Sistem Perhitungan Biaya Per Unit
-
Upload
padlah-riyadi-se-ak-ca -
Category
Documents
-
view
85 -
download
11
description
Transcript of Sistem Perhitungan Biaya Per Unit
PERHITUNGAN BIAYA PER UNIT
Oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak, CA.
A. Sistem Perhitungan Biaya Produk
Menentukan biaya yang akurat dari suatu produk atau jasa sangatlah penting bagi
keberhasilan perusahaan disebahagian besar industri. Sebagai contoh smith fabrication Inc di
Kent Washington menggunakan sistem perhitungan biaya produk untuk memperkirakan
biaya dan membebankan pelanggan atas produk logam lembaran yang disediakan bagi
produsen lain dalam industri produk produk penerbangan computer, telekomunikasi, dan
kesehatan. Metode perhitungan produk biaya produk yang digunakan memberikan nilai
kompetitif, yaitu melalui penyediaan informasi biaya akurat dalam bentuk yang mudah
dimengerti oleh pelanggan. Demikian pula Kurtz industries menawarkan harga yang
kompetitif atas jasa pemrosesn menggunakan mesin melalui penggunaan penghitungan biaya
produk berdasarkan harga pasar wajar.
Apa yang telah disadari oleh perusahaan perusahaan ini dan perusahaan-perusahaan lainnya
adalah metode perhitungan biaya yang sederhana, namunakurat memiliki peran yang sangat
penting dalam keberhasilan kompetitif mereka. Contoh lainnya adalah pembangunan dan
renovasi rumah, dimana penghitungan biaya produk adalah sangat penting untuk
memperkirakan biaya dan menetapkan harga pesanan.
Smith fabrication, Kurtz Industries, dan banyak pembangunan rumah lainnya menggunakan
perhitungan biaya produk yang disebut dengan sistem penghitungan biaya yang berdasarkan
pesanan (job costing system). Perhitungan biaya berdasarkan pesanan adalah salah satu dari
beragam sistem perhitungan biaya yang dapat digunakan perusahaan. Sistem perhitungan
biaya berdasarkan pesanan khususnya cocok untuk perusahaan yang memproduksi produk
berdasarkan pesanan (made to order product) seperti pemrosesan menggunakan mesin
(machining) pengerjaan logam (metal working) dan pembangunan rumah. Pembuatan produk
atau jasa berdasarkan pesanan spesifik pelanggan. Hal ini berbeda dengan perusahaan yang
memproduksi barang dalam jumlah besar untuk dijual kepada pedagang grosir dan ritel.
1
Perusahaan-perusahaan ini tidak secara langsung berhubungan dengan konsumen akhir.
Perusahaan pengemas botol soda, pemroses makanan, dan produsen perlengkapan kamar
mandimerupakan contoh yang tepat. Jenis-jenis perusahaan yang disebut terakhir memiliki
orientasi produksi pada proses dibandingkan pesanan pelanggan. Berdasarkan konsep biaya
penerapan perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan pada saat mudah untuk
menelusuri biaya bahan bakku dan biaya tenaga kerja untuk tiap pesanan pelanggan. Dalam
perusahaan yang berorientasi pada proses. Biaya biasanya ditelusuri ke departemen produksi
dan kemudian dialokasi kemasing-masing produk.
Perhitungan biaya produk (product costing) adalah proses pengumpulan pengelompokan dan
pembebanan biaya biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik pada
produk dan jasa. Perhitungan biaya produk memberikan informasi biaya yang berguna bagi
perusahaan manufaktur maupun perusahaan nonmanufaktur. Berikut perbedaan antara Job
order cost dan Process cost system. Pengertian : Biaya pesanan, merupakan suatu sistem
pengumpulan biaya produksi yang didasarkan pada produk yang dipesan oleh pelanggan.
Dengan demikian maka produk yang dihasilkanpun merupakan produk yang spesifikasinya
berdasarkan pada si pemesan. Harga pokok perunit produk merupakan total biaya produksi
atas produk yang dipesan dibagi dengan jumlah produk pesanan tersebut.
2
B. Job Order Costing System (Sistem Berbasis Pesanan)
1. Karakteristik Perusahaan yang berbasis Pesanan.
Pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan basis harga pokok pesanan perhitungan
biaya-biaya yang timbul dapat didasarkan pada biaya-biaya yang timbul selama proses
produksi (historical cost) ataupun biaya yang ditentukan dimuka (predetermine cost).
Ciri utama persahaan yang menggunakan sistem ini adalah:
1. Proses produksi yang tidak kontinyu, oleh karena belum tentu pesanan suatu produk
diperoleh secara terus menerus dengan spesifikasi yang sama.
2. Produk yang dihasilkan disesuaikan dengan spesifikasi produk yang dipesan oleh
langganan.
3. Proses produksi semata-mata ditujukan pada pemenuhan pesanan pelanggan bukan
untuk pemenuhan persediaan .
2. Perhitungan Harga Pokok Pesanan.
Untuk menentukan besarnya harga pokok pesanan, perusahaan biasanya melakukan :
1. Memproduksi produk dengan beragam jenis kemudian menghitung biayanya
berdasarkan jenis tersebut
2. Menghitung biaya produksi, dalam hal ini maka biaya-biaya yang timbul lebih relevan
digolongkan atas dasar hubungannya dengan produk, dengan konsep biaya ini maka
biaya dapat dikelompokkan atas 2 kelompok besar yaitu ; biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung.
3. Harga pokok perunit produk yang ditawarkan didasarkan pada total biaya produksi
dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan.
3. Arus Biaya
Sistem akuntansi biaya pesanan menghendaki adanya informasi biaya untuk tiap-tap pesanan.
Semua biaya sehubungan dengan proses produksi dikumpulkan menurut pesanan (pekerjaan)
sesuai dengan kartu pesanan. Disamping itu arus masuk keluarnya biaya dalam proses
produksi harus dicatat. Untuk itu didalam buku besar perusahaan dibuatkan perkiraan
teersendiri yang diberi nama : Pekerjaan dalam Proses. Dengan cara ini, biaya produksi dapat
diketahui setiap saat., yaitu dengan melihat catatan dalam account Persediaan dalam Proses.
Berikut ini diilustrasikan arus biaya didalam sistem akuntansi biaya pesanan.
1. Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong.
Anggaplah bahwa selama bulan juni 1996 dibeli bahan baku dan bahan penolong seharga Rp
22.000.000,-. Potongan pembelian, retur pembelian dan pengurangan harga serta transaksi-
transaksi lain yang berhubungan dengan pembelian tersebut diabaikan dalam contoh ini.
3
Maka ayat jurnal atas transaksi tersebut adalah :
Persediaan Bahan Baku dan Penolong.................Rp 22.000.000
Hutang Dagang ........................................................ Rp 22.000.000
Ayat jurnal tersebut diatas merupakan gabungan transaksi selama satu bulan, namun setiap
terjadi kali terjadi transaksi seharusnya dilakukan jurnal.
