Sistem Kwashiorkor
description
Transcript of Sistem Kwashiorkor
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutrition merupakan salah satu
penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak negara yang
sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika tengah dan selatan. Preualensi yang
tinggi terdapat pada anak-anak dibawah umur 5 tahun (balita), ibu yang sedang
mengandung dan sedang menyusui. Pada penyakit KEP ditemukan ditemukan
berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun
protein dalam proporsi yang bermacam-macam. Akibat kekurangan tersebut
timbul keadaan KEP yang sangat ringan sampai berat. Pada keadaan seperti ringan
tidak banyak ditemukan kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang
sedangkan kelainan biokimiawi maupun gejala minisnya tidak ditemukan. Pada
keadaan yang berat ditemukan. Pada keadaan yang berat ditemukan 2 tipe adalah
Kwashiorkor dan Maramus, masing-masing dengan gejala yang khas pada semua
derajat maupun tipe KEP ini terdapat gangguan pertumbuhan disamping gejala-
gejala klinis ? Klinis maupun biokimiawi yang khas tapi tipe penyakitnya. Untuk
membedakan ? Tipe maupun derajat berat penyakit banyak cara dapat dipakai,
salah satu contoh penentuan derajat ringan atau berat penyakitnya DEPKES RI
memodifikasi klasifikasi Gomez. Berbeda dengan penggolongan yang ditetapkan
pleh Gomez, lokakarya mengklasifikasikan status gizi dalam gizi lebih, gizi baik,
gizi kurang dan gizi buruk.
Klasifikasi KEP Menurut Dep Kes (1975)
DERAJAT KEPBERAT BADAN
% DARI BAKU
0 = Normal
1 = Gizi kurang
2 = Gizi buruk
=1>80%
60-79%
<60%
1
Penyakit KEP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara yang sedang
berkembang.
Budiarso (1978) menyimpulkan bahwa angka kematian tertinggi terdapat
pada anak-anak balita dengan penyebab utama penyakit infeksi, terutama pada
anak-anak yang sedang menderita malnutrisi.
2
BAB II
KWASHIORKOR
1. Definisi
Kwashiorkor merupakan salah satu bentuk malnutrisi akibat
kekurangan energi dan protein yang terdapat terutama pada anak di bawah
umur lima tahun.
2. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Kwashiorkor (KKP =
Kurang Kalori dan Protein)
Penyakit KKP merupakan penyakit lingkungan, oleh karena itu ada
beberapa faktor yang bersama-sama menjadi penyebab timbulnya penyakit
tersebut antara lain :
a.Faktor Diet
Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein akan
menyebabkan anak menjadi penderita kwashiorkor, sedangkan diet
kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan
menyebabkan anak menjadi penderita marasmus.
b. Faktor Sosial
Pantang untuk menggunakan bahan makanan tersebut yang sudah
turun temurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP.
Adakalanya pantangan tersebut didasarkan pada keagamaan, tapi ada
pula yang merupakan tradisi turun temurun. Jika pentangan ini
didasarkan pada keagamaan, maka akan sulit diubah, tetapi jika
pantanagn tersebut berlangsung karena kebiasaan, maka denganh
pendidikan gizi yang baik dan dilakukan terus-menerus hal tersebut
masih dapat di atasi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
pada KEP adalah : perceraian, ekonomi rendah, dll.
3
c.Faktor Kepadatan Penduduk
Dalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah
dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa
diimbangidengan bertambahnya persediaan bahan makanan setempat
yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan.
Mc. laren (1982) memperkirakan kwashiorkor akan terdapat dalam
jumlah banyak di desa-desa dengan penduduk yang mempunyai
kebiasaan untuk memberi makanan tambahan seperti tepung, terutama
pada anak-anak yang tidak cukup mendapat ASI.
d. Peranan Infeksi
Sinergitis antara malnutrisi dan infeksi, infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi walaupun masih ringan,
mempunyai pengaruh negatife pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
e.Peranan Kemiskinan
Penyakit KKP merupakan masalahnegara-negara miskin dan terutama
merupakan problem tapi golongan termniskin dalam masyarakat negara
tersebut.
