Sintesis Dan Karakterisasi -...
Transcript of Sintesis Dan Karakterisasi -...
Sintesis Dan Karakterisasi Bone Graft Hidroksiapatit-Alginat Dengan
Metode Ex-Situ
Mayenata Trisnawati1,2, Drs. Djony Izak R, M.Si1, Drs. Siswanto, M.Si1
1Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Abstrak
Telah dilakukan penelitian sintesis dan karakterisasi bone graft
hidroksiapatit-alginat dengan metode ex-situ. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variasi komposisi hidroksiapatit-alginat terhadap
karakterisasi uji FTIR, uji compressive strength, dan uji degradabilitas. Variasi
komposisi hidroksiapatit-alginat yang dilakukan adalah penambahan persentase
bobot alginat 4wt%, 6wt%, 8wt%, 10wt%, 12wt%, dan 14wt%. Hidroksiapatit
dan alginat yang digunakan berasal dari Bank Jaringan RSUD Dr. Soetomo
Surabaya dan Sigma- Aldrich Inc., USA. Metode yang digunakan untuk membuat
sampel adalah metode ex-situ yaitu pencampuran dilakukan setelah sampel utama
terbentuk, sampel utama pada penelitian ini adalah larutan hidroksiapatit dan
alginat sebagai penyangga. Hasil karakterisasi variasi komposisi hidroksiapatit-
alginat berpengaruh terhadap spektrum hasil uji FTIR yang menyebabkan
terjadinya perubahan spektrum serapan dan pergeseran puncak (peak shift). Hasil
uji compressive strength menunjukkan bahwa semakin besar penambahan
persentase bobot alginat maka nilai compressive strength meningkat dan
degradabilitas menurun. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penambahan
persentase bobot alginat yang paling efektif adalah 14wt% yang memiliki nilai
compressive strength (5,68 ± 2,1 MPa) paling tinggi dan degradabilitas
(652,7376 mpy) paling rendah.
Kata kunci: Bone graft; Hidroksiapatit; Alginat
Abstract
The study about synthesis and characterization bone graft of
hydroxyapatite-alginate with ex-situ method has been done. This study aim is to
determine the effect of variation in hydroxyapatite-alginate to characterization of
FTIR test, compressive strength test, and degradable test. Variations composition
of hydroxyapatite-alginate are given by adding the weight percentage of alginate
4wt%, 6wt%, 8wt%, 10wt%, 12wt%, and 14wt%. Hydroxyapatite and alginate are
from the Tissue’s Bank of Dr.Soetomo Hospital and Sigma- Aldrich Inc., USA.
The method used to create the sample is ex-situ method which is done after
mixing the main formation sample, the main sample in this study is the solution of
hydroxyapatite and alginate as a buffer. The characterization result of
hydroxyapatite- alginate composition variations effects the change of the spectra
result of FTIR that cause the change of absorption spectra and peak shift. The
result of compressive strength test showed that the greater addition of weight
percentage from alginate, the increase value of compressive strength and
decreased in material degradable. From the study shown that the most effective
addition weight percentage of alginate is 14wt% that has highest value of
compressive strength (5,68 ± 2,1 MPa) and low in degradable (652,7376 mpy).
Keywords: Bone Graft; Hydroxyapatite; Alginate
Pendahuluan
Fraktur merupakan terputusnya jaringan tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Sebagian besar fraktur disebabkan karena kecelakaan
yang tidak terduga. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKERDAS)
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2008 – 2010 di
Indonesia telah tercatat 80.943 kasus kecelakaan terdapat 21,4% korban
mengalami fraktur atau sebanyak 3781 jiwa. Selain itu, berdasarkan data dari
RSPAD Gatot Soebroto pada tahun 2011 terdaftar 178 orang mengalami
fraktur. Upaya perbaikan fraktur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu,
pengobatan non medis dan pengobatan medis. Pada stadium penyembuhan fraktur,
union (aktivitas seluler dalam penyatuan tulang kembali) sangat berperan
dalam pembentukan kalus. Jika union diperkirakaan tidak akan terjadi, maka
diperlukan tindakan pemberian bone graft.
