SKENARIO 1 BM2
-
Upload
kinanthi-s-pangestuningtyas -
Category
Documents
-
view
71 -
download
7
description
Transcript of SKENARIO 1 BM2
LO. 1. Memahami & Menjelaskan Hipoksia
LI.1. Definisi
LI.2. Mekanisme (kematian sel)
LI. 3. Jenis-jenis
LI.4. Faktor-faktor resiko
LI.5. Penyebab & Dampak
LI.6. Pencegahan & Penanganan
LO.2. Memahami & Menjelaskan Peranan Oksigen dalam Sel
LI.1. Definisi Oksigen (fungsi)
LI.2. Metabolisme Sel (proses ATP)
LI.3. Reaksi Redoks
LO.3. Memahami & Menjelaskan Peranan Hemoglobin
LI.1. Definisi & Struktur Hemoglobin
LI.2. Pengikatan Oksigen oleh Hemoglobin (fungsi)
LO.4. Memahami & Menjelaskan Pandangan Islam dalam Menjaga Kesehatan
LO. 1. Memahami & Menjelaskan Hipoksia
LI.1. Definisi
Penurunan suplai oksigen dalam jaringan sampai di bawah tingkat fisiologis
meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai. (Dorland)
Hipoksia merupakan keadaan dimana terjadi defisiensi oksigen, yang
mengakibatkan kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatif aerob sel.
Hipoksia merupakan penyebab penting dan umum dari cidera kematian
sel.tergantung pada beratnya hipoksia, sel dapat mengakami adaptasi, cedera atau
kematian. (Silvia F. S. 2009. Aktivitas Spesifik Hipoksia Literatur.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123359-S09089fk-Aktivitas%20spesifik-
Literatur.pdf diakses pada Senin, 8 Desember 2014)
Hipoksia adalah penurunan konsentrasi oksigen di dalam jaringan. Konsentrasi
oksigen dalam jaringan mecerminkan konsentrasi oksigen dalam darah, yang
bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru dan jumlah yang dibawa
oleh darah, baik terlarut atau terikat dengan hemoglobin. Penurunan oksigen
dalam darah disebut hipoksemia. (Corwin E J. 2009. Buku Saku Patofisiologi
Ed. 3. Jakarta: EGC. http://books.google.co.id/books?id=0b-
MJ2p9GdAC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false diakses pada
Selasa, 9 Desember 2014)
LI.2. Mekanisme (kematian sel) &/ LI.5. Penyebab & Dampak
Dalam keadaan normal, denyut nadi dan tekanan darah meningkat karena
jantung memompa lebih kuat untuk mendapatkan lebih banyak oksigen. Sel tubuh
kemudian membentuk respon efisien secara normal, yaitu aklimatisasi. Sel darah
merah dan kapiler lebih banyak diproduksi untuk membawa oksigen lebih
banyak. Paru-paru akan bertambah ukurannya untuk memfasilitasi osmosis
oksigen dan karbondioksida lebih banyak. Terjadi pula peningkatan vaskularisasi
otot atau kontraksi otot pernafasan untuk memperkuat transfer gas.
Ketika berpergian ke daerah yang tinggi, tubuh membentuk respon
fisiologi yang inefsien. Akan tetapi, perubahan fisiologi ini hanya berlangsung
singkat. Dalam beberapa minggu tubuh akan kembali pada kondisi normal setelah
kembali dari ketinggian.
Pada level seluler, hipoksia dapat mengakibat kan stres oksidatif pada sel.
Sel menghasilkan energi melalui reduksi molekul Oksigen menjadi H2O. Dalam
proses metabolisme normal, molekul-molekul oksigen reaktif yang tereduksi
dihasilkan dalam jumlah kecil sebagai produk sampingan respirasi mitokondria.
Molekul-molekul oksigen reaktif tereduksi dihasilkan dalam jumlah kecil sebagai
produk sampingan respirasi mitokondrial. Molekul-molekul oksigen reaktif
tereduksi ini dikenal sebagai spesies oksigen reaktif (ROS).
Sel memiliki sistem pertahanan untuk mecegah kerusakan akibat moleku
lini, yang dikenal sebagai antioksidan. Kesetimbangan antara proses pembentukan
dan eliminasi (scavenging) radikal bebas berakibat pada stres oksidatif.
Hipoksia dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, diantaranya
Hipoksia anemic
Setiap penurunan kadar hemoglobin akan disertai dengan penurunan kemampuan
darah dalam mengangkut oksigen. Tegangan oksigen alveolar (Pa02) tetap normal,
tetapi jumlah absolute oksigen yang diangkut per unit volume darah akan
berkurang. Ketika darah yang anemic melintas lewat kapiler dan oksigen dalam
jumlah yang normal dikeluarkan dari dalam darah tersebut, maka Pa02 di dalam
darah vena akan menurun dengan derajat penurunan yang lebih besar daripada
yang seharusnya terjadi dalam keadaan normal.
Intoksikasi karbon monoksida (CO)
Keadaan ini analog dengan hipoksia anemic dalam hal bahwa hemoglobin yang
tergabung dengan CO (karboksihemoglobin) tidak tersedia untuk pengangkutan
oksigen. Di samping itu, keberadaan karboksihemoglobin akan menggeser kurva
disosiasi hemoglobin ke kiri sehingga oksigen tidak dapat dikosongkan bila
dengan tekanan rendah. Dengan pembentukan karboksihemoglobin ini,
tingkatreduksi tenaga yang membawa oksigen menimbulkan tingkat hipoksia
jaringan yang lebih besar dibandingkan dengan reduksi ekuivalen hemoglobin
karena anemia ringan.
Hipoksia respiratorik
Ketidakjenuhan darah arteri merupakan gambaran yang lazim ditemukan pada
penyakit paru stadium lanjut. Keadaan ini daapat disebabkan oleh hipoventilasi
kalau disertai dengn kenaikan PaCO2. Penyebab kedua adalah pemintasan
(shunting) darah dari kanan ke kiri oleh perfusi bagian paru yang nonventilasi,
sebagaimana terjadi pada atelektasis pulomonalis atau melalui abnormalitas
vaskuler paru dengan hubungan arteriovenosa.
