makassar; Hamam Hadi diUniversitas Gajah Mada Jogyakarta; Endang Achadi, SyafriGuricci dan kawan-kawan di Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia Jakarta; Benny Soegianto, Akademi GiziSurabaya; John Palmer dan Roy Tjiong (HKI), Robert Tilden
v
di School of Public Health, Michigan University; Jerre de Hass
dan M.C.Latham di Division of Nutritional Sciences, Cornell
University; Alan Berg, mantan senior adviser World Bank,
Washington; Per Pinstrup Andersen di IFPRI, Washington;
JH.Wirakotan, KG Hamakonda, MA Christian, dan Lazarus
H.Purwanto di GKI Kebayoran Baru; Bambang Harianto di
Departemen Kesehatan; Rudi Pekerti, penulis; dan Isteri
Terima kasih tak terhingga kepada banyak orang dan lembaga
yang telah membantu saya dari sisi pekerjaan serta nuansa
kehidupan yang mematangkan rohani. Masyarakat Aceh,
Komunitas Departemen Kesehatan, Bappenas, dan IPB, yang
mewarnai mosaik kehidup-an saya. Tanpa kontribusi semua baik
perorangan, mau pun lembaga, jejaring para sahabat, jejaring
kolega, dan cawe-cawe aneka negara, aneka organisasi dunia
dan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia, rasanya asam
garam skesta kehidupan saya, tak terasa nikmatnya.
Keinginan saya yang utama ingin berbagi kasih, berbagi
pengalaman pembelajaran bila berkenan di hati. Bukan pula
maksud saya menggurui, walau mungkin saya bisa disebut guru.
Sekeping cendera mata, CD-ROM hasil kompilasi karya teman-
teman di Bappenas dan sahabat lainnya, saya haturkan yang
berisi dokumentasi tulisan, gagasan, karya serta hasil mengikuti
puluhan temu ilmiah, tulisan dalam prosiding maupun tulisan
dalam jurnal internasional mengenai gizi. Kajilah isinya kudu
(Betawi) diperiksa, cocok, relevankah, kini dan mendatang bagi
Nusantara dan dunia tercinta.
vi
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Secara khusus kami haturkan penghargaan kepada John Palmer
dari Helen Keller International yang membantu penerbitan buku
ini.
Sekali lagi saya memanjatkan puji syukur, kepada Tuhan
yang telah menganugerahi saya seorang isteri, Sri Wahjoe yang
baik dan setia beserta aneka teman dan sahabat lintas bangsa,
lintas suku, lintas agama yang ingin menggizikan masyarakat.
Oh ya, ketika judul dibuat, ucap sang penata-laras “menggizikan
masyarakat,” sudah mencakup memasyarakatkan gizi ”in action,
sak kebijakané, sak riseté, sak programé, berayan kanggo masya-
rakat (Jawa).“
Bukankah cita dan cinta kita sebenarnya universal untuk
bersama berjuang melawan ketidak-tahuan, upaya yang tak pernah
henti, kita lakukan untuk memerangi kemiskinan, memerangi
kurang gizi dan menyediakan pangan yang cukup dan bergizi bagi
semua.
Setiap orang mempunyai jalan hidupnya masing-masing,
saya doakan semoga Anda bisa berhasil meniti sukses batin dan
lahiriah sesuai yang Anda citakan, bila ada yang bisa ditakik,
silahkan ambil.
Jakarta, September 2006,
Soekirman
vii
SULUK TERIMA KASIH
Sekilas Survai Opini Terpilih
Apa Kata Orang tentang Soekirman
In his 30 year career, Soekirman has been outstandinglysuccessful in creating nationwide nutrition policy because heknows from experience the types of local programs that reallywork and how to mobilize resources to address the mostimportant public health problem.
Jerre de Haas, Cornell University
Mas Kirman sosok yang workaholic, dan kalau sudah me-netapkan suatu kebijakan, maka sepenuh daya ia akan mewujud-kan kebijakannya, seperti program PMT-AS, pendapat dankebijakannya sukar diubah.
Muhilal, Puslitbang Gizi, Bogor
Pada era 80-an, ia nyelonong sendiri, bak inovator, menggagaspendekatan program penanggulangan gizi mengacu pada konteksdaur kehidupan manusia. Ia beranjak mengetengahkan programPemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS), ketikakita semua masih terfokus menanggulangi gizi balita. MasKirman selalu memutakhirkan pengetahuan kesehatan-gizi darikepustakaan dan jejaring tokoh gizi internasional.
Benny Sugianto, Akademi Gizi Surabaya
Soekirman alus, ning tegas andap asor (Jawa) atau rendahhati. “Itu profesor yang andap asor. Beliau tak menonjolkan ke-profesoran-nya dan cenderung menjadi mediator, penengah, bilaterjadi persoalan antar anggota di gereja yang suka ubreg. Ia
viii
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
saleh, tak miring-miring (Betawi). Dan ketika studi di Amerika,pak Kirman tegar imannya dan tak terpengaruh pola kekristenansempalan yang aneh-aneh.
M.A. Christian, Pendeta GKI Kebayoran
Soekirman memakai dan mengimplementasikan keyakinanimannya dalam wujud kesaksian perilaku dan gaya hidup yangselalu mengandalkan Tuhan, mensyukuri karunia dan rahmatTuhan di tengah-tengah kehidupan nyata dan kesibukan kerjanyasehari-hari.
K. G. Hamakonda, Pendeta GKI Kebayoran
Ia seorang yang konsisten dan teguh memegang prinsipakademis bidang ilmu gizi, uang bukan ukuran bagi dirinya.
Minarto, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI
Beliau happy-happy, menikmati tugas di Bappenas, pengam-bilan keputusannya tidak emosional, tenang dan tegas, walaudilingkupi kerja penuh gempa, ketegangan, berkat kompetensiyang mutakhir dan terasah. Hatinya bersih, tiada dengki, tiadadendam bersemayam, rendah hati, penuh ketulusan, keteladanan.Beliau adalah bos, sekaligus guru, kolega dan kakak.
Freddy Tulung terdahulu di Bappenas,kini Staf Ahli Menkominfo
Soekirman, memahami tugas panggilannya sebagai abdimasyarakat dan orang Kristen. Perilakunya saleh, rendah hati,low profile. Sikapnya, menyenangkan akrab dan terbuka, se-waktu melayani jemaat jati diri kekristenan terungkap lewatperilakunya.
J.H. Wirakotan, pendeta GKI Kebayoran
ix
SEKILAS SURVAI, OPINI TERPILIH
Mas Kirman selalu hadir pada acara kumpul tetangga, akrab,orangnya sederhana dan tak sok pejabat, kehidupan bermasya-rakatnya sangat baik.
Sugiyono, tetangga, jalan Siaga – Pejaten, Pasar Minggu.
Kehidupan bergereja beliau ini membentuk kelompok minatriset, memboyong riset, menuai data, menentukan kebijakanyang menghasilkan program kerja, jauh sebelum orang ramaibicara evidenced based medicine. Beliau teman diskusi yangmenarik yang selalu dapat menghubungkan segala sesuatudengan iman kekristenannya.
Lazarus H. Purwanto, ahli tata gereja sinode GKI
Pengalaman itu bukan teori dalam kotbah, tetapi kenyataanhidup yang dialami secara langsung. Bagaimana besarnya kuasaTuhan yang selalu mendengar doa orang percaya dan menga-bulkan permohonan serta memberikan tuntunan.
Soekirman tentang Pengalaman Imani Soekirman
Sekitar lima belas tahun saya berdiskusi dan menimba ilmuyang tidak pernah diajarkan di bangku kuliah maupun di buku-buku teks. Beliau buku kehidupan gizi yang berjalan.
Razak Thaha, Direktur Pasca Sarjana, UNHAS, Makassar
Selaku ketua LPTT, bila memimpin rapat di Sekolah TinggiTeologi, walau tak lengkap, pembahasan persoalan tidak pernahnggladrah (Jawa) bertele-tele semuanya terarah dan tuntas, jelasdan tegas menelurkan solusi. Tak segan pula, bila perlu iamendelegasikan solusi pada orang yang menguasai masalah.
Pendeta Djoko, Wakil KetuaLembaga Pendidikan Tinggi Teologi, Jakarta
x
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Pak Kirman komitmennya tinggi dan beliau selalu mengkait-kan kebijakan pangan dan gizi dengan pengembangan SDM dananeka institusi di bidang pendidikan dan riset gizi, selain iamemberikan masukan berharga untuk disertasi saya.
Endang L. Achadi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI
Sepanjang hidupnya semua tindakan Soekirman terusmencari Tuhan dan bersaksi, tak ada waktu sisa. Dan terberkati,Tuhan menyertainya, saya pun tertulari semangat dan perilaku-nya. Tak ada beda pak Kirman, sebagai pejabat atau orangtua.
Martini dan Nina, sesama alumni Bappenas
Tidak banyak yang tahu bahwa pak Kirman selama menjabatdi Bappenas bahkan terakhir sudah pensiun dari Bappenas,adalah orang yang konsisten mengadvokasi dan mendampingiketua LIPI untuk menyelenggarakan Widyakarya NasionalPangan dan Gizi sejak yang ke-III (1978) sampai terakhir ke-VIII (2004) dan selalu memimpin panitia pengarah, bahkanWNPG terakhir pak Kirman menjadi Wakil Ketua Panitia daneditor prosidingnya. Kegigihannya, dan kemampuannya bekerjasama serta mengkoordinasikan banyak orang dari berbagai sertadisiplin ilmu dan latar belakang, sulit dicari tandingannya.
Idrus Jus’at, Akademi Gizi Jakarta, danUniversitas Indonesia Esa Unggul (UIEU)
xi
SEKILAS SURVAI, OPINI TERPILIH
xii
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Dengan Wapres Megawati 2000Widyakarya 2000
Menuju istana Merdeka, Presiden, Wapres,IPB, dll Widyakarya 1993
Presiden dengan Poerwo, Benny Khodiat,Soekirman, Habibi, Wakil Ketua Lipi,Darwin Karyadi, Widyakarya 1993
Dengan Wapres Tri Soetrino
Penataran P4 Eselon Satu Istana Bogor dengan Menteri Perindustrian Hartarto
Daftar Isi
• Doa ........................................................................... iv• Suluk Terima Kasih ................................................... v• Sekilas Survai Opini Terpilih,
Apa Kata Orang tentang Soekirman ..................... viii• Pembuka-Prolog .....................................................xvii• Daftar isiBab1. Menjejakkan Fondasi di Baureno (1936-1950) ......... 12. Merambah Surabaya, Meraih Kompetensi Gizi
di Bogor (1950-1961) ............................................... 4• Mengenal Kekuatan dan Asih Tuhan ...................... 5• Merengkuh dan Merawat Jejaring Persahabatan .... 6• Baptisan Dewasa, Menjadi Kristiani ...................... 8• Di Rintik Hujan Hatiku Tertambat Jua ................... 9• Menyadap Getah Pengalaman Pembelajaran .......... 9
3. Melebur Kasih, Menggizikan Aceh(DI Aceh, 1961-1966)............................................... 12• Pendekatan, Analisis Situasi-Menyuluh,
Meneriakkan Gizi.................................................. 12• Membangun Kepercayaan, Memberdayakan
Penentu Kebijakan ............................................... 16• Ureung Aceh, Kaulah di Hatiku ........................... 17• Menunaikan Cinta, Mencipta Keluarga ............... 17• Menumbuhkan Iman dan Merayakan Natal
Pertama ................................................................. 19• Aceh, Hidup di Alam Pancasila Sejati ................. 20• Menjangkau Tapaktuan, Kutacane, Takengon....... 21
xiii
• Sukses Bersamalah, Jangan Bertepuk Sendiri ...... 22• Aceh Menggeliat, Indonesia Bangkit ................... 23
4. Ke Jakarta, Memancang Akademi Gizisambil Belajar (1966-1973) .................................... 24• Mewujudkan Gagasan Poorwo Sudarmo
Membantu Tarwotjo Membangun Akademi Gizi,Jakarta .................................................................. 24
• Menakik Ilmu Kesehatan Masyarakat .................. 27• Mempromosikan Gizi-Kesehatan via Penelitian .. 30
5. Betah Mengabdi di Bappenas (1975-1996) ............ 32• Ayam Dulu, Telur Dulu ........................................ 32• Dari Penyuluh - Advokator Menjadi Perencana -
Penentu Kebijakan ............................................... 33• Sosok Pemimpin bak Prabu Kresna ..................... 34• Mengembangkan Meritokrasi Etos Kerja dan
Keteladanan ........................................................... 36• Menuju Kesempurnaan Kenerja ............................ 38• Tak Terasa Darah Tinggi, Merayapi ...................... 39• Tanpa Sandaran Hati Sri Wahjoe, Apa Jadinya?... 39• Mendampingi Kekasih, Bedah Jantung di
RS St. Vincent, Sydney ......................................... 40• Berkiprah di Persagi, Organisasi Profesi ............... 42• Tak Bisa Menghindar, Pintas Jantung Menanti ..... 43• Keberhasilan Pembangunan di Bidang Gizi .......... 45
6 Melepas Laku Birokrat, Menjadi Pendidik(1996- 2006)............................................................. 48• Ngalamar ka IPB, - Abdi, Ka Tampi..................... 48
7 Menggarami Kehidupan Pasca 70 Lebih(Pasca 2006) ............................................................. 50
xiv
• Membentuk Yayasan Koalisi Fortifikasi Indonesia(KFI) ..................................................................... 50
• Sekali Pendidik Tetap Pendidik ............................. 50• Menjadi Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi
Teologi, Jakarta ..................................................... 52• Mendamba Anak Kandung-Menyemai Kasih
di Sanubari Putra-Putri Siswa Didik .................... 53• Mata Analisis Sejawat Tentang Soekirman ........... 54
> Kesan Prof. Dr. dr. Razak Thaha, M.Sc. ........... 54> Kesan Prof Dr. Muhilal ..................................... 56> Kesan dr. Benny Soegianto, Akademi Gizi Surabaya ............................................................ 58> Kesan Prof. Dr. M. C. Latham ..........................59> Kesan Prof. DR. Robert Tilden
Professor of Public Health and Nutrition,Michigan University, Konsultan ahli kesehatan
masyarakat dan gizi Dep.Kes. .......................... 61> Kesan dr. Endang L.Achadi, MPH, D.PH ........ 63> Kesan Ir. Edi Sutantyo, pengganti Soekirman
di Aceh .............................................................. 65> Hemat dr. Rudi Pekerti MPH ............................66
• Cendera Mata Menggali Sajak “God Is NeverBeyond Our Reach” ............................................. 67
8. Sembilan Resep Sukses Pak SoekirmanMeniti Karir Kehidupan ........................................... 69
9. Gado-Gado Sari Pati Aneka Karya........................... 70Sari Pengalaman Pembelajaran dari Karya Kegiatan . 71• Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPKG) ............. 71• Posyandu ............................................................... 72
xv
• Posyandu ...............................................................72
• Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi .................73
• Pembangunan Ketenagaan Gizi di Akademi Gizi ...73
• IPB dan FKM-UI (fisik dan bea siswa).................74
• Program Makanan Tambahan Anak Sekolah(PMT-AS) .............................................................75
• Survei Nasional Dampak Suplementasi Vitamin A ..Terhadap Kematian Balita ....................................76
• Survei Nasional Masalah Gangguan AkibatKurang Yodium (GAKY) .....................................76
• Pedoman Gizi Seimbang Pengganti EmpatSehat Lima Sempurna ...........................................76
9. Campur Sari Tanya Jawab Seputar Gizi Masyarakatdengan Prof. Dr. Soekirman MPS-ID ......................77
• Penutup-Epilog ......................................................97
• Biosketches Prof. Dr. Soekirman ...........................98
• Daftar Rujukan ................................................... 112
• Daftar Isi CD-ROM
xvi
• Judul Lagu - Apa yang Telah Kau Buat • Musik - Keenan Nasution• Lirik - Rudi Pekerti • Album - Apa Yang Telah Kau Buat Untuk Kemanusiaan –
Indonesia Tercinta > (persiapan untuk diluncurkan)• Vokal - Keenan Nasution • Aransemen - Keenan Nasution• String Section - Sydney Australia. • Produksi - Swa Produksi
Pembuka – Prolog
Apa Yang Telah Kau BuatKeenan Nasution – Rudi Pekerti , 1990
IDengarkanlah suara topan,
bukakanlah mata hati,pelangi sesama.
Artikanlah suara diam,rahasia kehidupan,harapan manusia.
IIDengarkanlah suara hujan,lontarkanlah keserakahan,
ajaklah sesama..Nanyikanlah tabur ikan,
nyanyikanlah sawah hijau,nyanyian industri
Apa yang telah kau buat,untuk sesama manusia. ?
Apa yang telah kau buatuntuk engkau, aku dan kita
serta bangsa dan negara kitaIndonesia tercinta ini ?
xvii
Bab 1.Menjejakkan Fondasi di Baureno
(1936-1950)
Suasana desa Sumbergede, kecamatan Baurenokabupaten Bojonegoro, di Jawa Timur matapencaharian penduduk adalah bertani, dengan hasil
bumi beraneka ragam termasuk tanaman tembakau. Perjalananke dan dari desa tersebut pada tahun 30-an masih sulit, dalamsuasana perang antar kaum Republik dan penjajah Belanda. KiniBaureno - Surabaya, enam puluh tahun kemudian dapat ditempuhleluasa dengan mobil.
Serangkaian tangis, memecah sunyi suasana desa di kecamat-an Baureno, seorang bayi lelaki mungil menguak suara kehidup-an, terlahir pada 2 Agustus 1936 dari ayah bernama Kromoredjo,seorang pensiunan bintara polisi yang pensiun dini dan menjadipetani dan seorang ibu yang bijak, bernama Muntari dimanabunda tak terkendala oleh buta huruf. Tepatnya bayi lelaki yangsehat, diberi nama Soekirman, putra bungsu dari enam ber-saudara.
Soekirman bangga karena dia merasa mendapat pendidikanterbaik dari ayah dan ibunya. Banyak didikan orangtua yangsaya pakai sampai sekarang. Misalnya, ayah marah sekali kepadakakak saya ketika mereka merokok. Alasannya karena pem-borosan, bukan kesehatan karena tidak tahu. Sayangnya ayahnyawafat, sewaktu Kirman belum genap berusia enam tahun. Sangbunda pun menjadi orangtua tunggal dengan tabah dan bekerja
1
keras dibantu puterinya yang kelima, berjualan kueh setiap hari
di pasar Baureno sambil mengasuh Kirman kecil. Detas keringat
susah payah ibu dan kakaknya hanyalah “pas-pasan” untuk
makan saja. Sampai kini masih terngiang nasehat, pesan
ibundanya yang tercinta yang memandu jejak dasar kehidupan
Kirman, “hiduplah berhati-hati, karena kita tidak berpunya,
belajarlah dengan rajin agar “menjadi orang, dan ora usah néko-
néko (Jawa), jangan macam-macam polah tingkahnya seperti
anak orang kaya.”
Kirman kecil meniti jenjang pendidikan formal sekolah
rakyat setara dengan sekolah dasar di Baureno. Di sini Kirman
belajar swa-disiplin dan swa-tanggung jawab termasuk dalam
aktivitasnya sebagai pandu, kini pramuka. Pengalaman pem-
belajaran budaya dimulai Kirman kecil sejak kelas 3 SD, ia suka
sekali menonton wayang kulit semalam suntuk. Ia mempelajari
soal “ Yang Maha Kuasa” lebih banyak dari dunia pewayangan.
Tokoh idola pewayangan hingga kini, prabu Kresno. Prabu
Kresno dianggapnya sebagai simbol seorang pemimpin yang
jujur, adil, sakti, bijaksana, dan selalu membela orang kecil.
Beruntung sekali secara bersamaan Kirman bisa menyerap
pendidikan karakter, budi pekerti di rumah melalui cerita-cerita
dongeng dari guru SD, yaitu suami kakak perempuannya yang
nomor 5. Dan Kirman tumbuh dan memampukan diri membeda-
kan yang baik, yang tak baik dalam kehidupan.
Sekitar tahun 1948, pendudukan tentara Belanda dan aksi
bumi hangus dilakukan di Surabaya, kota lain serta kabupaten
seantero Jawa Timur. Seluruh sekolah di Jawa Timur, ditutup.
2
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Kegiatan Kirman pada kelas 3 SD terhenti, akhirnya memaksa
keluarga Kirman kecil mengungsi ke desa yang menjadi basis
gerilya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Masa tak sekolah selama setahun di pengungsian dimanfaat-
kan Kirman kecil menanam padi di sawah, menjaga kebun
jagung paman, terkadang ikut menggembalakan kambing dan
mencari rumput, mengisi “jeding” (Jawa) bak kamar mandi dari
sumur.
Pada saat terjadi penyerahan kedaulatan ke RI tahun 1949,
Kirman dan ibunya kembali ke Baureno. Kirman merampungkan
sekolah rakyat di lokasi darurat, gedung sekolah asli sudah
terberai hangus. Selamat tinggal, tanah tumpah darah, Baureno,
lepaskan daku terbang melayang mencari ilmu.
MENJEJAKKAN FONDASI DI BAURENO
3
Bab 2Merambah Surabaya,
Meraih Kompetensi Gizi di Bogor(1950-1961)
Memasuki tahun 1950, Kirman lulus SD, dan masa
merambah Surabaya dimulai. Ia dijemput dan
dibesarkan kakaknya kedua dan ketiga yang
sudah berumah tangga di Surabaya dan Mojokerto, hidup Kirman
terbiasa dalam lingkungan pegawai negeri yang serba pas-pasan,
sampai ia mentas SMA.
Awalnya ia masuk ke SMP PGRI, Surabaya dan mentas dari
SMP jalan Kepanjen, Surabaya.
Kirman remaja keluar dari situasi desa yang miskin banda
(Jawa) alias harta dan hidup di kampung-kampung kota yang
terlihat kemiskinan, melata. Matanya tercelik mengamati,
rupanya terdapat aneka macam kelompok manusia. Ada yang
kaya, ada yang miskin, ada yang berada di tengahnya tak kaya
dan tak miskin. Ada yang terpelajar, berpendidikan tinggi, dan
ada yang tak berpendidikan atau berpendidikan sedang saja. Dan
ada pula yang berpangkat tinggi, atau ada yang menjadi pegawai
biasa saja. Terkesan rentang perbedaan tingkat kehidupan
masyarakat sebagai suatu masalah kehidupan. Sifatnya senangbergaul dan berteman terlihat sejak di SMP. Begitu bergabungdi SMP Kepanjen, Kirman punya sahabat (cewek dan cowok)yang berlanjut sampai SMA. Mereka sering belajar bersama dan
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
4
saling pinjam buku pelajaran. Beberapa orang diantaranya masihsaling berhubungan sampai sekarang, diantaranya pak Tri
Soetrisno (mantan Wapres).
Selanjutnya tahun 1954 ia masuk SMA/B jalan Wijaya-
kusuma di Surabaya, pun menebar jejaring bergaul dengan
teman-teman baru.
Citanya semakin kental, ingin ia menjadi orang yang ter-
pelajar, orang yang terhormat dan tinggal di lingkungan yang
bersih, indah dan terhormat pula serta berguna bagi orang lain,
masyarakat dan bangsa.
Mengenal Kekuatan dan Asih TuhanSoal kemiskinan, Kirman remaja sudah hafal dan akrab, tidak
saja di Baureno tetapi juga di perkampungan di kota Surabaya.Niat diri kental sudah, ia berswa-upaya keluar dari jerat kemis-kinan, namun ada sesuatu yang dicarinya, sesuatu yang terasaperlu ia yakini dan waktu itu, ia tak tahu apa.
Seorang kawan baru kakak kelas di SMA, Widanto,mengenalkan dan mengajaknya ikut perkumpulan bulu tangkisYMCA, Young Men Christian Association di jalan TidarSurabaya. Setiap akan memulai latihan dan sesudah latihanberakhir diadakan doa dan menyanyi bersama yang awalnyaterasa asing bagi Soekirman. Dalam doa dan nyanyian selaludisebut nama Yesus Kristus yang diyakini sebagai Tuhan danJuru Selamat. Anehnya dalam doa itu terkadang nama Soekirmandisebut dan diperkenalkan kepada Yesus serta didoakan agarTuhan memberkati hidup Kirman muda. Setibanya musim
ulangan atau ujian didoakan agar dapat mengerjakan soal-soal
MERAMBAH SURABAYA, MERAIH KOMPETISI...