4
GAMBAR 10.2
HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA FAKTOR-FAKTOR YANG
MENJURUS KEP (ODA ADVISORY COMMITTEE ON PROTEIN, 1974)
PENYAKIT KEP (KURANG ENERGI DAN PROTEIN)
5
PENGHASILAN RENDAH TIDAK CUKUP UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN
MASUKAN MAKANAN TIDAK CUKUP
ANAK-ANAK LEBIH MUDAH MENDERITA PENYAKIT
KEPERLUAN MAKANAN BAGI ANAK BERTAMBAH
MASUKAN MAKANAN TIDAK CUKUP
KEPERLUAN BAHAN MAKANAN BERTAMBAH BAGI WANITA YANG SEDANG MENGANDUNG DAN MENYUSUI
SEBAGAI KOMPENASASI IBU LEBIH SERING
MENGANDUNG
ANAK-ANAK MENINGGAL
PENGHASILAN MENURUN KAPASITAS KERJA BILA DEWASA BERKURANG
3. Patofisiologi
Pada penyakit KPP terdapat perubahan nyata dari pada komposisi
tubuhnya, seperti jumlah dan distribusi cairan, lemak, mineral dan protein
terutama protein otot.
a. Cairan Tubuh Total (Total Body Water)
Tubuh mengandung lebih banyak cairan, keadaan ini merupakan akibat
menghilangnya lemak, oto, dan jaringan lain.
b. Cairan Extra Sel
Terutama pada anak-anak dengan edema terdapat lebih banyak cairan
ekstrasel atau dibandingkan dengan tanda edema.
c. Kalium Total Tubuh
Kalium menurun, terutama yang terdapat di dalam sel, sehingga
menimbulkan gangguan metabolik pada organ-organ ? seperti otot
ginjal dan pankreas.
d. Mineral Lain
Met Coff (1975 menemukan dalam sel otot kadar natrium dan posfor
inorganil yang meninggi dan kadar magnesium yang menurun.
4. Tanda dan Gejala Klinis Kwashiorkor
a. Penampilan
Penampilannya seperti anak yang gemuk (Suger Baby) bilamana
dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein,
walaupun dibagian tubuh lainnya, terutama di pantatnya terlihat adanya
atrofi.
b. Gangguan Pertumbuhan
Pertumbuhan terganggu, berat badan dibawah 80% dari buku Harvard
persentil 50 walaupun terdapat edema, begitu pula tinggi badannya
terutama jika KEP sudah berlangsung lama
c. Perubahan Mental
Perubahan mental sangat mencolok. Pada umumnya mereka banyak
menangis, dan pada stadium lanjut bahkan sangat apatis. Perbaikan
kelainan mental tersebut menandakan suksesnya pengobatan.
6
d. Edema
Edema baik yang riangan maupun berat ditemukan pada sebagian besar
penderita kwashiorkor. Walaupun jarang, asites dapat mengiringi
edema.
e. Atrofi Otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita lemah dan berbaring terus
menerus, walaupun sebelum menderita penyakit demikian sudah dapat
berjalan-jalan.
f. Sistem Gastro-Intestinum
Gejala saluran pencernaan merupakan gejala penting. Pada anoreksia
yang berat penderita menolak segala macam makanan, hingga
adakalanya makanan hanya dapat diberikan melalui sonde lambung.
Diare tampak pada sebagian besar penderita, dengan feses yang cair
dan mengandung banyak asam laktat karena mengurangnya produksi
laktase dan enzim disaharidase lain. Adakalanya diare demkian
disebabkan pula oleh cacing dan parasit lain.
g. Perubahan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture)
maupun warnanya. Sangat khas bagi pendeita kwashiorkor ialah rambut
yang mudah dicabut. Misalnya tarikan ringan di daerah temporal
menghasilkan tercabutnya seberkas rambut tanpa reaksi si penderita.
Pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala
kusam, kering, halus, jarang, dan berubah warnanya. Warna rambut
yang hitam menjadi merah, coklat, kelabu, maupun putih. Rambut
alispun menunjukan perubahan demikian, akan tetapi tidak demikian
dengan rambut matanya yang justru memanjang.
h. Perubahan Kulit
Perubahan kulit yang oleh Williams, dokter wanita pertama yang
melaporkan adanya penyakit kwashiorkor, diberi nama crazy pavement
dermatosis merupakan kelainan kulit yang khas bagi penyakit
kwashiorkor. Kelainan kulit tersebut dimulai dengan titik-titik merah
menyerupai patehia, berpadu menjadi bercak yang lambat laun
7
menghitam. Setelah bercak hitam mengelupas, maka terdapat bagian-
bagian yang merah dikelilingi oleh batas-batas yang masih hitam.
Bagian tubuh yang sering membasah dikarenakan keringat atau air
kencing, dan yang terus-menerus mendapat tekanan merupakan
predeleksi crazy pavement dermatosis, seperti di punggung pantat,
sekitar vulva, dan sebagainya. Perubahan kulit lainpun dapat ditemui,
seperti kulit yang kering dengan garis kulit yang mendalam, luka yang
mendalam tanpa tanda-tanda inflamasi. Kadang-kadang pada kasus
yang sangat lanjut ditemui patehia tanpa trombositopenia dengan
prognosis yang buruk bagi si penderita.
i. Pembesaran Hati
Hati yang membesar merupakan gejala yang sering ditemukan.
