Skenario 2 agro.docx
-
Upload
namira-caroline-ercho -
Category
Documents
-
view
33 -
download
2
Transcript of Skenario 2 agro.docx
Skenario 2
Seorang pasien laki-laki berusia sekitar 40 tahun, datang diantar oleh teman kerjanya
ke IGD klinik perusahaan perkebunan dalam keadan penurunan kesadaran. Menurut
temannya, pasien ditemukan dalam keadaan pingsan di area perkebunan. Saat itu
pasien sedang bekerja menyemprot tanaman dengan menggunakan pestisida ke
tanaman, tanpa menggunakan masker. Teman kerjanya juga mengatakan bahwa alat
penyemprot pestisida yang digunakan pasien saat itu sebenarnya dalam keadaan rusak
karena mengalami kebocoran.
Sesaat sebelum pingsan, pasien terlihat muntah-muntah, kemudian perutnya terasa
sakit, badan lemas, hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Dokter perusahaan yang
sedang bertugas di IGD mendapatkan keadaan mulut pasien berbusa, kesadaran turun,
mulut berbau pestisida. Pasien adalah tenaga kerja perusahaan yang bertugas
memberi pupuk kimia ke tanaman dan menyemprot tanaman dengan menggunakan
bahan kimia pestisida.
Selain pestisida dan pupuk, di berbagai perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan dan peternakan juga sering menggunakan antibiotik untuk hewan ternak
dan hormon perangsang pertumbuhan untuk tanaman dan hewan ternak, sehingga
sering menyebabkan gangguan kesehatan.
STEP 1
-
STEP 2
1. Apa saja jenis-jenis pestisida dan dampaknya?
2. Apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan pestisida menjadi keracunan?
3. Bagaimana patofisiologi keracunan pestisida?
4. Bagaimana penegakkan diagnosis keracunan pestisida?
5. Bagaimana penatalaksanaan intoksikasi pestisida?
6. Apa saja pencegahan yang dilakukan ?
7. Apa saja gangguan kesehatan yang timbul akibat bahan kimia pestisida?
STEP 3
1. Jenis-jenis pestisida
insektisida
herbisida
rodentisida
fungisida
fumigan
Dampaknya : sakit kepala, pusing, sakit dada, kudis, mual, muntah-muntah, sakit
otot, keringat berlebihan, kram, diare, sulit bernafas, kematian, pandangan kabur
2. Faktor internal :
usia
jenis kelamin
status kesehatan
status gizi
anemia
genetik
tingkat pengetahuan
Faktor Eksternal :
suhu lingkungan
cara penangan pestisida
penggunaan APD
dosis pestisida
jumlah jenis pestisida
masa kerja
lama paparan
frekuensi penyemprotan
tindakan penyemprotan pada arah angin
waktu penyemprotan
3. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui 3 jalan masuk (port
d’entre). Masuknya pestisida ke dalam tubuh manusia, yaitu melalui :
saluran pencernaan
saluran pernapasan
saluran kulit
4. Penegakan diagnosa dari keracunan seringkali dengan mudah dapat ditegakkan
karena keluarga atau pengantar penderita sudah mengatakan penyebab keracunan
atau membawa tempat bahan beracun kepada dokter.Tapi kadang-kadang kita
menemui kesulitan dalam menentukan penyebab keracunan terutama bila penderita
tidak sadar dan tidak ada saksi yang mengetahui kejadiannya. Diagnosa dari
keracunan terutama didasarkan pada anamnesa yang diambil dari orang tua,
keluarga,pengasuh atau orang lain yang mengetahui kejadiannya. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan radiologi, laboratorium
klinik, dan EKG.