5
dengan baik. Doa itu sungguh menyentuh hati Soekirman.Kidungalunan sukma pemandu hidup yang disukai antara lain Kirman,“Semakin Dekat Tuhan, Nearer my God to Thee,” musik ciptaanLowell S. Mason (1856), lirik ciptaan Sarah S. Adam (1841)dan ”Batu Karang Yang Teguh,” lihat Kidung Jema’at 37.
Masa perkenalan, lewatlah sudah, the change has come, polahidup dan anjakan cara berfikirnya mulai berbeda. Ia semakinyakin, Yesus Kristus-lah, kekuatan yang dicarinya. Ia merasasemakin mempunyai harapan merengkuh masa depan.Pengenalannya akan Yesus semakin nyata, setelah ia diajakWidanto sekitar 1954 masuk gereja GPIB di Bubutan danberibadah mingguan.
Anehnya, ini semua terjadi tanpa keraguan hati, bahkanterbersit rasa suka. Prosesnya bak disapih, ia menjadi mandiridan secara kontinyu beribadah minggu, sendiri. Di dalam hati,sebenarnya keinginannya sangat sederhana, ia ingin selalu dekatTuhan dan ingin tahu apa kehendak Nya dengan pikiran danrencana hidupnya selaraskah, sesuaikah? Sejak itu Soekirmanmengaku bahwa berbakti di gereja merupakan kebutuhanhidupnya.
Merengkuh dan Merawat Jejaring PersahabatanSeirama dengan kegiatan sekolah, ia ikut perkumpulan
karawitan dan tari Jawa para pensiunan pegawai jawatan keretaapi (PJKA). Puncaknya tari Ontoseno, dibawakan Kirmanbersama tiga kawan dalam acara perpisahan SMA.
Kontak jejaring teman dan sahabatnya, selalu dijaganya. Dua
orang dari ketiga kawan menari di SMA, masih sering bertali
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
6
jumpa di Jakarta. Termasuk sesama alumni SMP dan SMA, pakTri Sutrisno, mantan Wapres. Keduanya saling menyapa selakusesama abdi negara, semasa pak Kirman menjabat mantan DeputiKetua Bappenas, dirapat-rapat maupun di pengantenan (Jawa).
Banyak hal yang diingat Kirman semasa SMA berpengaruhpada sikap dan perilaku kehidupannya kemudian. Dia mulaimengenal dunia luar dari keanggotaannya di perpustakaanAmerika (USIS) Surabaya. Disitu atas kemauan sendiri mulaisering pinjam dan membaca buku bahasa Inggris, dia mulaidengan mengenai biografi beberapa presiden Amerika. Salahsatu buku yang diakui sangat berpengaruh dalam perkembanganpribadinya adalah buku Dale Carnegie, How to win friends andinfluence people. Karena seringnya dia ke USIS, dia berkenalandengan direkturnya orang Amerika bernama Mr.G.W.Ross danwakilnya Ms.Smart. Dari perkenalanannya dengan kedua orangbule itu untuk pertama kali Soekirman mempraktekkan bahasaInggris-nya. Di SMA ini para siswa membentuk suatu klubbahasa yang dinamai Conversation Meeting Club (CMC),Soekirman menjadi anggota pengurus CMC, Tri Soetrisno,mantan Wapres pernah menjadi salah satu ketuanya. Dalam suatureuni tahun 1990-an, diketahui banyak lulusan CMC yangmeneruskan pendidikan di luar negeri, termasuk Soekirman.Mereka merasa bahwa CMC sangat membantu mereka belajarbahasa Inggris dengan lebih baik. Sahabat di SMA yang palingdekat dan masih terus berhubungan yang juga anggota CMCadalah Hennyoso Soedarsono.
Lepas SMA, pada tahun 1956, Kirman muda berbekal niatdan pesan ibunda yang diterapkannya selalu belajar sungguh-
MERAMBAH SURABAYA, MERAIH KOMPETISI...
7
sungguh, “takut kalau tinggal kelas lalu nanti jadi apa,” menitinya
ke jenjang pendidikan tinggi. Kenyataannya apa daya, uang tak
ada. Kirman menyebarkan lamaran ke aneka perguruan tinggi
yang menyediakan program beasiswa. Gayung bersambut,
tanggapan pertama dari Akademi Gizi, Bogor (terdahulu,
bernama Akademi Pendidikan Nutrisionis-Ahli Diit), tanpa pikir
panjang, Kirman, berangkat dan berlabuh di Jakarta kemudian
di Bogor.
Terbiasa tergagas, berangkat dari formula pemikiran rekan,
penulis berandai-andai mungkin saja bila tim seleksi beasiswa
atau petugas administrasi Akademi Gizi, tak sigap, tak tanggap,
kita tak pernah akan jumpa Soekirman yang melebur kasih dan
menggizikan masyarakat.
Selama empat tahun Kirman muda mengasah kompetensinya
dan mengembangkan kesadaran bertanggung jawab atas
profesinya. Kirman sangat menyadari akan status dirinya. Pesan
ibunda dicamkannya “hati-hati”, tetapi yang sangat menarik, ia
tak swa-terbelenggu kehati-hatian. Soekirman dapat mengem-
bangkan kemandiriannya untuk berani kreatif, berani melakukan
prakarsa.
Baptisan Dewasa, Menjadi KristianiDi Jakarta ia diajak sobat lama, Subagyo Pr., wartawan Sinar
Harapan dan RRI yang dikenalnya pada temu YMCA di
Sukabumi dua tahun sebelumnya, mereka berjumpa dengan
pendeta Roesman dari GKJ, Gereja Kristen Jawa, Jakarta di jalan
Dipone-goro, Jakarta bersama teman baru Mas Tayib.
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
8
Mematangkan kehidupan rohani, Kirman mengikuti kate-
kesasi dan ujungnya, diberkahi Roh Kudus, ia mengaku percaya
dan dibaptis dewasa menjadi orang Kristen. Artinya kini ia bisa
turut serta mengikuti perjamuan suci yang diselenggarakan oleh
Gereja Kristen Protestan, kongregasi mana pun.
Di Rintik Hujan, Hatiku Tertambat JuaSelagi menakik ilmu, pak Kirman mempunyai memori yang
manis, ia ketemu tambatan hati Sri Wahjoe, adik kelasnya, diAkademi Gizi. Di rintik hujan hatiku tertambat jua. Cinta inipun tumbuh-berbunga menyusuri jalan dan Kebun Raya BogorRaffles, yang asri dan teduh.
Di kota istirahat Buitenzorg (Belanda) alias Bogor ini,Kirman muda berhasil merampungkan studinya di penghujungtahun 1960.
Kirman muda masih merasa perlu untuk belajar berorganisasiserta meluaskan jejaring dan wawasan melalui perkumpulanmahasiswa ekstra-universiter yang sedang marak-maraknyawaktu itu. Ia memilih masuk GMKI, Gerakan Mahasiswa KristenIndonesia. Salah satu penanda masa GMKI, ia mengenalpertama, dan jatuh cinta pada kidung yang menjadi pujaanbanyak orang, mengisahkan pengalaman kental hidup pedagangbudak yang menyesal jatuh dalam dosa dan diampuni, merasakanberkah anugerah Tuhan, ”Amazing Grace.” *)
Menyadap Getah Pengalaman PembelajaranSoekirman melakukan kilas balik, merenung dan merefleksi-
kan masa SMP dan SMA, ketika, ia meletakkan dasar cita-cita*) Lihat halaman 11
MERAMBAH SURABAYA, MERAIH KOMPETISI...
9
hidupnya untuk meraih kehidupan yang terbaik. Citanya terpicupidato Bung Karno yang selalu mendorong orang muda “meng-gantungkan cita-citamu setinggi langit.” Becermin pengalamandirinya ternyata penting untuk mendorong orang muda mem-punyai intuisi untuk maju, dan mempunyai cita-cita tinggi. Disamping itu tanpa intuisi untuk mencari, orang tak tahu kemanaarah hidupnya, seperti terbaca pada stiker di belakang mobil“I am lost” aku tersesat. Rujukannya ucap pakar filsafat terkenalMorris Cohen, dari universitas Chicago tahun 30-an, yangmengatakan “If a man hasn’t an intuitive insight into problemsand where they lead to, he cannot do first rate work.“ Orangyang tidak punya intuisi ke depan dalam menghadapi masalahdia tidak akan mampu menuai kinerja, hasil karya kelas wahid.
Ia mensyukuri anugerah Allah dan membaca buku, TheFaithful Christian, an Anthology of Billy Graham, Soekirmanmenemukan suatu bab tentang “Man the Searcher”. Ia melihatketerkaitan tentang apa yang dicapainya, waktu itu dan jauhkemudian dengan intuisi ingin mencari kekuatan yang dapatmenolongnya. Kerinduan jumpa “The Supreme Being”Kekuatan Yang Maha Tinggi yang dicarinya, dan yang dapatmembimbing hidupnya.
Sangatlah disayangkan bila orang muda pada era 2000-an,tergoda dan terbius narkotika yang menyelinap dan memberikesukaan semu dalam upaya orang muda, mencari swa-diri.
Kirman muda dengan berbekal pengetahuan dan gelar sarjanamuda gizi, tak sabar ingin bekerja memenuhi kewajiban ikatandinas memenuhi panggilan tugas pertama yang sudah menanti,“Aceh, kau kujelang.“
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
10
*) Ciptaan John Newton, karya monumental lagu ciptaanNewton, seorang kulit putih, Ia seorang mantanpemburu dan pedagang budak hitam Afrika yang telah bertobat dan terbelenggu sistem yang melakukanperbudakan. Beruntung ia keluar dari belenggu sistem dan secara pribadi mengakui dosa-dosa yangdiperbuatnya. John Newton menangis sendu, ketika Tuhan mengampuni dirinya dan merasakan anugerahNya yang tak ternilai. Jiwa Soekirman menyatu lantunan nada dan larik lirik mencekam dan indah.
Saat Sekolah Rakyat,1950
SMP, jl. Kepanjen, 1951 Bersama sahabat di SMA, jl. WijayaKusuma, 1954 Hennyoso Soedarsono.
Kelompok BelajarLIma, SMA/BIC,Surabaya
“Gebyakan” TariWireng Wirowertomo,Soekirman, Ontoseno,belakang kanan
MERAMBAH SURABAYA, MERAIH KOMPETISI...
11
Bab 3.Melebur Kasih, Menggizikan Aceh(Daerah Istimewa Aceh 1961-1966)Lon ka jedeh ureung Aceh, saya sudah jadi orang Aceh
Pendekatan, Analisis Situasi-Menyuluh, Meneriakkan Gizi
Latar suasana kehidupan Daerah Istimewa Aceh, padatahun 1960-an, masih bergolak, ada gerakan DI/TIIpimpinan Daud Beureuh. Salah satu sebab
pergolakan, katanya karena daerah tak diperhatikan pemerintahPusat.
Kilas maju latar tahun 2006, bangsa Indonesia khususnyabagi saudara-saudara di Aceh yang baru merayakan setahunrekonsiliasi Aceh.
Kirman muda banyak menerima cerita-cerita seram darikawan-kawan, entah benar, entah tidak, orang Aceh yang dikenalsebagai tempat serambi Mekah itu, sangat fanatik. Apakah iabisa diterima. Terbersit keraguan, Kirman muda di hati kecilnya.
Sebagai seorang pemuda Kristen mula-mula dia ragu apakahdia harus berangkat atau tidak. Setelah konsultasi pada rekanmahasiswa senior dan khususnya kepada pendeta pengasuhnyaD.R. Maitimu, dalam organisasi Gerakan Mahasiswa KristenIndonesia, mantaplah hatinya. Maitimu menepis cerita yangbelum terbukti dan sebaliknya justru mendorong Kirman untukberangkat dan menunaikan tugas. Bukankah sewaktu menanda-tangani ikatan dinas tertulis persyaratan, setelah lulus sanggupditempatkan dimana saja. Pergulatan iman Kirman semakin
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
12
mengkristal, Kirman kukuh meyakini, I never walk alone, TuhanYesus akan menyertai dan memimpinnya dimana pun diabekerja. Tanpa ragu ia memenuhi janji, mengangkat koper danberangkat ke Aceh.
Aceh merupakan kawah Candradimuka yang memantapkankarirnya sebagai ahli gizi. Betapa tidak. Kiprah pak Kirman diladang gizi dimulai dari titik nol di Aceh.
Pada hari pertama tiba di Kutaradja (Sekarang Banda Aceh)ia melapor ke Kepala Dinas Kesehatan DI Aceh, dokter ZainulAbidin (almarhum) yang kemudian namanya diabadikan menjadinama RS di Banda Aceh sekarang. Beliau dan stafnya tidak adayang tahu apa itu gizi dan apa tugas ahli gizi, gizi bakdiremehkan, namun ini bisa dianggap suatu awal tantangan bagiprofesi gizi, tak dikenal, ya tak dihargai orang.
Kirman muda tidak kecil hati. Dia percaya diri bahwakeahliannya dibutuhkan di Aceh, dan dia harus mampumenunjukkannya. Itu sebabnya ia harus bekerja dengan swa-inisiatif, tanpa arahan pimpinan, tanpa anggaran, tanpa bukupetunjuk, kecuali sepotong surat keputusan Menteri Kesehatanyang menyatakan bahwa tugasnya adalah untuk mengembang-kan pengetahuan gizi dan memperbaiki status gizi rakyat Aceh.
Dialog pertama dilakukan dengan dinas kesehatan (terdahulu,Inspektur Kesehatan atau IKES), dokter Zainul Abidin danjajaran staf kemudian menjadi pimpinannya selama 3 - 4 tahundi Aceh. Topik yang perlu digarap berkisar pada apa itu gizi,siapa ahli gizi dan apa tugasnya.
Pak Kirman dititipkan di salah satu seksi yaitu seksikeperawatan, karena gizi tak ada dalam struktur organisasi. Pada
MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN ACEH...
13
waktu itu organisasi dinas kesehatan daerah umumnya masih
sederhana dan sarjana termasuk tenaga dokter masih langka.
Banyak daerah terpencil, dan Aceh, waktu itu tidak memiliki
tenaga dokter atau sarjana kesehatan lainnya, kecuali pimpinan-
nya seorang dokter. Staf teknis waktu itu terdiri dari para perawat
dan bidan paling tinggi setingkat SMA. Pak Kirman merupakan
tenaga non-medis pertama yang berpendidikan akademi, sarjana
muda.
Kelangkaan tenaga medik dan sebaran yang tidak merata di
kepulauan Indonesia, tetap akan merupakan masalah yang
relevan untuk ditanggulangi dulu, kini dan masa mendatang.
Kesadaran sudah pekat, menjadi niat dan menggerakkan swa-
motivasi untuk menunjukkan siapa dan bisa apa sebenarnya, ahli
gizi. Selama dua bulan pertama menjadi pegawai negeri dan
tenaga kesehatan, ia manfaatkan untuk mengenali dan meng-
analisis situasi lingkungan kerja. Siapa mengerjakan apa, bagai-
mana cara kerja, dan sebagainya. Dalam waktu tidak lama
Kirman muda mulai banyak menebar jejaring, meraih teman
sekantor.
Awal tugas dimulai pada perayaan 17 Agustus 1961, ketika
ia diminta merencanakan pameran kesehatan, ia praktekkan
semua ilmu komunikasi dan pendidikan dalam merancang
pameran. Hasil awal yang mulus, dan memuaskan semua pihak.
Sementara itu Soekirman mulai menulis suatu karangan
mengenai gizi dan kesehatan yang dikirim ke harian satu-satunya
di Banda Aceh bernama harian Panca Cita, terbit dua halaman.
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
14
Ternyata karangan itu dimuat, dan dibaca banyak orang termasuk
kepala dinasnya.
Beberapa hari setelah tulisannya dimuat, ia menerima telepon
dari kantor RRI Banda Aceh yang meminta dia mengisi siaran
tentang gizi seperti apa yang ditulis di koran. Premisnya orang
yang membaca koran masih sangat terbatas, sedang media radio
RRI Banda Aceh pasti lebih banyak didengarkan banyak orang
dan menjangkau hampir seluruh Aceh. Setelah siaran pertama,
Pak Kirman diminta mengadakan siaran tetap satu minggu sekali.
Gizi dan Soekirman mulai dikenal orang melalui ke dua media
itu dalam waktu tiga bulan sejak ia tiba di Banda Aceh. Era
upaya pendidikan dan penyuluhan gizi masyarakat yang
kontinyu mulai mengumandang dan ditebar di Aceh.
Paling penting bagi Kirman, ia dapat menyelami dan
menyerap dan berempati dengan orang Aceh dengan latar sosial,
budaya, ekonomi, agama, serta aspek lain yang menyertainya.
“Lon ka jedeh ureung Aceh, saya sudah jadi orang Aceh.“
Hatinya, seluruh karya hidup yang terbaik, ia persembahkan
untuk Aceh.
Ada kendala yang menyeruak, mesti segera diatasi waktu
itu. Pada masa itu sedang ramai dan gencar didentangkan Bung
Karno, “Ganyang Malaysia,” kita sedang menjalankan konfron-
tasi dengan Malaysia. Perang propaganda terjadilah, sialnya yang
mudah ditangkap di Aceh, radio Malaysia dan mereka menyiar-
kan bertubi-tubi berita dan ramalan Indonesia akan kalah kon-
frontasi, karena pemerintah Indonesia tidak bisa menyediakan
beras untuk rakyatnya. Saat itu kita memang kesulitan beras.
MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN ACEH...
15
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
16
Jadi tugas pak Kirman menjelaskan, bahwa manusia tidak
akan mati bila tidak makan nasi.Tugasnya melawan propaganda sambil ia memperkenalkan
serta memasyarakatkan ilmu gizi, antara lain upaya penganeka-
ragaman pangan, supaya orang tidak bergantung dan cuma mau
makan, staple food, nasi, talas saja.
Membangun Kepercayaan, Memberdayakan Penentu KebijakanMelalui kepala dinas kesehatan, pak Kirman dipanggil
menghadap sekretaris daerah propinsi, Harun Ali dan kali yang
kedua, diperkenalkan pada Gubernur Aceh, waktu itu Ali
Hashmi. Pak Kirman diminta menjelaskan tentang gizi dan
masalah gizi di depan sidang istimewa dewan perwakilan rakyat
daerah, DPRD. Itulah tantangan hidup dan karir pertama, pasca
lulus dari pendidikan. Usianya 24 tahun, belum berpengalaman,
belum pernah bicara di depan umum, tiba-tiba harus bicara di
depan lembaga tinggi daerah. Tantangan itu diterima dan di-
laksanakan. Pada suatu hari paruh tahun 1961 ia, berceramah
di depan Gubernur, anggota DPRD dan semua kepala dinas
tingkat I di gedung DPRD Aceh. Tugas dilaksanakan dengan
mulus dan baik.
Pada awal tahun ketiga, jerih payah advokasi gizi masyarakat
yang dilakukan pak Kirman, berbuah. Pak Kirman mendapat tugas
dari wakil gubernur Haji Ibnu Syaadan, selaku Komandan Operasi
Makmur DI Aceh yang menugaskannya membuat rencana dua
tahunan program pelatihan, penyuluhan dan kampanye gizi,
termasuk diversifikasi pangan dan membuat kebun percontohan
17
di Banda Aceh. Biaya ditanggung langsung dari kocek anggaran
kantor gubernur via sekretaris daerah.
Ureung Aceh, Kaulah di HatikuJika direnungkan atau direfleksikan kembali, upaya ke-
berhasilan advokasi gizi masyarakat, menggizikan masyarakatAceh yang dilakukan Kirman muda barulah merupakan satusisi saja.
Sisi terpenting adalah sikap, komitmen, dan perilaku jajaranpara pemimpin Aceh waktu itu, sangatlah peka dan sangatlahbersungguh-sungguh bekerja untuk mensejahterakan rakyatAceh. Ini merupakan syarat mutlak, sine qua non, modal utamake-berhasilan dalam melakukan upaya pendidikan kesehatan,upaya pendidikan, penyuluhan dan aksi dalam meningkatkangizi masyarakat di Aceh.
Pertanyaan ini masih sangat relevan, dipertanyakan bagi kitasemua dalam alam demokrasi dan desentralisasi kepemerintahanRepublik Indonesia, bagaimana sosok kepemimpinan pusat danlokal yang lalu, kini, mendatang apakah hati, orientasi danperilakunya, memang pro publik, dan terbuktikah kemaslahatanperilakunya untuk rakyat ?
Secara internal Soekirman diijinkan oleh kepala Ikes mem-bentuk suatu seksi gizi di bawah wakil kepala dinas, dan men-dapat anggaran tersendiri dari dinas kesehatan. Ia merekrut duaorang lulusan SMA yang dilatih khusus untuk membantunya.
Menunaikan Cinta, Mencipta KeluargaSalah satu sebab keraguan penugasannya ke Aceh, tak
terungkap, jujurnya asumsi akan berpisah dengan belahan sukma,
MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN ACEH...
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
18
khawatir membayangi, kalau lama bertugas ke Aceh, apakah
sang pacar, tak disabet (Betawi) orang. Kekhawatiran terus
mengejarnya selama hampir 12 bulan di Aceh, meski pun lusinan
surat cinta terus mengalir. Akhirnya ia berpaling dan pasrah pada
Tuhan, namun tetap berdoa dan berupaya agar Tuhan menepis
rasa takut dan khawatir serta ia yakin, Tuhan akan memberikan
yang terbaik baginya,
Di penghujung tahun 1961, Soekirman mendapat ijin cuti
dari sekda Harun Ali dan Ikes, dokter Zainul Abidin, bergegas
ia menunaikan cinta, menyunting sang kekasih Sri Wahjoe, buah
hatinya. Upacara pernikahan, tepatnya dilangsungkan 2 Pebruari
1962 pada catatan sipil Sidoarjo, Jawa Timur, diteguhkan dan
diberkati pada hari yang sama di gereja GPIB Maranatha,
Surabaya oleh pendeta Rampen, yang dihadiri sanak-famili
Menurut Sri Wahjoe sisi praktis dan ekonomis, sulit meng-
undang jejaring teman di Bogor
dan Jakarta.
Selanjutnya Sri Wahjoe di-
boyong Soekirman ke Aceh. Bu
Kirman mendapatkan tugas resmi
memimpin bagian gizi rumah
sakit daerah.
Sampai tahun kedua, pak
Kirman harus berkiprah sendirian
dibantu oleh bu Kirman, namunPemberkatan nikah 6 Januari 1962 diGPIB Maranatha Surabaya
19
itu awalan saja upaya kerja keras. Keduanya meleburkan hati
dan kasihnya untuk kemaslahatan masyarakat Aceh, cinta
manusia yang universal. Semuanya membangkitkan tali
kepercayaan para penentu kebijakan di Aceh dan bersama
masyarakat membangun Aceh, Kirman dan isteri-nya, betah lima
tahun menunaikan tugas di Aceh.
Menumbuhkan Iman dan Merayakan Natal Pertama
Hari hari di Aceh selalu dibuka Soekirman dan isterinya, Sri
Wahjoe dengan doa, membaca Alkitab dan renungan harian
(sekarang terbitan Gloria), sekitar 15 menit. Setiap menghadapi
masalah pekerjaan yang berat dan sulit atau ada masalah yang
menakut-kan dalam kehidupan, Soekirman berpaling ke Bapa
dan merujuk pada ajakan Yesus dalam Matius 11 : 28-29
…“ Marilah kepada Ku semua orang yang letih lesu dan
berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu...
Belajarlah kepada Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah
hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”
Perayaan Natal pertama di Aceh dirayakan sangat sederhana,
khidmat bersama 4 orang anggota majelis lanjut usia pensiunan
ex pegawai PJKA (plus Sri Wahjoe) di Gereja Protestan Indo-
nesia Bagian Barat bersama 30 orang anggota jemaat yang
semuanya pendatang dari luar Aceh. Secara bergantian berlima
memimpin ibadah mingguan, karena gereja tak dikelola pendeta.
Ketika harus berkotbah, ia buka dengan doa dan merujuk
pada bekal buku kumpulan khotbah, klipping renungan minggu
MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN ACEH...
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
20
dari koran yang dibawa dari Jakarta serta memadukan dengan
jurus hasil latihan memimpin kebaktian dan renungan di GMKI
Bogor. Selanjutnya dibentuk kelompok kaum muda gereja.
Soekirman menapaki proses mengenali, merengkuh Yesus,
junjungannya, Sang Juru Selamat dengan lebih akrab. Ia mulai
belajar bagaimana berperilaku menjadi orang Kristen yang
seharusnya. Ia merindu, melayani Tuhan.