Kadang-kadang batas hati terdapat setinggi pusar. Hati yang membesar
dengan mudah dapat dirabah dan terasa kenyal pada rabahan dengan
permukaan yang licin dan pinggir yang tajam. Sediaan hati demikian
jika dilihat dibawah mikroskop menunjukan, bahwa banyak sel hati
yang terisi dengan lemak. Pada kwashiorkor yang relatif ringan
infiltrasi lemak itu terdapat terutama di segi tigas Kirnan, lebih berat
penyakitnya lebih banyak sel hati yang terisi dengan lemak, sedangkan
pada yang sangat berat perlemakan terdapat pada hampir semua sel
hati. Adakalanya juga adanya fibrosis dan nekrosis hati.
j. Anemia
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita demikian. Bilamana
kwashiorkor disertai oleh penyakit lain, terutama ankylostomiasis,
maka dapat dijumpai anemia yang berat. Jenis anemia pada
kwashiorkor bermacam-macam, seperti normositik normokrom,
mikrositik hipokrom, makrositik hiperkrom, dan sebagainya. Perbedaan
macam anemia pada kwashiorkor dapat dijelaskan oleh kekurangan
berbagai faktor yang mengiringi kekurangan protein, seperti zat besi,
asam folik, vitamin B12, vitamin C, tembaga, insufisiensi hormon, dan
sebagainya. Macam anemia yang terjadi menunjukan faktor mana yang
lebih dominan. Pada pemeriksaan sumsum tulang sering-sering
8
ditemukan mengurangnya sel sistem eripoitik. Hipoplasia atau aplasia
sumsum tulang demikian disebabkan terutama oleh kekurangan protein
dan infeksi menahun.
k. Kelainan Biokimiawi Darah
Ada hipotesis yang mengatakan, bahwa pada penyakit kwashiorkor
tubuh tidak dapat beradaptasi terhadap keadaan baru yang disebabkan
oleh kekurangan protein maupun energi. Oleh sebab itu banyak
perubahan biokimiawi dapat ditemukan pada penderita kwashiorkor,
misalnya :
Albumin Serum :
Albumin serum yang merendah merupakan kelaianan yang sering
dianggap spesifik dan sudah ditemukan pada tingkat dini, maka
McLaren memberi angka (skor) untuk membedakan kwashiorkor
dari maramus. Lebih rendah kadar albumin serum, lebih tinggi
pemberian angkanya (lihat sistem skoring Mclaren).
Globulin Serum
Kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi
tidak sebanyak menurunnya albumin serum, hingga pada
kwashiorkor terdapat rasio albumin atau globulin yang biasanya 2
menjadi lebih rendah, bahkan pada kwashiorkor yang berat
ditemukan rasio yang terbalik. Fraksinasi globulin serum
dilakukan dengan cara elektroforesis menunjukan fraksi alfa1-
globulin dan gamma-globulin yang tinggi, beta-globulin yang
rendah, sedangkan alfa2-globulin tidak berbeda secara bermakna
jika dibandingkan dengan yang terdapat pada anak sehat.
Kadar Kolestrol Serum :
Pada penderita kwashiorkor, terutama yang berat, kadar kolestrol
darahnya rendah. Mungkin saja rendahnya kolestrol darah
disebabkan oleh makanan sehari-harinya yang terdiri dari sayuran
hingga tidak mengandung kolestrol atau adanya gangguan dalam
pembentukan kolestrol dalam tubuh.
9
Tes Thymol Turbidity (derajat kekeruhan) :
Tes tersbeut merupakan tes fungsi hati. Penentuan terhadap 109
penderita kwashiorkor emberi hasil sebagai berikut : pada 73
penderita meninggi, sedangkan pada selebihnya tidak. Tidak
ditemukan korelasi antara tingginya kekeruhan dan beratnya
perlemakan hati maupun tingginya angka kematian, maka tes
tersebut tidak mempunyai nilai diagnosis maupun prognosis.
(poey, 1957).
l. Sistem Endokrin pada KEP
Pada KEP-berat ditemukan perubahan produksi beberapa hormon.
Kortisol
Walaupun pada otopsi ditemukan atrofi anak ginjal, kadar kortisol
plasma naik baik pada kwashiorkor maupun pada maramus.
Insulin
Pada umumnya sekrisi insulin tetap rendah setelah penderita
dapat glukosa.