Pada keadaan ini, Pa02 yang rendah tidak dapat dikoreksi dengan inspirasi
oksigen100%. Penyebab hipoksia respiratorik yang paling sering ditemukan
adalah ketidak-imbangan ventilasi-perfusi yang terjadi akibat perfusi pada alveoli
paru yang ventilasinya buruk. Pa02 yang rendah biasanya mudah dikoreksi dengan
inspirasi O2 100%.
Hipoksia sekunder akibat ketinggian
Hipoksia sekunder akibat pirau kanan ke kiri (right-to-left shunting)
ekstrapulmoner
Keadaan ini menyebabkan hipoksia yang menyerupai pintasan (shunting) kanan-
ke-kiri intrapulmoner yang terjadi secara fisiologis tetapi akibat malformasi
jantung kongeniral seperti tetralogi Fallot, transposisi pembuluh darah besar dan
kompleks Eisenmenger. Seperti pada pintasan kanan-ke-kiri intrapulmoner, Pa02
tidak dapat dibuat normal kembalidengan inspirasi O2 100%.
Hipoksia sirkulatoris
Sebagaimana halnya dengan hipoksia anemic, Pa02 tampak normal, tetapi nilai Pa02
dalam darah vena dan jaringan menurun sebagai akibat dari penurunan perfusi
jaringan dalam menghadapi konsumsi oksigen jaringan normal. Hipoksia
sirkulatorik yang generalisata terjadi pada gagal jantung dan pada sebagian besar
bentuk syok.
Hipoksia yang spesifik organ
Penurunan sirkulasi pada suatu organ khusus yang mengakibatkan hipoksia
sirkulatorik lokalisata dapat disebabka oleh obstruksi arterial organic atau dapat
terjadi sebagai akibat dari vasokonstriksi. Keadaan yang terend ini terlihat dalam
ekstrimitas atas pada fenomena Raynaud. Berkurangnya sirkulasi dapat terjadi di
semua ekstrimitas pada pasien gagal jantung ataua syok hipovlemik dalam upaya
untuk mempertahankan perfusi yang memadai bagi organ-organ yang lebih vital.
Hipoksia iskemik dengan disertai gejala pucat terjadi pada penyakit penyumbatan
arteri yang organic. Hipoksia terlokalisasi juga dapat disebabkan oleh obstruksi
vena dan kongesti resultan dan penurunan aliran ke dalam arteri. Edema, yang
meningkatkan jarak yang dilalui oksigen berdifusi sebelum mencapai sel, juga
dapat menyebabkan hipoksia terlokalisasi.
Peningkatan kebutuhan O2
Jika konsumsi oksigen jaringan menignkat tanpa peningkatan yang berhubungan
pada aliran volume per unit waktu, Pa02 dalam darah vena (dan karena itu, Pa02
jaringan dan kapiler) dapat berkurang. Keadaan ini akan terjadi bila difusi oksigen
ke dalam darah yang memperfusikan bantalan kapiler pulmoner normal dan
hemoglobin normal secara kualitatif dan kuantitatif. Situasi seperti ini dapat
dijumpai bila demam atau tirotoksikosis terjadi pada pasien dengan haluaran
jantung diperbaiki dan tidak dapat meningkat secara normal. Dalam kondisi ini,
sirkulasi mungkin dapat dianggap relative defisien terhadap kebutuhan
metabolisme.
Penggunaan (utilisasi) O2 yang tidak adekuat
Sianida dan beberapa racun yang serupa cara kerjanya menyebabkan keadaan
paradox di maa jaringan tidak mampu menggunakan oksigen, dan sebagai
akibatnya, darah vena cenderung mempunyai tekanan oksigen yang tinggi.
Kondisi ini disebut hipoksia histotoksik. Sianida menimbulkan hipoksia seluler
dengan membuat paralisis fungsi transfer electron ke oksigen, sedangkan toksin
difteri dianggap menghambat sintesis salah satu sitokrom dan bercampur dengan
konsumsi oksigen dan produksi energy melalui sel yang terkena.
(Isselbacher K J, Braunwald E, et al. 1999. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam Vol. 1. E/13. McGraw-Hill Co, Singapore.
http://books.google.co.id/books?
id=vpN4ksOeDroC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false diakses
pada Selasa, 9 Desember 2014)
Sebagaian besar oksigen diangkut dalam bentuk terikat oleh besi protein
(hemoglobin), yang terdapat di sel darah merah, namun demikian terdapat
sebagian kecil oksigen yang diangkut dalam bentuk terlarut dalam darah. Sel dan
jaringan akan mengalami hipoksia apabila pemasukan oksigen melalui sistem
pernapasan tidak adekuat, penyampaian oksigen oleh sistem kardiovaskular tidak
adekuat, atau kurangnya hemoglobin. Oksigen diperlukan oleh mitokondria untuk
fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP. Tanpa oksigen, proses ini tidak dapat
terjadi. Meskipun glikolisis anaerob akan menghasilkan sedikit ATP, tetapi ATP
hasil dari proses ini bukan merupakan sumber yang efisien, dan tidak dapat
menunjang kebutuhan energy sel apabila terjadi hipoksia yang berkepanjangan.
Akibat
Pada saat sel kekurangan ATP, sel tersebut tidak dapat lagi
mempertahankan fungsi selulernya, termasuk fungsi transport natrium dan kalium
melalui pompa natrium kalium. Tanpa pemompaan natrium kalium, sel akan
mulai menimbum penurunan gradient konsentrasi dan gradient listrik. Potensial
listrik yang melintasi membrane mulai turun seiring dengan penumpukan natrium
sebuah ion positif, intrasel. Tekanan osmotic di dalam sel meningkat, sehingga
terjadi dilatasi reticulum endoplasma, penurunan fungsi mitokondria, dan
peningkatan permeabilitas membrane intrasel.
