Skenario 3 Blok Urin yarsi
-
Upload
cintya-risti-mawarni-ii -
Category
Documents
-
view
86 -
download
12
description
Transcript of Skenario 3 Blok Urin yarsi
Cintya Ristimawarni (1102013064)
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Prostat
LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Prostat
Prostat yang normal adalah organ yang padat, dan elastis yang berlokasi tepat dibawah
kandung kemih dan terdapat dibagian superior diafragma urogenital dimana ia terfiksasi
dengan baik disana. Prostat dewasa normal berukuran panjang sekitar 4 cm dan lebar 4
hingga 5 cm. Dibagian panjangnya ia dilewati oleh uretra dan duktus ejakulatorius yang
masuk pada bagian basal dan berakhir dibagian uretra prostatika posterior. Terdiri dari
basis prostat dan apex prostat yang terletak diatas sphincter uretra eksterna VU, fasies
anterior, fasies posterior, dan fasies inferolaterales. Prostat termasuk organ ekstraperitoneal
( tidak dibungkus peritoneum ). Berfungsi mengeluarkan semen untuk membawa sperma
Prostat memiliki kapsul yang kuat dan terdiri dari jaringan fibrosa dan elemen muskuler
yang seluruhnya membungkus prostat dan terikat secara padat disana. Kapsula ini
sebenarnya merupakan jaringan prostat yang tidak mengandung kelenjar dan terhubungkan
dengan acini dan ia tidak dapat dipisahkan dari parenkima. Bagian ini terbungkus oleh
fascia periprostatica.
Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul. Kapsul ini terdiri dari 2
lapisan yaitu :
1. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat
2. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung, menyelimuti bladder
atau kandung kemih. Sedangkan Fascia Denonvilliers berada pada bagian belakang.
Prostat terdiri dari 4 lobus :
1. Lobus anterior
Terletak didepan uretra par prostatica, unsur kelenjar tidak berkembang.
2. Lobus lateral dextra dan sinistra paling berkembang menjadi BPH.
Terletak sebelah lateral dari uretra pars prostatica
3. Lobus posterior bila membesar terjadi karsinoma prostat
Bagian prostat yang berhadapan dengan rectum, berkembang dari dinding dorsal
uretra. Terletak dibawah ductus ejakulatorius.
4. Lobus media sering terjadi BPH
Berkembang dari dinding posterior uretra pars prostatica. Terletak diatas ductus
ejakulatorius.
Bagian cranialnya disebut basis prostate, dinding prostatnya merupakan lanjutan dari
dinding collum vesicae tanpa batas yang jelas. Bagian ventral prostat difiksasi oleh Lig.
Pubo Prostatica Mediale. Permukaan dorsal disentuh oleh Vasa deferentia dan vesicular
seminalis dan terpisah dari membrane prostaticopertitoneale ( Denonvillier ) dan fascia
rectalis.
VASKULARISASI
Aliran darah prostat merupakan percabangan dari Arteri pudenda interna, Arteri vesikalis
inferior dan Arteri rektalis media. Pembuluh ini bercabang-cabang dalam kapsula dan
stroma, dan berakhir sebagai jala-jala kapiler yang berkembang baik dalam lamina propria.
Perdarahan utama berasal dari A. Vesicalis inferior cabang dari A. Iliaca interna. Plexus
1
venosa prostatica menerima darah dari V. Dorsalis penis dan mengalirkannya ke V. Iliaca
interna.
PERSARAFAN
Persarafan prostat berasal dari Pleksus hipogastrikus inferior dan membentuk Pleksus
prostatikus. Prostat mendapat persarafan terutama dari serabut saraf tidak bermielin.
Beberapa serat ini berasal dari sel ganglion otonom yang terletak di kapsula dan di stroma.
LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Prostat
Prostat merupakan suatu kumpulan kelanjar yang terdiri dari 30 - 50 kelenjar
tubuloalveolar, dibentuk dari epitel bertingkat silindris atau kuboid yang bercabang.
Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika, menembus prostat. Secara histologi,
prostat memiliki 4 zona yang berbeda yaitu :
1. Zona Anterior/Ventral :
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma fibromuskular.
Zonaini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
2. Zona sentral
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah meliputi
25%massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
3. Zona perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Zona
ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma terbanyak.
4. Zona transisional
Zona ini bersama
sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar preprostatik.
Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi dapat
melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostatichype
rpiasia (BPH).
LI 2. Memahami dan Menjelaskan fisiologi prostat
Fungsi Prostat adalah menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. Fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat. Kelenjar ini menghasilkan sekresi yang penyalurannya dari testis secara kimiawi dan fisiologis sesuai kebutuhan spermatozoa.
Sewaktu perangsangan seksual, prostat mengeluarkan cairan encer seperti susu yang mengandung berbagai enzim dan ion ke dalam duktus ejakulatorius. Cairan ini menambah volume cairan vesikula seminalis dan sperma. Cairan prostat bersifat basa (alkalis). Sewaktu mengendap di cairan vagina wanita, bersama dengan ejakulat yang lain, cairan ini dibutuhkan karena motilitas sperma akan berkurang dalam lingkungan dengan pH rendah.
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Benigna Prostat Hiperplasia
LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Benigna Prostat Hiperplasia
Hiperplasia prostat adalah hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat
yang arah ke perifer dan menjadi simpai bedah. Merupakan proliferasi elemen epitel dan
stroma, yang menyebabkan kelenjar membesar dan pada sebagian kasar, obstruksi
aliran kemih.
LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Benigna Prostat Hiperplasia
Kelenjar periurethal dapat mengalami hiperplasi, pada umumnya dikemukan beberapa
teori:
2
1. Hipotesis stem sel ( Isaac 1984,1987 )
Berdasarkan teori ini pada keadaan normal kelenjar peiurethal dalam keadaan
keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati (stedystate). Sel baru biasanya
tumbuh dari sel stem. Oleh karena suatu sebab seperti faktor usia, gangguan
keseimbangan hormonal, atau faktor pencetus yang lain, maka sel stem tersebut dapat
berprolifeasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasi kelenjar periurethal.
2. Hipotesis kebangkitan kembali
Teori kedua ialah teori Reawakening dari jaringan kembali seperti perkembangan pada
tingkat embriologik, sehingga jaringan peiurethal dapat tumbuh lebih cepat daripada
jaingan yang lain sekitarnya. Teori ini dikemukakan oleh Mc Neal (1978), yang juga
membagi prostat manjadi bagian zona sentral, zona periferal dan zona peralihan.
3. Hipotesis keseimbangan estrogen dan testoteron
Testoteron sebagaian besar dihasilkan oleh kedua testis, sehingga timbulnya
pembesaran prostat memerlukan adanya testis normal (Huggins 1947, Moore 1947).
Testoteron dihasilkan oleh sel leydig atas pengauh hormon Luteinizing hormon (LH),
yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis ini menghasilkan hormon
LH atas rangsangan Luteinising Hormon Releasing Hormon (LHRH). Disamping
testis kelenjar anak ginjal juga menghasilkan testoteron atas pengaruh ACTH yang
juga dihasilkan oleh hipofisis. Jumlah testoteron yang dihasilkan oleh testis kira – kira
90% dari seluruh produksi testoteron, sedang yang 10 % dihasilkan kelenjar adrenal.
Sebagaian besar testoteron dalam tubuh dalam keadaan terikat dengan protein dalam
bentuk Serum Binding Hormon (SBH). Dengan bertambahnya usia akan terjadi
peubahan imbangan estrerogen dan testoteron , hal ini disebabkan oleh bekurangnya
produksi testoteron dan juga terjadi konvesi testoteron menjadi menjadi estrogen pada
jaringan adipose di daerah perifer dengan pertolongan enzim aromatase. Estrogen
inilah yang menyebabkan terjadinya hiperplasi stroma, sehingga timbul dugaan bahwa
testoteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi tetapi kemudian estrogenlah
yang berperan dalam perkembangan stroma. Kemungkinan lain adalah perubahan
konsetrasi relatif testoteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan pontensiasi
faktor pertumbuhan yang lain yang dapat menyebabkan pembesaran prostat.
Berdasarkan otopsi diluar negeri perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat
diidentifikasi pada pria usia 30 – 40 tahun. Perubahan mikroskopik ini bila terus
berkembang akan berkembang menjadi patologik anatomik, yang pada pria usia 50
tahun pada otopsi ternyata angka kejadiannya sekitar 50% dan pada usia 80 tahun
angka tersebut mencapai sekitar 80%. Sekitar angka 50 % dari angka tersebut diatas
akan berkembang menjadi penderita pembesaran prostat manifes.
