Skenario 3 Neuro

55
Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI LI. I MM Pusat dan Jaras Nyeri Jaras spesifik Nyeri A. Traktus spinotalamikus Lateralis i. Axon dari neiron orde pertama (ganglion spinalis) memasuki ujung cornu posterius substantia grissea medulla spinalis dan segera bercabang menjadi serabut yang naik dan yang turun ii. Sesudah memasuiki satu atau dua segmen medulla spinalis membentuk tractus posterolateral (lissaueri) , serabut ini segera bersinapsis dengan neuron orde kedua yang terletak pada kelompok sel substantia gelatinosa cornu posterius iii. Axon dari neuron orde kedua berjalan menyilang garis tengah pada comissura anterior substantia grissea dam substantia alba kemudian naik keatas pada sisi

description

neuro

Transcript of Skenario 3 Neuro

Page 1: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

LI. I MM Pusat dan Jaras Nyeri

Jaras spesifik Nyeri

A. Traktus spinotalamikus Lateralis

i. Axon dari neiron orde pertama (ganglion spinalis) memasuki ujung cornu

posterius substantia grissea medulla spinalis dan segera bercabang menjadi

serabut yang naik dan yang turun

ii. Sesudah memasuiki satu atau dua segmen medulla spinalis membentuk tractus

posterolateral (lissaueri) , serabut ini segera bersinapsis dengan neuron orde

kedua yang terletak pada kelompok sel substantia gelatinosa cornu posterius

iii. Axon dari neuron orde kedua berjalan menyilang garis tengah pada comissura

anterior substantia grissea dam substantia alba kemudian naik keatas pada sisi

kontra lateral sebagai anterius. Sewaktu berjalan keatas, serabut saraf baru

terus bertambah sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis, demikian

rupa sehingga pada bagian atas cervical terdapat

a) Serabut sraf yang datang dari sacral terletak posterolateral

b) Serabut saraf yang datang dari cervical terletak anteromedial (serebut

saraf yang menghantarkan rasa sakit terletak didepan yang

menghantarkan sensasi suhu)

Page 2: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

iv. Pada Medulla oblongata tractus tersebut terletak pada dataran lateral antara

nucleus olivarius inferius dengan nucleus tractus spinalis N.Trigeminus. disini

ia bergabung dengan

1. Tractus spinothalamicus anterius

2. Tractus spinotectalis

Yang kemudian gabungan dari ketiganya disebut lemniscus spinalis

v. Pada pons kemudian naik keatas dibagian belakang pons

vi. Pada mesencephalon kemudian lemniscus medialis berjalan pada tegmentum ,

lateralis dari lemniscus medialis

vii. Pada diencephalon serabut saraf dari tractus spinothalamicus lateralis akan

bersinapsis dengan neuron orde ketiga yaitu nucleus posterolateral dari

keolompok ventral thalamus (bagian dari nucleus lateralis thalamus), dimana

disini akan terjadi penilaian kasar sensasi sakit dan suhu dan reaksi emosi

mulai timbul.

viii. Axon dari neuron orde ketiga jalan memasuki crus posterior capsula interna

dan corona radiata untuk berakhi pada gyrus postcentralis (brodmann 3 2 1) .

dari sini informasi rasa sakit dan suhu akan diteruskan ke area motorik dan

area asosiasi di cortex lobus parietalis.

ix. Cortex cerevri gyrus psotcentralis berfungsi untuk menafsirkan suhu dan sakit

sehingga akan muncul kesadaran terkait sensasi tersbut.

Pembagian secara fisiologis

Sewaktu memasuki medulla spinalis , sinyal rasa nyeri melewati dua jalur ke otak yaitu:

Page 3: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

A. Traktus neospinotalamikus

Traktus neospinotalamisu berfungsi utnuk menyalurkan nyeri

secara cepat. Terutama terdiri atas serabut A-Delta yang tyerutama dilalui

oleh rasa nyeri mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut perifer jalur ini

berakhir pada lamina I kornu dorsalis. Dan dari sini akan merangsang

neuron orde dua dari tractus neospinotalamicus. Neuron ini akan

mengirimkan sinyal ke serabut panjang yang terletak di dekat sisi lain

medulla spinalis dalam komisura anterior dan selanjutnya berbelok naik ke

otak dalam kolumna anterolateralis.

1. Hanya sebagian kecil saja serabut neopinotalamikus berakhir di

daerah retikularis batang otak, sisaya melewati batang otak dan

langsung berakir di kompleks ventrobasal thalami.

2. Nyeri cepat dapat dilokalisasi dengan mudah di dalam tubuh

3. Neurotransmiter A delta umumnya adalah glutamat

B. Traktus paleospinotalamikus

Jalur ini befungsi untuk menjalarkan nyeri lambat-kronik , sebagian

serabutnya adalah tipe C, sebagian kecil A-delta. Dalam jaras ini, serabut-

serabut perifer berakhri pada lamina II dan II kornu dorsalis yang secara

bersama-sama disebut substansi gelatinosa, serabut C terletak lebih lateral dari

Page 4: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

A-delta. Setelah itu akan berlanjut ke lamina V dan neuron-neuronnya

merangsang akson-akson panjang (yang juga menjadi penghantar nyeri cepat)

yang mula-mula melewati komisura anterior ke sisi berlawanan dari medulla

spinalis ,kemudian naik ke otak melalui jaras anterolateral

Neotransmiter nya adalah glutamat dan Substansi P, substansi P bersifat

lebih lambat dari Glutamat yang memungkinkan glutamat untuk sampai

terlebih dahulu. Yang menjelaskan suatu fenomena rasa sakit “ganda”

Jaras paleospinotalamikus berakhir kebanyakan di

a. Mucleus retikularis medula, pons dan mesensefalon

b. Area tektal mesensefalon sampai kolukulus usperior dan inferior

c. Daerah periakuaduktus substansia grisea yang mengelilingi aquaductus

sylvii

Kemampuan lokalisasi rasa nyeri pada jalur lambat sangatlah

buruk dan kebanyakan hanya dapat dilokalisasi di bagian tubuh yang luas

Formasio retikularis berfungsi untuk menimbulkan persepsio nyeri

yang disadari

Mekanisme penghantaran nyeri

Fisiologi nyeri melalui proses-proses berikut

1.      Proses Transduksi (Transduction)

Proses transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri diubah menjadi suatu

aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli

fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri). Transduksi rasa sakit dimulai

ketika ujung saraf bebas (nociceptors) dari serat C dan serat A delta neuron aferen primer

menanggapi rangsangan berbahaya. Nosiseptors terkena rangsangan berbahaya ketika

kerusakan jaringan dan inflamasi terjadi sebagai akibat dari, misalnya, trauma,

pembedahan, peradangan, infeksi dan iskemia.