Akibat lain dari hipoksia adalah pembentukan asam laktat, yang terjadi
selama glikolisis anaerob. Peningkatan asam laktat menyebabkan pH dalam sel
dan darah menurun. Penurunan pH (peningkatan keasaman) intrasel menyebabkan
kerusakan struktur-struktur inti, membrane sel, dan mikrofilamen. Perubahan pH
dapat juga memengaruhi potensial listrik yang melintasi membrane.
Efek hipoksia bersifat reversible apabila apabila oksigen dipulihkan dalam
waktu tertentu, yang jumlahnya bervariasi dan bergantung pada jenis jaringan.
Akan tetapi, pembengkakan sel dapat menyebabkan pecahnya vesikel lisosom
sehingga melepaskan enzim-enzim mereka dan lisis (terurainya) sel. Kematian sel
ditandai oleh oeningkatan kadar enzim-enzim intrasel yang melebihi normal di
dalam sirkulasi umum.
Penyebab
Penyakit pernafasan dan semua penyakit yang mempengaruhi aliran darah,
seperti infark miokardium, syok hemoragik, bekuan darah, berbagai racun, dan
sebagian toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme.
Keracunan sianida terjadi akibat reaksi kimia antara sianida denagn
substrar akhir yang terdapat pada rantai transport electron. Tanpa langkah akhir
ini, fosforilasi oksidatif tidak terjadi, akibatnya pembentukan ATP juga tidak
terjadi di mitokondria. Sianida terdaapat di biji buah-buahan seperti apricot dan
apel. Leatrile, suatu terapi kakner yang belum dibuktikan, dibuktikan dari biji
apricot dan mengandung cukup banyak sianida yang dapat menimbulkan
kematian.
Keracunan karbon monoksida terjadi sewaktu karbon monoksida terhirup
dan berikatan dengan oksigen di molekul hemoglobin. Afinitas hemoglobin untuk
karbon monoksida adalah 300 kali lebih kuat dibandingkan afinitasnya untuk
oksigen. Dengan demikian, pajanan terhadap karbon monoksida akan
menurunkan pengikatan dan transportasi oksigen di dalam darah, sehingga terjadi
hipoksia sel dan jaringan. CO merupakan hasil dari asap rokok, sebagian sistem
pemanas, dan asap kendaraan bermotor.
Keracunan timah dapat terjadi akibat tertelannya cat yang mengandung
timah. Meskipun timah memengaruhi banyak sistem organ, termasuk otak, timah
juga diketahui menghambat sintesis hemoglobinyang menyebabkan hipoksia.
Timah dalam dosis besar juga menyebabkan lisis sel darah merah yang
mengakibatkan hipoksia berat.
(Corwin E J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed. 3. Jakarta: EGC.
http://books.google.co.id/books?id=0b-
MJ2p9GdAC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false diakses pada
Selasa, 9 Desember 2014)
Penyebab
Faktor internal :
Jumlah hemoglobin dalam darah
Jumlah eritrosit
Kelainan eritrosit
Umur
Jenis kelamin
Faktor eksternal:
Lingkungan ketinggian tempat
Kadar oksigen
Adanya toksin seperti asam sianida
Polusi udara
Ketersediaan oksigen mempengaruhi terjadinya gangguan yaitu hipoksia yang
disebabkan oleh bebarapa hal, antara lain :
1) Penghirupan asap rokok
2) Adanya racun karbon monoksida
3) Adanya gangguan yang menyebabkan terhalanginya kerja dari otot
pernapasan seperti Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)
4) Adanya tekanan pada trakea
5) Cekikan
Pada kasus lain, nutrisi dan oksigen dapat terhenti karena:
1) Perhentian jantung
2) Cardiac arrythmia
3) Overdosis obat
4) Stroke
5) Tekanan darah yang sangat rendah
LI. 3. Jenis-jenis
Hipoksia hipoksik : Rendahnya Po2 darah arteri disertai dengan kurang
adekuatnya saturasi Hb. Hal ini disebabkan oleh malfungsi pernafasan yang
menyebabkan pertukaran gas kurang memadai dan berada pada ketinggian
yang menyesakkan atau tekanan atmosfer berkurang sehingga tekanan alveolus
dan arteri juga berkurang. Terbagi atas dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik
(anoksia anoksik) dan hipoksia isotonik (hipoksia anemik). Hipoksemia
hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen darah arteri rendah karena
karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik
terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat
hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia,keracunan
karbondioksida. (Sherwood:2012)
Hipoksia anemik : Berkurangnya kapasitas darah mengangkut O2. penyebabnya
adalah penuaan eritrosit, kurangnya jumlah Hb, keracunan CO. Tekanan arteri
normal tetapi kandungan O2 arteri lebih rendah karena kurangnya ketersediaan
Hb. (Sherwood:2012)
Hipoksia sirkulasi : Jika darah beroksigen yang dialirkan ke jaringan terlalu
sedikit. Hipoksia ini terjadi karena spasme atau sumbatan pembuluh darah dan
akibat gagal jantung kongestif. (Sherwood:2012)
Hipoksia histotoksik : Penyaluran O2 ke jaringan normal tetapi sel tidak dapat
menggunakan O2 yang tersedia. Contoh : keracunan sianida. Sianida
menghambat enzin-enzim sel yang essensial bagi respirasi internal.
(Sherwood:2012)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan atau
sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi ke dalam dua jenis yaitu hipoksia
hipokinetik ischemic dan hipoksia hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik
ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena
kurangnya suplai darah ke jaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia
hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihan atau
abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke
jaringan terganggu,sehingga jaringan kekurangan oksgen. (Asmadi:2008)
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya. (Asmadi:2008)
LI.4. Faktor-faktor resiko
1. Penurunan fungsi sel. Apabila sumber hipoksia adalah kegagalan pernapasan atau
infark miokardium, maka semua jaringan akan terkena, dan kematian sel dapat
terjadi.