5. Penatalaksanaan intoksikasi :
stabilisasi
dekontaminasi
dekontaminasi pulmonal
dekontaminasi mata
dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
dekontaminasi gastrointestinal
eliminasi
antidotum
6. Pencegahan :
pembelian pestisida
perlakuan sisa kemasan
penyimpanan
7. Gangguan kesehatan yang timbul dapat mempengaruhi :
sistem saraf
hati atau liver
perut
sistem kekebalan
keseimbangan hormon
STEP 4
1. Jenis - jenis pestisida
Pestisida OPT sasarannya Contoh
(1) (2) (3)
Insektisida
Akarisida
Molluskisida
Rodentisida
Fungisida
Hama: Serangga
Hama: Tungau
Hama: Siput
Hama: Tikus
Penyakit: Jamur
Bacillus thuringensis,
diafentiuron, karbofuran,
meditation, profenofos,
sipermetrin, siromazin
Akrinokrin, dikofol,
heksatiazok
Metaldehida
Brodifakum, kumaklor,
klorofasinon, kumatetrail
Difenokonazol, maneb,
mankozeb, metalaksil, thiram,
Bakterisida
Nematisida
Herbisida
Penyakit: Bakteri
Penyakit: Nematoda
Gulma (tumbuhan
pengganggu)
ziram
Oksitetrasiklin, streptomizin,
tetrasiklin
Etrefos, natrium metham,
oksamil,
2,4-D, atrazin, ametrin,
bromasil, butaklor, diuron,
glifosat, piperofos, sianazin,
sinosulfuron
Pestisida mempunyai efek fisiologis yang berbeda-beda tergantung dari
kandungan zat aktif dan sifat fisik dari pestisida tersebut. Pada saat
penyemprotan penggunaan pestisida > 3 jenis dapat mengakibatkan keracunan
pada petani.
Dampak Penggunaan Pestisida Bagi Kesehatan
a. Dampak kesehatan akut pestisida
Semua pestisida mempunyai bahaya potensial bagi kesehatan. Ada dua
tipe keracunan, yaitu keracunan langsung dan jangka panjang. Keracunan
akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada
saat itu.
Keracunan mungkin bersifat akut atau kronik. Dalam keracunan akut,
sejumlah racun yang banyak memasuki atau dihasilkan dalam badan
dalam tempo masa yang singkat (selama beberapa saat, menit, jam atau
dalam masa sehari) sehingga dampaknya langsung dapat dirasakan pada
saat itu.
Beberapa gejala-gejala keracunan akut akibat penggunaan pestisida
adalah:
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Sakit dada
4) Kudis
5) Mual
6) Muntah-muntah
7) Sakit Otot
8) Keringat berlebihan
9) Kram
10) Diare
11) Sulit bernafas
12) Kematian
13) Pandangan kabur
b. Dampak kesehatan kronis pestisida
Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan
membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka
panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-
tahun setelah terkena pestisida.
1) Sistem syaraf
Banyak pestisida yang digunakan di bidang pertanian sangat
berbahaya bagi otak dan syaraf. Bahan-bahan kimia yang berbahaya
bagi sistem syaraf disebut neurotoksin. Beberapa gejala dari penyakit
pada otak yang disebabkan oleh pestisida adalah masalah ingatan yang
gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan,
kehilangan kesadaran dan koma.
2) Hati atau liver
Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi menetralkan bahan-
bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali di rusak oleh
pestisida. Hal ini dapat menyebabkan hepatitis.
3) Perut
Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari
keracunan pestisida. Banyak orang yang bekerja dengan pestisida
selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang-orang
yang menelan pestisida (baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk
pada perut dan tubuh secara umum.
4) Sistem kekebalan
Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal
ini adalah reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan
asing. Pestisida bervariasidalam mengakibatkan reaksi alergi, setiap
orang memberi reaksi berbeda untuk derajat penggunaan pestisida
yang berbeda pula. Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat
mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih
berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan
tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita
menjadi lebih mudah terkena infeksi. Atau, jika telah terjadi infeksi
penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan.
5) Keseimbangan hormon
Penelitian terhadap hewan menunjukan bahwa pestisida
mempengaruhi produksi hormon dalam tubuh. Hormon adalah bahan
kimia yang diproduksi oleh organorgan seperti otak, tiroit, paratiroit,
ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi
tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon
reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada
pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa
pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya kanker
tiroid.
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi keracunan pestisida
a. Faktor manusia (internal)
1) Usia
Umur adalah fenomena alam, semakin lama seseorang hidup makan
umurpun akan bertambah. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin
banyak yang dialaminya, dan semakin banyak pula pemaparan yang
dialaminya, dengan bertambahnya umur seseorang maka fungsi metabolisme
akan menurun dan ini juga akan berakibat menurunnya aktifitas
kholinesterase darahnya sehinggga akan mempermudah terjadinya keracunan
pestisida. Usia juga berkaitan dengan kekebalan tubuh dalam mengatasi
tingkat toksisitas suatu zat, semakin tua umur seseorang maka efektifitas
sistem kekebalan di dalam tubuh akan semakin berkurang.