Graft adalah salah satu bahan yang dipakai untuk menggantikan atau
memperbaiki kerusakan jaringan. Bone graft membantu merangsang
pertumbuhan tulang pada fraktur. Bone graft telah digunakan secara luas sampai
sekarang, tetapi ketersediaannya belum mencukupi dengan kebutuhan yang
semakin meningkat. Indonesia berupaya mandiri untuk memenuhi kebutuhan
akan bone graft dengan menyediakan bone graft dari bahan alam. Salah satu
jenis biokeramik yang banyak digunakan karena sifatnya yang unggul adalah
hidroksiapatit. Hidroksiapatit menghasilkan struktur mikroporositas dan
makroporositas yang serupa dengan tulang manusia. Hidroksiapatit juga memiliki
sifat osteoconductive yaitu, memiliki kemampuan untuk mendukung pertumbuhan
dan pembentukan jaringan tulang. Tetapi hidroksiapatit memiliki kekuatan dan
kelenturan yang rendah dan sangat rapuh. Oleh sebab itu perlu adanya
penambahan material lain sehingga dapat memperbaiki kekurangannya.
Material tambahan tersebut harus cukup elastik, non toksik, dan biodegradabel.
Bahan yang menjadi kandidat tersebut adalah material polimer. Salah satu bahan
polimer yang dapat memenuhi fungsi tersebut adalah alginat (Rasyid, 2004).
Sintesis Hidroksiapatit dengan alginat dapat dilakukan dengan berbagai
macam metode. Metode yang sering digunakan adalah metode pencampuran
sederhana, metode in-situ, metode ex-situ, dan modifikasi dari metode ekstraksi
freeze. Pada dasarnya semua metode tersebut sama dalam hal mencampurkan
hidroksiapatit dan alginat, yang membedakan adalah larutan yang digunakan
dalam pencampuran, variasi suhu, variasi pengadukan, dan variasi waktu yang
dibutuhkan. Hasil yang diperoleh relatif berbeda, karena teknik yang dilakukan
berbeda. Metode ex-situ diharapkan dapat saling memperkuat ikatan antara
hidroksiapatit dengan alginat.
Penelitian tentang kualitas alginat telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Matsuno (2008) pada komposit
hidoksiapatit-alginat secara berturut-turut dengan menggunakan metode
pencampuran sederhana, mendapatkan nilai compressive strength komposit
hidroksiapatit-alginat sebesar 6,11 KPa dan 69,0 KPa untuk komposisi pesentase
bobot alginat 1wt% dan 2wt%. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Bintarti
(2012) dengan menggunakan metode pencampuran sederhana, diperoleh nilai
compressive strength melalui komposisi persentase bobot alginat terbaik 6wt%
adalah 271,98KPa. Metode yang dilakukan oleh Matsuna (2008) dan Bintarti
(2012) adalah metode pencampuran sederhana atau simple mixing. Hasil penelitian
yang diperoleh tersebut tampak bahwa nilai compressive strength pada sampel
yang terbentuk belum memenuhi nilai standart bone graft untuk aplikasi tulang
kanselus, namun semakin tinggi persentase bobot alginat semakin meningkatkan
kualitas mekaniknya.
Fokus dari penelitian ini ditujukan pada pengaruh alginat terhadap
kualitas komposit yang dihasilkan dengan menggunakan metode ex-situ.
Penelitian menggunakan hidroksiapatit yang dibuat oleh Instalasi Pusat
Biomaterial Bank Jaringan RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan alginat yang
dibentuk sebagai natrium alginat diperoleh dari ekstraksi Sigma-Aldrich Inc.,
USA. Karakterisasi yang dilakukan meliputi uji compressive strength untuk
mengetahui besarnya kekuatan tekan, uji FTIR untuk mengidentifikasi sampel,
dan uji degradabilitas material untuk mengetahui kuantitatif kecepatan degradasi
sampel.
Teori
Tulang merupakan jaringan kuat pembentuk kerangka tubuh manusia.
