Sistem Kardiovaskuler
-
Upload
indra-utami -
Category
Documents
-
view
185 -
download
17
Transcript of Sistem Kardiovaskuler
Sistem Kardiovaskuler
Untuk mempertahankan homeostasis, material-material penting seperti oksigen dan
nutrisi harus diambil dari lingkungan eksternal dan dihantarkan kepada sel secara
terus-menerus, dan limbah yang tidak berguna harus dibuang. Selanjutnya, sisa panas
yang dikeluarkan oleh otot harus dihantarkan ke kulit di mana panas tersebut dapat
dikeluarkan dari tubuh untuk dapat mempertahankan suhu tubuh. Selain itu,
homeostasis juga tergantung pada penghantaran hormone sebagai ‘pembawa pesan’
dalam bentuk senyawa-senyawa kimia. Sistem sirkulasi atau sistem kardiovaskuler,
yang berperan besar dalam mempertahankan homeostasis, berfungsi sebagai sistem
transport dalam tubuh yang terdiri dari darah, jantung, dan pembuluh darah. [1]
Jantung
Sebagai salah satu dari tiga komponen dasar sistem kardiovaskuler, jantung
merupakan pompa yang memberi tekanan kepada darah untuk menetapkan gradient
tekanan yang dibutuhkan darah untuk mengalir ke jaringan-jaringan tubuh. Darah
yang mana berbentuk cairan, juga mengikuti hukum fluida yakni mengalir dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.
Anatomi Jantung
Sumber: Sobotta Atlas of Human Anatomy Trunk, Viscera, Lower Limb - 14th edition 2006
Lokasi Jantung
Jantung berukuran relatif kecil, memiliki panjang sekitar 12 cm, lebar 9 cm pada sisi
terlebar, dan tebal 6 cm, dengan massa sekitar 250 gram pada wanita dewasa dan 300
gram pada laki-laki dewasa. [2] Jantung terletak pada mediastinum, sebuah daerah
anatomis yang memanjang dari sternum ke ruas vertebral, dari rusuk pertama sampai
diafragma, dan di antara paru-paru. Dua per tiga dari massa jantung terletak di sebelah
kiri midline atau garis vertical imajiner yang membagi tubuh menjadi bagian kiri dan
kanan. [2] Dasar (base) dari jantung terletak pada permukaan posterior nya, dan
dibentuk oleh atria (ruang atas jantung), sebagian besar atria kiri. Apex jantung
dibentuk dari ujung ventrikel kiri dan bersandar pada diafragma.
Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. John Wiley & Sons, Inc; 2012
Perikardium
Perikardium merupakan membrane yang menyelimuti jantung, dan berfungsi untuk
menetapkan posisi jantung pada mediastinum, dan memberi cukup ruang bagi
penambahan volum dan pergerakan jantung. [1] Perikardium dapat digolongkan
menjadi dua tipe, yakni;
1. Fibrous Pericardium
Fibrous pericardium tersusun atas jaringan konektif yang kuat, tidak elastis,
dan padat. Bentuknya menyerupai kantung yang menempel pada diafragma;
ujungnya yang terbuka, menyatu dengan jaringan penghubung dari pembuluh
darah yang masuk dan keluar jantung. Fibrous pericardium mencegah
peregangan yang terlalu besar dari jantung, berfungsi sebagai proteksi, dan
menetapkan posisi jantung pada mediastinum. [1]
2. Serous Pericardium
Serous pericardium lebih merupakan membran tipis dan halus, yang
membentuk dua lapisan (double layer) yang menyelubungi jantung. Lapisan
luar (parietal layer) menyatu dengan fibrous pericardium. Sementara lapisan
dalam (visceral layer) atau disebut juga epicardium, merupakan satu dari
lapisan dinding jantung, dan merekat dengan kuat ke permukaan jantung.