2. Perubahan pada system saraf, khususnya di pusat-pusat otak yang lebih tinggi,
merupakan akibat yang penting artinya. Hipoksia akut akan mengakibatkan
gangguan jundgement, inkoordinasi motorik dan gambaran klinis yang
menyerupai gambaran pada alkoholisme akut.
3. Peningkatan kecepatan denyut jantung.
4. Peningkatan frekuensi penapasan.
5. Kelemahan otot
6. Penurunan tingkat kesaadaran
7. Keracunan sianida : perasaan tersedak disertai pecepatan pernapasan, kemudian
terengah-engah.
8. Keracunan karbon monoksida : percepatan pernapasan diikuti oleh rasa
berdenging ditelinga, mengatuk, dan konfusi. Pernapasan dengan cepat berhenti
dan timbul keadaan tidak sadar.
9. Keracuna timah : kram perut, hiperaktivitas, anoreksia, adanya garis timah di
gusi, dan kram otot.
10. Jika hipoksia berlangsung lama, gejala keletihan, pusing, apatis, gangguan daya
konsentrasi, kelambatan waktu reaksi, penurunan kapasitas kerja.
11. Jika hipoksia bertambah parah, pusat batang otak terkena, dan kematian biasanya
disebabkan oleh gagal pernapasan.
12. Hipoksia juga menyebabkan konstriksi arteripulmonalis.
13. Mengganggu fungsi hepar dan ginjal.
14. Hipoksia yang kurang berbahaya menyebabkan berbagai gangguan mental yang
sama seperti gangguan yang ditimbulkan oleh alcohol :kegagalan mengambil
keputusan, mengantuk, gelisah, sakit kepala, muntah.
15. Gangguan kesadaran yang berkembang menjadi koma dan kematian apabila
terjadi hipoksia serebrum (otak) yang berkepanjangan.
16. Pembentukan asam laktat yang terjadi selama glikolisis anaerob. Glikolisis
anaerob terjadi karena jumlah oksigen sedikit. Jika asam laktat yang terbentuk
berlebih, maka akan menimbulkan kelelahan otot.
17. Kegagalan organ, termaksud sindrom distres pernapasan organ dewasa (ARDS),
gagal jantung, atau gagal ginjal dapat terjadi apabila hipoksia memanjang.
Komplikasi
Gangguan kesadaran yang berkembang menjadi koma dn kematian apabila terjadi
hipoksia serebrum (otak) yang berkepanjangan.
Kegagalan organ, termasuk sindrom distress pernapasan orang dewasa (ARDS),
gagal jantung, atau gagal ginjal dapt terjadi apabila hipoksia memanjang.
LI.6. Pencegahan & Penanganan
Penatalaksanaan
Tingkatan kadar oksigen yang dihirup melalui masker oksigen atau ventilasi
mekanis.
Untuk keracunan sianida, digunakan terapi nitrat dan natrium tiosulfat.
Untuk keracunan karbon monoksida, digunakan terapi oksigen hiperbarik
(tekanan tinggi).
Untuk keracunan timah, emetic digunakan untuk merangsang muntah pada
keracunan akut.
Untuk keracunan kronis, digunakan chelating agents (untuk menyingkirkan timah
dari sirkulasi).
Pertolongan pertama ketika menghadapi kondisi hipoksia yaitu memberikan
oksigen. Tidak ada salahnya para pendaki melengkapi diri dengan tabung oksigen
ukuran kecil. Jika tabung oksigen belum menolong, dilakukan penanganan serupa
dengan pasien pingsan. Seperti kerah baju harus dibuka, ikat pinggang di lepas
dan juga bra pada perempuan harus dilepas supaya saluran nafas terbuka, tidak
sesak. Kemudian membawa si penderita ke lokasi yang lebih rendah supaya
mendapat oksigen lebih banyakdari udara pernapasan. Semakin lama berada
dalam kondisi hipoksia, makin besar resiko kerusakan organ karena tidak
mendapat suplai oksigen.
Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan beberapa cara mulai dari
penggunaan oksigen yang sesuai dengan ketinggian tempat kita berada,
pernapasan dengan tekanan dan penggunaan pressure suit.
(http://books.google.co.id/books?
id=cv46oAFyQNgC&pg=PA6&dq=mekanisme+kematian+sel+akibat+hipoksia&hl=en&sa
=X&ei=NQKGVPnhE4qa8QX5wIH4Cg&redir_esc=y#v=onepage&q=mekanisme
%20kematian%20sel%20akibat%20hipoksia&f=false)
(http://books.google.co.id/books?id=0b-
MJ2p9GdAC&pg=PA30&dq=mekanisme+kematian+sel+akibat+hipoksia&hl=en&sa=X&
ei=NQKGVPnhE4qa8QX5wIH4Cg&redir_esc=y#v=onepage&q=mekanisme%20kematian
%20sel%20akibat%20hipoksia&f=false)
(http://books.google.co.id/books?
id=vpN4ksOeDroC&pg=PA209&dq=mekanisme+hipoksia&hl=en&sa=X&ei=eqiFVNuLP
JSbuQSy5YII&redir_esc=y#v=onepage&q=mekanisme%20hipoksia&f=false)
(http://books.google.co.id/books?
id=wzIGJflmD4gC&pg=PA172&dq=mekanisme+hipoksia&hl=en&sa=X&ei=eqiFVNuLPJ
SbuQSy5YII&redir_esc=y#v=onepage&q=mekanisme%20hipoksia&f=false)
LO.2. Memahami & Menjelaskan Peranan Oksigen dalam Sel
LI.1. Definisi Oksigen (fungsi)
Oksigen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa yang mengisi 20%
dari udara yang kita hirup (dan setidaknya setengah dari berat seluruh kerak bumi yang
padat). Oksigen bergabung dengan sebagian besar unsur-unsur lain untuk
membentuk oksida. Oksigen sangat penting untuk manusia, hewan dan tumbuhan.