Secara umum, tulang terdiri dari 60% bahan anorganik, 30% bahan organik, dan
15% air. Bahan anorganik merupakan mineral tulang yang mengandung
submikroskopik kristal apatit kalsium (Ca10(PO4)6(OH)2). Bahan mineral
lainnya adalah magnesium (Mg), flouride (F), klor (Cl), natrium (Na), dan
kalium (K). Menurut radiologis, tulang dibedakan menjadi dua yaitu tulang
kompak atau compact dan tulang kanselus atau cancellous. Tulang kompak adalah
jaringan yang tersusun rapat dan terutama ditemukan sebagai lapisan di atas
jaringan tulang kanselus (Sloane, 2003). Tulang kanselus mempunyai struktur
seperti spon yang terdiri dari tulang trabekula yang mengelilingi sumsum tulang.
Bone graft merupakan bahan pengganti tulang yang digunakan dalam
perbaikan fraktur yang kompleks. Bone graft juga digunakan untuk membantu
fusi antara tulang, memperbaiki kelainan bentuk, atau menyokong fraktur. Bone
graft memiliki struktur mirip dengan tulang, sehingga dalam penyediaannya
terbagi menjadi 3 yaitu autograft, allograft, dan xennograft. Autograft
merupakan cangkok tulang dengan mendonorkan tulang sendiri, kalau allograft
dengan transplantasi dari spesies yang sama, sedangkan xennograft adalah bahan
graft dari spesies yang berbeda. Sifat mekanik bone graft disesuaikan dengan nilai
kuat tekan pada tulang. Sifat mekanik untuk tulang kanselus memilki nilai kuat
tekan sebesar 5,5MPa.
Hidroksiapatit termasuk senyawa kalsium fosfat yang merupakan kristal
apatit yang paling stabil. Biokeramik hidroksiapatit memiliki sifat bioaktif dengan
bioafinitas tinggi, osteokonduktif dan biokompatibel. Hidroksiapatit juga memiliki
kemiripan secara kimia dan fisik dengan mineral tulang manuisa. Hidroksiapatit
memiliki rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2 dengan rasio Ca:P adalah 1,67 (Aoki,
1991). Meskipun demikian, hidroksiapatit lemah dalam ketegangan dan geser.
Hidroksiapatit juga rapuh dan rawan patah tulang pada shock loading (Moore, et
al., 2001).
Alginat adalah salah satu polisakarida bahan alam yang dapat terurai dan
terabsorpsi oleh tubuh menjadi gula sederhana. Alginat terbentuk dalam dinding
sel alga coklat dengan 40% bobot kering. Alginat berperan dalam
mempertahankan struktur jaringan alga. Alginat yang terdapat di alga coklat ini
kebanyakan dalam bentuk asam karboksilat yang disebut asam alginik serta
kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, sehingga yang sering
digunakan untuk keperluan industri adalah garam natrium maupun
kalium alginat (Anusavice, 1996). Natrium alginat [(C6H7O6Na)n]
merupakan garam natrium dari asam alginat yang bersifat hidrofilik dan
membentuk gel dengan ion kalsium.
Metode ex-situ merupakan metode sintesis yang dilakukan setelah sampel
utama terbentuk. Sintetis dapat dilakukan dengan dua metode yaitu, metode ex-
situ dan metode in- situ. Metode in-situ merupakan sintetis yang dilakukan
bersamaan dalam pembentukan sampel utama. Perbedaan dari kedua metode
tersebut terletak pada proses penambahan sampel saat presipitasi berlangsung.
Metode ex-situ ini dilakukan ketika sampel utama telah selesai pada proses
presipitasi yang kemudian dilakukan penambahan sampel lain yang akan
disintesis. Kelemahan pada metode in-situ adalah mengakibatkan terbentuknya
senyawa lain yang seharusnya tidak ada, dikarenakan dilakukannya penambahan
senyawa pada pembentukan senyawa. Kedua metode ini menjaga kecepatan tetes
yang konstan dengan temperatur tetap.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yang dapat
dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
Tahap I
Pada tahap ini dilakukan pelarutan natrium alginat dan hidroksiapatit.
Natrium alginate dilarutkan ke dalam PBS 0,65 M dengan perbandingan 1:1,
sedangkan hidroksiapatit dilarutkan menggunakan deionized water dengan
perbandingan 1:1. Masing-masing natrium alginat dan hidroksiapatit dibedakan
dengan 6 variasi komposisi yang berbeda.
