Sistem pemanenan air hujan aatu Rainwater...
Transcript of Sistem pemanenan air hujan aatu Rainwater...
BAB IV
HASIL RANCANGAN PEMANENAN AIR HUJAN
Rancangan pemanenan air hujan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air
bersih masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan mengacu pada faktor
lingkungan, sosial, teknik dan ekonomi. Informasi berkaitan dengan rancangan
pemanenan air hujan ini diperoleh berdasarkan hasil pengumpulan data yang
berkaitan dengan lokasi penelitian di Kelurahan Cicadas Kota Bandung.
.
4.1 Faktor Lingkungan dalam Sistem Pemanenan Air Hujan
Pengumpulan data berkaitan dengan faktor lingkungan dilakukan dengan
mengumpulkan data curah hujan, jumlah hari hujan dan intensitas hujan untuk
mengetahui kontinuitas dan kuantitas air hujan yang dapat diasumsikan
menggambarkan kondisi lokasi penelitian, serta kualitas air hujan dalam
memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
4.1.1 Analisis Kontinuitas dan Kuantitas Air Hujan
Curah hujan di Provinsi Jawa Barat pada umumnya termasuk dalam
kategori tinggi (Stasiun Geofisika Kelas I Kota Bandung 2000). Pada daerah
dataran tinggi yang merupakan daerah pegunungan, memiliki curah hujan sampai
dengan di atas 4500 mm/tahun. Curah hujan Kota Bandung yang termasuk
kategori agak rendah, memiliki musim kemarau yang relatif pendek yaitu sekitar 3
(tiga) bulan, dengan rata-rata curah hujan 2000 mm/tahun.
71
4.1.1.1 Analisis Kontinuitas Air Hujan
Kontinuitas air hujan di Kelurahan Cicadas Bandung dapat diperoleh dari
rata-rata curah hujan tahunan setempat yang merupakan presipitasi. Berikut
ditampilkan hasil pengumpulan data curah hujan tahunan selama 13 (tiga belas)
tahun dari mulai tahun 1992 sampai dengan tahun 2004.
2855.3
1932.3 1932.3 1924.5
2557.5
1456.4
2604.3
1950.51743.1
2406.8
1927.0 1876.6 1932.4
0.0
500.0
1000.0
1500.0
2000.0
2500.0
3000.0
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
Cura
h Hu
jan
(mm
)
Sumber: Hasil Pengolahan dari Data Curah Hujan Stasiun Geofisika Kelas I Kota Bandung, 2005
Gambar 4.1
Jumlah Curah Hujan Tahunan dari Tahun 1994 sampai Tahun 2004
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa dari tahun 1994 sampai tahun
2004 bahwa jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 1992 yaitu sebesar
2.855,3 mm, sedangkan terendah terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar 1456,4
mm. Adapun rata-rata curah hujan tahunan yaitu sebesar 2.084,5 mm/tahun. Rata-
rata curah hujan yang lebih besar dari 2000 mm/tahun di Kota Bandung ini jika
penggunaan air hujan dilakukan, dengan mengasumsikan penguapan adalah
sebesar 10%, dan luas atap adalah 100 m2, maka diperkirakan air hujan yang akan
tertampung adalah sebesar 180 m3/tahun atau 180.000 liter/tahun. Volume jumlah
72
air hujan yang tertampung ini dengan mengasumsikan bahwa air hujan yang
tertampung pada tahun sebelumnya akan dipergunakan untuk tahun berikutnya.
Kemudian dengan asumsi kebutuhan air rumah tangga adalah 160
liter/hari/KK (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Departemen
Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembangan PU dan LPM ITB, 1988),
per tahunnya dibutuhkan kurang dari 60m3/tahun/KK atau 60.000 liter/tahun/KK,
sehingga air hujan yang didapat pertahunnya dari 100 m2 atap, jauh melebihi
kebutuhan keluarga. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kontinuitas hujan di
Kelurahan Cicadas Kota Bandung dapat memenuhi secara kontinu kebutuhan air
bersih masyarakatnya.
4.1.1.2 Analisis Kuantitas Air Hujan
Kuantitas air hujan, tergantung pada potensi curah hujan di daerah
setempat. Kelurahan Cicadas Kota Bandung memiliki potensi curah hujan yang
diperlihatkan dalam bentuk Tabel curah hujan sebagai berikut:
73
Tabel 4.1Curah Hujan Kota Bandung Periode 1992-2004
Ket. Data dalam milimeter (mm)Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jumlah Rata-
Rata1992 317.0 254.3 406.3 335.6 178.0 62.1 117.2 140.0 80.0 220.9 403.9 340.0 2855.3 237.91993 241.6 101.6 390.7 173.6 114.4 118.7 14.3 96.1 80.4 122.7 236.6 241.6 1932.3 161.01994 241.6 101.6 390.7 173.6 114.4 118.7 14.3 96.1 80.4 122.7 236.6 241.6 1932.3 161.01995 185.6 120.0 273.8 163.0 189.1 129.6 50.5 0.0 70.2 229.9 387.0 125.8 1924.5 160.41996 292.4 166.3 229.7 245.6 99.0 52.8 89.7 107.6 142.0 292.3 610.2 229.9 2557.5 213.11997 139.1 105.5 189.0 227.2 291.4 4.0 15.1 16.5 1.4 37.0 111.4 318.8 1456.4 121.41998 184.0 409.3 481.2 275.4 178.5 236.9 118.6 74.6 134.3 196.6 217.3 97.6 2604.3 217.01999 192.3 174.0 239.2 130.4 248.3 67.4 70.5 23.0 18.7 265.7 288.8 232.2 1950.5 162.52000 265.3 136.2 147.2 248.1 239.2 47.4 80.7 19.8 44.8 152.4 291.3 70.7 1743.1 145.32001 219.6 205.5 209.0 235.3 83.1 87.1 187.2 53.9 107.3 408.0 564.4 46.4 2406.8 200.62002 364.8 81.4 344.1 183.1 55.0 54.1 121.8 37.9 10.3 20.6 196.2 457.7 1927.0 160.62003 72.1 265.6 365.0 136.0 111.7 37.4 40.5 74.7 76.3 314.2 197.2 185.9 1876.6 156.42004 195.6 191.2 240.8 304.8 286.5 76.2 34.4 11.4 84.7 83.5 184.4 238.9 1932.4 161.0
Jumlah 2911.0 2312.5 3906.7 2831.7 2188.6 1092.4 954.8 751.6 930.8 2466.5 3925.3 2827.1 27099.0 2258.3Rata2 223.9 177.9 300.5 217.8 168.4 84.0 73.4 57.8 71.6 189.7 301.9 217.5 2084.5 173.7
Sumber: Stasiun Geofisika Kelas I Kota Bandung 2005
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pada musim hujan rata-rata
curah hujan bulanan tertinggi yaitu pada posisi bulan November sebesar 301,9
mm; sedangkan pada musim kemarau rata-rata curah hujan bulanan terendah yaitu
pada posisi bulan Agustus sebesar 57,8 mm. Untuk memperlihatkan fluktuasi rata-
rata curah hujan bulanan dapat diperlihatkan dalam bentuk gambar sebagai
berikut.
223.9
177.9
300.5
217.8
168.4
84.0 73.4 57.8 71.6
189.7
301.9
217.5
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
Rata
-Rat
a Cu
rah
Huja
n
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
Sumber: Hasil Pengolahan dari Data Curah Hujan Stasiun Geofisika Kelas I Kota Bandung, 2005
Gambar 4.2Rata-Rata Curah Hujan Bulanan
74
Perhitungan menggunakan kuantitas air hujan bulanan untuk jangka
panjang disertai usaha untuk memperoleh pasok harian air hujan optimal dapat
dilihat berdasarkan perhitungan Suply dan Demand berdasarkan curah hujan
bulanan yang hasilnya dapat diketahui sebagai berikut.