4. Hipotesis Dihidrotestoteron (DHT)
Hanya 10% testoteron dalam keadaan bebas dan testoteron inilah yang memegang
perananan dalam inisiasi dalam pembesaran prostat. Testoteron bebas ini dengan
petolongan enzim 5 alfa reduktase akan dihidrolase menjadi Dihidrotestoteron (DHT).
Dalam bentuk DHT inilah akan yang akan diikat oleh reseptor yang ada dalam
sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT-Reseptor kompleks ini akan akan
masuk kedalam inti sel dan akan mempengaruhi Asam Ribo Nukleat (ARN) untuk
menyebabkan sintesis protein sehingga dapat terjadi proliferasi sel.
5. Hipotesis Growth faktor (faktor interaksi stroma dan epitel)
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic Fibroblast Growth Faktor (b-
FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi lebih besar
pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. b – FGF dapat dicetuskan oleh
mikrotrauma karena miksi, ejakulasi atau infeksi.
LO.3.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Benigna Prostat Hiperplasia
3
Di dunia, diperkirakan bilangan penderita BPH adalah seramai 30 juta, bilangan ini hanya
pada kaum pria kerana wanita tidak mempunyai kalenjar prostat, maka oleh sebab itu, BPH
terjadi hanya pada kaum pria (emedicine, 2009). Jika dilihat secara epidemiologinya, di
dunia, dan kita jaraskan menurut usia, maka dapat di lihat kadar insidensi BPH, pada usia
40-an, kemungkinan seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan setelah
meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun, persentasenya meningkat
menjadi 50% dan diatas 70 tahun, persen untuk mendapatkannya bisa sehingga 90% (A.K.
Abbas, 2005). Akan tetapi, jika di lihat secara histologi penyakit BPH, secara umum
membabitkan 20% pria pada usia 40-an, dan meningkat secara dramatis pada pria berusia
60-an, dan 90% pada usia 70 .
Di indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak menjadi urutan kedua setelah penyakit
batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya, diperkirakan hampir 50 persen pria
Indonesia yang berusia di atas 50 tahun, dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun
ditemukan menderita penyakit PPJ atau BPH ini. Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia
sudah masuk ke dalam lingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu, jika dilihat, dari 200 juta
lebih bilangan rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yang
berusia 60 tahun dan ke atas adalah kira-kira seramai 5 juta, maka dapat secara umumnya
dinyatakan bahwa kira-kira 2.5 juta pria Indonesia menderita penyakit BPH atau PPJ ini.
LO.3.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Benigna Prostat Hiperplasia Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal.
Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar.
Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke
kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya
dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran
urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih.
Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di
dalam kandung kemih.
Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung
kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif.
Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih.
Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis. Retensi progresif bagi air,
natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan
4
drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan
hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban
solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa
merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium
akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.
LO.3.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Benigna Prostat Hiperplasia
Biasanya gejala- gejala prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urinary Track Symtoms
( LUTS ) dibedskan menjadi gejala iritatif dan obstruktif
a. Gejala iritatif:
1. Sering miksi
2. Terbangun untuk miksi pada malam hari ( Nokturia )
3. Persaan ingin miksi yang sangat mendesak ( Urgensi )
4. Nyeri pada miksi ( Disuria)
b. Gejala Obstruktif
1. Pancaran urin melemah
2. Rasa tidak puas sehabis miksi
3. Ketika mau miksi harus menunggu lama (Hesitancy)
4. Harus mengedan ketika miksi (straining)
5. Kencing terputus- putus (intermittency)
6. Waktu miksi memenjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen
karena overflow
Gejala-gejala tersebut di atas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat
berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
1. Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing <>
2. Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
3. Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas +
sisa urin > 150 ml
LO.3.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
A. Anamnesis :
Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms)
Antara lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi, terminal dribbling, terasa
ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat berupa
urgensi, frekuensi serta disuria.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter
ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di
dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi
prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris,
tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia
prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada kanker prostat, konsistensi
prostat keras dan atau teraba nodul dan di antara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan
pada batu prostat akan teraba krepitasi. Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan
pada traktus urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah
terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dannyeri ketok pada pinggang.
Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai
diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa
untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan
miksi seperti batu di Fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis,
condilomadi daerah meatus.Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang
terisi penuh dan teraba masakistus di daerah supra simfisis akibat retensi urin dan kadang
terdapat nyeri tekan supra simfisis.