Oksigen merupakan gas dengan rumus O2 dan unsur dengan nomor atom 8 berlambang
O dan bobot atom 15,9994. Oksigen tidak berwarna,tidak berasa,dan tidak berbau,
merupakan komponen dari kerak bumi.(KBBI)
Oksigen adalah unsur gas yang tidak berwarna ,tidak berbau, dan diperlukan untuk
kehidupan serta menunjang pembakaran. Oksigen membentuk 20-21% dari udara
atmosfer.
Oksigen diangkut ke jaringan oleh oksihemoglobin (hemoglobin jenuh disertai oksigen).
Masing-masing dari keempat gugus heme di sebuah molekul hemoglobin memiliki
afinitas yang berbeda terhadap oksigen, yang menyebabkan kurva disosiasi oksigen
berbentuk sigmoid hal ini menunjukkan betapa mudahnya gugus heme menyerahkan
oksigen ke jaringan, yang juga bergantung pada suhu,Ph,dan tekanan karbon dioksida.
(Brooker:2008)
O2 adalah suatu biradikal, memiliki kecenderungan membentuk spesies oksigen reaktif
(ROS) yang toksik. Misalnya radikal hidroksil (OH), superoksida (O2 ¿ , dan hydrogen
peroksida (H2O2 ). O2 memiliki 2 elektron anti-pengikatan dengn putaran parallel, yang
ditandai oleh panah yang sejajar.
Fungsi
Oksigen memegang peranan pentin dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh, secara fungsional, mengalami kemunduran
atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen
merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh
.
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan
mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan mengalami kerusakan
yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif
terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen
antara tiga sampai lima menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima
menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier dan Erd 1998).
Peran oksigen dalam cedera sel, oksigen diperlukan untuk membentuk ATP dari
fosforilasi oksidatif, tetapi oksigen juga bersifat toksik. Metabolism oksigen yang normal
dengan tiada hentinya mengubah oksigen menjadi spesies oksigen reaktif (ROS), yng
dapat menyebabkan cedera sel. Berbagai rangsangan, misalnya radiasi, peradangan,
penuaan, dan tekanan parsial oksigen (pO2) yang lebih tinggi daripada normal,
meningkatkan pembentukan ROS. Ozon (O3) dan nitrogen dioksida (NO2) adalah polutan
udara yang membentuk radikal bebas di dalam sel paru, menimbulkan emfisema dan
fibrosis paru. Tidak adanya O2 karena penurunan aliran darah akibat adanya bekuan
(iskemia) juga menyebabkan cedera sel. Masuknya kembali oksigen (repefusi)
meningkatkan cedera sel akibat ROS. (Cotran RS, Robbins SL, Kumar V. Robbins
pathologic basis of disease, Philadelphia: WB Saunders, 1994:3).
(Marks DB, marks AD, Smith CM. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah
Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC. http://books.google.co.id/books?
id=gxhap2ZN9HQC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false Diakses pada
Rabu, 10 Desember 2014)
http://books.google.co.id/books?
id=vpN4ksOeDroC&pg=PA209&dq=mekanisme+penggunaan+oksigen+dalam+sel
&hl=en&sa=X&ei=vkKHVOCdFcrIuASE9IDoDQ&redir_esc=y#v=onepage&q=me
kanisme%20penggunaan%20oksigen%20dalam%20sel&f=false
http://books.google.co.id/books?
id=IJ3P1qiHKMYC&pg=PA14&dq=mekanisme+penggunaan+oksigen+dalam+sel
&hl=en&sa=X&ei=vkKHVOCdFcrIuASE9IDoDQ&redir_esc=y#v=onepage&q=me
kanisme%20penggunaan%20oksigen%20dalam%20sel&f=false
LI.2. Metabolisme Sel (proses ATP)
Respirasi sel adalah proses di mana energi potensial dari nutrisi berubah menjadi
energi yang dapat digunakan oleh tubuh atau organisme dimana sel berada, dengan kata
lain respirasi sel merupakan jalur metabolisme yang menghasilkan energi (ATP) dari
molekul-molekul bahan bakar seperti karbohidrat,lemak,protein.
Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, respirasii internal dibagi menjadi :
Respirasi aerob (aerobic respiration) di dalam reaksinya membutuhkan oksigen
Respirasi anaerob (anaerobic respiration) di dalam reaksinya tidak membutuhkan
oksigen.
Reaksi Aerob.
Reaksi aerob, merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang mengubah glukosa
secara sempurna menjadi CO2, H 2 O, dan menghasilkan energi 38 ATP. Pada pernapasan
ini, pembebasan energi menggunakan oksigen bebas dari udara. Zat organik terutama
karbohidrat terpecahkan. Dalam respirasi aerob, glukosa dioksidasi oksigen, dan reaksi
kimianya dapat digambarkan sebagai berikut :
C6 H 12 O6+ 6 H 2O + 6 O2 → 6CO2 + 12H 2O + 675 kal.
Dalam kenyataan, reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan reaksi
yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Sel harus bisa menghasikan energi
untuk dapat digunakan untuk kebutuhan sel itu sendiri. Energi tersebut didapat dari hasil
ekstraksi energi yang terkandung dalam ikatan kimia pada molekul makanan dengan cara
mengombinasikan molekul makanan dengan oksigen didalam mitokondria sel yang di
sebut fosforilasi oksidatif.(j.Corwin,elizabeth:2009).
Respirasi selular menggunakan oksigen dan glukosa untuk memproduksi karbon
dioksida, air dan energi berupa ATP.
Terjadi oksidasi dan reduksi. Oksidasi adalah kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan
reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi.
Proses oksigen dalam respirasi sel terbagi menjadi :
sumber : http://www.google.com
Glikolisis
Glikosis merupakan merupakan awal mula pemecahan glukosa sebelum terjasinya
fosforisasi oksigen proses glikolisis berlangsung anaerob. Selama glikolisis enzim-enzim
Kehilangan hidrogen
mendapat hidrogen
di sitoplasma mengubah glukasa menjadi asam piruvat. Proses ini memerlukan 2 ATP
dan menghasilkan 4 ATP. Pada saat terjadi kekurangan oksigen, glikolisis berperan
penting tetapi terbatas dalam menyuplai ATP ke sel.