Hormon Pertumbuhan (Human Growth Hormon)
Kadar hormon pertumbuhan sering-sering justru meninggi pada
kwashiorkor dan normal atau meninggi marasmus.
Thyroid Stimulating Hormon (TSH)
TSH meninggi akan tetapi fungsi tiroid menurun
Hormon-hormon yang disebut tadi mempunyai peranan pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Dilihat dari fungsi
masing-masing hormon tersebut, metabolisme ketiga
makronutrien tersebut, maka perubahan kadar dalam hormon pada
penderita KEP menguntungkan penderita dalam penyediaan
energi yang sangat dibutuhkan.
10
5. Dampak Malnutrisi Terhadap Infeksi
Menurunnya status gizi berakibat menurunnya imunitas penderita terhadap
berbagai infeksi. Tubuh memiliki 3 macam pertahanan untuk menolak
infeksi : a. Melalui sel (Imunitas selular), b. Melalui cairan (Imunitas
humoral), dan c. Aktivitas leukosit polimorfonukleus.
Aktivitas Leukosit Polimorfonukleus
Leukosit bertugas untuk menfagositir kuman sebelum membunuhnya.
Pada penderita KEP aktivitas leukosit untuk menfagositir maupun
membunuh kuman menurun.
6. Perencanaan Askep
Prioritas Keperawatan
1. Meningkatkan masukan
perkiraan kebutuhan kalori dan protein konsisten
2. Mencegah komplikasi
3. Meminimalkan kehilangan
atau kebutuhan energi
4. Memberikan informasi
tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1. Masukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu
2. Komplikasi tercegah atau diminimalkan
3. Kelelahan dihilangkan
4. Kondisi, prognosis, dan aturan terapeutik dipahami
11
Diagnosa Keperawatan : Nutrisi, Perubahan : Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Dapat dihubungkan dengan : Kondisi yang mempengaruhi masukan
nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrien atau
kebutuhan metabolik dan pengobatan yang
berhubungan, anoreksia, disfagia atau kesulitan
menelan, penurunan status mental atau tingkat
kesadaran.
Kemungkinan dibuktikan oleh : Berat badan 10% atau lebih di bawah ideal.
Penurunan lemak subkutan atau massa otot,
tonus otot buruk.
Perubahan motilitas gastrik dan karakteristik
feses.
Hasil yang Diharapkan
Atau Kriteria Evaluasi
Pasien Akan : Mendemontrasikan berat badan stabil atau
tambahan berat badan progresif ke arah tujuan
dengan normalisasi nilai laboratorium dan
bebas dari tanda malnutrisi.
TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriUmumKaji status nutrisi secara kontinue selama perawatan setiap hari, perhatikan tingkat energi kulit, kuku, rambut, rongga mulut. Keinginan untuk meningkatkan anoreksia.
Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan.
Memberikan kesempatan utuk mengobservasi penyimpangan dan normal atau dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi.
Membuat data dasar, membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecenderungan dalam penurunan atau penambahan berat badan.
12
TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriDokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.
Jamin penampungan akurat dari spesimen (urine, feses, drainase) untuk pemeriksaan keseimbangan nitrogen.
Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat kontrol infus sesuai kebutuhan. Atur kecepatan pemberian per jam sesuai anjuran. Jangan meningkatkan kecepatan untuk “Mencapai”.
Ketahui kandungan elektrolit dari larutan nutrisional.
Jadwalkan aktivitas dengan istirahat. Tingkatkan teknik relaksasi.
Parentalobservasi ketetapan waktu “penggantungan” dari larutan parental per protokol.
Enteral Kaji fungsi GI dan toleransi pada pemberian makan enteral : Catat bising usus; keluhan mual/muntah, ketidaknyamanan abdomen ; adanya diare/konstipasi ; terjadinya kelemahan sakit kepala, diaforesis, takikardia, kram
Mengindetifikasi ketidakseimbangan natara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual.
Ketidak akuratan penampungan dapat mengubah hasil tes, menimbulkan ketidaptepatan interpertasi status dan kebutuhan pasien saat ini.
Ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan kalori dan protein. Kecepatan kosisten dari pemberian nutrisi akan menjamin penggunaan tepat dengan efek samping lebih sedikit, seperti hiperglikemia atau sindrom dumping. Catatan: Infus kontinu dan siklus dari formula enteral secara umum lwbih baik ditoleransidaripada pemberian makan bolus dan mengakibatkan perbaikan absorpsi.
Komplikasi metabolik dukungan nutrisi sering akibat kurang perhatian pada perubahan yang terjadi, akibat dari pemberian makan ulang misal: Hiperglikemik, non ketotik hiperrosmotik, ketidakseimbangan elektrolit. Mengubah energi atau menurunkan kebutuhan kalori.