2) Jenis kelamin
Kadar kholin bebas dalam plasma laki-laki dewasa normal rata-rata sekitar
4,4ľg/ml. Kaum wanita rata-rata mempunyai aktifitas kholinesterase darah
lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun demikian tidak
dianjurkan wanita menyemprot pestisida, karena pada saat kehamilan kadar
rata-rata kholinesterase cenderung turun.
3) Status kesehatan
Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan menekan aktifitas
kholinesterase dalam plasma yang dapat berguna dalam menetapkan over
exposure terhadap zat ini. Pada orang-orang yang selalu terpapar pestisida
menyebabkan naiknya tekanan darah dan kholesterol.
4) Status gizi
Pengaruh status gizi pada orang dewasa akan mengakibatkan: 1) kelemahan
fisik dan daya tahan tubuh; 2) mengurangi inisiatif dan meningkatkan
kelambanan dan; 3) meningkatkan kepekaan terhadap infeksi dan lain-lain
jenis penyakit. Semakin buruk status gizi seseorang akan semakin mudah
terjadi keracunan, dengan kata lain petani yang mempunyai status gizi yang
baik cenderung memiliki aktifitas kholinesterase yang lebih baik Seseorang
yang mempunyai status gizi baik akan berpengaruh pada daya tahan tubuh
sehingga dapat menangkal racun pestisida dan sebaliknya dengan status gizi
yang buruk akan dengan mudah terpapar racun pestisida.
5) Anemia
Kadar hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang memiliki gugus hem
dimana pembentukannya melalui proses reduksi dengan bantuan NADH,
sedangkan untuk kadar kholinesterase dalam kerjanya menghidrolisa
membutuhkan energi, dimana pada saat pembentukan energi membutuhkan
NADH.
6) Genetik
Beberapa kejadian pada hemoglobin yang abnormal seperti hemoglobin S.
Kelainan homozigot dapat mengakibatkan kematian pada usia muda
sedangkan yang heterozigot dapat mengalami anemia ringan. Pada ras
tertentu ada yang mempunyai kelainan genetik, sehingga aktifitas
kholinesterase darahnya lebih rendah dibandingkan dengan kebanyakan
orang.
7) Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang cukup tentang pestisida sangat penting dimiliki
petani, khususnya bagi petani penyemprot, karena dengan pengetahuan yang
cukup diharapkan para petani penyemprot dapat melakukan pengelolaan
pestisida dengan baik pula, sehingga risiko terjadinya keracunan dapat
dihindari.
b. Faktor dari luar (eksternal)
1) Suhu lingkungan
Lingkungan dalam hal ini termasuk kelemahan udara karena mempengaruhi
frekuensi respirasi dan dalamnya jalan nafas. Orang yang mempunyai
kapasitas vital paru tinggi akan lebih berisiko daripada orang yang dangkal
bernapasnya. Lingkungan juga dapat mempengaruhi penyerapan melalui
kulit, suhu dan kontak antara pakaian dengan kulit. Suhu lingkungan
berkaitan dengan waktu menyemprot, matahari semakin terik atau semakin
siang maka suhu akan semakin panas. Kondisi demikian akan mempengaruhi
efek pestisida melalui mekanisme penyerapan melalui kulit petani.Cara
penanganan pestisida
Penanganan pestisida sejak dari pembelian, penyimpanan, pencampuran, cara
menyemprot hingga penanganan setelah penyemprotan berpengaruh terhadap
resiko keracunan bila tidak memenuhi ketentuan.
2) Penggunaan APD
Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karenanya penggunaan
APD pada petani waktu menyemprot sangat penting untuk menghindari
kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian APD lengkap ada 7 macam
yaitu : baju lengan panjang, celana panjang, masker, topi, kaca mata, kaos
tangan dan sepatu boot. Pemakaian APD dapat mencegah dan mengurangi
terjadinya keracunan pestisida, dengan memakai APD kemungkinan kontak
langsung dengan pestisida dapat dikurangi sehingga resiko racun pestisida
masuk dalam tubuh melalui bagian pernafasan, pencernaan dan kulit dapat
dihindari.
3) Dosis pestisida
Semua jenis pestisida adalah racun, dosis yang semakin besar maka akan
semakin besar terjadinya keracunan pestisida. Karena bila dosis penggunaan
pestisida bertambah, maka efek dari pestisida juga akan bertambah. Dosis
yang tidak sesuai mempunyai risiko 4 kali untuk terjadi keracunan
dibandingkan penyemprotan yang dilakukan sesuai dengan dosis aturan.