Tabel 1. Variasi Komposisi Hidoksiapatit-Alginat
Macam Variasi
Komposisi Hidroksiapatit-
Alginat
Berat Total
(g)
Kadar Komposisi
Hidroksiapatit (g)
Natrium Alginat (g)
M1 5 4,8 0,2
M2 5 4,7 0,3
M3 5 4,6 0,4
M4 5 4,5 0,5
M5 5 4,4 0,6
M6 5 4,3 0,7
Tahap II
Pada tahap berikutnya dilakukan pencampuran larutan natrium alginat
ke dalam larutan hidroksiapatit dan pengeringan sampel. Pada pengeringan
sampel dilakukan beberapa perlakuan yaitu, pertama dilakukan dehidrasi ke dalam
oven bersuhu 50ºC selama 5 jam, kedua dilakukan penyempurnaan proses
pengeringan dengan freeze selama 72 jam pada suhu -30 º C, dan yang terakhir
dimasukkan pada lyophilisizer selama 48 jam. Sampel yang terbentuk
kemudian dilakukan pemadatan dengan kekuatan tekan sebesar 0,3 MPa.
Tahap III
Pada tahap ini sampel yang telah terbentuk dilakukan karakterisasi
meliputi uji FTIR (Fourier Transform Infrared) untuk mengidentifikasi sampel,
uji compressive strength untuk mengetahui besarnya kekuatan tekan, dan uji
degradabilitas material untuk mengetahui kuantitatif kecepatan degradasi sampel.
Hasil Dan Pembahasan
Hasil Karakterisasi FTIR
Karakterisasi FTIR dilakukan menggunakan alat spektrokopi FTIR
tipe Bruker Tensor 27. Hasil Uji FTIR diperoleh berupa spektrum karakterisasi
dengan sumbu x sebagai bilangan gelombang dan sumbu y sebagai nilai
transmitansi (%). Bilangan gelombang yang terbentuk kemudian dilakukan
analisis gambar dengan mencocokkan pada tabel gugus fungsi absorpsi
inframerah. Analisis gambar dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi apa
saja yang terdapat pada sampel.
Gambar 4.1 Hasil Uji FTIR untuk Variasi Komposisi HA-Alg 4wt%
Gambar 4.2 Hasil Uji FTIR untuk Variasi Komposisi HA-Alg 8wt%
Gambar 4.3 Hasil Uji FTIR untuk Variasi Komposisi HA-Alg 10wt%
Gambar 4.4 Hasil Uji FT-R untuk Variasi Komposisi HA-Alg 12wt%
Gambar 4.5 Hasil Uji FTIR untuk Variasi Komposisi
HA-Alg 4wt%, 8wt%, 10wt% dan 12wt%
Tabel 2. Data Bilangan Gelombang Hasil FTIR Hidroksiapatit-Alginat
Wavenumber (cm-1
) Transmittance (%) Gugus
Fungsi M1 M3 M4 M5 M1 M3 M4 M5
3408,01 3421,09 3416,17 3411,02 0,2177 0,9392 0,1636 0,2291 O-H
2360,30 2361,29 2360,49 2360,47 0,8834 0,8769 0,8479 0,8469 C=C
1633,92 1625,51 1624,05 1622,43 0,5452 0,4045 0,4417 0,4698 C=O
1457,49 1457,84 1457,53 1419,96 0,5100 0,5360 0,5418 0,5763 O-Na
1090,33 1090,33 1090,43 1090,38 0,0163 0,0209 0,0328 0,0669 PO4
asimetri
stretching
1048,43 1049,13 1049,40 1049,13 0,0026 0,0028 0,0082 0,0256
961,68 961,31 961,60 961,37 0,2013 0,2523 0,2534 0,2898
Pada komposit hidroksiapatit-alginat juga dilakukan pengujian komposisi
kimia menggunakan FTIR dan menghasilkan serapan karakteristik dari
hidroksiapatit dan alginat itu sendiri. Karakteristik serapan alginat yang
terbentuk antara lain yaitu gugus OH pada bilangan gelombang berturut-turut
untuk sampel M1, M3, M4, dan M5 adalah 3408,01 cm-1; 3421,09 cm-1;
3416,17 cm-1; dan 3411,02 cm-1 . Terdapat juga gugus C=C yang merupakan
turunan dari CO2 yang terdapat pada bilangan gelombang berturut-turut untuk
sampel M1, M3, M4, dan M5 adalah 2360,30 cm-1; 2361,29 cm-1; 2360,49 cm-
1; dan 2360,47 cm-1. Terdapat juga gugus C=O pada bilangan gelombang
berturut-turut untuk sampel M1, M3, M4, dan M5 adalah 1633,92 cm-1; 1625,51
cm-1; 1624,05 cm-1; dan 1622,43 cm-1. Selain itu juga terbentuk ikatan gugus O-
Na pada bilangan gelombang berturut-turut untuk sampel M1, M3, M4, dan M5
adalah 14,57,49 cm-1; 1457,84 cm-1; 1457,53 cm-1; dan 1419,96 cm-1.