2. Pemakaian Bahan Baku dan Penolong.
Anggaplah bahwa selam bulan juni 1996 pemakaian bahan baku dan bahan penolong masing-
masing berjumlah Rp 15.000.000,- dan Rp 5.000.000,-. Maka ayat jurnal penggunaan bahan
baku dan penolong (selama bulan juni) ini adalah sbb:
Persediaan dalam proses.....................Rp 15.000.000
Biaya Overhead....................................Rp 5.000.000
Persediaan Bahan Baku dan Penolong.............Rp 20.000.000
Pemakaian bahan baku dibuatkan suatu bukti (dokumen) yang disebut Bukti pengeluaran
bahan (Matrial’s Requisition). Dan atas dasar dokumen ini maka penggunaan bahan baku dan
penolong dicatat didalam buku yang disebut Buku Pengeluaran Bahan (Matrial’s Requisition
Journal). Bentuk dokumen dan buku tersebut dapat dilukiskan sbb:
Bukti Pengeluaran BahanNo Pesanan: 101 No Bukti : 001 Tanggal : 2/ 6/ 1996
No.Jenis
Nama Bahan JmlUnit
Harga PokokPerunit
Total
K.47 Kertas HVS 80 gr 20 rim Rp 25.000 Rp 500.000,-
T.28 Tinta parker 10 btl Rp 15.000 Rp 150.000,-
Rp 650.000,-
Diminta oleh :Disetujui oleh :
Dikeluarkan oleh :Diterima oleh :
Buku Pengeluaran Bahan
Tgl No.Bukti Keterangan Bahan Baku Bahan Penolong
Jun 2 001 Pekerjaan No: 101 Rp 500.000 Rp 150.000
4
4 002 Pekerjaan No: 102 Rp 300.000 Rp 50.000
5 003 Pekerjaan No: 103 Rp 800.000 Rp 250.000
5 004 Pekerjaan No: 101 Rp 100.000 Rp 50.000
Dst
3. Pemakaian Tenaga Kerja
Anggaplah bahwa gaji dan upah yang telah dan yang masih harus dibayar selama bulan juni
1996 berjumlah Rp 13.000.000. Jumlah ini terdiri dari gaji dan ipah langsung Rp
10.000.000,- dan buruh tidak langsung Rp 3.000.000,-
Maka atas transaksi ini dilakukan jurnal sbb:
Gaji dan Upah.......................Rp 13.000.000,-
Kas/Hutang........................................Rp 13.000.000,-
4. Pembebanan Biaya Gaji dan Upah
Alokasi biaya gaji dan upah kedalam biaya produksi adalah sbb:
Persediaan Dalam Proses..................Rp 10.000.000,-
Biaya Overhead...................................Rp 3.000.000,-
Gaji dan Upah........................................ Rp 13.000.000,-
5. Pemakaian Biaya Overhead
Jika selama bulan juni biaya overhead yang masih harus dibayar adalah; biaya mandor Rp
1.000.000,- biaya listrik, air, dan telepon Rp 500.000,- dan biaya penyusutan Rp 5.000.000,-
serta biaya overhead lainnya Rp 4.000.000,- maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini
adalah :
Biaya Overhead...................Rp 10.500.000,-
Kas/Hutang.......................................Rp 5.500.000,-
Akumulasi Penyusutan.....................Rp 5.000.000,-
6. Pembebanan Biaya Overhead
Jika pembebanan biaya overhead didasarkan pada taksiran biaya buruh misalkan 80% maka
overhead yang dibebankan adalah sebesar 80% x jml upah buruh, maka 80% x Rp
13.000.000 = Rp 10.400.000,-. Maka ayat jurnal atas pembebanan overhead adalah :
Persediaan dalam Proses.......................Rp 10.400.000,-
Biaya Overhead.................................... Rp 10.400.000,-
Setelah ayat jurnal ini maka pada perkiraan overhead akan terlihat selisih antara pembebanan
biaya overhead dan biaya overhead sesungguhnya. Selisih Rp 100.000 dapat dibebankan ke
5
harga pokok penjualan dengan jurnal :
Harga pokok Penjualan ........................Rp 100.000
Biaya Overhead........................................Rp 100.000
7. Pencatatan Harga Pokok Barang Jadi
Anggaplah bahwa pekerjaan yang telah diselesaikan adalah sebesar Rp 30.000.000, maka
ayat untuk mencatat penyelesaian ini adalah :
Persediaan barang jadi..........................Rp 30.000.000,-
Persediaan dalam Proses......................... Rp 30.000.000
8. Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Jika selama bulan juni telah dijual produk tersebut sebesar Rp 50.000.000, dengan harga
pokok Rp 25.000.000 maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini :
Harga Pokok Pesanan.....................Rp 25.000.000
Persediaan barang jadi......................Rp 25.000.000
4. Kartu Pekerjaan
Job order cost sheet atau kertas kerja pesanan dapat disusun untuk masing-masing no.
Pesanan seperti contoh berikut :
Order No : 101 Dikerjakan tgl :Spesifikasi : Diselesaikan tgl :Jumlah :
Jenis Biaya Jumlah Keterangan
1. Bahan Baku Rp 15.000.000
2. Tenaga Kerja Rp 10.000.000
3. Overhead Rp 10.400.000
Total Rp 35.400.000
6
C. Process Costing
1. Pendahuluan
Pada sistem biaya proses, biaya diakumulasikan menurut masing-masing departemen, pusat
biaya atau proses. Biaya unit rata-rata untuk satu hari, seminggu atau setahun diperoleh
dengan membagi biaya departemen dengan jumlah unit (ton, kg dsb) yang dihasilkan selama
periode bersangkutan.
Sistem biaya pemerosesan ditetapkan di mana produksi dilakukan dengan metode produksi
massal atau proses secara sinambung. Diantara industri yang menerapkan sistem biaya proses
misalnya industri kertas, baja, bahan kimia, dan tekstil. Aneka industri yang menerapkan
proses perakitan seperti industri mobil, mesin cuci, dan alat-alat listrik pada umumnya juga
menerapkan sistem biaya proses.
2. Akumulasi Biaya
Dalam suatu biaya proses, harus dikembangkan prosedur untuk :
(1) Mengumpulkan biaya bahan, upah tenaga kerja dan overhead pabrik menurut
departemennya.
