Sistem Klasifikasi Gigi Impaksi
-
Upload
arisa-masthuroh-afgani -
Category
Documents
-
view
351 -
download
10
Transcript of Sistem Klasifikasi Gigi Impaksi
Sistem Klasifikasi Gigi Impaksi
Pengambilan gigi yang menalami impaksi dapat menjadi mudah namun
terkadang dapat menyulitkan bahkan bagi ahli bedah yang sudah berpengalaman.
Salah satu cara untuk menilai kesulitan pengambilan gigi impaksi adalah
ketersediaan akses. Aksesibilitas ditentukan oleh letak gigi tetangga dan struktur
lain yang dapat menyulitkan akses atau pengeluaran gigi. Dengan sistem
klasifikasi, ahli bedah dapat mempersiapkan pembedahan dan memperkirakan
apakah ada langkah operasi tambahan yang harus dilakukan.
Kebanyakan sistem klasifikasi didasarkan pada analisis radiografi.
Radiografi panoramik memberikan gambaran yang paling akurat terutama pada
regio molar ketiga. Radiografi periapikal juga dapat menjadi pilihan selama
seluruh bagian dari gigi yang mengalami impaksi dan struktur sekitarnya terlihat
dengan jelas. Apabila akar dari gigi molar rahang bawah terlihat sangat dekat atau
superimpose dengan canalis alveolaris inferior, maka diagnosis dapat dibantu
dengan radiografi panoramik dan Cone-beam CT. Teknik tersebut dapat
memperlihatkan hubungan antara ujung akar dengan canalis.
1. Sistem Klasifikasi Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah
1.1. Angulasi
Sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan adalah dengan
menentukan hubungan sumbu panjang gigi molar tiga yang mengalami impaksi
dengan sumbu panjang gigi molar dua di sebelahnya. Gigi dengan inklinasi yang
tepat memiliki jalur pencabutan yang telah tersedia, sedangkan pada beberapa gigi
dengan inklinasi yang tidak tepat, pengambilan gigi memerlukan tindakan
pengambilan sebagian kecil tulang. Sistem klasifikasi ini membantu menentukan
evaluasi awal dalam menentukan tingkat kesulitan ekstraksi.
Secara umum, kasus impaksi gigi molar yang cukup mudah diambil adalah
kasus mesioangular impaksi. Pada impaksi mesioangular, gigi miring ke arah
mesial mendekati molar dua. Tipe impaksi ini merupakan yang paling sering
terjadi, hampir 43% kasus impaksi dari selruh kasus impaksi gigi.
Jika sumbu panjang gigi dari molar tiga tegak lurus dengan gigi molar dua,
maka kasus ini dinamakan impaksi horizontal. Tipe impaksi ini biasanya lebih
sulit diambil dibandingan dengan impaksi mesioangular. Kasus ini terjadi 3% dari
seluruh kasus impaksi.
Pada kasus impaksi vertikal, gigi yang mengalami impaksi terletak paralel
dengan sumbu panjang gigi molar kedua. Kasus ini merupakan kedua terbanyak,
terhitung 38% dari seluruh kasus impaksi, dan merupakan kasus ketiga tersulit.
Impaksi distoangular merupakan kasus yang paling sulit untuk ditangani.
Pada kasus ini, sumbu panjang dari gigi molar ketiga menjauhi gigi molar dua ke
arah diatal atau ke arah posterior. Kasus ini merupaan yang paling sulit ditangani
karena arah penarikannya mengarah ke ramus mandibula, biasanya
pengambilannya dilakukan dengan prosedur bedah. Impaksi distoagular sangat
jarang terjadi, hanya sekitar 6% dari seluruh kasus impaksi molar ketiga. Proses
pengambilan gigi molar tiga yang eupsi dalam arah distoangular lebih rumit
dibandingan dengan kasus distoangular pada gigi lainnya. Alasannya adaah
karena akar mesial dari gigi molar ketiga letaknya sangat dekat dengan akar gigi
molar kedua. Selain itu, hubungan antara angulasi sumbu panjang gigi molar
ketiga dan molar dua, juga dapat mengarah ke buccal, lingual, atau palatal.
Kasus lain yang jarang terjadi adalah impaksi transversal, dimana gigi ada
pada posisi horizontal namun pada arah buccolingual. Permukaan oklusal dari gigi
yang mengalami impaksi menghadap ke arah buccal atau lingual. Untuk menilai
kemiringan ke arah buccal dan lingual dengan akurat, operator dapa mengunakan
bantuan perpendicular occlusal film.
1.2. Hubungan dengan Batas Anterior Ramus
Metode lain untuk klasifikasi gigi yang mengalami impaksi adalah
berdasarkan banyaknya bagian dari gigi impaksi yang terpendam pada ramus
mandibula. Klasifikasi ini dikenal juga sebagai Klasifikasi Pell dan Gregory, dan
terkadang disebut sebagai Pell dan Gegory Kelas 1, 2, dan 3. Pada klasifikasi ini,
penting bagi ahli bedah untuk memeriksa hubungan antara gigi dengan ramus
mandibula bagian anterior.