Nociceptors didistribusikan pada ;

1.      Struktur Somatik (kulit, otot, jaringan ikat, tulang, sendi);

2.      Struktur Viseral (organ viseral seperti hati, saluran gastro-intestinal).

Page 5: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

3.      Serat C dan serat A-delta yang terkait dengan kualitas yang berbeda rasa sakit.

Ada tiga kategori rangsangan berbahaya:

1. Mekanik (tekanan, pembengkakan, abses, irisan, pertumbuhan

Tumor)

2.      Thermal (membakar, panas);

3.      Kimia (neurotransmitter rangsang, racun, iskemia, infeksi).

Penyebab stimulasi mungkin internal, seperti tekanan yang diberikan oleh tumor atau

eksternal, misalnya, terbakar. Stimulasi ini menyebabkan pelepasan mediator kimia

berbahaya dari sel-sel yang rusak, termasuk: prostaglandin, bradikinin, serotonin,

substansi P, kalium, histamin. Mediator kimia ini mengaktifkan nosiseptor terhadap

rangsangan berbahaya. Dengan maksud memperbaiki rasa nyeri, pertukaran ion natrium

dan kalium (depolarisasi dan repolarisasi) terjadi pada membran sel. Hal ini

menghasilkan suatu potensial aksi dan generasi dari sebuah impuls nyeri.

2.      Proses Transmisi ( Trasmision)

Proses tranmisi dimaksudkan sebagai penyaluran impuls melalui saraf sensoris

menyusul proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan

serabut C sebagai neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis dimana impuls

tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus

sphinotalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls disalurkan ke

daerah somato sensoris di korteks serebri melalui neuron ketiga, dimana impuls tersebut

diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.

3.      Proses Modulasi (Modulation)

Proses modulasi adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik

endogen yang dihasilkan oleh tubuh pada saat nyeri masuk ke kornu posterior medula

spinalis. Proses acendern ini di kontrol oleh otak. Sistem analgesik endogen ini meliputi

enkefalin, endorfin, serotonin, dan noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan

impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Kornu posterior ini dapat diibaratkan

sebagai pintu yang dapat tertutup atau terbukanya pintu nyeri tersebut diperankan oleh

sistem analgesik endogen tersebut di atas. Proses modulasi inilah yang menyebabkan

Page 6: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

persepsi nyeri menjadi sangat subyektif pada setiap orang. . Suatu jaras tertentu telah

diternukan di sistem saran pusat yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di

medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau obat analgetika seperti morfin

(Dewanto).

4.      Persepsi

Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Pada saat individu

menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang kompleks.

a. Korteks somatosensori: Ini adalah terlibat dengan persepsi dan interpretasi dari

sensasi. Ini mengidentifikasi intensitas, jenis dan lokasi sensasi rasa sakit dan sensasi

yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu, memori dan aktivitas kognitif. Ini

mengidentifikasi sifat stimulus sebelum memicu respons, misalnya, di mana rasa

sakit itu, seberapa kuat itu dan bagaimana rasanya.

b. Sistem limbik: Hal ini bertanggung jawab untuk respon emosi dan perilaku terhadap

rasa sakit misalnya, perhatian, suasana hati, dan motivasi, dan juga dengan

pengolahan rasa sakit,dan pengalaman masa lalu rasa sakit.

RESEPTOR NYERI

Aferen primer mencakup serat A-alfa dan A-beta yang besar dan bermielen serta

membawa impuls yang besar dan tidak bermielin ( tidak diperlihatkan ) serta membawa

impuls yang memperantarai sentuhan, tekanan, dan propriosepsi dan serat A-delta yang kecil

bermielin dan serat C yang tidak bermielin, yang membawa impuls nyeri. Aferen-aferen

primer ini menyatu di sel-sel kornu dorsalis medulla spinalis, masuk ke zona lissauer, serat

pascaganglion simpatis adalah serat eferen dan terdiri dari serat-serat C tidak bermielin.

Page 7: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

SENSITISASI NOSISEPTOR DI DAERAH CEDERA JARINGAN

  Pengaktifan langsung dengan tekanan intensif yang menyebabkan kerusakan sel.

Kerusakan sel menyebabkan dibebaskannya kalium ( K) intra sel dan sintesis prostaglandin

(PgG) dan bradikinin (BK. Prostaglandin meningkatkan sensitivitas reseptor nyeri

bradikinin, yaitu zat kimia penghsil nyeri yang paling kuat.

Apapun bentuknya, pada nantinya hal tersebut akan menyebabkan perubahan permeabilitas

neurong sehingga dapat terjadi suatu potensial aksi dengan perpindahan ion-ion yang

timbul.

Page 8: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

LI. II MM Nyeri Kepala

2.1 Definisi

Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang

berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit. Neurology and neurosurgery illustrated

Kenneth).

2.2 Etiologi

Sakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan:

(1) vascular

(2) jaringan saraf

(3) gigi – geligi

(4) orbita

(5) hidung dan

(6) sinus paranasal

(7) jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot, dan periosteum kepala.

Selain kelainan yang telah disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan oleh stress dan

perubahan lokasi (cuaca, tekanan)

2.3 Klasifikasi

Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:

1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus

mekanis terhadap nosiseptor.

2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf

3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.

4. Nyeri psikologik

Page 9: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

Berdasarkan kausanya, digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder.

Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan

struktur atau sejenisnya. Sedangkan nyeri kepala sekunder, yaitu nyeri kepala lebih dari tiga

bulan yang mengalami pertambahan dalam derajat berat, frekuensi dan durasinya serta dapat

disertai munculnya deficit neurologis yang lain selain nyeri kepala.

1. Primer, tidak terdapat penyebab dasarnya. Diantaranya:

a. Migraine, adanya vasodilatasi arteri ekstrakranial dimana pada saat serangan terjadi

vasokonstriksi intra cranial

b. Nyeri kepala tipe tegang, karena kontraksi otot leher.