Aceh, Hidup di Alam Pancasila SejatiPada awal tugasnya pada tahun 1961, Soekirman ikut rapat
umum yang tak terlupakan sepanjang hidupnya. Ia harus
mengikuti kunjungan residen, wakil gubernur Haji Ibnu Saadan
menghadiri rapat umum di sebuah desa di kecamatan Silimeum
di sebelah timur kota Banda Aceh. Setiba di desa tersebut, tepat
waktu shalat Jumat. Semua orang masuk masjid. Mengetahui
bahwa Soekirman, pemeluk Nasrani, Ibnu Saadan menyilakan
dia untuk duduk dan menunggu di luar masjid.
Usai sembahyang banyak mata mengundang tanya tertuju
kepadanya. Residen Ibnu Saadan keluar dari pintu masjid dan
langsung bicara kepada banyak orang dan memberitahukan,
bahwa ia membawa tamu yang akan berceramah tentang gizi
dan kesehatan, namanya Mas Soekirman. Dia pemuda dari Jawa
dan ahli gizi yang ditugaskan oleh pemerintah pusat di Jakarta
untuk memperkenalkan dan menyebarkan pengetahuan gizi bagi
kesehatan masyarakat Aceh. “ Ia pemeluk agama Nasrani, karena
itu Mas Soekirman tidak ikut shalat dengan kita.” Kemudian
Ibnu Saadan menyalami Soekirman dan diikuti serentak oleh
21
banyak umat. Sambil bersalaman dengan banyak orang, Soekirman
tercenung dan dalam hati berdoa dan bersyukur. Rangkaian
peristiwa meyakinkan diri, bahwa kehadirannya sebagai orang
Nasrani di Aceh, bukan masalah.
Selama di serambi Mekah, Aceh, pak Kirman merasa manis-
nya hidup di alam Pancasila sejati. Orang saling menghormati.
Tiap hari Natal rumahnya penuh dikunjungi murid dan kenalan
yang mengucapkan selamat. Sebaliknya waktu Idul Fitri, ia dan
isteri keliling kota melakukan kunjungan silaturahmi dan meng-
ucapkan “Minal Aidin Walfaizin, Maaf Lahir Batin.” Keyakinan
ini menjadi bekal keberaniannya berkeliling Aceh.
Menjangkau Tapaktuan, Kutacane, TakengonSuasana Aceh tahun 1960-an masih tegolong daerah terisolir.
Perjalanan antar satu kota ke kota lain masih memakan waktu
2-3 hari, karena belum ada jalan aspal yang mulus, siap meng-
hadapi bus patah as, dan belum ada jembatan besar, kecuali
Medan ke Langsa, di Aceh Timur. Komunikasi via telepon pun,
masih sulit.
Selama lima tahun pak Kirman berkeliling ke seluruh
pelosok, kabupaten di tanah rencong, dari ujung barat daya di
Tapaktuan sampai ujung tenggara Kutacane, termasuk Takengon
di Aceh Tengah. Ia menggunakan bus umum dan sering ber-
henti di beberapa kecamatan dan ibukota kabupaten untuk
berceramah di depan pejabat daerah dan masyarakat. Ia melaku-
kan penyuluhan tentang gizi dan kesehatan.
MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN ACEH...
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
22
Ia bangga, bersyukur, rupanya inilah kehendak Tuhan mem-
buka kesempatan baginya untuk bertugas dan mengabdi di
daerah yang sulit dan terpencil bagi saudara-saudara di Aceh.
Aneka suka dan duka dinamika kehidupan dijalani bapak
dan ibu Soekirman, sambil terus belajar menghargai lingkungan
budaya dan agama setempat. Ini justru menempa kekuatannya
untuk mandiri, tak terpaku walau tanpa dukungan teknis atau
kebijakan dari pusat.
Untuk mencukupi kehidupan ekonomi talenta menulis
dimanfaatkan. Soekirman menulis buku berjudul Dasar Pokok
Ilmu Gizi, sebagai diktat dalam bentuk buku stensilan rapi. Itulah
buku pertama yang ditulisnya tahun 1962. Menjadi buku wajib
di sekolah perawat dan kebidanan tidak hanya di Aceh tetapi
juga di Medan. Selama 3 tahun keluarga Soekirman “dihidupi”
oleh buku ini. Arsip buku ini yang sudah menguning masih
tersimpan pada perpustakaan pribadinya di rumah.
Sukses Bersamalah, Jangan Bertepuk SendiriNiat dan tekad pimpinan, media massa cetak, media radio,
pimpinan mayarakat beserta masyarakat merupakan unsur pokok
keberhasilan upaya program kesehatan gizi Aceh. Istilah kini,
yang ilmiah, bagaimana sektor gizi dan kesehatan menggalang
kerja sama dengan mitra jejaring atau para pihak perorangan
atau lembaga yang peduli, stakeholders tentang gizi dan kesehatan.
Sejak awal, Soekirman merasakan pentingnya menggalang
kerja sama lintas sektor. Dengan dinas pertanian bersama
23
berbagai organisasi wanita melakukan penyuluhan gizi dengan
ceramah-ceramah, pameran, dan kebun percontohan berbagai
jenis makanan pokok dan sayuran.
Aceh Menggeliat, Indonesia BangkitDi dalam situasi apa pun Aceh terus bergulat. Kilas maju,
fast forward tak dinyana, tak diduga pasca 2000-an, Indonesia
terguncang bencana, tsunami memporak-porandakan pantai barat
Aceh, Nias dan Pangandaran yang jelita. Gempa merekahkan,
melantakkan tanah Bantul, Jogya. Sulur-sulur bantuan kemanu-
siaan manca negara turut membantu menolong korban dan swa-
upaya masyarakat membangun diri bangkit kembali, Aceh yang
menggeliat, mampu bangkit dan membangun swa-kekuatan gizi
masyarakat pada 60-an, semoga mengilhami, kita semua
membangun Indonesia kini dan mendatang.
MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN ACEH...
24
Bab 4.Ke Jakarta,
Memancang Akademi Gizi sambil Belajar(1966-1973)
Mewujudkan Gagasan Poerwo Soedarmo MembantuTarwotjo Membangun Akademi Gizi di Jakarta
Kita semua patut menghargai jasa Prof.DR.dr.PoerwoSoedarmo, yang pada tahun 1982 diangkat sebagaiBapak Perintis Gizi Indonesia oleh Persatuan Ahli
Gizi Indonesia (Persagi). Ia adalah dokter pemerintah di Serangyang pada tahun 1949 keluar dari pemerintah dan bekerja sebagaidokter kapal. Tahun 1945 ia berlayar ke Belanda untuk belajarmalaria. Dalam perjalanan ketemu seorang ahli gizi Belandayang mendorong ia untuk mempelajari gizi. Ia terkejut membacabahwa sekian besar bangsa Indonesia kelaparan dan kekurangangizi. Selanjutnya mengikuti kursus di London dan mendalamiilmu gizi di Harvard School of Public Health, Amerika. Tahun1950 kembali ke Indonesia dan diangkat oleh Menteri Kesehatanwaktu Dr. J. Leimena menjadi Kepala Lembaga Makanan Rakyat(LMR) yang waktu Belanda disebut Instituut voor Volks
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Prof. Soemarno, profPoerwo dan Soekirman
25
Voedings. Poerwo Soedarmo memulai tugasnya dengan men-didik ahli gizi dan penyuluhan gizi. Tahun 1950 dia mendirikanSekolah Ahli Diit 2 tahun untuk memenuhi tenaga ahli diit diRSCM dengan guru-guru dari Belanda. Tahun 1953 ditingkatkanmenjadi Sekolah Pendidikan Nutrisionis dan Ahli Diit 3 tahundari lulusan SMA/B. Mula-mula kuliah dan praktek di gedungLembaga Eijkman yang juga menjadi kantor LMR. Tahun 1956SAD pindah ke Bogor menempati kampus kecil yang lengkapsarananya. Tahun 1965 atas perintah Menteri Kesehatan, APN-AD dipindahkan ke Jakarta untuk disatukan dengan pendidikantenaga kesehatan lainnya. Dari kampus yang fasilitasnya cukuplengkap harus mau menerima keadaan menjadi sekolah tanpafasilitas yang memadai.
Pak Tarwotjo diserahi tugas, pertama yang dipikirkan PakTarwotjo, bagaimana menjaga kesinambungan proses belajarmengajar serta mengatur proses perpindahan Akademi Gizi dariBogor ke Jakarta, tepatnya di jalan Hang Jebat, Kebayoran Baru.Mayoritas karyawan yang berdomisili di Bogor tak ikut pindahke Jakarta, karena bagi mereka tak tersedia perumahan di Jakarta.
Pak Tarwotjo mengajak Mas Soekirman dan berawal daritiga orang untuk membangun Akademi Gizi di Jakarta, tentu sajapenuh liku-liku.
Idem : Tarwotjo (alm), Muhilal,Soekirman
MEMANCANG AKADEMI GIZI, SAMBIL BELAJAR (1966-1973)
Tokoh gizi : Tarwotjo (alm), DarwinKaryadi, Soekirman
Menurut Prof. Dr. Muhilal, kerjasama yang paling menonjoladalah dengan pak Tarwotjo. Keduanya seperti “tumbu-tutup,”(Jawa) alias saling isi-mengisi. Keduanya saling menghargai satusama lainnya.
Kilas maju, hasil laporan kunjungan kawan-kawan Depar-temen Kesehatan yang mempelajari desentralisasi di Filipinaawal 2000, serapan anggaran pendidikan cukup tinggi, sukses,namun ketika dianalisis lebih rinci ternyata serapan anggarandiprioritaskan untuk bangunan dan infrastruktur sekolah, fokus-nya bukan membangun piranti lunak dan pendidik untukmembangun sumber daya manusianya. Pengalaman di HongKong 2005 sama saja, orang pendidikan sibuk, swa-kritikmenyatakan biaya terfokus untuk mendirikan bangunan daninfrastruktur pendidikan, namun pembangunan piranti lunakkurang diprioritaskan. Kalangan bisnis Hong Kong sudah taksabar mendambakan SDM yang handal untuk menunjangpertumbuhan ekonomi.
Tetapi duet Pak Tarwotjo-Soekirman justru memprioritaskanSDM gizi. Tak bisa dipungkiri, para ahli gizi meretas dari sinidan terus berkembang hingga kini.
Tujuan pak Tarwotjo dan pak Kirman serta kawan-kawansemua ingin membangun manusia, mendidik para SDM,Akademisi Gizi yang handal.
Pada tahun 1979 dengan dukungan Bank Dunia, pengembanganpendidikan gizi dilaksanakan dengan melengkapi prasarana dansarana termasuk pengiriman SDM ke Amerika untuk menempuhpendidikan gizi dengan strata yang lebih tinggi. Setelah kembalimereka menjadi perencana program, pengajar, pendidik, peneliti
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
26
dan berbagai jabatan pada berbagai instansi. Selain AkademiGizi, Pendidikan asisten ahli Gizi juga dibentuk."Oh, ya mengapa pimpinan dan pengelola proyek lebih sukamembangun gedung pendidikan, ketimbang membangun manu-sia ? Alasan mungkin lebih mudah mengatur sedikit kontraktor,nama bisa lebih cepat, langsung diabadikan di prasasti, peluangmenerima surung-balik, kickback lebih primpen buat yang ter-belenggu sistem dengan hati yang tak bening. Coba bandingkandengan membangun ribuan manusia, mendidik siswa, sulit dandampak sukses lama."
Dampak panenan baru lebih terasa, pasca 20 tahun kemudian,ketika para ahli gizi kini, telah tersebar di seluruh Nusantara.
Pendidikan gizi masyarakat kesehatan dilanjutkan Kirmandengan menulis rubrik gizi di majalah Mutiara, Jakarta. Per-kenalan pertama Hamakonda S Th. dengan Kirman via tulisan-nya, itulah. Selanjutnya keakraban terjalin ketika sama-samamengajar di Akademi Gizi, Departemen Kesehatan. Hamakondamenjadi dosen tak tetap untuk mata kuliah agama KristenProtestan, sedangkan ia menjadi dosen tetap. Coba tebak apayang menarik? Ternyata keduanya di bawah pengaturan kelolasang isteri, Sri Wahjoe yang waktu itu menjabat direktur AkademiGizi di Jakarta.
Menakik Ilmu Kesehatan MasyarakatDari hasil perenungan dan pergumulan kehidupan di Aceh,
pak Kirman menyimpulkan menjadi ahli gizi masyarakat yangtangguh, berkompetensi dan dihargai orang, tidaklah cukupdengan penguasaan ilmu pengetahuan dasar ilmu gizi saja.
Diperlukan wawasan yang lebih luas, kita butuh pendidikanpengetahuan sosial, ekonomi, politik, budaya dan komunikasi.
27
MEMANCANG AKADEMI GIZI, SAMBIL BELAJAR (1966-1973)
Soekirman, M.P.S. ’74, Ph.D. ’83
Fighting the fight for nutrition as key to economicand social development
Ask Dr. Soekirman what,in his long and distin-
guished career with the Indone-sian Ministry of National Devel-opment Planning, gives him themost pride, and he goes back towhere his go vernment service be-gan: in the remote pr ovince ofAceh, home to four million peo-ple. In 1960, fresh out of college,he was posted ther e as a juniorcommunity nutrition field-work-er.
“I started from zero. In thosedays nobody kne w what nutritionwas or how important it istohealth,” he says. “By the time Ileft five years later, a nutritionsection had been established imthe local health department.”
Today, Indonesia’s 204 millionpeople—scatter ed among 5 largeislands, 30 smaller ones, andmore than 17,500 othersthroughout the I ndonesianOcean—all are served by go vern-ment-sponsor ed nutrition pro-grams. Consequently , the preva-lence of pr otein energy malnutri-
tion and micronutrient, iron, andiodine deficiencies has declinedsignificantly. Soekirrman is nowa professor of nutrition in theFaculty of Ag ficulure at BogorAgriculture University (IPB) inBogor, Indonesia.
“Of all the division’s alumniwhom I have known in the past25 years, Soekirman has, throughhis leadership positions m go v-ernment, elevated the nutrition-al status of the greatest numberof people,” says DNS dir ector JereHaas. “In his 30 year career, Soe-kirman has been outstandinglysuccessful in cr eating nation widenutrition policy because heknows from experience the typesof local programs that really workand how to mobilize resources toaddress the most impor tant pub-lic health problems.”
He never swayed from his con-viction that nutrition was a sci-ence that could be applied to ben-efit the nation. Soekir-man sayshe learned this at Cornell.
“I always think in my mindthat I have to do my best becauseI am a Cornellian,” he explains.“That’s always been my philoso-phy, thank God, throughout mywhole career. This belief hashelped me succeed in fighting fornutrition.”
It has never been easyThe hardest time of his life, he
says, was when he returned toJakarta from Cornell to assume astaff position in the Bureau ofHealth and Nutrition in the In-
donesian Ministry of N ationalDevelopment P lanning (BAPPE-NAS). Soekirman’s thesis, Priori-ties in Dealing with NutritionProblems in Indonesia, had beenpublished as a monograph by thedivision, yet he met with noth-ing but resistance, he explains.
“Economists are very skepticalof nutrition because it’s not math-ematical, not quantifiable,” saysSoekirman of his colleagues inBAPPENAS who were, to a man,economists. I f I had not had selfconbJence and knowledge in myfield,” he adds, “I would havebeen de≠feated in selling the im-portance of nutrition.”
Although Soekimman had re-ceived a bachelor of science de-gree in nutrition at the Academyof Nutrition, Indon≠esia, it wasduring his M.PS. program atCornell, he says, that he leamedthe key to success: r ecognize nu-trition as central to a country’seconomic and social dev elop-ment. Instead of concentratingsolely on nutrition in his master’s(and later Ph.D.) program,Soekirman’s faculty adviserMichael Latham, professor of in-ternational nutritional sciences,urged him to take a broad rangeof courses in all areas pertainingto international development.
“Because of this approach,when I retumed I knew how totalk with economists, ho w to usetheir language and their terminol-
Alumni News
Cornell University Nutrition Newsletter/May 2003
ogy to persuade them that nutri-tion can be incorporated into de-velopment,” S oe-kirman says.“Eventually, the politicians lis-tened to me and believ ed me,too .”
He was so successful that hespent the next 15 y ears risingthrough the ranks of BAP-PE-NAS, until he retired in 1996 asdeputy minister for human devel-opment, o verseeing departmentsresponsible for all of the countr y’ssocial and cultural affairs andplanning–everything from heathand the environment to educa-tion and social affairs.
In 1998, the Indonesian gov-ernment ceased to dominate, nu-trition programming and beganinviting food industries, non go v-ernmental organizations, andprofessional groups to form par t-nerships joining the public andprivate sectors Soekirman found-ed one of the most influential ofthese, the I ndonesian Fortifica-tion Coalition, with the goal ofpromoting an expansion of foodfortification programs. He cur-rently holds the post of dir ectorof the coalitions board of advis-ers. He is also the chairmam ofthe exper t working group of theNational Council of Food Secu-rity, a council chaired by the In-donesian president and ministerof agnculture.
Since the 1980s, Soekirmanhas lectured on nutrition at IPB.He retired from BAPPENAS tofull time teaching in 1996. Inaddition, he is the director of theuniversity’s Center for Food andNutrition Policy Studies, whichstrives, he says, to become “ a lead-ing research center in providingdata and information as well as a
conceptual framework on foodand nutrition for policy, plan-ning, and program purposes aspart of national effort to achievefood and nutrition security.”
The center conducts and r e-views studies in the field of foodamd nutrition policy and pro-gramming; provides informationon food consumption behaviorand food marketing strategies asthe basis of agribusiness and foodindustry development; conductstraining in policy and programanalysis on food and nutrition;and provides data on food andnutrition for education, business,and the formulation of policy andprograms.
Recently, Soekirman foundedthe Indonesian Institute of Nu-trition. Soon to be up and run-ning, the institute will focus onresearch in biomolecular nutri-tion.
Soekirman’s eflforts have notbeen confined to ser ving only thepeople of the four th largest coun-try in the world. From early in
his career, he has shared vvith theinternational community his ex-pertise about how to introducenutrition planning in developingcountries. He has served as amember of the I nternational Nu-trition Planners Forum (spon-sored by the U S. Agency for I n-ternational Development), theadvisory group of the U nitedNations Sub-Committee on N u-trition, and the scientific boardof directors of the I nternationalLife Sciences Institutes in South-east Asia, among others. In addi-tion, he continues to be a highlysought speaker at internationalconfer ences and consultativ egroups sponsor ed by various in-ternational agencies such as theMicronutrient Initiative,UNICEF, and the World HealthOrganization.
“Although I have been in-volved in so many belds of de-velopment, I am still a nutrition-ist and proud of it,”Soekirmansays. When asked what he wouldmost want other DNS alumnito know about his life, he replies:The career of a nutritionist is fullof fighting. You have to have avery high spirit, be consistentand persistent, and everywhere,everywhere you have to fight,fight for nutrition.”
Although Soekirman
received a bachelor of
science in nutrition at
the Academy of
Nutrition, Indonesia it
was during his M.P.S.
program at Cornell, he
says, that he learned the
key to success:
recognize nutrition as
central to economic and
social development.
≈The career of a
nutritionist is full of
fighting. You have to
have a very high spirit,
be consistent and
persistent, and every-
where, you have to fight,
fight for nutrition ≈
8
Perlu pula menjaga integritas diri disertai proses mematangkandiri, dan kepribadian yang menjadi.
Niat belajar dan permohonan Pak Kirman melanjutkansekolah ke Jakarta pada tahun 1965, ditolak atasan di Aceh,karena belum ada pengganti. Ia berdoa pada Tuhan yang dikasihi-nya, setahun sesudahnya doa didengar, seorang rekan ahli gizisukarelawan siap menggantikannya, tongkat estafet dipegangpak Edi Sutantyo.
Pada waktu yang bersamaan pak Kirman meluaskan wawasandan mencari basis pengetahuan untuk meningkatkan kompetensi.Ia berhasil meraih pengetahuan dan gelar sarjana kesehatanmasyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasIndonesia, pada tahun 1969.
Limpahan berkah terus mengalir, ia mendapat kesempatanmengikuti kursus tentang public health nutrition, selama 6 bulandi Columbia University, New York. Hasil kursus pendalamanpengetahuan tentang ilmu komunikasi dan penguasaan komuni-kasi yang anggun dan baik, ia percayai, sangatlah penting. Iaterus menggunakan dan menerapkan ilmu komunikasi sepanjangkarirnya.
Kesimpulan pengalaman pembelajaran, ilmu komunikasimerupakan salah satu kompetensi ilmu yang harus dimiliki olehpara ahli gizi pada jenjang mana pun ia berada.
Mempromosikan Gizi-Kesehatan via PenelitianDedikasi, ketekunan, integritas dan kemampuan Soekirman
memberikan yang terbaik, dilirik orang, ia diajak penelitian.besar tentang “Anemi dan Produktivitas Kerja pada BuruhPembangunan Bendungan Rentang Cirebon, dan Buruh Per-
30
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
kebunan Karet di Sukabumi.” Penelitian ini merupakan kerja-sama antara Departemen Kesehatan dengan ”MassachussetsInstitute of Technology, (MIT) Boston” dan Bank Dunia. Iamenjadi koordinator lapangan. Dan ia terlibat dalam pemberiansuplemen zat besi untuk ribuan penyadap karet. Hasil penelitianmenyimpulkan pertama kali hubungan keterkaitan yang nyataantara produktivitas dan status gizi, dalam hal ini anemia.
Keberhasilannya mensukseskan penelitian di Sukabumi ini,membuat Prof. Scrimshaw, pimpinan tim peneliti MIT berbuahmanis dan ia direkomendasikan untuk meneruskan studi lanjutandi Cornell University atas biaya USAID.
Ia merenungi dan mensyukuri sukses, yang ia yakini pastimerupakan campur tangan kerja dari Yang Maha Pengasih,rupanya rencana Tuhan sejalan dengan panggilan hidupnya.
Soekirman mondok di Ithaca pada tahun 1973 -1974. Iamenyelesaikan studi master dalam bidang InternationalDevelopment dengan tesis yang ditulisnya berjudul “PrioritiesDealing with Nutrition Problems in Indonesia.” Tesisnyadianggap menampilkan hal-hal baru, kemudian diterbitkan olehCornell University.
Cintanya pada budaya, tak pernah lekang, seiring ilmu gizi,pak Kirman, belajar menabuh gamelan Jawa dalam program,sitting in, ikut pelajaran tanpa ambil kredit pada departemenmusik, Universitas Cornell. Universitas Cornell, memangmerupakan salah satu universitas yang terkenal dengan kepeduliandan program studi mengenai negara-negara di Asia, termasukIndonesia selain Hawai dan Bloomington, Indiana.
31
MEMANCANG AKADEMI GIZI, SAMBIL BELAJAR (1966-1973)
Bab 5.Betah Mengabdi di Bappenas
(1975-1996)Yak opo, aku ditawani, melebu nyang Bappenas,
yo tak saut, seneng rek, tur jebule betah
Penggodokan diri di Cornell University, Ithaca,membuat pak Kirman, kini lebih mendalami bagaimanamengaplikasikan pengetahuan gizi ke dalam pem-
bangunan sosial ekonomi nasional. Entah karena publikasitesisnya, entah karena saran kawan, pak Kirman dipanggil danditawari tugas di Bappenas. Pak Kirman menyambut danmenerimanya dengan senang dan bangga. Rasanya Bappenasmerupakan lahan perjuangan untuk memasyarakatkan gizi,cocok bagi dirinya dalam mengaplikasikan ilmu yang telahdipelajarinya.
Ayam Dulu, Telur DuluGurau Christian MA S.Th., ”Pak Kirman harus mau me-
nerima tugas gerejani, menjadi pimpinan dan mengelola jemaatgereja” Mengapa? Faktanya setiap ia mendapat tugas menjadimajelis (pimpinan, pengelola jemaat) gereja, selalu Soekirmannaik jenjang pangkat atau mendapatkan promosi jabatan di
Bappenas. Apa kata Soekirman ? Ia menganggap semua kejadian
merupakan anugerah Tuhan. Basis pedoman hidupnya merujuk
pada petikan Alkitab Injil Matius, “Carilah dahulu Kerajaan
Allah dan kebenarannya dan semuanya akan ditambahkan
kepadamu. ”
32
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Awal jenjang karir Pak Kirman diawali sebagai pegawainegeri Departemen Kesehatan golongan II-e di Aceh, (1960),melonjak ke golongan III-a di Jakarta (1966). Tekadnya bulat,ia memilih dan beralih satuan induk barunya di Bappenas, tetapiNIP tetap kepala 14 (Kesehatan). Di Bappenas karirnya berkibar,dimulai sebagai staf perencana biasa tanpa eselon (1975-1983),naik menjadi Kepala Biro Kesehatan dan Gizi, eselon dua (1983-1988) dan ia dipromosikan sebagai Deputi Ketua BappenasBidang Sosial Budaya (1988-1993), dan Deputi Ketua BappenasBidang Sumber Daya Manusia (SDM) dengan pangkat IV-e(1993-1996), eselon satu, seluruh prosesnya berjalan mulus dantepat waktu.