Karakteristik serapan hidroksiapatit yang dapat ditangkap oleh FTIR
komposit hidroksiapatit-alginat antara lain gugus PO4 asimetri stretching yaitu
pada bilangan gelombang berturut-turut untuk sampel M1, M3, M4, dan M5
adalah 1090,33 cm-1; 1090,33 cm-1; 1090,43 cm-1; dan 1090,38 cm-1.
Selain itu gugus PO4 asimetri stretching juga terbentuk pada bilangan
gelombang secara berturut-turut untuk sampel M1 (1048,43 cm-1 dan 961,68 cm-
1), M3 (1049,13 cm-1 dan 961,31 cm-1), M4 (1049,40 cm-1 dan 961,60 cm-1),
dan M5 (1049,13 cm-1 dan 961,37 cm-1).
Hampir seluruh karakteristik serapan hidroksiapatit dan alginat dapat
terlihat pada pencampuran komposit hidroksiapatit-alginat. Tidak ditemukan juga
adanya gugus baru yang terbentuk, hal ini dapat diartikan bahwa pencampuran ini
hanyalah pencampuran fisik dimana tidak terjadi ikatan antara hidroksiapatit dan
alginat. Berdasarkan hasil uji FTIR, komposit hidroksiapatit-alginat yang didapat
dari berbagai variasi penambahan alginat menyebabkan terjadinya perubahan
spektrum serapan dan adanya pergeseran puncak (peak shift).
Pada Gambar 4.5 juga terdapat perbedaan dari transmitan spektrum yang
dihasilkan, yaitu terjadi penurunan dan kenaikan. Untuk spektrum pada bilangan
gelombang 2360 cm-1 terjadi penurunan pada transmitan serapannya. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan kandungan natrium alginat dari setiap variasi
komposisi. Untuk kandungan natrium alginat yang lebih banyak menyebabkan
transmitan serapan spektrum menjadi lebih kecil. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa semakin kecil transmitan serapan dari spektrum maka
konsentrasinya akan semakin besar, atau transmitan berbanding terbalik dengan
konsentrasi.
Hasil Karakterisasi Compressive Strength
Karakterisasi compressive strength dilakukan dengan menekan sampel
hingga permukaan sampel hancur menggunakan autograph di Laboratorium Dasar
Bersama Fakultas Farmasi Kampus B Universitas Airlangga. Data yang diperoleh
dari krakterisasi ini yaitu diameter sampel, tebal sampel, dan besar beban yang
membuat sampel hancur.