(2) Menentukan biaya unit untuk masing-masing departemen
(3) Mengalihkan biaya dari satu departemen ke departemen berikutnya
(4) Membebankan biaya kepada pekerjaan dalam proses
Untuk mudahnya, pembahasan tentang akumulasi biaya akan difokuskan kepada masing-
masing departemen, dan bukan kepada pusat-pusat biaya (cost centers) atau masing-masing
proses. Namun ada kemungkinan terdapat dua atau lebih jenis proses yang diselenggarakan
pada satu departemen (dan karena itu akan terdapat lebih dari satu pusat biaya dalam satu
departemen). Dalam keadaan demikian ada kemungkinan biaya akan banyak bervariasi pada
masing-masing pusat biaya, sehingga dalam praktek biaya itu diakumulasikan menurut pusat-
pusat biaya ataupun menurut masing-masing departemennya. Akumulasi biaya dalam buku
perkiraan diperincikan dibawah ini :
1. Biaya Bahan(material cost)
Pada suatu sistem biaya proses, banyaknya permintaan (requitions) atau pembebanan
biaya bahan jauh lebih kecil dari pada sistem biaya pekerjaan pesanan, karena biaya
beberapa industri, tipe dan kuantitas bahan dapat dispesifikasikan dengan rumus atau
spesifikasi rekayasa (engineering specification). Bilamana terdapat penggunaan bahan-
bahan yang sama selama terus menerus, maka jumlah penggunaan per hari atau per
minggu dapat diperoleh dari laporan penggunaan (consumption reports) dan bukan
terutama dari surat-surat permintaan bahan. Maka ayat jurnal untuk pembebanan biaya
bahan akan menjadi :
7
Barang dalam proses, bahan , Dept. A ………. 21.000
Bahan baku …………………………………….... 21.000
2. Biaya tenaga kerja
Data akumulasi biaya upah menurut departemen juga kurang terperinci dibandingkan
dengan pengumpulan biaya menurut masing-masing pekerjaan pada sistem biaya
pekerjaan pesanan. Biaya tenaga kerja masing-masing departemen dapat diikhtisarkan
dalam jurnal pembebanan upah sebagai berikut :
PDP, Tenaga kerja-Dept. A …………………… 12.000
PDP, Tenaga kerja-Dept. B …………………… 4.000
Upah …………………………………………..16.000
Ayat ini juga dapat ditulis sebagai berikut :
Tenaga kerja dalam proses-Dept. A …………. 12.000
Tenaga kerja dalam proses-Dept. B …………. 4.000
Upah …………………………………………….. 16.000
3. Biaya Overhead Pabrik
Terdapat banyak perbedaan antara kalkulasi biaya pekerjaan pesanan dan kalkulasi biaya
proses dibandingkan dengan perbedaan biaya bahan dan tenaga kerja terutama pada biaya
overhead. Pada umumnya industri yang produksinya mass product akan lebih tepat
menerapkan biaya proses, karena produksinya dihasilkan untuk persediaan dan bukanlah
untuk memenuhi suatu pesanan khusus. Ayat jurnal pembebanan overhead adalah :
B. Dalam Proses Overhead pabrik –Dept. A ……18.000
B. dalam proses, Overhead pabrik –Dept. B ……. 8.000
Pengendalian overhead pabrik ………………….…26.000
Cara lain adalah :
Overhead dalam proses-Dept. A ………………. 18.000
Overhead dalam proses-Dept. B ………………. 8.000
Overhead Pabrik ……………………………….. 26.000
Apabila biaya overhead pabrik terakumulasi secara seimbang sepanjang tahun, ataupun
dengan taraf normal dari bulan ke bulan, kebanyakan perusahaan membebankan biaya
overhead yang sebenarnya. Namun, bilamana terdapat fluktuasi dalam produksi dari
bulan ke bulan, hal ini menyebabkan kekeliruan (distorsi) jumlah overhead yang
dibebankan pada produksi. Maka seringkali digunakan suatu tingkat overhead yang tetap,
yang didasarkan kepada kegiatan (operation) tahunan, hal ini dilakukan untuk
menghindarkan kesulitan yang timbul karena pembebanan overhead yang didasarkan
8
kepada jumlah produksi bulanan yang berakibat pada distorsi pembebanan overhead.
3. Pengalihan Antar Departemen
Sistem biaya proses biasanya diterapkan apabila barang-barang produksi memerlukan
beraneka jenis kegiatan, yang diselenggarakan pada dua atau lebih banyak departemen atau
pusat biaya. Misalnya, kegiatan awal diselenggarakan pada Dept. A seperti misalnya
pembubutan atau pembauran bahan. Setelah proses itu selesai, unit-unit dialihkan (transfer)
kepada Dept. B, misalnya, untuk proses perakitan atau penyelesaian. Lalu setelah selesai,
barang dialihkan kepada persediaan barang jadi (Finished goods inventories).
Contoh 1 :
PT cahaya membuat produk X yang memerlukan pemerosesan pada Dept. A dan Dept. B.
Selama bulan Juli 2002, 5.000 unit dimulai produksinya yang selesai dalam sebulan itu.
Biayanya adalah sebagai berikut : Bahan Rp. 20.000, upah langsung Rp. 18.000 dan
overhead pabrik Rp. 12.000. perhitungannya adalah sebagai berikut :
Pekerjaan dalam proses- Dept. A
Jumlah Biaya Biaya Unit
Bahan masuk produksi Rp. 20.000 Rp. 4
Upah tenaga kerja langsung Rp. 18.000 Rp. 3,6
Overhead pabrik Rp. 12.000 Rp. 2,4
Jumlah biaya Rp. 50.000 Rp. 10
Biaya unit setiap kali diperoleh dengan membagikan jumlah biaya dengan jumlah unit yang
dibuat. Setelah selesai pemerosesan pada Dept. A, 5.000 unit itu dialihkan kepada Dept. B
4. Arus Unit
Arus unit (dalam ukuran kuantitas) sepanjang suatu sistem biaya proses dapat diikhtisarkan
dengan rumus persamaan sbb. :
Unit dalam proses awal :
(+) unit yang mulai masuk proses atau yang ditransfer
(=) unit yang dialihkan keluar
+ unit yang selesai dan masih tertahan
+ unit dalam proses akhir
Jika diketahui 4 unsur seperti pada persamaan itu, maka unsur yang belum diketahui dapat
dihitung berdasarkan rumus persamaan itu. Perlu diingat bahwa belum tentu semua
komponen akan terdapat pada setiap situasi (misalnya tidak selalu terdapat unit dalam proses
awal periode bersangkutan ataupun unit yang selesai dan masih tertahan pada akhir periode
itu).
9
Contoh 2 :
Asumsikan bahwa PT Sentosa mempunyai 3.000 unit dalam proses awal bulan, dan
dimasukkan 10.000 unit ke dalam proses lalu terdapat 2.000 unit dalam proses pada akhir
bulan. Seluruh unit yang selesai telah dialihkan kepada Dept. B. Maka jumlah unit yang
dialihkan dihitung sbb. :
3.000 Unit dalam proses awal10.000 Unit dimasukkan dalam proses13.000 Unit tersedia (2.000) Unit masih dalam proses11.000 Unit dialihkan kepada Dept. B
5. Ekuivalen Unit Dalam Produksi
Jarang terjadi semua unit yang dimasukkan dalam proses selama sebulan akan selesai dan
dialihkan keluar pada akhir bulan. Pada umumnya terdapat persediaan awal dan persediaan
akhir dari barang dalam proses yang berada pada berbagai tingkat penyelesaian pada setiap
akhir bulan.
Untuk membebankan biaya bilamana terdapat persediaan barang yang baru diselesaikan
sebagian, seluruh unit (termasuk persediaan awal, barang yang telah dialihkan dan persediaan
akhir) harus dapat dinyatakan dalam bilangan unit yang telah selesai. Hal ini dilakukan
dengan bantuan suatu angka sebutan (common denominator), yang disebut unit ekuivalen
produksi atau ekuivalen produksi. Dengan menggunakan angka ekuivalen produksi tsb.,
biaya unit untuk suatu bulan akan mencakup biaya penyelesaian semua pekerjaan dalam
proses yang terdapat pada awal bulan, serta biaya yang telah dikeluarkan sampai saat itu
berkenaan dengan pekerjaan dalam proses pada akhir periode tsb.
Lazimnya diperlukan 2 rincian yang terpisah dari ekuivalen produksi, pertama, mengenai
bahan baku. kedua, mengenai biaya konversi (tenaga kerja dan overhead) karena tingkat
penyelesaian kedua unsur ini jarang sekali sama.
Ada 2 metode pokok untuk mengkalkulasikan biaya persediaan pekerjaan dalam proses, yaitu
: (1) perhitungan Average (biaya rata-rata) dan (2) kalkulasi biaya FIFO (First In First Out =
masuk awal, keluar awal). Diantara keduanya terdapat perbedaan dalam format atau
prosedurnya; perbedaan terutama berkaitan dengan cara penanganan persediaan barang
dalam proses.