Apabila tidak tersedia oksigen , maka asampiruvat yang dihasilkan oleh glikolisis
tidak masuk ke siklus krebs, tetapi berikatan dengan hidrogen dalam sitoplasma untuk
membentuk asam laktat. 2 molekul ATP yang terbentuk dari penguraian 1 molekul
glukosa menjadi asam piruvat disediakan untuk menjaga sel tetap hidup. Meski demikian,
penggunaan glukosa ini menjadi sia sia karena menyebabkan hilangnya 36 ATP yang
seharus terbentuk apabila asam piruvat masuk ke siklus krebs.
Meskipun glikolisis anaerob akan menghasilkan sedikit ATP , tetapi ATP hasil dari
proses ini bukan merupakan hasil yang efisien , dan tidak dapat menunjang kebutuhan
energi sel apbila terjadi hipoksia secara terus menerus. ( j. Corwin, elizabeth:2009 )
Meskipun glikolisis anaerob akan menghasilkan sedikit ATP , tetapi ATP hasil dari
proses ini bukan merupakan hasil yang efisien , dan tidak dapat menunjang kebutuhan
energi sel apbila terjadi hipoksia secara terus menerus. ( j. Corwin, elizabeth:2009 )
Dekarboksilasi Oksidatif
Perubahan asam piruvat menjadi asetil coa, asetil coa ini lah yang dapat masuk
kedalam siklus krebs. Pada dekarboksilasi oksidatif reduksi NAD+ menjadi NADH + H+.
pelepasan CO2 keudara.
Siklus Krebs
CO2
Siklus krebs adalah jalur aerobik utama bagi degradasi oksidatif produk produk
glikolisis. Terjadi reaksi redoks yaitu reaksi oksidasi dan reduksi dalam siklus krebs ini.
Siklus krebs dapat dirangkum sebagai berikut :
1) pembentukan sebuah molekul 6-karbon melalui penggabungan sebuah molekul 4-karbon
dengan sebuah molekul 2-karbon : asetil-Koa sangat reaktif , dan gugus 2-karbon asetil
berkombinasi dengan molekul 4-karbon, asam oksaloasetat , untuk membentuk asam
sitrat, sebuah senyawa 6-karbon.
2) Oksidasi molekul 6-karbon untuk membentuk molekul 5-karbon: asam sitrat di oksidasi.
serta hilangnya CO2menjadi suatu zat 5-karbon , asam α-ketoglutarat.
3) Oksidasi molekul 5-karbon untuk membentuk moleku 4-karbon: asam α-ketoglutarat di
oksidasi, serta hilangnya CO2 menjadi molekul 4-karbon, asam suksinat.
4) Penyusunan ulang molekul untuk membentuk molekul 4-karbon awal: dalam reaksi –
reaksi yang terjasi berikutnya, asam oksaloasetat diregenerasi, dan siklus kembali dimulai
dengan dihasilkannya asetil-KoA dari asam piruvat.
Dihasilkan 4 CO2 , 2 ATP, 6 NADH, 2 FADH. ( H Fread and J. Hademenos :2005)
Transpor Elektron
Menghasikan 36 ATP. 1 molekul NADH = 3 ATP dan 1 molekul FADH = 2 ATP
Transpor elektron adalah serangkaian reaksi pemindahan elektron melalui proses
reaksi redoks. Hidrogen yang terdapat dalam molekul NADH serta FADH2 ditranspor
dalam serangkaian reaksi redoks yang melibatkan enzim,sitrokom,quinon, pirodoksin dan
flavoprotein. Pada akhir transpor elektron, oksigen akan mengoksidasi elektron dari ion
H menghasilkan air H 2 O. Transpor elektron terjadi pada membran dalam mitokondria.
Respirasi Anaerob.
Respirasi Anaerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa
secara tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Pada manusia, respirasi anaerob
menghasilkan asam laktat sehingga menyebabkan rasa lelah, sedangkan pada
tumbuhunan,ragi,reaksi ini menghasilkan CO2dan alkohol. Respirasi anaerob hanya
menhasilkan 2 ATP. Respirasi anaerob, disebut fermentasi atau peragian. Pada umumnya
respirasi ini terjadi pada tumbuhan,fungi, dan bakteri, misalnya : fermentasi alkohol bila
hasil akhir fermentasi berupa alkohol.
Menurut hasil samping yang terbentuk maka fermentasi dibedakan atas :
a. Fermentasi alkohol pada ragi (khamir) dan bakteri anaerobik
b. Fermentasi asam laktat pada umumnya di sel otot
c. Fermentasi asam sitrat pada bakteri heterotrof
Fermentasi As. Laktat
Fermentasi Alkohol
Perbedaan antara Reaksi Aerob dan Reaksi Anaerob
Reaksi Aerob Reaksi Anaerob
Membutuhkan O2 dari udara
bebas untuk oksidasi makanan
Tidak membutuhkan O2
Menghasilkan 38 ATP Menghasilkan 2 ATP tiap-tiap
tahapannya
Membebaskan CO2dan H 2 O
(sempurna)
Tidak sempurna memecah
glukosa menjadi CO2dan H 2 O
Hidrogen yang dibebaskan akan
bergabung dengan O2 membentuk
H 2 O
Hidrogen yang dilepaskan akan
bergabung dengan produk
antara (asam piruvat /
asetaldehida) membentuk asam
laktat dan etanol.
LI.3. Reaksi Redoks
LO.3. Memahami & Menjelaskan Peranan Hemoglobin
LI.1. Definisi & Struktur Hemoglobin
Hemoglobin ditemukan hanya di sel darah merah.Molekul hemoglobin memiliki dua
bagian :
1. Bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang
sangat berlipat-lipat.
2. Empat gugus nonprotein yang mengandung besi yang dikenal sebagai gugus hem,
dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida di atas.