Tabel 3. Data Hasil Uji Compressive Strength
No. Variasi Komposisi Compressive Strength σ(MPa) 1 Hidroksiapatit-Alginat 4% 1,20 ± 0,36 2 Hidroksiapatit-Alginat 6% 1,90 ± 0,14 3 Hidroksiapatit-Alginat 8% 2,46 ± 0,23 4 Hidroksiapatit-Alginat 10% 2,72 ± 0,55 5 Hidroksiapatit-Alginat 12% 4,19 ± 1,43 6 Hidroksiapatit-Alginat 14% 5,68 ± 2,1
Berdasarkan pada tabel 3 di atas diperoleh bahwa semakin tinggi
persentase bobot alginat yang diberikan semakin meningkatkan kualitas
mekaniknya. Peningkatan compressive strength ini dapat dijelaskan dengan
pendekatan impregnasi polimer, yaitu proses penyusupan, penetrasi atau
pendesakan polimer ke dalam partikel berpori. Bone graft yang hanya terdiri
dari hidroksiapatit memiliki banyak pori sehingga dilakukan penambahan
alginat dan pengepresan pada sampel agar dapat terjadinya proses impregnasi.
Pemberian tekanan pada sampel menyebabkan porositas menurun, densitas
komposit meningkat dan susunan partikel menjadi lebih solid (Jones, 1999)
sehingga interaksi permukaan total antarpartikel juga meningkat. Hal ini terbukti
dari semakin banyaknya persentase bobot alginat yang ditambahkan akan semakin
memampatkan ruang-ruang kosong dari hidroksiapatit. Sehingga penambahan
alginat dan besar kuat tekan dalam pencetakkan sampel dapat membantu
meningkatkan kualitas mekanik dari bone graft.
Hasil Karakterisasi Degradabilitas Sampel
Karakterisasi degradabilitas dilakukan menggunakan peralatan yang
dirancang sederhana tetapi tetap mendekati kondisi sebenarnya dan memenuhi
standart ASTM 31. Pengujian sampel dilakukan dengan cara didiamkan di dalam
lingkungan dengan kondisi sebenarnya selama 2 jam dengan suhu 37 °C di
Laboratorium Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Data
yang diperoleh dari eksperimen yaitu berat sampel sebelum perlakuan, berat
sampel setelah perlakuan, luas permukaan sampel, densitassampel, dan waktu
perlakuan.
Tabel 4. Data Hasil Uji Degradabilitas
No. Variasi Komposisi Degradabilitas (mpy)
1 Hidroksiapatit-Alginat 4% 1070,615 2 Hidroksiapatit-Alginat 6% 1036,839 3 Hidroksiapatit-Alginat 8% 850,8548 4 Hidroksiapatit-Alginat 10% 935,0864 5 Hidroksiapatit-Alginat 12% 738,7945 6 Hidroksiapatit-Alginat 14% 652,7376
Dari tabel 4 di atas terlihat bahwa nilai degradibilitas sampel semakin kecil
seiring dengan semakin besar bobot alginat yang diberikan. Penurunan
degradabilitas ini dapat dijelaskan melalui fully dense material yaitu material
dengan densitas yang lebih rapat akan mengalami degradasi lebih lambat (Ratner,
et al., 2004). Penambahan bobot alginat yang semakin besar meningkatkan
kerapatan sehingga mengakibatkan degradabilitas sampel semakin lambat.
Semakin besar nilai densitas akan memberikan mutu yang lebih baik dengan nilai
degradabilitas ideal sebuah material bone graft adalah dapat melebur dalam waktu
5-7 minggu (Moore, et al., 2001).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variasi
komposisi hidroksiapatit-alginat berpengaruh terhadap nilai compressive
strength, dan degradabilitasnya. Semakin besar penambahan persentase bobot
alginat, maka nilai compressive strength meningkat dan degradabilitas material
menurun. Untuk uji FTIR berpengaruh terhadap spektrum serapan dan terjadinya
pergeseran puncak (peak shift). Pada penelitian ini variasi komposisi
hidroksiapati-alginat dengan penambahan persentase bobot alginat 14% memiliki
karakter terbaik sebagai aplikasi bone graft, karena memenuhi nilai standart
compressive strength bone graft untuk tulang cancellous dan degradabilitas
paling rendah.
Daftar Pustaka
[1] Aoki H. 1991. Scince and Material Applications of Hydroxyapatite. Tokyo:
Institute for Medical and Engineering, Tokyo Medical and Dental
University.
[2] Anullman’s Encyclopedia. 1998. Industrial Organic Chemicals. Vol7.
Wiley-VCH, New York: 3993-4002.
[3] Anusavice. 1996. Philip’s Science of Dental Material, 10th ed.