4) Jumlah jenis pestisida
Jenis pestisida dan toksisitas, jenis pestisida adalah anticholinesterase, serta
yang memiliki toksisitas tinggi yang dapat beresiko terhadap terkenanya
paparan pestisida. Pencampuran pestisida dengan bahan sinergis
menyebabkan pestisida tersebut semakin toksik dan sebaliknya dengan bahan
antagonis akan menurunkan toksisitasnya. Pestisida mempunyai efek
fisiologis yang berbeda-beda tergantung dari kandungan zat aktif dan sifat
fisik dari pestisida tersebut. Pada saat penyemprotan penggunaan pestisida >
3 jenis dapat mengakibatkan keracunan pada petani. Banyaknya jenis
pestisida yang digunakan menyebabkan beragamnya paparan pada tubuh
petani yang mengakibatkan reaksi sinergik dalam tubuh.
5) Masa kerja
Petani yang berpengalaman cenderung mendapat pemaparan yang rendah.
Semakin lama masa kerja maka pengalaman dan pengetahuan dalam
menyemprot semakin baik. Semakin lama petani menjadi penyemprot, maka
semakin lama pula kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan
terhadap pestisida semakin tinggi. Masa kerja diatas 5 tahun, dimana dengan
masa kerja tersebut dianggap telah terjadi proses degeneratif akibat sudah
seringnya menggunakan pestisida. (Himmawan, 2006)
6) Lama paparan (penyemprotan)
Semakin lama petani melakukan penyemprotan secara terus-menerus, maka
semakin banyak kadar yang masuk dalam tubuh. Faktor eksposisi yang
berulang-ulang ini akan menyebabkan akumulasi zat toksik dalam tubuh
sehingga melewati ambang batas keracunan sehingga timbullah paparan
pestisida. Dalam melakukan penyemprotan sebaiknya tidak boleh lebih dari 3
jam, bila melebihi maka resiko keracunan akan semakin besar. Jika harus
menyelesaikan pekerjaan hendaklah istirahat dulu untuk beberapa saat untuk
memberi kesempatan pada tubuh terbebas dari pemaparan pestisida.
7) Frekuensi penyemprotan
Frekuensi penyemprotan yaitu sejumlah berapa kali petani melakukan
penyemprotan terhadap tanaman setiap minggu/ bulannya, semakin sering
menyemprot maka semakin tinggi pula resiko keracunannnya. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan sesuai dengan ketentuan. Waktu yang dianjurkan untuk
melakukan kontak dengan pestisida maksimal 2 kali dalam seminggu.
8) Tindakan penyemprotan pada arah angin
Arah dan kecepatan angin penyemprotan sebaiknya searah dengan arah
angin, jika suhu dibawah lebih panas partikel pestisida akan naik (bergerak
vertikal). Penyemprotan yang baik searah dengan arah angin dan penyemprot
hendaklah mengubah posisi penyemprotan apabila angin berubah.
9) Waktu menyemprot
Waktu penyemprotan perlu diperhatikan dalam melakukan penyemprotan
pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat menyebabkan
keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari. Sehingga waktu
penyemprotan pada siang hari akan semakin mudah terjadinya keracunan
pestisida melalui kulit. (Afriyanto, 2008)
3. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui 3 jalan masuk (port
d’entre). Masuknya pestisida ke dalam tubuh manusia, yaitu melalui :
a. Melalui saluran pencernaan
Menurut Mukana (2000) peristiwa masuknya pestisida lewat mulut tidak
sering terjadi, cara masuknya biasanya lewat makanan dan minuman yang
terkena pestisida atau oleh petani sendiri yaitu karena tangan yang dipakai
untuk makan masih terkena pestisida bisa juga kebiasaan petani yaitu
meniup ujung dari alat semprot.
b. Melalui saluran pernapasan
Menurut Djoyosumarto (2000) masuknya pestisida karena partikel
pestisida terhisap lewat hidung merupakan yang terbanyak kedua setelah
kontaminasi kulit. Dengan bantuan angin partikel pestisida dapat masuk
melalui saluran napas, karena petani tidak menggunakan alat pelindung
diri. Pekerjaan-pekerjaan yang dapat menyebabkan masuknya partikel
pestisida lewat saluran pernapasan antara lain mencampur pestisida di
ruangan tertutup atau ventilasi yang buruk, dan melakukan penyemprotan.