Masing-masing dari keempat atom besi dapat berikatan secara reversible
dengan satu molekul O2 karena itu, setiap molekul hemoglobin dapat mengambil
empat penumpang O2 di paru. Karena O2 tidak mudah larut dalam plasma maka
98,5% O2 yang terangkut dalam darah terikat ke hemoglobin.
Hemoglobin adalah suuatu pigmen (yang berwarna secara alami). Karena
kandungan besinya maka hemoglobin tampak kemerahan jika berikatan dengan
O2 dan keunguuan jika mengalamai deoksigenasi. Karena itu, darah arteri yang
teroksigenasi penuh akan berwarna merah dan darah vena yang telah kehilangan
sebagian dari kandungan O2 nya di tingkat jaringan, memiliki rona kebiruan.
Selain mengangkut O2 , hemoglobin juga dapat berikatan dengan yang berikut :
Karbon dioksida. Hemoglobin membantu mengangkut gas ini dari sel jaringan
kembali ke paru.
Bagian ion hidrogen asam (H+¿¿) dari asam karbonat terionisasi, yang dihasilkan
di tingkat jaringan CO2. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga asam ini
tidak banyak menyebabkan perubahan ph darah.
Karbon monoksida (CO). Gas ini dalam keadaan normal tidak terdapat di dalam
darah, tetapi jika terhirup maka gas ini cenderung menempati bagian hemoglobin
yang berikatan dengan O2 sehingga terjadi keracunan CO.
Nitrat oksida (NO). Di paru, nitrat oksida yang bersifat vasodilator berikatan
dengan hemoglobin. NO ini dibebaskan di jaringan, tempat zat ini melemaskan
dan melebarkan arteriol lokal. Vasodilatasi ini membantu menjamin bahwa darah
kaya O2 dapat mengalir dengan lancar dan juga membantu menstabiilkan tekanan
darah.
Karena itu, hemoglobin berperan kunci dalam transpor O2 sekaligus
memberi kontribusi signifikan pada transpor CO2dan kemampuan darah
menyangga pH. Selain itu, dengan mangangkut vasodilatornya sendiri,
hemoglobin membantu menyalurkan O2 yang dibawanya. (Sherwood:2012)
Hemoglobin berfungsi untuk mmengangkut oksigen dari paru paru ke
jaringan kapiler sehingga oksigen tersedia untuk oksidasi bahan bakar. Fungsi
fisiologi utama hemoglobin adalah mengatur pertukaran oksigen dengan
karbondioksida didalam jaringan tubuh. Mengambil oksigen dari paru-paru
kemudian dibawa keseluruh tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar. Membawa
karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-
paru untuk dibuang (DepKes RI., 1989).
Kadar hemoglobin
Anak balita : <11 gram /dl
Anak usia sekolah : <12 gram / dl
Wanita dewasa : <12 gram / dl
Pria dewasa : <13 gram / dl
Ibu hamil : <11 gram / dl
Ibu menyusui > 3 bl. : <12 gram / dl
(Sumber : SK Menkes RI Nomor : 736a/Menkes/XI/1989)
Struktur
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung
besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin
adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-
paru ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambilkarbondioksida dari jaringan
tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke udara bebas ( Evelyn, 2000 )
Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan
porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan
oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin
merupakan gabungan dari heme dan globin, globin sebagai istilah generik untuk
protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme dan hemoglobin adalah
yang paling dikenal dan banyak dipelajari.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit
protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang
terikat secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural dan berukuran
hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih 16.000 Dalton,
sehingga berat molekul total tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap sub unit
hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin
memiliki kapasitas empat molekul oksigen.
Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada keberadaan
gugus prastitik yang disebut heme. Gugus heme yang menyebabkan darah
berwarna merah. GugusHeme terdiri dari komponen anorganik dan pusat atom
besi. Komponen organik yang disebut protoporfirin terbentuk dari empat cincin
pirol yang dihubungkan oleh jembatan meterna membentuk cincin tetra pirol .
Empat gugus mitral dan gugus vinil dan dua sisi rantai propionol terpasang pada
cincin ini ( Nelson dan Cox, 2005 )
Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah
yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan
sel darah merah dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang
menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa mengakibatkan anemia.
( Evelyn, 2000 ).
Struktur Mioglobin
Mioglobin (BM 16700, disingkat Mb) merupakan protein pengikat oksigen
yang relatif sederhana, ditemukan dalam konsentrasi yang besar pada tulang dan
otot jantung, membuat jaringan ini berwarna merah yang berfungsi sebagai
penyimpan oksigen dan sebagai pembawa oksigen yang meningkatkan laju
transpor oksigen dalam sel otot.Protein seperti mioglobin juga banyak ditemukan
pada organisme sel tunggal. Mioglobin merupakan polipeptida tunggal dengan
153 residu asam amino dan satu molekul heme. Komponen protein dari mioglobin
yang disebut globin, merupakan rantai polipeptida tunggal yang berisi
delapanheliks.Sekitar78%residu asam amino dari protein ditemukan dalam α-
heliks ini.
Lipatan rantai globin membentuk celah yang hampir terisi gugus heme .
Heme bebas [Fe2+] mempunyai afinitas tinggi terhadap O2 dan dioksidasi searah
membentuk hematin [Fe3+]. Hematintidak dapat mengikat O2.( Nelson dan Cox,
2005).
LI.2. Pengikatan Oksigen oleh Hemoglobin (fungsi)
Dalam tubuh manusia, terjadi kesetimbangan kimia yang jumlahnya tak
terhitung. Kesetimbangan kimia ini diperlukan untuk untuk mempertahakan fungsi
fisiologis tubuh. Jika lingkungan berubah, tubuh harus mampu beradaptasi agarr
fungsi fisiologis tetap berjalan. Contohnya adalah perubahan tempat dari dataran
rendah ke dataran tinggi yang terjadi tiba-tiba. Jika anda tinggal di tempat yang
tingginya tepat pada permukaan laut kemudian anda pergi ke pegunungan dengan
ketinggian sekitar 2,3km atau 3km di atas permukaan laut, pasti akan merasakan
gejala hipoksia seperti pusing, mual,haus,dan gejala lainnya. Hal tersebut terjadi
karena kakurangan jumlah oksigen pada jaringan tubuh.pada kasus yang parah
penderita dapat mengalami kooma dan kematian jika tidak ditangani dengan cepat.