Diantara lapisan parietal dan visceral, terdapat cairan pelumas yang disebut
pericardial fluid, berfungsi untuk mengurangi gesekan antar lapisan serous
pericardium jantung. Ruang yang mengandung pericardial fluid disebut
pericardial cavity. [1]
Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. John Wiley & Sons, Inc; 2012
Lapisan Dinding Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yakni epicardium (lapisan luar), myocardium
(lapisan tengah), dan endocardium (lapisan dalam). [2]
Epikardium terdiri dari 2 lapis jaringan. Lapisan yang paling luar, yaitu lapisan
viscelar dari serous pericardium. Lapisan tipis dan transparan ini tersusun atas
mesothelium. Lapisan jaringan selanjutnya, terletak di dasar mesothelium merupakan
lapisan dari jaringan adiposa dan jaringan serabut lunak. Epikardium mengandung
pembuluh darah, limfatik, dan pembuluh yang menunjang miokardium. [1]
Miokardium bertanggung jawab atas kegiatan pemompaan jantung, dan terdiri atas
jaringan otot jantung. Miokardium merupakan komponen terbesar, yakni 95 persen
dari dinding jantung. Serat-serat otot jantung tersusun dalam seikat berkas yang
melilit secara diagonal mengelilingi jantung, dan menghasilkan pompaan yang kuat
dari jantung. Otot-otot jantung bersifat involuntary atau bergerak secara tidak sadar.[1]
Endokardium adalah lapisan paling dalam dan berbentuk lapisan tipis dari
endothelium yang terletak di atas lapisan tipis jaringan penghubung. Endocardium
membentuk garis tipis bagi 4 ruang jantung dan menyelimuti katup jantung. Garis
halus endothelial mengurangi gesekan permukaan ketika darah melewati jantung. [1]
Ruang Jantung
Jantung terdiri atas 4 ruang. Dua ruang atas yang bertindak sebagai ruang penerima
darah (receiving chambers) disebut atria, dan dua ruang di bawahnya sebagai ruang
pemompa (pumping chambers) disebut ventrikel. Pasangan atria menerima darah dari
pembuluh darah yang mengembalikan darah terdeoksidasi (deoxygenated blood) ke
jantung yang mengandung, disebut vena, sementara ventrikel mengeluarkan darah
yang mengandung oksigen (oxygenated blood) ke pembuluh yang disebut arteri.
Pada permukaan depan tiap atrium terdapat struktur yang berbentuk seperti kantung
yang disebut auricle. Masing-masing auricle sedikit menambah kapasitas atrium
sehingga atrium dapat menampung volum darah lebih banyak.
Atrium Kanan
Atrium kanan membentuk batas kanan dari jantung, dan menerima darah dari 3 vena;
superior vena cava, inferior vena cava, dan coronary sinus. Atrium kanan memiliki
ketebalan sekitar 2-3 mm. Permukaan anterior dan posterior dari atrium amat berbeda.
Bagian dalam dinding posterior merupakan permukaan yang halus, sedangkan di
dalam dinding anterior merupakan permukaan kasar karena hadirnya tumpukan otot
yang disebut otot pectinate, yang juga memanjang sampai ke auricle. Di antara
atrium kanan dan kiri terdapat partisi tipis yang disebut interatrial septum. Fitur
penting dalam pemisah ini adalah rongga lonjong yang disebut fossa ovalis, yang
merupakan sisa dari foramen ovale, yaitu suatu bukaan pada interatrial septum pada
jantung janin, yang normalnya segera menutup setelah lahir. [2]
Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan pada umumnya memiliki tebal sekitar 4-5 mm. bagian dalam dari
ventrikel kanan mengandung bebarapa seri dari gumpalan yang dibentuk oleh serat
otot jantung yang naik, disebut rabeculae carneae. Sebagian dari rabeculae carneae
menyampaikan beberapa sinyal dalam sistem hantar khusus jantung.
Atrium Kiri
Atrium kiri memiliki ketebalan yang hamper sama dengan atrium kanan, dan
merupakan penyokong utama dasar jantung. Atrium kiri menerima darah dari paru-
paru melalui vena pulmonary. Sebagaimana atrium kanan, interior dari atrium kiri
memiliki dinding posterior yang halus. Karena otot pectinate melekat pada auricle di
atrium kiri, dinding anterior dari atrium kiri juga memiliki permukaan yang halus.
Darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri melalui katup bicuspidalis (bicuspid
(mitral) valve), yang memiliki 2 katup. Katup bikuspidalis disebut juga katup
atrioventrikular kiri. [2]
Ventrikel Kiri
Sumber: Sobotta Atlas of Human Anatomy Trunk, Viscera, Lower Limb - 14th edition 2006
Sumber: Sobotta Atlas of Human Anatomy Trunk, Viscera, Lower Limb - 14th edition 2006
Ventrikel kiri merupakan ruangan paling tebal pada jantung. Sebagaimana ventrikel
kanan, ventrikel kiri mengandung trabeculae carneae dan juga chordae tendinae yang
melekatkan katup dari bicuspid valve ke otot papillary. Darah mengalir dari ventrikel
kiri melalui aortic valve (aortic semilunar valve) menuju aorta menanjak (ascending
aorta). Beberapa darah dari aorta mengalir ke coronary arteri, yang merupakan
cabang dari ascending aorta dan mengangkut darah ke dinding jantung. Sisa darah
kemudian menuju cabang aorta dan aorta menurun (descending aorta). Cabang aorta
dan aorta menurun mengangkut darah ke seluruh tubuh. [2]
Katup Jantung
Ketika masing-masing ruang jantung berkontraksi, ruang tersebut mendorong
sejumlah darah ke ventrikel atau keluar dari jantung menuju arteri. Katup membuka
dan menutup sebagai respon dari perubahan tekanan ketika jantung berkontraksi dan
berelaksasi. Masng-masing dari 4 katup membantu memastikan aliran satu arah dari
darah dengan membuka-untuk membiarkan darah lewat- dan menutup, untuk
mencegah darah kembali ke ruang sebelumnya. [1],[2]
Katup bicuspid dan tricuspid dinamakan juga katup atrioventrikular (atrioventricular
(AV) valves) karena terletak diantara atrium dan ventrikel. Ketika katup AV
membuka, ujung bulat dari katup tersebut mengarah ke ventrikel. Ketika ventrikel
berelaksasi, otot papillary berelaksasi, dan darah bergerak dari atria yang memiliki
tekanan lebih tinggi ke ventrikel yang memiliki tekanan lebih rendah melalui katup
AV. Ketika ventrikel berkontraksi, tekanan dari darah menaikkan puncak katup AV
sampai tepi-tepi katup bertemu dan menutup. Pada saat yang sama, otot papillary
berkontraksi, hal ini mencegah puncak katup membuka ke arah atria, sebagai respon
Sumber: Sobotta Atlas of Human Anatomy Trunk, Viscera, Lower Limb - 14th edition 2006
pada tekanan tinggi dalam ventrikel. Ketika katup AV mengalami kerusakan, darah
dapat mengalir kemali ke atrium ketika ventrikel berkontraksi (regurgitasi)[1]
Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. John Wiley & Sons, Inc; 2012
Katup aorta dan pulmonary disebut juga katup bulan sabit (semilunar (SL) valves).
Katup SL memungkinkan keluarnya aliran darah dari jantung menuju arteri, namun
mencegah aliran balik menuju ventrikel. Ketika ventrikel berkontraksi, tekanan mulai
meningkat dalam ruang-ruang jantung. Katup SL membuka ketika tekanan pada
ventrikel mempengaruhi tekanan arteri, memungkinkan aliran darah menuju aorta dan
pulmonary trunk. Ketika ventrikel berelaksasi, darah mulai mengalir kembali ke
jantung, arus balik in akan mengisi puncak kaup, yang mengakibatkan tepi-tepi katup
SL saling menyentuh satu sama lain dan menutup bukaan antara ventrikel dan arteri.
Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. John Wiley & Sons, Inc; 2012
Impuls jantung berasal dari nodus sinoatrium, pemacu jantung, yang memiliki
kecepatan depolorisasi amat tinggi. Kontraksi sel otot jantung untuk mendorong darah
merupakan akibat dari potensial aksi yang menyebar melalui membrane sel-sel otot.
Potensial aksi yang ditimbulkan sendiri ini menyebabkan jantung berkontraksi atau
berdenyut secara berirama, atau yang dikenal dengan otoritmisitas.
Sel otot jantung memiliki dua jenis khusus:
1. Hampir sembilan puluh sembilan persen sel otot jantung merupakan sel
kontraktil, yang melakukan kerja mekanis yaitu memompa. Sel-sel pekerja in
tidak menghasilkan sendiri potensial aksi.
2. Walaupun dengan kuantitas yang relatif amat sedikit, namun jenis sel ke-dua
ini memiliki peran yang amat penting. Sel otoritmik tidak melakukan kerja
mekanik atau berkontraksi, tetapi mengkhususkan diri untuk mencetuskan dan
menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel
pekerja.
Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas dapat ditemukan di lokasi-
lokasi berikut ini:
1. Nodus sinoatrium (SA), daerah kecil khusus yang terletak pada dinding atrium
kanan, di dekat lubang (muara) vena cava superior [2]
2. Nodus atrioventrikular (VA), sekumpulan berkas dari otot jantung yang
terspesialisasi, terletak pada dasar atrium kanan, di dekat septum, di atas
pertemuan antara atrium dan ventrikel[2]
3. Bundle of His (atrioventricular bundle), sebuah berkas kecil yang tersususn
atas sekumpulan sel yang terspesialisasi yang bermula dari noduls AV dan
memasuki septum interventrikular. Di sana lah bundle of his bercabang ke
kanan dan kiri yang kemudian bergerak ke bawah septum, menelusuri ruang
ventrikel sampai ke ujung, dan kembali ke atrium melalui dinding luar.[2]
4. Serat Purkinje, serat kecil di ujung yang memanjang dari bundle of His dan
menyebar ke seluruh miokardium ventricular. [2]
Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. John Wiley & Sons, Inc; 2012
Ketika impuls pada jantung bergerak dalam jantung, arus listrik juga menyebar dari
jantung menuju jaringan yang mengelilingi antung. Sebagian dari arus tersebut juga
menyebar sampai ke permukaan tubuh. Jika elektroda ditempatkan di kulit dengan
lokasi yang bersebrangan dengan jantung, potensial listik akan dihasilkan oleh arus
tersebut, dan potensial itu dapat direkam. Rekaman tersebut bernama
elektrokardiogram. [3]
Elektrokardiogram normal terdiri atas gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang
T. Kompleks QRS kadang - tidak selalu- terdiri atas tiga gelombang terpisah;
gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S. [3]
Gelombang P diakibatkan oleh potensial listrik yang dihasilkan ketika atrium
berdepolarisasi sebelum atrium berkontraksi. QRS kompleks disebabkan oleh
potensial yang dihasilkan ketika ventrikel berdepolarisasi sebelum kontraksi, dan
ketika gelombang depolarisasi menyebar dalam ventrikel. Oleh karena itu, gelombang
P dan kompleks QRS disebut gelombang depolarisasi.[3]
Gelombang T disebabkan oleh potensial yang dihasilkan ketika ventrikel kembali dari
fase depolarisasi. Proses ini biasanya terjadi pada otot ventrikuler hanya 0,25 sampai
0,35 detik setelah depolarisasi, dan gelombang T dikenal sebagai gelombang
repolarisasi.[3]
Oleh karena itu, elektrokardiogram terdiri atas gelombang depolarisasi dan
repolarisasi. Perbedaan antara gelombang depolarisasi dan repolarisasi sangat penting
dalam elektrokardiografi sehinggi dibutuhkan klarifikasi lebih lanjut.[3]
Siklus Jantung
Siklus jantung terdiri atas 3 peristiwa utama;
1. Dimulainya aktivitas kelistrikan jantung ketika jantung secara otoritmis
berdepolarisasi dan repolarisasi
2. Aktivitas mekanik yang terdiri dari periode sistol dan diastole yang dipicu
oleh siklus elektrik jantung
3. Aliran darah melalui ruang-ruang jantung, yang dituntun oleh membuka dan
menutupnya katup yang terinduksi oleh perbedaan tekanan yang dihasilkan
oleh aktivitas mekanik[2]
Atrium dan ventrikel berdepolarisasi dan kemudian berkontraksi pada waktu yang
tidak bersamaan, karena rute dari sistem hantar khusus jantung (conduction system)
menjalar ke bagian-bagian jantung melalui jalur yang spesifik. Istilah sistol merujuk
kepada fase kontraksi, sedangkan diastol merujuk kepada fase relaksasi. Gelombang
elektrokardiogram memprediksi perkiraan waktu dari proses sitol dan diastol yang
terjadi pada atrium dan ventrikel. [1][2]
Korelasi antara aktifitas kelistrikan jantung dan aktifitas mekaniknya diuraikan melalui
bagan sebagai berikut;
Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. John Wiley & Sons, Inc; 2012
1. Potensial aksi pada jantung mencapai nodus SA, kemudian menyebar
sepanjang otot jantung, dan kemudian bergerak ke bawah menuju nodus AV
dalam selang waktu kurang lebih 0,03 detik. Ketika serat kontraktil pada
atrium berdepolarisasi, gelombang P muncul pada elektrokardiogram.