6. Perhitungan Biaya Rata-rata
Menurut metode ini, yang disebut juga kalkulasi biaya rata-rata terbobot (weighted average
costing), persediaan awal barang dalam proses disatukan (mergered) dengan biaya selama
periode yang baru, dan diperoleh angka rata-rata yang baru. Dengan cara demikian, akan
terdapat hanya satu angka rata-rata untuk barang yang telah diselesaikan.
Unit ekuivalen produksi yang diperoleh dengan kalkulasi biaya rata-rata dapat dijabarkan
10
sbb. :
Unit yang selesai (termasuk yang telah dialihkan dan yang masih tertahan) + (persediaan
akhir barang dalam proses x tingkat penyelesaian (%))
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa seluruh persediaan awal barang dalam proses
telah diselesaikan selama periode bersangkutan.
Contoh 3
Data berikut menyangkut kegiatan pada Dept. A selama bulan Mei :
Unit
Persediaan awal barang dalam proses (100% selesai unsur bahan dan 70 % selesai biaya konversi).................................. 16.000Barang masuk proses......................................... 172.000Unit yang ditransfer ke Dept. B......................... 160.000Unit selesai masih tertahan................................. 8.000Persedaiaan akhir barang dalam proses (100% selesai unsur bahan dan 60 % selesai unsur biaya konversi).......................... 20.000
Lalu ekuivalen produksi pada Dept. A untuk bulan Mei dengan menerapkan kalkulasi biaya
rata-rata dijabarkan sbb. :
Bahan Biaya KonversiUnit selesai : Ditransfer ke Dept. B....................... 160.000 160.000 Selesai dan tertahan....................... 8.000 8.000Persediaan akhir, jumlah unit selesai : Unsur bahan (100%)....................... 20.000 Biaya konversi (60%)...................... 12.000Ekuivalen produksi 188.000 180.000
Dalam metode ini persediaan awal barang dalam proses yang telah diselesaikan dalam bulan
sebelumnya ditambahkan pada jumlah produksi bulan berjalan. Akibatnya ialah sebagian
persediaan awal barang dalam proses untuk bulan sebelumnya dihitung 2 kali sebagai
persedian akhir barang dalam proses pada bulan Mei.
7. Biaya FIFO
Dalam metode ini biaya persediaan awal barang dalam proses dipisahkan dari biaya
tambahan yang dibebankan dalam periode yang baru. Dengan demikian akan terdapat 2
macam biaya unit untuk periode bersangkutan yaitu : (1) persediaan awal barang dalam
proses yang diselesaikan dan (2) unit yang dimulai dan diselesaikan selama periode yang
sama.
Menurut sistem FIFO persediaan awal barang dalam proses diasumsikan telah diselesaikan
dan ditransfer. Lalu persediaan akhir barang dalam proses diasumsikan bersasal dari barang
yang dimasukkan kedalam produksi selama periode itu. Dengan demikian persediaaan akhir
11
barang dalam proses diperhitungkan atas dasar biaya unit periode tsb., sesuai dengan tingkat
penyelesaiannya. Dalam penghitungan biaya FIFO unit ekuivalen dijabarkan sbb.
Unit Selesai (yang ditransfer dan yang tertahan)
(-) Persediaan awal barang dalam proses (tanpa memperhatikan tingkatpenyelesaian)
(+) Jumlah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan persediaan awalbarang dalam
proses
(+) Jumlah biaya penyelesaiaan persedaiaan akhir barang dalam proses
Contoh 4
Berdasarkan data yang sama dengan contoh 3, dijabarkan ekuivalen produksi untuk Dept. A
dengan metode FIFO sbb:
Unit Bahan KonversiUnit selesai : Ditransfer ke Dept. B 160.000 160.000 Selesai dan tertahan 8.000 8.000(-) Persediaan awal barang dlm proses (16.000) (16.000) Dimulai dan diselesaikan dlm periode ini 152.000 152.000Penyelesaiaan unit persediaan awal : Bahan (0%) 0 Biaya konversi (30%) 4.800 152.000 156.800Jmh biaya penyelesaian persediaan akhir Bahan (100%) 20.000 Biaya konversi (60%) 12.000 Ekuivalen produksi 172.000 168.800
Ekuivalen produksi berdasarkan metode FIFO dapat pula dihitung dengan cara mengurangi
sebagian persediaan awal barang dalam proses yang telah diselesaikan dalam bulan
sebelumnya dari jumlah produksi ekuivalen menurut metode kalkulasi biaya rata-rata :
Unit Bahan KonversiEkuivalen produksi, perhitungan biaya rata-rata (contoh 3) 188.000 180.000(-) persediaan awal brg dlm proses (diselesaikan selama bln sebelumnya) Bahan (100%) (16.000) Biaya konversi (70%) (11.200)Ekuivalen Produksi, biaya FIFO 172.000 168.800
Metode FIFO lebih unggul daripada metode biaya rata-rata, karena ia mengoreksi hitungan
ganda yang diakibatkan oleh pengalihan (carry over) jumlah barang dalam proses dari bulan
sebelumnya. Namun sekalipun terdapat cacat bahwa pada metode kalkulasi biaya rata-rata
tsb., metode ini umumnya diterapkan dalam dunia usaha, karena perhitungan ganda itu
hanya menyangkut sebagian kecil yang tak berarti dari keseluruhan jumlah unit yang
diproduksi.
12
8. Laporan Biaya Produksi
Laporan biaya produksi menunjukkan seluruh biaya yang dapat dibebankan ke suatu
departemen atau suatu pusat biaya (cost center) untuk suatu periode tertentu. Karena tujuan
utamanya ialah pengendalian biaya, maka perlu disediakan data mendetail mengenai jumlah
biaya dan biaya unit. Lazimnya perincian biayanya mencakup setiap unsur biaya pada
masing-masing departemen (atau masing-masing pusat biaya). Laporan itu dapat juga
digunakan untuk dasar pencatatan (jurnal) pada akhir bulan.Pada umumnya laporan biaya
produksi mencakup 4 bagian :
Kuantitas. Bagian ini melukiskan arus fisik dari unit-unit keluar masuk pada masing-masing
departemen.
Produksi Ekuivalen. Bagian ini menunjukkan: (1) unit dalam proses, yang diubah dalam
bilangan unit selesai dan (2) unit selesai yang aktual.
Biaya yang harus diperhitungkan (cost to account for). Dalam bagian ini diperhitungkan
biaya : (1) barang dalam proses pada awal periode bersangkutan, (2) barang yang ditransfer
masuk dari departemen terdahulu dan (3) barang yang ditambahkan pada departemen
bersangkutan.
Biaya yang telah diperhitungkan (cost accounted for). Dalam bagian ini diperhitungkan
penggunaan biaya yang dibebankan kepada departemen bersangkutan: (1) ditransfer keluar
departemen lainnya atau ke persediaan barang jadi (2) telah diselesaikan dan tertahan atau (3)
masih dalam proses pada akhir periode bersangkutan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah biaya
yang harus diperhitungkan mutlak harus sama dengan biaya yang telah diperhitungkan.
Laporan biaya produksi ada yang sangat terinci, dan yang hanya menunjukkan jumlah
totalnya saja, tergantung pada kebutuhan perusahaan atau keinginan manajemen.
13
D. Biaya Overhead pabrik
Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan:
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya.
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah
biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya
produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa
golongan yaitu:
a. Biaya bahan penolong.
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang
meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan
dengan harga pokok produksi tersebut. Contohnya bahan penolong dalam perusahaan
percetakan : bahan perekat, tinta koreksi, dan pita mesin tik.