Tabel 4.2Penentuan Volume Penampungan Air Hujan Optimum
Waktu Hujan Luas Atap (m2)
Massa Pasok SurplusBln Hari mm % (m3) Kum (ltr/hr) (m3) Kum (m3) Kum1 31 223.92 11 100 22.39 22.39 570 17.67 17.67 4.72 4.722 28 177.89 9 100 17.79 40.18 570 15.96 33.63 1.83 6.553 31 300.52 14 100 30.05 70.23 570 17.67 51.30 12.38 18.934 30 217.82 10 100 21.78 92.01 570 17.10 68.40 4.68 23.615 31 168.35 8 100 16.84 108.85 570 17.67 86.07 -0.83 22.786 30 84.03 4 100 8.40 117.25 570 17.10 103.17 -8.70 14.087 31 73.45 4 100 7.34 124.60 570 17.67 120.84 -10.33 3.768 31 57.82 3 100 5.78 130.38 570 17.67 138.51 -11.89 -8.139 30 71.60 3 100 7.16 137.54 570 17.10 155.61 -9.94 -18.0710 31 189.73 9 100 18.97 156.51 570 17.67 173.28 1.30 -16.7711 30 301.95 14 100 30.19 186.71 570 17.10 190.38 13.09 -3.6712 31 217.47 10 100 21.75 208.45 570 17.67 208.05 4.08 0.40
Total 365 2084.54 100 208.45 208.05 0.40 Vol. Reservoir 41.69
Sumber: Hasil Perhitungan, Tahun 2005
Berdasarkan tabel tersebut bahwa dengan mempergunakan luas atap
sebesar 100 m2 dan dengan cara coba-coba penggunaan air per hari (pasokan air)
dapat diketahui potensi penggunaan air hujan berdasarkan curah hujan bulanan
yaitu sebesar 570 liter per hari. Jumlah pasokan air yang tetap ini akan
menyebabkan surplus yang merupakan periode kritis air yang terjadi pada bulan
Agustur, September, Oktober dan November. Periode krisis air ini terjadi
puncaknya pada bulan Agustus, dan secara kumulatif terjadi pada bulan
September. Sedangkan periode air hujan yang melimpah secara kumulatif terjadi
pada bulan April. Untuk lebih jelasnya jumlah surplus kumulatif dapat
digambarkan sebagai berikut.
75
6.55
18.9322.78
14.08
3.76
-16.77
-3.670.40
-18.07
-8.134.72
23.61
-30
-20
-10
0
10
20
30
Jan
Feb Mar AprMay Ju
n Jul
Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
m3
Gambar 4.3
Surplus Kumulatif Pengisian dan Penggunaan Air Hujan
Fluktuasi data kumulatif surplus air hujan ini untuk dapat memenuhi
periode kritis air, maka penampungan air hujan optimum dapat diketahui
berdasarkan surplus minimum dan surplus maksimum yang diketahui sebesar
41,69 m3. Penggunaan volume penampungan air hujan ini memperlihatkan bahwa
dengan mengasumsikan luas tangkapan air hujan sebesar 100 m2, dan volume
penampungan air hujan sebesar 41,69 m3 diketahui potensi penggunaan air hujan
diperoleh sebesar 570 liter per hari. Kemudian berdasarkan kebutuhan air bersih
rumah tangga yaitu sebesar 160 liter/hari/KK (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan
Pengembangan PU dan LPM ITB, 1988) dapat dikatakan bahwa secara kuantitas
potensi curah hujan bulanan Kota Bandung dapat memenuhi kebutuhan air bersih
untuk lebih dari 3 (tiga) keluarga.
76
4.1.2 Analisis Kualitas Air Hujan dalam Memenuhi Syarat Air Bersih
4.1.2.1 Hasil Pengukuran Kualitas Air Hujan
Pengukuran kualitas air hujan dilakukan terhadap parameter-parameter
fisika, kimia, dan biologi yang hasilnya ditampilkan pada lampiran. Hasil
pengukuran kualitas air hujan pada parameter-parameter biologi untuk selanjutnya
tidak ditampilkan dan dianalisis lebih lanjut karena hasil pengukuran
menunjukkan tidak adanya variasi (konstan). Pengukuran kualitas air dilakukan 3
(tiga) kali pengambilan sampel untuk setiap periode pengambilan, yaitu 1) sampel
air hujan langsung, 2) sampel air hujan setelah melalui atap, dan 3) sampel air
hujan yang telah melalui saringan/filter.
Periode pengambilan sampel air hujan dilakukan sebanyak 11 (sebelas)
periode hari hujan pada bulan akhir bulan April 2004 dan awal bulan Mei 2004.
Namun pada periode ke-tiga dan ke-empat untuk pengambilan sampel air hujan
langsung tidak dapat dilakukan pengukuran karena jumlah air yang tertampung
tidak mencukupi untuk dilakukan pengukuran di laboratorium. Sehingga untuk
setiap pengukuran kualitas air hujan langsung berjumlah 9 (sembilan) periode
pengukuran. Oleh karena itu jumlah pengukuran kualitas air hujan dilakukan
sebanyak 31 set terhadap parameter-parameter kualitas air. Berikut ditampilkan
tabel hasil rekap pengukuran kualitas air, serta perbandingan dengan baku mutu
air bersih dan baku mutu air minum berdasarkan Kep. Men. Kes. RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air,
dan No. 416/Menkes/Per/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawas Kualitas Air
Minum.
77
Tabel 4.3
Hasil Rekap Pengukuran Kualitas Air Hujan di Kelurahan Cicadas dan Perbandingan dengan Baku Mutu Air Bersih
VARIABEL PARAMETER SATUAN
Kadar Maksimum yang Diperbolehkan P1 P2 P3
AIR MINUM AIR BERSIH N RATA SD N RATA SD N RATA SD
Fisika
TDS mg/L 1000 1500 9 26.227.1
0 11 35.5510.0
2 11 29.73 8.40
Temperatur 0CSuhu Udara ±
30CSuhu Udara ±
30C 9 23.110.3
3 11 23.09 0.30 11 23.18 0.40
Kekeruhan NTU 5 25 9 0.330.1
2 11 0.54 0.16 11 0.44 0.14
DHL Umhos/cm 2250 9 20.008.6
6 11 40.9128.0
5 11 25.82 10.37
Kimia
pH - 6,5-8,5 6,5-9,0 9 6.240.3
7 11 6.57 0.46 11 5.58 1.01
Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 500 9 39.337.5
0 11 39.18 6.76 11 37.73 5.97
Besi mg/L 0,3 1,0 9 0.200.4
2 11 0.28 0.26 11 0.13 0.18
Mangan mg/L 0,1 0,5 9 0.020.0
4 11 0.65 0.82 11 0.26 0.62
Nitrat mg/L 50 10 9 0.440.5
3 11 1.09 1.14 11 0.45 0.52
Nitrit mg/L 3 1,0 9 0.660.4
7 11 1.26 0.96 11 0.52 0.50
Klorida mg/L 250 600 9 43.784.1
5 11 43.55 5.84 11 40.09 4.70
Sulfat mg/L 250 400 9 16.110.9
3 11 16.36 0.81 11 15.55 1.37
Zat Organik mg/L 200 - 9 2.780.5
8 11 3.42 0.78 11 2.55 0.86
78
Sumber: Hasil Pengukuran Penelitian Kualitas Air Hujan, Tahun 2005
Keterangan:P1 = Pengukuran kualitas air hujan langsungP2 = Pengukuran kualitas air hujan setelah melalui atap gentengP3 = Pengukuran kualitas air hujan setelah melalui saringan/filterNilai yang dicetak tebal menunjukkan tidak memenuhi baku mutu air bersih dan atau air minum
79
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa hampir seluruh
rata-rata pengukuran kualitas air hujan berdasarkan parameter-parameternya
dapat dikatakan memenuhi baku mutu air bersih maupun air minum, kecuali
parameter pH. Pengukuran parameter pH menunjukkan nilai 6,24 pada saat
turun hujan langsung, dan nilai 5,58 pada saat pengukuran air hujan setelah
melalui saringan, dengan batas nilai pH sebesar antara 6,5 – 8,5 untuk baku
mutu air minum, dan 6,5 – 9 untuk baku mutu air bersih.
pH yang merupakan satuan keasaman yang jika menunjukkan nila di luar
batas baku mutu akan berpengaruh terhadap manusia dan benda. Pengaruh pH
akan menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang
membahayakan manusia, dan menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air yang
terbuat dari metal. Netralisasi yang dapat dilakukan terhadap kadar pH yang
rendah (asam) dapat dipergunakan kapur tohor (Ca(OH)2) dan banyaknya kapur
tohor ini tergantung tingkat keasaman dalam air tersebut (Sanropie, 1983).