2. Setelah munculnya gelombang P, atrium berkontraksi (atrial sistol). Hantaran
dari potensial aksi mengalami perlambatan pada nodus AV, disebabkan serat-
serat pada nodus AV memiliki diameter yang jauh lebih kecil, dan lebih
sedikit gap junction. Keterlambatan 0,1 detik memberi waktu bagi atrium
untuk berkontraksi, sehingga volum darah pada ventrikel pun bertambah,
sebelum ventrikel berkontraksi (ventricular sistol dimulai)
1. Potential aksi menyebar dengan cepat kembali setelah memasuki bundel AV.
0,2 detik setelah permulaan pada gelombang P, potensial aksi telah menyebar
melalui cabang-cabang bundel, serat Purkinje, dan seluruh miokardium pada
ventrikel. Depolarisasi pun dimulai menuju bawah ke daerah septum,
kemudian ke atas melalui apex, dan keluar dari permukaan endocardium, yang
menghasilkan komplek QRS. Pada saat yang sama, pada atrium terjadi
repolarisasi, namun biasanya hal tersebut tidak tampak jelas pada EKG karena
kompleks QRS yang lebih besar menutupinya.
2. Kontraksi dari serat kontraktil pada ventrikel (ventricular sistol) dimulai tak
lama setelah komplek QRS muncul, dan berlanjut sepanjang segmen S-T.
Ketika kontraksi berlanjut dari apex menuju dasar jantung, darah dipompa
keluar melalui katup semilunar.
3. Repolarisasi dari serat kontraktil pada ventrikel dimulai pada apex dan
menyebar melalui miokardium pada ventrikel. Hal in menghasilkan
gelombang T pada EKG 0,4 detik setelah permulaan gelombang P
4. Tak berselang lama setelah gelombang T dimulai, ventrikel mulai berelaksasi
(ventricular diastole). Pada 0,6 detik, ventrikular repolarisasi telah tuntas, dan
serat kontraktil pada ventrikel berelaksasi
Selama 0,2 detik berikutnya, serat kontraktil pada atrium dan ventrikel mengalami
relaksasi. Pada 0,8 detik, gelombang P muncul kembali pada EKG, atrium mulai
berkontraksi, dan siklus pun berulang.
sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. John Wiley & Sons, Inc; 2012
Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Pembuluh Darah serta Fisiologinya
Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. John Wiley &
Sons, Inc; 2012
Pembuluh
Darah
Ukuran Tunica
Interna
Tunica
Media
Tunica
Externa
Fungsi
Arteri
elastis
Arteri
terbesar
dalam tubuh
Terdefinisi
dengan baik,
lamina
internal
elastis
Tebal,
didominasi
oleh serat
elastis;
lamina
eksternal
elastis yang
terdefinisi
dengan baik
Lebih tipis
dari tunica
media
Menghantarkan
darah dari jantung
ke arteri otot
Arteri otot Arteri
berukuran
sedang
Terdefinisi
dengan baik,
lamina
internal
elastis
Tebal,
didominasi
otot polos;
memiliki
lamina
eksternal
elastis yang
tipis
Lebih tebal
dari tunica
media
Mendistribusikan
darah ke arteriol
Arteriol Mikroskopis
(berdiameter
antara 15-300
mikrometer)
Tipis, dengan
lamina
internal
elastis yang
memiliki
bukaan, dan
semakin
menghilang
pada jarak
jauh dari
arteriol
1 atau 2
lapisan dari
otot polos;
sel otot yang
paling jauh
membentuk
spinkter
prekapiler
Terdiri dari
jaringan
penghubung
longgar yang
mengandung
banyak
kolagen, dan
syaraf
simpatik
Menghantarkan
darah ke kapiler
dan membantu
mengatur aliran
darah dari arteri
ke kapiler
Kapiler Mikroskopis
(bediameter
antara 5-10
mikrometer)
Endothelium
dan membran
bawah
Tidak ada Tidak ada Memungkinkan
terjadinya
pertukaran nutrisi
dan limbah antara
darah dan cairan
interstisial;
mendistribusikan
darah ke venula
poskapiler
Postkapiler
venula
Mikroskopis
(berdiameter
10-50
mikrometer)
Endothelium
dan membran
bawah
Tidak ada Jarang Memungkinkan
terjadinya
pertukaran nutrisi
dan limbah antara
darah dan cairan
interstisial, dan
berfungsi dalam
pergerakan
leukosit
Venula otot Mikroskopis
(berdiameter
50-200