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan.
Biaya ini berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai, dan harga
perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan
emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan peralatan, kendaraan,
perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung.
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat
diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya ini terdiri
dari upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak
langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari:
1) Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-departemen
pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel, dan departemen gudang.
2) Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi seperti kepala
departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, mandor.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya-biaya depresiasi
emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan peralatan, perkakas laboratorium, alat
kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi
gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan peralatan, asuransi kendaraan, dan asuransi
kecelakaan karyawan.
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
14
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya
reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN, dan
sebagainya.
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan.
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam
kisaran perubahan volume kegiatan tertentu.
b. Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
c. Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif biaya
overhead pabrik dan untuk pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang bersifat
semivariabel dipecah menjadi dua unsur : biaya tetap dan biaya variabel.
3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen.
Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya
overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departmental overhead expenses)
adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya
hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contohnya adalah biaya gaji mandor
departemen produksi, biaya depresiasi mesin, dan biaya bahan penolong.
b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departmental overhead
expenses) adalah biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
departemen. Contohnya adalah biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung
pabrik (dengan catatan: gedung pabrik digunakan oleh beberapa departemen produksi).
Penentuan Tarif Biaya Overhead pabrik
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Berikut ini alasan
pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka dan
langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik.
Alasan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik kepada Produk atas Dasar Tarif yang
Ditentukan Di Muka
Alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan
di muka adalah sebagai berikut :
15
1. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali
mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan
yang satu ke bulan yang lain. Hal ini akan berakibat pada penyajian harga pokok persediaan
dalam neraca dan besar kecilnya laba atau rugi yang disajikan dalam laporan rugi-laba,
sehingga mempunyai kemungkinan mempengaruhi keputusan-keputusan tertentu yang
diambil oleh manajemen. Sebenarnya harga pokok produksi per satuan tidak harus tetap sama
dari bulan ke bulan. Naik turunnya harga pokok produksi per satuan tidaklah dikehendaki jika
penyebabnya adalah karena terjadinya ketidakefisienan, terjadinya biaya yang tidak normal,
dan turunnya kegiatan produksi yang sifatnya sementara. Apabila biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi dibebankan kepada produk, maka harga pokok produksi per satuan
mungkin akan berfluktuasi karena :
a. Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan.
b. Perubahan tingkat efisiensi produksi.
c. Adanya biaya overhead pabrik yang terjadinya secara sporadik, menyebar tidak merata
selama jangka waktu tertentu.
d. Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu.
2. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan menggunakan harga
pokok pesanan, manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat
pesanan selesai dikerjakan. Padahal ada elemen biaya overhead pabrik yang baru dapat
diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan, atau akhir tahun. Contohnya tagihan listrik PLN
yang baru dapat diketahui setelah bulan tertentu berakhir.
Langkah-langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead pabrik
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:
1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.
Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan
(kapasitas) yang akan di pakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga
macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead
pabrik : kapasitas praktis, kapasitas normal, dan kapasitas sesungguhnya yang
diharapkan. Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat dilakukan dengan
lebih dahulu menentukan kapasitas teoritis, yaitu volume produksi maksimum yang dapat
dihasilkan oleh pabrik.
2. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.
Setelah anggaran biaya overhead pabrik disusun, langkah selanjutnya adalah memilih
dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil biaya overhead pabrik kepada
produk. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya
overhead pabrik kepada produk, diantaranya adalah:
16
a. Satuan produk
Metode ini adalah yang paling sederhana dan yang langsung membebankan biaya
overhead pabrik kepada produk. Beban biaya overhead pabrik untuk setiap produk
dihitung dengan rumus :
Taksiran biaya overhead pabrik = Tarif biaya overhead pabrik per satuanTaksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan
Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu
macam produk. Bila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk yang
serupa dan berhubungan erat satu sama lain (perbedaannya hanya pada berat atau
volume), pembebanan biaya overhead pabrik dapat dilakukan dengan dasar
tertimbang atau dasar nilai.
b. Biaya bahan baku
Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku
(misalnya biaya asuransi bahan baku), maka dasar yang dipakai untuk
membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai. Rumusnya :
Taksiran biaya overhead pabrik x 100% = Persentase biaya overhead pabrik dari biaya bahan baku yang dipakaiTaksiran biaya bahan baku yang
dipakai
Semakin besar biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan produk,
semakin besar pula biaya overhead pabrik yang dibebankan kepadanya.
Metode ini terbatas pemakaiannya, karena suatu produk mungkin terbuat dari bahan
baku yang harganya mahal, sedangkan produk yang lain dibuat dari bahan yang lebih
murah. Jika proses pengerjaan kedua produk tersebut adalah sama, maka produk
pertama akan menerima beban biaya overhead pabrik yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan produk yang kedua. Hal ini tidaklah adil.
Bila biaya overhead pabrik bervariasi dengan jumlah (berat) bahan baku, misalnya
biaya penanganan persediaan, maka dasar pembebanan biaya overhead pabrik yang
dipakai adalah kuantitas bahan baku yang dipakai.
c. Biaya tenaga kerja langsung
Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat
dengan jumlah upah tenaga kerja langsung (misalnya pajak penghasilan atas upah
karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk
membebankan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif ini
dihitung dengan rumus:
Taksiran biaya overhead pabrik x 100% = Persentase biaya overhead pabrik dari biaya tenaga kerja langsungTaksiran biaya tenaga kerja langsung
17
Kelemahan metode ini :
1) Biaya overhead pabrik harus dipandang sebagai tambahan nilai produk. Karena
biaya depresiasi mesin dan peralatan yang mempunyai harga pokok tinggi, yang
tidak mempunyai hubungan dengan biaya tenaga kerja langsung.
2) Jumlah biaya tenaga kerja langsung merupakan jumlah total upah dengan tarif
tinggi dan rendah. Bila suatu pekerjaan atau produk ditangani oleh karyawan yang
tarif upahnya tinggi, maka beban biaya overhead pabriknya akan relatif tinggi bila
dibandingkan dengan produk yang dikerjakan oleh karyawan yang tarif upahnya
rendah.
d. Jam tenaga kerja langsung
Karena ada hubungan erat antara jumlah upah dengan jumlah jam kerja (jumlah upah
adalah hasil kali jumlah jam kerja dengan tarif upah) maka disamping biaya standar
pabrik dibebankan atas dasar upah tenaga kerja langsung, dapat pula dibebankan atas
dasar jam tenaga kerja langsung. Jadi bila biaya overhead pabrik mempunyai
hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk
membebankan adalah jam tenaga kerja langsung. Rumusnya :
Taksiran biaya overhead pabrik= Tarif biaya overhead per jam
tenaga kerja langsungTaksiran jam tenaga kerja
e. Jam mesin
Bila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (misalnya
bahan bakar atau listrik yang dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang
dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik
dihitung dengan rumus :
Taksiran biaya overhead pabrik= Tarif biaya overhead pabrik per
jam mesinTaksiran jam kerja mesin
3. Menghitung tarif biaya overhead pabrik.
Rumus dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik yaitu:
Biaya overhead pabrik yang dianggarkan= Tarif biaya overhead pabrik
Taksiran dasar pembebanan
Untuk keperluan analisis selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang
dibebankan kepada produk atas dasar tarif, tarif biaya overhead pabrik harus di pecah
menjadi dua macam: tarif biaya overhead pabrik tetap dan tarif biaya overhead pabrik
variabel. Oleh karena itu tiap-tiap elemen biaya overhead pabrik yang dianggarkan harus
18
sudah digolongkan sesuai dengan perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan.