4.1.2.2 Pengujian Perbedaan Kualitas Air Hujan Langsung, Setelah Melalui
Atap Genteng dan Setelah Melalui Saringan
Pengujian hipotesis penelitian berkaitan dengan perbedaan rata-rata
kualitas air hujan langsung, setelah melalui atap genteng dan setelah melalui
saringan/filter dilakukan dengan mempergunakan uji beda rata-rata sampel
berpasangan (Hasil Pengolahan data dengan Mempergunakan Program SPSS pada
Lampiran), yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
80
Tabel 4.4
Hasil Uji Beda Rata-RataNo Perbandingan t-hitung Signifikansi Keterangan1 TDS1 - TDS2 -3.337 0.0103 Berbeda2 TDS1 - TDS3 -1.368 0.2084 Sama3 TDS2 - TDS3 3.744 0.0038 Berbeda4 Suhu1 - Suhu2 0.000 1.0000 Tidak Terdefinisikan5 Suhu1 - Suhu3 -0.555 0.5943 Sama6 Suhu2 - Suhu3 -1.000 0.3409 Sama7 Kekeruhan1 - Kekeruhan2 -5.029 0.0010 Berbeda8 Kekeruhan1 - Kekeruhan3 -2.896 0.0200 Berbeda9 Kekeruhan2 - Kekeruhan3 4.561 0.0010 Berbeda
10 DHL1 - DHL2 -2.247 0.0548 Sama11 DHL1 - DHL3 -1.696 0.1283 Sama12 DHL2 - DHL3 2.178 0.0545 Sama13 pH1 - pH2 -2.310 0.0497 Berbeda14 pH1 - pH3 1.692 0.1290 Sama15 pH2 - pH3 3.575 0.0051 Berbeda16 Kesadahan1 - Kesadahan2 -0.476 0.6470 Sama17 Kesadahan1 - Kesadahan3 1.256 0.2446 Sama18 Kesadahan2 - Kesadahan3 0.907 0.3856 Sama19 Besi1 - Besi2 -0.546 0.6000 Sama20 Besi1 - Besi3 0.530 0.6106 Sama21 Besi2 - Besi3 3.400 0.0068 Berbeda22 Mangan1 - Mangan2 -1.869 0.0985 Sama23 Mangan1 - Mangan3 -1.112 0.2986 Sama24 Mangan2 - Mangan3 1.191 0.2610 Sama25 Nitrat1 - Nitrat2 -2.800 0.0232 Berbeda26 Nitrat1 - Nitrat3 0.000 1.0000 Tidak Terdefinisikan27 Nitrat2 - Nitrat3 2.609 0.0261 Berbeda28 Nitrit1 - Nitrit2 -2.431 0.0411 Berbeda29 Nitrit1 - Nitrit3 0.376 0.7165 Sama30 Nitrit2 - Nitrit3 3.413 0.0066 Berbeda31 Khlorida1 - Khlorida2 -0.878 0.4055 Sama32 Khlorida1 - Khlorida3 1.859 0.1001 Sama33 Khlorida2 - Khlorida3 5.677 0.0002 Berbeda34 Sulfat1 - Sulfat2 -0.800 0.4468 Sama35 Sulfat1 - Sulfat3 1.170 0.2755 Sama36 Sulfat2 - Sulfat3 1.936 0.0816 Sama37 Organik1 - Organik2 -3.402 0.0093 Berbeda38 Organik1 - Organik3 1.521 0.1667 Sama39 Organik2 - Organik3 4.221 0.0018 Berbeda
Keterangan:Parameter yang bertanda 1 = pengukuran dilakukan pada hujan langsungParameter yang bertanda 2 = pengukuran dilakukan setelah melalui atap gentengParameter yang bertanda 3 = pengukuran dilakukan setelah melalui saringan/filter
81
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa dengan mempergunakan tingkat
signifikansi tidak lebih dari =0,05 bahwa yang berbeda signifikan perbandingan
rata-rata kualitas air hujan adalah pada pasangan-pasangan parameter TDS1-
TDS2, TDS2-TDS3, Kekeruhan1-Kekeruhan2, Kekeruhan1-Kekeruhan3,
Kekeruhan2-Kekeruhan3, pH1-pH2, pH2-pH3, Besi2-Besi3, Nitrat1-Nitrat2,
Nitrat2-Nitrat3, Nitrit1-Nitrit2, Nitrit2-Nitrit3, Khlorida2-Khlorida3, Organik1-
Organik2, dan Organik2-Organik3. Hal ini menunjukkan bahwa pasangan
parameter kualitas air hujan tersebut dapat dikatakan memiliki perbedaan
signifikan pada pengukuran sebelum dan sesudahnya.
Pengujian perbedaan rata-rata ini menunjukkan pula bahwa saringan yang
dipergunakan pada penelitian ini, mempengaruhi secara signifikan perubahan
parameter-parameter kualitas air hujan terutama TDS, Kekeruhan, pH, Besi,
Nitrat, Nitrit, Khlorida, dan Organik. Berdasarkan pengujian ini diketahui pula
bahwa saringan/filter yang dipergunakan pada penelitian ini tidak
mengindikasikan perubahan secara signifikan parameter kualitas air terutama
Suhu, DHL, Kesadahan, Mangan, dan Sulfat.
4.2 Faktor Sosial dalam Perancangan Sistem Pemanenan Air Hujan
Pengumpulan data berkaitan dengan faktor sosial dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner kepada masyarakat untuk mengetahui karakteristik
kebutuhan, kemampuan dan keinginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
air bersih melalui sumber air hujan yang selanjutnya dijadikan informasi penting
dalam merancang bangunan fisik sistem pemanenan air hujan.
82
4.2.1 Profil Responden
Hasil pengumpulan data kuesioner untuk mengetahui karakteristik
responden penelitian masyarakat Kelurahan Cicadas Kota Bandung ditampilkan
pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.5
Profil Responden Penelitian
Profil Kategori Frekwensi Persentasi (%)
Jenis KelaminPria 18 60.00Wanita 12 40.00
Jumlah 30 100.00
Usia
< 30 thn 5 16.6730 - 40 thn 11 36.6740 - 50 thn 9 30.00> 50 thn 5 16.67
Jumlah 30 100.00
Pendidikan
SD 3 10.00SLTP 10 33.33SLTA 11 36.67D1/D2/D3 2 6.67S1/S2/S3 4 13.33
Jumlah 30 100.00
Penghasilan
Rp. 250 - 500 ribu 1 3.33Rp. 500 - 750 ribu 3 10.00Rp. 750 ribu - 1 juta 12 40.00Rp. 1 - 1.25 juta 10 33.33Rp. 1.25 - 1.5 juta 4 13.33
Jumlah 30 100.00
Pengeluaran
Rp. 300 - 500 ribu 1 3.33Rp. 500 - 700 ribu 3 10.00Rp. 700 - 900 ribu 10 33.33Rp. 900 ribu - 1.1 juta 8 26.67Rp. 1.1 - 1.3 juta 5 16.67Rp. 1.3 - 1.5 juta 3 10.00
Jumlah 30 100.00
Anggota Keluarga
2 orang 1 3.333 orang 6 20.004 orang 6 20.005 orang 2 6.676 orang 8 26.677 orang 3 10.008 orang 3 10.00> 8 orang 1 3.33
Jumlah 30 100.00Sumber: Hasil Pengumpulan Data Lapangan, Tahun 2005
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa karakteristik responden penelitian
berdasarkan persentasi terbesarnya yaitu berjenis kelamin pria, dengan usia antara
83
30 – 40 tahun, berpendidikan SLTA, berpenghasilan antara Rp. 750 ribu sampai 1
juta, pengeluaran antara Rp. 700 ribu sampai 900 ribu, memiliki tanggungan 2
(dua) orang dalam keluarga. Hasil ini memberikan informasi penting dalam
memberikan masukan (input) terhadap rancangan pemanenan air hujan
berdasarkan faktor sosial masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Hasil rancangan diperuntukan bagi masyarakat yang memiliki pendapatan
yang relatif rendah sehingga dalam penerapan penentuan biayanya diharapkan
dapat dijangkau oleh masyarakat yang termasuk kalangan ini.