Keefektifan dari vitamin IV menurun setelah 24 jam.
Karena pergantian protein dari mukosa GI terjadi kira-kira setiap 3 hari, saluran GI berisiko tinggi pada disfungsi dini dan atrofi dari penyakit dan malnutrisi. Intoleran terhadap formula/adanya sindrom dumping memerlukan
13
abdomen
Periksa residu gaster bila emberian makan bolus dilakukan, dan bila diindefikasikan ; tunda pemberian makan/kembalikan aspirat per protokol untuk tipe/kecepatan pemberian makan yang digunakan bila residu lebih besar dari kadar yang ditentukan sebelumnya.
Pertahankan patensi selang pemberian makan enteral dengan membilas dengan air hangat sesuai indikasi.
pengubahan kecepatan pemberian/kosentrasi formula atau perubahan pemberian parenteral.
Pelmabatan pengosongan lambung disebabkan oleh proses penyakit khusus, misal: Ileus paralitik/pembedahan, syok, oleh terapi obat (khususnya narkotik). Atau kandungan protein/lemak dari formula individu Catatan: Penggantian aspirat lambung menurunkan kehilangan asam/elektrolit gaster.
Formula enteral mengandung protein yang menghambat selang pemberian makan (silikon lebih mungkin daripada selang poliuretan). Yang memerlukan pembungan/penggantian selang. Catatan: Jus krenberi atau cola tidak dianjurkan. Pankrelipase (ebzim pankreas) mungkin efektif dalam membersihkan selang atau sumbatan menetap.
Transional Tekankan pentingnya transisi pada pemberian makan oral dengan tepat.
Kaji refleks gag, kemampuan untuk menguyah/menelan, dan keterampilan motor bila meningkat pada pemberian makan transisi.
Berikan alat makan bantuan mandiri sesuai indikasi, mis: Pegangan piring, sendok dengan pegangan, cangkir dengan penutup.
Ciptakan lingkungan optimal mis: Hilangkan rangsang kebisingan,bedpan linen basah, berikan meja yang menarik, musik indah, teman
Meskipun pasien memiliki sedikit minat atau hasrat untuk makan, transisi pemberian makan oral lebih disukai mengingat efek samping/komplikasi potensial dari terapi dukungan nutrisi.
Memerlukan intervensi tambahan, misal: Latihan pleh ahli disfagia (terapi wicara)/dukungan nutrisi jangka panjang.
Pasien dengan defisit neuromuskular mis: Memerlukan penggunaan alat bantu khusus yang dikembangkan untuk makan.
Mendorong upaya pasien untuk makan, menurunkan anoreksia, dan memperkenalkan kesenangan sosial biasanya berkenaan dengan waktu makan.
14
Beri waktu mengunyah, menelan, melembutkan makanan: Beri sosialisasi dan bantuan makan sesuai indikasi.
Berikan makan sedikit dan sering; Masukan kesukaan/ketidaksukaan pasien dalam perencanaan makan sebanyak mungkin, dan masukkan “makanan rumah” dengan tepat
Berikan minuman mengandung kalori, bila masuka oral dimungkinkan, misal: Jus/air jello, supleman diet (Sustacal, Ensure, Polycase) pada minuman/air.
Kolaborasi Rujuk pada tim nutrisi/ahli diet.
Hitung kebutuhan energi basal dengan menggunakan formula berdasarkan jenis kelamin, tinggi, berat badan, usia dan perkiraan kebutuhan energi.
Tinjau ulang hasil tes kalorimetri tidak langsung bila ada.
Pasien perlu dorongan/bantuan untuk menghadapi masalah dasar seperti anoreksia, kelelahan, kelemahan otot.
Meningkatkan hasrat pada makanan dan jumlah masukan
Memaksimalkan masukan kalori bila masukan oral terbatas/dibatasi.
Membantu dalam identifikasi defisit nutrien dan kebutuhan terhadap intervensi nutrisi parenteral/enteral.
Memberikan perkiraan kebutuhan kalori dan protein.
Mengukur kosumsi O2 pada laju basal atau metabolik istirat, untuk membantu memperkirakan kebutuhan kalori/protein.
Berikan obat-obatan, sesuai indikasi ,misal:Preparat multivitamin:
Pantau pemeriksaan laboratorium misal: Glukosa serum, elektrolit, trasferin. Albumin, protein total, fosfat, BUN/Cr, enzim hepar, JDL, GDA.
Vitamin larut air ditambahkan pada larutan parenteral.Vitamin lain diberikan untuk defisiensi yang teridentifikasi.
