Skenario 3 Blok 5 - Anemia
-
Upload
winda-ramadani -
Category
Documents
-
view
73 -
download
6
description
Transcript of Skenario 3 Blok 5 - Anemia
Anemia Def. Besi
Skenario 3
Seorang wanita, usia 45 tahun, datang ke Poli Penyakit Dalam dengan keluhan muka pucat sejak 3 bulan yang lalu dan dirasakan semakin memberat sejak 2 minggu ini. Keluhan muka pucat disertai lemah badan, cepat lelah dan mata berkunang-kunang. Keluhan sesak nafas dan jantung berdebar (-). Keluhan muntah darah dan BAB hitam sebelumnya (-). Keluhan gusi berdarah, mimisan dan lebam-lebam pada tubuh (-). Keluhan mata kuning dan BAK seperti air teh.
WANITA YANG PUCAT & LEMAH
Riwayat keluar cacing dari anus sejak 3 bulan yang lalu. Os adalah seorang petani dan jarang memakai sandal sewaktu bekerja. Os makan 3 kali sehari dan dengan porsi gizi yang cukup.
Pasien masuk Poli penyakit dalam dengan keadaan composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit reguler, Respiratori rate 18 x/menit. Suhu 36,5 C. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien underweight. Pada mata dijumpai konjungtiva anemis, mulut : papil atrofi (+), lain-lain tidak dijumpai kelainan.
Dari pemeriksaan darah rutin : Hb 7,3 gr/dl, Leukosit 8500 ul/menit, HT 18 %, trombosit 280.000, MCV : 65, MCH : 18. Pada pemeriksaan feses rutin dijumpai telur cacing tambang (+)
Pada pemeriksaan morfologi darah tepi kesan hipokrom mikrositer, anisositosis, poikilositosis. Pada pemeriksaan status hematologis SI 18, TIBC 450. Saturasi transferin 4%. Pemeriksaan lain dalam batas normal.
I.Terminologi
Konjungtiva Anemis: Adanya kekurangan darah pada lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata.
Papil Atrofi: Permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.
MCV (Mean Corpuscular Volume): Ukuran rata-rata sel darah merah jumlah (ukuran) yang dilaporkan sebagai bagian dari standar lengkap darah.
Hipokrom Mikrositer: Keadaan dimana eritrosit dengan warna yang lebih pucat dan ukuran yang lebih kecil dari eritrosit yang normal.
Anisositosis: Eritrosit abnormal yang ukurannya bervariasi dengan persentase yang tinggi.
Poikilositosis: Adanya poikilosit (eritrosit yang bentuknya abnormal) dalam darah.
TIBC: Laboratorium uji medis yang mengukur kemampuan darah untuk mengikat besi dengan transferin
Saturasi Transferin: Persentase transferin (glikoprotein serum non hem yang mengikat dan mengangkut besi) yang berikatan dengan besi serum sampel
II. Menentukan Masalah
1) Apa yang terjadi pada ibu os?
2) Apa hubungan infeksi cacing dengan penyakit tersebut? Jelaskan!
III. Penyelesaian Masalah
1) Dilihat dari gejala-gejala dan pemeriksaan laboratorium berdasarkan skenario, ibu Os mengalami anemia defisiensi besi
2) Cacing tambang menembus kaki, kemudian masuk ke peredaran darah paru faring dan tertelan, kemudian larvanya melekat ke usus cacing dewasa dalam usus halus dan menghisap darah di dinding usus, sehingga merusak mukosa usus dan terjadi perdarahan. Bekas gigitan cacing dewasa dapat menimbulkan perdarahan terus menerus karena sekresi zat antikoagulan oleh cacing dewasa tersebut.