2. Pemenuhan kebutuhan air bersih diperuntukkan untuk memenuhi suatu
keluarga dengan mengasumsikan memenuhi kebutuhan 4 (empat) orang
anggota keluarga (dua orang tua bersama dua orang anak).
4.2.2 Kemampuan Masyarakat
Hasil pengumpulan data lapangan untuk mengetahui kemampuan
responden penelitian dilakukan dengan mengetahui kondisi fisik bangunan yang
ditempati masyarakat Kelurahan Cicadas Kota Bandung. Kemampuan masyarakat
Kelurahan Cicadas Kota Bandung ini dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik
bangunan yang ada seperti ditampilkan pada tabel sebagai berikut.
84
Tabel 4.6
Kemampuan Masyarakat dalam Fisik Bangunan
Kemampuan Kategori Frekwensi Persentasi (%)
Luas Bangunan
21 - 45 m2 18 60.0046 - 70 m2 6 20.0071 - 100 m2 4 13.33101 - 120 m2 1 3.33146 - 150 m2 1 3.33
Jumlah 30 100.00
Luas Atap
45 - 70 m2 21 70.0071 - 100 m2 4 13.33101 145 m2 4 13.33146 - 200 m2 1 3.33
Jumlah 30 100.00
Luas Halaman
< 21 m2 25 83.3321 - 45 m2 4 13.33101 - 145 m2 1 3.33
Jumlah 30 100.00
Luasan Kosong< 21 m2 29 96.6721 - 45 m2 1 3.33
Jumlah 30 100.00
Simpanan Air
0,5 - 1 m3 1 3.331 - 1,5 m3 22 73.331,5 - 2 m3 6 20.002 - 3 m3 1 3.33
Jumlah 30 100.00Sumber: Hasil Pengumpulan Data Lapangan, Tahun 2005
Bangunan rumah tinggal yang memungkinkan diterapkannya sistem
pemanenan air hujan tidak perlu mengalami perombakan total untuk dapat
mengaplikasikannya. Rancangan bangunan pemanen air ini dirancang untuk dapat
menampung air hujan agar dapat memenuhi kebutuhan air bersih sepanjang tahun
berdasarkan kebutuhan air bersih masyarakat setempat serta memperhatikan
kondisi kemampuan masyarakat dari karakteristik bangunan yang ditempati di
Kelurahan Cicadas berupa kondisi fisik rumah tinggal yang berkaitan dengan
kemungkinan penerapan sistem pemanenan air hujan di lokasi ini.
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa kemampuan dalam luasan fisik
bangunan diketahui luas bangunan antara 21 m2 sampai 45 m2, luas atap antara 45
85
m2 sampai 70 m2, luas halaman kurang dari 21 m2, luasan kosong 21 m2, dan
memiliki simpanan air antara 1 sampai 1,5 m2. Hasil ini memberikan informasi
penting bahwa kondisi fisik bangunan tempat tinggal yang relatif sempit dalam
hal luas bangunan, luas atap bangunan, luas halaman dan luasan areal yang
kosong sehingga memberikan masukan (input) terhadap rancangan pemanenan air
hujan berdasarkan faktor sosial masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Mempergunakan luasan atap sebagai alat tangkap air hujan akan dipergunakan
sebesar 70 m2
2. Ketersediaan ruang kosong kurang dari 21 m2 sehingga diasumsikan akan
dipergunakan luas tampungan penyimpanan berkapasitas 500 liter.
3. Memiliki simpanan air yang dimiliki antara 1 sampai 1,5 m2
4.2.3 Kebutuhan Air
Hasil pengumpulan data kuesioner untuk mengetahui kebutuhan air
responden penelitian yang merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh
masyarakat Kelurahan Cicadas Kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan air
bersih maupun air minum ditampilkan pada tabel sebagai berikut.
86
Tabel 4.7Kebutuhan Air Masyarakat Kelurahan Cicadas Kota BandungKebutuhan Air Kategori Frekwensi Persentasi
Pengeluaran Air Bersih (/bulan)
Rp. 20 - 40 ribu 17 56.67Rp. 40 - 60 ribu 3 10.00Rp. 60 - 80 ribu 3 10.00Rp. 80 - 100 ribu 1 3.33Rp. 100 - 120 ribu 1 3.33Rp. 120 - 140 ribu 3 10.00> Rp. 140 ribu 2 6.67
Jumlah 30 100.00
Pengeluaran Air Bersih (/orang/hari)
Rp. 200 4 13.33Rp. 300 8 26.67Rp. 350 1 3.33Rp. 500 5 16.67Rp. 700 8 26.67Rp. 800 1 3.33Rp. 1000 2 6.67Rp. 1500 1 3.33
Jumlah 30 100.00
Kebutuhan Air (liter/orang/hari)
20 - 30 15 50.0030 - 40 6 20.0040 - 50 4 13.3350 - 60 3 10.00> 60 2 6.67
Jumlah 30 100.00
Sumber Air Bersih
Sumur 1 3.33Sumur dan PDAM 3 10.00Sumur dan Dirigen 4 13.33Pompa Tangan dan Dirigen 1 3.33Pompa Mesin 4 13.33Pompa Mesin dan PDAM 5 16.67Pompa Mesin, PDAM, dan Dirigen 1 3.33Pompa Mesin dan Dirigen 1 3.33PDAM dan Dirigen 10 33.33
Jumlah 30 100.00
Sumber Air Minum
Sumur dan Dirigen 3 10.00Pompa Mesin 3 10.00PDAM 13 43.33PDAM dan Dirigen 1 3.33PDAM dan Isi Ulang 3 10.00Dirigen 3 10.00Isi Ulang 4 13.33
Jumlah 30 100.00
Pembelian Air DirigenYa 16 53.33Tidak 14 46.67
Jumlah 30 100.00
Harga Air Dirigen
500 1 6.25700 14 87.50800 1 6.25
Jumlah 16 100.00
Kebutuhan Dirigen (/orang/hari)
0.5 dirigen/orang 2 12.501 dirigen/orang 11 68.751.25 dirigen/orang 2 12.501.5 dirigen/orang 1 6.25
Jumlah 16 100.00Sumber: Hasil Pengumpulan Data Lapangan, Tahun 2005
87
Rancangan bangunan pemanen air hujan dirancang sedemikian rupa agar
dapat memenuhi kebutuhan air terutama kebutuhan air bersih dalam menangani
keperluan rumah tangga. Berdasarkan Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa
kebutuhan air yang merupakan pemenuhan kebutuhan akan masyarakat Kelurahan
Cicadas diketahui berdasarkan persentase terbesar bahwa pengeluaran setiap
bulan untuk keperluan air bersih sebesar Rp. 20.000 sampai Rp. 40.000,
pengeluaran setiap hari untuk setiap orang sebesar Rp. 300 dan Rp. 700,
kebutuhan air setiap orang untuk setiap harinya sebesar antara 20 sampai 30 liter,
sumber air bersih yaitu PDAM dan Dirigen, sumber air minum yaitu PDAM, serta
pembelian air yang dilakukan melalui dirigen dengan harga Rp. 700 untuk setiap
dirigen, dan kebutuhan untuk setiap orang dalam satu hari sebanyak 1 dirigen (25
liter).