Dari Penyuluh-Advokator Menjadi Perencana-PenentuKebijakan
Masa itu, ketika pembangunan menjadi panglima, rencanapembangunan lima tahun yang digalakkan pemerintah, haruslahdidukung, perencanaan terpadu yang handal. Bappenas merupa-kan lembaga, badan perencanaan pembangunan nasional, yangcukup berkuasa. Di dalam dapur kebijakan strategis pembangunannasional, negeri tercintanya Indonesia, Bappenas Soekirmanberkiprah sekitar 20 tahun.
Dari seorang penyuluh-advokator gizi-kesehatan, kiniSoekirman beralih peran dan harus mengubah perilaku menjadi
perencana strategis dan penentu kebijakan. Tentunya terbayang
baginya, program yang dirancang, bagaimana pelaksanaannya
di lapangan. Dalam masa kiprahnya Pak Kirman dengan gigih
berhasil memperjuangkan dan memasukkan gizi sebagai agenda
BETAH MENGABDI DI BAPPENAS (1975-1996)
33
34
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
penting dalam pembangunan nasional. Dalam Repelita III sampai
VI, Gizi dimasukkan sebagai Bab tersendiri: Bab Pangan dan
Perbaikan Gizi. Karena itu dalam tahun 1970-an sampai awal
1990-an, berbagai program gizi berskala nasional dapat diwujud-
kan, dan membawa dampak positif dalam perbaikan gizi.Mengenai kepindahan Soekirman dari lapangan di Aceh, ke
pendidikan di Departemen Kesehatan kemudian menjadiperencana ke Bappenas dan kembali lagi ke pendidikan di IPB,dr. Benny Soegianto berkomentar bahwa Soekirman adalah
adalah satu dari sedikit manusia Indonesia yang mampu ber-
metamorfosa. Berpindah-pindah lingkungan kerja dengan terus
berprestasi. “Sangat sulit bagi seseorang untuk beradaptasi
dengan lingkungannya yang baru untuk selalu bekerja keras dan
konsisten terhadap ilmu gizi dan perkembangannya”, kata dr.
Benny
Sosok Pemimpin bak Prabu KresnaIdaman atau utopia, mencari sosok pemimpin bak Prabu
Kresna, mungkin saja sosok para atasannya di Bappenas, tak
memenuhi seluruh ciri Prabu Kresna. Yang pasti beberapa ciri
sangat mencuat. Keteladanan Prof. Widjojo Nitisastro, Prof.
Sumarlin, Prof. Saleh Afiff, dan Prof. Ginanjar Kartasamita
menciptakan suasana saling menghargai hasil karya, meritokrasi,
integritas, etos kerja keras, dan terkesan materi bukanlah acuan
hidup utama. Suasana inilah yang membuka peluang melapang-
kan jalan karir Soekirman. Padahal era suasana kerja waktu itu
di banyak lembaga lain, masih kental dilumuri dengan sajian
35
BETAH MENGABDI DI BAPPENAS (1975-1996)
Meja kerja Deputi SDM Santai sesudah upacara pengukuhan gurubesar IPB 23 Oktober 1991 : dari kanankekiri , Hidayat Syarif, menteri Saleh Afiff,Fasli Jalal, Triono Sundoro, Soekirman
Saleh Afiff (alm) dengan Ibu, IPB 1991 Menteri Ginanjar – menyematkan tandajasa Satyalancana 1996
Foto bersama semua staf Deputi SDM. 1996
36
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
kudapan Asal Bapak Senang (ABS) dan mono-loyalitas beku
yang memasung kreativitas. Sungguh untung Bappenas memiliki
pimpinan yang bernilai dan peka untuk kemajuan. Sisi inilah
yang menjadi berkat bagi masa terbaik, tumbuh-kembangnya
kehidupan Soekirman.
Mengembangkan Meritokrasi, Etos Kerja danKeteladanan
Nilai meritokrasi, integritas dan etos kerja yang dibangunProf. Widjojo Nitisastro dan pimpinan di Bappenas menjadi nilaiyang dikembangkan oleh Soekirman.
Etos kerja oleh Soekirman berakar pada penghayatan imanyang terwujud menjadi batu keteladanan bagi jajarannya diBappenas. Ia datang paling pagi, sebelum staf tiba dan meng-awalinya dengan doa sendiri, mohon pimpinan Tuhan, sebelumia melaksanakan pekerjaannya. Dan ia pulang paling sore ataumalam, setelah staf pulang. Tanpa Tuhan mustahil ia dan jajarandapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Istilah lain iaworkaholic. Dia juga mengajari jajaran stafnya, di Bappenasuntuk bekerja secara tersistem. Bekerja untuk Tuhan, itulahsemboyan yang diajarkan oleh Soekirman kepada mereka,sehingga semua orang bekerja dengan suka hati, bukan diwarnaisungut, karena pemahaman, penghayatan mengenai kerja. Darisana terbangun sebuah etos kerja yang baik. Tak ada orang yangharus diperintah terlebih dahulu baru bekerja. Semua orangmampu bekerja secara mandiri.
Nina Sardjunani, Martini, maupun Ferry Tulung, sangatdekat dan menganggap pak Kirman sebagai orangtua, guru dan
37
teman atau koleganya. Nina, kini staf ahli bidang SDM di
Bappenas, bercerita. “Pernah suatu malam Pak Kirman sedang
rapat dengan Menteri. Sudah jam 9 malam, semua staf sudah
pada pulang. Tinggal saya sendiri di ruangan. Saya memang
sengaja menunggu Pak Kirman, karena besok pagi saya harus
berangkat ke Bangkok. Maksud saya menunggu Pak Kirman,
untuk pamit kalau besok pagi berangkat” ujar Nina. Waktu itu
isterinya sedang di rumah sakit jantung Harapan Kita menjalani
kateterisasi untuk menentukan pembuluh darah jantung yang
tersumbat. Malam itu, dia tidak sempat menjagai isterinya di
rumah sakit karena harus rapat dengan menteri.
Usai rapat, Soekirman masuk ruang. Melihat semua sudah
sepi meledaklah Soekirman. Rupanya ada tugas yang harus
dikerjakan untuk esok pagi. “Wah, istilah mayanya, gempa
bumi”, pikir Nina. Arti istilah gempa bumi artinya kalau ada
pekerjaan yang menebarkan ketegangan. Nina sabar melayani
“Bapak sudah makan?”, tanyanya. Dijawab Soekirman,
“Belum.” Nina segera mencari makan malam buat Prof.
Soekirman.
Sementara Prof. Soekirman makan malam, Nina menelepon
semua staf yang sudah pulang. Ada yang masih di tengah jalan
disuruh kembali. Yang baru masuk rumah pun tidak jadi pulang.Martini, ketika itu baru tiba di rumahnya di Ciledug. Mendapattelepon seperti itu langsung balik kanan menuju kantor.
Pekerjaan malam itu dapat diselesaikan jam 5 pagi esokharinya. Nina mencoba bertanya tentang keadaan ibu Soekirman,tetapi Soekirman memang tidak sempat berpikir. Pasrah! “Saya
BETAH MENGABDI DI BAPPENAS (1975-1996)
38
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
melihat Pak Kirman pasrah dan percaya bahwa Tuhanlah yangmerawat isterinya ketika beliau tidak sempat merawatnya. Beliausangat percaya bahwa Tuhan memeliharanya”, ujar Nina.Ternyata buah dari iman seperti itu sangat terasa. Tugas yangdikerjakan selesai dan proses kateterisasi ibu Soekirman berjalanbaik, sehingga besok harinya sudah boleh pulang. Nina danMartini mengaku, itu sebagai buah iman dan dianugerahkan olehTuhan sendiri. “Saya pribadi belajar bekerja dari beliau, bekerjadengan sukacita”, akunya.
Menuju Kesempurnaan KinerjaNina lima belas tahun bekerja, menjadi anak buah Soekirman
merasakan bimbingan dan keteladanan yang luar biasa, bukansaja dalam hal pekerjaan tetapi juga kehidupan secara keseluruhan,termasuk hal-hal yang bersifat rohani. Pak Kirman tak hanyamendoakan, bahkan mengajarinya berdoa.
Cerita Nina itu dibenarkan oleh Martini yang menurut Ninamerupakan tangan kanan Soekirman. Sampai dengan pensiun
tahun 1996, menurut Martini, “Pak Kirman telah memberi warnatersendiri di lingkungan kerja. Bagaimana cara Soekirmanmendidik anak buahnya itu. Martini mengaku, “tiada hari tanpateguran.” Keras! Disiplin! Karena beliau memang tipe seorangyang perfeksionis,” akunya.
Martini memahami keinginan Soekirman ”memang beliau
suka marah, tetapi itu karena beliau ingin hasil yang sempurna.Juga kehidupan imannya, tidak main-main”, ujar Martini.Kehidupan rohani Nina sebagai orang Kristen terbentuk dariketeladanan Soekirman, kemudian menjadi pengganti ayahnya.
39
Menurut Nina, Pak Kirman tidak hanya mengajari tetapi juga
“memberi contoh langsung.” “Ibarat guru SD mengajar menulis,
tidak hanya menyuruh tetapi memegang tangan kita bagaimana
menulis. ” Nina memberi contoh, ketika harus membuat lampiran
pidato presiden, konsep dari staf langsung dikoreksi menjadi
naskah jadi.“ Itu yang kemudian saya terapkan dalam pekerjaan
saya. Selama lima tahun menjadi direktur, pekerjaan dari staf
itu adalah konsep final, sesudah itu menjadi tugas saya untuk
menjadikan naskah final untuk pimpinan,” ujar Nina.
Tak Terasa Darah Tinggi, MerayapiDaya kerja yang berputaran tinggi, bak mesin menyala 24
jam dan ditaburi stres, mengakibatkan penyakit darah tinggi
merayapi raganya. Ini diketahuinya, sewaktu mengikuti
penataran P4 untuk Eselon I di Istana Bogor, Januari 1995. Ia
pusing sampai pingsan dan dirawat di rumah sakit tentara, Bogor.
Sejak itu ia secara teratur periksa ke dokter ahli jantung Dr.
Kaligis, RS Harapan Kita. Ia teratur minum obat anti tekanan
darah tinggi tiap hari, sehingga tekanan darah tinggi aman ter-
kendali. Ia sadar perlunya menghindari risiko strokes dan
komplikasi atau penyakit akibat penyakit darah tinggi. Beberapa
tahun kemudian, ia terkadang merasakan sakit di dada.
Tanpa Sandaran Hati Sri Wahjoe, Apa Jadinya ?Sang kekasih yang menjadi isteri mencintai Kirman sepenuh
hati, peran belahan sukma sangatlah penting, tanpa Sri apa
jadinya, skenario kisah kehidupan Soekirman tak seperti
sekarang.
BETAH MENGABDI DI BAPPENAS (1975-1996)
40
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Semua urusan keluarga diurus bu Sri Wahjoe, dengan sebaik-baiknya sebagai tempat batu sontohan suka dan duka, temanberdoa. Tidak itu saja, bu Sri Wahjoe berperan ganda mengem-bangkan karir dirinya dengan menebar, turut menggizikanmasyarakat di Aceh, pada Akademi Gizi, Jakarta.
Sri Wahjoe selalu setia menemani, di tengah badai apapun.di malam sepekat apa pun, nan sepi, Sri Wahjoe selalu mendam-pingi, bahkan memberi saran urun rembug (Jawa), curah pen-dapat dimana saja di Aceh, di Jakarta, di Amerika, dimana saja,sepanjang hayat.
Ketika Bob Tilden, menginap di rumah Kirman, jam 3.00dini hari, Kirman masih asyik terjaga dan membaca meningkat-kan kompetensi ilmu gizinya.
Siapa teman di malam sepi, sang bidadari cantik sewaktuKirman terbaring tanpa daya, ketika serangan jantung, ketikajiwa meronta, dan bertanya, selalu ada sang kekasih Sri Wahjoe.Kehidupan merpati bahagia ini jauh dari riak isu, dan tak terjebakinfotainment. Walaupun mereka tak mempunyai anak kandung,apa kata Soekirman, tentang ini? Baca lanjut, kisah kehidupanSoekirman.
Mendampingi Kekasih, Bedah Jantung di RS St Vincent,Sydney
Bukan Soekirman yang dinyatakan menderita penyakitjantung, tetapi justru istrinya Sri Wahjoe. Dr.Kaligis Sp JantungRS Harapan Kita mengharuskan Sri Wahjoe segera melaksana-kan bedah pintas jantung, karena sebagian besar aliran darah kejantung, tersumbat. Atas saran teman dokter di Depkes ia dibawake Sydney, Australia untuk menjalani operasi by-pass jantung.
41
Siapa yang tak terguncang, sewaktu belahan jiwa harus bedahpintas jantung. Pikirannya galau, cemas, takut dan khawatirmelanda. Para pendeta, anggota majelis dan teman dan anggotajemaat lainnya di GKI Kebayoran bersama mendoakan,menghibur dan menguatkan dirinya dan Sri Wahjoe, isterinyadalam menghadapi pergumulannya.
Ketika sorang perawat pra-pembedahan menanyakan, ”Sir,would you like to say Good Bye to your wife?” Serta merta iaterhenyak dan meneteskan air mata. Ia hanya melambaikantangan, dan Ibu Sri melihatnya di bawah selimut. Kata good byemencemaskan ia semalaman.
Kecemasan baru hilang setelah dia bedoa dan berserah,kehendak Tuhanlah yang jadi. “Mendekati dini hari doanyaterkabul ada kabar via telepon dari ICCU, bahwa bu Sri telahsadarkan diri dan operasi sukses. ”Puji Tuhan,“ ucapnya.
Untung ada GKI Sydney yang beraliran “Presbyterian,untung ganda ada pendeta Martin Sinaga STh, yang pernahmagang praktek di GKI Kebayoran. Semua kawan baru mem-buatnya kerasan (Jawa), bak di rumah saja, serasa tak dirantau.Dan secara bergiliran teman baru gereja menjenguk bu Sri, duaminggu pasca bedah berlalu, tak terasa.
Hasil diskusi dengan Dr. Kaligis yang menyertainya keSydney, keduanya menakik pengalaman manajemen perawatandi rumah sakit modern seperti di St. Vincent, Sydney. Serba cepatdan efisien serta menyenangkan klien dan keluarga. Keselarasanperalatan canggih, modern diimbangi kecanggihan unsur layananmanusia: dokter, perawat, staf rumah sakit lainnya, dampaknyaklien merasa bak di rumah dan dihargai. Semua itu menurut
BETAH MENGABDI DI BAPPENAS (1975-1996)
42
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
pengamatan Soekirman masih sulit ditemukan di Indonesia,waktu itu.
Pertanyaan, kini dan mendatang bagaimana layanan kesehatandi Indonesia, kompetensi okekah dan layanan manusiawikah dialam yang terlanda layanan swasta, komersialisme. Bagaimanamenyeimbangkan layanan kesehatan publik?
Pak Kirman mencatat beberapa program gizi nasional yangdilaksanakan dalam kurun waktu Repelita, yaitu: UpayaPerbaikan Gizi dan Keluarga (UPGK) berserta dengan Posyandu,Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), PembangunanKetenagaan Gizi di Akademi Gizi, IPB dan FKM-UI (fisik danbeasiswa), Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS), serta survei nasional dampak suplementasi vitamin Aterhadap kematian balita, dan survei nasional masalah gangguanakibat kurang yodium (GAKY).
Tahun 1980 Soekirman mendapat surat dari almamaternya,Cornell University yang memberitahukan bila ingin menyelesai-kan program S3 alias doktor, ini adalah batas tahun terakhir.Soekirman mengajukan surat tersebut kepada atasannya diBappenas, dan ia mendapatkan ijin.
Berkiprah di Persagi, Organisasi ProfesiDalam Organisasi Persatuan Ahli Gizi, Soekirman juga
berkiprah sepenuh hati, ia selalu bersedia mendengarkan apasaja, saran ide dalam meningkatkan kinerja organisasi. Tentunyaini semua berkat kepedulian kawan-kawan di Persagi. Secararutin pun, Persagi setiap tahun mengadakan kongres nasionalyang disertai ajang temu ilmiah untuk saling berbagi ilmu.
43
Tak Bisa Menghindar, Pintas Jantung MenantiSatu kali serangan nyeri dada memuncak sampai sesak nafas,
ia pulang lebih awal dari acara kongres teknologi pangan
internasional di Seoul tahun 2001 yang belum usai. Nyeri dada
terbit dan tenggelam, suatu minggu pasca kebaktian, langsungia dibawa isteri, bu Sri ke UGD RS Pondok Indah. DiagnosisSoekirman mengalami penyempitan pembuluh darah koroner.Konfirmasi didapatkan dari hasil katerisasi jantung di RSHarapan Kita, sumbatan multipel pada banyak cabang pembuluhdarah di jantung. Tidak ada jalan lain harus operasi.
Menurut dokter Meizul Sp. Bedah Jantung yang memimpinoperasi dalam percakapan persiapan menyatakan kini, diantara100 pasien yang menjalani bedah jantung risiko klien kemung-kinan gagal atau tak siuman lagi, hanya 1 orang. Doa Pak Kirmanpendek pra-bius, ”Terima kasih Tuhan, persiapan bedah baik,kesehatan saya prima. Berkatilah dokter dan para asisten agardapat menjalankan operasi dengan baik, bila kehendak Mu lain,sehingga saya termasuk yang 1 persen, gagal, maka kehendakMu-lah yang jadi.” Doa juga ia panjatkan bagi para pilot danTuhan, setiap bepergian dengan pesawat terbang. Supaya lepaslandas dan mendarat dengan mulus dan selamat. Sesudah ituSoekirman mengaku tidak tahu apa-apa lagi sampai sadarkandiri di ruang ICU jam 03.30 dinihari. Menurut penuturan SriWahjoe, Kirman menjalani operasi selama 3,5 jam dan taksadarkan diri kurang lebih 8 jam. Begitu siuman merujuk padajam dinding, ia bertanya ke perawat, mengapa dia belum jugadioperasi, padahal sudah antri di kamar operasi sejak jam 2.00.Semuanya beres, ia dipindahkan ke ruang penyembuhan.
BETAH MENGABDI DI BAPPENAS (1975-1996)
44
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Soekirman disini, mengalami krisis. Kekurangannya tak adadokter senior yang jaga pada hari Minggu. Sekitar tengah hari,jantung Soekirman berdetak sangat cepat, fibrilasi dan mem-bahayakan, perlu tindakan segera. Istrinya pergi ke gereja. Dokterjaga masih yunior. Untungnya (orang Jawa, selalu untung ) kakakiparnya dokter Bambang Raharjo datang dari Surabaya danmenunggunya, ia cepat bertindak dan langsung memanggil perawatserta memerintahkan untuk mengambil obat dan melakukansesuatu yang dia perintahkan. Dia memahami kehadiran Bambang,bukan suatu kebetulan, it is an answer to my prayer!
Semula perawat ragu menerima perintah dari penunggupasien dan bertanya ”bapak siapa?”. Dijawab oleh dokterBambang ”Saya kakaknya, saya dokter.” Mengetahui bahwayang meminta ini dan itu adalah dokter maka dalam waktu cepatsegala sesuatu aman, terkendali. Denyut jantung Soekirmannormal kembali. Situasi kritis dilewati. Sementara itu isterinya,Bu Sri, masih di gereja. Begitu kebaktian selesai dia bukatilpunnya, dan ada beberapa missed-call dari kakaknya. Setelahditilpun kembali bu Sri cukup panik ketika diberitahu Soekirmandalam keadaan kritis.
Pasca kritis, dikemudian hari, bu Sri Wahjoe, sedikit ditutuh(Jawa) disalahkan teman-temannya mengapa Soekirman yangpasca bedah sehari, kok ditinggal ke gereja. Soekirman menjelas-kan yang menyuruh bu Sri ke gereja dirinya, untuk bersyukuratas keberhasilan operasi dan mohon berkat atas proses penyem-buhan pasca operasi.
Dua hari kemudian pasca kritis, ia dipindahkan ke ruangperawatan biasa dan sudah mengikuti latihan berjalan dan senam.
45
Selama satu minggu perawatan tidak hentinya handai taulan danteman-teman seiman berkunjung ke rumah sakit, berdoa danbersyukur atas perkembangan kesehatannya. Satu minggukemudian Soekirman sudah boleh pulang dan berobat jalan untukpengobatan luka-luka bekas operasi.
Dalam masa rawat jalan itu dia bertanya kepada dokterMeizul, yang mengoperasi Soekirman, mengapa dia tidak begitumerasakan sakit yang sangat sesudah operasi. Dikatakan olehdokter Meizul bahwa kondisi kesehatannya sangat baik sehinggaoperasi berjalan relatif cepat dan lancar, demikian juga prosespenyembuhannya. Karena itu dia tidak merasakan kesakitan.
Selama satu bulan, dalam bulan Juni-Juli 2001, semua jahitanbekas operasi sudah diangkat dan telah sembuh. Soekirmansecara teratur mengikuti latihan senam dan berjalan kaki. Atasijin dokter Kaligis sebagai dokter ahli jantung yang mengawasikondisi jantungnya, pada akhir Agustus 2001 Soekirman telahterbang ke Vienna, untuk menghadiri kongres persatuan ahli gizise-dunia ke-33. ”The 33th Congress of the International Unionof Nutrition Sciences)”, yang dihadirinya secara teratur tiap 4tahun sekali sejak tahun 1980-an.
Keberhasilan Pembangunan di Bidang GiziKeberhasilan pembangunan di bidang gizi merupakan
puncak, judul pidato pengukuhan Soekirman sewaktu menjadi
guru besar luar biasa pada tahun 1991 merupakan wujud
persembahannya. Pengukuhan dihadiri oleh beberapa menteri
dan tokoh ekonomi di Bappenas seperti Prof. Widjojo Nitisastro,
Prof. Saleh Afiff dan Prof. Benny Mulyana. Kehadiran para tokoh
BETAH MENGABDI DI BAPPENAS (1975-1996)
46
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Ucapan selamatdari Prof.WidjojoNitisastrro
Tamu VIP upacara pengukuhan guru besar, diantaranya menteri Widjojo Nitisastro
Pidato pengukuhan guru besar 23 Okt 1991 Prosesi upacara pengukuhan guru besar
47
ekonomi dari Bappenas membuktikan bahwa pak Kirman telahberhasil mengadvokasi para pakar ekonomi, bahwa masalah gizibukanlah masalah bidang kesehatan semata, namun merupa-kanmasalah gizi, masalah kesehatan yang terkait dengan aneka aspekekonomi.
Salah satu kenyataan dalam era pembangunan dengandukungan SDM kesehatan dan gizi, maka pada rencanapembangunan lima tahun yang ketiga (1979/1980 - 1983/1984)program gizi masyarakat mencakup 40.000 desa, sekitar 75%desa di Indonesia pada 27 propinsi, 288 kabupaten dan 3250kecamatan, dan program membutuhkan 386 Ahli gizi masyara-kat, 3658 asisten gizi, 282 pelatih dan 3097 kader gizi.
Upaya melembagakan gizi dengan pendekatan sistemdilakukan Soekirman dengan menggalang para stakeholdersdengan upaya mendidik para tenaga ahli di bidang gizi denganpendekatan yang memperhatikan empat unsur manajemen,infoware, technoware, humanware, organware yang sangatdiperlukan dalam mendukung pelayanan kesehatan dan gizi yangbaik dan mutakhir.
BETAH MENGABDI DI BAPPENAS (1975-1996)
48
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Bab 6.Melepas Laku Birokrat, Menjadi Pendidik
(1996-2006)
Ngalamar Ka IPB, Abdi Ka Tampi
Perasaannya bergayut, kenangan tersembul, di jalan-
jalan rimbun, yang ditingkah hujan, bau tanah basah,
wewangi dedaunan begitu pekat, mengarungi
kenangan manis, sewaktu menggandeng sang pacar. Serasa ada
sesuatu yang harus dibaktikan dirinya secara tuntas bagi Bogor,
kota berjuta rasa yang memanggilnya kembali.