5
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.
A. Darah : - Ureum dan Kreatinin
1. Elektrolit
2. Blood urea nitrogen
3. Prostate Specific Antigen (PSA)
4. Gula darah
B. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test
1. Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
2. Sedimen
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi
pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang
menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa
antimikroba yang diujikan.Faal ginjal diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Sedangkan gula darah dimaksudkan
untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan
kelainan persarafan pada vesica urinaria.
C. Foto polos abdomen (BNO)
BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya
batu/kalkulosa prostat dan kadang kala dapat menunjukkan bayangan vesica urinaria
yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Selain itu juga
bisa menunjukkan adanya hidronefrosis, divertikel kandung kemih atau adanya
metastasis ke tulang dari carsinoma prostat.
D. Pielografi Intravena (IVP)
Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya:
1. kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis2
2. memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya
indentasi prostat(pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat) atau ureter di
sebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish.
3. penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi, divertikel,
atausakulasi vesica urinaria4.
4. foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
E. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram
retrograddapat pula memberi gambaran indentasi.
F. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)
Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan
pembesaran prostatmaligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat,
menentukan volume vesicaurinaria dan jumlah residual urine, serta mencari kelainan
lain yang mungkin ada di dalam vesica urinaria seperti batu, tumor, dan divertikel.
G. Pemeriksaan Sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urine
ditemukanmikrohematuria. Sistografi dapat memberikan gambaran kemungkinan
tumor di dalam vesic aurinaria atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari
muara ureter, atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain itu juga memberi
keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika
dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra.
H. MRI atau CT jarang dilakukan
Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam ± macam
potongan.
I. Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh :
1. daya kontraksi otot detrusor
2. tekanan intravesica
6
3. resistensi uretra
Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju
pancaranmendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 ±
8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 ± 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi
semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.
J. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak
dapatmembedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot
detrusor yangmelemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan
tekanan pancarandengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini
maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur.
K. Pemeriksaan Volume Residu Urin
Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat
sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang
masih tinggal atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat
pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu membuat IVP. Pada
orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensi urin total sisa urin dapat
melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap
sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita prostat hipertrofi.
DIAGNOSIS BANDING
Pada pasien dengan keluhan obstruksi saluran kemih di antaranya :
1. Struktur uretra
2. Kontraktur leher vesika
3. Batu buli-buli kecil
4. Kanker prostat
5. Kelemahan detrusor, misalnya pada penderita asma kronik yang menggunakan obat-
obat parasimpatolitik.
Pada pasien dengan keluhan iritatif saluran kemih, dapat disebabkan oleh :
1. Instabilitas detrusor
2. Karsinoma in situ vesika
3. Infeksi saluran kemih
4. Prostatitis
5. Batu ureter distal
6. Batu vesika kecil
LO.3.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Benigna Prostat Hiperplasia
Terapi BPH dapat berkisar dari watchful waiting di mana tidak diperlukan teknologi yang
canggih dan dapat dilakukan oleh dokter umum, hingga terapi bedah minimal invasif yang
memerlukan teknologi canggih serta tingkat keterampilan yang tinggi. Berikut ini akan
dibahas penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah
konvensional, dan terapi minimal invasif.
Watchful Waiting
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan
a. Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam
agar mengurangi nokturia.
b. Menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis: dekongestan).
LII. Mengurangi kopi.
LIII. Melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering buang air kecil.
Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk diperiksa:
skoring, uroflowmetri, dan TRUS.
LIV. Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.
Terapi Medikamentosa
Pilihan terapi non-bedah adalah pengobatan dengan obat (medikamentosa). Terdapat tiga
macam terapi dengan obat yang sampai saat ini dianggap rasional, yaitu dengan
penghambat adrenergik a-1, penghambat enzim 5a reduktase, dan fitoterapi.
1. Penghambat adrenergik a-1
7
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor a-1 yang banyak ditemukan pada otot
polos ditrigonum, leher buli-buli, prostat, dan kapsul prostat. Dengan demikian, akan
terjadi relaksasi di daerah prostat sehingga tekanan pada uretra pars prostatika
menurun dan mengurangi derajat obstruksi. Obat ini dapat memberikan perbaikan
gejala obstruksi relatif cepat. Efek samping dari obat ini adalah penurunan tekanan
darah yang dapat menimbulkan keluhan pusing (dizziness), lelah, sumbatan hidung,
dan rasa lemah (fatique).