Hasil ini memberikan informasi penting bahwa kebutuhan air masyarakat
Kelurahan Cicadas yang relatif lebih kecil yaitu 25 liter per hari per orang
dibandingkan dengan data yang menunjukkan 160 liter/hari/KK (Pusat Penelitian
dan Pengembangan Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian
dan Pengembangan PU dan LPM ITB, 1988) atau 40 liter per hari per orang (1
KK = 4 orang). Sumber data lainnya menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia
di daerah perkotaan dibutuhkan air sekitar 100-150 liter/kapita/hari, sedangkan di
daerah pedesaan saat ini dibutuhkan air sekitar 60 liter/kapita/hari sudah dianggap
memenuhi (Sanropie, 1983), dan data dari Departemen Kesehatan (2004) yang
menunjukkan rata-rata keperluan air adalah 60 liter per kapita per hari yang
88
dipergunakan untuk keperluan mandi 30 liter, mencuci 15 liter, masak 5 liter,
minum 5 liter dan lain-lain 5 liter.
Hal ini menunjukkan bahwa bahwa kebutuhan air masyarakat Kelurahan
Cicadas Kota Bandung lebih kecil dibandingkan kebutuhan masyarakat perkotaan
pada umumnya, hal ini ditunjukkan pula dengan kebiasaan sebagian penduduk
Kelurahan Cicadas hasil wawancara bahwa dalam hal mandi yang hanya
dilakukan 1 (satu) kali dalam satu hari yaitu pada sore hari, dan penghematan
penggunaan air terlihat dari pembelian air yang dianggap cukup mahal terutama
untuk pembelian dalam dirigen berkapasitas 25 liter dengan harga Rp. 700,- per
dirigen.
Hasil analisis kebutuhan air masyarakat Kelurahan Cicadas Kota Bandung
memberikan masukan (input) terhadap rancangan pemanenan air hujan
berdasarkan faktor sosial masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Setiap orang mempergunakan air sebanyak 25 liter dalam sehari untuk
memenuhi kebutuhan air bersih.
2. Setiap orang memerlukan biaya sebesar Rp. 700 setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan air bersihnya, atau sebesar 4 x Rp. 700,- = Rp. 2.800,- untuk setiap
keluarga.
4.2.4 Keinginan Masyarakat
Keinginan membayar (willingness to pay) untuk pembangunan fasilitas
pemanenan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air rumahtangga di Kelurahan
Cicadas yang tidak memiliki fasilitas air langsung (PDAM atau air tanah) terbagi
89
2 (dua), yaitu pembangunan fasilitas air bersih; dari mulai penangkapan air
(colector) sampai dengan sistem penyimpanan air hujan, dan perawatannya.
1. Willingness to Pay Pembangunan Fasilitas Pemanenan Air Hujan untuk
Kebutuhan Rumah Tangga
Berikut ini ditampilkan hasil pengumpulan data yang menunjukkan
willingness to pay (WTP) untuk pembangunan fasilitas pemanenan air hujan, yang
terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8
Willingness To Pay Pembangunan Fasilitas Pemanenan Air Hujan
Willingness to Pay Jumlah Persentase (%)Rp. 250.000,00 14 46.7Rp. 500.000,00 10 33.3Rp. 750.000,00 4 13.3
Rp. 1.000.000,00 1 3.3> Rp. 1.250.000,00 1 3.3
Total 30 100Sumber: Hasil Pengumpulan Data Lapangan, Tahun 2005
Tabel tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan persentase terbesar
(46,7%) responden mempunyai keinginan membayar untuk pembangunan fasilitas
pemanenan air hujan sebesar Rp. 250.000,00. Untuk mengetahui nilai rata-rata
willingness to pay pembangunan fasilitas pemanenan air hujan dengan
mempergunakan tabel tersebut diperoleh nilai rata-rata sebesar Rp. 458.333,3
(jumlah WTP untuk 30 responden sebesar Rp. 13.750.000,00). Hasil
pengumpulan data kuesioner ini menunjukan bahwa keinginan membayar
masyarakat Kelurahan Cicadas yang relatif kecil terhadap pembangunan
pemanenan air hujan.
90
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat setempat
bahwa mereka menganggap perlu disosialisasikan terlebih dahulu manfaat yang
akan diperoleh serta bentuk nyata dari sistem pemanenan air hujan ini.
Kecenderungan masyarakat yang berkeinginan membayar lebih besar dalam
pembangunan sistem pemanenan air hujan ditunjukkan oleh masyarakat yang
lebih mengerti dalam membangun suatu alat instalasi (pekerjaan sebagai tukang
bangunan), dan antusias masyarakat terhadap pemanenan air hujan yang
dianggapnya akan memenuhi kebutuhan air bersih setiap saat.
2. Willingness to Pay Perawatan Fasilitas Pemanenan Air Hujan untuk
Kebutuhan Rumah Tangga
Berikut ini ditampilkan hasil pengumpulan data yang menunjukkan
willingness to pay untuk perawatan fasilitas penangkapan air hujan, yang terlihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.9
Willingness To Pay Perawatan Fasilitas Pemanenan Air Hujan
Willingness to Pay Jumlah Persentase (%)Rp. 10.000,00 19 63.3Rp. 20.000,00 11 36.7
Total 30 100Sumber: Hasil Pengumpulan Data Lapangan, Tahun 2005
Tabel tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan persentase terbesar
(63,3%) responden mempunyai keinginan membayar untuk perawatan fasilitas
pemanenan air hujan sebesar Rp. 10.000,00, sedangkan sisanya sebesar 36,7%
mempunyai keinginan membayar dalam perawatan fasilitas pemanenan air hujan
91
sebesar Rp. 20.000,00. Kebutuhan perawatan terhadap sistem pemanenan air
hujan dilakukan antara lain; (1) kegiatan pembersihan saluran dalam penangkapan
air hujan dari kotoran sampah seperti daun agar tidak terjadi sumbatan pada
saluran penagkapan air hujan, (2) kegiatan pembersihan terhadap saringan halus,
selain untuk menjaga kualitas air sesuai dengan yang diinginkan, juga agar
saringan ini dapat berfungsi maksimal dalam menyaring kotoran sebelum dapat
dipergunakan oleh masyarakat, (3) perawatan sambungan-sambungan pada sistem
pemanenan air hujan, dan (4) kegiatan membuang air hujan yang jatuh pada
menit-menit pertama.
Kegiatan mendapatkan kualitas air yang yang lebih baik maka air hujan
yang jatuh pada 2-3 menit pertama dibuang karena masih kotor (Sanropie, 1983).
Kemudian pada menit-menit berikutnya, yaitu setelah bidang penangkapan air
hujan relatif cukup bersih, air yang diperoleh dapat dimasukkan dalam sistem
pemanenan air hujan untuk disimpan dalam penampungan dan akhirnya dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan kualitas air hujan yang tertangkap oleh penangkap
air hujan tidak terlalu membawa kotoran dari atap, dan juga beban penyaringan
saringan halus tidak terlalu besar.
4.2.5 Kemungkinan Penerapan Rainwater Harvesting
Bentuk bangunan fasilitas fisik yang dipilih masyarakat di Kelurahan
Cicadas Kota Bandung berdasarkan keinginan dan kebutuhan serta yang paling
dimungkinkan diterapkan di lapangan merupakan alternatif 1 (pertama) yaitu
92
Tangki Penyimpanan di Atas Permukaan
Saringan Halus
Saringan Kasar
Air Hujan
Aliran Air Hujan
Air Hujan
Aliran Air HujanAliran Air Hujan
Talang Air
Penggunaan Air Bersih
(Cuci, Mandi, Masak, dll)ALTERNATIF 1
sebesar 56,7%. Bentuk bangunan pilihan alternatif 1 (pertama) ini berupa
rancangan pemanenan air hujan dengan tangkapan air hujan berupa atap rumah
yang sudah ada terbuat dari genteng (tanah liat bergelombang), saringan kasar
yang ditempatkan di atap rumah sebelum air disalurkan ke jaringan sistim
pemanenan air hujan, saringan/filter sebagai pengendali kualitas air hujan dan
tangki penyimpanan yang ditempatkan di atas permukaan tanah. Berikut ini
diperlihatkan gambaran ilustrasi rancangan pemanenan air hujan yang paling
dimungkinkan diterapkan di Kelurahan Cicadas Kota Bandung berdasarkan
jawaban responden terbanyak.