c. Melalui saluran kulit
Menurut Djoyosumarto (2000) Kontaminasi pestisida yang sering terjadi
lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi. Pestisida
masuk ke kulit bisa lewat luka yang terbuka, atau pestisida tertahan lama
dikulit dan tidak segera dibersihkan, dapat juga bahan-bahan di udara yang
mengendap di permukaan kulit. (Himmawan, 2006)
4. Penegakan diagnosa dari keracunan seringkali dengan mudah dapat ditegakkan
karena keluarga atau pengantar penderita sudah mengatakan penyebab keracunan
atau membawa tempat bahan beracun kepada dokter.Tapi kadang-kadang kita
menemui kesulitan dalam menentukan penyebab keracunan terutama bila penderita
tidak sadar dan tidak ada saksi yang mengetahui kejadiannya. Diagnosa dari
keracunan terutama didasarkan pada anamnesa yang diambil dari orang tua,
keluarga,pengasuh atau orang lain yang mengetahui kejadiannya.
Pada anamnesa ditanyakan kapan dan bagaimana terjadinya, tempat kejadian dan
kalau mungkin mencari penyebab keracunan. Ditanya pula kemungkinan
penggunaan obat-obatan tertentu atau resep yang mungkin baru didapat dari
dokter. Diusahakan sedapat mungkin agar tempat bekas bahan beracun diminta
untuk melihat isi bahan beracun dan kemudian diselidiki lebih lanjut. Pemeriksaan
fisik sangat penting terutama pada penderita-penderita yang belum jelas
penyebabnya. Selain pemeriksaan fisik rutin dicari pula tanda-tanda khusus
pada keracunan-keracunan tertentu seperti :
B A U :
Aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid
Coal gas : Carbon monoksida
Buah per : Chloralhidrat
Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
Alkohol : Ethanol, methanol
Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak
K U L I T :
Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik
Berkeringat : Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat
Kering : Anticholinergik
Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida
Ikterus : Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
Purpura : Aspirin, warfarin, gigitan ular
Sianosis : Nitrit, nitrat, fenacetin, benzocain
SUHU TUBUH :
Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida, clonidin,
fenothiazin
Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain,
fenothiazin, theofilin
TEKANAN DARAH :
Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin .
Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-blocker
N A D I :
Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol.
Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain,
aspirin, theofilin
Arithmia : Anticholinergik, organofosfat, fenothiazin, carbonmonoksida, cyan
ida, beta-blocker.
SELAPUT LENDIR :
Kering : Anticholinergik
Salivasi : Organofosfat, carbamat
Lesi mulut : Bahan korosif, paraquat
Lakrimasi : Kaustik, organofosfat, gas irritan
RESPIRASI :
Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat
OEDEMA PARU : Salisilat, narkotika, simpatomimetik
SUSUNAN SARAF PUSAT:
Kejang : Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer, tembaga, isoniazid,
organofosfat, salisilat, antihistamin, propoxyphene.
Miosis : Narkotika ( kecuali demerol dan lomotil ), fenothiazin,
diazepam, organofosfat (stadium lanjut), barbiturat,jamur.
Midriasis : Anticholinergik, simpatomimetik, cocain, methanol, lSD,
glutethimid.
Buta,atropi optik : Methanol
Fasikulasi : Organofosfat
Nistagmus : Difenilhidantoin, barbiturat, carbamazepim, ethanol, carbonmon
oksida, ethanol
Hipertoni : Anticholinergik, fenothiazin, strichnyn
Mioklonus,rigiditas : Anticholinergik, fenothiazin, haloperidol
Delirium/psikosis : Anticholinergik, simpatomimetik, alkohol, fenothiazin, lo
gam berat, marijuana, cocain, heroin,metaqualon
Koma : Alkohol, anticholinergik, sedative hipnotik, carbonmonoksida, Narko
tika, anti depressi trisiklik, salisilat,organofosfat
Kelemahan paralise: Organofosfat, carbamat, logam berat
SALURAN PENCERNAAN :
Muntah,diare, : Besi, fosfat, logam berat, jamur, lithium, flourida, organofosfat
nyeri perut.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin, hal ini selain dapat
membantu penegakan diagnosis juga berguna untuk kepentingan penyidikan polisi
pada kasusu kejahatan. Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50 ml urin, 10
ml serum, bahan muntahan, dan feses.