Sebelum pensiun dari birokrat dan menanggalkan baju safari-
nya di Bappenas pada usia 60 tahun, Pak Kirman terdahulu
menjalani masa transisi dari birokrat menuju ke lahan akademik.
Ia memutuskan untuk menjadi konsultan “senior research
fellow” selama 6 bulan di Bank Dunia, Washington D.C. Ia
memutakhirkan diri dengan kemajuan dalam bidang ilmu gizi
serta disiplin ilmu lainnya yang terkait dengan ilmu gizi melalui
internet. Ia ngalamar ke Institut Pertanian Bogor sebagai guru
besar, “lamaranna ka tampi. “
Dengan bekal peluru kertas kerja, buku, dan rujukan
mutakhir sebagai bahan perkuliahan yang disandangnya pak
Kirman sudah siap tayang. Ia berlabuh dengan manis di kota
kenangan, Bogor, persisnya di kampus Darmaga menjabat guru
besar penuh pada Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga (GMSK), Fakultas Pertanian, Institut Petanian Bogor
49
(IPB), Agustus 1996. Satuan induknya beralih ke Depdiknas
dengan golongan IV-e.
Genap berusia 70 tahun, pak Kirman, pensiun pada upacara
purna bakti 2 Agustus 2006, ia menyampaikan orasi ilmiah
berjudul ”Perkembangan Ilmu Gizi dan Pergeseran Pendulum
Aplikasinya dalam Program Gizi.”
Yang menarik kegemarannya menonton wayang, tak pernah
sirna. Siaran wayang kulit dan wayang orang di TVRI atau kalau
ada pagelaran di Gedung Kesenian Pasar Baru, jarang dilewat-
kannya, kecuali kalau ia sedang absen di rumah atau ada pekerjaan
yang tidak dapat ditinggalkan. Dalang favoritnya adalah Ki
Manteb Sudarsono.
Tepat 14 Juni 2006 ia menerima SK Pensiun yang ditanda-
tangani oleh Presiden Yudhoyono tertera ia telah mengabdi
kepada negara Republik Indonesia selama 45 tahun 10 bulan.
Tanda penghargaan atas pengabdiannya, ia menerima tiga
tanda jasa dari Presiden Republik Indonesia, yaitu: Satyalancana
Wira Karya (1993), Satyalancana Karya Satya 30th (1995) dan
Bintang Utama (1995). Semuanya disyukurinya, yang penting
karyanya bisa bermanfaat bagi masyarakat yang membutuh-
kannya dengan fokus prioritas bagi masyarakat yang digolong-
kan di bawah garis merah – BGM Kemiskinan.
soldiers never die, just fade away,
we never slept, we always move to serve people
MELEPAS LAKU BIROKRAT, MENJADI PENDIDIK (1996-2006)
50
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Bab 7.Menggarami Kehidupan Pasca 70 Lebih
(Pasca 2006)
Memadankan ungkapan pepatah di atas, begitu pula
kita bisa memetakan kehidupan pak Kirman
yang tak pernah henti. Lanjut usia bukan
masalah, bukan soal tampil beda. Soekirman pada usia 70 tahun
dan lebih, adalah sosok manusia yang tidak pernah berhenti
belajar sepanjang hayat dan terus berkiprah.Soekirman ingin mewujudkan kehendak Tuhan via cita-cita,
kiprah di bidang pangan dan gizi, kesehatan serta kepedulianterhadap kemiskinan, lewat tatap mata dan renung pada anakgizi buruk, anak rabun senja dan mengatasinya dengan suplemenvitamin
A. Membentuk Yayasan Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI)Memadankan ungkapan pepatah di atas, begitu pula kita bisa
memetakan kesibukan pak Kirman yang tak pernah henti. Lanjutusia, bukan masalah. Bukan pula soal tampil beda.
Soekirman ingin mewujudkan kehendak Tuhan, via cita-cita,via kiprahnya di bidang pangan, gizi dan kesehatan sertakepeduliannya akan kemiskinan, lewat tatap mata pada anakyang mengalami gizi buruk, yang rabun dan dapat diatasi denganpemberian vitamin A.
Kiprah pak Kirman, tanpa henti, kini garapannya mengurusyayasan Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI) berdiri tahun 2003
51
berkantor di bekas garasi di rumahnya. Tujuan yayasan, mencaricara memfortifikasi makanan yang paling banyak dikonsumsimasyarakat dengan zat gizi yang masyarakat paling kekurangan,untuk mempercepat pengurangan kekurangan gizi. “Status gizierat kaitannya dengan kemiskinan, dan saya bangga mem-pelajarinya,” katanya.
Yayasan KFI bergerak dalam bidang advokasi, riset, pelatihanserta perencanaan dan koordinasi pelaksanaan proyek fortifikasi,bekerjasama dengan pemerintah (Depkes, BPOM, dan Dep.Perindustrian), UNICEF, dan NGO global bernama Micro-nutrient Initiative (MI).
Sekali Pendidik, Tetap PendidikMotto Soekirman, kalau siswa didik bisa jauh melayang lebih
tinggi prestasi, karir dan bakti bagi sesama, ini jiwa sejatipendidik, bukan para birokrat yang mengalami sindroma pasca
kekuasaan.
Lembaga pendidikan IPB, UKI, UGM, STT membuat
keputusan yang benar dan bermanfaat, ketika lembaga pen-
didikan tinggi tersebut menerima Soekirman sebagai pengajar
atau pengelola pendidikan. Ia melayani fakultas kedokteran
Universitas Kristen Indonesia, sebagai guru besar. Secara berkala
program studi gizi Universitas Gajah Mada dikunjunginya
sebagai dosen tamu.
Sangatlah paradoks, ketika Arief Budiman, Ariel Herijanto,
dan kawan-kawan pakar lainnya terpaksa pergi dari Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga, seorang wartawan Australia
menulis di korannya, waktu itu, kira-kira judulnya, begini
MENGGARAMI KEHIDUPAN PASCA 70 LEBIH (PASCA 2006)
52
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Australia gain, Indonesia lost. Untung saja kita masih bisamenikmati urun rembug mereka yang cinta Indonesia via karyadiaspora, dimana saja mereka berada.
Beruntunglah para siswa didik, karena pengalaman Soekirmansegudang, seabrek (Betawi) terbentang dari aneka riset,pengalaman lapangan, pengelolaan program gizi, penggagasstrategis, penyuluh, komunikator, advokator. Ibaratnya dari teorisampai praktek dilahapnya, dan diuraikannya untuk siswa didik.
Persoalannya apakah proses belajar mengajar mampumenerbitkan rasa suka belajarkah bagi siswa didik dan maukahpara siswa dan kita menakik kekayaan pengalaman pembelajaranSoekirman?
Menjadi Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Teologi, JakartaSejak dua tahun terakhir, tahun 2005 ini, Soekirman terpilih
sebagai Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Teologi (LPTT) yangmengelola Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta, suatu bentukpelayanan di bidang pendidikan calon-calon pendeta.
Lazarus yang merupakan dosen STT dan duduk di SinodeAm, GKI mengaku mengusulkan Mas Soekirman menjadi ketuaLPPT, kriterianya Kirman, guru, meminati pendidikan, imanKristianinya tangguh, pengalaman banyak bidang. Dan penge-lolaan STT ke GKI, GKJ, GPIB dan gereja Kristen Pasundan.Ketika Soekirman bertanya siapa yang mencalonkannya, jawabPak Radius Prawiro Tidak usah tanya siapa yang mencalonkankamu ... ”Yang mencalonkan kamu itu Tuhan.” Dalam percakapanresmi dengan Ketua Sinode GKI, Soekirman menerima pen-
calonan itu.
53
Berbekal kepiawaian, kebijaksanaan dan aneka pengalaman
kerja sebelumnya ini terwarisi dalam rapat pengurus. Ia selalu
menjaga harmoni, saling menghormati, saling serius mendengar-
kan pendapat. Menurut Djoko Sulistyo, wakil ketua LPTT, pak
Kirman selalu menjaga percakapan agar tidak menyimpang ke
mana-mana. Dan hasilnya agar tuntas.
Swa pertanyaan untuk kita semua apakah yang harus dilaku-
kan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa didik? Diperlu-
kankah paradigma baru pembelajaran, penghayatan? Bagai-
mana strategi memenangkan hati? Kualitaskah lebih perlu
ketimbang kuantitaskah? Tajuk rencana majalah Hidup, para
rekan dalam pendidikan Katolik, kini mempertanyakan kema-
panan sistem pendidikan seminari dan gejala terjadinya pening-
katan drop out, calon pastor. Dan kurikulum baru calon pastor
harus mengambil tambahan satu bidang keahlian ilmu tertentu,
contohnya seperti pertanian, industri perkayuan. Apa strategi
para calon S.Th menyikapi dan mempraktekkan kehidupan antar
iman dalam negeri Indonesia yang berazas Pancasila?
Maukah kita menjawab tantangan keluar dari swa-kepompong
dan menjadi garam dunia bagi masyarakat, seperti swa-kritik
Dr. Eka Darmaputera terhadap gereja.
Mendamba Anak Kandung, Menyemai Kasih di SanubariPutra-Putri Siswa Didik
Samudra kehidupan telah diarunginya beserta sang isteri
tersayang, sekitar 45 tahun, namun pasangan ini, tidak dikaruniai
anak kandung. Setelah melalui pemeriksaan medik yang seksa-
MENGGARAMI KEHIDUPAN PASCA 70 LEBIH (PASCA 2006)
54
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
ma, waktu itu ternyata, kesimpulannya pasangan Soekirman -Sri Wahjoe tidak bisa memiliki anak kandung. Keduanya pasrahpada sang Junjungan. Ketika begitu banyak pertanyaan meng-hunjam, maka jawaban atas pertanyaan, “ Apakah bapak tidakkhawatir dimasa tua tanpa anak”. Kirman menjawab “Yangmenentukan masa depan itu Tuhan, bukan anak.”
Para pendiri dan pendidik, serta Soekirman percaya,“semaian kasih” di dalam sanubari putra-putri siswa didik akanberbunga dan dapat menjawab aneka tantangan yang melandadunia dan Indonesia dengan perubahan yang cepat, tak terpetakandan rumit.
Mengamati perjalanan hidup dan selalu berharap, Soekirman-Sri Wahjoe putra-putri siswa didik beranak pinak dan menyebarmemenuhi taman gizi Nusantara.
Tantangan perjalanan kehidupan masih panjang dan tiadahenti untuk mengentaskan kemiskinan dan menumbuhkanbocah-bocah alit, pekerja perkebunan dan bangunan wargaIndonesia, dimana pun mereka bekerja, di Indonesia, di Malaysiasupaya tumbuh-kembang, sehat sejahtera.
Mata Analisis Sejawat Tentang Soekirman
Pak Soekirman adalah buku teks,
dan aneka pengalaman gizi yang berjalan
Kesan Prof. Dr. dr. Razak Thaha, M.Sc. yang menjabatDirektur Pasca Sarjana, UNHAS, Makassar, mulai mengenalPak Kirman secara pribadi di-awal tahun 1990-an ketika saya
55
sedang mengikuti program doktor di FKM-UI. Sewaktu menulisdisertasi saya banyak berdiskusi dengan beliau. Sekitar 15 tahunsaya mengenal beliau, dan banyak sekali menimba ilmu yangtidak saya pernah dapatkan di bangku kuliah maupun di buku-buku teks. Karena itu dapat saya katakan bahwa Pak Kirmanadalah buku teks gizi berjalan. Ada hal 4 hal yang saya catatdari kiprah beliau dibidang pangan dan gizi di tanah air yangkita cintai ini.
Pertama, beliau telah mampu membawa ilmu gizi ke dalam’main stream’ arus utama pembangunan di mana pada saat itupembangunan bangsa di dominasi oleh bahasa ekonomi. Danterobosan ini mengubah wajah ke-gizi-an di negara kita daribentuk lingkaran kecil menjadi lingkaran besar. Ini terbukti,beliau mampu menekankan pentingnya gizi dalam buku rencanapembangunan lima tahun dari sejak tahun 1970-an hingga akhirera kepemerintahan Soeharto.
Kedua, beliau selalu memutakhirkan pengetahuan pangandan gizi. Ini menyebabkan Pak Kirman mempunyai otoritas ke-ilmuan di bidang pangan dan gizi. Banyak sekali ide-ide ataupunbuah pikiran beliau yang mewarnai dunia kegizian hingga saatini. Saya teringat sekali ide beliau membentuk Forum Komuni-kasi Pengembangan Ilmu Gizi, tanpa dana sama sekali, kitabertemu secara rutin membicarakan permasalahan pangan dangizi. Saya selalu datang ke pertemuan-pertemuan meski pundengan uang dari kantong sendiri, karena otoritas keilmuannyadan komitmennya. Dan saya selalu kembali ke Makassar denganilmu yang baru. Hasil penting dari forum ini adalah terciptanyaprogram S-1 Ilmu Gizi yang sudah dilaksanakan dan diterapkanoleh berbagai perguruan tinggi di tanah air.
MENGGARAMI KEHIDUPAN PASCA 70 LEBIH (PASCA 2006)
56
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Ketiga, saya sangat kagum akan kejujuran beliau. Kita bisa
bayangkan bahwa seorang Pak Kirman selalu jujur mulai dari
menjadi pejabat tinggi di Bappenas, di mana pada era tersebut
jujur adalah barang langka, hampir semua orang tidak mampu
berbuat jujur. Dengan perkataan lain pada zaman itu orang jujur
dianggap aneh. Dan sampai saat ini Pak Kirman selalu jujur.
Sulit mencari figur pejabat seperti beliau.
Keempat, proses peralihan pak Kirman dari seorang birokrat
menjadi seorang akademisi berjalan sangat mulus, saya tidak
melihat beliau mengalami ’post-power syndrome,’ alias gang-
guan sindroma pasca kekuasaan. Menurut saya hal ini di-
mungkinkan karena beliau selalu memutakhirkan diri di bidang
keilmuan termasuk tentang teknologi informasi.
Saya yakin dan percaya bahwa kita yang muda-muda ini
dapat dikatakan menjadi pengikut, follower beliau dalam
perkembangan teknologi informasi. Hampir pada setiap jumpa,
pak Kirman menjelaskan tentang piranti keras, hard-ware baru
yang dimilikinya. Pengamatan saya di UNHAS, tidak ada
Profesor mantan pejabat tinggi yang begitu akrab dengan
teknologi informasi. Sebagai penutup, saya menghormati beliau
sebagai seorang teman diskusi, sebagai guru tempat bertanya,
sebagai orang tua untuk tempat berkeluh-kesah.
Kesan Prof Dr. Muhilal , tentang Soekirman, bahwa
penugasan beliau di Bappenas pas sekali, the right person in the
right time, in the right place dalam melaksanakan perannya
sebagai penentu kebijakan nasional di bidang gizi dan suaranya
57
dipahami dan didengar atasannya, waktu itu Prof. Widjojo
Nitisastro.
Kepakaran beliau dikenal pada berbagai tataran penentu
kebijakan gizi nasional, regional dan internasional. Beliau selalu
mendengungkan “jangan sepelekan masalah gizi makro maupun
gizi mikro yang merupakan kelaparan tersembunyi, hidden
hunger.”
Gagasan yang dituangkan dalam bentuk kebijakan dilaksana-
kan dengan bekerja sama antar lembaga pelaksana, seperti
Depkes. Bukti nyata, pelaksanaan SKPG, PMT-AS, fortifikasi,
untuk memecahkan aneka permasalahan gizi.
Kesertaannya dalam organisasi profesi Persagi, Persatuan Ahli
Gizi Indonesia, mau pun manca negara, sangatlah instrumental,
penting dengan menggalang dan meningkatkan motivasi serta
kerja sama sesama internal dan eksternal bersama anggota
organisasi profesi.
Ia merintis Pedoman Gizi Seimbang dengan selalu men-
dorong pelaksanaannya dengan sektor Departemen Kesehatan.
Repelita yang didalamnya memuat bab tentang gizi sangat
penting sebagai pedoman dalam pembangunan bangsa. Beliau
kecewa karena pemerintahan sekarang, komitmennya mengendur
dan tidak lagi berpedoman pada Repelita.
Kalaupun ada kekurangannya tetapi juga kekuatannya adalah
sulit untuk kompromi. Contoh adalah peran susu yang selalu
tidak disetujui walaupun konsumsi masyarakat Indonesia masih
minimal.
MENGGARAMI KEHIDUPAN PASCA 70 LEBIH (PASCA 2006)
58
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Kesan dr. Benny Soegianto, Akademi Gizi SurabayaDr. Benny Sugiyanto MPH, mengungkapkan pengenalannya
sebagai berikut, “Saya mengenal Pak Kirman sekitar tahun 1976ketika Nutrition Intervention Pilot Project (NIPP) sedang dalamtahap persiapan. Projek ini dilaksanakan di Bojonegoro, JawaTimur”.
Semenjak itu dr. Benny mengaku perkenalannya semakinakrab. Setelah 30 tahun mengenal Soekirman dan mengamatisepak terjang Soekirman di bidang gizi, dia berpendapat, “Beliauadalah satu dari sedikit manusia Indonesia yang mampu ber-metamorfosa.” Dia jelaskan maksudnya, semula menjadi birokratdi Aceh selama 5 tahun, lalu sepulang dari sana menjadiakademisi di Akademi Gizi, di Jalan Hang Jebat Jakarta, lalukembali menjadi pejabat di Bappenas selama 20 tahun, barukemudian kembali menjadi ilmuwan di IPB mulai tahun 1996hingga sekarang. “Sangat sulit bagi seseorang untuk beradaptasidengan lingkungannya yang baru untuk selalu bekerja keras dankonsisten terhadap ilmu gizi dan perkembangannya”, tegasnya.
Dr. Benny mengaku, menurut cerita yang didengarnya,Soekirman bersama Pak Tarwotjo (alm) membangun AkademiGizi di Jalan Hang Jebat penuh dengan liku-liku, betul-betul.dari nol. Namun akademi itu sekarang telah menghasilkan tenagagizi yang sudah tersebar di seluruh Indonesia.
“Setelah kembali dari Cornell University beliau mendapattempat di Bappenas. Menurut saya Bappenas itu tempat angkerbagi seseorang yang bukan ahli ekonomi. Namun beliau denganpengetahuannya yang mumpuni bisa meyakinkan pada ekonomakan pentingnya gizi dalam pembangunan bangsa. Beliau telahmeletakkan fondasi yang kokoh bagi perkembangan ilmu gizi
59
terutama untuk pengembangan program gizi di Indonesia”,ujarnya dengan menegaskan bahwa hal itu sangat dimungkinkankarena Soekirman selalu mengikuti (updating) pengetahuan barudi bidang gizi.
“Satu hal yang saya harus angkat topi untuk beliau. Di eratahun 1980-an konsentrasi kita semua, yang bergerak di bidanggizi, difokuskan pada perbaikan gizi pada balita. Belum adaseorang pun – sepengetahuan saya dari aspek program– saat ituyang berpikir bahwa pertumbuhan seorang anak selalu ber-kelanjutan hingga dewasa. Gagasan beliau yang berkaitandengan hal di atas adalah munculnya program PMT-AS Programini kental sekali dengan nuansa pemberdayaan masyarakat, dimana pelaksana terdepan program PMT-AS adalah masyarakatsetempat dengan memanfaatkan seoptimal mungkin makananyang diproduksi setempat/lokal”, tegasnya.
Dr. Benny juga mengakui Soekirman adalah seorang yangberpendirian teguh terhadap segala ide yang muncul dan selalukonsisten dari waktu ke waktu.
“Menurut saya, setelah sekian lama mengenalnya, sekali lagibahwa keteguhan hatinya terhadap ide yang dikemukakan selaludidukung dengan informasi atau pengetahuan yang luas yangdiperolehnya dari literature maupun networking dengan para
Kesan Prof. Dr. M. C. Latham,Professor of International NutritionDivision of Nutritional Sciences, Ithaca, New York
Dr.Soekirman came to Cornell University in 1973, (from afaculty position in Jakarta) under a Fellowship from the US
tokoh gizi internasional”, demikian dr. Benny.
MENGGARAMI KEHIDUPAN PASCA 70 LEBIH (PASCA 2006)
60
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Agency for International Development to do a Master’s degree.I served as Chair of his Graduate Committee and is advisor. Iimmediately recognized in this young man an extraordinary in-telligence and ability to think original thoughts. His Master’sthesis became the first of a series of 26 Cornell InternationalNutrition Monographs. It is entitled “Priorities in Dealing withNutrition Problems in Indonesia”, published in 1974. He re-turned to the Academy of Nutrition in Jakarta, but also to serveas Director of Nutrition Planning in BAPPENAS. His Mono-graph was able to help guide nutrition planning there.
Eager for further study he returned to Cornell Uuniversity afew years later to do a Ph.D. with a concentration in Interna-tional Nutrition. I was priviliged again to serve as his Chairand Advisor. This time for his dissertation research he returnedto Indonesia. This work was undertaken in Semarang with theUniversity of Diponegoro Medical School where I was heavilyinvolved in a large collaborative research project on breast-feeding. Soekirman’s research investigated the effects on infantfeeding of mother’s working away from home. He defended hisdissertation and received his Cornell University Ph.D. in 1983.
Prof. De Hass, Prof. Latham,dan Soekirman di StartlerHotel Cornell
61
I have served as Chair of more than 100 graduate students atCornell, most of them Ph. D’s, and Dr. Soekirman stands out asone for whom I am most proud. He returned to Indonesia to asenior position in BAPPENAS, rose rapidly there,and the rest ishistory. Because it is clear to me that soon he was the mostinfluential figure in Indonesia as far as nutrition was concerned.More importantly policies he initiated and saw through to ac-tion, had a very major role in rolling back malnutrition in Indo-nesia. And soon many other countries were looking at Indone-sia as a major success story for nutrition improvement. Dr.Soekirman’s contribution was immeasurable.
He also became a major figure on the International scene,with UN agencies, and the World Bank and others. He travelleda great deal. I was able to be with him, up to the present, inmany meetings and see his wisdom and the respect in which heis held. I also witnessed this in several visits that I have made toIndonesia. I am proud and happy to have had over 3 decades offriendship with this wonderful man, and also his very specialwife.
Kesan Prof . DR. Robert Tilden,Professor of Public Health and Nutrition, MichiganUniversity, Konsultan ahli kesehatan masyarakat dan giziDep.Kes.
Professor Soekirman is a good friend of mine. We meet inJakarta in the early 1980’s. I was the new (young) director ofHelen Keller International, and he was a doctoral student atCornell, on leave from Bappenas. I immediately liked him, andcould tell by the respect shown by the senior nutritionist I worked
MENGGARAMI KEHIDUPAN PASCA 70 LEBIH (PASCA 2006)
62
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
with on a daily basis (Tarwotjo, Muhilal, Darwin), that he waswell respected among his peers. What I immediately respondedto was his sense of humor, and his ability to understand howmany important social sectors intersected in the determinationof community nutrition status, including education, agriculture,employment, good governance, market forces, transportation,cultural patterns and health behavior.
That was 26 years ago, and from a chance meeting at acocktail party, discussing fortification we have worked togethertoward common nutrition and health related goals, and hiscritical thinking, and hard work has guided me in my own effortsto support the Indonesian nutrition effort.
Perhaps our first cut was the deepest, and with less than amillion dollars we supported the government to eliminate theneedless 70 thousand cases of nutritional blindness that hadhistorically haunted Indonesian childhood. This effort continuesto pay off big dividends to the Indonesian development effort.
Bappenas continued to take the lead under Soekirman afterhis return from Cornell, and helped establish a food securitysystem. He initiated research into this area, and helped establishthe S1 and S2 program in community nutrition and familywelfare. Just as his students from the Nutrition Academytransformed many areas outside the domain of nutrition, thegraduates from the GMSK program at IPB continue to workthroughout Indonesia in health development, never forgettingtheir basic nutrition mission.
During his years at Bappenas he supported the collection ofnutrition information, and the management of resources that
63
were to support the nutrition effort. During this period heunfailing supported the nutrition initiative. Yet even thoughsupportive he was always critical in his assessment of theeffectiveness of the programs that were implemented.
After his retirement from Bappenas he continued to supportthe Nutrition Movement through his teaching at the Departmentof GMSK, his involvement in the SCN, his involvement with ILSI,his involvement with former students, and new programs.
He prefers working late into the night, to sleeping, and isalso excited to learn something new. He has started a foundationto promote fortification and has managed to secure funding tosupport fortification initiatives in Indonesia. But even at thispoint he still has not lost his sense of humor, and even in themiddle of a crisis usually can find something funny about whatis happening.
Soekirman is one of my primary hero’s in the area of healthdevelopment. His dedication to the profession of nutrition andto the welfare of poor mothers and children is an inspiration tous all. He gives us all a very large shadow to live up to.