Dalam penentuan tarif ini, terdapat masalah mengenai diikutsertakan tidaknya elemen
biaya overhead pabrik yang bersifat tetap dalam penghitungan harga pokok produksi.
Dalam akuntansi biaya terdapat dua pendapat mengenai elemen-elemen biaya yang
dimasukkan dalam harga pokok produksi, yaitu:
a. Pendapat pertama mengatakan bahwa semua biaya produksi merupakan harga pokok
produksi. Jadi menurut pendapat ini harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku
tetap maupun yang variabel. Metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua biaya produksi sebagai harga pokok produksi dikenal
dengan nama full costing method (absorption costing atau conventional costing
method).
b. Pendapat kedua mengatakan bahwa harga pokok produksi hanya terdiri dari biaya-
biaya produksi yang berperilaku variabel saja. Biaya-biaya produksi yang berperilaku
tetap diperlakukan sebagai biaya periode. Jadi menurut pendapat ini, harga pokok
produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik variabel. Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produksi
dikenal dengan nama direct costing atau variable costing.
Setelah tarif biaya overhead pabrik ditentukan, produk yang diproduksi dalam tahun
anggaran dibebani dengan biaya overhead pabrik dengan tarif tersebut. Dalam tahun
anggaran tersebut dikumpulkan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Pada
akhir tahun, biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif
dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Dalam metode
full costing selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif
dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dianalisis menjadi dua macam
selisih, yaitu:
1. Selisih anggaran, menunjukkan perbedaan antara biaya yang sesungguhnya terjadi
dengan taksiran biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran. Selisih
anggaran pada dasarnya berhubungan dengan biaya overhead pabrik variabel, tetapi
jika biaya overhead pabrik tetap berbeda dari apa yang dianggarkan (misalnya
kenaikan pajak, tarif premi asuransi atau kenaikan biaya depresiasi karena tambahan
fasilitas pabrik) hal ini juga menimbulkan selisih anggaran.
2. Selisih kapasitas, disebabkan karena tidak dipakainya atau dilampauinya kapasitas
yang dianggarkan. Jumlah selisih kapasitas merupakan perbedaan antara biaya
19
overhead pabrik tetap yang dianggarkan dengan biaya overhead pabrik tetap yang
dibebankan kepada produk.
3. Selisih tersebut pada akhir tahun diperlakukan sebagai penyesuai terhadap rekening-
rekening persediaan dan harga pokok penjualan atau diperlakukan sebagai penyesuai
perhitungan rugi laba.
20
Kasus Process Costing – Metode FIFO dan Rata-rata
PT Didi memproduksi susu dengan berbagai macam rasa, salah satunya susu coklat. Dua bahan baku untuk membuat susu coklat yaitu susu dan sirup coklat dikerjakan pada Departemen Produksi. Tidak ada bahan baku yang menguap dalam proses produksi, sehingga satu galon bahan baku dapat menghasilkan satu galon susu coklat.
Sebanyak 15.000 galon sedang dalam proses pada awal Mei. Semua bahan baku telah dimasukan namun unit hanya 2/3 dari tahap selesai. Biaya bahan baku sebesar Rp19.200,00 dan biaya konversi sebesar Rp14.400,00 dibebankan pada persediaan awal.
Selama bulan Mei, 435.000 galon bahan baku dikerjakan dengan biaya sebesar Rp426.300,00. Sedangkan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp103.000,00 dan biaya overhead sebesar Rp309.000,00.
Ending work in process pada bulan Mei adalah sebanyak 50.000 galon. Seluruh bahan baku telah dimasukan pada persediaan akhir dan 20% dari biaya konversi telah dibebankan. Output dari Departemen Produksi kemudian ditransfer ke Departemen Pengepakan.
Pertanyaan :
1. Dengan menggunakan metode FIFO, buatkan Process Cost Report Departemen Produksi pada bulan Mei!
2. Berapa jumlah unit yang akan ditransfer keluar dari Work in Process Inventory Departemen Produksi dan ke mana jumlah rupiah tersebut akan ditransfer? Buat jurnalnya!
3. Dengan menggunakan metode rata-rata, buatkan Process Cost Report Departemen Produksi pada bulan Mei!
4. Jawab pertanyaan nomor 2 berdasarkan jawaban dari pertanyaan nomor 3!
21
Jawaban
1. Process cost report dengan metode FIFO Departemen Produksi
Process Cost Report – FIFO MethodUntuk bulan Mei
Beginning inventory 15.000Unit started this period 435.000Units to be accounted for 450.000
Current Equivalent Units of EffortPhysical
UnitsDirect
Materials% Incurred
During Period
Conversion % Incurred During Period
Beginning Inventory 15.000 - 0% 5.000 33%Units started and completed
385.000 385.000 100% 385.000 100%
Ending inventory 50.000 50.000 100% 10.000 20%Units accounted for 450.000 435.000 400.000
Total Costs (Rp)
Direct Materials
Costs
Conversion Costs
Beginning Inventory 33.600,00 = 19.200,00 + 14.400,00Current costs 838.300,00 = 426.300,00 + 412.000,00Total costs 871.900,00
Current Costs 426.300,00 412.000Equivalent Units 435.000 400.000Cost per equivalent unit 2,01 = 0,98 + 1,03
Cost of goods manufactured and transferred out :From beginning inventory
33.600,00
Current costs to complete
5.150,00 = 0 + (5.000 x 1,03)
Units started and complete
773.850,00 = (385.000 x 0,98) + (385.000 x 1,03)
Cost of goods manufactured
812.600,00
Ending inventory 59.300,00 = (50.000 x 0,98) + (10.000 x 1,03)Total costs 871.900,00
2. Biaya sebesar Rp812.600,00 akan ditransfer ke Work In Process Inventory pada Departemen Pengepakan. Dengan jurnal :Work in process (Departemen Pengepakan) 812.600,00 Work in process (Departemen Produksi) 812.600,00
22
3. Process cost report dengan metode rata-rataDepartemen Produksi
Process Cost Report – Metode Rata-rataUntuk Bulan Mei
Beginning inventory 15.000Units started this period 435.000Units to be accounted for 450.000
Total Equivalent Units of EffortPhysical
UnitsDirect
Materials% Incurred
During Period
Conversion % Incurred During Period
Units completed and transferred out
400.000 400.000 100% 400.000 100%
Ending inventory 50.000 50.000 100% 10.000 20%Units accounted for 450.000 450.000 410.000
Total Costs (Rp)
Direct Materials
Costs
Conversion Costs
Beginning Inventory 33.600,00 = 19.200,00 + 14.400,00Current costs 838.300,00 = 426.300,00 + 412.000,00Total costs 871.900,00 445.500,00 426.400,00
Total Costs 445.500,00 426.400,00Equivalent Units 450.000 410.000Cost per equivalent unit 2,03 = 0,99+ 1,04
Cost of goods manufactured and transferred out : 812.000,00 = (400.000 x 0,99) + (400.000 x 1,04)Ending inventory 59.300,00 = (50.000 x 0,99) + (10.000 x 1,04)Total costs 871.900,00
4. Biaya sebesar Rp812.000,00 akan ditransfer ke Work In Process Inventory pada Departemen Pengepakan. Dengan jurnal :Work in process (Departemen Pengepakan) 812.000,00 Work in process (Departemen Produksi) 812.000,00
23
Contoh Kasus Job Order Costing
Bostian Co. menggunakan job order costing. Sebagian besar produk dikerjakan oleh 2 Departemen. Berikut adalah data-data yang tersedia :
Departemen A Departemen BBudgeted overhead Rp100.000,00 Rp500.000,00Actual overhead Rp110.000,00 Rp520.000,00Expected activity (DLH) 50.000 10.000Expected machine hours 10.000 50.000
Job 101Direct Materials Rp20.000,00Direct labor cost : Departemen A (5.000 jam, @Rp6,00 per jam) Rp30.000,00 Departemen B (1.000 jam, @Rp6,00 per jam) Rp6.000,00Machine hours (MH) used : Departemen A 100 Departemen B 1.200Units produced 10.000
Bostian Co. menggunakan direct labor hours (DLH) untuk menentukan predetermined overhead rate. Bostian Co. menjual produk Job 101 sebesar total biaya plus 30%.