Efek metabolik yang tidak diinginkan dari NPT termasuk: Hipokalemia, hiponatremia, dan retensi cairan, hiperglikemia, hipofosfatemia, peningkatan produksi CO2 yang mengakibatkan penurunan pernapasan, peningkatan tes fungsi hati, disfungsi ginjal.
15
Diagnosa Keperawatan : Infeksi, Resiko, Tinggi Terhadap
Faktor resiko meliputi : Prosedur invasif; Pemasangan kateter
vena, pembedahan untuk menempatkan selang
pemberian makan gastrostomi/jejunostomi.
Malnutrisi: penyakit kronis
Pemajanan lingkungan: Alat akses ditempatkan
selama periode lama, persiapan/penanganan
tidak tepat/kontaminasi larutan makanan.
Kemungkinan dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan; Adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
Hasil yang Diharapkan : Tidak mengalami demam atau menggigil
Atau Kriteria Evaluasi
Pasien Akan : Mendemontrasikan sisi pemasangan kateter
bersih, bebas dari drainase dan eritema/edema.
TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriUmumMempertahankan lingkungan aseptik optimal selama pemasangan dari kateter vena sentral ditempat tidur dan selama penggantian botol NPT dan pemberian selang.
Amankan bagian eksternal dari kateter/pemberian selang pada balutan dengan plester. Perhatikan keutuhan jahitan kulit.
Sepsis karena kateter dapat diakibatkan dan enta mikroorganisme patogen melalui saluran pemasangan kulit. Atau dan kontaminasi sentuhan selama masukan sistem NPT.
Manipulasi kateter masuk/keluar sisi pemasangan dapat mengakibatkan trauma jaringan (lubang, dan potensial mekanisme ke dalam jalur kateter.
16
Diagnosa Keperawatan : Nyeri, (Akut)/Kronis
Dapat dihubungkan dengan : Inflamasi/kerusakan jaringan: Infeksi, lesi
kutaneus internal/eksternal, ekskoriasi rektal,
penularan, nekrosis.
Neuropati perifer, mialgia, dan antralgia
Kejang abdomen
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri
Berfokus pada diri sendiri : Pandangan yang
sempit, perilaku melindungi.
Perubahan pada denyut nadi : Kejang otot,
ataksia, lemah otot, parestesis, paralisis.
Respon autonomik, gelisah.
Hasil yang Diharapkan : Keluhan hilangnya/terkontrolnya rasa sakit
Atau Kriteria Evaluasi : Menunjukan posisi/ekspresi wajah rileks
Pasien Akan : Menunjukan posisi/ekspresi wajah rileks
: Dapat tidur/beristirahat adekuat.
TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriKaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi, dan waktu. Menandai gejala nonverbal mis: Gelisah, takikardia, meringis.
Dorong pengungkapan perasaan
Berikan aktivitas hiburan mis: Membaca, berkunjung, dan menonton televisi.
Lakukan tindakan paliatif, mis: Pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.
Berikan kompres hangat/lembab pada
Mengidentifikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan/resolusi komlikasi. Catatan: Sakit yang kronis tidak menimbulkan perubahan auto nomik.
Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.
Memfokuskan kembali perhatian; mungkin dapat meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi.
Meningkatkan relaksasi/menurunkan tegangan otot.
Injeksi ini diketahui sebagai penyebab
17
sisi injeksi pentamidin/IV selama 20 menit setelah pemberian.Instrusikan pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik naspas dalam.
Berikan perawatan oral. (Rujuk pada DK: Membran Mukosa Oral, Perubahan, hal. 848).
KolaborasiBerikan analgesik/antipiretik, analgesik narkotik. Gunakan ADP (analgesik yang dikontrol pasien) untuk memberikan anlgesia 24 jam dengan dosis prn.
rasa sakit dan abses steril.
Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat. Dapat menurunkan kebutuhan narkotik analgesik (depresan SSP) dimana telah terjadi proses degenaratif neuro/motor. Mungkin tidak berhasil jika muncul demensia, meskipun minor.
Ulserasi/lesi oral mungkin menyebabkan ketidaknyamanan yang sangat.
Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman; mengurangi demam. Obat yang dikontrol pasien atau berdasarkan waktu 24 jam mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil, mencegah kekurangan ataupun kelebihan obat-obatan.
Diagnosa Keperawatan : Intregritas Kulit, Kerusakan: Aktual dan
atau Resiko Tinggi Terhadap
Dapat dihubungkan dengan :
Aktual : Defisit imunologis kwashiorkor dihubungkan
dengan radang, infeksi virus, bakteri, dan
jamur (misal : Herpas, Pseudomonas, Candida)
proses penyakit (misal : KS).