Kesan dr. Endang L.Achadi, MPH, D.PHSementara itu dr. Endang L. Achadi, MPH dari FKM-UI
bercerita, tahun 1987 ketika sedang tahap awal menulis disertasidi John Hopkins, Amerika Serikat, dia disarankan untuk meng-hubungi Soekirman untuk berdiskusi. Kebetulan Soekirman yangwaktu itu menjabat sebagai Deputy Ketua Bappenas sedangberada di Washington DC untuk suatu pertemuan internasional.
“Pada saat itu saya belum mengenal Pak Kirman, dan sayayakin beliau tidak mengenal saya. Tetapi dengan kontak
MENGGARAMI KEHIDUPAN PASCA 70 LEBIH (PASCA 2006)
64
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
pertelepon saya kemukakan keinginan saya dan beliau menerimasaya dengan tangan terbuka untuk berdiskusi”, kenangnya.
Selama satu jam dr. Endang berdiskusi dengan Soekirman.“Saya mendapat masukan yang sangat berharga untuk mengem-bangkan gagasan saya saat itu, yang kemudian saya tuangkandalam disertasi saya. Sejak pertemuan itu saya berpendapatbahwa Pak Kirman selalu memikirkan sumber daya manusia dibidang gizi”, ujarnya.
Setelah kembali ke Jakarta awal tahun 1990-an, dr. Endangmengaku semakin mengenal pikiran-pikiran Soekirman dibidang gizi. “Menurut pengamatan saya di dalam setiappenyusunan kebijakan dan program pangan dan gizi, Pak Kirmanselalu mengaitkan kebijakan dan program gizi dengan pengem-bangan sumber daya manusia baik di bidang pendidikan tenagamaupun bidang penelitian. Saya melihat banyak sekali tenagagizi yang telah melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebihtinggi dan mereka telah menunjukkan kiprahnya di berbagaiinstitusi di berbagai tingkatan administratif. Menurut saya, itusemua tidak lain merupakan buah tangan beliau”, kata dr.Endang.
Dia juga mengakui bahwa perkembangan gizi di Indonesiatidak luput dari perhatian yang besar dari Soekirman yang salahsatu visinya adalah mengembangkan sumber daya manusia.
“Ini juga semakin terlihat jelas dengan makin berkembangnyainstitusi pendidikan tenaga gizi di lingkungan DepartemenKesehatan dan universitas-universitas baik negeri maupunswasta”, katanya dengan penuh keyakinan. Bahkan dr. Endangmempunyai keyakinan sepuluh tahun ke depan perkembangan
65
tenaga gizi semakin baik dan menghasilkan para peneliti yanglebih baik dari sekarang.
Kesan Ir. Edi Sutantyo, pengganti Soekirman di Aceh
Ir. Edi Sutantyo, yang menggantikan Soekirman bertugas di
Banda Aceh tahun 1966 mengungkapkan kesannya waktu dia
diperkenalkan kepada pejabat-pejabat di propinsi.
“Saya juga dibawa ke kantor Gubernur, diperkenalkan
dengan Sektretaris Wilayah/Daerah waktu itu Drs. Kuswandi
dan Kepala Bidang Kesejahteraan Rakyat. Saya lupa namanya.
Hebatnya, Pak Kirman dekat dengan para pejabat hingga di
kantor Gubernur”, katanya. Menurut Ir. Edi, kedekatan dengan
para pejabat di daerah itu merupakan modal penting dalam
menjalankan tugas. Tinggalannya yang berkesan juga adalah
percontohan kebun sayur dan palawija (bayam, terong, tomat,
singkong, jagung dll), yang cukup luas dan segar di depan gedung
Balai Kesehatan Banda Aceh.
Selain itu Ir. Edi, juga harus melanjutkan program yang
dirintis pak Kirman seperti kursus-kursus bagi organisasi wanita,
siaran RRI dengan sandiwara radio dan lain-lain, dan mengajar
diberbagai sekolah kesehatan. “Saya pernah dipanggil ibu
Gubernur, Nyak Adam Kamil untuk meneruskan kegiatan pak
Kirman dalam penyuluhan gizi, termasuk kegiatan pameran gizi.
Pak Kirman membuat buku Ilmu Gizi yang selama saya di
Aceh tetap digunakan untuk pelajaran di sekolah-sekolah
kesehatan (RSU dan RS Kesdam). Bukunya ringkas, distensil,
MENGGARAMI KEHIDUPAN PASCA 70 LEBIH (PASCA 2006)
66
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
ukurannya folio. Namun isinya cukup lengkap untuk
pengetahuan gizi dasar. Ir. Edi juga mengaku diajari menulis
oleh Soekirman untuk mengisi rubrik kesehatran di majalah
Mutiara. Lalu dia kemudian juga menulis di majalah Ayah Bunda.
Hemat dr. Rudi Pekerti MPH,Soekirman bisa dikatakan “he is alpha to omega man in
nutrition” atau bahasa keren, sosok paripurna ing gizi (Sanse-
kerta-Jawa), bahasa gaul “he is paripurna gizi guy.”
Beliau sangat beruntung diberkahi kasih oleh orang-orang
yang mencintainya dan bukan dibanjiri banda.
Latar kemiskinan telah menghantar Soekirman menempuh
jalan panjang, berliku, namun dihayatinya dengan sabar dan
penuh ketekunan meniti karir dan kehidupan. Kemiskinan yang
memacu dan menjadikan diri berupaya menjadi orang yang saleh
dan bijak. Disisi lain banyak orang dengan latar kemiskinan
banda, menjadi ketakutan miskin. Dan gelap mata serta hidup
diberai ketakutan, mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya,
entah halal atau tak halal, buat tujuh turunan. Bukankah per-
umpamaan yang bijak mengungkapkan banda adalah sarana
bukan tujuan akhir atau ini kutuk sistem kapitalisme?
67
Cendera Mata Menggali Sajak “God Is Never Beyond Our
Reach”
Siratan pengalaman pembelajaran Soekirman dari proses
pencarian, jumpa ”the Supreme Being” telah mengantar dirinya
”menjadi orang,” yang terungkap dalam puisi, God Is Never
Beyond Our Reach, ciptaan Helen Steiner Rice
No one ever sought the Father,
and found He was not there.
And no burden is too heavy,
to be lightened by a prayer.
No problem is too intricate,
and no sorrow that we face,
Is too deep and devastating,
to be softened by His grace.
No trials and tribulations,
are beyond what we can bear,
If we share them with our Father.
As we talk to him in prayer.
And men of every color,
every race and every creed,
have but to seek the Father,
In their deepest hour of need.
MENGGARAMI KEHIDUPAN PASCA 70 LEBIH (PASCA 2006)
68
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
God asks for no credentials,
He accepts us with our flaws,
He is kind and understanding,
and He welcomes us,
because we are His erring children,
And He loves us every one
And He is freely and completely,
Forgives all that we have done,
Asking only if we are ready,
to follow where He leads-
content that in His wisdom,
He will answer all our needs.
69
Bab 8.9 Resep Sukses
Pak Soekirman Meniti Kehidupan
1. Semua sukses yang direngkuh, merupakan swa-upaya dancampur tangan kehendak Tuhan.
2. Sebaiknya kita, memiliki cita, visi yang diperjuangkan dankita wujudkan dalam tugas dan kehidupan meraih hasil tuaianterbaik seperti, ucapan Jimmy Carter dalam bukunya “WhyNot The Best”
3. Landasan dan motivasi kita bekerja adalah memuliakanTuhan dan tebar manfaat kerja kita bagi mitra perorangandan masyarakat, serta bangsa yang beralaskan rencana dankehendak Tuhan.
4. Kita harus bekerja keras dengan penuh keuletan, kejujuranserta jagalah reputasi dan integritas diri.
5. Hargai dan hormatilah orang lain, kita ajak, galang, merekamenjadi mitra untuk bekerja sama meraih tujuan bersama.
6. Tingkatkan, rawatlah kemampuan berkomunikasi denganTuhan dan sesama.
7. Belajarlah sepanjang hayat, tingkatkan dan mutakhirkankualitas ilmu dan kompetensi profesi, yang alamiah terusberkembang dengan pesat.
8. Cakapkan dan tingkatkan kualitas berkomunikasi kita denganTuhan mau pun dengan sesama, kolega, atasan, teman, danorang lain.
9. Jangan lupa menjaga kesehatan kita melalui makanan dengangizi seimbang serta berolah raga secara teratur 4-5 kali seminggu sesuai kondisi tubuh di rumah atau di tempat olahragaumum.
70
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Bab 9.Gado-Gado Sari Pati Aneka Karya
Semua keberhasilan, pengabdian untukmemberdayakan manusia melalui bidang gizimasyarakat terpulang merupakan anugerah dan
berkat dari Tuhan Yang Maha Pengasih. Dari Sang Pencipta yangdiyakininya selalu menuntun dan menyertai langkah dan kiprahbapak dan ibu Soekirman.
Ada Jus Badudu, ada Liek Wilardjo, ada Soekirman yangmerasa perlu mengkampanyekan penggunaan “ kata gizi,“temuan ahli bahasa Indonesia pada tahun 1950-an atas kata yangberakar dari kata Arab “ghidza.“ Kata gizi berasal dari per-kembangan sebuah ilmu pengetahuan.
Cerita sukses pak Kirman yang diuraikan di atas, belummeliputi cerita tentang sepak terjang dan malang-melintangnyadi kancah pergizian internasional.
Sejak tahun 1975 sampai 2005, pak Kirman terlibat aktifatau duduk dalam kepengurusan tidak kurang dari 10 forum danorganisasi pergizian seperti International Forum of Nutrition’sPlanners (1975-1980), UN-Sub-Committee on Nutrition(1985-2000), International Union of Nutritional Sciences(IUNS, 1975-1978), ICIDD (International Committee on IodineDeficiency Disorder, 2000-2003), International Life SciencesInstitute (ILSI, 1996-2005).
Pak Kirman mengakui kekurangannya sebagai insanakademik, yaitu tidak sempat menulis buku. Dia hanya sempat
71
menulis satu buku teks untuk S1 berjudul “Ilmu Gizi dan
Aplikasinya” yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Perguruan
Tinggi (2002/2003), satu buku kecil tentang “Apa dan Mengapa
Fortifikasi”, diterbitkan oleh Koalisi Fortifikasi Indonesia (2003)
untuk pengambil kebijakan dan pengusaha industri pangan, dan
terakhir (2006) sebagai editor dan penulis salah satu Bab buku
populer “Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang” yang ditulis oleh
sembilan rekan ahli gizi lainnya diterbitkan dan dipasarkan oleh
Ranch Market, Jakarta.
Sari Pengalaman Pembelajaran dari Karya Kegiatan
• Upaya Perbaikan Gizi dan Keluarga (UPGK)
Menghilangkan kurang gizi, hanya akan langgeng bila
dilaksanakan dari dan oleh masyarakat. Pemerintah membantu
dari belakang. Itulah yang diupayakan dengan UPGK sejak tahun
1960-an di pedesaan. Masyarakat dididik dan dilatih mengerti
memilih dan menyusun makanan sehat bergizi seimbang sesuai
kemampuan dan apa yang ada disekelilingnya; dididik dan dilatih
cara memanfaatkan lahan pekarangan supaya menghasilkan
makanan dan uang, mendidik dan merawat anak baduta dan
balita yang baik, pendidikan kesehatan bagi ibu-ibu, dan
memantau pertumbuhan anak baduta dan balita di Posyandu.
Upaya ini dilakukan oleh masyarakat desa didukung tenaga-
tenaga pemerintah dari kesehatan, pertanian, pendidikan,
keluarga berencana, dan agama.
GADO-GADO SARI PATI ANEKA KARYA
72
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
• Posyandu
Upaya masyarakat yang dipelopori PKK dan organisasi
wanita setempat lainnya, untuk melindungi atau mencegah anak
balita jatuh menderita gizi kurang dan gizi buruk. Posyandu
mendorong ibu-ibu yang punya balita memantau kesehatan
anaknya secara sederhana, dengan menimbang berat badan anak
sebulan sekali. Hasil timbangan dicatat di kartu menuju sehat
(KMS) yang dibagikan dan harus disimpan oleh siibu dan dibawa
ke posyandu tiap kali menimbang.Tugas kader Posyandu men-
didik dan melatih tentang pentingnya menimbangkan anak, dan
bagaimana mengisi KMS dan dari KMS ibu mengerti apakah
anaknya berat badan naik, tetap, atau turun. Itu tugas utama kader
posyandu. Ibu-ibu akhirnya mengerti bahwa KMS adalah seperti
“stetoskop” bagi seorang dokter.
Dengan KMS ibu diajari untuk tahu anaknya sehat atau tidak
dengan pengetahuan sangat sederhana: 1. Anak sehat tambah
umur tambah berat badan; 2. Apabila dua bulan berturut-turut
tidak naik berat badan, berarti ada yang tidak beres pada ke-
sehatan anak, dan segera laporkan ke bidan, atau dibawa ke
Puskesmas untuk diperiksa mengapa anak tidak naik berat badan.
Dari petugas Puskemas dilakukan tindakan apa yang perlu untuk
anak. Mungkin diberi makanan tambahan, obat yang perlu, dan
nasehat-nasehat tentang kebersihan dan perawatan anak. Itulah
fungsi utama posyandu, menjaga jangan sampai ada anak balita
yang tidak naik berat badannya dibiarkan begitu saja sehingga
anak jatuh sakit, bergizi kurang dan buruk dan mati.
73
Sampai awal tahun 1990-an Posyandu berhasil melakukan
fungsi itu semua dengan baik. Sekarang fungsi utama itu telah
digantikan dengan kegiatan-kegiatan lain yang tidak terkait
upaya melindungi anak dari kurang gizi. Revitalisasi Posyandu
harus dapat mengembalikan fungsi utama Posyandu untuk
mencegah terjadi gizi kurang dan gizi buruk melalui pemantuan
berat badan dengan KMS dan dievaluasi hasilnya dengan rumus
SKDNT= Seluruh anak dapat K artu menuju sehat, dan
Ditimbang, serta dinilai berapa persen yang Naik atau Tidak
naik. Anak yang tidak naik berat badannya segera dirujuk ke
Puskesmas setempat untuk tindakan pencegahan lainnya.
• Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziUpaya agar masyarakat dan pemerintah setempat mulai di
desa, kecamatan dan kabupaten, dapat memantau sejak dinisegala perubahan di bidang produksi dan persediaan pangan dipasar, masyarakat dan di keluarga, serta perubahan pola makandi keluarga, yang diduga akan menjurus kepada terjadinyakekurangan pangan, kelaparan dan kurang gizi.
• Pembangunan Ketenagaan Gizi di Akademi GiziLebih dari 5000 tenaga gizi di Indonesia dididik pertama
kalinya di Akademi Gizi untuk tingkat BSc (S1 sekarang) yang
didirikan tahun 1950 oleh Prof. Poerwo Soedarmo, bapak gizi
Indonesia. Sampai tahun 1970-an hanya ada satu Akademi Gizi
dibawah Departemen Kesehatan. Sejak awal 1980-an melalui
program Repelita di bidang Pangan dan Gizi, Akademi Gizi
dikembangkan di 11 propinsi di Indonesia, dan didirikan juga
GADO-GADO SARI PATI ANEKA KARYA
74
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Sekolah Pembantu Ahli Gizi (SPAG) setingkat D-I di banyak
propinsi. Dari lulusan lembaga pendidikan ini ribuan tenaga gizi
tersebar di hampir semua kabupaten di Indonesia menjalankan
misinya menyehatkan dan mencerdaskan rakyat melalui per-
baikan gizi. Sejak desentralisasi dan otonomi, tenaga-tenaga ini
banyak yang dianggap tidak perlu oleh pemerintah daerah,
seiring dengan hilangnya program-program gizi di masyarakat
seperti UPGK, Posyandu dan sebagainya.
• IPB dan FKM-UI (fisik dan bea siswa)
Salah satu soko guru ilmu dan program gizi adalah sektor
pertanian pangan. Karena itu sejak tahun 1960-an Institut
Pertanian Bogor sudah merintis pendidikan sarjana pertanian
yang mendalami ilmu dan program gizi. Dalam Repelita III tahun
1980-an, pendidikan sarjana dengan major gizi diperluas dan
ditingkatkan dengan melengkapi sarana laboratorium, per-
kuliahan, buku-buku dan sebagainya. Upaya ini terus berkem-
bang sehingga terbentuk Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga (GMSK) dibawah Fakultas Pertanian, dan
mulai tahun 2006 departemen itu menjadi dua departemen
terpisah yaitu Departemen Gizi Masyarakat, dan Departemen
Ilmu Keluarga dan Konsumen dibawah Fakultas Ekologi Manusia.
Waktu itu di IPB dikembangkan pula Pusat Pengembangan
Teknologi Pangan yang sekarang terus maju dalam bentuk
berbagai kelembagaan di IPB.
75
• Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)Memasuki Repelita V tahun 1993, penanganan kurang gizi
pada kelompok “window of opportunity” sudah ditanganidianggap sudah memadai dan akan diteruskan. Ternyata banyakanak sekolah dasar di daerah miskin yang kurang gizi sehinggaprestasi belajarnya rendah. Untuk memperbaikinya mulai tahun1994 diadakan PMT-AS. Intinya memberikan bantuan danalangsung ke desa untuk dibelikan bahan makanan yang ada ataudihasilkan di desa, dimasak oleh ibu-ibu PKK dan orang tuamurid untuk menjadi jajanan (kudapan). Jajanan ini dibagikandi kelas oleh guru sambil mendidik anak mencuci tangan sebelummakan jajanan, membuang kulit atau bungkus atau sampah ditempat sampah yang disediakan dalam kelas. Dengan konsepini PMT-AS diharapkan menolong ekonomi petani miskin,pemberdayaan wanita desa, pendidikan kebersihan diri, mem-beri tambahan kalori dan protein anak sekolah, mengurangiabsensi, dan memicu semangat belajar anak.
• Survei nasional dampak suplementasi vitamin A terhadapkematian balita
Salah satu masalah kurang gizi anak balita adalah kurangvitamin A yang menyebabkan anak mudah diserang infeksi.Sejak tahun 1970-an pemerintah menanggulangi kurang vitaminA dengan memberikan kapsul vitamin A secara cuma-cuma duakali setahun. Setelah berjalan 10 tahun dinilai oleh bantuankapsul vitamin A ini berhasil menurunkan angka kematian bayidan anak di Indonesia dan negara lain yang menjalankan upayayang sama.
GADO-GADO SARI PATI ANEKA KARYA
76
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
• Survei nasional masalah gangguan akibat kurang yodium(GAKY)
Kurang yodium banyak diderita ibu hamil dan anak sekolahdibeberapa daerah tertentu di Indonesia. Kurang yodiummenyebabkan ibu melahirkan anak yang cacad fisik dan mental.Anak-anak kurang yodium dibuktikan IQ-nya lebih rendah darianak sehat. Dengan menggunakan garam beryodium dalammasakan setiap hari, kurang yodium dapat diatasi.
• Pedoman Gizi Seimbang pengganti Empat Sehat LimaSempurna
Setelah digunakan selama lebih setengah abad sejak 1950pedoman empat sehat lima sempurna sejak 1992 diperbaikimenjadi Pedoman Gizi Seimbang. Di Amerika dan negara lainempat sehat lima sempurna di kenal sebagai “basic four danbasic five”. Perbaikan pedoman ini sesuai kesepakatan globaldi konperensi gizi internasional di Roma tahun 1992 yangdisponsori FAO dan WHO. Perbaikan diperlukan untukmengimbangi kemajuan pesat ilmu gizi dan perubahan polamasalah gizi negara berkembang. Kesepakatan global ituditandatangani oleh pemerintah Indonesia. Karena itu perubahanke Pedoman Gizi Seimbang masuk salah satu strategi pendidikangizi di Repelita VI.
77
Bab 10.Campur Sari Tanya Jawab Seputar
Gizi Masyarakatdengan Prof. Dr. Soekirman MPS-ID
Kami datang ke rumah pak Soekirman, di jalan Siaga, Pejaten,
rumah yang sederhana, namun asri yang merupakan rumah
Kompleks Bappenas. Seperti biasa Prof. Dr. Soekirman dengan
hangat menerima kami. Seorang pribadi yang berkarakter.
Selanjutnya ikuti hasil sari wawancara dengan Soekirman, a
paripurna guy dalam bidang gizi.
> Mengapa bapak memasyarakatkan istilah Gizi bukan Nutrisi ?
• Secara resmi oleh para ahli bahasa tahun 1950, terjemahan
kata “nutrition” adalah “gizi” yang berasal dari kata Arab
ghidza (Arab). Karena itu sejak tahun 1950 secara resmi kata
gizi dipakai oleh pakar gizi dan organisasi profesi gizi. Perlu
diketahui secara konvensi kata “nutrisi” dipakai oleh profesi
kedokteran hewan. Kata nutrisi untuk hewan sudah disepakati
secara konvensi oleh para pakar. Jadi kata nutrisi untuk hewan
dan gizi untuk manusia. Sejak tahun 2000-an kata nutrisi
digunakan sebagai bahasa iklan dan bahasa awam.
> Pentingkah pembangunan ketahanan pangan bagi suatubangsa?
• Konsep ketahanan pangan muncul tahun 1990-an setelah
revolusi hijau berhasil meningkatkan produksi pangan
melimpah di dunia tetapi gagal mengurangi kurang gizi dan
78
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
kemiskinan. Pembangunan ketahanan pangan diperlukan agar
sukses produksi pangan dapat diakses atau menjangkau setiap
keluarga dan individu dimana saja dan kapan saja. Ketahanan
pangan salah satu syarat menurunkan angka kelaparan dan
kemiskinan sebagai target pertama dari MDGs dan mencapai
kesejahteraan rakyat.
> Jadi apakah ada kaitannya status gizi dengan kemiskinan ?
• Kemiskinan penyebab keluarga tidak bisa memenuhi gizinya
sehingga kurang gizi. Kurang gizi menyebab anak sakit-
sakitan dan bodoh, putus sekolah. Orang yang kecilnya
kurang gizi tidak sehat, pendidikan rendah, dan tidak
produktip. Masuk lapangan kerja upah murah, anak banyak,
miskin dan kurang gizi dan seterusnya. Perbaikan gizi dapat
dilaksanakan tanpa harus menunggu rakyat bebas dari
kemiskinan. “Better nutrition, Less poverty” itulah motto
Bank Dunia tahun 2006 untuk membantu negara berkembang
mengurangi kemiskinan.
> Apakah ukuran makro seperti produksi, pendapatan per kapita dan
produk nasional bruto bisa dijadikan tolok ukur kesejehteraan
masyarakat ?
• Pengalaman pada semua negara, termasuk Indonesia, ukuran
makro diatas tak selalu sejalan dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Ada masalah kurangnya lapangan kerja, ke-
kurangan gizi, dan pendidikan rendah yang belum dijangkau
indikator makro.
79
> Jadi ukuran apa yang digunakan ?
• Ukuran ekonomi makro penting, tetapi tidak cukup. Pimpinan
negara secara global telah menetapkan ukuran lain pem-
bangunan yang ditetapkan dalam Millenium Development
Goals (MDGs), antara lain : kemiskinan dan kelaparan
(kurang gizi), kematian bayi dan balita, kematian ibu, dan
lain-lain. Ukuran ekonomi makro baru berarti bila disertai
pencapaian MDGs.
> Apa tujuan bapak diundang FAO, Organisasi Pangan dan PertanianPBB pada tahun 2002 ?
• Untuk membahas metodologi bagaimana mengukur dan
memantau pencapaian sasaran MDGs pertama mengurangi
kemiskinan dan kelaparan termasuk kurang gizi.
> Sudah adakah dasar hukumnya ?
• Dasar hukum sudah dirumuskan lewat Undang-Undang
Pangan Tahun 1996, dan berbagai peraturan menteri
kesehatan, menteri dalam negeri, menteri industri dan lain-
lain
> Realisasinya bagaimana ?
• Para petugas pertanian pangan masih belum memahami beda
konsep ketahanan pangan dengan kosep swasembada pangan.
Ketahanan pangan masih berorientasi komoditi (pangan)
bukan konsumen (manusia). Ini berakibat masih kentalnya
egoisme sektoral, sehingga koordinasi dan integrasi antar
sektor yang diperlukan dalam ketahanan pangan tidak bisa
dilaksanakan semestinya.
CAMPUR SARI TANYA JAWAB SEPUTAR GIZI ...
80
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
> Jadi KISS suatu impian diatas kertas, saja ?