2. Sekunder, disebabkan karena vasodilatasi akibat demam tinggi, peningkatan tekanan darah,

hipoksia, intoksikasi CO, dan keadaan patologis lainnya. Diantaranya:

a. Traction headache, karena trakdi atau kompresi dari struktur peka nyeri intracranial akibat

tumor, hematom, dsb.

b. Inflamasi, disebabkan stimulasi struktur peka nyeri intracranial akibat perdarahan

subarachnoid, meningitis, dural sinus phlebitis, juga ekstrakranial temporal arteritis.

c. Referred head pain, disebabkan sakit mata, hidung atau sinus, gigi, dsb

d. Psikogenik, akibat depresi, delusi.

e.

Nyeri kepala secara general dibagi atas:

1. Nyeri kepala Intrakranial

Daerah sensitif nyeri tempurung kepala

Jaringan otak sendiri tidak sensitif terhadap rasa sakit, perangsangan jaringan otak,

terutama korteks akan malah menimbulkan sensai nyeri di tempat yang jauh (misal tangan atau

kaki). Sebaliknya, tekanan , regangan, segala bentuk cedera yang mempengaruhi sinus venosis

dan arteri di otak (terutama arteri meningea media) akan menyebabkan nyeri kepala yang sangat

hebat

Daerah kepala tempat peralihan nyeri kepala intrakranial

Semua rangsangan berupa [eristiwa apapun yang terjadi diatas tentorium cerebri akan

menimbulkan manifestasi sakit kepala separuh bagian frontal, sedangkan stimulasi-stimulasi

Page 10: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

yang berasal dari bawah bagian bawah Tentorium (batang otak, serebelum) akan bermanifestasi

sebagai sakit kepala pada separuh belakang kepala

a. Nyeri kepala meningitis

Peradangan selaput otak yang terjadi pada meningitis akan bermanifestasi

sebagi sakit kepala yang terjadi di semua derah kepala

b. Nyeri kepala akibat kekurangan CSF

Apabila seseorang dikeluarkan sebagian CSF nya maka akan timbul nyeri

hebat saat ia berdiri

c. Nyeri kepala Migrain

Nyeri ini disebabkan oleh gangguan vaskular yang dapat juga terkait faktor

psikogenik

d. Nyeri kepala alkoholik

Hal ini ditimbulkan akibat konsumsi alkohol berlebih, alkohol toksik terhadap

jaringan otak

e. Nyeri kepala konstipasi

Konstipasi dapat menimbulkan nyeri kepala

2. Nyeri kepala ekstrakranial

a. Nyeri kepala akibat spasme otot

i. Nyeri ini dapat ditimbulkan oleh ketegangan emosiaonal yan gmenyebvabkan

spasme otot-oto yang melekat pad kulit kepala , leher, dan occiput. Keadaan

ini diduga merupakan penyebab umum timbulnya nyeri kepala. Sebagai

akibatmnya, nyeri akan dialihkan ke daerah kepala yang lebih dalam,

menyebabkan rasa nyeri yang ada serupa dengan nyeri kepala intrakranial dan

terasa parah.

b. Nyeri kepala akibat iritasi hidung dan struktur sekitarnya

i. Peradangan [pada mukosa hidung dan struktur terkait (misal:sinus) akan

menyebabkan nyerikepala yang akan dialihkan kebagian belakang mata atau

permukaan frontal dahi dan kulit kepala.

c. Nyeri kepala akibat kelainan mata.

i. Nyeri kepala yang timbul pada tipe ini dapat disebabkan oleh kerja muskulus

ciliaris yang berlebihan dalam upaya akomodasi saat seseorang berusaha

Page 11: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

memfokuskan terhadap sesuatu, yang akan menimbulkan spasme otot okuler

dan otot facialis

ii. atau juga saat terpajan cahaya yang berlebihan, cimana akan terjadi cedera

retina dan menimbulkan rasa nyeri.

2.4 Patofisiologi

Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri

kepala adalah sebagai berikut (Lance,2000) : (1) peregangan atau pergeseran pembuluh

darah; intrakranium atau ekstrakranium, (2) traksi pembuluh darah, (3) kontraksi otot

kepala dan leher ( kerja berlebihan otot), (3) peregangan periosteum (nyeri lokal), (4)

degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya,

arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif

pada endorfin).

2.5 Manifestasi Klinis

Fase I : Prodromal

Page 12: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-pelan

selama 24 jam sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan ,tidak enak, iritabel,

memburuk bila makan makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat,

sulit/malas berbicara.

Fase II : Aura

a) Gangguan penglihatan yang paling sering dikeluhkan pasien. Khas pasien melihat

seperti melihat kilatan lampu blits (photopsia) atau melihat garis zig zag disekitar

mata dan hilangnya sebagian penglihatan pada satu atau kedua mata (scintillating

scotoma).

b) Gejala sensoris yang timbul berupa rasa kesemutan atau tusukan jarum pada lengan,

dysphasia.

c) Fase ini berlangsung antara 5 – 60 menit. Sebanyak 80% serangan migraine tidak

disertai aura.

Fase III : Headache

a) Nyeri kepala yang timbul terasa berdenyut dan berat. Biasanya hanya pada salah satu sisi

kepal tetapi dapat juga pada kedua sisi. Sering disertai mual muntah tidak tahan cahaya

(photofobia) atau suara (phonofobia). Nyeri kepala sering memburuk saat bergerak dan

pasien lebih senang istrahat ditempat yang gelap dan ini sering berakhir antara 2 – 72

jam.

Fase IV : Postdromal

Saat ini nyeri kepala mulai mereda dan akan berakhir dalam waktu 24 jam, pada fase ini

pasien akan merasakan lelah, nyeri pada ototnya kadang kadang euphoria. Setelah nyeri kepala

hilang

2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

1. ANAMNESIS NYERI KEPALA

Mula timbul

Nyeri kepala yang dimulai sejak masa kanak-kanak, masa remaja atau dewasa muda

biasanya migren; jenis ini umumnya berhenti pada saat menopause, meskipun pada beberapa

kasus justru mulai dirasakan pada masa tersebut. Nyeri kepala tipe tegang dapat mulai diderita

Page 13: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

setiap saat, Sedangkan nyeri kepala yang baru mulai dirasakan pada usia yang lebih lanjut harus

diselidiki kemungkinan penyebab organiknya seperti arteritis temporalis, gangguan peredaran

darah otak atau tumor. Hati-hati terhadap nyeri kepala yang progresif memberat karena mungkin

didasari kelainan organik; makin lama nyeri kepala diderita tanpaberubah sifat, makin besar

kemungkinan- nya disebabkan oleh faktor-faktor yang jinak (benign).