Pada kasus lain, manusia dapat hidup pada ketinggian tersebut selama
beberapa minggu atau bulan, ia akan mengalami adaptasi secarra perlahan dengan
sedikitnya oksigen di udara sehingga fungsi tubuhnya dapat berjalan baik.
Kombinasi oksigen dan molekul hemoglobin (Hb) yang membawa oksigen melalui
darah merupakan reaksi kompleks.
Hb(aq) + O2(aq) ↔ HbO2(aq)
HbO2 merupakan oksihemoglobin (molekul kompleks) yang membawa oksigen ke
seluruh jaringan tubuh.
Pada ketinggian 3km (3000 m), tekanan parsial oksigen sekitar 0,14 atm,
sedangkan pada permukaan laut adalah 0,2 atm. Menurut hukum Le Chatelier,
penurunan konsentrasi oksigen akan menggeser kesetimbangan reaksi ke kiri,
perubahan inilah yang menyebabkan oksihemoglobin menjadi lebih sedikit
sehingga menyebabkan hipoksia.
Pada waktu yang cukup lama, tubuh dapat mengatasi masalah ini dengan
memproduksi lebih banyak molekul hemoglobin. Banyaknya molekul hemoglobin
yang dihasilkan akan menggeser kesetimbangan ke arah kanan (pembentukan
oksihemoglobin). Hal ini membutuhkan waktu sekitar 2-3 minggu bahkan
bertahun-tahun.
Penelitian membuktikkan bahwa penduduk yyang tinggal di dataran tinggi
memiliki jumlah hemoglobin sekitar 50% llebih banyak dibandingkan orang yang
yang hidup pada ketinggian permukaan laut.
Asas le chatelier menyatakan bahwa jika suatu tekanan eksternal diberikan
kepada suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri
sedemikian rupa untuk mengimbanggi sebagian tekanan ini pada saat sistem
mencoba setimbang kembali. Kata tekanan “stress” disini berarti perubahan
konsentrasi,tekanan,volume atau suhu yang menggeser sistem dari keadaan
setimbangnya.(Sutresna,Nana:2008)
Apabila jumlah oksigen yang terikat ke protein digambarkan dalam sebuah grafik
terhadap tekanan parsial oksigen (pO2), untuk mioglobin akan diperoleh kurva
hiperbolik sedangkan untuk hemoglobin akan diperoleh kurva sigmoidalis .
Kurva – kurva tersebut memperlihatkan bahwa bila pO2 tinggi, mioglobin
mengandung lebih banyak oksigen dibandingkan hemoglobin. Oleh karena itu,
hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut oksigen yang efektif. Hemoglobin akat
mengikat oksigen di paru tempat pO2 tinggi dan melepaskan oksigen di jaringan
tempat pO2 rendah. Dipihak lain, mioglobin tetap jenuh oleh oksigen pada pO2
jaringan, Dengan demikian, pada sel otot yang beristirahat, mioglobin mengikat
oksigen yang dilepaskan dalam darah oleh hemoglobin. Sewaktu otot beraktivitas
dan tekanan oksigen turun, mioglobin mmelepaskan oksigen.
Perbedaan fungsi antara mioglobin dan hemoglobin ini berasal dari
perbedaan struktur. Molekul oksigen berikatan secara bebas satu sama lain dengan
rantai polopeptida tunggal dari mioglobin. Di pihak lain, keempat subunit
hemoglobin dapat bekerja sama mengikat oksigen. Hemolobin dapat berada dalam
keadaan “kuat” atau “tegang” yang inaktif atau keadaan “rileks” atau aktif. Dalam
keadaan “tegang”, hemoglobin menolak pengikatan oksigen. Dalam keadaan
“rileks”, oksigen mudah berikatan dengan hemoglobin. Pengikatan oksigen
pertama ke subunit hemoglobin deoksigenasi (yang berada dalam keadaan
“tegang”) memerlukan energi cukup banyak untuk mematahkan ikatan
elektrostatik (garam) antara subunit-subunit. Namun, apabila salah satu subunit
telah mengikat oksigen, terjadi perubahan konformasional yang memungkinkan
subunit lain lebih mudah mengikat oksigen. Fenomena ini, yang dikenal sebagai
kerja sama positif (positive cooperativity),menentukan kurva saturasi oksigen
hemoglobin yang berbentuk sigmoid.
Apabila jumlah oksigen dalam darah (pO2) rendah, pO2 harus mengikat cukup
banyak agar hemoglobin dapat mengikat oksigen pertama. Namun, apabila
beberapa oksigen telah terikat, hamya diperlukan sedikit peningkatan pO2 agar
persen saturasi hemoglobin oleh oksigen banyak meningkat. Hasilnya adalah kurva
saturasi oksigen yang berbentuk sigmoid.
(Dawn b. Marks :2010)
LO.4. Memahami & Menjelaskan Pandangan Islam dalam Menjaga Kesehatan
Pola hidup sehat ada tiga macam: yang pertama, melakukan hal-hal yang berguna untuk
kesehatan; yang kedua, menghindari hal-hal yang membahayakan kesehatan; yang ketiga,
melakukan hal-hal yang dapat menghilangkan penyakit yang diderita. Semua pola ini
dapat ditemukan dalilnya dalam agama, baik secara jelas atau tersirat, secara khusus atau
umum, secara medis maupun non medis (rohani).
Allah berfirman:
ر�ف�ين� �مس� ال ح�ب ي ال� �ه �ن إ ر�فوا س� ت و�ال� وا ب ر� و�اش� وا ل و�ك
Artinya: … makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS al-A’raf [7]: 31)