Faktor resiko meliputi : Penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi.
Malnutrisi, perubahan status metabolisme
Dapat dibuktikan oleh : Lesi kulit, ulserasi, formasi ulkus dekubitus
(aktual).
Hasil yang Diharapkan : Menunjukan tingkat laku atau teknik untuk
mencegah kerusakan kulit/meningkatkan
kesembuhan.
Menunjukan kemajuan pada luka atau
penyembuhan lesi
18
Atau Kriteria Evaluasi pasien akan :
TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriKaji kulit setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan.
Pertahankan/instruksikan dalam higiene kulit, Misal : Membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan losion atau krim.
Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai kebutuhan. Dorong pemindahan berat badan secara periodik. Lindungi penonjolan tulang bantal, bantalan rumit/siku, kulit domba.
Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut.
Dorong untuk ambulasi/turun dari tempat tidur jika memungkinkan.
Bersihkan area perianal dengan membersihkan feses dengan menggunakan air dan air mineral. Hindari penggunaan kertas toilet jika timbul versikel. Berikan krim pelindung, misal : Zink oksida, salep Adan D.
Gunting kuku secara teratur
Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barrier protektif, misal: Duo derm, sesuai petunjuk.
Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.
Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi. Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk menurunkan resiko trauma dermal pada kulit yang kering/rapuh. Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan meningkatkan kenyamanan. Catatan : Isolasi kewaspadaan diperlukan, terutama jika muncul lesi muskokutameus yang luas.
Mengurangi stres pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah ke jaringan dan meningkatkan proses kesembuhan.
Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang mneyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi.
Menurunkan tekanan pada kulit dari istirahat lama di tempat tidur.
Mencegah maserasi yang disebabkan oleh diare dan menjaga agar lesi perianal tetap kering. Catatatn: Penggunaan kertas toilet akan membuat lesi abrasi.
Kuku yang panjang/kasar meningkatkan resiko kerusakan dermal.
Dapat mengurangi kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan.
19
Kolaborasi Berikan matras atau tempat tidur busa/flotasi.
Dapatkan kultur dari lesi kulit terbuka
Gunakan atau berikan obat-obatan topikal atau sistemik sesuai indikasi
Lindungi lesi atau ulkus dengan balutan basah atau salep antibiotik dan balutan Nonstick (misal : Telfa) sesuai petunjuk.
Menurunkan iskemia jaringan, mengurangi tekanan pada kulit, jaringan, dan lesi.
Mengidentifikasi bakteri patogen dan pilihan perawatan yang sesuai.
Digunakan pada perawatan lesi kulit. Catatan: Jika digunakan salep multidosis, perawatan harus dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang.
Melindungi area ulserasi dari kontaminasi dan meningkatkan penyembuhan.
Diagnosa Keperawatan : Membran Mukosa Oral, Perubahan
Dapat dihubungkan dengan : Defisitimunologis dan timbulnya lesi penyebab
patogen, misal : Candida, herpes, KS.
Dapat dibuktikan oleh : Lesi ulkus terbuka, vesikel
Rasa sakit atau tidak nyaman pada bagian oral
Stomatitis : Leukoplakia, gingivitis, dan karies
gigi.
Hasil yang Diharapkan : Menunjukan membran mukosa utuh,
berwarna merah jambu, basah, dan bebas dari
inflamasi/ulserasi.
Menunjukan teknik memperbaiki atau
mempertahankan keutuhan mukosa oral.
20
Atau Kriteria Evaluasi pasien akan :
TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriKaji membran mukosa atau catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit mengunyah atau menelan.
Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi halus, pasta gigi non abrasif, obat pencuci mulut non alkholol dan pelembab bibi.
Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida/salin atau larutan soda kue.
Anjurkan permen karet atau permen tidak mengandung gula.
Rencanakan diet untuk menghindari garam. Pedas, gesekan dan makanan atau minuman asam periksa toleransi makanan. Tawarkan makanan yang dingin atau segar.
Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 ml/hari
Dorong pasien untuk tidak merokok.
Kolaborasi Dapatkan spesimen kultur lesi
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, Misal: Nistalin Mycotatin, ketoko nazol (Nozoral).
Rujuk untuk konsultasi gigi, jika diperlukan.
Edema, lesi membran mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa sakit dan sulit mengunyah atau menelan
Mengurangi rasa tidak nyaman, meningkatkan rasa sehat dan mencegah pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal.
Mengurangi penyebaran lesi dan krustasi dari kandidiasis dan meningkatkan kenyamanan.
Merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membran mukosa.