Lokasi

Nyeri kepala migren dapat dirasakan di manapun, paling sering di daerah temporal

(pelipis), bisa unilateral, bilateral atau berganti-ganti. Nyeri kepala unilateral di sekitar orbita

dapat disebabkan oleh nyeri kepala klaster. Nyeri kepala akibat gangguan gigi-geligi, sinus atau

mata biasanya dirasakan di daerah frontal, dapat menjalar ke oksipital dan leher, sedangkan nyeri

bitemporal dapat disebabkan oleh tumor sella/parasella. Nyeri kepala akibat tumor, bergantung

letaknya, bila supratentorial umumnya dirasakan di frontal atau vertex, sedangkan bila letaknya

infratentorial/fossa posterior

Frekuensi

Pola serangan nyeri dapat merupakan petunjuk diagnosis, terutama tipe klaster yang khas,

berupa serangan-serangan singkat antara 3090 menit, berulang 26 kali sehari selama beberapa

hari, kemudian dapat remisi selama beberapa minggu sampai beberapa tahun. Migren juga dapat

bersifat sporadik, sedangkan nyeri kepala tipe tegang umumnya bersifat menetap, berangsur-

angsur memberat atau berfluktuasi selama berhari-hari.

Sifat

Nyeri berdenyut dapat disebabkan oleh demam, migren, hipertensi atau tumor hemangioma.

Nyeri kepala akibat tumor atau meningitis biasanya menetap dan nyeri, kadang-kadang juga

terasa berdenyut. Nyeri kepala tipe tegang dirasakan menekan, persisten dan kadang-kadang

dirasakan seperti diikat. Nyeri paling hebat disebabkan oleh pecahnya aneurisma, meningitis,

demam, migren atau yang berhubungan dengan hipentensi maligna; nyeri hebat dan mendadak

(thunderclap), apalagi bila disusul dengan rasa lemah dan penurunan kesadaran harus dicurigai

disebabkan oleh aneunisma intrakranial yang pecah. Nyeri kepala akibat tumor atau abses

Page 14: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

biasanya bersifat Sedang, demikian juga dengan nyeri yang disebabkan oleh proses di daerah

sinus, gigi geligi atau mata. Nyeri kepala migren jarang berlangsung lebih dari 14 jam, yang khas

ialah adanya periode bebas keluhan di antara serangan; sedangkan nyeri kepala tipe tegang dapat

berlangsung berhari- hari, bahkan bertahun-tahun. Nyeri yang terutama dirasakan di pagi hari,

selain yang disebabkan oleh tumor, juga dapat ditimbulkan oleh hipertensi, atau migren biasa.

Mignen timbul di saat ketegangan emosional, cuaca panas, kesibukan yang meningkat,sedangkan

nyeri kepala yang berhubungan dengan sinus muncul saat infeksi saluran napas, di saat

pergantian musim atau berkaitan dengan alergi

2). Pemeriksaan fisisk

1) Keadaan umum pasien & mentalnya

2) Tanda tanda rangsangan meningeal

3) Adakah kelainan saraf cranial ?

4) Adakah kelainan pada kekuatan otot, refleks dan koordinasinya ?

3). Pemeriksaan penunjang

1.Laboratorium darah ,LED

2. Lumbal punksi

3. Elektroensefalografi

4. CT Scan kepala , MRI

Migren

Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda ± tanda

khas migren. Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwa harus

terdapat paling tidak tiga dari empat karakteristik berikut :

(1) migren dengan satu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral

korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak

(2) paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur ± angsur lebih dari 4 menit

(3) aura tidak bertahan lebih dari 60 menit

(4) sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit

Page 15: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwa harus terdapat

paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi kriteria berikut :

(a) berlangsung 4 ± 72 jam (b) paling sedikit memenuhi dua dari :

(1) unilateral (2) sensasi berdenyut (3) intensitas sedang berat (4) diperburuk oleh aktifitas (5)

bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.

Pemeriksaan Penunjang Migren Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain ( jika

ada indikasi) adalah pencitraan ( CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.

Sakit Kepala Cluster

Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanya terjadi pada

region yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya terjadi pada malam hari,

membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali terjadi lebih dari sekali dalam satu

hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi terbakar (burning sensastion) pada aspek lateral

dari hidung atau sebagai sensasi tekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral,

kongesti nasal, ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula pasien dengan

gejala

gastrointestinal

Diagnosis Banding

2.7 Tatalaksana

Nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetilsalisilat dan jika nyeri kepala

sangat berat dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau dihidroergotamin). Bila

perlu dapat diberikan intravena dengan dosis 1 mg dihidroergotaminmetan sulfat atau

Page 16: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

ergotamin 0,5 mg. Preparat Cafergot ( mengandung kafein 100 mg dan 1 mg ergotamin)

diberikan 2 tablet pada saat timbul serangan dan diulangi ½ jam berikutnya.

Pada pasien yang terlalu sering mengalami serangan dapat diberikan preparat

Bellergal (ergot 0,5 mg; atropin 0,3 mg; dan fenobarbital 15mg) diberikan 2 – 3 kali

sehari selama beberapa minggu. Bagi mereka yang refrakter dapat ditambahkan

pemberian ACTH (40 u/hari) atau prednison (1mg/Kg BB/hari) selama 3 – 4 minggu.

Preparat penyekat beta,seperti propanolol dan timolol dilaporkan dapat mencegah

timbulnya serangan migren karena mempunyai efek mencegah vasodilatasi kranial.

Tetapi penyekat beta lainnya seperti pindolol, praktolol, dan aprenolol tidak mempunyai

efek teraupetik untuk migren, sehingga mekanisme kerjanya disangka bukan semata –

mata penyekat beta saja. Preparat yang efektif adalah penyekat beta yang tidak memiliki

efek ISA ( Intrinsic Sympathomimetic Activity).