Pertanyaan :
1. Berapa predetermined overhead rate?2. Hitung berapa biaya per unit (Unit cost) untuk Job 101!3. Asumsikan Job 101 selesai pada bulan Mei dan dijual pada bulan September. Apa jurnal
yang dilakukan untuk penyelesaian dan penjualan Job 101?4. Lakukan penghitungan biaya per unit jika Bostian Co menggunakan departmental
overhead rates. Gunakan DLH untuk Departemen A dan MH untuk Departemen B. Apakah penggunaan metode ini menghasilkan unit cost yang lebih akurat? Jelaskan!
5. Asumsikan Job 101 selesai dikerjakan bulan Mei dan terjual di bulan September. Dengan menggunakan hasil pada poin 4, lakukan penjurnalan pada saat Job 101 selesai dikerjakan dan terjual?
24
Solusi :
1. Lakukan penjumlahan biaya overhead pada masing-masing departemen dibagi dengan aktivitas DL.Predetermined overhead rate = Rp600.000,00/60.000 = Rp10,00 per DLH.
2. Direct materials 20.000,00Direct labor 36.000,00Overhead (Rp10,00 x 6.000 DLH) 60.000,00 Total manufacturing cost 116.000,00Unit cost (Rp116.000,00/10.000) 11,60
3. Finished Goods 116.000,00 Work in Process 116.000,00Cost of Goods Sold 116.000,00 Finished Goods 116.000,00Accounts Receivable 150.800,00 Sales 150.800,00(116.000,00 + (0,3)(116.000,00) = 150.800,00)
4. Predetermined rate departemen A : Rp100.000,00/50.000 = Rp2,00 per DLHPredetermined rate departemen B : Rp500.000,00/50.000 = Rp10,00 per MH
Direct materials 20.000,00Direct labor 36.000,00Overhead : Departemen A : Rp2,00 x 5.000 10.000,00 Departemen B : Rp10,00 x 1.200 12.000,00Total manufacturing costs 78.000,00Unit cost (Rp78.000,00/10.000) 7,80
Perhitungan overhead menggunakan departemental rates lebih akurat. Hal ini karena lebih terdapat korelasi antara overhead yang ditetapkan dengan overhead yang dikonsumsi di masing-masing Departemen. Job 101 menghabiskan waktu lebih lama di Departemen A, yang memiliki rate lebih rendah dibandingkan dengan rate di Departemen B. Dengan menggunakan Deparmental Rate dapat merefleksikan perbedaan waktu dan konsumsi overhead lebih baik dari pada metode DLH saja.
5. Finished Goods 78.000,00 Work in Process 78.000,00Cost of Goods Sold 78.000,00 Finished Goods 78.000,00Accounts Receivable 101.400,00Sales 101.400,00(78.000,00 + (0,3)(78.000,00) = 101.400,00
25
Kasus Pembebanan Overhead Pabrik
Untuk menggambarkan penggunaan metode harga pokok pesanan, berikut contoh kasus
pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan dan pendekatan
full costing dalam penentuan harga pokok produksi.
PT. Sayonara berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan
spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Untuk
dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor dan tiap dokumen sumber dan dokumen
pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan.
Dalam bulan November 1999, PT. Sayonara mendapat pesanan untuk mencetak undangan
sebanyak 1.500 lembar dari PT.Chimera. Harga yang dibebankan kepada pesanan tersebut adalah
Rp.3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk
mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT. Anbu, dengan harga yang dibebankan
kepada pemesan sebesar Rp. 1.000 per lembar. Pesanan dari PT. Chimera diberi nomor 101 dan
pesanan dari PT. Anbu diberi nomor 102.
Perhitungan dan jurnal nya:
Kartu Harga Pokok :
PT.Sayonara Banjarmasin
KARTU HARGA POKOK No.Pesanan : A-101 Pemesanan : PT. Chimera
Jenis Produk : UndanganSifat Pesanan : Segera
Tgl Pesan : 02-Jan-99 Jumlah : 500 ExemplarTgl Selesai : 22-Jan-99 Harga Jual : Rp.500.000
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya overhead pabrik
Tgl. No.BPBG Ket. Jumlah Tgl. No. Kartu Jam Kerja
Jumlah Tgl. Jam Mesin
Tarif Jumlah
Kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut, yaitu:
1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong.
Pada tanggal 3 November perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong :
Bahan baku:
Kertas jenis X 85 Ream @ Rp. 10.000,- Rp. 850.000,-Kertas jenis Y 10 Roll @Rp.350.000,- 3.500.000,-Tinta jenis A 5 kg @Rp.100.000,- 500.000,-Tinta jenis B 25kg @Rp.25.000,- 625.000,-
26
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp.5.475.000,-
Bahan Penolong:
Bahan penolong P 17kg @Rp.10.000,- 170.000,-Bahan penolong Q 60 liter @Rp.5.000,- 300.000,-Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp. 470.000,-Jumlah total Rp.5.945.000,-
Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh Bagian Pembelian. Bahan tersebut kemudian
disimpan dalam gudang menanti saatnya dipakai dalam proses produksi untuk memenuhi pesanan
tersebut. Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan:
Persediaan bahan baku dan Persediaan bahan penolong. Pembelian bahan baku dan bahan
penolong tersebut dijurnal:
Jurnal 1:
Persediaan bahan baku Rp. 5.475.000,-Utang dagang Rp.5.475.000,-
Jurnal 2:
Persediaan bahan penolong Rp. 470.000,-Utang dagang Rp. 470.000,-
2. Pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi.
Untuk memproses pesanan 101 dan 102, bahan baku yang digunakan yaitu:
Bahan baku untuk Pesanan 101:Kertas jenis X 85 ream @Rp.10.000,- Rp. 850.000,-Tinta jenis A 5 kg @Rp.100.000,- 500.000,- Jumlah bahan baku untuk pesanan 101 Rp.1.350.000,-
Bahan baku untuk Pesanan 102:Kertas jenis Y 10 roll @Rp. 350.000,- Rp.3.500.000,-Tinta jenis B 25 kg @Rp. 25.000,- 625.000,-Jumlah bahan baku untuk pesanan 102 Rp.4.125.000,-Jumlah bahan baku yang dipakai Rp.5.475.000,-
Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai
berikut:
Bahan penolong P 10 kg @Rp.10.000,- Rp. 100.000,-Bahan penolong Q 40 liter @Rp.5.000,- 200.000,-Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi Rp. 300.000,-
27
Kartu Harga Pokok Pesanan 101
PT.Sayonara
Banjarmasin
KARTU HARGA POKOK
No.Pesanan : A-101 Pemesanan :
PT. Chimera
Jenis Produk :Undangan Sifat Pesanan : Segera
Tgl Pesan :02-Jan-
99 Jumlah :
500 Exemplar
Tgl Selesai :22-Jan-
99 Harga Jual :Rp.500.000
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya overhead pabrik
Tgl. No.BPBG Ket. Jumlah Tgl.No. Kartu Jam Kerja
Jumlah Tgl.