IV. Skema Masalah
Os
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Feses Pemeriksaan Laboratorium
UnderwightKonjungtiva AnemisPapil Atrofi
Hb turunMCV turunMCH turunSI turunSaturasi Transferin turunTIBC naik
(+) Cacing tambang
Hisap darahdi usus halus
Anemia defisiensi besi
Terganggunya eritropesisSehingga defisiensi besi
Rusaknya mukosa ususPerdarahan
Zat anti koagulan oleh cacing dewasa
mengatur penyerapan besi
V. Tujuan Pembelajaran
Mengetahui klasifikasi anemia Mengetahui Gejala, Patogenesis Anemia
Defisiensi Besi Mengetahui Terapi, pencegahan dan
komplikasi Anemia
VI. Kesimpulan
Anemia defesiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
Manusia menerima zat besi yang sebagian besar berasal dari hewani, dan juga di dapat dari nabati
Molekul Hb dibentuk dari haem dan globin. Haem dipecah menjadi; Protoporfirin, CO dan Fe,
dimana Fe didapat dari transferin, dan globin menjadi asam amino.
Pada permulaan eritrosit berinti sudah ada reseptor transferin.
Penyebab ketidakberhasilan eritrosit berinti untuk mengikat besi dapat disebabkan oleh rendahnya kadar transferin di dalam darah.
Gangguan dalam pengikatan besi untuk membentuk Hb akan mengakibatkan terbentuknya eritrosit dengan sitoplasma yang kecil (mikrositer) dan kurang mengnadung Hb didalam (hipokrom)
Manusia terinfeksi cacing tambang tanpa alas kaki ditanah yang terkontaminasi tinja manusia.
Cacing tambang paru-paru pembuluh darah dan getah bening naik ke saluran pernafasan dan tertelan
Cacing tambang usus menancapkan dirinya kait di mulut mulai menghisap darah
Anemia karena kekurangan zat besi bisa terjadi akibat perdarahan usus.
Besi terdapat dalam 2 bentuk- Besi Heme : terdapat pada daging dan ikan, tingkat absorbsi tinggi, mudah diserap- Besi non Heme : terdapat pada sumber tumbuh-tumbuhan, tingkat absorbsi rendah, sulit diserap
Besi terdapat dalam berbagai jaringan tubuh berupa:1. Senyawa besi fungsional besi yang membentuk senyawa
yang berfungsi dalam tubuh.2. Besi cadangan senyawa besi yang dipersiapkan bila
masukan besi masih kurang3. Besi transport besi yang berikatan dengan protein
tertentu untuk mengangkut besi dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya.
Komposisi Besi dalam tubuh
Absorpsi Besi
Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3 fase;
1. Fase luminal: besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap diserap di duodenum.
2. Fase mukosal: proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu proses aktif. Dikenal adanya mucosal block, suatu mekanisme yang dapat mengatur penyerapan besi melalui mukosa usus.
3. Fase korporal: proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel-sel yang memerlukan, serta penyimpanan besi oleh tubuh.
Siklus besi dalam tubuh
Besi dari usus dalam bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang dimobilisasi dari makrofag dalam sumsum tulang untuk dapat memenuhi kebutuhan eritropoesis.
Sirkulasi Fe di dalam peredaran darah yaitu dari makanan, diangkut oleh transferin ke sumsum tulang untuk selanjutnya dibentuk Hb dan dimasukkan kedalam eritrosit muda (normoblas polikromatofil).
Eritrosit yang tua akan dipecah dan sebagian Fe akan dibuang oleh tubuh.
Sirkulasi tersebut terus berlangsung dan Fe akan terus dibuang, maka apabila masukan Fe kurang maka akan terjadi defisiensi Fe.
Etiologi anemia defisiensi Besi1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan
dapat berasal dari saluran cerna akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon dan infeksi cacing tambang
2. Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik
3. Kebutuhan besi meningkat prematuris, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
Patogenesis Cacing tambang menyerap darah 0,33 cc/hari
menyebabkan kehilangan besi cadangan besi menurun negative iron balance.