Cluster headache umunya membaik dengan pemberian preparat ergot. Untuk

varian Cluster headache umumnya membaik dengan indometasin. Tension type

headache dapat diterapi dengan analgesik dan/atau terapi biofeedback yang dapat

digunakan sebagai pencegahan timbulnya serangan.

Terapi preventif yang bertujuan untuk menurunkan frekuensi, keparahan, dan

durasi sakit kepala. Terapi ini diresepkan kepada pasien yang menderita 4 hari atau

lebih serangan dalam sebulan atau jika pengobatan di atas tidak efektif. Terapi ini harus

digunakan setiap hari. Terapi preventif tersebut adalah pemberian beta bloker, botox,

kalsium channel blokers, dopamine reuptake inhibitors, SSRIs, serotonin atau dopamin

spesifik, dan TCA

Tata Laksana untuk nyeri kepala tipe tegang

A. Terapi

Non farmakologis

1. Terapi perilaku

a. Konseling

b. Terapi perilaku

c. Terapi manajemen stress

Page 17: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

d. Latihan relaksasi

e. Biofeedback.

2. Intervensi medis

a. Blokade saraf occipital

b. Ice packs

c. Panas

Farmakologis

1. Terapi farmakologis yang ada adalah NSAID berupa

a. Acetaminophen

b. Aspirin

c. Ibuprofen

d. Naproxen

e. Ketoprofen

f. Ketorolac

Obat-obat ini tidak boleh dikonsumsi melebihi 9 hari karena akan

menyebabkan timbulnya komplikasi berupa progresi ke tipe kronik.

2. Kegagalan terapi dengan Over the counter medicine menandakan perlunya

obat preskripsi

3. Dapat juga ditambahakan butalbital dan codeine pada regimen NSAID

4. Terapi profilaksis dapat diberikan pada pasien yang bertipe kronik dengan

serangan lebih dari dua kali dalam satu minggu dengan durasi selama 3-4 jam.

5. Tricyclic Anti Depressant dapat diberikan pada pasien untuk mencegah

terjadinya suatu depresi.

Perlu diingat bahwa dengan adanya resiko substance abuse, maka terapi hanya digunakan untuk

membantu pasien-pasien yang mengalami kesulitan dengan hanya menggunakan behavioural

therapy, bukan sebagai suatu lini pertama.

2.8 KomplikasiKomplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat - obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dllyang berlebihan. Tension type headache episodik dapat berkembang menjadi tipe kronik, dan depresi akibat gejalanya dapat terjadi sebagai suatu komplikasi pada pasien. Komplikasi Migren adalah

Page 18: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan

2.9 PencegahanTerapi Perilaku merupakan pencegahan yang baik pada pasien, mengingat ini adalah suatu

kelainan psikogenik, diharapkan,d engan adanya suatu terapi psikologis, pasien dapat

mengenali jika sakit kepalanya mulai timbul dan mulai melakukan perubahan-perubahan

sikap agar sakit kepalanya mereda.

2.10 PrognosisKelainan tipe episodik jauh lebih mudah ditangani daripada tipe kronik.

LI.III MM Klasifikasi dan Gambaran Klinis Nyeri Somatoform

Klasifikasi nyeri somatoform

Ada 5 gangguan somatoform yang spesifik yaitu :

1. Gangguan konversi

Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik yang tidak

dapat dilacak secara medis. Gangguan ini muncul dalam konflik atau pengalaman traumatik yang

memberikan keyakinan akan adanya penyebab psikologis.

2. Hipokondriasis

Terpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakukan akan adanya

penyakit terus ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi atau rasa nyeri fisik

biasanya sering diasosiasikan dengan gejala penyakit kronis tertentu.

3. Gangguan somatisasi

Keluhan fisik yang muncul berulang mengenai simptom fisik yang tidak ada dasar organis yang

jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan kunjungan medis berkali-kali atau

menyebabkan hendaya yang signifikan dalam fungsi.

4. Gangguan dismorfik tubuh

Terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau berlebih-lebihan. Menganggap orang tidak

memperhatikannya karena kerusakan tubuh yang dimilikinya (dipersepsikannya). Gangguan ini

akan membawa seseorang pada perilaku komplusif seperti berulang-ulang berdandan.

Page 19: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

5. Gangguan nyeri

Gejala utamanya adalah adanya nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak sepenuhnya

disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis nonpsikiatris, disertai oleh penderitaan emosional

dan gangguan fungsional dan gangguan memiliki hubungan sebab yang masuk akal dengan

factor psikologis.

Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi,

1. gangguan somatisasi

2. gangguan somatoform tak terperinci

3. gangguan hipokondriasis

4. disfungsi otonomik somatoform

5. gangguan nyeri somatoform menetap

6. gangguan somatoform lainnya

7. gangguan somayoform YTT

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang

berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya

negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya

(Kapita Selekta, 2001). Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau

menelan, atau ada yang “menekan di dalam tenggorokan”. Masalah-masalah seperti ini dapat

merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang

dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simtom muncul dalam bentuk

yang lebih tidak biasa, seperti “kelumpuhan” pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan

kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi di mana seseorang

berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti

abnormalitas fisik yang dapat ditemukan (Nevid, dkk, 2005).

Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik),

terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima

Page 20: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih

lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa

mereka menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat

ditemukan.

Gambaran keluhan gejala somatoform :

I. Neuropsikiatri:

“kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik” ;

“saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya”

II. Kardiopulmonal:

“ jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya akan mati”

III. Gastrointestinal:

“saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter

yang dapat menyembuhkannya”

IV. Genitourinaria:

“saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan namun

tidak di temukan apa-apa”

V. Musculoskeletal

“saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu”

VI. Sensoris:

“ pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata tidak

akan membantu”

Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi,

hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.

Gangguan somatisasi

Page 21: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

1. Adanya beberapa keluhan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana ketika

diperiksa secara fisik/medis, tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu

memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena penggunaan obat. Keluhan yang

umumnya, misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit dada, mestruasi tidak teratur, dll

2. Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakan tersiksa/merana.

3. Berulang memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat, dirawat di RS

bahkan dilakukan operasi.

4. Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalam

pernikahan.

Gangguan konversi

1. Kondisi dimana panca indera atau otot-otot tidak berfungsi walaupun secara fisiologis,

pada sistem saraf atau organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat gangguan/kelainan.

2. Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau kelumpuhan total pada

tangan, lengan, atau gangguan koordinasi, kulit rasanya gatal atau seperti ditusuk-tusuk,

ketidak pekaan terhadap nyeri atau hilangnya kemampuan untuk merasakan sensasi

(anastesi), kelumpuhan, kebutaan, tidak dapat mendengar, tidak dapat membau, suara

hanya berbisik, dll.

3. Biasanya muncul tiba-tiba dalam keadaan stres, adanya usaha individu untuk

menghindari beberapa aktivitas atau tanggungjawab.

4. Konsep Freud : energi dari insting yang di repres berbalik menyerang dan menghambat

fungsi saluran sensorimotor.

5. Kecemasan dan konflik psikologik diyakini diubah dalam bentuk simptom fisik.

Hipokondriasis

1. Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan dan menetap bahwa dirinya memiliki

suatu penyakit fisik yang serius

2. Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi fisik/tubuh (salah interpretasi

terhadap gejala fisik yang dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala, berdebar-

debar, kelelahan.

Page 22: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

3. Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke banyak

dokter atau RS

4. Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter,

walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah

diyakinkan.

5. Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial,

pekerjaan atau aspek penting lainnya.

Gangguan dimorfik tubuh

1. Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkan kekurangan

dalam hal penampilan (misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran tubuh)

2. Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stress, menghabiskan banyak waktu,

menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau

aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu orang lain, keluar sekolah atau

pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi untuk operasi plastik

3. Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.

Gangguan nyeri

1. Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat dan

berkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan setelah pemeriksaan

yang intensif)

2. Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul di satu

atau beberapa bagian tubuh.

3. Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan dan

aspek penting lainnya.

4. Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan,

memperburuk rasa nyeri.

Page 23: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

LI.IV MM Gangguan Somatoform, factor penyebab,predisposisi,presipitasi dan kriteria jenis somatoform menurut PPDGJ,psikologis,psikososial

Definisi

Suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik di mana tidak ditemukan penjelasan medis

yang adekuat.

Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan

pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan.

Etiologi

Gangguan Somatisasi : Substitusi instiktual yang direpresi, pengajaran parental, kondisi rumah

tidak stabil, penyiksaan fisik, penurunan metabolisme lobus frontalis dan hemisfer nondominan,

genetika, regulasi abnormal sitokin.

Gangguan Konversi : Represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan ke dalam

suatu gejala psikis, hipometabolisme hemisfer dominan, hipermetabolisme hemisfer

nondominan, gangguan komunikasi hemisferik.

Hipokondriasis : Misinterpretasi gejala-gejala tubuh, model belajar sosial, varian gangguan

depresif dan kecemasan, harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain.

Gangguan Dismorfik Tubuh : Melibatkan metabolisme serotonin, pengaruh kultural dan sosial.

Gangguan Nyeri : Ekspresi simbolik intrapsikis melalui tubuh (aleksitimia), perilaku sakit,

manipulasi untuk mendapat keuntungan hubungan interpersonal, melibatkan serotonin, defisiensi

endorfin.Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang mempunyai

tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini.

Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu zat

tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut (Nevid dkk, 2005) :

a. Faktor-faktor Biologis Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis

(biasanya pada gangguan somatisasi).

Page 24: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

b. Faktor Lingkungan Sosial Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung,

seperti “peran sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.

c. Faktor Perilaku. Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:

i. Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang

tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).

ii. Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”

iii. Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan dismorfik

tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan dengan

keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.

d. Faktor Emosi dan Kognitif Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan

kognitif, penyebab ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:

i. Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari adanya

penyakit serius (hipokondriasis).

ii. Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impulsimpuls yang

tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik (gangguan konversi).

iii. Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu

strategi self-handicaping (hipokondriasis).

Diagnostik

Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:

a) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan

atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun

b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan

fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.

c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat

keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.

Page 25: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

Atau :

A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun

B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan,

4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya

kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama

hubungan seksual, atau selama miksi)

2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual,

kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis

makanan)

1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual,

disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan,

muntah sepanjang kehamilan).

1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan pada

kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan,

paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda,

kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain

pingsan).

C. Salah satu (1)atau (2):

Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan

sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat

(misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan

yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-

pura).

Page 26: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatisasi Menurut DSM-IV

A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama

periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan

bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya.

B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada

sembarangan waktu selama perjalanan gangguan :

1. Empat gejala nyeri : riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat

tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi,

anggota gerak, dada, rektum selama menstruasi, selama berhubungan seksual atau

selama miksi)

2. Dua gejala gastrointestinal : riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal

selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan,

diare atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

3. Satu gejala seksual : riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif

selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,

mendtruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang

kehamilan)

4. Salah satu gejala pseudoneurologis : riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit

yangmengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala

konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau

kelemahan setempat, ssulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi

urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan,

ketulian, kejang, amnesia, hilangnya kesadaran selain pingsan)

C. Salah (1) atau (2) :

1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi umum medis yang dikenal atau efek

langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat atau alkohol)

Page 27: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

2. Jika terdapat kondisi umum medis, keluhan fisik atau gangguan sosial atau

pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkiraannya dan

riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium

D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan

atau pura-pura)

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Konversi

A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik

yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain

B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal

atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stressor lain

C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (pura-pura)

D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnya

oleh kondisi umum medis atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau

pengalaman yang diterima secara kultural

E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan

dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan

medis.

F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-

mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih

baik oleh gangguan mental lain.

Sebutkan tipe gejala atau defisit :

1. Dengan gejala atau defisit motorik

2. Dengan gejala atau defisit sensorik

3. Dengan kejang atau konvulsi

4. Dengan gambaran campuran

Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis

Page 28: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

A. Perokupasi dengan ketakutan menderita atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit

serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh

B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan

penentraman

C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan

delusional, tipe somatik) dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan

(seperti gangguan dimorfik tubuh)

D. Perokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.

E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan

F. Perokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,

gangguan obsesif-komplusif, gangguan panik, gangguan depresi berat, cemas

perpisahan, atau gangguan somatoform lain

Sebutkan jika : dengan tilikan buruk : jika untuk sebagian besar waktu selama episode

berakhir, orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit

serius adalah berlebihan atau tidak beralasan.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh

A. Perokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali

tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata.

B. Perokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

fungsi sosial,pekerjaan atau fungsi penting lain.

C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya

ketidakpuasaan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa)

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

A. Nyerii pada satu tempat atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan

cukup parah untuk memerlukan perhatian khusus

B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain

Page 29: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,

eksaserbasi atau bertahannya nyeri

D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat

E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan

psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

Tuliskan seperti berikut : gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis :

faktor psikologis dianggap memiliki peranan besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi

dan bertahannya nyeri

Sebutkan jika :

Akut : durasi kurang dari 6 bulan

Kronis : durasi 6 bulan atau lebih

Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologis maupun kondisi medis

umum

Sebutkan jika :

Akut : durasi kurang dari 6 bulan

Kronik : durasi 6 bulan atau lebih

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan

A. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan

gastrointestinal, atau saluran kemih)

B. Salah satu (1) atau (2) :

1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh

kondisi umum medis yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat

(misalnya efek cedera, medikasi, obat atau alkohol)

2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau

gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang

diperkiraan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan

laboratorium.

Page 30: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain

D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan

E. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya

gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan,

gangguan tidur atau gangguan psikotik)

F. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat

DIAGNOSIS MENURUT PPDGJ III :

Gangguan Somatoform

Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang

berulang-ulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali

terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan dokternya bahwa tidak ditemukan keluhan

yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga menyangkal dan menolak untuk

membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik

dalam kehidupan yang dialaminya bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas

dan depresi.

Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai kemungkinan

penyebab keluhan-keluhannya yang menimbulkan frustasi dan kekecewaan pada kedua

belah pihak

Gangguan Somatisasi

Pedoman diagnostik

Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :

Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat

dijelaskan atas dasar kelainan fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun

Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak

ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya

Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitan

dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya

Page 31: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

a. Gangguan Somatoform Tak Terinci

Pedoman diagnostik

Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi

gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi

Kemungkinan ada ataupun tidaknya faktor penyebab psikologis belum jelas, akan

tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dan keluhan-keluhannya

b. Gangguan Hipokondrik

Pedoman diagnostik

Untuk diagnostik pasti, kedua hal ini harus ada :

Keyakinan yang menetap adanya sekurang0kurangnya satu penyakit fisik yang

serius yang dilandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang

tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang

menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisik

Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter

bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya.

c. Gangguan Otonomik Somatoform

Pedoman diagnostik

Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :

Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik seperti palpitasi, berkeringat, tremor,

muka panas/flushing, yang menetap dan mengganggu

Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidak

khas)

Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanya

gangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ tertentu, yang

tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dari dokter

Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari

sistem atau organ yang dimaksud.

Page 32: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

Karakter kelima : F45.30 = jantung dan sistem kardiovaskuler

F45.31 = saluran pencernaan bagian atas

F45.32 = saluran pencernaan bagian bawah

F45.33 = sistem pernafasan

F45.34 = sistem genito-urinaria

F45.35 = sistem atau organ lainnya

d. Gangguan Nyeri Somatoform Menetap

Pedoman diagnostik

Keluhan utama adalah nyeri hebat, menyiksa, menetap, yang tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik

Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem

psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi

terjadinya gangguan tersebut

Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun

medis, untuk yang bersangkutan.

e. Gangguan Somatoform Lainnya

Pedoman diagnostik

Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas

secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu

Tidak ada kaitannya dengan kerusakan jaringan

LI.V MM Tatalaksana Somatoform

Terapi untuk Gangguan Somatoform

Kebijakan klinis menyarankan pendekatan halus dan suportif seraya memberikan

penghargaan kepada pasien atas setiap perbaikan kondisi sekecil apa pun yang berhasil

dicapai(Simon,1998).

Orang-orang yang menderita gangguan somatoform jauh lebih sering datang ke dokter

dibanding ke psikiater atau psikolog karena mereka menganggap masalah berkait dengan

Page 33: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

kondisi fisik. Para pasien tersebut menganggap rujukan dokter ke psikolog atau psikiater

sebagai tanda bahwa dokter menganggap penyakit mereka “terletak di kepala”; sehingga

mereka tidak merasa senang dirujuk ke “ahli jiwa”. Mereka menguji kesabaran dokter

mereka, yang sering kali meresepkan berbagai macam obat atau penanganan medis

dengan harapan akan menyembuhkan keluhan somatiktersebut.

Penyembuhan dengan berbicara yang menjadi dasar psikoanalisis dilandasi oleh

asumsi bahwa suatu represif masif telah memaksa energi psikis diubah menjadi anestesia

atau kelumpuhan yang membingungkan. Namun demikian, psikoanalisis tradisional

dengan terapi jangka panjang dan psikoterapi yang berorientasi psikoanalisis tidak

menunjukkan hasil yang bermanfaat bagi gangguan konversi, kecuali mungkin

mengurangi kekhawatiran pasien atas penyakitnya. Penanganan psikodinamika jangka

pendek dapat menjadi efektif untuk menghilangkan simtom-simtom

gangguansomatoform.

Pasien somatoform sering menderita kecemasan dan depresi. Dengan menangani

kecemasan dan depresi sering kali mengurangi kekhawatiran somatoform. Pada kasus

komorbiditas antara ganguan obsesif kompulsif dan gangguan somatoform tertentu,

seperti hipokondriasis dan gangguan dismorfik tubuh memiliki penanganan pilihan untuk

ganguan kompulsif-pemaparan dan pencegahan respons-dapat menjadi efektif untuk

gangguan somatoform tersebut.

Terapis perlu memperhitungkan untuk memastikan pasien tidak kehilangan muka ketika

gangguan tersebut tidak lagi dialaminya. Terapis harus mempertimbangkan kemungkinan

pasien merasa dipermalukan ketika kondisinya menjadi lebih baik melalui penanganan

yang tidak berkaitan dengan masalah medis (fisik).

Terapi untuk gangguan somatisasi

Pemaparan atau terapi kognitif dapat digunakan untuk mengatasi ketakutan,

berkurangnya rasa takut dapat membantu mengurangi berbagai keluhan somatik.

Terapi keluarga, membantu pasien dan keluarga mengubah jaringan hubungan yang

bertujuan untuk membantu usahanya menjadi lebih mandiri.