Jika diameter mesiodistal gigi ang mengalami impaksi sepenuhnya berada
di anterior batas anterior ramus mandibula, maka hubungan ini disebut dengan
Kelas 1 Pell dan Gregory. Jika gigi tersebut berada pada posisi vertikal, gigi
masih memiliki kemungkinan untuk erupsi dengan arah yang normal.
Jika gigi terletak lebih posterior sehingga hampir dari setengah lebar
mesiodistal gigi terbenam pada ramus, hubungan ini dinamakan hubungan kelas 2
Pell dan Gregory. Pada kasus hubungan kelas 2, gigi tidak dapat erupsi dengan
sempurna karena terdapat sebagian tulang yang terletak diatas bagian distal gigi
ang impaksi.
1.3. Hubungan dengan Bidang Oklusal
Sistem klasifikasi impaksi gigi molar ketiga rahang bawah lainnya
ditentukan berdasarkan kedalaman gigi yang mengalami impaksi dibandingkan
dengan ketinggian gigi molar kedua rahang bawah. Sistem klasifikasi ini juga
dibuat oleh Pell dan Gregory, dan disebut dengan klasifikasi A, B, C Pell &
Gregory. Pada sistem klasifikasi ini, derajat kesulitan ditentukan berdasarkan
ketebalan tulang diatas gigi, dimana kesulitan penanganan semakin tinggi jika
letak gigi yang mengalami impaksi semakin dalam.
Impaksi kelas A merupakan impaksi molar ketiga rahang bawah dimana
pemukaan oklusal gigi molar ketiga rahang bawah yang mengalami impaksi
sejajar atau hampir sejajar dengan bisang oklusal gigi molar kedua rahang bawah.
Pada impaksi kelas B, permukaan oklusal gigi molar ketiga rahang bawah yang
mengalami impaksi berada diantara garis cervical dan bidang oklsal gigi molar
kedua rahang bawah. Pada impaksi kelas C, permukaan oklusal gigi molar ketiga
yan mengalami impaksi berada di bawah garis cervical gigi molar kedua rahang
bawah.
2. Klasifikasi Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Atas
Sistem klasifikasi untuk impaksi gigi mlar ketiga rahang atas pada
dasarnya ampir sama dengan sistem klasifikasi gigi molar ketiga rahang bawah.
Namun, beberapa perbedaan dan tambahan harus dibuat ntuk menentukan tungkat
kesulitan penatalaksanaa yang lebih akurat.
2.1. Angulasi
Berdasarkan angulasinya, terdapat tiga tipe impaksi gigi molar ketiga
rahang atas yaitu impaksi vertikal, impaksi distoangula, dan impaksi
mesioangular. Impaksi vertikal terjadi sekitar 63% dari keseluruhan kasus,
sedangkan impaksi distoangular terjadi hapir 25%, dan impaksi mesioangular
sekitar 12%.
Kadang ditemukan posisi lain seperti transversal, inverted, atau
horizontal. Posisi- posisi tersebut sangat jarang ditemukan dan hanya terjadi
sekitar 1% dari keseluruhan kasus.
2.2. Hubungan dengan Bidang Oklusal
Klas A : Bagian terbawah dari mahkota gigi impaksi M3 atas berada segaris
dengan oklusal gigi M2 disebelahnya.
Klas B : Bagian terbawah mahkota gigi impaksi M3 atas berada diantara dataran
oklusal dan garis servikal gigi M2 disebelahnya.
Klas C : Bagian terbawah dari mahkota gigi impaksi M3 atas berada pada atau
terletak diatas servikal gigi M2 disebelahnya.
2.3. Hubungannya dengan Sinus Maksilaris
1) “Sinus Maxillaris Apporoximation” yaitu antara gigi impaksi M3 atas
dengan sinus maksilaris terdapat hubungan langsung atau hanya dibatasi
oleh selapis tipis jaringan tulang.
2) “No Sinus Maxillaris Apporoximation” yaitu antara gigi impaksi M3 atas
dengan sinus maksilaris dibatasi oleh sekitar 2 mm atau lebih jaringan
tulang.
3. Klasifikasi Impaksi Gigi Kaninus
Klasifikasi Kaninus Atas menurut Archer,1975 adalah sebagai berikut :
Kelas I : Kaninus rahang atas impaksi terletak disebelah palatinal dengan
posisi horizontal, vertikal, semivertikal.
Kelas II : Kaninus rahang atas impaksi terletak pada bagian bukal maksila
dengan posisi horizontal, vertikal, semivertikal.
Kelas III : Kaninus rahang atas impaksi terletak diantara bukal atau labial
dengan palatinal.
Kelas IV : Kaninus rahang atas impaksi yang terletak didalam prosesus
alveolaris, biasanya secara vertikal antara gigi insisivus dan gigi
premolar
Kelas V : Kaninus rahang atas impaksi terletak pada rahang atas yang tidak
bergigi