W.B Saunders Company, p : 69 -71, 273-299.
[4] Bintarti, T.W. 2012. Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft Berbasis
Hidroksiapatit dan Alginat, Skripsi. Program Studi Teknobiomedik FST,
Universitas Airlangga, Surabaya. [5] Chapman, VJ. and DJ. Chapman.
1980. Seaweed and Their Uses. Third edition. Chapman and Hell, New
York. 194-225.
[6] Departemen Kesehatan. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Indonesia tahun 2010.
[7] Food Chemical Codex. 1981. Food Chemical Codex. 3rd edition, Volume
III. National Academic of Science, Washington D.C: 155-195.
[8] Greenwald, A. Seth., Boden, Scott D., Goldberg, Victor M., Khan, Yusuf.,
Laurencin, Cato T., Rosier, Randy N. 2003. Bone-Graft Substitute : Facts,
Fictions, and Aplications. American Academy of Orthopaedic Surgeons.
[9] Kokubu, T., H. Kushitani, S. Sakka, T. Kitsugi dan T. Yamamuro. 1990.
Solutions Able to Produce In-vivo Surface-structure Change in Bioactive
Glass-Ceramic A-W, J. Biomed. Mater. Res., 24, 721-734.
[10] Lestari, A. 2009. Sintesis dan Karakterisasi Komposit Apatit-Kitosan
dengan Metode In-situ dan Ex-situ, Skripsi. Program Studi Fisika FMIPA,
ITB, Bogor.
[11] Matsuno, Tomonori., Hashimoto, Yoshiya, Adachi, Seita., Omata,
Kazuhiko., Yoshitaka, Yamauchi., Ozeki, Yasuyuki., Umezu, Yoshikazu.,
Tabata, Yosuhiko., Nakamura, Masaaki., Satoh, Tazuko. 2008. Preparation
of Injectable 3d-Formed B- tricalcium Phosphate Bead/Alginate Composite
for Bone Tissue Engineering. Dental Materials Journal 27(6): 827-834.
[12] Moore, William R., Graves, Stephen E., Bain, Gregory I. 2001. Synthetic
Bone Graft Substitutes. ANZ J. Surg. 71, 354–361.
[13] Rasyid, A. 2003. Karakteristik Natrium Alginat Hasil Ekstrak Sargassum
Polycystum. Makalah disampaikan pada seminar RIPTEK Kelautan
Nasional 30-31 Juli 2003 di Gedung BPPT, Jakarta: 6 hal.
[14] Rasyid, A. 2004. Utilization of Turbinaria Decurrens as One of Rwa
Materials of Sodium Alginate. In: B.Sulistyo, E.S.Heruwati,A. Sudrajat,
I.G.S Mertha and A.H. Prunomo (eds) International Seminar on Marine and
Fisheries. The Agancy for Marine and Fisheries Research, Jakarta: 229-231.
[15] Ratner, Buddy D., Hoffman, Allan S., Schoen, Frederick J., Lemons,
Jack E. 2004. Biomaterial Science, Second Edition. Elsevier Scademic
Press, San Diego.
[16] Saraswathy G, S Pal, C Rose, T P Sastry. A noval bio-inorganic
bone implant containing deglued bone, chitosanand gelatin. Bull. Mater.
Sci. 2001; 24 (4): 415-420.
[17] Sigma. 2008. Biochemical & Reagents for Life Science Research. Sigma-
Aldrich Pte., Ltd: 2706 pp.
[18] Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC. Jakarta.
[19] Syafrudin, Helman. 2011. Proposal Skripsi, Analisis Mikrostrukutr, Sifat
Fisis dan Sifat Mekanik Keramik Jenis Refraktori. Departemen Fisika,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
[20] Thermo Nicolat. 2002. Principles of Materials Science and
Engineering, Second Edition. Mc Graw-Hill Publishing Company. New
York.
[21] Ylinen, P., 2006. Application of Coraline Hydroxyapatite with
Bioabsorbable Containment and Reinforcement as Bone Graft Substitute,
Academic dissertation Departement of Orthopaedics and Traumatology,
Helsinki University Central Hospital and University of Helsinki, Helsinki.