Page 34: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

Training asersi dan keterampilan sosial, bermanfaat untuk membantunya manguasai atau

menguasai kembali, berbagai cara untuk berhubungan dengan orang lain dan mengatasi berbagai

tantangan tanpa harus mengatakan “Saya seorang yang malang, lemah, dan sakit.

Dokter tidak menghindari validitas keluhan-keluhan fisik, namun meminimalkan

penggunaan berbagai tes diagnostik dan pemberian obat, mempertahankan kontak dengan pasien.

Teknik-teknik seperti training relaksasi dan berbagai bentuk terapi kognitif juga terbukti

bermanfaat. Biofeedback, yang mencangkup pengendalian atas proses-proses fisiologis telah

terbukti efektif dalam mengurangi berbagai pikiran yang merusak pada para pasien yang

menderita gangguan somatoform-bahkan lebih efektif dibanding teknik relaksasi.

Terapi utuk hipokondriasis

Pendekatan kognitif behavioral. Penelitian menunjukkan bahwa para pasien hipokondrial

menunjukkan penyimpanan kognitif dengan menganggap masalah kesehatan yang muncul

sebagai suatu ancaman. Terapi kognitif-behavioral dapat ditujukan untuk merestrukturisasi

pemikiran pesimistik.

Penanganan dapat mencangkup beberapa strategi seperti mengarahkan perhatian selektif

pasien ke simtom-simtom fisik dan tidak mendorong pasien mencari kepastian medis bahwa ia

tidak sakit.

Terapi untuk rasa nyeri

Nyeri mengandung dua komponen, yaitu nyeri psikogenik dan nyeri yang benar-benar

disebabkan factor medis, seperti cedera jaringan otot. Penanganan yang efektif cenderung terdiri

dari hal-hal berikut:

A. Melakukan validasi bahwa rasa nyeri memang nyata, dan tidak hanya dalam pikiran pasien.

B. Pelatihan relaksasi

C. Menghadiahi pasien karena berperilaku yang tidak sejalan dengan rasa nyeri (menahan rasa

nyeri).

Varian terapi psikodinamika jangka pendek, yang disebut terapi tubuh psikodinamika,

efektif untuk mengurangi rasa nyeri dan mempertahankannya dalam jangka waktu lama.

Page 35: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

Dosis rendah obat antidepresan, terutama imipramine, lebih tinggi manfaatnya

dibandingkan placebo untuk mengurangi rasa nyeri dan distress kronis. Obat-obatan tersebut

tidak menghilangkan depresi terkait.

a. Secara umum tampaknya perlu disarankan untuk mengalihkan focus dari hal-hal yang

tidak dapat dilakukan pasien karena penyakitnya dan bahkan mengajarkan pada pasien

bagaimana cara mengatasi stres, mendorong aktivitas yang lebih banyak, dan

meningkatkan kontrol diri

LI. VI MM Keluarga Sakkinah,Mawaddah,Warrahmah

Kata “Sakinah”. Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat

penting. Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi

iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Dalam Al Qur’an pun dikatakan bahwa suatu saat, akan banyak orang yang saling

berkasih sayang di dunia, tetapi di akhirat kelak mereka akan bermusuhan, menyalahkan dan

saling melempar tanggung jawab. Kecuali orang-orang yang berkasih sayang dilandasi dengan

cinta kepada Allah SWT.

Kata adalah mawaddah. Mawaddah itu berupa kasih sayang. Setiap mahluk Allah

kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Dalam konteks pernikahan, contoh

mawaddah itu berupa “kejutan” suami untuk istrinya, begitu pun sebaliknya. Misalnya suatu

waktu si suami bangun pagi-pagi sekali, membereskan rumah, menyiapkan sarapan untuk anak-

anaknya. Dan ketika si istri bangun, hal tersebut merupakan kejutan yang luar biasa.

Kata terakhir adalah warahmah. Warahmah ini hubungannya dengan kewajiban. Kewajiban

seorang suami menafkahi istri dan anak-anaknya, mendidik, dan memberikan contoh yang baik.

Kewajiban seorang istri untuk mena’ati suaminya. Intinya warahmah ini kaitannya dengan segala

kewajiban.

Kewajiban Suami Istri dalam   Islam

HAK BERSAMA SUAMI ISTRI

1. Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum:

21)

Page 36: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

2. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-

Nisa’: 19 – Al-Hujuraat: 10)

3. Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)

4. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)

SUAMI KEPADA ISTRI

1. Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama.

(At-aubah: 24)

2. Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (At-

Taghabun: 14)

3. Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan:

74)

4. Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah

(makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri

lebih dari satu. (AI-Ghazali)

5. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara

berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang

tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami

dalam hal ketaatan kepada Allah.

6. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan

paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)

7. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-

Thalaq: 7)

8. Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)

9. Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya

terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi,

Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)

10. Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya’la)

Page 37: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI

11. Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang,

tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)

12. Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak

memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah

sendiri. (Abu Dawud).

Sumber :

Kaplan, H.I., Sadock B.J. (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid II Edisi ke-7. Jakarta. Binarupa Aksara.

Mansjoer, A.A.,etc. (2004). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I . Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. (2003). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta.

Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III . Jakarta.

Kowalak, Jennifer P., William Welsh. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Uddin, Jurnalis. (2009). Anatomi Susunan Saraf Manusia. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta. EGC. Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. FKUI. Maramis, W.F. (1997). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi VI . Surabaya. Airlangga

University Press. F. Bear, Barry W. Connors, Michael A. (2007). Paradiso Neuroscience Exploring the Brai n

third edition . Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.

McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis. (2009). Nervous System disorders. Current Medical Diagnosis and Treatment . San Fransisco. McGraw-Hill Companies.

Lindsay, Kenneth W. (2004). Headache. Neurology and Neurosurgery. London. Churchill Livingstone.

The International Classification of Headache Disorders, 2nd Edition. Cephalalgia (2004). Yutzy SH. (2006). Somatization. In: Blumenfield M, Strain JJ, penyunting. Psychosomatic

Medicine. 1st ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins. Khan AA, Khan A, Harezlak J, Tu W, Kroenke K. (2003). Somatic symptoms in primary

care: Etiology and outcome. Psychosomatics .

Page 38: Skenario 3 Neuro

Lu’lu Zamzami – 1102013157 SKENARIO 3 NEUROLOGI