mikrometer)
Endothelium
dan membran
bawah
1 atau 2
lapisan dari
otot polos
Jarang Memindahkan
darah ke vena,
berfungsi sebagai
tempat
penampungan
darah
Vena Diameter
bervariasi
antara 0,5
mm sampai
3cm)
Endothelium
dan membran
bawah; tidak
terdapat
lamina
internal yang
elastis;
memiliki
katup
Jauh lebih
tipis dari
tunica media
arteri; tidak
ada lamina
eksternal
yang elastis
Paling tebal
di antara 3
lapisan
Mengembalikan
darah ke jantung,
difasilitasi oleh
katup yang
terdapat pada vena
di seluruh tubuh
Sumber: L. Sherwood. Human Physiology - From Cells to Systems. 7th ed. Cengage; 2010
Sistem Sirkulasi: Sistemik dan Pulmonal
Pada sistem sirkulasi setelah kelahiran, jantung memompa darah ke 2 sirkuit tertutup
pada tiap detaknya, yakni sirkulasi sitemik dan sirkulasi pulmonal. Dua sirkuit
tersebut terussun dalam seri seperti berikut; keluaran dari satu sirkuit, menjadi
pemasukan bagi yang lain.
Sisi kiri jantung adalah
pompa bagi sirkulasi
sistemik; mereka
menerima darah terang
yang mengandung
banyak oksigen
(oxygenated blood) dari
paru-paru. Ventrikel kiri
memompa darah menuju
aorta. Dari aorta, darah
memasuki sistemik arteri yang semakin mengecil yang membawa darah tersebut ke
organ-organ di seluruh tubuh – kecuali untuk kantung udara (alveoli) pada paru-paru,
yang akan mendapat darah pada sirkulasi pulmonal.[1]
Pada jaringan sistemik, arteri kemudian meneruskan darah menuju arteriol yang
memiliki diameter lebih kecil, yang kemudian menuju sistemik kapiler yang luas.
Pertukaran nutrisi dan gas berlangsung pada dinding tipis kapiler. Darah melepaskan
oksigen dan mengambil karbondioksida. Pada umumnya, darah mengalir melaui
hanya satu kapiler, kemudian memasuki sistemik venula. Venula mengangkut darah
yang miskin oksigen (deoxygenated blood) dari jaringan dan bergabung untuk
membentuk sistemik vena yang lebih besar. Pada akhirnya darah mengalir kembali
menuju atrium kanan jantung.[1]
Bagian kanan jantung merupakan pompa bagi sirkulasi pulmonal; mereka menerima
darah miskin oksigen yang berwarna gelap dari sirkulasi sitemik. Darah yang
dikeluarkan dari ventrikel kanan mengalir ke batang pulmonal, yang kemudian
bercabang menjadi arteri pulmonary yang membawa darah ke paru-paru kanan dan
kiri. Pada kapiler pulmonary, darah melepaskan karbondioksida-yang mana akan
dikeluarkan dari tubuh melalui proses ekshalasi-, dan mengambil oksigen dari udara
yang kita hirup (proses inhalasi). Darah yang mengandung banyak oksigen tersebut
kemudian mengalir kembali menuju vena pulmonary dan kembali ke atrium kiri. [1]
Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. John Wiley & Sons,
Inc; 2012
Tekanan Darah
Istilah tekanan darah merujuk kepada tekanan darah arteri (arterial blood pressure)
pada sirkulasi sitemik. Tekanan darah maksimum terjadi pada aorta pada fase sistolik
dari ventrikel kiri; inilah yang disebut tekanan sistol; teknana aorta minimum dicapai
pada fase kontraksi isovolum (ketika katup aorta menutup) dan dinamakan tekanan
diastole. Perbedaan tekanan sistol-diastol mewakili amplitude tekanan darah, yang
juga tekanan nadi (pulse pressure), dan merupakan fungsi dari stroke volume (volum
darah yang dipompa oleh ventrikel kiri pada satu kali kontraksi) dan arterial
compliance (perubahan volum darah pada arteri). [7]
Sumber: Despopoulos A, Silbernagl S. Color atlas of physiology. 5th ed. Thieme; 2003
Pengukuran Tekanan Darah
Metode Auskultatori menggunakan Spigmomanometer
Sumber: L. Sherwood. Human Physiology - From Cells to Systems 7th ed. Cengage; 2010
Sebuah stetoskop diletakan di atas antecubital arteri, dan manset untuk mengukur
tekanan darah diletakkan melingkari lengan atas.