Makanan yang pedas akan membuka lesi yang telah disembuhkan. Lesi yang terbuka akan nyeri dan diperburuk dengan garam, pedas, makanan atau minuman asam. Rasa dingin atau panas berlebihan menyebabkan nyeri pada membran mukosa yang sensitif.
Mempertahankan hidrasi, mencegah pengeringan rongga mulut
Rokok akan mengeringkan dan mengiritasi membran mukosa.
Menunjukan agen penyebab dan mengidentifikasi terapi yang sesuai.
Obat khusus pilihan tergantung pada organisme infeksi misal: Candida
Mungkin membutuhkan terapi tambahan untuk mencegah kehilangan gigi.
21
Diagnosa Keperawatan : Kelelahan
Dapat dihubungkan dengan : Penurunan produksi energi metabolisme,
peningkatan kebutuhan energi (status
hipermetabolik).
Tuntutan psikologis atau emosional berlebihan.
Perubahan kimia tubuh, efek samping
obat-obatan, kemoterapi.
Dapat dibuktikan oleh : Kekurangan energi yang tidak berubah atau
berlebihan, ketidakmampuan untuk
mempertahankan rutinitas sehari-hari,
penurunan penampilan, ketidakseimbangan
kemampuan untuk berkosentrasi, kelesuan atau
tanpa gairah.
Tidak berhasrat terhadap lingkungan
Hasil yang Diharapkan : Melaporkan peningkatan energi
Melaksanakan AKS
Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
pada tingkat kemampuannya.
TINDAKAN /INTERVENSI RASIONALMandiriKaji pola tidur dan catat perubahan dalam proses berpikir atau perilaku.
Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktivitas pada tahun pasien sangat berenergi. Ikutsetakan pasien atau orang terdekat pada penyusunan rencana.
Tetapkan keberhasilan aktivitas yang realsistis dengan pasien.
Berbagai faktor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, penyakit SSP, tekanan emosi dan efek samping obat-obatan atau kemoterapi.
Periode istirahat yang sering sangat dibutuhkan dalam memperbaiki atau menghemat energi. Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol diri.
Mengusahakan kontrol diri dan perasaan berhasil. Mencegah timbulnya perasaan frustasi akibat kelelahan
22
Atau Kriteria Evaluasi pasien akan :
Bantu memenuhi kebutuhan perawatan pribadi: Pertahankan tempat tidur dalam posisi rendah dan tempat lalu lalang bebas dari perabotan: Bantu dengan ambulasi.
Dorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin misal: Perawatan diri, duduk di kursi, berjalan, pergi makan siang. Meningkatkan tingkat kativitas sesuai petunjuk.
Pantau respon psikologis terhadap aktivitas misal: Perubahan TD. Frekuensi pernapasan atau jantung
Dorong masukan nutrisi (Rujuk pada DK Nutrisi Pengobatan Kurang dan Kebutuhan Tubuh).
Kolaborasi Berikan O2 tambahan sesuai petunjuk
Rujuk pada terapi fisik atau okupasi
karena aktivitas berlebihan.
Rasa lemas dapat membuat AKS hampir tidak mungkin bagi pasien untuk menyelesaikannya. Melindungi pasien dari cedera selama melakukan aktivitas.
Memungkinkan penghematan energi, peningkatan stamina,dan mengizinkan pasien untuk lebih aktif tanpa menyebabkan kepenatan dan rasa frustasi.
Toleransi bervariasi tergantung pada status proses penyakit, status nutrisi. Keseimbangan cairan dan jumlah penyakit di masa pasien menjadi subjeknya.
Pemasukan atau penggunaan nutrisi adekuat sangat penting untuk kebutuhan energi untuk aktivitas.
Adanya anemia atau hipoksema mengurangi persedian obat untuk ambilan seluler dan menunjang kelelahan.
Latihan setiap hari terprogram dan aktivitas yang membantu pasien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan diatonus otot, meningkatkan rasa sejahtera.
23
7. Daftar Pustaka
1. A.H. Markum Sofyan Ismael. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas
Kedokteraan Universitas Indonesia, Jakarta 1991.
2. Achmad Djaeni Sediaoetama, Prof. Dr. MSC. Ilmu Gizi, DKM Rakyat.
Jakarta 2000.
3. Solihin Pudjiadi, Prof, DR,Dr, DSAK. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak.
Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia. Jakarta 2000.
4. Poedyasmaro, SKM. Buku Praktis Ahli Gizi. POLTEK Gizi, Malng.
Malang 2002.
5. Almassier Sunita. Prinsip Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta 2002.
6. Azhy Saankani, AMS. Dietesik 12. POTEKKES Bandung Jurusan
Gizi. Bandung 2003.
24