Jam Mesin
Tarif Jumlah
Kertas X 850,000 900,000
B.Tenaga kerja langsung
Tinta A 500,000
15
0% 1,350,000
Jumlah 1,350,000 Jumlah 900,000 Jumlah 1,350,000
Jumlah total biaya produksi adalah……. 3,600,000
Kartu harga pokok pesanan 102
28
PT.Sayonara Banjarmasin
KARTU HARGA POKOK
No.Pesanan : 102 Pemesanan : PT. Anbu
Jenis Produk :Pamflet iklan
Sifat Pesanan : Biasa
Tgl Pesan : 15-Nov-99 Jumlah :20.000 Lembar
Tgl Selesai : 16-Nov-99 Harga Jual : Rp.20.000.000
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya overhead pabrik
Tgl. No.BPBG Ket. Jumlah Tgl.No. Kartu Jam Kerja
Jumlah Tgl.
Jam Mesin
Tarif Jumlah
Kertas X 3,500,000 5,000,000
B.Tenaga kerja langsung
Tinta A 625,000
150% 7,500,000
Jumlah 4,125,000 Jumlah 5,000,000 Jumlah 7,500,000
Jumlah total biaya produksi adalah……. 16,625,000
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku diatas adalah:
Jurnal 3 :
Barang dalam proses-Biaya bahan baku Rp. 5.475.000,-Persediaan bahan baku Rp. 5.475.000,-
Jurnal pencatatan bahan penolong yang merupakan unsur biaya produksi tidak langsung :
Jurnal 4 :
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Rp. 300.000,-Persediaan bahan penolong Rp. 300.000,-
3. Pencatatan biaya tenaga kerja
Dalam harga pokok pesanan ini harus dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung dengan upah
tenaga kerja tidak langsung.
29
Dari contoh di atas, misalnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi :
Upah langsung untuk pesanan 101 225 jam@ Rp. 4.000,- Rp. 900.000,-Upah langsung untuk pesanan 102 1.250 jam@ Rp. 4.000,- Rp.5.000.000,-Upah tidak langsung Rp.3.000.000,-Jumlah upah Rp.8.900.000,-Gaji karyawan administrasi dan umum Rp.4.000.000,-Gaji karyawan bagian pemasaran Rp.7.500.000,-Jumlah gaji Rp.11.500.000,-Jumlah biaya tenaga kerja Rp.20.400.000,-
Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:
a. pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaanb. pencatatan distribusi biaya tenaga kerjac. pencatatan pembayaran gaji dan upah
dari data di atas, jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yaitu:
a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.
Jurnal 5 :
Gaji dan upah Rp. 20.400.000,-Utang gaji dan upah Rp.20.400.000,-
b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.
Jurnal 6 :
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp.5.900.000,-Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp.3.000.000,-Biaya administrasi dan umum Rp.4.000.000,-Biaya pemasaran Rp.7.500.000,-
Gaji dan upah Rp.20.400.000,-
c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah.
Jurnal 7 :
Utang gaji dan upah Rp.20.400.000,-Kas Rp.20.400.000,-
4. Pencatatan biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada tiap pesanan :Pesanan 101 150%x Rp.900.000 Rp. 1.350.000,-Pesanan 102 150%x Rp.5.000.000 Rp. 7.500.000,-Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp. 8.850.000,-
Jurnal untuk mencatat beban biaya overhead pabrik kepada pesanan tersebut :
Jurnal 8 :
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik................ Rp.8.850.000,-Biaya overhead pabrik yang dibebankan .............................. Rp.8.850.000,-
30
Misalnya biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan penolong
Rp.300.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp.3000.000,- seperti pada jurnal 4 dan
6):
Biaya depresiasi mesin Rp.1500.000,-Biaya depresiasi gedung pabrik Rp.2000.000,-Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp. 700.000,-Biaya pemeliharaan mesin Rp.1000.000,-Biaya pemeliharaan gedung Rp. 500.000,-Jumlah Rp 5700.000,-
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi :
Jurnal 9 :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp.5.700.000,-Akumulasi depresiasi mesin Rp. 1.500.000,-Akumulasi depresiasi gedung Rp. 2.000.000,-Persekot asuransi Rp. 700.000,-Persediaan suku cadang Rp. 1.000.000,-Persediaan bahan bangunan Rp. 500.000,-
Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasar tarif menyimpang
dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, saldo rekening biaya overhead pabrik yang
dibebankan di tutup ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Jurnal penutupnya:
Jurnal 10:
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp. 8.850.000,- Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. 8.850.000,-
Selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dengan biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo
rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Setelah jurnal 10 dibukukan, saldo rekening biaya
overhead pabrik sesungguhnya:
Debit :
Jurnal 4 Rp. 300.000,-Jurnal 6 Rp. 3.000.000,-Jurnal 9 Rp. 5.700.000,-Jumlah debit Rp. 9.000.000,-
Kredit :
Jurnal 10 Rp. 8.850.000,-
Selisih pembebanan kurang Rp. 150.000,-
Selisih biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening selisih biaya overhead
pabrik. Jika terjadi selisih pembebanan kurang, jurnalnya:
Jurnal 11 :
Selisih biaya overhead pabrik Rp. 150.000,-
31
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. 150.000,-
5. Pencatatan harga pokok produk jadi.
Harga pokok pesanan 101 dihitung:Biaya bahan baku Rp. 1.350.000,-Biaya tenaga kerja langsung Rp. 900.000,-Biaya overhead pabrik Rp. 1.350.000,-Jumlah harga pokok pesanan 101 Rp. 3.600.000,-Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut :
Jurnal 12 :
Persediaan produk jadi Rp. 3.600.000,-Barang dalam proses- Biaya bahan baku Rp. 1.350.000,-Barang dalam proses-Biaya tenaga kerja langsung Rp. 900.000,-Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik Rp. 1.350.000,-
6. Persediaan harga pokok produk dalam proses.
Pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi. Misalnya dari
contoh di atas, pesanan 102 pada akhir periode akuntansi belum selesai dikerjakan. Harga pokok
pesanan 102 dapat dihitung dengan menjumlah biaya-biaya produksi yang telah dikeluarkan
sampai dengan akhir bulan November 1999.
Jurnal 13 :
Persediaan produk dalam proses Rp.16.625.000,-Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp. 4.125.000,-Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000.000,-Barang dalam proses-biaya overhead pabrik Rp. 7.500.000,-
7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual.
Jurnal 14 :
Harga pokok penjualan Rp. 3.600.000,-Persediaan produk jadi Rp. 3.600.000,-
8. Pencatatan pendapatan penjualan produk.
Pada awal contoh ini telah disebutkan bahwa pesanan 101 berupa pesanan 1500 lembar undangan
dengan harga jual Rp. 3.000,- per lembar atau harga total Rp. 4.500.000,-. Jurnal yang dibuat
untuk mencatat piutang kepada pemesan :
Jurnal 15 :
Piutang dagang Rp. 4.500.000,-Hasil penjualan Rp.4.500.000,-
-SELESAI-
32