Selama manset terus menekan lengan dengan
tekanan terlalu kecil untuk menutup arteri brakialis,
tidak ada suara yang terdengar dari antecubital arteri
melalui stetoskop. Bagaimanapun juga, ketika
tekanan dari manset cukup besar untuk menutup
arteri selama siklus tekanan arteri, sebuah suara akan
terdengar pada setiap denyutnya. Suara ini disebut
suara Korotkoff. Penyebab pasti dari suara Korotkoff masih diperdebatkan, namun
ilmuan percaya bahwa suara tersebut diakibatkan oleh semburan darah yang
tersumbat sebagian pada pembuluh. Semburan tersebut mengakibatkan guncangan
pada pembuluh di bawah manset, dan hal ini menyebabkan terjadinya getaran yang
terdengar melalui stetoskop. [3]
Dalam menentukan tekanan darah menggunakan
metode auskultatori, tekanan pada manset pada
awalnya tinggi di atas tekanan sistolik areri. Selama
tekanan manset in lebih tinggi dari tekanna sistolik,
arteri brakialis tetap tertutup, sehingga tidak ada
semburan darah menuju arteri bawah selama siklus.
Oleh arena itu, tidak ada suara Korotkoff yang
terdengar pada arteri bawah. Namun kemudian
tekanan manset lama-kelamaan menurun. Begitu
tekanan pada manset turun hingga di bawah tekanan sistolik, darah mulai mengalir
melalui arteri di bawah manset, dan mulai terdengar suara entakkan dari antecubital
arteri, bersamaan dengan detak jantung. Segera setelah suara ini terdengar, tekanan
yang ditunjukkan oleh manometer yang terhubung dengan manset ini kurang lebih
sama dengan tekanan sistolik.
Ketika tekanan pada manset terus menurun, suara
Korotkoff pun semakin terdengar pelan, dan terdengar
lebih ritmis dan kasar. Akhirnya, ketika tekanan pada
manset turun dan sama dengan tekanan diastole, arteri
tidak lagi tertutup selama diastole, yang berarti faktor
utama penyebab suara tersebut tidak lagi ada. Tekanan
pada manometer ketika suara Korotkoff berubah
menjadi redam (suara terakhir yang terdengar), tekanan
ini kurang lebih sama dengan tekanan diastole
Metode auskultatori untuk menentukan tekanan sistol dan diastole tidak sepenuhnya
akurat, namun biasanya metode ini memberikan nilai kesalahan sekitar 10 persen dari
yang ditentukan oleh pengukuran kateter langsung dari dalam arteri. [3]
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
Resistansi Periferal
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah resistansi
peripheral. Sel darah dan plasma menemui hambatan ketika mereka melakukan
kokntak dengan dinding pembuluh darah. Ketika hambatan in meninkat, maka
dibutuhkan tekanan lebih untuk membuat darah terus bergerak. 3 sumber utama dari
resistansi peripheral adalah;
1. Diameter pembuluh darah
Ketika diameter sebuah tabung mengecil, lebih banyak area dari suatu cairan
yang melakukan kontak dengan dinding tabung, oleh karena itu, hambatan pun
meningkat. Dengan analogi ini, meningkatnya tekanan darah mengakibatkan
tekanan meningkat untuk membuat darah tetap mengalir. Dengan volum yang
sama, diameter yang lebih besar membutuhkan tekanan yang lebih kecil
daripada diameter yang lebih kecil. [4]
Diameter pembuluh diatur secara aktif oleh serat vasomotor, yaitu serat syaraf
simpatik yang mengatur lapisan otot polos pada pembuluh darah. Serat
vasomotor mengeluarkan norepinephrine, sebuah vasokonstriktor (bahan
kimia yang membuat pembuluh darah menyempit) yang kuat. [4]
Vasopressin, utamanya terlibat dalam mempertahankan keseimbangan air
dengan cara mengatur jumlah air yang dilepaskan ginjal selama pembentukan
urin. Angiotensin II adalah bagian dari jalur hormone, (sistem renin-