• Walau sulit, mestinya KISS tetap diupayakan. Kuncinya pada
pimpinan daerah, kalau visi dan misinya pro orang miskin,
dan pola manajemennya transparan, profesional, jujur dan
bersih dari korupsi.
> Apa sudah ada komitmen nasional atau komitmen lain ?
• Komitmen nasional untuk perbaikan gizi pada masa orde baru
terdapat dalam GBHN, Repelita , dan UU Pangan. Sejak re-
formasi, saya tidak melihat adanya dokumen yang dapat
dianggap komitmen untuk mengatasi masalah gizi, kecuali
proyek-proyek perbaikan gizi.
• Komitmen terakhir yang menyangkut masalah pangan, gizi,
kesehatan dan kemiskinan, dideklarisikan dalam dokumen
Millenium Development Goals (MDGs). MDGs merupakan
komulasi dari kekecewaan dunia akan deklarasi-deklarasi
global sebelumnya seperti World Food Conference, Interna-
tional Nutrition Conference, World Summit of Children tahun-
tahun sebelumnya tidak banyak dampaknya memperbaiki
kesejahteraan rakyat.
> Apa bunyi goal pertama dari Millenium Development Goal ?
• Menurunkan prevalensi penduduk miskin dan kelaparan
menjadi separonya pada tahun 2015. Pembangunan ke-
tahanan pangan adalah bagian dari upaya menurunkan
angka kemiskinan dan kelaparan tersebut.
81
> Apakah ada kerancuan pengertian dengan istilah busung lapar ?
• Ya, selama ini keliru. Busung lapar dipakai pada orang
dewasa yang tidak cukup makan untuk waktu yang lama
(mingguan atau beberapa bulan) sehingga sakit dengan tanda-
tanda badan kurus kering, perut bengkak (busung), tidak
berdaya. Ini adalah tingkat kelaparan yang cukup berat.
> Pada keadaan apa busung lapar terjadi ?
• Pada masa paceklik, akibat gagal panen oleh berbagai sebab.
Umumnya karena bencana kekeringan yang panjang. Korban-
nya petani atau penduduk desa yang miskin.
> Bisakah HO diatasi ?
• Busung lapar akan menghilang apabila mereka yang ke-
laparan mendapat bantuan pangan secara langsung atau tidak
langsung melalui padat karya.
> Apa pengertian padat karya, mengatasi busung lapar ?
• Pemerintah memberikan pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh
banyak anggota masyarakat, dan sebagai upah diberikan beras
dan uang, secara tak langsung memberi makan yang ke-
laparan. Sesegera hujan turun, musim kering berlalu, maka
busung laparpun berlalu.
> Seberapa pentingnya ukuran kekurangan gizi pada anak ?
• Kekurangan gizi pada anak sebenarnya adalah bentuk dari
kelaparan tak kentara. Dan ini merupakan salah satu ukuran
kesejahteraan, selain kesehatan dan pendidikan.
CAMPUR SARI TANYA JAWAB SEPUTAR GIZI ...
82
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
> Apa persyaratan dasar kita menanggulangi kekurangan gizi pada
anak ?
• Pengalaman saya lebih 40 tahun juga menunjukkan, selama
masyarakat belum demokratis dan transparan, selama masih
ada KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) masalah ke-
kurangan gizi tidak akan bisa diatasi.
> Ada contoh nyatanya ?
• Ketika menggagas Program Makanan Tambahan Anak
Sekolah (PMT-AS) untuk membantu meningkatkan gizi anak
sekolah. Saya juga merancang uang yang harus dikirim ke
rekening desa melalui Bank Rakyat Indonesia atau kantor
pos. Pikiran saya, orang di desa tidak akan korupsi.
> Uang tak sampaikah ke yang berhak menerima bantuan ?
• Saya salah duga. ketika berkeliling memantau pelaksanaan
PMT-AS ke desa-desa dari barat sampai timur Indonesia
ternyata uang memang sampai di desa, tetapi ternyata tetap
ada pemotongan.
> Apa ada lagi yang kisruh ?
• Ada yang uangnya dipegang istri lurah dan warga tidak tahu
penggunaannya; di tempat lain tidak dibelikan bahan makan-
an lokal produksi desa itu padahal, ada ketentuan harus mem-
beli produksi setempat supaya uang berputar di desa itu. Bila
dibelikan bahan pangan di desa semua penduduk tahu berapa
harganya. Jadi sengaja dibelikan di pasar di luar desa supaya
harganya bisa dinaikkan.
83
> Apa maksud gizi kurang ?
• Istilah gizi kurang yang pada tingkat lebih parah disebut gizi
buruk, dipakai pada anak balita. Penderita gizi kurang setiap
saat dapat ditemukan di masyarakat miskin baik di desa mau-
pun di kota. Menurut data Direktorat Gizi Masyarakat Depkes
2005, dari sekitar 18,5 jutaan anak balita di Indonesia, yang
ber-gizi baik (normal) sebanyak 14,1 juta anak (77,3%), ber-
gizi kurang 3,5 juta anak (18,9%) dan ber-gizi buruk 831
ribu anak (4,5%).
> Bisakah ditelusuri kelompok masyarakat rentan manakah yangterkena?
• Sebagian besar dari mereka yang gizi kurang dan gizi buruk
berasal dari keluarga miskin. Apabila kemiskinan penduduk
bertambah parah (akibat PHK masal, misalnya), dan atau
apabila penyakit infeksi merebak di kalangan anak balita
(polio, diare, demam berdarah, campak dan lain-lain), maka
jumlah anak yang gizi buruk dapat meningkat lebih dari 3,5
juta. Mudah-mudahan ini tidak terjadi. Kita bersyukur baik
pada masa krisis tahun 1998 maupun keadaan sulit tahun
2005, Depkes tidak pernah menerima laporan kasus busung
lapar (pada orang dewasa) akibat kekurangan pangan dan
kemiskinan.
> Bagaimana menanggulanginya?
• Berbeda dengan busung lapar, penanggulangan gizi buruk
lebih rumit. Selain anak membutuhkan makanan khusus
bukan susu, tetapi makanan pendamping air susu ibu (MP-
ASI), membutuhkan juga perbaikan pelayanan gizi dan
CAMPUR SARI TANYA JAWAB SEPUTAR GIZI ...
84
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
kesehatan dasar di Posyandu, perbaikan pengasuhan anak
(pendidikan ibu), kebersihan lingkungan, peningkatan peran
PKK dan peningkatan pendapatan keluarga. Upaya menang-
gulangi gizi buruk pada balita yang mengandalkan bantuan
pangan dan susu, seperti yang banyak dilakukan oleh
pemerintah daerah saat ini, tidak akan memecahkan masalah.
> Apa inti dari busung lapar dan gizi buruk?
• Bicara soal busung lapar (pada orang dewasa), gizi kurang
dan gizi buruk balita, berarti bicara soal ketahanan pangan
atau ”food security”.
> Apa dua unsur ketahanan pangan?
• Dari berbagai definisi yang ada ter-masuk dalam Undang-
Undang 1996 tentang Pangan, dan berbagai publikasi FAO,
WHO, dan UNICEF, juga dalam dokumen MDG, pem-
bangunan ketahanan pangan tidak terbatas pada pertama soal
komoditi pangan (produksi dan persediaan). Kedua ketahanan
pangan lebih peduli terhadap masalah akses atau keterjang-
kauan setiap rumah tangga dan individu (termasuk ibu hamil
dan anak balita) terhadap pangan yang mencukupi kebutuhan
gizi, sehingga terhindar dari risiko kelaparan baik nyata
(busung lapar) maupun lapar tidak kentara (gizi kurang dan
gizi buruk).
> Apa urgensi ketahanan pangan untuk Indonesia?
• Pada tahun 2015, pembangunan ketahanan pangan Indone-
sia bersama-sama dengan pembangunan sektor lain,
khususnya kesehatan dan penanggulangan kemiskinan, harus
85
dapat mengurangi beban penduduk miskin dari ancaman
kedua jenis kelaparan tersebut diatas.
> Bagaimana dengan kesepakatan Gubernur, Bupati, Walikota danDPRD untuk memerangi kelaparan?∆
• Pertama, harus diluruskan dulu penggunaan istilah kelaparan,
busung lapar, gizi kurang, dan gizi buruk, seperti dijelaskan
di atas. Yang mana yang mau diperangi. Masing-masing
indikatornya berbeda, penyebabnya berbeda, kebijakan dan
program intervensi penanggulangannya juga berbeda. Badan
ketahanan pangan pusat dan daerah bersama para pakar gizi
seyogyanya meluruskan hal ini.
> Bagaimana strategi penanggulangan gizi buruk?
• Berbeda dengan masalah busung lapar, masalah gizi kurang
dan gizi buruk pada balita tidak dapat dipecahkan dengan
tuntas tanpa rencana pembangunan jangka pendek, menengah
dan jangka panjang yang bermuara ke pembangunan pra-
sarana fisik dan sosial masyarakat desa.
> Apakah unsur penting kedua?
• Kedua, kesepakatan pimpinan daerah akan tinggal diatas
kertas, apabila tidak ada tindak nyata yang tepat (pada sasaran
dan waktu), dan benar (dicari akar penyebab masalah). Hal
tersebut tergantung dari pemahaman pimpinan daerah dan
pemerin-ah daerah terhadap arti ketahanan pangan yang tidak
terbatas pada soal komoditi pangan, tetapi termasuk komit-
men untuk menolong petani miskin dan masyarakat miskin
lainnya. Untuk itu diperlukan kepala daerah yang mempunyai
CAMPUR SARI TANYA JAWAB SEPUTAR GIZI ...
86
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
visi jangka panjang, bukan visi 5 tahunan jabatan.
> Sebenarnya apa inti komitmen?
• Komitmen melaksanakan ketahanan pangan berarti memberi
prioritas pada program yang pro petani miskin dan orang
miskin pada umumnya. Tidak hanya berupa subsidi input
pertanian (bibit, pupuk, obat hama, kredit), tetapi juga
terhadap kesehatan dan keadaan gizi petani dan keluarganya.
Petani yang sakit-sakitan dan anaknya gizi buruk, tidak akan
dapat meningkatkan produktivitasnya dengan baik.
> Apa unsur penting ketiga?
• Ketiga, kesepakatan pimpinan daerah dalam melaksanakan
ketahanan pangan, juga harus diwujudkan dalam menentukan
prioritas alokasi anggaran pembangunan daerah. Tidak hanya
mengutamakan pembangunan fisik (jalan dan bangunan)
tetapi juga pembangunan manusia petani dan keluarganya.
Di bidang kesehatan misalnya, penduduk petani dan pen-
duduk pedesaan terutama yang miskin tidak memerlukan
rumah sakit mewah, tetapi mereka perlu Puskesmas,
Posyandu, tenaga kesehatan yang hadir di pedesaan (dokter,
bidan, perawat, tenaga gizi dll.) agar anak balita dan ibu hamil
mendapat imunisasi, pelayanan kehamilan dan kelahiran,
mendapat kapsul vitamin A, pil besi, garam yodium, MP-
ASI, dan penyuluhan gizi seimbang dan sebagainya secara
teratur dan terus menerus.
> Kalau dibanding pendidikan?
• Demikian juga di bidang pendidikan, perlu disediakan
87
anggaran agar semua anak petani miskin dapat bersekolah
setidaknya pendidikan dasar 9 tahun.
> Apa saja sebenarnya masalah mendasar dalam pembangunanketahanan pangan?
• Menurut saya, kendala utama adalah masalah pemahaman
konsep ketahanan pangan. Menurut pengalaman saya sebagai
Ketua Pokja Ahli DKP pusat, banyak pejabat yang belum
dapat membedakan makna dari program pangan, swa-
sembada pangan dan ketahanan pangan. Dalam berbagai
kesempatan bertemu dengan anggota DKP daerah saya coba
menjelaskan perbedaan itu dengan mengatakan bahwa pro-
gram pangan dan swasembada pangan lebih berorientasi
komoditi pangan, terutama beras.
> kalau ketahanan pangan?
• Ketahanan pangan lebih berorientasi manusia, terutama
petani dan penduduk miskin. Artinya sukses tidak hanya
diukur dengan produksi dan pasokan pangan yang melebihi
kebutuhan rata-rata, tetapi harus dilanjutkan apakah
pasokan yang berlimpah itu dinikmati juga petani miskin
dalam bentuk konsumsi pangan maupun pendapatan petani
(nilai tukar).
> Jadi tolok ukurnya?
• Secara sederhana dapat dilihat dari tingkat kesehatan, gizi
dan pendidikan keluarga petani tersebut.
> Bagaimana bangga pangan cukup, tetapi semu?
• Selalu saya pertanyakan apakah artinya kita dapat membang-
CAMPUR SARI TANYA JAWAB SEPUTAR GIZI ...
88
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
gakan bahwa situasi pangan aman bahkan berlimpah di
gudang dan atau di pasar, tetapi berbagai penyakit infeksi
dan gizi buruk menimpa banyak anak petani miskin? Apabila
pembangunan pertanian pangan akan diarahkan secara benar
kepada pembangunan ketahanan pangan, seperti disebutkan
dalam dokumen pemerintah tentang revitalisasi pertanian,
perikanan dan kehutanan (2005).
> Jadi diperlukan perubahan paradigma?
• Ya, penting adanya perubahan paradigma pembangunan
pangan yang berorientasi pangan semata, menjadi orientasi
pangan dan kesejahteraan petani secara eksplisit, tidak hanya
basa-basi, dan dengan ukuran-ukurannya termasuk ukuran
status gizi anak keluarga petani.
> Masalah penting lainnya?
• Masalah kedua, kelembagaan. Kesulitan perubahan para-
digma seperti dikemukan dimuka, terkait dengan nama
lembaga ketahanan pangan. Meskipun definisi ketahanan
pangan seperti tertulis dalam UU Pangan 1996, implisit
termasuk aspek gizi, di dalam kenyataannya pemahaman
sistem ketahanan pangan tidak berbeda dengan pemahaman
sistem pangan atau swasembada pangan. Aspek gizi tidak
menjadi agenda rapat bahkan sering terlupakan. Kejadian gizi
buruk di NTB belum lama ini merupakan contoh. Pejabat
asyik bicara soal panen raya padi tanpa sadar di situ banyak
anak gizi buruk.
89
Kerancuan pemahaman masalah pangan yang terkait dengan
kelaparan nyata, dan masalah gizi yang terkait dengan
kelaparan tak kentara, ternyata tidak hanya terjadi di Indo-
nesia.
> Kalau di Brazil?
• Di Brazil misalnya, kata kelaparan dalam bahasa Portugis,
seperti kita di Indonesia, diasosiasikan dengan perut kosong,
kemiskinan dan bencana alam terutama kekeringan. Hanya
sebagian sangat kecil penduduk Brazil kelaparan dalam arti
tersebut. Sebagian besar penduduk terutama anak-anak
miskin bergizi kurang, seperti halnya di Indonesia.
> Bagaimana Brazil mengkaitkan dua aspek tersebut?
• Pangan dan gizi selalu terkait dan tercakup dalam kebijakan
pembangunan, di Brazil dicanangkan program ”Zero Hun-
ger” untuk memerangi kelaparan. Untuk itu program ”Food
Security” diubah menjadi ”Food and Nutrition Security”
(sumber : www. fomezero.gov.br)
> Apa isi program makro di Brazil?
• Berikut adalah contoh ruang lingkup kebijakan ketahanan
pangan dan gizi untuk program “Zero Hunger” di Brazil yang
meliputi program makro, seperti : penciptaan lapangan kerja
dan pendapatan, bantuan pendapatan bagi keluarga miskin
melalui ”social security”, insentif usaha pertanian, ”land re-
form”, pembangunan desa di wilayah kering, subsidi biaya
sekolah dan bantuan pendapatan minimal, dan pelayanan
kesehatan dasar.
CAMPUR SARI TANYA JAWAB SEPUTAR GIZI ...
90
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
> Apakah program makro perlu dilengkapi dengan kebijakan khusus?
• Kebijakan makro ini dilengkapi dengan kebijakan khusus,
berupa: kartu bantuan pangan, bantuan pangan darurat,
bantuan cadangan pangan, padat karya (”food for work”),
keamanan dan kualitas pangan (”food safety”), gizi ibu dan
anak, dan bantuan makanan anak sekolah (PMT-AS).
> Apa kebijakan mikro di Brazil?
• Kebijakan mikro ini dijabarkan lebih rinci ke dalam kebijakan
lokal menurut keperluan setempat, seperti kota metropoli-
tan, kota sedang dan kecil, dan desa.
Kebijakan dan program Zero Hunger dikoordinasikan oleh
”The National Food and Nutrition Council”, atau Dewan
Ketahanan Pangan dan Gizi, dikenal dengan bahasa Web di
Brazil “Consea”.
> Bagaimana struktur Consea?
• Suatu badan penasehat Presiden dalam menyusun kebijakan
Pangan dan Gizi dan HAM (”human right”). Consea
beranggotakan 62 orang terdiri dari 13 menteri, 11 pengamat
profesional (“observer”), dan 38 wakil organisasi
masyarakat. Dewan ini dipimpin oleh seorang presiden dan
sekretaris yang dipilih dari anggota. Didaerah-daerah juga
didirikan dewan yang formatnya sama.
> Apakah upaya strategis yang dilakukan IFPRI?
Dari penelusuran saya di web, ternyata IFPRI (International
Food Policy Research Institute) di Washington sedang
91
membantu mengembangkan kebijakan dan program Food
and Nutrition Security untuk Afrika tahun 2020, antara lain
menekankan pentingnya gizi diberi perhatian khusus dan
eksplisit dalam membahas ketahanan pangan. Kebijakan
ketahanan pangan dan gizi di Afrika dibahas dalam suatu
konferensi Negara-negara Afrika di Durban, April 2005. yang
dibuka oleh tiga Presiden, dan para menteri. Dalam salah
satu pidatonya, Menteri Pertanian Ghana, Courage Quashigah,
antara lain mengatakan :
“ Nutrition in food security is like leadership in managemnet.
You ignore leadership, you write your bankruptcy report. You
ignore nutrition, you sign your death warrant. It should be
realized that food surplus will not automatically translate
into achieving food security.” (www.new-agri.co.uk)
> Apa kecenderungan FAO terhadap ketahanan pangan?
Beberapa dokumen FAO pun akhir-akhir ini sudah menyebut
eksplisit aspek gizi dalam pembahasan masalah global
ketahanan pangan (Globalization of Food and Nutrition Se-
curity) dan di perkotaan (Urban Food Security and Nutri-
tion).
> Apakah yang mengusik Prof. Soekirman?
Pertanyaan saya, dapatkah Indonesia akan memangkas
separuh penduduk kelaparan dengan paradigma ketahanan
pangan dalam arti sempit seperti yang berlaku seperti
sekarang?
CAMPUR SARI TANYA JAWAB SEPUTAR GIZI ...
92
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Pada Era Repelita dulu ada Bab Khusus tentang Pangan dan
Gizi, dengan sektor-sektor kesehatan, pertanian, kependu-
dukan, agama dan dalam negeri termasuk di dalamnya.
Mengapa sekarang tidak ada lagi.
Meskipun waktu itu konsep ketahanan pangan belum muncul,
sejak Replita ke-2 (1973) pemerintah sudah menyadari bahwa
masalah pangan dan gizi merupakan dua sisi dari mata uang
yang tidak terpisahkan tetapi masing-masing mempunyai
indikatornya sendiri. Agar saling terkait tanpa menghilangkan
makna dan permasalahan masing-masing aspek dari pangan
dan gizi, maka masalah pangan dan gizi mendapat tempat
tersendiri sebagai suatu bidang pembangunan yaitu bidang
pembangunan pangan dan gizi.
> Jadi tetap diperlukan payung kebijakan pangan & gizi?
• Ya, dari kebijakan pangan dan gizi dalam Repelita disusun
program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dengan
unsur-unsur kesehatan, pertanian, agama, pendidikan wanita
(PKK), dan keluarga berencana. Program UPGK inilah yang
menjadi payung berbagai kegiatan di perdesaan, berupa:
Pelayanan kesehatan dasar bagi balita melalui PKK dan
Posyandu, termasuk penimbangan balita, pembagian kapsul
vitamin A balita, dan pil besi untuk ibu hamil, upaya lumbung
desa dan tanaman pekarangan, penyiapkan anak remaja putri
(wanita usia subur/WUS) menjadi ibu yang sehat dan tidak
anemia sebelum nikah, penyuluhan gizi melalui kontak tani,
93
tenaga PLKB dan lain-lain. Program ini pada awal tahun
1990-an oleh lembaga kesehatan internasional seperti WHO,
UNICEF dan HKI, diakui sebagai program gizi yang berhasil
menurunkan angka kematian balita antara 20-30% selama
periode program sekitar 10 tahunan, dan telah membebaskan
anak balita dari ancaman kebutaan karena kekurangan vita-
min A. Selama periode itu tidak terjadi kejadian luar biasa
gizi buruk. Semua cerita sukses itu dicapai dari keterpaduan
program antar sektor dan peran serta aktif masyarakat
perdesaan dalam PKK dan Posyandu, yang “terikat” dalam
kesatuan gerak UPGK. Mengapa hal-hal yang baik itu
sekarang tidak ada lagi? Jawab saya: jamannya berganti,
dalang dan pemain wayangnya berganti, maka ”lakon”
(cerita)-nya pun berganti dengan pakem yang lain.
> Bagaimana langkah-langkah kedepan yang harus dilakukanpemerintah?
• Para penentu kebijakan dan rencana pembangunan nasional
dan daerah, perlu memahami dengan baik bahwa masalah
gizi masyarakat adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
masalah pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia
(SDM), serta terkait erat dengan pembangunan pertanian
pangan.
> Apa yang perlu diketahui para stakeholders ketahanan pangan?
• Semua pihak yang terkait dengan ketahanan pangan harus
memahami dengan baik dan benar konsep ketahanan pangan
sebagaimana didefinisikan oleh UU Pangan 1996, dan
CAMPUR SARI TANYA JAWAB SEPUTAR GIZI ...
94
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
kesepakatan lembaga-lembaga internasional FAO, WHO,
UNICEF, IFPRI, yang intinya dinyatakan dalam pidato
Menteri Pertanian Ghana bulan April 2005 di Durban Afrika
Selatan dalam suatu konferensi negara-negara Afrika tentang
Food and Nutrition Security in Africa, seperti saya kutip di
bagian depan tulisan ini.
> Kata kunci lembaga ketahanan pangan?
• Terkait dengan itu lembaga ketahanan pangan apapun nama-
nya, harus mempunyai otoritas dan kemampuan koordinasi
bidang ketahanan pangan dan gizi yang komprehensip.
> Selain itu?
• Dengan demikian mampu memadukan kebijakan pem-
bangunan makro, miso dan mikro, di bidang ekonomi dan
sosial, di pusat dan daerah, meliputi aspek kemiskinan,
pertanian, perdagangan, kesehatan, gizi, gender, pendidikan,
dan lain-lain. Indikator keberhasilan dari kebijakan ini adalah
peningkatan kesejahteraan rakyat, yang diukur dengan ber-
kurangnya secara bermakna jumlah penduduk yang kelapar-
an, gizi kurang dan gizi buruk, pada anak-anak, serta me-
nurunnya secara nyata proporsi penduduk miskin.
> Jadi kita bisa belajar dari Consea Brazil?
• Ya, contoh ruang lingkup kerja Badan Ketahanan Pangan
dan Gizi di Brazil yang dikenal dengan Corsea, yang saya
uraikan secara ringkas di bagian terdahulu, mudah-mudahan
dapat memberi gambaran apa yang saya maksudkan dengan
95
kebijakan komprehensip di bidang ketahanan pangan dan gizi
tersebut.
> Apa tantangan pembangunan ketahanan pangan mendatang?
• Tergantung pada pemahaman arti ketahanan pangan. Apabila
diartikan sebagai upaya meningkatkan produksi dan ke-
tersediaan pangan, terutama beras, maka tantangannya relatif
lebih terletak pada masalah teknologi produksi pertanian dan
segala prasarananya, serta musim. Ini dapat dibuktikan saat ini.
Meskipun masih dalam keadaan sulit, BBM naik, bencana
alam, orang miskin makin banyak dan sebagainya, sektor
pertanian dapat terus meningkatkan produksi beras sehingga
tahun 2005 ini tidak perlu impor beras. Sekali lagi kalau arti
ketahanan pangan terbatas pada ”bertahan” untuk tidak impor
beras alias tercapainya swasembada beras, maka nampaknya
pembangunan ketahanan pangan tidak banyak tantangan.