Pengobatan dengan penghambat reseptor a-1 masih menimbulkan beberapa
pertanyaan, seperti berapa lama akan diberikan dan apakah efektivitasnya akan tetap
baik mengingat sumbatan oleh prostat makin lama akan makin berat dengan
tumbuhnya volume prostat. Contoh obat: prazosin, terazosin dosis 1 mg/hari, dan
dapat dinaikkan hingga 2-4 mg/hari. Tamsulosin dengan dosis 0.2-0.4 mg/hari.
2. Penghambat enzim 5a reduktase
Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim 5a reduktase, sehingga testosteron
tidak diubah menjadi dehidrotestosteron. Dengan demikian, konsentrasi DHT dalam
jaringan prostat menurun, sehingga tidak akan terjadi sintesis protein. Obat ini baru
akan memberikan perbaikan simptom setelah 6 bulan terapi.
Salah satu efek samping obat ini adalah menurunnya libido dan kadar serum PSA2.
Contoh obat : finasteride dosis 5 mg/hari.
3. Kombinasi penghambat adrenergik a- 1 dan penghambat enzim 5a reduktase
Terapi kombinasi penghambat adrenergik a-1 dan penghambat enzim 5a reduktase
pertama kali dilaporkan oleh Lepor dan kawan-kawan pada 1996. Terdapat penurunan
skor dan peningkatan Qmax pada kelompok yang menggunakan penghambat
adrenergik a-1. Namun, masih terdapat keraguan mengingat prostat pada kelompok
tersebut lebih kecil dibandingkan kelompok lain. Penggunaan terapi kombinasi masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
Fitoterapi
Terapi dengan bahan dari tumbuh-tumbuhan poluler diberikan di Eropa dan baru-baru ini di
Amerika. Obat-obatan tersebut mengandung bahan dari tumbuhan sepertiHypoxis rooperis,
Pygeum africanum, Urtica sp, Sabal serulla, Curcubita pepo, Populus temula, Echinacea
purpurea, dan Secale cerelea. Masih diperlukan penelitian untuk mengetahui efektivitas dan
keamanannya.
Terapi Bedah Konvensional
Prostatektomi digolongkan dalam 2 golongan:
Prostatektomi terbuka :
a. Prostatektomi suprapubik transvesikalis (Freyer)
b. Prostatektomi retropubik (Terence Millin)
c. Prostatektomi perinealis (Young)
Prostatektomi tertutup :
a. Reseksi transuretral
b. Bedah beku
1. Open simple prostatectomy
Indikasi untuk melakukan tindakan ini adalah bila ukuran prostat terlalu besar, di atas
100 gram, atau bila disertai divertikulum atau batu buli-buli. Dapat dilakukan dengan
teknik transvesikal atau retropubik. Operasi terbuka memberikan morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi daripada TUR-P1-2.
2. Transurethral resection of the prostate (TUR-P)
Prinsip TUR-P adalah menghilangkan bagian adenomatosa dari prostat yang
menimbulkan obstruksi dengan menggunakan resektoskop dan elektrokauter. Sampai
saat ini, TUR-P masih merupakan baku emas dalam terapi BPH. Sembilan puluh lima
persen prostatektomi dapat dilakukan dengan endoskopi. Komplikasi jangka pendek
adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia (sindrom TUR), dan retensi karena bekuan
darah. Komplikasi jangka panjang adalah struktur uretra, ejakulasi retrograd (75%),
inkontinensia (<1%).
3. Transurethral incision of the prostate (TUIP)
8
Dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan ukuran
prostat kecil, yang sering terdapat hiperplasia komisura posterior (leher kandung
kemih yang tinggi). Teknik ini meliputi insisi pada arah jam 5 dan 7. Penyulit yang
bisa terjadi adalah ejakulasi retrograd.
Terapi laser
Terdapat dua sumber energi yang digunakan, yaitu Nd YAG dan holmium YAG.
Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang dilakukan
dengan bantuan USG, Visual coagulative necrosis, Visual laser ablation of the prostate
(VILAP), dan interstitial laser therapy. Keuntungan terapi laser adalah perdarahan minimal,
jarang terjadinya sindrom TUR, mungkin dilakukan pada pasien yang menjalani terapi
antikoagulan, dan dapat dilakukan tanpa perlu dirawat di rumah sakit. Kerugiannya di
antaranya tidak didapatkan jaringan untuk pemeriksaan histopatologi, diperlukan waktu
pemasangan kateter yang lebih lama, keluhan iritatif yang lebih banyak, dan harga yang
mahal1,2. Efek samping yang pernah dilaporkan di Indonesia adalah perdarahan (2%),
nyeri pasca operasi (3%), retensi (19%), ejakulasi retrograd (3%), dan disfungsi ereksi
(1%)3.
Microwave hyperthermia
Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui uretra atau rektum
sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan terjadi koagulasi.
1. Trans urethral needle ablation (TUNA)
Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat
mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas,
sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan prostat.
2. High intensity focused ultrasound (HIFU)
Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang memancarkan
energi ultrasounddengan intensitas tinggi dan terfokus.
3. Intraurethral stent
Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika untuk
mempertahankan lumen uretra tetap terbuka. Dilakukan pada pasien dengan harapan
hidup terbatas dan tidak dapat dilakukan anestesi atau pembedahan.
4. Transurethral baloon dilatation
Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa prostatika dan
leher kandung kemih. Prosedur ini hanya efektif bila ukuran prostat kurang dari 40 g,
sifatnya sementara, dan jarang dilakukan lagi.
LO.3.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Benigna Prostat Hiperplasia
1. Lokal
Hiperplasi prostat dapat menyebabkan penyempitan lumen ureta posteio yang
menghambat aliran urin dan meningkatkan tekanan intravesikal. Buli – buli kontaksi
lebih kuat untuk melawan tahanan tersebut maka timbul peubahan anatomis yang
dinamakan fase kompensata akan terjadi hipetrofi otot detusor, trabekulasi, sakulasi,
diverkulasi.
Apabila Buli – buli menjadi dekompensasi, akan tejadi retensi urin. Karena produksi
urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli – buli tidak mampu lagi menampung
urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul hidroureter, hidronefrosis,
dan gagal ginjal. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan pada
buli – buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria.
Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi
pielonefritis. Ini dinamakan komplikasi lokal dari BPH.
2. General
a. Peritonitis,bila vesica urinaria pecah dan meyebar ke rongga peritonium
b. Anemia
c. Sindroma Uremia
d. Asidosis Metabolik
e. Gagal ginjal
LO.3.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Benigna Prostat Hiperplasia
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker
9
paru-paru5. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.
LO.3.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Benigna Prostat Hiperplasia
Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran
kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto.
Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-
sama dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim 5-alpha reduktase, yang
berperan dalam proses pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron
(penyebab BPH). Hasilnya, kelenjar prostat tidak bertambah besar.
Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di antaranya adalah :
1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah
pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat
berkembang menjadi kanker prostat.
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat.
3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan pengeluaran
air seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan ke
susunan syaraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.
Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:
1. Mengurangi makanan kaya lemak hewan
2. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan
laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)
3. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
4. Berolahraga secara rutin
5. Pertahankan berat badan ideal
LI 4. Memahami Dan Menjelaskan Pemeriksaan Colok Dubur Menurut Islam
Dalam batas-batas tertentu, mayoritas ulama memperbolehkan berobat kepada lawan jenis
jika sekiranya yang sejenis tidak ada, dengan syarat ditunggui oleh mahram atau orang
yang sejenis. Alasannya, karena berobat hukumnya hanya sunnah dan bersikap pasrah
(tawakkal) dinilai sebagai suatu keutamaan (fadlilah). Ulama sepakat bahawa pembolehan
yang diharamkan dalam keadaan darurat, termasuk pembolehan melihat aurat orang
lain,ada batasnya yang secara umum ditegaskan dalam al- qur’an ( Q.S Al-baqarah : 173;
Al-an’am :145 ;An-nahl : 115) dengan menjauhi kezaliman dan lewat batas. Dalam
pengobatan, kebolehan hanya pada bagian tubuh yang sangat diperlukan, karena itu, bagian
tubuh yang lain yang tidak terkait langsung tetap berlaku ketentuan umum tidak boleh
melihatnya. Namun, untuk meminimalisir batasan darurat dalam pemeriksaan oleh lawan
jenis sebagai upaya sadd al-Dzari’at (menutup jalan untuk terlaksananya kejahatan),
disarankan disertai mahram dan prioritas diobati oleh yang sejenis.
10