angiotensin-aldosterone), yang penting dalam mengatur keseimbangan garam
tubuh. Oleh karena itu, dua hormon in memiliki peran penting dalam
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, yang pada akhirnya penting
dalam menentukan volum plasma dan tekanan darah. Vasopressin dan
angiotensisn II adalah vasokonstriktor yang ampuh. Kehilangan darah yang
tiba-tiba akan mengurangi volum plasma, yang memicu sekresi dua hormone
ini untuk membantu mengembalikan volum plasma. Efek vasokonstriksi yang
mereka miliki juga membantu mempertahankan tekanan darah selama
hilangnya volum plasma.[1][6]
2. Viskositas (kekentalan) darah
Viskositas berkaitan dengan tingkat kekentalan fluida, semakin besar
viskosiasnya, semaking sulit pergerakan antar molekul, yang mengakibatkan
semakin sulit pula untuk membuat fluida bergerak dan mempertahankan
gerakan tersebut. Karena hambatan yang lebih besar untuk mengalir ini,
dibutuhkan tekanan yang lebih besar untuk memompa volum yang sama dari
cairan yang kental.
Hematocrit adalah presentasi dari sel darah merah di dalam total volum darah,
yang juga mempengaruhi kekentalan darah. Hematocrit dapat bertambah
ketika terdapat lebih banyak eritrosit atau lebih sedikit plasma di dalam darah,
dan sebaliknya. [5]
3. Panjang total pembuluh darah
Jaringan lemak yang bertambah membutuhkan lebih banyak pembuluh untuk
mengalirkan oksigen, dan menambah panjang total pembuluh dalam tubuh.
Semakin panjang pembuluh darah, semakin besar hambatannya, dan semakin
tinggi tekanan darah.[5]
Elastisitas pembuluh
Selain hambatan peripheral, elastisitas pembuluh darah juga mempengaruhi tekanan
darah. Arteri yang sehat akan melebar dengan elastis, beradaptasi dengan tekanan
sistolik, dan kemudian kembali ke lebar awal untuk mempertahankan aliran darah
selama diastole. [4]
Ketika seseorang mengidap arteriosclerosis, arteri menjadi tersumbat dengan kalsium,
dan menjadi padat serta inelastis, sehingga mereka tidak dapat melebar ketika
gelombang denyut dari tekanan sistolik melewati mereka. Oleh karena itu, dinding
arteri mendapat tekanan yang lebih tinggi dan menjadi semakin lemah. [4]
Volum darah
Ketika terdapat lebih banyak volum dari suatu fluida (dalam hal ini darah), semakin
banyak pula fluida yang menekan dinding arteri, dan semakin besar pula tekanan yang
terjadi. Begitu pun sebaliknya. [6]
Volum darah yang berkurang (contohnya ketika seseorang mengalami pendarahan),
mengurangi tekanan darah secara sementara, mekanisme homeostatis akan menaikan
volume darah sampai tekanan darah kembali ke kondisi normal. Sebaliknya, jika volum
darah meningkat, (contohnya penyimpanan air yang terjadi ketika terdapat pemasukan
garam berlebihan), menaikan tekanan darah dalam periode yang singkat. Mekanisme
homeostasis akan memperbaiki hal ini. [3]
Referensi:
1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. John
Wiley & Sons, Inc; 2012
2. L. Sherwood. Human Physiology - From Cells to Systems. 7th ed. Cengage; 2010
3. A.C Guyton, J.E. Hall. Textbook of medical physiology. 11th ed. Elsevier Inc; 2006
4. Scanlon VC, Sanders T. Essentials of anatomy and physiology. 5th ed. FA Davis
Company; 2000
5. Widmaier EP, Raff H, Strang KT. Vander’s human physiology – The mechanisms
of body function. 11th ed. McGraw-Hill Companies; 2001
6. Campbell, Neil A. Reece, Jane B. Cain, Michael L. Campbell Biology. 9th edition.
Benjamin Cummings Publisher; 2010
7. Despopoulos A, Silbernagl S. Color atlas of physiology. 5th ed. Thieme; 2003