Sumber: Hasil Pengumpulan Data Lapangan, 2004
Gambar 4.3
Rancangan Pemanenan Air Hujan yang Paling Dimungkinkan di Terapkan
Berdasarkan hasil pengumpulan data lapangan menunjukkan pula bahwa
tingkat kemungkinan masyarakat Kelurahan Cicadas Kota Bandung menerapkan
sistem pemanenan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih berdasarkan
persentasi terbesar menjawab mungkin menerapkan sistem pemanenan air hujan
93
(50%). Disamping itu dalam hal sistem penyimpanan air hujan, masyarakat
Kelurahan Cicadas lebih cenderung memilih secara mandiri (70%) dibandingkan
penyimpanan secara kolektif (30%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
Kelurahan Cicadas Kota Bandung lebih memilih penerapan sistem pemanenan air
hujan dilakukan untuk setiap rumah secara mandiri, dan dirancang sedemikian
rupa untuk penempatan penampungan air hujan yaitu di atas permukaan tanah.
4.3 Faktor Teknis Hasil Perancangan Pemanenan Air Hujan
Pengumpulan data berkaitan dengan faktor teknik dilakukan berdasarkan
tahapan rancangan berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan berdasarkan
faktor sosial hasil penelitian lapangan berdasarkan hasil penyebaran kuesioner
yang dijadikan acuan dalam merancang bangunan fisik pemanenan air hujan.
Berikut ditampilakan hasil penelitian lapangan berkaitan dengan faktor sosial
masyarakat Kelurahan Cicadas Kota Bandung dalam menerapkan sistem
pemanenan air hujan:
1. Hasil rancangan diperuntukan bagi masyarakat yang memiliki pendapatan
yang relatif rendah sehingga dalam penerapan penentuan biayanya diharapkan
dapat dijangkau oleh masyarakat yang termasuk kalangan ini.
2. Pemenuhan kebutuhan air bersih diperuntukkan untuk memenuhi suatu
keluarga dengan mengasumsikan memenuhi kebutuhan 4 (empat) orang
anggota keluarga (dua orang tua bersama dua orang anak).
3. Mempergunakan luasan atap sebagai alat tangkap air hujan sebesar 70 m2
4. Ketersediaan ruang kosong kurang dari 21 m2, sehingga kapasitas
penampungan air hujan yang dipergunakan yaitu sebesar 500 liter.
94
5. Memiliki simpanan air yang dimiliki antara 1 sampai 1,5 m2.
6. Setiap orang mempergunakan air sebanyak 25 liter dalam sehari untuk
memenuhi kebutuhan air bersih, atau sebesar 100 liter untuk setiap keluarga
dalam 1 (satu) hari.
7. Setiap orang memerlukan biaya sebesar Rp. 700,- setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan air bersihnya, atau sebesar Rp. 2.800,- untuk setiap keluarga.
8. Rancangan pemanenan air hujan dengan tangkapan air hujan berupa atap
rumah yang sudah ada terbuat dari genteng (tanah liat bergelombang), saringan
kasar yang ditempatkan di atap rumah sebelum air disalurkan ke jaringan
sistim pemanenan air hujan, saringan/filter halus sebagai pengendali kualitas
air hujan dan tangki penyimpanan yang ditempatkan di atas permukaan tanah.
Berikut ini ditampilkan hasil rancangan teknis pemanenan air hujan yang
disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat di Kelurahan Cicadas Kota
Bandung, dengan mengasumsikan bahwa saluran penangkapan air hujan (talang)
sudah dimiliki untuk setiap rumah.
95
Sumber: Hasil Rancangan Teknis RWH, Tahun 2005Gambar 4.4
Hasil Rancangan Teknis Rainwater Harvesting untuk
Kelurahan Cicadas Kota Bandung
Gambar tersebut terdiri dari komponen-komponen sistim penangkapan air
hujan yang mengacu pada 8 (delapan) komponen (A Water Harvesting Manual
for Urban Areas, 2003) sebagai berikut:
1. Penangkap (Catchments): Penangkap sistem pemanenan air hujan berupa
permukaan terbuka yang secara langsung menerima curahan air hujan terbuat
dari genteng (tanah merah) yang merupakan sumber penyediaan air pada
sistem pemanenan air hujan. Berikut ini diperlihatkan contoh gambar
penampang atap genteng sebagai alat penangkap air hujan.
96
Sumber: Hasil Rancangan Teknis RWH, Tahun 2005
Gambar 4.5
Penangkap Air Hujan Berupa Atap Genteng
2. Saringan Kasar (Coarse Mesh): yang ditempatkan di atap untuk menyaring
sampah kasar seperti daun, ranting atau sampah lainnya yang mencegah jalan
masuk ke pipa atau saluran air. Hasil rancangan saringan kasar yang
ditempatkan pada atap penangkapan air hujan menggunakan ram kawat
dengan kerapatan lubang sebesar ½ mm2.
97
Sumber: Hasil Rancangan Teknis RWH, Tahun 2005
Gambar 4.6
Saringan Kasar dan Saluran Air (Gutters) Penangkapan
Air Hujan Hasil Rancangan
3. Saluran Air/Pipa (Gutters): Saluran air yang berada di sekitar tepi atap
miring untuk yang berfungsi mengumpulkan dan menyalurkan air hujan ke
tangki penyimpanan. Hasil rancangan mempergunakan saluran yang umumnya
telah tersedia di setiap rumah di Kelurahan Cicadas Kota Bandung berupa
lengkungan dengan mempergunakan bahan yang terbuat dari seng.
4. Saluran Utama. Saluran ini berupa jaringan pipa atau saluran air yang
membawa air hujan dari penangkap atau atap menuju sistem pemanenan.
Hasil rancangan saluran utama berbentuk pipa ini dipergunakan bahan Poly
Vinyl Clorid (PVC) dengan tambahan Ploksok yang berfungsi untuk
Saringan Kasar
Saluran Air (Gutters)
98
menyalurkan air dari atap menuju sistem pemanenan air hujan seperti lerlihat
pada gambar berikut.
Sumber: Hasil Rancangan Teknis RWH, Tahun 2005
Gambar 4.7
Saluran Utama Pemanenan Air Hujan Hasil Rancangan
5. Bilasan Pertama (First-Flushing). Pengendalian bilasan pertama merupakan
suatu klep yang berfungsi dalam memastikan bahwa air hujan yang mengalir
(runoff) dari permulaan hujan turun tidak dimasukkan ke dalam sistem. Hal ini
perlu dilakukan karena permulaan hujan akan membawa sejumlah
kotoran/sampah dari udara maupun permukaan penangkap air hujan (atap).
Hasil rancangan pengendalian aliran air hujan yang diperoleh dari penangkap
air hujan dipergunakan kran yang terbuat dari PVC yang berfungsi untuk
mengendalikan air hujan untuk dimasukkan ke dalam sistem pemanenan air
hujan seperti terlihat pada gambar berikut.
99
Sumber: Hasil Rancangan Teknis RWH, Tahun 2005
Gambar
4.8
Kran Pengendalian Permulaan Hujan
6. Saringan (Filter). Saringan digunakan untuk mengurangi kadar polutan
air hujan yang diperoleh dari atap. Hasil rancangan berupa unit saringan
yang berisi media penyaring batu krikil Besar, pasir aktif, zeolit dan arang
aktif. Hal ini dilakukan untuk menyaring/memisahkan kotoran dari air
sebelum masuk ke tangki penyimpan atau struktur pengisian. Bahan-bahan
100
filter ini dapat dilihat pada lampiran pelaksanaan kegiatan pembuatan
saringan air bersih, sedangkan bentuk fisik saringan dapat dilihat pada
gambar berikut
Sumber: Hasil Rancangan Teknis RWH, Tahun 2005
Gambar 4.9
Bentuk Fisik Saringan/Filter Air Hujan
7. Fasilitas Penyimpanan (Storage Facility). Berbagai pilihan dapat diterapkan
untuk membuat konstruksi penyimpanan berkaitan dengan bentuk, ukuran dan
bahan konstruksi. Bentuk dapat berupa silindris, segi-empat dan kotak. Hasil
101
rancangan dipergunakan konstruksi yang terbuat fiber yang umumnya disebut
dengan torn, namun dapat pula dipilih dengan bahan plastik (polyethylene)
yang banyak digunakan dengan kapasitas penyimpanan maksimum sebesar
500 liter air. Posisi tangki ditempatkan berdasarkan ketersediaan lahan
penempatannya yang relatif sempit yaitu di atas tanah, karena jika
ditempatkan di bawah tanah membutuhkan biaya tambahan dalam
penempatannya. Penempatan di atas tanah yang tidak menggantung ini
memudahkan dalam pemeliharaan yang dilakukan seperti pembersihan dan
pengurasan untuk memastikan mutu air terjaga dalam penyimpanan air.