Kalaupun ada tantangan dengan ”mudah” dapat diatasi. Kita
sudah punya pengalaman sukses tahun 1980-an.
> Kalau pengertian ketahanan pangan lebih luas, komprehensif?
• Akan berbeda halnya apabila pemahaman ketahanan pangan
mencakup akses keluarga miskin terhadap pangan dan bebas
dari kelaparan dan gizi kurang atau buruk. Untuk itu diper-
lukan adanya kebijakan ketahanan pangan yang secara
eksplisit mencakup masalah gizi, yang dipadukan dengan
pembangunan sosial dan ekonomi pedesaan lainnya, serta
pro-orang miskin.
CAMPUR SARI TANYA JAWAB SEPUTAR GIZI ...
96
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
> Apa tantangan sebenarnya?
• Tantangannya adalah apakah pemerintah daerah, benar-benar
mempunyai komitmen untuk memberi prioritas anggaran
pembangunan yang pro-orang miskin.
> Apa tantangan lain?
• Tantangan lain terberat adalah menghadapi kemiskinan dan
korupsi. Kedua tantangan tersebut saling terkait. Selama
korupsi tidak terkikis habis, kemiskinan akan terus meng-
hantui rakyat. Itu berarti jumlah orang kelaparan dan anak-
anak gizi kurang dan gizi buruk tidak akan menurun.
> Bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran MDG?
• Itu juga berarti bahwa sasaran World Food Summit dan
MDG’s untuk mengurangi separuh dari penduduk yang
kelaparan dan gizi kurang dan buruk pada tahun 2015,
agaknya sulit untuk dicapai. Sejak tahun 2002, saya
berpendapat bahwa ”selama masih ada KKN, masalah
kekurangan gizi tidak akan dapat diatasi dengan tuntas”.
(Kompas, 17 Juni 2002, hal.12). Pendapat saya itu saya ulangi
dalam tulisan saya di Kompas tgl. 9 Juni 2005 tentang Gizi
Buruk, Kemiskinan dan KKN.
> Adakah juga ahli lain yang sependapat?
• Hal yang sama ternyata dikemukakan oleh Dr. Saparinah
Sadli dalam Konperensi tingkat Menteri Asia Pasifik tentang
MDG’s di Jakarta tanggal 3-5 Agustus 2005.
97
Penutup-Epilog
Masih terngiang banyak pertanyaan teman dan orang lintas
budaya, lintas suku, lintas agama yang mencintai Indonesia.Pertanyaan yang terbesit: Mengapa Rusia hampir melunasi
hutangnya? Mengapa pemerintah Kuba membebaskan kocek warga
dari biaya sekolah dan biaya kesehatan, serta atlitnya berkibar
mendunia? Mengapa RRC, mampu maju, baca buku Education for
1.3 Billion People, karangan mantan Menteri Pendidikan RRC.
Mengapa Iran menggeliat? Mengapa di Amerika 40 juta orang tak
terasuransikan kesehatannya? Mengapa negara-negara di Amerika
Latin bangkit.
Bagaimana kita, Indonesia tercinta? Mampukah kita dengan sistem
yang ada,mensejahterakan para petani, buruh, rakyat miskin?
Termasuk memantapkan nilai tukar hasil tuaian atau panenan?
Mestikah kita mengkaji ulang, sistem yang kita anut?
Apa yang harus kita lakukan?
Ketika samudera mendera, bumi merontaDapatkah bertanya?Apa yang harus kita lakukan?Maukah kita masing-masingmenjadi pohon sagu nusantara yang liar,tahan hama, tahan cuaca, bermakna jua.
Yang kau harapkan,yang kau ucapkan
tidak semudah kata-katayang ingin kita jadikan kenyataan
(Tak semudah kata-kata, Keenan Nasution & Rudi Pekerti, 1980)
98
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Biosketches Prof. Dr. Soekirman
Prof. Soekirman, SKM, MPS- ID, Ph.D
Address: Jl. Siaga Raya, Perumahan Bappenas A-1
Pejaten Barat, Jakarta, 12510, Indonesia
Phone: 62-21-7992993 Office: 62-21-7987130
Fax: 62-21-7987130; E-mail: [email protected]
CURRICULUM VITAE
As on May, 2006
Name : SOEKIRMAN
Date of Birth : 2 August 1936
Place of Birth : Baureno, Bojonegoro, East Java,
Indonesia
Marital Status : Married
Name of Spouse :SRI WAHJOE SOEKIRMAN
Children : None
Formal Education:
• Cornell University, Ph.D. in International Nutrition,1983.
• Cornell University, Master of Professional Studies in International
Development,1974
• University of Indonesia, Jakarta, Sarjana Kesehatan Masyarakat
equal to Master of Public Health, 1969.
• Academy of Nutrition, Jakarta, Bachelor of Science in Public
Health Nutrition, 1960.
• Senior High School, SMA.B., Surabaya,1956.
99
Non-Degree Training / Short Courses :
• Massachussetts, Institute of Technology, Boston, Nutrition
Planning,1976.
• United States Department of Internal Affairs, National Civil
Service, Washington, Management, 1974.
• Michigan State University: Communication, 1967.
• Columbia University (New York): Public Health Nutrition,1967
Current Position :
• Founder / Director, Board of Advisers / Chairman, Indonesian
Fortification Coalition (KFI), since 2002. An independent public-
private partnership organization in community nutrition with
focus on fortification.
• Professor of Nutrition, University of Agriculture, IPB, Bogor,
Indonesia, since 1992.
• Guest Lecturer, Public Health Division, Faculty of Medicine
University Gajah Mada, Yogyakarta, since 1998.
• Guest Lecturer, Public Health Division, Faculty of Medicine,
Christian University Indonesia, Jakarta, since 1999.
• Chairman, Expert Working Group, National Food Security
Council, Government of Indonesia (under the President RI), since
2002.
Past Position
• Director, Center for Food and Nutrition Policy Studies, Bogor
Agriculture University, Institut Pertanian Bogor, Bogor,
1999-2004.
100
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
• Lecturer, Academy of Nutrition, Akademi Gizi Jakarta, Jakarta,
1975-1988.
• Senior Advisor to the UNICEF Representative to Indonesia and
Malaysia in Jakarta,1998-2003.
• Member of The National Research Council of Indonesia, Dewan
Riset Nasional, 1994 -2000.
• Senior Fellow, Human Development World Bank, Washington,
1996/1997.
• Deputy Chairman for Human Resources Development, National
Development Planning Agency, BAPPENAS, 1993-1996.
• Deputy Chairman for Social and Cultural Affairs, National
Development Planning Agency, BAPPENAS, 1988-1993.
• Head, Bureau of Health and Nutrition, BAPPENAS,
1983-1988.
• Faculty member, Academy of Nutrition, Jakarta, 1967-1983.
• Planning Staff, National-Development Planning Agency,
BAPPENAS, Jakarta, 1975-1983.
• Head, Nutrition Section Office of Provincial Health
Department, Aceh,1961-1966.
Professional AwardsA. The President of the Republic of Indonesia’s Award• Medal of Outstanding Professional Achievement in Nutrition
“ Satyalancana Wira Karya,“ 1993.
• Medal of 30 years as a Good Civil Servant., “ Satyalancana Karya
Satya 30,th “ 1995.
• First Medal of Overall Outstanding Achievement as a Government
Official, “ Bintang Utama,” 1995.
101
B. Nutrition Award
• The Indonesian Food and Nutrition Society-Pergizi-Pangan :
Profesional Recognition in the Field of Nutrition Science and Its
Application in National Development Policy and Program, 2001
Professional Organizations - International
• Chairman, Expert Committee on Vitamin A, Helen Keller
International - H.K.I. Indonesia, Jakarta, since 2004.
• Member of Board of Director, ICCIDD, 2000-2003.
• Member of Board of Scientific Director, International Life Sciences
Institute, ILSI -South East Asia, Singapore, 1997-2005.
• Honorary Member of the Advisory Group on Nutrition, AGN,
United Nations’ Administrative Coordinating Committee / Sub-
Committee on Nutrition, UN -SCC/SCN, Geneva,1990-2000.
• Active member of the Advisory Group on Nutrition (AGN), United
Nations Administrative Coordinating Committee or Sub-Committee
on Nutrition, Washington-Geneva, 1985-1990.
• Chairman, Committee on Urban Nutrition, International Union of
Nutritional Sciences (IUNS), Amsterdam, 1985-1989.
• Member, Vitamin A Task Force on Operation, International Vitamin
A Consultative Group (IVACG), Washington, 1986 -1988.
• Member, Sub-Committee on Nutrition Education, International
Union of Nutritional Sciences, 1975-1978.
• Member, International Nutrition Planner’s Forum US-AID
Washington, 1975 -1979.
• Member, Federation of Asian Nutrition Sciences – FANS,
(1983-1990).
102
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Professional Organizations National - Indonesia
• Chairman, the Indonesian Forum for Advancement of Nutrition
Sciences since 2000.
• Advisor to the Indonesian Association of Professional Education
of Nutrition - AIPGI, since 2004.
• Indonesian Nutrition Association – PERSAGI; Chairman,
Advisory Board, since 1989 ; Presidium Board Member,
1983-1989; Elected Chairman, 1969-1975.
• Indonesian Food & Nutrition Society, PERGIZI-PANGAN
Member, Advisory Board, 1990-1995.; Vice Chairman,1986-
1990.; Chairman, Food and Nutrition Policy Division, 1984-1986
• Member, Indonesia Public Health Association, since 1975
• Vice Chairman, Indonesian Breastfeeding Promotion Association,
1975-1988
Experiences :
A. Participating in International Conferences/Seminars /
Advocacies
• International Meeting of Flour Fortification Initiative (FFI),
Public Nutrition Development Center, Gov.of China, Beijing
10-11 May 2006
• International Meeting of FFI and Natrition Institute of
Nutrition, Gov. of Vietnam, Hanoi, 16 May 2006
• 33Th Annual Meeting UN-Standing Committee on Nutrition
(SCN) 11-16 March 2006, Geneva
• ILSI Japan and South East Asia’s Meeting on Fortification,
Manila, 29 - 31 October 2004.
103
• Annual Meeting United Nations Standing Committee on Nutrition,
SCN, 22 - 26 March 2004, UN Building, New York.
• National Meeting for X th .Five Year Development Plan, People’s
Republic of China, Public Nutrition and Development Planning
- PNDP, Beijing with Nevin Scrimshaw, International Nutrition
Foundation, Boston, USA, December 26 -29, 2003.
• Workshop on Global Alliance on Improving Nutrition, GAIN,
Geneva, 29 June - 2 July 2003.
• International Life Sciences Institute, ILSI, South East Asia Board
of Directors Meeting, Singapore , one - two times annually, since
1998.
• IX th Asian Nutrition Congress, New Delhi, 23-27 February 2003.
• World Wheat Millers’ Meeting for Universal Salt Iodization,
Mauritius, October 2002.
• Scientific Symposium on Food Security Measurement, FAO,
Rome, June 26 -28, 2002.
• Regional Meeting on Nutrition Planners’ Training, Nutrition
Research Institute, Hanoi, Vietnam, April 2002.
• XVIIth International Union of Nutrition Sciences (IUNS)
Congress, Vienna, Austria, August 2001.
• WHO/SEARO Regional Meeting on Infant and Child Feeding
Strategy, Mahidol University, Bangkok: Deliver Keynote Address,
March 2001.
• International Union of Food Sciences and Technology Congress,
IUFSTC, presenting paper on Food and Nutrition Situation in
Indonesia During and After Economic Crisis.
Seoul, Korea April 23, 2001.
104
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
• Asian Congress of Nutrition, Seoul, South Korea,
August 29- Sept.2, 1999
• UN-ACC/Sub Committee on Nutrition, Symposium on the Right
to Food, Plaza Des Nations, Geneva, 12 -16 April 1999.
• Conference on “Urgent Call To Defend Children Against Economic
Crisis”, Mahidol University, Bangkok 8-9 January 1999.
• International Conference on Early Child Development, ILSI,
Kuala Lumpur, November 2-6, 1998.
• Asian Conference on Nutritional Guidelines and Recommended
Dietary Allowances, Kuala Lumpur, July 20-25, 1998.
• WHO Senior Advisory Committee Meeting on Tuberculoses,
London , March 16-21, 1998.
• Annual Board Meeting , International Life Sciences Institute
(ILSI), Tampa, Florida, USA, January 15 - 24, 1998.
• Annual Board Meeting, ILSI-South East Asia, Singapore,
November 1997.
• US-Expert Meeting on Iron Deficiency, US-National Academic
of Sciences, Washington DC, December 1996, honorary invitee.
• Micronutrient Meeting, US-AID / OMNI, Washington DC,
September, 1996.
• The World Conference on Co-op Education, Kingston, Jamaica,
August, 1995, chief delegation of Government of Indonesia.
• Pacific-Asia Conference on ”People Centered Cooperation”,
organized by Pacific-Asia Society, PAS, Seoul, South Korea,
November 22-24, 1994, keynote speaker.
• International Conference on “Overcoming Hunger”, organized
by Mahidol University, Bangkok and Brown University USA,
Bangkok, November 2-6, 1994, paper discussant.
105
• Asia-Pacific Expert Meeting on Social Development, Organized
by Department of Foreign Affairs, Bandung, Indonesia
July 25-28, 1994 presenting contribution paper.
• IFPRI Ending Malnutrition Symposium, Washington DC,
28-29 March 1994. presenting contribution paper.
• Conference of Managing Oil Boom: Lesson for Colombia from
the Indonesian Experience, 24-25 March 1994,
Bogota, Colombia. (discussant)
• United Nations - Preparatory Conference for Summit Meeting
on Social Development, New York, August 1994,
Chief Delegation of Government of Indonesia.
• Summit Meeting on Education for All of Nine Big Developing
Countries, New Delhi, December 15 - 16, 1993,
member delegation Government of Indonesia.
• Preparation Conference on UN-International Conference on
Nutrition, WHO-FAO, Geneva, 1992, chief delegation, Government
of Indonesia.
• International Congress on Nutrition in Adelaide, Australia, 1993.
• Annual Executive Board Meeting of UNICEF, at United Nations,
New York, in 1986 and 1987, Member Delegation, Government
of Indonesia. And in 1989, chief delegation, Government of
Indonesia.
• Annual Meeting of United Nations Administrative Coordinating
Committee or Sub-Committee on Nutrition in Washington /
Geneva, 1985 -1990.
• Chief delegation the mission Government of Indonesia to the
World Bank, Washington, 1989,1990,1992, 1993, 1995, And as
member in 1985, 1986, and as a member to the Asian Development
Bank, Manila in 1985.
106
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
• Asian Minister of Health Meeting on Health for All, Colombo,
Sri Langka, 1984, member delegation Government of Indonesia.
• International Congress of Nutrition in Osaka, Japan, 1975; Rio
de Janiero, Brazil, 1978 and Brighton, England,1985.
• Asian Congress of Nutrition, Bangkok,1984. Bellagio, Italy,
experts meeting on Food and Nutrition Policy, Rockefeller
Foundation, 1975.
• Etcetera.
B. Consultant
• Consultant for Fortification and Nutrition Policy to Urban
Nutrition Project ADB Indonesia, June-November 2005.
• Member of the Expert Team Consultants of the International
Nutrition Foundation, Boston USA, under the president: Nevin
Schrimshaw to the Government of China, Beijing, 25 November
- 2 December 2003.
• Member of the Expert Team Consultant the Micronutrient Initiative,
Canada, and Government of Indonesia, for Micronutrient Review
in Indonesia, Jakarta, October/November 2002.
• Senior Advisor to the Representative UNICEF-Indonesia and
Malaysia, Jakarta,1998-2003.
• Senior Research Fellow, Department of Human Development,
the World Bank, Washington,1996/1997.
• UNDP-Jakarta, Consultant for the Development of Monitoring
and Evaluation System for the School Feeding Program PMT-
AS, July, 1997.
• Senior Fellow or Visiting Scholar, Human Development Department,
HDD, The World Bank, Washington, July 1996-January 1997.
107
• University of Hawai, Manoa, consultant to bridge and develop
the cooperation between Institut Pertanian Bogor and University
of Hawaii, April, 1994.
• Food Agricultural Organization, Regional Office Bangkok, as
consultant for nutrition indicators study proposal, 1986.
• World Bank Assisted Project on Nutrition in Indonesia as project
evaluator team member,1982.
• USAID, Assisted Project on Nutrition Surveillance in Indonesia,
as project evaluator team member,1981
C. Research
• Research Advisor / Principal to MI-KFI Studies on :
> Nutrition Situation Indonesia, 1980-2003.
> Quality Assurance and Quality Control of Wheat Flour
Fortification Indonesia,
> Feasibility Study on Vitamin A Oil Fortification Indonesia.
March-June 2004
• Principal Investigator, ILSI Study on Food Habits, Physical
Activities and Anthrophometric Measurement in Primary School
Children in Jakarta and Bogor, 1997-1999.
• Doctoral (PhD) research examiner, reader, advisor of the
University of Indonesia, and the University of Agriculture (Institut
Pertanian) Bogor, Bogor. And the University of Gajah Mada, UGM,
Yogyakarta, plus The Flinders University of South Australia
1985-1995.
• Policy Studies on Nutrition in Indonesia, member of steering
committee, BAPPENAS - Ministry of Health - World Bank -
UNICEF, since 1986.
108
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
• Development Study Projects with special attention on Health
and Nutrition Studies, member of steering committee,
BAPPENAS - Ministry of Health - US/AID, 1985-1986.
• Health Sector Studies member of steering committee,
BAPPENAS-Ministry of Health - University of Indonesia - World
Bank, 1986.
• The Effect of Maternal Employment on Infants’ Nutritional
Status in Central Java, Ph.D. Research, principal investigator,
1982-1983.
• Iron Deficiency Anemia and Productivity of Plantation Workers
in West-Java, field coordinator, Ministry of Health - World Bank,
1971 -1972.
• KAP Study on Tuberculosis in Gerobogan, master research,
principal investigator, 1968.
• Social and Cultural Aspects of Nutrition in Indonesia, Ministry
of Health-National Institute of Sciences, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, LIPI, 1968/69.
C. Main Publications (International & National) :
• Co-Guest Editor with John Mason and R. Martorell, Special Issue
of UNU-Food and Nutrition Bulletin, vol 25, no.1, March 2004
on Micronutrient.
• Co-author with LJ Studdert, KM Rasmussen, and JP Habicht
Community-Based School Feeding During Indonesia’s Economic
Crisis: Implementation, Benefit, and Sustainability. UNU-FNB
vol.25 no.2, June 2004.
• Public-Private Partnership in Nutrition Program, especially on
Fortification in Indonesia, Proceeding IXth Asian Nutrition
Congress, New Delhi, 23-27 February 2003.
109
• Nutritional status of primary school children in West Jakarta and
Bogor. Food and Nutrition Bulletin, UNU Tokyo, March 2002.
• Food and Nutrition Security and the economic crisis in Indonesia.
Asia Pacific Journal of Nutrition, June 2001
• Respecting, Protecting and Fulfilling The Right to Food and
Nutrition During The Economic crisis: The Indonesian Perspective.
SCN News July 1999, ACC/SCN, Geneva.
• Micronutrient Malnutrition & Fortification Programmes in
Indonesia: Current Situation & Future Priorities with a Focus on
IDD Control. Regional Conference on Micronutrient Current
Issues, ILSI & Department .of Health, Bangkok September 1999.
• How Fortification Policy is Made in Indonesia, Manila Forum:
Food Fortification Policy, ADB - ILSI - MI, February 2000
• Food, Nutrition and Economic Crisis: Indonesian Perspective,
paper presented at the Conference on Urgent Call to Defend
Children Against Economic Crisis, Mahidol University, Bangkok,
8-9 January 1999.
• School Feeding in Indonesia : A Community Based Program
For Child, School and Child Development, Co-Author with Lisa
Studert, SCN - News, UN-ACC Sub-Committee on Nutrition,
Geneva, No.16, July 1998.
• Nutrition Surveillance : A Planners’ Perspective. Bulletin of
Nutrition and Food, UNU, June 1995.
• Overcoming Hunger: The Indonesian Experience. Paper presented
at the Conference on Overcoming Hunger, Brown University and
Mahidol University, Bangkok, Thailand, November 1994.
• Why People-Centered Cooperation Now?, Pacific- Asia Conference
on People-Centered Cooperation, Seoul, November 21-23, 1994.
110
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
• Eradicating Xeropthalmia: Indonesia’s Experience, The International
Conference on Vitamin A, Chiang Rai, Thailand, 1994.
• Economic Growth, Equity, and Nutrition Improvement in Indonesia,
UN-SCC/SCN Case Study, The XVth Congress of International
Union of Nutritional Sciences, Adelaide, October 1993.
• The Effect of Development on the Nutrition Improvement in
Indonesia. Inaugural Speech for Professorship in Nutrition,
University of Agriculture Institut Pertanian Bogor, Bogor, 1991.
• Micro Nutrient Problems in Indonesia. In: Proceeding of International
Conference on Hidden Hunger, October 1991, Montreal, Canada.
• Chief Editor, Professional Journal “ Gizi Indonesia,“ (Journal
of the Indonesian Nutrition Association), since 1985.
• Prevention of Energy Protein Malnutrition Through Socio
Economic Development and Community Participation. In R.
Suskind (editor) the Malnourished Child, Nestle Nutrition
Workshop Series Vol.19, Raven Press, New York,1990.
• The Development of Food and Nutrition Surveillance in Indonesia
(paper for UN-ACC/SCN Workshop on “Nutrition in Times of
Disaster), Geneva, 1988.
• Working Women and Infants’ Nutritional Status, in Proceeding
The XIIIth. International Congress of Nutrition, IUNS, Brighton,
England, 1985.
• Nutrition Surveillance in Indonesia. In proceeding IVth Asian
Congress of Nutrition, Bangkok,1984.
• Iron Deficiency Anemia and Productivity, (co author), American
Journal of Clinical Nutrition, 1979.
111
• Population and Food Demand : A prospective view with a special
reference to Indonesia, in Proceeding, Xth International Congress
of Nutrition, Kyoto,1975.
• Nutrition and Government Policy: Indonesia, in Beverly Winikoff
(editor) Nutrition and National Policy, MIT Press, 1978.
• Nutrition Goals for Agriculture in Proceeding Workshop on Interfaces
between Agriculture and Nutrition, IRRI, Los Banos, 1977.
• Priorities in Dealing With Nutrition Problems in Indonesia,
Cornell Monograft Series No.1., 1974.
Name of Spouse : SRI WAHJOE SOEKIRMAN
Date of Birth : 11 April 1938
Occupation of Spouse : Faculty member, Emeritus, Academy of
Nutrition, Jakarta, Indonesia.
Education of Spouse :
• Teacher’s College, IKIP, Jakarta, Acta V,1987.
• Cornell University, MPS in Education,1983.
• Columbia University, Short Course in Public Health and
Nutrition,1969.
• Academy of Nutrition, Bogor, B.Sc. Nutrition, 1962
Jakarta, February 21, 2005
Soekirman
Director Board of Advisors & Chairman
The Indonesian Fortification Coalition (KFI),
Jakarta, Indonesia
E-mail: [email protected]
112
Sketsa Kehidupan Soekirman, MELEBUR KASIH, MENGGIZIKAN MASYARAKAT
Daftar Rujukan• Departemen Gizi Masyarakat IPB.
Prof.Dr.Soekirman : Guru dan Sahabat Kami dalam
Pengembangan Ilmu Gizi di Indonesia, IPB Press, Bogor
• Ninuk Mardiana Pambudy.
Status Gizi dan Masyarakat yang Demokratis.
Kompas 17 Juni 2002
• Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian. Wawancara
dalam rangka Buku 60 Tahun Pembangunan Ketahanan
Pangan. 2005
• Soekirman. Gizi Buruk, Kemiskinan dan KKN.
Kompas 9 Juni 2005
• Soekirman. Mewaspadai terjadinya Gizi Buruk.
Suara Pembaruan, 27 Juni 2005
• Bambang Harianto.
Wawancara dengan Prof.DR.Soekirman, Tokoh Gizi Indonesia.
Majalah Progizi 2005
• Vision 2020. News & Views.
Indonesia Continues Groundbreaking Model for Fighting
Hunger and Poverty. March 1997
• World Bank. Repositioning Nutrition as Center to the
Development : A Scaling Up Strategy. WB. Washington DC.
2006
• World Bank. Better Nutrition Less Poverty. WB.
Washington.2006
• Helen Steiner Rice. Loving Promisses. Flemming
H.Ravel.1975
• Poerwo Soedarmo. Gizi dan Saya. Balai Penerbit UI.1995