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat
racun melalui inhilasi atau adanya dugaan perforasi lambung.
2. Laboratorium klinik
Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas darah. Beberapa
gangguan gas darah dapat membantu penegakan diagnosis penyebab keracunan.
Pemeriksaan fingsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena
selain berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadiakan
sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol atau
makanan yang mengandung asam jengkol.
3. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering
diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus
bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler,
asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya
aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan
ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit
dasar jantunmg iskemik.
5. PENATALAKSANAAN
1.Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi
kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa pembebasan jalan
napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem sirkulasi darah.
2.Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan
pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan.
3.Dekontaminasi pulmonal
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan
inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen lembab
100% dan jika perlu beri ventilator.
4. Dekontaminasi mata
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu
posisi kepala pasiem ditengadahkan dan miring ke posisi mata yang terburuk
kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan aquades atau NaCL
0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang.
5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu dan
aksesoris lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air dan tutup
rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun minimal 10
menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.
6. Dekontaminasi gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan
pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi
kambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung dapat
mengurangi jumlah paparan bvahan toksik
7. Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang
sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari
4 jam
8. Antidotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada obat
antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial sangat
sedikit jumlahnya.
6. PENCEGAHAN
Cara-cara pencegahan keracunan pestisida yang mungkin terjadi pada
pekerjapekerja pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebagai berikut :
a. Penyimpanan pestisida :
Pestisida harus disimpan dalam wadah wadah yang diberi tanda, sebaiknya
tertutup dan dalam lemari terkunci.
Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekat
makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya.
Tandatanda harus jelas juga untuk mereka yang buta huruf.
Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus dibakar
agar sisa pestisida musnah sama sekali.
Penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau minuman seperti di
botolbotol,sangat besar bahayanya
b. Pemakaian alat-alat pelindung :
Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama melakukan
pencampuran kering bahan-bahan beracun.
Pakailah pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat dari
neopren, jika pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut
dengan minyak atau pelarut-pelarut organis. Pakaian pelindung harus dibuka
dan kulit dicuci sempurna sebelum makan.
Pakaialah respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung tangan selama
menyiapkan dan menggunakan semprotan, kabut, atau aerosol, jika kulit atau
paru-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut.
c. Cara-cara pencegahan lainnya :
Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa
bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit tenaga kerja yang
bersangkutan.
Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup
dengan penguap termis, juga alat demikian tidak boleh digunakan di tempat
kediaman penduduk atau di tempat pengolahan bahan makanan.
Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akan
bersentuhan dengannya.
Di bawah ini dikutip pedoman dan petunjuk-petunjuk pemakaian pestisida yang
dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi :
1. Semua pestisida adalah racun, tetapi bahayanya dapat diperkecil bila diketahui
cara-cara bekerja dengan aman dan tidak mengganggu kesehatan.
2. Bahaya pestisida terhadap pekerja lapangan ialah :
oPada waktu memindahkan pestisida dari wadah yang besar kepada wadah
yang lebih kecil untuk diangkat dari gudang ke tempat bekerja.
oPada waktu mempersiapkannya sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.
oPada waktu dan selama menyemprot.
oKontaminasi karena kecelakaan, yang dapat terjadi pada setiap tingkat
pekerjaan tersebut di atas (waktu memindah-mindahkan, bongkar muat,
peredearan dan transportasi, penyimpanan, pengaduk, menyemprot atau
pemakaian lainnya).
3. Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka perlu mendapat perhatian intensif :
oMereka yang bekerja dengan pestisida harus diberitahu bahaya yang akan
dihadapinya atau mungkin terjadi dan menerima serta memperhatikan
pedoman dan petunjuk-petunjuk tentang cara-cara bekerja yang aman dan
tidak mengganggu kesehatan.
oHarus ada pengawasan teknis dan medis yang cukup.
oHarus tersedia fasilitas untuk PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
mengingat efek keracunan pestisida yang dapat berbahaya pada pekerja. Bila
dipakai pestisida golongan organofosfat harus tersedia atropin, baik dalam
bentuk tablet maupun suntikan. Untuk ini perlu adanya seorang pengawas
yang terlatih.
4. Penyemprot diharuskan memakai tutup kepala atau masker yang tak dapat
tembus, serta dicuci dengan baik secara berkala.
5. Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat-tempat yang
mungkin terkena pestisida, dalam hal ini ia tidak diperkenankan bekerja dengan
pestisida, karena keadaan ini akan mempermudah masuknya pestisida ke dalam
tubuh.
6. Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit (mandi) dan mencuci pakaian
harus tersedia cukup. Mandi setelah menyemprot adalah merupakan keharusan
yang perlu mendapat pengawasan.
7. Pekerja tidak boleh bekerja dengan pestisida lebih dari 4 sampai 5 jam dalam
satu hari kerja, bila aplikasi dari pestisida oleh pekerja yang sama berlangsung
dari hari ke hari (kontinu dan berulang kali) dan untuk waktu yang sama.
8. Harus dipakai pakaian kerja yang khusus dan tersendiri, pakaian kerja ini harus
diganti dan dicuci setiap hari, untuk pestisida golongan organofosfat perlu
dicuci dengan sabun.
9. Disamping memperhatikan keadaan-keadaan lainnya, pekerja tidak boleh
merokok, minum atau makan sebelum mencuci tangan dengan bersih memakai
sabun dan air.
10. Bahaya terbesar terdapat pada waktu bekerja dengan konsentrat, karenanya
perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini :
o Dalam mempersiapkan konsentrat dari bubuk dispersi dalam air, haruslah
dipakai bak pencampur yang dalam, serta alat pengaduk yang cukup
panjangnya untuk mencegah percikan, dan dapat bekerja sambil berdiri.
Demikian pula untuk mencairkan pasta yang padat.
o Mengisi bak pencampur harus demikian, sehingga bahaya percikan dapat
ditiadakan atau sekecil mungkin.
o Pekerja disini selain memakai alat pelindung seperti pada penyemprot, harus
pula memakai skor dan sarung tangan yang tidak dapat tembus.
o Memindahkan konsentrat dari satu tempat atau wadah ke tempat yang lain
harus memakai alat yang cukup panjang.
o Konsentrat cair harus ditempatkan dalam wadah yang cukup kuat, tidak
mudah rusak pada waktu pengangkutan dan ditutup rapat.
11. Alat-alat penyemprot harus memenuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja.
12. Semua wadah pestisida harus mempunyai etiket yang memenuhi syarat, mudah
dibaca dan dimengerti baik oleh pekerja maupun pengawas.
13. Harus dipenuhi ketentuan-ketentuan tentang wadah pestisida yang telah kosong
atau hampir kosong, yaitu :
o Wadah ini harus dikembalikan ke gudang selanjutnya dibakar atau dirusak
dan kemudian dikubur.
o Wadah dapat pula didekontaminasikan dengan memenuhi persyaratan
tertentu.
14.Sedapat mungkin diusahakan supaya tenaga kerja pertanian yang bersangkutan
dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala, terhadap yang menggunakan
pestisida organofosfat dilakukan setiap bulan sekali pemeriksaan kesehatan
berkala yang
7. Gangguan Kesehatan
Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan
waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini dapat muncul
setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkena pestisida.
1). Sistem syaraf
Banyak pestisida yang digunakan di bidang pertanian sangat
berbahaya bagi otak dan syaraf. Bahan-bahan kimia yang berbahaya
bagi sistem syaraf disebut neurotoksin. Beberapa gejala dari penyakit
pada otak yang disebabkan oleh pestisida adalah masalah ingatan yang
gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan,
kehilangan kesadaran dan koma.
2). Hati atau liver
Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi menetralkan bahan-
bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali di rusak oleh
pestisida. Hal ini dapat menyebabkan hepatitis.
3). Perut
Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari
keracunan pestisida. Banyak orang yang bekerja dengan pestisida
selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang-orang
yang menelan pestisida (baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk
pada perut dan tubuh secara umum.
4). Sistem kekebalan
Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal
ini adalah reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan
asing. Pestisida bervariasidalam mengakibatkan reaksi alergi, setiap
orang memberi reaksi berbeda untuk derajat penggunaan pestisida
yang berbeda pula. Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat
mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih
berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan
tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita
menjadi lebih mudah terkena infeksi. Atau, jika telah terjadi infeksi
penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan.
5). Keseimbangan hormon
Penelitian terhadap hewan menunjukan bahwa pestisida
mempengaruhi produksi hormon dalam tubuh. Hormon adalah bahan
kimia yang diproduksi oleh organorgan seperti otak, tiroit, paratiroit,
ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi
tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon
reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada
pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa
pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya kanker
tiroid.