Berikut ditampilkan fasilitas penampungan berupa tangki yang terbuat dari
bahan fiber.
Sumber: Hasil Rancangan Teknis RWH, Tahun 2005
Gambar 4.10
Tangki Penyimpan yang Terbuat dari Bahan Fiber
102
8. Struktur Pengisian Kembali (Recharge Structure). Air hujan dimungkinkan
dapat digunakan untuk mengisi kembali air tanah melalui struktur yang biasa
disebut sumur resapan atau dialirkan ke tempat penampungan air yang
biasanya telah tersedia di setiap rumah penduduk. Berbagai struktur pengisian
kembali dimungkinkan karena keterbatasan penampungan air yang tersedia
dengan intensitas curah hujan yang besar akan mengakibatkan air yang
ditampung melebihi kapasitas penampung.
4.4 Faktor Ekonomi Hasil Rancangan Pemanenan Air Hujan
4.4.1 Identifikasi Proyek Pembangunan Pemanenan Air Hujan
Pengumpulan data berkaitan dengan faktor ekonomi dilakukan dengan
penelitian lapangan melalui survey harga untuk mengetahui biaya yang diperlukan
yang kemudian dibangun rancangan pemanenan air hujan berupa hasil rancangan
yang secara teknik sudah memenuhi komponen dalam sistem pemanenan air
hujan. Sebelum dilakukan perhitungan ekonomi dalam pembuatan rancangan
pemanenan air hujan terlebih dahulu dihitungkan biaya dan banyaknya material
dalam membangun instalasi sistem pemanenan air hujan sehingga dapat
dipergunakan oleh masyarakatnya. Berikut ditampilkan gambar komponen dan
peralatan yang dibutuhkan dalam membangun instalasi pemanenan air hujan.
103
Gambar 4.11
Alat dan Komponen Instalasi Sistem Pemanenan Air Hujan
Bahan dan alat yang diperlukan serta harga dalam membangun instalasi
sistem pemanenan air hujan ini untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam bentuk
tabel sebagai berikut.
Stop Kran First-Flush
Pipa PVC Torn PenampunganAir Hujan
Stop Kran Penampungan
Plockshock
T
Lem, Gergaji & Siltip
Saringan/Filter
104
Tabel 4.10
Alat dan Bahan Pembuatan Sistem Pemanenan Air Hujan
No Alat/BahanHarga Satuan
(Rp)Kebutuhan
(unit)Jumlah
(Rp.) Keterangan1 Gergaji Besi 3000 1 3000 Alat Potong2 Ram Kawat (m2) 13000 0.5 6500 Filter Kasar3 Paralon 1/2" 12500 1 12500 Saluran dari Filter Halus4 Paralon 2" 17500 0.2 10500 Pembuatan First Flush
5 Paralon 4" 25000 1 25000Saluran Air Hujan Hasil Tangkapan
6 Lem Pralon 4500 2 9000 Perekat Sambungan7 Siltip 1500 1 1500 Sambungan kran drat8 Kran First Flush 17500 1 17500 Pengendalian Air Hujan9 Stop Kran 17500 1 17500 Pengeluaran dari Penampungan
10 Plockshock 1/2" - 2" 3500 3 10500 Pembuatan First Flush11 Plockshock 2" - 4" 6500 3 19500 Pembuatan First Flush
12 Plockshock 4" - 5" 7500 1 7500Penyambung Air Hujan Hasil Tangkap
13 Tee 4" 5500 1 5500Persimpangan Air Hujan menuju Saringan dan Pembuangan
14 Filter Halus 225000 1 225000 Penyaringan halus15 Torn 500 liter 250000 1 250000 Penyimpanan Air Hujan16 Tenaga Kerja 50000 2 100000 1 hari kerja
Total 721000Sumber: Hasil Survey Toko Bangunan, Tahun 2005
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa total biaya pembuatan
pembangunan sistem pemanenan air hujan ini dibutuhkan biaya sebesar Rp.
721.000,00. Hasil pembangunan ini ternyata lebih besar dari keinginan membayar
masyarakat Kelurahan Cicadas yaitu sebesar rata-rata Rp. 458.333,3. Perkiraan
umur bangunan pemanenan air hujan dengan mempergunakan alat dan bahan
tersebut diperkirakan bertahan selama 10 tahun. Penggantian media yang
dipergunakan dalam saringan halus yang terdiri dari batu krikil, pasir aktif, zeolit,
dan arang aktif setiap tahun dengan biaya sebesar Rp. 100.000,-.
Biaya operasional perawatan diperkirakan sebesar Rp. 10.000,00 setiap
bulan sesuai dengan keinginan membayar masyarakat dalam perawatan dengan
perincian kegiatan perawatan yaitu (1) melakukan pembersihan saluran dari
105
kotoran kasar di atap, (2) melakukan pembersihan saringan halus, (3) perawatan
sambungan-sambungan pada sistem pemanenan air hujan, dan (4) kegiatan
membuang air hujan yang jatuh pada menit-menit pertama.
Perhitungan biaya dan manfaat dapat dihitung berdasarkan biaya operasi
bangunan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel sedangkan manfaat
diperoleh dari biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang
dapat diperoleh dari penerapan sistem pemanenan air hujan, yang hasilnya
ditampilkan dalam bentuk Tabel komponen biaya dan Tabel Komponen Manfaat
sebagai berikut.
Tabel 4.11
Komponen Biaya Pembangunan Pemanenan Air Hujan
NO Komponen Biaya Jumlah (per tahun)
Keterangan
Biaya Tetap1 Penyusutan Rp. 64.890,- (Investasi-Nilai
Sisa)/Umur Teknis2 Bunga Modal Rp. 129.780,- Bunga Bank x Modal
Total Biaya Tetap Rp. 194.670,-Biaya Tidak Tetap
1 Perawatan rutin Rp. 120.000,- Rp. 10.000,-/bulan2 Penggantian Media Saringan Rp. 100.000,-
Total Biaya Tidak Tetap Rp. 220.000,-
Total Biaya Rp. 414.670,- Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap
Sumber: Hasil Perhitungan dalam Pembangunan RWH, Tahun 2005Ket.Tidak dikenakan PajakBiaya Pembangunan (investasi) = Rp. 721.000,-Umur Teknis Bangunan = 10 tahunBunga Bank = 18%Nilai Sisa = 10% x Investasi = Rp. 72.100,-
106
Sedangkan manfaat yang akan diperoleh dengan penggunaan hasil
rancangan pemanenan air hujan ini, berdasarkan hasil penelitian lapangan
berkaitan dengan pengeluaran air bersih masyarakat Kelurahan Cicadas Kota
Bandung sebesar Rp. 700,00 per orang per hari untuk memenuhi kebutuhan air
bersih, maka dengan mengasumsikan hasil rancangan teknis pemanenan air hujan
dapat memenuhi 1 (satu) keluarga yang terdiri dari 4 (empat) orang, maka nilai
manfaat yang akan diperoleh sebesar Rp. 2.800,- per hari, atau dalam satu tahun
akan diperoleh manfaat sebesar Rp. 1.022.000,-.