Apabila kekurangan besi berlanjut terus maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk erirosit, tetapi anemia belum terjadi iron deficient erythropiesis
Apabila jumlah besi menurun terus maka eriropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun anemia hipokromik mikrositer, keadaan ini disebut iron deficient anemia.
Oleh karena itu, kekurangan besi pada epitel serta beberapa enzim dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya.
Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi Besi hanya dapat masuk ke dalam mukosa usus
apabila ia dapat bersenyawa dengan apoferitin Besi yang ada dalam mukosa usus hanya dapat
masuk ke dalam darah bila ia dapat berikatan dengan G-globulin yang ada dalam plasma. Gabungan Fe dengan B-globulin disebut feritin
Bila besi dalam tubuh sudah cukup maka semua apoferitin yang ada dalam mukosa usus terikat dengan Fe++ menjadi feritin
Apabila semua G-globulin dalam plasma.sudah terikat Fe" (menjadi feritin) maka Fe'' yang terdapat dalam mukosa usus tidak dapat masuk ke dalam plasma dan turut lepas ke dalam lumen usus saat sel mukosa usus lepas dan diganti dengan sel baru.
Hanya Fe++ yang terdapat dalam transferin dapat digunakan dalam eritropoesis, karena sel "eritroblas" dalam sumsum tulang hanya memiliki "reseptor" untuk feritin. Kelebihan besi yang tidak digunakan disimpan dalam stroma sumsum tulang sebagai feritin.
Besi yang terikat pada B-globulin (feritin) selain berasal dari mukosa usus juga berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua (berumur 120 han) dihancurkan sehingga besinya masuk ke dalam jaringan limpa untuk kemudian terikat pada B-globulin (menjadi transferin) dan kemudian ikut aliran darah ke sumsum tulang untuk digunakan eritroblas membentuk hemoglobin
Gejala anemia defisiensi besi ada 3;1. Gejala umum anemia
- Kadar hemoglobin turun dibawah 7-8 g/dl- Badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang- kunang- Konjungtiva anemis
2. Gejala khas anemia def. besi- atrofi papil lidah- koilonychia: kuku sendok, kuku menjadi rapuh dan bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung seperti sendok- disfagia (nyeri nelan)
3. Gejala penyakit dasar- Akibat penyakit cacing tambang kulit telapak tangan tampak menguning- Kanker colon perdarahan kronik akibat kanker
Gejala Anemia Defisiensi Besi
Terapi Anemi Defisiensi Besi
1. Terapi Kausal tergantung penyebabnya, misalnya cacing tambang.
2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh.a. Besi per oral efektif, murah dan aman, misalnya preparat Ferrous Sulphat, efek samping; mual, muntahb. Besi parenteral efek samping lebih berbahaya dan harganya mahal, misalnya preparat iron dextran complex, efek samping; reaksi anafilaksis, nyeri perut
3. Pengobatan lain misalnya pemberian vitamin C untuk meningkatkan absorpsi besi dan transfusi darah, tetapi anemia kekurangan besi jarang memerlukan transfusi darah, dimana indikasi dari transfusi adanya penyakit jantung anermik dengan ancaman payah jantung.
Pencegahan
a. Kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban, dan perbaikan lingkungan kerja, misalnya pemakaian alas kaki.
b. Penyuluhan gizi; untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu absorpsi besi
c. Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik
d. Suplementasi besi; terutama untuk segmen penduduk yang rentan, seperti ibu hamil dan anak balita
e. Fortifikasi bahan makanan dengan besi
Gangguan jantungkarena jantung memompa darah dengan cepat, dapat terjadi angina (nyeri dada)
Masalah saat melahirkanbayi yang dilahirkan akan prematur dan berat badan yang kurang memuaskan
Gangguan pertumbuhankarena anemia, terjadi gangguan pada anak
yang sedang berkembang, terutama berjalan dan berbicara
Komplikasi