Hasil ini dengan mengasumsikan dapat memenuhi kebutuhan air bersih
selama 1 (satu) tahun, namun berdasarkan hasil perhitungan kuantitas air hujan di
Kota Bandung, ternyata perlu diperhatikan adanya periode kritis selama 4 (empat)
bulan yaitu pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September, serta fluktuasi curah
hujan harian yang berbeda-beda setiap bulannya. Sehingga agar perhitungan
manfaat yang akan diperoleh masyarakat lebih realistis dengan adanya
keterbatasan kapasitas tampung penyimpanan air hujan yaitu sebesar 500 liter
yang hanya mampu memenuhi kebutuhan air bersih selama 3 (tiga) hari dalam
kondisi penuh (asumsi penggunaan per hari sebesar 160 liter/KK), serta luas
tangkapan atap rumah sebesar 70 m2.
Perhitungan manfaat akan mengacu pada pertimbangan curah hujan harian
(periode tahun 1992-2004) menggunakan 3 (tiga) contoh curah hujan harian
berdasarkan curah hujan tahunan terendah (tahun 1997), tertinggi (Tahun 1992),
dan yang mendekati curah hujan tahunan rata-rata (Tahun 1999). Perhitungan
manfaat yang akan diperoleh berdasarkan 3 (tiga) contoh tersebut diperlihatkan
107
pada Lampiran, dimana untuk setiap mm air hujan yang turun dalam 1 (satu) hari
dengan luas atap penangkapan sebesar 70 m2 akan diperoleh air hujan sebanyak
70 liter, serta dengan memperhitungkan penguapan (penyerapan genting) dan
pembuangan hujan pertama sebesar 10% maka air yang dapat ditampung
sebanyak 63 liter untuk setiap mm curah hujan harian yang turun. Berikut
ditampilkan hasil perhitungan perbandingan manfaat yang akan diperoleh
berdasarkan perbedaan konsumsi air bersih perhari dan perbedaan harga beli air
bersih.
Tabel 4.12
Hasil Perhitungan Perbedaan Manfaat yang Diperoleh dari Hasil Rancangan
Pemanenan Air Hujan (Rp./Tahun)
No Harga Air Bersih Manfaat I Manfaat II Manfaat III1 Konsumsi 160 ltr/hari
Rp. 700,- 1,260,560 721,280 1,070,440 Rp. 800,- 1,440,640 824,320 1,223,360 Rp. 900,- 1,620,720 927,360 1,376,280 Rp. 1.000,- 1,800,800 1,030,400 1,529,200
2 Konsumsi 100 ltr/hari Rp. 700,- 903,000 561,400 791,000 Rp. 800,- 1,032,000 641,600 904,000 Rp. 900,- 1,161,000 721,800 1,017,000 Rp. 1.000,- 1,290,000 802,000 1,130,000
Sumber: Hasil Perhitungan Manfaat Berdasarkan Curah Hujan Harian Tahun 1992, 1997 dan 1999, Diolah Tahun 2005
Ket. 1 (satu) mm air hujan akan diperoleh 63 liter air bersihBesar luasan penangkap air hujan = 70 m2
Manfaat I =mengacu pada curah hujan harian Tahun 1992 (Curah Hujan Tahunan Tertinggi)
Manfaat II =mengacu pada curah hujan harian Tahun 1997 (Curah Hujan Tahunan Terendah)
Manfaat III =mengacu pada curah hujan harian Tahun 1999 (Curah Hujan Tahunan mendekati Rata-Rata)
108
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai manfaat
terbesar yang akan diperoleh jika curah hujan tahunan termasuk tinggi (Tahun
1992) dari hasil rancangan pemanenan air hujan dengan konsumsi 160 ltr/kk/hari
dengan harga Rp. 700,-/25 liter yaitu sebesar Rp. 1.260.560,-/tahun; atau jika
konsumsi 100 ltr/kk/hari yaitu sebesar Rp. 903.000,-/tahun. Selanjutnya manfaat
terkecil yang akan diperoleh jika curah hujan tahunan termasuk rendah (Tahun
1997) dari hasil rancangan pemanenan air hujan dengan konsumsi 160 ltr/kk/hari
dengan harga Rp. 700,-/25 liter yaitu sebesar Rp. 721.280,-/tahun; atau jika
konsumsi 100 ltr/kk/hari yaitu sebesar Rp. 561.400,-/tahun.
Sedangkan manfaat umumnya yang akan diperoleh jika curah hujan
tahunan termasuk rata-rata (Tahun 1999) dari hasil rancangan pemanenan air
hujan dengan konsumsi 160 ltr/kk/hari dengan harga Rp. 700,-/25 liter yaitu
sebesar Rp. 1.070.440,-/tahun; atau jika konsumsi 100 ltr/kk/hari yaitu sebesar
Rp. 791.000,-/tahun. Tabel tersebut menampilkan pula perbedaan manfaat
berdasarkan perbedaan harga air bersih untuk setiap perbedaan konsumsi
keluarga.
4.4.2 Kelayakan Proyek Pembangunan Hasil Rancangan Pemanenan Air
Hujan
Perhitungan kelayakan pembangunan hasil rancangan secara teknis
pemanenan air hujan yang dapat diterapkan di Kelurahan Cicadas Kota Bandung
mengacu pada perbedaan manfaat yang diperoleh berdasarkan curah hujan
tahunan periode Tahun 1992 sampai Tahun 2004 yaitu tertinggi pada Tahun 1992,
109
terendah pada Tahun 1997 dan yang mendekati nilai rata-rata pada tahun 1999
ditampilkan pada lampiran analsisi ekonomi. Berikut ditampilkan hasil
perhitungannya.
Tabel 4.13
Hasil Perhitungan Kelayakan Pembangunan Pemanenan Air Hujan
Konsumsi Air Bersih
Manfaat NPV IRR BCR Keterangan
160 ltr/kk/hari I Rp. 5.078.929,71 41,49 2,70 LayakII Rp. 1.638.284,79 25,37 1,55 LayakIII Rp. 3.865.950,53 38,42 2,29 Layak
100 ltr/kk/hari I Rp. 2.797.671,37 34,64 1,94 LayakII Rp. 618.238,97 17,00 1,21 LayakIII Rp. 2.083.103.37 27,52 1,70 Layak
Sumber: Hasil Perhitungan Analisis EkonomiKet.Manfaat I = Manfaat yang diperoleh jika curah hujan termasuk tinggiManfaat II = Manfaat yang diperoleh jika curah hujan termasuk rendahManfaat III = Manfaat yang diperoleh jika curah hujan termasuk rata-rata
Hasil perhitungan analisis ekonomi tersebut menunjukkan bahwa
berdasarkan NPV yang merupakan keuntungan netto pembangunan rancangan
pemanenan air hujan dapat dinyatakan layak untuk diterapkan, karena NPV
proyek tersebut lebih besar dari nol untuk setiap perbedaan manfaat yang
diperoleh. Hasil perhitungan analisis ekonomi berdasarkan IRR yang merupakan
tingkat rendemen atas investasi netto pembangunan rancangan pemanenan air
hujan dapat dinyatakan layak karena menunjukkan pula nilai postif. Begitu pula
hasil perhitungan analisis ekonomi berdasarkan BCR yang merupakan merupakan
perbandingan antara jumlah present value yang positif dengan jumlah present
value yang negatif pembangunan rancangan pemanenan air hujan dapat
110
dinyatakan layak karena menunjukkan nilai yang lebih dari 1 (satu) untuk setiap
perbedaan manfaat yang diberikan.
Hasil perhitungan analisis ekonomi untuk menguji kelayakan penerapan
hasil rancangan pemanenan air hujan di Kelurahan Cicadas Kota Bandung ini
menunjukkan bahwa secara umum meskipun curah hujan termasuk rendah di Kota
Bandung akan lebih menguntungkan untuk diterapkan dalam memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakatnya. Kebutuhan air bersih dengan konsumsi
sebesar 100 liter/kk/hari maupun 160 liter/kk/hari akan lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan penggunaan air mempergunakan eceran per dirigen (1
dirigen = 25 liter = Rp. 700,-).
111